Skripsi Penina Alom
-
Upload
utomo-eko-priyo -
Category
Documents
-
view
70 -
download
0
description
Transcript of Skripsi Penina Alom
EFEKTIFITAS
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DALAM MENINGKATKAN KINERJA
PEGAWAI DISTRIK IWAKA KABUPATEN
MIMIKA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Strata Satu (S-1)
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM)
Muhammadiyah Jayapura
Disusun
Oleh
PENINA ALOM
NIM. 20102059
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
(STIKOM) MUHAMMADIYAH
JAYAPURA
2014
i
LEMBAR PERSETUJUAN
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DISTRIK IWAKA
KABUPATEN MIMIKA
Diajukan Sebagai Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada STIKOM Muhammadiyah Jayapura
Disusun oleh :
PENINA ALOM
NIM. 20102059
Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1)
Program Studi Ilmu Komunikasi
Telah diuji di depan dewan penguji,
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Jayapura, 13 Oktober 2014
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd. Eko Priyo Utomo, M.I.Kom.
NIDN. NIDN. 1210048601
Mengetahui,
Program Studi Ilmu Komunikasi
Ketua,
Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM
NIDN.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
EFEKTIFITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI DISTRIK IWAKA
KABUPATEN MIMIKA
Disusun oleh :
PENINA ALOM
NIM. 200911023
Telah dipresentasikan dan disahkan oleh tim penguji
Ujian skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi (S-1)
Ketua : Syukri, S.Sos.,M.Si
………………….
Sekretaris : Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM
………………….
Anggota 1 : Drs. Rusdi Anwar, MM
………………….
2 :
Eko Priyo Utomo, M.I.Kom
………………….
Mengesahkan Menyetujui
STIKOM Muhammadiyah Program Studi Ilmu Komunikasi
Ketua, Ketua,
Syukri, S.Sos.,M.Si Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM
NIDN. 1218067601 NIDN.
iii
LEMBAR MOTO DAN PENGESAHAN
MOTTO :
“Penderitaanku selalu datang dan pergi silih berganti dalam hidupku, namun Tuhan adalah penopang dan memberi kekuatan imanku Dia menjadi sahabat hidupku, Tuhan memberi wakilnya yaitu ayah dan ibuku yang telah melahirkan aku dan membimbingku dengan kasih sayang”
PERSEMBAHAN :
Karya ini dipersembahkan kepada
1. Kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM)
Muhammadiyah Jayapura Bapak Syukri, S.Sos.,M.Si
2. Kepada Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Bapak Idris Firmansyah
Reliubun, S.Pd.,MM yang dengan sabar melayani mahasiswa terkait
dengan perkuliahan
3. Kepada Dosen Pembimbing 1, Idris Firmansyah Reliubun, S.Pd.,MM dan
dosen pembimbing 2, Eko Priyo Utomo, M.I.Kom yang telah banyak
memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis
4. Kepada bapak dan ibu dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
(STIKOM) Muhammadiyah Jayapura
5. Seluruh rekan-rekan angkatan 2010 Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
(STIKOM) Muhammadiyah Jayapura yang telah memberikan warna bagi
penulis selama mengikuti perkuliahan
6. Kedua orang tuaku yang kukasihi dan seluruh keluarga kakak dan adik-
adik tercinta yang selalu mendoakan kesuksesan penuli
7. Dan yang terakhir adalah seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan
secara satu-persatu.
Jayapura, Oktober 2014
Penulis
iv
ABSTRAK
Penina Alom. Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan
Kinerja Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika (dibimbing oleh Idris
Firmansyah Reliubun dan Eko Priyo Utomo)
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis efektifitas Komunikasi
dalam meningkatkan kinerja pegawai di Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif
dengan penentuan narasumber atau informan dilakukan secara sengaja
(purposive). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal yang biasa dideskripsikan
yaitu,(1) Komunikasi interpersonal pegawai di Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,
pada saat ini masih berjalan efektif, berdasarkan lima indicator kualitas
interpersonal yaitu berkenan menerima masukan dan menyampaikan informasi
penting, menilai dan memahami sudut pandang untuk mencari
kejelasan,menghindari ungkapan evaluatif, memberikan pujian atau pengahargaan
dan menghargai perbedaan dalam mengemukakan sesuatu, Dari lima indikator di
atas, tanggapan karyawan berkenan menerima masukan dan menayampaikan
informasi penting kepada rekan kerja, sangat membantu dalam penyelesaikan
pekerjaaan. (2) Hambatan-hambatan efektifitas komunikasi interpersonal,
hambatan internal dan eksternal tidak terlalu berpengaruh, bilamana terjadi
suasana dan kondisi lingkungan tempat kerja, struktur organisasi, perilaku,
kewenangan atasan dan bawahan mengalami suatu perubahan (3) Peningkatan
kinerja, dengan indikator prestasi kerja, jenjang karier, penghargaan kinerja,
motivasi kerja, disiplin kerja dan penilaian kinerja,yang saling berhubungan ,dan
tercapai hasil yang sesuai harapan serta keinginan interpersonal pegawai di Distrik
Iwaka Kabupaten Mimika, dengan memperhatikan lima kualitas umum ektifitas
komunikasi interpersonal serta kemampuan atasan dan bawahan dapat mengatasi
faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi interpersonal.
Kata kunci : efektifitas, Komunikasi Interpersonal, Peningkatakan Kinerja.
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan …………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan………………………………………………………. ii
Halaman Persembahan…………………………………………………… iii
Abstrak ……………………………………………………………………. iv
Daftar Isi…………………………………………………………………… v
Daftar Tabel ………………………………………………………………. vii
Daftar Gambar …………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang …………………………………………………….. 1
2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 6
3. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 7
4. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori …………………………………………………….. 9
1. Pengertian Komunikasi ………………………………………… 9
2. Unsur-Unsur Komunikasi ………………………………………. 14
3. Dimensi Komunikasi……………………………………………. 15
4. Komunikasi Interpersonal ………………………………………. 18
5. Kinerja ………………………………………………………….. 24
6. Pengertian Pelayanan Umum……………………………….….. 18
B. Kerangka Pikir……………………………………………………… 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………….. 28
B. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 28
C. informan Penelitian …………………………………………………. 29
D. Jenis dan Sumber Data ……………………………………………… 31
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. 31
F. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………………. 35
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ………………………………. 35
a. Wilayah Administrasi Distrik Iwaka…………………………… 35
vi
b. Kantor Distrik Iwaka ………………………………………….. 39
c. Struktur Organisasi Distrik Iwaka……………………………… 40
d. Tugas dan Fungsi Jabatan ……………………………………… 43
Efektifitas Komunikasi Interpersonal ……………………………… 49
Faktor-faktor Penghambat Efektifitas Komunikasi Interpersonal …. 67
Peningkatan Kinerja Pegawai ……………………………………… 73
B. Pembahasan ………………………………………………………. 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 96
B. Saran ……………………………………………………………….. 97
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 99
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jarak tempuh dari dan ke ibukota Distrik Iwaka …………………. 36
Tabel 2 Jumlah Penduduk dann KK di Distrik Iwaka …………………….. 36
Tabel 3 Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) ………….. 37
Tabel 4 Data Tempat Ibadah di Distrik Iwaka …………………………….. 38
Tabel 5 Daftar Pegawai Kantor Distrik Iwaka ……………………………. 39
Tabel 6 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Keterbukaan 53
Tabel 7 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Empati …… 58
Tabel 8 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Sikap
Mendukung ………………………………………………………………… 61
Tabel 9 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dimensi Sikap Positif 64
Tabel 10 Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dimensi Sikap Kesetaraan …………………………………………………. 67
Tabel 11 Hambatan Internal Efektivitas Komunikasi Interpersonal ………. 70
Tabel 12 Hambatan Eksternal Efektivitas Komunikasi Interpersonal …….. 72
Tabel 13 Unsur Peningkatan Kinerja Prestasi Kerja ………………………. 74
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Proses Komunikasi ………………………………………. 15
Gambar 2 Kerangka Pikir …………………………………………………. 26
Berikut gambar 3 Struktur Organisasi di Distrik Iwaka …………………… 43
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam hidup bermasyarakat selalu melakukan kegiatan
komunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk
saling berinteraksi. Hal ini merupakan hakikat dasar manusia sebagai hasil
integrasi sosial dengan sesamanya, misalnya dalam lingkungan keluarga,
kelompok, bahkan manusia berinteraksi dalam wadah yang lebih formal maupun
informal.
Aplikasi interaksi secara formal adalah wadah dalam organisasi sebagai
sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat,
bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku. Proses dalam organisasi merupakan
faktor penentu dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang
akan selalu terjadi dalam organisasi adalah proses komunikasi, karena melalui
organisasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Jadi, proses
komunikasi organisasi yang efektif adalah menunjang keberlangsungan
organisasi. Sebaliknya, jika proses komunikasi kurang atau tidak harmonis dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi
khususnya kesalahpahaman atau mis urderstanding.
Aktivitas komunikasi dalam organisasi, harus disesuaikan dengan
efektifitas suatu organisasi, baik di dalam maupun di luar organisasi. Dalam
2
konteks komunikasi organisasi dapat dilihat dari aspek hubungan komunikasi
antara atasan dan bawahan, kemudian hubungan antara pegawai kepada atasan.
Ataupun hubungan antara pegawai dengan pegawai dengan pola
komunikasi yang berbeda-beda. Hubungan tersebut sebaiknya berlangsung
melalui two way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi
timbal balik. Untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai
tujuan suatu organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara
berbagai subsistem dalam perkantoran. Menurut Kohler dalam (Wursanto
2003:11), ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan
mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses
komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem)
perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang
berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai
sebagai dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun
antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang
dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.
Komunikasi yang terjadi antara pegawai, kompetensi komunikasi yang
baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya,
sehingga tingkat kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi semakin baik.
Sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya
hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acute, perbedaan pendapat atau
3
konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada basil kerja
yang tidak maksimal.
Sumber daya manusia atau pegawai merupakan elemen utama organisasi
dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang, sebab
manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Membicarakan sumber daya
manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses manajemen lainnya
seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan pengembangan
organisasi. Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu sangat erat sekali
sehingga sulit untuk menghindari pembicaraan secara terpisah satu dengan
lainnya.
Permasalahan masalah sumber daya manusia, menurut Sedarmayanti
(2012: 47) dapat dilihat dan dua aspek yaitu: "aspek kuantitas menyangkut jumlah
sumber daya manusia, dan aspek kualitas menyangkut kemampuan bekerja,
berfikir, dan keterampilan lain. Robbins dalam (Sedarmayanti 2012:66)
mengartikan kemampuan sebagai: ''kapasitas seorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas dalam suatu pekerjaan." Selanjutnya dijelaskan bahwa
kemampuankemampuan keseluruhan dan seorang individu pada hakekatnya
tersusun dari dua perangkat faktor yaitu: kemampuan intelektual dan kemampuan
fisik.
Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi interpersonal
sebagai salah satu alat bantu dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain
dalam bidang apapun. Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang
dilakukan bidang apapun. Komunikasi interpersonal merupakan aktivitas yang
4
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan cara untuk menyampaikan
dan menerima pikiran-pikiran, informasi, gagasan. Perasaan dan bahkan emosi
seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara
komunikator dan komunikan. Secara umum, definisi komunikasi interpersonal
adalah "Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu (biasanya dalam komunikasi diadik)
sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyampaian
pikiran-pikiran atau informasi.
Melakukan sebuah komunikasi yang baik dengan orang lain, pada
dasarnya adalah harapan setiap orang. Setiap orang meyakini bahwa komunikasi
yang baik, yang dibangun oleh setiap orang akan menjadikan hubungan diantara
pelaku komunikasi tersebut akan terjalin dengan baik pula. Dalam komunikasi
sebenarnya tidak hanya pesan yang ingin disampaikan, kepada si penerima pesan,
begitupun dalam kadar Efektifitas komunikasi interpersonal, yang menentukan
bukan hanya "content" tetapi, "relationship" juga menentukan dalam komunikasi.
Walaupun kadar hubungan interpersonal yang terjalin di dalamnya berbeda.
Mengukur prestasi kerja dapat dilakukan dengan mengukur komunikasi
secara internal di sebuah lembaga, organisasi, atau sebuah instansi pemerintahan.
Apabila setiap pegawai memiliki intensitas komunikasi yang rendah, maka tingkat
prestasi dan kinerja pegawaipun dapat dikatakan rendah pula. Namun sebaliknya,
mingkatnya intensitas komunikasi antar sesama pegawai atau interpersonal
communications akan menambah prestasi dan kinerja seluruh pegawai.
5
Hubungan komunikasi dan prestasi kerja pada dasarnya memiliki
hubungan yang erat. Hal ini sesuai dengan keinginan pegawai dan instansi di
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika. Hal ini dikarenakan komunikasi yang
terjalin antar pegawai dalam melaksanakan tugasnya harus berjalan dengan baik,
dan pada akhrinya akan menigkatkan prestasi kerja setiap pegawai. Komunikasi
yang berjalan efektif akan berpengaruh terhadap prestasi kerja.
Pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika yang terlibat dalam
komunikasi interpersonal antar sesama pegawai di lingkungan kerjanya akan
berdampak terhadap sikap dan keterampilan kerja. Peningkatan konsentrasi
maupun kemampuan-kemampuan lain yang sangat berguna dalam mengerjakan
setiap tugas dan tanggungjawab pegawai dengan sebaik-baiknya, sehingga
berpengaruh terhadap peningkatakan prestasi kerja setiap pegawai.
Dalam tujuan peningkatan prestasi kerja pegawai yang maksimal, sangat
dibutuhkan peranan dari komunikasi antar pegawai yang tinggi. Agar komunikasi
berjalan efektif dan semangat kerja pegawai tercipta dengan baik, perlu dorongan
dan motivasi yang besar dari pimpinan instasni.
Berdasarkan latar belakang dan pemaparan inilah penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam
Meningkatkan Kinerja Pegawai Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
6
B. Perumusan Masalah
Komunikasi Interpersonal sangat penting dilakukan untuk mendukung
kelancaran komunikasi dalam organisasi. Sistem komunikasi serta hubungan
interpersonal yang baik akan meminimalisir kesenjangan antara berbagai pihak
dalam organisasi dan meminimalisir rasa saling tidak percaya, kecurigaan di
lingkungan kerja. Komunikasi yang baik senantiasa menimbulkan iklim
keterbukaan, demokratis, rasa tanggung jawab, kebersamaan dan rasa memiliki
organisasi.
Efektifitas komunikasi interpersonal di dalam perkantoran ini menjadi
sebuah kebutuhan. Banyak aturan yang harus dilengkapi penjelasan, dimaksudkan
agar kesalahpahaman interpretasi dapat dihindarkan. Apabila salah seorang
pegawai kantor merasa belum jelas dengan informasi yang diterimanya, maka
lebih baik meminta penjelasan. Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif
di kantor bisa jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius.
Aktifitas komunikasi interpersonal yang berlangsung di Kantor Distrik
Iwaka Kabupaten Mimika, terdapat beberapa fenomena menarik untuk
digambarkan terkait fokus penelitian ini antara lain, atasan biasa melakukan
komunikasi satu arah yang bersifat instruksi kepada bawahannya, kurangnya
interaksi langsung/tatap muka antara atasan dan bawahan dan regulasi struktur
organisasi Instansi/Kantor Distrik sewaktu-waktu dapat berubah.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja Pegawai Kantor
7
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, dengan merumuskan masalah dalam
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan
kinerja pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika?
2. Faktor-faktor apa yang menghambat efektifitas komunikasi
interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Distrik
Iwaka Kabupaten Mimika ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi interpersonal dalam kinerja
pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat efektifitas
komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi pihak pemerintah Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,
terutama yang berkaitan dengan intensitas komunikasi interpersonal.
2. Sebagai sumbangan pemikiran dan referensi bagi peneliti lainnya
dikemudian hari yang akan meneliti tentang efektivitas komunikasi
interpsersonal.
8
3. Sebagai referensi dan sekaligus pengembangan ilmu yang dipelajari Penulis
di masa yang akan datang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Komunikasi
Ketika kita mendengar kata “komunikasi” maka akan terbentuk beraneka
ragam pemikiran, mulai dari berdoa (yang merupakan komunikasi dengan Tuhan),
bersenda-gurau, berpidato, hingga penggunaan alat-alat elektronik seperti
komputer, telephone, handphone, televisi, dan radio. Komunikasi adalah suatu
topik yang amat sering diperbincangkan, bukan saja dikalangan ilmuwan
komunikasi, melainkan juga dikalangan awam, sehingga kata komunikasi itu
sendiri memilki banyak arti yang berlainan.
dalam kehidupan sehari-hari, sangat sering kita jumpai penggunaan
kaliamat atau frase yang mengandung kata komunkasi atau turunanya. Misalkan
“hewan berkomunikasi dengan caranya sendiri”, “handphone adalah salah satu
sarana dalam berkomunikasi”, “dia adalah seseorang yang komunikatif” dan
masih banyak kalimat-kalimat lain yang mengandung kata komunikasi. Hal ini
menandakan bahwa istilah atau kata komunikasi sudah begitu akrab dan lazim
digunakan oleh kalangan masyarakat. Lalu, apa sebenarnya definisi dari
komunikasi itu sendiri ?
