Status Pasien Ny.ika Kartika

35
KASUS UJIAN Observasi Demensia et causa Etiologi Ganda dengan Gangguan Tingkah Laku DISUSUN OLEH : Eva Indreswari Tandisalla PEMBIMBING : dr. Pramudya, Sp.KJ dr. Agus Susanto, Sp.KJ. Sp.KL dr. Eunice P. Najoan, Sp.KJ dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp.KJ Kepaniteraan Ilmu Kedokteran JIwa

Transcript of Status Pasien Ny.ika Kartika

Page 1: Status Pasien Ny.ika Kartika

KASUS UJIAN

Observasi Demensia et causa Etiologi Ganda

dengan Gangguan Tingkah Laku

DISUSUN OLEH :

Eva Indreswari Tandisalla

PEMBIMBING :

dr. Pramudya, Sp.KJ

dr. Agus Susanto, Sp.KJ. Sp.KL

dr. Eunice P. Najoan, Sp.KJ

dr. Rudyhard E. Hutagalung, Sp.KJ

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran JIwa

Fakultas Kedokteran Universitas Pembagunan Nasional Veteran Jakarta

RSAL Dr. Mintohardjo

PERIODE 10 JUNI 2013 – 12 JULI 2013

JAKARTA

STATUS PASIEN

Page 2: Status Pasien Ny.ika Kartika

I .IDENTITAS

Nama : Ny.Ika Kartika

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 64 tahun

Agama : Islam

Status : Janda

Pendidikan terakhir : Akademi Kebidanan

Pekerjan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Graha Ciantra Blok B2 no.23, Cikarang

Tanggal Pemeriksaan : 23 Juni 2013, 25 Juni 2013, 28 Juni 2013,

5 Juli 2013

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis : 23 Juni 2013, 25 Juni 2013, 28 Juni 2013,

5 Juli 2013

Alloanamnesis : 23 Juni 2013, 5 Juli 2013 (Perawat Ruang

Bengkalis dan Sibatik, Pasien Ruang

Sibatik km.3)

A. KELUHAN UTAMA

Patah tulang lengan bagian bawah kiri sejak 2 minggu SMRS

B. KELUHAN TAMBAHAN

Tangan sulit digerakkan, pusing, bingung, sedih karena merasa dibuang

anak-anaknya.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Autoanamnesis

Page 3: Status Pasien Ny.ika Kartika

Saat wawancara tanggal 23 Juni 2013 pasien menceritakan awal datang ke

IGD RSAL Dr. Mintohardjo dengan diantar oleh supir taksi yag mengantar

pasien dari RS.Siloam ke RSAL pada tanggal 22 Juni 2013 dengan keluhan

patah tulang lengan bagian bawah kiri. Pasien awalnya datang ke RS.

Siloam, namun karena RS.Siloam tidak menerima pasien tanggungan

ASKES, maka pihak RS tersebut meminta pasien untuk ke RSAL. Dari IGD

kemudian dibawa ke bangsal Bengkalis oleh perawat IGD.

Pasien mengatakan lengan bawah kiri tersebut patah karena dibacok oleh

perampok 2 minggu lalu, ketika pasien dalam perjalanan bersama salah satu

anaknya yang merupakan seorang Kapolres, ingin menuju ke Rumah Sakit

Bersalin Yayasan Rahim untuk operasi rahim. Pasien mengaku bertugas

sebagai bidan sekaligus perawat anestesi. Di tengah jalan mereka dihadang

15 orang perampok. Pasien melakukan perlawanan sehingga lengan pasien

dibacok dengan sisi tumpul golok, mata ditusuk jarum, dan disiram air keras

oleh salah satu perampok. Pasien mengaku anaknya yang juga turut

bersamanya membantai habis seluruh perampok tersebut sampai mati.

Pasien kemudian dibawa ke RS. Dustira Bandung untuk tranplantasi kornea.

Setelah operasi mata, pasien berencana untuk berobat ke Singapura untuk

memasang pen pada tangannya yang patah, namun uang pensiunan tak

kunjung turun. Karena nyeri pada tangan tidak tertahan lagi, pasien

memutuskan untuk berobat di Jakarta saja.

Pasien mengatakan bingung kenapa pasien dibawa ke bangsal

Bengkalis, karena pasien tidak merasa gila. Sebelumnya pasien sudah

meyakini bahwa bangsal Bengkalis adalah bangsal penyakit jiwa. Pasien

juga merasa pusing karena kurang tidur 2 hari sebelumnya. Sulit tidur

disebabkan karena perasaan sedih merasa ditelantarkan anak-anaknya.

