STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama...

66
STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM MANGROVE WONOREJO, KOTA SURABAYA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Oleh: SHILDA MAUDIKA ANJANI NIM. 135080101111106 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama...

Page 1: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM MANGROVE WONOREJO, KOTA SURABAYA

SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh:

SHILDA MAUDIKA ANJANI

NIM. 135080101111106

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 2: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

ii

STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA EKOSISTEM MANGROVE WONOREJO, KOTA SURABAYA

SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:

SHILDA MAUDIKA ANJANI NIM. 135080101111106

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

SKRIPSI

Page 3: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

iii

Page 4: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

iv

IDENTITAS TIM PENGUJI

Judul : STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA

EKOSISTEM MANGROVE WONOREJO KOTA

SURABAYA

Nama Mahasiswa : SHILDA MAUDIKA ANJANI

NIM : 135080101111106

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

PENGUJI PEMBIMBING:

Pembimbing 1 : Dr. Ir. Mulyanto, M.Si

Pembimbing 2 : Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

Dosen Penguji 1 : Dr. Asus Maizar S. H., S.Pi, MP

Tanggal Ujian : 12 September 2017

Page 5: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

v

PERNYATAAN ORISINALITAS Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, September 2017

Mahasiswa

Shilda Maudika Anjani

Page 6: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam membantu kelancaran hingga penulisan laporan Skripsi ini

dapat terselesaikan.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW yang telah meridhoi dan melancarkan

penelitian skripsi saya sampai selesai.

2. Bapak Dr. Ir. Mulyanto, M.Si selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak

memberikan bimbingan serta masukan dalam pembuatan laporan Skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS selaku dosen pembimbing 2 yang

telah banyak memberikan bimbingan serta masukan dalam pembuatan

laporan Skripsi ini.

4. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, nenek

dan kedua kakak saya yang telah memberikan dukungan dan doanya agar

selama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu

diberi kelancaran.

5. Kepada FAM’13 (teman-teman MSP 2013) yang senantiasa mendukung dan

membantu untuk menyelesaikan laporan skripsi ini.

6. Kepada Hasti Parlitasari, Degita Febiola Firdaus, Khoirun Nisak

Wahyuningsih dan Yustina Matha Puspitasari yang selalu memberi

dukungan, doa serta waktunya untuk membantu saya menyelesaikan skripsi

ini.

Malang, September 2017

Penulis

Page 7: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

vii

RINGKASAN

SHILDA MAUDIKA ANJANI, Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove Wonorejo Kota Surabaya, Jawa Timur. (di bawah bimbingan Dr. Ir. Mulyanto, M.Si dan Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS).

Kawasan mangrove merupakan hutan yang dapat ditemukan di

sepanjang pantai atau muara sungai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi organisme-organisme di sekitar mangrove. Salah satu kelompok invertebrata yang dapat hidup di ekosistem mangrove adalah kelompok moluska, yang jumlahnya didominasi oleh kelas gastropoda. Gastropoda dapat berasosiasi dengan ekosistem mangrove sebagai habitat, tempat memijah, tempat berlindung serta menyediakan makanan berupa bahan organik untuk menunjang pertumbuhan. Perlu adanya pengelolaan yang tepat bagi ekosistem mangrove beserta fauna asosiasinya. Perubahan kawasan hutan mangrove akan menimbulkan dampak bagi ekosistem mangrove itu sendiri serta biota-biota yang hidup didalamnya, termasuk gastropoda yang memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai habitat dan fungsi ekologi lainnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas gastropoda dan mengetahui hubungannya dengan parameter lingkungan pada ekosistem mangrove Wonorejo Surabaya. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel gastropoda (epifauna dan infauna) dan sampel tanah menggunakan transek kuadrat berukuran 1x1m2, serta melakukan pengukuran parameter kualitas air. Penggunaan uji korelasi sederhana untuk mengetahui hubungan antara komunitas gastropoda dengan parameter kualitas air dan parameter sedimen.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Kota Surabaya, didapatkan 12 spesies yaitu Cerithidea obtusa, Cassidula ferussac, Cassidula aurisfelis, Cassidula vespertilonis, Cassidula mustelina, Ellobium aurisjudae, Melampus parvulus, Melampus liberianus, Melampus flavus, Natica fasciata, Phytia cecillei, Phytia plicata. Hasil analisis kepadatan yaitu pada titik pengamatan 1 sebesar 31 ind/m2, titik pengamatan 2 sebesar 32 ind/m2 dan titik pengamatan 3 sebesar 28 ind/m2. Indeks keanekaragaman gastropoda tergolong rendah sedangkan hasil indeks dominasi diperoleh nilai 1 yang berarti dominasi tinggi. Kondisi ini dapat disebabkan karena adanya tekanan ekologis, seperti kondisi lingkungan yang kurang sesuai bagi gastropoda. Pola sebaran spesies gastropoda sebagian besar adalah mengelompok. Namun, pada beberapa spesies gastropoda mempunyai pola sebaran secara mengelompok dan acak. Hasil pengukuran dari parameter kualitas air yaitu suhu berkisar 27-29°C, pH air berkisar 6,3-7, salinitas berkisar 22-25‰. Hasil analisis karakteristik sedimen, didapat hasil tekstur tanah yaitu liat dan liat berdebu, pH tanah berkisar 6,6-7 dan bahan organik tanah berkisar 5,19-7,23%. Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana menggunakan aplikasi SPSS 22, didapat hasil bahwa kepadatan gastropoda berkorelasi positif terhadap tekstur tanah, pH tanah dan bahan organik.

Page 8: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan

skripsi yang berjudul “Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem

Mangrove Wonorejo, Kota Surabaya”. Tujuan dibuatnya laporan skripsi ini

adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

Laporan skripsi ini, disajikan dengan latar belakang serta materi dan

metode tentang komunitas gastropoda dan parameter pendukungnya. Penulis

menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat

membangun agar tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

pihak yang membutuhkan.

Malang, September 2017

Penulis

Page 9: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 2 1.3 Tujuan ................................................................................................... 3 1.4 Kegunaan .............................................................................................. 3 1.5 Waktu dan Tempat ................................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4

2.1 Morfologi dan Anatomi ........................................................................... 4 2.2 Habitat ................................................................................................... 7 2.3 Suhu ...................................................................................................... 10 2.4 Derajat Keasaman (pH) Air .................................................................... 10 2.5 Salinitas ................................................................................................. 10 2.6 Tekstur Tanah ....................................................................................... 11 2.7 Derajat Keasaman (pH) Tanah .............................................................. 12 2.8 Bahan Organik Tanah ........................................................................... 13

III. METODOLOGI ........................................................................................... 15

3.1 Materi Penelitian .................................................................................... 15 3.2 Bahan dan Alat ...................................................................................... 15 3.3 Penentuan Stasiun Pengamatan dan Transek ....................................... 16 3.4 Metode Pengambilan Sampel ................................................................ 16

3.4.1 Gastropoda ................................................................................... 16 3.4.2 Sedimen ....................................................................................... 17

3.5 Analisis Sampel ..................................................................................... 17 3.6 Analisis Data ......................................................................................... 21

IV. PEMBAHASAN .......................................................................................... 25

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 25 4.2 Deskripsi Stasiun Pengamatan .............................................................. 26 4.3 Analisis Gastropoda .............................................................................. 28

Page 10: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

x

4.3.1 Komposisi Gastropoda .................................................................. 28 4.3.2 Kepadatan .................................................................................... 30 4.3.3 Indeks Keanekaragaman .............................................................. 30 4.3.4 Indeks Dominasi ........................................................................... 31 4.3.5 Indeks Pola Penyebaran ............................................................... 32 4.3.6 Deskripsi Gastropoda yang Ditemukan ......................................... 33 4.4 Parameter Kualitas Air ........................................................................... 42 4.5 Parameter Fisika dan Kimia Tanah ........................................................ 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 48

5.1 Kesimpulan............................................................................................ 48 5.2 Saran..................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48

LAMPIRAN ...................................................................................................... 54

Page 11: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Kandungan Bahan Organik Sedimen ............................................... 14

2. Alat dan Bahan ............................................................................................ 15

3. Interpretasi Korelasi ..................................................................................... 22

4. Pola Persebaran Gastropoda ....................................................................... 32

5. Hasil Analisis Tanah .................................................................................... 44

Page 12: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Umum Morfologi Gastropoda .......................................................... 7

2. Lokasi Pengamatan ..................................................................................... 27

3. Komposisi Gastropoda ................................................................................. 28

4. Hasil Pengamatan Cerithidea obtusa ........................................................... 34

5. Hasil Pengamatan Cassidula ferussac ......................................................... 35

6. Hasil Pengamatan Cassidula aurisfelis ........................................................ 36

7. Hasil Pengamatan Cassidula mustelina ....................................................... 37

8. Hasil Pengamatan Ellobium aurisjudae ........................................................ 38

9. Hasil Pengamatan Melampus parvulus ........................................................ 38

10. Hasil Pengamatan Melampus liberianus .................................................... 39

11. Hasil Pengamatan Melampus flavus .......................................................... 40

12. Hasil Pengamatan Pyhtia cecillei ............................................................... 41

13. Hasil Pengamatan Pyhtia plicata................................................................ 41

14. Hasil Pengamatan Natica fasciata ............................................................. 42

Page 13: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Lokasi .................................................................................................. 54

2. Perhitungan Data Gastropoda ..................................................................... 55

4. Data Analisis Tanah ..................................................................................... 57

5. Data Korelasi Gastropoda dan Sedimen ...................................................... 59

Page 14: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kawasan mangrove terluas di dunia yaitu sekitar 19%

dari total area mangrove di dunia (FAO, 2007). Umumnya mangrove dapat

ditemukan di sebagian kepulauan Indonesia, seperti Sumatera dengan luas

576.957 ha, Jawa 34.492 ha, Bali dengan luas 1.926 ha, Kalimantan 638.283 ha,

Sulawesi dengan luas 147.018 ha, Nusa Tenggara dengan luas 32.597 dan

Papua dengan luas 1.163.003 (PSSDAL, 2009). Khususnya di daerah Jawa

Timur terdapat beberapa wilayah yang memiliki kawasan mangrove, salah

satunya di Wonorejo Kota Surabaya dengan luas sebesar 20 ha.

Kawasan mangrove merupakan hutan yang dapat ditemukan di

sepanjang pantai atau muara sungai yang selalu atau secara teratur tergenang

air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove

merupakan habitat bagi organisme-organisme di sekitar mangrove hingga pantai

seperti amfibi, reptil, burung, kepiting, moluska, ikan dan serangga. Selain itu

ekosistem mangrove berperan pula sebagai tempat pemijahan (spawning),

pengasuhan (nursery), dan pembesaran atau mencari makan (feeding). Menurut

Arief (2003), mangrove merupakan suatu ekosistem yang kompleks antara sifat

fisika dan sifat biologi, pada sifat fisik mangrove dapat berperan sebagai

penahan gelombang air laut serta melindungi garis pantai dari erosi, sedangkan

sifat biologisnya dapat terjadi proses dekomposisi seresah bakau yang mampu

menunjang kehidupan makhluk hidup didalamnya.

