STUDY ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN ZAKAT HASIL PERTANIAN...
Transcript of STUDY ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN ZAKAT HASIL PERTANIAN...
i
STUDY ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN ZAKAT
HASIL PERTANIAN DI DS. PANGKALAN
KEC. KARANGRAYUNG, KAB. GROBOGAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Mu'amalah
Oleh:
ANNIK PUJIATUN 2103203
FAKULTAS SYARI'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2008
ii
DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO FAKULTAS SYARI'AH
PENGESAHAN
Nama : Annik Pujiatun NIM : 2103203
Judul : STUDY ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN ZAKAT
HASIL BUMI PERTANIAN DI DESA PANGKALAN
KECAMATAN KARANGRAYUNG KABUPATEN
GROBOGAN
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari'ah Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlaude / baik / cukup, pada tanggal : 31 Januari 2008
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (SI)
tahun akademik 2008/2009.
Semarang, 1 Februari 2008
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
H. Abdul Ghofur, M.Ag Rustam DKAH, M. Ag NIP. 150 279 723 NIP. 150 289 260
Penguji I Penguji II
Dra. Hj.Siti Mujibatun, M.Ag Dra. Hj. Ma,rifatul Fadhilah, M. Ed. NIP. 150 231 628 NIP. 150 240 104
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sahidin, M. Si Rustam DKAH, M. Ag NIP. 150 263 235 NIP. 150 289 260
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 Ngaliyan Telp. (024) 7601291 Semarang
iii
Drs. Sahidin, M. Si. Jl. Merdeka Utara 1/ B. 9 Ngalian Semarang Drs. Rustam DKAH, M. Ag Jl. Jati Sari Permai Blok A 9 No.7 Mijen Semarang
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks.
Kepada Yth.
Hal : Naskah Skripsi Dekan Fak. Syari'ah
A.n. Sdri. Annik Pujiatun IAIN Walisongo Semarang
Di Semarang
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama
ini saya kirim naskah skripsi saudari :
Nama : Annik Pujiatun
Nomor Induk : 2103203
Jurusan : Mu’amalah
Judul : “STUDY ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN
ZAKAT HASIL PERTANIAN DI DS.
PANGKALAN, KEC. KARANGRAYUNG, KAB.
GROBOGAN”.
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqasyahkan.
Demikian harap menjadi maklum.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sahidin, M. Si. Drs. Rustam DKAH, M, Ag NIP. 150 263 235 NIP. 150 289 260
iv
MOTTO
☺⌧
☺
)٢٦١ :البقراة(
Artinya : Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah
seperti biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada
seratus biji.*
* Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya : Duta Ilmu, 2005, hlm.
55
v
PERSEMBAHAN
Ayah bunda tercinta, kasih sayangmu, perhatianmu, jerih payahmu dan
ketulusanmu hanya mampu kubalas dengan sebuah karya yang tak berharga
dan akhirnya sebagai kata terucap : “Terima kasih buat kalian atas semua
yang telah diberikan dengan tulus.”
Adikku, Lilik dan F3, kenakalanmu, kelucuanmu, canda tawamu, tangismu,
yang telah mengisi dimensi ruang dan waktuku.
Om Bikis yang selalu memotivasi dan memberi semangat tanpa bosan dan
henti.
Teman-temanku yang ada di IAIN Walisongo yang selalu kurepotkan.
Buat Mas X-O, kamu adalah inspirasiku, cahaya terangmu telah memberi
warna indah dalam hidupku.
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak
berisi materi yang telah pernah ditulis oleh
orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 16 Januari
2008
Diklarator
ANNIK PUJIATUN NIM. 032311203
vii
ABSTRAK
Zakat adalah sesuatu yang diberikan orang sebagai hak Allah kepada yang berhak menerima antara lain para fakir miskin, menurut ketentuan-ketentuan agama Islam. Akan tetapi dalam kenyataan hidup bermasyarakat terjadi ketidaksesuaian antara teori dan praktek, terutama masyarakat di desa pangkalan kecamatan karangrayung kabupaten Grobogan mensosialisasikan kewajiban zakat hasil pertanian tidak berdasarkan ketentuan hukum Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pelaksanaan zakat hasil pertanian yang ada di Kelurahan Pangkalan dan bagaimana faktor-faktor yang menjadi kendala masyarakat dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian. Jenis penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan) yang dilaksanakan di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. Metode pengumpulan data melalui observasi wawancara dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan metode deskriptif analisis. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu observasi wawancara dan dokumentasi. Dalam hal ini, informasi yang telah dikumpulkan dipilah-pilah dan kemudian dikelompok-kelompokan sesuai dengan rincian masalahnya masing-masing. Kemudian informasi tersebut dihubung-hubungkan dan dibanding-bandingkan antara yang satu dengan yang lain dengan mempergunakan proses berfikir rasional, analitik, kritik dan logis, untuk dicari pelaksanaan dan perbedaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pelaksanaan zakat hasil pertanian di Kelurahan Pangkalan menggunakan sistem kebiasaan, muzaki tidak memakai ketentuan dasar hukum Islam. Sedangkan kesadaran masyarakat dalam mengeluarkan zakat dengan sukarela itu dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu dari dalam muzaki sendiri ataupun dari pihak lain.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah senantiasa kami ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur
kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Teriring shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalahnya untuk seluruh
umat manusia.
Dengan melewati berbagai cobaan dan rintangan Alhamdulillah penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini. Awalnya penulis merasa
pesimis untuk bisa menuangkan dan menganalisa skripsi, namun berkat arahan
dan bimbingan Bapak Drs. Sahidin, M.Si, dan Bapak Drs. Rustam DKAH, M.Ag,
akhirnya penulis mempunyai semangat dan kekuatan untuk menyelesaikan
tantangan yang dirasa sangat berat. Meskipun penulisan ini membutuhkan
konsentrasi kerja yang serius dan melelahkan, tetapi terasa menyenangkan.
Meski telah berusaha semaksimal mungkin, skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa bantuan yang terhormat :
1. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Bapak Drs. Sahidin, M.Si, selaku Pembimbing yang telah meluangkan
waktunya hanya semata-mata untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Drs. Rustam DKAH, M.Ag., selaku wali stuy sekaligus pembimbing
yang selalu memberikan motivasi belajar bagi penulis.
4. Dosen dan Civitas Akademika dilingkungan Fakultas Syari’ah.
5. Semua masyarakat Kelurahan Pangkalan yang ikut terlibat dan telah
merelakan waktunya untuk membantu memberi informasi mengenai
permasalahan yang penulis bahas.
ix
6. Bapak dan ibu tercinta terima kasih atas cinta, kasih sayang serta pengorbanan
yang engkau berikan dalam setiap detiknya hingga saat ini.
7. Adik-adikku yang selalu menghiasai hari-hari dan memberikan semangat bagi
penulis.
8. Saudara-saudaraku termasuk om yang selalu memberi motivasi, bimbingan
dan arahan dengan tanpa jenuh, perjuangan dan kebaikan kalian tidak akan
penulis lupakan sepanjang umurku.
9. Teman-temanku semua, terima kasih atas bantuan dan saran-saran kalian yang
sangat berarti bagi penulis.
10. Seseorang yang telah memberi motivasi dan semangat demi kelancaran dalam
penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dari mereka semua mustahil skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tiada
yang bisa penulis balas kecuali dengan seuntai do’a. Semoga amal baik mereka
dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda. Amin.
Semarang, 16 Januari 2008
Penulis,
ANNIK PUJIATUN
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAM PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI................................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK....................................................................................... v
HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... viii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... ix
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
D. Telaah Pustaka ........................................................................... 8
E. Metode ...................................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 14
BAB II TINJAUAN UMUM ZAKAT HASIL PERTANIAN
DALAM PERSPEKTIF FIQH
A. Pengertian Zakat......................................................................... 16
B. Dasar Hukum Zakat ................................................................... 19
C. Syarat dan Rukun Zakat ............................................................. 24
D. Produksi Hasil Pertanian yang Wajib di Zakati ......................... 26
E. Nisab Zakat Hasil Pertanian....................................................... 29
F. Besar Zakat Hasil Pertanian ....................................................... 30
xi
BAB III PELAKSANAAN ZAKAT HASIL PERTANIAN DI
MASYARAKAT DESA PANGKALAN KECAMATAN
KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
A. Sekilas tentang Lokasi Penelitian .............................................. 32
1. Kondisi Geografis Kelurahan Pangkalan ............................. 32
2. Kondisi Ekonomi & Sosial Keagamaan Kelurahan
Pangkalan ............................................................................. 37
B. Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian ............................................ 39
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat
Kesadaran Masyarakat dalam Mengeluarkan Zakat Hasil
Pertanian..................................................................................... 43
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN ZAKAT
HASIL PERTANIAN DI DESA PANGKALAN KECAMATAN
KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
A. Praktek Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian ............................... 48
B. Faktor-faktor yang Menjadi Kendala Masyarakat
dalam Mengeluarkan Zakat Hasil Pertanian .............................. 53
BAB V PENUTU
A. Kesimpulan ................................................................................ 62
B. Saran-saran................................................................................. 63
C. Penutup....................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah kewajiban spiritual bagi seorang muslim yang memiliki
makna yang sangat fundamental, selain berkaitan erat dengan aspek
ketuhanan, ia juga terkait dengan aspek keadilan. Dalam Al Qur’an banyak
ayat-ayat yang menyebut masalah zakat, termasuk di antaranya 26 ayat yang
menyandingkan kewajiban zakat dengan kewajiban sholat secara bersamaan.1
Antara lain :
)٤٣:البقرة ((وأقيموا الصلاة وآتوا الزآاة وارآعوا مع الراآعين Artinya : “Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah
beserta orang yang rukuk.”2 (QS. Al-Baqarah: 43).
Bahkan Rasulullah juga menempatkan zakat sebagai salah satu pilar
utama dalam menegakkan agama Islam.3
شهادة أن ال اله إال اهللا وأن محمدا رسول , بني اإلسالم على خمسرواه . (اهللا وإقام الصالة وإيتاء الزآاة وحج البيت وصوم رمضان
4٤)ري ومسلمالبخاArtinya : “Islam didirikan di atas lima dasar; Bersaksi bahwasannya tidak
ada Tuhan Selain Allah, dan Muhammad itu utusan Allah, Mendirikan sholat, Menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan Berpuasa Ramadhan. (HR. Al-Bukhari, Muslim).
1 Nuruddin Ali, Zakat sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Edisi. 1, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 1. Lihat juga Fuad’Abd Al-Baqy, Al Mu’jam al-Mufahras li Alfa Al-Qur’an Al-Karim, Beirut : Dara I – Fikr, 1407 H / 1987 M, hlm. 331 – 332.
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya : Duta Ilmu, 2005, hlm. 8.
3 Nuriddin Ali, Op., Cit. 4 Imam Abi Husain Muslim bin Hijaj, Jami’ Sahih, Juz I, Beirut, Lebanon : Dar Al-Fikr,
tth, hlm. 34
2
Sedangkan dari aspek keadilan, perintah zakat dapat dipahami sebagai
salah satu kesatuan sistem yang tidak dapat terpisahkan dalam pencapaian
kesejahteraan sosial-ekonomi dan kemasyarakatan. Zakat diharapkan dapat
meminimalisir kesenjangan pendapat antara orang kaya dan miskin. Karena
salah satu tujuan berzakat adalah untuk menghapus kemiskinan.5
Zakat merupakan bagian dari pendapatan masyarakat yang
berkecukupan yang menjadi hak dan karena itu harus diberikan kepada yang
berhak, yakni untuk memberantas kemiskinan dan penindasan. Dalam rukun
zakat terdapat ketentuan bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada mereka
yang wajib zakat dan hukumnya haram, kecuali mereka yang sesuai dalam
kriteria delapan asnaf.6
Dalam Al-Quran kata infak, shadaqah dan hak walaupun mempunyai
kata yang berbeda tetapi sering disebut dengan kata yang sama, yaitu zakat,
karena mempunyai esensi yang sama. Bahkan zakat harus dibagikan kepada
delapan asnaf, sebagaimana dinyatakan oleh Allah dalam surat At-Taubah
ayat 60, tidak memakai istilah zakat melainkan sadaqah :
إنما الصدقات للفقراء والمساآين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبهم وفي الرقاب والغارمين وفي سبيل الله وابن السبيل فريضة من الله
)٦٠:التوبة (والله عليم حكيمArtinya : “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang
5 Nuruddin Ali, Loc., Cit. 6 Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, cet.1, 1999, hlm. 446.
3
dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah : 60).7
Ajaran Islam tentang zakat adalah perintah Allah SWT yang
diwahyukan kepada RasulNya Muhammad SAW yang berkaitan dengan
kenyataan sosial ekonomi umat dan berlaku sepanjang masa. Sehingga zakat
ibarat benteng yang melindungi harta dari penyakit dengki dan iri hati, serta
zakat ibarat pupuk yang dapat menyuburkan harta untuk berkembang dan
tumbuh.8
Zakat merupakan ibadah dan kewajiban sosial bagi para aqhniya’
(hartawan) setelah kekayaannya memenuhi batas minimal atau nisab dan
rentang waktu setahun (haul). Tujuannya untuk mewujudkan pemerataan
keadilan dalam ekonomi.9 Dalam fiqh juga telah ditetapkan secara jelas
mengenai ketentuan-ketentuan tentang jenis-jenis harta zakat, nisab, haul,
cara kerja amil, baitul mal, mustahiq dan lain-lain.10 Sehingga zakat
merupakan salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial bagi mereka yang
memiliki harta yang melebihi tingkat tertentu (nisab).11
Zakat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: zakat fitrah dan zakat mal
(harta kekayaan). Zakat fitrah disebut juga dengan zakat jiwa, yaitu kewajiban
zakat bagi setiap individu baik untuk orang yang sudah dewasa maupun orang
yang belum dewasa, dan dibarengi dengan ibadah puasa. Sedangkan zakat mal
7 Departemen Agama RI, Loc. Cit., hlm. 264. 8 Ali Hasan, Masail fiqhiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Ce. 4, 2003, hlm. 2. 9 Ahmad Rafiq, Fiqh Kontekstual : Dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, Cet. Ke-1, 2004, hlm. 259. 10 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Terjemahan : Salma Harun, Didin Hafidhuddin,
Hasanuddin, Bandung : Mizan, Cet ke-4, 1993, hlm. 88. 11 Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Bank Syari’ah :
Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta : Jambatan, 2001, hlm. 18.
