STRATEGI PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERTANIAN …
Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERTANIAN …
i
STRATEGI PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN
DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG
Fascal Risistio
11150920000022
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1442 H
ii
STRATEGI PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN
DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG
Fascal Risistio
11150920000022
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1442
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Sub Sektor Pertanian Unggulan
dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang”, yang ditulis oleh Fascal
Risistio NIM 11150920000022 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam siding
munaqosyah Falkutas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Pada hari Rabu, 15 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program
Studi Agribisnis
Menyetujui,
Mengetahui,
iv
SURAT PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI
ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI I ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 15 Juli 2020
NIP 11150920000022
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Fascal Risistio
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 08 November 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Rumah Susun Bumi Cengkareng Indah Blok Melati 7 lantai
2 No 6 RT/RW 020/016 Cengkareng Timur, Cengkareng,
Jakarta Barat
No. Telp/HP : 0878-7259-1510
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2003-2009 : SDN 03 Kapuk Pagi
2009-2012 : SMPN 45 Jakarta
2012-2015 : SMAN 33 Jakarta
2015-2020 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
2016-2018 : Anggota Mentor Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
2017 : Sekertaris Divisi Penelitian dan Pengembangan Profesi DEMA
Fakultas Sains dan Teknologi
Pengalaman Pelatihan
2016 : Pelatihan Kepemimpinan oleh POPMASEPI (Perhimpunan Profesi
Mahasiswa Pertanian Indonesia) di Bandung
2018 : Pelatihan Kelas Legislatif oleh SEMA-U (Senat Mahasiswa Universitas)
UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta.
Pengalaman Kerja
2018 : Balai Riset Penelitian Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan
Bogor
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Model Komprehensif Manajemen Strategis ............................................... 19
2. Kerangka Berfikir ....................................................................................... 31
3. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian ...................................... 39
4. Matrik SWOT ............................................................................................. 45
5. Matrik Internal Eksternal ............................................................................ 46
6. Grafik Perkembangan Penduduk Kabupaten Pemalang ............................. 52
7. Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pemalang ............................. 54
8. Grafik Konstribusi Sub Sektor Tanaman Pangan Terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013 – 2017 .................................................. 60
9. Grafik Kontribusi Sub Sektor Tanaman Hortikultura Terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 ..................................................... 61
10. Grafik Kontribusi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 .................................................... 62
11. Grafik Kontribusi Sub Sektor Perternakan Terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 ..................................................... 63
12. Grafik Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 ..................................................... 64
13. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Tanaman Pangan
Kabupaten Pemalang .................................................................................. 66
14. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Tanaman Holtikultuta
Kabupaten Pemalang .................................................................................. 67
15. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Kabupaten Pemalang .................................................................................. 68
16. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Perikanan Kabupaten Pemalang ................ 69
viii
17. Profil Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Pemalang
Tahun 2013-2017 ........................................................................................ 71
18. Diagram Persentase Penyaluran Kredit menurut Kelompok
Bank Desember 2018 .................................................................................. 75
19. Grafik Pemberian Kredit Pada Sektor Pertanian dan
Perikanan pada tahun 2013-2018 ................................................................ 76
20. Konsumsi Buah dan Sayur Per Kapita Sehari di Daerah
Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2016 (dalam Gram) .................................. 85
21. Rencana Tapak TP/KST Pemalang di Kecamatan Randudongkal ............. 86
22. Peta Daerah Strategis Kabupaten Pemalang ............................................... 91
23. Kontribusi Tenaga Kerja yang Bekerja pada Setiap Sektor
di Kabupaten Pemalang Tahun 2018 ......................................................... 95
24. Posisi Strategis Pengembangan Sub Sektor
Hortikultura Pada Kuadran SWOT ............................................................. 114
25. Peta Lokasi Pembangunan Techno Park dan
Persebaran Komoditas Nanas, Mangga dan Durian ................................... 117
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang telah Allah berikan tetapi sedikit
sekali yang dapat kita ingat. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Sub Sektor
Pertanian Unggulan dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang”. Shalawat
serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan
keluarga beliau serta semua kaum muslimin semoga kita selalu mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh
banyak bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan arahan yang
diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Kedua orang tua penulis (Bapak dan Ibu) terima kasih tak terhingga teruntuk
kalian atas cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan selama ini serta
do’a yang selalu kalian panjatkan untuk putramu ini, juga semangat yang tiada
henti- hentinya diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan
dengan baik.
x
2. Ibu Rizki Adi Puspita M.M Sari dan Ibu Agustina Senjayani M.Si M.Si selaku
dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang tiada henti selalu
memberikan banyak pengarahan dan bimbingannya disela-sela kesibukannya.
3. Bapak Prof. Dr Ujang Maman M.Si selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan waktunya dan tenaganya dalam sidang munaqosyah serta
memberikan saran dan mengarahkan penulis.
4. Ibu Titik Inayah M.Si selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktunya
dan tenaganya dalam sidang munaqosyah serta memberikan saran bagi penulis.
5. Ibu Dr Siti Rochaeni M.Si selaku Ketua Prodi Agribisnis dan Dosen
Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberikan waktunya dan
mengarahkan penulis.
6. Bapak/Ibu dosen Prodi Agribisnis yang telah membagi ilmunya dan
memberikan pengarahan.
7. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi yang telah bersedia memberikan waktunya.
8. Bapak Urip Basuki, Bapak Surharno, Bapak Samhudi, Bapak Sukardi dan
Bapak Arif Fajar Riyanto sebagai narasumber telah memberikan bantuan dan
informasi dalam pelaksanaan penelitian.
9. Teman-teman Agribisnis 2015 terima kasih banyak atas kebersamaan, do’a dan
bantuannya. Mudah-mudahan silaturahmi kita tidak pernah putus.
10. Nuryanti Pratami yang selalu setia menyemangati, membantu dan menemani
selama pembuatan skripsi.
xi
11. Pihak-pihak lain yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang dapat membangun dari seluruh pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta,15 Juli 2020
Penulis
xii
ABSTRAK
Fascal Risistio, Strategi Pengembangan Sub Sektor Pertanian Unggulan dalam
Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang. Di bawah bimbingan Rizki Adi
Puspita Sari dan Agustina Senjayani.
Kabupaten Pemalang memiliki sektor ekonomi yang berkontribusi besar
terhadap PDRB yaitu sektor pertanian. Sektor ini didukung oleh sumber daya alam
Kabupaten Pemalang dan sumber daya manusia yang dominan berkerja pada sektor
pertanian. Hal ini didukung juga dengan adanya strategi yang dibuat pemerintah
yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Pemalang.
Strategi yang dibuat belum sepenuhnya dapat menjawab permasalahan
pembangunan pertanian pada tingkat petani. Permasalahan tersebut dibagi menjadi
dua yaitu permasalahan non teknis dan teknis salah satunya masalah anggaran dana
yang dikeluarkan untuk membangun sub sektor pertanian terbatas. Berdasarkan
masalah yang ada tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kontribusi,
pertumbuhan, daya saing sub sektor pertanian, (2) Menganalisis sub sektor
pertanian yang menjadi unggulan., (3) Mengidentifikasi fakor-faktor eksternal
yang menjadi peluang dan ancaman serta fakor-faktor internal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan (4) Merumuskan alternatif dan prioritas strategi yang
dapat dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pemalang.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara, kuesioner
terbuka dan kuesioner tertutup. Metode pemilihan narasumber menggunakan
metode purposive (sengaja) kepada pihak-pihak yang memahami kondisi pertanian
Kabupaten Pemalang. Sumber data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik
dan berbagai instansi yang terkait yang mendukung untuk memperkuat teori
sebagai dasar dalam penelitian ini. Data kuantitatif diolah menggunakan
menggunakan alat bantu software komputer yaitu Microsoft Excel 2013.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa berdasarkan nilai LQ dan SSA terdapat
dua sektor pertanian unggulan Kabupaten Pemalang yaitu sektor perikanan dan
sektor tanaman hortikultura. Nilai share Pergeseran bersih sektor tanaman
hortikultura memiliki nilai terbesar, sehingga dipilih sub sektor tanaman
hortikultura sebagai sub sektor unggulan Kabupaten Pemalang. Berdasarkan hasil
Matrik SWOT dan matrik IE terdapat 3 alternatif strategi yang akan di
perioritaskan menggunakan QSPM. Hasil prioritas strategi dalam pengembangan
sub sektor hortikultura yaitu Strategi pengembangan produk dengan menerapkan
teknologi tepat guna dalam budidaya hingga pasca panen.
Kata Kunci : Sub Sektor pertanian unggulan,, SWOT, QSPM , Pemalang
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.5. Ruang Lingkup .............................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi .................................. 10
2.2. Otonomi Daerah........................................................................................... 11
2.3. Pembangunan Daerah .................................................................................. 12
2.4. Pembangunan Pertanian dan Peran Sektor Petanian ................................... 14
2.5. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah ........................... 15
2.5.1. Location Quotient ........................................................................... 16
2.5.2. Shift-Share ....................................................................................... 17 2.6. Model Manajemen Strategi.......................................................................... 18
2.6.1. Identifikasi Eksternal ...................................................................... 20
2.6.2. Identifikasi Internal ......................................................................... 22
2.6.3. Jenis Alternatif Strategi ................................................................... 23 2.7. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 24
xiv
2.8. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 32
3.2. Jenis dan Sumber Data................................................................................. 32
3.3. Metode Analisis Data .................................................................................. 34
3.3.1. Analisis LQ (Location Quotient) .................................................... 34
3.3.2. Analisis SS (Shift-Share) ................................................................. 35
3.3.3. Matrik Eksternal (EFE) dan Matrik Internal (IFE) ......................... 41
3.3.4. Matrik SWOT ................................................................................. 44
3.3.5. Matrik Quantitative Strtagic Planning (QSPM) ............................. 46 3.4. Definisi Operasional .................................................................................... 47
BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN PEMALANG
4.1. Kondisi Geografi dan Batas Administrasi ................................................... 50
4.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi ....................................................................... 52
4.2.1. Kondisi Sosial ................................................................................. 52
4.2.2. Kondisi Perekonomian .................................................................... 54 4.3. Penggunaan Lahan ....................................................................................... 55
4.4. Kondisi Pertanian Kabupaten Pemalang ..................................................... 56
4.4.1. Tanaman Pangan dan Hortikultura.................................................. 56
4.4.2. Tanaman Perkebunan ...................................................................... 56
4.4.3. Peternakan ....................................................................................... 57
4.4.4. Perikanan ......................................................................................... 57
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Location Quotient (LQ) ................................................................. 59
5.1.1 Sub Sektor Tamanan Pangan ........................................................... 60
5.1.2 Sub Sektor Tanaman Hortikultura ................................................... 61
5.1.3 Sub Sektor Tanaman Perkebunan .................................................... 62
5.1.4 Sub Sektor Peternakan ..................................................................... 62
5.1.5 Sub Sektor Perikanan ....................................................................... 64 5.2 Analisis Shift-Share ..................................................................................... 65
5.2.1 Sub Sektor Tanaman Pangan ........................................................... 66
5.2.2 Sub Sektor Tanaman Hortikultura ................................................... 67
5.2.3 Sub Sektor Tanaman Perkebunan .................................................... 68
5.2.4 Sub Sektor Perikanan ....................................................................... 69
xv
5.3 Perumusan Sub Sektor Unggulan Pertanian ................................................ 70
5.4 Identifikasi Faktor Eksternal Sub Sektor Hortikultura ................................ 73
5.4.1 Peluang Pengembangan Sub Sektor Hortikultura ............................ 74
5.4.2 Ancaman Pengembangan Sub Sektor Hortikultura ......................... 86 5.5 Identifikasi Faktor Internal Sub Sektor Hortikultura ................................... 89
5.5.1 Kekuatan Pengembangan Sub Sektor Hortikultura ......................... 90
5.5.2 Kelemahan Pengembangan Sub Hortikultura .................................. 95 5.6 Perumusan Strategi .................................................................................... 100
5.6.1 Analisis Matrik EFE dan IFE ......................................................... 100
5.6.2 Analisis Matrik SWOT .................................................................. 104
5.6.3 Penentuan Prioritas Strategi dengan Matrik QSPM ...................... 114
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ................................................................................................ 120
6.2. Saran .......................................................................................................... 122
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 123
LAMPIRAN ....................................................................................................... 125
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. PDRB Kabupaten Pemalang Tahun 2017 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2010 .................................................................................... 4
2. Penilaian Bobot Faktor Eksternal dan Internal
Pengembangan Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Pemalang ....... 42
3. Penilaian Matrik EFE dan IFE Pengembangan
Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Pemalang ................................ 44
4. Penilaian Matrik QSPM Pengembangan Sub Sektor
Pertanian Unggulan Kabupaten Pemalang ................................................... 47
5. Jumlah Desa dan Ketinggian di Atas Permukaan Laut
pada Setiap Kecamatan di Kabupaten Pemalang ......................................... 51
6. Luas Penggunaan Lahan Di Kabupaten Pemalang Tahun 2018 .................. 55
7. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 .... 59
8. Hasil Perhitungan Analisis Shif-Share Sub Sektor
Pertanian Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 ...................................... 65
9. Target dan Capaian Produksi Sub Sektor Perikanan
dalam RPJMD Kabupaten Pemalang Tahun 2016-2018 ............................. 72
10. Produksi Pertanian Tanaman Hortikultura Utama Tahun 2016-2018 ......... 73
11. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia ADHK 2010 Periode 2014-2018 ......... 77
12. Perbandingan Laju Inflasi Kabupaten Pemalang,
Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia pada Tahun 2014 – 2018 .................. 79
13. Perbandingan Tingkat Pengangguran Kabupaten Pemalang,
Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia Tahun 2014-2018 ............................. 81
14. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan
Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Pemalang, 2018 ...................... 81
xvii
15. Jumlah Produksi dan Kelompok Tani yang Bermitra
dengan PT Indofood dan PT wings, ............................................................. 82
16. Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu Beberapa
Macam Bahan Makanan Penting, 2016-2018 .............................................. 84
17. Jumlah Penduduk Kabupaten Pemalang Berdasarkan
jenis kelamin dan Kepadatan penduduk tahun 2018 .................................... 87
18. Tingkatan Kelompok Tani di Kecamatan Pemalang,
Warungpring dan Belik 2018 ....................................................................... 96
19. Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE) pada
Kabupaten Pemalang dalam Pengembangan Sub Sektor Hortikultura ........ 101
20. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) pada
Kabupaten Pemalang dalam Pengembangan Sub Sektor Hortikultura ........ 103
21. Faktor Eksternal dan Internal dalam Pengembangan
Sub Sektor Hortikultura Kabupaten Pemalang ............................................ 105
22. Hasil Perumusan Strategi S-O pada Matrik SWOT ..................................... 106
23. Hasil Perumusan Strategi W-O pada Matrik SWOT ................................... 109
24. Hasil Perumusan Strategi S-T pada Matrik SWOT ..................................... 111
25. Hasil Penetuan Prioritas Strategi Pengembangan
Sub Sektor Hortikultura Kabupaten Pemalang pada Matrik QSPM ............ 115
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Nilai, Distribusi dan Ranking PDRB ADHK menurut
Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah 2017 ............................ 126
2. Data Narasumber Terpilih dalam Penelitian Strategi
Penembangan Sub Sektor Unggulan Pertanian
dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang ..................................... 127
3. Pengambilan Data Wawancara dan Kuesioner dalam
Penelitian Strategi Pengebangan Sub Sektor Unggulan
Pertanian dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang. .................... 128
4. Kuesioner dalam Formulasi Strategi Pengembangan
Sub Sektor Unggulan Pertanian dalam Pembangunan
Daerah Kabupaten Pemalang ..................................................................... 129
5. Startegi Pengembangan Sub Sektor Unggulan Pertanian
dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang
Data Primer Point Wawancara ..................................................................... 141
6. Rekap Laporan Penggunaan Lahan Pertanian
Kabupaten Pemalang Tahun 2018 ............................................................... 145
7. Produksi , Produktivitas dan Luas Lahan Komoditas
Nanas, Mangga, dan Durian Tahun 2018 ................................................... 146
8. Rekap Data Bantuan Alat dan Mesin Pertanian
Kabupaten Pemalang Tahun 2018 ............................................................. 148
9. Program dan Kegiatan Berdasarkan Sumber Pendanaan
(APBD Kota, APBD Propinsi, APBN) Tahun 2017-2019 ......................... 150
10. Laporan Tanaman Buah – Buahan Dan Sayuran
Kabupaten Pemalang Tahun 2018 ............................................................... 152
11. Hasil Pembobotan dan Rating Faktor Eksternal dan Internal ..................... 154
12. Dokumetasi .................................................................................................. 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan suatu daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional
dengan prinsip otonomi daerah. Tujuan dari otonomi daerah adalah untuk
meningkatkan perekonomian daerah. Pada dasarnya otonomi daerah memiliki 3
misi utama yaitu meningkatkan pelayanan publik, kesejahteraan masyarakat, dan
mengelola sumberdaya manusia secara efisien dan efektif (Kurniawan, 2016: 1).
Pemeritah pusat memberikan kebebasan kepada daerah masing-masing
untuk membangun daerahnya. Hal ini tercatum pada Undang-undang RI No 32
tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang RI no 33 tahun 2004
tentang keuangan pusat dan daerah. Namun Pemerintah pusat tidak sepenuhnya
membebaskan Pemeritah daerah mengatur dalam daerah tetapi pembangunan
daerah harus tetap memperhatikan pembangunan tingkat atasnya. Pembangunan
daerah dapat berjalan baik atau tidak dapat dilihat dengan mengetahui pertumbuhan
ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun dapat dilihat dari Atas Dasar
Harga Konstan (ADHK). Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK
lebih menggambarkan perkembangan produksi riil barang dan jasa yang dihasilkan
oleh kegiatan ekonomi daerah tersebut. ADHK merupakan harga rata-rata yang
tidak mungkin berubah untuk tahun tertentu. Oleh karena itu PDRB ADHK dapat
digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi daerah selama 10 tahun terakhir.
2
Besar nilai PDRB ADHK Jawa Tengah di tahun 2017 memiliki
keragamanan di setiap daerahnya. Hal ini dipengaruhi oleh sektor-sektor yang
berada di dalam kegiatan perekonomian masing-masing daerah. Daerah yang
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif pada sektor tertentu akan lebih
maju dari pada daerah lainnya. Hal ini dapat dilihat pada nilai PDRB ADHK
Provinsi Jawa Tengah Lampiran 1.
Berdasarkan Lampiran 1 Kabupaten Pemalang hanya menempati posisi ke
23 dari 35 Kabupaten/Kota. Besar PDRB Kabupaten Pemalang hanya 16,29 triliun
rupiah dengan kontribusi 1.83 persen dalam PDRB Jawa Tengah. Namun secara
geografis, Kabupaten Pemalang memiliki posisi yang strategis karena sebelah utara
Kabupaten Pemalang adalah daerah pesisir pantai utara dan bagian selatan
Pemalang adalah daerah dataran tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan
terhadap sektor pertanian dan sektor-sektor yang memiliki potensi untuk
dikembangkan sehingga dapat dijadikan prioritas dalam pembangunan daerah
Kabupaten Pemalang.
Visi pembangunan suatu daerah merupakan gambaran umum dalam suatu
perencanaan pembangunan yang menjelaskan sasaran hasil pembangunan yang
akan dicapai melalui strategi, program dan kegiatan daerah. Demikian halnya
menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian visi adalah rumusan umum mengenai
keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, sedangkan yang disebut
misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi. Visi pembangunan daerah sangat penting karena akan dijadikan
3
sebuah target dari kondisi yang diinginkan. Penyusunan visi pembangunan daerah
Kabupaten Pemalang periode 2016-2021 memperhatikan visi yang termuat pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pemalang
tahun 2005-2025 yaitu “Pemalang yang Maju, Mandiri dan Sejahtera”. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pemalang 2016-
2021 mengikuti pelaksanaan pembangunan daerah berdasarkan pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Pemalang tahun 2005-2025 (PERDA
Kabupaten Pemalang, 2016).
Pembangunan daerah Kabupaten Pemalang disokong oleh sektor ekonomi
daerah. Sektor ekonomi tersebut dapat dilihat pada Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Pemalang menurut lapangan usaha. Tiap sektor akan
dilihat nilai kontribusi secara keseluruhan. Nilai kontribusi yang besar dapat
dijadikan fokus pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data pada Tabel 1 terdapat tiga sektor yang berkontribusi
dalam perekonomian Kabupaten Pemalang tahun 2017 yaitu: 1) sektor pertanian
berkontribusi terhadap PDRB sebesar 24,62%. Pada Sektor pertanian terdapat 3
(Tiga) sub sektor pertanian yang berkontribusi besar dalam sektor pertanian
Kabupaten Pemalang diantaranya sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman
hortikultura dan sub sektor tanaman perkebunan; 2) Sektor Industri yang memiliki
kontribusi sebesar 20,23%; 3) Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor memiliki kontribusi sebesar 17,16 %.
4
Tabel 1. PDRB Kabupaten Pemalang Tahun 2017 Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2010
Lapangan Usaha
PDRB
Juta
(Rupiah)
(%)
Pertanian 4.012.917 24.62
1. Tanaman Pangan 1.410.380 8,65
2. Tanaman Hortikultura 1.294.005 7,94
3. Tanaman Perkebunan 622.082 3,82
4. Perternakan 399.526 2,45
5. Perikanan 286.924 1,76
Pertambangan dan Penggalian 752.008 4,61
pengadaan listrik dan gas 24.391 0,15
pengadaan air, pengolahan sampah ,limbah dan daur
ulang 13.794 0,08
Industri Pengolahan 3.296.225 20,23
Konstruksi 701.170 4,30
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor 2.796.272 17,16
Transportasi dan Pergudangan 506.632 3,11
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 912.238 5,60
Informasi dan Komunikasi 411.732 2,53
Jasa Keuangan dan Asuransi 488.977 3,00
Jasa Perusahaan 59.864 0,37
Real Estate 303.692 1,86
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib 522.124 3,20
Jasa Pendidikan 862.194 5,29
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 167.634 1,03
Jasa lainnya 465.788 2,86
PDRB 16.297.654 100,0 Sumber : BPS Kabupaten Pemalang, 2017 (diolah)
Sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar
di Kabupaten Pemalang. Di tahun 2017 angkatan kerja yang bekerja di daerah
Pemalang sebesar 587.819 jiwa. Angkatan kerja yang bekerja tersebut terbagi di
setiap sektor diantaranya; sektor pertanian sebesar 154.676 jiwa dengan memiliki
5
kontribusi sebesar 26,31 persen dari angkatan kerja yang bekerja, sektor
perdagangan sebesar 104.947 jiwa, sektor industri sebesar 117.851 jiwa, sektor jasa
sebesar 117.382 jiwa dan sektor lainnya sebesar 92.963 jiwa (Badan Pusat Statisik,
2018: 90).
sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian dari
setiap pembangunan daerah. Sektor pertanian memiliki pengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi sehingga jika kinerja sektor pertanian tidak produktif maka
pertumbuhan ekonomi akan menurun (Clement dalam Daryanto 2003: 23).
Pemerintah daerah tentunya memiliki strategi dan kebijakan masing-
masing untuk membangun sektor pertanian. Salah satunya terdapat dalam Rencana
Pemerintah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pemalang priode 2016-
2021 dalam misi ke-3 yaitu mengembangkan ekonomi kerakyatan dan kedaulatan
pangan yang berbasis sumber daya lokal serta menanggulangi kemiskinan. Pada
misi ke 3 terdapat strategi-strategi dalam mengembangkan sub sektor pertanian di
Kabupaten Pemalang. Strategi-strategi tersebut diantaranya :
1) Mengoptimalisasikan Sapta Usaha Tani didukung pemanfaatan teknologi dan
modernisasi alsintan tepat guna; melakukan pengembangan pola dan sistem
pertanian terutama pada jenis komoditas pertanian unggulan lokal.
2) Meningkatkan pemantauan pasokan dan harga pangan pokok masyarakat;
penanganan wilayah rawan pangan; dan penyediaan cadangan pangan.
3) Meningkatkan produksi perikanan tangkap melalui pemberdayaan nelayan
serta penyediaan sarana dan prasarana perikanan tangkap; intensifikasi
perikanan budidaya dengan Cara Budidaya Ikan yang Benar (CBIB).
6
Strategi-strategi di atas diharapkan berjalan sesuai dengan yang
direncanakan. Hal ini dapat dilihat pada capaian target produksi pada setiap sub
sektor, namun strategi yang dibuat belum sepenuhnya dapat menjawab
permasalahan pembangunan pertanian pada tingkat petani. Berdasarkan hasil
observasi awal peneliti pada kondisi di lapangan terdapat permasalahan pada sektor
pertanian. Permasalahan tersebut dibagi menjadi dua yaitu permasalahan non teknis
seperti kondisi kesuburan lahan pertanian kabupaten yang mulai berkurang dan
cuaca yang tidak menentu. Permasalahan teknis seperti sumberdaya manusia
pertanian, pembiayaan pertanian, pemasaran serta masalah anggaran dana yang
dikeluarkan untuk membangun sub sektor pertanian terbatas. Pembangunan sektor
pertanian harus mampu menjawab permasalahan saat ini dan yang akan mendatang
sehingga diperlukan strategi jangka pendek, menengah dan panjang dalam
pembangunan sektor pertanian. sub sektor pertanian Kabupaten Pemalang
memerlukan perumusan strategi jangka menengah yang mampu mengembangkan
sub sektor pertanian unggulan Kabupaten Pemalang. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian “Strategi Pengembangan Sub Sektor Pertanian Unggulan dalam
Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian
adalah:
1. Bagaimana kontribusi, pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian dalam
pembangunan daerah di Kabupaten Pemalang?
7
2. Apa yang menjadi sub sektor pertanian unggulan dalam pembangunan daerah
di Kabupaten Pemalang?
3. Apa faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi peluang dan ancaman serta
faktor-faktor internal yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
pengembangan sub sektor unggulan di Kabupaten Pemalang?
4. Apa alternatif dan prioritas strategi yang mendukung pengembangan sub sektor
pertanian unggulan di Kabupaten Pemalang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kontribusi, pertumbuhan, daya saing sub sektor pertanian dalam
pengembangan sub sektor unggulan pertanian di Kabupaten Pemalang.
2. Menganalisis sub sektor pertanian yang menjadi unggulan untuk menjadi fokus
dalam pembangunan daerah Kabupaten Pemalang.
3. Mengidentifikasi fakor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman
serta fakor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam
pengembangan sub sektor pertanian unggulan di Kabupaten Pemalang.
4. Merumuskan alternatif dan prioritas strategi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Pemalang.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara praktis teoritis dan
akademis.
8
1. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi:
a. Pemerintah, diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi dalam
merumuskan strategi untuk perencanaan pembangunan pertanian di
Kabupaten Pemalang.
b. Petani, diharapkan dapat memberi informasi dan membantu menyelesaikan
masalah-masalah pada tingkat petani.
c. Penulis, diharapkan dapat memenuhi persyaratan untuk lulus strata satu di
Prodi Agribisnis FST UIN Jakarta.
2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkuat landasan teori
mengenai sektor unggulan, daya saing, pertumbuhan perekonomian dan
perumusan strategi di Kabupaten Pemalang.
3. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
perbandingan dan acuan bagi pihak lain untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup digunakan untuk membatasi penelitian yang akan
dilaksanakan. Ruang lingkup penelitian terdiri dari:
1. Alat pengukur yang digunakan adalah location Quotient (LQ) dan Shift Share
Analysisis (SSA). LQ digunakan untuk mengetahui kontribusi sub sektor
pertanian dan SSA digunakan untuk mengetahui daya saing dan pertumbuhan
sub sektor pertanian.
2. Alat dalam perumusan strategi dan alternatif strategi yang digunakan adalah
SWOT dan QSPM
9
3. Periode tahun analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah periode tahun
2013 hingga 2017. Karena di tahun 2013 sektor pertanian memiliki laju
pertumbuhan yang tinggi dan berkontribusi tertinggi terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang. Tahun dasar yang digunakan adalah Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2010.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
Sebagian pendapat ada yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi
(economic development) sama dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth)
meskipun pada kenyataannya mempunyai perbedaan. Pembangunan ekonomi
adalah suatu konsep luas yang mencangkup modrenisasi kelembagaan yang
berkaitan dengan tujuan untuk memproduksi secara produktif dan efisien. Hal ini
dapat membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang
(Adisasmita, 2010: 270).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah darat dan
laut dengan begitu Indonesia sangatlah cocok dengan konsep pembangunan
ekonomi archipelago. Menurut Adisasmita (2006: 16-17), pembangunan ekonomi
archipelago merupakan kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Pembangunan
ekonomi archipelago memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam, manusia
dan ekonomi lainnya dalam ruangan wilayah perairan dan daratan atau kawasan
kepulauan secara efektif dan produktif.
Pertumbuhan Ekonomi adalah peningkatan kapasitas pada suatu negara
dalam jangka waktu tertentu untuk memproduksi aneka barang dan jasa bagi
masyarakat. Kapasitas ini bertumpu pada kemajuan teknologi secara konvesional.
Pertumbuhan ekonomi nasional diukur dengan kenaikan pendapatan nasional per
11
kapita atau PDB per kapita. Pertumbuhan ekonomi diperlukan dan untuk
mengukurnya memerlukan indikator tertentu (Adisasmita, 2010: 269).
Menurut Budiono dalam Tarigan (2005: 45), pertumbuhan ekonomi adalah
suatu proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Hal ini
menyebabkan persentase output lebih besar dibandingkan dengan persentase
peningkatan jumlah penduduk. Pada jangka panjang terdapat kecenderungan akan
berlanjut.
2.2. Otonomi Daerah
Pemerintah Republik Indonesia secara resmi menyatakan dimulainya
pelaksanaan otonomi daerah pada tanggal 1 Januari 2001. Hal ini sesuai dengan UU
No 22 tahun 1999, yang kemudian direvisi menjadi UU No.33 Tahun 2004 tentang
pertimbangan keuangan pusat dan daerah. Otonomi dalam bahasa yunani
outonomous yang berarti peraturan sendiri atau kepemerintahan sendiri. Pengertian
otonomi menyangkut dalam 2 (dua) hal pokok yaitu kewenangan untuk membuat
hukum sendiri dan bebas mengatur pemerintahan sendiri.
Menurut Sarundajang dalam Sjafrizal (2017: 106) otonomi daerah pada
hakikatnya adalah hak dan wewenang kebebasan untuk mengatur pemerintahanya
sendiri sebagai daerah otonomi hak dan wewenang tersebut meliputi peraturan
pemerintah dan pengelolaan pembangunan yang diserahkan pemerintah pusat
kepada daerah. Menurut Syarif dalam Sjafrizal (2017: 106) terdapat 3 alasan pokok
pentingnya otonomi daerah yaitu diantaranya :
12
1) Political Equality, yaitu meningkatkan demokritas dalam pengolahan
pemerintah dan partisipasi politik masyarakat tingkat daerah.
2) Local Accountability yaitu meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab
pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakat di daerah.
3) Local Responsive yaitu meningkatkan respon pemerintah terhadap masalah-
masalah yang terjadi di daerah.
2.3. Pembangunan Daerah
Menurut Adisasmita (2010: 272) terdapat indikator dalam pembangunan
ekonomi regional, diantaranya yaitu pendapatan regional per kapita, kesenjangan
pendapatan, perubahan struktur ekonomi melalui pendekatan sektor, struktur
industri, pertumbuhan kesempatan kerja dan tingkat penyebaran. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pendapatan Regional per kapita
Konsep Produk Pertumbuhan Domestik Regional Bruto merupakan hal
yang penting dalam pembangunan ekonomi daerah. PDRB merupakan ukuran
prestasi ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi dalam suatu daerah. PDRB
dapat dihitung dengan pendekatan arus barang dan jasa penghasil yang
diperlukan untuk memproduksi output.
