SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DIGITAL PT ...
Transcript of SKRIPSI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DIGITAL PT ...
1
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
SKRIPSI
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DIGITAL
PT. TRIPVISTO NUSANTARA JAYA
Diajukan Oleh :
Nama : Devi Amalia
NIM : 2013 - 41 - 424
Konsentrasi : Hubungan Masyarakat
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Jakarta
2017
2
3
4
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Skripsi yang berjudul: ”Strategi Komunikasi Pemasaran Digital
PT. Tripvisto Nusantara Jaya” merupakan salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Skripsi ini membahas mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran
Digital PT Tripvisto Nusantara Jaya, yang berorientasi pada media digital dan
memanfaatkan alat digital yang ada, dan telah dilakukan oleh Divisi Digital
Marketing Tripvisto.
Penulis menyadari bahwahasil penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi penulisan maupun data-data yang diperoleh. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini dapat
berguna bagi para pembaca khususnya mahasiswa/I FIKOM UPDM (B) serta
dapat menambah wawasan informasi dibidang komunikasi.
Jakarta, Juli 2017
Penulis
i
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, rezeki, dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selesainya skripsi ini juga
berkat semangat dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Papa (Bambang Sukmo Hutomo), Mama
(Almarhumah Hafizoh) dan Kakak (Tiffany dan Melinda) yang telah
mendukung saya memberikan doa, kasih sayang, serta dorongan baik
secara moral maupun material, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Prof. Dr. Rudy Harjanto, MM, M.Sn. Rektor Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama)
3. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
4. Dr. Hendri Prasetyo, S.Sos., M.Si. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Prof.Dr. Moestopo (Beragama).
5. Drs. Freddy Richardo, M.Si. Kepala Jurusan Hubungan Masyarakat
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
6. Dr. H. Hanafi Murtani, MM. Dosen Pembimbing I yang selalu
membimbing dan meluangkan waktu serta pikiranya untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
7
7. Drs Nono Sungkono, MM. Dosen Pembimbing II yang selalu
membimbing dan meluangkan waktu serta pikiranya untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama) yang telah membimbing dan memotivasi untuk
terus maju dan berkarya agar dapat mengembangkan diri selama kuliah.
9. Bapak Muhammad Farhan Noor selaku Head of Digital Marketing
Tripvisto dan Anastasia Regita selaku Digital Champaign Planner yang
bersedia membantu peneliti menjadi narasumber serta memberikan ilmu
dan informasinya yang menyangkut kepentingan isi dalam penelitian kali
ini
10. Serta kepada Hafiz Zulkarami Rayendra yang selalu mensupport,
mendengar dan membantu keluh kesah peneliti disetiap keadaan
apapun.
11. Teman-teman seperjuangan dalam menyusun skripsi di semester ini,
Sarah Ivone, Nur Devy, Dian Ayu, Dinda Deviani dan Ghaida yang saling
memberi semangat, motivasi serta mendengar curahan hati peneliti
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, Juli 2017
Penulis
iii
8
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. i
UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………………. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………....... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… ix
ABSTRAK………………………………..………………………………….. x
ABSTRACT............................................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..…………………………….. 1
1.2 Fokus Masalah.................…………........................... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian…………………………………. 7
1.4 Tujuan Penelitian ..………………………………......... 7
1.5 Signifikansi Penelitian ............................................... 8
1.5.1 Signifikansi Teoritis ............................................. 8
1.5.2 Signifikansi Praktis .............................................. 8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis………………….. 9
2.1.1. Penelitian Sejenis.............................................. 9
2.2 Tinjauan Literatur......................................................... 21
2.2.1 Kerangka Konsep-Konsep dan Teori................. 21
2.2.1.1 Komunikasi.................................................... 21
2.2.1.2 Komunikasi Pemasaran................................. 22
2.2.1.3 Strategi Komunikasi Pemasaran.................... 24
2.2.1.4 Marketing Public Relations............................ 26
2.2.1.5 Digital Marketing............................................ 30
2.2.1.6 Viral Marketing............................................... 41
2.2.1.7 AISAS……………………………………......... 49
2.2.1.8 4 step‟s of Public Relations........................... 51
iv
9
2.2.1.9 Teori New Media........................................... 52
2.3 Alur Berpikir....….……………………………………...... 55
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian ……………………................... 57
3.2 Pendekatan Penelitian .........………………….……… 66
3.3 Metode Penelitian ........……………………………….. 68
3.4 Subyek dan Obyek Penelitian …...………………...… 72
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................ 72
3.6 Informan .................................................................... 77
3.7 Teknik Keabsahan Data .......…………………………. 78
3.8 Teknik Analisis Data ............………………………..... 80
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..............…………………. 83
4.1.1 Gambaran Umum ........................................….. 83
4.1.2 Profile Perusahaan ............................................ 92
4.1.3 Visi dan Misi ...................................................... 92
4.1.4 Logo Perusahaan ..........................…………….. 92
4.1.5 Struktur Organisasi Perusahaan ....................... 94
4.2 Deskripsi Subyek Penelitian ...………………………. 95
4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................……......... 95
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .................................... 118
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan…………………………………………….. 125
5.2 Saran…………………………………………………….. 126
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Digital Marketing Trifecta........................................ 33
Gambar 2.3 : Bagan Alur Berfikir.................................................. 56
Gambar 4.1 : Tampilan Beranda Website www.tripvisto.com....... 88
Gambar 4.2 : Layout akun Twitter @Tripvisto............................... 89
Gambar 4.3 : Layout Beranda Facebook Tripvisto........................ 90
Gambar 4.4 : Beranda Instagram Tripvisto.................................... 92
Gambar 4.5 : Layout Beranda Blog Tripvisto................................. 93
Gambar 4.6 : Layout Beranda Yotube Channel Tripvisto.............. 94
Gambar 4.7 : Struktur Organisasi Tripvisto................................... 97
Gambar 4.8 : Suasana Komunitas Barista berada di kantor
Tripvisto.................................................................. 105
Gambar 4.9 : Review produk Tripvisto di Facebook..................... 109
Gambar 5.1 : Share post Instagram @tripvisto_official................. 112
Gambar 5.2 : Tampilan timeline Instagram @tripvisto_official...... 116
Gambar 5.3 : Tampilan postingan di facebook.............................. 118
Gambar 5.4 : Tampilan postingan konten di Twitter...................... 119`
vi
11
Gambar 5.5 : Data traffic website, facebook dan twitter
Tripvisto.................................................................. 121
Gambar 5.6 : Contoh Google ads dalam sebuah website........... 125
Gambar 5.7 : Contoh promote di Instagram................................ 125
Gambar 5.8 : Endorse Travelblogger.......................................... 127
vii
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis..................... 15
Tabel 3.1 : Tiga Paradigma Ilmu Sosial................................. 62
Tabel 3.2 : Perbedaan antara Penelitian Objektif dengan Penelitian
Subjektif................................................................. 65
viii
13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. Transkip Wawancara
3. Surat Keterangan Penelitian
ix
14
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI
ABSTRAK
Nama : Devi Amalia NIM : 2013-41-424 Konsentrasi : Hubungan Masyarakat Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Pemasaran Digital PT. Tripvisto
Nusantara Jaya Jumlah Bab : 5 Bab Jumlah Isi : 126 halaman Bibliografi : 29 Buku + 3 website Pembimbing I : Dr. H Hanafi Murtani, MM Pembimbing II : Drs. Nono Sungkono, MM
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui strategi komunikasi pemasaran digital yang dilakukan oleh Tripvsto. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis perencanaan komunikasi pemasaran digital melalui 4 Steps of Public Relations dimulai dengan menganalisa perilaku konsumen dengan model AISAS, setelah itu dikaitan dengan komponen dan tipe hybrid dari Digital Marketing, serta Viral Marketing dalam usaha menciptakan efek viral. Metode penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus. Pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara detil mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran Digital yang dilakukan oleh Tripvisto. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara langsung dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti mengenai Strategi Komunikasi Pemasaran Digital PT. Tripvisto Nusantara Jaya adalah digital marketing yang telah dilakukan Tripvisto sudah cukup optimal dan berjalan dengan baik, yaitu dengan menjalankan tiga komponen Digital Marketing yaitu Paid, Owned, dan Earned Media lalu menerapkan tipe tiga Hybird dari ketiga komponen yang dikembangkan oleh Handi Irawan. Hal tersebut dimaksimalkan dengan penggunaan teknik SEO (Search Engine Optimization) dan SEM (Search Engine Marketing) untuk memudahkan pencarian terkait tripvisto. Hal tersebut terbukti dengan peningkatan pengunjung ke website, peningkatan followers disetiap sosial media hingga peningkatan transaksi.
Kata Kunci : Komunikasi Pemasaran, Digital Marketing, 4 Steps of Public Relations, AISAS, Viral Marketing dan Teori New Media
x
15
UNIVERSITAS PROF.DR.MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI : ILMU KOMUNIKASI
ABSTRACT Name : Devi Amalia NIM : 2013-41-424 Major : Public Relations Title : Digital Marketing Communication Strategy of PT.
Tripvisto Nusantara Jaya Bab : 5 Chapter Contents : 126 pages Bibliography : 29 book + 3 website Supervisor I : Dr. H. Hanafi Murtani, MM Supervisor II : Drs. Nono Sungkono, MM
The purpose of this research is to know digital marketing communication strategy conducted by Tripvsto. In this research, the researcher analyzes digital marketing communication planning through 4 Steps of Public Relations starting with analyzing consumer behavior with AISAS model, after which it is related with hybrid component and type from Digital Marketing, and Viral Marketing in effort to create viral effect. The research method used is Case Study. The approach taken is descriptive qualitative which aims to know in detail about Digital Communication Communication Strategy conducted by Tripvisto. Data collection techniques are done through direct interviews and literature studies.
Results of research obtained by researchers on Digital Marketing Communication Strategy PT. Tripvisto Nusantara Jaya is a Tripvisto digital marketing that has been done optimally and running well, by running three components of Digital Marketing that is Paid, Owned, and Earned Media and then apply Hybird type three of the three components developed by Handi Irawan. This is maximized by the use of SEO techniques (Search Engine Optimization) and SEM (Search Engine Marketing) to facilitate tripvisto related search. This is evidenced by the increase in visitors to the website, increased followers in every social media to increase transactions.
Keywords: Marketing Communication, 4 steps of Public Relations, Digital Marketing, Viral Marketing, AISAS, and New Media Theory
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini suatu perusahaan melakukan kegiatan komunikasi
pemasaran yang agresif, hal tersebut tentunya didukung oleh
perkembangan teknologi yang terus meningkat. Komunikasi
pemasaran sejatinya merupakan rangkaian kegiatan untuk
mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan menggunakan bauran
pemasaran (marketing mix) yaitu iklan (advertising), penjualan tatap
muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion),
hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity)
serta pemasaran langsung (direct marketing). (Amir Purba, 2006:126-
127)
Berkaitan dengan Public Relations, dimulai dari konsep
pemasaran, turun kepada bauran pemasaran. Public relations
terpecah ke dalam marketing public relations dan corporate public
relations. Tampak jelas disini public relations yang teori utamanya
pemasaran tidak lain marketing public relations dimana berlangsung
percampuran konsep public relations dengan pemasaran. Dengan
begitu, tampak jelas bahwa fungsi marketing public relations tidak lain
1
2
untuk membentuk citra perusahaan yang berdampak terhadap
keputusan pembelian.
Tujuan kegiatan marketing public relations bukan pada
penjualan, tetapi pada pemberian informasi, pendidikan, dan upaya
peningkatan pengetahuan mengenai keberadaan perusahaan, produk,
atau jasa yang ditawarkannya agar diingat oleh masyarakat. Sehingga
Public Relations dan Pemasaran saling mempengaruhi satu sama
lainnya. Kedua posisi ini tidak dapat dipisahkan mengingat hasil yang
ingin dicapai sebuah perusahaan karena Public Relations mampu
melakukan fungsi marketing (pemasaran) yang lebih efektif.
Pemanfaatan teknologi yang saat ini sedang trend salah
satunya adalah media digital. Internet telah menjadi salah satu hal
penting dalam bisnis terutama dalam pemasaran atau marketing, yang
sering disebut dengan digital marketing. Digital marketing merupakan
strategi komunikasi dalam memasarkan sebuah produk yang
dilakukan oleh perusahaan melalui media digital. Digital marketing
akan menghasilkan interaksi antara produsen, perantara pasar, dan
konsumen. Digital marketing juga memiliki banyak kelebihan yang
tidak dimiliki oleh strategi marketing konvensional (off line marketing).
Hal tersebut didorong karena pengunaan internet semakin
tahun yang sangat signifikan. Survei yang dilakukan sepanjang tahun
2016 oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII)
3
mengatakan bahwa 132,7 juta orang atau lebih dari setengah
penduduk indonesia telah terhubung ke internet. Hal tersebut
dikarenakan perkembangan infrastruktur dan mudahnya untuk
mendapatkan smartphone.
Perkembangan terbaru internet di Indonesia beberapa tahun
terakhir ini adalah munculnya trend social media atau jejaring sosial
dan chat app. Berbagai jejaring sosial dan chat app yang populer di
Indonesia diantaranya Facebook, Twitter, Instagram, Google+, Path,
BBM, Line, Whatsapp. Menurut data laporan Kementrian Komunikasi
dan Informastika Republik Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 63
juta pengguna aktif jejaring sosial dan chat app di Indonesia. Dengan
persentasi jumlah pengguna di Indonesia pada untuk masing-masing
situs jejaring sosial yaitu Facebook 33 juta pengguna, Twitter 19,5 juta
pengguna, Google+ 3,4 juta pengguna, path 17 ribu pengguna,
Instagram 1 juta pengguna, BBM 30 juta pengguna, Whatsapp 10 juta
pengguna, LINE 7 juta pengguna . Rata-rata waktu yang digunakan
setiap pengguna internet di Indonesia yaitu selama 13 jam 37 menit
per hari. 3 Hal ini menjadikan internet sangat melekat pada kehidupan
masyakarat Indonesia untuk dapat saling terkoneksi dan saling
bertukar informasi dengan sangat cepat dan tanpa batas jarak.
Fenomena internet dan jejaring sosial di Indonesia saat ini
dimanfaatkan dengan munculnya berbagai peluang bisnis. Alasan
jejaring sosial sangat tepat untuk dijadikan media dalam menjalankan
4
bisnis yaitu biaya yang dikeluarkan lebih murah, jangkauan pasarnya
tanpa batas jarak dan waktu, dapat menjalin hubungan baik dengan
pelanggan, pelanggan aktif memberikan feedback, dan segala
informasi dapat tersebar luas dengan cepat. Penetrasi internet ini pula
mengubah pola belanja masyarakat Indonesia untuk lebih sering
berbelanja online. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pasar
primadona bagi perusahaan startup berbentuk market place, terbukti
menjamurnya market place yang menjual berbagai jenis produk dan
layanan jasa, baik perusahaan nasional maupun multi-nasional.
Salah satunya sektor industri travel, liburan atau travelling
sudah menjadi kebutuhan untuk manusia pada era ini. Dengan
memanfaatkan teknologi muncullah sebuah market place travel online
yang dapat menghubungkan konsumen dengan para agent tour dalam
suatu wadah sehingga lebih cepat dan praktis.
Hal tersebut dimanfaatkan oleh Bernadus Sumartok dengan
mendirikan perusahaan start up berbentuk market place pada tahun
2014 dengan nama PT. Tripvisto Nusantara Jaya merupakan sebuah
market place travel online yang berisi paket wisata dan tiket atraksi
liburan pertama di Indonesia, melayani pemesanan paket wisata dari
berbagai destinasi di dunia baik lokal maupun Internasional.
Berangkat dari hobi travelling bapak Sumartok yang merupakan
CEO dari Tripvisto, beliau menginginkan traveling yang bisa mengatur
perjalanannya sendiri, akhirnya beliau mendirikan Tripvisto pada 15
5
Agustus 2014 sebuah market place travel berbasis website dengan
alamat www.tripvisto.com yang diharapkan memudahkan para traveler
untuk berpergian kemanapun yang mereka mau dengan rencana
perjalanan yang diatur sendiri.
Tripvisto bukan satu-satunya sebuah market place di Indonesia,
banyak perusahaan sejenis bermunculan khususnya dibidang jasa
seperti traveloka, tiket.com, tokopedia, dll. Namun, sebagai
perusahaan baru, Tripvisto sudah mempunyai 82 negara dengan 802
destinasi menarik di dunia, dan sudah melayani lebih dari 8028
customer. Hal tersebut menunjukan bahwa Tripvisto sudah
mempunyai jangkauan yang luas. Berdasarkan evaluasi akhir tahun
2016 ada dua destinasi unggulan Tripvisto yaitu Jepang dan
Singapore, Jepang dengan JR Pass (Japan Rail Pass) dan Singapore
dengan Gardens Bay the Bay dan Universal Studio Singapore.
Pencapaian tersebut tidak terlepas dari strategi pemasaran digital
yang dilakukan oleh Tripvisto. Hal tersebut dilakukan dengan
terkonsep dan lengkap sehingga dapat bersaing dengan perusahaan
start up lainnya.
Untuk memperkuat kegiatan marketing tersebut, dibutuhkan
strategi kegiatan promosi yang berfungsi untuk memperkenalkan,
mengkomunikasikan, dan mempengaruhi konsumen untuk melakukan
pembelian. Keberhasilan suatu kegiatan promosi sangat dipengaruhi
oleh komponen-komponen digital marketing. Oleh karena bantuan
6
teknologi digital maka kegiatan digital marketing perusahaan dapat
berjalan dengan efektif dan efesien.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan oleh
peneliti maka dari itu peneliti tertarik untuk menganalisa lebih dalam
strategi komunikasi pemasaran digital yang dilakukan oleh PT.
Tripvisto Nusantara Jaya, dengan judul “Strategi Komunikasi
Pemasaran Digital PT. Tripvisto Nusantara Jaya”
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh peneliti,
fokus masalah hanya diarahkan untuk mengetahui strategi komunikasi
pemasaran digital yang dilakukan oleh PT Tripvisto Nusantara Jaya.
Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan membatasi
penelitian pada strategi omunikasi pemasaran digital PT. Tripvisto
Nusantara Jaya.
7
1.3 Pertanyaan Penelitian
Perumusan penelitian adalah upaya untuk menyatakan secara
tersirat penyataan penelitian apa saja yang perklu di jawab untuk
dicarikan jalan pemecahannya. (Jefkins,2004:39)
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas maka
perumusan masalah yang akan diteliti adalah : “Bagaimana Strategi
Komunikasi Pemasaran Digital yang dilakukan oleh PT Tripvisto
Nusantara Jaya?”
