Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

32
Makalah SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Filsafat Ekonomi Islam Dosen Pengampu: Drs. H. Syafaruddin Alwi, MS. Oleh: Rizqi Anfanni Fahmi (14913021) PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER STUDI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2015

description

Kemiskinan dalam Islam

Transcript of Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

Page 1: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

Makalah

SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Filsafat Ekonomi Islam

Dosen Pengampu: Drs. H. Syafaruddin Alwi, MS.

Oleh:

Rizqi Anfanni Fahmi (14913021)

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER STUDI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2015

Page 2: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

1

A. PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan permasalahan klasik di setiap negara dan menjadi masalah

yang mengglobal. Menurut data World Bank, pada tahun 2011 tingkat kemiskinan di

dunia mencapai 14,5% dari total populasi dunia. Paling banyak di daerah Gurun Sahara

di Afrika Tengah dan Selatan yang mencapai 46,8% dari populasi penduduknya

sedangkan angka terendah ada di belahan Eropa dan Asia Tengah. Perhitungan World

Bank adalah dengan menggunakan batas minimal pendapatan per hari $1,25.1

Di Indonesia, pada September 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai

27,73 juta orang (10,96%), berkurang sebesar 0,55 juta orang dibandingkan dengan

penduduk miskin pada Maret 2014 yang sebesar 28,28 juta orang (11,25%), dan

berkurang sebesar 0,87 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada

September 2013 yang sebesar 28,60 juta orang (11,46%).2 Bahkan, menurut data World

Bank, masih ada sekitar 27,4% atau sekitar 68 juta orang yang rentan terhadap

kemiskinan.3 Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa angka kemiskinan masih cukup

tinggi, walaupun dari tahun ke tahun angka kemiskinan terus menurun.

Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, sangat memperhatikan permasalahan

kemiskinan. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjauhi kemiskinan karena

memiliki beberapa dampak buruk. Tentu saja, Islam juga memiliki solusi untuk mengatasi

permasalahan kemiskinan tersebut.

Pada tulisan ini akan dipaparkan beberapa pengertian tentang kemiskinan, baik dari

pengertian ekonomi barat maupun dari persepektif Islam. Telah disampaikan sebelumnya,

kemiskinan juga berbahaya, untuk itu pada tulisan ini juga akan dipaparkan apa saja

bahaya kemiskinan dalam pandangan Islam. Terakhir, penulis mencoba menawarkan

solusi yang diberikan Islam untuk mengentaskan kemiskinan. Tidak ketinggalan, paad

tulisan ini penulis juga akan mencoba mengungkap secara sekilas bagaimana stretegi

pemerintah Indonesia dala menanggulangi masalah kemiskinan sebagai perbandingan

dengan solusi yang telah diberikan Islam.

1 World Bank, “Poverty”, dikutip dari http://data.worldbank.org/topic/poverty#boxes-box-topic_cust_sec pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.40.

2 Badan Pusat Statistik, “Profil Kemiskinan di Indonesia September 2014”, Berita Resmi Statistik, dikutip dari http://www.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20150130161955.pdf pada hari Jumat, 3 Juli 2015 pukul 10.10.

3 World Bank, “Infografik: Pentingnya Mengatasi Kemiskinan di Indonesia”, dikutip dari http://www.worldbank.org/in/news/feature/2014/09/23/why-poverty-still-matters-in-indonesia pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.55.

Page 3: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

2

B. BEBERAPA PENGERTIAN KEMISKINAN

Ada beberapa pengertian kemiskinan dan ukurannya yang muncul dari berbagai

pihak. Berikut di antaranya:

1. Menurut World Bank, kemiskinan ialah tentang kelaparan, kurangnya tempat

berlindung, sakit, tidak bisa bersekolah, tidak memiliki pekerjaan. Kemiskinan adalah

tentang ketakutan gagal di masa depan, khawatir esok tak bisa hidup. Kemiskinan

adalah tentang ketidakberdayaan.4

2. Menurut BAPPENAS, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang

atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak

dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.5

3. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan

individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.6

4. Menurut Edwin G. Dolan ada tiga pandangan tentang kemiskinan, yaitu:7

a. Kemiskinan berarti tidak cukupnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang

plaing mendasar untuk menjaga keberlangsungan hidup yang ditetapkan secara

objektif.

b. Rendahnya pendapatan harus diukur secara subjektif, yakni relatif lebih rendah

terhadap pendapatan orang lain di dalam masyarakat.

c. Kemiskinan dihubungkan dengan usaha seseorang untuk menghasilkan

pendapatan yang memadai.

5. Menurut para mufassir, orang miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetap,

namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan faqir adalah

orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, untuk kebutuhan sehari-hari tidak

mencukupi.8

Dari sekian definisi, maka nampak pengertian kemiskinan merujuk pada

permasalahan mulitedimensional, bukan tentang ekonomi semata. Ketidakberdayaan

4 Ajid Hajiji, “Sekilas tentang Angka Kemiskinan”, diakses dari https://www.scribd.com/doc/49012725/Angka-Kemiskinan pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 23.00.

5 http://www.bappenas.go.id

6 Badan Pusat Statistik, http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23

7 Muhammad Soekarni, “Kebijakan Pengentasan Kemiskinan dalam Islam”, dalam Jusmaliani dan Soekarni (ed.) Kebijakan Ekonomi dalam Islam, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), hlm. 124.

