studi manfaat minyak ular pada penyembuhan luka (studi eksperimen pada mencit)

64
i Snake Oil Study on Wound Healing (Experiment Study in Mice) Studi Manfaat Minyak Ular pada Penyembuhan Luka (Studi Eksperimen pada Mencit) ADHYATMAN 10542 0060 09 Skripsi Ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2013

Transcript of studi manfaat minyak ular pada penyembuhan luka (studi eksperimen pada mencit)

  • i

    Snake Oil Study on Wound Healing

    (Experiment Study in Mice)

    Studi Manfaat Minyak Ular pada Penyembuhan Luka

    (Studi Eksperimen pada Mencit)

    ADHYATMAN

    10542 0060 09

    Skripsi Ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    sarjana kedokteran

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2013

  • ii

    @2012

    Hak Cipta Pada Penulis

  • iii

  • iv

  • v

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, Rab semesta alam, yang memberikan nikmat pengetahuan,

    kesehatan, ketekunan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    STUDI MANFAAT MINYAK ULAR PADA PENYEMBUHAN LUKA (Studi

    Eksperimen pada Mencit). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam

    menyelesaikan studi pada jenjang strata 1(S1) di Fakultas Kedokteran Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    Penyusun skripsi ini beracuan pada kurikulum pendidikan di Fakultas Kedokteran

    Universitas Muhammadiyah Makassar tahun 2008 s.d 2009 mengajarkan mata kuliah

    metodologi penelitian dan penelitian pada semester VI sekaligus menjadi awal bagi

    penulis dalam memulai penelitian ini.

    Dalam tahap penyusunan karya tulis ilmiah ini berbagai rintangan menghampiri penulis,

    berkat kemauan yang kuat, atas kuasa-Nya serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya

    penulis dapat melalui rintangan tersebut dengan memperoleh berbagai pengetahuan serta

    nilai kehidupan yang sangat berarti dalam proses pendewasaan diri bagi penulis.

    akhir kata penulis menyadari banyak kekurangan dalam skripsi ini baik penulisan,

    keterkinian informasi, faktor faktor yang diteliti sehingga kritik dan saran yang

    konstruktif sangat diharapkan oleh penulis. Semoga karya ini dapat memberikan

    pengetahuan bagi pembaca mengenai kandungan minyak ular pada penyembuhan luka.

    Makassar, Juni 2013

    Penulis

  • vi

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan memberikan

    penghargaan yang setinggi tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :

    1. Ayahanda dr. Mahmud Gaznawie, Ph.D Sp.PA (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    2. Ayahanda prof. dr. Budu, Ph.D, Sp.M K-VR selaku Wakil Dekan 1 Fakultas

    Kedokteran Unhas yang telah membantu kelancaran penulis selama pengurusan izin

    etik penelitian.

    3. Ibunda Prof. Dr. dr. suryani Asad,M.Sc,Sp.GK selaku ketua Komisi Etik Penelitian

    Kesehatan Fakultas Kedokteran Unhas yang telah memberikan izin penelitian kepada

    penulis.

    4. Ibunda dr. Sri Asriyani, Sp. Rad sebagai pembimbing skripsi dengan kesediaan,

    keikhlasan dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

    arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai pada penulisan skripsi.

    5. Seluruh dosen dan staf pegawai serta cleaning service Fakultas Kedokteran

    Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya dengan tulus

    serta pelayanan yang sangat baik selama penulis menempuh pendidikan di pre-klinik.

    6. Keluarga besar FK Unismuh khususnya Angkatan 2009 (Neuroglia) sebagai saudara

    saudari penulis yang telah banyak mewarnai kehidupan penulis dikala senang maupun

    susah selama menempuh pendidikan.

    7. Teman teman kelompok penelitian (Elim, Akhzan, Tenri, Nia, Hikmah, dan Ftiri)

    terima kasih atas doa dan dukungannya.

    8. Teman teman (A. Perdi Rusli dan Moh. Zulkayyan Murfat) terima kasih telah

    memberikan bantuannya selama penelitian serta doanya.

  • vii

    9. Kelompok belajar penulis @com (Zulkayyan, Dina, Nurul) yang selalu setia berbagi

    suka dan duka mulai semester awal hingga semester akhir. Semoga persaudaraan ini

    tidak berakhir sampai disini kawan, tetapi terus berlanjut hingga kita tutup usia.

    Seseorang yang selalu memberi suport dan teristimewa di hati (Bella Anggraeni Sari).

    Teristimewa kedua orangtua tercinta dan saudara saudari penulis, Ayahanda Asrun

    Ahmad P, Ibunda Minarmin DJ Pagocca, adik adik ku tersayang Afryadi dan Azyuarmi

    Namira. Serta seluruh keluarga yang tidak henti hentinya mendoakan yang terbaik

    untuk keselamatan, kesehatan, dan kesuksesan penulis dalam menjalani kehidupan sehari

    hari serta memberikan dukungan moral maupun finansial selama penulis menyelesaikan

    studi. Semoga mala dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang

    melimpah dari Allah SWT.

  • viii

    ABSTRACT

    Snake Oil Benefits Study on Wound Healing

    (Experiment Study in Mice)

    Adhyatman, 2013; Supervisor : Sri Asriyani, dr, Sp.Rad

    Background: Seeing the many rumors in the community about the snake oil that

    can heal wounds. I as a researcher wants to prove that it contains the true snake oil

    can heal wounds. Snake oil in the trust can be used in the elixir heals burns, cuts,

    and bruises. This oil also reacts immediately upon stopping the bleeding of

    wounds suffered.

    Methods: This research is an experimental study to determine the benefits of

    snake oil on wound healing. This study mengguanakan research design of clinical

    trials, which will be performed experiments on samples treated mice.

    Results: Of the 16 samples in the tail give a cut, 8 and 8 as the control treatment

    group. 1-7 days to show results more quickly heal the treated group at day 1

    (58%) and control day 2 (16%), treatment day 5 (100%) and control day 7

    (100%).

    Conclusion: From this study snake oil preparations accelerate wound healing by

    accelerating wound closure per day in the treatment group. Snake oil preparations

    may reduce scar tissue on wounds or scars quickly.

    Keywords: Snake Oil, wound healing

  • ix

    ABSTRAK

    Studi Manfaat Minyak Ular pada Penyembuhan Luka

    (Studi Eksperimen pada Mencit)

    Adhyatman, 2013; Pembimbing : Sri Asriyani, dr, Sp.Rad

    Latar Belakang : Melihat banyaknya rumor dimasyarakat mengenai minyak ular

    yang dapat menyembuhkan luka. Saya sebagai peneliti ingin membuktikan betul

    adanya kandungan dalam minyak ular tersebut dapat menyembuhkan luka.

    Minyak ular di percaya dapat dijadikan obat mujarab didalam menyembuhkan

    luka bakar, tersayat, dan lebam. Minyak ini juga bereaksi dengan segera pada saat

    menghentikan pendarahan akibat luka yang di derita.

    Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk

    mengetahui manfaat minyak ular pada penyembuhan luka. Penelitian ini

    mengguanakan desain penelitian uji klinis, dimana akan dilakukan percobaan

    perlakuan pada sampel mencit.

    Hasil Penelitian : Dari 16 ekor sampel yang di beri luka iris, 8 sebagai kontrol

    dan 8 sebagai kelompok perlakuan. Hari ke 1-7 hasilnya menunjukan kelompok

    perlakuan lebih cepat sembuh pada hari ke 1 (58%) dan kontrol hari ke 2 (16%),

    perlakuan hari ke 5 (100%) dan kontrol hari ke 7 (100%).

    Kesimpulan : Dari penelitian ini sediaan minyak ular mempercepat proses penyembuhan

    luka dengan percepatan penutupan luka perharinya pada kelompok perlakuan. Sediaan

    minyak ular dapat mengurangi jaringan parut pada luka atau bekas luka dengan cepat.

    Kata Kunci : Minyak Ular, penyembuhan luka

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN HAK CIPTA ............................................................................. ii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................ iii

    PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iv

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

    ABSTRACT .................................................................................................. viii

    ABSTRAK ...................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .................................................................................................. x

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    Minyak Ular ..................................... 7

    Eicosapentaenoic (EPA) .................................................. 8

    Anatomi kulit secara histopatologik .................................................... 11

    Penyembuhan luka ................................................................................................ 13

    Fase inflamasi ........................ ..13

    Fase proliferasi ........................................ 14

    Fase penyudahan ..................................................................... 15

    Jenis Penyembuhan luka ............................. 18

    Proses penyembuhan luka pada kulit tergantung luasnya :

  • xi

    Luka iris ........................................... 21

    Kerusakan jaringan ....................................................... 22

    BAB III. KERANGKA KONSEP

    Definisi operasional ..............................................................................................23

    Hipotesis

    Hipotesis nol .........................................................................................................24

    Hipotesis alternatif ................................................................................................24

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    A.Desain penelitian .............................................................................................. 25

    B.Sampel .............................................................................................................. 25

    C.Estimasi besar sampel ....................................................................................... 25

    D.Waktu penelitian .............................................................................................. 26

    E.Alur penelitian .................................................................................................. 26

    F.Instrumen penelitian .......................................................................................... 28

    G.Etika penelitian ................................................................................................. 28

    BAB V. HASIL

    Hasil pengamatan ..... 29

    BAB VI PEMBAHASAN

    Pembahasan ............. 37

    BAB VI PENUTUP

    Kesimpulan ......... 42

    Saran ....... 42

  • xii

    BAB VII KAJIAN ISLAM

    Kajian Islam ......................................................................................................... 43

    Dalil Kedaruratan ................................................................................................. 46

    Dalil Rukhshah (Keringanan) .............................................................................. 47

    DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 48

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Melihat banyaknya rumor dimasyarakat mengenai minyak ular yang

    dapat menyembuhkan luka. Penelitian ini ingin membuktikan betul adanya

    kandungan dalam minyak ular tersebut dapat menyembuhkan luka. Dengan

    banyaknya obat obat herbal yang semakin menjamur di Indonesia dan

    sebagian kecil khasiat obat tersebut dibuktikan dengan cara alamiah.

