Suspensi Alukol

39
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA “Sediaan Suspensi Aluminium Hidroksida Koloidal” Disusun oleh: Meidina Istiqoma Agpriatin P17335113016 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

description

o

Transcript of Suspensi Alukol

Page 1: Suspensi Alukol

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

“Sediaan Suspensi Aluminium Hidroksida Koloidal”

Disusun oleh:

Meidina Istiqoma Agpriatin

P17335113016

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

2014

Page 2: Suspensi Alukol

SEDIAAN SUSPENSI ALUMINIUM HIDROKSIDA KOLOIDAL

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan Suspensi

Alumunium Hidroksida Koloidal

2. Menentukan hasil evaluasi sediaan Suspensi Alumunium Hidroksida

Koloidal.

II. PENDAHULUAN

Menurut USP30-NF25, suspensi adalah sediaan cair yang terdiri dari partikel

padat yang tersebar di seluruh fase cair di mana partikel-partikel yang tidak larut .

Bentuk sediaan secara resmi dikategorikan sebagai “Suspensi” ditetapkan jika

mereka tidak termasuk dalam kategori yang lebih spesifik lainnya dari suspensi ,

seperti suspensi oral, suspensi topikal , dll. Beberapa suspensi disiapkan dan siap

untuk digunakan, sementara yang lain dibuat sebagai campuran padat ditujukan

untuk konstitusi sebelum digunakan dengan pembawa yang tepat. Beberapa

suspensi disusun dalam bentuk steril dan digunakan sebagai suntikan, serta untuk

pemberian mata dan otic. Terdiri dua jenis, yaitu siap untuk digunakan atau

dimaksudkan untuk bentuk dengan jumlah yang ditentukan Air untuk injeksi atau

pengencer lain yang cocok sebelum digunakan melalui rutenya. Suspensi tidak

boleh disuntikkan intravena atau intratekal.

Suspensi berdasarkan cara pemberiannya:

a. Suspensi oral

Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

terdispersi dalam pembawa cair, dengan perasa yang cocok, dimaksudkan

untuk pemberian melalui mulut.

b. Suspensi topikal

Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat

terdispersi dalam pembawa cair, dimaksudkan untuk diaplikasikan pada

kulit

c. Suspensi tetes telinga

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel

micronized dimaksudkan untuk instalasi di telinga luar.

Page 3: Suspensi Alukol

d. Suspensi optalmik

Beberapa persyaratan suspensi yang terdapat dalam Farmakope Indonesia

Edisi III adalah zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat

mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi

kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah

dikocok dan dituang.

Suspensi obat suntik : harus mudah disuntikkan dan tidak boleh menyumbat

jarum suntik.

Suspensi obat mata : harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus,

jika disimpan dalam wadah dosis ganda, harus mengandung pengawet.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah

cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel.

Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.

Menurut Ilmu Resep, faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah:

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel

tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara

ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampang.

Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan

hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin luas

penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin luas

penampang partikel daya tekan keatas cairan semakin memperlambat

gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan

tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel tersebut.

2. Kekentalan (Viskositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan

tersebut, semakin kental suatu cairan semakin turun atau kecil. Kecepatan

aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi gerakan turunnya partikel

yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian dengan menambah

viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan

diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh

Page 4: Suspensi Alukol

terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat

dibuktikan “Hukum Stokes”.

V = d2 ( ρ−ρ0 ) g

η

keterangan : V : kecepatan aliran

d : diameter dari partikel

ρ : berat jenis dari partikel

ρ0 : berat jenis cairan

g : gravitasi

η : viskositas cairan

3. Jumlah partikel (konsentrasi)

Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka

partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering

terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan

terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar

konsentrasi partikel, semakin besar kemungkinan terjadinya endapan

partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat/muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam

campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada

kemungkinan terjadi interaksi antara bahan-bahan tersebut yang

menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat

bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat

mempengaruhinya.