8 Budiharjo, “Kemiskinan dalam Perspektif Al-Qur’an”, Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdispliner, Vol. 6, No. 2, Juli-Desember 2007, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga), hlm. 285.

Page 4: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

3

seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun ia telah berusaha, itulah

kurang lebih pengertian dari kemiskinan. Kemiskinan memiliki empat dimensi yang dapat

membedakan penyebab asal kemiskinan, yaitu:9

1. Kemiskinan kultural, yaitu bentuk kemiskinan yang bersumber dari budaya miskin

atau perilaku dan sikap mental yang tidak mendorogn produktivitas. Lewis

menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan

ekonomi yang berlangsung lama. Sikap mental yang tidak suka berusaha, malas, masa

bodoh, manja dengan anugrah alam, suka pasarah dan malas bekerja adalah bagian

dari budaya miskin.

2. Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi karena banyak faktor yang

mempengaruhi secara sistemik. Hal ini terjadi karena ketidakberpihakan aturan dan

kebijakan suatu negara terhadap orang miskin sehingga jurang kesenjangan kaya dan

miskin semakin nyata.

3. Kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang terjadi karena bencana alam atau

kecacatan

Untuk dikatakan sebagai penduduk miskin, banyak pula ukuran yang digunakan.

Misalnya, World Bank menggunakan ukuran pendapatan per kapita. Penduduk yang

pendapatan per kapita nya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan per kapita nasional

termasuk dalam kategori miskin.10 Menurut data terakhir, World Bank menetapkan garis

batas kemiskinan sebesar US$ 1,25 per hari.11

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, untuk mengukur kemiskinan, BPS

menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).

Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi

ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur

dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.12 Sementara itu, ada pula ahli

ekonomi Islam yang berpendapat bahwa Garis Batas Nishab dapat dijadikan sebagai

ukuran yang membedakan penduduk kaya dan miskin.13

9 Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam¸ (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 87-89.

10 Muhammad Soekarni, “Kebijakan”, hlm 127.

11 World Bank, http://data.worldbank.org/topic/poverty pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 16.00.

12 Badan Pusat Statistik, http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23 pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 16.05.

13 Muhammad Soekarni, “Kebijakan”, hlm 128.

Page 5: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

4

C. BAHAYA KEMISKINAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Kemiskinan ternyata bukanlah sesuatu yang dianjurkan Islam. Islam memerintahkan

kita untuk sebisa mungkin untuk menghindari kemiskinan.. Hal ini tidaklah tanpa alasan

karena kemiskinan dekat dengan kekafiran. Banyak di pelosok-pelosok daerah yang dulu

mayoritas muslim menjadi murtad karena kemiskinan yang mereka alami. Lalu ditambah

dengan kehadiran para misionaris nasrani yang membawa iming-iming materi kepada

mereka sehingga mereka dengan mudah menggadaikan akidahnya hanya dengan

sejumlah uang atau kebutuhan pokok. Belum lagi kita sering mendengar berita orang tua

yang membunuh anaknya karena takut miskin. Ini adalah beberapa efek negatif dari

kemiskinan. Berikut ini adalah beberapa bahaya kemiskinan menurut Islam yang

disampaikan oleh Yusuf Qardhawy:14

1. Kemiskinan Membahayakan Akidah

Kemiskinan adalah ancaman yang sangat serius terhadap akidah, khususnya bagi

kaum miskin yang bermukim di lingkungan kaum berada yang berlaku aniaya. Akibat

kemiskinan dan ketimpangan sosial, bisa timbul penyimpangan akidah. Sebagian

Salaf mengatakan, “Bila seorang miskin pergi suatu negeri, maka kekafiran akan

berkata kepadanya, ‘Bawalah saya bersamamu.” Rasulullah pernah menyatakan

bahwa kemiskinan mengakibatkan kekafiran. Beliau juga selalu berlindung dari

kekafiran dalam doa beliau.

2. Kemiskinan Membahayakan Akhlak dan Moral

Kemelaratan dan kesengsaraan seseorang, ditambah ia hidup di lingkungan orang

kaya nan bakhil, sering mendorongnya untuk melakukan berbagai pelanggaran,

seperti pencurian, perampokan, bahkan hingga pembunuhan. Sebuah ungkapan

menyatakan, “Suara perut mengalahkan suara nurani”.

3. Kemiskinan Mengancam Kestabilan Pemikiran

Malapetakan kefakiran dan kemiskinan tidak hanya terbatas pada sisi rohani dan

akhlak. Bahayanya juga mengancam sisi pemikiran manusia. Imam Muhammad Al-

Hasan asy-Syaibani, sahabat Imam Abu Hanifah, meriwayatkan bahwa suatu hari

pembantu rumah tangganya menemuinya di dalam suatu majelis untuk

14 Yusuf Qardhawi, Musykilah Al-Faqr wakaifa ‘Aalajaha al-Islam, alih bahasa Syafril Halim, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 23-30.

Page 6: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

5

memberitahukan bahwa beras sudah habis. Imam asy-Syaibani gusar dan berkata

kepadanya,”Celaka kamu! Kamu telah menghilangkan empat puluh masalah fikih dari

dalam benakku.” Dirawikan pula dari Imam Besar Abu Hanifah bahwa beliau

berkata,”Jangan bermusyawarah dengan orang yang tidak mempunyai beras.”.

Maksudnya, jangan bermusyawarah dengan orang yang pikirannya sedang kacau.

