Skripsi Penina Alom

109
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DISTRIK IWAKA KABUPATEN MIMIKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu (S-1) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Muhammadiyah Jayapura Disusun Oleh PENINA ALOM NIM. 20102059 SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI (STIKOM) MUHAMMADIYAH JAYAPURA 2014

description

Ilmu Komunikasi

Transcript of Skripsi Penina Alom

Page 1: Skripsi Penina Alom

EFEKTIFITAS

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DALAM MENINGKATKAN KINERJA

PEGAWAI DISTRIK IWAKA KABUPATEN

MIMIKA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu (S-1)

Pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM)

Muhammadiyah Jayapura

Disusun

Oleh

PENINA ALOM

NIM. 20102059

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI

(STIKOM) MUHAMMADIYAH

JAYAPURA

2014

Page 2: Skripsi Penina Alom

i

LEMBAR PERSETUJUAN

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DISTRIK IWAKA

KABUPATEN MIMIKA

Diajukan Sebagai Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Pada STIKOM Muhammadiyah Jayapura

Disusun oleh :

PENINA ALOM

NIM. 20102059

Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1)

Program Studi Ilmu Komunikasi

Telah diuji di depan dewan penguji,

Dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Jayapura, 13 Oktober 2014

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd. Eko Priyo Utomo, M.I.Kom.

NIDN. NIDN. 1210048601

Mengetahui,

Program Studi Ilmu Komunikasi

Ketua,

Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM

NIDN.

Page 3: Skripsi Penina Alom

ii

LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DISTRIK IWAKA

KABUPATEN MIMIKA

Disusun oleh :

PENINA ALOM

NIM. 200911023

Telah dipresentasikan dan disahkan oleh tim penguji

Ujian skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi (S-1)

Ketua : Syukri, S.Sos.,M.Si

………………….

Sekretaris : Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM

………………….

Anggota 1 : Drs. Rusdi Anwar, MM

………………….

2 :

Eko Priyo Utomo, M.I.Kom

………………….

Mengesahkan Menyetujui

STIKOM Muhammadiyah Program Studi Ilmu Komunikasi

Ketua, Ketua,

Syukri, S.Sos.,M.Si Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM

NIDN. 1218067601 NIDN.

Page 4: Skripsi Penina Alom

iii

LEMBAR MOTO DAN PENGESAHAN

MOTTO :

“Penderitaanku selalu datang dan pergi silih berganti dalam hidupku, namun Tuhan adalah penopang dan memberi kekuatan imanku Dia menjadi sahabat hidupku, Tuhan memberi wakilnya yaitu ayah dan ibuku yang telah melahirkan aku dan membimbingku dengan kasih sayang”

PERSEMBAHAN :

Karya ini dipersembahkan kepada

1. Kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM)

Muhammadiyah Jayapura Bapak Syukri, S.Sos.,M.Si

2. Kepada Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Bapak Idris Firmansyah

Reliubun, S.Pd.,MM yang dengan sabar melayani mahasiswa terkait

dengan perkuliahan

3. Kepada Dosen Pembimbing 1, Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM dan

dosen pembimbing 2, Eko Priyo Utomo, M.I.Kom yang telah banyak

memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis

4. Kepada bapak dan ibu dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi

(STIKOM) Muhammadiyah Jayapura

5. Seluruh rekan-rekan angkatan 2010 Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi

(STIKOM) Muhammadiyah Jayapura yang telah memberikan warna bagi

penulis selama mengikuti perkuliahan

6. Kedua orang tuaku yang kukasihi dan seluruh keluarga kakak dan adik-

adik tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan penuli

7. Dan yang terakhir adalah seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan

secara satu-persatu.

Jayapura, Oktober 2014

Penulis

Page 5: Skripsi Penina Alom

iv

ABSTRAK

Penina Alom. Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan

Kinerja Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika (dibimbing oleh Idris

Firmansyah Reliubun dan Eko Priyo Utomo)

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektifitas Komunikasi

dalam meningkatkan kinerja pegawai di Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif

dengan penentuan narasumber atau informan dilakukan secara sengaja

(purposive). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten

Mimika. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi partisipatif, wawancara

mendalam, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal yang biasa dideskripsikan

yaitu,(1) Komunikasi interpersonal pegawai di Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,

pada saat ini masih berjalan efektif, berdasarkan lima indicator kualitas

interpersonal yaitu berkenan menerima masukan dan menyampaikan informasi

penting, menilai dan memahami sudut pandang untuk mencari

kejelasan,menghindari ungkapan evaluatif, memberikan pujian atau pengahargaan

dan menghargai perbedaan dalam mengemukakan sesuatu, Dari lima indikator di

atas, tanggapan karyawan berkenan menerima masukan dan menayampaikan

informasi penting kepada rekan kerja, sangat membantu dalam penyelesaikan

pekerjaaan. (2) Hambatan-hambatan efektifitas komunikasi interpersonal,

hambatan internal dan eksternal tidak terlalu berpengaruh, bilamana terjadi

suasana dan kondisi lingkungan tempat kerja, struktur organisasi, perilaku,

kewenangan atasan dan bawahan mengalami suatu perubahan (3) Peningkatan

kinerja, dengan indikator prestasi kerja, jenjang karier, penghargaan kinerja,

motivasi kerja, disiplin kerja dan penilaian kinerja,yang saling berhubungan ,dan

tercapai hasil yang sesuai harapan serta keinginan interpersonal pegawai di Distrik

Iwaka Kabupaten Mimika, dengan memperhatikan lima kualitas umum ektifitas

komunikasi interpersonal serta kemampuan atasan dan bawahan dapat mengatasi

faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi interpersonal.

Kata kunci : efektifitas, Komunikasi Interpersonal, Peningkatakan Kinerja.

Page 6: Skripsi Penina Alom

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Persetujuan …………………………………………………….. i

Lembar Pengesahan………………………………………………………. ii

Halaman Persembahan…………………………………………………… iii

Abstrak ……………………………………………………………………. iv

Daftar Isi…………………………………………………………………… v

Daftar Tabel ………………………………………………………………. vii

Daftar Gambar …………………………………………………………… viii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang …………………………………………………….. 1

2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 6

3. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 7

4. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori …………………………………………………….. 9

1. Pengertian Komunikasi ………………………………………… 9

2. Unsur-Unsur Komunikasi ………………………………………. 14

3. Dimensi Komunikasi……………………………………………. 15

4. Komunikasi Interpersonal ………………………………………. 18

5. Kinerja ………………………………………………………….. 24

6. Pengertian Pelayanan Umum……………………………….….. 18

B. Kerangka Pikir……………………………………………………… 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………….. 28

B. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 28

C. informan Penelitian …………………………………………………. 29

D. Jenis dan Sumber Data ……………………………………………… 31

E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 31

F. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian……………………………………………………. 35

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ………………………………. 35

a. Wilayah Administrasi Distrik Iwaka…………………………… 35

Page 7: Skripsi Penina Alom

vi

b. Kantor Distrik Iwaka ………………………………………….. 39

c. Struktur Organisasi Distrik Iwaka……………………………… 40

d. Tugas dan Fungsi Jabatan ……………………………………… 43

Efektifitas Komunikasi Interpersonal ……………………………… 49

Faktor-faktor Penghambat Efektifitas Komunikasi Interpersonal …. 67

Peningkatan Kinerja Pegawai ……………………………………… 73

B. Pembahasan ………………………………………………………. 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 96

B. Saran ……………………………………………………………….. 97

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 99

Page 8: Skripsi Penina Alom

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jarak tempuh dari dan ke ibukota Distrik Iwaka …………………. 36

Tabel 2 Jumlah Penduduk dann KK di Distrik Iwaka …………………….. 36

Tabel 3 Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) ………….. 37

Tabel 4 Data Tempat Ibadah di Distrik Iwaka …………………………….. 38

Tabel 5 Daftar Pegawai Kantor Distrik Iwaka ……………………………. 39

Tabel 6 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Keterbukaan 53

Tabel 7 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Empati …… 58

Tabel 8 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Sikap

Mendukung ………………………………………………………………… 61

Tabel 9 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Sikap Positif 64

Tabel 10 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Dimensi Sikap Kesetaraan …………………………………………………. 67

Tabel 11 Hambatan Internal Efektivitas Komunikasi Interpersonal ………. 70

Tabel 12 Hambatan Eksternal Efektivitas Komunikasi Interpersonal …….. 72

Tabel 13 Unsur Peningkatan Kinerja Prestasi Kerja ………………………. 74

Page 9: Skripsi Penina Alom

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Proses Komunikasi ………………………………………. 15

Gambar 2 Kerangka Pikir …………………………………………………. 26

Berikut gambar 3 Struktur Organisasi di Distrik Iwaka …………………… 43

Page 10: Skripsi Penina Alom

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam hidup bermasyarakat selalu melakukan kegiatan

komunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk

saling berinteraksi. Hal ini merupakan hakikat dasar manusia sebagai hasil

integrasi sosial dengan sesamanya, misalnya dalam lingkungan keluarga,

kelompok, bahkan manusia berinteraksi dalam wadah yang lebih formal maupun

informal.

Aplikasi interaksi secara formal adalah wadah dalam organisasi sebagai

sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat,

bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi merupakan

faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang

akan selalu terjadi dalam organisasi adalah proses komunikasi, karena melalui

organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Jadi, proses

komunikasi organisasi yang efektif adalah menunjang keberlangsungan

organisasi. Sebaliknya, jika proses komunikasi kurang atau tidak harmonis dapat

menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi

khususnya kesalahpahaman atau mis urderstanding.

Aktivitas komunikasi dalam organisasi, harus disesuaikan dengan

efektifitas suatu organisasi, baik di dalam maupun di luar organisasi. Dalam

Page 11: Skripsi Penina Alom

2

konteks komunikasi organisasi dapat dilihat dari aspek hubungan komunikasi

antara atasan dan bawahan, kemudian hubungan antara pegawai kepada atasan.

Ataupun hubungan antara pegawai dengan pegawai dengan pola

komunikasi yang berbeda-beda. Hubungan tersebut sebaiknya berlangsung

melalui two way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi

timbal balik. Untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk

mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai

tujuan suatu organisasi.

Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara

berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler dalam (Wursanto

2003:11), ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan

mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses

komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem)

perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang

berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai

sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun

antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang

dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.

Komunikasi yang terjadi antara pegawai, kompetensi komunikasi yang

baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya,

sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi semakin baik.

Sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya

hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acute, perbedaan pendapat atau

Page 12: Skripsi Penina Alom

3

konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada basil kerja

yang tidak maksimal.

Sumber daya manusia atau pegawai merupakan elemen utama organisasi

dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang, sebab

manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Membicarakan sumber daya

manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya

seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan pengembangan

organisasi. Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat erat sekali

sehingga sulit untuk menghindari pembicaraan secara terpisah satu dengan

lainnya.

Permasalahan masalah sumber daya manusia, menurut Sedarmayanti

(2012: 47) dapat dilihat dan dua aspek yaitu: "aspek kuantitas menyangkut jumlah

sumber daya manusia, dan aspek kualitas menyangkut kemampuan bekerja,

berfikir, dan keterampilan lain. Robbins dalam (Sedarmayanti 2012:66)

mengartikan kemampuan sebagai: ''kapasitas seorang individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan." Selanjutnya dijelaskan bahwa

kemampuankemampuan keseluruhan dan seorang individu pada hakekatnya

tersusun dari dua perangkat faktor yaitu: kemampuan intelektual dan kemampuan

fisik.

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi interpersonal

sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain

dalam bidang apapun. Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang

dilakukan bidang apapun. Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang

Page 13: Skripsi Penina Alom

4

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan cara untuk menyampaikan

dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan. Perasaan dan bahkan emosi

seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara

komunikator dan komunikan. Secara umum, definisi komunikasi interpersonal

adalah "Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang

kepada orang lain melalui suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik)

sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyampaian

pikiran-pikiran atau informasi.

Melakukan sebuah komunikasi yang baik dengan orang lain, pada

dasarnya adalah harapan setiap orang. Setiap orang meyakini bahwa komunikasi

yang baik, yang dibangun oleh setiap orang akan menjadikan hubungan diantara

pelaku komunikasi tersebut akan terjalin dengan baik pula. Dalam komunikasi

sebenarnya tidak hanya pesan yang ingin disampaikan, kepada si penerima pesan,

begitupun dalam kadar Efektifitas komunikasi interpersonal, yang menentukan

bukan hanya "content" tetapi, "relationship" juga menentukan dalam komunikasi.

Walaupun kadar hubungan interpersonal yang terjalin di dalamnya berbeda.

Mengukur prestasi kerja dapat dilakukan dengan mengukur komunikasi

secara internal di sebuah lembaga, organisasi, atau sebuah instansi pemerintahan.

Apabila setiap pegawai memiliki intensitas komunikasi yang rendah, maka tingkat

prestasi dan kinerja pegawaipun dapat dikatakan rendah pula. Namun sebaliknya,

mingkatnya intensitas komunikasi antar sesama pegawai atau interpersonal

communications akan menambah prestasi dan kinerja seluruh pegawai.

Page 14: Skripsi Penina Alom

5

Hubungan komunikasi dan prestasi kerja pada dasarnya memiliki

hubungan yang erat. Hal ini sesuai dengan keinginan pegawai dan instansi di

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika. Hal ini dikarenakan komunikasi yang

terjalin antar pegawai dalam melaksanakan tugasnya harus berjalan dengan baik,

dan pada akhrinya akan menigkatkan prestasi kerja setiap pegawai. Komunikasi

yang berjalan efektif akan berpengaruh terhadap prestasi kerja.

Pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika yang terlibat dalam

komunikasi interpersonal antar sesama pegawai di lingkungan kerjanya akan

berdampak terhadap sikap dan keterampilan kerja. Peningkatan konsentrasi

maupun kemampuan-kemampuan lain yang sangat berguna dalam mengerjakan

setiap tugas dan tanggungjawab pegawai dengan sebaik-baiknya, sehingga

berpengaruh terhadap peningkatakan prestasi kerja setiap pegawai.

Dalam tujuan peningkatan prestasi kerja pegawai yang maksimal, sangat

dibutuhkan peranan dari komunikasi antar pegawai yang tinggi. Agar komunikasi

berjalan efektif dan semangat kerja pegawai tercipta dengan baik, perlu dorongan

dan motivasi yang besar dari pimpinan instasni.

Berdasarkan latar belakang dan pemaparan inilah penulis tertarik untuk

meneliti bagaimana Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam

Meningkatkan Kinerja Pegawai Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.

Page 15: Skripsi Penina Alom

6

B. Perumusan Masalah

Komunikasi Interpersonal sangat penting dilakukan untuk mendukung

kelancaran komunikasi dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan

interpersonal yang baik akan meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak

dalam organisasi dan meminimalisir rasa saling tidak percaya, kecurigaan di

lingkungan kerja. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan iklim

keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan rasa memiliki

organisasi.

Efektifitas komunikasi interpersonal di dalam perkantoran ini menjadi

sebuah kebutuhan. Banyak aturan yang harus dilengkapi penjelasan, dimaksudkan

agar kesalahpahaman interpretasi dapat dihindarkan. Apabila salah seorang

pegawai kantor merasa belum jelas dengan informasi yang diterimanya, maka

lebih baik meminta penjelasan. Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif

di kantor bisa jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius.

Aktifitas komunikasi interpersonal yang berlangsung di Kantor Distrik

Iwaka Kabupaten Mimika, terdapat beberapa fenomena menarik untuk

digambarkan terkait fokus penelitian ini antara lain, atasan biasa melakukan

komunikasi satu arah yang bersifat instruksi kepada bawahannya, kurangnya

interaksi langsung/tatap muka antara atasan dan bawahan dan regulasi struktur

organisasi Instansi/Kantor Distrik sewaktu-waktu dapat berubah.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja Pegawai Kantor

Page 16: Skripsi Penina Alom

7

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, dengan merumuskan masalah dalam

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan

kinerja pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika?

2. Faktor-faktor apa yang menghambat efektifitas komunikasi

interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Distrik

Iwaka Kabupaten Mimika ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal dalam kinerja

pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat efektifitas

komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi pihak pemerintah Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,

terutama yang berkaitan dengan intensitas komunikasi interpersonal.

2. Sebagai sumbangan pemikiran dan referensi bagi peneliti lainnya

dikemudian hari yang akan meneliti tentang efektivitas komunikasi

interpsersonal.

Page 17: Skripsi Penina Alom

8

3. Sebagai referensi dan sekaligus pengembangan ilmu yang dipelajari Penulis

di masa yang akan datang.

Page 18: Skripsi Penina Alom

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Komunikasi

Ketika kita mendengar kata “komunikasi” maka akan terbentuk beraneka

ragam pemikiran, mulai dari berdoa (yang merupakan komunikasi dengan Tuhan),

bersenda-gurau, berpidato, hingga penggunaan alat-alat elektronik seperti

komputer, telephone, handphone, televisi, dan radio. Komunikasi adalah suatu

topik yang amat sering diperbincangkan, bukan saja dikalangan ilmuwan

komunikasi, melainkan juga dikalangan awam, sehingga kata komunikasi itu

sendiri memilki banyak arti yang berlainan.

dalam kehidupan sehari-hari, sangat sering kita jumpai penggunaan

kaliamat atau frase yang mengandung kata komunkasi atau turunanya. Misalkan

“hewan berkomunikasi dengan caranya sendiri”, “handphone adalah salah satu

sarana dalam berkomunikasi”, “dia adalah seseorang yang komunikatif” dan

masih banyak kalimat-kalimat lain yang mengandung kata komunikasi. Hal ini

menandakan bahwa istilah atau kata komunikasi sudah begitu akrab dan lazim

digunakan oleh kalangan masyarakat. Lalu, apa sebenarnya definisi dari

komunikasi itu sendiri ?

Jika kita berbicara tentang komunikasi, tidak ada definisi yang benar

ataupun salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari

kemanfaatanya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan

Page 19: Skripsi Penina Alom

10

mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalkan

“komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan”, atau terlalu luas, misalkan “komunikasi adalah interaksi antara dua

makhluk hidup atau lebih, sehingga para peserta komunikasi ini mungkin

termasuk hewan, tanaman, hingga makhluk metafisik”.