Sistem pembentukan suspensi (Ilmu Resep, hal. 142-143)

a) Sistem flokulasi

Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat

megendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah

tersuspensi kembali.

Page 5: Suspensi Alukol

Sifat-sifat dari sistem flokulasi:

- Partikel merupakan agregat yang bebas.

- Sedimentasi terjadi cepat.

- Sedimen terbentuk cepat.

- Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah

terdispersi kembali seperti semula.

- Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi

cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

b) Sistem deflokulasi

Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk

sedimen, akan terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk cake yang keras

dan sukar tersuspensi kembali.

Sifat-sifat partikel deflokulasi:

- Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.

- Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel

mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.

- Sedimen terbentuk lambat.

- Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar

terdispersi lagi.

- Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam

waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas

berkabut.

Untuk Suspensi Alumunium Hidroksida Koloidal, dosis untuk anak-anak

adalah 125-250 mg Alumunium Hidroksida Koloidal dengan pemakaian sehari 3

kali dan dosis untuk dewasa adalah 250-500 mg Alumunium Hidroksida Koloidal

dengan pemakaian sehari 3 kali.

Karena Aluminium Hidroksida Koloidal memiliki sifat yang tidak dapat larut

dalam air dan etanol, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan cair dan ditujukan

juga untuk pasien yang sukar menerima obat dalam bentuk tablet atau kapsul,

maka dari itu dibuatlah sediaan dalam bentuk suspensi.

III. FORMULASI

1. Bahan aktif

Page 6: Suspensi Alukol

Zat Aktif Aluminium Hidroksida Koloidal

Struktur

Rumus

molekul

Titik lebur

Pemerian Serbuk halus mengandung sedikit gumpalan putih, tidak

berbau, dan tidak berasa.

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 80)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut

dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksi

berlebih.

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 80)

Stabilitas pH suspensi 4,0% b/v dalam air bebas karbondioksida P tidak

lebih dari 10,0.

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 80)

Inkompabilitas Natrium karboksimetilselulosa tidak kompatibel dengan solusi asam

kuat dan dengan garam larut dari besi dan beberapa logam lainnya,

seperti aluminium, merkuri, dan seng. Hal ini juga sesuai dengan

xanthan.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 120)

Keterangan

lain

-

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, pada suhu tidak lebih dari 25oC

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 81)

Page 7: Suspensi Alukol

Kadar

penggunaan

2. Magnesium Aluminium Silikat

Zat Aktif Magnesium Aluminium Silikat

Sinonim Aluminii magnesii silicas; aluminosilicic acid, magnesium

salt; aluminum magnesium silicate; Carrisorb; Gelsorb;

Magnabrite; magnesium aluminosilicate; magnesium

aluminum silicate, colloidal; magnesium aluminum silicate,

complex colloidal; Neusilin; Pharmasorb; silicic acid,

aluminum magnesium salt; Veegum.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 393)

Struktur

Rumus

molekul

Al2O5.4SiO2.4H2O

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 396)

Titik lebur -

Pemerian Campuran partikel dengan ukuran partikel koloid

montmorilonit dan saponite, bebas dari bijih non-swellable

gritand.

(British Pharmacopoeia 2009, hal. 248)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam alkohol, air, dan pelarut organik.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 395)

Stabilitas Magnesium aluminium silikat stabil tanpa batas bila disimpan

dalam kondisi kering. Stabil pada rentang pH yang luas,

memiliki kapasitas baseexchange, menyerap beberapa zat

organik, dan kompatibel dengan pelarut organik. Magnesium

Page 8: Suspensi Alukol

aluminium silikat harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

di tempat yang sejuk dan kering.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 395)

Inkompabilitas Karena sifat lembamnya, magnesium aluminium silikat

memiliki beberapa yang tidak kompatibel tetapi pada

umumnya tidak cocok untuk larutan asam pada pH di bawah

3,5. Magnesium aluminium silikat, seperti tanah liat lainnya,

mungkin menyerap beberapa obat. Hal ini dapat

mengakibatkan bioavailabilitas rendah jika obat ini terikat erat

atau lambat desorbed, misalnya amfetamin sulfat, tolbutamide,

warfarin sodium, diazepam, dan natrium diklofenak.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 395 - 396)

