SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

25
Topik Katekese Umat - 1 SEPINTAS SEJARAH KATEKESE UMAT DARI PKKI KE PKKI Katekese Umat di cetuskan dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia (PKKI). PKKI berlangsung 4 tahun sekali dan senantiasa mengangkat tema KU. 1. Katekese Umat dalam PKKI I (Wisma Syalom Sindanglaya-Jawa Barat; 10 - 17 Juli 1977) Utusan hadir dari hampir seluruh Keuskupan di Indonesia (30 dari 33 keuskupan). A. Aksen atau kesan yang disimpulkan dari hasil sharing bersama seluruh utusan keuskupan, tentang pelaksanaan katekese adalah: Peranan yang menonjol dari hierarki dan petugas-petugas pastoral lainnya dalam menangani masalah katekese. Hampir tidak terdengar peranan umat, kesannya umat hanya menjadi obyek katekese. Katekese sekolah mendapat porsi yang lumayan besar sehingga bentuk-bentuk katekese lain, praktis disebut saja “Katekese luar sekolah”. B. Tema Pertemuan Dari aksen yang didapatkan ini, maka tema yang menjadi bahan pertemuan PKKI I adalah “Mencari Arah Katekese dalam Gereja yang Berkembang di Indonesia”. Tokoh yang berperan penting dalam PKKI I: Rm. Setyakarjana (Sekretaris Komkat KWI) dan Rm. Hardawiryana. C. Hasil pertemuan PKKI I Berdasarkan tema pertemuan yang telah dibahas bersama, maka disimpulkan dalam PKKI ini bahwa katekese yang tepat diterapkan dalam Gereja Indonesia adalah katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat atau disebut juga Katekese Umat.

Transcript of SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Page 1: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 1

SEPINTAS SEJARAH KATEKESE UMAT

DARI PKKI KE PKKI

Katekese Umat di cetuskan dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se

Indonesia (PKKI). PKKI berlangsung 4 tahun sekali dan senantiasa mengangkat tema KU.

1. Katekese Umat dalam PKKI I (Wisma Syalom Sindanglaya-Jawa Barat; 10 - 17 Juli

1977)

Utusan hadir dari hampir seluruh Keuskupan di Indonesia (30 dari 33 keuskupan).

A. Aksen atau kesan yang disimpulkan dari hasil sharing bersama seluruh utusan

keuskupan, tentang pelaksanaan katekese adalah:

Peranan yang menonjol dari hierarki dan petugas-petugas pastoral lainnya dalam

menangani masalah katekese. Hampir tidak terdengar peranan umat, kesannya

umat hanya menjadi obyek katekese.

Katekese sekolah mendapat porsi yang lumayan besar sehingga bentuk-bentuk

katekese lain, praktis disebut saja “Katekese luar sekolah”.

B. Tema Pertemuan

Dari aksen yang didapatkan ini, maka tema yang menjadi bahan pertemuan PKKI I

adalah “Mencari Arah Katekese dalam Gereja yang Berkembang di Indonesia”.

Tokoh yang berperan penting dalam PKKI I: Rm. Setyakarjana (Sekretaris Komkat

KWI) dan Rm. Hardawiryana.

C. Hasil pertemuan PKKI I

Berdasarkan tema pertemuan yang telah dibahas bersama, maka disimpulkan dalam

PKKI ini bahwa katekese yang tepat diterapkan dalam Gereja Indonesia adalah

katekese dari umat, oleh umat dan untuk umat atau disebut juga Katekese Umat.

Page 2: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 2

2. Katekese Umat dalam PKKI II (Wisma Samadi Klender-Jakarta Timur; 29 Juni –

5 Juli 1980)

A. Pengalaman Berkatekese Umat di Lapangan

Kesan atau aksen yang didapatkan dari hasil sharing masing-masing utusan adalah:

1. Katekese umat mulai dijalankan, tetapi mengalami banyak kesulitan, antara lain

karena kekaburan Katekese Umat itu sendiri, dan kesulitan-kesulitan teknis

lainnya seperti : kekurangan tenaga, dana, sarana, organissi dsbnya.

2. Katekese umat dirasakan “mengganggu” stabilitas Gereja institusional.

B. Merumuskan Arti dan Makna Katekese Umat

Pertemuan PKKI II menghasilkan rumusan arti dan makna Katekese Umat (KU),

yaitu:

1. Katekese Umat yaitu : Komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman

(penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian, para

peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing-masing

diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna. Dalam katekese umat, tekanan

terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak

dilupakan. Katekese Umat mengandaikan ada perencanaan.

2. Dalam katekese umat, kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus,

Pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan Pengantara kita menanggapi

sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci,

khususnya dalam Perjanjian Baru yang mendasari penghayatan iman Gereja

sepanjang tradisinya.

3. Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi

memlikh Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus.

Kristus menjadi pola hidup pribadi maupun kehidupan kelompok.

4. Pemimpin katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah

(fasilitator). Tugas seorang pemimpin KU yaitu menciptakan suasana yang

komunikatif, membangkitkan gairah supaya para pesrta berani berbicara secara

terbuka.

5. Katekese Umat merupakan komunikasi iman dari peserta sebagai sesama dalam

iman yang sederajat, yang saling bersaksi tentang iman mereka. Peserta

Page 3: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 3

berdialog dalam suasana terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling

mendengarkan.

6. Tujuan Komunkasi iman adalah :

Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman

kita sehari-hari.

Dan kita bertobat (matanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-

Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan

cinta kasih, dan makin dikukuhkan dalam hidup kristiani kita.

Sebagai catatan, ketiga tujuan ini mengarah kepada iman yang personal atau

iman yang mempribadi.

Kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas

mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta (iman

yang eklesial atau menggereja).

Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di

tengah masyarakat (iman yang memasyarakat)

Kunci keberhasilan Katekese Umat adalah Pembina Katekese Umat yang disebut

sebagai “Pemudah” atau “Fasilitator’.

3. Katekese Umat dalam PKKI III (Pacet, Mojokerto – Jawa Timur; 29 Jan – 5 Feb

1984)

Kesan atau aksen yang didapatkan dari hasil sharing adalah perlunya pembinaan

secara khusus kepada para Pendamping/Pembina/Fasilitator Katekese Umat.

Tema Pertemuan PKKI III : Pembinaan Pembina Katekese Umat.

Pertemuan PKKI III menghasilkan rumusan-rumusan, yaitu menyangkut:

A. Arti dan Makna Pembina Katekese Umat

Pembina Katekese Umat ialah seorang yang mampu dan rela untuk menjalankan

Katekese Umat dalam kelompok dasar. Seorang Pembia Katekese Umat sebagai

saksi iman diharapkan antara lain :

1. Seorang pribadi yang beriman katolik yang sadar akan panggilan roh untuk

melayani sesama umat dalam kelompok dasar.

