studi manfaat minyak ular pada penyembuhan luka (studi eksperimen pada mencit)
-
Author
adhyatman-asrun -
Category
Documents
-
view
293 -
download
2
Embed Size (px)
Transcript of studi manfaat minyak ular pada penyembuhan luka (studi eksperimen pada mencit)
-
i
Snake Oil Study on Wound Healing
(Experiment Study in Mice)
Studi Manfaat Minyak Ular pada Penyembuhan Luka
(Studi Eksperimen pada Mencit)
ADHYATMAN
10542 0060 09
Skripsi Ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
-
ii
@2012
Hak Cipta Pada Penulis
-
iii
-
iv
-
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Rab semesta alam, yang memberikan nikmat pengetahuan,
kesehatan, ketekunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
STUDI MANFAAT MINYAK ULAR PADA PENYEMBUHAN LUKA (Studi
Eksperimen pada Mencit). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada jenjang strata 1(S1) di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penyusun skripsi ini beracuan pada kurikulum pendidikan di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar tahun 2008 s.d 2009 mengajarkan mata kuliah
metodologi penelitian dan penelitian pada semester VI sekaligus menjadi awal bagi
penulis dalam memulai penelitian ini.
Dalam tahap penyusunan karya tulis ilmiah ini berbagai rintangan menghampiri penulis,
berkat kemauan yang kuat, atas kuasa-Nya serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya
penulis dapat melalui rintangan tersebut dengan memperoleh berbagai pengetahuan serta
nilai kehidupan yang sangat berarti dalam proses pendewasaan diri bagi penulis.
akhir kata penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini baik penulisan,
keterkinian informasi, faktor faktor yang diteliti sehingga kritik dan saran yang
konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ini dapat memberikan
pengetahuan bagi pembaca mengenai kandungan minyak ular pada penyembuhan luka.
Makassar, Juni 2013
Penulis
-
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan memberikan
penghargaan yang setinggi tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. Ayahanda dr. Mahmud Gaznawie, Ph.D Sp.PA (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Ayahanda prof. dr. Budu, Ph.D, Sp.M K-VR selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Kedokteran Unhas yang telah membantu kelancaran penulis selama pengurusan izin
etik penelitian.
3. Ibunda Prof. Dr. dr. suryani Asad,M.Sc,Sp.GK selaku ketua Komisi Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Unhas yang telah memberikan izin penelitian kepada
penulis.
4. Ibunda dr. Sri Asriyani, Sp. Rad sebagai pembimbing skripsi dengan kesediaan,
keikhlasan dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai pada penulisan skripsi.
5. Seluruh dosen dan staf pegawai serta cleaning service Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya dengan tulus
serta pelayanan yang sangat baik selama penulis menempuh pendidikan di pre-klinik.
6. Keluarga besar FK Unismuh khususnya Angkatan 2009 (Neuroglia) sebagai saudara
saudari penulis yang telah banyak mewarnai kehidupan penulis dikala senang maupun
susah selama menempuh pendidikan.
7. Teman teman kelompok penelitian (Elim, Akhzan, Tenri, Nia, Hikmah, dan Ftiri)
terima kasih atas doa dan dukungannya.
8. Teman teman (A. Perdi Rusli dan Moh. Zulkayyan Murfat) terima kasih telah
memberikan bantuannya selama penelitian serta doanya.
-
vii
9. Kelompok belajar penulis @com (Zulkayyan, Dina, Nurul) yang selalu setia berbagi
suka dan duka mulai semester awal hingga semester akhir. Semoga persaudaraan ini
tidak berakhir sampai disini kawan, tetapi terus berlanjut hingga kita tutup usia.
Seseorang yang selalu memberi suport dan teristimewa di hati (Bella Anggraeni Sari).
Teristimewa kedua orangtua tercinta dan saudara saudari penulis, Ayahanda Asrun
Ahmad P, Ibunda Minarmin DJ Pagocca, adik adik ku tersayang Afryadi dan Azyuarmi
Namira. Serta seluruh keluarga yang tidak henti hentinya mendoakan yang terbaik
untuk keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan penulis dalam menjalani kehidupan sehari
hari serta memberikan dukungan moral maupun finansial selama penulis menyelesaikan
studi. Semoga mala dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang
melimpah dari Allah SWT.
-
viii
ABSTRACT
Snake Oil Benefits Study on Wound Healing
(Experiment Study in Mice)
Adhyatman, 2013; Supervisor : Sri Asriyani, dr, Sp.Rad
Background: Seeing the many rumors in the community about the snake oil that
can heal wounds. I as a researcher wants to prove that it contains the true snake oil
can heal wounds. Snake oil in the trust can be used in the elixir heals burns, cuts,
and bruises. This oil also reacts immediately upon stopping the bleeding of
wounds suffered.
Methods: This research is an experimental study to determine the benefits of
snake oil on wound healing. This study mengguanakan research design of clinical
trials, which will be performed experiments on samples treated mice.
Results: Of the 16 samples in the tail give a cut, 8 and 8 as the control treatment
group. 1-7 days to show results more quickly heal the treated group at day 1
(58%) and control day 2 (16%), treatment day 5 (100%) and control day 7
(100%).
Conclusion: From this study snake oil preparations accelerate wound healing by
accelerating wound closure per day in the treatment group. Snake oil preparations
may reduce scar tissue on wounds or scars quickly.
Keywords: Snake Oil, wound healing
-
ix
ABSTRAK
Studi Manfaat Minyak Ular pada Penyembuhan Luka
(Studi Eksperimen pada Mencit)
Adhyatman, 2013; Pembimbing : Sri Asriyani, dr, Sp.Rad
Latar Belakang : Melihat banyaknya rumor dimasyarakat mengenai minyak ular
yang dapat menyembuhkan luka. Saya sebagai peneliti ingin membuktikan betul
adanya kandungan dalam minyak ular tersebut dapat menyembuhkan luka.
Minyak ular di percaya dapat dijadikan obat mujarab didalam menyembuhkan
luka bakar, tersayat, dan lebam. Minyak ini juga bereaksi dengan segera pada saat
menghentikan pendarahan akibat luka yang di derita.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk
mengetahui manfaat minyak ular pada penyembuhan luka. Penelitian ini
mengguanakan desain penelitian uji klinis, dimana akan dilakukan percobaan
perlakuan pada sampel mencit.
Hasil Penelitian : Dari 16 ekor sampel yang di beri luka iris, 8 sebagai kontrol
dan 8 sebagai kelompok perlakuan. Hari ke 1-7 hasilnya menunjukan kelompok
perlakuan lebih cepat sembuh pada hari ke 1 (58%) dan kontrol hari ke 2 (16%),
perlakuan hari ke 5 (100%) dan kontrol hari ke 7 (100%).
Kesimpulan : Dari penelitian ini sediaan minyak ular mempercepat proses penyembuhan
luka dengan percepatan penutupan luka perharinya pada kelompok perlakuan. Sediaan
minyak ular dapat mengurangi jaringan parut pada luka atau bekas luka dengan cepat.
Kata Kunci : Minyak Ular, penyembuhan luka
-
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN HAK CIPTA ............................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Ular ..................................... 7
Eicosapentaenoic (EPA) .................................................. 8
Anatomi kulit secara histopatologik .................................................... 11
Penyembuhan luka ................................................................................................ 13
Fase inflamasi ........................ ..13
Fase proliferasi ........................................ 14
Fase penyudahan ..................................................................... 15
Jenis Penyembuhan luka ............................. 18
Proses penyembuhan luka pada kulit tergantung luasnya :
-
xi
Luka iris ........................................... 21
Kerusakan jaringan ....................................................... 22
BAB III. KERANGKA KONSEP
Definisi operasional ..............................................................................................23
Hipotesis
Hipotesis nol .........................................................................................................24
Hipotesis alternatif ................................................................................................24
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A.Desain penelitian .............................................................................................. 25
B.Sampel .............................................................................................................. 25
C.Estimasi besar sampel ....................................................................................... 25
D.Waktu penelitian .............................................................................................. 26
E.Alur penelitian .................................................................................................. 26
F.Instrumen penelitian .......................................................................................... 28
G.Etika penelitian ................................................................................................. 28
BAB V. HASIL
Hasil pengamatan ..... 29
BAB VI PEMBAHASAN
Pembahasan ............. 37
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan ......... 42
Saran ....... 42
-
xii
BAB VII KAJIAN ISLAM
Kajian Islam ......................................................................................................... 43
Dalil Kedaruratan ................................................................................................. 46
Dalil Rukhshah (Keringanan) .............................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 48
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat banyaknya rumor dimasyarakat mengenai minyak ular yang
dapat menyembuhkan luka. Penelitian ini ingin membuktikan betul adanya
kandungan dalam minyak ular tersebut dapat menyembuhkan luka. Dengan
banyaknya obat obat herbal yang semakin menjamur di Indonesia dan
sebagian kecil khasiat obat tersebut dibuktikan dengan cara alamiah.
