STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI...
Transcript of STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI...
STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI DALAM
MENGHADAPI MUSIK MODERN:
(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
Didin Hasannudin
NIM: 1113111000076
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
Strategi Adaptasi Kelompok Musik Islami dalam Menghadapi Musik Modern:
(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa Karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Maret 2019
Didin Hasannudin
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Didin Hasannudin
NIM : 1113111000076
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
Strategi Adaptasi Kelompok Musik Islami dalam Menghadapi Musik Modern:
(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan
Sepatan Kabupaten Tangerang).
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 12 Maret 2019
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Cucu Nurhayati. M.Si Muhammad Ismail M. Si
NIP: 197609182003122003 NIP: 197701192009121001
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
STRATEGI ADAPTASI KELOMPOK MUSIK ISLAMI DALAM
MENGHADAPI MUSIK MODERN:
(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang).
Oleh
Didin Hasannudin
1113111000076
Telah dipertahankan dalam sidang skripsi di Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 April 2019. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada
Program Studi Sosiologi.
Ketua Program Studi, Sekretaris Program Studi,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharatul Jamilah, M.Si
NIP.197609182003122003 NIP.196808161997032002
Penguji I, Penguji II,
Prof. Dr. Yusron Razak, M.A. Dr. Ida Rosyidah, M.A.
NIP.195910101983031003 NIP.196306161990032002
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada Tanggal 29 April 2019.
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si
NIP.197609182003122003
iv
ABSTRAK
Nama : Didin Hasannudin
Judul :Strategi Adaptasi Kelompok Musik Islami dalam Menghadapi Perubahan Sosial.
(Studi Kasus Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang)
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan studi kasus, dengan metode
kualitatif untuk menghasilkan data deskriptif. Metode kualitatif dalam penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi.
Penggunaan dasar teori pemikiran Talcott Parsons mengenai adaptasi dan konsep
kecil dari pewaris pemikiran modernisasi Daniel Lerner dan Marion Levy. Model ini
menjelaskan tahapan-tahapan pengembangan dalam sebuah masyarakat, dimana modernisasi
terkadang mewujud dalam bentuk dan lahirya, sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi,
atau lebih dikenal dengan istilah modernisasi sama dengan Barat. Bermula dari masyarakat
yang sentiment pada musik sampai dengan masyarakat yang memiliki keterbukaan terhadap
perubahan kondisi music modern. Dan diakhiri dengan teori Parsons tentang skema A-G-I-L.,
(Adaptation, Goal attainment, Integration, Latent Puttern Maintenance and tansion
management). Model ini menjelaskan secara menyeluruh tentang masyarakat dan
menjelaskan bagaimana masyarakat dapat bertahan dalam jangka waktu panjang, dalam
kaitannya adalah kelompok musik Islami Hadrah.
Dari hasil pengamatan dan penelitian di lapangan, maka dapat dinyatakan bahwa
kelompok musik hadrah merupakan bagian kesenian Islam yang menyiarkan nilai-nilai
keIslaman melalui terbangan atau rebana yang kemudian mengkombinasinya dengan alat-alat
musik modern ataupun dengan modifikasi lagu modern kedalam syair shalawat.
Kata Kunci: Adaptasi, Modernitas, Musik Hadrah.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada Rasulullah saw, keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, “Strategi Adaptasi Musik Islami dalam
Menghadapi Perubahan Sosial (Studi kasus kelompok musik hadrah arrushaifah Kelurahan
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang)”. Skripsi ini ditulis, sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam bidang ilmu sosiologi pada Faukultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karenanya, mengucap puji
syukur ke hadirat Allah SWT, dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati izinkan penulis
menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ali Munhanif, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah, beserta seluruh staf dan jajarannya
2. Dr. Cucu Nurhayati, selaku Ketua Jurusan Sosiologi.
3. Dr. Joharatul Jamila, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi.
4. Bpk. Muhammad Ismail M. Si, selaku dosen pembimbing penulis.
5. Prof. Dr. Yuron Razak, M.A dan Dr. Ida Rosyidah, M.A. Selaku Dosen Penguji
Skripsi
6. Jajaran Dosen di Jurusan Sosiologi yang senantiasa memberikan ilmu yang
bermanfaat
7. Kepada kedua orangtua, Almarhum Bapak Solaeman dan Ibu Siti Munajah.
Terimakasih banyak atas doa dan pengorbanannya. Teruntuk Bapak maafkan
anakmu yang tidak bisa membuat impianmu menjadi nyata “untukmu terkasih
skripsi ini kupersembahkan”.
8. Kakak penulis Mad Syarif Hidayatullah dan Edwin Maulana Lili Syahrudin,
Terimakasih banyak atas doa dan dukungan kalian, dan akhirnya satu diantara kita
bertiga menjadi sarjana, semoga gelajar ini bukan saja menjadi lambang awal
kesempurnaan pendidikan tetapi menjadi bukti bahwa betapa sungguh-
sungguhnya orangtua mendidik dan menyekolahkan anaknya.
9. Para sahabat senasib dan seperjuangan, Rikal, Ayyip, Saswi, Amal “Oglek”, mulai
dari beskem Israel sampai dengan beskem Ubud, genk “trio macam” yang siap
selalu menemani perjuangan penulis. Tim “berani diskusi takut laper”, rifnu, cabe,
fakir, malik, zamzam, marbun, mustofa, dan seterusnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
10. Para senior yang mengkader penulis: Bang Kholid, Adam, Hakim, Bunyani, Udin,
Ketum Uki, Ketum Rafsan, Adriansyah “Aswaja” mahasenior mas Dino (Alumni
PB PMII), dan senior-senior yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih
atas bimbingannya kepada penulis.
11. Keluarga Besar PMII KOMFISIP dan PMII KOMFAKSAHUM, PMII Cabang
Ciputat Periode 2015-2016: Ketum Rafsan dan jajarannya, tim Mapaba
Komfaksahum dan sahabat-sahabat “PKL PRO AKTIF” dan Sahabat sekaligus
keluarga selama kuliah di UIN Jakarta, semua teman-teman di Prodi Sosiologi
2013.
vi
12. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
support yang diberikan baik berupa doa, moril maupun materil sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan, dukungan, dan doa yang mereka sumbangkan untuk penulis
memperoleh balasan berlipat dari Allah SWT., dan semoga bantuan, dukungan dan doa
bermanfaat bagi penulis, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, 12 Maret 2019.
Didin Hasannudin
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN ......................................................................................................xii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................1
A. Pernyataan Masalah ........................................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................................7
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................................................8
E. Kajian Teoritis ................................................................................................................13
1. Definisi Strategi Adaptasi Musik ..............................................................................13
a. 1. 1. Strategi ........................................................................................................13
b. 1. 2. Adaptasi ......................................................................................................15
c. 1. 3. Musik Islami ...............................................................................................16
d. 1. 3. Hadrah .........................................................................................................17
2. Kajian Sosiologis Tentang Adaptasi .........................................................................18
3. Kajian Sosiologis Tentang Teori Modernisasi ...........................................................23
4. Kerangka Pemikiran ..................................................................................................26
F. Metodologi Penelitian .....................................................................................................27
1. Metode Penelitian .....................................................................................................27
2. Subjek dan Objek Penelitian .....................................................................................27
3. Sumber Data ..............................................................................................................27
4. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................28
5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................28
viii
6. Analisis Data .............................................................................................................31
G. Sistematika Penulisan ......................................................................................................34
BAB II
PERKEMBANGAN MASYARAKAT TANGERANG DAN KESENIAN ....................35
A. Sejarah Singkat Kabupaten Tangerang ...........................................................................35
B. Kesenian di Kabupaten Tangerang .................................................................................39
BAB III
GAMBARAN UMUM MUSIK HADRAH DAN KELOMPOK MUSIK HADRAH
ARRUSHOIFAH..................................................................................................................44
A. Sejarah Hadrah .................................................................................................................44
B. Musik Hadrah di Sepatan ................................................................................................48
1. Susunan Musik Hadrah .............................................................................................50
2. Rincian Alat Musik Hadrah ......................................................................................52
3. Sistem Nada dan Laras pada Musik Hadrah .............................................................53
4. Cara Bermain ............................................................................................................54
5. Kelengkapan dan Penyajian Musik Hadrah ..............................................................54
C. Kelompok Musik Hadrah Arrushaifah ............................................................................56
1. Ketua Kelompok Hadrah ..........................................................................................56
2. Pemain Musik Hadrah ...............................................................................................58
3. Penonton Musik Hadrah ...........................................................................................59
4. Tata Rias dan Dekorasi .............................................................................................60
5. Pembinaan Kelompok Musik Hadrah .......................................................................61
6. Penanggap Musik Hadrah .........................................................................................63
7. Profil Pemain Musik Hadrah ....................................................................................63
D. Tantangan Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik Moder ........................67
ix
BAB IV
ADAPTASI MUSIK HADRAH DALAM MENGHADAPI MUSIK MODERN ..........69
A. Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Perubahan Sosial .....................69
B. Strategi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Perubahan Sosial........
..........................................................................................................................................72
1. Sosialisasi Hadrah ......................................................................................................72
2. Penyesuaian Nada pada Musik Modern .....................................................................73
3. Penggunaan Alat Musik Modern ...............................................................................74
4. Penyesuaian Lingkungan ..........................................................................................75
C. Implementasi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Perubahan Sosial
..........................................................................................................................................77
1. Pembinaan Langsung dari Pengurus Majlis dan Tokoh Karismatik ..........................77
2. Mengikuti Acara Besar Islam, Festival Budaya dan Ikut Serta Agenda Pemerintah
Daerah ........................................................................................................................78
3. Variasi dan Kombinasi ..............................................................................................79
4. Rutinitas Bulanan dan Latihan dengan Masyarakat Lingkungan Sekitar .................81
BAB V
KESIMPULAN ....................................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................87
LAMPIRAN – LAMPIRAN ...............................................................................................xii
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. A. 1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................11
Tabel 1. A. 2 Sistem Pengoprasian AGIL dalam Skema Sistem Tindakan
................................................................................................................................................22
Tabel 1. A. 3 Kerangka Pemikiran ........................................................................................26
Tabel 1. A. 4 Skema Analisis Constant Comparative Method ..............................................32
Tabel 2. A. 5 Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang ........................................................37
Tabel 3. A. 6 Jenis Pukulan Hadrah ......................................................................................52
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Wawancara dengan Narasumber .......................................................................91
Lampiran 2: Foto - foto ........................................................................................................111
xii
DAFTAR SINGKATAN
AD/ART Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga
ISHARI Ikatan Seni Hadrah Indonesia
NU Nahdlatul Ulama
LTMN Lembaga Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
LSB NU Lembaga Seni Budaya Nahdlatul Ulama
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Penelitian ini mengkaji tentang kelompok seni musik Islami, beragam jenis seni
musik Islami telah hadir sejak dahulu dan berkembang masuk di Indonesia, dari musik
Islami yang klasik hingga modern. Tidak sedikit keberadaan jenis musik Islami
memodifikasi diri dengan alat-alat kekinian, tujuannya adalah mendapatkan nilai
keindahan serta daya eksistensi. Dalam hal ini Peneliti berfokus pada salah satu jenis
musik Islami yang sedang berkembang di Indonesia, yaitu jenis seni musik Islami
Hadrah, meskipun masih banyak lagi jenis musik Islami lainnya seperti, Gambus,
Banjari, dan Qasidah. Peneliti melihat bahwa jenis musik ini merupakan jenis musik
Islami yang banyak dimainkan oleh para santri di Pondok-pondok pesantren dan menjadi
salah satu basis media ekspresi santri dalam berhalawat atau melantuntan syair-syair
pujian terhadap Nabi Muhammad serta keberadaan jenis musik ini menjadi media yang
mampu banyak menarik perhatian publik dalam setiap pembawaanya baik dalam bentuk
nada ataupun syair-syairnya.
Adanya hubungan timbal balik antara dua peradaban besar Arab dengan
peradaban Asli membentuk kebudayaan baru disertai percampuran tradisi kebudayaan
Islam. Pada dasarnya Islam tidak begitu memerlukan bentuk kesenian yang khas, seiring
perkembangan waktu terbentuklah karya-karya seni sebagai pandangan hidup yang
membudaya. Seni dari kaum muslim itu pada dasarnya memiliki sikap yang luas.
2
Keberadaan muslim yang berkembang di Arab maupun tidak sudah mewarisi nilai artistik
kebudayaan Timur Tengah sejak zaman kuno, dari itulah secara perlahan kaum muslim
mengembangkannya dilapangan seni dan membangun bermacam bentuk seni
berlandaskan nilai keislaman (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:1).
Richard Ettinghausen menyimpulkan kajiannya terhadap pandangan al-Ghazali
dengan kalimat yang serat dengan pemikiran, sesungguhnya menunjukan dua pendekatan
terhadap seni, yaitu yang berasal dari mata-dalam dan mata-luar, yang satu bersifat
religious, dan yang lain bersifat sekular (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:9).
Percabangan seni lain adalah musik yang diberi batasan sebagai “keselarasan
suara dan pernyataan keindahannya kepada indera telinga”. Menurut Ibn Khaldun,
adanya musik ditengah masyarakat beriringan dengan munculnya peradaban, dan Ia akan
hilang dari tengah masyarakat ketika peradaban itu mundur. Selama awal abad pertama
Hijriyah, musik Arab masih bersifat primitif. Selama masa Umayyah, musik Arab
membuat langkah yang penting ketika bangsa Arab mulai akrab dengan musik Persia dan
Yunani (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:10).
Pasca Rasulullah Saw wafat, muncul apresiasi masyarakat terhadap musik yang
berubah cenderung kearah norma estetika, terutama pada masa Utsman. Para Pemusik
Professional untuk pertama kalinya salah satunya yang terkenal adalah Thuways, yang
dijuluki bapak lagu dalam Islam.
Secara umum musik yang berkembang dikalangan muslim konservatif belum
difahami dan didefinisikan secara tegas bahkan kurang merhargai akan adanya musik.
Nabi Muhammad mempunyai sikap kurang mementingkan musik dan nyanyian (ghina‟)
3
seperti halnya pada tarian. Dalam suatu kesempatan perayaan, Rasulullah membiarkan
anak-anak muslim bermain dengan berbagai alat musik dan menyanyikan lagu-lagu.
Kaum muslim awal kurang mempunyai kesempatan untuk menikmati musik dan
menyanyi. Dalam sebuah artikel yang berjudul “The Religious Music of Islam,” Prof.
H.G. Farmer, seorang ahli musik Arab, menulis, “Nyanyian dalam kehidupan duniawi
dikenal dengan istilah ghina‟, sedang dalam kehidupan keagamaan dikenal dengan istilah
ta‟bir, yaitu sebuah „penafsiran‟. Jadi musik yang diterima Islam adalah musik
keagamaan yang telah diakui” (M. Abdul Jabbar Beg, 1988:10).
Keberadaan musik hadrah di Indonesia itu sendiri sudah menjadi basis besar
disebuah pesantren, diperkirakan musik ini mulai diperkenalkan pada abad ke-13 H, oleh
Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi dari Yaman (1259-1333H/1839-1931
M). Dengan tujuan berdakwah ia mendirikan majelis-majelis sebagai sarana
bermahabbah kepada Nabi Muhammad saw, shalawat yang diiringi rebana kemudian
disebut sebagai hadrah yang kemudian perkembangannya tidak terlepas dari ekspansinya
Islam oleh Sembilan Wali (Abdul Najib, 2016:69)
Kesenian Hadrah ini mulai menyebar luas khususnya di Jawa Timur dan Madura
dilakukan oleh KH. Abdurrakhim bin Abdul Hadi. Karena itu, di beberapa daerah di Jawa
Timur dan Madura menyebut Hadrah dengan Hadrah Durrokhiman yang dinisbatkan
pada KH. Abdurrakhim. Hadrah sering ditampilkan sebuah organisasi bernama ISHARI.
Pengadopsian musik rebana dengan lantunan shalawat berhasil sebagai media dakwah
Sembilan Wali dalam persebaran Islam. Menjadi hal penting saat perayaan Maulid Nabi
diiringi musik hadrahan, sehingga banyak bermunculan kelompok musik hadrah yang
kemudian fungsi dan tujuannya bertambah menjadi bersifat komersil dan bukan hanya
4
sekedar mengisi acara nikahan, maulid, atau haulan bahkan menjadi kegiatan
ekstrakulikuler sekolah maupun pesantren (Abdul Najib, 2016:69)
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan musik-musik yang
bernuansa klasik ini menemukan tantangan dalam perkembangannya, dimana mayarakat
lebih cenderung memilih jenis musik modern yang lebih kekinian dan tidak sedikit para
musisi bereksplorasi dengan bantuan alat modern dengan tujuan bersaing dalam
perkembangan zaman, hal tersebut kemudian menjadi pengaruh pada eksistensi nilai
didalamnya, untuk menjawab tantantangan pada perkembangan zaman yang semakin
modern, peneliti akan melihat kelompok musik Hadrah yang berada di Daerah Kabupaten
Tangerang, eksistensi hadrah ini mampu menyesuaikan diri dalam kondisi sosial
masyarakat yang berkembang.
Kedatangan musik Hadrah di Kecamatan Sepatan, lebih tepatnya di Kelurahan
Sepatan Kebun Kelapa tidak langsung begitu saja ditrima dikalangan masyarakat,
pasalnya musik hadrah yang mulai dikembangkan oleh salah seorang Pemuka agama
bernama Aziz Badru Zaman, yang mulanya masih bersinggungan dengan kebiasaan
masyarakat umum sekitarannya yang tidak menyetujui metode bermahabbah kepada
Rasul menggunakan musik, terlebih ulama besar seperti Abuya Uci Turtusi di Tangerang
yang memiliki jama‟ah ribuan dalam sumber mengatakan bahwa bershalawat
menggunakan musik hadrah khususnya hadrah adalah bid‟ah atau haram dan tidak
disukai (Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).
Dengan perkembangan kondisi masyarakat yang semakin memuncak hal tersebut
mampu dinetralisir oleh seorang Habib bernama Habaib Ahmad al-Habsyi, sehingga
masyarkat yang memandang musik hadrah ini yang semula seolah menutup mata dengan
5
kehadiran musik hadrah ini pada akhirnya semakin berkembang (Wawancara dengan
Aziz Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).
Musik hadrah yang berkembang di masyarakat Kelurahan Sepatan semakin terasa
kehadirannya dan semakin muncul pada permukaan dan menyebut dirinya sebagai
kelompok musik Hadrah Arrushoifah, yang awalnya Arrushoifah ini adalah jalan menuju
kediaman guru besar Aziz Badru Zaman yang menimba ilmu di Mekkah selama 13
Tahun. Kemudian Arrushoifah ini menjadi tempat pembelajaran menimba ilmu Agama
dan saat ini disebut dengan Majlis Arrushoifah, dimana beberapa masyarakat banyak
mendapatkan ilmu agama didalamnya baik masyarakat sekitar bahkan luar daerah seperti
Jambi dan Jawa Barat seperti Bandung dan Garut. Sisi lain yang menarik dalam masa
perkembangannya Majlis Arrushoifah ini di perkuat oleh sistem Ekonomi dalam bidang
perdagangan yang tersebar di Tangerang khususnya Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang. Peringatan hari besar Islam menjadi salah satu moment pada eksistensi
kelompok musik Hadrah Arrushoifah (Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal
10 September 2018).
Oleh karena itu, selain dapat mengeksplor bagaimana seni musik hadrah mampu
beradaptasi dengan perubahan yang ada, peneliti berharap mampu memberikan kontribusi
pada kelompok musik Islami lainnya yang bertujuan mengembangkan senik musik Islam
terutama pada jenis musik hadrah.
Jenis musik Islami hadrah ini keberadaanya memang pada tingkat lokal. Dengan
artian seni musik hadrah ini bukan berarti ketinggalan zaman melainkan pengaruh sistem
modernisasi kemudian terklasifikasikan jenis musik antara tradisonal dengan musik
modern, selain menjadi media berdakwah, seni musik Islami hadrah ini pula sebagai
6
media yang menyampaikan pesan dari si pemusik kepada pendengar tentang nilai-nilai
yang terkandung dalam syair yang di lantunkan.
Dalam menghadapi perubahan sosial perlu melihat bahwa seni musik menjadi
salah satu elemen dalam kehidupan masyarakat yang menjadi syarat mencapai
keharmonisasian. Oleh karena itu, dari kelompok seni musik jenis hadrah, peneliti
melihat ada keteraturan sosial dalam perkembangannya yang mampu membangun tataran
masyarakat menjadi seimbang dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Sehingga, musik menjadi media paling strategis dalam penyampaian pesan-pesan yang
tersurat maupun tersirat saat ini, terutama seni musik Islami yang mengandung nilai-nilai
tentang ketauhidan dan rasa cinta terhadap Nabi Muhammad Saw.
Berdasarkan pemaparan pernyataan masalah diatas, maka penelitian ini diberikan
judul “Strategi Adaptasi Kelompok Seni Musik Islami dalam Menghadapi Musik
Modern (Studi Kasus Kelompok Musik Islami Hadrah Arrushoifah Kelurahan
Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang)”.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan masalah sangat di tekankan untuk mengungkap aspek secara kualitatif
dalam suatu masalah, maka dari itu penulis membatasi pertanyaan masalah dibawah ini:
1. Bagaimana strategi adaptasi yang digunakan kelompok musik Islami Hadrah
dalam menghadapi musik modern?
7
2. Bagaimana kendala yang dihadapi kelompok musik Islami Hadrah dalam
menghadapi musik modern?
3. Bagaimana implementasi strategi adaptasi kelompok musik Islami Hadrah dalam
merespon musik modern?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk menjelaskan strategi adaptasi yang digunakan kelompok musik Islami
Hadrah dalam menghadapi musik modern.
2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi kelompok musik Islami hadrah
dalam menghadapi musik modern.
3. Untuk menguraikan implementasi strategi adaptasi kelompok musik Islami hadrah
dalam menghadapi musik modern.
Kemudian manfaat penelitian adalah:
1. Mampu memberikan kontribusi pada kajian sosiologi budaya Islam, khususnya
mengenai strategi adaptasi kelompok seni musik Islami Hadrah dan menjadi
landasan untuk penelitian selanjutnya.
2. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak kelompok musik
Islami hadrah Arrushoifah sebagai landasan menghadapi musik modern.
8
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan kajian pustaka yang peneliti lakukan, terdapat beberapa penelitian
yang memiliki kajian yang sama baik dari sumber jurnal, skripsi, ataupun tesis,
diantaranya yaitu:
a. Tesis Karya Abdul Najib, yang berjudul Cinta Rasul dan Makna Simbol-Simbol
dalam Seni Hadrah di Jawa Timur, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. Dengan pendekatan kulitatif dan fokus
teori pada hermeneutika fenomenologis Paul Ricoueuer yang mensyaratkan dua
tahap interpretasi yaitu fenomenologis yang literer dan reflektif, Abdul Najib
melihat dan menemukan bahwa hadrah pertama kali diperkenalkan oleh Habib
Syeh Bafaqih dan disebarkan oleh KH. Abdurrakhim, diwadahi dalam sebuah
organisasi bernama ISHARI yang diresmikan oleh KH. Wahab Chasbullah.
