suranto-studi-variasi-morfologi.pdf
-
Upload
fia-sanjaya -
Category
Documents
-
view
99 -
download
4
Transcript of suranto-studi-variasi-morfologi.pdf
![Page 1: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/1.jpg)
STUDI VARIASI MORFOLOGI DAN POLA PITA PROTEIN PADA
VARIETAS KAMBOJA JEPANG ( Adenium obesum )
Dwi Hastuti 1)
, Suranto 1)
, dan Prabang Setyono 1)
1)
Program Studi Biosains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Kamboja jepang (Adenium obesum) merupakan tanaman hias yang mampu tumbuh dan
berkembang di gurun yang tandus. A. obesum memiliki warna mahkota bunga yang beraneka macam.
Variasi tanaman tersebut terjadi karena adanya pengaruh genetik dan lingkungan, sehingga dapat
memunculkan fenotip yang mirip atau berbeda sama sekali. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui variasi Adenium dari enam varietas yaitu obesum, cery, red lucas, red fanta, white bigben,
dan hary poter yang dilihat dari morfologi, dan profil pola pita protein.
Pendekatan yang digunakan dalam pengamatan morfologi yaitu dengan pengukuran panjang
dan lebar daun dan pola pita protein dengan elektroforesis. Pola pita protein dilakukan dengan
metode SDS-PAGE. Data kualitatif meliputi bentuk, warna daun dan bunga yang dideskripsikan dari
masing-masing varietas. Data panjang dan lebar daun, serta diameter bunga yang disajikan dalam
bentuk data morfometri dalam bentuk diagram batang dan dianalisis dengan Anova yang dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan {(Duncan Multiple Range Test (DMRT)}, diperoleh tingkat
signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95% yang berarti terdapat perbedaan yang nyata. Pola pita
protein akar, batang, daun serta semua organ dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan
metode Hierarchical Cluster Analysis metode Average Linkage (Between Groups) program SPSS 10.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keenam varietas A. obesum memiliki karakter
morfologi yang bervariasi warna daun hijau muda sampai hijau tua, tidak berbulu, tulang daun
polos, sedangkan warna mahkota bunga merah muda sampai merah tua walaupun ada yang putih
dan warna corong sama yaitu kuning. Pola pita protein yang terbentuk secara kualitatif terdapat
variasi ketebalan diantara keenam varietas, yang menunjukkan adanya perbedaan kandungan
proteinnya.
Kata kunci: Adenium, morfologi, elektroforesis
PENDAHULUAN
Kamboja jepang (Adenium obesum)
merupakan tanaman tropis yang mampu tumbuh
dan berkembang di gurun yang tandus, sehingga
mendapat julukan mawar gurun atau mawar padang
pasir (desert rose). Tanaman ini dimanfaatkan
sebagai tanaman hias, karena selain mudah dirawat,
tahan terhadap kekeringan, bunga tanaman ini
sangat bervariasi baik bentuk maupun warnanya.
Getahnya berkasiat sebagai obat karena
mengandung racun crystaline glycoside dan
tanaman ini bermanfaat sebagai sarana relaksasi
(Chuhairy & Sitanggang, 2004).
Mudahnya tanaman ini diperbanyak secara
vegetatif menggunakan batang dan preferensi
konsumen yang relatif cepat berubah sangat
berperan dalam mempersempit keanekaragaman
genetik dan berpengaruh tinggi terhadap penurunan
nilai ekonomi tanaman, merupakan alasan
diperlukannya upaya-upaya untuk mengembangkan
variasi-variasi baru dari A. obesum ini. Variasi-
variasi baru tersebut dapat diperoleh dengan cara
eksplorasi varietas-varietas baru, persilangan,
maupun dengan cara yang lebih modern, seperti
fusi protoplas, dan mutasi (Soetarso, dkk., 1985).
Variasi yang cukup tinggi pada bentuk,
ukuran dan warna bunga A. obesum,
menunjukkan adanya keragaman genetik yang
cukup luas. Hal ini merupakan faktor penting dalam
program pemuliaan tanaman, baik untuk materi
persilangan maupun memperbesar keragaman
genetik plasma nutfah itu sendiri (Soetarso, dkk.,
1985). Persilangan-persilangan antar jenis
(intraspesifik) maupun antar sifat-sifat baru dan
unik yang berbeda dari kedua tetuanya sehingga
akan lebih memperkaya keragaman genetik
tanaman tersebut.