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah “Pernyataan apa yang hendak kita
capai “ (Usman & Setiady, 2009:30). Berdasarkan pada permasalahan
yang telah di rumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Strategi Komunikasi Pemasaran Digital yang dilakukan
oleh PT Tripvisto Nusantara Jaya.
8
1.5 Signifikasi Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1.5.1 Signifikasi Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu komunikasi mengenai Strategi Pemasaran Digital
PT Tripvisto Nusantara Jaya sehingga diharapkan dapat berguna
untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan memperluas
wawasan. Dan dapat dijadikan referensi yang bermanfaat bagi
penelitian sejenis serta untuk membuktikan teori-teori yang peneliti
gunakan berhubungan dengan kenyatan yang ada dilapangan (obyek
penelitian).
1.5.2 Signifikasi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang
bermanfaat untuk Strategi Komunikasi Pemasaran Digital PT Tripvisto
Nusantara Jaya, dan perusahaan Start up lainnya.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1. Penelitian Sejenis
Kajian pustaka menurut Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo
(2012:80), memiliki tiga pengertian yang berbeda.
1. Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah
dibaca dan dianalisis, baik yang sudah di publikasikan maupun
sebagai koleksi pribadi.
2. Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landsan
teori, yaitu teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek
penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan kajian
pustaka dengan kerangka teori.
3. Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus
berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji.
Hasil penelitian terdahulu dapat dipakai sebagai acuan untuk
melakukan penelitian selanjutnya. Meskipun ada perbedaan antara
objek atau variabel yang diteliti, penelitian tersebut dapat dipakai
sebagai gambaran bagi peneliti berikutnya untuk melaksanakan
penelitian.
10
Penelitian pertama yaitu berjudul Analisa Penerapan dan
Perkembangan Digital Marketing pada Zara. Ditulis oleh Brian Lee dari
Bina Nusantara University Jakarta pada tahun 2014. Dalam penelitian
ini menjelaskan permasalahan dalam skripsi adalah bagaimana strategi
digital marketing dan perkembangan strategi digital marketing yang
digunakan Zara. Skripsi tersebut mempunyai tujuan penelitian yang
pertama mengetahui penerapan digital marketing pada Zara. Yang
kedua mengetahui dan menganalisa strategi digital marketing yang ada
pada Zara. Kemudian yang terakhir untuk dapat diimplementasikannya
ide atau pemikiran yang akan dibahas sehingga dapat membantu
mengembangkan digital marketing di Zara.
Teori yang digunakan dalam penelitian milik Brian Lee adalah
teori media marketing mix, digital marketing dan analisa situasi
pemasaran zara dengan SWOT. Sedangkan metode penelitian yang
digunakan ini ialah deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Dari
beberapa tahapan mendapatkan hasil penelitian:
a. Product: Zara meluncurkan produknya dalam waktu
singkat dari dua minggu dan perubahan penuh dalam
setiap pakaian setiap bulan. Produk nya adalah kualitas
yang sangat tinggi dan ZARA akan memberikan jaminan
penuh warna, jahitan, hal-hal, kualitas kain dan bahan
yang digunakan untuk pelanggan sangat berharga. Tidak
ada logam yang boleh digunakan untuk kemasan produk
11
dan bahan daur ulang akan digunakan untuk kemasan
produk kami.
b. Price: Zara telah mengadopsi strategi harga yang
kompetitif untuk mendapatkan dan mempertahankan
pelanggan. Harga kompetitif adalah yang paling cocok
untuk Zara karena kehadirannya secara global. Strategi
harga ini membantu Zara untuk menarik lebih banyak
pelanggan di fashion.
c. Promotion: Zara telah berhasil membangun sebuah dunia
merek terkenal oleh sistem manajemen yang unik dari
desain, produksi dan supply chain management. Konsep
fast fashion dan operasi memungkinkan Zara untuk selalu
memberikan sebagian besar pakaian yang modis untuk
pelanggan mereka dan koleksi selalu memperbaharui
yang pasti membantu membangun loyalitas merek.
d. Place / Distribution: Zara memiliki setup distribusi yang
sangat kuat yang sangat membantu untuk menyediakan
produk di seluruh retail.
Penelitian kedua berjudul “Analisis Komunikasi Pemasaran
Rumah Denim & Jeans”, oleh Indah Pratiwi Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
mengenai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Rumah
Denim & Jeans dan media apa saja yang digunakan untuk menerapkan
12
komunikasi pemasaran Rumah Denim & Jeans dalam meningkatkan
jumlah pelanggan/konsumen.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, dengan menggunakan konsep Marketing Public
Relation, Marketing Mix dan Teori WOM (Word of Mouth). Metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dengan
mengamati secara langsung obyek yang hendak diteliti. Dengan hasil
penelitiannya adalah Strategi komunikasi pemasaran dilakukan cukup
baik yaitu menggunakan konsep dan teori pemasaran yaitu promotion
mix dan teori WOM. Target konsumen yang ingin dicapai juga sudah
mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa
program promosi yang dijalankan rumah denim & jeans sudah cukup
efektif.
Penelitian ketiga yaitu dengan judul Strategi Komunikasi
Pemasaran Digital PT. Tripvisto Nusantara Jaya yang ditulis oleh
peneliti sendiri Devi Amalia pada tahun 2017 dengan permasalahan
ialah bagaimana strategi komunikasi pemasaran digital yang dilakukan
oleh PT Tripvisto Nusantara Jaya. Kemudian peneliti mempunyai tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran
digital yang dilakukan oleh PT Tripvisto Nusantara Jaya. Pada
penelitian ini menggunakan teori Digital Marketing, Viral Marketing dan
AISAS. Pada metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif, dengan
pendekatan deskriptif. Kemudian hasil penelitian masih dalam tahap
13
proses. Adapun persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan
penelitian terdahulu antara lain:
Persamaan dalam penelitian pertama oleh Brian Lee, 2014.
Fokus penelitian pada studi deskriptif dengan judul Analisa Penerapan
dan Perkembangan Digital Marketing pada Zara‖ antara lain:
1. Pada penelitian terdahulu sama-sama meneliti tentang
digital marketing.
2. Pada penelitian terdahulu dan penelitian ini sama – sama
menggunakan metode penelitian kualitatif serta studi
deskriptif.
Perbedaan dalam penelitian 1 oleh Brian Lee, 2014. Fokus
penelitian pada studi deskriptif dengan judul Analisa Penerapan dan
Perkembangan Digital Marketing pada Zara antara lain:
1. Penelitian terdahulu memfokuskan penelitian dalam
memasarkan produk, sedangkan yang sedang diteliti
peneliti memfokuskan pada perkembangan strategi digital
marketing.
2. Penelitian terdahulu menggunakan teori penelitian
marketing mix dan SWOT sedangkan yang penelitian ini
menggunakan teori viral marketing dan model AISAS.
14
Persamaan peneliti dengan penelitian kedua yang diteliti oleh
Indah Pratiwi 2015 dengan judul Analisis Komunikasi Pemasaran
Rumah Denim & Jeans adalah
1. Penelitian keduanya sama-sama mengetahui strategi
pemasaran yang dilakukan
2. Penelitian keduanya sama-sama menggunakan media
online sebagai objek yang diamati
Perbedan peneliti dengan penelitian kedua kedua yang diteliti
oleh Indah Pratiwi 2015 dengan judul Analisis Komunikasi Pemasaran
Rumah Denim & Jeans adalah
1. Penelitian terdahulu menganalisis strategi pemasaran
yang dilakukan sehingga berdampak pada penjualan,
sedangkan peneliti hanya menganalisis strategi
komunikasi pemasaran digital yang telah dilakukan
oleh PT Tripvisto Nusantara Jaya
15
Tabel 2.1
Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis
Penelitian Terdahulu Penelitian Penulis
Judul Analisa Penerapan
dan Perkembangan
Digital Marketing
pada Zara
Analisis Strategi
Komunikasi
Pemasaran Rumah
Denim & Jeans
Strategi Komunikasi
Pemasaran Digital
PT Tripvisto
Nusantara Jaya
Peneliti Brian Lee
Indah Pratiwi Devi Amalia
Tahun 2014 2015 2017
Penelitian Terdahulu Penelitian Penulis
Tujuan
Penelitian
a. Mengetahui
penerapan digital
marketing pada
Zara.
b. Mengetahui dan
menganalisa
strategi digital
marketing yang ada
pada Zara.
a. Untuk
mengetahu
i
bagaimana
strategi
pemasaran
rumah
denim &
jeans
Untuk mengetahui
strategi pemasaran
digital yang
dilakukan oleh PT
Tripvisto Nusantara
Jaya
16
c. Dapat di
implementasikanny
a ide atau pemikiran
yang akan di bahas
sehingga dapat
membantu
mengembangkan
digital marketing di
zara
dalam
menarik
minat
pelanggan
nya.
b. Untuk
mengetahu
i
pentingnya
strategi
komunikasi
pemasaran
dalam
suatu
perusahaa
n dalam
menghada
pi
persaingan
Teori Teori media marketing mix,
digital marketing dan
analisa situasi pemasaran
Marketing Public
Relations, Teori
Marketing Mix
Teori WOM
4 Steps of Public
Relations, Digital
Marketing, AISAS,
17
zara dengan SWOT Viral Marketing
Metode
Penelitian
Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Deskriptif
Kualitatif Deskriptif
Hasil
Penelitian
a. Product: Zara
meluncurkan
produknya dalam
waktu singkat dari
dua minggu dan
perubahan penuh
dalam setiap
pakaian setiap
bulan. Produk nya
adalah kualitas
yang sangat tinggi
dan ZARA akan
memberikan
jaminan penuh
warna, jahitan, hal-
hal, kualitas kain
dan bahan yang
digunakan untuk
pelanggan sangat
Strategi
komunikasi
pemasaran
dilakukan cukup
baik yaitu
menggunakan
konsep dan teori
pemasaran yaitu
promotion mix
dan teori WOM.
Target konsumen
yang ingin dicapai
juga sudah
mengalami
peningkatan
setiap tahunnya,
hal ini
menunjukkan
bahwa program
18
berharga. Tidak ada
logam yang boleh
digunakan untuk
kemasan produk
dan bahan daur
ulang akan
digunakan untuk
kemasan produk
kami.
b. Price: Zara telah
mengadopsi strategi
harga yang
kompetitif untuk
mendapatkan dan
mempertahankan
pelanggan. Harga
kompetitif adalah
yang paling cocok
untuk Zara karena
kehadirannya
secara global.
Strategi harga ini
membantu Zara
promosi yang
dijalankan rumah
denim & jeans
sudah cukup
efektif
19
untuk menarik lebih
banyak pelanggan
di fashion.
c. Promotion: Zara
telah berhasil
membangun
sebuah dunia merek
terkenal oleh sistem
manajemen yang
unik dari desain,
produksi dan supply
chain management.
Konsep fast fashion
dan operasi
memungkinkan
Zara untuk selalu
memberikan
sebagian besar
pakaian yang modis
untuk pelanggan
mereka dan koleksi
selalu
memperbaharui
20
yang pasti
membantu
membangun
loyalitas merek.
d. Place / Distribution:
Zara memiliki setup
distribusi yang
sangat kuat yang
sangat membantu
untuk menyediakan
produk di seluruh
retail.
21
2.2 Tinjauan Literatur
2.2.1 Kerangka Konsep-Konsep dan Teori
2.2.1.1 Komunikasi
Pada hakekatnya, komunikasi adalah proses pernyataan
antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan
seseorang kepada manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
sebagai alat penyalurnya.
Rosady Ruslan menjelaskan dalam buku “Manajemen Humas
dan Manajemen Komunikasi”, bahwa “Proses komunikasi dapat
diartikan sebagai pesan sebagai komunikator dan kepada penerima
pesan sebagai komunikan. Dalam proses komunikasi tersebut
bertujuan (feedback) untuk mencapai saling pengertian (mutual
understanding) antara kedua belah pihak“. (Rosady Ruslan, 2011:77)
Selanjutnya Kotler, seperti yang dikutip Husain Umar dalam
bukunya “Metode Riset Komunikasi” menjelaskan komponen-
komponen dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Pengiriman (Sender), merupakan pihak yang mengirim pesan. b. Pesan (Messages), merupakan gagasan atau ide yang
disampaikan kepada penerima untuk tujuan tertentu. c. Penerima (Receiver), pihak yang menerima pesan. d. Media (Media), merupakan sarana bagi komunikator untuk
menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju. e. Pengkodean (Encoding), merupakan proses untuk menjabarkan
pesan kedalam symbol. Simbol dapat berupa kata lisan maupun tulisan, isyarat dan lainnya kedalam media.
f. Tanggapan (Response), merupakan reaksi penerima setelah menerima pesan.
22
g. Umpan balik (Feedback), merupakan bagian dari reaksi yang dikomuniksikan kembali kepada pengirim pesan.
h. Gangguan (Noise), merupakan gangguan yang tak terduga selama pross komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirmkan”. (Husain Umar: 2005: 5).
Dengan komunikasi akan terjadi hungan antara manusia yang
secara psikologi akan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia,
karena berkomunikasi berbagai informasi dapat diperoleh guna
membangun kehidupan manusia.
2.2.1.2 Komunikasi Pemasaran
Konsep pemasaran memiliki banyak definisi. Philip Kotler
sebagai pakar pemasaran melihat pemasaran dari berbagai sisi,
dimana pemasaran berdasarkan ruang lingkupnya didefinisikan
sebagai kegiatan menciptakan, mempromosikan dan menghantarkan
barang atau jasa kepada konsumen. Sedangkan berdasarkan
pengertian sosial, pemasaran adalah proses sosial dimana individu
atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran secara bebas nilai
produk serta jasa dengan pihak lainnya (Kotler, 2000:7). American
Marketing Association mendefinisikan pemasaran sebagai proses
perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi dan
distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran antara
23
memuaskan individu dengan tujuan organisasi. (Morissan, 2010 : 3).
Konsep-konsep pemasaran berada di wilayah penentuan pasar
sasaran, penentuan segmentasi pasar, kebutuhan dan keinginan,
permintaan, produk dan penawaran, nilai dan kepuasan, saluran
pemasaran, rantai penjualan, persaingan, iklim pasar, serta
penentuan strategi bauran pemasaran. (Kennedy & Soemanagara,
2006 : 3) Pemasaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam rangka mensukseskan produk yang dijual ke
dalam pasar tententu dan biasanya dilakukan secara terus-menerus
untuk menjaga volume tingkat penjualan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan suatu bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang
dan melalui pembuatan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak
lain. Begitu pula halnya dengan pemasaran produk inovasi, dimana
dibutuhkan perencanaan pemasaran dan strategi pemasaran agar
produk inovasi yang dikeluarkan dapat diterima oleh pasar. Strategi
pemasaran sangat diperlukan bagi produk inovasi karena
berpengaruh besar terhadap penjualan produk, sebab image yang
diperoleh konsumen dari sebuah produk inovasi akan menentukan
penilaian mereka terhadap produk tersebut. Hal ini menjadi tantangan
yang cukup besar bagi perusahaan, sebab untuk berhasil memasuki
sebuah pasar, mereka harus memiliki strategi untuk menarik minat
24
konsumen. Untuk itu komunikasi pemasaran sangat dibutuhkan agar
konsumen bisa tertarik dan mengenal produk inovasi yang
dipasarkan.
2.2.1.3 Strategi Komunikasi Pemasaran
Kegiatan komunikasi pemasaran yang baik perlu strategi yang
tepat supaya tujuan komunikasi dapat tercapai sesuai harapan yang
diinginkan. Oleh karena itu strategi komunikasi pemasaran harus
direncanakan secara matang. Dalam proses perencanaan dan
aplikasi komunikasi pemasaran terdapat enam proses, yaitu mengkaji
kembali perencanaan marketing communication sebelumnya,
pengembangan dan perencanaan kegiatan, persiapan dan
pengembangan media adverstising dan promosi, eksekusi, kegiatan
marketing communication, monitoring analisis situasi yang
berkembang, dan respon konsumen (Soemanagara, 2006:11).
Tahapan dalam proses kegiatan komunikasi pemasaran yang
dilakukan dalam lembaga pendidikan memerlukan perencanaan dan
strategi yang tepat untuk menghindari komunikasi yang tidak efektif
sehingga tujuan dari proses komunikasi tersebut dapat terlaksana.
Adapun pendapat lain mengenai strategi komunikasi pemasaran yaitu,
strategi merupakan suatu pertimbangan dan pemikiran yang logis
serta konseptual mengenai hal-hal penting baik dalam jangka pendek
25
maupun jangka panjang yang dijadikan acuan untuk menempatkan
bingkaian tindakan dan cara-cara (teknik) yang harus dilakukan
secara terpadu untuk terlaksananya kegiatan dan penunjang dalam
menghadapi tantangan atau masalah yang harus ditangani dengan
baik sesuai dengan tujuan atau sasaran dengan kebijakan yang sudah
ditetapkan sebelumnya (Tjiptono, 2001:10).
Penggunaan visual dan pesan yang tepat menjadi syarat
utama keberhasilan dari sebuah program promosi. Tahapan-tahapan
komunikasi strategi pesan disusun berdasarkan pencapaian
kesadaran atas keberadaan sebuah produk atau jasa (awareness),
menumbuhkan keinginan untuk dapat memiliki produk (interest),
sampai dengan mempertahankan loyalitas pelanggan (loyalty). Dalam
kajian komunikasi tahapan tersebut adalah rumusan AIDDA (Attention,
Interest, Desire, Decission and Action). Perubahan dramatis yang
terjadi pada lingkungan informasi yang mengelilingi kita turut
membawa perubahan pada pola khalayak dalam merespon informasi.
Pada era perkembangan internet, para pemasar mulai mengadopsi
pola cross communication. Semua orang dapat mengakses informasi
sehingga konsumen memiliki kontak secara aktif dengan informasi,
setalah konsumen melihat produk dan jasa yang ditawarkan, mereka
akan menggali infomasi lebih dalam lagi dan berbagai informasi yang
di dapat dari orang lain.
26
2.2.1.4 Marketing Public Relations (MPR)
Praktik public relations pada prinsipnya adalah merupakan
suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus
untuk dapat memantapkan dan mengembangkan itikad baik (goodwill)
dan pengertian yang timbal balik (mutual understanding) antara suatu
organisasi dengan masyarakat.