4
adalah zakat kekayaan artinya zakat yang dikeluarkan dari kekayaan atau
sumber kekayaan itu sendiri, baik itu berasal dari pendapatan, profesi, usaha
ataupun investasi.12
Tidak semua zakat itu wajib dikeluarkan dari harta berapa pun
jumlahnya kecuali bila pemilikannya telah genap satu tahun penuh. Hal itu
ditunjukkan oleh sabda Nabi SAW :
13١٣)رواه أبو دود. (ليس في مال زآاة حتى يحول عليه الحولArtinya: Tidak ada kewajiban zakat mal, sehingga ia telah genap satu tahun.
(HR Abu Daud : 1573).
Dan Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-An’am sebagai berikut :
﴾١٤١ : األنعام ﴿...آلوا من ثمره إذا أثمر وآتوا حقه يوم حصاده...Artinya : “Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya
(zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. (QS. Al-An’am : 141)14
Dari keterangan ayat tersebut, jelas bahwa apapun hasil pertanian, baik
tanaman keras maupun tanaman lunak (muda) seperti sayur-sayuran,
singkong, jagung, padi, dan sebagainya wajib dikeluarkan zakatnya yang
sudah sampai nisabnya pada waktu panen.15
Kemudian lebih khusus mengenai hasil bumi dinyatakan dalam
Al-Qur'an sebagaimana Firman Allah:
12 Musyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Cet. Ke-1, Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya, 2003, hlm. 78-80. 13 Abu Daud Sulaiman bin As’ad Al-Sajastani, Sunan Abi Daud, Beirut : Dar Al-Fikr,
tth. Hlm. 353 14 Departemen Agama RI, Loc. Cit., hlm. 197. 15 Ali Hasan, Loc. Cit., hlm. 6 - 7.
5
يا أيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما آسبتم ومما أخرجنا لكم من ﴾٢٦٧ :البقرةالأرض ﴿
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman !, Nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk mu...” (Q.S. Al-Baqarah: 267)16
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang ketiga, tetapi hanya sebagian
kecil orang yang mau membayar zakat mal sedangkan kesadaran umat Islam
dalam mengeluarkan zakat fitrah terlihat cukup tinggi.17 Tetapi tidak berarti
bahwa semua orang tidak melaksanakan kewajiban zakat hasil bumi pertanian,
karena mengeluarkan zakat merupakan tanda bersyukur kepada Allah.18
Selama ini banyak dijumpai undang-undang zakat yang telah
dirumuskan namun pelaksanaannya kurang sesuai dengan perkembangan
zaman, baik ditinjau dari segi barang yang dikenakan zakat maupun bentuk
pengumpulan serta pendayagunaannya. Mereka sependapat bahwa yang tidak
sesuai itu bukanlah esensi zakat itu sendiri, akan tetapi bentuk
pelaksanaannya.19
Di lingkungan masyarakat mempunyai banyak permasalahan yang
timbul dan terjadi, ketidaksesuaian antara teori dan praktek memberikan
dampak terhadap akibat hukum yang ditimbulkan baik secara individu
maupun kelompok, terutama pada pemahaman mereka terhadap nilai-nilai
16 Departemen Agama RI, Loc. Cit., 56. 17 M. Syukuri Ghozhali, Pedoman Zakat Sembilan Seri, tth, hlm. 253. 18 Ali Hasan, Loc. Cit., hlm 4. 19 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat : Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2002, hlm. V.
6
prinsip seperti religiusitas dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang terus
berkembang cepat sebagai suatu nilai yang dinamakan sebagai nilai kemodernan
(modernitas).20
Dalam kenyataan hidup bermasyarakat, khususnya di Desa Pangkalan
Kecamatan Karangrayung kabupaten Grobogan dari dahulu sampai sekarang
masih dirasa belum ada kesadaran penuh dalam membayar zakat pertanian.
Masyarakat tidak melaksanakan kewajiban zakat hasil pertanian. Dalam satu
tahun di Desa Pangkalan terjadi tiga kali panen yaitu dua kali panen padi dan satu
kali panen kacang hijau. Hal ini tentunya masyarakat berkewajiban mengeluarkan
zakat hasil bumi pertanian yang telah mencapai nisab. Akan tetapi ada sebagian
kecil masyarakat yang mau mengeluarkan zakat pertanian dengan cara
membagikan sendiri. Sebagai contoh, seseorang menyerahkan zakatnya kepada
orang lain dengan sukarela, ada yang berupa hasil pertanian tersebut secara
langsung dan ada juga yang dinilai dengan uang.21
Dari penjelasan yang telah penulis paparkan di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji bagaimana tingkat kesadaran masyarakat tersebut dalam melaksanakan
kewajiban zakat terhadap hasil bumi terutama pada harta hasil pertanian dengan
judul : “Studi Analisis terhadap Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian di Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan”.
20 http:/www.freelists.org/archives/list.indonesia/02-2005. 21 Hasil wawancara dengan Ibu Sumiati salah satu kepala dusun di Desa Pangkalan
kecamatan Karangrayung kabupaten Grobogan, tgl. 18 April 2007, jam 19.30 WIB.
7
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang tersebut di atas, maka penulis
terdorong untuk mengadakan penelitian tentang kesadaran masyarakat Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan dalam membayar
zakat hasil pertanian. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sistem pelaksanaan zakat hasil pertanian yang dijalankan oleh
masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan ?
2. Apa faktor-faktor kendala yang mempengaruhi kesadaran masyarakat
dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana praktek pelaksanaan zakat hasil pertanian
di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor kendala yang mempengaruhi masyarakat
di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan mau
mengeluarkan kewajiban zakat hasil pertanian.
8
D. Telaah Pustaka
Dalam membahas masalah tentang zakat ini penulis melakukan
penelaahan terhadap berbagai karya sarjana muslim untuk mengetahui lebih
dalam mengenai persoalan yang penulis kaji. Kajian tentang kesadaran dan
tanggung jawab umat Islam dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya untuk menghapus kemiskinan, masih
menjadi pembahasan yang hangat. Mengingat kesadaran akan makna zakat
masih tipis, sedangkan modal dan kekayaan hanya bertumpuk di lingkungan
orang-orang kaya saja. Tetapi kemiskinan yang melanda umat Islam disekitar
kita masih begitu banyak.
Berikut ini penulis berusaha menyampaikan pendapat sarjana muslim
yang membahas tentang zakat dan permasalahannya.
Yusuf Qardhawi dalam “konsep hukum Islam dalam mengentaskan
kemiskinan”. Mengisyaratkan tentang kelebihan-kelebihan zakat jika dikelola
dengan manajemen yang profesional untuk mengurangi angka kemiskinan.
Sedangkan dalam skripsi ini penulis mengkaji tentang kendala-kendala zakat
yang dilaksanakan oleh orang yang mampu membayar zakat.
Buku yang berjudul “Akuntansi Zakat Kontemporer” karya Mursyidi,
menjelaskan mengenai obyek dan tarif zakat atas uang, kekayaan dagang,
investasi aktiva tetap, hasil produksi, pencarian profesi, saham dan obligasi.
Di dalam buku ini disebutkan bahwa hasil produksi barang yang diperoleh
melalui proses pengolahan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu :
9
a. Hasil produksi manufaktur yaitu barang yang dihasilkan melalui proses
pabrikasi, misalnya: pakaian, makanan, minuman dan sebagainya.
b. Hasil produksi melalui proses alamiah sebagai pabriknya misalnya : susu,
madu, telur, bulu domba dan lain sebagainya.
c. Hasil produksi yang bahan bakunya adalah produk peternakan, pertanian,
perkebunan, kehutanan dan pertambangan.
Sedangkan dalam skripsi ini penulis hanya mengkaji tentang hasil
produksi yang bahan bakunya dari produk pertanian.
Dalam buku yang berjudul “Hukum Zakat” karya Ahmad Azhar
Bashir, membahas tentang zakat yang hukumnya adalah wajib bagi orang
yang mampu, sebelum Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW,
zakat telah dikenal oleh bangsa-bangsa di timur kuno, di Asia khususnya di
kalangan umat beragama. Hal ini terjadi karena adanya pandangan hidup di
kalangan bangsa timur, bahwa memiliki kekayaan duniawi akan menghalangi
orang takut untuk memperoleh kebahagiaan surga, maka kemudian muncul
kewajiban zakat bagi orang-orang yang mempunyai harta cukup.
Sementara itu, sepengetahuan penulis skripsi yang berjudul
“pendayagunaan zakat di desa Bandungan Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang” yang disusun Rabi’atul Aadawiyah yang menjelaskan mengenai
pendayagunaan zakat baik dari zakat mal maupun zakat fitrah di Desa
Bandungan. Adapun skripsi yang berjudul "Analisis Terhadap Penghitungan
Nishab Zakat Penghasilan (Studi Analisis Ibadah Pelaksana Urusan Zakat
Muhammadiyah (Bapelurzam) PDM Kendal)" yang disusun oleh Ahmad
10
Mustahal. Di dalamnya membahas mengenai penentuan batasan nishab zakat
penghasilan yang ditetapkan di BAPELURZAM dan ditinjau dari sisi hukum
Islam. Adalagi skripsi yang dibuat oleh Istiqomah (2101016) yang berjudul
“Studi analisis pendapat Yusuf Qardhawi tentang kadar zakat hasil tambang”.
Kadar zakat hasil tambang menurut Yusuf Qardhawi adalah 5 % atau 10 %
yang dikatakan sebagai zakat hasil (pendapatan), perbedaan antara 5 % atau
10 % adalah menggambarkan jerih payah dalam proses mendapatkan.
Karya-karya yang telah penulis paparkan di atas berbeda dengan
skripsi yang penulis kaji, yang berjudul “Studi analisis terhadap pelaksanaan
zakat hasil pertanian di desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan”. Dalam skripsi ini penulis mengkaji bagaimana sistem
pelaksanaan zakat hasil pertanian yang dijalankan oleh masyarakat di Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan dan apa faktor-
faktor kendala yang mempengaruhi kesadaran masyarakat di desa tersebut
mau mengeluarkan zakat.
E. Metode
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang obyeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa yang
terjadi pada masyarakat dan dipadukan dengan kepustakaan. Penulis
dalam hal ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu hanya sekedar
untuk melukiskan atau menggambarkan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah yang diteliti, unit yang ditelaahnya individu dengan
11
menggunakan pendekatan studi kasus. Dalam hal ini mengenai
pelaksanaan zakat hasil pertanian di desa Pangkalan Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat di Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung
pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.22
b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.23 Dalam hal ini data
sekunder diperoleh dari sumber lain yang digunakan sebagai
penunjang bagi data primer, di antaranya dari buku-buku literatur dan
media lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas
dalam skripsi ini. Data ini juga digunakan sebagai pelengkap data
primer.24
22 Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet.1, ed.I., 1998,
hlm. 91. 23 Ibid. 24 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. Ke-12,
Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hlm. 236
12
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data ini, penulis akan menggunakan
metode pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian sosial,
yaitu :
a. Observasi
Adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.25 Di dalam observasi ini penulis menggunakan jenis tehnik
observasi non partisipant. Yang dimaksud observasi non partisipant
ialah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) tidak ikut
ambil bagian atau berada di luar keadaan obyek yang diobservasi
(disebut observees).26
b. Wawancara
Adalah suatu percakapan dan tanya jawab lisan antara
pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden), baik
dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan
diarahkan kepada suatu masalah tertentu.27 Dengan tujuan untuk
memperoleh informasi faktual, untuk menaksir dan menilai
kepribadian individu.28
25 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Bumi Aksara,
Cet. 5, 2003, hlm. 70. 26 Ibid, hlm. 72. 27 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung: Mandar Maju,
1990, hlm. 187. 28 Ibid.
13
Dalam hal ini yang menjadi responden adalah masyarakat
yang berada di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan. Wawancara dilakukan dengan terbuka, artinya penelitian
hanya menyediakan daftar pertanyaan secara garis besar dan para
pesponden diberikan keleluasaan dalam memberikan jawaban.
c. Dokumentasi
Adalah mencari data mengenai hal-hal yang ada hubungannya
dengan masalah yang hendak penulis kaji, yang berupa laporan, buku
harian, surat pribadi, notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan
sosial dan dokumen lainnya.29
4. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan
analisis data deskriptif analisis yang penulis gunakan untuk memberikan
deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel yang
diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.30
Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yaitu wawancara dan dokumentasi. Kemudian
mengadakan reduksi data yaitu data-data yang diperoleh di lapangan
dirangkum dengan memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih
29 Suharsimi Arikunto, op. Cit., hlm. 206. 30 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta : Granit, 2004, hlm. 30.