Analisa molekuler secara modern
merupakan pemaparan bahan genetik menggunakan
alat yang dikenal sebagai elektroforesis. Prinsip
dasar elektroforesis yaitu bahwa setiap genom
tumbuhan (enzim/protein dan DNA) mempunyai
berat yang berbeda-beda sehingga kecepatan
bergeraknya pada media gel juga berbeda-beda dan
hal ini dapat dilihat melalui pewarnaan
(Sudarmono, 2006).
![Page 2: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/2.jpg)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
variasi morfologi daun dan bunga, karyotipe
kromosom, dan variasi pola pita protein dari enam
varietas A. obesum.
METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat Tanaman kamboja jepang (A. obesum) dari
enam varietas yaitu obesum (Var 1), cery (Var 2) ,
red lucas (Var 3), red fanta (Var 4), white bigben
(Var 5) , dan hary poter (Var 6).
Bahan kimia yang digunakan untuk analisa
protein adalah akuabides, Sodium Dodecyl
Sulphate (SDS), N-N-N-N’-Tetra-Methyl-
Ethylnediamine (TEMED), Ammonium
Persulphate (APS), iso-butanol jenuh, acrylamid,
bisacrylamid, Tris HCl, Mercaptoethanol, Glycerol,
Glycine, DTT, Bromphenol blue, Alkohol,
Comassie blue, asam asetat glacial, dan marker
protein Sigma M 4038.
B. Metode Penelitian Pengamatan morfologi daun A. obesum
dilakukan dengan cara mengukur panjang, lebar,
bentuk , keadaan bulu, dan tulang daun.
Pengambilan sampel daun mulai urutan kelima dari
ujung tanaman yang pertumbuhannya optimum
dengan penampilan, umur dan ukuran relatif
seragam dan pernah berbunga. Sedangkan
pengamatan morfologi bunga meliputi warna,
diameter, dan tepi bunga, serta mengambil foto dari
daun dan bunga tersebut.
Untuk melakukan analisis pola pita protein
dilakukan dengan metode SDS-PAGE (Laemmli,
1970). Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
Pembuatan buffer ekstrak : 100 mM Tris
HCl pH 8,5; 4% Mercaptoethanol; 20% Glycerol.
Stok Polyacrylamid 30%: 29 gram Acrylamid; 1
gram Bisacrylamid; ditambah akuabides hingga
volumenya mencapai 100 ml. SDS PAGE 12% :
4,8 ml stok polyacrylamid; 3 ml 1,5 M Tris pH 8,8;
0,12 10% SDS; ditambah akuabides hingga
volumenya mencapai 12 ml. Stacking gel 3%: 2 ml
stok polyacrylamid; 2,52 ml 1,5 M Tris pH 6,8; 0,3
ml SDS 10%; ditambah akuabides hingga
volemenya mencapai 20 ml. Buffer Elektroda: 3 gr
Tris; 14,4 gr Glycine; 10 ml SDS 10%. SDS
sampel buffer: 2,5 ml 1,5 M Tris pH 6,8; 2 gr SDS;
0,5 gr DTT; 10 mg Bromphenol blue; 10 ml
Glycerin; ditambah akuabides hingga volumenya
mencapai 20 ml. Comassie blue: 0,1% Comassie
blue dalam 100 ml destaining. Destaining: 50%
methanol; 10% asam asetat glacial; 40% akuabides
Setelah semua larutan dibuat, kemudian
dilakukan langkah-langkah berikut.
Akar, batang, daun, dan semua organ dari
masing-masing varietas dicuci dengan akuabides
hingga bersih kemudian dipotong kecil-kecil,
ditimbang dengan berat masing-masing 0,5 gram,
dihancurkan dengan mortar dan pestle
dicampur dengan extract buffer 1000 µl.
Setelah hancur dan homogen dimasukkan
dalam tabung ependorf. Centrifuge disiapkan dan
apabila centrifuge telah dingin (suhu +0oC), maka
tabung ependorf dapat dimasukkan untuk
disentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5
menit. Supernatant direbus selama dua menit,
dengan tujuan supaya protein membuka.