2) Kesenjangan Pendapatan
Analisis kesenjangan pendapat merupakan analisis yang melihat
persentase pendapatan dari setiap lapisan masyarakat. Alat untuk mengukur
kesenjangan pendapatan menggunakan grafik lorenz. Grafik ini digunakan
13
untuk mengukur tingkat ketidakseimbangan distribusi pendapatan. Di negara-
negara pendapatan rendah terdapat ketidakseimbangan yang sangat besar
sebagian masyarakat sangat kaya dan sebagian lagi sangat miskin.
3) Perubahan Struktur dengan Pendekatan Sektor
Peningkatan pendapatan per kapita akan diikuti penurunan dalam
proposi sumber daya yang dimanfaatkan dalam sektor pertanian dan
peningkatan industri manufaktur. Meningkatnya sumbangan sektor pertanian
dan industri mencerminkan perubahan sektor ekonomi yang makin seimbang
dan kokoh.
4) Struktur Industri
Interpretasi pertumbuhan dapat dikaitkan pula dengan struktur
industrinya. Dua analisis yang digunakan diantaranya analisis sumbangan dan
analisis pergeseran. Pergeseran proporsional mengukur dampak komposisi
industri, sektor mana yang tumbuh lebih cepat dengan yang lain. Pergeseran
diferensial membandingkan industri-industri di beberapa daerah tumbuh lebih
cepat dengan lainnya.
5) Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Upaya pencapaian trilogi pembangunan yaitu pemerataan,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas nasional yang dinamis,
perluasan lapangan kerja dapat menyerap pertambahan angkatan kerja dan
mengurangi tingkat pengangguran.
14
6) Tingkat dan Penyebaran Kemudahan
Tingkat kemudahan adalah kemudahan bagi masyarakat dalam
memperoleh kebutuhan sehari-hari, seperti kebutuhan sandang dan pangan,
pelayanan publik. Tingkat kemudahan ini dicerminkan oleh tingkat
ketersediaan fasilitas.
2.4. Pembangunan Pertanian dan Peran Sektor Petanian
Pembangunan ekonomi yang memberikan proritas pertama pada sektor
Pertanian merupakan garis besar kebijakan yang telah ada sejak tahun enam puluh.
Pada pembangunan pertanian yang sedang berkembang terdapat model-model
diantaranya Model Jepang, Model Mexico, Model Stalin, dan Model Israel.
Masing- masing memiliki ciri khas dan kelebihannya masing-masing dan diambil
sebagai contoh untuk ditiru oleh negara-negara berkembang lainnya (Rochaeni,
2010 :27).
Menurut Mosher dalam Rochaeni (2010: 32-34) terdapat lima syarat
mutlak dan lima syarat tidak mutlak pada pembangunan pertanian. Syarat mutlak
adalah syarat yang wajib ada dalam pembangunan pertanian karena jika ada satu
saja yang tidak ada maka pembangunan pertanian akan terhenti. Syarat-syarat itu
adalah:
1) Adanya pasar untuk menghasilkan usahatani.
2) Teknologi yang senantiasa berkembang.
3) Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
4) Adanya perangsang produksi petani.
15
5) Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu.
Lima syarat tidak mutlak tetapi jika syarat ini ada akan memperlancar
pembangunan pertanian syarat-syarat tersebut adalah:
1) Pendidikan pembangunan.
2) Kredit produksi.
3) Kegiatan gotong royong petani.
4) Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.
5) Perancanaan nasional pembangunan pertanian.
Menurut Soekartawi (2016: 3), bahwa sektor pertanian memiliki peran
penting dalam pembangunan karena beberapa alasan di antaranya :
1) Sektor pertanian masih menjadi kontribusi pertama dalam penyumbang Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
2) Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menyediakan lapangan
pekerjaan.
3) Sektor pertanian mempengaruhi konsumsi dan gizi masyarakat.
4) Sektor pertanian mendukung sektor industri baik hulu maupun hilir.
5) Ekspor pertanian yang semakin meningkat menjadi penyumbang devisa
negara.
2.5. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah
Teori basis ekonomi melihat bahwa laju pertumbuhan wilayah ditentukan
oleh peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan
atas kegiatan basis dan non basis. Kegiatan yang mampu mendorong pertumbuhan
16
ekonomi adalah kegiatan basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah
sekaligus dan berfungsi mendorong pertumbuhan jenis pekerjaan lainnya.
sedangkan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu
sendiri sehingga sektor ini bersifat endogenous (Tarigan, 2005: 55-56).
Analisis potensi ekonomi wilayah merupakan analisis yang dilakukan
untuk mengetahui sektor sektor-sektor rill yang perlu yang perlu dikembangkan
agar perekonomian daerah tumbuh cepat dan disisi lain hal ini mampu
mengidentifikasi faktot-faktor yang membuat potensi ekonomi tersebut rendah atau
tinggi. kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki
unggulan/ non unggulan di daerahnya menjadi penting. Ada beberapa alat analisis
untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah yaitu location
quotient dan shift-share (Tarigan, 2005: 79).
2.5.1. Location Quotient
Suatu alat analisis yang membandingkan peranan sektor disuatu daerah
terhadap sektor yang berada di daerah atasnya. Apabila hasil LQ > 1 maka peran
sektor daerah itu lebih menonjol dari pada peran sektor itu secara nasional.
Sebaliknya apabila LQ < 1 maka peran sektor di daerah lebih kecil dari pada peran
sektor secara nasional. Nilai LQ > 1 menandakan bahwa daerah tersebut memiliki
surplus sehingga dapat mengekspor ke daerah lainnya. secara tidak langsung sektor
yang memiliki nilai LQ > 1 memiliki keunggulan komperatif. Analisis LQ sesuai
dengan rumusnya tidak memiliki pengaruh yang begitu besar karena hanya melihat
17
apakah LQ di atas 1 atau tidak. Namun secara time series akan lebih menarik untuk
dianalisis. Hal ini dapat melihat kekuatan dan kelemahan wilayah dibandingkan
dengan wilayah yang lebih luas. Potensi positif digunakan dalam strategi
pengembangan wilayah (Tarigan, 2005: 62-63).
Analisis LQ memiliki dua asumsi dalam menghitung sektor basis yaitu
pada konsumsi dan produktivitas yang identik sama antara daerah bawah dan
atas. Namun demikan, selama data pendapatan dan tenaga kerja sub sektor di suatu
daerah tersedia secara lengkap metode ini cukup akurat untuk diterapkan. Selain itu
perhitungan yang digunakan juga relatif sederhana dan tidak membutuhkan biaya
yang besar dan waktu yang lama dalam mengklasifikasikan sektor basis dan non
basis di suatu daerah (Priyarsono,et al, 2007: 6.17).
2.5.2. Shift-Share
Metode shift-share adalah salah satu teknik analisis dalam ekonomi
regional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor utama yang mempengaruhi
dan menentukan pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Faktor tersebut dapat
berasal dari dalam daerah maupun luar daerah. Faktor luar daerah dapat berasal dari
perkembangan kegiatan ekonomi nasional maupun internasional yang memiliki
hubungan yang cukup erat. Faktor dalam daerah biasanya timbul dari struktur
perekonomian daerah serta potensi khusus dari dalam daerah bersangkutan
(Sjafrizal, 2017: 189).
Terdapat dua komponen yang diperhatikan dalam analisis yaitu komponen
shift dan komponen share. Komponen share adalah banyaknya penambahan
18
lapangan pekerjaan regional, seandainya perubahannya sama dengan laju
pertambahan nasional selama periode studi. Hal ini bisa menjadi kriteria bagi
daerah bersangkutan untuk mengukur cepat atau lambatnya pertumbuhan daerah
terhadap nasional. Komponen shift terbagi kembali menjadi dua yaitu : Propotional
shift component adalah komponen struktural atau industrial mix. Komponen ini
mengukur besar shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri
daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor. Jika nilai komponen ini postif
maka daerah-daerah yang berspesialisasi secara nasional tumbuh cepat dan
sebaliknya. Differential shift component adalah komponen regional. Komponen ini
mengukur shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu
yang tumbuh lebih cepat atau lambat di daerah yang bersangkutan dari pada tingkat
nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor internal sehingga daerah yang
memiliki sumberdaya yang melimpah/efisien akan memiliki nilai positif dan
sebaliknya (Tarigan, 2005: 86-87).
2.6. Model Manajemen Strategi
Manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan-keputusan yang dibuat agar
sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen selalu merespon tindakan
sehingga kegiatan-kegiatan yang berjalan menyesuaikan perubahan lingkungan
sekitarnya sacara terus-menerus (David, 2016: 3).
Manajemen menurut Prahald dan Hamel dalam Umar (2003: 31) adalah
proses kegiatan yang terkoordinasi secara efisien dan efektif melalui orang lain.
19
Sedangkan strategi adalah tindakan yang terus-menerus dan senatiasa meningkat,
serta dilakukan bedasarkan sudut pandang yang diharapkan pelanggan dimasa
depan. Model manajemen strategi merupakan cara untuk belajar dan
mengaplikasikan proses manajemen strategi. Model manajemen startegi
komprerhensif merupakan model yang menunjukan manajemen praktis untuk
memformulasi , mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi. Model tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 : Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2016 : 80)
Model manjemen menurut David (2016: 12), terdiri dari mengidentifikasi
misi dan visi di tahap awal, memasukan faktor lingkungan untuk menentukan
tujuan jangka panjang, merumuskan dan mengevaluasi strategi, melakukan
pengembangan manajemen sistem informasi hingga evaluasi kinerja. Proses
manajemen strategis ini merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Perubahan
dalam satu komponen utama akan merubah keseluruhan komponen yang ada.
Audit
Eksterna
l
Audit
internal
Visi
dan
Misi
Menetapkan
tujuan
jangka
panjang
Merumuskan, mengevaluasi dan memilih
strategi
Imp
lem
enta
si
Stra
tegi
Isu-isu
pemasaran,
keuangan ,
akutansi,
penelitian
dan
pengembangan
, Sistem
informasi manajemen
Mengukur
dan
evaluasi
kinerja
20
2.6.1. Identifikasi Eksternal
Identifikasi lingkungan eksternal bertujuan untuk mengetahui ancaman dan
peluang . lingkungan eksternal terbagi menjadi dua lingkungan eksternal jauh dan
lingkungan industri. Menurut David (2016: 45-55) lingkungan jauh terdiri dari
kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya dan lingkungan, kekuatan politik,
hukum dan pemerintahan serta kekuatan teknologi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kekuatan ekonomi
Ekonomi setiap negara tentu berbeda-beda di karenakan setiap negara
memiliki sumber daya yang berbeda-beda. Kondisi ekonomi daerah atau negara
dapat mempengaruhi kegiatan usaha. Semakin buruk kondisi ekonomi maka
semakin buruk kegiatan bisnis yang terdapat didalamnnya. Kekuatan ekonomi
juga dapat menarik investasi luar untuk masuk kedalam.
2. Kekuatan sosial, budaya dan lingkungan
Perusahaan dan organisasi harus memperhatikan sosial dan budaya
sekitarnya. Kondisi sosial dan budaya setiap saat dapat berubah. Adat istiadat,
gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan orang sekitar termasuk kedalam sosial,
budaya dan lingkungan.
3. Kekuatan politik, hukum dan pemerintahan
Kebijakan pemerintah dan kestabilan politik menjadi faktor penting
dalam para pengusaha untuk berusaha atau menanamkan modalnya. Tidak hanya
itu kemudahan dalam birokrasi dalam legalitas hukum juga merupakan hal
penting dalam menjalankan sebuah usaha.
21
4. Kekuatan teknologi
Perkembangan teknologi setiap tahunya selalu meningkat secara pesat.
Setiap kegiatan bisnis diharapkan mengikuti perkembangan teknologi. Semakin
kegiatan bisnis menerapkan strategi maka kegiatan bisnis tersebut berjalan
efektif dan efisien.
Lingkungan Industri merupakan eksternal yang dekat dengan daerah atau
perusahaan. Lingkungan ini berkaitan dengan persaingan antara industri. Menurut
Porter dalam David (2016: 59-62) hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat
dari kombinasi 5 kekuatan bersaing yaitu :
1. Pesaing produk sejenis
Pesaing merupakan salah satu kekuatan terbesar dalam kelima kekuatan
bersaing. Strategi dikatakan baik jika memiliki keunggulan kompetitif dengan
pesaingnya. Perubahan strategi akan terus berganti untuk mempu bertahan dan
bersaing dengan pesaingnya. Mulai dari menurunkan harga, meningkatkan
kualitas maupun memperluas jaringan pasar.
2. Kemungkinan masuk pesaing baru
Masuknya pesaing baru dalam industri tentunnya meningkatkan
intensitas menjadi tinggi. Setiap daerah atau perusahaan harus memperhatikan
pesaing baru yang masuk dengan strateginya masing-masing. Hal ini bertujuan
untuk bertahan dalam industri. Masuk didalam suatu industri tidak mudah dan
harus dapat menghadapi berbagai hambatan seperti, kurangnya pengetahuan
dan teknologi, kurangnya akses bahan mentah dapat menjadi serangan belasan
dari perusahaan yang sudah mapan dan lain-lain.
22
3. Barang subtitusi
Barang subtitusi menciptakan batas tertinggi harga yang ditawarkan
kekonsumen sebelum konsumen tersebut beralih ke barang subtitusinya. Cara
terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif barang subtitusi adalah dengan
cara memantau pangsa pasar produk-produk tersebut dan membuat rencana
untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
4. Kekuatan pemasok
Pemasok adalah kekuatan yang penting dalam sebuah perusahaan atau
daerah dalam menjalankan sebuat bisnis. Pemasok yang baik dalam kinerja dan
bahan bakunya akan membatu dalam perkembangan suatu produk menjadi lebih
baik.
5. Kekuatan konsumen
Konsumen akan memiliki kekuatan untuk utama untuk tawar menawar
ketika konsumen berada dalam jumlah yang besar atau membeli dalam jumlah
yang banyak. Hal ini dapat mempengaruhi intensitas persaing dalam industri.
Kekuatan konsumen juga lebih tinggi ketika barang yang dibelinya adalah
barang yang standard dan terdiferensiasi.
2.6.2. Identifikasi Internal
Identifikasi internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
pada suatu organisasi dan perusahaan. Menurut David (2016: 82),Identifikasi
internal terdiri dari manajemen, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia serta
penelitian dan pengembangan.
23
1. Manjemen
Fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengarahan dan pengawasan merupakan hal yang diperlukan
sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan.
2. Keuangan
Dana merupakan hal yang dibutuhkan dalam oprasional suatu
organisasi atau perusahaan sehingga keuangan yang sehat sangat diperhatikan
agar dapat mencapai tujuan. Alokasi dana suatu organisasi digunakan untuk
kebutuhan invetasi, modal kerja, biaya tetap dan variabel serta kegiatan dalam
organisasi.
3. Sumber daya manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam organisasi. Semakin
sumber daya manusia berkualitas maka dapat mendukung kemajuan pada suatu
perusahaan atau organisasi.
4. Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan merupakan hal yang harus dilakukan
oleh setiap organisasi dan perusahaan demi menjawab kondisi lingkungan yang
selalu berubah dan mempertahankan posisi.
2.6.3. Jenis Alternatif Strategi
Alternatif ditetapkan ketika para pengambil keputusan telah menganalisis
Strenghs, weaknesses, Opportunities dan Threats SWOT. Hasil dari analisis
tersebut mendorong untuk pengambilan keputusan bahwa strategi apa yang tepat
24
untuk digunakan. Menurut David (2016, 127), membagi alternatif strategi menjadi
5 bagian yaitu:.
1. Strategi pertumbuhan terdiri dari kegiatan yang berupa penetrasi pasar,
pengembangan pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar merupakan
strategi menangkap pangsa pasar dengan pemasaran yang gencar,
pengembangan pasar adalah strategi memperkenalkan produk atau jasa ke
wilayah baru. Dan pengembangan produk adalah strategi dalam memperbaiki
dan memodifikasi barang atau jasa sehingga dapat meningkatkan penjualan.
2. Strategi diversifikasi merupakan strategi yang bertujuan membuat produk
barang dan jasa baru. Strategi ini dilakukan karena pengembangan perusahaan
sudah bagus.
3. Strategi penghematan adalah strategi bertahan di karenakan sasaran yang
dihendaki tidak dapat direalisasikan dengan tujuan efesien kinerja. Biasanya
strategi ini dilakukan secara terpaksa.
4. Strategi akusisi dan marger, Akusis merupakan strategi dalam menambah unit
kerja di luar lingkup oprasionalnya sedangkan marger adalah strategi
penggabungan dua atau lebih organisasi menjadi satu.
5. Strategi likuidasi adalah strategi dalam menghentikan segala aktivitas dalam
organisasi atau perusahaan. Biasanya hal ini dilakukan ketika perusahaan
mengalami kemunduran.
2.7. Penelitian Terdahulu
Hasfiandi (2014) Analisis Penentuan Sektor unggulan Kota Subulussalam
Provinsi Acah: Pendekatan Analisis Tipology Klassen, Location Quotion (LQ), dan
25
Shif Share analysis (SSA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi Kota Subulussalam dengan pendekatan Tipology
Klassen, mengidentifikasi sektor basis dan non basis Kota Subulussalam dengan
analisis LQ, mengidentifikasi dan menganalisis kinerja sektor-sektor ekonomi
terutama untuk mengetahui sektor yang mempunyai daya saing kompetitif dan
spesialisasi berdasarkan pendekatan shift share, dan menentukan sektor unggulan
Kota Subulussalam.
Hasil dari analisis Tipology Klassen menunjukkan bahwa sektor
konstruksi dan sektor perdagangan merupakan sektor yang maju dan tumbuh
dengan pesat karena konstribusi dan laju pertumbuhan rata-ratanya di Kota
Subulussalam lebih besar dibandingkan Provinsi Aceh. Hasil analisis Location
Quotion (LQ) mengGambarkan bahwa sektor pertanian; sektor konstruksi; dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis dengan nilai indeks
LQ>1. Hasil analisis Shift Share menunujukkan bahwa sektor yang memiliki
tingkat daya saing tinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor
industri pengolahan, sektor listrik gas dan air bersih, sektor perdagangan hotel dan
restoran, sektor pengangkutan, dan sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan.
Sektor unggulan Kota Subulussalam adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran,
karena berdasarkan hasil ketiga analisis menunjukkan nilai positif.
Sofiyanto (2015) Analisis Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan
Daerah Kabupaten Batang (Pendekatan Location Quotient dan Shift-Share
Analysis). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan daya saing
sektor pertanian, serta posisi sektor pertanian serta sub sektornya dalam
26
perekonomian di Kabupaten Batang periode 2004-2013, dan menganalisis rumusan
prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam memajukan sektor pertanian di
Kabupaten Batang.
Hasil dari penelitian tersebut ialah bahwa sektor pertanian di Kabupaten
Batang merupakan sektor unggulan dengan nilai LQ (1,37) dan sektor pertanian
mengalami pertumbuhan yang lambat namun daya saingnya lemah hal ini dapat
dilihat pada nilai PP sebesar (-33,16) dan PPW (-2,28). Untuk membangun sektor
pertanian di Kabupaten Batang pemerintah dapat memperiritaskan pada sub sektor
perikanan yang memiliki nilai PP sebesar (-8,72) pertumbuhan lambat namun nilai
PPW (69,72) daya saingnya kuat dan nilai PB > 0 sebesar (61,00) memiliki
pertumbuhan yang progessive.
Defi Nurdiana, Agus Lutfhi dan Zainuri (2015), Analisis Potensi Ekonomi
dan Pengembangan Sektor Potensial Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan sektor prioritas yang dapat dikembangkan, mengetahui
pergeseran antar sektor dari kontribusi PDRB, menganalisis klasifikasi wilayah
dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan analisis Location Quotient (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP),
Shift-Share (SS), Tipologi Klassen dan Basis Service Rasio (BSR) dan Regional
Employment Multiplier (REM).
Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa terdapat sembilan sektor basis dan
delapan sektor non basis. Analisis Shift Share menunjukkan berspesialisasi sama
dengan sektor yang masih tumbuh di Jawa Timur. Hasil analisis tipologi klassen
27
diperoleh empat kualifikasi wilayah, Analisis BSR menunjukkan bahwa sektor-
sektor ekonomi yang potensial dari perhitungan LQ dapat menyerap tenaga kerja
lebih besar dibandingkan pada sektor non basis. Analisis REM menunjukkan nilai
REM > 1 artinya setiap 100 lapangan kerja pada sektor ekonomi basis dapat
menciptakan lapangan kerja pada sektor non basis.
Joko Mulyono (2016) Strategi Pembangunan Pertanian di Kabupaten
Bantul dengan Pendekatan AHP dan SWOT. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pembangunan
pertanian dan menyusun strategi pembangunan pertanian di Kabupaten Bantul.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan SWOT dan
Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang menjadi kekuatan utama dalam
pembangunan pertanian adalah aksesibilitas dan infrastruktur yang baik, kelemahan
utamanya adalah posisi tawar petani rendah, peluang utamanya adalah frekuensi
penyuluhan yang tinggi, dan ancaman utamanya adalah harga input produksi
meningkat. Prioritas utama strategi pembangunan pertanian di Kabupaten Bantul
adalah dengan membudidayakan komoditas unggulan, yaitu padi sawah, jagung,
kedelai, kacang tanah dan meningkatkan kapasitas dan frekuensi penyuluhan
dengan melibatkan kelompok tani.
Aditya Gufron Romadhan (2017) Strategi Pengembangan Sub Sektor
Pertanian di Kabupaten Bogor Dengen menggunakan Metode Analitical Hierarchy
process (AHP). Penelitian ini bertujuan untuk Menentukan sektor basis dan non
28
basis di Kabupaten Bogor dan Menentukan strategi pengembangan sub sektor
prioritas untuk dikembangkan dari sektor pertanian di Kabupaten Bogor.
Hasil dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis gabungan LQ dan
DLQ Kabupaten Bogor terdapat 7 sektor yang awalnya merupakan sektor non basis
akan berubah menjadi sektor basis pada masa yang akan datang. Ketujuh sektor
tersebut adalah; Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pengadaan
Listrik dan Gas, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor, Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Sektor Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib, Sektor Jasa Pendidikan, Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial. Dan hasil perhitungan AHP, dalam pengembangan subsektor
pertanian Kabupaten Bogor, hal yang perlu diperhatikan dan menjadi fokus utama
adalah pertumbuhan sub sektor. Kemudian untuk mencapai pertumbuhan sub sektor
sub kriteria bahan baku merupakan hal yang harus diprioritaskan. Kemudian
alternatif yang bisa digunakan berdasarkan sub-kriteria bahan baku adalah Sub
sektor Tanaman Pangan.
2.8. Kerangka Pemikiran
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kontribusi, pertumbuhan dan
daya saing sub sektor pertanian Kabupaten Pemalang dalam menentukan sub sektor
pertanian unggulan di Kabupaten Pemalang, mengidentifikasi faktor- faktor
eksternal dan internal dalam pengembangan sub sektor pertanian unggulan di
Kabupaten Pemalang dalam merumuskan alternatif strategi dan perioritas strategi.
29
Kabupaten Pemalang dalam pembangunan daerah mengalami beberapa
permasalahan diantaranya adalah Permasalahan kompleks pada sektor pertanian
dan Dana pembangunan daerah Kabupaten Pemalang yang terbatas. Pembangunan
sektor pertanian akan efesien jika memprioritaskan sub sektor pertanian pada sub
sektor unggulan Kabupaten Pemalang dan dalam menjawab permasalahan
pertanian yang kompleks memerlukan strategi yang tepat. Oleh karena itu
diperlukanlah strategi pada sub sektor unggulan yang sesuai dengan permasalahan
di tingkat petani.
Selanjutnya untuk menganalisis kontribusi, pertumbuhan dan daya saing
sub sektor pertanian Kabupaten Pemalang memelukan data PDRB Sektor Pertanian
Kabupaten Pemalang pada periode 2013 – 2017. Data tersebut dianalisis
mengunakan Locatiot Quotient dan Shift Share untuk mengetahui Sub Sektor
Unggulan di Kabupaten Pemalang.
Bedasarkan visi dan misi Rencana Pemerintah Jangka Menegah Daerah
(RPJMD) daerah Kabupaten Pemalang 2016-2021 dan sub sektor pertanian
unggulan dapat dianalisis faktor –faktor lingkungan eksternal dan internal
Kabupaten Pemalang dengan cara mengidentifkasi faktor-faktor internal dan
eksternal untuk mengetahui kekuatan, kelamahan, ancaman dan peluang dalam
mengembangan sub sektor pertanian unggulan di Kabupaten Pemalang. Hasil
identifikasi lingkungan eksternal dan internal akan dipetakan pada matriks EFE dan
IFE. Kedua matriks tersebut diberikan bobotan dan rating dalam pengembangan
sub sektor unggulan di Kabupaten Pemalang. Hasil Pembobotan akan dikalikan
rating untuk mendapatkan skor. Selanjutnya faktor yang terdapat pada matrik EFE
30
dan IFE dipetakan pada matrik SWOT untuk membuat alternatif strategi. setelah
itu dalam memilih alternatif strategi menggunakan skor EFE dan IFE yang
dipetakan pada matrik IE. Selanjutnya tahap terakhir memasukan faktor yang
terdapat pada matrik EFE , IFE dan alternatif strategi dipetakan pada matrik QSPM.
Hasil dari perhitungan dalam Matrik QSPM adalah prioritas strategi Pengembangan
Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Pemalang. Gambar Kerangka
Pemikiran dapat dilihat Pada Gambar 2.
31
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
1. Pengembangan Sektor Pertanian
2. Permasalahan Kompleks pada sektor Pertanian
3. Dana Pembangunan Daerah yang Terbatas
Kontribusi Pertumbuhan dan Daya Saing
PDRB ADHK tahun 2010 Sub Sektor Pertanian
Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017
LQ SSA
Sub Sektor Pertanian Unggulan
RPJMD Kabupaten
Pemalang 2016-2021
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal dalam pengembangan
sub sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Pemalang
Identifikasi Faktor
Eksternal
Identifikasi Faktor
Internal
EFE IFE
Alternatif Strategi
QSPM
Prioritas Strategi Pengembangan Sub Sektor Unggulan Kabupaten Pemalang
Analisis SWOT
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Pemilihan lokasi penelitian di Kabupaten Pemalang di karenakan sektor pertanian
Kabupaten Pemalang memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukan
dengan kondisi geografis yang mendukung.
Adapun waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai dari bulan
Oktober 2019 hingga Desember 2019. Pada bulan pertama akan dilakukan
penentuan sub sektor unggulan Kabupaten Pemalang, bulan kedua mengidentifikasi
faktor eksternal dan internal dan merumuskan strategi pengembangkan sub sektor
pertanian unggulan dan bulan ketiga memilih prioritas strategi pengembangkan sub
sektor pertanian unggulan dan menyusun hasil dan pembahasan skripsi.
3.2.Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer didapatkan oleh peneliti secara langsung. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari narasumber yang sudah terpilih. Narasumber tersebut
dipilih secara purposive Sampling atas pertimbangan tujuan penelitian. Narasumber
ini terdiri dari :
1) Kepala Bappeda Kabupaten Pemalang
2) Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
33
3) Kepala Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pemalang
4) Kepala Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Belik
5) Kepala Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Warung Pring
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data primer
diantarnya sebagai berikut:
a. Metode Kuesioner adalah salah satu teknik pengumpulan data primer dengan
pengisian form kuesioner oleh para narasumber yang nantinya akan diolah dan
akan dianalisis sesuai dengan kondisi Kabupaten Pemalang. Kuesioner pada
penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
b. Metode Wawancara salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan
melakukan tanya jawab dengan narasumber secara langsung dan mendalam
untuk mengetahui kondisi pertanian Kabupaten Pemalang. Poin dalam
wawancara dapat dilihat pada Lampiran 4. Informasi tersebut dapat digunakan
untuk memperkuat menganalisis poin kuesioner yang menjadi jawaban
narasumber.
c. Metode Observasi merupakan metode pengamatan secara langsung kegiatan
petani dan instansi pertanian daerah Kabupaten Pemalang untuk memperoleh
informasi lebih detail saat wawancara. Observasi yang dilakukan adalah
observasi non partisipan sehingga peneliti hanya melihat kondisi pertanian
Kabupaten Pemalang secara langsung dan sepesifik.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung oleh
peneliti. Data tersebut diperoleh dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dengan
34
kebenaran data tersebut. Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik
Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010 menurut lapangan usaha
Provinsi Jawa Tengah priode tahun 2013 – 2017 dan Produk Domestik Regional
Bruto menurut lapangan usaha Kabupaten Pemalang priode tahun 2013 – 2017.
Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Bsdan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pemalang dan instansi lainnya
terkait penelitian ini serta berbagai litertur, internet dan sumber lainnya.
Selanjutnya, pengolahan datanya penulis menggunakan Microsoft Excel 2013.
3.3.Metode Analisis Data
3.3.1. Analisis LQ (Location Quotient)
Metode ini digunakan untuk melihat sektor-sektor yang memiliki potensi
untuk menjadi sektor basis. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator
yang menyajikan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah
dibandingkan dengan Provinsi. Variabel yang bisa dibandingkan ada banyak,
namun pada umumnya menggunakan pendapatan dan jumlah lapangan pekerjaan
berikut adalah rumus yang menggunakan pendapatan.
xi/ pdrb
LQ =
Xi/PDRB
Keterangan :
xi = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kabupaten Pemalang)
pdrb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kabupaten Pemalang)
Xi = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Tengah)
PDRB = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Tengah)
35
Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i
dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Nilai LQ yang lebih dari
satu artinya peranan suatu sektor dalam perekonomian daerah bawah atau
Kabupaten Pemalang lebih besar dari pada peranan sektor tersebut dalam
perekonomian daerah atasnya atau Provinsi Jawa Tengah. Apabila nilai LQ < 1
maka sektor i dikategorikan sebagai sektor non-basis atau sektor non unggulan.
Nilai LQ yang kurang dari satu artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian
daerah bawah atau Kabupaten Pemalang lebih kecil daripada peranan sektor
tersebut dalam perekonomian daerah atas atau Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Priyarsono (2007 : 6.17) Terdapat asumsi yang digunakan dalam analisis
LQ yaitu :
1. Pola konsumsi rumah tangga yang identik sama antara daerah atas dengan
daerah bawahnya.
2. Setiap daerah di Jawa Tengah memiliki pola dan selera pengeluaran yang
identik sama.
3. Pola Permintaan terhadap barang dan jasa identik sama antara daerah bawah
dengan daerah atasnya.
3.3.2. Analisis SS (Shift-Share)
Pada umumnya analisis Shift-Share (SS) digunakan untuk mengetahui laju
pertumbuhan sektor-sektor dalam perkonomian pada periode tertentu namun lebih
tajam dibandingkan dengan LQ, analisis Shift-Share memperinci penyebab
perubahan atas berapa variabel. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian
berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam
36
pertumbuhannya dalam kurun waktu tertentu. analisis ini juga biasa disebut dengan
Industrial mix karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju
pertumbuhan wilayah tersebut (Tarigan 2005: 85-86)
Menurut Priyarsono (2007 : 7.5-7.6) langkah-langkah utama dalam
analisis Shift-Share (SS), yaitu sebagai berikut :
1) Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang
akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Pemalang.
2) Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator
kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan
dari nilai PDRB Kabupaten Pemalang dan PDRB Provinsi Jawa Tengah.
Sedangkan periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari
tahun 2013 sampai dengan tahun 2017.
3) Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang akan
dianalisis dalam penelitian ini adalah terfokus hanya pada sub sektor Pertanian
ekonomi berdasarkan lapangan usahanya yang terdiri dari 5 Sub sektor
Pertanian yaitu: Sub sektor Tanaman pangan, Sub sektor Tanaman Hortikultura,
Sub sektor Tanaman perkebunan, Sub sektor Perternakan, Sub sektor
Perikanan,
4) Menghitung komponen pertumbuhan wilayah
Menurut Tarigan (2005 : 88) Dalam menghitung komponen pertumbuhan
wilayah dibagi menjadi 3 diantaranya yaitu:
a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR) / National Share
Nsi,t = Er,i,t-n (E N,t / E N, t-n) - Er,i,t-n
37
Atau
Nsi,t = ((E N,t - E N, t-n)/ E N, t-n) Er,i,t-n
Keterangan:
Nsi,t = Nasional Share atau Pertumbuhan Regional sektor i untuk wilayah
Kabupaten Pemalang
Er,i,t-n = PDRB sektor i untuk wilayah Kabupaten Pemalang tahun awal
analisis
EN,t = Total PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Tengah Pada tahun akhir
analisis
EN, t-n = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Pemalang pada tahun awal
anlisis
b. Komponen Pertumbuhan Proposional (PP) atau Proportional Share
Pr,i,t = ΔEN,i,t _ ΔEN,t x Er,i, t-n
EN,I,t-n EN,t-n
Keterangan:
Pr,i,t = Proportional Share atau pertumbuhan proposional sektor i untuk
wilayah Kabupaten Pemalang
ΔEN,i,t = Selisih PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun
awal dan akhir anlisis
ΔEN,t = Selisih Total PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Tengah
tahun awal dan akhir analisis
EN,i,t-n = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun awal
analisis
EN,t-n = Total PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun awal
38
analisis
Er,i, t-n = PDRB sektor i untuk wilayah Kabupaten Pemalang tahun awal
analisis
Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut:
1. Jika, Pr,i,t < 0 maka menunjukan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten
Pemalang laju pertumbuhannya lambat.
2. Jika, Pr,i,t > 0 maka menunjukan bahwa sektor i pada wilayah Kabupaten
Pemalang laju pertumbuhannya cepat.
c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)/ Differential Shift
Dr,i,t = ΔEr,i,t _ ΔEN,i,t x Er,i, t-n
Er,i,t-n EN,i,t-n
Keterangan:
Dr,i,t = Differential Shift atau pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk
wilayah Kabupaten Pemalang
ΔEr,i,t = Selisih PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Pemalang Tahun
awal dan akhir anlisis
ΔEN,i,t = Selisih PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun
awal dan akhir anlisis
Er,i,t-n = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Pemalang pada tahun awal
analisis
EN,i,t-n = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun awal
analisis
39
Ketentuan setelah menghitung komponen PPW, yaitu sebagai berikut:
Dr,i,t > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Pemalang mempunyai daya
saing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Dr,i,t < 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Pemalang mempunyai daya
saing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya.
5) Menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian
Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor-sektor
perekonomiannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan empat
kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu :
Gambar 3. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Sumber : Priyarsono,et al. (2007)
Pada Gambar di atas, terdapat garis yang memotong Kuadran II dan
Kuadran IV yang membentuk 45°. Garis tersebut merupakan garis yang
menunjukkan nilai pergeseran bersih. Pada garis tersebut pergeseran bersih
bernilai nol (PBj =0), secara matematis nilai Pergeseran Bersih (PB) sektor i
pada wilayah j dapat dirmuskan sebagai berikut :
PBij = PPij + PPWij
40
Keterangan :
PBij = Pergeseran bersih sektor i pada wilayah Kabupaten Pemalang.
PPij = Komponen Pertumbuhan Proposional sektor i pada wilayah
Kabupaten Pemalang.
PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah
Kabupaten Pemalang.
PBj > 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah Kabupaten Pemalang
termasuk ke dalam kelompok progresif maju.
PBj < 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah Kabupaten Pemalang
termasuk ke dalam kelompok lamban.
Dalam Gambar tersebut tedapat Kuadran I, II, III dan IV, maka
penjelasannya sebagai berikut :
a. Kuadran I, merupakan kuadran dimana PP dan PPW sama-sama bernilai
positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang
bersangkutan memiliki petumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP-nya)
dan memiliki daya saing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lainnya (dilihat dari nilai PPW-nya).
b. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di
wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai
positif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut
dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang
bernilai negatif)
41
c. Kuadran III, merupakan kuadran dimana PP dan PPW nya bernilai
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing
yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain.
d. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah
yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP
yang bernilai negatif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor
tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW
yang bernilai positif).
3.3.3. Matrik Eksternal (EFE) dan Matrik Internal (IFE)
Matrik Eksternal dan Internal Faktor Evaluasi merupakan input dasar
dalam merumuskan sebuah strategi. Analisis matrik EFE dan IFE dapat melalui
analisis lingkungan eksternal dan internal. Analisis eksternal terdiri dari analisis
Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya, serta Teknologi (PEST) dan analisis internal
terdiri dari analisis manajemen, Pemasaran, Produksi, Penelitian dan
pengembangan serta Sistem Informasi Menejemen.
1) Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Organisasi
Identifikasi faktor eksternal dapat dilakukan dengan mendaftarkan semua
peluang dan acaman dalam mengembangkan sub sektor pertanian unggulan
Pemalang. Mendaftarkan semua peluang terlebih dahulu selanjutnya mendaftarkan
semua ancaman (David, 2016 :65). Sedangkan untuk identifikasi faktor internal
42
dapat dilakukan dengan mendaftarkan semua Kekuatan dan Kelamahan dalam
mengembangkan sub sektor pertanian unggulan Pemalang. Mendaftarkan semua
Kekuatan terlebih dahulu selanjutnya mendaftarkan semua kekurangan (David,
2016: 111). Hasil dari kedua identifikasi faktor-faktor tersebut selanjutnya akan
diberikan bobot dan rating.
2) Pemberian Bobot Setiap Variabel
Menurut Kinnear (1991 : 231) metode yang digunakan dalam pemberian
bobot terhadap pada identifikasi eksternal dan internal adalah metode Paired
Comparison. Penentuan bobot pada metode ini menggunakan skala 1, 2 dan 3.
Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting dari pada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal
Bentuk Penilaian Pembobotan terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Eksternal dan Internal Pengembangan Sub Sektor
Pertanian Unggulan Kabupaten Pemalang
Faktor Eksternal A B … Keterangan
A
B
…
Total
Faktor Internal A B … Keterangan
A
B
…
Total
Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap
jumlah nilai keseluruhan variabel dengan rumus :
43
αi =
𝑥𝑖
∑ 𝑖𝑛𝑖=𝑖
Keterangan : αi = Bobot variabel ke i
X= Nilai variabel ke i
i = 1,2,3…..,n
n= Banyakan variabel
3) Penentuan Peringkat
Pengukuran peringkat masing-masing variabel terhadap kondisi
lingkungan menggunakan skala 1,2,3 dan 4 terdapat masing-masing faktor sehingga
dapat dilihat seberapa efektif strategi organisasi saat ini.
Skala yang digunakan pada matrik EFE adalah :
1 = Rendah, Respon Kurang 3 = Tinggi, Respon diatas rata-rata
2 = Sedang, Respon sama dengan rata-rata 4 = Sangat Tinggi, Respon superior
Skala yang digunakan pada matrik IFE adalah :
1 = Kelemahan Utama 3 = Kekuatan Kecil
2 = Kelemahan Kecil 4 = Kekuatan Utama
Nilai dari pembobotan akan dikalikan dengan nilai peringkat pada setiap faktor.
Hasil dari perkalian tersebut dijumlahkan secara keseluruhan faktor secara vertikal
dan hasil akhir tersebut akan dibaca menggunakan matrik EFE dan IFE.
Pada matrik EFE dan IFE Terdapat nilai bobot sebesar 1 hingga 4 dan rata-rata
sebesar 2,5. Pada matrik EFE jika nilai bobot diatas rata-rata maka organisasi dapat
memanfaatkan peluang dan memanfaatkan ancaman. Pada matrik IFE jika nila
bobot di atas rata-rata maka organisasi dalam posisi yang kuat.Tabel matrik EFE
dan matrik IFE dapat dilihat pada Tabel 3.
44
Tabel 3. Penilaian Matrik EFE dan IFE Pengembangan Sub Sektor Pertanian
Unggulan Kabupaten Pemalang
Faktor Eksternal Bobot Rating Total Nilai
Peluang
1.
2. dst
Ancaman
1.
2, dst
Jumlah
Faktor Internal Bobot Rating Total Nilai
Kekuatan
1.
2. dst
Kelemahan
1.
2, dst
Jumlah
3.3.4. Matrik SWOT
Analisis Strenghs, weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) adalah
suatu analisis yang mendalam terkait faktor-faktor yang dihasilkan dan nantinya
akan menghasilkan 4 strategi yaitu : Strategi S-O, Strategi W-O, Strategi S-T,
Strategi W-T. Menurut David (2016: 172), terdapat delapan langkah untuk
menyusun matrik SWOT diantaranya :
1) Membuat daftar kesempatan eksternal kunci.
2) Membuat daftar ancaman eksternal kunci.
3) Membuat daftar kekuatan internal kunci.
4) Membuat daftar kelemahan internal kunci.
45
5) Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatatnya di
kolom S-O.
6) Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatatnya di
kolom W-O.
7) Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatatnya di
kolom S-T.
8) Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatatnya di
kolom W-T.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan – S
Daftar kekuatan
Kelemahan - W
Daftar kelemahan
Peluang – O
Daftar peluang
Strategi SO
Gunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Atasi kelemahan
dengan menggunakan
peluang
Ancaman – T
Daftar ancaman
Strategi ST
Gunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Strategi WT
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Gambar 4. Matrik SWOT Sumber: David (2016 :173)
Tahapan Selanjutnya adalah melakukan analisis Matrik Internal Eksternal
(IE) menggunakan hasil skor pada matrik EFE dan IFE. Matrik IE ini memiliki 9
alternatif Strategi level korporat yang terdapat pada 9 (Sembilan) sel yang
dikelompokan menjadi 3 (tiga) alternatif strategi utama di antaranya: Pada sel I, II
dan IV merupakan posisi tumbuh dan dibangun pada perusahan atau daerah,
sehingga strategi yang sesuai adalah strategi intensif (Penetrasi pasar, Integrasi ke
46
depan, Kebelakang dan Horizontal. Pada sel III, V dan VII merupakan posisi stabil,
sehingga pada posisi ini perushaan atau daerah menggunakan strategi pertahankan
dan pelihara (strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
Produk). Pada sel VI, VIII dan IX merupakan posisi strategi panen dan divestasi.
Perusahan menggunakan strategi bertahan (divestasi dan Retrenchment ). Matrik IE
dapat dilihat pada Gambar 5
Strong 3.0 to 4.0 Average 2.0 to 2.99 Weak 1.0 to 1.99 IFE
Gambar 5. Matrik Internal Eksternal Sumber : David (2016 : 182)
3.3.5. Matrik Quantitative Strtagic Planning (QSPM)
Menurut David (2016: 186), matrik QSPM adalah suatu matrik yang
digunakan untuk memilih alternatif strategi yang sebelumnya telah dihasilkan dari
matrik SWOT dan matrik IE untuk dijadikan prioritas strategi. Adapun langkah-
langkah mengembangkan matrik QSPM :
1) Mendaftarkan kunci eksternal dan kunci internal dalam kolom kiri. Informasi
ini diambil dari mariks EFE dan IFE.
2) Memberikan bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik
dengan alternatif matrik EFE dan IFE.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
High
3.0 to 4.0 Medium
2.0 to 2.99 Low
1.0 to 1.99
EFE
47
3) Memeriksa tahap-tahap pencocokan matrik dan mengidentifikasi strategi
alternatif yang di pertimbangkan oleh organisasi untuk di implementasikan.
4) Menetapkan nilai daya tarik relative atau Atrractiveness Skor (AS) dari setiap
strategi terhadap strategi lainnya.
5) Menghitung perkalian antara bobot dan nilai daya tarik.
6) Menghitung jumlah total nilai daya tarik atau Total Atrractiveness Skor (TAS).
Nilai ini akan menjadi petunjuk bahwa strategi mana yang paling menarik dan
alternatif strategi.
Tabel 4. Penilaian Matrik QSPM Pengembangan Sub Sektor Pertanian Unggulan
Kabupaten Pemalang
no Faktor kunci Alternatif Strategi 1 Alternatif Strategi 2
Bobot AS TAS Bobot AS TAS
Kekuatan
1
2
1,00 1,00
Kelemahan
1
2
1,00 1,00
Peluang
1
2
1,00 1,00
Ancaman
1
2
1,00 1,00
3.4. Definisi Operasional
1. Visi dan Misi
Visi adalah suatu gagasan atau ide yang dimiliki setiap organisasi atau
individu yang bertujuan untuk mencapai suatu di masa yang akan datang, visi
48
dimuat dalam tulisan, yang singkat, jelas dan fokus terhadapai sesuatu yang
diginginkan. Misi adalah penjabaran dari suatu visi dari organiasi atau pribadi
yang berisi tentang strategi, tindakan serta tahapan yang harus dilalui sebuah
organisasi atau individu untuk merealisasikan sebuah misi.
2. Strategi
Strategi adalah suatu gagasan atau ide yang dibuat untuk pedoman dalam
menjalankan aktifitas sebuah organisasi atau induvidu dan bertujuan untuk
menjawab fenomena lingkungan yang berubah-ubah.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan indikator dari perekonomian suatu daerah yang dapat
dilihat berdasarkan harga konstan. PDRB dapat dibagi menjadi dua yaitu menurut
lapangan usaha (produksi) dan pengeluaran (pendapatan). PDRB yang digunakan
dalam penelitian ini adalah PDRB atas harga konstan tahun 2010 menurut lapangan
usaha.
4. Sektor – Sektor Ekonomi
PDRB menurut produksi memiliki sektor-sekor ekonomi yang
menghasilkan barang dan jasa. Sektor-sektor tersebut adalah : Pertanian,
Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan ,Listrik, Gas dan Air Bersih,
Konstruksi, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi,
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan
pemerintah.
49
5. Sub Sektor Pertanian
Pada sub sektor pertanian pada PDRB Tahun Dasar 2010 terdapat 5 sub
sektor pertanian yaitu : Sub sektor Tanaman pangan, Sub sektor Tanaman
Hortikultura, Sub sektor Tanaman perkebunan, Sub sektor Perternakan, dan Sub
sektor Perikanan,
6. Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang dominan dari pada sektor lainnya.
sektor tersebut memiliki kontribusi besar terhadap pendapatan daerah tersebut.
sektor unggulan memiliki pengaruh terhadap pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu daerah.
7. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada jauh dan diluar
perusahaan atau organisasi. Lingkungan ini dibagi menjadi dua lingkuangan jauh
dan lingkungan industri. Lingkungan jauh terdiri dari Politik dan Hukum, Ekonomi,
Sosial dan Budaya serta Teknologi (PEST) .Sedangkan Lingkungan industri terdiri
dari 5 kekuatan bersaing porter yaitu : Pesaing, Pelanggan, Pendatang Baru,
Pemasok dan Barang Pengganti.
8. Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam perusahaan
atau organiasi itu sendiri. Lingkungan tersebut terdiri dari manajemen, pemasaran,
produksi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemen.
50
BAB IV
KONDISI UMUM KABUPATEN PEMALANG
4.1. Kondisi Geografi dan Batas Administrasi
Kabupaten Pemalang merupakan salah satu daerah yang terdapat pada
Provinsi Jawa Tengah. Secara Astronomis, Kabupaten Pemalang terletak pada
koordinat antara 80 52’30“ - 70 20’ 11“ Lintang Selatan (LS) dan antara 1090 17’
30“ − 1090 40’30“ Bujur Timur (BT). Secara Geografi, Kabupaten Pemalang
terletak pada jalan pantura yang menghubungkan antara Jakarta dan Surabaya
sehingga sebelah Utara Kabupaten Pemalang adalah Laut Jawa. Kabupaten
Pemalang dihimpit oleh 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Tegal, Pekalongan dan
Purbalingga. Berikut adalah Batas geografis Kabupaten Pemlang :
1. Sebelah Utara : Laut Jawa
2. Sebelah Barat : Kabupaten Tegal
3. Sebelah Timur : Kabupaten Pekalongan
4. Sebelah Selatan : Kabupaten Purbalingga
Luas Wilayah Kabupaten Pemalang sebesar 1.115,30 km2. Kabupaten
Pemalang memiliki 14 Kecamatan yang terdiri dari 222 Desa/Kelurahan yang
memiliki dua kerakteristik topografi yaitu 54 Desa/Kelurahan berada di daerah
lereng. Desa/Kelurahan ini sebagian besar berada di Selatan . 168 Desa/Kelurahan
berada di daerah dataran. Desa/Kelurahan ini sebagian besar berada di Utara,
Jumlah Desa dan Ketinggian di atas Permukaan Laut Pada setiap Kecamatan di
Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada Tabel 5.
51
Tabel 5. Jumlah Desa dan Ketinggian di Atas Permukaan Laut pada Setiap
Kecamatan di Kabupaten Pemalang
No Kecamatan Jumlah Desa Luas (km2) Tinggi dari
Permukaan air laut
(m)
1 Moga 10 41,40 497
2 Warungpring 6 26,31 213
3 Pulosari 12 87,52 914
4 Belik 12 124,54 738
5 Watukumpul 15 129,02 559
6 Bodeh 19 85,98 15
7 Bantarbolang 17 139,19 34
8 Randudongkal 18 90,32 212
9 Pemalang 20 101,93 6
10 Taman 21 67,41 6
11 Paturukan 20 81,29 8
12 Ampelgading 16 53,30 13
13 Comal 18 26,54 9
14 Ulujami 18 60,55 6 Sumber : Pemalang dalam Angka 2019
Berdasarkan pada tabel 5 Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan
Bantar Bolang dengan luas 139,19 km2 dan ketinggian 34 mdpl dan di bawahnya
ada Kecamatan Watukumpul dan Belik dengan luas 129,02 km2 dan 124,54 km2
dengan ketinggian 559 mdpl dan 738 mdpl. Kecamatan yang memiliki topografi
Desa/Kelurahan dengan karakteristik lereng adalah Kecamatan Moga, Pulosari,
Watukumpul, Dan Kecamatan yang memiliki topografi Desa/Kelurahan dengan
karakteristik dataran adalah Kecamatan Warungpring, Bantar Bolang,
Randudongkal, Pemalang, Taman, Paturukan, Ampelgading, Comal dan Ulujami.
Kecamatan Bodeh memiliki 2 topografi Desa/Kelurahan dengan karakteristik
lereng dan daratan, 5 Desa/Kelurahan berada di lereng dan 14 Desa/Kelurahan
berada di dataran.
52
4.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi
4.2.1. Kondisi Sosial
Jumlah penduduk Kabupaten Pemalang pada tahun 2018 sebesar 1.299.432
jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,95%. Jumlah penduduk laki-laki di
tahun 2018 sebesar 642,992 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 656.440 jiwa.
Data penduduk disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Perkembangan Penduduk Kabupaten Pemalang. Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018 : 78
Pada Gambar 8, terlihat bahwa pertumbuhan penduduk pada 5 tahun
terakhir di Kabupaten Pemalang selalu meningkat hingga tahun 2018. Laju
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pemalang tidak begitu pesat di tiap tahunnya.
Laju Pertumbuhan penduduk laki-laki dan perempuan di tahun 2018 sebesar
0,221% dan 0,266%.
Kabupaten Pemalang memiliki tingkat pengangguran di tahun 2018 sebesar
6,21%. Tingkat pengangguran tersebut meningkat sebesar 1% dari tahun
sebelumnya. Tenaga kerja yang bekerja di Kabupaten Pem]alang sebesar 582.895
2014 2015 2016 2017 2018
laki-laki 635746 637858 639797 641572 642992
perempuan 648490 650708 652776 654700 656440
625000
630000
635000
640000
645000
650000
655000
660000
JIW
A
TAHUN
laki-laki perempuan
53
jiwa. Angkatan kerja tersebut terbagi pada setiap sektor ekonomi diantaranya:
sektor pertanian sebesar 25,82% dari angkatan kerja yang bekerja, sektor
perdagangan sebesar 18,97% sektor industri sebesar 20,54%, sektor jasa sebesar
18,83% dan sektor lainnya sebesar 15,84%.
Angkatan kerja yang bekerja dari tingkat pendidikan yang ditamatkan
diantaranya. Tidak tamat SD sebesar 125.981 jiwa , tamat SD sebesar 208.784 jiwa,
tamat SMP sebesar 108.266 jiwa, tamat SMA sebesar 62.816 jiwa, tamat SMK
sebesar 48.614 jiwa dan tamat kuliah sebesar 28.434 jiwa.
Banyaknya sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan adalah sebagai berikut:
Taman Kanak-kanak Negeri 12 buah, Taman Kanak-kanak Swasta 403 buah
Sekolah Dasar Negeri 718 buah, Sekolah Dasar Swasta 22 buah, SMP Negeri 66
Buah, SMP Swasta 49 Buah, SMA/SMK Negeri 15 buah, SMA/SMK Swasta 61
buah sedangkan di lingkungan Departeman Agama terdapat, Madrasah Ibtidaiyah
sebanyak 97 buah, Madrasah Tsanawiyah 47 buah, dan Madrasah Aliyah 17 buah.
Sarana kesehatan pada Kabupaten Pemalang tahun 2018 terdiri dari 7 buah
RSUD Pemalang, Puskesmas 25 buah, Puskemas pembantu 65 buah, Puskesmas
keliling 47 buah , Klinik dan rumah bersalin 21 buah dan posyandu 1.192 buah.
Tenaga medis yang terdapat di Kabupaten Pemalang tahun 2018 sebanyak 227 jiwa
diantranya, Dokter spesialis sebanyak 73 jiwa, Dokter umum sebanyak 130 jiwa,
Dokter gigi sebanyak 24 jiwa, dan ditambah dengan tenaga keperawatan, tenaga
kebidanan, tenaga farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya.
54
4.2.2. Kondisi Perekonomian
Pertumbuhan perekonomian daerah dilihat dari Laju Pertumbuhan Produk
Domestik Bruto Daerah. Laju PDRB menurut harga konstan 2010 pada Kabupaten
Pemalang priode tahun 2010-2017 dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pemalang. Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019
Berdasarkan Grafik tersebut bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Pemalang di tahun 2010 - 2012 selalu mengalami peningkatan. namun di tahun
2012 – 2017 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pemalang berflaktuatif dengan laju
pertumbuhan tertinggi di tahun 2018 sebesar 6,07%. Laju pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2017 sebesar 5,39%. Laju pertumbuhan ekonomi dipercepat oleh
adanya investasi dan perbaikan kinerja dengan memanfaatkan teknologi dan
informasi. Investasi yang dimaksud adalah pembangunan jalan menuju pusat
perkotaan Pemalang dan Pantura, dan pembangunan saluran irigasi serta jalan raya.
Pertumbuhan teknologi juga bertambah pesat seiring pertumbuhan tertinggi di
tahun 2018 terdapat pada sektor informasi dan komunikasi sebesar 12,87%. Salah
5.01 5.32
5.57 5.52 5.58 5.38 5.39
6.07
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pertumbuhan kota Pemalang
55
satu penyebabnya adalah banyak masyarakat yang menggunakan layanan bisnis dan
transportasi secara online.
4.3. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan hal yang utama dalam melakukan produksi
pada sektor pertanian. Penggunaan lahan di Kabupaten Pemalang dibagi menjadi 2
(dua) yaitu sawah dan bukan sawah. Pada tahun 2018 penggunahan lahan masih
didominasi oleh penggunaan lahan bukan sawah yaitu sebesar 533,70 km2,
sedangkan luas lahan yang digunakan untuk sawah sebesar 363,35 km2.
Penggunaan lahan Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Pemalang Tahun 2018
No Jenis Luas(km2)
1 Sawah 363,35
a. Sawah irigasi 295,32
b. Tadah Hujan 68,02
2. Bukan Sawah 533,70
a. Tegalan 161,95
b. Tambak 15,78
c. Hutan Rakyat 20,91
d. Hutan Negara 326,21
e. Sementara Tidak Diusahakan 0.80
f. Perkebunan 8,50
g. Lainnya 15,30
3. Bukan Lahan Pertanian 218,25
Total 1.115,30 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang
Pada penggunaan lahan sawah di Kabupaten Pemalang didominasi oleh
penggunaan sawah irigasi. Penggunaan sawah irigasi banyak digunakan pada
Kecamatan patarukan sebesar 52,30 km2. Penggunaan lahan bukan sawah
didominasi dengan Hutan Negara seluas 326,21 km2. Disusul dengan Tegalan dan
Hutan Rakyat seluas 161,95 km2 dan 20,91 km2. Penggunan lahan untuk Hutan
56
negara paling luas pada Kecamatan Bantar Bolang dengan luas 68,58km2 dan
penggunaan lahan untuk tegalan/kebun paling luas pada kecamatan pulosari sebesar
41,29 km2.
4.4. Kondisi Pertanian Kabupaten Pemalang
4.4.1. Tanaman Pangan dan Hortikultura
Produksi padi di Kabupaten Pemalang terbagi menjadi 2 yaitu padi sawah
dan padi ladang. Produktivitas padi sawah dan padi ladang sebesar 62,87 Kw/Ha
dan 60,75 Kw/Ha. Produksi padi tahun 2018 sebesar 623.894 ton dengan luas panen
sebesar 99.248 Ha. Produksi jagung sebesar 58.397 ton dengan luas panen sebesar
9.338 Ha. Sedangkan produksi dan luas panen ubi-ubian dan kacang-kacangan
sebesar 1.866 ton dan 7.811 ton dengan luas panen seluas 147 Ha dan 5.741 Ha.
Pada tahun 2018 jumlah produksi tanaman pangan dan tanaman hortikultura
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Produksi padi sawah meningkat
sebesar 10,03%, sedangkan padi ladang turun sebesar 9,89%. Pada tanaman
hortikultura sayuran ikut menurun kecuali kubis dan ketang dengan produksi
sebesar 15.869 kwintal dan 8.928 Kwintal. Sedangkan tanaman hortikultura buah
juga ikut menurun kecuali komoditas nanas dengan produksi 37.926 Ton.
4.4.2. Tanaman Perkebunan
Pada tahun 2018 tanaman perkebunan secara keseluruhan mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Namun produksi tanaman perkebunan rakyat
selama tahun 2018 mengalami bervariasi. Beberapa komoditi perkebunan rakyat
yang mengalami peningkatan produksi yaitu, kelapa sayur sebesar 3.350 ton,
57
cengkeh sebesar 1.215 ton, kopi robusta sebesar 288,30 ton, teh sebesar 752,20 ton,
kelapa deres sebesar 177,55 Ton dan casiavera sebesar 85,55 ton.
Kabupaten Pemalang tahun 2018 memiliki komoditas yang memiliki potensi
untuk dikembangkan. Komoditas tersebut adalah kopi robusta Kabupaten
Pemalang. Komoditas kopi ditanam di daerah Pulosari yang merupakan dataran
tinggi Kabupaten Pemalang.
4.4.3. Peternakan
Perternakan Kabupaten Pemalang dibagi menjadi 2 yaitu ternak kecil dan
ternak besar . ternak besar terdiri dari kuda, sapi potong, kerbau, kambing dan
domba. Pada tahun 2018 jumlah ternak besar mengalami peningkatkan kecuali kuda
masih tetap dengan jumlah 112 ekor Sedangkan perternakan kecil terdiri dengan
unggas dan kelinci. Pada tahun 2018 semua jumlah ternak kecil mengalami
peningkatan, Perternak Unggas membudidayakan ternak ayam buras sebanyak
2.862.790 ekor, itik sebanyak 335.492 ekor. Puyuh sebanyak 44.028 ekor, kelinci
sebanyak 7.352 ekor dan unggas lainnya sebesar 74.095 ekor.
Pada tahun 2018 Jumlah sapi dan kerbau yang dipotong sebanyak 5.078
ekor dan 130 ekor, produksi telur di tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Penigkatan produksi sebesar 7 ribu ton dengan persentase sebesar 1,89
persen.
4.4.4. Perikanan
Perikanan Kabupaten Pemalang mengalami peningkatan produksi pada tahun
2018. Hal ini dikarenakan letak geografis Kabupaten Pemalang yang memiliki batas
58
laut. Pemerintah Kabupaten Pemalang menyadari itu dan membuat strategi dan
memberikan bantuan pada nelayan dan pembudidaya perikanan air tawar.
Perikanan Kabupaten Pemalang dibagi menjadi dua yaitu perikanan laut dan
dan darat. Produksi perikan laut di tahun 2018 terdapat 3 jenis di antaranya pelagis,
demersal dan ikan lainya dengan jumlah produksi sebanyak 21.039.039 Kg.
sedangkan budidaya perikanan darat di tambak dengan produksi tebesar adalah
ikan bandeng sekitar 9.060.000 Kg dengan sentra produksi terdapat di Kecamatan
Ulujami.
59
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis LQ Kabupaten Pemalang dihitung dengan menggunakan PDRB
ADHK tahun 2013-2017. Berikut adalah Sub sektor unggulan dan non unggulan
Kabupaten Pemalang berdasarkan hasil perhitungan analisis LQ dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017
Lapangan Usaha
LQ Kabupaten Pemalang
2013 2014 2015 2016 2017 Rata Keterangan
Tanaman Pangan 2,070 1,941 1,790 1,830 1,917 1,910 unggulan
Tanaman Hortikultura 2,203 2,348 2,433 2,413 2,456 2,370 unggulan
Tanaman Perkebunan 2,390 2,425 2,440 2,409 2,493 2,432 unggulan
Peternakan 1,056 0,998 0,984 0,985 0,974 0,999 non unggulan
Perikanan 1,722 1,819 1,924 1,862 1,883 1,841 unggulan Sumber: Badan Pusat Statisik Pemalang, 2018 (diolah)
Berdasarkan hasil analisis perhitungan LQ sub sektor pertanian Kabupaten
Pemalang menunjukan terdapat 4 (empat) sub sektor pertanian Kabupaten
Pemalang yang termasuk dalam sub sektor unggulan. Sub sektor peternakan
Kabupaten Pemalang menjadi salah satu sub sektor non unggulan pertanian dengan
nilai LQ sebesar 0,999. Hal ini dikarenakan peternakan pada Kabupaten Pemalang
didominasi oleh peternak skala kecil. Namun dilihat pada hasil LQ keseluruhan
bahwa Kabupaten Pemalang memiliki keunggulan pada sektor pertanian di Provinsi
Jawa Tengah.
60
5.1.1 Sub Sektor Tamanan Pangan
Sub sektor Tanaman Pangan Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017
merupakan sub sektor unggulan pertanian. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata nilai
LQ sebesar 1,910 > 1 sesuai dengan grafik kontribusi PDRB Pemalang dan Jawa
Tengah dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Kontribusi Sub Sektor Tanaman Pangan terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013 – 2017. Sumber: BPS Kabupaten Pemalang dan Jawa tengah, 2018 (diolah)
Grafik Kontribusi tersebut juga menunjukan bahwa, kontribusi sub sektor
tanaman pangan Kabupaten Pemalang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi
sub sektor tanaman pangan Provinisi Jawa Tengah. Komoditas utama tanaman
pangan Kabupaten Pemalang adalah padi, jagung dan kedelai. Komuditas padi
merupakan penyumbang produksi terbanyak pada tanaman pangan. Kabupaten
pemalang merupakan salah satu daerah yang menjadi lumbung padi Jawa Tengah.
