STUDI KESTABILAN LERENG PADA JALAN POROS · PDF fileSalah satu pendekatan metode pendugaan...
Transcript of STUDI KESTABILAN LERENG PADA JALAN POROS · PDF fileSalah satu pendekatan metode pendugaan...
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-1
STUDI KESTABILAN LERENG PADA JALAN POROS MAJENE-MAMUJU DENGAN INTEGRASI INTERPRETASI DATA GEOLISTRIK DAN
GEOTEKNIK SPT-BOREHOLE
1)Ardy Arsyad; 2)Wahniar Hamid; 3)Andi Yusmin, 4)Lawalenna Samang; 5)Ronald Angi1
1)4)5)Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNHAS Makassar 2)3)PT. Yodya Karya (Persero) Cabang Makassar
ABSTRAK Studi ini menyelidiki analisis kestabilan lereng dengan pendekatan geofisika dan geologi teknik. Analisis dilakukan pada studi kasus kelongsoran pada Jalan Nasional Majene-Mamuju Sulawesi Barat pada lokasi KM. 426+500. Model struktur batuan pada lereng ini dipetakan dengan data geolistrik, sementara model geomekanik diperoleh melalui data borelog –SPT. Kedua model dikombinasikan untuk menganalisa kestabilan lereng tersebut dengan metode interpretasi antara model geologi berbasis data resistivitas batuan dan model geomekanik berbasis nilai N SPT dan profil borelog. Proses keruntuhan lereng diprediksi dan divalidasi. Didapatkan bahwa kombinasi interpretasi antara kedua model ini dapat meningkatkan validitas analisis mengenai bidang gelincir dan proses yang mendorong terjadinya kelongsoran. Hasil dari studi ini diharapkan memberi kontribusi akan analisis kestabilan lereng yang lebih akurat dan handal.
Kata Kunci: integrasi interpretasi geolistrik dan geoteknik, resistivitas batuan, N SPT, stabilitas lereng ABSTRACT This study investigates the slope stability analysis with geophysical and geological engineering approach. Analysis was conducted on a case study of landslide on the National Road Majene–Mamuju, West Sulawesi on km of 426 +500. Rock structural model on the slopes was mapped with geoelectric data, while geomechanic model was obtained through borelog-SPT data. These two models were combined to analyze the stability of slopes by interpretation method between geological model of rock resistivity data - basis, geomechanic model SPT value basis and borelog profiles. Slope failure process is predicted and validated . It was found that the combination of interpretation between the two models can improve the validity analysis of slip surface and the process that lead to the landslide. The results of this study are expected to contribute to slope stability analysis to be more accurate and reliable.
Keywords: borelog-SPT data,Slope stability
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-2
I. Latar Belakang Analisa kestabilan lereng memerlukan data bawah permukaan yang bisa
mengakomodasi kompleksitas dan heterogeinitas material tanah dan batuan yang ada pada lereng tersebut. Salah satu pendekatan metode pendugaan kondisi bawah permukaan lereng yang dapat dipakai adalah integrasi geolistrik dan geoteknik (SPT Borehole) yang dapat menghasilkan dugaan gambaran kondisi bawah permukaan yang valid beserta properti mekanik geomaterialnya. Survei geolistrik telah banyak digunakan pada penyelidikan kondisi lereng pada pra dan pasca landslide (Hazreek et al, 2012; Grandjean et al., 2011; Friedel et al., 2006; Godio and Bottino, 2011). Integrasi survey geolistrik dan data geoteknik dapat memberika data dan interpretasi yang tepat mengenai profil batuan dan tanah lereng (Sudha et al., 2009; Oh and Sun, 2007). Meskipun demikian, analisa stabilitas lereng dengan memadukan data geolistrik dan geoteknik (SPT-Borehole) belumlah banyak dilakukan. Oleh karena itu, studi ini mencoba mengaplikasikan analisa stabilitas lereng dengan integrasi interpretasi data geolistrik dan geoteknik pada kasus kelongsoran Jalan Nasional Majene-Mamuju Km. 426+500.
Lokasi Studi
Lokasi studi terletak di poros Mamuju – Batas Majene berjarak 426 km sebelah utaran dari Makassar Sulawesi Selatan (Gambar 1). Lereng yang mengalami kelongsoran terletak pada Jalan Nasional dimana tidak terdapat permukiman disekitarnya, kecuali perkebunan dengan vegetasi yang tidak terlalu rapat. Secara regional, berdasarkan data Digital elevation Model (Gambar 2), lokasi pada Km 426+500 terletak pada areal dengan relief bergelombang dengan sudut kemiringan 30o. Morfologi lereng seperti ini memang memungkinkan dapat terjadinya longsor.