Page 4: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 4

2. Seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan, dan membimbing

kelompok umat dasar untuk melaksanakan Katekese Umat sebagai suatu

proses komunkasi iman yang semakin berkembang.

3. Seorang pribadi yang menghargai setiap peserta kelompok Katekese Umat

dengan segala latar belakang dan situasinya.

4. Seorang pribadi yang berperan sebagai pengarah dan pemudah untuk

menciptakan suasann komunikatif dalam kelompok umat dasar yang dilayani.

B. Pembinaan Ketrampilan Pembina Katekese Umat

Keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh seorang Pembina KU adalah:

1. Kemampuan/keterampilan Berkomunikasi

Komunikasi yang terjadi dalam Katekese Umat adalah komunikasi antara

orang-orang dengan pengalaman tertentu pada situasi tertentu yang

dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Kemampuan/keterampialn

berkomunikasi yang ditekankan antara lain :

Kemampuan/keterampilan berkomunikasi dan berelasi sehingga mampu

mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok sampai kepada

suatu tindakan nyata.

Kemampuan/keterampilan mengungkapkan diri, berbicara dan

mendengarkan.

Kemampuan/keterampilan menciptakan suasana yang memudahkan

peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang

lain.

2. Kemampuan/keterampilan Bereflksi

Pembina Katekese Umat dilatih untuk :

Mampu/terampil menemukan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman

hidup sehari-hari.

Mampu/terampil menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran

Gereja dan tradisi Kristiani lainnya.

Mampu/terampil memadukan nilai-nilai Kristiani dengan nilai-nilai

manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Page 5: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 5

C. Unsur-unsur Pokok dalam Pembinaan Pembina Katekese Umat

Pembinaan Pembina Katekese Umat pada dasarnya sesuai dengan unsur-unsur

pokok KU itu sendiri yaitu :

1. Unsur dan proses menyadari pengalaman/praktik hidup

KU sebagai komunikasi iman merupakan proses kesaksian yang berpangkal

pada apa yang sungguh dialami. Pembina KU hendaknya dilatih untuk melihat

dan mendalami pengalaman hidupnya sendiri.

2. Unsur dan proses menyadari komunikasi pengalaman iman dalam terang

Kitab Suci

Seorang Pembina KU dilatih untuk dapat melihat campur tangan Allah dalam

pengalaman manusiawi.

3. Unsur dan proses menyadari komunikasi dalam tradisi Kristiani.

Seorang Pembina KU harus dibekali dengan pemahaman yang memadai

tentang Kitab Suci, Ajaran Gereja, Liturgi dan sebagainya.

4. Unsur dan proses menyadari keterlibatan baru

Seorang Pembina KU harus dapat memahami, menghayati dan mendampingi

umatnya untuk mengikuti panggilan dan perutusan untuk terlibat dalam

masyarakatnya secara terarah dan terencana.

4. Katekese Umat dalam PKKI IV (Denpasar-NTB; 24 – 28 Oktober1988)

Kesan yang diperoleh: bahwa KU berhasil mempereat persaudaraan dalam Gereja,

seidak-tidaknya dalamlingkup yang kecil-kecil. Namun persaudaraan ini masih

bersifat kr dalam, masih diperlukan penyadaran lebih lanjut.

Tema Pertemuan PKKI IV: Membina Iman Umat yang Terlibat dalam

Masyarakat.

PKKI IV menghasilkan rumusan-rumusan yaitu menyangkut :

A. Evaluasi Katekese Umat yang Sudah Berlangsung

Peserta PKKI menyadari bahwa Katekese Umat sudah membawa dampak, antara

lain:

1. Semakin banyak umat terlibat dalam kehidupan menggereja

2. Adanya suasana persaudaraan dan keakraban sehingga Gereja ke dalam

semakin kuat

3. Semakin banyak muncul kelompok-kelompk basis

Page 6: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 6

4. Ketergantungan pada hierarki semakin berkurang

5. Umat dan pemimpin semakin sadar akan hak dan kewajibannya.

6. Umat menghargai nilai-nilai budaya setempat.

Namun, peserta PKKI rupanya juga melihat bahwa Katekese Umat yang

dirumuskan dalam PKKI II belum seluruhnya dipahami dan dilaksanakan.

Katekese Umat masih mengambil alih pola pelajaran, bukan pola komuniasi.

Faktor-faktor penghambat, antara lain :

1. Pembina yang kurang mengetahui dan memahami Katekese Umat dan kurang

terampil menjalankan Katekese Umat.

2. Masih ada petugas hierarki yang kurang memahami dan bersimpati pada

Katekese Umat.

3. Masih ada sementara umat yang klerikalisme-centris.

4. Adanya hambatan struktural, sehingga umat pasif.

B. Iman yang Terlibat dalam Masyarakat

Arti iman yang terlibat dalam masyarakat, yaitu :

1. Iman yang ditandai sikap sederhana, lewat hal-hal yang kecil mau

memperhatikan lingkungan sekitar daripada berkanjang dalam kompleks

minoritas dengan segala manifestasinya.

2. Iman yang bercorak missioner, yang berarti lebih memberi perhatian pada

mereka yang lemah dan terdesak serta mendampngi mereka untuk mengatasi

ksulitan-kesulitan dalam masa perubahan radikal yang berjalan pesat sekarang.

3. Iman yang memperjuangkan kelestarian lingkungan dan kekayaan alam.

4. Iman yang tidak membiarkan pertimbangan-pertimbangan institusional

membelenggu kebebasan Injili untuk turut melayani terwujudnya Kerajaan

Allah di sekitar kita, melintasi batas-batas agama, ras, dsbnya.

C. Katekese Umat yang Dicita-citakan

Peserta PKKI merumuskan Katekese Umat yang dicita-citakan, yaitu :

1. Katekese Umat adalah katekese yang melibatkan seluruh umat. Pelaku KU

adalah umat secara keseluruhan. Katekis hanyalah fasilitator.

2. Katekese Umat merupakan komunikasi iman antara umat baik secara formal

maupun informal.

Page 7: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 7

3. Melalui Katekese Umat, diharapkan iman umat akan Yesus Kristus semakin

mendalam, mantap dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, terhadap

umat, maupun terhadap masyarakat.

4. Katekese Umat sebagai komunikasi iman dilaksanakan dalam berbagai bentuk

dan metode.

5. Supaya KU menunjang terwujudnya iman umat yang memasyarakat, maka

Pembina Katekese Umat hendaknya peka dan kritis terhadap masalah-masalah

sosial, ekonomi, polotik, budaya, pendidikan, kelestarian alam, dan

modernisasi. Oleh sebab itu diperlukan analisa sosial. Analisa hidup umat

serta pemilihan tema-tema KU yang mengena, sungguh menentukan

tercipta/tidaknya komunikasi iman dalam proses KU. Katekese Umat harus

manaruh keprihatinannya terhadap kebutuhan-kebutuhan dan persoalan :

orang-orang kecil yang tinggal di diaspora.