Salah satu kelompok invertebrata yang dapat hidup di ekosistem

mangrove adalah moluska, yang didominasi oleh kelas gastropoda. Ekosistem

mangrove berperan sebagai habitat, tempat memijah, tempat berlindung serta

Page 15: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

2

menyediakan makanan berupa bahan organik untuk menunjang pertumbuhan

gastropoda. Gastropoda dapat hidup pada daun, batang, ranting dan lantai hutan

mangrove (Nontji, 2007 dalam Kamalia 2013). Menurut Romdhani et al. (2016),

faktor yang dapat mempengaruhi kelimpahan dan distribusi gastropoda yaitu

kondisi lingkungan misalnya perubahan fungsi kawasan mangrove, ketersediaan

makanan dan predasi.

Keberadaan sedimen pada ekosistem mangrove sangat bermanfaat bagi

gastropoda, karena memiliki kandungan nutrien dan bahan organik yang cukup

tinggi. Kandungan tersebut diperoleh dari bercampurnya sedimen yang berasal

dari laut. Menurut Febriawan (2014), kandungan material-material organik

didapat melalui perairan sekitar dan akan mengendap di dasar. Kondisi sedimen

pada ekosistem mangrove dapat mempengaruhi komunitas gastropoda.

Gastropoda memiliki peran yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan

komponen biotik di ekosistem mangrove, karena disamping sebagai pemangsa

deditrus, gastropoda mempunyai peran penting dalam proses dekomposisi

seresah dan mineralisasi materi organik utama yang bersifat herbivor dan

detrivor.

1.2 Perumusan Masalah

Mengingat pentingnya keberadaan komunitas gastropoda dalam

keseimbangan di ekosistem mangrove, serta masih minimnya informasi tentang

keberadaan gastropoda di ekosistem Mangrove Wonorejo Surabaya, maka perlu

diadakan penelitian mengenai struktur komunitas gastropoda. Rumusan masalah

pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kondisi komunitas gastropoda yang berada pada ekosistem

mangrove Wonorejo, Kota Surabaya?

Page 16: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

3

2. Bagaimana hubungan antara komunitas gastropoda dengan parameter fisika

dan kimia tanah pada ekosistem mangrove Wonorejo, Kota Surabaya?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui struktur komunitas gastropoda pada habitat ekosistem mangrove

Wonorejo, Kota Surabaya.

2. Mengetahui hubungan antara komunitas gastropoda dengan parameter fisika

dan kimia tanah pada ekosistem mangrove Wonorejo, Kota Surabaya.

1.4 Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah ilmu

pengetahuan dan sebagai bahan informasi dasar khususnya tentang komunitas

gastropoda dan karakteristik sedimen yang mempengaruhi seperti pH tanah,

bahan organik dan tekstur tanah serta sebagai sumber informasi dan rujukan

dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan konservasi yang berkelanjutan

pada ekosistem Mangrove Wonorejo, Kota Surabaya.

1.5 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Ekosistem Mangrove Wonorejo Kota

Surabaya pada bulan Mei 2017. Analisis parameter fisika dan kimia tanah

dilakukan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Malang pada bulan Juni 2017.

Page 17: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Anatomi

Gastropoda berasal dari kata gastros: perut; podos: kaki. Jadi gastropoda

berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Hewan anggota kelas gastropoda

umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk

dan warna yang beragam. Cangkang gastropoda sudah terpilin sejak masa

embrio. Cangkang tersebut berfungsi sebagai pelindung organ vital dan letaknya

berada di posisi dorsal tubuh (Harminto, 2003 dalam Kamalia, 2013).

Kelas gastropoda merupakan kelas terbesar dari moluska (>75.000) yang

telah teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya. Fosil

dari kelas tersebut secara terus - menerus tercatat mulai awal zaman Cambrian.

Ditemukannya gastropoda di berbagai macam habitat, seperti di darat dan di laut.

Maka dapat disimpulkan bahwa gastropoda merupakan kelas yang paling sukses

di antara kelas yang lain (Wijarni, 1990).

Gastropoda dilihat dari susunan tubuhnya terdiri atas kepala, badan dan

alat gerak. Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang-

pendekkan dan terdapat titik mata yang berfungsi sebagai pembeda terang dan

gelap. Pada bagian mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang. Mempunyai alat

gerak yang dapat mengeluarkan lendir untuk mempermudah pergerakkannya

(Wijarni, 1990). Gastropoda merupakan moluska bercangkang tunggal dan

mempunyai bentuk yang beragam. Cangkang ini umumnya berbentuk kerucut

atau konde dari tabung yang melingkar. Mempunyai kepala yang dilengkapi oleh

dua tentakel, kaki lebar dan pipih (Irawan, 2008). Bentuk cangkang pada semua

kelas gastropoda adalah asimetris karena mengalami torsi. Torsi merupakan

peristiwa memutarnya cangkang beserta mantel, rongga mantel sampai 180°

Page 18: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

5

berlawanan dengan arah jarum jam terhadap kaki dan kepala (Suwignyo et al.,

2008).

Salah satu kelas yang jumlahnya paling dominan dari filum moluska yaitu

gastropoda. Gastropoda merupakan salah satu sumberdaya hayati non-ikan

yang mempunyai tingkat keanekaragaman tinggi. Menurut Cuvier (1975) dalam

(WoRMS, 2017), klasifikasi gastropoda yaitu sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Menurut Dharma (1988) dalam Handayani (2006), gastropoda dibagi

menjadi tiga sub-kelas yaitu: Prosobranchia, Oposthobranchia dan Pulmonata.

1. Sub-kelas Prosobranchia memiliki dua buah insang yang terletak di anterior

dan kebanyakan hidup di laut. Beberapa famili seperti Cyclophoridae dan

Pupinidae bernafas menggunakan paru-paru hidup di darat, sedangkan

Thiaridae hidup di air tawar. Sub kelas ini dibagi lagi kedalam tiga ordo yaitu:

a. Archaeogastropoda, contohnya adalah Haliotis, Trochus, Acmea.

b. Mesogastropoda, contohnya adalah Crepidula, Littorina, Campeloma,

Pleurocera, Strombus, Charonia, Vermicularia.

c. Neogastropoda, contohnya adalah Murrex, Conus, Colubraria,

Hemifusus.

2. Sub-kelas Ophistobranchia memiliki dua buah insang yang terletak di

posterior, pada umumnya cangkang tereduksi dan terletak di dalam mantel,

nefrida berjumlah satu buah, jantung beruang satu. Kelompok ini banyak

hidup di laut. sub-kelas ini terbagi menjadi delapan ordo yaitu:

a. Chepalaspidea, contohnya adalah Bulla.

b. Anaspidea, contohnya adalah Aplysia.

Page 19: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

6

c. Thecosomata, contohnya adalah Cavolnia.

d. Gymnosomata, contohnya adalah Clione, Cliopsis, Pneumoderma.

e. Nataspidea, contohnya adalah Umbraculum.

f. Acochilidiacea, contohnya adalah Miceohedyle.

g. Sacoglosa, contohnya adalah Berthelinia.

h. Nudibranchia, contohnya adalah Glossodoris.

3. Sub-kelas Pulmonata, menggunakan paru-paru untuk bernafas, cangkang

berbentuk spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel

yang salah satunya dilengkapi oleh mata, rongga mantel terletak di interior,

organ reproduksi hermaprodit. Sub-kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu:

a. Stylomatophora, contohnya adalah Achatina, Triodopsin, Limax.

b. Basomatophora, contohnya adalah Lymnea, Physa, Helisoma, Ferrisia.

Menurut Suwignyo et al. (2005), alat pernafasan gastropoda ini berupa

insang yang berjumlah satu atau dua dan ada juga yang bernafas menggunakan

paru – paru. Namun, kebanyakan gastropoda bernafas menggunakan insang,

seperti yang dimiliki dari subkelas Prosobranchia menggunakan sepasang

insang. Pada subkelas Opisthobranchia hanya menggunakan insang sekunder

atau hanya satu, dikarenakan terjadinya peristiwa detorsi sehingga insang asli

cenderung menghilang. Sedangkan pada subkelas Pulmonata menggunakan

paru-paru sebagai alat pernafasannya.

Pada sebagian besar gastropoda mempunyai tipe struktur insang dan

pertukaran gas yang berlangsung melalui celah-celah kecil pada kerangkanya.

Seperti pada Ordo Archaegastropoda (Trochea dan Neritaceae), hanya

mempunyai insang dibagian kiri dan arus ventilasi masuk melalui rongga mantel

kiri. Neritaceae mempunyai banyak jenis spesies yang hidup di perairan daerah

pasang surut (Wijarni, 1990).

Page 20: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

7

Gambar 1. Struktur Umum Morfologi Gastropoda

2.2 Habitat

Pada dasarnya setiap gastropoda memiliki kebiasaan makan sendiri-

sendiri. Diantaranya adalah herbivora, karnivora, scevengers (pemakan bangkai),

deposit feeders, suspense feeders dan parasit (Wijarni, 1990). Radula

merupakan alat untuk makan bagi kebanyakan gastropoda, meskipun ada

beberapa jenis yang tidak mempunyai gigi radula. Gigi pada radula tersusun

dalam barisan memanjang sedikit sampai banyak. Biasanya terdiri atas satu

barisan tengah, diapit oleh beberapa baris gigi lateral dan beberapa baris gigi

marginal. Bentuk susunan gigi radula relatif tetap sampai tingkat famili (Suwignyo

et al., 2005). Pada umumnya moluska pemakan deposit lebih banyak ditemukan

pada di daerah dengan substrat yang halus karena banyak mengandung bahan

organik (Russel dan Hunter, 1983 dalam Dewiyanti, 2004).

Sacara umum, moluska merupakan salah satu komponen dalam

ekosistem laut dengan keanekaragaman yang tinggi dan menyebar luas di

berbagai zonasi laut. Menurut Nono et al. (2013), kelompok moluska yaitu

gastropoda ini banyak dijumpai pada daerah pinggiran pantai hingga laut dalam.

Selain itu, banyak pula yang menempati didaerah terumbu karang, menempel

Page 21: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

8

pada pohon-pohon mangrove, serta sebagian lagi membenamkan diri di dalam

sedimen. Habitat gastropoda secara umum berada pada berbagai tipe substrat

pasir hingga lumpur, hal ini dikarenakan gastropoda merupakan salah satu

hewan infauna yang dapat memberikan respon terhadap ukuran tekstur sedimen

(Odum, 1993 dalam Nuha, 2015).

Menurut Ulmaula et al. (2016), habitat gastropoda berada di sepanjang

pantai dengan jumlahnya yang banyak. Gastropoda bergerak dengan cara

berjalan di atas permukaan tanah dan dapat ditemukan pada perairan dangkal

yang memiliki tekstur substrat yang sesuai, mempunyai kandungan bahan

organik pada substrat dasar serta parameter oseanografi yang mendukung untuk

tumbuh kembangnya garstropoda itu sendiri dan gastropoda merupakan

pemakan organisme organik.

Keberadaan gastropoda tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi substrat

saja, namun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari lingkungan sekitar

habitatnya, seperti kualitas perairan, adanya predator, serta ketersedian

makanan bagi gastropoda tersebut. Adanya tekanan dari lingkungan juga dapat

berpengaruh pada jumlah jenis dan struktur komunitas gastropoda. Rantai

makanan yang menjadi sumber makanan utama gastropoda adalah deditrus.

Deditrus berasal dari daun-daunan dan ranting-ranting mangrove yang gugur dan

mengalami pembusukan yang akan diurai oleh dekomposer. Selain itu, deditrus

dapat ditemukan pada substrat ekosistem mangrove pertambakan (Hartoni dan

Agussalim, 2013).

