(Studi Kasus SMPLB Negeri Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1142/1/TEKNIK...
Transcript of (Studi Kasus SMPLB Negeri Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1142/1/TEKNIK...
i
TEKNIK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNARUNGU
(Studi Kasus SMPLB Negeri Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH
THONY ROHMAD DARMAWAN
NIM. 11111001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
\
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JL. Tentara Pelajar 02 Telp.( 0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
SKRIPSI
iv
v
vi
MOTTO
"Hidup itu harus disyukuri dan dinikmati, bukan untuk dikufuri”
vii
PERSEMBAHAN
Atas Rahmad dan Ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan
untuk:
1. Ayahku (Suyoto) tercinta dan Ibuku (Sumini) tersayang yang selalu
mendo’akan dan memberikan banyak kasih saying dan banyak berkorban
untuk ku hingga aku seperti sekarang.
2. Adik-adik kutercinta (Muhammad Dwi Styawan, Noviana Putri
Handayani, Rizky Kusuma Dewi dan Muhammad Ilham Bagus Purnomo)
dan seluruh keluarga yang telah mendukungku.
3. Kakek dan nenek yang sudah mendukung segala usahaku terimakasih
banyak atas doa dan restunya.
4. Terimakasih untuk teman-teman Racana Iain Salatiga yang selalu
memberikan kebahagiaan dan selalu menyemangati penulis.
5. Bapak/ Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah mengajar, mendidik, dan
memberikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama dalam perkuliahan.
6. Untuk calon istriku yang telah dipersiapkan Allah untukku
7. Teman-temanku angkatan 2011 PAI A semoga kita semua menjadi orang-
orang yang sukses dunia dan akhirat.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul
“Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Tunarungu di SLB
Negeri Salatiga Tahun 2015” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, Dekan FTIK.
3. Siti Ruhayati, S.Pd.I ,M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak M. Farid Abdullah, S.Pd.I., M.Hum., selaku dosen pembimbing
akademik.
6. Bapak Muhlisun, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMPLB Negeri Salatiga yang
telah membina dan memberikan izin penelitian bagi penulis.
ix
7. Bapak Eko Puji Widodo, selaku guru Pendidikan Agama Islam SMPLB
Negeri Salatiga yang telah membina dan memberikan arahan kepada peneliti.
8. Bapakku Suyoto dan Ibuku Sumini, yang senantiasa memberikan do’a restu-
Nya bagi keberhasilan studi penulis.
9. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi
dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan
balasan dan tercatat sebagai amal kebaikan oleh Allah swt. Akhirnya dengan
tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, Januari 2016
Penulis
Thony Rohmad Darmawan
NIM. 11111001
x
ABSTRAK
Darmawan, Thony Rohmad (NIM 11111001). Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada ABK Tunarungu SMPLB N
Salatiga. Skripsi.Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan
Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata kunci: Teknik Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, Anaktunarungu
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui teknik pembelajaran pendidikan
agama Islam yang ada di SMPLB Negeri Salatiga. Hal ini menjadi penting
melihat persoalan yang di hadapi pada anak tunarungu dalam mengikuti
pembelajaran mengalami kesulitan disebabkan memiliki inteligensi rendah untuk
berfikir secara abstrak. Oleh karena itu, guru dalam penyampaian materi harus
menggunakan teknik yang dapat diketahui langsung oleh siswanya.
Rumusan masalah pada penelitian tersebut yaitu: (1) Bagaimana teknik
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri
Salatiga?, (2) Bagaimana karakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam
pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga?, (3) Apa faktor pendukung dan
penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di
SMPLB Negeri Salatiga?
Metode yang dilakukan dalam penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif. Responden adalah Kepala Sekolah, guru PAI, anak tunarungu, dan
orangtua anak tunarungu. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode
wawancara, metode dokumentasi, dan metode observasi. Data dikumpulkan
berdasarkan catatan lapangan dan observasi kemudian data ditranskip menjadi
data yang lengkap.
Hasil penelitian yang didapat, serta guru di SMPLB Negeri Salatiga dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan teknik yakni teknik
artikulasi, dan teknik latihan. Karakteristik pembelajaran Pendidikan Agam Islam
sama dengan sekolah umum tetapi berbeda pada aplikasi pembelajaran di materi,
waktu dan jadwal pembelajaran juga berbeda dengan sekolah umum. Sedangkan
faktor pendukungnya yaitu guru mengajar sesuai dengan profesionalnya, guru
selalu menjunjung tinggi etos kerja, SMPLB Negeri Salatiga keberadaannya
didukung oleh masyarakat setempat. Adapun faktor penghambatnya adalah
kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah, perhatian yang kurang dari
wali murid kepada anaknya yang mengalami ketunarunguan, kurangnya guru
Pendidikan Agama Islam dan kurangnya guru terapi khusus anak tunarungu.
xi
DAFTAR ISI
Sampul ............................................................................................................ i
Persetujuan Pembimbing .................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv
Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................................... v
Motto ............................................................................................................... vi
Persembahan ................................................................................................... vii
Kata Pengantar ................................................................................................ viii
Abstrak ............................................................................................................ x
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Fokus Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
E. Metode Penelitian .................................................................................. 8
F. Penegasan Istilah ................................................................................... 14
G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 19
A. Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .................................... 19
1. Teknik .............................................................................................. 19
xii
2. Pembelajaran .................................................................................... 19
3. Pendidikan Agama Islam ................................................................. 30
B. Tunarungu .............................................................................................. 39
1. Pengertian Tunarungu ....................................................................... 24
2. Klasifikasi Anak Tunarungu ............................................................. 41
3. Karakteristik Anak Tunarungu ......................................................... 42
4. Perkembangan Anak Tunarungu ....................................................... 44
5. Faktor-faktor Penyebab Tunarungu .................................................. 47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 37
A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga ................................................. 51
1. Letak Sekolah SLB Negeri Salatiga ................................................. 51
2. Sejarah Berdiri .................................................................................. 52
3. Identitas Sekolah ................................................................................ 55
4. Visi, Misi dan Tujuan ....................................................................... 56
5. Struktur Organisasi
6. Keadaan Siswa ................................................................................... 59
7. Keadaan Guru .................................................................................... 60
8. Pendanaan .......................................................................................... 63
9. Sarana dan Prasarana ........................................................................ 64
10. Keunggulan SMPLB Negeri Salatiga ............................................... 68
11. Partisipasi Lingkungan .................................................................... 69
B. TEMUAN PENELITIAN ....................................................................... 70
1. Profil Responden ................................................................................ 70
xiii
2. Teknik Pembelajaran Pendidikan Islam pada Siswa Tunarungu
SMPLB Negeri Salatiga ..................................................................... 74
3. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu SMPLB Negeri Salatiga .................................................. 78
4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga 85
BAB IV ANALISIS DATA ............................................................................. 92
A. Teknik Pembelajaran Pendidikan Islam pada Siswa Tunarungu
SMPLB Negeri Salatiga ......................................................................... 92
B. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu SMPLB Negeri Salatiga ....................................................... 95
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga ............................ 100
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 106
A. Kesimpulan ............................................................................................ 106
B. Saran ...................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 110
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VII B
Tabel 3.2 Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VIII B
Tabel 3.3 Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga
Tabel 3.4 Data Sarana Prasarana
Tabel 3.5 Jadwal Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMPLB Bagian B
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Tugas Pembimbing Skripsi
2. Lembar Konsultasi Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Verbaltim Wawancara
5. Surat Keterangan Penelitian
6. Riwayat Hidup Penulis
7. Foto-foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam telah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan,
seperti yang terdapat dalam QS. Ashaad ayat 29, dimana manusia diperintahkan
untuk mempelajari agama:
ر ر ر
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran” (Q.S.
Ashaad/38:29).
Pendidikan Islam tidak hanya diberikan kepada anak yang mempunyai
kelengkapan fisik saja, tapi juga diberikan kepada anak yang mempunyai kelainan
dan kekurangan fisik atau mental, karena manusia mempunyai hak yang sama di
hadapan Allah SWT. Dalam QS. An Nuur ayat 61:
… Artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang,
tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan
(bersama sama mereka) di rumah kamu sendiri...” (Q.S. An Nuur/24:61)
2
Agama Islam adalah Agama yang tidak hanya berorientasi kepada dunia
ini saja (yang dilambangkan oleh tanah yang menjadi bahan asal manusia) atau
kepada akhirat saja (yang dilambangkan oleh kata ruh (ciptaan-Nya itu) tetapi
kepada keseimbangan antara keduanya. Hanya dengan Agama yang mengajarkan
pemeliharaan keseimbangan antara dunia dan akhirat, manusia yang mempunyai
dua dimensi atau bi-dimensional itu akan mampu menetapkan pilihannya dan
melaksanakan tanggung jawab di dunia dan di akhirat kelak.
Perkembangan manusia ada yang wajar atau normal dan ada pula yang
perkembangannya terganggu (abnormal) yang akan berpengaruh terhadap mental
dan jasmani. Sehingga dalam permasalahan pendidikan, tidak ada perbedaan
antara anak yang normal perkembangan jasmani dan rohaninya, dengan anak-anak
yang mengalami kecacatan fisik atau kelemahan mental yang sering disebut
sebagai anak berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dimaknai dengan anak-anak yang
tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak lantib dan
berbakat. Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi
berkelainan (exception) atau luar biasa (Yuliani, 2009: 166). Konsep ketunaan
berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan
kecacatan, sedangkan konsep berkelainan atau luar biasa mencakup anak yang
menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.
Beberapa yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain:
tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar,
gangguan prilaku, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan. Karena
3
karakteristik dan hambatan yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat.
Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa
(SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk
tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB
bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G
untuk cacat ganda (Efendi, 2009: 7).
Dalam ajaran Islam setiap manusia diciptakan untuk beribadah kepada
Allah. Kewajiban beribadah ini diwajibkan kepada manusia yang dalam keadaan
sadar, artinya mampu menggunakan akal dan hatinya untuk membedakan yang
baik dan yang buruk. Begitu pula pada anak berkebutuhan khusus, mereka tetap
diwajibkan beribadah kepada Allah selagi dalam keadaan sadar dan tentunya
disesuaikan dengan perkembangan mereka.
Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab
pendidikan masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk
pendidikan selanjutnya. Sebagaimana Zakiyah Daradjat mengemukakan, bahwa
pada umumnya Agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman,
pelatihan yang dilalui sejak kecil (Majid, 2004: 68). Pendidikan, khususnya
pendidikan Agama Islam tidak hanya diberikan kepada anak yang mempunyai
4
kelengkapan fisik saja, akan tetapi juga diberikan kepada anak yang mempunyai
kelainan dan kekurangan fisik atau mental.
Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi
pembelajaran, waktu belajar, alat belajar dan cara penilain perlu disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik. Kegiatan pembelajaran perlu menempatkan
mereka sebagai subyek belajar dan mendorong mereka untuk mengembangkan
segenap bakat dan potensinya secara optimal.
Pendidikan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus berbeda
dengan anak yang normal. Perbedaan ini bukan pada materi pokoknya melainkan
pada segi luasnya dan pengembangan materi Pendidikan Agama yang disesuaikan
dengan kemampuan anak tersebut. Para penyandang tuna tidaklah mudah untuk
dididik ajaran Agama Islam, Karena kekurangan dan kelemahan mereka dalam
menangkap pelajaran Agama serta tingkah laku yang berbeda dengan anak normal
pada umumnya.
Sehingga kurikulum yang digunakan SLB adalah kurikulum sekolah
reguler (kurikulum nasional) yang dimodifikasi (diimprovisasi) sesuai dengan
tahap perkembangan anak berkebutuhan khusus, dengan mempertimbangkan
karakteristik (ciri-ciri) dan tingkat kecerdasannya (Ifdlali, “Pendidikan Inklusi
Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus” (Online),
http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-, diakses 14
September 2015). Dengan adanya proses pembelajaran yang tepat, maka
diharapkan mereka akan mendapatkan sejumlah pengalaman baru yang kelak
dapat dikembangkan anak guna melengkapi bekal hidup.
5
Mengingat kondisi peserta didik yang memiliki keterbatasan intelegensi
dan juga keterbatasan lainnya, dan juga pentingnya Pendidikan Agama bagi Umat.
Maka pelaksanaan pembelajaran PAI di SLB harus berjalan sesuai dengan tujuan,
sehingga pengetahuan yang diterima setiap anak tidak berbeda dengan anak-anak
normal. Maka, diperlukan pelaksanaan metode pembelajaran yang matang.
Karena teknik pembelajaran PAI merupakan substansi manajemen yang utama di
sekolah.
Kebutuhan mengenai permasalahan keagamaan semakin kompleks seiring
perkembangan zaman. Karena itu guru PAI harus tanggap, seorang guru harus
tepat dan efektif dalam menyampaikan materi pelajaran PAI. Untuk menciptakan
peserta didik yang berkualitas dan mampu menghadapi perkembangan zaman
maka kebutuhan pembaharuan dalam metode merupakan suatu keharusan.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses dan dari segi hasil.
Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75 %) peserta didik secara aktif,
baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan
rasa percaya pada diri sendiri. Sedang dari segi hasil, proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif dari peserta didik
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75 %) ( E. Mulyasa, 2004: 102).
Maka penulis tertarik untuk mengkaji teknik Pembelajaran PAI yang
diterapkan di SMPLB Negeri Salatiga. Karena SMPLB Negeri Salatiga
6
merupakan satu - satunya SLB Negeri di Salatiga dengan siswa terbanyak dengan
berbagai ragam ketunaan.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk mempermudah dalam
memahami permasalahan, penulis membuat rangkaian dan batasan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa
tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa
tunarungu SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam penelitian ini mengacu pada
permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?
2. Untuk mengetahui karakteristik materi pendidikan agama Islam pada siswa
tunarungu SMPLB Negeri Salatiga tahun 2015?
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambatan pembelajaran
pendidikan agama Islam pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga
tahun 2015?
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan wawasan dan kontribusi
bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya
khasanah Pendidikan Islam yang diperoleh dari hasil penelitian.
2. Secara Praktis
a. Bagi Siswa Tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mengetahui tentang Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
b. Mahasiswa
Agar dapat meningkatkan belajar mahasiswa sebagai penerus bangsa,
sebagai calon guru yang diharapkan mampu mengembangkan metode-
metode belajar yang menarik.
c. Bagi Lembaga
Bagi Lembaga, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana untuk
lebih meningkatkan pembinaan dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam terhadap siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengalaman penelitian
dalam penelitian terkait dengan sisiwa tunarungu di SMPLB Negeri
Salatiga.
8
E. Metode Penelitian
Ditinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang bersifat sekarang (Nana Sujana, 1989: 64).
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka
pada penelitian ini akan digunakan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)
dalam pelaksanaanya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif
analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara,
pengamatan, serta penelaahan dokumen studi documenter yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan
(Sukmadinata, 2008:108). Dalam laporan penelitian ini data memugkinkan
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan
dokumen lainnya.
Moloeng (2008:2) menyatakan, bahwa penelitian lapangan (field research)
dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau
sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingya adalah
peneliti berangkat ke lapangan mengadakan pengamatan tentang sesuatu
fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau in siti.
2. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif sangatlah penting, karena
peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus terjun langsung di lapangan
9
untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang penelitiannya.
Maka, peneliti akan melakukan penelitian langsung di SMPLB Negeri Salatiga,
dan akan melakukan wawancara observasi dengan subjek penelitian di SMPLB
Negeri Salatiga.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMPLB Negeri Salatiga. Adapun alasan
pemilihan tempat penelitian di SMPLB Negeri Salatiga. Berkaitan dengan
upaya pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa
tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga sangatlah penting. Oleh karena itu, para
guru untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa SMPLB Negeri
Salatiga perlu terus dikembangkan.
Salah satu diantara lembaga SMPLB Negeri Salatiga yang menerapkan
teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di
SMPLB Negeri Salatiga. Lembaga ini merupakan aset yang perlu dilestarikan
dan di jaga kualitasnya, sehingga akan meningkat pula dalam mengembangkan
fitroh manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (Insan Kamil).
4. Sumber Data
Sumber data adalah subjek yang akan diteliti. Subjek penelitian adalah
orang atau siapa saja yang menjadi sumber penelitian (Arikunto, 1989:102).
Sumber data dibedakan menjadi dua antara lain:
10
a. Data primer
Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah ucapan dan
tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari
subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interprestasi data. Data
atau informasi tersebut diperoleh dari orang-orang yang dipandang
mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau
informasi tersebut yang diperlukan. Sumberdata primer merupakan data
yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu guru PAI dan
Siswa SMPLB Negeri Salatiga.
b. Data Skunder
Data skunder adalah data informasi yang di peroleh dari sumber-
sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku literature, internet,
majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi
lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut
diantaranya buku-buku refrensi. Dalam penelitian ini data skunder yaitu
dengan mewawancarai guru Pendidikan Agama Islam data-data yang
diperlukan seperti dokumen-dokumen tentang siswa sekolah luar biasa.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan digunakan metode-metode
berikut:
11
a. Metode Wawancara
Menurut Surakhmad (1994: 32) wawancara adalah pengumpulan
data dengan Tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau lebih
secara berhadapan secara fisik.
Metode wawancara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini adalah wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan kepada
beberapa responden melalui: data tentang teknik pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Karakteristik Materi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, faktor pendukung dan faktor penghambat pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga. Guru
Pendidikan Agama Islam, siswa tunarungu dan orang tua dari siswa
tunarungu.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
cara membaca atau mengutip dokumen-dokumen yang ada dan dipandang
relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan rapat, catatan seharian
dan sebagainya (Arikunto, 1989: 131). Metode ini digunakan untuk
memperoleh data sejarah SMPLB Negeri Salatiga. Struktur Organisasi,
keadaan guru dan siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga,
pembelajaran pendidikan agama islam serta macam-macam layanan yang
dimiliki SMPLB Negeri Salatiga dan data-data dan informasi lain yang
menunjang.
12
c. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan langsung dengan objek penelitian (Surakhmad, 1994:164).
Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan
SMPLB Negeri Salatiga baik keadaan bagi siswa tunarungu meupun
gurunya. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat
peristiwa dengan situasi yang berkaitan dengan pengetahuan.proposional
maupun langsung diperoleh dari mata (Moloeng, 2007: 174).
