skrpsi karanganyar

download skrpsi karanganyar

of 80

Transcript of skrpsi karanganyar

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    1/80

    EVALUASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN ALOKASI

    ANGGARAN BELANJA DAERAH : STUDI KASUS PADA

    PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

    TESIS

    Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

    Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

    oleh:

    MUH ANDRIANTO E B S, S.E.

    NIM : S4309039

    PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    2/80

     

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    3/80

     

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    4/80

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    5/80

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Tesis ini saya persembahkan

     pada pacar saya, Ristafany Pahlevi

    dan

     pada orang tua saya, Bp. dan Ibu. Muhammad Hatta

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    6/80

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

     penulisan tesis ini. Tesis dengan judul “Evaluasi Penyusunan Anggaran dan

    Alokasi Belanja Daerah: Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten X” ini

    disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat Magister Program

    Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, penulis

     berusaha semaksimal mungkin agar tesis ini bermanfaat dan menambah

     pengetahuan pembaca. Penulisan tesis ini tidak terlepas dari dorongan dan

     bantuan berbagai pihak, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih

    kepada:

    1. 

    Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan

    memberikan bantuan kepada peneliti berupa Beasiswa Unggulan Diknas

    dalam menyelesaikan studi di program studi Magister Akuntansi Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. 

    Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pasca Sarjana

    Universitas Sebelas Maret.

    3.  Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas

    Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    7/80

    4.  Bapak Dr. Bandi, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi

    Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    5.  Bapak Drs. Muhammad Agung Prabowo, M.Si., Ph.D., Ak., selaku

     pembimbing I yang telah meluangkan waktu, ilmu, ide dan tenaganya untuk

    membimbing dan memtotivasi penulis dalam penyusunan tesis ini.

    6. 

    Bapak Drs. Agus Budiatmanto, M.Si., Ak., selaku pembimbing II yang telah

    memberikan waktu dan segala kemudahan serta kesabaran mengarahkan

    dalam penyusunan tesis.

    7. 

    Staff dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

    Surakarta, terutama pak Timin.

    8.  Keluarga tercinta, papa, mama, dek mahendra, pakde2, bude2, om2, tante2,

    mas2, mbak2, adik2 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas

    dukungan dan doanya selama ini.

    9. 

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar.

    10. Ristafany Pahlevi, S.E. ☺ 

    11. 

    Semua pihak yang membantu atas terselesainya tesis ini, yang tidak bisa

     penulis sebutkan satu per satu.

    Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik,

    saran serta masukan senantiasa penulis harapkan untuk kemajuan bersama.

    Terima kasih.

    Surakarta,  Januari 2011 

    Penulis

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    8/80

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL…………………………………………………...…...……... i

    HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………...……...… ii

    HALAMAN PENGESAHAN……………………………………...………..……. iii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...…………………...…..........................……..…. v

    HALAMAN MOTTO............................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR…………………………………………………...……..…. vii

    DAFTAR ISI …...……………………………………………………...……...…... viii

    DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xiii

    ABSTRACT.............................................................................................................. xiv

    ABSTRAKSI………………………………………………………………………. xv

    BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

    A. Latar Belakang ………………………………………..….......... 1

    B. Perumusan Masalah……………………………………………. 5

    C. Tujuan Penelitian...……………………………………….......... 6

    D. Manfaat Penelitian..……………………………………………. 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7

    A.  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah …............….……..

    B.  Anggaran Berbasis Kinerja........................................................

    7

    10

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    9/80

    C.  Penyusunan Anggaran................................................................

    D. 

    Alokasi Anggaran Belanja Daerah.............................................

    E.  Teori Agensi dan Hubungannya dengan Penganggaran............

    F. 

    Teori Pilihan Publik dan Kekuasaan..........................................

    G. 

    Penelitian Terdahulu..................................................................

    10

    12

    13

    14

    15

    BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………. 19

    A. Desain Penelitian………………………………....……………. 19

    B. Data dan Teknik Pengumpulan Data...........................................  21

    C. Pengolahan data dan teknik analisis data.................................... 24

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………………………. 27

    I. Gambaran Umum dan Kondisi Daerah Kab. Karanganyar......... 27

    a. Pemerintahan Kabupaten Karanganyar................................. 27

     b. Kondisi Geografi, Luas Wilayah dan Sumber Daya Alam... 27

    c.  Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).......................... 28

    d.  Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah............. 29

    II. Proses Penganggaran di Kabupaten Karangnyar......................... 29

    III. Analisis Penganggaran dan Alokasi Belanja Kab Karanganyar 33

    a. Analisis Proses Penganggaran Kabupaten Karanganyar........ 33

    1. Evaluasi terhadap jadwal penyusunan anggaran.............. 34

    2. Evaluasi proses penyusunan Kebijakan Umum APBD.... 38

    3. Evaluasi proses penyusunan PPAS.................................. 44

    4. Evaluasi proses penyusunan RKA-SKPD........................ 46

    5. Evaluasi proses verivikasi RKA-SKPD........................... 50

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    10/80

      DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    6. Evaluasi proses penetapan APBD................................ 53

     b. Analisis Alokasi Belanja Pemda Kabupaten Karanganyar.... 56

    BAB V PENUTUP........................................................................................ 61

    A. Kesimpulan.................................................................................. 61

    B. Keterbatasan................................................................................ 64

    C. Saran............................................................................................ 64

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    11/80

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Rasio Efektifitas Pemerintah Kabupaten X Tahun 2007 – 2009….. 5

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    12/80

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    IV.1 Siklus Penganggaran Daerah di Kabupaten Karanganyar.............. 31

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    13/80

    DAFTAR LAMPIRAN

    1 Unit kerja Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2009

    2 Komposisi Anggota DPRD Tahun 2007 dan 2008

    3 Organisasi Pengelola Keuangan Daerah

    4 Jadwal Perencanaan Anggaran Daerah

    5 Alokasi belanja menurut unit kerja

    6 Daftar Narasumber

    7 Banyaknya Pencari Kerja menurut Tingkat Pendidikan

    8 Review Kepatuhan Thd Permendagri 13/2006 dan 59/2007

    9 Pertumbuhan Ekonomi PDRB (ADHK) 2007-2009

    10 Inflasi di Kabupaten Karanganyar 2006-2008

    11 Hasil Wawancara dengan Pujiyanto, S.Sos., M.Si.

    12 Hasil wawancara dengan Catharina Nina Anggraeni, MT

    13 Hasil wawancara dengan Drh. H. Muh. Hatta, MM

    14 Hasil wawancara dengan Drs. Suparmi

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    14/80

    ABSTRAKSI

    EVALUASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN ALOKASIBELANJA DAERAH : STUDI KASUS PADA PEMERINTAH

    DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR

    Muh Andrianto E B S

    NIM: S4309039

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi proses

     penyusunan anggaran keuangan dan pengalokasian anggaran belanja pada

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Pendekatan yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dan studi kasus, dengan obyek penelitian proses

     penyusunan anggaran pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar,

    khususnya setelah penerapan anggaran kinerja dengan periode amatan antara TA

    2007 s/d TA 2009

    Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

    evaluasi terhadap tahap-tahap dalam proses penyusunan anggaran beserta evaluasi

    terhadap alokasi belanja yang disajikan dalam bentuk diskripsi. Data yang

    dikumpulan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

    informasi langsung yang diperoleh dari para pelaku penyusun anggaran melalui

    wawancara. Sementara data sekunder berasal dari dokumen-dokumen yang

     berhasil dikumpulkan. Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data tersebut diolah

    dan dievaluasi, diperbandingkan dengan teori dan ketentuan atau aturan-aturanyang ada untuk mengetahui tingkat kesesuiaannya ataupun penyimpangannya.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa tahap-tahap dalam proses

     penyusunan anggaran pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sudah

    sesuai dengan ketentuan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri

     No. 59 Tahun 2007. Akan tetapi, walaupun setiap tahapan telah dilaksanakan

    namun Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar belum melaksanakan aturan-

    aturan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 tersebut dengan konsisten. Hal ini

    dapat dilihat dengan belum sesuainya dalam jadwal dan indikator kinerja.

    Didalam alokasi belanja, walaupun Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar

    telah menggunakan angaran kinerja akan tetapi cara yang dilakukan dalam alokasi

     belanja masih menggunakan cara incremental.

    Kata kunci: anggaran kinerja, penyusunan anggaran, alokasi anggaran belanja.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    15/80

     ABSTRACT

     EVALUATION OF BUDGET FORMULATION AND EXPENDITURE BUDGET ALLOCATION: A CASE STUDY IN LOCAL GOVERNMENT

     DISTRICT KARANGANYAR

     Muh Andrianto E B S

     NIM. S4309039

    This research purpose to evaluate the process of budget formulation and

    expenditure budget allocation in Local Government of District Karanganyar.

     Approach used is case studies, with the research object is the process of budget

     formulation in District Government of Karanganyar, especially after theimplementation of performance budgeting in observed period of FY 2007 to FY

    2009.

     Method used in this study is to evaluate stages in the process of budget

     formulation with the evaluation of budget allocation presented in a description

     format. Data collected comprise primary data and secondary data. The primary

    data are direct information acquired through interviews from people involved in

     formulating the budget. Meanwhile, the secondary data are gathered from

    documents collected, including regional and laws, etc. In the wake of data

    collection, the data are processed and evaluated, compared to theories and

     prevalent regulations in order to realize either the fitness or the deviation of the

    data.

    The finding shows that stages in the process of budget formulation in

     District Karanganyar have been in line with the requirements stated in the Decree

    of Ministry of Home Affairs No. 13/2006 and Decree of Ministry of Home Affairs

     No. 59/2007. However, although each step has been undertaken, the District has

     yet to consistently follow the rules written in the Decree of Ministry of Home

     Affairs No. 13/2006 and Decree of Ministry of Home Affairs No. 59/2007. This

     fact can be seen from deviations in schedule and budget performance, and

     Expenditure Analysis Standard has not been formulated to be the framework of

    budget performance formulation. In the expenditure allocation, although District

    Karanganyar has utilized the budget performance, approaches to undertaking the

    expenditure allocation still use an incremental method.

