SURGERY CLASS Part 4
Transcript of SURGERY CLASS Part 4
SURGERY CLASS Part 4
28 November 2020
Curriculum Vitae
Nama : Dr. Dion Faisal, Sp.B FICS
TTL : Balikpapan, 31 Mei 1985
Istri & anak :
Dr. Dian Manggiasih
Muhammad Nabil
Muhammad Dhafin
Pendidikan :
S1 Kedokteran Umum FK Unmul 2009
Spesialis Bedah Umum FK Unair 2018
Fellow International Colleague of Surgeon 2020
Pekerjaan :
Kepala SMF Bedah, Subkomite Mutu RSUD Tarakan
BUKU BEDAH GRATIS???
Telegram https://t.me/joinchat/H98ar0DCkng16V57nkxD-w
PEMBAHASAN
An. D, 9 tahun datang ke dokter setelah terjatuh di kebun saat bermain bersama
teman. Menurut pasien, pasien jatuh menumpu pada tangan kanan. Pada
pemeriksaan tanda vital ditemukan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan fraktur pada distal radius yang mirip dengan
bentukan garpu. Diagnosis yang tepat untuk kasus ini adalah
a. Fraktur colles
b. Fraktur montegia
c. Fraktur smith
d. Fraktur humerus shaft
e. Dislokasi humerus
Colles vs Smith Fracture
Pada fraktur distal radius, nervus apakah yang paling mungkin rusak akibat
trauma?
a. Nervus axillaris
b. Nervus deltoideus
c. Nervus medianus
d. Nervus policis
e. Nervus olekranon
www.orthobullets.com
Tatalaksana pembedahan pada fraktur radial head dilakukan jika terdapat
a. Fraktur greenstick
b. Fraktur dengan osteoporosis
c. Fraktur di daerah lain
d. Displaced fracture
e. Edema pada lokasi fraktur
ORIF DISTAL RADIUS
• Radiographic findings indicating instability
• Dorsal angulation > 5° or > 20° of contralateral distal radius
• Volar or dorsal comminution
• Displaced intra-articular fractures > 2mm
• Radial shortening > 5mm
• Associated ulnar fracture
• Severe osteoporosis
• Articular margin fractures (dorsal and volar Barton's fractures)
• Comminuted and displaced extra-articular fractures (Smith's fractures)
• Die-punch fractures
• Progressive loss of volar tilt and radial length following closed reduction and casting
An. D, 12 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada kaki kanan. Nyeri disertai
dengan bengkak dan muncul semakin memberat sejak 3 bulan yang lalu. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan masa pada saat palpasi di daerah yang nyeri. Pada
pemeriksaan penunjang ditemukan Sunburst appearance pada proksimal.
Diagnosis yang paling mendekati adalah
a. Osteosarcoma intrameduler
b. Osteosarcoma intraaksial
c. Closed fracture
d. Juvenile osteoporosis
e. Juvenile osteoarthritis
INTRAMEDULLARY OSTEOSARCOMA
• The most common primary sarcoma of bone
• Usually occurs in children and young adults
• bimodal distribution of occurrence (majority occur in the second decade of life, second peak in occurrence is in elderly patients with Paget's disease)
• Most common site is the distal femur and proximal tibia
• Other common sites include proximal humerus, proximal femur, and pelvis
Pada Osteosarcoma Intramedular pemeriksaan berikut ini perlu dilakukan untuk
mencari metastasis
a. CT Scan thoraks
b. CT scan kepala
c. USG intracranial
d. USG tumor primer
e. Doppler pada tumor primer
CT vs X-Ray
• Lung metastases were detected by chest X-ray in 100 (47%) patients, by CT in 112 (52%) and by symptoms in 3 (1%)
• In conclusion, in patients with osteosarcoma of the extremity a follow-up strategy based on chest CT allows a higher rate of second complete remission and significantly improves prognosis with a higher probability of post relapse and overall survival when compared to surveillance based on chest X-ray.
