Strategi Problem -Based Learning (PBL) Terintegrasi ...eprints.unm.ac.id/11490/1/Prosiding mipa open...

8
68 Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017 MIPA Open & Exposition 2017 Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and Answering (RQA) Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan Akademik Berbeda Arsad Bahri Universitas Negeri Makassar [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional terhadap retensi mahasiswa berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan Biologi Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest control group design. Retensi mahasiswa diukur menggunakan tes essay. Data dianalisis secara dengan analisi kovariat 2 jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) strategi pembelajaran dan kemampuan akademik berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibandingkan strategi lainnya, 2)retensi mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih tinggi daripada kemampuan akademik bawah, 3) interaksi antara strategi dengan kemampuan akademik tidak berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA dapat diimplementasikan pada pembelajaran lainnya. Kata kunci:Problem-based learning, reading questioning answering, retensi, kemampuan akademik Abstract The aim of this research was to determine the effect of PBL, RQA, PBLRQA, and conventional learning on retention of students with different academic level in Basic Biology classroom. This research was a quasi experiment with pretest-posttest control group design. Student’s retention was measured by essay test. Data were analyzed with one way ANCOVA. The result of research showed that: 1) learning strategy and academic level effected on student’s retention. PBLRQA had the potency to improve student’s retention greater than others strategy, 2) retention of students with higher academic level was greater than lower academic level, 3) interaction between learning strategy and academic level did not effect on student’s retention. PBLRQA could implement to the others subjects. Key words: Problem-based learning, reading questioning answering, retention, academic level I. PENDAHULUAN Salah satu penentu kualitas pendidikan adalah keberhasilan pendidikan pada perguruan tinggi. Strategi, model atau pola perkuliahan merupakan aspek penting dalam proses pendidikan selain materi untuk pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa selama perkuliahan berlangsung sangat berperan dalam pembentukan kemampuan dan menentukan kualitas dari perkuliahan. Oleh karena itu, dosen memiliki tanggung jawab membentuk pengalaman belajar mahasiswa salah satunya melalui penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Informasi dari hasil survey yang dilakukan menunjukkan bahwa strategi pembelajaran konvensional sebagian besar masih mendominasi pola perkuliahan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar (FMIPA UNM). Strategi pembelajaran tersebut belum optimal dalam membangkitkan motivasi dan minat belajar mahasiswa dimana mahasiswa terlihat kurang antusias mengikuti perkuliahan. Sementara, motivasi memiliki peran utama terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa [1] dan [2] (Kiswanto, 2012; Bahri & Corebima, 2015) dan sering dikaitkan dengan kualitas lulusan [3]. Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran Biologi Dasar juga diduga disebabkan karena masih banyaknya permasalahan-permasalahan terkait materi biologi di jenjang sekolah sebelumnya yang belum terpecahkan. Selain itu minat baca mahasiswa terhadap materi perkuliahan untuk menyiapkan diri mengikuti perkuliahan selanjutnya masih sangat rendah, sehingga pengetahuan awal mahasiswa pada saat perkuliahan berlangsung masih kurang. Pustaka [4] mengemukakan bahwa peserta didik harus memiliki pengetahuan awal yang akan mereka jadikan dasar untuk membangun pengetahuan selanjutnya. Keberhasilan pembelajaran umumnya diukur dari seberapa jauh mahasiswa menguasai konsep yang diajarkan. Akan tetapi, untuk mengetahui efektifnya model pembelajaran, perlu dianalisis apakah konsep-konsep yang diajarkan dapat lekat dalam memori jangka panjang (retensi) mahasiswa. Pembelajaran di FMIPA UNM kurang memperhatikan faktor retensi padahal retensi merupakan salah satu indikator bermutunya pembelajaran. Hasil survey menunjukkan bahwa hanya 60% dosen yang berupaya menerapkan strategi pembelajaran yang membuat mahasiswa dapat menyimpan pengetahuan yang diperoleh dapat melekat pada memori jangka panjang mereka. Retensi mahasiswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Pemahaman konsep dan retensi dipengaruhi oleh strategi pembelajaran [5], [6], dan [7]. Kemampuan mahasiswa menyimpan materi dalam memori jangka panjang juga berhubungan dengan kemampuan mahasiswa untuk menjadi pebelajar yang mandiri. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan metakognitif dengan retensi [8]. Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan retensi mahasiswa terhadap materi. Strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk diterapkan adalah strategi yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivistik

Transcript of Strategi Problem -Based Learning (PBL) Terintegrasi ...eprints.unm.ac.id/11490/1/Prosiding mipa open...

68

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

Strategi Problem-Based Learning (PBL) Terintegrasi Reading Questioning and

Answering (RQA) Meningkatkan Retensi Mahasiswa Berkemampuan

Akademik Berbeda

Arsad Bahri

Universitas Negeri Makassar

[email protected]

Abstrak –Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh PBL, RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional

terhadap retensi mahasiswa berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan Biologi Dasar. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest control group design. Retensi mahasiswa diukur menggunakan tes

essay. Data dianalisis secara dengan analisi kovariat 2 jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) strategi pembelajaran

dan kemampuan akademik berpengaruh terhadap retensi mahasiswa. PBLRQA berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa

dibandingkan strategi lainnya, 2)retensi mahasiswa berkemampuan akademik atas lebih tinggi daripada kemampuan

akademik bawah, 3) interaksi antara strategi dengan kemampuan akademik tidak berpengaruh terhadap retensi mahasiswa.