Membuat gel Polyacrylamide yang terdiri
dari 2 bagian, yaitu separating gel yang terletak di
bagian bawah dengan konsentrasi 12% dan stacking
gel yang terletak di bagian atas dengan kepekatan
3%. Separating Gel dibuat dengan cara mencampur
10 ml Stok SDS PAGE 12%, ditambah 7 µl Temed,
dan 80 µl APS 10%. Sedangkan stacking gel 3%
dibuat dengan cara mencampur 5 ml stok 3%
stacking gel, ditambah 3,5 µl Temed, dan 50 µl
APS 10%.
Larutan Gel Polyacrylamide dicampur,
setelah homogen separating gel dimasukkan dalam
glass electroforesis, setelah agak mengental
ditambahkan isobutanol jenuh. Kemudian
isobutanol jenuh tersebut dibuang dan stacking gel
dimasukkan dalam glass electroforesis tepat di atas
running gel.
Sample comb kemudian dipasang pada
stacking gel dan dilepas setelah memadat.
Supernatan diisikan ke dalam lubang sampel
sebanyak 10 µl dengan menggunakan alat injeksi
(stepper).
Sebelum pemasangan plat kaca pada bak
elektroforesis dipastikan bahwa sirkulator
menunjukkan suhu tidak lebih dari 40C.
Selanjutnya klip penjepit dan shield tube dari plat
kaca dilepas dan selanjutnya plat kaca dipasang
pada bak elektroforesis secara berhadap-hadapan,
dengan plat kaca yang bertakik berada di sebelah
dalam. Selanjutnya buffer elektroda diisikan lagi
hingga penuh dan bak penutup dipasang kembali.
Power supply dihidupkan untuk menjalankan
proses elektroforesis dengan arus listrik sebesar
125 volt selama 90 menit atau supernatant sampai
batas bawah.
Setelah proses elektroforesis selesai, gel
diambil dan dilanjutkan staining atau pewarnaan.
Pewarnaan dilakukan dengan meletakkan
gel yang telah dikeluarkan dari glass elektroforesis
ke dalam baki plastik, kemudian dituang ke dalam
larutan comassie blue dan dishaker selama
semalam.
Setelah direndam dalam comassie blue,
kemudian gel dibilas dengan destaining sampai
jernih.
Bila gel sudah jernih, maka pencucian distop
dengan cara mengganti destaining dengan larutan
asam asetat glasial 10%.
![Page 3: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/3.jpg)
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Morfologi Adenium obesum Hasil penelitian terhadap morfologi daun
dan bunga dari enam varietas A. obesum terdapat
adanya keragaman sifat-sifat morfologi. Adapun
keragaman tersebut meliputi panjang dan lebar
daun, diameter serta warna bunga dari keenam
varietas A. obesum seperti pada Gambar 1
Gambar 1. Morfologi tanaman dari enam
varietas A. obesum Keterangan :
1. var. obesum 4. var. red fanta
2. var. cery 5. var. white bigben
3. var. red lucas 6. var. harry poter
Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran morfologi
daun dan bunga dari enam varietas A. obesum.
Varietas
Panjang
(cm)
Lebar
(cm)
Diameter
(cm)
1
2
3
4
5
6
8.15 b
6.96 a
6.61 a
8.75 b
6.44 a
8.41 b
2.91 bc
1.63 a
1.87 a
2.80 bc
2.61 b
2.99 c
7.51 e
7.25 de
5.02 a
6.02 b
7.02 cd
6.81 c
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan
baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasar uji
DMRT taraf 5%.
Keterangan :
1. var. obesum 4. var. red fanta
2. var. cery 5. var. white bigben
3. var. red lucas 6. var. hary poter
Hasil pengamatan morfologi dari keenam
varietas A. obesum mengenai panjang dan lebar
daun serta diameter bunga terdapat perbedaan. Hal
ini dibuktikan dengan uji Anova yang menunjukkan
adanya perbedaan signifikan. Dari hasil uji Anova
terlihat bahwa tingkat signifikan panjang daun
adalah 0.000 pada taraf kepercayaan 95 %. Hal ini
berarti bahwa panjang daun tampak perbedaan
yang nyata. Uji Anova terhadap lebar daun juga
menunjukkan ada perbedaan yang nyata, yaitu
tingkat signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan
95%. Diameter bunga menunjukkan tingkat
signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95%, hal
ini berarti diameter bunga juga menunjukkan
perbedaan yang nyata. Secara morfologi dapat
disimpulkan bahwa antara panjang dan lebar daun
serta diameter bunga terdapat perbedaan yang
nyata.
