SUSTAINABILITAS ARSITEKTUR RUMAH GADANG (STUDI …
Transcript of SUSTAINABILITAS ARSITEKTUR RUMAH GADANG (STUDI …
SUSTAINABILITAS ARSITEKTUR RUMAH GADANG
(STUDI KASUS RUMAH GADANG DENGAN PENAMBAHAN
RUANG/ANNEX)
Alhayatul Rifqih1, Dita Trisnawan2
Departemen Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, Depok,
16436, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Usaha untuk mencapai sustainabilitas hunian telah dilakukan manusia bahkan sebelum berkembangnya teknologi yang menunjang usaha tersebut. Teknologi sederhana yang digunakan mampu menciptakan hunian yang memenuhi aspek keberlanjutan. Rumah Gadang dapat dikatakan sebagai wujud usaha masyarakat Minangkabau untuk mencapai hunian yang berkelanjutan. Dapat terlihat dari proses pengembangan yang terjadi pada rancangan Rumah Gadang dari dulu sampai sekarang. Pengembangan pada rancangan Rumah Gadang dapat terus berkembang seiring dengan berubahnya kondisi alam, sumber daya, dan karakteristik berhuni masyarakat Minangkabau
Sustainability Architecture Rumah Gadang (Case Study Rumah Gadang with
Addition of Space/Annex) .
Abstract
Efforts to achieve a sustainability dwelling design have been performed even before the development of technologies that support these efforts. Simple technology can create residentials that meet the sustainability aspect. Rumah Gadang can be considered as a form of Minangkabau society effort to achieve sustainable housing. It can be seen from that occurred in the design development process of the Rumah Gadang from then until now. The design development of Rumah Gadang can continue to evolve along by changes in natural conditions, resources, and the dwelling characteristics of the Minangkabau society. Keywords: Sustainability Architecture, Rumah Gadang, Development of Space, Minangkabau Society
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
1. Pendahuluan Sustainable architecture atau arsitektur bekelanjutan penting untuk dipertimbangkan
dalam kegiatan pembangunan. Sangat beralasan mengingat semakin meningkatnya
pembangunan yang mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan. Berbagai macam jenis
teknologi yang diterapkan tidak jarang menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Selain
penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan yang menjadi penyebab paling mendasar
adalah semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dunia sehingga membutuhkan lahan yang
semakin luas untuk ruang berkegiatan.
Usaha untuk mencapai desain berkelanjutan sebenarnya telah dilakukan oleh manusia
yang hidup beberapa puluh tahun bahkan beberapa ratus tahun yang lalu dimana teknologi
sebagai penunjang kegiatan pembangunan belum begitu maju seperti saat sekarang ini. Bukti
autentik beberapa di antaranya masih ada hingga saat sekarang dan menjadi warisan ilmu
pengetahuan yang sangat berharga. Salah satunya ialah Rumah Gadang yang merupakan
rumah tradisional masyarakat Minangkabau. Lestarinya Rumah Gadang hingga sekarang
merupakan hasil perjuangan manusia pada saat itu terhadap zaman dan alam yang merupakan
wujud usaha masyarakat Minangkabau untuk mencapai ruang kegiatan yang sustainable.
Dalam proses untuk mewujudkan sustainabilitas arsitektur pada Rumah Gadang,
perkembangan dan perubahan ruang terjadi pada Rumah Gadang. Berkembangnya zaman dan
teknologi mempengaruhi karakter berhuni masyarakat Minangkabau dan mengakibatkan
terjadinya perubahan ruang pada Rumah Gadang. Tujuan penulisan ini adalah untuk
memperdalam pemahaman penulis terhadap arsitektur Rumah Gadang, konsep sustainabilitas
arsitektur dan penerapannya pada Rumah Gadang setelah mengalami perubahan fisik dan
fungsi ruang.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Arsitektur Berkelanjutan
Di dalam pendekatan sustainable architecture digunakan sebagai istilah umum untuk
menjelaskan suatu rancangan bangunan yang mana secara teknologi, material, ekologi dan
lingkunganmya terdapat keseimbangan (Attmann, 2010). Kemudian konteks sustainable
architecture atau arsitektur berkelanjutan dibagi ke dalam tiga komponen utama, yaitu;
sustainable elements (material and technology), sustainable resource, dan sustainable
environment.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Selanjutnya Attmann berpendapat bahwa sustainable elements meliputi material dan
teknologi yang memenuhi aspek ketahanan (durability), hemat dan terjangkau (economical),
mudah dalam perawatannya (low-maintanance), serta dapat digantikan dan digunakan
kembali (recyclability).