    Keyword : performance budgeting, Budget Formulations, Expenditure Budget

     Allocation

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    16/80

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penyusunan anggaran dan

    alokasi anggaran belanja daerah di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini

    dilakukan dengan cara membandingkan peraturan-peraturan yang berlaku dengan

     praktek-praktek penyusunan anggaran yang ada di Kabupaten Karanganyar,

    sehingga akan diketahui sejauh mana penyimpangan atau ketidaksesuaian dengan

     peraturan.

    Beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai

    masalah yang terjadi secara bersamaan, baik sosial, dan politik di berbagai daerah.

    Permasalahan tersebut antara lain meningkatnya jumlah penduduk miskin dan

     pengangguran, melemahnya kegiatan produksi dan produktivitas masyarakat dan

    dunia usaha, menurunnya pelayanan prasarana dan sarana umum akibat

    mengecilnya penerimaan pemerintah daerah termasuk PAD, menurunnya

    ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, serta menurunnya ketentraman

    masyarakat terhadap birokrasi dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

    (Mansyur 2004). Berbagai upaya ditempuh untuk menyelesaikan berbagai

    masalah tersebut diantaranya adalah dengan menganalisa sistem keuangan daerah

    termasuk didalamnya sistem penganggarannya (budgertary)

    Menurut Nordiawan (2006: 48), anggaran adalah sebuah proses yang

    dilakukan organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    17/80

      2

    dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Pengertian

    tersebut mengungkapkan peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan

    sebuah organisasi publik. Organisasi sektor publik tentunya berkeinginan

    memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, tetapi sering kali keinginan

    tersebut terkendala oleh terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Disinilah fungsi

     penting anggaran.

    Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah

    alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses

     penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan

     perencanaan strategi telah selesai dilaksanakan. Tahap penganggaran menjadi

    sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada

    kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah disusun (Arniati et al. 

    2010).

    Berbicara mengenai kebijakan pengelolaan keuangan daerah tidak terlepas

    dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan

    menekankan pada konsekuensi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan

     pemerintah daerah. Terbitnya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 22 Tahun 1999

    memberikan warna baru landasan penyelenggaraan pemerintah daerah.

    Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada Undang-undang No. 32 Tahun

    2004 tersebut bertumpu pada upaya peningkatan efisiensi, efektivitas,

    akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan publik baik dari sisi

     pendapatan maupun belanja.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    18/80

      3

    Hal yang sama juga terjadi perubahan paradigma dalam pengelolaan

    keuangan daerah. Kondisi ini ditandai dengan keluarnya Undang-undang No 25

    Tahun 1999 yang diubah dengan Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang

    Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintah Daerah.

    Secara operasional, asas umum dan pendekatan kinerja dalam perencanaan

    dan penganggran daerah dituangkan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006

    tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian mengalami revisi

    menjadi Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri No. 13

    tahun 2006. Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 tahun

    2007.

    Sementara itu, pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar semenjak

    tahun anggaran 2007 telah menerapkan anggaran dengan pendekatan kinerja. Di

    dalam proses penyusunan anggarannya, Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar secara operasional mendasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun

    2006 dan Permendagri No. 59 tahun 2007. Proses penyusunan anggaran

    merupakan suatu proses krusial, dimana dalam proses tersebut menyangkut proses

     penentuan jumlah alokasi dana bagi tiap-tiap program dan kegiatan yang akan

    dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk satu tahun yang akan datang. Karena

     proses penyusunan anggaran merupakan proses yang krusial, maka proses tersebut

    seharusnya selalu dilakukan evaluasi sehingga kedepannya akan semakin baik.

    Apalagi sampai saat ini masih banyak dikeluhkan masyarakat Kabupaten

    Karanganyar bahwa anggaran daerah, khususnya yang berkaitan dengan belanja

    daerah belum mampu berperan sebagai insentif dalam mendorong laju

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    19/80

      4

     pembangunan daerah (Lampiran 8). Masyarakat juga mengeluhkan tingginya

    harga-harga bahan kebutuhan pokok karena tingginya inflasi yang ada di

    Kabupaten Karanganyar (Lampiran 9), kemudian meningkatnya pengangguran

    dari tahun ke tahun juga semakin menguatkan bahwa Pemerintah Daerah

    Kabupaten Karanganyar gagal dalam menjalankan roda pemerintahan (Lampiran

    7). Disamping itu, masih banyak pula masyarakat di Kabupaten Karanganyar yang

    mempertanyaakan mengenai pengalokasian anggaran yang belum sesuai dengan

    kebutuhan dan skala prioritas masyarakat. Jika Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar memiliki governance yang bagus, seharusnya juga menghasilkan

    outcome yang bagus.

     Namun pada kenyataannya, kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar termasuk dalam kategori sangat efektif menurut Kepmendagri No.

    690.900.327 Tahun 1996. Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996 mengatur

    tentang rasio efektivitas. Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan

     pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan dibandingkan dengan target

    yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas

     berarti kinerja pemerintah daerah semakin efektif.

    Tabel 1.1

    Rasio Efektivitas Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 2007 – 2009

    Realisasi PAD Target PAD Efektivitas

    2007 56.923.919.078 53.050.726.320 107,30%

    2008 64.470.676.168 58.400.628.420 110,39%

    2009 66.971.682.994 66.604.710.000 100,55%

    Sumber : APBD Kabupaten Karanganyar

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    20/80

      5

    Dengan melihat perbandingan rasio efisiensi dengan pandangan

    masyarakat Kabupaten Karanganyar mengenai kinerja Kabupaten Karanganyar,

    dapat kita simpulkan bahwa telah terjadi manipulasi dalam penyusunan anggaran,

    sehingga membuat program-program yang dibuat tidak bisa mengenai sasaran dan

    tidak memenuhi harapan masyarakat Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan

    ketidakpuasan terhadap kinerja Pemerintah Daerah yang berkembang ditengah-

    tengah masyarakat, diperlukan suatu penelitian untuk mengevaluasi penyusunan

    anggaran dan alokasi anggaran belanja pada Kabupaten Karanganyar, agar

    diperoleh gambaran yang komprehensif mengenai pencapaian kinerja yang sangat

    efisien tersebut dikarenakan tata kelola pemerintah daerah yang baik atau karena

    adanya manipulasi dalam penyusunan anggaran.

    B. Perumusan Masalah

    Organisasi sektor publik berkeinginan untuk memberikan pelayanan

    maksimal kepada masyarakat, tetapi sering kali keinginan tersebut terkendala oleh

    terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu diperlukan adanya

     penganggaran yang baik. Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar memiliki

    kinerja anggaran yang baik berdasarkan rasio efektivitas, akan tetapi masih

    terdapat ketidakpuasan masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya di

    Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang

    dikaji dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar menyusun Anggaran Pendapatan dan Alokasi Anggaran Belanja

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    21/80

      6

     Daerah sehingga memiliki kinerja yang sangat efektif ditengah kendala-kendala

     yang sedang dihadapi?”

    C. Tujuan Penelitian

    Hasil wawancara dan hasil statistik menunjukan bahwa kehidupan

    masyarakat di Kabupaten Karanganyar masih jauh dari kesejahteraan. Adapun

    menurut Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996 menyatakan bahwa kinerja

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar termasuk dalam kategori sangat

    efektif. Mengacu pada permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

    a.  Untuk mengevaluasi proses penyusunan APBD di Pemerintah Daerah

    Kabupaten Karanganyar. 

     b.  Untuk mengevaluasi pengalokasian anggaran belanja menurut organisasi pada

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. 

    D. Manfaat Penelitian

    Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

     pemikiran dalam hal peningkatan perencanaan penganggaran APBD untuk

     periode mendatang agar lebih mendekati kesesuaian dengan potensi yang dimiliki

    oleh daerah. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah bahan bacaan bagi

    yang berminat mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan laporan

    keuangan daerah.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    22/80

      7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan suatu rencana

    keuangan tahunan bagi suatu daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    Anggaran merupakan dokumen kebijakan ekonomi pemerintah yang sangat

     penting dan merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

    dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.

    Mardiasmo (2005) menyatakan bahwa anggaran berisi rencana kegiatan yang

    direpresentasikan dalam bentuk rencana pendapatan dan belanja dalam satuan

    moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana anggaran merupakan suatu

    dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari organisasi yang meliputi

    informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi

    mengani apa yang akan dilakukan organisasi dimasa yang akan datang.

    Pengertian anggaran menurut Mulyadi (1993) adalah suatu rencana kerja

    yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan

    satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Sedangkan menurut Anthony

    dan Young (2003) anggaran merupakan suatu rencana yang disajikan secara

    kuantitatif, biasanya dinyatakan dalam satuan uang yang di susun untuk periode

    waktu tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran secara jelas mengekspresikan apa

    yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan dan menyatakan juga otoritas

     penggunaan sumber daya keuangan yang diperlukan.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    23/80

      8

      Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang

    meliputi seluruh kegiatan organisasi yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter

    dan berlaku untuk jangka waktu tertentu (Bastian 2006). Menurut Hansen et al. 

    (2005) menyatakan bahwa anggaran merupakan komponen utama didalam suatu

     perencanaan, yaitu rencana keuangan untuk masa depan. Rencana tersebut

    mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya.

    Anggaran mengekspresikan sejumlah rencana tindakan oleh manajemen untuk

     periode tertentu dan membantu mengordinasikan apa yang perlu dilakukan dalam

    mengimplementasikan perencanaan.

    Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa anggaran

    merupakan rencana-rencana manajerial untuk mengekspresikan tindakan dalam

     bantuk uang dengan batasan waktu tertentu. Pengertian tersebut di atas juga

    memberikan makna bahwa anggaran senantiasa beriksikan rencana-rencana yang

     berkaitan dengan aktivitas organisasi dengan menggunakan dan memanfaatkan

     berbagai sumber daya ekonomi yang dimiliki organisasi.

    Dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 dan juga dalam penjelasan

    Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 dijelaskan pula bahwa APBD

    mempunyai beberapa fungsi, yaitu meliputi:

    1.  Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar

    untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang

     bersangkutan.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    24/80

      9

    2.  Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi

     pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

     bersangkutan.