Posisi penelitian disini adalah sebagai observer participant. Dalam
kaitan ini, peneliti dituntut untuk langsung terjun ke lokasi dimana
penelitian tersebut untuk mengadakan pengamatan dan penelitian supaya
mendapatkan data yang diinginkan.
Melalui metode obsevasi ini, peneliti bisa mengetahui secara
langsung venomena yang di teliti, mengenai keadaan guru PAI, siswa
tunarungu, metode pembelajaran pendidikan agama islam di SMPLB
Negeri Salatiga, karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMPLB Negeri Salatiga, faktor pendukung dan faktor penghambat
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga.
6. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap
13
bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpretasikan temuannya kepada orang lain
(Zuriah, 2007:217)
Prosedur analisis dalam penelitian ini adalah: penyusunan data,
pengolahan data, dengan mengklasifikasikan data ke dalam kategori-kategori
yamg jumlahnya lebih terbatas sesuai dengan data yang diperlukan, organisasi
data, pemilihan-pemilihan menjadi satuan-satuan tertentu dan penemuan hal-
hal yang penting untuk dipelajari. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan
selama dan setelah pengumpulan data
Dalam pandangan ini hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data
temuannya. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut
yaitu teknik triagulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan lain (Moloeng, 2009: 330). Karena ini menggunakan
beberapa sumber buku metode dan pengecekan sesuai hasil.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Kegiatan administrative yang meliputi , pengajuan ijin oprasional untuk
penelitian dari Kepala Sekolah SMPLB Negeri Salatiga selaku
penanggung jawab, kemudian menyusun pedoman wawancara dalam
melakukan administrative lainnya.
14
b. Kegiatan lapangan yaitu meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu
SMPLB Negeri Salatiga.
2) Menemui siswa tunarungu yang akan menjadi subjek penelitian.
3) Melakukan survey langsung ke lapangan dengan melakukan
wawancara kepada para responden atau informan sebagai langkah
pengumpulan data.
4) Menyajikan data dengan susunan atau urutan yang memungkinkan
untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.
5) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan sebagai deskriptif
temuan penelitian.
6) Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan
F. Penegasan Istilah
Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan
maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain didalam judul
ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik (Majid,
2013: 24).
Menurut penulis, yang dimaksud teknik pembelajaran pada penelitian ini
adalah, suatu cara yang dilakukan untuk memberikan nilai, ilmu, pemahaman,
serta konsep-konsep yang bertujuan untuk menambah pengetahuan,
15
kemampuan, wawasan, serta ilmu pengetahuan yang berguna bagi individu
maupun masyarakat luas.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam usaha yang lebih khusus ditekankan untuk
mengembangkan fitroh keberagamaan peserta didik agar lebih mampu
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Implementasi
dari semua ini, pendidikan agama islam merupakan komponen yang tidak
terpisahkan dari sistem Pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan kalau
pendidikan agama islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan
islam dengan bidang-bidang studi yang lain. Implementasi lebih lanjut,
pendidikan agama islam harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum peserta
didik memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain (Muhaimin,
2002:76).
Jadi yang peneliti maksudkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
penelitian ini adalah, bagaimana cara mengarahkan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Agama Islam dari
peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas
pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan social.
3. Tunarungu
Tunarungu merupakan satu keadaan kehilangan pendengaran yang
diakibatkan seorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama
melalui indra pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah
16
banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya
mengandung pengertian yang sama.
Menurut Ahmadi (2004: 60) Anak berkelainan indra pendengaran atau
tunarungu secara medis dikatakan, jika dalam mekanisme pendengaran karena
sesuatu dengan lain sebab terdapat satu atau lebih organ mengalami gangguan
atau rusak. Akibatnya, organ tersebut tidak mampu menjalankan fungsinya
untuk mengantarkan dan mempersepsi rangsangan suara yang ditangkap untuk
diubah menjadi tanggapan akustik. Secara pedagogis, seorang anak dapat
dikategorikan berkelainan indra pendengaran atau tunarungu, jika dampak dari
disfungsinya organ-organ yang berfungsi sebagai penghantar dan persepsi
pendengaran mengakibatkan ia tidak mampu mengikuti progam pendidikan
khusus untuk meniti tugas perkembangannya.
Menurut penulis tunarungu yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah,
kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan untuk mendengar berarti
kehilangan kemampuan menyimak secara utuh peristiwa disekitarnya.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam
membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika hasil penelitian kualitatif,
secara garis besar sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal ini meliputi, sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul),
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pengesahan keaslian tulisan,
motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
17
2. Bagian Inti
Pada bagian inti dalam skripsi ini, memuat data :
Bab I : Pendahuluan
Meliputi Latar Belakang Masalah, fokus Masalah, Tujuan
penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka
Berisi Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
Agama Islam pada anak tunarungu (SMPLB Negeri Salatiga),
anak tunarungu.
BAB III : Paparan Data Penelitian
Meliputi gambaran umum SMPLB Negeri Salatiga dan paparan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunarungu di
SMPLB Negeri Salatiga.
BAB IV : Analisis Data Penelitian
Meliputi teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga, karakteristik
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di
SMPLB Negeri Salatiga, faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu di
SMPLB Negeri Salatiga.
BAB V : Kesimpulan, Saran
yang meliputi kesimpulan, saran-saran.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Teknik
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode (Majid,2013: 232).
Menurut penulis dapat disimpulkan bahwa teknik merupakan cara atau
siasat agar suatu metode bisa terlaksana secara optimal.
2. Pembelajaran
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang berimbuhan awalan pe-
dan akhiran –an. Secara umum dapat diketahui bahwa pembelajaran berarti
sebuah proses belajar dan mengajar. Akan tetapi banyak ahli yang telah
mendefinisikannya dengan lebih sistematis, baik dari kata pembelajaran itu
sendiri atau secara terperinci dari kata belajar dan mengajar. Untuk lebih
mudah dalam memahaminya maka akan dipaparkan pengertiannya satu
persatu.
Definisi belajar telah diungkapkan oleh banyak ahli diantaranya oleh
Crombach dalam bukunya Educational Psycology, menyatakan “Learning is
show by a change in behavior as a result of experience.” (Suryabrata,
2007:231), yang berarti bahwa belajar yang ditunjukkan dengan adanya
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan. Sedangkan menurut
dictionary of psychology yang dikutip dari Muhimmin Syah menyebutkan
19
bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama: belajar diartikan “the process
of acquiring knowledge”, kedua: belajar diartikan “a relatively permanent
change potentiality which occurs as a result of reinforced practice.”
Pengertian pertama memiliki suatu proses untuk memperoleh pengetahuan.
Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk beraksi
yang relatife langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (Sriyanti, 2009:22-
33).
Kata belajar memiliki beberapa pengertian sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh Nasution yang dikutip oleh Usman (2002:19) yaitu sebagai
berikut:
a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid
b. Mengajar ialah kebudayan kepada anak; dan
c. Mengajar ialah aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi
proses belajar mengajar.
Senada dengan pengertian tersebut diatas Reflis Kosasi menjelaskan
bahwa mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu suatu
usaha yang dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan perilaku tingkah laku
pada diri anak (Usman, 2002:20-21).
Kemudian disimpulkan oleh Usman (2002:21) bahwa mengajar adalah
suatu usaha bagaimana lingkungan dan adanya interaksi subjek didik (anak)
dengan lingkungannya sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.
20
Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa mengajar
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang terhadap peserta didik untuk
menghasilkan adanya suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
perilaku buruk menjadi baik dalam satu waktu yang dikondisikan.
Pengertian tersebut di atas sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al
Qur’an Surah Al-Kahfi: 66, yaitu:
Artinya: Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya
kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu
yang telah diajarkan kepadamu?" (Q.S. Al-Kahfi:66).
Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pada firman Allah SWT dan beberapa pengertian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berarti sebuah proses yang berlangsung
antara dua belah pihak yaitu penyampai (guru) dan penerima (peserta didik)
dalam rangka mentransformasikan suatu pengetahuan dengan didasari rasa
tanggung jawab.
Dengan dijelaskan definisi belajar, mengajar dan pembelajaran itu sendiri
maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa belajar adalah usaha untuk
mendapatkan sesuatu yang ditandai dengan adanya suatu perubahan, mengajar
21
adalah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar memiliki sikap
dan pengalaman yang baru, dan pembelajaran adalah proses antar keduanya
(belajar dan mengajar).
a. Teori belajar
Teori merupakan sebuah pernyataan ilmiah yang diungkapkan oleh
para ahli dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran sebenarnya
telah muncul sejak manusia itu dilahirkan, sedangkan munculnya teori
pembelajaran adalah belakangan setelah kehidupan manusia berkembang
secara mapan.
Ketika pola pikir manusia semakin maju dan berkembang, maka
teori pembelajaran juga bermunculan secara bertahap dan semakin
sempurna. Akan tetapi bukan berarti teori sebelumnya adalah salah, karena
masing-masing teori memiliki dasar dan pembuktian sendiri-sendiri.
Secara singkat dibawah ini akan diungkapkan beberapa teori
pembelajaran yang berdasarkan pada bidang psikologi yaitu:
1) Teori Kondisioning Klasik oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Teori ini lebih dikenal dengan sebutan nama pencetusnya yaitu
teori Pavlov. Teori ini menyatakan bahwa sikap perilaku seseorang
dapat berupa sebuah respon dari stimulus yang ada, atau dengan bahasa
lain perilaku telah tumbuh dari sebuah kebiasaan yang sengaja telah
dikondisikan.
22
2) Teori koneksionisme oleh Edward Lee Thorndike (1874-1989)
Menurut Thorndike belajar untuk mengubah sebuah perilaku tidak
cukup dengan adanya stimulus dan respon, akan tetapi Thorndike telah
menghubungkan keduanya karena dapat menghasilkan adanya
hubungan saraf (neural) yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
perilaku. Oleh karena itu teori ini disebut dengan koneksionisme yang
mengacu pada koneksi neural antara stimulus dan respon (Sriyanti,
2009:63). Bagi Thorndike, bentuk belajar yang paling mendasar adalah
Trial and Eror atau disebut dengan selection dan connection (Sriyanti,
2009:63).
3) Teori operan kondisioning oleh B. F. Skinner (1904-1990)
Teori yang diungkapkan Skinner sebenarnya tidak lari dari dasar
adanya hubungan antara stimulus dan respon, hanya saja skinner
menambahi bahwa stimulus yang menghasilkan respon positif
hendaknya diberi sebuah pengukuhan (reinforcement). Pengukuhan
(reinforcement) adalah metode peningkatan frekuensi atau kekerapan
(berlangsungnya) suatu perilaku (Sriyanti, 2009:83).
Teori-teori tersebut merupakan teori mendasar dari segi psikologi
perspektif behaviorisme (tingkah laku). Dengan dasar teori-teori
tersebut ada beberapa teori yang lebih spesifik mengarah pada proses
pembelajaran disebutkan oleh (Hamalik, 2003:58-64).
Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik di sekolah.
23
a) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
b) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi warga masyarakat yang baik.
c) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari.
d) Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik di sekolah.
b. Ciri Pembelajaran
Dilihat dari definisi dan teorinya, pada hakikatnya pembelajaran
dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran yang dibahas di
sini adalah pembelajaran yang berlangsung secara sistematis dan
direncanakan dalam sebuah bangku pendidikan.
Pembelajaran sebagai suatu proses belajar dan mengajar secara
terperinci dari segi belajar telah memiliki ciri-ciri tersendiri sebagaimana
diungkapkan oleh Sriyanti mengutip pendapat Baharudin dan Esa N. W
yaitu:
1. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.
2. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa
bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengalaman.
24
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan (Sriyanti,
2009:24)
Dari sini nampak jelas bahwa ciri-ciri orang yang telah belajar
maka akan didapatkan suatu perubahan pada dirinya.
Adapun ciri-ciri pembelajaran yang dilangsungkan dalam ruangan
menurut Hamalik (2003:64-66) adalah sebagai berikut:
a. Rencana,
b. Kesaling ketergantungan
c. Tujuan,
Rencana berarti adanya sebuah kesengajaan penataan terhadap
semua unsur-unsur sistem pembelajaran yang termasuk didalamnya
yaitu penataan ketenangan, material dan prosedur untuk
mempermudah dalam melangkah pada hal-hal yang hendak menjadi
tujuan.
Kesaling ketergantungan berarti adanya saling kait mengkait
antara unsur-unsur pembelajaran yang satu dengan yang lainnya
dengan selaras, serasi, dan sistematis. Ini berarti pembelajaran tidak
akan terjadi ketika tidak ada keterpaduan dalam unsur-unsur
pembelajaran.
Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik ketika tidak
ditentukan atau memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu dalam
proses pembelajaran tersebut. Maka dengan adanya tujuan atau lebih
mudah mengarah dan dapat menfokuskan pembicaraan dalam
25
pembahasan materinya, sehingga peserta didik akan lebih mudah
untuk menerima dam memahami.
Berbeda dengan Hamalik, (Djamaroh, 2006:39-42)
menyebutkan ciri-ciri pembelajaran secara lebih terperinci sebagai
berikut:
1) Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak
didik dalam suatu perkembangan tertentu, sehingga perhatian
dipusatkan pada anak didik.
2) Prosedur yang direncanakan dan didesain secara sistematik dan
relevan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga
dapat tercapai tujuan yang optimal.
3) Materi sesuai tujuan dengan memperhatikan komponen anak didik
dan komponen-komponen lain serta disiapkan sebelum
berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
4) Aktivitas anak didik baik secara fisik maupun mental.
5) Guru sebagai pembimbing harus dapat memotivasi agar terjadi
proses interaksi yang kondusif.
6) Kedisiplinan dalam pelaksanaan prosedur yang telah ditetapkan.
Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran
disiplin.
7) Adanya batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran
8) Evaluasi dalam rangka untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran.
26
Ciri-ciri ini sifatnya lebih melengkapi, karena ciri-ciri
sebelumnya juga telah tercakup dalam ciri-ciri yang terakhir. Dari
ciri-ciri yang ada menunjukkan bahwa pembelajaran adalah suatu
pelaksanaan yang tertata secara sistematis, dan mengarah dalam
mencapai tujuan, yang mana tujuan utamanya adalah suatu
perubahan atas bimbingan dari seorang guru.
c. Unsur-unsur Pembelajaran
Unsur dapat dikatakan suatu komponen yang harus ada. Unsur
pembelajaran berarti segala sesuatu yang harus ada dalam pelaksanaan
pembelajaran. Sebenarnya unsur pembelajaran juga dapat menjadi ciri dari
pembelajaran, maka isi dari unsur pembelajaran hampir sama dengan yang
disebutkan dalam ciri-ciri pembelajaran. Secara mendasar unsur yang
paling utama adalah guru, siswa dan materi.
Menurut (Djamaroh, 2006:41-50) yang termasuk dalam unsur-
unsur pembelajaran adalah:
1. Tujuan pembelajaran;
2. Bahan pelajaran (materi);
3. Kegiatan belajar mengajar;
4. Teknik pembelajaran;
5. Alat dan alat bantu pembelajaran;
6. Sumber pelajaran;
7. Evaluasi.
27
Slameto (1991: 91-92) menyebutkan unsur-unsur pembelajaran
dengan bahasa yang berbeda, bahwa dalam membuat strategi belajar
mengajar mencakup 8 unsur perencanaan tentang:
a. Komponen-komponen sistem yaitu guru/dosen, siswa/mahasiswa;
b. Jadwal pelaksanaan;
c. Tugas-tugas belajar yang akan dipelajari dan yang telah
diidentifikasikan;
d. Masukan dan karakteristik siswa;
e. Bahan pengait;
f. Metode dan teknik;
g. Media yang digunakan.
Berbeda dengan kedua pendapat diatas menurut (Hamalik,
2003:67-70) membagi unsur pembelajaran sebagai berikut:
1) Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru
a) Motivasi membelajarkan siswa.
Yakni seorang guru harus memiliki motivasi yang kuat
untuk mendidiknya siswanya. Sehingga guru harus berjiwa ikhlas
dan berpendidikan dalam rangka menjadikan peserta didiknya
menjadi orang yang berpengetahuan dan kepribadian yang baik.
b) Kondisi guru siap membelajarkan siswa
Tidaklah cukup dengan motivasi yang tinggi untuk menjadi
guru, akan tetapi juga harus benar-benar mempersiapkan diri
28
dengan kemampuan dalam proses pembelajaran atau yang disebut
dengan kemampuan professional.
2) Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar
a) Motivasi belajar menurut sikap tanggap dari pihak guru serta
kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya
pembelajaran.
b) Sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan belajar diantaranya:
(1) Buku pelajaran;
(2) Pribadi guru;
(3) Sumber masyarakat.
c) Pengadaan alat-alat bantu belajar.
d) Suasana kelas (balajar) yang efektif.
e) Subjek yang belajar.
Unsur-unsur ini lebih mengarah pada hal yang bersifat umum yakni
dari segi intern (kepribadian guru) dan juga bersifat ekstern (abstrak: buku
materi, alat bantu, siswa).
Berdasarkan pada beberapa unsur yang telah disebutkan dapat
disimpulkan secara umum unsur-unsur pembelajaran adalah:
a) Guru dan siswa atau pengajar dan yang diajar.
b) Materi yang diajarkan.
c) Metode pembelajaran.
d) Media pembelajaran.
e) Alat bantu (dapat berupa media atau bahan pengait materi).
29
f) Sumber pelajaran.
g) Tujuan pembelajaran.
h) Evaluasi.
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan
dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati Agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:75-76).
Menurut penulis yang dimaksud dengan Pendidikan Agama
Islam berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
pendidikan agama Islam adalah upaya yang ditempuh pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
memudahkan dalam mencapai tujuan utama khususnya pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Berdasarkan penegasan istilah yang telah dijabarkan maka
maksud judul diatas adalah upaya merencanakan, melaksanakan dan
evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat diterapkan
dengan mudah khususnya bagi anak tunarungu sehingga dapat
melaksanakan ajaran Islam baik dari segi kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
30
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan yang amat penting itu tujuannya harus diambil dari
pandangan hidup. Jika pandangan hidup adalah Islam, maka tujuan
Pendidikan harus diambil dari ajaran Islam.
