STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN...

69
STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI 3 MINGGU Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh : GALANG PRAHANARENDRA 1112103000056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

Transcript of STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN...

Page 1: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

STUDI AWAL HISTOTEKNIK :

GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN

PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN

PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI 3 MINGGU

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA

KEDOKTERAN

Disusun oleh :

GALANG PRAHANARENDRA

1112103000056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015

Page 2: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 3: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 4: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 5: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurah limpahkan pada Nabi besar Muhammad SAW,

beserta keluarga, shabat dan umat Islam.

Penelitian ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan

motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, S.Ked, M.Epid, Sp.OT selaku

Ketua Program Studi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan

Dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya

untuk menempuh masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Devy Ariany, M.Biomed dan Ibu Nurlaely Mida Rachmawati, S.Si,

M.Biomed, Ph.D selaku dosen pembimbing penelitian saya, yang selalu

membimbing dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan penelitian ini

3. Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed dan dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku

dewan penguji penelitian saya, untuk ilmu, waktu dan tenaga dalam

memperbaiki laporan penelitian ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Ir. Hayu Parasati dan dr. Onny T. Prabowo yang

selalu memberikan kasih sayangnya, doa, nasihat, bimbingannya, serta

semangat sepanjang hidup saya.

Page 6: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

v

5. Kakak saya Handal Prahamadhanno yang selalu memberikan dukungan

dan semangatnya untuk menjalani proses pembelajaran di Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggungjawab (PJ)

modul riset PSPD 2012, drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD seaku PJ

laboratorium Riset. Ibu Nurlaely Mida R, S.Si, M.Biomed, DMS selaku PJ

Animal house dan Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ

laboratorium Biokimia, Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku PJ

laboratorium histologi yang telah memberikan izin atas penggunaan lab

pada penelitian ini.

7. Untuk teman seperjuangan penelitian, Putri Junitasari, Fiizhda Baqarizky,

Fakhri Muhammad Suradi Kartanegara, Abdul Rasyid, M Imam

Alkautsar, Faisal Ravif, M Azharan Alwi.

8. Untuk Fadel Askary dan Fahrizal Harris Harahap 2011, serta

Pathurrahman dan Annisa Mardhiyah 2013 yang memperbolehkan saya

untuk menggunakan tikus penelitiannya.

9. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 yang berjuang bersama menempuh pre-

klinik serta sahabat saya.

10. Laboran yang terlibat Ibu Ai, Mba Din, Mba Suryani, Mas Rachmadi.

Juga pada Mas Haris, Mas Panji yang sangat membantu berlangsungnya

penelitian ini.

11. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dalam penelitian ini.

Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak yang membaca laporan penelitian ini. Akhir kata, semoga

peenelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, bagi

peneliti pada khususnya.

Ciputat, 21 Agustus 2015

Page 7: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

vi

ABSTRAK

Galang Prahanarendra. Program Studi Pendidikan Dokter. Studi Awal

Histoteknik : Gambaran Histologi Organ Ginjal, Hepar, dan Pankreas Tikus

Sprague Dawley Dengan Pewarnaan HE Dengan Fiksasi 3 Minggu

Histoteknik adalah rangkaian proses yang dimulai dari pemotongan jaringan pada

organ tertentu hingga diubah menjadi bentuk preparat yang siap dilihat di bawah

mikroskop.1 Fiksasi adalah salah satu tahapan histoteknik yang bertujuan untuk

mempertahankan morfologi jaringan seperti kondisi awal atau fisiologis. Waktu

yang terlalu lama pada tahapan fiksasi dapat mengeraskan dan melarutkan

jaringan yang mengakibatkan hasil jaringan yang buruk. 4,13

Tujuan dari penelitian

ini adalah mendapatkan data untuk menyusun standar operasional prosedur (SOP)

baku histoteknik yang dapat diterapkan di laboratorium animal house dan

histologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan

fiksasi selama 3 minggu menyebabkan terjadinya kerusakan organ. Jaringan

berlubang-lubang pada ketiga organ, kerusakan inti sel endotel jaringan ginjal,

kerusakan dinding sel endotel vena sentralis jaringan hepar, dan kerusakan

struktur sel pada pulau langerhans jaringan pankreas. Dapat disimpulkan, bahwa

fiksasi 3 minggu tidak memberikan gambaran yang baik pada organ ginjal, hepar,

dan pankreas sehingga tidak dapat digunakan sebagai acun dalam pembuatan SOP

baku histoteknik di laboratorium animal house dan histologi FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci : histoteknik, fiksasi, standar operasional prosedur (SOP), FKIK,

ginjal, hepar, pankreas, tikus

Galang Prahanarendra. Medical Study Program. Histotechnique

Preliminary Study : Histological Kidney, Liver, and Pancreas Sprague-

Dawley Rats With HE Staining With Fixation Effect for 3 Weeks

Histotechnique is the study of procedures or stages to reach the final stained slide

for microscopic examination.1 Fixation is one of the procedure on histotechnique

that required to prevent putrefaction and autolysis, and to preserve and harden to a

lifelike state. The bond formed between the tissue and the fixation liquid can

Page 8: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

vii

hardening and dissolving the tissue which will result in a bad quality tisue.4,13

The

aim of this study is to initial formulate standard operating procedures (SOP)

histotechnique that can be applied in a laboratory animal house and histology of

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The result of this research shows that

there are significant damage found in tissues on all three organs such as shrinkage

cell on kidney tissue, endothelial cell wall damage on central vein in liver tissue,

and shrinkage cell and damage on langerhans island cells in pancreatic tissue. It

can be concluded, that the fixation 3 week gives a bad histological microscopic

quality on the kidneys, liver, and pancreas so it can not be used as a reference for

SOP histotechniques in the manufacture of laboratory animal house and histology

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Key words : Histotechnique, fixation, standard operational procedure (SOP)

FKIK, pancreas, liver, kidney, mice.

Page 9: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 2

1.4.1. Bagi Peneliti .................................................................................. 2

1.4.2. Bagi Institusi .................................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori ........................................................................................ 4

2.1.1. Teknik Isolasi Jaringan .................................................................. 4

2.1.1.1. Euthanasia ......................................................................... 5

2.1.2. Teknik Fiksasi ............................................................................... 6

2.1.2.1. Fiksasi Formalin .............................................................. 10

2.1.3. Pengolahan Pembuatan Blok ....................................................... 12

2.1.3.1. Dehidrasi ......................................................................... 12

2.1.3.2. Clearing .......................................................................... 12

2.1.3.3. Embedding ...................................................................... 13

2.1.3.4. Blocking........................................................................... 14

2.1.4. Pemotongan Organ ...................................................................... 15

2.1.5. Teknik Pewarnaan ....................................................................... 16

2.1.6. Pewarnaan HE ............................................................................. 16

2.1.7. Gambaran Histologis Organ Tikus .............................................. 17

2.1.7.1. Ginjal ............................................................................... 17

2.1.7.2. Hepar ............................................................................... 18

2.1.7.3. Pankreas .......................................................................... 19

2.2. Kerangka Teori ...................................................................................... 21

2.3. Kerangka Konsep................................................................................... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ................................................................................... 22

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 22

3.2.1. Waktu Penelitian ......................................................................... 22

3.2.2. Tempat Penelitin .......................................................................... 22

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 22

3.4. Cara Kerja Penelitian ............................................................................. 22

Page 10: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

ix

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 22

3.4.2. Adaptasi Hewan Coba ................................................................. 23

3.4.3. Tahap Nekropsi ........................................................................... 23

3.4.3.1. Fiksasi ............................................................................. 24

3.4.4. Tahap Pemrosesan Jaringan ........................................................ 24

3.4.4.1. Dehidrasi ......................................................................... 24

3.4.4.2. Clearing .......................................................................... 25

3.4.4.3. Embedding ...................................................................... 25

3.4.4.4. Blocking........................................................................... 25

3.4.5. Pemotongan Jaringan ................................................................... 26

3.4.6. Tahapan Pewarnaan HE............................................................... 26

3.4.7. Foto Jaringan ............................................................................... 27

3.5. Alur Penelitian ....................................................................................... 28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Makroskopik Jaringan yang Difiksasi 3 Minggu ................. 29

4.2. Gambaran Mikrokospik Jaringan yang Difiksasi 3 Minggu.................. 32

4.2.1. Ginjal ........................................................................................... 32

4.2.2. Hepar ........................................................................................... 34

4.2.3. Pankreas ....................................................................................... 36

4.3. Hambatan dan Solusi ............................................................................. 38

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan ................................................................................................ 40

5.2. Saran ...................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

LAMPIRAN .......................................................................................................... 43

Page 11: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.a Ginjal tikus normal dengan perbesaran 4x ...................................... 18

Gambar 2.1.b Ginjal tikus normal dengan perbesaran 10x .................................... 18

Gambar 2.1.c Ginjal tikus normal dengan perbesaran 20x .................................... 18

Gambar 2.1.d Ginjal tikus normal dengan perbesaran 40x .................................... 18

Gambar 2.2.a Hepar tikus normal dengan perbesaran 4x ...................................... 19

Gambar 2.2.b Hepar tikus normal dengan perbesaran 10x .................................... 19

Gambar 2.2.c Hepar tikus normal dengan perbesaran 20x .................................... 19

Gambar 2.2.d Hepar tikus normal dengan perbesaran 40x .................................... 19

Gambar 2.3.a Pankreas tikus normal dengan perbesaran 4x .................................. 20

Gambar 2.3.b Pankreas tikus normal dengan perbesaran 10x ............................... 20

