skripsi pkn

download skripsi pkn

of 94

Transcript of skripsi pkn

  • PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

    OLEH GURU PKn DI SMA NEGERI I BANJARNEGARA

    Skripsi

    Untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

    Pada Universitas Negeri Semarang

    Oleh:

    Nama : Anggun Kusuma Wardani

    NIM : 3401403029

    Jurusan : Hukum dan Kewarganegaraan

    FAKULTAS ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2007

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan untuk selanjutnya diajukan

    ke depan sidang panitia ujian skripsi pada:

    Hari :

    Tanggal :

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. Tijan, M.Si Drs. Sumarno NIP. 131658237 NIM. 131475652

    Mengetahui

    Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

    Drs. Slamet Sumarto, M.Pd NIP. 131570070

  • iii

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia skripsi Fakultas Ilmu

    Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

    Hari :

    Tanggal :

    Penguji Skripsi

    Drs. AT Sugeng Priyanto, M.Si NIP. 131813668

    Anggota I Anggota II

    Drs. Tijan, M.Si Drs. Sumarno NIP. 131658237 NIP. 131475652

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Universitas Negeri Semarang

    Drs. Sunardi, M.M NIP. 130367998

  • iv

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya

    sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

    Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

    dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

    Semarang, Juni 2007

    Anggun Kusuma W NIM. 3401403029

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    Berdoa dan berusaha adalah dua kunci keberhasilan sedangkan tawakal

    adalah awal dari kesempurnaan

    Be humble Alloh Creature

    Persembahan:

    Untuk orang tuaku sekaligus keluargaku di Banjarnegara

    Dan

    Teruntuk Almarhumah Ibu tercinta.. yang semasa hidup beliau

    telah merawat, membimbing, mendidik dengan penuh kasih sayang

    (terima kasih IbuEngkau telah berikan yang terbaik untukku)

    Adikku Dani.terima kasih sayang, kau penyemangat bagiku

    dan kau menambah keceriaan dalam hidup ini

    Terima kasih untuk mas.Esav..yang sudah membantu

    dan mensupport-qu

    Sahabat KFC(Diyah, Yeni, Rini, Enrica, Dwi, Santi, Bambang, Edi)

    terima kasih kau memberiku arti kebersamaan

    Teman-teman wisma Annisa..yang selama ini mewarnai hari-hariku

    Teman-teman PPKn03

    dan

    Almamaterku

  • vi

    PRAKATA

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh S.W.T yang telah

    melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

    berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual oleh Guru PKn di SMA Negeri I

    Banjarnegara dengan lancar. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam

    menyelesaikan pendidikan SI di Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas

    Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

    Penulis menyadari bahwa berkat bantuan dari berbagai pihak, maka skripsi

    ini dapat tersusun. Untuk itu penulis sampaikan rasa terimakasih yang tak

    terhingga kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H.Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas

    Negeri Semarang

    2. Bapak Drs. Sunardi, M.M., Dekan Fakultas Ilmu Sosial

    3. Bapak Drs. Slamet Sumarto, M.Pd., Ketua Jurusan Hukum dan

    Kewarganegaraan

    4. Bapak Drs. Tijan, M.Si., Dosen Pembimbing I yang dengan sabar

    mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini dari

    awal hingga akhir

    5. Bapak Drs. Sumarno., Dosen Pembimbing II yang penuh ikhlas dalam

    memberikan saran, petunjuk dan bimbingan hingga terselesaikannya

    skripsi ini

  • vii

    6. Bapak Drs. H. Mahmudi, M.Ag., Kepala Sekolah SMA Negeri I

    Banjarnegara yang mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian di

    sekolah yang beliau pimpin

    7. Ibu Purwati, S.Pd dan Bapak Drs. Sigit Budi Nurani,. Guru pengampu

    bidang studi Kewarganegaraan yang telah membantu penulis di lapangan

    dalam mendapatkan data-data yang kami butuhkan

    8. Almarhumah Ibu tercinta yang semasa hidup beliau selalu membimbing

    serta memberikan kasih sayang kepada penulis

    9. Adikku Dani yang senantiasa memberi semangat dan keceriaan dalam

    hidup penulis

    10. Keluarga di rumah yang selalu memberi semangat dan bantuan hingga

    penulis jadi sarjana

    11. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu yang tak dapat

    penulis sebutkan satu-persatu

    Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

    jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berterimakasih bila ada saran

    dan kritik yang membangun demi sempurnanya penyusunan skripsi ini. Semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

    Semarang, Juni 2007

    Penulis

  • viii

    SARI

    Anggun K.W. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual oleh Guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci: Pembelajaran, Kontekstual, PKn Kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran diantaranya bergantung pada kemampuan guru, terutama dalam memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif dan efisien. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau yang sering disingkat CTL merupakan salah satu strategi belajar yang diharapkan mampu mengefektifkan proses belajar mengajar dimana pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Sehingga pada akhirnya pembelajaran diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn di sekolah, maka perlu diadakan peneliitan terhadap hal tersebut. Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kontekstual oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui persiapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara; (2) Untuk mengetahui proses pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara; (3) Untuk mengetahui sistem penilaian yang dilakukan oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian yang dijadikan objek adalah SMA Negeri I Banjarnegara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, serta dokumentasi yang diolah dan diperiksa dengan menggunakan tekhnik triangulasi untuk pengecekan keabsahan data dengan proses hasil wawancara dan observasi kemudian dicocokkan dengan isi dokumen yang terkait. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara secar mandiri meliputi: program tahunan, program semester, perhitungan minggu efektif, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sedangkan untuk pengembangan silabus dibuat secara bersama-sama dalam MGMP. (2) Kegiatan belajar mengajar PKn sudah cukup baik meskipun dalam penyampaian materi pelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah dibandingkan dengan metode yang lain, namun guru tetap menciptakan suasana belajar yang efektif dan kondusif dengan cara melibatkan 7 komponen utama pembelajaran kontekstual. (3) Penilaian pembelajaran PKn dilakukan guru secara terintegrasi baik selama proses pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran.

  • ix

    Saran. Secara global masih perlu adanya pelatihan-pelatihan ataupun seminar untuk menambah pengetahuan, pengertian dan pemahaman tentang pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memberikan pengalaman belajar secara kontekstual dan praktis kepada siswa. Dan bagi sekolah diharapkan meningkatkan sarana dan prasarana guna mendukung proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

    PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii

    PERNYATAAN............................................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

    SARI ................................................................................................................ viii

    DAFTAR ISI.................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

    A. Latar Belakang .................................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

    E. Sistematika Skripsi............................................................................... 6

    BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 8

    A. Konsep Dasar dan Perubahan Kurikulum............................................ 8

    B. Konsep Mata Pelajaran PKn ................................................................ 10

    C. Konsep Pembelajaran........................................................................... 14

    D. Konsep Pembelajaran Kontekstual ...................................................... 17

  • xi

    E. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual............................................... 23

    F. Kerangka Berfikir ................................................................................ 30

    BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 34

    A. Dasar Penelitian ................................................................................... 34

    B. Lokasi Penelitian.................................................................................. 34

    C. Fokus Penelitian .................................................................................. 35

    D. Sumber Data Penelitian........................................................................ 36

    E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 37

    F. Validitas Data Penelitian...................................................................... 38

    G. Metode Analisis Data........................................................................... 40

    H. Prosedur Penelitian ............................................................................. 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 44