14
sistematis sehingga menjadi data yang benar-benar terkait dengan
permasalahan yang dibahas.31
Analisis kualitatif adalah analisis yang tidak menggunakan model
matematis, model statistik dan ekonometrik atau model-model tertentu
lainnya. Analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan
datanya, seperti pada pengecekan data, dalam hal ini sekedar membaca
tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia, kemudian
melakukan uraian dan penafsiran.32
Deskriptif analisis yaitu mendeskripsikan, dalam hal ini difokuskan
pada kesadaran masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan dalam melaksanakan zakat hasil bumi pertanian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas serta memperoleh
pembahasan yang lebih mengarah dalam skripsi ini, penulis bagi menjadi lima
bab, tiap bab terdiri dari sub-sub bab, satu dengan yang lainnya saling
berkaitan sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Adapun susunan dari bab-bab
tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang garis besar penulisan penelitian, yang
terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, telaah pustaka, metode dan sistematika penulisan.
31 Hadari, Nawawi Dan Mimi Kartini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1996, hlm. 190.
32 Rianto Adi, Op. Cit., hlm. 154.
15
BAB II TINJAUAN UMUM ZAKAT HASIL PERTANIAN DALAM
PERSPEKTIF FIQH
Membahas tentang dasar-dasar zakat dalam perspektif fiqh
meliputi pengertian zakat, dasar hukumnya zakat, syarat dan rukun
zakat, produksi hasil pertanian yang wajib dizakati, nisab zakat hasil
pertaniandan besar zakat hasil pertanian.
BAB III PELAKSANAAN ZAKAT HASIL PERTANIAN DI
MASYARAKAT DESA PANGKALAN KECAMATAN
KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
Yang berisikan tentang lokasi penelitian meliputi kondisi
geografis kelurahan Pangkalan serta kondisi ekonomi dan sosial
keagamaan kelurahan Pangkalan, pelaksanaan zakat hasil pertanian
dan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian.
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN ZAKAT HASIL
PERTANIAN DI DESA PANGKALAN KECAMATAN
KARANGRAYUNG KABUPATEN GROBOGAN
Yang berisikan tentang analisis terhadap praktek pelaksanaan
zakat hasil pertanian di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan dan analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam
mengeluarkan zakat hasil pertanian.
BAB V PENUTUP
Yang berisikan tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Riyanto, Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.
Ali, Nurrudin, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, edisi. 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Al-khin, Musthafa dkk, Fiqih Syafi’i Sistematis: Bab zakat, haji dan umroh diterjemahkan oleh Anshory Umar Sitanggal, Semarang: CV Asy Syifa’
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. Ke-12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Ash-Shiddiqiy, Hasby,Teungku, Tafsir Al-Qur'an Al-Majid An-Nuur, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000, Cet. II, ed. II.
Azwar, Syaifudin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.1, 1998.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Semarang: cv. Toha Putra, 1995.
Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Hasan, Ali, Masai Fiqhiyah, ed. Revisi, Cet.4, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Hasan, Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Hasil wawancara dengan Ibu Sumiati salah satu kepala dusun di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan, tgl. 18 April 2007, jam 19.30 WIB.
Imam Muhammad bin Isma'i Amir Yamni Sin'ani, Subulus Salam Juz II, Beirut: Daar al-Kitab Al-Ilmiah, t.th.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung: Mandar Maju, 1990.
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Cet. Ke-1, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003.
17
Nawawi, Hadari, Dan Mimi Kartini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1996.
Qardhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Terjemahan: Salman Harun, Didin Hafidhuddin, Hasanuddin, Bandung: Mizan, Cet ke-4, 1993.
Raharjo, Dawan, Islam dan Transformasi Sosial- Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. 1, 1999.
Rifa'i, Moh., Al-Qur'an dan Tafsirnya Juz 1,2,3 Jilid I, Semarang: CV. Wicaksana, 1993.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur'an Vol. V, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Yunan Abduh, Hadits Arba'in An-Nawawiyah dan Terjemahnya, Surakarta: Media Insani Press, 2003.
http://www.freelists.org/archieves/list-indonesia/02-2005 http://digilib.unikom.ac.id
16
BAB II
TINJAUAN UMUM ZAKAT
HASIL PERTANIAN DALAM PERSPEKTIF FIQH
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa berarti tumbuh, subur, suci dan berkah.1 sedang
menurut istilah adalah pemberian sesuatu yang wajib diberikan dari sekumpulan
harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran-ukuran tertentu kepada golongan
yang berhak menerimanya.2
Dalam LisanulArab disebutkan bahwa asal kalimat zakat menurut bahasa
adalah :3
الطهارة والنماء و البرآة والمدح Artinya : suci, tumbuh, berkah dan pujian.
Sedangkan, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani mendefinisikan secara
etimologi.4
الزآاة فى اللغة النمأ يقال زآاالزرع اذ انما Artinya : zakat dari segi lughat adalah berkembang. Dikatakan. “itu telah
zaka”, yaitu ketika (tanaman) itu berkembang. Zakat adalah sesuatu yang diberikan orang sebagai hak Allah kepada yang
berhak menerimanya, menurut ketentuan-ketentuan dalam agama Islam. Harta
1 Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia jilid 3, Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama : Jakarta : CV. Anda Utama, 1993, hlm. 1319.
2 Ibid. 3 Muhammad Amin Summa, et.al., Buku Pintar Panduan Praktis Zakat, Jakarta : Inti Mandiri
Sejahtera, 2003 hlm. 18. 4 Ibid.
17
yang dikeluarkan zakatnya diharapkan kekayaan menjadi bertambah, suci dan
barokah (serba kecukupan).5 Menurut Quraisy Shihab, zakat adalah ibadah yang
berkaitan dengan harta benda, bahkan shadaqah dan infaq pun demikian. Allah
telah menjadikan harta benda sebagai sarana kehidupan untuk umat manusia
seluruhnya, dengan demikian ia harus diarahkan untuk kepentingan bersama.6
Zakat merupakan sumber penting dalam struktur ekonomi Islam. Zakat
juga sebagai alat distribusi sebagian harta orang kaya kepada golongan miskin,
karena begitu pentingnya peranan zakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan
masyarakat dan menumbuhkan kesadaran pada kalangan orang kaya akan
tanggung jawab sosial mereka, Rasulullah SAW serta para Khulafa Ar-Rasyidin
melakukan tindakan yang tegas bagi mereka yang tidak mau membayar zakat
maupun yang menyalahgunakannya.7
Secara umum zakat dapat dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu :
zakat fitrah dan zakat (harta / kekayaan). Zakat fitrah merupakan zakat jiwa
(zakah al-nafs), yaitu kewajiban berzakat bagi setiap individu baik untuk orang
yang sudah dewasa maupun belum dewasa, dan dibarengi dengan ibadah puasa.8
Sedangkan zakat menurut bahasa ialah segala sesuatu yang diinginkan
sekali oleh manusia untuk memiliki dan menyimpannya. Menurut Syara’, zakat
5 Syukri Ghozali, Pedoman Zakat 9 seri, Jakarta : Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf,
1984/1985, hlm. 107. 6 Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an, Bandung : Mizan, 1994, hlm. 323. 7 Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, dan Implementasi Operasional, Tim
Pengembangan Perbankan Syariah, Jakarta : Djambatan, 2001. hlm. 18. 8 Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Cet-ke-I, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,
2003, hlm. 78.
18
adalah segala yang dapat dipunyai (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan)
menurut kebiasaannya. Sesuatu dapat disebut dengan harga / kekayaan apabila
memenuhi dua syarat, yakni (1) dapat dimiliki / disimpan / dihimpun / dikuasai,
(2) dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaanya.9
Allah SWT telah menentukan jenis harta yang harus dikeluarkan zakat dan
memilih diantaranya yang terbagus dan terbaik.10 Harta yang wajib dizakati
diantaranya emas, perak, simpanan, hasil bumi, binatang ternak, dagangan, hasil
usaha, hasil jasa (honorarium) yang berjumlah besar, harta rikaz, harta makdin
dan hasil laut.11
Menurut Ahmad Rofiq, selama usaha yang dilakukan adalah usaha yang
baik dan halal, maka penghasilannya sepanjang telah memenuhi nisab (Batas
minimal) dan haul (satu tahun) dengan menggunakan metode qiyas.12 maka wajib
dizakati.13
B. Dasar Hukum Zakat
1. Al Qur’an
9 Disampaikan dalam acara Workshop Akuntansi Zakat bagi mahasiswa Fakultas Syariah
IAIN Walisongo Semarang hari Sabtu Tanggal 4 Agustus 2007 bertempat di Pondok Pesantren “Nurul Islam” Wonolopo Mijen Semarang.
10 Abdul Al Hamid Mahmud Al-Ba’y, Ekonomi Zakat :Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah, ed. 1. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 6.
11 Syukri Gozali, et. al. Pedoman Zakat Sembilan Seri, Jakarta : Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1984 / 1985, hlm. 135.
12 Lihat Abdul Al-Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Al-Fiqh, Jakarta : Maktabah Daral Dakwah Al-Islamiyah Shabab Al-Azhar, 1410 H / 1990 M, hlm. 52. Lihat juga Idu Al-Qoyyim Al-Jauziyah, Plam Al-Muwaqqi’in, Juz 1, Beiruf : Daral-Fikr, tth, hlm. 86.
13 Ahmad Rofiq, Fikh Kontekstual : Dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 265.
19
Islam memerintahkan kepada para pemeluknya agar bekerja keras
mencari rezeki yang halal guna mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan
keluarganya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohaniyah.14
هو الذي جعل لكم الأرض ذلولا فامشوا في مناآبها وآلوا من رزقه )١٥:الملك (وإليه النشور
Artinya : “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Qs. Al-Mulk : 15).15
Islam memberi kebebasan kepada setiap individu muslim memilih
jenis usaha / pekerjaan / profesi yang sesuai dengan bakat, keterampilan,
kemampuan, atau keahliannya masing-masing, baik yang berat dan kasar yang
memberikan pengahsilan kecil seperti tukang becak, maupun yang ringan dan
halus yang mendatangkan penghasilan besar seperti notaris. Penghasilan itu
diperoleh secara syah dan halal, bersih dari unsur pemerasan, kecurangan,
paksaan dan tidak membahayakan dirinya dan masyarakat.16
Sebelum manusia diciptakan oleh Allah, telah disiapkan terlebih
dahulu, apa yang diperlukan manusia itu, bahkan yang paling banyak
diperlukan manusia adalah hasil bumi (pertanian) sehingga hasil pertanian
14 Masyfuk Zuhdi. Masail Fiqhiyah : Kapitan Selekta Hukum Islam, Edisi 11, Cet. 7. Jakarta :
Haji Masagung, 1994. hlmn. 227. 15 Departemen Agama, Al quran dan terjemahannya, Surabaya : Duta Ilmu, 2005. hlm. 823. 16 Yusuf Al-Qardhawi, Musykilatul Faqrwan kaifa, A’lajahal Islam, Beirut, Darul Arabiyah,
1966, hlm. 60-61.
20
merupakan sumber kehidupan manusia yang paling penting. Bumi dijadikan
oleh Allah, diciptakanNya baik untuk tumbuh tanaman dan ditanami serta
diberlakukannya hukum-hukum Allah. Oleh karena itu bumi merupakan
sumber utama kehidupan dan kesejahteraan jasmaniah manusia. 17
ولقد مكناآم في الأرض وجعلنا لكم فيها معايش قليلا ما تشكرون )١٠:األعراف (
Artinya : “Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu.(Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur. (Q.S. Al-A’raf : 10).18
Adapun firman Allah yang menunjukkan bahwa zakat hasil
bumi wajib dikeluarkan yang terbaik. 19
يها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما آسبتم ومما أخرجنا لكم من يا أالأرض ولا تيمموا الخبيث منه تنفقون ولستم بآخذيه إلا أن تغمضوا
)٢٦٧:لبقرة ا (فيه واعلموا أن الله غني حميد Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman ! Infakkanlah sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.” (Q.S. Al-Baqarah :267)20
Ayat di atas berisi perintah untuk menginfakkan sebagian harta dari
hasil usaha dan yang diperoleh dari hasil bumi. Ahli tafsir mengartikan kata
infak dalam ayat ini adalah membayarkan zakat hasil usaha agar mereka itu
17 Op. Cit. 18 Departemen Agama, Op. Cit., hlm. 204. 19 Ali Hasan, Perbandingan Mazhab Fiqh, ed. I, Cet. 2. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2000, hlm. 102. 20 Departemen Agama, Op.Cit., hlm. 56.
21
memperoleh ganjaran di sisi Allah, mereka tidak akan takut dan tidak akan
berduka cita.21
2. As-Sunnah
Diriwayatkan oleh Umar bahwa Nabi SAW bersabda :
ما سقته األنهار أوسقت السماء العشر، وما سقى الغرب ففيه نصف العشر
Artinya : “Sesuatu (tanaman) yang diairi dengan sungai atau diairi oleh air hujan, zakatnya 10% sedangkan tanaman yang diairi pengairan, zakatnya 5% (HR. Abu Daut)22
3. Ijma’
Para ulama sepakat (ijma’) tentang wajibnya zakat sebesar 10 % atau 5
% dari keseluruhan hasil tani, sekalipun mereka berbeda pendapat tentang
ketentuan-ketentuan lain.23
4. Landasan Historis
Dari segi sejarah, kewajiban zakat telah disyariatkan kepada para Nabi
dan Rasul sebagaimana telah dilaksanakan oleh Ibrahim AS, dan Ismail AS.
Bahkan terhadap Bani Israil, Umat Nabi Musa AS Syariat zakat telah
diterapkan. Demikian pula terhadap umat Nabi Isa AS ketika Isa AS masih
21 Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, ed. 1, Cet. 1, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1994. hlm. 31 22 Abi Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud. Beirut : Dar Al-Fikr, tth., hlm. 353.
