Struktur Dan Mekanisme Kerja Jantung

43
Struktur dan Mekanisme Kerja Jantung Reynaldi Sanjaya Iskandar 102013274/B6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat(021-56942061) [email protected] Abstrak Jantung adalah organ pertama yang fungsional dalam perkembangan. Jantung merupakan organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga thorax, serta berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Dalam hal nyeri di bagian dada kiri hingga seseorang tidak bisa beraktivitas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dengan mengetahui struktur jantung yang normal, menjadi dasar untuk mengetahui mekanisme kerja dari jantung. Mekanisme itu sendiri berkaitan dengan aktivitas kelistrikan yang terjadi di jantung dan bagaimana siklus jantung. Bila melihat seseorang yang mengalami pembengkakan pada tungkainya tersebut, berhubungan dengan edema yang terjadi di jantung itu sendiri. Kata Kunci: jantung, edema, enzim jantung. Abstract The heart is the first functional organ in the development. The heart is a hollow organ and have four spaces located between the lungs in the middle of the thoracic cavity, as well as the size of a fist owner. In the case of pain in the left chest until someone can not move, there are a few things to note. By knowing the structure of a normal heart is the basis to determine the mechanism of action of the heart. The mechanism itself is related to electrical 1

description

pbl blok 8

Transcript of Struktur Dan Mekanisme Kerja Jantung

Struktur dan Mekanisme Kerja JantungReynaldi Sanjaya Iskandar102013274/B6Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat(021-56942061)[email protected]

AbstrakJantung adalah organ pertama yang fungsional dalam perkembangan. Jantung merupakan organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga thorax, serta berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Dalam hal nyeri di bagian dada kiri hingga seseorang tidak bisa beraktivitas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dengan mengetahui struktur jantung yang normal, menjadi dasar untuk mengetahui mekanisme kerja dari jantung. Mekanisme itu sendiri berkaitan dengan aktivitas kelistrikan yang terjadi di jantung dan bagaimana siklus jantung. Bila melihat seseorang yang mengalami pembengkakan pada tungkainya tersebut, berhubungan dengan edema yang terjadi di jantung itu sendiri.Kata Kunci: jantung, edema, enzim jantung.

AbstractThe heart is the first functional organ in the development. The heart is a hollow organ and have four spaces located between the lungs in the middle of the thoracic cavity, as well as the size of a fist owner. In the case of pain in the left chest until someone can not move, there are a few things to note. By knowing the structure of a normal heart is the basis to determine the mechanism of action of the heart. The mechanism itself is related to electrical activity that occurs in the heart and how the heart cycle. When you see someone who is swelling on their legs, associated with referred pain that occurs in the heart itself as well.Key Words: heart, edema, cardiac enzymes.

Pendahuluan Jantung adalah organ pertama yang fungsional dalam perkembangan. Jantung merupakan organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga thorax, serta berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Seperti yang kita ketahui, anatomi, histologi, fisiologi, dan biokimia merupakan cabang ilmu yang saling berkaitan mempelajari hubungan struktur, fungsi, dan mekanismenya. Dalam makalah ini, penulis akan membahas kaitan ilmu di atas dengan organ jantung (cor). Untuk memahaminya, perlu diketahui konsep dasar struktur dan mekanisme kerja jantung, serta enzim yang berperan dalam jantung.

Struktur Jantung MakroanatomiPericardium Pericardium terdiri dari komponen fibrosa dan serosa (lihat gambar 1). Pericardium fibrosa adalah lapisan kuat yang menyelimuti jantung. Lapisan ini bergabung dengan pangkal pembuluh besar di atasnya dan dengan tendon sentral diafragma di bawahnya. Sedangkan pericardium serosa merupakan permukaan halus sebagai bantalan bagi jantung. Pericardium serosa melapisi pericardium fibrosa (lapisan parietalis) dan pada pangkal pembuluh darah membalik untuk menutupi permukaan jantung (lapisan viseralis). Bangunan yang terdapat pada pericardium, yaitu:11. Sinus transversus pericardii: Terletak antara aorta ascendens dan truncus pulmonalis.2. Sinus obliquus pericardii: Terletak diantara v. cava superior, v. cava inferior, dan vv. pulmonalis.3. Cavitas pericardii: Merupakan ruangan yang berisi cairan dan terletak diantara pericardium parietalis dan pericardium viseralis.Perdarahan pericardium berasal dari cabang-cabang pericardiacophrenicus dan a. thoracica interna. Pericardium fibrosa dan lapisan parietalis dari pericardium serosa dipersarafi oleh n. phrenicus.1

Gambar 1. Pericardium2Dinding Jantung Dinding jantung tersusun atas epicardium yaitu otot di bagian luar yang terbungkus oleh pericardium serosum, miocardium, dan di bagian dalam yang diliputi oleh selapis endotel yang disebut endocardium.3 Lihat gambar 2.

Gambar 2. Dinding Jantung2 Bagian atrium relatif mempunyai dinding yang tipis dan dibagi dua oleh septum interatriale menjadi atrium dextrum dan atrium sinistrum. Septum berjalan dari dinding anterior jantung menuju ke belakang dan kanan. Bagian ventrikel jantung mempunyai dinding yang tebal dan dibagi dua oleh septum ventriculare (interventriculare) menjadi ventriculus dexter dan ventriculus sinister. Septum terletak miring, dengan satu permukaan menghadap ke depan dan kanan serta permukaan lainnya menghadap ke belakang dan kiri. Posisinya diidentifikasi pada permukaan jantung sebagai sulcus interventricularis anterior dan posterior. Bagian bawah septum tebal dan dibentuk oleh otot. Bagian atas septum lebih kecil, tipis, membranosa, dan terikat pada rangka fibrosa.3