    A. Hasil Penelitian ................................................................................... 44

    1. Tinjauan Umum Sekolah yang diteliti .......................................... 44

    2. Perencanaan Pembelajaran Kontekstual........................................ 47

    3. Proses Pembelajaran Kontekstual ................................................. 52

    4. Penilaian Pembelajaran Kontekstual ............................................. 55

    B. Pembahasan.......................................................................................... 59

    1. Perencanaan Pembelajaran Kontekstual........................................ 60

    2. Proses Pembelajaran Kontekstual ................................................. 64

    3. Penilaian Pembelajaran Kontekstual ............................................. 74

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 75

    A. Simpulan ............................................................................................. 75

  • xii

    B. Saran .................................................................................................. 76

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 78

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar...................................... 14

    Tabel 2. Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Kontekstual ............ 23

    Tabel 3. Komposisi Siswa................................................................................ 50

    Tabel 4. Kondisi Guru...................................................................................... 50

    Tabel 5. Sarana dan Prasarana ......................................................................... 51

    Tabel 6. Eksistensi Perencanaan Pembelajaran ............................................... 53

    Tabel 7. Sistem Penilaian ................................................................................ 62

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Surat Ijin Survey Pendahuluan

    2. Surat Ijin Penelitian

    3. KTSP SMA Negeri I Banjarnegara

    4. Visi dan Misi Sekolah

    5. Profil Sekolah

    6. Program Unggulan Sekolah

    7. Daftar nama dan Kode Guru

    8. Struktur Organisasi SMA Negeri I Banjarnegara

    9. Kalender Pendidikan

    10. Program Tahunan

    11. Program Semester

    12. Perhitungan Alokasi Waktu

    13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    14. Penilaian Proses dan Hasil Belajar Siswa

    15. Daftar Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan

    16. Pedoman Wawancara untuk Guru

    17. Pedoman Wawancara untuk Siswa

    18. Catatan Dokumentasi

    19. Lembar Pengamatan

    20. Foto-foto Dokumentasi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Otonomi daerah membawa pengaruh bagi manajemen pendidikan di

    Indonesia. Salah satu pengaruh tersebut adalah diberlakukannya otonomi

    sekolah, di mana tiap-tiap sekolah memiliki wewenang untuk mengelola dan

    meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

    Dalam lingkup kelas, maka guru mempunyai peran yang strategis untuk

    meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru merupakan personil sekolah yang

    memiliki kesempatan bertatap muka lebih banyak dengan siswanya. Dengan

    demikian, peran dan tanggung jawab guru sesuai dengan kebijakan otonomi

    sekolah antara lain adalah menguasai dan mengembangkan materi

    pembelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran, serta

    mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

    Kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas

    sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas

    pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru, terutama dalam

    memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif dan

    efisien.

    Berdasarkan pengamatan, sejauh ini pendidikan kita masih didominasi

    oleh pandangan, bahwa pengetahuan sebagi perangkat fakta-fakta yang harus

    dihapal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,

  • 2

    ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Sering dijumpai guru terbiasa

    melaksanakan kegiatan pembelajarannnya dengan metode konvensional di

    mana siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

    Siswa cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa

    diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Proses belajar mengajar

    terkesan kaku, kurang fleksibel dan guru cenderung kurang demokratis. Siswa

    ibarat kertas putih bersih yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan. Pencapaian

    dan keberhasilan pendidikan berdasarkan hasil akhir pembelajaran dengan

    mengabaikan proses.

    Adanya kenyataan seperti di atas, maka diperlukan suatu inovasi

    strategi belajar yang diharapkan lebih efektif dan efisien sebagai alternatif yaitu

    pembelajaran kontekstual.

    Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang

    sering disingkat dengan CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang

    membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi

    dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

    pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

    sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil

    pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran

    berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami,

    bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih

    dipentingkan daripada hasil.

  • 3

    Dalam konteks tersebut, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa

    manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mancapainya. Mereka

    sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu

    mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk

    hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan

    berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai

    pengarah dan pembimbing.

    SMA Negeri I Banjarnegara yang mrupakan sebuah institusi pendidikan

    merupakan wadah pengembang wawasan keilmuan masyarakat dengan

    menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas, seiring dengan kemajuan

    zaman, teknologi dan informasi. Kondisi SMA Negeri I Banjarnegara yang

    terletak secara strategis di tengah kota sangat dominan dalam mengembangkan

    dunia kependidikan di kota Banjarnegara. Terbukti bahwa SMA Negeri I

    Bajarnegara telah mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan

    formal lain yang ada di kota Banjarnegara, khususnya dalam bidang akademik

    maupun prestasi. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri I

    Banjarnegara telah berkembang seiring dengan tuntutan kurikulum yang

    berlaku saat ini, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun

    kurikulum tersebut merupakan kurikulum penyempurnaan atas kurikulum

    sebelumnya yakni Kurikulum 2004 Berbasis Kompetensi.

    Keberadaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut

    peran aktif guru dalam mengolah pembelajaran menjadi pembelajaran yang

    berkualitas dan mengembangkan ranah atau domain pembelajaran siswa yang

  • 4

    meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam hal ini

    strategi yang digunakan tidak hanya strategi yang secara konvensional saja,

    namun strategi yang secara adaptif mampu dikembangkan oleh siswa secara

    mandiri.

    Salah satu strategi pembelajaran yang merupakan perangkat

    pembelajaran berasosiasi dengan KTSP adalah strategi pembelajaran berbasis

    CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan tujuh komponen

    pembelajaran yang meliputi konstruktivisme (constructivism); menemukan

    (inquiry); bertanya (questioning); masyarakat belajar (learning community);

    pemodelan (modelling); refleksi (reflection); dan penilaian yang sebenarnya

    (authentic assessment). Strategi pembelajaran menuntut guru PKn agar dapat

    menjadikan siswa mampu menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi

    dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan

    tersebut dengan aplikasinya dalam kehidupan nyata.

    Untuk mengetahui sejauh mana penerapan pendekatan pembelajaran

    kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah,

    maka perlu diadakan penelitian terhadap hal tersebut. Adapun penelitian akan

    dilaksanakan di SMA Negeri I Banjarnegara dengan pertimbangan bahwa di

    sekolah tersebut pelaksanaan pembelajaran kontekstual telah dilaksanakan

    pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran Pendidikan

    Kewarganegaraan. Kurikulum yang digunakanpun telah disesuaikan dengan

    kurikulum yang saat ini berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP). Di samping itu, karena SMA Negeri I Banjarnegara merupakan salah

  • 5

    satu SMA favorit yang ada di Kabupaten Banjarnegara, dengan data tahun

    pelajaran 2006/2007 NEM masuk (kelas I baru) rata-ratanya 8,36 sedangkan

    untuk NEM keluar (kelas III) rata-ratanya untuk IPA yaitu 8,62 dan untuk IPS

    yaitu 7,78 (lihat lampiran 3). Dari latar belakang tersebut penulis terdorong

    untuk melakukan penelitian dengan judul Pelaksanaan Pembelajaran

    Kontekstual oleh Guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara.

    B. PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan uraian diatas, maka masalah utama yang akan diteliti

    adalah Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kontekstual oleh guru PKn

    di SMA Negeri I Banjarnegara. Dengan uraian sub permasalahan sebagai

    berikut.

    1. Bagaimanakah persiapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh

    guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara?

    2. Bagaimanakah proses pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru

    PKn di SMA Negeri I Banjarnegara?

    3. Bagaimanakah sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang dilakukan

    oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara?

    C. TUJUAN PENELITIAN

    Adanya penulisan penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

    1. Untuk mengetahui persiapan pembelajaran kontekstual yang dilakukan

    oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara

  • 6

    2. Untuk mengetahui proses pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh

    guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara

    3. Untuk mengetahui sistem penilaian yang dilakukan oleh guru PKn di SMA

    Negeri I Banjarnegara dalam pembelajaran kontekstual.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.

