Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio...

16
1 Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga Rio Apriyandi, Ita Karlina, Fadhliyah Idris [email protected] Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK APRIYANDI RIO. Struktur Komunitas Gastropoda Di Padang Lamun Perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga. Tanjungpinang Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing oleh Ita Karlina dan Fadhliyah Idris. Penelitian mengenai struktur komunitas gastropoda di padang lamun telah dilakukan di perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas gastropoda di padang lamun perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga. Penelitian ini dilakukan dengan metode yang digunakan adalah teknik garis transek (line transect technicue). Panjang transek di tetapkan 100 meter, jarak antar transek 20 meter dan pada masing-masing transek diletakkan plot berukuran 1x1 meter dengan jarak antar plot 10 meter. Hasil penelitian di temui 4 jenis lamun yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Cymodocea rotundata, dengan nilai kerapatan lamun 73,45 (tegakan/m²) di stasiun I dan 70,77 (tegakan/m²) di stassiun II. Berdasarkan hasil untuk gastopoda ditemui 3 jenis yaitu: Strombus turturela, Strombus urceus dan Rhinociavis aspera. Hasil analisis untuk nilai rata-rata Indeks Ekologi menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman (H’) gastropoda mencapai 0,91 di stasiun I dan 0,86 di stasiun II berada pada kategori rendah. indeks keseragaman (E) gastropoda mencapai 0,88 di stasiun I dan 0,81 di stasiun II berada dalam kategori tinggi serta nilai indeks dominasi (C) gastropoda mencapai 0,44 di stasiun I dan 0,47 di stasiun II yang termasuk dalam kategori rendah. Kata Kunci : Struktur Komunitas, Gastropoda, Padang Lamun, Tanjung Dua

Transcript of Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio...

Page 1: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

1

Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan Tanjung Dua

Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga

Rio Apriyandi, Ita Karlina, Fadhliyah Idris

[email protected]

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

APRIYANDI RIO. Struktur Komunitas Gastropoda Di Padang Lamun Perairan

Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga. Tanjungpinang Jurusan Ilmu

Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali

Haji. Pembimbing oleh Ita Karlina dan Fadhliyah Idris.

Penelitian mengenai struktur komunitas gastropoda di padang lamun telah

dilakukan di perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas gastropoda di padang

lamun perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga. Penelitian ini

dilakukan dengan metode yang digunakan adalah teknik garis transek (line

transect technicue). Panjang transek di tetapkan 100 meter, jarak antar transek 20

meter dan pada masing-masing transek diletakkan plot berukuran 1x1 meter

dengan jarak antar plot 10 meter. Hasil penelitian di temui 4 jenis lamun yaitu:

Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Cymodocea

rotundata, dengan nilai kerapatan lamun 73,45 (tegakan/m²) di stasiun I dan

70,77 (tegakan/m²) di stassiun II. Berdasarkan hasil untuk gastopoda ditemui 3

jenis yaitu: Strombus turturela, Strombus urceus dan Rhinociavis aspera. Hasil

analisis untuk nilai rata-rata Indeks Ekologi menunjukkan bahwa nilai indeks

keanekaragaman (H’) gastropoda mencapai 0,91 di stasiun I dan 0,86 di stasiun II

berada pada kategori rendah. indeks keseragaman (E) gastropoda mencapai 0,88

di stasiun I dan 0,81 di stasiun II berada dalam kategori tinggi serta nilai indeks

dominasi (C) gastropoda mencapai 0,44 di stasiun I dan 0,47 di stasiun II yang

termasuk dalam kategori rendah.

Kata Kunci : Struktur Komunitas, Gastropoda, Padang Lamun, Tanjung Dua

Page 2: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

2

PENDAHULUAN

Gastropoda adalah hewan bertubuh lunak yang berjalan dengan menggunakan

perutnya dan dapat hidup pada berbagai tempat baik di darat, sungai, laut, maupun

pada daerah estuaria yang merupakan daerah paralihan antara darat dan laut.

Tetapi sebagian besar spesies gastropoda mendiami perairan laut dangkal

(Nuruddin et al. 2015). Kelompok gastropoda epifauna merupakan kelompok

hewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap digunakan sebagai

petunjuk biologis (indikator) kualitas perairan. Pada saat ini penggunaan

bioindikator menjadi sangat penting untuk memperlihatkan hubungan antara

lingkungan biotik dengan non-biotik. Bioindikator atau indikator ekologis

merupakan taksa atau kelompok organisme yang sensitif dan dapat dijadikan

petunjuk bahwa mereka dipengaruhi oleh tekanan lingkungan akibat dari kegiatan

manusia (Zulkifliet al., 2009).

Secara ekologi, gastropoda merupakan komponen penting dalam rantai

makanan di ekosistem padang lamun dan bermanfaat terhadap pertumbuhan

padang lamun dalam proses fotosintesis (Kusnadi et al., 2009; Sianu et al., 2014).