Ruang-ruang Jantung Jantung merupakan organ yang terletak diantara kedua paru dengan berat kurang lebih 230-350 gram. Jantung dibagi oleh septa vertikal menjadi empat ruang, yaitu atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan ventriculus sinister. Atrium dextrum terletak anterior terhadap atrium sinistrum dan ventriculus dexter anterior terhadap ventriculus sinister.3 Atrium Dextrum Atrium dextrum terletak di bagian ventrosuperior dan terdiri atas rongga utama dan sebuah kantong kecil yaitu auricula. Pada permukaan jantung, di tempat pertemuan atrium kanan dan auricula kanan terdapat sebuah sulcus vertikal yaitu sulcus terminalis, yang pada permukaan dalamnya berbentuk rigi yang disebut crista terminalis. Bagian atrium di anterior rigi berdinding kasar atau trabekulasi oleh karena tersusun atas berkas serabut-serabut otot yaitu musculi pectinati, yang berjalan dari crista terminalis ke auricula dextra.3 Vena cava superior bermuara ke dalam bagian atas atrium dextrum, muara ini tidak mempunyai katup. Vena cava superior mengembalikan darah ke jantung dari setengah bagian atas tubuh. Vena cava inferior bermuara ke bagian bawah atrium dextrum. Vena cava inferior juga mengembalikan darah ke jantung dari setengah bagian bawah tubuh.3 Sinus coronarius yang mengalirkan sebagian besar darah dari dinding jantung bermuara ke dalam atrium dextrum, di antara vena cava inferior dan ostium atrioventriculare dextrum. Ostium atrioventriculare dextrum terletak anterior terhadap muara vena cava inferior dan dilindungi oleh valva tricuspidalis.3 Banyak vena-vena kecil yang juga mengalirkan darah dari dinding jantung yang bermuara langsung ke dalam atrium dextrum.3 Untuk lebih jelasnya bagian tersebut dapat kita lihat pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Atrium Dextrum4

Ventriculus Dexter Ventriculus dexter berada pada sebagian besar facies sternocostalis dan berhubungan dengan atrium dexter melalui ostium atrioventriculare dextrum serta dengan truncus pulmonalis melalui ostium trunci pulmonalis. Waktu rongga mendekati ostium trunci pulmonalis bentuknya berubah menjadi seperti corong, tempat ini disebut infundibulum.3 Dinding ventriculus dexter jauh lebih tebal dibandingkan dengan atrium dextrum dan menunjukkan beberapa rigi menonjol ke dalam, yang dibentuk oleh berkas-berkas otot. Rigi-rigi yang menonjol ini menyebabkan dinding ventrikel terlihat seperti busa dan dikenal sebagai trabeculae carneae. Trabecula carneae terdiri atas tiga jenis. Jenis pertama terdiri atas musculi papillares, yang menonjol ke dalam, melekat melalui basisnya pada dinding ventrikel, dan bebas pada bagian tengahnya. Salah satu di antaranya adalah trabecula septomarginalis, menyilang rongga ventrikel dari septa ke dinding anterior. Trabecula septomarginalis ini membawa fasciculus atriventricularis crus dextrum yang merupakan bagian dari sistem konduksi jantung. Jenis ketiga hanya terdiri atas rigi-rigi yang menonjol.3 Bagian-bagian pada ventriculus dexter dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Ventriculus Dexter5

Atrium Sinistrum Atrium sinistrum letaknya pada dorsosuperior. Sama seperti atrium dextrum, atrium sinistrum terdiri atas rongga utama dan auricula sinistra. Di belakang atrium sinistrum terdapat sinus obliquus pericardii serosum dan pericardium fibrosum memisahkannya dari oesophagus. Bagian dalam atrium sinistrum licin, tetapi auricula sinistra mempunyai rigi-rigi otot seperti pada auricula dextra.3 Terdapat venae pulmonales dari paru-paru yang bermuara pada dinding posterior dan tidak mempunyai katup. Lihat gambar 5.

Gambar 5. Atrium Sinistrum6

Ventriculus Sinister Ventriculus sinister berhubungan dengan atrium sinistrum melalui ostium atrioventriculare sinistrum dan dengan aorta melalui ostium aortae. Dinding ventriculus sinister tiga kali lebih tebal daripada dinding ventriculus dexter. Pada penampang melintang, ventriculus sinister berbentuk sirkular, yaitu ventriculus dexter kresentik (bulan sabit) karena penonjolan septum interventriculare ke dalam rongga ventriculus dexter. Terdapat trabeculae carneae yang berkembang baik, dua buah musculi papillares yang besar, tetapi tidak terdapat trabecula septomarginalis. Bagian ventrikel di bawah ostium aortae disebut vestibulum aortae.3 Lihat gambar 6.

Gambar 6. Ventriculus Sinister5

Katup Jantung Valva tricuspidalis (lihat gambar 7) melindungi ostium atrioventriculare dan terdiri atas tiga cuspis yang dibentuk oleh lipatan endocardium disertai sedikit jaringan fibrosa yang meliputinya: cuspis anterior, septalis, dan inferior (posterior) (lihat gambar 8). Cuspis anterior terletak di anterior, cuspis septalis terletak berhadapan dengan septum intraventriculare dan cuspis inferior atau posterior terletak di inferior. Basis cuspis melekat pada cincin fibrosa rangka jantung, sedangkan ujung bebas dan permukaan ventrikularnya dilekatkan pada chorda tendineae. Chorda tendineae menghubungkan cuspis dengan musculi papilares. Bila ventrikel berkontraksi, musculi papilares berkontraksi dan mencegah agar cuspis tidak terdorong masuk ke dalam atrium dan terbalik waktu tekanan intraventrikular meningkat. Untuk membantu proses ini, chordae tendineae dari satu musculus papilaris dihubungkan dengan dua cuspis yang berdekatan.3 Valva trunci pulmonalis (lihat gambar 7) melindungi ostium trunci pulmonalis dan terdiri atas tiga valvula semilunaris yang dibentuk dari lipatan endocardioum disertai sedikit jaringan fibrosa yang meliputinya. Pinggir bawah dan samping setiap cuspis yang melengkung melekat pada dinding arteri. Mulut muara cuspis mengarah ke atas, masuk ke dalam truncus pulmonalis. Tidak ada chordae tendineae atau musculi papillares yang berhubungan dengan cuspis valva ini, perlekatan sisi-sisi cuspis pada dinding arteri mencegah cuspis turun masuk ke dalam ventrikel. Pada pangkal truncus pulmonalis terdapat tiga pelebaran yang dinamakan sinus, dan masing-masing terletak diluar dari setiap cuspis.3 Ketiga valvula semilunaris tersusun sebagai satu yang terletak posterior (valvula semilunaris sinistra) dan dua yang terletak anterior (valvula semilunaris anterior dan dextra) (lihat gambar 8). Selama sistolik ventrikel, cuspis-cuspis valva tertekan pada dinding truncus pulmonalis oleh darah yang keluar. Selama diastolik, darah mengalir kembali ke jantung dan masuk ke sinus, sehingga cuspis valva terisi, cuspis ini terletak berhadapan di dalam lumen dan menutup ostium trunci pulmonalis.3 Valva mitralis melindungi ostium atrioventriculare (lihat gambar 7). Valva terdiri atas dua cuspis, cuspis anterior dan cuspis posterior (lihat gambar 8), yang strukturnya sama dengan cuspis pada valva tricuspidalis. Cuspis anterior lebih besar dan terletak antara ostium atrioventriculare dan ostium aortae. Perlekatan chordae tendineae ke cuspis dan musculi papillares sama seperti valva tricuspidalis.3 Valva aortae melindungi ostium aortae dan mempunyai struktur yang sama dengan struktur valva trunci pulmonalis (lihat gambar 7 dan 8). Satu cuspis terletak di anterior (valvula semilunaris dextra) dan dua cuspis terletak di dinding posterior (valvula semilunaris sinistra dan posterior). Di belakang setiap cuspis dinding aorta menonjol membentuk sinus aortae. Sinus aortae anterior merupakan tempat asal arteria coronaria dextra, dan sinus posterior sinistra tempat asal arteria coronaria sinistra.3