Page 4: Status Pasien Ny.ika Kartika

Saat wawancara tanggal 25 Juni 2013 pasien bercerita hal yang

hampir sama dengan yang diceritakan sebelumnya. Namun kali ini pasien

mengatakan bahwa lengan bawah kiri patah karena pasien berhasil melawan

100 orang perampok yang menghadangnya di tengah jalan 2 minggu yang

lalu. Pasien saat itu seorang diri tanpa ditemani siapapun sedang berjalan

menuju tempat pemakaman suaminya. Di tengah jalan pasien dihadang oleh

100 orang perampok yang berhasil dilawan karena kehebatan pasien,

walaupun tangannya sempat kena bacokan dari golok salah satu perampok.

Pasien berencana untuk mengobati tangannya ke Singapura namun uang

pensiun pasien yang mengaku Kowad berpangkat Mayor, juga pensiunan

suaminya yang dulunya juga anggota TNI AL berpangkat mayor belum juga

dicairkan. Pasien bingung harus bagaimana, karena anak-anaknya tidak ada

yang mau menolong dan tidak peduli lagi pada pasien. Pasien sudah

mencoba untuk menghubungi salah satu anaknya yang paling baik yang

bernama Edi Zubaidi yang merupakan Kapolres di daerah Semarang, namun

tidak medapat respon. Diakui pasien Edi Zubaidi adalah anak angkatnya

yang diangkat pasien ketika Bpk. Edi Zubaidi duduk di bangku SMA.

Saat wawancara tanggal 28 Juni 2013 pasien mengatakan apabila

tangannya yang patah adalah hasil perbuatan anak pertamanya yang bernama

Herdis Roswandi lebih dari 3 minggu yang lalu. Saat itu pasien hendak

nyekar ke makam suaminya, namun pasien mengaku ketiduran di makam

suaminya, sehingga baru pulang kesokan harinya. Pasien mengaku saat itu

pulang dalam keadaan telanjang dan kotor, sehingga ketika masuk ke dalam

rumah anaknya pasien dimarahi dan dipukul dengan sisi tumpul dari golok.

Anak pertamanya kemudian memasung pasien di ruangan kecil dan gelap

dengan menggunakan tali tambang yang diikatkan pada kaki pasien. Pasien

saat itu hanya menangis dan berdoa supaya anaknya diampuni oleh Allah.

Page 5: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pasien dalam keadaan bingung dan sedih atas perlakuan anaknya kemudian

mendapat kekuatan untuk melepaskan diri dari ikatan dan melarikan diri

ketika rumah dalam keadaan kosong. Sebelumnya pasien sudah mengamasi

seluruh barang-barangnya dan menuju ke RS.Siloam. Tujuan pasien adalah

RS.Siloam karena dulu pasien bernah bekerja sebagai dokter umum di

RS.Budi Mulia Surabaya yang merupakan cikal bakal RS.Siloam. Anggapan

pasien bahwa dengan kenyataan tersebut RS.Siloam mau menolong dirinya,

namun di sana pasien hanya diberi uang taksi oleh dokter RS.Siloam untuk

berobat di RSAL. Sampai di IGD, pasien kemudian di bawa oleh perawat

IGD ke bangsal Bengkalis dengan alasan ruangan lain penuh dan hanya

tersisa rawat inap di Bengkalis.

Pasien bercerita bahwa anak-anak pasien membenci pasien karena

pasien mempunyai simpanan harta yang banyak, yang diwariskan oleh ayah

angkatnya terdahulu, yaitu Bapak Junjunan yang merupakan ayah kandung

dari Walikota Bandung tahun 1984. Pasien adalah anak yang diangkat oleh

Bapak Junjunan sejak pasien berusia 3 tahun. Oleh karena itu ketika Bapak

Junjunan meninggal, terungkap bahwa pasien diwariskan rumah dan tanah

senilai 9 milyar di daerah Pengalengan Bandung. Pasien juga bercerita

bahwa dulu ketika masih tinggal bersama Bapak Walikota Bandung, pasien

dekat dengan SBY dan SBY adalah teman baiknya. Karena punya harta

yang berlimpah, maka pasien dibenci oleh anak-anaknya. Pasien

mengatakan anak-anaknya ingin pasien cepat mati supaya hartanya bisa

dikuasai anaknya. Oleh karena itu, pasien sangat takut untuk bertemu anak-

anaknya karena takut dibunuh. Namun pasien mengaku sangat ingin

berjumpa dengan anaknya yang bernama Edi Zubaidi yang diakui pasien

adalah anak kandung dari hasil hubungan gelap pasien dengan salah satu

bujangan di daerah puncak.