Kemudian Resource yang dimaksud oleh Attmann disini adalah sumber daya yang
mendukung kinerja bangunan seperti sumber material, potensi tapak, kemudahan akses, serta
gejala alam di sekitar bangunan. Sustainable resource tercapai apabila sumber daya
dimanfaatkan secara efektif dan tepat guna dan berhasil menunjang kinerja bangunan dari
segi fisik dan sesuai fungsinya.
Sustainable environments tercapai ketika lingkungan bangunan terbukti sehat dan
terhindar dari resiko penularan penyakit (healthy), layak huni (habitable), mampu merespon
jaringan sosial dan aktivitas penghuni (social capacity), serta terlindungi dari bahaya secara
fisik seperti kecelakaan akibat kesalahan dalam proses pembangunan dan bahaya non-fisik
seperti ancaman keamanan privasi (Attmann, 2010).
2.2 Landasan Adat Masyarakat Minangkabau
Orang Minangkabau memandang alam sebagai sumber pembelajaran. Alam
takambang jadi guru (alam terkembang jadi guru) begitu ungkapan orang Minangkabau
menilai alam mereka (Navis, 1984). Nilai filosofi tersebut secara turun-temurun ditanamkan
pada kehidupan masyarakat Minangkabau.
Di dalam masyarakat Minangkabau juga berkembang nilai-nilai adat yang mengatur
segala jenis kegiatan sehari-hari mereka. Taufik menjelaskan bahwa terdapat dua jenis adat
yang berkembang di dalam masyarakat Minangkabau, yaitu adat nan sabana adat dan adat
nan diadatkan (Pembicaraan pribadi, 22 November 2016).
Secara rinci Taufik menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan adat nan sabana adat
adalah adat nan babuhua mati atau adat yang tidak dapat diganggu gugat sebagaimana yang
telah ditetapkan. Sedangkan adat nan diadatkan adalah adat nan babuhua sentak atau adat
yang boleh diubah-uah dengan kesepakatan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tidak
boleh bertentangan dengan adat nan sabana adat.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Dalam kaitannya dengan arsitektur Minangkabau yaitu Rumah Gadang, segala
sesuatu yang mengatur tentang fungsi dan elemen-elemen arsitektur Rumah Gadang diatur
dalam adat nan diadatkan atau adat yang boleh diubah-ubah. Taufik menjelaskan bahwa
mendirikan rumah gadang dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa mengubah identitas
Rumah Gadang itu sendiri. Yang paling penting adalah bagaimana Rumah Gadang mampu
memenuhi kebutuhan penghuni dan fungsinya sebagai rumah adat. Dengan kemajuan
teknologi seperti sekarang ini tidak masalah mengganti teknologi yang digunakan pada
Rumah Gadang dahulu dengan teknologi baru (Pembicaraan pribadi, 22 November 2016).
2.3 Arsitektur Rumah Gadang
Awalnya Jenis Rumah Gadang dibedakan berdasarkan gaya keselarasan yang dianut
oleh suatu kaum. Keselarasan yang terdapat di Minangkabau dapat dikatakan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh Datuk Katumangguangan dan Datuk Parpatiah nan
Sabatang (Navis, 1984). Perbedaan ini berkembang dan menjadi ciri khas atau gaya Rumah
Gadang pada masing-masing wilayah tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu Rumah Gadang mengalami perubahan bentuk
hingga saat ini sehingga dapat dilihat Rumah Gadang memiliki bentuk dan ukuran yang
bervariasi. Perubahan ini secara jelas dapat dilihat pada perubahan ruang Rumah Gadang.