Selain penting secara ekologi, beberapa gastropoda juga memiliki nilai ekonomis

yang tinggi karena cangkang gastropoda dimanfaatkan untuk kerajinan tangan

sedangkan dagingnya dimanfaatkan untuk dikonsumsi.

Perairan Tanjung Dua merupakan suatu perairan yang memiliki sebaran

vegetasi lamun mengelompok. Ekosistem lamun yang tersebar di perairan ini

biasanya sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bagian dari

aktivitas kesehariannya seperti mencari siput atau kerang, menjaring, dan

memasang pancang untuk tambatan perahu.

Dengan berbagai aktivitas masyarakat yang berada di sekitar perairan tersebut,

sehingga akan mempengaruhi struktur komunitas gastropoda di padang lamun

perairan Tanjung Hal ini dikarenakan gastropoda merupakan hewan yang sangat

berperan penting dalam ekosistem padang lamun. Ini terjadi karena kehidupan

gastropoda sangat ditentukan oleh perubahan yang terjadi pada ekosistem padang

lamun ,yaitu apabila salah satu komponen mata rantainya mengalami perubahan

maka akan merubah keadaan rantai makanan yang ada pada ekosistem padang

lamun tersebut .

Maka dari itu perlu dilakukan penelitian tentang struktur komunitas

gastropoda yang ada di padang lamun perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar

Kabupaten Lingga.

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di perairan Tanjung Dua Kecamatan Selayar

Kabupaten Lingga. Penelitian ini di lakukan pada bulan Oktober 2018 sampai

November 2018.

Page 3: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

3

2.3. Alat dan Bahan

Table 1 merupakan alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian tersebut.

Table 1. Alat dan bahan penelitian

No Nama Alat/Bahan Satuan Keterangan

Alat

1 Multi taster C Mengukur suhu

2 Refraktometer 0/00 Mengukur salinitas

3 GPS x0y’z” Menentukan posisi

4 Alat tulis - Mencatat hasil pengamatan

5 Multi taster mg/l Mengukur oksigen terlarut

6 Kamera - Dokumentasi

7 Multi taster - Mengukur pH

8 Transect Plot Pengamatan lamun

9 Transect Plot Pengamatan gastropoda

10 Kantong bening Kantong sampel

Bahan

1 Akuades dan Tisu Kalibrasi Alat

3.3. Prosedur Kerja

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

metode penelitian yang tidak melakukan perubahan/perlakuan khusus terhadap

variabel yang akan diteliti dengan tujuan untuk memperoleh serta mencari

keterangan secara faktual tentang objek yang diteliti.

3.3.1. Penentuan Stasiun Penelitian

Penentuan stasiun penelitian atau titik lokasi pengamatan ditentukan

berdasarkan teknik Purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik

pengambilan sampel yang digunakan apabila sampel yang akan diambil

Page 4: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

4

mempunyai pertimbangan tertentu (Fachrul, 2007). Dari hasil pertimbangan yang

dilakukan, diperoleh 2 (dua) titik stasiun pengamatan yaitu:

1. Stasiun 1 (Satu) merupakan kawasan yang memiliki ekosistem lamun yang

tergolong baik.

2. Stasiun 2 (Dua) merupakan kawasan yang dekat dengan aktifitas masyarakat.

Berdasarkan luasan habitat dan penyebaran padang lamun di perairan

Tanjung Dua, maka ditentukan sebanyak 3 transek dengan jarak antar transek

sejauh 20 meter. Panjang transek yang digunakan adalah sejauh 100 meter kearah

laut, dengan jarak antar plot sejauh 10 meter. Sedangkan ukuran plot pengamatan

adalah 1x1 meter.

3.3.2. Pengamatan Lamun

Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teknik garis

transek (line transect technicue) pada ekosistem lamun (Facrul, 2007). Dengan

panjang garis transek 100 m, jarak antar transek 20 meter dan jarak antar plot 10

meter. sedangkang ukuran plot pengamatan adalah 1x1 meter.

Lamun yang dijumpai didalam plot diambil 1 rimpang untuk diidentifikasi

jenisnya kemudian dilakukan perhitungan kerapatan lamun dengan menghitung

jumlah tegakan setiap jenisnya. Lamun yang terhitung kemudian dicatat dengan

menggunakan kertas underwater, data lamun siap untuk dianalisis.

Sampel lamun yang terdapat di lokasi penelitian diambil dengan menggunakan

tangan hingga akarnya (rhizoma) dan diidentifikasi jenisnya. Untuk identifikasi

jenis lamun dilakukan dengan acuan inventarisasi jenis lamun di Indonesia (Kep

Men LH No. 200 Tahun 2004). Untuk jenis lamun sulit untuk diidentifikasi di

lapangan dilakukan identifikasi lebih lanjut di Laboratorium Ilmu Kelautan dan

Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji.

3.3.3. Pengamatan Gastropoda

Pengamatan Gastropoda menggunakan Petak contoh (Transect Plot) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah petak contoh berbentuk persegi yang dibuat

dengan pipa paralon ukuran ¾ inch dan dilubangi dengan ukuran 1x1m2. Menurut

Hitalessy et al., (2015). pengambilan contoh gastropoda dilakukan dengan

menggunakan metode transek linier kuadrat berukuran 1 x 1 m2, yang dilakukan

pada saat air surut.