23 Op. Cit.
22
dalam buaian. Ahli kitab juga diperintahkan untuk menunaikan zakat sebagai
salah satu instrumen agama yang lurus.24
Meski demikian, penerapan zakat pada umat-umat sebelum Islam
belum merupakan suatu perintah yang mutlak, tetapi bersifat solidaritas dan
rasa belas kasihan dalam rangka menyantuni orang-orang miskin. Barulah
dalam syariat Islam zakat ditetapkan menjadi suatu kewajiban yang bersifat
mutlak dan menjadi salah satu rukun Islam.25
5. Landasan Filosofis
Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda. Seseorang
yang telah memenuhi syarat-syarat zakat dituntut untuk melaksanakannya,
bukan semata-mata atas dasar kemurahan hatinya, tetapi kalaupun dengan
tekanan dari penguasa,dan karenanya agama menetapkan amilin. Dari sini
dapat dikemukakan untuk menggambarkan landasan filosofis dari kewajiban
zakat diantaranya26 :
a. Istikhlafi (Penugasan sebagai khalifah di bumi)
Allah SWT adalah pemilik seluruh alam raya ini, sehingga harta
benda termasuk yang dimiliki-Nya. Seseorang yang beruntung
mendapatkan sejumlah harta pada hakekatnya hanya menerima titipan
24 Nurudin Ali, Zakat sebagai instrumen dalam kebijakan fiskal. Ed.1, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2006. hlm. 27-28., Lihat juga dalam Al Qur’an surat Al-Ambiyaa : 73, QS. Maryam : 55, QS. Al-Baqarah : 83, QS. Maryam : 31 dan QS. Al-Bayyinah : 5.
25 Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998, hlm. 52.
26 Ismail Muhammad Syah dan Zaini Dahlan, Filsafat Hukum Islam, ed. 1. Cet. 2, Jakarta : Bumi Aksara, 1992. hlm. 188 – 190.
23
Allah sebagai amanat untuk disalurkan sesuai dengan kehendak-Nya baik
dalam pengembangan maupun dalam penggunaannya yakni mengeluarkan
zakat, sedekah, dan infak27
Atas dasar inilah Allah SWT menetapkan bagian-bagian tertentu
dari harta benda (antara lain dengan nama zakat) untuk diserahkan guna
kepentingan masyarakat banyak atau anggota-anggota masyarakat yang
membutuhkannya.
b. Solidaritas Sosial
Manusia adalah manusia sosial. Manusia tidak dapat hidup tanpa
bantuan pihak-pihak lain secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya seorang petani berhasil dalam pertaniannya karena adanya
irigasi, alat-alat, makanan, pakaian, stabilitas keamanan yang kesemuanya
tidak dapat ia wujudkan kecuali oleh kebersamaan pribadi-pribadi
tersebut.
Dari segi lain, harus disadari bahwa produksi apapun bentuknya,
pada hakekatnya merupakan pemanfaatan materi-materi yang telah
diciptakan dan dimiliki Allah. Manusia dalam berproduksi hanya
mengadakan perubahan, penyesuaian atau perakitan satu bahan dengan
bahan yang lain. Dengan demikian wajarlah bila Allah menyatakan bahwa
harta adalah milik-Nya dan dia memerintahkan untuk mengeluarkan
sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang-orang tertentu.
27 Ibid.
24
c. Persaudaraan
Manusia berasal dari satu keturunan Adam dan Hawa, sehingga
antara seseorang dengan yang lainnya terdapat pertalian darah.
Persaudaraan akan lebih kokoh, jika pertalian darah tersebut ditambah
dengan hubungan akidah dan kebersamaan agama. Jadi kebersamaan dan
persaudaraan inilah yang mengantar kepada kewajiban menyisihkan
sebagian harta benda dalam bentuk zakat (sodaqoh).
C. Syarat dan Rukun Zakat
Bagi mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh
Islam, mereka tidak mempunyai kewajiban mengeluarkan zakat hasil pertanian,
Syarat zakat itu diantaranya sebagai berikut :28
1. Islam
2. Harta yang dimiliki telah mencapai nisab dan mempunyai nilai lebih dari
nisab tersebut jika dihitung, kecuali pada zakat binatang ternak.
3. Kepemilikan penuh. Tidak termasuk harta piutang, jika harta yang diutangkan
digabung dengan harta dirumah mencapai nishab.
4. Telah melewati haul (satu tahun), kecuali zakat pada tanaman.
28 Abdul Al-Hamid Mahmud, Loc. Cit., hlm. 8.
25
Adapun persyaratan harta kekayaan yang wajib dizakatkan itu antara lain
sebagai berikut :29
1. Milik penuh
Harta yang dimiliki secara penuh artinya pemilik harta tersebut
memungkinkan untuk mempergunakan dan mengambil manfaatnya secara
penuh.
2. Berkembang
Harta yang berkembang artinya harta tersebut dapat bertambah atau
berkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.
3. Cukup nishab
Nishab artinya harta yang telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan
ketetapan syara’.
4. Lebih dari kebutuhan pokok
Yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarganya yang
menjadi tanggungan untuk kelangsungan hidupnya.
Menurut kesepakatan ulama, ada syarat syah zakat dan syarat wajib.
Syarat syahnya suatu zakat yaitu niat yang menyertai pelaksanaan zakat dan
tamlik artinya memindahkan kepemilikan harta kepada penerima selanjutnya,
yang menjadi rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nishab (harta) dengan
melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik mustahiq dan
29 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah, Jakarta : Gema Insani,
1998, hlm. 14.
26
menyerahkan kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya yakni
imam atau orang yang bertugas memungut zakat.30
Sedangkan syarat wajib zakat ialah orang islam yang merdeka, telah
sampai umur (baligh), berakal, mengetahui bahwa zakat itu wajib hukumnya dan
memiliki nisab dengan milik yang sempurna. Yang dimaksud memiliki nisab
dalam hal ini adalah yang lebih dari keperluan hidup sehari-hari, termasuk
kedalam keperluan hari-hari, makanan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan
alat-alat bekerja.31
D. Produksi Hasil Pertanian yang Wajib Dizakati
Hasil bumi pertanian termasuk biji-bijian dan buah-buahan yang wajib
dizakati seperti padi, gandum, buah-buahan dan tanaman lainnya misalkan kurma,
anggur, kismis, zaitun, kacang-kacangan, kacang panjang, dan wijen.32 Menurut
kesepakatan ulama, hanya ada empat jenis tanaman yang wajib dizakati yaitu :
jagung, gandum, kurma, dan anggur.33
30 Muhammad, Zakat Profesi : Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer, Jakarta :
Salemba Diniyah, 2002, hlm. 30. 31 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, Cet. 5, Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1984,
hlm. 40-41 32 Ugi Suharto, Keuangan Publik Islam : Reinter Prestasi Zakat dan Pajak, Yogyakarta :
Pusat studi Zakat Islamic Business School, 2004, hlm. 255. Lihat juga dalam Kitab karangan Yusuf Al-Qardhawi, Al-Ibadah Fi Al-Islam, Beirut : Muasasah Risalah, 1993, hlm. 349.
33 Imam Ghozali Said dan Ahmad Zaidun, Analisa Fiqh Para Mustahid terj dari Bidayatul Mustahid Wa Nihayatul Muqtashid (Al-Faqih Abul Walid Muhammad), Jakarta : Pustaka Amani, 2002, hlm. 566
27
Menurut para ahli dalam madzhab Syafi’i, hasil bumi yang dizakati hanya
makanan pokok dan tahan disimpan lama. 34 Dalam hal ini Imam Malik juga
sependapat, mereka beralasan bahwa kewajiban zakat itu dikaitkan pada illat yaitu
keadaan hasil bumi itu dapat dijadikan sebagai makanan pokok. Oleh karena, itu
semua yang bersifat demikian wajib dizakati.35
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah bahwa zakat itu wajib atas setiap
hasil bumi baik sedikit atau banyak.36 Kecuali kayu bakar, rerumputan, bambu
parsi yang biasa dipergunakan sebagai pana, pelepah pohon kurma, tangki pohon
dan segala tanaman yang tumbuhnya tidak disengaja.37 Dengan alasan bahwa
dalil-dalil, hadits dan ayat, yang berkenaan dengan zakat bersifat umum,
sedangkan pengecualian di atas didasarkan atas adanya ijma’ bahwa itu tidak
wajib dizakati. Lebih lanjut ia juga berpendapat bahwa zakat hasil bumi itu tidak
terkait dengan nisab. Jadi setiap hasil pertanian wajib dizakati, baik sedikit
maupun banyak.38
Menurut keterangan di atas, para ulama berbeda tentang tanaman yang
wajib dizakati, antara lain yaitu : 39
34 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta : Universitas
Indonesia (VI-Press, 1998), hlm. 46. 35 Lamudin Nasution, Fiqh 1, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999, hlm.
161. 36 Syauqi Ismail Syahhatih, Penerapan Zakat Dalam Dunia Modern, Jakarta : Pustaka Dian
dan Antar Kota, 1987, hlm. 269. 37 Didin Hafidudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Cet.1. Jakarta : Gema Insani Press,
2002, hlm. 43. 38 Lamudin Nasution, Ibid. hlm. 160 39 Ali Hasan, Masail Fiqiyah, Ed. Revisi, Cet. 4. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003,
hlm. 7.
28
1. Al-Hasan Al-Bashri, Al-Tsauri dan As-Sya’bi, berpendapat hanya empat
macam jenis tanaman yang wajib dizakati yaitu : gandum, padi, kurma, dan
anggur. Alasan mereka adalah karena hanya itu yang disebutkan di dalam
nash (hadist).
2. Malik berpendapat, bahwa tanaman yang bisa tahan lama, kering dan
diproduksi / diusahakan oleh manusia dikenakan zakat.
3. Ahmad bin Hambal berpendapat, bahwa semua hasil tanaman yang kering,
tahan lama, dapat ditimbang (takar) dan diproduksi (diolah) oleh manusia,
dikenakan zakat.
Perbedaan pendapat tersebut di atas, disebabkan oleh sudut pandang yang
berbeda yaitu apakah kewajiban zakat tersebut karena wujud benda atau karena
ciri khas nilai gunanya.40
Ulama yang memandang zakat tersebut diwajibkan berdasarkan wajib
bendanya, berpendapat bahwa yang wajib dizakati hanyalah tanaman tertentu
yang disebut dalam nas Al-Qur’an dan hadist. Sedangkan ulama yang
memandang zakat tersebut diwajibkan berdasarkan nilai gunanya berpendapat
bahwa bukan tanaman yang disebut dalam nas itu saja yang dizakati, namun
segala tanaman yang menjadi tanaman pokok.41
40 Imam Ghozali Said dan Ahmad Zaidun, Loc. Cit., hlm. 567. 41 Ibid.
29
E. Nisab Zakat Hasil Pertanian
Nisab adalah batas jumlah yang terkena wajib zakat.42 Zakat hasil
pertanian tidak disyaratkan mencapai senisab, tetapi setiap kali panen harus
dikeluarkan zakatnya, sedangkan panen hasil pertanian ada yang sekali setahun,
ada yang dua kali, ada yang tiga kali, bahkan ada yang empat kali. Setiap kali
panen yang hasilnya mencapai nisab wajib dikeluarkan zakatnya dan yang kurang
mencapai nisab maka tidak dikenakan zakat. Tetapi hasil panen dikumpulkan
dengan hasil panen yang lain guna mengejar nisab.43
Besar nisab biji-bijian menurut Ibnu Qudamah, nisab diukur menurut alat
takaran yaitu wasaq. Alat takaran itu kemudian diubah ke alat timbangan untuk
keperluan mencari ukuran yang lebih tepat dan mudah. Oleh karena itu kewajiban
zakat dikaitkan dengan benda-benda yang bisa ditakar. Benda-benda yang biasa
ditakar berbeda-beda beratnya, ada yang lebih berat, lebih ringan dan sama berat
antara takaran dan timbangan.44
Adapun nisab hasil bumi pertanian ialah lima wasaq.45
1 Wasaq = 60 sha’
5 Wasaq = 5 x 60 sha’ = 300 sha’
Diperkirakan 1 sha’ = 3,1 liter (lihat kamus Arabic English)
42 Suparman Usman. Hukum Islam : Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata
Hukum Indoensia, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001. hlm. 162. 43 Syukri Ghozali, et.al. Loc, Cit., hlm. 140. 44 Yusuf Qhardawi. Hukum Zakat : Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
berdasarkan Qur’an Hadist, diterjemahkan oleh Salman Harun, et.al. Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2002, hlm 350.
45 Sulaeman Rasjid, Fiqh Islam, Ed. Baru, Bandung : Sinar Baru, 1990, hlm. 195.
30
Jadi 300 x 3,1 = 930 liter (satu nisab)
Bila dihitung dengan berat, maka satu nisab itu disamakan dengan
kilogram jumlahnya 2,176 kg gandum jadi satu nisab itu = 300 x 2,176 kg = 652,8
atau + 653 kg.46 Sebagian ulama’ fiqh melebihkan jumlah besar nisab yang masih
berkulit, supaya kulit biji-bijian yang bersih cukup mencapai satu nisab.47 Jadi
untuk jenis biji-bijian yang biasa disimpan dengan kulitnya maka harus
diperhitungkan untuk mendapatkan lima wasaq biji bersih tanpa kulit, sehingga
untuk padi nisabnya menjadi 10 wasaq sebab untuk mendapatkan satu wasaq
beras diperlukan dua wasaq padi.48
Hasil pertanian tersebut yang termasuk makanan pokok, seperti beras,
jagung, gandum, kurma dan lain-lain maka nisabnya adalah setara dengan 653 kg
(gabah kering). Tapi jika hasil pertanian itu makanan pokok, seperti buah-buahan,
sayur-sayuran, daun, bunga, dan lain-lain maka nisabnya disetarakan dengan
harga nisab dari makanan pokok yang paling umum didaerah (negeri) tersebut.49
F. Besar Zakat Hasil Pertanian
Setiap tanaman atau buah-buah yang diairi dengan air hujan, atau air
sungai, tanpa memerlukan pembiayaan atau tenaga dari pemiliknya, atau yang
46 Yusuf Qardawi, Op. Cit., hlm. 351. 47 Yusuf Qardawi, Op. Cit., hlm. 354. 48 Lamudin Nasution, Loc. Cit., hlm. 163 49 Muhammad Amin Summa, et.al., Loc.Cit., hlm. 55.
