suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

9
STUDI VARIASI MORFOLOGI DAN POLA PITA PROTEIN PADA VARIETAS KAMBOJA JEPANG ( Adenium obesum ) Dwi Hastuti 1) , Suranto 1) , dan Prabang Setyono 1) 1) Program Studi Biosains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Kamboja jepang (Adenium obesum) merupakan tanaman hias yang mampu tumbuh dan berkembang di gurun yang tandus. A. obesum memiliki warna mahkota bunga yang beraneka macam. Variasi tanaman tersebut terjadi karena adanya pengaruh genetik dan lingkungan, sehingga dapat memunculkan fenotip yang mirip atau berbeda sama sekali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi Adenium dari enam varietas yaitu obesum, cery, red lucas, red fanta, white bigben, dan hary poter yang dilihat dari morfologi, dan profil pola pita protein. Pendekatan yang digunakan dalam pengamatan morfologi yaitu dengan pengukuran panjang dan lebar daun dan pola pita protein dengan elektroforesis. Pola pita protein dilakukan dengan metode SDS-PAGE. Data kualitatif meliputi bentuk, warna daun dan bunga yang dideskripsikan dari masing-masing varietas. Data panjang dan lebar daun, serta diameter bunga yang disajikan dalam bentuk data morfometri dalam bentuk diagram batang dan dianalisis dengan Anova yang dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan {(Duncan Multiple Range Test (DMRT)}, diperoleh tingkat signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95% yang berarti terdapat perbedaan yang nyata. Pola pita protein akar, batang, daun serta semua organ dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode Hierarchical Cluster Analysis metode Average Linkage (Between Groups) program SPSS 10.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keenam varietas A. obesum memiliki karakter morfologi yang bervariasi warna daun hijau muda sampai hijau tua, tidak berbulu, tulang daun polos, sedangkan warna mahkota bunga merah muda sampai merah tua walaupun ada yang putih dan warna corong sama yaitu kuning. Pola pita protein yang terbentuk secara kualitatif terdapat variasi ketebalan diantara keenam varietas, yang menunjukkan adanya perbedaan kandungan proteinnya. Kata kunci: Adenium, morfologi, elektroforesis PENDAHULUAN Kamboja jepang (Adenium obesum) merupakan tanaman tropis yang mampu tumbuh dan berkembang di gurun yang tandus, sehingga mendapat julukan mawar gurun atau mawar padang pasir (desert rose). Tanaman ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias, karena selain mudah dirawat, tahan terhadap kekeringan, bunga tanaman ini sangat bervariasi baik bentuk maupun warnanya. Getahnya berkasiat sebagai obat karena mengandung racun crystaline glycoside dan tanaman ini bermanfaat sebagai sarana relaksasi (Chuhairy & Sitanggang, 2004). Mudahnya tanaman ini diperbanyak secara vegetatif menggunakan batang dan preferensi konsumen yang relatif cepat berubah sangat berperan dalam mempersempit keanekaragaman genetik dan berpengaruh tinggi terhadap penurunan nilai ekonomi tanaman, merupakan alasan diperlukannya upaya-upaya untuk mengembangkan variasi-variasi baru dari A. obesum ini. Variasi- variasi baru tersebut dapat diperoleh dengan cara eksplorasi varietas-varietas baru, persilangan, maupun dengan cara yang lebih modern, seperti fusi protoplas, dan mutasi (Soetarso, dkk., 1985). Variasi yang cukup tinggi pada bentuk, ukuran dan warna bunga A. obesum, menunjukkan adanya keragaman genetik yang cukup luas. Hal ini merupakan faktor penting dalam program pemuliaan tanaman, baik untuk materi persilangan maupun memperbesar keragaman genetik plasma nutfah itu sendiri (Soetarso, dkk., 1985). Persilangan-persilangan antar jenis (intraspesifik) maupun antar sifat-sifat baru dan unik yang berbeda dari kedua tetuanya sehingga akan lebih memperkaya keragaman genetik tanaman tersebut. Analisa molekuler secara modern merupakan pemaparan bahan genetik menggunakan alat yang dikenal sebagai elektroforesis. Prinsip dasar elektroforesis yaitu bahwa setiap genom tumbuhan (enzim/protein dan DNA) mempunyai berat yang berbeda-beda sehingga kecepatan bergeraknya pada media gel juga berbeda-beda dan hal ini dapat dilihat melalui pewarnaan (Sudarmono, 2006).