    1. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran kontekstual

    yang dilakukan oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara

    2. Memberikan konstribusi dan motivasi bagi guru PKn pada khususnya dan

    guru mata pelajaran pada umunya dalam meningkatkan kualitas

    pembelajaran melalui pengembangan pendekatan pembelajaran

    kontekstual

    3. Memberikan masukan bagi sekolah dalam mensosialisasikan pembelajaran

    kontekstual kepada guru-guru mata pelajaran agar lebih memaksimalkan

    pelaksanaan pendekatan tersebut dan memperbaiki kualitas pembelajaran.

    E. GARIS-GARIS BESAR SISTEMATIKA SKRIPSI

    Dalam memberikan gambaran umum mengenai isi penelitian skripsi ini,

    perlu dikemukakan garis besar pembahasan melalui sistematika skripsi.

    Adapun skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

    1. Pendahuluan, meliputi: judul, abstrak, pengesahan, motto dan

    persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

  • 7

    2. Bagian isi, meliputi:

    a. Bab I Pendahuluan, berisi: latar belakang, permasalahan, tujuan

    penelitian, dan sistematika penulisan skripsi

    b. Bab II Landasan Teori, berisi: konsep dasar dan perubahan kurikulum,

    konsep mata pelajaran PKn, konsep pembelajaran, konsep

    pembelajaran kontekstual, pelaksanaan pembelajaran kontekstual, dan

    kerangka berpikir.

    c. Bab III Metode Penelitian, meliputi: dasar penelitian, lokasi penelitian,

    fokus penelitian, sumber data penelitian, metode pengumpulan data,

    validitas data penelitian, metode analisis data, dan prosedur penelitian.

    d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: tinjauan umum

    sekolah yang diteliti, perencanaan pembelajaran kontekstual, proses

    pembelajaran kontekstual, dan penilaian pembelajaran kontekstual.

    e. Bab V Penutup, meliputi simpulan dan saran

    3. Bagian akhir, meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Konsep Dasar dan Perubahan Kurikulum

    Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh

    pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai

    dengan dewasa ini. Seperti dikemukakan oleh Darsono (2000: 127) bahwa

    pengertian kurikulum menurut para ahli dapat dicermati seperti di bawah ini.

    a. Beauchamp, berpendapat bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis yang

    memuat rencana untuk pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah.

    b. Macdonal, mengemukakan kurikulum sebagai rencana kegiatan untuk

    menuntun pengajaran.

    c. Hilda Taba, mendefinisikan kurikulum sebagai rencana untuk

    membelajarkan peserta didik.

    d. Krugi, menguraikan bahwa kurikulum merupakan semua cara yang

    ditempuh sekolah agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang

    diinginkan.

    Pada sisi lain yaitu Pasal 1 ayat 19 UU No. 20 tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional, menerangkan bahwa kurikulum adalah

    seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

    pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

    kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Artinya

    kurikulum merupakan rencana, pengaturan tentang pelaksanaan proses belajar

  • 9

    mengajar yang akan dilaksanakan oleh guru. Kurikulum merupakan pedoman

    yang akan direalisasikan oleh guru dalam menciptakan situasi belajar.

    Atas dasar pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum

    adalah rencana kegiatan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

    pembelajaran untuk mencapai pengalaman belajar yang diinginkan.

    Kurikulum senantiasa berubah seiring dengan perkembangan zaman dan

    adanya perubahan terhadap pendidikan oleh pemerintah pusat. Kurikulum

    Pendidikan Dasar dan Menengah yang berlaku pada awalnya adalah

    Kurikulum 1994 yang ditetapkan melalui Keputusan Mendikbud No.

    060/V/1993 dan No. 061/V/1993. Setelah beberapa tahun diimplementasikan,

    pemerintah memandang perlu dilakukan kajian dan penyempurnaan sehingga

    mulai tahun 2001 Depdiknas melakukan serangkaian kegiatan untuk

    menyempurnakan Kurikulum 1994 dan melakukan rintisan secara terbatas

    untuk validasi dan mendapatkan masukan yang empiris. Kurikulum itu disebut

    dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

    Draf kurikulum hasil rintisan tersebut semula akan diberlakukan

    penerapannya di sekolah-sekolah mulai tahun ajaran 2004/2005. Namun

    dengan lahirnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

    Pendidikan, maka draf kurikulum tersebut perlu disesuaikan kembali. Adapun

    penyempurnaan kurikulum selanjutnya dilakukan oleh Badan Standar

    Nasional Pendidikan (BSNP). Dengan mengacu pada UU No. 20 Tahun 2003

    tentang Sisdiknas, PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP, Permen Diknas No.

  • 10

    22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Permen Diknas No. 23 Tahun 2006

    tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permen Diknas No.24 Tahun 2006

    tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, selanjutnya

    BSNP menggagas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

    merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004. KTSP adalah kurikulum

    operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

    pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

    kalender pendidikan, dan silabus. Adapun KTSP mulai diterapkan pada tahun

    pelajaran 2006/2007 bagi Sekolah Standar Nasional (SSN), Sekolah Nasional

    Berstandar Internasional (SNBI), dan bagi sekolah yang telah siap. Pada tahun

    2009/2010 diharapkan semua sekolah telah melaksanakan KTSP

    (Puskur Balitbang, 2006).

    B. Konsep Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

    1. Pengertian dan Dimensi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    Di dalam kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan

    Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan dijelaskan bahwa

    mata pelajaran kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang

    ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang

    memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, menguasai

    pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sesuai dengan konsep dan

    prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sehubungan dengan itu, dinyatakan

    bahwa mata pelajaran kewarganegaraan mencakup tiga dimensi yaitu:

  • 11

    1. dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge) yang

    mencakup bidang politik, hukum dan moral, meliputi pengetahuan

    tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan

    non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasar hukum dan

    peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasioanal,

    hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, hak sipil dan hak

    politik;

    2. dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skill) yang meliputi

    keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Misalnya dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society),

    keterampilan mempengruhi dan memonitoring jalannya pemerintahan,

    dan proses pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan

    masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan

    mengelola konflik;

    3. dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) yang mencakup

    kepercayaan diri, komitmen, penguasaan atas nilai-nilai religi,

    toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, keberbasan pers,

    kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap

    minoritas (Depdiknas).

    2. Hakikat Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    Kewarganegaraan (citizenship) adalah mata pelajaran yang

    memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,

    sosio-kultural, bahas, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara

  • 12

    Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang

    diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2002).

    3. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Kewarganegaraan

    Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk

    membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia

    kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam

    kebiasaan berfikir sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

    Tujuan mata pelajaran kewarganegaraan adalah untuk memberikan

    kompetensi-kompetensi sebagai berikut.

    a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menggapai isu

    kewarganegaraan;

    b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak

    secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

    bernegara;

    c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk riri

    berdasarkan pada karakter-karakter Indonesia agar dapat hidup

    bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; dan

    d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

    langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

    informasi dan komunikasi (Depdiknas, 2002).

    4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

    meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

  • 13

    a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam

    perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,

    Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

    Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara

    Kesatuan Republik Indonsia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

    b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan

    keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,

    Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan

    berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional,

    Hukum dan peradilan internasional

    c. Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

    kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional

    HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

    d. Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, harga diri

    sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan

    mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

    Persamaan kedudukan warga negara

    e. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

    yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di

    Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

    f. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dengan

    kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat,

    Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi

  • 14

    menuju masyarakat madani., Sistem pemerintahan, Pers dalam

    masyarakat demokrasi

    g. Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

    ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,

    Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,

    Pancasila sebagai ideologi terbuka

    h. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar

    negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan

    internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi

    globalisasi.

