Sterility Test
-
Upload
naomita-joice -
Category
Documents
-
view
263 -
download
17
Transcript of Sterility Test
HANDOUT PRAKTIKUM FTS STERIL
STERILITY TEST
REVISI
Disusun oleh:
Putut Wibisono (098114132)
Lia Susanti (098114135)
LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
STERILITY TEST
Sterilitas didefinisikan sebagai kondisi bebas dari adanya mikroorganisme hidup.
Sterilitas merupakan syarat yang mutlak bagi sediaan injeksi. Suatu sediaan yang berlabel
steril, berarti telah melewati persyaratan USP (National Compendial Sterility Test
Requirements) untuk tes sterilitas. Tes sterilitas menurut USP merupakan estimasi
probabilitas, tidak merupakan hasil yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan uji sterilitas
merupakan uji yang bersifat destruktif, sehingga tidak semua sediaan diuji sterilitasnya,
hanya sebagian saja sehingga hasilnya merupakan hasil sebagian sampel batch. Selain itu
kemungkinan untuk terjadinya kontaminasi yang bersifat accidental selama uji sterilitas.
Untuk sterilisasi akhir memiliki Sterility Assurance Level (SAL) paling sedikit 10-6
.
Uji sterilitas dilakukan dengan menginkubasi sampel pada media yang sesuai. Adanya
mikroba dibuktikan dengan terjadinya kekeruhan. Media yang digunakan haruslah memiliki
komposisi yang sesuai dan memberikan kondisi pertumbuhan mikroba yang optimal yaitu
nutrisi yang sesuai, pH, temperatur, waktu inkubasi yang cukup, sel mikroba tunggal yang
akan tumbuh dengan progresi geometrik.
Sampling
Pengambilan sampel untuk lebih dari 500 artikel adalah minimal 20, sedangkan untuk
100-500 artikel adalah tidak kurang dari 10. Untuk large volume parenteral product (volume
lebih dari 100 mL per wadah) paling sedikit 2% dari batch. Maksimal sampling untuk 1 lot
adalah 40.
Persyaratan sampling menurut USP dan European Pharmacopeia (EP) Sterility Test
Section ditunjukkan oleh tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan sampling menurut USP dan European Pharmacopeia (EP)
Sterility Test Section (Akers, 2002).
Media Kultur
Dua media primer menurut USP dan EP adalah fluid thioglycollate medium (FTM)
dan soybean-casein digest (SCD) atau trypticase soy broth (TSB). FTM dapat digunakan
untuk mikroba aerob dan anaerob. Untuk produk berminyak, FTM ditambahkan polysorbate
80 sebagai agen emulsifikasi untuk dispersi lipofilik produk di media hidrofilik. Komposisi
dan kegunaannya ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi dan kegunaan FTM (Akers, 2002).
TSB memiliki pH yang sedikit lebih tinggi dibandingkan FTM, dan lebih
meningkatkan pertumbuhan mikroba aerobic dibandingkan FTM. Komposisi TSB dan
kegunaannya ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Komposisi dan kegunaan TSB (Akers, 2002).
Waktu dan Suhu Inkubasi
Waktu dan temperatur inkubasi yang dipersyaratkan untuk uji sterilitas menurut USP
ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Waktu dan temperatur inkubasi (Akers, 2002).
Waktu inkubasi diperlukan yang cukup panjang karena adanya siklus untuk
pertumbuhan mikroba, dimana terdapat karakteristik lag time dari kurva pertumbuhan
kebanyakan mikroba.
gambar 1. Siklus hidup dan mati bakteri
Metode Uji Sterilitas
Terdapat 2 metode uji sterilitas yaitu Direct Transfer/Direct Inokulation Method dan
Membrane Filtration (MF) Method.
A. Direct Transfer/Direct Inokulation Method
Merupakan metode sterilitas yang sifatnya konvensional. Terdapat 3 langkah untuk
metode ini yaitu:
1. Membuka tutup wadah sampel secara aseptik
2. Menggunakan syringe yang steril untuk inokulasi sampel pada media
3. Injeksi setengah volume sampel di media FTM dan setengahnya di media TSB
Produk steril yang digunakan untuk metode ini antara lain: nonfilterable liquids,
ointments and oils insoluble in isopropyl myristate, solids to test media, purified cotton,
gauze, surgical dressings, sutures, and related articles, sterilized devices.