Hal ini didukung oleh lahan pertanian pangan berkelanjutan yang ada di kabupaten
pemalang. Pada tahun 2018 Jumlah luas lahan pertanian pangan berkelanjutan atau
sawah irigasi di Kabupaten sebesar 30,301 Ha. Luas lahan tersebut masih lebih luas
jika dibandingan dengan lahan yang bukan pertanian seperti bangunan, jalan dan
pemukiman yang hanya memiliki luas sebesar 21,905 Ha.
2013 2014 2015 2016 2017
Pemalang 11.489 9.251 8.902 8.773 8.654
Jawa Tengah 5.548 4.766 4.974 4.794 4.513
11.489
9.251 8.902 8.773 8.654
5.548 4.766 4.974 4.794 4.513
0.0002.0004.0006.0008.000
10.00012.00014.000
Tanaman Pangan
61
5.1.2 Sub Sektor Tanaman Hortikultura
Sub sektor tanaman hortikultura Kabupaten Pemalang tahun 2013-2017
merupakan sub sektor unggulan pertanian. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai
LQ sebesar 2,370 > 1 sesuai dengan grafik kontribusi PDRB Pemalang dan Jawa
Tengah dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Kontribusi Sub Sektor Tanaman Hortikultura terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013 – 2017. Sumber: BPS Kabupaten Pemalang dan Jawa tengah, 2018 (diolah)
Berdasarkan grafik kontribusi sub sektor tanaman hortikultura selalu
meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan
harga komoditas tanaman hortikultura seperti bawang merah dan cabe merah lebih
menguntungkan petani dibandingkan tanaman pangan seperti padi. Selain itu
Grafik tersebut menunjukan kontribusi sub sektor tanaman hortikultura Kabupaten
Pemalang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi sub sektor tanaman
hortikultura Provinisi Jawa Tengah.
2013 2014 2015 2016 2017
Pemalang 7.937 8.373 8.436 8.071 7.940
Jawa Tengah 3.602 3.566 3.467 3.344 3.232
7.9378.373 8.436
8.071 7.940
3.602 3.566 3.467 3.344 3.232
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Tanaman Hortikultura
62
5.1.3 Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Sub sektor Tanaman perkebunan Kabupaten Pemalang tahun 2013-2017
merupakan sub sektor unggulan pertanian. Hal ini dapat dilihat pada rata- rata nilai
LQ sebesar 2,432 > 1 sesuai dengan grafik kontribusi PDRB Pemalang dan Jawa
Tengah dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik Kontribusi Sub Sektor Tanaman Perkebunan terhadap PDRB
Kabupaten Pemalang Tahun 2013 – 2017. Sumber: BPS Kabupaten Pemalang dan Jawa tengah, 2018 (diolah)
Berdasarkan grafik kontribusi sub sektor tanaman perkebunan
menunjukan kontribusi sub sektor tanaman perkebunan Kabupaten Pemalang lebih
besar dibandingkan dengan kontribusi sub sektor tanaman perkebunan Provinsi
Jawa Tengah.
5.1.4 Sub Sektor Peternakan
Sub sektor Peternakan Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 merupakan
sub sektor non unggulan pertanian. Hal ini dapat dilihat pada rata- rata nilai LQ
2013 2014 2015 2016 2017
Pemalang 3.427 3.484 3.458 3.315 3.306
Jawa Tengah 1.433 1.436 1.417 1.376 1.326
3.427 3.484 3.4583.315 3.306
1.433 1.436 1.417 1.376 1.326
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
Tanaman Perkebunan
63
sebesar 0,999 < 1 sesuai dengan grafik kontribusi PDRB Pemalang dan Jawa
Tengah dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Grafik Kontribusi Sub Sektor Peternakan terhadap PDRB Kabupaten
Pemalang Tahun 2013 – 2017.
Sumber: BPS Kabupaten Pemalang dan Jawa tengah, 2018 (diolah)
Berdasarkan grafik, kontribusi sub sektor peternakan Kabupaten Pemalang
cenderung turun. Penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2014 dikarenakann
terjadinya banjir, sehingga mengakibatkan meningkatkan kematian ribuan unggas
di Pemalang, Pati dan Tegal. Sub sektor pertenakan Kabupaten memiliki kontribusi
di bawah provinsi Jawa Tengah selama 4 tahun beturut. hal ini dikarenakan
produksi dari komoditas perternakan masih sebagian diperuntukan untuk
memenuhi kebutuhan di Kabupaten pemalang, namun ada sebagiam komoditas
peternakan yang sudah melebihi kebutuhan konsumsi di kabupaten pemalang.
Komoditas tersebut ialah ayam potong dan kerbau. Pada tahun 2017 jumlah ayam
potong kabupaten pemalang sebanyak 9.330.000 ekor dan kerbau sebanyak 8,235
2013 2014 2015 2016 2017
Pemalang 2.653 2.512 2.465 2.461 2.451
Jawa Tengah 2.511 2.518 2.506 2.496 2.516
2.653
2.512
2.465 2.461 2.451
2.511 2.5182.506 2.496
2.516
2.350
2.400
2.450
2.500
2.550
2.600
2.650
2.700
Peternakan
64
ekor. Hal ini yang membuat sub sektor perternakan Kabupaten Pemalang hampir
menjadi sub sektor pertanian unggulan.
Sub Sektor Perikanan
Sub sektor perikanan Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017 merupakan
sub sektor unggulan pertanian. Hal ini dapat dilihat pada rata- rata nilai LQ sebesar
1,841 > 1 sesuai dengan grafik kontribusi PDRB Pemalang dan Jawa Tengah dapat
dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Grafik Kontribusi Sub Sektor Perikanan terhadap PDRB Kabupaten
Pemalang Tahun 2013 – 2017. Sumber: BPS Kabupaten Pemalang dan Jawa tengah, 2018 (diolah)
Berdasarkan grafik kontribusi sub sektor perikanan Kabupaten Pemalang
cenderung meningkat sedangkan Provinsi Jawa Tengah cenderung menurun. Grafik
tersebut menunjukan kontribusi sub sektor perikanan Kabupaten Pemalang lebih
besar dibandingkan dengan kontribusi sub sektor perikanan Provinsi Jawa Tengah.
Perkembangan yang signifikan Sub sektor perikanan kabuapten pemalang
mendapatkan bantuan investor dari pihak suwsta berupa bantuan pendanaan untuk
alat-alat tangkap dan perahu untuk nelayan melalui dinas perikanan. Hal ini pun
2013 2014 2015 2016 2017
Pemalang 1.735 1.767 1.831 1.768 1.761
Jawa Tengah 1.008 0.972 0.952 0.950 0.935
1.735 1.767 1.831 1.768 1.761
1.008 0.972 0.952 0.950 0.935
0.000
0.200
0.400
0.600
0.800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
2.000
Perikanan
65
menjadi fokus strategi sub sektor perikanan yang termuat dalam RPJMD untuk
meningkat produksi perikanan tangkap. Pada tahun 2017 perikanan laut yang
memiliki nilai produksi dan penangkap tertinggi adalah ikan tembang, ikan tenggiri,
ikan tigawaja dan udang krosok Pada tahun 2017 produksi ikan darat atau ikan
budidaya Kabupaten Pemalang didominasi oleh ikan bandeng sebesar 8.150.000
Kg.
5.2 Analisis Shift-Share
Analisis shift-share merupakan alat analisis untuk mengetahui sektor
unggulan dengan melihat pergeseran struktur sub sektor pertanian. Pergeseran
struktur tersebut dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan dan daya saing sub sektor
pertanian Kabupaten Pemalang. Suatu pembangunan wilayah dipengaruhi oleh
komponen pertumbuhan wilayah. Komponen tersebut terdiri dari 3 yaitu
Komponen Pertumbuhan Regional (PR), Komponen Pertumbuhan Proposional
(PP) dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Hasil perhitungan
analisis shift-share dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Analisis Shift-Share Sub Sektor Pertanian Kabupaten
Pemalang Periode 2013-2017
Lapangan Usaha PN PP PPW PB
Tanaman Pangan 348.003 (347.235) (103.767) (451.003)
Tanaman Hortikultura 240.421 (131.923) 139.974 8.051
Tanaman Perkebunan 103.806 (41.784) 25.322 (16.462)
Perikanan 52.563 (20.471) 26.245 5.774
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pemalang, 2018 (Diolah)
Berdasarkan perhitungan analisis shift-share sub sektor pertanian
Kabupaten Pemalang tahun 2013-2017. Kabupaten Pemalang memiliki nilai
pertumbuhan nasional yang positif pada seluruh sub sektor pertanian. Hal ini
66
mengartikan bahwa laju pertumbuhan Kabupaten Pemalang identik sama dengan
laju pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah. Hasil perhitungan komponen
pertumbuhan proposional sub sektor pertanian Kabupaten Pemalang bernilai
negatif. Ini menunjukan ke empat sub sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan
yang lambat dibandingkan sub sektor lainnya. Hasil perhitungan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah Kabupaten Pemalang menujukan terdapat 3 (tiga) sub
sektor pertanian yang memiliki nilai positif yaitu sub sektor tanaman hortikultura,
tanaman perkebunan dan perikanan. Hal ini mengartikan bahwa ketiga sub sektor
tersebut memiliki daya saing yang kuat dibandingkan wilayah lainnya di Provinsi
Jawa Tengah.
5.2.1 Sub Sektor Tanaman Pangan
Hasil perhitungan Shift-Share sub sektor tanaman pangan Kabupaten
Pemalang memiliki nilai negatif pada komponen pertumbuhan proposional sebesar
(347.235). Hal ini mengartikan bahwa sub sektor pertanian memiliki pertumbuhan
yang lambat. Laju pertumbuhan sub sektor tanaman pangan Kabupaten Pemalang
dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Tanaman Pangan Kabupaten Pemalang Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2018 (diolah)
(15.04)
1.60 3.86 3.96
(20.00)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
-
5.00
2014 2015 2016 2017
Tanaman pangan
67
Berdasarkan perhitungan Shift-Share pada komponen Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (PPW) sub sektor tanaman pangan Kabupaten Pemalang memiliki nilai
negatif sebesar (103.767), yang mengartikan bahwa sub sektor ini memiliki daya
saing yang lemah. Hal ini menunjukan bahwa pada produksi tanaman pangan
Provinsi Jawa Tengah hanya tanaman padi sawah Kabupaten Pemalang masuk
dalam 10 besar produksi tertinggi se-Provinsi Jawa Tengah. Produksi tanaman padi
Kabupaten Pemalang berada dalam peringkat 6 dengan luas tanaman dan produksi
sebesar 90.420 Ha dan 454.502 Kw. Jika dilihat dari nilai Pergeseran Bersih (PB).
Sub sektor ini memiliki nilai PB negatif (451.002) yang artinya sub sektor tanaman
pangan di Kabupaten Pemalang memiliki pertumbuhan yang tidak maju.
5.2.2 Sub Sektor Tanaman Hortikultura
Hasil perhitungan Shift-Share sub sektor tanaman hortikultura Kabupaten
Pemalang memiliki nilai negatif pada komponen pertumbuhan proposional sebesar
(131.923). Hal ini mengartikan bahwa sub sektor tanaman hortikultura memiliki
pertumbuhan yang lambat. Laju pertumbuhan sub sektor tanaman hortikultura
Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Tanaman Hortikultura Kabupaten
Pemalang Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2018 (diolah)
11.30
6.37
0.83
3.68
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
2014 2015 2016 2017
Tanaman hortikultura
68
Berdasarkan perhitungan Shift-Share pada komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah (PPW) sub sektor tanaman hortikultura Kabupaten Pemalang
memiliki nilai positif sebesar 139.974 yang mengartikan bahwa sub sektor ini
memiliki daya saing yang kuat. Hal ini menunjukan bahwa Pemalang memiliki
komoditas nanas sebagai komoditas unggulan dengan luas panen dan produksi
ditahun 2017 sebesar 25.373.750 Ha dan produksi sebesar 593.692 Kw. Jika dilihat
dari nilai Pergeseran Bersih (PB). Sub sektor ini memiliki nilai PB positif sebesar
8.051 yang artinya sub sektor Tanaman Hortikultura hasilnya di Kabupaten
Pemalang memiliki pertumbuhan yang progressive (maju).
5.2.3 Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Hasil perhitungan Shift-Share Sub Sektor tanaman perkebunan Kabupaten
Pemalang memiliki nilai negatif pada komponen pertumbuhan proposional sebesar
(41.784). Hal ini mengartikan bahwa sub sektor tanaman perkebunan memiliki
pertumbuhan yang lambat. Laju pertumbuhan sub sektor Tanaman perkebunan
Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar15. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Tanaman Perkebunan Kabupaten
Pemalang Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2018 (diolah)
7.27
4.77
1.04
5.10
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2014 2015 2016 2017
Tanaman Perkebunan
69
Berdasarkan perhitungan Shift-Share pada komponen Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (PPW) sub sektor tanaman perkebunan Kabupaten Pemalang memiliki
nilai positif sebesar 25.322 mengartikan bahwa sub sektor ini memiliki daya saing
yang kuat. Hal ini menunjukan dengan sebagian daerah Pemalang adalah daerah
lereng sehingga Kabupaten Pemalang memiliki keunggulan komperatif. Jika dilihat
dari nilai Pergeseran Bersih (PB). Sub sektor ini memiliki nilai PB negatif sebesar
(30.302) yang artinya sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Pemalang
memiliki pertumbuhan yang tidak maju.
5.2.4 Sub Sektor Perikanan
Hasil perhitungan Shift-Share sub sektor perikanan Kabupaten Pemalang
memiliki nilai negatif pada komponen pertumbuhan proposional sebesar (20.471).
Hal ini mengartikan bahwa sub sektor perikanan memiliki pertumbuhan yang
lambat. Laju pertumbuhan sub sektor perikanan Kabupaten Pemalang dapat dilihat
pada Gambar 16.
Gambar 16. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Perikanan Kabupaten Pemalang Sumber : BPS Kabupaten Pemalang, 2018 (diolah)
7.45
9.39
1.75
4.94
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
2014 2015 2016 2017
Perikanan
70
Berdasarkan perhitungan Shift-Share pada komponen Pertumbuhan Pangsa
Wilayah (PPW) sub sektor perikanan Kabupaten Pemalang memiliki nilai positif
sebesar 26.245 yang mengartikan bahwa sub sektor ini memiliki daya saing yang
kuat. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Pemalang memiliki geografis di pesisir
pantai. Sehingga memiliki potensial untuk dikembangkan secara strategis. Daerah
pesisir pantai merupakan daerah yang memiliki kekayaaan laut melimpah. Jika
dilihat dari nilai Pergeseran Bersih (PB). Sub sektor ini memiliki nilai PB positif
5.773 yang artinya sub sektor perikanan di Kabupaten Pemalang memiliki
pertumbuhan yang progressive.
5.3 Perumusan Sub Sektor Unggulan Pertanian
Berdasarkan hasil perhitungan (Location Quotient) bahwa sub sektor
pertanian Kabupaten Pemalang merupakan sub sektor unggulan kecuali sub sektor
perternakan. Hal ini mengartikan bahwa masing masing sub sektor pertanian
unggulan dalam Kabupaten Pemalang memiliki kontribusi lebih besar dengan
kontribusi Provinsi Jawa Tengah. Upaya meningkatkan peran sektor pertanian pada
perekonomian Kabupaten Pemalang perlu adanya analisis lebih lanjut kembali
dengan menentukan sub sektor pertanian unggulan Kabupaten Pemalang. Hal ini
dapat dilakukan dengan membandingkan pertumbuhan pangsa wilayah dengan
pergeseran bersih.
Berdasarkan hasil diatas bahwa terdapat 3 (tiga) sub sektor pertanian yang
terdapat pada kuadaran 4 (empat) yaitu: sub sektor tanaman hortikultura, sub sektor
tanaman perkebunan dan sub sektor perikanan. Sub sektor tersebut memiliki daya
saing yang kuat namun memiliki pertumbuhan lambat. Sub sektor tanaman pangan
71
masuk pada kuadran 3 (tiga), sehingga sub sektor ini memiliki partumbuhan yang
lambat dan daya saing yang lemah.
Berdasarkan hasil keseluruhan dalam kuadran terdapat sub sektor pertanian
yang dapat dijadikan sub sektor unggulan pertanian untuk pembangunan
perekonomian daerah Kabupaten Pemalang adalah sub sektor Tanaman hortikultura
dan perikanan. Sub sektor tersebut berada di atas garis pergeseran bersih.
Sehinggamemiliki pertumbuhan yang maju. Tidak hanya itu sub sektor tersebut
memiliki daya saing yang kuat. Adapun hasil perhitungannya dapat dilihat pada
Gambar 17.
Gambar 17. Profil Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Kabupaten Pemalang Tahun
2013-2017
Pembangunan daerah Kabupaten Pemalang memiliki pendanaan APBD
yang terbatas. Pembangunan daerah yang berfokus pada sub sektor unggulan
pertanian diharapkan menjadi pilihan untuk meningkatkan peran sektor pertanian
20
15
10
5
25
(15)
(20)
(25)
(5)
(10)
(5) (20) (15) (10) (5) 25 20 15105
PPW
PP
Tanamann Pangan
Tanamann Hortikultura
Tanamann Perkebunan
Perikanan
72
dan sektor perekonomian lainnya. Berdasarkan analisis perhitungan LQ dan Shift
Share terdapat dua sub sektor yang menjadi prioritas dalam pembangunan daerah
Kabupaten Pemalang di antaranya adalah sub sektor tanaman hortikultura dan sub
sektor perikananan. Hal ini diperlukan perencanaan strategis yang tepat untuk
mengembangkan kedua sub sektor tesebut. Pemerintah sudah memiliki strategi
pada sektor pertanian yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Pemalang tahun
2016-2021. Pemerintah juga sudah membuat strategi pada sub sektor perikanan
sebagai strategi pembangunan perekonomian di Kabupaten Pemalang. Strategi
tersebut dinilai berjalan dengan baik dikarenakan produksi perikanan yang selalu
meningkat tiap tahunnya dan mencapai target produksi yang ditetapkan target dan
capaian sub sektor perikanan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Target dan Capaian Produksi Sub Sektor Perikanan dalam RPJMD
Kabupaten Pemalang 2016-2018
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang 2016-2018
Berdasarkan Tabel diatas menunjukan bahwa capaian produksi sub sektor
perikananan pada tahun 2016-2018 sudah tercapai. Sehingga ini
mengidentifikasikan bahwa sub sektor perikanan sudah tercapai. Oleh karena itu,
sub sektor yang akan dipilih dan dibuatkan strategi dalam pembangunan daerah
Kabupaten Pemalang adalah sub sektor hortikultura.
Sub sektor tanaman hortikultura di Kabupaten Pemalang terdapat 4 jenis
tanaman yaitu: tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan biofarmaka.
Tahun Target Capaian Keterangan
2016 28.654 32.167 Tercapai
2017 30.344 36.388 Tercapai
2018 31.731 36.220 Tercapai
73
Pada tahun 2018 tanaman buah-buah memiliki produksi terbesar pada dari jenis
tanaman hortikultura lainnya dengan jumlah 1.269.176 Kw. Kabupaten Pemalang
memiliki 23 jenis tanaman buah diantaranya terdapat 3 jenis tanaman buah yang
menjadi komoditas utama tanaman hortikultura Kabuapaten Pemalang ialah
Durian, Mangga Istana dan Nanas yang terdapat dalam RPJMD Kabupaten
Pemalang 2016-2021. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Produksi Pertanian Tanaman Hortikultura Utama pada Tahun 2016-2018
Komoditas 2016 2017 2018
- Bawang Merah 7.615 22.065 4.921
- Cabe Besar 9.520 7.306 2.923
- Nanas 247.491 227.248 37.926
- Mangga 20.008 60.913 25.816
- Durian 1.463 1.404 292
Produksi Pertanian Tanaman
Hortikultura Utama (Ton) 286.096 318.935 71.878
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang
Berdasarkan Tabel di atas menunjukan bahwa tanaman hortikultura yang
dihasilkan oleh masyarakat kebanyakan adalah tanaman buah-buahan. Ketiga
komoditas buah tersebut merupakan komoditas unggulan lokal Kabupaten
Pemalang sehingga untuk mempermudah observasi saat penelitian dipilihlah buah
nanas, mangga dan durian. Tahapan selanjutnya adalah mengidentifikasi faktor
eksternal dan internal sub sektor tanaman hortikultura dalam pembangunan daerah
Kabupaten Pemalang.
5.4 Identifikasi Faktor Eksternal Sub Sektor Hortikultura
Identifikasi Faktor Eksternal dilakukan untuk mengetahui acaman dan
peluang dalam mengembangkan sub sektor Hortikultura. Identifikasi faktor
Eksternal yang dilakukan dalam penelitian ini didapat dengan pengisian kuesioner
74
dan wawancara oleh narasumber pada penelitian ini. Identifikasi eksternal juga
didukung oleh beberapa data sekunder yang dapat membantu memperkuat hasil dari
wawancara. Adapun faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang atau
Opportunities (O) sub sektor hortikultura Kabupaten Pemalang:
1) Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia (O1)
2) Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat (O2)
3) Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian (O3)
4) Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (O4)
5) Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian (O5)
6) Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat (O6)
7) Kemitraan yang Mendukung Pertanian (O7)
8) Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi (O8)
Adapun faktor-faktor eksternal yang menjadi sub sektor Acaman atau Threarts (T)
Hortikultura Kabupaten Pemalang:
1) Kepadatan Penduduk Meningkat (T1)
2) Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah (T2)
3) Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk (T3)
5.4.1 Peluang Pengembangan Sub Sektor Hortikultura
1) Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah tersedia ( O1)
Penyaluran kredit usaha merupakan salah satu bantuan dalam permodalan
UMKM dalam menjalankan usahanya. Penyaluran kredit biasanya disalurkan
melalui instansi perbankan. Persentase kredit melalui perbankan dapat dilihat pada
Gambar 18.
75
Gambar 18 Diagram Persentase Penyaluran Kredit Menurut Kelompok Bank
Desember 2018. Sumber: Bank Indonesia, 2019 (diolah)
Menurut diagram diatas bahwa bank persero paling besar menyalurkan
kredit kepada UMKM sebesar Rp 555,6Trilun (51,2%). Bank persero terdiri Bank
Mandiri, Bank BRI, Bank BNI dan Bank BTN. Bank BUMN tersebut sudah lama
menyalurkan dan membantu dalam pemberian kredit UMKM . Terutama dalam
pemberian kredit pada sektor Pertanian.
Pada Grafik 19 menunjukan pemberian kredit pada sektor pertanian dan
perikanan mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pemberian kredit ini dipengaruhi
oleh kerja sama antara pemerintah dengan bank persero melalui Kredit Usaha
Rakyat. Di Kabupaten Pemalang, Bank BRI sudah banyak memberikan KUR
kepada kelompok tani dan UMKM sebagai modal usaha di Kabupaten Pemalang.
Namun untuk petani yang tidak memiliki anggunan dapat meminjam di tiap
Gakpoktan masing-masing desa.
51%
32%
4%
7%1%
0% 5%
Bank Persero
Bank Swasta NasionalDevisa
Bank Swasta NasionalNon Devisa
BPD
Bank Campuran
Bank Asing
BPR-BPRS
76
Gambar 19. Grafik Pemberian Kredit Pada Sektor Pertanian dan Perikanan pada
Tahun 2013-2018. Sumber: Bank Indonesia, 2019 (diolah)
Berdasarkan grafik di atas pemberian kredit pada sektor pertanian dan
perikanan mengalami kenaikan tiap tahunnya. Pemberian kredit ini dipengaruhi
oleh kerjasama antara pemerintah dengan bank persero melalui Kredit Usaha
Rakyat. Di Kabupaten Pemalang, Bank BRI sudah banyak memberikan KUR
kepada kelompok tani dan UMKM sebagai modal usaha di Kabupaten Pemalang,
namun untuk petani yang tidak memiliki anggunan dapat meminjam di tiap
Gakpoktan masing-masing desa. Dana yang diberikan oleh Gakpoktan kepada
petani adalah Dana PUAP atau Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan.
Dana ini diberikan tiap tahunya kepada gabungan kelompok tani tiap desa. Hal ini
menjadikan peluang untuk mengembangkan sub sektor hortikultura di Kabupaten
Pemalang. Walau demikian masih ada masalah juga dalam pengembalian kredit
pada beberapa petani namun hal tersebut tetap dikembalikan kepada kelompok tani
yang bersangkutan.
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Perikanan 3,842.9 4,685.9 5,274.0 5,715.7 6,762.4 8,142.0
Pertanian 52,420. 61,997. 69,100. 75,566. 88,441. 99,956.
0.00
20,000.00
40,000.00
60,000.00
80,000.00
100,000.00
120,000.00
77
2) Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat (O2)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dapat dilihat pada Produk Domestik
Bruto (PDB) harga konstan tahun 2010. Laju pertumbuhan Indonesia pada tahun
2014–2018 berfluktuatif. Pada tahun 2015 laju pertumbuhan melambat sebesar
3,61%. Pada tahun berikutnya selalu meningkat hingga di tahun 2018 sebesar
3,93%. Laju PDB dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Laju Pertumbuhan PDB Indonesia ADHK 2010 Periode 2014-2018
Sumber: BPS Indonesia, 2018 (Diolah)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia merupakan peluang terciptanya usaha
kecil menengah yang mendorong meluasnya lapangan pekerjaan. Disamping itu
laju pertumbuhan Kabupaten Pemalang cederung stabil selama lima tahun terakhir.
Pada tahun 2018 laju pertumbuhan Kabuapaten Pemalang sebesar 5,09%. Laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Pemalang lebih cepat dibandingkan laju
pertumbuhan PDB Indonesia. Laju Kabupaten Pemalang yang lebih cepat dan
cenderung stabil di karenakan beberapa faktor seperti, politik yang stabil, keamanan
yang terkendali dan kemauan kuat pemerintah dalam mengembangkan wilayah.
Pengembangan sub sektor hortikultura merupakan salah satu cara untuk pemerintah
dalam menumbuhkan perekonomian daerah Kabupaten Pemalang.
Tahun INDONESIA (PDB)/(GDP) Kabuapaten Pemalang
2014 3,61 5,15
2015 3,52 5,14
2016 3,72 5,22
2017 3,79 5,06
2018 3,97 5,09
78
3) Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian (O3)
Kepemimpinan daerah Kabupaten Pemalang setiap 5 tahun sekali
mengalami pergantian. Setiap bupati baru memiliki fokus yang berbeda terhadap
sektor ekonomi tertentu. Kabupaten Pemalang sudah sejak lama menjadi daerah
penyumbang komoditas pertanian di Jawa Tengah dikarenakan posisi yang strategis
dan sumber daya alam yang mendukung. Hal ini menjadi warisan dari pemimpin
daerah Kabupaten Pemalang sebelumnya untuk tetap memperhatikan sektor
pertanian.
Pemerintah daerah Kabupaten Pemalang saat ini masih memperhatikan
sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat pada PERDA Kabupaten Pemalang No 1
tahun 2017 tentang perlindungan dan Pemberdayaan petani serta PERDA
Kabupaten Pemalang No 4 Tahun 2017 tentang perlindungan lahan pertanian
lestari. Berdasarkan peraturan daerah pemberdayaan petani tersebut saat ini
pemerintah sedang berupaya melakukan peremajaan pada petani. Peremajaan ini
bertujuan untuk mengajak generasi muda untuk mengenal dan terjun pada sektor
pertanian. Sejalan dengan hal tersebut di Kabupaten Pemalang terdapat kelompok
tani muda yang berada di Kecamatan Belik. Mayoritas petani muda tersebut masih
membudidayakan komoditas sayur-sayuran. Pemerintah mengharapkan pemuda
tani dapat memngembangkan komoditas unggulan Kabupaten Pemalang.
Selain itu, upaya yang dilakukan pemerintah daerah dalam melindungi
lahan pertanian adalah dengan cara memberikan kebijakan untuk petani yang
memiliki lahan pertanian lestari mendapatkan keringanan pajak jika petani tetap
mempertahankan lahannya untuk sektor pertanian. Lahan pertanian lestari ini
79
adalah lahan yang memang memiliki potensi untuk pertanian sehingga cocok untuk
bercocok tanam. Dengan begitu tentunya petani dapat tetap mempertahankan
lahannya dibandingkan mengkonversi lahannya menjadi bangunan. Berdasarkan
peraturan daerah tersebut dapat dilihat bahwa pemerintah daerah Pemalang
memperhatikan sektor pertanian sehingga hal ini menjadi peluang dalam
pengembangan Sub Sektor Hortikultura Kabupaten Pemalang.
4) Tingkat Inflasi di Kabupaten Pemalang Rendah (O4)
Inflasi suatu negara dipengaruhi oleh kenaikan harga-harga barang pokok
secara umum, sehingga laju inflasi tiap tahunnya perlu diperhatikan. Berdasarkan
Tabel 12, Laju inflasi Kabupaten Pemalang pada tahun 2014 hingga 2018
berfluktuaktif. Inflasi tertinggi di Kabupaten Pemalang terjadi di tahun 2014
sebesar 7,38. Hal ini disebabkan terjadinya kenaikan BBM bersubsidi secara
nasional. Komoditas cabe merah dan beras ikut menyumbangkan inflasi. Namun
hingga tahun 2018 inflasi Kabupaten Pemalang mengalami penurunan kembali
hingga menuju angka 2,95. Jika dibandingkan inflasli Kabupaten Pemalang 5 tahun
terakhir dengan Provinsi Jawa Tengah dan Indonesia. Bahwa inflasi Kabupaten
Pemalang selalu berada dibawah Provinsi Jawa Tengah atau Indonesia.
Tabel 12. Perbandingan Laju Inflasi Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah
dan Indonesia pada Tahun 2014 – 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2018
Tahun Pemalang Jawa Tengah Indonesia
2014 7,38 8,22 8,36
2015 3,52 2,73 3,35
2016 2,33 2,36 3,02
2017 3,64 3,71 3,61
2018 2,95 2,82 3,13
80
Inflasi rendah sangat membantu pelaku agribisnis Kabupaten Pemalang
dalam usahanya karena harga barang dan jasa relatif stabil dan tidak adanya
peningkatan. Hal ini menjadikan peluang pelaku agribisnis hortikultura
mendapatkan keuntungan dalam usahanya.
5) Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian (O5)
Kemampuan baca tulis dan melek huruf merupakan ukuran mendasar
dalam mengukur tingkat pendidikan suatu daerah. Pada Kabupaten Pemalang tahun
2018 persentase kemampuan melek huruf sebesar 93,43% dan hanya 6,57%
penduduk yang masih belum bisa baca tulis. Laki-laki memiliki persentase melek
huruf lebih tinggi dibandingkan perempuan. Angka pratisipasi sekolah penduduk
Kabupaten Pemalang tahun 2018 menunjukan bahwa penduduk usia SD (7-12
tahun) sudah mencapai titik maksimal sebesar 100%. Usia SMP (13-15) sebesar
92,32% dan Usia SMA (16-18) sebesar 59,83%. Hal ini menunjukan bahwa
kesadaran masyarkat terhadap pendidikan lebih tinggi masih rendah. Karena
umunya penduduk hanya bersekolah pada tingkat SD.
Ketenagakerjaan pada setiap daerah berasal dari penduduk usia 15 tahun
keatas. Penduduk ini dibagi menjadi 2 golongan angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja. Angkatan kerja terdiri atas penduduk yang bekerja dan yang sedang mencari
pekerjaan. Bukan angkatan kerja terdiri atas penduduk yang sekolah, mengurus
rumah tangga dan lainnya. Pada tahun 2018, usia 15 tahun keatas di Kabupaten
Pemalang terdapat 621.508 jiwa yang tergolong angkatan kerja dengan persentase
tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 65,01%. Pasar tenaga kerja di Kabupaten
Pemalang ditandai dari tingginya kesempatan kerja atau tingkat pengangguranya.