    5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn

    Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

    dinyatakan bahwa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata

    pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan minimal harus ada dalam Standar

    Isi (Permen diknas No. 22 Tahun 2006). Adapun Standar Kompetensi dan

    Kompetensi Dasar mata pelajaran PKn kelas X, kelas XI, dan kelas XII

    lebih lanjut dapat dilihat dalam lampiran.

    C. Konsep Pembelajaran

    1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

    Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

    pengalaman. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas

    daripada itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil

  • 15

    latihan, melainkan perubahan kelakuan yang meliputi aspek-aspek seperti

    pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, apresiasi, emosional, hubungan

    sosial, jasmani, budi pekerti (etika), sikap dan lain-lain. Kalau seseorang

    telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah satu

    atau beberapa aspek tingkah laku tersebut (Hamalik, 2002: 36).

    Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian

    pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian

    rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

    Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut.

    a. Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru

    membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

    lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon

    (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang

    berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).

    b. Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara

    guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat

    mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.

    c. Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha

    guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa,

    sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi

    suatu gestalt (pola bermakna).

  • 16

    d. Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah

    memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran

    dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

    2. Ciri-ciri Pembelajaran

    Darsono (2002: 65) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran sebagai

    berikut.

    a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncana secara sistematis

    b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa

    dalam belajar

    c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan

    menantang bagi siswa

    d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan

    menyenangkan bagi siswa

    e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

    menyenangkan bagi siswa

    f. Pembelajaran dapat membuat siswa menerima pelajaran, baik secara

    fisik dan psikologis.

    3. Tujuan Pembelajaran

    Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil

    pendidikan yang diinginkan. Didalamnya terkandung tujuan yang menjadi

    target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan

    pengalaman-pengalaman belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan

    yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran

  • 17

    pasti mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu pada

    siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu

    tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah

    laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau

    norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa

    (Darsono, 2002: 24-26).

    D. Konsep Pembelajaran Kontekstual

    1. Pengertian Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran

    J.R. David dalam Wina Sanjaya (2006: 124) menjelaskan bahwa,

    dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran diartikan sebagai

    perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di disain untuk

    mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang perlu dicermati

    dari pengertian strategi pembelajaran tersebut. Pertama, strategi

    pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk

    penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan

    dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai

    pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan.

    Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari

    semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh

    sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang

    jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya

    dalam implementasi suatu strategi.

  • 18

    Adapun upaya pengimplementasian rencana yang sudah disusun

    dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal disebut dengan

    metode. Pengertian strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk

    pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode

    adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.

    Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah

    pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan

    strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak

    atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Oleh karenanya

    strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau

    tergantung dari pendekatan tersebut. Menurut Roy Killen (1998) ada dua

    pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru

    (teacher-centred-approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa

    (student-centred-approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru

    menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran deduktif atau

    pembelajaran ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang

    berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan

    inquiry serta pembelajaran induktif (Sanjaya, 2006: 124-125).

    2. Hakikat Pendekatan dan Pembelajaran Kontekstual

    Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran

    yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam

    proses belajar, agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa

    mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual

  • 19

    merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan,

    memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik

    dalam berbagai macam tatanan kehidupan, baik di sekolah maupun di luar

    sekolah (Nurhadi, 2002: 4).

    Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

    adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

    yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

    membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

    penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan

    tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme

    (Contrucivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),

    masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),

    refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)

    (Depdiknas, 2003: 3).

    3. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

    Menurut Nurhadi (2002: 20) ada beberapa karakter pembelajaran

    berbasis kontekstual, yaitu:

    a. adanya kerjasama, sharing dengan teman dan saling menunjang;

    b. siswa aktif dan kritis, belajar dengan bergairah, menyenangkan dan

    tidak membosankan, serta guru kreatif;

    c. pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber;

    d. dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa; dan

  • 20

    e. laporan kepada orang tua bukan sekedar rapor tetapi hasil karya siswa,

    laporan praktikum, dan karangan siswa.

    4. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

    Ada perbedaan pokok antara pembelajaran CTL dan pembelajaran

    konvensional. Dibawah ini dijelaskan perbedaan kedua model tersebut

    dilihat dari konteks tertentu.

    a. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa

    berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara

    menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam

    pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar

    yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

    b. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok

    seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi.

    Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak

    belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal

    materi pelajaran.

    c. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; sedangkan

    dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui

    latihan-latihan.

    d. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan

    diri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia

    menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat;

    sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku

  • 21

    individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu

    tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar

    untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

    e. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu

    berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab

    itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat

    pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal

    ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut

    dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

    f. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor

    dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing;

    sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu

    jalannya proses pembelajaran.

    g. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja

    dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan;

    sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya

    terjadi di dalam kelas.

    h. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek

    perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran

    diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil

    karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain

    sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional

    keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur dari tes.

  • 22

    Beberapa perbedaan pokok diatas, menggambarkan bahwa CTL

    memang memiliki karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun

    proses pelaksanaan dan pengelolaannya (Sanjaya, 2006: 260).

    5. Peran Guru dalam Pembelajaran Kontekstual

    Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan

    kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai

    sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya

    menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur

    lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

    belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat

    menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran

    secara keseluruhan (Mulyasa, 2005: 102-104).

    Agar pelaksanaan pembelajaran kontekstual lebih efektif, maka

    guru perlu melaksanakan hal-hal sebagai berikut.

    1. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran

    perkembangan mental siswa.

    2. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung.

    3. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.

    4. Mempertimbangkan keragaman siswa.

    5. Memperhatikan multi-intelegensia siswa.

    6. Menggunakan teknik-teknik bertanya yang meningkatkan

    pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan

    keteampilan berpikir tinggi.

  • 23

    7. Menerapkan penilaian autentik yang akan mengevaluasi pengetahuan

    dan berpikir kompleks seorang siswa, daripada hanya sekedar

    hafalan informasi faktual (Nurhadi, 2003: 20-21).

    E. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual

    1. Perencanaan Pembelajaran Kontekstual

    Rencana pembelajaran adalah keseluruhan proses analisis

    kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan sistem penyampaiannya

    untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan belajar, termasuk

    didalamnya pengembangan paket pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

    uji coba dan revisi paket pembelajaran, dan terakhir mengevaluasi

    program dan hasil belajar (Dirjen dikdasmen, 2003: 6).

    Gafur (2003: 22) menjelaskan bahwa dalam menyusun disain

    pembelajaran atau merencanakan kegiatan pembelajaran, perlu menjawab

    tiga pertanyaan pokok: (1) kompetensi apakah yang akan diajarkan; (2)

    bagaimana cara memberikan pengalaman belajar untuk mencapai

    kompetensi tersebut; dan (3) bagaimana mengetahui bahwa kompetensi

    yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa. Pertanyaan pertama kompetensi

    apakah yang akan diajarkan menyangkut tujuan dan materi pelajaran;

    pertanyaan kedua menyangkut strategi, metode, media, dan lingkungan

    pembelajaran; sedangkan pertanyaan ketiga menyangkut masalah evaluasi

    atau penilaian.

    Guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan

    mengajar yang baik, logis dan sistematis. Karena disamping untuk

  • 24

    melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengemban profesional

    accountability sehingga guru dapat mempertanggungjawabkan apa yang

    dilakukannya. Persiapan mengajar yang dikembangkan guru memiliki

    makna yang cukup mendalam bukan hanya kegiatan ritmis untuk

    memenuhi kelengkapan administratif, tetapi merupakan cerminan dari

    pandangan, sikap dan keyakinan profesional guru mengenai apa yang

    terbaik untuk peserta didiknya. Oleh karena itu, setiap guru harus

    memiliki persiapan mengajar yang matang sebelum melaksanakan

    pembelajaran, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis (Mulyasa,

    2005: 82).