Pengetahuan masyarakat tentang minyak ular dapat menyembuhkan luka
hanya sebatas rumor di masyarakat yang belum dibuktikan secara alamiah,
sehingga minyak ular belum menjadi pedoman dalam pengobatan luka.
Adapun tipe tipe sampel minyak ular yang akan diuji cobakan terhadap
berbagai luka, hasilnya akan diketahui seberapa cepat dan seberapa efisien
minyak ular tersebut dapat menyembuhkan berbagai tipe luka yang ada.
Manusia sebagai makhluk sosial dan mahkluk biologis senantiasa
menjalankan serta mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta
mempertahankan kehidupannya, manusia cenderung menjaga kesehatannya
dari berbagai penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak
menular. Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan, faktor faktor
yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor budaya, dan ekonomi disamping
biologi dan lingkungan(WHO,1992:16). [1]
-
2
Suku arfak di daerah mokwam kabupaten manokwari selain memakan
daging ular, mereka juga memanfaatkan lemak ular ini sebagai bahan
pengobatan tradisional. Lemak tubuh ular ini diekstrak menjadi minyak dan
digunakan sebagai obat gosok untuk mengobati otot yang mengalami
pembengkakan (sutarno 2005). [2]
Masyarakat di Indonesia bagian timur berburu reptil untuk dijadikan
sebagai sumber protein dan alat kesenian seperti tifa. Masyarakat di Indonesia
bagian barat juga memanfaatkan reptil sebagai obat tradisional (Soehartono
dan Mardiastuti 2003).[3]
Ular adalah hewan yang tergolong kedalam jenis reptil. Ular
mempunyai tubuh yang panjang dan bersisik. Kita sering menganggap bahwa
ular merupakan hewan berbahaya karena mempunyai bisa atau racun yang
mampu membuat mahluk hidup mati bila digigit oleh ular tersebut. sehingga
kita menganggap, bahwa ular memang bukan hewan yang baik untuk di
pelihara. Memang rata-rata ular memiliki bisa yang berbahaya. Namun ada
juga beberapa ular yang racun dan bisanya tidak berbahaya. Bisa atau racun
ular tersebut terbagi menjadi dua macam, yaitu neurotoxin dan
hemotoxin. Neurotoxin adalah racun yang melumpuhkan sistem pernafasan
dan merusak otak korban yang tergigit sedangkan hemotoxin adalah racun
yang merusak sel-sel hingga darah menggumpal dan berujung pada kematian.
Manfaat darah ular ini telah diakui di dunia medis sebagai obat
penyembuh penyakit. Jika mengkonsumsi darah ular, akan meningkatkan
-
3
libido pria. Darah ular ini dipercaya dapat membuat badan lebih fit dan tidak
mudah lelah. Sedangkan serum ular tersebut dapat digunakan sebagai obat
dari virus yang menyerang tubuh manusia, seperti malaria, demam berdarah
dan rabies. Para peneliti di Inggris dan Australia menemukan bahwa bisa ular
dapat mencegah serangan penyakit jantung dan stroke serta mengobati
penyakit kanker.
Ular juga banyak diburu karena dagingnya, masyarakat Cina dan
Hongkong sering memasak daging ular ini. Biasanya mereka memasak
daging ini karena mereka percaya khasiat dari daging ular ini dapat membuat
tubuh mereka menjadi hangat.
Minyak ular di percaya dapat dijadikan obat mujarab didalam
menyembuhkan luka bakar, tersayat, dan lebam. Minyak ini juga bereaksi
dengan segera pada saat menghentikan pendarahan akibat luka yang di derita.
Khasiat dalam mengobati penyakit yang di sebabkan oleh bakteri kulit,
seperti kudis, kurap, kutu air, panu, koreng dan gatal gatal. Kulit ular yang
dapat dijadikan berbagai macam produk mulai dari sepatu, tas, topi, jaket, ikat
pinggang, dan lain sebagainya. [4]
Dapat kita ketahui bahwa sistem medis tradisional juga merupakan
pengobatan yang digunakan untuk memperoleh kesembuhan. Di mana
pengobatan ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari tumbuh-
tumbuhan yang masih ada disekitar lingkungan masyarakat. Ada yang
menggunakan daun, batang, akar dan sebagainya. Pada masyarakat di daerah
-
4
Maluku misalnya, penyakit beri-beri diobati dengan batang bagian dalam
daun kamboja. Begitu juga pada masyarakat daerah Sumatera Utara penyakit
gatal-gatal diobati dengan daun tuba, daun kayu, cabai rawit, bawang merah
tembakau dan minyak makan. Penggunaan bahan tanaman baik sebagai obat
maupun sebagai bahan pemeliharaan serta peningkatan kesehatan akhir-akhir
ini cenderung meningkat terlebih adanya isu-isu kembali kealam atau back to
nature1. Selain itu mahalnya harga obat moderen juga mendorong
masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman obat tradisional ataupun
bahan bahan herbal yang dibuat dari produk hewani. [1]
Menurut UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pengobatan
tradisional diartikan sebagai salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan
cara lain diluar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, mencakup cara
(metoda), obat dan pengobatannya yang mengacu kepada pengetahuan, dan
keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Di Indonesia, obat dan
pengobatan tradisional sudah ada sejak berabad abad yang lalu, jauh
sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat obatan modernnya
dikenal masyarakat. Hal ini didukung oleh kondisi bangsa Indonesia yang
terdiri atas ribuan pulau dan beragam suku bangsa serta tersedianya flora dan
fauna yang sedemikian banyak jumlah. Pengobatan seperti ini merupakan
salah satu upaya yang digunakan dalam penanggulangan masalah kesehatan
yang dihadapi. Pengobatan tradisional pada saat ini merupakan salah satu
pengobatan alternatif yang hingga kini makin diminati oleh masyarakat,
-
5
terlebih lagi dengan kesadaran untuk kembali ke alam atau back to nature
(Nafisah,2000:335-336 dalam Lestari, 2004:2). [1]
Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti akan melakukan penelitian
tentang studi manfaat minyak ular pada penyembuhan luka (studi eksperimen
pada mencit). Hal ini dikarenakan mencit merupakan salah satu hewan dalam
kelompok rodentia yang mudah dipelihara dan memiliki anatomis dan
fisiologi yang terkarakterisasi dengan baik.
B. RUMUSAN MASALAH
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah memberi dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah
manfaat minyak ular pada penyembuhan luka ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh manfaat minyak ular
terhadap penyembuhan luka.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Agar kita dapat menggunakan minyak ular sebagai obat untuk
menyembuhkan luka.
2. Agar minyak ular dapat menjadi salah satu rekomendasi pengobatan luka
di pelayanan kesehatan.
3. Agar menjadi sumber infromasi untuk kepentingan penelitian selanjut
dengan tema yang sama.
-
6
4. Menjadikan penelitian ini sebagai kepustakaan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar yang dapat dimanfaatkan oleh
mahasiswa untuk sumber pengetahuan tentang manfaat minyak ular
dalam penyembuhan luka.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak Ular
Awalnya minyak ular berasal dari Cina dan dikenal sebagai shyu. Di
sini digunakan sebagai obat untuk nyeri inflamasi dan nyeri sendi khususnya.
Bahan-bahan yang tepat dari minyak ular yang paling Anda akan membeli saat ini
sangat bervariasi, tetapi akan cenderung berada di sekitar bahan pembawa 75%,
dan minyak 25% dari ular air Cina yang akan terdiri dari EPA (Eicosapentaenoic)
tersebut yang merupakan asam lemak omega-3, bersama dengan asam miristat,
asam stearat, asam oleat dan asam linoleat.
Asam lemak omega 3 telah lama diyakini efektif dalam mengobati nyeri
sendi dan digunakan oleh dokter untuk mengobati radang sendi. EPA dapat
diserap melalui kulit, dan juga bertanggung jawab untuk pembentukan tiga seri
prostaglandin yang membantu untuk mengurangi peradangan. Hal ini akan
bekerja seperti aspirin dan akan membantu mengencerkan darah dan oleh karena
itu bisa secara teori juga bisa digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.