Menurut Daradjat (2009: 32) dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam tujuan itu meliputi:
1) Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagn semua
kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi
sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.
2) Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula.
Pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan,
memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan
tujuan Pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan akhir Pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman
Allah surat Al-Imran ayat 102, yang berbunyi:
31
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-
kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama
Islam.
3) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak
didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan
dalam suatu kurikulum Pendidikan formal.
4) Tujuan Operasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai
dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu (Daradjat, 2009: 32).
c. Faktor Pendukung Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Faktor pendukung dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat
dilihat dari segi guru, sumber/ sarana/ fasilitas, dan siswa, bahwa faktor
pendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
1) Sikap Mental Guru
Para guru hendaknya menyadari tentang perlunya pembaharuan
strategi belajar mengajar. Sehingga mempunyai kesiapan mental untuk
melaksanakan pendekatan belajar aktif (active learning strategy)
sebagai hasil dari adanya pembahasan Pendidikan.
32
2) Kemampuan Guru
Para guru hendaknya mempunyai beberapa kemampuan yang dapat
menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Seorang guru dituntut untuk mampu menguasai isi pokok
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3) Penyediaan Alat Peraga/ Media
Dalam kegiatan belajar mengajar alat atau media sangat diperlukan
agar dapat menunjang tercapainya tujuan Pendidikan. Alat atau media
harus diupayakan selengkap mungkin agar segala aktivitas mengajar
dapat dibantu dengan media.
4) Kelengkapan Kepustakaan
Kepustakaan sebagai kelengkapan dalam menunjang keberhasilan
pegajaran, hendaknya diisi dengan berbagai buku yang relevan sebagai
upaya untuk pengayaan terhadap pengetahuan dan pengalaman siswa.
d. Kurikulum
1) Pengertian Kurikulum
Dalam proses Pendidikan, kurikulum merupakan alat untuk
mencapai tujuan Pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat
akan sulit mencapai tujuan dan sasaran Pendidikan yang diinginkan.
Sebagai alat yang penting untuk mencapai tujuan, kurikulum hendaknya
adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan
serta canggihnya teknologi.
33
Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan
praktik pendidikan. Disamping itu, kurikulum harus bisa memberikan
arahan dan patokan keahlian kepada peserta didik setelah
menyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga (Haryati,
2011:1).
Definisi kurikulum yang akan digunakan yaitu kurikulum yang
dipandang sebagai suatu program Pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan Pendidikan tersebut.
Kurikulum diartikan 2 macam yaitu:
a) Sejumlah materi pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari di
sekolah/perguruan tinggi atau memperoleh ijazah tertentu.
b) Sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau jurusan (Munardji, 2004:83).
Dinyatakan oleh Nik Hayati (2011:2) bahwa hakikat kurikulum
adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik
yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan Pendidikan, saran-saran
strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat
diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan
mencapai tujuan yang diinginkan.
2) Ciri-ciri Kurikulum dalam Pendidikan Agama Islam
Menurut Al-Syaibani sebagaimana dikutip oleh Nik Haryati
(2011:5), bahwa kurikulum Pendidikan Islam seharusnya ciri-ciri
sebagai berikut:
34
a) Kurikulum Pendidikan Islam harus menonjol pada mata pelajaran
Agama dan akhlak.
b) Kurikulum Pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan
menyeluruh aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, akal, dan
rohani.
c) Kurikulum Pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara
pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat; jasmani, akal, dan rohani
manusia.
d) Kurikulum Pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu
ukir, pahat, tulis indah, gambar, dan sejenisnya.
Berdasarkan kurikulum Pendidikan Agama Islam diatas, yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan, dalam
pelaksanaan program PAI pada siswa tunarungu kurikulum yang
dipakai di SMPLB Negeri Salatiga menggunakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan SKKD sebagai pedoman
pengajaran di SMPLB Negeri Salatiga.
e. Faktor Penghambat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sedangkan faktor penghambat dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dapat disebutkan sebagai berikut:
1) Kesulitan dalam menghadapi perbedaan individu peserta didik.
2) Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan peserta didik.
3) Kesulitan dalam memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran.
4) Kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat-alat pembelajaran.
35
5) Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan.
(http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/faktor-faktor-
pendukung-dan-penghambat.html, Senin 9 Oktober 2015).
f. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum
Ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan model pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi
pendidikan agama Islam, kendala pembelajaran, serta karakteristik peserta
didik. Pembelajaran Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Dan
yang dimaksud dengan karakteristik bidang studi pembelajaran Agama
Islam adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang terbangun dalam
struktur isi dan konstruk/tipe isi bidang studi pendidikan agama Islam
berupa fakta, konsep, dalil/hukum, prinsip/kaidah, prosedur, dan keimanan
yang menjadi landasan dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran
(Muhaimin, 2002:150).
Faktor yang kedua yaitu kendala pembelajaran adalah keterbatasan
sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu, dan keterbatasan
dana yang tersedia. Sedangkan faktor yang ketiga yaitu karakteristik
peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta didik, seperti bakat,
kemampuan awal yang dimiliki, motivasi belajar, dan kemungkinan hasil
belajar yang akan dicapai. Jadi ketiga faktor diatas sangat mempengaruhi
36
dalam pemilihan suatu strategi/metode pembelajaran Agama Islam
(Muhaimin, 2002:151).
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tentu saja sangat berbeda
dengan pembelajaran materi-materi lainnya, sebab materi ini mencakup
segala bentuk perubahan, baik kognitif, psikomotorik, maupun efektif,
yang menuntut praktek langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman
kognitif tentang Agama Islam, menuntut perubahan psikomotorik yang
harus dilakukan secara fisik maupun mental, dan perubahan itu menuntut
perwujudan sikap yang disebut akhlak. Sehingga, pengetahuan Agama
yang ditanamkan kepada peserta didik, dapat merubah tingkah laku
mereka ke arah yang ditentukan dalam Islam.
Sebagai contoh, misalnya pembelajaran mengenai keyakinan terhadap
adanya Malaikat. Pembelajaran pengetahuan mengenai Malaikat dan
tugas-tugasnya, menuntut keyakinan bahwa para Malaikat itu ada, dan
setelah keyakinan itu tumbuh, maka dituntut pula sikap yang mengarah
kepadanya. Misalnya keyakinan terhadap adanya Malaikat Raqib dan Atid
yang mencatat amal perbuatan manusia, maka peserta didik diharapkan
menyadari bahwa setiap perbuatannya akan dicatat, sehingga ia tidak akan
melakukan perbuatan yang tercela. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
Agama Islam, guru menjadi figure central yang sangat menentukan, sebab
pembelajaran semacam ini membutuhkan contoh nyata dalam kehidupan.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah-sekolah umum
diberikan sesuai dengan jenjangnya. Materi agama Islam pun disesuaikan
37
dengan jenjang pendidikannya. Materi tersebut antara lain sejarah Islam,
Shalat, Thaharah, Puasa, hafalan surat-surat pendek dan do’a-do’a sehari,
dan Tajwid.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tugas guru sangatlah
berat. Seorang guru dituntut memiliki sifat-sifat tertentu, antara lain:
kesiapan mental dalam menghadapi berbagai kesulitan mengajar, mampu
memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, selalu ingin meningkatkan
prestasi, menguasai teknik-teknik mengaktifkan murid, dan menjadi
teladan bagi murid-murid (Mansyur, dkk., 1982: 10-11).
g. Karakteristik Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada anak
tunarungu hanya dibatasi pada meteri-materi yang sederhana. Muatan
materinya meliputi Al-Qur’an, Akidah, Akhlak, dan Fiqih. Cara
penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana
pembiasaan kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat pendek,
pengenalan huruf Hijaiyah, pengenalan Rukun Iman, Rukun Islam,
Wudhu, Sholat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada
anak didik.
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam guru mengajar dengan
rasa sabar, berulang-ulang, serta dengan memberikan contoh-contoh
sederhana sehingga siswa dapat sedikit demi sedikit memahami materi
yang diajarkan. Di sini terdapat sesuatu yang khas dalam proses
pembelajaran di SLB (Sekolah Luar Biasa) yaitu walaupun teknik yang
38
diterapkan sama dengan sekolah umum, umum dalam pelaksanaannya
terdapat perbedaan dalam sistem menggunakan metode yang ada.
Jadi, berdasarkan teori di atas, anak-anak tunarungu juga memiliki hak
untuk mendapatkan pengetahuan akademik seperti anak-anak umumnya
dimana kurikulum dan materinya disesuaikan kondisi mereka dan yang
berupa materi-materi sederhana. Sedangkan penyampaian materinya
menggunakan model-model khusus sesuai dengan gangguan yang dialami
siswa.
B. Tunarungu
1. Pengertian Tunarungu
Secara umum tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian
anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu
pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini
dikemukakan beberapa definisi anak tunarungu oleh beberapa ahli.
Dalam bukunya T. Sutjihati Somantri, Andreas Dwidjosumarto (1990:1)
mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar
suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori
yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang
indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga
pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka
yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat
39
berfungsi untuk mendengar, baik dengar maupun tanpa menggunakan alat
bantu dengar (hearing aids).
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Anak tunarungu
memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan
lahir batin yang kelak.
Mencermati berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran
yang meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat berat yang dalam hal
ini dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu kurang dengar dan tuli,
yang menyebabkan terganggunya proses perolehan informasi atau bahasa
sebagai alat komunikasi. Besar kecil kehilangan pendengaran sangat
berpengaruh terhadap kemampuan komunikasinya dalam kehidupan sehari-
hari, terutama bicara yang jelas dan benar.
2. Klasifikasi Anak Tunarungu
Menurut Efendi dalam bukunya “Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan” mengemukakan, ada beberapa klasifikasi tunarungu secara
terinci antara lain:
a. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20-30 dB
(desibell). Ciri anak tunarungu kehilangan pendengaran pada rentangan
yaitu kemampuan mendengar masih baik karena berada di garis batas
40
antara pendengaran normal dan kekurangan pendengaran taraf ringan,
tidak mengalami kesulitan memahami pembicaraan dan dapat mengikuti
sekolah biasa dengan syarat tempat duduknya perlu diperhatikan,
terutama harus dekat dengan guru.
b. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30-40 dB
(desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut
yaitu dapat mengerti percakapan biasa pada jarak sangat dekat, tidak
mengalami kesulitan untuk mengekspresikan isi hatinya, tidak dapat
menangkap suatu percakapan yang lemah.
c. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 40-60 dB
(desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut
yaitu dapat mengerti percakapan keras pada jarak dekat, sering terjadi
mis-understanding terhadap lawan bicaranya jika diajak bicara,
penyandang tunarungu kelompok ini mengalami kelainan bicara terutama
pada huruf konsonan misalnya “K” atau “G” mungkin diucapkan menjadi
“T” dan “D”, kesulitan menggunakan bahasa dengan benar dalam
percakapan.
d. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60-75 dB
(desibell). Ciri anak kehilangan pendengaran pada rentangan tersebut
yaitu, kesulitan membedakan suara, tidak memiliki kesadaran bahwa
benda-benda yang ada di sekitarnya memiliki getaran suara.
e. Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB (desibell). Ciri
anak kehilangan pendengaran pada kelompok ini hanya dapat mendengar
41
suara keras sekali pada jarak kira-kira 1 inchi (+ 2,54 cm) atau sama
sekali tidak mendengar.
3. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu sangat komplek dan berbeda-beda satu sama
lain. Secara kasat mata keadaan anak tunarungu sama seperti anak normal
pada umumnya. Apabila dilihat beberapa karakteristik yang berbeda.
Karakteristik bahasa dan bicara anak tunarungu yaitu:
a. Miskin kosa kata.
b. Mengalami kesulitan dalam mengerti ungkapan bahasa yang mengandung
arti kiasan dan kata-kata abstrak.
c. Kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
d. Sulit memahami kalimat-kalimat yang komplek atau kalimat-kalimat yang
panjang serta bentuk kiasan.
Anak tunarungu juga mempunyai beberapa karakteristik, terutama
keterbatasan kosa kata. Hal tersebut yang menyebabkan anak tunarungu
kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Terlebih lagi permasalahan
tentang kejelasan dalam berbicara. Anak tunarungu biasanya mengalami
masalah dalam artikulasi, yaitu mengucapkan kata-kata yang tidak tahu atau
kurang jelas.
Anak tunarungu mempunyai karakteristik yang spesifik bahwa anak
tunarungu mempunyai hambatan dalam perkembangan bahasa (mendapatkan
bahasa). Bahasa sebagai alat komunikasi dengan orang lain. Sedangkan, anak
tunarungu mempunyai permasalahan dalam wicaranya untuk berkomunikasi
42
dengan orang lain, karena wicara sebagai alat yang sangat penting dalam
komunikasi. Dalam berbicara pun harus menggunakan artikulasi yang sangat
jelas agar pesan mudah diterima oleh orang lain, maka dari itu anak harus
dilatih secara berulang-ulang sehingga anak terampil mengucapkan kata-kata
dengan artikulasi yang tepat dan jelas.
Mencermati beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa seseorang
tunarungu memiliki keterbatasan dengan memperoleh bahasa dan mengalami
permasalahan dalam bicaranya. Kurang berfungsinya indera pendengaran
menyebabkan anak tidak dapat menirukan ucapan kata-kata dengan tepat dan
jelas. Oleh sebab itu, anak tunarungu untuk mendapatkan bahasa atau kosa
kata harus melalui proses belajar mengenal kosa kata dan belajar
mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas.
4. Perkembangan Anak Tunarungu
Dalam buku “Psikologi Anak Luar Biasa” karya T. Sutjihati Somantri,
fungsi-fungsi perkembangan anak tunarungu itu ada yang tertinggal jauh oleh
anak normal. Ada pula yang sama atau hampir sama menyamai anak normal.
Dibawah ini akan dipaparkan mengenai perkembangan pada anak tunarungu,
yaitu:
a. Perkembangan Bicara dan Bahasa
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman.
pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak
tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Menurut T. Sutjihati
Somantri (2006:95), anak Tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara
43
setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan
visual. Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak
Tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai
dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya. Bahasa merupakan alat
komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan
dengan sesamanya.
b. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu
Intelegensi anak Tunarungu secara potensial sama dengan anak
normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan berbahasanya, keterbahasan informasi, dan daya
abstraksi anak. Pekembangan kognitif anak Tunarungu sangat
dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa
akan menghambat perkembangan inteligensi anak Tunarungu.
Anak tunarungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya yang
rendah melainkan secara umum karena inteligensinya tidak mendapat
kesempatan untuk berkembang.
c. Perkembangan Emosi Anak Tunarungu
Anak Tunarungu menafsirkan sesuatu secara negative atau salah
dan sering menjadi tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu
dapat mengahambat perkembangan pribadinya dengan menampilkan
sikap menutup diri, bertindak agresif, atau menampakkan kebimbangan
dan keragu-raguan. Emosi anak Tunarungu selalu bergolak di satu pihak
karena kemiskinan bahasanya dan pihak lain karena pengaruh dari luar
44
yang diterimanya. Anak Tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak
dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.
d. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu
Manusia sebagai makhluk sosial selalu memerlukan kebersamaan
dengan orang lain. Demikian pula anak Tunarungu, tidak lepas dari
kebutuhan tersebut. Dengan adanya hambatan dalam perkembangan
sosial ini mengakibatkan pula pertambahan minimnya penguasaan bahasa
dan kecenderungan menyendiri serta memiliki sifat egosentris.
Faktor sosial dan budaya meliputi pengertian yang sangat luas,
yaitu lingkungan hidup di mana anak berinteraksi anatara individu
dengan individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat. Anak Tunarungu
banyak dihinggapi kecemasan karena menghadapi lingkungan yang
beraneka ragam komunikasinya, anak Tunarungu sering mengalami
berbagai konflik, kebingungan, dan ketakutan karena hidup dalam
lingkungan yang bermacam-macam.
e. Perkembangan Perilaku Anak Tunarungu
Kepribadian pada dasarnya merupakan keseluruhan sifat dan sikap
pada seseorang yang menentukan cara-cara unik dalam penyesuaiannya
dengan lingkungan. Anak Tunarungu untuk mengetahui keadaan
kepribadiannya, perlu kita perhatikan cara penyesuaiannya.
Perkembangan kepribadian banyak ditentukan oleh hubungan
antara anak dan orang tua terutama ibunya. Perkembangan kepribadian
terjadi dalam pergaulan atau perluasan pengalaman pada umumnya
45
diarahkan pada faktor anak sendiri. Faktor dalam diri anak Tunarungu
yaitu ketidakmampuan menerima rangsang pendengaran, kemiskinan
berbahasa, ketidaktetapan emosi, dan keterbatasan inteligensi
dihubungkan dengan sikap lingkungan terhadap menghambat
perkembangan kepribadiannya.
5. Faktor-faktor penyebab Tunarungu
Menurut Moores (1978) dalam bukunya Efendi mengidentifikasikan
beberapa penyebab ketunarunguan yang dialami anak dihubungkan dengan
kurun waktu terjadinya yaitu:
a. Ketunarunguan sebelum lahir (prenatal) yaitu ketunarunguan yang terjadi
ketika anak masih berada dalam kandungan ibunya. Kondisi yang
menyebabkan ketunarunguan yang terjadi pada saat anak dalam
kandungan sebagai berikut:
1) Hereditas atau keturunan
Banyak informan yang mengindikasikan terjadinya keadaan
genetis yang berbeda dapat mengarah terjadinya sebuah ketunarunguan.
Perpindahan sifat ini cenderung pada gen-gen yamg dominan, gen-gen
represif, atau jenis kelamin yang berhubungan dengan gen-gen itu.
Anak yang mengalami ketunarunguan karena di antara anggota
keluarganya ada yang mengalami ketunarunguan. Menurut astimasi
Moores (1982) presentase anak yang mengalami ketunarunguan jenis
ini sekitar 30%-60%. Ketunarunguan jenis ini disebut tunarungu
genetis.