Jika kita berbicara tentang komunikasi, tidak ada definisi yang benar
ataupun salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari
kemanfaatanya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan
10
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalkan
“komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan”, atau terlalu luas, misalkan “komunikasi adalah interaksi antara dua
makhluk hidup atau lebih, sehingga para peserta komunikasi ini mungkin
termasuk hewan, tanaman, hingga makhluk metafisik”.
Secara terminology, komunikasi berasalah dari bahasa Latin yakni
Communico yang artinya membagi, dan Communis yang artinya membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih (Cangara, 2011). Komunikasi sebagai
ilmu yang multidisiplin, begitu banyak definisi yang dibuat oleh para ahli dan
pakar dari berbagai disiplin ilmu. Catatan Dance dan Larson dalam Cangara,
(2011) sampai tahun 1976 sudah ada 126 definisi. Ada definisi yang dibuat
menurut perspektif sosiologi, budaya, engineering, ekonomi, dan ada pula dari
perspektif politik.
Aristoteles yang hidup empat abad sebelum masehi (385-322 SM) dalam
bukunya Rethoric membuat definisi komunikasi dengan menekankan “siapa
mengatakan apa kepada siapa”. Definisi yang diberikan Aristoteles ini sangat
sederhana, tetapi ia telah mengilhami seorang ahli ilmu politik bernama Harold D.
Lasswell pada 1948, dengan mencoba membuat definisi komunikasi yang lebih
sempurna dengan mananyakan “SIAPA mengatakan APA, MELALUI apa,
KEPADA siapa, dan apa AKIBATNYA” (Cangara, 2011).
Beberapa definisi lain, dari komunikasi berdasarkan para ahli dalam
(Santoso, Setiansah, 2010) yaitu :
11
1. Weaver, (1949) Komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran
seseorang bisa mempengaruhi orang lain.
2. Miller, (1951) Komunikasi berarti berlalunya informasi dari satu tempat
ketempat yang lain.
3. Babcock, (1952) Dari sudut pandang komunikasi, sebuah kejadian bisa
diamati dalam bekerjanya simbol-simbol (act), dalam lingkungan tertentu
(scene), oleh individu atau beberapa individu (agent), dengan
menggunakan media (agency), untuk mendefinisikan tujuan.
4. Hovlan, Janis, dan Kelly, (1953) (Komunikasi) adalah proses dimana
seseorang individu (komunikator) mentransmisikan stimulus untuk
mempengaruhi tindakan orang lain.
5. Anderson, (1959) Komunikasi adalah proses dimana kita memahami dan
dipahami orang lain. Hal ini berjalan secara dinamis, terus berubah dan
berganti, tergantung situasi terkait.
6. Gode, (1959) (Komunikasi) adalah proses untuk membuat sama dua atau
beberapa orang, dari monopoli satu atau beberapa orang.
7. Ruesch dan Beteson, (1961) Komunikasi tak semata-mata merujuk pada
transmisi pesan verbal, eksplisit, dan intensional, tetapi juga meliputi
segala proses dimana seseorang mempengaruhi yang lain.
8. Oliver, Zelko, dan Holtzman, (1962) Komunikasi, pada dasarnya,
merupakan gambaran anda tentang stimulus dalam pikiran orang lain atas
kesadaran, pemahaman, dan perasaan anda akan pentingnya persitiwa,
perasaan, fakta, opini atau situasi.
12
9. Emery, Ault, dan Agee, (1963) Komunikasi diantara manusia adalah seni
mentransmisi informasi, ide, dan sikap dari satu orang ke orang lain.
10. Lewis, (1963) Komunikasi adalah sebuah proses dimana seseorang
mengurangi ketidakpastian melalui isyarat yang terdeteksi dalam sebuah
hubungan.
11. Berelson dan Steiner, (1964) Komunikasi : transmisi informasi, ide, emosi,
keterampilan, dsb, dengan menggunakan simbol-simbol (kata, gambar,
grafik, dsb).
12. Garbner, (1964) Komunikasi adalah interaksi sosial melalui simbol dan
sistem pesan.
13. Dance, (1967) Komunikasi manusia merupakan perolehan respon melalui
simbol-simbol verbal.
14. Hawes, (1973) Komunikasi merupakan tindakan berpola dalam dimensi
ruang dan waktu, dengan rujukan simbolik.
Sedangkan menurut Rogers bersama D Lawrence Kincaid dalam Cangara,
(2011) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
giliranya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.
Dari beberapa definisi yang telah diberikan oleh para ahli terhadap
komunikasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya, komunikasi adalah
sebuah proses penyampaian pesan (verbal dan non verbal) oleh seorang
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu, dengan
tujuan mempengaruhi perilaku, sebagai bentuk feedback nya.
13
Dalam Effendy (2003) komunikasi dibagi menjadi dua tahap, yaitu
1. Proses komunikasi dalam perspektif psikologi, yaitu proses komunikasi
perspektif yang terjadi didalam diri komunikator dan komunikan. Proses
membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator, yang
dinamakan dengan encoding, akan ia transmisikan kepada komunikan.
Selanjutnya terjadi proses komunikasi interpersonal dalam diri komunikan,
yang disebut decoding, untuk memaknai pesan yang disampaikan
kepadanya.
2. Proses komunikasi dalam perspektif mekanistik. Untuk jelasnya proses
komunikasi dalam perspektif mekanistik dapat diklasfikasikan lagi
menjadi beberapa, yaitu
a. Proses komunikasi secara primer, yaitu proses penyampaian pikiran
dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (symbol) sebagai media. Lambang umum yang dipergunakan
sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa. Namun
dalam kondisi komunikasi tertentu, lambang-lambang yang
dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni gerak anggota tubuh,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, yang secara langsung
mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
b. Proses komunikasi secara sekunder, yaitu proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
14
pertama. Proses komunikasi secara sekunder menggunakan media
yang menyebarkan pesannya yang bersifat informatif yang
digolongkan sebagai media massa (mass media) dan media nirmassa
(media non-massa).
c. Proses komunikasi secara linier, merupakan proses penyampaian pesan
oleh komunikatior kepada komunikan sebagai titik terminal.
Komunikasi linier ini berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap
muka (face-to-face communication) secara pribadi (interpersonal
communication) dan kelompok (group communication), maupun
dalam situasi bermedia (mediated communication).
d. Proses komunikasi secara sirkular, merupakan lawan dari proses
komunikasi secara linier. Dalam konteks komunikasi yang
dimaksudkan proses komunikasi secara linier. Dalam konteks
komunikasi yang dimaksudkan proses secara sirkuler adalah terjadinya
feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus respons atau
tanggapan dari pihak komunikan terdapat pesan yang diberikan oleh
komunikator.
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap definisi
komunikasi yang telah dikemukakan, maka kita dapat menemukan adanya
sejumlah unsur yang mendukungnya. Unsur ini berfungsi untuk mendirikan
sebuah bangunan (body) misalkan sebuah lembaga pendidikan tinggi hanya bisa
15
disebut universitas jika ia memiliki unsur-unsur yang mendukungnya, antara lain :
fakultas, kampus, mahasiswa, dosen, pegawai, kurikulum, dan materi
pembelajaran, demikian juga degan komunikasi ia hanya bisa disebut dengan
komunikasi jika memiliki unsur-unsur pendukung yang membangunya sebagai
body of knowledge, yakni : sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, umpan
balik, dan lingkungan. Unsur-unsur ini juga sering disebut komponen atau elemen
Cangara, (2011)
Berikut adalah gambaran dari keterkaiatan antara satu unsur dengan unsur
lainya Cangara, (2011) :
Gambar 1. Alur Proses Komunikasi
3. Dimensi Komunikasi
Definisi dimensi atau dalam bahasa latinnya adalah dimensio menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah ukuran, matra. Dimensi suatu besaran
merupakan hubungan antara besaran itu dengan besaran-besaran pokok. Dengan
kata lain, dimensi adalah cara suatu besaran itu tersusun atas besaran-besaran
pokoknya. Demikian juga dengan komunikasi sebagai satu kesatuan disiplin ilmu
tentu saja memiliki dimensi yang merupakan ukuran dan penghubung dari makna
komunikasi secara luas. Menurut Cangara, (2011) terdapat lima dimensi
komunikasi yaitu :
Sumber Pesan Media Penerima Efek
Umpan Balik Lingkungan
16
1. Komunikasi sebagai proses. Jika komunikasi sebagai proses, maka
komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara
dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang
mendukungnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis Berlo, dalam Cangara,
(2011). Dari konteks komunikasi antarpribadi, maka proses menunjukkan
adanya pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain, sedangkan dari
konteks komunikasi massa proses dimulai dari kegiatan pengumpulan,
pengolahan dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi ke
masyarakat luas.
2. Komunikasi sebagai simbolik. Hampir semua pernyataan manusia baik yang
ditunjukkan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain
dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara satu orang dengan orang
lain dalam proses komunikasi banyak dipengaruhi oleh simbol atau lambang-
lambang yang digunakan dalam berkomunikasi. Simbol merupakan hasil
kreasi manusia dalam berkomunikasi, dan sekaligus menunjukkan tingginya
kuaslitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Proses pemberian arti terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam
berkomunkasi, selain dipengaruhi oleh faktor budaya juga faktor psikologi,
terutama pada saat pesan-pesan di decode oleh penerima.
3. Komunikasi sebagai aksi. Komunikasi bisa dikata tidak pernah terjadi tanpa
aksi, apakah itu diucapkan, ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat.
Bahkan gerakan dalam bentuk diam juga merupakan suatu aksi. Oleh karena
aksi (action) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka
17
ia melakukan interaksi. Jika pada tindakan aksi sifatnya linear dilakukan oleh
seseorang sebagai pelaku komunikasi, maka pada tindakan interaksi
komunikasi menuntut adanya umpak balik antara pihak-pihak yang ikut dalam
proses komunikasi. Dalam konteks ini, maka para pelaku komunikasi berada
pada derajat atau kedudukan yang sama, dan bisa saling mempengaruhi satu
sama lain.
4. Komunikasi sebagai sistem. Sistem sering didefinisikan sebagai suatu
aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukungnya saling
berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran. Semprivivo, dalam
Cangara (2011). Jika konsep sistem dikaitkan dengan komunikasi, maka dapat
dikatakan bahwa proses komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin
dari unsur-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integrative
dan saling bergantung satu sama lain.
5. Komunikasi sebagai multidimensional. Jika komunikasi dilihat dari perspektif
multidimensional, maka ada dua tingkatan yang dapat di identifikasi, yakni
dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan (relationship
dimension) dalam komunikasi antar manusia, kedua dimensi ini tidak terpisah
satu sama lain melainkan menyatu dalam suatu tindakan komunikasi. Dimensi
ini menunjukkan pada kata, bahasa dan informasi yang dibawa oleh pesan,
sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana peserta komunikasi
berinteraksi satu sama lain.
18
4. Komunikasi Interpersonal
Secara kontektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu
komunikasi antar dua individu atau sedikit individu, yang mana individu tersebut
secara fisik saling berinteraksi. Saling memberikan umpan balik, dan
menggunakan indera sebagai sensor untuk mengenali patner komunikasi. Jadi
dalam komunikasi interpersonal itu ada proses transaksi pesan yang bersifat dua
arah, dan perhatian masing-masing pihak tidak semata-mata tertuju pada isi pesan
itu, melainkan juga pada perilaku lawan komunikasi.
Menurut Devito dalam (A.W. Suranto 2011:4), komunikasi interpersonal
adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan, dengan peluang
untuk memberikan umpan balik segera.
1. Komunikasi Interpersonal Yang Efektif.
Komunikasi dapat di katakan efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan di tindak
lanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh penerima pesan, dapat
meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi, dan tidak ada hambatan untuk
itu. Komunikasi interpersonal dikatakan efektif, apabila memenuhi tiga
persyaratan utama, yaitu :
a. Pengertian yang sama dengan terhadap makna pesan.
Salah satu indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran komunikasi
dikatakan efektif, adalah apabila makna pesan yang di kirim oleh
komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh
19
komunikan. Pada tataran empiris, seringkali terjadi mis komunikasi
yang disebabkan oleh karena komunikan memahami makna pesan
tidak sesuai dengan yang di maksudkan oleh komunikator.
b. Melaksanakan pesan secara suka rela.
Indikator komunikasi interpersonal yang efektif berikutnya adalah
bahwa komunikan menindak lanjuti pesan tersebut dengan perbuatan
dan dilakukan secara suka rela, tidak karena dipaksa. Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal,
komunikator dan komunikan memiliki peluang untuk memperoleh
keuntungan. Komunikasi interpersonal yang baik dan berlangsung
dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar kedua belah pihak
menceritakan dan mengungkapkan isi pikirannya secara suka rela
jujur, tanpa merasa takut.
Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu kedalam suasana yang
nyaman, harmonis, dan bukan sebagai suasana yang tertekan.
2. Meningkatkan kualitas hubungan Interpersonal.
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong
terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega. Hal ini
disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi merasakan memperoleh
manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa perlu unruk memelihara
hubungan interpersonal. Banyak orang menjadi sukses karena memiliki
hubungan yang sangat baik dengan orang lain. Mereka menanamkan identitas
20
yang positif kepada orang lain sehingga mereka memiliki image yang baik di
mata masyarakat.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas
umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy),
sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality). (Devito, 1997, p. 259-264). Lima sikap positif tersebut meliputi :
a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang
hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar
pribadi.
b. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk
mendukung komunikasi berlangsung efektif.
d. Rasa positif (positif), yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan
menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang
efektif.
e. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diam-
diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dengan adanya proses komunikasi yang baik dalam
organisasi/Instansi/Kantor Distrik maka akan ada proses penyampaian informasi
baik dari atasan kepada bawahan. Tetapi proses komunikasi tidak hanya
menyampaikan informasi atau hanya agar orang lain juga bersedia menerima dan
21
melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki sehingga akan terjalin
suasana yang harmonis kepada para bawahan mengetahui secara pasti keinginan
atasan, dan apa yang harus dikerjakan kaitannya dengan usaha kerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi/Instansi/Kantor Distrik yang telah ditetapkan.
Seperti yang telah dikemukakan Joseph A.Devito berpendapat bahwa
komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam
organisasi, di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya
berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja dalam organisasi,
produktifitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi;
memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers dan surat-surat resmi komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Organisasinya tidak pada
organisasinya sendiri tetapi lebih pada para anggotanya secara individual (Joseph
A. Devito, 1997: 340).
Selanjutnya, hambatan-hambatan komunikasi efektif dalam organisasi.
Menurut Roger Neugebauer dalam (Efendy 2006:12), dalam artikelnya
“Communication : A two-way Street” mengungkapkan beberapa kendala yang
sering dialami oleh sebuah organisasi dalam berkomunikasi dua arah, yaitu :
a. Protectiveness (Perlindungan). Pimpinan seringkali tidak
memberitahukan informasi tertentu pada pegawainya atau timnya
karena takut akan menyakiti hati pegawai. Alasan lain adalah bahwa
pimpinan menganggap bahwa informasi tersebut harus dilindungi,
dan bukan untuk konsumsi pegawai karena pegawai tidak akan
22
mungkin mengerti apa yang akan disampaikan. Demikian pula
dengan pegawai. Mereka serring tidak menyampaikan informasi
tertentu kepada pimpinan untuk melindungi dirinya dari tindakan
pemecatan atau peringatan. Mereka takut jika informasi disampaikan
maka pimpinan akan marah, lalu mendiskreditkan mereka,
memberikan penilaian yang negatif terhadap mereka (sehingga
berdampak pada kenaikan gaji yang kecil), atau bahkan yang paling
ekstrim adalah memecat mereka ?
b. Defensiveness (Pertahanan). Selain menahan informasi, seseorang
juga bisa saja tidak mau menerima informasi (menolak untuk
mendengar informasi yang disampaikan). Hal ini terjadi jika mereka
sudah membentuk emosi negatif terhadap orang yang memberi
informasi, mungkin karena orang tersebut telah merendahkan dengan
kata-kata yang menyakitkan.
c. Tendency to evaluate (kecenderungan untuk menghakimi). Jika
mendapat informasi dari seseorang mengenai keburukan orang lain,
komunikator cenderung mengambil sikap yang mengevaluasi tanpa
mengumpulkan data yang lengkap sebelum berkomunikasi dengan
orang yang dibicarakan tersebut.
d. Narrow perspectives (Perspektif yang sempit). Karena jarang
meninjau pekerjaan orang lain, atau keluar dari lingkungan pekerjaan
sendiri, seseorang seringkali dibatasi pada cara pandangnya sendiri.
Ia tidak Mencoba melihat dari sudut pandang orang lain. Para
23
pegawai seringkali hanya melihat suatu masalah dari sudut
pandangnya sendiri (kepentingan individunya semata, tanpa
mencoba memahami sebuah situasi dan sudut pandang yang
berbeda). Sempitnya perspektif inilah yang sering menyebabkan
konflik. (tiap orang hanya melihat dan sudut pandang sendiri, dan
tidak mencoba memahami orang lain).
e. Mismatched expectations (harapan yang tidak sesuai). Pikiran
manusia seringkali hanya membatasi informasi yang cocok dengan
ekspektasinya. Jika ternyata informasi yang disampaikan tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka orang tersebut cenderung tidak
termotivasi untuk mendengarkan informasi yang disampaikan.