Terdapat berbagai jenis moluska yang bisa ditemukan pada daerah hutan

mangrove. Menurut asalnya, moluska terbagi menjadi tiga yaitu moluska asli

hutan mangrove, moluska fakultatif dan moluska pendatang. Moluska asli hutan

mangrove adalah semua jenis moluska yang sebagian besar hidupnya

Page 22: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

9

dihabiskan di hutan mangrove. Moluska fakultatif adalah jenis moluska yang

mempergunakan hutan mangrove sebagai salah satu tempat hidupnya. Moluska

pendatang adalah jenis moluska yang keberadaanya tidak sengaja berada di

dalam hutan mangrove. Penyebaran dan susunan gastropoda dipengaruhi oleh

kondisi substrat dan komposisi mangrove tempat habitatnya. Seperti pada

daerah substrat berpasir yang letaknya berbatasan langsung dengan laut sangat

disukai oleh jenis Littorina scabra-scabra. Sedangkan untuk famili Pottamididae

umumnya banyak ditemukan di bagian tengah dan belakang hutan mangrove

(Lumalutur, 2004).

Habitat fauna di dalam hutan mangrove dibagi menjadi tiga klasifikasi

yaitu, (1) Epifauna (surface fauna), fauna yang hidupnya berada di atas

permukaan tanah, (2) Infauna, fauna yang hidupnya meliang atau menggali di

dalam tanah dan (3) Fauna pohon, fauna yang hidupnya menempel pada pohon

mangrove (Rangan, 2010). Menurut Berry (1972) dalam Dewiyanti (2004),

gastropoda yang sering dijumpai pada permukaan tanah sebagai epifauna

adalah Melampus sp., Cassidula aurisfelis, Nerita birmanica, Cherithidea obtuse,

C. Cingulata, Nerita violacea, Assimeniea, Terebralia sulcata dan Telescopium

telescopium yang menyukai permukaaan sedimen berlumpur.

Suatu komunitas biotik merupakan kumpulan dari populasi yang hidup

dalam daerah atau habitat tertentu secara terorganisir dan mempunyai hubungan

timbal balik. Tidak semua organisme dalam komunitas mempunyai peranan

dapat menggambarkan kondisi lingkungannya tersebut. Di dalam komunitas,

jenis-jenis yang dapat mengendalikan komunitas merupakan jenis yang dominan.

Hilangnya jenis-jenis dominan suatu organisme dapat menimbulkan perubahan

pada komunitas organisme tersebut, serta pada kondisi lingkungannya (Odum,

1971 dalam Dewiyanti, 2004).

Page 23: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

10

2.3 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses

metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau

kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan

dapat menyebabkan kematian (Silalahi, 2010). Menurut Nybakken (1992) dalam

Dewiyanti (2004), pengaruh suhu secara langsung pada organisme dapat terjadi

melalui proses metabolisme, distribusi dan kelimpahan, reproduksi, aktivitas dan

pertumbuhan pada beberapa jenis biota laut.

2.4 Derajat Keasaman (pH) Air

Nilai pH sangat ditentukan oleh konsentrasi ion H+ dalam kolom air. pH

air sangat berperan dalam mempengaruhi aktivitas biokimia dan perubahan

dalam sifat kimia alami perairan (Leatemia, 2010). Nilai pH suatu perairan

menunjukkan nilai logaritma negatif dan aktivitas ion-ion hidrogen yang terdapat

dalam suatu cairan, dan merupakan indikator baik buruknya lingkungan perairan,

nilai pH dalam suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

aktivitas biologi, fotosintesa, suhu, kandungan organik dan adanya kation dan

anion (Mardi, 2014).

2.5 Salinitas

Salinitas merupakan ciri khas perairan pantai atau laut yang dapat

dibedakan dengan air tawar (Wijayanti, 2007). Perubahan salinitas akan

mempengaruhi keseimbangan di dalam tubuh organisme melalui perubahan

berat jenis air dan perubahan tekanan osmosis. Semakin tinggi salinitas, semakin

besar tekanan osmosisnya sehingga organisme harus memiliki kemampuan

beradaptasi terhadap perubahan salinitas sampai batas tertentu melalui

Page 24: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

11

mekanisme osmoregulasi, yaitu kemampuan mengatur konsentrasi garam atau

air di cairan internal (Marpaung, 2013).

2.6 Tekstur Tanah

Gastropoda sangat penting bagi lingkungan ekosistem mangrove. Secara

ekologis, gastropoda mempunyai peranan yang besar dalam rantai makanan

komponen biotik di kawasan ekosistem mangrove yaitu sebagai pemangsa

deditrus, juga berperan dalam mendekomposisi seresah di permukaan tanah

yang berasal dari pohon mangrove dan mineralisasi materi organik (Lasalu,

2015). Sebagai organisme yang mempunyai pergerakan lambat dan cenderung

menetap pada suatu ekosistem, gastropoda dapat dijadikan sebagai indikator

ekologis untuk mengetahui kondisi ekosistem.

Tekstur tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

penyebaran dari gastropoda karena ada kaitannya dengan ketersediaan nutrien

dan sedimen. Menurut Dewiyanti (2004), lantai hutan mangrove yang mempunyai

karakteristik berlumpur dapat memberikan sumber makanan bagi berbagai jenis

hewan, terutama pada kelompok moluska dan krustacea.

Menurut Irawan (2008), tipe substrat dibagi menjadi dua, yaitu tipe

substrat berpasir halus dan tipe substrat berpasir kasar. Tipe substrat berpasir

halus kurang baik untuk pertumbuhan organisme perairan karena memiliki

pertukaran air yang lambat dan dapat menyebabkan keadaan anoksik sehingga

proses dekomposisi yang berlangsung di substrat pada keadaan anaerob dapat

menimbulkan pencemaran. Sementara itu, tipe substrat berpasir kasar memiliki

laju pertukaran air yang cepat namun kandungan bahan organiknya rendah,

tetapi oksigen terlarut selalu tersedia, proses dekomposisi di substrat dapat

berlangsung secara aerob serta terhindar dari keadaan toksik. Gastropoda dapat

tumbuh dan berkembang pada sedimen yang halus karena memiliki alat-alat

Page 25: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

12

fisiologis khusus untuk beradaptasi pada lingkungan perairan yang memiliki tipe

substrat berlumpur. Ukuran partikel substrat sangat bervariasi, mulai dari tipe liat

yang berdiameter <0,002 mm hingga tipe pasir sangat kasar yang berdiameter 1-

2 mm.

Sedimen pada mangrove terdiri dari beberapa jenis partikel. Semua

sedimen memiliki partikel yang terdiri dari jenis utama, yaitu: gravel (kerikil)

dengan ukuran > 2 mm, pasir (0,062 – 2 mm) dan lumpur (debu dan liat).

Selanjutnya fraksi lumpur dibagi atas coarse silt (62 – 15,6 m), fine silt (15,6 –

3,9) dan clay (< 3,9 m) (English, 1994 dalam Lekatompessy dan Tutuhatunewa,

2010). Menurut Nybakken (1982) dalam Riniatsih dan Kushartono (2009),

sedimen mempunyai peranan penting bagi kehidupan gastropoda yaitu sebagai

penentu pola hidup, tipe organisme dan keberadaannya. Selain itu, ukuran dari

substrat juga mempengaruhi kemampuan gastropoda untuk menahan adanya

sirkulasi air. Karakeristik sedimen juga sangat menentukan keberadaan

gastropoda yaitu berfungsi sebagai tempat menempel, merayap atau berjalan.

2.7 Derajat Keasaman (pH) Tanah

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan gastropoda

adalah pH tanah. Tingkat pH yang paling optimal adalah netral dengan nilai 6,6

sampai 7,5. Pada kondisi pH netral, organisme sekitar akan lebih mudah untuk

menyerap unsur hara (Setiawan, 2013).

Menurut Arief (2003) dalam Marpaung (2013), jika kemasaman tanah

berlebihan, maka akan mengakibatkan tanah sangat peka terhadap proses

biologi, seperti proses dekomposisi bahan organik oleh organisme. Proses

dekomposisi bahan organik pada umumnya akan mengurangi suasana asam,

sehingga organisme dapat beraktifitas dengan normal. Namun, menurut

Kushartono (2004), pH pada permukaan tanah lebih tinggi dari pada lapisan

Page 26: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

13

dibawahnya akibat dari seresah yang mengalami dekomposisi pada permukaan

lebih banyak, sehingga tanah mempunyai kandungan bahan organik yang tingi

menyebabkan sedimen tanah menjadi masam.

2.8 Bahan Organik Tanah

Unsur terpenting pada hutan mangrove terhadap ekosistem adalah

seresah atau guguran daun mangrove yang berjatuhan ke permukaan tanah.

Menurut Zamroni dan Rohyani (2008), bahan organik dalam sedimen didapat

dari produksi seresah vegetasi yang berada di dalam hutan mangrove. Unsur

hara yang dihasilkan dari proses dekomposisi seresah di dalam tanah berperan

penting bagi pertumbuhan mangrove dan sebagai sumber deditrus bagi

ekosistem laut dan estuari dalam membantu kehidupan berbagai macam

organisme akuatik.

Bahan organik dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah walaupun

dengan jumlah yang relatif sedikit. Kandungan bahan organik terdapat pada

lapisan bagian atas atau permukaan tanah. Sehingga banyak tumbuh-tumbuhan

dan organisme beraktivitas di permukaan tanah dan menyebabkan bahan

organik terakumulasi hanya di bagian permukaan tanah saja (Kushartono, 2009).

Menurut Izzati (2015), tekstur tanah pasir merupakan tanah yang memiliki

kandungan bahan organik yang rendah, sedangkan tekstur tanah liat mempunyai

kandungan bahan organik yang relatif lebih tinggi. Bahan organik mempunyai

peran penting untuk menentukan tingkat kesuburan dalam tanah.

Kandungan C-organik dapat menujukkan jumlah bahan organik di daerah

tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan dengan keberadaan mangrove disekitarnya.

(Setiawan, 2013). Menurut Ahmad (2004) dalam Mardi (2014), bahan organik

merupakan sumber makanan bagi mikro organisme di dalam tanah. Melalui

reaksi-reaksi kimia yang terjadi seperti pertukaran kation akan dapat menentukan

Page 27: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

14

sifat tanah. Sebagian besar dari bahan organik di dalam tanah terdiri dari bahan-

bahan yang tidak larut dalam air dan relatif tahan terhadap penguraian.

Reynold (1971) dalam Kushartono (2004), mengklasifikasikan kandungan

bahan organik dalam sedimen yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Kandungan Bahan Organik Sedimen

Kandungan Bahan Organik (%) Kriteria

>35 Sangat tinggi

17 – 35 Tinggi

7 – 17 Sedang

3,5 – 7 Rendah

<3,5 Sangat Rendah

Page 28: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

15

III. METODOLOGI 3.1 Materi Penelitian

Materi dalam penelitian ini mengenai komunitas gastropoda di kawasan

ekosistem mangrove. Penelitian ini meliputi analisis biota seperti, kepadatan,

keanekaragaman, dominasi dan pola sebaran. Analisis parameter lingkungan

seperti, suhu, pH air, salinitas, karakteristik sedimen, pH tanah dan bahan

organik.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam analisis penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan Bahan

No. Parameter Alat dan Bahan

1. Komunitas Gastropoda Cetok, Transek kuadrat 1x1 m2, Plastik bening,

Kertas label, Karet gelang, Kamera, Alat tulis.