    2. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual

    Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari

    penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama

    itu adalah sebagai berikut ini.

    a. Konstruktivisme (constructivism)

    Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

    pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

    pengalaman. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep

    atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

    mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

    pengalaman nyata. Dalam hal ini anak akan belajar lebih bermakna

    dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi

    sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

  • 25

    b. Menemukan (inquiry)

    Komponen kedua dalam CTL adalah inkuiri. Artinya, proses

    pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan. Pengetahuan

    bukanlah sejumlah fakta dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses

    menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan,

    guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,

    akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat

    menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Adapun langkah-

    langkah kegiatan inquiry yaitu: (1) merumuskan masalah; (2)

    mengumpulkan data melalui observasi; (3) menganalisis dan

    menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan, tabel dan karya

    lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya

    pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.

    c. Bertanya (questioning)

    Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab

    pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dan

    keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan

    mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam

    pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi

    begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan

    sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui

    pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan

    siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

  • 26

    d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

    Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil

    pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.

    Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam

    kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang

    terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing

    dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu

    memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki

    pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain.

    e. Pemodelan (modeling)

    Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang

    dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para

    siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar

    siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,

    pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Guru memberi

    model tentang bagaimana cara belajar . Dalam pembelajaran

    kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang

    dengan melibatkan siswa atau juga dapat didatangkan dari luar.

    f. Refleksi (reflection)

    Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari

    atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan

    dimasa yang lalu. Dalam pembelajaran kontekstual, guru perlu

    melaksanakan refleksi pada akhir program pengajaran. Adapun

  • 27

    realisasinya didalam kelas dapat berupa: (1). pertanyaan langsung

    tentang apa-apa yang diperolehnya pada hari itu; (2). catatan atau

    jurmal di buku siswa; (3). kesan dan saran siswa mengenai

    pembelajaran hari itu; (4). diskusi; (5). hasil karya; (6). cara-cara lain

    yang ditempuh guru untuk mengarahkan siswa kepada pemahaman

    mereka tentang materi yang dipelajari.

    g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

    Authentic assessment adalah proses pengumpulan berbagai data

    yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

    Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar

    bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang

    benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan

    bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera

    bisa melakukan tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari

    kemacetan belajar. Adapun prinsip yang dipakai dalam penilaian

    autentik yaitu: (a) harus mengukur semua aspek pembelajaran (proses,

    kinerja, dan produk); (b) dilaksanakan selama dan sesudah proses

    pembelajaran berlangsung; (c) menggunakan berbagai cara dan

    sumber; (d) tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian; (e)

    tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan

    kehidupan siswa yang nyata setiap hari; serta (f) penilaian harus

    menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan

    keluasannya (Nurhadi, 2003).

  • 28

    3. Penilaian Pembelajaran Kontekstual

    Penilaian adalah unsur yang penting untuk mengetahui tingkat

    keberhasilan proses belajar mengajar sekaligus sebagai umpan balik

    proses pembelajaran selanjutnya (Rohani, 2004: 168). Penilaian dalam

    pembelajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi

    juga harus dilakukan terhadap proses pembelajaran itu sendiri.

    a. Penilaian proses pembelajaran

    Penilaian terhadap proses pembelajaran dilakukan oleh guru

    sebagai bagian integral dari pembelajaran itu sendiri. Artinya penilaian

    harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan

    pengajaran. Penialaian proses bertujuan untuk menilai efektivitas dan

    efisiensi pembelajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan

    penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Adapun penilaian

    proses pembelajaran meliputi:

    1. Penilaian kemampuan peserta didik

    Penilaian terhadap kemampuan peserta didik idealnya

    menggunakan pengukuran intelegensia atau potensi yang

    dimilikinya. Namun, mengingat sulitnya alat ukur tersebut

    diperoleh guru, maka guru dapat melakukan penilaian ini dengan

    mempelajari dan menganalisis kemajuan-kemajuan belajar yang

    ditunjukkannya, misalnya analisis hasil belajar, raport dan hasil

    ulangan.

  • 29

    2. Minat, perhatian dan motivasi belajar peserta didik

    Penilaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan pengamatan

    terhadap kegiatan belajar peserta didik, kunjungan rumah, dialog

    dengan orang tuanya, dan sebagainya.

    3. Kebiasaan belajar

    Untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan belajar peserta

    didik, guru dapat menggunakan teknik pengamatan terhadap cara

    belajar, misalnya cara mengerjakan tugas, cara menjawab

    pertanyaan, cara memecahkan masalah, dan cara diskusi.

    4. Pengetahuan awal dan prasarat

    Penilaian terhadap pengetahuan awal dan prasarat dapat dilakukan

    dengan mengajukan pertanyaan yang relevan dengan bahan ajar

    yang akan diberikan kepada peserta didik.

    5. Karakteristik peserta didik

    Untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik peserta didik,

    guru perlu mengamati tingkah laku peserta didik dalam berbagai

    situasi, melakukan analisis, data pribadi, melakukan wawancara,

    dan memberikan kuesioner atau daftar isian mengenai sifat dan

    karakter peserta didik.

    b. Penilaian hasil pembelajaran

    Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan

    belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang

    telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

  • 30

    Adapun penilaian hasil pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal

    sebagai berikut.

    1. Sasaran penilaian

    Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah

    laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik

    secara seimbang.

    2. Alat penilaian

    Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif yang meliputi

    tes dan bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang

    objektif.

    3. Prosedur pelaksanaan tes

    Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dalam bentuk tes

    formatif yakni pada akhir pengajaran, dan tes sumatif yakni pada

    akhir suatu program atau pertengahan program.

    F. Kerangka Berfikir

    Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

    mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah

    menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran Pendidikan

    Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

    pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia,

    suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan

    berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

  • 31

    Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

    pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih

    berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan ceramah menjadi

    pilihan utama strategi pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah strategi

    belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang

    tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang

    mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

    Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa

    anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan

    lebih bermanfaat jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan

    mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi

    terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal

    dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

    panjang.

    Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau

    yang sering disingkat CTL merupakan salah satu strategi belajar yang

    diharapkan mampu mengefektifkan proses belajar mengajar dimana proses

    pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

    mengalami, bukan transfer pengetahuan guru ke siswa. Sehingga pada

    akhirnya pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

    Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran kontekstual, dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

  • 32

    1. Tahap pertama, yaitu guru melakukan persiapan dan perencanaan yang

    matang sebelum pembelajaran kontekstual dilaksanakan yang meliputi

    kesiapan guru dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran, media

    pembelajaran yang akan digunakan, dan pemilihan metode.

    2. Tahap kedua, yaitu melaksanakan pembelajaran kontekstual dimana guru

    mengaitkan materi pelajaran dengan pembelajaran kontekstual yang

    meliputi: konstruktivisme (constructivism); menemukan (inquiry);

    bertanya (questioning); masyarakat belajar (learning community);

    pemodelan ( modelling); refleksi (reflection); dan penilaian yang

    sebenarya (authentic assessment). Dalam tahap ini siswa melaksanakan

    pembelajaran kontekstual secara individu maupun kelompok. Guru harus

    dapat merencanakan kegiatan siswa yang harus dilakukan oleh siswa,

    misalnya siswa harus observasi ke lapangan, wawancara atau pemodelan

    dalam kelas yang kesemuanya itu terungkap dalam Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru sebelumnya.