Penelitian Ini memiliki kesamaan pada kajian kesenian Islam.
b. Skripsi Karya Wahyu Ramdhani berjudul Strategi Survival Komunitas Seni
Tradisional di Era Modernisasi, mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Penelitian yang dilakukan Wahyu Ramdhani terhadap komunitas
tradisional yang berada di Depok dengan menggunakan Metode Pendekatan
Kualitatif dan Teori DiMaggio dan Powell yaitu Proses Isomorfosis
menggungkapkan bahwa Kelompok seni Tradisional ini masih memiliki
eksistensi karena dengan rutinitas yang dilakukan serta kegiatan syukuran atau
upacara bebaritan membuat minat masyarkat meningkat terhadap kesenian ini.
9
Persamaan penelitian ini terletak pada kajian musik tradisional dan metode
menggunakan pendekatan kualitatif.
c. Skripsi Karya Rizkiyah Hasanah, yang berjudul Strategi Adaptasi Kelompok
Musik Gambang Kromong dalam Menghadapi Perubahan Sosial (Studi Kasus
Kelompok Musik Gambang Kromong Mustika Forkabi), mahasiswa Program
Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pendekatan melalui metode kualitatif dan penggunaan skema AGIL dari
Parsons yang digunakan Rizkiyah Hasanah menemukan bahwa kelompok musik
gambang kromong masih dapat bertahan hingga kini, dengan konsekuensi
tawaran bermain tidak seramai di tahun1970-an. Penelitian ini memiki kesamaan
pada kajian musik tradisional, teori dan metode pendekatan secara kualitatif.
d. Skripsi karya Fahrunnisa, yang berjudul Minat Jamaah Majelis Taklim Nurul
Mustofa Terhadap Kesenian Islam Hadrah, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan dengn menggunakan teori Alex Sobur,
secara sederhana menerangkan “minat berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu”, menemukan bahwa
adanya minat yang tinggi dari jamaah majlis taklim Nurul Musthofa untuk
mengikuti kesenian Islami dilihat dari aspek kognitif (33,4%), efektif (31%), dan
konatif (36%). Persamaan dalam peneliti adalah subjek penelitian yaitu musik
Islami.
10
e. Skripsi karya Hanif Alhakim, yang berjudul Strategi Framing Anti-Ahmadiyah
Oleh Pondok Pesantren, Mahasiswa Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penelitian dengan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kepustakaan dan
wawancara, melihat strategi Freming yang dilakukan oleh Pondok Pesantren
dengan fokus kajian gerakan sosial Robert D Benford dan David A Snow
menyimpulkan bahwa srategi framing pertama adalah mendiagnosa kesalahan
yang dilakukan oleh Ahmadiyah. Kedua mereka menentukan strategi dan solusi
untuk menghadapi isu Ahmadiyah dan memobilisasi massa, fokus teori yang
digunakan adalah Framing Strategy, diagnostic framing, prognostic framing, dan
motivational framing.
f. Jurnal karya Kholis Ridho, berjudul “Adaptasi Masyarakat Urban Terhadap
Perubahan Sistem Mata Pencaharian Daerah Otonomi Baru Kota Tangerang
Selatan”, Mahasiswa dari UIN Syarif Hidayaullah Jakarta ini melihat proses
perubahan sosial yang terjadi di daerah yang memiliki otonomi baru dengan
pendektan Survei-kuantitatif, penarikan sample secara multistage random
sampling dan menggunakan pemikiran Auguste Comte dengan Observasi, tindak
mengamati sekaligus menghubungkan dengan sesuatu hukum yang hipothetik,
beragam jenis kondisi masyarakat di dalamnya mulai kelas menengah keatas
sampai kelas manengah kebawah ikut serta dalam partisipasi melihat
perkembangan daerahnya.
11
Tabel 1. A. 1
Tinjauan Pustaka
Nama Judul Metodologi Teori Temuan Penelitian
Abdul Najib, Cinta
Rasul dan Makna
Simbol-Simbol
dalam Seni Hadrah
di Jawa Timur.
Universitas Islam
Negeri Sunan
Ampel, Surabaya.
Tesis.
Kualitatif, penelitian
lapangan,
wawancara,
dokumentasi dan
observasi.
Hermeneutika
Fenomenologis Paul
Ricouer.
Hadrah sebagai sarana
penyampai doa dan
suatu hal yang masih
sakral serta sebagai
ekspresi kecintaan
kepada Rasulullah saw,
bermakna dzikir yang
dikonversi dalam
kesenian musik.
Wahyu Ramdhani,
Strategi Survival
Komunitas Seni
Tradisional di Era
Modernisasi.
Universitas Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah,
Jakarta. 2016.
Skripsi.
Kualitatif,
wawancara langsung
dan observasi
DiMaggio dan Powell,
Isomorfosis:
CoersiveIsomorphism,
MimeticIsomorphism,
NormativeIsomorphism.
Eksistensi komunitas
yang masih dapat
dirasakan dengan
latihan dan acara
syukuran (upacara
bebaritan).
Rizkiyah Hasanah,
Strategi Adaptasi
Kelompok Musik
Gambang Kromong
dalam Menghadapi
Perubahan sosial,
Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2012
Kualitatif, studi
kasus. Pengamatan,
wawancara, dan
dokumentasi.
August Comte, model
Linier dan Piritim
Sorikin, model siklus
perubahan sosial serta
Talcott Parsons,
Adaptation, Goal
attainment, Integrity,
Latency.
Bahwa kelompok musik
gambang kromong
masih dapat bertahan
hingga kini, dengan
konsekuensi tawaran
bermain tidak seramai
di tahun1970-an..
Fahrunnisa, Minat
Jamaah Majlis
Taklim Nurul
Mustofa Terhadap
Kesenian Islami
Hadrah, Skripsi,
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2011
Kuantitatif, analisis
secara umum
dengan
menggunakan
statistik. Angket,
observasi,
dokumenasi dan
wawancara. Analisis
data dengan skala
Likert dan diagram
Lingkaran.
Teori Alex Sobur, yang
menerangkan “minat
berarti kecenderungan
dan kegairahan yang
tinggi dan keinginan
yang besar terhadap
sesuatu”.
Minat yang masih tinggi
dari jamaah majlis
Nurul Mustofa terhadap
musik hadrah, aspek
kognitif (33,4%), efektif
(31%), dan konatif
(36%) terhadap
kesenian Hadrah.
12
Hanif Alhakim,
Strategi Framing
Anti-Ahmadiyah
Oleh Pondok
Pesantren, Skripsi,
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2017
Kualitatif,
pengumpulan data
kepustakaan, studi
lapangan dan
wawancara.
Teori Robert D Benford
dan David A Snow.
Fokus Teori Framing
strategy, diagnostic
framing, prognostic
framing, motivational
framing.
Mendiagnosa kesalahan
yang dilakukan
Ahmadiyah, strategi
baru dan solusi untuk
menghadapi isu
Ahmadiyah dan
memobilisasi massa
Kholis Ridho,
Adaptasi
Masyarakat Urban
Terhadap
perubahan Sistem
Mata Pencaharian
Daerah Otonomi
Baru Kota
Tangerang Selatan.
Jurnal, 2016. Uin
Syarif Hidayatullah.
Survei-kuantitatif.
Penarikan sample
secara multistage
random sampling.
Auguste Comte, tindak
mengamati sekaligus
menghubungkan
dengan sesuatu hukum
yang hipothetik.
Bahwa masyarakat yang
cepat menyesuaikan
dengan setuasi baru,
mampu mengatasi dan
menyesuaikan
halangan-tantangan
yang ada
dilingkungannya.
Berdarkan uraian dan penelusuran tabel diatas peneliti mengambil kesimpulan
banyak penelitian sebelumnya lebih melihat proses perkembangan sebuah kelompok seni
musik tradisional. Persamaan dalam pendekatan secara kualitatif menjadi sebuah realitas
yang tidak dapat peneliti singkirkan demi memperoleh data yang akurat dan secara
mendalam, oleh karena itu pendekatan studi kasus, wawancara dan dokumentasi mejadi
penting dalam memperoleh data.
Perbedaan peneliti dengan peneliti terdahulu menunjukan bahwa subjek peneliti
saat ini adalah sebuah kelompok musik Islami yang sedang bergelut dengan sebuah
kondisi perubahan sosial di masyarakat, dalam hal ini masyarakat menjadi kunci
terbentuknya satu tatanan baru yang mencoba melihat musik Islami tidak sebatas musik
yang statis dalam perkembangannya, oleh karena itu sebuah kelompok musik Islami
hadrah menjadi elemen baru dalam merangkai pola berfikir masyarakat dalam melihat
13
musik Islami saat ini. Untuk penelitian saat ini lebih menggali sejauh mana
perkembangan yang terjadi pada kelompok musik Islami sehingga memotivasi kembali
semangat persaudaraan antar sesama umat Islam melalui seni musik Islami serta mampu
menerapkan strategi yang mungkin relevan dijadikan rujukan sesuai zaman yang semakin
modern.
E. Kajian Teoritis
1. Definisi Strategi Adaptasi Musik
a. 1. 1. Strategi
Kata strategi indentik disandingkan dengan dunia kemiliteran yang dirancang
sebagai sistem pertahanan untuk mendapatkan kemenangan dalam pertempuran, anggota
militer yang berperan sebagai pengatur siasat perang juga menimbang segala aspek yang
mempengaruhi segala keputusan dalam melakukan sebuah tindakan, segala bentuk
penyerangan dari lawan maupun tindakan yang akan dilakukan tidak luput dari analisis
seorang pengatur strategi, oleh karenanya memudahkan dalam melakukan siasat perang
(Beni adianto, 2010:22).
Beberapa pendapat ahli dikemukakan sebagai pengenalan tentang konsep kecil
dari strategi (Arif saripudin, 2008)
Fuad Amsyari menyebut dalam bukunya berjudul “Strategi Perjuangan Umat Islam
Indonesia” mengatakan bahwa: Strategi dan taktik adalah metode untuk
14
memenangkan suatu persaingan. Persaingan ini berbentuk suatu percampuaran fisik
untuk mereabut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia.
Dalam bukunya berjudul Analysis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi
Organisasi, menyatakan strategi adalah cara terbaik untuk menggunakan dana, daya
dan tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntunan perubahan lingkungan, Sondang
Siagian.
Chandler, dalam bukunya “Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis”, yang
dikutip Supriono, menyebutkan strategi adalah dasar-dasar menuntun goals jangka
Panjang dan tujuan organisasi serta pemakian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Onong Uchjana, menyebutnya dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”,
menyebutkan strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajeman untuk
mencaapai suatu tujuan.
Dan terakhir Stainer dan Minner, bukunya yang berjudul “Manajemen Strategik”,
menyatakan bahwa startegi adalah penempatan misi organisasi, penenmpatan sasaran
organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan
dan strategi tertentu untuk mencpai sasaran dan memastikan implementasinya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.
Dari paparan penjelasan diatas menghantarkan penulis untuk merangkai secara
singkat bahwa strategi digunakan sebagai alat untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
15
lain dari itu strategi bukanlah sebuah tindakan atau langkah yang tidak difikirkan baik
buruknya, positif dan negative secara mendalam (Beni andianto, 2016:22).
Dengan demikian strategi yang mempunyai sebuah garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam pencapaiannya merupakan hasil dari ketetapan, musik Islami hadrah
yang menyerap pemikiran tersebut mengartikan stretegi sebagai pola-pola umum
kegiatan kelompok musik Islami hadrah, aktivitas personil dalam perwujudan kegiatan
yang mampu bersaing dengan musik lainnya di Jaman modern (Beni adianto, 2016:33).
b. 1. 2. Adaptasi
Sebuah kemampuan makhluk hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuh-
tumbuhan sebagai proses penyesuaian diri dalam suatu perubahan kondisi di lingkungan
hidupnya, Parsons menyebutnya sebagai adaptasi. Dengan hal tersebut, makhluk hidup
dapat berkembang sesuai dengan lingkungannya, sehingga dapat bertahan hidup dengan
kelompoknya. Semakin besar kemampuan adaptasi yang dimiliki akan semakin besar
kemungkinan hidup yang berkepanjangan. Manusia dicontohkan sebagai makhluk hidup
yang memiliki kesempurnaan adaptasi lebih tinggi daripada makhluk lainnya untuk dapat
hidup di berbagai kelompok berbeda (Rizkiyah Hasanah, 2012:12).
Tidak sedikit makhluk hidup punah akibat dari daya kemampuan adaptasi yang
lemah, halnya binatang dan tumbuhan yang tidak kuat menahan perubahan kondisi
lingkungannya yang ekstrem melawan sehingga terjadi kepunahan. Proses adaptasi
budaya merupakan cara adaptasi manusia dalam menghadapi perubahan tatanan sosial
16
budaya seperti larangan tidak boleh kawin dengan saudara kandung yang menimbulkan
sifat lemah dan cacat. Adaptasi sosial merupakan penyesuaian individu terhdap
lingkungan sosialnya, hal ini dapat terjadi kepada manusia dan hewan (Rizkiyah
Hasanah, 2012:13).
Beberapa kelompok organisme yang sama dapat menempuh adaptasi secara
evolusi, berkembang dengan tahapan regenerasi, tetapi kelompok organisme sendiri juga
bahkan menempuh perubahan selama hidupnya (Rizkiyah Hasanah, 2012:13). Jadi dari
beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi adaptasi merupakan
kemampuan makhluk hidup baik individu maupun kelompok yang senantiasa dalam
perkembanganya dihadapkan pada suatu perubahan.
c. 1. 3. Musik Islami
Musik merupakan tatanan ilmu yang berkembang, sebuah seni yang menyatukan
sebuah nada atau suara dalam urutan kombinasi dan hubungan temporal, menciptakan
sebuah komposisi suara yang terumuskan sedemikian rupa sehingga membentuk
keharmonisan irama dan lagu (Acep saripudin, 2012:139).
Sesuatu yang menginggalkan suara dengan berkesinambungan menggunakan
sebuah benda dan menghasilkan tempo yang teratur menurut Abu Sulaiman Al-Khattaby
dianamakan sebagai musik, tradisi bangsa Arab meciptakan syair adalah hasil dari
permisalah, lirik, dan nazam yang diartikan dalam makna bahasa Indonesia sebagai
sebuah curahan perasaan atau pesan dari seorang penyanyi (Acep saripudin, 2012:139).
Berbicara pesan menurut Deddy Mulayana dalam buku yang berjudul Komunikasi
Islam menjelaskan pesan merupakan seperangkat symbol verbal atau non-verbal yang
17
mewakili perasaan, nilai, gagasan atau yang sesuatu yang menimbulkan nada dan irama.
Adapun Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan sebagai amanat yang disampaikan
melalui orang lain, berbentuk perintah atau nasihat langsung maupun tidak secara
langsung (Harjani hefni, 2015:79).
Dalam pesan terbagi menjadi dua bagian yaitu Verbal dan Non-verbal. Pertama
verbal dalam buku yang berjudul “Komunikasi Islam” di sebutkan bahwa ada tiga istilah
yang ditemukan yaitu bahwa sesuatu yang keluar dari lisan manusia yang mampu
difahami dapat disebut sebagai pesan verbal, kedua sesuatu yang keluar dari lisan
seseorang dan mengandung makna, dan terakhir sebuah kata yang tersusun lebih dari dua
kata dan memiliki arti. Kedua, pesan non-verbal disebutkan bahwa sebuah isyarat yang
dilakukan manusia dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki merupakan sebuah pesan
(Harjani hefni, 2015:100)
Pada akhirnya sebuah seni musik adalah lantunan nada, irama yang dilengkapi
syair ataupun sebuah suara yang dihasilkan oleh manusia atau instrument yang harmonis
membentuk keteraturan secara temporial yang mengekspresikan perasaan dalam pesan
lagu yang di nyanyikan.
d. 1. 4. Hadrah
Kata Hadrah yang memiliki tiga makna secara bahasa. Pertama, Hadir bahwa
hadirnya Jami‟iyyah, kelompok atau perkumpulan yang diiringi rebana dengan lantunan
shalawat mengharapkan kehadiran seorang Rasul baik secara Dhohir maupun Ma‟nawi
yang kemudian dalam kehidupan sehari-hari baik dari akhlak maupun perilaku seorang
18
rasul dapat diterapkan. Kedua, mempersembahkan bahwa kumpulan atau kelompok
hadrah yang melantunkan shalawat mengucap terimakasih kepada Nabi Muhammad dan
mengucap syukur karena sebaik-baiknya manusia sempurna yang di diciptakan Allah
swt. Terakhir, makna sebagai sebuah Kota di Yaman yang terkenal dengan kotanya para
orang alim atau waliyullah, bahwasanya kelompok atau Jami‟iyyah hadrah awal mula
berasal dari Kota tersebut (Abdul Najib, 2017).
2. Kajian Teori Sosiologi Tentang Adaptasi
Ketika Parsons masih menjadi seorang ahli biologi pada masanya, kaum akademis
banyak terbius dengan rumusan teori fungsionalisnya yang mengangkat sebuah
permasalahan dimasyarakat dapat pecahkan dalam memelajari organ tubuh manusia,
tidak sedikit saat itu sebagai “anak” Parsons banyak mendalami.
Dalam bukunya yang ditulis Suwarsono. Pertama, Parsons menyebutkan struktur
manusia memiliki komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Oleh karena
itu masyarakat tak ubahnya memiliki keterkaitan antar sesama maupun secara
kelembagaan. Realitanya Parsons menyebutkan konsep “sistem” dalam menggambarkan
keharmonisan dalam kelompok. Kedua, dalam struktur tubuh manusia memiliki fungsi
masing-masing dan spesifik dalam proses kinerja, maka demikian pula dengan
masyarakat yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing untuk mencapai stabilitas dan
pertumbuhan, Parsons merumuskan dalam sebuah istilah “fungsi pokok” agar masyarakat
19
dapat melaksanakannya dan tetap hidup berkepanjangan, istilah tersebut tereduksi dalam
skema Adaptation, Goal attainment, Integration, and Latency atau sering disebut dengan
skema AGIL.
Sebelum menjelaskan keterkaitan anatara skema AGIL dengan konteks peneliti
perlu di tegaskan bahwa parsons menyebutkan konsep “keseimbangan dinamis-
stasioner”, yang mana artinya ketika organ tubuh manusia berjalan tidak baik maka akan
merubah kepada organ lain, hal itu terjadi untuk mengrangi ketegangan secara intern
demi tercapainya tatanan baru. Jadi masyarakat dalam hal ini tidak bersifat statis
melainkan dinamis (Suwarsono, 2013:11).
Untuk mempermudah mengenali keterkaitan skema AGIL yang tereduksi dalam
konteks kelompok musik diantaranya:
1. Adaptation (adaptasi), dalam hal ini sistem harus mengatasi kebutuhan situasional
yang datang dari luar. Ia harus beradaptasi dengan lingkungan dan menyesuaikan
lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Dengan demikian, adaptasi fokus pada
keharusan sistem sosial untuk menghadapi lingkungan dunia seni, yaitu penyesuaian
terhadap kondisi perubahan diluar. Oleh karena itu, sistem yang dimaksud harus
mampu melakukan inovasi dan transformasi aktif dengan menggunakan bebebarapa
perkembangan teknologi dan sumber daya pada kelompok tertentu untuk
dimanfaatkan sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan yakni penyesuaian dengan
perkembanagan zaman (Rizkiyah hasanah, 2012:17).
2. Goal attainment (pencapaian tujuan), sistem harus mampu mendefinisakan dan
mencapai tujuan-tujuan utamanya. Parson menunjukan suatu keharusan bagi sistem
20
untuk memiliki kemampuan betindak, demi mencapai tujuan, terutama dalam tujuan
bersama pada suatu sistem.
Titik tekan pada tahapan ini, meliputi pengambilan keputusan dari tujuan utama yang
mendasari motivasi untuk melakukan desain ulang terhadap alat-alat, lagu-lagu, dan
kostum. Pada tatanan praktis dilapangan, tahapan ini diarahkan pada proses
perumusan kebijakan oleh pimpinan kelompok musik (Rizkiyah Hasanah, 2012:18).
3. Integration (integrasi), sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Ia pun harus mengatur hubungan antar ketiga imperatif fungsional
tersebut (A, G, L). Kelompok yang memiliki mekanisme-mekanisme pembagian kerja
mampu mengatasi suatu pertentangan dari berbagai hal. Parsons menyatakan bahwa
integrasi ini merupakan persyaratan yang berhubungan dengan internalisasi antara
pemimpin dan anggota kelompok, sehingga sistem sosial itu berfungsi sebagai suatu
kesatuan yang termanifestasi kedalam solidaritas kelompok. Artinya, solidaritas
internal dalam kelompok dapat dibangun melalui ikatan emosial untuk menghasilkan
kerjasama (Rizkiyah Hasanah, 2012:18).
4. Latency (pemeliharaan pola), sistem harus melengkapi, memelihara, dan
memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan
mempertahankan motivasi tersebut. Dalam skema AGIL ini berharap mampu
digunakan pada semua level sistem teoritisnya. Kemudian Parsons menjabarkan
tentang sistem tindakannya dalam skema AGIL.
Demikian dengan masyarakat yang selalu mengalami perubahan, tetapi mengarah
kepada tatanan lebih teratur. Perubahan sosial yang terjadi pada satu lembaga akan
21
berakibat pada perubahan dilembaga lain untuk mencapai keseimbangan baru. Dengan
demikian, masyarakat bukan sesuatu yang statis, tetapi dinamis, sekalipun perubahan itu
amat teratur dan selalu menuju pada keseimbangan baru (Rizkiyah Hasanah, 2012:20).
Kemudian Parsons menyebut hal lain dalam pengoprasian skema AGIL agar
dapat menjaring semua elemen masyarakat dalam paradigma yang sempurna yaitu sistem
kultur yang menjadi penting dalam melihat sistem-sistem lain dimasyarakat (George
Ritzer-Douglas J. Goodman, 2004:130), dibawah ini digambarkan skema pengoprasian
AGIL yang dilakukan oleh peneliti yang diperdalam dengan empat sistem, kultural,
sosial, behavioral, dan kepribadian.
Pertama dalam Organisme Behavioral, kelompok musik modern yang memiliki
nilai ekonomi tinggi tentu akan menunjang kebutuhan secara internal kelompok mulai
dari Passion dan intensitas latihan yang lebih memadai dari segi tempat dan alat
pendukung lainnya. Kelompok musik hadrah ini dengan potensi sumber daya manusia
yang tinggi senantiasa menjaga esensi dari lahirnya musik ini dengan tujuan menyiarkan
agama Islam. Oleh karena itu secara kebangkitan ekonomi meskipun masih tergolong
sangat kecil namun efektivitas dari setiapkali penampilan sedikit memberikan penunjang
untuk terawatnya alat-alat musik dan kostum dalam performa diatas panggung.