Setelah diadakan uji lanjut terhadap panjang
dan lebar daun serta diameter bunga dengan DMRT
(Duncan) taraf 5% panjang daun terdapat dua
variasi, lebar daun terdapat tiga variasi, dan
diameter bunga terdapat lima variasi. Jadi terlihat
bahwa diameter bunga menunjukkan lebih
bervariasi dibandingkan dengan daun.
B. Pola Pita Protein 1. Pola pita protein akar A. obesum
Hasil elektroforesis pada gel polyakrilamid
mengenai pola pita protein akar dari keenam
varietas A. obesum dengan Marker kode M 4038
ditunjukkan pada Gambar 2.
kDa
116
97
84
55
36
29
24
M 1 2 3 4 5 6
AKAR
205
14
66
Gambar 2. Pola pita protein akar A. obesum Keterangan : M= Marker
1. var. obesum 4. var. red fanta
2. var. cery 5. var. white bigben
3. var. red lucas 6. var. hary poter
Pola pita protein var. obesum (var. 1) dan
var. cery (var. 2) secara umum tampak lebih tebal
dibanding dengan varietas yang lain, hal tersebut
menunjukkan kandungan proteinnya lebih tinggi
daripada varietas yang lain. Sedangkan var. white
bigben (var. 5) pola pita yang terbentuk ampak
![Page 4: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/4.jpg)
paling tipis dan paling sedikit, ini berarti
kandungan protein pada varietas tersebut lebih
rendah.
Pita protein dengan berat molekul 6 kDa
dengan jenis protein myosin (Sigma Marker dengan
kode M 4038, 1999) dari 2 (dua) varietas yaitu red
lucas (var. 3) dan red fanta (var. 4)
mengekspresikan pita paling tipis dibandingkan
dengan keempat varietas lainnya. Demikian juga
pita protein dengan berat molekul 69, 96, dan 145
kDa pada varietas white bigben (var. 5) tampak
paling tipis. Ekspresi pola pita yang tipis tidak
berarti bahwa varietas tersebut tidak memiliki jenis
protein tertentu, tetapi mungkin hanya memiliki
satu protein saja.
Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar
varietas digunakan analisis Hierarchical Cluster
Analysis dengan metode Average (Between
Groups) program SPSS 10.00 dan dihasilkan
dendrogram seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Dendrogram pola pita protein akar A. obesum
Hasil analisis menunjukkan bahwa profil
protein pada dendrogram tersebut
mengelompokkan A. obesum yang diuji ke dalam
4 kelompok. Varietas red lucas (var.3) dan var. red
fanta (var.4) bergabung ke dalam satu kelompok,
demikian juga var. obesum (var.1) dan var. cery
(var.2) juga bergabung menjadi satu kelompok,
sedangkan var. hary poter (var.6) dan var. white
bigben (var.5) masing-masing membentuk
kelompok tersendiri
2. Pola pita protein batang A. obesum
Hasil elektroforesis pada gel polyakrilamid
mengenai pola pita protein batang dari keenam
varietas A. obesum dengan Marker kode M 4038
ditunjukkan pada Gambar 4.
kDa
205
116
97
84
66
55
14
6
M 1 2 3 4 5 6
BATANG
45
29
36
Gambar 4. Pola pita protein batang A. obesum
Keterangan :M= Marker
1. var. obesum 4. var. red fanta
2. var. cery 5. var. white bigben
3. var. red lucas 6. var. hary poter
Pola pita protein batang yang terbentuk dari
keenam varietas juga menunjukkan adanya
perbedaan, kecuali pada var. red kucas (var.3) yang
tampak paling tipis bila dibandingkan dengan yang
lain. Apabila dilihat dari kandungan proteinnya
juga tidak menunjukkan perbedaan pita yang jelas.
Pita protein dengan ukuran 92, 109 dan 119 kDa
tidak tampak jelas pada var.red lucas (var. 3) dan
var. red fanta (var. 4), sedangkan yang lain tampak
lebih tebal. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan
protein pada varietas tersebut lebih tinggi daripada
yang lain.
Berdasar Marker protein dengan kode M
4038, pita protein dengan berat molekul 6 kDa
(myosin), dan 66 kDa (carbonyc anhydrase)
dimiliki oleh semua varietas, sedangkan protein
dengan berat molekul 20 kDa (phosphorylase b)
hanya dimiliki var. cery (var. 2) dan var. white
bigben (var.5).