Misalnya: jika dalam rapat-rapat ternyata seringkali tanggapannya
tidak diperhatikan, maka pegawai cenderung enggan menyatakan
pendapat, karena ia beranggapan percuma saja menyampaikan
pendapat, karena biasanya juga tidak ada followup nya.
f. Insufficient time (waktu yang terbatas). Alasan lain adalah
keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara
menyeluruh. Karena kegiatan rutin yang harus diselesaikan dengan
segera, seringkali waktu berkomunikasi dilupakan, atau komunikasi
dilakukan dengan tergesa. Akibatnya, informasi yang disampaikan
kepada orang lain pun tidak lengkap sehingga ada kemungkinan
informasi tersebut salah dipahami.
24
Banyak ahli komunikasi yang memiliki kesamaan pandangan mengenai
hubungan antara proses komunikasi dan kinerja perkantoran. Mereka bersepakat
bahwa komunikasi efektif dan tingkat kinerja perkantoran berhubungan secara
signifikan. Memperbaiki komunikasi perkantoran berarti memperbaiki kinerja
perkantoran. Pandangan tersebut mengisyaratkan diterimanya konsep-konsep
sebagai berikut :
a. Komunikasi merupakan salah satu unsur penting yang menandai
kehidupan di dalam suatu perkantoran. Ketika perkantoran itu
berharap dapat bekerja dalam sebuah manajemen yang efisien, maka
di dalamnya mesti dilakukan langkah-langkah komunikasi internal
secara terencana.
b. Komunikasi dapat digunakan untuk mengubah, mempertahankan,
dan meningkatkan kemajuan sebuah perkantoran.
5. Kinerja
Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau
produktifitas kerja sumberdaya manusia baik yang berorientasi produksi barang,
jasa maupun pelayan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan
juga sebagai imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja
berikutnya, dan seterusnya. Agar tercapai kinerja yang professional maka perlu
dikembangkan hal-hal seperti; Kesukarelaan, pengembangan diri pribadi,
pengembangan kerjasama saling menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya.
25
Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada
sebuah fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan
dengan tujuan organisasi. (Hary Suryadi 2009 : 23) Sedangkan menurut Soebandi
(2006:48) kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral serta
etika.
Faktor-faktor yang berkaitan dalam meningkatkan kinerja seseorang
dapat dilihat dari Gibson (1995: 27) :
1. Disiplin kerja, yaitu sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
yang berlaku di Instansi/Kantor Distrik.
2. Frekuensi kehadiran, yaitu suatu jumlah kehadiran pegawai di
Instansi/Kantor Distrik tempat ia bekerja.
3. Kerjasama, yaitu adanya suatu aktifitas yang dilakukan secara
kolektif di dalam suatu situasi kerja antara satu sama lainnya.
4. Kesenangan kerja, yaitu perasaan senang terhadap pekerjaan yang
dilakukan yang muncul dari dalam hati.
5. Keseriusan kerja, yaitu sikap yang sungguh-sungguh dalam
melakukan pekerjaan.
6. Penghargaan kerja, yaitu sesuatu yang diberikan Instansi/Kantor
Distrik untuk pegawainya yang berprestasi,
26
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian ini, maka kerangka
pikir tentang efektifitas komunikasi interpersonal di Kantor Distrik Iwaka
Kabupaten Mimika, dapat digambarkan pada halaman berikut :
Gambar 2
Kerangka Pikir
Komunikasi interpersonal yang efektif menjadi sebuah kebutuhan di
dalam kehidupan suatu organisasi/Instansi/Kantor Distrik. Banyak aturan yang
haras dilengkapi penjelasan dimaksudkan agar kesalapahaman interpretasi dapat
dihindarkan, Apabila salah seorang pegawai Instansi/Kantor Distrik merasa belum
jelas dengan informasi yang diterimanya, maka lebih baik meminta penjelasan.
Atasan
Bawahan
Efektivitas Komunikasi
Interpersonal
- Keterbukaan
- Empati
- Sikap Mendukung
- Sikap Positif
- Kesetaraan
Peningkatan
Kinerja
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika
27
Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif di Instansi/Kantor Distrik bisa
jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius.
Proses komunikasi yang baik dalam organisasi/Instansi/Kantor Distrik
maka akan ada proses penyampaian informasi baik dari atasan kepada bawahan.
Tetapi proses komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau hanya agar
orang lain juga bersedia menerima dan melakukan perbuatan atau kegiatan yang
dikehendaki sehingga akan terjalin suasana harmonis kepada bawahan,
mengetahui secara pasti keinginan atasan, dan apa yang harus dikerjakan
kaitannya dengan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan
organisasi/Instansi/Kantor Distrik yang telah ditetapkan. Komunikasi yang baik
memelihara motivasi dengan memberi penjelasan kepada bawahan apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan kinerja, sehingga komunikasi interpersonal yang
efektif di Instansi/Kantor Distrik akan sangat membantu ketepatan dalam
penyelesaian suatu pekerjaan. Dengan demikian harapan-harapan peningkatan
kinerja pegawai dapat tercapai, seperti pada gambar bagan kerangka pikir.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis dilaksanakan di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini penelis dapat dilakukan selama 3 (satu bulan) dari tanggal, 1
Juli sampai dengan 30 September 2014.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Menurut
Margono (2003 : 35) bahwa pendekatan penelitian kualitatif lebih banyak
menggunakan logika hipotetiko verikatif. Pendekatan tersebut dimulai dengan
berpikir dedukatif untuk menurunkan hipotesis, kemudian melakukan pengujian
di lapangan. Kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris.
Tipe penelitian ini, bersifat alami untuk mengeksplorasi data-data dari
sumber-sumber tertentu, seperti dikatakan Creswell (dalam Juliansyah Noor
2011:34), suatu usaha mendapatkan gambaran meneliti kata-kata, laporan
terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami
29
C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah pegawai yang mempunyai
kedudukan sebagai atasan dan bawahan, yang dianggap mampu memahami situasi
dan kondisi Organisasi secara mendalam, pada unit kerja di tenaga (pegawai) pada
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika
Adapun usaha dalam menentukan Informan dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Peran dalam unit organisasi, dalam banyak situasi dan kondisi,
pegawai yang memiliki kedudukan strategis dalam struktur
organisasi, jelas bahwa pegawai tersebut mempunyai kemungkinan
besar dalam mengetahui banyak informasi.
b. Berpengetahuan dan berpengalaman ini adalah kriteria yang paling
penting. Seorang informan harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman, tanpa itu hanya sekedar orang awam, yang tidak
memiliki sesuatu yang seorang peneliti dapat dimanfaatkan.
c. Kesediaan, informan hanya bermanfaat bila ia memiliki keinginan
untuk menjalin kerjasama dengan peneliti. Bila ia menolak
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, betapapun berharganya
informasi yang dimilikinya, ia sama sekali tidak bermanfaat bagi
peneliti.
d. Komunikatif, informan harus memiliki kemampuan untuk
menyampaikan informasinya dalam suatu bahasa yang dapat
30
dimengerti oleh peneliti. Tanpa itu, peneliti dapat memperoleh
pemahaman yang keliru, bahkan salah sama sekali.
Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling Peneliti
yang menentukan sendiri infonnan yang akan diwawancarai berdasarkan
pertimbangan karakteristik yang sudah diketahui sebelumnya atau syarat secara
representative dan kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah :
a. Pegawai yang memahami pentingnya komunikasi yang efektif dan
kinerja suatu organisasi/Instansi/Kantor Distrik dengan baik yang
bersedia memberikan informasi yang relevan dengan penelitian ini.
b. Berprofesi atau mempunyai keahlian sehingga mampu memimpin,
mengkoordinasi, mengawasi, menyelenggarakan aktifitas di kantor,
dalam hal ini pimpinan unit kerja (seksi) sangat berperan penting
untuk pencapaian visi, misi organisasi.
c. Staf, sebagai administratif atau pelaksana operasional pelayanan
publik, dan mempunyai pengalaman dalam menjalani pekerjaannya.
Dengan demikian, maka informan yang dipilih untuk kepentingan
penelitian ini adalah sebanyak 8 (delapan) orang pegawai yang bekerja di Kantor
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, diantaranya :
1. Kepala Distrik (Samuel Yogi, SH.,MH)
2. Skretaris Distrik (Melkisedek Snae, SE)
3. Kepala Seksi Pemerintahan dan Humas (Maya S. Tamher, SE)
4. 5 (lima) orang staff diantaranya (Januarius Tsolme, Eletius Awiyuta,
Benidiktus Tsolme, Lukas Omawene, dan Sakarias Kwalin).
31
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan Penulis adalah jenis data kualitatif,
yakni data yang dikumpulkan berupa keterangan atau informasi yang
berkaitan dengan judul atau topik yang diteliti.
2. Sumber Data
Dalam penelitian tentang “Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam
Meningkatkan Kinerja Pegawai Distrik Iwaka Kabupaten Mimika”,
sumber data yang digunakan adalah :
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden, baik yang
dilakukan dengan wawancara maupun dengan observasi. Data bersifat
subjek, karena merupakan pendapat responden.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang berisi
informasi yang berkaitan dengan data yang diperoleh di lapangan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dan informasi yang diperlukan, digunakan
teknik pengumpulan data melalui penelitian lapangan. Yang dimaksud dengan
penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian dengan
tujuan untuk mendapatkan fakta yang berhubungan dengan judul penelitian.
Penelitian di lapangan, dilakukan dengan menggunakan beberapa cara sebagai
berikut :
32
1. Wawancara
Yaitu kegiatan pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab antara
peneliti dengan responden. Interview (wawancara) adalah sebuah dialog yang
dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari responden
yang diwawancarai (Arikunto, 2002 : 132). Ditinjau dari pelaksanaannya,
dibedakan atas :
a. Interview bebas (inguided interview), dimana pewawancara bebas
menanyakan apa saja. Kebaikan metode ini adalah responden tidak
menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancarai.
b. Interview terpimpin (guide interview), yaitu interview yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederhana pertanyaan lengkap dan
terperinci.
c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin.
Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan wawancara bebas terpimpin,
dimana Penulis hanya menyiapkan garis-garis besar pedoman wawancara.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu metode dalam mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku surat kabar, majalah, agenda, dan
lain-lain. Instrumen dari metode dokumentasi yang memuat garis-garis besar
atau kategori yang akan dicari datanya. Pengumpulan datanya diambil dari
buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian dokumen-dokumen,
catatan-catatan yang berhubungan dengan objek penelitian.
33
F. Teknik Analisa Data
Menurut Nasir (1998 : 419), analisis data adalah mengelompokan,
menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Adapun menurut Nasution
(1997 : 126), analisis data adalah proses penyusunan data, agar data dapat
ditafsirkan.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, yaitu penulisan yang bersifat
deskriptif, maka dalam menganalisa data, peneliti menggunakan data kualitatif.
Arikunto (2002 : 213) menjelaskan bahwa data kualitatif adalah data yang
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisahkan menurut kategori untuk
memperoleh atau mendapatkan kesimpulan.
Dengan analisa kualitatif ini, diharapkan dapat menjawab masalah
dengan melakukan pemahaman dan pendalaman secara utuh dan menyeluruh dari
objek yang diteliti untuk menghasilkan kesimpulan deskriptif atau gambaran-
gambaran sesuai dengan kondisi waktu. Dalam menganalisis data, langkah-
langkah yang dilakukan adalah :
1. Reduksi data-data yang diperoleh di lapangan, ditulis dalam bentuk uraian
atau laporan rinci. Laporan itu sebagai bahan mentah, disingkat, disusun
secara sistematis, ditonjolkan pokok-pokok pentingnya.
2. Penyajian data, sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya suatu penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan/verifikasi, yakni sebagian dari suatu kegiatan
dikonfigurasi secara utuh, kesimpulan-kesimpulan tersebut kemudian
diverifikasi selama penelitian berlangsung.
34
Ketiga hal tersebut merupakan suatu jalinan pada saat sebelum, selama
dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun wawasan
umum yang disebut analisis. Secara ringkas, dapat dikemukakan bahwa analisis
terhadap hasil penelitian dilakukan dengan cara menyeleksi data, yaitu memilih
data dan mengelompokan data tersebut sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahan yang ada. Tabulasi data yaitu menyajikan data ke dalam tabel untuk
mempermudah pemahaman.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Wilayah Administrasi Distrik Iwaka
Distrik Iwaka adalah sebuah distrik yang sebelumnya
merupakan gabungan dari beberapa Kampung/Kelurahan di wilayah
Distrik Kuala Kencana. Secara keseluruhan Distrik Iwaka memiliki luas
wilayah ± 40,18 Km2
yang terdiri dari 7 (tujuh) Kampung.
Berdasarkan batas geografis wilayah, Distrik Iwaka berbatasan
dengan beberapa wilayah Distrik. Yaitu :
- Sebelah utara : Distrik Kuala Kencana
- Sebelah selatan : Distrik Mimika Baru dan Distrik
Mimika Tengah
- Sebelah barat : Distrik Mimika Barat
Dengan iklim dan cuaca yang sama seperti halnya wilayah
Distrik lain di Kabupaten Mimika,Distrik Iwaka termasuk daerah yang
memiliki curah hujan sedang, dengan curah hujan rata-rata antara 377,5 –
774,5 mm/tahun dengan curah hujan tertinggi pada bulan Maret, April,
dan Mei hingga juni.
36
Adapun jarak tempuh dari dan ke Ibukota Distrik Iwaka jika
dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua, penulis gambarkan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1 Jarak tempuh dari dan ke ibukota Distrik Iwaka
Nama Kampung Jarak (Km2) Waktu Tempuh
(menit)
Kp. LimauAsri Timur 1 15
Kp. Iwaka 10 20
Kp. NaenaMuktipura 5 10
Kp. Wangirja 5 10
Kp. Mulia Kencana 7 15
Kp. Pigabu 25 30
Kp. LimauAsri Barat 1 15
Sumber : Data Primer thn. 2014
Dari jumlah penduduk yang ada, tercatat bahwa di Distrik
Iwaka secara keseluruhan terdapat total 1184 Kepala Keluarga. Dengan
perincian sebagai berikut :
Tabel 2 Jumlah Penduduk dann KK di Distrik Iwaka
Nama Kampung Laki-Laki Perempuan Kepala Keluarga
Kp. LimauAsri timur 690 601 251
Kp. LimauAsri Barat 1919 1663 346
Kp. Wangirja 1439 1688 679
Kp. Iwaka 365 397 230
Kp. Mulia Kencana 978 883 548
Kp. NaenaMuktipura 778 710 315
Kp. Pigapu 149 156 95
6318 6098 2464
Sumber : Data Primer Tahun 2014
37
Dari Tabel diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan yang tidak
banyak antara jumlah penduduk Laki-Laki dan Perempuan yang ada di
Wilayah Distrik Iwaka. Secara umum jumlah penduduk terbanyak ada di
Kampung Wangirja dengan total jumlah penduduk sebanyak 3582 jiwa
dan 679 Kepala Keluarga. Sedangkan jumlah penduduk yang terkecil
adalah di Kampung Pigapu dengan total jumlah penduduk sebanyak 305
jiwa dan 95 Kepala Keluarga.
Adapun untuk pembagian wilayah menurut Rukun Warga (RW)
dan Rukun Tetangga (RT), di Distrik Iwaka adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT)
Nama Kampung RW RT
Kp. LimauAsri timur 2 8
Kp. LimauAsri Barat 2 11
Kp. Wangirja 5 12
Kp. Iwaka 1 6
Kp. Mulia Kencana 5 16
Kp. Naena Muktipura 4 16
Kp. Pigapu 1 2
Sumber : Data Primer Tahun 2014
Dari Tabel diatas terlihat bahwa untuk pembagian wilayah
menurut RW (Rukun Warga) dan RT (Rukun Tetangga) hampir secara
keseluruhan telah merata. Kecuali Kelurahan Iwaka dan Pigapu yang
hanya terbagi dalam 1 RW, Kelurahan lainnya dalam Distrik Iwaka telah
memiliki 2, bahkan 5 wilayah Rukun Warga (RW). Dengan Rukun
38
Tetangga (RT) yang juga terbanyak di Kampung Mulia Kencana dan
NaenaMuktipura sebanyak 16 Rukun Tetangga (RT).
Untuk fasilitas Ibadah yang ada di wilayahDistrik Iwaka adalah
sebagai berikut :
Tabel 4 Data Tempat Ibadah di Distrik Iwaka
Nama Kampung Gereja Masjid/Mushola Vihara
Kp. LimauAsri Timur 2 1 -
Kp. LimauAsri Barat 3 1 1
Kp. Wangirja 5 1 -
Kp. Iwaka 1 - -
Kp. Mulia Kencana 6 2 -
Kp. NaenaMuktipura 3 1 1
Kp. Pigapu 1 - -
Jumlah 21 6 2
Sumber : Data Primer Tahun 2014
Dari Data tentang tempat Ibadah terlihat bahwa di Distrik Iwaka
terdapat 21 buah tempat peribadatan umat Nasrani (Gereja), 6 tempat
Ibadah umat Muslim yang berupa Masjid/Mushola dan 2 buah Vihara
yang merupakan tempat peribadatan umat Hindu/Budha. Hal ini
menunjukan bahwa mayoritas penduduk di wilayah Distrik Iwaka adalah
menganut agama Kristen/Nasrani.