    3. Tahap ketiga, yaitu guru melakukan penilaian baik selama proses

    pembelajaran maupun setelah pembelajaran berlangsung.

    4. Tahap keempat, yaitu setelah melaksanakan penilaian maka guru akan

    memperoleh hasil akhir pembelajaran. Guru menganalisis nilai-nilai yang

    sudah masuk untuk disimpulkan siswa yang lulus atau belum lulus

    kompetensi. Bagi siswa yang telah lulus kompetensi guru bisa saja

    mengadakan pengayaan, dan bagi siswa yang belum lulus kompetensi,

    maka guru harus membuat rencana remidial. Tentunya dengan

  • 33

    perencanaan yang lebih baik lagi dan disesuaikan dengan peserta didik

    agar dapat lulus kompetensi.

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Dasar Penelitian

    Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang bermaksud menemukan

    kebenaran (Rachman, 1999:2). Penemuan kebenaran melalui kegiatan

    penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penelitian kuantitatif

    dan penelitian kualitatif.

    Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2004:4) mendefinisikan metode

    kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

    diamati. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian

    kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Pendekatan

    deskriptif analisis adalah suatu pengumpulan data secara kaya dari suatu

    fenomena yang ada untuk dianalisis, sehingga diperoleh gambaran terhadap

    apa yang sudah diteliti. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,

    tingkah laku.

    B. Lokasi Penelitian

    Penetapan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka

    mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Oleh karena itu, maka lokasi

    penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitin ini, lokasi yang

    peneliti pilih adalah SMA Negeri I Banjarnegara. Pemilihan lokasi di SMA

    Negeri I Banjarnegara karena di sekolah tersebut, pelaksanaan pembelajaran

  • 35

    kontekstual dilaksanakan pada semua mata pelajaran termasuk mata pelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan. Kurikulum yang digunakanpun telah

    disesuaikan dengan kurikulum yang saat ini berlaku yaitu Kurikulum Tingkat

    Suatu Pendidikan (KTSP). Disamping itu, karena SMA Negeri I Banjarnegara

    merupakan salah satu SMA favorit yang ada di Kabupaten Banjarnegara.

    C. Fokus Penelitian

    Penentuan fokus penelitian memiliki dua tujuan. Pertama, penetapan

    fokus dapat membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang

    inkuiri. Kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-

    eksklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi yang baru diperoleh di

    lapangan (Moleong, 2004:92).

    Di dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah

    pelaksanaan pembelajaran kontekstual oleh guru PKn di SMA Negeri I

    Banjarnegara yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

    1. Persiapan pembelajaran kontekstual yang akan diteliti:

    a. pembuatan perangkat pembelajaran;

    b. persiapan media pembelajaran yang akan digunakan; dan

    c. pemilihan metode yang akan digunakan.

    2. Proses pembelajaran kontrekstual yang akan diteliti:

    a. cara mengajar guru;

    b. cara guru menyampaikan materi; dan

    c. cara guru memberikan stimulus kepada siswa.

  • 36

    3. Sistem penilaian pembelajaran kontekstual yang akan diteliti:

    a. ulangan harian;

    b. tugas-tugas terstruktur;

    c. catatan perilaku harian; dan

    d. laporan kegiatan siswa.

    D. Sumber Data Penelitian

    1. Jenis Data

    Sejalan dengan tujuan penelitian serta pendekatan yang digunakan

    maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak

    berbentuk kata-kata, tingkah laku, keadaan dan fenomena-fenomena yang

    terjadi. Kata-kata, tingkah laku atau tindakan serta fenomena-fenomena

    yang dihimpun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan

    proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PKn di SMA Negeri I

    Banjarnegara.

    2. Sumber Data

    Sumber data utama dalam penelitian ini adalah guru PKn di SMA

    Negeri I Banjarnegara serta siswa dan para pelaku kegiatan sekolah yang

    lainnya dengan harapan dapat memberikan informasi dan keterangan-

    keterangan yang memadai sesuai dengan aspek kajian yang dirumuskan.

    Guna melengkapi dan mendukung sumber data utama digunakan

    sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen serta arsip-arsip

    yang terdapat di sekolah seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan

  • 37

    Pembelajaran, Daftar Nilai beserta komponen lainnya untuk dijadikan

    bahan studi kelayakan.

    E. Metode Pengumpulan Data

    Penelitian disamping dengan menggunakan metode yang tepat, juga

    perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan (Rachman,

    1999:77). Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat

    memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Adapun metode yang

    digunakan untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembelajaran

    kontekstual oleh guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara adalah:

    1. Metode Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data

    mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

    kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger agenda, dan sebagainya

    (Arikunto, 1997:206). Metode ini digunakan untuk memperoleh data

    mengenai perangkat pembelajaran guru, daftar nama siswa kelas X dan

    daftar nama guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara.

    2. Metode Wawancara

    Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

    Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

    yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

    membeikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004:186). Wawancara

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan

    menggunakan alat bantu yaitu pedoman wawancara.

  • 38

    Wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang

    pelaksanaan pembelajaran kontekstual oleh guru PKn di SMA Negeri I

    Banjarnegara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpul

    data yang berupa pertanyaan yang ditujukan pada guru PKn dan siswa.

    3. Metode Observasi

    Metode observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

    secara langsung terhadap fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan

    pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek dengan

    menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan

    melalui penglihatan, penciuman, pendengaran dan pengecap (Arikunto,

    1997:204).

    Metode ini digunakan untuk memperoleh data variabel proses

    pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan pendekatan

    kontekstual yang berupa lembar observasi atau lembar pengamatan yang

    terdiri dari lembar pengamatan silabus, lembar pengamatan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh guru, dan lembar pengamatan

    komponen pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran Pendidikan

    Kewarganegaraan.

    F. Validitas Data Penelitian

    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

    kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila

    mampu mengukur apa yang hendak diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid

    apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

  • 39

    Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

    terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud

    (Arikunto, 2004:144).

    Pemeriksaan keabsahan data diterapkan dalam membuktikan hasil

    penelitian dengan kenyataan yang ada dalam lapangan. Lincoln dan Guba

    dalam bukunya Moleong (2004:176) untuk memeriksa keabsahan pada

    penelitian kualitatif maka digunakan taraf kepercayaan data dengan teknik

    triangulasi.

    Teknik pemeriksaan data ini memanfaatkan sesuatu yang lain untuk

    keperluan pengecekan atau membandingkan triangulasi dengan sumber data

    dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut ini.

    1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

    2. Membandingkan yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

    dikatakannya secara pribadi

    3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

    penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

    4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

    pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

    berpendidikan, pejabat pemerintah

    5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

    berkaitan.

    Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan kelimanya

    untuk membandingkan. Peneliti hanya menggunakan: (1). membandingkan

  • 40

    data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; dan (2). membandingkan

    hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

    G. Metode Analisis Data

    Analisis data adalah proses pengorganisasian dan mensyaratkan data

    kedalam pola, kategori, dan satuan ukuran dasar sehingga ditemukan hipotesis

    kerja seperti yang didasarkan oleh data. Menurut Milles dan Huberman dalam

    bukunya Maman Rachman (1999:20) ada dua metode analisis data:

    Pertama, model analisis mengalir, dimana tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi) dilakukan saling menjalin dengan proses pengumpulan data dan mengalir bersamaan.

    Kedua, model analisis interaksi, dimana komponen reduksi data dan sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan) berinteraksi.

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode yang kedua dari

    penjelasan diatas yaitu menggunakan model analisis interaksi untuk

    menganalisis data hasil penelitiannya. Data yang diperoleh dari lapangan

    berupa data kualitatif dan data tersebut diolah dengan model interaksi. Adapun

    langkah-langkah dalam model interaksi adalah sebagai berikut.