Demikian juga asam lemak juga harus membantu untuk meningkatkan
neurotransmisi di otak, dan asam lemak sering dipuji karena dampak positif yang
mereka dapat memiliki pada otak. Demikian juga mereka bisa secara teori
membantu mencegah Alzheimer dan demensia. [10]
-
8
Minyak ular air Cina kaya akan asam eicosapentaenoic (EPA), asam
lemak omega 3. Senyawa ini berkhasiat bertanggung jawab untuk banyak efek
terapi yang berhubungan dengan minyak ikan, minyak krill dan minyak alga.
Karena senyawa ini, minyak ular mungkin pilihan pengobatan yang sah untuk
kondisi umum.
Eicosapentaenoic acid (EPA)
Eicosapentaenoic acid (EPA) adalah salah satu dari beberapa asam lemak
omega 3 yang digunakan oleh tubuh. Hal ini ditemukan dalam lemak ikan air
dingin, seperti salmon. Hal ini juga ditemukan dalam suplemen minyak ikan,
bersama dengan asam docosahexaenoic (DHA).
Asam lemak omega - 3 adalah bagian dari diet yang sehat yang membantu
menurunkan risiko penyakit jantung. Mendapatkan EPA lebih dalam diet Anda
memiliki efek positif pada penyakit jantung koroner, trigliserida tinggi (lemak
dalam darah), tekanan darah tinggi, dan peradangan. [11]
Penyembuhan luka adalah, kompleks berurutan, proses biologis yang
terjadi dalam setidaknya tiga tahap yang tumpang tindih, yang pertama adalah
inflamasi. Proses Molekuler dan seluler selama tahap inflamasi dari penyembuhan
kulit dimulai dan diperkuat untuk tingkat besar oleh sekelompok mediator protein
dikenal sebagai sitokin proinflamasi. Sitokin proinflamasi sintesis dan aktivitas
dipengaruhi oleh konsentrasi asam lemak omega - 3 tak jenuh ganda (PUFA)
asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA), yang diperoleh
-
9
terutama dari minyak ikan, dalam plasma, jaringan dan seluler membran serta
rasio -3 sampai -6.
Omega 6 asam arakidonat (AA) dan omega 3 Eicosapentaenoic (EPA)
dilepaskan dari lapisan ganda fosfolipid dari membran sel dalam menanggapi
rangsangan seperti melukai dan kompetitif dimetabolisme dengan EPA menjadi
substrat. Sebuah pernyataan umum dapat dibuat bahwa jumlah makanan laut yang
diturunkan peningkatan EPA dan DHA dan dimetabolisme mediator lipid yang
lebih dikenal sebagai eikosanoid hasil yang kurang biologis ampuh untuk
menghasut respon seluler dibandingkan dari metabolisme AA, yang kemudian
mempengaruhi produksi sitokin proinflamasi.
Selain itu, EPA dan DHA diyakini mempengaruhi ekspresi gen sebenarnya
sitokin proinflamasi pada tingkat transkripsi dengan mengubah fluiditas membran
sel, sel sel sinyal, mobilitas sel, interaksi reseptor dengan fungsi membran
mereka agonis seperti capping, dan pembentukan signal sekunder. Pengaruh
omega 3 PUFA pada sitokin proinflamasi diproduksi secara lokal selama tahap
inflamasi dari penyembuhan luka kulit hanya sedikit telah dipelajari dalam
manusia dalam luka vivo dan dengan demikian, belum jelas dipahami.
Sitokin proinflamasi primer adalah interleukin-1 (IL-1), IL-6 dan tumor
necrosis factor- (TNF-). Mereka disekresikan oleh neutrofil, makrofag, sel
mast, fibroblas dan sel-sel endotel dan memiliki autokrin, parakrin dan efek
endokrin. Sitokin ini memainkan peran penting dalam sinyal proses biologis
selama tahap inflamasi dari penyembuhan luka dengan mengikat reseptor pada
-
10
target sel. Kolektif, ini jaringan sitokin proinflamasi membantu dalam
mengendalikan infeksi dan menyiapkan jaringan untuk perbaikan lebih lanjut
dengan meningkatkan aktivitas fagositosis, merangsang migrasi keratinosit pada
tepi luka, chemotaxis fibroblast dan proliferasi, pemecahan protein matriks
ekstraseluler dan dengan mengatur pelepasan sitokin tambahan dan faktor
pertumbuhan. Sebuah peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dalam beberapa
jam setelah cedera jaringan telah terbukti sesuai dengan tahap inflamasi dari
penyembuhan luka dan repair. Yang normal Sebaliknya, produksi berkurang
sitokin proinflamasi dalam tahap awal penyembuhan luka ditemukan di
glukokortikoid-tikus yang diobati dan dikaitkan dengan gangguan penyembuhan
luka.
EPA dan DHA bisa mempengaruhi aktivitas sel dan molekuler lokal,
seperti ekspresi gen sitokin proinflamasi, selama tahap inflamasi dari
penyembuhan. Efek -3 PUFA pada tingkat sitokin proinflamasi mungkin
berhubungan dengan variasi dalam desain studi dan jenis sel, namun secara
kolektif hasilnya menunjukkan kemampuan potensi mereka untuk mempengaruhi
penyembuhan luka epidermal karena pengaruh mereka pada tingkat sitokin
proinflamasi dan dengan demikian, penting untuk proses penyembuhan.
Interleukin-1 membantu dalam mengatur proliferasi fibroblast dan
sintesis-sintesis kolagen sehingga dapat mengemukakan bahwa upregulasi awal di
lokasi luka, sebagai akibat dari EPA / DHA suplemen makanan, bisa menjadi jalur
untuk mengatur pembentukan kolagen . Peningkatan produksi kolagen yang sehat
-
11
adalah menguntungkan untuk penyembuhan efisien kulit dengan jaringan parut
minimal dan untuk memberikan kekuatan untuk jaringan penghubung seperti
ligaments. Selain itu, awal IL-1 ekspresi meningkatkan pertumbuhan keratinosit,
penting bagi reepitelisasi, menginduksi produksi IL- 6 dan memiliki efek
stimulasi pada angiogeneses.
Misalnya, sebuah studi oleh Hankenson et al .20 menemukan bahwa EPA
signifikan meningkat IL-6 rilis di sel ligamen kolateral medial dalam model sapi.
Para peneliti juga menemukan korelasi linear yang signifikan antara IL-6 tingkat
dan produksi kolagen. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi diet EPA dapat
memfasilitasi penyembuhan pada jaringan yang sangat menguntungkan dari
produksi kolagen meningkat, seperti ligamen. temuan studi mendukung proposisi
bahwa makanan -3 PUFA menunjukkan kemampuan untuk mempengaruhi
produksi lokal mediator inflamasi, seperti sitokin pro inflamasi, yang mengatur
proses penyembuhan luka.[12]
ANATOMI KULIT SECARA HISTOPATOLOGIK
Pembagian kulit seacara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
1. Lapisan epidermis atau kutikel
Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidu,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
-
12
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih
tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan
fibrosa padat dengan elemen elemen selular dan folikel rambut.
3. Lapisan subkutis (hipodemis)
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, tergantung atas
jaringan ikat longgar berisi sel sel lemak di dalamnya. Sel sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma
lemak yang bertambah. Lapisan sel sel lemak di sebut panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung
ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. [5]
Gambar 1.1 gambaran mikroskopis struktur lapisan kulit
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang
terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di
subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas
mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan
dipars retikulare juga mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh
-
13
darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah
terdapat saluran getah bening. [5]
Penyembuhan luka
Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki baik melalui
regenerasi sel atau pembentukan jaringan parut. Tujuan dari kedua jenis
perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah kerusakan agar integritas
struktural jaringan pulih kembali. Regenerasi jaringan dan pembentukan
jaringan parut dimulai dengan reaksi peradangan. Trombosit mengontrol
perdarahan dan sel darah putih mencerna serta menyingkirkan jaringan yang
mati dari daerah tesebut. Faktor faktor pertumbuhan dan peptida imun
(sitokinin) kemudian dilepaskan untuk membantu penyembuhan sel pada
daerah yang rusak. Faktor lain diproduksi untuk menstimulasi atau
pembentukan jaringan parut. [6]
Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah
penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi,
proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodelling)
jaringan.
