STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH...

90
STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH "HAYATU MUHAMMAD" KARYA MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL DITINJAU DAR! SEGI RAGAM TERJEMAHAN DAN DIKSI Skripsi Oiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untllk Memenllhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Smjana Sastra Oleh: Ahmad Turmudzi NIM: 197024013504 Oi Bawal. Bimbingan -::z Drs. H. Didin ro'uddin AR M.A. NIP. 150.73 .507 Pembimbing II, KarlinaHelmanita, M.Ag. NIP. 150.286.392 JURUSAN TARJAMAH FAKLTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2005 M / 1426 H

Transcript of STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH...

Page 1: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH "HAYATU

MUHAMMAD" KARYA MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL DITINJAU

DAR! SEGI RAGAM TERJEMAHAN DAN DIKSI

Skripsi

Oiajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniorauntllk Memenllhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Smjana Sastra

Oleh:

Ahmad TurmudziNIM: 197024013504

Oi Bawal. Bimbingan

pemb~~----_··_._---'--­

-::zDrs. H. Didin ro'uddin AR M.A.NIP. 150.73 .507

Pembimbing II,

KarlinaHelmanita, M.Ag.NIP. 150.286.392

JURUSAN TARJAMAH

FAKLTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2005 M / 1426 H

Page 2: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul STUDT KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI

AUDAH "HAYATU MUHAMMAD" KARYA MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL

DITINJAU DARI SEGI RAGAM TERJEMAHAN DAN DIKSI telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 3 Pebruari 2005. Skripsi ini telah diterima :;ebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Program Strata 1 (SI) pada Jurusan

Tarjamah.

Jakana, 21 Pebruari 2005

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota,

-------~L~·

NIP. 150.268.589

Karlina Helmaoita, M.Ag.NIP. J50.286.392

Anggota:

H. Ahm Sya chuddio, M.Ar.,__---Nrp-:-I-S(J.3"03:tlOl

~~---

XD,·s. H. Didio· ira' uddin AR M.A.NIP. 150.73 .507

Page 3: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Allah

S.W.T. yang telah memberikan kekuatan lahir batin dan membenkan kemudahan

jalan, sehingga pcnulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda kita, Nabi besar

Muhammad Saw. yang telah membimbing urnatnya menuju jalan kebaikan mencapai

mardhatillah.

Walaupun sempat mengalami hambatan dan rintangan yang cukup berat,

namun berkat dorongan dan berbagai pihak dan atas keteguhan hati sang penulis

sendiri, al-hamdulillah semua itu dapat diatasi dengan mudah.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Orang tua kami, terutama Ibuku yang tercinta yang telah memberikan

segalanya bagiku, baik berupa materi maupun immateri sehingga ah.'U dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Juga kepada saudara-saudaraku semuanya yang telah mt~mberikan dukungan,

terutama dukungan moril yang amat berharga bagi penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Azyumardi Azra selaku Rektor UIN Syanf Hidayatullah

Jakarta

4. Bapak Dr. H. Badri Yatim M.A. selaku Dekan Fakultas Adab UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta para Dosen dan Staff-nya.

Page 4: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

Akhirnya kepada Allah-lah memohon perlindungan dan pengampunan, selia

mencurahkan segala taufiq dan hidayah-Nya kepada lcami.

Jakarta, Pebruari 2005

UIN SyarifHidayatullah Jakarta

Page 5: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

DAFTARISI

Hal.

LEMBAR PENGESAHAN , " , .

KATA PENGANTAR , , '" III

DAFTAR lSI... , , , , VI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN , ' IX

BAB I PENDAHULUAN , " .

A. Latar Belakang Masalah ' , " .

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah , ,. 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Metode Penelitian , '" 9

E. Sistematika Penulisan , , , ,. 10

BAB 11 DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN... II

A. Pengertian Peneljemahan , ... 12

B. Karakteristik Peneljemahan ,. .. . .. . . .. ... ... . 21

I. Klasifikasi Penerjemahan , ' 21

2. Ragam Teljemahan.... ,. 23

a. Ragam Terjemahan Berdasarkan Keluasan Bahasanya..... 25

Page 6: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

1) Terjemah Penuh , , , 25

2) Terjemah Parsial... '" ., , , 26

b. Ragam Terjemahan Berdasarkan Unsur-unsur

Bahasanya , , ... .. . 27

1) Terjemah Tuntas , , 28

2) TeIjemah Terbatas... 29

c. Ragam Terjemahan Berdasarkan Tataran Bahasanya..... 29

1) Terjemah Terikat... , , 30

2) TeIjemah Bebas ~ , 38

3. Prinsip - prinsip Dasar Penerjemahan , , , 44

BAB III BUKU HAYA-TU MUHAMMAD DAN BIOGRAFI SINGKAT ALl

AUDAH 54

A. Buku Hayiitu 1vluhammad dan Pengarangnya... 54

B. Biografi Singkat Ali Audah , , 58

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERJEMAHAN HAYA-TU j\1[IHAMMAD

DlPANDANG DAR! SEGl RAGAM TERJEMAHAN..... , ..... , .. 63

A. Konsistensi Ragam Terjemahan _ , .. , " 63

B. Penggunaan Diksi , , 74

Page 7: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

BAB VI PENUTUP............... 80

A. Kesimpulan........................................................... 80

B. Rekomendasi......................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 82

LAMPIRAN............................................................................ 85

Page 8: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Pedoman transliterasi Arab-Latin ini ditulis berdasa1Lkan surat keputusan

bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, nomor: 158 tahun 1987 dan nomor: 0543b/U/1987.

Huruf Arab Nama HurufLatin Nama

alif tidak.dilambang- tidak dilambangkankan

'-I ba b be

W ta t te

~ · es (dengan titik di atas)sa s

(;: JIm J Je

i: ha h ha (dengan titik di bawah)

i: kha kh kadan ha

~ dal d de

~ zal · zet (dengan titik di atas)z

.) ra r er

.) ZaI Z zet

lY' sm s es•lY' sym sy es dan ye

(.)"'" sad s es (dengan titik di bawah)•

u":' dad d de (dengan titik di bawah)•

.b ta t te (dengaIl titik di bawah)·j;, za ~ zet (dengal1 titik di bawah)

t ' . koma terbalik (di atas)am

t gam g ge

Page 9: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

U fa f ef

- kic.j qaf q

..cl kaf k ka

J lam I el

f mlm m em

0 nun n en

J wau w we

.A ha h ha

.... harnzah koma terbal:ik (di atas)

'-:f ya y ye

Contoh:

kataba..,9/= ....

~.lJ. ~

.JI ?.J' ./

J~.J / //,,1 '1/

b..JJlJI

yazhabu

yaqulu

al-Munawwarah

ar-r~ulu

fa aufii al-kaila wa-almIzan

'alan-nasi

bil-ufuq al-mubIn

Page 10: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah penerjemahan membutuhkan kemampuan ganda yang mau tidak

mau harns dimiliki oleh seorang peneJjemah (peneJjemah profesional). Ia harns

mampu mengalihkan atau memindahkan satu bahasa (bahasa sumber) ke bahasa lain

(bahasa sasaran). Seperti eli dalam tata bahasa Indonesia menggunakan pedoman

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).1 Umpamanya dalam mengalihkan bahasa Arab

ke bahasa Indonesia, peneJjemah harns menguasai tata bahasa Indonesia, di samping

tata bahasa Arab. Karena dengan menguasai tata bahasa kedua bahasa tersebut maka

peneljemah akan mudah menempatkan kalimat sesuai dengan posisinya. Ketika

penerjemah menerjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, maka

penerjemah sebaiknya menggunakan tata bahasa Indonesia dalam memposisikan

kalimat (hasil terjemahan), bukan dengan menggunakall tata bahasa Arab. Hal ini

untuk memudahkan proses penerjemahan dan sekaligus untuk memudahkan pembaca

dalam memahami hasil teJjemahall itu. Seperti eli dalam bahasa Indonesia, pedoman

penulisalmya diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Dengan EYD inilah kita mampu mellulis sebllah karya ilmiah secam benar,

sistematis dan terarah. Ketika seseorang mengucapkan sesllatu terhadap lawan

1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Pedol1lan lJll/um FJaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), cet.ke-13

Page 11: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

2

bicaranya, maka yang terbersit di dalam hati lawan bicaranya adalah apakah yang

diucapkannya itu merupakan kalimat berita, kalimat tanya atau kalimat perintah. Hal

ini dapat diketahui melalui intona~i (tekanan snara atau nada) dari pembicara tersebut;

keras atau Iembut, tinggi atau rendah, panjang atau pendek. Apabila ucapan itu

dituangkan ke dalam bentuk tulisan, kaIimat itu dinyatakan mdaIui tanda baca ataU

pungtuasi. Penulis dapat memberikan contoh seperti berikut: Coba Ieatalean, Saudara,

stapa namamu? DaIam ujaran yang wajar antara "katakan" dan "saudara" tidak

terdapat perhentian, sebab itu sebarusnya koma di sana dihiIangkan. Namun karena

kata "saudara" dan "siapa" ditempatkan koma, karena diberikan perhentian sebentar

dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya karena

intonasinya adalah intonasi tanya

Dalam hal ini penulis dapat memberikan satU' contoh sederhana

peneljemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:

"Bakar selalu berbuat baik,,2

/ ,Lafaz L. di atas termasuk L. l1aji (pengingkaran) yang artinya "tidak".

/ /

Sedangkan Iafaz ~ bermakna berhenti dari.. ./melupakan/menenangkan.J Maka.-

.- .- ---lafilz~ L. diteJjemahkan secara literal (harfiah) menjadi "tidak berhenti dari" atau.-

"tidak melupakan untuk". Dengan demikian dapat ditafsirkan menjadi "selalu".

2 Cbatibul Umam, Pedoml/n Dasar JIll/II Nahwu Terjema" Mllkhtashar Jiddan,(Jakarta: Daml Ulum Press, J992), cet. ke-5, h. 142

3 AJunad Warson Munawir, AI-Mllnawir: KalJllls Arab-Indonesia, (Surabaya: PustakaProgressif, 1997), eet. ke-4, h. 1030

Page 12: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

3

...Oleh karena itu salah llpabila L. (pada kalimat di atas) dikategorikan sebagai

/

L. is!ifham, sebab artinya akan menjadi rancu, yaitu "Bakar berhenti dari berbuat baik

apa?"

Sering teJjadi bahwa unsur-unsur kalimat yang merupakan kesatuan

ditampilkan daJam urutan yang terpisah, yaitu diintempsi okh unsur-unsur yang

kurang esensil sifatnya. Dalam hal ini hams dipergunakan tanda baca agar hubungan

itu tidak menjadi kabur. Misalnya kita tidak boleh memisahkan unsur-unsur yang

merupakan kesatuan yang erat. Sebaliknya kita hams memisahkan anak-anak kalimat

yang independen dan dalam sebuah kalimat majemuk, memisahkan subyek dari

unsur-unsur pengantar predikat yang mendahului subyek, memisahkan unsur- unsur

yang setara, dan lain sebagainya.4

Berdasarkan contoh di atas membuktikan bahwa seorang penerjemah harus

menguasai kedua bahasa tersebut (bahasa sumber dan bahasa sasaran). Karena bila

hal ini tidak dimiliki, maka akibatnya peneJjemah akan menghasilkan teJjemahan

yang bumk, dalam arti tidak sesuai atau menyimpang dari pesam yang disampaikan

oleh penulis aslinya.

Melihat fenomena semacam itu maka sebuah keniscayaan bagi seorang

peneJjemah untuk menguasai secara benar kedua bahasa (baik bahasa sumber

maupun bahasa sasaran). Sesuai dengan pernyataan Nurachman Hanafi5 tentang

4 Gorys Keraf, Komposisi. (Flores: Penerbit Nusa lndah, 1994 ), eel. k,,-lO. h. 14

Page 13: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

4

peneIjemahan, bahwa terjemahan adalah penggantian naskah berbahasa sepadan.

Artinya naskah bahasa sumber dialihkan kepada bahasa sasaran secara sepadan.

Memang pengalihan bahasa tcrsebut tidak mungkin J00% bisa sepadan, akan tetapi

paling tidak dapat lebih dekat maknanya. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas yang

baik dari peneIjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat dalam

men/:,'1lIlgkapkan makna yang sesuai dengan situasinya.

Sebuah teIjemahan akan terkait erat dengan ragam teIjemahan. Ketika

seorang penerjemah ingin meneIjemahkan sebuah tulisan (teks sumber), maka yang

perlu diperhatikan oleh peneljemah tersebut adalah maksuddan tujuan penulis (teks

sumber) membuat buku atau naskah tersebut. Sehingga peneIjemah akan lebih mudah

memilih objek yang akan dijadikan sasaran peneIjemahan serta memahami betul

pendekatan apa yang sebaiknya dilakukan.

Memang para ahli linguistik (ahli bahasa) berbeda pendapat mengenal

ragam terjemahan. Nurachman Hanafi6 mengatakan ada tiga ragam terjemahan dalam

sebuah proses peneIjemahan, yaitu teIjemah kata per kata (word for word

translation), teIjemah terikat (literal translation) dan teIjemah bebas (free

translation). Suhendra Yusuf7 menyebutkan terdapat dua ragam teIjemahan yang

lazim digunakan oleh para penerjemah, yaitu terjemah terikat (literal translalion) dan

'Nuraehman Hallafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, (Flores: Penerbit Nusa Indah, 1985), eel.ke-l, h. 24

6 Ibid, h.54

7 Suhendra Yusuf, Teori Tetjemah Pengalltar ke Arah Pelldekatan Lillgllistik dallSosiolingllistik, (Bandung PT Mandar Maju, 1994), h. 25

Page 14: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

5

terjemah bebas (free translation). Sedang M.Rudolf Nababan8 membagi ragam

teljemah mel1iadi sepuluh ragam terjemah, yaitu ragam terje:mah kata demi kata,

teIjemah bebas, terjemah harfiah, terjemah dinamik, teIjemah pragmatik, teIjemah

estetik puitik, teIjemah etnografik, terjemah linguistik, terjemah komunikatif dan

teIjemah semantik.

Sekalipun mereka berbeda pendapat dalam menentukan ragam teIjemahan,

namun apabila kita tarik kesimpulan baik Nurachman Hanafi, Suhendra Yusuf

maupun M. Rudolf Nababan pada dasarnya setuju dan mengakui adanya ragam

terjemahan yang populer yaitu terjemahan kata per kata (word for word). terikat

(literal), dael bebas (fi·ee}.9

Berdasarkan ragam teljemahan yang terdiri dari tiga kategori tersebut maka

penulis tertarik untuk mengkritisi sebuah buku terjemahan yang berjudul Hayiitu

Muhammad karya Muhammad Husain Haekal yang diterjemahkan oleh Ali Audah

menjadi Sejamh Hidup Muhammad.

Buku Hayalu Muhammad adalah salah satu buku terbaik karya Muhammad

Husain Haeka!, karena gaya bahasanya yang indah yang didasarkan kepada pemikiran

yang logis dan sistematis sehingga mudah dipahami dengan baik dan juga didukung

oleh data-data otentik. Prof. Dr. HamkalO mengatakan dalam sambutannya pada buku

• M. RudolfNababan, Teari Meneljemah Bahasa IlIggris, (Yogyakarta: Puslaka Pelajar, 1999),eel. ke-1, h.30-46

9 Ibid

10 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, leJjemahan, (Jakarta: PT Puslaka Lilera Anlar NusH,1999), eet. ke-23, h.xxxvii

Page 15: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

6

"Sejarah Hidup Muhammad" yaitu: "Apabila kita baca buku Hayiiiu Muhammad

dalam ash bahasa Arabnya, leita belum akan berhenti membaca sebelum selesai

sampai akhir, karena bahasa yang dipakai, keindahan susunannya, keluasan ilmunya

dan keteguhan hujjahnya. Beliau adalah seorang pemikir Mesir yang gigih

mempetjuangkan Islam melalui gerakan intelektllal, khususnya dalam upaya

mengkounter pemikiran-pemikiran orientalis Barat.

Tema yang diajukan Penulis dalam skripsi ini merupakan pengembangan

dari skripsi yang disusun oleh Anita; mahasiswi Jurusan Terjemah Fakultas Adab dan

Humaniora UlN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudlll Peneryemahan Arab­

Indonesia Dalam Perspektif Ali Audah, tahun 2002. Ia membahas mengenai

pandangan Ali Audah tentang Penerjemahan Arab-Indonesia pada masalah definisi

dan fungsinya di dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan budaya bangsa.

Sedangkan PenuIis berbeda dengan Anita, Penulis lebih menonjolkan "gaya (ragam)

terjemahan" pada salah satu karya terjemahan Ali Audah yang sempat menjadi

sorotan masyarakat luas, yaitu Hayiitu Muhammad karya Muhammad Husain HaekaI.