    3.  Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi

     pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah

    daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

    4.  Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan

    untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan

     pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dsan efektivitas

     perekonomian.

    5.  Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus

    memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.

    6.  Fungsi stabilitsasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah

    menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan

    fundamental perekonomian daerah.

    Berdasarkan Permendagri No. 13 tahun 2006, disebutkan bahwa struktur

    APBD terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

    Pendapatan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu pendapatan asli daerah (PAD),

    dana perimbangan, dan lain-lain pedapatan yang sah. Untuk belanja

    dikelompokan menjadi lima, yaitu Belanja Administrasi Umum, belanja operasi

    dan pemeliharaan, belanja modal, belanja bagi hail dan bantuan keuangan, serta

    Belanja Tidak Terduga. Sedangkan pembiayaan dibagi menjadi dua kelompok,

    yaitu pembiayaan penerimaan daerah dan pembiayaan pengeluaran daerah.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    25/80

      10

    B. Anggaran Berbasis Kinerja

    Konsep Anggaran Berbasis Kinerja mulai diperkenalkan oleh Komisi

    Hoover dimana reformasi penganggaran berusaha untuk merubah penekanan

    anggaran dari pengendalian belanja line item  kepada alokasi sumber daya

     berdasarkan tujuan program dan hasil terukur (GAO, 1993). Dalam

    mengalokasikan sumber daya, penganggaran berbasis kinerja didasarkan pada

     pencapaian outcome yang dapat diukur secara spesifik.

    Robinson dan Brumby (2005) menjelaskan anggaran berbasis kinerja

    sebagai prosedur atau mekanisme yang dimaksudkan untuk memperkuat

    kaitan antara dana yang diberikan kepada entitas sektor publik dengan

    outcome dan atau outcome mereka melalui penggunaan informasi kinerja

    formal dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya. Dimana anggaran

    tersebut berfokus pada aktivitas atau fungsi yang memproduksi hasil dan

    sumber daya yang digunakan serta memperkenalkan proses penganggaran

    yang berusaha untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan sumber daya.

    Pada dasarnya tujuan utama anggaran berbasis kinerja ini adalah menigkatkan

    efisiensi dan efektivitas belanja publik.

    C. Penyusunan Anggaran

    Hansen (2005) menyatakan bahwa sebelum anggaran disiapkan, suatu

    organisai seharusnya mengembangkan suatu rencana strategis. Rencana

    strategis tersebut mengidentifikasi strategi-strategi untuk aktivitas operasi

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    26/80

      11

    dimasa yang akan datang. Organsiasi dapat menerjemahkan strategi umum

    kedalam tujuan jangka panjang dan jangka pendek.

    Selama ini yang terjadi didalam proses penyusunan anggaran adalah masih

    menggunakan pendekatan anggaran tradisional. Pendekatan trandisional ini

    yang menjadi cirinya adalah cara penyusunan anggaran yang didasarkan pada

     pendekatan incrementalialism  dan menampilkan anggaran dalam perspektif

    sifat dasar (nature) dari sebuah pengeluaran atau belanja (Nordiawan 2006)  .

      Menurut Bastian (2006) masalah utama anggaran tradisonal adalah terkait

    dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money  (ekonomi,

    efektif, dan efisien). Konsep ekonomi, efisiensi dan efektif seringkali

    dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran secara tradisional.

    Dalam proses penyusunan anggaran berdasarkan paradigma baru,

    memerlukan peran serta dan partisipasi dari berbagai pihak secara lebih

     proaktif. Ketentuan tersebut seperti telah disebutkan dalam pasal 21 PP No.

    105 tahun 2000 yang menyatakan bahwa dalam rangka menyiapkan

    rancangan APBD, pemerintah daerah bersama DPRD menyusun arah dan

    kebijakan umum APBD. Hal ini berarti bahwa penyusunan APBD

     berdasarkan peraturan pemerintah tersebut harus melibatkan partisipasi

    masyarakat sejak awal.

    Berdasarkan pasal 8 PP No. 105 tahun 2000 disebutkan bahwa APBD

    disusun dengan pendekatan kinerja. Dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan

    tersebut, anggaran dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    27/80

      12

    yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari

     perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.

    Untuk menjamin agar APBD disususn dan dilaksanaakan dengan baik dan

     benar serta terdapat disiplin anggaran maka penyusunan anggaran baik

     pendapatan mupun belanja harus mengacu pada aturan atau pedoman yang

    melandasinya apakah itu Undang-undang, Peraturan pemerintah, Keputusan

    menteri, Peraturan Daerah atau keputusan kepala daerah.

    Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 disebutkan bahwa ada

     beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam

     penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa 1) pendapatan yang

    direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat

    dicapai untuk setiap sumber pendapatan, seangkan belanja yang dianggarkan

    merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja, 2) penganggaran pengeluaran

    harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam

     jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum

    tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD atau perubahan.

    D. Alokasi Anggaran Belanja Daerah

    Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 Tahun 2007

    menyatakan bahwa belanja daerah meluputi semua pengeluaran yang

    merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi

     pengeluaran Pemerintah Daerah. Belanja daerah dibedakan dalam Belanja

    Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung yaitu belanja yang

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    28/80

      13

    dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang

    direncanakan. Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi

    secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Belanja daerah

    merupakan semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu

    tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran kas daerah. Pengeluaran

     berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan

    sarana prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat sendiri, sehingga

     pengeluaran ini harus dikelola pemerintah dengan baik agar bisa ekonomis,

    efektif dan efisien (value for money) dalam penggunaan sumber daya yang

    dimiliki.

    E. Teori Agensi dan Hubungannya dengan Penganggaran

    Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan

    sebagai sebuah kontrak di mana satu atau lebih pihak  principal menyewa

     pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa. Fozard dalam Taufiq dan

    Iskandar (2010) menyatakan bahwa penganggaran dapat dilihat sebagai

    transaksi berupa kontrak mandat yang diberikan kepada agen (eksekutif)

    dalam kerangka struktur institusional dengan berbagai tingkatan yang berbeda.

    Sesuai dengan apa yang dinyatakan pada teori keagenan, bahwa pihak

     principal dan agent memiliki kepentingan masing-masing, sehingga benturan

    atas kepentingan ini memiliki potensi terjadi setiap saat. Pihak agent  

     berkemampuan untuk lebih menonjolkan kepentingannya karena memiliki

    informasi yang lebih dibandingkan pihak  pricipal, hal ini disebabkan karena

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    29/80

      14

     pihak agenlah yang memegang kendali operasional di lapangan. Sehingga

     pihak agen lebih memilih alternatif yang menguntungkannya, dengan

    mengelabuhi dan membebankan kerugian pada pihak principal.

    F. Teori Pilihan Publik dan Kekuasaan

    Teori pilihan publik memandang bahwa inti dari analisis adalah

     pelaku-pelaku individu, baik yang bertindak sebagai anggota dari partai

     politik, kelompok kepentingan, atau birokrasi, baik ketika individu itu

     bertindak sebagai pejabat yang diankat lewat pemilu atau sebagai warga biasa

    atau sebagai pemimpin perusahaan. Di arena politik para politisi dan birokrat

     bertindak semata-mata untuk memperbesar kekuasaan yang dimiliki.

    Perspektif ini bagi teori pilihan publik adalah hasil dari interaksi politik di

    antara para pelaku rasional yang ingin memaksimalkan keuntungan bagi

    dirinya sendiri (Caparasso dalam Taufiq dan Iskandar 2010).

    Kekuasaan merupakan bentuk pengungkapan dari ide bahwa ide

    seseorang dapat mencapai tujuan maka ia harus melakukan sesuatu untuk

    mempengaruhi dan mengubah lingkungan sekitarnya. Menurut Caparaso

    dalam Taufiq dan Iskandar (2010), semua konsep kekuasaan didasarkan pada

    ide tentang tujuan atau kepentingan. Ketika kepentingan ini didasari oleh

     pelaku yang membuat keputusan (yaitu ketika pelaku secara sadar berusaha

    mengejar kepentingan mereka) maka dapat disebut sebagai kebutuhan (wants),

     pilihan (preference), atau tujuan (goal). Adapun ketika para pelaku tidak sadar

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    30/80

      15

    tentang pentingnya berbagai dampak tertentu bagi dirinya, maka kita dapat

    menyebutnya sebagai kepentingan (interest).

    G. Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian mengenai evaluasi penyusunan anggaran berbasis

    kinerja diantaranya adalah penelitian Crain dan O’Roack (2004) menemukan

    kehadiran anggaran berbasis kinerja baru dapat menurunkan belanja total dari

    negara bagian setidaknya sebesar 1,3% dari pendapatan di negara bagian, dan

    2% per kapita. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan

    oleh Willougby dan Melkers (2000) terhadap penganggar di 49 negara bagian,

     baik eksekutif maupun legislatif. Tanggapan para responden dalam survey

    tersebut belum mengindikasikan adanya kemajuan implementasi dalam

    mempengaruhi aprosiasi yang dapat dikaitkan langsung dengan outcome 

    dalam implementasi anggaran berbasis kinerja, hanya mendapat sedikit respon

    yaitu sepertiga dari eksekutif dan 43% dari legislatif yang berpendapat setuju

    dan sangat setuju. Demikian juga atas pertanyaan efektivitas anggaran

     berbasis kinerja merubah tingkat apropriasi, rata-rata tanggapan sampel hanya

    menunjukan 1,54 dari skala likert 1 sampai 4.

    Penelitian lain tentang anggaran berbasis kinerja yang

    mengindikasikan adanya kemajuan diantaranya dari survey yang sama

    dilakukan oleh Willougby dan Melkers (2001), menemukan bahwa secara

    keseluruhan implementasi anggaran berbasis kinerja telah memberikan

    dampak perbaikan pada efektivitas program lembaga dan pengambilan

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    31/80

      16

    keputusan dalam pemerintah. Sementara Jordan dan Hackbart (1999) dalam

     penelitiannya atas status anggaran berbasis kinerja diimplementasikan, maka

     pencapaian standar kinerja akan mempengaruhi rekomendasi dalam angaran

    gubernur (eksekutif) dan kinerja dapat mempengaruhi pendanaan tahun

     berjalan setelah aproriasi awal.

