Syok Anafilaktik.pdf

16
REFERAT Syok Anafilaktik Usqi Krizdiana 2091210027 Pembimbing: dr. M. Djauhar Arifin, Sp.An KEPANITERAAN KLINIK LAB ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMA RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR Periode 13 Juni-04 Juli 2015

Transcript of Syok Anafilaktik.pdf

Page 1: Syok Anafilaktik.pdf

REFERAT

Syok Anafilaktik

Usqi Krizdiana

2091210027

Pembimbing:

dr. M. Djauhar Arifin, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK

LAB ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMA

RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR

Periode 13 Juni-04 Juli 2015

Page 2: Syok Anafilaktik.pdf

2

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Anafilaktik merupakan keadaan akut yang berpotensi mengancam jiwa dan paling

sering disebabkan oleh makanan, obat-obatan, sengatan serangga, dan lateks. Gambaran

klinis anafilaktik sangat heterogen dan tidak spesifik. Reaksi awalnya cenderung ringan

membuat masyarakat tidak mewaspadai bahaya yang akan timbul, seperti syok, gagal nafas,

henti jantung, dan kematian mendadak.1

Walaupun jarang terjadi, syok anafilaktik dapat berlangsung sangat cepat, tidak

terduga, dan dapat terjadi di mana saja yang potensial berbahaya sampai menyebabkan

kematian.2 Identifikasi awal merupakan hal yang penting, dengan melakukan anamnesis,

pemerikasaan fisik, dan penunjang untuk menegakkan suatu diagnosis serta penatalaksanaan

cepat, tepat, dan adekuat suatu syok anafilaktik dapat mencegah keadaan yang lebih

berbahaya.

Insiden anafilaksis diperkirakan 1-3/10.000 penduduk dengan mortalitas sebesar 1-3

tiap satu juta penduduk. Sementara di Indonesia, khususnya di Bali, angka kematian

dilaporkan 2 kasus tiap 10.000 total pasien anafilaksis pada tahun 2005 dan mengalami

peningkatan 2 kali lipat pada tahun 2006. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membahas

Syok Anafilaktik dalam bentuk referat ini.

2.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui penegakan diagnosis dan

penanganan Syok Anafilaktik sehingga dapat mengurangi morbiditas maupun mortalitas.

1.2.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus penulisan referat ini adalah:

a. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu

Anesthesiologi dan Reanimasi di RS Mardi Waluyo Blitar;

b. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam upaya menurunkan angka

kejadian syok anafilaktik;

c. Sebagai tambahan pengalaman bagi penulis untuk memperluas dan menambah

wawasan

Page 3: Syok Anafilaktik.pdf

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Anafilaktik merupakan reaksi alergi yang dimediasi IgE. Jika seseorang sensitif

terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan

timbul reaksi hipersensitivitas yang merupakan suatu reaksi anafilaktik yang dapat berujung

pada syok anafilaktik.2,3

Hal ini disebabkan oleh adanya suatu reaksi antigen-antibodi yang

timbul segera setelah suatu antigen yang sensitif masuk dalam sirkulasi. Syok

anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaktik yang merupakan syok

distributif, ditandai oleh adanya hipotensi yang nyata akibat vasodilatasi mendadak pada

pembuluh darah dan disertai kolaps pada sirkulasi darah yang dapat menyebabkan terjadinya

kematian.4

2.2 Etiologi

Etiologi terjadinya reaksi anafilaktik yaitu:2

a. Obat-obatan (antibiotik golongan B-lactam, insulin, streptokinase)

b. Makanan (kacang-kacangan, telur, ikan laut)

c. Protein (antitoksin tetanus, transfusi darah)

d. Bisa binatang

e. Lateks

Selain itu, latihan maupun terpapar udara dingin (pada pasien dengan Cryoglobulinemia)

dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaktik. Riwayat keluarga atopi tidak

meningkatkan risiko kejadian anafilaktik, namun dapat meningkatkan risiko kematian ketika

reaksi anafilaktik terjadi.2

2.3 Patofisiologi

Coomb dan Gell (1963) mengelompokkan anafilaktik dalam hipersensitivitas tipe I

(Immediate type reaction). Mekanisme anafilaktik melalui 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan

aktivasi. Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan Ig E

sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Sedangkan

fase aktivasi merupakan waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang

sama sampai timbulnya gejala.1,3,4

Page 4: Syok Anafilaktik.pdf

4

Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan

ditangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada

Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B

berproliferasi menjadisel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi Ig E spesifik untuk

antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor permukaan sel Mast (Mastosit) dan

basofil.1,3,4

Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan

reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh.

