Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral...

42
i Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo Oleh: Hesty Marlena Datemoli 712012028 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si.Teol) Program Studi Ilmu Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral...

Page 1: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

i

Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling Pastoral

di Jemaat Imanuel Folbo

Oleh:

Hesty Marlena Datemoli

712012028

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si.Teol)

Program Studi Ilmu Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

ii

Page 3: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

iii

Page 4: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

iv

Page 5: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

v

Page 6: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,

yang dengan kasih dan penyertaanNya, sehingga penulis bisa menjalani

pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

sampai pada proses penyelesaian Tugas Akhir yang berjudul „Studi Perbandingan

Tentang Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”.

Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian dari persyaratan dalam

mencapai dan untuk memenuhi gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si.Teol). Semua ini

tidak terlepas dari tuntunan Tuhan Yesus Kristus dan semua pihak yang terlibat

dalam memberikan dukungan penuh yaitu dari keluarga besar Jemaat Imanuel

Folbo bahkan dari pihak Fakultas Teologi Univesitas Kristen Satya Wacana

(UKSW) yang telah memberi bantuan, pengarahan dan motivasi kepada saya

dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis berharap penulisan ini dapat menjadi berkat dan bermanfaat bagi

para pembaca, terkhususnya bagi Jemaat Imanuel Folbo dalam memahami

perbandingan tentang ritual A’ome dan konseling pastoral. Meskipun dalam

penulisan ini penulis menyadari bahwa semuanya masih jauh dari pada

kesempurnaan dan kesempurnaan itu hanya milik Tuhan.

Penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang

telah membimbing dan membantu penulis dalam proses penulisan Tugas Akhir

ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik di Fakultas Teologi UKSW.

Secara khusus Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Pdt. Jhon Titaley, Ph.D selaku dosen pembimbing I yang dengan ketulusan

hati selalu meluangkan waktunya, pikiran dan tenaga untuk membimbing

dan mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan Tugas Akhir. Dan untuk Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban

Timo sebagai dosen pembimbing 2 dan dosen yang sangat menginspirasi

penulis lewat karya tulisnya, serta yang telah memberikan masukan yang

Page 7: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

vii

membangun dan terima kasih untuk ilmu, waktu, pikiran dan tenaga bagi

penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

2. Terima kasih kepada Dekan, Kaprogdi, Wali Studi, Panitia Tugas Akhir

dan seluruh dosen, serta staff Fakultas Teologi UKSW yang telah

membantu penulis dari awal pendidikan perkuliahan sampai pada

penulisan Tugas Akhir.

3. Orangtua (bapak, mama) tercinta, kakak Karno, adik Nining dan Rizky

yang selalu memberikan dukungan baik dari segi moril maupun finansial,

serta motivasi dan nasehat, terutama doa yang menguatkan sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penyusunan Tugas Akhir

dengan baik.

4. Terima kasih untuk teman-teman Teologi 2012 yang selalu ada dalam suka

dan duka, bahkan yang telah menjadi keluarga bagi penulis dalam

menjalani masa-masa studi sampai pada penyelesaian Tugas Akhir ini

dengan baik.

5. Terima kasih untuk sahabat-sahabat yang Tuhan ijinkan hadir di dalam

kehidupan penulis, Laura Mezbah Cahyana Silaban, Monica Pattipeilohy,

Kurnia Dagang Magi, Apriana Meyvi Usmani, Ruth Kause, Berlian

Rambu Pesi, Melkior Vulpius, Rongky Januart Lasiko, Meylina Gomes,

dan Novita Sisilia Karambut. Terima kasih untuk dukungan doa serta

motivasi yang diberikan kepada penulis dan yang selalu ada dalam suka

dan duka kehidupan penulis.

6. Terima kasih untuk persekutuan Solafide Kids maupun Solafide Dewasa

yang menemani kehidupan penulis selama ini, Mbak Christiana Soetrisno,

Mbak Ayu Damar, Mas Joko, Mas Wawan, Mbak Maria, Tante Ida, Pdt

Ronald, Pak Kevin, Kak Ichen, Jhefry, Ano, Dafa, Deo, Tegar, Natha,

Nenci, Nesya, Angel, Hana, Lala, Sekar, Ines, Eca, Faith, Syalom, Yofi,

Feri, James, dan Yessow. Terima kasih untuk ketulusan dan kebaikannya

telah menjadikan penulis sebagai bagian dari keluarga serta selalu ada

dalam suka maupun duka penulis. Terima kasih juga untuk motivasi,

nasihat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis. Kiranya Tuhan

sumber kasih dan berkat senantiasa memberkati kalian semua.

Page 8: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

viii

7. Terima kasih kepada Ketua Majelis sementara Jemaat Imanuel Folbo Ibu

Pdt. Ratih Tibuludji S,Th. Yang telah menerima saya sebagai bagian dari

keluarga besar Jemaat Imanuel Folbo yang dengan sukacita menopang dan

memberi dukungan, masukan, nasehat, serta arahan yang memotivasi

penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih juga buat Ibu

Pdt. Welly M.S. Peringmang, S. Th. Ketua Majelis Jemaat Imanuel Folbo,

beserta Majelis dan Jemaat Imanuel Folbo yang telah bersedia meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk membantu penulis dalam memberikan

informasi yang sangat bermanfaat dan berguna dalam penulisan Tugas

Akhir ini. Tuhan Yesus Memberkati dalam tugas dan pelayanan.

Salatiga, 29 Mei 2017

Hesty Marlena Datemoli

Page 9: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

MOTTO ................................................................................................. xi

ABSTRAK ............................................................................................. xii

1. Pendahuluan ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat ............................... 4

1.3 Metode Penelitian ...................................................................... 5

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................... 6

2. Ritual, Konseling Pastoral dan Studi Perbandingan .................... 7

2.1 Ritual ........................................................................................... 7

2.2 Konseling Pastoral ..................................................................... 8

2.3 Studi Perbandingan ................................................................... 13

3. Hasil Penelitian, Pembahasan dan Analisa .................................... 15

3.1 Sejarah Gereja Imanuel Folbo ................................................. 15

3.2 Proses Ritual A’ome....................................................................16

Page 10: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

x

3.3 Perbandingan Antara Ritual A’ome dan Konseling Pastoral...21

1. Persamaan Ritual A’ome dan Konseling Pastoral....................21

a. Persamaan Berdasarkan Fungsinya..............................21

b. Persamaan Tampak Dalam Arti Memulihkan Luka Batin..22

c. Mempunyai Tujuan Yang Sama.....................................23

2. Perbedaan Ritual A’ome dan Konseling Pastoral......................23

a. Perbedaan Itu Tampak dari Pengertiannya..................24

b. Perbedaan Berdasarkan Model atau Teknik.................25

4. Penutup ............................................................................................. 27

Daftar Pustaka ...................................................................................... 28

Page 11: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

xi

MOTTO

“I Can see it in the stars across the sky Dreamt a

hundred thousand dreams before, Now I finally realize.

You see I’ve waited all my life for this moment to arrive

And finally, I believe. Jesus, Thank you.”

(Darren Espanto)

“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air

mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.

Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil

menabur benih, pasti pulang dengan bersorak-sorai

sambil membawa berkas-berkasnya.”

Mazmur 126 : 5-6

Page 12: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

xii

Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling Pastoral

Di Jemaat Imanuel Folbo

Hesty Marlena Datemoli

712012028

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dalam ritual A’ome

dan konseling pastoral. Yang menjadi rumusan pertanyaan dalam penelitian ini yaitu apa

persamaan dan perbedaan dari ritual A’ome dan konseling pastoral dalam terapi

penyembuhan terhadap pasien. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak

Gereja, masyarakat dan peneliti selanjutnya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Teori konseling pastoral, teori ritus-ritus tentang penyakit dan penyembuhan, dan

teori perbandingan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan deskriptif sehingga dapat memperoleh informasi secara mendalam,

lewat observasi, dokumentasi dan wawancara yang dilakukan kepada jemaat Imanuel

Folbo yang berdomisili di Dulolong Barat Kecamatan Alor Barat Laut, khususnya bagi

mereka yang secara langsung melakukan ritual A’ome. Hasil penelitian ini adalah ritual

A’ome maupun konseling pastoral itu sendiri mempunyai tujuan yang sama yang

hendak dicapai untuk membantu menanggani setiap persoalan yang dihadapi

dalam jemaat yang mengalami masalah kesehatan berupa luka batin yang

dirasakan. Di samping itu perbedaan yang terdapat di dalam ritual A’ome dan

konseling pastoral ini seringkali dilihat dari teknik atau cara yang digunakan

untuk membantu mengatasi persoalan tersebut dan pemahaman-pemahaman

mengenai kedua hal tersebut.

Kata Kunci: Ritual A’ome, Konseling Pastoral, Persamaan dan Perbedaan, Jemaat

Imanuel Folbo, Kalabahi.