Kondisi Geologi
Berdasarkan peta geologi regional Sulawesi lembar mamuju yang disusun oleh N.Ratman dan S.Atmawinata, lokasi kelongsoran terdiri dari dua satuan kelompok batuan yang jika diurutkan dari yang termuda hingga yang tertua sebagi berikut; Formasi Mamuju (Tmm) terdiri dari Napal, Kalkarenit, Batugamping Koral bersisipan tufa dan baru pasir, setempat terdapat Konglomerat. Batuan Gunungapi Adang (Tma) terdiri dari Tufa, Lava dan Breksi gunungapi, terutama bersusunan leusit –basalt, sebagian mika.
Kolokiu
Ardy Ar
HubunAdangdisusuMembdengatersebprovenFormaGununberada
um Jalan dan Je
rsyad, dkk
Gambar 1
ngan pembeg (Tma) padul oleh terbbentuk hubuan potensi tebut merupaknance dari asi Mamuju ngapi Adanga pada form
embatan 2013
. Lokasi Stu
entukan batuda Awal Kaentuknya F
ungan salingerjadinya lokan bidang
pembentuk(Tmm) bera
g(Tma) beraasi batuan G
udi Kestabila
uan tersebutala Miosen
Formasi Mamg menjemarongsor, hublemah pada
k satuan batasal dari maasal dari maGunungapi A
an Lereng Po
t diawali denTengah hin
muju (Tmmri pada sat
bungan mena perlapisantuan tersebuaterial karboaterial aktiviAdang (Gam
oros Majene
ngan terbentngga Miose) pada tuan batuannjemari antan batuan, hut berbeda. onat laut datas gununga
mbar 3).
e – Mamuju K
tuknya Batun Akhir yaawal Kala
n tersebut. ara kedua sal ini disebMaterial as
angkal sedaapi. Lokasi
II-
Km. 426+50
an Gunungaang kemudiMiosen AkJika dikaitksatuan batuabkan kare
sal pembentngkan BatuKm. 426+5
-7-3
00.
api an
khir kan an na tuk an 00
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-4
Kemiringan Lereng (derajat) ;
0 - 5 (Datar)
30 - 50 (Terjal)15 - 30 (Bergelombang)5 - 15 (Landai)
PETA KEMIRINGAN LERENG LOKASI PELAKSANAAN SURVEI GEOLISTRIK
PT. YODYA KARYA119°E
119°E
119°30´E
119°30´E
3°30
S
3°30´S
3°S 3°S
2°30
S 2°30´S
2°S 2°S
1°30
S
1°30´S
1°S 1°S
Lokasi Pelaksanaan Survei
Sumber Peta;Peta Bakosurtanal Versi Digital tahu 2009Digital Elevation Model
#246.58
200 Garis Kontur , Kontur Indeks Dicetak Lebih Tebal
Titik Ket inggian
Sungai
Pemukiman
Jalan
0.225 0 0.225 0.45 0.675 0.9 Km
Skala 1:22500
N
EW
S
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
_
_
PASADA
ADIADI
SALU ONIA PANGASAAN
SALU SUMUA
SALU ADIADI
703500m
703500m
705000m
705000m
706500m
706500m
708000m
708000m
969
1500
m 9691500m
969
3000
m 9693000m
969
4500
m 9694500m
95.71
73.75
305.81
195.86
425.72
450.22
289.90
312.97
352.37
350.65
165.98
249.36
304.54
333.42
308.08
351.89
147.92
283.26
259.29
223.37
146.44
256.97
218.41
199.44
252.10
190.40
146.80
239.64
188.79
218.67
264.50
188.47
254.31
254.47
221.30
256.14
226.29
223.94
192.54
251.29
217.41
142.31
164.71
172.11
285.43
336.20
213.11
290.29
258.33
355.61
246.58
150.52
309.54
425.10
317.43
407.36
365.90
302.50
300
200
400 400
300
400
300
300
200
300
200
200
300
300
400
2 00
200
400
300
100421+200M
426+500M
_ Titik Longsor
Legenda;
AkhirTengah M
iose
n
Ter
sier
Kenozoikum
Zaman-Kala MasaPerkiraan Waktu(juta tahun)
15
12
5
Legenda;
_ Titik L ongsor
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
#
_
_
PASADA
ADIADI
SALU ONIA PANGASAAN