Gambar 2.3.c Pankreas tikus normal dengan perbesaran 20x ................................ 20

Gambar 2.3.d Pankreas tikus normal dengan perbesaran 40x ............................... 20

Gambar 4.1.a Potongan organ dalam cairan fiksasi formalin 10%

pada suhu 2-8oC setelah nekropsi .......................................................................... 29

Gambar 4.1.b Potongan organ dalam cairan fiksasi formalin 10%

pada suhu 2-8oC setelah minggu pertama .............................................................. 29

Gambar 4.1.c Potongan organ dalam cairan fiksasi formalin 10%

pada suhu 2-8oC setelah minggu kedua ................................................................. 29

Gambar 4.1.d Potongan organ dalam cairan fiksasi formalin 10%

pada suhu 2-8oC setelah minggu ketiga ................................................................. 29

Gambar 4.2.a Potongan organ (ginjal, hepar, dan pankreas) saat

perlakuan fiksasi minggu pertama ......................................................................... 31

Gambar 4.2.b Potongan organ (ginjal, hepar, dan pankreas) saat

perlakuan fiksasi minggu kedua ............................................................................. 31

Gambar 4.2.c Potongan organ (ginjal, hepar, dan pankreas) saat

perlakuan fiksasi minggu ketiga............................................................................. 31

Gambar 4.3.a Ginjal tikus normal perbesaran 20x ................................................ 32

Gambar 4.3.b Ginjal tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x ................ 32

Gambar 4.4.a Ginjal tikus normal perbesaran 40x ................................................ 33

Gambar 4.4.b Ginjal tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x

(insert = tubulus) ................................................................................................... 33

Gambar 4.4.c Ginjal tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x

(insert = glomerulus) ............................................................................................. 33

Gambar 4.5.a Hepar tikus normal perbesaran 10x ................................................. 34

Gambar 4.5.b Hepar tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x................. 34

Gambar 4.6.a Hepar tikus normal perbesaran 20x ................................................. 34

Gambar 4.6.b Hepar tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x................. 34

Gambar 4.7.a Hepar tikus normal perbesaran 40x ................................................. 35

Gambar 4.7.b Hepar tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x................. 35

Gambar 4.7.c Hepar tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x

(insert = deposisi kolagen pada sel) ...................................................................... 35

Gambar 4.8.a Pankreas tikus normal perbesaran 20x ............................................ 36

Gambar 4.8.b Pankreas tikus perlakuan fiksasi 3 minggu

perbesaran 20x ....................................................................................................... 36

Gambar 4.9.a Pankreas tikus normal perbesaran 40x ............................................ 37

Gambar 4.9.b Pankreas tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x

Page 12: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

xi

(insert : kelenjar endokrin) ..................................................................................... 37

Gambar 4.9.c Pankreas tikus perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x

(insert : sel asinus) ................................................................................................. 37

Gambar 6.1. Surat keterangan tikus sehat .............................................................. 43

Gambar 6.2. Sampel penelitian .............................................................................. 44

Gambar 6.3. Anestesi hewan coba ......................................................................... 44

Gambar 6.4. Proses isolasi jaringan ....................................................................... 44

Gambar 6.5. Proses fiksasi 3 minggu ..................................................................... 44

Gambar 6.6. Proses dehidrasi ................................................................................. 45

Gambar 6.7. Proses clearing .................................................................................. 45

Gambar 6.8. Prses embedding ................................................................................ 45

Gambar 6.9. Proses blocking .................................................................................. 45

Gambar 6.10. Proses pemotongan .......................................................................... 45

Gambar 6.11. Proses pewarnaan ............................................................................ 45

Gambar 6.12. Ginjal A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x ....................... 46

Gambar 6.13. Ginjal A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x ..................... 46

Gambar 6.14. Ginjal A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x ..................... 46

Gambar 6.15. Ginjal B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x ....................... 46

Gambar 6.16. Ginjal B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x ..................... 47

Gambar 6.17. Ginjal B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x ..................... 47

Gambar 6.18. Ginjal B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x ..................... 47

Gambar 6.19. Hepar A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x ....................... 47

Gambar 6.20. Hepar A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x ..................... 47

Gambar 6.21. Hepar A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x ..................... 47

Gambar 6.22. Hepar A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x ..................... 48

Gambar 6.23. Hepar A (triad porta) perlakuan fiksasi 3 minggu

perbesaran 40x ....................................................................................................... 48

Gambar 6.24. Hepar B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x ........................ 48

Gambar 6.25. Hepar B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x ...................... 48

Gambar 6.26. Hepar B (triad porta) perlakuan fiksasi 3 minggu

perbesaran 40x ....................................................................................................... 48

Gambar 6.27. Hepar B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x ...................... 48

Gambar 6.28 Hepar C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x ......................... 49

Gambar 6.29 Hepar C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x ....................... 49

Gambar 6.30 Hepar C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x ....................... 49

Gambar 6.31 Hepar C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x ....................... 49

Gambar 6.32 Pankreas A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x .................... 49

Gambar 6.33 Pankreas A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x .................. 49

Gambar 6.34 Pankreas A perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x .................. 50

Gambar 6.35 Pankreas B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x .................... 50

Gambar 6.36 Pankreas B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x .................. 50

Gambar 6.37 Pankreas B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x .................. 50

Gambar 6.38 Pankreas B perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x .................. 50

Gambar 6.39 Pankreas C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 4x .................... 50

Gambar 6.40 Pankreas C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 10x .................. 51

Gambar 6.41 Pankreas C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 20x .................. 51

Gambar 6.42 Pankreas C perlakuan fiksasi 3 minggu perbesaran 40x .................. 51

Page 13: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis fiksatif berdasarkan golongan ........................................................ 9

Tabel 4.2. Fiksasi 3 minggu ................................................................................... 38

Page 14: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat ............................................................ 43

Lampiran 2 Gambar Proses Penelitian ................................................................... 44

Lampiran 3 Foto Jaringan ...................................................................................... 46

Lampiran 4 Riwayat Penulis .................................................................................. 52

Page 15: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Histoteknik adalah rangkaian proses yang dimulai dari pemotongan jaringan

pada organ tertentu hingga diubah menjadi bentuk preparat yang siap untuk dilihat di

bawah mikroskop. Tujuan dari histoteknik adalah untuk mengidentifikasi jaringan

yang diinginkan, mulai dari struktur dan bentuk jaringan atau sel, adanya perubahan

atau tidak pada jaringan atau sel tersebut, dan untuk mendiagnosis suatu penyakit

tertentu.1,2

Fiksasi adalah salah satu tahapan penting dalam histoteknik yang bertujuan

untuk mempertahankan morfologi jaringan seperti kondisi awal atau fisiologis.

Fiksasi dilakukan segera setelah pengambilan jaringan dilakukan, yaitu dengan

memasukkan jaringan ke dalam cairan fiksasi.3 Jaringan direndam selama waktu

tertentu. Proses fiksasi lebih dari 24 jam akan menyebabkan terjadinya pengerasan

jaringan.4

Institusi pendidikan kedokteran harus mempunyai laboratorium yang

terakreditasi. Standar Operasional Prosedur (SOP) baku merupakan salah satu syarat

dari laboratorium yang terakreditasi. Syarat validitas suatu SOP dapat dilihat dari

syarat validasi dari suatu penlitian, yaitu kelengkapan dari peralatan, kemampuan

dan pengalaman dalam penelitian dari peneliti, terdapat acuan dari petunjuk analisis

baku atau SOP lain, dan kemampuan dalam kontrol dan kendali mutu terhadap

penelitian dan hasil analisisnya.5 Sejak tahun 2005, belum terdapat SOP baku di

laboratorium animal house dan histologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sementara

riset mahasiswa pada 3 tahun terakhir ini memerlukan banyak hewan coba dan

preparat. Oleh karena itu, SOP mengenai hewan coba dan histoteknik sangat

diperlukan guna menunjang proses pembelajaran mahasiswa di bidang penelitian.

Page 16: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

2

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran histologi organ tikus (ginjal, pankreas, dan

hepar) yang difiksasi selama 3 minggu di Laboratorium Animal

House dan Histologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitin

1.3.1. Tujuan Umum

Mendapatkan data untuk menyusun SOP baku histoteknik yang dapat

diterapkan di laboratorium animal house dan histologi FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui gambaran histologi (ginjal, pankreas, dan hepar) organ tikus

yang difiksasi 3 minggu.

1.4. Manfaat Penelitan

1.4.1. Bagi Peneliti

1. Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan penelitan

eksperimental

2. Meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan

histoteknik

3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.2. Bagi Institiusi

1. Untuk menjadi bahan acuan pembuatan SOP histoteknik di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain.

2. Untuk menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapat

digunakan untuk penelitian baru oleh peneliti lain.

