staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/lap pen Mandiri.docx · Web viewLAPORAN...
Transcript of staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/lap pen Mandiri.docx · Web viewLAPORAN...
1
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI
EVALUASI PILOT PROYECT
TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELURAHAN DI
KELURAHAN TEGALPANGGUNG, SOROSUTAN DAN KRICAK
Oleh :
Gunardo R.B,M.Si
PENELITIAN INI DIBIAYAI DENGAN DANA DIPA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SK DEKAN FISE UNY NOMOR : 117 TAHUN 2011, TANGGAL 22 MARET 2011 SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
NOMOR : 1034/H.34.14/PL/2011 TANGGAL 5 APRIL 2011
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN
2
LAPORAN AKHIR PENELITIAN MANDIRI
1. Judul Penelitian : Evaluasi Pilot Proyect Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Kelurahan Di Kelurahan Tegalpanggung, Sorosutan
Dan Kricak
2. Peneliti a.Nama Lengkap : Gunardo R.B,M.Si b.Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP. : 19490505 198603 1 001 d.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e.Jabatan Struktural : -- f.Bidang Keahlian : Geografi g.Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Sosial / Pendidikan geografi h.Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta i.Telepon rumah/kantor/HP : 0274. 516766/548202/08132856783
4.Lokasi penelitian : Kota Yogyakarta
5.Pendanaan dan jangka waktu yang diusulkan. a.Jangka waktu penelitian yang diusulkan : 5 (lima ) bulan b.Biaya yang yang disetujui : Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah)
Mengetahui Yogyakarta November 2011
Dekan FIS UNY Ketua Tim Peneliti
(Prof.Dr.Ajat Sudrajat,M.Ag) (Gunardo.R.B,M.Si)
NIP.19620321 198403 2 001 NIP.19490505 198603 1 001
PRAKATA
3
Salah satu kewajiban staf pengajar di UNY adalah mengadakan penelitian untuk menunjang
kemampuan akademisnya. Pada kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian tentang Evaluasi
Pilot Proyect Tim Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan di Kelurahan Sorosutan, Tegalpang
gung dan Kricak. Penelitian ini termasuk penelitian mandiri pada Fakultas Ilmu Sosial dan Eko
nomi yang kemudian berubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Fakultas Ekonomi UNY tahun
anggaran 2011. Penulis menjadi staf pengajar di Jurusan Pendidikan Geografi FIS. Ilmu Geografi
mempunyai tema kesejahteraan manusia di suatu wilayah. Kesejahteraan itu berkaitan dengan
kondisi kemiskinan. Tema kemiskinan tetap menarik untuk diteliti, karena salah satu tolok ukur
pembangunan suatu bangsa adalah jumlah penduduk miskin dibanding penduduk yang tidak mis
kin. Semakin kecil persentase penduduk miskin maka semakin sejahtera bangsa tersebut. Oleh ka
rena itu upaya pemerintah kota Yogyakarta melakukan pilot proyect (uji coba) di tiga kelurahan,
yaitu Sorosutan,Tegalpanggung dan Kricak dengan mendirikan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Kelurahan sejak tahun 2008 perlu dievaluasi. Ternyata penurunan angka kemiskinan
di tiga kelurahan tersebut relatif lebih besar dibanding penurunan angka kemiskinan di 42 kelu
rahan lainnya. Fokus penelitian ini pada peranan TKPK dalam mengkoordi nasi program penang
gulangan kemiskinan yang dilakukan berbagai instansi maupun swasta di kelurahan masing-
masing. Hasil evaluasi diharapkan dapat memberi masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta
untuk mengambil kebijakan yang lebih baik terhadap program penanggulangan kemiskinan.
Yogyakarta November 2011
Peneliti
Gunardo RB,MSi dkk
4
Laporan Penelitian Mandiri
Evaluasi Pilot Proyect Tim Koordinasi PenanggulanganKemiskinan
Kelurahan (TKPK Kel) di Kelurahan Sorosutan,Tegalpanggung dan
Kricak
OLeh : Gunardo.R.B,M.Si
Abstrak
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menemukan penyebab penurunan angka kemis kinan di Kelurahan Sorosutan, Tegalpanggung dan Kricak . Apakah penurunan angka kemiskin an itu disebabkan oleh intervensi Tim Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan atau perbaikan aspek-aspek hasil usaha keluarga miskin sendiri.
Metode penelitian dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap keluarga miskin pengurus TKPK dan Ketua LPMK serta Lurah setempat, sehingga diperoleh informasi tentang penyebab penurunan angka kemiskinan di tiga kelurahan. Targetnya adalah menemukan penye bab penurunan angka kemiskinan di tiga kelurahan itu karena intervensi TKPK atau ada interven si lembaga lain dan usaha keluarga miskin sendiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi TKPK telah menurunkan angka kemis kinan secara signifikan. Fungsi koordinasi TKPK dengan lembaga-lembaga lain di Kelurahan dan dengan SKPK yang berjalan baik diiringi penyuluhan keseluruh warga berdampak positif pada tumbuhnya kesadaran warga miskin akan budaya malu miskin dan wirausaha kerja keras untuk melepaskan diri dari kemiskinan. Keteribatan pihak lain diluar pemerintah seperti Posdaya, pengusaha dan kaum ulama ternyata membantu mempercepat pengurangan angka kemiskinan. Warga miskin sebagian mempunyai kesadaran baru dan berusa ha keras untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan.