Keterangan

lain

-

Penyimpanan Magnesium aluminium silikat harus disimpan dalam wadah

tertutup baik, di tempat yang sejuk dan kering.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 395)

Kadar

penggunaan

Suspending agent (oral) : 0,5% – 2,5%

Suspending agent (topikal) : 1% - 10%

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 394)

3. Methylparaben

Zat Methylparaben

Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid

methyl ester; metagin; Methyl Chemosept; methylis

parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl

Parasept; Nipagin M; Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23.

Page 9: Suspensi Alukol

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 441)

Struktur

(British Pharmacopoeia 2009, hal. 3853)

Rumus

molekul

C8H8O3

(British Pharmacopoeia 2009, hal. 3853)

Titik lebur Antara 125oC dan 128oC

(Japanese Pharmacopoeia 15, hal. 878 (Pdf: 895))

Pemerian Kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih. Tidak berbau

atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit membakar.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 442)

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam alkohol

dan metanol.

(British Pharmacopoeia 2009, hal. 3853)

Stabilitas Larutan mengandung air methylparaben pada pH 3-6 dapat

disterilisasi dengan autoklaf pada 120oC selama 20 menit,

tanpa dekomposisi. Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari

10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar.

Methylparaben harus disimpan dalam wadah tertutup baik

dalam suhu kering dan sejuk.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 443)

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba methylparaben dan paraben lainnya

sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti

polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization. Namun,

propilenglikol (10%) telah ditunjukkan untuk mempotesiansi

Page 10: Suspensi Alukol

aktivitas antimikroba paraben di hadapan nonionik surfaktan

dan mencegah interaksi antara methylparaben dan polisorbat

80. Ketidakcocokan dengan bahan lain, seperti bentonit,

magnesium, trisilikat, bedak, tragakan, natrium alginat,

minyak atsiri, sorbitol, dan atropin telah dilaporkan.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 443)

Keterangan

lain

-

Penyimpanan Wadah tertutup baik.

(Japanese Pharmacopoeia 15, hal. 879 (Pdf: 896))

Kadar

penggunaan

Pengawet antimikroba untuk larutan oral dan suspensi : 0,015

– 0,2 %

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 442)

4. Propylparaben

Zat Aktif Propylparaben

Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl

ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;

propyl butex; Propyl Chemosept; propylis

parahydroxybenzoas; propyl phydroxybenzoate; Propyl

Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 596)

Struktur

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 596)

Page 11: Suspensi Alukol

Rumus

molekul

C10H12O3

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 596)

Titik lebur 96oC – 99oC

(Japanese Pharmacopoeia 15, hal. 1039 (Pdf : 1056))

Pemerian Serbuk putih, kristalin, tidak berbau dan tidak berasa.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 596)

Kelarutan Mudah larut dalam aseton, larut dalam etanol (95%) 1:1,1 dan

etanol (50%) 1:5,6 ; mudah larut dalam eter 1:10, gliserin

1:250, larut dalam minyak mineral 1:3330, larut dalam minyak

kacang 1:70, propilenglikol 1:3,9, air 1:2500; 1:4350 (dalam

suhu 15º C); 1:225 (dalam suhu 80º C).

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 597)

Stabilitas Larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan

autoklaf pada suhu 120º C selama 20 menit, tanpa penguraian.

Larutan pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% penguraian)

untuk sekitar selama 4 tahun dengan suhu ruangan, selain itu

larutan pada pH 8 atau lebih cenderung lebih cepat

terhidrolisis (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari

penyimpanan pada suhu ruangan).

