Subglottic Stenosis (SGS) Pasca Trauma Inhalasi
Transcript of Subglottic Stenosis (SGS) Pasca Trauma Inhalasi
72
SubglotticStenosis(SGS)PascaTraumaInhalasi
JilvientasiaGodiveLilihataa*,IswinarnoDosoSaputroa,LyndaHariania
aDepartmentofPlasticReconstructiveandAestheticSurgery,FacultyofMedicineUniversitasAirlangga*Correspondingauthor:JilvientasiaGodiveLilihata-FacultyofMedicineUniversitasAirlangga.
ARTICLEINFO
ABSTRAK
KataKunci:Laryngotrachealstenosis,lukabakar,traumainhalasi*Correspondingauthor:JilvientasiaGodiveLilihataEmailaddress:[email protected]:Received:12Oktober2021Accepted:19November2021
Latar Belakang: Laryngotracheal stenosis (LTS) terjadi pada 24-53% pasienpascatraumainhalasi1.InsidenkomplikasipascapembedahanLTSadalah33-34%danmortalitaspascapembedahanadalah1,5-2%2.SGSseringterjadipadacederainhalasipascaintubasi1.Laporan Kasus: Pasien dengan luka bakar pada area wajah dan keempatekstremitas, akibat ledakan tabung gas pada ruangan tertutup. Sembilan jampasca trauma, pasien mengeluhkan kesulitan bernapas. Pasien diintubasiselama2haripascatraumadan5kaliintubasilainnyadenganETTcuff6,5mmuntuk tindakan operasi. Tidak ada data tekanan cuff pasien. Hari ke-38perawatan di rumah sakit, pasien mengeluh suaranya serak dan terkadangmerasasulitbernapas.Hasilfiberopticlaryngoscopy(FOL)pasienmenunjukan30% penyempitan pada subglotis. Pasien didiagnosis dengan SGS stadium 1.Pasientidakmembutuhkantindakanpembedahandanhanyadiobservasi.Diskusi: Evaluasi FOL perlu dilakukan sejak awal cedera inhalasi3. EvaluasiFOL pada pasien kami baru dilakukan setelahmuncul gejala SGS. Risiko LTSmeningkat sesuai dengan keparahan cedera inhalasi, keparahan reaksiinflamasi, durasi intubasi (lebih dari 10 hari), ukuran ETT yang besar, danintubasiberulang.TekanancuffpadaETTdapatmengakibatkanpembentukanskardanstenosispadasubglotis1.Tekanancuffyangdirekomendasikanadalah20-30cmH2O.Tekanancuffperludiukurdandisesuaikantiap4-12jam4.Pasienkamidiintubasisebanyak6kali, tanpapengukurantekanancuff.StadiumSGSyang sering digunakan adalah Cotton Meyer staging. Stadium 1 SGS tidakmembutuhkantindakanpembedahan5.Kesimpulan: Sekuel cedera inhalasi pada subglotis dapat dicegah denganmelakukanintubasisesuaiindikasidanmenggunakanETTukurankecildengantekanancuffyangtidakterlalutinggi.
LATARBELAKANG
Luka bakar adalah jenis traumakeempat tersering di dunia6. Tahun 2018-2020, terdapat 307 pasien luka bakar yangdirawatdiRumahSakitUmumDaerah(RSUD)Dr.Soetomo(DataLukaUnitLukaBakarRSUDDr.Soetomo, 2020). Insiden cedera inhalasi
pada pasien luka bakar mencapai 10 – 20%,denganmortalitas10–30%7.