6. Bahan Katekese Umat sedapat mungkin diangkat dari persoalan hidup umat

dan masyarakat.

D. Analisa Sosial dan Katekese Umat

Pengahayatan iman Kristiani atau kesaksian iman terjadi dalam kenyataan sosial

konkret. dan dalam kenyataan sosial itu, munculah masalah-masalah sosial. Dalam

kaitan dengan tujuan Katekese Umat: membina iman yang sungguh terlibat dan

bertanggung jawab dalam kenyataan sosial, analisis sosial mutlak perlu

diusahakan sebagai titik tolak dan mewarnai proses KU.

5. Katekese Umat dalam PKKI V (Wisma Kinasih Caringin-Bogor; 22-30 September

1992)

Tema Pertemuan PKKI V: Membina Iman yang Terlibat dalam Masyarakat.

Katekese mempunyai tugas untuk membina dan membantu agar umat memiliki dan

mengahayati iman yang terlibat dalam masyarakat. Untuk itu, kita memerlukan

analisa sosial yang membantu kita untuk melihat suatu masalah secara mendalam dan

meluas.

Dua hal yang perlu ditingkatkan, yaitu:

Melihat dan memahami masalah ketidakadailan ini secara lebih mendalam dan

meluas lewat analisa sosial.

Page 8: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 8

Melihat dan mendalami persoalan ketidakadilan serta penanganannya dalam

terang Kitab Suci.

Maka dalam PKKI V ini, para peserta bergumul dengan analisa sosial dan Kitab Suci

dalam menggambarkan Katekese Umat dan lebih menjawab persoalan zaman.

Hasil pertemuan PKKI V yaitu :

A. Analisa Sosial

1. Laporan dan Refleksi

Dari hasil sering dari tiap keuskupan ditemukan kesan bahwa: banyak

keuskupan telah berusaha menggunakan ANSOS dalam KU. Namun, makna

dan pelaksanaan ANSOS belumlah memadai. Maka dibutuhkan pelatihan

untuk membuat ANSOS dengan baik.

Kemudian diberi catatan-cacatan refleksi dari para pakar pendamping, yaitu:

a. Makna ANSOS

Analisa sosial hanya merupakan alat bantu. ANSOS biasanya diawali

dengan observasi.

Melalui ANSOS, kita berjumpa dengan dimensi raksasa/global. oleh

karena itu perlu penyederhanaan, perlu dilakukan langkah-langkah

kecil yang berpengaruh dalam mengambil keputusan.

Melalui ANSOS, akan ditemukan nilai-nilai tertentu dalam masyarakat

dan kemungkinan dapat terbebaskan dari belenggu masalah. Katekese

mempertemukan kisah historis manusia/umat dengan Injil.

Katekese berciri sosial merupakan suatu proses penegakan keadilan.

Hasil Katekese Sosial :

Ada tidaknya perubahan kesadaran

Terjadi atau tidaknya prubahan yang lebih luas.

Apakah Katekese sosial dapat atau harus menemukan/menunjkkan

jalan keluar?

Untuk katekese berciri sosial, peserta perlu memperhatikan 2 hal :

Tidak boleh berhenti pada keadilan personal tetapi harus sampai

kepada keadilan sosial

Perlu menyadari faktor-faktor apa saja yang penting untuk

mewujudkan keadilan.

Page 9: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 9

b. Kitab Suci masuk dalam Katekese

Dalam Katekese Pembina harus menyodorkan teks KS, atau peserta

menyodorkan teks KS. Yang dibutuh visi biblis tentang Allah yang

hidup dalam kehidupan konkrit, sehingga tidak muncul masalah

bagaimana membedakan ANSOS dari kegiatan katekese.

Visi Teologis tentang penegakkan keadilan belum menjadi milik

Gereja atau belum memasyarakat, maka aka nada kesulitan dalam

membuat katekese yang bersifat sosial.

2. Latihan ANSOS

Peserta PKKI diajak untuk memperdalam ANSOS lewat latihan-latihan

menganalisis. Kemudian diperkenalkan model-model analisa sosial. Model

berarti kerangka dalam melihat suatu realitas sosial. Ada 2 model ANSOS

yang diperkenalkan dalam PKKI V, yaitu :

a. Model Konsensus

Yaitu melihat ketidakberesan masyarakat sebagai sesuatu yang harus

diperbaiki tanpa merombak struktur masyarakat itu sendiri, karena

struktur itu sudah harmonis, hasil konsensus. Ketidakberesan lebih

disebabkan karena individu-individunya. Dibedakan lagi atas model

consensus kosevatif dan model consensus konflik.

b. Model Konflik

Yaitu melihat ketidaberesan masyarakat sebagai sesuatu yang

menyangkut struktur dan sistem masyarakat, di mana selalu ada

perbedaan dan adu kepentingan antara kelompok masyarakat. Model

konflik lebih mampu membuka ketidakadlan. dengan menggunakan

ANSOS model konflik bertujuan untuk membangun persaudaraan sejati.

B. Kitab Suci dalam Katekese Umat

1. Keterkaitan ANSOS dan Kitab Suci

ANSOS membantu untuk mengerti bagaimana Kerajaan Allah berjuang di

tengah dunia melawan kekuatan-kekuatan yang menentangnya, struktur-

struktur sosial yang ada, mengungkit wujud konkrit Kerajaan Allah yang

harus. KS membantu untuk mengenal Kerajaan Allah seperti yang

diwartakan oleh Yesus Kristus.

Page 10: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 10

Jadi ANSOS membantu kita melihat KS dalam perspektif Kerajaan Allah.

2. Pertemuan dengan Kitab Suci dalam KU

Dalam KU kita tidak dipertemukan dengan teks KS, tetapi dengan

pengalaman KS. Pengalaman kita bertemu dengan pengalaman KS.

3. Menafsirkan teks Kitab Suci

Untuk bisa masuk dalam pengalaman alkitabiah, harus mampu menafsirkan

teks Kitab Suci. Dalam menafsirkan teks KS dalam ber-KU, maka harus setia

pada teks KS dan tetap memperhatikan pendengar. Para katekis, harus

disentuh disentuh, digoyahkan, ditegur oleh KS sebelum ia membawa peserta

ke sabda Tuhan. KS sebagai sarana, artinya membiarkan Tuhan sendiri

berkarya dalam kelompok.

4. Makna Kitab Suci dalam KU

a. Mengartikulasikan pengalaman sosial peserta KU secara lebih tajam.

b. Mengkritik sikap kita, para peserta.

c. Menegur, meneguhkan memberi banyak kemungkinan, membuka

wawasan, memberi inspirasi.