Secara terminology, komunikasi berasalah dari bahasa Latin yakni

Communico yang artinya membagi, dan Communis yang artinya membangun

kebersamaan antara dua orang atau lebih (Cangara, 2011). Komunikasi sebagai

ilmu yang multidisiplin, begitu banyak definisi yang dibuat oleh para ahli dan

pakar dari berbagai disiplin ilmu. Catatan Dance dan Larson dalam Cangara,

(2011) sampai tahun 1976 sudah ada 126 definisi. Ada definisi yang dibuat

menurut perspektif sosiologi, budaya, engineering, ekonomi, dan ada pula dari

perspektif politik.

Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi (385-322 SM) dalam

bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa

mengatakan apa kepada siapa”. Definisi yang diberikan Aristoteles ini sangat

sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik bernama Harold D.

Lasswell pada 1948, dengan mencoba membuat definisi komunikasi yang lebih

sempurna dengan mananyakan “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa,

KEPADA siapa, dan apa AKIBATNYA” (Cangara, 2011).

Beberapa definisi lain, dari komunikasi berdasarkan para ahli dalam

(Santoso, Setiansah, 2010) yaitu :

Page 20: Skripsi Penina Alom

11

1. Weaver, (1949) Komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran

seseorang bisa mempengaruhi orang lain.

2. Miller, (1951) Komunikasi berarti berlalunya informasi dari satu tempat

ketempat yang lain.

3. Babcock, (1952) Dari sudut pandang komunikasi, sebuah kejadian bisa

diamati dalam bekerjanya simbol-simbol (act), dalam lingkungan tertentu

(scene), oleh individu atau beberapa individu (agent), dengan

menggunakan media (agency), untuk mendefinisikan tujuan.

4. Hovlan, Janis, dan Kelly, (1953) (Komunikasi) adalah proses dimana

seseorang individu (komunikator) mentransmisikan stimulus untuk

mempengaruhi tindakan orang lain.

5. Anderson, (1959) Komunikasi adalah proses dimana kita memahami dan

dipahami orang lain. Hal ini berjalan secara dinamis, terus berubah dan

berganti, tergantung situasi terkait.

6. Gode, (1959) (Komunikasi) adalah proses untuk membuat sama dua atau

beberapa orang, dari monopoli satu atau beberapa orang.

7. Ruesch dan Beteson, (1961) Komunikasi tak semata-mata merujuk pada

transmisi pesan verbal, eksplisit, dan intensional, tetapi juga meliputi

segala proses dimana seseorang mempengaruhi yang lain.

8. Oliver, Zelko, dan Holtzman, (1962) Komunikasi, pada dasarnya,

merupakan gambaran anda tentang stimulus dalam pikiran orang lain atas

kesadaran, pemahaman, dan perasaan anda akan pentingnya persitiwa,

perasaan, fakta, opini atau situasi.

Page 21: Skripsi Penina Alom

12

9. Emery, Ault, dan Agee, (1963) Komunikasi diantara manusia adalah seni

mentransmisi informasi, ide, dan sikap dari satu orang ke orang lain.

10. Lewis, (1963) Komunikasi adalah sebuah proses dimana seseorang

mengurangi ketidakpastian melalui isyarat yang terdeteksi dalam sebuah

hubungan.

11. Berelson dan Steiner, (1964) Komunikasi : transmisi informasi, ide, emosi,

keterampilan, dsb, dengan menggunakan simbol-simbol (kata, gambar,

grafik, dsb).

12. Garbner, (1964) Komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan

sistem pesan.

13. Dance, (1967) Komunikasi manusia merupakan perolehan respon melalui

simbol-simbol verbal.

14. Hawes, (1973) Komunikasi merupakan tindakan berpola dalam dimensi

ruang dan waktu, dengan rujukan simbolik.

Sedangkan menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid dalam Cangara,

(2011) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk

atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada

giliranya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.

Dari beberapa definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap

komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya, komunikasi adalah

sebuah proses penyampaian pesan (verbal dan non verbal) oleh seorang

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu, dengan

tujuan mempengaruhi perilaku, sebagai bentuk feedback nya.

Page 22: Skripsi Penina Alom

13

Dalam Effendy (2003) komunikasi dibagi menjadi dua tahap, yaitu

1. Proses komunikasi dalam perspektif psikologi, yaitu proses komunikasi

perspektif yang terjadi didalam diri komunikator dan komunikan. Proses

membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang

dinamakan dengan encoding, akan ia transmisikan kepada komunikan.

Selanjutnya terjadi proses komunikasi interpersonal dalam diri komunikan,

yang disebut decoding, untuk memaknai pesan yang disampaikan

kepadanya.

2. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistik. Untuk jelasnya proses

komunikasi dalam perspektif mekanistik dapat diklasfikasikan lagi

menjadi beberapa, yaitu

a. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran

dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang (symbol) sebagai media. Lambang umum yang dipergunakan

sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa. Namun

dalam kondisi komunikasi tertentu, lambang-lambang yang

dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh,

isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung

mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada

komunikan.

b. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media

Page 23: Skripsi Penina Alom

14

pertama. Proses komunikasi secara sekunder menggunakan media

yang menyebarkan pesannya yang bersifat informatif yang

digolongkan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa

(media non-massa).

c. Proses komunikasi secara linier, merupakan proses penyampaian pesan

oleh komunikatior kepada komunikan sebagai titik terminal.

Komunikasi linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap

muka (face-to-face communication) secara pribadi (interpersonal

communication) dan kelompok (group communication), maupun

dalam situasi bermedia (mediated communication).

d. Proses komunikasi secara sirkular, merupakan lawan dari proses

komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang

dimaksudkan proses komunikasi secara linier. Dalam konteks

komunikasi yang dimaksudkan proses secara sirkuler adalah terjadinya

feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus respons atau

tanggapan dari pihak komunikan terdapat pesan yang diberikan oleh

komunikator.

2. Unsur-Unsur Komunikasi

Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap definisi

komunikasi yang telah dikemukakan, maka kita dapat menemukan adanya

sejumlah unsur yang mendukungnya. Unsur ini berfungsi untuk mendirikan

sebuah bangunan (body) misalkan sebuah lembaga pendidikan tinggi hanya bisa

Page 24: Skripsi Penina Alom

15

disebut universitas jika ia memiliki unsur-unsur yang mendukungnya, antara lain :

fakultas, kampus, mahasiswa, dosen, pegawai, kurikulum, dan materi

pembelajaran, demikian juga degan komunikasi ia hanya bisa disebut dengan

komunikasi jika memiliki unsur-unsur pendukung yang membangunya sebagai

body of knowledge, yakni : sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, umpan

balik, dan lingkungan. Unsur-unsur ini juga sering disebut komponen atau elemen

Cangara, (2011)

Berikut adalah gambaran dari keterkaiatan antara satu unsur dengan unsur

lainya Cangara, (2011) :

Gambar 1. Alur Proses Komunikasi

3. Dimensi Komunikasi

Definisi dimensi atau dalam bahasa latinnya adalah dimensio menurut

kamus umum bahasa Indonesia adalah ukuran, matra. Dimensi suatu besaran

merupakan hubungan antara besaran itu dengan besaran-besaran pokok. Dengan

kata lain, dimensi adalah cara suatu besaran itu tersusun atas besaran-besaran

pokoknya. Demikian juga dengan komunikasi sebagai satu kesatuan disiplin ilmu

tentu saja memiliki dimensi yang merupakan ukuran dan penghubung dari makna

komunikasi secara luas. Menurut Cangara, (2011) terdapat lima dimensi

komunikasi yaitu :

Sumber Pesan Media Penerima Efek

Umpan Balik Lingkungan

Page 25: Skripsi Penina Alom

16

1. Komunikasi sebagai proses. Jika komunikasi sebagai proses, maka

komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara

dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang

mendukungnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis Berlo, dalam Cangara,

(2011). Dari konteks komunikasi antarpribadi, maka proses menunjukkan

adanya pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain, sedangkan dari

konteks komunikasi massa proses dimulai dari kegiatan pengumpulan,

pengolahan dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi ke

masyarakat luas.

2. Komunikasi sebagai simbolik. Hampir semua pernyataan manusia baik yang

ditunjukkan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain

dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara satu orang dengan orang

lain dalam proses komunikasi banyak dipengaruhi oleh simbol atau lambang-

lambang yang digunakan dalam berkomunikasi. Simbol merupakan hasil

kreasi manusia dalam berkomunikasi, dan sekaligus menunjukkan tingginya

kuaslitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.

Proses pemberian arti terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam

berkomunkasi, selain dipengaruhi oleh faktor budaya juga faktor psikologi,

terutama pada saat pesan-pesan di decode oleh penerima.

3. Komunikasi sebagai aksi. Komunikasi bisa dikata tidak pernah terjadi tanpa

aksi, apakah itu diucapkan, ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat.

Bahkan gerakan dalam bentuk diam juga merupakan suatu aksi. Oleh karena

aksi (action) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka

Page 26: Skripsi Penina Alom

17

ia melakukan interaksi. Jika pada tindakan aksi sifatnya linear dilakukan oleh

seseorang sebagai pelaku komunikasi, maka pada tindakan interaksi

komunikasi menuntut adanya umpak balik antara pihak-pihak yang ikut dalam

proses komunikasi. Dalam konteks ini, maka para pelaku komunikasi berada

pada derajat atau kedudukan yang sama, dan bisa saling mempengaruhi satu

sama lain.

4. Komunikasi sebagai sistem. Sistem sering didefinisikan sebagai suatu

aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukungnya saling

berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran. Semprivivo, dalam

Cangara (2011). Jika konsep sistem dikaitkan dengan komunikasi, maka dapat

dikatakan bahwa proses komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin

dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integrative

dan saling bergantung satu sama lain.

5. Komunikasi sebagai multidimensional. Jika komunikasi dilihat dari perspektif

multidimensional, maka ada dua tingkatan yang dapat di identifikasi, yakni

dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan (relationship

dimension) dalam komunikasi antar manusia, kedua dimensi ini tidak terpisah

satu sama lain melainkan menyatu dalam suatu tindakan komunikasi. Dimensi

ini menunjukkan pada kata, bahasa dan informasi yang dibawa oleh pesan,

sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana peserta komunikasi

berinteraksi satu sama lain.

Page 27: Skripsi Penina Alom

18

4. Komunikasi Interpersonal

Secara kontektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu

komunikasi antar dua individu atau sedikit individu, yang mana individu tersebut

secara fisik saling berinteraksi. Saling memberikan umpan balik, dan

menggunakan indera sebagai sensor untuk mengenali patner komunikasi. Jadi

dalam komunikasi interpersonal itu ada proses transaksi pesan yang bersifat dua

arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak semata-mata tertuju pada isi pesan

itu, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi.

Menurut Devito dalam (A.W. Suranto 2011:4), komunikasi interpersonal

adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain

atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan, dengan peluang

untuk memberikan umpan balik segera.

1. Komunikasi Interpersonal Yang Efektif.

Komunikasi dapat di katakan efektif apabila pesan diterima dan

dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan di tindak

lanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat

meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi, dan tidak ada hambatan untuk

itu. Komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga

persyaratan utama, yaitu :

a. Pengertian yang sama dengan terhadap makna pesan.

Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi

dikatakan efektif, adalah apabila makna pesan yang di kirim oleh

komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh

Page 28: Skripsi Penina Alom

19

komunikan. Pada tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi

yang disebabkan oleh karena komunikan memahami makna pesan

tidak sesuai dengan yang di maksudkan oleh komunikator.

b. Melaksanakan pesan secara suka rela.

Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah

bahwa komunikan menindak lanjuti pesan tersebut dengan perbuatan

dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini

mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal,

komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh

keuntungan. Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung

dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar kedua belah pihak

menceritakan dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela

jujur, tanpa merasa takut.

Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi

pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang

nyaman, harmonis, dan bukan sebagai suasana yang tertekan.

2. Meningkatkan kualitas hubungan Interpersonal.

Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong

terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini

disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh

manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu unruk memelihara

hubungan interpersonal. Banyak orang menjadi sukses karena memiliki

hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas

Page 29: Skripsi Penina Alom

20

yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik di

mata masyarakat.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas

umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),

sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan

(equality). (Devito, 1997, p. 259-264). Lima sikap positif tersebut meliputi :

a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang

hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar

pribadi.

b. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

c. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk

mendukung komunikasi berlangsung efektif.

d. Rasa positif (positif), yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif

terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan

menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang

efektif.

e. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diam-

diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai

sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dengan adanya proses komunikasi yang baik dalam

organisasi/Instansi/Kantor Distrik maka akan ada proses penyampaian informasi

baik dari atasan kepada bawahan. Tetapi proses komunikasi tidak hanya

menyampaikan informasi atau hanya agar orang lain juga bersedia menerima dan

Page 30: Skripsi Penina Alom

21

melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki sehingga akan terjalin

suasana yang harmonis kepada para bawahan mengetahui secara pasti keinginan

atasan, dan apa yang harus dikerjakan kaitannya dengan usaha kerjasama untuk

mencapai tujuan organisasi/Instansi/Kantor Distrik yang telah ditetapkan.

Seperti yang telah dikemukakan Joseph A.Devito berpendapat bahwa

komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam

organisasi, di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Komunikasi

formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya

berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja dalam organisasi,

produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi;

memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi komunikasi

informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Organisasinya tidak pada

organisasinya sendiri tetapi lebih pada para anggotanya secara individual (Joseph

A. Devito, 1997: 340).

Selanjutnya, hambatan-hambatan komunikasi efektif dalam organisasi.

Menurut Roger Neugebauer dalam (Efendy 2006:12), dalam artikelnya

“Communication : A two-way Street” mengungkapkan beberapa kendala yang

sering dialami oleh sebuah organisasi dalam berkomunikasi dua arah, yaitu :

a. Protectiveness (Perlindungan). Pimpinan seringkali tidak

memberitahukan informasi tertentu pada pegawainya atau timnya

karena takut akan menyakiti hati pegawai. Alasan lain adalah bahwa

pimpinan menganggap bahwa informasi tersebut harus dilindungi,

dan bukan untuk konsumsi pegawai karena pegawai tidak akan

Page 31: Skripsi Penina Alom

22

mungkin mengerti apa yang akan disampaikan. Demikian pula

dengan pegawai. Mereka serring tidak menyampaikan informasi

tertentu kepada pimpinan untuk melindungi dirinya dari tindakan

pemecatan atau peringatan. Mereka takut jika informasi disampaikan

maka pimpinan akan marah, lalu mendiskreditkan mereka,

memberikan penilaian yang negatif terhadap mereka (sehingga

berdampak pada kenaikan gaji yang kecil), atau bahkan yang paling

ekstrim adalah memecat mereka ?

b. Defensiveness (Pertahanan). Selain menahan informasi, seseorang

juga bisa saja tidak mau menerima informasi (menolak untuk

mendengar informasi yang disampaikan). Hal ini terjadi jika mereka

sudah membentuk emosi negatif terhadap orang yang memberi

informasi, mungkin karena orang tersebut telah merendahkan dengan

kata-kata yang menyakitkan.

c. Tendency to evaluate (kecenderungan untuk menghakimi). Jika

mendapat informasi dari seseorang mengenai keburukan orang lain,

komunikator cenderung mengambil sikap yang mengevaluasi tanpa

mengumpulkan data yang lengkap sebelum berkomunikasi dengan

orang yang dibicarakan tersebut.

d. Narrow perspectives (Perspektif yang sempit). Karena jarang

meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari lingkungan pekerjaan

sendiri, seseorang seringkali dibatasi pada cara pandangnya sendiri.

Ia tidak Mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Para

Page 32: Skripsi Penina Alom

23

pegawai seringkali hanya melihat suatu masalah dari sudut

pandangnya sendiri (kepentingan individunya semata, tanpa

mencoba memahami sebuah situasi dan sudut pandang yang

berbeda). Sempitnya perspektif inilah yang sering menyebabkan

konflik. (tiap orang hanya melihat dan sudut pandang sendiri, dan

tidak mencoba memahami orang lain).

e. Mismatched expectations (harapan yang tidak sesuai). Pikiran

manusia seringkali hanya membatasi informasi yang cocok dengan

ekspektasinya. Jika ternyata informasi yang disampaikan tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan, maka orang tersebut cenderung tidak

termotivasi untuk mendengarkan informasi yang disampaikan.

Misalnya: jika dalam rapat-rapat ternyata seringkali tanggapannya

tidak diperhatikan, maka pegawai cenderung enggan menyatakan

pendapat, karena ia beranggapan percuma saja menyampaikan

pendapat, karena biasanya juga tidak ada followup nya.

f. Insufficient time (waktu yang terbatas). Alasan lain adalah

keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara

menyeluruh. Karena kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan

segera, seringkali waktu berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi

dilakukan dengan tergesa. Akibatnya, informasi yang disampaikan

kepada orang lain pun tidak lengkap sehingga ada kemungkinan

informasi tersebut salah dipahami.

Page 33: Skripsi Penina Alom

24

Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai

hubungan antara proses komunikasi dan kinerja perkantoran. Mereka bersepakat

bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja perkantoran berhubungan secara

signifikan. Memperbaiki komunikasi perkantoran berarti memperbaiki kinerja

perkantoran. Pandangan tersebut mengisyaratkan diterimanya konsep-konsep

sebagai berikut :

a. Komunikasi merupakan salah satu unsur penting yang menandai

kehidupan di dalam suatu perkantoran. Ketika perkantoran itu

berharap dapat bekerja dalam sebuah manajemen yang efisien, maka

di dalamnya mesti dilakukan langkah-langkah komunikasi internal

secara terencana.

b. Komunikasi dapat digunakan untuk mengubah, mempertahankan,

dan meningkatkan kemajuan sebuah perkantoran.

