STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

19
50 K A N D A I Volume 12 No. 1, Mei 2016 Halaman 5168 KALIMAT SYAHADAT DALAM MANTRA MELAYU DI KETAPANG: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL (Shahada Sentence in The Formof Mantra in Ketapang Malay: A Strategy of Local People Islamization) Dedy Ari Asfar Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat Jalan A. Yani, Pontianak 78121 Pos-el: [email protected] (Diterima 6 Februari 2016; Direvisi 12 Maret 2016; Disetujui 13 April 2016) Abstract Mantra is a relic of animism in the lives of the Malays. Although, mantra an animist traditions but there are teachings an Islamic elements in the spell. Mantras at Ketapang Malay society is examined to see the contain of shahada in their way of speaking. The purpose of this paper is to describe shahada which appears in the mantras Malay in Ketapang district as a strategy in the Islamization of West Borneo society. Mantras that has been collected transcribed linguistically by the system of International Phonetic Alphabet (IPA). Qualitative research towards these mantras then analyzed by looking at the words that contain shahada sentences with Islamic theory perspective. As a result, there is a strategy Islamization of the Malay community in Ketapang through mantras. The evident appears in the pronunciation of shahada in white and black magic. In the white magic the spells of shahada used as the key for mantras of treatment and grace while in the black magic the spell of shahada used to mantras magic pellets and strength. Keywords: mantra, shahada, sentence, Islamization, Ketapang Malay Abstrak Mantra merupakan peninggalan zaman animisme dalam kehidupan orang Melayu. Walaupun, mantra merupakan tradisi animisme tetapi ada ajaran dan unsur-unsur Islam dalam mantra. Mantra-mantra pada masyarakat Melayu Ketapang ini dikaji untuk melihat kandungan kalimat syahadat dalam pertuturannya. Tujuan tulisan ini adalah untuk mendeskripsikan kalimat syahadat yang muncul dalam mantra-mantra Melayu di Kabupaten Ketapang sebagai sebuah strategi dalam Islamisasi masyarakat Kalimantan Barat. Mantra- mantra yang terkumpul ditranskripsi secara linguistik dengan sistem International Phonetic Alphabet (IPA). Penelitian kualitatif terhadap mantra-mantra yang ada ini kemudian dianalisis dengan melihat kata-kata yang mengandung kalimat syahadatnya dengan perspektif teori keislaman. Hasilnya, terdapat sebuah strategi Islamisasi pada masyarakat Melayu di Ketapang melalui mantra. Hal ini tampak dalam pelafalan kalimat syahadat pada mantra ilmu sejuk dan panas. Dalam mantra ilmu sejuk kalimat syahadat dijadikan kunci bagi mantra pengobatan dan pengasihan sedangkan dalam mantra ilmu panas kalimat syahadat dijadikan sihir untuk mantra pelet dan kekuatan. Kata-kata kunci: mantra, kalimat, syahadat, Islamisasi, Melayu Ketapang PENDAHULUAN Islamisasi terbilang sukses di Nusantara.salah satu faktornya karena peran bahasa dan sastra Melayu (Al- Attas, 1972, 2011, hlm. 217218) yang merupakan akar dari lahirnya bahasa Indonesia. Islamisasi tersebut berhasil karena sastra kitab dan sastra prosa bercorak Islam menyebar dengan

Transcript of STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Page 1: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

50

K A N D A I

Volume 12 No. 1, Mei 2016 Halaman 51—68

KALIMAT SYAHADAT DALAM MANTRA MELAYU DI KETAPANG:STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

(Shahada Sentence in The Formof Mantra in Ketapang Malay: A Strategyof Local People Islamization)

Dedy Ari AsfarBalai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat

Jalan A. Yani, Pontianak 78121Pos-el: [email protected]

(Diterima 6 Februari 2016; Direvisi 12 Maret 2016; Disetujui 13 April 2016)

AbstractMantra is a relic of animism in the lives of the Malays. Although, mantra an animist

traditions but there are teachings an Islamic elements in the spell. Mantras at KetapangMalay society is examined to see the contain of shahada in their way of speaking. Thepurpose of this paper is to describe shahada which appears in the mantras Malay inKetapang district as a strategy in the Islamization of West Borneo society. Mantras that hasbeen collected transcribed linguistically by the system of International Phonetic Alphabet(IPA). Qualitative research towards these mantras then analyzed by looking at the words thatcontain shahada sentences with Islamic theory perspective. As a result, there is a strategyIslamization of the Malay community in Ketapang through mantras. The evident appears inthe pronunciation of shahada in white and black magic. In the white magic the spells ofshahada used as the key for mantras of treatment and grace while in the black magic thespell of shahada used to mantras magic pellets and strength.Keywords: mantra, shahada, sentence, Islamization, Ketapang Malay

AbstrakMantra merupakan peninggalan zaman animisme dalam kehidupan orang Melayu.

Walaupun, mantra merupakan tradisi animisme tetapi ada ajaran dan unsur-unsur Islamdalam mantra. Mantra-mantra pada masyarakat Melayu Ketapang ini dikaji untuk melihatkandungan kalimat syahadat dalam pertuturannya. Tujuan tulisan ini adalah untukmendeskripsikan kalimat syahadat yang muncul dalam mantra-mantra Melayu di KabupatenKetapang sebagai sebuah strategi dalam Islamisasi masyarakat Kalimantan Barat. Mantra-mantra yang terkumpul ditranskripsi secara linguistik dengan sistem International PhoneticAlphabet (IPA). Penelitian kualitatif terhadap mantra-mantra yang ada ini kemudiandianalisis dengan melihat kata-kata yang mengandung kalimat syahadatnya denganperspektif teori keislaman. Hasilnya, terdapat sebuah strategi Islamisasi pada masyarakatMelayu di Ketapang melalui mantra. Hal ini tampak dalam pelafalan kalimat syahadat padamantra ilmu sejuk dan panas. Dalam mantra ilmu sejuk kalimat syahadat dijadikan kuncibagi mantra pengobatan dan pengasihan sedangkan dalam mantra ilmu panas kalimatsyahadat dijadikan sihir untuk mantra pelet dan kekuatan.Kata-kata kunci: mantra, kalimat, syahadat, Islamisasi, Melayu Ketapang

PENDAHULUAN

Islamisasi terbilang sukses diNusantara.salah satu faktornya karenaperan bahasa dan sastra Melayu (Al-

Attas, 1972, 2011, hlm. 217—218)yang merupakan akar dari lahirnyabahasa Indonesia. Islamisasi tersebutberhasil karena sastra kitab dan sastraprosa bercorak Islam menyebar dengan

Page 2: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

51

masif ke Nusantara melalui bahasaMelayu sebagai lingua franca yangmudah dipahami masyarakatnya.Artinya, bahasa Melayu pada zamanitu menjadi bahasa pengantar utamaIslam di seluruh Kepulauan Nusantarasehingga pada abad keenam belasbahasa Melayu berjaya menjadi bahasasastra dan agama yang luhur sertasanggup menggulingkan kedaulatanbahasa Jawa dalam bidang ini (Al-Attas, 1972, hlm. 4-42; Collins, 2011;Reid, 2011, hlm. 270-275).

Bahasa Melayu melahirkan karyacipta sastra dakwah untuk masyarakatNusantara. Hal ini memudahkan dalammenyebarkan dan mengenalkankhazanah kesusastraan dunia Islam diNusantara. Misalnya, seni sastraMelayu lama tersebar dalam bentukkitab dan hikayat. Sastra kitabmemaparkan soal-soal ilmu kalam,fikih, dan tasawuf Nusantara yang rata-rata gubahan dari bahasa Arab danPersia.Sastra hikayat berupa gubahandari cerita-cerita Islam berkenaandengan Nabi Muhammad Saw. dankeluarganya, hikayat pahlawan-pahlawan Islam, dan sebagainya(Hamid, 1990; Djamaris, 1990;Braginsky, 1994).

Pendakwah Islam jugamenggunakan syair dan suluk untukmemudahkan para santri atau penganutbaru dalam mengucapkan doktrin-doktrin penting dan langkah-langkahmistik dalam jalan Allah. Hal ini dapatdilihat melalui karya-karya HamzahFansuri dari Barus. Hamzah Fansurimampu menghadirkan rasionalismedan pemikiran tasawuf melalui syairdan suluk yang ditulisnya sepertiAsrarul Arifin fi Bayani Ilmis Sulukwat Tauhid, Syurabul Asyikin, AlMuhtadi, dan Ruba’i Hamzah Fansuri(Braginsky, 1998; Hadi W.M., 2001).

