strauss pile.docx

24
Hitungan kekuatan tiang bor berdasar kekutan atanah TESTING MATERIAL : 1. Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar, agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk memeriksa kualitasnya. 2. Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui workability adukan beton yang ada. 3. Pengujian kubus : test kubus dengan compressive strength test biasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang dihasilkan. LOADING TEST DAN PILE DRIVING ANALYSIS : Untuk mengetahui daya dukung bored pile biasa dilaksanakan test beban secara langsung (Loading Test) dengan beban minimal 2 kali beban rencana atau test beban secara simulasi (Pile Driving Analysis) dilakukan untuk mengetahui daya dukung sesungguhnya dari tiang yang di test. PERSONIL : Pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan bored pile harus dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman dalam bidang bored pile Daya dukung pondasi dapat ditentukan dari hasil perhitungan sondir,lihat pembahasan tentang sondir dalam blog ini, dan tujuan perhitungan daya dukung ini dipergunakan untuk menentukan klas tanah (Soil Class) dan juga menentukan tipe pondasi yang akan didesain. Ada dua tipe pondasi yang biasa didesain yaitu tipe pondasi dangkal (shallow foundation) ataupun pondasi dalam (deep foundation). Pondasi dangkal yang sering digunakan pada proyek TL di Indonesia , antara lain : Pondasi Telapak (yaitu tipe Pad & Chimney), istilah dalam

Transcript of strauss pile.docx

Hitungan kekuatan tiang bor berdasar kekutan atanah

TESTING MATERIAL :

1. Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar, agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk memeriksa kualitasnya.2. Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui workability adukan beton yang ada.3. Pengujian kubus : test kubus dengan compressive strength test biasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang dihasilkan.

LOADING TEST DAN PILE DRIVING ANALYSIS :

Untuk mengetahui daya dukung bored pile biasa dilaksanakan test beban secara langsung (Loading Test) dengan beban minimal 2 kali beban rencana atau test beban secara simulasi (Pile Driving Analysis) dilakukan untuk mengetahui daya dukung sesungguhnya dari tiang yang di test.

PERSONIL :

Pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan bored pile harus dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman dalam bidang bored pile