6. Katekese Umat dalam PKKI VI (Wisma Samadi Klender-Jakarta Timur; 1-10

Agustus 1996)

☺ Tema Pertemuan PKKI VI : Menggalakkan Karya Katekese di Indonesia.

☺ Peserta PKKI VI didampingi para pakar untuk : Mengenal situasi, Mengamati aliran

dan tendensi teologi, Menggalakkan karya katekese di Indonesia.

☺ Sub-sub Tema yang paling ditekankan dan yang ada hubungannya dengan Katekese

Umat, yaitu :

A. Katekese Umat yang Membangun Jemaat dengan Orientasi Kerajaan Allah.

Jemaat yang Dicita-citakan

☻ Ciri-ciri Jemaat yang dicita-citakan :

a. Jemaat yang dicita-citakan adalah jemaat yang mengikuti semangat

Kristus. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

☺ Jemaat tersebut akrab dengan Bapa, dalam arti beriman dan

mengandalkan Allah dalam arti seluas-luasnya.

Page 11: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 11

☺ Jemaat tersebut merupakan jemaat yang terbuka, yang merangkul

semua suku, budaya dan strata sosial sehingga sungguh merupakan

persekutuan yang mengatasi sekat-sekat pengkotak-kotakan.

b. Jemaat yang sungguh menjadi “jemaat setempat”. Jemaat merupakan

jemaat yang kontekstual, jemaat yang terinkulturasi pada kebudayaan

setempat.

☻ Ciri-ciri jemaat yang berorientasi pada Kerajaan Allah, yaitu:

a. Jemaat beriman pada Allah, Bapa semua umat manusia. Allah sungguh

Bapa dan semua manusia adalah anak-anak-Nya, seperti yang

diwartakan oleh Yesus Kristus yang adalah tanda nyata dari kepenuhan

Kerajaan Allah itu.

b. Setiap orang harus menghormati otonomi sesamanya karena semua

adalah anak-anak Allah. Semua orang berhak untuk diperlakukan

sebagai saudara/partner yang sederajat. Kita hendaknya meghormati

ototnomi dunia dan sifatnya yang sekuler.

c. Dalam sikap saling menghormati, jemaat dipanggil untuk mengabdi

dalam dan bagi dunia. Jemaat dipanggil untuk menumbuhkan nilai-

nilai Kerajaan Allah seperti cinta kasih, kesetikawanan, keadilan dsb.

d. Untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai Kerajaan Allah, jemaat

dipanggil untuk berdialog, berkomunikasih, bekerja sama dengan

semua orang yangberkehendak baik, apapun keyakinan, suku dan

budayanya.

e. Tugas membangun Kerajaan Allah di dunia ini tidak gampang.

Dibutuhkan sikap tabah dan pertobatan yang terus menerus.

B. Kitab Suci dalam KU ANSOS

Ada beberapa pendekatan dalam memahami dan menggunakan KS, misalnya :

pendekatan ilmiah dan pendekatan rohani. Mgr. Suharyo menggarisbawahi apa

yang telah dikatakan oleh PKKI V sambil memajukan saran berikut ini:

1. Mengangkat dan mempelajari tema-tema penting dalam KS yang menentang

struktur-struktur sosial yang tidak adil.

2. Mempelajari tokoh-tokoh iman dalam Kitab Suci.

3. Memperhatikan jenis sastra dalam Kitab Suci.

4. Kitab Suci adalah Sakramen Allah yang berfirman.

Page 12: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 12

Hal-hal praktis yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan KU-

ANSOS:

KU-ANSOS adalah salah satu Katekese Umat yang dimulai dengan analisis

masalah-masalah sosial (PKKIV)

Kitab Suci adalah mutlak perlu dalam KU-ANSOSuntuk menempatkan hasil

analisis sosial dalam perspektif iman. Kitab Suci adalah kunci untuk

menafsirkan.

Tidak semua pertemuan sudah langsung harus menggunakan Kitab Suci. Kitab

Suci dapat saja baru diperankan sesudah beberapapertemuan ketika langkah

analisis sudah selesai.

Pemilihan teks Kitab Suci untuk keperluan KU-ANSOS akan amat

dipermudah kalau perbendaharaan semakin kaya :

a. Dengan mengumpulkan bahan-bahan KU-ANSOS yang sudah dibuat atau

dihimpun oleh lembaga/komkat yang lain.

b. Dengan sungguh-sungguh menekuni Kitab Suci sendiri, misalnya

mengingat teks-teks Perjanjian Lama yang paling penting.

C. Tugas dan Spiritualitas Para Fasilitator KU

Tugas dan Spiritualitas fasilitator KU adalah tugas dan spiritualitas yang

bersumber pada tugas dan spiritualitas Kristus sendiri,yang kemudian diwariskan

kepada Gereja-Nya. Tugas dan spiritualitas Kristus adalah tugas dan spiritualitas

keterlibatan pada Kerajaan Allah.

7. Katekese Umat dalam PKKI VII (Sawiran-Jawa Timur; 24-30 Juni 2000)

☺ Tema pokok PKKI VII : Katekese Umat dan Kelompok Basis Gerejani.

☺ PKKI VII merupakan persiapan untuk menunjang “Pertemuan Gereja Katolik

Indonesia” dengan tema “Memberdayakan Komunitas Basis Gerejani Menuju

Indonesia Baru” yang berlangsung pada bulan November 2005 dengan focus

pergumulan pada Kelompok Basis Gerejani pula.

Page 13: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 13

A. Situasi KU dan KBG di Lapangan

1. Katekese Umat

Hampir pada semua keuskupan telah dilaksanakan Katekese Umat, tetapi

polanya masih beragam. Bahkan masih ada yang menggunakan pola pelajaran

agama, pendalaman iman dll.

Ada juga keuskupsn-keuskupan yang Katekese Umatnya sudah membudaya

dan telah menggunakan analisa sosial dengan baik. Di banyak tempat KU

dilaksanakan pada masa APP, Adven, Bulan Mei dan Oktober, bankan

adayang melaksanakannya secara tetap, mingguan atau bulanan.

2. Komunitas Basis Gerejani

Dari laporan-laporan yang muncul, tenyata masih ada kecenderungan bahwa

kelompok teritorial dan kategorial disebut Kelompok Basis Gerejani.

B. Ciri-ciri Komunitas Basis Gereja

KBG adalah sebuah persekutuan yang senantiasa bertumbuh, berkembang, berada di

tengah perjalanan.

Dari Masukan pakar (P. Jhon Prior, SVD) dan refleksi para peserta akhirnya

dirumuskan beberapa ciri KBG, yaitu :

1. KBG adalah Komunitas yang Relatif Kecil, di mana dimungkinkan relasi dan

komunikasi yang intensif.