Gambar 7. Letak valva7 Gambar 8. Valva Jantung8

Pendarahan Jantung Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dextra dan sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat di atas valva aortae. Arteriae coronariae dan cabang-cabang utamanya terdapat di permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.3 Arteria coronaria dextra berasal dari sinus anterior aortae dan berjalan ke depan di antara truncus pulmonalis dan auricula dextra. Arteri ini berjalan turun hampir vertikal di dalam sulcus atrioventriculare dextra, dan pada pinggir inferior jantung pembuluh ini melanjut ke posterior sepanjang sulcus atrioventricularis untuk beranastomosis dengan ateria coronaria sinistra di dalam sulcus interventricularis posterior. Cabang-cabang arteria coronaria dextra berikut ini mendarahi atrium dextrum dan ventriculus dexter, sebagian dari atrium sinistrum dan ventriculus sinister, dan septum atrioventriculare.3 Arteria coronaria sinistra, yang biasanya lebih besar dibandingkan dengan arteria coronaria dextra, mendarahi sebagian besar jantung, termasuk sebagian besar atrium sinister, ventriculus sinister, dan septum ventriculare. Arteria ini berasal dari posterior kiri sinus aortae aorta ascendens dan berjalan ke depan di antara truncus pulmonalis dan auricula sinistra. Kemudian pembuluh ini berjalan di sulcus atrioventricularis dan bercabang dua menjadi ramus interventricularis anterior dan ramus circumflexus.3 Terdapat anastomosis di antara cabang-cabang terminal arteria coronaria dextra dan sinistra (sirkulasi kolateral), tetapi biasanya tidak cukup besar untuk menyediakan suplai darah yang cukup untuk otot jantung apabila sebuah cabang besar tersumbat oleh suatu penyakit. Penyumbatan mendadak dari sebuah cabang-cabang besar atau salah satu arteria coronaria biasanya menyebabkan kematian otot jantung (infark miokardium), walaupun kadang-kadang sirkulasi kolateral cukup untuk mempertahankan suplai ke otot.3 Lihat gambar 9.

Gambar 9. Arteriae coronariae3 Sebagian besar darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan melalui sinus coronarius, yang terletak pada bagian posterior sulcus atrioventricularis dan merupakan lanjutan dari vena cardiaca magna. Pembuluh ini bermuara ke atrium dextrum sebelah kiri vena cava inferior. Vena cardiaca parva dan vena cardiaca media merupakan cabang sinus coronarius. Sisanya dialirkan ke atrium dextrum melalui vena ventriculi dextri anterior dan melalui vena-vena kecil yang bermuara langsung ke ruang-ruang jantung.3 Lihat gambar 10. Gambar 10. Venae Coroniae3

MikroanatomiAtrium dan Ventrikel Sinister Pada dinding atrium, endokardium terdiri atas endotel, yaitu sebuah lapisan jaringan ikat subendotel tebal, dan miokardium tebal pada muskulatur yang tersusun longgar. Epikardium membungkus jantung yang di luarnya dilapisi selapis mesotel. Lapisan subepikardium terdiri atas jaringan ikat dan lemak yang jumlahnya bervariasi pada bagian jantung berbeda. Lapisan ini juga meluas ke dalam sulkus koronaria (atrioventrikular) dan interventrikular jantung.9 Endokardium ventrikel lebih tipis jika dibandingkan dengan endokardium atrium, sedangkan miokardiumnya tebal dan lebih padat. Epikardium dan jaringan ikat subepikardium menyatu dengan epitel dan jaringan ikat yang ada di atrium.9 Di antara atrium dan ventrikel, terdapat anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan ikat padat fibrosa. Daun katup atrioventrikular (mitral) dibentuk oleh membran ganda endokardium dan jaringan ikat padat sebagai pusatnya, kemudian menyatu dengan annulus fibrosus. Pada permukaan ventral katup, terdapat insersio korda tendinae ke katup.9 Permukaan dalam dinding ventrikel menunjukkan ciri khas miokardium dan endocardium, yaitu apex muskulus papilaris dan trabekula carnae.9 Lihat gambar 11.

Gambar 11. Atrium dan Ventrikel Kiri Potongan Memanjang.9

Serat Purkinje Di bawah endokardium, terdapat kelompok serat Purkinje. Serat ini berbeda dengan serat otot jantung biasa karena ukurannya lebih besar dan terpulas lebih lemah. Ada serat Purkinje yang terpotong melintang dan yang terpotong memanjang. Pada potongan melintang, serat Purkinje terlihat memiliki lebih sedikit miofibril yang tersebar di perifer, meninggalkan sitoplasma perinuklear yang tampak terang. Pada beberapa potongan, terlihat inti, pada potongan yang lain, tampak daerah pusat yang tampak terang yang bidang irisannya tidak mengenai inti.9 Serat Purkinje menyatu dengan serat jantung pada serat peralihan; bagian atas serat sesuai dengan serat Purkinje dan bagian bawah sesuai dengan serat otot jantung biasa.4 Lihat gambar 12.

Gambar 12. Serat Purkinje.9

Mekanisme Kerja Jantung Aktivitas Listrik di Jantung Kontraksi sel otot jantung untuk memompa darah dipicu oleh potensial aksi yang menyapu ke seluruh membran sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut, secara ritmis akibat potensial aksi yang dihasilkannya sendiri yaitu suatu sifat yang dinamai otoritmisitas. Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung:101. Sel kontraktil, yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan kerja mekanis memompa darah. Sel-sel ini dalam keadaan normal tidak membentuk sendiri potensial aksinya.2. Sebaliknya, sel-sel jantung sisanya yang sedikit tetapi sangat penting yaitu sel otoritmik, sekitar 1%, tidak berkontraksi tetapi khusus memulai dan menghantarkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi sel-sel jantung kontraktil.