Page 6: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pada wawancara tanggal 5 Juli 2013 pasien tidak lagi ingin bercerita

tentang kejadian yang menimpanya dimana dilakukan oleh anaknya. Pasien

mengaku sedih jika harus mengingatnya. Pasien bingung kenapa pasien

begitu dibenci oleh anak-anaknya. Yang menjadi penyebab anak-anaknya

membencinya diduga pasien karena pasien mengetahui rahasia hubungan

gelap anak kedua dari hasil pernikahan dengan suami pertamanya yang

bernama Rika dengan anak laki-lakinya dari hasil pernikahan dengan suami

keduanya. Karena mereka adalah saudara seibu, maka pasien menentang

hubungan tersebut, oleh karena itulah anak-anaknya ingin membunuh dia.

Pasien bercerita tentang masa mudanya dimana pasien hanya

bersekolah 1 tahun di bangku SD, 1 tahun di bangku SMP, 1 tahun di

bangku SMA. Namun karena orang tua angkat pasien adalah orang yang

berpengaruh di daerah Bandung, pasien dapat terus melanjutkan sekolah

hingga sekolah kebidanan, dan D3 Anestesi di Harvard Singapura. Pasien

mengaku dulunya jenius dan sangat pintar sehingga walapun hanya

bersekolah satu tahun di SD, pasien dapat melnjutkan SMP, dan SMA.

Setelah sebelumnya pernah menikah 3 kali, tahun 1983 pasien bertemu

dengan suami terakhirnya yang bernama Bapak Sofyan. Pertemuan diawali

dengan kecelakaan, dimana pasien ditabrak oleh Bapak Sofyan sehingga

pasien cedera pada kepala dan tidak sadarkan diri selama 3 bulan di Rumah

Sakit Dustira Bandung. Setelah pasien sadar, pasien dinikahi oleh Bapak

Sofyan yang merupakan duda beranak 3 dari istri terdahulunya. Pasien

mengakui saat menikah dengan Bapak Sofyan pasien merasa bahagia,

karena dipenuhi seluruh kebutuhannya, juga pasien diijinkan tetap bekerja

sebagai bidan di yayasan RB. Rahim di Bogor. Bahkan rencananya pasien

akan dibangunkan Rumah Bersalin sendiri oleh suaminya ini, namun sayang

Page 7: Status Pasien Ny.ika Kartika

Bapak Sofyan kemudian meninggal tahun 2006. Sejak tahun 2006 itulah

pasien mengaku mulai mendapat siksaan dari anak-anaknya.

Aloanamnesis

Pada tanggal 23 Juni 2013 dilakukan wawancara dengan perawat

Ruang Bengkalis. Perawat bercerita bahwa pasien dibawa ke bangsal

Bengkalis karena saat masuk ke IGD pasien berbicara melantur dan ada

pernyataan ingin bunuh diri dari pasien. Saat itu pasien terlihat kebingungan

dan bertanya-tanya mengapa pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa karena

pasien tidak merasa gila. Pembicaraan pasien tidak sesuai dengan apa yang

ditanyakan dan sering melantur. Walaupun begitu pasien cukup tenang dan

mau bekerja sama, serta patuh waktu ditempatkan di salah satu ruangan di

Bengkalis. Namun pasien selalu bertanya kapan tangannya bisa dioperasi

karena pasien merasa sangat kesakitan sehingga tidak bisa menggerakkan

tangannya.

Pada tanggal 5 Juli 2013 dilakukan wawancara dengan perawat Ruang

Sibatik, tempat pasien dirawat sejak 1 minggu sebelumnya. Pasien dirawat

di R.Sibatik karena telah mendapat persetujuan untuk dioperasi. Pasien

pindah dari bangsal Bengkalis ke Ruang Sibatik tanggal 24 Juni 2013.

Namun sampai sekarang operasi belum dilaksanakan karena pada awalnya

terbentur pada masalah informed consent dari keluarga untuk ijin

dilakukannya tindakan operasi, dimana tak satupun keluarga bisa dihubungi.

Oleh karena itu akhirnya pasien yang menandatangani informed consent

tersebut sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya untuk dilakukan operasi.

Setelah itu pada tanggal 25 Juni 2013, pasien ditemukan ingin meloncat dari

tangga di Ruang Sibatik yang berada di lantai 2. Pasien Nampak ingin

melukai diri sendiri dan mencoba bunuh diri, namun keinginan bunuh diri

Page 8: Status Pasien Ny.ika Kartika

tersebut disangkal oleh pasien. Pasien tidak ingat pernah berusaha meloncat

dari tangga di Ruang Sibatik.