46
2) Maternal rubella
Maternal rubella yang dikenal sebagai penyakit cacar air atau
campak. Virus tersebut sangat berbahaya jika menyerang wanita ketika
tiga bulan pertama waktu kehamilan sebab dapat memengaruhi atau
berakibat buruk terhadap anak atau bayi yang dikandungannya.
3) Pemakaian antibiotik over dosis
Obat-obat antibiotik lainnya yang besar pengaruhnya terhadap
gangguan pendengaran atau tunarungu pada anak semasa dalam
kandungan antara lain: dibydrosterptomycin, neomicin, kanamicin, dan
streptomycin.
4) Toxoemia
Ketika ibu sedang mengandung, karena suatu sebab ibu menderita
keracunan pada darahnya (toxoemia). Kondisi ini dapat berpengaruh
pada rusaknya placenta atau janin yang dikandungnya, kemungkinan
bayi itu lahir akan menderita tunarungu.
b. Ketunarunguan saat lahir (neonatal) yaitu ketunarunguan yang
terjadi saat anak dilahirkan. Ada beberapa kondisi yang
menyebabkan ketunarunguan saat anak dilahirkan sebagai berikut:
1) Lahir Prematur
Prematur adalah proses lahir bayi yang terlalu dini sehingga
berat badannya atau panjang badannya relatif sehingga di bawah
normal dan jaringan-jaringan tubuhnya sangat lemah, akibatnya
47
anak lebih mudah terkena axonia (kekurangan oksigen) yang
berpengaruh pada kerusakan inti cochlea (cochlear nuclei).
2) Rhesus Factors
Setiap manusia sebenarnya mempunyai jenis darah yang
disebut rhesus (rh). Jenis darah yang ada pada manusia adalah
jenis darah A-B-AB-O. Pada jenis darah tersebut ada rhesus
yang positif dan ada yang negatif.
3)Tang Verlossing
Bayi yang dikandung tidak dapat lahir secara wajar, artinya
untuk mengeluarkan bayi dari kandungan mempergunakan
pertolongan atau alat bantu. Untuk mengatasi kondisi yang
demikian, biasanya dokter menggunakan tang dalam membantu
lahir bayi.
c. Ketunarunguan setelah lahir (posnatal) yaitu ketunarunguan yang
terjadi setelah anak dilahirkan oleh ibunya. Ada beberapa kondisi
yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi setelah dilahirkan
sebagai berikut:
1) Penyakit Meningitis Cerebralis
Meningitis cerebralis adalah peradangan yang terjadi pada
selaput otak. Terjadinya ketunarunguan ini karena pada pusat
susunan saraf pendengaran mengalami kelainan akibat dari
peradangan. Jenis ketunarunguan akibat peradangan pada
selaput otak ini biasanya jenis ketunarunguan perseptif.
48
2) Infeksi
Anak yang terkena infeksi akan menyebabkan anak
mengalami tunarungu perspektif karena virus-virus akan
menyerang bagian rumah siput (cochlea) sehingga
mengakibatkan peradangan.
3) Otitis Media Kronis
Pada penderita secretory otitis akan menderita ketunarunguan
konduktif. Penyakit ini sering terjadi pada masa anak-anak yang
diduga mengalami otitis media.
49
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga
Sekolah SLB Negeri Salatiga adalah Sekolah Luar Biasa . SLB Negeri
Salatiga memiliki empat jenjang yaitu: TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Maka akan disajikan data secara umum SLB Negeri Salatiga, kecuali untuk data
murid akan disajikan khusus hanya pada SLB Negeri Salatiga.
1. Letak Sekolah SLB Negeri Salatiga
Letak SLB Negeri Salatiga menempati areal tanah seluas 3810 m².tanah
tersebut dijadikan bangunan permanen untuk sekolah TKLB, SDLB, SMPLB,
dan SMALB. Adapun batas-batasnya adalah
a. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
c. Sebelah timur berbatasan dengan villa permata Banjaran
d. Sebelah barat berbatasan dengan SD Mangunsari 02
Lokasi SLB Negeri Salatiga adalah Jl. Hasanudin Gang.III (Cakra)
Banjaran – Mangunsari Salatiga. (Observasi dan Dokumentasi pada tamggal 04
Nopember 2015).
2. Sejarah Berdiri
Pada tahun 1983 diresmikan berdirinya SLB Negeri Mangunsari Salatiga
yang berlokasi di Jln. Hasanudin gang III (cakra) Banjaran Mangunsari
50
Salatiga. SLB Negeri Salatiga adalah Sekolah Luar Biasa yang berdiri dibawah
naungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada awalnya SLB Negeri Salatiga
adalah SMPLB Negeri Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah menengah
pertama) yang berdiri tahun 1983 berdasar Inpres Nomor 4 /1983, dengan
jumlah siswa awal 4 anak jenis ketunaan Tunagrahita (C) yang diasuh oleh 5
orang guru. Menyesuaikan perkembangan dan sesuai dengan situasi dan
kondisi untuk lebih memberikan fasilitas anak untuk memperoleh layanan
pendidikan, dengan SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah
Nomor 421.8/24686 Tanggal 25 Juni 2007 Beralih status menjadi SLB
NEGERI SALATIGA yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan jenjang
TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.
Sebelum dilakukan pembelajaran PAI atau ketika anak baru masuk
sekolah SMPLB, setiap anak harus melakukan tahap assesmen atau
penelaahan, pengungkapan masalah diantaranya: dengan pengkajian
diagnostic, observasi, dan wawancara.
Setelah anak bisa mengungkapkan setiap masalah atau kebutuhan mereka,
maka dari pengajar atau pembimbing membagi mereka ke dalam beberapa
kelompok belajar.
SLB Negeri Salatiga adalah sekolah yang melayani pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus / luar biasa / cacat jenis :
a. Tunanetra (A)
Tunanetra adalah anak yang memiliki gangguan penglihatan (buta).
b. Tunarungu (B)
51
Tunarungu adalah anak yang memiliki gangguan pendengaran, baik
ringan, sedang, ataupun berat.Sedangkan tunarungu wicara merupakan
anak yang kehilangan daya pendengaran yang mengakibatkan gangguan
komunikasi verbal. Tunarungu wicara dilambangkan dengan huruf B.
c. Tunagrahita (C)
Tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ dibawah rata-rata.Tunagrahita
dilambangkan dengan huruf C, selain itu ada perbedaan kelas C1 untuk
tunagrahita sedang.
d. Tunadaksa (D)
Tunadaksa adalah anak yang memiliki gangguan fisik (cacat tubuh). Tuna
daksa dilambangkan dengan huruf D, sedangkan untuk tunadaksa ringan
dilambangkan dengan huruf D1
e. Tunalaras (E)
individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan
kontrol sosial.
f. Tunaganda (G)
Yang disebut anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi
kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya
masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas
dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja,
melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai
kelainan yang dimiliki.
g. Autis
52
Autis di SLB Negeri Salatiga merupakan kriteria yang masih bisa
dikatakan baru, sehingga kelas autis tidak dilambangkan huruf.
3. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SLB N Salatiga
b. NSS : 101036203018
c. Provinsi : Jawa Tengah
d. Kecamatan : Sidomukti
e. Kelurahan : Mangunsari
f. Jenjang : TKLB, SDLB, SMPLB,
SMALB
g. Alamat : JL. Hasanudin, Banjaran,
Mangunsari, Jawa
Tengah, Indonesia
h. Kabupaten : Semarang
i. Propinsi : Jawa Tengah
j. Kode Pos : 50721
k. Daerah : Perkotaan
l. Telepon / Fax : +62298238036
m. Status Sekolah : Negeri
n. Jarak ke Pusat Kecamatan : 0,1 km
o. Nama Kepala Sekolah : Muhlisun, M. Pd
p. NIP : 19620610 198407 1 001
53
4. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Visi yang dikembangkan SLB N Salatiga adalah:
1) Mendidik siswa bisa mandiri
2) Berkemampuan optimal dan
3) Berakhlak mulia
b. Misi
Dalam rangka mencapai visi tersebut SLB N Salatiga mempunyai Misi
sebagai berikut:
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu pada perundang-
undangan yang berlaku.
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku.
3) Menambah kegiatan ketrampilan.
4) Mengintensifkan kegiatan Agama.
c. Tujuan
1) Menampung anak berkebutuhan khusus Tunanetra A), Tunarungu
(B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), Tunalaras (E), Tunaganda (g) di
daerah salatiga dan sekitarnya dalam pendidikan formal.
2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa depan
yang kompetitif.
3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan
berkesinambungan.
54
5. Struktur Organisasi
Organisasi dalam arti luas adalah suatu badan yang mengatur segala
urusan yang mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
kerjasama antar individu dalam sebuah organisasi melalui adanya struktur
organisasi (Dokumentasi pada tanggal 04 Nopember 2015). Adapun struktur
organisasi SLB Negeri salatiga sebagai berikut:
55
STRUKTUR ORGANISASI SLB N
SALATIGA
6. Keadaan Siswa
KOMITE
M. Syatibi, S.Ag
KEPALA SEKOLAH
Muhlisun, M. Pd
KOORD TK/SD
Siti Aisyah, S.Pd
PENJAGA SEKOLAH
C. Sholeh
TUKANG KEBUN
Sri Rahayu
PETUGAS KEBERSIHAN
Sutikno
SISWA
GURU
KOORD SMP
Drs. Sarjiya
KEHUMASAN
Reni S, S.Pd
Otto D,P
SARPRAS
Juzan, S.Pd
Wisnu LJ, S.Si
KESISWAAN
Wawan P,S.Pd
Indah ,W
KURIKULUM
Sularno, S.Pd
Eko Puji, S.Ag
TATA USAHA
Baniyah, S.Pd.I
PUSTAKAWAN
Reni I, A.Md
KOORD SMA
Sri Lestari, S.Pd
56
6. Keadaan Siswa
Agar lebih jelasnya akan disajikan data tentang keadaan siswa SMPLB
bagian B pada anak tunarungu, dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VII B
No. Nama Agama Alamat
1. Musa Fasta Afdholi Islam Jl. Cerme, 545 Salatiga
2. Hilmy Ahmad Quds Islam Jl. Dr.Muwardi 63 Salatiga
3. Agus Nursalim Islam Gedat RT 11/I Wates Getasan
4. M Sultan Syahrir Ramadhan Islam Kupang Kidul RT.01 / RW.08
Ambarawa
5. Siti Nurul Hidayah Islam Sraten Rt 02 Rw 01 Tuntang,
Kab. Semarang
Tabel 3.2
Keadaan Siswa SMPLB Bagian B Kelas VIII B
6. Pradeva Satria Nugraha Islam Perum Cendrawasi No.27 RT 05
/ RW 04 Noborejo
7. Aqshal Samudya P Islam Kenteng Susukan
8. Filisa Wanda Aisah Islam Ngasem, Rt.01/III Jetis,
Bandungan, Amb. Kab.
Semarang
Keterangan: Dokumentasi 04 Nopember 2015
57
7. Keadaan Guru
Tenaga pengajar atau guru yang bertugas di SLB Negeri Salatiga pada
tahun 2015/2016 seluruhnya ada 39 orang yang terdiri dari 33 PNS, 6 Guru
Wiyata Bakti, 1 orang pustakawan, dan 1 orang penjaga. Guru yang mengajar
di SLB Negeri Salatiga tersebut berasal dari lulusan Pendidikan Luar Biasa
(PLB) dan berpendidikan S1, SGPLB, 1 Lulusan SMK, dan 1 Lulusan SMA.
Sedangkan untuk guru yang mengajar khusus di SLB B berjumlah 8 orang.
Guru-guru di SLB Negeri Salatiga mendapatkan tugas dan tanggung jawab
mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidikan guru yang ada di SLB Negeri
Salatiga tidak pernah mengeluh, menjalankan tugasnya dengan penuh
semangat, sabar dan ikhlas dalam membimbing anak yang berkebutuhan
khusus mulai dari anak tunarungu sampai dengan anak yang mengalami
keterbelakangan mental, dan anak autis.
Untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan daftar tabel tenaga
pengajar di SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:
58
Tabel 3.3
Keadaan Tenaga Pengajar di SMPLB Negeri Salatiga
NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN
MENGAJAR
KELAS
1 Muhlisun, M.Pd GURU SI.P.mat PKn 4C,5C
2 Trisnani, S.Pd GURU SGPLB C 4C
3 Rohani Eko S., S. Pd GURU SGPLB A 7 CI
4 Rohana Dwi S., S.Pd GURU SGPLB A 1CI (a)
5 Siti Aisyah, S.Pd GURU SI.Pkn 2C
6 Nunik Supriyatmi,
S.Pd GURU
SGPLB A 1A
7 Siti Rahayu,S.Pd GURU SGPLB C 3CI
8 Drs. Sarjiya GURU SI PLB 7B
9 Kusnanto GURU SGPLB A 3A
10 Sri Mulyani, S. Pd
GURU SGPLB E 3C
11 Wagiman, S. Pd GURU SGPLB C 12C
12 Subiyati GURU SGPLB E 1CI (b)
13 Yekti Widayani,S.Pd GURU SGPLB C 6CI
14 Sri Rahayu, S.Pd GURU SGPLB D ICI (c)
15 Rastini GURU SGPLB C 5C
16
Wawan Pamungkas,
S. Pd GURU
SGPLB A 7C
17 Indyatno, BA GURU Sm. PLB 6C
59
18 Muh Ihromi, S.Pd.I GURU S1. PAI PAI SDLB
19 Sularno, S.Pd GURU SGPLB D 8C
20 Juzan, S.Pd GURU SGPLB C 10D/C
21 Tin Kartini, S.Pd GURU S1.BHS&SENI 2CI
22 Sri Lestari W. S.Pd GURU S1 PPKN 8CI
23 Otto Danang P. S.Pd GURU SGPLB A 10B
24
Eko Puji Widodo. S.
Pd GURU S1 PAI
PAI SMP/SMA
25
Indah
Widyahety.S.Pd GURU SI. SENI
1B (b)
26 Reni Setiawati. S.Pd GURU S1.MIPA 12B
27
Khoirul Hidayati,
S.Pd GURU SI PLB
6B
28 Ninda Solikhah, S.Pd GURU S1 PLB IB (b)
29 Hastien C.,S.Pd GURU SI PLB Cuti
30 Yustiana E. H. S.Pd GURU SI B.Ingg 2B
31
Heriani Thamrin,
S.Pd GURU SI Komp
9CI
32 Fitri Indriyani, S.Si GURU SI Olahraga OR SD/SMP/SMA
33 Wisnu Laksono, S.Si GURU SI. Teologi PAK SD/SMP/SMA
34 Lusi Wulandari GURU SMA PAK SD
35 Masiyem GURU SGPLB C 10CI
60
Keterangan: Dokumentasi 04 Nopember 2015
8. Pendanaan
Pendanaan adalah hal yang tidak dapat lagi ditawar demi kelangsungan
suatu lembaga pendidikan. Dengan adanya pendanaan suatu lembaga
pendidikan akan lebih maju. Dari hasil penelitian tentang pendanaan yang ada
di SLB Negeri Salatiga dapat dilihat dari wawancara seperti di bawah ini:
“Untuk pendanaan di SMPLB Negeri Salatiga ini dari pemerintah, kemudian
dari komite sekolah, itupun tidak mengikat sifatnya itu artinya hanya
membantu saja, tidak mematok berapa banyak bantuan tersebut hanya sifatnya
membantu dan merekapun tetap berkomunikasi dengan baik” (Wawancara
pada tanggal 9 Nopember 2015).
9. Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana tidak lain untuk mendukung kelancaran, keberhasilan
proses belajar mengajar. Sarana prasarana di SMPLB Negeri Salatiga sebagai
pendukung jalannya proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
36 Asih Widiyarti, S.Pd GURU SI. P.Bio 11B
37 Baniyah, S.Pd.I GURU SI.Bhs. Ingg 4B
38 Reni Indriyani
A.A.Md
Pustakawan D.III T.Boga Pustakawan
39 Khairul Sholeh PSD SMP Penjaga Sekolah
40 Ika Yunita A. S Pd Guru SI Bk 5B
41
Fenny Ayuningtyas,
S.Pd
Guru
SI PLB
9B
42 Abdur Rahman Guru SI. PAI PAI/SD
61
1) Kantor: yang digunakan sebagai tempat manajemen dan administrasi kerja.
2) Tata usaha, menyelenggarakan administrasi SLB, pusat informasi SLB
serta sebagai tempat pendaftaran siswa baru.
3) Aula, digunakan sebagai tempat acar-acara penting, misalnya pelepasan
kelulusan peserta didik, untuk memeringati hari-hari besar dll.
4) Ruang kelas: terdiri dari 10 ruang, dimana setiap kelasnya dihuni oleh 4-6
siswa. Sedangkan siswa tersebut terbagi dalam 16 Rombongan belajar.
Yaitu kelas 1B10 siswa, 1C 11 siswa, 1C1 10siswa, 2B 3 siswa, 2C 9
siswa, 2C1 9 siswa, 3A 1 siswa, 3C 5 1) siswa, 3C1 1 siswa, 3C Autis 2
siswa, 4C 9 siswa, 4C1 6 siswa, 5B 2 siswa, 5C 6 siswa, 5C1 7 siswa, 6C
4siswa, 6D 1 siswa, 6C1 1) 5 siswa.
5) Mushola: digunakan sebagai sarana untuk kegiatan praktek sholat, kajian
keislaman sholat berjamaah.
6) Taman bermain: yang digunakan untuk melatih motorik kasar, sosialisasi
dengan teman bermain bersama.
7) Perpustakaan: yang berfungsi sebagai bahan bacaan dan referensi bagi
pegawai dan siswa.
8) Lapangan Olahraga: digunakan untuk Olahraga, antara lain: ruang
badminton, tenis meja, dan voly.
9) Ruang terapi, meliputi: psikoterapi, psioterapi, hidroterapi, terapi musik.
10) Ruang praktek: digunakan para siswa untuk tata boga, dan praktek
melukis.
62
11) Kantin: Sarana memenuhi kebutuhan siswa, guru dan karyawan sekolah
serta umum.
12) Gudang: digunakan ntuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak
terpakai.
13) UKS: Unit kesehatan sekolah.
14) Kamar mandi.
15) Rumah dinas penjaga.