Di sini Penulis berusaha menentukan ragam terjemahan apa yang digunakan Ali

Audah tersebut, apakah ragam tetjemahan bebas ataukah ragam terjemahan terikat.

Ketertarikan Penulis dalam memilih buku (Haytitu Muhammad) sebagai

bahan skripsi ini adalah karena gaya tetjemahan Ali Audah dalam menetjemahkan

buku Hayiitu Aluhammad ini cenderung menggunakan gaya bahasa modern, yang

nota bene menghasilkan produk tetjemahan yang indah dibaca d:m mudah dimengerti,

seperti terdapat di dalam produk terjemahannya "Sejarah Hidup Muhammad" yaitu:

Page 16: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

7

"Hal ini baru terjadi sesudah ada akulturasi dan saling-hubungan dengan peradaban

Islam.,,11 Kata akulturasi merupakan kata i1miah yang artinya percampuran dua

kebudayaan atau lebih. 12 Akan tetapi di sisi lain Ali Audah t,:rkesan menggunakan

gaya bahasa yang kaku sehingga mempengaruhi perubahan bentuk atau ragam

teIjemahan tersebut. Seperti tercermin pada kalimat teIjemahannya yaitu: "Paham

Masehi di Barat dan Majusi di Timur sekarang sudah berhadap-hadapan muka.,,13

Kata "berhadap-hadapan muka" menunjukkan kata yang tidak logis untuk diletakkan

pada kalimat tersebut, dalam arti akan teljadi kerancuan makna. secara semantis. Hal

inilah yang akan menjadi lahan penelitian Penulis.

Selain dari itu sejauh pengamatan penulis melalui studi kepustakaan, belum

menemukan sebuah karya tulis yang mengkritisi hasil teIjemahan Ali Audah. Dan

juga kajian-kajian tentang teori dan praktek penerjemahan di Perguruan Tinggi UIN,

khususnya peneljemahan Arab-Indonesia dirasakan kurang, sehingga perlu adanya

terobosan-terobosan bam ke arah (kajian peneljemahan) itu dalam upaya mengangkat

dan meningkatkan gairah studi penerjemahan.

Penulis akan berusaha menggali metodologi yang digunakan Ali Audah

dalam ll1eneIjemahkan Hayiitu Muhammad. Apakah beliau menggunakan ragall1

terjell1ahan terikat (literal translation) atau teIjell1ahan bebas (free translation).

11 Ibid, h.2

12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamlls Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2002), ed. ke-3, eel. ke-2, h.24

13 Ali Audah, 0p. cit., h.3

Page 17: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

8

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Penulis tidak akan membahas tentang isi materibuku tersebut, akan tetapi

Penulis membatasi permasalahan pada sisi ragam terjemahandan diksinya saja, yang

terkait erat dengan tata bahasa dan gaya bahasanya.

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :

I. Ragam teIjemahan apakah yang digunakan oleh Ali Audah dalam

menerjemahkan buku Hayiitu Muhammad, apakah ragam teIjemahan terikat

(literal translation) ataukah teIjemahan bebas (fi"ee translation).

2. Apakah Penerjemah dapat melakukan penerapan pilihan kata (diksi) secara

tepat ke dalam bahasa sasaran.

C. Tuj uan Penelitian

Karya tulis yang berjudul Studi Kritis Terhadap Terjemahan Ali Audah

"Hayiitu Muhammad" Kmya Muhammad Husain Haekalditinjau dari Segi Ragam

Terjemahan dan Diksi ini bertujuan untuk:

I. M"ngetahui ragam terjemahan yang digunakan Ali Audah dalam

menerjemahkan Hayiitu Muhammad.

2. Mengetahui tepat atau tidaknya Penerjemah dalam menerapkan pilihan kata

(diksi) ke dalam bahasa sasaran.

Page 18: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

10

Adapun secara keseluruhan, teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada

buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UlNJakarta 2002.

E. Sistematika Penulisan

Setelah Penulis menentukan rumusan permasalahan dan tujuan yang akan

dicapai, maka Penulis membuat sistematika penulisan pada karya tulis ini yaitu

sebagai berikut:

BAB I

BAB II

BABIV

BAB III

Pendahuluan, berisi Latar Belakang' Masalah, Perumusan dan

Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika

Penulisan.

Definisi dan Karakteristik PeneIjemahan, berisi Pengertian

PeneIjemahan, Klasifikasi Penerjemahan, Ragam Terjemah dan Prinsip­

prinsip Dasar Penerjemahan.

Buku Hayi'itu Muhammad dan Biografi Singkat Ali Audah, berisi

Penjelasan Buku Hayi'itu Muhammad dan Pengarangnya, Sejarah Hidup

Ali Audah sebagai Penerjemah Hayi'itu Muhammad.

Tinjauan Kritis TeIjemahan Hayatu Muhammad Dipandang dari segi

Ragam TeJjemahan, berisi Konsistensi Mut01jim (PeneJjemah) terhadap

Ragam Terjemahan dan Penggunaan Diksi (Pilihan Kata)

BAB V Penutup

DAFTARPUSTAKA

LAMPIRAN

Page 19: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

BABII

DEFINISI DAN KARAKTERISTIK PENERJEMAHAN

Bagi penerjemah pemula proses menerjemahkan boleh dibilang lebih

kompleks dari bentuk komunikasi intralinguaI. Dalam konteks komunikasi

intralingual penerjemah (translator) sebagai perantara hams mmnpu mengungkapkan

pesan (message) atau maksud (intent) dari naskah berbahasa sumber ke dalam bahasa

penerima atau sasaran dengan tepat.

Kerurnitan ini, disadari atau tidal., menurut Nurach;aman Hanafi I berasal

dari adanya perbedaan sistem kebahasaan untuk menandai objek, mengungkapkan

perasaan dan menyalurkan emosi. Adapun ketidaksamaan itu dilandasi oleh adanya

perbedaan kebudayaan dari dua bahasa yang bersangkutan.

Komunikasi dapat terjadi secara efektif apabila suatu pesan yang

disampaikan komunikatof (pemberi pesan) itu menimbulkan dmnpak tertentu pada

komunikan (penerima pesan).

Menurut Onong Uchjana Effendl komunikasi dapat terjadi bila memenuhi

lima unsur berikut, yaitu: komunikator (pemberi pesan), pesan, komunikan (penerima

pesan), media dan efek (pengamh dari pesan yang disampaikan). Namull dalmn

I Nuniehman HanaH, Teori dOli Selli Mellerjemohkoll, (Flores: Penerbit Nusa lndah, 1985), eel.ke-I, h.22

2 Qnong Uehjana Effendy, Dil10mika Kom/lllikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),eet. ke-5, h. 6

Page 20: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

12

kaitannya dengan penerjemahan mennrut Suhendra Yusuf seknrang-knrangnya ada

tiga faktor yang harns diperhatikan oleh seorang peneJjemah yaitu sumber pesan,

media dan penerima pesan (komunikan).

Sumber pesan artinya teks asli yang ditulis oleh pengarang teks tersebut.

Keadaan penulis pesan, keadaan lingkungan di mana penulis tinggal, keadaan sosial

budaya masyarakat di mana penulis berada, status sosial pennlis, dan lain-lain, akan

sangat mempengaruhi kualitas karya tulisnya. Sedangkan media yang dipergunakan

adalah tentu sltia bahasa (penerima) yang berbentuk tulisan yang merepresentasikan

seluruh maksud pengarang. Seorang penerjemah yang baik selain harus mampu

mempertimbangkan faktor-faktor di atas, juga harus memperhatikan untuk siapa

sebenamya tulisan-tulisan yang ia terjemahkan itu dipersembahkan. Apakah bagi

khalayak umum atau tertentu, bagi pembaca dewasa atau anak-anak, bagi pembaca

pria atau wanita, dan lain-lain. Setelah itu ia mencarikan padanan terjemahnya di

dalam bahasa sasaran yang komunikatif sebagai media penyampai pesan

teIjemalmuuya.

A. Pengertian Penerjemahan

Secara luas, peneIjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia

dalam mengalihkan seperangkat infonnasi alau pesan (message) baik verbal maupun

3 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah Pellgantar ke Arah Pelldekalall Liligllislik danSosiolingllislik, (Bandung: PT Mandar Maju, 1994), h.2

Page 21: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

13

non verbal, dari informasi asal litau informasi sumber (source information) ke dalam

infonnasi sasaran (target information).4

Menurut pengertian yang sempit, penerjemahan (translation) dapat diartjkan

sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa pertama

atau bahasa sumber (Source Language) dengan padanatulya di dalam bahasa kedua

atau bahasa sasaran (Target Language). Source Language biasa disingkat SL, sedang

Target Lai1guage biasa disingkat TL.

Sebelum penulis meJ1jelaskan definisi peneljemahan atau terjemah seeara

hlas atau detail, penulis akan memberikan pandangan sekilas mengenai "teks" dan

"padanan". Hal ini dimaksudkan agar pemahaman atau persepsi pembaea terhadap

makua teks dan padanan sarna atau seiring dengan persepsi penulis.

Teks (text)' dalam pengertian di atas haruslah diartikan seeara agak luas.

Teks dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang paling lengkap dan dapat juga

bersifat sangat abstrak, yang dapat diwujudkan baik dalam bahasa lisan maupun

bahasa tulisan berupa kata-kata, serangkaian kata-katl!, frase, klausa, kalimat atau

paragraf yang membawa dan memberikan pesan yang lengkap. Teks juga dapat

diartikan sebagai wacana (discourse), yaitu kesatuan bahasa yang paling lengkap

yang dapat berwujud karangan yang utuh berupa sebuah cerita pendek, sebuah novel,

sebuah buku, sebuah ensiklopedia, sebuah volume, dan seterusnya. lntinya, teks itu

adalah bahasa atau naskah yang akan "diteljemahkan".

'Ibid, h.8

, Ibid

Page 22: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

14

Padanan (equivalent atau analoguel, agaknya harus diartikan secara lebih

luas juga. Padanan di sini tidak saja menyangkut padanan secara fOffilal bahasa

berupa padanan kata per kata, frase per frase, kalimat per kalimat, melainkan juga

padanan makna, baik makna pusat (central meaning) dan makna lnas (extended

meaning atau situational meaning), makna denotatifdan makna konotatif, atau makna

kiasan (figurative meaning) ataupun makna gramatikal, yang pada dasamya makna

tersebut tidak merusak gagasan dan pesan yang terkandwlg di dltlam bahasa sumber.

Setelah penulis menjelaskan tentang makna "teks" dan "padanan" yang

sesungguhnya, berikut ini penulis akan melanjutkan pembahasan mengenai definisi

penerjemahan menurut berbagai ahli atau pakar bahasa (linguistic) sehingga kita

dapat menemukan titik kesamaan mengenai arti atau definisi peneIjemahan.

Menurut Nurachman Hanafi7 setiap proses mengenai bahasa yang kita

pergunakan dapat dijelaskan dengan menggunakan pengertian-pengertian yang

mendalam tentang hakekat bahasa lewat teIjemahan. PeneIjemahan adalah

penggantian naskah berbahasa sumber dengan naskah berbahasa sasaran secara

sepadan. Melalui pendekatan Iinguistik ini, yang pertanJa dan utama yang hams

dilakukan dalam kegiatan menetjemahkan adalah bagaimana kha dapat menemukan

padanan terjemah berupa padanan kata, frase, klausa, kalimat dan unsur-unsur bahasa

sumber di dalam bahasa sasarallllya.

6 Ibid, h.9

7 Nurachman Hanafi, op. cit., h23

Page 23: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

15

Dalam hal ini bahasa sumber dan bahasa sasaran sesungguhnya selalu

mempunyai hubungan timbal balik meskipun hubungan itu tidak selalu simetris.

Maksudnya, kedua bahasa itu - betapapun sangat berbeda struktur bahasanya dan

juga budaya lllasyarakat pemakai bahasanya serta yang secm'a geobrrafis berada dalarn

wilayah yang sangat berjauhan - lllestilah lllelllpunyai padanan teIjemah, selmna

kedua bahasa itu bahasa lllanusia. Tetapi karena kedua bahasa itu tumbuh dan

berkembang di dalarn dua wilayah kebudayaan yang berbeda, wajar saja apabila satu

kata atau sekelolllpok kata bahasa sumber itu tidak lllendapat padanan terjelllah yang

tepat makna di dalarn bahasa sasaran. Jika lllemang di dalarn bahasa sasaran tidak

hadir padanan terjemah sebuah kata atau sekelompok kata tersebut, penerjelllah tidak

perlu merasa khawatir terjemahannya itu akan dianggap terjemahan yang "buruk",

sebab selain terdapat keterbatasan yang disebabkan oleh faktor kebudayaan atau

cultural untranslatability, artinya "faktor keterbatasan budaya, yang menyebabkan

kata atau kalimat pada bahasa sumber tidak memiliki padanan yang tepat untuk

bahasa sasaran. Hal ini dapat dilihat pada contoh kata 'imamah; orang Indonesia

mengartikannya sebagai "surban" berbentuk persegi empat yang diletakkan di bahu

dan digunakan ketika shalat atau acara-acara ritual keagamaan; sedang orang Arab

mengartikannya sebagai "surban" yang dilipat kemudian diikatkan di kepala sebagai

penutup kepaIa atau udeng-udeng dan digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Namun,

karena kata 'imamah menurut bahasa Indonesia hampir lllirip dengan 'imamah dalalll

pandangan bahasa Arab, maka PeneIjemah dapat mengambil kesilllpulan untuk

Page 24: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

itu hanya dapat dilakukan satu arah saja; dari bahasa sumber ke dalam bahasa

sasaran.

Menumt Suhendra Yusuf, II penerjemahan adalah semua kegiatan manusia

dalam mengalihkan makna atau pesan, baik verbal ataupun non-verbal dari suatu

bentuk ke dalam bentuk y(mg lainnya. Menumtnya, penerjemahan tidaldah hanls

mempedulikan seeara detail (rinei) hal-hal yang berhubungan dengan bentuk bahasa.

Yang penting, apakah penyajian teks di dalam bahasa sasaran itu menunjukkan pesan

dan kesan yang sama atau JPlIling tidak mendekati dengan teks bahasa sumbernya,

ataukah tidak. Jika sama, teljemahan itu pasti terjemahan yang baik dan jika tidak,

terjemahan itu bisa dikategorikan sebagai terjemahan yang buruk. Namum demikian

perlu diingat bahwa tidak ada terjemahan yang dapat menangkap seluruh pesan dan

kesan bahasa sumber seeara penuh.

Karya terjemahan yang baik adalah sebuah karya seni. 12 Terlebih lagi

apabila teks bahasa sumber yang diterjemahkannya itu berupa teks karya sastra atau

teks hasil perenumgan filsafat yang bemiJai tinggi. Teks demikian menumtut sootu

padanan terjemah yang tidak saja harus bernilai etis melainkan juga bernilai estetis

(keindahan).

Oleh karena menerjemabkan merupakan suatu seni (art), maka

menerjemahkan harus didukimg oleh kecintaan., kemauan dan dedikasi tinggi dari

sang penerjemah. Sebagai suatu sem dalam menyampaikan pesan, baik makna dan

11 Ibid

'2Ibid h2, .

Page 25: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

gaya bahasanya, penerjemah dituntut untuk kreatif dalam memilih salah satu dan

sekian banyak alternatif padanan terjemahnya dengan memaksimalkan kemampuan

estetisnya.

Pekerjaan meneIjemahkan juga merupakan suatu keterall1pilan (skill) yang

dapat dipelajari, ditingkatkan, dikell1bangkan dan diajarkan. Asalkan mereka yang

berminat mau tekun dalam prakteknya setelah dibekali pengetahuan teoritis sebagai

pegangan dasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurachman Hanafi13 yang

mengatakan bahwa penerjemahan merupakan proses kreatif yang mell1berikan

kebebasan kepada peneIjemah untuk memilih kemungkinan padanan yang dekat

dalam mengungkapkan makna yang sesuai dengan situasinya.

Menurutnya, sebagai suatu proses kreatif, pekeIjaan menerjemahkan

memberikan kelonggaran bagi pene~jemah berupa kebebasan atau otonomi untuk

mencari padanan yang pantas disajikan berdasarkan konteks kalimatnya.

Menerjemahkan juga tidak hanya merupakan seni tetapi juga keterampilan.

Hal ini berarti peneIjemah ml~merlukan suatu latihan yang intensif dan inovatif untuk

mewujudkan atau menciptakan suatu terjemahan yang baik dan berkualitas. Dalall1

hal ini berarti Nurachman Hanafi mengangkat dua hal yang penting bagi penerjemah

sendiri, yaitu berupa latihan dan pesan tertulis. Karena menerjemahkan merupakan

ajang latihan, maka penerjell1ah hams aktif melatih diri sehingga perbuatan itu

nantinya bisa diandalkan sebagai suatu profesi. Latihan secara kontinyu amat

diperlukan agar bisa menyelami peliknya tugas penerjemahan.