    Pengetahuan masyarakat tentang minyak ular dapat menyembuhkan luka

    hanya sebatas rumor di masyarakat yang belum dibuktikan secara alamiah,

    sehingga minyak ular belum menjadi pedoman dalam pengobatan luka.

    Adapun tipe tipe sampel minyak ular yang akan diuji cobakan terhadap

    berbagai luka, hasilnya akan diketahui seberapa cepat dan seberapa efisien

    minyak ular tersebut dapat menyembuhkan berbagai tipe luka yang ada.

    Manusia sebagai makhluk sosial dan mahkluk biologis senantiasa

    menjalankan serta mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta

    mempertahankan kehidupannya, manusia cenderung menjaga kesehatannya

    dari berbagai penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak

    menular. Kesehatan merupakan bagian penting dari kehidupan, faktor faktor

    yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor budaya, dan ekonomi disamping

    biologi dan lingkungan(WHO,1992:16). [1]

  • 2

    Suku arfak di daerah mokwam kabupaten manokwari selain memakan

    daging ular, mereka juga memanfaatkan lemak ular ini sebagai bahan

    pengobatan tradisional. Lemak tubuh ular ini diekstrak menjadi minyak dan

    digunakan sebagai obat gosok untuk mengobati otot yang mengalami

    pembengkakan (sutarno 2005). [2]

    Masyarakat di Indonesia bagian timur berburu reptil untuk dijadikan

    sebagai sumber protein dan alat kesenian seperti tifa. Masyarakat di Indonesia

    bagian barat juga memanfaatkan reptil sebagai obat tradisional (Soehartono

    dan Mardiastuti 2003).[3]

    Ular adalah hewan yang tergolong kedalam jenis reptil. Ular

    mempunyai tubuh yang panjang dan bersisik. Kita sering menganggap bahwa

    ular merupakan hewan berbahaya karena mempunyai bisa atau racun yang

    mampu membuat mahluk hidup mati bila digigit oleh ular tersebut. sehingga

    kita menganggap, bahwa ular memang bukan hewan yang baik untuk di

    pelihara. Memang rata-rata ular memiliki bisa yang berbahaya. Namun ada

    juga beberapa ular yang racun dan bisanya tidak berbahaya. Bisa atau racun

    ular tersebut terbagi menjadi dua macam, yaitu neurotoxin dan

    hemotoxin. Neurotoxin adalah racun yang melumpuhkan sistem pernafasan

    dan merusak otak korban yang tergigit sedangkan hemotoxin adalah racun

    yang merusak sel-sel hingga darah menggumpal dan berujung pada kematian.

    Manfaat darah ular ini telah diakui di dunia medis sebagai obat

    penyembuh penyakit. Jika mengkonsumsi darah ular, akan meningkatkan

  • 3

    libido pria. Darah ular ini dipercaya dapat membuat badan lebih fit dan tidak

    mudah lelah. Sedangkan serum ular tersebut dapat digunakan sebagai obat

    dari virus yang menyerang tubuh manusia, seperti malaria, demam berdarah

    dan rabies. Para peneliti di Inggris dan Australia menemukan bahwa bisa ular

    dapat mencegah serangan penyakit jantung dan stroke serta mengobati

    penyakit kanker.

    Ular juga banyak diburu karena dagingnya, masyarakat Cina dan

    Hongkong sering memasak daging ular ini. Biasanya mereka memasak

    daging ini karena mereka percaya khasiat dari daging ular ini dapat membuat

    tubuh mereka menjadi hangat.

    Minyak ular di percaya dapat dijadikan obat mujarab didalam

    menyembuhkan luka bakar, tersayat, dan lebam. Minyak ini juga bereaksi

    dengan segera pada saat menghentikan pendarahan akibat luka yang di derita.

    Khasiat dalam mengobati penyakit yang di sebabkan oleh bakteri kulit,

    seperti kudis, kurap, kutu air, panu, koreng dan gatal gatal. Kulit ular yang

    dapat dijadikan berbagai macam produk mulai dari sepatu, tas, topi, jaket, ikat

    pinggang, dan lain sebagainya. [4]

    Dapat kita ketahui bahwa sistem medis tradisional juga merupakan

    pengobatan yang digunakan untuk memperoleh kesembuhan. Di mana

    pengobatan ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari tumbuh-

    tumbuhan yang masih ada disekitar lingkungan masyarakat. Ada yang

    menggunakan daun, batang, akar dan sebagainya. Pada masyarakat di daerah

  • 4

    Maluku misalnya, penyakit beri-beri diobati dengan batang bagian dalam

    daun kamboja. Begitu juga pada masyarakat daerah Sumatera Utara penyakit

    gatal-gatal diobati dengan daun tuba, daun kayu, cabai rawit, bawang merah

    tembakau dan minyak makan. Penggunaan bahan tanaman baik sebagai obat

    maupun sebagai bahan pemeliharaan serta peningkatan kesehatan akhir-akhir

    ini cenderung meningkat terlebih adanya isu-isu kembali kealam atau back to

    nature1. Selain itu mahalnya harga obat moderen juga mendorong

    masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman obat tradisional ataupun

    bahan bahan herbal yang dibuat dari produk hewani. [1]

    Menurut UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pengobatan

    tradisional diartikan sebagai salah satu upaya pengobatan dan atau perawatan

    cara lain diluar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, mencakup cara

    (metoda), obat dan pengobatannya yang mengacu kepada pengetahuan, dan

    keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan

    sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Di Indonesia, obat dan

    pengobatan tradisional sudah ada sejak berabad abad yang lalu, jauh

    sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat obatan modernnya

    dikenal masyarakat. Hal ini didukung oleh kondisi bangsa Indonesia yang

    terdiri atas ribuan pulau dan beragam suku bangsa serta tersedianya flora dan

    fauna yang sedemikian banyak jumlah. Pengobatan seperti ini merupakan

    salah satu upaya yang digunakan dalam penanggulangan masalah kesehatan

    yang dihadapi. Pengobatan tradisional pada saat ini merupakan salah satu

    pengobatan alternatif yang hingga kini makin diminati oleh masyarakat,

  • 5

    terlebih lagi dengan kesadaran untuk kembali ke alam atau back to nature

    (Nafisah,2000:335-336 dalam Lestari, 2004:2). [1]

    Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti akan melakukan penelitian

    tentang studi manfaat minyak ular pada penyembuhan luka (studi eksperimen

    pada mencit). Hal ini dikarenakan mencit merupakan salah satu hewan dalam

    kelompok rodentia yang mudah dipelihara dan memiliki anatomis dan

    fisiologi yang terkarakterisasi dengan baik.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Uraian ringkas dalam latar belakang masalah memberi dasar bagi

    peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah

    manfaat minyak ular pada penyembuhan luka ?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan

    Untuk mengetahui apakah ada pengaruh manfaat minyak ular

    terhadap penyembuhan luka.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    1. Agar kita dapat menggunakan minyak ular sebagai obat untuk

    menyembuhkan luka.

    2. Agar minyak ular dapat menjadi salah satu rekomendasi pengobatan luka

    di pelayanan kesehatan.

    3. Agar menjadi sumber infromasi untuk kepentingan penelitian selanjut

    dengan tema yang sama.

  • 6

    4. Menjadikan penelitian ini sebagai kepustakaan Fakultas Kedokteran

    Universitas Muhammadiyah Makassar yang dapat dimanfaatkan oleh

    mahasiswa untuk sumber pengetahuan tentang manfaat minyak ular

    dalam penyembuhan luka.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Minyak Ular

    Awalnya minyak ular berasal dari Cina dan dikenal sebagai shyu. Di

    sini digunakan sebagai obat untuk nyeri inflamasi dan nyeri sendi khususnya.

    Bahan-bahan yang tepat dari minyak ular yang paling Anda akan membeli saat ini

    sangat bervariasi, tetapi akan cenderung berada di sekitar bahan pembawa 75%,

    dan minyak 25% dari ular air Cina yang akan terdiri dari EPA (Eicosapentaenoic)

    tersebut yang merupakan asam lemak omega-3, bersama dengan asam miristat,

    asam stearat, asam oleat dan asam linoleat.