Selama pasien di Ruang Sibatik, pasien kerap meminta dibelikan

makanan nasi bungkus, shampoo, dan kebutuhan lainnya pada keluarga

pasien lain di ruangan yang sama dengan pasien. Setiap hari seperti itu

sehingga keluarga pasien akhirnya mengajukan keluhan pada tanggan 28

Juni 2013. Pasien juga kerap mengambil makanan milik perawat ketika

perawat sedang makan, yang kemudian dimarahi oleh perawat. Selain itu

sikap pasien sepertiingin selalu diperhatikan, kadang dengan sengaja

membuka perban di tangannya, kemudian memanggil perawat untuk

memandikannya atau memasangkan kembali perbannya. Kebiasaan pasien

yang lain adalah pasien sering meminta ongkos pulang kepada perawar

karena 3 hari belakangan pasien memang pulang pada pagi harinya untuk

mengurus uang pension, namun kembali sendiri pada sore harinya. Perawat

dan pasien yang seruangan dengan pasien mengakui hal kebiasaan pasien

tersebut. Pasien juga kerap berbicara hal yang tidak masuk akal terus

menerus sehingga pasien lain merasa sedikit terganggu. Hal yang tidak

masuk akal di sini adalah pasien mengaku adalah teman dekat SBY, dan

taufik savalas dulunya adalah tukang kebunnya, begitu terus dan selalu

berubah-ubah. Namun sekarang perawat di Ruang Sibatik sudah maklum

jika pasien mulai bertingkah seperti anak kecil yaitu mencari perhatian

dengan melepas perban dengan sengaja berulang-ulang.

D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

Page 9: Status Pasien Ny.ika Kartika

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

- Tahun 2008 pasien dibawa anaknya ke RS. Jiwa di daerah Cisarua

(pasien lupa kapan dan tempat pastinya, berapa lama dirawat di RS

tersebut,serta detail perawatannya). Saat itu pasien didiagnosa

Depresi.

- Tahun 2009 pasien kembali dibawa ke bangsal jiwa RS.Hasan Sadikin

Bandung (pasien lupa waktu tepatnya). Pasien dirawat di bangsal jiwa

dengan diagnosa awal Psikosis, namun dikembalikan ke keluarga 3

hari setelahnya karena (menurut pasien) tidak terbukti adanya

halusinasi atau keyakinan yang aneh.

- Tahun 2011-2013 : Psikosomatis .

Pasien berulang-ulang mengunjungi berbagai poliklinik di RSAL

dengan keluhan mata kabur, kulit gatal, dan gigi bengkak, namun

tidak ditemukan kelainan atau penyebab yang bermakna.

- Tanggal 15 Juni 2013 : Dirujuk dari RS.Siloam dengan diagnosa

Depresi Berat.

2. Riwayat Gangguan Medik

(Menurut pasien) :

- Tahun 1983 : Dirawat di RS.Dustira Bandung akibat kecelakaan yaitu

ditabrak mobil, pasien saat itu dirawat selama hampir 3 bulan di RS.

Tersebut. Dan menurut pengakuan pasien selama 3 bulan pasien tidak

sadarkan diri karena kepalanya terbentur dan harus dilakukan operasi

pada bagian kepala.

( Menurut Rekam Medis) :

- Tanggal 15 Juni 2013 : Dirujuk dari RS. Siloam dengan diagnosa

suspek Fraktur antebrachii sinistra.

- Tanggal 25 Januari 2013 : Hipertensi Esensial

Page 10: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pasien masuk ke IGD RSAL dengan keluhan pusing, dada berdebar-

debar, tangan berkeringat. Saat itu didapati TD pasien = 190/130

mmHg. Pasien dirawat di IGD untuk diobservasi kemudian

dipulangkan.

3. Riwayat Pengunaan Zat

Pasein tidak pernah mengkonsumsi pil narkoba dan alcohol.

E. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Menurut pasien, selama ibu mengandungkan pasien, ibu tidak pernah

sakit, riwayat penggunaan obat-obatan terlarang dan minum alcohol selama

kehamilan disangkal. Pasien dilahirkan secara normal, cukup bulan, trauma

lahir dan cacat bawaan disangkal.