PBLRQA dapat diimplementasikan pada pembelajaran lainnya. Kata kunci:Problem-based learning, reading questioning answering, retensi, kemampuan akademik

Abstract – The aim of this research was to determine the effect of PBL, RQA, PBLRQA, and conventional learning on

retention of students with different academic level in Basic Biology classroom. This research was a quasi experiment with

pretest-posttest control group design. Student’s retention was measured by essay test. Data were analyzed with one way

ANCOVA. The result of research showed that: 1) learning strategy and academic level effected on student’s retention.

PBLRQA had the potency to improve student’s retention greater than others strategy, 2) retention of students with higher

academic level was greater than lower academic level, 3) interaction between learning strategy and academic level did not

effect on student’s retention. PBLRQA could implement to the others subjects. Key words: Problem-based learning, reading questioning answering, retention, academic level

I. PENDAHULUAN

Salah satu penentu kualitas pendidikan adalah

keberhasilan pendidikan pada perguruan tinggi. Strategi,

model atau pola perkuliahan merupakan aspek penting

dalam proses pendidikan selain materi untuk pencapaian

kompetensi. Pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa

selama perkuliahan berlangsung sangat berperan dalam

pembentukan kemampuan dan menentukan kualitas dari

perkuliahan. Oleh karena itu, dosen memiliki tanggung

jawab membentuk pengalaman belajar mahasiswa salah

satunya melalui penggunaan strategi pembelajaran yang

tepat.

Informasi dari hasil survey yang dilakukan menunjukkan

bahwa strategi pembelajaran konvensional sebagian besar

masih mendominasi pola perkuliahan di Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Makassar (FMIPA UNM). Strategi pembelajaran tersebut

belum optimal dalam membangkitkan motivasi dan minat

belajar mahasiswa dimana mahasiswa terlihat kurang

antusias mengikuti perkuliahan. Sementara, motivasi

memiliki peran utama terhadap peningkatan hasil belajar

mahasiswa [1] dan [2] (Kiswanto, 2012; Bahri & Corebima,

2015) dan sering dikaitkan dengan kualitas lulusan [3].

Rendahnya hasil belajar kognitif dalam pembelajaran

Biologi Dasar juga diduga disebabkan karena masih

banyaknya permasalahan-permasalahan terkait materi

biologi di jenjang sekolah sebelumnya yang belum

terpecahkan. Selain itu minat baca mahasiswa terhadap

materi perkuliahan untuk menyiapkan diri mengikuti

perkuliahan selanjutnya masih sangat rendah, sehingga

pengetahuan awal mahasiswa pada saat perkuliahan

berlangsung masih kurang. Pustaka [4] mengemukakan

bahwa peserta didik harus memiliki pengetahuan awal yang

akan mereka jadikan dasar untuk membangun pengetahuan

selanjutnya.

Keberhasilan pembelajaran umumnya diukur dari

seberapa jauh mahasiswa menguasai konsep yang diajarkan.

Akan tetapi, untuk mengetahui efektifnya model

pembelajaran, perlu dianalisis apakah konsep-konsep yang

diajarkan dapat lekat dalam memori jangka panjang (retensi)

mahasiswa. Pembelajaran di FMIPA UNM kurang

memperhatikan faktor retensi padahal retensi merupakan

salah satu indikator bermutunya pembelajaran. Hasil survey

menunjukkan bahwa hanya 60% dosen yang berupaya

menerapkan strategi pembelajaran yang membuat

mahasiswa dapat menyimpan pengetahuan yang diperoleh

dapat melekat pada memori jangka panjang mereka. Retensi

mahasiswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan

mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Pemahaman

konsep dan retensi dipengaruhi oleh strategi pembelajaran

[5], [6], dan [7]. Kemampuan mahasiswa menyimpan materi

dalam memori jangka panjang juga berhubungan dengan

kemampuan mahasiswa untuk menjadi pebelajar yang

mandiri. Ada hubungan yang signifikan antara keterampilan

metakognitif dengan retensi [8].

Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan,

diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang mampu

meningkatkan retensi mahasiswa terhadap materi. Strategi

pembelajaran yang dianggap tepat untuk diterapkan adalah

strategi yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivistik

69

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

seperti Problem Based Learning(PBL). PBL didasari bahwa

belajar bukan hanya proses menghafal konsep atau fakta

tetapi proses interaksi antara individu dengan

lingkungannya. PBL juga dapat mengembangkan

keterampilan yang diperlukan di era pengetahuan [9] dan

[10]karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi seperti berpikir kritis, pemecahan masalah,

menemukan dan menggunakan sumber-sumber belajar,

pembelajaran mandiri, mengembangkan kemampuan

bekerja kooperatif, dan belajar sepanjang hayat [11]. PBL

dapat diaplikasikan di perguruan tinggi karena PBL

berbasiskan pada masalah, melibatkan aktivitas berpikir

untuk memecahkan masalah, dan berkorelasi dengan fungsi

kognitif peserta didik [12]. PBL meningkatkan motivasi

belajar [13], berpotensi memberdayakan keterampilan

metakognitif [14], [15], dan [16], dan meningkatkan daya

retensi mahasiswa [17].

Penggunaan PBL telah mengungkapkan berbagai

kelebihan. Namun di samping itu, terdapat kekurangan dari

strategi pembelajaran ini. Penelitian [18] dan [19],

menunjukkan bahwa penggunaan PBL pada perguruan

tinggi lebih banyak menghabiskan waktu jika dibandingkan

strategi konvensional. Pustaka [20] juga menyatakan bahwa

sulit untuk menerapkan PBL di semua kelas. PBL kurang

tepat dengan siswa yang tidak bisa sepenuhnya memahami

nilai atau lingkup masalah dengan konten sosial. PBL sulit

bagi pengajar untuk mengubah gaya mengajar mereka Sulit

untuk menilai pembelajaran dalam PBL[20] dan [19].dan

peserta didik mungkin tidak berkinerja baik pada tes pilihan

ganda [21].