Pada era globalisasi ini peran Marketing Public Relations
menjadi semakin penting karena itikad baik (goodwill) menjadi suatu
bagian dari profesionalisme yang pasti akan terbentuk krena
pembentukan simpati konsumen secara efektif dan efisien sudah
merupakan keseharusan dimana tingkat kompleksitas dan pemuasan
kebutuhan nasabah sudah mencapai tingkat yang cenggih dalam
kegiatan pengemasannya.
Penekanannya bukan pada selling (seperti kegiatan periklanan)
namun pada pemberian informasi, pendidikan dan upaya peningkatan
pengertian lewat penambahan pengetahuan mengenai suatu merek
produk, jasa, perusahaan akan lebih kuat dampaknya dan agar lebih
diingat oleh nasabah. Dengan tigkat komuniasi yang lebih intensif dan
komprehensif bila dibandingkan dengan iklan, maka MPR merupakan
suatu konsep yang lebih tinggi dari iklan biasa. MPR memberi
penekanan pada aspek manajemen dari pemasaran dengan
memperlihatkan kesejateraan nasabah (dalam Saka Abadi, 1994:45-
46)
27
Philip Kotler, Professor Marketing dari Sekolah Manajemen
Kellog Universitas Northwestern dan penulis buku Marketing
Management yang dikutip kembali oleh Elvinaro Ardianto dalam
bukunya Hand Book of Public Relations (Ardianto, 2014:270)
mengatakan bahwa pada masa mendatang MPR tidak hanya suatu
cara atau alat, tetapi akan mengalami perkembangan yang pesat
(meningkat). Ia menyebutkan bahwa PR adalah pergerakan tahap
pertumbuhan yang eksplosif (bersifat meledak-ledak) karena
perusahaan-perusahaan melakukannya dengan apa yang disebut
mass advertising (perilkanan massa). Dalam waktu tidak terlalu lama
untuk menjawab semuanya dan organisasi-organisasi
menggabungkan PR kedalam pemasaran.
2.2.1.4.1. Peran Marketing Public Relations
Peran marketing Public Relations dalam upaya mencapai
tujuan utama organisasi menurut Rosandy Ruslan :
a. Menumbuh kembangkan kesadaran konsumennya terhadap
produk
b. Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra
perusahaan atau manfaat atas prosuk yang
ditawarkan/digunakan. Mendorong antusiasme (salse force)
melalui suatu artikel sponsor (advertorial) tentang kegunaan
dan manfaat suatu produk
28
c. Menekan biaya promosi iklan komersial, baik di media
elektronik maupun media cetak dan sebagainya demi
tercapainya efesiensi biaya.
d. Komitmen untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan kepada
konsumen, termasuk upaya mengatasi keluhan-keluhan
(complain handling) dan lain sebagainya demi tercapainya
kepuasan pihak pelanggannya.
e. Membantu mengkampanyekan peluncuran produk-produk
baru dan sekaligus merencanakan perubahan posisi produk
yang lama
f. Mengkomunikasikan terus menerus melalui media Public
Relations (House PR Journal) tentang aktivitas dan program
kerja yang berkaitan dengan kepedulian sosial dan ligkungan
hidup agar tercapainya publikasi yang positif di mata
masyarakat/publik.
g. Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk
barang dan jasa, baik dari segi kuantitas maupun kualitas
pelayanan yang diberikan kepada konsumennya.
h. Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian
negatif yang mungkin akan muncul di masa mendatang
(Ruslan, 2002:262)
i. Marketing Public Relations (MPR) sebagai suatu proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-
29
program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan
pemuasan konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai
impresi dari perusahaan dan produk-produknya sesuai
dengan kebutuhan, keinginan,perhatian dan kesan dari
konsumen. Keberadaan MPR di perusahaan dianggap efektif,
hal ini dikarenakan :
a. MPR dianggap mampu dalam membangun brand
awareness (kesadaran akan merek) dan brand knowledge
(pengetahuan akan merek).
b. MPR dianggap potensial untuk membangun efektivitas
pada area “increasing category usage” dan “increasing brand
sales”
c. Dengan adanya MPR dalam beberapa hal dianggap
lebih hemat biaya bila dibandingkan dengaan perusahaan
memasukkan produknya melalui iklan. Lebih cost-effective
dari biaya media yang semakin meningkat.
Uraian di atas menjelaskan bahwa dalam Marketing Public Relations
tidaklah dalam pengertian sempit, tetapi berkaitan dengan berbagai
aspek perluasan pengaruh, informatif, persuasif, dan edukatif, baik
segi perluasan pemasaran atas suatu produk atau jasa, maupun yang
berkaitan dengan perluasan suatu pengaruh tertentu dari suatu
kekuatan lembaga atau terkait dengan citra dan identitas suatu
perusahaan seperti PT. Tripvisto Nusantara Jaya
30
2.2.1.5 Digital Marketing
Menurut Coviello, Milley and Marcolin (2001:26) Digital
marketing adalah penggunaan internet dan penggunaan teknologi
interaktif lain untuk membuat dan menghubungkan dialog antara
perusahaan dan konsumen yang telah teridentifikasi. Mereka juga
berpendapat bahwa e-marketing merupakan bagian dari e-commerce.
Menurut Heidrick & Struggless (2009;1) perkembangan dari
digital marketing melalui web, telepon genggam, dan perangkat
games, menawarkan akses baru periklanan yang tidak digembor-
gemborkan dan sangat berpengaruh. Jadi mengapa para marketer di
seluruh Asia tidak mengalihkan penggunaan budget dari marketing
tradisional seperti TV, radio, dan media cetak ke arah media teknologi
baru dan media yang lebih interaktif. Menurut Ridwan Sanjaya &
Josua Tarigan (2009:47), Digital marketing adalah kegiatan marketing
termasuk branding yang menggunakan berbagai media berbasis web
seperti blog, web site, e-mail, adwords, ataupun jejaring sosial. Tentu
saja digital marketing bukan hanya berbicara tentang marketing
internet.
Pemasaran digital adalah kegiatan pemasaran mulai dari
explorasi pasar, mengikat dan mengeskusi pasar yang menggunakan
media horizontal. Digital marketing kini merupakan strategi yang
sangat popular dan digunakan oleh hampir sebagian besar marketers
31
di seluruh dunia. Hal ini merupakan dampak dari meningkatnya dunia
internet dan teknologi, sehingga membuat internet menjadi market
yang sangat prospektif. Digital marketing mencakup banyak teknik dan
praktik yang terkandung dalam kategori pemasaran internet. Digital
marketing juga turut menggabungkan faktor psikologis, humanis,
antropologi, dan teknologi yang akan menjadi media baru dengan
kapasitas besar, interaktif, dan multimedia.
Menurut Thomas Joseph dalam bukunya APPS the Spirit of
Digital Marketing 3.0 mengatakan bahwa marketing yang berorientasi
dengan perkembangan teknologi sudah mengalami evolusi. Tahapan
evolusi marketing, yaitu :
1. Era Marketing 1.0 (Product Centric) 1950
Era ini ditandai oleh pola pemasaran yang berpusat
pada produk. Kekuatan 4P (product, place, price,
promotion) yang selalu ditonjolkan. Karakter konsumen
era 1.0 adalah konsumen yang penuh logika. Mereka
menyukai produk berkualitas dengan harga lebih murah
dibanding produk yang lain.
Digital marketing pada era 1.0 pun mengadopsi prinsip
yang sama. Setiap situs berlomba-lomba menyajikan
informasi yang lebih baik dan lengkap, agar bisa
menjadi pemenang. Oleh karena itu, jika merek mau
berhasil, maka dia harus bekerja sama dengan media
32
online, dalam membangun dan memasarkan
produknya.
2. Era Marketing 2.0 (Customer Electric) 2000
Pada era ini marketing berpusat pada pelayanan
terhadap konsumen. Konsumen adalah segalanya.
Pemasaran fokus pada konsuen dengan memberikan
pelayanan sebaik mungkin. Sebagai usaha untuk
memberikan penghargaan, berupa fasilitas keangotaan,
diskon, dan lain-lain kepada konsumen. Pemasar
benar-benar dituntut agar bisa memenangkan hati
pelanggan.
Digital marketing pada era 2.0 ini pun demikian.
Informasi sudah terlalu banyak sehingga masyarakat
berubah menjadi masyarakat yang demokratis.
Masyarakat 2.0 menjadi jenuh dengan media yang satu
arah. Pada era ini uncul frendster dan multiply pada
pertengahan era 2.0 muncul facebook dan twitter yang
akhirnya menjadi penguasa pasar. Reputasi merek
sebuah produk sangat dipengaruhi oleh suara
konsumen di media sosial tersebut. Jika sebagian
besar suka, maka yang lain pun akan ikut serta.
33
3. Era Marketing 3.0 (Human Spirit) 2010
Pada era ini pemasar harus menguasai tiga hal dari
konsumennya, yaitu pikiran, hati, dan semangat (mind,
heart, spirit). Digital marketing pada era 3.0, memacu
setiap pemasaar untuk menciptakan produk yang bisa
memberikan pengalaman lebih kepada konsumen.
Pengalaman ini akan lebih baik jika bisa dialami oleh
konsumen sebelum membeli produknya. Itulah salah
satu penyebab munculnya teknologi apps, yang bisa
memberikan pengalaman secara virtual kepada calon
konsumen. (Thomas, 2011:29-32)
Sebuah artikel yang ditulis oleh Titan SEO mengungkapkan
bahwa media dalam digital marketing terdiri dari 3 bagian. Earned
media (media yang menghasilkan), Own Media (media yang dimiliki),
dan Paid media (media berbayar).
Gambar 2.1
Digital marketing Trifecta
34
Sumber : https://www.titan-seo.com/newsarticles/trifecta.html
Earned media, Own media dan Paid media layaknya sebuah
Tripod. Setiap elemen merupakan bagian penting dari keseluruhan
dan semua berkontribusi pada strategi pemasaran digital yang
lengkap. Ilustrasi di atas menguraikan peran masing-masing elemen
dan bagaimana mereka bekerja sama untuk membentuk bauran
pemasaran yang kohesif.
A. Earned Media
Jika situs media yang dimiliki adalah tujuan maka media
yang diterima adalah kendaraan yang membantu orang
mencapainya. Apa bagusnya situs web atau situs media sosial jika
tidak ada yang melihat atau berinteraksi dengannya? Di situlah
media yang masuk masuk Media yang memperoleh pada
dasarnya adalah kata online dari mulut ke mulut, biasanya terlihat
35
dalam bentuk kecenderungan 'viral', menyebutkan, membagikan,
mengumumkan ulang, ulasan, rekomendasi, atau konten yang
diambil oleh situs pihak ke-3. Salah satu kekuatan pendorong
media yang paling efektif biasanya merupakan gabungan hasil
peringkat organik yang kuat di Search Engine, dan konten yang
didistribusikan oleh merek. Rangking halaman pertama dan
konten bagus biasanya merupakan driver terbesar. Tingkatan
pada halaman pertama mesin pencari menempatkan situs media
dan konten yang dimiliki Anda dalam posisi untuk menerima
keterlibatan dan saham yang lebih tinggi, oleh karena itu strategi
SEO yang baik sangat penting. Ketika menyangkut konten merek,
konten informatif yang menarik dapat hadir dalam berbagai bentuk
dan ukuran. Entah itu blog, infografis, video, siaran pers, webinar
atau e-book, intinya adalah konten itu harus berharga untuk
mendapatkan media yang berharga; Itulah sebabnya strategi
konten yang hebat juga penting.
B. Own Media
Media yang dimiliki adalah properti web yang dapat Anda
kontrol dan unik untuk merek Anda. Salah satu contoh yang paling
umum adalah sebuah situs web, walaupun situs blog dan saluran
media sosial adalah contoh lain dari properti media yang dimiliki
juga. Saluran seperti media sosial dan blog adalah ekstensi situs
web Anda, dan ketiganya merupakan perpanjangan merek Anda
36
secara keseluruhan. Semakin banyak media milik Anda, semakin
banyak kesempatan Anda untuk memperluas kehadiran merek
Anda di ranah digital.
C. Paid Media
Media berbayar adalah cara yang baik untuk
mempromosikan konten agar bisa mendorong media yang
diterima, serta mengarahkan lalu lintas ke properti media yang
dimiliki. Membayar untuk mempromosikan konten dapat
membantu bola menggelinding dan menciptakan lebih banyak
keterpaparan. Situs Social Media seperti Facebook, Twitter dan
LinkedIn menawarkan iklan yang berpotensi membantu
meningkatkan konten Anda dan juga situs Anda. Cara lain untuk
mendapatkan lebih banyak keterpaparan untuk konten Anda
adalah dengan memberi pengaruh kepada pencandu atau
mencontoh tautan Anda, sehingga memberi dampak pada
jangkauan dan pengenalan yang diterima oleh potongan Anda.
Menggunakan retargeting, Pay Per Click dan iklan bergambar
adalah cara yang efektif dan lebih langsung untuk mengarahkan
pencari ke situs media milik Anda seperti situs web Anda, untuk
membantu meningkatkan lalu lintas dan / atau konversi.1
1 Sumber : https://www.titan-seo.com/newsarticles/trifecta.html
37
Sebuah jurnal yang di tulis oleh Handi Irwan dalam sebuat
website Marketing dengan judul Paid-Owned-Earned Media
mengatakan bahwa trio media ini akan menjadi buzz yang hot di masa
mendatang. Perusahaan dan pelaku bisnis yang mengelola merek
harus mampu mengombinasikan ketiga macam media ini.
Konvergensi yang efektif dari ketiga jenis media ini adalah parameter
yang menentukan kekuatan merek di masa mendatang. Merek-merek
yang tidak mampu mengombinasikan media ini akan mengalami
problem besar dalam efisiensi dan efektivitas.
Paid media relatif mudah dipahami dan direncanakan. Ini
adalah media yang mudah untuk dikontrol. Pesan-pesan yang
disampaikan melalui paid media, bila dilakukan dengan bujet yang
tepat, dengan kombinasi frekuensi dan reachyang tepat pula, akan
menghasilkan pesan-pesan seperti yang direncanakan perusahaan.
Strategi positioning maupun diferensiasi yang disampaikan akan
dicerna dan disimpan dalam memori konsumen seperti yang
diinginkan oleh pemilik merek.
Ketika perusahaan dan pemilik merek mendapatkan
kesempatan memiliki media sendiri, website sendiri, akun Facebook
dan Twitter sendiri, akun YouTube sendiri, dan berbagai media digital
lainnya, CMO dan timnya dipaksa untuk menjadi pengelola media.
Mereka berpikir bahwa perusahaan memiliki kekuatan baru. Proses
komunikasi akan menjadi sangat efisien. Mereka tidak perlu
38
membayar media untuk menjangkau konsumennya. Tapi, kenyataan
tidak seperti yang dipikirkan sebelumnya.
Media sosial dan website yang dikelola perusahaan tidak
memiliki kekuatan. Trafik website kecil jumlah follower dan
jumlah fans juga sulit bergerak. Apalagi, banyak perusahaan yang
relatif lemah dalam content. Maklum, dulunya tidak memiliki media,
tidak memiliki penulis, tidak memiliki jurnalis, tidak memiliki desainer
grafis dan perangkat kerja untuk menciptakan content. Lalu, apa yang
terjadi?
Lebih lanjut ia mengemukakan ada Tiga Tipe Hibrid dalam
digital marketing menyangkut paid owned dan earned media, CMO
dan marketing tim dari perusahaan mulai menggunakan paid
media untuk mengiklankan owned media. Mereka percaya bahwa
media sosial akan sangat efisien dan efektif suatu saat.
Karena reach dari owned media ini kecil, perusahaan kemudian
mendorong dengan menggunakan paid media. Iklan televisi, media
cetak, dan media luar ruang mencantumkan akun Facebook, Twitter,
dan alamat website. Jadi, membangun media sendiri tetapi harus
membayar media lain. Langkah ini harus dilakukan karena
memang paid media masih memiliki kekuatan yang jauh lebih besar.
Hibrid pertama, antara paid media dan owned media.
Lihatlah iklan-iklan di layar televisi dan media cetak, terutama dari
perusahaan besar. Mereka mencantumkan akun media
39
sosialnya. Bahkan, kadang-kadang mereka mengiklankan content dari
media sosial.Hibrid antara owned dan paid ini lebih intensif lagi
terutama untuk website perusahaan atau merek. Karena trafik yang
rendah, mereka lebih senang untuk memasang banner di website atau
portal.
Google menjadi paid media raksasa. Saat website
perusahaan kekurangan trafik dan mereka ingin muncul di halaman
pertama saat konsumen atau prospek mencari merek mereka, tidak
mungkin mengandalkan media sendiri yang memiliki reach yang
rendah. Mereka membutuhkan media lain untuk membantu
meningkatkan trafik website. Saat itulah perusahaan membayar
Google untuk mengiklankan website mereka menggunakan Google
Adwords. Jadi, untuk mengelola media sendiri, perusahaan juga perlu
membayar atau menggunakan paid media. Ini pesan yang jelas bagi
para pemilik merek bahwa paid media tidak akan hilang. Mereka
membutuhkan minimal dua kaki, yaitu media sendiri dan media yang
dibayar. Inilah hibrid pertama, yaitu kombinasi antara paid
media dan owned media.
Hibrid yang kedua adalah owned media dan earned media.
Ini adalah hibrid yang menjadi idaman pemilik merek. Gabungan
kedua media ini menjadikan program promosi menjadi luar biasa
efisien dan efektif. Content dari owned media dilakukan oleh para
konsumen atau simpatisan dari sebuah merek. Jadilah
40
keseluruhan content ini disebut dengan user generated content. Inilah
kekuatan sesungguhnya dari digital marketing. Terjadi
viralisasi, retweet, repost, hashtag, dan engagement. Perusahaan
dan pemilik merek pastilah berlomba-lomba untuk mencapai hibrid ini.
Hibrid yang ideal ini jelas tidak mudah bagi perusahaan atau
pemilik merek. Artis, event, atau individu biasanya memiliki kekuatan
yang lebih besar. Di akhir Desember 2012, untuk pertama
kalinya content YouTube telah dilihat 1 miliar kali, yaitu video Psy
dengan Gangnam Style-nya. Psy memiliki media sendiri dan dia
menikmati earned media. Demikian juga artis, penyanyi, dan tokoh
populer menikmati hibrid ini. Inilah hibrid dengan dua kaki media yang
sungguh ideal. Jokowi dan Ahok merasakan keuntungan yang luar
biasa dengan adanya hibrid media ini. Mereka tidak perlu
mengeluarkan dana kampanye yang besar. Content dibuat dan
disebarkan oleh para simpatisannya.