5. Kinerja

Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau

produktifitas kerja sumberdaya manusia baik yang berorientasi produksi barang,

jasa maupun pelayan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan

juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja

berikutnya, dan seterusnya. Agar tercapai kinerja yang professional maka perlu

dikembangkan hal-hal seperti; Kesukarelaan, pengembangan diri pribadi,

pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya.

Page 34: Skripsi Penina Alom

25

Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada

sebuah fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan

dengan tujuan organisasi. (Hary Suryadi 2009 : 23) Sedangkan menurut Soebandi

(2006:48) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral serta

etika.

Faktor-faktor yang berkaitan dalam meningkatkan kinerja seseorang

dapat dilihat dari Gibson (1995: 27) :

1. Disiplin kerja, yaitu sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan

yang berlaku di Instansi/Kantor Distrik.

2. Frekuensi kehadiran, yaitu suatu jumlah kehadiran pegawai di

Instansi/Kantor Distrik tempat ia bekerja.

3. Kerjasama, yaitu adanya suatu aktifitas yang dilakukan secara

kolektif di dalam suatu situasi kerja antara satu sama lainnya.

4. Kesenangan kerja, yaitu perasaan senang terhadap pekerjaan yang

dilakukan yang muncul dari dalam hati.

5. Keseriusan kerja, yaitu sikap yang sungguh-sungguh dalam

melakukan pekerjaan.

6. Penghargaan kerja, yaitu sesuatu yang diberikan Instansi/Kantor

Distrik untuk pegawainya yang berprestasi,

Page 35: Skripsi Penina Alom

26

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian ini, maka kerangka

pikir tentang efektifitas komunikasi interpersonal di Kantor Distrik Iwaka

Kabupaten Mimika, dapat digambarkan pada halaman berikut :

Gambar 2

Kerangka Pikir

Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi sebuah kebutuhan di

dalam kehidupan suatu organisasi/Instansi/Kantor Distrik. Banyak aturan yang

haras dilengkapi penjelasan dimaksudkan agar kesalapahaman interpretasi dapat

dihindarkan, Apabila salah seorang pegawai Instansi/Kantor Distrik merasa belum

jelas dengan informasi yang diterimanya, maka lebih baik meminta penjelasan.

Atasan

Bawahan

Efektivitas Komunikasi

Interpersonal

- Keterbukaan

- Empati

- Sikap Mendukung

- Sikap Positif

- Kesetaraan

Peningkatan

Kinerja

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika

Page 36: Skripsi Penina Alom

27

Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif di Instansi/Kantor Distrik bisa

jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius.

Proses komunikasi yang baik dalam organisasi/Instansi/Kantor Distrik

maka akan ada proses penyampaian informasi baik dari atasan kepada bawahan.

Tetapi proses komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau hanya agar

orang lain juga bersedia menerima dan melakukan perbuatan atau kegiatan yang

dikehendaki sehingga akan terjalin suasana harmonis kepada bawahan,

mengetahui secara pasti keinginan atasan, dan apa yang harus dikerjakan

kaitannya dengan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan

organisasi/Instansi/Kantor Distrik yang telah ditetapkan. Komunikasi yang baik

memelihara motivasi dengan memberi penjelasan kepada bawahan apa yang harus

dilakukan untuk meningkatkan kinerja, sehingga komunikasi interpersonal yang

efektif di Instansi/Kantor Distrik akan sangat membantu ketepatan dalam

penyelesaian suatu pekerjaan. Dengan demikian harapan-harapan peningkatan

kinerja pegawai dapat tercapai, seperti pada gambar bagan kerangka pikir.

Page 37: Skripsi Penina Alom

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis dilaksanakan di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten

Mimika

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini penelis dapat dilakukan selama 3 (satu bulan) dari tanggal, 1

Juli sampai dengan 30 September 2014.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Menurut

Margono (2003 : 35) bahwa pendekatan penelitian kualitatif lebih banyak

menggunakan logika hipotetiko verikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan

berpikir dedukatif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian

di lapangan. Kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris.

Tipe penelitian ini, bersifat alami untuk mengeksplorasi data-data dari

sumber-sumber tertentu, seperti dikatakan Creswell (dalam Juliansyah Noor

2011:34), suatu usaha mendapatkan gambaran meneliti kata-kata, laporan

terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami

Page 38: Skripsi Penina Alom

29

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah pegawai yang mempunyai

kedudukan sebagai atasan dan bawahan, yang dianggap mampu memahami situasi

dan kondisi Organisasi secara mendalam, pada unit kerja di tenaga (pegawai) pada

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika

Adapun usaha dalam menentukan Informan dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Peran dalam unit organisasi, dalam banyak situasi dan kondisi,

pegawai yang memiliki kedudukan strategis dalam struktur

organisasi, jelas bahwa pegawai tersebut mempunyai kemungkinan

besar dalam mengetahui banyak informasi.

b. Berpengetahuan dan berpengalaman ini adalah kriteria yang paling

penting. Seorang informan harus memiliki pengetahuan dan

pengalaman, tanpa itu hanya sekedar orang awam, yang tidak

memiliki sesuatu yang seorang peneliti dapat dimanfaatkan.

c. Kesediaan, informan hanya bermanfaat bila ia memiliki keinginan

untuk menjalin kerjasama dengan peneliti. Bila ia menolak

menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, betapapun berharganya

informasi yang dimilikinya, ia sama sekali tidak bermanfaat bagi

peneliti.

d. Komunikatif, informan harus memiliki kemampuan untuk

menyampaikan informasinya dalam suatu bahasa yang dapat

Page 39: Skripsi Penina Alom

30

dimengerti oleh peneliti. Tanpa itu, peneliti dapat memperoleh

pemahaman yang keliru, bahkan salah sama sekali.

Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling Peneliti

yang menentukan sendiri infonnan yang akan diwawancarai berdasarkan

pertimbangan karakteristik yang sudah diketahui sebelumnya atau syarat secara

representative dan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah :

a. Pegawai yang memahami pentingnya komunikasi yang efektif dan

kinerja suatu organisasi/Instansi/Kantor Distrik dengan baik yang

bersedia memberikan informasi yang relevan dengan penelitian ini.

b. Berprofesi atau mempunyai keahlian sehingga mampu memimpin,

mengkoordinasi, mengawasi, menyelenggarakan aktifitas di kantor,

dalam hal ini pimpinan unit kerja (seksi) sangat berperan penting

untuk pencapaian visi, misi organisasi.

c. Staf, sebagai administratif atau pelaksana operasional pelayanan

publik, dan mempunyai pengalaman dalam menjalani pekerjaannya.

Dengan demikian, maka informan yang dipilih untuk kepentingan

penelitian ini adalah sebanyak 8 (delapan) orang pegawai yang bekerja di Kantor

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, diantaranya :

1. Kepala Distrik (Samuel Yogi, SH.,MH)

2. Skretaris Distrik (Melkisedek Snae, SE)

3. Kepala Seksi Pemerintahan dan Humas (Maya S. Tamher, SE)

4. 5 (lima) orang staff diantaranya (Januarius Tsolme, Eletius Awiyuta,

Benidiktus Tsolme, Lukas Omawene, dan Sakarias Kwalin).

Page 40: Skripsi Penina Alom

31

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan Penulis adalah jenis data kualitatif,

yakni data yang dikumpulkan berupa keterangan atau informasi yang

berkaitan dengan judul atau topik yang diteliti.

2. Sumber Data

Dalam penelitian tentang “Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam

Meningkatkan Kinerja Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika”,

sumber data yang digunakan adalah :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden, baik yang

dilakukan dengan wawancara maupun dengan observasi. Data bersifat

subjek, karena merupakan pendapat responden.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berisi

informasi yang berkaitan dengan data yang diperoleh di lapangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data dan informasi yang diperlukan, digunakan

teknik pengumpulan data melalui penelitian lapangan. Yang dimaksud dengan

penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian dengan

tujuan untuk mendapatkan fakta yang berhubungan dengan judul penelitian.

Penelitian di lapangan, dilakukan dengan menggunakan beberapa cara sebagai

berikut :

Page 41: Skripsi Penina Alom

32

1. Wawancara

Yaitu kegiatan pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab antara

peneliti dengan responden. Interview (wawancara) adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden

yang diwawancarai (Arikunto, 2002 : 132). Ditinjau dari pelaksanaannya,

dibedakan atas :

a. Interview bebas (inguided interview), dimana pewawancara bebas

menanyakan apa saja. Kebaikan metode ini adalah responden tidak

menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.

b. Interview terpimpin (guide interview), yaitu interview yang dilakukan oleh

pewawancara dengan membawa sederhana pertanyaan lengkap dan

terperinci.

c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan

interview terpimpin.

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan wawancara bebas terpimpin,

dimana Penulis hanya menyiapkan garis-garis besar pedoman wawancara.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu metode dalam mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku surat kabar, majalah, agenda, dan

lain-lain. Instrumen dari metode dokumentasi yang memuat garis-garis besar

atau kategori yang akan dicari datanya. Pengumpulan datanya diambil dari

buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian dokumen-dokumen,

catatan-catatan yang berhubungan dengan objek penelitian.

Page 42: Skripsi Penina Alom

33

F. Teknik Analisa Data

Menurut Nasir (1998 : 419), analisis data adalah mengelompokan,

menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Adapun menurut Nasution

(1997 : 126), analisis data adalah proses penyusunan data, agar data dapat

ditafsirkan.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, yaitu penulisan yang bersifat

deskriptif, maka dalam menganalisa data, peneliti menggunakan data kualitatif.

Arikunto (2002 : 213) menjelaskan bahwa data kualitatif adalah data yang

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisahkan menurut kategori untuk

memperoleh atau mendapatkan kesimpulan.

Dengan analisa kualitatif ini, diharapkan dapat menjawab masalah

dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secara utuh dan menyeluruh dari

objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan deskriptif atau gambaran-

gambaran sesuai dengan kondisi waktu. Dalam menganalisis data, langkah-

langkah yang dilakukan adalah :

1. Reduksi data-data yang diperoleh di lapangan, ditulis dalam bentuk uraian

atau laporan rinci. Laporan itu sebagai bahan mentah, disingkat, disusun

secara sistematis, ditonjolkan pokok-pokok pentingnya.

2. Penyajian data, sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya suatu penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan/verifikasi, yakni sebagian dari suatu kegiatan

dikonfigurasi secara utuh, kesimpulan-kesimpulan tersebut kemudian

diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Page 43: Skripsi Penina Alom

34

Ketiga hal tersebut merupakan suatu jalinan pada saat sebelum, selama

dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan

umum yang disebut analisis. Secara ringkas, dapat dikemukakan bahwa analisis

terhadap hasil penelitian dilakukan dengan cara menyeleksi data, yaitu memilih

data dan mengelompokan data tersebut sesuai dengan kebutuhan dan

permasalahan yang ada. Tabulasi data yaitu menyajikan data ke dalam tabel untuk

mempermudah pemahaman.

Page 44: Skripsi Penina Alom

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Wilayah Administrasi Distrik Iwaka

Distrik Iwaka adalah sebuah distrik yang sebelumnya

merupakan gabungan dari beberapa Kampung/Kelurahan di wilayah

Distrik Kuala Kencana. Secara keseluruhan Distrik Iwaka memiliki luas

wilayah ± 40,18 Km2

yang terdiri dari 7 (tujuh) Kampung.

Berdasarkan batas geografis wilayah, Distrik Iwaka berbatasan

dengan beberapa wilayah Distrik. Yaitu :

- Sebelah utara : Distrik Kuala Kencana

- Sebelah selatan : Distrik Mimika Baru dan Distrik

Mimika Tengah

- Sebelah barat : Distrik Mimika Barat

Dengan iklim dan cuaca yang sama seperti halnya wilayah

Distrik lain di Kabupaten Mimika,Distrik Iwaka termasuk daerah yang

memiliki curah hujan sedang, dengan curah hujan rata-rata antara 377,5 –

774,5 mm/tahun dengan curah hujan tertinggi pada bulan Maret, April,

dan Mei hingga juni.

Page 45: Skripsi Penina Alom

36

Adapun jarak tempuh dari dan ke Ibukota Distrik Iwaka jika

dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua, penulis gambarkan

dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1 Jarak tempuh dari dan ke ibukota Distrik Iwaka

Nama Kampung Jarak (Km2) Waktu Tempuh

(menit)

Kp. LimauAsri Timur 1 15

Kp. Iwaka 10 20

Kp. NaenaMuktipura 5 10

Kp. Wangirja 5 10

Kp. Mulia Kencana 7 15

Kp. Pigabu 25 30

Kp. LimauAsri Barat 1 15

Sumber : Data Primer thn. 2014

Dari jumlah penduduk yang ada, tercatat bahwa di Distrik

Iwaka secara keseluruhan terdapat total 1184 Kepala Keluarga. Dengan

perincian sebagai berikut :

Tabel 2 Jumlah Penduduk dann KK di Distrik Iwaka

Nama Kampung Laki-Laki Perempuan Kepala Keluarga

Kp. LimauAsri timur 690 601 251

Kp. LimauAsri Barat 1919 1663 346

Kp. Wangirja 1439 1688 679

Kp. Iwaka 365 397 230

Kp. Mulia Kencana 978 883 548

Kp. NaenaMuktipura 778 710 315

Kp. Pigapu 149 156 95

6318 6098 2464

Sumber : Data Primer Tahun 2014

Page 46: Skripsi Penina Alom

37

Dari Tabel diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan yang tidak

banyak antara jumlah penduduk Laki-Laki dan Perempuan yang ada di

Wilayah Distrik Iwaka. Secara umum jumlah penduduk terbanyak ada di

Kampung Wangirja dengan total jumlah penduduk sebanyak 3582 jiwa

dan 679 Kepala Keluarga. Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil

adalah di Kampung Pigapu dengan total jumlah penduduk sebanyak 305

jiwa dan 95 Kepala Keluarga.

Adapun untuk pembagian wilayah menurut Rukun Warga (RW)

dan Rukun Tetangga (RT), di Distrik Iwaka adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT)

Nama Kampung RW RT

Kp. LimauAsri timur 2 8

Kp. LimauAsri Barat 2 11

Kp. Wangirja 5 12

Kp. Iwaka 1 6

Kp. Mulia Kencana 5 16

Kp. Naena Muktipura 4 16

Kp. Pigapu 1 2

Sumber : Data Primer Tahun 2014

Dari Tabel diatas terlihat bahwa untuk pembagian wilayah

menurut RW (Rukun Warga) dan RT (Rukun Tetangga) hampir secara

keseluruhan telah merata. Kecuali Kelurahan Iwaka dan Pigapu yang

hanya terbagi dalam 1 RW, Kelurahan lainnya dalam Distrik Iwaka telah

memiliki 2, bahkan 5 wilayah Rukun Warga (RW). Dengan Rukun

Page 47: Skripsi Penina Alom

38

Tetangga (RT) yang juga terbanyak di Kampung Mulia Kencana dan

NaenaMuktipura sebanyak 16 Rukun Tetangga (RT).

Untuk fasilitas Ibadah yang ada di wilayahDistrik Iwaka adalah

sebagai berikut :

Tabel 4 Data Tempat Ibadah di Distrik Iwaka

Nama Kampung Gereja Masjid/Mushola Vihara

Kp. LimauAsri Timur 2 1 -

Kp. LimauAsri Barat 3 1 1

Kp. Wangirja 5 1 -

Kp. Iwaka 1 - -

Kp. Mulia Kencana 6 2 -

Kp. NaenaMuktipura 3 1 1

Kp. Pigapu 1 - -

Jumlah 21 6 2

Sumber : Data Primer Tahun 2014

Dari Data tentang tempat Ibadah terlihat bahwa di Distrik Iwaka

terdapat 21 buah tempat peribadatan umat Nasrani (Gereja), 6 tempat

Ibadah umat Muslim yang berupa Masjid/Mushola dan 2 buah Vihara

yang merupakan tempat peribadatan umat Hindu/Budha. Hal ini

menunjukan bahwa mayoritas penduduk di wilayah Distrik Iwaka adalah

menganut agama Kristen/Nasrani.

Sebagian besar penduduk Distrik Iwaka adalah bermata

pencaharian sebagai petani dan atau peternak. Dan sebagian kecil lainnya

adalah bermatapencaharian sebagai nelayan. Hal ini yang merupakan

Page 48: Skripsi Penina Alom

39

mata pencaharian penduduk di Kampung Pigapu yang memang berada di

wilayah pesisir muara dan sungai Pigapu/logpound.

b. Kantor Distrik Iwaka

Kantor Distrik Iwaka terletak di jalan Logging Jayanti, Kampung

LimauAsri, Timika – Papua. Dengan keseluruhan pegawai/pegawai

sebanyak 15 orang. Terdiri dari 12 orang pegawai Negeri Sipil (PNS) dan

sebanyak 3 orang adalah pegawai Honor atau masih sebagai Calon Pegawai

Negeri Sipil.

Dilihat dari jenis kelamin, pegawai di Distrik Iwaka terdiri dari 13

orang pegawai Laki-Laki dan 2 orang pegawai Perempuan. Dengan

mayoritas pegawai adalah Putera Daerah asli Papua. Berikut adalah daftar

pegawai pada kantor Distrik Iwaka :

Tabel 5 Daftar Pegawai Kantor Distrik Iwaka

No. Nama Jabatan Keterangan

1. Samuel Yogi, SH.MH. Ka Distrik PNS

2. MelkisedekSnae, SE. Sekretaris Distrik PNS

3. DorceHokoyoku, SE. KaSie Pembangunan PNS

4. Maya S. Tamher, SE. KaSie

pemerintahan/Humas

PNS

5. Pontius Kelanagame,

S.Ip.