2. Suhu (°C) Termometer Hg

3. pH Air pH Meter, air sampel

4. Salinitas (‰) Refraktometer, air sampel.

5. Tekstur Tanah Cetok, Plastik bening, Karet gelang, Kertas

label. Erlenmeyer 500 ml, Gelas ukur, Oven,

Hot plate, Kaleng timbang, Thermometer, Pipet,

Pengaduk kayu, Pengaduk Listrik, Ayakan 0,05

mm, Sampel tanah, Hydrogen peroksida (H2O2)

30%, Kalgon 5%, Aquadest, HCl 2 M.

6. pH Tanah Cetok, Alat Tulis, Sampel tanah, Kantong

plastic, Kertas label, Botol plastic 25 ml, pH

meter dengan electrode, Pengocok, Beaker

glass, Labu ukur 1 L, Gelas Ukur, KCl,

Aquadest.

7. Bahan Organik (%) Cetok, Kertas label, Karet gelang, Erlenmeyer

500 ml, Pipet volume 10 ml, Beaker glass,

Gelas ukur 250 ml, Pengaduk dan magnetic

stirrer, Labu ukur 500 ml, Labu ukur 1 L, H3PO4

85%, K2Cr2O7, H2SO4 Pekat, FeSO4 + 7H2O,

Difenilamina.

Page 29: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

16

3.3 Penentuan Lokasi Pengamatan dan Transek

Penentuan lokasi pengamatan berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi keberadaan komunitas gastropoda, seperti adanya areal tambak,

karakteristik sedimen dan kondisi geografis. Penentuan transek dalam penelitian

ini dilakukan secara acak pada area Jogging Track. Panjang area Jogging Track

ini yaitu 650 m dan merupakan daerah pasang surut air laut. Jumlah stasiun

pada penelitian terbagi atas 3 titik sampling pada lokasi yaitu sebagai berikut:

a. Terletak pada daerah tengah Jogging Track, yaitu sekitar 300 m dari pintu

masuk. Pada lokasi ini berdekatan dengan muara sungai.

b. Terletak pada daerah akhir Jogging Track, sekitar 400 m dari titik sampling 1.

Pada lokasi ini banyak ditumbuhi dengan tumbuhan mangrove jenis

Rhizopora. Terdapat pula gazebo untuk tempat istirahat para pengunjung.

c. Terletak pada daerah awal Jogging Track, sekitar 200 m dari titik sampling 2.

Pada lokasi ini berbatasan langsung dengan area tambak milik warga sekitar.

Setiap titik pada lokasi pengamatan akan dipasang transek kuadrat

berukuran 1x1 m2. Di setiap titik sampling akan dipasang 4 transek, sehingga

total jumlah transek pada 3 titik yaitu 12 buah. Lokasi penelitian ini sesuai

dengan faktor-faktor yang mempenaruhi keberadaan komunitas gastropoda,

sehingga dapat dijadikan sebagai acuan perbedaan hasil dari setiap titik ulangan.

3.4 Metode Pengambilan Sampel

3.4.1 Gastropoda

Pengambilan sampel gastropoda dibatasi dengan menggunakan transek

kuadrat. Penggunaan transek ini diharapkan telah mewakili setiap sampel biota

yang didapat. Pengambilan dilakukan dengan dua cara untuk gastropoda

epifauna dan infauna. Gastropoda epifauna yang keberadaanya berada di

permukaan tanah dapat diambil secara langsung menggunakan tangan.

Page 30: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

17

Gastropoda infauna diambil menggunakan cara menggali substrat menggunakan

cetok hingga kedalaman 15 cm, kemudian memisahkan subtrat dengan

gastropoda yang telah didapat. Agar didapatkan jumlahnya, gastropoda tersebut

dikelompokkan berdasarkan jenis pada setiap lokasi ulangan. Selanjutnya

sampel setiap jenis gastropoda dimasukkan kedalam plastik bening, diikat

dengan karet dan diberi label. Gastropoda yang telah didapat segera dibersihkan

lalu langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi jenisnya. Identifikasi dilakukan

dengan cara mencocokan cangkang gastropoda menggunakan buku Guide to

Shell (Morris, 1966) dan untuk melihat klasifikasinya dapat dilihat pada web

dengan alamat WoRMS (marinespecies). Setelah diidentifikasi, gastropoda

dikelompokkan berdasarkan jenis dan jumlahnya pada setiap titik di lokasi

pengamatan.

3.4.2 Sedimen

Sampel sedimen didapat dari 3 titik sampling. Pada setiap titik, sedimen

diambil sebanyak 1 sampel. Setiap 1 sampel tanah, diambil dari masing-masing

transek yang telah dipasang sehingga dapat diasumsikan mewakili kondisi

sedimen dari masing-masing titik sampling. Sampel sedimen diambil

menggunakan cetok dengan cara menggali beberapa liang tanah sekitar 10 cm.

Sampel sedimen yang telah diambil dimasukkan kedalam plastik bening, diikat

dengan karet dan diberi label. Sampel sedimen selanjutnya dapat dianalisis di

Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya untuk

mendapatkan hasil tekstur sedimen, pH tanah dan bahan organik.

3.5 Analisis Sampel

Analisis sampel air yang meliputi suhu, pH air dan salinitas dilakukan

secara langsung di lapang, sedangkan analisis sampel sedimen yang meliputi

Page 31: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

18

tekstur tanah, pH tanah dan bahan organik dilakukan di Laboratorium Tanah

Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Berikut prosedurnya:

a. Suhu

Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan alat thermometer Hg.

Thermometer tersebut dicelupkan ke dalam air dan ditunggu selama 2-3 menit.

Skala thermometer dapat langsung dibaca dan dicatat hasilnya (Silalahi, 2010).

b. Derajat Keasaman (pH) Air

Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH pen. pH pen

dimasukkan kedalam air sampel. Apabila angka yang tertera pada pH pen sudah

stabil, langsung dibaca dan dicatat (Silalahi, 2010).

c. Salinitas

Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Air

sampel diambil secukupnya, lalu diteteskan pada kaca depan refractometer.

Kemudian diamati melalui lensa belakang. Hasil nilai salinitas dapat langsung

dibaca dan dicatat (Iman, 2014).

d. Tekstur Tanah

Menurut Prijono (2011), analisis tekstur tanah dapat dilakukan dengan

prosedur sebagai berikut:

1) Menimbang 20 g sampel tanah kering, memasukkan dalam labu erlenmeyer

500 ml, menambahkan 50 ml aquadest

2) Menambahan 10 ml hydrogen peroksida, tunggu agar bereaksi,

menambahkan 10 ml lagi sampai tidak terjadi reaksi yang kuat

3) Meletakkan labu di atas hot plate dan menaikkan suhu perlahan-lahan sambil

menambahkan hydrogen peroksida setiap 10 menit, melanjutkan sampai

mendidih dan tidak ada reaksi yang kuat lagi

4) Menambahkan 20 ml kalgon 5% dan membiarkan semalam

Page 32: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

19

5) Menuangkan kedalam tabung disperce seluruhnya dan menambahakan

aquadest sampai volume tertentu dan mengaduk selama 5 menit

6) Menempatkan ayakan 0,5 mm dan corong di atas labu ukur 1000 ml lalu

memindahkan semua tanah di atas ayakan dan mencuci dengan cara

menyemprot air sampai bersih

7) Memindahkan pasir bersih yang tidak lolos ayakan ke dalam kaleng timbang

dengan air dan mengeringkannya di atas hot plate

8) Menambahkan aquadest ke dalam larutan tanah yang ditampung dalam

gelas ukur 1000 ml sampai batas 1000

9) Membuat larutan blanko dengan melakukan prosedur 1-6, namun tanpa

sampel tanah

10) Mengaduk tanah dan mengambil larutan dengan menggunakan pipet

sebanyak 20 ml pada kedalaman 10 ml dari permukaan air dan memasukkan

air sampel ke dalam kaleng timbang

11) Mengeringkan air sampel dengan meletakkan kaleng di atas hot plate dan

menimbangnya

12) Perhitungan:

a. Partikel Tanah

Massa Liat = 50 x ((massa pipet ke-2) – (massa blanko pipet ke-2))

b. Partikel Debu

Massa Debu = 50 x ((massa pipet ke-1) – (massa pipet ke-2))

c. Partikel Pasir

Langsung diketahui bobot masing-masing dari hasil ayakan. Prosentase

masing-masing bagian dihitung berdasarkan massa tanah (tanah liat +

massa debu + massa pasir).

Page 33: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

20

13) Menentukan kelas tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur

tanah setelah diketahui masing-masing fraksi partikel.

e. Derajat Keasaman (pH) Tanah

Pengukuran derajat keasaman (pH) tanah menurut Prijono (2013) yaitu:

1) Menimbang 10 g tanah kering udara yang sudah lolos ayakan 2 mm

kemudian memasukkan ke dalam botol plastic

2) Menambahkan 10 ml aquadest (untuk penetapan pH H2O)

3) Menimbang 10 g tanah kering udara yang sudah lolos ayakan 2 mm

kemudian memasukkan dalam botol plastic

4) Menambahkan 10 ml KCl 1 N (untuk pengendapan pH KCl 1 N)

5) Mengocok dengan mesin pengocok selama 60 menit kemudian mengukur

pH menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi

6) Mencatat pH yang ditampilkan pada pH meter

f. Bahan Organik Tanah

Menurut Prijono (2013), analisis kandungan bahan organik tanah

dilakukan dengan metode Welkey Black melalui prosedur sebagai berikut:

1) Memasukkan 0,5 g tanah kering ke dalam labu erlenmeyer 500 ml

2) Menambahkan 10 ml larutan K2Cr2O2 1 N dengan menggunakan pipet

3) Menambahkan 20 ml H2SO4 pekat dan menggoyang labu erlenmeyer

perlahan agar tanah bereaksi seluruhnya

4) Menambahkan campuran tersebut selama 20-30 menit

5) Menambahakan 200 ml aquadest dan 10 ml H3PO4 85% dan 30 tetes

diphenilamine sampai larutan berwarna hijau gelap

6) Mentitrasi larutan sampel dengan FeSO4 + 7H2O 1 N sampai terjadi

perubahan warna dan hijau gelap menjadi hijau terang

7) Menghitung % C-organik dengan rumus:

Page 34: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

21

%C Organik =

% BO = %C organik x 1,73

3.6 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data secara kuantitatif (indeks),

dengan komponen yang dianalisis yaitu, kepadatan, indeks keanekaragaman

Shannon-Winner, indeks dominasi dan indeks sebaran Morsita.

Kepadatan gastropoda dan hasil analisis parameter tanah dihubungkan

menggunakan analisis statistika yaitu teknik korelasi sederhana (Pearson

Correlation) dengan menggunakan aplikasi program SPSS 22. Analisis korelasi

digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan arah hubungan antara dua variabel.

Korelasi bersifat undirectional yang artinya tidak ada yang ditempatkan sebagai

predictor dan respon. Nilai korelasi (r) berkisar antara -1 sampai dengan +1.

Semakin mendekati 1 maka korelasi semakin mendekati sempurna. Sementara

nilai negatif dan positif mengindikasikan arah hubungan. Arah hubungan yang

positif menandakan bahwa pola hubungan searah atau semakin tinggi Y

menyebabkan kenaikan pada X sedangkan arah hubungan yang negatif

menunjukkan pola hubungan sebaliknya atau terbalik, apabila X tinggi

menyebabkan penurunan pada Y.