Hibrid yang ketiga adalah antara paid media dan earned
media. Hibrid ini biasa dilakukan, kadang-kadang tidak transparan dan
juga memiliki risiko. Ini kadang disebut dengan sponsored customer.
Perusahaan membayar akun Twitter dari artis atau tokoh untuk
menyebarkan content yang mereka kehendaki. Tidak semua artis
tentunya mau melakukan hal ini. Mereka merasa tidak pas bila
mengambil keuntungan dari para fansatau follower-nya.
41
Blogger umumnya adalah kaum idealis. Mereka ingin
menyuarakan dan berbagi kepada orang lain tanpa mengambil
keuntungan. Atau bila mereka mau dibayar untuk menuliskan
sebuah content untuk merek tertentu, mereka pasti akan melakukan
dengan sangat hati-hati.
Bisa juga kombinasi ini dilakukan dengan pendekatan
lain. Perusahaan atau pemilik merek masih dominan dalam
menggunakan paid media. Budget yang besar dan iklan atau promosi
yang kreatif diharapkan akan menciptakan user generated
content tanpa adanya tambahan dukungan dari owned media.
Pendekatan seperti ini banyak terlihat dari para pemenang Top Brand
di Indonesia. Iklan yang unik diharapkan menginspirasi percakapan di
media sosial.
2.2.1.6 Viral Marketing
Viral marketing adalah teknik pemasaran dari “mulut ke mulut
atau word of Mouth”. Viral marketing merupakan salah satu strategi
ampuh untuk mendatangkan ribuan pengunjung dengan cepat. Viral
marketing mengacu pada teknik pemasaran menggunakan jaringan
sosial yang sudah ada untuk menghasilkan peningkatan brand
awareness atau untuk mencapai tujuan pemasaran lainnya seperti
penjualan produk dengan cara berbayar atau gratis.
42
John Robert Skrob dalam jurnalnya menyebutkan viral
marketing merupakan konsep komunikasi dan distribusi yang
mengandalkan pelanggan untuk menyebarkan produk melalui surat
elektronik/e-mail kepada pengguna lain yang berpotensi dalam
lingkungan sosial mereka dan untuk menghidupkan koneksi juga
untuk menyebarkan produk.
Istilah viral digunakan untuk menggambarkan penyebaran
pesan yang sangat cepat dan luas seperti virus pada komputer tetapi
pemasaran viral tidak boleh disamakan dengan virus komputer yang
merusak perangkat lunak computer. Swanepoel et.al (2009:3)
mengutip pendapat Porter dan Golan (2006) yang menyatakan bahwa
penyebaran viral dapat dibandingkan dengan analogi sekali bersin
dimana setiap kali bersin akan melepaskan kurang lebih dua juta
partikel. Data et.al (2005:72) menyatakan bahwa dalam model viral,
seseorang mengifeksi beberapa orang dengan sebuah tawaran dan
kemudian orang tersebut akan menyebarkannya kepada pihak lain
atau teman, sampai semua lingkungan virtual dapat terekspos. Viral
marketing tidak dapat menggantikan kegiatan promosi lainnya seperti
iklan, personal selling public relation dan lainnya. Viral marketing
berfungsi untuk melengkapi dan memperkuat kegiatan promosi
lainnya. Dalam Swanepoel et.al (2009:3), Thomas (2004)
mendefinisikan buzz marketing sebagai penguatan usaha-usaha
pemasaran oleh pihak ketiga melalui pengaruh mereka yang dapat
43
bersifat pasif ataupun aktif. Beberapa pakar mengatakan bahwa
pemasaran viral adalah model pemasaran dari mulut ke mulut (word-
of-mouth/WOM) dengan media Internet. Ferguson (2008) mengatakan
bahwa hasil yang diinginkan dari pemasaran viral adalah pemasaran
WOM, yaitu dimana seseorang mengatakan kepada orang lain
tentang sebuah video yang bagus di YouTube ataupun sebuah
aplikasi di Facebook. Istilah WOM yang paling awal dikemukakan oleh
Arndt (1967) yang mengkarakterisasi WOM sebagai oral, komunikasi
dari seseorang dengan orang lain antara si penerima dan komunikator
dimana si penerima merasakan sebagai sesuatu yang bukan
komersial, berkaitan dengan merek, produk ataupun jasa. Perbedaan
antara WOM dan pemasaran viral adalah media yang digunakan
dimana pemasaran viral menggunakan media elektronik dan WOM
menggunakan media langsung antar orang. Shukla (2010) mengutip
dari Juvertson (2000) mengatakan, apabila digunakan secara offline
maka itu disebut WOM dan apabila digunakan secara online maka
itulah yang disebut pemasaran viral atau word of mouse.
Sedangkan persamaannya adalah penyebaran pesan dari
satu individu ke individu lainnya. Melalui internet diharapkan
penyebarannya berlangsung cepat dan masif. sehingga situs-situs
jejaring sosial menjadi target dari para pemasar untuk
mempromosikan tentang apapun secara umum dan produk atau jasa
44
khususnya dalam bidang bisnis. Aplikasi pemasaran viral marketing
adalah sebagai berikut:
1) E-mail
E-mail sudah sejak lama digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan. Tidak masalah jika seseorang
menerima pesan dari alamat e-mail yang tidak dia kenal
karena si pengirim e- mail juga tidak peduli siapa gerangan
orang yang dikirim, yang penting mereka mendapat
sebuah alamat e-mail dan pesan segera dikirimkan ke
alamat itu. Pada pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun
2004 e- mail menjadi salah satu andalan dari calon
presiden dalam menyampaikan pesan kepada para calon
pemilih. Kandidat presiden menggunakan pesan e-mail
untuk mempromosikan diri mereka lebih sering
dibandingkan serangan lawan. Pesanpesan yang ada
dalam e-mail ternyata merupakan instrumen yang
potensial karena pesan tersebut dapat dikirimkan (di
forward) kepada banyak sekali orang lain yang
nonsubscriber. Dengan demikian maka pesan-pesan e-
mail kandidat Presiden dapat digolongkan kedalam bentuk
pemasaran viral yang menawarkan cara unik untuk
mengatasi masalah penyebaran yang selektif (Williams
dan Trammel, 2005:1). Sekarang ini, meskipun e-mail
45
sudah kalah populer dibandingkan situs jejaring sosial
tetapi masih banyak orang ataupun perusahaan yang
menggunakan e-mail sebagai media untuk mengirim pesan
berupa penawaran dan promosi. E-mail akan selalu
dibutuhkan karena untuk memiliki akun di jejaring sosial
juga harus menggunakan sebuah alamat e-mail.
2) Blog
Blog pernah menjadi tren tersendiri di dunia teknologi
informasi. Dalam laporan ”State of the Blogsphere”,
Technorati, sebuah mesin pencari blog, mengklaim telah
melacak lebih dari 57 juta blog pada bulan Oktober 2006
dan 100.000 blog baru dibuat setiap harinya. (Scott,
2007:297). Blog menjadi sangat populer karena
pembuatan sebuah blog tidak sesulit dibandingkan
membuat sebuah Web. Sebagaimana e-mail maka sebuah
blog tidak hanya untuk tujuan sosial saja namun dapat
dimanfaatkan sebagai sebuah media promosi dalam
bisnis.
3) Situs jejaring
Saat ini keberadaan situs jejaring sosial merupakan
fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial yang populer ada
beberapa antara lain Facebook, Instagram, Path dan
Twitter. Pada dasarnya sebuah situs jejaring sosial adalah
46
sebagai sarana sosial untuk berkomunikasi di internet
dengan cepat, mudah dan massal. Namun pengguna situs
jejaring sosial yang sangat banyak dilihat oleh para
pemasar sebagai peluang untuk menawarkan ataupun
mengiklankan sesuatu apapun yang bisa dijual. Jadi dapat
dikatakan bahwa pengguna situs yang banyak itulah yang
menggoda para pemasar untuk melakukan aktivitas
pemasaran di internet lewat sebuah situs jejaring sosial.
Pemasaran viral diharapkan dapat terbentuk karena banyak
pengguna Instagram misalnya, yang sangat aktif sepanjang
hari sehingga dapat sebagai pembawa atau pengirim pesan
kepada temannya secara cepat. Menurut Skrob (2005:8)
secara umum, strategi viral marketing dapat dibagi menjadi
dua kelompok dilihat dari derajat keterlibatan konsumen
dalam proses pemasaran.
Low Intergration Strategy, dalam strategi ini
keterlibatan konsumen sangat sedikit. Penyebaran
promosi hanya melalui e- mail. Contoh
rekomendasinya juga terbatas pada tombol ―kirim
ke teman‖ dalam suatu homepage.
High Intergration Strategy, perbedaan dalam
strategi ini adalah adanya keterlibatan konsumen
secara langsung dalam membidik konsumen baru.
47
Dipaparkan oleh Skrob (2005:12) beberapa instrumen yang
dapat menstimulasi viral marketing, diantaranya adalah
customer recommendation (rekomendasi pelanggan),
newsletter (laporan berkala), lingking strategies (strategi
penggabungan), communities (komunitas), free offer
(tawaran cuma-cuma), sweepstakes (undian), list of
prospective buyers (daftar konsumen potensial), chatrooms
(ruang obrol), reference list (daftar referensi), product tests
(uji produk), affiliate programs (progam afiliasi), dan search
engine (mesin pencari).
Faktor pendukung dalam viral marketing
1) Konsumen
Konsumen saling terhubung dengan lainnya dalam
hubungan interpersonal. Anggota keluarga dan kerabat
saling berinteraksi secara teratur. Ada dua komponen yang
membentuk interaksi antar konsumen yaitu frekuensi dan
interaksi. Frekuensi adalah seberapa sering interaksi
terjadi diantara konsumen. Sedangkan kekuatan
menunjukan level keterikatan dalam interaksi tersebut.
Level keterikatan ini bisa terlihat dari keakraban, keintiman,
kebersamaan dan sebagainya. Makin akrab pembicaraan
antar konsumen, makin erat hubungan di antara mereka.
Melalui interaksi tersebut, informasi mengenai produk,
48
layanan, dan bisnis mengalir dalam suatu jaringan
konsumen. Akhirnya terjadilah pemasaran dari mulut ke
mulut.
2) Buzz
Keberhasilan viral marketing tidak hanya bergantung pada
konsumen, untuk dapat berhasil diperlukan topik yang
hangat, menarik, dan unik untuk dibicarakan dengan
konsumen lain. Tanpa topik yang menarik, pemasaran
tidak akan menyebar dengan sendirinya. Topik yang
menarik seperti gossip, berita terkini terbukti membuat
orang ramai membicarakannya dengan sukarela. Topik
pembicaraan ini disebut dengan istilah buzz
3) Kondisi yang mendukung
Ada dua faktor psikologi pendukung yang membuat
konsumen terdorong untuk membicarakan suatu produk
secara positif :
a. Peer Pressure
Peer Pressure adalah pengaruh dari kelompok
sebaya, sejenis (peer group) agar seseorang
mengubah prilaku, kebiasaan dan niali dirinya agar
dapat diterima dalam kelompok tersebut. Peer
preesure memberikan tekanan pada seseorang
untuk mengikuti kelompoknya, baik dia sebenarnya
49
menginginkannya atau tidak. Peer pressure
membuat orang melakukan sesuatu yang biasanya
tidak ia lakukan.
b. Prestise Prestise atau kebanggaan
pada dasarnya merupakan kebutuhan semua orang.
Semua orang ingin dipandang dan dihormati oleh
orang sekitarnya. Orang melakukan berbagai cara
untuk membuat dirinya lebih terpandang, mulai dari
membeli barangbarang mewah, tampil di muka
umum, berderma dan salah satunya dengan
menunjukan pengetahuan dan kepandaian yang
dimilikinya salah satu bentuk dari kegiatan itu
adalah menceritakan kepada orang lain mengenai
produk yang dikenalnya. Seseorang yang
menceritakan sebuah produk berteknologi seperti
komputer kepada orang lain, merasa bangga jika
produk yang diceritakan dan direkomendasikan
tersebut kemudian dipakai oleh orang lain.
2.2.1.7 AISAS
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan
zaman terutama aliran informasi membuat perilaku konsumen
mengalami perubahan. Pelanggan untuk barang-barang yang
50
membutuhkan involvement yang tinggi akan melakukan pencarian
yang lebih detail dibandingkan dengan ketika membeli barang yang
sifatnya low involvement. Oleh karena itu Dentsu mengemukakan
sebuah model perilaku pembelian yang di dapat dari perkembangan
teknologi ini yang diberi nama dengan AISAS Model. AISAS adalah
ketika Attention menimbulkan Interest yang kemudian pelanggan akan
melakukan search dan selanjutnya akan langsung melakukan action
sesudahnya akan di share kepada orang lain. Dalam AISAS Model
pada bagian Attention dan Interest merupakan perubahan psikologikal
yang sifatnya pasif yakni timbul dari stimulus yang diberikan oleh IMC
yang dilakukan oleh pemasar. Sedangkan pada bagian search, action
dan share merupakan bagian yang sifatnya aktif dilakukan oleh
pelanggan itu sendiri setelah muncul keminatannya terhadap produk
yang ditawarkan. AIDMA model merupakan sebuah kesatuan yang
linear sehingga harus melalui proses setahap demi setahap (dimulai
dari Attiention dan berakhir pada action), akan tetapi untuk AISAS
model, tidak harus selalu linear. Yang paling penting dari AISAS
model adalah ketika proses Attention dan Interest sudah dilalui
selanjutnya tidak harus selalu berurut misalnya ketika Attention
kemudian Interest kemudian Action jikalau ternyata melalui iklan
tersebut bisa langsung membuat pelanggan berangkat menuju tempat
penjualan. Bisa juga modelnya menjadi Attention kemudian Interest
kemudian Share yaitu ketika pelanggan menemukan iklannya, mereka
51
langsung melakukan testimoni terhadap iklan tersebut pada media
Blog atau media sosial (Kotaro Sugiyama & Tim Andree, 2011:12).
Namun model ideal dari AISAS adalah dilakukan secara berurutan
AISAS model memiliki peran yang penting untuk menghadapi perilaku
pasar di era internet ini. Para pemasar harus cukup jeli menggunakan
model ini dengan strategi yang mumpuni sehingga bisa dengan
mudah menangkap para pelanggan yang tidak sekedar membeli
produk saja akan tetapi mampu mempengaruhinya sehingga dia bisa
menceritakan produk tersebut kepada orang lain baik itu melalui
percakapan maupun menuliskannya pada media sosial. Pada bagian
A dan I para pemasar diharapkan bisa membuat Komunikasi
pemasaran yang bisa menarik pelanggan tersebut mengunjungi
landing page dimana informasi berikutnya akan didapatkan. Sehingga
bentuk landing page (halaman dari website) yang akan disajikan
haruslah benar-benar menampilkan apa kebutuhan dari pelanggan
(Kotaro Sugiyama & Tim Andree, 2011: 42). Bisa juga landing page
yang dituju adalah sebuah website komunitas dimana didalamnya
banyak terdapat testimoni-testimoni masyarakat mengenai produk
yang dijual. Selanjutnya ketika pelanggan akan membeli melalui
website maupun mengunjungi Toko dari produk tersebut, para
pemasar haruslah memperhatikan juga seberapa mudahnya
pelanggan menjangkau tempat- tempat tersebut. Pada akhirnya
sebuah ikatan antara pemasar dan pelanggannnya akan membuat
52
sebuah efek word of mouth dimana pelangganlah yang akan menjadi
wakil (brand ambassador) dari produk tersebut.
2.2.1.8 Proses Empat Tahapan Utama Public Relations
Peneliti menggunakan “Proses Empat Tahapan Utama Public
Relations”, sebagai landasan pedoman melaksanakan penelitian
untuk merancang program kerja PR selanjutnya, dan langkah-
langkahnya yakni :
1. Research and Listening (Riset dan Memperhatikan)
Dalam tahapan ini melalui riset untuk menemukan data
dilapangan. Kemudian melakukan pengevaliasian dari fakta
2. Planning dan Decision (Perencanaan dan Pengambilan
keputusan)
Pada tahap ini, pihak PR merancang suatu perencanaan dan
upaya mengambil keputusan yang berkaitan dengan
kebijaksanaan.
3. Communication and Action (Komunikasi dan pelaksanaan)
Tahapan ini adalaha bagaimana PR mampu menjelaskan dan
mendramatisirkan informasi mengenai “Pelaksanaan”” yang
akan dilakukan.
4. Evaluation (Penilaian)
Pada langkah ini, pihak PR mengadakan evaluasi terhadap
hasil-hasil riset. (Ruslan, 2010:46-48).
53
2.2.1.9 Teori New Media
Menurut Denis MCQuail dalam bukunya teori komunikasi
massa (2011:43) ciri utama media baru adalah adanya saling
keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai
penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang
beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada
dimana-mana.
Teori media baru merupakan sebuah teori yang
dikembangkan oleh Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media
baru merupakan teori yang membahas mengenai perkembngan
media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan, pertama
yaitu pandangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut
kedekatannya dengan interaksi tatap muka. Pierre Levy memandang
World Wide Web (WWW) sebagai sebuah lingkungan informasi yang
terbuka, fleksibel, dan dinamis, yang memungkinkan manusia
mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga terlibat
dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian
kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat.
Sedangkan pendekatan kedua yaitu pandangan integrasi
sosial, yang merupakan gambaran media bukan dalam bentuk
informasi, interaksi, atau penyebarannya, tetapi dalam bentuk ritual
atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara
54
menciptakan masyarakat. Media bukan hanya sebuah instrumen
informasi atau cara untuk mencapai ketertarikan diri, tetapi
menyatukan kita dalam beberapa bentuk masyarakat dan memberi
kita saling memilliki.
Sementara itu, McQuail (2000:127) membuat pengelompokan
media baru menjadi empat kategori. Pertama, media komunikasi
interpersonal yang terdiri dari, telepon, handphone, e-mail. Kedua,
media bermain interaktif seperti komputer, videogame, permainan
dalam internet. Ketiga, media pencariaan informasi yang berupa
portal/search engine. Keempat, media partisipasi kolektif seperti
penggunan internet untuk berbagi dan pertukaran informasi,
pendapat, pengalaman dan menjalin melalui komputer dimana
penggunannya tidak semata-mata untuk alat namun juga dapat
menimbulkan afeksi dan emosional. (Novi Kurnia,2005)
Perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media
baru, yakni :
Digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media
Interaksi dan konektivitaas jaringan yang makin meningkat
Mobilitas dan deklokasi untuk mengirim dan menerima
Adaptasi terhadap peranan publikasi khalayak.