    Asam lemak omega 3 telah lama diyakini efektif dalam mengobati nyeri

    sendi dan digunakan oleh dokter untuk mengobati radang sendi. EPA dapat

    diserap melalui kulit, dan juga bertanggung jawab untuk pembentukan tiga seri

    prostaglandin yang membantu untuk mengurangi peradangan. Hal ini akan

    bekerja seperti aspirin dan akan membantu mengencerkan darah dan oleh karena

    itu bisa secara teori juga bisa digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi.

    Demikian juga asam lemak juga harus membantu untuk meningkatkan

    neurotransmisi di otak, dan asam lemak sering dipuji karena dampak positif yang

    mereka dapat memiliki pada otak. Demikian juga mereka bisa secara teori

    membantu mencegah Alzheimer dan demensia. [10]

  • 8

    Minyak ular air Cina kaya akan asam eicosapentaenoic (EPA), asam

    lemak omega 3. Senyawa ini berkhasiat bertanggung jawab untuk banyak efek

    terapi yang berhubungan dengan minyak ikan, minyak krill dan minyak alga.

    Karena senyawa ini, minyak ular mungkin pilihan pengobatan yang sah untuk

    kondisi umum.

    Eicosapentaenoic acid (EPA)

    Eicosapentaenoic acid (EPA) adalah salah satu dari beberapa asam lemak

    omega 3 yang digunakan oleh tubuh. Hal ini ditemukan dalam lemak ikan air

    dingin, seperti salmon. Hal ini juga ditemukan dalam suplemen minyak ikan,

    bersama dengan asam docosahexaenoic (DHA).

    Asam lemak omega - 3 adalah bagian dari diet yang sehat yang membantu

    menurunkan risiko penyakit jantung. Mendapatkan EPA lebih dalam diet Anda

    memiliki efek positif pada penyakit jantung koroner, trigliserida tinggi (lemak

    dalam darah), tekanan darah tinggi, dan peradangan. [11]

    Penyembuhan luka adalah, kompleks berurutan, proses biologis yang

    terjadi dalam setidaknya tiga tahap yang tumpang tindih, yang pertama adalah

    inflamasi. Proses Molekuler dan seluler selama tahap inflamasi dari penyembuhan

    kulit dimulai dan diperkuat untuk tingkat besar oleh sekelompok mediator protein

    dikenal sebagai sitokin proinflamasi. Sitokin proinflamasi sintesis dan aktivitas

    dipengaruhi oleh konsentrasi asam lemak omega - 3 tak jenuh ganda (PUFA)

    asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA), yang diperoleh

  • 9

    terutama dari minyak ikan, dalam plasma, jaringan dan seluler membran serta

    rasio -3 sampai -6.

    Omega 6 asam arakidonat (AA) dan omega 3 Eicosapentaenoic (EPA)

    dilepaskan dari lapisan ganda fosfolipid dari membran sel dalam menanggapi

    rangsangan seperti melukai dan kompetitif dimetabolisme dengan EPA menjadi

    substrat. Sebuah pernyataan umum dapat dibuat bahwa jumlah makanan laut yang

    diturunkan peningkatan EPA dan DHA dan dimetabolisme mediator lipid yang

    lebih dikenal sebagai eikosanoid hasil yang kurang biologis ampuh untuk

    menghasut respon seluler dibandingkan dari metabolisme AA, yang kemudian

    mempengaruhi produksi sitokin proinflamasi.

    Selain itu, EPA dan DHA diyakini mempengaruhi ekspresi gen sebenarnya

    sitokin proinflamasi pada tingkat transkripsi dengan mengubah fluiditas membran

    sel, sel sel sinyal, mobilitas sel, interaksi reseptor dengan fungsi membran

    mereka agonis seperti capping, dan pembentukan signal sekunder. Pengaruh

    omega 3 PUFA pada sitokin proinflamasi diproduksi secara lokal selama tahap

    inflamasi dari penyembuhan luka kulit hanya sedikit telah dipelajari dalam

    manusia dalam luka vivo dan dengan demikian, belum jelas dipahami.

    Sitokin proinflamasi primer adalah interleukin-1 (IL-1), IL-6 dan tumor

    necrosis factor- (TNF-). Mereka disekresikan oleh neutrofil, makrofag, sel

    mast, fibroblas dan sel-sel endotel dan memiliki autokrin, parakrin dan efek

    endokrin. Sitokin ini memainkan peran penting dalam sinyal proses biologis

    selama tahap inflamasi dari penyembuhan luka dengan mengikat reseptor pada

  • 10

    target sel. Kolektif, ini jaringan sitokin proinflamasi membantu dalam

    mengendalikan infeksi dan menyiapkan jaringan untuk perbaikan lebih lanjut

    dengan meningkatkan aktivitas fagositosis, merangsang migrasi keratinosit pada

    tepi luka, chemotaxis fibroblast dan proliferasi, pemecahan protein matriks

    ekstraseluler dan dengan mengatur pelepasan sitokin tambahan dan faktor

    pertumbuhan. Sebuah peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dalam beberapa

    jam setelah cedera jaringan telah terbukti sesuai dengan tahap inflamasi dari

    penyembuhan luka dan repair. Yang normal Sebaliknya, produksi berkurang

    sitokin proinflamasi dalam tahap awal penyembuhan luka ditemukan di

    glukokortikoid-tikus yang diobati dan dikaitkan dengan gangguan penyembuhan

    luka.

    EPA dan DHA bisa mempengaruhi aktivitas sel dan molekuler lokal,

    seperti ekspresi gen sitokin proinflamasi, selama tahap inflamasi dari

    penyembuhan. Efek -3 PUFA pada tingkat sitokin proinflamasi mungkin

    berhubungan dengan variasi dalam desain studi dan jenis sel, namun secara

    kolektif hasilnya menunjukkan kemampuan potensi mereka untuk mempengaruhi

    penyembuhan luka epidermal karena pengaruh mereka pada tingkat sitokin

    proinflamasi dan dengan demikian, penting untuk proses penyembuhan.

    Interleukin-1 membantu dalam mengatur proliferasi fibroblast dan

    sintesis-sintesis kolagen sehingga dapat mengemukakan bahwa upregulasi awal di

    lokasi luka, sebagai akibat dari EPA / DHA suplemen makanan, bisa menjadi jalur

    untuk mengatur pembentukan kolagen . Peningkatan produksi kolagen yang sehat

  • 11

    adalah menguntungkan untuk penyembuhan efisien kulit dengan jaringan parut

    minimal dan untuk memberikan kekuatan untuk jaringan penghubung seperti

    ligaments. Selain itu, awal IL-1 ekspresi meningkatkan pertumbuhan keratinosit,

    penting bagi reepitelisasi, menginduksi produksi IL- 6 dan memiliki efek

    stimulasi pada angiogeneses.

    Misalnya, sebuah studi oleh Hankenson et al .20 menemukan bahwa EPA

    signifikan meningkat IL-6 rilis di sel ligamen kolateral medial dalam model sapi.

    Para peneliti juga menemukan korelasi linear yang signifikan antara IL-6 tingkat

    dan produksi kolagen. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi diet EPA dapat

    memfasilitasi penyembuhan pada jaringan yang sangat menguntungkan dari

    produksi kolagen meningkat, seperti ligamen. temuan studi mendukung proposisi

    bahwa makanan -3 PUFA menunjukkan kemampuan untuk mempengaruhi

    produksi lokal mediator inflamasi, seperti sitokin pro inflamasi, yang mengatur

    proses penyembuhan luka.[12]

    ANATOMI KULIT SECARA HISTOPATOLOGIK

    Pembagian kulit seacara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:

    1. Lapisan epidermis atau kutikel

    Lapisan epidermis terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidu,

    stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

    2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)

  • 12

    Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih

    tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan

    fibrosa padat dengan elemen elemen selular dan folikel rambut.

    3. Lapisan subkutis (hipodemis)

    Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, tergantung atas

    jaringan ikat longgar berisi sel sel lemak di dalamnya. Sel sel lemak

    merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma

    lemak yang bertambah. Lapisan sel sel lemak di sebut panikulus adiposa,

    berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung

    ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. [5]

    Gambar 1.1 gambaran mikroskopis struktur lapisan kulit

    Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang

    terletak di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di

    subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas

    mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan

    dipars retikulare juga mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh

  • 13

    darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah

    terdapat saluran getah bening. [5]

    Penyembuhan luka

    Jaringan yang rusak atau cedera harus diperbaiki baik melalui

    regenerasi sel atau pembentukan jaringan parut. Tujuan dari kedua jenis

    perbaikan tersebut adalah untuk mengisi daerah kerusakan agar integritas

    struktural jaringan pulih kembali. Regenerasi jaringan dan pembentukan

    jaringan parut dimulai dengan reaksi peradangan. Trombosit mengontrol

    perdarahan dan sel darah putih mencerna serta menyingkirkan jaringan yang

    mati dari daerah tesebut. Faktor faktor pertumbuhan dan peptida imun

    (sitokinin) kemudian dilepaskan untuk membantu penyembuhan sel pada

    daerah yang rusak. Faktor lain diproduksi untuk menstimulasi atau

    pembentukan jaringan parut. [6]

    Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah

    penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi,

    proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodelling)

    jaringan.