Seperti yang dijelaskan di dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Couto dan Darwis
(1999) pada gambar berikut ini:
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Gambar 1: Perubahan morfologi dan fungsi Rumah Gadang
Sumber: Couto (2010) dalam http://visualheritageblog.blogspot.com/2010/12/morfologi-bentuk-bangunan-
tradisi.html
Saya menyimpulkan bahwa, filosofi masyarakat alam takambang jadi guru (alam
terkembang jadi guru) mengindikasikan adanya penerapan konsep sustainabilitas arsitektur
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
tersebut. Karena salah satu aspek dari sustainabilitas arsitektur yaitu lingkungan dan ekologi
menjadi fokus perhatian bagi masyarakat Minangkabau. Selain itu berdasarkan nilai adat
masyarakat Minangkabau yang membuka diri terhadap kemajuan teknologi juga seharusnya
mendukung penerapan sustainabilitas arsitektur Rumah Gadang. Jika Dihubungkan dengan
sustainabilitas arsitektur mengedepankan keseimbangan antara material, teknologi, ekologi
dan lingkungan (Attmann, 2010), maka perlu dilihat bagaimana masyarakat Minangkabau
membuat hunian yang menerapkan keseimbangan antara lingkungan (alam) dengan teknologi
dan material yang digunakan pada Rumah Gadang.
3. Metode Penelitian
Saya mencoba untuk menemukan praktik konsep sustainabilitas arsitektur yang
diterapkan pada Rumah Gadang yang telah mengalami perubahan ruang. Perubahan ruang
Rumah Gadang mengacu pada hasil penelitian Couto dan Darwis (1999) sebagai batasan
penulisan. Tujuannya untuk melihat usaha masyarakat Minangkabau untuk mencapai
sustainabilitas arsitektur. Parameter tercapainya sustainabilitas arsitektur pada Rumah
Gadang berdasarkan pada pendapat Attmann (2010).
Survey studi kasus dilakukan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai
bahan analisis. Studi kasus yang dipilih adalah Kaum Dt. Amat Dirajo di Batusangkar dan
Rumah Gadang Kaum Bawah Balai di Batusangkar. Kedua Rumah Gadang tersebut dipilih
karena perbedaan yang jelas dari bentuk perubahan ruangnya. Pemilihan Rumah Gadang
pada daerah yang sama bertujuan agar dapat membandingkan bagaimana masing-masing
rumah gadang merespon kondisi alam sekitarnya.
4. Hasil Penelitian
4.2 Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Gambar 2: Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Rumah Gadang ini dibangun pada tahun 1905. Rumah Gadang ini pertama kali dihuni
oleh kaum Dt. Bandaro Kuniang yang terdiri dari dua keluarga. Masing-masing keluarga
dipimpin oleh seorang ninik mamak. Ninik mamak pertama memiliki satu orang anak dan
ninik mamak kedua memiliki dua orang anak, yaitu Dt. Bandaro Kuniang dan Dt. Kondo
Maharajo. Namun sekarang Rumah Gadang ini hanya dihuni oleh satu orang anggota
keluarga dari kaum Dt. Amat Dirajo.
Rumah Gadang Kaum Dt. Amat dirajo termasuk ke dalam jenis Rumah Gadang
beranjung. Anjungan pada bagian sisi kiri dan kanan merupakan pengembangan ruang dari
bentuk awal Rumah Gadang. Selain itu terdapat juga tambahan ruang pada bagian belakang
yang berfungsi sebagai dapur. Penambahan ruang pada bagian belakang menyebabkan bilik
atau kamar tengah berubah menjadi jalur sirkulasi antara ruang tengah dengan dapur.
Rumah Gadang ini terdiri dari empat lanjar dan lima ruang serta terdapat anjungan di
kedua sisi bagian samping runah gadang. Lanjar bagian belakang rumah gadang ini terdiri
dari empat bilik atau kamar tidur dan satu akses menuju dapur pada bagian tengah. Elevasi
lantai pada lanjar ke tiga dan lanjar terakhir yang terdiri daari bilik atau kamar ditinggikan ±
25 cm. Bagian samping Rumah Gadang ini masing-masingnya terdapat anjungan yang mana
elevasi lantainya ditinggikan ±80 cm dari lantai dasar. Ruang tengah sebagai ruang
berkumpul atau ruang komual, dua anjungan pada Kamar mandi yang terletak di bagian luar
yang terpisah dengan bangunan Rumah Gadang.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Gambar 3: Denah Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Sumber: Dokumentasi pribadi
Dari awal dibangunnya Rumah Gadang ini hingga sekarang telah mengalami tiga kali
renovasi. Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1952, renovasi lantai pada tahun 1979 dan
perbaikan atap pada tahun 2015.
