STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN...
Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN...
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
RASA NYAMAN PADA AN. H DENGAN POST OP.
APPENDICTOMY HARI PERTAMA DI RUANG
BAKUNG RS.PANTI WALUYO
SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
SITI CHOTIMAH
NIM. P.09101
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHANRASA NYAMAN PADAAN. HDENGAN POST
OP. APPENDICTOMY HARI PERTAMADI RUANG
BAKUNGRS.PANTI WALUYO
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
SITI CHOTIMAH
NIM. P.09101
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Siti Chotimah
NIM : P. 09101
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA AN. H
DENGAN POST OP. APPENDICTOMY HARI
PERTAMA DI RUANG BAKUNG RS. PANTI
WALUYO SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta,28 April2012
SITI CHOTIMAH
NIM. P.09101
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Siti Chotimah
NIM : P.09101
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA AN. H
DENGAN POST OP. APPENDICTOMY HARI
PERTAMA DI RUANG BAKUNG RS. PANTI
WALUYO SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Tanggal : 28 April 2012
Pembimbing : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK.201186076
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : Siti Chotimah
NIM : P. 09101
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA AN. H
DENGAN POST OP. APPENDICTOMY HARI
PERTAMA DI RUANG BAKUNG RS. PANTI
WALUYO SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKESKusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Tanggal : 3 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK.201186076
Penguji II : Nurul Devi.A, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK. 201186080
Penguji III : Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns (.....................................)
NIK. 201187085
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns
NIK.201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penguji panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHANRASA NYAMANPADA AN.H DENGAN POST OP.
APPENDICTOMY HARI PERTAMA DI RUANG BAKUNG RS. PANTI
WALUYOSURAKARTA”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ii
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing dan penguji I yang
telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini.
vi
4. Nurul Devi A, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji II yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasusini.
5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji III yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasusini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tuaku( Paino Gito Wiyono dan Ngadiyem ), yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Penulis menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
membuka saran demi penelitian selanjutnya.Semoga Laporan Studi Kasus ini
bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.Amin.
Surakarta,28 April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................. 6
C. Manfaat Penulisan ............................................................... 7
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ..................................................................... 8
B. Pengkajian ........................................................................... 9
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 11
D. Perencanaan Keperawatan ................................................... 12
E. Implementasi Keperawatan .................................................. 13
F. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 15
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 17
B. Simpulan dan Saran.............................................. ................. 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Gambar Skala Nyeri Wajah................................... 23
x
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Loog Book.
Lampiran 2. Format Pendelegasian Pasien.
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data (3 hari).
Lampiran 4. Lembar Konsultasi.
Lampiran 5. Asuhan Keperawatan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Appendisitis merupakan salah satu penyakit tersering yang
memerlukan pembedahan darurat pada anak. Sekitar 1 dari 15 orang (7%)
mengalami appendisitis. Insiden puncak terjadi pada anak usia12 tahun, dan
penyakit ini jarang terjadi sebelum anak berusia 2 tahun. 80% sampai 95%
pasien berusia kurang dari 2 tahun sudah mengalami perforasi, karena kurang
dari 0,2% kasus appendisitis terjadi pada usia kurang dari 1 tahun,dan 30
sampai 60% pasien terkena appendisitis saat berusia lebih dari 2 tahun.
Apabila pasien yang terkena appendisitis perlu dilakukan appendictomy
dalam waktu 8 sampai 12 jam, pasien harus dirawat inap untuk observasi,
pemeriksaan dan uji laboratorium lebih lanjut. Salah satu pemeriksaan untuk
memastikan adanya appendisitis yaitu dengan radiografi abdomen,
pemeriksaan ini akan menunjang kuat diagnosis appendisitis apabila
ditemukan fekalit. Fekalit ditemukan pada hampir 25% pasien appendisitis.
Fekalit adalahsuatu massa seperti batu yang terbentuk dari feses, yang
terperangkap dalam saluran apendiks (menurut Stevenson dalam Rudolph,
2006).
Appendisitis adalah radang akut apendiks,appendisitis mempunyai
gambaran klinis yang sangat bervariasi seperti: nyeri, anoreksia, muntah,
konstipasi, diare, demam ringan, dan terjadi nyeri tekan atau nyeri lepas yang
2
dapat menandakan adanya peradangan.Nyeri dapat menyerang individu
dengan kasus appendicitis, baik pre operatifmaupun post operatif(Brough,
2007).
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama appendisitis. Obstruksi
lumen appendiks merupakan kejadian pertama yang menyebabkan timbulnya
peradangan. Produksi mukus distal dan proliferasi bakteri selanjutnya
menyebabkan distensi appendiks dan berkurangnya perfusi akibat penekanan.
Iskemia yang terjadi menyebabkan nekrosis dan akhirnya perforasi.
Appendisitis dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di epigastrium, yang
sering dijelaskan sebagai indigesti, diikuti oleh rasa tidak nyaman di
periumbilikus baik akibat nyeri peradangan atau kolik dan tidak bergantung
pada lokasi appendiks. Hal ini diikuti oleh demam ringan disertai mual dan
bisa juga disertai muntah. Dapat pula timbul peritonitis dengan demam tinggi,
muntah persisten, rasa haus, malaise, dan tanda infeksi sistemik, atau proses
peradangan di ikuti pula oleh pembentukan abses dan nyeri tekan yang hebat
ditempat proses peradangan. Pada kondisi ini mual, muntah, dan demam
biasanya mendahului nyeri. Diare dapat terjadi pada 5 sampai 10% pasien
appendisitis. Nyeri tekan dan defans muskulorum lokal kuadran kanan bawah
yang konsisten merupakan tanda utama appendisitis (menurut Stevenson
dalam Rudolph, 2006).