Paioli, Anna et al. “Osteosarcoma follow-up: chest X-ray or computed
tomography?.” Clinical sarcoma research vol. 7 3. 14 Feb. 2017, doi:10.1186/s13569-017-0067-5
Tn. D, 26 tahun seorang pekerja bangunan. Datang dengan keluhan nyeri pada
punggung setelah terjatuh dari ketinggian 3 meter saat memperbaiki atap rumah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan berbagai jejas pada tulang belakang regio
cervical dan thorakal. Pada primary survey tidak ditemukan kegawatan berarti.
Pemeriksaan penunjang selanjutnya yang cepat dan akurat yang perlu dilakukan
untuk menilai trauma tulang belakang adalah
a. Sonografi
b. Foto polos
c. CT Scan
d. Distal doppler
e. DL Serial
Pada trauma spinal, stabilitas dari spine harus dinilai dan pasien diimobilisasi
hingga tulang belakang dikatakan aman.
CT Scan adalah pemeriksaan yang lebih unggul dibandingkan dengan foto polos
spinal.
Pada pasien dengan ankylosing spondylitis, MRI adalah pemeriksaan yang lebih
unggul karena dapat menilai adanya occult fracture dan pendarahan epidural.
SUMBER: Schwartz’s Principles of Surgery Halaman 1900
Tatalaksana fraktur compresi pada C4 adalah
a. Reduksi terbuka
b. Reduksi tertutup
c. Cervical brace + analgesic
d. Internal fixation
e. External fixation
CERVICAL FRACTURE
• Radiographic description classification (of subaxial spine injuries) more commonly used in clinical setting. Must determine if there is a posterior ligamentous injury so MRI often important
• includes • compression fracture • burst fraction • flexion-distraction injury • facet dislocation (unilateral or
bilateral) • facet fracture
• Symtoms: incomplete vs. complete cord injury
Compression Fracture
• Characterized by • compressive failure
of anterior vertebral body without disruption of posterior body cortex and without retropulsion into canal
• often associated with posterior ligamentous injury
Cervical Fracture Nonoperative Management
• collar immobilization for 6 to 12 weeks
• Indications:
• stable mild compression fractures (intact posterior ligaments & no significant kyphosis)
• anterior teardrop avulsion fracture
• external halo immobilization
• indications
• only if stable fracture pattern (intact posterior ligaments & no significant kyphosis)
Pemeriksaan colonocopy pada ulseratif colitis fase krnois akan menunjukkan
a. Edema mukosa
b. Edema sel
c. Ulserasi
d. Bakteri S. epidermidis
e. Masa mobile
IBD (UC vs CD)
Qin Ouyang, Rakesh Tandon. Management consensus of inflammatory bowel disease for the Asia-Pacific region Journal of Gastroenterology and Hepatology 21(12):1772-82
IBD (UC vs CD)
Berikut ini merupakan indikasi untuk pembedahan emergensi pada ulseratif colitis
a. Pendarahan ringan
b. Toxic megaduodenum
c. Fulminan colitis
d. Obstruksi bowel
e. Berhasil dengan terapi obat
Pembedahan pada ulseratif colitis
• Indikasi:
• Pendarahan hebat yang mengancam nyawa
• Megacolon toksik
• Colitis fulminant yang tidak merespon dengan baik dengan tatalaksana farmakologis diterapi secara agresif dengan rehidrasi, antibiotic spektrum rual, kortikosteroid dan pengistirahatan usus.
Pada pasien yang menderita komplikasi ulseratif kolitis seperti toxic megacolon,
tatalaskana pembedahan apa yang dilakukan
a. Duodenostomi
b. Total abdominal colectomy with end ileostomy
c. Colostomi
d. Pelvic diseection
e. Duodenostomi with colostomy
Ny K, 35 tahun, datang dengan keluhan mual dan muntah, serta nyeri perut.
Keluhan mual dan muntah muncul sejak 3 jam yang lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri abdomen di seluruh lapang perut dan distensi abdomen. Demam
juga ditemukan disertai dengan leukositosis pada pemeriksaan darah lengkap. Jika
dokter mencurigai penyakit pasien sebagai sigmoid volvulus, pemeriksaan
penunjang yang seharusnya dilakukan adalah
a. Laju endap darah
b. Foto polos abdomen
c. Foto polos thoraks
d. CRP
e. PSA
VOLVULUS
• Berasal dari Bahasa latin volvere (“to twist”).
