STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT...

42
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. C DENGAN HIPERTENSI DI RUANG BOUGENVILE RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA DI SUSUN OLEH : DIKNAS DWI SAPUTRO NIM.P.10088 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT...

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. C

DENGAN HIPERTENSI DI RUANG BOUGENVILE

RUMAH SAKIT PANTI WALUYO

SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

DIKNAS DWI SAPUTRO

NIM.P.10088

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

i

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. C

DENGAN HIPERTENSI DI RUANG BOUGENVILE

RUMAH SAKIT PANTI WALUYO

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

DIKNAS DWI SAPUTRO

NIM.P.10088

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2013

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

Tn. C DENGAN HIPERTENSI DI RUANG BOUGENVILE RUMAH SAKIT

PANTI WALUYO SURAKARTA”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk.

2. Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan dan

penguji II yang telah memberikan saran, kritik, dan masukan demi

sempurnanya studi ini. Dan telah memberikan kesempatan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII

Keperawatan dan penguji III yang telah memberikan saran, kritik, dan

masukan demi sempurnanya studi ini. Dan telah memberikan kesempatan

untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Amalia Agustin, S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing dan penguji I yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

kesempurnaannya studi kasus ini.

vi

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta, staf, maupun karyawan yang telah memberikan bimbingan,

motivasi dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.

6. Pihak Rumah Saki Panti Waluyo Surakarta beserta staf keperawatan,

khususnya di ruang Bougenvile yang telah memberikan ijin dan kesempatan

bagi penulis untuk pengambilan data guna penyelesaian karya tulis ini.

7. Kedua orang tuaku, Bp. Sumarno dan Ibu Madikem yang selalu memberi

dukungan, inspirasi, dan doa untuk menyelesaikan pendidikan.

8. PERSIS SOLO adalah tim sepak bola kebanggaan saya dan menjadi inspirasi

saya tentang arti sebuah perjuangan, semangat pantang menyerah dan

kebahagiaan.

9. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu,

yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan, Amin.

Surakarta, 8 Juni 2013

Penulis

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………… ............... iii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… ............... iv

KATA PENGANTAR ……………………………………………. ............... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………... ............... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ................................................................... 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................. 5

BAB II LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ....................................................................... 7

B. Pengkajian ............................................................................. 7

C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 11

D. Perencanaan Keperawatan .................................................... 11

E. Implementasi Keperawatan ................................................... 12

F. Evaluasi Keperawatan ........................................................... 14

viii

BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan ............................................................................ 16

B. Simpulan dan Saran................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix

DAFTAR GAMBAR

halaman

1. Gambar 2.1 Genogram Tn. C ............................................................. 7

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data

Lampiran 3 Log Book Kegiatan Harian

Lampiran 4 Lembar Pendelegasian Pasien

Lampiran 5 Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Syahrini (2012), hampir 1 miliar orang atau sekitar

seperempat dari seluruh populasi orang dewasa menyandang hipertensi.

Penelitian diUnited Kingdom, penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari

16 juta orang. Sedangkan penelitian di England, 34% pria dan 30% wanita

menyandang hipertensi. Pada populasi usia lanjut, angka penyandang

hipertensi lebih banyak lagi yaitu dialami oleh lebih dari separuh populasi

orang yang berusia di atas 60 tahun.

Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 8,6% hingga 10%.

Saat ini jumlah penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan 15 juta orang.

Prevalensi pada daerah urban dan rural berkisar antara 17% hingga 21% dan

hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi pada dewasa 6%

hingga 15% dan 50% di antara orang dewasa yang hipertensi tidak menyadari

sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi

hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor

resikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial (Syahrini, 2012).

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode. Hal ini

terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole membuat darah

sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi

2

menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).

Berdasarkan WHO hipertensi diklasifikasikan menjadi enam

klasifikasi. Tekanan darah dikatakan optimal jika nilai sistolik <120 mmHg

dan diastolik <80 mmHg, dikatakan normal jika nilai sistolik 120-129 mmHg

dan diastolik 80-84 mmHg, sedangkan hipertensi normal tinggi jika nilai

sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg, masuk dalam klasifikasi

hipertensi stage 1 jika nilai sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99

mmHg, dan hipertensi stage 2 jika nilai sistolik 160-179 mmHg dan diastolik

100-109 mmHg, hipertensi stage 3 jika nilai sistolik ≥ 180 mmHg dan diastolik

≥ 110 mmHg (Udjianti, 2010).

Penyebab pasti hipertensi berbeda antara hipertensi primer dan

sekunder. Penyebab yang pasti hipertensi primer belum diketahui tapi ada

beberapa energi homeostatik saling terkait. Defek awal diperkirakan pada

mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh ginjal, dalam hal ini

faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan genetik dalam

mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat

meningkatkan volume cairan dan curah jantung, dimana pembuluh darah

akan memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi atau

peningkatan tahanan perifer, sehingga terjadi tekanan darah tinggi. Penyebab

hipertensi sekunder telah di ketahui antara lain penggunaan kontrasepsi oral,

penyakit parenkim, vaskular ginjal, gangguan endrokin, coarctation aorta,

3

neurogenik, kehamilan, luka bakar, peningkatan volume intravaskular dan

merokok (Udjianti, 2010).

Peningkatan kejadian hipertensi tidak terlepas dari perubahan perilaku

masyarakat. Jika hipertensi tidak ditangani dengan baik, maka akan

menyebabkan komplikasi penyakit degenerative seperti gagal ginjal, gagal

jantung dan penyakit pembuluh darah tepi (Murdyastuti, 2012).