SALU SUMUA
SALU ADIADI
703500m
703500m
705000m
705000m
706500m
706500m
708000m
708000m
969
1500
m 9691500m
969
3000
m 9693000m
969
4500
m 9694500m
95.71
73.75
305.81
195.86
425.72
450.22
289.90
312.97
352.37
350.65
165.98
249.36
304.54
333.42
308.08
351.89
147.92
283.26
259.29
223.37
146.44
256.97
218.41
199.44
252.10
190.40
146.80
239.64
188.79
218.67
264.50
188.47
254.31
254.47
221.30
256.14
226.29
223.94
192.54
251.29
217.41
142.31
164.71
172.11
285.43
336.20
213.11
290.29
258.33
355.61
246.58
150.52
309.54
425.10
317.43
407.36
365.90
302.50
300
200
400 400
300
400
300
300
200
300
200
200
300
300
400
2 00
200
400
300
100421+200M
426+500M
0.225 0 0.225 0.45 0.675 0.9 Km
Skala 1:22500
N
EW
S
#246.58
200 Garis Kontur , Kontur Indeks Dicetak Lebih Tebal
Ti tik K et inggian
Sungai
Pemukiman
Jalan
Sumber Peta;Peta Bakosurtanal Versi Digital tahu 2009Digital Elevation Model
119°E
119°E
119°30´E
119°30´E
3°30
S
3°30´S
3°S 3°S
2°30
S 2°30´S
2°S 2°S
1°30
S
1°30´S
1°S 1°S
Lokasi Pe laksanaan S urvei
PT. YODYA KARYA
PETA KEMIRINGAN LERENG LOKASI PELAKSANAAN SURVEI GEOLISTRIK
Patahan
Stratigrafi ;Batuan Gunungapi Adang (Tma)Formasi Mamuju (Tmm)
Gambar 2. Digital Elevasi Model pada Lokasi Studi
Gambar 3. Peta Geologi Regional Lokasi Studi
Gejala struktur geologi yang terdapat pada lokasi survey berupa patahan yang merupakan bidang lemah pada batuan yang bergeser dari posisi eksisting akibat dari adanya gaya yang bekerja pada batuan tersebut (aktifitas tektonik). Bidang patahan tersebut merupakan zona yang yang rawan akan kejadian longsor, pada lokasi survey zona patahan tersebut terletak pada bagian tenggara dengan jarak 2,9 km dari ruas 426+500km.
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-5
Penyelidikan Tanah dengan SPT-Borehole
Penyelidikan bor inti beserta Standard Penetration Test (SPT) di lokasi Km. 426+500. Pemboran inti (core drilling) dan SPT dilakukan guna mendapatkan informasi keadaan bawah permukaan tanah/batuan akan sifat keteknikannya. Interpretasi jenis lapisan tanah dan batuan dilakukan melalui visualisasi langsung di lapangan dari tanah yang dikeluarkan dari tabung sampel. Pada Gambar 4a, kedalaman 0 - 3.20 meter berupa lempung pasiran coklat muda hingga coklat agak tua bercampur sedikit kerikil, plastisitas sedang dengan konsistensi sangat kaku. Kedalaman 3.20 -. 7.00 meter berupa batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan sangat jelek (RQD<25%). Kedalaman 7.00 m - 9.50 meter berupa Tuff coklat muda kekuningan bercampur gravel coklat kehitaman dengan kerapatan relatif sangat padat.Kedalaman 9.50 – 20 meter berupa batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan sangat jelek (RQD<25%). Pada Gambar 4b, kedalaman 0 – 5 meter berupa lempung pasiran coklat muda hingga coklat agak tua bercampur sedikit kerikil, plastisitas sedang dengan konsistensi kaku. Kedalaman 5 -. 7 m berupa tuff coklat muda kekuningan bercampur gravel coklat kehitaman dengan kerapatan relatif sangat pad at. Kedalaman 7 – 20 m berupa batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan sangat jelek (RQD<25%).