Menurut ilmu jiwa, tekanan (stres) bnerat berpengaruh pada kehalusan perasaan dan

ketajaman pikiran.

4. Kemiskinan Membahayakan Keluarga

Kemiskinan merupakan ancaman terhadap keluarga, baik dari segi pembentukan,

kelangsungan, maupun keharmonisannya. Dari sisi pembentukan keluarga,

kemiskinan merupakan salah satu rintangan bagi para pemuda untuk melangsungkan

pernikahan, di samping terpenuhinya berbagai syarat seperti mahar, nafkah, dan

kemandirian ekonomi.

Kita saksikan betapa tekanan kemiskinan kadang-kadang mengalahkan nilai-nilai

moral. Ia dapat memisahkan seorang suami dari istrinya akibat suami tidak dapat

menafkahi keluarganya. Selain itu, kemiskinan juga bisa merenggangkan hubungan

antaranggota keluarga. Bahkan terkadang memutuskan tali silaturahim di antara

mereka. Al-Qur’an pun mencatat fakta sejarah yang mengerikan, yaitu sebagian orang

tua mengorbankan buah hatinya akibat lilitan kemiskinan atau karena takut terhadap

kemiskinan. Dengan keras Al-Qur’an menentang tindakan ini dan mengancam

pelakunya dengan hukuman berat seperti yang difirmankan Allah dalam surat Al-

An’am ayat 151 dan surat Al-Isra’ ayat 31.

Jelaslah bahwa Islam mengakui adanya dampak ekonomi terhadap perilaku

manusia. Faktor ekonomi terkadang mengalahkan dorongan fitrah manusia sehingga

dengan alasan tidak mampu membiayai keluarga, banyak nyawa anak melayang

karena dibunuh orang tuanya.

5. Kemiskinan Mengancam Masyarakat dan Kestabilannya

Barangkali orang bisa bertoleransi jika kemiskinan yang melilitnya disebabkan

oleh sedikitnya sumber penghasilan dan banyaknya jumlah penduduk. Lain halnya

bila kemiskinan itu disebabkan oleh tidak adanya pemerataan, serakahnya segolongan

orang, dan berfoya-foyanya sekelompok kecil masyarakat di atas penderitaan orang

banyak. Kemiskinan semacam ini akan menimbulkan keresahan dan keguncangan di

Page 7: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

6

tengah masyarakat. Ia dapat memutuskan silaturahim dan persaudaraan antaranggota

masyarakat.

Kemiskinan dapat menimbulkan huru hara di suatu negara karena timbul rasa

dengki mereka melihat orang-orang kaya yang tidak peduli dengan nasib mereka dan

justru befoya-foya dengan hartanya. Hal ini dapat memicu kerusuhan masal dan

bahkan penjarahan akibat keputusasaan kaum miskin.

Kemiskinan juga berbahaya terhadap kedaulatan, kebebasan, dan kemerdekaan

suatu bangsa. Seseorang yang hidup melarat tidak akan mau membela tanah airnya.

Sebab, tanah airnya tidak memberinya makan di kala lapar dan melindunginya dari

rasa takut. Negaranya pun tidak pernah mengukurkan tangan untuk mengangkatnya

dari kesengsaraan. Dalam kondisi seperti ini, orangenggan mengorbankan jiwa demi

tanah airnya. Mengapa ia harus membela tanah air sementara orang lain berleha-leha?

Mengapa ia dituntut menyelamatkan tanah air sementara ia tidak menikmati hasilnya.

Ada pula bahaya yang timbul akibat jeleknya mutu makanan dan lingkungan

tempat tinggal. Situasi seperti ini sering menimbukkan rasa kesal, marah, stres, dan

pusing. Semua ini berbahaya terhadap produksi dan ekonomi. Masih banyak lagi

dampak negatif akibat kemiskinan.

D. SOLUSI ISLAM DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

Sebagian orang tidak sadar bahwa ada kebutuhan-kebutuhan orang lain yang lebih

urgent dan yang belum dapat dipenuhi, dan kalaupun mereka berbuat, mungkin secara

tidak sadar mereka telah mengikuti trend (kecenderungan) sosial yang tidak sehat dan

memalingkan sumber-sumber daya yang terbatas dari upaya untuk memenuhi kebutuhan

orang, dalam rangka memuaskan keinginan-keinginan mereka yang relatif kurang

penting.15

Islam hadir memberikan berbagai solusi terkait dengan masalah kemiskinan. Islam

menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai manusia.

Bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan yang sesuai dengan konidisinya. Ada

beberapa sarana yang ditawarkan Islam untuk mengatasi kemiskinan menurut Yusuf

Qardhawy, yaitu:16

15 Umer Chapra, Islam and Economic Development, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm 83.

16 Yusuf Qardhawi, Musykilah, hlm. 51-171.

Page 8: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

7

1. Bekerja

Dalam masyarakat Islam, semua orang dituntut untuk bekerja, menyebar di muka

bumi dan memanfaatkan rezeki pemberian Allah. Yang dimaksud dengan bekerja

adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang, baik sendiri maupun bersama orang

lain, untuk memproduksi suatu komoditi atau memberikan jasa.

Apapun pekerjaannya, Islam tidak membatasi selama pekerjaan itu jelas-jelas

diharamkan karena mengandung kerusakan. Dengan bekerja, seseorang akan

memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan pokoknya

beserta keluarganya.