5
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan i
Prakata ii
Abstrak iii
Daftar Isi iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A.Latar Belakang 1
B.Perumusan Masalah 1
C.Tujuan Penelitian 2
D.Manfaat Penelitian 2
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 3
BAB III METODE PENELITIAN 5
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6
A.Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Sorosutan 10
B.Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Tegalpanggung 14
C.Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Kricak 16
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 20
A.KESIMPULAN 20
B.SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 23
6
BAB I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kota Yogyakarta yang berpenduduk 388.627 jiwa atau 83.896 kepala keluarga (BPS2011) ,
masih mempunyai 20.456 keluarga miskin atau 65.371 jiwa sesuai dengan Keputusan Walikota
Yogyakarta No.470/Kep/2010. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah sejak awal
orde baru hingga orde reformasi ini, namun kemiskinan belum juga terhapus. Masalahnya kurang
koordinasi. Oleh sebab itu Pemerintah Kota Yogyakarta sejak tahun 2008 melaksanakan pilot
proyect membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan ( TKPK Kel) di
tiga kelurahan yaitu Kelurahan Sorosutan, Tegalpanggung dan Kricak. Hasilnya cukup
menggembirakan , karena pada tahun 2007 di Kelurahan Sorosutan jumlah penduduk miskin 862
kk menjadi 758 kk tahun 2008 dan 557 kk pada tahun 2009, di Kelurahan Tegalpanggung dari
1020 kk miskin menjadi 873 kk tahun 2008 dan 678 kk tahun 2009 /dan kelurahan Kricak dari
1012 kk menjadi 838 kk tahun 2008 dan 673 kk pada tahun 2009.. Bagaimana TKPK Kel
bekerja sehingga angka kemiskinan di tiga kelurahan pilot proyect turun secara signifikan.
Benarkah itu karena TKPK Kel atau ada faktor-faktor lain yang menyebabkan angka kemiskinan
turun. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan di jawab dalam penelitian Evaluasi Pilot Proyect
TKPK Kel di Kelurahan Sorosutan ,Tegalpanggung dan Kricak.
B.Perumusan Masalah
1.Bagaimana TKPK Kel di Kelurahan Sorosutan , Tegalpanggung dan Kricak bekerja (membuat
rencana dan melaksanakan program pengentasan kemiskinan) sehingga berhasil menurunkan
angka kemiskinan.
7
2.Faktor-faktor apa saja yang berperanan dalam penurunan angka kemiskinan di tiga kelurahan
pilot proyect.
C.Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan:
1.Cara kerja TKPK Kel di Kelurahan Sorosutan ,Tegalpanggung, dan Kricak dalam
penanggulangan kemiskinan.
2.Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan angka kemiskinan di 3 kelurahan tersebut
D.Manfaat penelitian
1.Bagi perencana dan pelaksana program penanggulangan kemiskinan di Kota Yogyakarta
sebagai bahan penyusunan program yang lebih tepat.
2.Peminat di bidang penanggulangan kemiskinan agar lebih intensif memberantas kemiskinan
dari berbagai aspeknya.
8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
Indonesia telah ikut menandatangani kesepakatan global Tujuan Pembangunan Milenium
yang mewajibkan penandatangannya untuk menghapus separoh jumlah angka kemiskinan pada
tahun 2015 (Gunardo RB, 2007). Akan tetapi harus disadari benar bahwa kemiskinan merupakan
persoalan multidimensional yang tidak saja melibatkan faktor ekonomi, tetapi juga sosial , budaya
dan politik (Heru Nugroho dalam Awan Setya Dewanta, 1995). Faktor politik lebih menekankan
kebijakan politik yang telah diambil oleh pemegang kekuasaan, dalam hal ini Pemeritah Kota
Yogyakarta dan DPRD Kota Yogyakarta. Apalagi pada umumnya skala usaha keluarga miskin
relatif kecil dan konsumennya sangat terbatas didaerah itu,maka penghasilan dari usaha ini juga
sangat kecil (Muchtar Abbas,ed.2004). Oleh karena itu bantuan pemasaran akan sangat berguna
bagi keluarga miskin. Hal itu sejalan dengan rekomendasi Bank Dunia yang menetapkan empat
strategi dalam memerangi kemiskinan : 1).perluasan kesempatan 2).pemberdayaan
3).perlindungan sosial dan 4).kemitraan global. Dalam konteks pemberdayaan maka komunitas
(dalam hal ini paguyuban warga ) harus diajak merumuskan sendiri melalui sebuah proses
pembangunan konsensus diantara berbagai individu dan kelompok sosial yang memiliki
kepentingan ( Andy Siswanto dalam HCB Dharmawan, 2004).Kepentingan disini dapat berarti
ada tindak lanjut dari pelatihan atau kesempatan kerja sehingga ada peningkatan pendapatan yang
signifikan. Kalau rakyat dilibatkan maka akan membuka peluang kesejahteraan (Amartya Sein
dalam Eko Prasetyo, 2005). Terlebih memang program pemberantasan orang miskin oleh
pemerintah nyatanya tidak begitu efektif menurunkan angka kemiskinan (Eko Prasetyo,2005).
Mulai dari kesalahan data, penanganan yang bersifat sektoral, pendekatan proyek yang lebih
mengutamakan prosedur birokrasi, kebijakan top down akan dicoba untuk dikaji ulang secara
mendalam dalam penelitian ini. Diharapkan evaluasi menyeluruh akan dapat menemukan
9
kekurangan-kekurangan di berbagai tingkatan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan
program pengentasan kemiskinan dan kendala-kendala di berbagai pihak (keluarga miskin,
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gunardo
RB dkk 2009 yang merekomendasikan Model Penanggulangan Kemiskinan Terintegrasi.
