Skripsi -...
Transcript of Skripsi -...
PENGARUH PROFITABILITAS, INVESTMENT OPPORTUNITY SET
(IOS), DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP
KUALITAS LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2014)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Muhammad Rizki Fauzi
NIM. 1111082000126
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
ii
PENGARUH PROFITABILITAS, INVESTMENT OPPORTUNITY SET
(IOS), DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP
KUALITAS LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2014)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Muhammad Rizki Fauzi
NIM. 1111082000126
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Muhammad Rizki Fauzi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Maret 1993
3. Alamat : Jl.Sunan Kali Jaga Rt. 03/11 No.
62, Larangan Utara, Larangan,
Tangerang
4. Telepon : 089692488089
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri Joglo 03 Pagi Tahun 1999-2005
2. SMP Negeri 206 Jakarta Tahun 2005-2008
3. SMA Negeri 90 Jakarta Tahun 2008-2011
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2015
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sulasji
2. Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 20 Juli 1961
3. Ibu : Sang Ayu Putu Seranti
4. Tempat, Tanggal Lahir : Klungkung, 15 Juni 1963
vii
THE INFLUENCE OF PROFITABILTY INVESTMENT OPPORTUNITY
SET (IOS) AND GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON EARNINGS
QUALITY
ABSTRACT
This research aims to analyzing the effects of investment opportunity set
(IOS), structure capital, growth, and return on asset (ROA) toward firm’s value.
This research used all the listed companies in Indonesian Exchange in the peroid
2011 until 2014. The number of companies in this study were 50 companies for 4
year observation. Based on method purposive sampling, the total of the research
sample reached to 200 financial statements and annual report.
This research is a quantitative study using scientific research in the form
of positive economics. The research is descriptive while the method is literature
survey. Secondary data, is use as data collecting method which is where the data
obtained by researcher indirectly, through intermediaries media and literature.
This research use secondary data obtain from www.idx.co.id and corporate
websites. Data analyzed by regression data panel with eviews 9.
Based on the result of regression data panel with a significant 5%, the
result of this study conclude that: 1) Profitability influences signifinatly positive
on the Earnings quality with the significant value 0.0091<0,05. 2) Investment
opportunity set influances significantly positive on the Earnings quality with the
significant value 0.0000<0,05. 3) Managerial ownership does not influence on the
Earnings quality with the significant value 0.1005>0,05. 4) Board of
commissioner does not influence on the Earnings quality with significant value
0.1263>0,05.
Keywords : ROA, IOS, Managerial ownership, Board of commissioner, Earnings
quality
viii
PENGARUH PROFITABILITAS, INVESTMENT OPPORTUNITY SET,
DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS LABA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Profitabilitas,
Investment Opportunity Set, dan Good Corporate Governance terhadap Kualitas
Laba. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011 sampai 2014. Jumlah seluruh
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 50 perusahaan dengan
pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total
sampel penelitian adalah 200 laporan keuangan dan laporan tahunan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian ilmiah kuantitatif dengan
menggunakan penelitian keilmuan berupa ekonomi positif. Sifat dan jenis dari
penelitian ini adalah deskriptif dengan metode yang digunakan berdasarkan survei
literatur. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu
merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara dan studi pustaka, data pada penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id
dan beberapa website perusahaan. penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
regresi data panel yang pengolahannya melalui eviws 9.
Berdasrkan hasil regresi data panel dengan tingkat signifikansi sebesar
5%, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Profitabilitas berpengaruh
positif terhadap Kualitas Laba dengan nilai signifikan 0.0091<0,05. 2) Investment
Opportunity Set berpengaruh positif terhadap Kualitas Laba dengan nilai
signifikans 0.0000<0,05. 3) Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap
Kualitas Laba dengan nilai signifikan sebesar 0.1005>0,05. 4) Komisaris
Independent tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba dengan nilai signifikan
sebesar 0.1263>0,05.
Kata kunci : ROA, IOS, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen,
Kualitas Laba
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Investment Opportunity Set, dan Good
Corporate Governance terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2014)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke zaman
kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdullilah
penulis haturkan atas anugerah berupa kelancaran dan kemudahan dari Allah
SWT yang telah diberikan kepada penulis. Selain itu, penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Sulasji dan Sang Ayu Putu Seranti yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil dan doa terbaiknya yang
tiada henti untuk kesusksesan penulis.
x
2. Kakakku tercinta, Wulan Prihatianingsih yang telah menyemangati dan
memberikan banyak motivasi serta doa terbaiknya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr.Arif Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., AK., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., AK., MM selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala
masukan guna penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang
telah diberika selama ini.
7. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan
konsultasi yang telah diberikan selama ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
xi
9. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
10. Seluruh kerabat Akuntansi 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2016
(Muhammad Rizki Fauzi)
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ..................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................ iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ............................................ v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
Kata Pengantar ........................................................................................ x
Daftar Isi .................................................................................................. xi
Daftar Tabel ............................................................................................ xv
Daftar Gambar ......................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ...................................................................... 11
xiii
1. Teori Agensi ...................................................................... 11
2. Profitabilitas ....................................................................... 12
3. Investment Opportunity Set ................................................ 14
4. Mekanisme Good Corporate Governance ......................... 16
5. Kualitas Laba ..................................................................... 19
B. Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya ........................................ 21
C. Kerangka Pemikiran .............................................................. 31
D. Dasar Perumusan Hipotesis ................................................... 32
1. Profitabilitas dan Kualitas Laba ....................................... 32
2. Investment Opportunity Set dan Kualitas Laba ................. 32
3. Kepemilikan Manajerial dan Kualitas Laba ...................... 33
4. Komisaris Independent dan Kualitas Laba ....................... 34
5. Profitabilitas, Investment Opportunity Set, Kepemilikan
Manajerial, Komisaris Independent, Komite Audit dan
Kualitas ............................................................................. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 37
B. Metode Pemilihan Sampel ..................................................... 37
C. Metode Pengumpulan Data .................................................... 38
D. Metode Analisis Data ............................................................. 39
1. Metode Data Panel ............................................................ 39
2. Pemodelan Data Panel....................................................... 41
3. Pemilihan Model Data Panel ............................................. 43
xiv
4. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 46
5. Uji Hipotesis ..................................................................... 51
6. Model Regresi Data Panel ................................................. 54
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ..................................... 55
1. Variabel Penelitian ............................................................. 55
2. Definisi Operasional.......................................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 60
A. Sekilas Gambaran Umum Penelitian ..................................... 60
B. Pemilihan Model Terbaik ...................................................... 60
C. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 64
D. Model Pooled Least Square .................................................. 67
E. Hasil Uji Hipotesis ................................................................. 68
F. Pembahasan ........................................................................... 73
BAB V PENUTUP .............................................................................. 82
A. Kesimpulan ........................................................................... 82
B. Saran ..................................................................................... 83
Daftar Pustaka ........................................................................................... 84
Lampiran-lampiran .................................................................................. 88
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................. 21
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................... 58
4.1 Rincian Sampel Penelitian ......................................... 59
4.2 Hasil Uji Chow ........................................................... 61
4.3 Hasil Uji Hausman ..................................................... 62
4.4 Hasil Uji Lagrange Multiplier ................................... 63
4.5 Correlation Matrix ................................................... 65
4.6 Hasil Uji Glesjer ........................................................ 66
4.7 Hasil Uji Statistik T .................................................. 68
4.8 Hasil Uji Statistik T (SPSS) ....................................... 71
4.8 Uji F-Statistik ............................................................. 71
4.9 Nilai Koefesien Determinasi ...................................... 72
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................... 31
4.1 Uji Normalitas ............................................................ 64
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar Perusahaan Sampel ........................................... 87
2. Data Yang Diolah ......................................................... 91
3. Hasil Output Eviews dan SPSS .................................... 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan perusahaan kepada pihak-pihak internal (manajemen) maupun
pihak eksternal (kreditur, debitur, investor, dan lain sebagainya). Laporan
keuangan yang biasa disajikan adalah neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, dan laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Dalam Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (1994) dinyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Agar bermanfaat dan dapat mengambil keputusan yang tepat maka
laporan keuangan yang disajikan perlu memiliki karakteristik sebagai laporan
keuangan yang benar dan berkualitas (Setianingsih, 2013).
Dalam laporan keuangan, informasi laba merupakan salah satu
informasi yang paling dipertimbangkan dalam mengambil keputusan ekonomi
atau investasi. Sebagaimana yang disebut dan dalam Pernyataan Konsep
Akuntansi Keuangan (SFAC) No. 1 bahwa informasi laba pada umumnya
merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggung
jawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain
melakukan penaksiran atas kekuatan laba perusahaan di masa yang akan
datang. Agar tidak menyesatkan, maka informasi laba yang disajikan dalam
2
laporan keuangan harus berkualitas dan sebenarnya. Laba akuntansi yang
berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit atau tidak
mengandung gangguan persepsian di dalamnya dan dapat mencerminkan
kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Dengan mengetahui
kualitas laba suatu perusahaan, para pengguna laporan keuangan diharapkan
dapat mengambil keputusan ekonomi yang lebih tepat. Selain itu kualitas laba
perusahaan juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur serta evaluasi kinerja
perusahaan. (Setianingsih, 2013).
Laba digunakan oleh pihak eksternal sebagai indikator untuk mengukur
kinerja operasional perusahaan. Manajer sebagai pihak internal perusahaan
lebih banyak memiliki informasi mengenai kondisi perusahaan di bandingkan
pihak eksternal. Hal ini yang menyebabkan adanya tindakan manajemen
perusahaan untuk melaporkan laba yang tidak menggambarkan kondisi
perusahaan yang sebenarnya (manajemen laba) untuk kepentingan pribadi,
misalnya untuk mendapatkan bonus. Jika hal ini terjadi maka akan
mengakibatkan rendahya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan
membuat kesalahan pengambilan keputusan bagi para pemakainya seperti
investor dan kreditor. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang
sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna
laporan. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi jika laba yang dilaporkan
tersebut dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membuat
keputusan yang terbaik dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan
keuangan yaitu relevan dan reliabilitas (Warianto dan Rusiti, 2013).
3
Kasus manajemen laba yang pernah terjadi di Indonesia adalah
manajemen laba pada PT Kimia Farma Tbk. Pihak manajemen PT Kimia
Farma Tbk melakukan penggelembungan (mark up) laba pada tahun 2011
sebesar Rp. 32,6 milyar. Berdasarkan penyelidikan Bapepam disebutkan
bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk telah
mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan
tersebut (Christiani dan Nugrahanti, 2014).
Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan
keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai
perusahaan akan berkurang. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar
sahamnya. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan
fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan
kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya
tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika
laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar
perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang
sebenarnya (Boediono, 2005). Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan
adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan
menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya (Rupilu, 2011).
Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian
penting karena untuk mendapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan
harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya
keuntungan maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar.
4
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan karena laba
perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan
nilai perusahaan dimasa yang akan datang. Tingkat profitabilitas dapat
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi karena untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat
pengembalian atas investasi yang dialkuakn atas perusahaan tersebut
(Reyhan et al., 2014).
Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja
ataupun nilai dari perusahaan adalah Investment Opportunity Set (IOS).
Norpratiwi (2007) dalam Simamora et al., (2014) menjelaskan bahwa
Investment Opportunity Set (IOS) memiliki kandungan informasi yang
dibutuhkan oleh investor dipasar modal, karena IOS merupakan proksi
realisasi pertumbuhan perusahaan dan berhubungan dengan berbagai variabel
kebijakan perusahaan, antara lain kebijakan pendanaan atau struktur utang,
kebijakan dividen, kebijakan leasing, dan kebijakan kompensasi. Perusahaan
dihadapkan pada perencanaan keputusan yang akan menimbulkan pengaruh
besar di masa mendatang, perusahaan yang baik diharapkan mampu
mengambil keputusan-keputusan yang tepat atas peluang atau kesempatan
yang muncul saat ini, agar dimasa mendatang peluang tersebut dapat
terealisasi yang memberi keuntungan lebih bagi perusahaan (Simamora et al.,
2014).
5
Dengan melihat tujuan utama perusahaan yaitu meningkatkan nilai
perusahaan maka penerapan corporate governance merupakan salah satu
elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi
serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para
pemegang saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga
memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari
suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring
kinerja (Rupilu, 2011).
Hasil penelitian sebelumnya mengenai pengaruh profitabilitas terhadap
kualitas laba perusahaan oleh Reyhan et al., (2014) menunjukan bahwa
profitabilitas berpengaruh signiifikan terhadap kualitas laba. Hasil penelitian
Sukmawati et al., (2014) menunjukan hasil yang berbeda dimana
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil dari penelitan
sebelumnya mengenai pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap
kualitas laba perusahaan oleh Paulus (2012) dan Putri (2012) dalam
Simamora et al., (2014) menunjukkan bahwa IOS memiliki pengaruh
signifikan terhadap kualitas laba. Sedangkan Simamora (2014) menunjukan
hasil berbeda yakni IOS tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil
penelitian Yushita et al., (2013) menunjukan bahwa komisaris independen
berpengaruh terhadap kualitas laba, sedangkan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil berbeda ditunjukan Simamora et
al., (2014) bahwa komisaris independen dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba.
6
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, research gap dalam
penelitian ini ditunjukkan dengan inkonsistensi hasil penelitian tentang
pengaruh mekanisme good governance terhadap kualitas laba perusahaan.
Oleh karena itu, peneliti berusaha untuk mengkaji ulang atas permasalahan di
atas dengan periodisasi dan objek penelitian yang lebih update serta
penggunaan variabel-variabel yang lebih kompleks yang merupakan
kombinasi dari variabel-variabel corporate governance yang digunakan oleh
para peneliti terdahulu. Beberapa variabel penerapan mekanisme corporate
governance yang telah digunakan beberapa peneliti terdahulu dan akan diuji
kembali pengaruhnya terhadap kualitas laba perusahaan, untuk itu tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate
governance yang meliputi variabel dewan direksi, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen, kualitas
auditor eksternal dan likuiditas terhadap kualitas laba Yushita et al., (2013).
Yushita et al., (2013) berpendapat bahwa kualitas laba merupakan
aspek penting untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan. Pihak yang
berhubungan dengan perusahaan seperti kreditor, investor dan pengguna
informasi keuangan lainnya selalu memperhatikan laporan keuangan.
Kualitas laba perusahaan dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan
dalam melaporkan laba perusahaan yang menunjukkan laba perusahaan yang
sebenarnya, dengan sebaik mungkin melaporkan laba yang akan digunakan
untuk memprediksi laba masa depan perusahaan. Kualitas laba dapat juga
7
diartikan sebagai stabilitas, persistensi, dan variability dalam melaporkan laba
perusahaan.
Dengan alasan ini penulis akan meneliti lebih lanjut mengenai kualitas
laba. Penulis menggunakan data laporan keuangan dari 2011-2014. Dengan
menggunakan data laporan keuangan terbaru selama empat tahun terakhir
penulis berharap penelitian ini bisa menggambarkan kondisi sesungguhnya
dan seakurat mungkin. Penulis juga memilih perusahaan manufaktur sebagai
sampel dari penelitian karena jenis perusahaan manufaktur merupakan emiten
terbesar dalam memberikan kesempatan bagi para investor untuk
menanamkan modalnya dan sedang mengalami penurunan pengumuman
manual dalam hal keterbukaan laporan keuangan.
Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan seperti jenis
sampel yang hanya menggunakan jenis perusahaan manufaktur sehingga
kurang mengeralisasikan perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini hanya
menggunakan periode 4 tahun. Penelitian ini menggunakan regresesi data
panel, hal ini mungkin kurang sensitif terhadap pengungkapan kualitas laba
yang dilakukan pada tahun 2011-2014.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul
“Pengaruh Profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS) dan Good
Coorporate Governance Terhadap Kualitas Laba”. Fokus penelitian ini
adalah ingin mengetahui pengaruh profitabilitas, Investment Opportunity Set
(IOS), dan good corporate governance (GCG) sebagai variabel independen
8
terhadap kualitas laba sebagai variabel dependen pada laporan perusahaan
manufaktur.
Penelitian ini merupakan penggabungan dan pengembangan dari
beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian Arabborzoo (2015), Reskino
(2015), Simamora et al., (2014), Sukmawati et al., (2014), Reyhan et al.,
(2014) dan Siahaan (2013). Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu
dari sisi variabel dan objek penelitian.
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan adalah variabel gabungan dari beberapa
penelitian sebelumnya.
2. Objek Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode terbaru
dan lebih panjang yaitu dari tahun 2011 sampai 2014. Perusahaan
manufaktur merupakan emiten terbesar dalam memberikan kesempatan
bagi para pelaku pasar (investor) untuk menanamkan modalnya, sehingga
perusahaan manufaktur selalu mendapat perhatian dari para pelaku pasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis pengaruh profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS), dan
good corporate governance (GCG) terhadap kualitas laba di perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa efek Indonesia. Dengan demikian,
9
rumusan masalah yang diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap kualitas laba secara parsial?
2. Bagaimana pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kualitas
laba secara parsial?
3. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba
secara parsial?
4. Bagaimana pengaruh komisaris independen terhadap kualitas laba secara
parsial?
5. Bagaimana pengaruh profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS),
kepemilikan manajerial dan komisaris independen terhadap kualitas laba
secara simultan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai hal-
hal berikut.
a. Menganalisis pengaruh profitabilitas, Investment Opportunity Set
(IOS), komisaris independen dan kepemilikan manajerial terhadap
kualitas laba.
b. Menganalisis variabel independen yang paling dominan
mempengaruhi kualitas laba.
10
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,
diantaranya:
a. Bagi Regulator
Bagi pihak regulator, penelitian ini diharapkan memberikan bukti
empiris akan efektivitas peraturan yang telah dikeluarkan mengenai
profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS) dan mekanisme
good corporate governance agar lebih ditingkatkan penerapannya
sehingga lebih efektif.
b. Bagi Manajemen
Bagi pihak manajemen, penelitian ini dapat memberikan masukan
untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh profitabilitas,
Investment Opportunity Set (IOS) dan mekanisme good corporate
governance, sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan fungsi
mereka dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan
kualitas laba.
c. Bagi Investor
Bagi investor, penelitian ini dapat menggambarkan mengenai
pengaruh profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS) dan
mekanisme good corporate governance, sehingga menjadi pedoman
dalam berinvestasi terutama yang berminat untuk berorientasi dalam
manufaktur.
11
d. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, gambaran,
dan bukti-bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas, Investment
Opportunity Set (IOS) dan mekanisme good corporate governance
terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini
juga dapat menjadi referensi bagi para peneliti yang melaksanakan
penelitian-penelitian selanjutnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai kontrak dimana satu orang atau lebih yang bertindak sebagai
prinsipal (yaitu pemegang saham) menunjuk orang lain sebagai agen
(yaitu manajer) untuk melakukan jasa bagi kepentingan prinsipal,
termasuk mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan keputusan
kepada agen. Hubungan keagenan tersebut akan menimbulkan konflik
apabila manajer berusaha untuk memaksimalkan utilitas pribadinya
dengan mengorbankan kesejahteraan pemilik.
Menurut Jones (1991) yang dimaksud dengan teori agensi adalah
hubungan antara prinsipal dengan agen, yang dimaksud prinsipal adalah
pihak yang memberikan tugas yang wajib diselesaikan dalam kurun
waktu tertentu sesuai dengan kondisi kebutuhan dari prinsipal, dan yang
dimaksud agen disini adalah pihak yang menerima tugas atau pekerjaan
untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan yang
diperintahkan oleh prinsipal, hubungan ini dapat lebih dari satu prinsipal
untuk memberikan tugas kepada agen yang akan mengerjakan tugas yang
diberikan.
13
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas
kepentingan mereka sendiri, pemegang saham sebagai prinsipal
diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau
investasi mereka di dalam perusahaan sedangkan para agen atau manajer
perusahaan diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi
keuangan dan keuntungan lain yang diperoleh dari hubungan tersebut.
Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan ataupun
menyebabkan timbulnya informasi asimetri (kesenjangan informasi)
antara pemegang saham dan organisasi (Paulus, 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa teori agensi merupakan suatu kontrak
satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agen) untuk
melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi wewenang
kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal.
2. Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan biasa diindikasikan oleh earnings (laba). Rasio profitabilitas
mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan
keputusan operasional (Sukmawati, 2014). Beberapa perhitungan rasio
profitabilitas antara lain :
14
1) Margin laba atas Penjualan
Margin laba atas penjualan (profit margin on sales), yang dihitung
dengan membagi laba bersih dengan penjualan yang dinyatakan
berikut ini :
Margin laba atas penjualan = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
2) Pengembalian atas Total Aset
Rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas
total aset (return on total assets-ROA) setelah bunga dan pajak :
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
3) Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba
Rasio Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba (basic earning
power-BEP) dihitung dengan membagi jumlah laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan total aset.
BEP = 𝐸𝐵𝐼𝑇
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
4) Pengembalian Ekuitas Biasa
Rasio akuntansi “bottom line” adalah pengembalian atas ekuitas
biasa (return on common equity-ROE) yang dihitung sebagai
berikut:
ROE = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑖𝑎𝑖𝑠𝑖𝑎
15
3. Investment Opportunity Set (IOS)
Investment Opportunity Set (IOS) menurut Simamora et al., (2014)
adalah nilai kesempatan investasi yang merupakan nilai sekarang dari
pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi dimasa mendatang.
Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang,
namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua
kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak
dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu
pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan
yang hilang.
Secara umum Norpratiwi (2007) mengatakan bahwa IOS
menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi
suatu perusahaan, namun sangat bergantung pada pilihan expenditure
perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Puteri (2012)
menambahkan bahwa pilihan investasi masa depan tidak semata mata
hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek oleh kegiatan riset dan
pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam
mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan
dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.
Menurut Siahaan (2013) menyebutkan bahwa investment opportunity
set dapat diukur melalui rasio nilai buku ekuitas (market to book value of
equity). Maksud pemilihan proksi ini karena dapat mencerminkan
besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di
16
masa yang akan datang akan melebihi return dari ekuitas yang
diinginkan. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya
dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar
kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, maka harga saham
perusahaan tersebut diperkirakan akan meningkat, dan pada akhirnya
semakin meningkat pula nilai suatu perusahaan.
Norpratiwi (2007) dan Paulus (2012) juga menyatakan bahwa
Investment Opportunity Set (IOS) bersifat tidak dapat diobservasi
(unobservable), sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat
dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan. Dalam penelitian
Puteri (2012) menjelaskan 3 jenis proksi dalam menentukan IOS, yaitu:
a. Proksi IOS berbasis pada harga, merupakan proksi yang menyatakan
bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam
harga pasar. Rasio-rasio tersebut antara lain:
1) Market to book value equity
2) Tobin’s Q
3) Ratio of property, plant, and equipment to firm value
4) Ratio of depreciation to firm value
5) Market to book value of assets
6) Earning to price ratio
b. Proksi IOS berbasis pada investasi, merupakan proksi yang percaya
pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi
17
berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Rasio-
rasio yang sering digunakan antara lain:
1) Rasio investment to net sales as
2) Rasio capital expenditure to book value asset
3) Rasio capital expenditure to market value of assets
c. Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan
proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih
bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan
besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang
mendasari peningkatan aset. Ukuran yang digunakan antara lain:
1) Varian return
2) Beta asset
4. Mekanisme Good Corporate Governance
Komite Nasional Kebijakan Governance (2008) mendefnisikan
Corporate Governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan
oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan
secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham,
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku.
Sedangkan Menurut Bank Dunia (World Bank) dalam Simamora et al.,
(2014) corporate governance dapat diartikan sebagai kumpulan hukum,
peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong
kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan
18
nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun masyarakat sekitar. Corporate governance
merupakan peningkatan nilai perusahaan melalui pemantauan
manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan adanya corporate
governance diharapkan manajemen lebih terarah dalam mencapai
sasaran-sasaran manajemen dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang
bukan menjadi sasaran pencapaian perusahaan.
Penelitian ini memproksikan good corporate governance menjadi 2
dimensi yaitu komisaris independen dan kepemilikan manajerial.
a. Komisaris Independen
Menurut Herawaty (2007) komisaris independen merupakan
sebuah badan dalam perusahaan yang biasanya beranggotakan
dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar perusahaan
fungsinya untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan
keseluruhan, komisaris independen bertujuan untuk
menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam
rangka perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-
pihak lain yang terkait. FCGI (2002) menyatakan bahwa keberadaan
komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta melalui
peraturan BEJ yang mengemukakan bahwa perusahaan yang
terdaftar di bursa harus memiliki komisaris independen yang
proporsional. Proporsional disini adalah memiliki jumlah
19
perbandingan yang sama dengan jumlah saham yang dimiliki
pemegang saham yang minoritas (noncontrolling shareholders).
Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal Komisaris
Independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris.
Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan untuk
meningkatkan pengawasan dalam perusahaan dan memberi pengaruh
baik pada tiap pertimbangan keputusan yang akan dilakukan oleh
seluruh dewan komisaris perusahaan. Komisaris independen
bertujuan untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan
khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait, jika perusahaan
memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena
didalam perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi
hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan (Putera, 2012).
b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan saham perusahaan yang
dimiliki oleh manajemen secara pribadi maupun dimiliki oleh anak
cabang perusahaan bersangkutan afiliasinya (Herawaty, 2007).
Kepemilikan manajerial dalam perusahaan berpengaruh besar pada
keputusan-keputusan yang akan diambil oleh perusahaan
kedepannya. Kepemilikan manajerial juga menunjukkan tingkat
kekuasaan manajer pada perusahaan, jika semakin besar kepemilikan
20
manajerial dalam perusahaan maka kekuasaan manajer terhadap
perusahaan semakin luas, pengaruh manajer dalam perusahaan ikut
bertambah besar. Namun, kekuasaan yang semakin besar pada
manajer juga menimbulkan tanggung jawab yang lebih besar dalam
menjalankan perusahaan. Dengan adanya kepemilikan saham
manajer dalam perusahaan, manajer akan berusaha untuk
meningkatkan kinerjanya dan semakin termotivasi dalam
memajukan perusahaan karena dalam diri manajer timbul rasa ikut
memiliki perusahaan melalui saham perusahaan yang dimilikinya.
Rasa ikut memiliki ini merupakan hal yang sulit di dapatkan apabila
manajer tidak memiliki saham dalam perusahaan.
Selain itu, menurut Putera (2012) Kepemilikan manajerial
berperan dalam membatasi perilaku menyimpang dari manajemen
perusahaan karena kepemilikan manajerial merupakan salah satu
mekanisme yang dapat digunakan agar pengelola, melakukan
aktivitas sesuai kepentingan pemilik perusahaan. Kepemilikan saham
oleh manajemen juga meminimalkan konflik keagenan dalam
perusahaan, karena adanya kesamaan kepentingan antara manajemen
dengan pemegang saham.
5. Kualitas Laba
Laba dalam laporan keuangan sering digunakan oleh manajemen
untuk menarik calon investor dan kreditor sehingga laba tersebut sering
direkayasa sedemikian rupa oleh manajemen untuk mempengaruhi
21
keputusan akhir pihak-pihak tersebut. Hal ini sesuai dengan signalling
theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi asimetri
antara manajemen dan pihak di luar perusahaan. Pihak internal
perusahaan secara umum mempunyai lebih banyak informasi mengenai
kondisi nyata perusahaan saat ini dan prospeknya dimasa depan
dibanding pihak eksternal. Oleh karena itu, kualitas laba akuntansi yang
dilaporkan oleh manajemen menjadi pusat perhatian pihak eksternal
perusahaan. Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang
memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian (perceived
noise), dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang
sesungguhnya. (Reyhan, 2014).
Untuk menjadi informasi yang berguna, laba sebagai bagian dari
laporan keuangan harus ber-kualitas. Laba yang berkualitas adalah laba yang
dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan,
yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas dan dapat mencerminkan
kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. (Wulansari, 2013)
Simamora et al., (2014) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang dapat
dikembangkan oleh entitas kepada investornya sambil tetap memperhatikan
tingkat kesejahteraan entitas bersangkutan. Kualitas laba adalah penilaian
sejauh mana laba sebuah perusahan dapat diperoleh berulang ulang, dapat
dikendalikan, dan laik bank (memenuhi syarat untuk mengajukan kredit atau
pinjaman pada bank), kualitas laba juga mengakui fakta bahwa dampak
ekonomi transaksi yang terjadi akan beragam diantara perusahaan sebagai
fungsi dari karakter dasar bisnis dan secara beragam dirumuskan sebagai tingkat
22
laba yang menunjukkan apakah dampak ekonomi pokoknya lebih baik dalam
memperkirakan arus kas atau dapat diramalkan.
Laba yang berkualitas merupakan laba yang dapat menunjukkan
informasi yang sebenarnya mengenai kinerja operasional perusahaan, sehingga
tidak menyesatkan bagi pemakai laporan keuangan dalam mengambil
keputusan. Informasi tentang laba seharusnya dapat dijadikan ukuran mengenai
keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang
ditetapkan suatu perusahaan. Selain itu laba juga dapat dipergunakan untuk
memperkirakan keberlangsungan perusahaan di masa mendatang (Simamora et
al.,, 2014).
Surifah (2010) menyatakan kualitas laba merupakan sesuatu yang sentral
dan penting dalam dunia akuntansi karena berdasarkan kualitas laba tersebut
profesi akuntansi dipertaruhkan. Investor, kreditor dan pemangku kepentingan
lainnya mengambil keputusan salah satunya dengan menggunakan laporan
keuangan perusahaan, apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat
diandalkan maka pihak-pihak yang berkepentingan dan berpedoman pada
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tidak akan percaya lagi
pada profesi akuntansi, karena kondisi diatas telah bertentangan dengan
tujuan profesi akuntansi. Tujuan profesi akuntansi adalah menyediakan
informasi keuangan yang berguna bagi pemakai untuk mengambil
keputusan.
