STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA/Strategi... · Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan...
Transcript of STRATEGI PEMASARAN TAHU DI KOTA SURAKARTA/Strategi... · Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan...
14
8
STRATEGI PEMASARAN TAHU
DI KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
Dwi Eka Putri
H 0306052
Oleh :
DWI EKA PUTRI
H 0306052
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
9
STRATEGI PEMASARAN TAHU
DI KOTA SURAKARTA
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Dwi Eka Putri
H 0306052
Oleh :
DWI EKA PUTRI
H 0306052
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
10
STRATEGI PEMASARAN TAHU
DI KOTA SURAKARTA
yang dipersiapkan dan disusun oleh : DWI EKA PUTRI
H 0306052
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 26 Juli 2010
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Anggota I Anggota II
Dr. Ir. Mohd.Harisudin, MSi NIP. 196710121993021001
R .Kunto Adi. S.P, M.P NIP. 19731017 2003121 002
Erlyna Wida R., S.P,M.P NIP. 197807082003122001
Surakarta, 29 Juli 2010
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. NIP. 19551217 198203 1 003
11
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan kasih anugerah, rahmat, karunia, serta kemudahan-Nya
sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan lancar.
Skripsi yang berjudul Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta ini
disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan
penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Dr. Ir. Mohamad Harisudin, MSi selaku Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan,
nasehat, dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak R. Kunto Adi, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam
penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP, selaku dosen penguji tamu skripsi yang
telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
12
8. Bapak/Ibu staf administrasi Jurusan/Program Studi Sosek
Pertanian/Agrobisnis yakni Mbak Ira dan Bapak Syamsuri, yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
9. Kesbangpolinmas Kota Surakarta, Bappeda Kota Surakarta, BPS Kota
Surakarta, Disperindag Kota Surakarta yang telah memberi izin Penulis
melakukan penelitian dan memberikan bantuannya dalam penelitian.
10. Bapak/Ibu, Saudara dan saudari yang berkenan menjadi responden dalam penelitian ini
dan membantu selama proses penelitian.
11. Orangtuaku Bapak Adolf Jolly Siahaan yang sekarang sedang bersamaNYA,
Mama Estirawaty Siregar, kakak Susan Esther Madelina Siahaan dan adik
Yuli Mega Anggraeni Siahaan, terima kasih atas segala dukungan, semangat,
nasehat dan doa yang tiada pernah putus, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12. Andreas Tanizar Purba, terima kasih atas support, motivasi, saran, dukungan
doa dan semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis sejak awal
pekuliahan.
13. Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan, yang telah kita lalui
selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini merupakan kenangan terindah
dan kisah klasik untuk masa depan kita.
14. Teman-temanku terkasih, Kokondao, Dwi Putri Bonsai, Danang Tri, terima
kasih atas semangat dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini serta Mbak
Cebret, Mbak Pandan, Mbak Aya, Adik Gulan, Mas Panji, Mas Toto,
terimakasih untuk persaudaraan kita.
15. Teman-teman Heloween Kos : mbak Ayi, mbak Shanti, mbak Khendi, Desi,
Melinda, Sun, Dina, Etik, Sol, Ria, Dani, Nela, Endah, Siska, Resaresi dan
NHKBP Solo : kak ket, kak ana, kak sila, kak ririn, kak icha, bang Elias, bang
Robin, pipi, geby, welly, aris, andre, jere, erwin, yang sudah menjadi keluarga
kedua bagiku selama berada di kota Surakarta.
16. Sahabat Onya, Nana dan Ririn, terimakasih untuk semangat dan nasehatnya.
13
17. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
semua bantuannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini
sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
14
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
RINGKASAN ................................................................................................. xiii
SUMARRY....................................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7
II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 8 A. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 8 B. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................. 20 D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ..................... 24 E. Pembatasan Masalah ........................................................................... 25
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 27 A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 27 B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian .................................................. 27 C. Metode Penentuan Responden ............................................................. 28 D. Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 30 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30 F. Metode Analisis Data .......................................................................... 31
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN........................................ 35 A. Keadaan Geografis .............................................................................. 35 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 36 C. Keadaan Perekonomian ....................................................................... 41 D. Keadaan Sektor Pertanian .................................................................... 41 E. Keadaan Sektor Industri....................................................................... 42
15
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 43 A. Karakteristik Responden Industri Tahu .............................................. 43 B. Visi, Misi & Tujuan Sentra Industri Tahu ........................................... 46 C. Perumusan Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta .................... 46
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal........................................... 46 2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 57 3. Alternatif Strategi .......................................................................... 70 4. Prioritas Strategi ............................................................................ 75
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 81 A. Kesimpulan ......................................................................................... 81 B. Saran .................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Kandungan Gizi Tempe, Tahu, dan Kecap Per 100 Gram Bahan………………………….................................................. 1
2. Jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan dan Jumlah Unit Usaha di Kota Surakarta Tahun 2008....................................... 2
3. Volume Produksi dan Wilayah Pemasaran Usaha Berbahan Baku Kedelai Secara Kumulatif Kota Surakarta Tahun 2008......................................................................................... 3
4. Komposisi Kimia Biji Kedelai Kering per 100 gram.......................................................................................... 10
5. Jumlah Usaha, Tenaga Kerja dan Kapasitas Produksi Industri Tahu di Kota Surakarta Tahun 2008........................................ 28
6. Matriks SWOT ……………………………………………....... 32
7. Matriks QSP …………………………………………………... 33
8. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kota Surakarta Tahun 2008......................................................................................... 36
9. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995-2008.................................................................... 37
10. Penduduk Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008................................................................ 38
11. Banyaknya Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008.............................................................. 39
12. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008.............................................................. 40
13. Banyaknya Pasar dan Jenis Pasar Di Kota Surakarta................ 41
14. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000 menurut Sektor Pertanian Kota Surakarta Tahun 2007 – 2008 (dalam Jutaan Rupiah) 41
15. Banyaknya kelompok usaha dan jumlah unit usaha di Kota Surakarta pada tahun 2008....................................................... 42
16. Jumlah dan Persentase Responden Pengusaha Tahu Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Surakarta....................... 43
17. Jumlah dan Persentase Responden Pengusaha Tahu Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta................ 43
18. Jumlah dan Rata-rata Responden Pemasok Bahan Baku Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman sebagai Pemasok di Kota Surakarta…………………………..
44
17
19. Jumlah dan Rata-rata Responden Pedagang Pengecer Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman sebagai Pedagang di Kota Surakarta.......................................... 45
20. Jumlah dan Rata-rata Responden Konsumen Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Lama Mengkonsumsi Tahu di Kota Surakarta................................................................................ 46
21. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Tahu di Kota Surakarta................ 58
22. Matriks SWOT Pemasaran Tahu di Kota Surakarta.................. 71
23. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran Tahu di Kota Surakarta............................................................. 79
18
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif .......... 13 2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah ................................... 23
19
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Identitas Responden ...................................................................... 88
2. Identitas Responden Pengusaha .................................................... 89
3. Identitas Resonden Pedagang Pengecer ........................................ 89
4. Identitas Responden Pemasok....................................................... 90
5. Identitas Responden Konsumen.................................................... 90
6. Identitas Responden Pemerintah ................................................... 90
7. Identitas Responden Pesaing......................................................... 90
8. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan Bobot ................ 91
9. Konversi Bobot Internal ................................................................ 93
10. Konversi Bobot Eksternal ............................................................. 94
11. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS Strategi 1 .... 95
12. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS Strategi 2 .... 97
13. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Penentuan AS Strategi 3 .... 99
14. QSPM............................................................................................ 101
15. Dokumentasi Penelitian................................................................. 102
16. Peta Kota Surakarta....................................................................... 104
17. Quesioner Penelitian ..................................................................... 105
18. Surat Ijin Penelitian....................................................................... 119
20
RINGKASAN
Dwi Eka Putri, H0306052. 2010. “Strategi Pemasaran Tahu Di Kota
Surakarta”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. dan R. Kunto Adi, S.P., M.P.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta, merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.
Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling (sengaja), yaitu di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang merupakan sentra industri tahu di Kota Surakarta. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pemasaran tahu, (2) matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran tahu, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pemasaran tahu.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah pengalaman usaha di bidang industri tahu, hubungan yang baik antar pengusaha, saluran distribusi yang pendek, kualitas produk tahu baik, kontinuitas produksi terjamin. Faktor yang menjadi kelemahan adalah modal usaha terbatas, tingkat pendidikan yang masih rendah, tidak adanya keragaman produk, promosi terbatas, pengelolaan kurang higienis, belum melaksanakan pengawasan dan evaluasi secara baik, limbah belum dikelola secara optimal. Faktor yang menjadi peluang adalah adanya perhatian dari pemerintah, adanya kepercayaan dari konsumen, kontinuitas bahan baku terjamin, pedagang membantu memperluas pemasaran, perkembangan teknologi pengolahan pangan. Faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah implementasi kebijakan/peraturan rendah, proses yang rumit untuk mendapatkan pinjaman modal dari Dinas Koperasi, adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu antar industri tahu, adanya fluktuasi harga bahan baku. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta yaitu: mempertahankan kualitas produk dengan pemanfaatan perkembangan teknologi untuk menjaga kepercayaan konsumen; membentuk asosiasi/serikat pengusaha tahu guna menjaga bargaining position kepada pemasok; meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner; peningkatan kualitas SDM melalui program-program dari pemerintah; meningkatkan kualitas dan menjaga kontinuitas produk dengan manajemen produksi yang baik untuk meningkatkan daya saing; meningkatkan efisiensi pemasaran dengan menjalin kemitraan; penggunaan SOP secara sederhana guna keefektifan dan efissien; peningkatan jejaring permodalan dan promosi melalui kemasan produk serta peningkatan SDM. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner.
Kata Kunci: Kedelai, Tahu, Strategi Pemasaran, Analisis SWOT
21
SUMARRY
Dwi Eka Putri, H0306052. 2010. “Marketing Strategy of Tofu In Surakarta City”.
Faculty of Agriculture Sebelas Maret University. Under the guidance by Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. and R. Kunto Adi, S.P., M.P.
This study aimed are identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the marketing of tofu in Surakarta, propose an alternative strategy that can be applied in marketing of tofu in Surakarta and determine the priority strategies that can be applied in marketing of tofu in Surakarta.
The basic method of this research uses descriptive analytical method. The method to determine the location of research conducted on a purposive sampling, which is in District Jebres Surakarta as the center of tofu’s industry in Surakarta. Data used in this study are primary and secondary data. Data analysis methods used are (1) SWOT analysis to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the marketing strategy of tofu, (2) SWOT matrix is used to formulate alternatives marketing strategy of tofu, and (3) QSP matrix to determine the priority of the marketing strategy known.
Based the results showed that internal factors into the marketing power of marketing of tofu in Surakarta are business experience in the industry knows, good relationships between employers, short distribution channels, product quality and know well, ensured the continuity of production. Factors of tofu marketing weaknesses in Surakarta are venture capital limited, low education levels, lack of product variety, limited promotion, management of less hygienic, not to implement the principles of modern management, waste not managed optimally. Factors that became the tofu of marketing opportunities in Surakarta are the attention of the government, the trust of consumers, ensure continuity of raw materials, traders helping to expand their market, the development of food processing technology. Factors that pose a threat of marketing of tofu in Surakarta are implementation of policy/regulation is low, a complex process to obtain capital loan from the Department of Cooperatives, there’s quality and quantity competition among the tofu of tofu industry, raw material price fluctuations. Alternative strategies can be applied in marketing the tofu in Surakarta are improving product quality with the use of technological developments to maintain consumer confidence, forming associations/unions of tofu entrepreneur in order to maintain bargaining position, increase sales volume through diversification of products by using the policy on culinary, improving the quality of human resources through government programs, improve product quality and maintain continuity with the good management to improve competitiveness, improve marketing efficiency with partnerships, Production Operations Standard usage in a simple and efficient in order to effectiveness, the raising of capital networking and promotion through a good product packing and humanl resources. Priority strategies that can be applied in marketing the tofu in Surakarta is increase sales volume through diversification of products by using the policy on culinary. Keyword : Soybean, Tofu, Marketing Strategy, SWOT Analysis.
22
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara sektoral, sektor pertanian terdiri sub sektor pertanian tanaman
pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan
dan sub sektor kehutanan (Adiratma, 2004). Pertanian sampai saat ini masih
diyakini sebagai salah satu akar perekonomian bangsa Indonesia. Dalam
pelaksanaannya diperlukan reorientasi dan reformasi pertanian sehingga
mempunyai tujuan yang terandalkan untuk dapat membangun pertanian.
Menurut Wibowo (2004), pembangunan pertanian dilaksanakan melalui
pengembangan diberbagai sektor pertanian seperti pada sub sektor tanaman
pangan. Pembangunan dan pengembangan sub sektor tanaman pangan
mempunyai posisi yang strategis dan penting karena sub sektor ini mempunyai
peran sebagai penghasil makanan pokok bagi penduduk Indonesia sehingga
peranan ini tidak dapat disubtitusi secara sempurna oleh sektor lain.
Di Indonesia, salah satu komoditas tanaman pangan yang
dikembangkan ialah kedelai. Kedelai adalah salah satu dari sekian banyak
produk pertanian yang dibutuhkan dan diminati masyarakat di Indonesia, baik
sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, dan bahan baku industri.
(Anonim, 2009a). Salah satu hasil olahan kedelai yang banyak berkembang di
masyarakat adalah tahu. Tahu merupakan salah satu produk olahan kedelai
yang mengandung 7,8 gram protein; 4,6 gram lemak; 124 miligram kalsium
dan 84,8 gram air yang bermanfaat bagi tubuh. Berikut ini adalah tabel
perbandingan antara kandungan gizi pada beberapa produk olahan kedelai
dalam tiap 100 gram bahan.
Tabel 1. Kandungan Gizi Tempe, Tahu, dan Kecap Per 100 Gram Bahan
Kandungan Gizi Tempe Tahu Kecap Energi (Kalori) 149 68 46 Protein (gr) 18,3 7,8 5,7 Lemak (gr) 4,0 4,6 1,3 Kalsium (mg) 129 124 123 Air (gr) 64 84,8 63
Sumber : Cahyadi, 2007
23
Berdasarkan Tabel 1, tempe, tahu dan kecap memiliki kandungan
energi, protein, kalsium dan lemak untuk memenuhi kebutuhan gizi akan
tetapi tahu memiliki kandungan air dan kalsium yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan tempe dan kecap. Kandungan air dan kalsium yang
tinggi pada tahu dapat memenuhi kebutuhan air dan kalsium bagi tubuh.
Selain kandungan gizinya, tahu memiliki harga yang relatif murah sehingga
tahu dapat dikonsumsi oleh berbagai konsumen. Sebagai makanan rakyat, tahu
mudah dijumpai di pasaran dan dapat dimasak dengan aneka cara seperti
digoreng, dibacem, atau bahkan hanya direbus. Masyarakat menyukai tahu
sebagai lauk-pauk dan cemilan. Adapun industri pengolahan kedelai yang
banyak berkembang di masyarakat adalah industri tahu.
Industri pengolahan tahu yang berkembang di masyarakat berupa
industri kecil, industri menengah atau dalam skala rumah tangga. Industri ini
memiliki peranan terhadap pemerataan dan kesempatan kerja bagi masyarakat
dan sumbangsihnya terhadap penerimaan devisa telah membuktikan bahwa
industri tidak hanya aktif namun juga produktif (Sapparudin, 2008).
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang terdapat beberapa
kelompok unit usaha atau industri yang bergerak di bidang pengolahan hasil
pertanian, terutama komoditas pangan. Adapun jenis industri dan jumlah unit
usaha hasil pertanian dan kehutanan di Kota Surakarta sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan dan Jumlah Unit Usaha di Kota Surakarta Tahun 2008
Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan Jumlah Usaha(unit) Tempe 227 Tahu 99 Krupuk karak 38 Kue basah 34 Kusen 13 Mebel + Bubut Kayu 108 Sangkar burung 25 Jumlah 544
Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa di Kota Surakarta terdapat
beberapa kelompok unit usaha atau industri yang bergerak di bidang
24
pengolahan hasil pertanian. Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa industri
tempe merupakan industri yang memiliki jumlah unit usaha terbesar yaitu 227
unit usaha, kemudian disusul oleh industri mebel dan bubut kayu dengan 108
unit usaha dan industri tahu merupakan salah satu industri di Kota Surakarta
yang memiliki jumlah unit usaha terbesar ketiga setelah industri tempe serta
industri mebel dan bubut kayu. Jumlah unit industri tahu di kota Surakarta
adalah sebesar 99 unit. Dilihat dari jumlah unit industri tahu di Kota Surakarta
pada tahun 2008, menandakan bahwa industri tahu merupakan salah satu
industri yang masih dibutuhkan dan menjadi salah satu industri yang
berpotensi untuk dikembangkan. Selain itu, potensi tahu di Kota Surakarta
dapat dilihat dari permintaan setiap bulannya.
Permintaan tahu di Kota Surakarta cukup besar dilihat dari kebutuhan
kedelai bagi industri setiap bulannya. Menurut salah satu pengusaha tahu
terbesar yang berada di Kota Surakarta, setiap harinya industri ini
membutuhkan antara 500kg sampai dengan 700kg kedelai yang akan
diproduksi menjadi tahu. Selain itu, pengusaha lainnya membutuhkan kedelai
antara 50 kg sampai dengan 200 kg kedelai setiap harinya. Melihat kebutuhan
kedelai pada industri tahu, mencerminkan bahwa permintaan masyarakat akan
produk tahu tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan. Pada Tabel 3, dapat
dilihat volume produksi, bahan baku dan wilayah pemasaran usaha sentra
berbahan baku kedelai secara kumulatif Kota Surakarta yaitu :
Tabel 3. Volume Produksi dan Wilayah Pemasaran Usaha Sentra Berbahan Baku Kedelai Secara Kumulatif Kota Surakarta Tahun 2008
No.
Kecamatan Usaha Sentra Volume Produksi Per Tahun
Pemasaran
1. Banjarsari - Tempe 2.171.061 kg Dalam Negeri 2. Jebres - Tahu
- Tempe 2.846.660 kg 1.968.300 kg
Dalam Negeri Dalam Negeri
3. Laweyan - Tempe 656.100 kg Dalam Negeri
Sumber : Disperindag Kota Surakarta Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 3, sentra industri tahu Kota Surakarta terdapat di
Kecamatan Jebres dengan volume produksi per tahun sebesar 2.846.660 kg
25
dengan daerah pemasarannya di dalam negeri. Tahu produksi Kota Surakarta
didistribusikan ke pasar-pasar lokal sekitar Surakarta dan Karanganyar seperti
Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Ledoksari, Pasar Nusukan, Pasar Mojosongo,
Pasar Bekonang dan Pasar Palur dengan pola saluran distribusi melalui
pedagang besar maupun melalui pengecer. Untuk cakupan distribusi masih
sangat terbatas karena tahu di Kota Surakarta hanya didistribusikan di daerah
sekitar Surakarta dan Karanganyar.