Sejak tahun 2008 Pemerintah Kota Yogyakarta menyelenggarakan Pilot Poyect Penanggulangan
Kemiskinan di tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Sorosutan, Kelurahan Tegalpanggung dan
Kelurahan Kricak. Ketiga kelurahan dipilih karena mempunyai angka kemiskinan tergolong
tinggi dibanding 42 kelurahan yang lain. Secara geografis kelurahan Sorosutan mewakili
Yogyakarta bagian Selatan yang relatif masih punya lahan luas dan masih ada kegiatan ekonomi
pertanian. Kelurahan Tegalpanggung mewakili Yogyakarta bagian tengah, dimana kehidupan
ekonomi non agraris,mempunyai aksesibilitas tinggi karena dekat dengan Stasiun Kereta Api
Lempuyangan dan Stasiun kereta Api Tugu, dekat Jalan Malioboro yang legendaris bagi Kota
Yogyakarta, mempunyai Pasar Lempuyangan dan banyak toko-toko dan warung di kelurahan
ini. Sedangkan Kelurahan Kricak mewakili Yogyakarta bagian Utara dengan ciri masih ada
ekonomi agrarisnya, berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan menjadi pusat jajanan pada pagi
hari. Pelaksanaan program pilot proyect di tiga kelurahan dilandasi pemikiran karena lambatnya
penurunan angka kematian oleh berbagai sebab. Hasilnya setelah dijadikan daerah uji coba atau
pilot proyect penanggulangan kemiskinan angka kemiskinan di tiga kelurahan itu turun rata-rata
22,8% padahal angka penurunan rata-rata untuk Kota Yogyakarta hanya 13%. Hal ini sangat
menarik bagi suatu penelltian ilmiah. Kenyataan bahwa di tiga kelurahan persentase penurunan
angka kemiskinan lebih tinggi dari persentase penurunan angka kemiskinan rata-rata se kota
Yogyakarta perlu diteliti secara mendalam. Apakah karena terbentuknya TKPK Kelurahan
ataukah ada sebab-sebab lain ?
10
BAB III. METODE PENELITIAN .
Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong.2002).
Nara sumber atau keyperson adalah pengurus TKPK Kelurahan yaitu Bapak Roni dan Bapak
Dedi di Kelurahan Sorosutan, Bapak Wiro dan Ibu Erlin di Kelurahan Kricak, Bapak Joko dan
Bapak Lukito di Kelurahan Tegalpanggung. Keenam nara sumber sangat kompeten karena
beliau-beliau menjadi pengurus dan melaksanakan pilot proyect penanggulangan kemiskinan
sejak tahun 2008 telah berkcimpung aktif di TKPK Kelurahan masing-masing. Sedangkan
tringgulasinya dengan Ketua LPMK, untuk Kelurahan Tegalpanggung Bapak Yanuar dan untuk
Kelurahan Kricak Bapak Haryanto. Adapun untuk Kelurahan Sorosutan triangulasinya Bu Lurah.
Observasi langsung ke warga yang sudah tidak miskin. Dokumen yang ditelaah adalah laporan
TKPK ketiga kelurahan. Sejauh mana peran TKPK Kelurahan dalam menurunkan angka
kemiskinan akan terjawab dalam penelitian ini, sekaligus faktor-faktor yang juga berperanan
dalam turunnya angka kemiskinan di tiga kelurahan. Hasil wawancara mendalam dengan para
nara sumber kemudian dianalisa dengan mengkategorisasikan data yang diperoleh menyangkut
peranan TKPK dan peranan lembaga-lembaga lain atau peranan warga pemegang KMS.
11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian kualitatif di tiga kelurahan dengan nara sumber atau key person Bapak Roni dan
bapak Dedi ( Ketua dan Sekretaris TKPK Kelurahan Sorosutan) di kelurahan Sorosutan, Bapak
Joko dan Bapak Lukito (Masing-masing Ketua TKPK Kelurahan Tegalpanggung tahun 2008 dan
tahun 2010) di kelurahan Tegalpanggung dan Bapak Wiro dan Bu Erlin (Sekretaris dan ketua
TKPK Kelurahan ) di kelurahan Kricak. Sebagai uji trianggulasinya menggunakan Bapak
Haryanto (Ketua LPMK) di Kelurahan Kricak, Ibu Lurah di Kelurahan Sorosutan dan Bapak
Yanuar (Ketua LPMK) di Kelurahan Tegalpanggung. Dokumen yang diperiksa adalah laporan
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di tiga kelurahan. Sedangkan observasi langsung
mengunjungi warga miskin sebagai penerima program dan telah berhasil lepas dari
kemiskinannya.
Dalam rangka mempercepat penurunan angka kemiskinan Pemerintah Kota Yogyakarta
sejak tahun 2008 membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di tingkat Kelurah
an. Hal ini menjadi terobosan tersendiri karena menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 34 Tahun 2009 (sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun
2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan) organisasi TKPK terendah di tingkat
Kabupat en/Kota. Keberanian Walikota Yogyakarta dengan membentuk TKPK Kelurahan perlu
diapresiasi, walaupun dalam bentuk Uji Coba atau Pilot Proyect. Pilot Proyect itu mempertim
bangkan kondisi ketiga Kelurahan yang mempunyai angka kemiskinan tinggi disbanding
kelurahan-kelurahan yang lain, serta memperhatikan letak masing-masing kelurahan. Kelurahan
Sorosutan mewakili daerah Selatan, Kelurhan Tegalpanggung daerah Tengah dan Kelurahan
Kricak mewakili daerah Utara .
12
Ada lima alasan mengapa perlu ada TKPK Kelurahan :
1.Lambatnya pencapaian target Program penanggulangan kemiskinan (pronangkis).
2.Sebagian sasaran kurang tepat
3.Pola penanganan yang parsial
4.Kegiatan intervensi belum berkelanjutan
5.Belum optimal koordinasi.