Kedua, sistem kepribadian. Sistem kepribadian musik modern yang tinggi mulai
dari gaya penampilan dan perilaku hedonis meberikan pengaruh terhadap penonton
menjadi “pukulan” keras kepada kelompok musik hadrah ini untuk membentuk karakter
pada setiap personilnya, dengan adanya motivasi dari sosok atau tokoh karismatik
menjadi daya tarik tersendiri dalam mebentuk nilai kepribadian pada masing-masing
pemain, satu sisi tokoh karismatik ini menjadi pengaruh besar pada lingkungan
22
Kelurahan Sepatan, seperti Habib Ahmad bin Al-Habsyi yang menjadi pigur utama
diterimanya musik ini di lingkungan masyarakat Sepatan.
Ketiga, sistem sosial menjadi pengaruh penting dalam adaptasi kelompok musik
hadrah ini terus ditingkatkan, diterimanya musik ini tidak terlepas dari adanya proses
negosiasi antara Habib Ahmad kepada tokoh lingkungan yang berpengaruh. Artinya ada
proses dimana sosialisasi seni musik Islami terhadap masyarakat, sehingga ada tindakan
politis yang tersusun untuk menyalurkan nilai Islam melalui musik hadrah. Oleh karena
itu untuk memberikan nilai baru terhadap masyarakat perlu mengenal tatanan utama
dalam masyarakat. Dan terakhir yang lebih penting adalah sistem kultur, diamana musik
modern yang memiliki nilai konsumtif tinggi dan hedonis banyak mempengaruhi musik-
musik tradisional, sehingga tidak dapat dipungkiri banyak sekali musik tradisional yang
tidak dapat menyesuaikan diri hilang.
Tabel 1. A. 2
L I
Sistem Kultural Sistem Sosial
Organisme Behavioral Sistem Kepribadiaan
A G
Sistem Pengoprasian AGIL dalam Skema Sistem Tindakan
23
3. Kajian Sosiologis Tentang Teori Modernisasi
Teori modernitas merupakan kumpulan dari konsep-konsep dan metafora yang
diturunkan dari teori evolusi. Menurut teori evolusi, perubahan sosial pada dasarnya
merupakan gerakan searah, linier, dan progresif dan perlahan-lahan, memberikan
perubahan kepada masyarkat dari tahap primitif kepada tahap yang lebih maju, dan
masyarakat memiliki struktur dan bentuk yang serupa. Para teoritisi perpektif modernitas
secara eksplisit membangun kerangka teori tesisnya dengan Enam ciri. Pertama,
modernisasi merupakan proses bertahap, seperti teori Rostow yang membedakan
berbagai fase pertumbuhan ekonomi yang dilalui oleh masyarakat, dimana tatanan
masyarakat mulai dari primitif menuju tatanan masyarakat yang maju dan kompleks
(Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:21).
Kedua, modernisasi disebut sebagai proses homogenisasi, artinya masyarakat
terbentuk dari masyarakat dengan tendensi dan struktur serupa. Seperti Levi penganut
teori modernitas menganggap bahwa sesuai dengan perkembangan waktu, mereka dan
kita akan semakin mirip satu sama lain karena modernitas menjanjikan semakin modern
tahapan yang telah dilalui, semakin serupa bentuk dan karakteristik berbagai masyarakat
yang terlibat dalam perubahan sosial. Ketiga, modernisasi terkadang mewujud dalam
bentuk dan lahirya, sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi, atau lebih dikenal
dengan istilah modernisasi sama dengan Barat. Keempat, modernisasi juga dilihat sebagai
proses yang tidak bergerak mundur, dimana ketika terjadi kontak antara negara Dunia
Ketiga dengan Barat, negara Dunia Ketiga tidak akan mampu menolak melakukan
24
modernisasi, sebagai jawaban universal persoalan Dunia Ketiga tanpa memperhatikan
ciri-ciri tradisional negara Dunia Ketiga (Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:23).
Kelima, modernisasi sebagai perubahan progresif. Bagi Coleman, sistem politik
modern memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih efisien dalam melaksanakan
fungsi-fungsi masyarakat dibanding sistem politik tradisional. Terakhir, modenisasi
memerlukan waktu panjang. Dalam hal ini, modernisasi dilihat sebagai proses
evolusioner dan bukan perubahan revolusioner (Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:23).
Parsons dalam pemikarannya tentang Sistem merupakan satu kesatuan yang
kompleks, terdiri dari berbagai antarhubungan dan dipisahkan dari lingkungan sekitarnya
oleh batas tertentu. Organisme jelas merupakan contoh sebuah sistem, begitu pula
molekul, bangunan, planet, dan galaksi. Pemikiran umum seperti ini dapat pula
diterapkan pada masyarakat manusia dengan berbagai tingkat kompleksitasnya. Pada
tingkat makro, keseluruhan masyarakat dunia (kemanusiaan) dapat dibayangkan sebagai
sebuah sistem. Pada tingkat manengah (mezo) negara bangsa (nation-state) dan kesatuan
politik regional atau aliansi militer pun dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Pada
tingkat mikro, komunikasi lokal, asosiasi, perusahaan, keluarga, atau ikatan pertemanan
dapat diperlakukan sebagai sebuah sistem kecil. Begitu pula, segmen tertentu dari
masyarakat seperti aspek ekonomi, politik, dan budaya secara kualitatif juga dapat
dibayangkan sebagai sebuah sistem. Begitulah, di tangan pakar teori sistem Parsons yang
umum dan dapat diterapkan secara universal (Piotr Sztomka, 2004:3).
Dapat disimpulakan bahwa modernisasi sebagai proses transformasi yang
bertujuan mencapai status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total perlu
diganti dengan seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Oleh karena itu dalam proses
25
modernisasi apa yang dikatakan sebagai tradisional tidak memiliki peran berarti dan
bahkan dalam banyak hal tidak berguna sama sekali, karenannya perlu diganti
(Suwarsono dan Alvin Y. So, 2013:23).
26
4. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. A. 3
Kerangka Pemikiran
ADAPTASI
Parsons : Mempertahankan diri (
kultur), Adaptation, Goal Attainment,
Integration, Latency.
Modifikasi alat Musik
MODERNISASI: Kultur Musik
Maenstream di Masyarakat
(Kelompok Musik Islami Hadrah)
Pembinaan Langsung dari Pengurus Majlis dan Tokoh
Karismatik
IMPLEMENTASI
MEMPERTAHANKAN DIRI:
Sosialisasi Hadrah
Penyesuaian Nada pada Musik Modern
STRATEGI MEMPERTAHANKAN DIRI:
Penyesuaian Lingkungan
Mengikuti Acara Besar Islam dan Pestival Budaya dari
Pemerintah Daeah
Variasi dan Kombinasi
Rutinitas Bulanan dan Latihan dengan masyarakat
lingkungan sekitar
27
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitataif deskriftif, kualitatif disini sebagai
suatu strategi yang menekankan pada konsep, karakteristik, gejala, maupun symbol.
Secara deskripsi mengutamakan sifat ke alamian dan holistic dan mengutamakan kualitas
dengan menggunakan beberapa cara yang disajikan narratif (Muri yusuf, 2014:329)
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pemain dan pengurus Pondok Pesantren sebagai
sumber informasi yang relevan di Kelurahan Sepatan Kabupaten Tangerang. Objek
penelitian adalah perilaku, tindakan dan pengaruh serta aktivitas dari kelompok hadrah.
3. Sumber Data
Penggolongan data menurut sumbernya dapat dibagi menjadi dua bagian
(Jonathan Sarwono, 2006:220), yaitu:
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber utamanya nya
yaitu dalam hal ini adalah kelompok Hadrah Arrushoifah
b. Data sekunder adalah data yang bisa didapat dengan cara membaca, mendengar,
atau melihat dari aktivitas kelompok musik hadarh, biasanya sudah tersedia.
28
4. Lokasi dan Waktu Penlitian
Lokasi penelitian bertempat di Pondok Pesantren Darul Huda dan Majlis
Arrushoifah Kelurahan Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang. Sedangkan
waktu penelitian dari Tanggal 20 Februari 2018 sampai dengan Tanggal 21 Juni 2018.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui Teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan, untuk memperoleh data informasi yang
dikehendaki sesuai permasalahan yang dibahas, maka peneliti menggunakan beberapa
Teknik pengumpulan data menurut (M. Burhan Bungin, 2010:115), sebagai berikut:
a. Pengamatan
Secara metodologis pengamatan ialah mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan
sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat hambatan
sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, menangkap arti fenomena dari segi
pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan
para subjek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinan peneliti
merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan
pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memunginkan pembentukan
29
pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak
subjek (Lexi J. Moleong, 2016:175)
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada kelompok musik Islami
Hadrah di Kelurahan Sepatan ini mencakup tentang bagaimana rutinitas latihan
kelompok hadrah, pengaruh terhadap masyarakat sekitar serta aktivitas masing-
masing personil maupun akivitas kelompok baik secara struktur internal maupun
struktur di masyarakat
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal
dengan tujuan untuk mendapatkan informasi penting yang diinginkan.
Wawancara dapat berlangsung dalam berbagai cara: tidak terstruktur, mendalam,
etnografis, pertanyaan terbuka, informal, dan lama. Dalam hal ini wawancara
melibatkan satu atau lebih orang hadir, terjadi dilapangan, dan bersifat informal
dan tidak mengarah (yaitu, peneliti dapat melakukan wawancara dalam berbagai
arah), (W. Laurence Neuman, 2013:494).
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan
tujuan memperoleh keterangan mulai dari pengelola kelompok musik Hadrah satu
orang, vokalis satu orang, dan Tujuh personil dari hadrah itu sendiri dengan tanya
jawab sambil bertatap muka antara peneliti dengan informan atau orang yang
diwawancarai.
30
Beberapa narasumber yang diwawancarai oleh peneliti berkaitan dengan
penelitian yang berjudul strategi kelompok musik Islami Hadrah dalam
menghadapi perubahan sosial adalah sebagai berikut:
1. Pengasuh atau pengelola Musik Islami Hadrah
Fokus utama penelitian ini adalah mengenai strategi kelompok
musik Islami Hadrah, narasumber utama yang menjadi objek wawancara
ialah pengurus besar dari kesenian musik Islami Hadrah itu sendiri. Dalam
hal ini di Majlis Arrushoifah hanya ada satu orang, wawancara kepada
Bapak Ust. Aziz Badru Zaman. Dilakukan terkait dengan bagaimana
terbentuknya kelompok musik Islami Hadrah ini dalam arus perubahan.
2. Vokalis musik Islami Hadrah
Narasumber kedua adalah vokalis atau ketua dari kelompok musik
Islami Hadrah Arrushoifah. Wawancara yang akan dilakukan peneliti
kepada ketua berfungsi untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dari
hasil wawancara pengurus atau pengelola dari musik Islami Hadrah
Arrushoifah karena sumber disebutkan memiliki informasi mendalam
tentang musik dalam perkembangannya atau aturan yang diberlakukan
bagi kelompok musik Islami Hadrah dalam menghadapi tantangan arus
perubahan di masyarakat luar, baik melalui kegiatan rutinitas maupun
pembiasaan budaya dalam lingkungan internal kelompok.
3. Personil musik Islami Hadrah
Wawancara kepada masing-masing personil dari kelompok musik
Islami Hadrah Arrushoifah ini bertujuan meningkatkan keabsahan data
31
yang diperoleh dari sumber-sumber diatas terutama mengenai strategi
yang dilakukan oleh kelompok musik Islami Hadrah Arrushoifah ini
dalam menghadapi arus music modern, dalam hal ini dilakukan
wawancara kepada Tujuh orang dari 20 (dua puluh) orang/ personil yang
berada dalam satu kelompok hadrah.
c. Dokumentasi
Merupakan laporan teknis dari suatu peristiwa dan oleh peneliti sengaja
untuk disimpan atau untuk meneruskan keterangan mengenai persitiwa.
Dokumentasi dapat berbentuk teks tertulis, gambar, maupun foto dari setiap
aktivitas kegiatan kelompok musik Islami Hadrah. Dokumen tertulis dapat pula
berupa sejarah kehidupan (life historties), biografi, karya tulis, dan cerita.
Disamping itu ada pula material budaya, atau hasil karya seni yang merupakan
sumber informasi, sehingga peneliti bisa menghemat waktu dan teanaga dalam
mengambil data penelitian.
6. Analisis data
Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan dan Analisis Data.
Menyusun data berarti menggolongkan data ke dalam pola, tema, atau kategori. Pada
penelitian kualitatif, analisis data harus diawali sejak awal. Data yang diperoleh dari
lapangan segara harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis (Muhadjir,
1998:104).
32
Menganalisis data berarti secara sistematis menyusun, mengintegrasikan, dan
menyelidiki: sewaktu melakukannya, peneliti mencari pengaruh atau pola strategi dimana
kelompok musik hadrah memiliki tokoh karismatik dan sebuah modifikasi alat sebagai
bentuk penyelarasan dengan musik modern yang semakin berkembang serta
pengimplemantasiannya dalam menghadapi musik modern yang terjadi secara spesifik
(W. Laurence Neuman, 2013:559)
Berfokus kepada model analisis Glaser dan Strauss dan di kemukakan dalam buku
mereka „The Discovery of Grounded Research‟ bahwa dalam metode perbandingan tetap
atau Constant Comparative Method karena dalam analisis data, secara tetap
membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan kemudian secara tetap
membandingkan kategori dengan kategori lainnya, metode analisis data ini juga
dinamakan „Grounded Research‟ (Lexi J. Moleong, 2016:288).
Proses analisis datanya mencakup: reduksi data, kategorisasi data, sintesisasi, dan
diakhiri dengan kesimpulan (Lexi J. Moleong, 2016:28).
Tabel 1. A. 4
Skema Analisis Constant Comparative Method
Reduksi Data
Kategorisasi
Sintesisasi
Penarikan Kesimpulan
33
1. Reduksi Data
a. Identifikasi satuan. Padamulanya di identifikasikan adanya satuan yaitu
bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila
dikaitkan dengan fokus masalah penelitian.
b. Sesudah data diperoleh, selanjutnya meberikan tanda, memberikan tanda pada
data supaya tetap dapat ditelusuri berasal dari sumber mana.
2. Kategorisasi
a. Menysusun kategori, kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan
ke dalam bagian-nagian yang memiliki kesamaan.
b. Setiap kategori diberi nama yang dibuat „lebel‟.
3. Sintesisasi
a. Mensintesisasikan berarti mengecek kaitan antara satu kategori dengan
kategori lainnya.
b. Kaitan satu kategori dengan kategori lainnya diberi nama/label lagi.
4. Penarikan Kesimpulan
Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang
proposisional. Penarikan kesimpulan ini sudah merupakan teori substantif (yaitu
teori yang berasal dan masih terkait dengan data).
G. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disusun dengan sistematika pembahasan yang terdiri dari
lima bab, yang uraiannya terdiri dari barikut:
34
Bab pertama: berisikan pernyataan penelitian, pertanyaan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan. Bab ini menjelaskan pentingnya penelitian ini dilakukan dan juga sebagai
pijakan serta langkah awal untuk pembahasan selanjutnya.
Bab kedua, membahas tentang sejarah singkat Kabupaten Tangerang dan
Kesenian, pembahasan dalam bab ini mengahantarkan pembaca dalam mengenal
perkembangan kesenian di Kabupaten Tangerang.
Bab ketiga, menjelasakan gambaran umum musik hadrah dan Tantangan musik
hadrah menghadapi musik modern serta susunan kesenian hadrah arrushoifah.
Bab keempat, berisi deskripsi hasil temuan selama penelitian yang juga sekaligus menjadi
jawaban pertanyaan penelitian.
Bab kelima, adalah akhir dari penelitian berisi kesimpulan dari semua hail
penelitian dan penutup yang juga mencakup saran serta masukan kepada pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap tema penelitian ini. Dalam bagian ini pula mencakup
daftar pustaka serta lampiran-lampiran.
35
BAB II
PERKEMBANAGAN MASYARAKAT TANGERANG DAN KESENIAN
A. Sejarah Singkat Kabupaten Tangerang
Dalam sebuah tulisan dijelaskan, pada pertengahan abab ke-16 ketika kerajaan
Banten terdesak oleh agresi militer Belanda di utuslah “Tiga Maulana” berpangkat
Tumenggung yang diberikan tanggung jawab mendirikan sebuah pertahanan berbatasan
dengan Batavia. Tiga Maulana tersebut adalah Aria Wangsakara, Tumenggung Aria
Yudhanegara, dan Aria Jaya Santika. Mereka mendirikan sebuah pusat pertahanan yang
dikenal sekarang dengan sebutan Tigaraksa atau Tiga Tiang, pusat pemerintahan tersebut
merupakan bentuk penghormatan kepada mereka sekaligus mengenang jasa dan bentuk
pengorbanan yang telah tercurahkan (https://tangerangkab.go.id/sekilas-
tangerang/show/1).
Kata Tangerang itu sendiri yang memiliki arti “Tanda” terlahir dari sebuah Tugu
prasasti bertuliskan huruf Arab “gundul” yang dibangun oleh seorang putra Sultan Ageng
Tirtayasa di bagian Barat sungai Cisadane, di perkirakan keberadaan tugu tersebut berada
di kampung Gerendeng. Dalam tulisan Jawa kuno berbunyi:
“Bismillah pgat lngkang Gusti/Diningsung juput parenah kala Sabtu/Ping
Gangsal Sapar Tahun Wau/Rengsena perang netek Nangaran/Bungas wetan
Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsung Parahyang”.
Dalam arti yang singkat bahwa tulisan tersebut menjelaskan awal mula penetapan
kekuasaan. Tiga Maulana yang menjadi pahlawan saat itu gugur pada Tahun 1684, yang
memakasa Tangerang untuk masuk dalam wilayah jajahan militer Belanda yang terlepas
dari Kesultanan Banten, saat ini dengan bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
36
Bupati merupakan warisan dari peninggalan militer Belanda
(https://tangerangkab.go.id/sekilas-tangerang/show/1).
Pemerintahan saat itu yang dipimpin oleh seorang Bupati bernama Kyai Aria
Soetadilaga periode Tahun 1682-1809 dinilai tidak mampu oleh pemerintahan Belanda.
Akhirnya Belanda mengeluarkan kebijakan menjual sebagian wilayah Tangerang ke
Batavia sekaligus pusat pemerintahan serta memberdayakan para pemuda-pemuda
Indonesia untuk meningkatkan pertahanan mereka. Tanggal 29 April 1943 awal mula
dibentuk barisan pemerintah pro-penduduk Tangerang seperti, Keiboden, Seinendon,
yang dipimpin oleh Kentyo M. Atik Soeardi, perkembangan selanjutnya pemerintahan
Tangerang ditingkatkan menjadi Daerah Kabupaten (https://tangerangkab.go.id/sekilas-
tangerang/show/1).
Sentralitas dari segi wilayah dengan batas Utara adalah Laut Jawa, Timur
Kabupaten Bogor-Depok, dan Barat Kabupaten Lebak dimiliki oleh Kabupaten
Tangerang, luas 959.6 km2 atau 9.93 persen dari luas Banten dengan Ibukotanya adalah
Tigaraksa. Letak astronomis antara 6000
‟ – 6
020
‟ Lintang Selatan dan 106
020
‟ - 106
043
‟
Bujur Timur (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2017).
Berdasarkan catatan Statisik Daerah 2017 Kabupaten Tangerang memiliki
populasi tertinggi se-Banten. Hasil Proyeksi Penduduk 2016 menunjukan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Tangerang mencapai lebih dari 3,4 juta jiwa (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tangrang Tahun 2017).
37
Tabel 2. A. 5
Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Cisoka 48693 45423 94116
2 Solear 46385 44561 90946
3 Tigaraksa 79151 75746 154897
4 Jambe 23082 21891 44973
5 Cikupa 144465 135320 279785
6 Panongan 69678 67247 136925
7 Curug 107190 100716 207906
8 Kelapa Dua 113095 114687 227782
9 Legok 63011 58566 121577
10 Pagedangan 60003 57314 117317
11 Cisauk 42261 40680 82941
12 Pasarkemis 167023 161432 328455
13 Sindang Jaya 47929 46044 93973
14 Balaraja 67827 63739 131566
15 Jayanti 36956 35768 72724
16 Sukamulya 33548 32363 65911
17 Kresek 33319 32340 65659
18 Gunung Kaler 26389 26054 52443
19 Kronjo 31434 30055 61489
20 Mekar Baru 19607 18567 38174
21 Mauk 42129 40639 82768
22 Kemiri 22896 21081 43977
23 Sukadiri 29101 27098 56199
24 Rajeg 87610 83987 171597
25 Sepatan 61293 57239 118532
26 Sepatan Timur 48717 46212 94929
27 Pakuhaji 58728 55789 114517
28 Teluknaga 83553 79623 163176
29 Kosambi 84029 78212 162241
Kabpaten Tangerang 1779102 1698393 3477495
Sumber: Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2017
38
1. Kelurahan Sepatan
Sepatan merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di sebelah Utara
KabupatenTangerang yang pada awalnya daerah ini banyak terdapat persawahan dan
berbagai macam Rawa yang terdapat banyak ikan dikala banjir maupun kering sehingga
banyak masyarakat berbondong-bondong mencari ikan, berbagai macam ikan terdapat
disana terutama ikan Sepat, karena banyaknya ikan sepat yang terdapat di Rawa-rawa,
sehingga masyarakat sering menebunya Rawa Sepatan, pada saat itulah Nama sepatan
dijadikan sebuah nama Desa di Kecamatan Sepatan, sampai saat ini belum ada yang bisa
menjelaskan mengapa ikan Sepat banyak terdapat di daerah Sepatan, bahkan ikan sepat
menjadi menu di rumah makan yang ada di sepatan
(Kelurahansepatan.blogspot.com/p/blog-page_23.html?m=1).
Pada Tahun 2005 terjadi pemekaran daerah yang kemudian Desa Sepatan berubah
menjadi Kelurahan oleh pemerintah Kabupaten Tangerang. Kelurahan Sepatan
merupakan salah satu dari Kelurahan di Kabupaten Tangerang, terletak di sebelah Utara
500 meter dari Kecamatan Sepatan Timurdan 30 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten
Tangerang, letak Kelurahan Sepatan berada di Jl. Raya Mauk Km 11 Kabupaten
Tangerang. Kelurahan Sepatan juga menjadi Kelurahan pertama di Kecamatan Sepatan
dengan jumlah penduduk 18.620 Jiwa, terdiri dari 8.779 Jiwa laki-laki dan 9.841 Jiwa
perempuan (Monografi Kelurahan Sepatan pada Bulan Juni 2018).
39
B. Kesenian di Kabupaten Tangerang
Perekembangan teknologi di era globalisasi saat ini bila tidak segera diantisipasi
dapat mengakibatkan budaya yang selama ini diyakini sebagai pedoman hidup
masyarakat bergeser ke arah kehidupan yang melepaskan diri dari akarnya, yaitu budaya
asli sendiri. Indonesia merupakan salah satu Negara yang berpenduduk terdiri dari
banyak suku yang tersebar di seluruh kawasan. Masing-masing suku mengembangkan
kebudayaannya. Kemajemukan msyarakat Indonesia ini bukan saja dibentuk karena
keragaman etnisnya, melainkan juga peredaannya dalam latar belakang sejarah,
kebudayaan, agama, dan sistem kepercayaan yang dianut, serta lingkungan geografisnya
(https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpnbjabar/2017/12/13/potensi-budaya-di-
kabupaten-tangerang/).