Islam menyingkirkan semua faktor penghalang yang menghambat seseorang

untuk bekerja. Berikut penjelasannya:

a. Di antara manusia ada yang enggan bekerja dan berusaha dengan alasan

bertawakkal dan pasrah kepada Allah dan menunggu rezeki turun dari langit.

Inilah pemahaman yang salah. Pasrah kepada Allah tidak berarti meninggalkan

amal dan usaha yang merupakan sarana untuk meraih rezeki. Seseorang harus

meninggalkan tempat tinggal pada pagi hari untuk mencari nafkah.

b. Di antara manusia ada yang meninggalkan kerja dengan alasan menyerahkan

dirinya sepenuhnya kepada Allah dengan cara menyembahnya terus menerus.

Rasulullah tidak mengajarkan ini. Suatu amal usaha duniawi apabila dilandasi niat

baik, dilakukan secara tekun dan sejalan dengan aturan Islam, dianggap sebagai

ibadah.

c. Ada pula sebagian manusia yang berpaling dari amal karena menganggap suatu

jenis profesi itu sebagai pekerjaan rendah.Tidak ada pekerjaan yang hina dalam

Islam selama sesuai dengan syariat. Sesuatu yang halal itu jauh lebih mulia

walaupun ada orang yang memandangnya rendah. Ini lebih karena gengsi manusia

saja yang enggan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Padahal, itu lebih baik

daripada menggantungkan diri kepada orang lain.

d. Ada orang yang berpaling daro kerja karena tertutupnya peluang tersebut di

kampung halaman. Sementara itu, ia tidak suka merantau, enggan bepergian, atau

takut mengembara. Islam mendorong orang-orang seperti ini untuk hijrah

memperbaiki kondisi. Bumi Allah in luas dan rezekiNya tidak terbatas di suatu

tempat. Seseorang yang meninggal dalam perantauan dan jauh dari keluarganya

akan sangat dihargai. Ia akan mendapatkan pahala di surga sebanding dengan

jarak tempat kelahiran dan tempat kematiannya.

Page 9: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

8

e. Segolongan orang berpaling dari aktivitas kerja karena mengharapkan bagian dari

zakat atau sumbangan dari pihak lain tanpa berusaha sedangkan ia mampu dan

kuat untuk bekerja. Ia menghinakan diri di hadapan orang lain dengan

mengorbankan perasaan dan rasa malu. Menurut pandangan Islam, orang yang

tidak cacat dan mampu bekerja ini tidak berhak menerima zakat atau sedekahnya.

f. Sebagian orang berpaling dari bekerja dan berusaha karena tidak mampu

mengelola pekerjaan walaupun ia memiliki kekuatan. Ia hanya memiliki sedikit

pengalaman, kurang pengetahuan tentang sarana mencari rezeki, dan tidak begitu

memahami cara berusaha. Akibatnya, ia menganggur dan menggantungkan diri

dari keluarganya kepada penguasa yang bertanggung jawab. Dalam kondisi ini,

Islam mengharuskan pemberian kemudahan kepada orang tersebut dan

mempersiapkan lowongan kerja yang sesuai untuknya. Ini merupakan kewajiban

anggota masyarakat pada umumnya dan penguasa pada khususnya.

2. Jaminan Sanak Famili yang Berkelapangan

Islam membuat peraturan yang berkaitan dengan solidaritas antaranggota

keluarga. Islam menjadikan seluruh karib kerabat saling menopang dan menunjang.

Yang kuat menolong yang lemah, yang mampu menolong yang tidak mampu. Dengan

prinsip ini, hubungan antarfamili dipererat, kesadaran saling membantu pun menjadi

semakin tinggi.

Islam menekankan agar setiap orang memberikan hak karib kerabat dan

mendorong untuk memperkokoh ikatan dan berbuat baik terhadap mereka. Karib

kerabat keluarga mempunyai hak atas keluarganya dan karibnya lebih daripada yang

lain, mengingat adanya hubungan antara keturunan dan silaturahim.

Sanak keluarga dan karib berhak mendapat bantuan dari keluarga lainnya yang

lebih mampu dan mapan. Hal ini dilakukan agar mengangkat derajat si penerima

hingga ia berkecukupan dan mampu memuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dengan

kata lain, keluarga yang lebih mampu berkewajiban untuk menafkahi keluarga lainnya

yang belum berkemampuan. Bentuk nafkah yang dapat diberikan yaitu:

a. Makanan dan minuman

b. Pakaian layak

c. Tempat tinggal dan isinya

d. Pembantu, bagi mereka yang tidak mampu lagi melayani dirinya

e. Mengawinkan, bagi mereka yang mampu kawin

Page 10: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

9

f. Nafkah istri dan anak-anaknya.

Bentuk pengentasan kemiskinan berbasis keluarga juga dapat berbentuk bantuan

produktif. Misalnya, membentuk usaha keluarga, atau koperasi keluarga yang mana

semua pengelolanya berasal dari satu keluarga. Dengan begitu, keluarga yang kurang

mampu dapat terbantu dengan adanya pekerjaan baru sehingga mereka tidak hanya

bergantung bantuan orang lain. Selain itu, usaha yang dikelola keluarga juga dapat

meningkatkan kesejahteraan bersama keluarga.

Inilah indahnya Islam yang sangat menjunjung tinggi persaudaran dari yang

terdekat hingga yang terjauh sekalipun selama masih ada ikatan akidah Islamiyah.

Kebersamaan akan menuju kesejahteraan, baik di dunia dan di akhirat, selama dalam

koridor petunjuk Islam yang lurus.

3. Zakat

Tidak semua orang miskin mempunyai kerabat berkecukupan, baik dari jalur

hubungan warisan maupun dari jakur hubungan keturunan. Allah telah menentukan

hak mereka dalam harta orang kaya secara tegas dan pasti, yaitu zakat. Jadi, tujuan

utama zakat adalah menghapuskan kemiskinan.

Zakat pertama-tama diberikan kepada orang-orang miskin dan kaum papa. Pada

beberapa kesempatan, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa mereka yang berhak

menerima zakat hanyalah orang-orang miskin karena tujuannya utamanya adalah

mengahapuskan kemiskinan. Zakat yang dimaksu di sini adalah zakat harta atau zakat

maal.

Allah telah menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan zakat tersebut. Ia

membaginya ke dalam delapan bagian yang terdiri atas dua tipe manusia, yaitu:

a. Mereka yang mendapatkan jatah dari zakat karena membutuhkannya. Seperti fakir

miskin, hamba sahaya, dan ibnu sabil.

b. Mereka yang mendapatkan bagian karena pertimbangan jasa dan manfaat, seperti

amil, mualaf, gharim, dan orang yang berjuang di jalan Allah. Bila seseorang tidak

membutuhkan dan tidak pula manfaat zakat kepadanya, ia tidak berhak mendapat

bagian dari zakat tersebut.

Pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan zakat

ini. Untuk itu, perlu dibentuk semacam Badan Pengelola Zakat Pusat yang akan

mengatur pola manajemen zakat di suatu negara karena negara yang tahu persis

kondisi secara keseluruhan penduduknya. Jika pola manajeman zakat masih bersifat

Page 11: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

10

sporadis dan tanpa koordinasi yang terpusat, maka peran zakat akan menjadi sangat

minim dalam usaha pengentasan kemiskinan di suatu negara.

Orang fakir dan miskin mendapatkan prioritas utama dalam mendistribusian dana

zakat karena secara kebutuhan, mereka lebih membutuhkan. Lalu, apa kategori orang

fakir dan miskin yang berhak mendapatkan zakat? Menurut jumhur ulama, orang fakir

adalah orang yang tidak memiliki apa-apa atau hanya memiliki kurang dari separuh

kebutuhan diri dan tanggungannya. Sedangkan orang miskin adalah mereka yang

memiliki separuh kebutuhannya atau lebih, tetapi tidak mencukupi.

Secara detil, berikut adalah kategori fakir miskin yang berhak menerima zakat:

a. Mereka yang tidak mau meminta-minta lebih berhak mendapatkan zakat

b. Orang yang kuat dan mampu berusaha tidak berhak atas zakat. Setelah berusaha

mereka namun tidak mencukupi, ia baru berhak mendapat zakat.

c. Mereka yang hanya beribadah tidak berhak atas zakat karena seharusnya mereka

harus berusaha dan bekerja.

d. Mereka yang menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu berhak atas zakat. Para

penuntut ilmu berhakl mendapat zakat karena mereka dapat mendatangkan

manfaat bagi masyarakat dari ilmu yang dipelajarinya.

Model pengelolaan zakat dapat dibagi menjadi dua tipe sesuai dengan penerimanya:

a. Tipe 1, bagi mereka yang mempunyai penghasilan tetapi tidak mencukupi, maka

pola yang tepat adalah pemberian zakat produktif agar usaha mereka berkembang

dan menjadi mampu untuk mencukupi kebutuhannya.

b. Tipe 2, bagi mereka yang tidak mempu berusaha, seperti orang sakit menahun,

buta, jompo, dan sejenisnya. Kepada mereka diberikan zakat untuk memenuhi

kebutuhan selama satu tahun. Bisa diberikan sekaligus, maupun diberikan

semacam “gaji” per bulan.

Zakat merupukan jaminan sosial pertama yang ada di dunia. Zakat tidak

mengandalkan sedekah atau sumbangan sukarela masyarakat. Peraturan tentang zakat

ini ditegakkan atas bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan primer setiap

orang. Hal ini berlaku bukan hanya bagi kaum muslimin, namun mereka yang hidup

di bawah naungan negara.

4. Jaminan Baitul Maal dengan Segala Sumbernya

Baitul maal di sini bisa berarti perbendaharaan kas negara. Pemerintah dapat

mengusahakan berbagai cara untuk mengisi baitu maal negara, misalnya dengan

Page 12: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

11

menjalankan usaha sendiri, menyewakan sesuatu, menjalankan sistem usaha bagi

hasil, usaha pertambangan, dan mengelola sektor-sektor vital bagi masyarakat umum.

Jika dari sumber utama tidak terpenuhi, maka pemerintah dapat mengeluarkan

peraturan tentang perpajakan, misal pajak atau bumi dan bangunan.