Fiber optic bronchoscopy (FOB) adalahgold standart untuk semua pasien yangdicurigai mengalami trauma inhalasi8.Berdasarkan hasil bronkoskopi padapenelitianYouetal.,cederalaringpadapasien
JurnalRekonstruksi&Estetik,Vol.06,No.2,Juli-Desember2021
73
traumainhalasimencapai83%7. Sekitar30%edema laring dapat mengakibatkan obstruksijalan napas, sehingga harus ditatalaksanasegera dengan intubasi endotrakeal atautrakeostomi.Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanisdapat menyebabkan sekuel berupa stenosislaringotrakeal,denganinsiden24–53%padapasiencederainhalasi6.Stenosislaringotrakealmerupakan jaringan parut saluran napasobstruksi kronis yang mengakibatkanperubahan suara, kemampuan menelanpasien, higga sesak napas9. Tekanan dariendotracheal tube (ETT) cuff dapatmengakibatkan skardan stenosis pada laring,dengan bagian tersering adalah subglotis6.Laporan kasus ini akan membahas mengenaiSGS pada pasien trauma inhalasi pascaintubasi.
LAPORANKASUS
Pasien perempuan, usia 45 tahundatangdengankeluhanlukabakarpadawajah,leher, dan keempat ekstremitas, akibatledakantabunggasdidalamruangantertutup.Pasien sempatmemadamkan api sendirian didalam ruangan tersebut sekitar 30 menit.Pasien mengalami sesak, lemas, suara serak,alis dan bulumata terbakar, serta ditemukanjelagadilubanghidung.
Pasien mendapatkan oksigen dengannon-rebreathing mask 15 L/menit dengansaturasioksigen99-100%dirumahsakit(RS)DarmoSurabaya. Sembilan jampasca trauma,pasien mengeluhkan semakin sesak. Sebelummenuju RSUD Dr. Soetomo, pasien diintubasidengan endotracheal tube (ETT) nomor 6,5danisicuff5cc.Hasilanalisagasdarah(AGD)pasienmenunjukanasidosismetabolikringan,dengan pH 7,4 (normal : 7,35 – 7,45) danHCO3- 18,3 mmol/L (normal : 20 – 26mmol/L). Luas luka bakar pasien 51,5% totalbody surfacearea (TBSA) (Gambar1;Gambar2;Gambar3;Gambar4).
Gambar1.Fotoklinispasienregio facialis (A)Tampaklateral kiri. (B) Tampak depan. (C) Tampak lateralkanan.
Gambar2. Foto klinis pasien regioextremitas superiorsinistra.(A)Tampaksisidorsal.(B)Tampaksisivolar.
Gambar3. Foto klinis pasien regioextremitas superiordextra.(A)Tampaksisivolar.(B)Tampaksisidorsal.
Lilihata:SubglotticStenosis…
74
Gambar 4. Foto klinis pasien regio extremitas inferiordextra dan sinistra. (A) Tampak sisi anterior. (B)Tampaksisiposterior.
Pasienmenggunakan ETT selama 2 hari
pasca trauma dan diekstubasi ketika tandavital danAGDnormal. Beberapa jam sebelumekstubasi,pasienmengakusadardanberusahaberbicara karena tidak menyadari sedangterpasang ETT, hingga ada dokter yangmenjelaskankepadanya.Pasiendiintubasilagisebanyak5kalidenganETTcuff6,5mmuntuktindakanoperasi.Sejakintubasipertama,tidakadadatatentangtekanancuffETTpasien.
Hari ke-38 perawatan di rumah sakit,pasien mengeluhkan suaranya menjadi serakdibandingkandengansebelummengalamilukabakar. Sebelumnya pasien sering bernyanyidengan suara tinggi di gereja, tetapi sekarangpasientidakdapatmelakukanhaltersebutlagi.Terkadangpasienjugamerasasulitbernapas.
Pasien dikonsulkan ke dokter spesialistelingahidungdantenggorokan–kepalaleher(THT-KL).Hasil fiberoptic laryngoscopy (FOL)pasien menunjukan 30% penyempitan padasubglotis (Gambar 5). Pasien didiagnosisdenganSGS stadium1 (Tabel1). Pasien tidakmendapaktkan tatalaksana dari dokterspesialis THT-KL, hanya diobservasi dan
disarankan menggunakan ukuran ETT yanglebihkecil.