Pengobatan terbaik untuk appendisitis adalah appendiktomy secara
dini.Appendictomy adalah pengangkatan apendiks. Appendictomy harus
dilakukan segera setelah kondisi anak memungkinkan untuk dilakukan
3
pembedahan. Appendictomy dilakukan dengan insisi transversal sepanjang 5
cm atau oblik, dibuat diatas titik maksimal nyeri tekan atau masa yang dapat
dipalpasi pada fosa iliaka kanan. Otot dipisahkan ke lateral rektus
abdominalis. Mesentrium apendikular, dasar apendiks diikat dan diangkat.
Pasien yang akan menjalani appendictomy harus dipersiapkan dengan
rehidrasi, koreksi elektrolit, pengendalian demam, kemungkinan penekanan
saluran cerna, dan pemberian antibiotik yang sesuai. Walaupun mungkin
memerlukan waktu beberapa jam, tetapi hal ini membantu mencegah penyulit
yang tidak dikehendaki. Apabila tampak normal pada laparotomi, apendiks
harus diangkat dan diteliti secara cermat untuk mengetahui adanya penyakit
lain. Apabila meradang tetapi tidak mengalami ganggren atau perforasi,
apendiks diangkat dan dilakukan pembiakan yang sesuai(menurut Stevenson
dalam Rudolph, 2006).
Kenyamanan merupakan sesuatu hal yang dibutuhkan individu dalam
mengatasi nyeri. Kenyamanan merupakan konsep sentral tentang kiat
keperawatan. Menurut Donahue dalam buku Potter dan Perry (2005),
meringkaskan melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan
kenyamanan, perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan,
dorongan, dan bantuan. Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan
sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan. Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan
nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,
psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka
4
menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Kolcaba dalam Potter dan Perry
(2005), mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi
kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah/nyeri). Suatu cara pandang yang holisitik
tentang kenyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi empat konteks
antara lain : fisik berhubungan dengan sensasi tubuh, sosial berhubungan
dengan hubungan interpersonal,keluarga, dan social, psikospiritual
berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri, meliputi harga
diri, seksualitas, makna kehidupan dan yang terakhir lingkungan berhubungan
denganlatar belakang pengalaman eksternal manusia meliputi : cahaya, bunyi,
temperature, warna dan unsure-unsure ilmiah.
Menurut IASP dalam Potter dan Perry (2005), mendefinisikan nyeri
sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan. Fisiologi nyeri menurut McNair dalam Potter dan Perry (2005),
nyeri dapat mempengaruhi reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang paling
baik untuk memahami nyeri, akan membantu untuk menjelaskan 3 komponen
fisiologis sebagai berikut, yakni : resepsi, persepsi dan reaksi. Stimulus
penghasil nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf
5
dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-abu didalam medulla
spinalis. Terdapat pesan nyeri yang dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf
inhibitor. Sekali stimulus nyeri mencapai kekorteks cerebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman
dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri.
Menurut Merritt dalam Rudolph (2006), guna menuntun pengenalan,
penilaian, dan pengelolaan pediatri, berbagai penulis telah
berupayamengkategorisasi pengalaman nyeri. Empat kategori yang secara
umumditerima adalah : nyeri yang berhubungan dengan status penyakit
(artritis, penyakit sel sabit), nyeri yang berhubungan dengan cidera atau
trauma fisik yang dapat dilihat (luka bakar, fraktur), nyeri yang tidak
berhubungan dengan statuspenyakit atau cidera fisik yang jelas atau spesifik
(tension headache, nyeri abdomen berulang), dan nyeri yang berhubungan
dengan tindakanmedis serta dental (post appendictomy, sirkumsisi, injeksi).
Hasil studi kasus pada An.H yang dirawat di RS.Panti Waluyo
Surakarta dengan diagnosa medis post appendictomy. Dari hasil wawancara
didapatkan data bahwa An.H mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah,
nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris dengan skala nyeri wajah 4 dan nyeri
terjadi selama 3 menit dalam sekali nyeri. Dari hasil observasi post
appendictomy hari pertama An.H tampak lemah, tampak meringis menahan
sakit,tampak gelisah, tampak tidak bersemangat, nadi 90 kali per menit, dan
pernafasan 20 kali per menit. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan
6
Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada An.H dengan
post appendictomy hari pertama diruang bakung RS.Panti Waluyo Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Melaporkan kasus nyeri pada An.H dengan post appendictomy di Ruang
Bakung RS.Panti Waluyo Surakarta.
2. Tujuan khusus :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian secara langsung pada An.H
dengan nyeri post appendictomy.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An.H
dengan nyeri post appendictomy.
c. Penulis mampu menyusun rencanaan asuhan keperawatan pada
An.H dengan nyeri post appendictomy.
d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada An.H
dengan nyeri post appendictomy.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An.H dengan nyeri post
appendictomy.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada An.H
dengan nyeri post appendictomy.
7
C. Manfaat Penulisan
Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Institusi rumah sakit
Memberikan referensi tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
nyeri post appendiktomy khususnya pada anak agar dapat digunakan
sebagai masukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Institusi pendidikan keperawatan
Memberikan referensi tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
nyeri post appendiktomy khususnya pada anak serta dapat digunakan
sebagai pengetahuan dan wacana tentang perkembangan ilmu keperawatan
pada anak.
3. Penulis
Bagi penulis dengan penyusunan KTI ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan nyeri post appendictomy.
8
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam BAB ini penulis menjelaskan tentang ringkasan asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada An.H dengan post
appendictomy di Ruang Bakung RS.Panti Waluyo Surakarta, yang dilakukan
selama 3 hari pengelolaan dimulai pada tanggal 5 sampai 7 April 2012. Asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah/diagnosa
keperawatan, merencanakan tindakan yang akan dilakukan/intervensi,
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan/ implementasi dan melakukan
evaluasi.