Untuk mengetahui jarak kekerabatan enam
varietas A. obesum dengan menggunakan analisis
Hierarchical Cluster Analysis dengan metode
Average (Between Groups) program SPSS 10.0 dan
dihasilkan dendrogram seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.
![Page 5: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/5.jpg)
Gambar 5. Dendrogram pola pita protein batang A. obesum.
Hasil analisis menunjukkan bahwa profil
protein pada dendrogram pola pita batang,
mengelompokkan A. obesum yang diuji ke dalam 3
kelompok. Varietas obesum (var. 1) dan var. hary
poter (var. 6) bergabung ke dalam satu kelompok,
var. cery (var. 2) dan var. white bigben (var. 5)
bergabung dalam satu kelompok, demikian juga
var. red lucas (var. 3) dan var. red fanta (var. 4).
Varietas yang masuk dalam kelompok yang sama
berarti varietas tersebut memiliki banyak
persamaan dibandingkan dengan perbedaan.
Sedangkan pengelompokan yang lebih jauh ( euclid
distance) terdapat sedikit persamaan.
3. Pola pita protein daun A. obesum
Pola pita protein daun keenam varietas A.
obesum yang terbentuk pada elektroforesis dengan
Marker kode M 4038 ditunjukkan pada Gambar 6.
kDa
116
97
84
66
55
14
6
M 1 2 3 4 5 6
DAUN
205
20
29
36
Gambar 6. Pola pita protein daun A. obesum
Keterangan : M= Marker
1. var. obesum 4. var. red fanta
2. var. cery 5. var. white bigben
3. var. red lucas 6. var. hary poter
Pola pita protein daun yang terbentuk dari
keenam varietas A. obesum menunjukkan
perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa antara
varietas satu dengan yang lain juga terdapat
perbedaan kandungan proteinnya. Varietas obesum
(var. 1) dan var. cery (var. 2) tampak lebih tebal
dibandingkan varietas yang lain, hal ini berarti
varietas tersebut kandungan proteinnya lebih tinggi.
Tetapi var. red lucas (var. 3) dan var. white bigben
(var. 5) mengekspresikan pola pita yang lebih tipis
dibandingkan varietas yang lain, berarti varietas
tersebut kandungan proteinnya lebih rendah.
Pita protein dengan ukuran 155 kDa dimiliki
oleh semua varietas, kecuali var. cery (var. 3)
demikian juga pita protein dengan ukuran 122 kDa
yang tidak dimiliki oleh var. white bigben (var. 5).
Berdasar Marker protein kode M 4038 (Sigma,
1999) pita protein dengan berat molekul 116 kDa
dengan jenis protein α-lactalbumin dimiliki oleh
keenam varietas A. obesum.
Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar
varietas, digunakan analisis Hierarchical Cluster
Analysis dengan metode Average (Between
Groups) program SPSS 10.00 dan dihasilkan
dendrogram seperti ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Dendrogram pola pita protein daun A. obesum.
![Page 6: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/6.jpg)
Hasil analisis menunjukkan bahwa profil
protein pada dendrogram tersebut
mengelompokkan A. obesum yang diuji kedalam 5
kelompok. Varietas obesum (var. 1) dan var. cery
(var. 2) bergabung dalam satu kelompok,
sedangkan varietas yang lain yaitu var. red lucas
(var. 3), var. red fanta (var. 4), var. white bigben
(var. 5), dan var. hary poter (var. 6) membentuk
kelompok tersendiri.
4. Pola pita protein semua organ A. obesum
Pola pita protein semua organ hasil
elektroforesis dengan Marker M 4038
menggunakan gel polyakrilamid dari keenam
varietas A. obesum ditunjukkan pada Gambar 8. kDa
205
116
97
84
66
55
45
36
14
6
M 1 2 3 4 5 6
SEMUA ORGAN
20
29
Gambar 8. Pola pita protein semua organ A.
obesum (usia dua minggu). Keterangan : M= Marker
1. var. obesum 4. var. red fanta
2. var. cery 5. var. white bigben
3. var. red lucas 6. var. hary poter
Pola pita protein yang terbentuk dari
keenam varietas A. obesum menunjukkan adanya
perbedaan. Hal ini berarti terdapat perbedaan
kandungan proteinnya. Varietas obesum (var. 1)
dan var. red lucas (var. 3) menunjukkan pola pita
yang tebal dibanding dengan yang lainnya. Varietas
cery (var. 2) mengekspresikan pola pita relatif tipis
dibanding dengan yang lain.