Fase inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira
hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan
perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan
-
14
vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi
hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh
darah saling melengket, dan bersama jala fibrin yang terbentuk, membekukan
darah yang keluar dari pembuluh darah.
Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin
yang meningkat permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyebukan
sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan
pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas yang
berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor),
nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Aktivitas selular yang terjadi adalah pergerakan leukosit
menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya
kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu
mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian
muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri
(fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan
kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat
lemah.
Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol
adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase
inflamasi sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel
-
15
mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan luka.
Pada fase ini, serat serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk
penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat
ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada
tepi luka. Pada akhir fase ini, kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan
normal. Nantinya , dalam proses penyudahan, kekuatan serat kolagen
bertambah karena ikatan intramolukel dan antarmolekul.
Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan
kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaaan yang
berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri
atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.
Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.
Proses migrasi hanya terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses ini
baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh
permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia
dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah
proses pematangan dalam fase penyudahan.
Fase penyudahan
Pada fase penyudahan ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya
-
16
gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase
ini dapat berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua
tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua
yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang
diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali,
kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan
yang ada.
Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan
lemas, serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada
luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira
kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3 6 bulan
setelah penyembuhan. Perupaan luka tulang (patah tulang) memerlukan
waktu satu tahun atau lebih untuk membentuk jaringan yang normal secara
histologi atau secara bentuk.[9]
Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi mungkin paling mudah
dilukiskan pada penyembuhan luka dikulit. Jenis penyembuhan yang paling
sederhana terlihat pada penanganan luka oleh tubuh seperti pada insisi
pembedahan, yang tepi lukanya dapat saling didekatkan untuk dimulainya
proses pnyembuhan. [8]
Penyembuhan luka pada kulit merupakan proses yang rumit, meliputi
pembuangan sisa masa nekrotik dari luka dan perbaikan bekas luka oleh
hiperplasia kapiuler, miofibroblast dan sel epitel. Gambar 5.11
-
17
menggambarkan beberapa peristiwa ini, kebanyakan diperankan oleh faktor
tumbuh.
Gambar 1.2 faktor faktor yang berperan dalam penyembuhan luka
Luka diperlihatkan merusak kulit dan mengenai pembuluh darah. (1) Koagulasi darah
dan degranulasi trombosit, melepaskan PDGF (Platelet derived growth factor) dan TGF B
(transforming growth factor beta). PDGF dan TGF B : khemotaktik untuk makrofag, yang
migrasi kedalam luka dan memfagosit bakteri serta massa nekrotik. (3) Pada epidermis: (4)
pelepasan PDGF mengaktifkan sel epitel basalis, yang juga di bawah yang juga di baawah
rangsang autokrin dan parakrin oleh epidermal growth factor (EGF) dan insulin like growth
factor (IGF), (5), beberapa berasal dari miofibroblast dermal (6). Nutrisi dan oksigen (7), hormon
yang beredar dan faktor tumbuh yang berasal dari pembuluh darah (termasuk insulin, tiroksin,
IGF 1, IGF - 2), dan EGF (8) asal saliva (bila luka membaik) semuanya berperan pada
tumbuhnya epidermis. Pada dermis : (9) PDGF dan TGF B merangsang pembelahan sel dalam
miofibroblast, dan (10) TGF B merangsang sel ini untuk memproduksi kolagen dan
fibronektin. Fibronektin merangsang migrasi miofibroblast dermal (11) dan sel epitel epidermal
(12). Angiogenic growth factor (tidak di gambarkan) merangsang proliferasi dan migrasi
pembuluh darah baru ke dalam daerah luka (13).8ik
-
18
Pada waktu terjadi luka pada jaringan, terdapat perdarahan dalam luka
yang berasal dari pembuluh yang rusak. Hal ini diatur oleh mekanisme
haemostatik normal yang mengakibatkan trombosit berkumpul dan
membentuk thrombus untuk menutup dinding pembuluh darah yang terbuka.
Akibat interaksi antara penggumpalan dan sistem komplemen, sel radang
akan ditarik ke tempat luka oleh bagian komplemen kemotaksis. Kemudian,
trombosit melepaskan dua faktor tumbuh yang potensial yaitu faktor tumbuh
asal trombosit (PDGF) dan transformasi faktor tumbuh beta (TGF- ).
Keduanya merupakan kemotaksis yang kuat bagi sel radang, termasuk
makrofag, yang migrasi ke dalam luka untuk membuang massa nekrotik dan
fibrin.
Pada epidermis, PDGF bekerja sinergis dengan faktor tumbuh
epidermis (EGF) dan somatomedin (IGF-1 dan IGF-2) untuk merangsang
proses penambahan sel epitel basalis melalui siklus proliferasi sel. PDGF
bekerja sebagai faktor kompeten untuk memindahkan sel dari fase istirahat
G0 ke G1. Selanjutnya EGF dan IGF berperan pada proses perkembangan
dari fase G1 ke fase sintesa DNA. Setelah itu sel menjadi tidak tergantung
lagi pada faktor tumbuh. Pada epidermis, EGF berasal dari sel sel epidermis
(mekanisme autokrin dan parakrin), dan juga terdapat dalam konsentrasi
tinggi pada saliva ketika luka membaik. IGF 1 dan IGF 2 asalnya dari
sirkulasi (mekanisme endokrin), dan dari proliferasi sel dan dari sel epidermis
dan dermis yang letaknya bersebelahan (mekanisme autokrin dan parakrin).
-
19
Pada dermis, miofibroblast berproliferasi sebagai respon terhadap
PDGF (dan TGF- B). Sekresi kolagen dan fibrobektin dirangsang oleh TGF
B, dan kemudian fibronektin akan membantu migrasi sel epitel dan sel
dermal. [7]
Jenis Penyembuhan luka
Suatu penyembuhan dikatakan mengalami penyembuhan secara
intensi primer, apabila proses penyembuhan tersebut berlangsung cepat dan
hasilnya bersih. Sedangkan luka luas yang pulih berjalan lambat dan disertai
pembentukan jaringan parut yang besar dikatakan mengalami penyembuhan
secara intensi sekunder. [6]
Penyembuhan semacam itu disebut penyembuhan primer atau healing
by first intention. Segera setelah terjadi luka, tepi luka disatukan oleh bekuan
darah yang fibrinnya bekerja. Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan
akut pada tepi luka itu, dan sel sel radang, khususnya makrofag, memasuki
bekuan darah dan mulai menghancurkannya. Setelah reaksi peradangan
eksudatif ini; dimulai pertumbuhan jaringan granulasi ke arah dalam pada
daerah yang sebelumnya ditempati oleh bekuan bekuan dara. Dengan
demikian setelah beberapa hari, luka tersebut dijembatani oleh jaringan
granulasi yang disiapkan untuk matang menjadi sebuah parut. Sementara
proses ini terjadi, epitel permukaan dibagian tepi mulai melakukan regenerasi,
dan dalam waktu beberapa hari lapisan epitel yang tipis bermigrasi diatas
permukaan luka. Seiring dengan jaringan parut dibawahnya menjadi matang,
-
20
epitel ini juga menebal dan matang, sehingga menyerupai kulit didekatnya.
Hasilnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan
parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal.
Banyak luka dikulit yang sembuh dengan cara seperti ini tanpa perawatan
medis. Pada luka lain, diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka
sampai terjadi penyembuhan. Jahitan dapat diangkat jika sudah terjadi
organisasi dan regenerasi epitel hingga pada suatu saat tepi luka tidak akan
membuka lagi jika benang dilepas. Jadi, di daerah kulit yang relatif terdapat
sedikit tegangan, jahitan dapat diangkat dalam beberapa hari, jauh sebelum
tercapai kekuatan parut dan sebelum tertimbunnya kolagen dalam jumlah
yang cukup. Didaerah yang teregang, jahitan harus dibiarkan di tempatnya
lebih lama untuk menahan jaringan sampai dapat terbentuk jaringan parut
yang kuat.
Pola kedua penyembuhan terjadi jika kulit yang mengalami luka
sedemikian rupa sehingga tepinya tidak dapat saling didekatkan selama
proses penyembuhan. Keadaan ini disebut sebagai healing by second
intention atau kadang disebut penyembuhan dengan granulasi. Jenis
penyembuhan secara kualitatif idenktik dengan yang diuraikan diatas.