Tanda dan gejala hipertensi meliputi nyeri kepala, perasaan capek,

mudah tersinggung, dan imsomnia (Murwani, 2011). Nyeri kepala pada

pasien hipertensi terjadi karena adanya peningkatan tekanan pada pembuluh

darah perifer, dimana tahanan terbesar dialami oleh arteriole, hal ini akan

menyebabkan tekanan vaskuler serebral meningkat, peningkatan tekanan ini

akan di manifestasikan dengan adanya nyeri (Potter & Perry, 2006).

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan

hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi

perasaan tersebut (Mubarak, 2008). Nyeri pada pasien hipetensi jika tidak

segera ditanggulangi dapat mengganggu kesehatan psikologis yang berakibat

pada timbulnya strees. Stres merupakan suatu tekanan fisik maupun psikis

yang tidak menyenangkan. Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal

melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Apabila terjadi dalam

kurun waktu yang lama akan berbahaya bagi orang yang sudah menderita

hipertensi sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat

menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh

4

darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi,

kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya

adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang

dimilikinya (Prasetyorini, 2012). Pada kasus yang penulis angkat adalah nyeri

kepala pasien terjadi secara tiba-tiba dan langsung di bawa oleh keluarga ke

rumah sakit panti waluyo.

Berdasarkan hasil pengkajian, observasi, dan pengelolaan kasus pada

Tn. C datang ke IGD Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta pada tanggal 23

April 2013 dengan keluhan utama nyeri kepala dengan riwayat kesehatan

sekarang sebagai berikut. Data subjektif pasien mengeluh badan lemas,

keringat dingin, badan terasa panas. Data objektif tanda-tanda vital adalah

tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 37ºC, pernafasan

20 kali per menit.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan pengelolaan asuhan keperawatan yang dituangkan dalam karya

tulis ilmiah dengan judul “Studi Kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut

Pada Tn. C dengan Hipertensi di Rumah Sakit Panti Waluyo.”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkan kasus nyeri akut pada Tn. C dengan Hipertensi di Rumah

Sakit Panti Waluyo.

5

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. C dengan nyeri akut

pada hipertensi.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. C

dengan nyeri akut pada hipertensi.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. C

dengan nyeri akut pada hipertensi.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. C dengan nyeri

akut pada hipertensi.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. C dengan nyeri akut

pada hipertensi.

f. Penulis mampu menganalisa kondisi pada Tn. C dengan nyeri akut

pada hipertensi.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Pendidikan

Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan

kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah

dalam bidang atau profesi keperawatan.

2. Manfaat Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. C

dengan hipertensi.

6

3. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat

kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

keperawatan pada Tn. C dengan hipertensi.

4. Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami

penyakit hipertensidan sebagai pertimbangan perawat dalam

mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang

tepat kepada pasien.

7

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Pasien ialah seorang laki-laki berumur 69 tahun dengan inisial Tn. C

yang bertempat tinggal di daerah Tambas Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

Pasien merupakan seorang petani dengan tingkat pendidikan SMP. Selama di

rumah sakit, yang bertanggung jawab atas Tn. C ialah anaknya, Tn. S dengan

usia 30 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta dengan tingkat pendidikan

SMA dan alamat Tambas Kismoyoso Ngemplak Boyolali.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2013 jam 10.00 WIB.

Keluhan utama yang dirasakan Tn. C adalah nyeri kepala dengan riwayat

kesehatan sekarang sebagai berikut. Pasien sebelumnya di rumah mengeluh

badan lemas, keringat dingin, badan terasa panas. Pasien dibawa ke IGD RS

Panti Waluyo pada tanggal 23 April 2013, di IGD diberikan terapi infus RL

dengan tanda-tanda vital adalah tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 88 kali

per menit, suhu 37ºC, pernafasan 20 kali per menit. Pasien sekarang di rawat

di ruang bougenvile, dilakukan pengkajian pada tanggal 25 April 2013

dengan pengkajian pasien tampak meringis menahan nyeri, tanda-tanda vital,

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 88 kali per menit, pernafasan 20 kali per

menit, suhu 37ºC. Pasien mengatakan nyeri muncul jika terlalu banyak

beraktivitas dan nyeri berkurang jika dipakai istirahat, kepala seperti

8

Tn.C (69 th)

HT

HT

ditusuk-tusuk, nyeri di bagian kepala sampai leher, skala nyeri 4, nyeri

biasanya berlangsung kurang lebih satu jam. Pasien mendapatkan terapi

angioten dan antrain.

Pasien merupakan anak ke dua dari lima bersaudara dimana ada satu

yang punya penyakit yang sama dengan pasien, yaitu adiknya yang ke lima.

Ayah pasien juga pernah menderita penyakit yang sama.

HT

Gambar 2.1

Genogram Tn. C

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: pasien

: tinggal serumah

9

Pola aktivitas dan latihan pasien sebelum sakit tidak mengalami

masalah. Pasien dapat beraktivitas secara mandiri. Selama sakit, semua

aktivitas (makan dan minum, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur,

berpindah, ambulasi) pasien dibantu oleh orang lain, baik oleh keluarga

maupun perawat. Pasien mengatakan bahwa badan masih lemas.

Pola kognitif dan perseptual, pasien mengatakan sebelumnya sudah

pernah marasakan nyeri kepala tapi hanya sedikit sehingga tidak dihiraukan.

Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan/kacamata dan tidak ada

gangguan dalam hal fungsi pendengaran. Selama sakit, pasien berkomunikasi

jelas dan mendengar secara normal. Saat penulis melakukan observasi, wajah

pasien tampak meringis menahan nyeri. Karakteristik nyeri yang dirasakan

adalah sebagai berikut, provocate/faktor pencetus nyeri muncul jika terlalu

banyak aktivitas dan nyeri berkurang jika dipakai istirahat, quality/kualitas

nyeri rasanya nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk, region/daerah yang terasa

nyeri di bagian kepala sampai ke leher, severe/skala nyeri 4, time/waktu nyeri

biasanya berlangsung selama kurang lebih satu jam.

Pasien berada dalam keadaan sadar penuh/composmentis saat

dilakukan pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital adalah

sebagai berikut, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 88 kali per menit,

frekuensi pernafasan 20 kali per menit, dan suhu 37º C. Ketika pemeriksaan

dada dilakukan, bentuk dada simetris. Ketika dipalpasi, vokal fremitus kanan

sama dengan kiri. Bunyi perkusi paru sonor di seluruh lapang paru dan pada

saat diauskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan. Hasil pemeriksaan

10

jantung antara lain ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba di

SIC 4, hasil perkusi pekak dan tidak terdapat pelebaran batas jantung,

sedangkan pada auskultasi terdengar bunyi jantung normal, hanya terdengar

S1 dan S2.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 24 April 2013.

Jenis pemeriksaan urine lengkap dengan hasil: makroskopis urine warna

kuning (N: kuning), kejernihan jernih (N: jernih), berat jenis 1.020 (N: 1.015-

1.025), pH 6.0 (N: 4.6-9), protein negatif (N: negatif), reduksi negatif (N:

negatif), keton negatif (N: negatif), blood negatif (N: negatif), bilirubin

negatif (N: negatif), urobilinogen negatif (N: negatif), nitrit negatif (N:

negatif). Mikroskopis eritrosit 0-2 (N: negatif), lekosit 0-2 (N: negatif),

silinder negatif (N: negatif), sel epitel 1-2 (N: negatif), kristal kalsium

oktalat(+) (N: negatif), bakteri negatif (N: negatif), lain-lain negatif (N:

negatif). Pemeriksaan kedua pada tanggal 25 April 2013. Jenis pemeriksaan

darah dengan hasil: kolesterol total 148 mg/dl (N: 50-200), HDL 38 mg/dl (N:

30-63), LDL 96.0 mg/dl (N: 63-147), trigliserida 122 mg/dl (N: <150), asam

urat 4,75 mg/dl (N: 2.40-7.00), glukosa darah puasa 76 mg/dl (N: 70-110),

glukosa darah 2 jam pp 130 mg/dl (N: 80-140).

Terapi yang diperoleh pasien selama di bangsal antara lain infus RL

20 tetes per menit, Angioten 50 mg/24 jam, Antrain 500 mg/8 jam.

11

C. Perumusan Masalah Keperawatan

Setelah dilakukan analisa terhadap data hasil pengkajian, diperoleh

data subjektif, antara lain pasien mengatakan bahwa kepala sampai leher

terasa nyeri, skala nyeri 4, rasanya seperti ditusuk-tusuk , nyeri muncul jika

terlalu banyak beraktivitas dan nyeri berkurang jika dipakai untuk istirahat,

tiap nyeri lamanya kurang lebih 1 jam. Data objektif yang diperoleh, yaitu

wajah pasien tampak meringis menahan nyeri, pasien terlihat lemas, tanda-

tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, frekuensi

penafasan 25 kali per menit, suhu 37º C.

Oleh karena itu, dapat ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

D. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan pada

tujuan intervensi pada masalah keperawatan dengan kasus nyeri, yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri

berkurang dengan skala 2, pasien tidak tampak kesakitan, tekanan darah

normal (110 mmHg/80 mmHg - 120 mmHg/80 mmHg), pasien dapat

mengungkapkan bahwa sudah tidak merasakan nyeri.

Berdasarkan tujuan tersebut, penulis membuat rencana tindakan, yaitu

kaji ulang nyeri pasien untuk mengetahui respon pasien terhadap terapi yang

diberikan. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam karena merupakan tindakan

untuk menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memperlambat respon

simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala. Minimalkan aktivitas,

12

karena aktivitas yang meningkat menyebabkan sakit kepala akibatnya adanya

peningkatan serebral. Laksanakan program terapi sesuai advis dokter

(Angioten 50 mg/24 jam, Antrain 500 mg/8 jam ).

E. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada hari Kamis, 25

April 2013 jam 11.00 WIB, yaitu melakukan pengkajian nyeri pada pasien,

respon subyektif pasien mengatakan nyeri di bagian kepala sampai leher,

rasanya seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4, nyeri biasanya berlangsung

kurang lebih satu jam, respon obyektif pasien terlihat meringis menahan

nyeri. Setelah itu, jam 12.00 WIB penulis memberikan obat oral (Angioten1

tablet 50 mg), mengukur tanda-tanda vital pasien dan didapatkan hasil

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 88 kali per menit, frekuensi pernafasan 20

kali per menit, dan suhu 37ºC. Pada jam 12.00 WIB penulis mengajarkan

teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif pasien mengatakan bahwa

besedia untuk diajari tehnik nafas dalam, respon obyektif pasien terlihat

memperhatikan saat perawat memberikan contoh teknik relaksasi nafas dalam

dan pasien tampak mempraktekkan nafas dalam yang diajarkan perawat.