Dalam hal ini diperlukan adanya Penyusunan Dokumentasi Pelestarian Nilai
Budaya yang memuat berbagai informasi tentang karya dan pengembangan nilai budaya
yang dimiliki oleh setiap suku bangsa yang tersebar di daerah-daerah dalam wilayah kerja
BPNB Jawa Barat, salah satunya adalah Kabupaten Tangerang yang ada di Provinsi
Banten. Kabupaten Tangerang termasuk wilayah yang memiliki banyak keragaman
budaya. Permasalahannya adalah masih adakah nilai tradisi leluhur tersebut? Berdasarkan
artikel tentang Potensi Budaya di Kabupaten Tangerang tercatat berbagai budaya yang
terdapat di Kabupaten Tangerang diantaranya: Pertama, Tarian Barongsai yang biasanya
disebut Wu Shi, pada tradisi Cap Go Me tarian ini biasanya dimainkan secara bersama
dengan tarian Liong, yang dikenal dengan istilah. Nong Shi U dan Nong Long U. ada dua
jenis tarian barongsai yang satu lebih dikenal sebagai Singa Utara yang penampilannya
lebih natural sebab tanpa tanduk. Sedangkan Singa Selatan memiliki tanduk dan sisik jadi
40
mirip dengan binatang Qilin (Prosiding The 5th
International Conference on Indonesian
Studies. ”Ethnicity and Globalization”).
Kedua, Cokek. Istilah cokek berasal dari istilah Cina dialek Hokkian chiounkek
yang artinya menyanyi (to sing a song). Jadi wayang cokek mulanya hanya berprofesi
sebagai penyanyi lagu-lagu dalam, bukan penari. Tidak dikenal istilah penari cokek,
sebab cokek bukan tarian, tetapi menyanyi. Perjalanan sejarah yang mengiringi
perkembangan gambang kromong dan cokek membuat kesenian ini khususnya di Batavia
berasosiasi dengan judi, alkohol dan pergaulan bebas (jurnal cokek, 53:2013).
Ketiga, Lenong. Lenong merupakan salah satu bentuk teater peran di Betawi yang
mulai berkembang di akhir abad ke-19.Sebelumnya, masyarakat Betawi mengenal
komedi stambul dan teater bangsawan. Komedi stambul dan teater ini dimainkan oleh
bermacam suku bangsa dan menggunakan Bahasa Melayu. Orang betawi meniru
pertunjukan itu. Hasil pertunjukan mereka kemudian disebut lenong (http://jakarta-
tourism.go.id/2017/news/2018/01/kesenian-lenong).
Keempat, Patingtung. Dalam pertunjukan seni Patingtung melibatkan banyak
orang yang terdiri atas para penari, penabuh, waditra, atau pangrawit, dan juru panggung.
Setiap penari membawakan tariannya masing-masing, sedangkan tugas pangrawit harus
menguasai seluruh lagu atau instrument yang akan dibawakannya. Para penari dalam seni
Patingtung dapat disebut pesilat juga karena mereka umumnya berasal dari beragai
perkumpulan pencak silat. Jumlah penari dalam pertunjukan Seni Patingtung berkisar
antara 10 sampai 15 orang. Adapun Pangrawit yaitu orang yang memainkan Wadira
jumlahnya sesuai dengan jumlah Waditra yang akan dimainkan. Waditra yang dimainkan
dalam setiap pertunjukan ada 8 buah, yaitu: kendang besar, kendang kecil, terompet,
41
gong dengan tiga macam ukuran, ketuk, dan kecrek
(https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpnbjabar/2018/04/17/patingtung-kesenian-
tradisional-kabupaten-pandeglang/).
Kelima, Jaipong. Jaipongan yang diciptakan Gugum Gumbira merupakan hasil
upaya kreatif yang dilandasi oleh pemahamannya terhadap berbagai tatanan nilai kearifan
lokal tradisi masyarakat Sunda, dan meramunya dalam cita rasa masyarakat Kota/ urban.
Sikap kritis Gugum terhadap karya-karya tari Sunda sebelumnya menghasilkan
kinestetika tari baru dalam perkembangan seni pertunjukan tari Sunda karena lebih
merupakan sebuah proses pencarian makna keindahan baru atau dekontruksi kinestetika
tari Snda yang selama ini berlatar budaya priyayi/menak (Lalan Ramlan, 2013:54).
Keenam, Gamelan topeng yang merupakan seperangkat gamelan untuk
mengiringi topeng Betawi, halnya dengan gambang kromong yang digunakan untuk
pengiring lenong. Gamelan topeng merupakan penyederhanaan dari gamelan lengkap.
Alatnya terdiri dari rebana, sepasang gendang, (gendang besar dan kulanter), ancang
kenong berpencong tiga, kecrek, kempul yang digantung dan sebuah gong yang tahang
atau gong angkong. Terdapat dua reparator yang biasa dibawakan gamelan topeng.
Pertaman, lagu-lagu “dalam” seperti Kang Aji, Gendol Ijo, Glenderani, dan sebagainya.
Kedua, lagu-lagu “luar”, yaitu lagu-lagu yang biasa diperdengarkan berdasarkan
permintaan penonton. Antara lain, Geseh, dan Bongbang (Rizkiyah Hasanah, 2012:37).
Ketujuh, Gambang Kromong. Gambang Kromong tercipta karena orang-orang
Tionghoa Peranakan sudah semakin banyak di Kota ini. Di watu senggang mereka
memainkan lagu-lagu Tionghoa dari kampung halaman moyang mereka di Cina dengan
instrument gesek Tionghoa su-kong, The-hian, dan Kong-a-hian, Bangsing (suling),
42
Kecrek, dan Ningnong, dipadukan dengan gambang. Gambang diambil dari khazanah
instrumen Indonesia digunakan menggantikan fungsi Iang-khim, yakni semacam Kecapi
Tionghoa, tetapi dimainkan dengan semacam alat pengetuk yang dibuat dari bamboo
pipih (Rizkiyah Hasanah, 2012:40).
Kedelapan, musik Rebana, Rebana terbilang kesenian yang cukup populer di
Jakarta. Di daerah lain, terutama di Jawa, alat musik bermembran ini disebut “terbang”.
Sebutan rebana sendiri diduga berasal dari kata Arab “robbana” (Tuhan Kami). Sebutan
ini muncul dikarenakan lagu-lagu yang dibawakan bernafaskan Islam.Terdapat empat
jenis rebana. Pertama, Rebana Biang, Rebana Ketimpring, Rebana Hadrah, Rebana
Ngarak (Rizkiyah Hasanah, 2012:39).
Kesembilan, Tanjidor. Tanjidor diperkirakan berasal dari bangsa Portugis yang
datang ke Betawi pada abad ke-14 sampai ke-16. Seorang ahli musik dari belanda
bernama Ernest Heinz berpendapat bahwa tanjidor asalnya dari para budak yang
ditugaskan main musik untuk tuannya. Alat musik yang mereka mainkan antara lain:
klarinet, piston, rombon, tenor, bas trompet, bas drum, tambul, simbal, dan lain-lain.
Sedangkan lagu-lagu yang dibawakan adalah Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, Was
Tak-tak, Welmes, dan Cakranegara. Judul lagu itu sendiri meski diucapkan dengan
ucapan Betawi tetapi tetap berbau Belanda.Lagu-lagu tanjidor juga diperkaya dengan
lagu-lagu gambang kromong, karena itu instrumennya bisa ditambah dengan tehyan,
rebana, beduk, gendang, kecrek, kempul, dan gong (Rizkiyah Hasanah, 2012:34).
Dan terakhir Tari Cukin, yang masih baru-baru ini sedang naik daun dan
diperkenalkan samapai tingkat Internasional.Merupakan sejenis drama tarian yang
menceritakan para remaja putra dan putri yang sedang bersenda gurau pada suatu malam
43
yang cukup cerah dan menggunakan tema ungkapan keceriaan para remaja dengan gerak
tari yang cukup indah sehingga membuat kaum laki-laki tergerak untuk ikut serta
didalamnya.Istilah Cukin adalah dari Betawi-Cina yang berarti selendang-tari.Cukin
dipakai oleh penari-penari wanita dari tari-tari pergaulan seperti cokek, joget, ronggeng,
dan tandak.Sinonim Betawi-Sunda cukin adalah soder (http://abouttng.com/tari-cukin/).
Dan beberapa kesenian lainnya yang masih berkembang seperti, Degung, Calung,
Pencak Silat, Angklung Gubrak, Reog, Wayang Golek, Debus, Rudat, Rampak Gendang,
Marwis, dan Bedug Lonjor/ Ngadu Bedug. Dari sekian banyak kesenian musik tradisinal
memiliki perkembangannya disetiap masing-masing wilayah, seperti rebana yang
berkembang di wilayah Sepatan, Kelurahan Sepatan. Hal ini dipengaruhi dari tingkat
keterbukaan masyarakat terhadap kesenian terutama kesenian Islami yang masih
dipandang sebagai musik tradisional yang tidak dapat berkembang sesuai peradaban.
Oleh karena itu, adanya unsur musik mampu memberikan perubahan kepada
masyarakat dan berkontribusi dalam mewarnai belantika musik di Tangerang, dengan
kata lain musik Hadrah merupakan satu diantara banyak jenis musik yang saat ini terus
memberikan kontribusinya, memberikan warna baru dalam setiap musik Islami dan terus
menjadi pesaing musik modern.
44
BAB III
GAMBARAH UMUM MUSIK HADRAH DAN KELOMPOK MUSIK HADRAH
ARRUSHOIFAH DI SEPATAN
A. Sejarah Hadrah
1. Awal Mula Perkembangan Musik Hadrah
Secara historis, masyarakat Madinah pada abad ke-6 telah menggunakan Hadrah
sebagai musik pengiring dalam acara peyambutan atas kedatangan Nabi Muhammad
SAW yang hijrah dari Mekkah. Mayarakat Madinah kala itu menyambut kedatangan
beliau dengan syair Thaala‟al Badru yang diiringi dengan Hadrah, sebagai ungkapan rasa
bahagia atas kehadiran sang Rasul ke bumi itu. Kemudian Hadrah digunakan sebagai
sarana dakwah para penyebar Islam. Dengan melantunkan syair-syair indah yang diiringi
alat musik perkusi, pesan-pesan agama Islam mampu dikemas dan disajikan lewat
sentuhan seni artistik musik Islami yang khas. Sebenarnya Hadrah bukan satu hal yang
baru dalam masyarakat. Hadrah sudah ada sejak jaman dahulu. Awalnya, Hadrah berasal
dari bangsa Arab dan Negara-negara Timur Tengah (Fahrunnisa, 2011:28).
Di Indonesia, sekitar abad ke 13 Hijriyah seorang ulama‟ besar dari negeri Yaman
yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (1259 – 1333 / 1839 –
1913M), datang ketanah air dengan misi berdakwah menyebarkan agama Islam. Di
samping itu, beliau juga membawa sebuah kesenian Arab yang dikenal saat ini adalah
Hadrah, dengan cara mendirikan majlis shalawat dan pujian-pujian kepada Rasulullah
sebagai sarana mahabbah (kecintaan) kepada Rasulullah Saw (Fahrunnisa, 2011:28).
45
Selang beberapa waktu majlis itu pun menyebar keseluruh penjuru daerah
terutama Banjar Masin Kalimantan dan Jawa. Beliau, Habib „Ali bin Muhammad bin
Husain Al-Habsyi juga sempat mengarang sebuah buku yang berjudul “Simthu Al-Durar”
yang Di dalamnya memuat kisah perjalanan hidup dari sebelum lahir sampai wafatnya
Rasulullah SAW. Di dalamnya juga berisi bacaan shalawat-shalawat dan madaih (pujian-
pujian) kepada Rasulullah. Bahkan sering kali dalam memperingati acara maulid Nabi
Agung Muhammad saw. Kitab itulah yang sering dibaca dan diiringi dengan alat musik
Hadrah.Sehingga sampai sekarang kesenian inipun masih bertahan, khususnya para
pecinta shalawat dan maulid Nabi Muhammaad SAW.Sebagai sebuah eksistensi seni
budaya Islam yang harus selalu dijaga dan di kembangkan (Fahrunnisa, 2011:29).
Jenis musik Hadrah ini merupakan kesenian musik Islami yang masuk di
Indonesia, berkembang di Jawa Timur oleh KH. Abdurrakhim yang kemudian terbentuk
suatu organisasi sosial keagamaan yang bernama ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Indonesia)
menjalankan tariqah mahabbah kepada Nabi Muhammad, anggotanya berasal dari
kumpulan (Jami‟iyyah) pebacaan Maulid Syarafa al-Anam dan disahuti dengan bacaan
Shalawat Hadrah. Dalam setiap penampilannya, pembacaan shalwat ini diiringi rebana
(alat perkusi), dan sejenis tarian yang dinamakan roddat. Pembacaan shalawat yang
demikianlah yang kemudian disebut Hadrah (Abdul Najib, 2016:69)
Pelaksanaan kesenian hadrah di Jawa Timur dilakukan pada malam hari. Maka
kemudian acara berhadrah (hadoroan) kadang disebut dengan lailatul
hadrah.Penyelenggaraan hadrah rutin dilakukan pada malam jum‟at dan wakt-waktu
sakral dalam Islam seperti maulud nabi, isra‟ mi‟raj, dan dan lain sebagainya.Hadroan
seringkali pula dilakukan dalam momen haul leluhur dan hajat individu yang berbarengan
46
dengan selametan untuk mendapatkan keselamatan dan terhindar dari petaka (bala)
dalam masa peralihan hidup (rites of passage), (Abdul Najib, 2016:70).
Perkembangan yang semakin luas. Pada umumnya, Hadrah di pakai pada acara
haulan, Tujuh Bulanan, dan acara perkawinan. Namun saat ini sudah banyak menjadi
bagian dari kegiataan ekstra di sekolah-sekolah dan dapat dimainkan oleh banyak orang,
tidak harus dipondok pesantren atau hanya sebatas santri saja.
Dalam tradisi Islam Indonesia, banyak tersebar jenis kesenian yang
menyenandungkan shalawat nabi yang diiringi tabuhan rebana (terbang) seperti hadrah,
banjara, qasidah, gambus, dan sebagainya.Amalan hadrah ISHARI diklaim sebagai
tariqah karena memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh kesenian serupa yang telah
ditentukan oleh pendirinya.Setiap elemen meliputi bacaan, lagu, tabuhan rebana, serta
tarian roddat tidak boleh di modifikasi kecuali oleh majlis hadi atau badal hadi.Majlis
Hadi merupakan orang yang memiliki sanad genetik kepada Habib Syekh
Botoputih.Sementara Badal Hadi adalah mereka yang memiliki sanad keilmuan langsung
kepada Habib Syekh Botoputih atau Majlis Hadi dan ditunjuk menjadi Badal
Hadi.Tranmisi amalan Hadrah dari Hadi ke jamaah ISHARI juga harus digurukan lewat
mekanisme talqin.Mekanisme talqin adalah pengajaran amalan hadrah yang dilakukan
oleh Hadi atau Badal Hadi kepada jamaah dengan metode musyfahah (berhadap-hadapan)
(Abdul Najib, 2017:64).
Kemdian pada Tahun 1851 kesenian ini mulai meluas dan diperkenalkan kepada
Indonesia oleh Habib Syekh bin Ahmad bin Abdullah bin Ali Bafaqih yang masyhur
dengan nama Habib Syekh Botoputih. Beliau datang ke Surabaya untuk berdakwah pada
Tahun 1851.Selain mengajarkan ilmu agama. Habib Syekh juga menjadi seorang
47
Mursyid thariqah hadrah mahabbaturrasul. Kesenian Hadrah ini mulai menyebar luas
khususnya di Jawa Timur dan Madura dilakukan oleh KH. Abdurrokhim bin Abdul Hadi.
Karena itu, di beberapa daerah di Jawa Timur dan Madura menyebut hadrah dengan
hadrah durrakhiman yang dinisbatkan pada nama KH. Abdurrokhim.Seperti yang tercatat
dalam tulisannya (Abdul Najib, 2017:65).
“Silsilahnya hadrah itu dari Habib Syekh bin Abdullah Bafaqih, ke Syekh
Abdurohman ke Abdul Hadi bin Abdurrahman lalu ke KH. Abdurrakhim inilah
hadroa-an mulai menyebar luas. Karena itu, dibeberapa wilayah, gresik
misalnya, hadroan ISHARI disebut dengan hadroh durrokhiman: nisbat kepada
mbah Abdurrokhim bin Abdul Hadi.”
Ada pula yang menyebutkan bahwa sistematika hadrah meliputi bacaan shalawat,
lagu, pukulan, dan roddat dirumuskan dan disebarkan oleh KH. Abdurrakhim. Sementara
Habib Syekh Bafaqih hanya membawa terbang dan sanad pemukulannya saja. Hal ini
diperkuat dengan ketiadaannya kesenian serupa di tempat asal Habib Syekh yaitu Yaman
dan adanya kitab Diwan Hadrah yang berisi aturan baku keseluruhan hadrah serta
bacaannya yang dikarang oleh KH. Abdurrakhim (Abdul Najib, 2017:65).
Masifnya jamaah ISHARI ini kemudian membuat KH. Wahab Chasbullah, yang
menjabat Ra‟is „Am Nahdlatul Ulama waktu itu, menginginkan jam‟iyyah hadrah
menjadi organisasi resmi dengan mengintruksikan KH. Abdur Rokhim membentuk
pengurus pusat. Organisasi hadrah ini kemudian berdiri dengan nama Ikatan Seni Hadrah
Indonesia (ISHARI) yang diketua oleh KH. Abdur Rokhim pada Tanggal 9 September
1961.Setelah mengalami berbagai penyesuaian dan penyusunan struktur organisasi, pada
waktu muktamar NU ke 23 di Solo, ISHARI resmi menjadi lembaga binaan Syuriah
PBNU (Abdul Najib, 2017:65).
48
Dalam perjalanannya, organisasi inimengalami pasang surut. Pada Muktamar NU
ke 29 di Cipasung, ISHARI ditetapan menjadi badan otonom di NU. Menanggapi
ketetapan tersebut, pada tahun 1995 diadakan Munas ISHARI untuk pertama kalinya di
PP. Sunan Drajat Paciran Lamongan.Pada Muktamar NU di Lirboyo tahun 1999, ISHARI
tak lagi menjadi badan otonom NU. Melainkan menjadi organisasi binaan Lembaga Seni
Budaya Nahdlatul Ulama (LSB NU). Pada Muktamar 31 NU, ISHARI dipindahkan lagi
di bawah binaan Lembaga Thoriqoh al-Mu‟tabaroh an-Nahdliyyah (LTMN). Titik
terbawah ISHARI dalam geliat organisasi NU adalah pada Muktamar ke 32 Makasar
dimana ISHARI tak lagi ada dalam AD/ART NU (Abdul Najib, 2017:66).
Titik balik eksistensi ISHARI dalam tubuh Nahdlatul Ulama adalah pada
Muktamar 2014 di Jombang.Muktamar ke 33 tersebut menetapkan ISHARI kembali
menjadi Badan Otonom NU. Hal tak lepas dari usaha keras para kyai dan Pimpinan NU.
Setelah menjadi Banom, ISHARI kemudian berganti nama menjadi ISHARI NU untuk
menunjukan eksistensinya sebagai badan otonom Nahdlatul Ulama (Abdul Najib,
2017:66).
2. Musik Hadrah di Sepatan
Lantunan syair shalawat melalui musik rebana merupakan salah satu cara yang
dikembangkan oleh seorang tokoh agama bernama Aziz Badru Zaman bermula saat dia
melihat semangat yang timbul untuk menyiarkan Islam di tempat kelahirannya yaitu
Sepatan, syair shalawat yang menggambarkan karakter seorang Rasul itu kemudian
digabungkan kedalam seni bermain musik hadrah.
49
Hadrah yaitu lantunan shalawat yang dibawakan melalui musik hadrah tidak
begitu saja diterima dikalangan atau tempat kelahirannya, perdebatan antara diterima dan
tidak diterimanya musik ini sangat panjang sesaat sebelum musik ini menjadi kelompok
yang kemudian sering mengisi acara-acara peringatan besar Islam seperti maulid Nabi
dan acara seperti festival budaya daerah. Tahun 2008 adalah merupakan awal tahun
musik hadrah ini menjadi semakin berkembang dengan beragam dukungan elemen
seperti para pemerintah daerah dan para tokoh agama lainnya yang berada di Sepatan
(Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).
Hadrah ini kemudian banyak dikenal dengan kelompok hadrah Arrushaifah,
dimana nama tersebut merupakan nama majlis yang ia dirikan untuk masyarakat
menimba ilmu agama dan sekaligus nama yang didapat dari seorang guru spiritualisnya
yang menimba ilmu di kota Mekkah dan kemudian menjadi sebuah tempat atau majlis
yang didirikannya di daerah Sepatan (Wawancara dengan Aziz Badru Zaman, Tanggal 10
September 2018).
Pertunjukan seni Hadrah Arrushoifah sering terlihat dan didengar baik dilayar
kaca ataupun media sosial. Grup Hadrah ini juga tampil dalam penyambutan tokoh-tokoh
ternama di Indonesia dan acara-acara budaya, di tuturkan seorang narasumber
Hadrah disini tampil dimana aja, mau nyambut Kyai atau Habib juga pernah,
kadang suka sulit juga bagi waktu kalau ada permintaan berbarengan, seperti
peringatan hari besar Islam.Beda Kalau penyambutan orang ternama seperti para
Habib biasanya kami jauh-jauh hari persiapannya, dua minggu sebelumnya sudah
ada persiapan. Penyambutan Kyai dan para Habib di Tangerang sering pake
Hadrahan (Wawancara pribadi, M. Marzuki Ismail, Santri Majlis Arrushaifah, 10
September 2018).
50
1. Susunan Musik Hadrah
Seni musik Hadrah lahir secara dari bentuk kecintaan kepada seorang Nabi yang
di ekspresikan dalam sebuah Syair dan dentungan Rebana, sehingga tercipta runtutan
nada yang memiliki irama.
Instrumen rebana termasuk dalam instrument musik membranofon. Membranofon
adalah instrumen yang bunyi suaranya dihasilkan oleh membran. Rebana yang digunakan
dalam kesenian Hadrah di Arrushaifah sama halnya dengan di Jawa Timur berbentuk
bulat berdiameter 30cm. bentuk bulatnya berasal dari kayu yang berlubang di tengahnya.
Lubang pada kayu ditutup dengan kulit yang telah disamak. Kulit yang harus digunakan
diharuskan kulit kambing domba kacangan berusia kurang dari setahun. Kulit yang
diambilpun diharuskan dari punggung kambing domba yang dekat dengan kepala dan
kaki depan (Abdul Majid, 2016:75).