A. Identitas Klien
Dari hasil pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 09.30 WIB pada
kasus ini diperoleh data identitas klien dengan autoanamnesa dan
alloanamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi secara langsung,
melakukan pemeriksaan fisik secara langsung, dan menelaah catatan
medis/catatan perawat. Dari data pengkajian didapatkan hasil identitas bahwa
klien bernama An.H, usia 7 tahun lebih 3 bulan, tanggal lahir 26 Desember
2004, berjenis kelamin laki-laki, seorang siswa kelas 2 Sekolah Dasar.
Identitas penanggung jawab Ny.L, usia 43 tahun, beragama kristen, bertempat
tinggal dijalan Pemuda No.20 Mranggen, Kabupaten Blora. An.H masuk
rumah sakit pada tanggal 3 April 2012 jam 16.30 WIB.
9
B. Pengkajian
Adapun pengkajian riwayat kesehatan saat ini, pada tanggal 1 April
2012 klien mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah pada saat kaki
diluruskan.Perut terasa mual dan terjadi nyeri tekan pada perut kanan
bawah.Gejala tersebut terjadi secara mendadak setelah diajak ibunya jalan-
jalan selama 2 hari.Pada tanggal 3 April 2012 klien dibawa ke RS.Panti
Waluyo dan dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil cenderung
kearah appendisitis yang kemungkinan disertai infiltrat periappendicular dan
proses inflamasi bowel. Tanggal 4 April 2012 jam 10.00 WIB dilakukan
operasi appendictomy. Pada saat dikaji tanggal 5 April 2012 keluhan utama
klien yaitu nyeri. Pada saat wawancara, klien mengeluh nyeri abdomen kanan
bawah(daerah insisi), nyeri dirasakan klien seperti diiris-iris, dengan skala
nyeri wajah 4, nyeri terjadi selama 3 menit dalam sekali nyeri. Klien tampak
meringis menahan sakit.
Dari hasil wawancara dengan keluarga klien didapatkan bahwa An.H
pernah sakit seperti demam, flu, pilek tetapi tidak sampai masuk rumah sakit
dan tidak ada penyakit yang sama dengan klien atau penyakit keturunan
seperti diabetes/hipertensi,penyakit menular seperti Hepatitis B, TBC, dll.
Dalam keluarganya juga tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
kebiasaan buruk seperti merokok atau minum-minuman keras.Orang tua klien
mengatakan An.H tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau
obat. Pengobatan saat ini, klien mendapat terapi infus KAEN 3A 22 tetes per
10
menit(micro), cernevit 0,5mg, kalfoxim 500mg per 8 jam, farmadol 250mg
per 8 jam, praxion 1 sendok teh per 8 jam.
Pada pengkajian kesehatan fungsional menurut gordon, ditemukan data
pola kognitif perceptual, bahwa klien mengeluh nyeri pada abdomen kanan
bawah dan nyeri tersebut juga terjadi apabila digunakan untuk gerak yang
berlebih, nyeri dirasakan klien seperti diiris-iris, dengan skala nyeri wajah 4,
nyeri terjadi selama 3 menit dalam sekali nyeri, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Pada pola aktivitas dan latihan,
sebelum sakit orang tua klien mengatakan klien dapat melakukan kegiatan
sehari-hari dengan mandiri/tanpa bantuan orang lain. Selama sakit, orang tua
klien mengatakan hari pertama post appendictomy klien hanya dapat berbaring
ditempat tidur.
Dalam pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 5
April 2012 didapatkan hasil keadaan umum lemah, kesadaran penuh, tampak
meringis menahan sakit, tampak gelisah, tampak tidak bersemangat, dan nadi
90 kali per menit. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil inspeksi
abdomen datar, terdapat luka jahitan di abdomen kanan bawah dengan 10
jahitan dengan panjang luka 5 sampai 6 cm, luka kering (tidak ada rembesan).
Pada auskultasi, bising usus 14 kali per menit.Pada ekstremitas atas kiri
terpasang infus micro KA-EN 3A 22 tetes per menit. Pada saat pengkajian,
didapatkan hasil tanda-tanda vital tekanan darah 90/60 mmHg, suhu 38,4
derajat celcius, nadi 90 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit.
11
Pada pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal 3 April
2012 dengan hasil hemoglobin 11,2 g/dl, Hematokrit 34,5 %, Leukosit
17800/mm3, trombosit 428.000u/L, eritrosit 4,35 juta/mm3. Pada tanggal 3
April 2012 juga dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil : pada
hepar, vesika falea, lien, pankreas, ginjal normal. Pada saat pemeriksaan
dengan penekanan probe, penderita nyeri tekan, tampak dilatasi usus dengan
penebalan dinding dan cairan didalamnya.Kesan pada pemeriksaan USG
abdomen, pada regio Mc Burney tampak struktur tubuler hipoechoic
heterogen blind end non ireguler dengan struktur heterogen disekitarnya. Saat
pemeriksaan dengan penekanan probe, penderita nyeri tekan, cenderung
kearah gambaran appendisitis yang kemungkinan disertai infiltrat
periappendicular dan proses inflamasi bowel. Pada tanggal 3 April 2012
dilakukan operasi appendictomy.
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Dari hasil pengkajian dan observasi diatas, didapatkan bahwa masalah
prioritas yang aktual adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik :
post appendictomy. Dengan data penunjang hasil wawancara didapatkan
bahwa An.H mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri yang
dirasakan seperti diiris-iris dengan skala nyeri wajah 4 dan nyeri terjadi
selama 3 menit dalam sekali nyeri. Dari hasil observasi, An.H post
appendictomy hari pertama, An.H tampak lemah, tampak meringis menahan
sakit, tampak gelisah, tampak tidak bersemangat,nadi 90 kali per menit,
pernafasan 20 kali per menit, dan pada pemeriksaan fisik Abdomen pada hari
12
ke tiga post op. Appendictomy terdapat luka di abdomen kanan bawah dengan
panjang kurang lebih 5 sampai 6 cm dengan 10 jahitan dan keadaan luka
kering (tidak ada rembesan). Setelah merumuskan atau memutuskan satu
diagnosa keperawatan prioritas, kemudian dilanjutkan untuk penyusunan
rencana asuhan keperawatan.