(Denis McQuail, 2011:44)
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian
Pada hakikatnya penelitian meruakan suatu upaya untuk
menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan. Usaha untuk
mengejar kebenaran tersebut dilakukan oleh para filsuf, peneliti
maupun para praktisi melalui model-model tertentu. Model tersebut
biasanya disebut dengan paradigma. (Moleong, 2010:49)
Paradigma merupaka pola atau model tentang bagaimana suatu
distruktur (bagaimana dengan hubungannya), atau bagaimana begian-
bagian berfungsi (perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau
dimensi waktu).
Menurut Baker (1992), dalam „Paradigms: the bussiness of
discovering the future‟, yang dikutip kembali oleh Moleong
mendefinisikan paradigma sebagai perangkat aturan ( tertulis atau tidak
tertulis) yang melakukan dua hal : (1) hal itu membangun atau
mendefinisikan batas-batas dan (2) hal itu menceritakan kepada anda
bagaimana seharusnya melakukan suatu didalam batas-batas agar
bisa berhasil. Sedangkan menurut Capra (1996) mendefiniskan
paradigma sebagai konstelasi konsep, nilai-nilai persepsi dalam praktek
56
yang dialami bersama ole masyarakat, yang membentuk visi khusus
tentang realitas sebagai dasar (Moleong, 2010:49)
Dalam ilmu komunikasi ada beberapa jenis paradigma yang
sering digunakan dalam penelitiannya, yaitu diantaranya :
1. Paradigma klasik atau postivist
2. Paradigma post-positivist
3. Paradigma konstruktivis
4. Paradigma kritis
Berikut dibawah ini merupakan tabel perbedaan antara
paradigma positivist, post-positivist, paradigma konstruktivis &
paradigma kritis, yaitu :
57
Tabel 3.1
Tiga Paradigma Ilmu Sosial
(Salim, 2006)
Positivisme & Post-
positivisme
Konstruktivisme
(Interpretatif)
Kritis
Menempatkan ilmu
sosial seperti ilmu alam,
yaitu metode
terorganisir untuk
mengkombinasikan
„deductif logic‟ melalui
pengamatan empiris
agar mendapatkan
konfirmasi tentang
hokum kausalitas yang
dapat digunakan
memprediksi pola umum
gejala sosial tertentu.
Memandang ilmu sosial
sebagai analisis
sistematis atas „socially
meaningful action‟
melalui pengamatan
langsung terhadap
aktor sosial dalam
seting yang alamiah,
agar dapat memahami
dan menafsirkan
bagaimana aktor sosial
mencipta dan
memelihara dunia
sosial.
Mentakrifkan ilmu sosial
sebagai proses kritis
mengungkap „the real
structure‟ dibalik ilusi
dan kebutuhan palsu
yang ditampakkan
dunia materi, guna
mengembangkan
kesadaran sosial untuk
memperbaiki kondisi
kehidupan subject
peneliti.
Contoh Teori Contoh Teori Contoh Teori
Ekonomi, Politik Liberal Kontruktivisme Ekonomi Strukturalisme Ekonomi
58
Teori Modernisasi, Teori
Perkembangan Negara
Berkembang
Agenda Setting, Teori
Fungsi Media
Interaksionisme Simolik
(Lowa School)
Politik (Golding &
Murdock)
Fenomenologi,
Etnografi
Interaksi Simbolik
(Chicago School)
Konstruksionisme
(social construction of
reality Peter L. Berger)
Politik (Schudson)
Instrumentalisme
Ekonomi Politik
(Chomsky, Gramsci dan
Adorno)
Teori Tindakan
Komunikasi (Jurgen
Habernas)
Penelitian ini menggunakan Paradigma Positivisme.
Paradigma positivisme adalah aliran filsafat yang berkembang di Eropa
Kontinental, khususnya di Perancis dengan dua eksponenya yang
terkenal yakni Henri Saint Simon (1760–1825) dan Aguste Comte (1798
–1857). Lebih lanjut yang dapat dikatakan tentang positivism adalah
suatu paham yang menuntut, agar setiap metodelogi yang dipikirkan
untuk menentukan kebenaran, relitas sebagai sesuatu yang eksis,
sebagai suatu objek yang harus dilepaskan dari sembarang macam
prakonsepsi metafisis yang subjektif sifatnya.
59
Dalam perkembanganya yang banyak memperkenalkan
positivisme adalah Aguste Comte dan kemudian menjadi paham
filsafat ilmu pengetahuan sejak awal abad ke-20. Positivisme inilah
yang menjadi paradigma ilmu pengetahuan yang pertama muncul.
Paradigma pada dasarnya,merupakan perkembangan lebih lanjut dari
aliran empirisme yang didukung oleh filsuf dari Inggris, seperti Lucke,
Berkeley dan Hume. Empirisme ini menjadi sumber filosifis bagi
positivisme, terutama pandangan objektivistik mereka terhadap ilmu
pengetahuan.
Keyakinan dasar paradigm ini ialah paham ontology realisme,
yang menyatakan bahwa realitas, ada (eksis) dalam kenyataan yang
berjalan sesuai hukum alam, yang tujuan utamanya adalah untuk
mengungkapkan kenyataan yang sebernarnya.
Dengan positivisme, Comte meyakini bahwa pengetahuan
yang nyata, pasti dan ilmiah, adalah penngetahuan posoyif-ilmiah.
Positivisme sangat menekankan ilmu pengetahuan atau ilmu positif,
sebagai puncak perkembangan ilmu manusia. Berikut merupakan tahap
perkembangan sejarah umat manusia dalam mencapai titik positivisktik.
Paradigma yang dipakai oleh penulis yakni Positivistme.
“Positivistme didasarkan pada asumsi bahwa metode ilmiah akan
memberikan pedoman bagi pengetahuan yang pasti dan bahwa
sesuatu (realitas) tidak pernah nyata, kecuali bila sesuatu (realitas)
tersebut diuji secara empiris”. Rachmat Kriyantono (2008:50)
60
Alasan peneliti menggunakan paradigma Postpositivisme
karena paradigma ini sesuai dengan apa yang peneliti lakukan dan
peneliti alami. Paradigma Postpositivisme mengajarkan penulis untuk
menilai penelitian ini bersifat objektif, tidak melebihkan atau mengurangi
apa yang peneliti lihat dan peniliti ketahui dari narasumber yang ikut
membantu dalam penelitian ini.
Tabel 3.2
Perbedaan antara Penelitian Objektif dengan Penelitian Subjektif
(Mulyana, 2002)
No. Perbedan
tentang
Objektif Subjektif
1 Sifat realitas Realitas (Komunikasi)
diasumsikan tunggal, nyata
(objektif), eksternal, statis dan
dapat dipecah-pecah dan
diatur oleh hukum-hukum
yang berlaku tetap dan
universal (Meskipun
kenyataannya bersifat
Realitas
(komunikasi)
bersifat ganda,
rumit, semu,
dinamis (mudah
berubah),
dikonstruksikan
dan holistic;
61
probabilistic). kebenaran realitas
bersifat relatif
2. Sifat manusia
(komunikator
atau peserta
komunikasi)
Aktor (komunikator) bersifat
pasif dan reaktif; perilaku
(komunikasi)dikendalikan oleh
situasi atau lingkungan
Aktor
(komunikator)
bersifat aktif,
kreatif, dan
memiliki kemauan
bebas; perilaku
(komunikasi)
secara internal
dikendalikan oleh
individu
3. Sifat Hubungan
dalam, dan
mengenai
realitas
(komunikasi)
Terdapat hubungan sebab-
akibat (sebab nyata atau
variabel bebas yang
mendahului akibatnya atau
vriabel terikat)
Semua entitas
secara simultan
saling
mempengaruhi,
sehingga peneliti
tak munkin
membedakan
sebab dari akibat
4. Hubungan
antara peneliti
dan subjek
Peneliti bertindak sebagai
pengamat yang otonom,
terpisah atau berjarak dari
Setaraf, empati
akrab, interaktif,
timbal balik, saling
62
penelitian subjek penelitian dan
berjangka pendek
mempengauhi dan
berjangka lama.
5. Tujuan
penelitian
Menangani hal-hal bersifat
umum, dengan sampel
besar/representatif (lazimnya
acak);menguji teori;
meamalkan peristiwa serupa
pada saat mendatang (dus,
perilaku komunikasi dapat
diramalkan karena pelaziman
lingkungan); mencari
generalisasi yang tak terikat
oleh konteks dan
waktu;menekankan penelitian
tantang efe komunikasi
Menangani hal-hal
bersifat khusus;
bukan hanya
perilaku terbuka,
tetapi juga proses
yang tak
terucapkan,
dengan sampel
kecil/purposif;
memahami
peristiwa yang
punya makna
historis;
menekankan
perbedaan
individu;
megembangkan
hipotesis (teori)
yang terikat oleh
konteks dan
waktu; membuat
63
penilaian
etis/estetis atas
fenomena
(komunikasi)
spesifik.
6. Metode
penelitian
Deskriptif (wawancara
berstruktur, pengamatan
berstruktur, survey
(korelasional),
eksperimen;tekanannya pada
pencariaan penjelasan kausal
dan mekanistik atas
fenomena komunikasi
Deskriptif
(wawancara tak
berstruktur-
mendlam,
pengamatan
berperan serta),
analisis dokumen,
studi kasus, studi
historis kritis;
penafsiran sangat
ditekankan alih-
alih pengamatan
objektif
7. Analisis Deduktif; yang dilakukan
setelah data terkumpul;
lazimnya menggunakan
statistik
Insuktif;
berkesinambungan
sejak awal hingga
akhir; mencari
model, pola atau
64
tema.
8. Kriteria kualitas
penelitian
Objektivitas, reliabilitas, dan
validitas (menekankan
kesepakatan kepad para
peneliti, kuantifikasi, dan
replikasi penelitian)
Otentisitas, yakni
sejauh mana
temuan penelitian
mencerminkan
penghayatan
subjek yng diteliti
(komunikator)
9. Peran nilai Nilai, etika, dan pilihan moral
peneliti tidak boleh
mencampuri proses
penelitian; penelitian yang
bebas-nilai dijamin oleh
metodologi objektif yang
digunakan
Nilai, etika dan
pilihan moral
peneliti melekat
dalam proses
penelitian
(pemilihan
masalah
penelitian, tujuan
penelitian
paradigma, teori
dan metode/teknik
analisis yang
digunakan,dsb)
65
3.2. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. (Bodgan dan Taylor, 1975:5)
Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yan menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan
dengan jalan meliatkan berbagai metode yang ada.
Dari beberapa pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
peneltian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan yang secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memafaatkan berbagai metode
alamiah. (Moleong, 2011:6)
Sedangkan pendekatan yang akan penulis gunakan pada
penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-kualitatif yaitu penelitian
dimana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yag sudah diteliti.
(Moleong, 2011:11)
66
3.3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang peneliti gunakan adalah
metode studi kasus, studi kasus adalah uraian dan penjelasan
komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, suatu situasi
sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data
mengenai subjek yang diteliti.
Studi kasus dapat diartikan sebagai metode atau strategi
penelitian dan sekaligus hasil suatu penelitian pada kasus tertentu.
Studi kasus lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari,
menerangkan, atau menginterpretasi suatu „kasus‟ dalam konteksnya
yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Di antara semua raga
studi kasus, kecenderungan yang paling menonjol adalah upaya untuk
menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, yakin
mengapa keputusan itu diambil, bagaimana ia diterapkan, dan apa pula
hasilnya Schramm, dalam (Salim 2006: 118).
Metode studi kasus. Menurut Creswel dalam Herdiansyah
(2010:76) studi kasus (case study) adalah suatu model yang
menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang terbatas”
(bounded system) pada suatu kasus atau beberapa kasus secara
mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang
melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks.
67
Salah satu ciri khas dari studi kasus adalah adanya “sistem yang
terbatas” (bounded system). Hal yang dimaksud dengan sistem yang
terbatas adalah adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta
batasan dakam hal kasus yang diangkat (dapat berupa program,
kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian). Ciri lannya dari model studi
kasus adalah keunikan dari kasus yang diangkat. Dalam studi kasus,
kasus yang diangkat biasanya kasus-kasus yang memiliki keunikan,
kekhasan tersendiri. Dari keunikan dan kekhasannya tersebut yang
dijadikan daya tarik dari model ini.
Studi kasus menggunakan berbagai metode seperti wawancara,
observasi, dokumentasi, studi arsip, pemeriksaan fisik, dan lainya untuk
menguraikan suatu kasus secara terinci. Dengan mempelajari
semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok, atau suatu
kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan
mendalam mengenai subjek yang diteliti.
Black & Champion (1992) mengemukakan kelebihan lainnya dari
model studi kasus.
1. Bersifat luwes dalam hal metode pengumpulan data yang digunakan.
Metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam studi kasus, antara lain wawancara, observasi, materi audiovisual, focus group discussion, dan dokumentasi. Konteks dari kasus yang diangkat meliputi situasi dan setting_ nya (dapat berupa setting fisik, sosial, budaya, atau ekonomi).
2. Dapat lebih menjangkau dimensi yang lebih spesifik dari topik yang diselidiki.
Salah satu kelebihan studi kasus adalah mampu mengungkap hal Yang spesifik dan unik dari bounded system
68
yang diteliti karena hal spesifik tersebut bersifat unik dan khas. Jenis studi kasus yang mampu menjangkau dimensi Yang spesifik adalah intrinsik studi kasus.
3. Dapat dilakukan secara lebih praktis pada banyak lingkungan sosial.
Berbagai lingkungan sosial beserta faktor budaya dan konstruk nilai yang mendasari lingkungan sosial tersebut merupakan serangkaian aspek yang juga ikut memengaruhi topik yang diteliti. Dengan menggunakan studi kasus, faktor lingkungan sosial apa pun tidak menjadi halangan dan hambatan bagi peneliti.
4. Studi kasus dapat digunakan sebagai penguji suatu teori. Bukan hanya model grounded theory yang dapat
berfungsi sebagai penguji suatu teori, dalam beberapa kasus, studi kasus pun dapat difungsikan sebagai penguji teori, jenis studi kasus yang dapat digunakan untuk menguji suatu teori adalah instrumental studi kasus.
5. Dapat dilakukan dengan dana yang minim jika dilakukan dengan metode pengumpulan data yang sederhana (Herdiansyah, 2012:80).
3.4. Subjek dan Objek Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di PT. Tripvisto Nusantara Jaya
yang terletak di Jl. Arteri Permata Hijau no.12D, Pondok Indah, Jakarta
Selatan, DKI Jakarta dengan beberapa narasumber, antara lain : Head
of Digital Marketing Tripvisto, Digital Champaign Planner Tripvisto,
Konsumen Tripvisto. Hal tersebut diharapkan agar memperoleh data
yang sesuai dan dapat menjawab pertanyaan penelitian.
69
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam peneliti, karena tujuan utama dari peneliti adalah
mendapatkan pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. (Sugiyono, 2005:62)
1) Data Primer
Menurut Ruslan (2004:55), data primer adalah data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui
media perantara) yang secara khusus dikumpulkan oleh peneliti
untuk menjawa penelitian. Adapun cara untuk mendapatkan data
primer yaitu menggunakan metode penggumpulan data sebagai
berikut :
a. Wawancara mendalam
Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (in-deepth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan peelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tapa
70
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
yang relatif lama (Sutopo, 2006:72)
Peneliti melakukan wawancara mendalam guna mendapatkan
informasi dan data kepada Marketing Digital PT. Tripvisto
Nusantara Jaya yang membuat strategi komunikasi pemasaran
digital PT. Tripvisto Nusantara Jaya
b. Observasi
Observasi menurut Sutrisno Hadi (1986) merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang
terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
(Mulyana, 2007:139)
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses
peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat
relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi
pengamatan kondisi interaksi pembelanjaran, tingkah laku anak
dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat
dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang digunakan
dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan
kejadian dan lain-lain.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi
adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan,
71
kejadian atau peristiwa, waktu, perasaan. Alasan peneliti
melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran
realistik perilaku atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data,
observasi dapat dibedakan menjadi partisipant observation
(observasi berperan serta) dan non partisipant observation,
selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka
observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan
tidak terstruktur
1. Observasi Berperan serta (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan
kegiatan sehari-hari yang sedang diamati atau
digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan penelitian, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjkan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya. Dengan observasi partisipant ini, maka data
yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak.
72
2. Observasi Nonpartisipant
Dalam observasi partisipant, peneliti terlibat
langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang
diamati, maka dalam observasi nonpartisipant peneliti
tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Pengumpulan data dengan observasi nonpartisian ini
tidak akan mendapatkan data mendalam, dan tidak
sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai
dibalik perilaku yan tampak, yang terucapkan dan
tertulis.
3. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah obserasi yang
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan
diamati, dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur
dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti
tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam
melakukan pengamatan peneliti menggunakan
instrumen peneliti yang telah teruji validitas dn
realibitasnya. Pedoman wawancara terstruktur, atau
angket tertutup dapat digunakan sebagai pedoman untuk
melakukan observasi.
73
4. Observasi tidak terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang
tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu secara pasti tentang apa yan akan diamati. Dalam
melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-
rambu pengamatan. (Mulyana, 2006:139-141)
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi secara tidak
langsung atau observasi non partisipant karena peneliti terlibat
langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati,
maka dalam observasi nonpartisipant peneliti tidak terlibat dan
hanya sebagai pengamat independen
2) Data Sekunder
“Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.”
(Bungin, 2008:122). Pada umumnya data sekunder berbentuk
catatan atau laporan data Dokumentasi oleh lembaga tertentu
(Ruslan, 2003:138). Salah satu yang termasuk data sekunder
adalah studi kepustakaan.
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data
dan teori dalam penelitian ini. Dikumpulkan melalui buku-
74
buku referensi, jurnal ilmiah, media massa, leaflet, bahan-
bahan publikasi yang ada di perpustakaan serta informasi
non manusia sebagai penunjang penelitian dan
dipergunakan berbagai macam data dan teori yang berupa
rekaman atau catatan pada lokasi penelitian serta bahan
tertulis lainnya. (Sutopo, 2006:31)
Dalam studi kepustakaan, penulis dalam melakukan
penelitian mendapatkan data-data melalui beberapa
sumber buku komunikasi yang berkaitan dengan penelitian
ini. Penulis melakukan studi kepustakaannya di
perpustakaan Universitas Prof. Dr Moestopo (Beragama)
memanfaatkan buku studi milik pribadi, dan mengakses
data melalui internet.
b. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga
bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk
surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata,
jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen
seperti ini bisa dipakai untuk menggali infromasi yang
terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan
teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut
sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan
75
yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang
tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian,
cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat
utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal
yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan
dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi,
surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,
klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server
dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
3.6. Informan
Informan adalah suatu atau lebih narasumber, untuk dimintai
keterangan atas informasi atau data yang diininkan. Pada penelitian ini,
penulis meggunakan Nonprobability Sampling dengan teknik Purposive
sampling. Nonpobability Sampling adalah teknik pengmbilan sampel
yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi sampel.