4.3 Rumah Gadang Kaum Bawah Balai
Rumah Gadang Kaum Bawah Balai terletak di Jorong Tiga Batur, Nagari Sungai
Tarab, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Dibangun pada
tahun 1978 . Pada awalnya Rumah Gadang ini dihuni oleh Kaum Bawah Balai yang terdiri
dari beberapa keluarga. Namun sekarang Rumah Gadang ini dihuni oleh satu keluarga dari
Kaum Bawah Balai tersebut. Anggota keluarga tersebut terdiri dari Ayah, Ibu, dan empat
orang anak.
Rumah Gadang ini merupakan salah satu Rumah Gadang yang mengalami perubahan
bentuk dan fungsi ruangnya. Perubahan terjadi pada bagian depan dengan adanya
penambahan ruang yang berfungsi sebagai ruang tamu yang dinamakan serambi. Perubahan
juga terjadi pada bilik atau kamar tidur. Kamar tidur pada Rumah Gadang ini terletak pada
sisi kiri dan kanan Rumah Gadang dan pada lanjar yang berbeda.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Gambar 4: Denah Rumah Gadang Kaum Bawah Balai
Sumber: Ilustrasi pribadi
Kelengkapan utilitas seperti dapur dan kamar mandi tersebut berada pada bagian
tambahan di bagian belakang rumah gadang dan tidak terdapat pada bagian utama rumah
gadang. Kebutuhan air bersih bagi penghuni Rumah Gadang ini berasal dari sumur galian.
Terdapat juga penampungan air hujan sebagai sumber cadangan air untuk keperluan mencuci
pakaian.
5. Pembahasan
5.1 Aspek Sustainabilitas Arsitektur pada Rumah Gadang Kaum Dt.Amat Dirajo
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
a. Teknologi dan Material (Elemen)
Struktur Rumah Gadang Kaum D. Amat Dirajo menggunakan tiang kayu yang
masing-masing terhubung dengan sistem pasak. Pondasi strukturnya menggunakan batu
sandi. Sedikit terdapat perkembangan pada pondasi batu sandi pada sisi terluar Rumah
Gadang yang telah ditutupi dengan semen cor. Tiang-tiang sebagai struktur utama selain
tonggak tuo membentuk sudut kemiringan sehingga membuat bentuk dasar bangunan seperti
trapesium terbalik. Hanya satu tiang yang dinamakan tonggak tuo yang terletak pada bagian
tengah bangunan yang tegak lurus terhadap permukaan tanah.
Gambar 5: Struktur Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Sumber: Dokumentasi pribadi
Sampai saat sekarang Rumah Gadang ini telah berumur lebih dari 100 tahun. Namun
seluruh material selain kayu yang digunakan sebagai pengalas lantai dan beberapa bagian
atap yang menutupi atap gonjong masih bertahan dan belum mengalami perbaikan atau
renovasi. Umur Rumah Gadang ini terliat pada kerusakan-kerusakan material pada beberapa
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
bagian Rumah Gadang. Material kayu yang digunakan banyak yang telah lapuk dan ijuk
sebagai penutup atap ditumbuhi tanaman liar.
Perawatan yang dilakukan pada material kayu masih menggunakan cara traditional.
Material yang telah mengalami kerusakan pada kasus Rumah Gadang ini tidak lagi dapat
digunakan kembali. Penggantian material yang rusak juga tidak digantikan dengan jenis
material baru untuk mempertahankan karakter Rumah Gadang aslinya.
Gambar 6: Kerusakan material yang ditemukan pada Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Sumber: Dokumentasi pribadi
b. Sumber Daya (Resource)
Penggantian material yang rusak pada Rumah Gadang ini masih memanfaatkan
material alami. Seperti pada saat renovasi lantai, material yang digunakan merupakan jenis
kayu yang sama dengan kayu yang digunakan sebelum renovasi. Jenis kayu yang sama tidak
bisa lagi diperoleh dari sumber daya yang terdapat dari lingkungan sekitar Rumah Gadang
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
karena jumlahnya yang semakin sedikit. Dengan demikian dari segi perbaikan dapat
dikatakan tidak lagi ekonomis.