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 597)

Inkompabilitas Aktifitas antimikroba atau metilparaben dan paraben lainnnya

akan sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik,

sebagai hasilnya dari micellazation. Propilparaben berubah

warna dengan adanya zat besi dan terjadi hidrolisis dengan

basa lemah dan asam kuat.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 597)

Page 12: Suspensi Alukol

Keterangan

lain

-

Penyimpanan Wadah tertutup baik

(Japanese Pharmacopoeia 15, hal. 1039 (Pdf : 1056))

Kadar

penggunaan

Oral solutions and suspensions : 0.01% – 0.02%

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 596)

5. Propilenglikol

Zat Propilenglikol

Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol; methyl

ethylene glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol;

propylenglycolum.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 592)

Struktur

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 592)

Rumus

molekul

C3H8O2

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 592)

Titik lebur -59o C

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 592)

Pemerian Jernih, tidak berwarna, kental, praktis, tidak berbau, agak

manis, rasa sedikit tajam menyerupai gliserin

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 592)

Kelarutan Terlarut campur dengan aseton, kloroform, etanol (95%),

Page 13: Suspensi Alukol

gliserin, dan air, larut dalam 6 bagian eter, tapi akan

melarutkan beberapa minyak esensial.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 592)

Stabilitas Stabil pada suhu dingin, stabil dalam wadah tertutup baik, tapi

pada suhu tinggi, ditempat terbuka, ia cenderung untuk

mengoksidasi sehingga menimbulkan produk seperti propional

dehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat.

Propilenglikol secara kimiawi stabil saat dicampur dengan

etanol (95%), gliserin, atau air, larutan berair dapat disterilisasi

dengan autoklaf

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 592)

Inkompabilitas Propilenglikol tidak cocok dengan zat pengoksidasi seperti

kalium permanganat.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 593)

Keterangan

lain

-

Penyimpanan Wadah kedap.

(Japanese Pharmacopoeia 15, hal 1040 (Pdf : 1057))

Kadar

penggunaan

Pelarut atau kosolven larutan oral : 10 – 25%

Pengawet : 15 – 30%

(Farmakope Indonesia Ed. III 1979, hal. 534)

6. Sakarosa

Zat Sakarosa

Sinonim Gula bit; gula tebu; a-D-glucopyranosyl-b-D-fructofuranoside;

refined sugar; sakarosa; saccharum; gula.

Page 14: Suspensi Alukol

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 703)

Struktur

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 703)

Rumus

molekul

C12H22O11

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 703)

Titik lebur 160 oC –186oC

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 704)

Pemerian Kristal, tidak berwarna, massa seperti kristal, atau blok, atau

sebagai bubuk kristal putih, tidak berbau dan memiliki rasa

manis.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 704)

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air

mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam

kloroform dan dalam eter.

(Farmakope Indonesia Ed. IV 1995, hal. 762)

Stabilitas Memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan pada

moderat kelembapan relaif.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 704)

Inkompabilitas Bubuk sukrosa dapat terkontaminasi dengan adanya logam

berat yang dapat menyebabkan ketidak sesuaian dengan bahan

aktif. Sukrosa juga dapat terkontaminasi dengan sulfit dari

Page 15: Suspensi Alukol

proses pemurnian/penyulingan. Batas maksimum untuk

konten sulfit, dihitung sebagai sulfur adalah 1ppm.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 706)

Keterangan

lain

-

Penyimpanan Wadah tertutup baik.

(Japanese Pharmacopoeia 15, hal 1121 (Pdf : 1138))

Kadar

penggunaan

Sirup untuk formulasi cairan oral : 67%

Sebagai sweetening agent : 67%

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 704)

7. Oleum Menthae Piperitae

Zat Aktif Oleum Menthae Piperitae

Sinonim Minyak permen

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 458)

Pemerian Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan,

bau atomatik, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin.

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 458)

Kelarutan Dalam etanol larut dalam 4 bagian volume etanol (70%) P

opalesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan

yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1N

pada campuran 0,5 ml natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 458)

Penyimpanan Wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya.

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 458)

Page 16: Suspensi Alukol

Kadar

penggunaan

Zat tambahan, karminativum.

