Succes Story-CV Mina Laras-Fakhrudin Al Rozi
-
Upload
toshi-firmansyah -
Category
Documents
-
view
648 -
download
0
Transcript of Succes Story-CV Mina Laras-Fakhrudin Al Rozi
RUMPUT LAUT UNTUK KESEJAHTERAAN
Fakhrudin Al Rozi, S.Pi.
CV. Mina Laras
Alumni Technopreneurship Pemuda 2011
Setiap orang ingin bahagia, dengan apapun caranya. Bahagia adalah perasaan senang
dan tenteram, bebas dari segala hal yang menyusahkan. Saya menemukan kebahagiaan ketika
bisa berbagi dengan orang lain, meneliti, menyimpulkan, kemudian memberikan sesuatu yang
bermanfaat bagi orang lain. Inovasi untuk kesejahteraan rakyat, itulah mantra inovasi yang
saya temukan. Tak henti-hentinya mantra tersebut saya rapalkan hingga saat ini mencapai
tahun keenam. Meminjam istilah dari penulis Gus Har Wegig Pramundita, mantra inovasi
tersebut bagai anak panah yang sangat tajam dan sakti sekelas Pasopati milik tokoh
pewayangan Arjuna. Dalam epos tersebut digambarkan betapa dahsyatnya busur panah yang
lepas dari gandhewo Arjuna untuk menghadang laju panah Cundomanik milik Bengawan
Durna.
Kenapa disebut mantra? Karena kata tersebut selalu saya ucapkan setiap saat hingga
mampu “membuat perubahan”. Berbeda dengan mantra sesungguhnya yang diucapkan oleh
dukun/pawang, mantra inovasi ini bersifat universal karena sejatinya merupakan perwujudan
pikiran yang merepresentasikan sebuah tujuan. Mantra inovasi ini sangat sederhana, bagai
reaktor semangat yang siap meledak kapanpun, namun midas. Fokus pada tujuan awal telah
sukses mengantarkanku pada cita-cita terbesar untuk mengabdi di masyarakat. Berbekal
inovasi pascapanen rumput laut, kami mendirikan CV. Mina Laras berbasis pengolahan
sumberdaya kelautan di Kabupaten Bantul Propinsi DIY, mengabdi sebagai ketua Asosiasi
Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan “Projo Mino” Kabupaten Bantul, Penyuluh
Perikanan Swadaya serta kini sedang persiapan mengelola kapal 30 GT di pesisir pantai
selatan Yogyakarta. Bekal awal sebagai peraih penghargaan Rektor UGM dalam bidang
Inovator Kewirausahaan Mahasiswa 2006, Penghargaan Insan UGM Berprestasi bidang
Penelitian 2007 serta berhasil menjadi peserta Technopreneurship Pemuda tahun 2011 adalah
amanah terbesar dalam hidupku. Sebab apa? Sebab kami ingin selalu berbagi terhadap
sesama. Melalui riset, kami kaji setiap permasalahan serta berusaha untuk dapat
menemukan solusinya. Berbagi pengalaman melalui kegiatan penelitian menurut kami adalah
kenikmatan yang tidak tergantikan. Karena kami yakin, inovasi akan mampu menciptakan
1 Rumput Laut
kesejahteraan. Dengan segala macam keterbatasan, kami sodorkan konsep sederhana
membangun perekonomian akar rumput di kampung halaman. Semuanya diukir dalam susunan
4 kata, yakni inovasi untuk kesejahteraan rakyat.
Gambar Tim CV. Mina Laras
Tactic and Explicit Knowledge
Jauh hari sebelum mengikuti kegiatan Technopreneurship Pemuda 2011, terlalu banyak
kegalauan yang menyelimuti diri, dan seminar ilmiah tentang penelitian adalah obatnya.