Hari Jum’at, 26 April 20123 jam 08.00 WIB, penulis memberikan

obat injeksi pada pasien (Antrain 500 mg/8 jam). Saat dilakukan injeksi,

pasien tampak meringis menahan nyeri. Kemudian pada jam 08.30 WIB,

mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi) dan

mengkaji ulang nyeri pasien dan didapatkan hasil, tekanan darah 130/90

mmHg, suhu 37ºC, nadi 88 kali per menit, respirasi 20 kali per menit dan

13

suhu 37oC. Pasien mengatakan nyeri di kepala sampai leher, rasanya seperti

ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 dan dirasakan kurang lebih 1 jam. Jam 12.00

WIB, tindakan yang dilakukan adalah memberikan obat oral (Angioten1

tablet 50 mg) dan mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi).

Respon setelah dilakukan tindakan antara lain obat sudah diminum sehabis

makan dan dari pengukuran tanda-tanda vital diperoleh hasil tekanan darah

130/90 mmHg, nadi 82 kali per menit, respirasi 21 kali per menit dan suhu

37oC. Jam 13.00 WIB, penulis mengintruksikan pasien untuk melakukan

penghematan energi dengan istirahat di tempat tidur, respon subyektif pasien

mengatakan bersedia untuk beristirahat, respon obyektif pasien tampak

menguap.

Hari Sabtu, 27 April 2013 pukul 08.00 WIB, penulis memberikan

terapi obat injeksi (Antrain 500 mg/8 jam). Pada jam 08.00 WIB penulis

mengkaji ulang nyeri pasien dan respon subyektif pasien mengatakan kepala

masih terasa nyeri, rasanya seperti ditusuk-tusuk tapi lebih ringan dari yang

kemarin, data obyektif ekpresi wajah rileks. Kemudian pada jam 10.00 WIB

menganjurkan pasien mengulang teknik relaksasi nafas dalam yang sudah

diajarkan, respon subyektif pasien bersedia melakukannya, respon obyektif

tampak pasien sudah bisa melakukan teknik nafas dalam. Pada jam 12.00

WIB memberikan obat oral (Angioten 1 tablet 500 mg), mengukur tanda-

tanda vital dan mengkaji tingkat aktivitas pasien dan diperoleh hasil penguku-

ran tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 83 kali per menit, respirasi 23 kali per

menit dan suhu 37oC. Pasien mengatakan kepala pusing jika bangun dan

14

setelah berjalan dari kamar mandi. Pada jam 13.00 WIB menganjurkan pasien

untuk melakukan teknik relaksasi dan menganjurkan pasien untuk

beristirahat. Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah menarik nafas dalam.

F. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi hari pertama, tanggal 25 April 2013 dilakukan pada pukul

14.00 WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, pasien mengatakan kepala masih

terasa nyeri, rasanya seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4, nyeri biasanya

berlangsung selama 1 jam. Hasil evaluasi secara objektif, pasien tampak

meringis menahan nyeri, pasien tampak lemas, tekanan darah 130/90 mmHg,

nadi 88 kali per menit, respirasi 20 kali per menit, dan suhu 37ºC. Hasil

analisa, masalah nyeri akut belum teratasi. Rencana selanjutnya, yaitu kaji

ulang nyeri pasien, pantau tanda-tanda vital, bantu dalam melakukan teknik

relaksasi, dan laksanakan advis dokter.

Evaluasi hari kedua, tanggal 26 April 2013 dilakukan pada pukul

14.00 WIB. Hasil evaluasi secara subjektif, pasien mengatakan nyeri setelah

kembali dari kamar mandi, rasanya seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4, nyeri

dirasakan kurang lebih 1 jam, sedangkan secara objektif, pasien tampak

meringis menahan nyeri, pasien tampak lemas, tekanan darah 130/90 mmHg,

nadi 82 kali per menit, respirasi 21 kali per menit, suhu 37ºC. Hasil analisa,

masalah nyeri akut belum teratasi. Rencana selanjutnya adalah kaji ulang

nyeri pasien, pantau tanda-tanda vital, bantu dalam melakukan teknik

relaksasi, dan laksanakan advis dokter.

15

Evaluasi hari ketiga, tanggal 27 April 2013 dilakukan pada pukul

14.00 WIB. Hasil evaluasi subjektif, pasien mengatakan kepala masih terasa

nyeri tapi lebih ringan dari yang kemarin, skala nyeri 3, nyeri bertambah saat

beraktivitas, misalnya berjalan ke kamar mandi. Hasil evaluasi objektif, ek-

spresi wajah rileks, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 83 kali per menit,

respirasi 23 kali per menit, dan suhu 37ºC. Hasil analisa, masalah nyeri akut

belum teratasi. Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri pasien, pantau

tanda-tanda vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, dan anjurkan

pasien untuk beraktivitas secara bertahap.

16

BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Nyeri

pada Tn. C dengan Hipertensi di Ruang Bougenvil RS Panti Waluyo”. Prinsip

dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia didalam

asuhan keperawatan. Menurut Teori Hierarki Maslow terdapat lima

kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, yakni kebutuhan fisiologis;

kebutuhan rasa aman dan keselamatan; kebutuhan rasa cinta; kebutuhan akan

harga diri, serta kebutuhan aktualisasi diri (Eko Nurul, 2010).

Terkait dengan hal tersebut, dalam bab ini penulis akan melakukan

pembahasan terhadap masalah nyeri akut yang dialami oleh Tn. C dengan

hipertensi yang meliputi pengkajian, perumusan masalah keperawatan,

rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Keluhan utama yang didapatkan saat pengkajian terhadap Tn. C

pada tanggal 25 April 2013 ialah nyeri kepala sampai ke leher, skala nyeri

4, rasanya seperti ditusuk-tusuk, nyeri biasanya berlangsung selama

kurang lebih satu jam. Nyeri kepala pada pasien hipertensi terjadi karena

adanya peningkatan tekanan pada pembuluh darah perifer, dimana tahanan

terbesar dialami oleh arteriole, hal ini akan menyebabkan tekanan vaskuler

17

serebral meningkat, peningkatan tekanan ini akan di manifestasikan

dengan adanya nyeri (Potter & Perry, 2006).

Nyeri ialah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual maupun

potensial, yang dirasakan dalam jangka waktu saat kerusakan terjadi

(Potter & Perry, 2006). Nyeri yang dialami oleh Tn. C merupakan nyeri

akut karena nyeri baru dirasakan pada tanggal 23 April 2013 dan langsung

di bawa ke IGD rumah sakit panti waluyo. Hal ini sesuai dengan teori

yang mengatakan bahwa nyeri akut ialah nyeri yang gejalanya mendadak,

biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui, dan nyeri ini

biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan (Mubarak, 2008).

Pengkajian nyeri harus berdasarkan metode P (provocate), Q

(quality), R (region), S (severe), T (time). Karakteristik nyeri yg di rasakan

Tn. C saat pengkajian adalah, provocate/faktor pencetus nyeri muncul jika

terlalu banyak aktivitas dan nyeri berkurang jika di pakai istirahat,

quality/kualitas nyeri rasanya nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk,

region/daerah yang terasa nyeri di bagian kepala sampai ke leher,

severe/skala nyeri 4, time/waktu nyeri biasanya berlangsung selama

kurang lebih satu jam (Prasetyo. 2010).

Sedangkan penentuan skala nyeri pada Tn. C didasarkan pada skala

nyeri Hayward yang menggunakan skala longitudinal yang terdiri dari

angka 0 sampai 10. Angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1-3

menggambarkan nyeri ringan, 4-6 menggambarkan nyeri sedang, 7-9

18

menggambarkan nyeri berat yang masih bisa terkontrol dan 10

menggambarkan nyeri yang sangat berat serta tidak bisa dikontrol

(Mubarak, 2008). Menurut teori, klasifikasi nyeri yang dialami Tn. C

termasuk ke dalam nyeri sedang dengan skala nyeri 4.

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu periode. Hal ini

terjadi bila arteriole-arteriole kontriksi. Kontriksi arteriole membuat darah

sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.

Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut

dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,

2010). Berdasarkan WHO hipertensi diklasifikasikan menjadi enam

klasifikasi. Tekanan darah dikatakan optimal jika nilai sistolik <120

mmHg dan diastolik <80 mmHg, dikatakan normal jika nilai sistolik 120-

129 mmHg dan diastolik 80-84 mmHg, sedangkan hipertensi normal tinggi

jika nilai sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg, masuk dalam

klasifikasi hipertensi stage 1 jika nilai sistolik 140-159 mmHg dan

diastolik 90-99 mmHg, dan hipertensi stage 2 jika nilai sistolik 160-179

mmHg dan diastolik 100-109 mmHg, hipertensi stage 3 jika nilai sistolik ≥

180 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg (Udjianti, 2010). Menurut teori,

hipertensi yang di alami Tn. C termasuk ke dalam klasifikasi hipertensi

stage 1, dengan tekanan darah Tn. C waktu masuk rumah sakit adalah

150/90 mmHg.

19

Hasil pengkajian riwayat kesehatan dahulu pada Tn. C ditemukan

riwayat hipertensi adalah penyakit keturunan dari ayahnya, sebuah

penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk

masalah hipertensi. Secara genetik terdapat lebih dari satu gen yang

memainkan peranan penting. Seberapa besar resiko seseorang menderita

hipertensi di tentukan oleh interaksi dari berbagai faktor genetik dan non

genetik (Prasetyorini, 2012).

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian Tn. C yang

sudah di rawat inap selama 2 hari, yaitu tekanan darah 130/90 mmHg; nadi

88 kali per menit; respirasi 20 kali per menit; suhu 37º C. Peningkatan

tekanan darah dapat terjadi sebagai respon terhadap nyeri yang dirasakan

atau terkait dengan penyakit pasien. Nyeri dapat menjadi suatu stressor

bagi pasien. Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat dan kuat,

sehingga tekanan darah akan meningkat. Apabila dalam kurun waktu yang

lama akan berbahaya bagi orang yang sudah menderita hipertensi sehingga

menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai

target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta

ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup

penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya

kematian (Prasetyorini, 2012).

Pengkajian fisik dada dan paru didapatkan data, dari inspeksi dada,

bentuk dada simetris. Ketika dipalpasi, vokal fremitus kanan sama dengan

20

kiri. Bunyi perkusi paru sonor di seluruh lapang paru dan pada saat

diauskultasi tidak terdengar suara nafas tambahan. Hasil pemeriksaan

jantung antara lain ictus cordis tidak terlihat, palpasi ictus cordis teraba

di SIC 4, hasil perkusi pekak dan tidak terdapat pelebaran batas jantung,

sedangkan pada auskultasi terdengar bunyi jantung normal, hanya

terdengar S1 dan S2.

Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pada pasien

dengan hipertensi menurut Ardiansyah (2012) yaitu pemeriksaan kreatinin

untuk memberikan informasi tentang fungsi ginjal, pemeriksaan glukosa

untuk mengetahui hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar

katekolamin (meningkatkan hipertensi), pemeriksaan kalsium serum untuk

mengetahui peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan

hipertensi. Dalam kasus ini, pemeriksaan penunjang pada Tn. C hasilnya

adalah normal dengan hasil pemeriksaan, pemeriksaan pertama jenis

pemeriksaan urine lengkap dengan hasil: makroskopis urine warna kuning

(N: kuning), kejernihan jernih (N: jernih), berat jenis 1.020 (N: 1.015-

1.025), pH 6.0 (N: 4.6-9), protein negatif (N: negatif), reduksi negatif (N:

negatif), keton negatif (N: negatif), blood negatif (N: negatif), bilirubin

negatif (N: negatif), urobilinogen negatif (N: negatif), nitrit negatif

(N: negatif). Mikroskopis eritrosit 0-2 (N: negatif), lekosit 0-2 (N:

negatif), silinder negatif (N: negatif), sel epitel 1-2 (N: negatif), kristal

kalsium oktalat(+) (N: negatif), bakteri negatif (N: negatif), lain-lain

negatif (N: negatif). Pemeriksaan kedua pada tanggal 25 April 2013. Jenis

21

pemeriksaan darah dengan hasil: kolesterol total 148 mg/dl (N: 50-200),

HDL 38 mg/dl (N: 30-63), LDL 96.0 mg/dl (N: 63-147), trigliserida 122

mg/dl (N: <150), asam urat 4,75 mg/dl (N: 2.40-7.00), glukosa darah

puasa 76 mg/dl (N: 70-110), glukosa darah 2 jam pp 130 mg/dl

(N: 80-140).

Terapi medis yang diberikan pada klien Tn. C yaitu Angioten 50

mg/24 jam, obat ini merupakan obat oral berbentuk tablet, termasuk dalam

golongan obat anti hipertensi dengan fungsinya untuk menurunkan tekanan

darah, dan Antrain 500 mg/8 jam, obat ini merupakan obat injeksi,

termasuk dalam golongan analgesic dan berfungsi untuk meredakan nyeri

(ISO, 2008).

2. Perumusan diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan pada

perawat yang mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya

(Potter, 2005). Diagnosa utama yang penulis angkat dalam kasus ini yaitu

nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Hal ini sesuai dengan teori pada kasus hipertensi di mana menurut Potter

& Perry (2006), nyeri akut pada pasien hipertensi terjadi karena adanya

peningkatan tekanan pada pembuluh darah perifer, dimana tahanan

terbesar dialami oleh arteriole, hal ini akan menyebabkan tekanan vaskuler

serebral meningkat, peningkatan tekanan ini akan dimanifestasikan dengan

adanya nyeri akut. Hal ini didukung dengan hasil pengkajian pada data

22

subjektif, pasien mengatakan bahwa kepala sampai leher terasa nyeri,

skala nyeri 4, rasanya seperti ditusuk-tusuk,nyeri muncul jika pasien

terlalu banyak aktivitas dan hilang jika pasien beristirahat, tiap nyeri

berlangsung kurang lebih satu jam. Data objektif yang diperoleh, yaitu

wajah pasien tampak meringis menahan nyeri, pasien terlihat lemas, tanda-

tanda vital tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 84 kali per menit, frekuensi

penafasan 25 kali per menit, suhu 37ºC. Dalam hal ini, karakteristik

tersebut sesuai dengan batasan karakteristik untuk masalah nyeri akut,

yaitu adanya perilaku ekspresif, perilaku distraksi, respon-respon

autonomik (misalnya, peningkatan tekanan darah, diaforesis, pernafasan

atau perubahan nadi), adanya ungkapan secara verbal atau isyarat, dan

bukti-bukti objektif lainnya (Wilkinson, 2007).

3. Rencana Keperawatan

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis

rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan

sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006).

Menurut Ardiansyah (2012) kriteria hasil dalam kasus hipertensi

adalah mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah otak,

mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan terhadap nyeri.

Sedangkan perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan

pada tujuan intervensi pada masalah keperawatan dengan kasus nyeri,

yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri berkurang dengan skala 2, Pasien tidak tampak

23

kesakitan, tekanan darah normal dengan rentang sistolik <120 mmHg dan

diastolik <80 mmHg, klien dapat mengungkapkan bahwa sudah tidak

merasakan nyeri.

Penentuan tujuan rencana tindakan seharusnya didasarkan pada

prinsip SMART (Specific, Measureable, Achievable atau dapat dicapai,

Rational atau sesuai akal sehat, Time atau ada kriteria waktu pencapaian)

(Nanda, 2012). Tetapi dalam hal ini, terdapat kesenjangan dengan prinsip

tersebut, terutama dalam penentuan kriteria hasil dan waktu pencapaian.

Kriteria hasil tanda-tanda vital belum dapat diukur karena tidak

dicantumkan nilai normal yang diharapkan, sedangkan penentuan waktu

pencapaian selama tiga hari mungkin terlalu singkat sehingga tidak dapat

dicapai.

Intervensi yang seharusnya dilakukan pada pasien dengan nyeri

akut, sesuai teori dalam Potter & Perry (2006), perawat dan klien secara

bersama-sama mendiskusikan harapan yang realistis dan tindakan

mengatasi nyeri, derajat pemulihan nyeri yang diharapkan, dan efek-efek

yang harus diantisipasi pada gaya hidup dan fungsi klien. Ambil gambaran

lengkap terhadap nyeri pasien termasuk lokasi, intensitas, lamanya,

kualitas dan penyebaran karena nyeri merupakan pengalaman subjektif

dan harus digambarkan oleh pasien. Rencanakan perawatan dengan

periode istirahat atau tidur tanpa gangguan untuk memberikan

keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas tertumpu pada jantung,

meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.

24

Bantu melakukan teknik relaksasi misal nafas dalam. Pantau tanda vital

untuk mengetahui respon terhadap terapi obat (Ardiansyah, 2012).

Penyusunan intervensi dalam kasus ini tidak sepenuhnya sesuai

dengan teori, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan klien.

Rencana tindakan yang disusun antara lain, kaji nyeri pasien, ajarkan

teknik relaksasi nafas dalam, minimalkan aktivitas, laksanakan program

terapi sesuai advis dokter (Angioten 50 mg/24 jam, Antrain 500 mg/8

jam).

Menurut Ardiansyah (2012) dengan mengkaji nyeri pasien kita

dapat mengetahui respon pasien terhadap terapi yang di berikan. Dengan

mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, dapat menurunkan tekanan

vaskuler selebral dan memperlambat respon simpatis efektif dalam

menghilangkan sakit kepala. Dengan meminimalkan aktivitas pasien,

dapat mengurangi sakit kepala. Karena aktivitas yang meningkat dapat

menyebabkan sakit kepala, akibat adanya peningkatan vaskuler serebral.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatn dilakukan dan diselesaikan

(Potter & Perry, 2005). Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis

secara umum merupakan implementasi dari rencana keperawatan yang

telah disusun, namun ada beberapa perbedaan tindakan yang dilakukan

disetiap harinya.

25

Hari pertama tidak sepenuhnya sesuai dengan rencana tindakan

yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan tindakan keperawatan

dilakukan sebagai tahap awal dalam menangani kasus. Tindakan yang

dilakukan antara lain, melakukan pengkajian terhadap karakteristik nyeri

pasien. Data karakteristik nyeri kepala pada awal serangan perlu diketahui

untuk menentukan penyebab dan efek dari nyeri kepala, serta menjadi

dasar perbandingan dengan tanda dan gejala pasca terapi. Mengajarkan

tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien. Pasien akan merasa lebih

nyaman karena tindakan ini dapat menurunkan tekanan vaskular selebral

dan memperlambat respon simpatis dan efektif dalam menghilangkan

nyeri kepala (Ardiansyah, 2012).

Tindakan pada hari kedua penulis memberikan obat injeksi pada

pasien (Antrain 500 mg/8 jam) untuk menurunkan atau mengontrol nyeri

dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis. Mengkaji ulang nyeri

pasien, untuk mengetahui respon pasien terhadap terapi yang di berikan.

Memberikan obat oral (Angioten1 tablet 50 mg) untuk menurunkan atau

mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis dan

mengukur tanda-tanda vital. Penulis mengintruksikan klien untuk

melakukan penghematan energi dengan istirahat di tempat tidur, untuk

membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

(Ardiansyah, 2012).

Tindakan pada hari ketiga penulis memberikan terapi obat injeksi

(Antrain 500 mg/8 jam) untuk menurunkan atau mengontrol nyeri dan

26

menurunkan rangsang sistem saraf simpatis dan mengkaji ulang nyeri

pasien untuk mengetahui respon terhadap terapi yang diberikan. Penulis

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan tekanan

vaskular serebral dan memperlambat respon simpatis efektif dalam

menghilangkan nyeri kepala. Setelah itu penulis memberikan obat oral

(Angioten 1 tablet 500 mg) untuk menurunkan atau mengontrol nyeri dan

menurunkan rangsang sistem saraf simpatis. Lalu mengukur tanda-tanda

vital dan mengkaji tingkat aktivitas pasien untuk membantu dalam

mengkaji respon fisiologis terhadap aktivitas (Ardiansyah, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien

terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian

tujuan (Potter & Perry, 2005).

Hasil evaluasi secara keseluruhan, yaitu secara evaluasi subjektif,

pasien mengatakan kepala masih terasa nyeri tapi lebih ringan dari yang

kemarin, skala nyeri 3, nyeri bertambah saat beraktivitas, misalnya

berjalan ke kamar mandi. Hasil evaluasi objektif, ekspresi wajah rileks,

tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 83 kali per menit, respirasi 23 kali per

menit, dan suhu 37ºC. Hasil analisa, masalah nyeri akut belum teratasi.

Rencana selanjutnya, yaitu kaji ulang nyeri pasien, pantau tanda-tanda

vital, bantu dalam melakukan teknik relaksasi, dan anjurkan pasien untuk

beraktivitas secara bertahap. Hal ini dikarenakan nyeri yang dialami klien

sudah semakin berkurang sedangkan anjuran untuk melakukan aktivitas

27

secara bertahap ditujukan agar beban kerja jantung tidak meningkat secara

drastis sehingga berisiko terjadinya gagal jantung (Udjianti, 2010). Nyeri

pada Tn. C belum teratasi, dan didelegasikan kepada perawat ruangan

untun tindakan lebih lanjut.

B. Simpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini, antara lain :

a. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Tn. C telah dilakukan

secara komprehensif dan diperoleh hasil, yaitu DS: pasien mengeluh

nyeri kepala sampai leher dengan skala 4, rasanya seperti ditusuk-tusuk,

nyeri muncul jika pasien terlalu banyak aktivitas dan hilang jika di

pakai untuk istirahat, dan jika muncul durasi nyeri kurang lebih satu

jam. DO: Tanda-tanda vital, antara lain tekanan darah 130/90 mmHg;

nadi 88 kali per menit; pernafasan 20 kali per menit; suhu 37º C.

b. Diagnosa yang muncul pada kasus Tn. C adalah nyeri akut

berhubungan dengan peningkatan vaskular selebral.

c. Rencana keperawatan yang disusun pada Tn. C, yaitu kaji nyeri pasien

untuk mengetahui respon pasien terhadap terapi yang diberikan.

Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam karena merupakan tindakan untuk

menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memperlambat respon

simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala. Minimalkan

aktivitas, karena aktivitas yang meningkat menyebabkan sakit kepala

28

akibatnya adanya peningkatan serebral. Laksanakan program terapi

sesuai advis dokter (Angioten 50 mg/24 jam, Antrain 500 mg/8 jam ).

d. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 25 April 2013

sampai tanggal 27 April 2013 merupakan implementasi dari rencana

keperawatan yang telah disusun, yaitu mengkaji ulang karakteristik

nyeri pasien, mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, mengkaji

respon pasien terhadap aktivitas, melaksanakan program terapi sesuai

advis dokter.

e. Evaluasi dilakukan pada tanggal 27 April 2013, dimana penulis

melakukan metode SOAP, serta dalam perencanaannya penulis

lakukan dengan acuan rencana asuhan keperawatan menurut

Ardiansyah (2012) hasil dari evaluasi keadaan klien masalah teratasi

sebagian dan intervensi di lanjutkan. Rencana selanjutnya, yaitu kaji

ulang nyeri pasien, pantau tanda-tanda vital, bantu dalam melakukan

teknik relaksasi, dan anjurkan pasien untuk beraktivitas secara bertahap.

Hal ini dikarenakan nyeri yang dialami klien sudah semakin berkurang

sedangkan anjuran untuk melakukan aktivitas secara bertahap ditujukan

agar beban kerja jantung tidak meningkat secara drastis sehingga

berisiko terjadinya gagal jantung.

f. Analisa terhadap kondisi nyeri Tn. C, yaitu nyeri yang dialami Tn. C

merupakan nyeri kepala sedang dengan skala nyeri 4 dan dengan terapi

yang adekuat selama di rumah sakit nyeri pasien menjadi berkurang.

Nyeri disebabkan karena adanya peningkatan tekanan vaskular selebral.

29

2. Saran

a. Bagi instansi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Hendaknya rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

baik serta mampu menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang

memadai yang dapat membantu kesembuhan pasien sehingga dapat

meningkatkan mutu pelayanan yang optimal pada umumnya dan pada

pasien dengan hipertensi.

b. Bagi profesi perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan

yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan serta mampu

menjalin kerja sama dengan tim kesehatan lain maupun keluarga

pasien, sebab peran perawat, tim kesehatan lain, dan keluarga sangatlah

besar dalam membantu kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan

dasarnya.

c. Bagi institusi pendidikan

Hendaknya institusi mampu meningkatkan mutu pelayanan pendidikan

yang lebih berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang

profesional, terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik

keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhamad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva Press,

EGC: Yogyakarta.

Budiman, Bestari J dan Al Hafiz. 2012. Epistaksis dan Hipertensi. Jurnal Andalas

Halaman 75-76. http://jurnal.fk.unand.ac.id.pdf. Diakses tanggal 28 April

2012

Eko Nurul, Sulistiani Ardiani. 2010. Keterampilan Dasar Praktek Klinik

Kebidanan. Pustaka Rihama: Yogyakarta.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2009. Informasi Spesialis Obat (ISO) Indonesia. EGC:

Jakarta.

Kusuma & Nur Arif. 2012. NANDA Internasional; Diagnosa Keperawatan

Definisi dan Klasifikasi. EGC: Jakarta.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &

Aplikasi Dalam Praktik. EGC: Jakarta

Murdyastuti Saptorini, Yunita. 2012. Perbandingan Faktor Resiko Terjadinya

Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Petani dan Pegawai Kantor. Jurnal

STIKES.http://www.nrdo.gov.sg/uploadedFiles/Publications/2012.

Diakses Tanggal 10 Mei 2013..

Murwani, Arita, S.Kep. M.Kes. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Gosyen

Publishing, EGC: Yogyakarta.

Potter, Patricia A. & Anne G. Perry, 2005, Fundamental of Nursing : Concepts,

Process, and Practice, Penerjemah Renata Komalasari, S.Kp, dkk,

Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik. EGC: Jakarta.

Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu,

Yogyakarta: EGC.

Prasetyorini, Hesty Titis dan Dian Prawesti. 2012. Stres Pada Penyakit Terhadap

Kejadian Komplikasi Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal STIKES..

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311015/BAB%.pdf.

Diakses 11 Mei 2013..

Syahrini, dkk. 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 1, Nomor 2, Tahun

2012, Halaman 315 – 325. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm.pdf.

Diakses tanggal 28 April 2013.

Udjianti, Wajan Juni, 2010, Keperawatan Kardiovaskuler, Salemba Medika,

EGC: Jakarta.

Wilkinson M Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.