(Farmakope Indonesia III 1979, hal. 458)

8. Aqua

Zat Aqua

Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766)

Struktur

(Kimia Untuk SMA Kelas XI, hal. 85)

Rumus

molekul

H2O

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766)

Titik lebur 0oC

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766)

Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766)

Kelarutan Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766)

Stabilitas Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas).

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766)

Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang

rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air

atau kelembapan) pada peningkatan temperatur. Air bereaksi

secara kuat dengan logam alkali dan bereaksi cepat dengan

Page 17: Suspensi Alukol

logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida dan

magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam

anhidrat menjadi bentuk hidrat.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 768)

Keterangan

lain

-

Penyimpanan Wadah yang dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme

dan mecegah kontaminasi.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766-768)

Kadar

penggunaan

Pelarut.

(HOPE Edisi 6 2009, hal. 766)

IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN

No. Permasalahan Penyelesaian

1. Aluminium Hidroksida

Koloidal praktis tidak larut

dalam air dan etanol.

Karena Aluminium Hidroksida Koloidal

praktis tidak larut dalam air dan etanol,

maka sediaan dibuat suspensi dengan

menambahkan suspending agent untuk

mendispersikan Aluminium Hidroksida

Koloidal. Suspending agent yang

digunakan adalah Magnesium

Aluminium Silikat.

2. Aluminium Hidroksida

Koloidal tidak berasa.

Karena Aluminium Hidroksida Koloidal

tidak berasa, sedangkan sediaan akan

dibuat oral, maka untuk meningkatkan

akseptebel pasien ditambahkanlah

sweetening agent. Zat yang digunakan

adalah Sirupus simplex.

3. Penambahan Sirupus Karena dalam sediaan terdapat Sirupus

Page 18: Suspensi Alukol

simplex dalam jumlah

tertentu akan mengakibatkan

terjadinya cap-locking pada

leher botol.

simplex yang berpotensi terjadi cap-

locking pada leher botol, maka untuk

mencegah hal tersebut ditambahkanlah

anti cap-locking agent dengan

menggunakan Propilenglikol.

4. Aluminium Hidroksida

Koloidal berbentuk serbuk

dan sedikit menggumpal.

Ditambahkan zat pembasah untuk

mengurangi tegangan dengan air. Zat

yang digunakan adalah Propilenglikol.

5. Digunakan untuk pemakaian

jangka panjang dan juga

karena penambahan

Aquadestilata sebagai

pelarut, maka

memungkinkan akan terjadi

pertumbuhan mikroba.

Untuk mencegah terjadinya kerusakan

sediaan karena pertumbuhan mikroba,

maka digunakan pengawet agar sediaan

bertahan dalam keadaan stabil dalam

jangka panjang. Zat yang digunakan

adalah Methylparaben dan

Propylparaben.

6. Methylparaben dan

Propylparaben memiliki sifat

sangat sukar larut dengan

air.

Digunakan Propilenglikol untuk

melarutkan Methylparaben dan

Propylparaben.

7. Sediaan berwarna putih dan

tidak berbau.

Untuk meningkatkan akseptebel pasien,

maka digunakan perasa dan pewarna

agar sediaan terlihat lebih menarik. Zat

yang digunakan adalah Oleum Menthae

Piperitae sebagai perasa dan Mellon

Essence sebagai pewangi dan pewarna.

V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1.Aluminium Hidroksida

Koloidal5 %

Zat aktif

Antasida (Farmakope Indonesia

III 1979, hal 81)

Page 19: Suspensi Alukol

2.Magnesium Aluminium

Silikat1,5 %

Suspending agent (HOPE Ed.6

2009, hal. 393)

3. Methylparaben 1,18 %Pengawet antimikroba (HOPE

Ed.6 2009, hal. 441)

4. Propylparaben 0,02 %Pengawet antimikroba (HOPE

Ed.6 2009, hal. 596)

5. Propilenglikol 10 %

Water-miscible cosolven,

humektan (HOPE Ed.6 2009, hal.