    Fase inflamasi

    Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira

    hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan

    perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan

  • 14

    vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi

    hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh

    darah saling melengket, dan bersama jala fibrin yang terbentuk, membekukan

    darah yang keluar dari pembuluh darah.

    Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin

    yang meningkat permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, penyebukan

    sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan

    pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang menjadi jelas yang

    berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor),

    nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

    Aktivitas selular yang terjadi adalah pergerakan leukosit

    menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya

    kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu

    mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian

    muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri

    (fagositosis). Fase ini disebut juga fase lamban karena reaksi pembentukan

    kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat

    lemah.

    Fase proliferasi

    Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol

    adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase

    inflamasi sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel

  • 15

    mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam

    aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan

    mempertautkan luka.

    Pada fase ini, serat serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk

    penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung mengerut. Sifat

    ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast, menyebabkan tarikan pada

    tepi luka. Pada akhir fase ini, kekuatan regangan luka mencapai 25% jaringan

    normal. Nantinya , dalam proses penyudahan, kekuatan serat kolagen

    bertambah karena ikatan intramolukel dan antarmolekul.

    Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan

    kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaaan yang

    berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri

    atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.

    Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.

    Proses migrasi hanya terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses ini

    baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh

    permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia

    dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah

    proses pematangan dalam fase penyudahan.

    Fase penyudahan

    Pada fase penyudahan ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas

    penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya

  • 16

    gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase

    ini dapat berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua

    tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua

    yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang

    diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali,

    kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan

    yang ada.

    Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan

    lemas, serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada

    luka. Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira

    kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai kira kira 3 6 bulan

    setelah penyembuhan. Perupaan luka tulang (patah tulang) memerlukan

    waktu satu tahun atau lebih untuk membentuk jaringan yang normal secara

    histologi atau secara bentuk.[9]

    Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi mungkin paling mudah

    dilukiskan pada penyembuhan luka dikulit. Jenis penyembuhan yang paling

    sederhana terlihat pada penanganan luka oleh tubuh seperti pada insisi

    pembedahan, yang tepi lukanya dapat saling didekatkan untuk dimulainya

    proses pnyembuhan. [8]

    Penyembuhan luka pada kulit merupakan proses yang rumit, meliputi

    pembuangan sisa masa nekrotik dari luka dan perbaikan bekas luka oleh

    hiperplasia kapiuler, miofibroblast dan sel epitel. Gambar 5.11

  • 17

    menggambarkan beberapa peristiwa ini, kebanyakan diperankan oleh faktor

    tumbuh.

    Gambar 1.2 faktor faktor yang berperan dalam penyembuhan luka

    Luka diperlihatkan merusak kulit dan mengenai pembuluh darah. (1) Koagulasi darah

    dan degranulasi trombosit, melepaskan PDGF (Platelet derived growth factor) dan TGF B

    (transforming growth factor beta). PDGF dan TGF B : khemotaktik untuk makrofag, yang

    migrasi kedalam luka dan memfagosit bakteri serta massa nekrotik. (3) Pada epidermis: (4)

    pelepasan PDGF mengaktifkan sel epitel basalis, yang juga di bawah yang juga di baawah

    rangsang autokrin dan parakrin oleh epidermal growth factor (EGF) dan insulin like growth

    factor (IGF), (5), beberapa berasal dari miofibroblast dermal (6). Nutrisi dan oksigen (7), hormon

    yang beredar dan faktor tumbuh yang berasal dari pembuluh darah (termasuk insulin, tiroksin,

    IGF 1, IGF - 2), dan EGF (8) asal saliva (bila luka membaik) semuanya berperan pada

    tumbuhnya epidermis. Pada dermis : (9) PDGF dan TGF B merangsang pembelahan sel dalam

    miofibroblast, dan (10) TGF B merangsang sel ini untuk memproduksi kolagen dan

    fibronektin. Fibronektin merangsang migrasi miofibroblast dermal (11) dan sel epitel epidermal

    (12). Angiogenic growth factor (tidak di gambarkan) merangsang proliferasi dan migrasi

    pembuluh darah baru ke dalam daerah luka (13).8ik

  • 18

    Pada waktu terjadi luka pada jaringan, terdapat perdarahan dalam luka

    yang berasal dari pembuluh yang rusak. Hal ini diatur oleh mekanisme

    haemostatik normal yang mengakibatkan trombosit berkumpul dan

    membentuk thrombus untuk menutup dinding pembuluh darah yang terbuka.

    Akibat interaksi antara penggumpalan dan sistem komplemen, sel radang

    akan ditarik ke tempat luka oleh bagian komplemen kemotaksis. Kemudian,

    trombosit melepaskan dua faktor tumbuh yang potensial yaitu faktor tumbuh

    asal trombosit (PDGF) dan transformasi faktor tumbuh beta (TGF- ).

    Keduanya merupakan kemotaksis yang kuat bagi sel radang, termasuk

    makrofag, yang migrasi ke dalam luka untuk membuang massa nekrotik dan

    fibrin.

    Pada epidermis, PDGF bekerja sinergis dengan faktor tumbuh

    epidermis (EGF) dan somatomedin (IGF-1 dan IGF-2) untuk merangsang

    proses penambahan sel epitel basalis melalui siklus proliferasi sel. PDGF

    bekerja sebagai faktor kompeten untuk memindahkan sel dari fase istirahat

    G0 ke G1. Selanjutnya EGF dan IGF berperan pada proses perkembangan

    dari fase G1 ke fase sintesa DNA. Setelah itu sel menjadi tidak tergantung

    lagi pada faktor tumbuh. Pada epidermis, EGF berasal dari sel sel epidermis

    (mekanisme autokrin dan parakrin), dan juga terdapat dalam konsentrasi

    tinggi pada saliva ketika luka membaik. IGF 1 dan IGF 2 asalnya dari

    sirkulasi (mekanisme endokrin), dan dari proliferasi sel dan dari sel epidermis

    dan dermis yang letaknya bersebelahan (mekanisme autokrin dan parakrin).

  • 19

    Pada dermis, miofibroblast berproliferasi sebagai respon terhadap

    PDGF (dan TGF- B). Sekresi kolagen dan fibrobektin dirangsang oleh TGF

    B, dan kemudian fibronektin akan membantu migrasi sel epitel dan sel

    dermal. [7]

    Jenis Penyembuhan luka

    Suatu penyembuhan dikatakan mengalami penyembuhan secara

    intensi primer, apabila proses penyembuhan tersebut berlangsung cepat dan

    hasilnya bersih. Sedangkan luka luas yang pulih berjalan lambat dan disertai

    pembentukan jaringan parut yang besar dikatakan mengalami penyembuhan

    secara intensi sekunder. [6]

    Penyembuhan semacam itu disebut penyembuhan primer atau healing

    by first intention. Segera setelah terjadi luka, tepi luka disatukan oleh bekuan

    darah yang fibrinnya bekerja. Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan

    akut pada tepi luka itu, dan sel sel radang, khususnya makrofag, memasuki

    bekuan darah dan mulai menghancurkannya. Setelah reaksi peradangan

    eksudatif ini; dimulai pertumbuhan jaringan granulasi ke arah dalam pada

    daerah yang sebelumnya ditempati oleh bekuan bekuan dara. Dengan

    demikian setelah beberapa hari, luka tersebut dijembatani oleh jaringan

    granulasi yang disiapkan untuk matang menjadi sebuah parut. Sementara

    proses ini terjadi, epitel permukaan dibagian tepi mulai melakukan regenerasi,

    dan dalam waktu beberapa hari lapisan epitel yang tipis bermigrasi diatas

    permukaan luka. Seiring dengan jaringan parut dibawahnya menjadi matang,

  • 20

    epitel ini juga menebal dan matang, sehingga menyerupai kulit didekatnya.

    Hasilnya adalah terbentuknya kembali permukaan kulit dan dasar jaringan

    parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis yang menebal.

    Banyak luka dikulit yang sembuh dengan cara seperti ini tanpa perawatan

    medis. Pada luka lain, diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka

    sampai terjadi penyembuhan. Jahitan dapat diangkat jika sudah terjadi

    organisasi dan regenerasi epitel hingga pada suatu saat tepi luka tidak akan

    membuka lagi jika benang dilepas. Jadi, di daerah kulit yang relatif terdapat

    sedikit tegangan, jahitan dapat diangkat dalam beberapa hari, jauh sebelum

    tercapai kekuatan parut dan sebelum tertimbunnya kolagen dalam jumlah

    yang cukup. Didaerah yang teregang, jahitan harus dibiarkan di tempatnya

    lebih lama untuk menahan jaringan sampai dapat terbentuk jaringan parut

    yang kuat.

    Pola kedua penyembuhan terjadi jika kulit yang mengalami luka

    sedemikian rupa sehingga tepinya tidak dapat saling didekatkan selama

    proses penyembuhan. Keadaan ini disebut sebagai healing by second

    intention atau kadang disebut penyembuhan dengan granulasi. Jenis

    penyembuhan secara kualitatif idenktik dengan yang diuraikan diatas.