Transcript of suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

Page 1: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

STUDI VARIASI MORFOLOGI DAN POLA PITA PROTEIN PADA

VARIETAS KAMBOJA JEPANG ( Adenium obesum )

Dwi Hastuti 1)

, Suranto 1)

, dan Prabang Setyono 1)

1)

Program Studi Biosains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Kamboja jepang (Adenium obesum) merupakan tanaman hias yang mampu tumbuh dan

berkembang di gurun yang tandus. A. obesum memiliki warna mahkota bunga yang beraneka macam.

Variasi tanaman tersebut terjadi karena adanya pengaruh genetik dan lingkungan, sehingga dapat

memunculkan fenotip yang mirip atau berbeda sama sekali. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui variasi Adenium dari enam varietas yaitu obesum, cery, red lucas, red fanta, white bigben,

dan hary poter yang dilihat dari morfologi, dan profil pola pita protein.

Pendekatan yang digunakan dalam pengamatan morfologi yaitu dengan pengukuran panjang

dan lebar daun dan pola pita protein dengan elektroforesis. Pola pita protein dilakukan dengan

metode SDS-PAGE. Data kualitatif meliputi bentuk, warna daun dan bunga yang dideskripsikan dari

masing-masing varietas. Data panjang dan lebar daun, serta diameter bunga yang disajikan dalam

bentuk data morfometri dalam bentuk diagram batang dan dianalisis dengan Anova yang dilanjutkan

dengan uji jarak berganda Duncan {(Duncan Multiple Range Test (DMRT)}, diperoleh tingkat

signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95% yang berarti terdapat perbedaan yang nyata. Pola pita

protein akar, batang, daun serta semua organ dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan

metode Hierarchical Cluster Analysis metode Average Linkage (Between Groups) program SPSS 10.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keenam varietas A. obesum memiliki karakter

morfologi yang bervariasi warna daun hijau muda sampai hijau tua, tidak berbulu, tulang daun

polos, sedangkan warna mahkota bunga merah muda sampai merah tua walaupun ada yang putih

dan warna corong sama yaitu kuning. Pola pita protein yang terbentuk secara kualitatif terdapat

variasi ketebalan diantara keenam varietas, yang menunjukkan adanya perbedaan kandungan

proteinnya.

Kata kunci: Adenium, morfologi, elektroforesis

PENDAHULUAN

Kamboja jepang (Adenium obesum)

merupakan tanaman tropis yang mampu tumbuh

dan berkembang di gurun yang tandus, sehingga

mendapat julukan mawar gurun atau mawar padang

pasir (desert rose). Tanaman ini dimanfaatkan

sebagai tanaman hias, karena selain mudah dirawat,

tahan terhadap kekeringan, bunga tanaman ini

sangat bervariasi baik bentuk maupun warnanya.

Getahnya berkasiat sebagai obat karena

mengandung racun crystaline glycoside dan

tanaman ini bermanfaat sebagai sarana relaksasi

(Chuhairy & Sitanggang, 2004).

Mudahnya tanaman ini diperbanyak secara

vegetatif menggunakan batang dan preferensi

konsumen yang relatif cepat berubah sangat

berperan dalam mempersempit keanekaragaman

genetik dan berpengaruh tinggi terhadap penurunan

nilai ekonomi tanaman, merupakan alasan

diperlukannya upaya-upaya untuk mengembangkan

variasi-variasi baru dari A. obesum ini. Variasi-

variasi baru tersebut dapat diperoleh dengan cara

eksplorasi varietas-varietas baru, persilangan,

maupun dengan cara yang lebih modern, seperti

fusi protoplas, dan mutasi (Soetarso, dkk., 1985).

Variasi yang cukup tinggi pada bentuk,

ukuran dan warna bunga A. obesum,

menunjukkan adanya keragaman genetik yang

cukup luas. Hal ini merupakan faktor penting dalam

program pemuliaan tanaman, baik untuk materi

persilangan maupun memperbesar keragaman

genetik plasma nutfah itu sendiri (Soetarso, dkk.,

1985). Persilangan-persilangan antar jenis

(intraspesifik) maupun antar sifat-sifat baru dan

unik yang berbeda dari kedua tetuanya sehingga

akan lebih memperkaya keragaman genetik

tanaman tersebut.