Alergen yang sama tadi akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera

yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin dan beberapa

bahan vasoaktif lain dari granula yang di sebut dengan istilah preformed mediators.1,3,4

Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam arakidonat dari membran sel

yang akan menghasilkan leukotrien (LT) dan prostaglandin (PG) yang terjadi beberapa

waktu setelah degranulasi yang disebut newly formed mediators. Fase Efektor adalah waktu

terjadinya respon yang kompleks (anafilaktik) sebagai efek mediator yang dilepas mastosit

atau basofil dengan aktivitas farmakologik pada organ organ tertentu. Histamin memberikan

efek bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya menyebabkan

edema, sekresi mucus, dan vasodilatasi. Serotonin meningkatkan permeabilitas vaskuler dan

Bradikinin menyebabkan kontraksi otot polos.

Platelet activating factor (PAF) berefek bronkospasme dan meningkatkan

permeabilitas vaskuler, agregasi dan aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik

menarik eosinofil dan neutrofil. Prostaglandin leukotrien yang dihasilkan menyebabkan

bronkokonstriksi.1,3,4

Vasodilatasi pembuluh darah yang terjadi mendadak menyebabkan terjadinya

fenomena maldistribusi dari volume dan aliran darah. Hal ini menyebabkan penurunan aliran

darah balik sehingga curah jantung menurun yang diikuti dengan penurunan tekanan darah.

Kemudian terjadi penurunan tekanan perfusi yang berlanjut pada hipoksia ataupun anoksia

jaringan yang berimplikasi pada keaadan syok yang membahayakan penderita.4

Page 5: Syok Anafilaktik.pdf

5

Gambar 1. Patofisiologi syok anafilaktik

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinis pada umumnya muncul dalam 15 menit sejak terjadinya paparan.

Gejala dapat melibatkan kulit, saluran nafas atas maupun bawah, sistem kardiovaskular, dan

GI tract. Satu atau lebih area mungkin terkena, dan gejalanya tidak harus diawali gejala

ringan (urtikaria) terlebih dahulu sampai berat (obstruksi saluran nafas, atau syok).2

Gejala bervariasi dari ringan sampai berat, seperti gatal, urtika, bersin, rhinorea,

nausea, kram abdomen, diare, dispneu, palpitasi, dan pusing. Keadaan syok ditandai dengan

Page 6: Syok Anafilaktik.pdf

6

hipotensi, takikardi, urtikaria, angioedema, wheezing, stridor, sianosis, dan sinkop. Syok

dapat berkembang dalam hitungan menit, dan mungkin timbul kejang, tidak sadar, dan

kematian. Kolaps kardiovaskular dapat terjadi tanpa gejala lainnya.2

2.5 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Reaksi anafilaktik mungkin terjadi

jika ditemui beberapa gejala disertai gejala mendadak berikut ini:2

a. Syok

b. Gejala respiratori (dispneu, stridor, wheezing)

c. Dua atau lebih gejala lain (angioedema, rhinorea, dan gejala GI tract).

Sedangkan American Academy of Allergy, Asthma and Immunology telah

membuat suatu kriteria diagnosis anafilaktik. Kriteria pertama adalah onset akut dari suatu

penyakit (beberapa menit hingga beberapa jam) dengan terlibatnya kulit, jaringan mukosa

atau kedua-duanya (misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh tubuh, pruritus,

kemerahan, pembengkakan bibir, lidah, uvula), dan salah satu dari respiratory compromise

(misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, wheezing , penurunan PEF, hipoksemia) dan

penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan disfungsi organ sasaran

(misalnya hipotonia, sinkop, inkontinensia).5

Kriteria kedua, dua atau lebih gejala berikut yang terjadi secara mendadak setelah

terpapar alergen yang spesifik pada pasien tersebut (beberapa menit hingga beberapa jam),

yaitu keterlibatan jaringan mukosa kulit (misalnya bintik-bintik kemerahan pada seluruh

tubuh, pruritus, kemerahan, pembengkakan bibir-lidah-uvula); Respiratory compromise