Pola pita yang terbentuk pada var. cery (var.
2) menunjukkan paling sedikit, yaitu tujuh pola
pita tidak dimiliki var. cery (var. 2) sedangkan
yang lain memiliki semuanya. Ekspresi pola pita
yang tidak tampak dengan jelas, bukan berarti
tidak memiliki pola pita protein dengan berat
molekul tertentu. Hal ini karena dengan
pengamatan secara visual dimungkinkan bisa
terjadi.
Berdasar Marker dengan kode M 4038
(Sigma, 1999) pita protein dengan berat molekul 6
kDa jenis protein myosin, 20 k Da jenis protein
phosphorylase b, dan 66 kDa dengan jenis protein
carbonic anhydrase dimiliki oleh semua varietas,
kecuali var. cery (var. 2) yang tidak memiliki jenis
protein carbonic anhydrase (66 kDa).
Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar
varietas digunakan analisis Hierarchical Cluster
Analysis dengan metode Average (Between
Groups) program SPSS 10.00 dihasilkan
dendrogram seperti ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Dendrogram pola pita protein semua organ A. obesum.
Hasil analisis menunjukkan bahwa profil
protein pada dendrogram tersebut
mengelompokkan A. obesum kedalam 4 kelompok.
Varietas obesum (var. 1) dan var. hary poter (var.
6) bergabung dalam satu kelompok, var. red lucas
(var. 3) dan var. red fanta (var. 4) juga bergabung
menjadi satu kelompok. Sedangkan var. white
bigben (var. 5) dan var. cery (var. 2) masing-
masing membentuk kelompok sendiri.
Bila dibandingkan dengan pola pita protein
pada akar, batang, dan daun terutama varietas cery
(var. 2) pada semua organ tampak paling tipis. Hal
ini dapat terjadi karena pengambilan sampel pada
semua organ dilakukan saat tanaman berumur dua
minggu, sedangkan pengambilan sampel untuk pola
![Page 7: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/7.jpg)
pita akar, batang, dan daun dilakukan pada tanaman
berumur satu tahun. Pada usia tanaman masih muda
tanaman belum membentuk protein dengan lengkap
atau sempurna, sehingga pola pita protein belum
terekspresi secara maksimal.
KESIMPULAN
Daun yang terpanjang adalah var. red fanta
(8,75) cm dan terpendek var. white bigben (6,44)
cm, daun terlebar adalah var. hary poter (2,99) dan
tersempit var. cery (1,63) cm. Diameter bunga
terbesar adalah var. obesum (7,51) cm dan terkecil
var. red lucas (5,02) cm. Warna daun hijau muda
sampai tua, tidak berbulu, tulang daun polos.
Sedangkan bunga, memiliki warna dasar sama yaitu
merah muda sampai merah tua, walaupun ada yang
berwarna putih. Warna corong pada bunga,
memiliki persamaan yaitu kuning. Di dalam buah
terdapat biji sebesar lidi dengan panjang + 1 cm
berjumlah 60 sampai 80 buah, di kedua ujungnya
terdapat bulu-bulu yang berfungsi sebagai alat
bantu reproduksi (dispersal) dengan angin.
Berdasar analisis pola pita protein pada akar,
batang, daun dan semua organ terlihat bahwa
semuanya memiliki perbedaan kandungan protein
yang ditunjukkan dengan perbedaan ekspresi tebal
tipisnya pola pita protein.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia,. (2007). Kaya Dari Bisnis Tanaman
Hias. Agromedia. Jakarta.
Artama, W., 1991. Rekayasa Genetika. Pusat Antar
Universitas Bioteknologi Universitas Gadjah
Mada Jogyakarta.
Batoro,. (2007). Kesatuan-kesatuan Klasifikasi
Tumbuhan. www. kabmalang. go. id.
Desember, 16, 2007.
Chuhairy, H., dan M Sitanggang., 2004. Petunjuk
Praktis Perawatan Adenium. PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Crowder, L. V., 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah
Mada University Press. Jogyakarta.
Dwidjoseputro, D., 1984. Pengantar Fisiologi
Tumbuhan. PT. Gramedia Jakarta.