Potensial Aksi di Sel Otoritmik Sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat. Sel-sel ini malah memperlihatkan aktivitasnya yaitu potensial membrannya secara perlahan terdepolarisasi atau bergeser antara potensial-potensial aksi sampai ambang tercapai saat membran mengalami potensial aksi. Pergeseran lambat potensial membran sel otoritmik ke ambang disebut potensial pemacu. Melalui siklus berulang tersebut, sel-sel otoritmik tersebut memicu potensial aksi yang kemudian menyebar ke seluruh jantung untuk memicu denyut berirama tanpa rangsangan saraf apapun.10 Potensial pemacu disebabkan oleh adanya interaksi kompleks beberapa mekanisme ionik yang berbeda. Perubahan terpenting dalam perpindahan ion yang menimbulkan potensial pemacu adalah penurunan arus K+ keluar disertai oleh arus Na+ masuk yang konstan dan peningkatan arus Ca2+ masuk.10 Fase awal depolarisasi lambat ke ambang disebabkan oleh penurunan siklis fluks pasif K+ keluar disertai kebocoran Na+ ke dalam yang berlangsung lambat dan konstan. Di sel otoritmik jantung, permeabilitas K+ tidak tetap di antara potensial aksi seperti di sel saraf dan sel otot rangka. Permeabilitas membran terhadap K+ menurun di antara dua potensial aksi karena saluran K+ secara perlahan menutup pada potensial negatif. Penutupan lambat ini secara bertahap mengurangi aliran keluar ion positif kalium mengikuti penurunan gradien konsentrasinya. Tidak seperti sel saraf dan sel otot rangka, sel otoritmik jantung tidak memiliki saluran Na+ berpintu voltase. Sel-sel ini memiliki saluran yang selalu terbuka dan sehingga permeabel terhadap Na+ pada potensial negatif. Akibatnya, terjadi influks pasif Na+ dalam jumlah kecil dan konstan pada saat yang sama ketika kecepatan efluks K+ secara pelahan berkurang. Karena itu, bagian dalam secara gradual menjadi kurang negatif; yaitu, membran secara bertahap mengalami depolarisasi dan bergeser menuju ambang.10 Pada paruh kedua potensial pemacu, suatu saluran Ca+ transien (saluran Ca2+ tipe T), salah satu dari dari dua jenis saluran Ca2+ berpintu voltase, membuka. Sewaktu depolarisasi lambat berlanjut, saluran ini terbuka sebelum membran mencapai ambang. Influks singkat Ca2+ yang terjadi semakin mendepolarisasi membran, membawanya ke ambang.10 Jika ambang telah tercapai, terbentuk fase naik potensial aksi sebagai respons terhadap pengaktifan saluran Ca2+ berpintu voltase yang berlangsung lebih lama (saluran Ca2+ tipe L) dan diikuti oleh influks Ca2+ dalam jumlah besar. Fase naik yang diinduksi Ca2+ pada sel pemacu jantung ini beda dari yang terjadi di sel saraf dan sel otot rangka, yaitu influks Na2+ dan bukan influks Ca2+ yang mengubah potensial ke arah positif.10 Fase turun disebabkan, seperti biasanya, oleh efluks K+ yang terjadi ketika permeabilitas K+ meningkat akibat pengaktifan saluran K+ berpintu voltase. Setelah potensial aksi selesai, terjadi depolarisasi lambat berikutnya menuju ambang akibat penutupan saluran K+ secara perlahan.5 Aktivitas pemicu sel otoritmik jantung dapat diihat pada gambar 13.

Gambar 13. Aktivitas Pemicu Sel Otoritmik Jantung.11

Sistem Penghantar Khusus Sel-sel jantung non-kontraktil yang mampu melakukan otoritmisitas terletak di tempat-tempat berikut:101. Nodus sinuartrialis (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat pintu masuk vena kava superior.2. Nodus Atrioventrikularis (nodus AV) suatu berkas kecil sel-sel otot jantung khusus yang terletak di dasar atrium kanan dekat septum, tepat diatas pertemuan atrium dan ventrikel3. Berkas His (berkas atrioventrikularis) suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel. Disini berkas tersebut terbaggi menjadi cabang berkas kanan dan kiri yang turun menyusuri septum, melengkung mengelilingi ujung rongga ventrikel, berjalan balik ke arah atrium di sepanjang dinding luar4. Serat Purkinye, serat-serat halus terminal yang menjulur dari berkas his dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang pohon

Aktivitas Pemacu Normal Karena berbagai sel otoritmik memiliki laju depolarisasi lambat ke ambang yang berbeda-beda, maka frekuensi normal pembentukan potensial aksinya juga berbeda-beda. Sel-sel jantung dengan kecepatan inisiasi potensial aksi tertinggi terletak di nodus SA. Sekali suatu potensial terbentuk di salah satu sel otot jantung maka potensial tersebut akan disebarkan ke seluruh miokardium melalui taut celah (gap junction) dan sistem hantaran khusus. Nodus SA yang dalam keadaan normal memiliki laju otoritmisitas tertinggi yaitu 70-80 potensial aksi per menit, mengendalikan bagian jantung lainnya pada tingkat kecepatan ini, oleh sebab itu nodus SA dikenal sebagai pemacu jantung (pace maker). Dari nodus SA, impuls berjalan ke nodus AV dan menyebabkan sistol atrium (kontraksi). Selanjutnya, impuls berjalan ke berkas his, cabang berkas kanan dan kiri serta serat Purkinye. Perjalanan impuls ini menyebabkan serat otot ventrikel berkontraksi dan memompa darah.9 Lihat gambar 14.