2. KBG adalah Komunitas yang Mendasari Hidupnya pada Firman Allah (Kitab

Suci). KS menjadi pegangan hidup komunitas, terutama dalam menggumuli

kebutuhan dan persoalan hidup.

3. KBG selalu Berorientasi pada Kaum Kecil. Komunits terdiri dari orang-orang

kecil dan memiliki keprihatinan dan keberpihakan pada orang kecil. Mereka

menghayati keprihatinan dan keberpihakan Kristus sendiri.

4. Komunitas Basis ini adalah Komuitas yang Terbuka. Menerima siapa saja, ayah-

ibu, anak-anak, kaya-miskin, dan strata sosial dan kebudayaan mana saja.

5. Komunitas Basis ini adalah Komunitas yang Menghayati Pola Hidup

Alternatif. Menghayati budaya tandingan, tidak terbawa arus, misalnya: semangat

konsumerisme, ketidakadilan, korupsi, kesewenang-wenangan dan kekerasan,

diskriminasi, dsbnya.

6. KBG Diharapkan Menjadi Basis Pemberdayaan Umat Awam.

Page 14: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 14

C. Katekese Umat yang Menunjang Komunitas Basis Gerejani

Didampingi pakar (Dra Afra S), peserta PKKI dapat melihat beberapa peran KU

terhadap KBG, antara lain :

1. KU menghantar umat membangun komunitas, saling mengenal secara lebih

mendalam serta menyadari mengapa perlu berkomunitas.

2. KU menghantar semua anggota komunitas memiliki visi, misi dan spiritualitas

yang sama.

3. KU mengamalkan kesederajatan. KU membantu semua anggota komunitas

memahami dan mempraktekkan kepemimpinan partisipatif yang menjadi sentral

dalam membangun komunitas.

8. Katekese Umat dalam PKKI VIII (Wisma Misericordia; 22-28 Februari 2004)

☺ Tema Pertemuan PKKI VIII : Katekese Umat dan Komunitas Basis Gerejani.

☺ PKKI VIII mengajak peserta mencari jalan bagaimana KU bisa membangun KBG

yang lebih berdimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, sehingga masyarakat kita

dapat dibantu untuk bisa hidup lebih adil, damai dan sejahtera.

A. Keadaan di Lapangan

☻ KU belum dapat membangun KBG yang berdimensi kemasyarakatan yang dapat

merubah masyarakat kea rah yang lebih baik.

B. Menuju Gereja Berdimensi Kemasyarakatan

Didampingi para pakar, peserta PKKI VIII bergumul untuk menemukan legitimasi

teologis dalam membangun KBG yang berdimensi sosial, politik, ekonomi, budaya

dsbnya.

C. Gereja, KBG yang Berdimensi Sosial Politik

Dari kalangan katolik ada dua bentuk keterlibatan dalam bidang sosial-politik :

1. Keterlibatan Kaum Klerus

Keterlibatan kaum klerus dan biarawan/ti adalah satu keterlibatan kritis-solider.

Mereka melihat persoalan, menjadikannya tema permenungan dan pembahasan,

namun mereka sendiri tidak bermaksud mengambil posisi yang sedang

digunjingkan.

Page 15: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 15

2. Keterlibatan Kaum Awam

Keterlibatan kaum awam adalah keterlibatan partisipatif. Dan mempunyai dampak

pergantian personalia oleh awam itu sendiri. Seorang awam Katolik yang

melotarkan kritik terhadap keadaan sosial-politik tertentu harus bersedia

mangambil tanggung jawab memperbaiki keadaan itu secara langsung.

D. KBG dan Keterlibatannya di Bidang Sosial Ekonomi

Para peserta PKKI menyadari bahwa mayoritas bangsa Indonesia masih bergumul

dengan masalah kemiskinan. Yaitu kemiskinan structural yang berarti bahwa akar dari

kemiskinan terletak pada sistem dan struktur sosial ekonomi yang tidak adil.

Hubungan Kemiskinan dengan KBG

1. Komunitas Basis Gerejani menempatkan kaum miskin sebagai pusat dari usaha

penanggulangan kemiskinan. Bersama kaum miskin, suatu komunitas basis

bersama-sama mencari solusi untuk mengentaskan diri dari kemiskinan.

2. Apabila KBG terdiri dari orang-orang yang sudah mampu, mereka harus tetap

memiliki opsi dan cara pandang orang miskin serta bisa mengajak kaum miskin

yang akan diberdayakan sebagai mitra kerja.

3. Pemberdayaan kaum kecil berlangsung secara berkelanjutan. Hasilnya akan

maksimal apabila pemberdayaan itu berkelanjutan sampai membawa mereka

benar-benar keluar dari kemiskinan dan menemukan hidup yang bermartabat.

E. KBG dalam Tinjauan Teologis

Empat variable bingkai teologis KBG, yaitu :

1. Model Inkarnatif-Paskah

Kelompok basis bisa mengidentifikasikan dirinya sebagai yang diutus untuk

menjadi manusia sesungguhnya dengan membenamkan diri sebagai manusia yang

paling tragis dengan segala penderitan, penganiayaan dan kematian. Inkarnasi

muaranya selalu pada paskah, karena inkarnasi tanpa paskah tidak ada artinya.

2. Model Penyeberangan

Dalam Kitab Suci, bangsa Israel ragu-ragu/takut menyeberangi Laut Merah untuk

menuju kebebasan. Penyeberangan menuju kebebasan memang penuh resiko.

KBG harus senatiasa siap dan berani menyeberang.

Page 16: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 16

3. Model Dialogal-Pengutusan profetis

Allah mengutus, memanggil seperti seorang nabi yang menyatakan “Inilah aku,

utuslah aku”. KBG bisa mengidentifikasikan dirinya sebagai utusan dan harus

mau bertanggung jawab, bersusah payah dan tahu bahwa pengutusan bukan hanya

dari kemampuan dan prestasi dirinya sendiri.

4. Model Jalan Kemuridan

Menjadi murid Yesus berarti harus menjalani hidup seperti Yesus dan

mempraktekkan hidup Yesus. Maka, KBG sebagai murid Yesusharus mengenal

Yesus dan mempraktekkan hidup Yesus.

F. KU yang Menunjang KBG yang Berdimensi Kemasyarakatan.

☺ KU merupakan ujung tombak bagi proses pemahaman dan pembentukanKBG.

KU dalam KBG, mau tidak mau akan menyentuh tema-tema sosial, politik,

ekonomi dan kebudayaan masyarakat.

☺ KU membuat pendekatan dari problem kehidupan umat di bidang sosial, politik,

ekonomi dan kebudayaan. Pendekatan terhadap masalah kaum miskin dalam KU

adalah pendekatan persoalan atau masalah kehidupan.

