Sosialisasi dalam Keluarga
Transcript of Sosialisasi dalam Keluarga
http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/
Pengertian SosialisasiSosialisasi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses sosial yang dilakukan oleh seseorang dalam menghayati (mendarahdagingkan) norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga menjadi bagian dari kelompoknya
Proses sosialisasi biasanya disertai dengan enkulturasi
Enkulturasi merupakan proses pembudayaan, yakni mempelajari kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok, seperti mempelajari adat istiadat, bahasa, kesenian, kepercayaan, sistem kemasyarakatan.
Proses sosialisasi dan enkulturasi dilakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui tahapan tertentu.
Proses sosialisasi dan enkulturasi mempunyai peranan penting karena sangat membantu dalam pembentukan kepribadian.
Kepribadian seseorang merupakan paduan dari unsur biologis, psikologis dan sosiologis
Pembentukan KepribadianKepribadian: keseluruhan perilaku individu
dengan sistem kecenderungan tertentu yang diikuti dengan interaksi pada serangkaian situasi.
Sistem kecenderungan perilaku berkembang melalui interaksi manusia dengan berbagai macam pengalaman sosial dan kebudayaannya
Faktor-faktor Pembentuk KepribadianKeteladanan dari orangtua (keluarga)Lingkungan fisikLingkungan pergaulanKeyakinan terhadap agamaKebudayaan khusus atau faktor
kedaerahanCara hidup di kota dan di desa yang
berbedaPekerjaan dan keahlian
Media SosialisasiKeluargaSekolahTeman sepermainanLingkungan kerjaMedia massa
Sosialisasi Sebagai Suatu Proses Charles Horton Cooley sebagaimana dikutip
Horton dan Hunt memperkenalkan konsep “looking glass self”, bahwa dalam individu terjadi proses yang ditandai oleh tiga tahap:
Persepsi, dalam tahap ini orang membayangkan bagaimana orang lain melihat dirinya
Interpretasi dan definisi, seseorang membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilannya
Respon, berdasarkan persepsi dan interpretasi individu tersebut kemudian menyusun respon
Sosialisasi dalam KeluargaSosialisasi pada Masa Kanak-kanakSosialisasi pada Masa RemajaSosialisasi pada Masa DewasaSosialisasi pada Masa Tua
SosialisasiPada Masa Kanak-kanakProses sosialisasi pada tahap ini digambarkan
melalui konsep AGIL Talcott Parsons dalam menganalisis tindakan sosial
Adaptasi: anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Pada fase pencapaian tujuan, anak bertindak dengan tujuan tertentu dan lebih terarah
Pada fase integrasi perbuatan seorang anak sudah lebih mendalam, yaitu setiap tindakan yang dilakukannya merupakan bagian dari hidupnya
Pada fase laten, perbuatan seorang anak banyak didasarkan atas respon orang lain di luar dirinya
Sosialisasi pada Masa RemajaMasa transisi yaitu meninggalkan masa kanak-
kanak dan memasuki usia remajaMasa ini disebut juga Reserve Socialization,
yaitu orang yang lebih muda dapat menggunakan pengaruh mereka kepada orang yang lebih tua
Agen sosialisasinya bukan orangtua melainkan teman sebaya, kelompok sepermainan dan mungkin juga lawan jenisnya
Pada masa ini sangat sedikit ketergantungan kepada orangtua sebab dia mendapatkan nilai-nilai baru secara lebih luas di luar orangtuanya
Sosialisasi pada Masa DewasaProses sosialisasi dialami oleh orang
dewasa pada saat mereka mendapatkan peran yang baru
Bagi orang dewasa, peran baru itu dapat berupa mendapatkan pekerjaan, menikah, dan memiliki anak
Tiga peran itu menuntut seseorang melakukan pembelajaran
Semua peran baru tersebut menuntut orang dewasa memulainya lagi dari nol sebab ia belajar bersosialisasi kembali
Sosialisasi pada Masa TuaOrang lanjut usia sama seperti seorang remaja
yang mengalami transisi, yaitu dari masa orangtua yang produktif ke masa menuju kematian
Pada masa ini banyak bergantung dengan yang lainTampak seperti anak-anak yang secara fisik
bergantung dengan anak atau saudaraKadang-kadang orangtua lanjut usia dianggap
sebagai nonperson yang berarti ada tetapi keberadaannya tidak banyak memiliki arti
Proses sosialisasi bagi mereka dilakukan secara bertahap
Peran Orangtua Dalam SosialisasiPada usia balita, peran seorang ibu relatif
besarSemakin anak tumbuh besar, pengendalian
atau pengawasan dari orangtua perlu semakin ditingkatkan sebagai agent of social control
Pengendalian Sosial merupakan segala proses, baik yang direncanakan atau tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah dan nilai sosial yang berlaku.