81
Perbandingan tingkat pengangguran Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah
dan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Tingkat Pengangguran Kabupaten Pemalang, Provinsi
Jawa Tengah dan Indonesia Tahun 2014-2018
Tahun Pemalang (%) Jawa Tengah (%) Indonesia (%)
2014 7,440 5,565 5,824
2015 6,530 5,150 5,994
2016 6,120 4,415 5,556
2017 5,590 4,360 5,411
2018 6,210 4,370 5,235 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018
Namun Walaupun tingkat pengangguran masih tinggi di daerah atasnya.
Tetapi Kualitas Sumber Daya Manusia dilihat pada keterampilan dan tingkat
pendidikan yang ditempuh, Angkatan Kerja di Kabupaten Pemalang beragam dari
yang tidak tamat SD hingga Sarjana perguruan tinggi negeri. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang
Lalu di Kabupaten Pemalang, 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2018
Berdasarkan tingkat pendidikan diatas bahwa angkatan kerja yang tidak
memiliki ijazah hingga memiliki ijazah mendominasi dalam bekerja, sehingga hal
Pendidkan Terakhir
Angkatan Kerja
Bekerja Pengangguran
Terbuka
tidak ada ijazah 125.891 2.518
SD/MI 208.784 6.861
SMP/MTS 108.266 9.783
SMA 62.816 668
SMK 48.614 15.129
Diploma 2.852 0
Universitas 25.582 3.654
82
ini menjadi peluang bagi Kabupaten Pemalang untuk mengembangkan sub sektor
holtikulttura Kabupaten Pemalang.
6) Kemitraan yang mendukung pertanian (O6)
Mengembangkan agribisnis ketingkat lebih besar memerlukan permodalan
yang cukup besar, sehingga petani lebih senang bermitra atau berkerjasama dengan
pihak swasta atau lainnya. Pihak yang memberi modal seperti perusahaan besar
yang bergerak dalam bidang pertanian dapat menjadi penyedia sarana produksi,
pemasaran hasil panen dan membimbing para petani.
Kemitraan ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah dalam
pertanian seperti kekurangan modal, penerapan teknologi, pemasaran hasil panen
dan lainnya. Bermitra dengan pihak swasta dan lainnya tentu dapat mempermudah
dan mempercepat pengembangan usaha. Kelompok tani yang sudah berkerja
dengan pihak swasta dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Jumlah Produksi dan Kelompok Tani yang Bermitra dengan PT Indofood
dan PT wings
Kelompok Tani Kecamatan Komoditas Produksi (Kw)
Guyub rukun Pulosari Kentang 2.133
Madu sari pulosari Kentang 1.223
Harapan maju Pulosari Kentang 1.144
Sumbersari Pulosari Cabe 1.033
Setia tani Pulosari Cabe 1.462
Guyup lestari Pulosari Cabe 1.261
Tumpang sari Pulosari Cabe 1.544
Selaras 2 Belik Cabe 1.017
Tunas Muda Belik Cabe 777
Selaras I Belik Cabe 847
Barokah Belik Cabe 647
Cahaya Slamet Belik Cabe 832
Sumber Rezki Belik Cabe 702
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang, 2019 (diolah)
83
Berdasarkan Tabel di atas bahwa terdapat Nama kelompok tani kecamatan
Pulosari dan Belik. Petani tersebut merupakan kelompok petani madya. Pola
Kemitraan yang berlaku adalah pola kemitraan dagang sehingga pihak perusahaan
akan membeli hasil panen petani sesuai spesifikasi yang diminta perusahaan dan
selanjutnya perusahaan yang akan menjual produk tersebut. Perusahaan juga
menyediakan benih unggulan dan pembinaan dalam masa pra-produksi hingga
budidaya. Perusahaan dan petani pun memiliki kontrak yang jelas dan tercantum
dalam dokumen kerjasama yang telah di tanda tanganin dan disepakati. Kerjasama
yang telah dilakukan oleh petani Kabupaten Pemalang dengan pihak Indofood dan
wings pada komoditas sayuran di antarannya cabe dan kentang. Namun untuk
komoditas buah belum ada kemitraan, sehingga ini dapat menjadi peluang untuk
komoditas buah-buah khusunya nanas, mangga dan durian.
7) Konsumsi masyarakat terhadap produk pertanian Tinggi (O7)
Kesadaran masyarakat akan mengkonsumsi produk makan yang bergizi
semakin tinggi sejalan dengan rata-rata pendapatan masyarakat kota yang
meningkat. Namun di samping itu kesibukan masyarakat perkotaan ikut meningkat
sehingga masyarakat perkotaan membutuhkan makanan mudah diproses, siap saji
dan bergizi. Produk Pertanian yang baik menjadi salah satu pilihan untuk
kebutuhan pokok masyarakat dalam memenuhi konsumsi gizi sehari-hari. Berikut
adalah Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan
Makanan Penting yang dapat dilihat pada Tabel 16.
84
Tabel 16. Rata-rata konsumsi per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan
Makanan Penting, 2016-2018
Jenis Bahan Makanan Satuan 2016 2017 2018
Beras lokal/ketan kg 1,668 1,565 1,551
Jagung basah dengan kulit kg 0,035 0,026 0,029
Jagung pocelan/pipilan kg 0,021 0,019 0,019
Ketela pohon kg 0,073 0,122 0,091
Ketela rambat kg 0,069 0,070 0,060
Gaplek kg 0,003 0,002 0,002
Ikan dan udang segar 1 kg 0,302 0,326 0,324
Ikan dan udang diawetkan ons 0,301 0,408 0,429
Daging sapi/kerbau kg 0,008 0,009 0,009
Daging ayam ras/kampung kg 0,111 0,124 0,121
Telur ayam ras/kampung 2 kg 1,983 2,119 2,152
Telur itik/manila/asin butir 0,038 0,040 0,039
Susu kental manis (397
gr) 0,079 0,089 0,088
Susu bubuk bayi kg 0,013 0,013 0,013
Bawang merah ons 0,542 0,493 0,529
Bawang putih ons 0,339 0,313 0,330
Cabe merah Ons 0,044 0,034 0,034
Cabe rawit Ons 0,047 0,029 0,035
Kacang kedelai Kg - 0,001 0,001
Tahu Kg 0,151 0,157 0,158
Tempe Kg 0,141 0,147 0,146
Minyak kelapa/jagung/goreng lainnya liter 0,230 0,221 0,227
Kelapa butir 0,126 0,100 0,092
Gula pasir Ons 1,432 1,333 1,309
Gula merah Ons 0,149 0,129 0,124 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018
Rata-rata konsumsi terhadap macam bahan makanan penting tahun 2014-
2018 cenderung meningkat untuk tiap bahan makanan. Konsumsi daging sapi ,
daging ayam, ikan dan udang segar, serta susu kental manis dan susu bayi
mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Peningkatan ini menunjukan bahwa
tingginya permintaan terhadap produk pertanian. Selain itu jika dilihat untuk
85
konsumsi buah dan sayur penduduk di perkotaan lebih tinggi jika dibandingkan
penduduk desa. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Konsumsi Buah dan Sayur per Kapita Sehari di Daerah Perkotaan dan
Pedesaan Tahun 2016 (dalam Gram) Sumber : Badan Pusat Statistik (2016)
Berdasarkan Gambar 20 konsumsi buah dan sayur penduduk kota dapat
menjadi sebuah peluang bagi Kabupaten Pemalang untuk menjadi pemasok atau
penyedia buah dan sayur.
8) Pengembangan Teknologi Sektor Pertanian meningkat (O8)
Kabupaten Pemalang saat ini baru menggunakan teknologi tepat guna pada
budidaya seperti sistem tanaman yang meningkatkan hasil, penggunakan pupuk
berimbang, penyemprotan foliar pada nanas agar mendapatkan hasil yang baik dan
sesuai dengan waktu panen yang diinginkan, namun demikian masih belum adanya
penggunaan teknologi tepat guna dalam penanganan pasca panen dan penggunaan
teknologi informasi dalam bidang pertanian. Hal ini yang menjadi fokus pemerintah
mencoba untuk terus meningkatkan teknologi tersebut. Salah satu langkah awal
dalam peningkatan teknologi dalam bidang pertanian adalah membuat sarana
Taman Teknologi. Lokasi rencana tapak technopark dapat dilihat pada Gambar 21.
K O T A D E S A
7552
104110
buah sayur
86
Gambar 21. Rencana Tapak TP/KST Pemalang di Kecamatan Randudongkal Sumber: Dinas Kabupaten Pemalang (2018)
Lokasi tersebut berada di dekat kantor BPP Kecamatan Randudongkal
Kabupaten Pemalang. Sarana ini yang akan menjadi pusat pengembangan teknologi
dan komoditas unggulan seperti, Nanas Madu, Mangga, dan Kopi. Hal ini akan
menjadikan peluang kedepan untuk pengembangan sub sektor hortikultura
Kabupaten Pemalang.
5.4.2 Ancaman Pengembangan Sub Sektor Hortikultura
1) Kepadatan Penduduk Kabupaten Pemalang Meningkat (T1)
Jumlah Penduduk Kabupaten Pemalang tahun 2018 sebanyak 1.299.432
jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 642.992 jiwa dan perempuan sebanyak 656.440
jiwa. Jumlah penduduk ini meningkat dibandingkan tahun 2017 sebanyak
1.296.272 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 0,24%. Jumlah Penduduk
Kabupaten Pemalang selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Laju
pertumbuhan penduduk dalam sepuluh tahun terakhir yakni pada tahun 2010-2018
sebesar 0,35%. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
87
penduduk tahun 2000-2010 hanya sebesar 0.004%. Jumlah penduduk terbanyak di
Kabupaten Pemalang terdapat pada kecamatan Pemalang dan Taman 178.391 jiwa
dan 162.483 jiwa. Penduduk penduduk paling sedikit terdapat pada Kabupaten
warungpring sebanyak 39.085 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Pemalang dan
Kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah Penduduk Kabupaten Pemalang Bedasarkan Jenis Kelamin dan
Kepadatan Penduduk Tahun 2018
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Kepadatan (Jiwa/km2)
Moga 31.633 32..137 63.770 1.539,97
Warungpring 19.280 19.805 39.085 1.485,56
Pulosari 27.871 28.325 56.196 642,09
Belik 52.695 52.313 105.008 843,17
Watukumpul 32.378 32.710 65.088 504,48
Bodeh 27.245 27.595 54.840 637,82
Bantarbolang 34.858 37.516 72.374 519,97
Randudongkal 47.817 50.313 98.130 1.086,47
Pemalang 88.271 90.120 178.391 1.750,13
Taman 80.578 81.905 162.483 2.410,37
Petarukan 73.030 74.518 147.548 1.815,08
Ampelgading 32.875 33.933 66.808 1,253.43
Comal 44.369 44.857 89.226 3,361.94
Ulujami 50.092 50.393 100.485 1,659.54 Sumber: BPS Kabupaten Pemalang, 2018
Kepadatan Kabupaten Pemalang pada tahun 2018, sebesar 1.165,09
Jiwa/km2 dengan luas 1.115,30 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 1.299.432 jiwa.
Kepadatan penduduk ini sering meningkat untuk setiap tahunnya. Kecamatan yang
memiliki penduduk paling padat pada Kecamatan Comal, Taman dan Petarukan
sebesar 3.361,94 Jiwa/km2, 2.410,37 Jiwa/km2 dan 1,815,08 Jiwa/km2. Kecamatan
Taman merupakan setra mangga di Kabupaten Pemalang. Kepadatan kecamatan
88
Taman hal ini tentu menjadi ancaman terhadap lahan komoditas mangga di
Kecamatan Taman dan akan mempengaruhi pengembangan sub sektor hortikultura.
2) Daya Saing Produk Pertanian masih lemah (T2)
Daya saing produk beberapa produk pertanian Kabupaten Pemalang di
Jawa Tengah sudah kuat namun di pasar nasional daya saing beberapa produk
pertanian Kabupaten Pemalang masih lemah hal ini di karenakan masih rendahnya
standarisasi produk pertanian. Banyak masyarakat yang belum mengenal beberapa
produk unggulan Pemalang lainnya sehingga ini yang menjadikan kurang dapat
bersaing. Kegiatan agribisnis di Kabupaten Pemalang didominasi pada kegiatan On
Farm.
Sebagai upaya meminimalkan persaingan komoditas pada tingkat nasional
maka Kabupaten Pemalang mengadakan kerjasama dengan daerah di luar Jawa
Tengah. Salah satu bentuk kerja sama yang dilakukan antara lain pada sub sistem
pemasaran, seperti halnya pada komoditas mangga istana Pemalang. Mangga istana
adalah sejenis mangga harum manis yang dihasilkan oleh Kabupaten Pemalang.
Dikarenakan para konsumen sudah lebih mengenal bahwa mangga harum manis
yang enak berasal dari Kabupaten Probolinggo maka jika dijual ke daerah lain
dengan nama mangga harum manis Pemalang maka konsumen akan jarang
membelinya. Oleh karena itu tiap musim panen truk-truk dari Kabupaten
Probolinggo selalu datang untuk membawa hasil panen mangga Kabupaten
Pemalang dengan kardus yang berlabel mangga Probolinggo. Hal ini menjadi
ancaman dalam pengembangan sub sektor hortikultura Kabupaten Pemalang.
89
3) Pesaing baru pada komoditas pertanian mudah masuk pasar (T3)
Komoditas Pertanian merupakan suatu produk yang bersikap homogen.
Komoditas pertanian dapat diproduksi dengan baik berdasarkan kondisi alam dan
ketinggian. Hal ini menyebabkan munculnya produk pertanian pada daerah lainnya.
produk-produk tersebut yang dihasilkan memiliki rasa yang berbeda sehingga dapat
memunculkan pesaing baru di pasar.
Di Kabupaten Pemalang terdapat komoditas unggulan dataran tinggi.
seperti nanas madu Pemalang. Kecamatan Belik merupakan sentra produksi nanas
Pemalang. Nanas madu Pemalang sudah memiliki Hak Kekayaan Intelektual atas
nama produk tersebut sejak nanas madu Pemalang terkenal. Banyak daerah sekitar
Pemalang juga menanam nanas dan hasil tanaman nanas diatas namakan nanas
madu Pemalang. Namun hasil nanas yang ditanam selain di Kabupaten Pemalang
kebanyakan rasanya asam. Hal ini yang mengakibatkan image para konsumen dari
nanas madu Pemalang menurun. Dan saat ini juga sudah bermunculan nanas madu
daerah Lampung. Mudahnya pesaing baru masuk ini dapat menjadi ancaman dalam
mengembangkan sub sektor hortikultura di Kabupaten Pemalang.
5.5 Identifikasi Faktor Internal Sub Sektor Hortikultura
Identifikasi Faktor Internal dilakukan untuk mengetahui Kekuatan dan
Kelemahan dalam mengembangkan sub sektor hortikultura. Identifikasi faktor
Internal yang dilakukan dalam penelitian ini didapat dengan pengisian kuisioner
dan wawancara oleh narasumber pada penelitian ini. Identifikasi internal juga
didukung oleh beberapa data sekunder yang dapat membantu memperkuat hasil dari
90
wawancara. Adapun faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan atau Strenghts
(S) sub sektor hortikultura Kabupaten Pemalang :
1) Posisi geografis dalam mengembangkan sektor pertanian (S1)
2) Lahan pertanian yang cukup luas (S2)
3) Koordinasi yang baik antara instansi pertanian terkait (S3)
4) Sarana dan prasarana pertanian yang memadai (S4)
Adapun faktor-faktor internal yang menjadi sub sektor kelemahan atau
Weaknesses (W) hortikultura Kabupaten Pemalang :
1) SDM pertanian Kabupaten Pemalang yang lemah (W1)
2) Dana pengembangan sektor pertanian yang kurang (W2)
3) Harga produk pada tingkat petani rendah (W3)
4) Teknologi informasi sektor pertanian belum berjalan dengan baik (W4)
5) Kualitas produk pertanian masih rendah (W5)
6) Lembaga penelitian dan pengembangan belum tersedia (W6)
5.5.1 Kekuatan Pengembangan Sub Sektor Hortikultura
1) Posisi Geografis dalam Mengembangan Sektor Pertanian (S1)
Kabupaten Pemalang memiliki luas daerah sebesar 1.115,30 km2 yang
didalamnya terdapat pantai, puncak gunung, rawa-rawa, perbukitan, dataran dan
lereng. Dengan kondisi lengkap seperti ini Kabupaten Pemalang menghasilkan
beraneka ragam produk seperti ikan laut, palawija, tanaman hortikultura,
perkebunan hingga kehutanan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 22
91
Gambar 22. Peta Daerah Strategis Kabupaten Pemalang Sumber : Dinas Kabupaten Pemalang (2018)
Kondisi tanah yang subur menjadi alasan Kabupaten Pemalang untuk
bercocok tanam. Kabupaten Pemalang hanya dilalui oleh 2 iklim musim hujan dan
kering. Hal ini menjadi kekuatan untuk mengembangkan sub sektor hortikultura
Kabupaten Pemalang.
2) Lahan Pertanian yang Cukup Luas (S2)
Luas lahan pertanian adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
sebagian tanaman karena luas lahan pertanian akan berbanding lurus dengan
produksi. Luas lahan pertanian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu luas lahan sawah dan
bukan sawah. Lahan sawah di Kabupaten Pemalang hanya terdiri dengan sawah
irigasi dan sawah tadah hujan sedangkan lahan bukan sawah tediri dari tegal/lebun,
92
perkebunan, ditanami pohon rakyat, hutan negara, sementara tidak diusahakan dan
lainnya. luas lahan pertanian Kabupaten Pemalang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berdasarkan Tabel yang terdapat pada lampiran 5. Pada tahun 2018 total
luas wilayah kecamatan 111.530 Ha yang terdiri dari 80,36% adalah lahan pertanian
dan 19,64% bukan lahan pertanian (Jalan, pemukiman, perkantoran, sungai, DSB).
Luas Lahan pertanian menurun pada tahun 2018 sebesar 0,67%. Walaupun
penurunannya hanya sedikit namun hal ini harus terus diperhatikan.
Komoditas yang ditanam pada Kabupaten Pemalang beragam. Namun
terdapat beberapa produk unggulan hortikultura untuk komoditas buah yaitu Buah
Mangga, Nanas dan Durian. Ketiga buah ini memiliki sentra masing dalam
kecamatan di Kabupaten Pemalang. Sentra buah mangga terdapat di kecamatan
Taman dan Pemalang, sentra buah nanas terdapat pada Kecamatan Belik dan sentra
buah durian terdapat di Warungpring. Luas Tanaman baru, Luas panen dan
produksi untuk komoditas buah mangga, nanas dan durian di seluruh kecamatan
dapat dilihat pada Lampiran 6.
Data Lampiran 6 jumlah produk pada komoditas mangga dan durian
menurun dikarenakan berkurangnya produktivitas pada pohon mangga dan durian.
Namun untuk komoditas nanas memiliki nilai produksi yang tinggi dan meningkat
tiap tahunnya. Dinas pertanian Kabupaten Pemalang selalu memberi bantuan
berupa bibit mangga, durian dan nanas serta pupuk kepada petani. Hal ini
mendorong pengembangan tiga komoditas unggulan Kabupaten Pemalang.
93
3) Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait (S3)
Koordinasi antara instansi pertanian di Kabupaten Pemalang cukup baik.
Mulai dari tingkat Bappeda (Badan Perencana dan Pembangunan Daerah) hingga
tingkat BPP per Kecamatan. Hal ini ditunjukan dengan adanya kerja sama dan
penyelarasan program pertanian tiap instansi. Rapat koordinasi yang diikuti seluruh
instansi pertanian tidak selalu sering dilakukan, namun setiap instansi tetap
mengadakan rapat dan menjalankan Tugas,Pokok dan Fungsinya masing-masing
dengan baik. Seperti contoh Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang yang sering
mengadakan rapat satu bulan sekali dengan seksi bidang dibawahnya yaitu
Tanaman Holtikutura dan Tanaman pangan. Pada bulan Oktober 2019, diadakan
rapat koordinasi dari tingkat Bappeda, Dinas-dinas Pertanian hingga BPP per
Kecamatan untuk membahas masterplan Pembangunan kawasan teknologi (Techno
Park), Kajian Kelayakan Pembangunan kawasan teknologi (Techno Park),
Penyusunan Dokumen Lingkungan dan Penyusunan Kelembagaan dan rencana aksi
kawasan teknologi (Techno Park) Kabupaten Pemalang.
Saat ini keberadaan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah bidang
ekonomi dalam pembangunan kawasan teknologi (Techno Park) menjadi fasilitator
untuk menyusun program-program terkait pembangunan dengan masterplan dan
profil investasi untuk pihak swasta yang ingin menanamkan modal. Sedangkan
Dinas pertanian menyalurkan bantuan sarana dan prasarana dan melakukan
pelatihan pada petani di kawasan teknologi. Balai Penyuluh Pertanian sebagai
penghubung antara petani dengan dinas serta menjadi cabang pengembangan sentra
produksi unggulan di kecamatan masing-masing yang nantinya kawasan teknologi
94
sebagai pusatnya. Koordinasi dan rapat selanjutnya terkait pertemuan-pertemuan
akan dilakukan dengan rapat forum daerah. Hal ini diadakan sesuai kondisi saat
berjalannya pembangunan dan pengembangan kawasan teknologi.
4) Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai (S4)
Setiap kegiatan pada sektor pertanian membutuhkan sarana dan prasarana
yang mendukung untuk mempelancar kegiatan tersebut. Ketersediaan fasilitas
Sarana Produksi Pertanian (SAPROTAN) dan infrastruktur merupakan faktor
pendukung infrastruktur fisik. Pada Kabupaten Pemalang memiliki infastruktur
fisik yang sudah cukup baik, mulai dari jalan raya, kuantitas dan kualitas lahan,
sarana irigasi dan air bersih. SAPROTAN dan mesin pertanian lainnya juga
memadai. Hal ini dikarenakan bantuan alat mesin pertanian yang diberkan secara
bertahap kepada kelompok-kelompok tani. Data bantuan tahun 2018 untuk alat
mesin pertanian dapat dilihat pada lampiran 7.
Selain bantuan alat mesin pertanian terdapat 30 buah kios yang menjual
sarana produksi pertanian pada sentra komoditas nanas, durian dan mangga di
Kecamatan Pemalang, Belik dan Warungpring. Sarana dan prasarana pada sub
sistem pemasaran tahun 2018 di Kabupaten Pemalang menunjukan terdapat 22
pasar di Kabupaten Pemalang yang terdiri dari 20 Pasar Tradisonal dan 2 Pasar
grosir, 14 diantaranya adalah pasar umum dan sisanya adalah pasar hewan. Di
Kecamatan Belik, Desa Gombong terdapat pasar tradisional yang merupakan pasar
dari agropolitan menjual produk-produk pertanian seperti nanas. Hal ini menjadi
kekuatan untuk mengembangan sub sektor hortikultura Kabupaten Pemalang.
95
5.5.2 Kelemahan Pengembangan Sub Hortikultura
1) Sumber Daya Manusia Pertanian yang Masih Lemah (W1)
Sumber Daya Manusia dalam suatu daerah merupakan salah satu potensi
yang dimiliki daerah. Membahas sumber daya manusia berarti juga membahas
tentang penduduk dari dua aspek yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas penduduk
dilihat dari seberapa banyak penduduk yang bekerja dan kualitas melihat dari
tingkat pendidikan dan keterampilan. Di Kabupaten Pemalang jumlah angkatan
kerja yang bekerja sebanyak 582.895 jiwa. Sektor pertanian merupakan sektor yang
menyerap tenaga kerja tertinggi dengan jumlah sebanyak 150.521 Jiwa dan disusul
oleh sektor industri pengolahan dan perdagangan. Kontribusi tenaga kerja yang
bekerja pada tiap sektor dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Kontribusi Tenaga kerja yang bekerja pada setiap sektor di Kabupaten
Pemalang Tahun 2018 Sumber : BPS Kabupaten Pemalang, 2018 (diolah)
Kualitas sumber daya manusia Pertanian Kabupaten Pemalang dilihat pada
tingkat pendidikan dan keterampilannya. Tingkat pendidikan Kabupaten Pemalang
masih dikatakan rendah namun ketermpilan penduduk Kabupaten Pemalang dalam
96
petani bisa dikatakan cukup terampil. Hal ini dapat ditujukan masih banyaknya
tenaga kerja yang bekerja dibandingkan menganggur walau tidak memiliki ijazah.
Kesadaran berkelompok pada usaha tani masih kurang. Setiap daerah
seperti tiga sentra tanaman nanas, durian dan mangga memiliki banyak kelompok
namun hanya beberapa kelompok saja yang masih aktif. Tingkatan kelompok tani
yang terdapat di Kecamatan Pemalang, Warungpring, dan Belik pada tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkatan Kelompok Tani di Kecamatan Pemalang, Warungpring, dan
Belik tahun 2018
Kecamatan Tingkatan Kelompok
Jumlah Pemula Lanjut Madya Utama
Pemalang 24 37 17 9 87
Belik 66 33 22 6 127
Warung Pring 25 12 - - 37
115 82 39 15 241 Sumber: Programa BPP Kecamatan Belik, Pemalang dan Warungppring, 2018
Berdasarkan Tabel 18 terdapat 241 kelompok tani pada tiga Kecamatan di
Kabupaten Pemalang, namun hanya terdapat 15 kelompok tani saja yang
merupakan kelompok tani tingkat utama. Tingkat kelompok petani ini dinilai
berdasarkan keaktifan kelompok, kelembagaan yang berjalan dengan baik dari
pengelolaan keuangan kelompok dan program kelompok. Kelembagaan pada
tingkat petani masih menjadi masalah dan kelemahan pada sumber daya manusia
pertanian Kabupaten Pemalang.
2) Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang (W2)
Anggaran untuk membangun daerah Kabupaten Pemalang bersumber pada
tiga anggaran yaitu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi (APBDP) dan Anggaran
97
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran APBDP merupakan anggaran
yang diberikan untuk Kabupaten tertentu untuk digunakan dalam membangun
Provinsi. Sedangkan APBD merupakan anggaran khusus untuk daerah dalam
mengembangkan daerah itu sendiri. Rencana penggunaan APBD Kabupaten
Pemalang akan dibagikan kepada sektor ekonomi Kabupaten Pemalang terutama
sektor pertanian. APBD untuk sektor pertanian diturunkan oleh BAPPEDA dengan
menilai rencana dan strategi pembangunan pertanian yang akan dilakukan oleh
Dinas Pertanian, BAPPEDA dan tim konsultan akan menilai serta mengganalisis
anggaran yang dapat diturunkan. Namun dana anggaran yang diturunkan terbatas
untuk sektor pertanian. Dinas Pertanian pun akan membagi kembali pada setiap sub
bidang seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan.
Rekapitulasi pemberian bantuan anggaran pada sub sektor hortikultura dapat dilihat
pada lampiran 8.
Pada lampiran 8 dana anggaran yang digunakan daerah bersumber pada
APBD Kabupaten Pemalang. Anggaran tersebut dialokasikan untuk pengembangan
kawasan sentra nanas, mangga, durian serta tanaman buah lainnya. Anggaran
tersebut tiap tahunnya mengalami pengurangan hingga alokasi dana untuk tahun
2019 hanya sebesar Rp 394.750.000 untuk bantuan bibit Tanaman. Dana anggaran
yang digunakan untuk sub sektor hortikultura relatif kecil dan hanya dapat
dibelanjakan untuk pembelian bibit tanaman. Dalam pengembangan tanaman
hortikultura lebih lanjut tentu Kabupaten Pemalang masih membutuhkan dana dari
pihak investor untuk mempercepat pengembangan sub sektor hortikultura
Kabupaten Pemalang sehingga perlu adanya perbaikan infrastruktur dan
98
penyediaan sarana, prasarana untuk menarik investor yang terlibat dalam
pengembangan sub sektor hortikultura.
3) Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Baik (W3)
Pada era industri 4.0 penggunaan sistem informasi secara online adalah
suatu keharusan agar tidak kalah bersaing. Pada era industri 4.0 akses informasi
sudah tersebar secara online melalui koneksi internet. Informasi pada sektor
pertanian sangat penting untuk pelaku usaha atau penanam modal investasi melihat
potensi dan mengambil keputusan dalam analisisnya. Namun saat ini basis data
informasi sektor pertanian masih bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik dan
data selebihnya masih offline.
Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang sudah pernah membuat website
untuk memasarkan komoditas pertanian Kabupaten Pemalang. Namun sampai saat
ini tidak berjalan karena kendala dalam pendataan petani dan tidak ada penanggung
jawab dalam bidangTeknlogi Informasi untuk mengelola website tersebut sehingga
informasi pasar masih didapatkan secara langsung dari pasar. Saat ini Dinas
Pertanian kembali membuat website untuk mempublikasikan database komoditas
pertanian secara online. Namun masih ada kendala perizinan di Kementrian
Komunikasi dan Informatika sehingga sampai saat ini website belum dapat diakses.
Hal ini yang menjadi kelemahan dalam mengembangkan sub sektor hortikultura
Kabupaten Pemalang.
4) Harga Produk pada tingkat Petani masih Rendah (W4)
Harga produk beberapa produk agribisnis di tingkat petani masih rendah.
Hal ini dikarenakan sebagian petani kurang paham dengan penanganan pasca panen
99
dan sebagian petani tidak mau memanen sendiri sehingga banyak para petani
menjual kepada para tengkulak atau pedagang dengan sistem tebas. Untuk data
harga jual komoditas buah di Kabupaten Pemalang tahun 2018 dapat dilihat pada
lampiran 9.
Komoditas unggulan seperti mangga belum dapat dikendalikan. Harga
komoditas mangga bisa menjadi 20.000 per kilonya saat musim sulit berbuah,
namun saat panen raya harga menjadi 3.000 per kilonya. Tentu harga yang jatuh
sangat merugikan petani Kabupaten Pemalang, namun untuk komoditas nanas
sudah memiliki solusinya yaitu saat panen raya berlangsung produk nanas tidak
dijual langsung ke pasar, namun dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk
meningkatkan nilai tambah pada produk. Saat ini belum terdapat pengolahan pada
komoditas mangga dan beberapa komoditas buah lainnya, sehingga ini menjadi
kelemahan dalam pengembangan sub sektor hortikultura Kabupaten Pemalang.
5) Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (W5)
Pemasaran produk agribisnis Kabupaten Pemalang baru tersebar di pasar
domestik. Pemasaran mangga dan nanas Kabupaten Pemalang ke daerah
Purbalingga, Banjanegara, Pekalongan dan daerah lainnya. Produk pertanian
unggulan Kabupaten Pemalang belum dapat menembus pasar internasional. Hal ini
dikarenakan faktor kualitas produk yang masih rendah.
Kualitas produk agribisnis masih rendah pada Kabupaten Pemalang
dikarenakan masih rendahnya teknik budaya perawatan yang sesuai standar dan
penangan pasca panen. Sebagai contoh masih bercampur antara produk bermutu
baik dengan produk yang bermutu kurang baik menjadikan kualitas produk menjadi
100
jelek. Produk olahan masih dalam skala industri rumah tangga sehingga kualitasnya
masih rendah dalam hal kemasan dan lamanya daya simpan produk agribisnis.
6) Lembaga penelitian dan Pengembangan belum tersedia (W6)
Kajian dalam Penelitian dan Pengembangan dalam komoditas pertanian
Kabupaten Pemalang sangat penting untuk mempercepat berkembangnya sub
sektor pertanian Kabupaten Pemalang. Kegiatan penelitian dan pengembangan
dilakukan seperti perbaikan pembibitan dan budidaya sedang dilakukan oleh
Kabupaten Pemalang.