13 Ibid

Page 26: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

Penerjemah

20

Arab-Indonesia Indonesia-Arab, mengungkapkan bahwa (The

lJ'anslation is the replacement oftextual material in one language (8L) by equivalent

textual material in another language (1'L)). "Penterjemahan adalah mengalihkan

makna teks (wacana) dari bahasa asa! (bahasa sumber) ke bahasa sasaran".

M. Rudolf Nababan17 di dalam bukunya Teori Menerjemah Bahasa Inggris

mengatakan bahwa peneJjemahan adalah pemindahan suatu amanat dan bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran dengan pertama-tama mengullgkapkan maknanya

dan kemudian gaya bahasanya. Menurutnya gaya bahasa dalam konteks

peneJjemahan perlu dipertimbangkan oleh setiap peneJjemah. Hal ini perlu

dikemukakall karena ada allggapan bahwa hallya penerjemah kmya-karya sastra saja

yang perlu. mempertimballgkan gaya bahasa dalam teJjemahannya. Padahal tidak

demikian, penerjemah kaJYa sastra maupun peneJjemah karya lainnya sangat perlu

mempertimbangkan tidak hanya isi bentallya tetapi juga bentuk bahasa dalam

terjemahannya, karena pada hakekatnya setiap bidang iImu mempunyai gaya bahasa

tersendiri dalalll lllengungkapkan pesannya. Dalam hal ini M. Rudolf Nababan

temyata pendapatnya sama dengan Nurachman Hanafi yang sangat lllenekankan

makna dan gaya bahasa ketimballg unsur-unsur lainnya.

Setelah penulis lllengemukakan berbagai pendapat dad para aWi bahasa

(linguistic), kiranya dapat disimpulkan bahwa pada dasamya memben kesan kuat

pada kita, terjelllahan itu lebih menekankan pacta makna. Apakah hasil atau produk

17 M. RudolfNababan, Teor; Menerjemah Bahasa lllggris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,]999), Cel. ke-1, 11.19

Page 27: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

21

itu setia pada bentuknya atau menY1mpang, bukanlah merupakan masalah yang

pokok, yang paling penting bahwa produk teIjemahan itu benar-benar tepat makna.

Artinya ada kesesuaian antara pesan penulis naskah asli dengan pesan yang diterima

pembaca yang bukan masyarakatnya.

Selain itu, bahwa teljemahan mempunyai ciri tertulis. Maksudnya berbentuk

bahasa tulisan dan bukan lisan. Inilah yang membedakan antara interpretasi dan

penerjemahan. Kalau interpretasi yaitu mengalihkan suatu bahasa (bahasa sumber) ke

bahasa lain (bahasa sasaran) dengan cara lisan, sedangkan penerjemahan adalah

mengalihkan satu bahasa ke bahasa lain dalam bentuk tulisan.

Contoh sederhana seorang penyiar mewawancarai tamu asing yang tak bisa

berbahasa Indonesia. HasH keterangan itu disampaikan oleh penyiar dalam bahasa

Indonesia, inilah yang dikatakan interpretasi. Dan orang yang melakukan interpretasi

itu disebut interpreter.

B. Karakteristik Penerjemahan

Karakteristik PeneJjemahan terdiri dari tiga unsur, yaitu klasifikasi

peneljemahan, ragam peneJjemahan serta prinsip-prinsip dasar penerjemahan.

1. Klasifikasi Penerjemaban

Pada umumnya, kegiatan peneIjemahan dibagi menjadi dna bagian yaitu

kegiatan peneIjemahan lisan dan tulisan. 18 PeneIj,:mahan lisan (live

translation) dan PeneJjemahan tulisan (written translation) adalah dua

18 Suhendra Yusuf, op. cit., h.D

Page 28: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

22

kegiatan yang sangat berbeda yang memerlukan keterampilan kbusus yang

berlainan pula.

Pada peneljemahan lisan, sang peneljemah dituntut untuk terampil

mengalihkan bahasa - dari bahasa sumber (Source Language) ke dalam

bahasa sasaran (Target Language) - secara langsung, cepat dan tepat, tanpa

diberi kesempatan sekejap pun llntuk memperbaiki unsur-nnsur bahasa ejaan

yang salah atau tidak tepat benar padanan teljemahannya. Seorang

penerjemah lisan disyaratkan memiliki kemampuan berbicara yang lancar dan

fasih, baik dalam bahasa sumber maupun dalam bahasa sasaran,

berpengetahuan Iuas dan mampu menafSirkan apa-apa yang diujarkan oleh

penutur yang diterjemahkannya itu. Oleh karena itulah seorang penerjemah

Iisan biasa dikenal dengan sebutan interpreterl9 diambil dari bahasa Inggris

"to interprete " yang berarti menafsirkan atau menerjelllahkan, untuk dapat

menjadi penerjemah lisan yang baik diperlukan latihan yang lama dan

pengalaman yang luas, karena tidak saja ia hams menjadi penerjemah yang

handaI melainkan juga ia mesti menjadi penafsir yang mahir, dua kegiatan

sempa tapi tak sama.

Dalam teIjemahan tulisan, sang peneIjemah masih diberi kesempatan untuk

memperbaiki kembaIi unsur-unsur bahasa yang salah atau yang menumt

anggapannya kurang tepat padanan terjemahannya. Kefasihan (Iisan) seorang

19 Ibid, h.14

Page 29: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

23

peneJjemah tulisan tidaklah menjadi syarat yang mutlak. Penguasaan kedua

bahasa - bahasa swnber dan bahasa sasaran - secara pasif pun tidak

menjadi hambatan untuk menjadi penerjemah tulisan yang baik. Apabila kita

melihat perbedaan antara teljemah Iisan dan terjemah tulisan, serta

mempertimbangkan antara keduanya pada tingkat kesulitannya (difficulties),

maka sepertinya teJjemah lisan itu lebih sulit dibanding terjemah tulisan.

Karena pada teljemah Iisan, peneljemah dituntut memiliki kemampuan

pengetahuan yang kuat serta kemampuan berbicara yang lancar dan fasih serta

cepat dalam mengalihkan bahasa, dari bahasa sumb(~r ke dalam bahasa

sasaran, disamping harns menguasai kedua bahasa - b81hasa slunber (Source

Language) dan bahasa sasaran (Target Language) - tersebut.

2. Rllgam Terjemahan

Berdasarkan klasifikasi peneJjemahan yang terbal,.ri menjadi dua bagian

yaitu terjemah lisan dan terjemah tulisan, yang keduanya memiliki

karakteristik tersendiri dalam menghasilkan produk teljemahan. Di dalam

terjemahan pun terdapat bentukl ragam teljemahan yang akan dijelaskan

dalam bab ini.

Di dalam membahas ragam teJjemah ini, berarti hal ini berkaitan erat

dengan terjemah tulisan, bukan terjemah Iisan. Sebab di dalam terjemah

tulisan membutuhkan pola-pola khusus yang digunakan peneljemah untuk

menerjemahkan sebuah tulisanJkarya seseorang dengan mengungkapkannya

Page 30: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

24

dalam bentuk tulisan dan dengan susunan kalimat yang baik dan benar.

Sedang di dalam terjemah lisan tidak membutuhkan hal tersebut.

Memang para ahli linguistik (ahli bahasa) berbeda pendapat mengenm

ragmll terjel11aban. Nurachl11an Hanafi20 l11engatakan ada tiga ragam

terjemahan dalam sebuah proses peneljemahan, yaitu terjemah kata per kata

(wordfor word translation), teljemah terikat (literal translation) dan teljemah

bebas (free translation). Suhendra Yusuf1 l11enyebutkan terdapat dua ragam

terjemahan yang lazil11 digunakan oleh para penerjemah, yaitu terjemah terikat

(literal translation) dan terjemah bebas (free translation). Sedang M.Rudolf

Nababan22 l11embagi ragal11 terjemah l11enjadi sepuluh ragal11 terjemah, yaitu

ragam terjel11ah kata del11i kata, terjel11ah bebas, terjel11ah harfiah, terjemah

dinamik terjel11ah pragmatik, teljemah estetik puitik, terjemah etnOh'Tafik,

terjel11ah linguistik, terjemah komunikatif dan teljemah semantik. Namun

demikian apabila kita tarik kesimpulan baik Nurachman Hanafi, Suhendra

Yusuf maupun M. Rudolf Nababan setuju dan mengetahui adanya ragam

terjemahan kata per kata, terjemahan terikat dan terjemahan bebas.

Pembagian ragam terjemahan dari ragam terjemahan kata per kata (wordfor

word translation), terjemab terikat (literal translation) sampai kepada

terjemab bebas (free translation), ketiganya itu didasarkan kepada tataran

20 Nurachman Hanafi, op. cit., h. 54

21 Suhendra Yusuf, op.cit., h. 25

22 M. RudolfNababan, op.cit., h.30-46

Page 31: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

25

bahasa (ranks linguistic). Hal ini sesuai dengan pernyataan Suhendra Yusuf3

di dalam bukunya Teori Terjemah Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik

dan Sosiolinguistik yang membagi ragam te~iemahan berdasarkan tiga unsur

yaitu: ragam terjemahan berdasarkan keluasan bahasanya, berdasarkan unsur-

unsur bahasanya, dan berdasarkan tataran bahasanya.

a. Ragam terjemahan berdasarkan keluasan bahasanya

Penerjemahan yang didasarkan kepadakeluasaan bahasanya (bahasa

sumber) dibagi menjadi dna bagian yaitu: terjemah penuh dan terjemah

paJ·sial.

I) Terjemah penuh

Terjemah penuh (full translation), artinya keseluruhan naskah bahasa

sumber sepenuhnya diterjemahkan. Maksudnya memindahkan semua

unsur kebahasaan, yakni penggantian unsur tata bahasa dan kosa-kata

bahasa sumber dengan padanan terjemah tata bahasa dan kosa-kata

bahasa sasaran24

Berikut ini contoh terjemah penuh (full translation):

/' /' /' 1'/ '" /" "I ///" /,./~/~/ -'/'1/'7 I

u\.S~~ ~};!I CJl..uUYI :).•.:.:a.:J1 ~. Ul ~ 49)J.. 11:jA

23 Suhendra Yusuf, op. cit., h.19

24 Ibid, h.21

Page 32: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

26

Kenyataan ini ialah bahwa sumber peradaban manusia pertama baik

Mesir, Funisia atau Asiria ada hubungannya dengan Laut Tengah. 26

Pada contoh terjemahan tersebut terlihat bahwa tidak adanya kalimat

atau kata yang dibuang sehinggapembaca dapat memahami konteks

kalimatnya secara utuh dan benar.

2) TeIjemah parsial

Terjemah parsial (partial translation) artinya ada bagian atau beberapa

bagian telientu dari bahasa sumber yang tidak diterjemahkan.27 Seperti

pada peneIjemaban kesenisastraan, penerjemah terkadang menemukan

kosa-kata tidak ada padanannya dalam bahasa sasaran, sehingga

penerjemah dengan inisiatifnya memindahkan begitu saja kata tersebut

ke dalam terjemahannya. Misalnya kata management28 (Inggris),

padanan dalam bahasa Indonesia menjadi managemen, manajemen, atau

menejemen. Demikian pula pada kata complex menjadi kompleks;

25 Muhammad Husain Haekal, Hayafll Muhammad, (Kairo: Darul Ma'arif, 1935), h.53

26 Ali Audah., Sejarah HidupMuhammad, terjemahan, (Jakarta: PI Pustaka Litera Antar Nusa,1999), cet.ke-23, h.l

27 Ibid.

28 Ibid., h.20

Page 33: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

27

television menjadi televisi; ji'equency menjadi frekuensi; relative

menjadi relatif.

Benkut ini contoh terjemah parsial (partial translation):./ / ./

/ /'/ '? ., ... ., t" 1,.,"'" J"' ..... .J ... /" .J ,., ..... ,,/""::; ...

J.J~I t.::uu0 ~'x\ J.JU11 ~.we~.,JI, ·~<1 ~L..LJIJ./ ./

... // 'I ,/' S .... .y"""".... .,.", .1/., 1'/ /' -" ....... <1 "''J

d.J~\~'; ~ ~JilL..y...::.c,-,.!.u cA! ~ ).1.9"'1\ <2lt~.... // // ,iJY /' ,/ /'."

Apa yang diperHhatkan oIeh Timur Jauh dalam penyelidikan tentang

sejarah peradaban, tidak pemah memberi pengaruh jelas terhadap

pengembangan peradaban-peradaban Fir'aun, Asiria atau Yunani,30

Pada kalimat di atas terdapat dna Iafaz yang tidak diterjemahkan oIeh././~ ,

mutmjim yaitu lafaz I.JJ yang artinya "dan sesungguhnya" serta lafaz

".,". "").bliY\ ~ ~ artinya "di daIam sudut pandang tersebut". Oleh karena./ ./

itu teJjemahan tersebut dinyatakan sebagai terjemahan parsial, karena

ada beberapa Iafaz (kata) yang tidak diteJjemahkan secara implisit.

b. Ragam terjemahan berdasarkan unsur·unsur bahasanya

Penerjemahan berdasarkan unsur-unsur bahasanya dibagi menjadi dna

jenis, yaitu: terjemah tuntas dan teJjemah terbatas.

29 Muhammad Husain Haekal, loe. cit.

'0 Ali Audah., op. cit.. h.2

Page 34: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

28

1) TeJjemah tuntas

Terjemah tuntas (total translation) adalah jenis teJjemah yang

memindahkan semua unsur kebahasaan, yaitu unsur tata bahasa, kosa-

kata, fonologi dan unsur grafologi, ke-empat unsur bahasa tersebut

dialihkan dari unsur-unsur bahasa sumber kepada unsur-unsur bahasa

sasaran.

Teljemah tuntas ini dapat kita lihat pada contoh penerjemahan bahasa

Arab ke bahasa Indonesia berikut ini. Semua unsur kebahasaan bahasa

Arab; dari mulai unsur tata bahasanya, kosa kata, fonologi sampai

kepada unsur grafologinya dipindahkan ke dalam unsur tata bahasa,

kosa kata, fonologi dan grafologi bahasa Indonesia.

Berikut ini contoh terjemah tuntas:/' /

... ./ ~. .,/ 01 ./"'/ ,,/'t 1 '? ?..J/' ./,,'" .//-"

31.~.)":1y. ....,w1 y>.,;,,; ~l~ 1y..c.10:J~\ t3\~.J./ ./,/ r~....../ ./.J'"

Mereka yang sudah beriman kepada Isa itu telah mengalami

pengorbanan-pengorbanan yang besar, berada dalam ketakutan di bawah

kekuasaan Vandal itu32

Pada contoh di atas seluruh unsur bahasa sumber diterjemahkan ke

dalam unsur bahasa sasaran.

31 Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.55

32 Ali Audah., op. cit., hA

Page 35: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

29

2) Terjemah terbatas

Terjemah terbatas (reslricled Iranslation) adalah jenis terjemah yang

memindahkan salah satu unsur kebahasaan (tata bahasa, kosa-kata,

fonologi, grafologi) saja dalam bahasa sumber dengan padanan bahasa

sasaran. Dengan demikian terjemah terbatas ini dibagi menjadi empat

macam terjemah yaitu : le/jemah fonologi, lerjemah grafologi, le/jemah

kosa kala dan leJjemah lala bahasa.

Terjemahan terbatas ini biasanya terdapat pacla kamus-kamus atau

dictionmy baik itu kamus Arab-Indonesia, atau Ingl,'Tis -Indonesia,

Jepang-Indonesia, dan lain-lain. Seperti contoh berikut yang terdapat di

dalam kamus al-Munawwir Arab-Indonesia:

artinya u!a?3

. 34artmya asap

artinya Nama Allah (bahasa Ibranii5

c. Ragam teIjemahan berdasarkan tataran bahasa

PeneIjemah berdasarkan tataran bahasa (ranks linguistic) In] dibagi

menjadi dua jenis yaitu terjemah terikat dan terjemah bebas.

33 Ahmad Warson Munawir, op. cil., h. 51

34 Ibid

35 Ibid.

Page 36: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

30

I) Terjemah terikat

TeIjemah terikat disebut juga sebagai rank-bound translation yaitu jenis

terjemah yang terbatas tataran kata dan morfemnya. Artinya terjadinya

penggantian kosa-kata dan morfem bahasa sumbl~r dengan padanannya

kosa-kata dan morfem bahasa sasaran.J6

Nurachman Hanafi37 dalam bukunya Teori dan Seni Meneljemahkan

menyebutkan teIjemahan terikat (harfiah) sebagai faithfill translation

(terjemahan setia), ini didasarkan padi konsepsi bahwa penerjemah

hendaknya berJaku setia kepada naskah aslinya, atau sejaJan dengan

bentuk naskah ashnya, artinya bentuk ash bahasa sumber harus

dipertahankan.