Page 13: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

1

I. Pendahuluan

Setiap suku memiliki adat istiadat tersendiri. Koentjaraningrat dalam

bukunya mengemukakan bahwa adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan

yang berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendali dan

memberi arah kepada kelakuan manusia dalam masyarakat.1 Menurut

Koentjaraningrat pengertian ritual adalah sistem aktifitas atau rangkaian

tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat

yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi

dalam masyarakat yang bersangkutan.2 Ritual merupakan ruang yang

melingkupi hidup manusia seperti adat istiadat dan upacara kemasyarakatan.3

Namun tak dapat disangkal juga bahwa dengan adanya pengaruh dari ritual-

ritual yang ada tersebut muncul juga berbagai persoalan yang dihadapi

masyarakat dari waktu ke waktu tampaknya makin lama semakin kompleks,

baik persoalan yang berhubungan dengan pribadi, keluarga, pekerjaan, dan

masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas masalah itu telah

mengarahkan sebagian masyarakat mengalami konflik-konflik.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia konflik adalah percekcokan, perselisihan,

pertentangan. Artinya pertentangan antara dua kekuatan yang disebabkan oleh

adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang saling bertentangan untuk

menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku.4 Di sini, konflik berasal

dari dalam diri orang yang bersangkutan sendiri; terjadi konflik antara id,

superego dan ego. Atau konflik antara apa yang diinginkan dan apa yang

sesungguhnya dibutuhkan oleh orang yang bersangkutan dan hambatan-

hambatan dalam memenuhi apa yang diharapkan, bahkan sampai dapat

menimbulkan tekanan batin yang sangat menggangu.5 Kompleksitas masalah

1 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia, 1985).

2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: P.T Rineka Citra, 2002),190.

3 Umberan, Musni & Juniar Purba, Sejarah Kebudayaan Kalimantan (Depdikbud), (Jakarta:

CV. Dwi Jaya Karya,1993)77.

4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KamusBesarBahasa Indonesia, Jakarta :Balai

Pustaka, 1998,518. 5 Pulpa, Konseling: Memahami Frustasi dan Konflik, (Jakarta: Hikmat Pembaruan: Word

Pers, 2012).

Page 14: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

2

demikian inilah yang di antaranya menuntut adanya media yang dapat

membantu mengatasi segenap permasalahan kehidupan sehari-hari. Untuk itu

berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan dan konflik kejiwaan orang

mulai mengembangkan terapi-terapi yang berupa konseling maupun

pengobatan medis. Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu

mengatasi konflik-konflik, hambatan-hambatan, dan kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan. Konseling merupakan satu diantara bentuk upaya

bantuan yang secara khusus dirancang untuk mengatasi persolan-persoalan

yang dihadapi. Konseling adalah seluruh upaya bantuan yang diberikan

konselor kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan

diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya

pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep kepribadian yang

sewajarnya mengenai: dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang

dirinya, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan kepercayaan diri.6 Tetapi ada

juga konseling atau proses penyembuhan yang bersifat mistis sebagaimana

yang ada dalam masyarakat budaya atau komunitas beragama lokal.

Di Jemaat Imanuel Folbo Klasis Alor Barat Laut ada satu kebiasaan atau

praktek penanganan konflik atau masalah yang berhubungan dengan kejiwaan

seseorang yang disebut A’ome. Dalam pengertian yang paling mendasar

masyarakat zaman dahulu percaya bahwa A’ome identik dengan sebuah

percakapan/doa. Dalam ritus tertentu A’ome dapat menghasilkan apa yang

diinginkan orang, A’ome juga sering diucapkan dalam hal bernazar atau janji-

janji. Banyak orang mempercayai A’ome melalui beberapa ritus ternyata

mujur. Ada contoh kasus seorang bapak mengalami penyakit maag akut mulai

pertengahan bulan Februari. Setelah beberapa kali melakukan pemeriksaan

dan pengobatan di rumah sakit tidak kunjung sembuh akhirnya keluarga

memutuskan untuk pengobatan tradisional saja. Menjelang satu bulan

kemudian keluarga menyadari bahwa bapak sakit karena telah melakukan

kesalahan. Akhirnya keluarga memanggil Tumo’Bar, sebutan yang lebih akrab

untuk tua-tua adat, untuk melakukan percakapan mateng artinya pembicaraan

6 Kukuh Jumi Adi . 2013. EsensialKonseling: PendekatanTraint and Factor dan Client

Centered. Yogyakarta: Garudawacha.

Page 15: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

3

sehari-hari dalam seluruh lapisan masyarakat atau percakapan biasa. Setelah

Tumo’Bar selesai berbicara ia memberikan persembahan di kotak yang telah

disediakan dan meminta bapak yang sakit ini untuk memohon pengampunan

dan mengakui kesalahannya, barulah memberikan persembahan. Setelah

A’ome selesai dilakukan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh seorang

majelis atau pendeta yang hadir pada saat itu dan saling berjabatan tangan.

Dari contoh kasus di atas dapat kita lihat bahwa ketika dilakukan terapi

medis sebagai pengobatan atau konseling pastoral dari gereja yang dilakukan

oleh pendeta atau majelis tidak banyak menolong tetapi ketika dilakukan

terapi budaya dengan A’ome yang dikombinasikan dengan doa itu sangat

menolong bagi orang yang mempunyai konflik batin atau masalah kejiwaan.

Sehingga menimbulkan pertanyaan mengapa terapi-terapi medis berupa

konseling pastoral yang menerapkan prinsip-prinsip itu tidak banyak

menolong tapi justru ketika diterapkan A’ome itu sangat menolong. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian di salah satu

gereja, yakni Gereja Masehi Injili di Timor. Gereja Masehi Injili di Timor

tersebar di seluruh daerah Nusa Tenggara Timur tepatnya di kota Kalabahi.

Bukan hanya di kota, GMIT juga dapat ditemui di bagian kabupaten-

kabupaten atau secara sederhana dapat disebut sebagai pedesaan. Salah satu

Gereja Masehi Injili di Timor yang terletak di desa ialah GMIT imanuel

Folbo. Konteks jemaat yang dimiliki oleh GMIT Imanuel Folbo ialah

masyarakat agraris yang memiliki pandangan-pandangan yang masih

konvensional dan masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka.

Konteks jemaat inilah yang menimbulkan keunikan tersendiri bagi jemaat

Imanuel Folbo. Dalam setiap persoalan atau masalah yang dihadapi, jemaat

Imanuel Folbo sering melakukan ritual A’ome. Maka penulis ingin melakukan

penelitian tentang studi perbandingan tentang ritual A’ome dan konseling

pastoral dalam terapi penyembuhan terhadap pasien.

1.1 Rumusan Masalah

Page 16: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

4

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di dalam latar belakang masalah,

rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :

Apa persamaan dan perbedaan dari ritual A’ome dan konseling

pastoral dalam terapi penyembuhan terhadap pasien?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diteliti maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dalam ritual A’ome

dan konseling pastoral.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis

maupun praktis dalam upaya untuk membangun kembali pemahaman-

pemahaman jemaat mengenai ritual A’ome dan konseling pastoral. Adapun

manfaatnya, yaitu:

Secara teoritis, dapat menyumbangkan pokok pemikiran mengenai

pemahaman jemaat tentang salah satu kebudayaan atau tradisi

disebuah daerah dalam lingkup Gereja yang sudah mengalami

perkembangan zaman tetapi masih mempertahankan tradisinya dan

memberikan wawasan kepada mahasiswa Teologi bagaimana

memandang budaya sebagai bagian dari kehidupan sosial yang

juga menuntut peran serta dari Teologi untuk menyikapi secara

bijaksana.

Secara praktis, dapat memberi apresiasi untuk jemaat karena masih

mempertahankan kebudayaan yang menjadi keunikan tersendiri

ditengah-tengah perkembangan zaman dan menolong warga jemaat

untuk dapat mengembangkan pemahaman mereka tentang

konseling pastoral dan ritual A’ome.

1.4 Metode Penelitian

Page 17: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

5

Metode penelitian adalah suatu kajian dalam mempelajari suatu peraturan-

peraturan yang ada didalam sebuah penelitian dan keseluruhan proses

berpikir mulai dari menemukan permasalahan penelitian, menjabarkan

dalam rangka teoritis tertentu serta pengujian data bagi pengujian empiris

sampai dengan penjelasan dan penarikan kesimpulan dari gejala sosial

yang diteliti.7 Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif

analisis dengan menggunakan data kualitatif, yaitu penelitian dilakukan

dengan cara pendekatan terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan

data yang akurat. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan dan

pengolahan data dapat menjadi sangat peka dan pelik, karena informasi

yang dikumpulkan dan diolah harus tetap objektif dan tidak dipengaruhi

oleh pendapat peneliti sendiri.8 Atau jenis penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang lebih mengutamakan penghayatan serta berusaha

memahami dan menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi dan

tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti

sendiri sehingga hal ini mengharuskan peneliti terjun sendiri ke lapangan

secara aktif.9 Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan

pula. Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan

tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber

informasi(interviewee).10

Hal tersebut dapat dilakukan melalui wawancara

langsung dengan narasumber. Peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif karena metode ini sangat memungkinkan peneliti untuk mengkaji

suatu gejala dalam jemaat dan melakukan proses sosialisasi langsung

kepada jemaat, sehingga peneliti dapat mempermudah pengambilan data

dan perolehan informasi di lapangan. Metode yang terakhir adalah studi

pustaka yaitu membantu peneliti untuk menyusun landasan teori yang

akan menjadi tolak ukur untuk menganalisa hasil interpretasi data

7 Prasetya Irawan,Logikan dan Prosedur Penelitian, (Jakarta: STIAN-LAN Press, 2002), 15.

8 Sugiyono.Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung:Alvabeta, 2010),2.

9 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008),129. 10

Nurul. Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta:BumiAksara, 2005). 179.