5. Berbagai Kewajiban di luar Zakat

Ada beberapa kewajiban keuangan lainnya selain zakat yang harus dipenuhi oleh

seorang muslim. Semuanya merupakan sumber bantuan bagi kaum papa. Beberapa di

antaranya adalah:

a. Hak tetangga. Islam sangat menghargai hak tetangga dan bahkan menjadi salah

satu indikator keimanan seseorang. Yang dimaksud dengan tetangga adalah empat

puluh rumah dari semua sisi rumah kita. Jadi, boleh dikatakan bahwa penduduk

suatu kampung adalah saling bertetangga. Islam ingin menjadikan penduduk suatu

kampung sebagai kesatuan yang saling membantu dalam keadaan lapang maupun

susah. Yang kuat membantu yang lemah dan yang kaya membantu yang miskin.

b. Berkurban pada hari raya Qurban.

c. Denda karena melanggar sumpah dan denda haji.

d. Tebusan zhihar dan berjima’ di siang hari bulan Ramadhan.

e. Hak orang miskin dari hasil pertanian ketika panen. Ini merupakan pemberian

sukarela dari pemiliki lahan pertanian untuk memberikan orang yang

berkekurangan di sekitarnya.

f. Kewajiban melengkapi kebutuhan fakir miskin. Memenuhi kebutuhan primer

kaum miskin untuk diri dan keluarganya merupakan kewajiban seluruh anggota

masyarakat, apalagi jika dana zakat dan baitul maal negara tidak mencukupi.

6. Sedekah Sukarela dan Kemurahan Hati Individu

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berderma, baik dalam bentuk infaq,

sedekah maupun wakaf. Infaq yang biasanya banyak terkumpul di masjid-masjid

harus lebih dimaksimalkan lagi. Jangan sampai ada masjid yang memiliki dana

“gemuk” dan tumbuh dengan kegiatan yang tidak jelas targetnya, sementara di sisi

lain ada masjid yang notebene progresif kegiatannya dalam membangun “shaf

kultural”, tetapi hidup kembang kempis karena kekurangan dana. Semua ini terjadi

karena etos Islam yang mengajarkan, ”Bukanlah muslim yang beriman yang makin

kekenyangan sementara tetangganya kelaparan”, tidak berkembang di kalangan

Page 13: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

12

pengurus masjid. Bahkan untuk sadar ke arah ini pun boleh jadi masih jauh dari

pikiran.17

Artinya, peran dana infaq masjid sangat potensial untuk menjadi salah satu sarana

untuk mengentaskan kemiskinan, baik dalam bentuk bantuan sosial maupun bentuk

produktif. Dana produktif menjadi pilihan terbaik untuk jangka panjang karena dapat

membantu si miskin bekerja untuk kehidupan yang lebih sejahtera.

Dana filantropi Islam lainnya, yaitu wakaf. Wakaf merupakan sumber keuangan

yang sangat besar. Melalui wakaf, kaum berkekurangan memperoleh bantuan dalam

berbagai bentuk. Misalnya, rumah sakit hasil wakaf. Mereka bisa mendapatkan

pengobatan gratis di sana. Bentuk lain misalnya, yang sekarang sedang cukup naik

daun, yaitu wakaf produktif. Artinya, wakaf yang diperuntukan untuk bangunan yang

dijadikan tempat usaha yang kemudian hasilnya digunakan untuk membantu orang-

orang miskin.

Inilah kemurahan Islam dalam hal upaya pengentasan kemiskinan. Keenam sarana

menurut Yusuf Qardhawi tersebut dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu yang khusus

berhubungan dengan si miskin, kemudian yang terkait dengan jaminan sosial kaum

miskin, dan terakhir berhubungan dengan sistem tata negara. Artinya, semua lini

kehidupan dari individu hingga bernegara, terdapat sarana pengentasan kemiskinan yang

ditawarkan Islam sebagai solusi.

Tidak jauh berbeda dengan Yusuf Qardhawi, Quraish Shihab menyebutkan paling

tidak ada 3 hal yang diperintahkan Al-Qur’an dalam mengentaskan kemiskinan, yaitu:18

1. Kewajiban setiap Individu/ Bekerja dan berusaha

2. Kewajiban orang lain atau masyarakat, melalui:

a. Jaminan Satu Rumpun Keluarga

b. Zakat

3. Kewajiban Pemerintah

Selain beberapa sarana tadi, ada pula sarana tambahan yang dapat diperkuat dalam

upaya pengentasan kemiskinan, yaitu:

1. Penguatan Usaha Kecil Menengah (UKM).

Jumlah UMKM di suatu negara pasti jauh lebih besar daripada usaha berskala

besar. Sebagai contoh di Indonesia, menurut data Kementerian Koperasi dan UMKM

17 Supardi dan Teuku Amiruddin, Konsep Manajemen Masjid: Optimalisasi Peran Masjid, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. viii-xiii.

18 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, Mizan, Bandung, 1998, hlm. 452

Page 14: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

13

tahun 2012, di Indonesia terdapat 56.539.560 UMKM, sedangkan usaha besar hanya

4.968 unit. Artinya, 99% lebih pangsa pasar usaha di Indonesia dikuasai oleh UMKM.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja pun, UMKM mampu menyerap sebanyak