Terjemah terikat disebut juga sebagai literal translation artinya

penerjemahan yang diJakukan dengan mengahhkan kosa-kata dan

morfem bahasa sumber (Source Language) kepada padanannya kosa­

kata dan morfem bahasa sasaran (Target Language).

Terjemah terikat disebut juga sebagai terjemah harfiah yang dinyatakan

oleh Moh. Mansoe~8 dalam bukunya Dall! Ktitib wa-alMutarjim yaitu

penerjemahan yang memperhatikan peniruan teks ash dalam jumJah

leata, susunan, dan urutannya.

'6 Suhendra Yusuf, 01'. cil., h. 25

37 Nurachman Hanafi, 01'. cil., h.56

38 Moh. Mansoer dan Kustiwan, 01'. cil., h.21

Page 37: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

31

Menurut M. Rudolf Nababan39 terjemah terikat ini terletak antara

terjemah kata per kata dan terjemah bebas. Penerjemahan ini mungkin

mula-mula clilakukan seperti peneljemahan kata per kata, tetapi

kemudian penerjemah menyesuaikan susunan kata dalam kalimat

terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa

sasaran. Penerjemahan tipe ini biasanya diterapkan apabila struktur

kalimat bahasa sumber berbeda dengan struktur kalimat bahasa sasaran.

Pada jenis terjemah ini biasanya tidak terjadi penerjemahan pada tataran

yang lebih tinggi dari tataran kata dan morfem. seperti terlihat pada

contoh berikut:

~ ., ,/ ,1, ..-1 ./ -' '" ~./ ~,/ ,/ .,'/ .1"",,'/" /.,,,,,../ .J / / " / / ,/

J.JAC' l>:~~ 4...1. ~\ ("Y, j -fi"SJ b9:i 1... y yJ\ ~1.SJ

Orang-orang Arab masih selalu ingat kepada sumur Zamzam yang telah

dicetuskan oleh Mudad bin Amr sejak beberapa abad yang lalu, menjadi

harapan mereka selalu andaikata sumur itu masih tetap ada.41

Pada contoh di atas, lafaz w.i\S tidak diterjemahkan, karena merupakan

"I .""J ..

kata tambahan. Lafaz ~y,J1 pun tidak diterjemahkan oleh mutarjim

.-(penerjemah). Kemudian lafaz .J

39 M. RudolfNababan. op. cil., h.32

40 Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.73

·11 Ali Audah, op. cit., h.37

pada kalimat ~.J tidak

Page 38: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

32

diterjemahkan pula. Namun demikian, penerjemah tetap setia pada

bahasa sumber yang menyebabkan sustman tata bahasa terjemahannya

sarna dengan tata bahasa sumber sehingga tepatlah jika teIjemahan

tersebut dikatakan terjemahan terikat.

Demikian pula contoh teIjemah terikat berikut ini:

//" ..... ,///<'/"" ...... ., /";'" //-. 'J/ .,/

~\ ~ L,y.:..YIH c;~ b..J\ ~I_~\ 0:!.;.b.J;w.C..9 ~/' "/./ "'" ,/ -," ,.

~ //,,;'oiI /.,//.,/ ,."."/ ./ //)' ... ","'/ '" .,///

:wt..a:ll\ ..".j~ J WI :..., ~;;.k. ; ~Q:; u,).., ",19 a~ ..;r--/ • ....../ ~; . ." ... \~ ..../ ~

Di tengah-tengah jalan kafilah yang berhadapan dengan Laut Merah

antara Yaman dan Palestina membentang bukit-bukit barisan sejauh

kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai.4J

Pada contoh terjemahan tersebut terlihat bahwa tidak adanya kalimat

atau kata yang dibuang sehingga pembaca dapat memahami konteks

kalimatnya secara utuh dan benar. lni membuktikan bahwa peneIjemah

benar-benar terikat pada bahasa sumber.

Di dalam penetiemahan terikat ini penerjemah hams sadar bahwa ia itu

penyadur. PeneIjemah khalayak medium yang menjadi jembatan

42 Muhammad Husain Haekal, 01'. cit., h.64

43 Ali Audah., op. cil., h.21

Page 39: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

33

pemikiran orang lain. Dengan demikian, bentuk dan struktur kalimat

bahasa sumber sedapat mungkin dipertimbangkan.

Model lain dari teIjemah terikat adalah terjemah kata per kata. Sebagian

Iinguis memandang bahwa terjemah terikat memiliki kemiripan dengan

terjemah kata per kata, namun terdapat perbedaan mendasar di antara

keduanya yaitu pada tataran bahasanya. M. Rudolf Nababan44 di dalam

bukunya Teori Meneljemahkan Bahasa lnggris memberikan gan1baran

bahwa penerjemahan kata per kata (word for word translation) adalah

suatu jenis penerjemahan yang pada dasarnya masih sangat terikat pada

tataran kata. DaJam melaksanakan tugasnya penerjemah hanya mencari

padanan kata bahasa sumber dalam bal1asa sasaran, tanpa mengubah

susunan kata dalam terjemahannya. Susunan kata dalam kalimat

terjemahan sarna persis dengan susunan kata dalam kalimat aslinya

(bahasa sumber). PeneJjemahan tipe ini bisa diterapkan hanya kalau

bahasa sumber dan bahasa sasaran mempunyai struktur yang sarna.

Sebaliknya, kalau struktur kedua bahasa itu berbeda satu sarna lain

penerjemahan kata per kata seyogyanya dihindari karena hasilnya akan

sulit dipahami dan struktur kalimatnya tentu saja menyalahi struktur

kalimat bahasa sasaran. Perhatikan contoh berikut:

44 M. RudolfNababan, op. cil., h.30

Page 40: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

34

Mubtada itu adalah isim marfu' yang bebas dari arnil-amillafziyah.

Pada contoh kalimat di atas terlihat bahwa susull.an kata dalam bahasa

sumber, sarna dengan susunan kata dalarn bahasa sasaran, karena antara

bahasa sumber dan bahasa sasaran memiliki kesamaan struktur kalimat,

sehingga dapat dilakukan terjemah kata per kata. Berbeda dengan contoh

kalimat berikut yang susunan kalimat bahasa sumiber tidak sarna dengan

susunan kalimat bahasa sasaran yang mengakibatkan rusaknya produk

teIjemahan.

Anak saya di dalam enarn dari umur.

Penutur asli bahasa sasaran (bahasa Indonesia) secara spontan akan

rnengatakan bahwa struktur kalimat teIjemahan di atas salah dan makna

kalimatnya pun sulit dipahami, karena peneIjemah tidak memperhatikan

struktur kalimat bahasa sumber sehingga produk terjemahan tersebut

akan terdengar rancu baik dari segi bahasanya maupun dari segi tata

bahasanya karena diteIjemahkan secara kata per kata dan sangat

tergantung pada tata bahasa sumber (Source Language). Dengan kata

lain selalu mengikuti tata bahasa sumber (Source Language) dan tidak

menyesuaikannya dengan struktur bahasa sasararl, yang pada akhimya

45 Chatibul Umam, op. cit., h.114

Page 41: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

35

menghasilkan produk teJjemahan yang kaku dan juga merusak tata

bahasa sasaran (Target Language). Padahal, jika kalimat tersebut

diterjemahkan secara bebas yang didasarkan pada tata bahasa sasaran

(Target Language), bukan berdasarkan atau mengikuti tata bahasa

sumber (Source Language), maka kalimat tersebut akan terasa indah,

mudah dipahami dan sesuai dengau tata bahasa (sasaran)-nya, yaitu

diartikau sebagai "Anak saya berumur enam tahun".

Memang terjemah jenis (kata per kata) iIii tidak bauyak digunakan oleh

para penerjemah buku pada umumnya, karena merupakau teJjemahau

yang sangat sederhaua, namun teJjemah jenis ini sering digunakan untuk

kepentingan tertentu, seperti pada peneJjemahan puisi, atau

peneIjemahan untuk usaha-usaha mempertunjukkan perbedaan antara

bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam proses belajar bahasa, atau

juga peneJjemahan pacta kitab-kitab suci baik AI-Qur'an, IJ1jil, Taurat,•

dan sebagainya, yang dimaksudkan untuk menjagakeutuhau bahasa dau

materinya. Hal ini dapat kita lihat pada contoh teIjemah tafsir al-Qur'an

terbitan Departemen Agama RI berikut..... / ... .., ., /.1""

(i_V,;; •.. 11) ~l ,~ ......9. ~ -? .. ." ..J., .. / t.s;...;r-

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)-nya. Maka

dia berada dalam kehidupau yang memuaskan.(Q.S. Al-Humazah: 6-7)

Page 42: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

36

Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya. Maka

tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. AI-Humazah: 8-9)

TeIjemahan jenis ini pun sering diajarkiUl oleh para kyiai dan menjadi

hal yang wajib ditempuh oleh para santrinya di pondok pesantren

tradisional (salafiah) dalam menetjemahkan selurnh kitab-kitab

(kuning)-nya yang dipelajari di pesantren tersebut dan dengan makwd

memudahkan dalam menguasai tata bahasa babasa Arab atau lebih

dikenal di dunia pesantren disebut I1mu Nahwu Sharaf. Berikut contoh

terjemahan kitab Riyadh al-Badi 'ah: 46

#

Ketahuilah bahwa sesungguhnya wajib atas tiap-tiap orang dan orang-

orang mukallaflbaligh 'aqil walupun ia adalah orang budak ('abid)

bahwa ia harns mengetahui rukun-rukun Islam dan rukun Iman.

Contoh kalimat di atas merupakan contoh terjemah kata per kata, karena

diterjemahkan secara kata per kata.

Untuk lebih lanjut kiranya perin dijabarkan perbedaan antara teIjemahan

kata per kata dan terjemahan terikat, agar pembaca tidak keliru dalam

46 Syeikh Hasbullah, R;yadh ai-Bad; 'ah, leJjemahan K.H. Ahmad Makki bin H. Abdullah,(SukabumL Ma'had Salafiyah ai-Islami, 2002) Babakan Tipar Cisaal, eel. ke-I

Page 43: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

37

memahami kedua jenis teIjemahan itu. Dalam hal ini penulis akan

menyajikan satu contoh yang dapat membedakan keduanya.

Berikut contoh pada terjemahan kitab Mukhtashar Jiddan yang

diterjemahkan oleh Prof H.Chatibul Umam,47 beriikut :/

""''', //1/ ,,/ ,,"" ~.,/.,-,/// 1-' .'''''" 'fw ""/,,

..l!.J\ :iwUSJI ;; L;','l/\.5. LJ,;"gj •.t::. ~ 1.l.lL,· \.5. \...,..l:.illL . ,..../ J,., J,J. LY":I, J - U ,.e::~/ , ,

Terjemah terikat:

Maka tidak bisa dikatakan lafaz sepcrti apa-apa yang memberi

pcngertian tetapi tidak berupa lafaz seperti isyarat, tulisan, akal dan

tugu. Maka hal-hal seperti itu tidak dinamakan "kalam" oleh aWi-ahli

nahwu48

Terjemah kata per kata:

Maka keluar dengan lafaz sesuatu adalah yang memberi pengertian dan

tidak ada lafaz seperti isyarat dan tulisan dan akal dan tugu. Maka tidak

dinamakan kalam oleh aWi-ahli nahwu.

Pada teIjemahan di atas banyak teIjadi perbedaan mendasar antara

terjemahan terikat dan teJjemahan kata per kata, yaitu terlihat ketika

I' ,,"'"

menerjemahkan lafaz ~y..9 , pada terjemahan terikat mengandung arti

"maka tidak bisa dikatakan", akan tetapi pada terjemahan kata per kata

47 Beliau adalah guru besar bahasa Arab Fakultas Adab UIN SyarifHidayatuUah Jakarta

48 Chatibul Umam, op. cit., h. 2

Page 44: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

38

/ / /

mengandung arti " maka keluar". Demikian pula pada lafaz ulS L. , pada

terjemah terikat lafaz tersebut tidak diteIjemahkan karena merupakan

kata tambahan, akan tetapi pada terjemahan kata per kata lafaz tersebut

/

diterjemahkan menjadi "sesuatu adalah". Juga pada lafaz J (wau 'atat),

pada teIjemahan terikat tidak diteIjemahkan, tetapi pada teIjemahan kata

per kata lafaz tersebut diteIjemahkan menjadi "dan". Arti dan kedua

terjemahan tersebut (teIjemaban tenkat dan teIjemahan kata per kata)

sekalipun bisa teIjadi kesamaan makna, namun pada teIjemahan kata per

kata tersebut akan sangat mempengaruhi nilai estetika bahasanya, dan

terjadi kerancuan bahasa karena tidak sesuai dengan konteks kalimatnya.

2) TeIjemab bebas

TeIjemah bebas (unbounded translation! free translation) adalah jenis

terjemah tuntas yang tidak dibatasi oleh keterikatan pada penerjemah

suatu tataran tertentu. Jenis teIjemab ini selalu berada pada tataran yang

lebih tinggi dan tataran kata dan morfem, bahkan bisa lebih luas dan

tataran kalimat.

Para ahli linguistik dalam mengistilahkan terjemah bebas bermacam-

macam, ada yang mengatakan terjemab bebas sebagai unbounded

translation atau free translation atau idiomatic translation, seperti yang

Page 45: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

39

dikemukakan Nurachman Hanafi49 yang mengistilahkan teJjemah bebas

dengan istilah idiomatic translation.

Menurutnya terjemahan idiomatik (idiomatic translation) adalah

terjemahan yang berusaha untuk membebaskan diri dari bentuk dan

struktur bahasa sumber dan lebih menj,'lltamakan pesan daripada bentuk

terjemahannya, sehingga teks tersebut hams diterjemahan secara bebas.

Disamping itu pula di daJam penerjemahan idiomatic, sering kita jumpai

ungkapan yang mengandung idiom yang menurut para ahli linguistik

sulit untuk mencari padanannya di dalam ba:hasa sasaran, karena

ungkapan idiom itu pengertiannya bisa lebih dari satu.

Semua yang berada di bawah panji ker'\iaan Rumawi dan yang ingin

mengadakan persahabatan dan hubungan baik dengan kerajaan Int,

berada di bawah panji agama Masehi. 51

Contoh kalimat di atas menunjukkan terjernahan bebas karena

terjemahan tersebut tidak terikat pada bahasa sumber. Di samping itu

49 Nurachman Hanafi, op. cit., h.S8

50 Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.S4

5. Ali Audah, op. cit., h.3

Page 46: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

40

terdapat pula ungkapan idiom yang merupakan ciri teIjemahan idiomatik

~ ,yaitu pada kata ~ e.b artinya sangat ingin. 52 Padahal arti

" /sesungguhnya e.b adalah rakus alau tamak. Dikarenakan ada tambahan

lafaz <..-9 maka artinya berubah menjadi "sangat ingin"./

Perbedaan terjemah terikat dan terjemah bebas dapat dilihat pada contoh

berikut ini :

Terjemah terikat:

Dan bahwa Mesir adalah pusat yang paling menonjol membawa

peradaban pertama ke Yunani atau Rumawi.54

Terjemah bebas:

Mesir adalah pusat yang paling menonjol membawa peradaban pertama

ke Yunani dan Romawi.

Contoh di atas pada teIjemah terikat dapat dilihat begitu teIikatnya

penerjemah pada bahasa sumber sehingga tidak menghilangkan kata-

kala yang tidak perlu yang mengakibatkan kalimat tersebut menjadi

52 Ahmad Warson Munawwir, op. Cit., h. 866

53 Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.53

54 Ali Audah, op. cit., h. I

Page 47: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

41

rancu. Sedangkan pada teIjemah bebas penerjemah tidak terikat pada

bahasa sumber sehingga hasilnya pun menjadi baik sesuai konteks

kalil11atnya.

Demikian pula contoh berikut:

Pada l11asa itu, di antara golongan-golongan Masehi itu ada yang

l11engingkari bahwa Isa mempunyai jasad di samping bayangan yang

tampak pada manusia.56

Pada contoh di atas terlihat bahwa teIjemahan tersebut tidak terikat oleh

bahasa sUl11ber. PeneIjemah menyesuaikan bahasa terjemahannya

dengan bahasa sasaran. 01eh karena itu teIjel11ahan di atas merupakan

terjemahan bebas.