    1. Pengumpulan data

    Dalam hal ini peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa

    adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan, yaitu

    pencatatan data yang diperlukan terhadap berbagai jenis data dan berbagai

    bentuk data yang ada di lapangan serta melakukan pencatatan di lapangan.

  • 41

    2. Reduksi data

    Reduksi yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang

    muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu

    bentuk analisis yang manajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan

    membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sekunder

    sedemikian rupa sehingga dapat ditarik dan diverifikasi (Milles, 1992:

    15 16).

    3. Penyajian data

    Penyajian data yaitu sekumpulan informasi yang tersusun yang

    memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

    tindakan. Penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan

    kolom-kolom dalam sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan

    jenis dan bentuk data yang dimasukkan dalam kotak-kotak matriks (Milles,

    1992:17-18).

    4. Verifikasi data

    Verifikasi data adalah penarikan kesimpulan oleh peneliti

    berdasarkan analisis data penelitian. Kesimpulan adalah suatu tinjauan

    ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau

    sebagaimana yang timbul dari data yang harus diuji kebenarannya,

    kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan validitasnya (Milles,

    1992:19). Tahap analisis data dapat dilihat pada bagan berikut ini:

  • 42

    Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling

    mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di

    lapangan dengan mengadakan wawancara atau observasi yang disebut

    tahap pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak maka

    diadakan reduksi data. Setelah direduksi kemudian diadakan sajian data,

    selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila

    ketiga tersebut selesai dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau

    verifikasi.

    H. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian ini dilakukan meliputi 3 (tiga) tahap yaitu:

    1. Tahap pra penelitian

    Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan skripsi, membuat

    instrumen penelitian dan membuat surat ijin penelitian.

    2. Tahap penelitian

    a. Pelaksanaan penelitian, yaitu mengadakan observasi pendahuluan di

    SMA Negeri I Banjarnegara;

    b. Pengamatan secara langsung yang dilaksanakan di SMA Negeri I

    Banjarnegara mengenai pelaksanaan pembelajaran kontekstual oleh

    guru PKn; dan

    Pengumpulan Data

    Reduksi Data Penyajian Data

    Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

  • 43

    c. Kajian pustaka yaitu pengumpulan data dari informasi dan buku-buku.

    3. Tahap pembuatan laporan

    Dalam tahap ini peneliti menyusun data hasil penelitian untuk

    dianalisis kemudian di deskripsikan sebagai suatu pembahasan dan

    terbentuk suatu laporan hasil penelitian.

  • 44

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Tinjauan Umum Sekolah yang Diteliti

    a. Visi dan Misi

    SMA Negeri I Banjarnegara berdiri sejak tanggal 1 Agustus

    1961. Dalam usianya yang telah lebih dari 40 tahun tersebut, SMA

    Negeri I Banjarnegara telah menempatkan dirinya sebagai salah satu

    sekolah yang menjadi dambaan dan harapan warga masyarakat

    Banjarnegara khususnya dan Jawa Tengah umumnya. Dambaan

    tersebut mengandung arti suatu tuntutan agar semua pelaksana

    kependidikan di SMA Negeri I Banjarnegara harus selalu

    meningkatkan kwalitas dan kinerjanya agar SMA Negeri I

    Banjarnegara selalu menjadi sekolah terbaik mutunya dalam

    mengelola kegiatan kependidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun

    2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian diikuti

    dengan peraturan pelaksanaannya dengan perkembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta kesenian di era globalisasi dewasa ini

    semakin mempertegas tuntutan diatas dan bahwa lulusan SMA Negeri

    I Banjarnegara harus memiliki kemampuan lebih dalam segala bidang

    moral maupun akademis/non akademis.

  • 45

    Untuk mewujudkan tujuan diatas sekaligus merespon kebijakan

    pemerintah di era reformasi yaitu Otonomi Daerah dibidang

    pendidikan yang diberlakukan di seluruh Indonesia SMA Negeri I

    Banjarnegara menetapkan Visi sekolah Teguh dalam iman dan taqwa,

    Optimis dalam menghadapi tantangan serta Prestasi yang unggul. Jika

    disingkat Visi tersebut berbunyi TOP yang artinya SMA Negeri I

    Banjarnegara akan berusaha sekuat tenaga supaya menjadi TOP,

    menjadi yang teratas baik dalam bidang akademik maupun non

    akademik, semua warganya mempunyai akhlak yang mulia dan

    tanggung menghadapi segala tantangan. Dengan Visi ini, semua warga

    sekolah diharapkan memiliki arah kedepan yang jelas dan memiliki

    motivasi yang kuat dalam rangka mendukung tercapainya Visi tersebut

    melalui Misi yang jelas yang akan dilakukan. Indikator Visi tersebut

    adalah sebagai berikut.

    1) Luas dalam wawasan keilmuan agama.

    2) Unggul dalam aktivitas keagamaan.

    3) Unggul dalam persaingan SPMB.

    4) Unggul dalam perolehan ujian nasional.

    5) Unggul dalam kegiatan ilmiah remaja.

    6) Unggul dan lomba olahraga.

    7) Unggul dalam kedisiplinan.

    8) Unggul dalam lomba keterampilan berbahasa.

    9) Unggul dalam lomba kesenian.

    10) Unggul dalam lomba keterampilan.

  • 46

    Berdasarkan pada Visi sekolah yang dilengakapi dengan

    indikator diatas, segenap warga SMA Negeri I Banjarnegara

    diharapkan mempunyai gambaran yang jelas tentang keberadaanya di

    masa depan dengan meningkatkan dedikasi dan loyalitas, kerjasama

    yang baik antara segenap tenaga kependidikan, siswa-siswi dan

    masyarakat. Dengan Visi diatas itu, ditetapkan Misi yang jelas sebagai

    berikut.

    1) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut

    sehingga menjadi sumber kearifan dan kebijakan dalam bertindak.

    2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga

    siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang

    dimiliki.

    3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi

    dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

    4) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi

    dirinya melalui kegiatan olahraga, kesenian, keterampilan

    komputer dan keterampilan berbahasa asing khususnya bahasa

    Inggris.

    5) Membiasakan warga sekolah khususnya para siswa untuk selalu

    berdisiplin.

    6) Menerapkan managemen partisipasi dengan melibatkan seluruh

    warga sekolah dan pelanggaran sekolah.

  • 47

    7) Mendorong warga sekolah khususnya para siswa untuk

    mngembangkan budaya gemar membaca dan menulis.

    2. Perencanaan Pembelajaran Kontekstual

    Persiapan atau perencanaan merupakan faktor yang sangat

    mendukung dan memegang peranan yang sangat penting untuk dapat

    melaksanakan suatu pembelajaran yang baik dan untuk dapat menciptakan

    sebuah kondisi yang kondusif yang dalam kegiatan belajar mengajar dapat

    mendorong peserta didik untuk dapat lebih mudah menguasai sejumlah

    kompetensi sebagaimana yang termuat dalam kurikulum. Berkenaan

    dengan hal tersebut, maka guru SMA Negeri I Banjarnegara termasuk

    guru PKn dituntut untuk dapat mempersiapkan sebaik mungkin segala

    sesuatu yang sekiranya perlu dalam sebuah proses belajar mengajar.