Page 17: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Histoteknik

Histoteknik adalah proses dalam pembuatan sajian histologi dari spesimen

tertentu melalui rangkaian proses tertentu hingga menjadi sajian yang bisa diamati

dan dianalisa. Terdapat 9 proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan preparat

histologi. Diawali dengan isolasi jaringan organ yang diinginkan. Kemudian

jaringan tersebut difiksasi agar tidak mengalami proses autolisis. Setelah jaringan

difiksasi, dilakukan dehidrasi dengan tujuan menghilangkan molekul air agar

proses selanjutnya, yaitu clearing, dapat berlangsung dengan baik. Clearing

bertujuan agar jaringan menjadi transparan sehingga dapat dilihat di bawah

mikroskop. Agar jaringan dapat dipotong dengan ketebalan 4-6 µm dilakukan

tahapan pengerjaan yaitu penanaman jaringan ke dalam parafin cair (embedding),

dan pemadatan parafin tersebut (blocking). Tertanamnya jaringan dalam parafin

padat, akan memudahkan proses pemotongan (cutting). Berikutnya dilakukan

deparafinisasi yang bertujuan untuk menghilangkan molekul parafin, dilanjutkan

dengan dehidrasi kembali, dan terakhir adalah staining atau pewarnaan agar sel-

sel penyusun jaringan dapat dibedakan pada mikroskop. 1,3,6

2.1.2. Euthanasia

Euthanasia adalah cara membunuh hewan secara manusiawi dengan cara

menyebabkan ketidaksadaran secara cepat dan kematian tanpa nyeri atau

menderita. Kriteria untuk teknik yang direkomendasikan untuk euthanasia

dijelaskan dalam AVMA (American Veterinary Medical Association) yaitu :

1. Rasa sakit dan kegelisahan yang dirasakan hewan coba minimal

2. Waktu yang dibutuhkan untuk hewan coba tidak sadar minimal

3. Reliabilitas teknik dan kematian bersifat permanen

4. Keamanan untuk laboran, khususnya dalam hal efek emosional

5. Kompatibilitas terhadap spesies dan usia tertentu. 7,10

Page 18: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

5

Berdasarkan kriteria di atas, berikut adalah teknik-teknik euthanasia yang

disetujui oleh AVMSA :

1. Asfiksia akibat CO2

Metode ini merupakan metode yang paling cepat dan manusiawi untuk

tikus dengan usia setelah 7 hari atau lebih. Kontainer diisi oleh gas CO2 dan udara

dikeluarkan. Setelah itu tikus dimasukkan ke bagian bawah kontainer yang sudah

berisi gas CO2. Tikus akan mati dalam 1-2 menit. 9,7,10,11

2. Overdosis Barbiturat

Teknik ini dilakukan secara perfusi menggunakan barbiturat secara

intravena atau secara intraperitoneal. Teknik ini dapat memberikan cara paling

cepat menghasilkan jaringan paling baik untuk penelitian karena perubahan

autolitik yang dihasilkan minimal. 9,7,11

3. Dekapitasi Tikus Dewasa

Dekapitasi adalah pemenggalan leher. Metode ini harus dihindari kecuali

jika pada penelitian terdapat kebutuhan khusus dan prosedur ini sudah disetujui

oleh institusi hewan coba. 9,7,11

4. Dislokasi Serviks

Cara metode ini adalah memisahkan vertebra pada area servikal dengan

cubitan pada daerah leher dan menarik ekor tikus tersebut. Syarat dari metode ini

adalah berat tikus kurang dari 200 g. Cara ini cepat dan efisien, namun tidak

direkomendasikan karena memberikan kerusakan jarigan, khususnya area

servikal. 9,7,11

Page 19: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

6

2.1.3. Teknik Isolasi Jaringan

Isolasi jaringan adalah metodologi pengambilan jaringan yang biasanya

digunakan untuk mengetahui hasil dari penelitian yang diuji coba pada jaringan

hewan coba. Isolasi jaringan berbeda dengan nekropsi, dimana isolasi jaringan

digunakan untuk hewan coba yang masih hidup, sedangkan nekropsi digunakan

untuk hewan coba yang sudah mati. Namun metode pengambilan jaringan yang

digunakan adalah sama.13

Berikut adalah prosedur yang harus dilakukan. Hewan coba dimasukkan

ke dalam kontainer berisi gas anestesi. Anestesi yang digunakan adalah anestesi

jenis inhalasi, dikarenakan efek yang kuat dan proses yang cepat. Anestesi yang

umum digunakan adalah ether, dikarenakan ether murah dan mudah didapat.

Setelah beberapa menit, hewan coba dikeluarkan dari kontainer, dan ditekan

pergelangan tangannya. Jika hewan coba masih berespon dengan gerakan, berarti

hewan coba masih dalam keadaan sadar. 1

Letakkan tikus dengan posisi ventral di atas dan tusuk dengan pin tiap

ekstremitas di atas papan. Kaki belakang ditusuk diantara tendon gastroknemius

dan tulang. Kaki depan ditusuk melewati kulit, diantara tulang metakarpal. Tujuan

dari penusukan pada lokasi tersebut adalah untuk mengurangi kerusakan pada

jaringan. 13

Kulit yang menutupi seluruh abdomen dan permukaan medial dari kaki

dibasahi dengan alkohol. Insisi dilakukan sepanjang garis tengah pada kulit dari

mulai ujung dagu (regio mentalis) hingga ujung anterior tulang pelvis (pecten

ossis pubis). Pada tikus jantan, insisi diletakkan hingga 1 sisi dari penis. Pada

tikus betina, kulit diinsisi hingga pembukaan alat genital. Setelah diinsisi, kulit

yang sudah terbelah dibuka hingga bagian proksimal kaki. 13

Selanjutnya kavitas abdominal dibuka dengan diinsisi menembus dinding

abdomen pada garis tengah (linea alba) mulai dari ujung sternum (processus

xiphoideus) hingga pecten ossis pubis. Dinding abdomen digunting dengan

gunting pada kedua sisi, yaitu kranial melewati kurvatura iga, dan kaudal

menyusuri paha hingga sisi paling atas dari kavitas abdomen. Otot abdomen

Page 20: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

7

bagian ventral dibuang, dan kulit yang mengitari pembukaan genital atau penis

retrofleksal dan anus disirkumsisi disepanjang dasar tulang kavitas pelvis. Dengan

prosedur ini, alat kelamin dapat didiseksi secara bebas sebagai 1 unit. Dasar pelvis

dibuang yang dilanjutkan dengan memotong pelvis pada kedua sisi dari garis

tengah. Potongan dibuat secara lateral dari tiap sisi melewati lubang foramen

obturatorium. 12

Ketika abdomen terbuka seluruhnya, baru kita dapat mengambil organ

yang dibutuhkan. Ligamentum yang memanjang dari diafragma (ligamentum

falciformis hepatis) dan dinding abdomen bagian dorsal menuju hepar di potong.

Hepar dapat dikeluarkan dan dilakukan pemotongan. Pengambilan ginjal dapat

dilakukan pada kedua sisi sekaligus dengan kelenjar adrenal sebagai 1 unit.

Pengambilan pankreas dapat dimulai dengan diseksi keseluruhan jaringan traktus

gastrointestinal, yaitu dengan memotong omentum majus dan ligamentum yang

menempelkan traktus dengan rongga perut. Usus halus dapat didorong maju atau

lateral yang akan mengeksposi rektum. Rektum difiksasi dengan forseps, dan

penempelan pada bagian dorsal (mesenterika) di potong ke arah kranial hingga ke

arah lambung, membebaskan usus halus dan usus besar. Pankreas akan menempel

dengan duodenum yang dikeluarkan. 12

2.1.4. Teknik Fiksasi

Fiksasi adalah salah satu tahap teknik histoteknik yang bertujuan untuk

mempertahankan jaringan atau sel tetap berada pada tempatnya, sama seperti

jaringan hidup tanpa adanya perubahan bentuk maupun ukuran. 4,13

Fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan seperti life like

state atau membuat jaringan agar sedemikian rupa tidak mengalami perubahan

atau hanya mengalami perubahan seminim mungkin. Selain itu, fiksatif dapat

membuat jaringan lebih mudah menyerap zat warna. 3,4,13

Prinsip kerja dari fiksasi adalah mengawetkan bentuk sel dan organel

sehingga mendekati bentuk fisiologinya. 3,4

Cairan fiksatif mengubah komposisi

jaringan secara kimiawi dan fisik. Secara kimiawi, protein sel diubah secara

fungsional dan struktural dengan cara koagulasi dan membentuk senyawa aditif

Page 21: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

8

baru. Senyawa tersebut terbentuk dengan cara ikatan silang dari dua

makromolekul yang berbeda, yakni cairan fiksatif dan protein sel. Hal ini

menyebabkan sel resisten terhadap gerakan air dan cairan-cairan lainnya.

Akibatnya, struktur sel menjadi stabil, baik di dalam maupun di antara sel-sel.

Selain itu, kebanyakan enzim di dalam sel menjadi terinaktivasi, sehingga proses

metabolisme sel tidak terjadi, dan mencegah adanya autolisis sel. Secara fisik,

membran sel yang awalnya hidrofilik, dilarutkan dengan cairan fiksatif, yang

menyebabkan pori-pori sel membesar. Akibatnya, makromolekul dapat memasuki

sel. Hal ini membantu untuk teknik setelah fiksasi, khususnya pada proses

parafinisasi dan pewarnaan dimana zat-zat tersebut akan dapat masuk ke dalam sel

dan menempel dengan mudah. 14

Berikut ini adalah syarat untuk mendapatkan hasil potongan jaringan atau

organ yang terfiksasi dengan baik :

1. Fiksasi dalam kondisi pH 6-8. Lebih rendah atau tinggi dari pH tersebut

menyebabkan terjadinya presipitasi sel sehingga terjadi kerusakan.

Perhatikan pada cairan fiksatif yang bersifat asam karena dapat merusak

jika diberikan terlalu banyak atau tidak diberikan dapar terlebih dahulu.

Cairan formalin memiliki pH yang paling netral sehingga tidak dibutuhkan

dapar. 4,15,16

2. Suhu yang tergantung oleh jenis potongan jaringan atau organ dan cairan

fiksatifnya.15

Untuk formalin, cairan dapat disimpan dalam suhu kamar

maupun dalam suhu 0-4oC.