B. Membrane Filtration (MF) Method
Metode yang lebih dipilih karena lebih mudah dikerjakan. Langkah dasar metode ini
adalah:
1. Unit steril disiapkan dan disterilkan
2. Sampel dilewatkan filter dalam kondisi aseptic
3. Filtrasi dengan pertolongan vacuum
4. Membran dihilangkan secara aseptik dan dipotong setengah
5. Setengah bagian membran ditempatkan pada 100 mL FTM dan setengahnya pada 100
mL TSB.
Produk steril yang diuji dengan metode ini antara lain: liquids miscible with aqueous
vehicles, liquids immiscible with aqueous vehicles, less than 100 ml per container
ointments and oils soluble in isopropyl myristate, prefilled syringes, solids for injection
other than antibiotics, antibiotic solids for injection, antibiotic solids, bulks, and blends,
sterile aerosol products, devices with pathways labeled sterile.
Pemeriksaan Uji Sterilitas
Untuk uji sterilitas perlu dilakukan pengusutan terhadap hal-hal yang akan
berpengaruh terhadap kontaminasi sampel. Hal itu meliputi:
1. Identifikasi organisme pada uji sterilitas
2. Mencatat tes laboratorium dan penyimpangannya
3. Mengawasi lingkungan area produksi
4. Mengawasi personel
5. Product presterilization bioburden
6. Review catatan produksi
7. Sejarah manufacturing
Uji sterilitas pada antibiotik dan protein
Metode ini dimaksukan untuk menghilangkan sifat anti mikroba yang tertinggal
setelah proses filtrasi dengan membrane filtrasi. Misalnya, residu penicillin dibilas dengan
cairan penisillininase dimaksudkan untuk meng-inaktifkan penicillin tersebut. Sedangkan tes
sterilitas protein yaitu memodifikasi protein dengan viskositas tinggi(albumin) memalui
membrane filter dan agar tidak memberikan efek samping pada hewan uji lebih dari 1 menit.
Pengendalian dalam uji sterilitas
Uji sterilitas sangat dimungkinkan dapat dikacaukan oleh banyak hal, misalnya:
lingkungan dan kontaminan. Maka dari itu pengendalian pada tahap uji steril sangat
diperhatikan untuk menghindarkan ketidakvalidnya suatu data atau hasil dari produk steril
yang dihasilkan. Maka pengendalian dilakukan saat pembuatan sediaan hingga pengawasan,
meliputi: pengendalian lingkungan produksi (kelembaban, jumlah partikel, kontruksi
bangunan pabrik, dll) dan pengendalian teknisi operator atau personil (pemahaman, pelatihan,
teknik aseptis, dll).
Ada beberapa tipe dari control uji sterilitas sediaan
1. Kontrol positif: yaitu pengujian aktifitas media kultur tanpa sampel sediaan dengan
pemberian mikroba setelah dilakukan dalam waktu inkubasi tertentu.
Kontrol positif ini bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri bisa tumbuh di media
yang digunakan.
Gambar 2. Mikroba yang digunakan pada
Growth Promotion Test (Akers, 2002)
2. Kontrol negatif: yaitu pengujian sterilitas dari media dalam waktu tertentu tanpa
sediaan dan tanpa pemberian mikroba setelah di sterilkan.
3. Uji pertumbuhan mikroba: yaitu pengujian terhadap aktifitas pertumbuhan mikrroba
pada media yang telah disterilkan selama masa inkubasi tertentu. Dengan syarat ada
pengaruh antimikroba pada system, jumlah pemberian mikroba diketahui, dan
perlakuan kondisi inkubasi yang sesuai.
4. Kontrol untuk metode membrane filtrasi. Dengan cara membran hanya dialiri dengan
pelarut.
Validitas dari uji sterilitas
Sediaan steril adalah sedian yang bebas dari kontaminan mikroba, namun bukan
berarti harus mempunyai daya antimikroba. Dalam validasi uji steril digunakan mikroba
konsentrasi kecil, dimaksudkan untuk menghitung daya mikroba setelah diinokulasi dan di
inkubasi. Pada kasus ini produk steril dapat bebas dari mikroba dalam range waktu tertentu
dilihat dari metode, jenis mikroba, dan konsentrasi yang diberikan.
Keterbatasan dalam uji sterilitas
Dari aturan USP secara garis besar ada tiga kendala dalam uji sterilitas
1. Sejumlah varian kecil sampel tidak bisa untuk mempresentasikan jumlah sediaan
dalam jumlah besar.
2. Ketidakmampuan dari media kultur dalam pertumbuhan mikroba, sehingga data tidak
valid.