Kubulatkan tekad untuk mengikuti Seminar Mahasiswa SP2MP: Mengembangkan Budaya
Ilmiah, Meneliti, dan Menulis Publikasi Ilmiah bagi Mahasiswa yang berlangsung di Auditorium
Fakultas Kedokteran Hewan UGM tanggal 22 Oktober 2005. Dari seminar itulah, saya
mendapat pencerahan bahwa dalam melakukan penelitian dibutuhkan 2 macam pendekatan
yakni tactic knowledge dan explicit knowledge. Kedua istilah tersebut saya peroleh dari Dr. Arief
Budi Witarto, M.Eng (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI) serta menginspirasi saya hingga saat
ini. Tactic knowledge didefinisikan sebagai pengetahuan yang tidak terdefinisikan secara teks
tetapi hanya dapat diperoleh dari pengalaman bekerja langsung. Praktisnya, Anda ingin menjadi
tukang memasak yang hebat, maka Anda harus belajar kepada chef terkenal di kota Anda! Atau
jika Anda ingin menjadi peneliti hebat, belajarlah pada peraih Nobel yang Anda kenal! Atau,
Anda ingin menjadi juara dari suatu kompetisi? Belajarlah kepada yang pernah menang pada
kompetisi tersebut! Dari sekian mantra inovasi yang saya rapalkan, disertai dengan bertanya
2 Rumput Laut
pada ahlinya telah mampu mewujudkan satu tahap cita-cita saya untuk bisa mengabdi di
masyarakat perikanan. Dua orang mahasiswa dari 2 universitas berbeda, yakni Sdri. Armita
Fibriyanti dari Institut Pertanian Bogor dan Sdr. Ibnu Sahidir dari Universitas Diponegoro adalah
2 orang guru saya dalam bidang karya tulis. Terimakasih Sahabat, berkat bimbingan Anda
sedikit demi sedikit doa saya terjawab...
Secara aplikasi, saya telah melakukan aktivitas tactic knowledge tersebut saat mengikuti
kegiatan Recognize and Mentoring Program (RAMP) pada tahun 2006. Berbekal informasi dari
teman RAMP, sayapun bisa bertemu Mahasiswi IPB (Sdri. Armita Fibriyanti, terimakasih kisah
inspiratifnya!) dan Sdr. Ibu Sahidir yang berhasil menjuarai Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa
(KKTM) bidang IPA tahun 2005. Tidak hanya itu saja, ternyata sesama peserta RAMP ada juga
yang pernah mengikuti KKTM tersebut. Kesempatanpun tidak saya sia-siakan, saya gali
informasi seputar KKTM dengan harapan ilmu korek tersebut bisa saya terapkan. Dua tahun
kemudian, yakni tahun 2008 saya meraih juara 1 KKTM bidang IPA. Sungguh sangat dramatis!
Ada ilmu yang tidak bisa dipelajari secara lisan, yakni tactic knowledge, yakni bergurulah pada
ahlinya!
Liputan SKH Wawasan, 23 November 2008
Selain tactic knowledge, ada satu ilmu lagi yang harus dipelajari guna meraih keberhasilan
yakni explicit knowledge. Explicit knowledge didefinisikan sebagai pengetahuan yang didapat
dari hasil membaca buku, mendengar kuliah, seminar, jurnal ilmiah, diskusi dan sebagainya.
3 Rumput Laut
Sehingga kedua jenis pendekatan tersebut harus diaplikasikan, apabila kita menghendaki
memperoleh suatu keahlian. Selama kita mengikuti berbagai jenis pembelajaran, saya anggap
kita sedang memasukkan makanan dan minuman ke dalam tubuh kita. Makanan dan minuman
yang berupa keterampilan dan pengetahuan tersebut apabila dapat dikelola dengan baik maka
saya yakin, buah cinta keduanya akan lahir yakni sebuah prestasi!
Jatuh Cinta Pada Riset Kelautan dan Perikanan
Anda kenal dengan pemain IPTEK dunia seperti Albert Einstein? Alexander Graham Bell,
Thomas Alva Edison, atau Alexander Flemming? Kesemua tokoh dunia tersebut berhasil
menemukan teknologi yang hingga kini dapat kita nikmati dalam kehidupan sehari-hari. Apa
yang Mereka lakukan sehingga dapat menjadi inventor, atau lebih tepatnya innovator bahkan
memegang paten terbanyak di dunia? Ya, Mereka melakukan penelitian!. Penelitian atau
research dapat diartikan sebagai “usaha atau kegiatan ilmiah yang sistematis dan terorganisir,
terfokus pada permasalahan tertentu yang membutuhkan solusi”. Research berasal dari kata
re-search (menelusuri kembali) sehingga dapat diartikan sebagai kegiatan penelitian
berkelanjutan dan lebih mendalam.