63
Table 3.4
DATA SARANA PRASARANA
NO NAMA BARANG JUMLAH BAHAN
1 Gedung Sekolah 5 Beton
2 Gedung Asrama 1 Beton
3 Gedung Artikulasi 1 Beton
4 Musholla 1 Beton
5 Perpustakaan 1 Beton
6 Rumah Dinas 1 Beton
7 Ruang Sensori Integrasi 1 Beton
8 Meja Guru 11 Kayu
9 Kursi Guru 11 Kayu
10 Meja Siswa/Sekolah 129 Kayu
11 Kursi Siswa/Sekolah 129 Kayu
12 Almari 29 Kayu
13 Papan Tulis 3 Triplek
14 White Board 35 Triplek
15 Papan Informasi 5 Triplek
16 Meja Kursi Tamu 2 set Kayu
17 Alat Peraga 40
18 Alat Pertanian 1 set Besi
19 Jumlah Buku 1470 Kertas
20 Alat Kebersihan 1set Plastik
21 Alat Pertukangan 1 set Besi
64
Keterangan: Dokumentasi 04 Nopember 2015
22 Alat Kecantikan 2 set Kayu
23 Alat Perbengkelan 1 set Mesin
24 Alat Boga 1 set Besi
25 Lapangan 1
26 Kantin 1 Beton
27 Tempat Parkir 2
28 Alat Kesehatan 24
29 Alat Keterampilan 41
30 Komputer 25 Elektronik
31 Monitor 21 Elektronik
32 TV 3 Elektronik
33 Sound System 5 Mesin
34 Speaker Sound King 2 Mesin
35 Mesin Jahit 10 Mesin
36 Tenda 7 Plastik Parasit
37 Kursi Lipat 3 Besi
38 Mesin Ketik 1 Mesin
39 Mesin Ketik Braille 1 Mesin
40 Camera Digital 1 Elektronik
41 Kursi Roda 8 Besi
42 Parabola 1 Mesin
65
10. Keunggulan SLB Negeri Salatiga
Selain hasil belajar secara akademik, SLB Negeri Salatiga juga memiliki
keunggulan dan prestasi di luar akademik, diantaranya:
Tingkat Eks Karesidenan Semarang
1. Juara II bulu tangkis putra SDLB B
2. Juara I balap kursi roda 100 m putra/ SMPLB D
3. Juara II lari 100 m putra/c SMPLB
4. Juara III bocce putra SMPLB C1
5. Juara II bulu tangkis putra SMALB
Tingkat Kota Salatiga
1. Juara I Cipta Baca Puisi SDLB A/D
2. Juara I Lari 80 m Putra /C SDLB
3. Juara I Bulu Tangkis SDLB B
4. Juara II Melukis SDLB
5. Juara I Lari 100 m Putra /C SMPLB
6. Juara I Cipta Baca Puisi SMPLB
7. Juara I Menyanyi Solo SMPLB A/D
8. Juara II Lompat Jauh Putri /B SMPLB
9. Juara II Memainkan Alat Musik SMPLB C
10. Juara I Merias Wajah dan Kuku SMALB B
11. Juara II Desain Grafis SMALB B
66
Berdasarkan hasil penelitian mengenai beberapa keunggulan dari SLB
Negeri Salatiga dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:
“Keunggulan dari SMPLB sini, mengenai biaya semuanya gratis karena ada
BOS (Bantuan Oprasional Sekolah), sarana prasarana itu di bantu baik dari
Pusat, baik dari Provinsi, dan Kabupaten. Memang sekolah Negeri mendapat
fasilitas seperti ini, keunggulan lainnya murid juga banyak yang pindah ke
sini. Lomba propinsi olahraga lompat jauh, lomba kursi roda, ada lagi
jamboree pramuka itu bahkan juara 8 dan 1 tingkat propinsi itu outbound.
Untuk yang terhangat ini lompat jauh tingkat propinsi”. (Wawancara 9
Nopember 2015).
11. Partisipasi Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap peserta didik hanya merupakan pengaruh
belaka, tidak ada unsur tanggung jawab di dalamnya. Peserta didik akan
beruntung apabila kebutuhan mendapat pengaruh yang baik dari
lingkungannya, dan sebaliknya akan rugi apabila kebetulan mendapatkan
pengaruh yang kurang baik.
Lingkungan disekitar SMPLB Negeri Salatiga dan masyarakat kota
salatiga pada umumnya sangat mendukung keberadaan sekolah tersebut.
Sebagaimana pernyataan kepala sekolah SMPLB Negeri Salatiga berikut:
“Peran masyarakat cukup bagus terbukti ketika ada perayaan 17 agustus
kita di ajak untuk memperingati. Sekaligus dari instansi-instansi di sekitar
sekolah juga meminta untuk anak untuk tampil sehingga ada penampilan
band dan seni tari dari anak-anak SMPLB”. (Wawancara Pada Tanggal 9
Nopember 2015).
67
B. Temuan Penelitian
1. Profil Responden
Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti yang
berada di SMPLB Negeri Salatiga. Masing-masing informan terdiri dari siswa
dan siswi yang mengalami ketunarunguan, teman dekat siswa tunarungu, orang
tua siswa tunarungu, dan guru siswa tunarungu yang bersangkutan. Berikut ini
penjelasan mengenai profil masing-masing informan, yaitu sebagai berikut:
a) SNH (14 TAHUN)
SNH adalah seorang perempuan, siswi yang duduk di bangku kelas 7 bagian
B.
SNH adalah salah satu siswi yang mengalami ketunarunguan sejak lahir.
SNH hidup dalam kondisi biasa. Ibunya adalah seorang wiraswasta dan
Ayahnya seorang wiraswasta. Sejak SNH mengalami ketunarunguan, SNH
tidak pernah putus asa untuk belajar. Dalam belajar di sekolah SNH telah
menggeluti apa yang EW pandaikan dalam kelebihan SNH. EW salah satu
siswi yang rajin dalam keterampilan melaksanakan kegiatan sekolah.
b) MFA (14 Tahun)
Mfa adalah seorang laki-laki, siswa yang duduk dibangku kelas 7 bagian B.
Mfa adalah anak yang mengalami ketunarunguan sejak lahir. Mfa hidup
dalam kondisi yang cukup. Ibunya adalah seorang wiraswasta dan Ayahnya
seorang wiraswasta. Sejak MFA mengalami ketunarunguan, MFA tidak
pernah putus asa untuk belajar. Dalam belajar di sekolah MFA telah
menggeluti apa yang MFA disukai oleh MFA.
68
c) HAQ (13 Tahun)
HAQ adalah seorang anak laki-laki yang duduk dibangku kelas 7 bagaian
B. HAQ adalah anak yang mengalami ketunarunguan sejak lahir, HAQ
adalah anak yang manja HAQ adalah anak yang hidup dalam kecukupan
karana orangtuanya adalah anggota DPR. HAQ adalah anak yang hidup
dalam keluarga berkecukupan dia belajar dengan tekun ketika guru
agamanya sedang member contoh tentang praktek wudhu dan sholat.
d) AN (14 Tahun)
AN adalah siswa laki-laki yang duduk di bangku kelas 7 bagian B di
SMPLB Negeri Salatiga. AN adalah siswa laki-laki yang mengalami
ketunarunguan sejak lahir. AN hidup dalam keluarga petani, kedua
orangtuanya adalah seorang petani. AN adalah anak yang pendian di
sekolahnya tetapi dia selalu memperhatikan ketika guru agamanya
sedang memberikan pelajaran kepadanya dan kepada siswa
sepantarannya. AN selalu rajin mengikuti pelajaran agama yang
diajarkan guru, bahkan AN selalu bersemangat jika harus
mempraktekkan apa yang diajarkan barusan kepadanya. AN di rumah
sengat rajin beribadah walaupun AN tidak begitu paham doa dalam
sholatnya. Tetapi dia yakin bahwa tuhan tau perasaannya.
e) MSSR (13 Tahun)
MSSR adalah siswa laki-laki di SMPLB N Salatiga .MSSR adalah siswa
kelas 7 bagian B. mssn mengalami ketunarunguan sejak lahir, MSSR
adalah siswa yang sangat rajin MSSR hidup dalam keluarga yang biasa
69
karena orang tuanya sebagai wiraswasta. MSSR di sekolah sangat rajin,
MSSR selalu berangkat pagi dan tidak meu terlambat. Hobinya ketika
istirahat selalu keruang computer untuk bermain computer. Paling suka
kalau menggambar.
f) PSN (15 Tahun)
PSN Adalah siswa laki-laki yang bersekolah di SMPLB Negeri Salatiga
kelas 8 bagian B. PSN mengalami ketunarunguan sejak lahir. PSN hidup
dalam keluarga yang berkecukupan orangtuanya adalah seorang pegawai
negeri sipil. PSN adalah siswa yang rajin pulan seperti teman-temannya
yang lain. Tetapi dia sangat sensitif ketika orang lain sedang berbica,
dikira membicarakan dirinya. Kegemaran PSN adalah bermain sepak
bola. Terkadang ketika waktu istirahan PSN menyempatkan diri untuk
bermain sepakbola.
g) AS (14 Tahun)
AS merupakan salah satu siswa yang mengalami kecacatan di bagian
telinga, sehingga AS mengalami ketunarunguan. AS sekolah di SMPLB
di bagian B duduk di kelas 8. AS juga mengalami gangguan dalam
berbicara, sejak AS masih kecil sudah mengalami ketunaan. Namun, AS
tidak merasa malu, karena semua ini adalah pemberian dari Tuhan. Jadi,
AS tetap semangat dalam menjalankan kehidupan ini. AS mempunyai
salah satu keterampilan berupa seni musik yaitu main gitar. AS pandai
memainkan gitar sejak RR masih duduk di bangku SD.
70
h) FWA (16 Tahun)
FWA merupakan siswi yang mengalami tunarungu, dan mengalami
ketunawicara. Akibat dari tunarungu FWA juga terganggu dalam
bicaranya. Sehingga, FWA sangat sulit untuk untuk mengucapkan kata-
kata yang sempurna seperti teman yang lainnya. FWA hidup dalam serba
kecukupan, FWA adalah anak tunggal yang tidak mempunyai saudara.
FWA tinggal di sebuah desa lereng gunung Sindoro, dalam kehidupan
FWA kalau dirumah sering membantu orang tuanya untuk berkebun
tembakau.
Namun, FWA tidak malu dalam menjalankan segala hal yang FWA
punyai. Walaupun FWA tidak sesempurna dengan teman yang lainnya.
Kata guru SLB Negeri Salatiga FWA termasuk anak rajin dan penurut
dengan gurunya. FWA tidak pernah membantah kalau disuruh gurunya
atau orang tuanya untuk mengerjakan hal apapun. FWA sekarang duduk
di bangku kelas 8 bagian B.
2. Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Siswa Tunarungu Di
SMPLB Negeri Salatiga
Berbicara masalah teknik mengajar, dalam kurikulum SMPLB Negeri
Salatiga bidang studi pendidikan agama Islam disebutkan: teknik yang
diterapkan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengajar disebutkan:
Teknik ceramah, teknik artikulasi, dan teknik latihan. Dari teknik-teknik
semuanya diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa yang mengalami ketunarunguan.
71
Untuk lebih jelasnya dijelaskan masing-masing teknik yang diterapkan
oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, yaitu:
a. Teknik Artikulasi
Teknik artikulasi merupakan ucapan atau suara yang dihasilkan
oleh perangkat alat ucap yang melibatkan gerakan otot-otot dari langit-
langit rahang, lidah, dan bibir sehingga menghasilkan suatu bunyi bahasa
yang dapat dibedakan dengan jelas. Mengucapkan kata-kata memerlukan
artikulasi yang jelas agar orang lain mudah memahami ucapan yang
dikeluarkan anak tunarungu. Maka dari itu, anak harus dilatih
mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang jelas secara berulang
sehingga anak terampil atau terbiasa mengucapkan kata-kata dengan
artikulasi yang tepat dan jelas.
1) Penyebab gangguan Artikulasi
Penyebab gangguan artikulasi sebagai berikut:
a) Faktor Organik
(1) Hilangnya ketajaman indra pendengaran (tunarungu)
(2) Bentuk konstitusib fisik pada bagian mulut dan wajah (oral-
facial) kurang atau tidak sempurna (abnormal).
(3) Buruknya koordinasi dari otot-otot bicara.
(4)Tinggi atau sempitnya langit-langit sehingga menyebabkan
kesukaran bagi lidah untuk bergerak.
72
b) Faktor Fungsional
(1) Metode pengajaran yang tidak konsisten atau salah dari orangtua
dalam membicarakan stimulasi bicara pada anak.
(2) Buruknya model bicara yang diterapkan di lingkunagan rumah,
lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah.
2) Klasifikasi gangguan Artikulasi
Berikut ini adalah klasifikasi gangguan artikulasi antara lain:
a) Omissi, yaitu pengurangan huruf konsonan pada kata-kata tertentu
pada setiap upayanya karena kesulitan atau ketidak mampuan untuk
memproduksi suara konsonan tersebut.
b) Subtitusi, yaitu penggantian ucapan yang benar menjadi salah,
meskipun sebenarnya tahu tentang laval suara yang benar atau tepat.
Contoh: kata “rumah” menjadi “yumah”.
c) Distursi, yaitu mencoba mendekati ucapan yang benar tapi malah
salah atau kacau. Contoh: kata “saya” yang diartikulasikan
menyerupai huruf konsonan “z” pada huruf ”s”.
d) Addisi, yaitu penambahan huruf-huruf konsonan atau suku kata yang
sebenarnya tidak perlu pada kata-kata tertentu disetiap ucapan atau
bicaranya. Contoh: kata “Bandung” diucapkan “Mbandung”.
Dari hasil wawancara mengenai teknik pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMPLB Negeri Salatiga dapat di lihat dari wawancara dengan guru
Pendidikan Agama Islam yaitu Pak Eko Puji Widodo Guru PAI siswa
tunarungu:
73
“Tekniknya kita biasanya, melambatkan gerak mulut mas agar anak-anak
paham dan menggunakan media, karena anak tunarungu visual tentunya seperti
gambar, kita akan menyesuaikan materi pembelajaran ya media fisual, video,
praktek materi sholat, materi haji dan yang lainnya dengan menggunakan
media sesuai pembelajaran Dan ini mas kami juga melatih anak untuk
senantiasa terbiasa melaksanakan kegiatan keagamaanya mas… anak –anak
kita latih untuk melaksanakan wudhu sholat dan ngaji walaupun seperti itu
anaknya mas”… (Wawancara 9 Nopember 2015).
b. Teknik Latihan
Teknik latihan merupakan cara guru menyampaikan materi kepada
siswa untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan
kepada latihan menulis, membaca). Biasanya latihan menulis untuk dibuat
PR, seperti menulis surat-surat pendek.
Namun dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tentunya ada
kekurangan dan kelebihan dari teknik yang digunakan. Begitu juga pada
teknik latihan memiliki kelebihan diantaranya: dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai
dengan daya dan kemampuannya. Sedangkan kelemahan dari teknik
latihan diantaranya: kadangkala siswa diminta untuk latihan menulis tetapi
siswa justru menggunakan untuk kesempatan bermain bersama dengan
temannya.
3. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SLB Negeri Salatiga
Karakteristik pendidikan SLB khususnya SMP hampir sama dengan
sekolah regular, kurikulumnya relatif sama dengan kurikulum di sekolah
umum, hanya dibatasi pada jumlah materinya. Materi yang diajarkan di
SMPLB Negeri salatiga ditentukan sendiri oleh sekolah dengan kurikulum
74
yang dibuat. Materi yang diberikan adalah materi sederhana yang berkaitan
dengan kehidupan Islami. Seperti Ibadah Sholat, dan bacaan sholat, tapi begitu
susah, dan yang terpenting rukun- rukunnya. Kalau mengejar menggunakan
materi pada umumnya terlalu sulit. (wawancara pada tanggal 9 Nopember
2015).
Kegiatan pembelajaran di SLB Negeri Salatiga, dalam hal penataan ruang
kelasnya untuk SD sudah mempunyai ruangannya sendiri, SMP sudah
mempunyai ruangannya sendiri, dan SMA juga sudah mempunyai ruangannya
sendiri. Jumlah siswanya sudah banyak, tetapi antara tunarungu dan grahita di
jadikan satu.
a. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam
Tujuan penbelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan arah
yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas, maka arah
pendidikan menjadi kabur. Berdasarkan hasil interview dengan beberapa
orang guru bahwa tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB
Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:
1) Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah.
Menurut bapak Kepala Sekolah:
“Kalau soal memberikan bekal kepada siswa disini ya Mas…ya...setelah
anak ini keluar atau sudah menyelesaikan belajarnya dari SLB Negeri
Salatiga ini Mas…besoknya anak ini agar menjadi anak yang taat kepada
Allah ya Mas tentunya, seperti memberi arahanan untuk melaksanakan
sholat 5 waktu, melaksanakan puasa, setiap paginya diajarkan untuk
sholat dhuha, diajarkan sopan santun dengan yang lebih tua, seperti itu
mas…
Kemudian disambung dengan bapak Eko Puji Widodo:
75
“iya Mas… anak-anak disini juga diajarkan prilaku yang baik, kalau pas
waktu mau sholat to… Mas anak-anak pada semangat, Mas..mereka itu
tahu kalau waktu jam segini itu waktunya untuk sholat, mereka bergegas
ke mushola”
2) Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin dan
hidup mandiri.
Kemudian kata Pak Eko Puji Widodo menyambung tentang jawaban
yang kedua:
“Kalau soal budi pekerti (akhlak) Alhamdulillah Mas,, anak-anak disini
sudah bisa menyesuaikan sama dengan anak yang lainnya. Mereka juga
mengerti kalau saya lulus dari sekolah sini saya harus bisa mandiri sama
dengan anak-anak yang lainnya,, begitu Mas …..”
3) Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Wawancara dengan Pak kepala Sekolah mengatakan bahwa:
“siswa akan tercapai kreativitasnya dengan kemampuan yang dimiliki
masing-masing, contohnya Mas,,, ada siswa yang pandainya menyanyi,
ya… mereka teruskan bakatnya agar bisa menjadi penyanyi yang baik,
ada juga yang pandainya memainkan musik, pandai menari, dan lainnya
Mas.. saya juga bangga dengan mereka Mas… walaupun mereka itu
dalam keadaan fisiknya tidak sesempurna manusia yang lain
mempunyai fisik tubuh yang lengkap, mereka tetap semangat Mas”.
b. Materi yang diajarkan
Materi dan metode merupakan bagian dari pendidikan yang pokok.
Materi adalah bahan-bahan yang harus diberikan atau disajikan kepada
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang ingin di capai.
SLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
yang kemudian digunakan di SLB Negeri Salatiga sebagai acuan dalam
76
proses belajar mengajar dengan memperhatikan Kompetensi dan
Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang diberikan di SMPLB Negeri
Salatiga berdasarkan sistem semester.
Materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disampaikan
meliputi: Al-qur’an, Aqidah, Akhlak, serta fiqh dan materi tersebut
disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, guru lebih menekankan pada materi akhlak dan
fiqh karena dengan menekankan materi akhlak dan fiqih diharapkan siswa
nantinya dapat berakhlak dan bertingkah laku baik kepada orang tua, guru,
dan teman, baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dapat
melaksanakan sholat dalam kehidupan sehari-hari dan menjalan kewajiban
berpuasa pada bulan romadhon maupun puasa sunah, sehingga anak
tunarungu mendapatkan materi yang bersifat konkret dan praktis.
Dari hasil penelitian mengenai pelaksanaan kurikulum pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga dapat di lihat dari hasil
wawancara seperti yang akan dijelaskan
“Berdasarkan pada kurikulum Pendidikan Agama Islam yang telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dalam pelaksanaan program PAI
pada siswa tunarungu jenis kurikulum yang diajarkan di SLB Negeri
salatiga baik di SDLB, SMPLB, hingga SMALB semuanya masih relatif
sama dengan kurikulum yang ada di sekolah umum yaitu masih
menggunakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai
pedoman pengajaran di SLB Negeri Salatiga. Tetapi karena adanya
kurikulum baru kami juga menyesuaikan sedikit demi sedikit”. (Wawancara
pada tanggal 9 Nopember 2015).
SMPLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
77
yang kemudian digunakan SMPLB Negeri Salatiga sebagai acuan dalam
proses belajar mengajar dengan memperhatikan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar peserta didik. Materi yang diberikan di SMPLB Negeri
Salatiga berdasarkan sistem semester. Adapun materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam kelas 1-3 SMPLB bagian B sebagai berikut:
a. Kelas VII B
1) Al-qur’an
a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-fatikhah
b) Semester genap meliputi menirukan Al-qur’an surat Al-ikhlas.
2) Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan ciptaan Allah SWT,
menghafal enam rukun iman
b) Semester genap meliptuti mencontoh bacaan syahadat tauhid dan
syahadat rosul.
3) Akhlak
a) Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti
menunjukkan perilaku jujur.
b) Semester genap meliputi menampilkan perilaku hormat kepada
orang tua dan guru.
4) Fiqih
a) Semester ganjil meliputi menyebutkan pengertian bersuci
b) Semester genap meliputi mencontoh tata cara bersuci dan berwudlu
dengan tertib.
78
b. Kelas VIII B
1. Al-qur’an
a) Semester ganjil meliputi menirukan Al-qur’an surat An-nasr
b) Semester genap meliputi menirukan dan melafalkan bacaan Al-
qur’an dan An-nas.
2. Aqidah
a) Semester ganjil meliputi menirukan dari bacaan lima asmaul husna
b) Semester genap meliputi melafalkan dan menyebutkan dari asmaul
husna
3. Akhlak
a) Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati dan
memberi contoh perilaku hidup sederhana
b) Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada teman
di kelas.
4. Fiqh
a) Semester ganjil meliputi mencontoh tata cara wudlu dan melafalkan
bacaan sholat
b) Semester genap meliputi mencontoh gerakan sholat secara tertib.
(Dokumen pada tanggal 2 Nopember 2015)
c. Waktu, Jadwal, dan kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran pendidikan Agama Islam untuk jenjang SMPLB Negeri
Salatiga bagian B dari kelas 1-2 SLB Negeri Salatiga dilaksanakan hanya 1
kali dalam satu minggu yaitu pada hari Senin. Waktu pelaksanaannya pada
79
pagi hari mulai dari jam 08.00-12.00. Untuk lebih jelasnya, penulis akan
sajikan jadwal mata pelajaran pendidikan agama Islam dalam tabel sebagai
berikut:
Table 3.5
Jadwal Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMPLB Bagian B
Hari Kelas Jam Guru
1. SENIN VII B 09-00 s.d
12.00
Eko puji
widodo
2. SENIN VIII B 09-00 s.d
12.00
Eko puji
widodo
Keterangan : (Dokumen Dan Wawancara Pada Tanggal 9 Nopember 2015)
d. Sarana pembelajaran pendidikan agama Islam
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah, diperlukan
sarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar. Sarana pendidikan
adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
sebagai penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar
seperti gedung, ruang kelas, ruang guru, meja kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran.
Menurut Pak kepala sekolah smplb n salatiga mengatakan:
“Fasilitasnya sudah memadai hanya saja mungkin, kebanyakan fasilitas
terkadang palah jarang di sentuh”. (wawancara pada tanggal 9 Nopember
2015 diruang Kantor SMPLB Negeri Salatiga).
SMPLB Negeri Salatiga ruang terapi sudah ada, untuk tenaga terapisnya
yang belum ada, tetapi tidak menjadikan guru di SLB Negeri Salatiga malas
80
untuk mengajar tetapi tetap menjalankan tugas sebagai pendidik
sebagaimana mestinya.
4. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
Adapun faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan
pembelajaran pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Salatiga yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor pendukung
1) Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa
sabar dan ikhlas.
Maksud dari guru penuh rasa sabar dan ikhlas di sini gini Mas ;
“Guru di SLB Negeri Salatiga ini Mas, selain mengajar dengan rasa
sabar, kami juga mengajarnya dengan rasa yang ikhlas Mas,,. Kami
semua ikhlas mas,, ya… Kami semua dengan rasa kesabaran menghadapi
anak-anak di sini Mas. Kami semua tidak pernah mengeluh kok, anak ini
gini ya.. kok anak itu gitu ya.. kami semua bisa memaklumi lah Mas.
Kami semua sangat prihatin sekali Mas melihat anak-anak seperti itu”.
(wawancara pada tanggal 9 Nopember 2015 pada pukul 10.00 di ruang
Kepala Sekolah).
Guru di SMPLB Negeri Salatiga mengajar sesuai dengan lulusan
kependidikannya. Sebagian besar dari guru di SMPLB Negeri Salatiga
sudah berlatar belakang pendidikan dari PLB.
Menjadi guru di SMPLB Negeri Salatiga, bukanlah pekerjaan
mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan dan juga ketekunan. Harus
ada pula keikhlasan dan dan kesabaran dalam menyampaikan pelajaran.
81
Sebab, sejatinya guru bukan hanya mendidik tetapi juga mengajarkan.
Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya.
2) Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan
misi sekolah.
Guru di SMPLB Negeri Salatiga selalu menjunjung tinggi etos
kerja terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggung jawab sebagai
pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah anak normal
yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di SMPLB Negeri
Salatiga, guru menjadi tumpuan bagi para siswa.
Guru di SMPLB Negeri Salatiga tersebut, selain menjadi tenaga
pendidik dalam mengajar juga sebagai orang tua, karena anak tunarungu
perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Salah satu contoh konkret
adalah ketika siswanya malas masuk sekolah. Selain itu guru di SMPLB
Negeri Salatiga selain berperan sebagai orang tua juga berperan sebagai
kakak bermain bersama didalam proses pembelajaran.
3) SMPLB Negeri Salatiga keberadaannya didukung oleh masyarakat
setempat, pemerintah dan Direktorat PLB.
Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga pendidikan
resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada lembaga umum,
sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan pemberdayaan dalam
mengatur anak cacat masih kurang.
Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai peraturan
sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang mengatur dan mengayomi
82
anak-anak penyandang cacat, guna membekali pendidikan mereka.
Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menjadi pendukung untuk
meningkatkan pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali
kemandirian dan ketrampilan anak.
4) Partisipasi lingkungan yang mendukung.
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
membangun proses pembelajaran di sekolah, terutama dalam
memciptakan iklim positif bagi kemampuan siswa dan guru. Bagi
kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa untuk berperan
aktif dalam kegiatan, terutama perlombaan-perlombaan. Kemudian bagi
guru, lingkungan selaku mengadakan silaturahmi, sehingga terjalin kerja
sama yang bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain itu
lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk memenuhi
kebutuhan finansial, ketika sekolah akan mengadakan kegiatan.
b. Faktor penghambat
1. Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah.
Melihat kondisi anak yang berkebutuhan khusus atau anak
tunarungu, terutama pada awal masuk belajar setelah liburan sekolah,
sebagian anak malas untuk belajar kembali.
“Ketika sehabis liburan para siswa ada yang sulit masuk ke kelas mas
“Kadang kami ada guru yang nyamperi didepan sekolah, Kadang kami
ada guru yang nyamperi didepan sekolah Mas, agar anak tersebut mau
untuk belajar kembali, dan kembali kesekolah. Anak kan kalau sehabis
libur panjang, mereka males-malesan untuk masuk sekolah Mas, mereka
pengennya dirumah untuk bermain terus mas…(wawancara pada tanggal
10 Nopember 2015 di ruang kelas).
83
2. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunarungu.
Kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa menjadikan
terhambatnya siswa dalam perkembangannya, meskipun dari pihak
sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan pelayanan dan
pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak seimbang,
dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid.
Sebagai contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali kurang
memperhatikan anak tunarungu dalam segi makanan dan pergaulan
sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai tempat penitipan
bagi anaknya, karena mereka masih merasa malu memiliki anak yang
cacat.
Pak kepala sekolah mengatakan tentang kurang perhatiannya orang
tua terhadap anaknya:
“Tidak begitu mencolok hanya terkadang dari orang tua banyak yang
tidak mau menyekolahkan anaknya karena gengsi dan sebagainya. Terus
sosialisasi kita masih kurang, sehingga kita mendapatkan murid itu juga
kurang. Sehingga mendapatkan murid yang berpretasi juga kurang”.
(Wawancara pada tanggal 10 Nopember 2015).
3. Kurangnya guru PAI
Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga, merupakan
salah satu penghambat dalam proses pembelajaran. Dikarenakan guru
agama Islam hanya ada 2 orang guru, yang satu memgampu mata
84
pelajaran agama Islam pada jenjang SDLB, dan yang satunya lagi
mengampu mata pelajaran agama Islam jenjang SMPLB dan SMALB.
4. Kurangnya tenaga terapis dan guru khusus PLB
Dari hasil wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah pada tanggal
9 Nopember 2015 pada pukul 09.00 di ruang Kepala Sekolah:
“Di SLB Negeri Salatiga masih sangat kekurangan tenaga terapis dan
guru khusus dari PLB, dan untuk tenaga terapisnya sampai sekarang
belum ada yang daftar di SLB Negeri Salatiga ini. Jadi, kami sangat
kesulitan waktu melaksanakn terapi untuk anak-anak yang mengalami
ketunaan”.
5. Sekolah sudah menyediakan terapi khusus untuk mengkondisikan siswa
tunarungu, akan tetapi terkendala waktu karena guru terapis tuna wicara
sedang sibuk.
“Kemarin-kemarin ada mas, terapi wicaraa. Ada jadwal dari guru
pengampu, Cuma 2 bulan ini agak macet saking sibuknya guru-guru
wicaranya.
(Wawancara 9 Nopember 2015)
Dari beberapa pernyataan responden tersebut dapat disimpulkan
bahwa faktor pendukung sekaligus penghambat di SMPLB Negeri
Salatiga diantaranya adalah:
1. Faktor Pendukung
85
1) Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh
rasa sabar dan ikhlas.
2) Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi
dan misi sekolah.
3) SMPLB Negeri Salatiga keberadaannya didukung oleh masyarakat
setempat, pemerintah dan Direktorat PLB.
4) Partisipasi lingkungan yang mendukung.
2. Faktor Penghambat
1) Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah.
2) Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang
tunarungu.
3) Kurangnya guru PAI
4) Kurangnya tenaga terapis dan guru khusus PLB
5) Sekolah sudah menyediakan terapi khusus untuk mengkondisikan
siswa tunarungu, akan tetapi terkendala waktu karena guru terapis
tuna wicara sedang sibuk.
86
BAB IV
ANALISIS DATA
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada sebelumnya, maka
pada bab ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan dianalisis
adalah pelaksanaan teknik pembelajaran pendidikan agama Islam, karakteristik
pembelajaran pendidikan agama Islam, serta faktor pendukung dan penghambat di
SMPLB Negeri Salatiga.
A. Teknik yang digunakan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
Siswa Tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga
Berbicara masalah teknik mengajar, dalam kurikulum SMPLB Negeri
Salatiga bidang studi pendidikan agama Islam disebutkan: teknik artikulasi, dan
teknik latihan. Dari teknik-teknik semuanya diterapkan dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam dan disesuaikan dengan keadaan siswa
yang mengalami ketunarunguan, hal ini sesuai dengan pendapat Usman (2002:21)
yang berpendapat bahwa mengajar adalah suatu usaha bagaimana lingkungan dan
adanya interaksi subjek didik (anak) dengan lingkungannya sehingga tercipta
kondisi belajar yang baik.
Untuk lebih jelasnya dijelaskan masing-masing teknik yang diterapkan
oleh guru pendidikan Agama Islam dalam mengajar, yaitu:.
1. Teknik Artikulasi
Teknik artikulasi merupakan ucapan atau suara yang dihasilkan oleh
perangkat alat ucap yang melibatkan gerakan otot-otot dari langit-langit
rahang, lidah, dan bibir sehingga menghasilkan suatu bunyi bahasa yang dapat
87
dibedakan dengan jelas. Mengucapkan kata-kata memerlukan artikulasi yang
jelas agar orang lain mudah memahami ucapan yang dikeluarkan anak
tunarungu. Maka dari itu, anak harus dilatih mengucapkan kata-kata dengan
artikulasi yang jelas secara berulang sehingga anak terampil atau terbiasa
mengucapkan kata-kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas.
Peneliti menemukan pada saat wawancara langsung dengan guru PAI
pada siswa tunarungu, saat mengajar anak tunarungu harus menggunakan
teknik artikulasi, karena kalau tidak menggunakan teknik tersebut, anak-anak
tidak akan mengerti dengan penjelasan dari gurunya. Saat menggunakan teknik
artikulasi harus benar-benar jelas agar anak-anak tidak kebingungan. Memang
harus penuh dengan tenaga untuk mengajar anak tunarungu, apalagi dengan
menggunakan teknik artikulasi. Saat bicara rahang-rahang mulut harus peka
dan jelas.
Teknik pengajaran ini sejalan dengan teori pembelajaran koneksionisme
yang diungakapkan oleh Edward Lee Thorndike. Teori pembelajaran
koneksionisme menjelaskan bahwa dalam pembelajaran anak harus diberi
stimulus atau rangsangan, dengan tujuan agar anak dapat belajar dengan cara
merespon atau menanggapi rangsangan tersebut.
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa teknik yang digunakan ialah
dengan cara memberikan stimulus kepada anak berupa kata atau ucapan.
Pemberian stimulus tersebut diharapkan anak dapat merespon, memahami dan
meniru kata-kata yang diucapkan oleh guru.
88
2. Teknik Latihan
Teknik latihan merupakan cara guru menyampaikan materi kepada siswa
untuk latihan sendiri (dalam hal ini biasanya siswa ditekankan kepada latihan
menulis, membaca, latihan wudhu, latihan sholat berjama’ah).
Namun dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tentunya ada
kekurangan dan kelebihan dari teknik yang digunakan. Begitu juga pada teknik
latihan memiliki kelebihan diantaranya: dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kreatifitasnya sesuai dengan daya dan
kemampuannya. Sedangkan kelemahan dari teknik latihan diantaranya:
kadangkala siswa diminta untuk latihan menulis tetapi siswa justru
menggunakan untuk kesempatan bermain bersama dengan temannya.
Pak Eko Puji Widodo, memaparkan dalam mengajarnya menggunakan
teknik latihan, agar anak tersebut bisa menyesuaikan dengan anak yang
lainnya, kadang anak tersebut cenderung tidak bisa apa-apa dengan cara belajar
mereka, maka dari itu dalam pembelajaran tersebut harus menggunakan teknik
latihan. terkadang murid diberikan pekerjaan rumah murid tunarungu merasa
senang sekali. Karena disekolah, anggapnya mereka itu sekolah tempat untuk
bermain saja, bukan untuk belajar.
Teknik pembelajaran ini sejalan dengan teori pembelajaran kondisioning
klasik yang diungkapkan ole Ivan Petrovich Pavlov. Teori pembelajaran
kondisioning klasik mengungkapkan bahwa anak harus dilatih dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik agar anak dapat belajar dari kebiasaan tersebut.
89
Teknik latihan di sekolah ini dilakukan dengan cara memberikan latihan
menulis dan membaca kepada siswa. Dengan demikian anak akan belajar
menulis dan mebaca melalui latihan tersebut.
Dari teknik latihan ini penulis menyimpulkan bahwa dengan teknik latihan
atau pembiasaan, anak akan memiliki bekal dalam kehidupannya,di dalam
praktek pembelajaran di sekolah luar biasa penulis melihat bahwa anak tidak
hanya dilatih untuk menulis dan membaca, akan tetapi dilatih untuk
melaksanakan kegiatan keagamaan seperti berdo’a, wudhu dan sholat. Dengan
demikian anak akan terbiasa melaksanakan tugas keagamaannya.
B. Karakteristik Pembembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga
Krakteristik pembelajaran pendidikan agama Islam yang ada pada SMPLB
Negeri Salatiga dari segi kurikulum sama dengan sekolah smp pada umumnya,
akan tetapi dalam penyampaian meterinya sangatlah berbeda, karena yang
diajarkan tidak sama dengan anak pada umumnya. Dalam penyampaian materi
sangat jauh berbeda guru harus lebih sabar, kreatif dan inovatif agar tercapai
tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, penelitian menemukan dua cara
pengajaran pendidikan Islam yang terdapat pada SMPLB Negeri Salatiga, cara
pengajarannya yakni menggunakan teknik artikulasi dan teknik latihan.