Daya dukung pondasi dapat ditentukan dari hasil perhitungan sondir,lihat pembahasan tentang sondir dalam blog ini, dan tujuan perhitungan daya dukung ini dipergunakan untuk menentukan klas tanah (Soil Class) dan juga menentukan tipe pondasi yang akan didesain. Ada dua tipe pondasi yang biasa didesain yaitu tipe pondasi dangkal (shallow foundation) ataupun pondasi dalam (deep foundation).Pondasi dangkal yang sering digunakan pada proyek TL di Indonesia , antara lain :Pondasi Telapak (yaitu tipe Pad & Chimney), istilah dalam teknik sipil biasa disebut dengan spread foundation (pondasi telapak menyebar) yang berbentuk bujur sangkar pada dasar pondasi;Pondasi Raft atau Mat Foundation, atau dikenal dengan nama pondasi gabungan pada keempat kaki tower;Pondasi Enlarged Pad and Chimney yaitu pondasi dengan tipe pad yan diperbesar (enlarged) dan seringkali digunakan untuk menggantikan tipe pondasi raft;dan adaPondasi sumuran (drilled shaft) yang umum dilaksanakan dimana pada kedalaman yang cukup dangkal terdapat lapisan batuan lunak (soft rock) yang cukup tebal, kadangkala berbentuk blok yang dipasang miring mengikuti stub tower;Pondasi angkur (anchorage type), dimana kaki menara (tower leg atau stub) dianggap sebagai angkur dan ditancapkan kedalam lapisan batuan keras/batuan yang masif /solid (hard rock) dan dilapisi mortar (grouting) pada semua sisi yang terpendam kedalam tanah.Pondasi dalam yang sering dipakai pula adalah pondasi pancang, apakah bored pile (pancang bor) atau tiang pancang(driven pile), driven pile bisa terdiri dari besi H (steel profile H-beam) ataupun pre-cast prestressed concrete pile, dengan penampang pile berbentuk bulat, bujur sangkar atau segitiga sama sisi.Kedalaman pondasi dangkal ditentukan berdasarkan panjang stub tower yang masuk kedalam tanah, umumya berkisar 3,5 m sampai dengan 4 meter. Kedalaman ini disebut dengan design depth (kedalaman rancangan). Untuk jenis tertentu untuk pondasi raft(mat) kedalaman bisa hanya sampai 2- 2,5 m saja, karena tanah dipermukaan yang relatif lunak ketika digali.Kedalaman pondasi dalam biasanya lebih dari 7 m. Kedalaman pemancangan ditentukan berdasarkan letak kedalam lapisan yang memiliki daya dukung yang cukup atau sampai mencapai lapisan tanah keras. Kadang kedalamannya sampai dengan 25 meter untuk bored pile, efektifnya kira-kira 18m, dan lebih dari 25 m untuk tiang pancangUntuk penentuan daya dukung bagi pondasi dangkal adalah dengan mengambil langsung (directly) nilai daya dukung ujung konus, qc (cone point resistance), walupun diijinkan secara tidaklangsung (indirectly) yaitu dengan pengambilan nilai CPT untuk dikonversikan ke dalam metode SPT (standard Penetration Test). Dalam penentuan daya dukung dari hasil uji CPT (cone penetration test) kita dapat mengambil dari berbagai referensi. Ada banyak buku yang menjelaskan bagaimana menghitung daya dukung tanah untuk pondasi, antara lain buku dari Pak Bowles (alm), yang sampai saat ini terakhir adalah edisi ke-5, dan tiap-tiap edisi ada perubahan baik penambahan ataupun penghapusan dari rangkuman berbagai teori dari para dedengkot yg mendalami kasus penyondiran, namun buku Bowles ini masih dianggap sebagai buku sakti pegangan para mahasiswa teknik sipil. Buku lainnya sekelas dengan Joseph Bowles ini adalah buku Donald P. Coduto dan Braja M. Das, yang juga merangkum hasil penelitian beberapa ahli, ahli tersebut adalah seperti Terzaghi (Father of Soil Mechanic), Meyerhoff, Schmertmann, Begemann, Hansen, Vesic dll. Ahli mana yang benar, wallahu alam, jangan nanya saya. Selagi ada yang namanya Safety Factor (angka faktor keamanan) yg disarankan oleh ahli-ahli tanah ini, mudah-mudahan para engineer untuk desain pondasi paling tidak bisa tidur nyenyak tanpa kekhawatiran berlebihan terhadap hasil penentuan daya dukung tanah dan hasil rancangannya.Dari Meyerhoff (1956, 1965) mengusulkan untuk menentukan estimasi bearing capacity (daya dukung) izin tanah dengan asumsi penurunan (setlement) pondasi sebesar 25mm, tanpa memperhatikan faktor lebar bawah pondasi telapak adalah :qa = qc / 30, satuan qc dalam kPa atau kg/cmangka 30 dianggap sangat konservatif (aman), dan bisa dipakai nila berkisar 10 60 tergantung dari pengalaman lokal (local experience). Oleh PLN diijinkan untuk mengambil angka kisaran 20-40.Dari Schmertmann (1978) dan Awkati, mengusulkan untuk pondasi telapak berbentuk bujur sangkar, dengan Kedalaman pondasi (D)/lebar pondasi (B) qall > 1.2 kg/cm ataupun klas 3w atau 7 dimana range 5>qall >o.7 . Sementara kita tetapkan dulu bahwa klas pondasi T64 tersebut adalh klas 2.4. Dari data sondir, kita mengetahui bahwa lokasi T64 terdapat muka air tanah pada kedalaman kurang dari 3,6 m, misalnya pada kedalam 2.5 m sudah terdapat muka air tanah. Maka dari tabel diatas, klas pondasi yang memiliki ground water adalah klas 3w (3 wet) atau klas 7, maka pondasi dikelompokkan menjadi klas 3w atau 7. Perlu diperhatikan bila kondisi air tanah pada lokasi T64 adalah hasil investigasi sondir pada musim hujan, mungkin saja pada musim kering/kemarau letak muka air tanah pada kedalaman lebih dari 3,6 m, maka klas pondasi bisa saja ditetapkan sebagai klas 2 dengan catatan bahwa letak muka air tanah 2.5 m tersebut adalah sementara saja. Pada kondisi tertentu bila lokasi T64 berada dalam daerah banjir , dimana berkemungkinan lokasi T64 pernah mengalami banjir dalam durasi yang lama lebih dari 1 bulan, yaitu berdasarkan data banjir 5 tahunan, kita dapat kembali merubah dan menetapkan bahwa T64 adalah pondasi klas 3w/7. Pertimbangan engineerd dalam hal ini diperlukan dan tentu saja mendapat persetujuan tertulis (approval) dari klien.5. Setelah berbagai pertimbangan, kita harus menetapkan klas pondasi nya, misalnya klas 2, maka T64 dalam Foundation Schedule ditulis klas 2, dan kita akan merencanakan pondasi dengan tipe Pad & Chimney.6. Pengecualian lainnya bila nilai qall pada kedalaman 3.6m tersebut lebih dari 5, maka klas pondasi menjadi klas 4, dianggap berada pada lapisan batuan, penggalian perlu dilakukan untuk memastikan hal ini, barngkali saja bahwa lapisan batuan tidak ditemukan, melainkan hanya berisi bongkahan batuan yang cukup besar, maka uji sondir kembali harus dilakukan. Seterusnya bila nilai qall pada kedalaman 3,6 m menunjukkan angka lebih kecil dari 0.5 kg/cm, maka lokasi tersebut dianggap sebagai klas 6, dengan tipe pondasi yang direncanakan sebagai pondasi pancang.7. Bila pada kedalaman rencana 3,6 m , tidak terdapat muka air tanah diatasnya, dan memiliki nilai qall untuk range klas 5, maka pondasi dapat desain dengan tipe raft (mat) ataupun dengan tipe enlarged pad & chimney. Atau kedalamn rencana kita ganti dengan 2,5 m , dan nilai qall masih pada range klas 5, maka pondasi yang kita rencanakan tipenya adalah raft(mat) saja.Dalam tabel diatas bila kita melakukan soil investigation yang lebih detail, mungkin saja kita menemukan parameter-parameter tanah yang mengindikasikan diluar dari klas pondasi diatas, ataupun kondisi lokasi yang tidak umum (special case), dan demi keamanan dalam desain dapat kita usulkan tipe pondasi jenis lainnya, tergantung dari approval klien. Misalnya pada tipe pad & chimney ataupun pile foundation kita menggunakan tie beam, maka kita harus mendesain tie beam (balok yang menyampung ke-empat kaki tower pada pad ataupun pada chimney-nya terbuat dari konstruksi beton bertulang). Model pondasi lainnya yang pernah digunakan di Indonesia adalah jenis pondasi laba-laba, pondasi pancang kayu, dll.Pada kasus-kasus tanah tertentu dapat saja lokasi tapak tower memilik berbagai tipe pondasi, misalnya pada kaki (leg) A adalah klas 2, leg B klas 3, leg C dan leg D klas 6.Tipe pondasi Pad & Chimney adalah sebagai berikut :