☺ KU tampil sebagai pemerhati atau orang-orang yang bersolider dengan korban

atau kaum miskin.

Page 17: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 17

9. Katekese Umat dalam PKKI IX (Tomohon-Manado; 17-23 Juni 2008)

Lokasi : Tomohon- Manado

Waktu : 17-23 Juni 2008

Tema : Katekese Dalam Masyarakat Yang Tertekan

ISI PERTEMUAN Ini Sbb:

Pengantar

Pertemuan Kateketik Antarkeuskupan Se-Indonesia IX sudah terlaksana dengan baik

dan lancar. Pertemuan yang diikuti oleh para utusan dari keuskupan-keuskupan di

seluruh Indonesia ini mengambil tema: ”Katekese dalam Masyarakat yang

Tertekan”. Masyarakat Indonesia yang mengalami ketertekanan dalam banyak bidang

kehidupan menjadi alasan bagi Gereja Katolik untuk melakukan katekese yang

memberi peneguhan, pencerahan, serta keberanian untuk bertindak mengatasi

ketertekanan itu. Tema besar tersebut secara khusus diolah dengan mendalami tiga

bidang kehidupan, yaitu bidang kemanusiaan, politik, dan hukum. Dari hasil

pendalaman dan pengolahan tiga bidang tersebut akan disusun modul-modul katekese

bagi empat kelompok umur, yaitu kelompok anak, remaja, orang muda, dan dewasa.

Penerusan iman

Kotbah perayaan Ekaristi pembuka menggarisbawahi peran katekese sebagai upaya

untuk meneruskan warisan iman dari generasi ke generasi. Santo Paulus memberikan

pendasaran tentang hal tersebut melalui himbauannya kepada Timotius (2 Tim 3:10-

17). Nasihat kepada sang penerus itu masih sangat relevan untuk kita perhatikan

sampai saat ini. Sambil mengingat amanat agung Yesus Kristus kepada para

muridNya (Mat 28:18-20) hendaknya panggilan penerusan iman itu tetap dikerjakan

oleh umat Katolik sampai kapanpun

Tema yang memiliki keberpihakan jelas

Dengan mengambil fokus pendalaman tentang masyarakat yang tertekan sebagai

tujuan kegiatan katekese di masa-masa mendatang, maka PKKI - IX ini lebih tegas

menyatakan keberpihakannya. PKKI periode-periode sebelumnya masih secara

stereotype merumuskan tema seputar katekese yang relevan atau kontekstual tanpa

menyebut kondisi konkret masyarakat yang akan disapa.

Keberpihakan yang jelas itu akan dikonkretkan pula oleh Bimas Katolik Depag RI

Page 18: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 18

dengan mengambil langkah nyata menyalurkan dana sekitar 75% hingga 80% untuk

pemberdayaan langsung di daerah-daerah. Kebijakan ini diambil untuk mendukung

upaya pemerataan dan efisiensi pemanfaatan dana serta melakukan penggandaan

pelaksana (multiplikasi pelaksana/ pelaku) peningkatan hidup beriman masyarakat

Katolik di Indonesia.

Mencipta harmoni sosial

Merupakan tugas para katekis untuk membantu masyarakat beragama menciptakan

harmoni sosial. Jangan sampai keberadaan agama justru melemahkan upaya untuk

mewujudkan harmoni sosial di tengah masyarakat. Kehidupan antarumat beragama

yang harmonis merupakan dukungan nyata bagi pelaksanaan pembangunan daerah

secara lebih optimal. Kerukunan antarumat beragama merupakan modal sosial yang

sangat penting untuk mendukung terwujudnya pembangunan yang lebih berdaya

guna bagi seluruh masyarakat.

Mengungkap fakta, memanfaatkan data

Melalui pertemuan di kelompok regio yang terbagi dalam enam kelompok, peserta

diajak untuk mengungkapkan fakta ketertekanan yang dialami masyarakat di wilayah

asal para peserta. Regio yang dimaksud adalah regio Sumatera, Kalimantan, Manado

Aamboina Makassar, Papua, Nusra, dan Jawa. Dengan bantuan tiga pertanyaan, para

peserta menjalankan refleksinya.

Pertanyaan-pertanyaan panduan diskusi meliputi:

1. Pengalaman-pengalaman apa yang terjadi di Keuskupan Anda yang berkaitan

dengan masalah-masalah kemanusiaan, hukum, politik?;

2. Tindakan-tindakan kateketis apa yang dilakukan oleh Keuskupan Anda

menanggapi masalah-masalah tersebut?;

3. Adakah indikasi keberhasilan dari tindakan-tindakan kateketis yang telah

dilakukan?

Dari hasil diskusi regio tersebut didapatkan data persoalan bidang kemanusiaan,

hukum dan politik sebagai berikut

a. Masalah Kemanusiaan

Bidang kemanusiaan memiliki persoalan pokok: rendahnya tingkat kesehatan

Page 19: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 19

masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan, meningkatnya kekerasan dalam hidup

masyarakat (perampokan, penodongan, pembunuhan yang banyak disebabkan

oleh tekanan ekonomi), kekerasan dalam rumah tangga (kekerasan fisik, mental,

seksual), perdagangan manusia (human trafficking, khususnya terhadap anak dan

perempuan), kemiskinan yang terus meningkat jumlahnya, perusakan lingkungan

hidup (penebangan hutan, pertambangan, pencemaran, sampah), penertiban

wilayah perkotaan dengan mengesampingkan hak rakyat kecil (penggusuran

PKL, anak jalanan), diskriminasi perlakuan antara penduduk asli dan pendatang,

penghilangan hak hidup (aborsi, pembunuhan), poligami terselubung, keretakan

relasi sosial dan persaudaraan karena tekanan ekonomi, pengangguran, kekerasan

akibat pragmatisme politik, korupsi yang kian merata, dan kemerosotan tata nilai

yang dianut masyarakat.

b. Masalah Hukum

Dalam bidang hukum ditemukan persoalan-persoalan: otonomi khusus yang tidak

mengakomodasi hak-hak rakyat/penduduk asli dan minimnya pelibatan

masyarakat asli dalam pengambilan kebijakan pembangunan, hak atas tanah tidak

diperhatikan oleh negara (status tanah pasca kerusuhan, penggusuran tanah untuk

pembangunan), kasus-kasus suap yang merajalela mengesampingkan rasa

keadilan, penerapan hukum yang diskriminatif, pelaksanaan UU No. 12/2006

tentang kependudukan dan kewarganegaraan yang tidak konsisten, SKB 2

Menteri No. 8 dan 9/2007 tentang kerukunan hidup umat beragama yang

penerapannya diskriminatif, rendahnya kesadaran hukum masyarakat, fenomena

berkuasanya uang dalam penyelesaian permasalahan hukum, pemaksaan hukum

oleh kelompok mayoritas, dan pelarangan pembangunan rumah ibadah.

