STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM...

115
STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS GAFATAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: Ridho Falah Adli NIM: 1112051000143 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H /2016 M

Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM...

Page 1: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM

MENSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS GAFATAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

Ridho Falah Adli

NIM: 1112051000143

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H /2016 M

Page 2: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM

MENSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS GAFATAR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S.Sos)

Oleh:

Ridho Falah Adli

NIⅣI:1112051000143

JURUSAN KOⅣIUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAⅣ I

FAKULTAS ILⅣIU DAKWAⅡ DAN ILⅣIU KOⅣIUNIICASI

UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGRISYARIF HIDAYATULLAⅡ

JAKARTA

1437111/2016ⅣI

Page 3: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi judul STRATEGI KOMUNIICASI MAJELIS ULAMA

TNDONESIA DALAM MBNSOSIALISASIKAN FATWA SESAT ORMAS

GAFATAR sudah diujikan dalam sidang munaqasyah di Fakultas llmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 26 Agustus 2016. Skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

Jakarta, 26 Agustus 20 1 6

Sidang MunaqasYah

Fita'Fathurokhrirah. M.SiNIP:19830610 200912 2 001

Penguji I

Kikv Rizkv. M.SiNIP: 19730321 200801 1 002

Penguji II

/1414Ade Rina Farida. M.Si

NIF: 19770513 200701 2 018

Sekretaris Sidang

NIP:19580910 1

199403 I 001

Page 4: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

LE■71BAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (S1) di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah J akarta

Sernua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan .sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2016

1.

2.

3.

Ridho Falall Adli

Page 5: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

i

ABSTRAK

Ridho Falah Adli

Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan

Fatwa Sesat Ormas Gafatar

Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan

mengenai organisasi masyarakat Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Ormas

tersebut mengatas namakan Islam tetapi tidak menjalankan kewajiban yang

dilakukan oleh umat Islam pada umumnya. Serta mereka mempercayai bahwa ada

Nabi terakhir selain Nabi Muhammad Saw yaitu Ahmad Musadeq. Ia juga selaku

ketua dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah sehingga Gafatar dianggap sebagai

metamorfosis dari ajaran itu. Atas pernyataan inilah Majelis Ulama Indonesia

(MUI) merumuskan untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat

dan menyesatkan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut: bagaimana strategi komunikasi MUI dalam

mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada

masyarakat Indonesia? Dan apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI

dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Hafied

Cangara bahwa strategi komunikasi meliputi lima tahap yaitu: penelitian,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan. Onong Uchjana Effendy

mengatakan bahwa stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan

komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam ilmu menejemen, strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:

perumusan, implementasi dan evaluasi. Ketiga tahapan ini memiliki kesamaan

makna dengan lima tahapan yang dijabarkan oleh Hafied Cangara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

kualitatif. Yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata, gambar dan buku-buku. Paradigma penelitian yang digunakan ialah

paradigma konstruktivis yang berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah

bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam

kelompok, masyarakat dan budaya.

Hasil penelitian ini menampilkan bahwa MUI diwakilkan oleh Komisi

Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dalam mensosialisasikan fatwanya

dengan berdasarkan lima tahapan. Pertama, tahap penelitian dimana MUI terjun

langsung ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya terkait

ajaran Gafatar. Kedua, tahap perumusan, MUI melakukan perumusan strategi

berdasarkan unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, pesan, media,

komunikan dan efek yang ingin diperoleh. Ketiga, tahap pelaksanaan,

menjalankan strategi yang sudah dirumuskan seperti RAKORNAS dan

mengadakan pelatihan. Terakhir evaluasi dan pelaporan. Pelaporan dilakukan saat

diadakan rapat kepada Ketua MUI. Lalu menjabarkan faktor-faktor yang

mendukung dan menghambat proses sosialisasi, serta memberikan solusi untuk

MUI kedepannya.

Kata kunci: Strategi, Komunikasi, MUI, Gafatar, Sesat

Page 6: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi

Majelis Ulama Indonesia Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas

Gafatar”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi junjungan besar Nabi

Muhammad Saw, yang telah membawa umat manusia kepada jalan kebenaran.

Adapun skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun guna memenuhi

salah satu persyaratan yang telah ditentukan dalam menempuh program studi

Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam hal ini, penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini tidak akan mampu

terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain yang telah memberikan bimbingan,

nasihat, serta motivasi baik secara moral maupun material. Oleh karenanya,

penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Drs. Masran, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurokhmah SS, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam.

4. Drs. S. Hamdani, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya guna memberikan bimbingan, arahan serta inspirasi yang amat

berharga bagi penulis.

Page 7: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

iii

5. Dr. Gun Gun Heryanto M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

membantu mengarahkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti seluruh kegiatan

akademik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada

penulis selama dalam masa perkuliahan.

7. Segenap Pimpinan serta Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani penulis dalam

menggunakan buku-buku serta literatur yang penulis butuhkan selama

penyusunan skripsi ini.

8. Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA, selaku narasumber dan perwakilan dari Komisi

Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia, terima

kasih atas bantuannya hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan dan Alm. Ferdina Hafni

serta Hj. Suparmi, yang selalu mendoakan, menjadi inspirasi serta

memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakak saya Eka Satria Budidharma, Dwi Satyawan, Tri Satyaries Rudyanto,

Chatur Savitry Rachmawati, Pancha A. S, Sendi Yasa Rahmanu beserta

seluruh anggota keluarganya yang selalu memberikan nasihat serta motivasi

kepada penulis.

11. Kepada keluarga besar Abdul Razak meliputi Pakde Agus, Tante Tia, Tante

Nova, Om Yandhi beserta seluruh anggota keluarganya yang selalu

mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.

Page 8: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

iv

12. Jonas Niko Nugroho dan Giovanni Funck sahabat sepanjang masa yang selalu

ada disaat suka maupun duka.

13. Akbar Ramadhan, Fahmi Syamsi, Trisaka Oktarian, Dityan Zahra Pranisa,

Annisah Bilqis, Arif Faturrahman, Achmad Faisal Riwanto sahabat

perkuliahan, yang selalu memberikan masukan serta kecerian.

14. Tim futsal selasa sore, Agung Aditya, Ahmad Fikri, Arif Syahrizal, Taufik

Abdullah, Ridho Andriansyah, Ferdy Rizki, Hidayatul Munir, Indra

Ramadhan, Asep Hermawan tetaplah berlatih untuk mencari keceriaan dalam

setiap permainan.

15. Kawan senasib sejak semester awal KPI E, Milki Amirussaleh, Hilman

Zulfahmi, M. Aidilah, Syifa, Fitri, Thabitha, Mudillah, Sarah, Aisyah, Nupus,

Dewi, Mia, Apik, Nenden, Novi, Nirma Ega yang selalu berbagi kesulitan

maupun kebahagiaan.

16. Keluarga Besar KPI angkatan 2012 serta kakak-kakak senior dan adik-adik

junior yang sudah memberikan inspirasi kepada peneliti.

17. Keluarga besar KKN Semarak 2015 serta Keluarga besar Desa Cibetok

semoga tali silaturahmi tetap tersambung diantara kita.

18. Keluarga besar Komunitas Jurnaslis TV, Asa Trifabasi, Riztira Syahrizal,

Reksa Dwi Putra, Ervan Tonedi, Sandra, Intan, Rofi, Elsa, April, Aldi, Naufal,

Oji, Dita, Eriana, Humairah, Adit, Kindi, Amira, Aulia, Ifa, surya, badru,

bayu, Aisyah, Baiti, Putri, Mardiyah, Arya dan semuanya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang menjadi tempat untuk belajar, sharing, liputan

dengan keterbatasan alat yang kita punya tetapi tidak mengendurkan semangat

kita untuk membuat tontonan yang baik untuk bangsa Indonesia. Intinya cape

sekarang bahagia nanti.

Page 9: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

v

19. Orang-orang yang telah memberikan dukungan dan membaca skripsi ini yang

mohon maaf belum dapat saya cantumkan namanya.

Penulis berharap semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi

para pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam,

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikianlah pengantar yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis mohon

maaf jika terdapat kesalahan penulisan dalam skripsi ini.

Jakarta, 4 Agustus 2016

Penulis

Page 10: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................. 7

D. Metodologi Penelitian ............................................................ 8

E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan.............................................................. 15

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Strategi Komunikasi ................................................................ 16

1. Pengertian Strategi ............................................................ 16

2. Pengertian Strategi Komunikasi ........................................ 17

3. Tahapan Strategi Komunikasi ........................................... 18

4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi ............................. 21

5. Fungsi Strategi Komunikasi .............................................. 23

B. Komunikasi ............................................................................. 24

1. Pengertian Komunikasi ..................................................... 24

2. Unsur-unsur Komunikasi .................................................. 25

3. Media Komunikasi ............................................................ 27

C. Sosialisasi ................................................................................ 29

Pengertian Sosialisasi ........................................................ 29

D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar .................................................... 31

1. Pengertian Fatwa ............................................................... 31

2. Pengertian Sesat ............................................................... 33

3. Pengertian Ormas Gafatar ................................................. 35

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA

A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia .............................. 40

B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia ................................. 43

C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia .................. 43

D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia ........... 46

E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar .......... 48

F. Fatwa MUI Tentang Gafatar ................................................. 51

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat

Ormas Gafatar ......................................................................... 61

1. Penelitian ........................................................................... 63

2. Perencanaan....................................................................... 65

3. Pelaksanaan ....................................................................... 69

4. Evaluasi ............................................................................. 71

Page 11: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

vii

5. Pelaporan ........................................................................... 72

B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi MUI dalam

Mensosialisasikan Fatwa Sesat Dan Menyesatkan Ormas

Gafatar ..................................................................................... 73

1. Pendukung ......................................................................... 73

2. Penghambat ....................................................................... 75

3. Solusi ................................................................................. 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 78

B. Saran-saran .............................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83

LAMPIRAN

Page 12: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan adanya pemberitaan

mengenai organisasi masyarakat (Ormas) yang mengatasnamakan Islam tetapi

tidak menjalankan kewajiban-kewajiban seperti yang dilakukan oleh umat Islam

pada umumnya. Ormas itu adalah Gerakan Fajar Nusantara atau biasa disebut

Gafatar. Ormas Gafatar disebut keluar dari paham agama Islam karena mereka

yang menganut paham Gafatar percaya, bahwa ada Nabi terakhir selain Nabi

Muhammad Saw. Atas fakta inilah Majelis Ulama Indonesia (MUI) merumuskan

untuk membuat fatwa bahwa ormas Gafatar beraliran sesat dan menyesatkan.

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun

para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak

dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.

Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugas-

tugas para Nabi (Warasatul Anbiya).1 Maka, mereka terpanggil untuk berperan

aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI.

Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat

berat. Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan

moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan

dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat

1 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-

mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.

Page 13: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

2

serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.2

Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam

pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi

politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber

pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Akibatnya umat Islam dapat terjebak

dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan. 3 Oleh karena itu

kehadiran MUI, sangat dibutuhkan sebagai sebuah organisasi yang dapat

memimpin umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan

silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat

Islam di Indonesia.

Dilihat dari fungsinya Majelis Ulama Indonesia memiliki lima fungsi

utama, yaitu:

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)

4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid

5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar4

Pada tanggal 3 Februari 2016, Majelis Ulama Indonesia mengadakan jumpa

pers yang bertujuan untuk merilis fatwa bahwa organisasi masyarakat Gerakan

Fajar Nusantara (Gafatar) beraliran sesat dan menyesatkan. Seperti yang dikutip

2 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-

mui.html Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.

3 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-

mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.

4 Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-mui/profil-

mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:30 WIB.

Page 14: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

3

dari media online Kompas.com ketua umum MUI, Ma'ruf Amin di kantor MUI

pusat, Jakarta, mengatakan, bahwa menurut kajian MUI, aliran Gafatar adalah

sesat dan menyesatkan. Mereka ialah metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-

Islamiyah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada 2007. Mereka mempraktikkan

keyakinan Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan

Yahudi5

Dalam penyampaian fatwa MUI itu, Ma'ruf Amin didampingi Ketua

Bidang Fatwa MUI Huzaemah T. Yango, Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin

AF, dan Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam.

Fatwa tersebut disampaikan setelah MUI melakukan kajian lapangan di

sejumlah lokasi, meneliti sejumlah fatwa tentang Gafatar dari MUI di daerah,

melakukan pertemuan dengan anggota Gafatar, hingga berdiskusi dengan aparat

keamanan dan pemerintah. Dari hasil kajian itu, Gafatar terbukti merupakan

kelanjutan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah. Para penganut menganggap

Ahmad Musadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi

Muhammad Saw. Gafatar, kata Huzaemah, tidak menganjurkan pengikutnya

untuk menjalankan ajaran agama Islam, misalnya salat lima waktu, puasa di bulan

Ramadhan, dan melakukan ibadah haji.6

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Gafatar menganut

pemahaman yang salah dalam beragama. Mereka berpandangan bahwa ketiga

agama besar, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi dapat digabungkan menjadi satu

5 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,

http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5

Februari 2016, pukul 20:15 WIB.

6 Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,

http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-Sesat. Diakses pada 5

Februari 2016, pukul 20:15 WIB.

Page 15: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

4

pemahaman. Alhasil, para pengikutnya tidak dianjurkan untuk menjalankan ajaran

agama Islam, seperti salat lima waktu, puasa dan melakukan ibadah haji.

Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap Ahmad Musadeq sebagai guru

spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Ahmad Musadeq

merupakan pimpinan dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah di fatwa

sebagai aliran sesat oleh MUI pada tahun 2007.

Namun sebagai bahan pertimbangan Majelis Ulama Indonesia dalam

mengeluarkan fatwa tersebut, mereka sudah mengundang organisasi Gafatar untuk

mengklarifikasi tuduhan-tuduhan tersebut. Dikutip dari BBC.com Hasanuddin AF

selaku Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan, bahwa MUI telah mengundang

perwakilan dari Gafatar tetapi tidak datang, jadi pertemuan berlangsung dengan

Jaksa Agung saja terkait klarifikasi mengenai organisasi Gafatar ini.

Menurut Hasanuddin, para tokoh eks-Gafatar diminta untuk

mengklarifikasi kebenaran ajaran mereka terkait al-Qiyada al-Islamiyah, dan

tokoh mereka adalah Ahmad Musadeq, dan terkait tindakan mencampuradukkan

ajaran agama. Fatwa keluar setelah melalui proses pengkajian di MUI, kemudian

dilaporkan ke komisi fatwa, dan setelah komisi fatwa menggelar rapat pleno,

akhirnya keluar fatwa sesat. 7

Ketika ditanya soal Gafatar yang sudah menyatakan keluar dari Islam

sehingga MUI tidak berhak mengeluarkan fatwa soal mereka, Hasanuddin

mengatakan bahwa dari dokumen-dokumen yang ditemukan mereka masih

tercangkup dalam lingkup Islam karena mengakui al Quran sebagai dasar

pijakannya. Al Quran merupakan sumber dari ajaran agama Islam, kecuali mereka

7 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/

2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB.

Page 16: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

5

tidak mengakui al Quran sebagai dasar ajaran mereka baru MUI tidak berhak

mengeluarkan fatwa sesat.8

Pengikut aliran Gafatar dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

“Pengikut yang meyakini ajaran aliran tersebut seperti mengakui Ahmad Musadeq sebagai nabi setelah nabi Muhammad, menolak adanya surga dan neraka dan/atau mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa ramadhan dan haji maka dikategorikan murtad dari agama Islam. Selain itu, ada pengikut yang hanya mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran agama dan diharapkan bertobat dan kembali kepada ajaran Islam.”9

Kasus Gafatar ini sangatlah berbahaya dan dapat mengancam keberadaan

Republik Indonesia karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara

Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Kalimantan.

Selanjutnya, semua anggota Gafatar harus hijrah ke Kalimantan untuk

memperkuat diri supaya bisa sampai pada tahapan siap khital atau siap perang.

Maksudnya, mereka nanti siap berhadapan dengan pemerintah maupun dengan

komponen manapun.10 Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti ingin mengetahui

bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh MUI dalam

mensosialisasikan fatwa-fatwanya kepada khalayak?

Strategi komunikasi menjelaskan “tahapan kongkret dalam rangkaian

aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian

tujuan komunikasi.“11 Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa “strategi

komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen

8 Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/ 2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:30 WIB. 9 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), h. 7

10 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 11 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011) h. 240

Page 17: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

6

komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”12 Hafied Cangara

menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima tahapan, yaitu:

penelitian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.13

Strategi komunikasi MUI sangat diperlukan dalam mensosialisasikan

fatwa-fatwanya agar masyarakat dapat mengetahui bahwa banyak aliran-aliran

sesat yang bermunculan di Indonesia. Sehingga, diharapkan masyarakat lebih teliti

lagi dalam bergaul dan membaca fenomena di lingkungannya, terutama kepada

ormas-ormas yang menganut paham menyimpang seperti Gafatar.

Gafatar merupakan metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiah yang

telah difatwa sesat oleh MUI pada tahun 2007 karena mereka menganut paham

Millah Abraham, yaitu mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi.

Bahwa sesungguhnya agama tidak bisa di campur-campur karena memiliki kitab

dan aturannya masing-masing. Ditambah lagi para pengikut Gafatar menganggap

Ahmad Mussadeq sebagai guru spiritual, juru selamat, dan nabi setelah Nabi

Muhammad Saw. Pernyataan ini sudah keluar dari ajaran Islam yang

sesungguhnya karena sebagai umat Islam wajib meyakini bahwa Nabi

Muhammad Saw merupakan nabi terakhir yang Allah SWT turunkan ke bumi dan

tiada lagi nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Pernyataan ini terkandung dalam

Surat Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Ini berarti pada tahun 2007 MUI memiliki kekurangan dalam

mensosialisasikan fatwa sesat kepada al-Qiyadah al-Islamiah, sehingga mereka

masih bisa menyebarkan pahamnya dengan hanya berganti nama menjadi Gafatar

12 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005) h. 32

13 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2013) h. 72-73

Page 18: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

7

dan mampu mengumpulkan massa sebanyak yang ditampung di Kalimantan

Barat.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik ingin meneliti masalah

ini dalam sebuah bentuk skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi Majelis

Ulama Indonesia dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar”.

B. Batasan Dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak terlalu meluas dan terarah, maka penelitian dibatasi

hanya pada pengurus Majelis Ulama Indonesia periode 2015-2020 yang

berkaitan dengan sosialisasi fatwa sesat dan menyesatkan Omas Gafatar. Data

diperoleh dari kantor Majelis Ulama Indonesia Pusat di Jakarta, yaitu dari

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.

2. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat

dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat Indonesia?

b. Apa faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI dalam

mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada

masyarakat Indonesia?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan

fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar kepada masyarakat

Indonesia.

Page 19: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

8

b. Untuk mengetahui faktor pendukung, penghambat dan solusi MUI

dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar

kepada masyarakat Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapakan bisa menjadi referensi bahan keilmuan

dibidang strategi komunikasi dan informasi khususnya sosialisasi dibidang

fatwa bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan masukan

bagi Majelis Ulama Indonesia dalam memperbaiki strategi komunikasinya

dalam mensosialisasikan fatwa-fatwa yang baru kepada masyarakat

Indonesia. Karena aliran-aliran sesat dengan mengatas namakan ajaran

Islam akan merusak aqidah dan akhlak umat yang memiliki iman yang

lemah. Jika sosialisasi dari MUI berjalan dengan baik maka Insya Allah,

aliran-aliran sesat dan menyesatkan tidak dapat hidup lagi di Indonesia.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan

dalam skripsi ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Yaitu metode

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar dan

buku-buku. Laporan penelitian akan bersifat kutipan-kutipan atau untuk

Page 20: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

9

memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berdasarkan dari

naskah wawancara, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.14

Maka, dalam penelitian ini peneliti ingnin mendapatkan data yang

sangat akurat dan lengkap dengan terjun langsung ke lapangan. Yaitu kepada

pihak Majelis Ulama Indonesia untuk dimintai keterangan terkait dengan

strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar

kepada masyarakat. Kemudian setelah data-data itu diperoleh, data tersebut

dianalisis dan dilaporkan dalam bentuk deskriptif yang menggambarkan

sebagaimana kondisi sebenarnya.

2. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada

paradigma konstruktivis. Littlejohn mengatakan bahwa teori-teori aliran

konstruktivis ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan

yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok,

masyarakat dan budaya.”15

Jadi, peneliti memilih paradigma konstruktivis untuk mengetahui

bagaimana Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas di masyarakat, agar

tujuan dari strategi komunikasinya dalam mensosialisasikan fatwa sesat

ormas Gafatar dapat tercapai.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Majelis Ulama Indonesia bagian

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, yaitu Drs. H. Ahmad

14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,

2000) h. 3

15 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Wacana Media 2013)

h.165

Page 21: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

10

Zubaidi, MA. sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat. Sedangkan objek penelitian ini adalah strategi komunikasi MUI

dalam mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan Ormas Gafatar.

4. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis melakukan 3 teknik pengumpulan data

berdasarkan pendekatan kualitatif, yaitu:

1) Observasi

Observasi adalah “metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan.”16 Dalam penelitian ini observasi dengan cara membaca

dan mengamati isi pesan dan makna yang terkandung dalam

pemberitaan di media online dan televisi terkait fatwa sesat kepada

ormas Gafatar yang dikeluarkan oleh MUI.

2) Wawancara

Wawancara adalah “suatu percakapan yang diarahkan pada suatu

masalah tertentu; ini merupakan proses Tanya jawab lisan, dimana dua

orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Pihak pertama

berfungsi sebagai penanya (interviewer), sedangkan pihak kedua

berfungsi sebagai pemberi informasi (information supplyer).”17

Wawancara dilakukan kepada pihak yang mewakili MUI dalam

mensosialisasikan fatwanya yaitu Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA.

16 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) h. 115.

17 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, (Jakarta:PT Bumi

Aksara, 2013) h. 161

Page 22: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

11

sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat.

3) Dokumentasi dan Literatur

Menurut Bungin bahan dokumen itu berbeda secara gradual

dengan literatur, dimana literatur merupakan bahan-bahan yang

diterbitkan, sedangkan dokumenter adalah informasi yang disimpan

atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Bahan

dokumentasi meliputi otobiografi, surat pribadi catatan harian

memorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, foto, tape,

microfilm, disc, CD, data di server atau flashdisk, data yang tersimpan

di website dan lainnya.18

Dokumen meliputi data yang diperoleh dari Majelis Ulama

Indonesia yaitu buku yang membahas khusus fatwa sesat Gafatar dan

Fatwa Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara,

sedangkan literatur merupakan berita di media online dan televisi

terkait MUI yang mengeluarkan fatwa sesat kepada ormas Gafatar.

b. Pengolahan Data

Langkah selanjutnya adalah mengolah hasil temuan atau data,

melalui proses meninjau kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul.

Data yang diperoleh yaitu dari observasi, wawancara, serta dokumentasi

seperti arsip-arsip Majelis Ulama Indonesia dan artikel berita. Data yang

diperoleh akan dideskripsikan secara kongkret dengan didukung oleh

beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.

18 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, h. 178

Page 23: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

12

c. Analisis Data

Bogdan dan Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah “proses

pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-

catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan

pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan

menyajikan apa yang ditemukan.”19

Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan teknik triangulasi.

Teknik triangulasi adalah teknik yang menggabungkan ketiga hasil

sementara dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian temuan

ditafsirkan dengan menggunakan paradigma konstruktivis yaitu bagaimana

Majelis Ulama Indonesia membentuk realitas terkait pembentukan fatwa

sesat kepada Gafatar untuk disosialisasikan kepada khalayak. Tahap

selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis, kemudian

diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan

tujuan penelitian, kemudian disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.

d. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi,dkk yang

diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sumber primer berupa

buku-buku yaitu:

1. Buku karya H. Hafied Cangara dengan judul “Perencanaan dan Strategi

19 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, h. 210

Page 24: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

13

Komunikasi”.

2. Buku karya Alo Liliweri dengan judul “Komunikasi : Serba Ada Serba

Makna”.

3. Buku karya Onong Ucjana Effendy dengan judul “Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek”.

Penulis juga menggunakan skripsi terdahulu sebagai acuan:

1. Skripsi karya Anggelia Afriani mahasiswa Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang berjudul “Strategi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru Dalam Mengatisipasi

Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.” Pada skripsi ini terdapat kesamaan

konsep dan metodologi yang dipilih. Disini Anggelia menggunakan konsep

strategi MUI Kota Pekanbaru dalam mengatisipasi aliran sesat. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan strategi Majelis

Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya

aliran-aliran sesat dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran dan

strategi Majelis Ulama Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi

berkembangnya aliran sesat. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif

kualitatif yang mengambarkan tentang peran dan strategi Majelis Ulama

Indonesia Kota Pekanbaru dalam mengantisipasi berkembangnya aliran-aliran

sesat. Perbedaan dengan skripsi penulis adalah dari objek penelitiannya.

Penulis fokus pada perencanaan dan strategi komunikasi MUI dalam

mensosialisasikan fatwa sesat dan menyesatkan ormas gafatar.

2. Skripsi karya Indra Gunawan mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Page 25: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

14

Jakarta dengan judul “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam

Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia.”

Skripsi ini memiliki kesamaan subjek dan konsep. Subjeknya adalah Majelis

Ulama Indonesia pusat bagian komisi fatwa. Konsep yang digunakan

cenderung sama yaitu strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan

fatwa. Dimana konsep tersebut menyinggung tahapan dalam proses strategi

yaitu Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Tetapi

terdapat perbedaan pada objek penelitiannya. Indra meneliti tentang fatwa

haram korupsi sedangkan penulis tentang fatwa sesat ormas Gafatar.

3. Skripsi karya Muflih Shoepul Ridwan, mahasiswa Jurusan Manajemen

Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dengan judul “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram

Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor.” Dalam skripsi ini memiliki

kesamaan konsep yaitu strategi Sosialisasi, dimana Muflih menemukan data

mengenai strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan beda agama yang

dilakukan MUI Kota Bogor. Konsep strateginya pun sama meliputi

Perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Namun yang

membedakan adalah subjek dan objeknya, Muflih meneliti tentang MUI Kota

Bogor dengan objeknya fatwa haram perkawinan beda agama, sedangkan

penulis tentang fatwa sesat dan menyesatkan ormas Gafatar di MUI Pusat.

Dari ketiga tinjauan pustaka diatas, peneliti merasa yakin akan orisinalitas

judul yang penulis ambil, bahwa penelitian ini bukan lah hasil plagiat dari

penelitian-penelitian terdahulu.

Page 26: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

15

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah, batasan masalah

dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoretis

Pada bab ini membahas tentang pengertian dari strategi, komunikasi,

strategi komunikasi, sosialisasi, fatwa sesat dan Ormas Gafatar.

BAB III Gambaran Umum Majelis Ulama Indonesia

Bab ini berisi profil Majelis Ulama Indonesia, Profil itu sendiri terdiri

atas sejarah singkat Kementerian Agama, Visi dan Misi, struktur

Majelis Ulama Indonesia, proses pembuatan fatwa dan Majelis Ulama

Indonesia menghadapi ormas Gafatar.

BAB IV Temuan dan Analisis Data

Bab ini berisi temuan dan analisis strategi komunikasi MUI dalam

mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar kepada khalayak yang

meliputi penelitian, perumusan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

Serta faktor pendukung, penghambat dan solusinya.

BAB V Penutup

Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan mengenai kesimpulan dan

saran penulis.

Page 27: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

16

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang

artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Jadi, strategi adalah

konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jendral (The Art of

General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.1

Penggunaan kata stretegi memang awalnya identik digunakan oleh militer

untuk meraih tujuan dalam sebuah peperangan.

Definisi strategi juga diperkuat oleh Marthin-Anderson yang mengatakan

bahwa “Strategi adalah seni di mana melibatkan kemampuan

intelegensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia dalam

mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan

efisien.”2

Dari definisi di atas barulah kata strategi mengalami perluasan makna,

yang awalnya strategi hanya digunakan pada lingkungan militer sekarang

bidang keilmuan lain juga dapat mengaplikasikan konsep strategi. Banyak

pakar strategi yang lahir dari bidang selain militer, seperti: Hendry Kissinger

pakar strategi yang berlatar belakang sejarah atau Thomas Schelling pakar

strategi yang berlatar belakang ilmu ekonomi. Ini membuktikan bahwa seiring

perkembangan zaman ahli strategi lahir dari berbagai macam bidang kelimuan.

1 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2013) h. 61

2 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61

Page 28: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

17

2. Pengertian Strategi Komunikasi

Alo Liliweri mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah “strategi

yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu visi

komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.”3

Rogers memberi batasan pengertian strategi komunikasi “sebagai suatu

rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala

yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru.”4

Jadi, strategi komunikasi adalah sebuah rancangan atau rumusan yang

dibuat untuk mengartikulasikan, menjelaskan, mempromosikan, dan mengubah

tingkah laku manusia melalui transfer ide-ide baru. Dengan kata lain strategi

komunikasi bertujuan untuk mengubah tingkah laku manusia yang awalnya

tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak setuju menjadi setuju, dan begitu

pula sebaliknya.

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa “stategi komunikasi

merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan manajemen

komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”5 Dengan kata lain

dalam tahapan strategi komunikasi akan berhubungan dengan tahapan

perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi.

Selanjutnya ditambahkan lagi dengan pernyataan dari Middleton bahwa

“strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen

komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai

pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang

3 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media

Group, 2011) h. 240

4 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61

5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek h. 32

Page 29: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

18

optimal.”6 Sedangkan menurut Hafied Cangara strategi Komunikasi meliputi

lima tahap, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan

Pelaporan.7

3. Tahapan Strategi Komunikasi

Seperti yang telah dikatakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa

“stategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dengan

menajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka

tahapan yang digunakan adalah perpaduan dari model tahapan perencanaan

komunikasi dan tahapan manajemen untuk dapat digunakan dalam penelitian

ini. Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi

Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima

tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan,

bahwa “proses strategi manajemen pada dasarnya meliputi tiga langkah utama,

yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”8

Terdapat tiga tahap yang memiliki kesamaan makna dari kedua tahpan

tersebut, dengan demikian tahapan strategi komunikasi terdiri dari lima tahap,

yaitu:

a. Penelitian

Sebuah organisasi atau lembaga memerlukan tenaga spesialis yang

berfungsi untuk menangani masalah-masalah komunikasi seperti keperluan

6 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 61

7 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72-73

8 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2005) h. 4

Page 30: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

19

pencitraan pemasaran atau kegiatan kerja sama dengan pemangku

kepentingan lainnya. Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik

yang dihadapi suatu lembaga. Problematik bisa dalam bentuk wabah penyakit

yang akan menyerang anggota masyarakat, kerugian perusahaan, ketidak

percayaan terhadap organisasi dan lain sebagainya.9

Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian

ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik terhadap suatu

permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau lembaga tersebut. Hasil

dari penelitian tersebut menjadi bahan perumusan untuk strategi komunikasi

yang akan diterapkan oleh organisasi atau lembaga dalam mencapai

tujuannya.

b. Perencanaan

Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan

langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan

strategis, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.10 Dengan

demikian, dalam tahap perumusan diperlukan strategi tentang pemilihan atau

penentuan sumber (komunikator), pesan, media, sasaran (segmen), dan efek

yang diharapkan.11 Sumber atau komunikator disini adalah individu atau

lembaga yang bersifat sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau

penyuluhan. Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber

untuk menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju, yaitu

komunikannya. Sasaran dari tahap perumusan bisa berupa masyarakat luas

9 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72

10 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5

11 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72

Page 31: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

20

atau kelompok tertentu, dengan tujuan memperoleh efek yang diharapkan.

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi

rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah

lembaga berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut

untuk menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa

dilakukan dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio,

pemasangan iklan di surat kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di

jalanan, dan pemberangkatan tim penyuluhan untuk bertatap muka dengan

komunitas di lokasi yang menjadi target sasaran.12 Inti dari tahap pelaksanaan

hanya satu, yaitu untuk menyebarkan informasi kepada seluruh target sasaran

yang telah ditetapkan dalam rumusan.

d. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang

telah dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang

diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan

sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya

tercapai, apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan

tindakan apa yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti

informasi yang disampaikan. Tahap evaluasi sangat penting untuk dilakukan

karena bila strategi itu berjalan dengan baik maka strategi itu bisa dipakai

pada masalah-masalah berikutnya, tetapi bila ada kekurangan bisa diperbaiki

untuk pembelajaran kedepannya.

12 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73

Page 32: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

21

e. Pelaporan

Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi

yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada

pimpinan kegiatan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan

diperoleh hasil positif, maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program

selanjutnya. Tapi jika dalam laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang

sempurna, maka temuan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan

untuk merevisi atau memodifikasi program yang akan dilakukan.13

4. Langkah-langkah Strategi Komunikasi

Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi: Teori dan

Praktek mengatakan dalam mengaplikasikan strategi perlu untuk

memperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor

pendukung dan penghambat dari setiap komponen tersebut. Hal itu meliputi

mengenali sasaran komunikasi, pemilihan media komunikasi, pengkajian

tujuan pesan komunikasi dan peranan komunikator dalam komunikasi, berikut

penjelasannya:

a. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum kita melakukan komunikasi kita perlu mempelajari siapa

sasaran dari komunikasi itu agar tujuannya dapat tercapai. Apakah tujuannya

hanya sekedar memberikan informasi kepada komunikan atau agar

komunikan melakukan tindakan tertentu. Dalam mengenali sasaran

komunikan perlu memperhatikan dua faktor ini:

13 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73

Page 33: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

22

Pertama, kerangka refrensi, yaitu hasil dari paduan pengalaman,

pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan

sebagainya.14 Kedua, faktor situasi dan kondisi, maksudnya adalah situasi

komunikasi saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan, bila

terjadi banyak gangguan maka tujuan dari pesan yang akan disampaikan akan

sulit untuk dicapai. Sedangkan kondisi maksudnya adalah keadaan fisik dan

psikis komunikan dalam menerima informasi.

b. Pemilihan Media Komunikasi

Pemilihan media komunikasi bertujuan agar pesan yang ingin

disampaikan bisa diterima dengan baik secara serentak dan meluas. Memilih

media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik isi dan tujuan isi

pesan yang disampaikan, dan jenis media yang dimiliki oleh khalayak. untuk

persebaran ke masyarakat luas sebaiknya menggunakan media massa seperti

koran, televisi, radio dan media baru seperti internet dan handphone.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan adalah “segala sesuatu yang disampaikan kepada seseorang dalam

bentuk simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian

makna. Simbol sendiri merupakan kresasi manusia yang mengandung makna

sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi antarsesama manusia, seperti

bahasa, gambar atau gerak tubuh." 15 Seperti yang sudah dikatakan di atas

bahwa tujuan dari komunikasinya harus jelas, apakah tujuannya untuk

sekedar memeberitahu informasi kepada khalayak terkait isi pesan tersebut

14 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung:PT Remaja

Rosdakarya,2005) h.36

15 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, (Jakarta:PT Rajagrafindo

Persada, 2013) h.113

Page 34: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

23

atau tujuannya untuk penyuluhan agar khalayak melakukan suatu perbuatan

yang diinginkan.

d. Peranan Komunikator Dalam Komunikasi

Faktor penting pada diri komunikator dalam menyampaikan pesan

adalah daya tarik dan kredibilitas sumbernya. Jika komunikator sudah

memiliki daya tarik maka setiap perkataannya akan dituruti oleh

kamunikannya. Sedangkan kredibilitas berarti tingkat kepercayaan dari

komunikan kepada komunikator yang tinggi, sehingga setiap pesan yang

disampaikan bisa diterima dan dilaksanakan.

5. Fungsi Strategi Komunikasi

Suatu proses komunikasi dikatakan berhasil bila strategi yang diterapkan

tepat sasaran. Terutama dalam komunikasi massa dan lembaga-lembaga

pemerintah atau swasta. Tanpa adanya strategi komunikasi, maka hasil yang

diperoleh dari media massa atau lembaga tersebut cenderung kurang maksimal.

Dengan demikian baik secara makro (planned multimedia strategy) maupun

secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi

ganda:

a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan

instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang

optimal.

b. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap) akibat kemudahan

diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang

begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.16

16 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2008) h. 28

Page 35: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

24

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris

Comunication. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti

‘sama’, sama di sini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi secara

etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan

hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan

arti antara orang yang memberi pesan dengna orang yang menerima pesan.17

Sedangkan secara terminologi pengertian komunikasi sendiri adalah

“pertukaran informasi, ide, sikap, emosi, pendapat atau instruksi antara

individu atau kelompok yang bertujuan untuk menciptakan sesuatu, memahami

dan mengkoordinasikan suatu aktivitas."18

Komunikasi secara ilmiah dapat juga berarti proses penyampaian pesan

atau informasi dari pegirim (komunikator) kepada penerima (komunikan)

dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu, baik secara langsung

maupun tidak langsung (menggunakan media) untuk mendapatkan umpan

balik (feedback).19

Pernyataan di atas mendukung teori dari Harold D. Laswell yang

mengatakan bahwa “komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang

menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”

dan dengan akibat atau hasil apa” (Who? Says what? In which channel? To

17 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 19

18 Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta:Kencana Prenada Media

Group, 2011) h. 37

19 Deni Darmawan, Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi, (Bandung:PT

Remaja Rosdakarya, 2012) h.27

Page 36: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

25

whom? With what effect?).20

2. Unsur-unsur Komunikasi

Pada hakekatnya komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau

perasaan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang.

Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, ide dan sebagainya. Sedangkan

lambang bisa berupa bahasa lisan dan tulisan atau lambang berupa isyarat,

gambar, singnal dan lainnya. Dalam prosesnya komunikasi terdiri dari tiga

unsur pokok, yaitu: (1) komunikator, pelaku yang menyampaikan pesan, (2)

pesan, suatu gagasan/ide, informasi yang telah dituangkan dalam bentuk

lambang untuk disebarkan kepada pihak lain, (3) komunikan, orang yang

menerima pesan.21

Selain ketiga unsur di atas, untuk lebih lengkapnya unsur-unsur

komunikasi terdiri dari:

a. Source

Source atau sumber adalah apa-apa yang ada di dalam benak ssseorang

baik berupa ide, pemikiran, gagasan, peristiwa/kejadian, pengetahuan dan lain-

lain, yang semuanya itu hasil dari persepsi (pantauan dan pemaknaan indra

kepada yang ada disekelilingnya), yang kemudian disimpan dalam kotak hitam

dikepala, yang disebut dengan ideasi.

b. Komunikator

Komunikator yakni orang yang pertama kali menyampaikan pesan.

Encoder adalah istilah lain yang mempunyai pengertian sama seperti

komunikator. Encoder dalam menyampaikan pesan bersifat Encoding, yaitu

20 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h. 21

21 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h .45

Page 37: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

26

usaha komunikator dalam menafsirka pesan yang akan disampaikan kepada

komunikan agar komunikan dapat memahaminya.

c. Message

Message atau pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar

yang disampaikan.

d. Komunikan

Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Decoder adalah istilah

yang memiliki pengertian sama dengan komunikan. Dalam menerima pesan

decoder memiliki sifat Decoding, yaitu suatu usaha komunikan dalam

menafsirkan pesan yang disampaikan kepada komunikator.

e. Destination

Destination adalah tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi.

f. Medium

Medium atau media adalah alat yang digunakan untuk berkomunikasi

agar komunikasi bisa mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini

ada yang bersifat nirmasa, seperti telepoon, HP dan lainnya, dan ada pula yang

bersifat media massa seperti televisi, radio, Koran dan film.

g. Feed back

Feed back atau umpan balik adalah jawaban/tanggapan/ respon

komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima atau

berjalan.

h. Efek

Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat

dari diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang

Page 38: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

27

meliputi pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan,

emosi, atau bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22

3. Media Komunikasi

Berdasarkan jenisnya media komunikasi terbagi menjadi 5 macam, yaitu:

a. Media Cetak

Media cetak adalah saluran komunikasi dimana pesan-pesan verbalnya

tertulis maupun berbentuk gambar seperti karikatur dan komik dilakukan

dalam bentuk tercetak. Media ini seperti: Koran, majalah, buku, tabloid, dan

lain-lain. Kelebihannya bisa dibaca semua orang, dan informasi yang

didapat lebih lengkap dan mendalam.

b. Media Elektronik

Media elektronik adalah media yang menyampaikan pesan-pesannya

melalui getaran listrik yang diterima oleh pesawat penerima tertentu,

misalnya televise dan radio. Kelebihan media elektronik bisa menembus

ruang dan waktu sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat dan

serempak. Media radio bersifat audiotif (hanya suara), sedangkan televise

bersifat audio visual (suara beserta gambar).

c. Media Luar Ruang (Outdoor Media)

Media luar ruang biasa dikaitkan dengan dunia estetika dalam bentuk

lukisan, dan ditempatkan pada lokasi yang ramai dilihat oleh banyak orang.