Terjemah terikat dan teIjemah bebas, bila diistilahkan ke dalam bahasa

Arab disebut sebagai teIjemah harfiah dan teIjemah maknawiyah, hal ini

seiring dengan pendapat Moh.Mansoer7 dalam bukunya Dam al-Kiitib

wa-aIMutarjim, menyebutkan pembagian terjemah itu ada dua yaitu

teIjemah hmjiah dan teIjemah maknawiyah. Telljemah harjiah adalah

55 Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.55

56 Ali Audah, op.cit., h. 4

57 Muhammad Mansoer, op. cit., h.21

Page 48: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

42

peneIjemahan yang memperhatikan peniruan teks ash dalam jumlah

kata, susunan dan urutannya. Sedang terjemah maknawiyah/taftiriyah

adalah penerjemahan yang dilakukan dengan eara menjelaskan

makna/tafsiran bahasa sumber sambil memperhatikan kesepadanan

makna serta kenetralan redaksinya, seolah-olah terjemahan itu tidak

terlihat sebagai produk teIjemahan.

Berikut ini eontoh lain dari teIjemah bebas (free translation):

.J /,J ~"/~.J-::// "..... /'1/ /'",..).-' ... /1'

~~ ,#1 j ~IJ 0.l.ll\ t L.;,.) ,)}"J,;, JS! ).;'"J;,,"" ~ ." ...

Setiap golongan mempunyai pandangan dan dasar-dasar agama sendiri

yang bertentangan dengan golongan lainllya.59

Pada contoh tersebut bahasa Arab sebagai bahasa sumber (Source

Language) sarna sekali berbeda sifat, karakter, dan strukturuya dengan

bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran (Target Language). Sekalipun

demikian, peneljemah tidak terikat pada bahasa sumber dalam hal

susullan bahasa dan strukturnya, maka penerjemah menyesuaikallnya

dengan struktur bahasa sasaran, sehingga menghasilkan terjemahan yang

baik.

5& Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.SS

59 Ali Audah, op. cit., h. 4

Page 49: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

43

Demikian pula dengan eontoh berikut:// I -,'/~.J'. /"~/ /-' // }///<" J~ /~ \ .,/'//

~\jj~ l....lAia~ -:. ...ii••1~lia ~:h.:G;i ":"",,II,)~ d.l.l,/ 4- ~ "/. .../ .../ // ..

Mazhab-mazhab agama Masehi ini mulai peeah··belah. Dari zaman ke

zaman mazhab-mazhab itu telah terbagi-bagi ke dalam sekta-sekta dan

golongan-golongan.61

Pada eontoh di atas peneJjemah tidak terikat oleh bahasa sumber, karena

mengawali teIjemahannya dengan menyebut kata "mazhab-mazhab",

bukan menyebut kata "mulai" sesuai kalimat pada sumber yaitu dol.!

sehingga te~jemahan tersebut mudah dibaea dan tidak raneu. Akan

berbeda jika teJjemahan tersebut meluadi teIjemahan terikat yang

menjadikan kalimat tersebut dibaea kaku, yaitu sebagai berikut: Mulai

agama Masehi ini terpeeah belah sehingga terbagi-bagi ke dalam sekta-

sekta dan golongan dari zaman ke zaman.

Kesimpulannya bahwa pada terjemah bebas 1111 tidak dapat

diterjemahkan seeara parsial atau sebagian akan tetapi hams seeara

keseluruhan, artinya teks atau naskah yang mengandung makna

idiomatik ataupun tidak hams diteJjemahkan sesuai dengankonteks

60 Muhammad Husain Haekal. lac. cit.

61 Ali Audah, lac. cit.

Page 50: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

44

kalimatnya, sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis asli dapat

dengan mudah dipahami oleh pembacanya karena menggunakan bahasa

yang simple (sederhana), tidak berbeJit-beht/ tidak kaku dan

menggunakan tata bahasa yang baik dan benar sesuai dengan tata bahasa

sasaran.

3. Prinsip-prinsip Dasar Penerjemahan

Kompas dalam Tajuk Rencana-nya62 menyebutkan bahwa untuk dapat

ml(nerjemahkan buku dengan baik, kita tidak hanya harns menguasai

bahasanya (baik bahasa Indonesia maupun bahasa dari buku yang

diterjemahkan itu), tapi juga harus menguasai materi itu. Dan dalan1

menanganinya dituntut pula ketelitian serta ketekunan..

Menerjemahkan buku adalah suatu keahlian, oleh karena im seorang

penerjemah untuk dapat menghasilkan terjemahan yang baik, ia harus

mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dasar penerjemahan terJebih

dahulu, sehingga ia tidak mengalami kesuJitan yang berat ketika mengadakan

penerjemahan terhadap suatu teks. Karena ia (penerjemah) sangat memahami

sekali tentang aturan main dalam meneIjemahkan suam teks.

Beberapa abad yang lalu, sekitar tahun 834 M, Paus Damaskus memberikan

tugas kepada Jerome untuk kembali meneIjemahkan kitab suci Perjanjian

Baru oleh karena kitab suci yang terdahulu, yang diterjemahkan secara harfiah

62 Tajuk Rencana, Kompas, (Jakarta), 24 Februari 1982

Page 51: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

45

oleh para pendahulunya, sangatlah dimengerti. Untuk itu Jerome mencoba

melakukan penerjemahan dengan prinsip-prinsip penerjemahan bebas.

Terjemahannya itu jauh lebih baik dari pada terjemahan pendahulunya.

Namun, oleh karena di dalamnya terdapat penafsiran-penafsiran yang bebas,

maka seumur hidupnya sang peneJjemah itu mendapat tantangan serta

kecaman dari masyarakat pembaca.63

Berikut ini beberapa pendapat para ahli lingustik mengenai prinsip-prinsip

dasar peneJjemahan yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah yang

masing -masing memiliki perbedaan yang tidak terlalu signifikan, sehingga

dapat dijadikan sebagai acuan bagi seorang penerjemah dalam memilah­

milah prinsip peneJjemahan yang dijadikan pegangan dan sesuai dengan

penerjemah (bersangkutan) ataukah sebaliknya, karena tidak semua

penerjemah dapat memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, disebabkan

terbatasnya kemampuan (skill) dan ilmu yang dimilikinya. Para ahli linguistik

itu di antaranya adalah Nurachman Hanafi, M. RudolfNababan, dan Suhendra

Yusuf.

Menurut Nurachman Hanafi64 ada tiga prinsip yang perlu dimiliki oleh

seorang penerjemah dalam melakukan penerjemahan terhadap suatu teks,

yaitu sebagai berikut:

a. Mengenal materi

63 Suhendra Yusuf, 01'. cil., h., 63

64 Nurachman Hanafi, 01'. cit., h. 67

Page 52: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

46

Seorang penerjemah yang pertama kali dilakukan adalah mengenal materi

teks yang akan diterjemahkannya. Hal ini erat kaitannya dengan latar

belakang pendidikan peneIjemah sendiri, yang perIu mengetahui berbagai

disiplin ilmu walaupun tidak begitu mendalam, khususnya penguasaan

disiplin ilmu dari teks bahasa sumber yang akan diterjemahkan. Sebab hal

ini akan memberikan daya bayang untuk mengerti secara garis besar

materi yang disanlpaikan di dalam teks tersebut, daripada sekedar

perkiraan yang justru bisa mengakibatkan penyimpantgan.

b. Kecakapan mengungkapkan dalam bahasa penerima

Selain harns mengenal materi, kemampuan penerjemah dalam

mengungkapkan pesan pun seharnsnya mendapat perh~tian penuh.

Penerjemah hams menguasai bahasanya sendiri dan mengikuti

perkembangannya. Seandainya ia kurang mengikuti perkembangan

bahasanya, bisa jadi dalam meneljemahkan ia akan cenderung lebih

banyak menggunakan kata-kata afkir (ketinggalan zaman). Hal ini berarti

fatal baginya sebab produk terjemahannya kurang begitu menarik dan

selera pembaca-pun menjadi berkurang.

c. Memiliki pengetahuan cross-cultural understanding

Kedua prinsip di atas kurang mencukupi untuk dapat menghasilkan

terjemahan yang baik kalau tidak memiliki pengetahuan cross cultural

Page 53: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

47

understanding yaitu memahami budaya luar. Hal ini dimaksudkan untuk

mengenal persamaan dan perbedaan budaya dari dua bahasa yang terlibat

agar tidak selalu berprasangka buruk terhadap budaya orang lain. Di

samping itu kita dapat menghargai segi-segi budaya yang bisa kita petik

dalam memperkaya budaya kita. Secara langsung av.aupun tidak langsung,

kita juga memperkenalkan budaya luar kepada masyarakat pembaca

produk teIjemahan. Oleh karena itu citra buruk peneIjemah terhadap citra

sastra berbudaya asing misalnya akan mempengaruhi responsi dirinya dan

pembaca terhadap kualitas produk teIjemahannya.

Berbeda dengan Nurachman Hanafi, M.RudolfNababan65 membagi prinsip­

prinsip peneIjemahan sebagai berikut:

a. Prinsip pengetahuan

Penerjemah merupakan pelaku utama dalam setiap proses penerjemahan,

dan keberhasilan teIjemahannya sangat ditentukan oleh pengetahuannya.

Jika peneIjemah tidak mempunyai pengetahuan atau wawasan yang luas

tentang sistem linguistik dan konteks budaya penuHs teks bahasa sumber,

ia tidak akan dapat memahami teks tersebut dengan baik. Demikian pula

sebaliknya, dalam mengkomunikasikan pesan tek:; tersebut bergantung

sepenuhnya pada pengetahuan peneIjemah tentang konteks budaya dan

sistem linguistik bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pengetahuan yang

. dimaksud di sini mencakup berbagai aspek, di antaranya:

65 M. RudolfNahahan, op. cil., h. 88

Page 54: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

48

1) Ekologi: iklim, tanah, flora, fauna, dan pola eksploitasi hasil alamo

2) Budaya materi dan teknologi: benda-benda rumah tangga, jenis-jenis

tempat tinggal, bangunan, alat transportasi, dan pengetahuan tentang

obat-obatan.

3) Organisasi sosial: tataran sosial, sistem kekerabatan, peran sosiallald­

laki dan wanita dalam masyarakat, sistem hukulll dan politik.

4) Pola mitos: kosmologi, hal-hal yang tabu dan konsep gaib.

5) Struktur linguistik: sistem bunyi, bimtuk kata, makna kata, dan

sintaksis.

b.. Prinsip tujuan

Setiap seseorang melakukan sesuatu pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu.

Demikian pula dengan peneIjemahan, ketika menerjemahkan suatu teks

sudah tentu merniliki tujuan yang pasti. Adapun tujuan yang hendak

dicapai oleh peneIjemah dalam meneIjemahkan suatu teks bahasa sumber

menurut M. Rudolf Nababan66 hendaknya dapat ll1emberikan kepuasan

yang besar kepada khalayak pembaca, sehingga ll1enghasilkan sebuah

karya terjemahan yang sangat baik dan sangat diminati. Oleh karena itu

ll1enurutnya, peneIjemah hams memperhatikan hal-hal berikut: Apakah

pesan teks terjemahan setia dengan pesan teks bahasa sUll1ber? Apakah

bahasa yang dil,\unakan sesuai dengan gaya bahasa teks bahasa snmber?

66 Ibid, h. 90

Page 55: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

49

Apakah padanan yang digunakan sudah tepal? Apakah tingkatan

keterbacaan teks terjemahan sesuai dengan tingkat kemampuan membaca

para pengguna teljemahan? Apakah peneljemah perlu menambah atau

mengurangi informasi tanpa mengaburkan pesan yang diahhkannya?

c. Prinsip Intuisi

Peneljemahan adalah sebuah keterampilan yang membutuhkan seni. Di

samping faktor pengetahuan dan tujuan, dalam penerjemahan juga

diperlukan kemampuan intuisi agar sebuah teks terjemahan dapat

dinikmati sebagai sebuah bacaan yang indah dan menarik, sehingga

pembaca tidak mengaIami kejenuhan dalam membaca. Intuisi adalah

sebuah nilai rasa atau imaginasi dalam mengungkapkan sebuah peristiwa

atau bahasa sehingga dapat ditangkap oleh pendengar atau pembaca secara

baik dan benar.

Sedangkan Suhendra YUSUt"7 memberikan kategori

penerjemahan sebagai berikut:

.. ..pnnslp-pnnslp

a. Memahami isi dan makud pengarang yang tertuang di dalam bahasa

sumber.

Di dalam menerjemahkan teks bahasa sumber yang pertama dilakukan

oleh peneljemah adaIah memahami isi dan maksudpengarang ash, karena

67 Suhendra Yusuf, op. cit., h. 64

Page 56: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

50

tanpa memahami isi dan maksud dari pengarang asH tersebut maka produk

terjemahan itu akan sia-sia dan boleh jadi akan mellgalami pellyimpangall

makna, hal illi seiring dengan pendapatllya Nurachman Hallafi68 yang

menyebutkan prinsip dasar penetjemahan yang pertama adalah mengenal

materi (yang telah dijelaskan sebelumnya).

b. Mempunyai pengetahuan bahasa yang sempuma, baik bahasa sumber

maupun bahasa teIjemahannya.

Seorang penerjemah mau tidak mau harus memiliki bahasa yang

sempurna, dalam arti menguasai kedua bahasa yaitu bahasa sumber dan

bahasa sasaran. Dengan menguasai kedua bahasa tersebut maka

penerjemah akan lebih mudah menetjemahkan bahasa sumber ke dalam

bahasa sasaran dengan baik, artinya peneJjemah akan dapat rnemperoleh

padallan kata yang sesuai dengan konteks kalimatnya.

c. Menghindari kecenderungan menerjemahkan kata per kata, karena apabila

teknik demikian dilakukan maka akan merusak makna kata ash lagi pula

merusak keindahan ekspresi.

Produk tetjemahan hendaknya benar-benar memperhatikan nilai estetis

bahasa sehingga tidak merusak keindahan ekspresi dan tidak merusak

68 Nurachman Hanafi, op. cit., h. 67

Page 57: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

51

makna kata aslinya. Oleh karena itu peneIjemah diharapkan untuk

menghindari kecenderungan peneIjemahan kata per kata.

d. Mempergunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dipergunakan sehari­

hari.

Dalarn mengkomunikasikan bahasa teIjemahan, peneIjemah perlu

menggunakan bahasa yang mudah dipahanli oleh masyarakat pembacanya

sehingga pembaca dapat menikmati produk teIjemahan tersebut. Oleh

karena itu hendaknya peneIjemah menggunakan bahasa sehari-hari agar

mudah dipahami oleh pembaca.

e. Menyajikan nada (tune) dan warna asli bahasa sumber dalarn karya

terjemahaffi1ya.

Biasanya peneIjemah mengerti terhadap nada dan warna bahasa yang

digunakan oleh pengarang asli, sehingga penerjemah mengetahui arah dan

maksud pengarang asli dalam menuangkan tulisan atau gagasannya itu. Ini

biasanya terlihat pada pungtuasi yang digunakan pengarang asli dalam

bahasa sumber atau irama bahasa yang digunakannya. Oleh karena itu

peneIjemah diharapkan dapat menyajikan nada dan warna asli bahasa

sumber ke dalam karya teIjemahannya, agar karya terjemahannya itu tidak

menyimpang dari maksud pengarang asli.

Page 58: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

52

f. Memperhatikan kehalusan makna dan nilai emotiftertentu dari kosa-kata

bahasa sumber serta gaya yang dapat menentukan cita rasa (flavour and

feel) pesan yang disampaikan.

Suhendra Yusut9 di dalam bukunya Teori Terjemah Pengantar ke Arah

Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik mengatakan bahwa karya

terjemahan itu hamslah memberikan suatu transkip yang lengkap dan

buah karya aslinya, di samping itu gaya dan carapenulisannya hamslah

berkarakter sarna seperti yang aslinya, serta teIjernahannya itu hamslah

memberikan kemudahan-kemudahan bagi mereka yang rnembacanya

seperti halnya kemudahan ketika membaca teks aslinya. Oleh karena itu

peneIjemah seyogyanya dapat mencarikan padattan kata yang sesuai

dengan makna kata-kata yang aslinya dan memperhatikan kehalusan

. makna dan nilai emotif tertentu dari kosa-kata bahasa sumber serta gaya

yang dapat menentukan cita rasa (flavour and jeel) pesan yang

disampaikan, sehingga menambah keindahan ekspresi.

Di samping pendapat ketiga ahli linguistik itu, ada pula pendapat yang

dikemukakan oleh Ali Audah sebagai peneIjemah buku Hayi.itu Muhammad yang

mengatakan bahwa sebuah peneIjemahan hams dilakukan dengan beberapa syarat70,

diantaranya:

69 Suhendra Yusuf, op. cit., h. 6570 Ali Audah, Penerjemah Arab-Indonesia, Wawancara Pribadi, Bogar, 20 Januari 2004

Page 59: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

53

a. Memiliki kesamaan ide antara peneIjemah dengan pengarang, sehingga

penerjemah mengetahui persis maksud pengarang. Misalnya, bila pengarang

seorang noveJis, maka penerjemah pun seorang pecinta novel atau novelis.

b. Penerjemah meminta izin pengarang sebelum menetiemahkan. Karena ini

merupakan hak privacy pengarang atau disebut juga intelektual proverty.