Saat ini Kabupaten Pemalang belum memiliki balai penelitian khusus
untuk komoditas pertanian Kabupaten Pemalang. Kajian yang sedang dilakukan
saat ini untuk komoditas unggulan Kabupaten Pemalang yaitu baru kepada
komoditas nanas madu. Judul Kajian tersebut ialah Kesesuaian Lahan untuk
Menanam Nanas Madu oleh Bappeda Kabupaten Pemalang dengan dibantu oleh
Universitas Jendral Soedirman pada tahun 2018. Tujuan kajian ini adalah untuk
melihat lahan yang cocok untuk menghasilkan nanas madu yang baik dan
berkualitas.
5.6 Perumusan Strategi
5.6.1 Analisis Matrik EFE dan IFE
Analisis Matrik External Factor Evaluation (EFE ) dan Internal Factor
Evaluation (IFE) merupakan hasil identifikasi lingkungan eksternal dan internal
yang berpengaruh dalam pengembangan sub sektor hortikultura di Kabupaten
Pemalang. Faktor di dalam matrik EFE dan IFE memiliki bobot dan rating. Pentuan
bobot menggunakan metode paired comparison sehingga bobot dapat diperoleh.
101
Penentuan bobot dan rating ini dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi oleh
5 (lima) orang narasumber yang memiliki kapasitas, serta pelaksana dalam
pengembangan sub sektor hortikultura. Nilai bobot dan rating merupakan rata-rata
dari 5 (lima) orang narasumber. Perhitungan nilai rata-rata bobot dan rating tiap
narasumber dapat dilihat pada lampiran 10. Hasil Analisis Matrik EFE pada
Kabupaten Pemalang dapat dilihat
pada Tabel 19.
Tabel 19. Matrik External Factor Evaluation (EFE) pada Kabupaten Pemalang
dalam Pengembangan Sub Sektor Hortikultura.
Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang ( Opportunities)
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah
Tersedia (O1)
0,094 2,4 0,225
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat
(O2)
0,075 2,4 0,181
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung
Pertanian (O3)
0,109 3,4 0,371
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (O4) 0,072 2,4 0,172
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pertanian (O5)
0,093 2,6 0,241
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat
(O6)
0,100 3,0 0,300
Kemitraan yang Mendukung Pertanian (O7) 0,098 2,4 0,236
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian
Tinggi (O8)
0,095 2,8 0,265
Ancaman ( Treaths)
Kepadatan Penduduk Meningkat (T1) 0,079 2,6 0,206
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih
Lemah (T2)
0,094 2,6 0,243
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah
Masuk (T3)
0,092 2,6 0,239
Total 1,000 0,688
EFE 2,678
102
Hasil matrik EFE menunjukan bahwa Kabupaten Pemalang memiliki
peluang yang cukup besar dibandingkan ancaman dalam pengembangan sub sektor
hortikultura. Skor Peluang sebesar 1,991 dan ancaman sebesar 0,688. Hal ini
ditunjukan dengan nilai EFE sebesar 2,678. yang artinya Kabupaten Pemalang
memiliki peluang untuk menghindari ancaman dalam pengembangan sub sektor
hoktikultura. Kabupaten Pemalang memiliki faktor peluang paling tinggi yaitu
kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pertanian.
Semua capaian dalam sektor pertanian Kabupaten Pemalang tidak lepas
dari kebijakan Pemerintah Daerah yang memperhatikan dan mendukung pada
sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat pada peraturan daerah yang mendukung
pertanian seperti pemberdayaan petani Kabupaten Pemalang dan perlindungan
lahan pertanian berkelanjutan dan juga kegiatan pembangunan kawasan technopark
sebagai pusat pengembangan teknologi pertanian, namun untuk faktor ancaman
yang paling tinggi yaitu daya saing produk pertanian pemalang masih lemah. Pada
kondisi lapangan sebagian produk unggulan pertanian memiliki daya saing yang
cukup kuat pada pasar domestik, namun pada pasar internasional semua produk
unggulan pertanian Kabupaten Pemalang masih rendah. Hal ini dikarenakan belum
adanya standarisasi produk yang dilakukan pada setiap produk unggulan Pemalang.
namun acaman tersebut dapat dihadapi dengan memanfaatkan peluang dari
perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap sektor pertanian.
Pada tabel 20 menunjukan bahwa hasil matrik IFE Kabupaten Pemalang
memiliki Kekuatan yang cukup besar dibandingkan kelemahan dalam
pengembangan sub sektor hortikultura dengan Skor kekuatan sebesar 1,560 dan
103
kelemahanhanya sebesar 0,795. Hai ini ditunjukan dengan nilai IFE sebesar 2,356.
yang artinya Kabupaten Pemalang memiliki kekuatan untuk mengatasi kelemahan
dalam pengembangan sub sektor hoktikultura Pemalang. Kabupaten Pemalang
memiliki faktor kekuatan paling tinggi yaitu pada kondisi geografis yang cocok
untuk mengembangkan sektor pertanian.
Tabel 20. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) pada Kabupaten Pemalang
dalam Pengembangan Sub Sektor Hortikultura
Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan (Stranght)
Posisi Geografis dalam Mengembangkan Sektor
Pertanian (S1)
0,102 4,0 0,409
Lahan Pertanian yang Cukup Luas (S2) 0,099 4,0 0,396
Koordinasi yang baik antara Instansi Pertanian
Terkait (S3)
0,097 3,6 0,348
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai
(S4)
0,113 3,6 0,408
Total 1,560
Kelemahan (Weaknesses)
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang
Lemah (W1)
0,093 1.2 0,112
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang
Kurang (W2)
0,106 1,4 0,148
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah(W3) 0,113 1,0 0,113
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum
Berjalan dengan Baik (W4)
0,091 1,6 0,146
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (W5) 0,100 1,4 0,140
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum
Tersedia (W6)
0,086 1,6 0,137
Total 1,000 0,796
IFE 2,356
Hal ini dapat dilihat bahwa Kabupaten Pemalang terdapat pantai, puncak
gunung, rawa-rawa, perbukitan, dataran dan lereng. Kondisi lengkap seperti ini
104
Kabupaten Pemalang menghasilkan beraneka ragam produk seperti ikan laut,
palawija, tanaman hortikultura, perkebunan hingga kehutanan. Kondisi tanah yang
subur menjadi alasan Kabupaten Pemalang untuk bercocok tanam. Namun
kelemahan paling tinggi yaitu pada dana pengembangan sektor pertanian yang
kurang. Penggunaan dana APBD terbatas untuk sub sektor hortikultura sehingga
membutuhkan dukungan investor dan pihak swasta dalam menanamkan modal,
sehingga dapat mempercepat perkembangan sub sektor hortikultura. Berdasarkan
faktor kekuatan yang dimiliki Kabupaten Pemalang faktor kelemahan paling tinggi
dapat dikurangi.
5.6.2 Analisis Matrik SWOT
Faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan dan faktor
eksternal yang terdiri dari peluang dan acaman. Analisis dari faktor internal dan
eksternal merupakan tujuan untuk mengetahui strategi atau langkah ke depan dalam
mengembangkan sub sektor hortikultura Kabupaten Pemalang. Melalui analisis
SWOT akan disusun alternatif strategi dalam pengembangan sub sektor hortikultura
Kabupaten Pemalang. Proses penggabungan matrik SWOT akan menghasilkan
Alternatif Strategi S-O, Strategi S-T, Strategi W-O dan strategi W-T. Berikut adalah
daftar faktor internal dan eksternal dalam pengembangan sub sektor hortikultura
Kabupaten Pemalang yang dapat dilihat pada Tabel 21 dan dilanjutkan dengan hasil
alternatif strategi.
105
Tabel 21. Faktor Eksternal dan Internal dalam Pengembangan Sub Sektor
Hortikultura Kabupaten Pemalang.
Faktor Eksternal
Peluang Ancaman
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia (O1)
Kepadatan Penduduk Meningkat (T1)
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat (O2)
Daya Saing Produk Pertanian
Pemalang Masih Lemah (T2)
Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian (O3)
Pesaing Baru pada Komoditas
Pertanian Mudah Masuk (T3)
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun
(O4)
Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian (O5)
Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat (O6)
Kemitraan yang Mendukung
Pertanian(O7)
Konsumsi Masyarakat terhadap
Produk Pertanian Tinggi (O8)
a. Strategi S-O
Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan Peluang yang ada. Beberapa alternatif S-O yang terbentuk dapat
dilihat Pada Tabel 22.
Faktor Internal
Kekuatan Kelamahan
Posisi Geografis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
(S1)
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang
yang Lemah (W1)
Lahan Pertanian yang Cukup Luas
(S2)
Dana Pengembangan Sektor Pertanian
yang Kurang (W2)
Koordinasi yang Baik Antara Instansi
Pertanian Terkait (S3)
Harga Produk pada Tingkat Petani
Rendah (W3)
Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai (S4)
Teknologi Informasi Sektor Pertanian
Belum Berjalan dengan Baik (W4)
Kualitas Produk Pertanian Masih
Rendah (W5)
Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Belum Tersedia (W6)
106
Tabel 22. Hasil Perumusan Strategi S-O pada Matrik SWOT
No Strategi SO
1 Strategi pengembangan pasar dengan dukungan kemitraan dengan pihak
swasta (S1, S2, S4, O6, O7)
2 Strategi peningkatan eksistensi taruna tani melalui relawan tani (S3, O3,
O5)
3 Pengembangan produk dengan menerapkan teknologi tepat guna dalam
budidaya hingga pasca panen (S1, S2, S3, O3,O6)
1) Strategi pengembangan pasar dengan dukungan kemitraan dengan pihak
swasta. Strategi ini merupakan rekomendasi dari kekuatan yang dimiliki oleh
Kabupaten Pemalang yaitu, memiliki daerah yang strategis untuk sektor
pertanian, memiliki luas lahan pertanian yang cukup, saran dan prasarana yang
memadai, memiliki kesempatan dalam bermitra dan konsumsi masyarakat
yang meningkat pada produk agribisnis. Pengembangan pasar yang dilakukan
ialah dengan cara kerjasama sebagai pemasok bahan baku hasil komoditas
pertanian dengan perusahaan besar swasta. Pihak perusahaan sebagai pengolah
hasil pertanian, memberikan bantuan saprotan, serta bimbingan dalam
budidaya hingga pasca panen, dalam jangka panjangnya dapat memperpendek
rantai tataniaga pertanian dan petani dapat memasarkan produknya secara
mandiri. Saat ini Kabupaten Pemalang sudah bekerja sama dengan PT
Indofood dan PT Wings dalam memasok komoditas cabe dan kentang. Strategi
sama diharapkan dapat diterapkan pihak pihak swata lainnya dapat bermitra
dengan Kabupaten Pemalang dalam komoditas unggulannya seperti nanas,
mangga, durian, melati dan Kopi. Strategi ini dapat berjalan dengan baik jika
dinas-dinas daerah seperti Dinas Pertanian, Dinas perindustrian, serta
107
BAPPEDA Kabupaten Pemalang bertindak aktif untuk pembuatan MoU
kerjasama dengan pihak swasta.
2) Strategi peningkatan eksistensi taruna tani melalui relawan tani. Strategi ini
direkomendasikan dengan kekuatan Pemalang yaitu, koordinasi yang baik
antara instansi pertanian terkait, serta memanfaatkan peluang kebijakan
pemerintah daerah yang mendukung pertanian dan tingkat pendidikan dan
ketenagakerjaan Pertanian. Strategi ini dibuat didasari Peraturan Daerah No 1
Tahun 2017 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. Pemerintah
Kabupaten Pemalang dalam melakukan pemberdayaan petani berupaya
melakukan peremajaan petani. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sektor pertanian secara kuantitas sektor pertanian menyerap tenaga kerja
terbanyak jika dibandingan dengan sektor lainnya. Namun sebagian besar
tenaga kerja tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kebanyakan
dari mereka adalah tenaga kerja yang sudah berumur tua, namun sedikit juga
dari mereka berumur muda. Hal ini dikarenakan beberapa rumah tangga petani
menawarkan anaknya untuk mengurus pertaniannya dibandingkan melanjutkan
sekolahnya. Pada strategi ini dalam meningkat eksistensi pertanian dikalangan
pemuda maka diperlukan relawan petani. Relawan petani ini adalah petani
muda yang berasal dari sekolah lulusan jurusan pertanian yang ada di
Kabupaten Pemalang. Relawan pemuda ini dibentuk untuk mengajak para
pemuda lainya untuk bertani dan membantu petani untuk mengembangkan
sektor pertaniannya dan membantu pemerintah dalam upaya peremajaan petani.
Strategi yang dilakukan ini membutuhkan bantuan dari pihak instansi pertanian
108
terkait seperti Pihak akademisi, Dinas Pertanian, Badan Penyuluh Pertanian dan
BAPPEDA.
3) Pengembangan produk dengan menerapkan teknologi tepat guna dalam
budidaya hingga pasca panen. Strategi direkomendasikan dengan kekuatan
yang dimiliki Kabupaten Pemalang yaitu memiliki daerah yang strategis untuk
sektor pertanian, memiliki luas lahan pertanian yang cukup, sarana dan
prasarana yang memadai, serta memanfaatkan peluang kebijakan pemerintah
daerah yang mendukung pertanian dan teknologi sektor pertanian yang
meningkat. Petani Kabupaten Pemalang sudah menerapakan teknologi tepat
guna dalam budidaya beberapa komoditas tanaman seperti padi, jagung, nanas,
mangga dan lainnya. Namun dalam segi pasca panen petani belum
menggunakan teknologi tepat guna dan penanganan yang baik, sehingga ini
yang menyebabkan harga yang rendah di tingkat petani. Pemerintah daerah
dalam mewujudkan kepedulian dan tekad membangun pertanian mulai
mendirikan kawasan techno park untuk menjadi pusat dalam penelitian dan
pengembangan produk pertanian sehingga Komoditas unggulan Pemalang
terstandarisasi baik dari tingkat budidaya hingga pemanenan. Selanjutnya
memberikan hak paten pada komoditas unggulan pertanian Pemalang sehingga
konsumen mengetahui asal produk tersebut dan komoditas pertanian Pemalang
akan memiliki daya saing yang kuat pada tingkat pasar domestik dan
International.
109
b. Strategi W-O
Strategi W-O merupakan stategi yang meminimalkan kekurangan dan
memanfaatkan peluangan yang ada. Strategi W-O merupakan strategi Turn-around
sehingga alternatif strategi yang dibuat untuk meninjau kembali kelemahan yang
memungkinkan dapat memanfaatkan peluang dalam megembangkan sub sektor
hortikultura Kabupaten Pemalang. Beberapa alternatif W-O yang terbentuk dapat
dilihat Pada Tabel 23.
Tabel 23. Hasil Perumusan Strategi W-O pada Matrik SWOT
No Strategi WO
1 Penerapan teknologi informasi dalam sektor pertanian (W1, W4, O3, O5,
O8)
2 Pendekatan langsung produk pertanian dari petani ke konsumen
mamangkas rantai tataniaga untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
(W3, W4, O3, O7)
3 Membuat profil investasi daerah terkait pembangunan pertanian untuk
menarik investor dalam menanamkan modalnya(W2, O1, O2, O6)
1) Penerapan teknologi informasi dalam sektor pertanian strategi ini
direkomendasikan dari kelemahan yang dimiliki Kabupaten Pemalang yaitu
SDM pertanian Kabupaten Pemalang yang lemah dan teknologi informasi
sektor pertanian belum berjalan dengan baik. Strategi ini memanfaatkan
peluang kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pertanian, tingkat
pendidikan dan ketenagakerjaan pertanian serta konsumsi masyarakat terhadap
produk pertanian tinggi. Pemerintah daerah melalui dinas pertanian memberi
pelatihan kepada sumber daya manusia pertanian khususnya petani muda agar
mengetahui dan dapat menggunakan sistem informasi pada sektor pertanian.
Strategi ini bertujuan memperkuat SDM pertanian dan bekerja sama antara
110
petani dan penyuluh untuk membantu dinas pertanian untuk mengumpulkan
data. Dinas pertanian akan menyusun dan menampilkan database melalui
website.
2) Pendekatan langsung produk pertanian dari petani ke konsumen mamangkas
rantai tataniaga untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Strategi ini
direkomendasikan untuk meninjau kembali kelemahan pada harga produk pada
tingkat petani dan teknologi informasi sektor pertanian belum berjalan dengan
baik. Strategi ini dilakukan oleh Dinas Pertanian bekerjasama dengan
kelompok petani untuk memproduksi komoditas unggulan Pemalang dan
menjualnya di pasar. Dinas pertanian dan instansi lainnnya membantu
menciptakan pasar untuk petani menjual hasil produk pertanian secara
langsung kepada konsumen. Hal ini tentu akan meningkatkan kesejahteraan
petani.
3) Membuat profil investasi daerah terkait pembangunan pertanian untuk menarik
investor dalam menanamkan modalnya strategi ini direkomendasikan dengan
meninjau kembali kelemahan dana pengembangan sub sektor hortikultura
dengan memanfaatkan peluang kondisi ekonomi yang stabil seperti inflansi
rendah dan laju pertumbuhan ekonomi daerah yang cenderung meningkat dan
lebih cepat dibandingkan dengan laju pertembuhan ekonomi nasional. Strategi
ini bertujuan untuk mendata dan membuat profil biaya investasi yang
dibutuhkan dan keuntungan jangka panjang dalam pengembangan sub sektor
hortikultura untuk menarik para investor ke Kabupaten Pemalang.
111
c. Strategi S-T
Strategi S-T merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan yang
dimiliki untuk menghadapi ancaman. Strategi S-T merupakan strategi diversifikasi
dalam megembangkan sub sektor hortikultura Kabupaten Pemalang. Beberapa
alternatif S-T yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil Perumusan Strategi S-T pada Matrik SWOT
No Strategi ST
1 Melakukan kerjasama antara daerah pada produk pertanian (S1, S2, S3, T2,
T3)
2 Pembangunan Wilayah Pertanian Berdasarkan tata letak kota yang baik dan
tepat (S2, S3, T1)
1) Melakukan kerjasama antar daerah pada produk pertanian. Strategi ini
direkomendasikan dengan kekuatan Kabupaten Pemalang yaitu posisi
geografis strategis dalam mengembangkan sektor pertanian, Lahan pertanian
yang cukup luas, dan Koordinasi yang baik antara instansi pertanian terkait
untuk menghindari ancaman yaitu daya saing produk pertanian Pemalang
masih lemah dan pesaing baru pada komoditas pertanian mudah masuk.
Strategi ini dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan daerah yang
memiliki rantai nilai pada komoditas pertanian yang lebih baik. Kerjasama
yang dilakukan bertujuan untuk memperkuat daya saing produk pertanian
Kabupaten Pemalang, seperti melakukan transfer teknologi dan keterampilan
dalam on farm hingga off farm dan menjalankan operasi tunggal atau bersama
sehingga memiliki biaya produksi rendah. Pemerintah daerah khususnya Dinas
Pertanian memperbanyak melakukan kerja sama dengan dinas pertanian daerah
112
yang memiliki keunggulan dalam komoditas pertanian dan pada segi rantai
nilainya sehingga Kabupaten Pemalang mengalami peningkatan nilai tambah.
2) Pembangunan wilayah pertanian berdasarkan tata letak kota yang baik dan
tepat. Strategi ini direkomendasikan dari kekuatan yang dimiliki Kabupaten
Pemalang yaitu lahan pertanian yang cukup luas dan koordinasi yang baik
antara instansi pertanian terkait. Strategi dilakukan untuk menghindari
ancaman kepadatan penduduk meningkat. Berdasarkan PERDA Kabupaten
Pemalang tahun No 4 Tahun 2017 tentang perlindungan lahan pertanian lestari.
Pemerintah Kabupaten Pemalang berupaya melindungi lahan pertanian yang
merupakan kekuatan Kabupaten Pemalang dari ancaman konversi lahan.
Namun tiap tahunnya jumlah penduduk semakin meningkat walau pun laju
pertumbuhannya melambat. Strategi ini dilakukan dengan bekerjasama antara
instasi pertanian seperti dinas pertanian, BAPPEDA dan Dinas tata letak
daerah. instansi terkait diharapkan memegang teguh peraturan daerah tentang
perlindungan kawasan pertanian berkelanjutan, namun jika ada perlu
pembangunan diharapkan berkerjasama dengan dinas tata letak. Untuk
membangun kawasan pertanian dan perkotaan secara seimbang.
d. Strategi W-T
Strategi W-T yang direkomendasikan oleh W1, W2, T1 dan T2
menghasilan rumusan stategi menumbuhkan kesadaran bertani berkelompok untuk
menciptakan SDM pertanian yang handal dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Strategi ini dilakuakan dengan cara memperkuat dan mengaktifkan kelompok tani
setiap Kecamatan, sehingga dengan kuatnya kelompok petani akan menciptakan
113
organisasi dan menejemen yang baik yang dapat memudahkan dalam transfer
teknologi dan penyerapan modal. Dukungan hal tersebut akan mengsukseskan
kegiatan on farm hingga off farm, sehingga produk pertanian Kabupaten Pemalang
memiliki harga yang cukup tinggi dan dapat mensejahterakan petani.
Tahap selanjutnya adalah menganalisis matrik IE. Berdasarkan matrik
EFE diatas Tabel 19 skor EFE sebesar 2,678 yang merupakan hasil perjumlahan
dari skor peluang sebesar 1,991 dan skor ancaman sebesar 0,688. Sedangkan matrik
IFE diatas Tabel 20 memiliki skor IFE 2,356 sebesar yang merupakan hasil
perjumlahan dari skor kekuatan sebesar 1,560 dan Skor kelemahan sebesar 0,796.
Setelah itu skor EFE dan IFE di petakan dalam Matrik Ekstrnal dan Internal (IE)
yang dapat dilihat pada Gambar 24
Gambar 24. Posisi Strategis Pengembangan Sub Sektor Hortikultura Pada Matrik
Eksternal dan Internal
Berdasarkan Matrik Eksternal Internal di atas bahwa Posisi strategis
pengembangan sub sektor Hortikultura berada di sel 5 yaitu yang mengartikan
bahwa posisi daerah Kabupaten Pemalang sedang menahan dan menjaga. Alternatif
114
strategi yang sesuai adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar atau produk. Pada
matrik SWOT alternatif strategi ini terdapat pada strategi S-O.
5.6.3 Penentuan Prioritas Strategi dengan Matrik QSPM
Alternatif strategi yang terpilih dalam matrik QSPM didasari dengan
kondisi lingkungan dalam pengembangan sub sektor hortikultura Kabupaten
Pemalang dan hasil wawancara dengan narasumber. Pada Tabel 25 bahwa
menunjukan terdapat 3 (tiga) alternatif strategi yaitu strategi pertahankan dan
pelihara. Alternatif strategi ini dipilih karena sesuai dengan kondisi lingkungan
internal dan eksternal pada Kabupaten Pemalang, jumlah dalam matrik QSPM pada
masing-masing strategi menunjukan hasil prioritas strategi sebagai berikut:
1. Strategi pengembangan pasar dengan dukungan Kemitraan dengan pihak
swasta memiliki nilai TAS sebesar 6,086
2. Strategi peningkatan eksistensi taruna tani melalui relawan tani memiliki nilai
TAS sebesar 5,685
3. Strategi pengembangan produk dengan menerapkan teknologi tepat guna
dalam budidaya hingga pasca panen memiliki nilai TAS sebesar 6,229.
Berdasarkan Hasil QSPM terpililah prioritas strategi dalam pengembangan sub
sektor hortikultura. Strategi tersebut ialah Strategi pengembangan produk dengan
menerapkan teknologi tepat guna dalam budidaya hingga pasca panen memiliki
nilai TAS sebesar 6,229. Strategi ini dapat mengkapitalisasi kekuatan yang dibantu
oleh dinas pertanian termasuk dengan melakukan grading dan sortasi terhadap hasil
pertanian, sehingga dapat mengurangi kelemahan yang dimiliki Kabupaten
Pemalang yaitu kualitas produk yang masih rendah.
115
Tabel 25. Hasil Penetuan Prioritas Strategi Pengembangan Sub Sektor Hortikultura
Kabupaten Pemalang pada matrik QSPM
Faktor Internal dan Eksternal
Total Atrractiveness Skor
Alternatif
Strategi 1
Alternatif
Strategi 2
Alternatif
Strategi 3
Peluang (Opportunities)
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah
Tersedia (O1)
0.375 0.281 0.187
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat
(O2)
0.302 0.226 0.151
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung
Pertanian (O3)
0.436 0.218 0.327
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (O4) 0.287 0.144 0.215
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian
(O5)
0.185 0.371 0.278
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat
(O6)
0.200 0.300 0.400
Kemitraan yang Mendukung Pertanian (O7) 0.393 0.196 0.295
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian
Tinggi (O8)
0.284 0.189 0.378
Acaman (Treaths)
Kepadatan Penduduk Meningkat (W1) 0.158 0.237 0.316
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih
Lemah (W2)
0.375 0.187 0.281
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah
Masuk (W3)
0.367 0.184 0.275
Kekuatan (Stranght)
Posisi Geografis dalam mengembangkan sektor
pertanian (S1)
0.204 0.409 0.307
Lahan pertanian yang cukup luas (S2) 0.297 0.198 0.396
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian
Terkait (S3)
0.290 0.387 0.193
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Mendukung
(S4)
0.227 0.340 0.453
Kelemahan (Weaknesses)
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah
(W1)
0.187 0.373 0.280
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang
(W2)
0.422 0.211 0.317
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah (W3) 0.453 0.227 0.340
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum
Berjalan dengan Baik (W4)
0.273 0.364 0.182
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (W5) 0.200 0.300 0.400
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum
Tersedia (W6)
0.171 0.342 0.257
QSPM 6,086 5,685 6,229
116
Strategi ini juga sejalan dengan rencana pemerintah dalam membangun
Taman Teknologi (TechnoPark). Tempat ini akan dijadikan pusat pengembangan
teknologi untuk komoditas unggulan pertanian. Lokasi pembangunan technopark
dan sentra komoditas nanas, mangga dan duran Kabupaten Pemalang dapat dilihat
pada Gambar 25.
Gambar 25. Peta lokasi Pembangunan Techno Park dan Persebaran Komoditas
Nanas, Mangga dan Durian
Taman Teknologi
Sentra Mangga
Sentra Durian
Sentra Nanas
117
Terdapat tiga sentra produksi buah nanas, mangga dan durian. Sentra buah
nanas berada di Kecamatan Belik, Sentra buah durian berada di Kecamatan
Warungpring dan Sentra buah mangga berada di Kecamatan Taman dan Pemalang.
Rencana lokasi pembangunan taman teknologi berada di Kecamatan Randuongkal.
Lokasi ini dipilih karena akan dijadikan pusat pengembangan teknologi pertanian
untuk meningkatkan kualitas komoditas unggulan Kabupaten Pemalang.
Komoditas buah nanas madu Kabupaten Pemalang memiliki syarat untuk
bisa tumbuh dan berbuah. Pada peta diatas terdapat beberapa Kecamatan yang
mampu menghasilkan nanas seperti, Moga, Belik, Pulosari dan watukumpul.
Kecamatan Belik merupakan sentra buah nanas di Kabupaten Pemalang. Luas lahan
tanaman nanas di Kecamatan belik sebesar 632 Ha dengan produksi buah nanas
sebsesar 355.818 Kw.
Kecamatan Belik terdapat kelompok petani muda dan tua. Mayoritas
petani muda pada Kecamatan Belik membudidayakan Sayur-sayuran dan sedikit
dari mereka membudidayakan komditas nans. Diharapkan kelompok petani muda
dapat berperan aktif dalam membudidayakan komoditas unggulan Kabupaten
Pemalang. Produksi komoditas nanas di Kecamatan Belik didukung oleh 12
kelompok tani. Mayoritas kelompok tani komoditas nanas di Kabupaten Pemalang
sudah menerapkan beberapa teknologi tepat guna dalam budidaya nanas yakni
penentuan dan menyeragaman waktu panen buah nanas. Teknologi tepat guna
dalam budidaya ini dilakukan penyemprotan foliar. Teknologi budidaya ini dapat
menjawab kebutuhan kualitas dan kuantitas tetapi dapat menjawab kebutuhan dari
sisi kontinunitas, namun masih diperlukan perbaikan karena hanya beberapa saja
118
kelompok yang melakukan grading pada pemanenan buah nanas. Komoditas nanas
di Kabupaten Pemalang sudah dapat dijadikan banyak produk olahan nanas seperti,
kripik, dodol dan manisan. Olahan nanas tersebut dibuat oleh beberapa UMKM
yang aktif.
Komoditas mangga Kabupaten Pemalang dapat tumbuh di seluruh lahan
di Kabupaten Pemalang. Kecamatan yang belum menghasilkan mangga di
Kabupaten Pemalang hanya Kecamatan Belik. Sentra dari tanaman mangga adalah
kecamatan Taman dan Pemalang. Luas lahan tanaman mangga di Kecamatan
Pemalang sebesar 229 Ha dengan produksi sebanyak 30.950 Kw, dan Kecamatan
Taman memiliki luas lahan sebesar 372 Ha dengan produksi sebanyak 167.544
Kw.
Jumlah kelompok tani komoditas mangga Kecamatan pemalang terdapat
9 kelompok yang terdiri dari 2 kelompok pemula, 6 kelompok lanjut dan 1
kelompok madya.2 Pada komoditas buah mangga Kabupaten Pemalang dapat
memenuhi kebutuhan dari sisi kualitas dan kuantintas yang baik namun sisi
kontiniunitas belum ada seperti komoditas tanaman nanas. Komoditas mangga juga
belum adanya produk olahan mangga sehingga hal ini masih menjadi masalah
ketika panen raya. Penerapan teknologi pada komditas mangga hanya dilakukan
pada saat budidaya mangga dengan seadanya. Pada pasca panen komoditas mangga
jarang dan tidak pernah melakukan grading dan sortasi.
Komoditas durian kabupaten Pemalang hanya terdapat pada Belik,
Warungpring, Randudongkal, Pulosari, Comal dan Bantarbolang. Sentra komoditas
buah durian berada di Kecamatan Warungpring. luas lahan tanaman durian di
119
Kabupaten Pemalang 29 Ha dengan produksi sebesar14.860 Kw. Tanaman durian
merupakan tanaman yang berbuah tahunan sehingga berbeda dengan tanaman
mangga dan nanas. Tanaman durian Kabupaten Pemalang belum memilik
parameter kualitas, kuantitas dan kontiniunitas yang jelas. Komoditan tanaman
durian ini juga memiliki daya saing yang rentan. Terdapat 4 kelompok tani durian
di Kecamatan warungpring. teknologi yang digunakan pada budidaya tanaman
durian masih seadanya sehingga belum adanya penanganan pasca panen pada
komoditas ini.
Berdasarkan hasil kondisi lapangan menunjukan bahwa ketiga komoditas
belum melakukan penanganan pasca panen. Namun komoditas yang memilik
potensi dan bisa menjalani prioritas strategi yang terpilih QSPM saat ini adalah
komoditas nanas dan mangga. Hal ini dikarenakan tanaman mangga dan nanas
memiliki parameter kualitas dan kuantias dan harga yang jelas. Manajemen
budidaya tanaman tersebut juga telah diterapkan. Strategi yang terpilih diharapkan
dapat meningkatkan kualitas produk komoditas buah nanas dan mangga Kabupaten
Pemalang.