Pengendalian SosialBisa dilakukan oleh individu kepada individu lainnyaSifat pengendalian yang dilakukan orangtua
terhadap keluarganya dapat dilihat dari dua sifat, yaitu preventif dan represif atau bahkan kedua-duanya
Preventif:usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan pada keserasian antara kepastian dengan keadilan, misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi, pendidikan formal dan informal
Represif: bertujuan mengembalikan keserasian yang pernah mengalami gangguan, misalnya penjatuhan sanksi terhadap masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah yang berlaku
Proses Pengendalian SosialProses pengendalian sosial yang dilakukan
orangtua dapat dilakukan dengan berbagai cara,baik dengan cara-cara tanpa kekerasan (persuasif) atau pun dengan paksaan (coersive).
Penggunaan cara tersebut bergantung tujuan pengendalian sosial tadi dilakuan
Paksaan dapat dilakukan pada suatu keluarga yang berubah karena dalam keadaan seperti itu pengendalian sosial berfungsi membentuk kaidah baru yang menggantikan kaidah lama yang telah goyah.
Wujud pengendalian sosial dalam keluarga dapat berupa terapi atau pun konsiliasi. Adapun wujudnya dalam masyarakat adalah ditambah dengan pemidanaan dan kompensasi.
Terapi dan konsiliasi bertujuan mengembalikan situasi ke keadaan semula, yakni sebelum terjadinya perkara atau sengketa
Standar pada terapi dan konsiliasi adalah normalitas dan keserasian atau harmoni
Pada terapi, korban mengambil inisiatif untuk memperbaiki dirinya dengan bantuan pihak tertentu
Pada konsiliasi, setiap pihak yang bersengketa mencari upaya untuk menyelesaikannya, baik secara kompromistis atau pun dengan mengundang pihak ketiga
Peran orangtua dalam sosialisasi meliputi bagaimana cara pengendalian sosial dan bagaimana mewujudkan pengendalian sosial
Keluarga Sebagai Sumber Nilai, Sikap dan NormaKeluarga merupakan media pertama dalam
menanamkan nilai-nilaiNilai ialah gagasan mengenai suatu
perbuatan atau pengalaman yang mempunyai arti atau tidak
Keluarga merupakan sumber utama dan pertama dalam proses penanaman nilai dan norma
Penanaman ini dilakukan lewat interaksi sosial
Dalam interaksi, kemudian terjadi proses internalisasi
Faktor yang Memberikan Pengaruh terhadap Seseorang dari hasil interaksi sosial Imitasi
Kecenderungan meniru merupakan naluri yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial
SugestiFaktor sugesti berlangsung bila seseorang memberi pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya kemudian sikap itu diterima pihak lain
IdentifikasiMerupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain
SimpatiKesenangan seseorang untuk langsung merasakan sesuatu dengan orang lain
Macam-macam NormaNorma AgamaNorma KesusilaanNorma KesopananNorma Hukum
Keluarga merupakan media dalam menanamkan nilai dan norma
Pranata keluarga merupakan sumber yang bernilai dan bernorma
Bagaimana Nilai dan Norma dalam Keluarga Terbentuk
Interaksi antaranggota keluarga
Nilai-nilai positif dan negatif
Bentuk berpikir
Internalisasi nilai positif dan negatif
Tingkah laku
Kaidah-kaidah(Kepercayaan, kesusilaan, kesopanan dan hukum)