Data yang digunakan dalam korelasi biasanya memiliki skala interval atau

rasio. Berikut adalah pedoman untuk memberikan interpretasi serta analisis bagi

koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007):

Page 35: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

22

Tabel 3. Interpretasi Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,0 Sangat kuat

Interpretasi berikutnya adalah melihat signifikansi hubungan dua variabel

dengan didasarkan pada angka signifikansi yang dihasilkan dari perhitungan.

Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan kedua variabel tersebut

signifikan atau tidak.

a. Kepadatan Gastropoda

Kepadatan adalah jumlah individu per satuan luas area (Brower et al.

1990 dalam Ariska, 2012). Rumus untuk menghitung kepadatan individu yaitu:

Keterangan:

D : kepadatan Gastropoda (ind/m2)

Ni : jumlah individu spesies Gastropoda

A : luas total (m2)

b. Keanekaragaman Gastropoda

Menurut Magurran (1987) dalam Ariska (2012), indeks keanekaragaman

adalah angka yang menunjukkan tingkat keseragaman organisme yang berada

disuatu ekosistem yang berhubungan dengan jumlah individu dari masing-

masing jenis dan berkaitan dengan kondisi lingkungan. Untuk mendapatkan nilai

keanekaragaman yang diadaptasi dari indeks Shannon-Weaner sebagai berikut:

Page 36: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

23

Keterangan:

H’ : Indeks keanekaragaman

∑ : jumlah spesies

Ni : jumlah individu pada

N : jumlah total individu

Kriteria hasil keanekaragaman (H’) berdasarkan Shannon Wiener (1989) adalah:

H’ ≤ 2,3062 : keanekaragaman rendah

2,3062<H’< 6,9087 : keanekaragaman sedang

H’ ≥6,9087 : keanekaragaman tinggi

c. Dominasi

Menurut Magguran (1987) dalam Ariska (2012), indeks dominasi adalah

angka yang menunjukan ada atau tidaknya dominasi spesies tertentu terhadap

spesies-spesies lainnya yang berada dalam satu ekosistem yang sama,

berkaitan erat dengan kestabilan kondisi lingkungan. Untuk mendapatkan nilai

dominasi Gastropoda dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

C : Indeks Dominasi

ni : jumlah individu pada spesies 1

N : jumlah total individu

Pi : ni / N

Kriteria hasil dominasi:

C = 0 : berarti tidak terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya

atau struktur komunitas dalam keadaan stabil.

C= ∑ (Pi)2

Page 37: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

24

C = 1 : berarti terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya atau

struktur komunitas tidak stabil, karena terjadi tekanan ekologis.

d. Indeks Persebaran

Pola sebaran individu terbagi atas tiga macam yaitu, seragam, acak dan

mengelompok. Pola ini dapat diketahui menggunakan Indeks Penyebaran

Morisita (Id) (Lumalutur, 2004).

Keterangan:

Id : indeks sebaran Morsita

N : ukuran contoh (jumlah kuadrat)

∑x : total dari jumlah individu suatu organisme dalam kuadrat

Kriteria hasil dari pola sebaran yaitu:

Id < 1 : penyebaran spesies bersifat acak

Id = 1 : penyebaran spesies bersifat seragam

Id > 1 : penyebaran spesies bersifat mengelompok

Page 38: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Ekosistem Mangrove Wonorejo, Kelurahan

Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, Jawa Timur. Luas wilayah

Kelurahan Wonorejo yaitu 731,86 ha. Daerah ini termasuk dalam kawasan Pantai

Timur Surabaya. Peta lokasi penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1. Batasan

wilayah kelurahan Wonorejo yaitu sebelah Utara adalah Sungai Wonokromo,

sebelah Timur adalah Selat Madura, sebelah Selatan adalah Kelurahan Medokan

Ayu dan sebelah Barat adalah Kelurahan Penjaringan Sari.

Kawasan mangrove ini mempunyai luas sekitar 20 hektar dan dijadikan

sebagai area konservasi yang bertujuan untuk tetap melestarikan hutan

mangrove agar tidak berkurang serta berperan penting untuk menahan abrasi

laut dari kawasan laut utara Surabaya. Berbagai macam fauna di kawasan ini

dapat ditemukan dengan mudah, misalnya Burung Gagang Timur (Himantopus

leucocephalus), Burung Raja Udang (Halcyon senegalensis), Garangan

(Herpestidae) dan Kepiting Uca (Uca Sp.). Ekosistem Mangrove Wonorejo yang

dikelola oleh pemerintah Kota Surabaya ini mulai dibuka pada tahun 2010 dan

menjadi salah satu destinasi wisata di Kota Surabaya yang banyak menarik

minat wisatawan untuk dikunjungi. Terdapat dua tempat yang dapat dikunjungi

oleh wisatawan, yaitu lokasi pos pantau mangrove yang menyediakan fasilitas

Perahu untuk mengelilingi kawasan mangrove yang berada di muara sungai.

Lokasi kedua yaitu Jogging Track yang memiliki panjang area 550 m, disini

wisatawan dapat melihat berbagai jenis pohon mangrove yang telah ditanam.

Penelitian tentang komunitas gastropoda dilakukan di lokasi ini, dengan

Page 39: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

26

pembagian titik sampling sebanyak 3 titik. Berikut adalah deskripsi tentang

masing-masing titik sampling:

4.2 Deskripsi Lokasi Pengamatan

a. Titik Sampling 1

Titik sampling yang pertama terletak sekitar 300 m dari pintu masuk.

Lokasi ini banyak ditumbuhi jenis mangrove Rhizopora apiculata, Sonneratia

cassolaris dan Achantus ilicifolus. Lokasi ini sangat di pengaruhi pasang surut

karena posisi yang sangat berdekatan dengan muara sungai. Pada saat pasang,

air yang menggenang cukup tinggi.

b. Titik Sampling 2

Titik sampling yang kedua ini merupakan lokasi yang terletak di akhir

Jogging Track yaitu sekitar 400 m dari pintu masuk. Terdapat berbagai macam

jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizopora mucronata, Avicennia lanata dan

Acanthus. Aliran air dari sungai tidak terlalu mempengaruhi kondisi pasang surut

di stasiun ini, sehingga pada saat pasang, air tidak terlalu tinggi. Di lokasi ini juga

terdapat gazebo untuk tempat beristirahat para pengunjung.

c. Titik Pengamatan 3

Titik sampling ketiga ini merupakan lokasi yang terletak sekitar 200 m dari

pintu masuk. Lokasi ini berbatasan langsung dengan Tambak Ikan milik warga

setempat. Jenis pohon mangrove di lokasi ini yaitu Rhizopora mucronata,

Sonneratia cassolaris, Nypa fruticans dan Aegiceras corniculatum. Lokasi ini

tidak terlalu di pengaruhi oleh pasang surut, karena posisi tanah yang sedikit

naik. Sehingga pada saat pasang, air sedikit menggenangi stasiun ini.

Page 40: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

27

Gambar 2. Lokasi Pengamatan (a). Titik Sampling 1 (b). Titik Sampling 2 (c). Titik sampling 3

(a)

(c)

(b)

Page 41: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

28

4.3 Analisis Gastropoda

4.3.1 Komposisi Gastropoda

Gambar 3. Komposisi Gastropoda pada 3 Mei 2017

Page 42: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

29

Jenis Gastropoda yang ditemukan di ekosistem Mangrove Wonorejo

terdiri dari 3 famili (Potamididae, Ellobiidae dan Naticidae), 6 genus (Cerithidea,

Cassidula, Ellobium, Melampus, Natica dan Phytia) dan 12 spesies.

Gastropoda yang ditemukan pada titik sampling 1 terdiri dari 3 famili, 6 genus

dan 11 spesies. Gastropoda pada titik sampling ini berasal dari famili

Potamididae dengan spesiesnya yaitu Cerithidea obtusa, dari famili Ellobiidae

dengan spesiesnya yaitu Cassidula ferussac, Cassidula aurisfelis, Cassidula

vespertilonis, Cassidula mustelina, Melampus parvulus, Melampus liberianus,

Melampus flavus Phytia cecillei, Phytia plicata dan dari famili Naticidae dengan

spesies yang ditemukan yaitu Natica fasciata.

Gastropoda yang ditemukan pada titik sampling 2 terdiri dari 1 famili, 4

genus dan 10 spesies. Gastropoda pada titik sampling ini berasal dari famili

Ellobiidae dengan spesies yang ditemukan yaitu Cassidula ferussac, Cassidula

aurisfelis, Cassidula vespertilonis, Cassidula mustelina, Ellobium aurisjudae,

Melampus parvulus, Melampus liberianus, Melampus flavus, Phytia cecillei dan

Phytia plicata.

Gastropoda yang ditemukan pada titik sampling 3 terdiri dari 1 famili, 3 genus

dan 8 spesies. Gastropoda pada titik sampling ini berasal dari famili Ellobiidae.

Spesies yang ditemukan yaitu Cassidula ferussac, Cassidula aurisfelis,

Cassidula vespertilonis, Cassidula mustelina, Melampus parvulus, Melampus

flavus, Phytia cecillei dan Phytia plicata.

Banyaknya gastropoda pada famili Ellobiidae pada semua titik

pengamatan karena jenis ini menyukai lokasi mangrove yang kering karena

cocok dengan adaptasi lingkungannya yang hidup menempel di akar mangrove

(Febrita et al., 2015). Hal ini sesuai dengan pernyataan Maulana (2004), jenis-

jenis Ellobiidae lebih menyukai hutan mangrove yang relatif lebih kering.

Page 43: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

30

4.3.2 Kepadatan

Hasil rata-rata kepadatan gastropoda yang didapat dari ekosistem

Mangrove Wonorejo di ketiga titik sampling dapat dilihat pada lampiran 2.

Berdasarkan hasil kepadatan gastropoda didapat rata-rata kepadatan

gastropoda pada titik sampling 1 sebesar 31 ind/ m2. Tertinggi pada titik sampling

2 yaitu sebesar 32 ind/m2 sedangkan kepadatan terendah pada titik sampling 3

yaitu sebesar 28 ind/m2. Nilai kepadatan yang tinggi menunjukkan jumlah

organisme yang banyak. Hal ini mengindikasikan bahwa habitat tersebut dapat

ditempati oleh organisme dalam jumlah yang banyak (Irawan, 2008). Menurut

Pribadi et al. (2009), perbedaan jumlah kepadatan pada setiap titik sampling

dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan, jenis substrat yang berbeda serta

kandungan bahan organik di dalam sedimen.

Pada titik sampling 1 kepadatan spesies tertinggi yaitu Cassidula

mustelina (5 ind/m2). Pada titik sampling 3 kepadatan spesies tertinggi yaitu

spesies Phytia plicata (8 ind/m2). Banyaknya spesies Phytia plicata pada titik

sampling 3 dikarenakan spesies ini mempunyai operculum sehingga dapat

bertahan pada kondisi yang ekstrim (Hartoni dan Agussalim, 2013).

4.3.3 Indeks Keanekaragaman

Keanekaragaman gastropoda yang didapat dari lokasi ekosistem

Mangrove Wonorejo dapat dilihat pada lampiran 2. Keanekaragaman jenis

dijadikan sebagai penentu kondisi struktur komunitas suatu organisme. Menurut

Dewiyanti (2004), keanekaragaman mencakup dua hal pokok, yaitu variasi

jumlah spesies dan jumlah individu tiap spesies pada suatu kawasan. Apabila

jumlah spesies dan variasi jumlah individu tiap spesies rendah, hal ini

dikarenakan tidak seimbangnya ekosistem yang disebabkan oleh gangguan atau

tekanan.