KaSiePemb. Masyarakat PNS

6. Januarius TsoIme KaSie Trantib PNS

7. Alfons TsoIme Staff PNS

8. JathinWaker Staff PNS

9. EletiusAwiyuta Staff PNS

10. Benidiktus TsoIme Staff PNS

11. ThobiasPuhiri Staff PNS

12. UdiWaudi Staff PNS

13. NatalisKelanagame Staff PNS (Honor)

14. Lukas Onawame Staff PNS (Honor)

Page 49: Skripsi Penina Alom

40

15. SakariasKwalin Staff PNS (Honor)

c. Struktur Organisasi Distrik Iwaka

Dalam setiap Instansi/Kantor Distrik di perlukan adanya struktur

organisasi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan sebuah organisasi,

Instansi/Kantor Distrik ataupun lembaga. Sebuah lembaga sebagai salah

Satu bentuk organisasi memerlukan adanya pembagian kerja, penentuan

posisi, penempatan tugas, wewenang san tanggung jawab yang jelas

sehingga dapat tercapai kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan.

Dilihat dari sudut wewenang, tanggung jawab dan pengambilan

keputusan, maka dalam organisasi terdapat 3 jenis struktur organisasi, yaitu

:

1. Struktur Organisasi Garis

Dalam struktur organisasi garis yang murni, wewenang

didelegasikan langsung dari atas ke bawah secara lurus, tidak ada

organisasi staf tersendiri. Sehubungan dengan itu, maka setiap

orang melakukan fungsi-fungsi garis yang berhubungan dengan

penciptaan, distribusi atau pembelanjaan ditambah fungsi-fungsi

staf seperti pengetikan, korespondensi, personalia, hukum

kesejahteraan dan sebagainya.

2. Struktur Organisasi Fungsional

Dalam struktur organisasi ini terdapat sejumlah spesialisasi

fungsional yang mengawasi kegiatan masing-masing pegawai.

Page 50: Skripsi Penina Alom

41

Dengan kata lain terdapat berbagai unit staf yang mempunyai

wewenang garis atas orang-orang yang sama. Para pegawai

menerima perintah dan memberikan pertanggungjawaban mereka

kepada semua spesialis fungsional yang masing-masing mengurus

hal-hal yang berhubungan dengan spesialisasinya.

3. Struktur Organisasi Garis dan Staff

Struktur organisasi ini terdiri atas unit garis dan staf yang masing-

masing berturut-turut melakukan wewenang garis dan staf. Dalam

wewenang garis menyangkut hubungan antara atasan dan

bawahan. Pihak yang memiliki wewenang garis dapat membuat

keputusan dan memberikan perintah dalam batas wewenang yang

didelegasikan kepadanya dan dapat minta pertanggung jawaban

dari bawahannya. Wewenang staf tidak membentuk hubungan

antara atasan dan bawahan, antara staf dan garis.

Meskipun staf dapat memiliki wewenang garis atas bawahannya

sendiri.Struktur organisasi ini dapat mengambil kebaikannya saja dari

struktur fungsional dengan menjamin adanya satu sumber perintah dari

setiap organisasi dengan dukungan sarana-sarana.

Adanya struktur organisasi yang tersusun secara baik, maka akan

memudahkan koordinasi, integrasi dan meningkatkan efisiensi kerja dari

bagian-bagian yang ada di Instansi/Kantor Distrik. Struktur organisasi

merupakan kerangka dari sistem Instansi/Kantor Distrik. Dengan

mengamati struktur organisasi kita dapat mengetahui jalur komunikasi dari

Page 51: Skripsi Penina Alom

42

tiap bagian. Maka dengan adanya struktur organisasi, setiap individu

diharapkan dapat mengetahui dengan jelas apa pekerjaannya, wewenang,

tanggungjawabnya, dan kepada siapa dia mempertanggung jawabkan

tugasnya agar terdapat kerjasama.

Dengan terbentuknya suatu susunan struktur organisasi yang

efektif maka koordinasi, integrasi dan efisiensi usaha yang melibatkan

seluruh anggota organisasi akan lebih terjamin.

Page 52: Skripsi Penina Alom

43

Berikut gambar 3

Struktur Organisasi di Distrik Iwaka

Keterangan :

Garis hubungan operasional

Garis hubungan koordinasi/fasilitasi

Sumber : Data Primer Tahun 2014

d. Tugas dan Fungsi Jabatan

Berikut ini penulis menguraikan tugasnya dan tanggung jawab

dari tiap bagian dari struktur organisasi pada Kantor Distrik Iwaka :

1. Kepala Distrik

Sebagai pimpinan lembaga, kepala Distrik (atau biasa di singkat

dengan Ka Distrik), mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan

Kepala Distrik Iwaka

Kelompok Jabatan

Fungsional Sekretaris Distrik Iwaka

Sub Bagian

Umum dan

Kepegawaiann

Sub Bagian

Penyusunan

Evaluasi

Program

Sub Bagian

Keuangan

Sub Bagian

Umum dan

Kepegawaiann

Sub Bagian

Umum dan

Kepegawaiann

Sub Bagian

Umum dan

Kepegawaiann

Sub Bagian

Umum dan

Kepegawaiann

Sub Bagian

Umum dan

Kepegawaiann

Kepala Kampung Kelurahan

Page 53: Skripsi Penina Alom

44

kewenangan pemerintahan yang di limpahkan oleh Bupati sesuai

Karakteristik wilayah, kebutuhan daerah dan menyelenggarakan

kegiatan lainnya berdasarkan peraturan Perundang - Undangan.

Tugas-tugas dan Fungsi tersebut antara lain :

. Penyelenggaraan Kewenangan wajib Kabupaten dan

kewenangan lainnya yang dilimpahkan oleh Bupati

a. Penyelenggaraan tugas Pemerintah umum, ketentraman dan

ketertiban umum, pembangunan, pertanian, sosial budaya,

lingkungan hidup dan pertanahan

b. Pembinaan Administrasi pemerintah Desa/Kelurahan yang

meliputi; pembinaan bidang ketentraman dan ketertiban

umum, Kesbanglinmas, dan kerukunan antar umat beragama.

c. Penyelenggraan perencanaan proram pembangunan dan

perekonomian, produksi, pertanian, kesejahteraan sosial,

lingkungan hidup dan sosial budaya di lingkungan Distrik.

d. Pengkoordinasian kegiatan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas

(UPTD) dan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di wilayah

kerjanya.

e. Pelaksanaan Koordinasi dengan instansi – instansi terkait di

wilayah kerjanya

f. Pelaksanaan tugas pembantuan.

g. Penyusunan pelaksanaan program ketatausahaan dan rumah

tangga Distrik

Page 54: Skripsi Penina Alom

45

h. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang di berikan oleh Bupati

melalui Sekretaris Daerah.

2. Sekretaris Distrik

Sekretaris Distrik bertugas membantu Ka Distrik (Camat) dalam

melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat/aparatur Distrik.

Secara umum, tugas dan fungsi Sekretaris Distrik adalah sebagai

berikut :

. Menyusun program, pengendalian dan evaluasi

pelaksanaannya

a. Menyelenggarakan pengelolaan urusan keuangan

b. Menyelenggarakan pelaksanaan tata usaha umum,

kepegawaian, pelayanan masyarakat, serta tata usaha

perlengkapan

c. Menyelenggarakan pelaksanaan urusan rumah tangga Distrik

d. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas – tugas lain yang di

berikan oleh Camat

e. Menyusun program dan pembinaan ketentraman serta

ketertiban masyarakat

f. Melaksanakan pembinaan dibidang ketentraman dan

ketertiban serta Satuan Pamong Praja di wilayah Distrik

g. Menyelenggarakan pembinaan perangkat Distrik, Kesatuan

Bangsa dan

Page 55: Skripsi Penina Alom

46

h. Perlindungan Masyarakat

i. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian operasianal

Satuan Pamong Praja di wilayah Distrik

3. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Trantip)

Bertugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan perumusan

kebijakan evaluasi dan pelaporan urusan ketentraman dan

ketertiban di wilayah Distrik.

. Menyusun program dan pembinaan ketentraman serta

ketertiban masyarakan

a. Melaksanakan pembinaan dibidang ketentraman serta Satuan

Polisi Pamong Praja di wilayah Distrik

b. Menyelenggarakan pembinaan perangkat Distrik, Kesatuan

Bangsa dan perlindungan masyarakat

c. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian operasianal

Satuan Polisi Pamong Praja di wilayah Distrik

d. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas – tugas lain yang di

berikan oleh Camat/Ka Distrik.

4. Kepala Seksi Pemerintahan/Humas

Bertugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan perumusan

kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan

Pemerintahan dan Humas.

. Menyelenggarakan program kegiatan Humas di lingkungan

Distrik

Page 56: Skripsi Penina Alom

47

a. Melaksanakan penyebarluasan dan menyampaikan informasi

program dan kebijakan pembangunan pemerintah daerah

Kabupaten

b. Menyelenggarakan pelayanan masyarakat dibidang informasi

hasil – hasil pembangunan

c. Menyusun program dan pembinaan pelayanan dibidang

informasi dan komunikasi

d. Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dibidang

hubungan masyarakat, penyebarluasan dan pelayanan

informasi

e. Menyiapkan bahan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

hubungan masyarakat di wilayah Distrik

f. Menyusun laporan di bidang pemerintahan dan hubungan

masyarakat

g. Melaksanakan tugas – tugas lain yang di berikan oleh

Camat/Ka Distrik

5. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat/Sosial Budaya

Bertugas membantu Camat/Ka Distrik dalam menyiapkan bahan

dan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan

yang berkaitan dengan masalah Sosial Budaya.

. Menyelenggarakan pengumpulan bahan dan data pelaksanaan,

evaluasi dibidang sosial budaya

Page 57: Skripsi Penina Alom

48

a. Menyelenggarakan pelaksanaan pelayanan masyarakat di

bidang sosial budaya

b. Menyelenggarakan penyelenggaran administrasi di bidang

sosial budaya

c. Menyelenggarakan pelaksanaan fasilitas lembaga keagamaan,

pendidikan, budaya, pemuda dan olah raga, ketenagakerjaan

dan kesehatan masyarakat

d. Menyelenggarakan pembinaan kesejahteraan sosial

e. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas – tugas lain yang di

berikan oleh Camat/Ka Distrik.

6. Kepala Seksi Pembangunan (dan Ekonomi)

Bertugas membantu Camat/Ka Distrik dalam menyiapkan bahan

perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan yang

berkaitan dengan masalah pembangunan dan ekonomi di wilayah

Distrik.

. Menyusun progam di bidang pembangunan dan perekonomian

di wilayah Distrik

a. Menyelenggarakan penyediaan dan pembinaan pelayanan

masyarakat

b. Menyelenggarakan pembinaan dan koordinasi dalam rangka

pelaksanaan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan dan

perekonimian dan produksi di wilayah Distrik

c. Menyelenggarakan pembinaan di bidang lingkungan hidup

Page 58: Skripsi Penina Alom

49

d. Melaksanakan tugas – tugas lain yang di berikan oleh

Camat/Ka Distrik.

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional di wilayah Distrik mempunyai

tugas membantu Camat/Ka Distrik dalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya sesuia dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok

Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga pelaksana atau

pegawai dalam jenjang jabatan fungsional menurut bidang

keahliannya.

Setiap kelompok dalam Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang

tenaga fungsional senior yang ditetapkan oleh Camat/Ka Distrik.

Jumlah Jabatan Fungsional di tentukan berdasarkan analisis

kebutuhan dan beban kerja serta jenis dan jenjangnya ditetapkan

dengan keputusan Bupati berdasarkan peraturan perundang –

undangan yang berlaku.

2. Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Untuk mengetahui gambaran elemen lima kualitas umum komunikasi

interpersonal pegawai dapat diketahui dari jawaban informan terhadap elemen

di atas berdasarkan pertimbangan yaitu, keterbukaan, empati, sikap

mendukung, sikap positif, dan kesetaraan, yang masing-masing dikembangkan

berdasarkan hasil wawancara mendalam dari informan sebagai berikut :

Page 59: Skripsi Penina Alom

50

a. Keterbukaan (openess)

Gambaran efektifitas komunikasi interpersonal pegawai pada

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, berdasarkan keterbukaan dengan

indikator memberikan informasi, membentuk kepercayaan antar sesama,

membuka persaingan dapat dijelaskan sesama pegawai saling bersikap

untuk menerima dan bersedia menyampaikan informasi penting, dapat

membentuk kepercayaan, sehingga sikap keterbukaan ditandai adanya

kejujuran serta tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya dalam

melaksanakan tugasnya. Selanjutnya persaingan yang timbul antar pegawai

berjalan secara positif sehingga dalam berkomunikasi dapat berlangsung

secara adil, transparan, dan dua arah.

Objektifitas dalam konteks keterbukaan pegawai, informasi

mengenai berbagai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak

Instansi merupakan suatu acuan dari instani untuk pegawainya dalam

melaksanakan berbagai kegiatan atau pekerjaan, karena dengan demikian

pegawai menjadi tahu apa yang menjadi tujuan dari program instansi

(Distrik). Pada akhirnya pegawai merasa keberadaannya di Kantor merasa

dianggap ada atau dilibatkan.

Komunikasi antara bawahan dan atasan dalam melaksanakan

perintah pada setiap pelaksanaan kegiatan, merupakan pengertian dari

atasan dan bawahan yang saling berhubungan dan berinteraksi, yang

dilakukan disetiap Instansi/Kantor Distrik. Keterbukaan penyampaian

informasi penting dan saling bersikap menerima disini merupakan suatu

Page 60: Skripsi Penina Alom

51

proses peningkatan kinerja pegawai. Karena sikap tertutup dan tidak efektif

dalam berkomunikasi yang baik atau timbal balik antara atasan dan

bawahan akan terjadi merosotnya kinerja Instansi/Kantor Distrik.

Efektifitas komunikasi interpersonal seorang komunikator harus

bersikap terbuka dan jujur dengan orang yang diajak berinteraksi. Harapan

bawahan kepada atasan mengenai keterbukaan ini pada umumnya sudah

terpuaskan dan sudah terjadi sesuai dengan harapan mereka. Atasan dan

pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, menurut pandangan

bawahan atasan mereka sudah bersikap terbuka dengan apa yang

disampaikan oleh bawahan kepada atasan baik itu mengenai pertanyaan

tentang pekerjaan, ide-ide baru maupun saran dan kritis.

Keterbukaan dalam hal ini menunjukkan adanya keterbukaan

sesame pegawai, baik itu bawahan maupun atasan yang berinteraksi,

memperlihatkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan terhadap

pegawai lain, kemauan untuk membuka diri pada permasalahan yang

terjadi pada diri mereka masing-masing kepada rekan kerjanya berupa

pekerjaan yang mereka hadapi saat ini, sering mengeluarkan pikiran atau

unek-unek mereka kepada atasan, dan mengadakan rapat untuk mendiskusi

pekerjaannya, bahwa kurangnya perhatian dari atasan terhadap bawahan

sehingga pernah terjadi kurangnya motivasi pegawai dalam melaksanakan

tugasnya, biasanya disebabkan terjadi komunikasi satu arah yang sifatnya

instrusksi dan kurangnya interaksi langsung atau tatap muka antara atasan

dan bawahan, semua dikarenakan tidak semua informasi-informasi sifatnya

Page 61: Skripsi Penina Alom

52

kerahasian instansi dapat dipublikasikan, cukup pada level pimpinan saja

dan situasi kondisi dalam proses jalannya perkantoran yang begitu padat

sehingga pegawai baik bawahan dan atasan kadangkala Cuma

berkomunikasi satu arah, itupun biasa terjadi dalam rapat dengan materi

program yang dibuat dari kantor pusat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh

Kepala Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, Samuel Yogi, SH.,MH berikut :

“Atasan dan bawahan bersikap positif menerima masukan

berkenan dan menyampaikan informasi penting sepanjang ada

hubungannya dengan kepentingan Kantor sini, walaupun ada

perbedaan unit kerja dan bidang, bilamana timbul permasalahan,

baik di unit kerja dan seksi masing-masing atasan membentuk tim

evaluasi untuk mencari solusinya, dengan memberi kepercayaan,

serta hasil keputusan evaluasi secara adil, dan diinformasikan

secara transparan. Selanjutnya setiap pegawai atau staf baik yang

sudah PNS maupun yang masih honorer bersaing secara positif

dalam penyampaian laporan keunit kerja dan seksi tentang

perkembangan hasil kerja kepada atasan, dengan menyampaikan

gagasan/usulan, sehingga antara atasan dan bawahan dalam

berkomunikasi waktunya semakin banyak, dengan demikian

penyampaian gagasan atau ide yang sebenarnya”.

Kinerja komunikasi efektif dari sudut pandang keterbukaan,

bahwa adanya kerjasama antara pimpinan dan pegawai/staf dapat dilihat

keterbukaan komunikasi maupun tanggung jawab didalam suatu instansi.

Keterbukaan atasan menyangkut aspek kepercayaan pada bawahan dan

keterbukaan terhadap ide-ide dan gagasan dari bawahan. Aspek

kepercayaan ditemukan lebih berpengaruh daripada penerimaan gagasan

kemudian perhatian dari atasan juga mempengaruhi kinerja bawahan yang

didapat melalui penerimaan dari atasan untuk memberikan solusi atas

masalah yang dihadapi bawahannya.

Page 62: Skripsi Penina Alom

53

Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang

memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas mudah dipahami dan tidak

disangsikan lagi kebenarannya. Kaitannya dengan peningkatan kinerja,

keterbukaan atau transparansi berarti kesedian untuk senantiasa

memberikan informasi factual mengenai berbagai hal yang berkenan

dengan proses penyelenggaraan peningkatan kinerja organisasi/instansi.

Berikut gambaran efektifitas komunikasi interpersonal, dimensi

keterbukaan dalam bentuk tabel :

Tabel 6

Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Dimensi Keterbukaan

No Keterbukaan

Tujuan

Komunikasi

Efektif

Keterangan

1 Memiliki akses

yang sama

terhadap

informasi

Bersikap positif Atasan dan bawahan bersikap

positif

menerima masukan dan

menyampaikan informasi penting

sepanjang ada hubungan dengan

kepentingan Kantor walaupun ada

perbedaan unit kerja/seksi.