(misalnya sesak nafas, bronkospasme, stridor, wheezing, penurunan PEF, hipoksemia);

penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan (misalnya hipotonia, sinkop,

inkontinensia); dan gejala gastrointestinal yang persisten (misalnya nyeri abdominal, kram,

muntah).5

Kriteria ketiga yaitu terjadi penurunan tekanan darah setelah terpapar pada alergen

yang diketahui beberapa menit hingga beberapa jam (syok anafilaktik). Pada bayi dan anak-

anak, tekanan darah sistolik yang rendah (spesifik umur) atau penurunan darah sistolik lebih

dari 30%. Sementara pada orang dewasa, tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau

penurunan darah sistolik lebih dari 30% dari tekanan darah awal.5

Page 7: Syok Anafilaktik.pdf

7

Gambar 2. Algoritma diagnosis reaksi anafilaktik

Sedangkan kriteria dari Syok Anafilaktik sebagai berikut 8:

1. Secara tiba-tiba onsetnya dan progresif yang cepat dari gejala

- Kebanyakan reaksi terjadi dalam beberapa menit, jarang reaksi terjadi lebih lambat dari

onset

- Waktu onset reaksi anfilaksis tergantung tipe trigger. Trigger intravena akan lebih cepat

onsetnya daripada sengatan, dan cenderung disebabkan lebih cepat onsetnya dari trigger

ingesti oral.

- Pasien biasanya cemas dan dapat mengalami “sense of impending”

2. Life-threatening Airway and/or Breathing and/or Circulation Problems

Pasien dapat mengalami masalah A atau B atau C atau kombinasinya.

Airway Problem :

- Pembengkakan jalan nafas seperti tenggorokan dan lidah membengkak (faring/laring

edem). Pasien sulit bernafas dan menelan dan merasa tenggorokan tertutup.

- Suara Hoarse

- Stridor, tingginya suara inspirasi karena saluran nafas atas yang mengalami obstruksi.

Breathing Problems :

Page 8: Syok Anafilaktik.pdf

8

- Nafas pendek, pengingkatan frekuensi nafas

- Wheezing

- Pasien menjadi lelah

- Kebingungan karena hipoksia

- Sianosis (muncul biru), ini biasanya pada late sign

- Respiratory arrest

Circulation problem:

- Tanda syok, pucat, berkeringat.

- Peningkatan frekuensi nadi (takikardi)

- Tekanan darah rendah (hipotensi), merasa ingin jatuh (dizziness), kolaps.

- Penurunan tingkat kesadaran atau kehilangan kesadaran

- Anafilaksi dapat menyebabkan iskemik myokardial dan ECG berubah walaupun individu

dengan normal arteri kononer.

- Cardiac arrest

3. Perubahan Kulit dan/atau Mukosa

Sering muncul gambaran pertama dan muncul lebih dari 80% dari reaksi anafilaktik.

- Dapat berlangsung halus atau secara dramatis.

- Mungkin hanya perubahan kulit, hanya perubahan mukosa, atau keduanya

- Mungkin eritema setengahnya atau secara general, rash merah.

- Mungkin urtikaria yang muncul dimana saja pada tubuh, berwarna pucar, merah muda,

atau merah dan mungkin menunjukan seperti sengatan.

- Angioedema mungkin seperti urtikaria tetapi termasuk pada jaringan lebih dalam sering

pada kelopak mata dan bibir, kadang pada mulut dan tenggorokan.

2.6 Diagnosis Banding

Beberapa keadaan dapat menyerupai reaksi anafilaktik. Gambaran klinis yang tidak

spesifik dari anafilaktik mengakibatkan reaksi tersebut sulit dibedakan dengan penyakit

lainnya yang memiliki gejala yang sama. Hal ini terjadi karena anafilaktik mempengaruhi

seluruh system organ pada tubuh manusia sebagai akibat pelepasan berbagai macam

mediator dari sel mast dan basofil, dimana masing-masing mediator tersebut memiliki

afinitas yang berbeda pada setiap reseptor pada sistem organ. Beberapa kondisi yang

menyerupai reaksi anafilaktik dan syok anafilaktik adalah reaksi vasovagal, infark miokard

Page 9: Syok Anafilaktik.pdf

9

akut, reaksi hipoglikemik, reaksi histeris, Carsinoid syndrome, Chinese restaurant syndrome,

asma bronkiale, dan rhinitis alergika.1,4

2.7 Penatalaksanaan

Tindakan pertama yang paling penting dilakukan adalah mengidentifikasi dan

menghentikan kontak dengan alergen yang diduga menyebabkan reaksi anafilaktik. Segera

baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari kepala

untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha memperbaiki curah jantung dan

menaikkan tekanan darah.1,3,4,6

Tindakan selanjutnya adalah penilaian airway, breathing, dan circulation dari

tahapan resusitasi jantung paru untuk memberikan kebutuhan bantuan hidup dasar.

o Airway / penilaian jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas agar tidak ada

sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur

agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan triple

airway manuver yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.

Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif,

melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.

o Breathing support segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-tanda

bernapas spontan, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok

anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan

napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain

ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen 5-10

liter/menit.

o Circulation support yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis atau a.

femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar.1,3,4,6

Obat-obatan

Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati

syok anafilaktik. Obat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah, menyempitkan

pembuluh darah, melebarkan bronkus, dan meningkatkan aktivitas otot jantung. Adrenalin

bekerja sebagai penghambat pelepasan histamin dan mediator lain yang poten. Mekanisme

kerja adrenalin adalah meningkatkan cAMP dalam sel mast dan basofil sehingga

menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya.

Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteri dan memicu

Page 10: Syok Anafilaktik.pdf

10

denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika dan

berakhir dalam waktu pendek.3,7

Pemberian adrenalin secara intramuskuler pada lengan atas, paha, ataupun sekitar

lesi pada sengatan serangga merupakan pilihan pertama pada penatalaksanaan syok

anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang cepat setelah pemberian intramuskuler. Pada

pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada

pemberian subkutan. Berikan 0,5 ml larutan 1:1000 (0,3-0,5 mg) untuk orang dewasa dan

0,01 ml/kg BB untuk anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa kali tiap 5-15 menit, sampai

tekanan darah dan nadi menunjukkan perbaikan.3,4,7,8

Adrenalin sebaiknya tidak diberikan secara intravena kecuali pada keadaan tertentu

saja misalnya pada saat syok (mengancam nyawa) ataupun selama anestesia. Pada saat

pasien tampak sangat kesakitan serta kemampuan sirkulasi dan absorbsi injeksi

intramuskuler yang benar-benar diragukan, adrenalin mungkin diberikan dalam injeksi

intravena lambat dengan dosis 500 mcg (5ml dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000)

diberikan dengan kecepatan 100 mcg/menit dan dihentikan jika respon dapat dipertahankan.

Pada anak-anak dapat diberi dosis 10 mcg/kg BB(0,1 ml/kg BB dari pengenceran injeksi

adrenalin 1:10000) dengan injeksi intravena lambat selama beberapa menit. Individu yang

mempunyai resiko tinggi untuk mengalami syok anafilaktik perlu membawa adrenalin setiap

waktu dan selanjutnya perlu diajarkan cara penyuntikkan yang benar. Pada kemasan perlu

diberi label, pada kasus kolaps yang cepat orang lain dapat memberikan adrenalin

tersebut.3,4,8

Pengobatan tambahan dapat diberikan pada penderita anafilaktik, obat-obat yang

sering dimanfaatkan adalah antihistamin, kortikosteroid, dan bronkodilator. Pemberian

antihistamin berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan peningkatan peningkatan

permeabilitas vaskular yang diakibatkan oleh pelepasan mediator dengan cara menghambat

pada tempat reseptor-mediator tetapi bukan bukan merupakan obat pengganti adrenalin.

Tergantung beratnya penyakit, antihistamin dapat diberikan oral atau parenteral. Pada

keadaan anafilaktik berat antihistamin dapat diberikan intravena. Untuk AH2 seperti

simetidin (300 mg) atau ranitidin (150mg) harus diencerkan dengan 20 ml NaCl 0,9% dan

diberikan dalam waktu 5 menit. Bila penderita mendapatkan terapi teofilin pemakaian

simetidin harus dihindari sebagai gantinya dipakai ranitidin. Antihistamin yang juga dapat

diberikan adalah dipenhidramin intravena 50 mg secara pelan-pelan (5-10 menit), diulang

tiap 6 jam selama 48 jam.3,4,6,9

Page 11: Syok Anafilaktik.pdf

11

Kortikosteroid digunakan untuk menurunkan respon keradangan, kortikosteroid

tidak banyak membantu pada tata laksana akut anafilaktik dan hanya digunakan pada reaksi

sedang hingga berat untuk memperpendek episode anafilaktik atau mencegah anafilaktik

berulang. Glukokortikoid intravena baru diharapkan menjadi efektif setelah 4-6 jam

pemberian. Metilprednisolon 125 mg intravena dpt diberikan tiap 4-6 jam sampai kondisi

pasien stabil (yang biasanya tercapai setelah 12 jam), atau hidrokortison intravena 7-10

mg/Kg BB, dilanjutkan dengan 5 mg/kgBB setiap 6 jam, atau deksametason 2-6 mg/kg

BB.3,4,6

Apabila terjadi bronkospasme yang menetap diberikan aminofilin intravena 4-7

mg/KgBB selama 10-20 menit, dapat diikuti dengan infus 0,6 mg/Kg BB/jam, atau

aminofilin 5-6mg/Kg BB yang diencerkan dalam 20 cc dextrosa 5% atau NaCl 0,9% dan

diberikan perlahan-lahan sekitar 15 menit. Pilihan yang lain adalah bronkodilator aerosol