Page 18: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

6

penelitian lapangan guna menjawab persoalan pada rumusan dan tujuan

masalah serta penyusunan kerangka teoritik untuk menyusun hipotesis dan

membuktikan hipotesa masalah yang diteliti.11

Pada proses penelitian ini,

peneliti akan mewawancarai majelis jemaat Imanuel Folbo, beberapa

anggota jemaat dan tokoh-tokoh adat setempat, sementara pengamatan

peneliti lakukan dengan mengamati secara langsung bagaimana

pelaksanaan ritual A’ome tersebut. Lokasi penelitian ini, peneliti

mengambil lokasi di Desa Dulolong Barat Kecamatan Alor Barat Laut

Kabupaten Alor Gereja Imanuel Folbo. Lokasi ini di ambil karena di Desa

Dulolong Barat Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor Gereja

Imanuel Folbo masih sering dilaksanakan ritual A‟ome dari pada di Desa

lain yang berada di Kecamatan Alor Barat Laut Kabupaten Alor. Waktu

yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah selama 2 minggu.

1.5 Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka

disusunlah sistematika penulisan yang menjadi rangkaian penulisan dari

bagian pertama sampai ke bagian keempat yang mempunyai pokok

masing-masing, tetapi menjadi satu bagian besar yang saling melengkapi.

Bagian I Pendahuluan yang didalamnya dijelaskan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bagian II Landasan teori yang ada tentang teori konseling pastoral, teori

ritus-ritus tentang penyakit dan kesembuhan dan teori perbandingan.

Bagian III Membahas hasil penelitian, sejarah singkat jemaat Imanuel

Folbo, gambaran umum lokasi penelitian, persamaan dan perbedaan serta

keunggulan dari konseling pastoral dan ritual A‟ome itu sendiri.

Bagian IV Penutup meliputi kesimpulannya, berupa hasil temuan yang

diperoleh dari pembahasan analisis serta kontribusi dan rekomendasi

untuk penelitian kedepan.

11

J. D . Engel Metode peneltian &Teologi Kristen,(Salatiga:Widya Sari Press Salatiga 2005) 33-34.

Page 19: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

7

II. Ritual, Konseling Pastoral dan Studi Perbandingan

Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini, maka perlu dikemukakan

teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan

sebagai landasan dalam pembuatan tugas akhir ini yaitu teori ritual,

konseling pastoral, dan teori perbandingan.

2.1 Ritual

Menurut Thohir, ritual merupakan bentuk dari penciptaan atau

penyelenggaraan hubungan-hubungan antara manusia dengan yang gaib,

hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan

lingkungan. Dalam konteks pengertian ini, ritual juga merupakan proses

komunikasi yang menyampaikan pesan-pesan tertentu. Pesan tersebut

dikemas dalam bentuk simbol-simbol yang disertai nilai-nilai budaya

pada masyarakat terkait. Helman juga menyebut setiap ritual memiliki

tiga kepentingan yaitu kepentingan psikologi, kepentingan sosial, dan

protektif. Kepentingan psikologis, karena setiap ritual diselenggarakan

guna memperoleh cara-cara mengekspresikan dan menerima dalam arti

menawarkan emosi-emosi yang tidak menyenangkan. Kepentingan sosial,

sebab melalui simbol-simbol yang digunakan dalam ritual sanggup

mendramatisasi pentingnya nilai-nilai dasar untuk menyemangati kembali

masyarakat dalam mempersatukan persepsinya. Sementara itu,

kepentingan protektif, karena ritual bisa memproteksi diri dari perasaan

cemas dan tidak tentu.12

Dalam menghadapi penyakit, manusia telah mengembangkan suatu

pengetahuan yang luas dan komplek, yang mencakup kepercayaan,

teknik, peranan, norma, nilai, ideologi, sikap, kebiasaan, ritus, dan

berbagai lambang (simbol) yang satu sama lain bertalian erat dan

membentuk suatu kekuatan. Inilah yang melahirkan suatu sistem

kesehatan, yang merupakan keseluruhan pengetahuan, kepercayaan,

keterampilan, dan praktek yang secara komprehensif. Teori penyakit

12

Ismail, Arifuddin, Agama Nelayan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012),16.

Page 20: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

8

menurut Foster dan Anderson mencakup kepercayaan terhadap kodrat

kesehatan, sebab musabab penyakit, berbagai ragam obat, dan teknik

penyembuhan. Dalam sistem teori penyakit diungkapkan sebab

menurunnya kesehatan. Dalam teori penyakit tradisional umpamanya

disebutkan, antara lain, karena orang tersebut telah melangar pantangan

atau telah terjadi gangguan keseimbangan antara unsur panas dan dingin

dalam tubuh. Dalam masyarakat-masyarakat penyakit dijelaskan melalui

pengertian personalitik, sebagai akibat dari kemarahan para dewa, hantu,

roh, dan tukang sihir, demonstrasi atas kekuatan-kekuatan sang dukun

meyakinkan bahwa manusia juga memiliki kekuatan untuk menjaga

dirinya terhadap kekuatan jahat dibumi maupun kekuatan supranatural.13

Seseorang dikatakan sembuh jika ia dipulihkan tidak saja dari gangguan

sosial atau religius-spritual. Memang, gangguan fisik atau psikologi yang

tidak dapat disembuhkan tidak menghalangi penyembuhan jika ia berhasil

“sakit dengan cara yang sehat” dengan menerima dan menghayati

penyakit itu dalam hidupnya. Penyembuhan terjadi ketika seseorang tidak

kehilangan makna hidup dalam penderitaan dan penyakit. Pengertian

penyembuhan ini tidak menolak anggapan bahwa penyakit dan

ketidakmampuan adalah hal yang mengerikan, tetapi menegaskan bahwa

penyembuhan dalam skala yang luas merupakan kemampuan untuk

meningkatkan dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan

memuaskan dengan dirinya sendiri, dunia, dan Allah, bahkan dalam

situasi fisik dan psikologis yang tidak tertahankan.14

2.2 Konseling Pastoral

Menurut Julianto Simanjuntak, Konseling Pastoral merupakan sebuah

usaha untuk dapat mencapai sebuah tujuan yang dapat membebaskan,

13

Foster, George, dan Anderson, Barbara, Antropologi kesehatan (Jakarta:Universitas Indonesia, 2009).

14 Dr. Beate Jakob, Dr. Cristoph Benn, Dr. Erlinda Senturias, PENYEMBUHAN YANG

MENGUTUHKAN “Dimensi yang Terabaikan dalam Pelayanan Medis” (Yogyakarta: Kanisius. 2003),67.

Page 21: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

9

memberdayakan dan merawat individu dalam keutuhannya. Utuh: dalam

enam dimensi yang bersifat interdependen, yakni pertumbuhan dalam:

pikiran, tubuh, relasi dengan orang lain, lingkungan hidup, relasi dengan

lembaga yang mendukung dan relasi dengan Tuhan.15

Seward Hiltner berpendapat bahwa pelayanan pastoral haruslah

dipandang dari perspektif penggembalaan yaitu penyembuhan,

pemeliharaan dan pembimbingan. Penyembuhan berarti membalut luka

seperti cerita orang Samaria yang baik hati. Pemeliharaan berarti

menghibur, menguatkan atau bersehati dengan orang yang menderita.

Pembimbingan berarti membantu menemukan jalan.16

Fungsi peran

pastoral adalah menyembuhkan (Healing), mendukung (Sustaining),

membimbing (Guiding), memulihkan (Reconciling), dan memelihara atau

mengasuh (Nurturing).17

Oleh sebab itu, tujuan konseling pastoral adalah

melaksanakan fungsi-fungsi dari pastoral, yang diharapkan setiap pasien

yang mengalami masalah yang berhubungan dengan konflik batin

mendapatkan penyembuhan, pemulihan, pengasuhan,dukungan dan

bimbingan.

Menyembuhkan (Healing), adalah fungsi pastoral yang ditujukan

untuk memperbaiki orang menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah

kemajuan melebihi kondisi yang sebelumnya.18

Proses penyembuhan juga

didefinisikan sebagai kemampuan untuk membangun hubungan yang

sehat, tetapi yang memerlukan kemampuan untuk bersama-sama di dalam

proses pastoral mampu berpikir dan merasakan bersama-sama agar bisa

masuk kedalam proses penyembuhan dalam beberapa cara dan juga untuk

dapat mengenali berbagai emosi-emosi. Dengan kata lain, hubungan

sehat memerlukan kemampuan untuk memahami masalah dengan

15

Julianto Simanjuntak, perlengkapan seorang konselor: Catatan Kuliah dan Refleksi Pembelajaran Konseling, (Tanggerang: Layanan Konseling Keluarga dan Karir – LK3, 2007),19.

16 Tjard G. Hommes dan E. Gerrit Singgih (editor), Teologi dan Praksis Pastoral,

(Yogyakarta: Kanisius, 1994),139. 17

Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta : Kanisius,2002),53-54.