Jangkauannya terbatas hanya terlihat oleh orang yang lewat atau orang yang

sempat mencuri perhatian untuk membacanya sepintas. Contoh media luar

ruang adalah: spanduk, baliho, reklame, dan lain-lain.

22 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h.46-47

Page 39: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

28

d. Media Format Kecil

Media format kecil biasanya terdiri atas berbagai macam media, tetapi

bentuknya kecil, dan isinya kadang terfokus pada satu macam informasi.

mudah dibawa kemana-mana dan menarik perhatian orang. Media format

kecil meliputi: brosur, bulletin, poster, dan lain-lain.

e. Internet

Internet termasuk kedalam media baru yaitu hasil rekayasa para pakar

teknologi informasi yang berhasil menggabungkan antara komunikasi

interpersonal dan komunikasi massa. Disebut komunikasi massa karena bisa

menjangkau khalayak secara global, sedangkan interpersonal karena pesan

yang dibuat diarahkan dan dikonsumsi secara pribadi. Contoh media

internet adalah website, media sosial (facebook, twitter, dan sbagainya),

media online.

f. Telepon Seluler

Telepon sesluler cukup banyak digunakan sebagai media untuk

penyebarluasan informasi, contohnya penggunaan pesan singkat atau biasa

disebut SMS. Hanya saja telepon seluler sangat terbatas dalam memuat

pesan, sehingga pesan dalam SMS harus singkat padat dan jelas. Tetapi

seiring dengan perkembangan zaman sekarang telepon seluler sudah

berevolusi menjadi smartphone sehingga sudah bisa mengakses internet dan

kita bisa mengaplikasikan media online, website, dan media sosial melalui

smartphone yang kita miliki.23

23 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 135-137

Page 40: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

29

C. Sosialisasi

Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses dalam mana individu menerima kemudian

menginternalisasikan/menghayati banyak nilai sosial, kepercayaan, pola-pola

perilaku dari kebudayaan mereka. Menurut James W Vander Zanden

sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dimana orang memperoleh

pengetahuan, nilai, sikap dan perilaku esensial untuk berpartisipasi secara

efektif dalam masyarakat.24

Sosialisasi sangat erat hubungannya dengan proses komunikasi. Karena

untuk dapat menginternalisasi sebuah informasi, nilai dan pemahaman kepada

diri sendiri diperlukan transfer informasi dari sumber informasi kepada target

sasarannya. Dalam penyampaian aktivitas tersebut biasanya menggunakan

media, media yang digunakan bisa berupa keluarga, kelompok bermain,

sekolah, lingkungan kerja dan media massa.25 Sosialisasi umumnya bersifat

persuasif, yaitu mengajak target sasarannya untuk melakukan suatu perbuatan

atau hanya dengan memberikan suatu pengetahuan.

Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi perkembangan

manusia. Dengan berinteraksi dengan orang lain, seorang individu belajar

bagaimana berpikir, mempertimbangkan dengan nalar, dan berperasaan. Hasil

akhirnya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran dan emosi kita

24 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan . (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2011) h. 60

25 Dwi Narwoko-Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar, (Jakarta: Prenada Media,

2005) h. 56

Page 41: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

30

sesuai dengan budaya yang berlaku.26

Sebuah informasi yang disosialisasikan oleh sebuah organisasi, lembaga

pemerintahan atau bahkan individu sekali pun, pasti tujuannya untuk

memberikan penyuluhan atau memeberi pengetahuan kepada target

sosialisasinya sesuai dengan tujuan yang telah dibuat. Untuk itu pemilihan

media juga merupakan hal yang penting dalam mensosialisasikan sebuah

informasi. Ruang dan kelompok yang mempengaruhi orientasi kita, konsep

diri, emosi, sikap dan perilaku kita dinamakan agen sosialisasi. Agen

sosialisasi terdiri dari:

a. Keluarga

b. Lingkungan Hunian

c. Agama

d. Sekolah

e. Kelompok Sebaya

f. Tempat Kerja

g. Media Massa.27

Keluarga merupakan ruang pertama yang menjadi agen sosialisasi.

Karena kedekatan keluarga berawal dari manusia baru lahir sampai tumbuh

dewasa, sehingga interaksi pertama yang dilakukan dan paling berpengaruh

adalah melaui keluarga. Lingkungan hunian berpengaruh saat manusia tumbuh

26 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, (Jakarta: Erlangga, 2007)

h.74

27 James M. Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi, h.77-79

Page 42: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

31

besar, mereka akan berinteraksi dengan lingkungan disekitar tempat

tinggalnya. Kemudian agama, penanaman paham agama akan menuntun

seorang individu agar lebih beriman. Agama atau acara-acara keagamaan bisa

menjadi ruang yang tepat untuk mensosialisasikan informasi kepada para umat

pemeluk agama tersebut. Selanjutnya fase pertumbuhan bermula dari masa

anak, remaja dan dewasa. Selama fase itu kita akan bersosialisasi dengan orang

orang di lingkungan sekolah, kelompok sebaya dan tempat kerja. Terakhir

sebuah informasi bisa disosialisasikan melalui media massa, karena persebaran

media massa yang luas dan serentak sangat efektif dalam menyebarkan

informasi. media massa meliputi televise, radio, media cetak dan internet.

D. Fatwa Sesat Ormas Gafatar

1. Pengertian Fatwa

Dalam Kitab Mafaahim Islaamiyyah diterangkan bahwa kata “al-fatwa”

bermakna “jawaban atas persoalan-persoalan syariat atau perundang-undangan

yang sulit.” Jika dinyatakan aftaay fi al-mas’alah: menerangkan hukum dalam

permasalahan tersebut. Sedangkan al-iftaa’ adalah penjelasan hukum-hukum

dalam persoalan syariat, undang-undang, dan semua hal yang berkaitan dengan

pertanyaan-pertanyaan orang yang bertanya.28

Fatwa secara syariat bermakna, penjelasan hukum syariat atas suatu

permasalahan dari permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh

dalil yang berasal dari Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Menurut

Prof. Amir Syarifuddin, fatwa atau ifta’ berasal dari kata afta, yang berarti

memberikan penjelasan. Secara definitif fatwa yaitu usaha memberikan

28 Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 373-374

Page 43: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

32

penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang belum

mengetahuinya.29

Menurut kamus Fiqh, fatwa ialah nasihat dari orang yang lebih tinggi

tingkatannya untuk orang yang lebih rendah; baik umur, ilmu, maupun

kewibawaannya. Dengan kata lain, fatwa ialah pendapat atau ketetapan hukum

dalam pandangan hukum Islam. Fatwa biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau

orang yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.30

Tidak semua orang bisa membuat fatwa. Orang yang menyampaikan

penjelasan hukum atau menyampaian fatwa ditengah-tengah masyarakat

disebut dengan Al-Mufti. Mufti adalah seorang faqih yang diangkat oleh

negara untuk menjawab persoalan-persoalan.31

Untuk menjadi seorang mufti, seseorang harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Seorang yang sudah mukallaf, yaitu muslim, dewasa, dan sempurna

akalnya.

b. Seorang yang ahli dan mempunyai kemampuan untuk berijtihad, misalnya

mengetahui dalil-dalil sama’i dan dalil-dalil aqli.

c. Seorang yang adil dan dapat dipercaya. Dua persyaratan ini dituntut dari

seorang mufti karena ia seorang panutan.

d. Bersikap tenang (sakinah) dan berkecukupan, mempunyai niat dan iktikad

yang baik, kuat pendirian dan dikenal di tengah umat.32

Dalam merumuskan suatu permasalahan untuk menjadi fatwa harus

29 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374

30 Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44

31 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374

32 Mardani, Ushul Fiqh, h. 374

Page 44: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

33

melewati rukun fatwa. Rukun fatwa terdiri dari 4 tahap, yaitu:

a. Usaha memberikan penjelasan yang disebut ifta’. ifta’ adalah usaha

menyampaikan hasil penggalian melalui ijtihad kepada orang lain yang

bertanya. Sedangkan ijtihad adalah usaha menggali hukum dari sumber

dan dalilnya.

b. Orang yang menyampaikan jawaban hukum kepada orang yang bertanya

disebut mufti.

c. Orang yang meminta penjelasan hukum kepada yang telah mengetahui

disebabkan oleh ketidaktahuannya tentang hukum suatu kejadian (kasus)

yang telah terjadi. Orang itu disebut mustafti.

d. Materi jawaban hukum syara’ yang disampaikan oleh mufti kepada mustafti

yang disebut fatwa.33

Dalam Islam fatwa memiliki kedudukan yang tinggi. Fatwa dipandang

sebagai salah satu alternatif yang bisa memecahkan kebuntuan dalam

permasalahan yang semakin berkembang pesat seiring dengan perkembangan

zaman. Fatwa merupakan institusi dalam hukum Islam untuk memberikan

jawaban dan solusi terhadap problem yang dihadapi oleh umat Islam, bahkan

menjadikannya sebagai rujukan di dalam bersikap dan bertingkah laku. Sebab

fatwa bagi masyarakat awam terhadap ajaran Islam laksana dalil bagi

mujtahid.

2. Pengertian Sesat

Menurut website Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sesat memiliki arti

tidak melalui jalan yang benar; salah jalan atau menyimpang dari kebenaran

33 Mardani, Ushul Fiqh, h. 375

Page 45: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

34

(tentang agama dan sebagainya). Sedangkan menyesatkan berarti membawa ke

jalan yang salah; menyebabkan sesat (salah jalan).34 Sehinga dapat

disimpulkan bahwa sesat adalah usaha untuk mempengaruhi orang untuk

menyimpang dari kebenaran atau menuju jalan yang salah.

Sesat dalam bahasa arab disebut dengan dhalâl atau dhalâlah. Al-

Qurthubi, menyatakan bahwa asal dari kata dhalâl adalah al-ghaybûbah

(tersembunyi/gaib). Menurut Al-Alusi dan Abu Hilal al-‘Askari, asal dari

dhalâl adalah al-halâk (rusak). Kemudian Al-Baghawi menggabungkan

keduanya bahwa asal dari dhalâl adalah al-halâk wa al-ghaybûbah (rusak dan

tersembunyi). Al-Qurthubi mengatakan bahwa dhalâl hakikatnya adalah pergi

meninggalkan kebenaran, diambil dari tersesatnya jalan, yaitu menyimpang

dari jalan yang seharusnya.35

Dhalal secara mutlak mencangkup orang yang tersesat dari petujunjuk,

baik sengaja maupun karena kejahilan, dan tentu saja ia akan mendapatkan

adzab. Penyebab kesesatan adalah karena kejahilan (bodoh atau tidak tahu

tentang ajaran agama), lalu orang jahil itu mengikuti leluhurnya atau orang-

orang yang dikasihinya sehingga ia menyimpang dari jalan yag lurus karena

kejahilannya terhadap perintah dan larangna Allah sebagaimana disebutkan

dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Atau bisa juga karena hanya mengikuti

nafsunya tanpa petunjuk dari Allah sehingga ia berpaling dari menuntut ilmu

syar’i dan mengetahui kebenaran.36

34 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21 Mei

2016, Pukul 18.51 WIB.

35 Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesat-dhalal/.

Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB.

36 Ummu Tamim, Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, (Jakarta: Pustaka Imam Ahmad,

2010) h. 7-8

Page 46: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

35

Al-Jili mengatakan bahwa jalan sesat adalah jalan yang ditempuh

berbagai pemeluk agama dan keyakinan selain umat nabi Muhammad Saw.

Tetapi keyakinan mereka telah dinodai oleh sikap politeistik dan ateistik,

sehingga mereka terpecah-belah dan tersesat. Dengan demikian Al-Jili dengan

tegas menyampaikan bahwa jalan Muhammad adalah jalan yang lurus, jalan

yang menyampaikan kepada kebahagiaan sejati tanpa ada kesulitan

sedikitpun.37

3. Pengertian Ormas Gafatar

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) merupakan sebuah organisasi yang

mengklaim bergerak di bidang sosial dan budaya. Deklarasi Gafatar

dilaksanakan pada Sabtu, 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran,

Jakarta. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatkan bahwa bangsa

Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan

neoimperialis.38 Pemikiran inilah yang menjadi landasan Gafatar untuk

menyebarkan paham-pahamnya di Indonesia.

Gafatar memiliki wadah dalam website resmi www.gafatar.or.id dan

dpd.gafatar.or.id untuk berita kegiatan dan aksi nyata Gafatar, tetapi website

ini telah di blokir oleh pemerintah semenjak Gafatar dikatakan sebagai

organisasi yang menganut aliran sesat. Oleh karena itu berikut adalah lampiran

visi, misi dan tujuan dari organisasi Gafatar yang dikutip dari blog pengurus

gafatar yaitu gafatarian.blogspot.co.id, berikut penejelasannya:

37 Media Zainul Bahri, Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn Arabi, Rumi

dan Al-Jili, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2011) h. 302-303

38 Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara, https://beritagar.id

/artikel/berita/fakta-seputar-gafatar-gerakan-fajar-nusantara. Diakses pada 17 September 2016,

Pukul 09.42 WIB.

Page 47: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

36

Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah organisasi kemasyarakat

yang resmi berdiri di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2011 atas prakarsa 52

Badan Pendiri dengan berlambangkan Bendera“Fajar yang terbit dari Timur

dengan dua belas sinar”. Legalitas pendirian Organisasi GAFATAR terdapat

dalam UUD 1945 pasal 28, UU No. 8 tahun 1985 tentang Orkemas dan Akte

pendirian ormas No. 01 tanggal 05 September 2011. Gerakan Fajar Nusantara

(GAFATAR) adalah Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila.

Sebagaimana lazimnya sebuah Komunitas atau Organisasi yang memiliki

visi dan misi, maka Organisasi Kemasyarakatan Gafatar pun memiliki visi dan

misi, yakni:

Visi

Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai

sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan

Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan

kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai

universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam.

Misi

Memperkuat solidaritas, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan

khususnya antar sesama elemen bangsa Indonesia serta dunia pada umumnya.

Selain itu, juga memupuk saling pengertian dan kerja sama antar sesama

lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya perdamaian

dan kesejahteraan dunia.39

39 Visi dan Misi Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara.

blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi-ormas-gafatar-gerakan.html. Diakses pada 6 Agustus 2016,

Pukul 09.42 WIB.

Page 48: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

37

Tujuan

Pendirian Organisasi Kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara

(GAFATAR) memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Sebagai wadah menghimpun putra-putri Nusantara dalam menyatukan

pemahaman moral kemanusiaan dan kebangsaan yang inklusif, kokoh,

cerdas, dan menyatu.

b. Sebagai sarana komunikasi dan menumbuhkan persaudaraan diantara

sesama putra-putri Nusantara baik di indonesia maupun di negara-negara

lain di dunia

c. Mempertahankan dan memperjuangkan cita-cita luhur bangsa yang

termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

d. Mewujudkan dan melahirkan kader-kader pemimpin bangsa yang jujur,

berani, tegas, adil, cakap, ber-integritas, bijaksana, cerdas dan sehat,

dengan berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.40

Program Kerja

Untuk mencapai tujuan Organisasi, GAFATAR menyelenggarakan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Peningkatan mutu komitmen dan pengamalan nilai-nilai moral

kemanusiaan dan kebangsaan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

melalui koordinasi sistem pembinaan, pendidikan, serta jaringan informasi

dan komunikasi.

b. Mengembangkan pemikiran, menyelenggarakan penelitian, dan

melakukan pengkajian yang inovatif, strategis, dan antisipatif.

40 Tujuan Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), http://gerakanfajarnusantara.

blogspot.co.id/2012/04/tujuan-ormas-gafatar-gerakan-fajar.html. Diakses pada 6 Agustus 2016,

Pukul 09.47 WIB.

Page 49: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

38

c. Melakukan dialog dengan sesama elemen bangsa dalam rangka

merumuskan ulang dan memecahkan berbagai masalah strategis sosial

kebangsaan, baik dalam skala lokal, nasional, regional, maupun global.

d. Berperan aktif mengembangkan sistem pendidikan dan pengkaderan serta

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan masyarakat dan bangsa, khususnya generasi GAFATAR.

e. Berperan aktif membantu program-program pemerintah dalam

pelayananan sosial kemasyarakatan.

f. Mendokumentasikan, mempublikasikan, dan mengkomunikasikan hasil-

hasil pemikiran, penelitian, kajian, dan inovasi, baik bersifat internal

maupun umum.

Gafatar dinyatakan sebagai aliran yang sesat karena pada tahun 2007,

Majelis Ulama Indonesia menfatwakan aliran al-Qiyadah al-Islamiyyah

sebagai ajaran sesat. Aliran al-Qiyadah al-Islamiyyah dipimpin oleh Ahmad

Musadeq yang mengaku sebagai “nabi” setelah nabi Muhammad Saw. Tahun

2008 Ahmad Musaddeq divonis pengadilan dengan hukuman 4 tahun penjara

atas penistaan agama. Tetapi pada tahun 2009 mereka berganti nama menjadi

Komunitas Millah Abraham (KOMAR) yang masih menganut ajaran al-

Qiyadah al-Islamiyah. Tak cukup sampai disitu, pada tanggal 14 Agustus 2011

aliran sesat ini berganti nama lagi menjadi Gafatar.41

Kesesatan faham dan ajaran Gafatar diketahui berdasarkan hasil

penelitian dan pengkajian terhadap dokumentasi, notulensi, notasi, catatan,

diktat sejenis buku panduan bimbingan pengajian, dan buku berjudul Teologi

Abraham Membangun Kesatuan Iman Yahudi, Kristen, dan Islam yang ditulis

41 Wajidi Sayadi, Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.com/

mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.22 WIB.

Page 50: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

39

oleh Ketua Umum Organisasi Gafatar, yaitu Mahful Muis Hawari. Desain

Sampul oleh Jesus Tsani. Penerbit Fajar Madani Depok. Cet. I Mei 2009.42

Selain itu terdapat juga buku tulisan Ahmad Musadeq yang berjudul

Eksistensi dan Konsekuensi Sebuah Kesaksian. Editor Mahful Muis, M.A. Di

dalam buku tersebut terdapat tulisan Ahmad Musadeq dan juga tulisan Mahful

Muis, M.A. selanjutnya pada buku dengan judul Ruhul Qudus yang Turun

Kepada Al Masih Al Maw’ud. Di dalam buku tersebut, pada halaman 191, 192

berisi hampir seluruh Pengurus Gafatar yang telah berbai’at kepada “nabi”

Ahmad Musadeq.43 Ditambah lagi berdasarkan pengakuan para anggota, dan

kesaksian dari mereka yang pernah bertemu dan berdialog dengan tokohnya.

Mahful Muis mengatakan mantan anggota Gafatar telah keluar dari

keyakinan agama Islam mainstream. Ajaran yang dipegang teguh adalah

paham Millah Abraham yang dianggap sebagai jalan kebenaran. Oleh sebab

itu, dia menyatakan bahwa MUI salah alamat melabelkan sesat ke pihaknya.44

Pengakuan Mantan Ketua Umum Gafatar ditolak oleh pihak MUI karena

menurut MUI dalam setiap penyampaian ajarannya, pimpinan Gafatar, guru-

gurunya menggunakan ayat-ayat Al Quran, kitab suci yang diyakini oleh Umat

Islam seluruh dunia. Sehingga tidak berarti MUI terlepas dari tugas dan

fungsinya untuk melindungi umat dari kesesatan.45

42 Wajidi Sayadi, Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.com/

mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.22 WIB.

43 M. Amin Djamaluddin, (GAFATAR) Gerakan Fajar Nusantara, http://www.fpi.or.id/

2016/01/ gafatar-gerakan-fajar-nusantara.html. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul 00.30 WIB.

44 Heru Triyono, Eks Ketua Gafatar: Kami Keluar Dari Islam Mainstream,

https://beritagar.id/artikel/berita/eks-ketua-gafatar-kami-keluar-dari-islam-mainstream. Diakses

pada 15 september 2016, Pukul 14.14 WIB. 45 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian

Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 41.

Page 51: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

40

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA

A. Sejarah Singkat Majelis Ulama Indonesia

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para

ulama,zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan

langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama.

Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan

tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para

ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Propinsi di

Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat

pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math’laul

Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani

Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan

tokoh perorangan.1

Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk

membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. zuama dan cendekiawan

muslim, yang tertuang dalam sebuah “PIAGAM BERDIRINYA MUI”, yang

ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut

Musyawarah Nasional Ulama I.

Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada

pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa

telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli

terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.

1 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.

Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.

Page 52: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

41

Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugas-

tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk berperan aktif

dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang pernah dilakukan

oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain

umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat. Kemajuan

sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya

global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa

nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan

peran agama dalam kehidupan umat manusia.2

Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran

keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering

mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di

kalangan umat Islam sendiri.

Akibatnya umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah

hizbiyah) yang berlebihan. Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan

kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat

kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan

kesatuan serta kebersamaan umat Islam.

Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majelis Ulama Indonesia

sebagai wadah musyawarah para ulama, zu’ama dan cendekiawan muslim berusaha

untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan

kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala;

memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan

2 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.

Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.

Page 53: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

42

kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya

ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan

persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara ulama dan umaro

(pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna

mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan serta kerjasama

antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan

bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan

mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.3

Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima

fungsi dan peran utama MUI yaitu:

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya)

2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)

4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid

5. Sebagai penegak amar ma’ruf dan nahi munkar

Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres

atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum,

dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH.

Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI yang pertama, kedua

dan ketiga telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-tugasnya. Sedangkan dua

yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama ini.4

3 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.

Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.

4 Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profilmui/profilmui. html.

Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.

Page 54: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

43

B. Visi dan Misi Majelis Ulama Indonesia

1. Visi

Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan

kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT. (baldatun

thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas (khaira ummah)

demi terwujudnya kejayaan Islam dan kaum muslimin (izzul Islam wal-muslimin)

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manifestasi dari

rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).

2. Misi

a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan

menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga mampu

mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk

aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah.

b. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar dalam

mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas

(khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan.

c. Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan

persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.5

C. Struktur Kepengurusan Majelis Ulama Indonesia

Berikut merupakan susunan kepengurusan Majelis Ulama Islam pusat. Adapun

data didapatkan dari situs resmi MUI. Untuk lebih lengkapnya susunan organisasi

5 MUIDIY, Visi dan Misi MUI DIY, http://www.muidiy.or.id/organisasi/visi-dan-misi-mui.

Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.

Page 55: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

44

dapat dilihat dalam tabel berikut:6

Pengurus Hasil MUNAS 2015

DEWAN PERTIMBANGAN

Ketua: - Prof. Dr. HM. Din Syamsudin, MA

- Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA

- Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA

Sekretaris: - Dr. H. Noor Ahmad, MA

Wakil Sekretaris: - Drs. Natsir Zubaidi

- Dr. Bachtiar Nasir

DEWAN PIMPINAN MUI 2015-2020

Ketua Umum: - Dr. (HC) KH. Ma’ruf Amin

Wakil Ketua Umum: - Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, MA

- Drs. KH. Slamet Effendy Yusuf, M.Si

Ketua-ketua: - Drs. H. Basri Bermanda, MBA

- Dr. H. Yusnar Yusuf, M.S.

- Prof. Dr. H. Maman Abdurrahman

- Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yango

- Prof. Dr. (HC) Tuty Alawiyah, AS

- KH. Muhyidin Junaidi, MA

- KH. Abdullah Jaidi

- Drs. HM. Ichwan Sam

- Drs. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si

- Dr. Ir. H. Lukmanul Hakim, M.Si

- Dr. KH. Sodikun, MSi

- KH. Abdusomad Buchari

Sekretaris Jenderal: - Dr. H. Anwar Abbas, MM, M.Ag

Wakil Sekretaris Jenderal: - Dr. KH. Tengku Zulkarnain, MA

- Dr. Amirsyah Tambunan

- Dr. H. Zaitun Rasmin

- Dr. Najamudin Ramsil

6 Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Hasil MUNAS 2015, http://mui.or.id/tentangmui/

pengurus-mui/periode-berjalan/pengurus-hasil-munas-2015.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 12.30

WIB.

Page 56: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

45

- Drs. H. Solahuddin Al Ayuni, Msi

- Rofiqul Umam, SH, MH

- Dr. Hj. Valina Subekti

- H. Misbahul Ulum M.Si

Bendahara Umum: - Prof. Dr. Hj. Amani Lubis

Bendahara: - Dr. Fahmi Darmawansyah, MM

- Yusuf Muhammad

- Dr. H.M. Nadratuzzaman Hosen

- Dr.s Iing Solohin

- Burhan Muhsin

Komisi: - Komisi Fatwa dipimpin oleh Prof DR H

Hasanuddin AF

- Komisi Ukhuwah Islamiyah dipimpin oleh

Drs H Adnan Harahap

- Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat dipimpin oleh KH Cholil Nafis

- Komisi Pendidikan dan Kaderisasi

dipimpin oleh Prof Dr Sudarnoto Abdul

Hakim

- Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat

dipimpin oleh Dr Marsyudi Syuhud

- Komisi Informasi dan Komunikasi

dipimpin oleh Drs H Masduki Baidlowi

- Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga

dipimpin oleh Prof Dr Hj Marwah Daud

Ibrahim

- Komisi Hukum dan Perundang-undangan

dipimpin oleh Prof Dr H Muhammad

Baharun SH, MA

- Komisi Pengkajian dan Penelitian dipimpin

oleh Prof Dr H Utang Ranuwijaya MA

- Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama

Page 57: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

46

dipimpin oleh Drs Choirul Fuad Yusuf MA,

MSi

- Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam

dipimpin oleh Habiburrahman El-Syirozi

Lc

- Komisi Hubungan Luar Negeri dan

Kerjasama Internasional dipimpin oleh Dr

Sobahus Surur.

D. Proses Pembuatan Fatwa di Majelis Ulama Indonesia

Tata cara penetapan fatwa MUI yang telah dijadikan pedoman menurut buku

keluaran MUI dengan judul Himpunan Keputusan Majelis Ulama Indonesia,berikut

penjabarannya:

Pasal 1

Dasar-dasar Fatwa:

1. Al-Qur’an

2. Al-Sunnah

3. Al-Ijma

4. Al-Qiyas

Pasal 2

1. Pembahasan suatu masalah untuk difatwakan harus memperhatikan:

a. Dasar-dasar fatwa tersebut dalam Pasal 1

b. Pendapat imam-imam mazhab dan fuqaha yang terdahulu dengan

mengadakan penelitian terhadap dalil-dalil dan wajah istidlalnya

2. Cara pembahasan seperti tersebut di atas adalah sebagai upaya menemukan

pendapat mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih maslahat bagi umat untuk

difatwakan.

Page 58: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

47

3. Apabila masalah yang difatwakan tidak terdapat dalam ketetapan Pasal 2 ayat

(1) dan belum terpenuhi yang dimaksud oleh Pasal 2 ayat (2), maka dilakukan

ijtihad jama’i.

Pasal 3

Yang berwenang mengeluarkan fatwa ialah:

1. Majelis Ulama Indonesia mengenai:

a. Masalah-masalah keagamaan yang bersifat umum dan menyangkut umat

Islam Indonesia secara keeseluruhan.

b. Masalah-masalah keagamaan di suatu daerah yang diduga dapat meluas ke

daerah lain

2. Majelis Ulama Dareah Tingkat I mengenai masalah-masalah keagamaan yang

bersifat lokal/kasus-kasus di daerah, dengan terlebih dahulu mengadakan

konsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia/Komisi Fatwa.

Pasal 4

1. Rapat komisi Fatwa dihadiri oleh anggota-anggota Komisi Fatwa berdasarkan

ketetapan Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat I, dengan

kemudian mengundang tenaga ahli sebagai peserta rapat apabila dipandang

perlu.

2. Rapat Komisi Fatwa diadakan jika:

a. Ada permintaan atau pertanyaan yang oleh Majelis Ulama Indonesia

dianggap perlu untuk difatwakan.

b. Permintaan atau pertanyaan tersebut berasal dari permintaan Lembaga

Sosial Kemasyarakatan atau Majelis Ulama Indonesia sendiri.

3. Mengenai tata tertib rapat Komisi Fatwa berupa fatwa mengenai suatu masalah

disampaikan oleh Ketua Komisi Fatwa kepada Dewan Pimpinan Majelis

Page 59: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

48

Indonesia/Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Tingkat I.

4. Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia/Dewan Pimpinan Majelis Ulama

Indonesia Tingkat I mentadfidzkan fatwa tersebut ayat (1) dalam bentuk surat

keputusan penetapan fatwa.7

E. Majelis Ulama Indonesia Menghadapi Ormas Gafatar

Majelis Ulama Indonesia dalam menetapkan kesesatan kepada suatu aliran

harus diawali dengan sejumlah langkah pengkajian dan penelitian (istiqra’). Setelah

mendapat gambaran yang lengkap tentang suatu masalah,selanjutnya ditetapkan

status hukumnya berupa fatwa dan tausiyah. Hal ini dilakukan dalam proses

pengkajian dan penelitian terhadap Aliran Gafatar. Pada tahap pengkajian dan

penelitian, MUI harus menjamin keabsahan data, fakta dan triangulasi (klarifikasi)

secara memadai sehingga terhindar dari kekeliruan penetapan. Prosedur penetapan

kesesatan suatu aliran harus diikuti dengan baik agar tidak memicu konflik, lahirnya

korbandan hilangnya kredibilitas ulama sebagai pelindung umat.

Penetapan aliran sesat mengikuti kriteria aliran sesat yang telah ditetapkan

pada Rakernas MUI tahun 2007 dan kembali disahkan sebagai bagian dari SOP

(Standard Operating Procedure). Pengkajian dan Penelitian MUI pada Rakernas

MUI tahun 2015. Kriteria aliran sesat tersebut mencakup 10 hal sebagai berikut :

1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari

Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah,

sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji).

2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan

as-sunah).

7 Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 385-386

Page 60: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

49

3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.

5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.

6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.

7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.

8. Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir.

9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.

10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i.8

Pengkajian dan penelitian terhadap aliran Gafatar, menggunakan pendekatan

kualitatif dengan senantiasa menjaga kualitas penelitian:

1. True Value (Kredibilitas).

Menurut Krefting, dalam pendekatan kualitatif, data diperoleh dari pengalaman

yang dirasakan oleh informan. Data yang diperoleh merupakan multiple reality,

sesuai situasi dan kondisi komunitas atau individu informan. Upaya Peneliti

MUI meningkatkan kredibilitas penelitian ini adalah dengan menggambarkan

situasi informan dan komunitas dengan konteksnya secara terperinci. Misalnya,

dalam menggambarkan Komunitas Gafatar di DI Yogyakarta beserta informan

yang sebagian merupakan keluarga 10 eksodus, Peneliti memahami dan

mendalami situasi informan, keluarga eksodus Gafatar dengan masing-masing

kondisinya, bahkan mengkonfirmasi kembali pemahaman Peneliti tentang

perasaan, pandangan dan pengalaman mereka, untuk menghindari bias peneliti

(researcher biased).

8 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian

Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 5-7

Page 61: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

50

2. Keberlakuan (Transferability).

Temuan dalam penelitian ini memiliki keberlakuan apabila terdapat kesamaan

temuan di tempat lain atau waktu lain yang memiliki kesamaan konteks. Tim

Peneliti MUI memastikan keberlakuan temuan hasil penelitian dengan dasar

prosedur yang bersandar pada detailed description of the contexts, kegiatan

serta peristiwa yang dilaporkan sebagai hasil penelitian langsung maupun hasil

penelitian MUI Provinsi, telah ditemukan kesamaan pemahaman dan keyakinan

keagamaan penganut Gafatar/Millah Abraham.

3. Konsistensi (Keterandalan),

Peneliti berfokus pada variabilitas data dan konsistensi data, dalam penelitian

ini data dapat dilacak variabilitas data serta konsistensinya, dengan menjamin

setiap sumber data dapat diidentifikasi (dapat ditelusuri). Peneliti MUI

menjamin bahwa setiap sumber data dapat ditelusuri, baik tempat maupun

identitas mereka tanpa melanggar etika penelitian, termasuk confidentiality

informan.

4. Netralitas (Konfirmabilitas)

Peneliti MUI menjaga netralitas data. Jejak audit untuk memastikan netralitas

data, bukan judgement sebelum penelitian, dapat dicermati dari data yang

diperoleh, instrument penelitian, catatan lapangan, tape (recorder), dokumentasi

berupa foto, jurnal, buku pedoman organisasi Gafatar, laporan hasil rapat

organisasi Gafatar, Surat Keputusan dan Surat Tugas Pengurus Gafatar, catatan

‘pengajian’ anggota dan pengurus Gafatar, surat permohonan ampunan kepada

Tuan Semesta Alam dan Rasul-Nya, formulir-formulir keanggotaan, persaksian

anggota, pengurus, data diri anggota maupun pengurus Gafatar serta dokumen

lain yang ditemukan selama proses panjang penelitian sebagai bukti temuan

Page 62: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

51

otentik dari temuan penelitian ini. Netralitas peneliti menjaga hasil penelitian

selalu dapat dikonfirmasi kepada sumber datanya.9

F. Fatwa MUI Tentang Gafatar

Setelah melalui proses pengkajian dan penelitian terhadap aliran Gafatar,

akhirnya MUI mengeluarkan fatwa dengan mempertimbangkan hasil temuan data di

lapangan atau berdasarkan wawancara langsung dengan para pelaku Gafatar.

Dengan begitu Fatwa Nomor 6 Tahun 2016 tentang ALIRAN GERAKAN FAJAR

NUSANTARA (GAFATAR) memiliki alasan yang menjadi dasar penetapan

keputusan yang cukup kuat, yaitu :

1. Bahwa di tengah masyarakat telah berkembang organisasi bernama Gerakan

Fajar Nusantara (GAFATAR) yang bergerak di bidang sosial, namun pada

faktanyamengajarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan

masyarakat muslim;

2. Bahwa di antara keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan

tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham, yakni

menyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi

Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai

mesias dan juru selamat; mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa

ramadhan, dan haji; serta mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam,

Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai

dengan kaidah tafsir;

9 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian

Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 8-10

Page 63: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

52

3. Bahwa aliran ini berkembang di beberapa daerah yang kemudian menimbulkan

keresahan masyarakat, sehingga sebagian organisasi, lembaga termasuk

Kejaksaan Agung RI mengajukan permintaan fatwa tentang masalah tersebut;

4. Bahwa oleh karena itu Majelis Ulama Indonesia memandang perlu menetapkan

fatwa tentang aliran GAFATAR guna dijadikan pedoman.

Kemudian Komisi Fatwa MUI merumuskan fatwa Gafatar dengan berlandaskan

pada ayat-ayat suci Al-Quran sebagai berikut:

1. Al-Quran :

a. Firman Allah SWT yang menegaskan keharusan memahami dan

menjalankan ajaran agama dengan jalan ittiba' (mengikuti) aturan-aturan

agama yang telah ditetapkan, yang berbunyi:

“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus,

maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),

karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya, yang demikian

itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al- An'am [6]: 153)

b. Firman Allah SWT yang menjelaskan kedudukan Nabi Muhammad SAW

sebagai nabi terakhir, antara lain:

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di

antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi- nabi…” (QS.

Al-Ahzab [33]: 40)

c. Firman Allah SWT yang menegaskan larangan mencampuradukkan yang

haq dengan yang bathil, antara lain:

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil

dan janganlah kamu sembunyikan yang .hak itu, sedang kamu mengetahui.”

Page 64: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

53

(QS. Al-Baqarah [2]:42)

d. Firman Allah SWT yang menjelaskan soal kemurtadan dan hukumannya,

antara lain:

“….Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu

dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia- sia amalannya di

dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal

didalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 217)

2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:

منعب دابى عن ح لسمع تقالعن هماللارضيا لخطابب نعمرب نللاعب دالر صلىللارسو

لوسلمعلي هللا علىاإلس المبنييقو س داوأنللاالالهلان شهادة:خم لمحم للارسو

كاةواي تاءالصالةواقام الز موحج (مسلموالبخاريرواه)رمضانوصو

“Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Umar bin Khoththob RA, dia

berkata “Aku pernah mendengar Rasululloh SAW bersabda: Islam

dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan

selain Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, membayar

zakat, haji dan puasa Ramadhan’”

لقال:قالعن هماللارضيهري رةأباعن للاصلىرسو رايلإس بنوكانت :قالوسلمعلي هالل

ن بياءتسوسهم بع دينبيلوإنهنبي خلفهنبي هلككلماال

“Dari Abi Hurairah ra berkata: ‘Rasulullah SAW bersabda: Dahulu

Bani Israel dipimpin oleh para nabi, setiap seorang nabi meninggal, maka

digantikan oleh nabi yang lain. Dan sesungguhnya tidak ada nabi setelah

aku....’”

Dengan begitu hasil dari Fatwa Nomor 6 Tahun 2016 tentang ALIRAN

GERAKAN FAJAR NUSANTARA (GAFATAR) memutuskan berdasarkan

ketentuan hukum bahwa Paham dan ajaran aliran Gafatar memiliki kesamaan

dengan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, Pimpinan Ahmad Musadeq dengan ajaran

Millah Abrahamnya. Bagi pengikutnya berarti mereka telah murtad dari agama

Page 65: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

54

Islam. Selanjutnya MUI mengeluarkan anjuran kepada masyarakat yang telah

meyakini Ahmad Musadeq sebagai juru selamat, menolak adanya surga dan neraka

di akhirat, dan/atau mengingkari kewajiban salat lima waktu, puasa Ramadan, dan

haji diharapkan untuk bertaubat dan kembali kepada ajaran Islam. Dan yang kedua,

bagi masyarakat yang mengikuti kegiatan sosial tetapi tidak meyakini ajaran

keagamaan wajib keluar dari Gafatar untuk mencegah terpapar dari ajaran yang

menyimpang. Lalu, Pemerintah wajib melarang penyebaran aliran Gafatar serta

paham dan keyakinan yang serupa, dan melakukan penindakan hukum terhadap

pimpinan Gafatar yang terus menyebarkan keyakinan dan ajaran keagamaannya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah juga wajib

melakukan rehabilitasi dan pembinaan secara terus menerus terhadap pengikut,

anggota dan pengurus eks Gafatar.

Page 66: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

55

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada akhir tahun 2015, Indonesia diramaikan dengan sebuah organisasi yang

mengatas namakan dirinya Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR). Diawal

kemunculannya ia berkedok sebagai organisasi yang bergerak dibidang sosial dan

budaya. Gafatar memiliki dasar pemikiran yang menyatakan bahwa bangsa

Indonesia belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan

neoimperialis. Pemikiran ini yang digunakan Gafatar untuk menyebarkan paham-

pahamnya keseluruh Indonesia.

Organisasi Gafatar menjadi bahan pembicaraan masyarakat karena di

dalamnya terinidikasi ada sebuah paham atau aliran keagamaan baru yang

meresahkan bagi umat Islam di Indonesia. Keyakinan dan pemahaman yang

meresahkan tersebut berasal dari ajaran al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah

Abraham. Yakni meyakini adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa

setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Ahmad Musadeq atau Abdus Salam Messi

sebagai mesias dan juru selamat.

Data terkait kesesatan Gafatar dapat dilihat dari adanya hubungan antara

Ormas Gafatar dengan Ahmad Musadeq, itu terbukti dari susunan pengurus DPP

Gafatar. Terdapat 11 Pengurus Pendiri DPP Gafatar yang menjadi saksi atas

pengangkatan Ahmad Musadeq sebagai “nabi” pada 10 Februari 2007 di Gunung

Bundar, Bogor. “Sebagian mereka termasuk dalam daftar saksi-saksi Al Masih Al

Maw’ud, dalam buku “Ruhul Qudus yang Turun Kepada Al Masih Al Maw’ud”.

Saksi-Saksi Al Masih Al Maw’ud tertulis sebanyak 36 pria dan 18 wanita.”1

1 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 32.

Page 67: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

56

Menurut hasil penelitian berdasarkan beberapa dokumen dan perngakuan

informan dari MUI Aceh, diperoleh fakta bahwa pengikut Gafatar menyatakan

persaksian sebagai berikut:

Saya bersaksi bahwa:

a. Tidak ada Tuhan yang saya patuhi kehendak dan perintahnya selain Tuhan

Semesta Alam Tuhan Yang Maha Esa.

b. Bahwa Mesias adalah pembawa risalah Tuhan Semesta Alam untuk

menggenapi segala kehendak dan perintahnya bagi manusia.

c. Dibawah bimbingan Mesias saya sanggup berkorban harta dan diri saya untuk

mewujudkan kehendak dan rencana Tuhan semesta alam yang akan menjadikan

bangsa nusantara ini menjadi bangsa yang damai sejahtera.2

Dari persaksian tersebut dapat disimpulkan bahwa para pengikut Gafatar

didoktrin agar tunduk dan patuh kepada mesias atau juru selamat, dimana yang

dimaksud disini adalah Ahmad Musadeq. Mereka rela mengorbankan harta dan

dirinya demi terwujudnya cita-cita mereka yaitu menjadikan bangsa nusantara

menjadi bangsa yang damai sejahtera. Sumpah ini sebagai pengikat bagi para

pengikut Gafatar agar terus setia kepada ajaran paham-paham Ahmad Musadeq,

sehingga ia dapat dengan mudah menyebarkan ajaran Millah Abraham kepada para

pengikutnya. Pernyataan ini tidak secara jelas disebutkan oleh pimpinan Gafatar

diawal rekrutmennya, mereka berkedok bahwa Gafatar adalah ormas yang bergerak

dibidang sosial budaya bukan merupakan ormas keagamaan.

Selanjutnya fakta-fakta terkait dengan sesatnya ajaran Gafatar terlihat dari

pengakuan dari mantan Ketua Umum Gafatar yang mengatakan bahwa pengikut

2 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian

Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 33.

Page 68: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

57

Gafatar telah keluar dari ajaran Islam mainstream, tetapi hal ini tidak membuat

MUI bertindak lepas tangan kepada kasus ini, sebab tugas dan fungsi dari MUI

adalah untuk melindungi umat dari kesesatan. Dalam menyampaikan ajarannya,

pimpinan Gafatar serta guru-gurunya menggunakan ayat-ayat dari Al Quran,

dimana Al Quran merupakan kitab suci yang diyakini oleh Umat Islam seluruh

dunia. Penyalahgunaan penafsiran di luar kaidah tafsir mu’tabar dan upaya

mengubah pemahaman-pemahaman yang qoth’iy atas ayat-ayat Al Quran

merupakan tindakan penistaan dan penodaan terhadap ajaran Islam. 3

Sebelumnya MUI telah merumuskan 10 kriteria sebuah aliran dinyatakan

sesat yang telah ditetapkan pada Rakernas MUI tahun 2007 dan kembali disahkan

sebagai bagian dari SOP (Standard Operating Procedure) Pengkajian dan Penelitian

MUI pada Rakernas MUI tahun 2015. Kriteria aliran sesat tersebut mencakup 10

hal sebagai berikut :

1. Mengingkari rukun iman (Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari

Akhir, Qadla dan Qadar) dan rukun Islam (Mengucapkan 2 kalimat syahadah,

sholat 5 waktu, puasa, zakat, dan Haji).

2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan

as-sunah).

3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran.

5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.

6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.

3 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian

Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 41.

Page 69: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

58

7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.

8. Mengingkari Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir.

9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.

10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil syar'i.4

Kriteria-kriteria diatas dijadikan MUI sebagai dasar menyatakan ajaran-

ajaran dan aliran-aliran yang sesat. Permyataan ini tegas dijawab oleh Drs. H.

Ahmad Zubaidi, MA sebagai Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat. Beliau berkata:

"MUI tidak gegabah dalam menentukan kesesatan suatu ormas atau

suatu aliran, kalau belum betul-betul memenuhi kriteria itu belum akan

dinyatakan (sebagai) aliran sesat. Tetapi jika sudah memenuhi apalagi sudah

mengingkari Nabi Muhammad Saw, mengingkari Al Quran yasudah , sudah

amat jelas kalau aliran itu sudah sangat melanggar ushuludin (hal-hal pokok

dalam beragama), kalo sudah melanggar yasudah dinyatakan sebagai alairan

yang sesat."5

Dengan demikian MUI mengeluarkan fatwa bahwa Gafatar merupakan aliran

yang sesat, dilihat karena Gafatar melanggar aspek-aspek dari 10 kriteria aliran

sesat yang telah ditetapkan. Ajaran Gafatar berasal dari ajaran al-Qiyadah al-

Islamiyah dan Millah Abraham, yakni meyakini bahwa adanya pembawa risalah

dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad Saw, yaitu Ahmad Musadeq

alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru selamat. Hal ini telah melanggar

kriteria nomer 8 yaitu Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul

terakhir. Yang kedua adalah menolak adanya surga dan neraka di akhirat, ini

melanggar ajaran islam pada Al Quran dan As Sunnah. Lalu tidak diwajibkannya

salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji yang dimana ini merupakan rukun

4 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian

Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 5-7.

5 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 70: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

59

Islam. Dan yang terakhir mencampuradukan agama Islam, Kristen dan Yahudi.

Paham ini muncul karena dalam menafsirkan al Quran tidak menggunakan kaidah

tafsir yang benar. Karena semua hal pokok ajaran Islam telah dilanggar, maka MUI

dirasa perlu untuk mengeluarkan fatwa sesat kepada Ormas Gafatar.

Fatwa adalah “penjelasan hukum syariat atas suatu permasalahan dari

permasalahan-permasalahan yang ada, yang didukung oleh dalil yang berasal dari

Al-Qur’an, sunnah Nabawiyyah, dan ijtihad. Secara definitif fatwa yaitu usaha

memberikan penjelasan tentang hukum syara’ oleh ahlinya kepada orang yang

belum mengetahuinya.”6 Fatwa “biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau orang

yang memiliki otoritas dibidang hukum Islam.”7

Pada penelitian ini, peneliti mengambil fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga

Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI sebagai wadah para ulama, zuama dan

cendekiawan muslim, mereka memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing

umat untuk senantiasa istiqamah menjalankan Islam sesuai tuntunan Rasulullah

Saw. MUI harus berperan aktif membimbing umat Islam (ri’ayatul ummah) agar

tidak terjerumus mengikuti ajaran dan aliran menyimpang serta melakukan

penguatan (taqwiyah) terhadap aqidah, syariah dan akhlak umat Islam.8

Dalam pembuatan fatwanya sendiri, itu harus melalui beberapa tahapan dan

melewati komisi-komisi yang berkaitan dengan fatwa sesat Gafatar ini. Menurut

wawancara dengan Ahmad Zubaidi yang mengatakan:

“Pembuatan fatwa berlangsung cukup lama karena melalui pengkajian

terlebih dahulu, yang dikaji oleh Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka

menurunkan tim penelitinya, untuk meneliti sepak terjangnya, tentang

6 Mardani, Ushul Fiqh, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) h. 374.

7 Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, (Jakarta:AMZAH, 2013) h. 44.

8 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, (Jakarta: Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat & Komisi Penelitian

Dan Pengkajian MUI, 2016) h. 1.

Page 71: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

60

alirannya tentang keyakinananya, itu dicek di lapangan. Setelah dilakukan

penelitian tahap selanjutnya dibahas di Komisi Fatwa, dikajinya di Komisi

Pengkajian. Komisi Pengkajian rapat bersama dengan Komisi Fatwa, di

Komisi Fatwa dilihat dan disesuaikan dari aspek-aspek dalil-dalilinya, aspek

syar'inya apakah bertentangan atau nggak, ternyatakan (hasilnya)

bertentangan. maka kemudian MUI mengeluarkan fatwa sesat. Setelah keluar

fatwa sesat barulah diberikan kepada Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.”9

Setelah fatwa itu jadi dan hendak disosialisasikan kepada masyarakat, MUI

selanjutnya memiliki peran yang penting untuk mencegah konflik dan pengadilan

massa terhadap komunitas penganut aliran menyimpang atau terindikasi

menyimpang. Ketegasan MUI harus dilakukan dengan langkah-langkah yang

dapat dipertanggungjawabkan secara syar’i maupun hukum, sehingga prosedur

penegakan hukum terhadap aliran sesat sebagai tindak lanjut penetapan kesesatan

suatu aliran, dapat berjalan sesuai ketentuan yang berlaku. Karena banyak oknum-

oknum diluar sana yang memanfaatkan fatwa MUI sebagai landasan untuk bersikap

anarkisme kepada massa pengikut organisasi Gafatar. Seperti yang diungkapkan

oleh informan Ahmad Zubaidi:

“kemarin kita juga khawatir ketika dikeluarkannya fatwa sesat Gafatar,

khawatirnya ada kelompok-kelompok radikal yang memanfaatkan untuk

mengambil tindakan anarkisme. Jadi kita di MUI itu antara fatwa sesat

dengan penanganannya berbeda, bukan berarti kalau sesat kemudian

dihalalkan darahnya, bukan! Justru ketika dinyatakan sesat tugas kita untuk

mengembalikan kepada ajaran yang benar al-ruju’ ila al-haq, bukan sebagai

amunisi untuk anarkis kepada mereka.”10

Ahmad Zubaidi juga menambahkan pada saat penanganan ormas Gafatar

untungnya tidak terjadi tindakan anarkisme.

“Paling kalau di kalimantan sendiri terjadi ketegangankan soalnya

masyarakat sekitar sudah mengepung mereka, sudah siap untuk melakukan

9 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

10 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 72: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

61

penyerangan, tetapi karena pemerintah sigap, mereka langsung diungsikan,

dipulangkan. Bahkan merupakan fenomena yang pertama kali terjadi,

pemerintah sudah melakukan tindakan sebelum MUI mengeluarkan fatwa,

artinya biasanya pemerintah itu menunggu fatwa MUI, ini nggak, pemerintah

sudah bertindak lebih dulu, munkin karena aspek keamanan itu, karena

masyarakat setempat sudah merasa resah dengan adanya Gafatar di Boerneo

itu.”11

Strategi yang digunakan oleh MUI untuk mensosialisasikan fatwa sesat

ormas Gafatar, dilihat dari banyaknya kemungkinan-kemungkinan yang akan

terjadi di masyarakat. MUI melalui Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat bertugas untuk menjelaskan dan mensosialisasikan fatwa tersebut

kepada masyarakat.

A. Strategi MUI dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar

MUI sebagai lembaga yang mengeluarkan fatwa sesat Ormas Gafatar dirasa

perlu untuk mensosialisasikan fatwa tesebut kepada masyarakat dan umat muslim

di Indonesia. Dalam MUI yang bertugas untuk mensosialisasikan fatwa adalah dari

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat. Komisi Dakwah dirasa perlu

untuk mensosialisasikan fatwa sesat ini kepada masyarakat di Indonesia karena

Ormas Gafatar memiliki misi tersendiri untuk menjadikan Indonesia sebagai

Negara Karunia Semesta Alam yang mana dipimpin oleh sang juru selamat Ahmad

Musadeq. Sebelumnya Ahmad Musadeq juga terjerat dalam kasus aliran sesat al-

Qiyadah al-Islamiyah yang oleh MUI juga sudah difatwa sebagai aliran sesat pada

tanggal 3 Oktober 2007. Sehingga sekarang Gafatar dianggap sebagai

metamorfosis dari aliran al-Qiyadah al-Islamiyah yang telah difatwa sebagai aliran

yang sesat.

11 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 73: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

62

Ahmad Zubaidi selaku Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat mengatakan bahwa sangat perlu melakukan sosialisasi fatwa taersebut

agar masyarakat tahu kalau Gafatar itu sesat, Karena di level masyarakat bawah,

mereka menggunakan bahasa dakwah, bahasa pemberdayaan, bahasa revolusi

ekonomi, dari keadaan yang miskin ini bisa menjadi kaya. Hal-hal yang berkenaan

dengan keyakinan tidak diberitahu dari awal. Ketika mereka sudah mempunyai

keterkaitan yang kuat dengan Gafatar, baru paham keagamaan itu disampaikan.12

Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, ada 3 tipe pengikut

organisasi Gafatar, yaitu pengikut, operator ideolog dan ideolog. Ideolog, adalah

seorang pemikir, mereka yang memiliki keyakinan sangat kuat terhadap paham

keagamaan Gafatar. Ke dua operator ideologi, artinya dia bukan pemikir, tetapi

mereka merupakan kelompok yang menyebarluaskan ideologi dan ajaran Gafatar

kepada orang lain. Lalu yang ke tiga adalah pengikutnya.13

Pengurus organisasi Gafatar memiliki strategi sendiri untuk melakukan

pendekatan kepada masyarakat atau untuk menyembunyikan identitasnya di

masyarakat awam. Ini dilakukan agar mereka bisa melakukan rekrutmen dan

pengumpulan massa yang banyak untuk memperkuat organisasinya. Ahmad

Zubaidi mengatakan:

“Ditengah masyarakat mereka itu pinter, mereka itu selalu mensupport pemerintah daerah, jadi seolah-olah mereka mitra pemerintah daerah. Sehingga mereka sempat mendapat tempat yang cukup leluasa di Pemda-Pemda. Ini strategi politik supaya mereka memiliki akses yang mudah, baik akses dana dan akses dalam rangka rekrutmen. Tetapi setelah dilevel atas itu sudah politik tujuannya. Karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara Karunia Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Borneo di Kalimantan. Itu kemudian ada

12 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

13 Luqman Rimadi, 3 Tipe Penganut Gafatar Menurut Menteri Lukman,

http://news.liputan6.com/read/2426910/3-tipe-penganut-gafatar-menurut-menteri-lukman. Diakses 3

Juli 2016, Pukul 15.05 WIB.

Page 74: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

63

konsep Hijrah, semua orang harus Hijrah kesana. Nanti dari Hijrah itu bisa sampai konsep khital, khital itu perang, mereka siap perang nantinya. Jadi bermula dari hijrah dulu mereka kesana nanti setelah kuat, mereka siap berhadapan dengan pemerintah, maupun dengan komponen manapun, siap khital (perang).”14

Terkait dengan hal tersebut, penulis ingin mengetahui bagaimana strategi

yang digunakan MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar. Seperti

yang dikatakan Onong Uchjana Effendy bahwa “stategi komunikasi merupakan

paduan dari perencanaan komunikasi dengan menajemen komunikasi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan”, maka tahapan yang digunakan adalah

perpaduan dari model tahapan perencanaan komunikasi dan tahapan manajemen

untuk dapat digunakan dalam penelitian ini.

Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Strategi

Komunikasi” menyebutkan tahapan perencanaan komunikasi meliputi lima

tahapan, yaitu: Penelitian, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pelaporan.

Sedangkan Bambang Hariadi dalam buku “Strategi Manajemen” mengatakan

bahwa “proses strategi manajemen pada darsarmya meliputi tiga langkah utama,

yaitu: perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.”15

Dengan demikian tahapan strategi komunikasi yang digunakan oleh MUI

dalam mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar terdiri dari lima langkah, yaitu:

1. Penelitian

Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui problematik yang dihadapi suatu

lembaga.16 Tahapan ini juga merupakan tahap penemuan fakta. Tahap penelitian

ini digunakan untuk mengetahui bagaimana opini publik dan keadaan yang terjadi

14 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

15 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2005) h. 4

16 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72

Page 75: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

64

sebenarnya terhadap suatu permasalahan yang terjadi di sekitar organisasi atau

lembaga tersebut.

MUI mempunyai komisi khusus yang berkaitan dengan mencari fakta di

lapangan, yaitu pada Komisi Penelitain dan Pengkajian. Mereka menurunkan tim

penelitinya, untuk meneliti sepak terjang dari Ormas Gafatar, mencari informasi

terkait aliran dan keyakinananya yang dianut oleh para pengikut Gafatar.

Penelitian ini dilakukan langsung kepada pelaku di lapangan dengan koordinasi

antara MUI pusat dengan MUI yang di daerah. Data yang terkumpul kemudian

dikaji oleh Komisi Pengkajian yang melakukan rapat bersama dengan Komisi

Fatwa.17 Hasil dari rapat itu adalah menyatakan bahwa Gerakan Fajar Nusantara

dinyatakan sebagai organisasi massa yang beraliran sesat dan menyesatkan dilihat

dari beberapa faktor berikut:

a. Organisasi Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) bergerak di bidang sosial,

namun pada faktanya mengajarkan keyakinan dan pemahaman keagamaan

yang meresahkan masyarakat muslim;

b. Keyakinan dan pemahaman keagamaan yang meresahkan tersebut berasal

dari ajaran al-Qiyadah al-Islarmyah dan Millah Abraham, yakni menyakini

adanya pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi

Muhammad SAW, yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai

mesias dan juru selamat; mengingkari kewajiban shalat lima waktu, puasa

ramadhan, dan haji; serta mencampuradukkan pokok-pokok ajaran Islam,

Nasrani dan Yahudi dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Quran tidak sesuai

dengan kaidah tafsir;

17 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 76: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

65

c. Aliran ini berkembang di beberapa daerah yang kemudian menimbulkan

keresahan masyarakat, sehingga sebagian organisasi, lembaga termasuk

Kejaksaan Agung RI mengajukan permintaan fatwa tentang masalah

tersebut;18

Ketiga faktor inilah yang melatar belakangi munculnya Fatwa Nomer 6

Tahun 2016 tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Tetapi pada Komisi

Dakwah dan Pengembangan Masyarakat tidak melakukan penelitian khusus untuk

mensosialisasikan fatwanya kepada masyarakat. Mereka hanya bertugas untuk

membina umat muslim di Indonesia agar lebih waspada dalam melihat fenomena

yang ada di sekitar lingkungannya.

2. Perencanaan

Perencanaan sama dengan perumusan, yaitu proses penyusunan langkah-

langkah ke depan yang dimaksudkan untuk menetapkan tujuan strategis, serta

merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.19 Dengan demikian, dalam

tahap perencanaan diperlukan strategi tentang pemilihan atau penentuan sumber

(komunikator), pesan, media, sasaran (komunikan), dan efek yang diharapkan.20

Berikut penjabarannya:

a. Komunikator

Sumber atau komunikator disini adalah individu atau lembaga yang bersifat

sebagai pemberi pesan yang berupa informasi atau penyuluhan. Pada saat

mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar ini yang bertindak sebagai

18 Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat, Penjelasan Fatwa MUI Tentang

Kesesatan Gafatar, h. 11-12. 19 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 5.

20 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 72.

Page 77: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

66

komunikator adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diwakili oleh Komisi

Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.

b. Pesan

Pesan adalah kata-kata, lambang, isyarat, tanda atau gambar yang

disampaikan. Dalam hal ini pesannya berupa Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Nomer 6 Tahun 2016 Tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Selain fatwa

itu sendiri, pesan yang ingin disampaikan oleh MUI juga berupa penyuluhan dan

hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi terhadap munculnya aliran-

aliran sesat di Indonesia, khususnya ajaran yang dibawa oleh Ormas Gafatar.

c. Media

Selanjutnya media adalah perantara yang digunakan oleh sumber untuk

menyampaikan pesannya kepada sasaran yang ingin dituju, yaitu

komunikannya. Dalam hal ini Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat

menggunakan media cetak dan media massa dalam mensosialisasikan fatwa

sesat Ormas Gafatar ini. Media cetak yang digunakan merupakan buku. MUI

menyetak buku khusus yang membahas tetang kesesatan Ormas Gafatar.

Selanjutnya MUI juga menggunakan media massa seperti televisi, radio dan

koran untuk menyebarkan informasinya. Hasil Press Conference MUI disiarkan

secara serentak oleh media massa di Indonesia, seperti Metro TV dalam

program berita Metro Hari Ini pada tanggal 3 Februari 2016, NET TV dalam

program NET 16 tanggal 3 Februari 2016. Bahkan mereka menggunakan media

internet seperti website resmi MUI yaitu http://mui.or.id, media sosial, dan

media online seperti Kompas.com, BBC.com, Liputan6.com, dan media-media

lain yang menampilkan berita mengenai fatwa Gafatar tersebut.

Page 78: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

67

d. Sasaran

Sasaran maksudnya adalah target yang ingin dipengaruhi atau dalam

bahasa komunikasinya adalah komunikan, yaitu target penerima pesan yang

disampaikan oleh komunikator. Sasarannya bisa berupa orang, kelompok atau

lapisan masyarakat tertentu.

Pada penelitian ini yang menjadi target sasaran dari Fatwa MUI tentang

Gafatar dibagi menjadi dua. Sasaran pertama adalah kepada para eks anggota

Gafatar dan yang ke dua adalah kepada masyarakat yang tidak mengikuti

Gafatar. Untuk para eks anggota Gafatar juga dibagi menjadi dua kriteria, yaitu

mereka yang mempercayai paham yang diajarkan di dalam Gafatar dan mereka

yang hanya mengikuti kegiatan sosial organisasi Gafatar.21

e. Efek

Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat dari

diterimanya pesan melalui komunikasi. Efek bisa bersifat kognitif yang meliputi

pengetahuan atau bisa juga bersifat afektif yang meliputi perasaan, emosi, atau

bisa juga bersifat konatif yang berupa tindakan.22

Dalam kasus ini efek yang ingin dicapai oleh MUI juga terbagi berdasarkan

target sasarannya. Bagi para eks pengikut Gafatar MUI mengharapkan agar

keluar dari organisasi tersebut dan bertaubat untuk kembali lagi ke ajaran Islam

yang sebenarnya. Dan bagi masyarakat umum diharapkan waspada terhadap

ajaran aliran-aliran sesat yang muncul di Indonesia. Serta masyarakat melalui

pemerintah bisa menerima kembali para eks pengikut Gafatar di tengah-tengah

lingkungannya.

21 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR), h. 7 22 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) h.46-47

Page 79: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

68

Untuk menjalankan perencanaan di atas, MUI juga memiliki Strategi

pendekatan khusus untuk mensosialisasikan fatwa sesat Gafatar kepada

masyarakat dan para eks pengikut Gafatar berdasarkan hasil wawancara berikut:

“Kita merencanakan untuk terjun ke daerah-daerah yang dimana disitu

terdapat konsentrasi-konsentrasi Gafatar. Tetapi disana pun kita tidak

melakukan terjun langsung ke mereka, kita melakukan TOT (Training Of

Trainer). Jadi orang-orang lokal itu yang kita latih, MUI setempat yang kita

latih. Jadi nanti yang melakukan pembinaaan langsung adalah MUI

setempat. Dan bukan hanya MUI, tapi semua stakeholder disana seperti

Pemdanya dilibatkan semua. Kita training itu pemahaman tentang Gafatar

dan tekhnik penanganannya. Kenapa seperti itu? itu penghematan waktu

dan biaya. kalau orang pusat harus menangani langsung ke daerah, berapa

lama waktu yang dibutuhkan, berapa biaya yang dibutuhkan, ini tidak

masuk akal.”23

Dengan begitu pada tanggal 30 Mei - 1 Juni 2016 Komisi Dakwah

mengadakan RAKORNAS (Rapat Koordinasi Nasional) Komisi Dakwah se-

Indoneisa. RAKORNAS itu dihadiri oleh seluruh Komisi Dakwah di Indonesia

untuk menjelaskan tentang Gafatar. Harapannya agar MUI di daerah bisa terus

melakukan kampanye ini, atau sosialisasi tentang sesatnya Gafatar dan

penanganannya. Jadi MUI tidak sekedar mengatakan sesat, tetapi penaganannya

itu yang penting. Supaya mereka yang sudah terkena atau sudah ikut bisa segera

kembali kepada masyarakat dan kembali ke jalan yang benar. Disisi lain juga

untuk membatasi supaya gerakan ini jangan sampai meluas.

Selain dengan Rapat Koordinasi Nasional Komisi Dakwah se-Indoneisa,

MUI memiliki tugas khusus untuk mengedukasi masyarakat yaitu dengan

memberikan pemahaman-pemahaman agama dan memperkuat aqidah

masyarakat agar tidak tidak mudah tergelincir untuk mengikuti aliran-aliran

sesat yang ditawarkan oleh kelompok tertentu. Tentu MUI tidak bisa bergerak

23 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 80: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

69

sendiri dan memerlukan bantuan dari para Dai-dai dan penceramah untuk

memeberikan seruan-seruan tentang kesesatan Gafatar dan mengajarkan aqidah

Islam yang benar. Maksudnya bila masyarakat sudah mengetahui aqidah Islam

yang benar, maka mereka akan memiliki sensitifitas terhadap aqidah-aqidah

baru yang tidak diajarkan sebelumnya. Jadi otomatis dengan penguatan aqidah

masyarakat sudah memiliki benteng agar tidak terpengaruh dengan aliran-aliran

baru yang ada ini.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tindakan yang diambil dalam rangka implementasi

rumusan strategi yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan dalam sebuah lembaga

berarti pengorganisasian seluruh divisi-divisi di perusahaan tersebut untuk

menjalankan rumusan yang telah disepakati. Tahap pelaksanaan bisa dilakukan

dalam bentuk tayangan di televisi, wawancara di radio, pemasangan iklan di surat

kabar, pemasanagan baliho atau spanduk di jalanan, dan pemberangkatan tim

penyuluhan untuk bertatap muka dengan komunitas di lokasi yang menjadi target

sasaran.24

Tindakan pertama setelah dikeluarkannya fatwa sesat Gafatar itu adalah

dengan menyebarkannya di media massa. MUI mengudang para insan pers untuk

datang ke kantor MUI pada tanggal 3 Februari 2016. Hari itu MUI mengadakan

konfrensi pers terkait pernyataan dan dikeluarkannya fatwa sesat kepada Ormas

Gafatar. Peristiwa itu pun diliput oleh media yang ada di Indonesia seperti dari

media televisi, radio, surat kabar, dan media-media online di Indonesia untuk

disebarluakan kepada masyarakat secara cepat.

24 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73

Page 81: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

70

Di media televisi stasiun yang menayangkan berita mengenai MUI yang

memfatwa sesat Ormas Gafatar salah satunya adalah Metro TV dalam program

berita Metro Hari Ini, NET TV dalam program berita NET 16. Sedangkan radio

RRI melalui website resminya juga memberitakan mengenai Fatwa sesat Ormas

Gafatar. Selanjutnya surat kabar ternama di Ibukota seperti, Kompas, Republika,

dan Tempo memuat berita mengenai sesatnya Ormas Gafatar dan Fatwa MUI

bahwa Gafatar merupakan aliran sesat. Terakhir media-media online juga turut

memberitakan informasi tersebut agar masyarakat Indonesia tahu dan tidak

terjerumus untuk mengikuti ormas Gafatar.

Setelah itu MUI melakukan RAKORNAS Komisi Dakwah se-Indonesia

yang bertujuan untuk mengkoordinasikan antara pengurus MUI Pusat dengan

MUI Daerah. Diharapkan setelah RAKORNAS ini kerjasama antar keduanya

semakin baik dalam upaya mengedukasi masyarakat serta mensosialisasikan

fatwa sesat Ormas Gafatar ini. Hasil dari RAKORNAS itu adalah akan

diadakannya pelatihan atau Training Of Trainer (TOT) kepada para pengurus

MUI di daerah. Tetapi terakhir kali peneliti melakukan wawancara dengan

narasumber, ia mengatakan secara resmi program TOT itu belum dilakukan,

berikut penjelasannya:

“Untuk program TOT secara resmi belum kita lakukan, tapi

pengiriman informasi ke daerah sudah dilakukan. Artinya jangan tunggu

training terlebih dahulu, kelamaan. Jadi daerah tetap kita berikan wewenang

untuk mengangani. Untuk program training itu sebenernya untuk

penyelesaian yang komprehensif, tetapi penyelesaian yang sifatnya segera,

itu daerah bisa langsung menangani.”25

Pengiriman informasi itu berupa buku panduan yang diterbitkan oleh

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat dan Komisi Penelitian dan

25 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 82: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

71

Pengkajian MUI dengan judul “Penjelasan Fatwa MUI Tentang Kesesatan

Gafatar”. Buku itu hanya dijadikan sebagai panduan dasar untuk mengatasi

masalah tentang Gafatar, untuk cara pengantisipasian dan pengeksekusian

pengurus MUI di daerah diberi kebebasan untuk berkreasi sekreatif mungkin

untuk metode pendekatannya.

Upaya dari MUI di daerah tersebut kemudian di dukung oleh para Dai dan

para penceramah lokal untuk terus mengedukasi masyarakat dan terus

mengkampanyekan pemahaman tentang aliran-aliran yang sesat agar masyarakat

paham dan tidak terjerumus ke ajaran-ajaran kesesatan. Masyarakat juga bisa

berperan aktif bila mendapatkan informasi tentang aliran sesat di lingkungannya.

Mereka bisa melaporkan kepada pihak yang berwajib dan kepada Komisi Dakwah

di daerahnya agar bisa segera dilakukan pemeriksaan dan tindakan antisipasi

sebelum paham itu tersebar ke orang lain.

Mengapa masyarakat juga harus berperan aktif dalam mengantisipasi

ajaran-ajaran yang menyesatkan? Karena seperti contoh kasus Gafatar, kita sering

mendengar bahwa terdapat beberapa kasus penculikan. Jadi Gafatar melakukan

rekrutmen dengan mempengaruhi para calon anggotanya dengan segala ajaran

paham-pahamnya, setelah mereka yakin dengan ajaran tersebut maka mereka

akan langsung hijrah ke Borneo, yaitu tempat para anggota Gafatar berkumpul.

Kasus seperti ini yang dianggap oleh keluarga calon anggota Gafatar sebagai

tindakan pencucian otak dan penculikan. Jadi selain melanggar nilai-nilai hukum

agama, Gafatar juga telah melanggar hukum bernegara.

4. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dari strategi yang telah

dilaksanakan, apakah kinerja sesungguhnya sesuai dengan kinerja yang

Page 83: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

72

diharapkan. Seperti apakah media yang digunakan efektif untuk digunakan

sebagai implementasi strategi tersebut, apakah tujuan dari strateginya tercapai,

apakah pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh penerima, dan tindakan apa

yang dilakukan khalayak setelah menerima dan mengerti informasi yang

disampaikan.

Sejauh ini evaluasi yang dilakukan oleh MUI, khususnya oleh Komisi

Dakwah dan Pengembangan Islam masih menggunakan evaluasi kualitatif, yaitu

hanya melihat dari fenomena yang nampak. Pengukuran evaluasinya itu

berdasarkan bagaimana para da’i melakukan tugasnya dalam rangka Himayatul

Ummah (melindungi umat). MUI tidak bisa memastikan secara kuantitatif berapa

anggota eks Gafatar yang telah kembali memeluk Islam dan berapa yang tidak,

pengukuran hanya berdasarkan pernyatan da’i dan pernyataan dari Pemda

setempat. Evaluasi hanya dari seberapa gencar para da’i dalam menghadiri dan

mendakwahi titik-titik berkumpulnya para eks anggota Gafatar untuk kembali ke

ajaran Islam yang benar.26 Terkait kepercayaan masyarakat dengan fatwa MUI,

sejauh ini masih banyak masyarakat yang menerima fatwa dari MUI

dibandingkan dengan yang menolak. Ahmad Zubaidi selaku narasumber

mengatakan:

“Fatwa-fatwa yang ada di masyarakat selalu kita evaluasi dampaknya,

walaupun yang kami lakukan masih sebatas evaluasi kualitatif, bukan

evaluasi kuantitatif. Evaluasi kualitatif itu kita hanya sebatas membaca

fenomena dari yang nampak di masyarakat, kecenderungan biasanya

masyarakat menerima atau menolak kan kelihatan, dan memang

kontroveresi ya kadang-kadang ada. Tapi kalau kita lihat secara kualitatif,

saya rasa memang lebih banyak yang menerima fatwa MUI dari pada yang

menolak.27

26 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 8 September 2016.

27 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 84: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

73

5. Pelaporan

Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi yang

telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada pimpinan

untuk dijadikan bahan pertimbangan. Jika dari laporan diperoleh hasil positif,

maka bisa dijadikan sebagai landasan untuk program selanjutnya. Tapi jika dalam

laporan itu ditemukan hal-hal yang kurang sempurna, maka temuan tersebut bisa

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk merevisi atau memodifikasi program

yang akan dilakukan.28

Setiap hari Selasa, pengurus MUI selalu melakukan rapat yang dinamakan

Rapat Pengurus Harian. Rapat tersebut dihadiri oleh Ketua Umum MUI dan

pengurus-pengurus harian lainnya. Biasanya Komisi yang diundang hanya

Komisi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas saat rapat. Rapat itu

bertujuan untuk melaporkan kepada pimpinan tentang perkembangan yang

terjadi, disitu juga terjadi tahapan evaluasi, bagaimana kesimpulan akhirnya

dibahas dalm rapat itu. Di setiap Komisi ada rapat tersendiri, setelah rapat di

Komisi selesai baru dilaporkan ke rapat pengurus harian.

Terkait Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap

rapat. Setiap program-program yang dibentuk oleh Komisi Dakwah sebelumnya

sudah dibahas di setiap rapat. Seperti yang dikatan oleh Ahmad Zubaidi:

“Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap rapat

itu. Komisi Dakwah membuat buku dan sebagainya itu berdasarkan hasil

dari rapat itu, yang menginstruksikan kepada Komisi Dakwah untuk segera

membuat langkah-langkah pembinaan terhadap Gafatar. Agar langkah-

langkah yang kita buat bisa dipahami oleh komisi yang di daerah akhirnya

28 H. Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 73

Page 85: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

74

kita buat buku itu.”29

Dengan adanya tahap pelaporan ini diharapkan Pimpinan MUI selalu

mengetahui dan memantau bagaimana kinerja dari Komisi-komisi yang ada

dibawahnya. Dengan adanya Rapat Pengurus Harian itu selain untuk merumuskan

jalan keluar dari permasalahan yang timbul di masyarakat, juga dapat

mendekatkan para anggota MUI agar selalu menjaga tali silaturahmi diantar

Komisinya.

B. Faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi MUI dalam Mensosialisasikan

Fatwa Sesat Ormas Gafatar

Dalam mensosialisaikan fatwa sesat Gafatar ini MUI terbantu dengan faktor-

faktor pendukung dari pihak intern lembaga dan dari ekstern. Tetapi selain faktor

yang mendukung MUI juga mengalami beberapa hambatan dalam proses

mesosialisasikan fatwanya. Berikut adalah faktor pendukung dan penghambat MUI

dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:

1. Faktor pendukung MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:

a. MUI adalah lembaga yang berisi gabungan dari ormas-ormas Islam di

Indonesia. Yaitu merupakan kumpulan dari ulama, zuama, para pemimpin

dan sebagainya. Ini merupakan suatu kekuatan MUI agar bisa diterima

kealiran mana pun tanpa ada sekat pembatasnya. Sehingga fatwa yang

dikeluarkan MUI akan berlaku ke semua aliran, seperti NU,

Muhammadiyah, PERSIS, dan aliran yang lainnya. Diharapkan fatwa

Gafatar ini juga diterima oleh para pengikut organisasi tersebut karena

memang ajaran Gafatar telah keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya.

29 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 86: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

75

b. Kepada pengurus MUI di daerah yang telah berkoordinasi dengan MUI

pusat dalam upaya penanggulangan Ormas Gafatar secara langsung.

Sebelumnya MUI di daerah sudah mengeluarkan lebih dulu terkait dengan

fatwa sesat Ormas Gafatar. Kerena mereka lebih dulu merasakan dampak

negatif dari ajaran yang dibawa oleh Gafatar.30

c. MUI mendapat dukungan penuh dari pemerintah Indonesia. Fatwa MUI

selalu ditunggu untuk dijadikan sebagai penjelas akan yang haq dan yang

bathil. Bahkan MUI mendapat sokongan dana dari APBN berdasarkan

Instruksi Presiden tahun 2014 yang ditanda tangani oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono. Terkait dengan kasus Gafatar pemerintah sangat

bersifat kooperatif dengan MUI, ketika MUI belum mengeluarkan

fatwanya tentang Gafatar, pemerintah sudah melakukan tindakan

antisipasi kepada para eks anggota Gafatar di Borneo, Kalimantan. Karena

disinyalir akan ada penyerangan yang dilakukan oleh warga setempat

kepada para eks anggota Gafatar.31

d. Para pelaku media massa atau pers baik itu televisi, radio, surat kabar, dan

media online yang secara kooperatif terus menyebarkan informasi terkait

pemberitaan Gafatar dan fatwa sesat Ormas Gafatar yang dikeluarkan

MUI.

e. Para Da’i, Penceramah dan Khotib di Indonesia di harapkan dapat terus

mengajarkan kepada masyarakat terkait aqidah seorang muslim yang

benar. Serta selalu mendakwahkan umat tentang aliran-aliran yang

30 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 31 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 87: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

76

menyesatkan, supaya mereka tidak bergabung didalamnya. Dan juga

kepada para umat Islam di Indonesia yang mempercayai akan fatwa dari

MUI untuk dijadikan penjelas dalam kehidupan sehari-hari.32

2. Faktor penghambat MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:

a. MUI bukan sebuah struktur pemerintahan, sehingga terkadang terdapat

kendala-kendala dalam strukturalnya. Artinya karena bukan pemerintahan,

pengurus MUI merupakan volunteer atau relawan, sementara pengurus

yang didalamnya juga terikat dengan pekerjaan masing-masing, seperti

dosen dan rektor. Sehingga dalam menangani suatu kasus kurang bisa

fokus, lain dengan pemerintahan yang memiliki semacam instruksi

strukturalnya akan berjalan dengan baik.

b. Faktor finansial atau dana yang terbatas. Karena pekerjaan untuk

penanganan orang-orang yang sesat ini membutuhkan dana yang besar

untuk terjun kelapangan, pelatihan kepada pengurus MUI di daerah-daerah

dan program-program di MUI lainnya. Komisi Dakwah dan

Pengembangan Masyarakat secara khusus tidak membatasi budget yang

dibutuhkan untuk mensosialisasikan fatwanya karena untuk

mensosialikasikan bisa melalui Dai-dai dan penceramah sehingga tidak

membutuhkan dana yang besar. Tetapi dana itu dibutuhkan untuk program

pelatihan kepada pengurus MUI yang ada di daerah.33

c. Fatwa itu bersifat tidak mengikat, sehingga terkadang fatwa MUI tidak

bisa menjadi pendapat seluruh umat Isalm. Sementara MUI tidak

32 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 33 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 88: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

77

mempunyai kewenangan untuk memaksa orang untuk mengikuti

fatwanya, itu salah satu kendalanya. Jadi MUI hanya bisa seperti orang

yang berdakwah saja, hanya mengajak kepada kebenaran. Lain dengan

negara, bila tidak taat dengan negara, negara punya aparatur untuk

menertibkan, ada hukum yang bisa menegakkan.34

d. Para pengikut Gafatar cenderung bersikap tertutup. Mereka seperti diam

seribu bahasa jika ditanya tetang organisasi yang mereka ikuti itu. Ini

menghambat para pihak peneliti untuk mengetahui tetang background dan

aktifitas mereka. Selama ini mereka masih mau mengikuti program yang

dibuat MUI untuk mengembalikan dia kepada ajaran Islam yang benar,

tetapi ditakutkan mereka seperti layaknya taqiyah dalam syiah, yaitu

kondisi luar dengan yang ada didalam batinnya tidak sama, atau hanya

berpura-pura bertaubat dan tetap kembali lagi menjadi sesat nantinya.35

3. Solusi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar:

a. Solusinya adalah seharusnya perlu ada lembaga resmi yang memang

mengurus tentang penanganan kepada ajaran keagamaan di Indonesia, jika

tidak maka akan terus bermunculan paham-paham baru di Indonesia yang

tujuannya ingin memecah belah bangsa.

b. Terkait masalah finansial, MUI seharusnya memiliki sumber dana lain

selain dari APBN. MUI merupakan gabungan ormas-ormas Islam,

Harusnya mereka bisa sedikit memberi bantuan dana untuk operasional

34 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016. 35 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 89: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

78

MUI. Namun soal pendanaan ini harus bersifat transparan dan digunakan

dengan semestinya.

c. Terkait dengan masyarakat yang belum menjalankan fatwa dari MUI, itu

memang sudah tugas dari MUI untuk terus mengedukasi dan

mensosialisasikan fatwanya kepada masyarakat. Jika MUI dengan gencar

mendakwahkan fatwa-fatwanya dan mendakwahkan ajaran Islam yang

sebenarnya, maka masyarakat akan memiliki kemampuan untuk memilah

mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang sesat.36

36 Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Page 90: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian stratregi komunikasi Majelis Ulama Indonesia dalam

mensosialisasikan fatwa sesat Ormas Gafatar, maka penulis memberi kesimpulan

sebagai berikut:

1. Strategi Komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwanya melewati lima

tahapan, yaitu:

a. Penelitian

MUI memiliki komisi sendiri yang melakukan tugas untuk meneliti,

namanya Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka menurunkan timnya

untuk langsung melakukan observasi lapangan terkait ajaran dan paham yang

dibawa oleh gafatar. Selanjutnya hasil penelitian itu dirapatkan bersama

Komisi Fatwa untuk dijadikan fatwa sesat kepada Ormas Gafatar. Setelah

fatwa itu jadi maka selanjutnya adalah tugas dari Komisi Dakwah dan

Pengembangan Masyarakat untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat.

b. Perencanaan

Pada tahap ini MUI melakukan perencanaan strategi komunikasi

dengan melihat dari unsur-unsur komunikasinya, seperti penetapan

komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Komunikatornya adalah

MUI yang diwakili oleh Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat.

Selanjutnya pesannya adalah Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomer 6 Tahun

2016 Tentang Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Medianya melalui media

cetak dan media massa. Media cetak berupa buku yang khusus membahas

Page 91: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

80

tentang Gafatar dan media massa melalui siaran Press Conference. Target

sasaran penerima pesannya adalah para eks pengikut Gafatar dan masyarakat

di Indonesia. Terakhir efek yang ingin didapat adalah agar para eks anggota

Gafatar itu bertaubat dan kembali memeluk agama Islam yang sebenarnya.

Lalu kepada masyarakat agar menguatkan aqidah mereka sehingga tidak

mudah terpengaruh lalu bergabung dengan aliran-aliran sesat yang ada.

c. Pelaksanaan

Setelah di rumuskan strategi tersebut kemudian masuk ke tahap

pelaksanaan. Strategi yang sudah dilaksanakan adalah menyebarkan Fatwa

Sesat Gafatar ke media massa, RAKORNAS Komisi Dakwah se-Indonesia,

mengadakan Training Of Trainer (pelatihan kepada pengurus daerah).

d. Evaluasi

Sejauh ini evaluasi yang dilakukan oleh Komisi Dakwah dan

Pengembangan Islam masih menggunakan evaluasi kualitatif, yaitu hanya

melihat dari fenomena yang nampak. Dan hasil evaluasi sejauh ini masih

banyak masyarakat yang menerima fatwa dari MUI dibandingkan dengan

yang menolak.

e. Pelaporan

Pelaporan ialah tindakan terakhir dari kegiatan strategi komunikasi

yang telah dilaksanakan. Laporan sebaiknya dibuat secara tertulis kepada

pimpinan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Dengan adanya tahap

pelaporan ini diharapkan Pimpinan MUI selalu mengetahui dan memantau

bagaimana kinerja dari Komisi-komisi yang ada dibawahnya.

Page 92: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

81

2. Faktor pendukung, penghambat dan Solusi MUI dalam mensosialisasikan

fatwa sesat Ormas Gafatar, yaitu:

a. Pendukung

1) MUI adalah lembaga yang berisi gabungan dari ormas-ormas Islam

di Indonesia.

2) Pengurus MUI di daerah yang selalu berkoordinasi untuk

memberantas Gafatar.

3) Pemerintah Indonesia yang selalu mendukung program MUI.

4) Pelaku media massa yang membantu menyebarkan informasi terkait

fatwa sesat Ormas Gafatar.

5) Para Da’I dan alim ulama yang terus menyerukan ajaran Islam yang

benar kepada masyarakat.

b. Penghambat

1) Anggota MUI bukan anggota yang memang bekerja fokus untuk

MUI.

2) Faktor finansial yang tidak memenuhi kebutuhan dari MUI.

3) Banyak masyarakat yang tidak menjalankan fatwa dari MUI.

4) Para pengikut Gafatar sulit untuk dimintai keterangan mengenai

aktifitas organisasinya.

c. Solusi

1) Perlu ada lembaga resmi yang memang mengurus tentang

penanganan kepada ajaran keagamaan di Indonesia, agar tidak

bermunculan paham-paham baru di Indonesia.

2) MUI seharusnya memiliki sumber dana lain selain dari APBN.

Page 93: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

82

Harusnya ormas-ormas Islam yang tergabung bisa sedikit memberi

bantuan dana untuk operasional MUI.

3) MUI harus terus mengedukasi dan mensosialisasikan fatwanya

kepada masyarakat agar masyarakat sadar dan mengerti mana ajaran-

ajaran yang benar dan yang sesat.

3. Jadi kesimpulannya Majelis Ulama Indonesia memiliki tiga tugas utama,

yaitu: a) Himayatul Ummah (melindungi umat), b) Taquyatul Ummah

(memberdayakan umat), dan c) Tauhidul Ummah (menyatukan umat). Dalam

hal ini MUI bertugas sebagai Himayatul Ummah yaitu melindungi umat dari

aliran-aliran yang menyesatkan. MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat

Ormas Gafatar ini terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu: pertama dengan

menggunakan media massa. Maksudnya berita terkait fatwa Gafatar dan

perkembangan mengenai berita Gafatar bisa diperoleh melalui tayangan

televisi, radio, surat kabar dan media online. Kedua, dengan pendekatan

langsung ke masyarakat. MUI Pusat berkoordinasi dengan MUI daerah dalam

mensosialisasikan langsung fatwa mengenai Gafatar dan mengedukasi

masyarakat untuk tetap waspada terhadap aliran yang mengajarkan kesesatan.

4. Ormas Gafatar dinyatakan sesat karena ajaran Gafatar berasal dari ajaran al-

Qiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham, yakni meyakini bahwa adanya

pembawa risalah dari Tuhan Yang Maha Esa setelah Nabi Muhammad Saw,

yaitu Ahmad Musadeq alias Abdus Salam Messi sebagai mesias dan juru

selamat. Hal ini telah melanggar kriteria mengingkari Nabi Muhammad SAW

sebagai nabi dan rasul terakhir. Yang kedua adalah menolak adanya surga dan

neraka di akhirat, ini melanggar ajaran islam pada Al Quran dan As Sunnah.

Page 94: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

83

Lalu tidak diwajibkannya salat lima waktu, puasa Ramadan, dan haji yang

dimana ini merupakan rukun Islam. Dan yang terakhir mencampuradukan

agama Islam, Kristen dan Yahudi. Paham ini muncul karena dalam

menafsirkan al Quran tidak menggunakan kaidah tafsir yang benar.

B. Saran

Peneliti memberikan saran-saran kepada pihak-pihak tertentu agar bisa

menjadi bahan evaluasi dan masukan terkait mensosialisasikan fatwa sesat Ormas

Gafatar kepada masyarakat. Pihak-pihak tersebut adalah:

1. Majelis Ulama Indonesia

a. MUI harus lebih sering melakukan evaluasi agar kasus seperti ajaran

Ormas Gafatar yang merupakan metamorphosis dari aliran al-Qiyadah al-

Islamiyah dan Millah Abraham bisa diberantas sehingga tidak ada lagi

masyarakat Indonesia yang mengikuti aliran yang menyesatkan.

b. Seharusnya MUI memiliki anggota yang bisa bekerja dengan fokus untuk

MUI. MUI tidak dijadikan pekerjaan sambilan karena misi dari MUI ini

adalah sebagai pewaris tugas rasulullah untuk menumpas kesesatan.

c. MUI harus punya alternatif sumber dana untuk biaya operasional kerjanya.

Karena program-program yang dilakukan oleh MUI tidak murah karena

harus menjangkau wilayah seluruh Indonesia.

2. Para Da’i dan Pemuka Agama

Untuk para Da’i, penceramah dan khotib harus secara terus menerus

mensosialisasikan fatwa atau ajaran-ajaran yang menyesatkan dengan cara

menguatkan aqidah umat muslim di Indonesia. Upaya ini untuk mengedukasi

masyarakat dan meminimalisir pengaruh yang dibawa oleh organisasi yang

Page 95: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

84

menyesatkan seperti Gafatar.

3. Masyarakat dan Umat Muslim di Indonesia

Untuk masyarakat dan umat muslim di Indonesia harus lebih sensitif

dan tidak mudah terpengaruh dengan ajakan orang yang membujuk untuk

lebih kaya dan sejahtera dengan cara singkat, karena disinyalir itu hanya

kedok untuk mereka bisa menyebarkan paham dan ajarannya seperti yang

dilakukan oleh MUI.

Page 96: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

85

DAFTAR PUSTAKA

Alhafidz, Ahsin W. 2013. Kamus Fiqh. Jakarta: AMZAH.

Bahri, Media Zainul. 2011. Satu Tuhan Banyak Agama: Pandangan Sufistik Ibn

Arabi, Rumi dan Al-Jili, Jakarta: PT. Mizan Publika.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Cangara, H. Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

----------. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Aliran Gerakan

Fajar Nusantara (GAFATAR).

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Hariadi, Bambang. 2005. Strategi Manajemen: Strategi Memenangkan Perang

Bisnis. Malang: Bayumedia Publishing.

Henselin, James M. 2007. Sosiologi: Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta:

Erlangga.

Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyarakat. 2016. Penjelasan Fatwa MUI

Tentang Kesesatan Gafatar. Jakarta: Komisi Dakwah Dan

Pengembangan Masyarakat& Komisi Penelitian Dan Pengkajian MUI.

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Mardani. 2013. Ushul Fiqh. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 97: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

86

Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong. 2005. Sosiologi Teks Pengantar. Jakarta:

Prenada Media.

Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Tamim, Ummu. 2010. Menyingkap Aliran dan Paham Sesat, Jakarta: Pustaka

Imam Ahmad.

Wawancara pribadi dengan Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat, Ahmad Zubaidi, Tangerang Selatan, 10 Juni 2016.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi, Jakarta: Wacana

Media.

Situs Internet

Badan Pusat Statistik. “Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut”.

http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321; Diakses pada 7

Februari 2016.

Fatwa MUI Nyatakan Gafatar Sesat, http://www.bbc.com/indonesia/berita_

indonesia/2016/02/160202_indonesia_mui_gafatar_sesat. Diakses pada 5

Februari 2016, pukul 20:30 WIB.

Heru Triyono, Eks Ketua Gafatar: Kami Keluar Dari Islam Mainstream,

https://beritagar.id/artikel/berita/eks-ketua-gafatar-kami-keluar-dari-islam-

mainstream. Diakses pada 15 september 2016, Pukul 14.14 WIB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sesat, http://kbbi.web.id/sesat. Diakses pada 21

Mei 2016, Pukul 18.51 WIB.

Luqman Rimadi, 3 Tipe Penganut Gafatar Menurut Menteri Lukman,

http://news.liputan6.com/read/2426910/3-tipe-penganut-gafatar-menurut-

menteri-lukman. Diakses 3 Juli 2016, Pukul 15.05 WIB.

M. Amin Djamaluddin, (GAFATAR) Gerakan Fajar Nusantara,

http://www.fpi.or.id/2016/01/gafatar-gerakan-fajar-nusantara.html. Diakses

pada 23 Mei 2016, Pukul 00.30 WIB.

Majelis Ulama Indonesia, Profil MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-

mui/profil-mui.html. Diakses pada 8 Februari 2016, Pukul 13:24 WIB.

Majelis Ulama Indonesia, Sejarah MUI, http://mui.or.id/tentang-mui/profil-

mui/profilmui.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.

Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Hasil MUNAS 2015,

http://mui.or.id/tentangmui/pengurus-mui/periode-berjalan/pengurus-hasil-

munas-2015.html. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 12.30 WIB.

Page 98: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

87

Muhammad Ikhsan Mahar, MUI Gafatar Adalah Aliran Sesat,

http://print.kompas.com/baca/2016/02/03/MUI-Gafatar-Adalah-Aliran-

Sesat. Diakses pada 5 Februari 2016, pukul 20:15 WIB.

MUIDIY, Visi dan Misi MUI DIY, http://www.muidiy.or.id/organisasi/visi-dan-

misi-mui. Diakses 7 Juni 2015, Pukul 13.00 WIB.

Tujuan Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara),

http://gerakanfajarnusantara.blogspot.co.id/2012/04/tujuan-ormas-gafatar-

gerakan-fajar.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.47 WIB.

Visi dan Misi Ormas Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara),

http://gerakanfajarnusantara.blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi-ormas-

gafatar-gerakan.html. Diakses pada 6 Agustus 2016, Pukul 09.42 WIB.

Wajidi Sayadi,Mengenal Kesesatan Ajaran Gafatar, http://www.pontianakpost.

com/mengenal-kesesatan-ajaran-gafatar. Diakses pada 23 Mei 2016, Pukul

00.22 WIB.

Yahya Abdurrahman, Sesat (Dhalal), http://hizbut-tahrir.or.id/2008/08/01/sesat-

dhalal/. Diakses pada 21 Mei 2016, Pukul 19.18 WIB.

Yandhi Mohammad, Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara,

https://beritagar.id/artikel/berita/fakta-seputar-gafatar-gerakan-fajar-

nusantara. Diakses pada 17 September 2016, Pukul 09.42 WIB.

Karya Ilmiah

Anggelia Afriani, “Strategi Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Pekanbaru

Dalam Mengatisipasi Berkembangnya Aliran-Aliran Sesat.”. Skripsi S1

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sultan Syarif Kasim

Riau, 2011.

Indra Gunawan, “Strategi Komunikasi Majelis Ulama Indonesia Dalam

Mensosialisasikan Fatwa Haram Korupsi Kepada Umat Islam Indonesia”.

Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010.

Muflih Shoepul Ridwan, “Strategi Sosialisasi Fatwa Haram Perkawinan Beda

Agama MUI Kota Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Page 99: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

LAMPIRAN

Page 100: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan
Page 101: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan
Page 102: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

SURAT BUKTI PENELMIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan

Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia Pusat menerangkan bahwa

: Ridho Falah Adli

:1112051000143

: D( (Sembilan)

: Komunikasi dan Penyiaran Islam

: Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Nama

NIM

Semester

Jurusan

Fakultas

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yang bersangkutan benar-benar telah melakukan wawaflcara dengan

Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dar Pengembangan Masyarakat di Masjid

Nurul lkhwan, Tangerang Selatan.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenar-benamya agar dapat

di gunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, T Agustus 2016

Ahmad Zubaidi, MA.

Page 103: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

HASIL WAWANCARA

Nama : Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA.

Jabatan : Wakil Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan

Masyarakat.

Tempat : Masjid Nurul Ikhwan, Tangerang Selatan.

Tanggal : 10 Juni 2016

Pukul : 20:40 – 21:25

Keterangan : Wawancara untuk penelitian Strategi Komunikasi MUI

Dalam Mensosialisasikan Fatwa Sesat Ormas Gafatar.

1. Apa pertimbangan MUI menyatakan bahwa Gafatar adalah ormas

beraliran sesat?

"Itu berdasarkan kriteria MUI yang terdiri dari 10 kriteria ya, silahkan kamu

browsing di internet 10 kriteria itu apa, misalnya tidak percaya kepada Allah,

kepada rasulullah, kepada al-Quran,dst. Dan Gafatar sudah memenuhi dari 10

kriteria itu, karena mereka sudah menyatakan diri mereka bukan islam, bukan pula

kristen dan bukan pula yahudi, dia menciptakan agama baru yaitu millah abraham

yang dibawa oleh Musadeq. Karena mereka sudah memenuhi kriteria mereka

sudah keluar dari aqidah Islam, MUI berani menyatakan sebagai aliran yang

sesat"

"MUI gak gegabah dalam menentukan kesaesatan suatu ormas atau suatu aliran,

kalo belum betul-betul memenuhi kriteria itu belum akan dinyatakan aliran sesat.

Tetapi jika sudah memenuhi apalagi sudah mengingkari nabi Muhammad,

mengingkari Al-Quran yasudah, sudah amat jelas aliran itu sudah sangat

melanggar ushuludin (hal-hal pokok dalam beragama), kalo sudah melanggar

yasudah dinyatakan sebagai alairan yang sesat."

2. Bagaimana proses pembuatan fatwa sesat Ormas Gafatar oleh MUI?

“Pembuatan fatwa berlangsung cukup lama karena melalui pengkajian terlebih

dahulu, yang dikaji oleh Komisi Penelitian dan Pengkajian. Mereka menurunkan

tim penelitinya, untuk meneliti sepak terjangnya, tentang alirannya tentang

keyakinananya, itu di cek di lapangan. Setelah dilakukan penelitian tahap

Page 104: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

selanjutnya dibahas di komisi fatwa, dikajinya dikomisi pengkajian. Komisi

pengkajian rapat bersama dengan komisi fatwa, di komisi fatwa dilihat dan

disesuaikan dari aspek-aspek dalil-dalilinya, aspek syar'inya apakah bertentangan

atau nggak, ternyatakan (hasilnya) bertentangan. Maka kemudian MUI

mengeluarkan fatwa sesat. Setelah keluar fatwa sesat barulah diberikan kepada

komisi dakwah untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.”

“Tetapi komisi dakwah itu juga bisa, ketika ada fenomena aliran sesat atau apa

kalu gak parah, cukup menerjunkan komisi dakwah, untuk Rujuk Ilal Haq, diajak

kembali ke jalan yang benar. Kalau fenomenanya belum cukup besar ya tak perlu

di fatwakan sudah bisa didakwahi. Kalau melalui Komisi Dakwah tidak bisa juga

itu dari Komisi Pengkajian masuk, untuk melihat seperti apa, sebenernya aliran ini

maunya seperti apa sih, gitu kan, dari situ baru dibawa ke komisi fatwa, untuk

dilihat dari aspek Syar'inya, dari komisi fatwa nanti keluarlah fatwa. Setelah fatwa

lempar lagi ke Komisi Dakwah maka Komisi Dakwah memasyarakatkan,

mensosialisasikan fatwa ini, agar supaya fatwa itu tidak disalah gunakan oleh

pihak tertentu, karena ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan fatwa MUI,

begitu MUI mengeluarkan fatwa sesat langsung diambil sebagai landsan dia

melakukan anarkisme, makanya pendekatan ke masyarakat melalui komisi

dakwah agar pendekatannya dengan dakwah, lebih soft, bahasa-bahasa dakwah

yang kita lebih kemukakan.”

“Karena kemarin kita juga khawatir ketika dikeluarkan fatwa sesat Gafatar,

khawatirnya ada kelompok-kelompok radikal yang memanfaatkan untuk

mengambil tindakan anarkisme, jadi kita di MUI itu antara fatwa sesat dengan

penangnanannya berbeda, bukan berarti kalau sesat kemudian dihalalkan

darahnya, bukan!! justru ketika dinyatakan sesat tugas kita untuk mengembalikan

kepada ajaran yang benar Al Rujuk Ilal Haq, bukan sebagai amunisi untuk anarkis

kepada mereka.”

(Apakah di Gafatar kemarin sempat terjadi anarkisme?)

“Tidak sempat terjadi, kalau di kalimantan sendiri terjadi ketegangankan soalnya

masyarakat sekitar sudah mengepung mereka, sudah siap untuk melakkukan

penyerangan, tetapi karena pemerintah sigap, mereka langsung di ungsikan,

dipulangkan. bahkan merupakan fenomena yang pertama kali terjadi, pemerintah

Page 105: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

sudah melakukan tindakan sebelum MUI mengeluarkan fatwa, artinya biasanya

pemerintah itu menunggu fatwa MUI, ini nggak, pemerintah sudah bertindak

dulu, munkin karena aspek keamanan itu, karena masyarakat setempat sudah

merasa resah dengan adanya Gafatar di Boerneo itu.”

3. Perlukah MUI mensosialisasikan fatwa sesat ormas Gafatar kepada

masyarakat indonesia? Untuk apa?

“Sangat perlu, supaya masyarakat itu tau bahwa Gafatar itu sesat, karena begini

dilevel masyarakat bawah itu mereka menggunakan bahasa dakwah, bahasa

pemberdayaan, bahasa revolusi ekonomi, dari keadaan yang miskin ini jadi kaya,

jadi ini bahasanya, hal-hal yang berkenaan dengan keyakinan ini tidak dipublish

dari awal. nanti ketika mereka sudah kuat, sudah punya keterkaitan dengan

Gafatar itu baru, ada 4 level itu, bisa dilihat 4 level itu, semakin keatas itu

semakin kuat kaitannya dengan Gafatar. Ditengah masyarakat mereka itu pinter,

mereka itu selalu mensupport pemerintah daerah, jadi seolah-olah mereka mitra

pemerintah daerah. Sehingga mereka sempat mendapat tempat yang cukup leluasa

di pemda-pemda lah. Di jogja mereka sempat mendukung agar sultan tidak usah

dipilih jadi langsung menjabat sebagai gubernur, itu support dari mereka juga. Ini

strategi politik supaya mereka memiliki akses yang mudah, baik akses dana dan

akses dalam rangka rekrutmen tadi. Tetapi setelah dilevel atas itu sudah politik

tujuannya. Karena mereka mencita-citakan terbentuknya sebuah Negara Karunia

Semesta Alam yang menurut keyakinan mereka dimulai dari Borneo itu di

Kalimantan. itu kemudian yang kemudian ada konsep Hijrah, konsep semua orang

harus Hijrah kesana. Dan nanti dari Hijrah itu bisa sampai konsep khital, khital itu

perang, mereka siap perang nantinya. Dari hijrah dulu mereka kesana nanti setelah

kuat, nanti siap berhadapan dengan pemerintah, maupun dengan komponen

manapun siap khital (perang).”

4. Bagaimana strategi komunikasi MUI dalam mensosialisasikan fatwa sesat

gafatar?

“Tahapannya pertama itu digodok dulu di dalam komisi dakwah, untuk

membicarakan strateginya apa, dan hasil dari penggodokan itu adalah buku

Page 106: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

(tentang fatwa Gafatar). dari sana kita kemarin dari tanggal 30 mei-1 juni 2016,

mengadakan rapat koordinasi nasional komisi dakwah. RAKORNAS (Rapat

Koordinasi Nasional) Komisi Dakwah se-Indoneisa. Disana kita undang seluruh

komisi dakwah di Indonesia, kita jelaskan tentang Gafatar, harapannya nanti

mereka di daerah bisa terus melakukan kampanye ini, atau sosialisasi tentang

sesatnya Gafatar dan penanganannya. Jadi kita tidak sekedar mengatakan sesat

tapi penaganannya itu yang penting, supaya satu mereka yang sudah terkena atau

sudah ikut bisa segera kembali kepada masyarakat dan kembali ke jalan yang

benar, masyarakat juga bisa menerima, disisi lain kita juga membatasi supaya

gerakan ini jangan meluas, kalau masyarakat sudah tau kalau itu sesatkan jadi

masyarakat tidak mau ikut. Problemnya ini kenapa masyarakat banyak yang ikut

itu karena masyarakat itu tidak tahu, ada sebagain masyarakat awam yang gak

tahu, meskipun sebagian mustahil gak tau karena sebagaian besar diantara mereka

juga berintelektual, mungkin motifnya lain antara yang masyarakat awam dengan

yang berintelektual ini jelas berbeda, masyarakat awam murni mencari

kesejahteraan atau apa yaa, tetapi yang berintelektual ini, saya rasa mereka punya

cita-cita besar ya, punya harapan besar terutama, yah mungkin nasib dirinya atau

bahkan ideologi dan pemikirannya.”

4.a. Tahapan penelitian

“Komisi dakwah tidak melakukan penelitian, yang melakukan Komisi Penelitian

dan Pengkajian.”

4.b. Tahapan perumusan

“Pertama melakukan perumusan melalui buku itu. Setelah itu kita merencanakan

untuk terjun ke daerah-daerah yang dimana disitu terdapat konsentrasi-konsentrasi

Gafatar. Tapi disana pun kita tidak melakukan terjun langsung ke mereka, kita

melakukan TOT (Training Of Trainer) jadi orang-orang lokal itu yang kita latih,

MUI setempat yang kita latih. Jadi nanti yang melakukan pembinaaan langsung

adalah MUI setempat. dan bukan hanya MUI tapi semua stackholder disana ya

pemdanya dilibatkan semua, kita training itu pemahaman tentang Gafatar dan

tekhnik penanganannya. Yang kita latih itu bukan yang terlibat Gafatarnya, tetapi

MUInya, nanti MUI daerah itu yang bersinggungan langsung dengan Gafatarnya.

kenapa seperti itu? itu penghematan waktu dan biaya. kalau orang pusat harus

Page 107: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

menangani langsung ke daerah, berapa lama waktu yang dibutuhkan, berapa biaya

yang dibutuhkan, ini tidak masuk akal, karena itu selain pemberdayaan MUI di

daerah ya pemberdayaannya seperti itu. untuk memperkuat itu semua kemarin kita

melaksanakan RAKORNAS, di RAKORNAS itu dibahas tentang Gafatar.

sehingga nanti kalau kita ke daereah, daerah pun sudah ngerti, sudah ready

tentang apa yang harus dilakukan.”

4.c. Tahapan pelaksanaan

“Untuk program TOT secara resmi belum kita lakukan, tapi pengiriman informasi

ke daerah sudah dilakukan, artinya jangan tunggu training terlebih dahulu,

kelamaan. jadi daerah tetap kita berikan wewenang untuk mengangani, yang

training itu sebenernya untuk penyelesaian yang komprehensif, tapi penyelesaian

yang sifatnya segera, itu daerah bisa langsung menangani.”

(berarti tugas MUI daerah mencari titik2 Gafatar?)

“Iya, mencari titik gafatar. Jadi ada 2 hal ya, satu Gafatar sendiri untuk dibina

supaya kembali ke jalan yang benar, kedua mengedukasi masyarakat, memberikan

pemahaman, Taquyatul Aqidah, memperkuat aqidah masyarakat supaya tidak

mudah tergelincir ke dalam aqidah2 sesat yang ditawarkan oleh kelompok

tertentu. Jadi ke masyarakat umum tujuannya taquyatul aqidah, kepada gafatar

tujuannya adalah Al Rujuk Ilal Haq, mengajak kembali kepada jalan yang

benaran.”

(seperti apa sosialisasi yang dilakukan ke masyarakat umum?)

“Ya tentu melalui Dai-dai, penceramah-penceramah, untuk memberikan serua-

seruan supaya mereka terus menyampaikan tentang kesesatan gafatar ini,

disamping juga mengajarkan aqidah yang benar, artinya gini dengan

mengajarkana aqidah yang benar, secara otomatis ketika ada aqidah yang tidak

sama dengan aqidah yang benar ini masyarakat sudah punya sensitifitas, oh ini

berbeda, ini sudah menyeleweng, menyimpang. jadi otomasitis dengan taquyatul

aqidah (penguatan aqidah) otomatis ini juga sebagai benteng supaya tidak masuk

ke aliran-aliran yang baru ini. Jika masyarakat melihat ada aliran yang aneh atau

menyimpang silahkan melapor kepada MUI untuk dilakukan kajian dan

penelitian, selain juga melapor kepada aparat keamanan. Kalo MUI sifatnya

supaya kita bisa melakukan penilaian tentang gerakan itu apa sejauh ini bisa

Page 108: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

ditoleransi atau tidak, kedua, ya tentu kalau ini merupakan ajaran sesat ya segera

bisa ditangani sebelum meluas.”

(Jadi gafatar sendiri sudah menyebar di Indonesia ya pak?)

“Sudah, sudah hampir di semua provinsi. Yang di Kalimantan itu memang tujuan

utamanya, itu tempat konsentrasinya yang mereka anggap sebagai kalo orang

Israel itu tanah yang sudah dijanjikan tuhan lah seperti itu. Jadi Borneo itu

dianggap sebagai tanah yang dijanjikan tuhan kepada mereka, karena itu pengikut

Gafatar harus hijrah ke Kalimantan. Jadi mereka tidak membuat ditempat-tempat

lain dulu sebelum yang di Kalimantan ini kuat, jadi yang di tempat lain itu hanya

untuk recruitment, selebihnya mereka hijrah kesitu.”

(Terkait kasus penculikan)

“Sebenernya ya, penculikan dalam arti pencucian otak ya, didoktrin dulu, setelah

mereka yakin baru diajak begitu, bukan penculikan dalam arti orang dipaksa

seperti penjahat menculik orang gitu, bukan, jadi dicuci otaknya dulu, sehingga

orang sudah tidak ada pertimbangan apa2 lagi ya, keyakinannya sudah kuat kalau

memang harus hijrah, yang dilakukan seperti itu.”

4.d. Tahapan evaluasi

“Fatwa-fatwa yang ada di masyarakat selalu kita evaluasi dampaknya, walaupun

yang kami lakukan masih sebatas evaluasi kualitatif, bukan evealuasi kuantitatif.

Evaluasi kualitatif itu kita hanya sebatas membaca fenomena dari yang nampak di

masyarakat, kecenderungan biasanya masyarakat menerima atau menolak kan

kelihatan, dan memang kontroveresi ya kadang-kadang ada. Tapi kalau kita lihat

secara kualitatif, ya saya rasa memang lebih banyak yang menerima fatwa MUI

dari pada yang menolak. Ini harus dibedakan antara orang yang belum

melaksanakan dan orang yang menolak, itu beda. banyak orang yang menerima

fatwa tapi tidak melaksanakan, ya sama lah seperti ajaran Islamkan, percaya

kepada al-Quran tetapi belum melaksanakan, jadi kalau perkara yang belum

melaksanakan memeng banyak yang seperti itu, tapi pada intinya mereka

mengakui fatwa MUI sebagai fatwa yang diperlukan, sebagai penjelaas lah

sesuatau apakah sesatkah atau menyimpang kah suatu aliran.”

(Hasil evaluasi gafatar kemarin seperti apa?)

“Sejauh ini memang pengikut Gafatar itu sangat tertutup, mereka kalau di

Page 109: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

wawancarai tidak mau terbuka, jadi sejauh ini kita mengkhawatirkan mereka itu

seperti (taqiyah) dalam ajaran syiah, taqiyah tuh pura2 sudah gak Gafatar tapi

hatinya masih Gafatar. Di syiah kan gitu yang taqiyah, seolah olah dia tidak

menampakan kesyiahannya tetapi hatinya syiah. Seperti itu yang terjadi, termasuk

mereka itu sulit sekali untuk diwawancarai. Kecuali dari orang-orang yang sudah

murtad dari mereka ya, jadi sudah sadar dan kembali ke jalan yang benar, nah dari

mereka lah informasi didapat. Bagi yang sudah menyatakan Gafatar sesat itu baru

mereka berani ngomong tetapi bagi mereka kebanyakan masih diam seribu

bahasa, gak mau diwancarai berkenaan dengan itu. Yah kita terus melakukan

persuasif ya dengan mereka, yang penting mereka mau mengikuti program-

program yang dilakukan oleh MUI, mereka mau mengikuti, yah artinya sambil

berjalan mudah-mudahan terbuka hatinya untuk kembali lagi ke jalan yang benar.

itu harapan kita.”

4.e. Tahapan pelaporan

“Ya tentu pengurus harian itu ada rapat setiap hari selasa, namanya Rapat

Pengurus Harian, yang terdiri dari ketua umum MUI dan pengurus2 harian

lainnya. Komisi yang diundang biasanya komisi yang terkait saja. Disitu nanti

melaporkan kepada pimpinan tentang perkembangan yang terjadi, disitu juga

terjadi tahapan evaluasi, bagaimana kesimpulan akhirnya itu ada disitu. Kami di

komisi ada rapat sendiri, setelah rapat di komisi selsesai dilaporkan ke rapat

pengurus harian. Gafatar sendiri sudah menjadi pembahasan utama dalam setiap

rapat itu. Kenapa komisi dakwah membuat buku dan sebagainya itu berdasarkan

hasil dari rapat itu, yang menginstruksikan kepada komisi dakwah untuk segera

membuat langkah-langkah pembinaan terhadap Gafatar. Agar langkah-langkah

yang kita buat bisa dipahami oleh komisi yang di daerah akhirnya kita buat buku

itu. Buku itu memang isinya sederhana, tetapi kesederhaan itu fungsinya agar

memberikan kesempatan kepada daerah untuk improvisasi juga, jadi ini panduan

umumnya saja, selanjutnya terserah komisi dakwah didaerah yang

mengembangkannya.”

Page 110: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

5. Media apa saja yang dipilih dalam mensosialisasikan fatwasesat ormas

Gafatar?

“Selain buku melalui rapat koordinasi nasioanal yag diadakan oleh komisi

dakwah itu sendiri, atau melalui rapat-rapat nasional yang dilakukan oleh MUI

seperti RAKERNAS (Rapat Kerja Nasional) atau di MUNAS kemarin, meskipun

di Munas tidak fokus Gafatar tetapi membicarakan tentang kriteria kesesatan.

Pembahasannya biasanya selalu berkenaan dengan apakah sudah cukup kesepuluh

kriteria itu? ata perlu ditambah, atau perlu dikurangi seperti itu. Tapi sejauh ini

masih tetap yang 10 itu karena itu masih bisa dikembangkan, sudah sangat ringkas

dan sudah bisa menggambarkan kesesatan suatu aliran. Jelas MUI menggunakan

media pers, karena setiap kali MUI mengelurakan fatwa seperti fatwa sesat

Gafatar kan, MUI melakukan siaran pers atau Press Confrence, setiap ada fatwa-

fatwa baru selalu diadakan Press Confrence. Baik media televisi, radio, media

elektronik, cetak, online datang semua nanti disitu disampaikan terkait fatwa baru

yang difatwakan.”

“MUI selalu responsif terkait apa yang berkembang di masyarakat, misalnya pada

fatwa gafatar ini, sebelumnya kan sudah keluar fatwa tentang aliran sesat yang

dibawa oleh Ahmad Musadeq, tentang Ahmadiyah itu kan fatwanya sudah ada,

milah abraham itu sudah ada, lalu Gafatar dikeluarkan fatwa lagi, diperkuat lagi.

Karena Gafatar ini penjelmaan.”

6. Kelebihan dan kekurangan yang dihadapi MUI dalam mensosialisasikan

fatwa sesat ormas Gafatar?

6.a. Di dalam lembaga MUI

“Kekuatannya karena MUI adalah gabungan dari ormas-ormas Islam di Indonesia.

Sehingga karena merupakan kumpulan dari uama, zuama, para pemimpin dan

sebagainya. Iya ini merupakan suatu kekuatan, MUI bisa masuk kemana aja,

kealiran mana pun tanpa ada sekat pembatasnya. Sehingga fatwa MUI akan

berlaku ke semua aliran, untuk NU, Muhammadiyah, untuk PERSIS, dan aliran

yang lain itu bisa, sehingga itu kekuatan MUI.”

“Kalau kelemahan, karena MUI bukan sebuah struktur pemerintahan, sehingga

kadang-kadang ada kendala-kendala strukturalnya itu, artinya karena bukan

Page 111: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

pemerintahan, pengurus MUI itu kan volunteer atau relawan sementara pengurus

ini kan juga terikat dengan pekerjaan masing-masing, yang dosen, yang rektor.

Lain dengan pemerintahan yang memang fokus, ada semacam semacam instruksi

strukturalnya akan berjalan dengan baik. Didukung dengan finansial yang ada.

MUI karena dia ormas maka instruksi strukturalnya ini ya seperti di ormas lah.

Kedua, terkait denga finansial atau dana karena MUI bukan Negara, maka punya

kendala. Sementara pekerjaan untuk pengentasan orang-orang yang sesat ini kan

membutuhkan dana yang besar untuk terjun kelapangan, dan lain sebagainya lah.”

(Finansial MUI dari mana?)

“Finansial MUI dari APBN, bahkan ada impressnya, impres yang keluar tahun

2014 diteken oleh SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) menginstruksikan supaya

negara dapat membiayai MUI, tapi memang untuk pendanaan sendiri baru tahun

2016 ini, terealisasi dengan baik, meskipun jumlahnya jauh dari harapan ya, jauh

dari yang kita butuhkan. Makanya tidak bisa mensupport seluruh kegiatan MUI.

Kedua MUI memang istilah kata tidak punya uang tetapi sesungguhnya uangnya

dimana-mana. Di lembaga-lembaga yang siap bekerja sama dengan MUI, itukan

bisa mensuppport bantuan dana. Jadi dana tuh bantuan yang tidak mengikat lah.”

6.b. Di luar lembaga MUI

“MUI diterima sebagai organisasi yang menyatukan seluruh ormas-ormas Islam.

Sehingga merupakan kekuatan dari aspek luar, orang menerima MUI adalah

gabungan dari ormas-ormas. Sehingga dari prespektif orang luar itu bisa

menerima.”

“Kekurangannya seperti ini, fatwa itukan tidak mengikat, orang boleh taat boleh

tidak, sehingga terkadang fatwa MUI tidak bisa menjadi pendapat seluruh umat

Isalm. Sementara MUI tidak mempunyai kewenangan untuk memaksa orang

untuk mengikuti fatwanya, itu salah satu kendalanya, bila fatwa salah satu tidak

bisa berjalan ya MUI hanya bisa seperti orang yang berdakwah saja, mengajak

saja. lain dengan negara, bila tidak taat dengan negara, negara punya aparatur

untuk menertibkan, ada hukum yang bisa menegakkan.”

Page 112: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

7. Bagaimana respon masyarakat terhadap fatwa2 yang dikeluarkan oleh

MUI sejauh ini?

"Secara umum masyarakat menyambut dengan baik, karena dianggap sebagai

penjelas, mana yang haq dan yang bathil, secara umum seperti itu. Masyarakat

selalu menanti-nanti fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Walaupun tidak

dipungkiri ada sebagian kecil masyarakat yang agak sinis dengan fatwa MUI juga

ada. Terutama pada fatwa-fbtwa yang berkenaan dengan kesesatan tadi itu.

Memang ada kelompok kecil yang kadang-kadang tidak setuju atau keberatan dari

mereka itu selalu ada."

8. Seberapa penting masyarakat Indonesia menganggap fatwa yang

dikeluarkan oleh MUI sebagai sumber hukum dalam Islam?

"Fatwa itu bisa muncul ketika ada orang yang meminta, barulah dikeluarkan fatwa

itu. Seperti ada orang yang bertanya, MUI menjawab. Dan fatwa MUI tidak bisa

memaksa orang untuk ikut fatwa MUI, seperti dalam Islam, seorang ulama

mazhab tidak boleh memaksa seseorang untuk mengikuti mazhabnya."

9. Apa harapan MUI ag*r masyarakat Indonesia tidak dengan mudah

bergabung ke aliran-aliran sesat?

"MfIf sangat berharap agar masyarakat belajar agama secara mendalam melalui

guru yang benar. Guru yang dapat dipertanggungjawabkan keilmuannya. Jangan

sembarangan belajar agama. Dan jangan mudah tertarik dengan gerakan2

keagaman yang motifnya itu lebih ke pragmatis, seperti bila kamu ikut aliran ini

bisa kaya atau sejahtera. Itu harus hati-hati karena ditakutkan ada sisipannya,tidak

murni untuk mernberdayakan tapi ada maksudnya. Bila masayrakat memiliki

kemampuan yang baik dalam agarna> nanti masyarakat mampu untuk

menscreening mana yang benar dan mana yang tidak benar."

NarasumberPewawancara

-<,.-f--->)E*-*-t\

Ridho FalahAdli

Page 113: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

Penulis foto bersama Drs. H. Ahmad Zubaidi, MA. selaku Wakil Sekretaris

Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Majelis Ulama Indonesia.

Penulis mempresentasikan hasil penelitian terkait fatwa Gafatar pada acara

Kajian Dhuha Masjid Nurul Ikhwan bersama Dr. KH. Fuad Thohari sebagai

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia

Page 114: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan

Foto bersama peserta Kajian Dhuha Masjid Nurul Ikhwan

MEDIA-MEDIA YANG MENYIARKAN BERITA GAFATAR

Page 115: STRATEGI KOMUNIKASI MAJELIS ULAMA INDONESIA DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33791/1/RIDHO... · 9. Kepada orang tua ku tercinta, Drs. H, Utjan Gunawan