Perbedaannya yaitu hanya lebih banyak jaringan granulasi yang terbentuk,
dan biasanya terbentuk jaringan parut yang lebih luas. Tentu saja, seluruh
proses tersebut memerlukan waktu penyembuhan yang lebih lama dari pada
penyembuhan primer. Pada luka besar yang terbuka semacam itu, sering
dapat terlihat jaringan granulasi yang menutupi dasar luka seperti sebuah
-
21
karpet yang lembut, yang mudah berdarah jika disentuh. Pada keadaan lain,
jaringan granulasi sebenarnya tumbuh di bawah keropeng dan regenerasi
epitel tampaknya terjadi di bawah keropeng. Akhirnya pada keadaan ini,
keropeng terlepas setelah penyembuhan lengkap. [8]
Proses penyembuhan luka pada kulit tergantung pada luas lukanya :
Luka iris : penyembuhan per primam
Suatu irisan, misalnya yang dibuat dengan pisau bedah hanya
menimbulkan kerusakan kecil pada jaringan dikedua sisi irisan. Jelas bahwa
pada irisan ini paling tidak ada beberapa pembuluh darh kecil yang ikut
terpotong, tetapi akan tertutup oleh trombosis, serta sisi luka yang saling
mendekat dapat pula membantu. Fibrin mengendap pada daerah tersebut dan
kemudian akan menghubungkan kedua sisinya. Darah beku di atasnya
membentuk kerompeng yang membantu menjaga luka tetap bersih. Pertautan
ini sangat lemah, tetapi terbentuk secara cepat dan merupakan kerangka untuk
tahap berikutnya. Merupakan suatu hal yang penting, untuk tidak memberi
gangguan baik oleh jahitan, plester perekat maupun alat bantu penyangga lain
yang tidak berguna. Beberapa hari kemudian, terjadi proliferasi kapiler yang
cukup untuk menjembatani celah celah kecil. Fibroblast akan mengeluarkan
kolagen pada saaat migrasi ke dalam jaringan fibrin. Apabila tepi tepi luka
sangat berdekatan, migrasi ini sangat minimal, demikian pula jumlah kolagen
dan proliferasi vaskuler yang dibutuhkan juga sangat sedikit. [7]
-
22
Kerusakan jaringan : penyembuhan per sekundem
Apabila terjadi kerusakn jaringan atau karena keadaan apa pun
sehingga tepi luka berjauhan, mekanisme lain diperlukan untuk perbaikannya.
Lamanya waktu penyembuhan tergantung pada besar kecilnya defek yang
akan menentukan jumlah jaringan granulasi yang harus dibentuk dan luasnya
area yang harus ditutup epitel. Sejumlah besar jaringan dapat disingkirkan
bila diperlukan, dan defeknya akan mengalami penyembuhan per sekundam.
Hasil akhir kosmetik tergantung pada berapa besar jaringan yang hilang yang
sesuai dengan luasnya pembentukan jaringan parut. [7]
-
23
BAB III
KERANGKA KONSEP
Gambar 1.3 kerangka konsep
Definisi operasional
Variabel independent : minyak ular
Minyak ular merupakan hasil produksi dari lemak ular yang
diproses sehingga menjadi minyak.
Variabel dependent : penyembuhkan luka
Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya
proses pemecahan atau katabolik dan proses pembentukan atau
anabolik. Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3
tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta
tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka.
Khasiat Minyak Ular
Luka Penyembuhan
Luka
3 tahapan proses
penyembuhan luka :
1. Fase inflamasi
2. Fase proliferasi
3. Fase maturasi
-
24
HIPOTESIS
Hipotesis nol :
Tidak terjadi perbedaan pengaruh penyembuhan luka yang dioleskaan
minyak ular dan yang tidak dioleskan minyak ular.
Hipotesis alternatif :
Adanya terjadi perbedaan pengaruh penyembuhan luka yang dioleskan
minyak ular dan yang tidak dioleskan minyak ular.
-
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian .
Penelitian ini menggunakan desain penelitian uji klinis untuk
menilai khasiat minyak ular terhadap penyembuhan luka.
B. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan,spesies
Mus musculus, strain albinus, umur 12 16 minggu, berat 30- 50 gr yang
memenuhi kriteria inklusi dan yang tidak memenuhi kriteria ekslusi.
a) Kriteria Inklusi :
- Mencit yang sehat
- Luka iris
- Tidak ada abnormalitas anatomis yang tampak
b) Kriteria Ekslusi :
- Mencit yang mengalami luka / infeksi
- Selama perlakuan mencit tampak sakit (gerakan tidak aktif)
C. Estimasi besar sampel.
Penentuan jumlah sampel menurut FREDERER :
Jumlah kelompok perlakuan adalah dua, maka t = 2
(t - 1) (n - 1) 15
(2 - 1) (n - 1) 15
1 (n - 1) 15
1n 15 + 1
-
26
N 16/1
N 16
Maka besar jumlah replikasi minimal 16 ekor mencit. Sehingga dalam
penelitian ini terdiri dari 8 mencit kelompok yang dioleskan minyak ular
dan 8 mencit kelompok yang tidak dioleskan minyak ular.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2013, tempat
Laboratorium Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar.
E. Alur penelitian
a. Alat dan bahan.
Alat : scalpel, cotton bud, kasa, plester, kandang mencit.
Bahan : minyak ular
b. Cara kerja :
- Mencit dikandangkan dan dikelompokkan menjadi kelompok
kontrol dan perlakuan yang berbentuk segi empat terbuat dari
jaring jaring besi dan alas kandang dari tripleks.
- Menyiapkan alat dan bahan
- Mencukur bulu pada paha yang akan diiris
- Dengan menggunakan scalpel yang telah disterilisasi, paha
mencit di iris dengan panjang luka 0,3cm dan dalam luka
0,1cm.
-
27
- Mencit dibagi dalam dua kelompok yaitu mencit dengan luka
iris yang tidak diolesi minyak ular dan mencit dengan luka
iris yang diolesi minyak ular.
- Delapan mencit dengan luka iris, pada lukanya tidak diolesi
minyak ular.
- Delapan mencit dengan luka iris, dengan menggunakan
cotton bud lukanya diolesi minyak ular dan ditutupi kain
kasa.
- Pemberian minyak ular sebanyak tiga kali sehari (3x1) yaitu
pagi siang malam
- Kemudian melakukan observasi atau pengamatan terhadap
luka dan dicatat pada lembar hasil pengamatan. Dalam kurun
waktu terjadinya penyembuhan luka.
Gambar 1.4 alur penelitian
Observasi Observasi
8 Ekor
Tidak dioles
minyak ular
8 Ekor
dioles minyak
ular
16 ekor mencit
Inklusi
16 Ekor mencit
diberi luka iris
Berhasil Ekslusi Gagal
-
28
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis. Instrumen yang digunakani dalam penelitian ini
minyak ular, kain kasa, scalpel, cotton bud, plester, dan kandang mencit.
G . Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan hewan coba (mencit) dan dari itu
sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu mengurus surat persetujuan
dari komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Kedokteran UNHAS (Ethical
clearance).
-
29
BAB V
HASIL
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan waktu penyembuhan luka pada hewan coba mencit
untuk kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan dengan minyak ular
disajikan dalam tabel. Tabel disajikan berdasarkan waktu penyembuhan luka
dengaan parameter tertentu yaitu : luka yang masih basah, luka kering, dan
penutupan luka.