    Perbedaannya yaitu hanya lebih banyak jaringan granulasi yang terbentuk,

    dan biasanya terbentuk jaringan parut yang lebih luas. Tentu saja, seluruh

    proses tersebut memerlukan waktu penyembuhan yang lebih lama dari pada

    penyembuhan primer. Pada luka besar yang terbuka semacam itu, sering

    dapat terlihat jaringan granulasi yang menutupi dasar luka seperti sebuah

  • 21

    karpet yang lembut, yang mudah berdarah jika disentuh. Pada keadaan lain,

    jaringan granulasi sebenarnya tumbuh di bawah keropeng dan regenerasi

    epitel tampaknya terjadi di bawah keropeng. Akhirnya pada keadaan ini,

    keropeng terlepas setelah penyembuhan lengkap. [8]

    Proses penyembuhan luka pada kulit tergantung pada luas lukanya :

    Luka iris : penyembuhan per primam

    Suatu irisan, misalnya yang dibuat dengan pisau bedah hanya

    menimbulkan kerusakan kecil pada jaringan dikedua sisi irisan. Jelas bahwa

    pada irisan ini paling tidak ada beberapa pembuluh darh kecil yang ikut

    terpotong, tetapi akan tertutup oleh trombosis, serta sisi luka yang saling

    mendekat dapat pula membantu. Fibrin mengendap pada daerah tersebut dan

    kemudian akan menghubungkan kedua sisinya. Darah beku di atasnya

    membentuk kerompeng yang membantu menjaga luka tetap bersih. Pertautan

    ini sangat lemah, tetapi terbentuk secara cepat dan merupakan kerangka untuk

    tahap berikutnya. Merupakan suatu hal yang penting, untuk tidak memberi

    gangguan baik oleh jahitan, plester perekat maupun alat bantu penyangga lain

    yang tidak berguna. Beberapa hari kemudian, terjadi proliferasi kapiler yang

    cukup untuk menjembatani celah celah kecil. Fibroblast akan mengeluarkan

    kolagen pada saaat migrasi ke dalam jaringan fibrin. Apabila tepi tepi luka

    sangat berdekatan, migrasi ini sangat minimal, demikian pula jumlah kolagen

    dan proliferasi vaskuler yang dibutuhkan juga sangat sedikit. [7]

  • 22

    Kerusakan jaringan : penyembuhan per sekundem

    Apabila terjadi kerusakn jaringan atau karena keadaan apa pun

    sehingga tepi luka berjauhan, mekanisme lain diperlukan untuk perbaikannya.

    Lamanya waktu penyembuhan tergantung pada besar kecilnya defek yang

    akan menentukan jumlah jaringan granulasi yang harus dibentuk dan luasnya

    area yang harus ditutup epitel. Sejumlah besar jaringan dapat disingkirkan

    bila diperlukan, dan defeknya akan mengalami penyembuhan per sekundam.

    Hasil akhir kosmetik tergantung pada berapa besar jaringan yang hilang yang

    sesuai dengan luasnya pembentukan jaringan parut. [7]

  • 23

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    Gambar 1.3 kerangka konsep

    Definisi operasional

    Variabel independent : minyak ular

    Minyak ular merupakan hasil produksi dari lemak ular yang

    diproses sehingga menjadi minyak.

    Variabel dependent : penyembuhkan luka

    Pada dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya

    proses pemecahan atau katabolik dan proses pembentukan atau

    anabolik. Setiap proses penyembuhan luka akan terjadi melalui 3

    tahapan yang dinamis, saling terkait dan berkesinambungan serta

    tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka.

    Khasiat Minyak Ular

    Luka Penyembuhan

    Luka

    3 tahapan proses

    penyembuhan luka :

    1. Fase inflamasi

    2. Fase proliferasi

    3. Fase maturasi

  • 24

    HIPOTESIS

    Hipotesis nol :

    Tidak terjadi perbedaan pengaruh penyembuhan luka yang dioleskaan

    minyak ular dan yang tidak dioleskan minyak ular.

    Hipotesis alternatif :

    Adanya terjadi perbedaan pengaruh penyembuhan luka yang dioleskan

    minyak ular dan yang tidak dioleskan minyak ular.

  • 25

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain penelitian .

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian uji klinis untuk

    menilai khasiat minyak ular terhadap penyembuhan luka.

    B. Sampel

    Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan,spesies

    Mus musculus, strain albinus, umur 12 16 minggu, berat 30- 50 gr yang

    memenuhi kriteria inklusi dan yang tidak memenuhi kriteria ekslusi.

    a) Kriteria Inklusi :

    - Mencit yang sehat

    - Luka iris

    - Tidak ada abnormalitas anatomis yang tampak

    b) Kriteria Ekslusi :

    - Mencit yang mengalami luka / infeksi

    - Selama perlakuan mencit tampak sakit (gerakan tidak aktif)

    C. Estimasi besar sampel.

    Penentuan jumlah sampel menurut FREDERER :

    Jumlah kelompok perlakuan adalah dua, maka t = 2

    (t - 1) (n - 1) 15

    (2 - 1) (n - 1) 15

    1 (n - 1) 15

    1n 15 + 1

  • 26

    N 16/1

    N 16

    Maka besar jumlah replikasi minimal 16 ekor mencit. Sehingga dalam

    penelitian ini terdiri dari 8 mencit kelompok yang dioleskan minyak ular

    dan 8 mencit kelompok yang tidak dioleskan minyak ular.

    D. Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2013, tempat

    Laboratorium Fakultas Kedokteran Unismuh Makassar.

    E. Alur penelitian

    a. Alat dan bahan.

    Alat : scalpel, cotton bud, kasa, plester, kandang mencit.

    Bahan : minyak ular

    b. Cara kerja :

    - Mencit dikandangkan dan dikelompokkan menjadi kelompok

    kontrol dan perlakuan yang berbentuk segi empat terbuat dari

    jaring jaring besi dan alas kandang dari tripleks.

    - Menyiapkan alat dan bahan

    - Mencukur bulu pada paha yang akan diiris

    - Dengan menggunakan scalpel yang telah disterilisasi, paha

    mencit di iris dengan panjang luka 0,3cm dan dalam luka

    0,1cm.

  • 27

    - Mencit dibagi dalam dua kelompok yaitu mencit dengan luka

    iris yang tidak diolesi minyak ular dan mencit dengan luka

    iris yang diolesi minyak ular.

    - Delapan mencit dengan luka iris, pada lukanya tidak diolesi

    minyak ular.

    - Delapan mencit dengan luka iris, dengan menggunakan

    cotton bud lukanya diolesi minyak ular dan ditutupi kain

    kasa.

    - Pemberian minyak ular sebanyak tiga kali sehari (3x1) yaitu

    pagi siang malam

    - Kemudian melakukan observasi atau pengamatan terhadap

    luka dan dicatat pada lembar hasil pengamatan. Dalam kurun

    waktu terjadinya penyembuhan luka.

    Gambar 1.4 alur penelitian

    Observasi Observasi

    8 Ekor

    Tidak dioles

    minyak ular

    8 Ekor

    dioles minyak

    ular

    16 ekor mencit

    Inklusi

    16 Ekor mencit

    diberi luka iris

    Berhasil Ekslusi Gagal

  • 28

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

    mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau

    mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara

    sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau

    menguji suatu hipotesis. Instrumen yang digunakani dalam penelitian ini

    minyak ular, kain kasa, scalpel, cotton bud, plester, dan kandang mencit.

    G . Etika Penelitian

    Penelitian ini menggunakan hewan coba (mencit) dan dari itu

    sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu mengurus surat persetujuan

    dari komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Kedokteran UNHAS (Ethical

    clearance).

  • 29

    BAB V

    HASIL

    Hasil Pengamatan

    Hasil pengamatan waktu penyembuhan luka pada hewan coba mencit

    untuk kelompok kontrol negatif dan kelompok perlakuan dengan minyak ular

    disajikan dalam tabel. Tabel disajikan berdasarkan waktu penyembuhan luka

    dengaan parameter tertentu yaitu : luka yang masih basah, luka kering, dan

    penutupan luka.