Gambar 14. Aktivitas Pemacu Normal.11

Sirkulasi Jantung Jantung merupakan organ sistem peredaran darah yang utama. Jantung akan memompa dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Manusia memiliki dua macam peredaran darah.12 Aliran darah dari ventrikel kiri melalui arteri, arteriola dan kapiler kembali ke atrium kanan melalui vena disebut peredaran darah besar atau sirkulasi sistemik. Aliran dari ventrikel kanan, melalui paru-paru ke atrium kiri adalah peredaran kecil atau sirkulasi pulmonal. Macam-macam sirkulasi jantung:10,131. Sirkulasi sistemik.Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang menjadi arteri lebih kecil yang menghantarkan darah ke berbagai bagian tubuh. Arteri-arteri ini bercabang dan beranting lebih kecil lagi hingga sampai pada arteriola. Arteri-arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah. Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan dengan jalan mengubah-ubah ukuran saluran, mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antara plasma dan jaringan. Kemudian kapiler-kapiler ini bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut venula yang kemudian juga bersatu menjadi vena untuk menghantarkan darah kembali ke jantung. Semua vena bersatu hingga terbentuk dua batang vena yaitu vena cava inferior yang menggumpulkan darah dari badan dan anggota gerak bawah dan vena kava superior yang menggumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas. Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium kanan jantung.2. Sirkulasi pulmonal.Darah dari vena tadi masuk ke dalam ventrikel kanan yang berkontraksi dan memompanya ke dalam arteri pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk menghantarkan darahnya ke paru-paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar memasuki pembuluh-pembuluh darah yang mengaliri paru-paru. Di dalam paru-paru setiap arteri membelah menjadi arteriola dan menjadi kapiler pulmonal yang mengitari alveoli di dalam jaringan paru-paru untuk memungut oksigen dan melepaskan karbondioksida. Kemudian kapiler pulmonal bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan ke jantung oleh empat vena pulmonalis. Dan darahnya dituangkan ke dalam atrium kiri. Darah ini mengalir masuk ke dalam ventrikel kiri. Ventrikel ini berkontraksi dan darah dipompa masuk ke dalam aorta. Maka kini mulai lagi sirkulasi sistemik.3. Sirkulasi koroner.Efisiensi jantung sebagai pompa bergantung pada nutrisi dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen yang dibutuhkan oleh otot-otot jantung melalui cabang-cabang kecil intra-miokardial. Suplai darah dimulai dari kedua cabang arteri koronaria kiri dan kanan yang merupakan pembuluh darah pertama yang keluar dari aorta. Kedua arteri ini kemudian membentuk cabang-cabang utama seperti arteri desendens kiri, arteri desendens kanan dan sirkumfleks. Arteri koroner menerima darah sekitar 5% dari curah jantung dan bisa meningkat mencapai hingga 25% bila diperlukan.

Curah Jantung Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Pada orang yang istirahat, jantungnya berdebar sekitar 70 kali/menit dan memompa 70 ml setiap denyut. Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml sekitar 5 liter. Perhitungan curah jantung adalah frekuensi jantung x isi sekuncup.13Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung:131. Aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.2. Aliran balik vena ke jantung. Peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolic yang akan mengembangkan serabut miokardoal ventrikel. Semakin banyak serabut otot yang mengembang, semakin banyak isi ventrikel, sehingga daya kontraksi semakin besar. Hal ini disebut hukum Starling jantung.Kerja jantung sangat dipengaruhi oleh:1. Tekanan darah dapat meningkat bila ventrikel bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darah melawan tahanan. Semakin besar tahanan yang harus dihadapi ventrikel yang berkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya. Contohnya pada vasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah.2. Viskositas (kekentalan) darah. Darah yang encer dapat dialirkan dengan tekanan yang kecil, sedangkan darah yang kental membutuhkan dorongan yang lebih kuat.3. Volume darah meningkat, kerja jantung juga meningkat. Dipengaruhi oleh kondisi fisik seseorang. Contoh pada orang yang berbadan gemuk atau tinggi besar, kerja jantung lebih besar untuk mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuhnya.Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Factor intrinsic. Diatur oleh mekanisme hukum Franks Starling pada jantung. Semakin banyak aliran vena yang masuk ke dalam jantung semakin besar pula volume diastole akhir dan jantung menjadi semakin tertarik dan melebar. Karena keadaan otot jantung yang semakin panjang sebelum kontraksi ini, maka semakin kuat pula kontraksinya.14 Faktor ekstrinsic. Saraf simpatis menjalar di dalam traktus saraf spinalis toraks ke nodus SA dan melepaskan neurotransmitter norepinefrine. NE berikatan dengan reseptor spesifik yang disebut reseptor adrenergic B1 yang terdapat di sel nodus SA. Setelah berikatan, terjadi pengaktifan system perantara kedua yang menyebabkan peningkatan kecepatan pelepasan muatan nodus dan peningkatan denyut jantung. Kecepatan denyut jantung akan menurun apabila pengaktifan saraf simpatis dan pelepasan NE berkurang. Peningkatan atau penurunan ini disebut efek kronotropik positif atau negative.14 Saraf simpatis juga mempersarafi sel di seluruh miokardium, menyebabkan peningkatan gaya dari setiap kontraksi pada setiap panjang serabut otot tertentu. Hal ini menyebabkan peningkatan pada volume sekuncup dan disebut efek inotropik positif atau negative. Hormon yang mengatur curah jantung terutama di medulla adrenal, merupakan perluasan system saraf simpatis. Pada perangsangan simpatis, medulla melepaskan NE dan epinephrine ke dalam sirkulasi. Hormone ini mencapai jantung dan menimbulkan respon kronotropik dan inotropik positif.15

Peranan Enzim Jantung Analisis enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostik yang berhubungan dengan thrombosis atau emboli cerebri yang meliputi riwayat, gejala dan elektrokardiogram untuk mendiagnosis infark miokardium. Enzim dilepaskan dari sel bila sel mengalami cedera dan membrannya pecah. Kebanyakan enzim tidak spesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak. Macam-macam enzim jantung:16 Laktat dehidrogenase (LDH) dan isoenzimnya.Ada 5 macam LD isoenzim (LD1-LD5). Masing-masing mempunyai berat molekul sekitar 134.000 kDa. Mereka mengandung kombinasi subunit H dan M. Jantung mengandung lebih banyak LD1. Pemeriksaan LD isoenzim dilakukan dengancara elektroforesis. Pada infark miokardium akut kadar LD1 melebihi kadar LD2, sedangkan pada keadaan normal kadar LD1 lebih rendah dibandingkan LD2. Kreatinin Kinase.Karena enzim yang berbeda dilepaskan ke dalam darah pada periode yang berbeda setelah infark miokardium, maka sangat penting mengevaluasi kadar enzim yang dihubungkan dengan waktu awitan (onset) nyeri dada atau gejala lainnya. Kreatinin kinase (CK) dan isoenzimnya (CKMB) adalah enzim yang dianalisis untuk mendiagnosis infark miokardium akut, dan merupakan enzim pertama yang meningkat saat terjadi infark miokardium. Gangguan pada jantung selain miokardium akut juga dihubungkan dengan nilai kadar CK dan CKMB total yang abnormal. Gangguan tersebut termasuk perikarditis, miokarditis dan trauma.