2. Masa Kanak Awal

Sejak usia 3 tahun diangkat oleh orang tua angkat, karena orang tuanya

tergolong tidak mampu. Tumbuh besar di rumah orang tua angkatnya sambil

bekerja membantu pekerjaan rumah tangga, namun pasien sering

mengunjungi orang tua kandungnya. Pasien tergolong anak yang sehat,

lincah, proses tumbuh kembang dan tingkah laku normal seperti anak

seusianya. Pasien mengaku hanya 1 tahun duduk di bangku SD, namun

mampu meraih peringkat 1 ketika bersekolah.

3. Masa Kanak Pertengahan

Pasien seperti pengakuan pasien dapat melanjutkan ke tingkat SMP

karena pasien tergolong anak cerdas dan juga karena pertolongan dari orang

tua angkatnya. Masa SMP dituturkan pasien hanya dilalui selama 1 tahun

setelah itu pasien berhenti dengan alasan yang tidak jelas (pasien lupa).

4. Masa Kanak Akhir

Page 11: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pasien kembali dapat melanjutkan ke tingkat SLTA selama 1 tahun

dengan alasan yang sama. Pasien termasuk golongan berprestasi, sering

mendapat pujian dari guru-gurunya. Pasien mempunyai banyak teman, dan

disukai teman-temanya. Pasien kemudian berhenti sekoah dengan alasan

yang tidak jelas.

5. Masa Dewasa

Pasien dimasukkan ke Akademi Kebidanan di daerah Tasikmalaya oleh

orang tua angkatnya pada tahun 1965. Menjalani pendidikan di Akademi

tersebut selama 3 tahun, bersamaan dengan menjalani pendidikan sebagai

KOWAD (menurut pengakuan pasien). Tahun 1966 pasien menikah dengan

suami pertama dan mempunyai dua orang anak dari pernikahan pertamanya.

Tahun 1972 pasien bercerai dengan suami pertama (alasan bercerai lupa)

dan menikah di bawah tangan dengan seorang tentara dan mempunyai 1

orang anak dari hasil pernikahan ini. Karena suami keduanya kemudian

meninggalkannya, tahun 1974 pasien menikah lagi dengan seseorang yang

ditemuinya ketika bertugas menjadi bidan di daerah pengalengan Bandung.

Dari hasil pernikahan ketiga pasien mempunyai 1 orang anak. Namun pasien

merasa tidak bahagia dengan pernikahan ketiganya ini dan melarikan diri ke

Surabaya, di sana pasien mengaku bekerja sebagai guru TK untuk memnuhi

kebutuhan diri pasien dan untuk menafkahi anak-anaknya yang ditinggal

bersama ibu dari pasien. Tahun 1983 pasien menikah lagi dengan Bapak

Sofyan, yang menurut pengkuan pasien adalah seorang Sersan Mayor TNI

AL dan seorang duda. Pasien tidak mempunyai anak dari hasil

pernikahannya dengan Bapak Sofyan.

F. RIWAYAT KELUARGA

Page 12: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pasien merupakan anak kelima dari delapan bersaudara. Tidak ada

yang mempunyai keluhan yang sama dengan pasien. Kakak keduanya

meninggal sewaktu bayi, begitu juga dengan anak keenam. Alasan

meninggal karena sakit sewaktu bayi. Ayah pasien sudah meninggal, namun

ibu pasien sampai saat ini masih ada dan sekarang berdomisili di daerah

Tasikmalaya. Sejak usia 3 tahun pasien di asuh oleh orangtua angkat karena

keluarga pasien tergolong keluarga tidak mampu dan memiliki banyak anak.

Genogram

Keterangan :

Laki = Laki-Laki = Laki-laki meninggal = Suami

G. = Perempuan = Pasien = Anak pasien

= Menikah dengan

H. SITUASI SEKARANG

Page 13: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pasien saat ini merasa sebatang kara, merasa tidak punya siapa-siapa

lagi karena pasien sudah takut bertemu dengan anak-anaknya. Sebelumnya

pasien tinggal di rumah anak pertamanya di Cikarang yang ditinggali

bersama istri dan kedua anaknya. Pasien sedih karena merasa dibuang oleh

anak-anaknya. Pasien juga sedang mengusahakan agar uang pensiunnya

segera cair dan dapat digunakan pasien untuk tinggal di Panti Jompo. Selain

itu pasien menyatakan keinginannya untuk dapat membantu bersih-bersih di

Bangsal Bengkalis apabila diperkenankan.

G. PERSEPSI (TANGGAPAN) PASIEN TENTANG DIRINYA DAN

KEHIDUPANNYA.