Kegiatan pembelajaran di SMPLB Negeri Salatiga, dalam hal penataan
ruang kelasnya dijadikan satu antara, SMP kelas tujuh dan delapan. Dikarenakan
jumlah siswanya sangat sedikit, namun antara tunarungu dengan ketunaan yang
lainnya dipisah.
90
Adapun tujuan pendidikan agama Islam :
1. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam
Tujuan penbelajaran adalah faktor yang penting, karena merupakan arah
yang akan dicapai oleh pendidikan. Tanpa tujuan yang jelas, maka arah
pendidikan menjadi kabur. Hal ini sejalan dengan teori Hamalik (2003:64-66)
bahwa Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik ketika tidak ditentukan
atau memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu dalam proses pembelajaran
tersebut. Maka dengan adanya tujuan atau lebih mudah mengarah dan dapat
menfokuskan pembicaraan dalam pembahasan materinya, sehingga peserta
didik akan lebih mudah untuk menerima dam memahami.
Berdasarkan hasil interview dengan beberapa orang guru bahwa tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga adalah
sebagai berikut:
a) Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah.
Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah adalah agar anak-anak setelah keluar atau lulus dari
sini agar menjadi anak yang berguna, mengerti tentang agama, mengerti
tentang bahayanya tidak menjalankan sholat 5 waktu, bahayanya
membantah kepada kedua orang tua, pernyataan tersebut merupakan
tenggapan dari responden mengenai pemberian bekal kepada peserta didik
agar kelak menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
91
Hal ini sesuai dengan tujuan Belajar mengajar, yaitu untuk
membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sehingga
perhatian dipusatkan pada anak didik.
Maksud di atas adalah pembelajaran dipusatkan kepada anak didik
agar mempunyai bekal keagamaan dalam kehidupannya agar menjadi insan
yang beriman, dan bertaqwa kepada Allah.
b) Memberikan bekal budi pekerti (akhlak) agar siswa dapat disiplin dan hidup
mandiri.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan pak Eko Puji Widodo di
sekolah memberikan hasil, bahwa memberikan bekal budi pekerti kepada
anak sangatlah penting, dikarenakan mereka hidup dalam lingkungan
masyarakat.
Hal ini sesuai dengan ayat suci Al-Qur’an mengenai pendidikan
akhlak sangat penting diberikan kepada anak, sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Q.S. Luqman 18-19:
Artinya : (18) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka
bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
92
(19) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai. (Q.S. luqman/ 18-19).
c) Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Wawancara dengan Pak Eko Puji Widodo mengatakan bahwa:
Dalam hal pencapaian kreativitas dan potensi siswa, peneliti
menemukan bahwa siswa diarahkan sesuai dengan minat, bakat dan
kreativitas yang dimilikinya.
Menumbuhkan kreativitas anak merupakan salah satu dari tujuan
pendidikan. Hal ini sejalan dengan apa yang telah dijelaskan dalam materi
ujian komprehensif lisan pada tujuan pendidikan Islam halaman 30 yaitu:
Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri
manusia, alam sekitarnya dan mengenai kemahabesaran Allah SWT,
sehingga tumbuh kreativitas yang benar.
2. Materi yang diajarkan
SMPLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
yang kemudian digunakan di sekolah sebagai acuan dalam proses belajar
mengajar dengan memperhatikan Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta
didik. Materi yang diberikan berdasarkan sistem semester.
Dari hasil penelitian, peneliti menemikan bahwa materi pembelajaran
pendidikan agama Islam yang disampaikan meliputi: Al-qur’an, Aqidah,
Akhlak, serta fiqih dan materi tersebut disesuaikan dengan kondisi peserta
didik. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, guru lebih
93
menekankan pada materi akhlak dan fiqih karena dengan menekankan materi
akhlak dan fiqih diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak dan bertingkah
laku baik kepada orang tua, guru, dan teman, baik dilingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan sholat dalam kehidupan
sehari-hari dan menjalan kewajiban berpuasa pada bulan ramadhan maupun
puasa sunah, sehingga anak tunarungu mendapatkan materi yang bersifat
konkret dan praktis.
Materi PAI yang diberikan di sekolah tersebut sesuai dengan Firman Allah
dalam Q.S. Luqman ayat 13 yang berbunyi:
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman ayat 13)
3. Waktu, Jadwal, dan kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dari hasil dokumentasi dalam penelitian ini panulis menemukan bahwa
jadwal pembelajaran pendidikan Agama Islam untuk jenjang SMPLB Negeri
Salatiga bagian B dari kelas 1-2 dilaksanakan hanya 1 kali dalam satu minggu
yaitu pada hari Senin. Waktu pelaksanaannya pada pagi hari mulai dari jam
94
08.00-12.00. Untuk lebih jelasnya, penulis akan sajikan jadwal mata pelajaran
pendidikan agama Islam dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.5
Jadwal Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMPLB Bagian B
NO Hari Kelas Jam Guru
1. SENIN VII B 09-00 s.d
12.00
Eko Puji Widodo
2. SENIN VIII B 09-00 s.d
12.00
Eko Puji Widodo
4. Sarana pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar di sekolah, diperlukan
sarana yang mendukung keberhasilan belajar mengajar. Sarana pendidikan
adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan sebagai
penunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti
gedung, ruang kelas, ruang guru, meja kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran.
Dalam hal sarana pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah
menengah pertama luar biasa, penulis menemukan bahwa sarana dalam
pembelajaran pendidikan sekolah tersebut sudah sangat memadai, dari segi alat
peraga pembelajaran, tempat praktek pembelajaran, maupun tempat ibadah
sudah tersedia dan kondisinya masih begitu baik.
95
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pada Anak Tunarungu SMPLB Negeri Salatiga
Semua insan yang hidup di dunia pasti tidak akan luput dari yang namanya
persoalan atau masalah. Dan masalah tersebut bisa menjadikan pola pikir manusia
tambah dewasa, karena dengan adanya masalah seseorang akan lebih
menggunakan otak untuk berfikir dan mencari jalan yang benar-benar logis. Sama
halnya dengan seorang guru yang mengajar pasti ada penghambatnya dalam
mengajar.
Hambatan atau kendala yang dihadapi oleh siswanya dalam pembelajaran
di dalam kelas, misalnya dalam mengenai hafalan, berbicara pada seorang guru
atau temannya, dalam menanggapi pembelajaran, anak tersebut merasa lebih
lemah, karena pola pikirnya yang tidak bias melampaui batas maksimal. Sehingga
dalam cara menyampaiannya pembelajaran harus dengan rasa sabar dan penuh
ketelitian.
1. Faktor Penghambat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga
a. Kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah.
Dalam hal ini peneliti melihat kondisi anak yang berkebutuhan
khusus atau anak tunarungu, terutama pada awal masuk belajar setelah
liburan sekolah, sebagian anak malas untuk belajar kembali. Sehingga
kepedulian orang tua walim murid khususnya bagi anak tunarungu untuk
senatiasa mengajak anaknya kembali melaksanakan proses belajar
mengajar kembali.
96
b. Perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunarungu.
Peneliti melihat kurangnya perhatian dari wali murid terhadap siswa,
akibatnya menjadi terhambatnya siswa dalam perkembangannya,
meskipun dari pihak sekolah sudah semaksimal mungkin memberikan
pelayanan dan pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut menjadikan tidak
seimbang, dikarenakan kurangnya kerja sama antara pihak sekolah dan
wali murid. Sebagai contoh, dalam lingkungan keluarga orang tua wali
kurang memberikan perhatikan anak tunarungu dalam segi makanan dan
pergaulan sehari-hari, bahkan sekolah hanya dijadikan sebagai tempat
penitipan bagi anaknya, karena mereka masih merasa malu memiliki anak
yang cacat.
c. Kurangnya guru PAI
Peneliti melihat bahwa kurangnya guru agama Islam di SMPLB
Negeri Salatiga, merupakan salah satu faktor penghambat dalam proses
pembelajaran. Dikarenakan guru agama Islam hanya terdiri dari dua tenaga
pengajar, yang satu memgampu mata pelajaran agama Islam pada jenjang
SDLB, dan yang satunya lagi mengampu mata pelajaran agama Islam
jenjang SMPLB dan SMALB.
d. Kurangnya tenaga terapis dan guru PLB
Peneliti juga menemuakan bahwa ruang terapis yang sudah tersedia
akan tetapi kurangnya guru khusus PLB, khususnya untuk anak tunarungu
belum tersedia, dikarenakan guru penerapis PLB terkendala waktu terapis.
97
2. Faktor Pendukung Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa
Tunarungu di SMPLB Negeri Salatiga
Adapun faktor pendukung yang peneliti temukan dalam kelancarkan
pembelajaran pendidikan agama Islam di Smplb negeri salatiga yaitu:
a. Guru mengajar sesuai dengan profesionalnya serta dengan penuh rasa
sabar dan ikhlas.
Guru di SMPLB Negeri Salatiga mengajar sesuai dengan lulusan
kependidikannya. Sebagian besar dari guru sudah berlatar belakang
pendidikan dari PLB. Menjadi guru di SMPLB Negeri Salatiga, bukanlah
pekerjaan mudah. Didalamnya dituntut pengabdian dan dan juga
ketekunan. Harus ada pula keikhlasan dan dan kesabaran dalam
menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya guru bukan hanya mendidik
tetapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu
menjalankannya.
b. Guru selalu menjunjung tinggi etos kerja dalam menjalankan visi dan misi
sekolah.
Guru di SMPLB Negeri Salatiga selalu menjunjung tinggi etos kerja
terutama ketaatan dan kesadaran guru akan tanggungjawab sebagai
pendidik. Guru di sekolah tersebut berbeda dengan sekolah anak normal
yang hanya sekedar mengajar saja, melainkan di SMPLB Negeri Salatiga,
guru menjadi tumpuan bagi para siswa.
Guru di SMPLB Negeri Salatiga tersebut, selain menjadi tenaga
pendidik dalam mengajar juga sebagai orang tua, karena anak tunarungu
98
perlu mendapatkan bimbingan dan arahan. Salah satu contoh konkret
adalah ketika siswanya malas masuk sekolah. Selain itu guru di SMPLB
Negeri Salatiga selain berperan sebagai orang tua juga berperan sebagai
kakak bermain bersama di dalam proses pembelajaran.
c. SMPLB Negeri Salatiga keberadaannya didukung oleh masyarakat
setempat, pemerintah dan Direktorat PLB.
Pemerintah pada saat itu belum memiliki lembaga pendidikan
resmi bagi anak cacat dan masih bergantung pada lembaga umum,
sehingga konsentrasi terhadap pendidikan dan pemberdayaan dalam
mengatur anak cacat masih kurang.
Namun seiring berjalan waktu pemerintah mempunyai peraturan
sendiri dan mempunyai lembaga resmi yang mengatur dan mengayomi
anak-anak penyandang cacat, guna membekali pendidikan mereka.
Sehingga dengan adanya hal tersebut dapat menjadi pendukung untuk
meningkatkan pendidikan bagi anak cacat, terutama membekali
kemandirian dan ketrampilan anak.
d. Partisipasi lingkungan yang mendukung.
Pada dasarnya lingkungan memiliki peran yang sangat penting
dalam membangun proses pembelajaran di sekolah, terutama dalam
memciptakan iklim positif bagi kemampuan siswa dan guru. Bagi
kemajuan siswa, lingkungan turut mengundang siswa untuk berperan aktif
dalam kegiatan, terutama perlombaan-perlombaan. Kemudian bagi guru,
lingkungan selaku mengadakan silaturahmi, sehingga terjalin kerja sama
99
yang bagus dalam meningkatkan pendidikan tersebut. Selain itu
lingkungan juga ikut berperan membantu sekolah untuk memenuhi
kebutuhan finansial, ketika sekolah akan mengadakan kegiatan.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai
dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang
dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan
dalam skripsi ini, yaitu:
1. Teknik pembelajaran Agama Islam yang digunakan di SMPLB Negeri Salatiga
yakni: teknik artikulasi, dan teknik latihan. Anak tunarungu biasanya
mengalami masalah dalam artikulasi, yaitu mengucapkan kata-kata yang tidak
tahu atau kurang jelas. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam anak
diajarkan dengan menggunakan teknik artikulasi.
Teknik artikulasi sejalan dengan teori pembelajaran koneksionisme yang yang
diungkapkan pleh Edward Lee Thorndike. Teori pembelajaran koneksionisme
menjelaskan bahwa dalam pembelajaran, anak harus diberi stimulus atau
rangsangan, dengan tujuan agar anak dapat dengan cara merespon atau
menanggapi rangsangan tersebut. Stimulus kepada anak berupa kata atau
ucapan, pemberian stimulus tersebut diharapkan anak dapat merespon,
memahami dan meniru kata yang diucapkan oleh guru
Selain menggunakan teknik artikulasi anak tunarungu juga menggunakan 2
bahasa yaitu menggunakan bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Selama ini dengan
teknik tersebut pembelajaran berjalan efektif. Teknik latihan sejalan dengan
teori pembelajaran kondisioning klasik yanag diungkapkan oleh Ivan Petrovich
101
Pavlov. Teori pembelajaran kondisioning klasik mengungkapkan bahwa anak
harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik agar anak dapat belajar
dari kebiasaan tersebut. Dalam praktek pembelajaran Pendidikan Agama Islam
penulis melihat bahwa anak tidak hanya dilatih untuk menulis dan membaca,
akan tetapi juga di latih untuk melaksanakan kegiatan keagamaan seperti
berdo’a, wudhu dan sholat. Sedangkan guru mengajar dengan rasa sabar dan
ikhlas, mengulang-ulang materi, serta pemberian contoh-contoh yang
sederhana kepada peserta didik agar bisa memahami materi yang diajarkan.
Dalam hal ini guru menggunakan media papan tulis agar lebih mudah
menerapkan teknik tersebut.
2. Krakteristik pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada pada SMPLB
Negeri Salatiga dari segi kurikulum sama dengan sekolah smp pada umumnya,
akan tetapi dalam penyampaian meterinya sangatlah berbeda, karena yang
diajarkan tidak sama dengan anak pada umumnya. Dalam penyampaian materi
sangat jauh berbeda guru harus lebih sabar, kreatif dan inovatif agar tercapai
tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, penelitian menemukan dua cara
pengajaran Pendidikan Islam yang terdapat pada SMPLB Negeri Salatiga, cara
pengajarannya yakni menggunakan teknik artikulasi dan teknik latihan.
Materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disampaikan meliputi:
Al-qur’an, Aqidah, Akhlak, serta fiqh dan materi tersebut disesuaikan dengan
kondisi peserta didik. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
guru lebih menekankan pada materi akhlak dan fiqh karena dengan
menekankan materi akhlak dan fiqh diharapkan siswa nantinya dapat berakhlak
102
dan bertingkah laku baik kepada orang tua, guru, dan teman, baik dilingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dapat melaksanakan sholat dalam
kehidupan sehari-hari dan menjalankan kewajiban berpuasa pada bulan
romadhon maupun puasa sunah, sehingga anak tunarungu mendapatkan materi
yang bersifat konkret dan praktis.
SMPLB Negeri Salatiga menggunakan penyesuaian materi dari
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
yang kemudian digunakan di sekolah sebagai acuan dalam proses belajar
mengajar dengan memperhatikan Kompetensi dan Kompetensi Dasar peserta
didik. Materi yang diberikan berdasarkan sistem semester.
3. Faktor penghambat dan pendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMPLB Negeri Salatiga
Pada penelitian ini, peneliti menemukan adanya lima penghambat yaitu
yang pertama kurangnya kedisiplinan siswa dalam masuk sekolah, kedua
perhatian yang kurang dari wali murid terhadap anaknya yang tunarungu
kurang, ketiga kurangnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI), keempat
kurangnya guru khusus PLB, dan yang kelima terkendala waktu untuk guru
terapis tunarungu
Kemudian peneliti menemukan pelaksanakan pendukung dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu yang pertama guru mengajar
dengan penuh rasa sabar dan ikhlas. Maksud dari sabar tersebut adalah semua
guru selalu sabar dalam mengampu siswa-siswinya yang kurang semaksimal
mungkin dalam menanggapi pembelajaran dalam kelas, dan ikhlas yang
103
dimaksud disitu adalah ikhlas dalam megajar secara materi atau dalam soal
donator yang masih kurang. Yang kedua guru selalu menjunjung tinggi etos
kerja dalam mewujudkan visi dan misi sekolah, dan yang ketiga partisipasi
lingkungan yang sangat mendukung.
B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu
mengenai teknik pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tunarungu,
maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Bagi siswa tunarungu diharapkan di SMPLB Negeri Salatiga, setelah
mendapatkan tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Agar siswa dapat lebih disiplin dan
hidup mandiri sehingga tidak mengandalkan dari orang lain.
2. Bagi guru
Bagi guru di SMPLB Negeri Salatiga
a. Meningkatkan kualitas guru untuk mengetahui potensi siswa
b. Melakukan persiapan sebelum mengajar dan mampu menguasai kelas
c. Mengembangkan minat bakat siswa sesuai keahlian atau keterampilannya
dengan ekstrakurikuler dengan mengikut sertakan dalam perlombaan.
3. Bagi pengurus SMPLB Negeri Salatiga
a. Untuk melengkapi sarana dan prasarana SMPLB Negeri Salatiga agar
proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
104
b. Mengusahakan pendanaan dengan membuka jaringan terhadap instansi yang
terkait.
c. Meningkatkan kualitas personal dalam memajukan sekolah dengan
manajemen yang baik
d. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan wali murid.
4. Bagi masyarakat Banjaran Salatiga
a. Kesadaran masyarakat agar lebih peduli untuk meningkatkan kemajuan
bersama.
b. Memperbanyak silaturrahmi tidak hanya pada waktu acara resmi, melainkan
waktu luangnya dijadikan ajang penguatan emosional.
c. Ikut menciptakan lingkungan positif dalam mendukung proses pembelajaran
dan mengembangkan kreatifitas siswa.