Rumah Gadang ini juga mempertahankan penggunaan energi alami yang diperoleh
dengan memperhitungkan kondisi dan gejala alam yang terjadi pada lingkungan Rumah
Gadang. Seperti pemanfaatan secara optimal cahaya matahari sebagai pencahayaan alami
ruangan pada siang hari. Pada siang hari, bagian depan Rumah Gadang mendapatkan
pencahayaan yang baik dari sinar matahari yang masuk melalui bukaan-bukaan pada dinding
sisi depan Rumah Gadang. Bukaan yang lebar memungkinkan cahaya matahari untuk dapat
menyinari ruang tengah Rumah Gadang ini. Sirkulasi udara di dalam ruang Rumah Gadang
ini memanfaatkan bukaan yang ada pada setiap dindingnya. Sirkulasi udara paling efektif
terjadi pada bagian ruang tengah dan dapur. Setiap bukaan yang ada mengakibatkan ruangan
di dalam Rumah Gadang menjadi sejuk.
Gambar 7: Diagram kualitas suhu dan kelembapan ruang dalam Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Sumber: Dokumentasi pribadi
Elemen-elemen pada Rumah Gadang ini yang mendukung keamanan penghuni
terutama dari gangguan stanger adalah akses tunggal yang terletak pada bagian depan serta
elevasi lantai dan bukaan yang tinggi. Jika dibandingkan dengan Rumah Gadang berserambi,
elevasi lantai dan bukaan terhadap tanah Rumah Gadang ini lebih tinggi. Selain itu aspek
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
fisik pada lingkungan Rumah Gadang ini juga menunjang keamamanan seperti terdapat
dikelilingi oleh batasan-batasan secara fisik dan akses sirkulasi khusus.
c. Aspek Lingkungan
Rumah Gadang ini terletak di dalam kawasan dengan kepadatan penduduk yang
rendah. Letak Rumah Gadang menjauhi pusat kepadatan pemukiman dan akses utama pada
kawasan ini. Lingkungan di sekitar Rumah Gadang dikelilingi oleh ruang terbuka hijau.
Kondisi ini mendukung kualitas berhuni pada Rumah Gadang karena jauh dari kemungkinan
polusi udara dan suara yang bersumber dari kendaraan bermotor yang lalu lalang. Ditambah
lagi dengan ruang terbuka hijau yang terdapat di sekeliling Rumah Gadang mampu menjaga
kualitas udara dan suhu dalam Rumah Gadang ideal untuk kegiatan berhuni.
Gambar 8: Lingkungan Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Sumber: Ilustrasi pribadi
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari seperti air kotor dan sampah dapur
pada Rumah Gadang ini dalam jumlah yang sedikit. Air limbah dibuang melalui saluran
pembuangan khusus yang terhubungan dengan tangki septik dan dibuang langsung ke dalam
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
tanah sesuai dengan jenisnya. Selain itu sampah dapur yang dihasilkan mengalami proses
pembakaran yang mana hasil pembakaran dibuang langsung ke tanah.
Gambar 9: Diagram sistem pembuangan limbah pada Rumah Gadang Kaum Dt. Amat Dirajo
Sumber: Ilustrasi pribadi
5.1 Aspek Sustainabilitas Arsitektur pada Rumah Gadang Kaum Bawah Balai
a. Teknologi dan Material (Elemen)
Terdapat perbedaan dibandingkan struktur rumah gadang beranjung, yang mana semua tiang-
tiang pada Rumah Gadang Kaum Bawah Balai ini tegak lurus terhadap permukaan tanah,
sedangkan pada Rumah Gadang beranjung selain tonggak tuo memiliki kemiringan sehingga
menciptakan bentuk dasar bangunan seperti trapesium terbalik. Hal ini tidak mengurangi
ketahanan struktur pada Rumah Gadang ini. Sistem pasak pada struktur mampu membentuk
ketahanan pada Rumah Gadang ini.