Gardner, P. F., R.B. Pearce, and R.L. Mitchel.,
1985. Physiology of Crop Plants.
diterjemahkan oleh Herawati Susilo., 1991
Universitas Indonesia (UI Press) Jakarta.
Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia. ITB.
Bandung.
Horwitz, W., and G.W. Latimer, (2005). Official
Methods of Analysis. AOAC International.
Maryland. USA
Kencana, I.P., dan Sintia, M., 2007. Usaha
Adenium di Rumah. PT. Gramedia Jakarta.
Laemmli V.K., 1970. Cleavage of structural
proteins during the assembly of the heat of
bacteriophage T4. Nature. 227, 680.
Lakitan, B., 1993. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta.
Lehninger, A.L., 1972. Biochemistry. Worth
Publishers, Inc. New York.
Prawoto, Sudjoko, dan Mariyam S., 1987. Evolusi.
Karunika Universitas Terbuka Jakarta.
Raharjo, S., 1993. Biokimia. Bidang Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan UGM Jogyakarta.
Rothe, G.M., 1995. Electrophoresis of Enzymes.
Springer Verlag. New York.
Santoso, S., 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data
Statistik Secara Profesional. Gramedia.
Jakarta.
Sudarmaji, S., 1996. Teknik Analisa Biokimiawi.
Liberty. Jogyakarta
Setyawan, A.D., Ari S., dan Sutarno., 2002.
Biodiversitas Genetik, Spesies, dan
Ekosistem Mangrove di Jawa. Kelompok
Kerja Biodiversitas Jurusan Biologi Fakultas
MIPA UNS Surakarta.
Sitompil, S.M dan Guritno., 1995. Analisis
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Jogyakarta.
Soesanti, N., Tetri W., dan Widya M., 2006.
Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Jurusan
Biologi Fakultas MIPA UNS Surakarta.
Soetarso, Nandariyah, dan S. Hariati. 1985. Metode
Pemuliaan Tanaman. UNS. Surakarta.
Sudarmadji, S., 1996. Teknik Analisa Biokimia.
Liberty. Jogyakarta.
Sudarmono (2006). Pendekatan Konservasi
Tumbuhan dengan Teknik Elektroforesis.
Inovasi Online Vol. 7/XVIII/Mei 2007.
Sugih, O., 2002. Adenium Agar Rajin Berbunga.
Penebar Swadaya Jakarta.
Suranto, Sajidan, Harliyono, Winarno K, dan
Hariningsih E.S., 2000. Studi Variasi
Populasi Ipomoea pes-caprae (L) Sweet di
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta.
BioSmart 2(1): 28-33.
Suranto., 2002. Pengaruh Lingkungan terhadap
Bentuk Morfologi Tumbuhan. Enviro 1(2):
37-40.
Tjitrosoepomo, G., 1988. Taksonomi Tumbuhan
Spermatophyta. Gadjah Mada University
Press. Jogyakarta
Tomasouw, I., dan M Sitanggang., 2005. Membuat
Adenium Berbonggol Indah dan Berbunga
Lebat. PT. AgroMedia Jakarta.
Tranggono, Z Noor., Djoko W., M Gardjito., dan M
Astuti., 1988. Kimia Nutrisi Pangan. PAU
Pangan dan Gizi UGM Jogyakarta.
Widiyanti,. 2007. Studi Variasi Morfologi Biji,
Serbuk Sari dan Pola Pita Isozim Padi
(Oryza sativa) Varietas Rojolele. Tesis.
Program Pascasarjana UNS Surakarta.
Wijaya, S., dan Rahman, L., 2001. Fraksinasi dan
Karakterisasi Protein Utama Biji Kedelai.
ILMU DASAR 2(1): 49-54.
![Page 8: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/8.jpg)
Wikipedia,.(2006).Elektroforesisgel.http://id..wikip
edia.org/wiki/Elektroforesis. Desember, 29,
2006.
Wikipedia,.(2007). Adenium.
http://en.wikipedia.org/wiki/Scientific_class
ification. May, 9, 2007.
Wikipedia,.(2007). Isozyme.
http://en.wikipedia.org/wiki/Isozyme. May,
24, 2007.
Wikipedia,. (2007). Varietas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Varietas. Des,
16, 2007.
![Page 9: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf](https://reader035.fdocuments.net/reader035/viewer/2022081804/557213f4497959fc0b936747/html5/thumbnails/9.jpg)