D. Perencanaan Keperawatan
Tujuan dari perencanaan atau tindakan yang akan dilakukan yaitu
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapakan nyeri
klien dapat terkontrol dengan kriteria hasil, skala nyeri berkurang menjadi 1,
klien tampak rileks, tampak tidak gelisah, tanda-tanda vital normal (nadi : 60
sampai 90 kali per menit, pernafasan : 15 sampai 30kali per menit). Dengan
intervensi keperawatan, kaji tingkat nyeri klien meliputi provocate/faktor
pencetus nyeri, quality/kualitas nyeri, region/tempat terjadinya nyeri, skala
nyeri, dan time/waktu terjadinya nyeri (PQRST), dengan rasional berguna
untuk pengawasan keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan. Monitor
tanda-tanda vital, dengan rasional berguna untuk mengetahui kemunduran dan
kemajuan keadaan klien. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk melakukan
teknik relaksasi distraksi, dengan rasional meningkatkan relaksasi dan
meningkatkan kemampuan koping. Dan yang terakhir, kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian analgesik, dengan rasional mengontrol atau
menurunkan tingkat nyeri dengan farmakologis.
13
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada
tanggal 5 April 2012 jam 09.30 WIByaitu :mengkaji tingkat nyeri klien
(PQRST), dengan respon subjektifklien mengatakan nyeri pada abdomen
kanan bawah (daerah insisi), nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris, skala
nyeri wajah 4, nyeri terjadi selama 3 menit dalam sekali nyeri dan respon
objektif post op hari pertama klien tampak meringis menahan sakit, klien
tampak gelisah. Memonitor tanda-tanda vital, dengan respon subjektif klien
mengatakan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan
respon objektif tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan
20 kali per menit. Mengajarkan pada klien dan keluarga tentang teknik
relaksasi distraksi, dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia
mengalihkan perhatian jika nyeri datang dengan bermain atau menonton
televisi dan respon objektif klien tampak bermain game.Implementasi
selanjutnya yaitu memberikan terapi analgesik praxion 1 sendok teh, dengan
respon subjektifklien mengatakan bersedia meminum obat dan respon objektif
klien tampak minum obat.
Impementasi yang telah dilakukan pada tanggal 6 April 2012 jam
09.00 WIB yaitu implementasi yang pertama yaitu mengkaji tingkat nyeri
klien (PQRST), dengan respon subjektif klien mengatakan masih merasa nyeri
diabdomen kanan bawah (daerah insisi), nyeri yang dirasakan seperti diiris-
iris, skala nyeri wajah 3, nyeri terjadi selama 1 menit dalam sekali nyeri dan
respon objektif post op hari kedua klien tampak sedikit rileks. Memonitor
14
tanda-tanda vital, dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan respon objektif tekanan darah
90/60mmHg, nadi 88 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit.
Implementasi yang ketiga yaitu menganjurkan pada klien dan keluarga untuk
melakukan teknik relaksasi distraksi, dengan respon subjektif orang tua klien
mengatakan jika anaknya mengeluh nyeri, selalu diajak bermain game dan
respon objektif klien tampak bermain game. Implementasi yang keempat yaitu
memberikan terapi analgesik praxion 1 sendok teh, dengan respon subjektif
klien mengatakan bersedia minum obat dan respon objektif klien tampak
minum obat, obat masuk melalui oral.
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 7 April 2012 jam
08.30 WIB yaitu implementasi yang pertama yaitu mengkaji tingkat nyeri
klien (PQRST), dengan respon subjektif klien mengatakan nyeri yang
dirasakan sudah berkurang, nyeri yang dirasakan seperti digigit semut, nyeri
terjadi diabdomen kanan bawah, dengan skala nyeri wajah 2, nyeri terjadi
apabila dipakai untuk gerak berlebih (berdiri) dan respon objektif post op hari
ketiga, klien tampak rileks, klien tidak gelisah. Memonitor tanda-tanda vital,
dengan respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital dan respon objektif tekanan darah 80/60mmHg,
nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit. Implementasi yang
terakhir yaitu memberikan terapi analgesik praxion 1 sendok teh, dengan
respon subjektif klien mengatakan bersedia minum obat dan respon objektif
obat masuk melalui oral.
15
F. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan implementasi pada tanggal 5 April 2012 jam 13.10
WIB didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan nyeri
pada abdomen kanan bawah, nyeri karena operasi, nyeri yang dirasakan klien
seperti diiris-iris dengan skala nyeri wajah 4, nyeri terjadi selama 3 menit
dalam sekali nyeri dan hasil observasi post op hari pertama klien tampak
meringis menahan sakit, klien tampak gelisah, tekanan darah 90/60 mmHg,
nadi 90 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa masalah keperawatan nyeri belum teratasi sehingga
intervensi dilanjutkan yaitu, kaji tingkat nyeri klien (PQRST), monitor tanda-
tanda vital, anjurkan teknik relaksasi distraksi dan lanjutkan program terapi
sesuai advis dokter : Praxion 1 sendok teh per 8 jam.
Setelah dilakukan implementasi pada tanggal 6 April 2012 jam 13.00
WIB didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan masih
merasa nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri karena operasi, nyeri yang
dirasakan seperti diiris-iris dengan skala nyeri wajah 3, nyeri terjadi selama 1
menit dalam sekali nyeri dan dari hasil observasi post op hari kedua klien
tampak sedikit rileks, tekanan darah 90/60mmHg, nadi 88 kali per menit,
pernafasan 20 kali per menit. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian (skala nyeri sudah berkurang dan
klien sudah tampak sedikit rileks), sehingga intervensi dilanjutkan yaitu kaji
tingkat nyeri klien (PQRST), monitor tanda-tanda vital dan lanjutkan program
terapi sesuai advis dokter : Praxion 1 sendok teh per 8 jam.