Untuk memenuhi permintaan akan tahu di Kota Surakarta tidak cukup
hanya melakukan peningkatan pengembangan produksinya saja, tetapi juga
perlu didukung aspek pemasarannya. Pemasaran merupakan suatu proses
perencanaan dan implementasi dari konsep produk, pricing, promosi, dan
distribusi (ide, produk maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran
agar dapat memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus (The
American Marketing Assocciation dalam Iswanto, 2008). Mekanisme
pemasaran tahu melibatkan beberapa pihak diantaranya produsen, konsumen,
pemasok dan lembaga pemasaran.
Di Kota Surakarta, pada tahun 2009 harga bahan baku tahu yaitu
kedelai, untuk satu kilogram kedelai yang berasal dari pemasok bahan baku di
daerah Palur, Gilingan dan Mojosongo berkisar Rp. 5.800- Rp. 6.800.
Pemasok bahan baku mendapatkan kedelai dari petani-petani kedelai yang
berasal dari daerah Purwodadi, Praci ataupun Nganjuk sehingga kontinyuitas
bahan baku terjamin. Harga yang dipatok oleh pengusaha tahu untuk 1
kilogram tahu sebesar Rp. 6.000 sedangkan harga yang dipatok oleh para
pedagang kecil di pasar untuk tahu ukuran 5 x 5 cm berkisar Rp. 250-Rp. 300.
Sebagai pembanding, di Kabupaten Sragen, harga tahu putih ukuran 5 x 5 cm
berkisar Rp.300-Rp. 400 dan di Kabupaten Sukoharjo harga tahu putih ukuran
5 x 5 cm berkisar Rp. 200-Rp 250. Adanya perbedaan harga tahu putih dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan harga kedelai, biaya
produksi dan lain sebagainya.
Selain dari masalah harga, yang mempengaruhi pemasaran tahu di Kota
Surakarta adalah masalah promosi dan kualitas produk tahu itu sendiri. Tahu
26
memiliki kelemahan yaitu kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah
rusak dan cepat mengalami penyimpangan bau dan rasa dikarenakan mudah
ditumbuhi mikroba sehingga produk ini harus cepat sampai ke tangan
konsumen dan untuk masalah promosi dilakukan hanya sebatas dari mulut ke
mulut saja dan hal ini menyebabkan produk yang dihasilkan kurang dikenal
oleh masyarakat secara luas. Melihat dari permasalahan yang ada maka
diperlukan strategi pemasaran yang tepat supaya pemasaran industri tahu di
Kota surakarta dapat berjalan dengan baik.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemasaran tahu, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Oleh karena itu, sangat penting melakukan
analisis faktor internal dan eksternal untuk mendapatkan strategi yang tepat
dalam pemasaran industri tahu. Diharapkan strategi pemasaran ini dapat
memberi arahan dalam pemasaran industri tahu sehingga kepuasan konsumen
tercapai dan produsen mendapatkan keuntungan serta dapat meningkatkan
taraf hidupnya.
B. Rumusan Masalah
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian dan
hasil olahan dari produk pertanian juga memiliki peranan untuk pemenuhan
gizi manusia. Tahu merupahan salah satu olahan dari kedelai yang banyak
diusahakan karena kandungan gizinya yang tinggi dan harga tahu yang
murah. Tahu biasanya dinikmati sebagai makanan pelengkap, sebagai lauk dan
dapat dinikmati sebagai makanan camilan. Proses pembuatan tahu yang cukup
mudah serta harga yang relatif murah menjadikan tahu digemari oleh
konsumennya.
Salah satu usaha pengolahan kedelai yang banyak berkembang di
masyarakat berbentuk industri tahu. Perkembangan industri tahu saat ini
penting karena dengan adanya industri tahu dapat meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Selain
itu, industri tahu penting untuk dikembangkan karena industri ini berguna
untuk memenuhi permintaan masyarakat akan tahu.
27
Pemasaran merupakan ujung tombak dari suatu usaha. Hal ini karena
tanpa pemasaran yang baik maka suatu usaha tidak akan bertahan lama.
Pemasaran sangat diperlukan dalam penyampaian produk dari produsen ke
konsumen guna mendukung peningkatan pendapatan tersebut. Masalah yang
dihadapi industri tahu di Kota Surakarta salah satunya adalah masalah
pemasaran. Dilihat dari produknya, tahu memiliki kelemahan yaitu kandungan
airnya yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi mikroba.
Tahu harus segera didistribusikan ke tangan konsumen agar kualitasnya tetap
baik, tidak berjamur dan menghasilkan bau yang tidak sedap sehingga
diperlukan suatu solusi agar produk tahu tetap terjamin kualitasnya ketika
sampai ditangan konsumen. Terkadang ada beberapa tahu yang tidak habis
terjual sehingga diperlukan suatu perbaikan sistem pemasaran atau sistem
penjualannya agar semua produk laku terjual. Selain itu, tahu tak harus
digoreng atau dibuat tumisan, dengan sedikit kreasi, tahu dapat diolah menjadi
berbagai macam olahan seperti yang sudah berkembang dimasyarakat saat ini
sehingga pengusaha harus mampu bersaing untuk menciptakan kreasi olahan
tahu yang sesuai dengan permintaan konsumen. Banyaknya pesaing dalam
memproduksi tahu menyebabkan pengembangan tahu serta pemasaran tahu
harus mampu menciptakan variasi dari produk tahu sehingga mampu bersaing
dengan produsen lain.
Masalah lainnya yaitu menyangkut promosi yaitu promosi yang
dilakukan hanya sebatas dari mulut ke mulut saja. Fakta-fakta diatas
menunjukkan bahwa usaha pemasaran tahu di Kota Surakarta memiliki
kekuatan dan potensi serta dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat
berupa kelemahan maupun hambatan sehingga faktor-faktor tersebut sangat
penting diidentifikasi sebagai pertimbangan alternatif strategi. Berkaitan
dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang dapat menjadi kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam pemasaran tahu di Kota
Surakarta?
28
2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di
Kota Surakarta?
3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian Strategi Pemasaran Tahu di Kota Surakarta
adalah :
1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang serta ancaman dalam pemasaran tahu di Kota
Surakarta.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran
tahu di Kota Surakarta.
3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran
tahu di Kota Surakarta.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti
terkait dengan bahan yang dikaji dan merupakan salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan
di sektor industri khususnya sub sektor industri bahan pangan.
3. Bagi pengusaha tahu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pemasaran
industri tahunya.
4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dan referensi penelitian selanjutnya.
29
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Menurut Yoga Rieke Meisiana (2010) dalam penelitian yang berjudul
Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten
Sragen, diperoleh hasil bahwa faktor internal yang dapat mempengaruhi
pengembangan industri tahu di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen adalah
adanya subsidi, bantuan peralatan, adanya penyuluhan, pengawasan bahan
baku, subsidi kedelai kurang, sumber daya manusia pemerintah terbatas dan
penyuluhan kurang sesuai sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi
lingkungan, ketersediaan teknologi, kenaikan harga sembako, kesenjangan
sosial, kurangnya bimbingan teknis dan persepsi konsumen tentang tahu.
Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah meningkatkan bantuan modal,
peralatan, pengawasan kualitas kedelai dan mempertahankan kepercayaan
konsumen, perbaikan distribusi subsidi dan pengawasan untuk meningkatkan
produksi tahu, meningkatkan kuantitas sumber daya manusia melalui kegiatan
pembinaan untuk memaksimalkan potensi industri kecil tahu. Prioritas strategi
yang dapat diterapkan adalah meningkatkan bantuan modal, peralatan,
pengawasan kualitas kedelai serta mempertahankan kepercayaan konsumen
melalui teknologi yang ada.
Menurut Adi (2006) dalam penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran
Strawberry di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, dapat
diketahui bahwa alternatif strategi pemasaran didapat dari mengidentifikasi
lingkungan pemasaran, baik itu lingkungan internal maupun eksternal
perusahaan. Strategi kombinasi faktor internal dan eksternal antara lain
strategi kombinasi dari kekuatan dan peluang adalah memaksimumkan kinerja
unit usaha yang ada dan merekrut produsen baru dalam koperasi, lebih
menitikberatkan pada kerja sama kemitraan dengan produsen sejenis dan
koperasi., mengadakan pelatihan pengembangan SDM, dan diversifikasi
produk. Strategi kombinasi kekuatan dengan ancaman adalah melakukan
promosi gencar-gencaran agar dapat merebut hati konsumen, melakukan
30
penghematan biaya produksi karena fluktuasi harga produk, pengenalan
teknologi baru, dan diversifikasi produk. Strategi kombinasi kelemahan
dengan peluang adalah mencoba teknologi baru dan menambah unit usaha,
memperlancar saluran distribusi pemasaran barang, riset pemasaran untuk
mencari celah-celah pemasaran yang belum dimanfaatkan, standarisasi harga,
inovasi-inovasi baru, memperluas areal produksi. Strategi kombinasi
kelemahan dengan ancaman adalah pengenalan teknologi baru, pemasaran
lewat internet, brosur, dan pameran, riset pemasaran melalui jasa konsultan
pemasaran, dan standarisasi harga produk.
Kedua penelitian di atas dapat menjadi landasan atau referensi dalam
penelitian ini dengan alasan adanya kesamaan dalam metode pendekatan
analisis yaitu menggunakan analisis pendekatan analisis SWOT dan
memberikan gambaran mengenai alternatif dan prioritas strategi seperti
perbaikan sarana dan prasarana produksi serta sumberdaya manusia,
memanfaatkan kemajuan teknologi. Penelitian di atas dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan gambaran secara komprehensif sehingga akan
membantu peneliti untuk menentukan strategi pemasaran selanjutnya.
B. Tinjauan Pustaka
1. Kedelai
Kedelai telah beratus-ratus tahun dibudidayakan di Indonesia dan
prospek pengembangannya masih tetap cerah. Hal ini memberikan isyarat
bahwa kedelai mempunyai nilai ekonomi sosial yang tinggi dan
peranannya makin strategis dalam tatanan kehidupan manusia. Kedelai
merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik
sebagai bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan baku industri
maupun bahan penyegar. Bahkan dalam tatanan perdagangan pasar
internasional, kedelai merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati,
pakan ternak di berbagai negara di dunia (Rukmana dan Yuyun, 1996).
Menurut Cahyadi (2007), kedelai mengandung protein 35 persen,
bahkan pada varietas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40-43
persen. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa per 100 gram biji
31
kedelai mengandung beberapa komponen yang dapat memenuhi
kebutuhan akan gizi seperti protein, lemak, karbohidrat dan lain
sebagainya. Berikut ini komposisi kimia biji kedelai kering per 100 gram :
Tabel 4. Komposisi Kimia Biji Kedelai Kering per 100 gram
No. Komponen Jumlah 1. Kalori 331,0 (kkal) 2. Protein 34,9 (gram) 3. Lemak 18,1(gram) 4. Karbohidrat 34,8 (gram) 5. Kalsium 227,0 (mg) 6. Fosfor 585,0 (mg) 7. Besi 8,0 (mg) 8. Vitamin A 110,0 (SI) 9. Vitamin B1 1,1 (mg) 10 Air 7,5 (gram)
Sumber : Cahyadi, 2007
2. Tahu
Tahu merupakan pangan yang berasal dari hasil olahan bahan dasar
kacang kedelai yang pembuatannya melalui proses pengendapan dan
penggumpalan oleh bahan penggumpal yang berasal dari asam asetat atau
garam. Proses pembuatan tahu adalah :
a. Memilih biji kedelai yang berkualitas baik.
b. Merendam biji kedelai dalam air bersih selama 6-7 jam agar menjadi
empuk dan mudah digiling.
c. Menggiling kedelai sampai halus berbentuk bubur.
d. Merebus bubur kedelai dalam wajan sambil ditambahkan air selama
beberapa waktu.
e. Mengaduk-aduk bubur kedelai secara berulang-ulang agar tidak
berbusa.
f. Menyaring bubur kedelai yang masih mendidih dengan kain saringan
yang diletakkan diatas sangkar bamboo sambil diperas berulang-ulang
hingga diperoleh bantuk sari kedelai.
g. Mencampurkan tiap 36 liter sari kedelai dengan 700 cc asam cuka
sehingga membentuk gumpalan-gumpalan.
32
h. Memasukkan gumpalan-gumpalan tadi kedalam cetakan, kemudian
press agar airnya tuntas.
i. Membuka kain saringnya, kemudian tahu dipotong-potong dengan
ukuran menurut selera.
(Rukmana dan Yuyun, 1996).
3. Industri Tahu
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa
barang, tetapi juga dalam bentuk jasa (Godam, 2006).
Kriteria usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan undang-
undang nomor 20 tahun 2008 adalah :
a. Usaha mikro : asset maksimal 50 juta dan omset maksimal 300 juta
per tahun
b. Usaha kecil : asset > 50 juta-500 juta dan omset > 300juta-2,5
milyar per tahun
c. Usaha menegah : asset > 500 juta-10 milyar dan omset 2,5 milyar-50
milyar per tahun
(Anonim, 2009b)
Industri tahu adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah yaitu kedelai menjadi tahu sehingga memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Industri tahu merupakan jenis usaha yang dapat
digolongkan sebagai industri kecil karena berskala ukuran kecil,
meningkatkan keikutsertaan masyarakat, tenaga kerja dan faktor produksi
lain yang digunakannya serba terbatas, sehingga kapasitas produksinya
pun terbatas (Anonim dalam Yuliastuti, 2010).
4. Strategi
Menurut Jauch dan William F. Glueck (1997), strategi adalah
rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang
33
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Pada prinsipnya, strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe
strategi yaitu strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis.
Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro,
misalnya strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi
akuisisi, strategi pengembangan pasar, dan sebagainya. Strategi investasi
merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi sedangkan strategi
bisnis berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen misalnya
strategi pemasaran, strategi produksi, strategi distribusi dan strategi-
strategi yang berhubungan dengan keuangan (Rangkuti,2006).
Menurut David (2004), tahapan manajemen strategis terdiri dari
tahapan perumusan strategi, implementasi strategi serta evaluasi dan
pengendalian strategi. Tahapan perumusan strategi terdiri dari kegiatan
mengembangkan pernyataan visi dan misi, melakukan audit eksternal dan
audit internal untuk mengenali peluang, ancaman serta faktor kekuatan dan
kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, mengevaluasi dan
memilih strategi. Tahapan berikutnya yaitu implementasi strategi yaitu
melaksanakan strategi dengan melihat isu-isu manajemen, pemasaran,
keuangan dan litbang sedangkan tahapan akhir adalah mengevaluasi dan
pengendalian strategi, melalukan tindakan perbaikan. Berikut ini adalah
model proses manajemen strategis yang komprehensif menurut Fred R.
David.
34
Gambar 1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif
Melakukan Audit
Eksternal
Membuat
Pernyataan
Visi dan Misi
Melakukan Audit
Internal
Menetapkan
Tujuan Jangka
Panjang
Membuat,
Mengevaluasi
dan Memilih
Strategi
Melaksanakan
Strategi-Isu-
isu
Manajemen
Melaksanakan
Strategi-Isu-
isu
Pemasaran,
Keuangan,
Akuntansi,
Litbang, SIM
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
Perumusan Strategi Pelaksanaan Strategi Evaluasi Strategi
Umpan Balik
13
14
i
5. Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi
dari konsep produk, pricing, promosi, dan distribusi (ide, produk maupun
jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran agar dapat memuaskan
kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus atau pelaksanaan dunia
usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen
ke konsumen atau pihak pemakai (The American Marketing Assocciation
dalam Iswanto, 2008).
Pemasaran merupakan pencocokan antara kemampuan dan
keinginan untuk mencapai tujuan timbal balik yang saling
menguntungkan. Pemasaran sendiri memiliki peran untuk memastikan
bahwa perusahaan berfokus pada lingkungan total dari bisnis, pasar,
persaingan, konsumen, pemerintah dan trend serta bahwa pemasaran
menggunakan semua pengetahuan dan pengalaman untuk
mengembangkan suatu hubungan yang saling menguntungkan dengan
konsumennya (Keegan dan Malcolm, 1999).
6. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran pada dasarnya memberikan arah dalam
kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi
pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran
pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi
bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu
organisasi (Tjiptono, 1995).
Menurut Keegan dan Malcolm (1999), strategi pemasaran adalah
cara untuk mencapai sasaran pemasaran dan biasanya berkaitan dengan
empat elemen utama bauran pemasaran yaitu :
a. Produk (Product)
Kebijakan umum untuk penetapan merk, pemosisian, modifikasi,
penambahan, desain dan pengepakan produk. Produk merupakan
elemen penting sebab dengan inilah perusahaan berusaha untuk
ii
ii
memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen, namun keputusan
itu tidak berdiri sendiri sebab produk atau jasa sangat erat hubungannya
dengan target market yang dipilih.
b. Harga (Price)
Kebijakan umum harga yang harus diikuti oleh grup produk
dalam segmen pasar. Harga suatu produk atau jasa ditentukan dari
besarnya pengorbanan yang dilakukan untuk menghasilkan jasa tersebut
dan laba atau keuntungan yang diharapkan. Oleh karena itu, penentuan
harga produk dari suatu perusahaan merupakan masalah yang penting
bagi perusahaan.
c. Distribusi (Place)
Kebijakan umum untuk saluran distribusi dan tingkat layanan
konsumen. Setelah perusahaan berhasil menciptakan barang atau jasa
yang dibutuhkan dan menetapkan harga yang layak, tahap berikutnya
menentukan metode penyampaian produk ke pasar melalui rute-rute
yang efektif hingga tiba pada tempat yang tepat, dengan harapan
produk tersebut berada ditengah-tengah kebutuhan dan keinginan
konsumen yang membutuhkan produk tersebut. Masalah pemilihan
saluran distribusi adalah masalah yang berpengaruh bagi marketing,
karena kesalahan dalam memilih dapat menghambat bahkan
memacetkan usaha penyaluran produk dari produsen ke konsumen.
d. Promosi (Promotion)
Kebijakan umum untuk berkomunikasi dengan konsumen
melalui beberapa cara antara lain periklanan (advertising), penjualan
pribadi (personal selling), promosi penjualan (sales promotion) dan
publisitas (publicity).