Pasien merasa tidak sakit pada jiwanya. Pasien mengaku hanya ingin

supaya anak-anaknya sayang dan memperhatikan dirinya. Namun sayangnya

itu tidak didapati. Pasien merasa bingung kesalahan apa yang sudah pasien

buat sehingga anak-anaknya membencinya. Walaupun sempat sedih, saat ini

pasien sudah kembali optimis menjalani hari tuanya. Salah satunya dengan

membantu bersih-bersih di Bangsal Bengkalis dan tinggal di Panti Jompo

bersama orang yang juga dibuang keluarganya.

Page 14: Status Pasien Ny.ika Kartika

III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

a. Penampilan

Pasien seorang perempuan berusia 64 tahun , berpenampilan fisik

sesuai usianya, rambut sudah beruban dan dipotong pendek seperti

potongan laki-laki, warna kulit putih, perawakan kurus dan kecil.

Saat wawancara pasien memakai daster berwarna bunga-bunga

hijau lengan pendek, dengan perban mengelilingi lengan bagian

bawah kiri digantungkan di leher dengan sebuah selendang

berwarna merah. Awalnya pasien sedang berbaring berselimut,

namun ketika tahu akan diwawancara, pasien bangun dan memakai

kerudungnya berwarna hijau. Di kedua pergelangan kaki terdapat

luka kemerahan melingkari pergelangan kaki.

b. Kesadaran

Kuantitatif : Compos Mentis

Kualitatif : Berubah

c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Saat wawancara dilakukan pasien cukup tenang. Sesekali pasien

berusaha membetulkan letak tangannya yang diperban dan

membetulkan kain pengikatnya. Pasien juga nampak seperti

kedinginan karena beberapa kali mencoba menutupi badan hingga

leher dengan selimut walaupun saat itu pasien sedang duduk.

Selama wawancara pasien melakukan kontak mata yang sering

dengan pemeriksa. Pasien sangat kooperatif. Sesekali pasien

menepuk pundak pemeriksa dengan lembut dan memuji pemeriksa.

d. Pembicaraan

Page 15: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan lancar

bahkan nampak tak berhenti. Pasien sering menjawab pertanyaan

dengan berputar-putar atau berbelit-belit, walaupun inti dari

jawaban sering masih berkaitan dengan pertanyaan. Namun

pembicaraan pasien beberapa kali disambungkan dengan hal yang

tidak berkaitan dengan pertanyaan pemeriksa. Selain itu pasien

sering mengatakan “aduh,nenek lupa” dan “nenek tidak mau ingat-

ingat”.ketika pemeriksa berusaha mengkonfirmasi jawaban yang

baru saja diutarakan. Pasien sekali menangis ketika bercerita

tentang kesedihannya pada anak-anaknya.

e. Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien ramah dan kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Ekspresi Afektif, serta Empati

Afek : Euthymic

Keserasian : Serasi

Empati : Dapat diempati

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf pendidikan : Akademi Kebidanan

Taraf Pengetahuan : Baik, pasien tahu nama presiden RI

sekarang dan pasien masih mengingat sedikit tentang cara persalinan.

Taraf kecerdasan : Cukup, pasien sedikit kesulitan dalam

menjawab soal pengurangan yang dihitung mundur dari angka 100,

terhenti setelah beberapa penyebutan.

Page 16: Status Pasien Ny.ika Kartika

2. Daya Konsentrasi : Selama wawancara pasien cukup

menyimak pertanyaan pemeriksa. Sesekali sempat terhenti oleh

perhatiannya yang teralihkan oleh pasien lain di dalam ruangan. Pasien

beberapa kali menanyakan kembali apa jawaban yang tadi diucapkannya

khususnya tentang jumlah suami dan anak-anaknya. Jawaban

pengurangan mundur juga sedikit kacau karena jawaban yang seharusnya

disebutkan mundur, malah pasien kembali mengucapkan yang sudah

diucapkan sebelumnya

3. Daya Ingat Jangka Panjang : Cukup, pasien ingat masa kecil

meski sedikit, hingga tahun-tahun penting atau masa-masa baik dalam

kehidupannya, namun ditemukan konfabulasi dalam beberapa

jawabannya. Ada tahun-tahun yang kosong yang menurut pasien tidak

ingin diingat pasien. Pasien kesulitan dalam mengingat berapa kali

menikah juga kesulitan dalam menyebutkan tanggal lahir anaknya.

Daya Ingat Jangka Pendek : Terganggu, pasien mengingat nama

dokter yang merawat, namun tidak mengingat pernah melakukan

tindakan percobaan melukai diri sendiri di R.Sibatik.