    Tabel 1.1 Hasil pengamatan kelompok kontrol dan perlakuan selama tujuh

    hari :

    Tabel Hasil Pengamatan Hari 1

    Kontrol Perlakuan

    Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total

    Luka masih basah dan terbuka 8 Luka mengering terbentuk

    keropeng, teoinya kering, dan

    luka mulai menutup 80%

    3

    Luka mengering dan tertutup

    keropeng, penutupan luka

    100%

    1

    Luka tampak masih basah dan

    terbuka

    3

    Luka mengering, terbentuk

    keropeng, tepinya kering, dan

    penutupan luka 60%

    2

  • 30

    Tabel Hasil Pengamatan Hari 2

    Kontrol Perlakuan

    Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total

    Luka mngering dan tertutup

    keropeng dengan penutupan

    luka 100%

    1 Luka mengering dan tertutup

    keropeng, penutupan luka

    100%

    3

    Luka masih lembab, tepi

    mengering, penutupan luka

    sekitar 20%

    2 Luka tampak merah pucat dan

    masih lembab, luka masih

    terbuka

    1

    Luka terbuka, tepi mengering,

    tampak pucat dan lembab, dan

    masih terbuka

    2 Luka mengering dan tertutup

    keropeng, penutupan luka

    sekitar 90%

    2

    Luka lembab dan tampak

    merah pucat, dan masih

    terbuka

    1 Luka mengering dan mulai

    tertutup keropeng, penutupan

    luka sekitar 80%

    1

    Luka masih lembab dan merah

    pucat, tepi mengering dan

    masih terbuka, penutupan luka

    sekitar 10%

    1 Luka terbuka dan tampak

    basah

    1

    Luka terbuka dan tampak

    basah

    1

    Tabel Hasil Pengamatan Hari 3

    Kontrol Perlakuan

    Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total

    Luka sudah tertutup, keropeng

    terlepas, bekas luka terlihat,

    penutupan luka 100%

    1 Luka tertutup, keropeng

    terlepas, bekas luka

    terlihat,penutupan luka 100%

    4

    Luka terbuka tampak merah

    dan pucat, masih lembab, tepi

    mengering, terbentuk

    2 Luka mengering, terbentuk

    keropeng, penutupan luka 70

    1

  • 31

    keropeng, penutupan luka 40% %

    Luka mengering, terbentuk

    keropeng, penutupan luka

    sekitar 80%

    2 Luka mengering, tertutup

    keropeng, penutupan luka

    90%

    2

    Luka masih lembab,tampak

    merah dan pucat, tepi

    mengering,penutupan luka

    sekitar 60%

    1 Luka terbuka, lembab,

    tampak merah dan pucat,

    penutupan luka sekitar 60%

    1

    Luka mengering dan tertutup

    keropeng,penutupan luka

    sekitar 90%

    1

    Luka mengering, terbentuk

    keropeng, penutupan luka

    sekitar 70%

    1

    Tabel Hasil Pengamatan Hari 4

    Kontrol Perlakuan

    Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total

    Luka mengering, tertutup

    keropeng, penutupan luka 90%

    1 Luka mengering,tertutup

    keropeng, penutupan luka

    80%

    1

    Luka mengering, tertutup

    keropeng, penutupan luka 80%

    1 Luka sudah tertutup,

    keropeng mulai terlepas,

    mulai ditumbuhi bulu, bekas

    luka terlihat, penutupan luka

    100%

    6

    Luka sudah tertutup, keropeng

    terlepas, bekas luka terlihat,

    penutupan luka 100%

    2 Luka mengering, tertutup

    keropeng, penutupan

    lukasekitar 90%

    1

    Luka mengering, terbentuk

    keropeng, tepi mengering,

    2

  • 32

    penutupan luka 70%

    Luka mengering dan terbentuk

    keropeng, penutupan luka 40%

    1

    Tabel Pengamatan Hari 5

    Kontrol Perlakuan

    Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total

    Luka sudah tertutup, keropeng

    mulai terlepas, penutupan luka

    100%

    5 Luka sudah tertutup,

    keropeng mulai terlepas,

    bekas luka mulai ditumbuhi

    bulu, penutupan luka 100%

    8

    Luka sudah tertutup, mulai

    tertutup keropeng, penutupan

    luka 90%

    2

    Luka sudah tertutup, keropeng

    mulai terlepas, penutupan luka

    70%

    1

    Tabel Pengamatan Hari 6

    Kontrol Perlakuan

    Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total

    Luka sudah tertutup, ada bekas

    luka mulai ditumbuhi bulu,

    penutupan luka 100%

    7 Luka sudah tertutup,

    keropeng mulai terlepas,

    bekas luka mulai ditumbuhi

    bulu, penutupan luka 100%

    8

    Luka sudah tertutup, bekas

    luka mulai ditumbuhi bulu,

    penutupan luka 90%

    1

  • 33

    Tabel Pengamatan Hari 7

    Kontrol Perlakuan

    Hasil pengamatan Total Hasil pengamatan Total

    Luka sudah tertutup, ada bekas

    luka mulai ditumbuhi bulu,

    penutupan luka 100%

    8 Luka sudah tertutup,

    keropeng mulai terlepas,

    bekas luka mulai ditumbuhi

    bulu, penutupan luka 100%

    8

    Grafik 1.1 Perbedaan waktu penyembuhan luka dari jumlah keseluruhan mencit

    selama tujuh hari.

    Hasil pengamatan grafik diatas menunjukkan perbedaan pola penyembuhan dari

    kelompok kontrol dan perlakuan. Dimana kelompok perlakuan menghasilkan

    penyembuhan luka yang cepat dibanding kelompok kontrol yang penyembuhannya

    lambat. Dari data diatas menggambarkan kelompok perlakuan memiliki jumlah yang

    banyak sembuh dalam sehari dibanding kelompok kontrol yang jumlah sembuhnya dalam

    Hari 1 Hari2 Hari3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7

    Kontrol 0 1 3 4 7 8 8

    Perlakuan 6 6 7 7 8 8 8

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    MEN

    CIT

    Chart Title

  • 34

    sehari bertahap sesuai waktu penyembuhan yang fisiologis atau sesuai ketahanan tubuh

    masing-masing mencit dalam penyembuhan luka

    Tabel 1.2 Hasil persentase perkiraan penutupan luka pada kelompok kontrol

    selama tujuh hari :

    Hari Kontrol Rerata persentase kesembuhan

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

    2 80% 20% 0% 0% 10% 0% 20% 0% 16%

    3 100% 40% 80% 80% 40% 60% 90% 70% 70%

    4 90% 90% 80% 100% 70% 100% 40% 70% 80%

    5 100% 100% 100% 100% 90% 100% 70% 90% 94%

    6 100% 100% 100% 100% 100% 100% 90% 100% 99%

    7 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

    Tabel 1.3 Hasil persentase perkiraan penutupan luka pada kelompok perlakuan

    selama tujuh hari :

    Hari Perlakuan Rerata persentase kesembuhan

    1 2 3 4 5 6 7 8

    1 80% 100% 60% 80% 80% 60% 0% 0% 58%

    2 100% 0% 90% 100% 80% 100% 0% 90% 70%

    3 100% 70% 100% 100% 90% 100% 60% 90% 89%

    4 80% 100% 100% 90% 100% 100% 100% 100% 96%

    5 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

    6 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

  • 35

    7 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

    Grafik 1.2 Persentase perkiraan penutupan luka pada kelompok kontrol dan

    perlakuan :

    Hasil pengamatan dari grafik diatas menunjukkan perbedaan perkiraan persentase

    penutupan luka yang berbeda. Dimana kelompok perlakuan lebih besar perkiraan

    penutupan lukanya perhari dibanding kelompok kontrol yang persentase penutupan

    lukanya kecil. Hasil perkiraan besar persentasi penutupan luka dari kelompok perlakuan

    menunjukan tingkat kesembuhan yang cepat dengan penutupan lukanya dibanding

    kelompok kontrol yang persentase penutupan lukanya perhari kecil artinya tingkat

    kesembuhan perhari lambat.

    Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6 Hari 7

    Kontrol 0% 16% 70% 80% 94% 99% 100%

    Perlakuan 58% 70% 89% 96% 100% 100% 100%

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    120%

    PERSENTASE KESEMBUHAN

  • 36

    Gambar 1.5 Perbandingan gambar makroskopis luka iris pada mencit hari ke-1

    pasca perlakuan. Pada kelompok kontrol (A) luka terbuka dan masih basah. Minyak ular

    (B) luka mengering dan mulai tertutup keropeng.

    Gambar 1.6 Perbandingan gambar makroskopis luka iris pada mencit hari ke-2

    pasca perlakuan. Pada kelompok kontrol (A) luka masih lembab, tepi mengering dan

    masih terbuka. Minyak ular (B) luka sudah tertutup, keropeng terlepas dan terlihat bekas

    luka.

    Gambar 1.7 Perbandingan gambar makroskopis luka iris pada mencit hari ke-4

    pasca perlakuan. Kelompok kontrol (A) luka mengering dan mulai tertutup keropeng.

    Minyak ular (B) luka sudah tertutup, keropeng terlepas, bekas luka terlihat.

    A B

    A B

    A B

  • 37

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    Penyembuhan luka pada bab hasil sebelumnya untuk semua kelompok

    perlakuan dan kontrol yang diamati dari hari pertama setelah perlakuan sampai

    hari ke-6 yang mengalami penyembuhan luka sempurna. Dimana pada hari ke-1

    kelompok perlakuan dengan olesan minyak ular sudah mengalami penyembuhan

    sempurna dibanding kelompok kontrol pada hari ke-1 belum mengalami

    penyembuhan. Artinya didalam Minyak Ular mengandung zat aktif yang mampu

    mempengaruhi aktivitas sel dan molekuler lokal, seperti ekspresi gen sitokin

    proinflamasi, selama tahap inflamasi dari penyembuhan. Sebaliknya

    penyembuhan luka pada kelompok kontrol prosesnya lambat, hal ini disebabkan

    karena kelompok kontrol tidak diberikan obat atau bahan/zat yang berkhasiat

    untuk penyembuhan luka. Dan kelompok kontrol juga mengalami penyembuhan

    luka akan tetapi lambat. Hal ini disebabkan karena produksi sitokin proinflamasi

    berkurang dalam tahap awal penyembuhan luka. Penyembuhan juga dipengaruhi

    oleh tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan

    memulihkan diri sendiri.