2 Membentuk

Kepercayaan

Adil dan transparan Bilamana timbul permasalahan

pekerjaan pada bawahan, maka

atasan membentuk tim evaluasi

untuk mencari solusinya dengan

memberikan menyelesaikan

masalah selalu mencari solusi

dengan memberi kepercayaan

untuk mengevaluasi serta

diputuskan secara adil dan

transparan.

3 Bersaing secara

positif

Dapat diterima

semua pihak

Setiap pegawai/staf bersaing

secara positif dalam

menyampaikan laporan ke unit

kerja/seksi tentang hasil kerja

kepada atasan dengan

menyampaikan gagasan/usulan

sehingga tercipta waktu

Page 63: Skripsi Penina Alom

54

komunikasi semakin banyak

antara atasan dan bawahan

mengenai gagasan/ide yang

sebenarnya.

b. Empati (empaty)

Gambaran efektifitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor

Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika berdasarkan empati dengan indicator

perhatian, memposisikan diri pada kondisi orang lain, dan meminta orang

lain untuk menceritakan rumit permasalahan untuk mencari solusi, dari

informan diperoleh jawaban bahwa tidak semua pegawai dalam

melaksanakan tugasnya saling memperhatikan satu sama lain dan mampu

merasakan dan memahami sesuatu persoalan yang sedang dialami dari

berbagai sudut pandang, tergantung semangat kebersamaan dan ada

tanggung jawab dari tugas yang sudah diatur oleh instansi, sesuai dengan

masing-masing unit kerja/seksi.

Motivasi dari setiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya

mampu memposisikan dirinya pada kondisi yang dapat memahami instansi,

sikap dan keinginan pegawai, pada akhir-akhir perlu ditingkatkan.

Terhadap ide-ide dan saran, segala permasalahan yang timbul dalam

menyelesaikan pekerjaan dapat dicarikan solusi secara bersama, karena

adanya tim kerja yang solid, dimana atasan selalu memberi semangat kerja

dan biasanya mencarikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang

timbul.

Page 64: Skripsi Penina Alom

55

Berdasarkan gambaran di atas, diperoleh keterangan obyektifitas

bahwa pandangan informan tentang empati pegawai masih saling

memahami dan pengertian yang relevan dengan tugasnya. Dengan

demikian pegawai memiliki sikap yang paling penting dimiliki seseorang

saja menjalankan tugasnya adalah peduli, punya rasa empati. Kalau

seseorang punya kepedulian, maka kejujuran pun akan meningkat. Jika

pegawai memiliki kepedulian tinggi, ia pasti bertanggung jawab, jadi untuk

menjadi pegawai yang baik sehingga organisasi/Kantor Distrik tercapai

tujuaannya, sikap peduli ini menjadi unsur mutlak yang harus dimiliki,

sikap peduli punya dampak besar dalam setiap pegawai. Dengan sikap

peduli antara atasan dan bawahan bisa dengan mudahnya melakukan

intropeksi diri, mau mendengarkan dan menjalani dalam situsi kerja dengan

nilai atau misi yang jelas. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Kepala

Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika Samuel Yogi, SH.,MH. seperti dalam

kutipan wawancaraberikut :

“Kemampuan atasan untuk mengetahui apa yang sedang dialami

bawahannya pada suatu saat tertentu dengan kata lain seorang

atasan dapat memahami apa yang dirasakan bawahannya disini

adalah lebih kedalam pekerjaan yang dihadapi. Pegawai selaku

bawahan merasa belum cukup merasakan sikap empati yang

menjadi harapan mereka, bahwa harapan mengenai tindakan nyata

belum begitu dirasakan olehnya, jadi atasan sebatas merasa dan

mengungkapkan, namun belum cukup ada tindakan nyata dalam

memotivasi yang berkaitannya diluar lingkup pekerjaan. Saran

merupakan masukan yang biasanya disampaikan oleh atasan

kepada bawahan dalam upaya untuk membantu atau juga

memperbaiki pekerjaan yang sedang dilakukan untuk menuju

lebih baik dan menyatakan bahwa saran-saran yang disampaikan

kadangkala berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan oleh

atasan”.

Page 65: Skripsi Penina Alom

56

Pengaruh saran yang disampaikan dalam pembuatan kebijakan

dari kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, lebih diutamakan

dikarenakan pihak atasan beranggapan saran tersebut yang disampaikan

kompeten dalam menyelesaikan permasalahan atau menguntungkan bagi

instansi, menyatakan saran-saran yang disampaikan kadang-kadang

berpengaruh terhadap kebijakan yang dibuat oleh atasan mengenai saran-

saran yang disampaikan dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan oleh atasan. Menunjukan bahwa segala bentuk stimulus yang

disampaikan oleh pegawai tidak seluruhnya dapat diterima oleh pihak

atasan karena dianggap saran yang disampaikan harus dikonfirmasi ke

pimpinan dan kalau saran itu dianggap layak untuk mampu

menguntungkan kedua belah pihak.

Pengambilan keputusan oleh pihak atasan sering dianggap sebagai

keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat karena pihak Kantor Distrik

atau pimpinan selalu beranggapan bahwa apapun itu kebijakan yang

dikeluarkan oleh pimpinan demi kebaikan kedua belah pihak antara atasan

dan bawahan tapi menurut cara pandang pimpinan, menganggap saran-

saran yang disampaikan diperlukan dalam pengambilan keputusan oleh

pimpinan Kantor Distrik sebagai salah satu bentuk usaha bawahan dalam

menyampaikan aspirasinya demi tercapainya keinginan bawahan dalam

memutuskan kebijakan yang menguntungkan kedua belah pihak,

menyatakan bahwa pihaknya selalu berusaha menjembatani apa-apa yang

Page 66: Skripsi Penina Alom

57

menjadi aspirasi dari bawahan untuk disampaikan kepada atasan demi

membantu kedua belah pihak dalam menciptakan keharmonisan di

lingkungan kerja.

Opini atau pendapat merupakan hak dari semua pegawai dalam

menyampaikan apa yang menjadi aspirasinya. Maka setiap atasan sudah

menjadi keharusan untuk selalu menghargai setiap apa yang menjadi

pendapat dari bawahan baik yang positif maupun yang negatif demi

keberlangsungan sebuah Kantor Distrik, bahwa opini atau pendapat yang

disampaikan dapat diterima positif oleh atasan sehingga bawahan selalu

berusaha menyampaikan opininya, menyatakan bahwa apa-apa yang

menjadi opini dari pegawai selalu berusaha untuk memilahnya mana yang

perlu disampaikan atau tidak dalam bahasa yang lebih baik. Mengenai

opini (pendapat) pegawai selalu diterima positif oleh atasan, menunjukan

bahwa antara atasan dan bawahan berusaha melakukan filter terhadap apa

yang menjadi opini dari pegawai untuk memberikan opini yang terbaik

yang sekiranya dapat diterima oleh atasan, diterima atau tidaknya sebuah

pendapat oleh atasan biasanya akan berpengaruh terhadap produktifitas

kerja.

Kinerja komunikasi efektif dari sudut pandang empati,

menunjukkan atasan mampu memahami motivasi bawahannya, menerima

dan mendukung sikap untuk mengemukakan saran, pendapat yang dinilai

dapat meningkatkan kinerja Kantor Distrik dan atasan mampu menjadi

pengadil yang baik bila terjadi persoalan di dalam kantor, dengan

Page 67: Skripsi Penina Alom

58

menggunakan kemampuan merasakan sesuai dengan harapan bawahannya.

Berikut gambaran efektifitas komunikasi interpersonal, dimensi empati

dalam bentuk tabel :

Tabel 7

Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Dimensi Empati

No Empati

Tujuan

Komunikasi

Efektif

Keterangan

1 Saling

memperhatikan

dan memahami

Masing-masing

merasakan apa yang

Dirasakan orang lain

Kemampuan atasan untuk

mengetahui apa yang sedang

dialami bawahannya bawahan

dapat saling pada suatu saat

tertentu dengan kata lain atasan

dapat memahami apa yang

dirasakan bawahannya disini

adalah lebih kedalam pekerjaan

yang dihadapi

2 Memposisikan

diri pada kondisi

orang lain

Memahami motivasi

dan pengalaman

orang lain

Pegawai selaku bawahan merasa

belum cukup merasakan sikap

empati yang menjadi harapan

mereka, bahwa harapan mengenai

tindakan nyata belum begitu

dirasakan olehnya, jadi atasan

sebatas merasa dan

mengungkapkan, namun belum

cukup ada tindakan nyata dalam

memotivasi yang berkaitannya

dengan pekerjaan.

3 Selalu terbuka

terhadap ide-ide

dan saran

Memahami pendapat

sikap dan perilaku

Saran merupakan masukan yang

biasanya disampaikan oleh atasan

kepada bawahan dalam upaya

untuk membantu atau juga

memperbaiki pekerjaan yang

sedang dilakukan untuk menuju

lebih baik dan menyatakan bahwa

saran-saran yang disampaikan

kadangkala berpengaruh terhadap

pembuatan kebijakan oleh atasan.

Page 68: Skripsi Penina Alom

59

c. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Gambaran efektivitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika berdasarkan sikap mendukung dengan

indikator memotivasi, pemberian kesempatan, pemberian penghargaan,

informasi bahwa pegawai diberi motivasi untuk selalu bekerja dengan

sungguh-sungguh, sehingga memiliki komitmen dengan pegawai lainnya

untuk mendukung kelancaran dalam melaksanakan tugas, dan juga pegawai

diberi kesempatan yang sama dengan pegawai lain untuk berprestasi

mendapat penghargaan, sehingga pegawai lain dapat mempermudah dalam

penyelesaian pekerjaan.

Dukungan pegawai terhadap berbagai kebijakan yang dikeluarkan

oleh Kantor Distrik akan membantu Kantor Distrik dalam mencapai apa

yang menjadi tujuan dari kebijakan-kebijakan yang dibuat tersebut. Sikap

dukungan dari pegawai terhadap berbagai pemberian informasi

kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh Kantor Distrik, dengan begitu

dapat mempermudah dalam melaksanakan pekerjaannya caranya yaitu

selalu memberikan motivasi dan komitmen untuk kelancaran proses

pekerjaan di Kantor Distrik.

Berkaitan dengan pegawai yang berprestasi dan mendapatkan

penghargaan, bahwa penilaian hasil kerja keras bawahan dalam

melaksanakan tugasnya dan merasa pekerjaan yang selama ini mereka

lakukan dapat dihargai oleh atasan, pegawai memerlukan sebuah penilaian

terhadap hasil kerja mereka oleh atasan agar pegawai untuk selalu berusaha

Page 69: Skripsi Penina Alom

60

berprestasi dalam setiap pekerjaannya, dan menyatakan bahwa pegawai

mengharapkan kepada pimpinan memperhatikan hasil kerja para

pegawainya agar merasa diperhatikan dan juga diperlukan sebuah

penilaian. Stimulus dari pegawai menyatakan memerlukan sebuah

penilaian terhadap hasil kerja mereka, sehingga menuntut atasan untuk

lebih memperhatikan kerja bawahannya melalui sebuah penilaian yang

dianggap secara tidak langsung sebagai sebuah penghargaan dari pimpinan.

Walau ada sebagian yang merasa selalu dituntut berprestasi sedangkan

timbal balik yang mereka dapat kurang memuaskan misalnya dalam segi

finansial. Hal ini dikatakan oleh Sekretaris Distrik Iwaka Kabupaten

Mimika, Melkisedek Snae, SE seperti kutipan wawancara berikut :

“Dukungan yang diberikan atasan kepada bawahannya mengenai

pekerjaan yang dilakukan selama ini, dukungan ini juga dapat

dilihat dengan adanya pandangan terbuka dari atasan kepada

bawahan dan sikap tidak deskriptif yaitu mencoba menjelaskan

apa yang terjadi dan dirasakan, bersikap terbuka dan terus terang

dengan bawahannya, selain itu juga bersikap profesionalisme

yaitu berpikiran terbuka dan mau mendengar pandangan yang

berlawanan dengan dirinya. Harapan mengenai sikap mendukung

sendiri sudah cukup dirasakan oleh atasan dan bawahan terjadi

sesuai dengan harapan mereka, namun masih terdapat pegawai

yang merasa bahwa dukungan itu belum sepenuhnya dia

dapatkan, karena ada saat-saat tertentu dirinya tidak mendapatkan

dukungan sepenuhnya dari atasan, yang menjadi keinginan dari

bawahannya”.

Kinerja komunikasi yang efektif dari sudut pandang sikap

mendukung, bahwa hal ini dapat dilihat dari bentuk dukungan atau

motivasi menjadi hal yang sudah biasa ditemukan dalam pihak Distrik

sejak menjadi go public. Dikatakan bahwa rasa saling mendukung itu

Page 70: Skripsi Penina Alom

61

sudah ada secara tidak langsung untuk menumbuhkan rasa kompak di

dalam unit kerja/seksi masing-masing.

Gambaran di atas, diperoleh keterangan objektivitas bahwa

tentang sikap mendukung pegawai. Dengan demikian dapat diperoleh

kesimpulan bahwa komitmen Artinya masing-masing pihak yang

berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya

interaksi secara terbuka. Dengan adanya sikap mendukung antar pegawai

dapat mempermudah dalam penyelesaian tugas. Sikap mendukung sangat

diperlukan sebab dengan adanya dukungan dari setiap rekan kerja

memberikan motivasi yang mendorong seseorang untuk dapat berprestasi

aktif dalam organisasi atau instansi. Berikut gambaran efektifitas

komunikasi interpersonal, dimensi sikap mendukung dalam bentuk tabel :

Tabel 8

Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Dimensi Sikap Mendukung

No Sikap

Mendukung

Tujuan

Komunikasi

Efektif

Keterangan

1 Selalu Memberi

Motivasi

Terselenggaranya

interaksi secara

terbuka

Dukungan yang diberikan atasan

kepada bawahannya mengenai

pekerjaan yang dilakukan selama

ini, dukungan ini juga dapat

dilihat dengan adanya pandangan

terbuka dari atasan kepada

bawahan dan sikap tidak diskriptif

yaitu mencoba

menjelaskan apa yang terjadi dan

dirasakan, bersikap terbuka dan

terus terang dengan bawahannya

2 Kesempatan sama

dalam berprestasi

Memiliki komitmen

dalam mengambil

Keputusan bersifat

akomodatif

Atasan dan bawahan juga

bersikap

profesionalisme yaitu berpikiran

terbuka dan mau mendengar

pandangan yang berlawanan

Page 71: Skripsi Penina Alom

62

dengan dirinya. Harajpan

mengenai sikap

mendukung sendiri sudah cukup

dirasakan oleh atasan dan

bawahandi terjadi sesuai dengan

harapan mereka

3 Berprestasi

mendapatkan

penghargaan

Bekerja secara

bersungguh-sungguh

Pegawai yang merasa bahwa

dukungan itu belum sepenuhnya

dia dapatkan, karena ada saat-saat

tertentu dirinya tidak

mendapatkan

dukungan sepenuhnya dari atasan,

yang menjadi keinginan dari

bawahannya.

d. Sikap Positif (positiveness)

Gambaran efektivitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, berdasarkan sikap positif dengan

indikator menghargai orang lain. Berpikir positif terhadap orang lain,

meyakini pentingnya orang lain dapat dijabarkan bahwa pegawai dalam

menjalankan tugasnya saling menghargai satu sama lain, dalam bentuk

sikap, perilaku, perasaan dan pikiran yang positif, dengan sikap dan

perilaku, perasaan dan pikiran yang positif pegawai saling menghargai,

selalu berpikir terhadap pegawai lain, atas tindakan yang relevan dan saling

bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan.

Pegawai menyadari dan meyakini akan pentingnya pegawai

lainnya, sebagai partner komunikasi dalam melaksanakan tugas, pegawai

sangat memerlukan partner komunikasi dalam melaksanakan tugasnya.

Sikap positif dalam hal ini ditunjukkan adanya sikap positif yang lebih

mendukung dan memberikan support dan spirit dari atasan untuk

bawahannya dalam bekerja dan melakukan tugasnya selain itu adanya sikap

Page 72: Skripsi Penina Alom

63

positif untuk mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Hal

ini dikatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan dan Humas (Maya S.

Tamher, SE) sebagai berikut :

“Ditemukan ada harapan bawahan dari atasan yang sudah

terpenuhi namun ada satu harapan dari satu narasumber yang

belum terpenuhi yaitu adanya harapan saat atasan menegur

bawahannya seharusnya dilakukan dengan komunikasi

interpersonal saja dan pernah terjadi dikomentari di depan umum

atau di depan rekan-rekan kerja lainnya”.

Kinerja komunikasi efektif dari sudut pandang sikap positif,

biasanya tercermin dari yang pandangan pegawai akan apa yang dilakukan

yang dilakukan. Sikap positif yang juga merupakan salah satu aspek

membangun efektifitas komunikasi interpersonal dan juga sangat cocok

diterapkan dalam pihak Distrik ini. Adanya sikap positif yang dilakukan

atasan dapat membuat bawahan menjadi lebih menghargai atasan.

Gambaran di atas, diperoleh keterangan objektivitas bahwa

tentang sikap positif pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,

berada pada kondisi normal. Orang-orang yang memiliki sikap karir yang

positif juga akan memiliki persepsi dan evaluasi yang positif tentang karir

mereka. Sikap positif memiliki implikasi penting terhadap organisasi,

karena orang-orang yang memiliki sikap positif lebih memiliki komitmen

karir dan peningkatan kinerja. Berikut gambaran efektifitas komunikasi

interpersonal komunikasi interpersonal, dimensi sikap positif dalam bentuk

tabel :

Page 73: Skripsi Penina Alom

64

Tabel 9

Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Dimensi Sikap Positif

No Sikap Positif

Tujuan

Komunikasi

Efektif

Keterangan

1 Saling

menghargai

satu sama lain

Sikap dan bentuk

prilaku selalu

bekerjasama

Atasan sudah memberi harapan-

harapan dan memotivasi bawahan

dalam melaksanakan tugas

pekerjaannya masingmasing

2 Berpikir positif

terhadap orang

lain

Memiliki perasaan

dan

pikiran positif

Bawahan dalam menjalankan

tugasnya biasanya mendapat

teguran dari atasan tanpa ada

komunikasi interpersonal dalam

membeladirinya bawahan itu

3 Mengetahui

pentingnya

dukungan dari

orang lain

Meyakini pentingnya

orang lain

Harapan bawahan harus saling

menghargai bilamana atasan

menegur bawahan yang membuat

kesalahan dalam melaksanakan

pekerjaan seharusnya tidak

dikritisi di depan sesama pegawai

e. Kesetaraan (Equality)

Gambaran efektivitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika berdasarkan kesetaraan dapat

menempatkan diri setara dengan pegawai lain dalam melaksanakan

tugasnya, menempatkan diri setara dengan pegawai lain, dengan menyadari

adanya kepentingan yang berbeda dengan pegawai lainnya sebagai partner

komunikasi dalam menyelesaikan pekerjaan, dapat pula pegawai

menyadari kepentingan yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan.