Page 44: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

31

Berdasarkan hasil analisis keanekaragaman Gastropoda di ekosistem

Mangrove Wonorejo tergolong kondisi keanekaragaman yang rendah, dengan

nilai 2,2473. Nilai keanekaragaman yang rendah menandakan ekosistem

mengalami tekanan atau kondisinya menurun serta adanya spesies-spesies

tertentu yang mendominasi. Menurut Ariska (2012), kondisi keanekaragaman

yang rendah ini dapat disebabkan oleh kondisi sekitar lingkungan yang buruk.

Seperti adanya limbah yang ikut terbuang di muara sungai dan area yang

berdekatan dengan tambak. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan yang

berada di ekosistem Mangrove Wonorejo, Surabaya.

4.3.4 Indeks Dominasi

Dominasi gastropoda yang didapat dari ekosistem Mangrove Wonorejo

dari ketiga titik sampling dapat dilihat pada lampiran 2. Indeks dominasi

menunjukkan bahwa ada atau tidaknya spesies-spesies tertentu yang

mendominasi di lingkungan habitatnya.

Berdasarkan hasil analisis dominasi gastropoda di ekosistem Mangrove

Wonorejo, diperoleh dengan nilai 1 yang menunjukkan adanya dominasi dari

spesies-spesies tertentu yang ditemukan. Dari ketiga titik sampling, spesies yang

mendominasi adalah Phytia plicata. Terjadinya kondisi ini dapat disebabkan

karena adanya tekanan ekologis. Seperti kondisi lingkungan yang tidak sesuai

bagi kehidupan gastropoda. Menurut Marpaung (2013), adanya dominasi karena

kondisi lingkungan yang sangat menguntungkan dalam mendukung pertumbuhan

spesies tertentu. Selain itu dominasi juga dapat terjadi karena adanya perbedaan

daya adaptasi tiap jenis spesies terhadap lingkunganya. Hal ini juga sesuai

dengan pernyataan Kamalia (2013), semakin besar nilai indeks maka semakin

besar pula kecenderungan yang mendominasi. Hal ini dapat menyebabkan tidak

stabilnya struktur komunitas gastropoda di ekosistem Mangrove Wonorejo.

Page 45: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

32

4.3.5 Pola Penyebaran

Berikut ini adalah pola sebaran gastropoda pada ekosistem Mangrove

Wonorejo yang dapat dilihat pada Tabel 4. Indeks pola penyebaran digunakan

untuk mengetahui pola sebaran jenis dalam komunitas gastropoda pada suatu

habitat yang berkaitan dengan perilaku hidupnya.

Tabel 4. Pola Persebaran Gastropoda

No. Spesies Pola Persebaran

1 Cerithidea obtusa Mengelompok

2 Cassidula ferussac Acak

3 Cassidula aurisfelis Mengelompok

4 Cassidula vespertilonis Acak

5 Cassidula mustelina Mengelompok

6 Ellobium aurisjudae Mengelompok

7 Melampus parvulus Mengelompok

8 Melampus liberianus Mengelompok

9 Melampus flavus Acak

10 Natica fasciata Mengelompok

11 Phytia cecillei Mengelompok

12 Phytia plicata Mengelompok

Dari hasil pengamatan, sebagian besar pola sebaran spesies gastropoda

di ekosistem Mangrove Wonorejo adalah mengelompok. Namun, pada beberapa

spesies gastropoda mempunyai pola sebaran acak. Kondisi persebaran

gastropoda ini mengacu pada pernyataan Suin (2002) dalam Magfirah et al.

(2014) bahwa faktor fisika dan kimia yang hampir merata pada suatu habitat

serta tersedianya makanan bagi organisme yang hidup didalamnya sangat

menentukan organisme tersebut hidup berkelompok atau acak maupun merata.

Pola penyebaran biota dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti substrat yang

merupakan habitat suatu spesies, ketersediaan makanan dalam bentuk detritus

dan partikel tersuspensi, pengaruh faktor ekologis seperti faktor fisika, kimia dan

lingkungan serta strategi adaptasi dan interaksi biologis antar populasi yang

terdapat dalam komunitas habitat tersebut (Dewiyanti, 2004). Pernyataan ini

Page 46: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

33

diperkuat oleh Nybakken (1993) dalam Amrul (2007), bahwa faktor utama yang

menentukan pola penyebaran dari gastropoda adalah interaksi antar populasi.

Interaksi tersebut dapat berupa persaingan, pemangsaan serta adanya

hubungan antar populasi yang dapat bersifat mutualisme, komensalisme ataupun

parasitisme. Selain itu adanya predator dalam perairan juga akan mempengaruhi

penyebaran gastropoda.

Pola hidup mengelompok, diduga berkaitan erat antar spesies dan saling

berhubungan. Sifat mengelompok ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain kondisi lingkungan, tipe substrat, kebiasaan makan dan cara bereproduksi

menyebabkan mereka hidup mengelompok. Hal ini sesuai pernyataan Ariska

(2012), bahwa kondisi lingkungan perairan sangat mempengaruhi pola sebaran

dan distribusi jenis moluska disuatu perairan. Penyebaran bersifat mengelompok

ini memiliki kecenderungan dalam berkompetisi dengan jenis lainnya, terutama

dalam hal mendapatkan makanan serta gastropoda yang mempunyai sifat mobile

yang rendah, sehingga sulit untuk menyebar dan berpindah tempat.

4.3.6 Deskripsi Gastropoda yang Ditemukan

Berikut adalah deskripsi dari beberapa jenis gastropoda yang terdiri dari

Famili Potamididae, Ellobiididae dan Naticidae yang ditemukan di ekosistem

Mangrove Wonorejo:

a. Famili Potamididae

1. Cerithidea obtusa

Mempunyai bentuk tubuh simetris bilateral yang dilindungi oleh cankang

berbentuk kerucut dan melingkar. Bentuk kepala terlihat jelas serta memiliki mata

dan radula (Insanabella, 2012). Spesies ini memilki panjang cangkang 6-9 cm,

dengan bentuk cangkang didominasi garis-garis coklat. Aperture berbentuk bulat

(rounded), tanpa saluran sifon yang membentuk celah pada sudut aperture. Apex

Page 47: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

34

mengalami pengikisan sehingga membentuk ujung yang tumpul. Berdasarkan

karakter apex tersebut, Cerithidea obtusa dipisahkan dari anggota Cerithidea

yang lain (Karyanto et al., 2004). Spesies ini dapat ditemukan di daerah rawa-

rawa mangrove, pada akar dan batang pohon mangrove, serta didaerah substrat

berlumpur. (FAO, 1998).

Klasifikasi Cerithidea obtusa menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Caenogastropoda

Famili : Potamididae

Genus : Cerithidea

Spesies : Cerithidea obtusa

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 4. Hasil Pengamatan Cerithidea obtusa

b. Famili Ellobiidae

1. Cassidula ferussac

Mempunyai cangkang berwarna coklat kemerahan dengan corak

bergaris-garis halus. Bentuk cangkang pada bagian body whorl membesar dan

pada bagian ujung membentuk kerucut yang lebar. Bagian dalam apperture

terdiri dari 2-3 lapisan. Spesies ini tersebar di kawasan indo-pasifik (Brown,

2005). Ukuran cangkang sekitar 2,5-4 cm. bercangkang tebal dan berbentuk

oval. Habitat berada di permukaan substrat dan menempel pada pohon

mangrove (Wildsingapore, 2017).

Page 48: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

35

Klasifikasi Cassidula ferussac menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Cassidula

Spesies : Cassidula ferussac

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 5. Hasil Pengamatan Cassidula ferussac

2. Cassidula aurisfelis

Gastropoda jenis ini memiliki bentuk dan ukuran cangkang menengah,

tebal, berbentuk oval dan memiliki arah putaran cangkang dekstral (berputar

kearah kanan). Bentuk apex tumpul, permukaan body whorl halus, spire

berbentuk cembung, suture terlihat kurang jelas dan aperture berbentuk oval.

Outer lip tebal, melebar dan halus dibagian dalamnya serta outer lip yang

mengkilap. Banyak ditemukan di atas substrat berlumpur pada ekositem

mangrove (Wahyuni, 2016). Genus Cassidula memiliki banyak kemiripan antar

spesiesnya. Perbedaan cangkang hanya dari pola dan warnanya saja. Pada

spesies ini pola warna cangkang mempunyai warna dasar coklat, namun tidak

mempunyai pola garis horizontal seperti pada spesies Cassidula mustelina

(Karyanto et al., 2004).

Klasifikasi Cassidula aurisfelis menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Page 49: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

36

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Cassidula

Spesies : Cassidula aurisfelis

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 6. Hasil Pengamatan Cassidula aurisfelis

3. Cassidula mustelina

Mempunyai bentuk cangkang yang sama seperti spesies Cassidula

aurisfelis. Namun memiliki perbedaan pada warna dasar cangkang yang

berwarna coklat, dengan garis horizontal berwarna coklat muda sampai putih,

baik dari body whorl maupun unit whorl (Karyanto et al., 2004). Gastropoda jenis

ini bercangkang tebal dan berbentuk oval. Pada umumnya cangkang berukuran

2-3 cm. Jenis ini dapat ditemukan di substrat ataupun menempel pada pohon

mangrove (Wildsingapore, 2017).

Klasifikasi Cassidula mustelina menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Cassidula

Spesies : Cassidula mustelina

Page 50: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

37

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 7. Hasil Pengamatan Cassidula mustelina

4. Ellobium aurisjudae

Gastropoda jenis ini memiliki bentuk ukuran cangkang menengah atau

sedang, tebal, memanjang berbentuk oval dengan bentuk apex tumpul dan

memiliki arah putaran cangkang dekstral (berputar kearah kanan) (Wahyuni,

2016). Mempunyai struktur cangkang yang megalami perubahan. Berupa

perubahan pada panjang dan lebar cangkang. Body whorl memanjang

membentuk unit whorl yang meruncing arah apex (Karyanto et al., 2004).

Mempunyai warna cangkang keputih-putihan, pada bagian periostrakum

berwarna coklat gelap dan bagian aperture berwarna putih. Spesies ini banyak

ditemukan di bagian rawa-rawa mangrove, bagian berlumpur yang dekat dengan

pantai dan daerah yang banyak ditumbuhi mangrove jenis Nypa (FAO, 1998).

Klasifikasi Ellobium aurisjudae menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Ellobium

Spesies : Ellobium aurisjudae

Page 51: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

38

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 8. Hasil Pengamatan Ellobium aurisjudae

5. Melampus parvulus

Spesies ini bercangkang ramping, mengerucut dan berwarna coklat

gelap. Terdapat 4-5 lipatan pada outer lip dan dua lipatan pada columella (Kay,

1979). Mempunyai bentuk cangkang yang memiliki alur spiral yang pendek dan

melebar. Bagian dalam aperture terdiri dari 2 – 4 lapisan. Banyak ditemukan di

daerah tepi mangrove atau pada perairan payau (Brown, 2005).

Klasifikasi Melampus parvulus menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Melampus

Spesies : Melampus parvulus

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 9. Melampus parvulus

Page 52: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

39

6. Melampus liberianus

Mempunyai ukuran yang relatif kecil. Bentuk cangkang memiliki alur spiral

yang pendek. Bagian dalam aperture terdiri dari 2-4 lapisan. Cangkang berwarna

dasar coklat dengan garis berwarna coklat gelap. Banyak ditemukan di daerah

tepi mangrove atau pada perairan payau (Brown, 2005).