Analisa molekuler secara modern

merupakan pemaparan bahan genetik menggunakan

alat yang dikenal sebagai elektroforesis. Prinsip

dasar elektroforesis yaitu bahwa setiap genom

tumbuhan (enzim/protein dan DNA) mempunyai

berat yang berbeda-beda sehingga kecepatan

bergeraknya pada media gel juga berbeda-beda dan

hal ini dapat dilihat melalui pewarnaan

(Sudarmono, 2006).

Page 2: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

variasi morfologi daun dan bunga, karyotipe

kromosom, dan variasi pola pita protein dari enam

varietas A. obesum.

METODE PENELITIAN

A. Bahan dan Alat Tanaman kamboja jepang (A. obesum) dari

enam varietas yaitu obesum (Var 1), cery (Var 2) ,

red lucas (Var 3), red fanta (Var 4), white bigben

(Var 5) , dan hary poter (Var 6).

Bahan kimia yang digunakan untuk analisa

protein adalah akuabides, Sodium Dodecyl

Sulphate (SDS), N-N-N-N’-Tetra-Methyl-

Ethylnediamine (TEMED), Ammonium

Persulphate (APS), iso-butanol jenuh, acrylamid,

bisacrylamid, Tris HCl, Mercaptoethanol, Glycerol,

Glycine, DTT, Bromphenol blue, Alkohol,

Comassie blue, asam asetat glacial, dan marker

protein Sigma M 4038.

B. Metode Penelitian Pengamatan morfologi daun A. obesum

dilakukan dengan cara mengukur panjang, lebar,

bentuk , keadaan bulu, dan tulang daun.

Pengambilan sampel daun mulai urutan kelima dari

ujung tanaman yang pertumbuhannya optimum

dengan penampilan, umur dan ukuran relatif

seragam dan pernah berbunga. Sedangkan

pengamatan morfologi bunga meliputi warna,

diameter, dan tepi bunga, serta mengambil foto dari

daun dan bunga tersebut.

Untuk melakukan analisis pola pita protein

dilakukan dengan metode SDS-PAGE (Laemmli,

1970). Adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut:

Pembuatan buffer ekstrak : 100 mM Tris

HCl pH 8,5; 4% Mercaptoethanol; 20% Glycerol.

Stok Polyacrylamid 30%: 29 gram Acrylamid; 1

gram Bisacrylamid; ditambah akuabides hingga

volumenya mencapai 100 ml. SDS PAGE 12% :

4,8 ml stok polyacrylamid; 3 ml 1,5 M Tris pH 8,8;

0,12 10% SDS; ditambah akuabides hingga

volumenya mencapai 12 ml. Stacking gel 3%: 2 ml

stok polyacrylamid; 2,52 ml 1,5 M Tris pH 6,8; 0,3

ml SDS 10%; ditambah akuabides hingga

volemenya mencapai 20 ml. Buffer Elektroda: 3 gr

Tris; 14,4 gr Glycine; 10 ml SDS 10%. SDS

sampel buffer: 2,5 ml 1,5 M Tris pH 6,8; 2 gr SDS;

0,5 gr DTT; 10 mg Bromphenol blue; 10 ml

Glycerin; ditambah akuabides hingga volumenya

mencapai 20 ml. Comassie blue: 0,1% Comassie

blue dalam 100 ml destaining. Destaining: 50%

methanol; 10% asam asetat glacial; 40% akuabides

Setelah semua larutan dibuat, kemudian

dilakukan langkah-langkah berikut.

Akar, batang, daun, dan semua organ dari

masing-masing varietas dicuci dengan akuabides

hingga bersih kemudian dipotong kecil-kecil,

ditimbang dengan berat masing-masing 0,5 gram,

dihancurkan dengan mortar dan pestle

dicampur dengan extract buffer 1000 µl.

Setelah hancur dan homogen dimasukkan

dalam tabung ependorf. Centrifuge disiapkan dan

apabila centrifuge telah dingin (suhu +0oC), maka

tabung ependorf dapat dimasukkan untuk

disentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5

menit. Supernatant direbus selama dua menit,

dengan tujuan supaya protein membuka.

Membuat gel Polyacrylamide yang terdiri

dari 2 bagian, yaitu separating gel yang terletak di

bagian bawah dengan konsentrasi 12% dan stacking

gel yang terletak di bagian atas dengan kepekatan

3%. Separating Gel dibuat dengan cara mencampur

10 ml Stok SDS PAGE 12%, ditambah 7 µl Temed,

dan 80 µl APS 10%. Sedangkan stacking gel 3%

dibuat dengan cara mencampur 5 ml stok 3%

stacking gel, ditambah 3,5 µl Temed, dan 50 µl

APS 10%.

Larutan Gel Polyacrylamide dicampur,

setelah homogen separating gel dimasukkan dalam

glass electroforesis, setelah agak mengental

ditambahkan isobutanol jenuh. Kemudian

isobutanol jenuh tersebut dibuang dan stacking gel

dimasukkan dalam glass electroforesis tepat di atas

running gel.

Sample comb kemudian dipasang pada

stacking gel dan dilepas setelah memadat.

Supernatan diisikan ke dalam lubang sampel

sebanyak 10 µl dengan menggunakan alat injeksi

(stepper).

Sebelum pemasangan plat kaca pada bak

elektroforesis dipastikan bahwa sirkulator

menunjukkan suhu tidak lebih dari 40C.

Selanjutnya klip penjepit dan shield tube dari plat

kaca dilepas dan selanjutnya plat kaca dipasang

pada bak elektroforesis secara berhadap-hadapan,

dengan plat kaca yang bertakik berada di sebelah

dalam. Selanjutnya buffer elektroda diisikan lagi

hingga penuh dan bak penutup dipasang kembali.

Power supply dihidupkan untuk menjalankan

proses elektroforesis dengan arus listrik sebesar

125 volt selama 90 menit atau supernatant sampai

batas bawah.

Setelah proses elektroforesis selesai, gel

diambil dan dilanjutkan staining atau pewarnaan.

Pewarnaan dilakukan dengan meletakkan

gel yang telah dikeluarkan dari glass elektroforesis

ke dalam baki plastik, kemudian dituang ke dalam

larutan comassie blue dan dishaker selama

semalam.

Setelah direndam dalam comassie blue,

kemudian gel dibilas dengan destaining sampai

jernih.

Bila gel sudah jernih, maka pencucian distop

dengan cara mengganti destaining dengan larutan

asam asetat glasial 10%.

Page 3: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Morfologi Adenium obesum Hasil penelitian terhadap morfologi daun

dan bunga dari enam varietas A. obesum terdapat

adanya keragaman sifat-sifat morfologi. Adapun

keragaman tersebut meliputi panjang dan lebar

daun, diameter serta warna bunga dari keenam

varietas A. obesum seperti pada Gambar 1

Gambar 1. Morfologi tanaman dari enam

varietas A. obesum Keterangan :

1. var. obesum 4. var. red fanta

2. var. cery 5. var. white bigben

3. var. red lucas 6. var. harry poter

Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran morfologi

daun dan bunga dari enam varietas A. obesum.

Varietas

Panjang

(cm)

Lebar

(cm)

Diameter

(cm)

1

2

3

4

5

6

8.15 b

6.96 a

6.61 a

8.75 b

6.44 a

8.41 b

2.91 bc

1.63 a

1.87 a

2.80 bc

2.61 b

2.99 c

7.51 e

7.25 de

5.02 a

6.02 b

7.02 cd

6.81 c

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan

baris menunjukkan tidak berbeda nyata berdasar uji

DMRT taraf 5%.

Keterangan :

1. var. obesum 4. var. red fanta

2. var. cery 5. var. white bigben

3. var. red lucas 6. var. hary poter

Hasil pengamatan morfologi dari keenam

varietas A. obesum mengenai panjang dan lebar

daun serta diameter bunga terdapat perbedaan. Hal

ini dibuktikan dengan uji Anova yang menunjukkan

adanya perbedaan signifikan. Dari hasil uji Anova

terlihat bahwa tingkat signifikan panjang daun

adalah 0.000 pada taraf kepercayaan 95 %. Hal ini

berarti bahwa panjang daun tampak perbedaan

yang nyata. Uji Anova terhadap lebar daun juga

menunjukkan ada perbedaan yang nyata, yaitu

tingkat signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan

95%. Diameter bunga menunjukkan tingkat

signifikan 0,000 pada taraf kepercayaan 95%, hal

ini berarti diameter bunga juga menunjukkan

perbedaan yang nyata. Secara morfologi dapat

disimpulkan bahwa antara panjang dan lebar daun

serta diameter bunga terdapat perbedaan yang

nyata.