Sebagai seorang penerjemah profesional Ali Audah selalu meminta izin

pengarang terlebih dahulu bila akan melakukan penerjemahan.

c. lsi terjemahan tidak menyimpang dari maksudpengarang

d. tidak menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia atau bahasa sasaran (Target

Language)

e. Penerjemah menguasai bahasa sumber (Source Language) dan bahasa sasaran

(Target Language)

Demikianlah kegiatan terjemahan ternyata tidaklah semudah seperti yang

sering diperkirakan. Persyaratan yang diajukan oleh para ahli teIjemah ini sepertinya

sukar untuk dapat kita penuhi. Dari seJuruh persyaratan yang diajulcan itu,

penerjemah tentunya akan mengalami kesulitan apabila hams menerapkan semua

prinsip-prinsip itu yang dijadikan pedoman dalam meneIjemahkan.

Meskipun tampak sulit, tentunya bukan hal yang rnustahil apabila pada

akhirnya kita bisa meraih keterampilan rneneIjemahkan seperti apa yang rnereka

syaratkan tersebut dengan belajar dan berlatih diri secara serius.

Page 60: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

BABID

BUKU HAYATU MUHAMMAD DAN BIOGRAFI SINGKAT ALI AUDAH

A. Buku Hayatu Muhammad dan Pellgarallgllya

Buku Hayatu Muhammad ini ditulis olehMuhammad Husein Haikal dengan

menggunakan Bahasa Arab yang ketebalan buku tersebut mellcapai 398 halaman;

terdiri dari 31 bab; diterbitkan pada tahun 1935 oleh Penerbit Daml Ma'arifMesir.

Buku ini mengisahkall tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw.

yang dimulai sejak masa kelahirannya sampai denganmasa akhir hayatnya, bahkan

dilengkapi pula dellgan sejarah peradaban sebelum Islam (sejarah pra Islam).

Berdasarkan keterang~.n dari Buya Hamka1, dalam sambutannya pada buku

"Sejarah Hidup Muhammad", bahwa buku yang ditulis oleh Muhammad Husein

Haikal ini adalah merupakan bagian dari upaya beliau untuk rnengkounter tulisan-

tulisan para Orientalis Barat yang ingin mengaburkan pemikiran kaum muslimin

melalui pemutarbalikkan (pembengkokan) sejarah yang pada akhimya akan

merendahkan martabat Nabi Muhammad Saw.

Oleh karena itu, Haikal melalui salah satu bukunya ini berusaha sekuat

tenaga untuk meluruskan sejarah hidup Nabi Muhammad, yang selama ini kaum

Orientalis menulis sejarah hidup Nabi tidak dengan fakta dan data yang otentik.

1 Ali Audah, S~iarah Hidu!' Muhammad, terjemahan, (Jakarta: Penerbit Pustaka Litera AntarNusa, 1999), cet. ke- 23, hal. ix

Page 61: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

55

Muhammad Husain Haekaf dilahirkan pada tanggal 20 Agustus 1888 di

Kafr Ghanam bilangan distrik Sinbillawain, Propinsi Daqahlia, Delta Nil, Mesir.

Haekalmemasuki sekolah dasar di Kairo yang sebelumnya belajar mengaji

al-Qur'an di desanya. Lalu ia melanjutlean lee seleolah menengah sampai tahun 1905.

Setelah itu ia meneruskan studi ke Fakultas Hulcum di Universite de Paris di Prancis

tahun 1909 hingga mencapai licence di bidang huleum, dan melanjutkannya sampai

ke tingkat dok'toral bidang ekonomi dan politile dan memperoleh Ph.D. tahun 1912

dengan disertasi La Delle Publique Egyptienne. Dalani tahun itu juga ia leembali lee

Mesir dan bekerja sebagai pengacara di kota Mansura, kemudian di Kairo sampai

tahun 1922.

Sejak masa mudanya Haekal tidale pernah berhenti menulis, di samping

masalah-masalah politik dan kritik sastra ia juga menulis beherapa biografi. Dari

Cleopatra sampai kepada Mustafa Kamil di Timur; dari Shakespeare, Shelley, Anatoli

France, Taine sampai kepada Jean Jacques Rousseau dengan gaya yang lehas dan

sudah cukup dikenal.3 Setelah mencapai lebih setengah abad usianya, perhatiannya

dicurahkan kepada masalah-masalah Islam. Ditulisnya huku yang kemudian sangat

terkenal, Haytitu Muhammad (Sejarah Hidup lvluhammad) dan F7 lvlanzit al-Wahy

(Di Lembah Wahyu). Dua buleu yang sungguh indah dan barn seleali dalam cara

menulis sejarah hidup Muhammad, yang leemudian dilanjutlean dengan studi lain

tentang Abu Baler dan Umar. Suatu contoh bernilai, baik studinya ataupun cara

2 Ibid, Il.xxviii

3 Ibid

Page 62: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

56

penulisannya. Ini merupakan masa transisi dalam hidupnya. Demikian antara lain

orang menulis tentang Haekal4

Syaikh Muhammad Mustafa al-Maraghi5 (Rektor Magnificus Universitas

AI-Azhar) dalam sambutannya pada buku Hayiilu Muhammad mengatakan: Di

kalangan pembaca berbahasa Arab Dr. Haekal sudah cukup dikenal dengan karya­

karyanya yang tidak sedikit jumlahnya, sehingga tidak perlu lagi rasanya

diperkenaIkan.

la adalah seOl'ang sa~jana hukum dan ahli filsafat. Posisi dan jabatannya

memungkinkan dia untuk mengadakan hubungan dengan kebudayaan lama dan

kebudayaan modern. la sering bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai masalah­

masalah kepercayaan, pandangan hidup, kaidah-kaidah sosial, politik dan sebagainya.

Dengan demikian ia berpikir lebih matang, pengalaman dan pengetahuannya pun

makin luas, pandangannya cukup jauh pula. la dapat mempertahankan pendapatnya

itu dengan logika dan argumentasi yang kuat, dengan gayanya yang khas dan cukup

dikenal.

Semasa masih mahasiswa sampai pada waktu menja.lankan pekerjaannya

sebagai pengacara, ia terus aktif menulis dalam harian At-Jarlda, As-Sufiir, At-Ahriim.

Juga ia memberikan kuliah dalam bidang ekonomi dan hukum perdata (1917-1922).

Di tahun itu juga ia terpilih sebagai pemimpin redaksi harian As-Siiisa sebagai organ

4 Ibid

, Ibid, h.xxxiii

Page 63: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

57

resmi Partai Liberal. Dan secara kultural harian ini besar sekali pengaruhnya terhadap

seluruh negara-negara Arab. Ia aktif daIam bidang jurnalistik hingga tahun 1938.6

Pilda tahun 1943 ia terpilih sebagai ketua Partai Konstitusi Liberal (Liberal

Constitulional Parly), yang dipegangnya hingga tahun 1952. Tahun 1938 ia menjabat

Menteri Negara, kemudian Menteri Pendidikan, lalu Menteri Sosial. Sesudah itu

menjadi Menteri Pendidikan lagi tahun 1940 dan 1944. Pada pennulaan tahun 1945 ia

terpilih sebagai Majelis Senat sampai tahun 19507

Bcrkali-kali mengetuai delegasi mewakili negaranya di PBB dan dalam

konferensi-konferensi internasional, dalam Inler-ParlimenlaJJJ Union dan secara

pribadi terpilih sebagai anggota panitia eksekutiflembaga tersebut8

Karya-karya Haekal menduduki tempat penting dalam perpustakaan­

perpustakaan berbahasa Arab. Penulisan novel modern dimulai oleh Haekal.

Kemudian ia menulis serangkaian sejarah Islam dan biografi di· samping sumber

penting dalam studi keislaman. Penerbitan Kamus Besar Kata-kata al-Qur'an oleh

akademi Bahasa Arab Mesir adalah atas usul Dr. Haekal, yang juga duduk dalam

panitianya.

Berikut ini karya-karya Haekal berdasarkan keterangan Ali Audah. 9 Zainab

(novel) 1914, Jean Jacques Rousseau (dua jilid) 1921-1923, FT Auqat al-Firaq

6 Ibid., h.xxviii

7 Ibid., h.xxx

8 Ibid., h.xxix

9 Ibid., h.xxix

Page 64: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

58

(1925), 'Asyarata AyyZim jis-SudZin 1927, TarZijim AI/ishriya wa-alGharZibiya

(Biografi orang-orang Mesir) 1929, WaladJ 1931, nlaurZit af.·AdZib 1933, HayZitu

Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) 1935, Fi Manzil al-Wahy (Di Lembah

wahyu) 1937, As-SiddJq Abu Bakr 1942, AI-FZiruq 'Umar ('Umar ibn al-Khattab)

(dua jilid) 1944-1945, MudzakkirZit jis-SiasZit al-Mishriya (Memoir tentang Politik

Mesir) (dua jilid) 1951-1953), HZikadzZi Khuliqat 1955, Al-Imbraturia al-IslZimiya

wa-alAmZikJn al-Jvfuqaddasahjisy-Syarq al-AusZit (Commonwealth Islam dan tempat­

tempat Suci di Timur Tengah) (kumpulan studi) 1960, Asy-Syarq al-JadJd (kumpulan

studi) 1963, 'UtsmZin ibn 'Affiin 1964, AI-ImZin wa-alJvfa'rifat wal Falsafat (tentang

Iman, Ma'rifat dan Filsafat) (kumpulan studi) 1965, QisZish Mishriya (cerpen-cerpen

Mesir) 1969.

Dr. Haekal adalah seorang pengarang yang produktif hingga tulisan­

tulisannya dimuat di berbagai media massa. Namun masih banyak juga naskah­

naskahnya yang belum diterbitkan. Ia wafat pada 8 Desember 1956. 10

B. Biografi Singkat Ali Audah

Ali Audah dilahirkan pada tanggal 14 Juli 1924 di Bondowoso, Jawa

Timur. IlIa adalah tennasuk putra dad seorang yang berpengaruh di Bondowoso

bernama Salim Audah. Sekitar umur 6 tahun ia memasuki sekolah madrasah setingkat

sekolah dasar (SD) di daerahnya. Akan tetapi sangat disayangkan ketika menduduki

10 Ibid, h.xxx

11 Ali Audah, Dart KhasGnah Dunla Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), cet ke-l

Page 65: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

59

kursi kelas dua, Ali Audah berhenti sekolah dan tidak melanjutkannya sampaI

seterusnya, sehingga ia tidak pernah mengenyam pendidikan formal sampai tingkat

perguruan tinggi. Entah apa alasan beliau untuk berhenti sekolah dan tidak

melanjutkan sekolah-nya tersebut, penulis tidak mendapatkan keterangan jelas. 12

Padahal secara intelegency, ia memiliki kecerdasan otak (IQ) yang cukup

tinggi dibandingkan dengan anak-anak sebayanyalsekelasnya, ini terlihat pada

prestasinya semenjak memasuki madrasah tersebut. la terpilih sebagai ketua kelas dan

ia sering tampil dalaIll setiap kesempatan acaralkegiatan yang diadakan oleh sekolah

tersebut, seperti pada suatu kesempatan ia tampil berpidato dengan bahasa Arab

- yang tidak semua siswa memiliki kemaIllpuan tersebut - yang membuat guru-guru

dan hadirin semua terpukau melihatnya, padahal ia belwu bisa baca tulis ketika itu,

akan tetapi kemaIllpuan hafalannya itu yang membuatnya bisa melakukan hal itu. Hal

inilah mungkin yang membuatnya dapat percaya diri dan menjadi motivasi untuk

semakin tekun dan ulet untuk mempelajari bahasa, hingga ia memperoleh kesuksesan

dalam dunia pendidikan (non formal). Sehigga ia menjadi seorang semman,

sastrawan dan penerjemah profesional.

Telah disebutkan bahwa Ali Audah tidak pernah mengenyam pendidikan

secara formal sampai tingkat perguruan tinggi, akan tetapi ia hanya sekolah di

madrasah (SD) sampai kelas dua saja itu pun tidak sampai selesai. Namun kegigihan

belajarnya dan kemajuannya untuk terus memperdalam bahasa dan sastra. Hal itu

tidak membuatnya patah arang, karena hanya putus sekolah ia semakin gigih

12 Ali Audah, Penerjemah Arab-Indonesia, Wawancara Pribadi, Bogor, 20 Januari 2004

Page 66: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

60

bersemangat untuk belajar walaupun tidak melalui jalur formal. la mendapatkan cara

terbaik untuk mencapainya yaitu dengan belajar secara otodidak. Ia mencari sendiri

buku-buku yang berkaitan dengan kebahasaan dan sastra, baik melalui perpustakaan­

perpustakaan umum, ataupun dengan cara membeli buku-buku yang di perlukan itu.

Babkan ia menceritakan sendiri kepahitan perjaIanan "studinya" diantaranya setiap ia

mendapatkan uang saku pemberian Ibunya, ia sisiWcan sebagian untuk dibelikan

buku. Dan pemah pula pada saat orang tuanya memberikan nang untuk dibelikan baju

(pakaian), malah uang tersebut ia belikan buku-buku sehingga ia sampai rela

memakai baju (pakaian) yang sudah usang dan banyak sedikit tambalan-tambalan,

kisahnya. J3

Selain itu - disamping belajar secara otodidak - ia pun belajar melalui

kakak-kakaknya dan adik-adiknya tentang bahasa Arab maupun bahasa Inggris yang

belum bisa dipahaminya baik dari segi tata bahasa, arti (makna) maupun segi-segi

lainnya, sebab sebagian dari mereka adalah alumni Ponpes Gontor Ponorogo,

sehingga tidak aneh apabila lingkungan keluarganya menjadi IJingkungan berbahasa

Arab.

Sosok Ali Audah adalah sosok pribadi yang tekun mel1lbaca dan l1lenulis.

Dengan ketekunannya itu ia berhasil menjadi seorang penJ:Ijemah profesional,

sehingga banyak karya-karya berbahasa Arab yang berhasil ia terjemahkan ke dalal1l

13 Ibid.

Page 67: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

61

bahasa Indonesia,14 seperti Han-han Berlalu (Thoha Husain), Sejarah Hidup

Muhammad (M. Husain Haekal) dan lain-lain. Selain itu ia juga menerjemahkan

buku-buku berbahasa Inggris, seperti Theseus (Andre Gide), Marie Antoinette (Stefan

Zweig), dan lain-lain. Di samping itu ia pun dijuluki sebagai sastrawan angkatan

"66", karena ia banyak menelorkan karya-karya sastra di tahun 60-an. Salah satunya

adalah novel "Jalan Terbuka" yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1971 oleh

Lentera, Jakarta.

Jacob Sumardjol5 mengungkapkan pandangannya tentang Ali Audah dalam

Pikiran Rakyat Bandung ketika mengkritisi kumpulan cerpennya Di Bawall Jembatan

Gantung (Pustaka Firdaus 1983) yang mengisahkan tentang masa pemberontakan/

revolusi kemerdekaan masyarakat al-Jazair me1awan Perancis tahun 1954-1955

sebagai berikut:

Sastra Arab Modem agak jarang kita baca dalam teIjemahan Indonesia.Salah satu sebabnya mungkin karena sastra Arab sendiri kurang banyak menaruhperhatian, sehingga jarang mereka meneIjemahkannya dalam salah satu bahasa Arab.Maka satu-satunya cara memperkena1kan sastra Arab Modem adalah lewatterjemahan 1angsung dan bahasa Arabnya. Dan untung bahwa kita memiliki tenagademikian itu, yakni sastranya dan gaya terjemahannya tentu dapat kita harapkanmendekati otentiknya dalam kontek budaya.

Pada tahun 1942 Ali Audah mulai mencintai sastra, yang diawali dengan

menulis puisi dan drama. Namun, ia pun tidak berhenti sampai di situ, pada tahoo

i4 Supratman Abdul Rani dan Endang Sugriati, 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia,(Bandung: CV. Pustaka Selia, 1999), cet. ke-I, h. 356

15 Jacob Sumardjo, "Kritik Cerpen di Bawah Jembatan Gantung", Pikiran Rakyal Bandllng,th.XX, no: 87, Rabu 26 Juni 1985, hal. 7 kol. 1 dan 3

Page 68: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

62

1952 menjadi wartawanl6 dan menulis di beberapa harian, antara lain: Pedoman,

Harian Abadi, Indonesia Raya, Kompas, Sinar Harapan, Republika, dan lain-lain.