Rumah Gadang ini juga masih didominasi oleh material alami. Namun terdapat
penggantian penggunaan material alami seperti pada penutup atap dan bahan pelapis dinding.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Rumah Gadang Kaum Bawah Balai ini tidak menggunakan ijuk sebagai penutup atap
melainkan mengguakan material seng dari awal berdirinya. Seng sebagai penutup atap juga
dilapisi degan cat agar tidak mudah berkarat sehingga lebih tahan lama. Menurut kepala
keluarga yang menghuni Rumah Gadang ini menyatakan bahwa pemilihan material seng
sebagai penutup atap dengan alasan lebih mudah dari segi perawatan dan perbaikannya.
Selain itu saat ini seng lebih mudah untuk diperoleh dan harganya lebih murah dibandingkan
dengan ijuk yang jumlahnya semakin sedikit menyebabkan harganya lebih mahal. Dapat
dikatakan dari segi ekonomi peralihan penggunaan material ijuk menjadi seng lebih efektif.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Gambar 10: Material yang digunakan pada bagian utama Rumah Gadang Kaum Bawah Balai
Sumber: Dokumentasi pribadi
b. Sumber Daya (Resource)
Material yang digunakan pada Rumah Gadang ini merupakan material jadi yang siap
dipakai. Dengan cara ini waktu pengerjaan untuk mendirikan Rumah Gadang ini lebih
singkat dibandingkan dengan proses yang dilakukan untuk mendirikan Rumah Gadang pada
awalnya. Selain itu Rumah Gadang ini juga mengganti material alami dengan material
pabrikasi. Seperti penggantian material atap yang sebelumnya menggunakan ijuk diganti
dengan seng. Penggantian material ini selain lebih praktis dari segi pemasangan dan
perawatannya juga dapat didaur ulang dan tidak dibuang atau digunakan kembali.
Rumah Gadang Kaum Bawah Balai juga memanfaatkan kondisi dan gejala alam yang
terjadi pada lingkungan sekitarnya untuk menunjang kinerja ruang. Pada siang hari Rumah
Gadang ini memperoleh pencahayaan ruang alami yang cukup dari sinar matahari. Rumah
Gadang ini menyikapi arah datangnya sinar matahari dengan bukaan yang orientasi dominan
menghadap ke arah utara dan selatan. Dengan intensitas pencahayaan alami di dalam ruangan
Rumah Gadang yang dihasilkan membuat ruangan menjadi hangat dan terang. Cahaya
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
matahari lebih banyak masuk melalui serambi atau ruang tamu karena memiliki bukaan
paling luas.
Ditambah lagi dengan kayu sebagai material yang digunakan pada bagian utama
Rumah Gadang ini mampu menyikapi suhu lingkundan dengan baik. Pada saat suhu
lingkungan tinggi atau panas, suhu ruangan di dalam Rumah Gadang terasa lebih dingin.
Begitupun sebaliknya pada saat suhu lingkungan dingin, suhu di dalam ruangan Rumah
Gadang terasa lebih hangat. Hal ini disebabkan karena kayu memiliki daya hantar suhu yang
rendah.
Beberapa ruangan pada bagian belakang Rumah Gadang seperti ruang makan, kamar
mandi, serta kamar tidur ibu dan ayah lebih sedikit mendapatkan pencahayaan dibandingkan
dengan ruang pada bagian utama. Hal ini disebabkan karena elevasi lantai bagian belakang
yang lebih rendah dibandingkan dengan bagian utama Rumah Gadang sehingga menghalangi
cahaya matahari masuk dari arah utara. Selain itu luas bukaan pada ruangan-ruangan
belakang lebih kecil dibandingkan dengan ruangan pada bagian utama Rumah Gadang.
Gambar 11: Respon Rumah Gadang Kaum Bawah Balai terhadap Lingkungan
Sumber: Ilustrasi pribadi
c. Aspek Lingkungan
Lingkungan sekitar Rumah Gadang ini mampu mendukung kenyamanan berhuni
dalam Rumah Gadang. Letak Rumah Gadang yang menjauhi jalan raya mampu mengurangi
efek negatif polusi udara yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang dapat mengurangi
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
kualitas udara dalam Rumah Gadang. Ruang terbuka hijau pada lingkungan Rumah Gadang
ikut serta menjaga kualitas kesehatan lingkungan dan ruang Rumah Gadang. Dengan begitu
kesehatan lingkungan dan ruang berhuni dalam Rumah Gadang ini dapat terjaga dan
menciptakan kenyamanan berhuni.