23
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Ali Arabborzoo,
Saeedeh
Rashidpuran,
Alireza Arabi
(2015)
The impact of
corporate
governance on
earnings quality
1. Variabel
independen
yang
digunakan
mekanisme
GCG
2. Variabel
dependen yang
digunakan
kualitas laba.
1. Objek
penelitian ini
adalah
perusahaan
yang terdaftar
di Bursa Efek
Teheran dalam
domain waktu
FA 2007-2011.
Hasilnya bahwa mekanisme
corporate governance dalam
mekanisme regulasi tidak efektif
dalam mengurangi masalah
representasi; Namun, pemegang
saham dianggap mekanisme
penting dan dengan membawa
mereka untuk bereaksi dividen.
Bersambung ke halaman selanjutnya
24
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
2 Reskino
(2015)
The Effect Of
Corporate
Governance On
Earnings Quality
With Surplus Free
Cash Flow As
Moderating Variable
1. Variabel
independen
yang
digunakan
mekanisme
GCG
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas laba.
1. Objek penelitian
ini adalah 25
perusahaan
property, real
estate yang, dan
perusahaan
konstruksi
bangunan
terdaftar di BEI
pada tahun
2010-2012.
2. Dengan Surplus
Free Cash Flow
Sebagai
Moderating
Variable
Hasil penelitian ini dari regresi
menunjukkan bahwa
independen dualitas komisaris
dan CEO dari komisaris
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas
laba. Di sisi lain, komite audit
independen berpengaruh tidak
signifikan terhadap kualitas
laba. Dan hasil penelitian ini
dari analisis regresi moderat
menunjukkan bahwa semua
variabel dari tata kelola
perusahaan yang moderat
dengan arus kas bebas kelebihan
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba.
Bersambung ke halaman selanjutnya
25
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Cristina Gaio,
Clara C. Raposo
(2014)
Corporate
Governance and
Earnings Quality:
International
Evidence
1. Variabel
independen
yang
digunakan
mekanisme
GCG
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas laba.
1. Objek
penelitian ini
adalah 537
perusahaan di
35 negara (21
negara maju
dan 14 pasar
negara
berkembang)
Hasil penelitian menunjukkan
hubungan antara pengganti tata
kelola perusahaan dan kualitas
laba. Kami menemukan bahwa
efek negara sangat relevan
dalam membentuk hubungan
ini. Memang, hubungan ini lebih
jelas di negara-negara maju, di
negara-negara dengan
perlindungan investor yang
kuat. Temuan kami konsisten
dengan pandangan bahwa
informasi akuntansi miskin
dapat memaksa perusahaan
untuk mengadopsi mekanisme
tata kelola perusahaan lebih
mahal, khususnya di lingkungan
di mana mereka efektif.
Bersambung ke halaman selanjutnya
26
Tabel 2.1(Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4 Erikson Simamora,
Amries, Rusli
Tanjung, Julita
(2014)
Pengaruh investment
opportunity set
(IOS), mekanisme
good corporate
governance dan
reputasi KAP
terhadap kualitas
laba perusahaan
(Studi empiris pada
perusahaan property
and real estate yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
2010-2012)
1. Variabel
independen
yang
digunakan
investment
opportunity
set (IOS) dan
mekanisme
GCG
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas laba.
1. Objek
penelitian ini
adalah
perusahaan
property dan
real estate yang
terdaftar di BEI
pada tahun
2010-2012
Hasil uji secara simultan atau
bersama-sama (uji F)
menunjukkan bahwa variabel
investement opportunity set
(IOS), komite audit, komisaris
independen, kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial dan reputasi KAP
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kualitas laba
perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
27
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5 Shanie Sukmawati,
Kusmuriyanto,
Linda Agustina
(2014)
Pengaruh struktur
modal, ukuran
perusahaan,
likuiditas dan return
on asset terhadap
kualitas laba
1. Variable
independent
yang
digunakan
return on
asset
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas laba.
1. Objek
penelitian ini
adalah
perusahaan
perbankan
yang terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
selama tahun
2009 sampai
2011 yang
berjumlah 29
perusahaan
Berdasarkan hasil dalam
pembahasan maka dapat
disimpulkan struktur modal
yang diukur dengan leverage
dan likuiditas berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
laba, jadi dapat dikatakan bahwa
besar kesilnya struktur modal
dan likuiditas memiliki
pengaruh terhadap kualitas laba.
Sedangkan ukuran perusahaan
(size) dan return on asset (ROA)
tidak berpengaruh terhadap
kualitas laba.
Bersambung ke halaman selanjutnya
28
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6 Fadjar O.P. Siahaan
(2013)
The Effect of
Investment
Opportunity Set, the
Presence of Audit
Committee, the
Composition of
Independent
Commissioner, and
Managerial
Ownership on Profit
Quality
1. Variabel
independen
yang
digunakan
investment
opportunity
set (IOS) dan
mekanisme
GCG
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas laba.
1. Objek
penelitian ini
adalah seluruh
perusahaan
publik yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia pada
periode 2006-
2010.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (1)
Peluang Investasi Set
mempengaruhi kualitas laba, (2)
keberadaan komite audit tidak
mempengaruhi kualitas laba, (3)
komposisi commissionrs
independen tidak mempengaruhi
kualitas laba, dan (4)
kepemilikan manajerial
mempengaruhi kualitas laba.
Bersambung ke halaman selanjutnya
29
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
7 Paulina Warianto,
Ch. Rusiti
(2013)
Pengaruh ukuran
perusahaan, struktur
modal, Likuiditas
dan investment
opportunity set (ios)
terhadap Kualitas
laba pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bee
1. Variable
independen
yang
digunakan
investment
opportunity
set (ios)
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas
laba.
1. Periode
penilitian ini
2008 – 2012
Ukuran perusahaan, leverage,
likuiditas dan Investment
Opportunity Set secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh
terhadap kualitas laba.
Bersambung ke halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Dhian Eka Irawati
(2012)
Pengaruh struktur
modal, pertumbuhan
laba, ukuran
perusahaan dan
likuiditas terhadap
kualitas laba
1. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas laba.
1. Periode
penilitian ini
2008 – 2010
Berdasarkan hasil dan
pembahasan maka dapat
kesimpulannya bahwa struktur
modal, pertumbuhan laba,
ukuran perusahaan, dan
likuiditas berpengaruh terhadap
kualitas laba. Pengujian secara
parsial pertumbuhan laba dan
likuiditas berpengaruh negatif
signifikan terhadap kualitas
laba. Struktur modal dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba
Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan)
31
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
9 Julia Bistrova,
Natalja Lace
(2012)
Quality Of
Corporate
Governance System
And Quality Of
Reported Earnings:
Evidence From Cee
Companies
1. Variabel
independen
yang
digunakan
mekanisme
GCG
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas laba.
1. 118 perusahaan
yang dikutip di
bursa saham
Eropa Tengah
dan Timur
2. Periode
penilitian ini
2007 – 2010
menunjukkan suatu bukti
hubungan negatif antara tata
kelola perusahaan kualitas dan
tingkat akrual
Sumber : Diolah dari berbagai referensi.
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
10 Puteri, P.A., &
Rohman, A
(2012)
Analisis pengaruh
investment
Opportunity set (ios)
dan mekanisme
Corporate governance
terhadap Kualitas
laba dan nilai
perusahaan
1. Variabel
independen
yang
digunakan
investment
opportunity
set (ios) dan
mekanisme
GCG
2. Variabel
dependen
yang
digunakan
kualitas
laba.
1. Periode
penilitian ini
2006 - 2010
Investment Opportunity Set
(IOS), jumlah rapat komite audit
dan kepemilikan institusional
berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba sedangkan
komposisi komisaris independen
dan kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba
Bersambung ke halaman selanjutnya
33
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran teoritis
Profitabilitas
(Sukmawati, 2014)
Investment Opportunity Set
(Simamora, 2014)
Komisaris Independen
(Simamora, 2014)
Kepemilikan Manajerial
(Simamora, 2014)
Kualitas Laba
(Setianingsih, 2013)
Metode Analisis: Metode Regresi Berganda dengan
menggunakan aplikasi EVIEWS dan SPSS
Pengungkapan informasi-informasi penting laporan keuangan perusahaan secara transparan, lebih
lengkap, dan kredibel akan mempengaruhi penilaian para pengguna laporan keuangan terhadap
perusahaan
Teori Agensi (Agency Theory)
Data yang Digunakan : Annual
Report
Metode Estimasi Data Panel
Pemilihan Model Regresi Panel
Pooled Least Square Fixed Effect Random Effect
Uji Hausman Uji Langrangge Multiplier Uji Chow
Uji Asumsi Klasik
Heterokedastisitas Multikolonieritas Normalitas
Uji F Uji t Adjusted R2
Uji Signifikansi
Interpretasi
34
D. Dasar Perumusan Hipotesis
1. Profitabilitas dan Kualitas Laba
Return On Asset (ROA) adalah rasio keuangan perusahaan yang
berhubungan dengan aspek Earnings atau Profitabilitas. ROA berfungsi
untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mengasilkan laba dan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut.
Maka bisa dikatakan juga perusahaan tersebut memiliki kualitas laba
yang baik (Reyhan et al.,2014)
Reyhan et al., (2014) dan Agung Nugroho Jati (2009) menunjukan
bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas
laba. Berdasarkan hasil di atas, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H1 = Profitabilitas berpengaruh terhadap kualitas laba.
2. Investment Opportunity Set (IOS) dengan Kualitas Laba
Investment Opportunity Set (IOS) adalah nilai kesempatan
investasi yang merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan
untuk membuat investasi dimasa mendatang, Pilihan-pilihan yang akan
dilakukan perusahaan di masa mendatang akan mempengaruhi nilai dari
perusahaan itu sendiri.
Jika manajer telah melakukan tindakan tidak sesuai keinginan
prinsipal maka telah terjadi perbedaan kepentingan antara agen dan
prinsipan (Konflik keagenan). Dengan adanya perbedaan kepentingan
tersebut manajer dapat melakukan hal-hal yang meningkatkan
35
keuntungan bagi dirinya sendiri yang kemungkinan akan merugikan
pemilik perusahaan misalnya melakukan manajemen laba, dengan
adanya manajemen laba dalam perusahaan akan mengakibatkan
rendahnya kualitas laba perusahaan sehingga para pemakai laporan
keuangan akan melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan.
Penelitian sebelumnya oleh Puteri (2012), Siahaan (2013), Warianto
et al., (2013) dan Simamora et al., (2014) mengenai pengaruh
Investement Opportunity Set (IOS) terhadap kualitas laba menemukan
bahwa IOS berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba.
Penelitian ini menggunakan proksi rasio nilai pasar ekuitas terhadap nilai
buku (MVE/BVE) yang menemukan semakin tinggi angka rasio
MVE/BE semakin tinggi pula discretion accrual. Berdasarkan hasil di
atas, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H2 = Investment opportunity set (IOS) berpengaruh terhadap kualitas
laba.
3. Kepemilikan Manajerial dengan Kualitas Laba
Jika dalam suatu kepemilikan perusahaan sang manajer memiliki
tingkat kepemilikan yang cukup berpengaruh, hal ini dapat menekan
konflik kepentingan. Karena dengan berperan juga sebagai pemilik,
manajer akan lebih berpandangan sama dengan pemilik lain seperti para
stakeholder dan menghindarkan laporan keuangan dari manipulasi yang
menyebabkan informasi-informasi yang asimetri.
36
Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah
keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer
dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa
kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan
jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak
akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan
saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya
perilaku opportunistik manajer akan meningkat. Penelitian Setianingsih
(2013) menunjukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap kualitas laba. Farida (2012), Puteri (2012), Reyhan et al., (2014)
dan Reskino (2015) juga membuktikan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap kualitas laba.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, hipotesis yang diajukan
sebagai berikut :
H3 = Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba.
4. Komisaris Independen dengan Kualitas Laba
Dengan besarnya komposisi komisaris independen diharapkan
terjadi suatu pengawasan yang lebih ketat dalam operasional perusahaan
dan pelaporan-pelaporan informasi perusahaan. Penelitian Yushita et al.,
(2013) menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris dari luar lebih
dapat untuk mengurangi kecurangan pelaporan keuangan daripada
kehadiran komite audit.
37
Dalam penelitiannya Farida (2012), Febiani (2012), Simamora et
al., (2014) dan Reskino (2015) menunjukan bahwa komisaris independen
berpengaruh terhadap kualitas laba.
Berdasarkan hasil di atas, hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
H4 = Komisaris independen berpengaruh terhadap kualitas laba.
5. Profitabilitas, IOS, Kepemilikan Manajerial, Komisaris Independen,
Komite Audit dengan Kualitas Laba
Reyhan et al., (2014) dan Agung Nugroho Jati (2009) dalam
Reyhan et al., (2014) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba. Puteri (2012) dalam Simamora et al.,
(2014) mengenai pengaruh Investement Opportunity Set (IOS) terhadap
kualitas laba menemukan bahwa IOS berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba. Hasil penelitian Yushita et al., (2013) menunjukan bahwa
komisaris independen berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil
Penelitian Setianingsih (2013) menunjukan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
H5 = Profitabilitas, IOS, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial
berpengaruh terhadap Kualitas Laba
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh profitabilitas, Investment Opportunity
Set (IOS), dan good corporate governance (GCG) sebagai variabel
independen terhadap kualitas laba sebagai variabel dependen. Populasi
penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2011-2014. Perusahaan manufaktur merupakan
emiten terbesar dalam memberikan kesempatan bagi para pelaku pasar
(investor) untuk menanamkan modalnya, sehingga perusahaan manufaktur
selalu mendapat perhatian dari para pelaku pasar (Novianti, 2013). Tahun
penelitian yang dipilih yaitu 2011 sampai dengan 2014, hal tersebut
merupakan subjektifitas peneliti untuk memperbarui data penelitian yang
disesuaikan dengan kondisi perusahaan saat ini.
B. Metode Pemilihan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2014. Sampel adalah
bagian dari populasi yang dinilai dapat mewakili karakteristiknya.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria tertentu. Adapun
kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
39
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang termasuk
kategori perusahaan manufaktur dan mempublikasi laporan keuangan
pada tahun 2011-2014.
2. Perusahaan menyampaikan laporan keuangan dan data yang lengkap
secara berturut-turut pada tahun 2011-2014.
3. Perusahaan sampel tersebut mempublikasikan laporan keuangan dengan
menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
4. Data yang tersedia lengkap baik data yang diperlukan untuk
mengidentifikasi kualitas laba dan data yang berkaitan dengan
profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS), dan good corporate
governance (GCG) perusahaan.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi pustaka dan studi dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan
mengolah data, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan
dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Studi dokumentasi adalah
metode pengumpulan data dengan mengumpulkan data sekunder yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini seperti laporan
tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Peneliti menggunakan
data sekunder yaitu berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2014.
40
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
keilmuan statistika yaitu metode regresi linear berganda dengan
menggunakan aplikasi SPSS versi 21 dan EViews versi 9.
Sesuai dengan data yang telah diperoleh maka pendekatan yang sesuai
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang
menekankan pada angka-angka dalam penelitiannya. Dari data angka yang
telah diperoleh maka diharap dapat memberikan kesimpulan yang tepat.
1. Metode Data Panel
Menurut Winarno (2011), data panel atau pooled data merupakan data
yang terdiri atas data seksi silang (beberapa variabel) dan data runtut
waktu (berdasar waktu). Analisis regresi data panel adalah analisis regresi
yang didasarkan pada data panel untuk mengamati hubungan antara
variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen).
a. Model dengan data cross section :
Data dengan seksi silang adalah data yang terdiri atas beberapa
objek pada suatu waktu. Biasanya data dalam jenis ini, setiap objek
memiliki beberapa variabel, maka model yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut :
Yi = α + β Xi + Ɛi ; i = 1,2,…,N
Dimana :
N = Banyaknya data cross section
41
b. Model dengan data time series :
Data runtut waktu adalah data yang terdiri atas satu objek tetapi
meliputi beberapa periode waktu, maka model yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut :
Yt = α + β Xt + Ɛi ; t = 1,2,…,T
Dimana :
T = Banyaknya data time series
c. Model dengan data panel
Melihat data panel merupakan gabungan antara data cross section
dan data time series maka model yang dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut :
Yit = α + β Xit + Ɛit ; I = 1,2,…,N; t = 1,2,…,T
Dimana :
N = Banyaknya data cross section
T = Banyaknya data time series
N x T = Banyaknya data panel
Keunggulan penggunaan metode data panel dibandingkan metode
time series atau cross section adalah:
1. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas
dalam tiap individu.
2. Dengan data panel, data lebih informasif, lebih bervariasi,
mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan derajat
kebebasan (degree of freedom), dan lebih efisien.
42
3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan
dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari cross section.
4. Data panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara
sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross
section.
5. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih
kompleks.
6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi
individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.
2. Pemodelan data panel
Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam mengestimasi
data panel, yaitu : 1) pendekatan OLS biasa (Pooled Least Square), 2)
pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan 3) pendekatan efek acak
(Random Effect Model).
a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling sederhana
karena menggabungkan data cross section dan data time series sebagai
analisisnya. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi antar
individu maupun rentang waktu, sehingga model ini dapat pula dapat
pula disebut sebagai model OLS biasa karena menggunakan kuadrat
terkecil.
43
b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Metode efek tetap ini dapat menunjukan perbedaan antar objek
meskipun dengan regresor yang sama. Model ini dikenal dengan model
regresi Fixed Effect (efek tetap). Efek tetap ini dimaksudkan adalah
bahwa sutu objek, memiliki konstan yang tetap besarannya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya,
tetap besaranya dari waktu ke waktu (time invariant).
Keuntungan metode efek tetap ini adalah dapat membedakan efek
individual dan efek waktu dan tidak perlu mengasumsikan bahwa
komponen eror tidak berkolerasi dengan variabel bebas yang mungkin
sulit dipenuhi. Dan kelemahan metode efek tetap ini adalah
ketidaksesuaian model dengan keadaan yang sesungguhnya. Kondisi
tiap objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan
sangat berbeda dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain.
c. Pendekatan Random Effect Model (REM)
Keputusan untuk memasukan variabel boneka dalam model efek
tetap (fixed effect) tidak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan
konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat
mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang
pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang
diestimasi. Model panel data yang didalamnya melibatkan kolerasi
antar error term karena berubahnya waktu karena berbedanya
observasi dapat diatasi dengan pendekatan model komponen eror (eror
44
component model) atau disebut juga model efek acak (random effect).
Metode ini digunakan untuk mengatasi kelemahan metode efek tetap
yang menggunakan variabel semu, sehingga model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antar waktu
dan antar objek. Syarat untuk menganalisis efek random yaitu objek
data silang harus lebih besar dari pada banyaknya koefisien (Winarno,
2007).
3. Pemilihan Model Data Panel
Ada dua tahap dalam memilih metode dalam data panel. Pertama kita
harus membandingkan PLS dengan FEM terlebih dahulu. Kemudian
dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukkan model PLS yang diterima,
maka model PLS lah yang akan dianalisa. Tapi jika model FEM yang
diterima, maka tahap kedua dijalankan, yakni melakukan perbandingan
lagi dengan model REM. Setelah itu dilakukan pengujian dengan
Hausman test untuk menentukan metode mana yang akan dipakai, apakah
FEM atau REM.
a. Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk mengetahui model Pooled Least Square
(PLS) atau FEM yang akan digunakan dalam estimasi. Relatif
terhadap Fixed Effect Model, Pooled Least Square adalah restricted
model dimana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh
individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki
45
perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan
saja setiap unit tersebut memiliki perilaku yang berbeda. Untuk
mengujinya dapat digunakan restricted F-test, dengan hipotesis
sebagai berikut.
H0: Model Pooled Least Square (PLS)
H1: Model Fixed Effect
Jika nilai F-hitung > F-tabel, atau nilai probabilitas (P-Value) < a
5%, maka H0 ditolak, artinya model panel yang baik untuk
digunakan adalah Fixed Effect Model, dan sebaliknya jika H0
diterima, maka model Pooled Least Square yang dipakai dan
dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji
kembali untuk memilih apakah memakai model FEM atau REM lalu
dianalisis.
b. Uji Hausman
Ada beberapa pertimbangan teknis empiris yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk memilih antara Fixed Effect Model atau
Random Effect Model yaitu:
1) Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah
unit cross section) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh
berbeda. Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan
pada kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.
2) Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua
pendekatan dapat berbeda signifikan. Jadi, apabila kita meyakini
46
bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil
secara acak (random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya,
apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih
dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita
menggunakan FEM.
3) Apabila cross section error component (€i) berkorelasi dengan
variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan
REM akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM
tidak habis.
4) Apabila N dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari
REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien dibandingkan
tidak bias.
Keputusan penggunaan FEM dan REM dapat pula ditentukan
dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan dengan
Hausman. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian dengan
menggunakan Chi-square statistik sehinggan keputusan pemilihan
model akan dapat ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test
dibandingkan dengan Chi-square statistik dengan df = k, dimana k
adalah jumlah koefesien variabel yang diestimasi atau nilai
47
probabilitas (P-Value) < a 5%,. Jika hasil dari Hausman test
signifikan, maka H0 ditolak, maka Fixed Effect Model yang
digunakan dan jika sebaliknya maka Random Effect Model yang
digunakan .
c. Uji Lagrangge Multiplier (LM)
Uji Langrangge Multiliper (LM) dilakukan untuk
membandingkan atau memilih model mana yang terbaik antara Fixed
Effect Model dan Random Effect Model. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Fixed Effect Model
H1 : Random Effect Model
Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Langrangge Multiplier
test (Breusch-Pagan) dibandingkan dengan nilai probability. Jika nilai
Breusch – Pagan < a 5% maka H0 ditolak, artinya model panel yang
baik untuk digunakan adalah Random Effect Model (REM). Namun
jika H0 diterima maka model data panel yang baik digunakan adalah
Fixed Effect Model (FEM).
4. Uji Asumsi Klasik
Terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum di lakukannya
regresi, hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah data terbebas dari
masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji
asumsi klasik ini penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang
linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased
48
Estimator – BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung
masalah. Untuk itu perlu dibuktikan lebih lanjut apakah model regresi
yang digunakan sudah memenuhi asumsi tersebut. Asumsi – asumsi
tersebut antara lain:
a. Uji Normalitas
Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data
berdistribusi normal. Untuk menguji data apakah terdistribusi normal
dengan menggunakan histogram dan uji Jarque-Bera.
Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan
kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat
normal. Dengan H0 pada data berdistribusi normal, uji Jarque-Bera
didistribusi dengan X2 dengan derajat bebas (degree of freedom)
sebesar 2. Probability menunjukan kemungkinan Jarque-Bera
melebihi (dalam nilai absolut) nilai terobservasi dibawah hipotesis
nol. Nilai probabilitas yang kecil cenderung mengarahkan pada
penolakan hipotesis nol distribusi normal. Pada angka Jarque-Bera
diatas nilai probabilitas (5%), maka kita dapat menolak H0 bahwa data
terdistribusi normal (Winarno, 2011)
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel
independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan
49
regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu
variabel independen). (Winarno, 2011).
Menurut Santoso (2010), multikolinearitas mengandung arti
bahwa antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki
hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien
korelasinya tinggi atau bahkan 1).
Indikasi multikolinearitas ditunjukkan dengan beberapa informasi
antara lain:
1. Nilai R2 tinggi, tetapi variable independen banyak yang tidak
signifikan.
2. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen,
apabila koefisien rendah maka tidak terdapat multikolinearitas.
3. Dengan melakukan regresi auxiliary, yaitu regresi yang dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua (atau lebih)
variabel independen yang secara bersama-sama mempengaruhi
satu variabel independen lainnya.
Sedangkan alternatif menghilangkan multikolinearitas antara lain
bisa dengan menambahkan data penelitian bila memungkinkan, karena
masalah multikolinearitas biasanya muncul karena jumlah observasi
yang sedikit. Selain itu dapat dengan menghilangkan salah satu
variabel independen terutama yang memiliki hubungan linier yang
kuat dengan variabel lain. Namun jika tidak mungkin dihilangkan
maka tetap harus dipakai. Selanjutnya bisa dengan
50
mentransformasikan salah satu (atau beberapa) variabel dengan
melakukan diferensiasi (Winarno, 2011).
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam regresi linier ganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi
agar taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE adalah
var (ui) = ơ2 (konstan), semua sesatan mempunyai variansi yang sama.
Padahal, ada kasus-kasus tertentu dimana variansi ưi tidak konstan,
melainkan suatu variabel berubah-ubah (Nachrowi, 2008).
Heteroskedastisitas merupakan fenomena terjadinya perbedaan
varian antar seri data. Heteroskedastisitas muncul apabila nilai varian
dari variabel tak bebas (Yi) meningkat sebagai meningkatnya varian
dari variabel bebas (Xi), maka varian dari Yi adalah tidak sama.
Gejala heteroskedastisitas lebih sering dalam data cross section dari
pada time series. Selain itu juga sering muncul dalam analisis yang
menggunakan data rata-rata.
Menurut Nachrowi dan Usman (2008:129), ada beberapa dampak
yang ditimbulkan oleh heteroskedastisitas terhadap OLS, antara lalin:
1. Akibat tidak konstannya variansi, maka salah satu dampak yang
ditimbulkan adalah lebih besarnya variansi dari taksiran.
2. Lebih besarnya variansi taksiran, tentu akan berpengaruh pada uji
hipotesis yang dilakukan (uji t dan F) karena kedua uji tersebut
menggunakan besaran variansi taksiran. Akibatnya, kedua uji
hipotesis tersebut menjadi kurang akurat.
51
3. Lebih besarnya variansi taksiran akan mengakibatkan standard
error taksiran yang lebih besar sehingga interval kepercayaan
menjadi sangat besar.
4. Akibat beberapa dampak tersebut, maka kesimpulan yang diambil
dari persamaan regresi yang dibuat dapat menyesatkan.
Menurut Gujarati (2007), untuk mendektesi keberadaan
heteroskedastisitas digunakan metode grafik scatter plot, uji Park, uji
Glejser, uji White, dimana apabila nilai probabilitas (p-value)
observasi R2
lebih besar dibandingkan tingkat resiko kesalahan yang
diambil (digunakan α = 5%), maka residual digolongkan
homoskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variable itu sendiri,
pada pengamatan yang berbeda waktu dan individunya. Pada umumya
autokorelasi lebih sering terjadi pada data time series (Nachrowi dan
Usman, 2008).
Menurut Winarno (2011), autokorelasi adalah hubungan antara
residual satu observasi dengan residual observasi lainnya.
Autokorelasi lebih mudah timbuh pada data yang bersifat runtut
waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi
oleh data pada masa sebelumnya.
Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan data panel, maka
uji autokorelasi sudah tidak perlu du uji kembali. Karena data panel
52
sifatnya lebih kepada cross section maka bisa dikatakan tidak ada
autokorelasi.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk memeriksa atau menguji apakah
koefisien regresi yang didapat signifikan (berbeda nyata). Maksudnya
dari signifikan ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara
statistik tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol,
berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan
variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Ada dua
jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan antara
lain:
a. Uji Signifikansi Individual (uji t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing – masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji t
dilakukan dengan membandingkan t hitung terhadap t table dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Ho : βi = 0, berarti tidak ada pengaruh positif dari masing -
masing variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial (individu).
2. Ho : βi > 0, berarti ada pengaruh positif dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
(individu).
53
3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan criteria penilaian sebagai
berikut:
a. Jika t hitung > t table maka Ha diterima dan Ho ditolak
berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing – masing
variable independen terhadap variable dependen secara
parsial (individu).
b. Jika t hitung < t table maka Ho diterima dan Ha ditolak
berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing –
masing variabel independen terhadap variable dependen
secara parsial (individu).
b. Uji Signifikansi simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap variable dependen. Cara yang digunakan
adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ho : βi = 0 berarti tidak ada pengaruh signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan (bersama-sama).
2. Ho : βi > 0, berarti ada hubungan yang signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan (bersama-sama).
54
3. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai
berikut:
a) Jika F hitung > F table maka Ha diterima dan Ho
ditolak berarti ada variable independen secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variable dependen.
b) Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak berarti ada variable independen secara bersama-
sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variable dependen.
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Untuk mengetahui penaksiran parameter dan standard
error bahwa model regresi estimasi cukup baik atau tidak perlu
dilakukan cara untuk mengukur seberapa dekat garis regresi
yang terestimasi dengan data. Ukuran yang biasa yang
digunakan untuk keperluan ini adalah Goodness of Fit (R2) .
ukuran ini mencerminkan seberapa besar variasi dari
(regressand) (Y) dapat diterangkan oleh regressor (X). Bila R2
=0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama
sekali. Sementara bila R2 = 1, artinya variasi dari Y, 100%
dapat diterangkan oleh X. dengan kata lain bila R2 = 1, maka
semua titik pengamatan berada pada garis regresi. Dengan
55
demikian, ukuran goodness of fit dari suatu model ditentukan
oleh R2 yang nilainya antara nol dan satu.
6. Model Regresi Data Panel
Model persamaan dasar data panel yaitu:
Yit = β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + β4 X4it + µit……………….
Model persamaan yang akan diestimasi pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
KL = β0 + β1 ROA + β2 IOS + β3 KM + β4 KI + ε…
Dimana:
KL : Kualitas Laba
β0 : Konstanta
β1,β2,β3,β4,β5 : Koefisien Variabel Independen
ROA : Return On Asset
IOS : Investment Opportunity Set
KM : Kepemilikan Manajerial
KI : Komposisi Dewan Komisaris
ε : Koefisien Eror
Setelah model penelitian di estimasi maka akan diperoleh nilai dan
besaran dari masing – masing parameter dalam model persamaan diatas.
Nilai dari parameter positif atau negatif selanjutnya akan digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian.
56
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan variabel terikat
(dependent) dan variabel bebas (independent). Variabel terikat
merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitas laba yang diukur dengan rasio dari arus kas operasi dibagi
dengan laba bersih. Variabel bebas merupakan variabel yang diduga
mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
meliputi profitabilitas, Investment Opportunity Set (IOS), dan mekanisme
Good Corporate Governance (GCG).
2. Definisi Operasional
a. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
kualitas laba. Kualitas laba diukur dengan menggunakan model
pendekatan Penman (2001) dalam Setianingsih (2013) yaitu rasio
dari arus kas operasi dibagi dengan laba bersih. Semakin rendah
rasio maka semakin tinggi kualitas laba.
b. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi Profitabilitas,
Investment Opportunity Set (IOS), dan mekanisme Good Corporate
Governance (GCG) yang diproksikan dengan komite audit,
komisaris independen dan kepemilikan manajerial.
57
1) Profitabilitas
Profitabilitas adalah seberapa besar efektifitas perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan pemanfaatan yang
dimiliki. ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba yang menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-
biaya modal dikeluarkan dari analisis. ROA dihitung dari laba
bersih dengan total aktiva (Sukmawati et al., 2014).
Return On Asset = Laba Bersih
Total Aktiva X 100%
2) Investment Opportunity Set (IOS)
Investment opportunity set (IOS) menggambarkan luasnya
kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan,
namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan
untuk kepentingan dimasa mendatang (Simamora et al., 2014).
Perhitungan rasio market value to book value of equity
(MVE/BVE) diformulasikan sebagai berikut.
MVE/BE= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 ×𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
3) Good Corporate Governance
Variabel good corporate governance terdiri atas komposisi
komisaris independen dan kepemilikan manajerial.
a) Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan sebuah badan dalam
perusahaan yang biasanya beranggotakan dewan komisaris
58
yang independen yang berasal dari luar perusahaan
fungsinya untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan
keseluruhan, komisaris independen bertujuan untuk
menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya
dalam rangka perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait (Herawati,
2008). Pengukuran variabel komisaris independen dalam
penelitian ini dengan menghitung jumlah komisaris
independen dibagi jumlah total komisaris yang ada dalam
susunan dewan komisaris perusahaan.
KI = Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan
Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
b) Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham
pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Simamora et
al., 2014). Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan
sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan
direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing
periode pengamatan (Paulus, 2012). Pengukuran variabel
kepemilikan manajerial pada penelitian ini dihitung
berdasarkan besarnya nilai saham yang dimiliki oleh pihak
manajemen perusahaan.
KPMJ = Jumlah saham yang dimilik manajemen
Total modal saham yang beredar
59
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Profitabilitas
(Sukmawati,
2014)
Laba Bersih
Total Aktiva X 100%
Rasio
Investment
opportunity
set (IOS)
(Simamora,
2014)
Jumlah lembar saham beredar × Harga penutupan saham
Total ekuitas
Rasio
Komisaris
Independen
(Simamora,
2014)
Jumlah anggota dewan komisaris dari luar perusahaan
Seluruh anggota dewan komisaris perusahaan
Rasio
Kepemilikan
Manajerial
(Simamora,
2014)
Saham yang dimiliki direksi dan komisaris
Total saham
Rasio
Kualitas laba
(Setianingsih,
2013)
Arus kas operasi
Laba bersih
Rasio
Sumber: Data yang diolah
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini mengambil populasi dari seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2014. Perusahaan manufaktur merupakan emiten
terbesar dalam memberikan kesempatan bagi para pelaku pasar (investor)
untuk menanamkan modalnya, sehingga perusahaan manufaktur selalu
mendapat perhatian dari para pelaku pasar (Novianti, 2013). Kriteria-kriteria
perusahaan yang djadikan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel 4.1 dibawah ini
Tabel 4.1
Rincian Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1
Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
dari tahun 2011-2014
571
2
Perusahaan yang tidak mengeluarkan annual report
secara berturut turut
(319)
3
Perusahaan tersebut memiliki data lengkap terkait
dengan variabel yang diteliti
252
4
Perusahaan menyajikan laporan keuangan selain dalam
bentuk rupiah.
(52)
5
Total perusahaan sampel yang diolah 2011-2014 200
Sumber: Data sekuder yang diolah
Perusahaan manufaktur terdiri dari sektor industri dasar dan kimia
(semen, porselen, keramik dan kaca, logam dan sejenisnya, kimia, plastik dan
61
kemasan, pakan ternak, kayu dan pengolahannya, pulp dan kertas), sektor aneka
industri (mesin dan alat berat, otomotif dan komponen, tekstil dan garmen, alas
kaki, kabel, dan elektronika) dan sektor barang konsumsi (makanan dan minuman,
rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumamh tangga, dan peralatan
rumah tangga).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memilih sampel
adalah metode purposive sampling. Penelitian ini mengambil sampel selama 4
tahun, yaitu dari tahun 2011-2014. Data yang digunakan yaitu diambil dari annual
report pada tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang diakses melalui website
www.idx.co.id dan website perusahaan.
Dari kriteria-kriteria perusahaan tersebut yang dijadikan sampel
penelitian adalah sebanyak perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan 4 tahun, sehingga diperoleh data
observasi sebanyak 50 perusahaan 200 sample. Adapun perusahaan yang menjadi
objek penelitian ada di lampiran 1.
B. Pemilihan Model Terbaik
1. Uji Chow
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan
uji F-Restricted dengan cara melihat nilai (P-Value) F-Statistik lebih kecil
dari tingkat signifikan α = 5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun
hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square (PLS)
H1 : Model Fixed Effect (FEM)
62
Dari hasil berdasarkan metode Fixed Effect Model (FEM) dan Pooled
Least Square (PLS) diperoleh nilai probababilitas F-Statistik yakni sebagai
berikut:
Table 4.2
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.401819 (49,146) 0.0643
Cross-section Chi-square 77.116887 49 0.0063
Sumber: data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.2 diatas diperoleh F-Statistik adalah 1.401819 dan nilai
probabilitas F-Statistik sebesar 0.0643 yang berarti bahwa nilai probabilitas
F-Statistik lebih besar dari tingkat signifikansi α 5% (0.0643 > 0,05). Maka
H0 diterima, sehingga model panel yang digunakan adalah Pooled Least
Square (PLS).
2. Uji Hausman
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan
uji hausman. Pengujian ini untuk menentukan model paling tepat digunakan
antara Fixed Effet Model (FEM) dengan Random Effect Model (REM). Uji
hausman memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-Square Statistic
dan nilai α 5% sehingga keputusan pemilihan model dapat ditentukan
63
dengan tepat. Sebelum membandingkan Chi-Square Statistic dan terlebih
dahulu dibuat hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
Hasil pengolahan dengan uji hausman dapat dilihat pada tabel 4.3
sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 2.686548 4 0.6116
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji hausman pada tabel 4.3 diatas, didapatkan Chi-
Square statistic sebesar 2.686548 dengan nilai probabilitas 0.6116.
Dikarenakan nilai Chi-Square statistic lebih besar dari nilai α 5% (0.6116>
0.005) maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa model yang dapat
digunakan untuk model penelitian adalah Random Effect Model.
3. Uji Lagrange Multiplier
Untuk mengetahui model panel yang akan digunakan, maka digunakan
uji lagrange multiplier, pengujian ini untuk menentukan model yang paling
tepat digunakan antara Pooled Least Square (PLS) dengan Random Effect
Model (REM). Uji lagrangge multiplier memberikan penilain dengan
menggunakan nilai breusch-pagan lebih kecil dari tingkat signifikansi α 5%.
64
Sebelum membandingkan nilai breusch-pagan dan tingkat signifikansi a
5%, terlebih dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
H0 : Pooled Least Square (PLS)
H1 : Model Random Effect
Hasil dari pengolahan dengan uji lagrange multiplier dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Lagrange Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 1.786924 0.746643 2.533567
(0.1813) (0.3875) (0.1114)
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil lagrangge multiplier pada tabel 4.4 di atas, nilai
breusch-pagan sebesar 0.1813, yang berarti bahwa nilai breusch-pagan
lebih besar dari tingkat signifikansi α 5% (0.1813 > 0.05). maka H0
diterima, sehingga model panel yang digunakan adalah Pooled Least Square
(PLS).
65
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak dapat diketahui
dengan membandingkan nilai Jarque-Bera dengan nilai Chi-tabel, maka
data dalam penelitian berdistribusi normal (Winarno, 2011). Normalitas
data dapat dilihat dari gambar histogram, namun seringkali polanya tidak
mengikuti bentuk kurva normal, sehingga sulit disimpulkan. Lebih
mudah bila melihat koefisien Jarue-Bera dan probabilitasnya. Kedua
angka ini bersifat saling mendukung. Apabila nilai probabilitasnya lebih
besar dari 5 %, maka data terdistribusi normal (Winarno, 2011). Adapun
uji normalitas dapat dilihat pada grafik 4.1 sebagai berikut:
Grafik 4.1
Uji Normalitas
0
4
8
12
16
20
24
28
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2014
Observations 200
Mean -2.43e-16
Median -0.011511
Maximum 0.542515
Minimum -0.510164
Std. Dev. 0.196443
Skewness 0.264007
Kurtosis 3.027372
Jarque-Bera 2.329571
Probability 0.311990
Sumber: data diolah
Dilihat pada grafik 4.1 diperoleh nilai Jarque-Bera hitung sebesar
2,329571 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,311990 karena nilai
66
probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% (0,311990 > 0.05).
Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi
secara normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variable
indpenden. Untuk meilihat ada atau tidak adanya multikolonieritas nilai
correlation matrix dari semua variable inpenden harus kurang dari 0.8.
Berikut ini uji multikolinieritas dengan menggunakan correlation matrix:
Tabel 4.5
Correlation Matrix
ROA IOS KM KI
ROA 1.000000 -0.036068 -0.035259 0.040789
IOS -0.036068 1.000000 -0.049608 0.063780
KM -0.035259 -0.049608 1.000000 0.136269
KI 0.040789 0.063780 0.136269 1.000000
Sumber: data diolah
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tidak ada masalah multikolinieritas.
hal ini dikarenakan nilai korelasi matriks (correlation matrix) dari semua
variable independen adalah kurang dari 0.8.
Multikolinieritas biasanya terjadi pada estimasi yang menggunakan
data runtut waktu. Dengan mengkombinasikan data time series dengan data
cross-section mengakibatkan masalah multikolinieritas secara teknis dapat
dikurangi. Penelitian ini menggunakan data panel, yang mana secara teknis
sudah dikatakan masalah multikolinieritas adalah sudah tidak ada.
67
3. Uji Heterkoskedastisitas
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam penelitian salah
satunya adalah menggunakan menggunakan cara dalam prosedur statistik
dengan uji glejser. Uji glejser menggunakan abs(resid2) sebagai variabel
dependen. Berikut hasil uji heteroskedastisitas dengan uji glejser:
Tabel 4.6
Hasil Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 12/03/15 Time: 21:02
Sample: 2011 2014
Periods included: 4
Cross-sections included: 50
Total panel (balanced) observations: 200
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.236732 0.209183 10.69270 0.0000
ROA 0.065457 0.135905 0.481637 0.6306
IOS 0.160809 0.127066 1.265559 0.2072
KM 1.478396 4.356772 0.339333 0.7347
KI -1.079713 0.829344 -1.301887 0.1945
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dari hasil tersebut dapat dilihat nilai
probababilitas dari masing-masing variable independen lebih besar dari α =
5%. Hal ini mengindikasi bahwa data penelitian ini tidak mengandung
heteroskedastisitas. Maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini
terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
68
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya korelasi antar variabel itu sendiri, pada
pengamatan yang berbeda waktu dan invidu. Pada umumnya autokorelasi
lebih sering terjadi pada data time series (Nachrowi dan Usman, 2008).
Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan data panel maka sudah
tidak perlu diuji autokorelasi. Dikarenakan sifat data panel yang lebih
kepada cross section. Sedangkan autokorelasi lebih sering terjadi pada time
series.
D. Model Pooled Least Square (PLS)
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan model Pooled Least Square (PLS) dapat dijelaskan melalui
persamaan sebagai beikut:
KL = 0.509995 + 0.040089ROA + 0.547914IOS + 0.805484KM -
0.142687KI
Dimana
KL = Kualitas Laba
ROA = Return On Asset
IOS = Investment Opportunity Set
KM = Kepemilikan Manajerial
KI = Komisaris Independen
69
E. Hasil Uji Hipotesis
1. Uji t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variable
independen (profitabilitas, investment opportunity set, kepemilikan
manajerial dan komisaris independent) berpengaruh secara parsial
terhadap variable dependennya (kualitas laba) dan untuk mengetahui
variable independen manakah yang paling dominan mempengaruhi
variable dependen, yaitu dengan membandingkan masing-masing nilai
t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau menerima
hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 95% dan tingkat signifikansi α
= 5%, maka diperoleh t-tabel :
Table 4.7
Uji t- Statistik
Dependent Variable: KL
Method: Panel Least Squares
Date: 12/03/15 Time: 21:06
Sample: 2011 2014
Periods included: 4
Cross-sections included: 50
Total panel (balanced) observations: 200
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA 0.040089 0.015227 2.632734 0.0091
IOS 0.547914 0.014237 38.48594 0.0000
KM 0.805484 0.488142 1.650102 0.1005
KI -0.142687 0.092921 -1.535569 0.1263
C 0.509995 0.023437 21.75998 0.0000
Sumber : data diolah
Tabel 4.7 merupakan hasil pengujian variable independen yaitu
profitabilitas, investment opportunity set, kepemilikan manajerial, dan
70
komisaris independent terhadap kualitas laba secara parsial. Dari tabel
4.7 diatas menunjukkan bahwa koefisien model regresi memiliki nilai
konstanta sebesar 0.509995 dengan nilai t-statistic sebesar 21.75998
dan nilai probabilitas sebesar 0.0000. Konstanta sebesar 0.509995
menandakan bahwa jika variabel independen konstan maka rata-rata
kualitas laba adalah sebesar 0.509995.
Variabel profitabilitas mempunya nilai koefisien sebesar
0.040089 yang menunjukkan bahwa jika profitabilitas meningkat 1
satuan maka akan meningkatkan kualitas laba sebesar 0.040089 satuan,
dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Variabel investment
opportunity set memiliki nilai koefisien sebesar 0.547914. Hal ini
menunjukkan bahwa jika investment opportunity set mengalami
kenaikan 1 satuan maka akan meningkatkan kualitas laba sebesar
0.547914 satuan, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai koefisien sebesar
0.805484. Hal ini menunjukkan bahwa jika kepemilikan manajerial
mengalami kenaikan 1 satuan maka akan meningkatkan kualitas laba
sebesar 0.805484 satuan, dengan catatan variabel lain dianggap
konstan. Variabel komisaris independent memiliki nilai koefisien
sebesar -0.142687. Hal ini menunjukkan bahwa jika komisaris
independent mengalami kenaikan 1 satuan maka akan meningkatkan
kualitas laba sebesar -0.142687 satuan, dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
71
Varibel profitabilitas mempunyai nilai t-statistic sebesar 2.632734
dengan probability signifikan sebesar 0.0091. hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai probabilitasnya lebih kecil dari α = 5%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas mempengaruhi kualitas laba secara
signifikan. Variabel investment opportunity set mempunyai nilai t-
statistic sebesar 38.48594 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000. Hal
ini menunjukkan bahwa investment opportunity set berpengaruh
terhadap kualitas laba karena nilai probablitasnya lebih kecil dari α =
5%.
Variabel kepemilikan manajerial mempunyai nilai t-ststistic
sebesar 1.650102 dengan nilai probabilitasnya sebesar 0.1005. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai nilai
proabablitas lebih besar dari nilai α = 5%. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan.
Variabel komisaris independent mempunyai nilai t-statistic sebesar -
1.535569 dan nilai probabilitasnyas sebesar 0.1263. Hal tersebut
menunjukkan bahwa komisaris independent mempunya nilai
probabilitas lebih besar dibandingkan dengan nilai α = 5%. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa komisaris independent tidak berpengaruh
secara signifikan.
Dari ke empat variabel independen (profitabilitas, investment
opportunity set, kepemilikan manajerial, dan komisaris independent)
terdapat dua variabel independen yang berpengaruh terhadap kualitas
72
laba. Dan dari ke dua variabel indpenden yang berpengaruh positif
terhadap kualitas laba maka dapat dilihat variabel mana yang paling
dominan terhadap kualitas laba, yaitu investment opportunity set,,
karena mempunyai nilai koefisien paling tinggi yaitu sebesar 0.547914.
Hal ini juga dibuktikan dengan nilai beta pada uji regresi spss yang
menunjukkan bahwa investment opportunity set (IOS) mempunyai nilai
beta paling tinggi. Berikut hasil regresi spss:
Tabel 4.8
Hasil Uji t (SPSS)
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,510 ,023 21,760 ,000
roa ,040 ,015 ,064 2,633 ,009
ios ,548 ,014 ,944 38,486 ,000
km ,805 ,488 ,041 1,650 ,101
Ki -,143 ,093 -,038 -1,536 ,126
Sumber : Data yang Diolah
2. Uji F
Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh secara
bersama-sama terhadap vaeriabel dependennya, maka digunakan uji-f
dengan cara membandigkan F-statistik dengan F-tabel.
Tabel 4.9
Uji F-Statistik
F-Statistic Prob (F-Statistic)
371.0849
0.000000
Sumber: data diolah
73
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, hasil regresi data panel
menggunakan Pooled Least Square (PLS) diperoleh nilai F-statistik
sebesar 371.0849 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000000. Nilai
probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%
(0.000000 < 0.05). Hal ini menunjukan bahwa Profitabilitas, Invesment
Opportunity Set (IOS), kepemilikan manajerial dan komisaris
independen berpengaruh secara simultan terhadap kualitas laba.
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Hasil pengujian koefisien determinasi (adjusted R2) sebagai
berikut:
Tabel 4.10
Nilai koefisien determinasi
Adjusted R Square
0.881501
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan koefisien determinasi (adjusted
R2) sebesar 0.881501 atau 88,15%. Hal ini terlihat bahwa 88,15%.
Kualitas laba dapat dijelaskan oleh variabel independen seperti
Profitabilitas, investment opportunity set (IOS), kepemilikan manajerial
dan komisaris independen. Sedangkan 11,85% dijelaskan oleh variabel
diluar variabel independen yang digunakan, misalnya variabel kualitas
auditor eksternal, ukuran perusahaan, leverage, dan variabel lainnya.
74
F. Pembahasan
1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kualitas Laba
Hasil uji koefisien regresi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
yang dimiliki oleh variabel Profitabilitas sebesar 0,009 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan positif
terhadap kualitas laba, dan dapat disimpulkan bahwa H1 diterima.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian Reyhan (2014) yang
membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laba.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan hutang yang kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas merupakan
faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat
melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan
yang menguntungkan (profitable).
Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan
untuk menarik modal dari Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dalam kegiatan operasinya (profitabilitas) merupakan fokus utama
dalam penilaian prestasi perusahaan karena laba perusahaan selain
merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi
penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai
perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan
datang.
75
Tingkat profitabilitas dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan investasi karena untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan atas
perusahaan tersebut.
Penelitian ini tidak sejalan dengan peneltian Juniarti dan Carolina
(2005) dalam Bestivano (2013) yang menyimpulkan bahwa
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap praktek perataan laba.
Hal ini dikarenakan tinggi atau rendahnya nilai ROA tidak
mempengaruhi kulitas laba perusahaan. laba yang tinggi bisa saja
diperoleh dengan cara yang tidak sehat. Perusahaan dimungkinkan
memanipulasi labanya agar terlihat baik sehingga menarik para investor
untuk menginvestasikan dananya ke perusahaan tersebut. Nilai ROA
yang tinggi menunjukkan tingkat laba yang besar, jadi semakin tinggi
nilai ROA maka semakin tinggi para investor untuk bergabung dalam
perusahaan.
Rasio ini lebih diminati oleh para pemegang saham sebagai salah
satu alat keputusan investasi, apakah investasi bisnis ini akan
dikembangan dan dipertahankan. Jadi para investor akan menanamkan
modalnya pada perusaaan yang memiliki tingkat laba tinggi. Bagi
investor perusahaan ini dinilai mampu mengasilkan laba yang besar
tanpa memperhatikan ada atau tidaknya kecurangan dalam perusahaan
tersebut. Sebaliknya para investor akan lebih berfikir panjang untuk
76
menanamkan modalnya ke perusahaan yang mengasilkan laba rendah
atau bahkan sering mengalami kerugian.
2. Pengaruh Invesment Opportunity Set Terhadap Kualitas Laba
Hasil uji koefisien regresi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
yang dimiliki oleh variabel Investment oppurtinity set sebesar 0,000 <
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Investment oppurtinity set
berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas laba, dan dapat
disimpulkan bahwa H2 diterima
Hasil tersebut mendukung penelitian Oktarya et al., (2014) yang
menunjukan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh
signifikan terhadap kualitas laba.
Hal ini dikarenakan bagi perusahaan yang memiliki set kesempatan
investasi tinggi senantiasa melakukan ekspansi dalam strategi
bisnisnya, maka akan semakin membutuhkan dana eksternal. Apabila
kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan cenderung
lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi.
Dana yang seharusnya dapat dibayarkan sebagai dividen tunai
kepada pemegang saham akan digunakan untuk pembelian investasi
yang menguntungkan. Sebaliknya, perusahaan yang mengalami
pertumbuhan lambat cenderung membagikan dividen lebih tinggi.
Berarti semakin besar kesempatan berinvestasi perusahaan, semakin
baik perusahaan tersebut dan informasi laba perusahaan semakin
mengindikasikan laba perusahaan yang sebenarnya.
77
Dan dapat disimpulkan bahwa variabel investment opportunity set
dengan pengukuran MBVE (Market to Book Value Equity)
menunjukkan hubungan yang positif terhadap kualitas laba, yang dapat
dimungkinkan bahwa perusahaan yang banyak melakukan investasi
cenderung memiliki asset yang bertambah setiap waktu atau bertambah
besar kekayaannya. Perusahaan yang bertambah besar dari waktu ke
waktu akan dapat menciptakan sentiment positif para investor, sehingga
harga saham pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas laba.
Berbeda dengan penelitian Wulansari (2013) dan Simamora et al.,
(2014). Pengaruh investment opportunity set yang tidak signifikan
terhadap kualitas laba dikarenakan investment opportunity set tidak
menjadi pusat perhatian investor dalam membuat keputusan investasi.
Berdasarkan hasil uji statistik, secara keseluruhan perusahaan yang
diteliti memiliki rasio investment opportunity set (MVBVA) berkisar
satu. Artinya, tidak terdapat perbedaan yang terlalu jauh antara nilai
buku dengan nilai pasar dalam hal penilaian aset perusahaan. Sehingga
investor tidak terlalu memperhatikan nilai investment opportunity set
perusahaan, namun lebih memperhatikan angka laba perusahaan
tersebut.
Selain itu, perusahaan yang memiliki nilai investment opportunity
set yang tinggi, bukan dikarenakan pasar menilai aset yang dimiliki
perusahaan tersebut lebih tinggi daripada nilai bukunya. Melainkan
nilai tersebut diperoleh karena rendahnya nilai aset perusahaan dan
78
tingginya nilai ekuitas yang negatif. Alasan inilah yang menyebabkan
investor tidak hanya melihat nilai investment opportunity set yang
tinggi dalam membuat keputusan investasinya.
Alasan tidak signifikannya pengaruh investment opportunity set
terhadap kualitas laba karena motivasi investor dalam investasinya
bukan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Melainkan
untuk mendapatkan capital gain (jangka pendek). Faktor kesempatan
bertumbuh yang dilihat dari investment opportunity set biasanya
diamati oleh investor yang mempunyai perspektif jangka panjang untuk
mendapatkan yield dari investasi yang dilakukannya .
3. Kepemilikan Manajerial Terhadap Kualitas Laba
Hasil uji koefisien regresi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
yang dimiliki oleh variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,101 >
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba, dan dapat disimpulkan
bahwa H3 ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian hasil penelitian Puteri
(2012) dan Paulus (2012) dalam Simamora et al., (2014).
Rata-rata kepemilikan manajerial dalam perusahaan pada penelitian
ini hanya sebesar 0,03 atau sekitar 3%, persentase yang sangat kecil ini
menyebabkan kepemilikan manajemen tidak mampu memberikan
kontribusi yang cukup terhadap kualitas laba perusahaan.
79
Mekanisme kepemilikan manajerial memberikan pengaruh yang
lemah terhadap kualitas laba. Hal ini disebabkanoleh kecilnya proporsi
kepemilikan saham perusahaan di Indonesia cenderung terpusat dalam
satu kelompok. Perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar
memberikan imbalan lebih besar kepada manjemen sehingga
mengurangi motivasi manajer untuk memanipulasi laba.
Berbeda dengan Rupilu (2011) dan Putri (2015) yang menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap kualitas laba perusahaan.
Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan kepemilikan
manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme Corporate Governanace
sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba.
Selain itu juga semakin besar kepemilikan manajemen dalam
perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha
meningkatkan kinerjanya.
4. Komisaris Independen Terhadap Kualitas Laba
Hasil uji koefisien regresi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
yang dimiliki oleh variabel komisaris independen sebesar 0,126 > 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba, dan dapat disimpulkan bahwa H4
ditolak.
80
Penelitian ini mendukung hasil penelitian Paulus (2012) dan Puteri
(2012) yang menemukan bahwa komisaris independen tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kualitas laba.
Ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar 30%
belum cukup tinggi untuk menyebabkan komisaris independen tersebut
dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris. Jika
komisaris independen merupakan pihak mayoritas (>50%), maka dapat
lebih efektif dalam menjalankan peran monitoring dalam perusahaan.
Tetapi jika pengangkatannya belum dilandasi kebutuhan perusahaan
sebagai pemenuhan regulasi, maka proporsi dewan komisaris tidak
perlu diperbanyak dan dilihat keefektifan dewan dalam jangka waktu
yang lebih panjang.
Pengangkatan komisaris independen oleh perusahaan mungkin
hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan
untuk menegakkan good corporate governance (GCG) di dalam
perusahaan.
Berbeda dengan hasil penelitian Reskino (2015) dan Yushita et al.,
(2012). yang membuktikan bahwa komisaris berpengaruh terhadap
kualitas laba.
Komisaris independen dapat menyeimbangkan pengambilan
keputusan khususnya dalam rangka perlindungan terhadap pemegang
saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait, jika perusahaan
memiliki komisaris independen maka laporan keuangan yang disajikan
81
oleh manajemen cenderung lebih berintegritas, karena didalam
perusahaan terdapat badan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-
pihak diluar manajemen perusahaan.
5. Profitabilitas, Investment Opportunity Set, Kepemilikan manajerial,
dan Komisaris Independen Terhadap Kualitas Laba
Berdasarkan hasil penelitian ini di temukan bahwa variabel
Profitabilitas, Investment Opportunity Set, Kepemilikan manajerial, dan
Komisaris Independen berpengaruh secara simultan terhadap nilai
perusahaan, maka H5 diterima.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas, Investment
Opportunity Set, Kepemilikan manajerial, dan Komisaris Independen
berpengaruh secara simultan terhadap Kualitas Laba.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis pembahsan yang telah dila’kukan,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji t menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
kualitas laba. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang
dilakukan Reyhan (2014).
2. Hasil uji t menunjukkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS)
berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil yang sama juga ditemukan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Oktarya et al., (2014).
3. Hasil uji t menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap kualitas laba. Hasil yang sama juga ditemukan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Puteri (2012) dan Paulus (2012)
dalam Simamora et al., (2014).
4. Hasil uji t menunjukkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap kualitas laba. Hasil yang sama juga ditemukan dalam penelitian
yang dilakukan oleh penelitian Paulus (2012) dan Puteri (2012). .
5. Berdasarkan uji F menunjukkan bahwa profitabilitas, IOS, kepemilikan
manajerial, dan komisaris independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba.
83
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan
berupa saran-saran berikut:
1. Bagi perusahaan emiten hendaknya meningkatkan kualitas laba sehingga
dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan mereka, dan
perusahaan emiten hendaknya juga mampu meningkatkan kinerja
keungan dan mengoptimalkan penggunaan hutang, tidak saja hanya
memperbesar laba perusahaan, agar para investor percaya akan
menanamkan modal kepada perusahaan.
2. Untuk penelitian selanjutnya, indikator penelitian dapat diganti dengan
proxy yang lain ataupun ditambah dengan variabel yang lain seperti
mekanisme Kepemilikan Institusional, tingkat likuiditas, ukuran
perusahaan ataupun risiko perusahaan, dan lain sebagainya. Penelitian ini
juga dapat dikembangkan dengan memperluas model penelitian
sebelumnya. Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap dan
akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid. Memperluas
penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian dengan
menambahkan tahun penelitian, juga memperbanyak sampel untuk
penelitian yang akan datang.
84
DAFTAR PUSTAKA
Arabborzoo, Ali, Saeedeh Rashidpuran, Alireza Arabi “The impact of corporate
governance on earnings quality”. Journal of Scientific Research and
Development 2 (1): 127-132, 2015.
Bistrova, Julia & Natalja Lace. “Quality Of Corporate Governance System And
Quality Of Reported Earnings: Evidence From Cee Companies”.
Economics And Management: 17,No. 1, 2012.
Gaio, Cristina & Clara C. Raposo, “Corporate Governance and Earnings Quality:
International Evidence”. Journal of Accounting and Finance vol. 14 (3),
2014.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
Gujarati, Damodar, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Erlangga, Jakarta, 2006.
Herawati, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variabel Dari Pengukuran Earnings Management Terhadap Nilai
Perusahaan”. SNA XI. Pontianak, 2008.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. “Metode Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta, 2002.
Irawati, Dhian Eka. “Pengaruh struktur modal, pertumbuhan laba, ukuran
perusahaan dan likuiditas terhadap kualitas laba” Accounting Analysis
Journal Vol. 1 No. 2, 2012.
Jensen , Michael C., William H. Meckling “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure” Journal of
Financial Economics, V. 3, No. 4, pp. 305-360, October, 1976.
Jones, J.J. Earnings Management during Import Relief Investigation. Journal of
Accounting Research 29: 193-228, 1991.
Juniarti dan Sentosa, Agnes Andriyani. “Pengaruh Good Corporate Governance,
Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Costs of Debt)”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2, 2009.
KNKG. “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, 2008.
85
Nachrowi, Djalal & Hardius Usman. “Penggunaan Teknik Ekonometrik”, edisi
revisi, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2008.
Norpratiwi, Agustina M.V. “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set
Terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan
Perusahaan)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN. Yogyakarta, 2007.
Novianti, Rizki. “Kajian Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei”. Accounting Analysis Journal Vol. 1, No. 2, 2012.
Nurcahyo, Bagus dan A.D Putriani Anugrah. “Analysis Of The Effect of
Investment Opportunity Set (IOS) on Return Stock Company
Manufacturing Sector”, Universitas Gunadarma, 2009.
Paulus, Christian. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Laba.
Jurnal Akuntansi”. Universitas Diponegoro. Semarang, 2012.
Puteri, P.A., & Rohman, A. “Analisis pengaruh investment opportunity set (IOS)
dan mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan”. Diponegoro Journal of Accounting, 1, 1-14, 2012.
Putra, Daniel Salfauz Tawakal. “Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Audit, Dan Manajemen Laba Terhadap
Integritas Laporan Keuangan”. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomika
dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang, 2012.
Rahmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung. “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium
Nasional Akuntansi X. UNHAS Makassar, 2007.
Reskino, “The Effect Of Corporate Governance On Earnings Quality With
Surplus Free Cash Flow As Moderating Variable”. Research Journal of
Finance and Accounting Vol.6, No.4, 2015.
Reyhan, Arief, “Pengaruh Komite Audit, Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Laba Dan Profitabilitas Terhadap Kualitas Laba (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009-2010)”.
JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober, 2014.
Rupilu, Wilsna. “Pengaruh mekanisme corporate governance terhadap Kualitas
laba dan nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di bursa efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Sektor
Publik (JAMBSP) Vol. 8, No. 1, 2011.
86
Santoso, Singgih, “StatistikMultivariat”, PT. Gramedia, Jakarta, 2010.
Setianingsih, Ely Puji. “Pengaruh mekanisme tata kelola perusahaan Dan kinerja
perusahaan terhadap kualitas laba (studi kasus perusahaan otomotif
dan komponen Di bursa efek indonesia)”. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Vol. 5, 2013.
Siahaan, Fadjar O.P, “The Effect of Investment Opportunity Set, the Presence of
Audit Committee, the Composition of Independent Commissioner, and
Managerial Ownership on Profit Quality”. International Journal of
Business and Social Science Vol. 4 No. 9, 2013.
Simamora, Erikson, Prof. Dr. Amries Rusli Tanjung, MM., Ak., CA., Julita, SE,
M.Si., Ak. “Pengaruh investment opportunity set (IOS), mekanisme
good corporate governance dan reputasi KAP terhadap kualitas laba
perusahaan (Studi empiris pada perusahaan property and real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012)”. JOM FEKON
Vol. 1 No. 2, 2014.
Sukmawati, Shanie, Kusmuriyanto, Linda Agustina. “Pengaruh struktur modal,
ukuran perusahaan, likuiditas dan return on asset terhadap kualitas
laba”. Accounting Analysis Journal Vol.3 No. 1, 2014.
Surifah. 2010. Kualitas Laba Dan Pengukurannya. Jurnal Ekonomi & Akuntansi
Vol. 8, No. 2, Mei – Agustus. Fakultas Ekonomi. Universitas
Cokroaminoto. Yogyakarta. 2010.
Umar, Husein. “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Penerbit PT.
Raja Grafindo Persada”. Jakarta, 2005.
Warianto, Paulina, Ch. Rusiti. “Pengaruh ukuran perusahaan, struktur modal,
Likuiditas dan investment opportunity set (ios) terhadap Kualitas laba
pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Jurnal
Universitas Atma Jaya, 2013.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Program
EViews”. Edisi 3. UPP STIM YKPN. Yogyakarta, 2011.
Wulansari, Yenny. “Pengaruh Investment Opportunity Set, Likuiditas Dan
Leverage Terhadap Kualitas Laba”. Jurnal Universitas Negeri Padang,
2013.
87
Yushita, Amanita Novi, Rahmawati, Hanung Triatmoko. “Pengaruh mekanisme
corporate governance, Kualitas auditor eksternal, dan likuiditas
terhadap kualitas laba”. Jurnal Economia, Vol. 9, No. 2, 2013
90
Daftar Perusahaan Sampel
NO STOCK Nama Perusahan
1 AKKU Alam Karya Unggul Tbk
2 ALKA Alaska Industrindo Tbk
3 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
4 AUTO Astra Auto Part Tbk
5 ASII Astra International Tbk
6 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
7 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
8 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
9 GGRM Gudang Garam Tbk
10 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
11 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
12 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
13 IMAS Indomobil Sukses International Tbk
14 INAF Indofarma Tbk
15 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
16 INCI Intan Wijaya International Tbk
17 KAEF Kimia Farma Tbk
18 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
19 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
20 LION Lion Metal Works Tbk
21 MYRX Hanson International Tbk
22 MYTX Apac Citra Centertex Tbk
23 NIPS Nippres Tbk
24 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk
25 SCCO Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
26 SMSM Selamat Sempurna Tbk
27 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
28 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
29 UNVR Unilever Indonesia Tbk
30 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
31 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
32 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
33 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
34 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
35 SIMA Siwani Makmur Tbk
36 SMCB Holcim Indonesia Tbk
37 TCID Mandom Indonesia Tbk
38 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
91
39 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
40 PRAS Prima alloy steel Universal Tbk
41 ALDO Alkindo Naratama Tbk
42 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
43 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
44 DLTA Delta Djakarta Tbk
45 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
46 SKLT Sekar Laut Tbk
47 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk
48 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk
49 TRST Trias Sentosa Tbk
50 VOKS Voksel Electric Tbk
93
Data yang diolah pada tahun 2011
NO STOCK Tahun ROA IOS KM KI KL
1 AKKU 2011 0.036800 0.082700 0.00000 0.00000 0.717900
2 ALKA 2011 0.400300 3.260600 0.00065 0.25000 1.807300
3 AMFG 2011 -0.002500 0.028200 0.00000 0.16667 0.363600
4 AUTO 2011 0.045500 0.226300 0.00383 0.30000 0.328100
5 ASII 2011 0.275300 2.170300 0.00036 0.27273 1.722800
6 BIMA 2011 0.402700 0.125900 0.00000 0.25000 0.452300
7 BUDI 2011 0.183300 0.009100 0.00000 0.00000 0.432200
8 FASW 2011 0.152800 1.619900 0.00000 0.00000 1.434500
9 GGRM 2011 -0.032900 0.105100 0.00854 0.25000 0.562900
10 HMSP 2011 0.153000 0.286300 0.00000 0.20000 0.711900
11 ICBP 2011 -0.121600 0.379800 0.00000 0.25000 0.519400
12 IGAR 2011 2.716900 0.144800 0.00000 0.33333 0.647400
13 IMAS 2011 0.434800 1.474400 0.00000 0.28571 1.219100
14 INAF 2011 0.166000 0.039600 0.00000 0.40000 0.461100
15 INAI 2011 0.386900 0.915300 0.00189 0.40000 0.963200
16 INCI 2011 0.003600 0.085200 0.08379 0.33333 0.744200
17 KAEF 2011 0.817800 0.024500 0.00005 0.20000 0.527100
18 KDSI 2011 0.084900 0.086900 0.00034 0.00000 0.340100
19 KIAS 2011 -0.202100 0.144600 0.00000 0.33333 0.600000
20 LION 2011 -0.066100 0.093200 0.00235 0.00000 0.457800
21 MYRX 2011 0.018900 0.553600 0.00000 0.00000 0.711800
22 MYTX 2011 0.150900 0.350100 0.00000 0.25000 0.580400
23 NIPS 2011 0.587300 5.601700 0.00000 0.00000 3.545800
24 ROTI 2011 0.054800 0.006500 0.00000 0.00000 0.297600
25 SCCO 2011 0.165700 0.020900 0.00000 0.00000 0.492400
26 SMSM 2011 0.371300 0.973700 0.06043 0.00000 0.985100
27 SULI 2011 0.337100 1.123800 0.01214 0.20000 1.057400
28 ULTJ 2011 0.204600 0.064200 0.00000 0.33333 0.485600
29 UNVR 2011 0.090000 0.738200 0.00000 0.20000 0.810500
30 YPAS 2011 0.469300 0.139000 0.00352 0.00000 0.810700
31 ALMI 2011 0.133600 0.784800 0.02000 0.27273 1.071400
32 ETWA 2011 0.462700 0.042100 0.00000 0.30000 0.248900
33 INDF 2011 0.170200 0.785100 0.00000 0.25000 0.906000
34 LMPI 2011 0.265400 0.835300 0.00000 0.00000 0.956800
35 SIMA 2011 0.053700 0.220000 0.00000 0.00000 0.773200
36 SMCB 2011 0.040800 0.258600 0.00000 0.25000 0.632500
37 TCID 2011 0.372300 0.321200 0.00000 0.20000 1.165100
38 TSPC 2011 0.260100 0.456900 0.00000 0.25000 1.063700
94
39 PICO 2011 -0.119600 0.651600 0.00000 0.33333 0.659000
40 PRAS 2011 0.102900 0.544600 0.06000 0.28571 1.242200
41 ALDO 2011 0.029200 0.045400 0.14000 0.40000 0.968200
42 CEKA 2011 0.186700 0.022700 0.00000 0.40000 0.490100
43 CPIN 2011 0.190500 0.214300 0.00000 0.33333 0.797900
44 DLTA 2011 0.035200 0.104600 0.00000 0.20000 0.831300
45 DPNS 2011 0.258600 0.015000 0.07000 0.00000 0.459700
46 SKLT 2011 0.049400 0.000500 0.00000 0.00000 0.799600
47 TIRT 2011 0.088200 0.092500 0.00000 0.00000 0.597000
48 TOTO 2011 0.056900 0.016800 0.00000 0.00000 0.722600
49 TRST 2011 0.381700 0.143800 0.02000 0.00000 0.463300
50 VOKS 2011 0.045000 0.017200 0.00000 0.20000 0.352000
Data yang diolah pada tahun 2012
NO STOCK Tahun ROA IOS KM KI KL
1 AKKU 2012 0.320400 0.000500 0.00000 0.00000 0.156400
2 ALKA 2012 0.123200 1.041100 0.00065 0.25000 1.020900
3 AMFG 2012 -0.014400 0.019400 0.00000 0.16667 0.414100
4 ASII 2012 0.351700 0.091800 0.00036 0.27273 0.568500
5 AUTO 2012 0.163300 0.000500 0.00077 0.33333 0.217800
6 BIMA 2012 0.094200 0.379200 0.00000 0.33333 0.725600
7 BUDI 2012 0.071500 0.309300 0.00000 0.00000 0.417600
8 FASW 2012 0.426500 0.268600 0.00000 0.00000 0.434700
9 GGRM 2012 0.144800 0.488100 0.00920 0.25000 0.830400
10 HMSP 2012 0.074000 2.181000 0.00000 0.20000 1.275300
11 ICBP 2012 0.056700 0.051600 0.00000 0.25000 0.170000
12 IGAR 2012 0.153500 0.023000 0.00000 0.33333 0.453600
13 IMAS 2012 0.157100 0.379900 0.00000 0.28571 0.569500
14 INAF 2012 0.086200 0.116300 0.00000 0.50000 0.380600
15 INAI 2012 0.362000 0.022300 0.00189 0.40000 0.549100
16 INCI 2012 0.054200 0.000500 0.08379 0.33333 0.165400
17 KAEF 2012 1.737800 0.291000 0.00002 0.20000 0.869400
18 KDSI 2012 0.128100 0.024200 0.00026 0.00000 0.377200
19 KIAS 2012 0.307400 0.063200 0.00000 0.33333 0.605300
20 LION 2012 0.058300 0.052200 0.00249 0.00000 0.682600
21 MYRX 2012 -0.006200 0.130600 0.00000 0.00000 0.577900
22 MYTX 2012 0.083600 0.305800 0.00000 0.25000 0.481600
23 NIPS 2012 0.403400 0.225200 0.00000 0.00000 0.504300
24 ROTI 2012 0.041700 0.007500 0.00000 0.00000 0.399000
25 SCCO 2012 0.111200 1.206600 0.00000 0.00000 1.142900
95
26 SMSM 2012 0.113300 0.001700 0.06043 0.00000 0.331700
27 SULI 2012 0.784300 0.196800 0.00964 0.20000 0.690600
28 ULTJ 2012 0.136700 7.933400 0.00000 0.33333 5.089800
29 UNVR 2012 0.301400 1.086900 0.00000 0.20000 1.046400
30 YPAS 2012 0.629100 0.135400 0.00352 0.00000 0.530000
31 ALMI 2012 0.215600 0.084100 0.02000 0.27273 0.535300
32 ETWA 2012 0.136100 0.724400 0.00000 0.33333 1.345100
33 INDF 2012 0.174000 0.311400 0.00000 0.33333 0.650700
34 LMPI 2012 0.164900 0.020100 0.00000 0.00000 0.540400
35 SIMA 2012 0.036200 0.007300 0.00000 0.00000 0.374500
36 SMCB 2012 0.237100 0.022600 0.00000 0.25000 0.235900
37 TCID 2012 0.147200 2.181500 0.00000 0.20000 1.298800
38 TSPC 2012 0.116400 3.683700 0.00000 0.25000 2.574700
39 PICO 2012 0.223100 2.340200 0.00000 0.33333 1.935300
40 PRAS 2012 0.017100 0.012300 0.06000 0.28571 0.608400
41 ALDO 2012 0.316400 0.194300 0.14000 0.50000 0.586900
42 CEKA 2012 0.336000 0.154900 0.00000 0.40000 0.546300
43 CPIN 2012 0.150900 0.002800 0.00000 0.33333 0.665000
44 DLTA 2012 1.697700 0.060600 0.00000 0.20000 0.878400
45 DPNS 2012 0.176200 0.004000 0.06000 0.00000 0.960200
46 SKLT 2012 0.303400 0.002000 0.00000 0.00000 0.311600
47 TIRT 2012 -0.872300 0.011100 0.00000 0.00000 0.688500
48 TOTO 2012 0.437700 0.023700 0.00000 0.00000 0.453700
49 TRST 2012 3.780000 0.001200 0.02000 0.00000 0.912200
50 VOKS 2012 0.100000 0.157600 0.00000 0.20000 0.648000
Data yang diolah pada tahun 2013
NO STOCK Tahun ROA IOS KM KI KL
1 AKKU 2013 0.231100 0.915700 0.00000 0.00000 0.954700
2 ALKA 2013 0.010000 0.055300 0.00065 0.25000 0.704800
3 AMFG 2013 0.101100 0.596900 0.00005 0.16667 0.794200
4 ASII 2013 0.437900 0.294900 0.00036 0.30000 0.602400
5 AUTO 2013 0.323200 0.327900 0.00064 0.27273 0.519500
6 BIMA 2013 0.248200 0.376800 0.00000 0.33333 0.719000
7 BUDI 2013 0.374900 0.020400 0.00016 0.00000 0.627500
8 FASW 2013 0.132900 0.830600 0.00000 0.00000 0.911700
9 GGRM 2013 0.064100 4.649200 0.00920 0.33333 3.339000
10 HMSP 2013 0.059900 0.006100 0.00000 0.16667 0.466700
11 ICBP 2013 0.107100 0.171600 0.00000 0.28571 0.523200
12 IGAR 2013 0.158800 0.360200 0.00000 0.33333 0.746000
96
13 IMAS 2013 0.072100 0.005000 0.00000 0.28571 0.276200
14 INAF 2013 0.400300 0.218900 0.00000 0.40000 0.366900
15 INAI 2013 0.350400 0.001500 0.00189 0.50000 0.055000
16 INCI 2013 0.356800 3.256600 0.08379 0.33333 1.818400
17 KAEF 2013 10.004700 0.009700 0.00002 0.20000 0.948600
18 KDSI 2013 -0.015800 0.002000 0.04838 0.00000 0.832600
19 KIAS 2013 0.295000 0.007900 0.00000 0.33333 0.774800
20 LION 2013 0.374900 0.081600 0.00249 0.00000 0.496200
21 MYRX 2013 0.060000 0.120400 0.00000 0.00000 0.380300
22 MYTX 2013 0.410800 0.356200 0.00000 0.25000 0.594300
23 NIPS 2013 0.192100 0.053100 0.00000 0.00000 0.743100
24 ROTI 2013 0.248500 0.000000 0.00000 0.00000 0.612900
25 SCCO 2013 0.342900 0.777300 0.00000 0.00000 0.921900
26 SMSM 2013 0.652400 0.286600 0.00834 0.00000 0.754600
27 SULI 2013 0.224500 0.031100 0.00964 0.20000 0.672000
28 ULTJ 2013 0.142200 0.241000 0.00000 0.33333 0.738600
29 UNVR 2013 0.238200 0.062300 0.00000 0.20000 0.474200
30 YPAS 2013 -0.005400 0.104900 0.00352 0.00000 0.420800
31 ALMI 2013 0.244000 2.559100 0.02000 0.30000 1.799900
32 ETWA 2013 -0.090700 0.016200 0.00000 0.27273 0.728700
33 INDF 2013 0.420600 1.260400 0.00000 0.33333 1.712400
34 LMPI 2013 0.078800 0.107600 0.00000 0.00000 0.942700
35 SIMA 2013 0.215200 0.171300 0.00000 0.00000 0.660900
36 SMCB 2013 0.289900 0.012000 0.00000 0.33333 0.604600
37 TCID 2013 0.107300 0.092600 0.00000 0.16667 0.883600
38 TSPC 2013 0.286600 0.036300 0.00000 0.28571 0.570500
39 PICO 2013 0.192800 0.096800 0.00000 0.33333 0.409000
40 PRAS 2013 0.197900 0.145400 0.05000 0.28571 0.714400
41 ALDO 2013 0.319400 0.306300 0.14000 0.40000 1.042500
42 CEKA 2013 0.360900 0.077600 0.00000 0.50000 0.378900
43 CPIN 2013 -0.095000 0.003100 0.00000 0.33333 0.413400
44 DLTA 2013 0.022000 0.069900 0.00000 0.20000 0.626900
45 DPNS 2013 0.056000 0.145300 0.06000 0.00000 0.949900
46 SKLT 2013 0.003700 0.027900 0.00000 0.00000 0.758300
47 TIRT 2013 0.056400 0.108700 0.00000 0.00000 1.061400
48 TOTO 2013 0.073000 0.098900 0.00000 0.00000 0.885000
49 TRST 2013 0.254800 0.024900 0.01000 0.00000 0.293500
50 VOKS 2013 0.044700 0.708300 0.00000 0.20000 0.894000
97
Data yang diolah pada tahun 2014
NO STOCK Tahun ROA IOS KM KI KL
1 AKKU 2014 0.101700 0.100100 0.00000 0.00000 0.557500
2 ALKA 2014 0.157900 1.144400 0.00065 0.25000 1.113900
3 AMFG 2014 0.181200 0.459900 0.00005 0.16667 0.733900
4 ASII 2014 0.443900 0.046300 0.00000 0.30000 0.355200
5 AUTO 2014 0.083100 0.008200 0.00021 0.27273 0.631600
6 BIMA 2014 0.250400 0.040800 0.00000 0.33333 0.752500
7 BUDI 2014 0.164400 0.062500 0.00000 0.00000 0.265900
8 FASW 2014 0.327000 0.337400 0.00000 0.00000 0.560400
9 GGRM 2014 6.996100 0.177400 0.00920 0.33333 0.649800
10 HMSP 2014 0.166200 0.094100 0.00000 0.16667 0.388300
11 ICBP 2014 0.460700 0.855900 0.00000 0.28571 0.901600
12 IGAR 2014 0.326000 0.434100 0.00000 0.33333 0.754100
13 IMAS 2014 0.124400 0.002400 0.00000 0.28571 0.645700
14 INAF 2014 0.034300 0.119300 0.00000 0.40000 0.544100
15 INAI 2014 0.111900 0.217400 0.00435 0.50000 0.349200
16 INCI 2014 0.125200 0.044900 0.13889 0.33333 0.319000
17 KAEF 2014 0.048300 0.143700 0.00002 0.20000 0.269600
18 KDSI 2014 0.018500 0.095200 0.04812 0.00000 0.263200
19 KIAS 2014 0.338500 0.080200 0.00000 0.33333 0.738700
20 LION 2014 -0.066800 0.487900 0.00249 0.00000 0.710600
21 MYRX 2014 0.317000 0.062300 0.08947 0.00000 0.611500
22 MYTX 2014 0.312100 0.013100 0.00000 0.25000 0.570100
23 NIPS 2014 0.213000 0.100200 0.00000 0.00000 0.420000
24 ROTI 2014 0.510200 1.035900 0.00000 0.00000 1.015900
25 SCCO 2014 0.085400 5.189900 0.00000 0.00000 3.384900
26 SMSM 2014 0.003100 0.005000 0.00834 0.00000 0.351200
27 SULI 2014 0.142200 0.084900 0.00964 0.33333 0.253900
28 ULTJ 2014 0.539100 0.158900 0.00000 0.33333 0.442900
29 UNVR 2014 0.218700 0.889700 0.00000 0.20000 0.997300
30 YPAS 2014 0.293200 0.221600 0.00352 0.00000 0.944000
31 ALMI 2014 0.630500 1.384000 0.02000 0.30000 1.106200
32 ETWA 2014 0.101400 0.008700 0.00000 0.27273 0.593300
33 INDF 2014 0.309000 0.089000 0.00000 0.33333 0.532400
34 LMPI 2014 0.733100 0.000200 0.00000 0.00000 0.645200
35 SIMA 2014 0.152900 0.411300 0.00000 0.00000 0.629300
36 SMCB 2014 0.195000 0.009400 0.00000 0.33333 0.509500
37 TCID 2014 0.254500 1.624300 0.00000 0.16667 1.815600
98
38 TSPC 2014 0.024400 0.161300 0.00000 0.28571 0.586000
39 PICO 2014 0.445000 0.286500 0.00000 0.33333 0.409800
40 PRAS 2014 0.007700 0.252000 0.05000 0.28571 0.897900
41 ALDO 2014 0.063500 0.040600 0.20000 0.40000 0.549400
42 CEKA 2014 0.287500 0.854200 0.00000 0.50000 0.780200
43 CPIN 2014 0.217300 0.036700 0.00000 0.33333 0.481900
44 DLTA 2014 0.360900 1.412400 0.00000 0.20000 1.138600
45 DPNS 2014 0.117700 0.065700 0.06000 0.00000 0.326900
46 SKLT 2014 1.101000 0.009700 0.00000 0.00000 0.489300
47 TIRT 2014 0.339700 0.069200 0.00000 0.00000 0.842500
48 TOTO 2014 -0.200100 0.480200 0.00000 0.00000 0.741300
49 TRST 2014 0.282500 0.058100 0.01000 0.00000 0.572100
50 VOKS 2014 0.261200 0.621900 0.00000 0.20000 0.983000
100
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.401819 (49,146) 0.0643
Cross-section Chi-square 77.116887 49 0.0063
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: KL
Method: Panel Least Squares
Date: 12/03/15 Time: 20:09
Sample: 2011 2014
Periods included: 4
Cross-sections included: 50
Total panel (balanced) observations: 200
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.509995 0.023437 21.75998 0.0000
ROA 0.040089 0.015227 2.632734 0.0091
IOS 0.547914 0.014237 38.48594 0.0000
KM 0.805484 0.488142 1.650102 0.1005
KI -0.142687 0.092921 -1.535569 0.1263
R-squared 0.883883 Mean dependent var 0.763332
Adjusted R-squared 0.881501 S.D. dependent var 0.576487
S.E. of regression 0.198448 Akaike info criterion -0.371897
Sum squared resid 7.679415 Schwarz criterion -0.289439
Log likelihood 42.18969 Hannan-Quinn criter. -0.338527
F-statistic 371.0849 Durbin-Watson stat 1.980569
Prob(F-statistic) 0.000000
101
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 2.686548 4 0.6116
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
ROA 0.042916 0.040167 0.000067 0.7366
IOS 0.551656 0.548658 0.000043 0.6463
KM 0.212742 0.790604 1.898833 0.6750
KI -1.170056 -0.150917 0.420386 0.1160
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: KL
Method: Panel Least Squares
Date: 12/03/15 Time: 20:13
Sample: 2011 2014
Periods included: 4
Cross-sections included: 50
Total panel (balanced) observations: 200
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.704402 0.123899 5.685302 0.0000
ROA 0.042916 0.017282 2.483267 0.0141
IOS 0.551656 0.015549 35.47909 0.0000
KM 0.212742 1.483798 0.143377 0.8862
KI -1.170056 0.657080 -1.780689 0.0770 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.921034 Mean dependent var 0.763332
Adjusted R-squared 0.892369 S.D. dependent var 0.576487
S.E. of regression 0.189129 Akaike info criterion -0.267481
Sum squared resid 5.222410 Schwarz criterion 0.623064
Log likelihood 80.74814 Hannan-Quinn criter. 0.092909
F-statistic 32.13024 Durbin-Watson stat 2.874760
Prob(F-statistic) 0.000000
102
Uji LM
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 1.786924 0.746643 2.533567
(0.1813) (0.3875) (0.1114)
Honda 1.336759 0.864085 1.556231
(0.0907) (0.1938) (0.0598)
King-Wu 1.336759 0.864085 1.159868
(0.0907) (0.1938) (0.1231)
Standardized Honda 1.615989 1.358713 -3.458017
(0.0530) (0.0871)
--
Standardized King-Wu 1.615989 1.358713 -1.407551
(0.0530) (0.0871) --
Gourierioux, et al.* -- -- 2.533567
(>= 0.10)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1% 7.289
5% 4.321
10% 2.952
103
Normality test
0
4
8
12
16
20
24
28
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2014
Observations 200
Mean -2.43e-16
Median -0.011511
Maximum 0.542515
Minimum -0.510164
Std. Dev. 0.196443
Skewness 0.264007
Kurtosis 3.027372
Jarque-Bera 2.329571
Probability 0.311990
Hasil Uji Multikolinearitas
ROA IOS KM KI
ROA 1.000000 -0.036068 -0.035259 0.040789
IOS -0.036068 1.000000 -0.049608 0.063780
KM -0.035259 -0.049608 1.000000 0.136269
KI 0.040789 0.063780 0.136269 1.000000
Uji Glejser
Dependent Variable: RESABS
Method: Panel Least Squares
Date: 12/03/15 Time: 21:02
Sample: 2011 2014
Periods included: 4
Cross-sections included: 50
Total panel (balanced) observations: 200
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.236732 0.209183 10.69270 0.0000
ROA 0.065457 0.135905 0.481637 0.6306
IOS 0.160809 0.127066 1.265559 0.2072
KM 1.478396 4.356772 0.339333 0.7347
KI -1.079713 0.829344 -1.301887 0.1945
R-squared 0.016239 Mean dependent var 2.148451
Adjusted R-squared -0.003940 S.D. dependent var 1.767713
S.E. of regression 1.771192 Akaike info criterion 4.005865
Sum squared resid 611.7388 Schwarz criterion 4.088323
Log likelihood -395.5865 Hannan-Quinn criter. 4.039235
104
F-statistic 0.804740 Durbin-Watson stat 1.698513
Prob(F-statistic) 0.523480
Dependent Variable: KL
Method: Panel Least Squares
Date: 12/03/15 Time: 21:06
Sample: 2011 2014
Periods included: 4
Cross-sections included: 50
Total panel (balanced) observations: 200
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA 0.040089 0.015227 2.632734 0.0091
IOS 0.547914 0.014237 38.48594 0.0000
KM 0.805484 0.488142 1.650102 0.1005
KI -0.142687 0.092921 -1.535569 0.1263
C 0.509995 0.023437 21.75998 0.0000
R-squared 0.883883 Mean dependent var 0.763332
Adjusted R-squared 0.881501 S.D. dependent var 0.576487
S.E. of regression 0.198448 Akaike info criterion -0.371897
Sum squared resid 7.679415 Schwarz criterion -0.289439
Log likelihood 42.18969 Hannan-Quinn criter. -0.338527
F-statistic 371.0849 Durbin-Watson stat 1.980569
Prob(F-statistic) 0.000000
Uji t
Dependent Variable: KL
Method: Panel Least Squares
Date: 12/03/15 Time: 21:06
Sample: 2011 2014
Periods included: 4
Cross-sections included: 50
Total panel (balanced) observations: 200
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ROA 0.040089 0.015227 2.632734 0.0091
IOS 0.547914 0.014237 38.48594 0.0000
KM 0.805484 0.488142 1.650102 0.1005
KI -0.142687 0.092921 -1.535569 0.1263
C 0.509995 0.023437 21.75998 0.0000
R-squared 0.883883 Mean dependent var 0.763332
Adjusted R-squared 0.881501 S.D. dependent var 0.576487
S.E. of regression 0.198448 Akaike info criterion -0.371897
Sum squared resid 7.679415 Schwarz criterion -0.289439
Log likelihood 42.18969 Hannan-Quinn criter. -0.338527
F-statistic 371.0849 Durbin-Watson stat 1.980569
Prob(F-statistic) 0.000000
Hasil Uji t (SPSS)
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,510 ,023 21,760 ,000
roa ,040 ,015 ,064 2,633 ,009
ios ,548 ,014 ,944 38,486 ,000
km ,805 ,488 ,041 1,650 ,101
Ki -,143 ,093 -,038 -1,536 ,126
.