Troponin T (cTnT).Protein kontraktil mulai menarik perhatian sebagai karakteristik terjadinya gangguan pada system kardiovaskuler yang sangat potensial pada akhir tahun 1970-an, saat ditemukan isoform unik pada beberapa tipe otot striated (cepat, lambat dan jantung). Karakteristik yang spesifik untuk jantung seperti cTnT mempunyai keunggulan dibandingkan dengan karakteristik yang terdapat di semua otot seperti CK dan mioglobin. Penderita serangan jantung juga memerlukan pemeriksaan kadar enzim jantung, seperti troponin dan CK-MB. Peningkatan kadar enzim jantung yang signifikan merupakan pertanda kerusakan otot jantung. Kenaikan kadar enzim jantung berhubungan dengan seberapa parahnya serangan jantung.17

Elektrokardiograf (EKG) EKG adalah rekaman penyebaran keseluruhan aktivitas listrik jantung. Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi menyebar ke dalam jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh. Sebagian kecil dari aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan elektroda perekam. EKG adalah rekaman pada kertas yang berjalan dengan kecepatan 25 mm/detik, setiap mm pada kertas mewakili 0,04 detik; garis yang lebih tebal pada kertas setiap 5 mm mewakili 0,2 detik.1,13 Untuk menghasilkan perbandingan yang baku, rekaman EKG secara rutin terdiri dari 12 sistem elektroda konvensional atau sadapan (lead). Terdapat 12 sadapan berbeda yang masing-masing merekam aktivitas listrik di jantung dari lokasi yang berbeda-beda yaitu enam sadapan dari ekstremitas dan enam sadapan dada di berbagai tempat di sekitar jantung. Menurut perjanjian, defleksi ke atas ditulis bila elektroda aktif menjadi relatif positif terhadap elektroda indiferen dan defleksi ke bawah ditulis apabila elektroda aktif menjadi relatif negatif.1,13EKG normal memiliki tiga bentuk gelombang yang jelas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T. (Huruf-huruf hanya menunjukkan urutan gelombang). Gelombang P dihasilkan oleh depolarisasi atrium Kompleks QRS merupakan bentuk depolarisasi ventrikel Gelombang T merupakan repolarisasi ventrikel Gelombang U tidak selalu ditemukan, namun jika ditemukan dapat dikatakan karena adanya repolarisasi lambat pada otot papilarisSadapan pada Elektrokardiogram Untuk membuat rekaman EKG, pada tubuh dilekatkan elektroda-elektroda yang dapat meneruskan potensial listrik dari tubuh ke sebuah alat pencatat potensial yang disebut elektrokardiografi. Pada rekaman EKG digunakan 10 elektroda, yaitu 4 buah elektroda ekstremitas dan 6 buah elektroda prekordial. Elektroda-elektroda ekstremitas masing-masing dilekatkan pada:1,13 Lengan kanan (Lka) Lengan kiri (Lki) Tungkai kanan (Tka) Tungkai kiri (Tki) Elektroda Tka selalu dihubungkan dengan bumi untuk menjamin potensial nol yang stabil. Elektroda-elektroda prekordial diberi nama-nama V1- V6, dengan penempatan sebagai berikut:1 V1 : garis parasternal kanan, pada interkostal ke-4 V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal ke-4 V3 : titik tengah antara V2 dan V4 V4 : garis klavikula tengah, pada interkostal ke-5 V5 : garis aksila depan, sama tinggi dengan V4 V6 : garis aksila tengah, sama tinggi dengan V4 dan V5Sadapan Biopolar Sadapan bipolar digunakan sebelum dikembangkan sadapan unipolar. Sadapan ekstremitas standar, hantaran I, II dan III, masing-masing merekam perbedaan potensial antara dua ekstremitas. Karena arus mengalir hanya dalam cairan tubuh, rekaman akan diperoleh bila elektroda dilekatkan tepat pada titik perlekatan ekstremitas, tanpa memedulikan kesesuaian elektroda dengan ekstremitas. Pada sadapan I, elektroda dilekatkan pada lengan kiri dan tungkai kanan. Defleksi ke atas dicatat ketika lengan kiri menjadi relative positif terhadap tungkai kanan (positif lengan kiri). Pada sadapan II, elektroda dilekatkan pada lengan kanan dan tungkai kiri, dengan tungkai positif dan pada sadapan III elektroda dilekatkan pada lengan kiri dan tungkai kiri, dengan tungkai positif.13

Sadapan Unipolar (V) Tambahan 9 sadapan unipolar pada elektrokardiografi yaitu sadapan yang merekam perbedaan potensial antara elektroda eksplorasi dan elektroda indiferen, biasanya digunakan di klinik. Terdapat 6 sadapan unipolar dada (sadapan prekordial) yang diberi nama V1-V6 dan 3 sadapan unipolar ekstremitas yaitu VR (lengan kanan), VL (lengan kiri) dan VF (kaki kiri). Sadapan ekstremitas yang diperbesar (augmented) juga biasanya digunakan dan diberi nama dengan huruf a ( aVR, aVL, aVF). Sadapan ekstremitas yang diperbesar merekam antara satu ekstremitas dengan 2 ekstremitas lain. Sadapan ini meningkatkan ukuran potensial hingga 50% tanpa perubahan apapun pada konfigurasi rekaman yang tidak diperbesar.13Interpretasi Elektrokardiogram Kalibrasi harus dilakukan pada awal rekaman sebelum melakukan rekaman sebuah elektrokardiogram yaitu satu atau lebih defleksi sesuai dengan 1 milivolt (mV). Secara standar, defleksi 10 mm sesuai dengan 1 mV. Kecepatan kertas perekam secara standar adalah 25 mm/detik. Garis rekaman mendatar tanpa ada potensial listrik disebut garis iso-elektrik. Defleksi yang arahnya ke atas disebut defleksi positif, yang ke bawah disebut defleksi negatif.13Penentuan Frekuensi Frekuensi jantung (atrial atau ventrikuler) dapat dihitung berdasarkan kecepatan kertas. Karena kecepatan kertas adalah 25 mm/detik, maka kertas menempuh 60 x 25 mm = 1500 mm dalam 1 menit. Jadi frekuensi jantung = 1500 : jarak siklus dalam mm (yaitu jarak R-R atau P-P). Penentuan interval-interval: untuk pengukuran suatu interval,maka dengan kecepatan standar 25 mm/detik, kertas menempuh interval 1mm dalam 1/25 detik =0,04 detik atau 5 mm = 0,20 detik.13EKG NormalEKG normal menunjukkan:9 gelombang P: dihasilkan oleh kontraksi atrium, selama 0,1 detik kompleks QRS: dihasilkan oleh kontraksi ventrikel; berlangsung sampai 0,09 detik gelombang T: dihasilkan oleh relaksasi ventrikel interval PR: waktu yang dibutuhkan impuls untuk melalui berkas ventrikel

EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kelainan kecepatan denyut jantung, aritmia dan kerusakan otot jantung. Karena aktivitas listrik memicu aktivitas mekanis maka gangguan pola listrik biasanya disertai oelh gangguan aktivitas kontraktil jantung. Evaluasi pola-pola EKG dapat memberi informasi yang bermanfaat mengenai status jantung. Penyimpangan utama dari keadaan normal yang dapat ditemukan melalui EKG adalah:11. Kelainan kecepatanKecepatan denyut jantung dapat ditentukan dari jarak antara dua kompleks QRS yang berurutan di kertas berskala yang digunakan untuk merekam EKG. Kecepatan denyut jantung yang melebihi 100 denyut per menit disebut takikardia, sementara denyut yang kurang dari 60 kali per menit disebut bradikardia.2. Kelainan iramaIrama merujuk kepada keteraturan atau spacing gelombang EKG. Setiap variasi dari irama normal dan rangkaian eksitasi jantung disebut aritmia. Hal ini dapat disebabkan oleh focus ektopik, perubahan aktivitas pemacu nodus SA, atau gangguan hantaran. Ekstrasistol atau kontraksi ventrikel prematur adalah penyimpangan yang sering ditemukan. Kelainan lain pada irama yang mudah dideteksi oleh EKG adalah flutter atrium, fibrilasi atrium, fibrilasi ventrikel dan blok jantung.3. Miopati JantungKelainan gelombang EKG juga penting dalam mengenali dan menilai miopati jantung ( kerusakan otot jantung). Iskemia miokardium adalah kurang memadainya penyaluran darah beroksigen ke jaringan jantung. Kematian atau nekrosis sel otot jantung terjadi ketika pembuluh darah yang memasok bagian jantung tersebut tersumbat atau pecah. Keadaan ini adalah suatu infark miokardium akut, yang umum dikenal sebagai serangan jantung. Kelainan bentuk gelombang QRS muncul ketika sebagian otot jantung menjadi nekrotik. Selain perubahan EKG, sel-sel otot jantung yang rusak mengeluarkan enzim-enzim khas ke dalam darah maka kadar enzim-enzim ini di dalam darah dapat dijadikan indeks derajat kerusakan miokardium.

Gambar 15. Gelombang EKG18Vaskularisasi Tungkai Setelah melalui ligamentum infinale a illiaca externa selanjutnya disebut a. femoralis. dan setelah melewati canalis adductorius, a. femoralis selanjutnya disebut sebagai a. poplitea.1 Cabang cabang dari a. femoralis,1Lihat gambar 16. Cabang Superficial epigastrica inferior yang berjalan kearah cranial ke dinding perut. a. circumflexa illium superficialis menuju kearah lateral sejajar dengan ligamentum inguinale. Aa. Pudendae externaemenuju kearah medial memperdarahi Gambar 16. Vaskularisasi Tungkai19genitalia externa.

Cabang Profundus profunda femoris, cabang-cabangnya terbesar yang member darah pada sebgian besar tungkai atas. Cabang- cabang dari a. profunda femoris adalah, circumflexa femoris medialis: menuju ke otot- otot addukcotr (R. superficialis dan R. profundus ) dank e articulation coxae (R. articularis). R profundus mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang a. gluteae superior dan inferior a. circumflexa femoris lateralis yang berjalan kearah lateral dan bercabang mnejadi ramus ascendens dan descendens. R. ascendens mengadakan anastomosis dengan a. glutea superior dan a. circumflexa illium profunda. Ramus descendens berhubungan dengan a. genus superior lateralis dan a. circumflexa femoris medialis aa. Perforantes: pembuluh pembuluh ini membelok kea rah femoris medial dan menembus otot otot adductor untuk mencapai bagian posterior tungkai atas. genus superma: dipercabangkan dalam canalis adductorius, kemudian menembus membrane vasto-adductorius bagian distal, bersama n. saphenus, dan akhirnya ikut membentuk rete articulare genu ( dengan beranastomosis dengan a. genu superior medialis .

a. poplitea merupakan lanjutan dari a. femoralis setelah melewati canalis adductorius, dan mempercabangkan:1 27

a genus superior medialis a genus superior lateralis a genus superior media aa. Surales a genus inferior medialis a genus inferior lateralisa. b. poplitea kemudian bercabang dua menjadi, A tibilais anterior, melalui lubang di dalam interossea dan mencapai baigan anterior tungkai bawah di mana dipercabangkan a. reccurens tibialis anterior dan posterior. A tibialis posterior, mempercabangkan ramus fibularis untuk reter articularis genus dan a. peronea. A Obturatoria cabang a. illiaca interna ( atau a. glutea superior) melalui foramen obturatorium akan mencapai otot-otot addukctor dan bercabang menjadi ramus superficial dan profundus. A glutea superior mengambil jalan melalui foramen suprapiriforme. Cabang-cabangnya mengadakan anastomosis dengan a. circumflexa illium profunda ramus ascendens a. circumflexa femoris lateralis dan ramus profundus a. circumflexa femoris medialis. Pembuluh balik extremitas inferior, pada jaringan subkutan dapat ditemukan v. saphena magna, yang pada fossa ovalis menembus fascia cribosa dan bermuara ke dalam v. femoralis. elain pembuluh ini terdapat pula beberapa pembuluh balik lain, yang membelok ke dalam fossa ovalis, yakni V. epigastrica superficialis, v. circumflexa illium superficialis, vv. Pudendae externa. Masing-masing pembuluh balik ini mnegikuti perjalanan pembuluh nadi yang sesuai dengan namanya. Biasanya tiap pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik, kecuali a. profunda femoris yang hanya mempunyai satu vena yaitu, v profunda femoris dan a femoralis.1Lihat gambar 17.

Gambar 17. Pembuluh Balik Extremitas Inferior20

Vaskularisasi Regio Cruris Pada ujung ujung distal a. poplitea bercabang menjadi a. tibialis anterior dan a.tibialis posterior. A tibilais anterior menembus membrane interossea dan tiba di region cruris anterior, dimana pembuluh ini menuju kearah distal di sisi lateral M. tibialis anterior. Cabang cabang dari a tibialis anterior adalah: A. reccurents tibialis anteriorA. reccurents tibialis posterior, cabang untuk rete articularis genus A. malleolaris medialis anterior A. malleolaris lateralis anterior, dan berakhir sebagai a. dorsalis pedis. A tibialis posterior mempercabangkan ramus fibularis untuk rete articularis genus dan a. peronea, lalu berjalan di bawah arcus tendineus m. solei dan dengan demikian terletak antara lapisan otot-otot flexor dangkal dan lapisan otot-otot flexor dalam. Cabang cabang dari a. tibialis posterior adalah:1,3 (lihat gambar 18) A. malelolaris medialis posterior untuk rete malleolare, dipercabangkan di daerah maleoli Ramus calcaneus medialis posterior bercabang dua dan berakhir sebagai a. plantaris medialis dan a. plantaris lateralis. A. peronea mengikuti fibula ke arah distal, tertutup oleh M. flexor hallucis longus. Di malleolus lateralis pembuluh ini mempercabangkan: A. maleolaris lateralis posterior Rr. Perforans yang menembus membrana interossea R. communicansA tibialis posterior akan berakhir sebagai r. calcaneus lateralis.