Gambar5.Temuanfiberopticlaryngoscope
Tabel1.CottonMeyerstaging6
DISKUSI
Riwayat paparan asap di dalamruangantertutup,lukabakarpadaareawajah,dan temuan laboratorium asidosis metabolikmerupakan indikator trauma inhalasi yangterjadi pada pasien kami. Penampakan kliniscederapada laringberupakesulitanbernapaspada4–24jampascatraumajugaterjadipadapasien kami, yaitu sesak yang baru terjadi 9
JurnalRekonstruksi&Estetik,Vol.06,No.2,Juli-Desember2021
75
jam pasca trauma10. Evaluasi FOL perludilakukansejakawalcederainhalasi3.EvaluasiFOLpadapasienkamibarudilakukan setelahmuncul gejala SGS. Risiko LTS meningkatsesuai dengan keparahan cedera inhalasi,keparahan reaksi inflamasi, durasi intubasi(lebih dari 10 hari), ukuran ETT yang besar,dan intubasiberulang.TekanancuffpadaETTyang tinggi dapat mengakibatkanpembentukan skar dan stenosis padasubglotis1. Pasien sadar yang terintubasicenderung mengalami peningkatan tekanancuff, karena usaha berbicara atau bergerak.Oleh sebab itu tekanan cuff ETTperlu diukurdan disesuaikan tiap 4-12 jam, dengan nilaiyangdirekomendasikan20-30cmH2O4.Pasienkami diintubasi sebanyak 6 kali, tanpapengukuran tekanan cuff. Stadium SGS yangseringdigunakanadalahCottonMeyerstaging5(Tabel1).
Penelitian Andrill et al., menunjukan108pasienstenosislaringotrakealringanyangmendapat tatalaksana memiliki angkakeberhasilan hingga 99% tanpa adanyamortalitas11. Berdasarkan data Wright et al.,komplikasi pasca operasi pada 392 pasienstenosis laringotrakeal ringan, sedang, danberat adalah 33–34%, denganmortalitas 1,5–2%12. Stenosis laringotrakeal memilikiprognosis yang baik bila dilakukanpencegahan, diagnosis, dan intervensi dinisebelumterbentukkontrakturataukerusakankartilago13.Stadium1SGStidakmembutuhkantindakanpembedahandandapatdiobservasi5.
KESIMPULAN
Sekuel cedera inhalasi pada subglotisdapat dicegah dengan melakukan intubasisesuaiindikasipadapasiendanmenggunakanETT ukuran kecil dengan tekanan cuff yangtidakterlalutinggidanterpantau.Pencegahan,diagnosis, dan tatalaksana yang cepat dantepat perlu diketahui dan dilakukan paraklinisi, sehinggadapatmemberikanprognosisyanglebihbaikpadapasien.
DAFTARPUSTAKA
1. TracyLF, Shehan J,GrilloneGA.UpperAirwayBurn Injury. Operative Techniques inOtolaryngology - Head and Neck Surgery.2020;31(4)295–300.
2. WrightCD,LiS,GellerAD,etal.PostintubationTracheal Stenosis: Management and Results1993 to 2017. Annals of Thoracic Surgery.2019;108(5):1471–7.
3. Valdez TA, Desai U, Ruhl CM, et al. EarlyLaryngealInhalationInjuryandItsCorrelationwith Late Sequelae. Laryngoscope J.2006;116:283-7.
4. SoleML,PenoyerDA,SuXG,etal.Assessmentof Endotracheal Cuff Pressure by ContiuousMonitor: A Pilot Study. American J of CriticalCare.2009;18(2):133-43.
5. Wasserzug O, DeRowe A. Subglottic Stenosis:CurrentConceptsandRecentAdvances.IntJofHeadandNeckSurgery.2016;7(2):97-103.
6. Greenhalgh DG. The New England Journal ofMedicine.2019;380:2349-59.
7. YouK,YangH,KymD,etal.InhalationInjuryinBurn Patients: Establishing the Link BetweenDiagnosis and Prognosis. Burns J.2014;40(8):1470-5.