Tahun 2006 jumlah penduduk miskin Kota Yogyakarta 86.055 jiwa atau 25.581 kk. Tahun 2007
meningkat jadi 89.818 jiwa atau 26.685 kk. Kenaikan 4,3% disebabkan terjadinya gempa bumi
akhir bulan Mei tahun 2006 yang menimpa kecamatan Kotagede,Umbulharjo dan Mergangsan
atau kota Yogyakarta bagian Timur. Tahun 2008 terjadi penurunan angka kemiskinan menjadi
24.427 kk atau 81.344 jiwa artinya 8,46% (kk) dan 9,46%(jiwa). Penurunan angka kemiskinan
kurang dari 10% dianggap lambat dan perlu terobosan upaya baru agar penurunannya lebih ba
nyak. Sasaran kurang tepat dibuktikan dengan fakta ada orang yang mempunyai motor , HP dan
kalung emas mendapat KMS sedangkan ada janda tua terlantar malah luput dari pendataan. Pola
penanganan yang parsial terjadi karena tiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)
mempunyai program penanggulangan kemiskinan sendiri-sendiri, tidak terkoordinasi sehingga
pelaksanaanny di lapangan (baca : kelurahan ) terjadi tumpang tindih. Akibatnya program
pelatihan seperti menjahit dapat terlaksana dua kali dengan peserta yang sama, karena data
peserta belum disiapkan. Mestinya untuk orang miskin tapi diikuti oleh pengurus PKK
berhubung pelaksanaannya diburu waktu. Kegiatan intervensi belum berkelanjutan, maksudnya
setelah pelatihan, maka peserta dapat mesin jahit setelah itu tidak pernah dimonitor atau di
kunjungi, padahal tidak ada orang menjahit, alhasil mesin jahitpun dijual untuk makan.
Koordinasi belum optimal artinya semua pihak asyik dengan programnya sendiri-
13
sendiri.Nampaknya criteria suskes baru sebatas selesainya program 100% dan terserapnya
anggaran 100%. Oleh karena itu keberadaan TKPK sebagai uji coba sangat membantu. Hasil uji
coba di tiga kelurahan terbukti : Kelurahan Sorosutan dapat menurunkan angka kemiskinan dari
758 kk menjadi 557 kk atau 26,5%, Kelurahan Tegalpanggung dari 873 kk men jadi 678 kk
atau 22,3% dan Kelurahan kricak dari 838 kk menjadi 673 kk atau 19,7%. Rata-rata penurunan
angka kemiskinan di tiga kelurahan itu 22,8% lebih tinggi dari rata-rata penurun an angka
kemiskinan se Kota Yogyakarta dari 24.427 kk menjadi 21.228 kk atau 13% saja (Brosur
Bappeda Kota Yogyakarta 2010). Atas dasar hasil uji coba di tiga kelurahan tersebut maka
Pemerintah Kota Yogyakarta berencana mengembangkan TKPK ke seluruh kelurahan. Sebagai
langkah awal disusun Buku pedoman Program Penanggulangan Kemiskinan
Dalam Buku Pedoman Program Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan Kota Yogyakarya yang
dikeluarkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Tahun 2009
uraian tugas pokok dan fungsi empat kelompok kerja TKPK yaitu:
1.Kelompok kerja ( pokja) data dan laporan :
a.inventarisasi potensi dan masalah wilayah serta pemetaan
b.melaksanakan pendataan keluarga miskin berdasarkan parameter yang ditetapkan oleh
Walikota Yogyakarta
c.melakukan monitoring dan evaluasi d.menyususn laporan
2. Pokja bantuan dan perlindungan social :
a.menetapkan prioritas sasaran penerima bantuan social
b.mengawal kegiatan pemberian bantuan dan jaminan social
c.mengawal efektifitas pemanfaatan pemberian bantuan social
14
d.melakukan monitoring dan evaluasi pemanfaatan bantuan social.
e.memberikan penilaian perubahan kondisi keluarga miskin penerima bantuan social.
3. Pokja pemberdayaan masyarakat :
a. menetapkan prioritas sasaran penerima program pemberdayaan
b.melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam melaksanakan fsilitasi peningkatan
sumber daya manusia (pelatihan)
c.memfasilitasi munculnya kelompok usaha ekonomi produktif
d.memfasilitasi terwujudnya jejaring (net working) social terhadap pihak lain (swasta,pemerintah
dan pengusaha).
e.memfasilitasi partisipasi masyarakat miskin dalam pelaksanaan pembangunan melalui
kelompok swadaya masyarakat (KSM)
f.mengawal pelaksanaan dan efektifitas program pemberdayaan
g.melakukan monitoring dan evaluasi program pemberdyaan
h.memberikan penilaian perubahan kondisi keluarga miskin penerima program pemberdayaan.
dan
4.pokja pemberdayaan usaha mikro dan kecil.:
a..menetapkan prioritas sasaran penerima program pemberdayaan usaha mikro dan kecil
b.melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam melaksanakan fsilitasi peningkatan
manajerial usaha
c.memfasilitasi munculnya koperasi usaha mikro dan kecil.
d.membuka akses dengan lembaga keuangan,perusahaan yang mempunyai program corporate
social responsibility (CSR) dalam memperoleh modal usaha.
e.membuka akses pemasaran f.memfasilitasi standarisasi produk (terdaftar pada lembaga terkait.
15
f.memfasilitasi terwujudnya jejaring (net working) social terhadap pihak lain (swasta,pemerintah
dan pengusaha).
g.mengawal pelaksanaan dan efektifitas program pemberdayaan usaha mikro dan kecil
h.melakukan monitoring dan evaluasi program pemberdayaan usaha mikro dan kecil
i.Pemberdayaan kelompok yang telah ada.
A.Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Sorosutan
Adapun hasil penelitian di kelurahan Sorosutan memperoleh fakta sebagai berikut ;
Sesuai buku pedoman yang diberikan TKPK mengkoordinasikan kegiatan penanggulanga
kemiskinan yang dilaksanakan berbagai lembaga kelurahan (LPMK, PKK, Puskesos,
Posdayadan PSM) baik yang berupa bantuan modal, pelatihan maupun bantuan pemugaran
rumah. Hasilnya secara nyata warga miskin mempunyai kegiatan ekonomi yang menaikkan
pendapatannya melewati ambang batas kemiskinan. Usaha kerajinan berupa souvenir, konveksi,
makanan kecil,ternak dan jasa berdagang keliling menjamur di Kelurahan Sorosutan.
Bapak Roni bercerita : Sejak TKPK didirikan tahun 2008, maka TKPK berkoordinasi dengan
seluruh lembaga kemasyarakatan di Kelurahan Sorosutan. Bersama Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) kita mulai fokus kepada program penanggulangan kemiskinan.