Gambar 18. Arteri Regio Cruris21 Gambar 19. Vena Regio Cruris21

Pembuluh balik pada region cruris, pada jaringan subkutan berjalan 2 vena dangkal, yakni v. saphena magna dan v. saphena parva. V. saphena magna sampai di region cruris dengan berjalan anterior dari malleolus medialis. Lalu menuju ke proksimal di sisi medial tungkai bawah. V saphena parva berasal dari bagian lateral dorsum pedis, berjalan posterior dari malleolus lateralis dan menuju ke fossa poplitea di pertengahan permukaan posterior tungkai bawah. Pada umumnya setiap 1 pembuluh nadi diikuti oleh 2 pembuluh balik senama.1,3 Vaskularisasi Kaki Peredaran darah arterialis di kaki biasanya diurus oleh a. tibialis anterior dan a. tibialis posterior. A. tibialis anterior di dorsum pedis disebut a. dorsalis pedis. Di sisi medial kaki dipercabangkan oleh aa. Tarsae mediales dan untuk sisi lateral kaki dipercabangkan a. tarsea lateralis. Di bagian distal dipercabangkan a. arcuata, yang berjalan di bawah otot- otot kaki ke arah lateral dan berhubungan dengan a. tarsea lateralis untuk membentuk rete dorsalis pedis. Dari rete dorsalis pedis berasal cabang-cabang yang terkenal sebagai Aa. Metatarsae dorsales. Tiap A. metatarsea dorsalis member satu ramus perforans yang berhubungan dengan pembuluh pembuluh di plantar pedis, lalu tiap A. metatarsea dorsalis bercabang dua menjadi Aa. Digitales dorsales. A Dorsalis pedis sendiri menembus spatium interosseum I sebagai ramus plantari profundus. A tibilais posterior bercabang menjadi a. plantaris medialis dan a. plantaris lateralis. A. plantaris medialis lebih kecil dan berjalan kea rah distal di sisi medial kaki. A Plantaris medialis mengikuti otot otot jari I kea rah distal, lalu bercabang menjadi ramus superficialis dan ramus profundus. Ramus profundus a. plantaris medialis mengadakan anastomosis dengan ramus plantaris profundus, a. dorsalis pedis dan ramus profundus a. plantaris lateralis. Dengan demikian membentuk arcus plantaris. Dari arcus plantaris dipercabangkan Aa. Metatarsea plantaris. Tiap A. metatarsea plantaris mempercabangkan ramus perforans posterior yang berhubungan dengan a. metatarsea dorsalis, ramus perforans anterior yang berhubungan dengan pembuluh nadi di permukaan dorsalis jari, lalu bercabang dua membentuk Aa. Digitalis plantares.3

Gambar 20. Arteri Dorsum dan Plantar Pedis22

Edema Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih dari jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan gangguan sirkulasi pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial. Jika edema mengumpul di dalam rongga maka dinamakan efusi, misalnya efusi pleura dan pericardium. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneal dinamakan asites. Pada jantung terjadinya edema yang disebabkan terjadinya dekompensasi jantung (pada kasus payah jantung), bendungan bersifat menyeluruh. Hal ini disebabkan oleh kegagalan venterikel jantung untuk memopakan darah dengan baik sehingga darah terkumpul di daerah vena atau kapiler, dan jaringan akan melepaskan cairan ke intestisial. Edema pada tungkai kaki terjadi karena kegagalan jantung kanan dalam mengosongkan darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Edema ini di mulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah keatas dan paha dan akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah. Bila terjadinya edema maka kita harus melihat kedalaman edema dengan pitting edema. Pitting edema adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan normal selama mengalami edema.

Kesimpulan Dalam kasus pembengkakan pada tungkai ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dengan mengetahui struktur jantung yang normal, menjadi dasar untuk mengetahui mekanisme kerja dari jantung dan pembuluh darah. Pembengkakan tersebut terjadi karena kegagalan jantung kanan dalam mengosongkan darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.

Referensi1. Faiz O, Moffat D. At a glance series anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004.h.14-5.2. Diunduh dari http://4.bp.blogspot.com/_yPllyiK809U/S-W48ERMh7I/AAAAAAAAAAc/Iv3_h2nKzjc/s320/Untitled.jpg, 12 Juni 2014.3. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.h.102-124. Diunduh dari http://webmedia.unmc.edu/medicine/todd/dissection/idg21heart/p0216crista.jpg, 12 Juni 2014.5. Diunduh dari http://dc380.4shared.com/doc/NSi0dAix/preview_html_43eb31fa.gif, 12 Juni 2014.6. Diunduh dari http://1.bp.blogspot.com/-59KeA7jjFR0/TjEmUpKV7II/AAAAAAAAAqQ/MYXSXIsQPB0/s1600/gambar+5.8.jpg, 12 Juni 2014.7. Diunduh dari http://4.bp.blogspot.com/-alBpez7Orx4/TXPkVoa23xI/AAAAAAAAAG0/dLdRYScY-5c/s1600/080215.jpg, 12 Juni 2014.8. Diunduh dari http://shahabalwi55.files.wordpress.com/2012/01/20120109-070637.jpg?w=460, 12 Juni 2014.9. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2003.h.107-17.10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.h.333-58.11. Sherwood L. Human physiology from cell to system. Seventh Editon. Belmont: Brooks/Cole; 2010.12. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2002.h.529-31.13. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Sistem saraf. Jakarta: EGC; 2004.h.228-35.14. Barret KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganongs review of medical physiology. 23th edition. Singapore: McGraw-Hill; 2010.h.171.15. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC; 2008.h.269.16. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.151.17. Yahya AF. Menaklukkan pembunuh no. 1: mencegah dan mengatasi penyakit jantung koroner secara tepat dan cepat. Bandung: Qanita, 2010.h.65.18. Di unduh dari http://www.usfca.edu/fac-staff/ritter/ekg.htm, 13 Juni 2014.19. Di unduh dari http://dc118.4shared.com/doc/XmsDOlm0/preview.html, 13 Juni 2014.20. Di unduh dari http://anfis-mariapoppy.blogspot.com/2011/01/kardiovaskuler.html, 13 Juni 2014.21. Di unduh dari http://jurnal-fisioterapi.blogspot.com/2012/09/skema-peredaran-pembuluh-darah.html, 13 Juni 2014.22. Di unduh dari http://radiologitop.wordpress.com/2014/01/05/peripheral-mr-angiografi-lower-ekstremity, 13 Juni 2014.