PBL sulit diterapkan oleh dosen karena panduan

kurikulum dan buku teks tidak mengandung berbagai contoh

masalah atau alat penilaian yang diperlukan [21]. Hal ini

dapat berakibat mahasiswa atau bahkan pengajar kesulitan

mengajukan permasalahan autentik terkait materi

pembelajaran. Tidak semua materi cocok untuk diajarkan

dengan PBL. PBL membutuhkan banyak materi dan

membuat mahasiswa harus lebih banyak menggunakan

sumber buku teks untuk mencari informasi [19]. Mahasiswa

juga terkadang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan

permasalahan karena kurangnya pengetahuan awal

mahasiswa terkait topik yang dibahas karena kurangnya

minat baca mahasiswa.

Strategi pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi

kekurangan PBL adalah strategi pembelajaran Reading

Questioning and Aswering (RQA). RQA merupakan strategi

yang baru dikembangkan atas dasar kenyataan bahwa

hampir semua mahasiswa tidak membaca materi kuliah

perkuliahan, yang berakibat strategi perkuliahan yang

dirancang sulit atau tidak terlaksana dan pada akhirnya

pemahaman terhadap materi perkuliahan menjadi rendah.

Pustaka [22] mengemukakan bahwa implementasi RQA

terbukti mampu memaksa para mahasiswa untuk membaca

materi kuliah yang ditugaskan, sehingga strategi perkuliahan

yang dirancang dapat terlaksana dan pemahaman terhadap

materi perkuliahan berhasil ditingkatkan hampir 100%.

RQA sebagai strategi pembelajaran inovatif terbukti

mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Hasil

penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa perkuliahan

dengan menggunakan RQA menyenangkan bagi mahasiswa.

Ketika proses perkuliahan menyenangkan bagi mahasiswa,

maka dengan sendirinya akan mendorong motivasi

mahasiswa untuk belajar. Peningkatan motivasi belajar

tersebut akan berimplikasi pada peningkatan hasil belajar

kognitif mahasiswa. Selain itu, dengan pengalaman belajar

yang diperoleh maka materi yang dipelajari akan tersimpan

dalam memori jangka panjang mahasiswa.

Melalui RQA, metakognisi mahasiswa juga diharapkan

meningkat. Penelitian pustaka [23] menunjukkan bahwa

RQA mampu mengembangkan keterampilan metakognitif

mahasiswa. Dengan adanya peningkatan keterampilan

metakognitif, diharapkan juga akan meningkatkan hasil

belajar kognitif mahasiswa. Menurutpustaka [24], sejauh

mana metakognisi mempengaruhi pencapaian belajar

tergantung pada pola motivasi seseorang. Hal

inimenjelaskan kemungkinan adanya hubungan antara

metakognisi dan motivasidalam mempengaruhi prestasi

pelajar [25].

Kekurangan PBL yang memerlukan interdisiplin ilmu

dapat diatasi dengan RQA di mana dalam sintaksnya,

mahasiswa bekerja secara kolaboratif untuk mencari solusi

permasalahan. Pustaka [26] menyatakan bahwa dalam

proses pemecahan masalah, mahasiswa mengeksplorasi

berbagai disiplin dan memperluas basis pengetahuan mereka

melalui studi mandiri dan bekerja sama dengan teman

sekelas mereka.Pustaka [27]melihat PBL sebagai peniruan

situasi kehidupan nyata dan menjadi interdisipliner secara

inheren, yang memungkinkan mahasiswa untuk memahami

bagaimana disiplin ilmu yang berbeda berinteraksi ketika

memecahkan masalah. Integrasi RQA ke dalam sintaks PBL

diharapkan dapat

Pengintegrasian kedua strategi tersebut didasarkan pada

pendapat pustaka [28] yang menyatakan bahwa jika ada

beberapa masalah yang akan diselesaikan maka RQA dapat

menjadi cara yang efektif agar pembelajaran lebih

mendalam sebelum sharing informasi dengan teman-teman

kelasnya pada saat presentasi kelas. Perpaduan RQA dengan

PBL menjadikan mahasiswa akan lebih banyak membaca

dan mencari informasi. Selain itu permasalahan yang

diangkat pada kelas perpaduan RQA dan PBL bersumber

dari mahasiswa sendiri, maka dengan sendirinya

pengetahuan yang berupa solusi atas permasalahan akan

tersimpan lebih lama dalam memori jangka panjang

mahasiswa.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian dalam proses

perkuliahan adalah kemampuan akademik awal mahasiswa

karena sangat berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa

dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Kemampuan

akademik awal ini harus diberdayakan, terutama

kemampuan akademik awal yang rendah untuk

mendapatkan hasil yang sama dengan yang berbeda

kemampuan awalnya [29] dan [30].Hasil penelitian pustaka

[31]menunjukkan bahwa pembelajaran dalam kelompok

berpengaruh pada keberhasilan belajar peserta didik

berkemampuan akademik rendah, sedang, dan tinggi.

Pustaka [6] melaporkan bahwa ada perbedaan retensi antara

peserta didik berkemampuan akademik berbeda. Beberapa

hasil penelitian menunjukkan bahwa baik strategi PBL

maupun RQA terbukti mampu mengupayakan agar

mahasiswa dengan kemampuan akademik awal rendah dapat

meningkatkan prestasinya atau mensejajarkan dirinya

dengan mahasiswa pada kelompok lain yang berbeda

kemampuan awalnya [23] dan [32].