16
Setelah dilakukan implementasi pada tanggal 7 April 2012 jam 10.10
WIB didapatkan hasil evaluasi dengan data subjektif klien mengatakan masih
merasa nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri karena operasi, nyeri yang
dirasakan seperti digigit semut dengan skala nyeri wajah 2 dan nyeri terjadi
apabila dipakai untuk gerak berlebih dan dari hasil observasi post op hari
ketiga klien tampak rileks, tekanan darah 80/60 mmHg, nadi 80 kali per menit,
pernafasan 20 kali per menit. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian (skala nyeri sudah berkurang dan
klien sudah tampak rileks) sehingga intervensi dilanjutkan yaitu kaji tingkat
nyeri klien (PQRST), monitor tanda-tanda vital dan lanjutkan program terapi
sesuai advis dokter : Praxion 1 sendok teh per 8 jam.
17
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
Dalam BAB ini penulis akan membahas ringkasanasuhan keperawatan
yang dilakukan pada tanggal 5 sampai 7 April 2012 di Ruang BakungRS.Panti
Waluyo Surakarta. Prinsip pembahasan ini akan memfokuskan kebutuhan dasar
manusia di dalam asuhan keperawatan yaitu pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
pada An. H dengan post op.Appendictomy.
A. Pembahasan
Menurut Reksoprojo, dalam jurnal ilmiah keperawatan Kusmarjathi
(2009), appendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks yang berbentuk
cacing yang berlokasi dekat katub ileosekal. Hal ini terjadi karena adanya
kebiasaan dan pola hidup yang tidak teratur seperti makan makanan rendah
serat sehingga bermasalah dalam saluran pencernaan dan mengakibatkan
terjadinya konstipasi dan meningkatkan tekanan intra sekal yang
mengakibatkan timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatkan
pertumbuhan kuman flora kolon. Hal ini akan mempermudah timbulnya
apendisitis akut. Penyebab lain appendisitis berupa erosi mukosa karena
parasit seperti entamoeba histolitika, hyperflasia jaringan limfoid serta tumor
apendiks. Appendisitis dapat ditemukan disemua umur, tetapi pada anak
kurang dari satu tahun jarang ditemukan. Teori tersebut sesuai pada kasus
yang ditemukan pada An.H dengan usia 7 tahun, dari hasil wawancara
18
didapatkan bahwa orang tua klien mengatakan anaknya tidak suka makan
dengan sayur. An.H suka makan nasi dengan lauk saja (tempe, tahu, dan
telur). Menurut sjamsuhidajat (2003), Appendisitis biasanya disebabkan oleh
penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda
asing, struktur fibrosa akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedeses bakteri, dan
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi appendisitis akut yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah,
dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri didaerah
abdomen kanan bawah. Hal ini sesuai dengan kasus pada An.H sebelum
dilakukan tindakan appendictomy yang mengeluh nyeri pada abdomen kanan
bawah.
Menurut Tamsuri (2006), Pengkajian keperawatan pada klien yang
mengalami nyeri difokuskan pada 3 hal yaitu pengenalan tentang nyeri,
penyebab nyeri, dan respon perilaku klien terhadap nyeri. Pada pengenalan
nyeri meliputi berbagai aspek yaitu intensitas nyeri (gambaran tentang
seberapa parah nyeri yang dirasakan individu), karakteristik nyeri (meliputi
19
lokasi nyeri, penyebaran nyeri, durasi, periode bertambah dan berkurang
intensitas nyeri dan kualitas nyeri), faktor yang meningkatkan dan
menurunkan nyeri, efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari (misalnya nafsu
makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik dan aktivitas
santai). Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis berkaitan
dengan depresi, kekhawatiran individu tentang nyeri. Pada penyebab nyeri,
untuk menentukan penyebab nyeri sangat sulit dilakukan, namun beberapa
nyeri sangat berguna untuk menentukan diagnosis medik. Salah satunya nyeri
yang terjadi di area Mc. Burney yang menunjukkan adanya peradangan
apendiks (appendisitis). Dan pada respon fisiologis dan perilaku terhadap
nyeri, pengkajian indikasi fisiologis dan perilaku terhadap nyeri kadang sulit
dilakukan. Pada umumnya gejala fisiologis dan perilaku lebih banyak muncul
pada nyeri akut dibandingkan nyeri kronis. Respon fisiologis perilaku
terhadap nyeri dapat berupa respon verbal, perilaku vokal, ekspersi wajah,
gerakan tubuh, dan kontak fisik dengan orang lain. Dari hasil wawancara yang
dilakukan terhadap An.H, orang tua mengatakan anaknya mengeluh nyeri
pada abdomen kanan bawah dan nyeri terjadi jika kaki diluruskan. Hal
tersebut juga mempengaruhi aktifitas klien sehari-hari seperti berjalan dan
nafsu makan menurun.
Menurut Sjamsuhidajat (2004), appendisitis akut merupakan kasus
terbanyak dari akut abdomen, diagnosa appendisitis akut masih sulit dan
merupakan salah satu problem pada bidang bedah, angka appendictomy
berkisar antara 20 sampai 35%. Selama ini appendisitis akut didasarkan pada
20
anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium seperti hitung
leukosit lebih dari 10.000/mm3. Hasil dari pemeriksaan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan laboratorium pada An.H didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg,
nadi 90 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit dan hasil laboratorium
pada tanggal 3 April 2012 didapatkan leukosit 17.800/mm3. Hal ini sesuai
dengan teori diatas bahwa hasil pemeriksaan laboratorium leukosit pada An.H
terjadi peningkatan lebih dari 10.000/mm3. Menurut Groonroors dan
Groonroos dalam jehan (2007), menyatakan akurasi diagnosa appendisitis akut
berdasarkan anamnesa nyeri Mc. Burney dan leukositosis kurang dari 80%.