Daya Ingat Segera : Terganggu, pasien mengingat nama

DM yang melakukan wawancara. Pasien kesulitan dalam mengingat 3

kata yang diminta untuk diingat sebelumnya : rumah,besi,jalan dengan

interval 5 menit.

4. Daya Orientasi Waktu : Baik, pasien tahu hari dan waktu saat

diwawancara

Daya Orientasi Tempat : Baik, pasien tahu dia berada di RSAL

Page 17: Status Pasien Ny.ika Kartika

Daya Orientasi Personal : Baik, pasien tahu dengan siapa pasien di

ruangan

Pikiran Abstrak : Pasien tahu persamaan pulpen dengan

pensil

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : Tidak ada

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir

1. Arus Pikiran

a. Produktivitas :

- Kualitas : Relevan

- Kuantitas : Loggorrhoe (+)

b. Kontinuitas : Asosiasi longgar (+), Circumstansial (+)

c. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2, Isi Pikiran

a. Preokupasi : Merasa bingung mengapa dibenci oleh anak-anaknya.

b. Gangguan isi pikiran :

- Waham : Tidak ada

- Gagasan mirip waham : Merasa dirinya hebat dan jenius, dijelaskan

bahwa pasien adalah seorang bidan,kowad, perawat anestesi dengan

nilai tertinggi se Indonesia, dan juga seorang dokter, bersahabat baik

dengan beberapa Profesor, Kapolres, bahkan SBY. Namun hal ini

sering berubah-rubah dan tidak konsisten.

Page 18: Status Pasien Ny.ika Kartika

Pasien juga merasa dirinya akan dibunuh oleh anak-anaknya karena

perebutan harta. Namun cerita ini juga tidak konsisten.

F. Pengendalian Impuls

Baik, dapat mengendalikan diri

G. Daya Nilai

- Daya Nilai Sosial : Sopan Santun sedikit berkurang, karena sering

bersifat kekanak-kanakan dengan mencomot makanan milik perawat

dan meminta dibelikan makanan oleh pasien lain dalam ruangan.

- Uji Daya Nilai : Cukup, mengingat kesehariannya namun

kesulitan dalam menyebutkan detail.

- Daya Nilai Realita :Terganggu ( Gagasan mirip waham,

konfabulasi)

H. Tilikan

Derajat 2, dimana terdapat ambivalensi terhadap penyakitnya karena pasien

merasa tidak sakit tetapi masih mau minum obat, dengan alasan agar dapat

tidur pulas dan karena dokter yang merawat sangat memperhatikan pasien.

I. Taraf dapat Dipercaya

Tidak dapat dipercaya.

IV. STATUS FISIK

A. Status Interna

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Page 19: Status Pasien Ny.ika Kartika

Tanda Vital

Tekanan Darah : 130/70

Nadi : 98 x/ menit

Suhu : 35,6 o C

Pernapasan : 20 x/ menit

B. Status Neurologik : Tidak Dilakukan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

A. Perkembangan Multipel Defisit Fungsi Kognitif yang dimanifestasikan melalui:

1. Penurunan atau Pemburukan Daya Ingat ( Ketidakmampuan mempelajari

hal baru atau mengingat kembali informasi baru yang sebelumnya

diberitahukan)

- Daya Ingat Jangka Panjang : Pasien kesulitan mengingat kepastian

berapa kali menikah, dan ada tahun-tahun kosong yang tidak diingat

pasien, namun pasien berusaha menutupinya dengan mengatakan

tidak ingin lagi mengingat-ingat masa itu. Pasien kesulitan

menyebutkan tanggal lahir anak-anaknya.

- Daya Ingat Jangka Pendek : Pasien tidak mengingat pernah

melakukan percobaan bunuh diri dengan loncat dari tangga di Ruang

Sibatik.

- Daya Ingat Segera : Pasien kesulitan dalam menyebutkan kembali 3

kata yaitu rumah, besi, dan jalan setelah interval 5 menit.

2. Satu (atau lebih) dari gangguan fungsi kognitif berikut :

- Gangguan dalam fungsi eksekutif ( perencanaan, pengorganisasian,

atau merangkai aktivitas, atau untuk berpikir secara abstrak) : Pasien

kesulitan dalam merencanakan, mengorginisir dan merangkai aktivitas

sehari-harinya. Sehari-hari pasien hanya berjalan tidak tentu arah,

Page 20: Status Pasien Ny.ika Kartika

bahkan tertidur di makam. Pasien juga kesulitan dalam menjelaskan

detaik aktivitas yang dilakukan.