8. Jeschke MG, Wolf SE. Handbook of BurnsVolume1.Switzerland:Springer;2020.
9. Lowery AS, Dion G, Thompson C, et al.Incidence of Laryngotracheal Stenosis afterThermal Inhalation Airway Injury. AmericanBurnAssociationJ.2019;40(6):961-5.
10. Australia-New Zealand: Australian & NewZealandBurnAssociation(ANZBA).EmergencyManagement of Severe Burns 18th edn.Australia-NewZealand:ANZBA.2016.
11. D’Andrilli A, Venuta F, Rendina EA. SubglotticTrachealStenosis. JournalofThoracicDisease.2016;8(2):140-7.
12. WrightCD,LiS,GellerAD,etal.PostintubationTracheal Stenosis: Management and Results1993 to 2017. Annals of Thoracic Surgery.2019;108(5):1471-7.
13. Nikolovski N, Barsova GK, Pejkovska A.Laryngotracheal Stenosis: A Retrospective
Lilihata:SubglotticStenosis…
76
14. Analysis of Their Aetiology, Diagnose andTreatment. Open Access Macedonian J ofMedicalSciences.2019;7(10):1649-56.
PEDOMAN PENULISAN
Makalah hasil penelitian tidak lebih dari 30 halaman yang
diketik dengan spasi ganda jarak tepi-tepi kertas dengan tulisan
adalah 2,5 cm dengan huruf times new roman ukuran 12 poin pada
kertas A4 (21x29,7 cm). Komunikasi singkat dan laporan
pendahuluan tidak lebih dari 10 halaman yang diketik sama seperti di
atas. Tinjauan Pustaka dan laporan kasus tidak lebih dari 20 halaman.
Penulis diminta mengirimkan tiga eksemplar naskah kepada editor
yang dilengkapi dengan disket berisi naskah tersebut dan pernyataan
tertulis yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah
tersebut belum dipublikasikan. Makalah dialamatkan kepada redaksi
Jurnal Rekonstruksi & Estetik Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga, Jl. Mayjend Prof. Dr. Moestopo No. 6-8, Surabaya60131.
Makalah disampaikan dalam format word document (*.docx) dan dua
berkas salinan (print out).
Naskah disusun dengan urutan sebagai berikut :
a) Judul dan Artikel dalam bahasa Indonesia. Dalam halaman
judul, berisi judul makalah yang ditulis ringkas dan tidak
menggunakan singkatan. Nama penulis yang dicantumkan
haruslah orang yang ikut bertanggung jawab terhadap isi
makalah dan telah memberikan kontribusi dan substansial
dalam konsep dan desain atau analisis dan intrepretasi data,
penulisan makalah atau melakukan revisi, pembuatan
makalah versi terakhir yang akan dipublikasikan. Nama
penulis dan institusi atau lembaga untuk korespondensi
dilengkapi nomer telepon, faks, dan email.
b) Abstrak dibuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris
berbentuk abstrak terstruktur, memuat inti pendahuluan,
metode, hasil terpenting dan simpulan utama (tidak lebih
dari 250 kata untuk hasil penelitian dan 150 kata untuk
laporan kasus, komunikasi singkat atau laporan
pendahuluan. Disertai kata kunci (3-10 kata) (Abstract
beserta key word).
c) Isi makalah tersusun dalam urutan : judul, pendahuluan,
metode, hasil, diskusi dan kesimpulan. Tidak diperkenankan
menggunakan singkatan yang tidak lazim. Data hasil ukur
menggunakan sistem unit internasional. Angka di awal
kalimat ditulis lengkap dalam huruf tereja. Pencantuman
nomor daftar pustaka, nomor gambar dan table tersususn
sesuai urutan kemunculan isi. Gunakan angka arab yang
ditulis superscript untuk merujuk daftar pustaka.
d) Metode mengandung klarifikasi bahan yang digunakan dan
bagan dari eksperimen. Referensi harus disertakan untuk
metode yang tidak diketahui.