120
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil dari penelitian ini, mengenai Strategi pengembangan
sub sektor pertanian unggulan dalam pembangunan daerah Kabupaten Pemalang,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil analisis LQ menunjukan Kabupaten Pemalang memiliki 4 (empat) sub
sektor pertanian unggulan yakni sub sektor tanaman pangan, tanaman
hortikultura, tanaman perkebunan dan perikanan. Hasil analisis Shift-Share
menunjukan bahwa keempat sub sektor pertanian memiliki nilai laju
pertumbuhan lambat. namun 3 (tiga) sub sektor pertanian selain sub sektor
tanaman pangan memiliki daya saing yang kuat
2. Nilai Pergeseran Bersih (PB) menunjukan bahwa sub sektor perikanan dan
tanaman hortikultura merupakan sub sektor yang Progressive dan berkembang.
Sejalan dengan hal tersebut Kabupaten Pemalang telah memiliki strategi
termuat dalam RPJMD tahun 2016-2020 yang berfokus pada sub sektor
perikanan dan dinilai berhasil merealisasikan produksi yang melampaui target
pada tiap tahunnya Oleh karena itu, sub sektor unggulan yang perlu
dikembangkan lagi ialah sub sektor tanaman hortikultura. Komoditas utama
tanaman hortikultura adalah buah Nanas Madu, Mangga dan Durian.
3. Hasil identifikasi faktor eksternal menunjukan terdapat 8 peluang dan 3
ancaman dalam pengembangan sub sektor tanaman hortikultura Kabupaten
Pemalang. Evalusasi melalui pembobotan dan rating menunjukan peluang
121
tertinggi yaitu kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pertanian.
Ancaman tertinggi yaitu daya saing produk pertanian Pemalang masih lemah.
Hasil identifikasi faktor internal menunjukan terdapat 4 kekuatan dan 6
kelemahan dalam pengembangan sub sektor tanaman hortikultura Kabupaten
Pemalang. Evaluasi melalui pembobotan dan rating menunjukan kekuatan
paling tertinggi yaitu kondisi geografis yang cocok untuk mengembangkan
sektor pertanian. Kelemahan tertinggi yaitu dana pengembangan sektor
pertanian yang kurang
4. analisis Matrik SWOT menghasilkan 9 alternatif strategi yang selanjutnya di
petakan dalam matrik IE dan menunjukan posisi pada sel 5 hal tersebut
bermakana bahwa pengembangan sub sektor unggulan Kabupaten Pemalang
menggunakan strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar atau produk.
sehingga altermatif strategi yang sesuai didalam matrik SWOT terdapat pada
strategi S-O sebagai berikut: (1) Strategi pengembangan produk dengan
menerapkan teknologi tepat guna dalam budidaya hingga pasca panen; (2)
Strategi pengembangan pasar dengan dukungan kemitraan dengan pihak
swasta; (3) Strategi peningkatan eksistensi taruna tani melalui relawan tani.
Hasil QSPM menunjukan perioritas strategi terpilih adalah strategi
pengembangan produk dengan menerapkan teknologi tepat guna dalam
budidaya hingga pasca panen.
122
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, mengenai Strategi
pengembangan sub sektor pertanian unggulan dalam pembangunan daerah
Kabupaten Pemalang, maka penulis memberi saran sebagai berikut:
1. Mengutamakan pembangunan pertanian pada sub sektor unggulan Kabupaten
Pemalang yaitu sub sekor tanaman hortikultura tanpa melupakan sub sektor
pertanian lainnya.
2. Meninjau kembali hasil perioritas alternatif strategi yang terpilih dengan
kondisi lingkungan Kabupaten Pemalang sebagai pertimbangan dalam
penyusunan strategi sektor pertanian Kabupaten Pemalang.
3. Melakukan penangan pasca panen seperti grading dan sortasi untuk
meningkatkan kualitas produk pertanian dan harga jual produk di tingkat petani
4. Melakukan peremajaan petani dan mengembangkan kelompok tani yang aktif
agar menjadi contoh dan daya tarik petani lainnya untuk melakukan bertani
secara berkelompok.
123
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahaan, Ed ke-1 (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006).
Adisasmita, R. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang, Ed ke-1 (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010).
BPS. Kabupaten Pemalang Dalam Angka 2018. BPS Kabupaten Pemalang, 2018.
BPS. Produk Domistik Regional Bruto Kabupaten Pemalang Tahun 2013-2017.
BPS Kabupaten Pemalang, 2018.
BPS. Statistik Daerah Kabupaten Pemalang. BPS Kabupaten Pemalang, 2016.
David, F.R. Manajemen Strategi : Konsep. Ed ke-15 (Jakarta: Salemba Empat,
2016).
Daryanto, A. Disparitas Pembangunan Perkotaan-Pedesaan di Indonesia.
Agrimedia, 2003; 8(2): 30-39.
Hasfiandi. Analisis Penentuan Sektor unggulan Kota Subulussalam Provinsi Acah:
Pendekatan Analisis Tipology Klassen, Location Quotion (LQ), dan Shif
Share analysis (SSA). Bappeda Aceh. 2015; 5(1): 41-50
JDIH BPK. PERDA Kabupaten Pemalang No 12 Tahun 2016. 2016: 1.
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/26570. 26 April 2019 pk. 10.30
WIB.
Kinnear. Marketing Reaserch : An Applied Apporch. Ed ke-4 (New York: Mc Graw
Hill, 1991).
Kurniawan,B. Analsis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Kerinci Provinsi
Jambi. El-Jizya, 2016; 4: 1.
Mulyono, J & Khursatul M. Strategi Pembangunan Pertanian di Kabupaten Bantul
dengan Pendekatan AHP dan A’WOT. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016: 199-211
Nurdiana, D, Agus L & Zainuri. Analisis Potensi Ekonomi dan Pengembangan
Sektor Potensial Kabupaten Ponorogo, 2015: 1-5
Priyarsono, D.S, Sahara, & Muhammad F. Ekonomi Regional. Ed ke-1 (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007).
124
Ramadhan, A.G. Strategi Pengembangan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Bogor
Dengan mengunakan Metode Analitical Hierarchy process (AHP).
[Skripsi]. Jakarta: Universitasi Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis; 2017.
Rangkuti, F. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2015).
Rochaeni, S. Pembangunan Pertanian Indonesia. Ed ke-1 (Jakarta: Graha Ilmu,
2010).
Sjafrizal. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi. Ed ke-1
(Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2017).
Soekartawi. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Ed ke-1 (Depok: PT Rajagrafindo
Persada, 2016).
Sofiyanto. Analisis Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Daerah
Kabupaten Batang (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share
Analysis) [Skripsi]. Jakarta: Universitasi Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Sains Dan Teknologi; 2015.
Tarigan, R. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Ed rev (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005).
Umar, H. Strategic Manajement In Action (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003).
125
LAMPIRAN
126
Lampiran 1 Nilai, Distribusi dan Ranking PDRB ADHK menurut Lapangan Usaha
Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah 2017
*Kota
Sumber :Badan Pusat Stattistik Jawa Tengah, 2017
Rank Kabupaten/Kota PDRB kontribusi
1 Semarang* 122,000,440 13.70
2 Cilacap 95,103,847 10.68
3 Kudus 68,649,054 7.71
4 Banyumas 35,147,313 3.95
5 Semarang 31,939,250 3.59
6 Surakarta* 31,562,980 3.54
7 Brebes 29,450,229 3.31
8 Kendal 27,586,097 3.10
9 Pati 27,532,168 3.09
10 Klaten 24,920,303 2.80
11 Sukoharjo 24,152,939 2.71
12 Sragen 23,933,252 2.69
13 Karanganyar 23,665,952 2.66
14 Tegal 22,322,100 2.51
15 Magelang 20,882,801 2.34
16 Boyolali 20,188,700 2.27
17 Jepara 19,001,041 2.13
18 Wonogiri 18,788,398 2.11
19 Kebumen 17,743,915 1.99
20 Grobogan 17,617,254 1.98
21 Blora 16,843,361 1.89
22 Demak 16,537,579 1.86
23 Pemalang 16,297,654 1.83
24 Purbalingga 15,564,284 1.75
25 Pekalongan 14,652,179 1.65
26 Temanggung 13,724,465 1.54
27 Banjarnegara 13,630,385 1.53
28 Batang 13,627,280 1.53
29 Wonosobo 12,292,805 1.38
30 Rembang 12,123,469 1.36
31 Purworejo 12,005,095 1.35
32 Tegal* 9,955,593 1.12
33 Salatiga* 8,589,010 0.96
34 Pekalongan* 6,706,279 0.75
35 Magelang* 5,804,312 0.65
890,541,783 100
25,444,051 2.86
127
Lampiran 2 . Data Narasumber Terpilih dalam Penelitian Strategi Pengembangan Sub Sektor Unggulan Pertanian Dalam
Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang
No Nama Narasumber Jabatan Instansi Keterangan
1. Urip Basuki Analisi Perencanaan sub
bidang pertanian
BAPPEDA Kabupaten
Pemalang
Narasumber terpilih mengantikan Kepala BAPPEDA,
Dikarenakan adanya pergantian Kepala BAPPEDA di saat
penelitian. Narasumber terpilih berdasarkan rekmendasi Kepala
BAPPEDA dan narasumber memahami kondisi Pertanian
Kabupaten Pemalang
2. Sukardi Kepala Dinas Tanaman
pangan dan Hortikultura
Dinas Pertanian Kabupaten
Pemalang
Narasumber terpilih di karenakan narasumber merupakan
penanggung jawab pada dinas pertanian Kabupaten Pemalang
dalam bidang Tanaman pangan dan Hltikultura Kabupaten
pemalang.
3. Suharjo Kepala BPP Warungpring Dinas Pertanian Kabupaten
Pemalang
Narasumber terpilih di karena narasumber merupakan kepala
petugas Penanggung Jawab Lapang di Kecamatan Warungpring
yang menjadi sentra komoditas durian Kabupaten Pemalang
4. Samhudi Kepala BPP Pemalang Dinas Pertanian Kabupaten
Pemalang
Narasumber terpilih di karena narasumber merupakan kepala
petugas Penanggung Jawab Lapang di Kecamatan Pemalang
yang menjadi sentra komoditas Mangga Kabupaten Pemalang
5. Arif Fajar Priyono Kepala BPP Belik Dinas Pertanian Kabupaten
Pemalang
Narasumber terpilih di karena narasumber merupakan kepala
petugas Penanggung Jawab Lapang di Kecamatan Belik yang
menjadi sentra komoditas Nanas Kabupaten Pemalang
12
7
128
Lampiran 3 Pengambilan Data Wawancara dan Kuesioner Narasumber dalam Penelitian Strategi Pengembangan Sub
Sektor Unggulan Pertanian dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang.
No Data Narasumber Tanggal Waktu Tempat
1. Kuesioner Identifikasi lingkungan Urip Basuki 9-Oktober-2019 13.00 WIB Kantor BAPPEDA Kab Pemalang
2 Wawancara Identifikasi lingkungan Urip Basuki 9-Oktober-2019 13.30 WIB Kantor BAPPEDA Kab Pemalang
3. Kuesioner Identifikasi lingkungan Sukardi 10-Oktober-2019 15.00 WIB Kantor Dinas Pertanian
4 Wawancara Identifikasi lingkungan Sukardi 10-Oktober-2019 15.30 WIB Kantor Dinas Pertanian
5 Kuesioner Identifikasi lingkungan Suharjo 14-Oktober-2019 13.00 WIB Kantor BPP Warungpring
6. Wawancara Identifikasi lingkungan Suharjo 14-Oktober-2019 13.30 WIB Kantor BPP Warungpring
7. Kuesioner Identifikasi lingkungan Samhudi 15-Oktober-2019 08.30 WIB Kantor BPP Pemalang
8. Wawancara Identifikasi lingkungan Samhudi 15-Oktober-2019 09.00 WIB Kantor BPP Pemalang
9. Kuesioner Identifikasi lingkungan Arif Fajar P 11-Oktober-2019 10.00 WIB Kantor BPP Belik
10. Wawancara Identifikasi lingkungan Arif Fajar P 11-Oktober-2019 10.30 WIB Kantor BPP Belik
11. Kuesioner Bobot dan Rating Urip Basuki 17-Oktober-2019 10.00 WIB Kantor BAPPEDA Kab Pemalang
12. Kuesioner Bobot dan Rating Sukardi 17-Oktober-2019 13.00 WIB Kantor Dinas Pertanian
13. Kuesioner Bobot dan Rating Suharjo 18-Oktober-2019 15.00 WIB Kantor BPP Warungpring
14. Kuesioner Bobot dan Rating Samhudi 18-Oktober-2019 08.30 WIB Kantor BPP Pemalang
15. Kuesioner Bobot dan Rating Arif Fajar P 19-Oktober-2019 10.00 WIB Kantor BPP Belik
16 Kuesioner QSPM Sukardi 30-Oktober-2019 09.00 WIB Kantor Dinas Pertanian
12
8
129
Lampiran 4. Kuesioner dalam Formulasi Strategi Pengembangan Sub Sekto
Unggulan Pertanian dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang
Nama Narasumber :………………………………………………………….
Instansi :……………………………………………………..……..
Jabatan :……………………………………………………………..
Petunjuk Pengisian
1. isikan data diri anda secara lengkap dan jelas sebelum menjawab kuesioner ini
2. Tujuan kuesioner ini adalah Mengedepankan penilaian narasumber terhadap
kepentingan faktor-faktor eksternal dan internal dalam pengembangan sub
sektor hortikultura di Kabupaten Pemalang. Tingkat kepentinggan yang di
maksud adalah pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor Eksternal dan
Internal dalam menentukan keberhasilan pembangunan Kabupaten Pemalang.
3. Cara pengisian adalah membandingkan faktor Pertama dengan faktor Kedua,
dan menilai faktor dianggap lebih penting dengan faktor lain. Silangkan (X) pada
salah satu kolom tanda jika faktor Pertama lebih penting dari faktor kedua dan
sebaliknya. Jika kedua faktor sama pentingnya maka silangkan (X) pada kedua
kolom tanda.
Contoh :
No Faktor Internal Tanda Tanda Faktor Internal
1 Faktor A X Faktor B
Artinya faktor A lebih penting diperhatikan di badingkan faktor B dalam
mengembangkan sub sektor hortikultura di Kabupaten Pemalang. Dan sebaliknya
No Faktor Internal Tanda Tanda Faktor Internal
1 Faktor A X X Faktor B
Artinya faktot A dan B sama pentingnya dalam mengembangkan sub sektor
hortikultura di Kabupaten Pemalang.
130
No Faktor Internal Tanda Tanda Faktor Internal
1 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian Lahan pertanian yang cukup luas
2 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
3 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
4 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang
Lemah
5 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
6 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
Harga produk pada Tingkat Petani Masih
Rendah
7 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang
Belum Berjalan dengan Baik
8 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
9 Posisi strategis dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
10 Lahan pertanian yang cukup luas Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
11 Lahan pertanian yang cukup luas Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
12 Lahan pertanian yang cukup luas SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang
Lemah
13 Lahan pertanian yang cukup luas Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
14 Lahan pertanian yang cukup luas Harga produk pada Tingkat Petani Masih
Rendah
15 Lahan pertanian yang cukup luas Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang
Belum Berjalan dengan Baik
16 Lahan pertanian yang cukup luas Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
17 Lahan pertanian yang cukup luas Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
18 Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
19 Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang
Lemah
20 Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
21 Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
Harga produk pada Tingkat Petani Masih
Rendah
22 Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang
Belum Berjalan dengan Baik
23 Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
24 Koordinasi yang Baik antara Instansi
Pertanian Terkait
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
25 Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang
Lemah
26 Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
27 Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
Harga produk pada Tingkat Petani Masih
Rendah
28 Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang
Belum Berjalan dengan Baik
29 Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
131
30 Sarana dan Prasarana Pertanian yang
Memadai
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
31 SDM Pertanian Kabupaten Pemalang
yang Lemah
Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
32 SDM Pertanian Kabupaten Pemalang
yang Lemah
Harga produk pada Tingkat Petani Masih
Rendah
33 SDM Pertanian Kabupaten Pemalang
yang Lemah
Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang
Belum Berjalan dengan Baik
34 SDM Pertanian Kabupaten Pemalang
yang Lemah Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
35 SDM Pertanian Kabupaten Pemalang
yang Lemah
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
36 Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
Harga produk pada Tingkat Petani Masih
Rendah
37 Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang
Belum Berjalan dengan Baik
38 Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
39 Dana Pengembangan sektor Pertanian
yang Kurang
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
40 Harga produk pada Tingkat Petani
Masih Rendah
Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang
Belum Berjalan dengan Baik
41 Harga produk pada Tingkat Petani
Masih Rendah Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
42 Harga produk pada Tingkat Petani
Masih Rendah
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
43 Teknologi Informasi Sektor Pertanian
yang Belum Berjalan dengan Baik Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
44 Teknologi Informasi Sektor Pertanian
yang Belum Berjalan dengan Baik
Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
45 Kualitas Produk Pertanian Masih
Rendah
Lembaga penelitian dan Pengembangan
Belum Tersedia
No Faktor Eksternal Tanda Tanda Faktor Eksternal
1 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat
2 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia
Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian
3 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia Tingkat Inflasi Cenderung Menurun
4 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pertanian
5 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia
Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
6 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia Kemitraan yang Mendukung Pertanian
7 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk
Pertanian Tinggi
8 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia Kepadatan Penduduk Meningkat
9 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
10 Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan
Menengah Tersedia
Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
132
11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat
Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian
12 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat Tingkat Inflasi Cenderung Menurun
13 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pertanian
14 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat
Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
15 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat Kemitraan yang Mendukung Pertanian
16 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk
Pertanian Tinggi
17 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat Kepadatan Penduduk Meningkat
18 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
19 Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Meningkat
Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
20 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian Tingkat Inflasi Cenderung Menurun
21 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pertanian
22 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian
Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
23 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian Kemitraan yang Mendukung Pertanian
24 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk
Pertanian Tinggi
25 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian Kepadatan Penduduk Meningkat
26 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
27 Kebijakan Pemerintah Daerah yang
Mendukung Pertanian
Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
28 Tingkat Inflasi Cenderung Menurun Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan
Pertanian
29 Tingkat Inflasi Cenderung Menurun Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
30 Tingkat Inflasi Cenderung Menurun Kemitraan yang Mendukung Pertanian
31 Tingkat Inflasi Cenderung Menurun Konsumsi Masyarakat terhadap Produk
Pertanian Tinggi
32 Tingkat Inflasi Cenderung Menurun Kepadatan Penduduk Meningkat
33 Tingkat Inflasi Cenderung Menurun Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
34 Tingkat Inflasi Cenderung Menurun Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
35 Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian
Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
36 Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian Kemitraan yang Mendukung Pertanian
37 Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk
Pertanian Tinggi
38 Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian Kepadatan Penduduk Meningkat
39 Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
40 Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian
Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
133
41 Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat Kemitraan yang Mendukung Pertanian
42 Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk
Pertanian Tinggi
43 Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat Kepadatan Penduduk Meningkat
44 Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
45 Pengembangan Teknologi Pertanian
Meningkat
Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
46 Kemitraan yang Mendukung
Pertanian
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk
Pertanian Tinggi
47 Kemitraan yang Mendukung
Pertanian Kepadatan Penduduk Meningkat
48 Kemitraan yang Mendukung
Pertanian
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
49 Kemitraan yang Mendukung
Pertanian
Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
50 Konsumsi Masyarakat terhadap
Produk Pertanian Tinggi Kepadatan Penduduk Meningkat
51 Konsumsi Masyarakat terhadap
Produk Pertanian Tinggi
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
52 Konsumsi Masyarakat terhadap
Produk Pertanian Tinggi
Pesaing baru pada komoditas Pertanian
Mudah Masuk
53 Kepadatan Penduduk Meningkat Daya Saing Produk Pertanian Pemalang
Masih Lemah
54 Kepadatan Penduduk Meningkat Pesaing baru pada komoditas
Pertanian Mudah Masuk
55 Daya Saing Produk Pertanian
Pemalang Masih Lemah
Pesaing baru pada komoditas
Pertanian Mudah Masuk
134
Nama Narasumber :…………………………………………………………….
Instansi :…………………..…………………………………………..
Jabatan :……………………………………………………………..
Petunjuk Pengisian
1. isikan data diri anda secara lengkap dan jelas sebelum menjawab kuesioner ini
!
2. Penentuan rating ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing masing
faktor –faktor eksternal terhadap kondisi lingkungan dalam pengembangan Sub
Sektor Hortikultura di Kabupaten Pemalang. Untuk mengukur variabel tersebut
menggunakan skala 1-4.
1 = rendah, Kurang respon
2 = Sedang, Respon sama dengan rata-rata
3 = Tinggi, Respon diatas rata-rata
4 = Sangat Tinggi, respon superior
3. Berikan tanda silang (x) pada salah satu sekala sesuai dengan pengaruh masing-
masing faktor-faktor eksternal
Faktor Eksternal 4 3 2 1
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung
Pertanian
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat
Kemitraan yang Mendukung Pertanian
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi
Kepadatan Penduduk Meningkat
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk
135
Petunjuk Pengisian
1. isikan data diri anda secara lengkap dan jelas sebelum menjawab kuesioner ini
!
2. Penentuan rating ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing masing
faktor –faktor internal terhadap kondisi lingkungan dalam pengembangan Sub
Sektor Hortikultura di Kabupaten Pemalang. Untuk mengukur variabel tersebut
menggunakan skala 1-4.
1 = Kelemahan Utama
2 = Kelemahan Kecil
3 = Kekuatan Kecil
4 = Kekuatan Utama
3. Berikan tanda silang (x) pada salah satu sekala sesuai dengan pengaruh
masing-masing faktor-faktor internal !
Faktor Internal 4 3 2 1
Posisi Geografis dalam mengembangkan sektor pertanian
Lahan pertanian yang cukup luas
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang
Harga produk pada Tingkat Petani Masih Rendah
Teknologi Informasi Sektor Pertanian yang Belum
Berjalan dengan Baik
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia
136
Nama Narasumber :………………………………………………………………………………………………………………….
Instansi :…………………………………………………………………………………………………………………
Jabatan :………………………………………………………………………………………………………………….
Petunjuk Pengisian
1. Isi data diri terlebih dahulu secara lengkap dan jelas sebelum menjawab kuesioner ini
2. Tujuan dari Kuesioner ini adalah untuk adalah mencocokan antara faktor-faktor internal dan eksternal serta membandingkannya
dengan alternatif strategi untuk menentukan strategi yang menjadikan prioritas dalam pengembangan sub sektor hortikultura di
Kabupaten Pemalang
3. Kerjakan kuesioner baris demi baris faktor Eksternal atau Internal secara perlahan dan tepat.
4. Cocokan faktor Eksternal dan Internal dengan alternatif strategi.Apabila faktor Internal dan Eksternal mempengaruhi ke tiga
alternatif strategi maka jawabanya “Ya” maka lanjut ketahap berikutnya (5) . Dan jika jawabannya “Tidak” maka langsung kebaris
berikutnya.
5. Penentuan skor bertujuan untuk melihat sejauh mana alternatif strategi tersebut dapat mengapitalisasi kekuatan, mengurangi
kelemahan, mengeskploritasi peluang dan menghindari ancaman dalam pengembangan sub sektor hortikultura di Kabupaten
Pemalang. Untuk mengukur varibel menggunakan skala 1-4
1 = tidak menarik
2 = cukup menarik
3 = menarik
4 = sangat menarik
6. Tiap skor alternatif strategi pada satu baris faktor Eksternal atau Internal tidak boleh memiliki skor yang sama Hal ini bertujuan
untuk menentukan alternatif strategi yang paling baik dibandingkan alternatif strategi lainnya.
7. Berikan alasan yang rasional dan dapat dipertahankan pada skor alternatif strategi tertinggi tiap baris faktor internal dan eksternal.
136
137
Faktor Internal Tidak Ya alternatif
Strategi Skor Alasan
Posisi Geografis dalam
mengembangkan sektor
pertanian (S1)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Lahan pertanian yang cukup
luas (S2)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Koordinasi yang Baik antara
Instansi Pertanian Terkait (S3)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Sarana dan Prasarana Pertanian
yang Memadai (S4)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
SDM Pertanian Kabupaten
Pemalang yang Lemah (W1)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Dana Pengembangan sektor
Pertanian yang Kurang (W2)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Harga Produk pada Tingkat
Petani Rendah (W3)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Teknologi informasi Sektor
Pertanian Belum Berjalan
dengan Baik (W4)
Strategi 1
Strategi 2
13
7
138
Strategi 3
Kualitas Produk Pertanian
Masih Rendah (W5)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Lembaga Penelitian dan
Pengembangan Belum
Tersedia (W6)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Catatan :
Strategi 1 : Strategi pengembangan pasar dengan dukungan Kemitraan dengan pihak swasta
Strategi 2 : Strategi peningkatan eksistensi taruna tani melalui relawan tani
Strategi 3 : Pengembangan Produk dengan menerapkan teknologi tepat guna dalam budidaya hingga pasca panen
138
139
Faktor Eksternal Tidak Ya alternativ
Strategi Skor alasan
Penyaluran Kredit Usaha Kecil
dan Menengah Tersedia (O1)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Nasional Meningkat (O2)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kebijakan Pemerintah Daerah
yang Mendukung Pertanian
(O3)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Tingkat Inflasi Cenderung
Menurun (O4)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Tingkat Pendidikan dan
Ketenagakerjaan Pertanian
(O5)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Pengembangan Teknologi
Pertanian Meningkat (O6)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Kemitraan yang Mendukung
Pertanian (O7)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 1 13
9
140
Konsumsi Masyarakat
terhadap Produk Pertanian
Tinggi (O8)
Strategi 2
Strategi 3
Kepadatan Penduduk
Meningkat (T1)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Daya Saing Produk Pertanian
Pemalang Masih Lemah (T2)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Pesaing baru pada komoditas
Pertanian Mudah Masuk (T3)
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Catatan :
Strategi 1 : Strategi pengembangan pasar dengan dukungan Kemitraan dengan pihak swasta
Strategi 2 : Strategi peningkatan eksistensi taruna tani melalui relawan tani
Strategi 3 : Pengembangan Produk dengan menerapkan teknologi tepat guna dalam budidaya hingga pasca panen
14
0
141
Lampiran 5 Strategi Pengembangan Sub Sektor Unggulan Pertanian dalam Pembangunan Daerah Kabupaten Pemalang Data Primer
Point Wawancara
No Faktor Eksternal Point Wawancara
1 Ekonomi Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Ekonomi ?
a. Kredit Usaha Kecil Menengah Bagaimana permodalan untuk petani menjalankan usahanya?
Adakah lembaga perbankan yang memberi pinjaman kredit ke petani?
, Bagaimana cara petani untuk mendapatkan pinjaman kredit tersebut?
Adakah lembaga non perbankan yang memberi pinjaman ke petani?
Adakah lembaga penjamin kredit di Kabupaten Pemalang?
b. Pertumbuhan Ekonomi Nasional Apakah laju pertumbuhan daerah Kabupaten Pemalang stabil?
Faktor apa yang menyebabkan laju pertumbuhan Kabupaten pemalang menjadi
stabil?
Adakah yang dirasakan oleh masyarakat khususnya petani terkait pertumbuhan
ekonomi nasional yang maju?
c. Tingkat inflasi dan suku bunga Bagaimana kondisi laju inflasi Kabupaten Pemalang?
Bagaimana kondisi harga komoditas pokok pertanian dalam satu tahun terakhir?
Adakah lonjakan harga pada komoditas pokok pertanian dalam tahun satu tahun
terakhir?
2.. Sosial, budaya dan Demografis Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Sosial ?
Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Budaya?
Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Demografis?
a. Kepadatan Penduduk Bagaimana Pertambahan Penduduk di Kabupaten Pemalang?
Dampak yang di rasakan Kabupaten Pemalang dengan pertumbuhan Penduduk
Kecamatan apa yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi di Kabupaten
Pemalang
141
142
b. Angka pengangguran dan Tingkat
pendidikan penduduk
Berapa persen kemampuan baca tulis pada masyarakat di Kabupaten Pemalang?
khususnya untuk para petani?
Apa sektor yang memiliki kontribusi dalam menyerap tenaga kerja terbanyak di
Kabupaten Pemalang?
Apa tingkat pendidikan yang diterakhir para petani di Kabupaten Pemalang?
3 Politik, Hukum dan Pemerintahan Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Politik, Hukum dan Pemerintahan ?
Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Hukum
Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Pemerintahan ?
b. Kebijakan pemerintah dalam sub
sektor unggulan
Bagaimana arah pembangunan yang dilakukan pada masa kepemimpinan Bupati
Kota Kabupaten Pemalang saat ini?
Kebijakan apa saja yang dibuat oleh pemerintah daerah pada sektor pertanian?
Jelaskan langkah selanjutnya pemerintah dalam membangun pertanian Kabupaten
Pemalang?
4. Teknologi Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Teknologi?
a. Teknologi usaha budidaya sektor
Pertanian Apakah teknologi yang digunakan sektor pertanian di Kabupaten Pemalang?
Apa teknologi tepat guna yang direalisasikan pada budidaya komoditas pertanian
Kabupaten Pemalang?
Adakah teknologi tepat guna dalam kegiatan pertanian pasca panen di Kabupaten
Pemalang?
5 Pesaing Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor pesaing?
a Persaingan antara wilayah terkait
produk pertanian
Bagaimana daya saing produk tanaman hortikultura Kabupaten Pemalang dalam
wilayah Jawa Tengah?
Bagaimana daya saing produk tanaman hortikultura Kabupaten Pemalang dalam
tingkat nasional dan Internasional?
Bagaimana Kabupaten Pemalang mengatasi persaingan dalam tingkat nasional?
b. Pesaing baru mudah masuk pasar
Bagaimana Kabupaten Pemalang menghadapi pesaing dari wilayah lain mudah
masuk ? kerena produk pertanian bersifat homogen 14
2
143
Adakah hak paten yang dimiliki Kabupaten Pemalang untuk melindungi
komoditas Unggulan Kabupaten Pemalang?
8 Pemasok Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Pemasok?
a. Kemitraan Agribisnis Adakah Kemitraan yang bekerja sama dengan pertanian Kabupaten Pemalang?
Bagaimana kondisi kemitraan yang dilakukan Kabupaten Pemalang dengan
perusahaan?
Bagaimana cara Kabupaten Pemalang dapat bermitra dengan Perusahaan tersebut?
9. Pelanggan Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Pelanggan?
a. Konsumsi masyarakat terhadap
Produk agribisnis
Bagaimana konsumsi masyarakat Pemalang terhadap produk pertanian Kabupaten
Pemalang?
Bagaimana tingkat konsumsi masyarakat Kabupaten Pemalang pada komoditas
sayur dan Buah?
Bagaimana komoditas buah dan sayur Kabupaten Pemalang di mata konsumen ?
10. Manajemen Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Manajemen?
a. Koordinasi dinas terkait Adakah Koordinasi yang baik antara instansi pertanian di Kabupaten Pemalang?
Bagaimana Koordinasi antara instansi pertanian di Kabupaten Pemalang?
Kegiatan apa saja yang dilakukan saat ini dan melibatkan instansi pertanian daerah
Kabupaten Pemalang?
11. Pemasaran Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Pemasaran?
a. Informasi pasar Bagaimana masyarakat mendapatkan informasi produk pertanian Kabupaten
Pemalang?
Bagaimana kondisi infrastruktur jaringan komunikasi di Kabupaten Pemalang?
Adakah website untuk menampilkan Produk pertanian Kabupaten Pemalang?
b. Harga produk pertanian
Bagaimana kondisi harga produk pertanian khusunya tanaman hortikultura
Kabupaten Pemalang?
14
3
144
Bagaimana kondisi harga pada tingkat petani Kabupaten Pemalang untuk tanaman
Hortikultura?
Adakah cara petani untuk menghadapi fluktuasi harga pada produk pertanian?