18 Howard Clinebell,2002,53.

Page 22: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

10

serangkaian emosi-emosi.19

Di dalam Konseling Pastoral, fungsi

penyembuhan ini penting dalam arti bahwa melalui Konseling Pastoral

yang berisi kasih sayang, rela mendengarkan segala keluhan batin, dan

kepedulian yang tinggi akan membuat jemaat yang dipastoralkan yang

sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu

masuk ke arah penyembuhan yang sebenarnya. Fungsi ini dapat

diterapkan kepada pribadi atau jemaat yang mengalami luka batin akibat

kehilangan atau terbuang dan lain sebagainya, biasanya berakibat kepada

penyakit psikosomatis, suatu penyakit secara langsung atau tidak

langsung yang disebabkan oleh tekanan mental yang paling berat.20

Luka

batin/rohani adalah luka-luka yang terjadi di “dalam” diri seseorang. Itu

adalah luka-luka yang terjadi pada jiwa atau roh manusia, yang dirasakan

dan dialami oleh orang itu sendiri. Itu bukanlah luka-luka fisik dan luka-

luka itu tidak dapat dilihat. Keberadaan luka-luka itu dapat terlihat

melalui gejala-gejalanya dan melalui bukti-bukti dari perasaan, perilaku,

dan pikiran yang belum disembuhkan, yang termanifestasikan melalui

tindakan.21

Mendukung (Sustaining) adalah fungsi pastoral yang ditujukan

untuk menolong orang yang sakit (terluka) agar dapat bertahan dan

mengatasi luka yang terjadi pada waktu lampau. Hal ini berkaitan dengan

perbaikan atau penyembuhan atas penyakitnya tidak mungkin lagi

disembuhkan. Dalam situasi yang demikian orang yang sakit (terluka)

tersebut dapat beroleh pengharapan.22

Membimbing (Guiding), fungsi pastoral yang ditujukan untuk

membantu orang yang berada di dalam kebimbangan untuk mengambil

keputusan di antara berbagai pikiran dan tindakan pilihan yang dipandang

mempengaruhi keadaan jiwa mereka baik sekarang dan pada waktu yang

19

Barbara J McClure,2010,The Social Construction of Emotions : A New Direction in the Pastoral work of Healing, pastoral psychology, vol.59 issue 6 , p799-812, 14p.

20 Guillaume H. Smith,2015, Patoral Ministry in a missional age: Towards a practical

theological understanding of missional pastoral care, Verbum et Ecclesia, vol.36 issue 1,p1-8.8p. 21

Chester dan Betsy Kylstra, HEALING MINISTRY “Panduan Pelayanan Kesembuhan, Pemulihan, Kelepasan, dari Dosa Masa Lalu, Luka Batin, Pola Pikir Duniawi, Kutuk Keturunan, Ajaran Sesat, dan Roh Jahat”, (Yogyakarta: Penerbit Andi. 2005),156.

22 Howard Clinebell,2002,53.

Page 23: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

11

akan datang.23

Membimbing berarti memberikan arahan kepada orang

yang didampingi untuk menemukan jalan yang benar. Pendamping

menolong orang yang didampingi untuk memilih/mengambil keputusan

secara mandiri tentang apa yang akan ditempuh atau apa yang

menjadi masa depannya. Pendamping juga dapat menolong orang

yang didampingi untuk melihat: kekuatan dan kelemahan (internal)

serta kesempatan dan tantangan (eksternal).24

Pemberian nasihat juga

dapat dimasukkan dalam fungsi membimbing. Fungsi bimbingan ini di

dalam proses konseling pastoral sangatlah penting karena jemaat hidup di

tengah-tengah dunia di mana terjadi banyak perubahan-perubahan yang

membawa pengaruh atas kehidupan manusia di dalam berbagai aspek

kehidupan, dan untuk menghadapi perubahan-perubahan ini jemaat di

tuntut untuk mencari jalan keluar yang benar, yang sesuai dengan norma-

norma dan dalam hal ini jemaat sering menemui kesulitan. Untuk

mengatasi kesulitan tersebut peran pastoral sangat dibutuhkan untuk

menolong, membimbing, setiap pribadi atau jemaat agar tidak mudah

jatuh di tengah-tengah perubahan dunia.25

Memulihkan (Reconciling) adalah fungsi pastoral yang ditujukan

untuk membangun kembali hubungan-hubungan yang rusak di antara

manusia dengan sesama manusia dan di antara manusia dengan Allah.26

Apabila hubungan sosial dengan orang lain terganggu, maka terjadilah

penderitaan yang berpengaruh pada masalah emosional. Pendampingan

berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki hubungan yang rusak

dan terganggu. Pendamping menjadi mediator/penengah yang netral

dan bijaksana.27

Di sinilah perananan pastoral menjadi sangat diutamakan,

karena gereja diharapkan mampu memulihkan hubungan yang rusak

23

Howard Clinebell,2002,54. 24

Jennifer B .Gray,2011, Theory Guding Communication Campaign Raxis : A Qualitative Elicitation Study Comparing Exesice Beliefs of overweight and Healty weight college students, Qualitative Research Reports in Communication 2011, vol 12. Issue 1,p34-42 9p.

25 J. L. Ch. Abineno, Pelayanan Pastoral (Jakarta:BPK,1967),107-108.

26 Howard Clinebell,2002,54.

27 Rebecca Hutten;Glenys D. Parry; Thomas Ricketts; Jo Cooke, 2015, Squaring the circle:

a priority-setting method for evidence-based service development, reconciling research with multiple stakeholder views,BMC Health Services Research, Aug2015,vol15 Issue 1,p1-11p. 1 Diagram, 5 Chats.

Page 24: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

12

antara jemaat dengan Allah. Salah satu kebutuhan manusia adalah adanya

hubungan yang baik di antara manusia dengan Allah dan dengan sesama,

oleh sebab itu manusia disebut makhluk sosial. Apabila hubungan

tersebut terganggu maka terjadilah penderitaan yang berepengaruh kepada

masalah emosional, dan terkadang orang tersebut tidak sadar pada posisi

mana dia berdiri sehingga memerlukan orang ketiga yang melihat secara

objektif posisi tersebut.28

Memelihara atau mengasuh (Nurturing), fungsi pastoral yang

ditujukan untuk memampukan orang mengembangkan potensi-potensi

yang diberikan Allah kepada manusia, disepanjang perjalanan hidup

manusia.29

Memelihara atau mengasuh adalah fungsi pelayanan pastoral

yang seringkali dilupakan, hidup berarti bertumbuh dan berkembang,

perkembangan tersebut meliputi aspek emosional, cara berpikir, motivasi

dan kemauan, tingkah laku, kehidupan rohani dan dalam interaksi.30

Melalui pelayanan pastoral, dapat diperhatikan potensi-potensi apa saja

yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan jemaat

sebagai kekuatan yang dapat diandalkan untuk tetap melanjutkan

kehidupan, pelayan pastoral harus menolong jemaat untuk

berkembang,oleh karena itu diperlukan pengasuhan kearah pertumbuhan

melalui proses pelayanan pastoral.31

Manusia yang diciptakan sebagai

gambar Allah pada dirinya dikaruniakan potensi, dan dengan potensi itu

manusia akan dapat bertumbuh baik secara jasmani maupun rohani,

namun karena kelemahan manusia, dosa dan persoalan-persoalan

kehidupan yang dihadapi manusia menyebabkan manusia tidak mampu

mengembangkan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu dibutuhkan peran

28

Philip Reley,Jun 2013, Attacment theory, teacher motivation dan pastoral care : a challenge for teachers and academics, Pastoral Care Education, vol 31 issue 2, p112-129,18p.

29 Howard Clinebell,2002,54.

30 Tony Leach,2009, Maybe I can fly: nurturing personal and collective learning in

professionallearning communities,Pastoral car in Education, Dec2009, Vol.27 Issue 4,p313-323,11p.2 Diagrams.

31 Richard Shields,2008, Nurturing spirituality and vocation : A Catholic Approach to New

Teacher Induction, Catholic Education : A Journal of inquiry and practice.Dec2008, vol 12 issue 3 p 160-175.16p.

Page 25: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

13

pastoral agar manusia dapat mengenali dirinya dengan segala

persoalannya, kemudian mengembangkan potensi yang dimiliki.32

2.3 Studi Perbandingan

Penelitian komperatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang

ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan

menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu

fenomena tertentu. Penelitian komperatif merupakan penelitian yang

bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan

persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek

yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini

variabelnya masih mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau

dalam waktu yang berbeda. Jadi, penelitian komperatif adalah jenis

penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok

atau lebih dari suatu variabel tertentu. Selain itu, penelitian komparatif

juga memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu, untuk membuat

generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau

kerangka tertentu dan untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau

mana yang sebaliknya dipilih serta untuk menyelidiki kemungkinan

hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap

akibat yang adadan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi

penyebab melalui data tertentu.33

Studi perbandingan atau studi komparatif umum dipergunakan oleh

peneliti sosial dalam menyusun penelitian ilmiah dengan generalisasi

penelitian yang lintas batas dan tidak cenderung pada etnik budaya sosial

suatu masyarakat tertentu.34

Untuk melakukan studi perbandingan seorang

peneliti diharuskan untuk meneliti dengan interpretasi personal, setelah

32

Gary Collins,Growth Conseling, Helping People Growth (California: Vission House,1980) 88.

33Lestari, “Penelitian Komperatif”.http://lestarysnote.blogspot.com/2013/10/penelitian-

komparatif.html. Diakses 01 November 2016. Jam 07.26. 34

Bahry, Donna. L, 1995. “Crossing Border: the Practice of Comparative Research”, in Jarol B. Manheim and Richard C. Rich, Empirical Political Analysis: Research Methods in Political Science, London, Longman Publisher, pp. 245-260.

Page 26: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

14

menentukan pertanyaan permasalahan apa yang ingin dicari jawabannya

melalui penelitian dan menetapkan variabel serta indikator apa saja dalam

masing-masing kasus yang ingin diperbandingkan dan dicari persamaan

serta perbedaannya. Dari beberapa aspek tersebut kemudian generalisasi

dilakukan, dan proses penelitian akan dimulai sehingga peneliti

mendapatkan jawaban pertanyaan apa dan mengapa yang ia ingin cari

melalui perbandingan kasus-kasus tersebut.35

Dengan menggunakan studi

perbandingan ini, peneliti akan mempertimbangkan perbedaan demi

perbedaan yang berbeda dari masing-masing kasus yang ada yang mana

setiap aspek dari setiap kasus harus memiliki relevansi terhadap penelitian

yang dilakukan, dan kemudian menyatukannya untuk mencari letak

persamaannya. Hal ini akan dapat membantu peneliti untuk dapat

menghubungkan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya yang

kemudian akan terbentuk sebuah teori.

Tujuan utama dari studi perbandingan ini adalah pengetahuan yang

dapat diambil dari tiap-tiap kasus, dan hal tersebut terlepas dari tujuan-

tujuan yang lainnya.36

tujuan dari studi perbandingan ini adalah untuk

menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang

benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik

terhadap orang lain, kelompok, terhadap suatu idea atau prosedur kerja.

Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-

perubahan pandangan orang, grup atau Negara terhadap kasus, terhadap

orang, terhadap peristiwa atau terhadap ide-ide.37

Ritz mengidentifikasikan beberapa kelebihan dan kelemahan

penelitian komparatif. Kelebihan penelitian kausal komparatif yaitu,

penelitian komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat

mengenai hakikat fenomena: apa sesuai dengan apa, dibawah kondisi apa,

dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya dan memperbaiki teknik,

35 Kinanti. 2013 “Studi Perbandingan”.http://fellinkinanti-

fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-70905-MetodeAnalisiaHubunganInternasional-StudiPerbandingan.html. Diakses 01 November 2016. Jam 21.15.

36 Ragin, Charles C. 1987. “Comparative Social Science”, dalam The Comparative

Method: Moving Beyond Qualitative and Quantitative Strategies. London: University of California Press, pp.1-18. 1987,3-4.

37 Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: 2006, 267.

Page 27: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

15

metode statistik, dan desain dengan pengontrolan fitur-fitur secara parsial,

dalam beberapa tahun belakangan, studi ini lebih banyak dipertahankan.

Di samping kelebihan di atas, penelitian kausal komparatif juga memiliki

beberapa kelemahan yaitu, kesulitan dalam menentukan faktor penyebab

yang relevan yang secara aktual termasuk diantara banyak faktor di

bawah penelitian, suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai

penyebab, tetapi juga dari satu penyebab dalam suatu kejadian dan dari

penyebab lain dari kejadian yang lain dan studi perbandingan dalam suatu

situasi yang alamiah tidak memungkinkan pemilihan subyek penelitian

yang terkontrol.38

III Hasil Penelitian, Pembahasan dan Analisa

3.1 Sejarah Gereja Imanuel Folbo

Jemaat Imanuel Folbo adalah jemaat wilayah yang mulanya

bergabung dengan wilayah pelayanan Alkalam (WIPA) Adang-Aimoli

yang disebut dengan Adaim, kemudian pada Tahun 1974 masa Pdt Petrus

Doeka sebagai Ketua Klasis Abal. Folbo dialihkan untuk bergabung

dengan WIPA Kalabahi dengan jemaat-jemaat kota. Pada tahun 1991

WIPA Kalabahi dibagi menjadi 3 wilayah, dan Folbo termasuk dalam

wilayah Kalabahi Barat (WIPA III). Pada masa Pdt. F. Pulinggomang

menjadi Ketua Klasis Abal. Pada tahun 1999, jemaat wilayah Kalabahi III

dirubah namanya menjadi wilayah Tomnu, dengan pusat wilayah

administrasinya dipindahkan dari Foimahen-Kalabahi Barat ke Folbo

pada masa Pdt. Fransis Haan, S.Th menjadi KPWK Abal, hingga tahun

2009 tepat tanggal 5 Oktober Folbo menjadi jemaat mandiri ditabiskan

oleh Pdt. Baary Mc. Crooss Kery, B.Sc., B.D. dari Majelis Sinode GMIT

dan diresmikan oleh Drs. H.M. Yusran Tahir sebagai Wakil Bupati Alor.

38

Arifin, Zainal. “Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru” Bandung. PT Remaja

Rosdakarya.2011.

Page 28: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

16

Jemaat Imanuel Folbo didukung oleh 98 Kepala Keluarga (KK)

dan 622 jiwa yang tersebar di enam (VI) Oikos pelayanan. Jemaat Folbo

adalah bagian dari jemaat heterogen multi religi, selain umat kristiani

warga jemaat juga hidup dan berkembang di tengah warga yang beragama

muslim (40% umat islam), hubungan interaksi dan interelasi sosial yang

terbangun oleh leluhur dengan adanya interaksi dan interelasi sosial yang

begitu kental sehingga dampak pada urusan-urusan keluarga, adat dan

budaya dalam kehidupan beragama seperti adanya toleransi dan proaksi

yang semuanya menciptakan kemudahan dalam segala urusan.39

3.2 Proses Ritual A’ome

Pada zaman dahulu ada begitu banyak peristiwa yang

membingungkan dan tidak dapat dijelaskan satu persatu untuk itu sistem

komunikasi yang digunakan pada waktu itu melalui cara-cara tertentu,

melalui tempat-tempat yang telah disediakan atau mendirikan sebuah altar

untuk tempat pemujaan, tempat ini dianggap sakral atau tempat yang suci

untuk hadirnya “LAHTAL”. Lahtal adalah pencipta langit dan bumi, dia

pemegang nafas hidup manusia, dia adalah tokoh tertinggi yang dikenal

dengan nama Ur Fed Lahtal, dengan mengandung arti Ur/Uul adalah

bulan, Fed adalah matahari, Lah adalah tempat, dan Tal atau tali adalah

tinggi, harafiahnya diatas matahari dan bulan masih ada kuasa yang

tertinggi. Sehingga Ur Fed Lahtal serupa dengan Tuhan Allah dalam

agama Kristen. Ur Fed Lahtal disembah pada waktu atau peristiwa

tertentu, sedangkan yang melakukan ritual ini adalah kepala suku atau

yang ditunjuk dari suku imam (Lafurung Lelang). Setelah ritual A’ome

selesai dilakukan mereka menyembah kepada penciptanya.

Ritual A’ome merupakan salah satu ritual pengobatan yang

dilakukan oleh Jemaat Imanuel Folbo dalam mengatasi persoalan yang

dihadapi untuk memohon kepada Ur Fed Lahtal dan tentunya kepada roh-

roh nenek moyang yang merupakan kepercayaan agama suku waktu itu.

Seperti yang dikatakan Bapak NL Seorang tokoh adat yang melakukan

39

M.N. Lape & M.S, Beka, Sekilas Sejarah Berdirinya Jemaat Imanuel Folbo,16-19.

Page 29: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

17

ritual Aome mengatakan bahwa niat dari Aome adalah untuk membuat

suatu kegiatan, seperti acara potong kebun pasti punya niatan atau

perjanjian dalam suku bahwa tahun ini kita harus jalan satu arah ikut

satu tempat supaya kita sama-sama buka ladang. Dalam buka ladang

tujuannya adalah untuk meminta kepada leluhur supaya dalam buka

ladang dan tahun ini hasil panen berhasil berarti akan dibangun sebuah

rumah adat dan mengadakan sebuah pesta penerimaan dan pelepasan

yang besar. Untuk itu diundang seluruh suku duduk berkumpul dan

dengan maksud dari undangan ini adalah untuk buka ladang dan hasil

panen tersebut akan membangun sebuah rumah adat. Dalam rencana ini

ungkapan hati atau niat hati sudah didengar oleh para leluhur

terkhususnya Ur Fed Lahtal, sehingga Ur Fed Lahtal akan melindungi

dan memberkati semua tanaman di ladang supaya dapat bertumbuh dan

menghasilkan batang, bunga dan buah. Tapi dalam kenyataannya

pembangunan rumah adat tidak dilaksanakan karena ada acara lain

yaitu peminangan anak gadis sehingga uang dari hasil panen untuk

pembangunan rumah adat digunakan untuk peminangan anak gadis.

Menjelang beberapa hari kemudian keluarga mendapat sakit penyakit

berupa batuk dan pilek yang tidak kunjung sembuh maka keluarga

meminta tua adat untuk mendoakan mereka melalui cara hitung jari atau

melihat di air sebenarnya apa yang sedang terjadi. Setelah mengetahui

maksud tersebut bahwa sebenarnya sakit karena waktu itu ingin

membangun rumah adat tetapi ada urusan peminanggan jadi rumah adat

ditunda maka panggil semua suku adat berkumpul untuk berbincang

bersama mengenai masalah ini sebagai bahan pertimbangan untuk

dilaksanakan. Waktu itu pembangunan rumah adat tertunda jadi kita

harus segera melaksanakannya supaya tidak ada lagi tantangan dan

hambatan yang dialami. Setelah kesepakatan dilakukan maka semua

keluarga yang menderita sakit penyakit berupa batuk dan pilek menjadi

sembuh, tidak ada yang datang ganggu gugat lagi.40

40

Wawancara dengan Bapak NL (14 Desember 2016).