• Volvulus kolon terjadi ketika sebagian kolon terpeluntir pada mesenteriumnya, menyebabkan obstruksi kolon (5%) akut, subakut, atau kronik.
• Volvulus kolon: sigmoid (80%), cecum (15%), kolon transversum (3%), & flexura lienalis (2%)
ETIOLOGI
• Sembelit (konstipasi) kronis atau diet terlalu tinggi serat loop sigmoid kelebihan beban rentan terhadap torsi di sepanjang sumbu mesenteriumnya.
• Uterus gravid & tumor pelvis mengubah posisi relatif organ predisposisi volvulus.
• Radang kronis ringan di dasar mesenterium & loop sigmoid pembentukan jaringan adhesive loop sigmoid permanen menjadi konfigurasi seperti paddle predisposisi torsi berulang.
• Penyebab yang jarang: adhesi postop, herniasi internal, intussusepsi, malrotasi, & karsinoma.
BOF Supine:
Distribusi gas usus sangat meningkat, dominan large intestine
Coffee bean sign +
Fecal material colon ascenden
Gasless di pelvis
Tatalaksana sigmoid volvulus pada pasien yang tidak menunjukkan gambaran
gangrene atau peritonitis adalah dengan resusitasi cairan dilanjutkan dengan
a. Detorsio manual dengan laparotomi
b. Detorsio dengan laparoskopi
c. Detorsio dengan endoskopi
d. Detorsio dengan bariu
e. Laparotomi eksplorasi
Manajemen Volvulus
• Dekompresi endoskopik saja (rekurensi 50%)
• Dekompresi endoskopik dilanjutkan reseksi anastomosis setelah 48-72 jam
• Reseksi & Hartman procedure pada kasus peritonitis atau iskemik
• Sigmoidopeksi & plikasi mesenteric rekurensi ↑, jarang dikerjakan
Pada volvulus sigmoid, tatalaksana pembedahan diperlukan jika pada endoskopi
terdapat
a. Mukus
b. Feses
c. Mukosa nekrotik
d. C. Jejuni
e. S. Aureus
Tatalaksana yang dilakukan pada volvulus caecal adalah
a. Detorsi manual dengan endoskopi
b. Detorsi manual dengan proktoskopi
c. Detorsi dengan laparoskopi
d. Hemikolektomi dekstra
e. Hemikolektomi dengna kolostomi
Tn. J, 65 tahun datang dengan keluhan berak darah sejak 6 bulan yang lalu. Berak
darah disertai dengan berak yang tidak teratur yang hilang timbul. Terkadang
disertai dengan nyeri perut, dan perut terasa kembung. Berat badan pasien juga
turun sebanyak 15 kg pada 6 bulan terakhir. Pada pemeriksaan abdomen tampak
distensi abdomen, dan teraba masa multiple. Pada pemeriksaan colok dubur
ditemukan feses berdarah, dan masa yang berdungkul-dungkul serta rapuh.
Diagnosis yang paling mendekati adalah
a. Kanker kolorektal
b. BPH
c. Karsinoma bulli
d. Ulseratif kolitis
e. Penyakit Crohn
Untuk menentukan staging pada karsinoma kolorektal, digunakan system TNM
yaitu Tumor, Nodal Stage, dan metastasis. Jika tumor sudah menginvasi
submucosa, maka staging untuk tumor tersebut adalah
a. T1
b. T2B
c. T3
d. T4
e. T5
Pemeriksaan penunjang radiologis pada karsinoma rektal yang diperlukan untuk
memprediksi staging preoperative adalah
a. USG endorectal
b. MRI Thoraks
c. CT Scan abdomen non kontras
d. Biopsi tumor
e. Sediaan makros tumor
• Staging yang digunakan: TNM staging
• Trans Rectal Ultrasonography (TRUS) is a highly accurate preoperative staging tool for rectal cancer. In other words, it shows high accuracy in determining the depth of wall penetration and high percent accuracy in assessing regional lymph nodes. It is safe and well tolerated than other imaging modalities by the patients.