7. Penentuan Visi, Misi dan Tujuan Bisnis
Menurut David (2004), visi adalah suatu gambaran yang menantang
tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh organisasi mencakup
tujuan-tujuan khusus sedangkan misi lebih terkait dengan perilaku dan
masa kini. Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan visi, sebagai bagian
iii
iii
dari perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam
perjalanan suatu organisasi. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan
tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai sedangkan tujuan adalah
hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memenuhi misi
utamanya.
8. Analisis Lingkungan Pemasaran
Menurut Hadi (2007), lingkungan pemasaran merupakan pelaku dan
kekuatan yang berada di sekeliling perusahaan yang tidak dapat
dikendalikan oleh pihak perusahaan, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan
dan kinerja pemasaran dan bisnis perusahaan.
Lingkungan pemasaran adalah berbagai aktor dan kekuatan di luar
bagian pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen
pemasaran untuk mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan
pelanggan sasaran. (Kotler dan A.B Susanto, 2000 ).
Menurut Lubis (2004), lingkungan pemasaran terdiri dari :
a. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (kesempatan
dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus
ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak
(Hunger and Wheelen, 2003). Lingkungan eksternal terdiri dari :
1) Teknologi
Kecepatan perubahan teknologi, kesempatan inovasi yang
tidak terbatas dan anggaran riset yang bervariasi.
2) Pemasok
Pemasok adalah penyedia sumber daya yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam hal ini
manajemen pemasaran harus mengawasi ketersediaan pasokan,
pemogokan tenaga kerja dan peristiwa lain yang dapat mengurangi
penjualan dalam jangka pendek dan merusak kepuasan pelanggan
dalam jangka panjang.
iv
iv
3) Distributor
Distributor adalah sebuah organisasi tertentu yang membantu
perusahaan untuk menimbun persediaan atau memindahkan barang
dari tempat asalnya ke tempat tujuan.
4) Pesaing
Adalah perusahaan lain yang memasarkan produk yang
sejenis. Dalam hal ini perusahaan harus memberikan nilai dan
kepuasan pelanggan yang lebih besar dibandingkan pesaingnya, dan
juga harus menghimpun keunggulan strategik dengan memposisikan
tawaran perusahaan yang lebih menarik bagi konsumen.
5) Pelanggan
Pelanggan adalah orang atau sekelompok orang yang
menggunakan produk dari sebuah perusahaan yang akan digunakan
untuk konsumsi pribadi, untuk dijual kembali atau untuk diproses
lebih lanjut.
b. Lingkungan Internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan
kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak (Hunger and
Wheelen, 2003). Lingkungan internal terdiri dari :
1) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau SDM merupakan potensi yang
terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di
alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan
yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-
hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem
yang membentuk suatu organisasi (Greer dan Charles R, 1995).
2) Sumberdaya Finansial
v
v
Kondisi keuangan sering dianggap satu-satunya barometer
terbaik dalam melihat dalam posisi bersaing. Termasuk didalamnya
adalah modal kerja, pemanfaatan harta, dan keuntungan (David,
2004).
3) Produksi
Faktor produksi terdiri dari semua aktivitas yang mengubah
input menjadi output. Kegiatan produksi meliputi prinsip efisiensi,
efektifitas dan produktivitas (Umar, 2002).
4) Pemasaran
Pemasaran mencakup setiap usaha untuk mencapai kesesuain
antara perusahaan dengan lingkungannya dengan pertimbangan
bagaimana bisnis yang dipilih dapat dijalankan dengan sukses
dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk,
harga, distribusi dan promosi untuk melayani pasar sasaran
(Tjiptono,1995).
9. Analisis SWOT
Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain
itu, analisis situasi juga mengharuskan para manajer strategis untuk
menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan
kekuatan-kekuatan internal, di samping memperhatikan ancaman-ancaman
eksternal dan kelemahan-kelemahan internal (Hunger and Wheelen, 2003).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic
planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini
vi
vi
disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis
situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2006).
10. Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk
membantu para manajer mengembangkan 4 tipe strategi. Keempat strategi
yang dimaksud adalah strategi SO (Strength-Opportunity), strategi WO
(Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-Threat) dan strategi WT
(Weakness-Threat). Pada matriks ini, menentukan key success factors
untuk lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian yang sulit
sehingga dibutuhkan judgement yang baik (Umar, 2002).
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO
atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan
dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau strategi
kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi
kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal
(David, 2004).
11. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang
didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal
dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari
masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif
dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal
(David, 2004).
QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi
untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif,
berdasarkan key success factors internal-eksternal yang telah
diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan QSPM adalah
untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari
vii
vii
strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan
strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Seperti
alat analisis untuk memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga
membutuhkan intuitive judgement yang baik (Umar, 2002).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui
proses pengendapan atau penggumpalan oleh bahan penggumpal. Kacang
kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu mempunyai kandungan protein
sekitar 30 persen sampai dengan 45 persen. Dibandingkan dengan bahan
pangan lain seperti daging yang mengandung protein hanya sekitar 19 persen,
ikan sebesar 20 persen, dan telur sekitar 13 persen, ternyata kedelai
merupakan bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Selain karena
kandungan protein yang tinggi, tahu menjadi pilihan konsumsi masyarakat
dikarenakan dapat diperoleh dengan harga yang murah.
Tahu mempunyai banyak keunggulan dan juga memiliki manfaat baik
bagi tubuh maupun kesehatan. Begitu banyaknya kelebihan yang dimiliki
diharapkan industri tahu, terkhusus industri tahu yang ada di Kota Surakarta
mendapat perhatian lebih dari semua pihak. Dalam proses pemasaran tahu
tidak akan lepas dari permasalahan. Permasalahan dapat timbul dari dalam
lingkungan industri tahu maupun dari luar lingkungan industri tahu.
Aspek pemasaran dibutuhkan agar produk tahu dapat sampai ke
konsumen. Pemasaran produk dari industri tahu di Kota Surakarta memiliki
kekuatan dan kelemahan, tetapi juga peluang maupun ancaman. Faktor-faktor
tersebut sangat penting diidentifikasikan sebagai pertimbangan alternatif
strategi dalam pemasaran produk dari industri tahu di Kota Surakarta.
Tahap-tahap yang dilakukan sebelum merumuskan alternatif strategi
pemasaran tahu adalah sebagai berikut:
1. Analisis terhadap visi, misi dan tujuan usaha.
Analisis terhadap visi, misi dan tujuan usaha dilakukan agar di
dapatkan kesesuaian antara strategi dengan visi, misi dan tujuan usaha.
viii
viii
2. Analisis Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal
Identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perlu
dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang dianggap berpotensi untuk
pemasaran tahu. Identifikasi ini dilakukan agar pemasar mampu
menghadapi situasi dan kondisi lingkungan yang selalu berubah-ubah.
Faktor internal dapat berupa kekuatan maupun kelemahan tergantung
pada pengaruhnya terhadap pemasaran. Faktor-faktor internal tersebut
dapat berupa kondisi keuangan, sumberdaya manusia, pemasaran (melalui
pendekatan 4P yaitu produk, harga, distribusi dan promosi), produksi atau
operasional dan manajemen. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan
ancaman. Faktor eksternal meliputi pemerintah, pesaing, konsumen,
pemasok, teknologi dan lembaga pemasaran.
3. Perumusan Alternatif Strategi Pemasaran
Perumusan strategi untuk pemasaran tahu di Kota Surakarata
digunakan analisis SWOT dan matriks SWOT. Setelah mengidentifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal dengan analisis SWOT, kemudian
faktor-faktor tersebut dimasukkan ke dalam matriks SWOT. Matriks
SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya sehingga dihasilkan rumusan
strategi pemasaran tahu. Rumusan strategi ini akan menghasilkan empat
alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang (SO),
kelemahan dan peluang (WO), kekuatan dan ancaman (ST) serta strategi
penyesuaian kelemahan dan ancaman (WT). Matrik SWOT ini akan
menghasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam
pemasaran tahu di Kota Surakarta.
4. Penetapan Strategi Pemasaran Yang Paling Efektif
Dari beberapa alternatif strategi tersebut perlu dilakukan penilaian
atau evaluasi untuk memutuskan prioritas strategi yang dapat
dilaksanakan. Pada tahap pemilihan strategi atau keputusan (decision
stage) ini alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah Quantitative
ix
ix
Strategic Planning Matriks (QSPM). QSPM memungkinkan perencana
strategi mengevaluasi alternatif strategi secara obyektif.
Dari uraian di atas dapat disusun dalam bagan kerangka teori
pendekatan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
SENTRA INDUSTRI TAHU (Visi, Misi dan Tujuan Bisnis)
Faktor Internal
- Kondisi Keuangan - Sumber Daya Manusia - Pemasaran · Produk
Faktor Eksternal - Pemerintah - Pesaing - Konsumen - Pemasok - Lembaga Pemasaran
Pemasaran Tahu
Analisis Lingkungan Pemasaran
x
x
Gambar 2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Tahu merupakan pangan yang berasal dari hasil olahan bahan dasar
kacang kedelai yang pembuatannya melalui proses pengendapan dan
penggumpalan oleh bahan penggumpal yang berasal dari asam asetat atau
garam.
2. Industri tahu adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah
yaitu kedelai menjadi tahu sehingga memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan.
3. Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi dari
konsep produk, pricing, promosi, dan distribusi (ide, produk maupun jasa),
sehingga dapat diciptakan pertukaran agar dapat memuaskan kebutuhan
pelanggan dan perusahaan sekaligus atau pelaksanaan dunia usaha yang
mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen
atau pihak pemakai.
4. Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan
dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan
dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
xi
xi
5. Strategi pemasaran merupakan cara untuk mencapai sasaran pemasaran
dan berkaitan dengan empat elemen utama bauran pemasaran yaitu
produk, harga, distribusi dan promosi.
6. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam sentra industri
tahu yang mempengaruhi usaha industri tahu secara keseluruhan dan pada
umumnya dapat dikendalikan. Meliputi kondisi keuangan (manajemen
keuangan dan pembukuan), sumber daya manusia (ketersediaan dan
kemampuan sumber daya manusia), pemasaran (produk, harga, distribusi,
promosi), produksi/operasional (kontinyuitas produksi) dan manajemen.
7. Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar sentra industri tahu yang
mempengaruhi pemasaran industri tahu dan pada umumnya belum dapat
dikendalikan sepenuhnya. Meliputi pemerintah (kebijakan pemerintah),
pesaing, konsumen (konsumen yang mengkonsumsi tahu), pemasok
(pemasok bahan baku), teknologi dan lembaga pemasaran.
8. Analisis SWOT adalah merupakan suatu analisis situasi yang mencakup
kondisi internal dan eksternal pemasaran tahu yang meliputi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman.
9. Kekuatan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
industri tahu dan merupakan keunggulan bagi pelaksanaan pemasaran
tahu.
10. Kelemahan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam industri tahu dan merupakan keterbatasan atau kekurangan bagi
pelaksanaan pemasaran tahu.
11. Peluang dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
industri tahu dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan pemasaran
tahu.
12. Ancaman dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
industri tahu dan bersifat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan
pemasaran tahu.
13. Matriks SWOT ( Matriks Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman)
adalah matriks yang akan digunakan untuk mencocokkan peluang-peluang
xii
xii
dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu usaha pemasaran
tertentu dengan kekuatan dan kelemahan internalnya untuk menghasilkan
empat rangkaian alternatif strategi yaitu strategi SO, WO, ST, dan WT.
14. QSPM (Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif) adalah alat yang
digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif untuk
menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran
tahu.
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010, pengambilan data dalam
penelitian ini dilakukan antara bulan Januari 2010 sampai dengan bulan
Maret tahun 2010 dan difokuskan pada sentra industri tahu di Kota
Surakarta.
2. Responden dalam penelitian ini adalah produsen tahu, pemasok,
konsumen, pemerintah, pesaing dan lembaga pemasaran.
3. Data faktor eksternal dan internal yang dianalisis berupa data kualitatif
yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci yang
mengetahui secara detail tentang industri tahu dan hasil pengamatan
selama penelitian.
4. Faktor eksternal yang dibahas meliputi pemerintah, pesaing, konsumen,
pemasok, teknologi dan lembaga pemasaran.
5. Faktor internal yang dibahas meliputi kondisi keuangan, sumber daya
manusia, pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi),
produksi/operasional dan manajemen.
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah
yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
xiii
xiii
kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994). Menurut Achmadi dan Cholid
(2005), suatu laporan yang hanya terbatas pada apa yang nampak dan
terdengar saja adalah laporan yang bersifat deskriptif. Untuk mengubahnya
menjadi analitis, maka peneliti harus menggali lebih dalam guna mengetahui
apa yang terdapat di belakang fakta dari yang terlihat tersebut. Metode
deskriptif yaitu menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang
berdasarkan data-data, kemudian menyajikan data, menganalisis dan
menginterpretasi, bersifat komperatif dan korelatif.
Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yaitu
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
(Singarimbun dan Effendi, 1997).
B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kota Surakarta dengan
metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (disengaja)
yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan
tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1997). Penelitian ini
dilaksanakan di Kota Surakarta dengan pertimbangan bahwa di Kota
Surakarta terdapat sentra industri tahu. Adapun jumlah unit usaha, tenaga
kerja dan kapasitas produksi industri tahu di Kota Surakarta sebagai
berikut:
Tabel 5. Jumlah Usaha, Tenaga Kerja dan Kapasitas Produksi Industri Tahu di Kota Surakarta Tahun 2008
No Kecamatan Jumlah Unit Usaha (Unit)
Jumlah Tenaga Kerja (Unit)
Kapasitas Produksi Per Hari (Kg)
1. Jebres 81 276 4.333 2. Banjarsari 16 44 470 3. Serengan 1 1 100 4. Laweyan 1 2 20
xiv
xiv
Sumber : Disperindag Kota Surakarta Tahun 2008
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling
(disengaja). Berdasarkan Tabel 5, dipilih Kecamatan Jebres, karena
terdapat sentra industri tahu di Kota Surakarta yang memiliki jumlah unit
usaha, jumlah tenaga kerja serta kapasitas produksi per hari terbanyak
dibandingkan dengan Kecamatan Banjarsari, Laweyan dan Serengan. Tabel
5 menunjukkan bahwa kapasitas produksi per hari sebesar 4.333 Kg,
jumlah tersebut merupakan produksi tahu terbesar dibandingkan kecamatan
lain di Kota Surakarta seperti Kecamatan Banjarsari dengan kapasitas
produksi per hari sebesar 470 Kg, Kecamatan Serengan dengan kapasitas
produksi per hari sebesar 100 Kg dan Kecamatan Laweyan dengan
kapasitas produksi per hari sebesar 20 Kg. Selain dari sisi kapasitas
produksi per hari, kecamatan Jebres juga memiliki jumlah unit usaha paling
banyak dibandingkan kecamatan lainnya yaitu sebesar 81 unit usaha dan
jumlah tenaga kerja sebesar 276 orang.
C. Metode Penentuan Responden
1. Penentuan Sampel /Responden untuk Perumusan Strategi
a. Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis
Faktor strategis adalah faktor-faktor yang dijadikan sebagai
komponen dalam melakukan perumusan strategis. Sifat dasar dari
faktor strategis adalah suatu keadaan yang dibangun dari situasi
benchmark dalam lingkungan persaingan (Harisudin, 2009). Faktor
strategis masih kondisi riil yang bersifat unik dan kompleks,
didalamnya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan
variasi atau keragaman. Data atau informasi yang diperlukan harus
ditelusuri seluas-luasnya dan sedalam mungkin sesuai dengan variasi
yang ada. Maka, prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana
menentukan informan kunci (key informan) yang sarat informasi sesuai
dengan fokus penelitian. Untuk memilih informan kunci lebih tepat
dilakukan secara sengaja (purposive sampling) (Bungin, 2003).
xv
xv
Informan kunci (key informan) merupakan subyek yang telah
cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang menjadi
informasi, menghayati secara sungguh-sungguh lingkungan atau
kegiatan yang bersangkutan, serta masih terlibat secara penuh atau aktif
pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Informan kunci yang
dipilih dalam penelitian ini adalah pengusaha tahu sebanyak 20 orang
yang berasal dari industri rumah tangga dan industri kecil dan
responden lain untuk mendapatkan informasi pendukung adalah
pemerintah sebanyak dua orang, konsumen sebanyak dua orang,
lembaga pemasaran sebanyak lima orang, pesaing sebanyak satu orang
dan pemasok bahan baku sebanyak dua orang. Dengan wawancara
secara mendalam (indepth interview) diperoleh informasi yang
kemudian diuraikan dan selanjutnya didefinisikan menjadi beberapa
faktor strategis lingkungan internal dan eksternal dalam pemasaran tahu
di Kota Surakarta. Dalam rangka memperoleh informasi yang valid
maka dilakukan penelusuran dengan teknik snowball.
b. Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP.
Penentuan bobot dan daya tarik (Attractive Score-AS) dilakukan
dengan terlebih dahulu menyusun kuisioner yang berisi faktor-faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan
ancaman) serta alternatif strategi yang akan dipertimbangkan untuk
menjadi prioritas strategi dalam pemasaran tahu di Kota Surakarta.
Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling (sengaja). Responden yang digunakan dalam penentuan bobot
adalah pengusaha tahu yang berjumlah 20 orang dan satu orang dari
pihak pemerintah yang memiliki pengetahuan dan mengetahui kondisi
pemasaran tahu di Kota Surakarta. Responden yang digunakan dalam
penentuan daya tarik (Attractive Score-AS) adalah pengusaha tahu
sebanyak 20 orang, yang memiliki peran untuk menjalankan strategi.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
xvi
xvi
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul
data dari sumber data (Sumarsono, 2004). Data primer dalam penelitian ini
diperoleh langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam
.penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan
kuisioner yang telah dipersiapkan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan
dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data dicatat secara sistematis
dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-
lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta, Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Surakarta, dan lain sebagainya.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui
wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan
(kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas
mengenai objek yang akan diteliti.
3. Pencatatan
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu
dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga
yang terkait dengan penelitian ini.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-
faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam
pemasaran tahu. Faktor internal yang dianalisis meliputi kondisi keuangan,
xvii
xvii
sumber daya manusia, pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan
produksi/operasional. Analisis faktor eksternal bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan
ancaman bagi pemasaran tahu. Faktor eksternal yang dianalisis
pemerintah, pesaing, konsumen, pemasok dan lembaga pemasaran.
Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor
internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam pemasaran
tahu di Kota Surakarta digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
pemasaran industri. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats).