Page 30: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

18

Penulis melihat hasil wawancara dari bapak NL bahwa ketika kita

sudah melakukan ritual A’ome dan telah mengutarakan ungkapan hati atau

niat hati kita itu sudah didengar oleh Tuhan Allah dan roh nenek moyang

kita. Jadi ketika kita sudah sembuh dari sakit apa yang menjadi perjanjian

atau natzar kita kepada Tuhan harus ditepati kalau tidak kita akan

mendapat tantangan atau hambatan dalam kehidupan sehari-hari. Di

samping itu dengan adanya ritual A’ome yang dipercaya dan di yakini

bahwa tidak selamanya penyakit dapat disembuhkan dengan tenaga

medis, dan lain sebagainya. Namun ada penyakit yang harus dilakukan

dengan ritual tersebut untuk memulihkan kondisi batin dari orang yang

sedang sakit. Selain dari pada Bapak NL. Bapak AA menuturkan bahwa

A’ome adalah kepercayaan agama suku waktu itu tetapi setelah

masuknya agama Kristen diperbaharui menjadi sebuah doa. Contohnya

ketika ada seorang yang telah selesai masa kuliahnya dan mau membuat

acara syukuran akan memanggil tua adat karena pada zaman dahulu

mereka belum mengenal penatua dan diaken jadi mereka memanggil

orang yang tukang baca doa baru mereka menyampaikan ungkapan hati

karena anak sudah pulang kuliah jadi kita A’ome dulu.41

Di samping itu

Bapak SD mengatakan bahwa zaman dahulu mereka berbicara dengan

arwah nenek moyang yang mereka percaya ada di bulan, bintang dan

matahari tetapi setelah gereja ada A’ome diperbaharui. Mereka percaya

Tuhan Allah itu ada tetapi kepercayaan waktu itu mereka tahu Bapak,

Putera dan Roh Kudus itu berada di bulan, bintang, dan matahari jadi

mereka bilang bahwa sang khalik ada di langit.42

Penulis melihat bahwa sebelum masuknya Kekristenan di

lingkungan agama suku mereka mengenal sang khalik adalah wujud dari

bulan, bintang dan matahari tetapi setelah kekristenan masuk bulan,

bintang dan matahari diganti menjadi Bapak, Putera dan Roh Kudus.

Jemaat Immanuel Folbo ini tidak lepas dari keyakinan mereka terhadap

sang pencipta, maka dari itu setelah melakukan ritual A’ome mereka

41

Wawancara dengan Bapak AA (18 Desember 2016). 42

Wawancara dengan Bapak SD (18 Desember 2016).

Page 31: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

19

memberikan persembahan sebagai bentuk penyerahan diri terhadap apa

yang sudah mereka alami dalam kehidupan yaitu mengenai permasalahan-

permasalahan yang dihadapi baik itu permasalahan dengan keluarga,

kesehatan maupun lain sebagainya.

Bapak MB mengatakan bahwa Masyarakat zaman dahulu

mengenal konseling dengan istilah Lelang Lol jadi macam ada seorang

konselor berkunjung ke rumah warga untuk membangun sebuah

percakapan yang khusus disebut dengan Lelang Lol. A’ome berarti kita

punya permintaan khusus untuk disampaikan. Konseling berarti

hubungan antara konselor dan konseli atau tamu dan tuan rumah dimana

konselor bercakap-cakap mengenai permasalahan yang ada di dalam

jemaat misalnya mengenai sakit penyakit yang diderira setelah itu akan

dibawa ke persekutuan untuk didoakan.43

Dari hasil pengamatan saya di jemaat Imanuel Folbo ketika

Konseling dikaitkan dengan A’ome sebenarnya A’ome sudah termasuk

dalam konseling itu sendiri. Cara membedakannya misalnya ada seorang

jemaat yang sakit maka konselor melakukan perkunjungan ke keluarga

tersebut istilahnya penggembalan. Sesudah tiba di sana konselor akan

membangun percakapan dengan orang yang sakit dan menyampaikan niat

hati tetapi tidak kunjung sembuh maka ritual A’ome akan dilakukan

karena masih ada gangguan dalam keluarga yang bersangkutan dengan

nenek moyang yang belum terselesaikan supaya menolak bencana dan

tantangan yang akan didapat untuk mendatangkan keselamatan dan

kesembuhan.

Bapak JD mengatakan bahwa ritual A’ome dilaksanakan pada

acara-acara khusus misalnya hajatan berarti ada orang khusus untuk

bicara adat. Ritual A’ome dilakukan ketika niat hati kita jalan dan kita

utarakan dalam hati berarti dengan sendirinya A’ome sudah dilakukan.

Jadi kalau kita sudah mendapatkan kesembuhan apa yang pernah kita

43

Wawancara dengan Bapak MB (14 Desember 2016).

Page 32: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

20

janjikan untuk dilakukan harus dilakukan kalau tidak akan mendapat

tantangan lagi.44

Ritual A’ome dibagi menjadi dua bagian yaitu lurung dan mateng.

Lurung adalah percakapan diantara orang-orang tertentu (orang-orang

klas atas) untuk maksud tertentu pula. Sedangkan Mateng berarti

pembicaraan sehari-hari dalam seluruh lapisan masyarakat atau

pembicaraan biasa. Contohnya bila ada orang yang mempunyai acara

khusus yang ingin disampaikan kepada sanak keluarga kesepakatan inilah

yang disebut Lurung maring fang ha’et. Di sinilah A’ome terjadi. Istilah

lurung dikenal di seluruh wilayah dalam hal kawin-mawin dan peristiwa-

peristiwa yang berbau adat pembicaraannya disebut lurung, bahasa lurung

dipakai oleh tua –tua adat, kepala-kepala suku dan disampaikan dalam

bentuk syair, pantun, atau disampaikan secara puitis.

A’ome sendiri mempunyai tiga indikator yang penting yaitu

mengenai permohanan, pengampunan dan ucapan syukur. Dalam hal ini

penulis melihat dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber bahwa

ketika ada persoalan yang berhubungan dengan masalah kesehatan

terutama mengenai konflik batin yang terpendam dalam hati tidak

selamanya bisa diatasi dengan terapi-terapi penyembuhan pada saat ini

tetapi bisa juga dengan ritual-ritual khusus yang terdapat dalam

masyarakat adat untuk dapat menemukan ketenangan batin yang selama

ini dicari. Salah satunya adalah ritual A’ome yang sering digunakan oleh

Jemaat Imanuel Folbo untuk mengatasi masalah kesehatan berupa konflik

batin karena dengan melakukan ritual tersebut dapat mempererat rasa

kekeluargaan, memulihkan hubungan antara manusia dan Tuhan dan

untuk membangun hubungan dengan nenek moyang supaya tidak

terputus, di samping itu mereka lebih terbuka dan leluasa dalam

menyampaikan pendapat atau mengungkapkan perasaan yang dirasakan

sehingga komunikasi dapan terjalin dengan baik diantara satu sama lain.

Penulis juga melihat bahwa pengaruh A’ome sangat besar dan masih

dilaksanakan di Alor terkhususnya bagi kalangan non Kristen bahkan di

44

Wawancara dengan Bapak JD (18 Desember 2016).

Page 33: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

21

kampung-kampung khusus masih ada tempat khusus untuk dilakukan

A’ome tetapi di Gereja Imanuel Folbo seiring dengan berjalannya waktu

praktek ritual A’ome yang zaman dahulu dilakukan telah diperbaharui

supaya tradisi nenek moyang terus dipertahankan dengan menjadikan

A’ome sebagai bagian dalam konseling pastoral itu sendiri bahkan

dijadikan sebagai eplikese atau pengantar doa dalam percakapan

mengawali ibadah.

3.3 Perbandingan Antara Ritual A’ome dan Konseling Pastoral

Tidak dapat disangkal bahwa antara Konseling Pastoral dan Ritual

A’ome ada keterkaitan satu dengan yang lainnya. tetapi tidak dapat

disangkal juga keduanya mempunyai perbedaan. Berdasarkan konsep

untuk menyembuhkan luka batin terhadap pasien menurut Konseling

Pastoral dan Ritual A’ome yang telah dipaparkan dalam Bab I dan Bab II

di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan antara keduanya.