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun datang dibawa ibunya karena ada benjolan
di perut kanan atas. Ibu baru mengetahuinya 1 minggu yang lalu saat
menggantikan baju anak. Benjolan tidak sakit. Tidak ada keluhan lain, namun
menurut ibu anak terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Pada pemerksaan lab
didapatkan AFP meningkat. Fungsi hati dan bilirubin dalam batas normal.
Diagnosis yang paling mungkin adalah
a. Atresia bilier
b. Cholangitis
c. Sirosis hepatis
d. Hepatoblastoma
e. Ca caput pancreas
HEPATOBLASTOMA
• Hepatoblastoma is the most common primary malignant liver tumor in children under four years of age who usually present with painless abdominal mass and raised AFP. It is tumor of embryonic origin.
• Most cases are seen during the first 18 months of life and diagnosis in adulthood is exceedingly rare. Occasionally the tumor may be diagnosed antenatally. M:F ratio of up to ≈3:2. Predilection right lobe of the liver.
• Most children present with abdominal distension or an asymptomatic palpable abdominal mass. However, other presenting symptoms include:
• abdominal pain
• anorexia
• vomiting
• jaundice
• pyrexia
• anemia
• back pain
• pseudo precocious puberty (due to chronic GnRH secretion)
Pemeriksaan penujang yang harus dilakukan pada tumor liver pada anak adalah
a. MRI abdomen
b. CT scan abdomen
c. BOF dan LLD
d. USG abdomen total
e. Biopsi
HEPATOBLASTOMA CT
• Usually seen as a well defined heterogeneous mass, which is usually hypoattenuating compared to surrounding liver 11. Frequently there are with areas of necrosis and hemorrhage. Chunky, dense calcifications may be seen in approximately 40% of cases 11.
• CT is also able to evaluate the lungs for metastases and for nodal enlargement.
Manifestasi klinis penting yang menandakan adanya obstruksi saluran cerna akut
pada bayi baru lahir adalah
a. Distensi abdomen
b. Muntah setelah makan
c. Diare
d. Sesak nafas
e. Muntah bilious
Pemeriksana penunjang yang harus dikerjakan pada kasus obstruksi usus akut
pada bayi baru lahir adalah
a. USG thoraks
b. BOF
c. CT scan thoraks
d. IVP
e. Biopsi
• Foto polos abdomen
• Plain abdominal X-Ray (AXR) or KUB (Kidney Ureter Bladder)
• BOF (Buik=abdomen, Overzicht=gambaran, Foto)
• BNO Blass Nier Overzicht (Blass = kandung kemih, Nier = ginjal, Overzicht = gambaran)
Catatan:
BOF menggambarkan gastrointestinal tract. Klasik: posisi supine dan LLD (left lateral decubitus) & ada yang menambahkan semi erect (3 posisi).
BNO/KUB menggambarkan urinary tract.
Berikut ini merupakan kelainan kongenital lain yang juga diasosiasikan dengan
angka kejadian atresia duodenum
a. Sindroma Down
b. Sindroma Klinefelter
c. Sindroma Marx
d. Duchene Muscular Dystrophy
e. Hemofilia
Gambaran pada foto abdomen yang dapat mengkonfirmasi diagnosa atresia
duodenum adalah
a. Single bubble
b. Double bubble
c. Triple bubble
d. Multi bubble
e. no bubble
Pemeriksaan prenatal yang mengarahkan pada diagnosis atresia duodenum adalah
a. Oligohidramnion
b. Polihidramnion
c. Dua struktur kistik terpisah di perut bagian atas
d. A dan C benar
e. B dan C benar
Tatalaksana awal pasien dengan atresia duodenum adalah
a. Pemasangan NGT
b. Pemasangan OGT
c. Pemasangan infus
d. Pemasangan rectal tube
e. Pemasangan oksigen
@dionfaisal31
Life only has one rule:
Never quit. – Unknown
Surgery Class
SEMOGA BERMANFAAT