Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

63
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses belajar, pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di negara berkembang seperti Indonesia, sebab kemajuan dan masa depan bangsa terletak sepenuhnya pada kemampuan anak didik dalam mengikuti kemajuan pengetahuan dan teknologi dengan segala kemudahan. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, telah berupaya memperbaiki sistem pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, di antaranya perbaikan dan pembaharuan kurikulum, pengadaan buku-buku paket bidang studi, dan penataran guru-guru bidang studi. Salah satu upaya pemerintah berkaitan dengan hal tersebut adalah dengan didirikannya sekolah-sekolah

description

Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD, Oleh Suharman, S.Pd UNM Makassar

Transcript of Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

Page 1: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses belajar, pendidikan adalah bidang yang sangat penting

terutama di negara berkembang seperti Indonesia, sebab kemajuan dan masa

depan bangsa terletak sepenuhnya pada kemampuan anak didik dalam mengikuti

kemajuan pengetahuan dan teknologi dengan segala kemudahan. Hal ini sejalan

dengan kebijakan pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dengan demikian, pemerintah melalui

Departemen Pendidikan Nasional, telah berupaya memperbaiki sistem pendidikan

dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, di antaranya perbaikan dan

pembaharuan kurikulum, pengadaan buku-buku paket bidang studi, dan penataran

guru-guru bidang studi.

Salah satu upaya pemerintah berkaitan dengan hal tersebut adalah dengan

didirikannya sekolah-sekolah kejuruan di berbagai daerah di Indonesia. Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan

formal sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi. SMK ini bertujuan

untuk mempersiapkan peserta didik menguasai keterampilan tertentu untuk

memasuki lapangan kerja dan sekaligus memberikan bekal untuk melanjutkan

pendidikan kejuruan yang lebih tinggi.

SMK sebagai lembaga pendidikan memiliki bidang keahlian yang

berbeda-beda menyesuaikan dengan lapangan kerja yang ada, dan di SMK para

siswa dididik dan dilatih keterampilan agar profesional dalam bidang keahliannya

Page 2: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

2

masing-masing. Bidang keahlian yang ada di SMK cukup banyak, tidak terkecuali

di SMK Negeri 3 Makassar.Program Studi Keahlian yang ada di SMK Negeri 3

Makassar terbagi menjadi 5 Program Studi Keahlian yaitu Teknik Bangunan,

Teknik Ketenaga Listrikan, Teknik Mesin, Teknik Otomotif, Teknik Komputer

dan Informatika.

Mata diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) pada siswa SMK untuk

Program Studi Keahlian Teknik Mesin Jurusan Teknik Las merupakan mata diklat

utama. Hal ini disebabkan mata diklat DKK merupakan mata diklat penunjang

untuk praktek.

Dari observasi awal yang dilakukan di SMK Negeri 3 Makassar,

khususnya pada kelas XI Teknik Las, adanya keluhan dari siswa bahwa kendala

utama yang dirasakan dalam mata diklat DKK adalah terlalu monotonnya proses

pembelajaran terutama dalam penggunaan model pembelajaran. Menurut siswa

model yang digunakan model ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas

sementara pelaksanaan penilaian hanya mengandalkan pada ujian tertulis saja. Hal

inimenjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada mata diklat

DKK, terbukti dengan masih banyaknya siswa yang harus melakukan ujian

perbaikan (remedial)pada mata diklat DKK.

Perolehan nilai siswa pada semester sebelumnya terdapat 7 siswa atau 37%

dengan rata-rata 7,50 yang memenuhi standar KKM dan 12 siswa atau 63%

dengan rata-rata 5,45 yang tidak memenuhi standar KKM (sumber: guru mata

pelajaran). Adapun Standar Ketuntasan Belajar Minimum (SKBM) secara

klasikal adalah 75% dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata diklat

Page 3: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

3

DKK adalah 7,00 (sumber: SMK Negeri 3 Makassar). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa hasil belajar mata diklat DKK cukup rendah.

Tahap proses perbaikan kondisi siswa di kelas XI Teknik Las SMK Negeri

3 Makassar tahun pelajaran 2010/2011, dilakukan penelitian yang dalam hal ini

dilaksanakan pada mata diklat DKK. Pada mata pelajaran ini, kendala yang

banyak dihadapi oleh siswa adalah sulitnya memahami materi yang telah

diajarkan oleh guru, oleh karena itu penelitian ini perlu dilaksanakan untuk

memberikan solusi yang tepat dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Penerapan model pembelajaran koperatif tipeStudent Teams Achievement

Division (STAD) memungkinkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mata diklat DKK. Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilaksanakan Hasriani

(2003)pada mata pelajaran matematika dan Wara Yohanes (2007) pada mata

pelajaran teknik gerindayang sebelumnya menggunakan model ini dengan hasil

yang sangat memuaskan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu dilakukan penelitian

dengan judulPeningkatan Hasil Belajar Dasar Kompetensi Kejuruan Melalui

Penerapan Model Pembelajaran KoperatifPada Siswa Kelas XI SMK Negeri 3

Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalahapakah hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 3 Makassar

pada mata diklat DKK dapat ditingkatkanmelalui model pembelajaran

koperatiftipeSTAD?

Page 4: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipeningkatkan hasil belajar

siswa kelas XI SMK Negeri 3 Makassarmelalui penerapan model pembelajaran

koperatiftipeSTAD.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan, dijadikan sebagai bahan

informasi dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang

target kurikulum dan daya serap siswa sesuai yang di harapkan.

2. Guru sebagaipengelola pembelajaran, untuk menjadi bahan informasi dalam

upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Siswa, dijadikan sebagai metode pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajarnya

4. Pengembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan pembanding untuk

penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.

Page 5: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar

Hasil dalam kamus besar bahasa Indonesia disinonimkan dengan kata hasil

yang artinya hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan),

sedangkan hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau

angka, nilai yang diberikan oleh guru.