1. Persamaan Ritual A’ome dan Konseling Pastoral

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terdapat persamaan dan

perbedaan antara Ritual A’ome dan Konseling Pastoral. Pada bagian ini

akan dijelaskan persamaan-persamaan anatara keduanya.

a. Persamaan Berdasarkan Fungsinya

Tidak dapat dipungkiri bahwa konseling pastoral dan ritual A’ome

mempunyai fungsi yang sama yaitu ritual A’ome juga membantu

memulihkan kondisi batin dari orang yang menderita sakit, memberi

bimbingan kepada orang tersebut untuk berani mengambil keputusan

supaya bisa keluar dari masalah yang dihadapinya supaya ia dapat

bertumbuh dan berkembang. Keadaan ini sejalan dengan pandangan

Seward Hiltner bahwa pelayanan pastoral haruslah dipandang dari

perspektif penggembalaan yaitu penyembuhan, pemeliharaan dan

pembimbingan. Adapun 5 fungsi peran pastoral yang harus diperhatikan

yaitu menyembuhkan (Healing), adalah fungsi pastoral yang ditujukan

untuk memperbaiki orang menuju keutuhan dan membimbingnya ke arah

Page 34: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

22

kemajuan melebihi kondisi yang sebelumnya.45

Mendukung (Sustaining),

adalah fungsi pastoral yang ditujukan untuk menolong orang yang sakit

(terluka) agar dapat bertahan dan mengatasi luka yang terjadi pada waktu

lampau. Membimbing (Guiding), fungsi pastoral yang ditujukan untuk

membantu orang yang berada di dalam kebimbangan untuk mengambil

keputusan di antara berbagai pikiran dan tindakan pilihan yang dipandang

mempengaruhi keadaan jiwa mereka baik sekarang dan pada waktu yang

akan datang. Memulihkan (Reconciling) adalah fungsi pastoral yang

ditujukan untuk membangun kembali hubungan-hubungan yang rusak di

antara manusia dengan sesama manusia dan di antara manusia dengan

Allah. Fungsi yang terakhir yaitu memelihara atau mengasuh (Nurturing).

adalah fungsi pelayanan pastoral yang menyadari bahwa hidup berarti

bertumbuh dan berkembang, Melalui pelayanan pastoral, dapat

diperhatikan potensi-potensi apa saja yang dapat menumbuhkan dan

mengembangkan kehidupan jemaat atau pasien yang mengalami konflik

batin sebagai kekuatan yang dapat diandalkan untuk tetap melanjutkan

kehidupan. Oleh sebab itu, tujuan konseling pastoral adalah melaksanakan

fungsi-fungsi dari pastoral, yang diharapkan setiap orang yang mengalami

konflik batin dalam dirinya mendapatkan penyembuhan, pemulihan,

pengasuhan,dukungan dan bimbingan.

b. Persamaan Tampak Dalam Arti Memulihkan Luka Batin

Konseling Pastoral dan Ritual A’ome dipakai dalam mengatasi

setiap persoalan yang dihadapi dalam jemaat terkhususnya mengenai luka

batin yang dirasakan karena kedua hal tersebut adalah satu paket yang

tidak dapat dipisahkan. Misalnya, ketika saya melakukan Konseling

Pastoral pasti ada sebuah persoalan atau masalah yang dihadapi maka di

situ ritual A’ome dilakukan. Contohnya, saya mengalami sakit kepala atau

pilek pada saat istirahat malam tiba-tiba roh nenek moyang datang dan

menghampiri saya dan menyuruh untuk segera menganti nama. Keesokan

harinya tua adat mendatangi rumah saya dan menyuruh memanggil

45

Howard Clinebell,2002, Hal 53.

Page 35: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

23

seorang majelis untuk segera mengganti nama ternyata setelah dilakukan

saya menjadi sembuh. A’ome hanya sebagai pengantar atau doa untuk

masuk ke dalam konseling pastoral. Dalam hal ini, konselor pastoral

memasuki krisis kehidupan konseli secara penuh dan utuh. Percaya pada

proses terutama berkaitan dengan waktu yang dipakai oleh konseli untuk

memproses krisisnya. Semua orang pasti mempunyai permasalahan dan

proses yang mereka tempuh untuk menyelesaikan permasalahannya pasti

dengan cara yang berbeda – beda. Jadi tidak ada unsur paksaan atau

terburu – buru untuk menyelesaikan masalah yang ada namun harus

bersabar dan tetap percaya pada proses yang ada.

c. Mempunyai Tujuan Yang Sama

Persamaan antara Ritual A’ome dan Konseling Pastoral terletak

pada tujuan yang hendak dicapai yaitu sama-sama membantu membuat

keputusan sendiri yaitu membuat seseorang yang terluka dapat

menyembuhkan luka batinnya sendiri karena ada begitu banyak sebab

atau akibat yang dilalui dalam masa-masa yang sulit bergumul dengan

berbagai macam persoalan yang rumit yang kadang-kadang membuat

seseorang putus asa dan bahkan kehilangan semangat hidupnya karena

mereka tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk mengatasi semuanya

itu. Untuk itu melalui model atau teknik yang akan dilakukan oleh

konselor kepada konseli dapat membantu konseli membuat keputusan

akhir karena semua itu kembali kepada pribadi konseli itu sendiri untuk

memutuskan jalan keluarnya sendiri terutama untuk dapat melanjutkan

perjalanan hidup yang sulit itu.

2. Perbedaan Ritual A’ome dan Konseling Pastoral

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tak pelak terdapat perbedaan

antara Ritual A’ome dan Konseling Pastoral. Pada bagian ini akan

dijelaskan perbedaan-perbedaan yang pokok antara Ritual A’ome dan

Konseling Pastoral.

Page 36: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

24

a. Perbedaan Itu Tampak dari Pengertiannya.

Dalam pengertian yang mendasar Ritual A’ome diartikan sebagai

sebuah percakapan atau doa untuk mengawali segala sesuatu dalam hal ini

bisa berupa janji-janji, ungkapan hati, suara hati atau hal bernazar dan lain

sebagainya. tetapi berbeda dengan Konseling Pastoral itu sendiri sebagian

praktisi menganggap bahwa proses Konseling Pastoral merupakan proses

percakapan. Dalam hal ini Konseling Pastoral dianggap sama dengan

percakapan antara konselor dengan konseli. Pertama, kita dapat menerima

apabila percakapan merupakan salah satu bagian penting dari konseling

pastoral. Namun demikian percakapan bukan bagian yang terpenting atau

satu – satunya dari konseling pastoral. Kedua, sebagian praktisi

menganggap bahwa konseling pastoral sebagai proses wawancara. Dalam

proses wawancara biasanya pewawancara sudah menyusun agenda

tertentu sebelum bertemu dengan orang yang akan diwawancarai.

Berbagai jenis pertanyaan sudah dipersiapkan terlebih dahulu untuk

mencari informasi yang tepat, benar, dan relevan sesuai dengan agenda

pewawancara. Dengan kata lain, konseling pastoral dipakai sebagai alat

untuk mencari informasi, fakta dan data. Ketiga, sebagian praktisi

menganggap konseling pastoral sebagai konsultasi. Orentasi ini

mengarahkan konseling pastoral sebagai hubungan antara seorang ahli

dan bukan ahli. Konseli dianggap tidak mempunyai pengetahuan dan

kemampuan untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini konselor

dipandang sebagai seorang ahli yang mengetahui segala sesuatu tentang

kehidupan, khususnya seluk beluk persoalan yang dihadapi konseli.

Keempat, sebagian praktisi menganggap konseling pastoral sebagai

proses terapi atau pengobatan. Dalam hal ini konseling pastoral diarahkan

pada proses penyembuhan suatu penyakit atau ketidaknormalan dalam

aspek emosional-mental atau spiritual dalam orentasi ini kualitas dan

kedalaman hubungan antar konselor dan konseli kurang mendapat

tekanan. Tekanan proses konseling pastoral terutama tidak terletak pada

penyakit dan penyembuhannya. Kelima, sebagian praktisi menganggap

bahwa konseling pastoral itu sama dengan berkhotbah, berceramah atau

Page 37: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

25

penginjilan. Pemahaman demikian tampaknya dimiliki oleh sebagian

pendeta, pejabat gereja/jemaat atau kaum religious lain.46

Berbeda dengan

konseling pastoral, ritual A’ome ini sudah dipersiapkan terlebih dahulu

oleh keluarga yang bersangkutan dan mengumpulkan orang-orang adat

untuk duduk bersama-sama mencari tahu penyebab dari sakit penyakit

yang sedang diderita oleh anggota keluarga tersebut. Ketua adat dianggap

mempunyai kemampuan untuk dapat membantu orang yang sakit untuk

dapat bersama-sama memecahkan seluk beluk persoalan yang dihadapi.

Di samping itu percakapan juga merupakan salah satu bagian terpenting

dalam ritual tersebut karena merupakan sebuah komunikasi yang baik

atau jembatan penghubung antara orang yang sakit dan orang yang

memimpin ritual tersebut. Dalam hal ini ritual A’ome sebagai proses

terapi atau pengobatan bisa dikatakan dapat menyembuhkan aspek

emosional, mental atau spritual yang ada dalam diri seseorang sehingga

bisa terlepas dari penyakit yang dideritanya. Pemahaman masyarakat

setempat tentang ritual A’ome adalah salah satu tradisi yang berhubungan

dengan penguasa alam atau sebagai perantara mereka dengan sang leluhur

dan tidak bisa dihilangkan, karena ritual tersebut mempunyai tujuan yaitu

dapat memberikan ketenangan dan rasa aman terutama dalam hal

penyembuhan penyakit, karena ini juga merupakan salah satu pengobatan

yang berhubungan dengan luka batin untuk mencari tahu apa yang

menyebabkan penyakit yang diderita oleh orang yang sedang mengalami

sakit penyakit. Di samping itu juga menolak setiap bencana yang akan

datang maupun permohonan yang disampaikan.

b. Perbedaan Berdasarkan Model atau Teknik

Luka batin merupakan respons alamiah terhadap suatu peristiwa

atau kejadian yang membuat seseorang tidak bisa menerima hal tersebut

dan menyimpan dalam hati sehingga terjadi gejolak dalam hati dan

menimbulkan konflik dalam diri sendiri. Peristiwa ini tidak mudah untuk

46

Totok Wiryasaputra & Rini Handayani “Pengantar Konseling Pastoral” Asosiasi Konselor Pastoral Indonesia (AKPI) – Indonesia Association of Pastoral Counselors (IAPC) 2013. 53-60.