Serta dalam melaksanakan tugasnya dan tanggung jawabnya tidak

memaksakan kehendaknya kepada pegawai lain.

Kesetaraan disini berbicara tentang pengakuan dari kedua belah

pihak yang melakukan komunikasi interpersonal secara bersama-sama

Page 74: Skripsi Penina Alom

65

tanpa membeda-bedakan. Dimensi ini terlihat di Kantor Distrik Iwaka

Kabupaten Mimika, terjadi dalam kehidupan berorganisasi mereka,

menurut mereka atasan sudah bersikap selayaknya dan sesuai dengan

porsinya serta tidak pernah membeda-bedakan antara satu dengan lainnya,

atasan mereka mau menerima pendapat dan saran dari bawahan tanpa

membeda-bedakan.

Namun muncul pemaknaan yang berbeda dari sikap ini yaitu

bahwa kesetaraan itu adalah seorang atasan tidak bisa menyerobot tugas

dari bawahannya dan mengatur anak buah dari bawahannya tersebut,

karena itu sudah ada prosedur tersendiri. Hal ini dikatakan oleh salah satu

staf PNS di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, Januarius Tsolme.

Seperti dalam wawancara berkut :

“Kelompok unit kerja/seksi memiliki kesamaan walaupun

terdapat bermacam-macam bagian pekerjaan yang berebeda-beda

pula, tapi mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan

kinerja.Selanjutnya bawahan bersikap yakin, tidak merasa malu,

dan gugup dalam menghadapi atasan, selama bekerja mengikuti

aturan-aturan yang sudah ditetentukan oleh pihak Distrik. Dan

menjaga interaksi sesame pegawai yang berguna dalam

kelancaran pekerjaan. Kebersamaan pada rekan kerja yang bagus,

baik dan saling memberitahu apabila sesama pegawai belum

mengetahui berupa informasi, diperhatikan pekerjaannya apabila

menyangkut adanya masalah segera diatasi bersama-sama dengan

diskusi. Kesetaraan pegawai menjaga interaksi baik bawahan

dengan atasan dalam mengatur isi, kelancaran dan arah

pembicaraan konsisten adalah melalui komunikasi peraturan di

pihak Distrik menggunakan sistem yang berjenjang cuma fungsi

yang membedakan, koordinatif yang diterapkan, sehingga punya

hubungan dalam interaksi sesama pegawai agar berjalan dengan

baik dan selalu ada timbal balik dalam berhubungan”.

Page 75: Skripsi Penina Alom

66

Perilaku ekspresif yang terjadi unit kerja/seksi di Kantor Distrik

Iwaka Kabupaten Mimika, dikarenakan cara menilai kinerja terhadap

pegawai oleh atasannya cukup diperhatikan. Orientasi pegawai dengan

pegawai yang berbeda unit kerja selama berkomunikasi, mampu melihat

perhatian dan kepentingan pegawai lainnya dan mampu merasakan situasi

dan interaksi dari sudut pandang pegawai lainnya serta menghargai

perbedaan. Jadi karekteristik pada orientasi sesama pegawai yang terjadi

selama ini mampu mengalami adaptasi yang baik, sering menyapa dan

saling berkomunikasi dalam waktu-waktu tertentu.

Kinerja komunikasi dari sudut pandang kesetaraan, dalam pihak

Distrik ini juga ditonjolkan oleh atasan kepada bawahannya. Atasan dalam

hal ini jarang melakukan pembedaan dalam artian memandang status dalam

melakukan komunikasi interpersonal. Atasan menganggap semua setara

seperti bersahabat dan tidak ada jenjang yang membuat canggung. Atasan

tidak memandang kesenioran dan keyunioran dan semua pegawai selalu

dianjurkan untuk saling mendukung satu sama lain walaupun ada

perbedaan unit kerja/seksi.

Gambaran diatas, diperoleh keterangan objektivitas bahwa

kesetaraan mempunyai nilai, sikap, prilaku dan pengalaman yang sama.

Hal ini menunjukkan pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki

kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan

saling memerlukan. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran, dimana

setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dipromosikan.

Page 76: Skripsi Penina Alom

67

Maka dengan adanya kesetaraan antar pegawai diharapkan dapat

memberikan motivasi untuk berlomba-lomba bersaing dalam meningkat

kinerja suatu pihak Distrik. Berikut gambaran efektifitas komunikasi

interpersonal, dimensi kesetaraan dalam bentuk tabel :

Tabel 10

Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Dimensi Sikap Kesetaraan

No Kesetaraan

Tujuan

Komunikasi

Efektif

Keterangan

1 Menempatkan diri

setara orang lain

Pengakuan dan

kerelaan dengan

partner sejati

Kelompok unit kerja / divisi

memiliki kesamaan walaupun

terdapat bermacam-macam

karakter pribadi dari pegawai itu,

tapi punya satu tujuan untuk

meningkatkan kinerja pihak

Distrik

2 Menyadari adanya

Kepentingan yang

berbeda

Menciptakan kesan

sesuai perbedaan

kehendak

Bawahan bersikap yakin tidak

gugup dan malu mengatasi atasan

sewaktu dalam melaksanakan

tugas yang diberikan

3 Tidak

memaksakan

kehendak

Kedua belahpihak

sama-sama bernilai

dan berharga

Atasan dan bawahan dalam

kebersamaan pada rekan kerja

yang

bagus, baik dan saling

memberitahu

apabila sesama pegawai belum

mengetahui berupa informasi,

diperhatikan kerjaannya apabila

menyangkut adanya masalah

segera

diatasi bersama-sama dengan

diskusi.

3. Faktor-faktor Penghambat Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Pelaksanaan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Kantor

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, dalam meningkatkan produktifitas kerja

pegawai tidak terlepas dari masalah-masalah yang menghambat

Page 77: Skripsi Penina Alom

68

pelaksanaannya. Masalah-masalah tersebut antara lain. bahwa terdapat

beberapa hambatan dalam pelaksanaan komunikasi interpersonal dalam

meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika

yang biasa terjadi adalah input atau ide dari bawahan pegawai tidak sampai ke

tingkat atas secara utuh, sehingga dalam penyalurannya menjadi terhambat.

Obyektifitas yang ketat atas penilaian atau supervise terhadap kinerja

pegawai oleh atasan sedangkan volume pekerjaan sangat tinggi. Sosialisasi

terhadap aturan-aturan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik

masih perlu ditingkatkan sehingga ada diantara pegawai yang kurang

mengetahui terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik.

Dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam

melaksanakan komunikasi interpersonal di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten

Mimika mengambil langkah-langkah sebagai berikut untuk mengatasi berbagai

hambatan yang dihadapi pihaknya terhadap sistem birokrasi yang

menyebabkan input atau ide tidak sampai secara utuh ke atas, maka antara

atasan dan bawahan selalu berusaha mengadakan acara-acara yang dapat

mendekatkan antara pegawai dengan atasan.

Mengatasi kurangnya penilaian atau supervise terhadap kinerja

pegawai maka pihak pihak Distrik berusaha memberikan reward bagi pegawai

yang berprestasi. Perlunya ditingkatkan sosialisasi terhadap aturan-aturan atau

kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik, maka pihak pihak Distrik selalu

berusaha memberikan informasi teraktual mengenai berbagai aturan-aturan

Page 78: Skripsi Penina Alom

69

atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik kepada pegawai melalui

berbagai bentuk baik secara langsung maupun tidak langsung.

a. Hambatan Internal Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Pegawai berusaha selalu menjaga komunikasi yang baik antara

atasan dan bawahan dalam kegiatan sehari-hari salah satunya dengan

berusaha melakukan tegur sapa diantara atasan dan bawahan. Selanjutnya

pegawai dalam hal ini atasan dan bawahan dalam menjalankan tugasnya

seringkali terjadi tidak memberitahukan informasi tertentu kepada pegawai

lainnya dan memberikan informasi tertentu kepada pegawai lainnya,

informan mengatakan sangat tergantung dari kelancaran tugasnya,

sebagaimana dikatakan oleh Kepala Distrik Iwaka Kabupaten Mimika

Samuel Yogi, SH.,MH berikut :

“Pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan, pernah menahan atau

tidak mau menerima/mendengar informasi dalam menyelesaikan

pekerjaan, pegawai menerima dan mendengar informasi, hal ini

biasa terjadi karena adanya perbedaan karakter personal, tetapi

pegawai dituntut pro aktif mencari informasi sebagaimana

tuntutan profesionalisme dalam pekerjaaan”.

Sesama pegawai jika dapat informasi buruk, untuk kecenderungan

menghakimi pegawai lain pernah terjadi, tapi selama lima tahun terakhir ini

tidak lagi terjadi, karena adanya frekuensi kerja yang tinggi, sehingga

informasi buruk, ada langsung menangani yaitu unit kerja operasional

Relation Corporate yang mengalami masalah langsung dievaluasi dan

menasehati kepada pegawai tentang informasi buruk tersebut. Selanjutnya

pegawai dalam melaksanakan tugasnya, seringkali melihat suatu masalah

Page 79: Skripsi Penina Alom

70

dari sudut pandangnya sendiri, tanpa mencoba memahami sebuah situasi

dari sudut pandang yang berbeda, tergantung pegawai itu dapat melihat

masalah dari sudut pandangnya sendiri dan memahami situasi dari sudut

pandang yang berbeda. Baik sebagai atasan dan bawahan penekanan dari

pihak Distrik untuk bisa maju, maka harus koordinasi selalu diutamakan

dalam menyelesaikan gangguan-gangguan operasional tugas masing-

masing unit kerja/seksi supaya ada solusi untuk mengatasi ada persoalan

yang timbul.

Pegawai dalam menjalankan tugasnya, membatasi informasi yang

cocok dengan harapannya, juga dengan menjalankan tugasnya sesuai job

yang diberikan. Karena dalam menjalankan tugasnya, mengalami

keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh,

pegawai mudah mendapatkan informasi lewat implist telkom. Dapat saja

terjadi karena biasanya ada kehendak personal yang berhubungan dengan

tugasnya, tidak sesuai kecocokan pengalaman kerjanya atau bidang yang

pernah ditempati, sehingga suasana kerja antar pegawai, harus mengalami

penyesuaian komunikasi. Berikut hambatan internal komunikasi

interpersonal, dalam bentuk tabel :

Tabel 11

Hambatan Internal Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Hambatan Bentuk Hambatan Keterangan Internal Latar belakang, pengalaman

dan pengetahuan biasanya

terjadi saling mempertahankan

pendapat

Pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaan, pernah menahan atau

tidak mau menerima/ mendengar

informasi dalam menyelesaikan

pekerjaan, pegawai menerima dan

mendengar informasi, ini biasa

terjadi karena adanya perbedaan

Page 80: Skripsi Penina Alom

71

karakter personal, tetapi pegawai

dituntut pro aktif mencari informasi

sebagaimana tuntutan

profesionalisme dalam pekerjaan.

b. Hambatan Eksternal Efektifitas Komunikasi Interpersonal

Perbedaan status sosial yang ada pada pegawai dalam

menjalankan tugasnya, tidak terpengaruh adanya perbedaan status sosial

pada pegawai lainnya bahwa kejadian selama bekerja, perbedaan jangan

dilihat dari status sosial karena pegawai rata-rata bersikap profesional dan

bertanggung jawab. Pegawai dalam melaksanakan tugasnya, menyalurkan

pikiran dan perasaannya mengalami permasalahan tata bahasa. Hal ini

biasanya terjadi karena karena pegawai disini baik itu atasan dan bawahan

masing-masing dari berbagai suku dan ragam bahasa dan pegawai-pegawai

dapat saling memahami dan menerima demi kebersamaan untuk

memperlancar pelaksanaan pekerja di unit kerja/seksi.

Pegawai dalam menjalankan tugasnya, terpengaruh dengan

adanya perbedaan kebudayaan, suku dan lingkungan sosial. Hal ini

sebagaimana dikatakan oleh salah seorang staf honorer di Kantor Distrik

Iwaka Distrik Mimika Sakarias Kwalin berikut ini :

“Menjaga hubungan yang baik dari seluruh atasan pada unit

kerja/divisi Distrik Iwaka Kabupaten Mimika kepada para

pegawai, hal ini yang terkadang kurang dipahami oleh para atasan

sehingga memiliki kecenderungan komunikasi yang baik

dilakukan pada saat atasan memberikan tugas atau perintah saja”.

Prasarana serta infrastruktur Kantor Distrik Iwaka Kabupaten

Mimika sudah dirancang sedemikian baik, sehingga pegawai dalam

Page 81: Skripsi Penina Alom

72

melaksanakan tugasnya, tidak mengalami gangguan lingkungan fisik (suara

riuh, kebisingan, cahaya tidak terang dan lain-lain), lingkungan fisik sangat

baik, sehingga gangguan yang disebabkan pada media (sambungan telepon

terputus, jaringan telepon selular, dan lain-lain), tidak terjadi dan

dipergunakan dalam melancarkan komunikasi sangat lancar dan membantu

penyelesaian pekerjaan.

Pegawai dalam melaksanakan tugas, biasanya mengalami

hambatan dengan ketidakpastian pada kehadiran teknologi informasi dan

komunikasi. Pegawai diberi pelatihan. Pihak Distrik sudah mengantisipasi

dengan sumberdaya manusia yang handal sesuai keahlian melalui

pendidikan dan latihan, jadi pegawai biasa mengalami hambatan tidak siap

dengan kehadiran teknologi akan mengalami jenjang karier yang lambat.

Berikut hambatan eksternal komunikasi interpersonal, dalam bentuk tabel :

Tabel 12

Hambatan Eksternal Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Hambatan Bentuk Hambatan Keterangan

Eksternal Struktur organisasi sewaktu

– waktu berubah

Menjaga hubungan yang baik

dari seluruh atasan pada unit

kerja/seksi Kantor Distrik Iwaka

Kabupaten Mimika kepada para

pegawai, hal ini yang terkadang

kurang dipahami oleh para atasan

sehingga memiliki

kecenderungan komunikasi yang

baik dilakukan pada saat atasan

memberikan

tugas atau perintah saja.

Page 82: Skripsi Penina Alom

73

4. Peningkatan Kinerja Pegawai

a. Prestasi Kerja

Waktu adalah hal yang penting untuk diperhatikan dalam

melakukan sebuah aktivitas. Waktu yang ditentukan oleh sebuah pihak

Distrik dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan sangat menentukan

keberhasilan sebuah pekerjaan yang dibebankan pada pegawai. Hal ini

sebagaimana dikatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan dan Humas (Maya

S. Tamher, SE) berikut ini :

“Pihak pihak Distrik selalu membuat jadwal setiap usulan

program pekerjaan yang sesuai dengan waktu yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan sehingga pegawai tidak

dikejar-kejar deadline”.

Kinerja komunikasi efektif dalam perspektif prestasi kerja,

merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menciptakan dan

membina hubungan yang baik dalam pihak Distrik. Informasi yang

disampaikan oleh atasan pihak Distrik kepada bawahan secara bertahap

sesuai dengan struktur organisasi dan jaringan wewenang yang ada. Karena

banyaknya rangkaian wewenang yang ada dalam pihak Distrik , maka ada

kemungkinan timbulnya salah pengertian dalam menerima informasi yang

diberikan . Salah pengertian dalam penerimaan informasi besar

pengaruhnya bagi kelancaran aktifitas pihak Distrik. Dapat dilihat dengan

jelas bahwa komunikasi interpersonal berhubungan erat dengan prestasi

kerja guna peningkatan kinerja khususnya para pegawai dan pada

umumnya pihak Distrik itu sendiri.

Page 83: Skripsi Penina Alom

74

Gambaran di atas menunjukkan bahwa respon yang diterima

pegawai tentang kurun waktu yang ditentukan oleh pihak Distrik telah

disesuaikan dengan sebanyak apa pekerjaan yang harus diselesaikan oleh

pegawai sehingga hasil yang diinginkan oleh pihak Distrik dapat

terwujud/tercapai. Distrik Iwaka Kabupaten Mimika , dalam

menyelesaikan pekerjaan sudah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

oleh pihak Distrik. Sehingga tidak terjadi penumpukan pekerjaan,

menyatakan bahwa sebagai salah satu cara yang efektif dalam usaha untuk

menghasilkan sebuah pekerjaan yang maksimal maka pihak pihak Distrik

selalu menyesuaikan waktu yang dibutuhkan dengan pekerjaan yang harus

diselesaikan. Bahwa stimulus yang diberikan kepada pegawai berdampak

efektif dalam usaha untuk menghasilkan sebuah pekerjaan yang maksimal

yaitu dengan melakukan manajemen waktu yang tepat dalam

menyelesaikan sebuah pekerjaan sehingga tidak terjadi tumpang tindih.

Berikut gambaran unsur peningkatan kinerja dari prestasi kerja dalam

bentuk tabel :

Tabel 13

Unsur Peningkatan Kinerja Prestasi Kerja

Unsur

Peningkatan

Kerja

Indikator

Peningkatakan kerja

Keterangan

Prestasi Kerja Kualitas, kuantitas

hubungan, ketangguhan

dan pencapaian pekerjaan

Pihak pihak Distrik selalu

membuat jadwal setiap usulan

program pekerjaan yang sesuai

dengan waktu yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan sebuah

pekerjaan sehingga pegawai tidak

dikejar-kejar deadline.