70

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang didesain

untuk membandingkan pengaruh strategi pembelajaran PBL,

RQA, PBLRQA, dan pembelajaran konvensional terhadap

retensi mahasiswa yang dilakukan pada tahun 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester

satu pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

di Universitas Negeri Makassar, yang memprogramkan mata

kuliah Biologi Dasar. Mahasiswa yang menjadi sampel

penelitian terdiri atas 142 orang mahasiswa yang diperoleh

dengan random sampling dengan kemampuan akademik

awal yang homogen berdasarkan grouping test. Kemampuan

akademik mahasiswa terdiri atas mahasiswa berkemampuan

akademik atas dan kemampuan akademik bawah. Desain

penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest

Nonequivalent Control Group Design[33] faktorial 4x2.

Empat kelas yang digunakan dalam penelitian ini mewakili

masing-masing strategi pembelajaran. Retensi mahasiswa

diukur dengan menggunakan tes essay sebanyak 21 nomor

dan divalidasi ahli dan empiris sebelum digunakan. Rubrik

yang digunakan adalah rubrik hasil belajar kognitif [34].

Keempat kelas diberi perlakuan strategi pembelajaran yang

berbeda selama 1 semester, selanjutnya diberikan tes hasil

belajar kognitif pada akhir penelitan. Tes kognitif diberikan

lagi dua minggu setelah posttest untuk mengukur retensi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Retensi pada Setiap Strategi

Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik

Retensi mahasiswa diukur dua minggu setelah diberikan

posttest. Selanjutnya, data dianalisis dengan statistik

deskriptif untuk mengetahui rerata dan persentase perubahan

skor mahasiswa dari posttest ke retensi. Data hasil penelitian

terkait rerata skor dan persentase perubahan skor posttest ke

retensi pada setiap strategi pembelajaran menurut

kemampuan akademik (KA) ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rerata Skor dan Persentase Perubahan Skor Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran menurut

Kemampuan Akademik

No Strategi

Pembelajaran

Kemampuan

Akademik

Rerata Perubahan

(%) Keterangan

Posttest Retensi

1 PBLRQA

KA Atas 70,12 63,27 -10,84 Menurun

KA Bawah 60,44 46,67 -29,50 Menurun

Total 65,28 54,97 -18,76 Menurun

2 PBL

KA Atas 58,66 45,37 -29,30 Menurun

KA Bawah 51,13 33,60 -52,17 Menurun

Total 54,89 39,48 -39,03 Menurun

3 RQA

KA Atas 49,42 41,60 -18,81 Menurun

KA Bawah 37,86 36,97 -2,39 Menurun

Total 43,64 39,29 -11,09 Menurun

4 Konv

KA Atas 54,29 34,92 -55,48 Menurun

KA Bawah 36,41 20,95 -73,82 Menurun

Total 45,35 27,93 -62,36 Menurun

Total KA Atas 58,12 46,29 -25,57 Menurun

KA Bawah 46,46 34,55 -34,48 Menurun

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa retensi

mahasiswa yang diajar dengan PBLRQA, PBL, RQA, dan

pembelajaran konvensional mengalami penurunan dengan

persentase yang bervariasi baik antar strategi

pembelajaran, kemampuan akademik yang berbeda, dan

kombinasi strategi pembelajaran dan kemampuan

akademik. Data rerata retensi dapat divisualisasi seperti

pada Gambar 1.

.

71

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

Gambar 1. Rerata Skor Retensi Posttest-Retensi pada Setiap Strategi Pembelajaran Menurut Kemampuan Akademik

Hasil Analisis Statistik Inferensial

Hasil uji anakova perbedaan retensi mahasiswa

berkemampuan akademik berbeda pada perkuliahan

Biologi Dasar antara yang diberi strategi PBLRQA, PBL,

RQA, dan pembelajaran konvensional ditunjukkan pada

Lampiran 20.

Ringkasan hasil uji hipotesis dengan anakova retensi

mahasiswa terlihat pada Tabel 2.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Anakova Retensi Mahasiswa

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 31357,921a 8 3919,740 38,010 0,000

Intercept 17,.676 1 178,676 1,733 0,190

Xret 12382,212 1 12382,212 120,071 0,000

Strategi 4106,634 3 1368,878 13,274 0,000

KemampuanAkademik 414,461 1 414,461 4,019 0,047

Strategi * KA 877,469 3 292,490 2,836 0,041

Error 13715,467 133 103,124

Total 277217,598 142

Corrected Total 45073,388 141

Berdasarkan sumber strategi pembelajaran, kemampuan

akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA

diperoleh p-level lebih kecil dari alpha 0.05 (p < 0.05)

dengan sig. 0,000; 0,047; dan 0,041. Hal ini berarti bahwa

ada pengaruh strategi pembelajaran, kemampuan

akademik dan interaksi strategi pembelajaran dengan KA

terhadap retensi mahasiswa.

Hasil uji lanjut pengaruh strategi pembelajaran terhadap

retensi mahasiswa terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Mahasiswa

Strategi Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation

KONV 45,347 27,931 17,416 32,788 a,m

PBL 54,893 39,484 15,409 37,778 b

RQA 43,640 39,285 4,355 45,317 c

PBLRQA 65,280 54,968 10,312 46,120 c

Hasil uji BNT menunjukkan bahwa strategi

PBLRQAtidak berbeda nyata dari strategi RQA, tetapi

berbeda sangat nyata dengan strategi PBL dan

pembelajaran konvensional yaitu lebih tinggi 18,09% dan

28,91%.

Dengan demikian, strategi PBLRQAdan RQA lebih

berpotensi meningkatkan retensi mahasiswa dibanding

strategi PBL dan pembelajaran konvensional.