(a) (b)
Gambar 4. SPT-Bore Log Km. 426+500
Penyelidikan Geolistrik
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan konfigurasi Wenner dan Wenner Schlumberger. Data yang diperoleh dijadikan model
0.001.00
2.00 5/15 1.002.45 8/15 2.00
10/152.003.00
4.00 3.004.08 4.00
4.005.00
6.00 5.006.08 6.00
6.007.00
8.00 7.008.05 8.00
8.009.00
9.0010.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.00
13.0014.00
14.0015.00
15.0016.00
16.0017.00
17.0018.00
18.0019.00
19.0020.00
-18.00
-17.50 17.5
-9.50 9.5
-15.50
-17.00
6.5
-7.00 7.0
18.00
0.00
0.00
18.00
11.00
15.5
16.5
17.0
20.0
-18.50
-19.00
-19.50
-20.00
Elev
atio
n (m
)
Gro
und
Wat
er T
able
(m
)
Dep
th (m
)
Sam
ple
Borin
g Lo
g
Description
0.00
-4.50
-5.00
18
-10.00 10.0
5.5
14.5
-15.00 15.0
Dep
th (m
)
Num
ber o
f Blo
ws
(blo
w /
cm)
N -
Valu
e
(N /
foot
)
Dep
th (m
)
RQ
D -
Valu
e (%
)
N - Value
0 10 20 30 40 50 60
Standard Penetration Test RQD
-0.50 0.5
-1.00 1.0
0.00 0.0
>60-3.50 3.5
-4.00 4.0
0.00
Lempung Pasiran coklat muda hingga coklat agak tua bercampur sedikit kerikil, plastisitas sedang dengan konsistensi sangat kaku
Batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan
sangat jelek (RQD<25%)
50 /08
>60-7.50 7.5
-8.00 8.0
-8.50 8.5
-9.00 9.0
Tuff coklat muda kekuningan bercampur gravel coklat kehitaman
dengan kerapatan relatif sangat padat
Batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan
sangat jelek (RQD<25%)
50 /08
50/05
-14.00 14.0
-16.00 16.0
-16.50
-10.50 10.5
-11.00 11.0
-11.50 11.5
-12.00 12.0
-12.50 12.5
-13.00 13.0
-14.50
-6.00 0.00
-6.50
END OF BORING
0.00
0.00
18.0
18.5
19.0
19.5
-13.50 13.5
0.00
17.00
0.00
0.00
10.00
4.5
-1.50 1.5
-2.00 2.0
-2.50 2.5
-3.00 3.0
5.0
>60-5.50
6.0
0.001.00
2.00 2/15 1.002.45 5/15 2.00
7/152.003.00
4.00 3/15 3.004.45 6/15 4.00
8/154.005.00
6.00 5.006.08 6.00
6.007.00
8.00 7.008.05 8.00
8.009.00
10.00 9.0010.05 10.00
10.0011.00
11.0012.00
12.0013.00
13.0014.00
14.0015.00
15.0016.00
16.0017.00
17.0018.00
18.0019.00
19.0020.00
Lempung Pasiran coklat muda hingga coklat agak tua bercampur sedikit kerikil, plastisitas sedang
dengan konsistensi kaku
Tuff coklat muda kekuningan bercampur gravel coklat kehitaman
dengan kerapatan relatif sangat padat
Batu pasir abu-abu hingga kehitam-hitaman dengan kualitas batuan
sangat jelek (RQD<25%)
50 /08
50/05
50/05
20.00
15.00
END OF BORING
-20.00 20.0 0.00
18.0 0.00
-18.50 18.5
-19.00 19.0 0.00
-19.50 19.5
-14.50 14.5
-15.00 15.0 0.00
-15.50 15.5
-16.00 16.0
-16.50 16.5
-17.00 17.0 0.00
-17.50
-11.50
17.5
-18.00
11.5
-12.00 12.0 0.00
-12.50 12.5
-10.00 10.0 0.00
-10.50 10.5
-11.00 11.0 20.00
-13.00 13.0 0.00
-13.50 13.5
-14.00 14.0 0.00
-2.00 2.0
-8.50 8.5
-9.00 9.0 0.00
>60-9.50 9.5
>60-7.50 7.5
-8.00 8.0
-6.00 6.0
-6.50 6.5
-7.00 7.0
-4.00 4.0
-4.50 4.5
-5.00 5.0
>60-5.50 5.5
-2.50 2.5
-3.00 3.0
14-3.50 3.5
-0.50 0.5
-1.00 1.0
12
0.00 0.0
-1.50 1.5
Dep
th (m
)
Num
ber o
f Blo
ws
(blo
w /
cm)
N -
Valu
e
(N /
foot
)
Dep
th (m
)
RQ
D -
Valu
e (%
)
N - Value
0 10 20 30 40 50 60
Elev
atio
n (m
)
Gro
und
Wat
er T
able
(m
)
Dep
th (m
)
Sam
ple
Borin
g Lo
gDescription
Standard Penetration Test RQD
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-6
sintetik dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dmod yang menghasilkan penampang (apparent resistivity), yang kemudian diinversikan dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv yang mengasilkan profil 2D true resistivity. Parameter pada model sintetik ini kemudian dijadikan parameter lapangan untuk akuisisi data. Hasil inversi dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv berupa profil 2D secara vertikal yang dapat menunjukkan kedalaman dan sebaran resistivitas sebenarnya. Keluaran Res2Dinv dari hasil inversi juga dapat berupa angka/nilai dalam bentuk data koordinat (x, y, z). Data yang dimaksud terdiri atas akumulasi jarak elektroda dari elektroda pertama, kedalaman penetrasi dan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity). Data ini dapat dijadikan sebagai data masukan pada perangkat lunak Surfer 10 untuk menggambarkan profil 2D.