3. Tidak dapat menghindari kontaminan yang tidak disengaja pada proses produksi.
Maka dari itu dilakukan cara untuk meminimalkan masalah yang timbul saat uji sterilitas,
misalnya: meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang proses sterilisasi,
menghindari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan selama pembuatan dan
pengujian, dan pendidikan atau pelatihan personil dalam prosedur pengujian sterilitas.
Masalah sampling dan representasi statistik
Pada masalah ini terkait dengan probabilitas pengujian sampel terhadap syarat
yang di tentukan. Misalnya disyaratkan tidak lebih 0,1% maka dari 1000 sediaan tidak
lebih dari 1, dan jika hanya menggunakan 10 sampel apakah keseluruhan sampel
dikatakan steril.
Masalah faktor pendukung pertumbuhan pada kontaminan mikroba
Pada media kultur dapat menjadi faktor pertumbuhan yang baik suatu mikroba
yang tidak diinginkan,maka perlu disterilkan dan dikondisikan agar mikroba yang
tidak diinginkan tidak tumbuh dengan baik.
Masalah kontaminasi dan kebocoran
Pertumbuhan mikroba dari media uji harus berasal dari sampel bukan dari
kontaminasi lingkungan. Maka dari uji dibutuhkan control positif dan negatif untuk
mengetahui apakah pertumbuhna bakteri berasal dari sampel bukan dari kontaminasi.
Maka kondisi lingkungan dan personil perlu diperhatikan untuk menhindari
kontaminan dari lingkungan.
ISOLATION CHAMBERS AND ROBOTIC STERILITY TEST UNITS
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya penyebab kontaminasi paling besar berasal dari
lingkungan dan personil. Pada metode ini sengaja menghilangkan tugas manusia sebagai
pekerja digantikan oleh robot atau mesin. Karena pengaruh manusia sangat besar terhadap
kontaminasi maka dari itu metode ini sangat meminimalkan unsur manusia dalam proses.
Kerugian dari sistem uji sterilitas mesin adalah menambah beban instalasi akan
pemeliharaan, kecepatan yang lebih lambat dalam melakukan tes sterilitas, dan kompleksitas
dalam pemeliharaan sistem.
Validasi sistem uji sterilitas robot melibatkan di sedikitnya lima unsur:
1. Memvalidasi prosedur manual saat ini.
2. Memvalidasi semua operasi mesin, baik hardware dan perangkat lunak
3. Memvalidasi pola aliran udara laminar dalam sistem.
4. Memvalidasi tingkat partikel dalam dan sekitar ruang uji.
5. Memvalidasi desinfeksi sistem. Perasetat asam tidak boleh digunakan sebagai desinfektan
dalam sistemmesin karena hal itu menyebabkan masalah korosif. Desinfektan yang dapat
diterima untuk robot sistem adalah ampfil, sporicidin, atau hidrogen peroksida 3%.
Gambar 3. Schaeffer Engineering hard-walled isolation barrier system for sterility
testing (Akers, 2002)
Validation of Barrier Isolation and Associated Sterilization Systems
Adalah suatu system kompleksitas dari pembuatan produk dan pengujian produk steril
agar didapatkan suatu produk yang baik, meliputi:
1. Design: yaitu penentuan rancangan tentang proses pengkondisian agar didapat suatu
produk steril. Misal, tentang konsep Laminar Air flow, dll.
2. Location of the Isolator: penempatan khusus operator di mana tidak disyaratkan pada
tempat produksi sediaan. Dimaksudkan untuk keselamatan dari operator.
3. Installation Qualification: harus mencakup rincian keterangan tentang semua aspek
mekanik dari sistem, seperti sebagai dimensi, konfigurasi internal, nomor urut peralatan,
cetak biru, pesanan pembelian, pasokan listrik, spesifikasi alat, suplai vakum, dan manual
peralatan.
4. Operational Qualification: yaitu memverifikasi operasional kerja yang dilakukan
operator, sebelum proses produksi berjalan. Dapat dilihat dari kebocoran, kelembaban,
aliran udara, temperatur (kesesuaian sistem).
5. Performance Qualification: yaitu memverifikasi aspek fungsional dalam proses produksi
oleh operator. Misal kinerja personil apakah sudah aseptis.