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan (nyata) retensi mahasiswa

antara kemampuan akademik atas dengan kemampuan

akademik bawah. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

bahwa rata-rata skor terkoreksi pada kemampuan

akademik atas sebesar 42,361 sedangkan pada kemampuan

akademik bawah sebesar 38,641. Ini menunjukkan bahwa

rata-rata skor terkoreksi retensi mahasiswa pada

kemampuan akademik atas lebih tinggi 8,78% dari

kemampuan akademik bawah.

Hasil uji lanjut pengaruh interaksi strategi pembelajaran

dengan kemampuan akademik terhadap retensi mahasiswa

terlihat pada Tabel 4.

0.0010.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.00

KA

Ata

s

KA

Baw

ah

Tota

l

KA

Ata

s

KA

Baw

ah

Tota

l

KA

Ata

s

KA

Baw

ah

Tota

l

KA

Ata

s

KA

Baw

ah

Tota

l

PBL+RQA PBL RQA KONV

Rera

ta S

ko

r R

ete

nsi

Strategi Pembelajaran menurut Kemampuan Akademik

Postes

Retensi

72

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Strategi Pembelajaran dengan Kemampuan Akademik

terhadap Retensi Mahasiswa

Strategi Akademik Xret Yret Selisih RetCor LSD Notation

KONV KA Bawah 36,408 20,946 15,463 31,950 a,m

KONV KA Atas 54,286 34,916 19,370 33,627 a, ,

PBL KA Bawah 51,125 33,598 17,527 34,483 a b

PBL KA Atas 58,661 45,369 13,291 41,073 b c

PBLRQA KA Bawah 60,436 46,668 13,767 41,151 b c

RQA KA Atas 37,859 36,974 0,885 43,653 c

RQA KA Bawah 49,422 41,597 7,825 46,980 c d

PBLRQA KA Atas 70,124 63,268 6,856 51,089 d

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa rerata terkoreksi skor

retensi terendah pada kombinasi strategi pembelajaran

konvensional-KA bawah yaitu 31,950 dan tertinggi pada

kombinasi strategi PBLRQA-KA atas yaitu 51,089. Rerata

terkoreksi skor retensi mahasiswa pada kombinasi strategi

PBLRQA-KA atas berbeda nyata lebih tinggi 19,45% dari

kombinasi PBLRQA-KA bawah. Kombinasi RQA-KA

bawah tidak berbeda nyata dari kombinasi strategi RQA-KA

atas, kombinasi strategi PBL-KA atas tidak berbeda nyata

dari kombinasi PBL-KA bawah, kombinasi strategi

pembelajaran konvensional-KA atas tidak berbeda nyata

dengan kombinasi konvensional-KA bawah. Dengan

demikian, dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran

PBLRQAlebih tepat untuk mempertahankan retensi

mahasiswa KA atas, sedangkan strategi pembelajaran

lainnya mampu mempertahankan retensi mahasiswa KA

bawah sama dengan KA atas. Kombinasi perlakuan yang

dianggap baik untuk mempertahankan retensi mahasiswa

adalah kombinasi strategi PBLRQA-KA atas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

retensi mahasiswa yang diajar dengan PBL, RQA,

PBLRQA, dan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian

ini juga sejalan dengan temuan pustaka [32]dan [35] yang

menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh

terhadap retensi.

Kemampuan menyimpan pengetahuan pada memori

jangka panjang (long-term memory) pada mahasiswa yang

diajar dengan PBLRQA juga disebabkan oleh adanya

tahapan dimana mahasiswa melakukan kegiatan individual

sebagai tahapan dari RQA dan kegiatan kelompok sebagai

tahapan dari PBL. Pada sintaks ini mahasiswa melakukan

kerja sama untuk mencari penyelesaian masalah dalam

suasana kooperatif baik pada diskusi kelompok, maupun

diskusi kelas. Aktivitas mahasiswa pada tahapan tersebut

menunjukkan adanya kegiatan belajar dari melakukan

(learning by doing) dan belajar bersama (learning

together). Dengan demikian, mahasiswa menerima

informasi bukan hanya berasal dari dosen, akan tetapi juga

berasal dari kegiatan belajarnya sendiri dan kerja sama

dengan teman-temannya. Selain itu, mahasiswa yang

dibelajarkan strategi PBLRQA tidak hanya melibatkan

indera pendengaran akan tetapi melibatkan lebih dari satu

panca indera sehingga hasil belajar dapat disimpan dalam

waktu lama. Hal ini didukung oleh pernyataanpustaka [36]

bahwa jika informasi yang dipelajari secara bermakna maka

lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara

hapalan.

Penyebab lain dari besarnya kemampuan mahasiswa

yang diajar dengan strategi PBLRQA untuk

mempertahankan pengetahuannya dalam memori jangka

panjangnya, adalah dengan adanya kegiatan kolaboratif di

dalam pembelajaran PBLRQA tersebut. Hasil penelitian

pustaka [37] dan [38]melaporkan bahwa peserta didik yang

dibelajarkan strategi pembelajaran

kooperatifmampumempertahankankonseplebih baik

daripadapeserta didik yang dibelajarkan dengan

menggunakanpendekatan pembelajarankonvensional.

Pustaka [39] menyatakan bahwa melalui tahapan RQA

dalam PBLRQA, retensi mahasiswa berhasil dipertahankan.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa skor retensi

mahasiswa yang berkemampuan akademik atas lebih tinggi

dibandingkan yang berkemampuan akademik bawah. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian [6], [32], dan

[40] yang melaporkan adanya perbedaan retensi antara

peserta didik berkemampuan akademik atas dengan peserta

didik berkemampuan akademik bawah, dimana peningkatan

skor retensi peserta didik berkemampuan akademik atas

lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik

berkemampuan akademik rendah.