    Adapun hasil dari pengamatan yang peneliti lakukan di SMA Negeri I

    Banjarnegara, sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru

    membuat perangkat pembelajaran yang meliputi program tahunan,

    program semester, perhitungan minggu efektif, pengembangan silabus dan

    sistem penilaian, serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

    Pembuatan perangkat pembelajaran dilakukan sebagai langakah

    awal guru agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

    Dalam pembuatan perangkat pembelajaran, guru PKn di SMA Negeri I

    Banjarnegara pada dasarnya tidak mengalami kesulitan. Hanya saja

    seringkali guru membuat perangkat pembelajaran karena adanya tuntutan

  • 48

    atau kewajiban dari pihak sekolah. Sehingga perangkat pembelajaran yang

    seharusnya sudah jadi diawal semester sebelum dimulai kegiatan belajar

    mengajar, terkadang baru jadi sesaat setelah berlangsung kegiatan belajar

    mengajar.

    Untuk perangkat pembelajaran selain silabus, guru membuat

    sendiri dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP) dan kalender pendidikan yang telah ditetapkan oleh pihak

    sekolah. Adapun perangkat pembelajaran tersebut bersifat kondisional.

    Artinya rencana atau program yang telah dibuat oleh guru terkadang tidak

    sesuai dengan waktu atau pelaksanaan yang telah ditentukan dikarenakan

    suatu sebab tertentu sehingga guru perlu menyesuaikan dan

    memperhitungkan alokasi waktu untuk kegiatan belajar mengajar yang

    efektif. Sehingga pada akhirnya semua kompetensi pada mata pelajaran

    PKn dalam satu semester dapat dicapai oleh siswa.

    Mengenai eksistensi perencanaan program pembelajaran PKn di

    SMA Negeri I Banjarnegara dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

    No Program Eksistensi Keterangan 1. Program

    Tahunan Sudah dibuat

    Berisi identitas satuan pelajaran, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar, serta alokasi waktu selama 1 tahun.

    2. Program Semester

    Sudah dibuat

    Berisi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, alokasi waktu (bulan/minggu), pencapaian target pembelajaran, dan keterangan.

    3. Perhitungan Minggu Efektif

    Sudah dibuat

    Berisi jumlah minggu keseluruhan dalam 1 semester, jumlah minggu tidak efektif, dan distribusi waktu dalam 1 semester.

  • 49

    4. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian

    Sudah dibuat

    Berisi identitas satuan pelajaran, perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, sistem penilaian dan pemilihan sumber bacaan/belajar.

    5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Sudah dibuat

    Berisi identitas satuan pelajaran, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, indikator, materi pokok, strategi pembelajaran, media pembelajaran, penilaian, dan sumber bacaan/belajar.

    6. Program Pengayaan dan Remidial

    Sudah direnca-nakan

    Hanya dibuat guru jika ada siswa yang tidak tuntas belajar.

    Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai

    berikut.

    a. Program Tahunan

    Program tahunan sudah disusun oleh guru PKn dengan

    acuan kalender pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

    Program tahunan dibuat sebelum proses pembelajaran dimulai dan

    harus diserahkan terlebih dahulu kepada Kepala Sekolah untuk

    memperoleh persetujuan. Guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara

    sudah membuat program tahunan dengan baik, hal ini ditandai

    dengan format program tahunan yang dibuat sudah sesuai dengan

    format yang ada dalam kurikulum yang berlaku saat ini yaitu

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Lihat lampiran 5).

  • 50

    b. Program Semester

    Sama halnya dengan program tahunan, guru sudah

    membuat program semester dengan baik, hal ini ditandai dengan

    program semester yang dibuat sudah memuat mengenai Standar

    Kompetensi dan Kompetensi Dasar, alokasi waktu (bulan/minggu),

    pencapaian target pembelajaran, dan keterangan. Program semester

    juga telah diserahkan kepada Kepala Sekolah dan telah

    memperoleh persetujuan sebelum digunakan untuk mengajar (lihat

    lampiran 6).

    c. Perhitungan Minggu Efektif

    Perhitungan minggu efektif diperoleh dari jumlah minggu

    keseluruhan dalam satu semester dikurangi jumlah minggu tidak

    efektif dalam satu semester. Misalnya dalam satu semester terdiri

    dari 6 bulan (20 minggu), sedangkan minggu tidak efektif yaitu

    untuk ulangan umum, ulangan blok, persiapan pembagian raport,

    dan cadangan selama 5 minggu, maka dalam 20 minggu dipotong 5

    minggu. Sehingga jumlah mingggu yang efektif untuk kegiatan

    belajar mengajar sebanyak 15 minggu. Adapun perhitungan

    minggu efektif tersebut kemudian dibuat distribusi waktu untuk

    masing-masing Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar (lihat

    lampiran 7).

  • 51

    d. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian

    Didalam penyusunan dan pengembangan silabus, guru Pkn

    diberi kewenangan yang cukup luas untuk mengembangkan silabus

    yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah serta

    karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik, namun

    pengembangan silabus di SMA Negeri I Banjarnegara dilakukan

    dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Adapun

    indikator ketercapaian materi pelajaran dalam silabus PKn di SMA

    Negeri I Banjarnegara meliputi beberapa aspek diantaranya

    kemampuan siswa dalam menganalisis, menguraikan,

    menyimpulkan, menunjukkan, menerapkan mendeskripsikan dan

    juga mensimulasikan. (lihat lampiran 9).

    e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara sudah membuat

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan baik. Hal ini

    ditandai dengan guru mengembangkan RPP dari setiap pokok

    bahasan / Standar Kompetensi yang akan disampaikan. Selain itu,

    format desain pembelajaran yang dibuat oleh guru sudah memuat

    identitas satuan pelajaran (sekolah, mata pelajaran, kelas/semester)

    dan isi yaitu Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator,

    alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode, strategi

    pembelajaran, sumber dan media belajar serta penilaian hasil

    belajar. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang muncul

  • 52

    dalam RPP yang dibuat oleh guru PKn di SMA Negeri I

    Banjarnegara mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup

    yang pengalokasian waktunya disesuaikan dengan pokok bahasan

    yang ada. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran 8.

    f. Program Pengayaan dan Remidial

    Guru memberikan perlakuan khusus bagi siswa yang

    mendapat kesulitan belajar melalui kegiatan remidial. Untuk

    program remidial ini, guru PKn di SMA Negeri I Banjarnegara

    mengadakan di setiap akhir ulangan baik ulangan blok maupun

    ulangan akhir semester. Sedangkan bagi siswa yang telah tuntas

    belajar diberikan kesempatan untuk mempertahankan kecepatan

    belajarnya yang diatas rata-rata dengan melalui kegiatan

    pengayaan.

    3. Proses Pembelajaran Kontekstual

    Berdasarkan hasil pengamatan kelas yang peneliti lakukan dari

    tanggal 2 sampai 14 April 2007 di SMA Negeri I Banjarnegara, dapat

    diuraikan bahwa suasana kelas saat proses pembelajaran PKn berlangsung

    cukup baik. Kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan guru yaitu

    memberikan motivasi kepada siswa dengan cara menggali pengetahuan

    siswa tentang topik yang telah diberikan maupun tentang topik yang akan

    diberikan. Seperti yang peneliti amati pada saat guru memberikan materi

    pokok bahasan Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara dalam

    Berbagai Aspek Kehidupan.

  • 53

    Awal pertemuan, guru sedikit mengulang materi yang telah

    diberikan pada pertemuan sebelumnya dengan pertanyaan-pertanyaan

    singkat, dimana pertanyaan yang diberikan guru hampir semua dapat

    dijawab oleh siswa dengan benar meskipun siswa tidak menjawab jika

    tidak ditunjuk oleh guru.

    Memasuki topik baru, guru memberikan ilustrasi atau gambaran

    nyata mengenai bagaimana cara memperoleh status warga negara dan

    hilangnya status warga negara. Secara serempak dan tidak beraturan

    sebagian besar siswa menjaw