31
menyerap air sendiri dengan akar-akarnya, seperti pohon-pohon yang tumbuh di
tanah tadah hujan, wajib dikeluarkan 1/10 nya apabila telah mencapai nisab.50
Adapun yang diairi dengan alat penyiraman atau mesin atau sejenisnya
yang menyebabkan petani harus mengeluarkan tenaga dan biaya, zakatnya hanya
1/20 nya atau 5%.51 Dari ketentuan ini dapat dipahami bahwa pada tanaman yang
disirami dengan irigasi zakatnya 5%. Artinya 5% yang lainnya dialokasikan untuk
biaya pengairan.
Zakat dikeluarkan ketika biji-bijian atau buah-buahan sudah dipanen.52
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- An’am ayat 141 sebagai berikut:
وهو الذي أنشأ جنات معروشات وغير معروشات والنخل والزرع مختلفا أآله والزيتون والرمان متشابها وغير متشابه آلوا من ثمره إذا
نعام اال( ه لا يحب المسرفينه ولا تسرفوا إنأثمر وآتوا حقه يوم حصاد :141(
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa dan tidak sama . Makanlah dari buahnya bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya ; dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.53
50 Anshori Umar Sitanggal, Terjemahan Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzhabil Imam Asy-
Syafi’I, Cet. 2, Darulqalam Damsyik, 1987 M, hlm. 45. 51 Ibid. 52 Sudarsono, Sepuluh Aspek Agama Islam, Jakarta : Rineka Cipta, 1994, hlm. 82. 53 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya : Duta Ilmu, 2005, hlm. 197
32
32
BAB III
PELAKSANAAN ZAKAT HASIL PERTANIAN DI MASYARAKAT
DESA PANGKALAN KECAMATAN KARANGRAYUNG
KABUPATEN GROBOGAN
A. Sekilas Tentang Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis Kelurahan Pangkalan1
Secara geografis kelurahan Pangkalan terletak di dataran rendah
dengan ketinggian tanah dari permukaan air laut 21 M, banyaknya curah
hujan 2000 Mm/Tahun dan suhu udara rata-rata 260C. Adapun jarak dari pusat
pemerintah kecamatan + 3 Km, jarak dari pusat Pemerintah kota administratif
+ 8 Km, jarak dari ibukota kabupaten + 20 Km, jarak dari ibukota propinsi
Dati I Jawa Tengah + 52 Km dan jarak dari ibukota Negara Indonesia + 480
Km. Sedangkan batas wilayah kelurahan Pangkalan yaitu sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Ketangirejo.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Rawoh.
c. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Ketangirejo.
d. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Mojoagung.
1 Sumber data : Pemerintah Kabupaten Grobogan, Buku Monografi Desa atau Kelurahan
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah Keadaan Januari sampai dengan Juni 2007.
33
33
Desa Pangkalan mempunyai luas wilayah 276 Ha. Dan secara
kuantitatif jumlah penduduk kelurahan Pangkalan sampai akhir bulan Juni
2007, sebanyak 2.759 orang dari 833 KK yang tersebar di 20 rukun tetangga
dan 3 rukun warga, yang terdiri dari :2
a. Laki-laki : 1.378 orang
b. Perempuan : 1.381 orang
Sumber data : Demografi Desa Pangkalan di Kantor Desa Pangkalan, 1 Juni
2007.
Adapun luas tanah dan penggunaannya :
a. Tanah Kas Desa / Kelurahan : 56,037 Ha
b. Tanah bersertifikat : 214,265 Ha
c. Tanah yang belum disertifikat : 48,375 Ha
d. Tanah Pertanian : 203,957 Ha
e. Usaha Perikanan : 0,25 Ha.3
2 Ibid. 3 Ibid. hlm. 5-6.
34
34
Jumlah penduduk tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Menurut Usia
Tabel I
Jumlah Penduduk menurut Usia 4
No. Usia Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
0 – 03 tahun
04 – 06 tahun
07 – 12 tahun
13 – 15 tahun
16 – 19 tahun
20 – 26 tahun
27 – 40 tahun
41 tahun lebih
295 orang
126 orang
213 orang
122 orang
187 orang
318 orang
658 orang
740 orang
Jumlah 2.759 orang
Sumber data : Dinamis Desa Pangkalan di Kantor Desa Pangkalan
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
b. Menurut Pendidikan
Penduduk kelurahan Pangkalan pada umumnya berpendidikan rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang hanya
4 Sumber data statistik Desa Pangkalan di Kantor Desa Pangkalan, 30 Oktober 2007.
35
35
menempuh pendidikan SD saja. Daftar penduuk menurut Pendidikan (5
tahun ke atas) dapat dilihat dibawah ini.
Tabel II
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan (5 tahun ke atas)5
No. Kelompok Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
Tamat Perguruan Tinggi
Tamat Perguruan Akademi
Tamat SLTA
Tamat SLTP
Tamat SD
Tidak Tamat SD
Belum Tamat SD
Tidak Sekolah
7
10
134
229
1659
22
359
19
c. Sarana Pendidikan
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan penduduk di Desa Pangkalan
dilakukan dengan sarana pendidikan yang meliputi gedung sekolah,
pondok pesantren dengan tenaga pengajarnya.
5 Sumber data Monografi di Kantor Desa Pangkalan, tahun 2007.
36
36
Tabel III
Sarana Pendidikan di Desa Pangkalan
No. Bentuk Sekolah Gedung Guru Murid
1
2
3
4
Taman Kanak-kanak
Sekolah Dasar
Madrasah Diniyah
Pondok Pesantren
1 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 orang
24 orang
6 orang
2 orang
23 orang
336 orang
56 orang
30 orang
Jumlah 7 buah 34 orang 445 orang
Sumber data : Monografi Desa Pangkalan di Kantor Desa Pangkalan tahun
2007.
Berdasarkan dokumentasi data monografi kelurahan Pangkalan tahun
2006, kelurahan Pangkalan memiliki 20 Rukun Tetangga (RT) dan 3
Rukun Warga (RW). Adapun jenis tempat tinggal warga dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel IV
Jumlah Perumahan
No. Perumahan Komplek Pemukiman Jumlah
1
2
3
Rumah Permanen
Rumah Semi Permanen
Rumah Non Permanen
-
-
-
21
28
610
Sumber data : Monografi Desa Pangkalan di Kantor Desa Pangkalan tahun
2007.
37
37
2. Kondisi Ekonomi dan Sosial Keagamaan Kelurahan Pangkalan
Tingkat ekonomi merupakan faktor yang dominan bagi dinamika suatu
masyarakat, sehingga kemajuan suatu masyarakat sering disimbolkan dengan
tingkat usaha yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Penduduk kelurahan Pangkalan pada umumnya bermata pencaharian
sebagai wiraswasta, petani dan buruh tani. Karena di sekeliling kelurahan
Pangkalan banyak terdapat kawasan pertanian sehingga masyarakat banyak
yang bekerja sebagai petani. Daftar mata pencaharian masyarakat kelurahan
Pangkalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel V
Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian6
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Petani
Wiraswasta
Karyawan (Sipil ABRI)
Pertukangan
Buruh tani
Pensiunan
Pemulung
939
67
29
120
164
22
4
Sumber data : Monografi di Desa Pangkalan di Kantor Desa Pangkalan tahun
2007.
6 Sumber data : Monografi di Kantor Desa Pangkalan, tahun 2007.
38
38
Agama Islam merupakan agama yang paling dominan sehingga di
kelurahan Pangkalan semuanya menganut agama Islam. Perilaku masyarakat
kelurahan Pangkalan banyak diwarnai oleh suasana agamis, terbukti dengan
banyaknya kegiatan dalam papan monografi kelurahan Pangkalan tercatat ada
16 majelis taklim dan peringatan hari-hari besar Islam. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman agama penduduk kelurahan Pangkalan dinilai cukup baik.
Adapun dalam menjalankan rutinitas keagamaan tidak lepas ditunjang
dengan sarana dan prasarana yang ada, seperti masjid dan Mushola.
Pembangunan sarana peribadatan di kelurahan Pangkalan terdapat 3 buah
masjid dan 13 buah Mushola. Tabel dapat dilihat di bawah ini :
Tabel VI
Sarana Peribadatan
No. Kelompok Jumlah
1
2
Masjid
Mushola
3
13
Jumlah 16
Sumber data : Monografi Desa Pangkalan tahun 2007.
39
39
B. Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian
Mengenal cara memanfaatkan harta atau rizki yang diberikan Allah SWT,
ajaran islam memberikan pedoman dan wadah yang jelas, diantaranya adalah
melalui zakat, yaitu sebagai sarana distribusi pendapatan dan pemerataan rizki.7
Zakat sebagai hukum Islam yang ketiga apabila dilaksanakan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab oleh umat Islam, maka ia dapat menjadi sumber
dana tetap yang cukup potensial untuk menunjang suksesnya pembangunan
nasional, khususnya untuk membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam pelaksanaan zakat hasil pertanian di Desa Pangkalan Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan, para petani berbeda-beda antara yang satu
dengan yang lain. Ini dikarenakan ketingkatan kesadaran tentang mengeluarkan
zakat juga berbeda-beda.
Masyarakat petani di Desa Pangkalan ini, menggantungkan hidupnya dari
berbagai sektor. Sektor utama yang paling dominan adalah memproduksi hasil
usaha yang berupa lahan pertanian.
Produksi hasil pertanian yang ada di desa Pangkalan kecamatan
Karangrayung kabupaten Grobogan tediri dari makanan pokok yaitu padi. Tetapi
petani menambahkan pertaniannya di musim kemarau dengan jenis kacang-
7 Moh Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan
Agama, dan Zakat menurut Hukum Islam, Cet. 1., Jakarta : Sinar Grafika Offset, 1995. hlm. 130
40
40
kacangan, yang berupa kacang hijau untuk menambah penghasilan mereka.
Walaupun pertanian yang paling dominan adalah padi.
Petani adalah pekerjaan umum masyarakat Pangkalan kecamatan
Karangrayung kabupaten Grobogan, karena daerah Pangkalan merupakan daerah
dataran rendah atau daratan. Meskipun tumpuan utama perekonomiannya adalah
pertanian, namun masyarakat desa ini tidak hanya memprioritaskan sektor
pertanian, tetapi pada sektor lain, seperti jadi pedagang, pegawai dan lainnya.
Dalam mengeluarkan zakat hasil bumi pertanian, masyarakat di Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan sebenarnya sadar
akan pentingnya mengeluarkan zakat. Tetapi dalam prakteknya bahwa
masyarakat kurang mengerti tentang ketentuan nisab dan haulnya. Mereka
membayar zakat berdasarkan adat atau kebiasaan. Sikap masyarakat yang masih
tradisional ini diwujudkan dalam bentuk memberikan zakat kepada guru, kyai
atau ulama’ di lingkungannya. Mereka juga memberikan zakat hasil pertaniannya
secara langsung kepada orang yang mereka kenal dan sukai, tanpa terorganisir
dalam lembaga amil zakat. Dengan alasan bahwa zakat hasil pertanian tidak
penting untuk dikeluarkan zakatnya.8
Menurut Bapak Kasmuri dalam penuturannya, para petani dalam
membayar zakat berpedoman pada kebiasaan masyarakat terdahulu yaitu mereka
yang dinilai dengan uang melaksanakan membayar zakat hasil pertanian pada
8 Wawancara Bapak Kamto, Desa Pangkalan, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten
Grobogan, RT. 03 RW. I tanggal 20 Oktober 2007.
41
41
setiap kali panen dengan membagikan kepada tetangga atau saudara-saudaranya.
Tetapi ada juga masyarakat yang tidak mau melaksanakan zakat hasil
pertaniannya walaupun mereka sudah tahu kewajiban zakat hasil pertanian.9
Dalam melaksanakan zakat hasil bumi pertanian masyarakat di Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan tidak sepenuhnya
menggunakan ketentuan zakat pertanian, masyarakat ada yang membayar zakat
dengan kadar 5% tetapi membayarnya tidak setiap pasca panen dan bahkan
masyarakat ada yang sudah melaksanakan zakat dengan membayar uang kepada
orang yang dikehendakinya, karena mereka berpegang pada keumuman atau
kebiasaan masyarakat di sana. Mereka hanya mengeluarkan shodaqoh setiap
selesai panen sehingga mereka tidak menunaikan kewajiban zakat hasil
pertaniannya sesuai ketentuan hukum Islam yaitu Al Qur’an dan Hadist.10
Sama halnya menurut Bapak Kasmuri, Bapak Sahuri juga berpendapat
bahwa masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan kebanyakan membayar zakat hasil pertaniannya dengan membagikan
uang atau barang hasil bumi produksinya kepada saudara-saudaranya sehingga
orang kayapun termasuk golongan penerima zakat.11
9 Wawancara Bapak Kasmuri, Dusun Tangkis, RT. 02 RW. III Desa Pangkalan Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan tgl. 22 Oktober 2007. 10 Wawancara Bpk. Achmad Muzair Dusun Tangkis RT. 01 RW. III Desa Pangkalan
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan, tgl. 25 Oktober 2007. 11 Wawancara Bpk. Sahuri di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan, tgl. 30 September 2007.