6. False-Negative Evaluation
Teknik dan Prosedur untuk Menjamin Sterilitas
Karena jaminan sterilitas didasarkan pada fungsi probabilitas, sterilitas tidak pernah
dapat dibuktikan kecuali seluruh sediaan dilakukan uji sterilitas. Selain itu, seperti sudah
dibahas, uji sterilitas sendiri memiliki keterbatasan tertentu. Oleh karena itu, sterilitas produk
tidak bisa diuji dengan jaminan mutlak bahwa setiap produk steril. Namun, jaminan sterilitas
produk dapat dicapai dengan proses kerja dan kepatuhan terhadap berbagai prosedur. Ini
termasuk (a) alat sterilisasi dan validasi metode sterilisasi dengan menggunakan fisik dan
biologis indikator, (b) kontrol dari kondisi lingkungan di mana produk parenteral diproduksi,
terutama ketika proses pengolahan aseptik dilakukan, dan (c) pelatihan personil teknik
aseptik yang ketat.
Alat Sterilisasi Dan Validasi Metode Sterilisasi
Jaminan sterilitas produk parenteral tergantung pada proses yang dilakukan untuk
mensterilkan produk. Semakin besar kontrol, semakin besar jaminan sterilitas. Proses kontrol
sterilitas melibatkan pengetahuan dan manajemen variabel proses seperti suhu, tekanan,
konsentrasi, kelembaban, konfigurasi beban, dan filter integritas dan variabel produk seperti
komposisi larutan dan viskositas, spesifikasi kemasan, dan konten mikroba.
Empat metode dasar yang digunakan untuk mensterilkan sediaan parenteral:
1. Panas, baik basah (uap) dan kering.
2. Gas, terutama etilen oksida.
3. Radiasi, terutama kobalt 60, iradiasi gamma dan berkas elektron.
4. Filtrasi melalui membrane filter.
Mekanisme dan teknik dari masing-masing proses harus dipahami dan dikendalikan
dengan baik untuk untuk mendapatkan jaminan tambahan terhadap produk steril.
Untuk mengetahui tingkat sterilitas suatu proses dan produk dapat digunakan
indikator biologis. Metode ini dapat sebagai indikator dilihat dari produk yang dapat menjadi
tempat berkempang biak suatu mikroba kontaminan. Selain itu indikator biologis bisa
menjadi faktor validasi masa hidup produk steril.
Kontrol Lingkungan
Suatu tempat produksi dan pengujian produk steril sangat mutlak diatur sedemikian
rupa untuk menghindari dari kontaminan lingkungan. Seperti contoh runag kelas 100 yaitu
tidak ada lebih dari 100 partikel dengan ukuran 0,5µ𝑚 atau lebih dalam 1ft kubik.
Maka ada perlu penanganan khusus untuk mendapatkan suatu syarat tempat produksi
sediaan steril:
1. Laminar air flow(LAF)
Yaitu suatu kondisi penghilangan partikel pada lingkungan produksi, dengan metode
memberikan semburan udara dalam ruang produksi, namun dengan ketentuan udara
yang dialirkan mengalami prakondisi penyaringan yang sangat ketat.
Gambar 4. Vertical laminar air flow bench (Akers, 2002)
Gambar 5. Horizontal laminar air flow bench (Akers, 2002)
2. Design and Maintenance of Aseptic Areas
yaitu merancang suatu tempat produksi sediaan steril agar dapat memenuhi
persyaratan tempat produksi. Dilihat dari: sirkulasi udara, kelembaban, sirkulasi air,
material sediaan, operator, peralatan, kontruksi bangunan, dll.
3. Methods of Evaluating the Environment
Yaitu pengujian apakah tempat produksi memenuhi syarat atau tidak.
Pengujian dibedakan menjadi 2,yaitu: air sampling dan surface sampling.
- Air sampling:
Slit-Air Sampler : yaitu pengujian aliran udara dengan media agar untuk
mengetahui pertumbuhan bakteri. Media agar diletakkan pada lubang sirkulasi
udara.
Liquid Impinger : yaitu menggunakan alat vakum untuk mengambil lembab
dari udara kemudian hasil cairan tersenut diinkubasi dalam agar.
Electronic Air Particle Counters: menggunakan alat untuk menghitung partikel
di udara, namun tidak bisa untuk membedakan partikel yang layak atau tidak
dalam lingkungan.
Settling Plates : yaitu penggunaan media dalam plat ditempatkan di beberapa
titik ruangan, dibuka selama 2-4 jam kemudian diinkubasi. Cara ini paling
sederhana, namun satu plate tidak diketahui volume udara yang diwakili.
Centrifugal Air Sampler : yaitu mensentrifugasi udara dengan kecepatan
tertentu untuk mendapatkan partikel, kemudian hasinya diinkubasi.
Sieve Impaction Air Sampler : yaitu penyaringan udara partikel udara
diendapkan dalam membrane, kemudian hasil endapan diinkubasi.
- Surface-Sampling Methods
Rodac Plates : yaitu pembuatan agar padat steril kemudian diusapkan pada
permukaan dari ruangan yang telah dipilih. Kemudian agar dimasukan dalam
media dan diinkubasi.
Swab-Rinse Test : yaitu pengambilan cuplikan dari permukaan ruangan
dengan kapas steril kemudian diusapkan pada media dan diinkubasi.
Training Personel
Syarat sediaan steril mutlak bebas dari kontaminan, maka sediaan sangat rentan
terhadap kontaminan dari lingkungan dan operator pekerja. Maka pemahaman prosedur
kerja aseptis sangat diperlukan untuk menjamin kesterilan dari produk.
Dari GMP memberikan aturan dasar pengetahuan kerja secara aseptis:
1. Aturan umum untuk diikuti jika seseorang bekerja di ruang steril
2. Tepat teknik kerja
3. Tepat penggunaan meja kerja LAF atau lingkungan steril lainnya
4. Khusus operasional sangat penting menggunakan prinsi aseptis dalam melakukan uji
sterilitas
5. Tepat pembersihan pada akhir tes steril (peralatan, tempat kerja, dll)
Alternatif uji sterilitas
Sudah dijelaskan diatas bahwa keterbatasan uji sterilitas dari USP, misalnya; sedikit
sampel tidak bisa untuk mempresentatifkan kesterilan seluruh produk, perlu dilakukan uji
pada seluruh produk. Maka persyaratan ini tidak cocok dilakukan di apotek ataupun pada
rumah sakit karena beberapa keterbatasan yaitu : ruang laboratorium, biaya, waktu, prosedur.
Dari masalah tersebut disarankan bahwa syarat uji steril dapat diganti atau dengan syarat
alternatif lain yang sesuai.
Beberapa metode sederhana dapat digunakan sebagai indikator bahwa produk tersebut
steril misanya : penginkubasian sampel pada media dan ditentukan aktivitas mikroba, serta
perlakuan sediian difiltrasi dengan Millipore.
Pada pengujian sterilitas alternatif ini tentunya dibantu fase eksternal dari sistem
untuk menjaga validitas dari hasil uji (negatif palsu). Beberapa faktor yang dapat
dikendalikan untuk mencegah kontaminan waktu pengujian : ruangan pendekatan yang sesuai
dengan ruang steril, kondisi aseptis, pemahaman pekerja tentang prosedur aseptis, dan
penggunaan alat dan bahan yang benar dan steril.
DAFTAR PUSTAKA
Akers, M. J., dan Larrimore D. S., 2002, Parenteral Quality Control, Marcel Dekker, New
York, pp. 1-109
---------, 2004, Guidance for Industry, Sterile Drug Products, Produced by Aseptic
Processing, Current Good Manufacturing Practice, Pharmaceutical CGMPs
DISKUSI
1. Bagaimana bisa mengetahui apakah media yang digunakan bisa untuk tumbuhnya
mikroba?
Jawab : dengan melakukan Growth Promotion Test, yaitu dengan cara menambahkan
mikroba pada media. Mikroba yang digunakan antara lain: Staphylococcus aereus,
Pseudomonas aeroginosa, atau Candida albicans. Dari sini akan diketahui apakah
media yang digunakan bisa untuk pertumbuhan mikroba tersebut.
2. Sediaan apa yang bisa digunakan untuk sterility test Direct Transfer/Direct
Inocolution Method dan Membrane Filtration Method?
Jawab :
- Direct Transfer/Direct Inocolution Method
nonfilterable liquids, ointments and oils insoluble in isopropyl myristate, solids to
test media, purified cotton, gauze, surgical dressings, sutures, and related articles,
sterilized devices.
- Membrane Filtration Method
liquids miscible with aqueous vehicles, liquids immiscible with aqueous vehicles,
less than 100 ml per container ointments and oils soluble in isopropyl myristate,
prefilled syringes, solids for injection other than antibiotics, antibiotic solids for
injection, antibiotic solids, bulks, and blends, sterile aerosol products, devices
with pathways labeled sterile.
3. Apabila didapatkan hasil positif palsu/negative palsu bagaimana penanganannya?
Jawab :
- Mengecek proses sterility test yang digunakan dan mencari letak kesalahan dalam
proses sebab positif palsu diperoleh karena terjadi kontaminasi selama pengujian
yang dilihat dari perbedaan hasil pada replikasi.
- Mengecek sensitivitas metode yang digunakan.