Contoh (sampel) Gastropoda diambil langsung dengan menggunakan tangan

atau bantuan lainnya. Gastropoda yang diambil adalah Gastropoda yang berada

dalam petak contoh (plot) yang telah ditentukan sepanjang jarak pasang surut

(intertidal).

Contoh (sampel) Gastropoda dimasukkan kedalam kantong plastik bening yang

telah diberi label sesuai untuk setiap titik dan plotnya. Kemudian bersihkan dari

lumpur/kotoran yang menempel dan sortir berdasarkan titik dan plotnya. Contoh

Gastropoda yang sudah bersih kemudian sebelum diidentifikasi

Contoh Gastropoda yang sudah di bersihkan, dilakukan identifikasi untuk

mengetahui jenis Gastropoda yang ditemukan. Identifikasi dilakukan dengan

melihat bentuk cangkang, warna, corak dan jumlah putaran cangkang. Setiap jenis

yang ditemukan dicocokan karakteristik morfologinya dengan melihat pada web

Page 5: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

5

identifikasi biota. Web identifikasi yang digunakan yakni buku siput dan kerang

Indonesia Dharma, (1988).

3.4. Pengolahan dan Analisa Data

3.4.1. Pengamatan Lamun

Kerapatan Jenis (Ki), yaitu jumlah total individu jenis lamun suatu unit area

yang diukur. Kerapatan jenis lamun dihitung dengan rumus Fachrul, (2007). :

𝐾𝑖 =𝑛𝑖

𝐴

Ket:

Ki = kerapatan jenis ke-i

ni = Jumlah total individu dari jenis ke-i

A = Luas area total pengambilan sampel (m2)

Skala kondisi padang lamun berdasarkan kerapatannya dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.

Tabel 2 Skala Kondisi Padang Lamun berdasarkan kerapatan

Skala Kerapatan (ind/m²) Kondisi

5 >175 Sangat rapat

4 125 – 175 Rapat

3 75 – 125 Agak rapat

2 25 – 75 Jarang

1 <25 Sangat jarang

Sumber: Gosari, Haris. (2012)

Kerapatan Relatif (KR), yaitu perbandingan antara jumlah individu jenis dan

jumlah total individu seluruh jenis. Kerapatan relatif lamun dihitung dengan

rumus Fachrul, (2007). :

𝐾𝑅 =𝑛𝑖

𝑁 ×100%

Ket :

KR = Kerapatan relatif

ni = Jumlah individu ke-i

N = Jumlah individu seluruh jenis

3.4.2. Pengamatan Gastropoda

3.4.2.1.Indeks Keanekaragaman (H’)

Keanekaragaman suatu biota air dapat ditentukan dengan menggunakan teori

informasi shannon-wienner (H’) tujuan utama dari teori ini adalah untuk

mengukur tingkat keteraturan dan ketidak teraturan dalam suatu sistem. Adapun

rumus shannon-wienner (H’) adalah sebagai berikut (Fachrul, 2007).

𝐇′ = −∑ pi ln pi

Page 6: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

6

Ket :

H = Indek keanekaragaman Shannoon-Wiener

Pi = ni/N

ni = Jumlah Individu ke-i

N = Jumlah total individu

Dengan kriteria penilaian :

H’<1 = Keanekaragaman rendah dengan jumlah individu tiap spesies tidak

seragam dan salah satu spesiesnya ada yang dominan.

1<H’<3 = Keanekaragaman sedang dengan jumlah individu tiap spesies tidak

seragam dan tidak ada yang dominan.

H’>3 = Keanekaragaman tinggi dengan jumlah individu tiap spesies tidak

seragam dan tidak ada yang dominan.

3.4.2.2.Indeks Keseragaman (E)

Keseragaman atau equitabilitas adalah penyebaran individu antar spesies yang

berbeda dan diperoleh dari hubungan antara keanekaragaman (H’) dengan

keanekaragaman maksimalnya (Bengen, 2000) . Rumus indeks keseragaman

menurut Bengen (2000) dan Fachrul (2007) yaitu :

𝐸 =𝐻′

𝐻′𝑚𝑎𝑥=

𝐻′

𝑙𝑛(𝑠)

Ket :

E = Indeks keseragaman

H’ = Indeks keanekaragaman

S = Jumlah Jenis

Adapun nilai E berada di kisaran 0 dan 1. Jika nilai E mendekati 1 maka

menggambarkan suatu keadaan semua spesies cukup melimpah (keseragaman

seimbang). Sedangkan jika nilai E mendekati 0 maka keseragaman jenis spesies

tidak seimbang.