    Broom (1995) menyimpulkan bahwa pemberian informasi kinerja

    dalam proses penganggaran, walaupun tidak mentransformasikan proses

    keputusan, namun memberikan nilai tambah pada pertimbangan. Konsisten

    dengan hal tersebut, Wang (2000) menemukan bahwa penggunaan

     pengukuran kinerja dalam penganggaran dipandang memiliki dampak positif

     pada kinerja organisasi. Penggunaan pengukuran kinerja dalam penganggaran

    disimpulkan dapat berdampak pada pemerintah, menentukan tujuan

    organisasi, memonitor praktik manajemen, dan dalam beberapa kasus

    membuat alokasi anggaran. Sedangkan penelitian Cavaluzo dan Ittner (2004)

    menunjukan pengukuran kinerja merupakan kepatuhan terhadap akuntabilitas

    laporan keuangan publik.

    Terkait implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap terciptanya

     pengambilan keputusan pada dasarnya mendukung untuk terciptanya

     pengambilan keputusan yang lebih rasional (secara rasional). Penelitian

    Goodman dan Clynch (2004) atas pengambilan keputusan anggaran oleh

    analis anggaran baik dari eksekutif maupun legislatif mendukung bukti dari

     penelitian-penelitian sebelumnya yang membenarkan kompleksitas faktor-

    faktor yang mempengaruhi keputusan analis anggaran.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    32/80

      17

    Di Indoensia, Asmadewa (2006) melakukan penelitian tetang faktor-

    faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja

    menunjukan bahwa yang meneliti faktor sumber daya dan informasi terhadap

    implementasi anggaran berbasis kinerja pemerintah pusat. Hasil dari

     penelitian ini menunjukan adanya pengaruh yang signifikan pada faktor

    sumber daya dan informasi terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja

    di pemerintahan pusat.

    Isbanianto (2007) melakukan penelitian mengenai evaluasi APBD di

    Pemerintah Kota Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa tahap-tahap

     proses penyusunan anggaran pada Pemerintah Kota Yogyakarta sudah sesuai

    dengan ketentuan dalam Kepemendagri No. 29 Tahun 2002. Adapun setiap

    tahapan telah dilaksanakan namun Pemerintah Kota Yogyakarta belum

    melaksanakan aturan-aturan dalam Kepemendagri No. 29 Tahun 2002 dengan

    konsisten. Hal ini dapat dilihat dengan belum sesuainya dalam jadwal waktu

    dan indikator kinerja, serta belum dibuatnya Standar Analisis Belanja (SAB)

    sebagai sebuah ketentuan dalam penyusunan anggaran kinerja.

    Taufiq dan Iskandar (2010) mengevaluasi mengenai kemungkinan

    incumbent memanfaatkan APBD yang disusun dengan pendekatan kinerja,

    untuk mencalonkan kembali dalam pemilihan umum kepala daerah

    (pemilukada). Peneliti menggunakan Proporsi Belanja Bantuan Sosial dan

    Proporsi Belanja Hibah sebagai indikator penggunaan anggaran oleh Kepala

    Daerah. Penelitian tersebut berhasil menunjukan bahwa incumbent

    memanfaatkan APBD untuk pencalonannya kembali sebagai kepala daerah.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    33/80

      18

    Ariesta dan Taufiq (2010) mengevaluasi faktor-faktor yang

    menyebabkan keterlambatan dalam penyusunan APBD. Penelitian tersebut

    telah mengidentifikasi terdapat 5 faktor yang merupakan faktor penyebab

    terjadinya keterlambatan dalam penyusunan APBD. Kelima faktor tersebut

    terdiri dari faktor hubungan eksekutif dan legislatif, faktor latar belakang

     pendidikan, faktor indikator kinerja, faktor komitmen, dan faktor penyusunan

    APBD.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    34/80

      19

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi tahap-tahap

    dalam proses penyusunan anggaran pada Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar antara TA 2007 s/d 2009. Desain penelitian dilakukan sejalan

    dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti. Menurut Neuman dalam

    Isbanianto (2007), tujuan penelitian sosial digolongkan dalam tiga kelompok

     berdasarkan apa yang coba diselesaikan oleh penelti, seperti: menyelidiki

    topik baru, menggambarkan fenomena sosial, atau menjelaskan mengapa

    sesuatu terjadi. Tujuan tersebut dapat digolongkan kedalam tiga golongan

    yaitu eksploratori, deskripsi, dan eksplanatori. Dalam suatu penelitian dapat

    mempunyai lebih dari satu tujuan, namun satu tujuan biasanya bersifat

    dominan. Sebagaimana telah dijelaskan dimuka bahwa tujuan penelitian ini

    adalah untuk menginvestigasi proses penyusunan APBD di Pemerintah

    Daerah Kabupaten Karanganyar dan untuk mengevaluasi pengalokasian

    anggaran belanja menurut organisasi pada Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar, maka tujuan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah termasuk jenis deskriptif.

    Jenis penelitian deskriptif mempunyai tujuan untuk memberikan

    gambaran atau mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap

    obyek yang akan diteliti. Selanjutnya obyek yang akan diteliti dianalisis

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    35/80

      20

    melalui suatu penjelasan argumentatif yang memuat proses penalaran dan

     penafsiran yang logis.

    Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat

    terhadap fenomena sosial tertentu, dimana peneliti mengembangkan konsep

    dan menghimpun fakta yang ada. Menurut Nawawi (1998), metode deskriptif

    diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

    menggambarkan keadaan obyek pada saat sekarang dan berdasarkan fakta-

    fakta sebagaimana adanya.

    Sementara menurut Neuman dalam Isbanianto (2007) meyatakan

     bahwa penelitian deskripsi memiliki ide yang lebih berkembang tentang

    fenomena sosial dan menghadirkan gambaran rinci tentang situasi, keadaan

    ataupun hubungan sosial.

    Dalam penelitian ini digunakan pendekatan studi kasus (case study).

    Menurut Neuman dalam Isbanianto (2007) menyatakan bahwa studi kasus

    merupakan penelitian, dimana peneliti menguji secara mendalam banyak ciri-

    ciri dari sedikit kasus lebih dari satu durasi waktu. Kasus yang diteliti dapat

     berupa kasus perorangan, kelompok, organisasi, pergerakan, even-even atau

    unit-unit geografi. Data tersebut biasanya lebih detail, terinci, bervariasi dan

    ekstensif. Kebanyakan data kualitatif yang didapat berupa kasus-kasus kecil.

    Pada sebuah studi kasus, seorang peneliti secara intensif menginvestigasi satu

    atau dua kasus atau membandingkan satu set kasus yang terbatas. Studi kasus

    membantu peneliti untuk menghubungkan tingkat mikro atau tindakan orang

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    36/80

      21

     perorangan dengan tingkat makro atau struktur skala sosial yang lebih besar

     beserta proses sosial itu sendiri.

    Data dalam penelitian studi kasus dapat dikumpulkan dalam bilangan

     bulan, tahun, atau lintas zaman. Data dalam studi kasus dapat diperoleh

    termasuk melalui observasi langsung, invterview atau wawancara formal dan

    tidak formal, sensus statistik, pemetaan, foto-foto dan koran-koran lama,

     berbagai macam dokumen yang bernilai sejarah, catatan resmi dan lain-lain

    (Neuman dalam Isbaniatnto 2007).

    Ada keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan metode studi kasus

    untuk tujuan penelitian. Keuntungan metode ini adalah bahwa penelitian dapat

    dilakukan dengan mendalam serta kesempatan untuk memperoleh wawasan

    mengenai konsep-konsep dasar. Pelaksanaan penelitian secara mendalam

    mengakibatkan kajian kurang luas sehingga penemuan-penemuan dari

     penelitian sulit untuk digeneralisasi terhadap keadaan yang berlaku umum,

    karena hasil penemuan hanya diperoleh dari satu keadaan tertentu. Kelemahan

    lain dari metode ini berkaitan dengan sifat subyektif atau prasangka peneliti

    dalam studi kasus, sehingga kemungkinan dapat mempengaruhi proses dan

    hasil penelitian atau menimbulkan bias di dalamnya.

    B. Data dan Teknik Pengumpulan Data

    Data sebagai bahan baku penelitian mutlak diperlukan. Menurut Umar

    (2003) menyatakan bahwa data merupakan suatu fakta dan angka yang secara

    relatif belum dapat dimanfaatkan oleh pemakai data. Oleh karena itu data

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    37/80

      22

    harus ditransformasikan terlebih dahulu menjadi suatu informasi yang dapat

     berguna bagi pemakainya. 

    Dalam penelitian ini, data yang diperlukan berupa data primer maupun

    data sekunder. Data primer meliputi informasi langsung yang diperoleh dari

     para pelaku yang terlibat dalam penyusunan anggaran Pemerintah Daerah

    Kabupaten Karanganyar. Data sekunder terdiri dari dokumen-dokumen

     penyusunan anggaran serta instrumen hukum yang terkait dengan penyusunan

    anggaran. Data sekunder umumnya berasal dari pemerintah daerah.

    Keterbatasan umum yang melekat pada setiap data sekunder dan berasal dari

    dokumen pemerintah daerah adalah terkadang informasi yang diperoleh tidak

    lengkap, atapun terkadang terjadi duplikasi peraturan yang justru

    menimbulkan penafsiran yang bias.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi

    kasus. Dalam melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan data secara

    ekstensif tentang program atau peristiwa yang menjadi fokus penelitian yang

    dapat diperoleh melalui interview atau wawancara formal dan tidak formal

    serta berbagai macam dokumen yang berkaitan dengan materi perkuliahan,

    catatan resmi, dan lain lain. Secara garis besar, metode yang digunakan dalam

     pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibedakan dalam dua golongan,

    yaitu:

    1.  Wawancara. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan

    cara bertanya langsung kepada responden. Dalam wawancara terdapat

     proses interaksi antara pewawancara dengan responden.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    38/80

      23

    Wawancara dalam studi kasus berbeda dengan wawancara dalam survey.

    Dalam penelitian ini, pertanyaan-pertanyaan selama wawancara terarah

     berdasarkan topik percakapan dan tidak terstruktur seperti kuesioner.