4 Rumput Laut
Liputan dari Majalah Kabare Kagama, Edisi 163 Mei 2007
Yak! Saya telah jatuh cinta pada penelitian! Merujuk pada hasil karya-karya sebelumnya,
tampaknya usaha saya untuk belajar di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan UGM selama
7 tahun 11 bulan tidaklah sia-sia. Saya cinta laut karena Indonesia adalah Negara Maritim,
sejarah telah membuktikan itu. Tetapi mengapa sebagian besar nelayan masih belum
terjamin kesejahteraannya? Mengapa kemiskinan semakin mendera di tepi-tepi pantai
sepanjang 81.000 km garis Pantai Indonesia? Hal tersebutlah yang menggelitik jiwa saya untuk
membuat suatu inovasi yang mampu mensejahterakan rakyat, setidaknya saya mulai dari
lingkungan terkecil saya di Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul,
Propinsi DIY. Perhatian saya tertuju pada komoditas rumput laut yang banyak terdapat di
sepanjang pesisir Pantai Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DIY. Bagai kendaraan bermotor
yang dikasih zat additive octane booster, semangat saya membuncah hingga ke angkasa guna
mewujudkan cita-cita besar tersebut.
Rumput Laut dan Riset
5 Rumput Laut
Kegiatan riset seharusnya mempunyai track record dan merupakan kegiatan penelitian yang
semakin mendalam. Tujuan riset adalah melahirkan science, technology, dan scitech. Mengapa
riset penting? Hal tersebut disebabkan karena riset memberikan bukti kebenaran suatu ilmu
pengetahuan; riset memberikan bukti bahwa periset benar-benar menguasai ilmu pengetahuan
tersebut; riset juga menegaskan suatu pendapat (hipotesis menjadi tesis) yang akan menjadi
pengetahuan baru; dan riset merupakan jembatan dari ilmu pengetahuan ke teknologinya, dan
sebaliknya. Proposal riset yang menarik lahir dari ide cemerlang. Tapi, itu saja tidak cukup
tanpa direalisasikan dengan keahlian. Keahlian inilah yang sekarang hendak kita dapatkan
melalui meneliti.
Seiring berjalannya waktu, saya fokuskan bidang usaha yang akhirnya mengerucut pada
komoditas rumput laut. Pemanfaatan rumput laut di Indonesia selama ini belum dilakukan
secara optimal, hal ini disebabkan karena masih sedikitnya teknologi pascapanen yang
diterapkan, nilai ekonomis yang rendah, dan status rumput laut sebagai produk agribisnis yang
belum dilirik. Pemanfaatan rumput laut masih cukup sederhana, yaitu dibuat agar-agar atau
sebagai campuran makanan/lalapan atau dikeringanginkan kemudian dijual dengan harga
sangat murah, yaitu Rp 2000/kg. Untuk itu diperlukan pengembangan produk dari rumput laut
dengan tujuan meningkatkan daya terima masyarakat, penggunaan, nilai ekonomis, serta
menggali unsur kewirausahaan dari komoditas yang belum diusahakan tersebut.
Pantai selatan Yogyakarta, khususnya Gunungkidul adalah penghasil rumput laut utama di
Yogyakarta, dengan potensi per tahun mencapai 260 ton, diantaranya adalah Gelidium sp.,
Gracilaria sp., dan Gigartina sp. Rumput laut tersebut hingga kini belum dijadikan produk
olahan, tetapi hanya sebatas menjadi komoditas perdagangan rumput laut kering karena
keterbatasan teknologi pascapanen serta kesulitan dalam kegiatan pengolahan rumput laut
(DKP, 2003). Bahkan menurut Jati (1996) di Gunungkidul terdapat 23 spesies rumput laut
ekonomis yang hingga kini belum dimanfaatkan optimal. Ide riset awal saya bertujuan untuk
meningkatkan nilai ekonomis rumput laut sebagai bahan baku pembuatan reconstituted chips
rumput laut, melihat peluang industri reconstituted chips rumput laut secara finansial, serta
potensi pasar dan pemasarannya. Reconstitued chips berarti membentuk kembali bahan-bahan
yang dikeringkan dan dipadatkan, dalam hal ini adalah pembentukan hancuran rumput laut
menjadi massa dengan total padatan yang tinggi melalui penambahan bahan pengisi. Bahan
pengisi yang kami gunakan adalah jagung lokal karena harganya murah serta nilai nutrisinya
tidak kalah dengan jagung hibrida ataupun jagung super lainnya.
6 Rumput Laut
Gambar Petani Rumput Laut di Pantai Sepanjang, Gunung Kidul
Hasil desain produk didapat formula reconstituted chips rumput laut terbaik adalah formula
campuran hancuran rumput laut, tepung jagung, dan tapioka dengan perbandingan 50% : 50%
dan 25%. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak dikomersilkan dengan
NPV Rp 83.468.929,26, break event point tercapai pada produksi ke 132 kemasan/tahun, pay
back period terjadi pada tahun 1 produksi. Hasil analisis aspek pasar dan pemasaran
menunjukkan bahwa potensi pasar reconstituted chips rumput laut Gracilaria cukup besar,
dimana jumlah permintaan produk sejenis dan suplai bahan baku melimpah.