(terbutalin, salbutamol). Larutan salbutamol atau agonis β2 yang lain sebanyak 0,25 cc-0,5

cc dalam 2-4 ml NaCl 0,99% diberikan melalui nebulisasi.3,4,6

Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan, dapat diberikan

vasopresor melalui cairan infus intravena. Larutan 1 ml epineprin 1:1000 dalam 250 ml

dextrose (konsentrasi 4 mg/ml) diberikan dengan infus 1-4 mg/menit atau 15-60

mikrodrip/menit (dengan infus mikrodrip), bila diperlukan dosis dapat dinaikan sampai dosis

maksimum 10 mg/ml, atau aramin 2-5 mg bolus IV pelan-pelan, atau levarterenol bitartrat 4-

8 mg/liter dengan dekstrosa 5% dengan kecepatan 2ml/menit, atau Dopamin 0,3-1,2 mg/Kg

BB/jam secara infus dengan dextrose 5%. 3,4,6

Terapi Cairan.

Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur intravena untuk

koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang ekstravaskular sebagai tujuan utama

dalam mengatasi syok anafilaktik. Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan

curah jantung serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid

dan koloid tetap merupakan mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran

kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3-4 kali

dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat

diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20-40% dari volume plasma. Sedangkan bila

diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang sama dengan perkiraan

kehilangan volume plasma.8

Page 12: Syok Anafilaktik.pdf

12

Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam

melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume nterstitial,

dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan

onkotik intravaskuler.8

Observasi

Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim

ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka

penanganan penderita di tempat kejadian harus seoptimal mungkin sesuai dengan fasilitas

yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh dokter. Posisi waktu dibawa

harus tetap dalam posisi telentang dengan kaki lebih tinggi dari jantung. Kalau syok sudah

teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus diobservasi dulu selama

selama 24 jam, 6 jam berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaan fungsi membaik.

Hal-hal yang perlu diobservasi adalah keluhan, klinis (keadaan umum, kesadaran,

vital sign, dan produksi urine), analisa gas darah, elektrokardiografi, dan komplikasi karena

edema laring, gagal nafas, syok dan cardiac arrest. Kerusakan otak permanen karena syok

dan gangguan cardiovaskuler. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan,

infark miokard, aborsi, dan gagal ginjal juga pernah dilaporkan. Penderita yang telah

mendapat adrenalin lebih dari 2-3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit.8

Page 13: Syok Anafilaktik.pdf

13

Gambar 3. Algoritma Resusitasi Syok Anafilaktik

Page 14: Syok Anafilaktik.pdf

14

Pencegahan

Pencegahan merupakan langkah terpenting dalam penetalaksanaan syok anafilaktik

terutama yang disebabkan oleh obat-obatan. Melakukan anamnesis riwayat alergi penderita

dengan cermat akan sangat membantu menentukan etiologi dan faktor risiko anafilaktik.

Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang mempunyai riwayat alergi

terhadap banyak obat, mempunyai resiko lebih tinggi terhadap kemungkinan terjadinya syok

anafilaktik.4

Melakukan skin test bila perlu juga penting, namun perlu diperhatian bahwa tes kulit

negatif pada umumnya penderita dapat mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi

tidak berarti pasti penderita tidak akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit

negatif dan mempunyai riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1-3%

dibandingkan dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60%, bila tes kulit positif.4

Dalam pemberian obat juga harus berhati-hati, encerkan obat bila pemberian dengan

jalur subkutan, intradermal, intramuskular, ataupun intravena dan observasi selama

pemberian. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat. Hindari

obat-obat yang sering menyebabkan syok anafilaktik. Catat obat penderita pada status yang

menyebabkan alergi. Jelaskan kepada penderita supaya menghindari makanan atau obat

yang menyebabkan alergi. Hal yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar

untuk mengantisipasi reaksi anfilaksis serta adanya alat-alat bantu resusitasi kegawatan.