Selain itu, ada juga Syamsudin asSumatrani yang menulis nilai-nilai

Islam dalam kitab Mir’at al-Mukminindalam bentuk tanya-jawab untukdigunakan guru dan murid sehinggamudah dihafal. Salah satu karya dalambahasa Persia yang diterjemahkan kedalam bahasa Melayu dan bahasa Jawaadalah Kitab Seribu Masalah yangmengandung hal-hal penting dalamajaran kosmologi Islam dalam bentukpertanyaan yang diajukan seorangYahudi terpelajar kepada NabiMuhammad (Reid, 1999, hlm. 206-207).

Fakta keberaksaraan sastra dalamproses Islamisasi penduduk Nusantaramemang tidak dapat dinafikankeberhasilannya. Namun, jauh sebelumkeberaksaraan itu muncul dalammengislamkan penduduk Nusantarasesungguhnya faktor keberlisanansastra Melayu terlebih dahulu muncul.Hal ini dapat dilihat pada sastra lisanbercorak mantra yang memainkanperan penting dalam mengislamkanpenduduk lokal pada awal mulanya.

Mantra sebagai bentuk puisitradisional merupakan genre yangpaling awal dalam kehidupan dankebudayaan masyarakat. “Padamasyarakat Melayu terdapat bukti-bukti bahwa mantra adalah warisandari kehidupan primitif, dalam zamanpurba, atau prasejarah yang terusdikekalkan, ditambah, dikembangkan,dan diamalkan sampai hari ini” (Piah,1989, hlm. 478). Tidak mengherankankemudian ketika Islam masuk danmenyebar dalam kehidupanmasyarakat Nusantara terjadiIslamisasi melalui media mantradan/atau Islamisasi terhadap mantrasebagai budaya lisan yang sudah adasejak zaman prasejarah ini.

Mantra memainkan perangpenting sebagai strategi pengislamantahap pertama dalam masyarakat yangbelum mengenal agama. Mantra-mantra tersebut dimasukkan kalimat

Page 3: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

52

syahadat LailahaillallahMuhammadarrasulullah dalampelafalannya. Artinya, kalimatsyahadat ini menjadi cara parapendakwah dalam mengislamkanpenduduk Nusantara. Selanjutnya,kalimat mantra ini perlahan-lahanberkembang dengan memasukkankalimat-kalimat doa berbahasa Arabseiring dengan berterimanya Islamsebagai agama. Fakta ini menurutHoutman dalam Reid (1999) “sejaktahun 1600 doa berbahasa Arab telahmenjadi kalimat-kalimat baku dalambahasa Melayu” (hlm.209).

Pengislaman dengan mantramerupakan pendekatan yang halus dandamai sehingga tanpa penolakan danprotes terhadap ajaran Islam olehpenduduk yang masih kuat memegangadat non-Islami. Misalnya, Raja Patanimenurut hikayatnya menjadi Islamsebagai akibat dari kekuatanpenyembuhan yang dimiliki seorangSyekh dari Pasai (Sumatra). Sang rajamenderita suatu penyakit parah yangmenyebabkan kulitnya pecah-pecahdan tidak bisa disembuhkan oleh paradukun tradisional. Pada saat yang samadoa sang Syekh kepada Tuhannyamembuat sang raja sembuh sekaligusmembuka mata hati sang raja untukmemeluk Islam (Reid, 1999, hlm. 209).

Para pendakwah Islam padazaman itu menggunakan pendekatanyang menarik simpati masyarakatpribumi. Mereka tidak serta mertamenghapus atau mengubah tradisilokal tersebut menjadi benar menurutperspektif syariat Islam. Dalamkonteks ini, ajaran Islam berusahamengakomodasi sistem nilai dankepercayaan lokal yang telah hidupmapan dalam masyarakat.

Hal ini juga tampak berdasarkanpendekatan yang dilakukan olehseorang ulama dalam mengislamkanpenduduk di Aceh. Seorang ulama

Aceh bernama Abdul Rauf Singkelmelukiskan betapa Islam dari sisimistiknya menjadi bagian dari carapengobatan dan maksud-maksud lain.Kalau seorang ulama Arab dilukiskanberdakwah keras menentang adu ayamdan berbagai permainan ketangkasanlain yang terlarang, sang ulama Acehitu justru memberi jimat kepadapemilik ayam aduan untuk membuatayamnya kebal. Jimat itu berupakalimat syahadat. Tidak lamakemudian semua tukang ayammengetahui rahasia itu dan menirunyasehingga ayam mereka juga menang,lalu tukang adu ayam pertama itudatang kembali pada sang ulama untukmeminta jimat lain. Kali ini ia diberisalat. Dengan cara inilah sang ulamadianggap telah menyebarkan agamaIslam (Hurgronje dalam Reid, 1999,hlm.209).

Mengenai kenyataan ini Halldalam Hermansyah (2010)mengemukakan bahwa persaudaraan-persaudaraan sufi itu berhasil karenamereka tidak menentang adat istiadatdan kepercayaan rakyat yangbertentangan dengan Islam yangOrtodoks. Selain itu, kehadiran Islamjustru memberikan corak pada ilmu(mantra) yang seluruh bahannyaberasal dari ajaran Islam, seperti ilmu(mantra) yang berasal dari kalimahatau ayat-ayat Alquran, sertapemakaian bahasa Arab pada jimat(hlm. 90).

Dalam konteks kosmologisesungguhnya masyarakat Melayusebelum Islam itu animis. Artinya,orang Melayu memercayai semuabenda yang tak bernyawa dan alammempunyai roh hidup yang dikenalsebagai semangat, badi, ataupenunggu. Ketika Islam datang pun,Islam dipandang oleh masyarakat lokalmemiliki kekuatan spiritual yangdahsyat secara vertikal dan horizontal.

Page 4: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

53

Kekuatan ini dianggap memilikikesamaan dengan sistem religi atautradisi lisan masyarakat yangmemercayai ritual terhadap kekuatanroh dan hantu. Kekuatan roh dianggapmampu menolong dan membawakebaikan pada kehidupanmasyarakatnya. Oleh karena itu, dalamritual–ritual tradisional, roh dan hantudiundang untuk menjadi penyembuhatau pelindung agar si pemilik hajatterlepas dari wabah penyakit ataukesusahan yang sedang dialaminya(lihat Asfar, 2005). Bahkan, untukmenangkal dan mengobati semangat,badi, atau penunggu yang menganggumanusia salah satunya digunakanlahmantra-mantra Melayu sebagai saranapengobatan (Hermansyah, 2010).

Menurut Piah (1989) “MantraMelayu adalah peninggalan zamananimisme yang kemudian disesuaikandan disebatikan dengan ajaran Islam.Islam merupakan unsur yang menjadiwarna penting sehingga mantraMelayu hari ini banyak dipengaruhioleh konsep dan istilah Islam” (hlm.480). Mantra yang memasukkan istilahberunsur Islam dan kalimat syahadatmenjadi kunci kemujaraban mantrayang diamalkan masyarakatnya (lihatHermansyah, 2010).

Berbagai fakta temuan itumenunjukkan bahwa kalimat syahadatdalam mantra memainkan peranpenting dalam mengislamkanpenduduk di Nusantara sebagairangkaian Islamisasi yang utama. Faktaini pula yang ingin penulis buktikandalam mantra-mantra Melayu dengankasus penelitian terhadap mantraMelayu Ketapang, Kalimantan Barat.Dalam mantra Melayu terdapat unsur-unsur kata dan kalimat bercorak Arabsebagai bagian dari Islamisasi yangberkombinasi dengan dialek MelayuKetapang. Oleh karena itu, mantra-mantra pada masyarakat Melayu

Ketapang ini dikaji untuk melihatkandungan kalimat syahadat dalampertuturannya. Tujuan tulisan iniadalah untuk mendeskripsikan kalimatsyahadat yang muncul dalam mantra-mantra Melayu di Kabupaten Ketapangsebagai sebuah strategi dalamIslamisasi masyarakat di KalimantanBarat.

Tulisan tentang mantra inidiharapkan berkontribusi danmenambah referensi dalam bidangilmu linguistik, sastra, dan Islam diNusantara. Dengan tulisan inidiharapkan kalangan ulama fikih tidakserta merta menganggap mantrasebagai sebuah kesyirikan. Mantrayang ada ini merupakan satu prosesawal pengislaman penduduk lokaldengan ilmu mantra yang padazamannya memang diperlukan dandiyakini oleh masyarakat sebagai bekalhidup. Oleh karena itu, tulisan inibermanfaat bagi kalangan ulama danustaz yang mengajarkan syariat harusdapat melanjutkan dakwah yang belumtuntas ini dalam memberikanpemahaman ajaran Islam yang baikdan benar dalam konteks kekinian.

LANDASAN TEORI

Menurut Piah (1989) “mantraberasal dari bahasa Sanskerta mantara,manir, atau matar (hlm. 478). Mantradalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(2008) bermakna “Perkataan atauucapan yang memiliki kekuatan gaib(misal dapat menyembuhkan,mendatangkan celaka, dsb)” (hlm.987). “Kehadiran Islam mengubahistilah Sanskerta mantra dan jampimenjadi doa”.