Berdasarkan pernyataan diatas maka, rincian kriteria penilaian indeks

keseragaman adalah :

E < 0,30 = Keseragaman rendah

0,30 > E < 0,60 = Keseragaman sedang

0,60 > E < 1,00 = Keseragaman tinggi

3.4.2.3.Indeks Dominansi (C)

Indeks dominansi (C) digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu

kelompok biota mendominansi kelompok lain. Dominansi yang cukup besar akan

mengarah pada komunitas yang lebih maupun yang tertekan. Dominansi ini

diperoleh dari rumus (Shannon-Wiener dalam Insafitri 2010):

Ket :

𝐶 = ∑ (𝑛𝑖

𝑁) ²

Page 7: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

7

D = Indeks dominansi

ni = jumlah spesies suatu jenis

N = Jumlah seluruh spesies.

Dengan kriteria indeks dominansi:

0,00 - 0,50 = Rendah

0,50 - 0,75 = Sedang

0,75 - 1,00 = Tinggi

3.5. Parameter Fisika-Kimia Perairan

Pengukuran parameter kualitas air dilakukan sebagai data pendukung dalam

menggambarkan kondisi perairan pada lokasi penelitian. Pengukuran parameter

perairan yang dilakukan adalah salinitas, suhu, DO, pH, dan substrat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengamatan Lamun

4.1.1. Kerapatan Jenis Lamun di Perairan Tanjung Dua

Kerapatan Jenis (Ki), Kerapatan Relatif (KR) yang di dapatkan pada penelitian

ini dapat di lihat pada Tabel 3

Tabel 3. Kerapatan Jenis dan Kerapatan Relatif

No Jenis Lamun Kerapatan (tegakan/m²) Kerapatan Relatif (%)

S 1 S 2 S 1 S 2

1 Enhalus acoroides 52,21 54,09 71 76

2 Thalassia hemprichii 13,63 9,84 18 14

3 Halodule uninervis 4,15 3,42 6 5

4 Cymodocea rotundata 3,48 3,42 5 5

Total 73,47 70,77 100 100

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan Tanjung Dua

didapatkan data mengenai lamun yaitu terdapat 4 spesies lamun di perairan

tersebut. Spesies – spesies tersebut yaitu diantaranya Enhalus acoroides ,

Thalassia hemprichii , Halodule uninervis dan Cymodocea rotundata. Dimana,

Spesies Enhalus acoroides pada stasiun I memiliki tinggat kerapatan sebesar

52,21 dengan kerapatan relatife sebesar 71%, begitupun pada stasiun II yang

memiliki tingkat kerapatan sebesar 54,09 dengan kerapatann relatife sebesar 76%.

Spesies Thalassia hemprichii pada staasiun I memiliki tingkat kerapatan sebesar

13,63 dengan kerapatan relatife sebesar 14% dan pada stasiun II memiliki tingkat

kerapatan sebesar 9,84 dengan tingkat kerapatan relatife sebesar 14%. Spesies

Halodule uninervis memiliki tingkat kerapatan sebesar 4,15 dengan tingkt

kerapatan relatife 6% yang terdapat pada stasiun I, sedangkan untuk stasiun II

memiliki tingkt kerapatan sebesar 3,42 dengan tingkat kerapatan relatif sebesar

5%. Selnjutnya, untuk spesies Cymodoncea rotundata pada stasiun I memiliki

tingkat kerapatan sebessaar 3,48 dengan persentase kerapatan relatife sebesar 5%.

Sedangkan untuk stasiun II memiliki tingkat kerapatan sebesar 3,42 tingkt

Page 8: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

8

kerapatan relatif sebesar 5%. Merujuk pada sumber literatur Gosari dan Haris

(2012) mengatakan bahwa kelas kondisi padang lamun skala 5 memiliki nilai

kerapatan > 175 (sangat rapat), jumlah tegakan 125-175 (rapat), jumlah tegakan

75-125 (agak rapat), jumlah tegakan 25-75 (jarang), dan jumlah tegakan <25

(sangat jarang). Ita Riniatsih dan Munasik (2017), aktivitas lalu liantas perahu

nelayan dan aktifitas masyarakat nelayan yang sering memanfaatkan padang

lamun sebagai tempat mencari ikan diduga dapat mempengaruhi kondisi padang

lamun di lokasi tersebut. Alinaung F Firgonitha et al .(2015), keberadaan

organisme tergantung pada kemampuan beradaptasi organisme tersebut

Perbedaan tingkat kerapatan suatu lamun dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu

diantaranya:

1. Suhu

Suhu mempengaruhi tingkat kerapatan dan tegakan dari lamun itu sendiri.

Hal ini karena perubahan suhu yang terjadi akan langsung berdampak pada

tingkat kelangsungan hidup dari lamun itu sendiri. Sehingga sistem

metabolisme dari tumbuhan lamun ini akan mengalami gangguan .

2. Salinitas

Salinitas mempengaruhi tingkat kerapatan lamun karena lamun memiliki

potensi kemampuan toleransi yang berbeda terhadap salinitas. Penurunan

salinitas akan terjadi jika perairan tersebut minim okesigen .

3. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman ini sangat berpengaruh pada ekosistem lamun. Hal ini

akan mempengaruhi kadar oksigen dalam lautan. Selain itu, kadar ini akan

sangat berguna untuk kondisi lamun tersebut apabila perairan tersebut masih

produktif sifatnya.

4. DO

Oksigen dalam perairan sangat berpengaruh dalam perairan. Hal ini

dikarenakan kandungan oksigren digunakan untuk reaksi foto sintesis dalam

perairan tersebut. Dimana hasil dari reaksi ini akan sangat berguna bagi sistem

mtabolisme yang terdapat pada lamun tsb .

4.2. Pengamatan Gastropoda

4.2.1. Jumlah spesies Gastropoda

Jumlah spesies Gastropoda tiap stasiun penelitian, jumlah spesies yang di

dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Spesies Gastropoda

No Famili Genus Spesies S I S II Total

1 Strombiadae Stombus Strombus turturela 86 73 159

2 Strombiadae Stombus Strombus urceus 130 143 273

3 Cerithiidae Rhinoclavis Rhinociavis aspera 21 19 40

Total stasiun 237 235 472

Page 9: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

9

Melihat dari hasil penelitian di temukan 3 jenis sepsis, yaitu jenis Strombus

turturela, Strombus urceus dan Rhinociavis. Dimana jumlah spesies Srombus

turturela pada stasiun 1 86 dan pada stasiun 2 terdapat 73 sedangkan untuk

spesies Strombus urceus pada stasiun 1 berjumlah 130 dan pada stasiun 2

berjumlah 143 untuk spesies Rhinociavis aspera memiliki jumlah pada stasiun 1

sebnayak 21 dan pada stasiun 2 sebnyak 19 dari data tersebut dapoat diketahui

bahwa spesies yang mendominasi yaitu strombus urceus dimana spesies ini

memiliki jumlah terbesar yg terdapat pada stasiun 1 dan 2.

Tingkat keanekaragaman gastropoda dipengaruhi oleh tingkat kerapatan lamun

yang terdapat di perairan tersebut, dimana tingkat kerapatan lamun memiliki

keterkaitan dengan jumlah yang terdapat di perairan tersebut. Hal ini dikarenakan,

gastropoda menjadikan lamun sebagai habitat atau tempat tinggal. Dimana

semakin tinggi tingkat kerapatan suatu lamun dapat mempengaruhi jumlah

gastropoda yang akan mendiami kawasan tersebut. Hasil dari penelitian ini sangat

didukung dengan hasil penelitian dari Latuconsina et al. (2013), dimana hubungan

kerapatan lamun dengan kepadatan gastropoda di perairan Pulau Osi-Teluk

Kontania, Kabupaten Seram Barat memiliki hubungan yang kuat atau searah.

4.2.2. Indek Keanekaragaman

Indeks Keanekaragaman yang di dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat

pada Tabel 5.

Tabe 5. Indeks keanekaragaman Gastropoda

Indeks

Keanekaragaman

Stasiun

I II

TS I TS II TS III TS I TS II TS III

H 0,91 0,93 0,88 0,9 0,85 0,84

(Rendah) (Rendah) (Rendah) (Rendah) (Rendah) (Rendah)

Rata-rata 0.91 0,86

Melihat dari hasil penelitian diketahui bahwa indek keanekaragaman

gastropoda di perairan Tanjung Dua, di stasiun I yaitu 0,91 dan stasiun II yaitu

0,86. Nilai indek keanekaragaman dari kedua stasiun masih dikategorikan rendah,

hal ini menunjukkan bahwa ekosistem berada dalam kondisi tidak stabil (Ridwan

et al. 2016). Menurut Imam et al. (2014), menyatakan bahwa keanekaragaman

spesies tergantung dari pemerataan individu dalam tiap spesiesnya, dinilai rendah

apabila penyebarannya tidak merata.

4.2.3. Indek Keseragaman

Indeks Keseragaman yang di dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat pada

Tabel 6.

Page 10: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

10

Tabe 6. Indeks keseragaman Gastropoda

Indeks

Keseragaman

Stasiun

I II

TS I TS II TS III TS I TS II TS III

E 0,83 0,93 0,88 0,82 0,78 0,84

(Tinggi) (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi) (Tinggi)

Rata-rata 0,88 0,81

Melihat dari hasil penelitian diketahui bahwa indek keseragaman organisme

gastropoda di perairan Tanjung Dua, di stasiun I yaitu 0,88 menunjukkan

keseragaman tinggi, hal ini dikarenakan penyebaran individu merata atau ditemui

di semua titik sampling. Pada stasiun II yaitu 0,81 hal ini menunjukkan bahwa

tingkat keseragaman tinggi, penyebaran indipidu tiap jenis di stasiun II merata dan

mempunyai keseragaman tinggi, hal ini dikarena di semua titik sampling ditemui

jenis gastropoda yang sama maka dari itu nilai indek keseragaman gastropoda

yang di dapatkan tergolong tinggi. Nilai indek keseragaman berbanding terbalik

dengan nilai indek dominansi, semakin tinggi nilai dominansi maka semakin

rendah nilai keseragaman. Indek keseragaman mendekati 0 berarti keseragaman

rendah kemungkinan ada spesies yang mendominan (Chorudin, 2014).