Untuk itu perlu adanya pemeriksaan laboratorium tambahan yaitu USG
abdomen untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut yang bertujuan untuk
menghindari appendictomy yang tidak perlu. Berdasarkan teori tersebut,
sesuai pada hasil pemeriksaan USG abdomen pada An.H yang dilakukan pada
tanggal 3 April 2012 (sebelum appendictomy)didapatkan hasil yaitu
cenderung kearah appendisitis yang kemungkinan disertai infiltrat
periappendicular dan proses inflamasi bowel.
Menurut Stevenson dalam Rudolph (2006), manifestasi klinis pada
appendisitis yaitu nyeri, anoreksia, muntah, demam, konstipasi, diare,
retrocaecal appendisitis. Tanda klinis meliputi nyeri tekan pada daerah Mc
Burney, nyeri lepas, kadang-kadang hematuri (khususnya retrocaecal
appendiks)hal ini juga dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di epigastrium,
yang diikuti oleh rasa tidak nyaman di periumbilikus baik akibat nyeri
peradangan atau kolik dan tidak bergantung pada lokasi appendiks. Hal ini
21
diikuti oleh demam ringan disertai mual dan bisa juga disertai muntah. Dapat
pula timbul peritonitis dengan demam tinggi, muntah persisten, rasa haus,
malaise, dan tanda infeksi sistemik, atau proses peradangan. Diikuti pula oleh
pembentukan abses dan nyeri tekan yang hebat ditempat proses peradangan.
Pada kondisi ini mual, muntah, dan demam biasanya mendahului nyeri. Diare
dapat terjadi pada 5 sampai 10% pasien appendisitis. Nyeri tekan dan defans
muskulorum lokal kuadran kanan bawah yang konsisten merupakan tanda
utama appendisitis. Berdasarkan manifestasi klinis diatas, sesuai dengan kasus
kelolaan pada An.H yang didapatkan dari hasil wawancara dengan keluarga
sebelum menjalani appendiktomy yang mengeluh nyeri pada abdomen kanan
bawah, nafsu makan menurun, mual dan tidak disertai muntah.
Menurut Malik dalam Jehan (2007),Angka kejadian appendisitis tanpa
perforasi yang dilakukan tindakanappendictomy di dunia masih cukup
tinggi.Dapat dilihat dari data epidemiologiAmerika saja bahwa kejadian
appendisitis yang diappendictomy mencapai angka 25kasus dari 10.000 orang
anak per tahunnya. Dan apabila dirata-ratakan, makadidapatkan kejadian
appendisitis 1,1 kasus per 1000 orang anak per tahunnya di amerika.
Sedangkan menurut Kusmarjathi (2009), Salah satu penanganan yang paling
sering dilakukan pada penderita appendisitis yaitu operasi pengangkatan
apendiks yang disebut appendictomy. Appendictomy sebagai suatu tindakan /
prosedur pembedahan yang dilaksanakan untuk mengatasi apendisitis akut
maupun kronis.Dari tindakan appendictomy tersebut dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, salah satunya nyeri. Teori tersebut sesuai dengan hasil
22
pengkajian pada An.H setelah dilakukan appendictomy, mengeluh nyeri pada
abdomen kanan bawah, nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris, dengan skala
nyeri wajah 4, nyeri terjadi selama 3 menit dalam sekali nyeri dan dari hasil
observasi, klien tampak meringis menahan sakit. Salah satu respon fisiologis
pasien yang akan menjalani appendictomy yaitu cemas. Kecemasan
merupakan kondisi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan perasaan-
perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferlina dalam Kusmarjathi
(2009), yang menemukan sekitar 80% pasien pembedahan mengalami
kecemasan. Hal tersebut tidak beda dengan respon fisiologis keluarga An.H
sebelum anaknya menjalani operasi appendictomy yang mengalami
kecemasan, karena keluarga menganggap anaknya masih terlalu kecil untuk
menjalani operasi tersebut.
Menurut Kozier & Erb dalam Tamsuri (2006), nyeri adalah sensasi
ketidaknyamanan yang dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan
oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka. Mengacu pada teori
dari asosiasi nyeri internasional, pemahaman tentang nyeri lebih
menitikberatkan bahwa nyeri adalah kejadian fisik, yang tentu saja untuk
penatalaksanaannya nyeri menitikberatkan pada manipulasi fisik atau
menghilangkan kausa fisik. Nyeri diperkenalkan sebagai suatu pengalaman
emosional yang penatalaksaannya tidak hanya pada pengelolaan fisik semata,
namun penting juga untuk melakukan manipulasi (tindakan) psikologis
untukmengatasi nyeri.Sedangkan menurut kusmarjathi (2009), nyeri adalah
suatu sensori persepsi yang tidak menyenangkan yang
kerusakan jaringan karena proses penyakit, pemeriks
prosedur invasif. Dari hasil wawancara, karakterist
oleh An.H yaitu nyeri
sekali nyeri. Dan dari hasil observasi, k
tampak lemah, tampak gelisah, tampak tidak bersemangat, dan nadi
per menit. Penulis dalam mengkategorikan skala nyeri wajah
An.H dengan menggunakan
tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kart
dibawah ini :
Gambar 3.1 skala nyeri wajah menurut Wong & Bakers
Berdasarkan gambar diatas, adapun cara untuk menila
wajah pada anak yaitu dengan menunjukkan gambar ska
kepada anak dan meminta klien menunjuk salah satu g
gambaran nyeri yang klien rasakan. Selain it
gambar nomor 0 menggambarkan wajah
nomor 1 menggambarkan wajah yang
nomor 2 menggambarkan wajah yang kurang bahag
banyak), nomor 3 menggambarkan wajah yang sedih (merasa nyeri
suatu sensori persepsi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan karena proses penyakit, pemeriksaan diagnostik atau
prosedur invasif. Dari hasil wawancara, karakteristik nyeri yang dirasakan
oleh An.H yaitu nyeri seperti diiris-iris, nyeri terjadi selama 3 menit dalam
Dan dari hasil observasi, klien tampak meringis menahan sakit
tampak gelisah, tampak tidak bersemangat, dan nadi
Penulis dalam mengkategorikan skala nyeri wajah yang dirasakan
dengan menggunakanskala nyeri wajah menurut Wong & Bakers. Skala
tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil kartun seperti pada gambar