Desensitisasi alergen spesifik adalah pencegahan untuk kebutuhan jangka panjang.4

2.8 Prognosis

Penanganan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan prinsip kegawatdaruratan, reaksi

anafilaktik jarang menyebabkan kematian. Namun reaksi anafilaktik tersebut dapat kambuh

kembali akibat paparan antigen spesifik yang sama. Maka dari itu perlu dilakukan observasi

setelah terjadinya serangan anafilaktik untuk mengantisipasi kerusakan sistem organ yang

lebih luas lagi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis dari reaksi anafilaktik yang

akan menentukan tingkat keparahan dari reaksi tersebut, yaitu umur, tipe alergen, atopi,

penyakit kardiovaskular, penyakit paru obstruktif kronis, asma, keseimbangan asam basa

dan elektrolit, obat-obatan yang dikonsumsi seperti β-blocker dan ACE Inhibitor, serta

interval waktu dari mulai terpajan oleh alergen sampai penanganan reaksi anafilaktik dengan

injeksi adrenalin.

Page 15: Syok Anafilaktik.pdf

15

BAB III

KESIMPULAN

Syok anafilaktik adalah suatu respons hipersensitivitas yang diperantarai oleh Ig E

yang ditandai dengan curah jantung dan tekanan arteri yang menurun hebat. Syok anafilaktik

memang jarang dijumpai, tetapi mempunyai angka mortalitas yang sangat tinggi. Beberapa

golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaktik, yaitu makanan, obat-obatan,

dan bisa atau racun serangga. Faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya

anafilaktik, yaitu sifat alergen, jalur pemberian obat, riwayat atopi, dan kesinambungan

paparan alergen. Anafilaktik dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe I, terdiri dari fase

sensitisasi dan aktivasi yang berujung pada vasodilatasi pembuluh darah yang mendadak,

keaadaan ini disebut syok anafilaktik. Manifestasi klinis anafilaktik sangat bervariasi. Gejala

dapat dimulai dengan gejala prodormal kemudian menjadi berat, tetapi kadang-kadang

langsung berat yang dapat terjadi pada satu atau lebih organ target.

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang yang baik akan membantu seorang

dokter dalam mendiagnosis suatu syok anafilaktik. Penatalaksanaan syok anfilaktik harus

cepat dan tepat mulai dari hentikan allergen yang menyebabkan reaksi anafilaktik; baringkan

penderita dengan kaki diangkat lebih tinggi dari kepala; penilaian A, B, C dari tahapan

resusitasi jantung paru; pemberian adrenalin dan obat-obat yang lain sesuai dosis;

monitoring keadaan hemodinamik penderita bila perlu berikan terapi cairan secara intravena,

observasi keadaan penderita bila perlu rujuk ke rumah sakit. Pencegahan merupakan langkah

terpenting dalam penetalaksanaan syok anafilaktik terutama yang disebabkan oleh obat-

obatan. Apabila ditangani secara cepat dan tepat sesuai dengan kaedah kegawatdaruratan,

reaksi anafilaktik jarang menyebabkan kematian.

Page 16: Syok Anafilaktik.pdf

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Ewan, PW. Anaphylaxis dalam ABC of Allergies; 1998. BMJ. Vol 316. Hal 1442-

14455.

2. Anaphylaxis Topics in: Allergic, Autoimune, & Other Hypersensitivity Disorders. The

Merck Manual Professional Edition

3. Longecker, DE. Anaphylactic reaction and Anesthesia dalam Anesthesiology. 2008;

Chapter 88, hal 1948-1963.2.

4. Anonim. Anaphylactic Shock. 2008 [cited: 20 Maret 2009]. Available from: URL:

www.duniakedokteran.cq.bz.7.

5. Sampson HA, et al. Clinical Immunologist and Allergist Pricess. Margaret and

Fremantle Hospitals, Western Australia; 20068.

6. Putra TR, Herman H. Reaksi Anafilaktik dalam Pedoman Diagnosis dan

Terapi Penyakit Dalam. SMF Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana; 1994. hal 77-80.12.

7. Working Group of the Resuscitation Council (UK) Emergency treatment of

anaphylactic reactions Guidelines for healthcare providers. January 2008.

8. Anonim. Syok dan Penanggulangannya. 2009 [cited: 20 Maret 2009]. Available

from:URL: www.shineupyourlife.com

9. Anonim. Penggunaan Adrenalin dalam Pengobatan Anafilaktik. 2009 [cited: 20

Maret2009]. Available from: www.farmakoterapi-info.htm.11. Accessed at April