592)

6. Sirupus simplex 20 %Pemanis dan pengental (HOPE

Ed.6 2009, hal. 703)

7. Oleum menthae piperitae Qs Perasa.

8. Mellon essence Qs Perasa, pewarna, dan pewangi.

9. Aquadestilata Ad 100%Pelarut (HOPE Ed.6 2009, hal.

766)

VI. PENIMBANGAN

Penimbangan

Dibuat sediaan 3 botol (@ 150 ml) = 450 ml ~ 500 ml

1. Aluminium Hidroksida Koloidal = 5 gram100 ml

× 500 ml = 25 gram

2. Magnesium Aluminium Silikat = 1,5 gram100 ml

× 500 ml = 7,5 gram

Aquadest panas untuk mengembangkan Magnesium Aluminium Silikat

= 12 × 7,5 gram = 90 ml

3. Methylparaben = 0,18 gram

100 ml × 500 ml = 0,9 gram

Propilenglikol untuk melarutkan methylparaben = 5 × 0,9 gram = 4,5

ml ~ 5 gram

4. Propylparaben = 0,02 gram

100 ml × 500 ml = 0,1 gram

Propilenglikol untuk melarutkan methylparaben = 3,9 × 0,1 gram =

0,39 ml ~ 1 gram

Page 20: Suspensi Alukol

5. Propilenglikol = 10 gram100 ml

× 500 ml = 50 gram – (5 + 1) gram = 44 gram

6. Sirupus simplex = 20 gram100 ml

× 500 ml = 100 gram

Sakarosa = 65 gram100 ml

× 100 gram = 65 gram

Aquadestilata ad 100 ml

7. Oleum menthae piperitae = secukupnya

8. Mellon essence = secukupnya

9. Aquadestilata ad 500 ml (± 260)

No

.Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang

1. Aluminium Hidroksida

Koloidal

25 gram

2. Magnesium Aluminium

Silikat

7,5 gram

3. Methylparaben 900 mg

4. Propylparaben 100 mg

5. Propilenglikol 50 gram

6. Sirupus simplex 100

7. Oleum menthae piperitae Secukupnya (± 15 tetes)

8. Mellon essence Secukupnya (± 25 tetes)

9. Aquadestilata Ad 500 ml (± 260 ml)

VII. PROSEDUR PEMBUATAN

A. Penaraan botol

1. Masukkan air keran sebanyak 152 ml pada gelas ukur, tuangkan air

tersebut pada wadah botol 200 ml.

2. Tandai batas kalibrasi, air keran yang ada dalam botol dibuang,

kemudian bilas dengan aquadest sebanyak 3 kali, lalu botol dikeringkan

di atas serbet.

B. Penaraan beaker glass utama

Page 21: Suspensi Alukol

1. Masukkan air keran sebanyak 500 ml pada gelas ukur, tuangkan air

tersebut pada beaker glass.

2. Tandai batas kalibrasi, buang air keran yang ada di dalam beaker glass,

kemudian bilas dengan aquadest sebanyak 3 kali dan keringkan beaker

glass di atas serbet.

C. Penaraan beaker glass untuk pembuatan sirupus simplex

1. Masukkan air keran sebanyak 200 ml pada gelas ukur, tuangkan air

tersebut pada beaker glass.

2. Tandai batas kalibrasi, buang air keran yang ada di dalam beaker glass,

kemudian bilas dengan aquadest sebanyak 3 kali dan keringkan beaker

glass di atas serbet.

D. Pembuatan sirupus simplex

1. Menimbang sakarosa sebanyak 130 gram di dalam beaker yang sudah

dikalibrasi.

2. Tambahkan aquadest sebanyak 200 ml, kemudian panaskan hingga

sakarosa melarut dengan sempurna.

3. Larutan tersebut kemudian disaring dengan menggunakan kain batis.

4. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil sebanyak 150 ml.