Meskipun demikian, kemampuan akademik bukan satu-

satunya faktor yang mempengaruhi retensi. Faktor lain

yang dapat mempengaruhi retensi adalah perhatian

(konsentrasi) saat proses pembelajaran berlangsung, serta

minat atau kemauan peserta didik untuk mengingat. Selain

itu, motivasi yang kuat, terutama motivasi intrinsik dan

kesadaran akan tujuan yang harus dicapai mendorong

peserta didik untuk melibatkan diri dalam proses

pembelajaran yang akan berdampak lebih mudah

mengingat materi yang sedang dipelajari. Pernyataan ini

didukung oleh pustaka [41] bahwa sejauh mana

keterampilan metakognitif mempengaruhi pencapaian,

sebenarnya sangat tergantung pada pola motivasi.

Selain itu, pustaka [42] menjelaskan mengenai retensi

siswa bahwa terdapat lima kondisi yang dapat

mempengaruhi retensi, yaitu harapan (expectation),

dukungan (support), umpan balik (feedback), keterlibatan

(involvement), dan pembelajaran (learning). Berdasarkan

pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa retensi siswa

berkemampuan akademik tinggi maupun rendah dapat

meningkat apabila kelima kondisi tersebut benar-benar

dilaksanakan. Jadi, siswa berkemampuan akademik rendah

pun bisa memiliki retensi yang lebih baik apabila

mendapatkan kelima kondisi tersebut dengan baik.

Hasil penelitian juga melaporkan bahwa strategi

PBLRQA lebih tepat mempertahankan retensi mahasiswa

73

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

yang berkemampuan akademik atas. Hal ini disebabkan

karena selama pembelajaran mahasiswa berkemampuan

akademik atas berusaha untuk dapat mengetahui dan

memahami permasalahan dan dan solusinya agar

mahasiswa tersebut dapat mengajari sesama anggota

kelompoknya. Aktivitas mahasiswa yang demikian dapat

memacu terbentuknya keterampilan berpikir dan

keterampilan metakognitif pada dirinya. Selama penerapan

strategi PBLRQA, mahasiswa berkemampuan akademik

atas lebih banyak terbantu untuk mengembangkan

keterampilan metakognisi dan mempertahankan

pemahaman konsep yang diketahuinya pada saat

perkuliahan.

Terkait dengan pembelajaran, pembelajaran PBLRQA

yang banyak melibatkan panca indera dalam proses berpikir

dapat memungkinkan pembelajaran menjadi lebih

bermakna, sehingga dengan demikian memungkinkan

kuatnya retensi mahasiswa terhadap konsep-konsep yang

diajarkan. Pengalaman belajar yang dilakukan oleh

mahasiswa secara langsung akan memberikan dampak yang

besar terhadap materi yang diterima oleh mahasiswa,

sehingga mereka dapat menyimpan dan mengingat materi

yang sudah diperolehnya dengan baik. Pernyataan ini

didukung oleh temuan hasil penelitian pustaka [43] bahwa

pembelajaran dengan menggunakan strategi PBL dapat

meningkatkan kebermaknaan proses belajar, sehingga dapat

meningkatkan jumlah materi yang dapat diingat dalam

jangka waktu yang relatif lama. Pustaka [44] juga

menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan

dalam pembelajaran dapat mempengaruhi retensi dan

berdampak pada hasil belajar siswa. Apabila dalam

pembelajaran mahasiswa diberi kesempatan untuk

melakukan atau mengamati objek secara langsung, maka

konsep yang dipelajari akan bertahan lama dalam ingatan.

Kondisi ini berlaku untuk semua mahasiswa, baik

mahasiswa berkemampuan akademik tinggi maupun

rendah. Mahasiswa berkemampuan akademik tinggi

maupun rendah dalam pembelajaran dengan strategi

PBLRQA dituntut aktif terlibat dalam proses pembelajaran.

Hal ini menunjukkan bahwa pada mahasiswa

berkemampuan akademik bawah dengan strategi

pembelajaran yang sama yaitu PBLRQA, ada faktor lain

yang berpengaruh terhadap retensi selain metakognisi.

Terkait dengan hal tersebut, pustaka [45] mengemukakan

bahwa suatu fakta yang dipelajari harus dapat diingat

dengan baik segera setelah diajarkan, akan tetapi dalam

jangka waktu tertentu dapat terjadi perubahan karena yang

diingat itu dapat dilupakan sebagian atau seluruhnya.

Faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi retensi

peserta didik adalah jumlah hal yang dipelajari dalam

waktu tertentu, adanya kegiatan-kegiatan lain sesudah

belajar yang merupakan interference yang mengganggu apa

yang diingat itu, dan waktu yang lewat setelah

berlangsungnya belajar yang juga dapat mengandung

kegiatan yang mengganggu.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran,

kemampuan akademik dan interaksi strategi pembelajaran

dengan KA terhadap retensi mahasiswa.Strategi

PBLRQAdan RQA lebih berpotensi meningkatkan retensi

mahasiswa dibanding strategi PBL dan pembelajaran

konvensional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mahasiswa dengan kemampuan akademik atas memiliki

retensi lebih besar dibandingkan mahasiswa dengan

kemampuan akademik bawah. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa mahasiswa dengan KA atas yang

diajar dengan strategi PBLRQAlebih mampu

mempertahankan retensinya dibandingkan dengan strategi

pembelajaran lainnya dengan kemampuan akademik yang

berbeda. Dengan demikian hasil penelitian ini

merekomendasikan penggunaan strategi PBLRQA pada

perkuliahan lain agar retensi mahasiswa terhadap materi

dapat dipertahankan.