2. Alternatif Strategi
Untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran tahu di Kota
Surakarta digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor
eksternal yang dihadapi oleh suatu industri dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT digambarkan ke
dalam Matriks SWOT dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu
stategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-
O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi
kelemahan-ancaman (W-T strategies).
Tabel 6. Matriks SWOT Strenght (S)
Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal
Strategi S-O Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
xviii
xviii
Threats (T) Menentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
Strategi S-T Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2006
Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun
melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :
a. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam pemasaran tahu.
b. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam pemasaran tahu.
c. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam pemasaran tahu.
d. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam pemasaran tahu.
e. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor
eksternal dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah ditentukan.
f. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor
eksternal dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah ditentukan.
g. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor
eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah ditentukan.
h. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor
eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah ditentukan.
3. Prioritas Strategi
Untuk menentukan prioritas strategi dalam pemasaran tahu di Kota
Surakarta digunakan analisis Matriks QSP. Matriks QSP digunakan untuk
mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan
lingkungan eksternal dan internal. Alternatif strategi yang memiliki nilai
total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik.
Tabel 7. Matriks QSP
Alternatif Strategi
Strategi I Strategi 2 Strategi 3 Faktor Faktor
Kunci Bobot
AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-Faktor Kunci Internal
xix
xix
Total Bobot Faktor-Faktor Kunci Eksternal
Total Bobot Jumlah Total Nilai Daya Tarik
Sumber : David, 2004
Menurut David (2004), enam tahapan dalam pembuatan matriks
QSP yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Membuat daftar peluang/ancaman dari faktor eksternal dan kekuatan/
kelemahan faktor internal.
b. Memberi bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0
(amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor
tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus sama dengan 1,0.
c. Memeriksa matriks SWOT dan mengenali strategi-strategi alternatif
yang harus dipertimbangkan untuk diterapkan.
d. Menentukan Nilai Daya Tarik (AS) yang didefinisikan sebagai angka
yang menunjukkan daya tarik relatif masing-masing strategi pada
suatu rangkaian alternatif tertentu. Nilai Daya Tarik ditentukan
dengan memeriksa masing-masing faktor eksternal atau faktor
internal, satu per satu, sambil mengajukan pertanyaan, “Apakah
faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawaban
atas pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus
dibandingkan secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya, Nilai
Daya Tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk
menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi terhadap yang lain,
dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan Nilai Daya
Tarik adalah : 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = wajar
menarik; dan 4 = sangat menarik. Jika jawaban atas pertanyaan
tersebut adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masing-
masing faktor kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus
yang dibuat. Oleh karena itu, jangan beri Nilai Daya Tarik pada
strategi-strategi dalam rangkaian tersebut.
xx
xx
e. Menghitung TAS (Total Nilai Daya Tarik). Total Nilai Daya Tarik
didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah b) dengan
Nilai Daya Tarik di masing-masing baris (langkah d). Total Nilai
Daya Tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing
strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari
faktor keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan.
Semakin tinggi Nilai Total Daya Tarik, semakin menarik strategi
alternatif tersebut.
f. Menghitung Jumlah Total Nilai Daya Tarik. Jumlah Total Nilai Daya
Tarik (STAS) mengungkapkan strategi yang paling menarik dalam
rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya menunjukkan semakin
menarik strategi tersebut. Besarnya perbedaan di antara Jumlah Total
Nilai Daya Tarik dalam suatu rangkaian strategi-strategi alternatif
menunjukkan tingkat relatif dikehendakinya suatu strategi daripada
yang lain
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang berada di wilayah
Propinsi Jawa Tengah yang terletak antara 110º 45’ 15” dan 110º 45’35”
Bujur Timur dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ Lintang Selatan. Suhu udara rata-rata
di Kota Surakarta berkisar antara 24,7ºC sampai dengan 27,9ºC. Sedangkan
kelembaban udaranya berkisar antara 64 persen sampai dengan persen.
Kota Surakarta yang lebih dikenal dengan nama “Kota Solo” merupakan
salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya
seperti Semarang dan Yogyakarta. Wilayah Surakarta merupakan dataran
rendah dengan ketinggian ± 92 km di atas permukaan air laut, yang berbatasan
wilayah dengan kabupaten eks Karesidenan Surakarta yaitu :
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
xxi
xxi
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
Luas wilayah Kota Surakarta yaitu 44,06 km2 yang terbagi dalam
5 kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan
Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari. Kecamatan
Banjarsari merupakan kecamatan yang terluas yaitu dengan luas wilayah
1.481,10 Ha atau 33,83 persen dari luas wilayah Kota Surakarta dan
kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Serengan yaitu
dengan luas wilayah 319,40 Ha atau 7,25 persen dari luas wilayah Kota
Surakarta.
Penggunaan lahan di Kota Surakarta sebagian besar digunakan untuk
pemukiman penduduk yaitu sebesar 61,68 persen sedangkan untuk kegiatan
ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar yaitu berkisar 20 persen dari
luas lahan yang ada. Penggunaan lahan di Kota Surakarta pada tahun 2008
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kota Surakarta Tahun 2008
No. Penggunaan lahan Luas lahan (ha) Persentase(persen) 1. Pemukiman 2737,48 62,15 2. Jasa 427,13 9,69 3. Perusahaan 287,48 6,52 4. Industri 101,42 2,30 5. Tegalan 81,96 1,86 6. Sawah 146,17 3,39 7. Kuburan 72,86 1,65 8. Lapangan olah raga 65,14 1,47 9. Taman 31,60 0,71 10. Tanah kosong 53,38 1,21 11. Lain-lain 399,44 9,06 4.404,06 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan
di wilayah Kota Surakarta digunakan untuk pemukiman yaitu seluas
2.737,48 Ha. Lahan untuk pertanian berupa tegalan dan sawah masing-masing
81,96 Ha dan 146,17 Ha dari wilayah Kota Surakarta. Hal ini menunjukkan
xxii
xxii
bahwa lahan pertanian di Kota Surakarta semakin sempit karena adanya alih
fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan nonpertanian. Selain untuk
pemukiman dan pertanian, lahan di Kota Surakarta juga digunakan untuk
kegiatan perekonomian, sosial dan penggunaan luas lahan untuk keperluan
lain-lain sebesar 399,44 Ha yang digunakan untuk fasilitas umum seperti jalan
raya, trotoar, tempat pembuangan sampah, kamar mandi umum, tempat
saluran air, sungai dan lain sebagainya.
B. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk di Kota Surakarta dapat dijelaskan menurut jenis
kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian.
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data hasil olahan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2008 jumlah penduduk Kota Surakarta menurut jenis
kelamin tahun 1995-2008 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995-2008
Jenis Kelamin No. Tahun Laki-laki Perempuan
Jumlah Rasio Jenis Kelamin
1. 1995 249.084 267.510 516.594 93,11 2. 2000 238.158 252.056 490.214 94,49 3. 2003 242.591 254.643 497.234 95,27 4. 2004 249.278 261.433 510.711 95,35 5. 2005 250.868 283.672 534.540 88,44 6. 2006 254.259 258.639 512.898 98,31 7. 2007 246.132 269.240 515.372 91,42 8. 2008 247.245 275.690 522.935 89,68
Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa setiap tahunnya jumlah
penduduk Kota Surakarta yang berjenis kelamin laki-laki lebih kecil dari
jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2008, rasio jenis kelamin di
Kota Surakarta adalah sebesar 89,68 persen yang menunjukkan bahwa
setiap terdapat 100 penduduk dengan jenis kelamin perempuan maka
terdapat 89 penduduk dengan jenis kelamin laki-laki.
xxiii
xxiii
2. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur
Menurut data BPS Surakarta, berdasarkan hasil olahan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2008, keadaan penduduk Kota
Surakarta menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Penduduk Surakarta Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2008
Jenis Kelamin No. Tahun Laki-laki Perempuan
Jumlah Total
1. 0-4 17.542 17.781 35.323 2. 5-9 21.098 18.726 39.825 3. 10-14 16.592 18.725 35.317 4. 15-19 20.861 22.277 43.138 5. 20-24 27.968 29.865 57.833 6. 25-29 24.656 24.420 49.076 7. 30-34 19.676 21.810 41.487 8. 35-39 19.439 20.388 39.826 9. 40-44 18.493 20.150 38.642 10. 45-49 13.513 21.572 35.086 11. 50-54 13.511 17.305 30.815 12. 55-59 11.852 13.275 25.127 13. 60-64 9.008 8.535 17.543 14. 65+ 13.037 20.858 33.896 Jumlah 247.245 275.690 522.935
Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 10 mengenai penduduk Kota Surakarta menurut
kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2008, dapat diketahui bahwa
xxiv
xxiv
jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 57.833 pada kelompok umur
20-24 tahun, sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar 17.543
pada kelompok umur 60-64 tahun.
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
di Kota Surakarta merupakan kelompok usia produktif (usia 10-59 tahun).
Jumlah kelompok usia nonproduktif (usia 0-4, 5-9, 10-14, 60-64, 65+)
yang lebih kecil dari kelompok usia produktif menunjukkan bahwa beban
tanggungan yang ditanggung kelompok produktif terhadap kelompok usia
nonproduktif lebih ringan. Angka Beban Tanggungan (ABT) sebesar
44,85 persen berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif
menanggung 45 penduduk usia nonproduktif.
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Menurut data BPS Surakarta tahun 2009, berdasarkan monografi
pada masing-masing kelurahan Kota Surakarta, jumlah penduduk menurut
tingkat pendidikan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Banyaknya Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi 35.639 2. Tamat SLTA 71.143 3. Tamat SLTP 101.351 4. Tamat SD 98.118 5. Tidak Tamat SD 44.051 6. Belum Tamat SD 66.799 7. Tidak Sekolah 32.192 8. Belum Sekolah 73.642 Jumlah 522.935
Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui di Kota Surakarta, jumlah
penduduk yang paling banyak adalah tamat SLTP yaitu sebesar 101.351
jiwa. Pada urutan kedua yaitu tamat SD sebanyak 98.118 jiwa. Hal ini
xxv
xxv
menunjukkan bahwa penduduk Kota Surakarta sudah tergolong
memahami akan pentingnya pendidikan terbukti dari sebagian besar
penduduknya sudah menjalankan wajib belajar 9 tahun. Secara umum
dapat dikatakan bahwa penduduk Kota Surakarta memiliki pendidikan
yang cukup tinggi. Dengan pendidikan yang cukup tinggi maka
pengetahuan seseorang tentang suatu hal juga cukup luas, sedangkan
sebanyak 73.642 jiwa belum sekolah karena merupakan anak-anak
dibawah umur 5 tahun.
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Berdasarkan hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
tahun 2008 dapat diketahui banyaknya penduduk Kota Surakarta menurut
mata pencahariannya pada tahun 2008. Menurut data BPS Surakarta,
berdasarkan data monografi masing-masing kelurahan wilayah Surakarta,
jumlah penduduk di Kota Surakarta menurut mata pencaharian pada Tahun
2008 dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008
No. Mata Pencaharian Jumlah 1. Petani Sendiri 456 2. Buruh Tani 429 3. Pengusaha 8254 4. Buruh Industri 51.034 5. Buruh Bangunan 62.759 6. Pedagang 32.374 7. Angkutan 15.776 8. PNS/TNI/POLRI 26.424 9. Pensiunan 22.683 10. Tidak atau belum bekerja 121.756 11. Lain-lain 162.290
Jumlah 522.935
Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang
bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani paling kecil hal ini
dikarenakan berdasarkan data pada Tabel 8, luas lahan menurut
penggunaan di Kota Surakarta menyatakan bahwa sebesar 62,15persen
xxvi
xxvi
lahan di Surakarta dimanfaatkan sebagai pemukiman hal ini karena telah
banyak alih fungsi dari lahan pertanian ke nonpertanian sehingga yang
bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani juga semakin sedikit.
Jenis pekerjaan akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang
diterima oleh seseorang. Tingkat pendapatan yang diterima akan
mempengaruhi pola konsumsi seseorang, semakin tinggi pendapatan maka
proporsi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan akan semakin
meningkat.
C. Keadaan Perekonomian
Kota Surakarta selain menjadi kota budaya, saat ini juga berkembang
sebagai daerah perdagangan, industri dan jasa. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya sarana perekonomian yang mendukung. Kota Surakarta sampai dengan
tahun 2007 mempunyai pasar yang mendukung perekonomian yang dibedakan
menurut jenisnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Banyaknya Pasar dan Jenis Pasar Di Kota Surakarta
No. Jenis pasar Jumlah (unit) 1. Departement store 11 2. Pasar swalayan 19 3. Pusat perbelanjaan 4 4. Pasar tradisional a. Umum 32 b. Hewan 2 c. Buah 1 f. Lain-lain 3 Jumlah 72
Sumber: Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa Kota Surakarta mempunyai
pasar yang beragam. Data mengenai banyaknya pasar yang terdapat di Kota
Surakarta dapat membantu para produsen dalam menentukan daerah
pemasaran dan strategi pemasaran yang baik di sekitar wilayah Kota
Surakarta.
D. Keadaan Sektor Pertanian
Sektor pertanian dibagi menjadi lima sub sektor, yaitu sub sektor
tanaman bahan makanan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan,
xxvii
xxvii
sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Tahun 2007 dan 2008 ADHK Tahun 2000 di Kota Surakarta
untuk setiap sub sektor pada sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHK 2000 menurut Sektor Pertanian Kota Surakarta Tahun 2007 – 2008 (dalam Jutaan Rupiah)
No. Subsektor pertanian 2007 2008 1. Tanaman Bahan Makanan 1.777,96 1.778,60 2. Tanaman Perkebunan 271,29 270,87 3. Peternakan 843,97 855,46 4. Kehutanan 0,00 0,00 5. perikanan 5,88 6,25
Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa besarnya nilai PDRB setiap sub
sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai
tahun 2008 kecuali sub sektor kehutanan karena Kota Surakarta tidak terdapat
hutan. Peningkatan PDRB tiap tahunnya menandakan bahwa potensi masing-
masing sub sektor pada sektor pertanian di Kota Surakarta cukup baik.
E. Keadaan Sektor Industri
Berdasarkan kode ISIC dapat diketahui bahwa industri di Kota Surakarta
terdapat 13 jenis industri. Banyaknya kelompok usaha dan jumlah unit usaha
di Kota Surakarta pada tahun 2008 yaitu :
Tabel 15. Banyaknya kelompok usaha dan jumlah unit usaha di Kota Surakarta pada tahun 2008
Industri Hasil Pertanian, Kehutanan dan Logam, Mesin /Aneka Jumlah Usaha(unit)
Tempe 227 Tahu 99 Krupuk karak 38 Kue basah 34 Kusen 13 Mebel + Bubut Kayu 108 Sangkar burung 25 Gitar 227 Batik 99 Pakaian Jadi 38 Kain Perca 34 Cindera Mata 13 Sepatu 108
xxviii
xxviii
Dop 25 Shutle cocks 227 Letter 99 Ubin Semen 38 Dandang Kompor 34 Timbangan 13 Las 108 Jumlah 842
Sumber : Badan Pusat Statistik Surakarta Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa jumlah industri pertanian,
kehutanan dan industri logam, mesin dan aneka sebesar 842 unit. Hal ini
menandakan bahwa perkembangan industri di Kota Surakarta cukup baik dan
keberadaan serta keberagaman industri tersebut mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat yang ada di Kota Surakarta.
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Industri Tahu
Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang
keadaan dan latar belakang responden yang meliputi kelompok umur, tingkat
pendidikan dan lama pengalaman usaha. Berikut identitas responden dalam
pemasaran tahu di Kota Surakarta mulai dari pemasok bahan baku, pengusaha
tahu hingga pedagang pengecer.
1. Identitas Responden Pengusaha Tahu
Identitas pengusaha pada industri tahu di Kota Surakarta dapat
dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Pengusaha Tahu
Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Surakarta
No. Kelompok Umur Jumlah Responden (Orang) % 1. 20-35 3 15 2. 36-51 11 55 3. 52-67 6 30 4. 68-83 - 0
Jumlah 20 100
Sumber : Analisis Data Primer
xxix
xxix
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa jumlah responden pengusaha
tahu yaitu 20 orang yang usianya berkisar antata 20-67 tahun. Sebanyak 20
pengusaha tersebut termasuk dalam kategori usia produktif yaitu usia 30-
65 tahun, sehingga memungkinkan adanya kemudahan penyampaian
informasi dan kelengkapan informasi yang dibutuhkan peneliti terkait
masalah pemasaran tahu di Kota Surakarta.
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Pengusaha Tahu
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta
No. Tingkat
pendidikan
Jumlah
responden (Orang)
%
1. Tidak
Sekolah
1 5
2. Tamat SD 12 60
3. Tamat SLTP 5 25
4. Tamat SLTA 2 10
5. Tamat S1 - 0
Jumlah 20 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
responden tahu adalah tidak sekolah sebanyak 1 orang (5%), tamat SD
sebanyak 12 orang (60%), tamat SLTP sebanyak 5 orang (25%) dan tamat
SLTA sebanyak 2 orang (10%). Pendidikan formal yang mereka peroleh di
bangku sekolah tidak secara langsung mereka gunakan dalam pemasaran
tahu, akan tetapi pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal
tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan cara kerja mereka dalam
pemasaran tahu di Kota Surakarta.
2. Identitas Responden Pemasok Bahan Baku
Adapun identitas pemasok bahan baku pada industri tahu di Kota
Surakarta dapat dilihat pada Tabel 17.
xxx
xxx
Tabel 18. Jumlah dan Rata-rata Responden Pemasok Bahan Baku
Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan
Pengalaman sebagai Pemasok di Kota Surakarta
No. Nama Umur (Thn) Pendidikan (Thn)
Pengalaman sebagai pemasok (Thn)
1. Toek 68 - 28 2. Yani 38 9 5 Jumlah 106 33 Rata-rata 53 16,5
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa jumlah responden pemasok
bahan baku sebanyak dua orang dengan rata-rata umur yaitu 53 tahun dan
pengalaman sebagai pemasok selama 16,5 tahun. Berdasarkan rata-rata
pengalaman selama 16,5 tahun, pemasok sudah mengetahui bagaimana
mereka akan mengambil keputusan pada saat kondisi sedang tidak
mendukung seperti harga kedelai naik ataupun pembeli yang menunda
pembayaran. Lamanya pengalaman sebagai pemasok membuktikan
eksistensi usaha dan pemasok memperoleh kepercayaan dari pengusaha
tahu yang membeli kedelai dari pemasok bahan baku.