E. Pembuatan

1. Mengukur aquadest sebanyak 100 ml di dalam gelas ukur, kemudian

masukan ke dalam beaker glass, panaskan hingga mendidih di atas

penangas air. Ambil 90 ml ke dalam gelas ukur.

2. Menimbang Magnesium Aluminium Silikat sebanyak 7,5 gram.

Masukan ke dalam beaker glass, tambahkan aquadest panas 90 ml,

aduk sampai terbentuk mucilago.

3. Menimbang Aluminium Hidroksida Koloidal sebanyak 25 gram,

masukan ke dalam mortir, gerus sampai halus.

4. Menimbang Propilenglikol sebanyak 44 gram, masukan sedikit demi

sedikit ke dalam mortir, gerus sampai Aluminium Hidroksida

Koloidal terbasahi.

5. Masukan mucilago Magnesium Aluminium Silikat ke dalam mortir,

gerus sampai homogen dan terbentuk korpus suspensi. Pindahkan ke

dalam beaker glass utama.

Page 22: Suspensi Alukol

6. Menimbang Methylparaben sebanyak 900 mg, masukan ke dalam

beaker glass (2).

7. Menimbang Propilenglikol sebanyak 5 gram, masukan ke dalam

beaker glass (2), aduk sampai larut. Masukan ke dalam beaker glass

utama, cuci beaker glass (2) dan bilas sebanyak 3 kali dengan

aquadest.

8. Menimbang Propylparaben sebanyak 100 mg, masukan ke dalam

beaker glass (2).

9. Menimbang Propilenglikol sebanyak 1 gram, masukan ke dalam

beaker glass (2), aduk sampai larut. Masukan ke dalam beaker glass

utama, cuci beaker glass (2) dan bilas sebanyak 3 kali dengan

aquadest.

10. Tambahkan 100 ml sirupus simplex yang sudah diukur di dalam gelas

ukur sebelumnya ke dalam beaker glass utama (1), aduk hingga

homogen.

11. Tambahkan Oleum Menthae Piperitae sebanyak ± 15 tetes ke dalam

beaker glass utama, aduk hingga homogen.

12. Tambahkan Mellon Essence sebanyak ± 25 tetes ke dalam beaker

glass utama, aduk hingga homogen.

13. Tambahkan aquadest sampai batas kalibrasi, aduk sampai homogen.

14. Sediaan yang telah homogen tersebut dimasukkan ke dalam botol 200

ml yang telah ditara hingga batas penaraan 152 ml, lalu botol ditutup

dan diberi etiket.

VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

1. Uji Organoleptik

No Jenis

evaluasi

Prinsip evaluasi Jumlah

sampelHasil pengamatan Syarat

1. Organolepti

ka

Evaluasi

organoleptika

dilakukan dengan

cara sediaan

3 botol Pada botol 1 dan 2

tidak terdapat

perubahan bau,

rasa, dan warna.

Tidak

terjadi

pertumbuh

an bakteri

Page 23: Suspensi Alukol

dituang dalam

beaker glass,

kemudian diamati

warna dengan

indera

penglihatan, bau

dengan indera

penciuman, dan

rasa indera

pengecap.

Warna sediaam

pada botol 3, tidak

terjadi perubahan,

tetapi terjadi

perubahan dari

rasa dan bau.

atau jamur,

penurunan

mutu dan

kerusakan

lainnya

dari

larutan.

2. Uji pH

Evaluasi uji pH

dilakukan dengan

cara mencelupkan

kertas lakmus ke

dalam larutan yg

akan diuji,

kemudian

membandingkan

perubahan warna

pada kertas

lakmus dengan

kertas indikator

universal untuk

menentukan pH

larutan.

3 botol

Pada botol 1, 2,

dan 3 memiliki pH

yang stabil dari pH

2 minggu

sebelumnya. Botol

1, 2, dan 3

memiliki pH 8.

Maksimal

jarak

perubahan

pH adalah

1.