42
42
Adapun data pelaksanaan zakat hasil pertanian di Desa Pangkalan
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut :
Tabel VII
Hasil Wawancara Petani di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan12
Penentuan Zakat No. Nama
Luas
Lahan Hasil Panen
Barang Uang (Rp)
1 Sohir 1,5 Ha 10 ton 3 kw -
2 Sutijo 1,5 Ha 9 ton 5 kw -
3 Gatot 1,5 Ha 10 ton 500.000,00
4 H. Busro 1,5 Ha 10 ton 1.500.000,00
5 Aziz Supirjan 4 Ha 24 ton 10 kw 300.000,00
6 Darto Fatimah 1,5 Ha 10 ton 500.000,00
7 Bambang Dwiono 1,5 Ha 10 ton 600.000,00
8 Nasran 1,5 Ha 9 ton 4 kw -
9 Kasnadi 1,5 Ha 10 ton 5 kw 300.000,00
10 Narto 1,5 Ha 9 ton 2 kw 500.000,00
11 Sudiro 6 Ha 30 ton 10 kw 1.000.000,00
12 Sudiarso 1,5 Ha 9,5 ton 3 kw 300.000,00
12 Wawancara dengan masyarakat petani di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan Tahun 2007.
43
43
13 Tri Setiadi 2,5 Ha 15 ton 5 kw 500.000,00
14 Aman 1,5 Ha 9 ton 2 kw 200.000,00
15 Sunardi 1,5 Ha 8,5 ton 400.000,00
Dari data yang ada di atas, setelah mendapat informasi di beberapa petani
di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan, dapat
dijelaskan bahwa dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian, para petani tidak
sama dalam melaksanakan zakat.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Kesadaran
Masyarakat dalam Mengeluarkan Zakat Hasil Pertanian
Harta benda adalah urat nadi kehidupan, kebahagiaan, kesejahteraan,
kesenangan seperti menurut ilmu kesehatan, kekuatan dan kesempatan semuanya
didapat melalui harta. Dunia akan menjadi kacau, sempit dan tak indah tanpa
harta benda. Harta benda itulah yang menjadi status sosial simbol kebahagiaan
dan hiasan dunia seutuhnya. Selain itu alqur’an juga memandang harta benda
sebagai realitas sosial bagi tegaknya kehidupan. Alqur’an memberikan banyak
jalan keluar yang baik dan benar untuk memiliki harta benda. Jalan itu harus
dilalui dengan kesungguhan, rekayasa dan cekatan tanpa mengenal lelah, seperti
pertanian, perdagangan dan perindustrian.
Semula Alqur’an memandang bahwa pada hakekatnya benda bukanlah
milik pribadi, melainkan berfungsi sosial. Ia bukan saja harus dinikmati oleh
orang kaya tetapi harus beredar pula di tangan orang-orang miskin. Kemiskinan
44
44
bukanlah dikehendaki, melainkan kaya dan miskin adalah Sunnatullah. Allah
menganugrahkan kelebihan pada individu atas individu yang lain baik yang
menyangkut kekuatan fisik maupun daya pikir, ketabahan jiwa, keuletan bekerja
dan sebagainya.
Dengan adanya kenyataan perbedaan itu, Al-Qur’an menentukan hak dan
kewajiban individu atas masyarakat dan sebaliknya. Antara miskin dengan kaya
diharapkan dapat menjalin hubungan rasa kasih sayang dan saling tenggang rasa.
Atas dasar inilah masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan mau melaksanakan zakat hasil bumi pertanian. Disamping
zakat merupakan kewajiban juga sekaligus merupakan ibadah dan usaha
pendekatan diri kepada Allah SWT sesuai dengan kejujuran masing-masing dan
iman yang ada.
Masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan, dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian bisa dikatakan cukup baik,
karena masyarakat terutama petani sudah mau melaksanakan zakat. Meskipun
dalam prakteknya pendistribusian zakat tersebut belum dikembangkan. Para
muzaqi membagikannya sendiri kepada mereka yang dianggap membutuhkan
dana tersebut, padahal orang yang diberi zakat tidak berhak menerima zakat. Ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi muzaqi dalam
mengeluarkan zakat hasil pertanian diantaranya sebagai berikut : 13
13 Wawancara sebagian masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan, pada tanggal 14 Oktober 2007.
45
45
1. Pendidikan rendah
Masyarakat kurang memahami adanya kewajiban zakat yang harus
dikeluarkan. Ini dapat dibuktikan dengan pendidikan yang telah diraih oleh
masyarakat. Kebanyakan masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan berpendidikan rendah, mereka hanya
lulusan SD bahkan tidak tamat sekolah ataupun tidak pernah sekolah. (Lihat
tabel II)
2. Kurang pemahaman tentang zakat hasil pertanian
Para petani menyamakan antara shodaqoh dengan zakat, sehingga mereka
cukup hanya mengeluarkan uang atau sedikit hasil panen. Masyarakat
beranggapan sesuatu yang dikeluarkan setelah panen sudah termasuk zakat. 14
Banyak petani yang hasil panennya sudah mencapai nisab tidak mengeluarkan
zakat sesuai ketentuan hukum Islam. Dengan alasan petani beranggapan
bahwa mereka yang penting sudah mengeluarkan sebagian hasil pertaniannya
kepada orang lain.15
Tidak jauh berbeda dengan Bapak Muqorobin dalam penuturannya, zakat
adalah kewajiban setiap muslim yang memenuhi syarat, dan kewajiban ini sering
disebut ibadah amaliyah (ibadah yang berupa harta). Hampir setiap perintah
shalat di dalam Al-Qur’an selalu diikuti dengan perintah membayar zakat. Ini
membuktikan bahwa mengeluarkan zakat sangat dianjurkan. Akan tetapi
14 Wawancara sebagian masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten
Grobogan, pada tanggal 28 - 30 September 2007. 15 Ibid
46
46
masyarakat di Desa Pangkalan masih kurang cukup untuk mengeluarkan zakat
hasil pertanian sesuai dalam ketentuan hukum Islam. Mereka dalam
mengeluarkan zakatnya tidak menerapkan sesuai dengan teori yang ada dalam
hukum Islam.16
Menurut Bapak Muhamad Kundori, dalam satu tahun masyarakat Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan memanen hasil
pertaniannya sebanyak 3x, satu kali panen kacang hijau dan 2 kali panen padi
karena dalam panen padi atau palawija tersebut mendapat pengairan irigasi waduk
Kedungombo ataupun penyiraman dan kebanyakan hasil panennya di jual pada
orang lain. Padi maupun palawija dijual kepada juragan atau pedagang-pedagang
yang mau membelinya, tidak harus di bawa ke pasar atau ketempat penjualan.
Biasanya hasil panen tersebut didatangi sendiri oleh para pembeli.17
Kemudian muzaki menyisihkan sebagian hasil usahanya untuk diberikan
kepada orang lain. Muzaki memberikan zakat kepada mustahiq dengan kemauan
sendiri, ini disebabkan juga oleh pendistribusian yang hanya ada 3 asnaf,
diantaranya yaitu18 :
16 Wawancara Bpk. Muqorobin Salah Satu Tokoh Agama, Rt. 08 RW. I Desa Pangkalan
Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan. 17 Wawancara Bpk. Muhamad Kundhori, RT. 01 RW. I Desa Pangkalan Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan. 18 Wawancara dengan Bapak Arifin, Salah Satu Tokoh Agama di Desa Pangkalan Kecamatan
Karangrayung Kabupaten Grobogan.
47
47
1. Fakir
Yaitu orang yang tidak memiliki apa-apa. Biasanya muzaki
memberikan dalam bentuk uang sebesar Rp. 5.000 – sampai Rp. 20.000,-
masing-masing orang dalam satu periode, disesuaikan dengan kebutuhan
mereka sehingga tidak menimbulkan sikap ketergantungan.
2. Miskin
Yaitu orang yang memiliki harta dan pekerjaan, namun tidak dapat
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Zakat yang diberikan
kepada orang miskin biasanya berupa uang dan hasil pertanian.
3. Fi Sabilillah
Yaitu yang berjuang di jalan Allah, yang masuk ke dalam sabilillah
diantaranya yaitu :
a. Guru Ngaji
Zakat diberikan kepada ustadz yang mengajar di TPQ atau
madrasah.
b. Bantuan Pembangunan
Yaitu seperti pemberian bantuan pembangunan mushola,
pembangunan masjid dan lain-lain.
48
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN ZAKAT HASIL PERTANIAN
DI DESA PANGKALAN KECAMATAN KARANGRAYUNG
KABUPATEN GROBOGAN
A. Analisis terhadap Praktek Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian di Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
Zakat merupakan pendapatan masyarakat yang berkecukupan. Zakat
menjadi hak bagi orang-orang yang berhak yakni seseorang yang termasuk
kriteria delapan asnaf. Firman Allah dalam surat At Taubah ayat 60 disebutkan :
إنما الصدقات للفقراء والمساآين والعاملين عليها والمؤلفة قلوبهم وفي
الرقاب والغارمين وفي سبيل الله وابن السبيل فريضة من الله والله
)٦٠ :التوبة(عليم حكيم Artinya : Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang
miskin, amal zakat yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana (Qs. At-Taubah : 60).1
1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan terjemahannya, Surabaya : Duta Ilmu, 2005, hlm.
264.
49
Ayat tersebut intinya adalah golongan yang berhak menerima zakat yakni
pihak-pihak yang telah ditentukan oleh Allah. Hal ini menunjukkan bahwa zakat
wajib di serahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.2
Ayat di atas juga merupakan dasar pokok menyangkut kelompok-
kelompok yang berhak mendapat zakat. Para ulama berbeda pendapat dalam
memahami masing-masing kelompok diantaranya sebagai berikut :
Para ulama memperselisihkan makna huruf (ل) lam pada firman-Nya
Lilfuqara’, Imam Malik berpendapat bahwa ulama-ulama dari kalangan sahabat
Nabi SAW sepakat membolehkan memberikan zakat walau kepada salah satu
kelompok yang disebut oleh ayat ini. Sedangkan Imam Safi’i berpendapat bahwa
huruf lam mengandung makna kepemilikan sehingga semua yang disebut harus
mendapat bagian yang sama. Ini menurutnya dikuatkan juga oleh kata innama
atau hanya yang mengandung makna pengkhususan.3
Dalam rukun zakat dan ketentuan bahwa zakat tidak boleh diberikan
kepada orang yang wajib zakat karena hukumnya haram, kecuali golongan orang
yang sesuai dalam kriteria delapan asnaf.4 Tetapi dari survey lapangan bahwa
2 Didin Hafidhuddin, zakat dalam perekonomian modern, Jakarta : Gema Insani Press, Cet.
Ke-1, 2002, hlm. 7. 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta :
Lentera Hati, 2002, hlm. 630. 4 Dawan Raharjo, Islam dan transformasi sosial – ekonomi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
Cet. Ke-1, 1999, hlm. 446.
50
pembayaran zakat hasil pertanian masyarakat di desa Pangkalan kecamatan
Karangrayung kabupaten Grobogan tergantung keinginan masyarakat itu sendiri.5
Sementara dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 103 juga disebutkan :
⌦ ☺
)١٠٣ :التوبة( Artinya : ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya do’amu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka.Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Qs. At-Taubah : 103).6
Ayat tersebut dikemukakan bahwa Allah memerintahkan kepada
Rasulullah untuk memungut zakat dan membagikannya kepada yang berhak.
Walaupun kata ‘khuz’ (ambillah) dalam ayat tersebut sebagian fi’il amar (kata
kerja perintah) yang mengandung fail (orang yang bekerja) tersimpan yakni
Muhammad, namun sebenarnya intinya adalah perintah untuk semua pemimpin
5 Wawancara dengan Bapak Yahudi, Desa Pangkalan, kecamatan Karangrayung kabupaten
Grobogan. 6 Departemen Agama RI, Loc., Cit., hlm. 273.
51
umat Islam, yaitu wajib untuk memungut zakat dan membagikan kepada mereka
yang berhak untuk menerima.7
Dengan demikian, praktek pelaksanaan zakat hasil pertanian di desa
Pangkalan kecamatan Karangrayung kabupaten Grobogan masih kurang sesuai
dengan hukum islam karena dalam pembayarannya diberikan kepada orang yang
mereka inginkan. Masyarakat tidak memperdulikan orang yang menerima zakat,
baik itu orang kaya ataupun golongan orang yang berhak menerima zakat.
Pemberian zakat seharusnya diberikan kepada mustahiq. Meskipun
besarnya pemberian disesuaikan dengan kebutuhan mustahiq. Dalam hal
pendistribusian zakat, dapat digolongkan menjadi 8 asnaf, diantaranya yaitu : 8
1. Orang fakir
Yaitu orang yang tidak memiliki apa-apa. Menurut madzhab Asy
Syafi’y orang fakir ialah orang yang tidak berharta, tidak dapat memenuhi
kebutuhan, tidak sanggup berusaha dan tidak mempunyai pekerjaan.9
2. Orang miskin
Yaitu orang yang memiliki harta dan pekerjaan, namun tidak dapat
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Mereka tidak mau
meminta-minta untuk mencari pertolongan.10
3. Amil Zakat
7 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta : Lentera Hati, Cet. Ke-2, 2004. hlm. 707.
