Surat Cinta akbar

3
Salam manisku Untuk wanita yang selalu menghiasi mimpiku. Kusengajakan jemari ini menyampaikan curahan yang selama ini kupendam. Curahan yang terukir dalam untaian kata yang menari di atas kerta putih nan suci. Aku bukanlah penyair ataupun pujangga yang mampu berkata indah nan romantis. Itulah sebabnya mengapa aku berusaha membuat seindah mungkin surat ini untukmu. Bukan untuk merayumu, dik. Aku hanya tak ingin melukai hati lembutmu itu dengan tajamnya kata-kataku. Aku selalu ada untukmu, aku yakin kau tahu itu. Saat tangismu, tawamu, bahkan marahmu. Tak jarang kau memanggilku kaka tercinta. Akupun sadar betul kau mengatakan itu. Kau selalu bercerita banyak tentang seseorang yang selalu mendekatimu. Aku dengarkan segala ucapan dari indahnya suaramu. Bagiku senyum yang dan tawa yang keluar bibir indahmu adalah lantunan music yang membahagiakan. Namun aku terlalu dungu tentang sebuah perasaan. Aku hanyalah seorang yang berusaha bagaimana memberikan kebahagiaan tanpa mengerti bagaimana mengungkapkan perasaan. Aku terlalu kolot yang dengan bangganya selalu menutupi sebuah gejolak hati. Akupun begitu pengecutnya dalam menyampaikan perasaan. Aku hanya bisa memandang bulan dan bercengkrama dengannya di malam yang terang. Sayangnya bulan hanya bisa diam. Suatu ketika kau mengatakan seseorang telah mengagumimu dan kau menolaknya karena kau ingin meraih impianmu, tahukah kau apa yang kurasakan? Entahlah, yang pasti aku semakin diam dan tak berani mengutarakan segala rasa yang setiap malam menggangguku. Walaupun kutahu memiliki kekasih dalam masa meraih mimpi adalah penuh kontroversi. Namun hati ini tetaplah tak bisa dibohongi. Kini yang kubisa hanyalah mencintaimu dengan caraku. Cara yang hampir semua para pemuja rahasia cinta lakukan. Menjaga dirimu dan selalu membuatmu bahagia. Tak peduli kau mau mengerti ataupun tidak. Karena semua orang tak ingin apa yang ia cintai

description

surat cinta akbar

Transcript of Surat Cinta akbar

Salam maniskuUntuk wanita yang selalu menghiasi mimpiku.Kusengajakan jemari ini menyampaikan curahan yang selama ini kupendam. Curahan yang terukir dalam untaian kata yang menari di atas kerta putih nan suci. Aku bukanlah penyair ataupun pujangga yang mampu berkata indah nan romantis. Itulah sebabnya mengapa aku berusaha membuat seindah mungkin surat ini untukmu. Bukan untuk merayumu, dik. Aku hanya tak ingin melukai hati lembutmu itu dengan tajamnya kata-kataku.Aku selalu ada untukmu, aku yakin kau tahu itu. Saat tangismu, tawamu, bahkan marahmu. Tak jarang kau memanggilku kaka tercinta. Akupun sadar betul kau mengatakan itu. Kau selalu bercerita banyak tentang seseorang yang selalu mendekatimu. Aku dengarkan segala ucapan dari indahnya suaramu. Bagiku senyum yang dan tawa yang keluar bibir indahmu adalah lantunan music yang membahagiakan.Namun aku terlalu dungu tentang sebuah perasaan. Aku hanyalah seorang yang berusaha bagaimana memberikan kebahagiaan tanpa mengerti bagaimana mengungkapkan perasaan. Aku terlalu kolot yang dengan bangganya selalu menutupi sebuah gejolak hati. Akupun begitu pengecutnya dalam menyampaikan perasaan. Aku hanya bisa memandang bulan dan bercengkrama dengannya di malam yang terang. Sayangnya bulan hanya bisa diam.Suatu ketika kau mengatakan seseorang telah mengagumimu dan kau menolaknya karena kau ingin meraih impianmu, tahukah kau apa yang kurasakan? Entahlah, yang pasti aku semakin diam dan tak berani mengutarakan segala rasa yang setiap malam menggangguku. Walaupun kutahu memiliki kekasih dalam masa meraih mimpi adalah penuh kontroversi. Namun hati ini tetaplah tak bisa dibohongi.Kini yang kubisa hanyalah mencintaimu dengan caraku. Cara yang hampir semua para pemuja rahasia cinta lakukan. Menjaga dirimu dan selalu membuatmu bahagia. Tak peduli kau mau mengerti ataupun tidak. Karena semua orang tak ingin apa yang ia cintai tergores dan mereka selalu ingin apa dan siapapun yang mereka cintai tetap terlihat indah. Dan keindahanmu ialah dengan senyum bahagiamu.Hingga kini belum kutemukan mengapa dan sejak kapan aku mencintaimu. Namun kucoba tanyakan pada hatiku dalam lamunan malam. Tahukah kau apa yang hatiku katakan? Ia hanya berkata semua hal yang indah, kita tak akan merasakan kapan kehadirannya karena kita terlalu sibuk merasakan keindahan itu sendiri dan semua hal tak selamanya beralasanApakah kau perlu beralasan dalam menyembah Tuhan? Sejak kapan kau diciptakan oleh Tuhan? Itulah yang kudapatkan dari hatiku. Kini aku semakin tak mengerti dengan diriku. Aku hanya bisa tetap diam dan bertingkah seperti biasanya di hadapanmu. Walaupun pada dasarnya aku selalu dan tetap mencintaimu hingga Tuhan yang memberikan jawabannya untukku.Namun setidaknya, ukiran dan tarian jemariku ini bisa memberikan sedikit ketenangan untukku. Kegundahan yang kualami bersama bulan kala purnama, dan kegelisahan bersama hujan saat gerimis tiba. Aku ini terlalu pengecut untuk menerima jawaban darimu. Namun cepat lambat perasaan ini harus tercurahkan. Ketahuilah aku tetap akan mencintaimu dengan caraku, cara yang selalu kugunakan untuk membuatmu bahagia. Kutetap mencintaimu hingga waktu yang menjawab bahwa tak ada lagi lelaki yang mau menerima dan membahagiakanmu sepenuhnya selain aku.Kuharap kau mau menjawab sepucuk kertas penuh curahan hatiku ini. Curahan yang penuh dengan ungkapan kejujuran hati. Kuterima keputusanmu dalam suratmu nanti. Karena ini akan semakin membuatku mengerti arti sebuah cinta sejati.Salam manisku untukmu selalu

Pemujamu yang selalu ada untukmu.Akbar Sutanto