Tabel 1.1 Hasil pengamatan kelompok kontrol dan perlakuan selama tujuh
hari :
Tabel Hasil Pengamatan Hari 1
Kontrol Perlakuan
Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total
Luka masih basah dan terbuka 8 Luka mengering terbentuk
keropeng, teoinya kering, dan
luka mulai menutup 80%
3
Luka mengering dan tertutup
keropeng, penutupan luka
100%
1
Luka tampak masih basah dan
terbuka
3
Luka mengering, terbentuk
keropeng, tepinya kering, dan
penutupan luka 60%
2
-
30
Tabel Hasil Pengamatan Hari 2
Kontrol Perlakuan
Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total
Luka mngering dan tertutup
keropeng dengan penutupan
luka 100%
1 Luka mengering dan tertutup
keropeng, penutupan luka
100%
3
Luka masih lembab, tepi
mengering, penutupan luka
sekitar 20%
2 Luka tampak merah pucat dan
masih lembab, luka masih
terbuka
1
Luka terbuka, tepi mengering,
tampak pucat dan lembab, dan
masih terbuka
2 Luka mengering dan tertutup
keropeng, penutupan luka
sekitar 90%
2
Luka lembab dan tampak
merah pucat, dan masih
terbuka
1 Luka mengering dan mulai
tertutup keropeng, penutupan
luka sekitar 80%
1
Luka masih lembab dan merah
pucat, tepi mengering dan
masih terbuka, penutupan luka
sekitar 10%
1 Luka terbuka dan tampak
basah
1
Luka terbuka dan tampak
basah
1
Tabel Hasil Pengamatan Hari 3
Kontrol Perlakuan
Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total
Luka sudah tertutup, keropeng
terlepas, bekas luka terlihat,
penutupan luka 100%
1 Luka tertutup, keropeng
terlepas, bekas luka
terlihat,penutupan luka 100%
4
Luka terbuka tampak merah
dan pucat, masih lembab, tepi
mengering, terbentuk
2 Luka mengering, terbentuk
keropeng, penutupan luka 70
1
-
31
keropeng, penutupan luka 40% %
Luka mengering, terbentuk
keropeng, penutupan luka
sekitar 80%
2 Luka mengering, tertutup
keropeng, penutupan luka
90%
2
Luka masih lembab,tampak
merah dan pucat, tepi
mengering,penutupan luka
sekitar 60%
1 Luka terbuka, lembab,
tampak merah dan pucat,
penutupan luka sekitar 60%
1
Luka mengering dan tertutup
keropeng,penutupan luka
sekitar 90%
1
Luka mengering, terbentuk
keropeng, penutupan luka
sekitar 70%
1
Tabel Hasil Pengamatan Hari 4
Kontrol Perlakuan
Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total
Luka mengering, tertutup
keropeng, penutupan luka 90%
1 Luka mengering,tertutup
keropeng, penutupan luka
80%
1
Luka mengering, tertutup
keropeng, penutupan luka 80%
1 Luka sudah tertutup,
keropeng mulai terlepas,
mulai ditumbuhi bulu, bekas
luka terlihat, penutupan luka
100%
6
Luka sudah tertutup, keropeng
terlepas, bekas luka terlihat,
penutupan luka 100%
2 Luka mengering, tertutup
keropeng, penutupan
lukasekitar 90%
1
Luka mengering, terbentuk
keropeng, tepi mengering,
2
-
32
penutupan luka 70%
Luka mengering dan terbentuk
keropeng, penutupan luka 40%
1
Tabel Pengamatan Hari 5
Kontrol Perlakuan
Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total
Luka sudah tertutup, keropeng
mulai terlepas, penutupan luka
100%
5 Luka sudah tertutup,
keropeng mulai terlepas,
bekas luka mulai ditumbuhi
bulu, penutupan luka 100%
8
Luka sudah tertutup, mulai
tertutup keropeng, penutupan
luka 90%
2
Luka sudah tertutup, keropeng
mulai terlepas, penutupan luka
70%
1
Tabel Pengamatan Hari 6
Kontrol Perlakuan
Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total
Luka sudah tertutup, ada bekas
luka mulai ditumbuhi bulu,
penutupan luka 100%
7 Luka sudah tertutup,
keropeng mulai terlepas,
bekas luka mulai ditumbuhi
bulu, penutupan luka 100%
8
Luka sudah tertutup, bekas
luka mulai ditumbuhi bulu,
penutupan luka 90%
1
-
33
Tabel Pengamatan Hari 7
Kontrol Perlakuan
Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total
Luka sudah tertutup, ada bekas
luka mulai ditumbuhi bulu,
penutupan luka 100%
8 Luka sudah tertutup,
keropeng mulai terlepas,
bekas luka mulai ditumbuhi
bulu, penutupan luka 100%
8
Grafik 1.1 Perbedaan waktu penyembuhan luka dari jumlah keseluruhan mencit
selama tujuh hari.
Hasil pengamatan grafik diatas menunjukkan perbedaan pola penyembuhan dari
kelompok kontrol dan perlakuan. Dimana kelompok perlakuan menghasilkan
penyembuhan luka yang cepat dibanding kelompok kontrol yang penyembuhannya
lambat. Dari data diatas menggambarkan kelompok perlakuan memiliki jumlah yang
banyak sembuh dalam sehari dibanding kelompok kontrol yang jumlah sembuhnya dalam
Hari 1 Hari2 Hari3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
Kontrol 0 1 3 4 7 8 8
Perlakuan 6 6 7 7 8 8 8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
MEN
CIT
Chart Title
-
34
sehari bertahap sesuai waktu penyembuhan yang fisiologis atau sesuai ketahanan tubuh
masing-masing mencit dalam penyembuhan luka
Tabel 1.2 Hasil persentase perkiraan penutupan luka pada kelompok kontrol
selama tujuh hari :
Hari Kontrol Rerata persentase kesembuhan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
2 80% 20% 0% 0% 10% 0% 20% 0% 16%
3 100% 40% 80% 80% 40% 60% 90% 70% 70%
4 90% 90% 80% 100% 70% 100% 40% 70% 80%
5 100% 100% 100% 100% 90% 100% 70% 90% 94%
6 100% 100% 100% 100% 100% 100% 90% 100% 99%
7 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Tabel 1.3 Hasil persentase perkiraan penutupan luka pada kelompok perlakuan
selama tujuh hari :
Hari Perlakuan Rerata persentase kesembuhan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 80% 100% 60% 80% 80% 60% 0% 0% 58%
2 100% 0% 90% 100% 80% 100% 0% 90% 70%
3 100% 70% 100% 100% 90% 100% 60% 90% 89%
4 80% 100% 100% 90% 100% 100% 100% 100% 96%
5 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
6 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
-
35
7 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Grafik 1.2 Persentase perkiraan penutupan luka pada kelompok kontrol dan
perlakuan :
Hasil pengamatan dari grafik diatas menunjukkan perbedaan perkiraan persentase
penutupan luka yang berbeda. Dimana kelompok perlakuan lebih besar perkiraan
penutupan lukanya perhari dibanding kelompok kontrol yang persentase penutupan
lukanya kecil. Hasil perkiraan besar persentasi penutupan luka dari kelompok perlakuan
menunjukan tingkat kesembuhan yang cepat dengan penutupan lukanya dibanding
kelompok kontrol yang persentase penutupan lukanya perhari kecil artinya tingkat
kesembuhan perhari lambat.
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7
Kontrol 0% 16% 70% 80% 94% 99% 100%
Perlakuan 58% 70% 89% 96% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
PERSENTASE KESEMBUHAN
-
36
Gambar 1.5 Perbandingan gambar makroskopis luka iris pada mencit hari ke-1
pasca perlakuan. Pada kelompok kontrol (A) luka terbuka dan masih basah. Minyak ular
(B) luka mengering dan mulai tertutup keropeng.
Gambar 1.6 Perbandingan gambar makroskopis luka iris pada mencit hari ke-2
pasca perlakuan. Pada kelompok kontrol (A) luka masih lembab, tepi mengering dan
masih terbuka. Minyak ular (B) luka sudah tertutup, keropeng terlepas dan terlihat bekas
luka.
Gambar 1.7 Perbandingan gambar makroskopis luka iris pada mencit hari ke-4
pasca perlakuan. Kelompok kontrol (A) luka mengering dan mulai tertutup keropeng.
Minyak ular (B) luka sudah tertutup, keropeng terlepas, bekas luka terlihat.
A B
A B
A B
-
37
BAB VI
PEMBAHASAN
Penyembuhan luka pada bab hasil sebelumnya untuk semua kelompok
perlakuan dan kontrol yang diamati dari hari pertama setelah perlakuan sampai
hari ke-6 yang mengalami penyembuhan luka sempurna. Dimana pada hari ke-1
kelompok perlakuan dengan olesan minyak ular sudah mengalami penyembuhan
sempurna dibanding kelompok kontrol pada hari ke-1 belum mengalami
penyembuhan. Artinya didalam Minyak Ular mengandung zat aktif yang mampu
mempengaruhi aktivitas sel dan molekuler lokal, seperti ekspresi gen sitokin
proinflamasi, selama tahap inflamasi dari penyembuhan. Sebaliknya
penyembuhan luka pada kelompok kontrol prosesnya lambat, hal ini disebabkan
karena kelompok kontrol tidak diberikan obat atau bahan/zat yang berkhasiat
untuk penyembuhan luka. Dan kelompok kontrol juga mengalami penyembuhan
luka akan tetapi lambat. Hal ini disebabkan karena produksi sitokin proinflamasi
berkurang dalam tahap awal penyembuhan luka. Penyembuhan juga dipengaruhi
oleh tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan diri sendiri.