8 T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, Jakarta : PT. Bulan Bintang, Cet. Ke-5, 1984, hlm. 174.
9 Ibid, hlm. 176. 10 Ibid, hlm. 177.
52
Yaitu orang-orang yang terlibat atau ikut aktif dalam organisasi
pelaksanaan zakat.11
4. Mualaf
Yaitu orang yang perlu dijinakkan hatinya agar cenderung untuk
beriman atau tetap beriman kepada Allah dan mencegah mereka agar tidak
berbuat jahat bahkan mereka diharapkan akan membela kaum muslimin.12
5. Riqab
Yaitu orang yang sedang berusaha membebaskan diri dari tuannya.13
6. Gorim
Yaitu orang yang dinyatakan pailit dalam usahanya.14
7. Sabilillah
Yaitu orang yang dalam usaha untuk kejayaan agama ataupun
kepentingan umum.15
8. Ibnu Sabil
Yaitu orang yang kehabisan biaya dalam perjalanan, karena
kehilangan atau dirampas orang lain.16
Pendistribusian zakat yang dijelaskan dalam fiqh pada dasarnya memberi
petunjuk kepada muzaki mengenai kebijaksanaan dan kecermatan muzaki dalam
11 Suparman Usman, Hukum Islam : Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001, hlm : 162.
12 M. Syukri Ghocali, et, al., Pedoman Zakat 9 seri, Jakarta : Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1985, hlm. 87.
13 Ibid. 14 Ibid. 15 Ibid. 16 Ibid.
53
mempertimbangkan pembagian zakat kepada orang-orang yang berhak menerima
zakat.
Menurut penulis dengan melihat praktek pelaksanaan zakat hasil pertanian
di desa Pangkalan masih membayar zakat dengan sendirinya yang tidak sesuai
ketentuan hukum islam, hal ini disebabkan karena mereka hanya mengeluarkan
zakat sebagai infaq dan shadaqah saja. Sehingga pendistribusian zakat hasil
pertanian di desa Pangkalan belum sesuai dengan ketentuan hukum Islam, karena
masyarakat dalam memberikan zakat hasil pertaniannya dengan asal-asalan yakni
tidak disesuaikan dengan kaidah yang ada dalam fiqh.
Selama ini terkesan bahwa pendistribusian zakat tidak dikelola secara
profesional sehingga nilai yang terkandung dalam zakat menjadi tidak terlihat.
Ketidaktepatan dalam distribusi serta identifikasi kebutuhan mustahiq (yang
berhak menerima zakat) menjadikan zakat tidak berdampak luas dan cenderung
menjadikan golongan miskin sebagai mustahiq abadi.
Kebiasaan masyarakat terhadap penyerahan zakatnya tidak kepada
delapan golongan yang berhak menerima zakat, tetapi kepada para pemimpin
agama setempat. Pemimpin agama ini biasa dipanggil kiai, tidak bertindak
sebagai amil yang berkewajiban membagikan zakat kepada mereka yang berhak
menerima zakat. Cara dan sikap ini tidak sepenuhnya salah, namun sikap tersebut
sebaiknya ditinggalkan, karena untuk menghindari penumpukan harta zakat pada
orang tertentu, padahal salah satu dari tujuan zakat adalah pemerataan rizki untuk
mencapai keadilan sosial.
54
B. Analisis terhadap Faktor-faktor yang Menjadi Kendala Masyarakat dalam
Mengeluarkan Zakat Hasil Pertanian
Masyarakat petani di desa Pangkalan kecamatan Karangrayung kabupaten
Grobogan menggantungkan hidupnya ke sektor perdagangan, pertanian karyawan
swasta, pertukangan, buruh tani dan jasa lainnya. Namun sebagian besar
masyarakat desa Pangkalan menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian yaitu
pertanian padi dan kacang hijau. Dari hasil panen tersebut hasil pendapatannya
dapat diperhitungkan bahwa untuk usaha pertanian mempunyai unsur nilai lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil pertanian yang lain, karena biaya
operasionalnya tampak lebih rendah. Sehingga dari kemudahan bercocok tanam
padi dan kacang hijau sangat tidak layak jika zakat hasil bumi pertanian itu tidak
ditunaikan.
Menunaikan zakat adalah hukumnya wajib bagi orang yang telah
memenuhi syarat dan rukunnya. Jadi segala usaha yang baik dan halal. Selama
penghasilannya telah memenuhi nishab dan haul maka usaha tersebut wajib
dizakati oleh pemiliknya :17 Firman Allah :
ت ما آسبتم ومما أخرجنا لكم من يا أيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبا
الأرض ولا تيمموا الخبيث منه تنفقون ولستم بآخذيه إلا أن تغمضوا فيه
)٢٦٧ : البقرة(واعلموا أن الله غني حميد
17 Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual : dari Normatif ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. Ke-1, 2004, hlm. 265.
55
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ! infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maka Terpuji. (Qs. Al Baqarah : 267).18
Apabila penulis perhatikan ayat tersebut, terdapat pengertian bahwa segala
usaha manusia wajib dibayarkan zakatnya yang baik-baik saja.
Dengan melihat hasil pembayaran zakat pertanian menunjukkan bahwa
tingkat kesadaran umat Islam desa Pangkalan kecamatan Karangrayung
kabupaten Grobogan masih rendah, walau demikian pensosialisasian atau
penyuluhan-penyuluhan mengenai zakat hendaknya jangan sampai berhenti,
tetapi sebisa mungkin untuk terus digalakkan karena sebagian manusia biasa yang
tingkat keimanannya masih yazid wa yankus (kadang bertambah kadang
berkurang) apabila peringatan (penyuluhan) tentang zakat diberhentikan maka
kesadaran untuk mengeluarkan zakatnya pun bisa menurun.
Memang respon masyarakat terhadap zakat hasil pertanian belum antusias
dan juga belum positif, terlihat dari masyarakat yang membayar zakat dalam
setiap kali panen sangat sedikit, sehingga hal ini tidak bisa menjamin
kelangsungannya dalam meningkatkan kelancaran pembayaran zakat hasil usaha
pertanian. Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat mengeluarkan shodaqoh saat
panen bukan mengeluarkan zakat.
18 Departemen Agama, Loc. Cit, hlm. 56.
56
Setelah mengetahui masyarakat di desa Pangkalan kecamatan
Karangrayung kabupaten Grobogan banyak yang sedikit membayar zakat hasil
usaha pertanian, ini dikarenakan masyarakat tidak menspesifikasikan antara zakat,
infaq dan sodaqah. Padahal untuk usaha pertanian tersebut telah memenuhi
beberapa syarat untuk dikeluarkan zakatnya.
Dalam fiqh lima mazdhad dijelaskan bahwa semua yang diusahakan
manusia dan dimilikinya, yang memenuhi syarat-syaratnya adalah sebagai
berikut:
1. Tanaman makanan pokok yaitu makanan yang bisa mengenyangkan perut
orang di daerah masing-masing.
2. Makanan tersebut harus diusahakan oleh manusia, artinya : ditanam,
dipelihara dengan baik.
3. Genap satu nishab jumlah setiap panen atau satu tahun mencapai satu nishab.
Segala sesuatu yang diusahakan manusia juga mengandung unsur dan
prinsip sebagai berikut : 19
a. Unsur Maliyah (keharta bendaan)
Unsur ini mengandung prinsip benda yang bernilai ekonomis.
b. Unsur Ghaniyah (kekayaan)
Unsur ini mengandung prinsip, hak milik yang sempurna, di luar kebutuhan
pokok, mencapai satu nisab.
19 Sjechul Hadi Pernono, Sumber-sumber Penggalian Zakat, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1992,
hlm. 161-162.
57
c. Unsur An-Nama’ atau Al-Istinma’ (sifat berkembang atau dapat diharapkan
perkembangannya).
Terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala masyarakat petani dalam
membayar zakat seharusnya ada solusinya, mengingat orang yang mengeluarkan
zakat hasil pertanian sangat sedikit. Untuk itu suatu keharusan mencari solusinya
supaya kewajiban membayar zakat bisa berjalan lancar (meningkat). Seperti
dalam hal pendayagunaan zakat misalnya, apabila selama ini pendayagunaan
zakat hasil pertanian belum bisa dirasakan oleh orang yang membutuhkan maka
sudah saatnya pendayagunaan zakat terhadap mustahiq diberi penyuluhan tentang
zakat. Dengan demikian dapat diketahui tingkat kemauan petani dalam membayar
zakat.20
Dengan memperhatikan faktor-faktor kendala yang mempengaruhi
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam mengeluarkan zakat hasil
pertanian yang telah dikemukakan di atas, dapat dianalisis bahwa :
Masyarakat petani di kelurahan Pangkalan mayoritas berpendidikan
rendah ( lihat tabel 2 ) ini berpengaruh juga terhadap rendahnya kesadaran
masyarakat dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian. Karena dengan rendahnya
pendidikan mengakibatkan masyarakat kelurahan Pangkalan yang telah
memenuhi kewajiban zakat hasil pertanian tidak melaksanakan sesuai ajaran
agama Islam.
20 Wawancara dengan Bapak Nurhadi, Tokoh Agama RW. II Kelurahan Pangkalan.
58
Mereka dalam memahami zakat hasil pertanian masih dirasa kurang
karena dari dahulu masyarakat dalam mengeluarkan zakat masih memakai adat
kebiasaan yaitu muzaqi memberikan zakatnya kepada pemimpin
setempat.Sehingga kebiasaan ini bisa turun temurun sampai sekarang.
Zakat hasil pertanian yang telah memenuhi syarat dan rukunnya sesuai dengan
ketentuan hukum Islam maka wajib harus melaksanakan zakatnya agar terhindar
dari sifat kikir. Rendahnya tingkat keimanan di kelurahan Pangkalan dikarenakan
masyarakat tersebut tidak menjalankan sesuai ketentuan agama sehingga dalam
melaksanakannya mereka menggunakan kebiasaan masyarakat di situ.
Faktor-faktor kendala di atas masing-masing perlu dicari solusinya yaitu
dengan menerapkan berbagai konsepsi yang akan memberikan landasan
operasional bagi masyarakat diantaranya :
1. Pendidikan rendah
Dalam hal ini, masyarakat harus berusaha menyebarluaskan pengertian
zakat secara baik dan benar. Ini dapat dilakukan melalui pendidikan, baik
formal maupun non formal. Secara masal penyebarluasan pengertian zakat itu
dapat dilakukan melalui penyuluhan.
Dalam pemberian penyuluhan, “materi” merupakan komponen yang
sangat penting. Oleh karena itu dengan melihat penggolongan dan
59
kecenderungan masyarakat ada 4 hal yang perlu dijadikan materi
pengembangan zakat yaitu :21
a. Hukum zakat
b. Barang yang dizakati
c. Pendayagunaan
d. Pengorganisasian
2. Kurang pemahaman tentang zakat hasil pertanian
Yang dimaksud dengan pemahaman disini adalah pengertian umat
Islam tentang fiqh zakat. Pengertian mereka sangat terbatas kalau
dibandingkan dengan pengertian mereka tentang shalat dan puasa. Ini
disebabkan pendidikan keagamaan masyarakat di Kelurahan Pangkalan
kurang menjelaskan pengertian zakat. Akibatnya, karena kurang paham umat
Islam kurang pula melaksanakannya. Oleh karena itu pelaksanaan zakat harus
dikembangkan untuk lebih meningkatkan zakat diberbagai daerah misalnya
melalui organisasi atau lembaga-lembaga sosial Islam yang memungut zakat
seperti BAZ & BAZIS.
3. Tingkat keimanan rendah
Pelaksanaan zakat hasil pertanian di Kelurahan Pangkalan ternyata
masih jauh sekali (rendah). Banyak umat Islam yang secara baik dan sungguh-
21 M. Sukri Ghozali, et.al., Pedoman zakat 9 seri, Jakarta : Proyek Pembinaan Zakat dan
Wakaf, 1984/1985, hlm. 77
60
sungguh dalam ibadah shalat, tetapi mereka lalai dalam hal berzakat. Untuk
itu zakat lebih didorong untuk dilaksanakan secara intensif dan dikembangkan
sedemikian rupa agar mencapai sasaran yang sesungguhnya. Zakat yang
diharapkan ialah yang mampu meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat yang kurang mampu, dapat memberikan beasiswa untuk mereka
yang ingin meneruskan belajar, dan lain-lain. Sehingga pelaksanaan zakat
hasil pertanian dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah
SWT.
Dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, manusia diwajibkan
mendapatkan harta benda melalui cara yang halal. Selanjutnya Allah SWT
mewajibkan untuk menafkahkan harta benda tersebut. Sehingga harta benda tidak
boleh hanya dinikmati oleh pemiliknya saja, namun juga harus dinikmati oleh
orang lain, sesuai dengan cara yang telah diatur oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an
ataupun AS-Sunnah.
Sudah menjadi fitrah manusia, apabila melakukan suatu aktivitas maka
harapannya adalah ingin dipuji dan disanjung oleh orang lain. Apalagi jika orang
membayar zakat kepada masjid, maka timbullah sifat riya’ yaitu pamer,
berbangga diri dan ingin dipuji orang lain, sehingga dalam melakukan amal yang
seharusnya dilandasai dengan rasa ikhlas akhirnya sirna dan dia melakukan amal
hanya untuk mencari popularitas saja.22
22 Wawancara dengan Bapak Arifin, Tokoh Agama RW. I Kelurahan Pangkalan.
61
Munculnya sifat riya’ sendiri sebenarnya tergantung pada masing-masing
individu, namun dengan adanya penyuluhan yang disampaikan melalui kutbah
jum’at atau pengajian-pengajian di tingkat RT, Insya Allah akan benar-benar
menumbuhkan kesadaran mereka sehingga dalam beramal benar-benar dilandasi
dengan rasa ikhlas. Sebab sifat riya’ ini dilarang oleh agama Islam, sebagaimana
firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 264 sebagai berikut :
☺ ⌧
☺ ☺⌧
⌧ ☺
)٢٦٤ : البقرة( Artinya : Wahai orang-orang yang beriman !, janganlah kamu merusak
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menginfakan hartanya karena riya’ (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatupun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (Al-Baqarah ayat 264)23
23 Departemen RI, Loc., Cit., hl. 55
62
Menurut penulis juga sama pendapat dengan Bapak Arifin bahwa orang
yang berbuat baik jarang sekali memiliki rasa keikhlasan, ini dikarenakan banyak
orang yang selalu ingin dilihat orang lain terutama dalam hal mengeluarkan zakat
hasil bumi pertanian yang diberikan kepada masjid. Dalam pendistribusiannya,
masyarakat tidak memprioritaskan sekian % untuk fakir miskin, sekian % untuk
sabilillah dan sekian % untuk lainnya. Mereka hanya membagi sebagian harta dari
hasil bumi pertanian yang mereka inginkan kepada orang yang tidak berhak
menerimanya.Hal ini kurang sesuai dengan yang dijelaskan dalam fiqh bahwa
pembagian zakat diberikan kepada golongan yang membutuhkan.