3. Identitas Responden Pedagang Pengecer
Adapun identitas pedagang pengecer pada industri tahu di Kota
Surakarta dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah dan Rata-rata Responden Pedagang Pengecer
Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan
Pengalaman sebagai Pedagang di Kota Surakarta
No. Nama Umur (Thn) Pendidikan (Thn)
Pengalaman sebagai pedagang (Thn)
1. Sujiyo 36 9 13 2. Eni 32 12 10 3. Restu 58 6 30 4. Lestari 28 12 7 5. Suyati 42 6 20 Jumlah 196 80 Rata-rata 39,2 16
Sumber : Analisis Data Primer
xxxi
xxxi
Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa rata-rata usia dari responden
pedagang pengecer adalah 39,2 tahun dan termasuk dalam kategori usia
produktif yaitu usia 30-65 tahun, sehingga memungkinkan adanya
kemudahan penyampaian informasi. Modus lama pendidikan formal dari
responden pedagang pengecer adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) dan Sekolah Dasar (SD), kondisi pendidikan responden dapat
mendukung pemasaran tahu namun juga dapat menghambat penyampaian
informasi mengenai pemasaran tahu. Lama pengalaman mengusahakan
tahu rata-rata dari responden adalah 16 tahun dan lamanya pengalaman
pedagang menunjukkan eksistensi usaha dan kepercayaan kepada
pedagang. Responden sudah lama berkecimpung dalam pemasaran tahu
sehingga mereka mengetahui langkah apa yang akan diputuskan jika
kondisi sedang tidak mendukung.
4. Identitas Responden Konsumen
Adapun identitas konsumen tahu yang berada di Kota Surakarta
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jumlah dan Rata-rata Responden Konsumen Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Lama Mengkonsumsi Tahu di Kota Surakarta
No. Nama Umur (Thn) Pendidikan (Thn)
Lama Mengkonsumsi Tahu (Thn)
1. Yuni A 33 12 30 2. Gianto 46 6 40 Jumlah 79 70 Rata-rata 39,5 35
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa rata-rata usia dari dua
responden konsumen adalah 39,5 tahun dengan tamat pendidikan masing-
masing yaitu 12 tahun atau setingkat SLTA dan 6 tahun atau setingkat SD.
xxxii
xxxii
Dari Tabel 20 dapat diketahui rata-rata lama mengkonsumsi tahu oleh
konsumen adalah 35 tahun. Hal ini menandakan bahwa produk tahu
Surakarta memiliki kualitas yang baik sehingga konsumen memiliki
loyalitas yang baik terhadap produk ini.
B. Visi, Misi dan Tujuan Sentra Industri Tahu
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa
depan yang diinginkan oleh organisasi mencakup tujuan-tujuan khusus
sedangakan misi lebih terkait dengan perilaku dan masa kini.
Industri tahu yang berada di Kota Surakarta merupakan usaha yang
belum berbadan hukum, tidak memiliki struktur organisasi yang jelas, belum
menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern, sistem pembukuan yang
belum tertata dengan baik. Industri kecil ini menjalankan usahanya secara
manajemen tradisional sehingga belum dapat menyusun visi, misi serta tujuan
industri tersebut. Secara umum, tujuan usaha dari pengusaha-pengusaha tahu
di sentra industri tahu Kota Surakarta adalah mencapai laba maksimal,
mempertahankan dan meningkatkan usahanya serta menambah kualitas tahu.
C. Perumusan Strategi Pemasaran Tahu di Kota Solo
1. Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Dalam penentuan alternatif strategi pemasaran, digunakan analisis
SWOT dengan terlebih dahulu melakukan analisis terhadap faktor internal
dan eksternal untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam memasarkan
tahu di Kota Surakarta.
a. Analisis Faktor Internal :
Analisis faktor internal merupakan proses identifikasi kekuatan
serta kelemahan pada industri tahu meliputi kondisi keuangan, sumber
daya manusia, pemasaran, produksi dan manajemen.
1) Kondisi Keuangan
Permodalan merupakan salah satu aspek penting dalam
menjalankan suatu usaha. Sumber modal yang tersedia merupakan
salah satu faktor yang diperhatikan karena merupakan suatu titik
xxxiii
xxxiii
kekuatan atau kelemahan yang dimiliki oleh suatu usaha. Usaha
pembuatan tahu belum mampu memberikan keuntungan bagi para
pelaku usahanya. Pengusaha tahu yang berada di sentra industri tahu
Kota Surakarta menggunakan modal pribadi untuk usahanya namun
ada juga yang berasal dari pinjaman dari bank. Pengelolaan
keuangan dilakukan sendiri oleh pengusaha tahu sehingga sistem
akuntansi dan pembukuan keuangan masih sangat sederhana. Hal ini
dapat dilihat dari sistem pencatatan keuangannya yang kurang baik,
terkadang ada yang tidak tercatat bahkan sering tercampur antara
keuangan rumah tangga dan kebutuhan usaha.
2) Sumber Daya Manusia
Faktor sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang
sangat penting karena manusia berperan dalam setiap proses
produksi dan proses pengambilan keputusan untuk semua fungsi
dalam kegiatan pemasaran. Kualitas dan kemampuan pelaku usaha
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, latihan, motivasi kerja dan, etos
kerja, mental dan kemampuan fisik karyawan yang bersangkutan.
Pengusaha tahu di sentra industri tahu Kota Surakarta sebagian
besar ialah tenaga kerja tidak terdidik dengan tingkat pendidikan
yang cukup rendah akantetapi mereka memiliki rata-rata pengalaman
yang cukup lama dalam bidang industri tahu sehingga dengan
pengalaman yang dimiliki mampu untuk memahami keinginan
konsumen serta lingkungan tempat mereka bekerja. Kurangnya
tenaga ahli dalam proses produksi dapat menjadi penghambat dalam
tahapan penjualan berikutnya, meskipun pekerja dibagian produksi
sudah cakap dan memiliki pengalaman yang cukup akan tetapi pada
tahapan selanjutnya akan mengalami kesulitan dalam menemukan
konsumen.
3) Pemasaran
Pasar merupakan upaya produsen untuk mencapai konsumen
dan melayaninya secara lebih efisien, menghasilkan laba, dan
xxxiv
xxxiv
bertanggungjawab terhadap masyarakat. Aspek pemasaran juga
berhubungan dengan bauran pemasaran yang meliputi empat
variabel analisis terhadap produk, harga, distribusi dan promosi.
Adapun empat variabel tersebut adalah:
a) Produk
Tahu memiliki kelembutan tekstur yang menyebabkan tahu
mudah dikunyah, mengandung kalsium dan protein serta mudah
dijumpai di pasaran. Harganya relatif murah dan dapat dimasak
dengan aneka cara seperti digoreng atau bahkan hanya direbus.
Masyarakat menyukai tahu sebagai lauk pauk dan cemilan.
Produk tahu yang dihasilkan oleh pengusaha tahu adalah jenis
tahu putih berbentuk persegi dengan berbagai ukuran seperti
ukuran 2 x 2 cm atau 5 x 5 cm. Pengusaha juga memproduksi
tahu kempal yaitu jenis tahu putih yang dipadatkan dan diikat
dalam kain dan tahu sayur. Jenis tahu putih lebih banyak
diproduksi dibandingkan tahu kuning karena jenis tahu ini lebih
disukai oleh konsumen.
Kualitas merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi
produsen dalam menghasilkan suatu produk. Kualitas tahu yang
baik sangat tergantung dari beberapa hal diantaranya dilihat dari
kualitas kedelai, kebersihan saat proses produksi, campuran yang
digunakan hingga cara pengemasan produk. Kualitas produk yang
baik akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen sehingga
memudahkan usaha pemasaran. Oleh karena itu, pengusaha tahu
selaku produsen selalu berusaha mengoptimalkan dan
memberikan jaminan terbaik pada kualitas produk yang
dihasilkan. Jaminan yang diberikan diantaranya tahu yang
diproduksi berwarna putih tidak mengkilat karena pembuatannya
tidak menggunakan bahan pemutih maupun formalin sebagai
pengawet, tahu putih tidak kenyal, tahan hingga 1-2 hari jika
disimpan dilemari pendingin, tidak berbau sangit dan tahu tidak
xxxv
xxxv
keras juga tidak begitu empuk. Disisi lain, pengusaha tahu tidak
memperlengkapi produk ini dengan kemasan yang tertutup dan
menarik serta pemberian merek. Biasanya tahu yang sudah jadi
dan siap untuk dijual, hanya diletakkan kedalam ember atau
wadah lainnya yang mampu menampung banyak tahu. Adanya
kemasan dan pemberian merek akan menambah biaya produksi
sehingga pengusaha tidak berniat untuk membuat kemasan bagi
produknya.
b) Harga
Harga adalah salah satu variabel pemasaran yang perlu
diperhatikan oleh para pengusaha karena harga akan langsung
mempengaruhi besarnya volume penjualan dan laba yang akan
diperoleh. Pengusaha tahu telah membuat hitungan untuk
menentukan harga yang akan dikenakan pada produknya.
Pengusaha menjual satu cetakan tahu yang berisi 81 tahu dengan
harga berkisar antara Rp. 18.000-Rp. 20.000 dan untuk satuannya,
pedagang menjual tahu seharga Rp. 250-Rp. 300. Harga tahu
tergantung dari ukuran serta ketebalan tahu. Semakin besar
ukuran dan ketebalannya maka semakin tinggi harganya.
Masalah murah atau mahalnya tahu sangat relatif sifatnya
namun menurut pengusaha tahu, harga yang sudah ada sekarang
ini, jika dinaikkan akan menimbulkan protes dari konsumen yang
sudah terbiasa membeli tahu dari pengusaha-pengusaha tersebut.
Kenaikan harga tahu dapat dipengaruhi beberapa hal semisal
kenaikan harga bahan baku atau kenaikan biaya produksi.
c) Promosi
Promosi merupakan kegiatan mengenalkan produk yang
telah dibuat oleh produsen kepada masyarakat luas. Untuk
promosi produknya, pengusaha tahu lebih memilih
mempromosikan produknya dengan personal selling dimana
pengusaha tahu akan menjelaskan secara lisan mengenai
xxxvi
xxxvi
produknya. Dan biasanya, beberapa konsumen yang sudah
mengenal produk tahu juga akan membantu pengusaha tahu
memasarkan produknya dengan cara promosi mulut ke mulut.
Promosi dengan cara ini dinilai efektif dan tidak mengeluarkan
banyak biaya kelemahannya adalah produk dikenal hanya sebatas
Kota Surakarta dan belum menjangkau pasar yang lebih luas lagi.
d) Distribusi
Distribusi merupakan masalah lain yang akan dihadapi oleh
pengusaha pada saat produk selesai diproses. Masalah ini
menyangkut cara penyampaian produk ke tangan konsumen
sehingga untuk memudahkan atau memperlancar agar produknya
dapat sampai ke tangan konsumen, pengusaha tahu memerlukan
saluran distribusi. Saluran distrbusi merupakan hal penting dalam
lalu lintas perdagangan dari produsen ke konsumen. Penentuan
jumlah penyalur penting untuk dipertimbangkan sesuai dengan
sifat produk yang ditawarkan. Untuk mendistribusikan produk
tahu agar sampai ke tangan konsumen dengan baik, pengusaha
harus tepat dalam menentukan jumlah penyalur dan pola saluran
distribusi yang dilakukan ada dua pola saluran.
Pola saluran distribusi yang pertama adalah pola saluran
distribusi langsung dimana pengusaha tahu dapat menyampaikan
produk ke tangan konsumen tanpa melalui perantara. Jenis
distribusi ini cocok digunakan sesuai dengan sifat tahu yang
mudah rusak dan tidak tahan lama. Biasanya konsumen jenis pola
saluran ini berdomisili disekitar pabrik atau tempat pembuatan
tahu. Pola saluran distribusi yang kedua adalah pola saluran
distribusi tidak langsung dimana pengusaha tahu memerlukan
perantara agar produknya dapat sampai ke tangan konsumen.
Pengusaha tahu menjual produknya ke pedagang pengecer yang
kemudian akan dipasarkan ke berbagai tempat di Kota Surakarta.
Pemasaran dengan jenis saluran ini, membantu pengusaha untuk
xxxvii
xxxvii
memasarkan produknya lebih luas lagi dan dikenal oleh
konsumen luas.
4) Produksi
Untuk memproduksi tahu di gunakan bahan baku pokok yaitu
kedelai. Jenis kedelai terdiri atas 4 macam yaitu kedelai kuning,
kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai hijau. Pengrajin tahu di
Kota Surakarta biasanya menggunakan kedelai kuning. Syarat mutu
kedelai yang baik untuk memproduksi tahu diantaranya yaitu bebas
dari sisa tanaman seperti kulit palangatau biji-bijian, biji kedelai
tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit dan kulit biji
kedelai tidak keriput. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat
tahu sangat mudah diantaranya kedelai, air dan asam cuka yang
dipakai sebagai campuran sari kedelai agar dapat menggumpal
menjadi tahu. Dalam seluruh proses produksi tahu, air bersih sangat
penting, baik untuk mencuci, merendam maupun untuk membuat
sari kedelai. Berikut adalah tahapan dalam proses produksi tahu
yaitu :
a) Kedelai direndam kurang lebih 5-6 jam, kemudian dicuci sampai
bersih.
b) Kedelai digiling dalam sampai halus berbentuk bubur.
c) Bubur kedelai direbus selama setengah atau satu jam dengan
menggunakan wajan berukuran besar. Bahan bakar yang
digunakan cukup sederhana yaitu menggunakan kayu, kulit
kacang, dan kulit padi.
d) Setelah direbus, bubur kedelai diangkat dari tempat merebus
kemudian disaring menggunakan kain kasa. Pemerasan bubur
kedelai ini dilakukan berkali-kali hingga bubur kedelai habis.
e) Air dari perasan bubur kedelai diletakkan di bak kemudian
dicampur dengan asam cuka untuk menggumpalkan.
xxxviii
xxxviii
f) Gumpalan atau jonjot putih yang mulai mengendap kemudian
dicetak menjadi tahu. Air asam yang masih ada dipisahkan dari
jonjot-jonjot tahu.
g) Tahu yang sudah dicetak kemudian dipotong-potong dengan
ukuran 2 x 2 cm ataupun 5 x 5 cm, dan siap untuk dijual.
5) Manajemen
Kegiatan industri tahu di Kota Surakarta tidak terlepas dari
prinsip-prinsip manajemen yaitu mengatur kegiatan usaha dengan
tahap-tahap seperti perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan
evaluasi. Industri tahu dalam menjalani kegiatan usahanya memang
belum mampu untuk melaksanakan tahapan dari prinsip manajemen
secara baik akan tetapi industri ini sudah mampu menerapkan prinsip
manajemen dalam mengelola usahanya walaupun tidak secara
sempurna.
Kegiatan perencanaan merupakan kegiatan awal yang
dilakukan sebelum melakukan kegiatan produksi tahu, dengan
adanya kegiatan tersebut pengusaha tahu memiliki standar yang
diharapkan dalam memproduksi. Pengusaha menghitung kebutuhan
sarana produksi dan mempersiapkan cara-cara khusus untuk
menangani suatu masalah ketika kegiatan produksi tahu mengalami
hambatan. Kegiatan pengorganisasian industri tahu diantaranya
melakukan koordinasi antar pekerja dalam melaksanakan kegiatan
produksi tahu. Pengusaha bekerja sesuai konsep yang telah
ditetapkan berdasarkan perencanaan.
Kegiatan pengawasan dan evaluasi belum diterapkan secara
sempurna oleh para pengusaha tahu. Mereka melakukan kegiatan
pengawasan hanya sebatas pada pengawasan stok bahan baku, akan
tetapi pengawasan dalam kegiatan produksi maupun dalam
pengolahan limbah belum terlaksana dengan baik. Masalah
pengolahan limbah menjadi hal sangat penting untuk diperhatikan
karena selama ini limbah dari industri tahu merugikan bagi
xxxix
xxxix
lingkungan. Kegiatan evaluasi seharusnya dilakukan setiap tahapan
dalam produksi, maksudnya adalah melihat kejadian-kejadian yang
terjadi ketika kegiatan memproduksi tahu berlangsung. Evaluasi
berguna untuk menentukan perencanaan yang tepat guna
menghasilkan tahu yang baik dalam hal kualitas dan kuantitasnya.
Akantetapi, industri tahu di Kota Surakarta memiliki manajemen
yang rendah dengan beberapa kelemahan sehingga kegiatan evaluasi
ini kurang terlaksana dengan baik.
b. Analisis Faktor Eksternal
1) Pemerintah
Pemerintah Kota Surakarta memiliki peran untuk
keberlangsungan industri kecil tahu. Pemerintah melalui beberapa
peraturan dan kebijakannya, mengharapkan bahwa industri kecil
tahu mampu untuk bertahan bahkan lebih berkembang. Salah satu
peran pemerintah yaitu memberikan bantuan berupa subsidi kedelai
bagi para pengusaha tahu yang kesulitan dalam mendapatkan kedelai
ketika harga kedelai melonjak tinggi. Kebijakan lainnya yaitu
pemerintah memfasilitasi bantuan modal bagi para pengusaha tahu
yang kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya. Bantuan
modal ini dapat diperoleh dengan mengirimkan proposal kepada
Dinas Koperasi. Selain itu, peran pemerintah dalam mendukung
usaha pemasaran tahu di Kota Surakarta ialah mengundang para
pelaku usaha industri kecil tahu untuk mengikuti pameran kuliner
yang diadakan oleh Pemerintah Daerah setiap dengan fasilitas stan
yang akan disediakan oleh pemerintah.
2) Pesaing
Pemasaran tahu di Kota Surakarta tidak terlepas dari
persaingan yang cukup ketat antar pengusaha diluar sentra industri
maupun pengusaha yang berada di luar Kota Surakarta. Pesaing
industri tahu Kota Surakarta berasal dari wilayah lain seperti
xl
xl
Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Sukoharjo.
Pesaing dari Kabupaten Sragen, Karanganyar dan Sukoharjo
memiliki tahu yang tidak jauh berbeda dengan tahu produksi
Surakarta akantetapi yang menjadi permasalahannya ialah tahu
produksi dari daerah pesaing merambah pasar yang ada di dalam
Kota surakarta sehingga pengusaha yang berada didalam Kota
Surakarta harus bersaing memperebutkan pasar. Selain dari
persaingan pasar, kualitas dan kuantitas tahu dari daerah pesaing
tidak jauh berbeda akan tetapi daerah pesaing sudah menggunakan
teknologi yang lebih maju sehingga kualitas dan kuantitas tahu yang
diberikan mampu menyaingi kualitas dan kuantitas tahu produksi
Kota Surakarta. Selain itu, persaingan terhadap produk sejenis
lainnya seperti tempe, juga banyak mempengaruhi pemasaran tahu.