Setelah diadakan uji lanjut terhadap panjang

dan lebar daun serta diameter bunga dengan DMRT

(Duncan) taraf 5% panjang daun terdapat dua

variasi, lebar daun terdapat tiga variasi, dan

diameter bunga terdapat lima variasi. Jadi terlihat

bahwa diameter bunga menunjukkan lebih

bervariasi dibandingkan dengan daun.

B. Pola Pita Protein 1. Pola pita protein akar A. obesum

Hasil elektroforesis pada gel polyakrilamid

mengenai pola pita protein akar dari keenam

varietas A. obesum dengan Marker kode M 4038

ditunjukkan pada Gambar 2.

kDa

116

97

84

55

36

29

24

M 1 2 3 4 5 6

AKAR

205

14

66

Gambar 2. Pola pita protein akar A. obesum Keterangan : M= Marker

1. var. obesum 4. var. red fanta

2. var. cery 5. var. white bigben

3. var. red lucas 6. var. hary poter

Pola pita protein var. obesum (var. 1) dan

var. cery (var. 2) secara umum tampak lebih tebal

dibanding dengan varietas yang lain, hal tersebut

menunjukkan kandungan proteinnya lebih tinggi

daripada varietas yang lain. Sedangkan var. white

bigben (var. 5) pola pita yang terbentuk ampak

Page 4: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

paling tipis dan paling sedikit, ini berarti

kandungan protein pada varietas tersebut lebih

rendah.

Pita protein dengan berat molekul 6 kDa

dengan jenis protein myosin (Sigma Marker dengan

kode M 4038, 1999) dari 2 (dua) varietas yaitu red

lucas (var. 3) dan red fanta (var. 4)

mengekspresikan pita paling tipis dibandingkan

dengan keempat varietas lainnya. Demikian juga

pita protein dengan berat molekul 69, 96, dan 145

kDa pada varietas white bigben (var. 5) tampak

paling tipis. Ekspresi pola pita yang tipis tidak

berarti bahwa varietas tersebut tidak memiliki jenis

protein tertentu, tetapi mungkin hanya memiliki

satu protein saja.

Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar

varietas digunakan analisis Hierarchical Cluster

Analysis dengan metode Average (Between

Groups) program SPSS 10.00 dan dihasilkan

dendrogram seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Dendrogram pola pita protein akar A. obesum

Hasil analisis menunjukkan bahwa profil

protein pada dendrogram tersebut

mengelompokkan A. obesum yang diuji ke dalam

4 kelompok. Varietas red lucas (var.3) dan var. red

fanta (var.4) bergabung ke dalam satu kelompok,

demikian juga var. obesum (var.1) dan var. cery

(var.2) juga bergabung menjadi satu kelompok,

sedangkan var. hary poter (var.6) dan var. white

bigben (var.5) masing-masing membentuk

kelompok tersendiri

2. Pola pita protein batang A. obesum

Hasil elektroforesis pada gel polyakrilamid

mengenai pola pita protein batang dari keenam

varietas A. obesum dengan Marker kode M 4038

ditunjukkan pada Gambar 4.

kDa

205

116

97

84

66

55

14

6

M 1 2 3 4 5 6

BATANG

45

29

36

Gambar 4. Pola pita protein batang A. obesum

Keterangan :M= Marker

1. var. obesum 4. var. red fanta

2. var. cery 5. var. white bigben

3. var. red lucas 6. var. hary poter

Pola pita protein batang yang terbentuk dari

keenam varietas juga menunjukkan adanya

perbedaan, kecuali pada var. red kucas (var.3) yang

tampak paling tipis bila dibandingkan dengan yang

lain. Apabila dilihat dari kandungan proteinnya

juga tidak menunjukkan perbedaan pita yang jelas.

Pita protein dengan ukuran 92, 109 dan 119 kDa

tidak tampak jelas pada var.red lucas (var. 3) dan

var. red fanta (var. 4), sedangkan yang lain tampak

lebih tebal. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan

protein pada varietas tersebut lebih tinggi daripada

yang lain.

Berdasar Marker protein dengan kode M

4038, pita protein dengan berat molekul 6 kDa

(myosin), dan 66 kDa (carbonyc anhydrase)

dimiliki oleh semua varietas, sedangkan protein

dengan berat molekul 20 kDa (phosphorylase b)

hanya dimiliki var. cery (var. 2) dan var. white

bigben (var.5).

Untuk mengetahui jarak kekerabatan enam

varietas A. obesum dengan menggunakan analisis

Hierarchical Cluster Analysis dengan metode

Average (Between Groups) program SPSS 10.0 dan

dihasilkan dendrogram seperti ditunjukkan pada

Gambar 5.

Page 5: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

Gambar 5. Dendrogram pola pita protein batang A. obesum.

Hasil analisis menunjukkan bahwa profil

protein pada dendrogram pola pita batang,

mengelompokkan A. obesum yang diuji ke dalam 3

kelompok. Varietas obesum (var. 1) dan var. hary

poter (var. 6) bergabung ke dalam satu kelompok,

var. cery (var. 2) dan var. white bigben (var. 5)

bergabung dalam satu kelompok, demikian juga

var. red lucas (var. 3) dan var. red fanta (var. 4).

Varietas yang masuk dalam kelompok yang sama

berarti varietas tersebut memiliki banyak

persamaan dibandingkan dengan perbedaan.

Sedangkan pengelompokan yang lebih jauh ( euclid

distance) terdapat sedikit persamaan.

3. Pola pita protein daun A. obesum

Pola pita protein daun keenam varietas A.

obesum yang terbentuk pada elektroforesis dengan

Marker kode M 4038 ditunjukkan pada Gambar 6.

kDa

116

97

84

66

55

14

6

M 1 2 3 4 5 6

DAUN

205

20

29

36

Gambar 6. Pola pita protein daun A. obesum

Keterangan : M= Marker

1. var. obesum 4. var. red fanta

2. var. cery 5. var. white bigben

3. var. red lucas 6. var. hary poter

Pola pita protein daun yang terbentuk dari

keenam varietas A. obesum menunjukkan

perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa antara

varietas satu dengan yang lain juga terdapat

perbedaan kandungan proteinnya. Varietas obesum

(var. 1) dan var. cery (var. 2) tampak lebih tebal

dibandingkan varietas yang lain, hal ini berarti

varietas tersebut kandungan proteinnya lebih tinggi.

Tetapi var. red lucas (var. 3) dan var. white bigben

(var. 5) mengekspresikan pola pita yang lebih tipis

dibandingkan varietas yang lain, berarti varietas

tersebut kandungan proteinnya lebih rendah.

Pita protein dengan ukuran 155 kDa dimiliki

oleh semua varietas, kecuali var. cery (var. 3)

demikian juga pita protein dengan ukuran 122 kDa

yang tidak dimiliki oleh var. white bigben (var. 5).

Berdasar Marker protein kode M 4038 (Sigma,

1999) pita protein dengan berat molekul 116 kDa

dengan jenis protein α-lactalbumin dimiliki oleh

keenam varietas A. obesum.

Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar

varietas, digunakan analisis Hierarchical Cluster

Analysis dengan metode Average (Between

Groups) program SPSS 10.00 dan dihasilkan

dendrogram seperti ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Dendrogram pola pita protein daun A. obesum.

Page 6: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

Hasil analisis menunjukkan bahwa profil

protein pada dendrogram tersebut

mengelompokkan A. obesum yang diuji kedalam 5

kelompok. Varietas obesum (var. 1) dan var. cery

(var. 2) bergabung dalam satu kelompok,

sedangkan varietas yang lain yaitu var. red lucas

(var. 3), var. red fanta (var. 4), var. white bigben

(var. 5), dan var. hary poter (var. 6) membentuk

kelompok tersendiri.

4. Pola pita protein semua organ A. obesum

Pola pita protein semua organ hasil

elektroforesis dengan Marker M 4038

menggunakan gel polyakrilamid dari keenam

varietas A. obesum ditunjukkan pada Gambar 8. kDa

205

116

97

84

66

55

45

36

14

6

M 1 2 3 4 5 6

SEMUA ORGAN

20

29

Gambar 8. Pola pita protein semua organ A.

obesum (usia dua minggu). Keterangan : M= Marker

1. var. obesum 4. var. red fanta

2. var. cery 5. var. white bigben

3. var. red lucas 6. var. hary poter

Pola pita protein yang terbentuk dari

keenam varietas A. obesum menunjukkan adanya

perbedaan. Hal ini berarti terdapat perbedaan

kandungan proteinnya. Varietas obesum (var. 1)

dan var. red lucas (var. 3) menunjukkan pola pita

yang tebal dibanding dengan yang lainnya. Varietas

cery (var. 2) mengekspresikan pola pita relatif tipis

dibanding dengan yang lain.

Pola pita yang terbentuk pada var. cery (var.

2) menunjukkan paling sedikit, yaitu tujuh pola

pita tidak dimiliki var. cery (var. 2) sedangkan

yang lain memiliki semuanya. Ekspresi pola pita

yang tidak tampak dengan jelas, bukan berarti

tidak memiliki pola pita protein dengan berat

molekul tertentu. Hal ini karena dengan

pengamatan secara visual dimungkinkan bisa

terjadi.

Berdasar Marker dengan kode M 4038

(Sigma, 1999) pita protein dengan berat molekul 6

kDa jenis protein myosin, 20 k Da jenis protein

phosphorylase b, dan 66 kDa dengan jenis protein

carbonic anhydrase dimiliki oleh semua varietas,

kecuali var. cery (var. 2) yang tidak memiliki jenis

protein carbonic anhydrase (66 kDa).

Untuk mengetahui jarak kekerabatan antar

varietas digunakan analisis Hierarchical Cluster

Analysis dengan metode Average (Between

Groups) program SPSS 10.00 dihasilkan

dendrogram seperti ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Dendrogram pola pita protein semua organ A. obesum.

Hasil analisis menunjukkan bahwa profil

protein pada dendrogram tersebut

mengelompokkan A. obesum kedalam 4 kelompok.

Varietas obesum (var. 1) dan var. hary poter (var.

6) bergabung dalam satu kelompok, var. red lucas

(var. 3) dan var. red fanta (var. 4) juga bergabung

menjadi satu kelompok. Sedangkan var. white

bigben (var. 5) dan var. cery (var. 2) masing-

masing membentuk kelompok sendiri.

Bila dibandingkan dengan pola pita protein

pada akar, batang, dan daun terutama varietas cery

(var. 2) pada semua organ tampak paling tipis. Hal

ini dapat terjadi karena pengambilan sampel pada

semua organ dilakukan saat tanaman berumur dua

minggu, sedangkan pengambilan sampel untuk pola

Page 7: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

pita akar, batang, dan daun dilakukan pada tanaman

berumur satu tahun. Pada usia tanaman masih muda

tanaman belum membentuk protein dengan lengkap

atau sempurna, sehingga pola pita protein belum

terekspresi secara maksimal.

KESIMPULAN

Daun yang terpanjang adalah var. red fanta

(8,75) cm dan terpendek var. white bigben (6,44)

cm, daun terlebar adalah var. hary poter (2,99) dan

tersempit var. cery (1,63) cm. Diameter bunga

terbesar adalah var. obesum (7,51) cm dan terkecil

var. red lucas (5,02) cm. Warna daun hijau muda

sampai tua, tidak berbulu, tulang daun polos.

Sedangkan bunga, memiliki warna dasar sama yaitu

merah muda sampai merah tua, walaupun ada yang

berwarna putih. Warna corong pada bunga,

memiliki persamaan yaitu kuning. Di dalam buah

terdapat biji sebesar lidi dengan panjang + 1 cm

berjumlah 60 sampai 80 buah, di kedua ujungnya

terdapat bulu-bulu yang berfungsi sebagai alat

bantu reproduksi (dispersal) dengan angin.

Berdasar analisis pola pita protein pada akar,

batang, daun dan semua organ terlihat bahwa

semuanya memiliki perbedaan kandungan protein

yang ditunjukkan dengan perbedaan ekspresi tebal

tipisnya pola pita protein.

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia,. (2007). Kaya Dari Bisnis Tanaman

Hias. Agromedia. Jakarta.

Artama, W., 1991. Rekayasa Genetika. Pusat Antar

Universitas Bioteknologi Universitas Gadjah

Mada Jogyakarta.

Batoro,. (2007). Kesatuan-kesatuan Klasifikasi

Tumbuhan. www. kabmalang. go. id.

Desember, 16, 2007.

Chuhairy, H., dan M Sitanggang., 2004. Petunjuk

Praktis Perawatan Adenium. PT.

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Crowder, L. V., 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah

Mada University Press. Jogyakarta.

Dwidjoseputro, D., 1984. Pengantar Fisiologi

Tumbuhan. PT. Gramedia Jakarta.

Gardner, P. F., R.B. Pearce, and R.L. Mitchel.,

1985. Physiology of Crop Plants.

diterjemahkan oleh Herawati Susilo., 1991

Universitas Indonesia (UI Press) Jakarta.

Harborne, J.B., 1987. Metode Fitokimia. ITB.

Bandung.

Horwitz, W., and G.W. Latimer, (2005). Official

Methods of Analysis. AOAC International.

Maryland. USA

Kencana, I.P., dan Sintia, M., 2007. Usaha

Adenium di Rumah. PT. Gramedia Jakarta.

Laemmli V.K., 1970. Cleavage of structural

proteins during the assembly of the heat of

bacteriophage T4. Nature. 227, 680.

Lakitan, B., 1993. Dasar-Dasar Fisiologi

Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada

Jakarta.

Lehninger, A.L., 1972. Biochemistry. Worth

Publishers, Inc. New York.

Prawoto, Sudjoko, dan Mariyam S., 1987. Evolusi.

Karunika Universitas Terbuka Jakarta.

Raharjo, S., 1993. Biokimia. Bidang Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan UGM Jogyakarta.

Rothe, G.M., 1995. Electrophoresis of Enzymes.

Springer Verlag. New York.

Santoso, S., 2002. SPSS Versi 10 Mengolah Data

Statistik Secara Profesional. Gramedia.

Jakarta.

Sudarmaji, S., 1996. Teknik Analisa Biokimiawi.

Liberty. Jogyakarta

Setyawan, A.D., Ari S., dan Sutarno., 2002.

Biodiversitas Genetik, Spesies, dan

Ekosistem Mangrove di Jawa. Kelompok

Kerja Biodiversitas Jurusan Biologi Fakultas

MIPA UNS Surakarta.

Sitompil, S.M dan Guritno., 1995. Analisis

Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada

University Press. Jogyakarta.

Soesanti, N., Tetri W., dan Widya M., 2006.

Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Jurusan

Biologi Fakultas MIPA UNS Surakarta.

Soetarso, Nandariyah, dan S. Hariati. 1985. Metode

Pemuliaan Tanaman. UNS. Surakarta.

Sudarmadji, S., 1996. Teknik Analisa Biokimia.

Liberty. Jogyakarta.

Sudarmono (2006). Pendekatan Konservasi

Tumbuhan dengan Teknik Elektroforesis.

Inovasi Online Vol. 7/XVIII/Mei 2007.

Sugih, O., 2002. Adenium Agar Rajin Berbunga.

Penebar Swadaya Jakarta.

Suranto, Sajidan, Harliyono, Winarno K, dan

Hariningsih E.S., 2000. Studi Variasi

Populasi Ipomoea pes-caprae (L) Sweet di

Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta.

BioSmart 2(1): 28-33.

Suranto., 2002. Pengaruh Lingkungan terhadap

Bentuk Morfologi Tumbuhan. Enviro 1(2):

37-40.

Tjitrosoepomo, G., 1988. Taksonomi Tumbuhan

Spermatophyta. Gadjah Mada University

Press. Jogyakarta

Tomasouw, I., dan M Sitanggang., 2005. Membuat

Adenium Berbonggol Indah dan Berbunga

Lebat. PT. AgroMedia Jakarta.

Tranggono, Z Noor., Djoko W., M Gardjito., dan M

Astuti., 1988. Kimia Nutrisi Pangan. PAU

Pangan dan Gizi UGM Jogyakarta.

Widiyanti,. 2007. Studi Variasi Morfologi Biji,

Serbuk Sari dan Pola Pita Isozim Padi

(Oryza sativa) Varietas Rojolele. Tesis.

Program Pascasarjana UNS Surakarta.

Wijaya, S., dan Rahman, L., 2001. Fraksinasi dan

Karakterisasi Protein Utama Biji Kedelai.

ILMU DASAR 2(1): 49-54.

Page 8: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf

Wikipedia,.(2006).Elektroforesisgel.http://id..wikip

edia.org/wiki/Elektroforesis. Desember, 29,

2006.

Wikipedia,.(2007). Adenium.

http://en.wikipedia.org/wiki/Scientific_class

ification. May, 9, 2007.

Wikipedia,.(2007). Isozyme.

http://en.wikipedia.org/wiki/Isozyme. May,

24, 2007.

Wikipedia,. (2007). Varietas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Varietas. Des,

16, 2007.

Page 9: suranto-studi-variasi-morfologi.pdf