105
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bina Aksara.
Djamaroh, Syaiful Bahari. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
_____. 2004. Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam Keluarga (Sebuah
Perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: PT. Rineke Cipta
Daradjat, Zakiah. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.
Efendi, Mohammad. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
_____ 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Bandung: Alfabeta.
http://smanj.sch.id/index.php/arsip-tulisan-bebas/40-artikel/115-,. diakses 14
September 2015.
http://duniainformatikaindonesia.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-dan-
penghambat.html. diakses 9 oktober 2015.
Mansyur, dkk. 1982. Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta: CV. Forum.
106
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
_____ 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moloeng, J.lexy. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Konsep, Karakteristik dan
Implementasi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. 2002. Peradikma Pendidikan Islam Upaya Mengfektifkan Pendidikan
Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Munardji. 2004. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Ilmu.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS).
Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana dan Ibrahim.1989. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan.
Bandung:Sinar Baru.
Surakhmad, winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
Sukmadinata, syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Somantri, H.T.Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT.Refika
Aditama.
Sriyanti, Lilik, Muna Erawati, dan Suwardi. 2009. Teori-teori Pembelajaran.
Salatiga: STAIN Salatiga.
Sujiono, dan Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT. Indeks.
107
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Press.
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Pendidikan Social dan Pendidikan. Jakarta:
Sinar Grafika.
1
1
1
1
2
VERBATIM WAWANCARA
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu Di SMPLB Negeri Salatiga
Nama Responden : EKO PUJI WIDODO, S.Pd.I
NIP : 19791013 201001 1 007
Pekerjaan : Guru Pendidikan Agama Islam SLB N Salatiga
Hari/tanggal : Senin, 9 dan 10 Nopember 2015
Waktu : 11.30
Tempat : Mushola SMPLB N Salatiga
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa saja kegiatan keagamaan bagi siswa tunarungu yang biasanya
dilakukan?
Kegiatannya biasanya kami setiap dhuhur sholat
jama’ah, nanti ada banyak siswa yang melaksanakan
sholat, jadi kita gabung ada anak tuna rungu dan anak
3
grahita, jadi pas dhuhur penuh musholanya penuh. Ada
juga kegiatan MABIT (malam bina iman dan takwa)
terutama yang udah besar kelas 2 keatas itu sampai
tidur di sekolahan. Ada sholat dhuha untuk anak tuna
rungu harusnya senin pagi tadi, tetapi ada sedikit
kendala.
2 Bagaimana respon siswa dengan mata Pelajaran Agama Islam? Semangat
atau tidak,Sunggug-sungguh atau tidak, Adakah perubahan perilaku setelah
mengikuti mata pelajaran agama Islam?
Kalau semangat pastinya iya, karena jamnya kadang
istirahat belum selesai murid langsung masuk ke
ruangan, sampai dhuhur. Kalo perubahan pastinya kita
berharap ada karena ajaran kita pastinya langsung
praktek, anak langsung diberikan bekal keagamaan
seperti wudhu dan sholat.
“Kalau soal budi pekerti (akhlak) Alhamdulillah Mas,,
anak-anak disini sudah bisa menyesuaikan sama
4
dengan anak yang lainnya. Mereka juga mengerti kalau
saya lulus dari sekolah sini saya harus bisa mandiri
sama dengan anak-anak yang lainnya,, begitu Mas
…..”
3 Waktu pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan jadwalnya? Jadwalnya hari senin, jadi habis istirahat pertama,
sampai dhuhur lebih anak-anaknya yang minta sampai
jam segitu, saking semangatnya.
4 Apakah materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB sama
dengan SMP umum?
Secara garis besarnya sebenarnya aturannya sama jadi
sebetulnya sama Cuma mengenai indikator dan lainnya
akan kita turunkan karena jelas anaknya berbeda,
karena anak tunarungu itu materinya hampir separuh
materinya anak umum (lebih rendah). Jadi kalo dia
kelas 6 kita materinya kelas tiga. Di sma kelas 12 kita
5
kelas 6 biasanya seperti itu.
Tetapi dalam pembelajaran pendidikan islam di smplb
negeri salatiga ini sudah jelas yaitu memberikan bekal
kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah adalah agar anak-anak setelah
lulus dari sini agar menjadi anak yang berguna,
mengerti tentang agama, mengerti tentang bahayanya
tidak menjalankan sholat 5 waktu, bahayanya
membantah kepada kedua orang tua mas…
5 Bagaimana teknik pembelajaran yang di kembangkan pada siswa di
SMPLB N Salatiga?
“Tekniknya kita biasanya, melambatkan gerak mulut
mas agar anak-anak paham dan menggunakan media,
karena anak tunarungu visual tentunya seperti gambar,
kita akan menyesuaikan materi pembelajaran ya media
6
fisual, video, praktek materi sholat, materi haji dan
yang lainnya dengan menggunakan media sesuai
pembelajaran”.
Dan ini mas kami juga melatih anak untuk senantiasa
terbiasa melaksanakan kegiatan keagamaanya mas…
anak –anak kita latih untuk melaksanakan wudhu
sholat dan ngaji walaupun seperti itu anaknya mas…
6 Alat peraga apa saja yang dapat menunjang pembelajaran Pendidikan
Agama Islam?
Peraganya banyak mas, jadi kita banyak menggunakan
media contohnya gambar sholat, gambar wudhu dan
lainnya.
7 Bagaimana karakter pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB N
Salatiga?
Banyak menggunakan bahasa isyarat, karena mereka
anak tunarungu bisanya lebih jelas dan mudah kalau
kita menggunakan bahasa isyarat. Jadi setelah gambar
7
setelah video kita menggunakan isyarat.
8 Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
Faktor pendudkung banyak : peralatan peraktek sudah
kumplit semuanya mas.
Faktor penghambat : ketika sehabis liburan para siswa
ada yang sulit masuk ke kelas mas “Kadang kami ada
guru yang nyamperi didepan sekolah Mas, agar anak
tersebut mau untuk belajar kembali, dan kembali
kesekolah. Anak kan kalau sehabis libur panjang,
mereka males-malesan untuk masuk sekolah Mas,
mereka pengennya dirumah untuk bermain terus mas
9 Apa saja usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi siswa dalam
belajar Agama Islam?
Kalau secara prestasi : Sebentar lagi memang akan
diadakan lomba pestival anak sholeh khusus anak SLB
tetapi untuk yg tunarungu sebatas lomba kaligrafi , jadi
8
setiap diadakan lomba kami selalu mengundang guru
untuk diajak menggambar.
10 Mengapa bapak lebih memilih mengajar di SMPLB N Salatiga kenapa tidak
diluar?
Lebih unik dan lebih menantang dan ibadah juga mas.
11 Apa pengalaman baik atau buruk yang menarik dalam mengajar di SMPLB
Salatiga?
Banyak pengalaman baik mas.
Pengalaman buruk terkadang anak tunarungu
terkadang mis komunikasi mas, tapi dimaklumi mas.
12 Bagaimana cara menangani para anak yang kesulitan dalam menerima
bimbingan yang disampaikan?
Kita dengan anak Tunarungu akan coba praktek satu-
satu, tunagrahita juga seperti itu praktek satu persatu.
Setiap anak berbeda-beda jadi harus dicoba satu-
persatu mas.
13 Apa harapan bapak setelah anak-anak smplb ini lulus dari sini? “iya Mas sama seperti pak kepala… anak-anak disini
9
juga diajarkan prilaku yang baik, kalau pas waktu mau
sholat to… Mas anak-anak pada semangat,
Mas..mereka itu tahu kalau waktu jam segini itu
waktunya untuk sholat, mereka bergegas ke mushola”
13 Apakah ada terapis khusus anak tunarungu smplb ini pak? “Kemarin-kemarin ada mas, terapi wicarara. Ada
jadwal dari guru pengampu, Cuma 2 bulan ini agak
macet saking sibuknya guru-guru wicaranya.
10
VERBATIM WAWANCARA
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu Di SMPLB Negeri Salatiga
Nama Responden : MUHLISUN, M.Pd
NIP : 19620610 198407 1 001
Pekerjaan : Kepala Sekolah SLB Negeri Salatiga
Hari/tanggal : Senin, 9 Nopember 2015
Waktu :13.20
Tempat : Kantor SMPLB Negeri Salatiga
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa Bapak/Ibu mengepalai beberapa jenjang Pendidikan? Ya , SD, SMP, dan SMA
2 Adakah karakter tertentu anak tunarungu di SMPLB N
Salatiga?
Karakter anak tunarungu, ya ada.! Karakteristiknya mudah
tersinggung, jadi kalo ada orang yang bergerombol, anak
tunarungu tersinggung, di kira ngerasani atau membicarakanya,
11
dan anak tunarungu sering salah komunikasi sering salah paham
dikarenakan seperti itu tadi mas.
3 Bagaimana karakteristik pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMPLB N Salatiga?
Untuk pendidikan SLB khususnya SMP berbeda dengan biasanya,
kalau anak SLB itu yang penting bisa melaksanakan Ibadah
Sholat, dan bacaan sholat, tapi ya begitu susah, dan yang
terpenting rukun- rukunnya. Kalau kita mengejar materi pada
umumnya ya susah, ya inti pembelajarannya juga menyangkut itu,
ya yang penting prakteknya.
4 Darimanakah latar belakang guru Pendidikan Agama
Islam di SMPLB N Salatiga?
Latar belakang guru PAI ya pak Eko itu, dari UIN JOGJA. Sudah
mempunyai ijazah PLB. Dengan demikian Guru di SLB Negeri
Salatiga ini Mas, selain mengajar dengan rasa sabar, kami juga
mengajarnya dengan rasa yang ikhlas Mas,,. Kami semua ikhlas
mas,, ya… Kami semua dengan rasa kesabaran menghadapi anak-
anak di sini Mas. Kami semua tidak pernah mengeluh kok, anak
12
ini gini ya.. kok anak itu gitu ya.. kami semua bisa memaklumi lah
Mas. Kami semua sangat prihatin sekali Mas melihat anak-anak
seperti itu”.
5 Apakah fasilitas Proses Belajar Mengajar di SMPLB N
Salatiga?
Fasilitasnya sudah memadai hanya saja mungkin, kebanyakan
fasilitas terkadang palah jarang di sentuh.
6 Apakah keunggulan atau kelebihan dari SMPLB N
Salatiga?
Keunggulan dari SLB sini, mengenai biaya semuanya gratis
karena ada BOS (Bantuan Oprasional Sekolah), sarana prasarana
itu di bantu baik dari Pusat, baik dari Provinsi, dan Kabupaten.
Memang sekolah Negeri mendapat fasilitas seperti ini, keunggulan
lainnya murid juga banyak yang pindah ke sini.
Lomba propinsi olahraga lompat jauh, lomba kursi roda, ada lagi
jamboree pramuka itu bahkan juara 8 dan 1 tingkat propinsi itu
outbound. Untuk yang terhangat ini lompat jauh tingkat propinsi.
7 Bagaimana prestasi sekolah di SMPLB N Salatiga? Prestasi sekolah ini, sekolah baru saja diakreditasi dan hasilnya
13
SMA mendapat A, SMP mendapat A dan SD juga mendapat A.
8 Apa harapan bapak setelah anak smplb ini lulus? “Kalau soal memberikan bekal kepada siswa disini ya
Mas…ya...setelah anak ini keluar atau sudah menyelesaikan
belajarnya dari SLB Negeri Salatiga ini Mas…besoknya anak ini
agar menjadi anak yang taat kepada Allah ya Mas tentunya, seperti
memberi arahanan untuk melaksanakan sholat 5 waktu,
melaksanakan puasa, setiap paginya diajarkan untuk sholat dhuha,
diajarkan sopan santun dengan yang lebih tua, seperti itu mas…
14
9 Apa saja faktor pendukung dan penghambat di SMPLB N
Salatiga?
Faktor Pendukung : yang jelas ketenagaan atau jumlah guru
jumlahnya sudah memenuhi, fsilitas juga, gedung baru juga ada,
Faktor Penghambat: Tidak begitu mencolok hanya terkadang dari
orang tua banyak yang tidak mau menyekolahkan anaknya karena
gengsi dan sebagainya. Terus sosialisasi kita masih kurang,
sehingga kita mendapatkan murid itu juga kurang. Sehingga
mendapatkan murid yang berpretasi juga kurang.
10 Usaha apa saja yang akan dicapai dalam mewujudkan visi
dan misi SMPLB N Saltiga?
Yang jelas usaha itu tetap kita lakukan untuk menjaring anak
berkebutuhan kusus terutama di salatiga, kalau kebetulan asrama
sudah ada mungkin kita mencari di luar, kemudian kita tetap
memprogramkan supaya berprestasi, kan setiap Mei ada OSM
OBSM MLS2M itu 2 bulan sebelumnya kita sudah setelah
semesteran gembleng anak-anak yang berprestasi di bidang
olahraga dan lain lain kita gembleng terus, Sesuai dengan bidang
15
yang di sukainya atau diminatinya.
11 Darimana saja pendanaan SMPLB N Salatiga? “Untuk pendanaan di SLB Negeri Salatiga ini dari pemerintah,
kemudian dari komite sekolah, itupun tidak mengikat sifatnya itu
artinya hanya membantu saja, tidak mematok berapa banyak
bantuan tersebut hanya sifatnya membantu dan merekapun tetap
berkomunikasi dengan baik”
12 Bagaimana peran lingkungan atau masyarakat dalam
memajukan SMPLB N Salatiga?
Peran masyarakat cukup bagus terbukti ketika ada perayaan 17
agustus kita di ajak untuk memperingati. Sekaligus dari instansi-
instansi di sekitar sekolah juga meminta untuk anak untuk tampil
sehingga ada penampilan band dan seni tari dari anak-anak SLB.
13 Siapa saja komite di SMPLB N Salatiga? Komite di sekolah ini meliputi Wali murid, guru, tokoh-tokoh
masyarakat ya itu saja.
14 Kurikulum apa saja yang dipakai di SMPLB N Salatiga? Untuk kurikulum sekarang itu kurikulum 2013 untuk kelas 9 itu
16
peke KTSP, yang pake kurikulum 2013 itu hanya kelas 7 dan 8.
15 Apakah ada kesulitan menggunakan kurikulum 2013? Ya karena ini masih baru guru belum menguasi betul, tetapi guru
tetap berusaha memberikan yang terbaik.
16 Usaha apa saja yang dilakukan sekolah untuk memupuk
bakat atau potensi para siswa di SMPLB Negeri salatiga ?
Kalau soal potensi siswa kami memberikan arahan sesuai dengan
minat bakatnya mass dengan demikian siswa akan tercapai
kreativitasnya dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing,
contohnya Mas,,, ada siswa yang pandainya menyanyi, ya…
mereka teruskan bakatnya agar bisa menjadi penyanyi yang baik,
ada juga yang pandainya memainkan musik, pandai menari, dan
lainnya Mas.. saya juga bangga dengan mereka Mas… walaupun
mereka itu dalam keadaan fisiknya tidak sesempurna manusia
yang lain mempunyai fisik tubuh yang lengkap, mereka tetap
semangat Mas”.
17
VERBATIM WAWANCARA
Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Tunarungu Di SMPLB Negeri Salatiga
Responden : Amin Santosa
Pekerjaan : Wiraswasta
Waktu : 10 Nopember 2015
Tempat : Halaman SMPLB Negeri Salatiga
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana putri anda dalam kegiatan sehari-hari
di rumah setelah pulang sekolah?
Kegiatan sehari-harinya setelah pulang sekolah ya ganti baju, setelah hanti
baju ya nonton Tv mas, kalau nanti ada PR ya di kerjakan Prnya mas…
2 Bagaimana cara anda mengawasi putra/putrinya
dirumah?
Khusus anak saya?... Ya seperti anak normal biasanya mas…tidak ada
masalah mas…
3 Apakah anda selalu memantau putrinya saat ya kalau dia punya kesulitan selalu saya bantu mas…
18
belajar?
4 Bagaimana putri anda jika disuruh untuk
membantu pekerjaan rumah?
Dia tanpa di suruh di rumah selalu melaksanakan tugasnya mas…
5 Apa keluh/kesah yang dialami putri anda terhadap
orangtua?
tidak ada sama sekali mas…
6 Bagaimana cara bergaul putri anda dirumah? Dia tadak seperti waktu kecil dulu Percaya diri ya, kalau sekarang dia
minder ya mas… tapi mau si mas kalau bergaul dengan temen temennya
mas…
7 Apakan saat anda menyuruh putrinya untuk
mengerjakan shalat, dia menolak?
Tidak , dia sudah tau jadwalnya jam segini itu sholat ishak, jam segini
sholat dhuhur, jam segini sholat ashar dan itu tanpa disuruh mas..
8 Pada waktu bulan Ramadhan, apakah putri anda
selalu ikut melaksanakan puasa?
iya , dia ikut melaksanakan puasa, ikut sahur, ikut terawih mas…
19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Thony Rohmad Darmawan
Tempat/Tanggal lahir : Ngawi, 21 maret 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gedanganak rt 04 rw 06 kec. Ungaran Timur 50519
Jenjang Pendidikan :
1. RA Al-Hikmah Gedanganak
2. MI Hidayatul Atfal Gedanganak, Lulus Tahun 2005
3. Mts Al-Uswah Bergas , Lulus Tahun 2008
4. Smk Islam Sudirman Ungaran, Tahun Lulus 2011
5. IAIN Salatiga, Lulus Tahun 2016
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 11 Januari 2016
Penulis
Thony Rohmad Darmawan
20
DARTAR LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
Pak Eko Puji Widodo Menyampaikan materi dengan teknik artikulasi,
disertakan dengan gambar.
21
Pak Eko Puji Widodo Memberikan Teknik Latihan contoh cara
berwudhu yang benar dengan penuh kesabaran.
22
Teknik Latihan. Murid-murid mempraktekkan cara berwudhu, agar
mereka terbiasa berwudhu.
23
Teknik Latihan. Pak Eko Puji Widodo memberikan contoh sholat dengan
penuh rasa semangat.
24
Murid mempraktekkan cara sholat dengan penuh rasa semangat.
Pak eko puji widodo membenarkan gerakan yang kurang benar kepada
siswa, agar nantinya menjadi baik sholatnya.