Banyaknya produk dari pesaing ini menyebabkan harga tawar
pembeli yang rendah karena produk berlimpah.
3) Konsumen
Pembeli atau pelanggan mempengaruhi industri melalui
kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga dan permintaan
terhadap kualitas produk yang lebih baik. Dalam bentuk yang lain
kemampuan pelanggan dapat menjadi penghalang masuknya suatu
industri ke dalam suatu daerah apabila sudah terbentuk kepercayaan
pelanggan pada produk tertentu. Hal tersebut juga yang dialami pada
industri tahu di Kota Surakarta dalam pemasaran produk. Adanya
kepercayaan dari konsumen tahu membuat pengusaha mampu untuk
memproduksi tahu sesuai dengan permintaan konsumen. Konsumen
tahu biasanya hanya berasal dari dalam Kota Surakarta. Konsumen
merupakan konsumen rumah tangga yang membeli produk tahu
untuk dikonsumsi dan konsumen produk tahu tidak terbatas usia dan
pendapatan yang diperoleh.
4) Pemasok bahan baku
xli
xli
Pemasok bahan baku kedelai sangat penting bagi
berlangsungnya produksi tahu di Kota Surakarta. Tanpa adanya
pemasok bahan baku, produksi tahu tidak akan berjalan. Pemasok
bahan baku kedelai berasal dari berbagai tempat seperi pemasok
yang berasal dari daerah Mojosongo dan Surakarta. Pemasok bahan
baku mendapatkan pasokan kedelai dari petani-petani yang berasal
dari daerah Praci, Batu, Purwodadi, Sragen, Gemolong, Nganjuk
atau Madura. Jika salah satu daerah tidak dapat memenuhi
permintaan kedelai, biasanya pemasok akan meminta pasokan bahan
baku dari daerah lainnya yang mampu untuk memenuhi permintaan
akan kedelai.
Pemasok kedelai harus menyediakan kedelai sesuai standar
yang diminta/diinginkan oleh pengusaha tahu yaitu kedelai baru
dengan kualitas baik, tidak ada biji mati, garing dan kering, berwarna
kuning serta tidak ada bekasan serangan hama dan bebas dari
penyakit serta kulit kedelai tidak boleh keriput. Pemasok bekerja
selama 6 hari kerja dan biasanya untuk mendapatkan kedelai,
pengusaha datang langsung ke gudang pemasok. Sistem pembayaran
yang dilakukan adalah dengan cara pengusaha tahu memesan
terlebih dahulu kedelai yang akan dibeli kemudian pengusaha
membayar dimuka atau dapat dibayar dengan cara dicicil dengan
tempo waktu tertentu. Adanya kerjasama serta kepercayaan antar
pengusaha tahu dan pemasok bahan baku mendatangkan keuntungan
dan hubungan yang baik selama ini.
5) Lembaga pemasaran
Adanya jarak antara produsen dan konsumen akhir akan
memerlukan keterlibatan beberapa pedagang perantara untuk
menyalurkan produk dari produsen ke tangan konsumen akhir.
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen akan
mengakibatkan relatif panjangnya saluran pemasaran yang dapat
mengakibatkan tingginya harga beli yang harus dibayar oleh
xlii
xlii
konsumen akhir. Perantara saluran pemasaran tahu di Kota Surkarta
adalah melalui pedagang pengecer. Pedagang eceran (retailer)
adalah pedagang yang mengambil barang dan menjualnya kembali
langsung kepada konsumen. Pedagang eceran mengambil tahu
secara langsung di tempat produksi tahu pada waktu dini hari dan
sore hari. Beberapa pedagang menjual tahu 2 kali dalam sehari.
Pedagang eceren membantu pengusaha tahu memasarkan produk
tahu ke berbagai tempat seperti memasarkan ke pasar-pasar yang
berada di Kota Surakarta diantaranya Pasar Legi, Pasar Gede, Pasar
Nusukan, Pasar Mojosongo. Selain itu, beberapa pedagang eceran
membantu memasarkan ke Rumah Sakit Brayat Minulya dan Dr.Oen
Kandang Sapi, mendatangi langsung konsumen yang berada di
komplek perumahan serta ke pabrik Sritex.
Harga yang dipatok oleh pedagang eceran tidak berbeda jauh
dengan harga yang berasal dari pengusaha tahu. Jika pengusaha tahu
menjual 1 cetakan tahu yang berisi 81 potong dengan harga berkisar
antara Rp. 18000-Rp. 20.000 per cetakan atau seharga Rp. 222 per
buah, maka pedagang akan menjual tahu seharga Rp. 250 - Rp. 300
per buah.
Sebagian pedagang eceran yang membantu pengusaha tahu
untuk memasarkan produk tahu hingga sampai ke tangan konsumen
adalah bagian dari keluarga dari pengusaha tahu sehingga pedagang
tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk mengambil tahu
dan sebagian lainya adalah pedagang yang berlokasi tidak jauh dari
tempat produksi tahu sehingga hal ini menguntungkan bagi
pedagang.
6) Teknologi
Teknologi pengolahan pangan pada saat ini sudah berkembang
maju sehingga perkembangan ini membawa dampak yang positif
bagi para pelaku usaha pembuatan tahu. Perubahan dan penemuan
teknologi mempunyai dampak signifikan terhadap banyak
xliii
xliii
organisasi. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan
ancaman utama yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan
strategi. Kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan
kompetitif yang lebih berdaya guna ketimbang keunggulan yang
sudah ada (David, 2004). Adanya perkembangan teknologi
pengolahan pangan yang berkembang di masyarakat seperti mesin
boiler, alat pencetak tahu dan perebusan yang terbuat dari bahan
alumunium, perkembangan media promosi melalui internet dan lain
sebagainya, menjadikan peluang bagi pengusaha untuk dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut dengan baik
sehingga membawa dampak yang positif bagi pengusaha.
2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat
diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
berpengaruh terhadap pemasaran tahu di Kota Surakarta. Adapun faktor-
faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Pemasaran Tahu di Kota Surakarta
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan Kondisi Keuangan
· Modal usaha terbatas
Sumber Daya Manusia
· Pengalaman usaha di bidang industri tahu
· Hubungan yang baik antar pengusaha
· Tingkat pendidikan yang masih rendah
Pemasaran · Saluran distribusi yang pendek
· Kualitas produk tahu baik
· Tidak adanya keragaman produk
· Promosi terbatas
xliv
xliv
Produksi · Kontinuitas produksi terjamin
· Pengelolaan kurang higienis
Manajmen · Belum melaksanakan pengawasan dan evaluasi secara baik
· Limbah belum dikelola secara optimal
Faktor Eksternal
Peluang Ancaman
Pemerintah · Adanya perhatian dari pemerintah
· Implementasi kebijakan/peraturan rendah
· Proses yang rumit untuk mendapatkan pinjaman modal dari Dinas Koperasi
Pesaing · Adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu antar industri tahu
Konsumen · Adanya kepercayaan dari konsumen
Pemasok Bahan Baku
· Kontinuitas bahan baku terjamin
· Adanya fluktuasi harga bahan baku
Lembaga Pemasaran
· Pedagang membantu memperluas pemasaran
Teknologi · Perkembangan teknologi pengolahan pangan
Sumber : Analisis Data Primer a. Identifikasi Faktor Kekuatan
1) Pengalaman usaha di bidang industri tahu
Pengalaman produksi dalam mengolah sangat
diperlukan untuk menunjang kualitas tahu yang dihasilkan.
Lamanya pengalaman dalam memproduksi tahu menjadi
kekuatan bagi pengusaha tahu karena pengalaman yang
cukup lama membuat pengusaha tahu mengetahui bagaimana
cara membuat tahu yang berkualitas dan sesuai dengan
permintaan konsumen. Pengusaha tahu akan lebih mahir
xlv
xlv
menentukan sikap apa yang harus diambil ketika kondisi
perekonomian berubah atau ada hambatan dari lingkunga
sekitar.
Contohnya adalah pada tahun 2007 ketika harga kedelai
melonjak tinggi, dengan pengalaman yang cukup lama dan
telah melewati berbagai kejadian, pengusaha tahu
mengetahui langkah apa yang sebaiknya dilakukan agar
usaha mereka tidak merugi. Pengusaha tidak menaikkan
harga tahu per buah akan tetapi mereka mengurangi
ketebalan dari tahu itu sendiri. Jika sebelum harga kedelai
melonjak, ketebalan tahu sekitar 2-3 cm dan ketika harga
kedelai melonjak, ketebalan tahu berkurang hingga 1-2 cm.
Pengalaman pengusaha yang cukup lama dalam industri tahu
ini yang membuat konsumen percaya untuk mengkonsumsi
tahu produksi Kota Surakarta.
2) Hubungan yang baik antar pengusaha
Hubungan baik yang terjalin antar pengusaha tahu
sangat baik. Hal ini merupakan salah satu kekuatan dalam
usaha pemasaran tahu di Kota Surakarta. Antar pengusaha
tahu menjalin hubungan yang tidak merugikan masing-masing
pihak. Hubungan baik ini tercermin dari beberapa kegiatan,
misalnya adalah kegiatan diskusi yang diadakan setiap satu
bulan sekali untuk sekedar bertukar informasi maupun
membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh pengusaha
tahu. Waktu kegiatan diskusi memang tidak selalu rutin
diadakan sebulan sekali akantetapi pengusaha tahu benar-
benar memanfaat kegiatan diskusi ini untuk mendapatkan
informasi sekaligus memperluas jaringan sosial. Kegiatan
diskusi antar pengusaha tahu bermanfaat bagi pelaku usaha
karena dengan kegiatan ini, pengusaha tahu mengetahui akan
xlvi
xlvi
informasi yang terbaru dan dapat memperluas jaringan yang
lebih baik.
Selain kegitan diskusi, biasanya ada beberapa kelompok
pengusaha yang berdiri atas inisiatif mereka sendiri. Beberapa
kelompok ini terdiri dari pengusaha-pengusaha yang
berdomisili dalam satu wilayah. Kelompok ini pernah
mengadakan kunjungan/study tour ke daerah lain seperti
Jawa Timur untuk menambah perbekalan sekaligus
menambah jaringan sosial.
3) Saluran distribusi yang pendek
Pola saluran distribusi tahu di sentra industri tahu Kota
Surakarta adalah :
a) Produsen Konsumen
b) Produsen Pengecer Konsumen
Saluran distribusi tahu di sentra industri tahu Kota
Surakarta merupakan saluran distribusi yang pendek. Hal ini
sesuai dengan sifat dari produk tahu itu sendiri yang mudah
rusak sehingga dengan saluran distribusi yang pendek, tahu
dapat sampai ke tangan konsumen dengan kondisi yang tidak
rusak. Jika saluran distribusi tahu cukup panjang maka dapat
dipastikan bahwa tahu yang akan sampai ke tangan
konsumen berada dalam kondisi yang sudah rusak atau tidak
baik untuk dikonsumsi. Semakin dekat jarak antara produsen
dan konsumen mengakibatkan relatif pendeknya saluran
pemasaran sehingga harga beli yang harus dibayar oleh
konsumen akhir tidak terlalu tinggi.
Saluran yang lebih sering digunakan adalah saluran dari
produsen melalui pengecer hingga akhirnya sampai ke tangan
konsumen. Melalui saluran ini, ada banyak segmen konsumen
yang dituju karena biasanya pengecer menjual tahu yang
didapat dari produsen di pasar-pasar yang ada di Kota
xlvii
xlvii
Surakarta. Namun, ada juga konsumen yang langsung
mendatangi pengusaha untuk membeli tahu. Segmen pasar
yang dituju oleh pengusaha tahu adalah konsumen rumah
tangga, maka saluran pemasaran melalui pedagang pengecer
dianggap paling efektif untuk mempercepat produk dapat
sampai ketangan konsumen rumah tangga.
4) Kualitas produk tahu baik
Tahu produksi Kota Surakarta merupakan tahu yang
layak dan aman untuk dikonsumsi karena tahu yang
diproduksi oleh pengusaha tahu terbuat dari bahan-bahan
yang aman untuk dikonsumsi. Produk tahu dapat bertahan
hingga lebih dari sehari karena tahu yang dihasilkan terbuat
dari bahan-bahan yang tidak mengandung zat pewarna tekstil
dan zat pengawet yang berbahaya lainnya. Tahu yang di
produksi terbuat dari kedelai sebagai bahan utama, asam
cuka atau kapur sulfat untuk menggumpalkan serta air.
Walaupun dilihat dari segi pengolahan, produk tahu ini
belum termasuk dikelola secara higienis, akantetapi pada
dasarnya tahu dibuat tanpa menggunakan bahan-bahan yang
berbahaya, sehingga memiliki kualitas yang baik. Dengan
demikian, pengusaha mampu menciptakan kesan diingatan
konsumen bahwa tahu yang diproduksi merupakan tahu tanpa
menggunakan bahan-bahan berbahaya.
5) Kontinuitas produksi terjamin
Pengusaha tahu tidak pernah mengalami kekurangan
pasokan bahan baku. Tetap tersedianya pasokan bahan baku
dari pemasok terkait kontinuitas produksi tahu terjamin setiap
harinya. Setiap ada permintaan tahu, pengusaha selalu dapat
memenuhi permintaan tersebut. Setiap hari pengusaha
mampu memproduksi 300 kg sampai dengan 700 kg kedelai
dan tahu yang dihasilkan pun selalu habis terjual. Adanya
xlviii
xlviii
kepastian dan jaminan bahwa pasokan kedelai selalu ada dan
permintaan konsumen yang cenderung stabil menjadikan
kekuatan bahwa kontinuitas produksi tahu oleh pengusaha
terjamin.
b. Identifikasi Faktor Kelemahan
1) Modal usaha terbatas
Permodalan merupakan salah satu aspek penting dalam
menjalankan suatu usaha. Permodalan untuk menjalankan
usaha pemasaran tahu masih terbatas. Modal sebagian besar
berasal dari milik pribadi sehingga untuk mengembangkan
usaha ataupun untuk perluasan pemasaran tidak mudah.
Dalam menjalankan usahanya, pengusaha hanya memutar
modal yang didapat dari hasil penjualan, malah terkadang
modal untuk melakukan produksi berikutnya tertahan karena
beberapa pedagang baru membayar kepada pengusaha yaitu
tiga hari kemudian.
Pengusaha membutuhkan modal selain untuk
menjalankan produksi untuk selanjutnya juga untuk membeli
beberapa peralatan yang mendukung kegiatan produksi
seperti pembelian alat-alat yang lebih praktis dan berteknologi
tinggi sehingga harapan pengusaha, mereka dapat membuat
tahu dengan waktu yang lebih cepat tanpa harus
menggunakan tenaga kerja.
2) Tingkat pendidikan yang rendah
Tingkat pendidikan pengusaha tahu beragam, mulai dari
lulusan Sekolah Dasar hingga lulusan Sekolah Menengah
Atas. Namun ada beberapa pengusaha tahu yang tidak
menamatkan pendidikannya dibangku sekolah dasar. Rata-
rata tingkat pendidikan pengusaha tahu yang berada di sentra
industri tahu Kota Surakarta ialah lulusan Sekolah Dasar.
Tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh pada
xlix
xlix
keterampilan dan pengetahuan untuk memproduksi dan
memasarkan produk tahu dengan baik. Semua orang dapat
membuat tahu tapi tidak semua orang mengetahui bagamaina
cara membuat tahu dengan kualitas yang baik dan bagaimana
cara memasarkan tahu dengan tepat.
3) Tidak adanya keragaman produk
Produk tahu yang dihasilkan adalah tahu putih yang
biasanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Pengusaha
jarang memproduksi tahu jenis lainnya seperti tahu kuning,
tahu sutera, dan tahu kering beku. Hal ini masih terkait
dengan permintaan kosumen di Kota Surakarta yang lebih
tertarik dengan tahu putih. Tidak adanya keragaman produk
berakibat pada produksi dan penjualan yang statis.
Walaupun permintaan nyatanya lebih banyak pada jenis
tahu putih, sebaiknya pengusaha mencari inovasi atau
keragaman dari produk tahu. Pengusaha tahu dapat membuat
berbagai macam produk olahan tahu seperti tahu goreng
dengan berbagai macam isian, tahu keripik atau berbagai
olahan lainnya yang sifatnya lebih tahan lama dan dengan
adanya olahan tahu yang beragam maka akan meningkatkan
nilai tambah tahu dan memberikan keuntungan bagi
pengusaha tahu.
4) Promosi terbatas
Pemasaran yang selama ini dilakukan hanya melalui
mulut ke mulut para pelanggan. Hal ini menurut beberapa
pengusaha dinilai lebih efektif dan murah jika dibandingkan
dengan promosi melalui media cetak dan elektronik. Promosi
yang hanya sebatas mulut ke mulut selain efektif, juga tidak
membutuhkan banyak biaya. Promosi lewat mulut ke mulut
selama ini dianggap cukup menguntungkan, namun memiliki
kelemahan yaitu belum mencakup wilayah yang lebih luas
l
l
lagi. Karena pemasaran yang dilakukan sebatas dari mulut ke
mulut, maka pemasaran tahu juga hanya sebatas di Kota
Surakarta.
5) Pengelolaan kurang higienis
Proses pembuatan tahu kurang higienis dilihat dari cara
pembuatan, alat produksi dan kebersihan lingkungan.
Pengusaha tahu kurang menjaga kebersihan saat
memproduksi tahu sehingga berpengaruh pada kualitas tahu
yang dihasilkan.
Jika dilihat langsung ke pabrik pembuatan tahu, maka
akan menemukan beberapa peralatan yang tampak tidak
terawat dan tidak bersih. Dimulai dari alat penggiling kedelai,
alat perebus, alat penyaring, alat pemotong, serta ember
untuk menyimpan hasil perasan kedelai. Selain dari alat,
ternyata faktor tenaga kerja juga menyebabkan pengelolaan
tahu kurang higienis karena beberapa pekerja ini tidak
menggunakan sarung tangan, celemek bahkan tidak
menggunakan pakaian atas ketika sedang bekerja.
Lingkungan produksi yang kotor seperti berada satu atap
dengan kandang ayam, digunakan sebagai tempat
penyimpanan barang-barang bekas dan terkesan gelap
karena kurang ventilasi, merupakan salah satu penyebab
kurang higienisnya tahu.