Sebagian besar penduduk Distrik Iwaka adalah bermata
pencaharian sebagai petani dan atau peternak. Dan sebagian kecil lainnya
adalah bermatapencaharian sebagai nelayan. Hal ini yang merupakan
39
mata pencaharian penduduk di Kampung Pigapu yang memang berada di
wilayah pesisir muara dan sungai Pigapu/logpound.
b. Kantor Distrik Iwaka
Kantor Distrik Iwaka terletak di jalan Logging Jayanti, Kampung
LimauAsri, Timika – Papua. Dengan keseluruhan pegawai/pegawai
sebanyak 15 orang. Terdiri dari 12 orang pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
sebanyak 3 orang adalah pegawai Honor atau masih sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil.
Dilihat dari jenis kelamin, pegawai di Distrik Iwaka terdiri dari 13
orang pegawai Laki-Laki dan 2 orang pegawai Perempuan. Dengan
mayoritas pegawai adalah Putera Daerah asli Papua. Berikut adalah daftar
pegawai pada kantor Distrik Iwaka :
Tabel 5 Daftar Pegawai Kantor Distrik Iwaka
No. Nama Jabatan Keterangan
1. Samuel Yogi, SH.MH. Ka Distrik PNS
2. MelkisedekSnae, SE. Sekretaris Distrik PNS
3. DorceHokoyoku, SE. KaSie Pembangunan PNS
4. Maya S. Tamher, SE. KaSie
pemerintahan/Humas
PNS
5. Pontius Kelanagame,
S.Ip.
KaSiePemb. Masyarakat PNS
6. Januarius TsoIme KaSie Trantib PNS
7. Alfons TsoIme Staff PNS
8. JathinWaker Staff PNS
9. EletiusAwiyuta Staff PNS
10. Benidiktus TsoIme Staff PNS
11. ThobiasPuhiri Staff PNS
12. UdiWaudi Staff PNS
13. NatalisKelanagame Staff PNS (Honor)
14. Lukas Onawame Staff PNS (Honor)
40
15. SakariasKwalin Staff PNS (Honor)
c. Struktur Organisasi Distrik Iwaka
Dalam setiap Instansi/Kantor Distrik di perlukan adanya struktur
organisasi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan sebuah organisasi,
Instansi/Kantor Distrik ataupun lembaga. Sebuah lembaga sebagai salah
Satu bentuk organisasi memerlukan adanya pembagian kerja, penentuan
posisi, penempatan tugas, wewenang san tanggung jawab yang jelas
sehingga dapat tercapai kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan.
Dilihat dari sudut wewenang, tanggung jawab dan pengambilan
keputusan, maka dalam organisasi terdapat 3 jenis struktur organisasi, yaitu
:
1. Struktur Organisasi Garis
Dalam struktur organisasi garis yang murni, wewenang
didelegasikan langsung dari atas ke bawah secara lurus, tidak ada
organisasi staf tersendiri. Sehubungan dengan itu, maka setiap
orang melakukan fungsi-fungsi garis yang berhubungan dengan
penciptaan, distribusi atau pembelanjaan ditambah fungsi-fungsi
staf seperti pengetikan, korespondensi, personalia, hukum
kesejahteraan dan sebagainya.
2. Struktur Organisasi Fungsional
Dalam struktur organisasi ini terdapat sejumlah spesialisasi
fungsional yang mengawasi kegiatan masing-masing pegawai.
41
Dengan kata lain terdapat berbagai unit staf yang mempunyai
wewenang garis atas orang-orang yang sama. Para pegawai
menerima perintah dan memberikan pertanggungjawaban mereka
kepada semua spesialis fungsional yang masing-masing mengurus
hal-hal yang berhubungan dengan spesialisasinya.
3. Struktur Organisasi Garis dan Staff
Struktur organisasi ini terdiri atas unit garis dan staf yang masing-
masing berturut-turut melakukan wewenang garis dan staf. Dalam
wewenang garis menyangkut hubungan antara atasan dan
bawahan. Pihak yang memiliki wewenang garis dapat membuat
keputusan dan memberikan perintah dalam batas wewenang yang
didelegasikan kepadanya dan dapat minta pertanggung jawaban
dari bawahannya. Wewenang staf tidak membentuk hubungan
antara atasan dan bawahan, antara staf dan garis.
Meskipun staf dapat memiliki wewenang garis atas bawahannya
sendiri.Struktur organisasi ini dapat mengambil kebaikannya saja dari
struktur fungsional dengan menjamin adanya satu sumber perintah dari
setiap organisasi dengan dukungan sarana-sarana.
Adanya struktur organisasi yang tersusun secara baik, maka akan
memudahkan koordinasi, integrasi dan meningkatkan efisiensi kerja dari
bagian-bagian yang ada di Instansi/Kantor Distrik. Struktur organisasi
merupakan kerangka dari sistem Instansi/Kantor Distrik. Dengan
mengamati struktur organisasi kita dapat mengetahui jalur komunikasi dari
42
tiap bagian. Maka dengan adanya struktur organisasi, setiap individu
diharapkan dapat mengetahui dengan jelas apa pekerjaannya, wewenang,
tanggungjawabnya, dan kepada siapa dia mempertanggung jawabkan
tugasnya agar terdapat kerjasama.
Dengan terbentuknya suatu susunan struktur organisasi yang
efektif maka koordinasi, integrasi dan efisiensi usaha yang melibatkan
seluruh anggota organisasi akan lebih terjamin.
43
Berikut gambar 3
Struktur Organisasi di Distrik Iwaka
Keterangan :
Garis hubungan operasional
Garis hubungan koordinasi/fasilitasi
Sumber : Data Primer Tahun 2014
d. Tugas dan Fungsi Jabatan
Berikut ini penulis menguraikan tugasnya dan tanggung jawab
dari tiap bagian dari struktur organisasi pada Kantor Distrik Iwaka :
1. Kepala Distrik
Sebagai pimpinan lembaga, kepala Distrik (atau biasa di singkat
dengan Ka Distrik), mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan
Kepala Distrik Iwaka
Kelompok Jabatan
Fungsional Sekretaris Distrik Iwaka
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaiann
Sub Bagian
Penyusunan
Evaluasi
Program
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaiann
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaiann
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaiann
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaiann
Sub Bagian
Umum dan
Kepegawaiann
Kepala Kampung Kelurahan
44
kewenangan pemerintahan yang di limpahkan oleh Bupati sesuai
Karakteristik wilayah, kebutuhan daerah dan menyelenggarakan
kegiatan lainnya berdasarkan peraturan Perundang - Undangan.
Tugas-tugas dan Fungsi tersebut antara lain :
. Penyelenggaraan Kewenangan wajib Kabupaten dan
kewenangan lainnya yang dilimpahkan oleh Bupati
a. Penyelenggaraan tugas Pemerintah umum, ketentraman dan
ketertiban umum, pembangunan, pertanian, sosial budaya,
lingkungan hidup dan pertanahan
b. Pembinaan Administrasi pemerintah Desa/Kelurahan yang
meliputi; pembinaan bidang ketentraman dan ketertiban
umum, Kesbanglinmas, dan kerukunan antar umat beragama.
c. Penyelenggraan perencanaan proram pembangunan dan
perekonomian, produksi, pertanian, kesejahteraan sosial,
lingkungan hidup dan sosial budaya di lingkungan Distrik.
d. Pengkoordinasian kegiatan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
(UPTD) dan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di wilayah
kerjanya.
e. Pelaksanaan Koordinasi dengan instansi – instansi terkait di
wilayah kerjanya
f. Pelaksanaan tugas pembantuan.
g. Penyusunan pelaksanaan program ketatausahaan dan rumah
tangga Distrik
45
h. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang di berikan oleh Bupati
melalui Sekretaris Daerah.
2. Sekretaris Distrik
Sekretaris Distrik bertugas membantu Ka Distrik (Camat) dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat/aparatur Distrik.
Secara umum, tugas dan fungsi Sekretaris Distrik adalah sebagai
berikut :
. Menyusun program, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaannya
a. Menyelenggarakan pengelolaan urusan keuangan
b. Menyelenggarakan pelaksanaan tata usaha umum,
kepegawaian, pelayanan masyarakat, serta tata usaha
perlengkapan
c. Menyelenggarakan pelaksanaan urusan rumah tangga Distrik
d. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas – tugas lain yang di
berikan oleh Camat
e. Menyusun program dan pembinaan ketentraman serta
ketertiban masyarakat
f. Melaksanakan pembinaan dibidang ketentraman dan
ketertiban serta Satuan Pamong Praja di wilayah Distrik
g. Menyelenggarakan pembinaan perangkat Distrik, Kesatuan
Bangsa dan
46
h. Perlindungan Masyarakat
i. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian operasianal
Satuan Pamong Praja di wilayah Distrik
3. Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Trantip)
Bertugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan perumusan
kebijakan evaluasi dan pelaporan urusan ketentraman dan
ketertiban di wilayah Distrik.
. Menyusun program dan pembinaan ketentraman serta
ketertiban masyarakan
a. Melaksanakan pembinaan dibidang ketentraman serta Satuan
Polisi Pamong Praja di wilayah Distrik
b. Menyelenggarakan pembinaan perangkat Distrik, Kesatuan
Bangsa dan perlindungan masyarakat
c. Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian operasianal
Satuan Polisi Pamong Praja di wilayah Distrik
d. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas – tugas lain yang di
berikan oleh Camat/Ka Distrik.
4. Kepala Seksi Pemerintahan/Humas
Bertugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan
Pemerintahan dan Humas.
. Menyelenggarakan program kegiatan Humas di lingkungan
Distrik
47
a. Melaksanakan penyebarluasan dan menyampaikan informasi
program dan kebijakan pembangunan pemerintah daerah
Kabupaten
b. Menyelenggarakan pelayanan masyarakat dibidang informasi
hasil – hasil pembangunan
c. Menyusun program dan pembinaan pelayanan dibidang
informasi dan komunikasi
d. Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dibidang
hubungan masyarakat, penyebarluasan dan pelayanan
informasi
e. Menyiapkan bahan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
hubungan masyarakat di wilayah Distrik
f. Menyusun laporan di bidang pemerintahan dan hubungan
masyarakat
g. Melaksanakan tugas – tugas lain yang di berikan oleh
Camat/Ka Distrik
5. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat/Sosial Budaya
Bertugas membantu Camat/Ka Distrik dalam menyiapkan bahan
dan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan
yang berkaitan dengan masalah Sosial Budaya.
. Menyelenggarakan pengumpulan bahan dan data pelaksanaan,
evaluasi dibidang sosial budaya
48
a. Menyelenggarakan pelaksanaan pelayanan masyarakat di
bidang sosial budaya
b. Menyelenggarakan penyelenggaran administrasi di bidang
sosial budaya
c. Menyelenggarakan pelaksanaan fasilitas lembaga keagamaan,
pendidikan, budaya, pemuda dan olah raga, ketenagakerjaan
dan kesehatan masyarakat
d. Menyelenggarakan pembinaan kesejahteraan sosial
e. Menyelenggarakan pelaksanaan tugas – tugas lain yang di
berikan oleh Camat/Ka Distrik.
6. Kepala Seksi Pembangunan (dan Ekonomi)
Bertugas membantu Camat/Ka Distrik dalam menyiapkan bahan
perumusan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan yang
berkaitan dengan masalah pembangunan dan ekonomi di wilayah
Distrik.
. Menyusun progam di bidang pembangunan dan perekonomian
di wilayah Distrik
a. Menyelenggarakan penyediaan dan pembinaan pelayanan
masyarakat
b. Menyelenggarakan pembinaan dan koordinasi dalam rangka
pelaksanaan pembangunan dan peningkatan pertumbuhan dan
perekonimian dan produksi di wilayah Distrik
c. Menyelenggarakan pembinaan di bidang lingkungan hidup
49
d. Melaksanakan tugas – tugas lain yang di berikan oleh
Camat/Ka Distrik.
7. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional di wilayah Distrik mempunyai
tugas membantu Camat/Ka Distrik dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya sesuia dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok
Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga pelaksana atau
pegawai dalam jenjang jabatan fungsional menurut bidang
keahliannya.
Setiap kelompok dalam Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang
tenaga fungsional senior yang ditetapkan oleh Camat/Ka Distrik.
Jumlah Jabatan Fungsional di tentukan berdasarkan analisis
kebutuhan dan beban kerja serta jenis dan jenjangnya ditetapkan
dengan keputusan Bupati berdasarkan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
2. Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Untuk mengetahui gambaran elemen lima kualitas umum komunikasi
interpersonal pegawai dapat diketahui dari jawaban informan terhadap elemen
di atas berdasarkan pertimbangan yaitu, keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif, dan kesetaraan, yang masing-masing dikembangkan
berdasarkan hasil wawancara mendalam dari informan sebagai berikut :
50
a. Keterbukaan (openess)
Gambaran efektifitas komunikasi interpersonal pegawai pada
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, berdasarkan keterbukaan dengan
indikator memberikan informasi, membentuk kepercayaan antar sesama,
membuka persaingan dapat dijelaskan sesama pegawai saling bersikap
untuk menerima dan bersedia menyampaikan informasi penting, dapat
membentuk kepercayaan, sehingga sikap keterbukaan ditandai adanya
kejujuran serta tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya dalam
melaksanakan tugasnya. Selanjutnya persaingan yang timbul antar pegawai
berjalan secara positif sehingga dalam berkomunikasi dapat berlangsung
secara adil, transparan, dan dua arah.
Objektifitas dalam konteks keterbukaan pegawai, informasi
mengenai berbagai kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak
Instansi merupakan suatu acuan dari instani untuk pegawainya dalam
melaksanakan berbagai kegiatan atau pekerjaan, karena dengan demikian
pegawai menjadi tahu apa yang menjadi tujuan dari program instansi
(Distrik). Pada akhirnya pegawai merasa keberadaannya di Kantor merasa
dianggap ada atau dilibatkan.
Komunikasi antara bawahan dan atasan dalam melaksanakan
perintah pada setiap pelaksanaan kegiatan, merupakan pengertian dari
atasan dan bawahan yang saling berhubungan dan berinteraksi, yang
dilakukan disetiap Instansi/Kantor Distrik. Keterbukaan penyampaian
informasi penting dan saling bersikap menerima disini merupakan suatu
51
proses peningkatan kinerja pegawai. Karena sikap tertutup dan tidak efektif
dalam berkomunikasi yang baik atau timbal balik antara atasan dan
bawahan akan terjadi merosotnya kinerja Instansi/Kantor Distrik.
Efektifitas komunikasi interpersonal seorang komunikator harus
bersikap terbuka dan jujur dengan orang yang diajak berinteraksi. Harapan
bawahan kepada atasan mengenai keterbukaan ini pada umumnya sudah
terpuaskan dan sudah terjadi sesuai dengan harapan mereka. Atasan dan
pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, menurut pandangan
bawahan atasan mereka sudah bersikap terbuka dengan apa yang
disampaikan oleh bawahan kepada atasan baik itu mengenai pertanyaan
tentang pekerjaan, ide-ide baru maupun saran dan kritis.
Keterbukaan dalam hal ini menunjukkan adanya keterbukaan
sesame pegawai, baik itu bawahan maupun atasan yang berinteraksi,
memperlihatkan pada kemauan diri untuk memberikan tanggapan terhadap
pegawai lain, kemauan untuk membuka diri pada permasalahan yang
terjadi pada diri mereka masing-masing kepada rekan kerjanya berupa
pekerjaan yang mereka hadapi saat ini, sering mengeluarkan pikiran atau
unek-unek mereka kepada atasan, dan mengadakan rapat untuk mendiskusi
pekerjaannya, bahwa kurangnya perhatian dari atasan terhadap bawahan
sehingga pernah terjadi kurangnya motivasi pegawai dalam melaksanakan
tugasnya, biasanya disebabkan terjadi komunikasi satu arah yang sifatnya
instrusksi dan kurangnya interaksi langsung atau tatap muka antara atasan
dan bawahan, semua dikarenakan tidak semua informasi-informasi sifatnya
52
kerahasian instansi dapat dipublikasikan, cukup pada level pimpinan saja
dan situasi kondisi dalam proses jalannya perkantoran yang begitu padat
sehingga pegawai baik bawahan dan atasan kadangkala Cuma
berkomunikasi satu arah, itupun biasa terjadi dalam rapat dengan materi
program yang dibuat dari kantor pusat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh
Kepala Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, Samuel Yogi, SH.,MH berikut :
“Atasan dan bawahan bersikap positif menerima masukan
berkenan dan menyampaikan informasi penting sepanjang ada
hubungannya dengan kepentingan Kantor sini, walaupun ada
perbedaan unit kerja dan bidang, bilamana timbul permasalahan,
baik di unit kerja dan seksi masing-masing atasan membentuk tim
evaluasi untuk mencari solusinya, dengan memberi kepercayaan,
serta hasil keputusan evaluasi secara adil, dan diinformasikan
secara transparan. Selanjutnya setiap pegawai atau staf baik yang
sudah PNS maupun yang masih honorer bersaing secara positif
dalam penyampaian laporan keunit kerja dan seksi tentang
perkembangan hasil kerja kepada atasan, dengan menyampaikan
gagasan/usulan, sehingga antara atasan dan bawahan dalam
berkomunikasi waktunya semakin banyak, dengan demikian
penyampaian gagasan atau ide yang sebenarnya”.