Kemudian pada 1966 menulis makalah, cerpen, novel, kritik sastra dan terjemahan

yang dimuat di Majalah Mimbar Indonesia, Zenith, Gema Islam, Panji Masyarakat,

Kib1at, Ulumul Qur'an, Horison, Tempo, dan lain-lain.

BeHau pernah menjabat Direktur Penerbit Tintam2ls (1961-1978), Ketua

Perhimpunan Penerjemah Indonesia (1874-1984), Rektor II Universitas Ibnu Khaldun

(UIKA) Bogar, Dewan Penasehat Majalah Sastra Horison (1968-1985), dan lain-lain.

Karya-karya terjemahan beliau yang terbaru yaitu Abu Bakar As-Siddiq,

Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Terang Be:nderang Masnawi Rumi (puisi-

puisi pilihan).

16 Biodata Ali Audah diambil dari Pusat Dokumentasi H.B. Yasin di PDS Taman IsmailMarzuki Jakarta pada tanggal 12 Januari 2003

Page 69: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

BABN

TINJAUAN KRITIS TERJEMAHAN HAYATU MUllAMJUAD DIPANDANG

DARI SEGI RAGAM TERJEMAHAN

A. Konsistensi Ragam Terjemahan

Berdasarkan kerangka teoritis yang dijabarkan di dalam bab II pada tulisan

InI menyebutkan bahwa ragam terjemahan yang populer dibagi menjadi tiga (3)

ragam, yaitu: ragam terjemah kata per kata (word jor word trans/ation), terjemah

terikat (litera/trans/ation), dan ragam terjemah bebas (free translation). I

Terjemah kata per kata (word for word translation) adalah ragam

teljemahan yang menggunakan cara terjemahan kata demi kata, seperti pada kalimat

berikut:

Adapun kalam adalah lafazh yang tersusun yang berfaedah dengan bahasa Arab.

Terjemah kata per kata (word for word translation) merupakan terjemah

yang terlihat kaku yang terkadang sulit untuk dimengerti oleh pembaca karena

terjemahannya sangat terikat oleh kata atau kalimat tata bahasa sumber (Source

Language).

I Nurachman Hanafi, Teori dan Seni Meneljemahkan, (Flores: Penerbit Nusa Jndah, 1985 ),cet. ke-I, h. 54

2 Chatibul Umam, Pedo/llan Dasar flmll NalnvII Teljemah Mllkhtashar Jiddal/,(Jakarta: Daml Ulum Press, 1992), cet. ke-5, h.1

Page 70: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

64

Sedangkan teIjemah terikat (literal translation) merupakan teIjemah yang

terikat oleh tata bahasa sumber (Source Language), namun ada: sedikit kelonggaran

(flexible) bagi penerjemah (mutarjim) untuk menentukan sendill kata padanan yang

sesuai dengan kalimat bahasa sumber (Source Language)-nya, sehingga teIjemahs.n

ini tidak seperti terjemah kata per kata (word for word translation) yang

menerjemahkan teks atau naskah bahasa sumber dengan cara menerjemahkan kata

demi kata yang tidak ada satupun kata yang tertinggal, semua kata yang ada dalam

kalimat tersebut masing-masing diterjemahkan. Dalam terjemahan terikat, seorang

mutaIjim tidak meneIjemahkan teks atau naskah dengan cara kata demi kata, tetapi

kalimat per kalimat, namun tetap berpegang teguh atau setia terhadap bahasa sumber

(Source Language). Hal ini dalam rangka menghindari teIjadinya peyimpangan

terhadap niaksud (pesan ) pengarang.

Berbeda dengan teIjemah kata per kata (word fill' word translation) dan

terjemah terikat (literal translation), terjemah bebas (/i-ee translation) lebih

menekankan kepada maksud (pesan) pengarang, yang dapat diterima oleh pembaca

(penerima pesan) dengan baik atau clapat dimengerti, sehingga pembaca tidak

mengalami' kesulitan untuk memahami pesan (maksud) pengarang secara

keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahasa penerj,emah yang lugas dan

logis, yang mengacu kepada bahasa sasaran (Target Language), baik dari sisi gaya

bahasa maupun tata bahasanya_ Artinya penerjemah (muta~iim) tidak lagi terikat oleh

bahasa sumber (Source Language) yang harus mengikuti pola atau susunan bahasa

sumber (Source Language).

Page 71: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

65

Pada ragam teIjemah ini peneIjemah (mutarjim) diberi kebebasan seluas-

luasnya untuk memilih dan menentukan padanan yang sesuai dengan teks!.naskah

aslinya, asalkan tidak menyimpang dari maksud (pesan) pengarang.

Berikut contoh sederhana untuk membedakan antara teIjemah bebas (free

translation), terjemah terikat (literal translation), dan terjemah kata per kata (word

for word translation):

Q "I ~ ./ 9 .. "" / / /' ....::; ~/ ~ ,/., ".. '7 //

J \ '~'\ t.J::..gJ \ ".1_ 4..l;..\~\ J..,1-11 ~'1 ·\(\1 . \ 1. ....,):}.... J ~"., //Y..A ...... /0~.J

/ /

Terjemah kata per kata (wordfor word translation) :

Adapun i'rab ialah berubahnya akhir-akhir kalimat karena beda-bedanya amil yang

masuk kepadanya baik secara lafaz ataupun secara kira-kira.

Terjemah terikat (literal translation) :

I'rab adalah berubahnya akhir-akhir kata karena berbedanya amil-ami! yang masuk

kepadanya baik secara lafaz ataupun secara kira-kira.4

Terjemah bebas (free tranlslation) :

I'rab adalah perubahan akhir kata yang disebabkan oleh perbedaan faktor yang

mendahuluinya, baik dalam ucapan ataupun perkiraan.

Pada produk terjemahan di atas jelas menunjukkan adanya perbedaan

diantara ketiga ragam teIjemahan, karena masing-masing memiliki karakieristik

tersendiri, namun tidak menunjukkan suatu penyimpangan makna (semantik) yang

3 Ibid, h.14

·1 Ibid

Page 72: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

66

mengakibatkan rusaknya produk teIjemahan suatu teks. Akan tetapi, hanya saja target

pembaca (penerima pesan) akan sangat berbeda ruang lingkupnya. Dalam arti bahwa

masyarakat pembaca pada teljemah kata per kata (word for word translation) akan

berbeda dengan masyarakat pembaca pada terjemah terikat (literal translation). Juga

masyarakat pembaca teIjemah bebas (free translation).

Perhatikan penggalan kalimat berikut yang dikutip dari buku Hayiitu

Muhammadhalaman 53 !

Penyelidikan mengenai sejarah peradaban manusia dan dari mana pula asal-usulnya,

sebenarnya masih ada hubungannya dengan zaman kita seka:rang ini. Penyelidikan

demikian sudah lama menetapkan bahwa surnber peradaban itu sejak lebih dari enam

ribu tahun adalah Mesir.6

Kalimat di atas menunjukkan ragam teIjemahan bebas, karena peneIjemah

berusaha untuk menggunakan bahasa yang lugas atau tidak kaku, juga peneIjemah

tidak terpaku atau berpegang teguh pada bentuk bahasa surnber (Source Language),

sehingga produk teIjemahan tersebut nikmat untuk dibaca. Berbeda hall1ya apabila

5 Muhammad Husain Haekal, Hayti/u Muhammad. (Kairo Mesir: Daarul Ma'arif, 1935), h. 53

6 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, terjemahan, (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa,1999), eet ke-23, h. I

Page 73: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

67

teks tersebut diteJjemahkan ke dalam ragam teJjemahan terikat (literal translation)

yang dapat dilihat pada kalimat berikut:

"Masih menyelidiki tentang sejarah peradaban manusla dan tentang dari mana

pertumbuhannya berhubungan dengan zaman kita sekarang. Penyelidikan ini sungguh

telah menetapkan waktu yang lama menurut suatu sumber bahwa Mesir adalah

sumber peradaban ini sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu."

Produk teJjemahan tersebut terasa kaku untnk dibaca, karena kalimat

tersebut terkesan mempertahankan bentnk kalimat· aslinya sehingga ia harus

.J /""

mengikuti bentuk atau gaya bahasa sumber. Terlihat pada lafaz JI ~i>L, tetap

diteJjemahkan menjadi "masih" dan posisinya diletakkan di awal kalimat, juga lafaz

/' -,.I ""\.A yAl.. yang diterjemahkan menjadi "pertumbuhannya". Lain halnya dengan produk

,..., "",;teJjemahan bebas di atas, pada lafaz JI..i:!L, diterjemahkan melljadi "masih", tetapi

kata tersebut diletakkan di tengah kalimat disesuaikan dengan konteks kalimat-nya./"'-' '1,/

Sedang lafaz \.A yAl.. tidak diteIjemahkan kepada makna aslinya yaitu

"pertumbuhannya", akan tetapi diterjemahkan menjadi "asal-usulnya".

Teks tersebut akan terasa lebih kaku lagi apabila pene~jemah menggllnakan

ragam teIjemah kata per kata (wordfor word translation) yaitu sebagai belikut:

"Masih membahas di dalam sejarah peradaban manusia dan dari mana

pertumbuhannya yang berhubungan kepada masa kita sekarang. Dan adalah

pembahasan ini sungguh telah menetapkan waktu yang lama menurut beberapa

Page 74: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

68

perkataan bahwa Mesir adalah sumber peradaban ini sejak lebih dari enam ribu tahun

yang lalu."

Pada terjemahan tersebut terasa kaku untuk dibaca karena bahasanya yang

tidak memperhatikan pola kalimat bahasa sumber serta tidak memperhatikan cita rasa

bahasa (jlavour and feel language). Hal ini tercermin pada pertengahan kalimat

tersebut yaitu: " ... dan adalah pembahasan ini sungguh... ", seharusnya kata "adalah"

dan "sungguh" tidak perlu ada, sebab hal itu merupakan pemborosan kata.

Pada prinsipnya sebuah peneJjemahan akan dikatakan baik, jika produk

teIjemahan tersebut tidak terlihat seperti sebuah terjemahan, karena pola dan gaya

bahasa yang digunakan penerjemah adalah pola dan gaya bahasa sasaran (Target

Language), bukan pola dan gaya bahasa sumber (Source Language). Bila

penerjemahan masih terikat oleh pola dan gaya bahasa sumber (Source Language),

sehingga terjemahan yang dihasilkannya adalah setia pada struktur bahasa sumber

(Source Language), maka penerjemah dianggap tidak berhasil membuat produk

terjemahan yang baik.

Di dalam buku Hayat Muhammad karya Husain Haekal pada halaman 74,

oleh Ali Audah diterjemahkan menjadi sebagai berikut:,/ ,/ ? I / ./ "..J,/ / / //

/.--' ,/ / W / ., ~ 'J /' ; // /" '7...' "" /"" ~?/,/ .. ,/ .,/

JA 'JJ ~ ': 'l! LJC y yJI dl}~ 0i:! '~ ~4 ~ ry;,'.ll ~'y'i r\.AIJ... ,/,/ /

// 'f

7.rl_,.::..11/

7 Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.74

Page 75: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

69

Abrahah al-Asyram membangun rumah suci di Yaman, tetapi bagi orang Arab itu tak

dapat menggantikan rumah suci yang ada di Mekkah, juga tak dapat memalingkan

mereka dari kota suci8

Bila dilihat dari ragam terjemahan, maka teljemahan ini merupakan

teljemahan bebas, sebab ada lafazh (kata) yang diartikan tidak sesuai dengan makna., /

sebenamya, seperti kata LJiy iJ. diartikan "tidak dapat menggantikan", padahal arti/

sebenamya adalah "tidak dapat dikayakan". Ali tidak meneljemahkan secara leterleg

",),,"

lafazh (kata) LJiy ~ ini merupakan lafazh (kata) idiom yang merujuk pada kata,

./ .. " / /

4..ic ~~J yang artinya "harus ada! tidak dapat dihindari,',9 Sehingga penerjemah

mengartikannya disesuaikan dengan konteks kalimat menjadi "tidak dapat

menggantikan". Di samping itu pola kalimat yang digunakan penerjemah (mutG/jim)

adalah pola kalimat bahasa sasaran (Target Language), bukan bahasa sumber (Source

Language).

Demikian pula dengan kalimat berikut Ali Audah menerjemahkan teks dari

8 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, op. cit., h. 40

9 Ahmad Warson Munawwir, AI-Munffivwir Kamus Arab Indonesia, {Surabaya: PustakaProgressif, 1997), cet. ke-4, h. 1021

10 Muhammad Husain Haeka1, op. cil., h.57

Page 76: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

70

Peradaban-peradaban itu sudah begitu berkembang dan tersebar ke pantai-pantai Laut

Tengah atau sekitarnya, di Mcsir, di Asiria dan Yunani sejak ribuan tahun yang lalu. II

Mazhab-mazhab agama Masehi ini mulai pecah-belah. Dari zaman ke zaman

mazhab-mazhab itu telah terbagi-bagi ke dalam sekta-sekta dan golongan-golongan. I3

Pada eontoh di atas peneJjemah tidak terikat oleh bahasa sumber, karena

mengawali terjemahannya dengan menyebut kata "mazhab-mazhab", bukan

menyebut Jeata "mulai" sesuai Jealimat paoo sumber yaitu d..ll sehingga teJjemahan

tersebut muOOh dibaea dan tidak raneu. Oleh karena itu terjemahan tersebut dapat

dikatakan sebagai teJjemahan bebas.

Produk terjemahan Ali Audah ini juga ada yang menunjukkan ragam

teJjemahan terikat (literal translation), diantaranya tereantum pada halaman 2, yaitu:

., /.,": I .,"vi .;'J-""J/J///I')/"/" :::: /"., 1

p~; J,....,\ ~~ l.JJ~~II\ ~)\ :u.. ~ jL...:::..:.. W.llwJt ~\ ,4"J~I\ ~/~ ~/ '" /' /.; /' " "' .. / 'I/'/' ,.,.,. .....

I4.f.~I ;b.~~Y-JI l.JYhl ~IG)I ~6.:..:.\ L:;w, '

II Ali Audah, op. cit., h. 2

12Mu~ad Husain Haekal, loco cil.

13 Ali Audah, lac. cil.

14 Muhammad Husain Haekal, op. cil., h.53

Page 77: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

71

Dalam lingkungan masyarakat ini, yang menyandarkan peradabannya sejak ribuan

tahun kepada sumber agama dalam lingkungan itulah dilahirkan para rasul yang

membawa agama-agama yang kita kenaI sampai saat ini. 15

Pada cOlltoh di atas dapat dilihat bahwa salah satu ciri ragam terjemahan

terikat adalah setia terhadap bahasa sumber. Dan pada contoh tersebut memenuhi

syarat tersebut. Dleh karenanya teJjemahan tersebut terasa kakl.l untuk di baca.

Contoh lain dapat kita lihat pada halaman selanjutnya paragraf pertama, Ali

Audah cenderung menggunakan kalimat inversi dalani mellerjemahkan teks tersebut.

--'-::: ,.11 .... .,//// ,,1.,1/.,~ -'.... Of,,"/'· ~,,~ /.,.J/

4..u...~~J \A~.JiiJ .aJ)\ ..I) J1:.~ w~\ • ~II ~... jl!l.J1 oL:;..:i... / ". ~ ,/... ...../ '" -' ~ / -' ./

Berhadapan dengan agama Masehi yang tersebar di bawah panji dan pengaruh

Rumawi itu berdiri pula kekuasaan agama Majusi di Persia yang mendapat dukungan

moril di Timur Jauh dan di India. 17

Kalimat inversi merupakan ciri khas yang sermg digunakan dalam

penggunaan bahasa Arab. Di dalam tata bahasa Indonesia, kalimat inversi adalah

kalimat yang menggunakan pola subjek, predikat, objek, dan pelengkap (jika ada). 18

15 Ali Audah, lac. cit.

16 Muhammad Husain HaekaI, 01'. cit., h.54

17 Ali Audah, 01'. cil., h.3

18 Hasan Alwi, et aI., Tala Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998),Edisi ke-3, cet. ke-I, h.363

Page 78: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

72

Akan tetapi di dalam bahasa Arab tidak demikian, kalimat inversinya selalu didahului

dengan predikat, kemudian subjek dan seterusnya. Kalimat inversi pada kalimat di

atas ditunjukan pada kalimat pertama yang ditunjukkan oleh lafazh ot:;..:i yang

merupakan kalimatfi 'il dalam bahasa Arab, kemudian diikuti oleh kalimat isim yaitu

J{, " / ..

lafazh '.1/,.1:;,.11. Di dalam teJjemahan ini Ali Audah mendahuJukan predikat

daripada subjek.

Pada teJjemahan di atas Ali Audah tetap setia terhadap pola kalimat bahasa

sumber (Source Language) yang hal ini menunjukan bahwa Ali Audah menggunakan

ragam terjemahan terikat (literal translation) di samping ragam terjemahan bebas

(free translation) daJam meneJjemahkan buku Hayatu Muhammad.