e) Metode Statistik. Metode statistic yang digunakan harus
diterangkan dalam bab metodologi dan untuk metode yang
jarang digunakan harus diterangkan secara detail serta
diberi keterangan rujukannya.
f) Hasil Diskusi harus dapat menjelaskan hasil dari penelitian.
g) Ucapan Terima Kasih terbatas untuk pemberi bantuan
teknis dan atau dana serta dukungan dari pemimpin
institusi.
h) Daftar pustaka disusun sesuai dengan ketentuan
Vancouver. Sebaiknya tidak lebih dari 25 buah dan berupa
rujukan terbaru dalam suatu decade terakhir. Rujukan
diberi nomor sesuai urutan pemunculannya dalam narasi.
Hindari penggunaan abstrak dan komunikasi pribadi kecuali
sangat esensial. Nama jurnal disingkat sesuai yang
tercantum dalam Index Medicus. Rujukan yang telah
diterima namun belum diterbitkan dalam suatu jurnal
ditulis sesuai aturan dan tambahan : Inpress. Dalam
membaca contoh ini dan nantinya dalam menulis rujukan
harap diperhatikan urutan letak penulis, judul artikel, nama
jurnal (nama buku), tahun, volume (nomer) dan halaman
serta tanda baca di antaranya. Cantumkan nama semua
penulis bila tidak lebih dari 6 orang; bila lebih dari 6 orang
penulis, tulis nama 6 penulis pertama diikuti oleh et al.
i) Gambar dan tabel, beserta keterangannya. Disajikan dalam
lembar terpisah. Judul table diletakkan di atas dan setiap
table teridentifikasi dengan nomer yang ditulis dalam
bahasa arab. Setiap singkatan dalam table diberi keterangan
sesuai urutan alphabet berupa catatan di bawah tabel.
Gambar diberi nomer dengan angka arab dan
nama/keterangan yang ditulis di bawah. Foto bila ada
disertakan dalam kertas kilap dan diberi keterangan seperti
gambar. Keterangan pada gambar dan tabel harus cukup
informative, sehingga mudah untuk dimengerti. Permintaan
pemuatan gambar berwarna akan dikenakan biaya
reproduksi. Foto dikirimkan dalam kemasan yang baik;
kerusakan bukan tanggung jawab redaksi. Gambar dalam
bentuk grafik harus asli (bukan hasil fotocopy) dengan
ukuran lebar (sisi horizontal) maksimum 8,5 centimeter.
Angka dan huruf keterangan gambar menggunakan huruf
bertipe Times New Roman berukuran 8 poin. Gambar dalam
bentuk foto hitam putih dicetak pada kertas licin berukuran
kartu pos. Angka huruf yang digunakan dalam tabel juga
menggunakan huruf bertipe Times New Roman berukuran 8
poin.
Contoh penulisan daftar rujukan
Artikel dalam jurnal
Cantumkan 6 penulis pertama kemudian diikuti dengan et al.
Bila lebih dari 6 penulis :
1. Parkin DM, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Friedl HP, Ivanov
E, et al. Childhood leukemia in Europe after Chernobyl: 5
year follow up. Br J Cancer 1996 ; 73: 1006-12.
Organisasi sebagai penulis
1. The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical
exercise stress testing. Safety and performance guidelines.
Med J Aust 1996, 164: 282 – 4.
Tanpa nama penulis
1. Cancer in South Africa (editorial). S Afr Med J 1994; 84 : 15
Buku dan monograf
Penulis perorangan
1. Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for
nurses. 2nded. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996.
Editor sebagai penulis
1. Norman IJ, Redfern SJ. Mental health care for elderly people.
New York : Churchil Livingstone ; 1996.
Organisasi sebagai penulis dan penerbit
1. Institute of Medicine (US). Looking at the future of the
Medicaid program. Washington (DC) : The Institute ; 1992.
Bab dalam buku
1. Philips SJ, Whsnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh
JH, Brenner BM, editors. Hypertension : pathophysiology,
diagnose and management. 2nd ed. New York : Raven Press;
1995. P. 465-78