Kinerja komunikasi efektif dari sudut pandang keterbukaan,
bahwa adanya kerjasama antara pimpinan dan pegawai/staf dapat dilihat
keterbukaan komunikasi maupun tanggung jawab didalam suatu instansi.
Keterbukaan atasan menyangkut aspek kepercayaan pada bawahan dan
keterbukaan terhadap ide-ide dan gagasan dari bawahan. Aspek
kepercayaan ditemukan lebih berpengaruh daripada penerimaan gagasan
kemudian perhatian dari atasan juga mempengaruhi kinerja bawahan yang
didapat melalui penerimaan dari atasan untuk memberikan solusi atas
masalah yang dihadapi bawahannya.
53
Keterbukaan atau transparansi adalah tindakan yang
memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas mudah dipahami dan tidak
disangsikan lagi kebenarannya. Kaitannya dengan peningkatan kinerja,
keterbukaan atau transparansi berarti kesedian untuk senantiasa
memberikan informasi factual mengenai berbagai hal yang berkenan
dengan proses penyelenggaraan peningkatan kinerja organisasi/instansi.
Berikut gambaran efektifitas komunikasi interpersonal, dimensi
keterbukaan dalam bentuk tabel :
Tabel 6
Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dimensi Keterbukaan
No Keterbukaan
Tujuan
Komunikasi
Efektif
Keterangan
1 Memiliki akses
yang sama
terhadap
informasi
Bersikap positif Atasan dan bawahan bersikap
positif
menerima masukan dan
menyampaikan informasi penting
sepanjang ada hubungan dengan
kepentingan Kantor walaupun ada
perbedaan unit kerja/seksi.
2 Membentuk
Kepercayaan
Adil dan transparan Bilamana timbul permasalahan
pekerjaan pada bawahan, maka
atasan membentuk tim evaluasi
untuk mencari solusinya dengan
memberikan menyelesaikan
masalah selalu mencari solusi
dengan memberi kepercayaan
untuk mengevaluasi serta
diputuskan secara adil dan
transparan.
3 Bersaing secara
positif
Dapat diterima
semua pihak
Setiap pegawai/staf bersaing
secara positif dalam
menyampaikan laporan ke unit
kerja/seksi tentang hasil kerja
kepada atasan dengan
menyampaikan gagasan/usulan
sehingga tercipta waktu
54
komunikasi semakin banyak
antara atasan dan bawahan
mengenai gagasan/ide yang
sebenarnya.
b. Empati (empaty)
Gambaran efektifitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor
Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika berdasarkan empati dengan indicator
perhatian, memposisikan diri pada kondisi orang lain, dan meminta orang
lain untuk menceritakan rumit permasalahan untuk mencari solusi, dari
informan diperoleh jawaban bahwa tidak semua pegawai dalam
melaksanakan tugasnya saling memperhatikan satu sama lain dan mampu
merasakan dan memahami sesuatu persoalan yang sedang dialami dari
berbagai sudut pandang, tergantung semangat kebersamaan dan ada
tanggung jawab dari tugas yang sudah diatur oleh instansi, sesuai dengan
masing-masing unit kerja/seksi.
Motivasi dari setiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya
mampu memposisikan dirinya pada kondisi yang dapat memahami instansi,
sikap dan keinginan pegawai, pada akhir-akhir perlu ditingkatkan.
Terhadap ide-ide dan saran, segala permasalahan yang timbul dalam
menyelesaikan pekerjaan dapat dicarikan solusi secara bersama, karena
adanya tim kerja yang solid, dimana atasan selalu memberi semangat kerja
dan biasanya mencarikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang
timbul.
55
Berdasarkan gambaran di atas, diperoleh keterangan obyektifitas
bahwa pandangan informan tentang empati pegawai masih saling
memahami dan pengertian yang relevan dengan tugasnya. Dengan
demikian pegawai memiliki sikap yang paling penting dimiliki seseorang
saja menjalankan tugasnya adalah peduli, punya rasa empati. Kalau
seseorang punya kepedulian, maka kejujuran pun akan meningkat. Jika
pegawai memiliki kepedulian tinggi, ia pasti bertanggung jawab, jadi untuk
menjadi pegawai yang baik sehingga organisasi/Kantor Distrik tercapai
tujuaannya, sikap peduli ini menjadi unsur mutlak yang harus dimiliki,
sikap peduli punya dampak besar dalam setiap pegawai. Dengan sikap
peduli antara atasan dan bawahan bisa dengan mudahnya melakukan
intropeksi diri, mau mendengarkan dan menjalani dalam situsi kerja dengan
nilai atau misi yang jelas. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Kepala
Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika Samuel Yogi, SH.,MH. seperti dalam
kutipan wawancaraberikut :
“Kemampuan atasan untuk mengetahui apa yang sedang dialami
bawahannya pada suatu saat tertentu dengan kata lain seorang
atasan dapat memahami apa yang dirasakan bawahannya disini
adalah lebih kedalam pekerjaan yang dihadapi. Pegawai selaku
bawahan merasa belum cukup merasakan sikap empati yang
menjadi harapan mereka, bahwa harapan mengenai tindakan nyata
belum begitu dirasakan olehnya, jadi atasan sebatas merasa dan
mengungkapkan, namun belum cukup ada tindakan nyata dalam
memotivasi yang berkaitannya diluar lingkup pekerjaan. Saran
merupakan masukan yang biasanya disampaikan oleh atasan
kepada bawahan dalam upaya untuk membantu atau juga
memperbaiki pekerjaan yang sedang dilakukan untuk menuju
lebih baik dan menyatakan bahwa saran-saran yang disampaikan
kadangkala berpengaruh terhadap pembuatan kebijakan oleh
atasan”.
56
Pengaruh saran yang disampaikan dalam pembuatan kebijakan
dari kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, lebih diutamakan
dikarenakan pihak atasan beranggapan saran tersebut yang disampaikan
kompeten dalam menyelesaikan permasalahan atau menguntungkan bagi
instansi, menyatakan saran-saran yang disampaikan kadang-kadang
berpengaruh terhadap kebijakan yang dibuat oleh atasan mengenai saran-
saran yang disampaikan dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh atasan. Menunjukan bahwa segala bentuk stimulus yang
disampaikan oleh pegawai tidak seluruhnya dapat diterima oleh pihak
atasan karena dianggap saran yang disampaikan harus dikonfirmasi ke
pimpinan dan kalau saran itu dianggap layak untuk mampu
menguntungkan kedua belah pihak.
Pengambilan keputusan oleh pihak atasan sering dianggap sebagai
keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat karena pihak Kantor Distrik
atau pimpinan selalu beranggapan bahwa apapun itu kebijakan yang
dikeluarkan oleh pimpinan demi kebaikan kedua belah pihak antara atasan
dan bawahan tapi menurut cara pandang pimpinan, menganggap saran-
saran yang disampaikan diperlukan dalam pengambilan keputusan oleh
pimpinan Kantor Distrik sebagai salah satu bentuk usaha bawahan dalam
menyampaikan aspirasinya demi tercapainya keinginan bawahan dalam
memutuskan kebijakan yang menguntungkan kedua belah pihak,
menyatakan bahwa pihaknya selalu berusaha menjembatani apa-apa yang
57
menjadi aspirasi dari bawahan untuk disampaikan kepada atasan demi
membantu kedua belah pihak dalam menciptakan keharmonisan di
lingkungan kerja.
Opini atau pendapat merupakan hak dari semua pegawai dalam
menyampaikan apa yang menjadi aspirasinya. Maka setiap atasan sudah
menjadi keharusan untuk selalu menghargai setiap apa yang menjadi
pendapat dari bawahan baik yang positif maupun yang negatif demi
keberlangsungan sebuah Kantor Distrik, bahwa opini atau pendapat yang
disampaikan dapat diterima positif oleh atasan sehingga bawahan selalu
berusaha menyampaikan opininya, menyatakan bahwa apa-apa yang
menjadi opini dari pegawai selalu berusaha untuk memilahnya mana yang
perlu disampaikan atau tidak dalam bahasa yang lebih baik. Mengenai
opini (pendapat) pegawai selalu diterima positif oleh atasan, menunjukan
bahwa antara atasan dan bawahan berusaha melakukan filter terhadap apa
yang menjadi opini dari pegawai untuk memberikan opini yang terbaik
yang sekiranya dapat diterima oleh atasan, diterima atau tidaknya sebuah
pendapat oleh atasan biasanya akan berpengaruh terhadap produktifitas
kerja.
Kinerja komunikasi efektif dari sudut pandang empati,
menunjukkan atasan mampu memahami motivasi bawahannya, menerima
dan mendukung sikap untuk mengemukakan saran, pendapat yang dinilai
dapat meningkatkan kinerja Kantor Distrik dan atasan mampu menjadi
pengadil yang baik bila terjadi persoalan di dalam kantor, dengan
58
menggunakan kemampuan merasakan sesuai dengan harapan bawahannya.
Berikut gambaran efektifitas komunikasi interpersonal, dimensi empati
dalam bentuk tabel :
Tabel 7
Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dimensi Empati
No Empati
Tujuan
Komunikasi
Efektif
Keterangan
1 Saling
memperhatikan
dan memahami
Masing-masing
merasakan apa yang
Dirasakan orang lain
Kemampuan atasan untuk
mengetahui apa yang sedang
dialami bawahannya bawahan
dapat saling pada suatu saat
tertentu dengan kata lain atasan
dapat memahami apa yang
dirasakan bawahannya disini
adalah lebih kedalam pekerjaan
yang dihadapi
2 Memposisikan
diri pada kondisi
orang lain
Memahami motivasi
dan pengalaman
orang lain
Pegawai selaku bawahan merasa
belum cukup merasakan sikap
empati yang menjadi harapan
mereka, bahwa harapan mengenai
tindakan nyata belum begitu
dirasakan olehnya, jadi atasan
sebatas merasa dan
mengungkapkan, namun belum
cukup ada tindakan nyata dalam
memotivasi yang berkaitannya
dengan pekerjaan.
3 Selalu terbuka
terhadap ide-ide
dan saran
Memahami pendapat
sikap dan perilaku
Saran merupakan masukan yang
biasanya disampaikan oleh atasan
kepada bawahan dalam upaya
untuk membantu atau juga
memperbaiki pekerjaan yang
sedang dilakukan untuk menuju
lebih baik dan menyatakan bahwa
saran-saran yang disampaikan
kadangkala berpengaruh terhadap
pembuatan kebijakan oleh atasan.
59
c. Sikap Mendukung (Supportiveness)
Gambaran efektivitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika berdasarkan sikap mendukung dengan
indikator memotivasi, pemberian kesempatan, pemberian penghargaan,
informasi bahwa pegawai diberi motivasi untuk selalu bekerja dengan
sungguh-sungguh, sehingga memiliki komitmen dengan pegawai lainnya
untuk mendukung kelancaran dalam melaksanakan tugas, dan juga pegawai
diberi kesempatan yang sama dengan pegawai lain untuk berprestasi
mendapat penghargaan, sehingga pegawai lain dapat mempermudah dalam
penyelesaian pekerjaan.
Dukungan pegawai terhadap berbagai kebijakan yang dikeluarkan
oleh Kantor Distrik akan membantu Kantor Distrik dalam mencapai apa
yang menjadi tujuan dari kebijakan-kebijakan yang dibuat tersebut. Sikap
dukungan dari pegawai terhadap berbagai pemberian informasi
kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh Kantor Distrik, dengan begitu
dapat mempermudah dalam melaksanakan pekerjaannya caranya yaitu
selalu memberikan motivasi dan komitmen untuk kelancaran proses
pekerjaan di Kantor Distrik.
Berkaitan dengan pegawai yang berprestasi dan mendapatkan
penghargaan, bahwa penilaian hasil kerja keras bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dan merasa pekerjaan yang selama ini mereka
lakukan dapat dihargai oleh atasan, pegawai memerlukan sebuah penilaian
terhadap hasil kerja mereka oleh atasan agar pegawai untuk selalu berusaha
60
berprestasi dalam setiap pekerjaannya, dan menyatakan bahwa pegawai
mengharapkan kepada pimpinan memperhatikan hasil kerja para
pegawainya agar merasa diperhatikan dan juga diperlukan sebuah
penilaian. Stimulus dari pegawai menyatakan memerlukan sebuah
penilaian terhadap hasil kerja mereka, sehingga menuntut atasan untuk
lebih memperhatikan kerja bawahannya melalui sebuah penilaian yang
dianggap secara tidak langsung sebagai sebuah penghargaan dari pimpinan.
Walau ada sebagian yang merasa selalu dituntut berprestasi sedangkan
timbal balik yang mereka dapat kurang memuaskan misalnya dalam segi
finansial. Hal ini dikatakan oleh Sekretaris Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika, Melkisedek Snae, SE seperti kutipan wawancara berikut :
“Dukungan yang diberikan atasan kepada bawahannya mengenai
pekerjaan yang dilakukan selama ini, dukungan ini juga dapat
dilihat dengan adanya pandangan terbuka dari atasan kepada
bawahan dan sikap tidak deskriptif yaitu mencoba menjelaskan
apa yang terjadi dan dirasakan, bersikap terbuka dan terus terang
dengan bawahannya, selain itu juga bersikap profesionalisme
yaitu berpikiran terbuka dan mau mendengar pandangan yang
berlawanan dengan dirinya. Harapan mengenai sikap mendukung
sendiri sudah cukup dirasakan oleh atasan dan bawahan terjadi
sesuai dengan harapan mereka, namun masih terdapat pegawai
yang merasa bahwa dukungan itu belum sepenuhnya dia
dapatkan, karena ada saat-saat tertentu dirinya tidak mendapatkan
dukungan sepenuhnya dari atasan, yang menjadi keinginan dari
bawahannya”.
Kinerja komunikasi yang efektif dari sudut pandang sikap
mendukung, bahwa hal ini dapat dilihat dari bentuk dukungan atau
motivasi menjadi hal yang sudah biasa ditemukan dalam pihak Distrik
sejak menjadi go public. Dikatakan bahwa rasa saling mendukung itu
61
sudah ada secara tidak langsung untuk menumbuhkan rasa kompak di
dalam unit kerja/seksi masing-masing.
Gambaran di atas, diperoleh keterangan objektivitas bahwa
tentang sikap mendukung pegawai. Dengan demikian dapat diperoleh
kesimpulan bahwa komitmen Artinya masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya
interaksi secara terbuka. Dengan adanya sikap mendukung antar pegawai
dapat mempermudah dalam penyelesaian tugas. Sikap mendukung sangat
diperlukan sebab dengan adanya dukungan dari setiap rekan kerja
memberikan motivasi yang mendorong seseorang untuk dapat berprestasi
aktif dalam organisasi atau instansi. Berikut gambaran efektifitas
komunikasi interpersonal, dimensi sikap mendukung dalam bentuk tabel :
Tabel 8
Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dimensi Sikap Mendukung
No Sikap
Mendukung
Tujuan
Komunikasi
Efektif
Keterangan
1 Selalu Memberi
Motivasi
Terselenggaranya
interaksi secara
terbuka
Dukungan yang diberikan atasan
kepada bawahannya mengenai
pekerjaan yang dilakukan selama
ini, dukungan ini juga dapat
dilihat dengan adanya pandangan
terbuka dari atasan kepada
bawahan dan sikap tidak diskriptif
yaitu mencoba
menjelaskan apa yang terjadi dan
dirasakan, bersikap terbuka dan
terus terang dengan bawahannya
2 Kesempatan sama
dalam berprestasi
Memiliki komitmen
dalam mengambil
Keputusan bersifat
akomodatif
Atasan dan bawahan juga
bersikap
profesionalisme yaitu berpikiran
terbuka dan mau mendengar
pandangan yang berlawanan
62
dengan dirinya. Harajpan
mengenai sikap
mendukung sendiri sudah cukup
dirasakan oleh atasan dan
bawahandi terjadi sesuai dengan
harapan mereka
3 Berprestasi
mendapatkan
penghargaan
Bekerja secara
bersungguh-sungguh
Pegawai yang merasa bahwa
dukungan itu belum sepenuhnya
dia dapatkan, karena ada saat-saat
tertentu dirinya tidak
mendapatkan
dukungan sepenuhnya dari atasan,
yang menjadi keinginan dari
bawahannya.
d. Sikap Positif (positiveness)
Gambaran efektivitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, berdasarkan sikap positif dengan
indikator menghargai orang lain. Berpikir positif terhadap orang lain,
meyakini pentingnya orang lain dapat dijabarkan bahwa pegawai dalam
menjalankan tugasnya saling menghargai satu sama lain, dalam bentuk
sikap, perilaku, perasaan dan pikiran yang positif, dengan sikap dan
perilaku, perasaan dan pikiran yang positif pegawai saling menghargai,
selalu berpikir terhadap pegawai lain, atas tindakan yang relevan dan saling
bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan.
Pegawai menyadari dan meyakini akan pentingnya pegawai
lainnya, sebagai partner komunikasi dalam melaksanakan tugas, pegawai
sangat memerlukan partner komunikasi dalam melaksanakan tugasnya.