DaJam struktur bahasa Indonesia, pola kalimat inversi adalah kaJimat yang

mendahulukan predikat dari pada subjek, sinonim kalimat inversi dalam bahasa Arab~ .. ,,)I' • .J

adalah jumlahfi 'liyah C'.1hll ;iJ,.,,;..)

Contoh:

Pergi mahasiswa ke kampus.

Padahal Ali Audah mengemukakan bahwa sebuah terjemahan dikatakan

baik apabila produk teJjemahan itu tidak terlihat seperti sebuah karya terjemahan

sehingga dapat dinikmati oleh segenap pembacanya. Artinya, pembaca (penerima

pesan) tidak merasakan bahwa yang dibacanya adalah produk teIjemahan, karena

gaya bahasa yang digunakan serta struktur kalimatnya mengikuti bahasa sasaran

Page 79: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

73

(Target Language) atau bahasa penerima pesan, sehingga rnudah dimengerti dan

tidak kelihatan kaku, tetapi mengapa Ali Audah masih menggunakan pola kalimat

bahasa sumber (Source Language) ketimbang stmktur bahasa sasaran (Target

Language) dalam menerjemahkan buku Hayatu Muhammad im.

Suhendra YUSUfl9 menyebutkan di dalam prinsip-prinsip penerjemahannya

diantaranya babwa penerjemab haruslab memperhatikan kehalusan makna dan nilai

emotif tertentu dari kosa kata bahasa sumber serta gaya bahasa yang dapat

menentukan cita rasa (flavour andfeel) pesan yang disampaikal1.

Hal ini secara tidak langsung memberikan gambaran kepada kita bahwa

seorang peneIjemah tidaklah mesti terikat oleh bahasa sumber, namun halUs lebih

kreatif dalam menentukan makna dan gaya bahasa yang akal1 disampaikan kepada

pembaca (penerima pesan).

Selanjutnya Ali Audah menjelaskan bahwa peneIjemahan yang ia lakukan

terhadap buku Haytitu Muhammad adalah peneIjemahan "apa adanya".20

Penerjemahan "apa adanya" adalab sebuab penerjemahan yang dilakukan apa adanya

berdasarkan bahasa sumber (Source Language), daJam artian tetap berpegang teguh

pada bahasa sumber (Source Language), namun lebih kreatif dalam menentukan

padanan yang sesuai dengan bahasa sumber, dan memperhatikan budaya dan pola

babasa sasaran (Target Language), sehingga terjemahan yang dihasilkan adalah

19 Suhendra Yusuf, Teori Teljemah Pengantar ke Arah Pendekafanl.ingllisfik danSosiolingllisfik. (Bandung: PT Mandar Maju, 1994), h.64

20 Ali Audah, Wawancara Pribadi, loc. cif.

Page 80: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

74

terjemahan yang menarik dan mudah dibaca sesuai dengan bahasa masyarakat

pembaca (penerima pesan). Dan produk terjemahan itu seolah-olah bukan merupakan

produk terjemahan, karena dikemas dengan bahasa yang disesuaikan dengan struktur

bahasa sasaran (Target Language).

Hal ini pula yang menyebabkan Ia tidak mau mengatakan produk

teIjemahannya merupakan produk teIjemahan bebas (free translation) atan

terjemahan terikat (literal translation), akan tetapi produk teIjemahannya adalah

produk teIjemahan "apa adanya". Hal ini merupakanpemyataan yang belum pemah

disampaikan oleh para penerjemah sebelumnya atau sekelasnya.

Memang terdapat dua kemungkinan yang terjadi dalam peneIjemahan Ali

Audah Hayatu Muhammad yaitu kemungkinan pertama rnerupakan teIjemahan

terikat (literal translation) dan yang kedua merupakan teljemahan bebas (free

translation). Narnun demikian dengan melihat secara kesduruban hasil karya

teIjemahannya pada buku Hayatu Muhammad dan memperhatikan ciri-ciri khusus

metode penerjemahan, peneIjemahan Ali Audah lebih mendekati ragarn teIjemahan

bebas (free translation), karena struktur dan gaya bahasa yang digunakannya lebih

banyak berpegang pada bahasa sasaran (Target Language).

B. Penggunaan Diksi

Menurut Nurachman Hanafi bahwa setidak-tidaknya sebuah pr()duk

terjemahan hendaknya mengandung dna aspek penting, yaitu aspek makna yang

sepadan dan aspek gaya bahasa yang baik, gaya yang tercakup di dalarnya berupa

Page 81: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

75

rasa bahasa sebagai pemanis, perindah dan pelembut suasana, yang akhimya dapat

memikat pembacanya.

Gaya bahasa yang baik akan sangat dipengaruhi oleh pilihan kata (diksi)

dari penerjemah sendiri. Bila pilihan kata (diksi) yang dilakukan oleh penerjemah

sangat tepat sasaran, maka gaya bahasanya pun akan terasa sangat baik dan indah.

Sehingga produk teIjemahan yang dihasilkan peneIjemah (mutarjim) akan dianggap

sebagai produk terjemahan yang baik.

Ali Audah dalam menerjemahkan Hayiitu Muhammad masih berpegang

teguh pada bahasa sumber (Source Language), terbukti pada beberapa kalimat

terjemahannya yang setia pada bahasa sumber (Source Language) seperti telah

diungkapkan sebelwnnya, yaitu dalam hal tata bahasa dan gaya bahasanya yang

terkait dengan pilihan kata (diksi) yang kurang tepat (proposional). Pada

penerjemahan ini Ali Audah terkesan kurang mempedulikan cita rasa bahasa (flavour

and feel language) yang hal ini juga sebenamya mempengaruhi pembaca untuk

memahami produk terjemahannya dan mempengaruhi minat baca pembaca.

Faktor ini dapat kita lihat pada beberapa kalimat dari produk teIjemahannya

"Sejarah Hidup Muhammad", diantaranya tertera pada halaman I:" .. ". "" -::;.J/.l J9 / ./ " .. /" ~,,,., /,,/.,. ,/ ..1 .. ;" .?I"//

20. ~l.:J1 Ll~~! )l.....,,:;.. lAylil. 0\S u.\J ~L...l';ll :;) .....;".,JI ~).:; ~ ~I JIJ:!L..,,/ " ... " .... ", ",'" .lc..,.", oJ'

Penyelidikan mengenai sejarah peradaban manusia dan dari mana pula asal-usulnya,

20 Muhammad Husain Hackal, op. cit.• h.53

Page 82: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

76

sebenarnya masih ada hubungannya dengan zaman kita sekarang ini,21

Kata "dari mana pilla" dan "sebenarnya" , menurut hemat penillis sebaiknya

tidak perlu ada, karena merupakan pemborosan kata, sehinggac kalimat tersebut tidak

membingungkan pembaca untuk memahaminya dan tidak terkesan berbelit-belit.

Altematif terjemahan di atas menurut Penulis yaitu: "penyeliclikan mengenai sejarah

dan asal-usul peradaban manusia masih ada hubungannya dengan zaman kita

sekarang".

Kemudian dilanjutkan pacta kalimat berikutnya, yaitu ..

I / .. ~ 't// .. ;;: ..... "/"J/,,.-7"1'/ -# /' ~/ ...... ./ -'''''''''/1 ... //

~~ ~ Wj1.S~ (j~ y~\ ~)\.;-r \.j~j ~II~ ~\\~ (j1.SJ

,/ /J., / ./ ./ .... / ./ .... " ,I" ?,J , "","

, _. - . "f\ .'- . .".<1" - / l' II2_.' !, ... " <I.1...ll '-ll,lS .w..... l.Y'J"'" ~ 0 j , ........... ./ /' / /

Penyelidikan demikian sudah lama menetapkan, bahwa sumber peradaban itu sejak

lebih dari enam ribu tahun yang lalu adalah Mesir. 23

Disebabkan Ali Audah mempertahankan bentulc aslinya, maka produk

terjemahannya pun terasa Icaku untuk dibaca. Menurut penulis, kalimat tersebut dapat

dirubah posisinya menjadi: "Penyelidikan demikian sudah lama menetapkan, bahwa

Mesir adalah sumber peradaban manusia sejak lebih dari enam ribu tahun yang lalu."

Demikian pilla dengan kalimat selanjutnya:

21 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, op. cil., h.l

22 Muhammad Husain Haekal, lac. cil.

2J Ali Audah, lac. cil.

Page 83: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

77

" juga tidak pemah menf,'Ilbah tujuan dan perkembangan peradaban-peradaban

tersebut. Hal ini baru terjadi sesudah ada akulturasi dan saling hubungan dengan

peradaba!l Islam." 25

Di sini Ali Audah terlihat melakukan pemborosan kata juga yang justru

dapat menghilangkan cita rasa (flavow- andfeel) bahasa pembaca, yaitu pada kalimat

"Hal ini baru terjadi sesudah... ", padahal kalimat tersebut tidak perlu ada karena

cukup disambung dengan kalimat sebelunmya. Sebab di dalam bahasa sumber pun

tidak ada ~anda perhentian, melainkan disambung meqjadi satu rangkaian kalimat. Di

samping itu terjadi pula pemborosan kata pada kalimat "akulturasi dan saling

hubungan. Padahal kata "akulturasi" dan "saling hubungan" adalah dua kata yang

sama artinya, sehingga cukup ditulis "akulturasi" saja alau "saling hubungan" saja.

Maka menurut hemat Penulis terjemahan tersebut dapat dirubah menjadi : " ... juga

tidak pemah mengubah tujuan dan perkembangan peradaban-peradaban tersebut

sampai terjadinya akulturasi dengan peradaban Islam".

Kemudian pada halaman selanjutnya Ali Audah menggunakan diksi

yang kurang tepat.

24 Muhammad Husain Haekal, lac. cil.

25 Ali Audah, Sejarah Hidup MUhammad, op. cit., h.2

Page 84: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

78

.. /'1 ;.P/ F~ .. / ..J"}/ J.,/" ,// // ,,/ /.. J/)I ./ J :;;/"-

(~YI~~jwi)~~ Ji9:! 0JC~ 0\.S+~~~ ,,~L~~ ,;J~\ 0~1 \..J.g/" .... " / ,,/ .J /,) .... /,,;

26. 4.:.i~ LtJC j J~\.::..:J ~.J/ "

Setelah datang izin Tuhan kepadanya supaya ia membimbing umat di tengah-tengah

Fir'aun yang berlaku kepada rakyatnya: "Akulah tuhanmu yang tertinggi", ia pun

berhadapan dengan Fir'aun sendiri dan tukang-tukang sihimya. 27

Kalimat " ... di tengah-tengah Fir'aun yang berlaku kepada rakyatnya:

"Akulah tuhanmu yang tertinggi" kurang logis diucapkan, sehingga lebih tepat

diterjemahkan sebagai berikut:

"Setelah datang izin Allah kepadanya untuk membimbing umat di negeri kekuasaan

Fir'aun (yang menyatakan dirinya): "Akulah tuhanmu yang tertinggi", maka ia

(Musa) pun berhadapan dengan Fir'aun dan tukang-tukang sihirnya."

Selanjutnya kalimat berikut merupa~an kalimat yang kurang logis untuk

diterapkan, karena kalimat utama tidak sejajar dengan kalimat penjelasnya.

Paham Masehi di Barat dan Majusi di Timur sekarang sudah berhadap-hadapan

muka. 29

26 Muhammad Husain Haekal, op. cit., h.54

27 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, op. cit., h.3

28 Muhammad Husain Haeka!, lac. cit.

29 Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, lac. cit.

Page 85: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

79

Kata "berhadap-hadapan muka" tidak sejajar, karena kurang logis. Sehingga kata

"berhadap-hadapan sebaiknya diganti dengan "saling berhaclapan". Maka kalimat

yang tepat adalah "paham Masehi eli Barat dan Majusi di Timur sekarang sudah

saling berhadapan."

Demikian contoh-contoh kalimat yang dapat Penulis persembahkan pada

karya tulis ini sebagai bahan koreksi terhadap teJjemahan Ali Audah (Sejarah Hidup

Muhammad). Penulis tidak dapat menuliskan selurubnya pada karya tulis ini karena

terbatasnya ruang dan waktu yang dimiliki.

Page 86: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai penutup dari karya tulis ini, penulis dapat menyimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Ali Audah menerjemahkan buku Hayatu Muhammad menggunakan ragam

teIjemahan bebas (fi'ee translation), walaupun ia menyebutkan bahwa

terjemahannya adalah terjemahan "apa adanya", akan tetapi dengan melihat ciri­

ciri dan pola penerjemahan yang dilakukannya cenderung sarna dengan

terjemahan bebas (free translation), sehingga Penulis rnenyimpulkan bahwa

peneIjemahan Ali Audah (Sejarah Hidup Muhammad) terhadap buku Hayat

Muhammad adalah peneIjemahan bebas (free translation).

2. Sekalipun Ali Audah menggunakan ragam terjemahan bebas (free translation)

dalam meneIjemahkan Hayatu Muhammad, akan tetapi Ja masih terikat pada

bahasa sumber, karena tercermin pada beberapa kalimat teIjemahannya yang

terlihat kaku untuk dibaca dan mempersulit pembaca untuk memahaminya. Hal

ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian PeneIjemah terhadap pilihan kata

(diksi) sebagai alat untuk memperhalus kata atau kalimat. Oleh karena itu

Penerjemah tidak tepat dalam menerapkan pilihan kata atau diksi.

Page 87: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

81

B. Rekomendasi

Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dali kesempumaan, oleh

sebab itu Penulis berharap penelitian ini dapat dilanjutka:n dan diteliti secara

mendalam oleh Peneliti berikutnya, khususnya pada masalah ketepatan makna dan

gaya bahasa. Hal ini akan sangat membantu dalam menganalisa bentuk teIjemahan

suatu buku atau teks.

Page 88: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rani, Supratman, dan Sugriyati, Endang, ii5 Ikhtisar Roman Sa~·tra

Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. ke-I

Achmadi, Suminar Setiati, Penuntun Penulisan lImiah, Jakarta: Penerbit Ul Press,1988

Alisyahbana, Sutan Takdir, Tata Bahasa Baku Bahasa indonesia, Jakarta: PenerbitDian Rakyat, 1986, Jilid II

AI-Maduri, Hasan Ahmad Baharun, MajmDat 'Asriyyat jif.-lugah al- 'Arabiyyah,Snrabaya: Darus-Saqaf, 1980

AI-Qur'an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab AI-Qur'an Depag Rl,Jakarta: 1980

Alwi, Hasan, et aI., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Penerbit BalaiPustaka, 2000, Edisi ketiga, Cet. ke-1

Aminuddin, Semantik Pengantar Studi Tentang Makna, Bandung: Penerbit SinarBaru, 1985

Anwar, Muhammad, Terjemah Matan Aljiyah, Bandung: PI. AI-Ma'arif Bandung,1996, Cet. ke-7

-------, Ilmu Balaghah Tmjamah Jauhar al-MaknDn, Bandung: PT. A1-Ma'arit: 1993,Cet. ke-4

Audah, Ali, Sejarah Hidup Muhammad, teJjemahan, Jakarta: PT. Pustaka LiteraAntar Nusa, 1999, Cet. ke-23

Dahdah, Antoine, Mu'jam Qawaid al-Lugah al- 'Arabiyyah fl Jadwal wa LauMt,Beirut: Percetakan Libnan, 1981, Cet. ke-I

Djadjasudarma, Fatimah, T, Metode Linguistik, Bandung: PT. Eresco, 1993, Cet. ke-l

Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002, Cet. ke-5

Ghulayini, Mustafa, JamT' ad-DurDs al- 'Arabiyyah, Beirut: Maktabah al-'Asriyah,1965

Page 89: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

Yusuf, Suhendra, Teari Teljemah Pengantar Ke Arah Pendekatan Studi Linguistikdan Sosialinguistik, Bandung: Mandar Maju, 1994

Page 90: STUDI KRITIS TERHADAP TERJEMAHAN ALI AUDAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · dengan intonasi menaik. Sebaliknya pada akhir kalimat diberikan tanda tanya

SURAT KETERANGAN

Bahwa saya yang bertandatangan eli bawah ini:

Nama

Tempat/tgllahir

:ALIAUDAH

: Bondowoso, 14 Juli 1924

Menyatakan bahwa mahasiswa yang bernama Ahmad Tunnudzi ( 197024013504 )

Jurusan Terjemah Fakultas Adab telah mengadakan wawancara dengan saya pada

tanggal 20 Januari 2004 di Bogor, Perumahan Bogor Baru C. III no.5, mengenai buku

Hayal Muhammad yang saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi

"Sejarah Hidup Muhammad".

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Bogor, 5 Juni 2004

ALI AUDAn---