Page 84: Skripsi Penina Alom

75

b. Jenjang Karir

Jenjang karir merupakan faktor pendukung bagi seorang pegawai

untuk lebih produktif lagi dalam pekerjaan. Ukuran seseorang dalam

bekerja dikatakan produktif adalah apabila pegawai tersebut dapat

menyelesaikan pekerjaannya dengan kualitas yang sesuai dengan standar

yang telah ditentukan oleh pihak pihak Distrik atau manajemen dalam

kurun waktu yang lebih banyak dari periode tertentu. Hal ini dikatakan oleh

Skretaris Distrik (Melkisedek Snae, SE) sebagai berikut :

“Pihak pemerintah Kabupaten Mimika melalui Kantor Distrik

sudah mampu memuaskan pegawai dalam peningkatan jenjang

karirnya sehingga hal tersebut meningkatkan produktifitas kerja

dari pegawai, menyatakan bahwa pihak Pemerintah Distrik selalu

berusaha selalu memperhatikan jenjang karir pegawai berdasarkan

prestasi yang diperlihatkan oleh pegawai itu sendiri sehingga

faktor prestasi sangat menentukan peningkatan jenjang karir

seorang pegawai”.

Pihak pemerintah Distrik telah memperhatikan jenjang karir

pegawainya, menunjukkan bahwa stimulus tentang jenjang karir yang

ditentukan oleh pihak Pemerintah Distrik sangat dipengaruhi oleh pegawai

itu sendiri. Kalau pegawai itu mampu berprestasi dalam bekerja maka

jenjang karir dengan sendirinya akan diperhatikan oleh atasan. Dalam

menerapkan secara total bukan saja diperlukan mental berbudaya produktif

bagi kalangan bawahan, tetapi juga bagi kalangan atasan.

Kinerja komunikasi efektif dalam perspektik jenjang karir, Kantor

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, menyatakan bahwa jenjang karir yang

ditentukan pihak Distrik dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai

Page 85: Skripsi Penina Alom

76

dan menyatakan bahwa pihak pihak Distrik selalu berusaha meningkatkan

kinerja, melalui berbagai cara salah satunya dengan memperhatikan jenjang

karir pegawainya sehingga diharapkan dapat mampu memotivasi pegawai

dalam meningkatkan kinerja pegawai. Mengenai jenjang karir yang

ditentukan oleh pihak Distrik, juga tidak terlepas oleh partisipasi

komunikasi antara atasan dan bawahan dalam hubungan interpersonal yang

efektif dimana sikap mendukung masing-masing pegawai yang

berkomunikasi memiliki komitmen pada jenjang karir sehingga dapat

meningkatkan kinerja kerja pegawai, dan menunjukan bahwa stimulus

dengan adanya perhatian dari pihak pihak Distrik atau manajemen terhadap

jenjang karir pegawai mampu memotivasi pegawai maka dapat membantu

dalam meningkatkan produktifitas kerja.

c. Penghargaan Kinerja

Reward diberikan kepada pegawai yang berprestasi dalam

melaksanakan pekerjaannya. Pemberian reward biasanya diberikan oleh

pimpinan sebagai bentuk penghargaan atas hasil kerja yang dilakukan oleh

pegawai.

Pihak Pempinan Distrik, menyatakan bahwa reward yang selama

ini diberikan pihak Distrik sudah efektif, sesuai hasil kerja dan penilaian

kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai Distrik.

Pihak Distrik sudah efektif dalam meningkatkan kinerja

pegawainya, bahwa stimulus reward yang diberikan oleh pihak Distrik

dapat membantu meningkatkan produktifitas kerja pegawai, namun hal

Page 86: Skripsi Penina Alom

77

tersebut mampu juga efektif dalam meningkatkan kinerja pegawai di

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika. Waktu yang ditentukan oleh

pihak Distrik bagi penerima reward merupakan kebijakan pihak Distrik

yang dianggap tepat bagi pihak Distrik bagi penerima reward. Reward atau

penghargaan merupakan faktor penting dalam keberlangsungan seorang

pegawai didalam sebuah pihak Distrik. Hal ini dikatakan oleh Kepala Seksi

Pemerintahan dan Humas (Maya S. Tamher, SE) berikut ini :

“Ketentuan pihak Distrik dalam kurun waktu penerima reward

dianggap sudah tepat karena sudah disesuaikan dengan kriteria-

kriteria tertentu yang ditentukan oleh manajemen, respon dari

pegawai tentang reward yang diberikan pihak Distrik biasanya

diberikan dulu sebelum menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat

mempengaruhii peningkatan produktifitas kerja yang

diperlihatkan oleh pegawai”.

Penghargaan merupakan sebuah reward yang dikeluarkan oleh

pihak pihak Distrik atas hasil kerja pegawainya sebagai salah satu bentuk

usaha pihak pihak Distrik dalam memacu pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaannya. Dan pegawai memerlukan sebuah penghargaan terhadap

hasil kerja yang dilakukan pegawai mendapatkan respon yang baik bahkan

hampir keseluruhan menganggap perlu sebuah penghargaan terhadap hasil

kerja yang dilakukan pegawai, dan setiap usaha pihak Distrik khususnya

dalam pemberian penghargaan terhadap hasil kerja yang dilakukan pegawai

bertujuan agar dapat memotivasi pegawai untuk menjadi lebih baik dalam

setiap menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan atau pihak

Distrik.

Page 87: Skripsi Penina Alom

78

Mengenai pemberian penghargaan diperlukan terhadap hasil kerja

yang dilakukan pegawai, bahwa upaya memotivasi dan meningkatkan

kinerja pegawai, maka pihak pegawai memberikan sebuah stimulus salah

satunya berupa pemberian penghargaan oleh pihak pihak Distrik agar dapat

memacu respon pegawai yaitu disini responden melalui penghargaan

tertentu terhadap hasil kerja yang dilakukan sehingga pihak pihak Distrik

berusaha melakukan hal tersebut. Kepuasan dari seorang pegawai terhadap

sebuah

penghargaan baik secara materi dan non materi atas hasil kerja

yang telah dilakukannya merupakan sesuatu hal yang sangat menunjang

terhadap peningkatan kinerja yang akan dihasilkan oleh pegawai itu

sendiri. Kinerja komunikasi efektif dalam perspektif penghargaan kerja,

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, dalam pemberian penghargaan

atas hasil kerja yang telah dilakukan pihak atasan sudah berusaha

semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik terhadap hasil kerja

yang telah dilakukan oleh pegawainya, melalui pemberian penghargaan

terbukti dengan diberikannya sebuah reward bagi pegawai yang berprestasi.

Dan sikap positif dari atasan dan bawahan ditunjukkan dalam bentuk sikap

dan prilaku, yang terlibat dalam komunikasi interpersonal dimiliki perasaan

dan pikiran positif masing-masing pegawai.

Mengenai pemberian penghargaan dirasakan sudah cukup

memuaskan dibandingkan hasil kerja yang telah dilakukan, bahwa perlunya

perbaikan atas pemberian penghargaan yang distimuluskan pimpinan

Page 88: Skripsi Penina Alom

79

sehingga dapat memuaskan para pegawai atas hasil kerja yang telah

dilakukannya. Agar kedua belah pihak merasa diuntungkan yang akhirnya

berimbas pada keberlangsungan sebuah atasan. Ketepatan waktu berkaitan

dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan target

waktu yang direncanakan. Berdasarkan hal dikemukakan diatas, maka

dapat diketahui bahwa yang dihasilkan dari pekerjaan yang dicapai oleh

pegawai, baik secara individu maupun kelompok yang dapat berupa produk

atau jasa yang sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya

berdasarkan ukuran tertentu selama waktu tertentu.

Ketepatan dan ketidaktepatan mereka dalam menyerahkan laporan

hasil kerja sangat ditentukan oleh sedikit banyaknya pekerjaan yang

dibebankan pada mereka. Bahwa adanya keterlambatan penyerahan laporan

hasil kerja banyak disebabkan karena banyaknya pekerjaan yang harus

diselesaikan sedangkan waktu yang ditentukan kurang dan juga jam kerja

tambahan/lembur diberlakukan. Penyerahan laporan kerja tepat pada

waktunya, pihak atasan memberikan stimulus waktu yang lebih banyak lagi

untuk menyelesaikan laporan kerja dapat diserahkan tepat pada waktunya.

Kesesuaian antara laporan dengan pekerjaan yang diperintahkan

merupakan sebuah keharusan yang harus sangat diperhatikan oleh seorang

pegawai karena dengan begitu pegawai mampu menyelesaikan pekerjaan

sesuai dengan perintah.

Mengenai isi laporan kerja sudah sesuai dengan pekerjaan yang

diperintahkan oleh atasan, bahwa pada kenyataannya dilapangan kadang

Page 89: Skripsi Penina Alom

80

suka mengalami pekerjaan yang harus dilakukan tidak sesuai dengan

perintah yang dikeluarkan oleh atasan yang akhirnya berpengaruh pada isi

laporan kerja yang dibuat.

d. Motivasi Kerja

Adanya motivasi dalam bekerja merupakan kekuatan untuk

meningkatkan prestasi kerja pegawai serta dapat membantu meningkatkan

produktifitas yang tinggi. Selain dimiliki oleh pegawai itu sendiri, motivasi

kerja perlu juga diberikan oleh atasan atasan baik pemberian material

maupun immaterial, dan menyatakan bahwa motivasi kerja baik diberikan

oleh pihak atasan, sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kinerja.

Motivasi kerja sering dilakukan baik melalui pelatihan-pelatihan,

pemberian reward, penghargaan-penghargaan, perlakuan yang sesuai

dengan etika/rasa sosial serta disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu

oleh manajemen dalam atasan sehingga tidak perlu membuat aturan atau

kriteria baru untuk meningkatkan motivasi kerja.

Kinerja komunikasi efektif dalam perspektik motivasi kerja yang

dimiliki oleh setiap individu pegawai sudah baik, bahwa stimulus dari

atasan tentang motivasi kerja terhadap pegawai sangat diperlukan untuk

meningkatkan semangat kerja serta meningkatkan produk kerja, tetapi hal

ini dirasakan pegawai masih cukup baik pemberian motivasi yang

dilakukan pimpinan Distrik, dikarenakan atasan dengan bawahan mampu

saling memahami motivasi, esensi dan saling bertukar pengalaman,

sehingga harapan dan keinginan masing-masing dapat terakomodasi.

Page 90: Skripsi Penina Alom

81

Reward merupakan sebuah penghargaan barupa material maupun

imaterial, tetapi disini lebih ditekankan pada pemberian reward secara

material karena dengan melihat kebutuhan dari pegawai untuk memenuhi

kebutuhan sehari-harinya lebih cukup dengan mengandalkan gaji dari

Distrik itu. tetapi alangkah baiknya bila adanya reward tiap bulan untuk

mengganti kebutuhan yang tidak diperkirakan. Hal ini pun tentunya akan

berdampak positif terhadap peningkatan motivasi pegawai dalam

peningkatan kinerja pegawai Distrik.

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, tentang reward bulanan

terhadap pegawai sangat diperlukan untuk membantu semangat kerja serta

meningkatkan produk kerja, tetapi hal ini dirasakan pegawai masih baik

pemberian rewardnya yang dilakukan atasan Distrik, dengan demikian

perlu ada penambahan lagi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh

pegawai Distrik.

e. Disiplin kerja

Sebuah pekerjaan bisa dinilai dengan baik bila memiliki disiplin

kerja yang dimiliki pegawai, sebab tanpa adanya kekuatan disiplin tidak

akan tercipta suasana kerja yang akan menghasilkan tujuan (gold), bahkan

yang timbul hanyalah keresahan kantor dalam menghasilkan produk yang

saat ini banyak persaingan satu sama lainnya. Bahwa kedisiplinan yang

dimiliki pegawai dilihat belum melekat rasa disiplin, misalnya dari segi

waktu, pengerjaan tugas, dan lainnya masih banyak pegawai yang sudah

tepat waktu dalam mulai bekerja dan menyelesaikan pekerjaan. Karena dari

Page 91: Skripsi Penina Alom

82

pimpinan kantor memberikan perhatian khusus tentang kedisiplinan waktu

serta ketepatan menyelesaikan tugas dan sikap disiplin kerja penting

adanya untuk menumbuhkan segala aspek yang akan merubah sistem yang

asalnya bersifat abstrak menjadi kongkrit dalam bekerja. Kedisiplinan

pegawai pada dasarnya sudah ditentukan oleh aturan kantor, namun apa

kenyataannya pegawai masih belum merealisasikan etos kerja disiplin yang

maksimal.

Kinerja komunikasi dalam perspektif disiplin kerja para pegawai

sudah memiliki disiplin kerja yang baik, bahwa stimulus dari atasan kantor

dalam disiplin kerja kepada bawahannya, bahwa ada pengakuan masing-

masing yang memiliki kepentingan yang bernilai dan berharga, dengan

tercipta saling berkomunikasi secara interpersonal dalam suasana akrab,

dan sangat diperlukan untuk membantu semangat kerja serta meningkatkan

motivasi kerja, bahkan sebagian pegawai kurang mengindahkan kata

disiplin melekat dalam hatinya untuk meningkatkan semangat kerja di

kantor. Dampak dari memiliki disiplin kerja yang dimiliki pegawai akan

mengakibatkan dampak positif terhadap hasil kinerja pegawai sebab

dengan adanya kekuatan disiplin akan tercapai target, bahkan tidak akan

timbul keresahan dalam kantor meskipun adanya persaingan satu sama

lainnya pada produk yang sama. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kepala

Distrik Iwaka, Samuel Yogi, SH.,MH berikut ini :

“Kedisiplinan yang dimiliki pegawai diperlukan dalam Instansi

Distrik, misalnya dari segi waktu, pengerjaan tugas, dan lainnya.

Hal ini diperlukan adanya penilaian reward kepada salah satu

Page 92: Skripsi Penina Alom

83

pegawai yang di nilai (value) baik dalam disiplinnya, sehingga

dapat menimbulkan motivasi kerja bagi pegawai lainnya”.

Memberikan bekal arti penting disiplin dalam dirinya (self

concisnous) dengan pelatihan-pelatihan kerja yang disiplin tinggi untuk

menghasilkan produktifitas kerja, kedisiplinan pegawai pada dasarnya

sudah ditentukan oleh aturan kantor, namun pada kenyataannya pegawai

masih belum merealisasikan etos kerja disiplin yang maksimal. Mengenai

disiplin kerja yang dimiliki oleh setiap individu pegawai mempengaruhi

terhadap peningkatan kinerja, bahwa stimulus untuk meningkatkan disiplin

kerja pegawai sangat diperlukan dalam membantu produktifitas kerja,

bahkan sebagian pegawai menyatakan dengan disiplin tinggi dalam bekerja

maka pekerjaan yang kurang tahu akan termotivasi untuk memperbaiki

kualitas dan kuantitas produk yang dibuatnya, bila dinilai maka hasilnya

akan melebihi yang kurang disiplin meskipun pegawai tersebut mahir

dalam pekerjaanya.

f. Penilaian hasil kerja

Kinerja merupakan sesuatu yang dicapai, prestasi yang

diperlihatkan tentang kemampuan kerja pegawai sehingga menghasilkan

sesuatu yang maksimal yang dapat memuaskan masyarakat. Dari Kantor

Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, diperoleh keterangan bahwa pegawai

telah mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kantor,

walaupun ada sebagian yang merasa masih kurang mampu itu lebih

dikarenakan masalah teknis saja. Selanjutnya dengan adanya pegawai yang

Page 93: Skripsi Penina Alom

84

kurang mampu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan kantor

biasanya terjadi pada pegawai-pegawai yang masih baru bekerja dikantor,

dengan demikian diupayakan bagi pegawai yang lebih senior untuk mau

membantu.

Mengenai mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan

kantor, dari bahwa stimulus dari kantor bagi pegawai yang sudah lama

bekerja untuk membantu dan membimbing, mengarahkan pegawai yang

masih junior sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menyelesaikan

pekerjaan yang ditentukan oleh atasan. Ketepatan waktu dalam

menyelesaikan sebuah pekerjaan merupakan faktor penting untuk

menghasilkan hasil kerja yang berkualitas baik, karena dengan demikian

produktifitas yang dimiliki oleh pegawai sudah baik. Manajemen waktu

yang bagus maka akan menghasilkan juga kualitas dan pemanfaatan waktu

yang efektif. Hal ini diktakan oleh Sekretaris Distrik Iwaka Melkisedek

Snae, SE berikut ini :

“Menilai setiap ketepatan target waktu dalam menyelesaikan

pekerjaan yang ditentukan atasan sudah tepat, namun dalam

kenyataan dilapangan tidak jarang pegawai menjadi keteteran

dengan jadwal yang ditentukan untuk mengejar deadline sebuah

hasil kerja. Dan menyatakan bahwa pihak atasan selalu

menentukan deadline sebuah hasil kerja tepat pada waktunya agar

pekerjaan tidak tumpang tindih yang akhirnya berakibat pada

kurangnya kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan dari sebuah

pekerjaan”.

Mengenai ketentuan waktu yang ditentukan atasan dalam

menyelesaikan pekerjaan sudah tepat, bahwa stimulus dari pimpinan

dalam bekerja agar ketepatan target waktu yang diberikan oleh atasan dapat

Page 94: Skripsi Penina Alom

85

memacu pegawai untuk bekerja lebih keras karena kadang tidak tepat

dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Pekerjaan merupakan kegiatan pegawai untuk melakukan aktivitas pada

atasan untuk menghasilkan produk. Dengan bekerja pegawai tersebut selain

menghasilkan pekerjaan, tentunya juga hal-hal yang bersifat material pun

akan datang dengan pekerjaan yang dilakukannya.

Mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan cukup banyak setiap

harinya, menunjukan bahwa stimulus tentang ketepatan target waktu yang

diberikan oleh perusahaan memacu pegawai untuk bekerja lebih keras

karena yang diberikan tidak segan-segan pihak perusahaan memberi sanksi

bagi pegawai yang selalu tidak tepat dalam menyelesaikan sebuah

pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Dengan memberikan upah kepada

pegawai tentunya pihak perusahaan menuntut adanya keseimbangan (take

and balance) dalam bekerja untuk menghasilkan produksi yang dikerjakan

oleh pegawai di kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika diperoleh

keterangan bahwa dalam bekerjanya sudah menghasilkan pekerjaan

sebanyak yang diinginkan perusahaan, namun dalam kenyataan

dilapangannya masih saja ada pegawai yang belum sesuai dalam

bekerjanya untuk memenuhi target yang diinginkan pihak perusahaan.

Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika , menganjurkan kepada

seluruh pegawai agar pekerjaan yang dikerjakannya harus memenuhi target

yang diharapkan sebab kalau tidak tercapai selain tidak mendapat reward

tentunya dapat merugikan pihak perusahaan. Mengenai pihak perusahaan

Page 95: Skripsi Penina Alom

86

menuntut untuk menyelesaikan pekerjaan sebanyak-banyaknya bahwa

respon dari pegawai tentang pekerjaan yang diberikannya memacu pegawai

untuk bekerja lebih keras mencapai target yang diinginkan. Perusahaan

dalam hal ini Kantor Distrik Iwaka

Komunikasi interpersonal yang efektif perlu ditingkatkan karena

hal itu dapat meningkatkan kinerja pegawai, komunikasi interpersonal bisa

dibina dengan cara mensosialisasikan program kerja dll, selain itu perhatian

dan interest terhadap pegawai perlu ditingkatkan untuk meningkatkan

apresiasi pegawai terhadap instansi.

Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang

kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi maupun

adaptasi organisasi setiap perubahan lingkungan bisnis yang ada sehingga

organisasi bias tetap survive bahkan meraih keunggulan kompetitifnya.

Melalui komunikasi yang baik antar individu dan pihak-pihak yang terlibat

langsung dalam organisasi maupun diluar organisasi, organisasi dapat

memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Untuk mengembangkan

komunikasi yang baik ini diperlukan peran aktif manajer maupun bawahan.

B. PEMBAHASAN

a. Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan Kinerja

Pegawai.

Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong

terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega dalam

Page 96: Skripsi Penina Alom

87

suatu organisasi. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi

merasakan atau memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa

perlu untuk memelihara hubungan interpersonal. Menurut A.W. Suranto

(2011:79) Sering kali orang tidak menyadari pentingnya masalah interaksi

antar manusia, karena sebagian orang beranggapan bahwa yang terpenting

adalah modal kekuasaan dan modal material. Kalau dua modal itu berada di

tangan, dikiranya segala urusan menjadi lancar dan berpihak kepadanya.

Padahal kecakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan aset yang

penting dalam hubungan antar pegawai dalam organisasi. Keefektifan

hubungan interpersonal adalah taraf seberapa jauh akibat-akibat dari tingkah

laku kita sesuai dengan yang kita harapkan.

Keefektifan kita dalam hubungan interpersonal ditentukan oleh

kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang kita

sampaikan. Menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang

lain sesuai kehendak kita. Kita dapat meningkatkan keefektifan kita dalam

hubungan interpersonal dengan cara berlatih mengungkapkan

maksudkeinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan

memodiflkasikan tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya

sebagaimana kita maksudkan. Artinya, sampai akibat-akibat yang ditimbulkan

oleh tingkah laku kita dalam diri orang lain itu seperti yang kita maksudkan.

Di dalam suatu organisasi atau instansi, sangat diperlukan komunikasi

yang efektif demi kelancaran berjalannya kegiatan organisasi. Yang dimaksud

dengan komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang efektif dan tepat

Page 97: Skripsi Penina Alom

88

sasaran. Dalam komunikasi tersebut, efektifitas komunikasi diukur dari adanya

keterbukaan antara pihak yang melakukan komunikasi, saling mendukung

antara pihak yang melakukan komunikasi, bersikap positif, saling memahami

antara pihak yang saling melakukan komunikasi, kesetaraan antara pihak yang

melakukan komunikasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hakekat komunikasi interpersonal

yang dikatakan oleh A.W. Suranto (2011:5) yaitu komunikasi interpersonal

pada hakikatnya adalah: pertama, suatu proses yang bermakna transaksi dan

interaksi. Jadi adanya transaksi mengenai gagasan, ide, pesan, simbol atau

informasi. Sedangkan istilah interaksi mengesankan adanya suatu tindakan

yang berbalasan. Jadi interaksi sosial adalah suatu proses berhubungan yang

dinamis dan saling pengaruh-mempengaruhi antar pegawai. Kedua, pesan tidak

ada dengan sendirinya, melainkan diciptakan dan dikirimkan oleh seorang

komunikator, atau sumber informasi. Komunikasi interpersonal dapat terjadi

secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun komunikasi dapat di setting

dalam pola komunikasi langsung maupun tidak langsung, namun untuk

pertimbangan efektivitas komunikasi, maka komunikasi secara langsung

menjadi pilihan utama.

Mengacu pada konsep De Vito tentang Komunikasi Interpersonal

yang efektif dari sudut pandang humanistik. Dalam pandangan ini untuk

menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan adanya keterbukaan, sikap

empati, sikap mendukung, sikap positif serta kesetaraan dari pihak-pihak yang

berkomunikasi.

Page 98: Skripsi Penina Alom

89

Selanjutnya dapat diuraikan bagaimana dimensi-dimensi efektivitas

komunikasi Interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai sebagai

berikut:

1. Keterbukaan dalam meningkatkan kinerja pegawai

Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain,

serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini

tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua

riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan

informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah

kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasa

disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi ini tidak

bertentangan dengan asas kepatutan.

Devito dalam (A.W. Suranto 2011:82) menjelaskan bahwa sikap

keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon, tidak berkata

bohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dari

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu karakteristik dalam

meningkatkan kinerja adalah dengan adanya keterbukaan terhadap

pegawai.

Dengan adanya keterbukaan dalam sebuah perusahaan yang

diperoleh para pegawai tentunya akan berdampak positif dengan

diwujudkan melalui tindakan. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa

dengan adanya keterbukaan maka komunikasi interpersonal akan

berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh

Page 99: Skripsi Penina Alom

90

semua pihak yang berkomunikasi. Maka dalam pelaksanaan tugas dan

tanggungjawabnya seorang pegawai dapat mengarahkan segala

kegiatannya dan mampu menunjukkan kerja yang optimal.

Jika hal ini terjadi, maka dalam kaitannya dengan peningkatan

kinerja pegawai, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan pimpinan

untuk senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal

yang berkenaan dengan proses penyelenggaraan efektifitas komunikasi

interpersonal.

2. Empati dalam meningkatkan kinerja pegawai

Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau

seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang

dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan

dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui

kacamata orang lain.

Sejalan dengan pendapat Devito (1997:11) yang mengatakan

empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi

atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama

dengan orang atau kelompok lain. Empati memberikan sumbangan guna

terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati

mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan

orang lain secara tepat.

Pegawai yang mempunyai rasa empati terhadap sesama dapat

membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Pegawai yang berempati

Page 100: Skripsi Penina Alom

91

mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan

sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka. Lebih lanjut A.W.

Suranto (2011:83) mengatakan empati akan menjadi filter agar kita tidak

mudah menyalahkan orang lain. Namun kita dibiasakan untuk dapat

memahami esensi setiap keadaan tidak semata-mata berdasarkan cara

pandang kita sendiri, melainkan juga menggunakan sudut pandang orang

lain.

Dengan demikian maka seorang pegawai yang memiliki rasa

empati tentunya akan memudahkan untuk peningkatan kinerja pegawai

sesuai karier ataupun prestasinya.

3. Sikap mendukung dalam meningkatkan kinerja pegawai

Menurut Devito dalam (A.W. Suranto 2011:83), hubungan

interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap

mendukung (supportiveness).Artinya masing-masing pihak yang

berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya

interaksi secara terbuka. Dengan adanya sikap mendukung antar pegawai

dapat mempermudah dalam penyelesaian tugas. Bisa dibayangkan bila

kurangnya komunikasi dan koordinasi antar individu/pegawai

menyebabkan sering tidak saling mendukung dan membantu dalam

penyelesaian tugas terutama yang saling berhubungan sehingga pekerjaan

yang semestinya cepat terselesaikan menjadi terlambat penyelesaiannya

padahal pekerjaan itu semestinya pekerjaan itu dapat diselesaikan tepat

waktu.

Page 101: Skripsi Penina Alom

92

Dalam hal kinerja pegawai sikap mendukung sangat diperlukan

sebab dengan adanya dukungan dari setiap rekan kerja memberikan

motivasi yang mendorong seseorang untuk dapat berprestasi aktif dalam

organisasi atau instansi.

4. Sikap positif dalam meningkatkan kinerja pegawai

Sikap positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan

prilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang

terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan

pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk prilaku, artinya

bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan

komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk

terjalinnya kerjasama.

Devito dalam (A.W. Suranto 2011:84). Sikap positif yang dimiliki

seorang pegawai dapat mempengaruhi dirinya untuk bisa atau tidaknya

peningkatan kinerja tertentu karena yang harus diperhatikan oleh pimpinan

adalah sikap atau prilaku kerja para pegawai. Perilaku dan sikap yang baik

akan memberikan gambaran positif bagi pegawai-pegawai lainnya.

Seseorang yang memiliki sikap positif yang baik tentunya tidak

akan repot untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta

mampu menempatkan dirinya dalam situasi dan posisi apa saja yang

ditawarkan kepadanya. Organisasi sangat membutuhkan orangorang yang

mampu menjabarkan kemauan organisasi dan hal tersebut bisa didapat dari

mereka yang memiliki sikap positif.

Page 102: Skripsi Penina Alom

93

Konsep sikap positif mengacu pada cara orang-orang memandang

dan mengevaluasi karir mereka. Orang-orang yang memiliki sikap karir

yang positif juga akan memiliki persepsi dan evaluasi yang positif tentang

karir mereka. Sikap positif memiliki implikasi penting terhadap organisasi,

karena orang-orang yang memiliki sikap positif lebih memiliki komitmen

karir dan keterlibatan jabatan yang tinggi.

5. Kesetaraan dalam meningkatkan kinerja pegawai

Seperti yang dikemukakan oleh Devito dalam (A.W. Suranto

2011:84) bahwa kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah

pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan

berharga, dan saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua

orang berkomunikasi secara interpersonal, tidak pernah tercapai suatu

situasi yang menunjukkan kesetaraan atau kesamaan secara utuh di antara

keduanya.

Kesetaraan berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak - haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.

Dalam kaitannya dengan kesetaraan atasan dengan bawahan adalah dimana

kita ketahui bersama bahwa peningkatan kinerja memberikan peranan

penting bagi setiap pegawai bahkan menjadi idaman dan tujuan yang selalu

diharapkan. Dimana setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk

dapat diberi penghargaan. Maka dengan adanya kesetaraan antar pegawai

Page 103: Skripsi Penina Alom

94

diharapkan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja

pegawai.

b. Faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi interpersonal dalam

meningkatkan kinerja pegawai.

Komunikasi Interpersonal yang efektif tidak mudah dilakukan.

Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah

seseorang melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak

hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal yang merupakan

hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau

ingin komunikasinya sukses. Proses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika

terjadi gangguan dalam skomunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara

umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan

eksternal.

Dalam sebuah organisasi atau dunia kerja, komunikasi memegang

peranan penting. Dikatakan demikian karena keberhasilan berinteraksi dalam

organisasi adalah malalui komunikasi. Jika komunikasi dapat berjalan secara

efektif, maka informasi dalam dinamika berorganisasipun akan berjalan lancar

sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerja. Sebaliknya,

bila komunikasi terhambat, arus informasi pun tersendat, dan akibatnya tentu

akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan sehinga dapat pula

berdampat pada kinerja semua unsur yang ada dilingkungan kerja perusahaan

tersebut.

Page 104: Skripsi Penina Alom

95

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam pengembangan perusahaan.

Sistem manajemen secanggih dan seefisien apapun tidak akan berfungsi,

bilamana hambatan komunikasi tidak diselesaikan dan ditangani dengan baik.

Apakah sesama pegawai maupun pegawai dengan atasan. Dalam aktifitas di

suatu organisasi bisnis, komunikasi memegang peranan sangat penting.

Kegagalan dalam mengatasi hambatan-hambatan efektifitas komunikasi

interpersonal banyak disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi

interpersonal yang dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Komunikasi

efektif tanpa mengalami hambatan-hambatan antara bawahan dengan atasan

dapat membantu terciptanya kinerja secara optimal.

Hambatan-hambatan efektifitas komunikasi interpersonal adalah

faktorfaktor yang menyebabkan pemaknaan pesan yang komunikator

sampaikan kepada penerima. Hambatan ini biasa berasal dari pesan, saluran

dan pendengar. Beberapa buku menggunakan istilah noise untuk menyebut

elemen pengganggu, yang diartikan sebagai gangguan

(disturbance/interference) dalam proses komunikasi. Hambatan komunikasi

interpersonal yang efektif antar semua unsure dalam suatu pekerjaan akan

berdampak pada peningkatan kinerja pegawai yang ada di lingkungan dunia

kerja tersebut.

Page 105: Skripsi Penina Alom

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada informan dengan

wawancara secara mendalam untuk megetahui efektifitas komunikasi

interpersonal dan faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi

interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Distrik Iwaka

Kabupaten Mimika, maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai

berikut :

1. Efektifitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor Distrik Iwaka

Kabupaten Mimika, pada saat ini cukup efektif, karena lima indikator

yaitu, berkenan menerima masukan dan menyampaikan informasi

penting kepada rekan kerja, menilai dan memahami sudut pandang

rekan kerja untuk mencari kejelasan, menghindari ungkapan eveluatif,

memberikan pujian atau penghargaan kepada rekan kerja, dan

menghargai perbedaan rekan kerja dalam mengemukakan sesuatu. Dari

kelima indikator tersebut, tanggapan pegawai pada indikator berkenan

menerima masukan dan menyampaikan informasi penting kepada rekan

kerja sangat membantu menyelesaikan pekerjaan. Efektifitas

komunikasi interpersonal yang paling sering diberlakukan adalah

proses keterbukaan dalam mendiskusikan atau memberikan

Page 106: Skripsi Penina Alom

97

argumentasi tentang masalah-masalah yang diketahui pegawai dalam

melaksanakan tugasnya.

2. Faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi interpersonal,

diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu hambatan internal berupa

latar belakang pengalaman, pengetahuan biasanya dan saling

mempertahankan pendapat, sesama pegawai dalam menyelesaikan

pekerjaan. Sedangkan hambatan eksternal dalam bentuk organisasional,

berupa struktur organisasi sewaktu-waktu berubah dari Pemerintah

Kabupaten

3. Peningkatan kinerja pegawai sehubungan dengan efektifitas

komunikasi interpersonal, dari unsur-unsur peningkatan kinerja yaitu,

prestasi kerja, jenjang karier, penghargaan kinerja, motivasi kerja,

disiplin kerja dan penilaian kinerja, menunjukkan hasil yang sesuai

keinginan dan harapan pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten

Mimika dapat digambarkan adanya keterbukaan antara pihak atasan

dan bawahan dalam melakukan komunikasi, saling mendukung,

bersikap positif, saling memahami dan adanya kesetaraan dalam

efektifitas komunikasi interpersonal.

B. Saran

Beberapa saran yang perlu dikemukakan disini kaitannya dengan

penelitian ini, yakni :

Page 107: Skripsi Penina Alom

98

1. Efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja

pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, antara atasan dan

bawahan bersepakat bahwa memperbaiki komunikasi interpersonal di

kantor dan peningkatan kinerja pegawai, mengisyaratkan adanya

peningkatan kinerja. Oleh karenanya diharapkan selalu menumbuhkan

keakraban diantara para pegawai dapat lebih ditingkatkan sehingga

tercipta suatu hubungan yang harmonis serta penuh rasa kekeluargaan.

2. Pihak Pimpinan Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, agar dapat

memaksimalkan potensi sumber daya manusia/pegawai yang handal

dengan tersedianya infrastruktur teknologi modern, sebagai kantor yang

langsung melaksanakan pelayanan di tengah-tengah masyaraka

Page 108: Skripsi Penina Alom

99

DAFTAR PUSTAKA

Ade Vito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima terjemahan

Agus Maulana.

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bastian, Indra. 2001. Teori Perilaku Kinerja. Jakarta: PT. Erlangga

Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Deddy, Yakohus Andi.2002.Hambatan Komnunikasi efektif. Bandung: PT.

Rosdakarya

Efenddy, Onon Uchjana 2006,Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung :

PT.Rosda Karya

Gibson, 1995. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Yogyakarta :

PT. Rineke Cipta.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Haerojito, Yayat.M.2005. Komunikasi Organiasasi. Jakarta: PT. Grasindo

Robert ,Mathis, L. dan Jakson, John H, 2006. Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT.

Seribu Empat.

Miles dan Hubermant, 1992, Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar dan Aplikasi.

Press. Jakarta.

Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nitisemito, Alex. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta : PT. Gramedia.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.

Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Ruky, Ahmad S. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Gramedia.

Page 109: Skripsi Penina Alom

100

Sedarmayanti. 2009. Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta;

Penerbit Mandar Maju.

Seagean, Soendan P. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : PT. Bumi

Aksara.

Soebandi, baban.2006. Akuntabilitas Kinerja. Bandung: Penerbit Kemayora

Sukirno, Sadono, etal. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana.

Sukoco, Badri Munir. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern.

Jakarta: Erlangga.

Suryadi, Hary. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung : PT.

Rapika.

Wursanto I.G 2003.Komunikasi Organisasi .Yogyakarta : Andi Offset

Yuspratiwi. 1990. Akuntansi untuk Sumber Daya Manusia. PPs Fisip UI. Jakarta.