    Dengan demikian pertanyaan lebih bersifat mengalir, terbuka dan tidak

     baku. Oleh karena itu untuk proses penelitian ini, tidak disusun daftar

     pertanyaan atau kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap pihak-pihak

    yang terkait dan terlibat dalam proses penyusunan anggaran dari berbagai

    instansi, diantaranya yaitu dari DP2KAD, badan perencanaan

     pembangunan daerah, bagian pengendalian pembangunan, kepala-kepala

    SKPD dalam lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, dan

    masyarakat Kabupaten Karanganyar.

    2.  Studi dokumen. Data penelitian juga akan diperoleh melalui studi dari

     berbagai dokumen, baik dokumen yang dipublikasikan secara umum

    maupun dari berbagai arsip yang ada. Dari dokumen-dokumen yang

    dikumpulkan, akan diperoleh informasi yang dibutuhkan diantaranya yaitu

    mengenai gambaran umum Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar,

     proses penyusunan anggaran, data keuangan, maupun informasi

     pendukung lainnya berkenaan dengan obyek penelitian.

    3.  Observasi. Observasi adalah perilaku mencatat atau merekam suatu

    fenomena, dengan suatu instrumen tertentu. Observasi sering digunakan

    dalam penelitian studi kasus. Observasi menyediakan jawaban pada

     pertanyaan yang sedang diinvestigasi.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    39/80

      24

    Data sekunder yang diperlukan sesuai dengan topik penelitian ini

    meliputi data sebagai berikut:

    a.  Dokumen Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah

    Daerah Kabupaten Karanganyar, tahun anggaran 2007 sampai Tahun

    Anggaran 2009.

     b.  Dokumen Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, Tahun Anggaran 2007

    sampai dengn Tahun Anggaran 2009.

    c.  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

    Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2009.

    d.  Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Karanganyar

    tahun 2007-2009

    e.  Dokumen-dokumen tentang proses penyusunan anggaran pada

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar.

    f.  Instrumen hukum atau peraturan perundangan yang berkaitan dengan

     proses penyusunan anggaran.

    C. Pengolahan data dan teknik analisis data

    Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya adalah

    melakukan pengelolaan data agar data yang masih terkesan bertebaran dapat

    disusun sedemikian rupa sehingga lebih mudah untuk dianalisis dalam rangka

    menjawab tujuan penelitian. Penelitian kualitatif menghasilkan data mentah

    dalam berbagai bentuk, antra lain berupa hasil wawancara, kumpulan

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    40/80

      25

    dokumen dan lain-lain, termasuk juga dalam bentuk angka-angka. Agar data

    mentah tersebut dapat bermanfaat sebagai suatu informasi maka harus

    dilakukan pengolahan terhadap data-data yang berhasil dikumpulkan dan

    untuk tahap selanjutnya dilakukan suatu analisis terhadap data-data tersebut.

    Pengolahan data didasarkan pada data yang dihimpun, baik berupa data primer

    maupun data sekunder. Pengolahan data sekunder yang berupa dokumen-

    dokumen berkaitan dengan anggaran yang berbentuk angka-angka,

    dikelompokan atau disusun dan disederhanakan dalam tampilan tabel, tanpa

    mengubah angka-angka seperti yang ada dalam dokumen. Sementara

     pengolahan data primer berupa hasil wawancara akan menghasilkan suatu

    uraian yang menggambarkan mengenai praktek penyusunan anggaran yang

    sudah dilakukan, kendala-kendala dalam penyusunan anggaran, dan lain-lain.

    Dalam tahap analisis data, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    1.  Melakukan identifikasi terhadap organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar. Dalam tahap ini akan diketahui lebih jauh mengenai

     berbagai informasi secara rinci mengenai Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar.

    2.  Untuk mengetahui tingkat kesesuaian praktek-praktek yang dilakukan

    dalam penyusunan angaran kinerja dengan peraturan-peraturan yang ada,

    maka dilakukan suatu evaluasi terhadap praktek-praktek penyusunan

    anggaran pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, yang

    kemudian diperbandingkan dengan peraturan-peraturan yang berlaku

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    41/80

      26

    sehingga akan diketahui sejauh mana penyimpangan atau ketidaksesuaian

    dengan peraturan.

    3.  Untuk mengetahui dasar yang digunakan dalam pengalokasi belanja

    khususnya alokasi belanja menurut fungsi belanja dan organisasi, maka

    dilakukan suatu evaluasi yang datanya berasal dari data APBD Kabupten

    Karanganyar, terutama APBD setelah perubahan dari tahun 2007 hingga

    tahun 2009. Dari evaluasi tersebut akan diketahui dasar-dasar yang

    digunakan Pemerintah Daerah dalam pengalokasian belanja kepada

    masing-masing urusan dan unit kerja mulai dari tahun anggaran 2007

    sampai dengan 2009.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    42/80

      27

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    I. Gambaran Umum dan Kondisi Daerah Kabupaten Karanganyar

    a. Pemerintahan Kabupaten Karanganyar

    Kabupaten Karanganyar dipimpin oleh seorang Bupati dan

    didampingi oleh seorang Wakil Bupati. Bupati dan Wakil Bupati dipilih

    langsung oleh masyarakat Kabupaten Karanganyar. Dalam menjalankan

    tugasnya, Bupati dibantu oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

    yang disesuaikan dengan fungsi dari SKPD masing-masing. Pada tahun

    2009, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar melakukan perubahan

     pada struktur organisasi untuk meningkatkan kinerja dan potensi

     pendapatan pada masing-masing unit kerja baru. Daftar Organisasi

    Pemerintahan yang ada di Kabupaten Karanganyar tahun 2007-2009 ada

    di lampiran 1.

    b. Kondisi Geografi, Luas Wilayah dan Sumber Daya Alam

    1. Kondisi Geografi

    Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di

    antara 35 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah di

    sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sragen dan Kabupaten

    Wonogiri; di sebelah barat berbatasan dengan Kota Solo dan

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    43/80

      28

    Kabupaten Boyolali; disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten G;

    serta di sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur.

    Berdasarkan perhitungan garis bujur dan garis lintang,

    Kabupaten Karanganyar terletak antara 1100  40’’ – 110

    0  70’’ Bujur

    Timur dan 70 28’’ – 70 46’’ Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata

    mencapai 511 meter dpl (diatas permukaan laut) serta beriklim tropis

    dengan temperatur antara 220 – 31

    0C.

    2.  Luas Wilayah

    Pada tahun 2007, dari luas wilayah Kabupaten Karanganyar

    yang sebesar 77. 378, 64 Ha (atau sekitar 773, 78 km2), terdapat Tanah

    Sawah seluas 22. 478 Ha (atau sekitar 29,05% dari total) dan Tanah

    Kering seluas 54.899,08 Ha (atau sekitar 70,95% dari total). Luas

    tanah sawah di Kabupaten Karanganyar itu sendiri dari tahun ke tahun

    mengalami penurunan atau dengan kata lain telah terjadi pergeseran

     pemanfaatan lahan untuk sawah ke penggunaan lainnya.

    c. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)

    Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, Tim Anggaran

    Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah tim yang

    dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris

    daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan

    kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri

    dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat lainnya sesuai dengan

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    44/80

      29

    kebutuhan. TAPD juga berperan dalam membahas KUA dan PPA bersama

    dengan panitia anggaran DPRD.

    d. Struktur Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah

    Menurut Pasal 32 UU Nomor 25/2004, Kepala Daerah

    menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan pembangunan

    daerah di daerahnya. Dalam menyelenggarakan perencanaan

     pembangunan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh Kepala Bappeda.

    Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan

     pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Gubernur

    menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi

     perencanaan pembangunan antar kabupaten/kota. Bagan struktur

    organisasi Pemerintah Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada

    Lampiran 3.

    II. Proses Penganggaran di Kabupaten Karangnyar

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar telah menerapkan

    anggaran dengan pendekatan kinerja sejak tahun anggaran 2007. Secara

    operasional, penyusunan anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah

    Kabupaten Karanganyar mendasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006

    dan Peremendagri No. 59 Tahun 2007. Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan

    Peremendagri No. 59 Tahun 2007 menyatakan bahwa dalam proses

     penyusunaan anggaran daerah dengan menggunakan pendekatan kinerja,

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    45/80

      30

    dimulai dari penyusunan Kebijakan Umum APBD sampai dengan

    ditetapkannya Rancangan APBD menjadi APBD, terdiri dari beberapa

    tahapan proses kegiatan yang saling terkait.

    Gambar IV.1

    Siklus Penganggaran Daerah di Kabupaten Karanganyar

    Serangkaian tahap proses penyusunan anggaran berdasarkan jadwal

    sesuai Permendagri No 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 Tahun 2007

    sebagai revisi atas Permendagri No 13 Tahun 2006 dapat disusun dalam

     bentuk tabel (Lampiran 4).

    Dengan telah disosialisasikannya Permendagri No. 13 Tahun 2006

     pada kuartalan ketiga tahun 2006 lalu oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

    Daerah Kabupaten Karanganyar merespon positif dengan segera

    mengimplementasikan aturan tersebut. Implementasi diwujudkan mulai tahun

    anggaran 2007, dimana Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar mulai

    Bappeda & DPRD MusrenbangRKPD

    KUA&PPASS

    RKA-SKPD

    yg disetujui

    RAPBD

    APBD

    Hearing DPRD

    dan SKPD

    Evaluasi

    Gubernur

    TAPD

    Membuat

    AcuanAcuan

    SKPD

    Membuat

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    46/80

      31

    menggunakan bentuk anggaran baru yaitu anggaran surplus atau defisit yang

    menekankan pada pendekatan kinerja dengan menggunakan aturan-aturan

    yang telah ada yang dikeluarkan pemerintah pusat. Proses penganggaran

    tersebut di awali dengan menjaring aspirasi dari masyarakat atau yang dikenal

    dengan istilah Musrenbang.