Klasifikasi Melampus liberianus menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Melampus

Spesies : Melampus liberianus

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 10. Melampus liberianus

7. Melampus flavus

Mempunyai struktur cangkang yang mengalami modifikasi. Berupa

perubahan proporsi panjang dan lebar cangkang. Body whorl memanjang

membentuk struktur unit whorl yang meruncung ke arah apex. Spesies ini

mempunyai ukuran cangkang yang relatif sangat kecil yaitu kurang lebih 5 mm

(Karyanto et al., 2004). Cangkang tebal, berbentuk oval atau memanjang, body

whorl berwarna coklat dan berwarna putih pada inner lip. Mempunyai tentakel

yang pendek dan memiliki corak putih (Wildsingapore, 2017).

Page 53: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

40

Klasifikasi Melampus flavus menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

las : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Melampus

Spesies : Melampus flavus

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 11. Hasil Pengamatan Melampus flavus

8. Phytia cecillei

Mempunyai bentuk dan warna pola cangkang yang menyerupai pada

genus Cassidula. Namun perbedaan pada bibir luar cangkang yang tipis. Spesies

ini dapat ditemukan di daerah rawa dan tepi pantai (Morton, 1996). Ukuran

cangkang sekitar 2-3 cm dengan ujung yang tajam, body whorl halus, berwarna

sedikit gelap dan mempunyai operculum (Wildsingapore, 2017).

Klasifikasi Phytia cecillei menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Phytia

Spesies : Phytia cecillei

Page 54: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

41

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 12. Hasil Pengamatan Phytia cecillei

9. Phytia plicata

Mempunyai bentuk ukuran cangkang yang kecil (1-2 cm). Spesies ini

biasa ditemukan di daerah yang mempunyai kondisi ekstrim. Seperti pada

permukaan substrat yang terdapat banyak seresah daun-daun mangrove

(Hartoni dan Agussalim, 2013). Spesies ini berasosiasi baik dengan hutan

mangrove karena mempunyai adaptasi lingkungan yang mendukung. Pada

umumnya warna cangkang jenis ini berwana coklat dengan garis yang lebih

terang (Cook, 1996).

Klasifikasi Phytia plicata menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Famili : Ellobiidae

Genus : Phytia

Spesies : Phytia plicata

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 13. Hasil Pengamatan Phytia plicata

Page 55: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

42

c. Famili Naticidae

1. Natica fasciata

Spesies ini mempunyai bentuk cangkang agak membulat. Mempunyai

motif dan warna cangkang yang cerah. Merupakan Gastropoda predator aktif.

Mempunyai alat untuk membuat lubang di tanah. Banyak ditemukan di daerah

tropis, menyukai substrat berpasir ataupun berlumpur (FAO, 1998).

Klasifikasi Natica fasciata menurut WoRMS (2017), yaitu:

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Littorinimorpha

Famili : Naticidae

Genus : Natica

Spesies : Natica fasciata

Dokumentasi Pribadi, (2017) Worms, (2017)

Gambar 14. Hasil Pengamatan Natica fasciata

4.4 Parameter Kualitas Air

a. Suhu

Suhu perairan dipengaruhi oleh seberapa sering perairan tersebut

terpapar sinar matahari setiap hari (Ariestika, 2006). Hasil pengukuran suhu yang

didapat pada lokasi ini berkisar antara 27 - 29°C.

Kondisi suhu prairan pada lokasi ini dapat dikatakan cukup baik bagi

biota. Menurut Sukarno (1981) dalam Wijayanti (2007) bahwa suhu dapat

membatasi sebaran hewan gastropoda secara geografik dan suhu yang baik

Page 56: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

43

untuk pertumbuhan gastropoda berkisar antara 25 - 31°C. Mengacu pada

pernyataan diatas, kondisi suhu pada lokasi ini masih layak untuk kehidupan

gastropoda, karena masih pada kisaran yang dianjurkan.

b. Derajat Keasaman (pH) Air

Hasil yang didapat dari analisis pH air pada lokasi ini berkisar antara 6,3 -

7. Menurut Leatemia (2010), sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap

perubahan pH dan lebih menyukai nilai pH pada kisaran 7 - 8,5. Bagi gastropoda

yang memiliki cangkang atau tubuhnya terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3),

penurunan pH membuat kondisi perairan menjadi sangat asam sehingga dapat

mengakibatkan hancurnya cangkang.

Namun dengan hasil pengukuran pH yang diperoleh pada lokasi ini

terbilang masih cukup baik bagi gastropoda. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Odum (1996) dalam Satria (2014), bahwa gastropoda umumnya membutuhkan

pH air antara 6,5 - 8,5 untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.

c. Salinitas

Hasil pengukuran salinitas yang didapat pada lokasi ini yaitu berkisar 19

‰ - 25 ‰. Keadaan salinitas akan mempengaruhi penyebaran organisme, baik

secara vertikal maupun horizontal. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai

(Satria, 2014).

Dari hasil pengukuran yang didapat, nilai salinitas masih dalam rentang

yang normal. Sesuai dengan penyataan Ariestika (2006), bahwa kisaran nilai

salinitas yang optimal untuk kehidupan gastropoda adalah 20 - 36 ‰. Begitu juga

dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Riniatsih dan Widyaningsih (2007)

mengemukakan bahwa hewan invertebrata pada kelas gastropoda masih dapat

Page 57: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

44

mentolelir rentang salinitas pada kisaran 5 - 35 ‰. Dengan demikian, kondisi

salinitas pada lokasi ini masih layak bagi kehidupan gastropoda.

4.5 Parameter Fisika dan Kimia Tanah

Berikut adalah hasil analisis tanah yang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil AnalisisTanah

Titik Sampling

Tekstur (%) Kelas

Tekstur pH

Tanah Bahan

Organik Pasir (%)

Debu (%)

Liat (%)

1 2 23 75 Liat 7 5,19

2 4 24 72 Liat 6,8 7,23

3 2 42 56 Liat Berdebu 6,6 7,07

a. Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur

komunitas gastropoda. Berdasarkan hasil analisis tekstur tanah, didapatkan hasil

kelas tekstur tanah dengan tipe liat dan liat berdebu. Perbedaan tekstur tanah

dapat mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan bahan organik dari air.

Menurut Riniatsih dan Kushartono (2009), apabila tekstur tanah dasar semakin

halus, maka kemampuan tanah untuk menjebak bahan organik akan semakin

besar. Sesuai dengan penyataan Magfirah, et al. (2014), tanah bertekstur liat

memiliki kandungan organik yang cukup tinggi sehingga memungkinkan adanya

kehidupan organisme di stasiun tersebut, karena bahan organik merupakan

komponen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup makrozoobenthos.

Menurut Amrul (2007), gastropoda mampu beradaptasi pada habitat yang

mempunyai tekstur tanah yang liat, sehingga penyebaran organisme ini lebih

luas. Hasil tekstur tanah diatas sesuai dengan pernyataan Lihawa (2013), bahwa

kondisi substrat sangat berpengaruh bagi kehidupan gastropoda. Subtrat yang

memiliki karakteristik yang liat sangat cocok bagi komunitas gastropoda. Kondisi

Page 58: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

45

sedimen pada ekosistem Mangrove Wonorejo sangat ideal bagi kelangsungan

hidup dan perkembangan komunitas gastropoda.

Hasil nilai koefisien yang didapatkan dari analisis korelasi tekstur tanah terhadap

kepadatan gastropoda yaitu 0,463 (>0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa

adanya hubungan atau berkorelasi kuat.

b. Derajat Keasaman (pH) Tanah

Nilai pH tanah merupakan konsentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam air

tanah. Kondisi keasaman dalam tanah dapat diduga dari kandungan pH tanah,

karena asam merupakan hasil disosiasi dalam air (Mahfirah et al., 2014). Salah

satu parameter yang dapat mempengaruhi kehidupan gastropoda adalah pH

tanah. Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil pH tanah pada lokasi ini

berkisar 6,6 - 7.

Hasil pH di titik sampling 2 dan 3 cenderung bersifat asam dibandingkan di titik

sampling 1 yang bersifat netral. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya proses

dekomposisi dalam tanah yang berasal dari seresah pohon mangrove, limbah

yang terbawa aliran air sungai, kotoran (feses). Nilai pH tanah menunjukkan

tingkat keasaman lingkungan yang dapat mempengaruhi sistem metabolisme

makrozoobenthos. Apabila pH berada pada kisaran normal atau netral maka

sistem metabolisme pada organisme akan optimal, sedangkan apabila pH

memiliki nilai yang ekstrim sehingga pH bersifat asam atau basa maka akan

mengganggu proses metabolisme dan akan terjadi proses seleksi alam terhadap

komunitas makrozoobenthos yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan

seperti pada lokasi penelitian (Dewi, 2013).

Hasil dari lokasi ini dapat dikategorikan mempunyai kondisi pH tanah yang aman

bagi kehidupan gastropoda. Sesuai dengan pernyataan Lihawa (2013),

gastropoda pada umumnya membutuhkan kondisi pH tanah berkisar antara 6-

Page 59: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

46

8,5. Dalam rentang pH tersebut, mendukung gastropoda dalam kelangsungan

hidup serta reproduksinya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pH tanah yang

terkandung pada area ekosistem Mangrove Wonorejo masih aman bagi hidup

komunitas gastropoda.

Hasil nilai koefisien yang didapatkan dari analisis korelasi pH tanah terhadap

kepadatan gastropoda yaitu 0,192 (>0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa

adanya hubungan atau berkorelasi kuat.

c. Bahan Organik

Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan kandungan bahan organik pada

lokasi ini berkisar 5,19 % - 7,23%. Kandungan bahan organik dalam tanah di titik

sampling 1 yang rendah, dikarenakan adanya aliran air yang cukup tinggi

sehingga bahan organik belum terakumulasi kedalam tanah, meskipun tanah

pada lokasi ini bertekstur liat. Berbeda dengan hasil kandungan bahan organik di

titik sampling 2 dan 3 yang relatif tinggi dikarenakan pada lokasi tersebut aliran

air sungai tidak terlalu menggenangi pada saat terjadi pasang. Bahan organik

yang tinggi di titik sampling 3 juga dipengaruhi oleh adanya aktivitas tambak

disekitar lokasi. Bahan organik mudah terjerap dan tersimpan dalam tanah

karena tekstur tanah yang liat dan liat berdebu. Seperti pada pernyataan Hawari

et. al, (2013), bahwa tingginya kandungan bahan organik dikarenakan kondisi

pada lokasi tersebut ditumbuhi vegetasi mangrove, perairan yang tenang, serta

aktivitas penduduk sekitar yang mengakibatkan meningkatnya kandungan bahan

organik.

Bahan organik sangat berpengaruh bagi kebutuhan makanan bagi gastropoda.

Jenis tanah berlumpur sangat disukai oleh gastropoda, karena kandungan bahan

organiknya yang tinggi (Pribadi et al., 2009). Hal ini diperkuat oleh pernyataan

Dewiyanti (2004), bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan

Page 60: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

47

kesuburan tanah. Bahan organik dapat berasal dari hewan dan tumbuhan yang

telah membusuk dan terakumulasi dalam tanah. Bahan organik tersebut

merupakan sumber makanan bagi organisme moluska.