1,4,15 Jika menggunakan mikroskop elektron

dan beberapa teknik histokimia lainnya, fiksasi dilakukan pada suhu 0-

4oC.

4

3. Kemampuan penetrasi cairan fiksatif. Kemampuan ini bergantung pada

tebal irisan jaringan. Syarat tebal irisan jaringan adalah 3-5 mm. Jika

lebih, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya reaksi silang lebih lama

dari yang seharusnya.1

Waktu penetrasi bergantung pada jenis cairan

fiksasi itu sendiri. Kemampuan penetrasi juga berhubungan dengan

Page 22: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

9

reversibilitas cairan untuk lepas dari sel. Semakin baik kemampuan

penetrasinya, semakin cairan sulit untuk lepas dari sel. 4

4. Osmolalitas dari larutan fiksatif. Larutan yang bersifat hipertonik, dapat

menyebabkan pengerutan pada sel. Larutan yang bersifat hipotonik, dapat

menyebabkan pembengkakan pada sel dan fiksasi yang buruk. 4

5. Substansi yang ditambahkan pada larutan. Larutan fiksatif biasanya terdiri

dari agen fiksatif, dapar, dan air. Ada juga yang ditambahkan dengan

substansi-substansi dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan. Contohnya garam dapat menyebabkan denaturasi protein

sehingga merusak sel. Namun ada beberapa garam seperti amonium sulfat

dan kalium dihidrogen yang digunakan dalam beberapa larutan fiksatif,

dapat menstabilkan struktur protein sel. 1,4

6. Durasi fiksasi. Durasi fiksasi tergantung dari jenis fiksatifnya. Formalin

harus membutuhkan waktu minimal 24 jam baru bisa dilakukan dehidrasi,

berbeda dengan larutan Muller yang bisa kurang dari 24 jam sudah bisa

dilakukan dehidrasi. Jika waktu fiksasi lebih lama dari yang seharusnya,

ditakutkan potongan jaringan atau organ akan rusak oleh cairan fiksatif

tersebut. 4,14

7. Konsentrasi cairan fiksatif. Glutaraldehida biasa digunakan 3%, namun

diketahui bahwa dengan konsentrasi 0,25% memberikan efek yang lebih

baik dan efektif. Konsentrasi yang terlalu banyak juga dapat merusak

jaringan. Formalin dengan konsentrasi tinggi dapat mengeraskan jaringan

sehingga tidak bisa dipakai untuk histoteknik. 4

Terdapat dua jenis cairan fiksasi berdasarkan kemampuannya dalam

koagulasi, yakni fiksatif koagulan dan fiksatif non-koagulan. Fiksatif koagulan

dapat menghasilkan pori-pori membran sel lebih besar dibandingkan dengan

fiksatif non-koagulan. Namun fiksatif koagulan dapat meningkatkan eksposur

pada daerah-daerah antigenik, sehingga sel dapat mudah terinfeksi. Contoh dari

fiksatif koagulan adalah merkurik klorida, asam pikrat, zinc sulfat. Contoh dari

fiksatif non-koagulan adalah formalin, glioksal, atau glutaraldehida. 14

Page 23: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

10

Berikut adalah jenis fiksatif berdasarkan golongannya

Tabel 2.1. Jenis fiksatif berdasarkan golongan

Golongan fiksatif Jenis fiksatif

Aldehid Formaldehida, glutaraldehida, akrolein,

glioksal

Oxidising agents Osmium tetroksida, kalium permanganat,

kalium dikromat

Protein-denaturating agents Asam asetat, metil alkohol, etil alkohol

Other cross-linking agents Karbodiimida

Physical Panas, microwave

Unknown mechanism Asam pikrat, merkuri klorida

Sumber: David Hopwood, 1969.

Berikut adalah jenis fiksatif berdasarkan komposisinya :

1. Larutan fiksatif sederhana : larutan yang di dalamnya hanya mengandung

satu macam zat saja (contoh : formalin 10%, merkuri klorida (HgCl2) , dan

sebagainya)

2. Larutan fiksatif majemuk atau fiksatif campuran : Larutan yang

mengandung lebih dari satu macam zat. (Contoh : Larutan Bouin yang

mengandung asam pikrat, formalin dan asam asetat glasial). 3

2.1.4.1. Fiksasi Formalin

Formalin atau formaldehida adalah gas keras yang dapat menyebabkan

iritasi. Karena itu formaldehida dilarutkan menjadi bentuk cairan, dengan

kandungan 39-40% formaldehida sebagai larutan baku atau larutan yang umum

dijual. Sedangkan konsentrasi yang biasa digunakan untuk fiksasi dalam

histoteknik adalah 4-10%. 3,14,15,17,18

Cara kerja formalin adalah dengan membentuk ikatan silang antara

formaldehida dan asam amino lisin. Ikatan yang terjadi berkisar 40-60% dari total

Page 24: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

11

lisin. Reaksi ini bersifat reversibel jika terkena cukup air dalam 24 jam setelah

diberikan formaldehida. 4,17

Salah satu sifat formaldehida adalah mudah teroksidasi menjadi asam

format yang bersifat asam. Namun formaldehida sendiri mempunyai sifat asam.

Karena itu formaldehida mempunyai afinitas baik pada zat warna basa. Untuk

mencegah ini terjadi, formalin sebaiknya disimpan dalam botol yang tertutup

rapat, atau diletakan bubuk kalsium karbonat pada dasar botol untuk netralisasi

asam format yang terbentuk. Selain itu, formaldehida tidak boleh dicampur

dengan asam format atau osmium tetroksida. 3,17

Dalam pemakaian, disarankan untuk memakai formaldehida hanya dengan

konsentrasi 4% saja. Jika digunakan konsentrasi 40%, protein jaringan dapat

mengalami pengendapan, sehingga jaringan menjadi keras.3,4

Larutan fiksatif

formalin tidak mengerutkan jaringan, namun perlakuan dehidrasi yang dapat

mengerutkan jaringan. Untuk menghindari terjadinya pengerasan jaringan, dapat

digunakan asam sitrat 10% atau oleh air, namun harus dalam 24 jam pertama

perlakuan fiksasi. 3,18

Waktu yang dibutuhkan formalin sebagai fiksator secara umum adalah

kurang dari 24 jam disimpan setelah jaringan dinekropsi. Khusus untuk

mikroskop elektron, direkomendasikan jaringan untuk difiksasi selama 3 jam dan

ditempatkan pada larutan dapar. 4

Namun butuh waktu sekitar 2 minggu, untuk

terjadi reaksi silang sempurna. Untuk spesimen besar seperti otak, membutuhkan

waktu 2-6 minggu untuk terjadi ikatan silang sempurna.14

Jika fiksasi berlangsung

lebih dari 24 jam atau 6 minggu untuk jaringan otak, jaringan dapat mengalami

pengerasan. Formaldehida dapat menghambat aktivitas enzim yang mengikatnya

dengan protein jaringan. Akibat yang terjadi adalah formaldehida akan melepas

dari ikatan dan mengendap, menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan. 4

Kelebihan dari cairan fiksatif formalin adalah sebagai berikut :

1. Cairan fiksatif umum 1

2. Formalin lebih murah, lebih mudah disiapkan dan merupakan cairan stabil

3. Pengerutan dan kerapuhan tidak disebabkan oleh cairan fiksatif formalin

Page 25: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

12

4. Fiksatif baik untuk sel lemak dan sel protein

5. Fiksatif paling baik untuk jaringan otak 14

6. pH cairan mendekati netral, sehingga tidak terjadi interaksi dengan

hemoglobin atau produknya yang dapat membentuk pigmen formalin

7. Potongan jaringan atau organ dapat ditinggalkan dalam cairan untuk

jangka waktu yang cukup lama

8. Potongan jaringan atau organ dapat direndam dalam dipindahkan ke

dalam cairan fiksatif lain bila diperlukan. 1

Kerugian dari cairan fiksatif formalin adalah sebagai berikut :

1. Potongan jaringan atau organ membutuhkan waktu sedikitnya 24 jam baru

dapat diproses ke tahap lain. 1

2. Bersifat toksik

3. Uap dari cairan formalin bersifat iritan, dapat menyebabkan sinusitis,

bahkan asma untuk individu yang alergi. Hal ini dapat ditangani dengan

menggunakan spesimen pada ruangan berventilasi.

4. Biasanya dapat ditemukan asam format pada cairan formalin.

5. Jika disimpan terlalu lama, khususnya pada tempat yang dingin, fiksatif

formalin dapat membentuk paraformaldehida yang menempel pada

potongan jaringan atau organ walaupun cairan fiksatif sudah dihilangkan.

Paraformaldehida tidak mengganggu abilitas formalin dalam fiksasi, dan

juga dapat dihilangkan dengan filtrasi. Cara menghilangkannya adalah

dengan menggunakan methanol. 14

2.1.5. Pengolahan Pembuatan Blok

2.1.5.1. Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses yang dilakukan setelah proses fiksasi, dengan

tujuan untuk menarik molekul dari dalam suatu jaringan. Tujuan menarik air ini

adalah karena air tidak selalu dapat bercampur dengan parafin. Jika proses yang

dilakukan tidak sempurna, molekul air masih dapat tertinggal, parafin tidak dapat

menembus jaringan tersebut, sehingga ketika diiris, irisan jaringan tidak utuh

sehingga semakin sulit untuk dipotong. 3,14

Page 26: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

13

Zat yang dapat digunakan adalah ethanol, dioxane, aseton, dan sebagainya

Ethanol adalah zat yang paling banyak digunakan untuk dehidrasi. Proses pada

dehidrasi ini dilakukan secara perlahan dan progresif, dari mulai ethanol

berkonsentrasi rendah, hingga alkohol konsentrasi paling tinggi (ethanol absolut).