4.2.4. Indek Dominansi

Indeks Dominansi yang di dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat pada

Tabel 7.

Tabe 7. Indeks dominansi Gastropoda

Indeks

Dominansi

Stasiun

I II

TS I TS II TS III TS I TS II TS III

C 0,44 0,43 0,45 0,46 0,47 0,49

(Rendah) (Rendah) (Rendah) (Rendah) (Rendah) (Rendah)

Rata-rata 0,44 0,47

Melihat dari hasil penelitian diketahui bahwa indek dominansi pada stasiun I

yaitu 0,44 menunjukkan kategori rendah. Pada stasiun II yaitu 0,47 menunjukkan

kategori rendah. Menurut Rahayu et al. (2015) adanya individu jenis tertentu yang

lebih banyak, hal ini diduga berkitan dengan keadaan perairan atau jenis substrat

yang mendukung bagi populasinya.

4.3. Parameter Fisika-Kimia Perairan

4.3.1. Salinitas

Nilai salinitas yang di dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 8.

Page 11: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

11

Tabe 8. Nilai salinitas yg diperoleh

No Stasiun TS Salinitas

( 0/00 )

Rata-rata Keterangan

1

I

I

II

III

34,6

34,9

34,7

34,73

Cuaca Cerah

2

II

I

II

III

33,7

34,5

34,7

34,3

Cuaca Cerah

Hasil pengukuran salinitas menunjukkan bahwa nilai salinitas pada perairan

Tanjung Dua berada pada rata – rata stasiun I 34,73 dan stasiun II 34,3. Salinitas

yang terdapat di perairan Tanjung Dua, jika dibandingkan dengan Kepmen LH No

51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut berada di atas ambang batas baku mutu.

Tingginya nilai salinitas ini diduga karena pengaruh suhu atau lamanya

penyinaran matahari di perairan Tanjung Dua yang menggakibatkan salinitas

tinggi.

4.3.2. Suhu

Nilai suhu yang di dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 9.

Tabe 9. Nilai suhu yg diperoleh

No Stasiun TS Suhu ( 0c ) Rata-rata Keterangan

1

I

I

II

III

30,8

31,8

31,6

31,4

Cuaca Cerah

2

II

I

II

III

30.6

31,2

31,2

31

Cuaca Cerah

Dari hasil pengukuran suhu di perairan Tanjung Dua pada setiap stasiun

pengamatan adalah dengan rata – rata 31,4 ºC pada stasiun I dan 31 ºC pada

stasiun II. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi distribusi suatu

organisme. Kisaran suhu yang terdapat di setiap stasiun penelitian merupakan

kisaran suhu yang mampu mendukung kehidupan gastropoda yang berada di

perairan, dan jenis-jenis gastropoda yang ada di perairan tersebut lah yang mampu

beradaptasi dengan suhu yang terdapat di perairan tersebut. Hal ini juga

disebabkan oleh intensitas cahaya matahari di wilayah perairan Tanjung Dua yang

panas, hal itu dapat dirasakan peneliti saat melakukan penelitian di perairan. Pada

saat peneliti meneliti di lokasi cuaca sangat cerah tidak ada mendung sedikitpun

dan cahaya matahari terasa sangat panas hal itu dirasakan langsung oleh peneliti

selama penelitian tidak pernah terjadi hujan di lokasi titik sampling maupun di

seluruh daratan Tanjung Dua.

4.3.3. Oksigen Terlarut (DO)

Nilai DO yang di dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 10.

Page 12: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

12

Tabe 10. Nilai DO yg diperoleh

No Stasiun TS Do (Mg/L) Rata-rata Keterangan

1

I

I

II

III

6

6,13

6,08

6,07

Cuaca Cerah

2

II

I

II

III

6.06

6,53

6,56

6,38

Cuaca Cerah

Dari hasil pengukuran DO di perairan Tanjung Dua pada setiap stasiun

pengamatan adalah dengan rata – rata 6,07 pada stasiun I dan 6,38 pada stasiun II.

Mengacu pada Kepmen LH (2004) kandungan Oksigen terlarut (DO) yang sesuai

untuk kehidupan organisme akuatik adalah sebesar > 5 mg/L. Maka perairan

Tanjung Dua masih dalam kondisi DO yang baik bagi tumbuhan atau hewan yang

hidup di dalamnya. Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor yang sangat penting

bagi kehidupan hewan seperti gastropoda. Tingginya nilai DO di perairan Tanjung

Dua dikarenakan kondisi lingkungan yang belum tercemar oleh aktivitas

pemukiman penduduk sekitar. Karena penduduk Tanjung Dua mayoritas

bertempat tinggal di darat. Dan limbah hasil rumah tangga tidak di buang

langsung ke perairan.

4.3.4. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH yang di dapatkan pada penelitian ini dapat di lihat pada Tabel 11.