    Waktu yang diperlukan untuk proses penyembuhan luka dengan olesan

    minyak ular lebih cepat dibanding kelompok kontrol. Hal ini dipengaruhi zat aktif

    yang terkandung dalam minyak ular yaitu EPA (eicosapentaenoic) merupakan

    asam lemak omega 3 tak jenuh ganda (PUFA) dan asam docosahexaenoic

    (DHA).

  • 38

    Efek omega-3 PUFA pada tingkat sitokin proinflamasi mungkin

    berhubungan dengan variasi dalam desain studi dan jenis sel, namun secara

    kolektif hasilnya menunjukkan kemampuan potensi mereka untuk mempengaruhi

    penyembuhan luka epidermal karena pengaruh mereka pada tingkat sitokin

    proinflamasi dan dengan demikian, sel jenis yang penting untuk proses

    penyembuhan. Interleukin-1 dalam mengatur proliferasi fibroblast dan sintesis -

    sintesis kolagen sehingga dapat mengemukakan bahwa upregulation awal di

    lokasi luka, sebagai akibat dari EPA / DHA, bisa menjadi jalur untuk mengatur

    pembentukan kolagen. Peningkatan produksi kolagen yang sehat adalah

    menguntungkan untuk penyembuhan efisien kulit dengan jaringan parut minimal

    dan untuk memberikan kekuatan untuk jaringan penghubung seperti ligaments.

    Selain itu, ekspresi awal IL-1 meningkatkan pertumbuhan keratinosit, penting

    bagi reepitelisasi, menginduksi produksi IL- 6 dan memiliki efek stimulasi pada

    angiogenesis.[12]

    Omega-3 PUFA menunjukkan kemampuan untuk mempengaruhi produksi

    lokal mediator inflamasi, seperti sitokin proinflamasis yang mengatur proses

    penyembuhan luka. Misalnya, sebuah studi oleh Hankenson et al . menemukan

    bahwa EPA signifikan meningkat IL-6 di sel ligamen kolateral medial dalam

    model sapi. Para peneliti juga menemukan korelasi linear yang signifikan antara

    IL-6 tingkat dan produksi kolagen. Hal ini menunjukkan bahwa suplementasi diet

    EPA dapat memfasilitasi penyembuhan pada jaringan yang sangat

    menguntungkan dari produksi kolagen meningkat, seperti ligamen. Sebuah hasil

    yang menarik dalam penelitian ini adalah bahwa peningkatan tingkat TNF-

  • 39

    dalam cairan melepuh pada 24 jam postblistering dikaitkan dengan penyembuhan

    sedikit lebih lambat pada kelompok yang aktif, yang berbeda dari studi

    sebelumnya yang menunjukkan tingkat lokal berkurang dari TNF- dalam

    penyembuhan -gangguan glukokortikoid.[12]

    Asam lemak omega 3 esensial EPA mengurangi peradangan.

    Atlet sering menjalani pelatihan intensitas tinggi yang meningkatkan peradangan

    dan risiko nyeri dan cedera. Omega-3 asam lemak minyak ikan khusus EPA

    efektif dalam mengurangi peradangan. Peneliti Dr William Smith dari University

    of Massachusetts menemukan bahwa asam lemak omega 3 mengurangi

    peradangan dengan mengurangi produksi, prostaglandin ini hormon-zat seperti

    terkait dengan peradangan dalam tubuh. Omega 3 EPA adalah anti inflamasi

    alami yang paling kuat dan tidak seperti produk farmasi anti inflamasi ada resiko

    kesehatan yang ada atau efek samping ketika mengambil mereka.[13]

    Lipid yang digunakan sebagai dukungan nutrisi bagi pasien bedah atau

    kritis untuk membantu memenuhi kebutuhan energi dan menyediakan blok

    bangunan penting untuk penyembuhan luka dan perbaikan jaringan. Asam lemak

    tak jenuh ganda (PUFA), yang tidak dapat disintesis de novo oleh mamalia,

    terutama terdiri dari dua keluarga, omega 6 (omega-6, yang ditemukan dalam

    minyak kedelai) dan omega 3 (omega-3, yang ditemukan dalam minyak ikan).

    Minyak ikan telah banyak dipuji untuk manfaat kesehatan dari asam lemak omega

    3 seperti asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA). Efek

    dari omega-3 asam lemak pada penyembuhan luka tidak konklusif. Mereka telah

  • 40

    dilaporkan mempengaruhi produksi sitokin proinflamasi, metabolisme sel,

    ekspresi gen, dan angiogenesis di situs luka ( McDaniel et al, 2008. ; . Shingel et

    al, 2008 ). Manfaat sebenarnya dari asam lemak omega 3 mungkin dalam

    kemampuan mereka untuk meningkatkan fungsi kekebalan sistemik. Sehingga

    mengurangi komplikasi infeksi dan meningkatkan kelangsungan hidup ( Arnold

    dan Barbul, 2006 ). [14]

    Pelepasan keropeng yang cepat dan bekas luka yang terlihat juga cepat

    hilang merupakan suatu efek dari minyak ular dibanding kontrol yang bekas

    lukanya terlihat lambat melakukan proses perbaikan. Hal ini disebabkan EPA

    (Eicosapentaenoic) yang berada dilokasi luka bisa menjadi jalur untuk mengatur

    pembentukan kolagen. Peningkatan produksi kolagen yang sehat adalah

    menguntungkan untuk penyembuhan efisien kulit dengan jaringan parut minimal

    dan untuk memberikan kekuatan untuk jaringan penghubung seperti ligaments.

    Penyembuhan yang cepat pada perlakuan juga dipengaruhi oleh efek angiogenesis

    dan reepitelisasi yang cepat. Awal IL-1 ekspresi meningkatkan pertumbuhan

    keratinosit, penting bagi reepitelisasi, menginduksi produksi IL- 6 dan memiliki

    efek stimulasi pada angiogenesis. Sitokin proinflamasi primer adalah interleukin-

    1 (IL-1), IL-6 dan tumor necrosis factor- (TNF-). Mereka disekresikan oleh

    neutrofil, makrofag, sel mast, fibroblas dan sel-sel endotel dan memiliki autokrin,

    parakrin dan endokrin effects. Sitokin ini memainkan peran penting dalam sinyal

    proses biologis selama tahap inflamasi dari penyembuhan luka dengan mengikat

    reseptor pada target sel. Jaringan sitokin proinflamasi membantu dalam

    mengendalikan infeksi dan menyiapkan jaringan untuk perbaikan lebih lanjut

  • 41

    dengan meningkatkan aktivitas fagositosis, merangsang migrasi keratinosit pada

    tepi luka, chemotaxis fibroblast dan proliferasi, pemecahan protein matriks

    ekstraseluler dan dengan mengatur pelepasan sitokin tambahan dan pertumbuhan

    factors. Sebuah peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dalam beberapa jam

    setelah cedera jaringan telah terbukti sesuai dengan tahap inflamasi dari

    penyembuhan luka dan repair.

    Hasil dari data diatas dapat disimpulkan bahwa minyak ular mempunyai

    efek sebagai penyembuhan luka iris pada mencit. Dimana penyembuhan yang

    dihasilkannya cepat dan proses perbaikan kembali pada jaringan yang rusak juga

    cepat sembuh, dalam hal kosmetik yaitu bekas luka yang terlihat cepat hilang

    dibanding kontrol yang sembuhnya lambat.

  • 42

    BAB VII

    SIMPULAN & SARAN

    Simpulan

    Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Sediaan minyak ular memiliki aktivitas memepercepat proses penyembuhan luka.

    2. Pemberian sediaan minyak ular menunjukkan percepatan penutupan luka iris.

    3. Sediaan minyak ular memiliki khasiat kosmetik dalam hal ini mengurangi

    jaringan parut pada luka ataupun bekas luka pada mencit perlakuan cepat

    menghilang.

    Saran

    Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :

    1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari mekanisme

    aktivitas zat aktif dari minyak ular.

    2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas sediaan minyak

    ular terhadap berbagai jenis luka.

    3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai waktu penyembuhan luka

    dari sediaan minyak ular.

  • 43

    BAB VIII

    KAJIAN ISLAM

    Sesungguhnya tidak ada satu penyakit kecuali Allah Taala sudah

    menyediakan obat dan penawarnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam

    bersabda,

    Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu

    penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla. (HR. Muslim

    dari sahabat Jabir)

    Dan pada hadits lain, disebutkan:

    Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan telah menurunkan

    untuknya obat, hal itu diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak

    diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya. (HR. Ahmad, Al-Thabrani dan

    dishahihkan oleh Al Hakim)

    Dan Allah tidak menjadikan obat atas penyakit yang diujikan atas hamba-

    Nya dengan sesuatu yang diharamkan-Nya sebagaimana firman Allah Taala,

    Dihalalkan bagimu yang baik-baik. (QS. Al-Maidah: 4)

  • 44

    Karenanya Allah mengutus Nabi shallallahu alaihi wasallam untuk

    menghalalkan yang baik-baik dan mengharamkan yang buruk-buruk. Allah Taala

    berfirman,

    Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi

    mereka segala yang buruk. (QS. Al-Araf: 157)

    Imam al-Bukhari dalam Shahihnya Bab Meminum Sirup dan Madu

    mencantumkan ucapan Ibnu Masud,

    Sesungguhnya Allah tidak pernah meletakkan kesembuhan/pengobatan kalian

    pada hal-hal yang telah Dia haramkan.