110.808.154 orang pekerja dibanding usaha besar yang hanya mampu menyerap

3.150.645 pekerja.19

Dari data di atas maka kebijakan pemerintah ke depannya harus lebih pro pada

UMKM karena UMKM adalah sarana paling dekat dan mudah diakses oleh kaum

miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya. Menurut Umer Chapra, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan untuk menggenjot perkembangan UMKM:20

a. Mengutamakan produk dalam negeri dalam gaya konsumsi

b. Revitalisasi peran UKM dalam berbagai regulasi

c. UKM dibantu melalui tata kelola perusahaan yang baik, dari inpu, proses, output,

hingga pemasaran agar dapat bersaing

d. Meningkatkan keterampilan pelaku UKM melalui berbagai fasilitas pelatihan

e. Diberikan akses keuangan untuk permodalan

f. Kebijakan yang berpihak kepada UKM, bukan industri besar

2. Pemberdayaan Ekonomi berbasis Dana Filantropi Islam

Pemberdayaan diartikan sebagai suatu proses, suatu mekanisme, dalam hal ini

individu, organisasi, dan masyarakatnya menjadi ahli akan masalah yang mereka

hadapi.21 Pemberdayaan menitkberatkan pada peran dan partisipasi masyarakat sejak

perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan.22

Tujuan dari pemberdayaan umat adalah kesejahteraan. Kesejahteraan berarti suatu

kondisi terpenuhinya kebutuhan seseorang atau komunitas tertentu oleh sumber yang

mampu didapat oleh bersangkutan. Jadi, pribadi atau masyarakat yang sejahtera

dapatlah diartikan semua kebutuhannya dapat dipenuhi oleh berbagai sumber yang

ada di lingkungannya. Dengan demikian, kegiatan yang berorientasi pada

19 Kementerian Koperasi dan UKM, “Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Tahun 2011 – 2012”, diakses dari http://www.depkop.go.id/index.php? option=com_phocadownload&view=file&id=394:perkembangan-data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012&Itemid=93 pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 16.35.

20 Umer Chapra, Islam hlm 141.

21 Ibid., hlm. 177-178.

22 Moh. Ali Aziz, “Pendekatan Sosio-Kultural dalam Pemberdayaan Masyarakat”, dalam Suhartini, dkk (ed.), Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (YogyakartaL Pustaka Pesantren, 2005), hlm.134.

Page 15: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

14

kesejahteraan umat mengandung arti adanya kebutuhan umat yang dapat dipenuhi

melalui kegiatan yang diselanggarakan oleh berbagai lembaga keagamaan.23

Dana filantropi Islam sangatlah potensial digunakan sebagai modal pemberdayaan

masyarakat, seperti zakat, infaq, sedekah, maupun wwakaf. Peran lembaga amil zakat,

pengelola wakaf, maupun pengelola masjid, hendaknya dioptimalkan perannya agar

dana yang terhimpun dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk pemberdayaan.

Masyarakat miskin yang mengikuti pemberdayaan setidaknya harus melalui tiga

proses, yaitu:

a. Penyadaran

Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan” dalam

bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai

“sesuatu”. Mereka harus sadar bahwa proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam

diri mereka.

b. Pengkapasitasan (capacity building)

Untuk diberikan daya atau kuasa, target yang diberdayakan harus mampu

terlebih dahulu. Proses ini terdiri atas tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan

sistem nilai. Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik

dalam konteks individu maupun kelompok. Pengkapasitasan organisasi dilakukan

dalam bentuk restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya atau

kapasitas tersebut. Sedangkan pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan

membantu target dan aturan main di antara mereka sendiri.

c. Pendayaan

Pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.

Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecapakan yang telah dimiliki.

Jika program pemberdayaan ini berhasil, maka masyarakat miskin penerima

program pemberdayaan akan secara bertahap dapat menjauh dari kehidupan yang

kurang layak seperti sebelumnya.

Jika dilihat dari pendekatannya, memang nampak ada dua pendekatan yang digunakan

dalam usaha panjang pengentasan kemiskinan, yaitu:24

23 Eman Suherman, Manajemen Masjid: Kiat Sukses Meningkatkan Kualitas SDM Melalui Optimalisasi Kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualitas Unggul, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012), hlm. 72.

24 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011), hlm. 288.

Page 16: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

15

1. Pendekatan parsial, yaitu dengan pemberian bantuan langsung yang bersifat

konsumtif kepada fakir miskin yang benar-benar tidak produktif lagi. Pendekatan ini

bersifat jangka pendek dan temporer.

2. Pendekatan struktural, yaitu bertujuan untuk menuntaskan kemiskinan secara

sistematis, dengan cara menghilangkan faktor-faktor penyebab kemiskinan itu sendiri

sehingga pendekatan ini sifatnya jangka panjang dan terencana, namun pengaruhnya

tidak bisa langsung dirasakan. Model pendekatan ini berusaha untuk memotong

lingkaran setan kemiskinan. Misalnya dengan bantuan dana produkti ataupun

pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka.

E. PERBANDINGAN DENGAN STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM

MENANGGULANGI KEMISKINAN

Untuk memenuhi target angka kemiskinan menjadi 8 - 10 persen pada tahun 2014,

Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengambil kebijakan untuk mendorong

Percepatan Penanggaulangan Kemiskinan dengan berbagai pendekatan, mulai dari

pendekatan kelembagaaan dengan membentuk Tim Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K). Adapun stretegi yang digunakan dalam rangka penanggulan

kemiskinan di Indonesia antara lain:25

1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial

Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan

sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan

untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan

(shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan

pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya. Sistem perlindungan

sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang

mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin.

Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk

masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin

besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan

sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan

mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.

2. Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar25 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), “Sekilas Strategi Percepatan”, diakses

dari http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/strategi-percepatan-penangulangan-kemiskinan/sekilas-strategi-percepatan/ pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 23.44.

Page 17: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

16

Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses

kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan

pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu

mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi

lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi

modal manusia (human capital).

Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting

adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam

jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar

dari kemiskinan. Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan

adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan

dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin.

 

3. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin

Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat

penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan

kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak

memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya

untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat

berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.

Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan

umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari mekanisme ini

adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua inisiatif program

penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah (pusat), demikian pula dengan

penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis implementasi program

selalu dibuat seragam tanpa memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat

miskin di masing-masing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak

mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin setempat.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara menyeluruh disertai

dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi salah satu prinsip utama dalam

strategi penanggulangan kemiskinan.

  

4. Pembangunan Inklusif

Page 18: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

17

 Prinsip keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai

pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh

masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan.

Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang

dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan

ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka

kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam

jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan

pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka

kemiskinan.

Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim

usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat

penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan

kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia

membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan

perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)

harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor.

Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor

perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan

tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan

perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah

besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.

Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan.

Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber

daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Perekonomian daerah ini yang kemudian

akan membentuk karakteristik perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal

menjadi penting untuk memperkuat ekonomi domestik.

Dilihat dari beberapa stretegi di atas, nampak ada kesamaan antara apa yang telah

ditawarkan Islam dengan program pemerintah Indonesia. Mulai dari sistem jaminan sosial

untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, lalu pemberdayaan, dan juga peningkatan

fasilitas umum yang memadai untuk penduduk miskin. Hanya hal yang cukup

membedakannya adalah bagaimana peranan dana filantropi yang tidak begitu nampak

dari program pemerintah. Dana filantropi semacam zakat dan infak sukarela adalah

Page 19: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

18

menjadi penting dalam partisipasi warga negara untuk membantu sesama. Selain itu pula,

adanya peran penting filantropi akan membuat pengurangan konsentrasi kekayaan

sehingga akan mengurangi kesenjangan ekonomi. Namun, kesemua program pemerintah

telah terencana dengan baik, hanya butuh pengawasan yang ekstra ketat agar program

benar-benar bisa berjalan tanpa penyelewengan yang berarti.

F. KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Kemiskinan merupakan permasalahan mulitidimensi karena kemiskinan disebabkan

tidak hanya faktor ekonomi, namun juga faktor-faktor non ekonomi.

2. Dalam pandangan Islam, kemiskinan memiliki bahaya, yakni bahaya terhadap akidah,

akhlak dan moral, kestabilan pemikiran, keluarga, masyarakat dan kestabilannya.

3. Islam memberikan beberapa sarana sebagai solusi mengentaskan kemiskinan yang

terbagi menjadi tiga kategori, yakni yang khusus berhubungan dengan si miskin

(bekerja), kemudian yang terkait dengan jaminan sosial kaum miskin, dan terakhir

berhubungan dengan sistem tata negara.

4. Pemerintah Indonesia melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K), ternyata memiliki stretegi yang nyaris serupa dengan apa yang telah

ditawarkan Islam, hanya saja Islam lebih menekankan lagi pada pentingnya peran

masyarakat lain dalam pengentasan kemiskinan melalui sarana zakat dan dana

filantropi lainnya.

REFERENSI

Aedy, Hasan. 2007. Indahnya Ekonomi Islam. Bandung: Alfabeta.

Al-Arif, M. Nur Rianto. 2011. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra Intermedia.

Aziz, Moh. Ali. 2005. “Pendekatan Sosio-Kultural dalam Pemberdayaan Masyarakat”, dalam Suhartini, dkk (ed.), Model-model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Badan Pusat Statistik, “Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, 1970-2013”, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1494 diakses pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.48.

Budiharjo. 2007. “Kemiskinan dalam Perspektif Al-Qur’an”, Hermeneia, Jurnal Kajian Islam Interdispliner, Vol. 6, No. 2, Juli-Desember 2007. Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.

Page 20: Solusi Pengentasan Kemiskinan Dan Pengangguran Perspektif Ekonomi Islam

19

Hajiji, Ajid. “Sekilas tentang Angka Kemiskinan”, dalam https://www.scribd.com/doc/4 9012725/Angka-Kemiskinan diakses pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 23.00.

Kementerian Koperasi dan UKM, “Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Tahun 2011 – 2012”, dalam http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=file&id=394:perkembangan-data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012&Itemid=93 diakses pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 16.35.

Qardhawi, Yusuf. 1995. Musykilah Al-Faqr wakaifa ‘Aalajaha al-Islam, alih bahasa Syafril Halim, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani Press

Shihab, M. Quraish. 1998. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Mizan: Bandung.

Soekarni, Muhammad. 2005. “Kebijakan Pengentasan Kemiskinan dalam Islam”, dalam Jusmaliani dan Soekarni (ed.) Kebijakan Ekonomi dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Suherman, Eman. 2012. Manajemen Masjid: Kiat Sukses Meningkatkan Kualitas SDM Melalui Optimalisasi Kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualitas Unggul. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Supardi, Amiruddin, Teuku. 2001. Konsep Manajemen Masjid: Optimalisasi Peran Masjid. Yogyakarta: UII Press.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), “Sekilas Strategi Percepatan”, dalam http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/strategi-percepatan-penangulangan-kemiskinan/sekilas-strategi-percepatan/ diakses pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 23.44.

World Bank, “Poverty”, dalam http://data.worldbank.org/topic/poverty#boxes-box-topic_cust_sec, diakses pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.40

World Bank, “Infografik: Pentingnya Mengatasi Kemiskinan di Indonesia”, dalam http://www.worldbank.org/in/news/feature/2014/09/23/why-poverty-still-matters-in-indonesia, diakses pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.55.

http://www.bappenas.go.id