Sampling Purposif adalah teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertumbangan tertentu ini,
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang
kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.
(Sugiyono, 2008:219).
76
Dalam menentukan informan, penelitian membedakan informan
tersebut menjadi dua bagian yakni informan kunci (key informan)
dengan informan pendukung, berikut informan yang peneliti pilih dalam
memberikan informasi dengan penelitian ini.
A. Key Informan (Informan Kunci)
i. Farhan Noor, Head of Marketing Digital
ii. Anastasia Regita, Digital Champaign Planner
B. Informan Pendukung
i. Konsumen, Delliana Damayanti
3.7. Teknik Keabsahan Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumer
metode, penyidik, dan teori. (Moleong, 2011:330)
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,
1987:331). Pada triangulsi dengan metode, menurut Patton terdapat
77
dua strategi, yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
Teknik triangulasi yang ketiga dengan jalan memanfaatkan
peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu
mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data. Pada dasarnya
penggunaan suatu tim penelitian dapat direalisasikan dilihat dari segi
teknik ini. Cara lain adalah membandingkan hasil pekerjaan seorang
analis dengan analis lainnya.
Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307)
bedasarkan anggapan bahwa fakta atau tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton
(1987:327) berpendapat lan, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan
dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation)
Jadi triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan
perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks
suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbgai kejadian dan
hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan
triangulisasi, peneliti dapat merecheck temuannya dengan jalan
78
membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.
Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan :
1) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
2) Mengecek dengan berbagai sumber data
3) Memanfaatkan berbagai metode agar penggecekan kepercayaan
data dapat dilakukan.
3.8. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton (1980:68) yang dikutip oleh
moleong mendefinisikan “Analisi data adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu
memberiikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban
yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka
peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu,
diperoleh data yang dianggap kredibel. (Sugiyono, 2005:91)
79
Teknik yang digunakan dalam analisis data menurut Miles dan
Huberman (1981:21-23) ada tiga tahapan :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Maka karena itu perlu
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan lain sebagainya. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Dengan
80
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut.
3. Conclusion Drawing (Verification)
Langkah ketiga dalam analisis ini adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi dari data yang telah diperoleh. Kesimpulan awal yang
dikemukkan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yag dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulan data, maka kesimpulan
yang dikemukan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono,
2008:247)
81
2.3 Alur Berfikir
Pesatnya kemajuan teknologi di segala bidang juga
mendorong kemajuan teknologi di bidang pemasaran. Penggunaan
media konvensional sebagai media promosi kini mulai mengalami
peralihan ke media digital. Perpaduan antara faktor-faktor sosial
manusia, psikologis dan faktor lainnya dengan faktor teknologi
82
menghasilkan suatu media pemasaran yang interaktif sehingga
terciptanya media yang dapat menciptakan interaksi antara produsen,
konsumen dan pasar. Media tersebut adalah media digital, atau dalam
dunia pemasaran disebut dengan digital marketing.
Tripvisto merupakan sebuah marketplace travel online
menggunakan digital marketing dalam pemasarannya, sebelum
merencanakan perencanaan komunikasi pemasaran digitalnya
berdasarkan teori 4 steps of Public Relations, Tripvisto terlebih dahulu
mempelajari perilaku konsumen melalui model AISAS dengan
komponen media digital yang digunakan yaitu Paid media (media
berbayar), Owned Media (Media yang dimiliki), diharapkan agar
Earned Media (Media yang dihasilkan) dengan tujuan agar tepat
sasaran dan menjadi viral.
83
Gambar 2.3
Bagan Alur Berfikir
SStrategi Komunikasi Pemasaran Digital PT.
Tripvisto Nusantara Jaya
Empat Tahapan Utama Public
Relations :
1. Research and Listening
2. Planning dan Decision
3. Communication and
Action
4. Evaluation
Digital Marketing
Viral Marketing
Teori New Media
Deskripsi Strategi Komunikasi Pemasaran
Digital PT. Tripvisto Nusantara Jaya
AISAS
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum
PT. Tripvisto Nusantara Jaya atau Tripvisto.com adalah sebuah
travel market place terbesar di Indonesia. Didirikan oleh Bernadus
Sumartok dan Aditya Saputra pada 15 Agustus 2014, berlokasi di Jl.
Arteri Permata Hijau No. 12D Pondok Indah Jakarta Selatan. Tripvisto
merupakan perusahaan start up berbentuk market place travel online
yang menjual paket tour dan tiket atraksi di Indonesia. Kegiatan
operasionalnya berbasis website, segala transaksi secara online.
Berawal dari hobi travelling Bapak Sumartok yang mengurusi
keperluan travellingnya sendiri, muncul lah keinginan untuk membuat
perusahaan yang mampu memudahkan traveler untuk merancang
travellingnya sendiri sesuai dengan keinginannya. Awalnya, bernama
Flaminggo, perusahaan tersebut didirikan dengan modal pribadi Bapak
Sumartok beserta rekan-rekannya. Saat perjalanannya, terjadi
keterbatasan dana sehingga Flaminggo gulung tikar. Namun, Bapak
Sumartok tidak putus asa karena beliau yakin bahwa bisnis ini
kedepannya akan berjalan dan besar.
85
Kemudian beliau membuat perusahaan serupa dengan nama
yang berbeda namun dengan menggandeng beberapa investor, salah
satunya adalah East Ventures.
15 Agustus 2014 lahirlah sebuah perusahaan travel market place
paket tour dan tiket atraksi terbesar di Indonesia bernama PT. Tripvisto
Nusantara Jaya atau Tripvisto. Didirikan oleh 3 orang yang hebat yaitu
Bapak Sumartok sebagai CEO sekaligus founder, Aditya Saputra
sebagai CO-Founder dan Fitri. Namun pada pertengahan 2015 Fitri
mengundurkan diri dari Tripvisto karena perbedaan visi dan misi.
Saat ini Tripvisto berbasis website dalam transaksi jual belinya.
Hingga saat ini Tripvisto sudah mempunyai 82 negara dengan 802
destinasi menarik di dunia, dan sudah melayani lebih dari 8028
customer. Penjualan terbanyaknya adalah Japan Rail Pass (JR Pass)
karena menawarkan harga yang lebih murah dibandingkan dengan
kompetitor lain. Tripvisto memasarkan produknya dengan
memaksimalkan media digital, antara lain :
1. Website
Website merupakan suatu kumpulan kumpulan halaman yang
menampilkan berbagai macam informasi teks, data, gambar
diam atau bergerak data animasi suara video atau gabungan
dari semuanya, PT. Tripvisto Nusantara Jaya memiliki website
www.tripvisto.com dan memiliki kurang lebih 1000 vistitor
perharinya.
86
Gambar 4.1
T
a
m
p
i
l
a
n
B
e
r
a
n
d
a
Website www.tripvisto.com
Sumber : https://www.tripvisto.com/
87
2. witter
Twitter merupakan jenis blog mikro yang cocok untuk
berinteraksi dengan pesan ringkas dan bersifat aktual. Layanan
jejaring sosial dan mikroblog yang memungkinkan pengguna
kirim dan baca pesan berbaris teks sampai 140 karakter
(Muhammad Saifullah, 2015:53)
Tripvisto memiliki akun twitter dengan nama @Tripvisto
yang memiliki 969 dengan 1360 tweets, hal tersebut terlihat
bahwa tripvisto memaksimalkan penggunaan twitter
Gambar 4.2
Layout akun Twitter @Tripvisto
Sumber : https://twitter.com/tripvisto
88
3. Facebook
Facebook merupakan jenis jejaring sosial paling popular
dengan jumlah pengguna terbesar, hingga sering jadi pilihan
utama para tokoh organisasi, lembaga atau pelaku bisnis untuk
berkegiatan di media sosial. Facebook pun menyediakan
layanan khusus untuk keperluan personal yaitu Facebook Page
(Muhammad Saifullah, 2015:52)
Tripvisto menggunakan media sosial Facebook sejak
tahun 2014, dan memanfaatkan Facebooknya untuk berbagi
informasi tentang produk-produk Tripvisto baik berbentuk foto
maupun video dokumentasi dan juga diskon-diskon untuk
produknya. Facebook tripvisto diikuti oleh 58.435 dengan likes
57.837.
Gambar 4.3
Layout Beranda Facebook Tripvisto
89
Sumber : https://www.facebook.com/tripvisto/
4. Instagram
Instagram merupakan media sosial dengan focus
layanan untuk berbagi media (media sharing) yang cocok untuk
berinteraksi dengan public lewat foto atau video pendek.
Seperti Twitter, layanan media sosial yang juga bias bagian
dari Facebook ini tidak menyediakan fitur khusus untuk akun
tokoh, organisasi, lembaga, atau pelaku bisnis yang ingin
berkegiatan di Instagram (Muhammad Saifullah, 2015:52)
Seiring dengan berkembangnya media sosial, Tripvisto
juga ikut bergerak dalam hal pemasaran melalui Instagram
untuk media promosi karena sekarang semua kalangan rata-
rata menggunakan instagram untuk berinteraksi dan juga
karena lebih mudah dicari, hanya hanya dengan mengunakan
90
hashtag (#) saja sudah bisa ditemukan apa yang kita cari di
instagram Tripvisto. Instagram tripvisto memilki followers
sebanyak 22 ribu dan sudah memposting sebanyak 798 kali
Gambar 4.4
Beranda Instagram Tripvisto
Sumber : https://www.instagram.com/
5. Blog
Blog singkatan dari web log yaitu sebuah situs yang memuat
berbagai macam informasi yang dipublikasikan di dalam
jaringan World Wide Web, yakni sebuah sistem dokumen
hypertext yang saling terkait satu sama lainnya yang dapat
diakses dari jaringan internet. Tripvisto mempunyai blog sendiri
yang lebih banyak berisi tentang informasi seputar dunia travel,
seperti tips untuk travelling, destinasi favorit, dll.
91
Gambar 4.5
Layout Beranda Blog Tripvisto
Sumber : https://blog.tripvisto.com/
92
6. Youtube
Merupakan media sosial untuk berbagi video milik Google dan
terkoneksi langsung dengan laman Google+, maka, jika tokoh,
organisasi, atau pelaku bisnis ingin berkegiatan di youtube,
sebaiknya memang sudah memiliki Google+ Business Page.
(Muhammad Saifullah, 2015:62)
Tripvisto memanfaatkan media youtube dengan membuat
channel youtube bernama tripvisto, berisikan segala konten
video (review atau testimoni) customer yang sudah memakai
produk dari tripvisto
Gambar 4.6
Layout Beranda Yotube Channel Tripvisto
Sumber : https://www.youtube.com/channel/
93
4.1.2. Profil Perusahaan
Tripvisto merupakan travel market place terbesar di
Indonesia yang menawarkan paket tour dan tiket atraksi.
Nama : PT. Tripvisto Nusantara Jaya
Alamat : Jl. Arteri Permata Hijau No. 12D, Pondok Indah,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Website : www.tripvisto.com
4.1.3. Visi dan Misi
Menjadi perusahaan travel market place yang terpercaya dan
memudahkan traveler untuk travelling ke berbagai tempat.
4.1.4. Logo Perusahaan
Logo tripvisto adalah binatang kepik, filosofi dari
binatang kepik itu sendiri adalah kepik selalu berpindah dari satu
bunga yg indah ke bunga lainnya dengan mengambil sarinya.
Berdasarkan filosofi tersebut Tripvisto menginginkan traveler
menjadi kepik yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang
94
lainnya denga membawa pengalaman yang indah dan
pengetahuan yang banyak.
Warna logo tripvisto identik dengan Biru yaitu ada biru
tua dan biru muda, hal tersebut identik dengan laut dan langit
yang biasanya di inginkan oleh para traveller yaitu kebebasan
dan ketenangan.
95
4.1.5. Struktur Organisasi
CEO CTO
Data
Analyst
Finance
&
Accounti
ng
UI/UX Engin
eer Product
Global
Supply
&
Operat
ion
Digital
Marke
ting
Talent
Exper
ience
Gambar 4.7
Struktur Organisasi Tripvisto
96
4.2. Deskripsi Subjek Penelitian
Dalam deskripsi subjek penelitian ini, peneliti menggunakan
konsep Digital Marketing yang mempunyai asumsi bahwa kegiatan
bisnis sekarang ini semakin bergeser ke arah digital karena
perkembangan internet dan teknologi yang semakin maju kemudian
diperkuat dengan teknik viral marketing dan teori new media sebagai
penggunaan media baru sebagai teknik pemasaran, kemudian analisis
four steps sebagai acuan untuk mengamati strategi yang telah
dilakukan berdasarkan konsep Digital Marketing.
Yang menjadi informan peneliti adalah Head of Digital Marketing
sebagai titik fokus hasil data penelitian karena orang yang langsung
merumuskan dan memonitoring strategi yang telah dilakukan, lalu
Champaign Media Digital sebagai pelaksana strategi yang sudah
dirumuskan, dan 1 konsumen yang sudah menggunakan produk dari
Tripvisto. Berikut profil dari setiap informan:
1. Head Of Digital Marketing Tripvisto
Nama : Muhammad Farhan Noor
Umur : 32 tahun
Tanggal Lahir : 29 Agustus 1985
Lama Bekerja : 1 Tahun
97
Lokasi Wawancara : PT. Tripvisto Nusantara Jaya, Jl.
Arteri Permata Hijau No. 12D,
Jakarta Selatan
Tanggal dan Jam : 02 Juni 2017 Pukul 15.00 WIB
2. Digital Champaign Planner Tripvisto
Nama : Anastasia Regita
Umur : 29 tahun
Tanggal Lahir : 5 July 1988
Lama bekerja : 9 Bulan
Lokasi Wawancara : PT. Tripvisto Nusantara Jaya, Jl.
Arteri Permata Hijau No. 12D,
Jakarta Selatan
Tanggal dan Jam : 2 Juni 2017 Pukul 16.00 WIB
3. Konsumen Tripvisto
Nama : Delliana Damayanti
Umur : 23 Tahun
Tanggal Lahir : 10 Mei 1994
Status : Pegawai Swasta
Lokasi Wawancara : Aeon Mall BSD`
Tanggal dan Jam : 10 Juni 2017, Pukul 18.30
98
4.3. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Model pemasaran yang dilakukan oleh Tripvisto sangat
berhubungan erat dengan asumsi dari konsep digital marketing yang
memiliki 3 komponen (Paid, Owned dan Earned Media) kemudian
tripvisto menerapkan konsep 4 steps of PR untuk merencanakan
komunikasi pemasaran digital yaitu kegiatan pencarian atau
pengumpulan fakta – fakta atau data dilakukan sebelum seseorang
melakukan suatu kegiatan atau tindakan untuk menghindarkan
kegagalan–kegagalan dalam melaksanakan tugasnya dan memperoleh
hasil yang diharapkan dan juga bagaimana setiap strategi dijalankan
menjalankan ide - ide dari sebuah perusahaan dalam mencapai hasil
yang diinginkan Tripvisto. Digital marketing berasumsi bahwa di era
yang semakin digital dengan berkembangnya internet serta teknologi
menjadi alat penting dalam mengakses informasi secara mudah dan
cepat yang sekaligus merubah model komunikasi dari satu untuk satu
menjadi satu untuk banyak.
Media merupakan perantara penting untuk berkomunikasi dan
menyampaikan pesan. Medium dalam berkomunikasi untuk
menyampaikan pesan yang digunakan berbasis internet seperti
komputer dan smartphone, namun perkembangan teknologi sekarang
ini membuktikan bahwa smartphone yang lebih sering digunakan
karena bersifat mobile. Gadget atau smartphone seperti sebuah hal
yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat sekarang ini.
99
Masyarakat semakin terbiasa hidup berdampingan bersama internet
dan teknologi. Contohnya seperti mencari informasi harga barang-
barang sandang maupun papan melalui internet, berbelanja secara
online, hingga merancang liburan, semuanya dapat dilakukan dengan
internet.
Berkaitan dengan liburan atau travelling, hal tersebut sudah
bergeser menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat. Jika dulu apabila
ingin berlibur atau travelling maka masyarakat akan datang ke kantor
agent tour and travel, tetapi dengan bantuan teknologi dan internet
semua kebutuhan untuk travelling dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat dengan smartphone yang dimiliki. Hal tersebut lah yang menjadi
dasar terbentuknya Tripvisto dan melakukan digital marketing untuk
pemasarannnya agar menjangkau target market online. Sejauh ini,
Tripvisto berbasis website, semua produk yang dijual dan transaksi
dilakukan secara online. Selain itu, Tripvisto menggunakan media
sosial dan media berbayar untuk melakukan pemasaran, karena media-
media tersebut merupakan media publikasi elektronik yang memiliki
beragam keunggulan diantaranya keunggulan jelajah, waktu, teknologi,
cakupan, privasi, harga dan pemasaran.
Berdasarkan wawancara dengan Muhammad Farhan noor
selaku Head of Digital Marketing Tripvisto, sebelum memilih
menggunakan digital marketing dalam strategi pemasarannya, tripvisto
pernah melakukan pemasaran secara konvensional. Seperti melakukan
100
pendekatan langsung kepada perusahaan, membuka booth dalam
suatu acara travel, pameran-pameran, direct marketing, dan lain-lain
namun hasil yang didapat kurang maksimal.
Peneliti selama kurang lebih dua bulan meneliti di PT. Trivisto
Nusantara Jaya yang bertempat di jalan arteri permata hijau No. 12D,
pondok indah, Jakarta Selatan. Peneliti mendeskripsikan beberapa
hasil dari penelitian mengenai strategi komunikasi pemasaran digital
yang dilakukan Tripvisto. Hal-hal peneliti inginkan adalah
mendeskripsikan antara lain berdasarkan dari teori yang peneliti
gunakan dan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan
melakukan wawancara dan dengan melakukan observasi langsung di
Tripvisto, maka perlu diterapkan hubungan antar teori dan realitanya.