Kulit inilah kemudian yang menjadi membran yang mengeluarkan suara ketika
dipukul. Pada setiap rebana juga ditemukan tiga lempengan logam tipis ditepi sehingga
muncul suara treble. Pukulan ini juga diharuskan mengeluarkan suara “tak” dan “dik”
yang keras. Pukulan yang menghasilkan suara yang lembut dan beresonansi tidak
diperbolehkan dalam hadrah karena berkaitan dengan keabsahan seni tersebut dari kaca
mata fiqh (Abdul Majid, 2016:75).
Sebagaimana jenis musik pada umumnya, rebana mengandung nada diatonik (dua
suara). Suara yang dihasilkan dari pukulan rebana hanya berbunyi “tak” dan “dik”.
Perbedaan suara ini di dapatkan dari tempat memukul rebana. Suara “tak” akan keluar
51
jika rebana dipukul di bagian pinggir membran, dan akan keluar suara “dik” jika rebana
dipukul di bagian tengah membran. Karena keterbatasan suara yang keluar ini, maka
kesenian yang menggunakan rebana (atau perkusi pada umumnya), melakukan variasi
ketukan suara “tak” dan “dik” tersebut (Abdul Majid, 2016:76).
Jika pada kesenian shalawat umumnya tabuhan rebana adalah murni kreatifitas
sehingga memiliki banyak variasi, seni hadrah justru kebalikannya. Notasi irama pukulan
senada dengan lagu yang disenandungkan oleh hadi sebagai pemimpin hadrah.
Sebagaimana lagu hadrah yang harus digurukan, maka pukulannya juga harus digurukan.
Dengan demikian, variasi dalam seni hadrah memiliki pakemnya tersendiri (Abdul Majid,
2016:77). Pada pukulan dasar yang digunakan oleh hadrah Arrushaifah umumnya sama
dengan pukulan dasar yang berkembang di daerah Kabupaten Tangerang, diantaranya:
1. Pukulan (1) atau disebut pukulan Anakan atau Gerinci atau Lanangan.
2. Pukulan (2) atau disebut pukulan Nikahan atau Wedokan
Jenis pukulan tersebut akan menghasilkan perpaduan suara yang harmoni dengan
bunyi yang khas ketika dimainkan secara bersamaan. Oleh karena itu, dua orang minimal
dibutuhkan untuk terciptanya harmonisasi nada, beberapa yang perlu diperhatikan oleh
pemain hadrah antara lain, Awalan, sebuah pukulan yang dimainkan sebelum dimulainya
lagu kemudian pukulan tengahan dimainkan ketika syair ada diposisi jeda, saat pukulan
naikan berlangsung harus di perhatikan syairnya, dan Naik, sebuah pukulan yang
berlangsung saat reff. Dan keempat, yaitu Akhiran/tutup/ending, yaitu pukulan saat lagu
akan berakhir (Wawancara, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).
52
Tabel 3. A. 6
Jenis pukulan Hadrah
2. Rincian Alat Musik Hadrah
Musik hadrah yang semakin berkembang telah menciptakan pembauran atau
pencampuran antara unsur Timur Tengah dengan Budaya Nusantara khususnya Jawa
Timur. Pembauran itu tampak pada alat musik hadrah yang mulanya terdiri dari Rebana
Hadrah dan Bass Hadrah Mangkok di tambah dengan Dumbuk Batu (Darbuka),
Rompang (rebana kecil), Gitar Gambus, Simbal dan Markis.
Yang pertama saya lihat hadrah Cuma rebana kecil sama besar dan bass hadrah,
tapi karena semakin berkembangnya alat musik ditambah lagi sama Darbuka,
markis terkadang pake Gitar gambus. Kalau pake gitar sama Darbuka musik
semakin ramai dan semangat pendengar semakin tinggi (Wawancara Pribadi,
Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).
Pukulan (1)
Pukulan (2)
Akhiran/tut
up/ending
Naik Tengahan/j
eda
Awalan
Naikan
53
Instrumen alat musik hadrah secara keseluruhan terdiri dari (Wawancara, Ade
Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018):
a. Rebana Hadrah / Terbangan
b. Bass Hadrah Mangkok
c. Dumbuk Batu (Darbuka)
d. Kompang (Rebana Kecil)
e. Simbal dan Markis
Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 28 September 2018
3. Sistem Nada dan Laras pada Musik Hadrah
Hadrah memakai dua cara untuk menghasilkan suara yang khas. Untuk memukul
hadrah yang menghasilkan bunyi “Dung” yang mana didalam rumus ditulis dengan “D”.
caranya adalah dengan merapatkan ke empat jari telunjuk sampai kelingking, kemudian
54
pukul dibagian agak tengah dari hadrah/rebana. Kedua, untuk menghasilkan bunyi
“Tang/Tak”, yang mana didalam rumus ditulis dengan “T”, caranya adalah dengan
merenggangkan jari-jari, kemudian pukul dibagian pinggir hadrah/rebana (Wawancara,
Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).
4. Cara bermain
Umumnya dalam memainkan musik hadrah tidaklah sulit karena hanya mengenal
2 (dua) ketukan untuk mendapatkan suara “Tak” dan “Dik”. Namun beberapa pukulan
yang akan terkombinasi dalam berbagai ketukan sehingga memerlukan banyak latihan.
Aturan lainnya dalam memainkan alat musik hadrah tidaklah begitu baku, namun pada
kebiasaan yang sering dilakukan pemain dan alat berada di posisi belakang penyanyi
(vokalis) atau sejajaran dengan penyanyi menhadap ke audiens atau penonton.
Untuk memainkan musik hadrah Tembangan, pemain bukan saja berlatih
pukulan, para pemain harus mampu mengingat nada-nada pada syair untuk mengetahui
titik pemberhentian pukulan. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang pemain:
Main hadrah pukulannya ga banyak Cuma “Tak”, “Dik” aja. Tapi pemain harus
banyak latihan kalo mau inget setiap ganti pukulan, karena bukan cuma pukulan
tapi jeda pas henti harus tau, pemain yang udah mahirmah udah pasti pas mukul
awal sama hentinya (Wawancara Pribadi, Surajul Huda, Non Santri Majlis
Arrushaifah, 10 September 2018).
5. Kelengkapan Penyajian Musik Hadrah
Dalam struktur seni pertunjukan, baik maupun tari yang mempunyai urutan-
urutan penyajian yang merupakan yang merupakan bagian dari keseluruhan
55
pementasannya, ada juga yang tidak. Untuk struktur seni pertunjukan yang mempunyai
urutan sajian, dapat diamati apakah ada bagian pembukaan, bagian utama, dan bagian
akhir yang masih merupakan rangkaian dari keseluruhan pementasan (Paimin, 2015:10).
Seni musik hadrah memiliki struktur dalam penyampaiannya, dalam hal ini lagu
pembuka, lagu inti, lagu spontanitas, dan lagu penutup, menjadi hal penting bagi
kelompok agar terbentuknya keharmonisan musik dan syair dalam bershalawat.
Sebagaimana diungkapkan:
Sebelum kami nampil manggung bukan cuma alat aja yang dipersiapkan tapi
syair-syair (lagu-lagu), dipersiapkan lebih awal supaya pas dipanggung ga
bingung dan bershalawatan semakin hidmat. Biasanya lagu pertama yang
dibawain itu Shallatullah, lalu, sering dibawakan lagu Turi Putih dan terakhir
kami marhabaan (Wawancara Pribadi, Muhammad Ridho, Santri Majlis
Arrushaifah, 10 September 2018).
Struktur pertunjukan seni lebih banyak menampilkan jenis seni rupa, sastra,
pertunjukan. Semua tempat berlangsungnya seni merupakan pertunjukan, yang di
dalamnya terdapat seniman, karya seni, dan penikmat seni (Paimin, 2015:12).
Usur penting lain dalam seni musik hadrahan adalah Aspek Kostum, merupakan
bagian penting dalam pentas atau festival. Ciri khas dalam musik hadrah dengan
menggunakan kostum dengan berbagai varian warna, diantaranya warna hijau merupakan
tanda utama yang melambangkan keluasan alam juga tanaman serta kesuburan. Selain
itu, warna hijau juga bisa mengartikan seseorang dalam posisi yang sedang bergembira
karena mahabbahnya kepada Rasul. Sebagaimana informasi yang diberikan:
Kostum hadrah yang jadi ciri khas kami dikenal oleh masyarakat sekitar dan
lainnya itu karena warna gamis yang kami pakai itu hijau. Sebagai tanda hadrah
arrushaifah dan sebagai warna cerah, kaya alam sekitar sama bukti kecintan
56
kami ke Rasulullah Saw. (Wawancara Pribadi, Ade Ridwan, Santri Majlis
Arrushaifah, 10 September 2018).
3. Kelompok Musik Hadrah Arrushoifah
Kelompok musik hadrah Arrushoifah adalah sebuah kelompok seni musik yang
bernafaskan Islami di salah satu Majlis pengajian daerah Sepatan Kecamatan Sepatan
Kabupaten Tangerang. Salah satu tujuan kelompok seni musik ini adalah syiar Islam
dengan cara melantunkan syair (lagu-lagu), bershalawat kepada Nabi Muhammad. Oleh
karena ingin mendapat Syafa‟at dari Nabi Muhammad dan dengan cara bershalawat serta
diiringi sejumlah alat musik, kelompok ini terus mempertahankan diri dengan cara
menjaga eksistensi musik Islam dan nilai pada syair yang di balut dengan semangat
kecintaan kepada Nabi Muhammad. Majlis Arruhoifah membentuk dan mulai
mengembangkan kesenian musik hadrah pada Tanggal 22 Februari 2008, dan semua
personil berasal dari beragam kalangan baik dari lingkup santri maupun masyarakat luar
(Wawancara, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).
1. Ketua Kelompok Musik Hadrah
Secara internal hadrah Arrushoifah terbagi menjadi dua bagian peranan yaitu
pemain dan ketua. Kedua peranan ini sangat berkaitan erat. Selain itu pada setiap
kelompok pasti ada ketua. Ketua yang ada pada kelompok musik hadrah memiliki dua
pengertian, yakni; pemimpin dalam kelompok dan pemimpin dalam suatu pementasan
musik hadrah Arrushoifah (vokalis).
57
Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 15 Desember 2018
Pemimpin kelompok dari musik hadrah sekaligus pembawa syair (vokalis) disini
memang bukan orang yang paling mengatahui sepenuhnya tetang hadrah, melainkan
karena di karuniai suara yang khas dan usia lebih dewasa akhirnya Aji Syahril Alam
memiliki tugas bukan saja sebagai vokalis juga sebagai orang yang mampu membuat
personil lainnya dengan mudah untuk diatur, seperti rutunitas latihan, aramsemen
pukulan, dan kesinambungan antara musik dengan syair. Seperti yang dituturkan
narasumber:
Ane di team hadrah Arrushaifah ini sebagai vokalis dan sekaligus temen-temen
percaya ke ane buat ngintruksiin keselarasan syair sama pukulan. Modal ane ga
banyak tentang hadrah cuma karna suara ane aja yang katanya lumayan bagus
pas bacain shalawat akhirnya ane juga ditunjuk sama Pembina buat ngatur
jalannya performa hadrah. Ane fikir disini mungkin karena umur ane lebih tua
dari mereka, padahal cuma beberapa tahun aja (Wawancara pribadi, Aji Syahril
Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
Jalannya musik hadrah memang bukan saja dari seberapa keras penyanyi
mengeluarkan suaranya tapi musik hadrah memiliki tempo musik yang dominasi di
58
pegang oleh personil pemegang Bass mangkuk yang sekaligus alat yang paling besar
ukurannya dari alat yang lain.
2. Pemain Musik Hadrah
Pada umumnya pemain musik hadrah Arrushoifah ini adalah tidak lain adalah
santri dan non santri dari majlis Arrushaifah itu sendiri. Santri disini adalah orang-orang
yang menetap dan sedang belajar ilmu agama secara rutin, sedangkan non-santri adalah
masyarkat umum yang sengaja mengikutsertakan dirinya dalam bagian kelompok musik
hadrah karena pandai dalam memainkan alat musik dan pernah mengenal alat musik
hadrah namun tidak menetap artinya hanya berlatih musik hadrah saja.
Tidak ada aturan khusus untuk menajdi bagian dari kelompok hadrah ini hanya
cukup mau berlatih dan selalu bermahabbah kepada Rasul Muhammad Saw. Seperti yang
di tuturkan oleh narasumber:
Sebelumnya ane udah kenal hadrah karna pernah nyantri di pontren Salafi di
Alfasanah dua tahun jadi pas kesini udah ga asing lagi maen hadrah, awalnya
disana maen marawis sebagai kopak tapi ada juga hadrah. Dari sanalah ane
banyak belajar dan sini ane juga masih perlu banyak belajar lagi sama temen-
temen yang laen. Gada kriteria pemaen buat marawis sama hadrah yang jelas dia
mau bener-bener mainnya (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri Majlis
Arrushaifah, 17 September 2018).
Alasan mereka menjadi pemain musik Hadrah sebagian besar adalah karena
mereka saat menimba ilmu di sebuah pondok pesantren menjadi sebuah unsur penting
dalam mengekspresikan kecintaan kepada sang rasul. Keahlian yang mereka dapat tidak
59
lain dari sebuah pelatihan umum saat kegiatan pengajian usai dan di isi dengan berlatih
hadrah bersama ketua kamar
Latihan maen hadrah pertama kali ane sama kepala kamar kang Pian, setiap dua
minggu sekali ane sama yang lain belajar bareng. Apalagi kalau hari libur
seperti hari minggu siang biasanya bisa sampe dua jam lebih setelah shalat
duhur sampai sebelum asar. Ane juga belajar darbuka buat harmonisasi musik
sampai saat ini darbuka masing seneng ane mainin sambil shalawatan
(Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September
2018).
Penguasaan alat musik lebih banyak dilakukan secara turun temurun disebuah
pondok pesantren meskipun saat ini di sekolah-sekolah umum sudah banyak terdapat seni
musik Islami seperti hadrah yang menjadi unsur baru dalam ekstrakulikuler.
3. Penonton Musik Hadrah
Dalam perkembangannya alat tembangan atau rebana saat ini yang dikombinasi
dengan alat musik lainnya menjadi sebuah kebudayaan masyarkat muslim dan banyak
disenangi oleh beragam kalangan, pada umumnya untuk mengingatkan kecintaan sebagai
masyarakat terhadap akhlak Nabi Muhammad. Penontonnya sangat beragam bukan dari
satu kelompok maupun etnis saja, melainkan seperti etnis Jawa, Sunda, dan betawi turut
menjadi audiens dalam pementasan musik hadrah.
Musik hadrah saat ini udah banyak yang manggil bukan cuma tahun baru Islam
aja kadang pestival seni, acara kawinan, sama ngarak orang-orang ternana
seperti Habib atau kedatangan kyai, karena mereka sangat senang klo bershalwat
apalagi diiringi sama hadrah, bahkan saking meriahnya penonton bisa nyumbang
lagu yang di aramsemen pake shalawat. Penonton juga bukan dari orang-orang
60
kita-ita aja ada dari Jawa, dari sunda, betawi ikut gabung dan bershalawat
bareng (Wawancara pribadi, Muhammad Ridho, Santri Majlis Arrushaifah, 17
September 2018).
Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 15 Desember 2018
Kemeriahan saat musik hadrah tampil karena musik dari hadrah yang sangat khas
dan aramsemen lagu modern menjadi shalwat menambah semnagat penonton. Bukan saja
penonton pemain yang tersulut semangatpun semakin bertambah semangat.
4. Tata Rias dan Dekorasi
Musik hadrah ini tidak bergantung pada tata rias dan dekorasi, karena panggung
pentas sudah disiapkan oleh panitia acara, yang mereka siapkan adalah alat dan untuk tata
rias tidak begitu menjadi faktor utama hanya sebatas kelengkapan kostum yang bersih.
Meskipun dekorasi menjadi salah satu faktor meningkatnya semangat melantunkan syair
shalawat namun yang lebih penting adalah bagaimana mereka dapat mengajak penonton
61
untuk ikut bershalawat dan senang melihat musik hadrah yang mereka suguhkan kepada
penonton, seperti yang dituturkan:
Kalau kostum musik hadrah sama kostum hadrah Arrushaifah udah ada dan di
siapin bareng-bareng sama pemain, yang penting kitamah bershalawat dan
sekaligus ngajak penonton buat seneng bershalawat (Wawancara pribadi, Aji
Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
5. Pembinaan Kelompok Musik Hadrah
Kesenian musik Islami memang tidak banyak di atur oleh badan hukum
pemerintahan, namun pada umumnya untuk ditingkat daerah musik Islami seakan
memiliki cara tersendiri untuk mengatur dirinya dalam menyesuaikan dengan nilai
budaya didalamnya. Terutama karena musik hadrah masih banyak berkembang di pondok
pesantren oleh karenanya kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap pemain adalah dari
lingkungan pondok pesantren atau majlis-majlis.
Pembinaan langsung dari pengasuh majlis Arrushaifah adalah hal penting dalam
perkembangan musik hadrah Arrushaifah, dalam satu minggu duakali di Kamis malam
dan selasa malam dilakukan pembinaan dan motivasi kepada seluruh pemain musik
hadrah sebagai rutinitas untuk mempererat kebersamaan dan mendapat saran-saran dari
seorang Pembina dan sekaligus seorang Pengasuh mereka di Majlis Arrushaifah.
62
Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 28 September 2018
Bapak Utadz Aziz Badru Zaman merupakan Pengasuh sekaligus Pembina bagi
Kelompok musik harah Arrushaifah, dimana dalam rutinitas Bulanan selaku Pengasuh
Majlis Arrushaifah beliau menghadirkan guru-guru besarnya untuk mengisi Kajian di
majlis, oleh karena itu dalam melantunkan syair (lagu-lagu), para pemain musik hadrah
harus dibekali ilmu pengetahuan agama secara terus menerus agar selalu tumbuh
kecintaannya kepada Rasul Muhammad Saw.
Pembekalan bagi seorang pemain musik hadrah secara dasar keilmuan agama
sangat diperlukan, karenannya rutinitas kajian bulanan saya agendakan sebagai
rutinitas bagi santri Arrushaifah dalam meningkatkan spiritualitasnya dan bukan
hanya sebatas itu saja rutinitas latihan pula dalam seminggu dua kali mereka
(pemain hadrah), jalankan.Jadi bukan hanya sebatas pengajian kitab-kitab saja,
karena zaman sekarang penuh dengan tantangan kemodernan (Wawancara
pribadi, Aziz Badru Zaman, Pengasuh dan Pembina Majlis Arrushaifah, 10
September 2018).
63
6. Penanggap Kelompok Musik Hadrah
Pada awalnya melantunkan syair-syair (lagu) shalawat adalah bentuk
penyambutan kedatangan Nabi Muhammad Saw yang datang ke Madinah, kaum Anshor
yang mengekspresikan kecintaannya kepad Nabi Muhammad melantukan Syair Thalaan
Badru sebagai bentuk penyambutan kepada orang yang mereka agungkan, seketika syair-
syair shalawat menjadi sebuah syair yang mengandung arti kecintaan diri kepada baginda
Nabi Muhaammad dan di perdengarkan kepada ummat lainnya menggunakan sebuah
rebana
Seiring perkembangan zaman musik hadrah bukan saja berkembang di Jawa
Timur dan berputar di sekitaran masyarakatnya saja, melaikan acara pestival budaya, hari
besar Islam, dan hari jadi pemerintahan kota serta acara pesta lainnya hadrah mulai
diperkenalkan.
Di hari-hari besar Islam seperti Maulid nabi kita sering tampil di majlis-majlis di
acara hajatan bahkan karena banyaknya tampil kadang jadwal kita kasih ke
kelompok hadrah lainnya yang deket dari sini. Acara ulang tahun kota Tangerang
atau acara pestival juga kadang kita ditampilkan buat memperkenalkan hadrah
(Wawancara pribadi, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September
2018).
7. Profil Pemain Musik Hadrah
Pemain hadrah merupakan anggota dari santri majlis Arrushaifah yang menetap
sebagai santri dan non-santri, saat berkumpul mereka menjadi bagian besar kelompok
hadrah Arrusoifah. Farhan Fauzi usia 19 Tahun yang merupakan salah satu pemain
64
hadrah namun bukan sebagai santri dari Majlis Arrushaifah, Farhan lebih menyukai
musik hadrah dibandingkan musik Islami lainnya, dan menjawab:
Ane milih hadrah itu dari awal masuk SMA udah seneng sama musik yang Islami,
tambah lagi temen-temen deket juga senengnya sama main hadrahan akhirnya
ane kebawa sering ikut latihan, sekarang udah enak tinggal latihan aja bareng
santri lainnya walaupun ane ga nginep tapi yang lainnya saling dukung buat
latihan sama belajar ngaji kalo pas di majlis (Wawancara pribadi, Farhan Fauzi,
non-santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
Sedangkan yang jadi kepercayan buat jadi pimpinan kelompok yaitu Aji Syahril
Alam (22 Tahun), dia tinggal di majlis Arrushaifah dan sekaligus sebagai santrinya dari
seorang pengurus Ustadz Abdul Azis, selain jadi kepercayaan seorang pemimpin atau
ketua dari kelompok juga Aji sebagai seorang vocal sudah cukup kenal lebih lama dari
yang lainnya tentang hadrah:
Ane pernah belajar ngaji di pondok pesantren alfasanah selama dua tahun juga
belajar kesenian seperti marawis dan qasidah, tapi karna ane katanya lebih
cocok jadi vocalis akhirnya lebih banyak mengahfal shalawat dan buat mukul
alatmah paling cuma klo lagi banyak yang ga bisa baru ane megang alat sambil
nyanyi (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah, 17
September 2018).
Aji juga pandai memainkan alat seperti darbuka yang baru-baru ini menjadi
sebuah alat tambahan dan terciptanya dinamika musik hadrah yang lebih berwarna dalam
melantunkan syair shalawat:
Buat alat darbuka emang jadi ciri khas hadrahan sekarang karena semakin
banyak alat-alat tambahan yang bikin suara musik lebih bagus didengar, tapi
disini baru darbuka seperti tim lainnya, karna ane juga seneng jadi semuanya
belajar bareng-bareng buat bisa (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, Santri
Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).
65
Rebana yang dimainkan Surajul Huda (19 Tahun), adalah non-santri yang cukup
mahir dalam memainkan alat rebana, kesehariannya saat ini sebagai karyawan disalah
satu perusahaan yang ada di Kabupaten Tangerang.Kesibukannya bekerja tidak lepas dari
latihan hadrah dan siap menerima panggilan pentas maupun acara besar Islam.
Ade Ridwan (18 tahun) adalah santri dari majlis Arrushaifah sebagai pemegang
alat rebana, dirinya mulai mengenal musik hadrah dari mulai kelas 11 (sebelas) SMA,
mulanya keakifan Ridwan lebih kepada kesenian musik Marawis, namun karena hadrah
lebih unik ia lebih memilih hadrah sebagai musik yang digemari saat ini, seperti yang
dituturkan informan:
Ana kenal hadrah sajak kelas 11 (sebelas), kalau dulu senengnya marawisan
karna ajakan temen-temen tapi sekarangmah mending hadrahan aja, lebih unik
(Wawancara pribadi, Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September
2018).