Kita adakan rapat koordinasi agar program apapun dari pemerintah, sepanjang menyangkut
upaya pengentasan kemiskinan dikoordinasikan oleh TKPK. Kami melakukan rapat-rapat rutin
dengan LPMK sebagai lembaga coordinator seluruh kegiatan di kelurahan. Pada awalnya ada
kecurigaan dari pengurus LPMK akan peranan TKPK, jangan jangan menggeser peranan LPMK.
Akan tetapi setelah Tim Bappeda Kota Yogyakarta memberikan penjelasan pada suatu
pertemuan koordinasi, maka LPMKpun mempersilahkan TKPK untuk melaksanakan program-
16
programnya. Contohnya kalau Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan transmigrasi Kota Yogyakarta
mengadakan pelatihan (menjahit,bengkel,reprasi HP atau masak-memasak) maka pesertanya
pasti berasal dari keluarga miskin pemegang Kartu Menuju Sejahtera. Sebelum ada TKPK
peserta pelatihan diambil siapa saja yang kebetulan menerima informasi tercepat. Paling sering
adalah ibu-ibu PKK yang memng paling sering ke kelurahan dan mendapat informasi. Hasilnya
ibu Darmo yang dulu penegang KMS tapi sekarang sudah tidak lagi karena ikut pelatihan
menjahit. Ibu Darmo tinggal di RW 11 Kelurahan Sorosutan.Sebagai mantan pemegang KMS
dia bercerita : Saya dulu tergolong miskin pak.Walaupun kategorinya hamper miskin, tapi rumah
kami tetap ditempeli stiker KMS 1. Kemudian kami diikutkan pelatihan menjahit oleh pengurus
TKPK KelurahanSorosutan. Sekarang saya sudah punya usaha membuat baju dari bahan kain
batik. Saya membeli kain-kain batik yang sudah sobek, sehingga harganya murah. Cuma
Rp.10.000,- se lembar. Saya menjahitnya menjadi 2 baju yang saya jual a Rp.15.000,- Ternyata
hasilnya lumayan. Sekarang saya punya pembantu tiga orang penjahit. Kain batik bekas yang
sudah sobek dating sendiri dan pedagang baju hasil karya kamipun sudah pasti dibeli pedagang
yang datang kerumah.
2.Pemugaran rumah berupa bantuan semen, batu bata dan genteng dari pemerintah dikerjakan
secara gotong royong oleh warga penerima bantuan. Hasilnya justru melebihi target. Alokasi
bantuan untuk rehabilitasi 60 rumah dapat memperbaiki 75 rumah warga miskin yang tadinya
berdinding bamboo dan lantai tanah, menjadi berdinding bata plesteran dan lantai plesteran. Hal
ini tentu mengurangi skor kemiskinan di parameter papan. Data TKPK menunjukkan semula ada
137 rumah tidak layak huni di Kelurahan Sorosutan, tetapi TKPK dapat mengkoordinir
pembangunan pemugaran rumah sebanyak 75 rumah, sehingga tinggal 62 rumah lagi yang
memerlukan pemugaran. Koordinasi dengan LPMK sebagai lembaga yang dapat mengakses
17
bantuan Block-Grant yang sebagian dialokasikan untuk pemugaran rumah warga miskin. Pak
Dedi sebagai Ketua RW 11 yang warganya mendapat bantuan pemugaran rumah merasa senang
dan berharap rumah-rumah yang belum dipugar dapat segera diperbaiki tahun ini.
3.Bantuan dari luar program pemerintah kota berupa Posdaya dari Yayasan Dana Mandiri
Jakarta telah berhasil membina warga miskin sehingga mereka dapat berusaha dengan bantuan
modal berbunga sangat murah. Kegiatan yang berbasis di RW 04 ini telah berhasil membina
pemegang KMS sebanyak 30 KK sehingga mereka sudah dapat dikategorikan tidak miskin lagi.
Sebagian besar berusaha menjadi pedagang keliling menjajakan hasil produksi warga se RW
yang membuat aneka kue dan jajanan. Modal diperoleh dari Posdaya dengan bunga sangat murah
yaitu hanya 12% per tahun atau 1% per bulan, bandingkan dengan bunga bank plecit sampai
10% per bulan. Prosedurnyapun amat mudah, dengan menunjukkan kartu keluarga, Kartu
Menuju Sejahtera (KMS) dan pengantar dari Ketua RT maka pengurus Posdaya segera
mengeluarkan kredit. Keberadaan Posdaya sangat membantu warga miskin karena tidak hanya
member kredit moal usaha, Posdaya juga memberi pelatihan beternak (lele, ayam kampong dan
burung) ,bercocok tanam Toga (Tanaman Obat Keluarga (Sirih). Juga memberikan pelatihan
manajemen rumah tangga, sehingga warga dapat mengatur keuangan secara sederhana dan dapat
berhitung secara lebih cermat, agar kenaikan pendapatannya dapat menaikkan kesejahteraannya.
4.Peranan ulama cukup baik membangkitkan semangat warga miskin ketika kotbah-kotbah di
mesjid yang ada cukup banyak di kelurahan Sorosutan menyinggung masalah kemiskinan dari
perspektif agama. Perlu diketahui Kelurahan Sorosutan merupakan basis santri, lembaga-
lembaga keagamaan Islam banyak berdiri disana. Kenyataan ini sedikit banyak menguntungkan
usaha penanggulangan kemiskinan, karena pengaruh kyai atau ustad angat besar dikalangan
penduduk. Kemiskinan memang tidak hanya perkara ekonomi saja, tetapi juga menyangkut
18
moral dan mental. TKPK Kelurahan Sorosutan selalu mengundang takmir masjid ketika
mengadakan koordinasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Bahkan Pak Dedi
selalu menggunakan mesjid sebagai tempat penyuluhan yang berkaitan dengan kemiskinan.