Apa Itu Reconstitued Chips Rumput Laut?
Reconstituted chips (tortilla) rumput laut merupakan produk makanan ringan dengan
bahan-baku rumput laut yang merupakan potensi lokal Indonesia. Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan produk ini terdiri dari rumput laut (Gracilaria sp., Gelidium
sp., dan Gigartina sp.), tepung jagung, dan bumbu. Jumlah prosentase bahan kering
rumput laut yang digunakan dalam pembuatan reconstituted chips rumput laut mencapai
50% total bahan. Warna reconstituted chips rumput laut pun bisa dimodifikasi, yaitu
melalui aplikasi sayur-mayur sebagai pewarna alami. Pada tahap orientasi, dihasilkan 4
jenis warna chips “Pelangi”, yaitu warna merah yang berasal dari bayam merah, warna
hijau dari seledri, warna cokelat dari bubuk cokelat, serta warna original (kuning) seperti
pada Gambar di bawah ini.
7 Rumput Laut
Chips Warna Merah Chips Warna Kuning Chips Warna
Cokelat
Gambar Produk Reconstituted chips Rumput Laut
Proses pembuatan diawali dengan pengukusan rumput laut, pembuatan hancuran rumput laut,
selanjutnya dilakukan pencampuran antara hancuran rumput laut, tepung jagung, tepung
tapioka, dan bumbu sehingga didapat suatu adonan. Adonan kemudian dicetak, dipotong,
digoreng, serta ditiriskan dan diberi seasonings untuk menambah kelezatan produk. Produk
kemudian dikemas dalam wadah yang tertutup rapat. Gambar proses pembuatan reconstituted
chips (tortilla) dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar Proses Pembuatan Reconstitued Chips (Tortilla) Rumput Laut
Peralatan yang dipergunakan merupakan peralatan yang relatif sederhana dan banyak tersedia
di took-toko peralatan memasak. Peralatan yang dipergunakan seperti unit pencucian, tangki
perebusan, alat pencetak produk, kompor, panci penggorengan, mesin pengemas, dan alat
sentrifugasi. Harapannya, produk ini mampu diduplikasi serta dikembangkan kepada
masyarakat sehingga akan memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, terutama yang
8 Rumput Laut
ingin mengusahakan potensi lokal daerah. Gambar Peralatan yang digunakan dalam
pembuatan reconstituted chips (tortilla) rumput laut dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar Proses Pembuatan Reconstitued Chips (Tortilla) Rumput Laut
Produk reconstituted chips (tortilla) rumput laut tepat diaplikasikan karena produk yang
dihasilkan memiliki banyak keunggulan. Berdasarkan kandungan zat gizi yang lengkap pada
rumput laut, serta berbagai asam amino esensial dari rumput laut maka Gracilaria sp., Gelidium
sp., dan Gigartina sp. berpotensi sebagai salah satu alternatif pangan fungsional. Pangan
fungsional adalah pangan yang secara alami maupun telah melalui suatu proses mengandung
satu atau lebih senyawa yang berdasarkan hasil kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi
fisiologis bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan gizi pada reconstitued chips (tortilla) rumput
laut yakni air 2,616%; mineral 8,795%; protein 11,231%; lemak 20,560%; serat kasar 8,126%;
karbohidrat 49,067%; kalsium 0,800%; phospor 0,667% serta energi 422,36 kalori/100 gram
produk (hasil analisis laboratorium 29 September 2009).
Reconstitued Chips Rumput Laut dan Pemberdayaan Masyarakat
Hasil penelitian harus bersifat objektif, dapat diulang, dan dapat dikomunikasikan. Perlu kita
ketahui bersama bahwa untuk menghasilkan formulasi yang terbaik, saya telah
menginvestasikan waktu sedikitnya 2 tahun guna mendapatkan reconstitued chips rumput laut
yang benar-benar ideal. Obyektivitas memerlukan akurasi data sehingga riset harus dikerjakan
dengan teliti. Reprodusibilitas menuntut kejujuran dalam mengambil maupun menganalisa data.