Muhammad Shodiq (14 tahun), adalah pemain termuda di kelompok hadrah yang
masih duduk di kelas IX (Sembilan) SMP, karena dikaruniakan suara yang khas Shodiq
banyak memposisikan dirinya sebagai vocalis, meskipun usia yang masih muda bukan
berarti Shodiq tidak bisa memainkan alat yang lain, seperti rebana dan darbuka Shodiq
pun bisa memainkannya.
66
Sumber: Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 14 September 2018
Kemudian Ahmad Marzuki Ismail (19 tahun), merupakan seorang santri dan
bagian salah satu kelompok pemain hadrah pemegang alat rebana merupakan santri yang
ta‟jim kepada guru mulai mengenal hadrah sejak masuk SMA dan semakin menyukai
kesenian ini karena bukan cuma sekedar memainkan alat rebana tapi melatih
kekompakan dalam sebuah tim, seperti yang ditututkan informan:
Saya senang sekali bisa jadi bagian dari kelompok tim hadrah yang bisa melatih
diri saya untuk lebih teliti dan kompak dalam tim, bukan cuma maen rebanaan
tapi juga menumbuhkan semangat saya dalam mengenal makna dalam
bershalawat (Wawancara pribadi, Ahmad Marzuki Ismail, Santri Majlis
Arrushaifah, 17 September 2018).
Dari wawancara dengan Ahmad Marzuki mengartikan kelompok bukan hanya
saja mempererat dirinya dengan individu lainnya, namun Ahmad juga menilai bahwa
rebana bukan hanya sebatas memukul alat melainkan melatih ketelitian dan disisi lain
menumbuhkan semangat dalam mempelajari sifat-sifat yang ada pada Nabi Muammad.
67
Muhammad Ridho (17 tahun), sebagai pemegang alat rebana melihat bahwa
kesenian tradisional Islami hadrah harus benar-benar di kembangkan dan dikenal
diberbagai lapisan masyarkat. Ridho adalah seorang santri yang masih belajar di bangku
SMA ini menjadi bagian dari kelompok hadrah adalah sebuah keharusan seorang santri
yang sedang menimba ilmu agama Islam.
Kalo ngaji aja ya kurang pas kalau ga bershalawat jadi sebagai santri yang
harus bisa berhalawat juga harus kenal sama hadrah, hadrah itu musik jadul tapi
musik Islami yang kaya sama nilai agama (Wawancara pribadi, Muhammad
Ridho, Santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
Muhdi (21 tahun), pemain darbuka yang dengan adanya alat darbuka, merupakan
alat tambahan yang memperkaya nada pada musik hadrah. Muhdi sangat disibukan
dengan pekerjaannya diluar namun pandai membagi waktunya bisa untuk berlatih hadrah,
untuk bekerja dan memperdalam ilmu agamanya di Majlis Arrushaifah. Dari sekian
banyak pemain hadrah, darbuka lebih sering dimainkan oleh Muhdi karena kepiawaian
dalam memainkannya, meskipun bukan santri tetap di majlis, Muhdi terkenal aktif dalam
komunitas darbukanya dan selalu memberikan warna pada kelompok musik hadrah
arrushaifah dalam memainkan alatnya.
4. Tantangan Kelompok Musik Hadrah Menghadapi Musik Modern
Beberapa tantangan yang dihadapi kelompok musik hadrah yaitu: perkembangan
teknologi, selera masyarakat, dan Life style musik modern (Wawancara dengan Aziz
Badru Zaman, Tanggal 10 September 2018).
Perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri oleh kelompok seni musik hadrah
bahwa musik modern lebih memiliki sikap keterbukaan yang sangat luas terhadap
68
teknologi dengan mudah menyerap berbagai aspek kebudayaan masuk terutama
Amerikanisasi. Dalam hal ini membuat sebagian kelompok musik hadrah kurang diminati
karena pengunaan media alat musik masih tradisional seperti rebana, namun untuk
ningkatkan minat masyarakat, musik hadrah ini kemudian menyikapi persoalan tersebut
dengan mengembangkan sosialisasi bukan hanya dari momen hari besar Islam melainkan
dari aspek teknologi yaitu dengan menggunakan media sosial sebagai sarana
memperkenalkan seni musik hadrah lebih luas.
Kedua, selera masyarakat. Artinya masyarakat yang memiliki beragam selera
ketika melihat musik hadrah tidaklah secepat menerima musik modern seperti Musik
Pop, Rock, atau Jazz. Sehingga musik hadrah memiliki tantangan untuk menyesuaikan
dengan selera masyarakat kemudian meng-insert selera musik masyarakat modern
dengan musik hadrah. Dan terakhir, Life Style musik modern, nuansa musik modern yang
serat dengan gaya kekinian dengan trend pakaian modis yang berubah-ubah menyulitkan
musik hadrah ini dalam menyesuaikannya. Oleh karena itu dengan perpaduan trend modis
dan agamis kelompok hadrah cukup menarik perhatian di kalangan masyarakat sekitar.
69
BAB IV
ADAPTASI MUSIK HADRAH DALAM MENGHADAPI MUSIK MODERN
A. Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik Modern
Parsons menyebutkan bahwa adaptasi masyarakat memiliki keterkaitan satu
dengan lainnya yang saling berhubungan. Kelompok musik hadrah adalah sebuah
susunan alat yang dimainkan oleh beberapa orang didalamnya memuat sebuah
aramsemen nada dan pukulan diiringi syair yang menjadi lantunan shalawat, dengan
perolehan nilai didalamnya, mengandung ajakan kepada orang yang mendengarkan untuk
ikut serta masuk di dalam lantunan syair yang dibawakan sebagai bentuk lengkap adanya
pentas bershalawat.
Kelompok musik hadrah ini menjadi sebuah susunan harmoni nada yang
ditimbulkan alat musik yang terdiri dari rebana, bas, dan darbuka bahkan baru ini piano
dan gitar menjadi alat pendukung sehingga metefora dari seni Islam menjadi musik
hadrah yang lebih kekinian dan banyak menarik pandangan. Oleh karena itu bagian
bagian yang berhubungan dengan satu sama lain menjadi daya tarik terhadap para
pendengar. Setiap pemain dalam kelompok melaksanakan tugas tertentu untuk mencapai
stabilitas nada dan musik yang disajikan.
Perumusan fungsi pokok adalah sebagai suatu cara atau atau strategi dimana
kelompok musik hadrah ini tetap menjaga kultur dan nilai keislaman didalamnya.
Sebagaimana dalam skema AGIL dalam sistem tindakan adaptasi kelompok melihat dari
Empat aspek, yaitu: Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency.
70
Pertama, Adaptasi yang dilakukan kelompok musik hadrah ini adalah dengan
fokus pada keharusan sistem sosial untuk menghadapi lingkungan dunia seni, yaitu
penyesuaian terhadap kondisi perubahan diluar. Oleh karena itu, sistem yang dimaksud
harus mampu melakukan inovasi dan transformasi aktif dengan menggunakan
bebebarapa perkembangan teknologi dan sumber daya pada kelompok tertentu untuk
dimanfaatkan sebagai alat dalam rangka mencapai tujuan yakni penyesuaian dengan
perkembanagan zaman.
Kedua, pencapaian tujuan, diamana kelompok hadrah memiliki suatu keharusan
bagi sistem untuk memiliki kemampuan bertindak, demi mencapai tujuan, terutama
dalam tujuan bersama pada suatu sistem meliputi pengambilan keputusan dari tujuan
utama yang mendasari motivasi untuk melakukan desain ulang terhadap alat-alat, lagu-
lagu, dan kostum. Pada tatanan praktis dilapangan, tahapan ini diarahkan pada proses
perumusan kebijakan oleh pimpinan kelompok musik.
Ketiga, sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi
komponennya. Kelompok hadrah ini beradaptasi dengan melakukan rutinitas diskusi
bersama anatara pemimpin kelompok dengan anggota pemain. Ia pun harus mengatur
hubungan antar ketiga imperatif fungsional tersebut (A, G, L). Sehingga, sistem sosial itu
berfungsi sebagai suatu kesatuan yang termanifestasi kedalam solidaritas kelompok.
Artinya, solidaritas internal dalam kelompok dapat dibangun melalui ikatan emosial
untuk menghasilkan kerjasama. Terakhir, pemeliharaan, diamana sistem harus
melengkapi, memelihara, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya
yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.
71
Kelompok yang memiliki mekanisme-mekanisme pembagian kerja mampu
mengatasi masalah dari berbagai hal. Parsons menyatakan bahwa integrasi ini merupakan
persyaratan yang berhubungan dengan internalisasi antara pemimpin dan anggota
kelompok, sehingga sistem sosial itu berfungsi sebagai suatu kesatuan yang
termanifestasi kedalam solidaritas kelompok. Artinya, solidaritas internal dalam
kelompok dapat dibangun melalui ikatan emosial untuk menghasilkan kerjasama
(Rizkiyah Hasanah, 2012:18).
Dalam meningkatkan proses adaptasi kelompok musik Islami hadrah ini
menjalankan dua bentuk utama, pertama adalah penampilan dari internal dan ekternal,
preses penampilan internal yang sebagian bentuk terdahulu masih sering dilakukan untuk
memperkuat kelompok dalam memainkan alat musik hadrah dan secara ekternal lebih
meluas untuk ditampilkan di masyarakat luar, masuk kedalam agenda Pendidikan umum
seperti sekolah, maupun kegiatan dari pemerintah daerah, serta mingkatkan publisitasnya
di media sosial seperti youtube, facebook, dan Instagram.
Pada bab sebelumnya telah di uraikan mengenai adaptasi yang merupakan sebuah
kemampuan hewani, manusia, dan tumbuh-tumbuhan untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan yang terjadi dalam lingkungan hidupnya. Dalam melakukan suatu adpatasi
sudah pasti diperlukan suatu strategi agar adaptasi yang dilakukan tidak sia-sia dan
menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan. Strategi sendiri diartikan sebagai suatu bentuk
tindakan manusia yang bernilaikan seni dan ilmu yang didalamnya terdpat sumber-sumber
untuk menjalankan tindakan tersebut.
Adapun strategi yang dilakukan oleh kelompok musik ini adalah dengan cara
melakukan pembinaan secara rutin disertai suatu perubahan yaitu dari musik yang sebatas
72
internal kelompok saja ke musik festival. Hadrah asli ke hadrah kombinasi, penambahan
alat-alat modern serta adanya nilai ekonomi dalam musik tradisional Islami ini. Namun
startegi yang dilakukan tidak mengurangi akan keaslian kesenian hadrah ini.
B. Strategi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik Modern
Strategi adaptasi kelompok musik Islami hadrah dalam menghadapi musik
modern dapat di gambarkan kedalam 4 (Empat), tahapan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Sosialisasi Hadrah
Perkembangan musik hadrah tidak terlepas dari eksistensi penyebaran agama
Islam pada masa Walisongo dengan Pewayangan, artinya hadrah menjadi salah satu
media dakwah saat ini yang terus berkembang tanpa mengurangi nilai ajaran Islam.
Karena semakin berkembangnya teknologi menjadi tantangan bagi para pemain hadrah
yang umumnya adalah dimainkan oleh kalangan santri di Pondok Pesantren. Namun
seiring dengan perkembangan zaman, teknologi berhasil masuk kedalam dunia santri
yang kemudian mempermudah hadrah untuk semakin dikenal melalui media sosial
seperti Facebook, Instagram, Youtube dan lainnya. Sehingga memudahkan proses
sosialisasi seni musik hadrah bukan saja dari panggung kepanggung namun
menggunakan bantuan teknologi.
Kelompok musik hadrah ini sebagian besar pemainnya merupakan seorang
seorang santri karena pada dasarnya aktivitas mereka adalah membiasakan diri belajar
tentang agama Islam. Oleh karena itu dengan pengalaman mereka cukup mampu
73
menguasai keilmuan secara Islami dan terutama pada syair-syair shalawat, seperti halnya
seorang pemain yang sekaligus vokalis kelompok hadrah yang sudah banyak syairan
yang dihafalkan.
Ada beberapa lagu juga yang udah hafal karena sering dibawakan saat
pengajian atau saat sebelum datang adzan, semua bershalawatan bareng-bareng
(Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, santri Majlis Arrushaifah, 17 September
2018).
Dengan segala bentuk aktivitas mereka sebagai seorang santri sangat menjaga
nilai-nilai dari contoh sikap Rasulullah Saw yang terkadung dalam lantunan shalawat,
sehingga mereka bukan tidak mampu merubah lirik tapi lebih karena hawatir mereka
merubah makna dari syairan yang dibawakan, berbeda dengan kombinasi lirik yang
sengaja dibuat untuk penyemangat.
Kalau lagu kita punya satu lagu buatan tiim kita yang sering ditampilkan, untuk
merubahnya paling kita cuma rubah nada aja bukan liriknya, karena takut
ngerubah makna yang disampaikan ke orang banyak (Wawancara pribadi, Aji
Syahril Alam, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
Dari beberapa yang dikemukakan bahwa menjaga makna dari nilai yang sudah
terdapat pada syair tidak menjadi titik perubahan, oleh karena itu menjadi cara lain adalah
dengan mengkombinasikan nada musik modern saja dan nilai pada syair awal tidak
dirubah.
2. Penyesuaian Nada pada Musik Modern
Perkembangan musik modern yang semakin pesat kemudian menantang
kelompok Islami hadrah ini untuk lebih berivonasi dengan nada musik terutama dengan
74
nada musik dangdut umumnya yang sering diserap nandanya seperti judul lagu „Jaran
Goyang‟ kemudian dikomper dengan judul lagu „Yaa Nabi‟ yang dibawakan saat
penampilan disajikan kepada masyarakat luas, beberapa tantangan yang kemudian harus
diperhatikan adalah bagi kelompok musik ini adalah nilai-nilai yang akan disampaikan
harus seutuhnya tersampaikan. Oleh karena itu untuk merubah syair yang dibawakan
adalah bentuk kesalahan besar sehingga hal yang bisa dilakukan pertama adalah
memperhatikan Nada pada musik modern yang kemudian dikombinasikan dengan syair
shalawat seperti lagu dangdut kebanyakan yang diadopsi sebagai bentuk nada yang lebih
kekinian.
Kalau lagu banyak yang kita bawakan.. seperti lagu yang dinyanyikan Gus Azmi
yang judulnya Pemuda Hebat, itu kita bawakan dan asal nadanya juga dari musik
dangdut lumayan bagus dan banyak orang yang suka, termasuk pas kita bawain
saat nampil di Mauludan (Wawancara pribadi, Aji Syahril Alam, santri Majlis
Arrushaifah, 17 September 2018).
Meskipun banyak syair dari beberapa lagu namun tidak banyak dirubah, halnya
secara nada banyak yang dilakuakan perubahan terutama untuk menarik perhatian mata
penonton. Nilai yang terkandung dalam syair tetap terjaga dan pesan yang ingin
disampaikan tetap seutuhnya terjaga.
3. Penggunaan Alat Modern
Beragam jenis alat musik hadrah dalam satu kelompok memberi tantangan bagi
setiap pemainnya untuk bisa lebih dari satu dalam hal memainkan musik, terlebih baru ini
penambahan alat seperti piano dan gitar menjadi tantangan baru dan hanya beberapa
orang yang lancar memainkan. Dari alat musik rebana, piano, dan gitar tidak menutup
kemungkinan setiap orang bisa memerankannya, karena masih kurangnya kelengkapan
75
alat secara pribadi. Oleh karena itu menjadi dasar tantangan utama untuk
mengembangkan kemampuan dari setiap pemain. Karena dalam rutinitas latihan baik
mingguan maupun bulanan adalah proses dimana mereka belajar alat musik dari satu alat
ke alat musik lainnya. Meskipun demikian spesifikasi pemain dalam memerankan setiap
alat musik sudah jelas seperti Muhammad Ridho berperan memainkan alat musik rebana
tidak menutup kemungkinan Ridho pun juga dapat memainkan alat musik seperti
Darbuka yang dimainkan oleh Muhdi.
Saya pegang rebana di hadrah tapi juga kadang juga main darbuka kalau muhdi
engga bisa hadir atau ada halangan, saling ngelengkapi (Wawancara pribadi,
Muhammad Ridho, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
Dalam setiap ketukan alat musik yang dimainkan bukan saja keterampilan dalam
memainkannya namun juga harus fokus dalam setiap lantunan syair yang dibawakan oleh
seorang vokalis, pasalnya konsentrasi pada alat musik yang dimainkan menuntut juga
bagi seorang pemain untuk memerhatikan syair yang dibawakan oleh seorang vokalis
sehingga, musik dan lantunan shalawat satu irama.
4. Penyesuaian Lingkungan
Penyesuaian lingkungan menjadi hal penting selain melihat keberagaman
masyarakat yang berada di Kelurahan Sepatan karena selera masyarakat hendaknya
diketahui dalam menentukan lirik lagu yang dibawakan, tantangan menyesuikan selera
dengan musik modern para pemain perlu mengupdate data selera dimasyarakat seperti
misalnya masyarakat yang masih cenderung lebih memilih musik Dangdut adalah hal
pertama tantangan kelompok ini untuk lebih menyajikan musik hadrah dalam nuansa
76
dangdut-religi yang menanamkan nilai Islam. Oleh karena itu latihan rutin menjadi syarat
penting untuk melatih kemampuan pemain dalam menguasai semua jenis selara yang ada
di masyarakat.
Keterampilan pada seorang pemain hadrah sangat diharapkan maksimal saat
pentas musik hadrah berlangsung. Oleh karena itu keterampilan dari setiap para pemain
musik hadrah bukan saja muncul tiba-tiba seperti buah yang langsung matang dari pohon
namun kemampuan dari setiap masing-masing adalah dari sebuah proses rutinitas latihan
yang di agendakan setiap minggunya oleh ketua maupun pimpinan kelompok sehingga,
terbentuklah keterampilan dari setiap individu.
Kita ada latihan rutin mingguan setiap hari jumat atau hari kamis setelah
pengajian selesai atau sesuai intruksi Aji (vokalis), kalau latihan kita disini aja
(tempat pengajian sekaligus tempat latihan), (Wawancara pribadi, Ahmad
Marzuki Ismail, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
Beradasarkan informasi yang didapat seperti Ust. Aziz selaku pengurus majlis
Arrushaifah pun mengatakan hal yang sama:
Kalau latihan anak-anak setiap seminggu sekali dan tempatnya juga disini
(tempat pengajian dan sekaligus tempat latihan).
Peran penting dari seorang pengurus Majlis sangat menentukan tingkat
keterampilan masing-masing pemain musik. Oleh karena itu sinergisitas dari semua
elemen sangat diperhatikan dalam terbentuknya kelompok musik hadrah yang semakin
berkembang.
77
C. Implementasi Adaptasi Kelompok Musik Hadrah dalam Menghadapi Musik
Modern
1. Pembinaan Langsung dari Pengurus Majlis dan Tokoh Karismatik
Kabupaten Tangerang sebagai wilayah terluas di Tangerang memiliki sejarah
kesenian yang diturunkan dari tokoh-tokoh agama yang mempunyai cita-cita
melestarikan nilai-nilai ke Islaman dengan cara bermusik merupakan suatu
perjuangan yang tidak semudah membalikan telapak tangan, keberagaman masyarkat
dengan sudut pandang yang berbeda menjadi tantangan tersendiri bagi seorang tokoh
agama untuk secara terus menerus menanamkan musik rebana sebagai suatu media
layak berada di tengah keragaman masyarkat yang plural.
Masuknya kesenian dari Timur ini mempunyai sejarah penting di masyarakat
Kabupaten Tangerang, karena musik rebana menurut beberapa sumber sebelum
berkembangnya musik hadrah mempunyai dinamika perjalanan, seperti fatwa tokoh
agama yang menyebut bahwa bermahabbah kepada Nabi Muhammad menggunakan
rebana atau musik adalah bid‟ah, suatu tindakan yang samasekali tidak mencontohkan
kebiasaan seorang Nabi.
Pembinaan dari sorang tokoh agama Ustadz Aziz kepada masyarakat yang belajar
ilmu agama selalu dibekali bahwa musik dengan bertujuan bershalwat,
mengagungkan seorang Nabi bukanlah suatu tindakan yang tidak disenangi Nabi
melaikan bentuk kecintaan seorang ummat yang diekspresikan dengan melantunkan
syair atau pujian kepada Nabi Muhammad dan diiringi dengan rebana.
78
Kesenian yang tumbuh dan berkembang di majlis Arrushaifah adalah sebagai
sarana masyarakat di Kelurahan Sepatan untuk mengungkapkan keindahan musik
Islami yang didalam terkendung nilai-nilai keagungan Baginda Nabi Muhammad
Saw. Seperti yang ditutukan oleh pengasuh sekaligus Pembina musik harah:
Dalam hal musik, hadrah bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan karena
pada dasarnya adanya kesenian musik Islami di Kelurahan sepatan ini adalah
untuk sarana masyarkat melatih kemampuan dalam bermusik tradisional yang
disisi lain terdapat nilai yang begitu indah dalam syair tentang kesempurnaan
seorang Nabi Muhammad (Wawancara pribadi, Aziz Badru Zaman, Pengasuh dan
Pembina Majlis Arrushaifah, 10 September 2018).
2. Mengikuti Acara Besar Islam, Festival Budaya dan Ikut Serta dalam Agenda
Pemerintah Daerah
Perkembangan musik di daerah Sepatan cukup pesat dalam membentuk
perubahan kepada kondisi di masyarakat kepada arah yang semakin modern, musik
seperti kelompok band setempat juga menjadi hiburan sakti yang dapat
mengumpulkan banyak lapisan masyarakat dalam waktu dan tempat tertentu, karena
lagu-lagu yang dibawakan sangat popular. Oleh karena itu tidaklah heran banyak
persaingan musik seperti band lokal yang mulai di gemari masyarakat yang kemudian
menjadi kendala bagi kelompok musik tradisional untuk menunjukan nilai
eksistensinya di tengah masyarakat.
Untuk meningkatkan eksistensi dalam roda perkembangan zaman, agenda
pemerintah daerah menjadi media awal untuk meningkatkan daya jual musik hadrah
kepada masyarakat luas bahkan seperti hari jadi pemerintahan daerah setempat sangat
strategis menempatkan musik hadrah dalam bagian agenda utama dan sebagai salah
79
satu cara menebar cinta kepada seorang Nabi melalui syair shalawat dengan lantunan
musik hadrah.
Penampilan hadrah ini udah lumayan banyak dari mulai hari besar Islam yang
langganan juga hari jadi kabupaten juga pernah ikut (Wawancara pribadi, Aji
Syahril Alam, santri Majlis Arrushaifah, 17 September 2018).
Berbagai jenis acara yang ada kelompok musik hadrah turut serta serta
didalamnya dengan tujuan meningkatkan minat dan eksistensi musik hadrah, selain
menlantunkan syair pujian-pujian kepada nabi Muhamad Saw kelompok musik
hadrah saat menjadi hiburan dan sebuah pelajaran baru yang bukan hanya berada
dikalangan santri maupun lingkungan pondok pesantren.
Sekarang udah ga kayak dulu, hadrah dulu masih jarang yang tau, kalau
sekarang udah lebih terkenal lah hadrahmah.. udah masuk eskul sekolah juga.