Gagne dan Driscoll dalam Hasriani (2003:8), mengemukakan bahwa

“hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat

perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa”.Hasil belajar

merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar

mengajar. Hasil belajar ini dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

Slameto (2003: 6), mengemukakan bahwa:

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah (kesehatan), faktor psikologis (intelegensi) dan faktor kelelahan, sedangkan faktor ekstern, meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah (model, kurikulum, sarana dan prasarana) dan lingkungan masyarakat (teman bergaul).

Selanjutnya Arifin (2010: 15), mengemukakan bahwa:

Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah: (1) untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan, (2) untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran, (3) untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian belajar peserta didik, (4) untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, (5)

Page 6: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

6

untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu, (6) untuk menentukan kenaikan kelas, (7) untuk menempatkan peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya.

Pandangan sejumlah ahli mengenai belajar terdapat kesamaan makna

bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku. Jadi, perubahan perilaku adalah

hasil belajar, artinya seseorang dapat dikatakan telah belajar bila ia dapat

melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam bidang studi

tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukuran keberhasilan

belajar seseorang. Berdasarkan hal ini, maka kegiatan belajar mengajar dapat

digunakan sebagai ukuran tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan

siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam bidang tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah proses perubahan siswa berupa perubahan hasil dalam bidang studi

tertentu yang dicapai dan dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun luar diri,

dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukuran keberhasilan belajar.

2. Belajar

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam

seluruh aspek tingkah laku.

Haling (2007: 5), mengemukakan bahwa:

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan

Page 7: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

7

sikap yang bersifat konstan/meneta. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang segera nampak dalam perilaku nyata.

Menurut Slameto (2003: 2), ” belajar ialah suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan bagi individu-

individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan degan penambahan ilmu

pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, harga diri,

pengertian, watak dan penyesuaian diri.

Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh perubahan-perubahan dalam hidupnya melalui latihan, pengalaman

dan interaksi dengan lingkungannya yang akan menghasilkan perubahan tingkah

laku yang baru.

3. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bernaung dalam teori

kontruktivisme. Di mana dalam proses pembelajaran siswa diberi kesempatan

untuk mengontruksi pengetahuannya. Artinya siswa harus dilibatkan secara aktif

dalam kegiatan belajar mengajar serta mengkonstribusi dalam membangun

pengetahuan, serta tanggung jawab terhadap apa yang ia konstruksikan. Dalam

pembelajaran kooperatif akan terlihat bahwa siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Page 8: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

8

Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan

masalah-masalah yang kompleks.

Tujuan dibentuk kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan

kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam

kegiatan belajar. Tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi

yang disajikan oleh guru dan di antara teman kelompoknya saling membantu demi

mencapai ketuntasan belajar. Enggen dan Kauchak dalam Trianto (2007: 42)

mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok

strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama”.

Slavin (2005: 103), mengemukakan bahwa:

Pembelajaran kooperatif adalah solusi ideal terhadap masalah menyedia- kan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Model-model pem- belajaran kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari luar sekolah yang menghapuskan perbedaan-kehadiran para siswa dari latar belakang rasa atau etnik yang berbeda-untuk meningkatkan hubungan antar kelompok. Dalam model-model ini, kerjasama di antara para siswa ditekankan melalui penghargaan dan tugas-tugas di dalam kelas dan juga penghargaan oleh guru, yang mencoba mengkomunikasikan sikap “semua untuk satu, satu untuk semua”.

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan

hasil siswa, menfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan

membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda

latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda,

yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Page 9: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

9

4. Model Pembelajaran STAD

Menurut Slavin (2005: 144), “Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang

mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras

dan etnisitas”. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam

kelompok mereka dan memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah

menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes tentang

materi tersebut, dan pada saat pemberian tes atau evaluasi mereka tidak

diperbolehkan saling membantu.

Menurut Slavin (2005: 143) STAD (Student Teams Achievement Division)

terdiri dari tahap-tahap kegiatan pengajaran sebagai berikut:

a. Penyajian materi

Pada tahap penyajian materi siswa masih belum berada dalam kelompok-

kelompok. Selain dari guru menyampaikan materi pelajaran yang sudah

disiapkan, guru perlu menyampikan secara jelas tujuan pembelajaran khusus,

memotivasi siswa, menjelaskan kiat-kiat yang perlu mereka lakukan ketika

mereka bekerja atau belajar dalam kelompok dan menginformasikan materi

prasyarat dalam kaitan dengan materi yang akan dipelajari.

b. Kerja kelompok

Dalam setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang, tiap siswa diberikan

lembar kerja siswa (LKS) berisikan tugas atau kegiatan yang harus dikerjakan

berkaitan dengan materi pelajaran yang telah guru jelaskan. Pada tahap kerja

kelompok ini siswa akan berinteraksi dan saling membantu, mendiskusikan

permasalahan/tugas yang harus mereka selesaikan. Hasil kerja kelompok

Page 10: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

10

dituangkan dalam satu lembar kerja siswa dan dikumpulkan. Pada kerja

kelompok, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator.

c. Kuis

Sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar dapat diketahui dengan

diadakannya soal latihan/kuis oleh guru mengenai materi yang telah dibahas.

Setiap siswa mengerjakan kuis secara individu sekalipun skor yang ia peroleh

nantinya digunakan untuk menentukan keberhasilan kelompoknya. Kepada

setiap individu, guru memberikan skor untuk nanti digunakan dalam menentukan

skor bersama bagi setiap kelompok.

d. Perhitungan skor

Skor yang diperoleh setiap anggota dalam kuis akan berkonstribusi dalam

kelompok mereka, dan ini didasarkan pada sejauh mana skor mereka telah

meningkat dibandingkan dengan skor rata-rata awal yang telah mereka capai pada

kuis sebelumnya. Jika guru menggunakan STAD setelah guru melakukan tiga kuis

atau lebih, digunakanlah skor rata-ratanya sebagai skor awal. Berdasarkan skor

awal setiap individu ditentukanlah skor peningkatan atau perkembangan. Rata-rata

skor peningkatan dari tiap individu dalam suatu kelompok akan digunakan untuk

menentukan penghargaan bagi kelompok yang berhasil.

Namun hal yang perlu diperhatikan mengenai skor ini adalah bagaimana

membandingkan skor yang dicapai siswa dengan penampilannya (skor yang

dicapai) pada kuis lalu, dan bukan dengan membandingkannya dengan skor yang

dicapai oleh anggota kelompoknya.

Page 11: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

11

e. Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok akan diberikan kepada kelompok yang berhasil

berdasarkan rata-rata skor peningkatan atau perkembangan dalam tiap kelompok,

dengan kategori kelompok baik, kelompok sangat baik dan kelompok super

(Slavin 2010: 160). Adapun rata-rata skor tiap kelompok sebagai berikut:

i. Kelompok kurang baik, rata-rata 15

ii. Kelompok baik, rata-rata 16

iii. Kelompok sangat baik, rata-rata 17

Bentuk penghargaan bagi kelompok yang berhasil dapat dipilih sendiri

oleh guru. Hal ini dipandang sebagai suatu upaya untuk mendorong siswa untuk

tetap giat dalam upaya meningkatkan hasil belajar mereka secara berkelompok.

Untuk mengoptimalkan pencapaian hasil pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan tipe STAD, maka guru perlu memahami prinsip-prinsip penerapannya

dalam kegiatan belajar mengajar. Berikut dikemukakan prinsip-prinsip penerapan

pendekatan tipe STAD dalam pembelajaran kooperatif :

A. Bagilah siswa dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 4

sampai 5 orang anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok,

urutkan mereka dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademik dan

bagilah daftar siswa yang telah diurut. Pastikan bahwa kelompok yang telah

terbentuk itu berimbang menurut jenis kelamin, kemampuan akademik, suku,

ras dan lain-lain.

Page 12: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

12

B. Buatlah LKS dan kuis untuk materi pelajaran yang akan diajarkan. Selama

belajar kelompok, setiap anggota kelompok harus menguasai materi yang

akan dipresentasikan.

C. Pada saat guru menjelaskan tentang STAD di dalam kelas, guru terlebih

dahulu membacakan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok, yaitu:

1) Mintalah anggota setiap kelompok bekerjasama mengatur meja dan kursi

belajar mereka.

2) Bagikan materi pelajaran dan LKS kepada siswa.

3) Anjurkan agar siswa pada setiap kelompok bekerjasama dalam

menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Apabila ada siswa yang tidak

dapat mengerjakan soal tersebut, teman kelompok siswa itu berkewajiban

untuk menjelaskan soal itu.

4) Beri penekanan pada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri kegiatan

belajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota kelompoknya dapat

menguasai materi yang diajarkan.

5) Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk diisi

dan dikumpul. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk diberi lembar

kunci jawaban LKS pada akhir pertemuan untuk mengecek pekerjaan

mereka demi perbaikan jika ada jawaban yang salah.

6) Beri kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban mereka,

namun tak hanya saling mencocokkan jawaban mereka dengan lembar

kunci jawaban.

Page 13: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

13

7) Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan

pertanyaan itu kepada teman satu timnya sebelum mengajukan pada siswa

yang lain atau kepada guru.

8) Pada saat sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling di dalam kelas

sambil memberikan pujian kepada kelompok yang bekerja dengan baik.

Pemantauan ini dilakukan pada setiap kelompok yang ada.

D. Bila tiba saatnya memberikan kuis, guru memberikan soal-soal kuis atau

bentuk evaluasi yang lain dengan alokasi waktu yang cukup bagi tiap

kelompok untuk menyelesaikan kuis tersebut. Jangan mengizinkan siswa

untuk bekerjasama pada saat mengerjakan kuis itu. Pada saat itu mereka harus

menunjukkan bahwa mereka telah belajar sebagai individu.

E. Buatlah skor individual dan skor kelompok pada penggunaan tipe STAD

yang didasarkan pada peningkatan skor anggota kelompok dibandingkan

dengan skor yang lalu.

6. Hakekat Mata Diklat Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK)

Pelajaran DKK adalah salah satu pelajaran yang diperoleh di bangku

sekolah terutama pada SMK. Pelajaran ini diharapkan dapat menata nalar setiap

siswa, menanamkan nilai- nilai dalam memecahkan masalah yang berorientasi

pada kepentingan pendidikan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK). Kemampuan memecahkan masalah, penalaran, dan

membentuk kepribadian tiap siswa merupakan dasar yang diharapkan tercapai

melalui pembelajaran ini. Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka guru harus

menjabarkan kegiatan belajar mengajar dalam bentuk Rencana Pelaksanaan

Page 14: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

14

Pembelajaran (RPP) dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan cara

berfikir siswa.

Mata diklat DKK diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada

siswa tentang dasar kejuruan di bidang teknik pengelasan. Siswa diharapkan

mampu memahami dan memecahkan masalah di bidang teknik pengelasan. Selain

itu, pelajaran ini diharapkan mampu membentuk pola pikir siswa dalam

pemahaman suatu konsep atau pengertian melalui penalaran dalam suatu

hubungan di antara defenisi teori yang muncul. Siswa terlatih dalam memecahkan

masalah yang dihadapi melalui contoh-contoh yang diberikan.

Dalam mata diklat DKK mencakup beberapa aspek materi di bidang teknik

mesin sebagai bekal untuk lebih mendalami IPTEK khususnya di bidang

pengelasan. Materi yang diajarkan dalam mata ajar ini antara lain: kesalahan yang

dapat dilihat dengan mata (tampak), kesalahan yang nonvisual, cacat internal,

pemeriksaan hasil las. Dengan materi ini diharapkan peserta didik memiliki dasar

demi pengembangan ilmu di bidang pengelasan. Selain itu diharapkan mampu

menjadi penunjang dalam keberhasilan siswa mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

Dengan demikian, DKK merupakan mata diklat yang memegang peranan

penting dalam meningkatkan pengetahuan siswa kedepan, khususnya di bidang

pengelasan karena dalam mata diklat ini membahas tentang dasar-dasar yang

harus diketahui seorang siswa sebelum membahas dan mengkaji ilmu pengelasan

lebih mendalam.

Page 15: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

15

B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran yang tepat sangat diperlukan guna meningkatkan

kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satu model

pembelajaran yang kini populer dikembangkan adalah model pembelajaran

kooperatif, yang kehadiran dan partisipasi tiap anggota harus diberdayakan atau

dimanfaatkan, di mana pada setiap siswa ada tanggung jawab, ada pembagian

tugas, harus ada interaksi dan komunikasi antar siswa serta ada hubungan yang

saling menguntungkan di antara anggota kelompok. Komunikasi dan interaksi

memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang membantu meningkatkan

pemikiran serta memberikan gagasan-gagasan baru dalam diri siswa. Hal ini

memang dapat terjadi karena dalam kelompok kecil yang dibentuk itu terdiri dari

siswa-siswa yang latar belakang dan kemampuan akademis serta pengalaman

yang heterogen.

Masalah yang didiskusikan oleh siswa itu dalam bentuk tugas terstruktur

berupa soal-soal yang disusun dalam sebuah LKS dan dikerjakan dalam kelompok

mereka. Ketika ada siswa yang kurang memahami soal tersebut maka disarankan

untuk bertanya kepada temannya yang lebih tahu sebelum mereka bertanya

kepada guru. Dengan demikian, siswa tersebut dapat memperoleh informasi

tambahan dari kelompoknya, karena tidak semua masalah dapat dipecahkan

sendiri melainkan dibutuhkan bantuan dari orang lain.

Dengan demikian, pembelajaran koperatif tipe STAD dapat memberikan

hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran model konvensional.

Dalam menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS, ketika ada anggota

Page 16: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

YaTidak

Gambar 1.Flow ChartPenelitian

Mulai

MemilihMasalah

StudiPendahuluan

MerumuskanMasalah

MemilihPendekatan PTKModel koperatiftipe STAD

MengkajisilabusMenentukanSumber

Menyusun RPPMenentukandanMenyusunInstrumen

MelaksanakanpembelajaranMengumpulkan Data

Analisis Data

MenarikKesimpulan

MenyusunLaporan

Akhir

16

kelompok yang mengalami kesulitan maka dapat didiskusikan bersama anggota

kelompoknya sehingga masalah-masalah yang muncul dapat terselesaikan dengan

tuntas.

Page 17: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

17

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis

penelitian ini adalah: hasil belajar Dasar Kompetensi Kejuruan dapat ditingkatkan

dengan penerapan pembelajaran koperatif tipe STAD pada siswa kelas XI Teknik

Las SMK Negeri 3 Makassar.

Page 18: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

18

BAB III

MODEL PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas(classroom action research)

dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan/

tindakan, evaluasi dan refleksi secara berulang.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Teknik Las semester genap

tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 18 siswa dengan sasaran penelitian, yaitu

adanya peningkatan hasil siswa yang dapat dicapai setelah proses belajar

mengajar selesai dilaksanakan.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukandalam dua siklus.

Setiap siklus dilaksanakan 4 kali pertemuan (8 jam pelajaran). Sebelum memasuki

siklus terlebihdahulu dilakukan tes awal yang digunakan sebagai acuan dalam

pembagian kelompok. Gambaran umum yang dilakukan pada setiap siklus adalah

perencanaan(plan), pelaksanaan(act), pengamatan(observe), dan refleksi(reflect)

yang digambarkan sebagai berikut:

Page 19: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

PLAN

A C T

OBSERVE

REFLECT

REVISEDPLAN

OBSERVE

REFLEC

T

A C T

19

Gambar 2. Skema Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral (Rochiati 2009: 66)

Siklus I

1. Tahap Perencanaan (plan)

Pada tahap perencanaan dilaksanakan:

a. Melakukan telaah kurikulum

b. Membuat skenario pembelajaran

Page 20: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

20

c. Membuat lembar observasi untuk mengamati dan mengidentifikasi yang

terjadi selama Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas.

2. Tahap Tindakan (act)

a. Memperkenalkan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

c. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang heterogen yang

pembagiannya tiap kelompok berkisar empat sampai lima orang.

d. Mengajarkan materi sesuai dengan skenario pembelajaran.

e. Guru membagi LKS kepada setiap siswa, kemudian siswa mengerjakan

soal yang ada secara individu, jika terjadi kesulitan disarankan untuk

meminta bantuan dalam kelompoknya sebelum meminta bantuan ke

gurunya.

f. Siswa diminta untuk menggali informasi secara kooperatif mengenai

materi.

g. Pemberiankuis yang dikerjakansecaraindividuolehsiswa.

3. Tahap Observasi (observe)

Observasi ini dilakukan pada saat PBM berlangsung. Setiap kegiatan

yang dilakukan oleh siswa dan kondisi belajar siswa dicatat pada lembar

observasi yang telah disiapkan, dalam hal ini menyangkut kehadiran siswa,

perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Page 21: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

21

4. Tahap Refleksi (reflect)

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap refleksi adalah:

a. Merefleksikan setiap hal yang diperoleh melalui lembar observasi.

b. Menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan siswa dalam

bentuk kelompok dan individu yang diberikan selama 1 siklus serta

nilai akhir siklus, jika siklus I belum sesuai dengan indikator

kinerja/harapan, maka dilakukan siklus II dan begitupun selanjutnya.

Siklus II

1. Tahap Meninjau kembali Perencanaan (revised plan)

Melanjutkan tahapan-tahapan perencanaan yang telah dilaksanakan

pada siklus I yang dianggap perlu dipecahkan atau diperbaiki pada siklus II.

a. Dari hasil refleksi serta tanggapan yang diberikan siswa pada siklus I,

guru menyusun rencana baru untuk dibuat tindakan pada siklus II.

b.Memberikan motivasi agar siswa dapar lebih bergairah dan senang

belajar baik secara kelompok maupun secara individu, di samping itu

lebih memperhatikan kondisi belajar siswa.

2. Tahap Tindakan (act)

Pada pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dengan memperhatikan

hasil observasi dan refleksi pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pelaksanaan

tindakan pada siklus II sebagai berikut:

a. Melanjutkan tindakan model pembelajaran kooperatif dengan materi

yang diajarkan.

Page 22: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

22

b.Kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas,

diberikan arahan atau bimbingan secara langsung dan sesekali

diarahkan secara klasikal, demikian pula halnya dengan tugas

perorangan yang dikerjakan secara perorangan.

c. Lembar jawaban dari masing-masing kelompok dan individu diperiksa

dan dikembalikan ke masing-masing kelompok atau siswa

d.Sesekali guru memuji hasil kerja siswa baik diselesaikan secara

kelompok maupun individu, serta memberi semangat kepada kelompok

atau siswa mana yang masih perlu banyak latihan dan lebih

meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya.

e. Siswa diminta untuk menggali informasi materi yang diajarkan

3. Tahap Observasi (observe)

Secara umum tahap observasi siklus II ini adalah melanjutkan kegiatan

pada siklus I yang dilakukan pada saat Proses Belajar Mengajar (PBM)

berlangsung. Observasi yang dilakukan lebih ditingkatkan kecermatannya dan

diupayakan secara maksimal, agar siswa berpartisipasi secara aktif dalam

mengikuti pelajaran.

4. Tahap Refleksi (reflect)

Pada tahap refleksi pada umumnya langkah-langkah yang dilakukan

pada siklus II ini seperti hal yang dilakukan pada siklus I. Adapun langkah-

langkah yang dilaksanakan pada tahap refleksi ini adalah:

Page 23: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

23

a. Menilai dan mempelajari perkembangan hasil pekerjaan siswa

selama siklus II. Jika siklus II belum sesuai dengan indikator

kinerja/harapan, maka dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

b. Mengamati dan mencatat perkembangan atau perubahan serta hal-

hal yang dialami siswa selama siklus II

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh

efek tindakan telah mencapai sasaran. Data yang diambil di sini adalah:

a. Data kuantitatif berupa hasil belajar.

b. Data kualitatif berupa hasil observasi seperti kehadiran siswa,

keaktifan bertanya dan mengajukan tanggapan, siswa yang melakukan

kegiatan yang lain dan lain-lain yang terdapat pada lembar observasi.

E. Teknik Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan

kualitatif. Untuk analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil observasi

selama melakukan penelitian baik dari segi kerja sama kelompok, sikap siswa,

maupun kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa. Untuk analisis secara

kuantitatif digunakan analisis deskriptif, yaitu nilai rata-rata dan persentase.

Selain itu, ditentukan pula tabel frekuensi, nilai minimum dan maksimum

yang siswa peroleh pada pokok bahasan yang diajarkan. Selanjutnya nilai tersebut

dikategorisasikan dengan menggunakan kategorisasi skala lima berdasarkan

teknik standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

seperti yang terlihat pada tabel berikut.

Page 24: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

24

Tabel 3.1 Skala kategorisasi standar

No Nilai Kategori

1.

2.

3.

4.

5.

0 – 34

35 – 54

55 - 64

65 - 84

85 – 100

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggiSumber: Trianto(2007:27)

Sedangkan untuk analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil

observasi selama proses belajar mengajar dari tiap siklus. Dari aktivitas siswa

dalam kelompok dan sikap siswa. Dengan menggunakan lembar observasi yang

dilakukan oleh observator.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila telah terbentuk

keterampilan sosial dalam diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa

dalam kegiatan kelompok (diskusi maupun memberi tanggapan), bertanya materi

yang belum dimengerti, meminta bimbingan materi yang belum dimengerti.

Selain itu, terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa

setelah dilaksanakan proses belajar mengajar melalui pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Bila skor rata-rata hasil belajar/ketuntasan belajar siswa mengalami

peningkatan menurut ketentuan Depdiknas siswa dikatakan tuntas belajar apabila

skor minimum 7,00 dari skor ideal dan tuntas belajar secara klasikal apabila 75%

dari jumlah siswa telah tuntas belajar.

Page 25: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dan analisis data penelitian ini dibuat berdasarkan data yang

diperoleh dari kegiatan penelitian tentang hasil belajar siswa pada mata diklat

DKK melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan di SMK

Negeri 3 Makassar. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 2 siklus. Adapun

yang dianalisis adalah hasil tes awal, tes akhir siklus I dan siklus II, serta data

tambahan berupa perubahan sikap siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan

terhadap siswa selama penelitian berlangsung. Hasil dan pembahasan yang

diperoleh dari dua siklus selama penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Hasil Penelitian

1. Tes Awal

Berdasarkan analisis deskriptif tes awal, hasil belajar siswa pada tes awal

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Statistik skor penguasaan siswa pada tes awal

Statistik Nilai Statistik

Sampel

Skor ideal

Skor maksimum

Skor minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

18

100

80

50

30

67,77

Sumber: Hasil analisis data penelitian 2011

Page 26: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

26

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata belajar siswa pada

mata diklat DKK setelah tes awal adalah 67,77 dari skor ideal, yaitu 100. Skor

maksimum yang diperoleh siswa adalah 80, skor minimum 50 dan rentang skor

adalah 30.

Apabila kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada tes awal

dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi ketuntasan belajar siswa pada tes awal

Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

0 – 69

70 – 100

6

12

33,33

66,67

Tidak tuntas

Tuntas

Jumlah 18 100

Sumber: : Hasil analisis data penelitian 2011

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pada tes awal persentase ketuntasan

belajar siswa sebesar 66,67 % yaitu 12 dari 18 siswa termasuk dalam kategori

tuntas, sedangkan 33,33 % atau 6 dari 18 siswa termasuk dalam kategori tidak

tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa dari 18 jumlah siswa masih ada 6 siswa yang

belum tuntas hasil belajarnya dan memerlukan perbaikan pada pembelajaran

siklus I.

2. Siklus I

a. Hasil belajar

Dari hasil belajar mata diklat DKK pada siklus I diperoleh melalui

pemberian tes hasil belajar DKK . Analisis deskriptif skor hasil belajar DKK

Page 27: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

27

Siswa Kelas XI Teknik Las SMK Negeri 3 Makassar setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pada tabel 4.3 di bawah menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar

siswa pada mata diklat DKK setelah tes siklus I adalah 71,94% dari skor ideal,

yaitu 100. Skor maksimum yang diperoleh siswa adalah 85, skor minimum 60 dan

rentang skor adalah 25.

Tabel 4.3 Statistik skor penguasaan siswa pada tes siklus I

Statistik Nilai Statistik

Sampel

Skor ideal

Skor maksimum

Skor minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

18

100

85

60

25

71,94

Sumber: : Hasil analisis data penelitian 2011

Ketuntasan belajar mata diklat DKK dapat dilihat berdasarkan daya serap

siswa terhadap materi yang diajarkan, maka diperoleh distribusi frekuensi dan

persentase ketuntasan belajar pada siklus 1 dan dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel. 4.4 Distribusi ketuntasan belajar mata diklat DKK Siswa Kelas XI Teknik Las SMK Negeri 3 Makassar pada Siklus I

Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

0 – 69

70 – 100

5

13

27,78

72,22

Tidak tuntas

Tuntas

Jumlah 18 100

Sumber: Hasil analisis data penelitian 2011

Page 28: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

28

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, terlihat bahwa hasil ketuntasan belajar pada

siklus I sebesar 72,22% atau 13 siswa dari 18 siswa berada dalam kategori tuntas

dan 27,78% atau 5 siswa dari 18 siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Hal ini

berarti bahwa terdapat 5 siswa yang perlu perbaikan karena belum mencapai

kriteria ketuntasan belajar. Penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya

karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, peningkatan hasil belajar belum

terlihat.

b. Keaktifan Siswa

Data keaktifan siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses

belajar berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observator. Keaktifan

siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak enam komponen. Distribusi

Keaktifan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus I

No Komponen Yang DiamatiPertemuan Rata-rata

(%)I II III IV1 Siswa yang hadir pada saat proses

belajar mengajar17 16 17 18 94,44

2 Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok

8 10 10 12 55,56

3 Siswa yang bertanya tentang materi yang belum dimengerti 9 6 8 7 41,67

4 Siswa yang meminta bimbingan kepada guru dalam menyelesaikan LKS

10 7 6 6 40,28

5Siswa yang mengejakan tugas LKS 17 16 17 18 94,44

6 Siswa yang melakukan kegiatan lain baik dalam proses pemberian materi pelajaran maupun disaat mengerjakan tugas

8 6 7 6 37,50

Sumber: Hasil analisis data penelitian 2011

Page 29: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

29

Dari tabel 4.5 di atas perubahan sikap siswa pada siklus I dapat

dipaparkan sebagai berikut:

1) Siswa yang hadir pada saat proses belajar mengajar mulai dari awal

pertemuan hingga akhir pertemuan mengalami peningkatan dengan rata-

rata 94,44%

2) Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok pada awal pertemuan masih

kurang sampai pada akhir pertemuan namun terjadi peningkatan dari

pertemuan pertama sampai akhir pertemuan yaitu pada pertemuan pertama

8 siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok meningkat menjadi 12 siswa

dengan rata-rata 55,56%.

3) Siswa yang bertanya tentang materi yang belum dimengerti pada siklus ini

sangat kurang mulai dari awal pertemuan hingga berakhirnya siklus I

dengan rata-rata 41,67%, hal ini disebabkan karena dalam siklus ini siswa

yang bertanya hanya siswa yang memiliki kemampuan dan cukup

memperhatikan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan

mungkin disebabkan juga oleh adanya rasa malu dan takut siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum dimengerti

4) Siswa yang meminta bimbingan kepada guru dalam menyelesaikan LKS

dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan terjadi penurunan dengan

rata-rata 40,28%, ini karena siswa mulai menyadari pentingnya kerja

sama dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas LKS dan juga mungkin

ada siswa yang malu ataupun takut untuk meminta bimbingan kepada

guru.

Page 30: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

30

5) Siswa yang mengejakan tugas LKS pada siklus ini mulai dari awal

pertemuan hingga akhir pertemuan mengalami peningkatan dengan rata-

rata 94,44% disebabkan karena siswa mulai sadar bahwa mengerjakan

tugas LKS merupakan penilaian tersendiri oleh guru

6) Siswa yang melakukan kegiatan lain baik dalam proses pemberian materi

pelajaran maupun disaat mengerjakan tugas pada awal pertemuan terdapat

8 siswa dan pertemuan berikutnya sampai akhir pertemuan mengalami

penurunan yaitu 6 siswa dengan rata-rata siswa yang kurang perhatian

dalam proses belajar mengajar yaitu 37,50%.

c. Analisis Refleksi Siklus I

Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa hasil ketuntasan

belajar pada siklus I sebesar 72,22% atau 13 siswa dari 18 siswa berada dalam

kategori tuntas dan 27,28% atau 5 siswa dari 18 siswa berada dalam kategori tidak

tuntas. Karena berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas secara

klasikal, yaitu 75 % dari jumlah siswa yang tuntas, data hasil penelitian dari siklus

I yaitu hasil belajar siswa dianggap belum tuntas karena yang tuntas hanya

72,22% dari jumlah siswa yang tuntas sehingga perlu adanya perbaikanpada

siklus berikutnya dengan cara menyusun perencanaan dan tindakan yang dapat

menyempurnakan segala kekurangan pada siklus I.

Dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus I ternyata masih ada

beberapa hal perlu diperbaiki antara lain:

1) Masih banyak siswa yang melakukan kegiatan lain ( mengganggu teman

kelompok, bermain ) pada saat diskusi kelompok berlangsung.

Page 31: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

31

2) Pengawasan guru tidak merata pada saat diskusi berlangsung.

3) Keaktifan siswa pada saat diskusi kelompok masih rendah.

Dari hasil analisis kualitatif yang diperoleh melalui lembar observasi

diatas tedapat beberapa masalah yang perlu direfleksikan guna perbaikan

tindakan pada siklus selanjutnya atau siklus II sehingga hal-hal yang masih

kurang dapat ditingkatkan

3. Siklus II

a. Hasil belajar

Hasil belajar mata diklat DKK pada siklus II diperoleh melalui pemberian

tes hasil belajar DKK. Analisis deskriptif skor hasil belajar mata diklat DKK

Siswa Kelas XI Teknik Las SMK Negeri 3 Makassar setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Statistik skor penguasaan siswa pada tes siklus II

Statistik Nilai Statistik

Sampel

Skor ideal

Skor maksimum

Skor minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

18

100

90

65

30

78,05

Sumber: Hasil analisis data penelitian 2011

Data pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh

siswa kelas XI Teknik Las SMK Negeri 3 Makassar yang mengikuti pelajaran

Page 32: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

32

DKK yang menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan skor tertinggi 90,

skor terendah 65 dan skor rata-rata siswa sebesar 78,05 serta rentang skor 30.

Sedangkan ketuntasan belajar mata diklat DKK dapat dilihat berdasarkan

daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan dikelompokkan dalam kategori

tuntas dan tidak tuntas, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase

ketuntasan belajar mata diklat DKK pada siklus II dan dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel. 4.7 Distribusi ketuntasan belajar mata diklat DKK Siswa Kelas XI Teknik Las SMK Negeri 3 Makassar pada Siklus II

Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

0 – 69

70 – 100

2

16

11,11

88,89

Tidak tuntas

Tuntas

Jumlah 18 100

Sumber: Hasil analisis data penelitian 2011

Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa hasil ketuntasan belajar pada

siklus II sebesar 88,89% atau 16 siswa dari 18 siswa berada dalam kategori tuntas

dan 11,11 % atau 2 siswa dari 16 siswa berada dalam kategori tidak tuntas.

Namun untuk kedua siswa tersebut akan dilakukan perbaikan dengan mengadakan

remedial. Hal ini berarti bahwa penelitian ini tidak perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya karena berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu terjadi

peningkatan hasil belajar yang dinyatakan berdasarkan kriteria hasil belajar

mengenai ketuntasan kelas secara klasikal, yaitu ≥75 % dari jumlah siswa yang

tuntas, data hasil penelitian pada siklus II di atas dianggap tuntas dikarenakan

siswa yang sudah tuntas telah mencapai 88,89%.

Page 33: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

33

b. Keaktifan Siswa

Data keaktifan siswa diperoleh melalui lembar observasi selama proses

belajar berlangsung setiap pertemuan yang dilakukan oleh observator. Keaktifan

siswa yang diamati selama proses belajar sebanyak enam komponen. Keaktifan

siswa dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus II

No Komponen Yang DiamatiPertemuan Rata-rata

%I II III IV1 Siswa yang hadir pada saat proses

belajar mengajar17 17 18 18 97,22

2 Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok

10 11 14 16 70,83

3 Siswa yang bertanya tentang materi yang belum dimengerti 6 6 4 2 25

4 Siswa yang meminta bimbingan kepada guru dalam menyelesaikan LKS

6 4 4 3 23,61

5Siswa yang mengejakan tugas LKS 17 17 18 18 97,22

6 Siswa yang melakukan kegiatan lain baik dalam proses pemberian materi pelajaran maupun disaat mengerjakan tugas

7 5 3 3 25

Sumber: Hasil analisis data penelitian 2011Dari tabel 4.8 di atas perubahan sikap siswa pada siklus II dapat

dipaparkan sebagai berikut:

1) Kehadiran siswa saat proses belajar mengajar berlangsung pada siklus II

terjadi peningkatan mulai dari awal pertemuan yaitu dari 17 siswa yang

dijadikan sebagai sampel 18 siswa yang hadir dan meningkat menjadi 18

siswa atau sudah tidak ada lagi yang yang tidak hadir pada akhir

pertemuan dengan rata-rata kehadiran siswa pada siklus II ini adalah

97,22%

Page 34: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

34

2) Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok pada siklus II ini semakin

meningkat ini terlihat dari pertemuan pertama terdapat 10 siswa yang aktif

dalam kegitan kelompok meningkat menjadi 16 siswa atau hanya 2 siswa

saja yang masih kurang aktif dalam kegitan kelompok dengan rata-rata

keaktifan siswa 70,83%

3) Dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan pada siklus II siswa yang

bertanya tentang materi yang belum dimengerti semakin berkurang yaitu

dari 6 siswa turun menjadi 2 siswa, dengan rata-rata siswa yang bertanya

yaitu 25%

4) Siswa yang meminta bimbingan kepada guru dalam menyelesaikan LKS

pada siklus II ini semakin berkurang dengan rata-rata 23,61%, ini

disebabkan karena siswa mulai memahami bahwa masalah yang muncul

dapat didiskusikan dengan teman kelompok tanpa meminta bimbingan dari

guru.

5) Pada siklus II ini siswa yang mengerjakan LKS terjadi penigkatan dengan

rata-rata 97,22% yaitu pada awal pertemuan terdapat 17 siswa yang

megerjakan LKS dan pada akhir pertemuan siswa yang diambil sebagai

sampel semuanya mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru.

6) Pada siklus II ini siswa yang kurang perhatian atau melakukan kegiatan

lain baik dalam proses pemberian materi pelajaran maupun disaat

mengerjakan tugas semakin berkurang dengan rata-rata 25%, ini terlihat

pada awal pertemuan masih ada 7 siswa dan di akhir pertemuan turun

Page 35: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

35

menjadi 3 siswa yang kurang perhatian dalam pemberian materi ataupun

disaat mengerjakan tugas.

c. Analisis Refleksi Siklus II

Hasil belajar siswa pada siklus II setelah melalui perbaikan tindakan

menunjukkan bahwa persentase hasil ketuntasan belajar pada siklus II sebesar

88,89% atau 16 siswa dari 18 siswa berada dalam kategori tuntas dan 11,11% atau

tinggal 2 siswa dari 18 siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Karena

berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas secara klasikal, yaitu

75 % dari jumlah siswa yang tuntas, data hasil penelitian dari siklus II yaitu hasil

belajar siswa dianggap tuntas karena mencapai 88,89% yang berarti telah melebihi

kriteria ketuntasan belajar secara klasikal. Namun untuk siswa yang belum

memenuhi kriteria tersebut akan dilakukan perbaikan dengan mengadakan

remedial.

Setelah dilakukan siklus II terjadi perbaikan-perbaikan dari siklus I, antara

lain:

1) Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat diskusi kelompok berlangsung

sudah berkurang dibandingkan pada saat siklus I

2) Pengawasan guru terhadap siswa pada saat diskusi berlangsung sudah bisa

menjangkau sumua kelompok sehingga siswa lebih fokus pada kegiatan

diskusi daripada melakukan kegiatan lain.

3) Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok semakin meningkat

Page 36: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

36

B. Pembahasan

Dari hasil observasi yang dilakukan selama dua siklus dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan banyak perubahan kepada

siswa, diantaranya:

1. Siswa lebih termotivasi untuk giat belajar.

2. Siswa merasa senang dengan model yang diterapkan.

3. Siswa lebih akrab dengan siswa yang lain.

4. Siswa lebih termotivasi dalam mengerjakan soal LKS.

5. Perhatian siswa pada saat proses pembelajaran meningkat.

Pada dasarnya diawal pertemuan terdapat kendala yang terjadi dalam

proses pembelajaran, yaitu masih banyak siswa yang tidak memiliki keberanian

untuk bertanya, serta masih banyak siswa yang malas mengerjakan tugas LKS.

Tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena diakhir siklus I sudah terjadi

perubahan ke arah yang lebih baik, siswa sudah mulai berani untuk bertanya,

tingginya perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar serta siswa lebih giat

untuk mengerjakan tugas LKS.

Pada siklus II kendala yang ditemukan pada siklus I sudah dilakukan

perbaikan sehingga sudah terjadi perubahan. Ini terlihat dari semakin

meningkatnya minat belajar siswa dan mampu menyelesaikan soal-soal yang

diberikan oleh guru. Pada siklus I persentase kehadiran siswa sekitar 97,22 % dan

meningkat pada siklus II menjadi 99,22 %.

Page 37: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

37

Perubahan-perubahan lain yang terjadi pada siklus I ke siklus II yaitu:

1. Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok pada siklus I sebesar 70,83% dan

pada siklus II meningkat menjadi 84,73%.

2. Siswa yang mengerjakan tugas LKS pada siklus I sebesar 85,53 % dan pada

siklus II meningkat menjadi 94,73 %.

3. Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat guru menjelaskan pada siklus I

sebesar 37,50% dan pada siklus II sudah mulai menurun menjadi 25 %.

4. Pada siklus I siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 13 orang atau

72,22% dan meningkat pada siklus II menjadi 16 siswa atau 88,89%. Hal ini

membuktikan bahwa pada siklus II hasil belajar siswa tuntas secara klasikal,

tetapi masih ada dua orang siswa yang masih memperoleh nilai di bawah

KKM mata diklat DKK. namun untuk kedua siswa tersebut dilakukan

perbaikan dengan mengadakan remedial dengan beberapa pertimbangan

mengenai kehadiran dan aktivitas saat proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan pada indikator keberhasilan, siswa dikatakan tuntas hasil

belajarnya apabila memperoleh skor minimal 70 dari skor ideal yaitu 100, dan

tuntas secara klasikal jika 75 % dari jumlah siswa yang telah tuntas hasil

belajarnya. Maka hasil belajar siswa dari siklus I sampai pada siklus II meningkat

dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh

DEPDIKNAS.

Page 38: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

38

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwapenerapan model pembelajaran koperatif tipe STAD pada mata

diklat DKK Siswa Kelas XI Teknik Las SMK Negeri 3 Makassar dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan peningkatan hasil

belajar yang pada siklus I hanya mencapai 72,22% sehingga belum tuntas secara

klasikal namun pada siklus II telah mencapai 88,89% sehingga sudah tuntas

secara klasikal.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian dan demi mencapai

hasil yang optimal, maka beberapa hal yang disarankan adalah:

1. Diharapkan kepada kepala sekolah SMK Negeri 3 Makassar agar

menganjurkan kepada guru mata diklat DKK untuk menerapkan model

pembelajaran koperatif tipe STAD sebagai salah satu model dalam proses

pembelajarannya.

2. Diharapkan kepada guru mata diklat DKK, kiranya model pembelajaran

koperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam

melaksanakan proses belajar mengajar DKK untuk membantu siswa lebih

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

3. Diharapkan kepada siswa agar lebih serius dalam menjalankan model

pembelajaran koperatif tipe STAD yang nantinya diterapkan oleh guru pada

Page 39: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

39

saat sebelum melakukan proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa.

4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dalam bidang kependidikan

khususnya penelitian tindakan kelas agar dapat meneliti lebih lanjut tentang

model yang efektif dan efisien untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.

Page 40: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

40

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.

Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: UNM.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Hasriani.2003. Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran cooperative learning dengan pendekatan STAD pada siswa kelas IIA SLTP Negeri 21 Makassar. Skripsi Jurusan matematika FMIPA UNM. Makassar.

Sardiman A.M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin. Robert. E. 2005. Coorperative Learning: teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa Media.

Tirtaraharja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta: Hasil Pustaka.

Yohanes, Wara. 2009. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam peningkatan hasil belajar teknik gerinda siswa kelas II SMK Negeri 2 Ende. Skripsi Jurusa Pendidikan teknik Mesin FT UNM. Makassar.

Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wiriaatmadja, Rochiati, 2009. Model Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Page 41: Skripsi PTK (Model Pembelajaran Koperatif  Tipe STAD), Suharman, S.Pd UNM Makassar

41

LAMPIRAN-LAMPIRAN