Page 38: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

26

dihadapi oleh semua orang. Ada beberapa cara untuk mengatasi luka batin

yang dirasakan yaitu dengan melakukan konseling pastoral atau ritual

aome. Tetapi dari kedua hal tersebut mempunyai model atau teknik yang

berbeda satu dengan yang lainnya. Kalau menurut penulis sendiri teknik

yang cocok untuk mengatasi hal tersebut adalah menggunakan model

psikoanalisis.

Penemu model ini adalah Sigmud Freud (1856-1939) kemudian

diteruskan oleh Carl Jung (1875-1961). Model ini melakukan

penyembuhan dari dalam bukan dari luar dan memperhatikan semua

aspek dan bagaimana aspek tersebut saling terkait secara terintegrasi,

berusaha membantu konseli. Teknik yang digunakan adalah menafsirkan,

analisis mimpi, asosiasi mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi dan

transferensi. Semua digunakan untuk menolong konseli memasuki konflik

batin dimana proses pencurahan perasaan, pikiran, sikap dan konflik yang

terjadi sehingga konseli dapat mengeluarkan apa saja yang ada dalam

pikiran dengan harapan agar konflik batin dan ide-ide dalam dunia tidak-

sadar dapat diangkat ke permukaan.47

Di samping itu juga konseling

pastoral lebih memusatkan diri pada sebuah kasus kalau kasus itu benar-

benar ada, sebagai seorang konselor kita juga harus bisa menjaga

kerahasiaan dari konseli karena itu merupakan hal yang dapat menggangu

pribadi dari konseli tersebut jika kerahasiaannya diceritakan kepada orang

lain sehingga ia akan menjadi tertutup dengan permasalahan yang akan

diceritakan kepada konselor. Hal ini tentunya berbeda dengan ritual

A’ome karena ketika melakukan ritual tersebut dan keputusan telah

diambil oleh orang yang sakit, misalnya dia mengalami sakit hati karena

dendam terhadap sanak keluarganya yang belum dapat diselesaikan

dengan baik itu dapat dibawa kepada persekutuan-persekutuan untuk

didoakan secara bersama-sama supaya luka dalam dirinya secara

perlahan-lahan dapat disembuhkan dan dapat dipulihkan kembali.

47

Totok S. Wiryasaputra & Rini Handayani Hal 147-149.

Page 39: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

27

Penutup

Dalam bagian ini akan diuraikan akhir dari serangkaian penulisan,

dengan demikian bagian ini akan membahas tentang kesimpulan dan

saran. Berdasarkan persamaan dan perbedaan itulah, maka penulis

mengambil simpulan bahwa ada pengakuan yang sama yang terdapat

dalam ritual A’ome dan konseling pastoral, di mana dalam ritual A’ome

maupun konseling pastoral itu sendiri mempunyai tujuan yang sama yang

hendak dicapai untuk membantu menanggani setiap persoalan yang

dihadapi dalam jemaat yang mengalami masalah kesehatan berupa luka

batin yang dirasakan. Di samping itu perbedaan yang terdapat di dalam

ritual A’ome dan konseling pastoral ini seringkali dilihat dari teknik atau

cara yang digunakan untuk membantu mengatasi persoalan tersebut dan

pemahaman-pemahaman mengenai kedua hal tersebut. Dengan melihat

adanya persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh Ritual A’ome dan

Konseling pastoral, maka penulis memberikan saran, yaitu: dengan

adanya perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam cara pengobatan

terhadap pasien akan memberikan warna-warna baru dalam kehidupan

yang dijalani karena semua itu merupakan anugerah dari Tuhan. Melalui

berbagai persamaan yang dimiliki antara ritual A’ome dan konseling

pastoral, maka perlu membangun suatu ruang dialog artinya bahwa untuk

menambah wawasan dan informasi kepada jemaat supaya tidak salah

mengartikan kedua hal tersebut dalam kehidupan mereka dan

menciptakan perdamaian dan kebahagiaan melalui kasih dalam setiap

persoalan yang dihadapi. Gereja juga tetap mempertahankan tradisi

tersebut sebagai warisan dari nenek moyang mereka yang perlu dijaga dan

dipelihara tetapi harus mengingat batasan-batasan kita sebagai makhluk

ciptaan Tuhan.

Page 40: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

28

DAFTAR PUSTAKA

Abineno,J.L.Ch, 1967, Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK

Arifuddin Ismail, Agama Nelayan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012).

Barbara, Anderson dan Foster, Antropologi kesehatan (Jakarta:Universitas

Indonesia, 2009).

Chinebell,Howard, 2002, Tipe-tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral,

Yogyakarta:Kanisius.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta :Balai Pustaka.

Engel, J.D. Metodologi Penelitian Sosial & Teologi Kristen.Salatiga: Widya Sari,

2005.

Hommes,Tjard G dan Singgih,E.G,1994, Teologi dan Praksis Pastoral,

Yogyakarta:Kanisius

Irawan Prasetya,Logikan dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIAN-LAN Press,

2002.

Jakob Beate, Benn Cristoph, Erlinda Senturias, PENYEMBUHAN YANG

MENGUTUHKAN “Dimensi yang Terabaikan dalam Pelayanan Medis”

(Yogyakarta: Kanisius. 2003).

KukuhJumiAdi . 2013. Esensial Konseling: Pendekatan Traint and Factor dan

Client Centered.Yogyakarta: Garudawacha.

Koentjaraningrat, (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

………………...,Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia,

1985.

Kylstra Betsy dan Chester, HEALING MINISTRY “Panduan Pelayanan

Kesembuhan, Pemulihan, Kelepasan, dari Dosa Masa Lalu, Luka Batin, Pola

Pikir Duniawi, Kutuk Keturunan, Ajaran Sesat, dan Roh Jahat”,

(Yogyakarta: Penerbit Andi. 2005).

Pulpa, Konseling: Memahami Frustasi dan Konflik, Jakarta: Hikmat Pembaruan:

Word Pers, 2012.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D:

Alvabeta.Bandung. Simanjuntak Julianto, perlengkapan seorang konselor:

Page 41: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

29

Catatan Kuliah dan Refleksi Pembelajaran Konseling, (Tanggerang: Layanan

Konseling Keluarga dan Karir – LK3, 2007).

Usman Husaini dan Setiady Akbar Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Umberan, Musni & Juniar Purba (Depdikbud), Sejarah Kebudayaan Kalimantan,

Jakarta:CV, Dwi Jaya Karya,1993.

Wiryasaputra Totok S. & Rini Handayani “Pengantar Konseling Pastoral”

Asosiasi Konselor Pastoral Indonesia (AKPI) – Indonesia Association of

Pastoral Counselors (IAPC) 2013.

Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakata: Bumi

Aksara.

Jurnal

Gray Jennifer B, “Theory Guilding Communication Campaign Raxis : A

Qualitative Elicitation Study Comparing Exercise Beliefs of Overwight and

Healty Weight College Student”, Qualititave Research Reperts in

Communication 2011, Vol12. Issue 1, p34-42 9p

Hutten,Rebecca; Parry Glenys; Ricketts,Thomas; Cooke,Jo. “Squaring the circle :

A Priority-Setting method for evidence-base service development, reconciling

research with multiple stakeholder views.” BMC Healt Service Research, Aug

2015, vol.15 Issue 1, p1-11p. 1 Diagram,5 Charts

McClure,Barbara J, “The Social Construction of Emotions : A New Direction in

the Pastoral work of healing”, Pastoral psychology, Dec2010, vol.59 Issue 6,

p 799-812,14p

Reley,Philp, “Attachment theory, teacher motivation and pastoral care : a

challenge for teachers and academics”, Pastoral care education Jun 2013,

Vol 31 Issue 2, p112-129,18p.

Smith,Gullaume H, “Pastoral ministry in a missional age: Towards a practical

theological understanding of missional pastoral care”, Verbum et Ecclesia

2015, Vol.36 Issue 1,p1-8.8p

Page 42: Studi Perbandingan Tentang Ritual A’ome dan Konseling ......Ritual A’ome dan Konseling Pastoral di Jemaat Imanuel Folbo”. Tugas akhir ini ditulis oleh penulis sebagai bagian

30

Wawancara

Wawancara dengan Bapak AA (inisial),18 Desember 2016, pukul 11.28 WIT.

Wawancara dengan Bapak JD (inisial), 18 Desember 2016, pukul 14.15 WIT.

Wawancara dengan Bapak MB (inisial), 14 Desember 2016, pukul 12.00 WIT.

Wawancara dengan Bapak NL (inisial), 14 Desember 2016, pukul 10.43 WIT.

Wawancara dengan Bapak SD (inisial), 18 Desember 2016, pukul 12.15 WIT.

Website

http:lestarynote.blogspot.com/2013/10/penelitian-komperatif.html.Di unduh 01

November 2016.

http://fellinkinanti-fisip10.web.unair.ac.id/artikeldetail-70905-Di unduh 01

November 2016

MetodeAnalisiaHubunganInternasional-StudiPerbandingan.html.Di unduh 01

November 2016.