B. Gangguan Pada Kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan

signifikan dalam kehidupan social dan pekerjaan dan merupakan penurunan fungsi

yang signifikan dari tingkat fungsi yang sebelumnya.

- Pasien dijauhi oleh anak-anak pasien sendiri, bahkan dipukuli dan disiksa

oleh anak pasien karena seluruh keluarga tidak ingin lagi mengurus pasien.

Sampai saat ini keluarga pasien tidak ada satupun yang bisa dihubungi.

- Pasien tidak lagi bisa bekerja seperti ketika masih muda dulu walaupun ada

keinginan untuk kembali menjadi bidan. Namun yang dilakukan pasien

sehari-hari hanya berkeliling tidak tentu arah.

C. Ada bukti dari riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan penemuan

hasil pemeriksaan laboratorium yang menyatakan gangguan berasal dari berbagai

penyebab.

- Pasien pernah mengalami trauma kepala tahun 1983 dan saat itu hingga

tidak sadarkan diri untuk beberapa lama.

- Ada gejala depresi saat ditinggal suami keempatnya, karena pasien sering

tidur di makam suaminya. Ditemukan perilaku yang tidak lazim, yaitu tidur

di makam, dan pulang dalam keadaan telanjang.

- Ditemukan riwayat pemeriksaan dari Rekam Medis pasien bahwa pasien

menderita Hipertensi Esensial. Bahkan pernah dinyatakan Kegawatdaruratan

dalam Hipertensi saat bulan Januari tahun 2013 di RSAL.

D. Defisit tidak terjadi secara eksklusif selama terjadi delirium.

- Pasien tidak megalami delirium.

Page 21: Status Pasien Ny.ika Kartika

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Axis I : Obs. Demensia e.c Etiologi Ganda dengan

Gangguan Tingkah Laku

Axis II : -

Axis III : Hipertensi Esensial tidak terkontrol,

Riwayat trauma kepala, Fraktur Tertutup

antebrachii sinistra

Axis IV : Psikososial

Axis V ; GAF 41-50 ( tanggal 28 Juni 2013)

VII. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik : fraktur tertutup region antebrachii sinistra, hipertensi

B. Psikologik : Sedih ditinggal suami keempatnya.

C. Sosial / keluarga : Kecewa terhadap seluruh anaknya dan keluarganya.

VIII. PROGNOSIS

Dubia ad malam

VIX. PENATALAKSANAAN

1. Farmakoterapi

- Risperidone 1 x 0.5 mg P.O / hari diminum saat malam hari,

dinaikkan bertahap 0.5 mg per hari hingga 2 mg/ hari.

- Alprazolam 1x 0.25 mg P.O/hari diminum saat malam hari.

2. Psikoterapi

a. Membangun relasi dengan pasien dan membuat pasien merasa

nyaman sehingga pasien merasa diperhatikan dan dipedulikan sesuai

dengan prinsip terapi yang komprehensif.

Page 22: Status Pasien Ny.ika Kartika

b. Setelah itu melakukan pendekatan suportif, direktif, edukatif,

investigative,dan yang berorientasi pada tilikan.

c. Membimbing pasien mengenai pentingnya meminum obat secara

rutin.

3. Sosioterapi

Berusaha menghubungi pihak keluarga dan mengedukasi keluarga mengenai

keadaan pasien yang sesungguhnya, dan bagaimana menyikapi pasien dalam

keseharian serta mengawasi pasien dalam minum obat.

X. SARAN

1. Memberikan penjalasan tentang pentingnya meminum obat, karena pasien

belum memahami mengenai keadaan dirinya.

2. Berusaha menghubungi salah satu pihak keluarga untuk menjelaskan

tentang penyakit pasien, serta memberikan informasi kepada keluarga bahwa

gejala dapat muncul bila tidak patuh minum obat dan sedapat mungkin

menghindari tekanan atau stressor mental yang berlebihan pada pasien agar

tidak terjadi kekembuhan.

3. Melakukan konsultasi dan rawat bersama dengan Bagian Penyakit Dalam

untuk penatalaksanaan Hipertensi yang diderita pasien.

4. Melakukan konsultasi dan rawat bersama dengan Bagian Bedah Ortopedi

untuk reposisi lengan bawah kiri pasien.

5. Monitoring efek samping obat yang berkaitan dengan penyakit vascular

berkaitan dengan Hipertensi yang diderita pasien. Pertimbangkan

pemeriksaan neurologis lanjutan seperti MRI kepala untuk mengetahui

secara tepat kelainan yang diderita pasien demi penatalaksanaan yang lebih

adekuat.

Page 23: Status Pasien Ny.ika Kartika