Pelaksanaan penyelidikan dilakukan pada lokasi longsoran Km. 426+500 dengan jumlah bentangan sebanyak tiga bentangan. Sebaran bentangan geolistrik ditentukan berdasarkan orientasi pola kemiringan batuan yang diasumsikan berdasarkan pengamatan kondisi permukaan dan korelasi terhadap hasil pelaksanaan pengeboran serta kondisi medan (lapangan).
Gambar 5. Pola sebaran bentangan pada titik longsor ruas 426+500km.
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-7
Lokasi bentangan 1 dilaksanakan sepanjang jalan raya pada sisi kiri jalan dengan arah bentangan relatif utara –selatan, panjang bentangan 150 meter dengan hasil inversi kedalaman batuan hingga 34 m dari permukaan tanah (Gambar 6a). Berdasarkan hasil akusisi data diketahui bahwa jenis batuan pada bentangan 1 lokasi titik longsor 426+500 berupa material lepas Lempung pasiran (1) dengan nilai tahanan jenis 0-50 Ω, tufa lapili (2) dengan nilai tahanan jenis 50-100 Ω dan batupasir pejal (3) dengan tahanan jenis >100Ω, jenis batuan yang menjadi bidang gelincir berupa batupasir pejal yang memiliki tingkat porositas yang kecil dengan kedalaman bidang gelincir untuk bentangn berkisar antara 5-10 m, khusus pada lokasi detail longsoran eksisting kedalaman bidang gelincir 4 meter dari permukaan tanah (gambar 6a).
Lokasi bentangan 2 dilaksanakan memotong relatif tegak lurus terhadap lokasi longsoran eksisting pada sisi kiri jalan dengan arah bentangan barat –timur. Panjang bentangan 150 meter dengan hasil inversi kedalaman batuan hingga 34 m dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil akusisi data diketahui bahwa jenis batuan pada bentangan 2 lokasi Km. 426+500 berupa material lepas Lempung pasiran (1) dengan nilai tahanan jenis 0-50 Ω, tufa lapili (2) dengan nilai tahanan jenis 50-100 Ω dan batupasir pejal (3) dengan tahanan jenis >100Ω, jenis batuan yang menjadi bidang gelincir berupa batupasir pejal yang memiliki tingkat porositas yang kecil dengan kedalaman bidang gelincir untuk bentangn berkisar antara 3-25 m, khusus pada lokasi detail longsoran eksisting kedalaman bidang gelincir 4 meter dari permukaan tanah (Gambar 6b).
(a)
(b)
(c)
Titik Longsor
Kontak Batuan (Bidang Gelincir)
AB
Titik Longsor Kontak Batuan (Bidang Gelincir)
AB
1 2
3
2
Rembesan matair Dangkal
Kontak Batuan (Bidang Gelincir)
AB
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-8
Gambar 6. Distribusi Resistivity Batuan pada (a) Bentang 1, (b) Bentang 2, (c) Bentang 3 pada Km. 426+500.
Berdasarkan hasil akusisi data diketahui bahwa jenis batuan pada bentangan 3 lokasi titik longsor Km. 426+500 berupa material lepas Lempung pasiran (1) dengan nilai tahanan jenis 0-50 Ω, tufa lapili (2) dengan nilai tahanan jenis 50-100 Ω dan batupasir pejal(3) dengan tahanan jenis >100Ω, jenis batuan yang menjadi bidang gelincir berupa batupasir pejal yang memiliki tingkat porositas yang kecil dengan kedalaman bidang gelincir untuk bentangn berkisar antara 3-25m, pada sisi barat (lokasi blasting tebing) tersingkap mata air yang merupakan rembesan airtanah dangkal sebagai penciri adanya lapisan kedap air (impermiabel) dibawahnya yang merupakan bidang gelincir apabila terjadinya longsor (gambar 6c).