Tripvisto merupakan sebuah market place travel online terbesar
di indonesia yang menjual paket tour dan tiket atraksi. Dalam kegiatan
pemasaran Tripvisto menggunakan strategi untuk menjangkau target
marketnya. Hal tersebut membutuhkan strategi komunikasi pemasaran
yang lengkap dan terintegrasi agar tepat sasaran. Sebelum membuat
strategi, Tripvisto melakukan perencanaan strategi komunikasi
pemasaran digital melalui beberapa tahapan, antara lain:
101
1. Research (Analisa Target Market)
Tripvisto merupakan market place travel online berbasis
website, hal tersebut ditujukan untuk target market online. Tripvisto
melakukan banyak kegiatan pemasaran untuk meningkatkan
kunjungan ke website dan sosial media. Namun sebelum
melakukan pemasaran, terlebih dahulu Tripvisto mempelajari
perilaku masyarakat yang akan menjadi target marketnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan
dengan hasil wawancara terhadap informan, dapat dikatakan
bahwa Tripvisto menggunakan salah satu model analisis untuk
membaca perilaku konsumen. Model yang digunakan oleh Tripvisto
persis dengan model kembangan dari AIDA (Attention, Interest,
Desire, Action) menjadi AISAS (Attention, Interest, , Action, Share)
yang diciptakan oleh Dentsu inc. salah satu perusahaan iklan dan
PR besar di Jepang. Hal tersebut didukung kuat dengan fakta
bahwa Tripvisto memang menjalankan segala bentuk operasional
bisnisnya melalui media digital dimana AISAS mempunyai acuan
dasar mempelajari konsumen yang bergeser menjadi perilaku
online.
1. Attention
Attention adalah tahap dimana semua informasi tentang
produk-produk Tripvisto dan semua promo-promonya
menerpa para target pasar. Informasi tersebut datang dari
102
segala penjuru, dari mulai informasi melalui internet seperti
website melalui SEO (Search Engine Optimization), SEM
(Search Engine Marketing), penggunaan paid media dan own
media, viral marketing (word of mouse), brand activity, hingga
informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut (word of
mouth). Menurut hasil temuan di lapangan, sejauh ini Tripvisto
melakukan pendekatan dengan beberapa komunitas, salah
satunya dengan komunitas barista yang belum lama ini datang
ke kantor Tripvisto.
Gambar 4.8
Suasana Komunitas Barista berada di kantor Tripvisto
Sumber : https://ngopidikantor.com/
Brand activity dengan tujuan meningkatkan awareness
kepada target pasar yang dilakukan oleh Tripvisto bermacam-
macam bentuk dan jenisnya. Brand activity yang pernah
103
diluncurkan adalah Contributor contest melalui facebook,
instagram, dan iklan melalui media online. Yang menjadi
pemenangnya akan mendapatkan liburan gratis dari Tripvisto
untuk 2 orang pemenang.
Strategi komunikasi digital marketing dipilih oleh Tripvisto
karena sesuai dengan target market online yang diharapkan.
Media digital dipilih Tripvisto dikarenakan banyak faktor yang
mendukung, pertama karena media digital adalah media yang
paling dekat dengan kehidupan masyarakat sekarang ini serta
media yang paling mudah untuk diakses dimanapun kapanpun
dan yang kedua adalah media digital menjadi fondasi
pendukung yang sangat kuat bagi Tripvisto dalam berbisnis
karena perkembangan teknologi yang semakin pesat.
Sehingga Internet membantu proses dan eksekusi strategi-
strategi Tripvisto untuk meningkatkan awareness dan
meningkatkan penjualan bagi masyarakat yang belum
mencoba maupun yang sudah secara kontinu membeli produk
Tripvisto.
2. Interest
Setelah semua pemasaran yang dilakukan oleh Tripvisto
dari mulai brand activity, penggunan paid dan informasi
melalui own media (sosial media). Tahap selanjutnya yang
akan terjadi adalah target market akan semakin terfragmentasi
104
dan mulai tertarik dengan semua pemasaran Tripvisto. Akan
sangat kecil kemungkinannya apabila target market yang telah
terfragmentasi tidak mencari informasi tentang media
mengenai website Tripvisto dan siapakah Tripvisto. Target
market tersebut akan mencari banyak informasi melalui
berbagai macam media dan istilah ini sering disebut dengan
CGM (Consumers Generated Media). Jadi sangat jelas bahwa
tahap membangun Attention menentukan kepada tahap
selanjutnya terhadap target market tersebut. Apabila pada
tahap Attention Tripvisto tidak mampu membangun perhatian
awal agar target market mencari informasi tentang berita-
berita yang terkait maka tidak akan ada fase-fase selanjutnya
bahkan untuk sekedar menuju ke fase Interest. Sejauh hasil
temuan di lapangan Tripvisto terbukti mampu membangun
perhatian awal melalui segala bentuk dan jenis pemasaran -
pemasarannya hingga berlanjut ke fase Interest dan
diteruskan sampai proses pencarian informasi tentang apa
dan siapakah Tripvisto itu.
3. Search
Banyak media yang kini bisa diakses untuk
mendapatkan informasi, terutama media yang paling mudah
untuk diakses adalah melalui internet karena itu internet
menjadi salah satu media yang kini paling pertama dituju
105
dalam mencari sebuah informasi terkait hal apapun. Target
market yang telah terfragmentasi akan memulai pencarian
tentang apakah itu Tripvisto dan siapakah Tripvisto melalui
internet, seperti media sosial, website, blog, youtube channel,
review dan lain-lainnya. Dari hasil wawancara dengan
informan dan temuan di lapangan media yang digunakan oleh
Tripvisto dalam media digital antara lain adalah website yang
didukung oleh teknik SEO (Search Engine Optimization)
sebuah proses untuk mempengaruhi tingkat keterlihatan
(visibilitas) sebuah situs web atau sebuah halaman web di
hasil pencarian alami melalui mesin pencari seperti Google
dan Yahoo kemudian menggunakan teknik SEM (search
engine marketing) seperti google adword (keyword planner)
untuk memudahkan pencarian melalui kata-kata yang
diinginkan. Selain website Tripvisto juga punya media untuk
pemasaran lain yaitu sosial media Twitter, Facebook dan
Instagram, kemudian informasi melalui Blog dan testimoni
atau review produk melalui Youtube Channel. Kemudian,
diharapkan informasi dan berita mengenai tripvisto juga akan
tersebar melalui pesan dari mulut ke mulut (word of mouth)
hingga pesan yang disebarkan melalui sosial media (word of
mouse).
106
Gambar 4.9
Review produk Tripvisto di Facebook
Setelah mendapatkan informasi melalui internet target
market yang telah terfragmentasi akan beralih mencari
informasi dari lingkungan terdekatnya seperti keluarga,
sahabat, komunitas atau kelompok yang dipercayai. Pada
pencarian informasi ditahap ini lah word of mouth dari para
pelanggan yang telah menggunakan produk dari Tripvisto
sangat berperan penting karena tanpa disadari mereka adalah
mesin marketing bagi Tripvisto yang paling efektif. Bekal dari
semua informasi yang didapatkan ini menjadi sangat penting
dalam menentukan kepada tahap selanjutnya.
107
4. Action
Fase Action adalah dimana target market yang telah
terfragmentasi dan telah mendapatkan informasi memutuskan
untuk membuka website Tripvisto.com dan berkomentar atau
bertanya-tanya di media pemasaran yang Tripvisto punya.
Sebelum sampai kepada tahap penggunaan target market
tersebut akan memilih layanan mana yang akan digunakan
melalui proses berpikir dengan mereduksi informasi yang
paling dominan dan sesuai dengan ketertarikannya. Produk
yang ditawarkan Tripvisto berasal dari banyak agent tour and
travel terpercaya dari berbagai daerah maupun dari luar
negeri sehingga satu destinasi terdiri dari banyak macam
paket tour dengan harga yang kompetitif, menyebabkan
banyak pilihan untuk calon konsumen sehingga dapat
menyesuaikan budget dan keinginan secara detial calon
konsumen, kemudian proses pembayaran secara online
sehingga memudahkan calon pelanggan secara waktu dan
tenaga tanpa antri sehingga dari memilih hingga membayar
dilakukan secara online. Maka dari itu Tripvisto terbentuk dan
menggunakan digital marketing untuk target market yang
kesehariaannya online dan praktis.
Dalam analisis model AISAS pada fase S-A-S adalah fase
penting yang tidak boleh terjadi kesalahan karena satu
108
kepuasaan dari pelanggan adalah nilai yang sangat berarti
untuk menentukan kelangsungan bisnis dari sebuah
perusahaan. Studi kasus dan hasil temuan dilapangan
membuktikan bahwa Tripvisto mampu menunjukkan nilai jual
mereka yaitu “kemudahan”.
5. Share
Fase terakhir dalam model analisis AISAS, yaitu Share.
Model komunikasi yang bergeser pada era digital seperti
sekarang ini menjadikan Share begitu penting dan bernilai.
Semakin banyak konsumen atau pengguna yang Share maka
akan semakin berdampak positif bagi sebuah perusahaan.
Tripvisto berbasis website, segala kegiatan secara online
dengan memberikan informasi yang lengkap, mampu
berinteraksi secara langsung melalui live chat dan semua
transaksi bisa dilakukan melalui website, itu terbukti dari
kunjungan ke website Tripvisto.com dengan rata rata
perharinya 1200 orang. Secara tidak langsung para konsumen
yang membuka website akan menjadi mesin marketing yang
efektif tanpa harus diberikan instruksi apapun, contohnya
ketika satu konsumen membagikan pengalaman membeli
suatu produk baik paket tour atau tiket atraksi baik itu melalui
media sosial ataupun pesan dari mulut ke mulut (word of
mouth) atau mempostingan di media sosial (word of mouse)
109
kemudian orang lain tertarik untuk menggunakan juga dan
terus berlangsung berulangulang seperti itu sampai menjadi
viral.
Tripvisto hingga pada fase terakhir ini berhasil melengkapi
siklus perputaran model analisis AISAS dengan begitu banyak
konsumen yang puas membeli produk dari Tripvisto dan viral
marketing (word of mouse) maupun pesan melalui mulut ke
mulut (word of mouth).
Gambar 5.1
Share post Instagram @tripvisto_official
Sumber : www.instagram/tripvisto_official
110
2. Planning dan Decision (Perencanaan Komunikasi Pemasaran
Digital)
Dalam merencanakan komunikasi pemasaran digital, Tripvisto
menggunakan metode Content Marketing atau SEM (Search
Engine Marketing) dan Time Table, yang diwujudkan ke beberapa
program antara lain yang pertama yaitu Champaign always on,
champaign atau pemasaran yang dilakukan setiap hari.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan anastasia
Regita selaku Digital Champaign Planner, Tripvisto mempunyai
time table untuk posting disetiap sosial medianya. Sosial media
Instagram dalam sehari minimal 3 kali posting, untuk Twitter dan
Facebook sehari 4-5 kali posting. Hal tersebut dilakukan agar
followers dari masing-masing sosial media Tripvisto tidak jenuh
melihatnya. dan yang kedua yaitu Technical Champaign,
champaign atau pemasaran yang dilakukan saat ada moment-
moment tertentu seperti Hari Raya, Tahun Baru, Hari Nasional, dll.
Tentunya champaign yang dilakukan disertakan diskon dan promo
untuk menarik konsumen.
Hal tersebut diperjelas dengan pernyataan dari Muhammad
Farhan Noor selaku Head of Digital Marketing Tripvisto :
“Secara general tripvisto ada champaign always on yaitu tiap
bulan jalan dan medianya dipilih. Technical champaign dilihat
pada moment tertentu contohnya seperti moment lebaran saat
111
ini. Kita melakukan dua program itu berdasarkan Performace
base, produk apa yang sedang banyak transaksinya lalu kita
push produk tersebut dalam champaign kita”2
3. Communication and Action (Implementasi)
Dalam mengkomunkasikan pesan pemasaran lewat digital,
konten merupakan hal yang terpenting dan menentukan. Dalam
dunia digital para pemasar berlomba untuk kreatif menyajikan
konten yang menarik bagi calon konsumen. Konten itu sendiri terdiri
dari berbagai bentuk, mulai dari yang paling umum yakni tulisan.
Selain itu, gambar juga bisa disebut sebagai konten, begitu pula
dengan video dan multimedia lain yang mungkin sudah sering
dinikmati secara online. Konten merupakan hal terpenting dalam
menarik calon konsumen untuk mengenal bisnis perusahaan
tersebut lebih dalam kemudian menimbulkan daya tarik sehingga
pada akhirnya tertarik untuk melakukan pembelian.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan dan wawancara
dengan Anastasia Regita, selaku Digital Champaign Planner,
bahwa dalam menyampaikan pesan pada khalayak, tripvisto
menggunakan sosial media (own media) dan media berbayar (paid
media), tripvisto membeda-bedakan pesan yang disampaikan
berdasarkan karakteristik dari media yang digunakan. Own media
2 Wawancara dengan Muhammad Farhan Noor, Head of Digital Marketing Tripvisto, di kantor Tripvisto, 2 Juni 2017, pukul 15.00
112
yang digunakan antara lain twitter, facebook, instagram, youtube
channel, dan blog. Sedangkan paid media yang digunakan Google
Ads dan promote di instagram dan facebook.
1. Instagram
Pada sosial media Instagram, Tripvisto
memperbanyak konten foto, hal tersebut didasari karena
instagram merupakan aplikasi berbagi foto. Tripvisto
memaksimalkan posting foto destinasi yang sedang di
push di situs travel terkenal di duni (Fuji) dengan ukuran
high resolution namun konten tulisan yang dihadirkan
hanya berisi informasi mengenai lokasi dari foto tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan Anastasia Regita,
instagram memang difokuskan untuk memberi
pengetahuan terhadap destinasi-destinasi terbaik di dunia
melalui foto.
113
Gambar 5.2
Tampilan timeline Instagram @tripvisto_official
2. Facebook
Tripvisto memiliki Fanpage Facebook bernama,
content yang dihadirkan dalam sosial media ini berisi
tulisan beserta foto atau video berisikan informasi yang
langsung terkoneksi dengan blog dan website
114
Gambar 5.3
Tampilan postingan di facebook
3. Twitter
Selain facebook dan instagram, Tripvisto juga memiliki
sosial media twitter dalam melakukan komunikasi
pemasaran digital. Content yang diberikanpun hampir
sama dengan facebook, postingan yang ditampilkan
terkoneksi dengan blog maupun website tripvisto, namun
karena karakter huruf di twitter yang terbatas, sehingga
untuk konten bentuk tulisan yang ditampilkan tidak terlalu
banyak.
115
Gambar 5.4
Tampilan postingan konten di Twitter
Selain melalui sosial media yang disebutkan diatas, Tripvisto
menggunakan blog berisi tentang informasi seputar travelling (tips
dan trik, infomasi destinasi,dll) dan youtube channel berisi testimoni
berupa vlog dari beberapa endorser dan konsumen dengan hastag
#tripvlogbuddies
116
Media berbayar yang digunakan yaitu google ads dan promote
di sosial media facebook dan instagram. Tripvisto mengiklankan
produk yang best seller pada google ads dan untuk promote di
media sosial tripvisto mengiklankan produk yang diskon.
Dapat disimpulkan bahwa Tripvisto melakukan perencanaan
komunikasi pemasaran digital hingga penyampaian pesan secara
sistematis dan sesuai karakteristik dan target market yang dituju.
4. Evaluasi (Tracking)
Berdasarkan komunikasi pemasaran digital yang dilakukan
melalui alat digital marketing, Tripvisto mengevaluasi semua
kegiatan digital marketing melalui google analytic untuk melihat
sejauh dan seefektif apa komunikasi pemasaran digital yang
dilakukan. Tolak ukurnya dengan melihat berapa visitor perhari dan
followers disetiap sosial media.
117
Gambar 5.5
Data traffic website, facebook dan twitter Tripvisto
Sumber : http://www.startupranking.com/tripvisto
118
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil yang peneliti dapatkan melalui observasi dan
wawancara dengan narasumber CV Loa Digital, maka peneliti akan
membahasnya sebagai berikut :
1. Dari analisa melalui konsep digital marketing dengan four steps
yang diperkuat dengan mempelajari perilaku konsumen melalui
model analisis AISAS, Tripvisto sebagai sebuah market place travel
online berbasis website mampu berinovasi sesuai dengan
kebutuhan dan perilaku konsumen digital dengan konsep
performance base. Dengan kemudahan pencarian hingga proses
transaksi melalui website www.tripvisto.com yang mudah
ditemukan melalui search engine (google, yahoo) yaitu teknik SEO
(Search Engine Optimization) dan SEM (Search Engine Marketing)
dan dizaman yang serba mobile masyarakat saat ini memanfaatkan
mengakses internet melalui Smartphone. Selain bertujuan untuk
mempermudah dalam mengakses hingga proses pembelian sangat
jelas bahwa Tripvisto juga menyesuaikan website Tripvisto dengan
lifestyle masyarakat sekarang ini terutama di kota-kota besar
dengan menawarkan kemudahan. Tripvisto pun terus berinovasi
dalam pelayanan, produk serta harga yang ditawarkan serta
mengembangkan strategi-strategi dalam pemasaran digital untuk
menarik minat target market online yang lebih banyak lagi karena
119
kini semakin banyak pesaing-pesaing bisnis sejenis yang juga
gencar melakukan pemasaran digital.
2. Berdasarkan wawancara dan hasil temuan di lapangan, Tripvisto
menjalankan integrasi 3 komponen Digital Marketing menurut Titan
SEO yaitu Paid media, Owned media, dan Earned Media. Setelah
itu digabungkan dengan tiga tipe Hybird menurut Handi Irawan
dalam website www.marketing.co.id. Dan Tripvisto menggunakan
melakukan ketiga tipe Hybird tersebut.
1. Hybird pertama, Gabungan Paid media dengan Owned
Media
Dimana Tripvisto menggunakan Google Adds, promote
Instagram dan Facebook. Iklan menampilkan Produk Best
seller dari Tripvisto kemudian bila target market ingin melihat
produk lebih jauh maka akan terkoneksi pada website,
Instagram atau Facebook Tripvisto.
120
Menggunakan Google Adds
Gambar 5.6
Promote di Instagram
Gambar 5.7
121
2. Hybird kedua, Gabungan Owned Media dengan
Earned Media.
Pada Hybird tipe ini Content dalam sebuah post di owned
media sangat berpengaruh dengan retweet, repost
bahkan viralisasi. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan dari Anastasia Regita.