Banyak zat yang digunakan adalah 10 x volume jaringan dan waktu yang

diperlukan tergantung dari besar dan kecilnya jaringan tersebut. Waktu dehidrasi

dapat lebih cepat apabila botol tempat dehidrasi digoyangkan. 3

Waktu yang diperlukan untuk dehidrasi bergantung dari tiap konsentrasi

yang digunakan. Tiap konsentrasi adalah 15 menit. Dehidrasi yang terlalu lama

khususnya alkohol konsentrasi tinggi seperti alkohol absolut dapat memperkeras

jaringan. 1,3

Fiksasi yang terlalu lama dapat sulit untuk dibersihkan dengan larutan

alkohol akibat sudah terbentuknya ikatan silang yang sempurna. Sehingga ketika

dehidrasi selesai dilakukan, cairan fiksasi masih tersisa. 4

2.1.5.2. Clearing

Tujuan dari proses ini adalah untuk membuat jaringan jernih dan

transparan agar dapat lebih mudah teridentifikasi di mikroskop. Waktu yang

dibutuhkan tergantung dari tebal atau besarnya jaringan dan jenis dari zat

penjernih yang digunakan. 3

Berikut adalah zat yang sering digunakan :

1. Xylol atau xylene

Keuntungan dari penggunaan zat ini adalah proses cepat, mudah

untuk didapatkan, dan tidak terlalu mahal untuk kisaran harga. Namun

syarat dari penggunaan zat ini adalah jaringan yang dapat dipindahkan

harus berasal dari alkohol absolut. Kerugian dari penggunaan zat ini

adalah setelah dilakukan clearing, jaringan tidak begitu transparan,

sehingga sulit ditentukan apakah penjernihan sudah sempurna atau belum.

Waktu jaringan di dalam cairan adalah 120 menit. Jika dibiarkan terlalu

Page 27: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 28: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

15

selama 3 kali dengan waktu yang sama pada 3 kali pemasukan, yaitu 30-60 menit

dengan tujuan untuk mencegah apabila masih ada zat penjernih dalam jaringan.

Zat penjernih dapat melunakkan jaringan sehingga dapat sulit untuk diiris. 3,19

2.1.5.4. Blocking

Blocking adalah proses penanaman jaringan dalam parafin. Hendaknya

sebelum dilakukan proses ini, parafin dicairkan, siapkan kotak dari karton untuk

tempat penanaman, lalu siapkan lampu spiritus, pinset kecil berujung runcing, dan

label. 19

Setelah jaringan sudah cukup untuk berada di dalam cairan parafin murni

yang ketiga pada proses infiltrasi parafin, letakkan jaringan pada kotak yang berisi

dengan cairan parafin murni dengan menggunakan pinset. Jangan sampai muncul

adanya gelembung udara dalam blok parafin. Gelembung tersebut muncul akibat

waktu pembekuan yang tidak sama dalam kotak karton, dimana paling sering

bagian permukaan lebih cepat untuk membeku dibandingkan dengan bagian

tengah. Untuk itu, dinyalakan lampu spiritus untuk menjaga temperatur agar sama

di permukaan dan juga di bagian dalam kotak karton. Gelembung udara pada

parafin dapat menyebabkan adanya lubang saat parafin membeku, membuat

pemotongan menjadi semakin sulit, akibat jaringan tidak rata. Setelah terjadi

pembekuan, jaringan dapat disimpan dalam waktu yang lama di dalam parafin

tersebut. 19

2.1.6. Pemotongan Organ

Jika parafin sudah mengeras dengan sempurna, sudah dapat dilakukan

pemotongan organ. Pemotongan organ menggunakan pisau khusus yang disebut

mikrotom, yaitu alat yang dapat mengiris blok parafin dengan sangat tipis dan

ketipisan dapat diatur sesuai ukuran yang kita inginkan. 20

Page 29: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

16

Ada berbagai macam jenis mikrotom, yaitu :

1. Hand microtome

Jenis mikrotom yang paling sederhana. Keuntungannya dapat

memotong tumbuhan dan jaringan hewan. Kekurangannya adalah

memiliki kemampuan terbatas dalam memotong jaringan dengan tingkat

ketipisan tertentu. 20

2. Rocking microtome

Mikrotom jenis ini mudah digunakan, namun hanya bisa

memotong jaringan yang lembut. 20

3. Rotary microtome

Metode pemotongan ini dapat memotong blok dengan ketipisan 0,5

– 2 mikrometer. Selain itu mikrotom ini dapat memotong jaringan yang

besar, sehingga sangat cocok dengan blok parafin. 20

4. Freezing microtome

Proses cepat, jaringan mengkerut lebih sedikit, dan semua metode

pewarnaan dapat menggunakan metode ini. Namun irisan tipis dan irisan

seri sulit untuk diperoleh. 20

5. Base sledge microtome

Jenis mikrotom yang paling banyak digunakan karena dapat

memotong berbagai jenis, ukuran, dan tingkat kekerasan. Cara

pengoperasian mikrotom ini adalah secara hidrolik. 20

Dengan fiksasi, sel akan menjadi struktur yang stabil, sehingga tidak

mudah rusak jika ada gesekan. Namun, jika fiksasi dilakukan terlalu lama atau

dengan konsentrasi yang terlalu tinggi, sel dalam jaringan akan menjadi keras,

sehingga ketika dilakukan pemotongan, justru mengalami kerusakan, akibat sulit

untuk dipotong. 4

Page 30: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

17

2.1.7. Teknik Pewarnaan

Tujuan dari teknik pewarnaan adalah untuk memberikan warna yang

kontras pada komponen selular sehingga dapat dibedakan antar satu sel dengan sel

lainnya. Setiap jenis sel memiliki afinitas yang berbeda terhadap warna, sehingga

jenis pewarnaan harus berbeda untuk tiap jenis sel. Contohnya nukleus memiliki

afinitas tinggi terhadap pewarnaan hematoksilin, sedangkan sitoplasma memiliki

afinitias tinggi terhadap pewarnaan basa yaitu eosin. 15

Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan adalah sebagai berikut :

1. Reaksi asam dan basa. Komponen selular yang bersifat asam dapat

diwarnai dengan pewarnaan yang bersifat basa, dan berlaku juga

sebaliknya

2. Adsorpsi. Molekul pewarnaan yang kecil dapat menempel pada molekul

sel yang lebih besar.

3. Tingkat kelarutan. Jenis pewarnaan tergantung dari tingkat kelarutan pada

sel. Contohnya untuk pewarnaan lipid dengan tingkat larut yang rendah,

dapat digunakan Sudan Black B atau Oil red O. 15

2.1.8. Pewarnaan HE

Pewarnaan HE terbagi menjadi 2 zat warna, yaitu warna hematoksilin dan

warna eosin. Hematoksilin digunakan untuk mewarnai inti sel menjadi biru dan

eosin digunakan untuk mewarnai sitoplasma menjadi merah. Eosin juga

digunakan sebagai counterstaining untuk hematoksilin. Hal tersebut dikarenakan

eosin bersifat asam sedangkan hematoksilin bersifat basa. 21

Hematoksilin bersifat basa sedangkan inti sel bersifat asam, keduanya

menimbulkan suatu ikatan lemah sehingga inti sel dapat berwarna. Namun

sebelum dapat mewarnai inti sel, zat warna ini dioksidasi terlebih dahulu menjadi

hematein. Hal tersebut dikarenakan hematein tidak larut dalam air dan alkohol,

sehingga tidak mudah pudar ketika proses pewarnaan dilakukan. 21

Page 31: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

18

Eosin adalah zat warna sitoplasma yang sangat baik, karena zat warna ini

dapat memberikan corakan pada jaringan, dan corakan ini dapat bertambah

apabila ditambah zat warna yang lain. Eosin juga merupakan turunan fluorescence

sehingga digunakan juga untuk mewarnai antibodi. 21

Terdapat 2 jenis pulasan yang umumnya digunakan yakni, pulasan Mayer

Hematoksilin-Eosin, digunakan akibat perbedaan warna yang ditunjukkan sangat

jelas. Sedangkan yang berikutnya adalah pewarnaan Hematoksilin Harris-Eosin. 21

Dampak dari fiksasi terhadap pewarnaan adalah, fiksasi membantu

menempelnya zat warna pada sel. Cairan fiksasi membentuk pori-pori besar pada

membran sel sehingga makromolekul seperti zat warna dapat masuk ke dalam sel.

21

2.1.9. Gambaran Histologis Organ Tikus

2.1.9.1. Ginjal

Ginjal adalah organ eksresi yang berfungsi untuk mengeluarkan urin.