12 Produksi Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Produksi?
a. Posisi Kabupaten Pemalang
Apakah cocok dilakukan pembangunan pertanian berdasarkan kondisi geografis
Kabupaten Pemalang?
Bagaimana kondisi tanah untuk budidaya tanaman hortikultura pada Kabupaten
Pemalang?
b. Luas Lahan pertanian Bagaimana kondisi luas lahan pertanian Kabupaten Pemalang saat ini?
Adakah perlindungan dari pemerintah daerah terhadap lahan pertanian di
Kabupaten Pemalang?
Bagaimana cara pemerintah mengtasi permasalahan lahan pertanian yang mulai
berkurang?
c Sarana dan Prasarana Pertanian Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki Kabupaten Pemalang?
Adakah bantuan dinas dalam sarana produksi tani?
Bagaimana dinas pertanian dalam menyalurkan bantuan alsintan ?
13 Penelitian dan Pengembangan Apakah isu strategis yang menjadi pada faktor Penelitian dan Pengembangan?
a. Lembaga penelitian dan
Pengembangan Pertanian Adakah kajian yang sedang dilakukan peneliti daerah saat ini?
Adakah balai penelitian pertanian Kabupaten Pemalang?
Bagaimana cara Kabupaten Pemalang melakukan penelitian dan pengembangan
komoditas Pertanian ?
144
145
Lampiran 6. Rekap Laporan Penggunaan Lahan Pertanian Kabupaten Pemalang Tahun 2018
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang
IRIGASI TADAH
HUJAN
JUMLAH
LAHAN
SAWAH
TEGAL/KEB
UNLADANG
PERKEBU
NAN
HUTAN
RAKYAT
PADANG
RUMPUT
HUTAN
NEGARA
SEMENTAR
A TIDAK
DIUSAHKA
N
LAINNYA
JUMLAH
LAHAN
BUKAN
SAWAH
1 Moga 1,169.0 81.4 1,250.4 1,711.6 700.4 - 189.8 54.5 - 518.5 - 248.4 1,711.6 1,178.0 4,140.0
2 Warungpring 879.6 6.4 886.0 843.1 384.6 - 65.0 181.0 - 124.5 - 88.0 843.1 901.9 2,631.0
3 Pulosari 166.8 73.3 240.1 7,499.9 4,129.2 - 75.0 123.7 - 3,104.0 - 68.0 7,499.9 1,012.0 8,752.0
4 Belik 1,247.0 1,227.0 2,474.0 7,630.8 2,811.1 - 112.0 384.2 - 4,320.0 - 3.0 7,630.3 2,349.2 12,454.0
5 Watukumpul 1,209.3 2,116.5 3,325.8 7,878.2 1,861.5 - - 627.0 - 5,385.2 - 4.5 7,878.2 1,698.0 12,902.0
6 Bodeh 1,672.5 977.4 2,649.9 4,425.1 740.5 - - - - 3,439.6 - 245.0 4,425.1 1,523.0 8,598.0
7 Bantarbolang 2,041.0 655.0 2,696.0 9,329.9 2,106.0 - - 365.0 - 6,858.9 - - 9,329.9 1,893.1 13,919.0
8 Randudongkal 3,130.0 232.9 3,362.9 4,289.8 983.0 - 100.9 94.1 - 3,111.9 - - 4,289.9 1,379.3 9,032.0
9 Pemalang 3,788.0 335.0 4,123.0 4,362.4 681.5 - - - - 3,466.9 - 214.0 4,362.4 1,707.6 10,193.0
10 Taman 3,628.8 133.0 3,761.8 1,239.8 145.0 - 7.0 - - 786.8 - 301.0 1,239.8 1,739.4 6,741.0
11 Petarukan 5,230.0 22.0 5,252.0 399.0 310.0 - - - - - - 89.0 399.0 2,478.0 8,129.0
12 Comal 1,215.0 - 1,215.0 113.0 76.0 - - 37.0 - - - - 113.0 1,326.0 2,654.0
13 Ampelgading 1,915.6 942.6 2,858.2 1,559.0 54.1 - - - - 1,504.9 - - 1,559.0 912.8 5,330.0
14 Ulujami 2,240.0 - 2,240.0 2,008.0 1,213.0 - 300.0 225.0 - - 80.0 270.0 2,088.0 1,807.0 6,055.0
-
29,532.6 6,802.5 36,335 53,289.6 16,195.9 - 849.7 2,091.5 - 32,621.2 80.0 1,530.9 53,369.2 21,905.3 111,530.0 Jumlah
NO KECAMATAN
LAHAN
BUKAN
PERTANIAN
( JALAN ,
PEMUKIMA
N,
TOTAL
(LUAS
WILAYAH
KECAMAT
AN)
LAHAN SAWAH JUMLAH
LAHAN
BUKAN
SAWAH
LAHAN PERTANIAN
Lahan Bukan Pertanian
14
5
146
Lampiran 7 Produksi , Produktivitas dan Luas Lahan Komoditas Nanas, Mangga, dan Durian
No Kecamatan
Mangga
Jumlah tanaman
seluruhnya (Ha)
Luas Tanaman
Baru (Ha)
Tanaman yg menghasilkan
(Ha)
Produksi (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Moga 32.3 3.0 16.4 6.6
2 Warungpring 20.4 0.0 13.3 33.2
3 Pulosari 2.2 0.9 1.3 24.5
4 Belik 48.8 0.0 15.0 0.0
5 Watukumpul 121.5 17.5 39.0 208.9
6 Bodeh 144.4 0.0 17.5 77.4
7 Bantarbolang 129.1 7.0 32.3 78.1
8 Randudongkal 10.9 0.0 10.9 43.7
9 Pemalang 345.0 105.0 229.0 3095.0
10 Taman 532.3 10.0 372.3 16754.4
11 Petarukan 325.0 10.0 290.0 2520.0
12 Ampelgading 135.7 0.5 126.4 995.9
13 Comal 253.0 0.3 125.0 1052.5
14 Ulujami 481.9 15.0 268.0 926.0
Jumlah 2018 2582.4 169.2 1556.5 25816.2
2017 2509.3 72.3 1283.3 43112.2
2016 2500.8 39.4 1576.3 52920.4
2015 2521.2 40.6 1971.1 105306.0
No Kecamatan
Durian
Jumlah tanaman
seluruhnya (Ha)
Luas Tanaman Baru (Ha)
Tanaman yg menghasilkan
(Ha)
Produksi (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Moga 25.5 0.0 0.00 0.0
2 Warungpring 116.6 30.0 29.73 148.6
3 Pulosari 9.6 0.6 1.08 9.2
4 Belik 5.9 0.5 2.55 21.0
5 Watukumpul 139.9 35.0 3.15 66.0
6 Bodeh 1.2 0.0 0.00 0.0
7 Bantarbolang 141.8 0.0 0.45 0.5
8 Randudongkal 3.0 0.0 0.73 1.2
9 Pemalang 1.6 1.0 0.00 0.0
10 Taman 1.0 0.0 0.02 0.4
11 Petarukan 0.0 0.0 0.00 0.0
12 Ampelgading 0.0 0.0 0.00 0.0
13 Comal 0.9 0.2 0.00 0.0
14 Ulujami 0.0 0.0 0.00 0.0
Jumlah 2018 447.1 67.3 37.7 291.7
2017 390.3 65.4 37.9 348.0
2016 436.4 30.7 50.3 628.0
2015 452.0 52.1 105.8 586.0
146
147
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang
No Kecamatan
Nanas
Jumlah tanaman seluruhnya (Ha)
Luas Tanaman Baru (Ha)
Tanaman yg menghasilkan (Ha)
Produksi (Ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Moga 11.2 0.1 11.2 171.7
2 Warungpring 0.0 0.0 0.0 0.0
3 Pulosari 53.1 31.3 25.6 2087.5
4 Belik 869.3 11.9 632.9 35581.9
5 Watukumpul 13.5 9.0 1.9 84.9
6 Bodeh 0.0 0.0 0.0 0.0
7 Bantarbolang 0.0 0.0 0.0 0.0
8 Randudongkal 0.0 0.0 0.0 0.0
9 Pemalang 0.0 0.0 0.0 0.0
10 Taman 0.0 0.0 0.0 0.0
11 Petarukan 0.0 0.0 0.0 0.0
12 Ampelgading 0.0 0.0 0.0 0.0
13 Comal 0.0 0.0 0.0 0.0
14 Ulujami 0.0 0.0 0.0 0.0
Jumlah 2018 947.1 52.2 671.7 37926.0
2017 899.4 36.9 634.3 22724.8
2016 857.8 292.4 560.7 28945.7
2015 565.4 125.3 319.5 22847.1
14
7
148
Lampiran 8. Rekap Data Bantuan Alat dan Mesin Pertanian Kabupaten Pemalang Tahun 2018
No Kecamatan Traktor Pompa Air Power Rice Power Hand Paddy
Cult R-2 R-4 2" 3" 4" 6" >8" Sprayer Transp Wedder Sprayer Mower
1 AMPELGADING 2
174
2
3
4
293
3
-
- 3 -
882 -
2 BANTARBOLANG 1
129
2
3
265
4
-
5
- 5 -
1,060 -
3 BELIK 6
73
-
15
3
3
-
5
- 1 2
1,388 -
4 BODEH -
81
1
2
13
125
3
3
- 1 -
225 -
5 COMAL -
95
-
6
139
1
4
5
- 5 -
337 9
6 MOGA 1
44
-
1
-
4
-
-
- - -
396 -
7 PEMALANG 3
256
9
7
401
277
149
52
- 7 -
2,169 1
8 PETARUKAN 2
361
1
145
590
28
2
39
- 12 -
5,376 29
9 PULOSARI 14
18
-
1
2
-
-
3
- - 8
1,141 -
10 RANDUDONGKAL 5
141
-
3
7
12
16
1
- 2 -
696 -
11 TAMAN 2
166
2
369
22
140
-
52
- 10 -
1,332 10
12 ULUJAMI -
148
-
17
7
86
-
-
- 6 -
709 3
13 WARUNGPRING 3
71
-
-
5
9
-
-
- 1 -
445 -
14 WATUKUMPUL 1
49
-
22
10
-
-
-
- - -
172 1
JUMLAH 40
1,806
17
594
1,468
982
177
165
- 53 10
16,328 53 14
8
149
Lanjutan
Reaper Pedal Threser Power Threser Comb Dryer Corn Prosesing
APPO Manual Mesin Dorong Mobil Harvest Bad Verticak Seller RMU Husker Poliser One Pass Mobile
-
249
37
8
-
1 -
- - 23
1 1 1 2
-
-
214
6
1
-
- -
- 2 44
44 44 44 1
1
-
15
3
55
-
- -
- 8 45
9 9 - -
-
-
36
12
-
-
- -
- 4 27
- - - -
-
-
208
23
4
-
2 -
- 1 26
2 - 1 5
-
-
30
-
1
-
- -
- - 43
24 24 19 -
1
-
603
43
8
-
1 -
- 3 68
- 18 - 1
-
-
444
150
14
-
6 -
- - 79
- 15 - 4
3
-
2
-
-
-
- -
- 1 2
- 36 - 2
5
-
80
6
-
-
- -
- 2 67
- - - -
-
-
303
8
4
1
3 -
- 1 45
29 29 8 2
1
-
189
19
-
-
3 -
- - 49
68 88 1 23
-
-
20
-
5
-
- -
1 - 34
33 27 - -
-
-
10
-
-
-
- -
- - 80
79 79 3 1
-
-
2,403
307
100
1
16 -
1 22 632
289 370 77 41
11
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang
149
150
Lampiran 9. Program dan Kegiatan Berdasarkan Sumber Pendanaan (APBD Kota, APBD Propinsi, APBN) Tahun 2017-2019
Tahun 2017
APBN APBD Propinsi APBD Kabupaten
1 Penelitian dan pengembangan teknologi
pertanian perkebunan tepat guna
Pengembangan sentra nanas Bibit (100 batang / ha) 8 Kelompok tani 185,000,000Rp Belik , Pulosari ,
Moga
Pengembangan sentra durian Bibit (100 batang / ha) 6 Kelompok tani 195,250,000Rp Warungpring
Pengembangan sentra mangga Bibit (100 batang / ha) 7 kelompok tani 173,250,000Rp Taman, Petarukan ,
Bantarbolang
553,500,000Rp Total
No Program/Kegiatan Satuan Indikator Jumlah Penerima
Manfaat
Sumber Anggaran Lokasi OPD
15
0
151
Tahun 2018
APBN APBD Propinsi APBD Kabupaten
1 Peningkatan produksi , produktivitas dan
mutu produk tanaman buah dan sayuran
berkelanjutan
Pengembangan Kawasan Mangga Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 56,000,000Rp
Ampelgading,
Randudongkal,
Bodeh
Pengembangan Kawasan Durian Bibit (100 batang / ha) 5 Kelompok tani 80,000,000Rp Warungpring ,
Randudongkal
Pengembangan Kawasan Nanas Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 93,750,000Rp Belik , Pulosari
Pengembangan Kawasan Kelengkeng Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 45,000,000Rp Belik , Pulosari
Pengembangan Kawasan Mangga (APBDP) Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 35,000,000Rp Taman, Bantarbolang
Pengembangan Kawasan Nanas (APBDP) Bibit (100 batang / ha) 2 Kelompok tani 85,000,000Rp Belik , Pulosari
394,750,000Rp Total
No Program/Kegiatan Satuan Indikator Sumber Anggaran
Lokasi OPDJumlah Penerima
Manfaat
151
152
Tahun 2019
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang
APBN APBD Propinsi APBD Kabupaten
1 Peningkatan produksi , produktivitas dan
mutu produk tanaman buah dan sayuran
berkelanjutan
Pengembangan Kawasan Mangga Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 56,000,000Rp
Ampelgading,
Randudongkal,
Bodeh
Pengembangan Kawasan Durian Bibit (100 batang / ha) 5 Kelompok tani 80,000,000Rp Warungpring ,
Randudongkal
Pengembangan Kawasan Nanas Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 93,750,000Rp Belik , Pulosari
Pengembangan Kawasan Kelengkeng Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 45,000,000Rp Belik , Pulosari
Pengembangan Kawasan Mangga (APBDP) Bibit (100 batang / ha) 3 Kelompok tani 35,000,000Rp Taman, Bantarbolang
Pengembangan Kawasan Nanas (APBDP) Bibit (100 batang / ha) 2 Kelompok tani 85,000,000Rp Belik , Pulosari
394,750,000Rp Total
T Program/Kegiatan Satuan Indikator Sumber Anggaran
Lokasi OPDJumlah Penerima
Manfaat
152
153
Lampiran 10 Laporan Tanaman Buah – Buahan Dan Sayuran Kabupaten
Pemalang Tahun 2018
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Produksi Harga jual
dibingkar / Baru / yang rusak / Petani
ditebang Penanaman belum Yang tua (Kw intal) ( Rp./
baru menghasilkan menghasilkan Kg )
1 4 5 6 7 9 11 12
1 Alpukat 571 1,337 33,128 29,262 122 6,330 11,000 21.63 kg / pohon
2 Belimbing 74 579 3,540 13,163 167 5,584 8,000 42.42 kg / pohon
3 Duku/Langsat/Kokosan 83 1,450 3,824 265 196 39 7,000 14.75 kg / pohon
4 Durian 976 6,732 108,515 4,226 323 2,470 10,000 58.44 kg / pohon
5 Jambu Biji 161 1,966 4,904 7,647 307 2,463 4,000 32.21 kg / pohon
6 Jambu Air 101 780 3,232 6,723 209 2,073 3,500 30.83 kg / pohon
7 Jeruk Siam/Keprok 131 500 17,126 5,367 61 867 12,000 16.15 kg / pohon
8 Jeruk Besar 4 - 1,521 621 10 264 8,000 42.48 kg / pohon
9 Mangga 9,527 16,920 141,933 531,437 1,421 258,162 3,000 48.58 kg / pohon
10 Manggis - 920 5,042 1,815 22 386 6,000 21.26 kg / pohon
11 Nangka/Cempedak 1,802 2,537 12,553 158,373 166 60,130 4,000 37.97 kg / pohon
12 Nanas 5,750 2,089,750 34,196,562 88,581,268 - 379,260 5,000 0.43 kg / buah
13 Pepaya 8,706 8,083 15,006 25,653 1,513 4,896 4,000 19.08 kg / pohon
14 Pisang 56,295 27,358 1,690,287 1,309,283 4,501 150,785 4,000 11.52 kg / rumpun
15 Rambutan 1,127 690 80,791 20,497 194 3,621 4,500 17.67 kg / pohon
16 Salak 16 - 15,900 2,601 66 76 4,500 2.91 kg / pohon
17 Saw o 42 406 4,469 8,090 228 6,585 7,500 81.40 kg / pohon
18 Markisa/Konyal - - - - - - - - kg / pohon
19 Sirsak 47 646 34,816 4,714 83 867 4,500 18.39 kg / pohon
20 Sukun 842 797 13,930 3,737 12 1,610 4,500 43.09 kg / pohon
21 Apel - - - - - - - - -
22 Anggur - - - - - - - - -
23 Melinjo 1,860 100 25,799 17,211 5,478 2,771 3,500 16.10 kg / pohon
24 Petai 721 2,170 111,011 45,513 8 21,663 5,000 47.60 kg / pohon
25 Jengkol 416 220 15,305 7,799 - 1,034 17,500 13.26 kg / pohon
2 13
No
NamaTanaman Produktif
KeteranganAneka Tanaman
(tanaman
Obat-obatan)
154
Lampiran 11. Hasil Pembobotan dan Rating Faktor Eksternal dan Internal
Narasumber 1 : BAPPEDA Bagian Perencanaan Sub Bidang Pertanian
Respoden 2 : Kepala Seksi Bidang Tanama Pangan dan Hortikultura
Faktor Internal A B C D E F G H I J Total Bobot
Posisi strategis dalam Mengembangkan Sektor Pertanian (A) 2 2 1 3 3 3 1 3 3 21 0.117
Luas Lahan Pertanian yang Cukup Luas (B) 2 2 1 3 1 1 1 1 3 15 0.083
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait (C ) 2 2 2 2 3 3 1 1 1 17 0.094
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai (D) 3 3 2 1 3 1 3 3 3 22 0.122
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah (E) 1 1 2 3 1 3 1 3 1 16 0.089
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang (F) 1 3 1 1 3 2 2 2 2 17 0.094
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah (G) 1 3 1 3 1 2 2 2 3 18 0.100
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Berjalan dengan Baik (H) 3 3 3 1 3 2 2 3 3 23 0.128
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (I) 1 3 3 1 1 2 2 1 3 17 0.094
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia (J) 1 1 3 1 3 2 1 1 1 14 0.078
15 21 19 14 20 19 18 13 19 22 180 1
Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K Total Bobot
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia (A) 2 2 2 3 3 2 3 3 3 1 24 0.109
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat (B) 2 1 2 2 3 3 2 1 1 1 18 0.082
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian ( C) 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 23 0.105
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (D) 2 2 2 2 1 1 1 3 2 3 19 0.086
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian € 1 2 2 2 2 3 2 2 1 3 20 0.091
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat (F) 1 1 2 3 2 2 2 2 1 3 19 0.086
Kemitraan yang Mendukung Pertanian (G) 2 1 2 3 1 2 2 2 1 1 17 0.077
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi (H) 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 20 0.091
Kepadatan Penduduk Meningkat (I) 1 3 2 1 2 2 2 2 3 1 19 0.086
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah (J) 1 3 1 2 3 3 3 2 1 3 22 0.100
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk (K) 3 3 1 1 1 1 3 2 3 1 19 0.086
16 22 17 21 20 21 23 20 21 18 21 220 1
Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K Total Bobot
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia (A) 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 28 0.127
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat (B) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.045
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian ( C) 2 3 1 3 1 2 3 3 3 3 24 0.109
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (D) 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 14 0.064
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian € 1 3 1 3 1 2 2 3 1 1 18 0.082
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat (F) 1 3 3 3 3 1 1 3 3 3 24 0.109
Kemitraan yang Mendukung Pertanian (G) 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 24 0.109
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi (H) 1 3 1 3 2 3 2 3 2 2 22 0.100
Kepadatan Penduduk Meningkat (I) 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 14 0.064
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah (J) 1 3 1 3 3 1 2 2 3 3 22 0.100
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk (K) 1 3 1 3 3 1 2 2 3 1 20 0.091
12 30 16 26 22 16 16 18 26 18 20 220 1.000
155
Narasumber 3 : Kepala BPP Kecamatan Pemalang 3
Faktor Internal A B C D E F G H I J Total Bobot
Posisi strategis dalam Mengembangkan Sektor Pertanian (A) 2 2 2 1 1 1 1 1 1 12 0.067
Luas Lahan Pertanian yang Cukup Luas (B) 2 3 2 2 3 3 3 3 3 24 0.133
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait (C ) 2 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0.056
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai (D) 2 2 3 2 2 2 2 2 3 20 0.111
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah (E) 3 2 3 2 2 2 3 3 3 23 0.128
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang (F) 3 1 3 2 2 3 3 3 3 23 0.128
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah (G) 3 1 3 2 2 1 3 2 3 20 0.111
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Berjalan dengan Baik (H) 3 1 3 2 1 1 1 1 1 14 0.078
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (I) 3 1 3 2 1 1 2 3 3 19 0.106
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia (J) 3 1 3 1 1 1 1 3 1 15 0.083
24 12 26 16 13 13 16 22 17 21 180 1.000
Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K Total Bobot
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia (A) 3 1 1 1 2 2 3 1 1 1 16 0.073
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat (B) 1 1 2 2 2 3 3 1 1 1 17 0.077
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian ( C) 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 27 0.123
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (D) 3 2 2 2 3 3 1 1 1 1 19 0.086
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian € 3 2 1 2 2 3 3 2 3 3 24 0.109
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat (F) 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 21 0.095
Kemitraan yang Mendukung Pertanian (G) 2 1 1 1 1 2 3 1 1 1 14 0.064
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi (H) 1 1 1 3 1 1 1 2 2 2 15 0.068
Kepadatan Penduduk Meningkat (I) 3 3 1 3 2 1 3 2 1 2 21 0.095
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah (J) 3 3 1 3 1 2 3 2 3 1 22 0.100
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk (K) 3 3 2 3 1 2 3 2 2 3 24 0.109
24 23 13 21 16 19 26 25 19 18 16 220 1
Faktor Internal A B C D E F G H I J Total Bobot
Posisi strategis dalam Mengembangkan Sektor Pertanian (A) 2 1 1 1 3 3 3 2 3 19 0.106
Luas Lahan Pertanian yang Cukup Luas (B) 2 2 2 1 3 3 3 2 2 20 0.111
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait (C ) 3 2 3 2 2 1 2 2 2 19 0.106
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai (D) 3 2 1 1 1 1 2 3 3 17 0.094
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah (E) 3 3 2 3 1 2 2 2 3 21 0.117
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang (F) 1 1 2 3 3 1 3 3 3 20 0.111
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah (G) 1 1 3 3 2 3 2 2 3 20 0.111
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Berjalan dengan Baik (H) 1 1 2 2 2 1 2 1 1 13 0.072
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (I) 2 2 2 1 2 1 2 3 2 17 0.094
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia (J) 1 2 2 1 1 1 1 3 2 14 0.078
17 16 17 19 15 16 16 23 19 22 180 1
156
Narasumber 4 :Kepala BPP Belik
Narasumber 5 : Kepala BPP Warungpring
Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K Total Bobot
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia (A) 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 12 0.055
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat (B) 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1 16 0.073
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian ( C) 3 2 3 2 2 1 1 2 3 3 22 0.100
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (D) 1 2 1 1 3 1 2 1 1 1 14 0.064
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian € 3 3 2 3 2 1 1 2 2 1 20 0.091
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat (F) 3 3 2 1 2 1 1 2 3 3 21 0.095
Kemitraan yang Mendukung Pertanian (G) 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 28 0.127
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi (H) 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 26 0.118
Kepadatan Penduduk Meningkat (I) 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 22 0.100
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah (J) 3 3 1 3 2 1 1 1 2 2 19 0.086
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk (K) 3 3 1 3 3 1 1 1 2 2 20 0.091
28 24 18 26 20 19 12 14 18 21 20 220 1
Faktor Internal A B C D E F G H I J Total Bobot
Posisi strategis dalam Mengembangkan Sektor Pertanian (A) 2 2 2 3 2 2 3 3 3 22 0.122
Luas Lahan Pertanian yang Cukup Luas (B) 2 2 2 3 1 1 3 1 3 18 0.100
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait (C ) 2 2 2 3 2 1 3 3 2 20 0.111
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai (D) 2 2 2 3 3 1 3 3 3 22 0.122
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah (E) 1 1 1 1 2 1 3 2 3 15 0.083
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang (F) 2 3 2 1 2 1 3 3 2 19 0.106
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah (G) 2 3 3 3 3 3 3 2 3 25 0.139
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Berjalan dengan Baik (H) 1 1 1 1 1 1 1 1 2 10 0.056
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (I) 1 3 1 1 2 1 2 3 2 16 0.089
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia (J) 1 1 2 1 1 2 1 2 2 13 0.072
14 18 16 14 21 17 11 26 20 23 180 1
Faktor Eksternal A B C D E F G H I J K Total Bobot
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia (A) 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 23 0.105
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat (B) 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 22 0.100
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian ( C) 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 24 0.109
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun (D) 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 13 0.059
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian € 2 2 1 3 1 1 1 3 3 3 20 0.091
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat (F) 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 25 0.114
Kemitraan yang Mendukung Pertanian (G) 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 25 0.114
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi (H) 2 2 2 3 3 2 2 3 1 1 21 0.095
Kepadatan Penduduk Meningkat (I) 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 11 0.050
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah (J) 1 1 1 3 1 1 1 3 3 3 18 0.082
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk (K) 1 2 2 3 1 1 1 3 3 1 18 0.082
17 18 16 27 20 15 15 19 29 22 22 220 1
157
Rata rata Bobot Faktor Eksternal dan Internal
Faktor Internal A B C D E F G H I J Total Bobot
Posisi strategis dalam Mengembangkan Sektor Pertanian (A) 2 1 1 3 2 2 1 3 3 18 0.100
Luas Lahan Pertanian yang Cukup Luas (B) 2 1 1 3 1 1 1 1 1 12 0.067
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait (C ) 3 3 2 3 2 2 2 2 2 21 0.117
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai (D) 3 3 2 3 2 2 2 2 2 21 0.117
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah (E) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0.050
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang (F) 2 3 2 2 3 1 1 1 1 16 0.089
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah (G) 2 3 2 2 3 3 1 1 2 19 0.106
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Berjalan dengan Baik (H) 3 3 2 2 3 3 3 2 1 22 0.122
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah (I) 1 3 2 2 3 3 3 2 2 21 0.117
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia (J) 1 3 2 2 3 3 2 3 2 21 0.117
18 24 15 15 27 20 17 14 15 15 180 1
1 2 3 4 5 Rata-Rata
Kekuatan
Posisi strategis dalam Mengembangkan Sektor Pertanian 0.117 0.067 0.106 0.122 0.100 0.102
Luas Lahan Pertanian yang Cukup Luas 0.083 0.133 0.111 0.100 0.067 0.099
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait 0.094 0.056 0.106 0.111 0.117 0.097
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai 0.122 0.111 0.094 0.122 0.117 0.113
Kelemahan
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah 0.089 0.128 0.117 0.083 0.050 0.093
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang 0.094 0.128 0.111 0.106 0.089 0.106
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah 0.100 0.111 0.111 0.139 0.106 0.113
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Berjalan dengan Baik 0.128 0.078 0.072 0.056 0.122 0.091
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah 0.094 0.106 0.094 0.089 0.117 0.100
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia 0.078 0.083 0.078 0.072 0.117 0.086
RespondenFaktor Internal
1 2 3 4 5 Rata-Rata
Peluang
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia 0.109 0.127 0.073 0.055 0.105 0.094
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat 0.082 0.045 0.077 0.073 0.100 0.075
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian 0.105 0.109 0.123 0.100 0.109 0.109
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun 0.086 0.064 0.086 0.064 0.059 0.072
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian 0.091 0.082 0.109 0.091 0.091 0.093
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat 0.086 0.109 0.095 0.095 0.114 0.100
Kemitraan yang Mendukung Pertanian 0.077 0.109 0.064 0.127 0.114 0.098
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi 0.091 0.100 0.068 0.118 0.095 0.095
Acaman
Kepadatan Penduduk Meningkat 0.086 0.064 0.095 0.100 0.050 0.079
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah 0.100 0.100 0.100 0.086 0.082 0.094
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk 0.086 0.091 0.109 0.091 0.082 0.092
Faktor EksternalResponden
158
Rata-Rata Rating Faktor Eksternal dan Internal
1 2 3 4 5 Rata-Rata
Kekuatan
Posisi strategis dalam Mengembangkan Sektor Pertanian 4 4 4 4 4 4
Luas Lahan Pertanian yang Cukup Luas 4 4 4 4 4 4
Koordinasi yang Baik antara Instansi Pertanian Terkait 4 4 2 4 4 3.6
Sarana dan Prasarana Pertanian yang Memadai 4 4 2 4 4 3.6
Kelemahan
SDM Pertanian Kabupaten Pemalang yang Lemah 1 1 1 2 1 1.2
Dana Pengembangan sektor Pertanian yang Kurang 2 1 2 1 1 1.4
Harga Produk pada Tingkat Petani Rendah 1 1 1 1 1 1
Teknologi informasi Sektor Pertanian Belum Berjalan dengan Baik 1 2 2 1 2 1.6
Kualitas Produk Pertanian Masih Rendah 2 2 1 1 1 1.4
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Belum Tersedia 2 2 1 1 2 1.6
Faktor InternalResponden
1 2 3 4 5 Rata-Rata
Peluang
Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Menengah Tersedia 4 2 3 2 1 2.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi Nasional Meningkat 2 2 3 3 2 2.4
Kebijakan Pemerintah Daerah yang Mendukung Pertanian 3 3 4 4 3 3.4
Tingkat Inflasi Cenderung Menurun 2 2 3 3 2 2.4
Tingkat Pendidikan dan Ketenagakerjaan Pertanian 3 2 3 3 2 2.6
Pengembangan Teknologi Pertanian Meningkat 3 2 4 4 2 3
Kemitraan yang Mendukung Pertanian 3 1 2 4 2 2.4
Konsumsi Masyarakat terhadap Produk Pertanian Tinggi 2 2 3 4 3 2.8
Acaman
Kepadatan Penduduk Meningkat 2 3 2 4 2 2.6
Daya Saing Produk Pertanian Pemalang Masih Lemah 3 2 3 3 2 2.6
Pesaing baru pada komoditas Pertanian Mudah Masuk 2 2 3 4 2 2.6
Faktor EksternalResponden
159
Lampiran 12 Dokumentasi
1. Lahan Tanaman Mangga di Kecamatan Pemalang (21 Oktober 2019)
2. Lahan Tanaman Nanas di Kecamatan Belik (29 Oktober 2019)
160
3. wawancara bersama ketua kelompok tani durian (22 Oktober 2019)
4. Melakukan pemanenan tanaman mangga kelompok tani mangga
Kecamatan Pemalang (21 Oktober 2019)
161
5. Grading dan pengemasan buah nanas (29 Oktober 2019)
6. penyemprotan foliar pada tanaman nanas (29 Oktober 2019)
162
7. Pengantaran buah nanas dari Kabupaten Pemalang Ke Provinsi Jakarta
(29 Oktober 2019)
8. Kondisi salah satu UMKM olahan nanas di Kecamatan Belik (22 Oktober
2019)
163
9. Olahan komoditas Buah nanas Kabupaten Pemalang (22 Oktober 2019)