Tabe 11. Nilai pH yg diperoleh

No Stasiun TS Ph Rata-rata Keterangan

1

I

I

II

III

7,35

7,21

7,23

7,26

Cuaca Cerah

2

II

I

II

III

7,14

7,2

7,06

7,13

Cuaca Cerah

Dari hasil pengukuran pH di perairan Tanjung Dua pada setiap stasiun

pengamatan adalah dengan rata – rata 7,26 pada stasiun I dan 7,13 pada stasiun II.

Jika mengacu pada ketetapan Kepmen LH (2004) yang menentukan bahwa nilai

derajat keasaman (pH) yang optimum bagi kehidupan biota perairan adalah pada

kisaran 7 – 8,5. Maka nilai pH perairan Tanjung Dua masih dalam nilai yang

cukup bagus untuk kelangsungan hidup biota gastropoda. Pada saat peneliti

meneliti di perairan Tanjung Dua, mayoritas penduduk Tanjung Dua lebih banyak

bermukim atau bertempat tinggal di darat di bandingkan di daerah pantai.

Kebanyakan penduduk Tanjung Dua tidak membuang limbah sisa rumah tangga

langsung ke laut, baik limbah organik maupun nonorganik. pH merupakan faktor

penting untuk mengontrol kelangsungan hidup dan distribusi organisme yang

hidup di suatu perairan, Ahmad Mundzir Romdhani et al (2016).

Page 13: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

13

4.3.5. Substrat

Dari hasil penelitian jenis substrat yang di temui ialah substrat berpasir baik

stasiun I maupun stasiun II. Hal ini di karenakan keadaan lokasi penelitian. Jenis

substrat sangat mempengaruhi pola penyebaran biota akuatik, substrat pasir

cenderung memudahkan biota untuk bergerak ketempat – tempat yang lain

(Lindawaty et al., 2016).

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan Tanjung Dua dapat

disimpulkan bahwa struktur komunitas gastropoda yang terdapat di perairan

Tanjung Dua Kecamatan Selayar Kabupaten Lingga terdiridari 3 jenis gastropoda

yaitu: strombus turturela, strombus urceus dan rhinociavis aspera. untuk spesies

strombus urceus dengan jumlah spesies 130 di stasiun I dan 143 di stasiun II,

untuk spesies strombus turturela 86 di stasiun I dan 73 di stasiun II, dan untuk

spesies rhinociavis aspera 21 di stasiun I dan 19 di stasiun II. Untuk nilai indeks

keanekaragaman ( H’ ) = 0,91 di stasiun I dan 0,9 di stasiun II, Untuk nilai

keseragaman ( E ) = 0,83 di stasiun I dan 0,82 di stasiun II dan untuk nilai indeks

dominansi ( C ) = 0,44 di stasiun I dan 0,46 di stasiun II.

5.2. Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur komunitas gastropoda di perairan

Tanjung Dua di dominansi paling tinggi oleh gastropoda jenis Strombus urceus

walaupun masih tergolong kategori rendah. Makadari itu disarankan untuk

penelitian selanjutnya terkait dengan spesies jenis Strombus urceus baik itu cara

makannya atau kandungan yang terdapat di dalam tubuh Strombus urceus di

ekosistem lamun di perairan Tanjung Dua.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mundzir Romdhani, Sukarsono, dan Rr. Eko Susetyarini. 2016.

Keanekaragaman Gastropoda Hutan Mangrove Desa Baban Kecamatan Gapura

Kabupaten Sumenep Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Pendidikan

Biologi Indonesia. 2 (2): 161-167 hal.

Alinaung F Firgonitha, Anneke V. Lohoo, Alex D. 2015. Struktur Komunitas

Gastropoda Di Pantai Desa Mokupa Kecamatan Tombariri Kabupaten

Minahasa Sulawesi Utara. JurnalIlmiahPlatax. 3 (1) : 23-35 hal

Bengen, D.G. 2000. Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove. Pusat

Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. 58 hal.

Choirudin, I. R., Supardjo, M.N., Muskananpola, M.R. 2014. Biologi Edisi

Kelima Jilid 3, Erlangga, Jakarta.

Page 14: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

14

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I (Indonesia Shella). Penerbit PT.

Sarana Graha. Jakarta. 107 hal.

Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Bogor. 42-81 hal .

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 249 hal.

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. 198 hal.

Gosari, B.A.J., Haris,A., 2012. Studi Kearapatan dan Penutupan Jenis Lamun di

Kepulauan Spermonde. Torani (Jurnal Kelautan dan Perikanan. 22 (3) : 156 –

162 hal.

Harminto, S., 2003, Taksonomi Avertebrata, Penerbit Universitas Terbuka,

Jakarta. 24-26 hal.

Hasniar., Litaay, M., Priosambodo, D., 2013. Biodiversitas Gastropoda di Padang

Lamun Perairan Mara’Bombanf Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Torani

(Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). 23 (3) : 127 – 136 hal.