Secara histologis, tiap ginjal terdiri dari 1-1,4 juta unit fungsional yang disebut

sebagai nefron. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula bowman, tubulus

kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan ansa henle. Ginjal dibagi

menjadi korteks dan medulla, dimana di dalamnya terdapat bagian nefron yang

berbeda. Pada korteks terdiri dari glomerulus, kapsula bowman, tubulus kontortus,

dan ansa henle segmen tebal. Sedangkan pada medula ginjal terdiri dari ansa henle

segmen tipis, pembuluh darah kecil (vasa rekta), dan duktus kolektivus. 22,23

Glomerulus ginjal adalah anastomosis dari jala-jala kaplier fenestrata,

dimana sel endotel kapiler tersebut saling berhubungan membentuk tautan yang

kedap dan erat. Glomerulus ini menerima darah dari arteri renalis. Kapsula

bowman terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan viseral yang berupa sel epitel

khusus yaitu podosit, dan lapisan parietal yang disusun oleh sel epitel selapis

gepeng. TKP (tubulus kontortus proksimal) tersusun atas epitel selapis kubus

yang memiliki ciri khas yaitu terdapat brush border yang jelas terlihat pada

mikroskop. TKD (tubulus kontortus distal) juga tersusun atas epitel selapis kubus

namun tidak memiliki brush border¸ sehingga dapat dibedakan antara TKD dan

Page 32: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 33: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 34: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 35: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

22

2.2. Kerangka Teori

Perawatan Hewan Coba

Nekropsi

Fiksasi

Pembuatan Blok

Dehidrasi

Clearing

Embedding

Blocking Pemotongan Organ

Pewarnaan HE

Pemeriksaan Mikrokopik

Menggunakan Fiksasi

Formalin

Waktu fiksasi 3 minggu

Page 36: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

23

2.3. Kerangka Konsep

Page 37: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

24

2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

operasional

Alat Ukur Cara Pengukuran Skala

Pengukuran

1 Preparat Ginjal :

a) Gambaran

umum

b) Struktur

umum

c) Struktur

antar sel

d) Pengkerutan

sel

e) Autolisis sel

Preparat yang

diambil dari

potongan

organ ginjal

Mikroskop olympus

BX-41

Identifikasi dengan

perbesaran 4x, 10x,

20x, dan 40x

Kategorik

2 Preparat Hepar

a) Gambaran

umum

b) Struktur

umum

c) Struktur

antar sel

d) Pengkerutan

sel

e) Autolisis sel

Preparat yang

diambil dari

potongan

organ hepar

Mikroskop olympus

BX-41

Identifikasi dengan

perbesaran 4x, 10x,

20x, dan 40x

Kategorik

3 Preparat Pankreas

a) Gambaran

umum

b) Struktur

umum

c) Struktur

antar sel

d) Pengkerutan

sel

e) Autolisis sel

Preparat yang

diambil dari

potongan

organ

pankreas

Mikrokosp olympus

BX-41

Identifikasi dengan

perbesaran 4x, 10x,

20x, dan 40x.

Kategorik

Page 38: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

22

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2014.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, Laboratorium

Biokimia, Laboratorium Biologi, Laboratorium Farmakologi, dan

Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan jalan

Kertamukti No. 05, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah 1 ekor tikus

jantan strain Sprague dawley usia 80 hari dengan berat badan rata-rata

180-200 g. Sampel diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian

Bogor (Lampiran 1).

Pada penelitian ini organ yang digunakan sebagai sampel adalah

hepar, ginjal, dan pankreas.

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian

a. Nekropsi

Kapas, minor set surgeon, papan potong, zipline plastic bag, dan eter

untuk anastesi.

b. Fiksasi

Formalin

c. Dehidrasi

Gelas ukur (1000 ml, 500 ml), beaker Glass (1000 ml, 500 ml), corong

kaca, aquades, alkohol absolut CH3CH2OH Mallinckrodt Chemicals,

alkohol 95%, dan toluol.

Page 39: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

23

d. Parafinisasi

Paraplast leica microsystem.

d. Embedding

Hotplate stirer (sRS 710 HA), vials stopper tools neck.

e. Blocking

Cetakan blocking dan spiritus

f. Pemotongan

Bunsen, mikrotom geser, korek api gas, waterbath, kulkas, beaker glass

200 ml, putih telur, gliserin, dan es batu.

g. Pewarnaan

Object glass, cover glass, staining jar, mikroskop shimadzu T025A,

spatula kaca, time, hematoksilin, eosin, xylol, canada balsam, dan H2SO4.

h. Foto Jaringan

Kotak preparat, kamera preparat, komputer lab, DVD foto, mikroskop

Olympus BX41.

i. Untuk semua tahap histoteknik

Tisu, tisu berpori.

3.4.2. Adaptasi Hewan Coba

Setelah hewan tiba di laboratorium animal house, hewan coba

diadaptasikan selama 14 hari dengan diberi makan dan minum ad libitum.

Bedding dan kandang diganti dengan yang baru setiap 3 hari.25

3.4.3. Tahap Nekropsi

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian ambil plastik

yang sudah ditulis nama atau kode tikus dan organ. Tuangkan formalin ke

dalam plastik sekitar 20x volume jaringan sampel. Tikus dianastesi dengan

cara dimasukkan ke dalam toples berisi kapas yang mengandung eter.

Tunggu hingga tikus hilang kesadaran dengan cara memberikan rangsang

nyeri pada telapak kaki tikus, bila tidak memberi respon maka efek

anastesi sudah bekerja. Proses pembedahan dilakukan pada bagian

abdominothoracal dan dilakukan nekropsi organ hepar, pankreas, ginjal.

Page 40: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

24

Organ dipotong dengan ketebalan 3-5 mm dan dimasukan ke dalam plastik

yang berisi formalin.1,26

3.4.3.1. Fiksasi

Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan kondisi jaringan agar

tidak mengalami kerusakan atau tetap berada dalam kondisi awalnya

dalam waktu yang lama. Cairan fiksasi yang digunakan adalah cairan

formalin 10%.

Potongan organ tersebut direndam ke dalam cairan formalin 10%

selama 3 minggu pada suhu sekitar 4oC. Beri nama pada label plastik

sesuai kode yang dibutuhkan. 1,26

3.4.4. Tahap Pemrosesan Jaringan

3.4.4.1. Dehidrasi

Proses dehidrasi menggunakan alkohol dengan variasi konsentrasi

50%, 70%, 80%, 90%. Pengenceran alkohol dilakukan dengan cara

penghitungan sebagai berikut:

1. Pengenceran alkohol 50% = 500 ml alkohol 95% + 450 ml

aquades

2. Pengenceran alkohol 70% = 700 ml alkohol 95% + 250 ml

aquades

3. Pengenceran alkohol 80% = 800 ml akohol 95% + 150 ml

aquades

4. Pengenceran alkohol 90% = 900 ml alkohol 95% + 50 ml

aquades

Setiap konsentrasi larutan alkohol tersebut ditempatkan pada 3

buah pot plastik masing-masing setinggi 2/3 pot plastik. Setiap pot

dengan konsentrasi alkohol yang sama diberi label I, II, III untuk

menandakan urutan proses dehidrasi. 1,26

Tahap dehidrasi dimulai dengan memasukkan potongan hepar,

ginjal dan pankreas ke dalam pot plastik berlabel I, II, lalu III. Potongan

organ direndam selama 15 menit secara berurutan ke dalam larutan

alkohol 50%, 70%, 80%, 90% dan 95%. 1,26

Page 41: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

25

3.4.4.2. Clearing

Tahapan Clearing bertujuan untuk mengeluarkan alkohol dari

jaringan, karena alkohol dan parafin tidak dapat menyatu, sehingga

larutan yang akan dimasukkan ke dalam jaringan dapat berikatan dengan

parafin. Pada tahapan ini digunakan larutan toluol:alkohol (1:1) dan

toluol murni. 1,26

Pertama, potongan organ dimasukan ke dalam larutan

toluol:alkohol (1:1) dan direndam selama 25 menit. Kemudian potongan

organ tersebut dipindahkan dan direndam kedalam toluol murni selama

60 menit hingga menjadi bening. Perendaman dalam toluol murni

diperpanjang sampai potongan menjadi bening. Waktu perendaman

dalam toluol murni paling lama selama 120 menit, karena akan

menyebabkan pengerasan pada jaringan sehingga sulit untuk dilakukan

pemotongan. 1,26

3.4.4.3. Embedding

Tahap embedding bertujuan untuk mengeluarkan cairan pada saat

proses clearing dan menggantinya dengan parafin karena cairan saat

proses clearing dapat mengkristal di dalam jaringan dan menyebabkan

jaringan mudah robek saat tahap pemotongan. 1,26

Pertama, buat larutan toluol : parafin (50 ml : 50 ml). Kemudian

bungkus organ menggunakan tissue berpori lalu rendam dalam larutan

tersebut dan diamkan pada suhu ruangan selama 24 jam. Setelah itu

cairkan parafin dengan suhu diantara 56-62oC dan diberi label I, II, III

dan IV. Masukkan potongan organ ke dalam larutan parafin secara

berurutan, masing-masingnya selama 15 menit. 1,26

3.4.4.4. Blocking

Tahapan ini merupakan proses pembuatan blok preparat agar organ

dapat dipotong dengan mikrotom. Cairkan parafin lalu tuangkan sedikit

ke dalam cetakan blok. Masukan potongan organ secara perlahan dan

kemudian tuangkan kembali parafin hingga merendam organ. 1,26

Page 42: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

26

3.4.5. Pemotongan Jaringan

Proses ini merupakan pemotongan jaringan dengan menggunakan

mikrotom. Pertama, rekatkan blok parafin diatas blok kayu dengan cara

memanaskan salah satu sisi blok parafin hingga sedikit mencair kemudian

langsung tempelkan. Letakan blok parafin dan balok kayu tersebut pada

holder (pemegang) di mikrotom dan kencangkan. Lakukan pemotongan

jaringan ini dengan ketebalan 6µm. Jika diperlukan sudut kemiringan

pisau mikrotom diatur pada sudut 20-30 derajat. 1,26

Setelah blok parafin berhasil dipotong, dengan kuas dan rendam

potongan tersebut dalam waterbath dengan suhu air 37-40 oC hingga

potongan terlihat meregang. Kemudian oleskan putih telur yang dicampur

dengan gliserin pada kaca objek secukupnya. Lalu ambil potongan tersebut

menggunakan kaca objek ke dalam waterbath. Letakan kaca objek tersebut

pada hotplate dengan suhu 40-45 oC hingga kering. Setelah kering dan

potongan melekat dengan kuat pada kaca objek, angkat dari hotplate dan

potongan siap untuk diwarnai. 1,26

3.4.6. Tahapan Pewarnaan HE

Sebelum memulai proses pewarnaan masukkan xylol, alkohol

dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, alkohol absolut, alkohol asam,

hematoksilin, eosin dan aquades ke dalam staining jar dengan ¾ volume

maksimum. Masukkan dan rendam cawan yang berisi preparat kedalam

staining jar yang berisi xylol selama 10 menit sebanyak 2 kali. Lalu

pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol absolut

selama 5 menit sebanyak 2 kali. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam

staining jar berisi alkohol konsentrasi 90% selama 1 menit. 1,26

Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol

konsentrasi 80% selama 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam

staining jar berisi alkohol konsentrasi 70% selama 1 menit. Pindahkan dan

rendam cawan ke dalam staining jar berisi aquades selama 4 menit.