Waktu yang diperlukan untuk proses penyembuhan luka dengan olesan
minyak ular lebih cepat dibanding kelompok kontrol. Hal ini dipengaruhi zat aktif
yang terkandung dalam minyak ular yaitu EPA (eicosapentaenoic) merupakan
asam lemak omega 3 tak jenuh ganda (PUFA) dan asam docosahexaenoic
(DHA).
-
38
Efek omega-3 PUFA pada tingkat sitokin proinflamasi mungkin
berhubungan dengan variasi dalam desain studi dan jenis sel, namun secara
kolektif hasilnya menunjukkan kemampuan potensi mereka untuk mempengaruhi
penyembuhan luka epidermal karena pengaruh mereka pada tingkat sitokin
proinflamasi dan dengan demikian, sel jenis yang penting untuk proses
penyembuhan. Interleukin-1 dalam mengatur proliferasi fibroblast dan sintesis -
sintesis kolagen sehingga dapat mengemukakan bahwa upregulation awal di
lokasi luka, sebagai akibat dari EPA / DHA, bisa menjadi jalur untuk mengatur
pembentukan kolagen. Peningkatan produksi kolagen yang sehat adalah
menguntungkan untuk penyembuhan efisien kulit dengan jaringan parut minimal
dan untuk memberikan kekuatan untuk jaringan penghubung seperti ligaments.
Selain itu, ekspresi awal IL-1 meningkatkan pertumbuhan keratinosit, penting
bagi reepitelisasi, menginduksi produksi IL- 6 dan memiliki efek stimulasi pada
angiogenesis.[12]
Omega-3 PUFA menunjukkan kemampuan untuk mempengaruhi produksi
lokal mediator inflamasi, seperti sitokin proinflamasis yang mengatur proses
penyembuhan luka. Misalnya, sebuah studi oleh Hankenson et al . menemukan
bahwa EPA signifikan meningkat IL-6 di sel ligamen kolateral medial dalam
model sapi. Para peneliti juga menemukan korelasi linear yang signifikan antara
IL-6 tingkat dan produksi kolagen. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi diet
EPA dapat memfasilitasi penyembuhan pada jaringan yang sangat
menguntungkan dari produksi kolagen meningkat, seperti ligamen. Sebuah hasil
yang menarik dalam penelitian ini adalah bahwa peningkatan tingkat TNF-
-
39
dalam cairan melepuh pada 24 jam postblistering dikaitkan dengan penyembuhan
sedikit lebih lambat pada kelompok yang aktif, yang berbeda dari studi
sebelumnya yang menunjukkan tingkat lokal berkurang dari TNF- dalam
penyembuhan -gangguan glukokortikoid.[12]
Asam lemak omega 3 esensial EPA mengurangi peradangan.
Atlet sering menjalani pelatihan intensitas tinggi yang meningkatkan peradangan
dan risiko nyeri dan cedera. Omega-3 asam lemak minyak ikan khusus EPA
efektif dalam mengurangi peradangan. Peneliti Dr William Smith dari University
of Massachusetts menemukan bahwa asam lemak omega 3 mengurangi
peradangan dengan mengurangi produksi, prostaglandin ini hormon-zat seperti
terkait dengan peradangan dalam tubuh. Omega 3 EPA adalah anti inflamasi
alami yang paling kuat dan tidak seperti produk farmasi anti inflamasi ada resiko
kesehatan yang ada atau efek samping ketika mengambil mereka.[13]
Lipid yang digunakan sebagai dukungan nutrisi bagi pasien bedah atau
kritis untuk membantu memenuhi kebutuhan energi dan menyediakan blok
bangunan penting untuk penyembuhan luka dan perbaikan jaringan. Asam lemak
tak jenuh ganda (PUFA), yang tidak dapat disintesis de novo oleh mamalia,
terutama terdiri dari dua keluarga, omega 6 (omega-6, yang ditemukan dalam
minyak kedelai) dan omega 3 (omega-3, yang ditemukan dalam minyak ikan).
Minyak ikan telah banyak dipuji untuk manfaat kesehatan dari asam lemak omega
3 seperti asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA). Efek
dari omega-3 asam lemak pada penyembuhan luka tidak konklusif. Mereka telah
-
40
dilaporkan mempengaruhi produksi sitokin proinflamasi, metabolisme sel,
ekspresi gen, dan angiogenesis di situs luka ( McDaniel et al, 2008. ; . Shingel et
al, 2008 ). Manfaat sebenarnya dari asam lemak omega 3 mungkin dalam
kemampuan mereka untuk meningkatkan fungsi kekebalan sistemik. Sehingga
mengurangi komplikasi infeksi dan meningkatkan kelangsungan hidup ( Arnold
dan Barbul, 2006 ). [14]
Pelepasan keropeng yang cepat dan bekas luka yang terlihat juga cepat
hilang merupakan suatu efek dari minyak ular dibanding kontrol yang bekas
lukanya terlihat lambat melakukan proses perbaikan. Hal ini disebabkan EPA
(Eicosapentaenoic) yang berada dilokasi luka bisa menjadi jalur untuk mengatur
pembentukan kolagen. Peningkatan produksi kolagen yang sehat adalah
menguntungkan untuk penyembuhan efisien kulit dengan jaringan parut minimal
dan untuk memberikan kekuatan untuk jaringan penghubung seperti ligaments.
Penyembuhan yang cepat pada perlakuan juga dipengaruhi oleh efek angiogenesis
dan reepitelisasi yang cepat. Awal IL-1 ekspresi meningkatkan pertumbuhan
keratinosit, penting bagi reepitelisasi, menginduksi produksi IL- 6 dan memiliki
efek stimulasi pada angiogenesis. Sitokin proinflamasi primer adalah interleukin-
1 (IL-1), IL-6 dan tumor necrosis factor- (TNF-). Mereka disekresikan oleh
neutrofil, makrofag, sel mast, fibroblas dan sel-sel endotel dan memiliki autokrin,
parakrin dan endokrin effects. Sitokin ini memainkan peran penting dalam sinyal
proses biologis selama tahap inflamasi dari penyembuhan luka dengan mengikat
reseptor pada target sel. Jaringan sitokin proinflamasi membantu dalam
mengendalikan infeksi dan menyiapkan jaringan untuk perbaikan lebih lanjut
-
41
dengan meningkatkan aktivitas fagositosis, merangsang migrasi keratinosit pada
tepi luka, chemotaxis fibroblast dan proliferasi, pemecahan protein matriks
ekstraseluler dan dengan mengatur pelepasan sitokin tambahan dan pertumbuhan
factors. Sebuah peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dalam beberapa jam
setelah cedera jaringan telah terbukti sesuai dengan tahap inflamasi dari
penyembuhan luka dan repair.
Hasil dari data diatas dapat disimpulkan bahwa minyak ular mempunyai
efek sebagai penyembuhan luka iris pada mencit. Dimana penyembuhan yang
dihasilkannya cepat dan proses perbaikan kembali pada jaringan yang rusak juga
cepat sembuh, dalam hal kosmetik yaitu bekas luka yang terlihat cepat hilang
dibanding kontrol yang sembuhnya lambat.
-
42
BAB VII
SIMPULAN & SARAN
Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sediaan minyak ular memiliki aktivitas memepercepat proses penyembuhan luka.
2. Pemberian sediaan minyak ular menunjukkan percepatan penutupan luka iris.
3. Sediaan minyak ular memiliki khasiat kosmetik dalam hal ini mengurangi
jaringan parut pada luka ataupun bekas luka pada mencit perlakuan cepat
menghilang.
Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari mekanisme
aktivitas zat aktif dari minyak ular.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas sediaan minyak
ular terhadap berbagai jenis luka.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai waktu penyembuhan luka
dari sediaan minyak ular.
-
43
BAB VIII
KAJIAN ISLAM
Sesungguhnya tidak ada satu penyakit kecuali Allah Taala sudah
menyediakan obat dan penawarnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda,
Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu
penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla. (HR. Muslim
dari sahabat Jabir)
Dan pada hadits lain, disebutkan:
Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan telah menurunkan
untuknya obat, hal itu diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak
diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya. (HR. Ahmad, Al-Thabrani dan
dishahihkan oleh Al Hakim)
Dan Allah tidak menjadikan obat atas penyakit yang diujikan atas hamba-
Nya dengan sesuatu yang diharamkan-Nya sebagaimana firman Allah Taala,
Dihalalkan bagimu yang baik-baik. (QS. Al-Maidah: 4)
-
44
Karenanya Allah mengutus Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk
menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk-buruk. Allah Taala
berfirman,
Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk. (QS. Al-Araf: 157)
Imam al-Bukhari dalam Shahihnya Bab Meminum Sirup dan Madu
mencantumkan ucapan Ibnu Masud,
Sesungguhnya Allah tidak pernah meletakkan kesembuhan/pengobatan kalian
pada hal-hal yang telah Dia haramkan.
Karenanya Imam al-Zuhri menyampaikan alasan dari pendapatnya yang
mengharamkan minum air kencing dalam kondisi darurat karena itu adalah najis,
lalu beliau berhujah dengan QS. Al-Maidah: 4 di atas.
Bagaimana dengan ular?
Ular termasuk binatang yang diharamkan karena Nabi shallallahu alaihi
wasallam memerintahkan untuk membunuhnya tanpa memberikan keterangan
untuk memanfaatkan dagingnya supaya dikonsumsi. Padahal makhluk Allah tidak
boleh dibunuh tanpa ada guna dan disia-siakan.
-
45
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
Bunuhlah ular. (HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh dua
hewan yang berwarna hitam ketika shalat: Kalajengking dan ular. (Hadits Shahih
Riwayat Abu Dawud, al-Nasai, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Syaikh Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi dalam kitabnya Al-Hayawanaat;
Maa Yukal wa Maa Laa Yukal (Diterjemahkan: Kamus Halal-Haram),
menyebutkan tentang pendapat yang shahih, bahwa setiap binatang yang
diperintahkan untuk dibunuh maka dagingnya haram dimakan. Maksud dibunuh
di sini adalah dibunuh tanpa dengan sebab yang dibenarkan syariat, yaitu
disembelih sesuai syari. Karena seandainya diperbolehkan mengambil manfaat
dengan cara memakan dagingnya tentu Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak
akan memerintahkan untuk membunuhnya. (Lihat: Adwa al-Bayan, Syaikh
Muhammad Amin al-Syinqithi: 2/273)
Imam al-Nawawi rahimahullah mengatakan, Binatang yang
diperintahkan untuk dibunuh, maka dagingnya haram dimakan. (Al-Majmu,
Imam Al-Nawawi: 9/22)
-
46
Tidak dibenarkan berobat dengan hal-hal yang diharamkan, termasuk ular.
Setiap muslim wajib meyakini bahwa tidak ada satu penyakit kecuali Allah sudah
menyediakan obatnya. Dan Allah tidak menjadikan obat dari sesuatu yang haram.
Maka jelaslah bahwa ular atau hewan yang diharamkan lainnya tidak sepatutnya
menjadi alternatif pilihan dalam mencari kesembuhan.
Dalil Kedaruratan
Dalam hukum syariat, ada kaidah bahwa sesuatu yang dharurat itu bisa
menghalakan sesuatu yang dilarang. Ad-Dharuratu tubihul mahdzurat. Selain itu
Allah SWT telah berfirman:
Dan barangsiapa yang terpaksa pada (waktu) kelaparan dengan tidak
sengaja untuk berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan
Maha Belas-kasih. (QS. Al-Maidah: 3)
Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia telah haramkan atas
kamu, kecuali kamu dalam keadaan terpaksa." (QS. Al-An'am: 119)
Namun mereka sepakat dalammenetapkan syarat-syarat yang harus
terpenuhi, antara lain:
* Terdapat bahaya yang mengancam kehidupan manusia jika tidak berobat.
* Tidak ada obat lain yang halal sebagai ganti obat yang haram itu
-
47
.* Adanya suatu pernyataan dari seorang dokter muslim yang dapat dipercaya,
baik pemeriksaannya maupun agamanya (i'tikad baiknya)
Rukhshah (Keringanan) di Masa Nabi
Selain itu mereka juga menggunakan kejadian di masa Nabi di mana -
menurut mereka- ada hadits-hadits yang membolehkan berobat dengan benda
najis dan haram, sebagai sebuah keringanan atau rukhshah.
Misalnya hadits yang menyebutkan bahwa Nabi SAW pernah
membolehkan suku Ukl dan Uraynah berobat dengan meminum air kencing
unta. Hadits ini membolehkan berobat dengan najis, sebab air kencing unta itu
najis menurut kebanyakan ulama. Walau pun mazhab Hanbali mengatakan bahwa
air kencing unta tidak najis, karena daging unta halal dimakan.
Selain itu juga hadits dari Anas radhiyallahu 'anhu yang menyebutkan
bahwa Rasulullah SAW memberi keringanan (rukhsah) kepada Zubair bin Al-
Awwam dan Abdurrahman bin Auf untuk memakai kain sutera.
Padahal begitu banyak hadits yang mengharakan laki-laki muslim
mengenakan pakaian yang terbuat dari sutera. Namun lantaran kdua shahabat itu
menderita penyakit gatal-gatal, maka beliau pun memberikan keringanan untuk
memakainya.
Hadits ini shahih karena terdapat di dalam dua kitab tershahih di dunia,
yaitu As-Shahih ImamAl-Bukhari dan Imam Muslim.
-
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Ida Rahmadewi. 2009. Pengobatan Tradisional Patah Tulang Guru Singa.
2. Keliopas Krey. 2008. Daerah pengobatan dan Variasi morfologi ular
putih di daerah Papua.
3. Febia Arisnagara. 2009. Pemanfaatan Reptil Sebagai Obat dan Makanan
di daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.
4. Matari Mulyani. 2012. Mengintip khasiat dan manfaat ular.
5. Djuanda Adhi prof. Dr. dr. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Buku
ajar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
6. Corwin Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Buku saku. EGC. Jakarta.
7. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi umum dan sistemik vol 1. EGC.
Jakarta.
8. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi, konsep klinis proses proses
penyakit. EGC. Jakarta.
9. Wim de jong, R, Sjamsuhidajat.2004. Buku ajar Ilmu Bedah. EGC.
Jakarta.
10. Health Benefits of Snake Oil. 2012.
http://www.healthguidance.org/entry/15773/1/Health-Benefits-of-Snake-
Oil.html
11. Eicosapentaenoic Acid. 2012.
http://www.umm.edu/altmed/articles/eicosapentaenoic-acid-000301.
12. McDaniel. Jodi C, Martha Belury, Karen Ahijevych, Wendy Blakely.
2012. Omega 3 Acids Effect on Wound Healing.
-
49
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2967211/
13. Omega 3 asam lemak EPA paling ampuh untuk peradangan dan
penyembuhan pada atlet, omega 3 mempercepat penyembuhan ligamen.
2012.
http://www.takeomega3.co.uk/blog/tag/injury-to-ligaments-how-to-
accelerate-healing
14. Faktor faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka. 2012.
http://jdr.sagepub.com/content/89/3/219.citation
15. Bolekah mengkonsumsi obat dari ekstrak ular. 2012.
http://ainuamri.wordpress.com/2011/06/10/bolehkah-mengonsumsi-obat-
dari-ekstrak-ular.
16. Memakan daging atau darah ular untuk obat. 2009.
http://trimudilah.blogspot.com/2009/04/memakan-daging-atau-darah-ular-
untuk.html.
-
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap : Adhyatman
NIM : 10542006009
Tempat/Tanggal Lahir : Donggala, 12 Nopember 1990
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki laki
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran
Universitas : Universitas Muhammadiyah Makassar
Nama Orang Tua
a. Ayah : Asrun Ahmad P b. Ibu : Minarmin DJ Pagoca
Alamat : JL Komunikasi II Blok F No. 17 Komp UNHAS, Antang.
Telepon/HP : 081355097667
e-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1996 2002 : SD Negeri Inpres Lampong, Donggala b. Tahun 2002 2005 : SMP Negeri 2 Banawa, Donggala c. Tahun 2005 2008 : SMA Negeri 1 Banawa, Donggala d. Tahun 2009 sekarang :Universitas Muhammadiyah Makassar e. Pengalaman Organisasi :
Tahun 2006 2007 : OSIS SMA Negeri 1 Banawa (Bidang Seni)
Tahun 2010 2011 : BEM FK UNISMUH Periode 2010-2011
Tahun 2011 2012 : BEM FK UNISMUH Periode 2011 2012
Tahun 2012 sekarang : Tim Bantuan Medis (TBM) FK Unismuh Dewan Penasehat Organisai (DPO) FK Unismuh