Semantara itu, bentuk pertanggungjawaban penelitian itu adalah mengkomunikasikannya ke
masyarakat ilmiah maupun masyarakat luas. Dalam merancang penelitian, ada 8 tahap yang
9 Rumput Laut
umumnya dilalui oleh peneliti. Pertama adalah observasi permasalahan. Seperti kata pepatah
”persiapan yang matang adalah setengah dari kemenangan”. Tanpa observasi masalah
yang jelas, penelitian bisa saja sekedar perulangan atau tidak benar-benar menuntaskan
permasalahan. Kedua pengumpulan data awal. Obesrvasi permasalahan tidak lengkap tanpa
disertai pengumpulan data awal. Ketiga adalah pendefinisian masalah. Jangan sampai salah
menyangka sesuatu nampak penting hanya karena publisitas besar, sementara permasalahan
inti belum terselesaikan. Tahap ke-4 adalah pembentukan kerangka teori yaitu suatu model
konsep yang melandasi keseluruhan aktivitas penelitian yang diperlukan. Tahap ke-5 adalah
hipotesa, yaitu dugaan ilmiah tentang pemecahan ilmiah berdasar kerangka teori yang telah
dibentuk. Tahap ke-6 adalah desain riset. Peran pembimbing sangat penting disini karena
dengan pengalamannya akan mengarahkan desain riset yang efektif. Tahap ke-7 adalah
koleksi data, analisa, dan intrepretasi data. Tahapan inilah yang biasanya dianggap sebagai
aktivitas penelitian itu sendiri. Tahap ke-8 adalah penarikan kesimpulan melalui intrepretasi
terhadap hasil analisa data. Dari penarikan sesimpulan tersebut, peneliti biasanya membuat
rekomendasi. Apabila kita menyimak, dapat dilihat dari nomor 1-6 hampir semuanya adalah
proses persiapan. Jadi, memang benar kata pepatah ”persiapan yang matang adalah setengah
dari kemenangan”.
Dari kesemua 8 tahapan riset tersebut, kesemuanya telah saya lalui baik suka maupun
dukanya. Semuanya mengalir begitu saja karena memang setiap tahapannya saya nikmati.
Ketika sedang menunggu dosen untuk konsultasi skripsi, tiba-tiba handphone di saku saya
berdering. Nomornya memang belum saya kenal, tetapi tanpa ragu saya angkat HP tersebut.
Tidak saya sangka, ternyata yang menelepon adalah Bapak Subarta, S.Sos yakni Bapak
Kepala Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul. Beliau menawarkan
kepada saya untuk membentuk kelompok pemberdayaan masyarakat, karena dari pihak Desa
Pendowoharjo terdapat pos dana pembentukan kelompok usaha baru. Tanpa ragu, saya
nyatakan siap untuk berpartisipasi dalam pembentukan kelompok pemberdayaan masyarakat
tersebut. Sebab, sudah lama saya ingin ”melebur” di masyarakat sekaligus menjawab
kegelisahan saya selama ini, yakni ingin bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Melalui
bimbingan dari pemerintah Desa Pendowoharjo pula, kami akhirnya mampu membentuk
kelompok yang benar-benar solid dan eksis hingga kini. Satu diantara sekian doa saya yakni
mempunyai kelompok usaha, terjawab sudah.
10 Rumput Laut
Mantra inovasi belum selesai saya rapalkan, tetapi ada sedikit kebanggaan bahwa saya telah
bisa berbuat sedikit bagi masyarakat sekitar saya, tepatnya di Desa Pendowoharjo. Desa
Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul adalah suatu wilayah agraris dengan luas
lahan 3.478.101 hektar yang sebagian besar ditanami tanaman palawija. Daerah ini mampu
menghasilkan potensi jagung lokal sebesar 248.435 ton setiap tahunnya. Keberhasilan dari
usaha berbasis agrotechnopreneurship ini tidak akan di gunakan hanya demi kemakmuran
perorangan atau hanya sekelompok kecil saja. Tapi harapannya usaha ini bisa membina
technopreneur-technopreneur baru yang handal serta berbasis IPTEK. Sehingga akan muncul
orang-orang kreatif dan inovatif muda yang siap menghasilkan produk-produk baru yang
bermanfaat, khususnya dari bahan pangan lokal. Semakin banyak perusahaan yang
berdedikasi tinggi terhadap generasi muda untuk berwirausaha, maka akan mengurangi jumlah
pengangguran yang besar di Indonesia. Selain itu perusahaan ini nantinya juga berusaha untuk
membantu nelayan-nelayan kecil yang susah berkembang untuk dikembang menjadi skala
besar yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dengan terbentuknya pengusaha-
pengusaha handal berbasis pemanfaatan sumberdaya lokal serta berbasis IPTEK, maka akan
memperkokoh perekonomian nasional. dengan perekonomian yang kuat Indonesia akan siap
menjadi petarung tangguh dalam segala bidang dalam menghadapi era globalisasi.
11 Rumput Laut