II. INTEGRASI INTERPRETASI GEOLISTRIK DAN GEOTEKNIK SPT-BOREHOLE Berdasarkan hasil penyelidikan geolistrik khususnya pada bentang 2 dan hasil SPT-bore holes pada lokasi yang sama, didapatkan beberapa korelasi diantaranya:
- Formasi lempung pasiran pada kedalaman 0 – 5 meter dengan nilai resistansi listrik 0 – 50 Ω memiliki N rendah antara 12 – 14. Sementara formasi tufa pada kedalaman 5 – 7 meter dengan nilai resistance 50 - 100 Ω memiliki N tinggi, lebih dari 60. Ini berarti potensi kelongsoran berada pada batas pertemuan lempung pasiran dan tufa, atau bidang gelincir berada pada kedalaman 4 - 5 meter.
- Rembesan mata air ditemukan pada bentangan 3. Rembesan ini dapat memicu kelongsoran jika tepat mengalir pada bidang kontak antara lempung pasiran dan tufa lapili pada Bentang 2. Borelog menunjukkan kedalaman air tanah pada bentang 3 sekitar 3.5 meter. Kondisi mengindikasikan bahwa proses longsor terjadi pada bidang kontak antara lempung pasiran dan tufa lapili.
- Proses kelongsoran diperkirakan antara pengaruh rembesan pada lapisan lempung pasir pada ujung Bentang 3, merembes masuk ke lapisan lempung pasir pada Bentang 2. Peningkatan tekanan air pori akibat rembesan akhirnya mendorong proses gelincir terutama pada bidang kontak antara lempung pasir dan tufa lapili.
- Saling konfirmasi antara hasil geolistrik dan profil tanah pada SPT-Borehole menunjukkan adanya konsistensi hasil keduanya. Ini mengindikasikan adanya mutualisme analisa antara geolistrik untuk stratifikasi batuan dan rembesan air dengan geoteknik untuk parameter geoteknik dan profil tanah.
III. Kesimpulan Dari hasil studi ini, beberapa kesimpulan dapat dikemukakan antara lain:
- Resistivitas batuan yang rendah pada uji geolistrik memiliki korelasi dengan nilai N SPT yang rendah pula.
- Bidang gelincir berada pada bidang kontak antara batuan yang memiliki resistivitas rendah dengan batuan dengan resistivitas tinggi. Dalam kasus Km. 426+500, bidang gelincir berada pada bidang kontak lempung pasir dengan tufa.
- Rembesan air yang terdeteksi pada uji geolistrik merupakan faktor penting pemicu terjadinya longsor.
Kolokium Jalan dan Jembatan 2013
Ardy Arsyad, dkk II-7-9
IV. Daftar Pustaka Hazreek, Z.A., Rosli, S., Ahmad, F., Wijayasekera, D.C., Baharuddin, M.F.T., (2012).
Integral Analysis of Geoelectrical (Resistivity), and Geotechnical (SPT) Data in Slope Stability Assessment. Academic Journal of Science. Vol.2. pp. 305-316.
Friedel, S., Thielen, A., Springman, S.M. (2006). Investigation of a slope endangered by rainfall induced landslide using 3D resistivity tomografi and geotechnical testing. Journal of Applied Geophysics, 60, pp. 100-114.
Godio, A, Bottino, G. (2001). Electrical and electromagnetic investigation for landslide characterization. Physics and Chemistry of the Earth, Part. C: Solar, Terrestial and ammp: Planetary Science, 26, pp. 705-710.
Grandjean, G., Gourry, J.C., Sanchez, O., Bitri, A., Garambois, S. (2011). Structural study of the Ballandaz landslide (French Alps) using geophysical imagery. Journal of Applied Geophysics, 75, pp. 531-542.
Oh, S, Sun, C.-G. (2008). Combined analysis of electrical resistivity and geotechnical SPT blow counts for the safety assessment of fill dam. Environment Geology, 54, pp. 31-42.
Sudha, K., Israil, M., Mittal, S., Rai, J. (2009). Soil characterization using resistivity tomography and geotechnical investigations. Journal of Applied Geophysics, 67, pp. 74-79.