    Karenanya Imam al-Zuhri menyampaikan alasan dari pendapatnya yang

    mengharamkan minum air kencing dalam kondisi darurat karena itu adalah najis,

    lalu beliau berhujah dengan QS. Al-Maidah: 4 di atas.

    Bagaimana dengan ular?

    Ular termasuk binatang yang diharamkan karena Nabi shallallahu alaihi

    wasallam memerintahkan untuk membunuhnya tanpa memberikan keterangan

    untuk memanfaatkan dagingnya supaya dikonsumsi. Padahal makhluk Allah tidak

    boleh dibunuh tanpa ada guna dan disia-siakan.

  • 45

    Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

    Bunuhlah ular. (HR. Bukhari dan Muslim)

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, ia berkata,

    Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk membunuh dua

    hewan yang berwarna hitam ketika shalat: Kalajengking dan ular. (Hadits Shahih

    Riwayat Abu Dawud, al-Nasai, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

    Syaikh Sulaiman bin Shalih al-Khurasyi dalam kitabnya Al-Hayawanaat;

    Maa Yukal wa Maa Laa Yukal (Diterjemahkan: Kamus Halal-Haram),

    menyebutkan tentang pendapat yang shahih, bahwa setiap binatang yang

    diperintahkan untuk dibunuh maka dagingnya haram dimakan. Maksud dibunuh

    di sini adalah dibunuh tanpa dengan sebab yang dibenarkan syariat, yaitu

    disembelih sesuai syari. Karena seandainya diperbolehkan mengambil manfaat

    dengan cara memakan dagingnya tentu Nabi shallallahu alaihi wasallam tidak

    akan memerintahkan untuk membunuhnya. (Lihat: Adwa al-Bayan, Syaikh

    Muhammad Amin al-Syinqithi: 2/273)

    Imam al-Nawawi rahimahullah mengatakan, Binatang yang

    diperintahkan untuk dibunuh, maka dagingnya haram dimakan. (Al-Majmu,

    Imam Al-Nawawi: 9/22)

  • 46

    Tidak dibenarkan berobat dengan hal-hal yang diharamkan, termasuk ular.

    Setiap muslim wajib meyakini bahwa tidak ada satu penyakit kecuali Allah sudah

    menyediakan obatnya. Dan Allah tidak menjadikan obat dari sesuatu yang haram.

    Maka jelaslah bahwa ular atau hewan yang diharamkan lainnya tidak sepatutnya

    menjadi alternatif pilihan dalam mencari kesembuhan.

    Dalil Kedaruratan

    Dalam hukum syariat, ada kaidah bahwa sesuatu yang dharurat itu bisa

    menghalakan sesuatu yang dilarang. Ad-Dharuratu tubihul mahdzurat. Selain itu

    Allah SWT telah berfirman:

    Dan barangsiapa yang terpaksa pada (waktu) kelaparan dengan tidak

    sengaja untuk berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan

    Maha Belas-kasih. (QS. Al-Maidah: 3)

    Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia telah haramkan atas

    kamu, kecuali kamu dalam keadaan terpaksa." (QS. Al-An'am: 119)

    Namun mereka sepakat dalammenetapkan syarat-syarat yang harus

    terpenuhi, antara lain:

    * Terdapat bahaya yang mengancam kehidupan manusia jika tidak berobat.

    * Tidak ada obat lain yang halal sebagai ganti obat yang haram itu

  • 47

    .* Adanya suatu pernyataan dari seorang dokter muslim yang dapat dipercaya,

    baik pemeriksaannya maupun agamanya (i'tikad baiknya)

    Rukhshah (Keringanan) di Masa Nabi

    Selain itu mereka juga menggunakan kejadian di masa Nabi di mana -

    menurut mereka- ada hadits-hadits yang membolehkan berobat dengan benda

    najis dan haram, sebagai sebuah keringanan atau rukhshah.

    Misalnya hadits yang menyebutkan bahwa Nabi SAW pernah

    membolehkan suku Ukl dan Uraynah berobat dengan meminum air kencing

    unta. Hadits ini membolehkan berobat dengan najis, sebab air kencing unta itu

    najis menurut kebanyakan ulama. Walau pun mazhab Hanbali mengatakan bahwa

    air kencing unta tidak najis, karena daging unta halal dimakan.

    Selain itu juga hadits dari Anas radhiyallahu 'anhu yang menyebutkan

    bahwa Rasulullah SAW memberi keringanan (rukhsah) kepada Zubair bin Al-

    Awwam dan Abdurrahman bin Auf untuk memakai kain sutera.

    Padahal begitu banyak hadits yang mengharakan laki-laki muslim

    mengenakan pakaian yang terbuat dari sutera. Namun lantaran kdua shahabat itu

    menderita penyakit gatal-gatal, maka beliau pun memberikan keringanan untuk

    memakainya.

    Hadits ini shahih karena terdapat di dalam dua kitab tershahih di dunia,

    yaitu As-Shahih ImamAl-Bukhari dan Imam Muslim.

  • 48

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ida Rahmadewi. 2009. Pengobatan Tradisional Patah Tulang Guru Singa.

    2. Keliopas Krey. 2008. Daerah pengobatan dan Variasi morfologi ular

    putih di daerah Papua.

    3. Febia Arisnagara. 2009. Pemanfaatan Reptil Sebagai Obat dan Makanan

    di daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta.

    4. Matari Mulyani. 2012. Mengintip khasiat dan manfaat ular.

    5. Djuanda Adhi prof. Dr. dr. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Buku

    ajar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

    6. Corwin Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Buku saku. EGC. Jakarta.

    7. Underwood, J.C.E. 1999. Patologi umum dan sistemik vol 1. EGC.

    Jakarta.

    8. Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi, konsep klinis proses proses

    penyakit. EGC. Jakarta.

    9. Wim de jong, R, Sjamsuhidajat.2004. Buku ajar Ilmu Bedah. EGC.

    Jakarta.

    10. Health Benefits of Snake Oil. 2012.

    http://www.healthguidance.org/entry/15773/1/Health-Benefits-of-Snake-

    Oil.html

    11. Eicosapentaenoic Acid. 2012.

    http://www.umm.edu/altmed/articles/eicosapentaenoic-acid-000301.

    12. McDaniel. Jodi C, Martha Belury, Karen Ahijevych, Wendy Blakely.

    2012. Omega 3 Acids Effect on Wound Healing.

  • 49

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2967211/

    13. Omega 3 asam lemak EPA paling ampuh untuk peradangan dan

    penyembuhan pada atlet, omega 3 mempercepat penyembuhan ligamen.

    2012.

    http://www.takeomega3.co.uk/blog/tag/injury-to-ligaments-how-to-

    accelerate-healing

    14. Faktor faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka. 2012.

    http://jdr.sagepub.com/content/89/3/219.citation

    15. Bolekah mengkonsumsi obat dari ekstrak ular. 2012.

    http://ainuamri.wordpress.com/2011/06/10/bolehkah-mengonsumsi-obat-

    dari-ekstrak-ular.

    16. Memakan daging atau darah ular untuk obat. 2009.

    http://trimudilah.blogspot.com/2009/04/memakan-daging-atau-darah-ular-

    untuk.html.

  • BIODATA PENULIS

    Nama Lengkap : Adhyatman

    NIM : 10542006009

    Tempat/Tanggal Lahir : Donggala, 12 Nopember 1990

    Suku/Bangsa : Indonesia

    Agama : Islam

    Jenis Kelamin : Laki laki

    Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran

    Universitas : Universitas Muhammadiyah Makassar

    Nama Orang Tua

    a. Ayah : Asrun Ahmad P b. Ibu : Minarmin DJ Pagoca

    Alamat : JL Komunikasi II Blok F No. 17 Komp UNHAS, Antang.

    Telepon/HP : 081355097667

    e-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan

    a. Tahun 1996 2002 : SD Negeri Inpres Lampong, Donggala b. Tahun 2002 2005 : SMP Negeri 2 Banawa, Donggala c. Tahun 2005 2008 : SMA Negeri 1 Banawa, Donggala d. Tahun 2009 sekarang :Universitas Muhammadiyah Makassar e. Pengalaman Organisasi :

    Tahun 2006 2007 : OSIS SMA Negeri 1 Banawa (Bidang Seni)

    Tahun 2010 2011 : BEM FK UNISMUH Periode 2010-2011

    Tahun 2011 2012 : BEM FK UNISMUH Periode 2011 2012

    Tahun 2012 sekarang : Tim Bantuan Medis (TBM) FK Unismuh Dewan Penasehat Organisai (DPO) FK Unismuh