6) Belum melaksanakan pengawasan dan evaluasi secara baik
Industri tahu yang dijalankan sebagian besar merupakan
usaha yang sifatnya turun temurun dan dikelola dengan
manajemen keluarga. Usaha yang dikelola dengan
menggunakan manajemen tradisional belum menerapkan
salah satu prinsip manajemen modern yaitu pengawasan dan
evaluasi secara baik. Pengusaha tahu lebih banyak
menekankan bagaimana menghasilkan keuntungan yang
li
li
sebanyak-banyaknya tanpa melakukan kegiatan pengawasan
baik pada saat proses produksi hingga pasca produksi serta
kegiatan evaluasi yang nantinya kegiatan evaluasi ini akan
banyak membantu pengusaha tahu untuk memperbaiki
kekurangan dari usaha mereka.
Prinsip penerapan manajemen modern akan membantu
pengusaha tahu untuk mengetahui posisi dan job deskripsi
yang menjadi tanggung jawab pekerjanya untuk melakukan
usahanya. Dalam hal ini sebaiknya struktur organisasi industri
harus dirancang sedemikian rupa sehingga budaya kerja
dapat dibangun dan hubungan antar tugas jelas terlihat.
7) Limbah belum dikelola secara optimal
Limbah air dari hasil produksi seringkali dibuang begitu
saja ke saluran-saluran pembuangan air secara sembarang.
Limbah biasanya dibuang ke saluran didepan rumah dan
secara sembarangan dialirkan ke sungai-sungai kecil disekitar
pemukiman penduduk sehingga menimbulkan bau yang tidak
sedap. Pengusaha-pengusaha ini belum mendapatkan
pengarahan serta informasi secara jelas dari pihak pemerintah
yang membina industri-industri tahu untuk mengolah limbah
air dari hasil produksi.
Sebenarnya, limbah tahu dapat dikelola secara optimal
dan dapat menghasilkan biogas. Dari beberapa pengusaha
tahu yang ada di sentra industri tahu di Kota Surakarta, hanya
satu pengusaha yang sudah mampu mengolah limbah dengan
baik. Secara singkat, biogas terbentuk dari limbah tahu yang
berupa dialirkan menuju ke satu lubang yang nantinya akan
mengalami equalisasi dan pengendapan filter dalam bak
sedimentasi anaerobik yang berada dibawah tanah. Hasilnya
nanti berupa gas yang dialirkan melalui pipa-pipa yang
lii
lii
tersambung dan gas tersebut dapat digunakan untuk
keperluan sehari-hari seperti untuk memasak.
Pengolahan limbah tahu memang menguntungkan
akantetapi membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
membeli alat-alat yang dibutuhkan. Karena hal ini, banyak
pengusaha tahu yang belum mampu mengolah limbah tahu
menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
c. Identifikasi Faktor Peluang
1) Adanya perhatian dari pemerintah
Industri tahu mulai dari skala industri kecil sampai
menengah selalu mendapat perhatian pemerintah daerah.
Bentuk perhatian pemerintah daerah antara lain adanya
subsidi kedelai pada Tahun 2007 dan bantuan permodalan
bagi pengusaha tahu yang ingin mengembangkan usahanya
dengan cara mengirimkan proposal ke Dinas Koperasi bagian
pengembangan usaha kecil dan menengah. Pemerintah juga
pernah memberikan bantuan peralatan produksi secara gratis
kepada para pengusaha tahu.
Selain itu, kegiatan-kegiatan seperti pameran, pesta atau
event kuliner yang diselenggarakan di Kota Surakarta,
pemerintah akan mengundang pengusaha tahu untuk
berpartisipasi sebagai peserta dalam kegiatan pameran
tersebut.
2) Adanya kepercayaan dari konsumen
Kepercayaan yang diberikan konsumen kepada
pengusaha tahu merupakan suatu aset bagi para pengusaha.
Pengusaha tahu di Kota Surakarta telah memperoleh
kepercayaan dari konsumennya, hal ini dapat dilihat dari
kontinyuitas permintaan konsumen terhadap produk tahu yang
cenderung stabil karena tahu merupakan salah satu makanan
rakyat yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan memiliki
liii
liii
harga yang relatif murah. Konsumen dapat mengkonsumsi
makan murah namun memiliki kandungan gizi.
3) Kontinuitas bahan baku terjamin
Ketersediaan pasokan bahan baku kedelai akan
berkaitan dengan proses produksi dan harga jual tahu.
Kontinuitas pasokan bahan baku kedelai terjamin karena para
pemasok mendapatkan kedelai dari para petani yang berada
di dalam maupun luar Jawa Tengah. Selain kedelai lokal,
pemasok juga mendatangkan kedelai impor yang berasal dari
Negara Amerika Serikat.
Pemasok bahan baku mendapatkan pasokan kedelai
dari petani-petani yang berasal dari daerah Praci, Batu,
Purwodadi, Sragen, Gemolong, Nganjuk atau Madura. Jika
salah satu daerah tidak dapat memenuhi permintaan kedelai,
biasanya pemasok akan meminta pasokan bahan baku dari
daerah lainnya yang mampu untuk memenuhi permintaan
akan kedelai. Selain kedelai yang berasal dari petani dalam
negeri, gudang pemasok juga berisi kedelai yang berasal dari
luar negeri dengan salah satu merek kedelai ‘Soybean’ asal
Amerika Serikat.
4) Pedagang membantu memperluas pasar
Adanya pedagang pengecer dalam sistem penyaluran
produk hingga sampai pada tangan konsumen dapat
membantu pengusaha tahu dalam memasarkan produknya
dan menjangkau pasar lebih luas. Pedagang membantu
memasarkan produk tahu untuk konsumsi rumah tangga,
rumah sakit Brayat Minulya dan Dr. Oen hingga ke pabrik
Sritex. Dengan adanya pedagang pengecer, membantu
pengusaha tahu untuk memperkenalkan serta memperluas
produk mereka sehingga produk mereka tidak hanya beredar
liv
liv
disekitar lokasi pabrik ataupun hanya beredar dalam satu
kecamatan saja.
5) Perkembangan teknologi pengolahan pangan
Perkembangan teknologi pengolahan pangan terutama
dalam hal memproduksi tahu adalah dengan adanya mesin
pemanas yang sudah menggunakan mesin boiler. Manfaat
dari mesin boiler ini adalah lebih hemat bahan bakar dan
proses pemanasannya lebih cepat. Mesin boiler merupakan
mesin uap yang disalurkan melalui pipa-pipa untuk
memanaskan kedelai yang sudah digiling. Dengan cara ini,
satu mesin boiler dapat disalurkan untuk lima tempat pemanas
sehingga lebih efisien. Sebelum menggunakan mesin boiler
ini, masing-masing pemanas menggunakan tungku sendiri-
sendiri sehingga bahan bakarnya agak boros. Mesin boiler ini
menggunakan bahan bakar kayu yang mudah. Menggunakan
mesin boiler ini mampu menghemat bahan bakar hingga 50
persen dan prosesnya pun lebih cepat. Manfaat lainnya
adalah tahu yang dihasilkan baunya tidak sangit.
d. Identifikasi Faktor Ancaman
1) Implementasi kebijakan/peraturan rendah
Pemerintah memberikan perhatian kepada industri kecil
di Kota Surakarta terutama industri tahu. Ada banyak
kebijakan maupun peraturan yang telah dibuat untuk
membantu pengembangan industri tahu. Contohnya seperti
membuat kelompok-kelompok ditiap daerah yang berfungsi
sebagai sarana antar pengusaha tahu untuk bertukar
informasi maupun untuk kemudahan dalam memberikan
lv
lv
pelatihan bagi pengusaha tahu, memberikan fasilitas untuk
promosi produk mereka jika terdapat event atau kegiatan
mengenai kuliner di Kota Surakarta.
Kenyataannya, program-program tersebut tidak
terlaksana dengan baik. Pemerintah belum mampu merangkul
semua industri kecil tahu di Kota Surakarta. Selain itu,
perhatian pemerintah belum optimal dimana dalam 10 tahun
terakhir ini, pemerintah hanya memberikan bantuan berupa
subsidi kedelai pada tahun 2007 dan bantuan peralatan pada
tahun 2004 yang ternyata tidak seluruhnya didapatkan oleh
pengusaha yang benar-benar membutuhkan peralatan
tersebut.
2) Proses yang rumit untuk mendapatkan pinjaman modal dari
Dinas Koperasi
Dinas Koperasi Kota Surakarta memberikan bantuan
kepada para pengusaha tahu yang ingin mengembangkan
usahanya dan bantuan tersebut berupa pinjaman modal. Ada
prosedur untuk dapat meminjam modal dari Dinas Koperasi
yaitu pengusaha tahu atau kelompok pengusaha tahu
mengirimkan proposal yang berisi rincian kegiatan serta modal
yang diperlukan untuk menunjang kegiatan yang akan
dijalankan. Setelah mengirimkan proposal, perwakilan Dinas
Koperasi akan langsung turun ke lapangan untuk meninjau
lokasi usaha. Jika usaha tersebut layak, maka Dinas Koperasi
akan memberikan pinjaman modal dan pengusaha harus
mengembalikan pinjaman tersebut dengan waktu berkala
serta bunga pinjaman 0,5-1,2 persen pertahun, tergantung
dari harga dollar. Pembayaran pada tahun pertama dan kedua
hanya berupa bunga pinjaman, setelah itu pengusaha
membayar angsuran beserta bunganya.
lvi
lvi
Secara teori terlihat mudah, akan tetapi kenyataannya
pengusaha tahu jarang sekali mendapatkan pinjaman modal
dengan berbagai alasan seperi usaha yang tidak layak dan
tidak berprospek. Alasan lain pengusaha tahu tidak meminjam
modal dari Dinas Koperasi adalah proses yang berbeli-belit
dan membutuhkan waktu yang cukup lama agar proposal
disetujui dan pinjaman dapat dicairkan. Pengusaha lebih
cenderung untuk mendapatkan pinjaman modal di Bank-Bank
seperti Bank BRI atau Bank Danamon yang tidak memerlukan
waktu yang cukup lama.
3) Adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu antar industri
tahu
Banyaknya pengusaha tahu yang berasal dari luar sentra
industri tahu mengakibatkan persaingan yang tinggi.
Persaingan antara produk sejenis di luar sentra industri tahu
dan sekitarnya dapat menjadi ancaman jika produk yang
dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik atau harga yang
lebih murah.
Pesaing berasal dari luar sentra industri yaitu dari daerah
Sukoharjo, Karanganyar atau Sragen. Sebagian pesaing ini
juga ikut menjual tahu dipasar-pasar yang ada di Kota
Surakarta. Selain pesaing sejenis, pesaing produk yang tidak
sejenis juga menjadi ancaman seperti pesaing yang menjual
produk yang juga berbahan baku kedelai seperti tempe.
4) Adanya fluktuasi harga bahan baku
Fluktuasi harga bahan baku kedelai akan mempengaruhi
produksi dan harga jual tahu. Modal untuk bahan baku
bertambah, biaya produksi meningkat, produksi tahu dapat
menurun atau tetap dan hal ini akan menyebabkan harga jual
produk naik dan ini dapat menjadi ancaman bagi besar
kecilnya penjualan.
lvii
lvii
Keputusan yang diambil oleh pengusaha tahu dengan
adanya kenaikan harga bahan baku yaitu tidak menaikkan
harga juak tahu tetapi ketebalan tahu dikurangi. Jika sebelum
harga bahan baku naik, ketebalan tahu mencapai 3-4 cm
namun dengan naiknya harga kedelai, ketebalan tahu
berkurang 1-2 cm tergantung seberapa besar kenaikan harga
kedelai. Jika keputusan yang diambil adalah menaikkan harga
tahu, pengusaha yakin bahwa konsumen akan menolak
kenaikan tersebut.
3. Alternatif Strategi
Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam
pemasaran tahu di Kota Surakarta digunakan analisis Matriks SWOT.
Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan
internal sehingga dihasilkan rumusan strategi pemasaran tahu di Kota
Surakarta. Matriks ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif
strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T.
lviii
lviii
Tabel 22. Matriks SWOT Pemasaran Tahu di Kota Surakarta Kekuatan/ Strength (S)
1. Pengalaman usaha di bidang industri tahu
2. Hubungan yang baik antar pengusaha
3. Saluran distribusi yang pendek
4. Kualitas produk tahu baik
5. Kontinuitas produksi terjamin
Kelemahan/Weakness(W)
1. Modal usaha terbatas 2. Tingkat pendidikan
yang masih rendah 3. Tidak adanya
keragaman produk 4. Promosi terbatas 5. Pengelolaan kurang
higienis 6. Belum melaksanakan
pengawasan dan evaluasi secara baik
7. Limbah belum dikelola secara optimal
Peluang/Opportunities(O)
1. Adanya perhatian dari pemerintah
2. Adanya kepercayaan dari konsumen
3. Kontinuitas bahan baku terjamin
4. Pedagang membantu memperluas pemasaran
5. Perkembangan teknologi pengolahan pangan
Strategi S-O
1. Mempertahankan kualitas produk dengan pemanfaatan perkembangan teknologi untuk menjaga kepercayaan konsumen. (S1,S4,O2,O5)
2. Membentuk asosiasi/serikat pengusaha tahu guna menjaga bargaining position terhadap pemasok (S2,S5,O3,O4)
Strategi W-O
1. Meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner. (W3,W4,O1,O2)
2. Peningkatan kualitas SDM melalui program-program dari pemerintah. (W2,O1)
Ancaman/Threats (T)
1. Implementasi kebijakan/peraturan rendah
2. Proses yang rumit untuk mendapatkan pinjaman modal dari Dinas Koperasi
3. Adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu antar industri tahu
Strategi S-T
1. Meningkatkan kualitas dan menjaga kontinuitas produk dengan manajemen produksi yang baik untuk meningkatkan daya saing. (S4,S5,T3)
2. Meningkatkan efisiensi pemasaran dengan menjalin
Strategi W-T
1. Penggunaan SOP secara sederhana guna keefektifan dan efissien. (W1,W5,W6,W7,T1,T2,T4)
2. Peningkatan jejaring permodalan dan promosi melalui kemasan produk serta peningkatan SDM
lix
lix
4. Adanya fluktuasi harga bahan baku
kemitraan. (S2,S3,T1,T2,T4)
(W1,W2,W4,T2)
Sumber : Analisis Data Primer
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam
pemasaran tahu di Kota Surakarta, maka diperoleh beberapa alternatif
strategi yang dapat dipertimbangkan, antara lain:
a. Strategi S-O
Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-
peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat
dirumuskan adalah :
1) Mempertahankan kualitas produk dengan pemanfaatan
perkembangan teknologi untuk menjaga kepercayaan konsumen.
Saat ini, perkembangan teknologi untuk memproduksi tahu
sudah cukup banyak dan bervariasi. Tidak hanya ketel uap yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tahu, akantetapi masih
banyak lagi teknologi yang dapat digunakan. Pengusaha tahu dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi dalam memproduksi tahu
sehingga dapat membuat tahu lebih enak, higienis dan tahan lama
sehingga konsumen tidak akan pindah ke produk lainnya
2) Membentuk asosiasi/serikat pengusaha tahu guna menjaga
bargaining position terhadap pemasok.
Dengan membentuk asosiasi atau serikat antar pengusaha
tahu, memudahkan pengusaha untuk membeli kedelai dengan harga
yang lebih murah. Selain itu, dengan adanya asosisi atau serikat ini,
pengusaha sebagai pihak yang memiliki posisi tawar berhak untuk
menentukan harga jual tahu ketika harga kedelai naik dipasaran.
lx
lx
secara bersama-sama dapat memperkuat posisi tawar di pasar ketika
harga kedelai naik dan akan mempengaruhi harga jual tahu.
b. Strategi W-O
Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-
peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk
memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang dapat
dirumuskan adalah :
1) Meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk
dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner.
Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan
volume penjualan suatu produk, salah satunya adalah dengan
membuat diversifikasi dari produk tersebut. Tahu tidak hanya dapat
diolah menjadi tahu goreng akantetapi tahu dapat didiversifikasikan
menjadi berbagai macam produk. Diversifikasi dari produk tahu
dapat dilakukan oleh pengusaha tahu untuk meningkatkan volume
penjualan karena dengan menciptakan diversifikasi dari produk ini
yang sesuai dengan selera konsumen dapat meningkatkan nilai
tambah tahu dan meningkatkan keuntungan.
Disisi lain, pemerintah juga memberikan perhatian mengenai
kebijakan-kebijakan kuliner di Kota Surakarta. Pemerintah
memberikan perhatiannya bagi industri kecil dengan membuat
kebijakan-kebijakan mengenai kuliner.
2) Peningkatan kualitas SDM melalui program-program dari
pemerintah
Sumberdaya manusia (SDM) adalah salah satu faktor penentu
berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
Rendahnya tingkat daya saing industri kecil dan menengah
disebabkan juga oleh kualitas SDM yang cukup rendah. Banyak cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM industri-
industri kecil dan menengah melalui program-program yang
diselenggarakan oleh pemerintah, antara lain dengan pelatihan bagi
lxi
lxi
para pelaku usaha serta serta studi banding antar pelaku usaha
sehingga menjadikan industri ini lebih kuat dalam persaingan di
dunia usaha lokal ataupun global.
c. Strategi S-T
Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-
ancaman adalah strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang
dapat dirumuskan adalah :
1) Meningkatkan kualitas dan menjaga kontinuitas produk dengan
manajemen produksi yang baik untuk meningkatkan daya saing.
Agar suatu produk mampu bersaing dengan produk pesaing,
maka kualitas produk tersebut harus menjadi perhatian. Kualitas tahu
yang baik sangat tergantung dari berbagai faktor, salah satunya
dengan manajemen produksi yang baik. Pengusaha tahu wajib untuk
terus meningkatkan kualitas dari produk mereka dan menjaga
kontinuitas produk agar mampu meningkatkan daya saing sehingga
tetap bertahan dalam usahanya dan mampu meningkatkan laba.
2) Meningkatkan efisiensi pemasaran dengan menjalin kemitraan.
Efisiensi pemasaran tahu dapat dilaksanakan, salah satunya
dengan menjalin kemitraan, baik antar pengusaha, pedagang dan
koperasi. Dengan menjalin kemitraan, pengusaha merasakan manfaat
karena dapat memperoleh bahan baku secara kontinyu dari pemasok,
pedagang memperoleh produk dari pengusaha secara kontinyu atau
pengusaha dapat bekerjasama dengan pedagang dalam peningkatan
akses pasar bagi produknya. hubungan kemitraan ini juga merupakan
suatu strategi bisnis dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan.
d. Strategi W-T
lxii
lxii
Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman
adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki
dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat
dirumuskan adalah :
1) Penggunaan SOP secara sederhana guna keefektifan dan efissien.