Pindahkan cawan tersebut dan rendam ke dalam staining jar yang berisi

Hematoksilin dengan durasi hepar 4 menit; ginjal 2 menit; pankreas 1

Page 43: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

27

menit. Selama durasi itu dilakukan pengamatan dibawah mikroskop untuk

menghindari terjadinya overstainning hematoksilin. Lakukan perendaman

cawan di dalam staining jar berisi aquades sebanyak 3 kali dengan durasi

1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol

asam selama 30 detik. 1,26

Kemudian pindahkan dan rendam cawan kedalam staining jar yang

sudah dialiri air mengalir selama 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke

dalam staining jar berisi Eosin selama 1 menit. Selama durasi itu

dilakukan pengamatan dibawah mikroskop untuk menghindari terjadinya

overstainning eosin. 1,26

Lakukan pemindahan dan perendaman cawan di dalam staining jar

berisi aquades sebanyak 3 kali dengan durasi 1 menit. Pindahkan secara

berurutan dan rendam cawan ke dalam staining jar yang berisi alkohol

dengan konsetrasi meningkat dari 70% sampai alkohol absolut selama 1

menit dan xylol sebanyak 2 kali 3 menit. 1,26

Segera teteskan dan ratakan canada balsam secukupnya di atas

preparat dan ditutup dengan cover glass. Amati di bawah mikroskop dan

jangan biarkan ada gelembung udara pada preparat. Berikan nama

organ/kode organ serta tanggal pembuatan. Tunggu hingga kering.

Preparat siap disimpan. 1,26

3.4.7. Foto Jaringan

Preparat diamati dan difoto dengan menggunakan mikroskop Olympus BX41 dan software Olympus DP2-BSW yang dimulai dari

perbesaran 4x, 10x, 20x, dan 40x. 1,26

Page 44: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

28

3.5. Alur Penelitian

Page 45: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

29

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Makroskopik Jaringan yang Difiksasi 3 Minggu

Setelah fiksasi berlangsung, dapat diidentifikasi bahwa terdapat perubahan

makroskopis potongan organ terhadap perlakuan. Potongan organ menjadi lebih

kaku dan mengeras setiap minggunya, dibandingkan dengan keadaan sebelum

fiksasi.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.1. Potongan organ dalam cairan fiksasi formalin 10% pada suhu 2-8oC (a) setelah

nekropsi, (b) setelah minggu pertama, (c) setelah minggu kedua, dan (d) setelah minggu ketiga

Fiksasi dilakukan segera setelah organ di nekropsi. Setelah potongan organ

memasuki cairan fiksasi, terlihat bahwa darah ke luar dari potongan organ,

sehingga terlihat cairan fiksasi berwarna merah jernih. Hal ini dikarenakan oleh

sifat hipertonik cairan fiksasi, sehingga darah di dalam potongan organ yang lebih

hipotonik cenderung untuk ke luar dan bercampur dengan cairan fiksasi. 4,14

Setelah minggu pertama, terlihat bahwa cairan fiksasi menjadi lebih keruh.

Warna potongan organ juga menjadi lebih pucat dibandingkan dengan pertama

Page 46: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

30

dilakukan fiksasi. Hal ini menandakan bahwa darah berhasil dikeluarkan secara

sempurna oleh cairan fiksasi. Selain itu terdapat banyak potongan-potongan kecil

lepas dari potongan organ. Cairan fiksasi menempel dengan organ dengan cara

membentuk senyawa aditif, sehingga cairan fiksasi dapat menempel dengan

sangat kuat dengan setiap sel-sel organ tersebut. Ketika cairan fiksasi sudah

menempel dengan organ, cairan fiksasi dapat merubah fungsi fisik dan kimiawi

dari organ tersebut, salah satunya adalah dengan melarutkan protein, karbohidrat,

lemak, dan mineral. Semakin lama zat fiksasi menempel pada organ, semakin

banyak sel-sel organ terlarut. Akibatnya ikatan antar sel dapat terlepas, yang

menghasilkan banyaknya potongan-potongan kecil yang lepas dari organ

asalnya.14

Setelah minggu kedua dan minggu ketiga, dapat terlihat bahwa cairan

fiksasi semakin keruh dan semakin banyak potongan-potongan kecil yang

ditemukan lepas dari organ asalnya. Hal ini menandakan bahwa semakin lama

organ berada di jaringan fiksasi, cairan fiksasi akan terus melarutkan jaringan,

sehingga efek kerusakan yang dihasilkan akan semakin besar. 14

Terdapat perubahan yang signifikan untuk masing-masing potongan organ

pada setiap waktu perlakuan. Tekstur potongan organ ketika disentuh terasa telah

terjadi pengerasan setelah diberikan cairan fiksatif. Semakin lama waktu fiksasi,

semakin keras potongan organ tersebut. Hal ini membuktikan teori bahwa cairan

fiksatif menstabilkan sel-sel organ baik ekstraseluler maupun intraseluler.

Semakin lama fiksasi berlangsung, ikatan yang dihasilkan antara zat fiksatif dan

sel organ semakin kencang. Hal ini menyebabkan potongan organ menjadi

semakin keras dan kaku. 4,14

Page 47: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

31

Organ Ginjal

(a) (b) (c)

Organ Hepar

(a) (b) (c)

Organ Pankreas

(a) (b) (c)

Gambar 4.2. Potongan organ (ginjal, hepar, dan pankreas) saat perlakuan fiksasi (a) minggu

pertama, (b) minggu kedua, dan (c) minggu ketiga

Tidak ada perbedaan dari hasil yang diberikan antara masing-masing

organ pada tiap waktu perlakuan. Namun untuk tekstur, organ pankreas lebih

mudah teridentifikasi dibandingkan dengan organ lain. Organ pankreas memiliki

tekstur yang lebih lunak dibandingkan dengan organ lain. Hal ini menyebabkan

ketika fiksasi berlangsung, organ pankreas terasa lebih keras dibandingkan dengan

organ lain. 14, 22

Page 48: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 49: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 50: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 51: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 52: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 53: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 54: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

38

membesarkan pori-pori sel, sehingga ketika dehidrasi dilakukan, cairan

dalam sel akan lebih mudah tertarik ke luar. 14

Berikut adalah tabel gambaran histologis jaringan ginjal, hepar, dan

pankreas setelah dilakukan perlakuan fiksasi formalin 10% selama 3 minggu :

Tabel 4.2. Fiksasi 3 minggu

No. Kode

Organ

Sesuai

dengan

Teori

Gambaran

umum

Struktur

umum

Ruang

antar sel

Pengkerutan

sel

Autolisis

Sel

1. Ginjal A S R T L √ Sg

2. Ginjal B S R T L √ Sg

3. Hepar A S R KJ L √ TSg

4. Hepar B S R T L √ TSg

4. Hepar C S R KJ L √ TSg

6. Pankreas A S R T L KJ Sg

7. Pankreas B S R T L √ Sg

8. Pankreas C S R T L √ Sg

Keterangan :

S = sesuai

TS = tidak sesuai

B = baik

R = rusak

T = terlihat

KJ = kurang jelas / tidak dapat diidentifikasi

R = rapi

L = longgar

TSg = tidak signifikan

Sg = signifikan

4.3. Hambatan dan Solusi

Dalam tindakan histoteknik yang dilakukan, terdapat beberapa kesalahan

yang harus diperbaiki, baik itu dari teknik fiksasi maupun teknik yang dilakukan

setelahnya.

Tidak dilakukan washing setelah fiksasi selesai. Washing berguna untuk

membersihkan potongan organ dari cairan fiksasi sebelum dipindahkan ke alkohol

untuk proses dehidrasi. Cara kerja washing adalah membilas zat fiksasi yang

masih menempel pada potongan organ yang sudah dikeluarkan dari cairan fiksasi.