Gambar 3.1 skala nyeri wajah menurut Wong & Bakers
Berdasarkan gambar diatas, adapun cara untuk menilai skala nyeri
wajah pada anak yaitu dengan menunjukkan gambar skala nyeri wajah diatas
kepada anak dan meminta klien menunjuk salah satu gambar tersebut sebagai
gambaran nyeri yang klien rasakan. Selain itu juga dijelaskan pada klien untuk
gambar nomor 0 menggambarkan wajah sangat senang (tidak ada
nomor 1 menggambarkan wajah yang senang(nyeri yang sangat sedikit
nomor 2 menggambarkan wajah yang kurang bahagia (nyeri yang lebih
menggambarkan wajah yang sedih (merasa nyeri
23
berkaitan dengan
aan diagnostik atau
ik nyeri yang dirasakan
iris, nyeri terjadi selama 3 menit dalam
lien tampak meringis menahan sakit,
tampak gelisah, tampak tidak bersemangat, dan nadi 90 kali
yang dirasakan
skala nyeri wajah menurut Wong & Bakers. Skala
un seperti pada gambar
i skala nyeri
la nyeri wajah diatas
ambar tersebut sebagai
u juga dijelaskan pada klien untuk
ada nyeri),
yang sangat sedikit),
yang lebih
menggambarkan wajah yang sedih (merasa nyeri dengan
24
kualitas nyeri ringan), nomor 4 menggambarkan wajah yang sangat sedih
(merasa nyeri dengan kualitas nyeri sedang), nomor 5 menggambarkan wajah
yang sangat sedih dan ketakutan (merasa nyeri dengan kualitas nyeri berat
sampai nyeri yang sangat berat). Selain itu, juga dilakukan observasi
mengenai mimik wajah/gambaran wajah klien ketika klien merasakan nyeri.
Dan dari hasil wawancara dan observasi, skala nyeri wajah post appendictomy
pada An.H didapatkan skala nyeri wajah 4.
Karakteristik nyeri yang dirasakan oleh An.H dengan post
appendiktomy hari pertama yaitu termasuk nyeri akut yaitu nyeri yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau proses penyembuhan dan
muncul perilaku nyeri seperti meringis menahan sakit. Hal ini sesuai dengan
teori menurut Tamsuri (2006),nyeri dibedakan menjadi 2 yaitu nyeri akut dan
nyeri kronik. Nyeri akut yaitu nyeri yang berhubungan dengan kerusakan
jaringan atau proses penyembuhan. Pada kategori nyeri akut, klien tampak
lemah, tampak cemas dan lemas, menyatakan adanya nyeri, muncul perilaku
nyeri seperti meringis menahan sakit dan menangis. Sedangkan nyeri kronis
yaitu nyeri yang timbul terus-menerus hingga sembuh, intensitas ringan
sampai berat, biasanya klien tampak depresi dan menarik diri, respon saraf
parasimpatis seperti tanda-tanda vital normal, kulit kering dan hangat, pupil
normal/berdilatasi, tidak menyatakan nyeri jika ditanya, dan perilaku nyeri
tidak ada.
Berdasarkan organ tempat timbulnya, nyeri dapat dikelompokkan
dalam nyeri organik, nyeri neurogenik, dan nyeri psikogenik.Nyeri organik
25
yaitu nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual/potensial)
organ.Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya cidera,
penyakit, atau pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ. Nyeri
neurogenik yaitu nyeri akibat gangguan neuron. Nyeri pskikogenik yaitu nyeri
akibat berbagai faktor psikologis.Nyeri yang dirasakan An.H termasuk dalam
nyeri organik yaitu nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan
(aktual/potensial) organ, penyebab nyeri yaitukarena pembedahan (Tamsuri,
2006).
Menurut Meinhart & Mc.Caffery dalam Tamsuri (2006),
menggambarkan 3 fase perilaku terhadap nyeri yaitu antisipasi, sensasi, dan
fase pascanyeri. Pada fase antisipasi memungkinkan individu untuk
memahami nyeri, untuk belajar, dan mendapatkan gambaran tentang nyeri itu
sendiri. Pada fase sensasi, saat terjadi nyeri banyak perilaku yang dapat
diungkapkan oleh seorang klien yang mengalami nyeri seperti meringis,
merungkukkan badan, menjerit bahkan mungkin menangis. Dan pada fase
pascanyeri, klien mungkin mengalami trauma psikologis, takut, dan depresi.
Berdasarkan teori diatas, An.H termasuk dalam fase sensasi. Dimana dari hasil
wawancara An.H mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri seperti
diiris-iris, dengan skala wajah 4, nyeri terjadi selama 3 menit dalam sekali
nyeri. Dari hasil observasi,klien tampak meringis menahan sakit. Perilaku
klien dalam merespon nyeri dapat dipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk
menoleransi dan juga oleh berat ringannya sensasi nyeri itu sendiri.
26
Menurut Potter & Perry (2006), beberapa metode penanganan nyeri
yang cukup praktis dan tidak menimbulkan efek samping yaitu dengan metode
anti nyeri non farmakologis. Metode non farmakologis yaitu dengan teknik
distraksi. Pada anak teknik distraksi sangat efektif digunakan untuk
mengalihkan rasa nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian menurut Champhell
dan Don dalam Kustiningsih (2008), bahwa salah satu penerapan prinsip
meminimalkan rasa nyeri yang dialami oleh An.H dengan teknik non
farmakologis yaitu dengan teknik distraksi. Teknik distraksi sangat efektif
digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri pada An.H dengan menonton televisi
atau bermain game. Dan terbukti membuat An.H mampu menahan nyerinya.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan yang aktual
maupun potensial (NANDA, 2007).Perumusan diagnosa keperawatan
didasarkan pada batasan karakteristik yang muncul pada pasien (Newfield et
al, 2007). Perumusan diagnose keperawatan dalam kasus ini didasarkan pada
beberapa karakteristik yang muncul pada An.H, yaitu dengan data subjektif,
klien mengeluh nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri dirasakan klien
seperti diiris-iris, dengan skala nyeri wajah 4, nyeri terjadi selama 3 menit
dalam sekali nyeri dan data objektif post appendictomy hari pertama, klien
tampak meringis menahan sakit, klien tampak lemah, tampak tidak
bersemangat dan tampak gelisah. Dari data diatas penulis merumuskan
diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik : post
appendictomy.
27
Menurut diagnosa diatas, penulis merencanakan tindakan yang akan
dilakukan terhadap An.H antara lain : kaji tingkat nyeri (PQRST), monitor
tanda-tanda vital, anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan teknik
distraksi, dan memberikan terapi analgesik : praxion 1 sendok teh.
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, sudah sesuai dengan
intervensi/perencaaan dan hasil evaluasi pada An.H setelah dikelola selama 3
hari didapatkan hasil dengan respon subjektif klien mengatakan masih nyeri
pada abdomen kanan bawah, nyeri karena operasi, nyeri yang dirasakan
seperti digigit semut dengan skala nyeri wajah 2 dan nyeri terjadi apabila
digunakan untuk gerak yang berlebih dan dari hasil observasi, klien tampak
rileks, tekanan darah 80/60mmHg, nadi 80 kali per menit, pernafasan 20 kali
per menit. Dari data tersebut dapat disimpulkan, bahwa masalah keperawatan
nyeri teratasi sebagian (skala nyeri sudah berkurang dan klien sudah tampak
rileks). Sehingga tindakan keperawatan yang dilanjutkan yaitu kaji tingkat
nyeri klien dan anjurkan klien untuk rutin minum obat sesuai advis dokter
(praxion 1 sendok teh dengan tujuan untuk mengurangi nyeri yang klien
rasakan). Pada tanggal 7 April 2012 jam 17.00 WIB klien direncanakan
pulang.
B. Simpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
Hasil pengkajian pada An.H dengan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri post appendictomy hari pertama adalah klien mengeluh
nyeri pada abdomen kanan bawah, nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris,
28
skala nyeri wajah 4, nyeri terjadi selama 3 menit dalam sekali nyeri dan
respon objektifklien tampak meringis menahan sakit, klien tampak
gelisah, dan tampak tidak bersemangat. Dari hasil pengkajian pada An.H
didapatkan diagnose keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik : post appendictomy. Rencana Asuhan Keperawatan
yang dilakukan pada An.H dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
post appendictomy yaitu kaji tingkat nyeri klien, monitor tanda-tanda
vital, ajarkan pada klien dan keluarga teknik relaksasi distraksi, dan yang
terakhir kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian analgesik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada An.H dengan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman post appendictomy sudah sesuai dengan rencana
keperawatan/intervensi. Evaluasi yang dilakukan pada An.H dengan
masalah keperawatan nyeri, sudah teratasi sebagian. Hal ini dikarenakan
klien masih merasa nyeri pada abdomen kanan bawah dengan skala nyeri
wajah 2. Dimana kriteria hasil yang diharapkan penulis, nyeri dapat
teratasi dengan skala nyeri wajah 1.
2. Saran
a. Bagi Institusi Rumah Sakit.
Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
dan mempertahankan kerjasama baik antar tim kesehatan maupun
dengan klien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat
mendukung kesembuhan klien.
b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan.
29
Diharapkan bisa meningkatkan pelayanan pedidikan yang
lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat
yang terampil, inovatif, dan professional yang mampu memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan, khususnya
keperawatan anak.
c. Bagi Penulis
Diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan
selanjutnya pada pasien dengan pemenuhan rasa nyaman khususnya
post op.appendictomy.
8
DAFTAR PUSTAKA
Brough, H. 2007 . Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC.
Hartati, T. 2008 .Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri pada
Anak Usia Sekolah, Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42088796.pdf. Diakses
pada tanggal 20 April 2012 jam 11.30 WIB.
Hidayat, A.A. 2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.
Jehan, E. 2003. Peran C Reactive Protein Dalam Menentukan Diagnosa
Appendisitis Akut.http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-emirjehan
.pdf.Diakses pada tanggal 22 April 2012 jam 16.30 WIB.
Kusmarjathi, N.K. 2009. Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi Appendiktomy
Dalam Jurnal Ilmiah Keperawatan.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21097276.pdf. Diakses pada tanggal
20 April 2012 jam 12.05 WIB.
Kustiningsih.2008. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri
pada Anak Usia Sekolah, Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/42088796.pdf. Diakses
pada tanggal 20 April 2012 jam 12.20 WIB.
Nanda. 2007. Pedoman Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : EGC.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Rudolph, A.M. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph, Vol. 1, Ed. 20. Jakarta : EGC.
. 2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph, Vol. 2, Ed. 20. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2004 .Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 2. Jakarta :
EGC.
Tamsuri, A. 2006. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
Wong, D.L. 2005.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Chotimah
Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 18Mei 1990
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat Rumah : Gedongan, Plupuh, Sragen
Riwayat Pendidikan :1. TK Dharma Wanita Lulus tahun 1997
2. SDN Gedongan Lulus tahun 2003
3. SMP Negeri 1 Plupuh Lulus tahun 2006
4. SMA Muh 2 Gemolong Lulus tahun 2009
5. STIKES Kusuma Husada Surakarta Prodi DIII
Keperawatan.
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : 1. Pernah mengikuti Organisasi Ikatan
RemajaMuhammadiyah (IRM) di SMA Muh 2
Gemolong sebagai Anggota.
2. Sedang mengikuti Organisasi Karang Taruna di
Desa Gedongan sebagai Ketua Risma Putri.