SOP (Standar Operasional Prosedur) merupakan suatu
standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong
dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
perusahaan. Penggunaan SOP secara sederhana pada industri tahu
dapat membantu karena di dalam SOP memperjelas alur tugas,
wewenang dan tanggung jawab, pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan rutin, memuat langkah operasional guna menyelesaikan
suatu tugas dengan cepat ,tepat waktu dan tepat biaya, mengatur apa
yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, kapan harus
dilaksanakan, bagaimana mengerjakannya yang secara disiplin
diterapkan, dan dievaluasi pada waktu-waktu tertentu dalam rangka
improvement agar lebih efektif dan efisien.
2) Peningkatan jejaring permodalan dan promosi melalui kemasan
produk serta peningkatan SDM.
Peningkatan jejaring permodalan dapat dilakukan dengan
cara memperluas akses bagi pengusaha agar dapat memperoleh
modal dari lembaga pembiayaan non pemerintah semisal dari bank,
koperasi dan lembaga pembiayaan lainnya. Pemerintah dalam hal ini
sebagai fasilitator bagi pengusaha unuk memperoleh modal dari
lembaga pembiayaan. Dengan adanya modal, diharapkan pengusaha
mampu meningkatkan promosi produknya melalui kemasan produk
yang dibuat lebih menarik serta informative dan mampu
meningkatkan sumberdaya manusia yang berada didalamnya.
4. Prioritas Strategi
lxiii
lxiii
a. Mempertahankan kualitas produk dengan pemanfaatan perkembangan
teknologi untuk menjaga kepercayaan konsumen (5,099)
Tahu dengan kualitas yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Tidak hanya dilihat dari sisi kualitas bahan bakunya saja, akan tetapi
ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Salah
satunya adalah dengan penggunaan peralatan produksi yang tepat agar
menghasilkan tahu dengan kualitas baik guna menjaga kepercayaan
konsumen.
Saat ini perkembangan teknologi sebagai alat produksi tahu sudah
berkembang namun banyak yang tidak memanfaatkannya. Ketel uap
merupakan salah satu alat yang dirancang dengan empat bagian utama
seperti tabung ketel untuk memasak, cerobong asap untuk mengalirkan
uap, sistem pengaman serta kontrol air yang secara otomatis
mengendalikan masukan air kedalam tabung ketel. Ketel ini juga
dirancang dengan bahan bakar limbah berupa sekam padi atau limbah
gergaji kayu. Penggunaan bahan bakar minyak mulai dihindari seiring
dengan langkanya sumber bahan bakar tersebut di pasaran. Ketel uap
digunakan untuk memasak bubur kedelai yang akan diproses menjadi
tahu dan ketel uap juga dapat digunakan untuk perebusan tahu yang
telah dicetak dan menghasilkan produk tahu yang berkualitas.
Saat ini, perkembangan teknologi untuk memproduksi tahu sudah
cukup banyak dan bervariasi. Tidak hanya ketel uap yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas tahu, akantetapi masih banyak
lagi teknologi yang dapat digunakan. Pengusaha tahu dapat
memanfaatkan perkembangan teknologi dalam memproduksi tahu
sehingga dapat membuat tahu lebih enak, higienis dan tahan lama
sehingga loyalitas konsumen terjaga.
b. Meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan
memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner (5,204)
Permintaan tahu di Kota Surakarta memang cenderung pada tahu
jenis putih yaitu tahu yang biasa untuk dikonsumsi sebagai lauk pauk
lxiv
lxiv
sehingga tidak dipungkiri bahwa kebanyakan pengusaha tahu hanya
memproduksi satu jenis tahu dan tidak mencoba untuk memproduksi
berbagai variasi dari produk tahu. Ada berbagai cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan volume penjualan suatu produk, salah
satunya adalah dengan membuat diversifikasi dari produk tersebut.
Tahu sebagai salah satu makanan yang murah dan bergizi dapat
diolah menjadi berbagai jenis olahan diantaranya tofu tahu yaitu tahu
berkualitas bagus dengan tekstur halus dan cocok dibuat sup, omelet
atau salad; tahu sutera yaitu tahu yang dibuat dengan dicetak dan
ditekan untuk menghilangkan sebagian air sehingga tahu menjadi keras.
Tahu sutera bertekstur sangat halus dan dapat bertahan lama karena
kandungan air dalam tahu ini sedikit ; tahu susu yang memiliki tekstur
yang lembut karena, selain kedelai, diberi juga tambahan berupa susu
dan berbagai jenis lainnya seperti keripik tahu, tahu kering beku (kori
tofu), kulit tahu, tahu tawar dan asin dan tahu tauhid. Diversifikasi dari
produk tahu diatas dapat dicontoh oleh pengusaha tahu untuk
meningkatkan volume penjualan karena dengan menciptakan
diversifikasi dari produk ini yang sesuai dengan selera konsumen, dapat
meningkatkan nilai tambah tahu dan meningkatkan keuntungan.
Disisi lain, pemerintah juga memberikan perhatian mengenai
kebijakan-kebijakan kuliner di Kota Surakarta. Pemerintah memberikan
perhatiannya bagi industri kecil dengan membuat kebijakan-kebijakan
mengenai kuliner. Kebijakan tersebut diantaranya pemerintah akan
mengikutsertakan industri kecil dalam Event-event berupa acara pasar
malam, hari ulang tahun Kota Surakarta, event untuk usaha kecil dan
menengah yang diselenggarakan oleh swasta, atau bazar. Melalui event
pameran, pengusaha dapat memperluas daerah pemasaran karena
pengusaha lebih mudah dalam mempromosikan produk tahunya kepada
konsumen. Kebijakan lainnya yaitu membuat daerah yang khusus
menawarkan berbagai macam aneka panganan seperti yang sudah
dilakukan oleh pemerintah daerah Surakarta yaitu membuat pusat oleh-
lxv
lxv
oleh, Citywalk, atau Galabo yang dapat dikunjungi setiap hari oleh
masyarakat luas.
c. Meningkatkan kualitas dan menjaga kontinuitas produk dengan
manajemen produksi yang baik untuk meningkatkan daya saing (4,922)
Agar suatu produk mampu bersaing dengan produk pesaing, maka
kualitas produk tersebut harus menjadi perhatian. Kualitas tahu yang
baik sangat tergantung dari beberapa hal diantaranya manajemen
produksi yang baik yang dapat dilihat dari kualitas kedelai, kebersihan
saat proses produksi, campuran yang digunakan hingga cara
pengemasan produk. Kualitas produk yang baik akan mendapatkan
kepercayaan dari konsumen sehingga memudahkan usaha pemasaran.
Terjaminnya kontiunitas produksi dan kualitas tahu yang baik
karena tidak dibuat dengan menggunakan campuran bahan-bahan
berbahaya menjadi suatu kekuatan bagi pengusaha untuk mampu
bersaing. Pengusaha tahu wajib untuk terus meningkatkan kualitas dari
produk mereka agar mampu meningkatkan daya saing sehingga tetap
bertahan dalam usahanya dan mampu meningkatkan laba.
Strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota
Surakarta berdasarkan analisis Matriks QSP adalah strategi II yaitu
Meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan
memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner dengan nilai TAS (Total
Atractive Score) sebesar 5,204. Pelaksanaan alternatif strategi berdasarkan
nilai TAS pada matriks QSP dapat dilakukan dari nilai TAS strategi yang
tertinggi, kemudian tertinggi kedua, dan diikuti strategi urutan berikutnya
sampai nilai TAS strategi yang terkecil. Hasil perhitungan analisis matriks
QSP dapat dilihat pada Tabel 23.
lxvi
lxvi
Tabel 23. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pemasaran Tahu di Kota Surakarta
ALTERNATIF STRATEGI
FAKTOR-FAKTOR KUNCI BOBOT I II III
AS TAS AS TAS AS TAS
FAKTOR KUNCI INTERNAL
1. Pengalaman usaha dibidang industri tahu 0,073 3 0,219 3 0,219 3 0,219
2. Hubungan yang baik antar pengusaha 0,063 3 0,188 3 0,188 3 0,188
3. Saluran distribusi yang pendek 0,094 4 0,375 4 0,375 4 0,375
4. Kualitas produk tahu baik 0,104 4 0,417 4 0,417 4 0,417
5. Kontinuitas produksi terjamin 0,073 4 0,292 4 0,292 4 0,292
6. Modal usaha terbatas 0,094 2 0,188 1 0,094 1 0,094
7. Tingkat pendidikan yang masih rendah 0,063 1 0,063 2 0,125 2 0,125
8. Tidak adanya keragaman produk 0,063 1 0,063 1 0,063 1 0,063
9. Promosi terbatas 0,115 2 0,229 1 0,115 1 0,115
10. Pengelolaan kurang higienis 0,073 2 0,146 2 0,146 1 0,073 11. Belum melaksanakan pengawasan dan evaluasi
secara baik 0,083 1 0,083 2 0,167 2 0,167
12. Limbah belum dikelola secara optimal 0,104 1 0,104 1 0,104 2 0,208
Total Bobot 1
FAKTOR KUNCI EKSTERNAL
1. Adanya perhatian dari pemerintah 0,078 3 0,235 4 0,314 3 0,235
2. Adanya kepercayaan dari konsumen 0,137 4 0,549 4 0,549 4 0,549
3. Kontinuitas bahan baku terjamin 0,127 4 0,51 4 0,51 4 0,51
4. Pedagang membantu memperluas pasar 0,088 3 0,265 3 0,265 3 0,265
5. Perkembangan teknologi pengolahan pangan 0,127 4 0,51 4 0,51 3 0,382
6. Implementasi kebijakan/peraturan rendah 0,127 1 0,127 1 0,127 1 0,127 7. Proses yang rumit untuk mendapatkan pinjaman
modal dari DinKop 0,118 2 0,235 2 0,235 2 0,235 8. Adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu
antar industri tahu 0,108 2 0,216 2 0,216 1 0,108
9. Adanya fluktuasi harga bahan baku 0,088 1 0,088 2 0,176 2 0,176
Total Bobot 1
Jumlah Nilai Daya Tarik 5,099 5,204 4,922
Sumber : Analisis Data primer
Secara tertulis memang industri tahu di Kota Surakarta belum
memiliki visi, misi dan tujuan. Untuk dapat terus bersaing dalam industri,
lxvii
lxvii
sentra industri tahu harus memiliki arahan yang jelas dalam menjalankan
usahanya. Arah perusahaan tercermin dari visi, misi dan tujuan yang
dimilikinya. Secara umum, tujuan usaha dari pengusaha-pengusaha tahu
yang berada dari di sentra industri tahu Kota Surakarta adalah mencapai
laba maksimal, mempertahankan dan meningkatkan usahanya serta
menambah kualitas tahu.
Berdasarkan prioritas strategi yang telah dipilih yaitu
meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk dengan
memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner, industri tahu mampu
meningkatkan volume penjualannya dan pengusaha mampu mencapai
tujuan usaha yang telah ditetapkan yaitu mencapai laba maksimal.
Peningkatan volume penjualan dapat dilakukan dengan
mendiversifikasikan produk tahu sehingga konsumen akan lebih tertarik
untuk membeli produk tahu yang lebih beragam. Pengusaha dapat
memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah
untuk menjual hasil produknya. Tidak dipungkiri bahwa dengan
memanfaatkan kebijakan pemerintah mengenai kuliner untuk menjual
diversifikasi produk tahu, pengusaha mampu mempertahankan dan
meningkatkan usahanya bahkan dapat untuk terus meningkatkan kualitas
tahu yang dihasilkan. Berdasarkan prioritas strategi yang telah dipilih,
diharapkan sentra industri tahu dapat mencapai visi, misi dan tujuan dalam
jangka panjang maupun dalam jangka pendek lain.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
lxviii
lxviii
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pemasaran Tahu di Kota
Surakarta, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang
dan ancaman) pemasaran tahu di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Kekuatan : pengalaman usaha di bidang industri tahu, hubungan yang
baik antar pengusaha, saluran distribusi yang pendek,
kualitas produk tahu baik, kontinuitas produksi terjamin
b. Kelemahan : modal usaha terbatas, tingkat pendidikan yang masih
rendah, tidak adanya keragaman produk, promosi terbatas,
pengelolaan kurang higienis, belum melaksanakan
pengawasan dan evaluasi secara baik, limbah belum
dikelola secara optimal.
c. Peluang : adanya perhatian dari pemerintah, adanya kepercayaan dari
konsumen, kontinuitas bahan baku terjamin, pedagang
membantu memperluas pemasaran, perkembangan
teknologi pengolahan pangan
d. Ancaman : implementasi kebijakan/peraturan rendah, proses yang
rumit untuk mendapatkan pinjaman modal dari Dinas
Koperasi, adanya persaingan kualitas dan kuantitas tahu
antar industri tahu, adanya fluktuasi harga bahan baku.
2. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota
Surakarta yaitu :
a. Strategi S-O
3) Peningkatan kualitas produk dengan pemanfaatan perkembangan
teknologi untuk menjaga kepercayaan konsumen.
4) Membentuk asosiasi/serikat pengusaha tahu guna menjaga
bargaining position terhadap pemasok.
b. Strategi W-O
3) Meningkatkan volume penjualan melalui diversifikasi produk
dengan memanfaatkan kebijakan mengenai kuliner.
lxix
lxix
4) Peningkatan kualitas SDM melalui program-program dari
pemerintah
c. Strategi S-T
3) Meningkatkan kualitas dan menjaga kontinuitas produk dengan
manajemen produksi yang baik untuk meningkatkan daya saing.
4) Meningkatkan efisiensi pemasaran dengan menjalin kemitraan.
d. Strategi W-T
3) Penggunaan SOP secara sederhana guna keefektifan dan efissien.
4) Peningkatan jejaring permodalan dan promosi melalui kemasan
produk serta peningkatan SDM.
3. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pemasaran tahu di Kota
Surakarta berdasarkan analisis matriks QSP adalah meningkatkan volume
penjualan melalui diversifikasi produk dengan memanfaatkan kebijakan
mengenai kuliner.
B. Saran
1. Pengusaha tahu sebaiknya membuat diversifikasi produk sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah dari tahu dengan konsekuensi bahwa modal
yang dibutuhkan tidak sedikit dan tetap mempertahankan kualitas tahu
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini sesuai dengan
permintaan konsumen, meningkatkan promosi tahu misalnya dengan
mengikuti pameran-pameran, meningkatkan standar mutu produk dengan
peningkatan kemasan produk dan menjaga kehigienisan produk dan
tempat produksi serta memanfaatkan limbah produksi dengan bekerja
sama antar pengusaha tahu dalam hal pembuatan alat pengolahan limbah
sehingga dapat dimanfaatkan secara bersama-sama, memperbaiki
manajemen keuangan serta meningkatkan jejaring pemasaran.
2. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan industri kecil tahu serta
berperan dalam pemasaran tahu dengan cara mengikutsertakan pengusaha
dalam berbagai event (pameran, pesta kuliner) dan tetap membina industri
lxx
lxx
tahu. Pemerintah juga diharapkan memberikan kemudahan-kemudahan
kepada industri tahu terutama dalam hal peminjaman modal agar dapat
meningkatkan akses permodalan dengan memfasilitasi jejaring
permodalan dengan perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, A dan Cholid N. 2005. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta Adi, R.K. 2006. Strategi Pemasaran Strawberry di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. Vol. 3 No. 1 September 2006. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Adiratma, ER. 2004. Stop Tanam Padi; Memikirkan Kondisi Petani di Indonesia
dan Upaya Meningkatkan Kesejahteraannya. Penebar Swadaya. Jakarta Amang, B. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia. IPB Press. Bogor. Anonim. 2009a. Susu Kedelai Tidak Kalah Dengan Susu Sapi.
http://www.indomedia.com/intisari. Diakses tanggal 1 November 2009 . 2009b. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
www.depkop.go.id. Diakses tanggal 3 Februari 2010 Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
BPS. 2008. Surakarta Dalam Angka Tahun 2008. BPS Kota Surakarta. Surakarta Cahyadi, W. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta David, F R. 2004. Manajemen Strategis Konsep-Konsep. Edisi Kesembilan.
Terjemahan PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta. 2008. Data IKM Makanan
dan Minuman di Surakarta Tahun 2002-2008. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta. Surakarta
Godam. 2006. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di
Indonesia. www.komperpusonline.com. Diakses pada tanggal 14 Januari 2010
lxxi
lxxi
Greer dan Charles R. 1995. Strategy and Human Resources: A General
Managerial Perspective. Prentice Hall. New Jersey. Hadi, M. 2007. Lingkungan Pemasaran. www.markbiezwordpress.com. Diakses
pada tanggal 16 Januari 2010 Harisudin, M. 2009. Manajemen Strategi. Handout Perkuliahan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hunger, J dan Wheelen, T. 2003. Manajemen Strategis. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Iswanto, K. 2008. Strategi Pemasaran. www.midascorporate.com. Diakses
pada tanggal 14 Januari 2010. Jauch dan William F. Glueck. 1997. Manajemen Strategis dan Kebijakan
Perusahaan. Erlangga. Jakarta Keegan, W.J dan Malcolm H.B. 1999. Marketing Plans That Work :Kiat
Mencapai Pertumbuhan dan Profitabilitas Melalui Perencanaan Pemasaran yang Efektif. Erlangga. Jakarta.
Kotler, P dan A.B. Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Penerbit
Salemba Empat. Jakarta Lubis, A.N. 2004. Strategi Pemasaran Dalam Persaingan Bisnis.
www.usudigitallibrary.com. Diakses pada tanggal 16 Januari 2010. Meisiana, Y.R. 2010. Strategi Pengembangan Industri Kecil Tahu di Kecamatan
Sragen Kabupaten Sragen. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Purwanto, I. 2006. Manajemen Strategi. CV Yrama Widya. Bandung Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta Rocmadi, A. 2008. Permasalahan Beras Organik dan Perumusan Strategi
Pemasaran Di Kabupaten Sragen. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rukmana, R dan Yuyun Yuniarsih. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen.
Kanisius. Yogyakarta
lxxii
lxxii
Sapparudin. 2008. Fenomena Industri Kecil. www.kabarindonesia.com. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2009
Singarimbun, M dan Effendi Sofyan. 1997. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Sumarsono, S. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu.
Yogyakarta Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik.
CV Tarsito. Bandung. Tjiptono, F. 1995. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta Umar, H. 2002. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. Wibowo. 2004. Mekanisme Pengadaan Pangan.
www.technologyindonesia.com Diakses pada tanggal 25 Oktober 2009.
Yuliastuti, T. 2010. Analisis Nilai Tambah Daging Sapi Pada Industri Abon
”Ampel” Di Kabupaten Boyolali. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.