PUSTAKA

[1] N.C.D. Kiswanto, Pengaruh Kecerdasan Emosional,

Efikasi Diri Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas

Negeri Yogyakarta,Bachelor Thesis, Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.

[2] A. Bahri, &A.D. Corebima, The Contribution of

Learning Motivation and Metacognitive Skill on

Cognitive Learning Outcome of Students within

Different Learning Strategies,Journal of Baltic

Science Education, vol. 14, no. 4 , 2015, pp. 487-500.

[3] A. Darmawati, Analisis Motivasi dan Pengaturan Diri

untuk Belajar Mahasiswa Jurusan Manajemen

Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta,Laporan Penelitian, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta, 2009.

[4] M.Yamin, Paradigma Pendidikan Kostruktivistik,

Gaung Persada Press, Jakarta, 2008.

[5] Z.W.M. Warouw, Pengaruh Pembelajaran

Metakognitif dengan Strategi Cooperative Script, dan

Reciprocal Teaching pada Kemampuan Akademik

Berbeda Terhadap Kemampuan dan Keterampilan

Metakognitif, Berpikir Kritis, Hasil Belajar Biologi

Siswa, serta Retensinya di SMP Negeri

Manado,Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2009.

[6] Jamaluddin, Pengaruh Pembelajaran Pemberdayaan

Berpikir Melalui Pertanyaan Dipadukan Strategi

Kooperatif dan Kemampuan Akademik terhadap

Keterampilan Mtakognitif, Berpikir Kreatif, Hasil

Belajar Kognitif IPA-Biologi, dan Retensi Siswa SD

di Mataram,Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2009.

[7] Zahri, Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle

terhadap Kualitas Proses, Hasil Belajar dan Retensi

Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam Basa

Kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar, Master

Thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2010.

[8] D.RFauziyah,Hubungan Keterampilan Metakognitif

terhadap Hasil Belajar Biologi dan Retensi Siswa

Kelas X dengan Penerapan Strategi Pembelajaran

Think Pair Share di SMA Negeri 6 Malang. Bachelor

thesis,Universitas Negeri Malang, Malang,2013.

[9] B.J.Duch, S. E. Groh, &E.A. Debora, The Power of

Problem Based Learning: A Practical “How To” for

74

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

Teaching Undergraduate Courses in Any

Discipline,Stylus Publishing,Sterling, 2001.

[10] O.S. Tan, Problem Based Learning Innovation. Using

Problem to Power Learning in the 21st Century,

Cengage Learning Asia Pte. Ltd., Singapore, 2003.

[11]T. R.Steck, W.DiBiase, C. Wang, &A.Boukhtiarov,The

Use of Open-Ended PBL Scenarios in an

Interdisciplinary Biotechnology Class: Evaluation of a

PBL Course Across Three Years,Journal of

Microbiology & Biology Education, vol. 13, no. 1,

2012, pp. 2-10.

[12] R.E. Izzaty, Problem-Based Learning dalam

Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Paradigma, vol. 1,

no. 1, 2006, 77 – 83.

[13] A.A. Keziah, A Comparative Study of PBL and

Lecture-Based Learning in Secondary School

Students’ Motivation to Learn Science, International

Journal of Science and Technology Education

Research, vol. 1, no. 6, 2010, pp. 126 – 131.

[14] B. Ackay, PBL in Science Education,Journal of

Turkish Science Education, vol. 6, no. 1, 2009, pp. 26

-36.

[15] A.D. Corebima, &A. Bahri, Reading, Questioning,

and Answering (RQA): A New Learning Strategy to

Enhance Student Metacognitive Skill and Concept

Gaining. Paper presented at International Symposium

at Nanyang Technology University, Singapura, 2011.

[16] M. Danial, Pengaruh strategi pembelajaran PBL dan

Group Investigation terhadap metakognisi dan

penguasaan konsep Kimia Dasar Mahasiswa

JurusanBiologi FMIPA UNM, Doctoral dissertation,

Universitas Negeri Malang, Malang, 2010.

[17] M. Palennari, Exploring The Correlation between

Metacognition and Cognitive Retention of Students

using Some Biology Teaching Strategies,Journal of

Baltic Science Education, vol. 15,no. 5, 2016, pp. 617-

629.

[18] S. Meier, R. Hovde,&R. Meier, Problem Solving:

Teachers’ Perceptions, Content Area Models, and

Interdisciplinary Connections,School Science and

Mathemataics,vol. 96, no. 1, 1996, pp. 230-237.

[19]O. Akinoglu, &R.O. Tandogan, The Effects of

Problem-Based Active Learning in Science Education

on Students’ Academic Achievement, Attitude and

Concept Learning,Eurasia Journal of Mathematic,

Science & Technology Education, vol. 3, no. 1, 2007,

pp. 71-81.

[20]D.F. Treagust, &R.F. Peterson, Learning To Teach

Primary Science Trough Problem Based Learning,

Science Education, vol. 82, no. 2, 1998, pp. 215-237.

[21]J.D.Ward,& C.L. Lee, A Review Of Problem-Based

Learning,Journal of Family and Consumer Sciences

Education, vol. 20, no. 1, 2002, pp. 16-26.

[22]A.D. Corebima, Pengalaman Berupaya Menjadi Guru

Profesional. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam

Bidang Genetika pada Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Orasi ilmiah disampaikan pada

Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang

Malang, 2009.