Gambar 12: Diagram kesehatan lingkungan Rumah Gadang Kaum Bawah Balai
Sumber: Dokumentasi pribadi
Aktivitas sehari-hari penghuni Rumah Gadang menghasilkan limbah seperti air kotor,
dan sampah dapur. Sistem pembuangan air kotor pada Rumah Gadang ini sebagian besar
dibuang ke kolam ikan yang berada di samping Rumah Gadang. Air dari kolam-kolam ini
terus mengalir menuju kolam ikan lainnya yang banyak terdapat pada lingkungan sekitar
Rumah Gadang. Air bekas yang dihasilkan dari kegiatan mencuci dan mandi juga dibuang ke
kolam ikan dan juga melalui saluran pembuangan terbuka seperti selokan.
5.3 Perbandingan Sustainabilitas Arsitektur pada Studi Kasus
Berdasarkan analisis dari masing-masing studi kasus dapat dibandingkan kualitas
aspek-aspek sustainabilitas arsitektur Attmann (2010) yang diterapkan pada studi kasus.
Perbandingan tersebut disimpulkan ke dalam bentuk survey kualitatif oleh penulis sebagai
berikut:
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
Tabel 1: Perbandingan penerapan aspek-aspek sustainabilitas arsitektru antara Rumah Gadang Kaum
Dt. Amat Dirajo dan Rumah Gadang Kaum Bawah Balai
Sumber: Analisis Penulis
6. Kesimpulan
Pada pembahasan studi kasus, penulis melihat bahwa konsep sustainable architecture
telah diterapkan oleh masyarakat Minangkabau pada hunian tradisional mereka yaitu Rumah
Gadang. Beberapa aspek sustainable arhitecture juga dapat ditemukan pada Rumah Gadang
khususnya Rumah Gadang yang telah mengalami perubahan ruang. Pada studi kasus juga
ditemukan beberapa aspek lainnya dari sustainable architecture belum terpenuhi. Terlihat
dari ketahanan struktur dan material bangunan menghadapi kondisi dan gejala alam di
lingkungannya, perawatan material yang mudah dan ekonomis, pemanfaatan potensi tapak
yang maksimal melalui elemen-elemen ruang yang mendukung terciptanya kesehatan dan
kenyamanan berhuni sehingga dapat dikatakan layak untuk dihuni. Terdapat juga kontrol dari
lingkungan di sekitar Rumah Gadang yang menciptakan keamanan berhuni di dalam Rumah
Gadang.
Perubahan dan penambahan ruang yang terjadi pada Rumah Gadang berdasarkan
studi kasus berperan sebagai penunjang kebutuhan penghuni dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari di dalam Rumah Gadang.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017
7. Saran
1. Penggunaan material baru perlu diperhitungkan dalam pembangunan Rumah Gadang
mengingat ketersediaan sumber material alami yang biasa digunakan semakin
berkurang.
2. Perlu adanya perubahan dari masyarakat Minangkabau untuk mulai melakukan
pengolahan limbah dengan baik agar kesehatan lingkungan tetap terjaga dengan baik.
8. Daftar Referensi
Buku:
Attmann, Osman. (2010). Green Architecture: Advanced Technologies and Materials. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Navis, A.A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru. Indonesia: Grafiti Pers
Syafwandi. (1993). Arsitektur Tradisional Sumatera Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumber Jurnal/artikel:
Bartlett, Albert A. (2012). The Meaning of Sustainability. Vol 31 No1 2012, pg. 1
Artikel Internet:
Nasbahry, Couto. Morfologi Bentuk Bangunan Tradisi Minangkabau Sebagai Refleksi Budaya. 26 Juli 2010. Diakses tanggal 6 November 2016 pukul 14.00 WIB. http://visualheritageblog.blogspot.com/2010/12/morfologi-bentuk-bangunan-tradisi.html
Wawancara:
Thaib, Taufik. (2016, November 22). Personal Interview.
Sustainabilitas Arsitektur ..., Alhayatul Rifqih, FT UI, 2017