c. Masalah Politik

Permasalahan di bidang politik meliputi: pemekaran wilayah yang diikuti oleh

proses penempatan militer secara tidak proporsional, promosi jabatan lebih

diutamakan untuk para pendatang, diskriminasi penerimaan guru agama Katolik

sebagai PNS dan pengangkatan PNS di bidang non pendidikan yang

mengutamakan kelompok agama tertentu, kemunculan ”agama baru” yang

menciptakan kemungkinan konflik horizontal, pilkada yang kerap berakhir

dengan kekerasan dan kerusuhan, politik uang dalam pelaksanaan pilkada,

Page 20: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 20

pemaksaan kehendak politik oleh kelompok mayoritas, kesadaran berpolitik yang

masih rendah, keterlibatan dalam politik praktis dari tokoh agama yang memecah-

belah umat, pelaksanaan otonomi daerah yang kebablasan dan sempit, minimnya

tokoh awam katolik yang terjun dalam dunia politik praktis, dan banyaknya

pejabat publik yang tidak bisa memilah antara kepentingan publik dengan

kepentingan pribadi.

Upaya Kateketis dan Indikasi keberhasilan tindakan kateketis

Untuk menanggapi masalah-masalah sosial kemanusiaan, hukum dan politik tersebut,

masing-masing keuskupan telah menempuh beberapa tindakan kateketis berikut ini:

Pendalaman iman lingkungan, sosialisasi gerakan tani organik, sosialisasi

penanganan sampah, sosialisasi kredit union, seminar kebersamaan umat beragama,

sosialisasi pendidikan politik, penyusunan bahan-bahan pendalaman iman,

keterlibatan dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), pemutaran film

global warming di sekolah-sekolah, kerasulan buku untuk pejabat pemerintah atau

para tokoh agama, dan penggalakan penggunaan multi media. Upaya katekese

tersebut secara perlahan mulai menumbuhkan kesadaran dalam diri umat akan

perlunya pembenahan paradigma dan perilaku dalam berbagai bidang kehidupan

yang selama ini keliru.

Realistiskah katekese politik?

Perubahan dramatik di bidang politik memerlukan suatu tindakan penyikapan

tersendiri.. Praktek politik machiavellistis yang menghalalkan segala cara untuk

mencapai tujuan telah mengkhianati semangat dasar politik yang pada hakekatnya

merupakan suatu seni mengatur kehidupan bersama guna mewujudkan kesejahteraan

umum (bonum commune). Terhadap praktek politik yang jauh dari ideal itu, setiap

orang Katolik dipanggil untuk ambil bagian dalam mencari jalan atau cara untuk

terlaksananya pelaksanaan kehidupan politik yang manusiawi. Keterlibatan dalam

dunia politik merupakan panggilan yang mendesak untuk diperhatikan oleh umat

Katolik. Katekese politik memiliki peran yang sangat sentral untuk membarui

paradigma berpolitik yang ada sekarang ini. Katekese politik di kalangan orang muda

misalnya, dimaksudkan untuk mengolah mental, spiritual, dan moral orang muda agar

dapat menghadapi godaan politik dan ekonomi uang. Katekese bagi para aktivis

politik atau para politisi dimaksudkan untuk menguatkan mereka dalam

Page 21: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 21

mempertahankan integritas, kejujuran, dan idealisme melawan pragmatisme dan

politik uang. Pembaruan paradigma seperti itu tidak bisa dilakukan sepihak hanya di

dalam kelompok umat Katolik melainkan harus ada pembaruan melalui afiliasi lintas

kelompok (cross cutting affiliation). Pendidikan atau katekese politik harus diberikan

sejak usia dini supaya terbentuk mentalitas politik yang sehat.

Peran warga negara dalam negara yang berdasarkan atas hukum di Indonesia

Ada permasalahan mendesak dalam bidang hukum yaitu perlunya dilaksanakan

pendidikan hukum bagi masyarakat. Masyarakat harus mendapatkan pengetahuan

tentang hukum agar mampu mengawal proses perumusan hukum (undang-undang),

siap mematuhi hukum dengan didasari oleh kesadaran, kebebasan, dan rasa

tanggungjawab. Dalam proses penyusunan atau pembentukan hukum, kepada

masyarakat, khususnya yang akan terkena dampak pemberlakuan hukum tersebut,

harus dilakukan sosialisasi sehingga mereka mengetahui akibat atau implikasi dan

juga mendapat kesempatan untuk memberi usulan atau masukan yang sesuai dengan

harapan mereka. Kemendesakan katekese di bidang hukum juga dilatarbelakangi oleh

kenyataan bahwa banyak masyarakat telah menjadi korban hukum, proses perumusan

yang manipulatif pada tahapan-tahapan yang dilalui, dan masyarakat kerap di-fait a

compli oleh lahirnya suatu hukum baru. Pelibatan masyarakat dalam proses

penyusunan dan juga fungsi pengawasan dalam pelaksanaan dimaksudkan agar

penegakkan supremasi hukum dapat menjadi nyata.

Dimana dan kemana kemanusiaan kita?

Sebuah pertanyaan yang mengisyaratkan bahwa sehubungan dengan kemanusiaan

ada masalah besar yang harus dipecahkan. Pijakan dan arah pengembangan

kemanusiaan seringkali dikaburkan oleh tindakan-tindakan yang melawan dan

menghancurkan kemanusiaan itu. Visi kemanusiaan yang benar dan baik harus

sungguh-sungguh dikuatkan. Kemanusiaan pertama-tama harus dilihat sebagai visi,

sudut pandang, dan sekaligus nilai luhur yang mengajarkan kita untuk

memperlakukan setiap orang pertama-tama dan terutama sebagai manusia, sama

seperti kita; bukan pertama-tama dan terutama sebagai orang lain (the other) dalam

jerat kesukuan, ras, kebangsaan, kelas sosial, agama, keyakinan, ideologi, partai atau

kategori-kategori lain yang mereduksi keluhuran kemanusiaannya. Maka segala

bentuk kekerasan yang terus dialami oleh sebagian anak manusia di muka bumi ini

Page 22: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 22

merupakan bentuk penindasan yang harus dihapuskan. Banyaknya kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT), kekerasan dalam masyarakat yang marak dalam bentuk

perdagangan manusia serta kekerasan kriminalitas. Pengembangan visi kemanusiaan

dalam konteks keindonesiaan harus kita tempatkan dalam bingkai sila kedua

Pancasila ”Kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Prioritas masalah masing-masing bidang

Prioritas masalah di bidang kemanusiaan ialah rendahnya penghargaan terhadap

martabat pribadi manusia, kerusakan lingkungan hidup serta kemiskinan. Dalam

bidang hukum yang merupakan prioritas masalah adalah diskriminasi hukum,

pengabaian hak-hak rakyat serta rendahnya kesadaran hukum pada masyarakat.