(Wawancara pribadi, Farhan Fauzi, non-santri Majlis Arrushaifah, 17 September
2018).
Dengan berkembangnya musik hadrah bukan saja pada kalangan pondok
pesantren atau sebatas kalangan santri menunjukan bahwa musik hadrah mampu
berkembang ditengah tantangan zaman yang semakin modern.
3. Variasi dan Kombinasi
Perkembangan musik hadrah sebagai musik Islami pada mulanya
merupakan musik tradisinal yang digunakan sebagai bentuk kecintaan masyarkat
muslim terhadap Nabi Muhammad dengan melantunkan syair shalwat dengan diiringi
rebana menjadi ciri khas saat ini sebagai musik tradisional Islami yang masih
80
bertahan. Alat rebana sebagai komponen utama hadrahan menjadi salah satu khas
yang dipadukan dengan bass dan markis menandai musik hadrah, kemudian
dilengkapi dengan penari yang di sebut penari raddat.
Kini sebagai kelompok musik hadrah yang semakin berkembang penambahan alat
pada musik hadrah seperti Piano, Gitar, dan Darbuka menjadi lebih menambah khas
seni musik hadrah dan penampilan seorang penari raddat bukanlah suatu elemen yang
dihilangkan melainkan hanya orang tertentu yang dapat memainkannya, penampilan
hadrah kini semakin beragam dari mulai jenis kostum yang dipakai sampai dengan
syair shalawat yang mengkombinasi dengan nada musik modern.
Pentas musik hadrah sekarang udah banyak variasinya mulai dari bentuk alat
rebana, dari kostum samapai shalawat yang kombinasi sama nada-nada musik
modern (Wawancara pribadi, Farhan fauzi, Non-santri Majlis Arrushaifah, 17
September 2018).
Sebelum pementasan musik hadrah persiapan yang harus dilakukan mulai dari
kesiapan para pemain juga harus dipersiapkan seperti, alat-alat yang harus tersedia
sesuai kebutuhan panggung, kostum dan syair shalawat. Jika penampilan pada pentas
seni budaya kebutuhan seperti make-up penting bagi pemain hadrah dan kelengkapan
panggung sperti sound yang bagus. Berbeda dengan pentas seperti di acara hajatan,
yang pelu di peratikan adalah rondon shalawat yang akan dibawakan karena jumlah
waktu yang lumayan panjang.
81
4. Rutinitas Bulanan dan Latihan dengan Masyarakat Lingkungan Sekitar
Sebagai bentuk implementasi yang dilakukan kelompok musik hadrah adalah
dengan mengadakan rutinitas yang menjaring semua elemen masyarakat yang ingin
mempelajari musik hadrah. Rutinitas yang dilakukan adalah untuk memperkuat tali
persilaturahmian antara pemain yang berada di majlis dengan masyarakat sekitar.
Untuk itu tidak hanya penyampaian nilai-nilai Islam yang diberikan oleh Ustadz Aziz
namun juga mengundang beberapa tokoh seperti Habib Ahmad AL-Habsyi, Habib
Ali Zaenal Abidin Alkaft dan Habib Haidar Al-Haddar, rutinitas ini kemudian
dikemas dalam bentuk pengajian bulanan, dan untuk satu kali dalam sepekan adalah
bentuk latihan rutin bagi para pemain dengan waktu biasanya adalah hari kamis atau
pada hari jumat seusai pengajian rutin harian selesai pada pukul 14:00 WIB.
Syair-anshalawat yang berisikan nilai-nilai ketauhidan dan sifat-sifat Nabi
Muhammad Saw sebagai orang yang memiliki kesempurnaan adalah suatu keharusan
bagi seorang santri. Oleh karena itu secara eksistensi nilai, shalawat terus
berkembang dalam dunia pondok pesantren atau majlis pengajian dan musik menjadi
salah satu media yang terus dipelajari sebagai bentuk penyempurnaan penyampaian
pesan. Dengan meluasnya pembelajaran musik hadrah pada tingkat sekolah-sekolah
umum kelompok anak muda masih giat dalam mempertahankan kesenian dan
melestarikan seni musik hadrah. Seperti dikatakan Muhdi:
Saya ikut latihan hadrah bukan karena pengen nyari duit tapi pengen lebih kenal
sama musik khsusnya hadrah karena kalo disekolah cuma dikit peminat ke
hadrah lebih banyak milih musik laen, jadi majlis ini tempat saya latihan bareng
sama santri-santri lain (Wawancara pribadi, Muhdi, Non-santri Majlis
Arrushaifah, 10 September 2018).
82
Sebagaimana di jelaskan oleh Parson proses adaptasi yang di gambarkan dalam
fungsi pokok memiliki fungsi masing-masing dalam mengatur keseimbangan sebagai
bentuk tubuh yang sempurna. Oleh karena itu, strategi dan bentuk implementasi
dalam pengoperasiannya pun memiliki hambatan di antaranya adalah masih adanya
kesulitan sebagai kelompok musik hadrah untuk mengembangakan minat masyarakat
kepada jenis musik hadrah, hal ini ialah karena beberapa faktor seperti semakin
meningkatnya musik modern yang lebih banyak menggunakan alat musik elektronik
serta lagu yang dibawakan merupakan sebuah pesan mengarah kepada hal yang lebih
umum. Sehingga, lebih mudah menempatkan posisi dalam semua lapisan mayarakat.
Kedua, sebagai musik tradisional sangat menjaga nilai-nilai yang ingin disampaikan
secara berdasarkan konteks nilai Islam. Oleh karena itu, perlulah Batasan yang
menghubungkan antara musik hadrah dengan musik modern pada sisi penampilan dan
lagu atau syair yang di lantunkan. Untuk mengurangi sisi itu kelompok musik hadrah
yang akan datang sangatlah penting pertama, memerhatikan nilai dari sebuah syair
atau shalawat yang dibawakan agar tetap dalam koridor ke Islaman yang tetap
mengagungkan sifat daripada seorang Nabi Muhammad. Kedua, kelompok musik
hadrah sebagai mana pernah dijelaskan oleh pengrus Majlis haruslah melihat lebih
mendetail perkembangan musik-musik modern untuk dijadikaan sebagai inovasi baru
dalam sebuah Nada shalawat agar dapat menempatkan posisi hadrah di berbagai
lapisan masyarakat sehingga mampu berkontribusi lebih besar pada musik tradisional
yang berbasis ke Islaman.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan atau temuan penelitian bahwa kelompok musik hadrah merupakan
bagian kesenian Islam yang menyiarkan nilai-nilai keIslaman melalui terbangan atau
rebana yang kemudian mengkombinasinya dengan alat-alat musik modern seperti Piano,
Gitar ataupun dengan modifikasi lagu modern kedalam syair shalawat.
Seni musik modern yang terus berkembang dan dengan perkembangan teknologi
membuat sebagian musik tradisional sudah tidak mampu bersaing dan hilang. Tantangan
menghadapi musik modern yang penuh dengan modifikasi alat, instrumen nada, dan
varian kostum membuat kelompok musik hadrah ini untuk terus terpacu dalam sebuah
proses adaptasi. Strategi adaptasi kelompok kelompok hadrah ini:
1. Melakukan sosialisai hadrah yang bukan hanya sebatas panggung kepanggung
namun dengan menggunakan bantuan media sosial seperti Facebook,
Instagram, dan Youtube mempermudah memeperluas jaringan hadrah.
2. Penyesuaian nada pada musik modern, untuk menarik minat selera masyarkat
yang cenderung memilih musik dangdut, nada dan syairpun disesuikan dengan
tingkat selera yang berkembang.
3. Penggunaan alat modern, jenis musik tradisional tidak berkembang dan hilang
adalah karena nilai keaslian musik tradisional yang dipadukan dengan musik
modern terkikis, sehingga adanya alat modern bukan berarti mengurangi
85
esensi dari adanya kesenian hadrah untuk menyiarkan nilai kebaikan dari nabi
Muhammad saw.
4. Penyesuain lingkungan, dengan mempelajari selera masyarakat kelompok
hadrah membuka diri dengan masyarakat sekitar untuk belajar bersama baik
secara kehadrahan maupun secara spiritual bersama tokoh berpengaruh.
B. Saran
Berdasarkan pengkajian hasil penelitian dilapangan maka penulis bermaksud
memberikan saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi pengurus besar majlis maupun
bagi peneliti yang selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi pihak pengurus besar majlis
Seperti yang sudah dijelaskan, sarana pendidikan secara keagamaan merupakan
sumber daya yang penting dan utama dalam menunjukan proses pembelajaran maupun
latihan khususnya di majlis Arrushaifah, untuk itu perlu adanya peningkatan dalam
pendayagunaan dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Hasil
penelitian terkait sarana maupun prasarana proses belajar keagamaan maupun latihan
sudah cukup baik. Namun secara khusus perlu adanya peningkatan yang lebih baik lagi,
diantaranya berdasarkan hasil temuan peneliti terkait sarana prasarana di majlis
Arrushaifah Sepatan, hal yang memiliki kecenderungan paling rendah tentang tempat
latihan yang masih multifungsi antara tempat latihan dengan tempat mengaji. Dalam hal
86
ini pihak pengurus untuk mengadakan tempat khusus kelompok hadrah latihan. Kedua,
terkait dengan metode latihan yang masih dengan cara face to face dan untuk menambah
semangat latihan alangkah lebih baiknya ditambah dengan menggunakan metode
visualisasi dengan bantuan projector secara bersama saat latihan.
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Tangerang
Untuk Pemerintah Kabupaten Tangerang khususnya bagi Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud). Alokasi bantuan berupa sarana dan prasarana bagi
kelompok seni musik hadrah yang berada di Pondok Pesantren maupun Majlis perlu
diperhatikan, terkait dengan temuan peneliti bahwa untuk menunjang perkembangan seni
musik hadrah di Keluruhan Sepatan seperti Projector, Gitar dan Piano yang masih
menggunakan sistem Pinjam atau sewa.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Saran yang perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti
kelompok musik Islami hadrah dalam menghadapi music modern adalah lebih
mempersiapkan kembali tentang kajian sumber maupun referensi yang terkait dengan
kelompok musik hadrah agar akurasi data lebih tajam dan lebih maksimal.
87
Daftar Pustaka
Dwi Susilo, Racmad K. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2016.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana,
2004.
Neuman, Laurence. W. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitattif dan
Kuantitatif Edisi7. Jakarta: PT. Indeks, 2013.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebujakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakrta: Prenada Media Group, 2007.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.
Jakarta: Prenadamedia, 2014.
Moleong, Lexi J. Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
Damsar. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Pranada Media Goup, 2015.
Sztomka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2004.
Beg, M. Abdul Jabbar. Seni di Dalam Peradaban Islam. Bandung: Pustaka, 1988.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.
Aripudin, Acep. Sosiologi Dakwah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.
Soekanton, Soerjono. Talcott Parsons: Fungsionalisme Imperatif. Jakarta: CV. Rajawali,
1986.
Hefni, Harjani. Komunikasi Islam. Jakarta: Prenada Gramedia Group, 2015.
Ya‟qub, Badi. Imil. Untaian Senandung Syair Diwan Imam Syafi‟i. Madiun: Al-Furqon,
2014.
Suwarsono, Alvin Y. So. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES
Indonesia, 2006.
Aripudin, Acep. Dakwah Antar Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Chisaan, Choirotun. Lesbumi: Strategi Politik Kebudayaan. Yogyakarrta: Lkis, 2008.
Soetomo, Greg. Krisis Seni Krisis Kesadaran. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
88
Laila, Abu dan Tohir, Muhammad. Kerugian Apa Yang Diderita Dunia Akibat
Kemerosotan Kaum Muslimin. Bandung: PT. Alma‟rif, 1983.
Setiadi, M. Elly, Usman Kolip. Pengatar Sosiologi, Pemahamaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial; Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencan
Prenada Media Group, 2011.
Sutrisno, Slamet, Wibisono S. Koento, M. Sastrapratedja. Globalisasi Kebudayaan dan
Ketahanan Ideologi. Yogyakarta: Aditya Media, 1995.
Skripsi
Saripudin, Arip. 2008.“Strategi Pementasan Group Musik Islami “Debu” Sebgai Media
Dakwah”. Fakultas Dakawah dan Komunikasi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Hasanah, Rizkiyah. 2012. “Strategi Adaptasi Kelompok Musik Gambang Keromong
Dalam Menghadapi Perubahan Sosial (Studi Kasus Kelompok Musik Gambang
Keromong Mustika Forkabi)”. Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Ramdani, Wahyu. 2016. “Strategi Survival Komunitas Seni Tradisional di Era
Modernisasi (Studi kasus: Komunitas Gong Si Bolong di Kota Depok)”. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Fahrunnisa. 2011. “Minat Jamaah Majlis Taklim Nurul Mustofa Terhadap Kesenian
Islam Hadrah”. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
89
Website
Sutioso. “Tantangan Seni Tradisional di Tengah Arus Globalisasi”. Universitas Negeri
Yogyakarta. Artikel diakses pada Tanggal 05 Februari 2018, tersedia dalam
URL,.http://staff,uny.ac.id.files.Mkl-BukuSantyo.
Dimyati, M. Hisyam. “Adatasi Sosial Mahasiswa Penghafal Al-Quran di Kampus Uin
Sunan Ampel Surabaya”. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Skripsi diakses pada Tanggal 11 Februari 2018, tersedia dalam
URL,.http://digilib.uinsby.ac.id/13350/.
Najib, Abdul. “Cinta Rasul dan Makna Simbol-Simbol dalam Seni Hadrah Di Jawa
Timur”. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Tesis di akses Pada
Tanggal 10 Februari 2018. Tersedia dalam URL,.http://digilib.uinsby.ac.id/16097/
Adisusanto, Febri. “Adaptasi Aqidah Masyarakat Desa Kapunten Sidoarjo Dalam
Budaya Pendam Ari ari”. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Skripsi diakses pada Tanggal 09 Februari 2018, tersedia dalam
URL,.http://digilib.uinsby.ac.id/13624/.
Maharani, Ida. Ayu Dyah. 2012. “Arti Seni dan Perkembangan Nilai Seni di Indonesia”.
Skripsi diakses tanggal 11 Mei 2018, tersedia dalam URL,.http://anzdoc.com_arti-
seni-perkembangan-nilai-seni-di-indonesia.pdf.
Wahyu dkk. “Penerapan Nilai Keagamaan Melalui Seni Hadrah Maullatan Al-Habsyi Di
Kelurahan Pelambuan Kecamatan Banjarmasin Barat”. Program Studi PPKn.
Universitas Lambung Mangkurat. Journal diakses pada 01 Februari 2018, tersedia
dalam URL,.http://media.neliti.com.publication.
Indrawan, Andre. “Musik di Dunia Islam, Sebuah Penelusuran Historikal Musikologis”.
Lektor Kepala Pada Jurusan Musik. Fakultas Seni Pertunjukan. Institut Seni
Indonesia, Yogyakarta. Journal diakses pada 04 Februari 2018, tersedia dalam
URL,.http://04-Tsaqafa-andre_indrawan_musik_di_dunia_islam.pdf.
Sholikhah, Nur Imroatus. 2008. “Gambus Sebagai Subkultur Musikal Religius”.
Magister Ilmu Religi dan Budaya. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tesis
diakses pada Tanggal 30 Januari 2018, tersedia dalam
URL,.http://repository.usd.ac.id.036322001_full.pdf.
Mertayasa, Komang. 2014. “Pola Adaptasi Masyarakat Hindu di Kecamatan Pamano
Barat Kabupaten Poso Pasca Konflik Poso”. Jurnal diakses tanggal 11 Mei 2018,
tersedia dalam URL,.http://anzdoc.com_pola-adaptasi-masyarakat-hindu-di-
ecamatan-pamano.pdf.
Ridho, Kholis, 2016. “Adaptasi Masyarakat Urban Terhadap Perubahan Sistem Mata
Pencaharian Daerah Otonomi Baru Tangerang Selatan – Banten”. Tesis diakses
90
Tanggal 11 Mei 2018, tersedia dalam URL,.http://anzdoc.com_adaptasi-
masyarakat-urban-teradap-perubahan-siste.pdf.
A, Handy. Agustine. 2016. “Adaptasi Masyarakat Dalam Dimensi Smart People, Kasus:
Rusunawa Kaligede Semarang”. Jurnal diakses Tanggal 11 Mei 2018, tersedia
dalam URL,.http://anzdoc.com_adaptasi-masyarakat-dalam-dimensi-smart-
people.pdf.
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Bpk Aziz Badru Zaman, Pengasuh Majlis Arrushaifah pada
tanggal 28 September 2018.
Wawancara pribadi dengan Ade Ridwan, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 14
September 2018.
Wawancara pribadi dengan Muhdi, Non-Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 17
September 2018.
Wawancara pribadi dengan Farhan Fauzi, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 17
September 2018.
Wawancara pribadi dengan Aji Syahril Alam, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 14
September 2018.
Wawancara pribadi dengan Ahmad Marzuki Ismail, Santri Majlis Arrushaifah pada
tanggal 14 September 2018.
Wawancara pribadi dengan Muhamad Ridho, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal 14
September 2018.
Wawancara pribadi dengan Muhammad Shodiq, Santri Majlis Arrushaifah pada tanggal
17 September 2018.
91
C. Lampiran I
1. Transkip wawancara dengan narasumber
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 28 September 2018
Wawancara dengan Pengurus Majlis Arrushoifah
1. Nama Lengkap : Aziz Badru Zaman
2. Umur : 40 Tahun
3. Pekerjaan : Tokoh Agama (Pengurus Besar Majlis Arrushaifah)
4. Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Darul Huda dan Majlis
Arrushoifah
Peneliti : Assalamualaikum Wr, Wb.. Pak, Kenalkan Saya Didin Hasannudin,
mahasiswa yang sebelumnya pernah mengubungi bapak untuk wawancara
seputar Musik hadrah dan perkembangannya, Alhamdulillah hari ini
bapak bisa sempatkan waktunya.
Narasumber : Walaikumsalam wr wb, iya, Alhamdulillah bisa bertemu dengan antum,
apa yang bisa saya bantu?
Peneliti : Jadi begini, saya ingin tahu proses perkembangan musik trasdisional
hadrah yang berada dibawah asuhan bapak saat ini?
Narasumber : Oh soal itu, saya fikir malah anak-anak banyak lebih faham soal musik
hadrah apalagi Aji (Vokalis), saya hanya banyak menyarankan ke mereka
jadikanlah shalawat sebagai proses dakwah Islam, jika dilihat terdahulu
sebelum adanya hadrah, masyarakat mengenal musik ini adalah bid‟ah,
karena perkembangan masyarakat soal Islam begitu minim, namun
semenjak Tahun 80an ketika saya bawa musik hadrah ditengah
masyarakat sini ada juga yang menerima dengan baik disisi lain yang
menolak karena tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Peneliti : Bagaimana bapak meyakinkan mayarakat bahwa musik hadrah adalah
bagian dari penyebarluasan ajaran Islam?
Narasumber : Islam itu sangat fleksibel, lihat penyebaran Islam dahulu banyak sekali
cara yang dilakukan, berdagang, pengajian, sampai dengan pewayangan.
Artinya musik juga bagian dari cara untuk menjadi media menyebarkan
Islam. Tidak lupa juga ikhtiar saya yang ingin mengembangkan ilmu
Islam ditanah kelahiran yang dibantu oleh Habib Ahmad, saya banyak
92
terimaksih ke beliau sudah bantu saya untuk meyakinkan masyarakat
untuk mengenal Islam lebih dalam dan bukan hanya sebatas pengajian
bahwa musik hadrah pun sebagain darinya dan untuk bermahabbah
kepada Rasul.
Peneliti : Lalu bagaimana terbentuknya kelompok musik hadrah Arrushaifah
disini, bagaimana perekmbangannya saat ini?
Narasumber : Kelompok hadrah disini ada karena dibentuk dari santri-santri, ya
memang ada sebagian juga yang bukan tapi bukan berarti ga boleh main
hadrah, mereka tetep kompak sampai dengan sekarang karena emang
banyak rutinitas yang dilakukan, dari hal pengajiannya, latihannya, juga
hal lainnya yang bersangkutan dengan kegiatan bersama.
Peneliti : Oiya, kemudian nama Arrushaifah ini menjadi nama popular disini buat
ngenalin musik hadrah, bukan begitu pak? Tapi apa dasarnya nama itu
jadi salah satu tanda musik hadrah, sekaligus nama majlis yang bapak
pimpin sekarang?
Narasumber
: Nama tersebut adalah sebuah jalan yang menuju tempat kediaman guru
besar saya sewaktu beliau berada di Mekkah, untuk memuliakan beliau
saya pakailah nama tersebut, insyaallah berkah dan selalau menjadi
semangat saya dalam menyiarkan ajaran Islam disini.
Peneliti : Ada berapa orang dalam satu tim hadrah Arrushaifah?
Narasumber : Untuk jumlah anggota saat ini kurang lebih ada 18 (delapan belas) dalam
satu kelompok
Peneliti : Apa mereka bisa semua memainkan alat hadrah?, artinya mungkin
mereka bukan hanya bisa memainkan satu alat aja.
Narasumber : Hmm, jadi untuk bisa dan lancarnya setiap masing-masing anggota saya
menganjurkan untuk berlatih secara rutin dalam satu minggu duakali
seselesainya mereka mengaji atau ketika waktu kosong mereka untuk diisi
dengan berlatih dan bershalawat bersama.
93
Peneliti : Untuk soal pendapatan setiap kali tampil dibayar berapa? Atau ada tarif
khusus ga setiap kali tampil?
Narasumber : Soal itu memang ga pernah kita tarifkan untuk hadrah, tapi untuk
perbaikan alat dan transfortasi selalu dapat ya, minimal 600rb pertampil.
Peneliti : Semua bapak yang atur atau diserahkan langsung ke para pemain?
Narasumber : Meskipun saya selalu bilang untuk bersama, soal itu anak-anak selalu
laporan, artinya bagi saya, anak-tidak mau lepas atas izin saya, terkadang
saya bilang sebagian untuk kas atau tabungan jika suatu saat nti alat-alat
ada yang rusak
Peneliti : Seperti itu, jadi intinya tim hadrah punya rutinitas sendiri, didalamnya
muat latihan dan bimbinga, selain itu maen hadrah juga bukan cuma
sekedar shalawat tapi penghasil rezeki juga ya ? (sambil tersenyum).
Narasumber : Hal itu ya ga bisa dipungkiri, kalo hanya trimakasih aja, hadrah ga bisa
mukul (sambil melempar tawanya)
Peneliti : Baik pak, mungkin itu aja yang saya tanyakan, cukup menarik dan
sedikit banyaknya saya tau seperti apa musi tradisional Islami hadrah
berjalan di era modern ini. Saya ucapkan trimakasih. Semoga dilain waktu
kita bisa berdiskusi kembali soal tradisional musik Islami.
Narasumber : Ya, saya juga bertrimakasih, semoga perjalanan anda berjalan baik dan
lancar
Peneliti : Aminn, baik pak. Assalmualaikum wr,wrb..