5.TKPK Kelurahan Sorosutan mempunyai kantor yang represantif dengan peralatan kerja
lengkap (Laptop,LCD,Kamera dll) sehingga pengurusnya nyaman berkarya dan serius
menanggulangi kemiskinan. Ibu Lurah mengiyakan keterangan Pak Roni dan Pak Dedi tentang
kerja TKPK yang kantornya persis di belakang Kantor Kelurahan. Hal ini mempermudah
koordinasi pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dikelola TKPK. Rapat-rapat
antar lembaga tingkat kelurahan sangat mudah dan lancer. Hasil karya TKPK dipampangkan
dalam bentuk Peta, Diagram dan Tabel yang komplit berisi informasi sejarah,perkembangan dan
kondisi dari kelompok-kelompok yang dibina. TKPK Kelurahan mempunyai binaan beberapa
kelompok yang mempunyai usaha produktif antara lain : peternakan lele, ayam kampong, ayam
hias, bebek petelor, burung lovebirid dan kenari, sangkar burung, produsen kue dan roti, serta
kompleks warung sebagai outlet produk warga binaan. Kelurahan Sorosutan masih mempunyai
lahan-lahan luas yang memungkinkan usaha yang bersifa agronisnis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan angka kemiskinan di kelurahan
Sorosutan selain peranan koordinasi yang dilakukan TKPK, juga ada peranan kaum ulama dalam
membangun jiwa warga dan lembaga Posdaya yang diluar pemerintah. Koordinasi TKPK telah
membuat program penanggulangan kemiskinan tepat sasaran dan terukur hasilnya.
19
B.Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Tegalpanggung
Penelitian di Kelurahan Tegalpanggung menghasilkan fakta-fakta sebagai berikut berikut :
Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kelurahan Tegalpanggung
disinkronkan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, sehingga Ketua TKPK
dirangkap Ketua BKM Tegalpanggung, yaitu bapak Joko, pengusaha sukses di kelurahan itu.
Beliau sarjana ekonomi yang dengan senang memikirkan warga pemegang KMS. Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah pelaksana PNPM di tingkat kelurahan. BKM
membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang terdiri dari orang-orang penerima
manfaat, diutamakan pemegang KMS di tingkat basis (RT-RW). Sebagai Ketua BKM beliau
bercerita : Awal saya menjadi Ketua BKM kondisi keuangan tinggal Rp. 3 juta dari modal lebih
dari Rp.200 juta. Ternyata pelaksanaan PNPM yang dulu berlabel P2KP (Program Pengentasan
Kemiskinan Kota) tidak mematuhi aturan sebagaimana mestinya. Kredit mudah mengucur tanpa
seleksi yang ketat, karena warga merasa itu uang hibah yang harus dihabiskan. Tetapi setelah
saya lakukan pendekatan dan penyuluhan kembali, beberapa kelompok KSM hidup kembali dan
dana yang terkumpul sudah lebih dari Rp.60.000.000,- Sebagai ketua TKPK beliau mengajak
pengusaha yang ada untuk bersedia menampung tenaga kerja yang berasal dari pemegang KMS.
Bidang catering saja Kelurahan Tegalpanggung mempunyai 3 pengusaha, yaitu Katering
Mantap, Katering Amalia dan catering Indra yang masing-masing dapat menampung 20 orang
pekerja. Pekerjaan di catering meliputi sopir, kuli barang, tukang masak dan pelayan pesta. Pada
saat bulan Syawal dan bulan Besar banyak pesanan untuk pesta pernikahan, ketiga catering
tersebut sering kekurangan tenaga. Meskipun tidak rutin tapi secara kumulatif telah menaikkan
pendapatan mereka sehingga lepas dari kemiskinan.Toko-toko dan rumah makan juga
menampung pekerja dari warga miskin. Kemampuan Pak Joko selaku sesama pengusaha di
20
kelurahan melobi teman-temannya untuk menanmpung tenaga kerja setempat cukup berhasil.
Namun ada juga tenaga kerja yang sudah ditolong tapi keluar dari pekerjaan lagi karena berbaga
sebab. Kata Pak Lukito, ketua TKPK tahun 2010 : Tenaga kerja yang kita masukkan ke
pengusaha local tidak mampu bekerja secara tekun karena mereka sudah punya kebiasaan kurang
baik. Mereka suka merokok, minum-minuman keras dan mudah tersinggung, sehingga pola kerja
pengusaha yang disiplin,kerja keras dan menghargai waktu tidak dapat mereka ikuti. Akhirnya
mereka keluar atau dikeluarkan. Pak Yanuar,ketua LPMK, menyatakan : Memang lingkungan di
Tegalpanggung sebagian masih ada yang suka minum dan merokok. Generasi muda banyak yang
dropout sekolah, hanya sampai SMP, mereka mudah diajak teman-temannya untuk nongkrong di
pos ronda sambil minum dan merokok. Kalau tidak mau mereka tidak dianggap teman, sehingga
suasana serba salah. Hal ini karena berkurangnya fungsi Ketua RT dan Ketua RW sebagai
penjaga nilai-nilai social. Perlu diadakan kerjasama antar RW untuk menumbuhkan lingkungan
yng kondusif bagi perkembangan generasi muda.
BKM juga menyalurkan bantuan pemugarann rumah tepat sasaran bagi warga miskin sehingga
skor parameter rumah berkurang. BKM bekerjasama dengan TKPK menentukan rumah tangga
miskin yang terdaftar di TKPK sehingga tepat sasaran. BKM memperoleh dana blockgrant dari
Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kota Yogyakarta untuk 20 rumah.
Bantuannya berupa semen dan batako untuk mengganti dinding bambu dan lantainisasi. Sesuai
dengan kesepakatan maka anggaran pemugaran rumah dilaksanakan warga miskin di RW 07.
Fungsi TKPK sebagai koordinasi dapat terlaksana dengan baik.
Hasil pencermatan data kemiskinan yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial Kota Yogyakarta oleh
TKPK Kelompok Kerja Data dan Pelaporan menghasilkan fakta ternyata banyak pemegang
KMS yang sudah tidak berdomisili di Kelurahan Tegalpanggung sehingga datanya dihapus dari
21
daftar pemegang KMS sebanyak 30 KK, yang sudah meninggal dunia tapi masih muncul 10
orang dan data dobel (nama yang sama muncul dilembar lainnya) sebanyak 12 orang. Kesalahan
pendataan ini sudah dapat menurunkan angka kemiskinan sebnyak 52 orang atau 6% dari 19,7%
angka penurunan periode 2008-2009. Diduga selain kesalahan-kesalahan pendataan tersebut juga
terjadi kesalahan sasaran, artinya orang yang sudah tidak miskin tetap memperoleh Kartu
Menuju Sejahtera , tetapi ada yang masih miskin malah tidak terdata. Oleh karena itu Pemerintah
Kota Yogyakarta melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi membuat mekanisme
baru, yaitu kesempatan untuk uji publik sebelum data kemiskinan di syahkan dalam bentuk
Keputusan Walikota Yogyakarta. Ternyata pada tahun 2010 ada 3000 kk pengajuan baru diluar
pendataan resmi. Menurut Pak Joko memang pendataan kemiskinan selalu menimbulkan
masalah sosial tersendiri. Kasus-kasus bermunculan, terutama konflik horizontal antara Ketua
RT dan RW dengan masyarakat yang merasa berhak tapi tidak terdata. Sosialisasi data
kemiskinan belum sampai pada orang miskin, tetapi pada elit lokal atau tokoh-tokoh masyarakat.
C.Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Kricak
Sedangkan hasil penelitian di kelurahan Kricak sebagai berikut :
Sejak ditetapkan menjadi kelurahan pilot proyect dengan membentuk Tim Koordinasi Penang
gulangan Kemiskinan Kelurahan, maka seluruh Pengurus TKPK sepakat memakai motto :
Merubah Paradigma Proyek, Bantuan dan Ketergantungan Menjadi Semangat Mandiri, Kreatif,
Inisiatif, Pantang Menyerah dan Malu Miskin. Tim segera mensosialisasikan keberadaan TKPK
ke seluruh RW dan RT mengutus pengurus dari RW masing-masing memanfaatkan pertemuan-
pertemuan rutin. Kecuali RW 07 dan 08 tidak ada perwakilannya berhubung RW-RW itu
22
wilayahnya adalah perumahan Jatimulyo yang seluruh penduduknya pendatang dan pemegang
KMSnya hanya 2 orang. Akhirnya budaya miskin terwujud dengan sukarelanya beberapa orang
pemegang KMS menyerahkan kartunya kepada pengurus TKPK .Pada pendataan tahun-tahun
sebelumnya, yaitu saat akan ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) banyak warga tidak miskin
mendaftarkan diri (sebagian secara paksa dengan ancaman). Kalau ketua RT dan RW sudah
mengusulkan maka Lurah tinggal meneruskan ke Pemerintah Kota. Saat TKPK
mensosialisasikan bahwa kemiskinan berdasarkan parameter dari walikota maka sebagian warga
menjadi malu dan menyerahkan KMSnya. Budaya malu miskin tumbuh di Kelurahan Kricak dan
hal ini sangat membantu pengurangan angka kemiskinannya.
Menurut keterangan Bu Erlin selaku ketua TKPK, TKPK Kelurahan Kricak telah membentuk
usaha-usaha bersama bagi warga miskin, memberi pelatihan manajemen keuangan dan
berkumpul setiap bulan untuk saling belajar, mengangsur pinjaman dan arisan. Bentuk kelompok
usaha ini sangat membantu warga miskin sehingga mampu melepaskan diri dari kemiskinan.
Kemudahan modal dan pemasaran sangat menolong mereka. Tercatat pelatihan-pelatihan yang
dikoordinir TKPK Kelurahan Kricak sebagai berikut : -
a.Tukang cukur 3 orang
b.Warung Angkringan 6 orang
c.Pedagang jamu 20 orang
d.Grafir kaca 10 orang
e.Menjahit 21 orang
f.Bordir 36 orang
g.Membuat kue dan jajan pasar 36 orang
h.Konblok dan batako 3 orang -
23
i.Pengelolaan keuangan dan pembukuan 30 orang
j.Kewirausahaan 10 orang
Sumber dana berbagai pelatihan diakses dari Dinas Sosial Propinsi DIY, Dinas Sosial Kota
Yogyakarta, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Kantor Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta, Balai Latihan Kerja Propinsi DIY, dan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat. Pelatihan dan bantuan yang tepat sasaran itulah peran
koordinasi TKPK. Pelatihan-pelatihan itu sungguh berguna meningkatkan ketrampilan
pemegang KMS dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka. Apalagi didukung dengan
berbagai lembaga keuangan seperti Usaha Ekonomi Produktif Keluarga Miskin, Usaha Ekonomi
Produktif Anak Jalanan, Kelompok Usaha Bersama yang memberi kemudahan terhadap
kebutuhan usaha kecil yang dimiliki keluarga miskin. Koordinasi penanggulangan kemiskinan
oleh TKPK menghasilkan penurunan angka kemiskinan yang signifikan di Kelurahan Kricak.
Sedang pak Wiro menginformasikan TKPK juga mengadakan berbagai lomba yang sekiranya
menggerakkan potensi warga miskin dan membangun jiwa semangat berwirausaha. Lomba
paduan suara, lomba memasak dan merias diri. Hasilnya event-event tersebut dapat menjadi
sarana pertemuan, menambah relasi dan berkomunikasi sehingga potensi mereka dapat
tersalurkan, terutama yang bersifat ekonomi dan menaikkan pendapatannya.