Sementara itu di bidang politik yang merupakan prioritas masalah adalah rendahnya

pengetahuan dan kesadaran politik di antara umat Katolik, penerapan sistem politik

yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat, serta kurangnya figur politik yang

dapat diteladani.

Mencita-citakan perubahan

Berhadapan dengan masalah-masalah itu, dirumuskan target perubahan dalam diri

umat Katolik dalam jangka empat tahun mendatang. Dalam bidang kemanusiaan

dicita-citakan tumbuhnya pengenalan, penyadaran dan penghargaan martabat pribadi

manusia terutama berkaitan dengan kesederajatan laki-laki dan perempuan,

pembelaan terhadap kehidupan dan hidupnya kembali nilai-nilai persaudaraan dalam

masyarakat; tumbuhnya kesadaran dan penghargaan akan kelestarian lingkungan

yang diikuti dengan upaya penanaman kembali hutan serta pengelolaan sampah

secara berdaya guna; meningkatnya solidaritas warga masyarakat dengan mereka

yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Dalam bidang hukum dicita-citakan

berkembangnya masyarakat sadar hukum yang berani menyuarakan dan membela

hak-haknya. Dalam bidang politik dicita-citakan tumbuhnya kesadaran akan

panggilan umat beriman dalam bidang politik yang dinyatakan dengan meningkatnya

rasa tanggung jawab dan kecintaan umat beriman terhadap bangsa dan negara,

keterlibatan semakin banyak umat katolik sehingga dapat mempengaruhi sistem

politik dan pengambilan kebijakan publik, serta munculnya kader-kader politik yang

berkualitas di antara umat.

Page 23: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 23

Target empat tahun ke depan

Berpangkal dari target perubahan dalam diri umat beriman empat tahun ke depan,

dirumuskan profil (gambaran) umat beriman yang dicita-citakan, sesuai dengan

kelompok umur dalam bidang kemanusiaan, hukum maupun politik.

1) Anak (0-10 th)

a. Dalam bidang kemanusian dicita-citakan anak yang sadar bahwa dirinya dan

semua manusia diciptakan dan dicintai oleh Tuhan, mampu menghargai dan

merawat kehidupan, mampu terlibat dalam kehidupan Gereja, mampu

menawarkan nilai-nilai kehidupan pada teman-temannya, bersikap jujur dan

mempunyai penghargaan terhadap makanan-makanan lokal.

b. Dalam bidang hukum dicita-citakan anak yang mengenal diri, serta hak dan

kewajibannya, mengenal dan melaksanakan tata hidup bersama dalam

keluarga dan masyarakat, serta terlibat dalam menentukan tata hidup bersama

dalam masyarakat, dan berani menyuarakan yang benar.

c. Dalam bidang politik dicita-citakan anak yang mampu berpikir dan

mengambil keputusan secara mandiri dan bertanggungjawab, menyadari

keunikan dirinya, bebas dan berani mengungkapkan pendapat serta mampu

belajar nilai-nilai kehidupan dari masyakarat.

2) Remaja (11-15 th)

a. Dalam bidang kemanusiaan dicita-citakan seorang remaja yang mampu

menghargai diri dan sesama, mampu bekerjasama, cinta kehidupan dan

menghargai kelestarian lingkungan, bersemangat aktif tanpa kekerasan (active

non violence), serta mempunyai kesetia-kawanan dengan mereka yang

berkekurangan.

b. Dalam bidang hukum dicita-citakan remaja yang mengetahui dan memahami

hak dan kewajibannya serta menghayatinya sebagai orang beriman dalam

hidup sehari-hari.

c. Dalam bidang politik dicita-citakan hadirnya seorang remaja yang bercirikan

pribadi yang cinta bangsa, negara dan Gereja, terlibat dan mampu

berorganisasi, berpikir kritis, berpikir global dan bertindak lokal (think

globaly, act localy), dan mempunyai jiwa kepemimpinan serta mampu

Page 24: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 24

bersikap sportif.

3) Orang muda (16-23 th)

a. Dalam bidang kemanusiaan dicita-citakan orang muda yang memiliki

kesadaran akan jatidirinya sebagai citra Allah, memiliki kesadaran bahwa alam

dan lingkungan adalah bagian dari dirinya, serta memiliki kecerdasan,

kreativitas, kemandirian, solidaritas dan pola hidup sederhana.

b. Dalam bidang hukum dicita-citakan orang muda yang sadar hukum dan

mampu meneladan Kristus yang memiliki keberanian dalam menyuarakan

haknya dan hak sesamanya secara bertanggungjawab.

c. Dalam bidang politik dicita-citakan orang muda yang memiliki kerangka

berpikir politik yang didasari prinsip solidaritas, subsidiaritas serta bonum

commune (kesejahteraan umum), serta terlibat aktif dalam hidup masyarakat.

4) Orang dewasa (24th ke atas)

a. Dalam bidang kemanusiaan dicita-citakan orang dewasa yang menghargai

martabat pribadi manusia, cinta lingkungan, peduli sesama, menjunjung tinggi

kearifan lokal serta terbuka dan mampu bekerjasama dengan berbagai pihak

yang memiliki kehendak baik.

b. Dalam bidang hukum dicita-citakan orang dewasa yang sadar hukum, tahu

tentang hak dan kewajibannya, berani menyuarakan kebenaran dan keadilan

serta berani membela kebenaran dan keadilan.

c. Dalam bidang politik dicita-citakan orang dewasa yang ambil bagian secara

aktif dan bertanggungjawab dalam kehidupan masyarakat, menggunakan hati

nuraninya untuk menentukan pilihan politiknya, berani menyampaikan

suaranya melalui jalur-jalur yang benar, dan dengan demikian memunculkan

kader-kader Katolik yang menghayati, memperjuangkan dan mengamalkan

nilai-nilai Kristiani di manapun tempat mereka menyalurkan aspirasi

politiknya, sehingga tata dunia sungguh dikelola berdasarkan nilai-nilai injili.

Tindak lanjut

Profil umat beriman Kristiani menurut kategori umur dan bidang seperti terangkum di

atas merupakan dasar untuk menyusun tujuan, tema-tema serta gagasan dasar

katekese yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan peranserta umat dalam

Page 25: SPINTAS SEJARAH KU DARI PKKI KE PKKI.pdf

Topik Katekese Umat - 25

mewujudkan habitus baru hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui

keterlibatan dalam soal-soal kemanusiaan, hukum dan politik. Harapannya, masing-

masing keuskupan ataupun regio menjabarkannya sesuai dengan konteks masing-

masing dengan bantuan Komkat KWI.