model lainnya adalah seperti :

dengan dasar pad berbentuk bujursangkar (yang umum) ataupun berbentuk lingkaran. Untuk tipe enlarged pad & chimney adalah tipe pad & chimney , dengan pad-nya diperlebar. Tipe pondasi jenis ini adalah untyuk klas 1,2,3,3w atau 7,dan 5. Posisi ujujng chimney bawah umumnya ditengah pad, atau pada lokasi lainnya untuk situasi-situasi khusus.Untuk pondasi klas 4, umunya pada lapisan batuan baik soft rock atau hard rock berbentuk pondasi block , dengan bentuk miring sesuai posisi stub dan berpenampang bujursangkar, ataupun model sumuran (drilled shaft) dengan posisi tabung yang tegak lurus berpenampang lingkaran dengan straight shaft (tabung lurus) atapun diberi tambahan model kerucut/rok (bell) pada ujung bawah (enlarged shaft), lihat gambar.

Untuk desain klas 5 dalam bentuk raft/mat foundation yang mengikat seluruh kaki (leg), penampang berbentuk bujur sangkar , lihat gambar dibawah ini.

Dan klas 6 adalah tipe pancang (pile) dengan sejumlah tiang (baik berupa bored pile atau driven pile) dikelompokkan dalam sebuah pile cap, ataupun beberapa pile cap yang diikat dengan tie beam.

Hitungan kekuatan tiang bor berdasar kekutan bahanBS-8004