Page 24: Suspensi Alukol

3.Volume

terpindahka

n

Evaluasi volume

terpindahkan

dilakukan dengan

cara

memindahkan

larutan dalam

botol ke dalam

gelas ukur yang

kering dengan

ukuran tidak lebih

dari dua setengah

kali secara hati-

hati agar tidak

terjadi

pembentukan

gelembung.

Kemudian

diamkan tidak

lebih dari 30

menit, amati

volume larutan

pada gelas ukur.

1 botol, 3

kali

replikasi.

Botol

Berat

sediaan

(Berat

sediaan

total –

berat

botol

kosong)

Volume

larutan

ketika

dipindahka

n ke wadah

lain,

jumlah

sediaan

tidak

kurang dari

95% dan

tidak lebih

dari 100%

dari

volume

yang

diinginkan.

Replikas

i 1

167,384

gram

Replikas

i 2

159,828

gram

Page 25: Suspensi Alukol

Replikas

i 3

155,253

gram

4.

Uji berat

jenis

Untuk

menentukan berat

jenis sediaan

dengan

menggunakan alat

piknometer.

1 botol 3

kali

replikasi

Botol

Berat

jenis

sediaan

(BJ❑

Repilkas

i 11,0765

Replikas

i 21,0858

Replikas

i 31,0940

5.

Uji

Viskositas

Evaluasi uji

kejernihan

dilakukan dengan

cara

pemerikasaan

visual meliputi

pengamatan

kejernihan

terhadap

campuran larutan.

1 botol, 3

replikasi

BotolViskosit

as

Zat

terdispersi

secara

sempurna,

tidak ada

endapan,

dan jika

ada serat

tidak boleh

lebih dari

60%.

Botol 1

Botol 2

Botol 3

Page 26: Suspensi Alukol

Uji Viskositas

Berat kelereng = 19,348 gram

Waktu botol 1 = 1,91”

Waktu botol 2 = 1,92”

Waktu botol 3 = 1,58” (tidak ikut di rata-ratakan)

Rata-rata waktu = 1,915”

1 2 3 Rata-rata Berat

kelereng

Sorbitol 8,27” (tdk

ikut dirata-

ratakan)

7,31” 7,51” 7,41” 19,348

gram

Glycerin 24,48” 23,27” 23,51” 23,39” 19,759

gram

Parrafin

liquidum

6,00” 5,59” 6,00” 5,86” 19,655

gram

Konsentrasi Viskositas Sorbitol 10 – 80% di 25oC 1,2 – 900 cP → 200cP

Konsentrasi Viskositas Glycerin 5 – 83% di 20oC = 1,143 – 111,0cP

Konsentrasi Viskositas Parrafin liquidum di 20oC 110 – 230cP → 170cP

Perbandingan Viskositas

Dengan Parrafin liquidum ¿ 1,9155,86

×170 cP=57,8 cP∗¿

Dengan Sorbitol ¿ 1,9157,41

×200 cP=¿55,06 cP *

Rata-rata = 56,43 cP *

Page 27: Suspensi Alukol

IX. PEMBAHASAN

X. KESIMPULAN

Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

XI. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III,

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Rowe, Raymond C., Paul J, Sheskey., & Marian E, Quinn. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition., London : Pharmaceutical Press.

Tjai, T.H., Rahardja K. 2008. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan

Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Page 28: Suspensi Alukol

Goodman, A., Gilman, H. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi kesepuluh.

Volume 1. Jakarta: EGC.

Japanese Pharmacopoeia Committee. 2006. The Japanese Pharmacopoeia.

Fifteenth Edition. Tokyo: The Ministry of Health, Labour and Welfare.

Syamsuni, Drs. H. A. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

British Pharmacopeia Commission., British Pharmacopeia 2009, The Stationery

Office Limited, London, 2009.

The United State Pharmacopeial Convention. 2007. USP30-NF25 Pharmacopeia

The Standard of Quality. United States.

Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and Dispensing.

London: Pharmaceutical Press.

Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutic The Science of Dosage Form Design. Hongkong:

ELBS.

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

-