Hitalessy, R.B., Leksono, A.S., Herawati, E.Y., 2015. Struktur Komunitas dan

Asosiasi Gastropoda dengan Tumbuhan Lamun di Perairan Pesisir Lamongan

Jawa Timur. J-PAL. 6 (1 ): 64 – 73 hal.

Imam, S., Santoso, A., Pribad, R. 2014. Struktur Komunitas Gastropoda Di

Kemujan, Taman Nasional, Karimunjawa. Jurnal Of Marine Research. 3(4):

595-604

Insafitri. 2010. Keanekaragaman, Keseragaman, Dan Dominansi Bivalvia Di Area

Buangan Lumpur Muara Sungai Porong. Jurnal Kelautan 3 (1) : 54-59 hal.

Ira., Rahmadani., Irawati, N., 2015. Keanekaragaman dan Kepadatan Gastropoda

di Perairan Morindino Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara.

AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan). 3 (2) : 265 –

271 hal.

Ita Riniatsih, Munasik. 2017. Keanekaragaman Megabentos yang Berasosiasi di

Ekosistem Padang Lamun Perairan Wailiti, Maumere Kabupaten Sikka, Nusa

Tenggara Timur. Jurnal Kelautan Tropis. 20 (1) : 55–59 hal.

Kementerian Lingkungan Hidup., 2004. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 51 Tentang Baku Mutu Air Laut Lampiran III Baku Mutu Air Laut

Untuk Biota Laut. Jakarta.

Page 15: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

15

Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No.200 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku

Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun

Kusnadi, A., Hernawan, U.E., Triandiza, T., 2009. Molluska Padang Lamun

Kepulauan Kei Kecil. Penerbit LIPI Press. Jakarta. 187 hal.

Latuconsina, H., Sangadji, M., Dawar, L., 2013. Asosiasi Gastropoda pada

Habitat Lamun Berbeda di Perairan Pulau Osi Teluk Kontania Kabupaten

Seram Barat. Ilmu Kelautan dan Perikanan. 23 (2) : 67 -78 hal.

Lindawaty., Dewiyanti, I., Karina, S., 2016. Distribusi dan Kepadatan Kerang

Darah (Anadara sp) Berdasarkan Tekstur Substrat di Perairan Ulee Lheue

Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Peikanan Unsyiah. 1 (1) :

114-123 hal.

McKenzie, L.J., Campbell, S.J., 2003. Manual For Community (Citizen)

Monitoring Of Seagrass Habitat Wester Pasific Edition. Seagrass-Wach.

Department Of Primary Industries Queensland. 40 hal.

Nontji. A. 2005. Lautan Nusantara. Djambatan. Jakarta. 574 hal

Nuruddin, Hamidah. A, dan Kartika. W. D., 2015. Keanekaragaman Jenis

Gastropoda di Sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Parit 7 Desa Tungkal I

Tanjung Jabung Barat. Biospecies 8 (2) : 51-60 hal.

Nybakken. J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Terjemahan : M.

Edman, D. G. Bengen, Koesoebiono, M. Hutomo dan Sukristijono. Penerbit PT

Gramedia. Jakarta. 459 hal

Rahayu, S., Mahatma, R., Khairijon. 2015. Kelimpahan dan Keanekaragaman

Makrozoobentos di Beberapa Anak Sungai Bantang Lubuh Kecamatan

Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Online Mahasiswa MIPA. 2(1); 198-

208 hal.

Rahmawati, S., Supriyadi, I.H., Azkab, M.H., Kiswara, W., 2014. Panduan

Monitoring Padang Lamun. Coremap Cti Lipi. Jakarta. 47 hal.

Ridwan 1, M., Fathoni, R., Fatihah, I., Pagestu, D.A. 2016. Struktur komunitas

Makrozoobentos Di Empat Muara Sungai Cagar Alam Pulau Dua, Serang,

Banten.Al-Kauniyah Jurnal Biologi. 9(1): 57-65 hal.

Setyobudiandi, I., Sulistiono., Yulianda, F., Kusmana, C., Haryadi, S., Damar, A.,

Sembiring, A., Bahtiar., 2009. Sampling dan Analisis Data Perikanan dan

Kelautan. Bogor. Makaira-FPIK. 313 hal.

Sianu, N.E., Sahami, F.M., Kasim, F., 2014. Keanekaragaman dan Asosiasi

Gastropoda dengan Ekosistem Lamun di Perairan Teluk Tomini. Ilmiah

Perikanan dan Kelautan. 2(4): 156 – 163 hal.

Page 16: Struktur Komunitas Gastropoda di Padang Lamun Perairan ...repository.umrah.ac.id/2430/1/Rio Apriyandi-130254241037-FIKP-2019.pdfhewan yang relatif menetap di dasar perairan dan kerap

16

Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Pendekatan Ekologis,

Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional.

Surabaya. 412 hal.

Zulkifli. H, Zazili Hanafiah dan Dian Asih Puspitawati. 2009. Struktur dan Fungsi

Komunitas Gastropoda di Peraian Sungai Musi Kota Palembang: Telaah

Indikator Pencemaran Air. Seminar Nasional Biologi. 586-595 hal.