Sikap positif dalam hal ini ditunjukkan adanya sikap positif yang lebih
mendukung dan memberikan support dan spirit dari atasan untuk
bawahannya dalam bekerja dan melakukan tugasnya selain itu adanya sikap
63
positif untuk mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Hal
ini dikatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan dan Humas (Maya S.
Tamher, SE) sebagai berikut :
“Ditemukan ada harapan bawahan dari atasan yang sudah
terpenuhi namun ada satu harapan dari satu narasumber yang
belum terpenuhi yaitu adanya harapan saat atasan menegur
bawahannya seharusnya dilakukan dengan komunikasi
interpersonal saja dan pernah terjadi dikomentari di depan umum
atau di depan rekan-rekan kerja lainnya”.
Kinerja komunikasi efektif dari sudut pandang sikap positif,
biasanya tercermin dari yang pandangan pegawai akan apa yang dilakukan
yang dilakukan. Sikap positif yang juga merupakan salah satu aspek
membangun efektifitas komunikasi interpersonal dan juga sangat cocok
diterapkan dalam pihak Distrik ini. Adanya sikap positif yang dilakukan
atasan dapat membuat bawahan menjadi lebih menghargai atasan.
Gambaran di atas, diperoleh keterangan objektivitas bahwa
tentang sikap positif pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika,
berada pada kondisi normal. Orang-orang yang memiliki sikap karir yang
positif juga akan memiliki persepsi dan evaluasi yang positif tentang karir
mereka. Sikap positif memiliki implikasi penting terhadap organisasi,
karena orang-orang yang memiliki sikap positif lebih memiliki komitmen
karir dan peningkatan kinerja. Berikut gambaran efektifitas komunikasi
interpersonal komunikasi interpersonal, dimensi sikap positif dalam bentuk
tabel :
64
Tabel 9
Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dimensi Sikap Positif
No Sikap Positif
Tujuan
Komunikasi
Efektif
Keterangan
1 Saling
menghargai
satu sama lain
Sikap dan bentuk
prilaku selalu
bekerjasama
Atasan sudah memberi harapan-
harapan dan memotivasi bawahan
dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya masingmasing
2 Berpikir positif
terhadap orang
lain
Memiliki perasaan
dan
pikiran positif
Bawahan dalam menjalankan
tugasnya biasanya mendapat
teguran dari atasan tanpa ada
komunikasi interpersonal dalam
membeladirinya bawahan itu
3 Mengetahui
pentingnya
dukungan dari
orang lain
Meyakini pentingnya
orang lain
Harapan bawahan harus saling
menghargai bilamana atasan
menegur bawahan yang membuat
kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan seharusnya tidak
dikritisi di depan sesama pegawai
e. Kesetaraan (Equality)
Gambaran efektivitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika berdasarkan kesetaraan dapat
menempatkan diri setara dengan pegawai lain dalam melaksanakan
tugasnya, menempatkan diri setara dengan pegawai lain, dengan menyadari
adanya kepentingan yang berbeda dengan pegawai lainnya sebagai partner
komunikasi dalam menyelesaikan pekerjaan, dapat pula pegawai
menyadari kepentingan yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan.
Serta dalam melaksanakan tugasnya dan tanggung jawabnya tidak
memaksakan kehendaknya kepada pegawai lain.
Kesetaraan disini berbicara tentang pengakuan dari kedua belah
pihak yang melakukan komunikasi interpersonal secara bersama-sama
65
tanpa membeda-bedakan. Dimensi ini terlihat di Kantor Distrik Iwaka
Kabupaten Mimika, terjadi dalam kehidupan berorganisasi mereka,
menurut mereka atasan sudah bersikap selayaknya dan sesuai dengan
porsinya serta tidak pernah membeda-bedakan antara satu dengan lainnya,
atasan mereka mau menerima pendapat dan saran dari bawahan tanpa
membeda-bedakan.
Namun muncul pemaknaan yang berbeda dari sikap ini yaitu
bahwa kesetaraan itu adalah seorang atasan tidak bisa menyerobot tugas
dari bawahannya dan mengatur anak buah dari bawahannya tersebut,
karena itu sudah ada prosedur tersendiri. Hal ini dikatakan oleh salah satu
staf PNS di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, Januarius Tsolme.
Seperti dalam wawancara berkut :
“Kelompok unit kerja/seksi memiliki kesamaan walaupun
terdapat bermacam-macam bagian pekerjaan yang berebeda-beda
pula, tapi mempunyai satu tujuan untuk meningkatkan
kinerja.Selanjutnya bawahan bersikap yakin, tidak merasa malu,
dan gugup dalam menghadapi atasan, selama bekerja mengikuti
aturan-aturan yang sudah ditetentukan oleh pihak Distrik. Dan
menjaga interaksi sesame pegawai yang berguna dalam
kelancaran pekerjaan. Kebersamaan pada rekan kerja yang bagus,
baik dan saling memberitahu apabila sesama pegawai belum
mengetahui berupa informasi, diperhatikan pekerjaannya apabila
menyangkut adanya masalah segera diatasi bersama-sama dengan
diskusi. Kesetaraan pegawai menjaga interaksi baik bawahan
dengan atasan dalam mengatur isi, kelancaran dan arah
pembicaraan konsisten adalah melalui komunikasi peraturan di
pihak Distrik menggunakan sistem yang berjenjang cuma fungsi
yang membedakan, koordinatif yang diterapkan, sehingga punya
hubungan dalam interaksi sesama pegawai agar berjalan dengan
baik dan selalu ada timbal balik dalam berhubungan”.
66
Perilaku ekspresif yang terjadi unit kerja/seksi di Kantor Distrik
Iwaka Kabupaten Mimika, dikarenakan cara menilai kinerja terhadap
pegawai oleh atasannya cukup diperhatikan. Orientasi pegawai dengan
pegawai yang berbeda unit kerja selama berkomunikasi, mampu melihat
perhatian dan kepentingan pegawai lainnya dan mampu merasakan situasi
dan interaksi dari sudut pandang pegawai lainnya serta menghargai
perbedaan. Jadi karekteristik pada orientasi sesama pegawai yang terjadi
selama ini mampu mengalami adaptasi yang baik, sering menyapa dan
saling berkomunikasi dalam waktu-waktu tertentu.
Kinerja komunikasi dari sudut pandang kesetaraan, dalam pihak
Distrik ini juga ditonjolkan oleh atasan kepada bawahannya. Atasan dalam
hal ini jarang melakukan pembedaan dalam artian memandang status dalam
melakukan komunikasi interpersonal. Atasan menganggap semua setara
seperti bersahabat dan tidak ada jenjang yang membuat canggung. Atasan
tidak memandang kesenioran dan keyunioran dan semua pegawai selalu
dianjurkan untuk saling mendukung satu sama lain walaupun ada
perbedaan unit kerja/seksi.
Gambaran diatas, diperoleh keterangan objektivitas bahwa
kesetaraan mempunyai nilai, sikap, prilaku dan pengalaman yang sama.
Hal ini menunjukkan pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki
kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan
saling memerlukan. Dengan demikian dapat diperoleh gambaran, dimana
setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dipromosikan.
67
Maka dengan adanya kesetaraan antar pegawai diharapkan dapat
memberikan motivasi untuk berlomba-lomba bersaing dalam meningkat
kinerja suatu pihak Distrik. Berikut gambaran efektifitas komunikasi
interpersonal, dimensi kesetaraan dalam bentuk tabel :
Tabel 10
Bentuk Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Dimensi Sikap Kesetaraan
No Kesetaraan
Tujuan
Komunikasi
Efektif
Keterangan
1 Menempatkan diri
setara orang lain
Pengakuan dan
kerelaan dengan
partner sejati
Kelompok unit kerja / divisi
memiliki kesamaan walaupun
terdapat bermacam-macam
karakter pribadi dari pegawai itu,
tapi punya satu tujuan untuk
meningkatkan kinerja pihak
Distrik
2 Menyadari adanya
Kepentingan yang
berbeda
Menciptakan kesan
sesuai perbedaan
kehendak
Bawahan bersikap yakin tidak
gugup dan malu mengatasi atasan
sewaktu dalam melaksanakan
tugas yang diberikan
3 Tidak
memaksakan
kehendak
Kedua belahpihak
sama-sama bernilai
dan berharga
Atasan dan bawahan dalam
kebersamaan pada rekan kerja
yang
bagus, baik dan saling
memberitahu
apabila sesama pegawai belum
mengetahui berupa informasi,
diperhatikan kerjaannya apabila
menyangkut adanya masalah
segera
diatasi bersama-sama dengan
diskusi.
3. Faktor-faktor Penghambat Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Pelaksanaan komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Kantor
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, dalam meningkatkan produktifitas kerja
pegawai tidak terlepas dari masalah-masalah yang menghambat
68
pelaksanaannya. Masalah-masalah tersebut antara lain. bahwa terdapat
beberapa hambatan dalam pelaksanaan komunikasi interpersonal dalam
meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika
yang biasa terjadi adalah input atau ide dari bawahan pegawai tidak sampai ke
tingkat atas secara utuh, sehingga dalam penyalurannya menjadi terhambat.
Obyektifitas yang ketat atas penilaian atau supervise terhadap kinerja
pegawai oleh atasan sedangkan volume pekerjaan sangat tinggi. Sosialisasi
terhadap aturan-aturan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik
masih perlu ditingkatkan sehingga ada diantara pegawai yang kurang
mengetahui terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik.
Dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
melaksanakan komunikasi interpersonal di Kantor Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika mengambil langkah-langkah sebagai berikut untuk mengatasi berbagai
hambatan yang dihadapi pihaknya terhadap sistem birokrasi yang
menyebabkan input atau ide tidak sampai secara utuh ke atas, maka antara
atasan dan bawahan selalu berusaha mengadakan acara-acara yang dapat
mendekatkan antara pegawai dengan atasan.
Mengatasi kurangnya penilaian atau supervise terhadap kinerja
pegawai maka pihak pihak Distrik berusaha memberikan reward bagi pegawai
yang berprestasi. Perlunya ditingkatkan sosialisasi terhadap aturan-aturan atau
kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik, maka pihak pihak Distrik selalu
berusaha memberikan informasi teraktual mengenai berbagai aturan-aturan
69
atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak Distrik kepada pegawai melalui
berbagai bentuk baik secara langsung maupun tidak langsung.
a. Hambatan Internal Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Pegawai berusaha selalu menjaga komunikasi yang baik antara
atasan dan bawahan dalam kegiatan sehari-hari salah satunya dengan
berusaha melakukan tegur sapa diantara atasan dan bawahan. Selanjutnya
pegawai dalam hal ini atasan dan bawahan dalam menjalankan tugasnya
seringkali terjadi tidak memberitahukan informasi tertentu kepada pegawai
lainnya dan memberikan informasi tertentu kepada pegawai lainnya,
informan mengatakan sangat tergantung dari kelancaran tugasnya,
sebagaimana dikatakan oleh Kepala Distrik Iwaka Kabupaten Mimika
Samuel Yogi, SH.,MH berikut :
“Pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan, pernah menahan atau
tidak mau menerima/mendengar informasi dalam menyelesaikan
pekerjaan, pegawai menerima dan mendengar informasi, hal ini
biasa terjadi karena adanya perbedaan karakter personal, tetapi
pegawai dituntut pro aktif mencari informasi sebagaimana
tuntutan profesionalisme dalam pekerjaaan”.
Sesama pegawai jika dapat informasi buruk, untuk kecenderungan
menghakimi pegawai lain pernah terjadi, tapi selama lima tahun terakhir ini
tidak lagi terjadi, karena adanya frekuensi kerja yang tinggi, sehingga
informasi buruk, ada langsung menangani yaitu unit kerja operasional
Relation Corporate yang mengalami masalah langsung dievaluasi dan
menasehati kepada pegawai tentang informasi buruk tersebut. Selanjutnya
pegawai dalam melaksanakan tugasnya, seringkali melihat suatu masalah
70
dari sudut pandangnya sendiri, tanpa mencoba memahami sebuah situasi
dari sudut pandang yang berbeda, tergantung pegawai itu dapat melihat
masalah dari sudut pandangnya sendiri dan memahami situasi dari sudut
pandang yang berbeda. Baik sebagai atasan dan bawahan penekanan dari
pihak Distrik untuk bisa maju, maka harus koordinasi selalu diutamakan
dalam menyelesaikan gangguan-gangguan operasional tugas masing-
masing unit kerja/seksi supaya ada solusi untuk mengatasi ada persoalan
yang timbul.
Pegawai dalam menjalankan tugasnya, membatasi informasi yang
cocok dengan harapannya, juga dengan menjalankan tugasnya sesuai job
yang diberikan. Karena dalam menjalankan tugasnya, mengalami
keterbatasan waktu untuk menyampaikan informasi secara menyeluruh,
pegawai mudah mendapatkan informasi lewat implist telkom. Dapat saja
terjadi karena biasanya ada kehendak personal yang berhubungan dengan
tugasnya, tidak sesuai kecocokan pengalaman kerjanya atau bidang yang
pernah ditempati, sehingga suasana kerja antar pegawai, harus mengalami
penyesuaian komunikasi. Berikut hambatan internal komunikasi
interpersonal, dalam bentuk tabel :
Tabel 11
Hambatan Internal Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Hambatan Bentuk Hambatan Keterangan Internal Latar belakang, pengalaman
dan pengetahuan biasanya
terjadi saling mempertahankan
pendapat
Pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan, pernah menahan atau
tidak mau menerima/ mendengar
informasi dalam menyelesaikan
pekerjaan, pegawai menerima dan
mendengar informasi, ini biasa
terjadi karena adanya perbedaan
71
karakter personal, tetapi pegawai
dituntut pro aktif mencari informasi
sebagaimana tuntutan
profesionalisme dalam pekerjaan.
b. Hambatan Eksternal Efektifitas Komunikasi Interpersonal
Perbedaan status sosial yang ada pada pegawai dalam
menjalankan tugasnya, tidak terpengaruh adanya perbedaan status sosial
pada pegawai lainnya bahwa kejadian selama bekerja, perbedaan jangan
dilihat dari status sosial karena pegawai rata-rata bersikap profesional dan
bertanggung jawab. Pegawai dalam melaksanakan tugasnya, menyalurkan
pikiran dan perasaannya mengalami permasalahan tata bahasa. Hal ini
biasanya terjadi karena karena pegawai disini baik itu atasan dan bawahan
masing-masing dari berbagai suku dan ragam bahasa dan pegawai-pegawai
dapat saling memahami dan menerima demi kebersamaan untuk
memperlancar pelaksanaan pekerja di unit kerja/seksi.
Pegawai dalam menjalankan tugasnya, terpengaruh dengan
adanya perbedaan kebudayaan, suku dan lingkungan sosial. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh salah seorang staf honorer di Kantor Distrik
Iwaka Distrik Mimika Sakarias Kwalin berikut ini :
“Menjaga hubungan yang baik dari seluruh atasan pada unit
kerja/divisi Distrik Iwaka Kabupaten Mimika kepada para
pegawai, hal ini yang terkadang kurang dipahami oleh para atasan
sehingga memiliki kecenderungan komunikasi yang baik
dilakukan pada saat atasan memberikan tugas atau perintah saja”.
Prasarana serta infrastruktur Kantor Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika sudah dirancang sedemikian baik, sehingga pegawai dalam
72
melaksanakan tugasnya, tidak mengalami gangguan lingkungan fisik (suara
riuh, kebisingan, cahaya tidak terang dan lain-lain), lingkungan fisik sangat
baik, sehingga gangguan yang disebabkan pada media (sambungan telepon
terputus, jaringan telepon selular, dan lain-lain), tidak terjadi dan
dipergunakan dalam melancarkan komunikasi sangat lancar dan membantu
penyelesaian pekerjaan.
Pegawai dalam melaksanakan tugas, biasanya mengalami
hambatan dengan ketidakpastian pada kehadiran teknologi informasi dan
komunikasi. Pegawai diberi pelatihan. Pihak Distrik sudah mengantisipasi
dengan sumberdaya manusia yang handal sesuai keahlian melalui
pendidikan dan latihan, jadi pegawai biasa mengalami hambatan tidak siap
dengan kehadiran teknologi akan mengalami jenjang karier yang lambat.
Berikut hambatan eksternal komunikasi interpersonal, dalam bentuk tabel :
Tabel 12
Hambatan Eksternal Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Hambatan Bentuk Hambatan Keterangan
Eksternal Struktur organisasi sewaktu
– waktu berubah
Menjaga hubungan yang baik
dari seluruh atasan pada unit
kerja/seksi Kantor Distrik Iwaka
Kabupaten Mimika kepada para
pegawai, hal ini yang terkadang
kurang dipahami oleh para atasan
sehingga memiliki
kecenderungan komunikasi yang
baik dilakukan pada saat atasan
memberikan
tugas atau perintah saja.
73
4. Peningkatan Kinerja Pegawai
a. Prestasi Kerja
Waktu adalah hal yang penting untuk diperhatikan dalam
melakukan sebuah aktivitas. Waktu yang ditentukan oleh sebuah pihak
Distrik dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan sangat menentukan
keberhasilan sebuah pekerjaan yang dibebankan pada pegawai. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan dan Humas (Maya
S. Tamher, SE) berikut ini :
“Pihak pihak Distrik selalu membuat jadwal setiap usulan
program pekerjaan yang sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan sehingga pegawai tidak
dikejar-kejar deadline”.
Kinerja komunikasi efektif dalam perspektif prestasi kerja,
merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menciptakan dan
membina hubungan yang baik dalam pihak Distrik. Informasi yang
disampaikan oleh atasan pihak Distrik kepada bawahan secara bertahap
sesuai dengan struktur organisasi dan jaringan wewenang yang ada. Karena
banyaknya rangkaian wewenang yang ada dalam pihak Distrik , maka ada
kemungkinan timbulnya salah pengertian dalam menerima informasi yang
diberikan . Salah pengertian dalam penerimaan informasi besar
pengaruhnya bagi kelancaran aktifitas pihak Distrik. Dapat dilihat dengan
jelas bahwa komunikasi interpersonal berhubungan erat dengan prestasi
kerja guna peningkatan kinerja khususnya para pegawai dan pada
umumnya pihak Distrik itu sendiri.
74
Gambaran di atas menunjukkan bahwa respon yang diterima
pegawai tentang kurun waktu yang ditentukan oleh pihak Distrik telah
disesuaikan dengan sebanyak apa pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
pegawai sehingga hasil yang diinginkan oleh pihak Distrik dapat
terwujud/tercapai. Distrik Iwaka Kabupaten Mimika , dalam
menyelesaikan pekerjaan sudah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
oleh pihak Distrik. Sehingga tidak terjadi penumpukan pekerjaan,
menyatakan bahwa sebagai salah satu cara yang efektif dalam usaha untuk
menghasilkan sebuah pekerjaan yang maksimal maka pihak pihak Distrik
selalu menyesuaikan waktu yang dibutuhkan dengan pekerjaan yang harus
diselesaikan. Bahwa stimulus yang diberikan kepada pegawai berdampak
efektif dalam usaha untuk menghasilkan sebuah pekerjaan yang maksimal
yaitu dengan melakukan manajemen waktu yang tepat dalam
menyelesaikan sebuah pekerjaan sehingga tidak terjadi tumpang tindih.
Berikut gambaran unsur peningkatan kinerja dari prestasi kerja dalam
bentuk tabel :
Tabel 13
Unsur Peningkatan Kinerja Prestasi Kerja
Unsur
Peningkatan
Kerja
Indikator
Peningkatakan kerja
Keterangan
Prestasi Kerja Kualitas, kuantitas
hubungan, ketangguhan
dan pencapaian pekerjaan
Pihak pihak Distrik selalu
membuat jadwal setiap usulan
program pekerjaan yang sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan sebuah
pekerjaan sehingga pegawai tidak
dikejar-kejar deadline.
75
b. Jenjang Karir
Jenjang karir merupakan faktor pendukung bagi seorang pegawai
untuk lebih produktif lagi dalam pekerjaan. Ukuran seseorang dalam
bekerja dikatakan produktif adalah apabila pegawai tersebut dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan kualitas yang sesuai dengan standar
yang telah ditentukan oleh pihak pihak Distrik atau manajemen dalam
kurun waktu yang lebih banyak dari periode tertentu. Hal ini dikatakan oleh
Skretaris Distrik (Melkisedek Snae, SE) sebagai berikut :
“Pihak pemerintah Kabupaten Mimika melalui Kantor Distrik
sudah mampu memuaskan pegawai dalam peningkatan jenjang
karirnya sehingga hal tersebut meningkatkan produktifitas kerja
dari pegawai, menyatakan bahwa pihak Pemerintah Distrik selalu
berusaha selalu memperhatikan jenjang karir pegawai berdasarkan
prestasi yang diperlihatkan oleh pegawai itu sendiri sehingga
faktor prestasi sangat menentukan peningkatan jenjang karir
seorang pegawai”.
Pihak pemerintah Distrik telah memperhatikan jenjang karir
pegawainya, menunjukkan bahwa stimulus tentang jenjang karir yang
ditentukan oleh pihak Pemerintah Distrik sangat dipengaruhi oleh pegawai
itu sendiri. Kalau pegawai itu mampu berprestasi dalam bekerja maka
jenjang karir dengan sendirinya akan diperhatikan oleh atasan. Dalam
menerapkan secara total bukan saja diperlukan mental berbudaya produktif
bagi kalangan bawahan, tetapi juga bagi kalangan atasan.
Kinerja komunikasi efektif dalam perspektik jenjang karir, Kantor
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, menyatakan bahwa jenjang karir yang
ditentukan pihak Distrik dapat meningkatkan produktifitas kerja pegawai
76
dan menyatakan bahwa pihak pihak Distrik selalu berusaha meningkatkan
kinerja, melalui berbagai cara salah satunya dengan memperhatikan jenjang
karir pegawainya sehingga diharapkan dapat mampu memotivasi pegawai
dalam meningkatkan kinerja pegawai. Mengenai jenjang karir yang
ditentukan oleh pihak Distrik, juga tidak terlepas oleh partisipasi
komunikasi antara atasan dan bawahan dalam hubungan interpersonal yang
efektif dimana sikap mendukung masing-masing pegawai yang
berkomunikasi memiliki komitmen pada jenjang karir sehingga dapat
meningkatkan kinerja kerja pegawai, dan menunjukan bahwa stimulus
dengan adanya perhatian dari pihak pihak Distrik atau manajemen terhadap
jenjang karir pegawai mampu memotivasi pegawai maka dapat membantu
dalam meningkatkan produktifitas kerja.
c. Penghargaan Kinerja
Reward diberikan kepada pegawai yang berprestasi dalam
melaksanakan pekerjaannya. Pemberian reward biasanya diberikan oleh
pimpinan sebagai bentuk penghargaan atas hasil kerja yang dilakukan oleh
pegawai.
Pihak Pempinan Distrik, menyatakan bahwa reward yang selama
ini diberikan pihak Distrik sudah efektif, sesuai hasil kerja dan penilaian
kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai Distrik.
Pihak Distrik sudah efektif dalam meningkatkan kinerja
pegawainya, bahwa stimulus reward yang diberikan oleh pihak Distrik
dapat membantu meningkatkan produktifitas kerja pegawai, namun hal
77
tersebut mampu juga efektif dalam meningkatkan kinerja pegawai di
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika. Waktu yang ditentukan oleh
pihak Distrik bagi penerima reward merupakan kebijakan pihak Distrik
yang dianggap tepat bagi pihak Distrik bagi penerima reward. Reward atau
penghargaan merupakan faktor penting dalam keberlangsungan seorang
pegawai didalam sebuah pihak Distrik. Hal ini dikatakan oleh Kepala Seksi
Pemerintahan dan Humas (Maya S. Tamher, SE) berikut ini :
“Ketentuan pihak Distrik dalam kurun waktu penerima reward
dianggap sudah tepat karena sudah disesuaikan dengan kriteria-
kriteria tertentu yang ditentukan oleh manajemen, respon dari
pegawai tentang reward yang diberikan pihak Distrik biasanya
diberikan dulu sebelum menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat
mempengaruhii peningkatan produktifitas kerja yang
diperlihatkan oleh pegawai”.
Penghargaan merupakan sebuah reward yang dikeluarkan oleh
pihak pihak Distrik atas hasil kerja pegawainya sebagai salah satu bentuk
usaha pihak pihak Distrik dalam memacu pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Dan pegawai memerlukan sebuah penghargaan terhadap
hasil kerja yang dilakukan pegawai mendapatkan respon yang baik bahkan
hampir keseluruhan menganggap perlu sebuah penghargaan terhadap hasil
kerja yang dilakukan pegawai, dan setiap usaha pihak Distrik khususnya
dalam pemberian penghargaan terhadap hasil kerja yang dilakukan pegawai
bertujuan agar dapat memotivasi pegawai untuk menjadi lebih baik dalam
setiap menyelesaikan pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan atau pihak
Distrik.
78
Mengenai pemberian penghargaan diperlukan terhadap hasil kerja
yang dilakukan pegawai, bahwa upaya memotivasi dan meningkatkan
kinerja pegawai, maka pihak pegawai memberikan sebuah stimulus salah
satunya berupa pemberian penghargaan oleh pihak pihak Distrik agar dapat
memacu respon pegawai yaitu disini responden melalui penghargaan
tertentu terhadap hasil kerja yang dilakukan sehingga pihak pihak Distrik
berusaha melakukan hal tersebut. Kepuasan dari seorang pegawai terhadap
sebuah
penghargaan baik secara materi dan non materi atas hasil kerja
yang telah dilakukannya merupakan sesuatu hal yang sangat menunjang
terhadap peningkatan kinerja yang akan dihasilkan oleh pegawai itu
sendiri. Kinerja komunikasi efektif dalam perspektif penghargaan kerja,
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, dalam pemberian penghargaan
atas hasil kerja yang telah dilakukan pihak atasan sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik terhadap hasil kerja
yang telah dilakukan oleh pegawainya, melalui pemberian penghargaan
terbukti dengan diberikannya sebuah reward bagi pegawai yang berprestasi.
Dan sikap positif dari atasan dan bawahan ditunjukkan dalam bentuk sikap
dan prilaku, yang terlibat dalam komunikasi interpersonal dimiliki perasaan
dan pikiran positif masing-masing pegawai.
Mengenai pemberian penghargaan dirasakan sudah cukup
memuaskan dibandingkan hasil kerja yang telah dilakukan, bahwa perlunya
perbaikan atas pemberian penghargaan yang distimuluskan pimpinan
79
sehingga dapat memuaskan para pegawai atas hasil kerja yang telah
dilakukannya. Agar kedua belah pihak merasa diuntungkan yang akhirnya
berimbas pada keberlangsungan sebuah atasan. Ketepatan waktu berkaitan
dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan target
waktu yang direncanakan. Berdasarkan hal dikemukakan diatas, maka
dapat diketahui bahwa yang dihasilkan dari pekerjaan yang dicapai oleh
pegawai, baik secara individu maupun kelompok yang dapat berupa produk
atau jasa yang sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya
berdasarkan ukuran tertentu selama waktu tertentu.
Ketepatan dan ketidaktepatan mereka dalam menyerahkan laporan
hasil kerja sangat ditentukan oleh sedikit banyaknya pekerjaan yang
dibebankan pada mereka. Bahwa adanya keterlambatan penyerahan laporan
hasil kerja banyak disebabkan karena banyaknya pekerjaan yang harus
diselesaikan sedangkan waktu yang ditentukan kurang dan juga jam kerja
tambahan/lembur diberlakukan. Penyerahan laporan kerja tepat pada
waktunya, pihak atasan memberikan stimulus waktu yang lebih banyak lagi
untuk menyelesaikan laporan kerja dapat diserahkan tepat pada waktunya.
Kesesuaian antara laporan dengan pekerjaan yang diperintahkan
merupakan sebuah keharusan yang harus sangat diperhatikan oleh seorang
pegawai karena dengan begitu pegawai mampu menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan perintah.
Mengenai isi laporan kerja sudah sesuai dengan pekerjaan yang
diperintahkan oleh atasan, bahwa pada kenyataannya dilapangan kadang
80
suka mengalami pekerjaan yang harus dilakukan tidak sesuai dengan
perintah yang dikeluarkan oleh atasan yang akhirnya berpengaruh pada isi
laporan kerja yang dibuat.
d. Motivasi Kerja
Adanya motivasi dalam bekerja merupakan kekuatan untuk
meningkatkan prestasi kerja pegawai serta dapat membantu meningkatkan
produktifitas yang tinggi. Selain dimiliki oleh pegawai itu sendiri, motivasi
kerja perlu juga diberikan oleh atasan atasan baik pemberian material
maupun immaterial, dan menyatakan bahwa motivasi kerja baik diberikan
oleh pihak atasan, sehingga dapat mempengaruhi peningkatan kinerja.
Motivasi kerja sering dilakukan baik melalui pelatihan-pelatihan,
pemberian reward, penghargaan-penghargaan, perlakuan yang sesuai
dengan etika/rasa sosial serta disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu
oleh manajemen dalam atasan sehingga tidak perlu membuat aturan atau
kriteria baru untuk meningkatkan motivasi kerja.
Kinerja komunikasi efektif dalam perspektik motivasi kerja yang
dimiliki oleh setiap individu pegawai sudah baik, bahwa stimulus dari
atasan tentang motivasi kerja terhadap pegawai sangat diperlukan untuk
meningkatkan semangat kerja serta meningkatkan produk kerja, tetapi hal
ini dirasakan pegawai masih cukup baik pemberian motivasi yang
dilakukan pimpinan Distrik, dikarenakan atasan dengan bawahan mampu
saling memahami motivasi, esensi dan saling bertukar pengalaman,
sehingga harapan dan keinginan masing-masing dapat terakomodasi.
81
Reward merupakan sebuah penghargaan barupa material maupun
imaterial, tetapi disini lebih ditekankan pada pemberian reward secara
material karena dengan melihat kebutuhan dari pegawai untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya lebih cukup dengan mengandalkan gaji dari
Distrik itu. tetapi alangkah baiknya bila adanya reward tiap bulan untuk
mengganti kebutuhan yang tidak diperkirakan. Hal ini pun tentunya akan
berdampak positif terhadap peningkatan motivasi pegawai dalam
peningkatan kinerja pegawai Distrik.
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, tentang reward bulanan
terhadap pegawai sangat diperlukan untuk membantu semangat kerja serta
meningkatkan produk kerja, tetapi hal ini dirasakan pegawai masih baik
pemberian rewardnya yang dilakukan atasan Distrik, dengan demikian
perlu ada penambahan lagi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh
pegawai Distrik.
e. Disiplin kerja
Sebuah pekerjaan bisa dinilai dengan baik bila memiliki disiplin
kerja yang dimiliki pegawai, sebab tanpa adanya kekuatan disiplin tidak
akan tercipta suasana kerja yang akan menghasilkan tujuan (gold), bahkan
yang timbul hanyalah keresahan kantor dalam menghasilkan produk yang
saat ini banyak persaingan satu sama lainnya. Bahwa kedisiplinan yang
dimiliki pegawai dilihat belum melekat rasa disiplin, misalnya dari segi
waktu, pengerjaan tugas, dan lainnya masih banyak pegawai yang sudah
tepat waktu dalam mulai bekerja dan menyelesaikan pekerjaan. Karena dari
82
pimpinan kantor memberikan perhatian khusus tentang kedisiplinan waktu
serta ketepatan menyelesaikan tugas dan sikap disiplin kerja penting
adanya untuk menumbuhkan segala aspek yang akan merubah sistem yang
asalnya bersifat abstrak menjadi kongkrit dalam bekerja. Kedisiplinan
pegawai pada dasarnya sudah ditentukan oleh aturan kantor, namun apa
kenyataannya pegawai masih belum merealisasikan etos kerja disiplin yang
maksimal.
Kinerja komunikasi dalam perspektif disiplin kerja para pegawai
sudah memiliki disiplin kerja yang baik, bahwa stimulus dari atasan kantor
dalam disiplin kerja kepada bawahannya, bahwa ada pengakuan masing-
masing yang memiliki kepentingan yang bernilai dan berharga, dengan
tercipta saling berkomunikasi secara interpersonal dalam suasana akrab,
dan sangat diperlukan untuk membantu semangat kerja serta meningkatkan
motivasi kerja, bahkan sebagian pegawai kurang mengindahkan kata
disiplin melekat dalam hatinya untuk meningkatkan semangat kerja di
kantor. Dampak dari memiliki disiplin kerja yang dimiliki pegawai akan
mengakibatkan dampak positif terhadap hasil kinerja pegawai sebab
dengan adanya kekuatan disiplin akan tercapai target, bahkan tidak akan
timbul keresahan dalam kantor meskipun adanya persaingan satu sama
lainnya pada produk yang sama. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kepala
Distrik Iwaka, Samuel Yogi, SH.,MH berikut ini :
“Kedisiplinan yang dimiliki pegawai diperlukan dalam Instansi
Distrik, misalnya dari segi waktu, pengerjaan tugas, dan lainnya.
Hal ini diperlukan adanya penilaian reward kepada salah satu
83
pegawai yang di nilai (value) baik dalam disiplinnya, sehingga
dapat menimbulkan motivasi kerja bagi pegawai lainnya”.
Memberikan bekal arti penting disiplin dalam dirinya (self
concisnous) dengan pelatihan-pelatihan kerja yang disiplin tinggi untuk
menghasilkan produktifitas kerja, kedisiplinan pegawai pada dasarnya
sudah ditentukan oleh aturan kantor, namun pada kenyataannya pegawai
masih belum merealisasikan etos kerja disiplin yang maksimal. Mengenai
disiplin kerja yang dimiliki oleh setiap individu pegawai mempengaruhi
terhadap peningkatan kinerja, bahwa stimulus untuk meningkatkan disiplin
kerja pegawai sangat diperlukan dalam membantu produktifitas kerja,
bahkan sebagian pegawai menyatakan dengan disiplin tinggi dalam bekerja
maka pekerjaan yang kurang tahu akan termotivasi untuk memperbaiki
kualitas dan kuantitas produk yang dibuatnya, bila dinilai maka hasilnya
akan melebihi yang kurang disiplin meskipun pegawai tersebut mahir
dalam pekerjaanya.
f. Penilaian hasil kerja
Kinerja merupakan sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan tentang kemampuan kerja pegawai sehingga menghasilkan
sesuatu yang maksimal yang dapat memuaskan masyarakat. Dari Kantor
Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, diperoleh keterangan bahwa pegawai
telah mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kantor,
walaupun ada sebagian yang merasa masih kurang mampu itu lebih
dikarenakan masalah teknis saja. Selanjutnya dengan adanya pegawai yang
84
kurang mampu dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan kantor
biasanya terjadi pada pegawai-pegawai yang masih baru bekerja dikantor,
dengan demikian diupayakan bagi pegawai yang lebih senior untuk mau
membantu.