Pengurus Pokja Data dan Pelaporan TKPK secara khusus mengamati data kemiskinan yang
mutakhir dari Pemerintah Kota dan mengelompokkan warga miskin : nama , alamat dan
masalahnya (by name, by addres dan by problems), sehingga kalau ada program dari pemerintah
yang berkaitan dengan pelatihan misalnya, maka pesertanya pasti warga miskin yang sesuai
dengan masalahnya.
24
Bapak Haryanto membenarkan bahwa warga Kricak membuat akronim Kita Rakyat Ingin Cepat
Atasi Kemiskinan (KRICAK) sebagai modal kejiwaaan bahwa budaya malu miskin harus
diimbangi kerja keras untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan. Selain modal sosial yaitu
semangat gotong royong , maka modal budaya seperti pola pikir dan pola laku akan
mempercepat program penanggulangan kemiskinan. Pola pikir untuk mengutamakan
kemandirian, bersemangat dan pantang menyerah akan menolong warga miskin lepas dari
statusnya. Seperti warga RT 41 RW 09 telah menunjukkan sifat gotong royongnya, dengan
jimpitan Rp.1000,- per minggu, warga yang sebagian masih menyandang gelar miskin,mampu
membangun balai RT seharga Rp.60.000.000,-,kemudian mengolah sampah menjadi pupuk
organik dan membuat konblok untuk dijual. Akhirnya warga RT 41 angka kemiskinannya
menurun drastic, tinggal orang-orang tua tunggal yang sudh tidak mempunyai saudara dan hidup
sebatang kara.
25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan factor-faktor yang menyebabkan penurunan angka kemiskinan di tiga
kelurahan adalah sebagai berikut :
1.Lembaga TKPK tingkat kelurahan sangat bermanfaat dalam hal mengelola data kemiskinan
dan problemnya sehingga memudahkan koordinasi penanggulangan kemiskinan yang tepat
sasaran. Perlu diketahui bahwa TKPK tingkat kelurahan hanya ada di Kota Yogyakarta.
2.TKPK berkoordinasi dengan semua lembaga tingkat kelurahan (PKK, LPMK, BKM dan lain-
lain) dalam penanggulangan kemiskinan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksananaan program.
3.TKPK membuka akses dengan SKPD mengenai program-program yang akan dilaksanakan
berkenaan dengan penanggulangan kemiskinan di kelurahan masing-masing.
4.Kesadaran dan kemauan semua pihak (khususnya pengusaha dan ulama) dalam mengulurkan
bantuannya sangat signifikan menurunkan angka kemiskinan
5.Bentuk kelompok usaha bersama, bantuan yang tepat sasaran, budaya malu miskin dan
membangun jiwa kewirausahaan dengan kerja kerasnya dapat menurunkan angka kemiskinan
secara signifikan.
6.Keterlibatan pihak lain (misalnya Posdaya , pengabdian msyarakat universitas atau lembaga
swadaya masyarakat ) perlu digalakkan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan
26
B.Saran
1.TKPK Kelurahan perlu didirikan ke semua kelurahan, agar tingkat penurunan angka
kemiskinan di Kota Yogyakarta semakin besar persentasenya.
2.Pencermatan data kemiskinan menjadi mutlak dilakukan guna mencegah salah saran
3.Program-program penanggulangan kemiskinan sebaiknya diteruskan dengan program-program
lanjutan berupa akses pemasaran dan pengelolaan usaha melalui kewirausahaan.
27
Daftar Pustaka
Awan Setya Dewanta,dkk,ed. 1995. Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Aditya Media Bappeda Kota Yogyakarta. 2010. Pelembagaan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kelurahan. Bappeda Kota Yogyakarta.2009.Hasil Koordinasi Perencanaan Kebijakan & Program Penanggulangan Kemiskinan Biro Pusat Statistik. 2007. Yogyakarta Dalam Angka 2006-2007. Brosur Bappeda Kota Yogyakarta 2010 Tentang Penanggulangan Kemiskinan Kota Yogyakarta. Dinkesos Kota Yogyakarta.2010. Laporan Data Kemiskinan 2010 Eko Prasetyo.2005.Orang Miskin Tanpa Subsidi. Yogyakarta : Resist Book Gunardo R.B. 2006. Pengentasan Kemiskinan di Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo KotaYogyakarta. Laporan Penelitian. Yogyakarta : FISE UNY Gunardo R.B dan Didi Wahyu Sudirman. 2007. Pengentasan Kemiskinan Perspektif Gender dan Budaya di Kawasan Pinggirian Kota Yogyakarta. Laporan Penelitian Pusdi Kawasan Yogyakarta : Lembaga Penelitian UNY
Gunardo R.B.dkk.2007.Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Masyarakat Berkelanjutan. Laporan Pengabdian Masyarakat. Yogyakarta : LPPM UNY. Gunardo RB dkk.2009. Model Pengentasan Kemiskinan Terintegrasi di Kota Yogyakarta. Yogyakarta : Lemlit UNY HCB.Dharmawan,ed.2004.Lembaga Swadaya Masyarakat Menyuarakan Nurani Menggapai Kesetaraan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas Keputusan Walikota Yogyakarta No.227/Kep/2007, No.464/Kep/2007 dan No.470/Kep/2007 Lexy J.Moleong.1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Muchtar Abbas,ed. 2004. Daulat RakyatDasar Kebijakan Anti Pemiskinan Jakarta : Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia (GAPRI) Robert Chamber .2001.PRA Participatory Rural Appraisal Memahami Desa Secara Partisipatif Yogyakarta : Penerbit Kanisius
28
LAMPIRAN
1.Personalia Penelitian
a. Nama lengkap dan Gelar : Gunardo R.B, MSi.
b.Jenis kelamin : Laki-laki
c. Golongan , Pangkat dan NIP : IVb , Pembina Tingkat I , 19490505 198603 1 001
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Bidang keahlian : Geografi Politik
f. Institusi : Pendidikan Geografi FISE UNY
2.Berita Acara Seminar Proposal Penelitian
3.Berita Acara Seminar Hasil Penelitian