    Proses penyusunan anggaran selanjutnya adalah membuat Kebijakan

    Umum APBD. Kebijakan Umum APBD Kabupaten Karanganyar disusun oleh

    Pemerintah Daerah, kemudian dibahas bersama dengan DPRD Kabupaten

    Karanganyar. Setelah penyusunan Kebijakan Umum APBD Kabupaten

    Karanganyar selesai dilakukan dan telah ada kesepakatan dengan DPRD

    Kabupaten Karanganyar yang dituangkan dalam nota kesepakatan, tahap

    selanjutnya adalah menentukan prioritas APBD. Prioritas APBD diperlukan

    guna mengatasi berbagai kendala, tantangan dan masalah yang timbul serta

    untuk dapat memperlancar pencapaian Kebijakan Umum APBD.

    Dengan telah selesainnya penyusunan Kebijakan Umum APBD

    Kabupaten Karanganyar dan prioritas APBD Kabupaten Karanganyar, Bupati

    atau Kepala Daerah menertibkan surat edaran (SE Bupati) untuk kepala unit

    kerja agar menyiapkan rancangan anggarannya. SE Bupati tersebut memuat

    antara lain Kebijakan Umum APBD, prioritas APBD, dan formulir RKA-

    SKPD (Rencana Kerja Anggran-Satuan Kerja Perangkat Daerah).

    Setelah unit kerja selesai melakukan penyusunan RKA-SKPD,

    selanjutnya RKA-SKPD tersebut disampaikan kepada Tim Anggaran

    Pemerintah Daerah (TAPD) untuk diverifikasi. Tim Anggaran Pemerintah

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    47/80

      32

    Daerah (TAPD) terdiri dari: Sekretaris Daerah, Kepala Bappeda, Kepala

    DP2KAD, Asisten Pemerintahan dan Pembangunan, Asisten Hukum dan

    Organisasi, Asisten administrasi, Inspektorat, Kepala Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah, dan Kepala Bagian pengendalian Pembangunan, serta

    dibantu oleh tim teknis TAPD.

    RKA-SKPD dapat dikembalikan kepada unit kerja jika menurut Tim

    Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) perlu dilakukan revisi, perubahan atau

     penyempurnaan. Selanjutnya hasil evaluasi rancangan yang diusulkan oleh

    setiap unit kerja dalm RKA-SKPD oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah

    (TAPD) digunakan sebagai dasar untuk menyusun rancangan ABPD.

    Rancangan APBD pada dasarnya merupakan gabungan dari RKA-SKPD.

    Rancangan APBD selanjutnya diajukan oleh Pemerintah Daerah kepada

    DPRD untuk dilakukan pembahasan kemudian menjadi RAPBD. RAPBD

    disampaikan ke Provinsi untuk dievaluasi. Jika ada perbaikan atau revisi atas

    RAPBD tersebut maka akan dikembalikan dan diperbaiki oleh TAPD.

    Setelah dilakukan perbaikan atau revisi atas evaluasi oleh provinsi

    terhadap RAPBD Kabupaten Karanganyar, maka dokumen akan disahkan atau

    disetujui oleh DPRD. Pengesahan dari DPRD Kabupaten Karanganyar

    menandakan bahwa RAPBD berubah menjadi dokumen APBD, sehingga

    APBD dapat dicairkan atau direalisasikan sesuai dengan kebutuhan

    operasional Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar maupun

     pembangunan daerah dalam sektor publik.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    48/80

      33

    III. Analisis Proses Penganggaran dan Alokasi Anggaran Belanja Kabupaten

    Karanganyar

    a. Analisis Proses Penganggaran Kabupaten Karanganyar

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar setelah mendapatkan

    sosialisasi Permendagri No. 13 tahun 2006 dan Permendagri No. 59 Tahun

    2007 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat. Adapun Pemerintah

    Daerah Kabupaten Karanganyar telah melakukan serangkaian persiapan

    dalam penerapan anggaran kinerja yang berdampak pada semakin baik dan

    lancarnya proses penyusunan anggaran, akan tetapi proses tersebut

    seharusnya selalu dievaluasi dan dilakukan perbaikan guna mencapai suatu

    hasil yang lebih baik dari praktek-praktek sebelumnya.

    Berikut ini akan disampaikan uraian dan gambaran mengenai

    tahap-tahap dalam praktek penyusunan anggaran dengan pendekatan

    kinerja beserta evaluasinya pada Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar. Data-data diperoleh diantaranya melalui teknik wawancara

    dengan pelaku penyusun anggaran yang masuk dalam Tim Anggaran

    Pemerintah Daerah (TAPD), Bappeda, SKPD-SKPD, dan juga dari

    dokumen-dokumen pendukungnya. Evaluasi akan dibagi dalam beberapa

     bagian sebagai berikut:

    1.  Evaluasi terhadap jadwal penyusunan anggaran.

    2.  Evaluasi proses penyusunan Kebijakan Umum APBD.

    3.  Evaluasi proses penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.

    4.  Evaluasi proses penyusunan RKA-SKPD.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    49/80

      34

    5.  Evaluasi proses verifikasi RKA-SKPD.

    6.  Evaluasi proses penetapan APBD.

    1. Evaluasi terhadap jadwal penyusunan anggaran

    Jadwal proses penyusunan anggaran Pemerintah Daerah

    Kabupaten Karanganyar, disusun oleh Bappeda dengan berpedoman

     pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 Tahun

    2007. Jadwal tersebut berisi serangkaian kegiatan dan waktu mengenai

    kapan suatu tahap kegiatan akan dilaksanakan. Permendagri No. 13

    tahun 2006 dan Permendagri No. 59 tahun 2007 telah mengatur tahap-

    tahap kegiatan yang akan dilaksanakan beserta jadwal waktu mengenai

    kapan tahap kegiatan harus dilaksanakan dalam suatu proses

     penyusunan APBD. Kepatuhan terhadap jadwal yang ditentukan akan

    mempengaruhi kualitas APBD yang dihasilkan. Hal ini terkait dengan

     jumlah waktu minimal yang dibutuhkan dalam melakukan suatu tahap

    kegiatan dalam proses penyusunan anggaran. Semakin pendek atau

    sedikit waktu yang diberikan dalam suatu tahapan kegiatan akan

    mengakibatkan pada pelaksanaan tahapan kegiatan yang tergesa-gesa

    sehinga akan menghasilkan suatu output yang kurang baik. Disamping

    itu, karena proses penyusunan anggaran merupakan suatu rangkaian

    kegiatan yang terdiri dari beberapa tahapan, maka keterlambatan dapat

     berakibat pada pengunduran jadwal tahap yang lainnya. Berikut ini

    merupakan perbandingan jadwal dalam Permendagri No. 13 tahun

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    50/80

      35

    2006 dan Permendagri No. 59 tahun 2007 dengan jadwal yang dibuat

    oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, besarta realisasinya.

    Pada Lampiran 5 dapat dilihat bagaimana realisasi pelaksanaan

    kegiatan-kegiatan dalam proses penyusunan anggaran,

    diperbandingkan dengan jadwal yang telah ditentukan. Secara umum,

    realisasi jadwal maupun jumlah waktu minimal yang dibutuhkan

     belum sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, baik menurut

    Permendagri No. 13 tahun 2006 dan Permendagri No. 59 tahun 2007

    maupun menurut jadwal yang dibuat oleh Bappeda. Apabila

    diperbandingkan antara realisasi dengan jadwal yang dibuat oleh

    TAPD, pelaksanaan kegiatan juga banyak mengalami keterlambatan.

    Kegiatan penyusunan kebijakan APBD yang seharusnya dilaksanakan

     pada bulan Juli mundur sampai bulan September, November. Bahkan

     penyusunan Kebijakan Umum APBD untuk TA 2009 justru

    dilaksanakan pada bulan Februari 2009, dimana APBD untuk TA 2009

     juga ditetapkan pada tahun tersebut. Ini berarti bahwa penyusunan

    RKA-SKPD telah dilaksanakan dengan tidak menggunakan dasar

    Kebijakan Umum APBD. Namun demikian, keterlambatan proses

     penyusunan Kebijakan Umum APBD TA 2009 bisa dimaklumi, karena

    terdapat Pemilu Legislatif pada TA 2009. Sehingga membuat

     perumusan Kebijakan Umum APBD menjadi terhambat karena baik

    Bupati maupun DPRD berfokus pada jalannya Pemilu Legislatif di

    Kabupaten Karanganyar.

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    51/80

      36

    Selanjutnya proses penyusunan Prioritas APBD juga

    mengalami penundaan dari jadwal yang ditentukan. Penysusunan

    Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Sementara untuk TA 2007

    disusun bersamaan dengan penyusunan Kebijakan Umum APBD, dan

    mengalami keterlambatan 4 bulan dari jadwal yang ditetapkan.

    Sementara penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

    untuk TA 2008 dilakukan kurang lebih tiga bulan setelah penyusunan

    Kebijakan Umum APBD yaitu disusun masing masing pada bulan

    Desember atau terlambat sekitar 5 bulan dari batas waktu yang telah

    ditentukan. Untuk TA 2009 dilakukan bersamaan dengan penyusunan

    Kebijakan Umum APBD, yaitu pada bulan Februari 2009.

    Dengan tertundanya penyusunan Kebijakan Umum APBD serta

     penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara, berakibat pada

    tahap penyusunan usulan RKA-SKPD. Unit kerja seharusnya

    melakukan penyusunan usulan RKA-SKPD pada bulan September

    mundur menjadi bulan Desember. Waktu penyusunan RKA-SKPD

    yang seharusnya kurang lebih satu bulan, menjadi hanya sekitar dua

    minggu saja. Terbatasnya waktu penyusunan RKA-SKPD berakibat

     pada penyusunan RKA-SKPD dikerjakan dengan tergesa-gesa dan

    kurang teliti baik menyangkut indikator kinerja maupun jumlah

    anggaran yang diusulkan dalam RKA-SKPD. RKA-SKPD yang belum

    sempurna sudah harus diajukan ke TAPD karena jadwal verifikasi atau

     penelitian yang sudah dekat. Kurang sempurnanya RKA-SKPD yang

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    52/80

      37

    diajukan mengakibatkan proses verifikasi oleh TAPD harus

    mengalami banyak revisi dan perbaikan yang terkadang dilakukan

    sampai berulang kali. Hal ini menyebabkan pekerjaan yang dilakukan,

     baik oleh unit kerja maupun oleh TAPD tidak efektif dan efisien.

    Pengajuan Rancangan APBD kepada DPRD oleh pihak

    eksekutif seharusnya dilaksanakan pada bulan Oktober. Akan tetapi

     pengajuan Rancangan APBD mengalami keterlambatan. Sebagai

    hasilnya, realisasi penetapan RAPBD menjadi APBD untuk APBD TA

    2007, APBD TA 2008, dan APBD TA 2009 mengalami

    keterlambatan. APBD TA 2007 baru ditetapkan pada bulan Januari

    terlambat tiga bulan dari jadwal yang ditentukan, sementara APBD TA

    2009 baru ditetapkan bulan Februari terlambat empat bulan dari jadwal

    yang ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara, keterlambatan

     penetapan APBD tersebut dikarenakan berbagai macam sebab. Pada

    tahun 2007 dan 2008, penetapan terlambat karena membutuhkan

    waktu yang lama untuk menemukan persepsi yang sama antara DPRD

    dan unit kerja. Pada tahun 2009, penetapan APBD terlambat karena

     pada tahun 2009, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sedang

    melaksanakan Pemilu Legislatif.

    Sebagai akibat dari mundurnya penetapan APBD dari jadwal

    yang ditentukan berakibat pada pelaksanaan kegiatan pada tingkat unit

    kerja. Setelah APBD ditetapkan, masih dilakukan penjabaran APBD,

    yaitu pembuatan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    53/80

      38

    Perangkat Daerah (DPA-SKPD) oleh unit kerja dengan mendasarkan

     pada RKA-SKPD yang sebelumnya sudah dibuat. Pembuatan DPA-

    SKPD oleh unit kerja sampai menjadi penjabaran APBD yang

    ditetapkan dengan SK Bupati, juga masih membutuhkan waktu paling

    tidak satu bulan semenjak penetapan APBD. Dengan penetapan APBD

    yang terlambat, akan berdampak bagi unit kerja didalam melaksanakan

    kegiatan-kegiatannya. Kegiatan yang paling merasakan dampaknya

    adalah terutama untuk kegiatan-kegiatan pengadaan barang dan jasa

    yang memerlukan proses pelelangan, dimana proses pelelangan

     biasanya memakan waktu yang lebih lama dibanding dengan proses

     pengadaan barang atau jasa melalui penunjukan atau pemilihan secara

    langsung.

    Sebagai konsekuensi mundurnya pelaksanaan kegiatan yang

    mendekati akhir tahun anggaran adalah sering dijumpai otuput dari

    suatu kegiatan mempunyai kualitas rendah karena hanya dikerjakan

    dengan asal-asalan, untuk mengejar batas waktu pelaksanaan kegiatan

    yang sangat terbatas. Disamping itu, dengan keterbatasan waktu akan

    membuka peluang adanya manipulasi yang dilakukan bersama oleh

    oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

    2. Evaluasi proses penyusunan Kebijakan Umum APBD

    Dalam pasal 83 Permendagri No. 13 tahun 2006 disebutkan

     bahwa Kepala Daerah menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    54/80

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    55/80

      40

    Mekanisme informal dapat dilakukan diantaranya melalui kotak saran,

    kotak pos, telepon, short message service  (sms), web site,  public

    hearing. “Ketika membuat KUA, eksekutif menjaring aspirasi hanya

    melalui Musrenbang.” (Pujiyanto, Kasi Pengendalian Anggaran

    DP2KAD Kabupaten Karanganyar).

    Menurut pendapat penulis, dalam tata cara musrenbang inipun

    masih terdapat beberapa kelemahan. Misalnya, diberbagai daerah

    terutama wilayah perdesaan, masalah keterwakilan peserta masih

    menjadi kendala dalam proses implementasi Musrenbang. Para

     pemangku kepentingan yang diundang masih didominasi oleh kaum

    elit di wilayah tersebut. Untuk itu, notulen berita acara Musrenbang

    yang harus dihasilkan penyelenggara Musrenbang perlu ditambahkan

    dengan sebuah kontrol administrasi berupa formulir yang harus

    dilengkapi penyelenggara musrenbang sebagai indikator terpenuhinya

    keterwakilan peserta Musrenbang. Selain itu, seharusnya apa pun yang

    terjadi dalam proses Musrenbang tersebut dapat

    dipertanggungjawabkan secara vertikal (pemerintah diatasnya)

    maupun horizontal (peserta musrenbang dan masyarakat luas). Karena

    dalam prakteknya, banyak aspirasi dalam musrenbang tidak

    diakomodasi dalam KUA dan PPA. Musrenbang lebih tepat disebut

    sebagai forum pengumuman Pemerintah Kabupaten atas prioritas

     pembangunan tahun depan, dan prioritas pembangunan itu tidak

     berdasar pada kebutuhan masyarakat. Hal ini disebabkan dalam

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    56/80

      41

     penyusunan KUA dan PPA tidak menggunakan hasil Musrenbang saja,

    melainkan RKPD, Pokok-pokok pikiran DPRD, dll. Sebagai

    akibatnya, hasil Musrenbang diabaikan.

    Jika kondisi ini terus berulang, bisa berdampak fatal bagi peran

    serta masyarakat dalam pembangunan kabupaten. Masyarakat

    Kabupaten Karanganyar akan apatis. Mereka kemudian enggan

    menginventarisasi persoalan di daerah mereka dan kemudian

    merumuskannya menjadi usulan program pembangunan. Mereka akan

     beranggapan untuk apa repot merumuskan usulan program

     pembangunan jika kemudian ditolak, dicoret dengan dalih bukan

    sebagai prioritas.

    Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Musrenbang hanya

    digunakan sebagai alat untuk melegitimasi proses penyusunan

    anggaran. Penyusunan anggaran dengan paradigma bottom-up  juga

    masih jauh dari realisasi, karena program-program ditentukan oleh

    eksekutif tanpa atau hanya sedikit memperdulikan hasil Musrenbang.

    Setelah rancangan Kebijakan Umum APBD selesai dibuat oleh

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, lalu diajukan ke DPRD

    untuk dibahas bersama dan mendapatkan kesepakatan. Dalam

    kesempatan tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar

    melakukan presentasi terhadap rancangan Kebijakan Umum APBD

    yang telah dibuatnya, sementara DPRD hanya mendengarkan dan atau

    selanjutnya mengkritisinya. Menurut pendapat penulis, akan lebih

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    57/80

      42

     bagus jika DPRD juga membuat rancangan Kebijakan Umum ABPD.

    Sehingga dengan adanya dua versi rancangan Kebijakan Umum APBD

    yaitu rancangan versi Pemerintah Daerah dan rancangan versi DPRD

    yang masing-masing dipresentasikan, akan diketahui kebijakan-

    kebijakan yang terbaik dari kedua versi kebijakan tersebut, yang dapat

    diterima oleh kedua belah pihak. Sehingga dengan demikian akan

    terjadi suatu kesepakatan antara Pemerintah Daerah Kabupaten

    Karanganyar dan DPRD Kabupaten Karanganyar mengenai Kebijakan

    Umum APBD yang memuat komponen-komponen pelayanan dan

    tingkat pencapaian yang diharapkan dari setiap bidang kewenangan

    Pemerintah Daerah yang lebih baik. “DPRD tidak membuat draft KUA

    versi DPRD, karena anggota DPRD terdiri dari berbagai macam partai

     politik yang memiliki konstituen yang berbeda-beda. Dalam

     penyusunan KUA, DPRD lebih bersifat mengkoreksi.” (Suparmi,

    Anggota DPRD Kabupaten Karanganyar Komisi II).

    Apabila dilihat dari jadwal waktu yang telah disampaikan pada

     pembahasan sebelumnya, terlihat bahwa penyusunan Kebijakan

    Umum APBD untuk TA 2007 s/d TA 2009 selalu mengalami

    keterlambatan dari jadwal yang telah ditentukan. Kondisi paling buruk

    terjadi pada penyusunan Kebijakan Umum APBD untuk TA 2009

    yang justru disusun pada bulan Februari 2009, melampaui waktu

     penetapan APBD TA 2009 yang telah direncanakan. Hal ini dapat

    dimaklumi karena pada tahun 2008 terdapat Pemilu Legislatif di

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    58/80

      43

    Kabupaten Karanganyar. Sehingga sulit bagi Pemerintah Daerah

    Kabupaten Karanganyar untuk menyusun Kebijakan Umum APBD

    sesuai dengan waktu yang ditentukan.

    Sementara itu, penyusunan Kebijakan Umum APBD untuk TA

    2007 dan TA 2008 juga mengalami keterlambatan dari jadwal yang

    ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh keterangan bahwa

    keterlambatan penyusunan Kebijakan Umum APBD ini disebabkan

    karena terdapat beberapa faktor yang menghambat kesepakatan dalam

     penyusunan Kebijakan Umum APBD. Menurut salah seorang

    responden yang berasal dari Bappeda, hal tersebut dikarenakan

    Bappeda menunggu informasi terkumpul terlebih dahulu, sehingga

    anggaran yang dibuat akan dapat dipakai. “Kami (Bappeda) selaku

     penanggung jawab penyusun KUA, ingin membuat KUA yang

    mendekati implementasi. Oleh karena itu, dalam penyusunan KUA,

    kami (Bappeda) mengumpulkan informasi sebanyak mungkin,

    sehingga membuat penyusunan KUA melampaui waktu yang telah

    dijadwalkan. Kami (Bappeda) berargumen bahwa lebih baik terlambat

    dalam penetapan KUA daripada ditengah jalan harus melakukan

     perubahan-perubahan terhadap APBD. Kami (Bappeda) menganggap

     bahwa ketidakpatuhan terhadap jadwal penyusunan APBD bukanlah

    suatu tidakan yang melanggar hukum.” (Catharina Nina Anggraeni,

    Kasubag Perencanaan Bappeda Kabupaten Karanganyar).

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    59/80

      44

    Pembahasan KUA di DPRD juga memakan waktu yang lama,

    sehingga menyebabkan proses penyusunan anggaran selanjutnya

    mengalami kemunduran dari waktu yang telah ditetapkan. “Untuk

    tahun anggaran 2009, penetapan KUA mengalami kemunduran dari

     jadwal dikarenakan tahun 2008 Kabupaten Karanganyar sedang

    melaksanakan Pemilu Legislatif. Sedangkan pada tahun 2007 dan

    2008, penetapan KUA mengalami kemunduran karena banyaknya hal

    yang perlu disinkronkan antara eksekutif dan legislatif.” (Suparmi,

    Anggota DPRD Kabupaten Karangnyar Komisi II.)

    3. Evaluasi Proses Penyusunan PPAS APBD

    Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara merupakan kategori

     perumusan kebijakan anggaran yang disusun dengan mendasarkan

     pada Kebijakan Umum APBD (KUA). Setelah penyusunan Kebijakan

    Umum APBD Kabupaten Karanganyar selesai dilakukan dan telah ada

    kesepakatan dengan DPRD Kabupaten Karanganyar yang dituangkan

    dalam Nota Kesepakatan, tahap selanjutnya adalah menentukan

    Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.

    Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara pada

    Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, dilakukan oleh TAPD

    dengan penanggungjawab dan koordinator kegiatannya adalah

    Bappeda Kabupaten Karanganyar. Dalam penyusunannya, Prioritas

    dan Plafon Anggaran Sementara APBD ini dikonsultasikan ke DPRD

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    60/80

      45

    guna meminta persetujuan mengenai kesesuaiannya dengan Kebijakan

    Umum APBD (KUA) yang telah disepakati bersama sebelumnya.

    Proses penyusunan dilakukan kurang lebih memakan waktu satu bulan.

    Akan tetapi dalam realisasinya banyak dijumpai ketidaksesuaian

    dengan jadwal yang telah ditetapkan. Penyusunan Prioritas dan Plafon

    Anggaran Sementara untuk TA 2007 dan TA 2009 dilakukan

     bersamaan dengan penyusunan Kebijakan Umum APBD. Hal ini

    dikarenakan terbatasnya waktu yang tersedia pada saat itu. Disamping

    itu, sebenarnya penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

     pada TA 2007 hingga TA 2009 juga sudah sangat terlambat, sehingga

    sebenarnya Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara TA 2007 hingga

    TA 2009 tersebut hanya untuk mematuhi ketentuan administrasi yang

    ada dalam Permendagri No. 13 tahun 2006 dan Permendagri No. 59

    tahun 2007 saja.

    Sesuai dengan hasil penelitian dan hasil wawancara diketahui

     bahwa pada saat penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

    APBD, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar belum

    menggunakan suatu metode penyusunan yang memadahi karena tidak

    didahului dengan melakukan suatu analisis-analisis yang diperlukan,

    seperti misalnya mengunakan analisis SWOT (Strength, Weakness,

    Opportunity, Threat)  ataupun analisis-analisis lainya. Karena belum

    dilakukannya analisis dalam penyusunan Prioritas dan Plafon

    Anggaran Sementara APBD, mengakibatkan kriteria suatu program

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    61/80

      46

    atau kegiatan dapat diterima atau ditolak menjadi tidak jelasnya.

    Sementara dalam penentuan plafon anggaran hanya didasarkan pada

     perkiraan yang dibuat oleh tim ahli atau pertimbangan pada

    keterbatasan anggaran yang dimiliki. “Untuk menentukan prioritas,

    kita melihat pada RKPD, KUA, hasil Musrenbang. Kita tidak

    melakukan metode SWOT karena sampai sekarang tidak ada payung

    hukumnya. Kemudian untuk plafon anggaran, biasanya kita

    mendengarkan analisis dari tim ahli kami.” (Catharina Nina

    Anggraeni, Kasubag Perencanaan Bappeda Kabupaten Karangnyar).

    4. Evaluasi proses penyusunan anggaran unit kerja

    Penyusunan anggaran unit kerja dilaksanakan setelah adanya

    Surat Edaran Bupati untuk menyiapkan rencana anggaran oleh unit

    kerja. Anggaran yang diusulkan oleh unit kerja dituangkan dalam

    Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-

    SKPD), yaitu berupa form yang digunakan oleh TAPD dan unit kerja

    dalam menyiapkan penyusunan rancangan APBD. Menurut Pasal 89

    Permendagri No. 13 Tahun 2006, Surat Edaran tersebut memuat antara

    lain: Prioritas Plafon Anggaran yang dialokasikan untuk setiap

     program SKPD, Kebijakan Umum APBD, kode rekening APBD,

    analisis standar belanja, standar satuan harga, dan Format RKA-SKPD.

    Dalam mempersiapkan penerapan anggaran dengan pendekatan

    kinerja, Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, telah melakukan

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    62/80

      47

    sosialisasi dan pelatihan kepada masing-masing unit kerja pada awal

     bulan Oktober tahun 2006. Pelatihan dan sosialisasi tersebut hanya

    diperuntukan terbatas bagi antara lain: Kepala-kepala unit kerja,

     pejabat setingkat Ka Sub din, Ka Subbag Keuangan, dan Pemegang

    Kas. Materi yang diberikan dalam pelatihan yaitu mengenai anggaran

     berbasis kinerja termasuk petunjuk dan cara pengisian RKA-SKPD.

    Tetapi sayangnya pelatihan semacam ini, sampai saat ini baru

    dilakukan satu kali dan pesertanya juga sangat terbatas, sehingga

    sebenarnya pelatihan dan sosialisasi tersebut masih kurang dan masih

    diperlukan. Sedangkan saat ini yang bisa dilakukan dalam persiapan

     penyusunan usulan anggaran tahunan unit kerja adalah DP2KAD

    mengundang setiap unit kerja untuk diberikan bimbingan mengenai

    tatacara penyusunan usulan anggaran unit kerja. “Dulu waktu pertama

    kali dikeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006, kami melakukan

    sosialisasi secara komprehensif. Adapun sekarang sosialisasi hanya

    diberikan tentang penyusunan RKA-SKPD saja.” (Pujiyanto, Kasi

    Pengendalian Anggaran DP2KAD Kabupaten Karanganyar).

    Dari hasil penelitian, apabila dilihat dari usulan-usulan kegiatan

    yang diajukan oleh unit kerja, ternyata masih banyak unit kerja yang

    mengajukan usulan kegiatan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya,

    khususnya yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa. Hal ini

    menunjukan bahwa masih rendahnya kreatifitas dari unit-unit kerja

    dalam mencari rencana kegiatan yang mendukung tupoksi unit kerja

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    63/80

      48

    yang dapat dilaksanakan untuk tahun yang akan datang. Disamping itu,

    masih banyak pula dijumpai unit kerja yang mengajukan usulan

    kegiatan yang hanya dibuat dengan seadanya seperti tidak sesuai

    dengan tupoksi, cenderung memperbanyak kegiatan, anggaran yang

    diajukan melebihi standar yang ditentukan dan penentuan indikator

    kinerja yang tidak cermat atau tepat. Hal ini dikarenakan terbatasnya

    waktu penyusunan anggaran unit kerja yang hanya diberikan waktu

    sekitar dua minggu sehingga unit kerja kurang siap dalam

    melaksanakan penyusunan usulan anggarannya. Rendahnya

     pemahaman unit kerja khususnya personel yang ada terhadap substansi

    anggaran kinerja dan juga masih adanya pemikiran atau mind set

     bahwa semakin besar kegiatan yang disetujui maka semakin besar

    hasil yang akan diperoleh, juga merupakan faktor penyebab lainnya.

    “Untuk belanja-belanja yang sifatnya rutin, seperti pengadaan ATK,

     pasti dari tahun ke tahun akan sama. Mungkin belanja-belanja yang

    Anda (peneliti) lihat adalah belanja langsung yang kebetulan dari

    tahun ke tahun sama, seperti perbaikan jalan. Karena menurut

     pengalaman, setiap tahun pasti ada jalan yang rusak.” (Pujiyanto, Kasi

    Pengendalian Anggaran DP2KAD Kabupaten Karanganyar).

    Sebagai tambahan, untuk membantu penyusunan anggaran

     pada pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar khususnya dalam

     penerapan anggaran berbasis kinerja, semenjak TA 2008 Pemerintah

    Daerah Kabupaten Karanganyar telah menggunakan Sistem Informasi

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    64/80

      49

    Daerah (SIMDA). Simda merupakan suatu sistem yang digunakan

    dalam sistem keuangan daerah, dimana sistem ini akan membantu pada

    saat penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan

    keuangan daerah. Namun, sistem ini belum terhubung kepada setiap

    instansi yang ada pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar.

    Pada praktek penyusunan anggaran unit kerja, masing-masing unit

    kerja dapat menyusun anggaran dengan langsung mengisi form RKA-

    SKPD yang terdapat pada layar komputer, sehingga sebenarnya

    dengan sistem ini penyusunan RKA-SKPD akan semakin mudah dan

    cepat, karena komputer dapat langsung melakukan perhitungan secara

    otomatis dan hasil penyusunan anggaran unit kerja yang sudah selesai

    dapat langsung dikirim kepada TAPD secara tetapi belum secara

    online. Transfer data antar instansi pemerintah masih menggunakan

     flashdisk . “Kami (Pemkab) sudah memiliki SIMDA guna kelancaran

     pembuatan RKA-SKPD. Adapun dalam prakteknya belum bisa online,

    sehingga dalam pertukaran data masih menggunakan  flashdisk .”

    (Pujiyanto, Kasi Pengendalian Anggaran DP2KAD Kabupaten

    Karanganyar).

    Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pelatihan

     penggunaan sistem ini hanya dilakukan satu kali saja pada waktu

     pertama kali pengadaan peralatan tersebut. Pelatihan tersebut

    merupakan bagian dari kegiatan pengadaan, dan itupun hanya terbatas

     pada dua orang personel untuk tiap unit kerja. Sehingga dengan

  • 8/18/2019 skrpsi karanganyar

    65/80

      50

    keadaan ini, untuk mengoptimalkan penggunaan sistem yang ada

    seharusnya masing-masing unit kerja memberdayakan personel yang

    ikut dalam pelatihan tersebut dengan mengajarkan ilmunya kepada

     personel atau staf lainnya. “Pelatihan SIMDA pernah dilakukan di

    Aula Kabupaten pada tahun 2006. Kami melatih operato