[23]A. Bahri, Pengaruh strategi pembelajaran RQA pada

perkuliahan Fisiologi Hewan tehadap kesadaran

metakognitif, keterampilan metakognitif dan hasil

belajar kognitif mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA

UNM,Master thesis, Universitas Negeri Malang,

Malang,2010.

[24] V.Z.C.V. Tamsen, Examining metacognitive self-

regulation within the context of daily academic

tasks,Doctoral dissertation, The State University of

New York, 1998.

[25] S. Rahman, &J.A. Phillips, Hubungan antara

Kesedaran Metakognisi, Motivasi dan Pencapaian

Akademik Pelajar Universiti,Jurnal Pendidikan, vol.

31, no. 1, 2006, pp.21 – 39.

[26] W.Stepien, S.Gallagher, &D. Workman, Problem-

based learning for traditional and interdisciplinary

classrooms, Journal for the Education of the Gifted,

vol. 16, no. 1, 1993, pp. .338-357.

[27] S. Gallagher, W. Stepien, B. Sher, &D. Workman,

Implementing Problem-Based Learning in Science

Classrooms,School Science and Mathematics, vol. 95,

no. 1, 1995, pp. 136-146.

[28] D.E. Allen, B.J. Duch, & S.E. Groh,Strategies for

Using Groups. In Duch. B.J et. (ed). The Power of

Problem Based Learning: A Practical “How To” for

Teaching Undergraduate Courses in Any Discipline,

Stylus Publishing, Sterling,2001.

[29] I. Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas

Paradigma Baru Pendidikan, Logos Wacana Ilmu,

Jakarta, 2001.

[30] A.D. Corebima,Strategi Pembelajaran yang

Memberdayakan Kemampuan Berpikir dan

Pemahaman Konsep Siswa Berpotensi Akademik

Rendah. Makalah disajikan pada The International

Conference on Mathemathics and Science Education

di UNJ Jakarta pada tanggal 29-30 Nopember 2006.

[31] S. Amnah, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif TPS,

Jigsaw, Kombinasi dengan Strategi Metakognitif dan

Kemampuan Akademik terhadap Kesadaran

Metakognitif, Keterampilan Metakognitif, dan Hasil

Belajar Kognitif Siswa di SMA Negeri Kota Pekan

Baru Riau. Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2009.

[32] Muhiddin, Pengaruh Integrasi PBL dengan

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan kemampuan

Akademik terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis,

Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa pada

Perkuliahan Biologi DasarDoctoral dissertation,

Universitas Negeri Malang, Malang, 2012.

[33] W.L. Borg, &M.D. Gall, Educational Research, An

Introduction. 4th

Edition,Longman Inc., New York and

London, 1983.

[34] D. Hart, Authentic Assesment a Hand Book for

Educators California. Addison-Wesley Publishing

Company, New York, 1994.

[35]A.G.C. Wicaksono, Pengaruh Strategi Pembelajaran

Reciprocal Teaching Dipadu dengan Jigsaw Terhadap

Kemampuan Metakognitif, Hasil Belajar dan Retensi

Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang, Bachelor

thesis, Universitas Negeri Malang, Malang, 2011.

[36] R.W. Dahar, Teori-Teori Belajar, Erlangga, Jakarta,

1991.

[37] A. Sukkrong, &A. Teo, Learning Achievement,

Retention, and Attitude towards English Vocabulary

Learning of Students Taught Through Games and

75

Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017

MIPA Open & Exposition 2017

Conventional Method.Paper presented on The 2nd

International Conference on Humanities and Social

Sciences April 10th, 2010.

[38] M.M.Chianson, M.S., Kurumeh, &J.A. Obida, Effect

of Cooperative Learning Strategy on Students’

Retention in Circle Geometry in Secondary Schools in

Benue State, Nigeria,American Journal of Scientific

and Industrial Research, vol. 2, no. 1, 2011, pp. 33 –

36.

[39] H. M. Sumampouw,Keterampilan Metakognitif dan

Berpikir Tingkat Tinggi dalam Pembelajaran Genetika

(Artikulasi Konsep dan Verifikasi Empiris),Jurnal

Bioedukasi, vol. 4, no. 2, 2011, pp. 23-39.

[40] L.T. Antika, Perbandingan Keterampilan

Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi

Antara Siswa Berkemampuan Akademik Tinggi dan

Rendah Kelas X SMA di Malang melalui Strategi

Problem Based Learning (PBL), Bachelor

thesis,Universitas Negeri Malang., Malang, 2013.

[41] M.S.C.Yuwono, Pengembangan Model Pembelajaran

Kooperatif jigsaw Modifikasi dari Aronson dan Slavin

serta Pengaruhnya terhadap Keterampilan

Metakognisi dan Hasil Belajar Biologi Siswa

Berkemampuan Akademik Berbeda di SMA Kota

Denpasar,Doctoral dissertation, Universitas Negeri

Malang, Malang, 2012.

[42] V. Tinto, Promoting Student Retention Through

Classroom Practice. Amster-Paper VT(1). (Online),

(http://www.staffs.ac.uk/accessstudies/ docs/Amster-

paperVT%281%29.pdf), 2003.

[43] Zaidi,Pengaruh Metode Pembelajaran PBL vs

Ceramah dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil

Belajar dan Retensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III

Madrasah Ibtidaiyah Jenderal Sudirman Kota Malang,

Master thesis,Universitas Negeri Malang, Malang,

2006.

[44] Slameto,Belajar & Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.

[45] W.N. Nasution, Efektivitas Strategi Pembelajaran

Kooperatif dan Ekspositori terhadap Hasil Belajar

Sains Ditinjau dari Cara Berpikir. Online

http://litagama.org/index.htm, 2006.