Hasil nilai koefisien yang didapatkan dari analisis korelasi bahan organik

terhadap kepadatan gastropoda yaitu 0,381 (>0,05). Nilai tersebut menunjukkan

bahwa adanya hubungan atau berkorelasi kuat.

Page 61: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

48

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ekosistem Mangrove

Wonorejo Kota Surabaya, didapatkan 12 spesies yaitu Cerithidea obtusa,

Cassidula ferussac, Cassidula aurisfelis, Cassidula vespertilonis, Cassidula

mustelina, Ellobium aurisjudae, Melampus parvulus, Melampus liberianus,

Melampus flavus, Natica fasciata, Phytia cecillei, Phytia plicata. Hasil analisis

kepadatan yaitu pada titik sampling 1 sebesar 31 ind/m2, titik sampling 2

sebesar 32 ind/m2 dan titik sampling 3 sebesar 28 ind/m2. Indeks

keanekaragaman gastropoda tergolong rendah sedangkan hasil indeks

dominasi menunjukkan adanya dominasi pada spesies tertentu. Pola sebaran

lebih banyak yang mengelompok dibandingkan pola sebaran yang acak.

2) Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial, antara kepadatan gastropoda

dengan tektur tanah, pH tanah dan bahan organik menghasilkan nilai yang

menunjukkan adanya hubungan atau korelasi yang kuat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian pada ekosistem Mangrove Wonorejo Kota

Surabaya, diperlukan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui parameter

lainnya yang mempengaruhi struktur komunitas gastropoda. Serta perlunya

meningkatkan pelestarian guna menjaga keseimbangan pada ekosistem

mangrove.

Page 62: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

49

DAFTAR PUSTAKA

Amrul, H.M.Z.N. 2007. Kualitas Fisika–Kimia Sedimen Serta Hubungannya Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentos di Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Tesis. ITB. Bogor.

Arief, A. 2003. Hutan Mangrove: Fungsi dan Manfaatnya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ariestika, R. 2006. Karakteristik Padang Lamun dan Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) di Pulau Burung, Kepulauan Seribu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Ariska, S.D. 2012. Keanekaragaman dan Distribusi Gastropoda dan Bivalvia (Moluska) di Muara Karang Tirta, Pangandaran. Skripsi. Institut pertanian Bogor.

Brown, D. 2005. Freshwater Snails of Africa and their Medical Importance.

Second Edition. London: Taylor & Francis.

Cook, L. M. 1996. Colour Variation in Pythia plicata (Ferussac) (Gastropoda:

Ellobiidea). Journal of Molluscan Studies. 62: 127-129.

Dewi, D.A.N. 2013. Struktur Komunitas Marozoobenthos pada Sedimen Mangrove di Pulau Los Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Dewiyanti, I. 2004. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) serta Asosiasinya pada Ekosistem Mangrove di Kawasan Pantai Ulee – Lheue, Banda Aceh, NAD. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

FAO. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of The Western Central Pacific. Volume 1. Seaweeds, Corals, Bivalves and Gastropods.

FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980-2005. Forest Resources Assesment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome: FAO.

Febriawan, E.N. 2014. Jenis dan Karakteristik Sedimen di Daerah Mangrove Perairan Teluk Antang Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Page 63: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

50

Febrita, E., Darmawati dan J. Astuti. 2015. Keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia Hutan Mangrove sebagai Media Pembelajaran pada Konsep Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA. Jurnal Biogenesis. 11 (2): 119-128.

Handayani, E.A. 2006. Keanekaragaman Jenis Gastropoda di Pantai Randusangan Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Hartoni dan A. Agussalim. 2013. Komposisi dan Kelimpahan Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) di Ekosistem Mangrove Muara Sungai Musi Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Maspari Journal. Universitas Sriwijaya. 5 (1): 6 – 15.

Hawari, A. 2013. Hubungan Antara Bahan Organik Sedimen dengan Kelimpahan Makrozoobenthos di Perairan Pantai Pandan Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Riau.

Iman, A. N. 2014. Keseuaian Lahan untuk Perencanaan Rehabilitasi Mangrove dengan Pendekatan Analsis Elevasi di Kuri Caddi, Kabupaten Maros. Skripsi. Universitas Hassanudin. Makassar.

Insanabella, Z. T. 2012. Pengaruh Pengelolahan Terhadap Profil Protein dan Asam Amino pada Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa). Skripsi. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan, I. 2008. Struktur Komunitas Moluska (Gastropoda dan Bilvalvia) serta Distribusinya di Pulau Burung dan Pulau Tikus, Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Izzati, M. 2015. Perbedaan Kandungan Bahan Organik pada Tanah Pasir dan Tanah Liat setelah Penambahan Pembenah Tanah dari Bahan Dasar Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Universitas Diponegoro. 23 (2): 1-6.

Kamalia, M. 2013. Pola Sebaran Gastropoda Mangrove Kelurahan Tanjung Ayun Sakti Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Karyanto, P., Maridi dan M. Indrowati. 2004. Variasi Cangkang Gastropoda Ekosistem Mangrove Cilacap Sebagai Alternatif Sumber Pembelajaran Moluska; Gastropoda. BIOEDUKASI. FKIP. Universitas Sebelas Maret. 1(1): 1-6.

Kay, A. E. 1979. Hawaiian Marine Shell: Reef and Shore Fauna of Hawaii-Section 4. Mollusca. Bishop Museum Press, Honolulu.

Page 64: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

51

Kushartono, E.W. 2004. Beberapa Aspek Bio-Fisik-Kimia Tanah di Daerah Mangrove Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Lasalu, N. 2015. Komposisi dan Keanekaragaman Gastropoda Ekosistem Mangrove di Wilayah Perairan Teluk Tomini sekitar Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu. Universitas Negeri Gorontalo.

Leatemia, S.P.O. 2010. Distribusi Spasial Komunitas Gasropoda dan Asosiasinya dengan Habitat Lamun di Pesisir Manokwari Papua Barat. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Lekatompessy, S.T.A. dan A. Tutuhatunewa. 2010. Kajian Konstruksi Model Peredam Gelombang dengan Menggunakan Mangrove di Pesisir Lateri – Kota Ambon. ARIKA. Universitas Pattimura Ambon. 4 (1): 51 – 59.

Lihawa, Y. 2013. Keanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda Ekosistem Mangvore Desa Lamu Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boaleno. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo.

Lumalutur, F.L. 2004. Komposisi Jenis Gastropoda pada Komunitas Hutan Mangrove di Pulau Tameni dan Pulau Raja, Desa Gita, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Magfirah, Emiyarti dan Haya, L.O.M.Y. 2014. Karakteristik Sedimen dan Hubungannya dengan Struktur Komunitas MAkrozoobenthos di Sungai Tahi Ite Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia. 14 (4): 117 – 131.

Mardi. 2014. Keterkaitan Struktur Vegetasi Mangrove dengan Keasaman dan Bahan Organik Total Sedimen pada Kawasan Suaka Margasatwa Mampie di Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Pelewali Mandar. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Marpaung, A.A.F. 2013. Keanekaragaman Makrozoobenthos di Ekosistem Mangrove Silvofishery dan Mangrove Alami Kawasan Ekowisata Pantai Boe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Maulana, R. 2004. Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Kawasan Pesisir Batu Ampar Kalimantan Barat. Skripsi. IPB. Bogor.

Morris, P.A. 1966. A Field Guide to Shells of the Pacific Coast and Hawaii. Second Edition.

Morton, B. 1996. The Marine Biology of The South China Sea III. Hong Kong: Hong Kong University Press.

Page 65: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

52

Nono, D.R., F.B. Boneka dan G.S. Gerung. 2013. Siput Gastropoda pada Alga Makro di Tanjung Arakan dan Pulau Nain, Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan Kelautan Tropis. 9 (2): 45-49.

Nuha, U. 2015. Keanekaragaman Gastropoda pada Lingkungan Terendam Rob Desa Bendono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Pratikto, I dan B. Rochaddi. 2006. Ekologi Perairan Delta Wulan Demak Jawa Tengah: Korelasi Sebaran Gastropoda dan Bahan Organik Dasar di Kawasan Mangrove. Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. 11 (4): 216-220.

Pribadi, R., R. Hartati dan C. A. Suryono. 2009. Komposisi Jenis dan Distribusi Gastropoda di Kawasan Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap. Ilmu Kelautan. 14 (2): 102-111.

Prijono, S. 2011. Instruksi Kerja Laboratorium Fisika Tanah. Fakultas Pertanian UB Malang.

. 2013. Instruksi Kerja Pengukuran pH, Bahan Organik, KTK dan KB. Fakultas Pertanian UB Malang.

PSSDAL (Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut). 2009. Peta Mangrove Indonesia. BAKOSUTARNAL.

Rangan, J.K. 2010. Inventarisasi Gastropoda di Lantai Hutan Mangrove Desa Rap-Rap Kabupaten Minahasa Selatan Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 6 (1): 63 – 66.

Riniatsih, I dan Widyaningsih. 2007. Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang-Kerangan (Bivalvia) di Ekosistem Padang Lamun, Perairan Jepara. Jurnal Ilmu Perairan. 12 (1).

Riniatsih, I dan E.W Kushartono. 2009. Substrat Dasar dan Parameter Oseanografi sebagai Penentu Keberadaan Gastropoda dan Bivalvia di Pantai Sluke Kabupaten Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan. 14 (1): 50-59.

Romdhani, A.M., Sukarsono dan E. Susetyarini. 2016. Keanekaragaman Gastropoda Hutan Mangrove Baban Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. Universitas Muhammadiyah Malang. 2 (2): 161-167.

Satria, M. 2014. Keanekaragaman dan Distribusi Gastropoda di Perairan Desa Berakit Kabupaten Bintan. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.

Page 66: STRUKTUR KOMUNITAS GASTROPODA PADA ...repository.ub.ac.id/4441/1/Shilda Maudika Anjani.pdfselama menjalankan penelitian hingga mengerjakan laporan ini selesai selalu diberi kelancaran.

53

Setiawan, H. 2013. Status Ekologi Hutan Mangrove pada Berbagai Tingkat Ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2 (2): 104-120.

Silalahi, J. 2010. Analisis Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Tesis. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA. Bandung.

Suwigno, R., B. Widigdo, Y. Wardiatno, dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ulmaula, Z., S. Purnawan dan M.A. Sarong. 2016. Keanekaragaman Gastropoda dan Bivalvia Bedasarkan Karateristik Sedimen Daerah Intertidal Kawasan Pantai Ujong Pancu Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1 (1): 124-134.

Wahyuni, S. Jenis-Jenis Moluska (Gastropoda dan Bivalvia) pada Ekosistem Mangrove di Desa Dedap Kecamatan Tasikputipuyu Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Jurnal Mahasiswa Fakultas Kelautan dan Ilmu Perikanan Universitas Pasir Pengaraian.

Wijarni. 1990. Avertebrata Air I. Diktat Kuliah. Universitas Brawijaya.

Wijayanti, M. 2007. Kajian Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrozoobenthos. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Wildsingapore. 2017. www.wildsingapore.com. Diakses pada tanggal 18 September 2017. Pada pukul 14.00 WIB.

WoRMS. 2017. http://marinespecies.org/. Diakses pada tanggal 7 Maret 2017. Pada pukul 08.00 WIB.

Zamroni, Y. dan I.S. Rohyani. 2008. Produksi Seresah Hutan Mangrove di Perairan Teluk Sepi, Lombok barat. Jurnal Biodiversitas. Universitas Mataram. 9 (4): 284-287.