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..
94
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Aji Syahril Alam (Vokalis)
2. Umur : 22 Tahun
3. Status : Santri
Peneliti : Assalmualaikum wr, wb. Gimana kabarnya kak Aji? Saya Didin
Hasannudin, senang berkenalan sama kak Aji.
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb.. Alhamdulillah baik, iya sama-sama
Peneliti : Boleh saya bertanya seputar musik hadarah disini?
Narasumber : Boleh, boleh,..
Peneliti : Trimakasih,. Jadi berapa lama kak Aji bermain Hadrah disini?
Narasumber : Disini baru dua tahun, sebelumnya pernah mondok di Pondok
Pesantren Alfasanah dua tahun, disana juga bukan cuma belajar ngaji
tapi juga main hadrah, jadi pas disini udah ga begitu asing sama hadrah
Pneliti : Oh,. Kalau disini pertama kali belajar sama siapa?
Narasumber : Pertmana kali belajar bareng sama ustadz, lama kelamaan sayu juga
sering buka youtube buat latihan tambahan
Peneliti : Seperti apa hadrah yang dipelajari disini?
Narasumber : Kalau hadrah ya sama kayak Habib Syech, lebihnya itu kombinasi dari
pukulan-pukulan yang udah kita bisa.
Peneliti : Kak Aji sendiri diposisi sebagai apa?
Narasumber : Ana di vokalis
Peneliti : Untuk main alat yang lainnya apa tidak bisa?
Narasumber : Bukan ga bisa, tapi karena banyak temen-temen bilang suara ana
bagus, akhirnya ana lebih banyak nyanyi dibanding main alat
Peneliti : Oh,begitu. Lalu sudah ada berapa lama hadrah disini?
Narasumber : Setahu saya, sejak tahun 2008 hadrah udah ada disini
Peneliti : Kenapa kak Aji lebih memilih hadrah sebagai music yang disukai saat
ini?
Narasumber : Sebelumnya belajar juga marawis, cuma udah banyak aja yang belajar
95
marawis, lebih seneng hadrah yang masih jarang
Peneliti : Lalu apa tujuan masuk dalam kelompok hadrah?
Narasumber : Seneng aja, soalnya bukan cuma ngaji tapi shalwatan juga
Peneliti : Biasanya kalau maen hadrah sering dimana?
Narasumber : Dimana aja, tapi seringnya kalau ada maulid, nyambut habib, pernah
juga ikut festival
Peneliti : Setiap kali penampilan gugup ga?
Narasumber : Kadang-kandang sih iya, tapi kita setiap hari jumat latihan, trus kalau
slesai ngaji waktu kosong kita pake buat latihan, jadi seminggu dua kali
lah kita latihan, tapi tetep aja kalau gugupmah ada aja klo jamaahnya
banyak, lama-kelamaan tapi ilang.
Peneliti : Ada kostum khusus ga kalau setiap kali tampil?
Narasumber : Kalau kostum ada satu kostum warna ijo yang jadi ciri khas hadrah
arrushaifah, jadi kalau disini ada hadrah pake kostum ijo brarti hadarah
arrushaifah
Peneliti : Selain kostum, ini soal tampil, ada bayaran khusus ga buat setiap kali
tampil?
Narasumber : Hmm, bayaran khusus sih gda tapi biasanya setiap kali tampil dari
600rb sampe 1000.000 bahkan pernah, ya tergantung sama panitia yang
punya acara
Peneliti : Kalau dilihat dari musik hadrah itu sendiri, menurut kak Aji apa musik
hadrah ini banyak penggemarnya?
Narasumber : Banyak, disini kalau ada acara-acara keagamaan, penggemar hadrah
kadang bawa spanduk sendiri, jadi mereka fans berat hadarah, apalagi
kalau udah bawain lagu Subhanallah, banyak yang ngikutin
Peneliti : Kendala apa yang sulit di hadapi?
Narasumber : Kendala sih banyak, orang-orang zaman sekarang masih banyak
memilih musik modern kayak band dibanding hadrah
Peneliti : Apa yang dilakukan kelompok musik hadrah untuk mempertahankan
music tradisional Islam ini?
Narasumber : Hmm, latihan dan latihan sama rutinitas ngaji sama ustadz, trus juga
nularin kesemua orang, buat belajar hadrah dan kalo hadrah ini masih
pantas buat masyarakat modern ga ketinggaln zaman.
96
Peneliti : Selain itu?
Narasumber : Ikut festival budaya lebih sering, supaya orang-orang pada tau sama
hadrah
Peneliti : Ohh,. Oke, mungkin itu aja yang saya tanyakan, semoga kedepannya
hadrah semakin eksis dan jaya menebar dakwah dengan shalawat
Narasumber : Iyya ka, aminn
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..
97
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Ahmad Marzuki Ismail
2. Umur : 19 Tahun
3. Status : Santri
Peneliti : Assalamuaulaikum wr, wb..
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..
Peneliti : Senang berkenalan dengan anda Mail..
Narasumber : Senang juga bise berkenalan kak..
Peneliti : Boleh ya, saya bertanya seputar musik hadrah arrushaifah?
Narasumber : Bolehh..
Peneliti : Udah berapa lama main hadrah?
Narasumber : Belum lama sih, setahun setengah mungkin dari pas masuk majlis
disini
Peneliti : Apa pekerjaan selain main hadrah?
Narasumber : Cuma ngaji aja disini, paling bantu-bantu buka took di depan
Peneliti : Kenapa Mail ini bisa milih hadrah?
Narasumber : Karena senang aja, selain music juga kita kan shalawatan
Peneliti : Di hadrah ini juga ngasilin uang begitu katanya?
Narasumber : Yaa, emang dapet tapi uangnya kita serahkan langsung biasanya ke
Ustadz
Peneliti : Jadi berapa jumlah uang yang di dapet, setiap kali tampil?
Narasumber : Tergantung, kadang 500rb kalau lagi acaranya besar bisa sampai
satujuta.
Peneliti : Apa ada tarif khusus untuk setiap kali tampil?
Narasumber : Engga ditarif, itumah kemampuan Panitia penyelenggara acara,
kitamah yang penting tampil sama shalwatan
Peneliti : Ada ga prasyarat mengundang music hadrah ini?
Narasumber : Gda, slagi kita siap dan waktunya sesuai langaung aja tampil
98
Peneliti : Persiapan apa yang dilakukan sebelum tampil?
Narasumber : Kita latihan dulu, kalau pun ga tampil lahitan tetep jalan
Peneliti : Setiap hari apa aja latihan hadrah ini?
Narasumber : Hari selasa dan jumat, tapi tergantung yang lainnya, klo siap latihan di
hari lain juga ya kita latihan, atau pas waktu kosong stelah ngaji kita isi
sama latihan
Peneliti : Kalau di tim hadrah itu sendiri terdiri dari berapa orang satu
kelompoknya?
Narasumber : Disini ada 18 orang
Peneliti : Apakah semuanya adalah santri semua?
Narasumber : Engga, ada sebagian dari luar yang setiap latihan atau tampil aja yang
datang
Peneliti : Bagaimana cara mempertahankan music hadrah sampai sekarang ini?
Narasumber : Terus latihan dan bikin kombinasi baru pukulannya, juga lagu-lagunya
yang di inovasikan, begitu.
Peneliti : Hmm, ada cara lain untuk tetap music ini bertahan?
Narasumber : Bimbingan langsung dari Ustadnya, kadang ngambil dari luar juga
Peneliti : Ohhh, mungkin itu aja yang ditanyakan, semoga music Islami hadrah
ini tetap eksis di zaman sekarang..
Narasumber : Amiinnn..
Peneliti : Trimakasih.. assalamualaikum wr, wb.
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..
99
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Ade Ridwan
2. Umur : 18 Tahun
3. Status : Santri
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..
Peneliti : Boleh saya bertanya tetang music hadrah?
Narasumber : Boleh..
Peneliti : Sudah berapa lama main hadrah di majlis ini?
Narasumber : Hmmm, saya baru setahun ikut hadrah
Peneliti : Alat apa saja yang bisa dimainkan di hadrah ini?
Narassumber : Hampir semua alat Insyaallah bisa, mungkin nyanyi nya aja yang
kurang begitu bagus soal suara..
Peneliti : Tahu sejak kapan hadrah ini ada disini?
Narasumber : Di tahun 2008 hadrah udah ada disini, cuma baru sekarang aja orang-
orang pada tahunya
Peneliti : Hmm, kenapa milih hadrah?
Narasumber : Karena bukan Cuma nyannyi tapi bisa shalawatan juga
Peneliti : Ada pekerjaan lain selain main hadrah?
Narasumber : Cuma ngaji aja disini, kan baru lulus di SMA
Peneliti : Bagaimana hadrah ini bisa dikenal masyarakat?
Narasumber : Awalnya ya begitu terkenal, karena seneng sama Habib Syech hadrah
mulai jadi terkenal
Peneliti : Lalu, dari mana belajar main hadrah?
Narasumber : Dari sekolah dan trakhir disini
Peneliti : Apa kostum khas dari hadrah arrushaifah ini?
Narasumber : Kita pake kostum gamis warna ijo
100
Peneliti : Hmm, atau ada kostum lain?
Narasumber : Klo tampil biasanya pake kostum itu, tapi kalo engga pake baju koko
warna putih semuanya
Peneliti : Berapa kali tampil dalam sebulan?
Narasumber : Gantentu sih, kdang banyak kadang sedikit, tapi ada aja tampilmah,
buat diacara hajatan, atau ulangtahun pemerintah daerah
Peneliti : Berapa jumlah uang yang didapat setiapkali tampil?
Narasumber : Tergantung, kadang besar kadang juga kecil
Peneliti : Kendala apa yang dihadapi sama music hadrah saat ini?
Narasumber : Kendalaaa,, gda sih, paling minat aja yang masih sedikit, mungkin
karena banyak musik-musik lainnya yang lebih modern
Peneliti : Lalu bagaimana mengatasi kendala itu?
Narasumber : Banyak tampil hadrah dimana-mana trus latihan bareng
Peneliti : Hmm, kedepannya apa yang diharapkan dari music hadrah
Narasumber : Ya, hadrah tetep bisa tampil sama lebih banyak lagi penggemarnya
Peneliti : Semoga lebih banyak penggemar dan lebih maju lagi hadrah
arrushaifah ini ya?
Narasumber : Aminn,
Peneliti : Mungkin itu aja yang ditanyakan, kedepannya semoga kita bisa
bershalawatan bersama..
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..
Narasumber : Walaimumssalam wr, wb..
101
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 14 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Ridho
2. Umur : 17 Tahun
3. Status : Santri
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..
Narasumber : Walaikumsalam salam wr, wb..
Peneliti : Senang bisa ketemu Ridho, trimakasih mau menyediakan waktu untuk
bersedia saya wawancarai
Naraumber : Senang juga, iyaa
Peneliti : Sejauh apa Ridho tau tentang music hadrah?
Narasumber : Hmm, saya baru sih, belum tau banyak sama music hadrah
Peneliti : Berapa lama belajar hadrah disini?
Narasumber : Setahun kurang lebih
Peneliti : Bagaimana hadrah bisa berkembang disini?
Narasumber : Hmm, banyak peminat salah satunya, tapi sebelumnya hadrah belum
terlalu terkenal
Peneliti : Kenapa milih untuk bermain music hadrah?
Narasumber : Seneng aja, bisa shalawatan pake musik
Peneliti : Alat apa aja yang bisa dimainkan?
Narasumber : Rebana, bas juga bisa
Peneliti : siapa yang mengajari hadrah disini?
Narasumber : Kita belajar bareng sih, tapi biasanya sama ustadz juga
Peneliti : Ada berapa kali tampil dalam satu bulan?
Narasumber : Ga tentu sih, kadang banyak kadang juga dua kali atau sekali
Peneliti : Berapa jumlah uang yang diterima setiapkali tampil?
Narasumber : Tergantung, kalo dapet gde ya kita juga dapet besar uangnya, kalau
kecil ya bersyukur aja
102
Peneliti : Gimana caranya music hadrah ini bisa bertahan ssampe saat ini?
Narasumber : Yaa latihan, sama ngenalin masyarakat, lewat tampil, lewat medsos
juga
Peneliti : Ada kendala ga?
Narasumber : Engga ada, Cuma paling karna banyak music modern jadi orang-orang
lebih milih music itu daripada hadrah
Peneliti : Owh,, gimana ngatasi kendala itu?
Narasumber : Nyari inovasi-inovasi baru lagi dari hadrah
Peneliti : Inovasi apa?
Narasumber : Inovasi, kayak kombinasi pukulan, lagu modern, sama latihannya
Peneliti : Owh, di setiap tampil ada kostum khusus?
Narasumber : Kostum kita pake gamis warna ijo
Peneliti : Kenapa bisa warna ijo?
Narasumber : Cerah aja kalau orang lihat
peneliti : Owh, salah satu cara juga ya buat narik perhatian yang nton?
Narasumber : Iyya,.
Peneliti : Baiklahlah trimakasih atas waktunya, semoga kedepannya music
hadrah tetap popular..
Narasumber : Amiinnn..
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb.
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb.
103
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Surajul Huda
2. Umur : 19 Tahun
3. Status : Non-Santri
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb
Peneliti : Senang berjumpa dengan Surajul Huda, boleh saya minta waktunya
untuk memberikan pertanyaan tentang Musik hadrah?
Narasumber : Iya, boleh.
Peneliti : Sudah berapa lama kenal dengan music hadrah?
Narasumber : Lumayan lama, dari pas masuk sekolah SMA juga udah tau
Peneliti : Apa itu Hadrah menurut Surajul Huda?
Narasumber : Hadrah ya music Islam,
Peneliti : Gimana awalnya music hadrah bisa masuk disini?
Narasumber : Hmm, karena banyaknya majlis-majlis pengajian juga karena adanya
pesantren-pesantren
Peneliti : Surajul Huda kenal dengan hadrah dari Pesantren kah?
Narasumber : Awalnya ya dari sekolah
Peneliti : Lalu kenapa memilih hadrah ini?
Narasumber : Lebih seru aja, kalau marawis kan sekarang udah biasa-biasa aja
Peneliti : Owh, apa tujuannya masuk dalam kelompok music hadrah?
Narasumber : Belajar musik hadrah sambil bisa shalawatan
Peneliti : Siapa yang ngajari kali pertama main hadrah?
Narasumber : Pelatih dulu disekolah
Peneliti : Berapa kali tampil dalam sebulan?
Narasumber : Ga tentu, kadang 2 kali
Peneliti : Apa yang bikin music hadrah saat ini bisa tetap bertahan?
104
Narasumber : Karena banyak peminatnya, bukan dipesantren aja tapi disekolah-
sekolah juga
Peneliti : Ada ga kendala-kendala dalam music hadrah sekarang?
Narasumber : Ada, palingan yang susah bikin orang-orang senang sama hadrah
karena lebih milih music modern
Peneliti : Lalu apa caranya buat orang semakin tertarik dengan hadrah ini?
Narasumber : Ya kita promosikan disini, di media social juga
Peneliti : Owh, dalam setiap tampil gugup ga?
Narasumber : Gugupmah awal-awal, karena keseringan udah engga terlalu
Peneliti : Berapa uang yang di dapet setiap kali tampil
Narasumber : Ga tentu, kadang 500rb kadang 800rb, tergantung panitia
penyelenggara
Peneliti : Ada pekerjaan lain selain main music hadrah
Narasumber : Gada
Peneliti : Bagaimana cara music hadrah ini tetap bertahan?
Narasumber : Latihan dan banyak tampil sama bikin inovasi baru
Peneliti : Owh, mungkin cukup itu aja, trimakasih atas kesempatan dan
waktunya
Narasumber : Iyya sama-sama
Penelit : Assalamualaikum wr, wb
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb
105
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Muhdi
2. Umur : 21 Tahun
3. Status : Non-Santri
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb
Narasumber : Walaikumssalam wr, wb
Peneliti : Senang berjumpa dengan antum
Peneliti : Boleh saya tahu nama antum?
Narasumber : Iya, nama saya Muhdi
Peneliti : Baik Muhdi, boleh saya minta waktunya untuk bertanya soal aktivitas
kelompok musik hadrah disini
Narasumber : Ohh, boleh
Peneliti : Trimakasih, sebagai apa antum di kelompok musik hadrah ini
Narasumber : Saya pemain, biasanya pegang darbuka
Peneliti : Sudah berapa lama antum kenal dengan musik hadrah?
Narasumber : Baru sih, pas lagi awal lulus SMA aja
Peneliti : Siapa yang ngajarin belajar darbuka atau musik hadrah?
Narasumber : Kalau dulu belajar disekolah, itu juga marawis awalnya
Peneliti : Udah berapa sering tampil di musik hadrah?
Narasumber : Lumayan banyak
Peneliti : Bagaimana rasanya sewaktu tampil?
Narasumber : Yaa, seperti tampil umumnya..
Peneliti : Pernah gugup?
Narasumber : Gugupmah ada, apalagi pas jama‟ahnya banyak terus yang datangnya
kyai-kyai
106
Peneliti : Apa kerjaan lain selain main musik hadrah?
Narasumber : Kerja di PT
Peneliti : Owh, lalu gimana bagi waktunya?
Naraasumber : Sedipanggilnya di group atau di hubungi temen-temen lain
Peneliti : Gimana caranya musik Hadrah ini bisa sampe terkenal? Tau
sejarahnya?
Narasumber : Wah, kurang tau soal itu, hadrah disini mah ikut seperti Habib Syech
aja, paling ada pukulan yang dikombinasi sama lagunya
Peneliti : Kendala apa yang ada saat ini di music hadrah?
Narasumber : Apa ya, kalau kendala banyak sih, tapi yang susah itu paling minat
orang-orang ke musik hadrah, karena banyak musik modern muncul
Peneliti : Owh, di majlis ini kan ada jadwal rutin latihan? Apa itu salah satu
ngatasi kendala saat ini?
Narasumber : Iyya, hari jumat atau setelah ngaji selesai biasnya rutin latihan
Peneliti : Soal bayaran, berapa duit yang diterima setiap kali tampilnya?
Narasumber : Ga tentu, kadang 500rb atau 800rb tergantung panitia penyelenggara
acara. langusung di serahin ke Ustadz, kalau kata Ustadz buat dibagiin
ya langsung di bagiin, tapi kalau buat kas ya langsung disimpen
Peneliti : Owh, jadi biar ada laporan juga ya ke ustadz.. (sambil tertawa)
Narasumber : Iyya begitu
Penliti : Oke kalau gitu, trimakasih banyak udah nyempetin waktunya ya,
semoga kedepannya lebih semangat, lebih banyak orang yang melihat
lagi music hadrah ini
Narasumber : Iyya, amiin. Sama-sama
107
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Muhamad Shodiq (Vokalis)
2. Umur : 14 Tahun
3. Status : Non-Santri
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb.
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb
Peneliti : Boleh minta waktunya sebentar?
Narasumber : Boleh..
Peneliti : Dengan Muhamad Shodiq betul ya?
Narasumber : Betul
Peneliti : Shodiq ini sudah berapa lama belajar ngaji disini?
Narasumber : Saya bukan santri yang tinggal disini
Peneliti : Lalu sebagai apa Shoiq di tim Hadrah?
Narasumber : Vokalis
Peneliti : Sudah lama masuk tim hadrah?
Narasumber : Baru.. setahun kayaknya
Peneliti : Kenapa ikut gabung di tim hadrah?
Narasumber : Seneng nyanyi aja, apalagi shalawatan
Peneliti : Selain nyanyi, ada alat music lain yang bisa di mainkan?
Narasumber : Bas, rebana, sama darbuka sedikit-sedikit bisa juga
Peneliti : Siapa yang ngajarin?
Narasumber : Belajar bareng aja sama yang udah bisa disini
Peneliti : Oh.. sudah berapa kali tampil sejak masuk tim hadrah?
108
Narasumber : Banyak.. ga kehitung
Peneliti : Gugup engga setiap kali penampilan?
Narasumber : Engga sih, tapi awal-awal mah masih gemeteran belum pernah
Peneliti : Kendala apa saat ini yang dihadapi buat musik hadrah?
Narasumber : Kendala.. engga ada sih. Tapi biasanya yang sering latiahan aja yang
suka ga lengkap personel
Peneliti : Gimana cara menghadapi soal itu?
Narasumber : Sering ngobrol aja di grup
Peneliti : Berapa jumlah uang yang di dapat setiap kali tampil?
Narasumber : Ga tentu sih, kadang 600rb kadang juga 800rb tergantung
penyelenggara acara
Peneliti : Ohh,. Lalu untuk apa uang itu?
Narasumber : Kadang di bagikan, kadang juga dikasih langsung ke ustadz
Peneliti : Trimakasih banyak atas waktunya, semoga tim hadrah semakin terus
sukses
Narasumber : Iya sama-sama. Amiinn…
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb
109
Majlis Arrushoifah, Sepatan – Kab. Tangerang, 17 September 2018
Wawancara dengan Narasumber
1. Nama Lengkap : Farhan Fuzan
2. Umur : 19 Tahun
3. Status : Non-Santri
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb..
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..
Peneliti : Farhan Fauzan, betul?
Narasumber : Betul
Peneliti : Farhan Fauzan betul bagian dari tim hadrah Arrushaifah?
Narasumber : Iyya..
Peneliti : Sudah berapa lama bergabung dengan tim hadrah ini?
Narasumber : Lebih dari dua tahun
Peneliti : Kenapa milih untuk bergabung disini?
Naraumber : Hmm.. seneng aja bisa main hadrah, kalau dulu mainnya marawis
sekarang main hadarah lebih seneng
Peneliti : Siapa yang mengajari main hadrah?
Narasumber : Alumni santri disini
Peneliti : Udah berapa lama hadrah berkembang disini?
Narasumber : Kurang tau sih, kalau engga salah itu tahun 2008 juga udah ada tapi
engga seterkenal sekarang
Peneliti : Bagaimana hadrah ini bisa berkembang dan bertahan?
Narasumber : Dari video-video yang nyebar, lewat Habib Syech juga…
Narasumber : Kalau bertahan, karena banyaknya orang yang suka sama shalawat
terus pake music rebana jadi lebih seru di dengar dibanding sama
shalawatan ga pake music seperti hadrah
110
Peneliti : Ada kendala di musik hadrah?
Narasumber : Kendala.. paling masih sulit buat bikin orang-orang buat seneng sama
shalawat, karena lebih seneng sama music modern sama lagu-lagu barat
Peneliti : Gimana cara ngatasi kendala itu?
Narasumber : Terus nyari inpirasi aja jangan sampe putus, dari pukulan sampe
dengan ngadopsi nada-nada lagu yang lagi naik daun
Peneliti : Oh.. bagus juga ya, semoga terus berkambang dan samakin di gemari
semua kalangan hadrah ini
Peneliti : Trimaksih atas waktunya ya
Narasumber : Aminn.. iyya..
Peneliti : Assalamualaikum wr, wb
Narasumber : Walaikumsalam wr, wb..
111
Lampiran II
Dokumentasi Visual
2. Foto – foto
Sumber : Dokumentasi Pribadi pada Tanggal 14 September 2018