Pada setiap pemilikan seseorang, selalu ada hak orang lain di dalamnya.
Karena harta benda itu diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, maka Allah
SWT menentukan cara pemanfaatan harta benda yaitu melalui zakat, infaq,
sadaqah, wakaf, qurban dan wasiat.24
Banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang zakat dan sodaqoh
dapat diambil kesimpulan bahwa harta benda mempunyai fungsi sosial. Fungsi
tersebut ditetapkan Allah atas dasar kepemilikan-Nya yang mutlak terhadap
segala sesuatu di alam raya ini termasuk harta benda. Di samping berdasarkan
persaudaraan se masyarakat, se bangsa dan se kemanusiaan, dan berdasar
istikhlaf, yakni penugasan manusia sebagai khalifah di bumi.
24 Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syari’ah, ed. 1, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 159.
63
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang pelaksanaan zakat pertanian
yang dijadikan oleh masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan telah penulis paparkan dalam Skripsi ini. Dari situ penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Masyarakat di Desa Pangkalan melaksanakan zakat hasil pertanian dengan
membayarkan kepada tetangga dan saudara secara langsung, masyarakat tidak
memandang orang yang diberi zakat hasil pertaniannya itu orang yang sudah
mampu (kaya) atau orang yang membutuhkan harta zakat. Mereka
menganggap bahwa mengeluarkan zakat hasil pertanian dengan semaunya
sendiri, ada juga sebagian masyarakat tidak menggunakan dasar hukum Islam
tentang kewajiban zakat hasil pertanian dan ada yang melakukan atas dasar
perintah sodaqoh. Mereka membayar zakat ada yang berupa barang hasil
panen dan juga berupa uang. Oleh karena itu sistem pelaksanaan zakat di desa
Pangkalan kecamatan karangrayung kabupaten Grobogan menggunakan adat
kebiasaan.
64
2. Faktor-faktor kendala yang mempengaruhi rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat di Desa Pangkalan dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian
diantaranya adalah :
a. Pendidikan rendah
b. Pemahaman tentang zakat hasil bumi pertanian masih kurang
B. Saran-saran
Setelah penulis melakukan penelitian kepada masyarakat di Desa
Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan disarankan kepada :
1. Para ulama’ yang ada di Desa Pangkalan, hendaklah dioptimalkan lagi dalam
memberi bimbingan kepada masyarakat yang belum mengetahui tentang
hukum zakat dengan memberi penyuluhan yang benar sesuai dengan Al-
Qur’an dan As-Sunnah, diadakan perkembangan kesadaran tentang zakat mal
yaitu melalui pengajian-pengajian, khotbah jum’at, kumpulan-kumpulan dan
pada setiap kesempatan, karena sebagai manusia perlu adanya sesuatu yang
bersifat mengingatkan.
2. Petani di Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan
agar dalam mengeluarkan zakatnya pada hasil pertanian yang didapatkan,
maka harus mengetahui tentang ketentuan-ketentuan yang ada pada hukum
zakat supaya tidak sia-sia dalam menjalankan kewajiban zakatnya dan
menghasilkan berkah.
65
3. Masyarakat Desa Pangkalan hendaknya ditingkatkan terus dalam
melaksanakan zakat dari harta kekayaan yang diberikan Allah SWT agar
makna zakat benar-benar dapat menyentuh masyarakat sehingga orang yang
mempunyai harta berlipat ganda ingat bahwa harta tersebut ada hak orang lain
yang wajib dibayarkan zakatnya kepada yang berhak sesuai dengan ketentuan
undang-undang zakat.
C. Penutup
Alhamdulillah, berkat Rahmat dan Hidayah dari Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan seluruh rangkaian aktivitas dalam rangka penyusunan skripsi
sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar strata satu, selanjutnya penulis
dengan kerendahan hati menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Disini masih banyak kelemahan dan kekurangan, baik
menyangkut isi maupun tulisannya. Karenanya segala saran, arahan dan kritik
korektif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Penulis hanya berharap mudah-mudahan skripsi yang sederhana dan jauh
dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya serta dapat dijadikan pelajaran dan perbandingan, semoga mendapat
keridhaan dari Allah SWT. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nuruddin, Zakat sebagai instrumen Dalam Kebijakan Fiskal, Edisi. 1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.Lihat juga Fuad’ Abd Al-Baqy, Al Mu’Jam al-Mufahras Li Alfa Al-Qur’an Al-Karim, Beirut: Dara 1- Fikr, 1407 H/1987 M.
Agama RI, Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Duta Ilmu. 2005.
Agama RI, Departemen, Ensiklopedi Islam di Indonesia Jilid 3,Proyek Peningkatan Prasarana dan sarana Perguruan Tinggi Agama: Jakarta, CV. Anda Utama. 1993.
Al-Jauziyah, Idu Al-Qoyyim, Plam Al-Muwaqqi’in,Juz 1, Beiruf: Daral-Fikr, tth.
Azwar, Syaifuddin, Metode Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet 1, ed.1.1998.
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. Ke-12, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Abu Achmadi, Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. 5, 2003.
Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004.
Amin Summa, Muhammad., et. Al., Buku Pintar Panduan Praktis Zakat, Jakarta: Inti Mandiri Sejahtera, 2003.
Al-Qardhawi, Yusuf., Musykilatul Faqrwan kaifa, A’ Lajahal Islam, Beirut, Darul Arabiyah, 1966.
------------------------., Al- Ibadah Fi Al- Islam, Beirut: Muasasah Risalah, 1993.
Al- Qur’an Surat Al-Ambiyaa: 73, QS. Maryam: 55, QS. Al-Baqarah: 83, QS. Maryam: 31 dan QS. Al-Bayyinah: 5.
Ash-Shiddieqy, T. M.Hasbi., Pedoman Zakat, Cet. 5, Jakarta: PT. Bulan bintang, 1984.
Ahmad Zaidun, Imam Ghozali said., Analisa Fiqh Para Mustahid Terj dari Bidiyatul Mustahid Wa Nihayatul Mustashid (Al-Fiqh Abul Walid Muhammad ),Jakarta : Pustaka Amani, 2002.
Bakry, Nazar., Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, ed. 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994.
Bin As’ad Al-Sajastani, Abu Daud Sulaiman., Sunan Abi Daud, Beirut: Dar Al-Fikr, tth.
Bin Hijaj, Imam abi Husain Muslim., Jami’ Sahih, Juz 1, Beirut, Lebanon: Dar Al-Fikr.
Di sampaikan dalam Acara Workshop Akuntansi Zakat bagi mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang Hari Sabtu Tanggal 4 Agustus 2007 bertempat di Pondok Pesantren” Nurul Islam” Wonolopo Mijen Semarang.
Daud Ali, Muhammad., Sistem Ekonomi Islam Zakat dan wakaf, Jakarta: Universitas Indonesia (V1- Press, 1998).
Ghozalai, M. Sukri., et. al., Pedoman Zakat 9 Seri, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. Ke-1, 2002.
-----------------------., Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah, Jakarta : Gema Insani, 1998.
Hasan, Ali., Masail Fiqiyah,Ed. Revisi, Cet. 4. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
-----------., Perbandingan Mazhab Fiqh, ed. 1, Cet. 2. Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2000.
http:/ www. Freelists, org/ archives/list. Indonesia/02-2005.
Institut Bankir Indonesia,Bank Syari’ah: Konsep, dan Implementasi Operasional, Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah, Jakarta: Djambatan, 2001.
Khallaf, Al-Wahab., Ilmu Ushul Al-Fiqh, Jakarta: Maktabah Daral Dakwah Al- Islamiyah Shabab Al-Azhar, 1410 H/ 1990 M.
Kartono, Kartini., Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung: Mandar Maju, 1990.
Mahmud Al-Ba’ly, Abdul Al-Hamid., Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syari’ah, ed. 1, jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Muhammad., Zakat Frofesi :Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer, Jakrta: Salemba Diniyah, 2002.
Mursyidi., Akuntansi Zakat kontemporer, Cet-ke-1, Bandung : PT. Remaja Rosda karya, 2003.
Nawawi dan Mimi kartini, Hadari., Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gajah mada University Press, 1996.
Nasution, Lamudin., Fiqh 1, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.
Purnomo, Syaechul hadi, Sumber-sumber Penggalian zakat, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992.
Qhqrdqwi, Yusuf., Hukum Zakat : Studi Komperatif Mengenai status dan filsafat Zakat berdasarkan Qur’an hadits, diterjemahkan oleh Salman Harun, et.al. Bogor ; Pustaka Litera Antar nusa, 2002.
------------------., Hukum Zakat: Studi Komperati Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan qur’an hadits, Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 2002.
-----------------., Hukum zakat, Terjemahan: Salma Harun, Didin Hafidhuddin, Hasanuddin, bandung : Mizan, Cet ke-4, 1993.
Qadir, Abdurrahman., Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
Raharjo, Dawam., Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 1, 1999.
Rafiq, Ahmad., Fiqh kontekstual: Dari Normatif Ke Pemaknaan Sosial, Yogyakarta : Pustaka pelajar, Cet. Ke-1, 2004.
Rasjid, Sulaiman., Fiqh Islam, Ed. Baru, Bandung; Sinar Baru, 1990.
Ramulyo, Moh Idris., Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama, dan Zakat Menurut Hukum Islam, Cet. 1., Jakarta; Sinar grafika Offset, 1995.
Shihab, Quraish., Membumikan Al- Qur’an, Bandung : mizan, 1994.
Sulaiman, abi Daud., Sunan abi Daud, Beirut: Dar Al-fikr,tth.
Suharto, Ugi., Keuangan Publik Islam: Reinter Prestasi Zakat dan Pajak, Yogyakarta : Pusat studi Zakat Islamic Business School, 2004.
Sumber Data : Pemerintah kabupaten Grobogan, Buku Monografi Desa atau Kelurahan pangkalan Kecamatan karangrayung Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa tengah Keadaan Januari sampai dengan Juni 2007.
Sumber data Statistik Desa Pangkalan di Kantor Desa pangkalan, 30 Oktober 2007.
Sumber data: Monografi di Kantor Desa Pangkalan, tahun 2007.
Shihab, M. Quraissh, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakrta : Lentera Hati, Cet. Ke-2, 2004
Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut bankir Indonesia, Bank Syari’ah : Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta : Jambatan, 2001.
Umar Sitanggal, Anshori., Terjemahan Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Madzabil Iamam Asy-syafi’i, Cet. 2, Darulqalam Damsyik, 1987 M.
Usman, Suparman., Hukum Islam,Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tat Hukum Indonesia,Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001.
Wawancara dengan Ibu Sumiati Salah Satu Kepala dusun di Desa pangkalan Kecamatan Karangrayung kabupaten Grobogan, tgl. 18 April 2007, Jam 19.30 WIB.
Wawancara Bapak Kamto, Desa pangkalan, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Rt.03 RW. 1 Tanggal 20 Oktober 2007.
Wawancara Bapak Kasmari, Dusun Tangkis, RT. 02 RW. 111 Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung kabupaten Grobogan tgl. 22 Oktober 2007.
Wawancara Bapak. Achmad Muzair Dusun Tangkis RT. 01 RW. 111 Desa pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan, tgl. 25 Oktober 2007.
Wawancara sebagaian masyarakat di Desa Pangkalan Kecamatan karangrayung Kabupaten Grobogan, Pada tanggal 28-30 September 2007.
Wawancara Bapak. Muqorobin Salah satu Tokoh Agama, RT. 08 RW. 1 Desa Pangkalan Kecamatan Karangrayung kabupaten Grobogan.
Wawancara Bapak. Muhammad kundhori, RT. 01 RW. 1 Desa Pangkalan kecamatan karangrayung Kabupaten Grobogan.
Wawancara Dengan Bapak Arifin, Salah Satu Tokoh Agama di Desa pangkalan Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
Wawancara Dengan Bapak Yahudi, Desa pangkalan, Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.
Wawancara dengan Bapak Nurhadi, Tokoh Agama RW. 11 Kelurahan Pangkalan.
Zuhdi, Masyfuk., Masail Fiqhiyah: Kapitan Selekta Hukum Islam, Edisi 11, Cet. 7. jakarta : Haji Masagung, 1994.
Zaini Dahlan, Ismail Muhammad Syah., Filsafat Hukum Islam, ed. 1. Cet. 2, Jakarta : Bumi Aksara, 1992.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : ANNIK PUJIATUN
NIM : 032311203
Tempat/Tanggal Lahir : Grobogan, 22 Januari 1985
Alamat : Tangkis, RT. 01 / RW. III Pangkalan
Kec. Karangrayung Kab. Grobogan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : a. SDN Pangkalan I : Lulus tahun 1997
b. MTsN Jeketro : Lulus tahun 2000
c. MAN I Semarang : Lulus tahun 2003
d. Program Strata1 Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo
Semarang Angkatan 2003
Semarang, 16 Januari 2008
Penulis,
ANNIK PUJIATUN