Pembilasan ini berguna agar sebagian besar zat fiksasi pada potongan organ sudah

dikeluarkan sebelum proses dehidrasi berlangsung. Diharapkan washing dapat

dilakukan setiap selesai tindakan fiksasi. 11

Page 55: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

39

Terdapat jaringan yang terlipat. Hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam

pemotongan. Sebelum pemotongan dilakukan, sebaiknya blok parafin yang berisi

potongan organ dapat didinginkan terlebih dahulu dengan es di bagian yang akan

dipotong. Hal ini dapat dapat mencegah terjadinya penggulangan hasil potongan

akibat panas yang dihasilkan gesekan dengan pisau mikrotom. Selain itu,

penempelan hasil potongan di preparat harus lebih rapi dan hati-hati. Sisi preparat

yang terdapat jaringan dapat berbentur dengan peralatan pewarnaan, sehingga

dapat melipat jaringan tersebut. 14,15

Hal terakhir tindakan histoteknik yang kurang disiplin. Saat dehidrasi,

waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan tidak sama pada setiap perpindahan.

Hal tersebut dapat menyebabkan pengerutan jaringan yang bersifat irreversibel.

Efek terlalu lama pada cairan toluol juga dapat menyebabkan pengerutan sel.

Selain itu pada pewarnaan, waktu pada tiap organ sedikit berbeda dari yang

seharusnya pada setiap perendaman baik pada zat warna atau pada zat

diantaranya. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya overstaining, yaitu warna yang

terlalu pekat pada jaringan ketika dilihat di bawah mikroskop. Hal ini

menyebabkan beberapa struktur jaringan tidak dapat diidentifikasi pada

mikroskop. 3,4,13,15,19

Page 56: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

40

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Fiksasi 3 minggu tidak memberikan gambaran yang baik pada

organ ginjal, pankreas, dan hepar sehingga tidak dapat digunakan

sebagai data dalam pembuatan SOP baku histoteknik di lab Animal

House dan lab Histologi.

5.2. Saran

Bagi peneliti selanjutnya :

1. Bentuk kelompok kontrol untuk perilaku histoteknik sebagai

pembanding terhadap perilaku histoteknik berbeda yang ingin

diteliti.

2. Hitung jumlah sampel menggunakan rumus Federer.

3. Tindakan fiksasi sebaiknya dilakukan dalam waktu 12-24 jam dan

disertai washing, agar hasil fiksasi yang didapat lebih baik.

4. Peneliti lebih memperhitungkan waktu antara tindakan nekropsi

dengan tindakan pengolahan jaringan.

5. Perbanyak potongan saat nekropsi dan saat pemotongan blok, agar

didapatkan hasil preparat yang lebih baik.

6. Lebih teliti dan disiplin pada setiap prosedur histoteknik,

khususnya dalam waktu yang dibutuhkan untuk tiap tahapan.

7. Pendataan yang lebih rapi dan teliti, sehingga setiap kesalahan

dapat diteliti dan diperbaiki untuk penelitian selanjutnya.

Page 57: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

41

DAFTAR PUSTAKA

1. Jusuf, Aulia Ahmad. Histoteknik Dasar. Jakarta : FKUI. 2009

2. Anil S, Rajendran R. Routine Histotechniques, Staining and Notes on

Immunohistochemistry. In: Rajendran and Sivapadasundaram (Eds).

Shafers Oral Pathology (Publisher: Elsevier India P Ltd) 2008.

3. Suntoro, Handari. Metode Pewarnaan : Histologi dan Histokimia. Bagian

Anatomi dan Mikroteknik Hewan Fakultas Biologi UGM. Jakarta :

Penerbit Bhiratara Karya Aksara. 1983.

4. Hopwood, David; Bancroft, John D; Stevens, Alan. Theory and Practice

of Histological Techniques : Fixation and Fixatives. 3rd Edition.

Edinburgh, New York : Churchill Livingstone. 1990

5. Kardono. Persyaratan Laboratorium Lingkungan dan Kondisinya di

Indonesia. Vol 2 hal 109-120. Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2008

6. Suprianto, Abang. Perbandingan Efek Fiksasi Formalin Metode Intravital

dengan Metode Konvensional pada Kualitas Gambaran Histologis Hepar

Tikus. Pontianak : FKUT. 2014

7. Steven, Leary; et al. AVMA Guidelines for the Euthanasia of Animals:

2013 Edition. Schaumburg : AVMA. 2013.

8. Isbagio, Dyah Widyaningroem. Euthanasia Pada Hewan Percobaan.

Jakarta : Media Litbangkes Vol.II No.01. 1992

9. Hedrich, Hans. The Laboratory Mouse. Amsterdam, Netherlands :

Elsevier. 2004

10. Institutional Animal Care and Use Committee. Guidelines for the Use of

Carbon Dioxide (CO2) for Rodent Euthanasia. Texas : ORS. 2013.

Page 58: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

42

11. Olfert, Ernest D; Cross, Brenda M, McWilliam A. Ann. Guide to the Care

and Use of Experimental Animals Volume 1. Canada : CCAC. 1993.

12. Jensen, Henrik Elvang. Necropsy of Rodents (Rat, Mouse, Guinea Pig, and

Hamster). Denmark. Royal Veterinary and Agricultural University. 2008

13. Ulmer, Dale. Fixation : The Key to Good Tissue Preservation. US :

Journal of the International Society for Plastination. Vol 8 (1): 7-10, 1994.

14. Jamie, M. Novacek; Kumar, George L; Kiernan, John A. Education Guide

: Special Stains and H&E Second Edition. California, US : Dako North

America. 2010.

15. Waheed, Usman; Ansari, Asim. Histotechniques. Laboratory Techniques

in Histopathology : A Handbook for Medical Technologies. Pakistan :

Lambert Academic Publishing. 2012

16. Kuhlmann, Wolf D. Fixatives. Deutsches Krebsforschungszentrum.

Germany : Division of Radiooncology. 2009

17. Fox, Cecil H; Johnson, Frank Bl; Whiting, John; Roller, Peter P.

Formaldehyde Fixation. USA : The Journal of Histochemistry and

Cytochemistry. 1985

18. Fox, Cecil H. Johnson, Frank B; Whiting, John; Roller, Peter P. The

Journal of Histochemistry and Cytochemistry : Formaldehyde Fixation.

Washington DC : The Histochemical Society. 1985.

19. Gordon, Keith C; Bancrof, John D; Stevens, Alan. Theory and Practice of

Histological Techniques : Tissue Processing 3rd Edition. Edinburgh, New

York. 1990.

20. Gordon, Keith C.; Bradbury, Paul; Bancrof, John D; Stevens, Alan. Theory

and Practice of Histological Techniques : Microtomy and Paraffin

Sections Chapter 4. Edinburgh, New York. 1990

Page 59: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

43

21. Stevens, Alan; Bancrof, John D; Stevens, Alan. Theory and Practice of

Histological Techniques : The Haematoxylins. 3rd Edition. Edinburgh,

New York. 1990

22. Mescher, Anthony L. Junquieira’s Basic Histology Text & Atlas. USA :

The McGraw-Hill Companies. 2010

23. Johnson, Kurt E. Quick Review Histologi dan Biologi Sel. Binarupa

Aksara Publisher. 2011

24. Conti, Claudio J; et al. Atlas of Laboratory Mouse Histology. Texas : The

University of Texas M. D. Anderson Cancer Center. 2004

25. Askary, Fadel. Efek Pemberian Ekstrak Nigella sativa Terhadap Kadar

Glukosa Darah dan Trigliserida Pada Tikus Diabetes Mellitus yang

Diinduksi Streptozotocin. Laporan Penelitian FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2014

26. Rina, Susilowati; et al. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Yogyakarta :

Bagian Histologi & Biologi Sel FK UGM. 2013.

Page 60: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

43

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

Gambar 6.1 Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 61: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 62: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 63: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 64: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI
Page 65: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

48

Gambar 6.22 Hepar A

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Gambar 6.23 Hepar A (Triad

Porta) Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Gambar 6.24 Hepar B

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 4x

Gambar 6.25 Hepar B

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 10x

Gambar 6.26 Hepar B (Triad

Porta) Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Gambar 6.27 Hepar B

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Page 66: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

49

Gambar 6.28 Hepar C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 4x

Gambar 6.29 Hepar C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 10x

Gambar 6.30 Hepar C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 20x

Gambar 6.31 Hepar C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Gambar 6.32 Pankreas A

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 4x

Gambar 6.33 Pankreas A

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 10x

Page 67: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

50

Gambar 6.34 Pankreas A

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Gambar 6.35 Pankreas B

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 4x

Gambar 6.36 Pankreas B

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 10x

Gambar 6.37 Pankreas B

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 20x

Gambar 6.38 Pankreas B

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Gambar 6.39 Pankreas C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 4x

Page 68: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

51

Gambar 6.40 Pankreas C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 10x

Gambar 6.41 Pankreas C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 20x

Gambar 6.42 Pankreas C

Perlakuan Fiksasi 3

Minggu Perbesaran 40x

Page 69: STUDI AWAL HISTOTEKNIK GAMBARAN HISTOLOGI ......STUDI AWAL HISTOTEKNIK : GAMBARAN HISTOLOGI ORGAN GINJAL, HEPAR, DAN PANKREAS TIKUS SPRAGUE DAWLEY DENGAN PEWARNAAN HE DENGAN FIKSASI

52

Lampiran 4

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Galang Prahanarendra

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 April 1994

Agama : Islam

Alamat : Jl. Delima Timur 2b blok c no.3 Lebak Bulus

Perumahan Villa Delima Jakarta Selatan, 12440

e-Mail : galangp.rendra@gmail

Riwayat Pendidikan

1999-2000 : TK Dian Didaktika

2000-2006 : SD Dian Didaktika

2006-2008 : SMP Labschool Kebayoran

2008-2011 : SMAN 70 Jakarta

2011-2012 : Teknologi Pangan Universitas Padjajaran

2012 - sekarang : FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta