Step 7 Lbm 2 Respi Fitrian
-
Upload
fitrian-hanif-zulkarnain -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Step 7 Lbm 2 Respi Fitrian
1. Mengapa pasien mengeluh batuk berdahak kental?
Mekanisme Batuk
Fase inspirasi : paru-paru memasukkan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita suara menutup, sehingga udara terjerat di dalam paru-paru.
Fase kompresi : otot perut berkontraksi, sehingga diafragma naik dan menekan paru-paru, diikuti pula dengan kontraksi intercosta internus, dan akan menyebabkan tekanan paru-paru meningkat hingga 100 mm/hg.
Fase ekspirasi : secara spontan oesofagus dan pita suara terbuka, sehingga udara keluar dari pau-paru.
(Guyton & Hall, 2008)
2. Mengapa pasien juga mengeluh badan lemah, demam, dan nyeri otot?3. Bagaimana interpretasi pada pf thorax auskultasi didapatkan ronki basah di bawah
lobus bawah paru kanan dan hilang setelah penderita batuk?
secara anatomi morfologi bronchus principalis dektra lebih lebar, lebih pendek dan lebih vertical dari di bandingkan bronchus principalis sinistra dan panjangnya kurang lebih 2,5 cm. Secara fisiologi lobus paru bagian bawah pertukaran udara bisa terjadi sehingga akan mempangaruhi kecepatan masuk udara pada lobus bagian bawah. Sumber :Sumber : Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. jakarta : EGC
Diktat anatomi sistus thoracis Lab. Anatomi FK unissulaRonki basah yaitu di sebabakan oleh infeksi atau adanya akumulasi cairan
Ronki basah Kasar à bronkitis Ronki basah Sedang à bronkopneumonia Ronki basah halus à pneumonia
Rongki kering yaitu sering menunjukan adanya fibrosis paru atau adanya mukus yang menempel pada dinding bronkusSumber : Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory medicine). Jakarta : EGC & Patrick Davey. 2005. At a glance medicine. Jakarta : 2005
4. Bagaimana interpretasi pada foto ronten didapatkan hipervaskularisasi?5. Bagaimana mekanisme pertahanan saluran napas secara umum?
Pertama, mukus didorong ke proksimal saluran napas oleh gerakan silia, yang akan
membersihkan partikel-partikel inhalasi, patogen dan menghilangkan bahan-bahan kimia yang
mungkin dapat merusak paru. Musin polimerik secara terus-menerus disintesis dan disekresikan
untuk melapisi lapisan mukosa. Kecepatan normal silia 12 sampai 15x/detik, menghasilkan
kecepatan 1mm/menit untuk membersihkan lapisan mukosa. Kecepatan mucociliary clearance
meningkat dalam keadaan hidrasi tinggi. Dan kecepatan gerakan silia meningkat oleh aktivitas
purinergik, adrenergik, kolinergik dan reseptor agonis adenosin, serta bahan iritan kimia. Mekanisme
kedua, adalah dengan mengeluarkan mukus dengan refleks batuk. Ini mungkin dapat membantu
menjelaskan mengapa penyakit paru yang disebabkan oleh kerusakan fungsi silia tidak terlalu berat
dibandingkan dengan yang disebabkan dehidrasi, yang menghalangi kedua mekanisme klirens
saluran napas. Meskipun batuk berkontribusi dalam membersikan mukus pada penyakit dengan
peningkatan produksi mukus atau gangguan fungsi silia, ini dapat menyulitkan gejala (Fahy JV,
Dickey BF, 2010).
6. Apa etiologi dari timbulnya penyakit pada scenario?
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :
Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytial virus (RSV),
adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus
influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella)
Jamur
Noninfeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90%
sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10% (Jonsson J, Sigurdsson J, Kristonsson K,
et al, 2008).,
7. Apa Diagnosis dan DD dari scenario(infeksi saluran pernapasan bawah)?
Diagnosis: Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus berserta
cabang – cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum yang dapat
berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk
pada bronkitis akut harus dipastikan tidak berasal dari penyakit saluran pernapasan lainnya.
(Gonzales R, Sande M, 2008).
DD:
Common cold: Batuk dengan atau tanpa produksi sputum dapat dijumpai pada common
cold. Common cold sendiri merupakan istilah konvensional dari infeksi saluran pernapasan atas yang
ringan, gejalanya terdiri dari adanya sekret dari hidung, bersin, sakit tenggorok dan batuk serta bias
juga dijumpai demam, nyeri otot dan lemas. Seringkali common cold dan bronkitis akut memiliki
gejala yang sama dan sulit dibedakan. Batuk pada common cold merupakan akibat dari infeksi
saluran pernapasan atas yang disertai postnasal drip dan pasien biasanya sering berdeham. Batuk
pada bronkitis akut disebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah yang dapat didahului oleh
infeksi pada saluran pernapasan atas dan oleh sebab itu mempersulit penegakkan diagnosis penyakit
ini. (Sidney S. Braman, 2006).
Bronkitis akut juga sulit dibedakan dengan eksaserbasi akut bronkitis kronik dan asma akut
dengan gejala batuk. Dalam suatu penelitian mengenai bronkitis akut, asma akut seringkali
didiagnosa sebagai suatu bronkitis akut pada 1/3 pasien yang datang dengan gejala batuk. Oleh
karena kedua penyakit ini memiliki gejala yang serupa, maka satu – satunya alat diagnostik adalah
dengan mengevaluasi bronkitis akut tersebut, apakah merupakan suatu penyakit tersendiri atau
merupakan awal dari penyakit kronik seperti asma. (Sidney S. Braman, 2006).
8. Bagaimana patofisiologi dari diagnosis kasus di scenario?1. Lanjutan infeksi saluran nafas2. Infeksi primer pada bronkus3. Infeksi sekunder terhadap kelainan paru kronik
9. Bagaimana tanda dan gejala pada scenario?
Gejala utama bronkitis akut adalah batuk-batuk yang dapat berlangsung 2-3 minggu. Batuk
bisa atau tanpa disertai dahak. Dahak dapat berwarna jernih, putih, kuning kehijauan, atau hijau.
Selain batuk, bronkitis akut dapat disertai gejala berikut ini :
Demam,
Sesak napas,
Bunyi napas mengi atau – ngik
Rasa tidak nyaman di dada atau nyeri dada
10. Apa saja pemeriksaan penunjang dari scenario?Laboratorium:- Leukosit- Sputum: pengecatan gram dan kultur
Radiologi: normal/ hipervaskularisasi/ infiltrat
11. Apa penatalaksanaan dari scenario?
Pemberian antibiotik
Beberapa studi menyebutkan, bahwa sekitar 65 – 80 % pasien dengan bronkitis akut
menerima terapi antibiotik meskipun seperti telah diketahui bahwa pemberian antibiotik sendiri
tidak efektif (Linder J, Sim I, 2007). Pasien dengan usia tua paling sering menerima antibiotik dan
sekitar sebagian dari mereka menerima terapi antibiotik dengan spektrum luas (Steinman M, Sauaia
A, Masseli J, et al. 2006).Tren pemberian antibiotik spektrum luas juga dapat dijumpai di praktek
dokter – dokter pada umumnya (Steinman M, Landefeld C, Gonzales R, 2008).
Pada pasien bronkitis akut yang mempunyai kebiasaan merokok, sekitar 90% menerima
antibiotik, dimana sampai saat ini belum ada bukti klinis yang menunjukkan bahwa pasien bronkitis
akut yang merokok dan tidak mempunyai riwayat PPOK lebih perlu diberikan antibiotik dibandingkan
dengan pasien dengan bronkitis akut yang tidak merokok. Terdapat beberapa penelitian mengenai
kegunaan antibiotik terhadap pengurangan lama batuk dan tingkat keparahan batuk pada bronkitis
akut. (Sidney S. Braman, 2006).
Kesimpulan dari beberapa penelitian itu adalah pemberian antibiotik sebenarnya tidak
bermanfaat pada bronkitis akut karena penyakit ini disebabkan oleh virus (GonzalesR, Brrtlett J,
Besser R,et al, 2009). Dalam praktek dokter di klinik, banyak pasien dengan bronkitis akut yang minta
diberikan antibiotik dan sebaiknya hal ini ditangani dengan memberikan penjelasan mengenai tidak
perlunya penggunaan obat tersebut dan justru pemberian antibiotik yang berlebihan dapat
meningkatkan kekebalan kuman (resistensi) terhadap antibiotik (Snow V, Mottur-Pilson C, Gonzales
R, 2009).
Namun begitu, penggunaan antibiotik diperlukan pada pasien bronkitis akut yang dicurigai
atau telah dipastikan diakibatkan oleh infeksi bakteri pertusis atau seiring masa perjalanan penyakit
terdapat perubahan warna sputum. Pengobatan dengan eritromisin (atau dengan
trimetroprim/sulfametoksazol bila makrolid tidak dapat diberikan) dalam hal ini diperbolehkan.
Pasien juga dianjurkan untuk dirawat dalam ruang isolasi selama 5 hari (Sidney S. Braman, 2006).
Bronkodilator
Dalam suatu studi penelitian dari Cochrane, penggunaan bronkodilator tidak
direkomendasikan sebagai terapi untuk bronkitis akut tanpa komplikasi. Ringkasan statistik dari
penelitian Cochrane tidak menegaskan adanya keuntungan dari penggunaan β-agonists oral maupun
dalam mengurangi gejala batuk pada pasien dengan bronkhitis akut (Hueston WJ, 2008).
Namun, pada kelompok subgrup dari penelitian ini yakni pasien bronkhitis akut dengan gejala
obstruksi saluran napas dan terdapat wheezing, penggunaan bronkodilator justru mempunyai nilai
kegunaan.Efek samping dari penggunaan β-agonists antara lain, tremor, gelisah dan tangan gemetar
(Smucny J, Flynn C, Becker L, et al, 2007). Penggunaan antikolinergik oral untuk meringankan gejala
batuk pada bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti dan oleh karena itu tidak dianjurkan (Sidney
S. Braman, 2006).
Antitusif
Penggunaan codein atau dekstrometorphan untuk mengurangi frekuensi batuk dan
perburukannya pada pasien bronkitis akut sampai saat ini belum diteliti secara sistematis.
Dikarenakan pada penelitian sebelumnya, penggunaan kedua obat tersebut terbukti efektif untuk
mengurangi gejala batuk untuk pasien dengan bronkitis kronik, maka penggunaan pada bronkitis
akut diperkirakan memiliki nilai kegunaan. Suatu penelitian mengenai penggunaan kedua obat
tersebut untuk mengurangi gejala batuk pada common cold dan penyakit saluran napas akibat virus,
menunjukkan hasil yang beragam dan tidak direkomendasikan untuk sering digunakan dalam
praktek keseharian (Lee P, Jawad M, Eccles R, 2008)
Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kedua obat ini juga efektif dalam menurunkan
frekuensi batuk per harinya. Dalam suatu penelitian, sebanyak 710 orang dewasa dengan infeksi
saluran pernapasan atas dan gejala batuk, secara acak diberikan dosis tunggal 30 mg
Dekstromethorpan hydrobromide atau placebo dan gejala batuk kemudian di analisa secara objektif
menggunakan rekaman batuk secara berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa batuk berkurang
dalam periode 4 jam pengamatan (Pavesi L, Subburaj S, Porter – Shaw K, 2009).
Dikarenakan pada penelitian ini disebutkan bahwa gejala batuk lebih banyak berasal dari
bronkitis akut, maka penggunaan antitusif sebagai terapi empiris untuk batuk pada bronkitis akut
dapat digunakan (Sidney S. Braman, 2006).
12. Bagaimana cara kerja obat cotrimoxazol, OBH syrup, dan paracetamol beserta kontaindikasinya?