“Konten berpengaruh sekali apalagi judul yang kami tampilkan, terkadang orang indonesia rata-rata tidak suka membaca jadi mereka lebih suka yang simpel. Makadari itu kami berusaha untuk membuat judul konten kami semenarik mungkin. Tentunya dengan begitu banyak retweet maupun repost dari followers kami, diharapkan menjadi viral, sehingga banyak yang memfollow dan membeli produk kami”3
3. Hybird ketiga, Gabungan Paid Media dengan Earned
media
Berorientasi pada Customer Endorse, dimana perusahaan
mencari seorang public figure, blogger, traveller,
selebgram atau sebagainya untuk melakukan barter.
Perusahaan memberikan produk mereka secara gratis
bahkan ditambah hingga membayar untuk direview
produknya oleh mereka.
Tripvisto melakukan hal tersebut dengan mengendorse
beberapa traveller untuk mereview produknya.
3 Wawancara dengan Anastasia Regita, Digital Champaign Planner Tripvisto, di kantor Tripvisto, 2 Juni 2017, pukul 16.00
122
Berikut beberapa travellers yang mereview produk dari
Tripvisto :
Gambar 5.8
Sumber: Instagram @marischkaprue
123
Sumber : Instagram @kadekarini
Melalui beberapa kutipan wawancara diatas, peneliti menarik
kesimpulan bahwa strategi pemasaran digital yang telah dijalankan
oleh tripvisto dengan melakukan 3 hybird dalam digital marketing
yaitu paid media, owned media dan earned media
3. Berkaitan dengan teori New Media, strategi yang digunakan oleh
divisi Digital Marketing Tripvisto dalam pemasaran melalui media
digital sangatlah berkaitan erat. Teori yang dikembangkan oleh
Pierre Levy yang mengemukakan bahwa media baru merupakan
teori yang membahas mengenai perkembangan media. New media
124
juga dapat pula diartikan sebagai suatu perantara penyampaian
pesan, yang dapat berupa sekumpulan informasi tersebut
menggunakan internet.
Inti dari teori new media adalah media yang menggunakan
internet, media online berbasis teknologi, berkarater fleksibel,
berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun
publik (Mondry, 2008:13)
Dari paparan tersebut Strategi yang dilakukan oleh Tripvisto
secara keseluruhan berbasis internet menggunakan media digital
untuk pemasaran. Maka dari itu teori new media sangat pas untuk
strategi yang sudah dijalankan Tripvisto.
125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa PT. Tripvisto Nusantara Jaya adalah sebuah
market place travel online, melalui pemasaran yang berorientasi
pada digital marketing telah dilakukan sudah optimal dan sangat
baik. Strategi pemasaran yang dilakukan dengan mencakup teknik
SEO (Search Engine Optimization) dengan mendorong produk best
seller tripvisto agar berada dalam pencarian nomor satu di google
dan teknik SEM (Search Engine Marketing) agar memudahkan
pencarian dan mengakses platfrom utama Tripvisto yaitu website,
untuk informasi hingga melakukan pembelian. Kemudian Tipvisto
cukup berhasil menerapkan tiga tipe Hybird dari 3 komponen media
digital yaitu media berbayar, media yang dimiliki, dan media yang
dihasilkan, kemudian menggunakan paid media (media berbayar)
seperti Google Ads dan promote di sosial media, dan dimaksimalkan
dengan menerapkan konsep Viral Marketing (Word of Mouse) agar
menjadi viral. Tripvisto berbasis Website untuk segala bentuk
informasi dan transaksi. Maka dari itu, Tripvisto menerapkan
Performace Base, membuat tampilan produk hingga pada tahap
126
pembelian semenarik dan semudah mungkin. Hal tersebut terbukti
dengan peningkatan pengunjung di website, peningkatan followers di
sosial media dan peningkatan transaksi.
Sejauh penelitian yang telah dilakukan, dalam melakukan
komunikasi pemasaran digital Tripvisto masih mengalami beberapa
kendala terutama Internal, yaitu sisi keuangan. Keuangan yang
terbatas, membatasi divisi digital marketing dalam melakukan
pemasaran, terutama dalam melakukan Paid Media (media
berbayar), karena budget yang dibutuhkan sangat besar.
5.2. Saran
1. Tripvisto sebaiknya melakukan kerjasama dengan media online
contohnya portal berita yang diakses oleh semua kalangan dan
semua umur dengan bentuk iklan untuk mempromosikan
Tripvisto
2. Tripvisto harus menggunakan seluruh alat media digital, baik
melalui media yang berbayar ataupun yang gratis.
127
DAFTAR PUSTAKA
Achmady, S & Irawan, B. 2014. Analysis Teknik Search Engine Optimization
Pada Website Terhadap Search Engine Results Page Google,
Senarai 2014.
Ardianto, Elvinaro. 2014, HandBook of Public Relations. Bandung: Biosa
Rekatama Media
Arifin, Ali. 2007. Viral Marketing On Strategy : Membangun mega bisnis
dengan konsep Viral Marketing. Yogyakarta: Andi Offset
Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencamma Prenada
Media Group
Coviello, N., Milley, R. and Marcolin, B. (2001). Understanding IT-enabled
interactivity in contemporary marketing. Journal of Interactive
Marketing, (Vol.15 No. 4, pp. 18-33).
Daniasa, Cora I & Tomita, Vasile. 2010 The mechanism of the influence of
viral marketing in social media. Economics, Management, and
financial markets.
Denis McQuail. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail. Edisi 6. Jakarta:
Salemba Humanika.
Fandy, Tjiptono. 2001. Manajemen Jasa. Edisi Kedua. Yogyakarta: Andi
Offset
128
Hidayat, Taufik. 2008. Panduan Membuat Toko Online dengan
OSCommerce, Mediakita, Jakarta.
Husein Umar, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba.
Jefkins, Frank. 2004 Public Relations. Jakarta : Erlangga.
Kotler, P, Amstrong, G. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid ke-1 Edisi
kedelapan, Erlangga, Jakarta,
Laudon, Kenneth C, dkk, 2007, Sistem Informasi Manajemen Edisi 10 Buku
2, Salemba Empat, Jakarta.
Meyliana. 2011. Analisa Strategi E-marketing dan Implementasinya pada
Rental Company. 31-51.
Meleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana
Rakhmat, Jalaludin, Drs., M.Sc. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Ridwan Sanjaya & Josua Tarigan. 2009. Creative Digital Marketing,
Erlangga, Jakarta
129
Robert Skob, John. 2005. The viral marketing Concept as a model for open
source software to reach the critical mass for global brand
awareness based on the examples of TYPO3, Vienna, Austria
Ronald D Smith. 2002. Strategic Planning For Public
Relations, LawrenceErlbaum Associates, USA. Hal 9-11
Rumanti, Maria Assumpta, Sr. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan
Praktik
Ruslan, Rosady, 2008. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi,
PT Rajawali Pers
Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Sugiyama, Kotaro dan Andree, Tim (2011). The Dentsu Way. United States:
Dentsu Inc.
Soemanagara, 2006, Strategic Marketing Communication (konsep strategi
dan terapan), Bandung: PT Alpabeta.
Swanepoel, Celeste et.al. 2009. Virally inspired: A review of the theory of
viral stealth marketing. Australasian Marketing Journal, Volume
17, Iss.1
Severin, Wermer J & James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi. Jakarta :
Roslan, Rosady.2006. Manajemen Public Relations dan Media
130
Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada Kencana
Sutopo, H.B. 2006. Penelitian kualitatif: dasar teori dan penerapannya dalam
penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Philip Kotler & Kevin Lane Keller. 2009. Marketing Management. 13th
Edition, Erlangga, Jakarta.
Sumber Lainnya :
Fauzan. “Strategi Komunikasi Pemasaran CV. Loa Digital Berbasis Media
Online dalam Memasarkan Produk”. Skripsi Universitas Moestopo
2016.
WEBSITE
www.tripvisto.com
www.marketing.co.id
www.titan-seo.com/newsarticles/trifecta.html
131
Transkrip Wawancara
Narasumber 1
Nama : Muhammad Farhan Noor
Jabatan : Head of Digital Marketing
Tempat : Kantor Tripvisto, Jl. Arteri Permata Hijau Pondok Indah
Tanggal & Waktu : 2 Juni 2017, pukul 15.00
1. Apakah tripvisto itu dan sudah berapa lama tripvisto berdiri?
Tripvisto.com merupakan market place tour package dan activities.
Tripvsto hadir untuk melengkapi dunia travel di ranah online. Berdiri
pada tahun 2014
2. Bagaimana pemasaran yang dilakukan oleh Tripvisto?
Pertama, Tripvisto merupakan perusahaan start up semua kegiatan
mulai dari penjualan dan transaksi berbasis website. Kami sangat
berorientasi sekali pada internet. Maka kami juga menggunakan
internet sebagai medium untuk pemasaran, yang kami sebut digital
marketing
3. Mengapa Tripvisto menggunakan digital marketing untuk pemasaran?
Kenapa tidak menggunakan media atau cara konvensional untuk
pemasaran?
132
Sebenarnya dahulu diawal-awal kemunculan tripvisto, tripvisto pernah
melakukan offline marketin seperti membuat event2, direct marketing,
pameran-pameran, offering kebeberapa company, tetapi hasilnya
tidak terlalu bagus dan compare ke budget kurang cocok. Setelah itu
digital marketing masuk dan kenapa tidak memaksimalkan, pada
dasarnya tripvisto sudah memiliki website yang lengkap dengan
transaksi online, jadi kenapa tidak untuk melakukan pemasaran ke
market online karena tripvisto juga memiliki liit budget dan resources.
Di digital marketing kita bisa menyesuaikan budget, dimulai dengan
produk yang best selling, saat itu JR Pass.
4. Siapakah target market Tripvisto? Dan bagaimana segmentasinya?
karena kami sudah melakukan pendekatan secara konvensional,
tetapi hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Seiring waktu berjalan
kami melihat perkembangan teknologi khususnya dibidang digital
semakin pesat dan terintegrasi, kami melihat bahwa publik pun
melihat dan mengikuti dunia digital apalagi yang sedang booming.
Itulah yang mendasari kami untuk lebih fokus ke target market online.
Segmentasinya pun kami lihat secara dinamis mengikuti apa yang
sedang terjadi, untuk itu kami segmentasikan pada umur 18-35 tahun
yang aktif berinternet dan tentunya sangat menyukai travelling
5. Bagaimana anda melihat target market online anda dan merancang
pemasaran untuk mereka?
133
Pertama kami menganalisa perilaku digital mereka, hal yang
mendasar sekali, selain harga mereka tertarik pada suatu hal atau
postingan yang menarik. Karena pada dasarnya orang indonesia suka
dengan hal yang menarik dan setelah itu mereka memiliki
keingintahuan yang besar untuk mencari tahu lebih lanjut apa yang
baru mereka lihat kemudian mereka beli produk Tripvisto, mereka
puas dan harapannya setelah itu mereka share kepada orang sekitar
tentang Tripvisto
6. Selain menggunakan alat digital dengan apa tripvisto mendekatkan
diri dengan publik?
Tahun lalu kita pernah mengadakan kompetisi untuk menulis konten
liburan mereka di sosial media lalu di tag ke tripvisto yang menarik
dapat hadiah liburan dari kami dan akhir-akhir ini kami melakukan
pendekatan ke komunitas, kami ingin membangun comunity
relationship dengan komunitas mana aja, baru-baru ini komunitas
barista #ngopidikantor datang ke kantor kami
7. Media digital apa saja yang digunakan oleh Tripvisto dalam
pemasaran?
Facebook, Instagram, youtube channel, blog dan twitter. Dan sejauh
ini untuk berbayarnya kami baru menggunakan Google ads dan
promote di Instagram maupun facebook.
134
8. Bagaimana digital marketing yang dilakukan dengan media-media
tersebut?
Tim digital marketing kami memiliki dua program yang pertama
champaign always on dan technical champaign dengan time table
yang lengkap, itu yang menjadi dasar kami melakukan pemasaran
9. Bagaimana melakukan evaluasi digital marketing yang telah
dilakukan?
Selain berdasarkan transaksi, kita mengevaluasinya juga dengan
melakukan trackking disetiap media digital yang digunakan, salah
satunya googe analytic untuk melihat visitor perhari, minggu, bulan,dst
hal tersebut dikompare dengan konten yang disajikan di setiap media
10. Menurut anda, siapakah kompetitor terkuat dari Tripvisto dan apa
yang membedakan tripvisto dengan kompetitor lainnya?
Sejauh ini dari luar indonesia yaitu hongkong namanya KLOOK.com
sama persis dengan tripvisto, dan kompetitor terkuat dari dalam negeri
adalah tour&travel agency. Tp untuk local yang mirip banget belum
ada.
135
Narasumber 2
Nama : Anastasia Regita
Jabatan : Digital Champaign Planner
Tempat : Kantor Tripvisto, Jl Arteri Permata Hijau, Pondok Indah
Tanggal & Waktu : 2 Juni 2017, Pukul 16.00
1. Apa itu tripvisto?
Tripvisto.com merupakan market place tour package dan activities.
Tripvsto hadir untuk melengkapi dunia travel di ranah online
2. Siapa target market dari tripvisto?
secara general, Segmentasi secara umur 18-35 tahun female-male,
hobi travelling dan kesehariannya berorientasi pada internet.
3. Menurut anda sejauh mana digital marketing yang sudah dilakukan
oleh tripvisto?
Sebenarnya sudah jauh tidak hanya sosmed, karena kami melihat
untuk umur 30 tahun keatas tidak melulu menggunakan sosmed maka
digunakan lah google adds jadi setiap suatu website yang mereka
kunjungi terdapat iklan kami yang menawarkan best seller dari produk
tripvisto hal tersebut cukup efektif dan jika memang ada traveller yang
sama sekali tidak memiliki sosial media tapi mereka bergabung dalam
komunitas-komunitas traveller. Maka kami bekerja sama atau
136
istilahnya jaman sekarang endorse para travel bloger untuk mereview
produk kita.
4. Bagaimana konten yang anda buat untuk pemasaran yang dilakukan?
Berdasarkan riset yang tim kami lakukan bahwa sekarang publik
menyukai hal-hal yang menarik pandangan mereka. Terlebih, publik
khususnya orang Indonesia tidak terlalu suka membaca, mereka lebih
menyukai judul dari sebuah konten yang kita berikan. Maka dari itu
Tripvisto membuat konten untuk pemasaran, dibuat sekreatif dan
semenarik mungkin terlebih lagi kami menggunakan media digital
dengan karakternya masing-masing sehingga konten juga harus
singkat, padat dan jelas. Dan kami harap dengan konten yang kami
buat menciptakan banyak repost, retweet, likes, dst. Membuat
Tripvisto viral hingga dikenal bahkan diingat publik dan tentunya
meningkatkan transaksi
5. Berapakali dalam sehari anda melakukan pemasaran dalam setiap
sosial media yang digunakan?
Kita posting berdasarkan time table yang sudah di tentukan, secara
garis besar, Instagram sehari 3 kali post, fb 5 kali sehari, twitter 4-5
kali sehari.
6. Apa saja promosi atau diskon yang diberikan oleh tripvisto dan
bagaimana mengemasnya?
Hal itu disesuaikan dengan moment apa yang sedang terjadi,
contohnya seperti libur lebaran yang akan datang, maka kami gencar
137
untuk membuat promosi seperti diskon, dll. Diusahakan dikemas
semenarik mungkin karena di era sekarang para pembisnis berlomba-
lomba membuat suatu promosi yang kreatif agar menarik perhatian
konsumen, dan tentunya kami dibantu oleh tim design untuk
mengemasnya
7. Apakah konten yang dibuat di masing-masing sosial media berbeda
dan bagaimana kriterianya?
Berbeda-beda, semua kembali lagi berdasarkan karakter dari sosial
media yang digunakan. Kalau di instagram kami lebih menonjolkan
foto dan highlight dari foto tersebut sehingga lebih untuk knowladge
para traveller, kalau facebook lebih lengkap isi kontennya karena
bertujuan untuk mengadakan adanya transaksi, begitu juga dengan
138
Narasumber 3
Nama : Delliana Damayanti
Status : Konsumen Tripvisto
Tempat : Aeon Mall BSD
Tanggal & Waktu : 10 Juni 2017, Pukul 18.30
1. Darimana anda mengetahui Tripvisto?
Pertama, saya waktu itu rencana untuk travel ke jepang, dan ktnya
untuk transportasi disana kita harus beli JR pass dulu. Lalu pas saya
browsing, lebih murah jika kita beli di indonesia daripada di jepang
langsung. Kemudian saya browsing dimana bisa beli JR pass
tentunya dengan harga yang murah. Keyword saya ketik “JR Pass
Murah” keluarlah Tripvisto, kemudian saya cari tau dan saya liat
reviewnya, bagus. Kemudian saya trust deh di tripvisto
2. Apakah anda memfollow sosial media Tripvisto? Kenapa anda
memfollow sosial media tersebut?
Saya follow Instagram Tripvisto. Pertama akhir-akhir ini saya lebih
sering menggunakan instagram dibandingkan dengan sosial media
lainnya, dan saya follow instagram tripvisto karena postingan foto-
fotonya bagus eye catching banget. Jadi enak aja liatnya
139
3. Selain website dan instagram, apakah anda pernah melihat sosial
media lain dari tripvisto? Bagaimana menurut anda?
Pernah, saya pernah baca blog dan sesekali lihat review di facebook
tripvisto. Kalau blog tripvisto sangat membantu sekali untuk prepare
berpergian karena berisi tips travelling, seputar travelling, dll. Dan
facebook, waktu itu sebelum saya beli JR pass saya liat reviewnya
dulu di facebooknya dan lihat lebih lengkapnya di link JR pass yang
ada di postingan FB. Menurut saya semuanya lengkap dan membantu
konsumen sekali
4. Menurut anda, bagaimana Tripvisto dari Harga hingga pelayanan
yang diberikan kepada anda?
Saat saya beli JR pass, pelayanannya baik, cepat dan customer
servicenya ramah. Dan sampe JR pass di saya lumayan cepat kira-
kira seminggu setelah membeli
5. Apakah anda merekomendasikan Tripvisto kepada siapa dan lewat
apa?
Iya saya rekomendasikan pastinya kepada teman di instagram saya,
lewat instagram
140
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Devi Amalia
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Desember 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Komplek Sarana Indah Permai Jl, Arumdalu 4
Blok A4 No. 2, Kedaung, Pamulang, Tangerang
Selatan
No. Telp : 082211952012
Pendidikan Formal
Tahun 2013-2017 : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Tahun 2009-2012 : SMAN 87 Jakarta
Tahun 2006-2009 : SMP Keluarga Widuri Jakarta
Tahun 2000-2006 : SDN 6 Ciputat