Mantra dalam masyarakatMelayu dikenal juga dengan istilahilmu. Istilah ilmu dalam konteks inidilihat sebagai satu bentuk amalanberunsur magis yang menjadikan

Page 5: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

54

pengamalnya memiliki keistimewaan,seperti ilmu pengasih, ilmu membururusa, ilmu penjauh harimau, ilmuberjalan di hutan, dan lain-lain.Selanjutnya, Hermansyah (2010)mengemukakan bahwa “Ilmu adalahrumusan verbal dan/atau ritual dengan[atau tidak] menggunakan mediatertentu (baik dari sistem budayamasyarakat maupun merupakanpenyerapan dari sistem budaya lain)yang bertujuan untuk pengobatan,kekuatan, perolehan sesuatu, danperlindungan” (hlm. 49).

Istilah ilmu merupakan istilahMelayu yang dipinjam dari bahasaArab (Hermansyah, 2010, hlm. 47).Artinya, dapat diduga masyarakatNusantara mengenal istilah ilmu ketikamereka mulai berhubungan denganagama Islam. Dengan demikian, ilmuatau mantra merupakan salah satustrategi bagi para pendakwah Islamdalam mengislamkan keyakinanberagama masyarakat lokalsebagaimana yang dilakukan olehseorang syekh di Patani dan AbdulRauf Singkel di Aceh (Reid, 1999,hlm. 209).

Menurut Hermansyah (2010),ilmu atau mantra diklasifikasi menjaditiga, yaitu (1) ilmu berdasarkanpenamaan, (2) fungsi, dan (3) etika.Pertama, ilmu berdasarkan penamaanterdiri atas tawar, cuca, ilmu, danpelias. Tawar adalah sejenis ilmu yangberupa mantra yang sebagian besardigunakan untuk pengobatan. Cucamerupakan penamaan terhadap ilmuyang unsur utamanya adalah mantrauntuk mengaburkan penilaian,membungkam musuh, kecantikan,untuk menembak binatang, mengusirhantu, dan menahan anak panah. Cucamerupakan ilmu yang unsur utamanyaadalah mantra untuk pengasihan,kekebalan tubuh, kekuatan, untukberkelahi, sebagai pelindung diri dan

barang, pembungkam manusia danbuaya, mengusir hantu, pengasihan,dan untuk menyakiti. Cuca dan ilmudari segi teks, fungsi, dan caramengamalkannya tidak ada bedanyadengan ilmu. Yang membedakannyaadalah bergantung kepada masyarakatdalam menamakan mantra tersebut.Pelias adalah ilmu yang digunakanuntuk melindungi diri atau milikseseorang dari bahaya, baik manusia,senjata, makhluk gaib, maupunpenyakit (hlm. 50-51).

Kedua, “ilmu berdasarkan fungsimerupakan mantra yang digunakandalam lingkaran kehidupan masyarakatatau siklus kehidupan manusia, sepertisebelum melahirkan, melahirkan,pascamelahirkan, menyusui, mencaripasangan, pekerjaan, dan menghadapikematian” (Hermansyah, 2010, hlm.57).

Ketiga, berdasarkan etikamenurut Hermansyah (2010) “ilmudapat dibagi menjadi dua, yaitu ilmusejuk dan panas. Ilmu sejuk adalahilmu yang digunakan untuk tujuanpositif, seperti untuk menangkal,menyelamatkan, dan tujuan positiflainnya sedangkan ilmu panas adalahilmu yang digunakan untuk tujuannegatif (menyakiti orang atau membuatjimat dari minyak, darah) atau ilmuuntuk tujuan kekuatan)” (hlm. 84).

Selanjutnya, sejalan denganklasifikasi berdasarkan etika di atas,ilmu terbagi menjadi dua, yaitu ilmuhitam dan ilmu putih. Ilmu hitamdikenal sebagai ilmu magis panas yangdigunakan untuk mencelakakan oranglain atau untuk menyebabkanseseorang itu mati sedangkan ilmuputih dikenal sebagai ilmu magis sejukyang berfungsi untuk menangkal danmengobati ilmu magis panas yangdipasang atau dikirim oleh pihak lain.

Ilmu itu ada dua jenis ada yangbernilai baik dengan memasukkan

Page 6: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

55

unsur-unsur Islam dan yangbertentangan dengan ajaran-ajaranIslam yang lazim disebut ilmuhitam.Mantra yang memiliki unsur-unsur Islam merupakan satu prosesIslamisasi. Islamisasi terjadi terhadapkonsep-konsep pra-Islam yang adadalam lafal mantra denganmengubahnya menjadi kata-kata atauistilah berunsur Islam.

Hal ini sejalan dengan pendapatpakar kebudayaan Islam bahwa dengankedatangan Islam, konsep-konsepterpenting yang terbayang dalam kata-kata dan istilah-istilah penting yangterdapat dalam bahasa Melayumengenai Tuhan, manusia, danpertaliannya dengan alam semesta—semuanya mengalami penapisan danpenyaringan supaya sesuai denganistilah-istilah dan kata-kata Arab dalambidang falsafah dan metafisika (Al-Attas, 1969, 1972).

Dalam konteks mantra kata-kataIslam yang paling penting adalah lafalbasmalah, nama sahabat, istri nabi, dankalimat syahadat (Hermansyah, 2010).Kalimat syahadat LailahaillallahMuhammadarasulullah dalam agamaIslam merupakan dasar Islam danperintah pertama terhadap makhluk.Dengan mengucapkan itu orang kafirmenjadi muslim, musuh menjadisahabat baik, orang yang halal darahdan hartanya menjadi terlindungi darahdan hartanya. Kalimat syahadat inimerupakan ajaran awal yangdidakwahkan dalam Islam (Al- Syaikh,2008, hlm. 152-153).

Selanjutnya Alu Syaikh (2008)mengemukakan bahwa “RasulullahSaw bersabda “Sungguh, kamu akanmendatangi kaum Ahli Kitab makahendaklah dakwah pertama kali yangkamu sampaikan kepada mereka ialahsyahadat Lailahailallah ‘Tiada Tuhanyang berhak disembah kecuali Allah’.Dalam riwayat lain disebutkan,

“Supaya mereka menauhidkan Allah.”(hlm. 142).

Kalimat Lailahaillallah disebutpula zikir nafi itsbat, yaitu Lailaha(tidak ada Tuhan) berarti menafikan(meniadakan) bahwa tidak ada Tuhanyang berupa manusia, patung, batu,dan lainnya, kemudian Illallah berartimeng-itsbat (menetapkan) kecualiAllah. Nafi itsbat merupakanpengetahuan yang diyakini bahwatidak ada Tuhan pada sesuatu dandalam bentuk yang bermacam-macamkecuali hanya Tuhan yang tunggal,yaitu Allah (Hamid, 2005, hlm. 166;Al-Utsaimin, 2010, hlm. 123).Syahadat ini mengharuskan seseorangmengakui dengan lisan dan hatinyabahwa tidak ada sesembahan yang hakmelainkan Allah (Al-Utsaimin, 2010,hlm. 123).

Kalimat syahadat sambungandari Lailahaillallah adalahMuhammadarasulullah. Maknasyahadat Muhammadarasulullah ialahmengakui dengan lisan dan mengimanidalam hati bahwa sesungguhnyaMuhammad bin Abdullah al-Quraisyal-Hasyimi adalah utusan Allah untukseluruh makhluk dari golongan jin danmanusia (lihat Al-Utsaimin, 2010, hlm.128-129).

Lebih lanjut Al-Utsaimin (2010)menjelaskan bahwa “syahadat inimemiliki konsekuensi membenarkansegala yang datang dari Rasulullah,melaksanakan segala perintahnya,menjauhi segala larangannya, dan tidakmenyembah Allah kecuali dengan apayangMuhammadSalallahualaihiwasalam syariatkan(hlm. 130).

Kewajiban pertama yang harusdipenuhi setiap individu yang denganhal ini keislamannya dinyatakan sahadalah dengan mengungkapkan dalamhati dengan keyakinan penuh, ikhlas,mantap, dan tanpa keraguan sedikit

Page 7: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

56

pun serta ucapan dengan lisan secaranyata kalimat ikrar LailahaillallahMuhammadarasulullah bahwa tidakada Tuhan yang berhak disembahkecuali Allah subhanallahwataalla danMuhammadarasulullahsalallahualaihiwasalam adalah utusanAllah (Ibnu Hazm, 2007, hlm. 3).

Dengan demikian, kalimatsyahadat menjadi lafal penting dalamdakwah untuk pengislaman seseorangmenjadi beragama Islam karenamenjadikan Allah sebagai Tuhanseluruh hamba dan Muhammadsebagai utusan-Nya sehinggapelafalnya (pembacanya) memilikicahaya tauhid yang benar.

Hal ini sejalan dengan yangdiungkap oleh Al-Qarni (2008) bahwa“Agama Islam datang untukmengeluarkan manusia daripenyembahan terhadap hamba danmembawa mereka menujupenyembahan kepada Tuhan seluruhhamba. Agama Islam datang untukmengeluarkan manusia dari sempitnyadunia menuju luasnya akhirat darikegelapan syirik menuju cahaya tauhiddan dari kecelakaan kafir menujukebahagiaan tauhid” (hlm. 29).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakankaidah kualitatif (Alwasilah, 2008;Denzin & Lincoln, 2009). MenurutDenzin & Lincoln (2009) “penelitiankualitatif merupakan fokus perhatiandengan beragam metode dan modelkerja yang mencakup pendekataninterpretatif dan naturalistik terhadapsubjek kajiannnya. Hal ini berartibahwa para peneliti kualitatifmempelajari benda-benda di dalamkonteks alaminya, yang berupayauntuk memahami atau menafsirkanfenomena dilihat dari sisi makna yangdilekatkan manusia kepadanya” (hlm.

2). Oleh karena itu, analisis kualitatifdalam penelitian ini menerapkan empatmetode analisis yang paling penting,yakni observasi, analisis teks,wawancara, dan transkripsi (Silvermandalam Alwasilah, 2008, hlm. 157).

Dalam penelitian ini penulisturun langsung ke lapangan danmenetap di lokasi kajian denganmenerapkan metode observasi-partisipasi. Metode observasi-partipasimelibatkan penulis sebagai peneliti,secara langsung dalam kehidupanmasyarakat, bergaul, dan bertemuramah dengan masyarakat lokal yangmenjadi objek kajian. Observasipartisipasi merupakan model penelitianlapangan dengan ciri keterlibatanpeneliti dengan realitas dunia itusendiri.

Ada dua teknik yang digunakandalam pengumpulan data, yakniwawancara dan perekaman.Wawancara terhadap para informandilakukan dalam rangka menggali danmerekam mantra-mantra pengobatan,perlindungan, dan pengasihan yangdimiliki informan sebagai sumber datadalam penelitian ini.Perekaman danwawancara disertai dengan pencatatanlapangan (field notes), baik sebelummaupun sesudah perekaman dilakukan.Bahkan, catatan lapangan (field notes)dapat dilakukan, baik oleh penelitimaupun partisipan. Kedua-duanyadapat memanfaatkan teknik catatanlapangan sekaligus memberikan ulasanisi dengan sangat detail, atausebaliknya (Clandinin & Conely, 2009,hlm. 583).

Data utama penelitian ini adalahmantra Melayu Ketapang yangdirekam dari Datok Umarhan (lahir 24April 1953) dari Desa Sungai Besar,Kecamatan Matan Hilir Selatan,Kabupaten Ketapang. Data ini padaawalnya ditranskripsi atas bantuanseorang asisten lapangan bernama Feri

Page 8: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

57

Fadli yang kemudian penelitisempurnakan dengan memeriksa hasiltranskripsi tersebut secara bersama-sama. Mantra-mantra yang terkumpulditranskripsi secara linguistik. Prosespentranskripsian mantra-mantra yangdiperoleh menggunakan pencatatansecara fonetik dengan menggunakansistem International Phonetic Alphabet(IPA) serta ditranskipsikan juga kedalam bahasa Indonesia. Setelah prosestranskripsi selesai dilakukan datamantra diklasifikasi berdasarkan etika,yaitu mantra yang dikenal sebagai ilmusejuk (baik) dan panas (tidak baik).Mantra-mantra yang ada ini kemudiandianalisis dengan melihat kata-katayang mengandung kalimatsyahadatnya. Kalimat-kalimat syahadatini kemudian dianalisis denganperspektif keislaman dengan teori AluSyaikh (2008); Al-Utsaimin (2010);Ibnu Hazm(2007) yangmengemukakan bahwa kalimatsyahadat merupakan proses awalpengislaman seseorang menjadimuslim.

PEMBAHASAN

Islamisasi dengan Kalimat Syahadatdalam Sastra Tulis

Menurut Al-Attas (1969, 2011,hlm. 208) proses Islamisasi diNusantara sesungguhnya terjadi dalamtiga tahapan penting. Tahapan utamadan yang pertama terjadi sekitar tahun578—805 H/1200—1400 M. Tahapanini dapat digambarkan sebagaipengislaman raga. Pengislaman inidiakibatkan oleh kekuatan iman, tidaksemestinya diikuti dengan pemahamantentang implikasi rasional danintelektual yang terkait denganpengislaman. Konsep-konsep asasiyang berhubungan dengan konsepKeesaan Allah (tauhid) yang sangat

penting dalam Islam masih kabur didalam pikiran orang-orang yang barumasuk Islam, konsep-konsep yanglama bertumpang tindih, danmengelirukan kosep-konsep yang baru.

Islamisasi tahap pertama yangdinyatakan Al-Attas (1969, 2011)tersebut sesungguhnya mendukunghipotesis mengenai cara pendakwahmelakukan Islamisasi hanya denganmengajarkan kalimat syahadat ataupengislaman raga. Hal ini sejalandengan agama bahwa Islam memilikitiga tingkatan, yaitu Islam, Iman, danIhsan. Artinya, seseorang dikatakanIslam jika sudah mengucapkan kalimatsyahadat (Hamid, 2005).

Pada awalnya para pendakwahtidak memasukkan logika ilmukeislaman yang benar denganmenjelaskan secara detail rukun Islamdan Iman dalam dakwahnya. Taktikdakwah ini dilakukan hanya melaluitransfer kalimat syahadat kepadapenduduk lokal sebagai tanda danidentitas dalam mengenalkan Islamsebagai agama baru. Bahkan, parapendakwah berusaha mengislamisasitradisi lisan yang berkembang dalammasyarakat lokal, seperti mantradan/atau mengajarkan mantra denganbahasa lokal sekaligus menyisipkankalimat syahadat di dalamnya sebagaidakwah keislaman (Yusriadi, 2001).

Kalimat syahadat merupakanupacara atau ritual suci utamaseseorang dinyatakan masuk Islam.Artinya, ketika mengucapkan kalimatsyahadat maka orang tersebut berhakmenjadi seorang muslim danmenyandang agama Islam. Hal ini jugaterjadi di dalam hikayat-hikayatMelayu yang berkembang diNusantara. Salah satu hikayat yangsangat terkenal di Alam Melayu adalahHikayat Iskandar Zulkarnain. Di dalamHikayat Iskandar Zulkarnain terdapatproses pengislaman dengan melafalkan

Page 9: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

58

kalimat syahadat sebagai upacara atauritual masuk Islam.

Proses pengislaman ini dilakukanNabi Khidir kepada IskandarZulkarnain Raja Agung yang sangatterkenal di Barat dan Timur. Sebelummengislamkan Iskandar Zulkarnain,Nabi Khidir memberitahukannyabahwa ia akan menjadi raja seluruhdunia. Ia akan membangun tembokpenghalang bangsa Yajuj wa Majuj dania telah dinamakan Zulkarnain olehTuhan karena ia akan dipuja di Timur,seperti juga di Barat. Selama dua puluhhari berturut-turut ia menceritakankisah para nabi sejak masa penciptaanalam. Ia memberitahukan Iskandarbahwa ia pengikut agama NabiMuhammad dan menyuruhnyamengucapkan kalimat syahadat (atasnama Nabi Ibrahim). Jadi, benar-benarupacara masuk Islam. Khidir inginmeminta diri, tetapi malaikat Jibrilmenyampaikan perintah untuk tetaptinggal di samping Iskandar. Iskandarbergembira dan mengumpulkanlaskarnya. Ia mengumumkan kepadamereka bahwa Allah telah menunjukKhidir untuk mendampinginya dan iamemerintahkan mereka semuanya agarmasuk Islam sehingga agama Islamberkembang dengan gilang-gemilangdi Macedonia. Iskandar sebagai Raja diBarat dan Timur (Chambert-Loir,2014, hlm. 11-13).

Dalam sastra tulis lain ada jugaproses Islamisasi yang terungkap, yaitudalam Hikayat Raja-Raja Pasai danSejarah Melayu. Hal ini seperti yangdiulas oleh Ricklef (2008) sebagaiIslamisasi dengan menggunakankalimat syahadat. Cerita Islamisasitokoh dalam dua teks sastra tulisMelayu yang sangat terkenal itudisimbolisasikan melalui raja yangberkuasa di Alam Melayu.

Pertama, Hikayat Raja-RajaPasai bercerita tentang seorang

Khalifah Mekah yang mendengartentang adanya Samudra. Iamemutuskan untuk mengirim sebuahkapal ke sana untuk memenuhiramalan Nabi Muhammad bahwa suatuhari nanti akan ada sebuah kota besardi Timur yang bernama Samudra, yangakan menghasilkan banyak orang suci.Kapten kapal itu, Sheik Ismail, singgahdi India untuk menjemput seorangsultan yang telah mengundurkan diridari takhta karena ingin menjadi orangsuci. Selanjutnya, diceritakan bahwapenguasa Samudra, Merah Silau (Silu)bermimpi bahwa Nabi Muhammadmenampakkan diri kepadanya,mengalihkan secara gaib pengetahuantentang Islam kepadanya dengan carameludah ke dalam mulutnya, danmemberinya gelar Sultan Malik as-Shalih. Setelah terbangun, sultan yangbaru itu mendapati bahwa dia dapatmembaca Alquran, walaupun dirinyabelum pernah diajar serta dia telahdikhitan secara gaib. Dapat dimengertibahwa para pengikutnya merasa takjubatas kemampuan sultan mengaji dalambahasa Arab. Kemudian kapal dariMekah yang membawa Sheik Ismaildan orang suci dari India pun tiba.Ketika Sheik Ismail mendengarpengucapan dua kalimat syahadatMalik as-Shalih maka dia punmelantiknya menjadi penguasa dengantanda-tanda kerajaan dan jubah-jubahkenegaraan dari Mekah. Sheik Ismailterus mengajar penduduk bagaimanacara mengucapkan dua kalimatsyahadat—bahwa tidak ada Tuhanselain Allah dan Muhammad adalahrasul-Nya. Kemudian Sheik Ismail punpergi meninggalkan Samudra,sedangkan orang suci berkebangsaanIndia tadi tetap tinggal untukmenegakkan agama Islam secara lebihkukuh di Samudra (Ricklefs, 2008,hlm.15—16).

Page 10: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

59

Kedua, Sejarah Melayu berisisuatu kisah mengenai masuk IslamnyaRaja Malaka. Raja ini juga bermimpibahwa Nabi menampakkan dirikepadanya, mengajarinya caramengucapkan dua kalimat syahadat,memberinya nama baru Muhammaddan memberitahukannya bahwa padahari berikutnya akan tiba sebuah kapaldari negeri Arab yang mengangkutseorang ulama yang harus dipatuhinya.Setelah terjaga raja itu mendapatibahwa dirinya telah dikhitan secaragaib, dan sewaktu mengulang-ulangpengucapan dua kalimat syahadat,anggota-anggota kerajaan yang lain(yang tidak mengerti bahasa Arab)merasa yakin bahwa rajanya telah gila.Kemudian kapal pun tiba dan darikapal itu turunlah Sayid Abdul Azizuntuk salat dipantai.Hal itu membuatpara penduduk terheran-heran danmenanyakan arti dari gerakan-gerakanritual itu. Raja memberi tahu bahwakesemuanya itu sama seperti yang adadalam mimpinya. Sesudah itu, parapejabat istana mengikutinya masukIslam. Raja itu kemudian menyandanggelar Sultan Muhammad Syah danmemerintahkan seluruh rakyatnyauntuk memeluk Islam. Sayid AbdulAziz kemudian menjadi guru raja(Ricklefs, 2008, hlm. 16-17).

Islamisasi dengan Media SastraLisan Berbentuk Mantra

Sebelum beragama Islam, orangMelayu itu animis yang memercayaisemua benda yang tidak bernyawa danalam mempunyai roh hidup yangdikenal sebagai semangat, badi, ataupenunggu. Konsep ini merupakanpeninggalan dari zaman animisme danwarisan dari kebudayaan Hindu-Budhasebagai rentetan-rentetan sejarah yangketika Islam datang disesuaikandengan Islam. Artinya, amalan magis

berasaskan pada kepercayaaan warisanini diturunkan secara lisan sejak lama.Ketika kedatangan pengaruh Hindu-Budha, unsur-unsur kepercayaan dariagama itu memengaruhi amalan magistradisi. Seterusnya, apabila orang-orang Melayu menerima Islam, amalanmagis ini pula disesuaikan dengankehendak Islam. Misalnya denganmemasukkan unsur-unsur Islam dalamamalan magis itu yang dengansendirinya amalan itu dianggapmembawa nilai-nilai Islam.

Sebenarnya dalam kasus-kasusmantra Melayu pengaruh animismelebih dominan diwariskan langsungkepada masyarakat Melayu daripadapengaruh Hindu-Budha. Artinya,dalam mantra Melayu yang pernahditeliti sangat sedikit mantra-mantraMelayu yang mempunyai hubunganlangsung dengan ajaran Hindu-Budha.Menurut Piah (1989) “mantra-mantraMelayu warisan animisme inikemudian banyak dipengaruhi Islamdengan memasukkan istilah-istilahTuhan, malaikat, nabi-nabi, dan waliAllah” (hlm. 485-494).

Fenomena serupa juga ditemukanAsfar (2005; 2007) berdasarkan hasilpenelitian tentang sastra lisan dikampung Melayu sepanjang aliranSungai Sekadau. Penelitian inimenemukan unsur-unsur Islam dalammantra Melayu di Sekadau sebagaibentuk Islamisasi melalui tradisi yangberkembang dalam kehidupanmasyarakat lokal. Pengaruh Islam kedalam mantra dapat dikesani melaluikata dan frasa, sepertiAllah,Muhammad, alif, waw, kalamullah,nur, Siti Fatimah, surga, neraka,Yusuf, Daud, dan Laillaha illallahMuhammadarasulullah. Kata dan frasaberunsur Islam ini berkombinasidengan dialek Melayu setempatsebagai bentuk berkembangnya ajaran-

Page 11: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

60

ajaran Islam ditengah masyarakattradisional (hlm. 145).

Mantra menjadi pilihan parapendakwah karena masyarakat pra-Islam sangat percaya dengan hal-halyang bersifat mistik dan kekuatan gaib.Mantra tertentu dianggap dapatmemberi perlindungan, pengasihan,dan pengobatan serta kemenangandalam sebuah pertandingan dan/ataupeperangan (bandingkan Piah, 1989,hlm. 478-525). Taktik ini dicatat pulaoleh Hurgronje ketika mempelajaritaktik dakwah yang dilakukan AbdulRauf Singkel di Aceh dalammengislamkan masyarakat lokaldengan cara mengajarkan kalimatsyahadat (lihat Reid, 1999, hlm.209).

Daya tarik mantra yang sangatbesar dalam kehidupan mistik danmetafisika menjadi sebuah strategidamai dalam mengislamkanmasyarakat tanpa harus menumpahkandarah dan pemaksaan sehingga Islamdapat diterima dan dianut olehmasyarakat. Tidak mengherankanmantra dimiliki oleh individumasyarakat di Nusantara sebagai bekaldiri dalam kehidupan sehari-hari untukpengobatan, perlindungan, danpengasihan. Bahkan, mantrapengobatan yang biasanya dimilikioleh orang-orang khusus, seperti dukunatau bomoh pun ikut diselipkankalimat syahadat sebagai bagian dariproses Islamisasi (bandingkan Piah,1989; Hermansyah, 2010).

Islamisasi melalui Mantra IlmuSejuk

Mantra ilmu sejuk adalah ilmuyang digunakan untuk tujuan positif,seperti untuk menangkal,menyelamatkan, dan tujuan positiflainnya. Mantra ilmu sejuk yangberhasil diklasifikasi dengankandungan kalimat syahadat dalammasyarakat Melayu di Ketapangdiantaranya bertujuan untukpengobatan dan pengasihan. Mantra-mantra pengobatan dan pengasihanMelayu di Ketapang ini terdiri atas tigabagian penting, yaitu pendahuluan,tubuh (isi), dan penutup (bandingkanPiah, 1989, hlm. 498). Bagianpendahuluan mantra biasanya dimulaidengan bacaaan basmalah, allahuma,atau flora-fauna dalam bahasa MelayuKetapang. Selanjutnya, isi mantradituturkan dengan bunyi istilah-istilahdialek Melayu Ketapang, dan penutupdengan kalimat syahadat ataumenyebut nama Allah danMuhammad.

Mantra-mantra Melayu diKetapang, Kalimantan Barat inimengombinasikan unsur-unsur bahasayang lumrah digunakan dalam duniaIslam dan dialek lokal. Kombinasiterminologi dialek Melayu Ketapangdan unsur-unsur Islam inimembuktikan bahwa ajaran Islamberusaha dikenalkan dan dibumikanmelalui mantra ilmu sejuk. Artinya, inimerupakan sebuah strategi Islamisasipenduduk lokal di Ketapang denganmedia mantra. Hal ini dapat dilihat darimantra tawar demam sebagai bacaanuntuk menyembuhkan penyakitdemam. Perhatikan mantra berikut ini.

Tabel 1Mantra Demam

tawaɣ dəmam tawar demamallahumma ikan cəɣacahcəɣacah laot səgarəlaut səgagang ahləbuɣ

allahumma ikan ceracahceracah laot segarelaut segagang ahlebur

Page 12: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

61

ləbuɣ allah ləbuɣ muhammad anduk səjagatlahbəɣkat doa lailahaillallahmuhammadaɣɣasulullah tutun bisa naik tawaɣhak tawaɣ

lebur allah lebur muhammad anduk sejagatlahberkat doa lailahaillallah muhammadarrasulullahturun bisa naik tawar hak tawar

Tawar deman termasuk mantrailmu pengobatan yang diamalkanmasyarakat Melayu di Ketapang.Mantra ini lazim digunakan untukmengobati anak-anak yang sakit panasatau demam tinggi. Mantrapenyembuhan ini dibuka denganmenyebut nama Tuhan dalam IslamAllahuma. Selanjutnya, diikuti denganistilah lokal dalam dialek MelayuKetapang yang berkombinasi dengannama Rasulullah Muhammad. Terakhirditutup dengan kalimat syahadatLailahailallah Muhammadarasulullah.

Penutup dengan menggunakankalimat syahadat ini membuktikanbahwa Islam telah diajarkan dandisebarkan melalui mantra pengobatan.Meminjam istilah Al-Attas (1969,1972, 2011) telah terjadi Islamisasiraga kepada penduduk di Ketapangmelalui mantra pengobatan Melayu di

Ketapang. Islamisasi yang sekadarmembuat masyarakat lokal yangtadinya tidak beragama menjadiberagama hanya dengan mengajarkankalimat syahadat.

Selain itu, ada juga mantrapengobatan untuk menawar bisa(racun) yang diakibatkan binatang,tumbuhan, dan bisa akibat dariketulangan yang juga memuat unsur-unsur kalimat syahadat. Dalampandangan masyarakat Melayu diKetapang istilah bisa ini sangatberbahaya karena apabila tidak segeradiobati dapat membawa petaka kepadaorang yang terkena sehingga dapatmenyebabkan kematian. Dalamkonteks ini penulis kemukakan satucontoh mantra pengobatan bisa (racun)akibat dari ketulangan denganmenggunakan mantra tawar bisaketulangan berikut.

Tabel 2Mantra Bisa

tawaɣ bisə kətulangan tawar bisa ketulanganBismillahirrahmanirrahimməlintang patah bujoɣ təlusnasi ku təlan səbujoɣhaɣustuɣun bisə naik tawaɣhak tawaɣtawaɣ allah tawaɣ muhammadtawaɣ baginda ɣasulullah

Bismillahirrahmanirrahimmelintang patah bujor telusnasi ku telan sebujor harusturun bise naik tawarhak tawartawar allah tawar muhammadtawar baginda rasulullah

Mantra ini dibaca dan ditiupkanpada sekepal nasi. Setelah itu, nasiditelan oleh orang yang terkena bisaakibat ketulangan tersebut.Berdasarkan teks lisan mantra tawarbisaketulangan ini jika dilihat darikonstruksi teks yang membangunnyaterdiri atas pembuka dengan basmalah,isi dengan bahasa lokal, dan penutup

mengucapkan kata Allah, Muhammad,dan baginda Rasulullah.

Lagi-lagi penutup mantramemasukkan unsur kalimat syahadat,seperti Allah dan Muhammad sebagaiRasulullah. Walaupun, tidakmenggunakan susunan kalimatsyahadat yang baku, semua unsurdalam kalimat syahadat muncul dalammantra tawar bisa ketulangan. Mantra

Page 13: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

62

ini menggunakan unsur-unsur kalimatsyahadat selain diartikan sebagaibagian dari Islamisasi dapat puladiartikan meminta kekuatan kepadaAllah sesuai dengan yang diajarkanMuhammad sebagai Rasul (utusan)Allah. Meminjam bahasa Piah (1989)“kembali kepada Allah dan Rasuldengan tujuan memperkuatkewibawaan yang direstui Allah danMuhammad atau menyerahkan kepadatakdir dan kekuasaan Tuhan selepasmenjalankan segala ikhtiar (hlm. 498).

Mantra tawar bisa ketulangandalam masyarakat Melayu di Ketapangmenjadi contoh bahwa konsep bisamerupakan sesuatu yang populerdalam masyarakat Melayu diNusantara. Hermansyah (2010)menjelaskan “seorang kolonialisbernama Gimmlete pernah melaporkanbahwa masyarakat Melayu Kelantanmemanfaatkan berbagai bisa binatangdan tumbuhan untuk dijadikan racun”(hlm. 85).

Lebih lanjut, Hermansyah (2010)menjelaskan bahwa dalam masyarakatMelayu, bisa merujuk pada kekuatanmagis positif dan negatif. Mantradukun mengandung bisa yang dapatdigunakan untuk menyembuhkan ataumenyakiti. Bisa juga berhubungandengan kekuasaan. Titah seorangsultan mengandung bisa. Selain itu,bisa juga berhubungan denganmakanan; dalam konteks ini bisa tidakberhubungan dengan racun tetapiberkaitan dengan keseimbangan badan.Bisa makanan memiliki kekuatanuntuk merusak keadaan kesehatanseseorang. Oleh karena itu, seseorangyang dalam keadaan tertentu dilarangmemakan makanan tertentu. Misalnya,seseorang yang alergi ikan tengiridianjurkan menghindari makan ikantersebut karena makan itu bisa baginya(hlm. 85).

Hal ini sejalan dengan konteksmasyarakat Melayu di Ketapangbahwa bisa diartikan sebagai racunyang berbahaya. Misal, racun ikanyang dapat membuat penderitanyacelaka dan sakit menahun sehinggaberujung pada kematian. Dalamkonteks inilah diperlukan penawarracun (bisa) ikan yang oleh masyarakatdapat dilakukan dengan caramembacakan si sakit dengan mantratawar racun ikan. Misal, si sakit diobatidengan mantra yang oleh masyarakatsetempat disebut tawar peti sembilang.Mantra ini dimulai dengan membacabasmalah, Alquran Surah Al-Falaqdibaca tiga kali, diikuti dengan kalimatnan sejunan condong kelise, aku tahukempunan sekalian yang bise. Setelahitu, lalu ditiupkan ke daerah yangterkena bisa ikan. Dengan cara tersebutsi sakit akan sembuh dari penyakitnya.

Berdasarkan apa yang dilafalkandalam tawar peti sembilangsesungguhnya menunjukkan terjadinyaIslamisasi serta membumikan ajaranIslam ke dalam mantra. Hal ini tampakdalam penggunaan lafal yangbersumberkan Alquran. Secara tidaklangsung, dalam dakwah melaluimantra ini penduduk lokal dikenalkandengan salah satu surah dari Alquranuntuk menanamkan pentingnyamembaca kitab suci orang Islamtersebut.

Islamisasi juga disebarkanmelalui mantra pengasihan. Mantrayang akan membuat pengamalnyaterlihat menawan dalam pandanganorang lain. Konstruksi mantrapengasihan ini juga terdiri ataspembuka dan isi yang disimbolisasikandengan jenis-jenis flora orang Melayuyang dikaitkan dengan sosok aku sipengamal agar dipandang manis.Mantra kemudian ditutup dengankalimat syahadat. Perhatikan mantrapemanis berjalan berikut.

Page 14: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

63

Tabel 3Mantra Pemanis Berjalan

mantɣa pəmanis bəɣjalan mantra pemanis berjalanɣəɣibu di piŋgiɣ jalansəlasih ku pətik manis səɣibu tamanbəɣjalan ku səoɣaŋ dipandaŋ manisbəɣkat doakulailahaillallah muhammadaɣɣasulullah

reribu di pinggir jalanselasih kupetik manis seribu tamanberjalan ku seorang dipandang manisberkat doaku lailahaillallahmuhammadarrasulullah

Mantra pemanis berjalantermasuk mantra pengasihan danpemanis bagi pengamalnya. Dalambahasanya Piah (1989)“mantrapemanis menjadikan wajah danperwatakan seseorang berseri danmenarik, menimbulkan minat dankasih sayang orang, seseorang atauorang ramai. Mantra ini digunakanagar orang yang mengamalkannyaselalu bagus dan baik dipandang orang.Tidak saja jalannya yang indah tetapijuga wajahnya akan terlihat manis danmenawan. Dengan demikian,

menjadikan pemakainnya dikasihi olehbanyak orang (hlm. 502).

Mantra ini menggunakantumbuhan reribu dan selasih sebagaisimbol yang lazim dalam ilmupengasihan orang Melayu. Dalamkonteks kosmologi Melayu tumbuhanselasih merujuk pada kasihdan kekasihdalam menggambarkan metafora kasihsayang (lihat Piah, 1989; Hamid,2011). Bahkan, dalam masyarakatMelayu di Ketapang simbol selasih dankekasih ini juga tampak dalam mantraagar pasangan tidak mau pisah berikutini.

Tabel 4Mantra Pasangan tidak Mau pisah

mantɣa pasaŋan taʔ maoʔ pisah mantra pasangan tidak mau pisahsamaɣlulut samaɣ ligəkətigə dəŋan bəɣas səlasehhati kau kusut campur sukəjaŋan bəcəɣay kitə kəkasihbəɣkat doaku lailahaillallahmuhammadaɣɣasulullah

samarlulut samar ligeketige dengan beras selasehhati kau kusut campur sukejangan becerai kite kekasihberkat doaku lailahaillallahmuhammadarrasulullah

Mantra pengasihan di atasmemperlihatkan simbol selasih dankekasih untuk hubungan sepasangmanusia yang menjalin kasih sayang.Mantra ini juga ditutup dengan kalimatsyahadat sebagai bentuk keyakinan sipengamal sebagai seorang muslim.Kalimat syahadat sebagai bentukdakwah yang mengislamkan si pemilikasal mantra ini ketika belum memelukIslam.Sampai akhirnya mantra inidiwariskan kepada anak-cucu zamansekarang.

Islamisasi Mantra Ilmu Panas

Ilmu panas adalah ilmu yangdigunakan untuk tujuan negatif(menyakiti orang), memaksa orang lainuntuk mencintai, dan ilmu untuk tujuankekuatan. Walaupun diketahui ilmupanas ini dikenal sebagai mantra yangbersifat negatif, tetap tidakmenghalangi usaha untukmengislamkan mantra ilmu panas diKetapang. Mantra ilmu panas ini juga

Page 15: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

64

mengandung kalimat syahadat dalampelafalannya. Artinya, kalimatsyahadat dalam mantra ilmu panassesungguhnya mengindikasikan bahwadahulu telah terjadi dakwah untukmengislamkan pemilik mantra ini diKetapang.

Ketapang dalam pandanganmasyarakat di Kalimantan Baratmerupakan sebuah daerah “angker”karena dikenal sebagai kawasan yangorang-orangnya berilmu magis. Penulisingat betul, dulu pada tahun 2000ketika pertama kali melakukanpenelitian ke pedalaman Ketapangpernah diingatkan dengan ceritatentang orang Ketapang. Ada stereotipdalam masyarakat bahwa orangKetapang terkenal dengan ilmugaibnya. Tidak mengherankan adapandangan jika datang ke Ketapangserta ditanya penduduk lokal apakahmembawa pakaian? Maka orang yangditanya harus menjawab dengan hati-

hati, santun, ramah, dan tidaksombong. Istilah “membawa pakaian”berarti membawa bekal ilmu gaib danpelindung. Jika dijawab “membawa”maka bisa jadi si penanya akanmenguji dengan ilmu gaibnya pula.

Keangkeran Melayu Ketapangdengan ilmu gaibnya ini dalam kontekskekinian bisa dikatakan sudah tidaklagi. Masyarakat yang rata-rata sudahbersekolah dan berpendidikan tentumeninggalkan lelaku magis tersebut.Namun, jejak ilmu gaib panasKetapang ini dapat terekam juga dalampenelitian mantra yang penelitilakukan.

Setidaknya, ada tiga mantra ilmupanas yang berhasil penelitikumpulkan. Mantra-mantra ini punsudah mengalami Islamisasi karenamengandung kalimat syahadat dalampelafalannya. Misal, mantra peletpanah arjuna dan pelet ketapang(mani basah) berikut ini.

Tabel 5Mantra Pelet Panah Arjuna

pelet panah aɣjuna pelet panah arjunapanah aɣjunapanah kə batu batu pəcahpanah kə bəsi bəsi patahpanah kə aiɣ aiɣ kəɣiŋpanah kə hati tunduk kəmunduklah kaukəpadakubəɣkat doaku lailahaillallahmuhammadaɣɣasulullah

panah arjunapanah ke batu batu pecahpanah ke besi besi patahpanah ke air air keringpanah ke hati tunduk kemunduklah kau kepadakuberkat doaku lailahaillallahmuhammadarrasulullah

Tabel 6Mantra Pelet Panah Arjuna

pelet kətapaŋ (mani basah) pelet ketapang (mani basah)seheɣmani mustika manimaɣi məniti si uɣat sanikupandaŋ hancuɣ ku teleʔ basahabasah…abasah…cintəbəɣahilah si dia (namə) kəpadakubəɣkat doaku lailahaillallahmuhammadaɣɣasulullah

sehermani mustika manimari meniti si urat sanikupandang hancur ku telek basahabasah…abasah…cinteberahilah si dia (nama) kepadakuberkat doaku lailahaillallahmuhammadarrasulullah

Mantra pelet panah arjuna danpelet ketapang (mani basah)

merupakan mantra pengasih yangbersifat negatif karena berfungsi

Page 16: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

65

memelet dan mengguna-gunaiseseorang. Mantra ini dapat memaksaorang yang tidak menyukai danmencintai seseorang dapat berbalikarah menjadi suka denganmembacakan mantra tersebut. Orangyang terkena mantra ini dipaksa untuksuka kepada si pelafal yang berniatmenaklukkan hati orang yangdisukainya. Namun, mantra ini sangatberbahaya karena bisa menjadikanorang yang dituju menjadi sakit danbisa-bisa gila bila tidak tahan denganorang yang telah memelet danmengguna-gunainya itu.

Fenomena tersebut di atas jugaterjadi dalam masyarakat Melayu didaerah Semenanjung, Malaysia. Hal iniberdasarkan penelitian Piah (1989)yang mengemukakan bahwa “Ilmuguna-guna merupakan mantra pengasihyang dikenakan kepada seseorangsupaya dia jatuh cinta kepada yangmengenakannnya atau menjadi gila,sakit, dan sebagainya”(hlm. 503).

Alhasil, mantra-mantra pelet inibersifat negatif dan dapat merusakhubungan orang lain. Walaupundemikian, mantra ilmu panas ini tetapdiislamkan dengan mencantumkankalimat syahadat sebagai penutup lafalmantra. Hal ini mengindikasikanbahwa kedatangan Islam telahmerevolusi rohaniah terhadap sistemkeyakinan dan kepercayaanmasyarakat lokal.Masyarakat tidak lagimeminta tolong dalam mantranyadengan berisikan pemujaan danpermintaan tolong kepada jin,jembalang, dan dewa (lihat Piah,1989,hlm. 495—496). Akan tetapi,

pengamal mantra sudah memintakepada Allah dan mengakuiMuhammad sebagai Rasulullah. Halini pula pernah terjadi pada bangsaArab sebelum Islam datang seringmelakukan rukyah (mantra) yangdibacakan oleh dukun-dukun yangmengandung syirik karena berisipemujaan dan permintaan tolongkepada jin atau setan (RomandhonMK, 2014, hlm. 156).

Selain ilmu pelet ada juga mantrapenguat tenaga yang dikategorikanilmu panas yang berkembang dalammasyarakat Melayu di Ketapang.Mantra penguat tenaga ini jikadiamalkan membuat si pengamal dapatmengidap penyakit panu yang tidakdapat disembuhkan selamamengamalkannya. Namun, apabilasudah tidak mengamalkannya makapenyakit itu akan hilang dengansendirinya.

Lebih lanjut dapat dikatakanbahwa mantra penguat tenagamerupakan pakaian diri bagi sipemakainya. Tujuannya adalah untukkepentingan dan faedah pemakainyasebagai penahan dan penguat diri.Misal dalam masyarakat Melayu diSemenanjung, Malaysia mantrapenguat tenaga bertujuan untukmenahan gigi supaya tetap kuat danutuh, menguatkan gigi dan tulang,melebat, menghitam, dan menahankeutuhan rambut, menegangkan kulitdan urat saraf, dan lain-lain (lihat Piah,1989, hlm. 502). Perhatikan mantrapenguat tenaga dalam masyarakatMelayu Ketapang berikut.

Tabel 7Mantra Penguat Tenaga

mantɣa pəŋuat tənaga mantra penguat tenagakəncaŋ kələmiaŋkələmbataŋ tigə bijikəncaŋ daɣipada tiaŋ

kencang kelemiangkelembatangtige bijikencang daripada tiang

Page 17: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

66

kəɣas daɣipada besibaŋun la bəsi ɣosani la badankubeɣkat doaku lailahaillallahmuhammadaɣɣasulullah

keras daripada besibangun la besi rosani la badankuberkat doaku lailahaillallahmuhammadarrasulullah

Mantra penguat tenaga MelayuKetapang ini mirip dengan mantra ilmubesi tujuh dalam masyarakat Embau diKapuas Hulu. Kedua mantra ini sama-sama menggunakan simbolisme lafalbesi untuk kekuatan si pemakaimantra. Perbedaan, ilmu mantrapenguat tenaga Melayu Ketapangmenggunakan penutup dengan kalimatsyahadat sedangkan ilmu besi tujuhditutup dengan kalimat cula bosilidahku.

Mantra ilmu kekuatan seperti inidianggap panas karena si pengamalakan menghadapi masalah ketikamenghadapi ajalnya. Selain itu,pemilik ilmu ini jika sudah meninggalakan berkeliaran (hantu bangkit)karena tidak diterima oleh Tuhan.Dipercayai juga bahwa pengamal ilmupanas seperti ini akan kesulitanmendapatkan rezeki serta akanmengidap penyakit kurap dan panuselama mengamalkannya(Hermansyah, 2010, hlm. 85-86).

Pengaruh Islam berusahamenggantikan kepercayaan lokaldengan bacaan-bacaan bersifatkeislaman, seperti yang tampak dalammantra Melayu di Ketapang. Sekalipunmantra pelet arjuna, pelet ketapang(mani basah), dan penguat tenagamerupakan ilmu panas, tetapi mantra-mantra ini berusaha diislamkan denganmemasukkan kalimat syahadat dalambacaan penutupnya.

Hal ini menunjukkan bahwapendekatan dakwah denganmemanfaatkan budaya lokal (mantra)adalah pendekatan budaya damaisebagai salah satu watak dasar Islamsebagai agama perdamaian. Hal inisama seperti dakwah yangdipraktikkan Sunan Kudus dan Sunan

Kalijaga di tanah Jawa yangmemanfaatkan kearifan budaya lokal.Jalan dakwah yang dipakai para sunanini membuktikan bahwa pendekatanbudaya lebih efektif dalam prosespengembangan Islam. Hal inimenghindari konfrontasi dari parapemuka adat dan juga masyarakat lokal(Romandhon MK, 2014, hlm. 97).

Sebenarnya islamisasi “raga”seperti bacaan kalimat syahadat dalammantra ini masih belum bisa dikatakanIslamisasi yang paripurna. Islamisasilebih lanjut harus ditanamkan denganajaran-ajaran syariat Islam yang baikdan benar agar masyarakatnya menjadikafah dalam memeluk Islam.

PENUTUP

Kalimat syahadat merupakanritual suci utama seseorang dinyatakanmasuk Islam. Artinya, ketikamengucapkan kalimat syahadat makaorang tersebut berhak menjadi seorangmuslim dan menyandang agama Islam.Islamisasi dengan mengucapkankalimat syahadat merupakan sebuahstrategi Islamisasi penduduk denganjalan damai bukan dengan kekerasan.Islamisasi dengan kalimat syahadat initerjadi dalam sastra tulis dan sastralisan Nusantara.

Pertama, dalam sastra tulisIslamisasi dengan kalimat syahadatdapat dilihat dalam hikayat-hikayatMelayu yang berkembang diNusantara, seperti Hikayat IskandarZulkarnain, Hikayat Raja-Raja Pasai,dan Sejarah Melayu. Kedua, dalamsastra lisan Islamisasi dilakukanmelalui mantra, terutama mantraMelayu di Ketapang. Mantra menjadipilihan karena sebelum beragama

Page 18: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Dedy Ari Asfar: Kalimat Syahadat dalam Mantra Melayu di…

67

Islam orang Melayu itu animis yangmemercayai semua benda yang tidakbernyawa dan alam mempunyai rohhidup yang dikenal sebagai semangat,badi, atau penunggu. Konsep inimerupakan peninggalan dari zamananimisme dan warisan dari kebudayaanHindu-Budha sebagai rentetan sejarahyang ketika Islam datang disesuaikandengan Islam.

Kalimat syahadat dalam mantraterbukti memainkan peran pentingdalam mengislamkan penduduk diKetapang. Fakta ini dapat dilihatmelalui kalimat syahadat berbahasaArab di dalam mantra berkombinasidengan dialek Melayu Ketapangsebagai strategi Islamisasi.

Hal ini tampak dalam pelafalankalimat syahadat pada mantra ilmusejuk dan panas. Dalam mantra ilmusejuk kalimat syahadat dijadikan kuncibagi mantra pengobatan danpengasihan sedangkan dalam mantrailmu panas kalimat syahadat dijadikansihir untuk mantra pelet dan kekuatan.

Dalam konteks mantra-mantraMelayu di Ketapang sesungguhnyakalimat syahadat merupakan satustrategi dalam Islamisasi penduduklokal. Kalimat syahadat LailahaillallahMuhammadarasulullah dalam agamaIslam merupakan dasar dan perintahpertama terhadap makhluk. Denganmengucapkan itu orang kafir menjadimuslim, musuh menjadi sahabat baik,orang yang halal darah dan hartanyamenjadi terlindungi darah danhartanya. Kalimat syahadat inimerupakan ajaran awal yangdidakwahkan dalam Islam yangberusaha disebarkan melalui mantra ditanah Melayu di Ketapang, KalimantanBarat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, S. N. (1969). A generaltheory of the islamization of theMalay-Indonesian archipelago.Kuala Lumpur: Dewan Bahasadan Pustaka.

_____________. (1972). Islam dansejarah kebudayaan Melayu.Kuala Lumpur: UniversitiKebangsaan Malaysia.

_____________. (2011). Islam dansekularisme. Bandung: InstitutPemikiran Islam danPembangunan Insan.

Al-Qarni, A. (2008). Laksana NabiMuhammad Saw. Jogjakarta:DIVA Press.

Alu Syaikh, S. A. H. (2008). Fathulmajid, penjelasan kitab tauhid.(Izzuddin Karimi, penerjemah).Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Utsaimin, S. M. S. 2010. Ulasantuntas tentang 3 prinsip pokoksiapa rabbmu, apa agamamu,siapa nabimu. (Zainal AbidinSyamsuddin, Ainul Haris Arifin,penerjemah). Jakarta: Darul Haq.

Alwasilah, A. C. (2008). Pokoknyakualitatif: dasar-dasarmerancang dan melakukanpenelitian kualitatif. Jakarta:Pustaka Jaya.

Asfar, D. A. (2005). Islamic and pre-Islamic culture: the data ofMalay oral tradition in CupangGading, West Kalimantan.Makalah yang disampaikandalam konferensi di Chiang Maipada tanggal 8—9 Desember2005.

Page 19: STRATEGI ISLAMISASI PENDUDUK LOKAL

Kandai Vol. 12, No. 1, Mei 2016; 71—84

68

Braginsky, V.I. (1994a). Ertikeindahan dan keindahan ertidalam kesusasteraan Melayuklasik. Kuala Lumpur: DewanBahasa dan Pustaka.

_____________. (1994b). Nada-nadaIslam dalam sastera Melayuklasik. Kuala Lumpur: DewanBahasa dan Pustaka.

Braginsky, V.I. 1998. Yang indah,berfaedah dan kamal: sejarahsastra Melayu dalam abad 7—9.Jakarta: INIS.

Chambert-Loir, H. (2014). IskandarZulkarnain, Dewa Mendu,Muhammad Bakir dan kawan-kawan: lima belas karangantentang sastra Indonesia lama.Jakarta: Kepustakaan PopulerGramedia.

Collins, J. T. (2011). Bahasa Melayubahasa dunia: sejarah singkat.Jakarta: Pustaka Yayasan Obor.

Denzin, N.K. & Lincoln, S. Y. (ed.).(2009). Handbook of qualitativeresearch. (Dariyatno, BadrusSamsul Fata, Abi, John Rinaldi,penerjemah). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Djamaris, E. (1990). Menggalikhazanah sastra Melayu klasik.Jakarta: Balai Pustaka.

Hadi W.M., A. (2001). Tasawuf yangtertindas kajian hermeneutikterhadap karya-karya HamzahFansuri. Jakarta: PenerbitParamadina Bekerjasama dengan

Yayasan Adikarya Ikapi dan TheFord Foundation.

Hamid, A. (2005). Syekh YusufMakassar: seorang ulama, sufi,dan pejuang. Jakarta: YayasanObor Indonesia.

Hamid, I. (1990). Asas kesusasteraanIslam. Kuala Lumpur: DewanBahasa dan Pustaka.

Hermansyah. (2010). Ilmu gaib diKalimantan Barat. Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia.

Ibnu Hazm. (2007). Al Muhalla.Jakarta: Pustaka Azzam.

Piah, H. M. (1989). Puisi Melayutradisional: satu pembicaraangenre dan fungsi. Kuala Lumpur:Dewan Bahasa dan Pustaka.

Reid, A. (1999). Dari ekspansi hinggakrisis: jaringan perdaganganglobal Asia Tenggara 1450—1680. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Ricklefs, M. C. (2008). SejarahIndonesia modern 1200-2008.Jakarta: Penerbit Serambi.

Romandhon MK. (2014). Jejak historisSyekh Subakir, melacak riwayat“penumbalan” tanah Jawa danWali Songgo generasi pertama.Yogyakarta: Penerbit Araska.

Yusriadi. (2001). Islamisasi dipedalaman Kalbar, perspektiflinguistik dan tradisi lisan.Jurnal Khatulistiwa,1(1): 13—22.