Mengenai mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan
kantor, dari bahwa stimulus dari kantor bagi pegawai yang sudah lama
bekerja untuk membantu dan membimbing, mengarahkan pegawai yang
masih junior sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menyelesaikan
pekerjaan yang ditentukan oleh atasan. Ketepatan waktu dalam
menyelesaikan sebuah pekerjaan merupakan faktor penting untuk
menghasilkan hasil kerja yang berkualitas baik, karena dengan demikian
produktifitas yang dimiliki oleh pegawai sudah baik. Manajemen waktu
yang bagus maka akan menghasilkan juga kualitas dan pemanfaatan waktu
yang efektif. Hal ini diktakan oleh Sekretaris Distrik Iwaka Melkisedek
Snae, SE berikut ini :
“Menilai setiap ketepatan target waktu dalam menyelesaikan
pekerjaan yang ditentukan atasan sudah tepat, namun dalam
kenyataan dilapangan tidak jarang pegawai menjadi keteteran
dengan jadwal yang ditentukan untuk mengejar deadline sebuah
hasil kerja. Dan menyatakan bahwa pihak atasan selalu
menentukan deadline sebuah hasil kerja tepat pada waktunya agar
pekerjaan tidak tumpang tindih yang akhirnya berakibat pada
kurangnya kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan dari sebuah
pekerjaan”.
Mengenai ketentuan waktu yang ditentukan atasan dalam
menyelesaikan pekerjaan sudah tepat, bahwa stimulus dari pimpinan
dalam bekerja agar ketepatan target waktu yang diberikan oleh atasan dapat
85
memacu pegawai untuk bekerja lebih keras karena kadang tidak tepat
dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Pekerjaan merupakan kegiatan pegawai untuk melakukan aktivitas pada
atasan untuk menghasilkan produk. Dengan bekerja pegawai tersebut selain
menghasilkan pekerjaan, tentunya juga hal-hal yang bersifat material pun
akan datang dengan pekerjaan yang dilakukannya.
Mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan cukup banyak setiap
harinya, menunjukan bahwa stimulus tentang ketepatan target waktu yang
diberikan oleh perusahaan memacu pegawai untuk bekerja lebih keras
karena yang diberikan tidak segan-segan pihak perusahaan memberi sanksi
bagi pegawai yang selalu tidak tepat dalam menyelesaikan sebuah
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Dengan memberikan upah kepada
pegawai tentunya pihak perusahaan menuntut adanya keseimbangan (take
and balance) dalam bekerja untuk menghasilkan produksi yang dikerjakan
oleh pegawai di kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika diperoleh
keterangan bahwa dalam bekerjanya sudah menghasilkan pekerjaan
sebanyak yang diinginkan perusahaan, namun dalam kenyataan
dilapangannya masih saja ada pegawai yang belum sesuai dalam
bekerjanya untuk memenuhi target yang diinginkan pihak perusahaan.
Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika , menganjurkan kepada
seluruh pegawai agar pekerjaan yang dikerjakannya harus memenuhi target
yang diharapkan sebab kalau tidak tercapai selain tidak mendapat reward
tentunya dapat merugikan pihak perusahaan. Mengenai pihak perusahaan
86
menuntut untuk menyelesaikan pekerjaan sebanyak-banyaknya bahwa
respon dari pegawai tentang pekerjaan yang diberikannya memacu pegawai
untuk bekerja lebih keras mencapai target yang diinginkan. Perusahaan
dalam hal ini Kantor Distrik Iwaka
Komunikasi interpersonal yang efektif perlu ditingkatkan karena
hal itu dapat meningkatkan kinerja pegawai, komunikasi interpersonal bisa
dibina dengan cara mensosialisasikan program kerja dll, selain itu perhatian
dan interest terhadap pegawai perlu ditingkatkan untuk meningkatkan
apresiasi pegawai terhadap instansi.
Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang
kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi maupun
adaptasi organisasi setiap perubahan lingkungan bisnis yang ada sehingga
organisasi bias tetap survive bahkan meraih keunggulan kompetitifnya.
Melalui komunikasi yang baik antar individu dan pihak-pihak yang terlibat
langsung dalam organisasi maupun diluar organisasi, organisasi dapat
memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Untuk mengembangkan
komunikasi yang baik ini diperlukan peran aktif manajer maupun bawahan.
B. PEMBAHASAN
a. Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam Meningkatkan Kinerja
Pegawai.
Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong
terjadinya hubungan yang positif terhadap rekan, keluarga, dan kolega dalam
87
suatu organisasi. Hal ini disebabkan pihak-pihak yang saling berkomunikasi
merasakan atau memperoleh manfaat dari komunikasi itu, sehingga merasa
perlu untuk memelihara hubungan interpersonal. Menurut A.W. Suranto
(2011:79) Sering kali orang tidak menyadari pentingnya masalah interaksi
antar manusia, karena sebagian orang beranggapan bahwa yang terpenting
adalah modal kekuasaan dan modal material. Kalau dua modal itu berada di
tangan, dikiranya segala urusan menjadi lancar dan berpihak kepadanya.
Padahal kecakapan dalam komunikasi interpersonal merupakan aset yang
penting dalam hubungan antar pegawai dalam organisasi. Keefektifan
hubungan interpersonal adalah taraf seberapa jauh akibat-akibat dari tingkah
laku kita sesuai dengan yang kita harapkan.
Keefektifan kita dalam hubungan interpersonal ditentukan oleh
kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang kita
sampaikan. Menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang
lain sesuai kehendak kita. Kita dapat meningkatkan keefektifan kita dalam
hubungan interpersonal dengan cara berlatih mengungkapkan
maksudkeinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah laku kita, dan
memodiflkasikan tingkah laku kita sampai orang lain mempersepsikannya
sebagaimana kita maksudkan. Artinya, sampai akibat-akibat yang ditimbulkan
oleh tingkah laku kita dalam diri orang lain itu seperti yang kita maksudkan.
Di dalam suatu organisasi atau instansi, sangat diperlukan komunikasi
yang efektif demi kelancaran berjalannya kegiatan organisasi. Yang dimaksud
dengan komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang efektif dan tepat
88
sasaran. Dalam komunikasi tersebut, efektifitas komunikasi diukur dari adanya
keterbukaan antara pihak yang melakukan komunikasi, saling mendukung
antara pihak yang melakukan komunikasi, bersikap positif, saling memahami
antara pihak yang saling melakukan komunikasi, kesetaraan antara pihak yang
melakukan komunikasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hakekat komunikasi interpersonal
yang dikatakan oleh A.W. Suranto (2011:5) yaitu komunikasi interpersonal
pada hakikatnya adalah: pertama, suatu proses yang bermakna transaksi dan
interaksi. Jadi adanya transaksi mengenai gagasan, ide, pesan, simbol atau
informasi. Sedangkan istilah interaksi mengesankan adanya suatu tindakan
yang berbalasan. Jadi interaksi sosial adalah suatu proses berhubungan yang
dinamis dan saling pengaruh-mempengaruhi antar pegawai. Kedua, pesan tidak
ada dengan sendirinya, melainkan diciptakan dan dikirimkan oleh seorang
komunikator, atau sumber informasi. Komunikasi interpersonal dapat terjadi
secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun komunikasi dapat di setting
dalam pola komunikasi langsung maupun tidak langsung, namun untuk
pertimbangan efektivitas komunikasi, maka komunikasi secara langsung
menjadi pilihan utama.
Mengacu pada konsep De Vito tentang Komunikasi Interpersonal
yang efektif dari sudut pandang humanistik. Dalam pandangan ini untuk
menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan adanya keterbukaan, sikap
empati, sikap mendukung, sikap positif serta kesetaraan dari pihak-pihak yang
berkomunikasi.
89
Selanjutnya dapat diuraikan bagaimana dimensi-dimensi efektivitas
komunikasi Interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai sebagai
berikut:
1. Keterbukaan dalam meningkatkan kinerja pegawai
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain,
serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini
tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua
riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan
informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah
kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasa
disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi ini tidak
bertentangan dengan asas kepatutan.
Devito dalam (A.W. Suranto 2011:82) menjelaskan bahwa sikap
keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon, tidak berkata
bohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu karakteristik dalam
meningkatkan kinerja adalah dengan adanya keterbukaan terhadap
pegawai.
Dengan adanya keterbukaan dalam sebuah perusahaan yang
diperoleh para pegawai tentunya akan berdampak positif dengan
diwujudkan melalui tindakan. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa
dengan adanya keterbukaan maka komunikasi interpersonal akan
berlangsung secara adil, transparan, dua arah, dan dapat diterima oleh
90
semua pihak yang berkomunikasi. Maka dalam pelaksanaan tugas dan
tanggungjawabnya seorang pegawai dapat mengarahkan segala
kegiatannya dan mampu menunjukkan kerja yang optimal.
Jika hal ini terjadi, maka dalam kaitannya dengan peningkatan
kinerja pegawai, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan pimpinan
untuk senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal
yang berkenaan dengan proses penyelenggaraan efektifitas komunikasi
interpersonal.
2. Empati dalam meningkatkan kinerja pegawai
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang
dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan
dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui
kacamata orang lain.
Sejalan dengan pendapat Devito (1997:11) yang mengatakan
empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi
atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama
dengan orang atau kelompok lain. Empati memberikan sumbangan guna
terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati
mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasaan
orang lain secara tepat.
Pegawai yang mempunyai rasa empati terhadap sesama dapat
membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Pegawai yang berempati
91
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan
sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka. Lebih lanjut A.W.
Suranto (2011:83) mengatakan empati akan menjadi filter agar kita tidak
mudah menyalahkan orang lain. Namun kita dibiasakan untuk dapat
memahami esensi setiap keadaan tidak semata-mata berdasarkan cara
pandang kita sendiri, melainkan juga menggunakan sudut pandang orang
lain.
Dengan demikian maka seorang pegawai yang memiliki rasa
empati tentunya akan memudahkan untuk peningkatan kinerja pegawai
sesuai karier ataupun prestasinya.
3. Sikap mendukung dalam meningkatkan kinerja pegawai
Menurut Devito dalam (A.W. Suranto 2011:83), hubungan
interpersonal yang efektif adalah hubungan di mana terdapat sikap
mendukung (supportiveness).Artinya masing-masing pihak yang
berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya
interaksi secara terbuka. Dengan adanya sikap mendukung antar pegawai
dapat mempermudah dalam penyelesaian tugas. Bisa dibayangkan bila
kurangnya komunikasi dan koordinasi antar individu/pegawai
menyebabkan sering tidak saling mendukung dan membantu dalam
penyelesaian tugas terutama yang saling berhubungan sehingga pekerjaan
yang semestinya cepat terselesaikan menjadi terlambat penyelesaiannya
padahal pekerjaan itu semestinya pekerjaan itu dapat diselesaikan tepat
waktu.
92
Dalam hal kinerja pegawai sikap mendukung sangat diperlukan
sebab dengan adanya dukungan dari setiap rekan kerja memberikan
motivasi yang mendorong seseorang untuk dapat berprestasi aktif dalam
organisasi atau instansi.
4. Sikap positif dalam meningkatkan kinerja pegawai
Sikap positif (positiveness) ditunjukkan dalam bentuk sikap dan
prilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan
pikiran positif, bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk prilaku, artinya
bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan
komunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk
terjalinnya kerjasama.
Devito dalam (A.W. Suranto 2011:84). Sikap positif yang dimiliki
seorang pegawai dapat mempengaruhi dirinya untuk bisa atau tidaknya
peningkatan kinerja tertentu karena yang harus diperhatikan oleh pimpinan
adalah sikap atau prilaku kerja para pegawai. Perilaku dan sikap yang baik
akan memberikan gambaran positif bagi pegawai-pegawai lainnya.
Seseorang yang memiliki sikap positif yang baik tentunya tidak
akan repot untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta
mampu menempatkan dirinya dalam situasi dan posisi apa saja yang
ditawarkan kepadanya. Organisasi sangat membutuhkan orangorang yang
mampu menjabarkan kemauan organisasi dan hal tersebut bisa didapat dari
mereka yang memiliki sikap positif.
93
Konsep sikap positif mengacu pada cara orang-orang memandang
dan mengevaluasi karir mereka. Orang-orang yang memiliki sikap karir
yang positif juga akan memiliki persepsi dan evaluasi yang positif tentang
karir mereka. Sikap positif memiliki implikasi penting terhadap organisasi,
karena orang-orang yang memiliki sikap positif lebih memiliki komitmen
karir dan keterlibatan jabatan yang tinggi.
5. Kesetaraan dalam meningkatkan kinerja pegawai
Seperti yang dikemukakan oleh Devito dalam (A.W. Suranto
2011:84) bahwa kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah
pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua
orang berkomunikasi secara interpersonal, tidak pernah tercapai suatu
situasi yang menunjukkan kesetaraan atau kesamaan secara utuh di antara
keduanya.
Kesetaraan berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak - haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
Dalam kaitannya dengan kesetaraan atasan dengan bawahan adalah dimana
kita ketahui bersama bahwa peningkatan kinerja memberikan peranan
penting bagi setiap pegawai bahkan menjadi idaman dan tujuan yang selalu
diharapkan. Dimana setiap pegawai memiliki kesempatan yang sama untuk
dapat diberi penghargaan. Maka dengan adanya kesetaraan antar pegawai
94
diharapkan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja
pegawai.
b. Faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi interpersonal dalam
meningkatkan kinerja pegawai.
Komunikasi Interpersonal yang efektif tidak mudah dilakukan.
Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah
seseorang melakukan komunikasi yang benar-benar efektif. Ada banyak
hambatan yang bisa merusak komunikasi. Ada beberapa hal yang merupakan
hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau
ingin komunikasinya sukses. Proses komunikasi tidak akan berjalan lancar jika
terjadi gangguan dalam skomunikasi. Gangguan atau hambatan itu secara
umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan internal dan hambatan
eksternal.
Dalam sebuah organisasi atau dunia kerja, komunikasi memegang
peranan penting. Dikatakan demikian karena keberhasilan berinteraksi dalam
organisasi adalah malalui komunikasi. Jika komunikasi dapat berjalan secara
efektif, maka informasi dalam dinamika berorganisasipun akan berjalan lancar
sehingga dapat mempercepat proses penyelesaian suatu pekerja. Sebaliknya,
bila komunikasi terhambat, arus informasi pun tersendat, dan akibatnya tentu
akan membuat suatu pekerjaan juga terlambat diselesaikan sehinga dapat pula
berdampat pada kinerja semua unsur yang ada dilingkungan kerja perusahaan
tersebut.
95
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam pengembangan perusahaan.
Sistem manajemen secanggih dan seefisien apapun tidak akan berfungsi,
bilamana hambatan komunikasi tidak diselesaikan dan ditangani dengan baik.
Apakah sesama pegawai maupun pegawai dengan atasan. Dalam aktifitas di
suatu organisasi bisnis, komunikasi memegang peranan sangat penting.
Kegagalan dalam mengatasi hambatan-hambatan efektifitas komunikasi
interpersonal banyak disebabkan oleh kurang tertatanya komunikasi
interpersonal yang dilakukan para pelaku di organisasi tersebut. Komunikasi
efektif tanpa mengalami hambatan-hambatan antara bawahan dengan atasan
dapat membantu terciptanya kinerja secara optimal.
Hambatan-hambatan efektifitas komunikasi interpersonal adalah
faktorfaktor yang menyebabkan pemaknaan pesan yang komunikator
sampaikan kepada penerima. Hambatan ini biasa berasal dari pesan, saluran
dan pendengar. Beberapa buku menggunakan istilah noise untuk menyebut
elemen pengganggu, yang diartikan sebagai gangguan
(disturbance/interference) dalam proses komunikasi. Hambatan komunikasi
interpersonal yang efektif antar semua unsure dalam suatu pekerjaan akan
berdampak pada peningkatan kinerja pegawai yang ada di lingkungan dunia
kerja tersebut.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada informan dengan
wawancara secara mendalam untuk megetahui efektifitas komunikasi
interpersonal dan faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi
interpersonal dalam meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Distrik Iwaka
Kabupaten Mimika, maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai
berikut :
1. Efektifitas komunikasi interpersonal pegawai Kantor Distrik Iwaka
Kabupaten Mimika, pada saat ini cukup efektif, karena lima indikator
yaitu, berkenan menerima masukan dan menyampaikan informasi
penting kepada rekan kerja, menilai dan memahami sudut pandang
rekan kerja untuk mencari kejelasan, menghindari ungkapan eveluatif,
memberikan pujian atau penghargaan kepada rekan kerja, dan
menghargai perbedaan rekan kerja dalam mengemukakan sesuatu. Dari
kelima indikator tersebut, tanggapan pegawai pada indikator berkenan
menerima masukan dan menyampaikan informasi penting kepada rekan
kerja sangat membantu menyelesaikan pekerjaan. Efektifitas
komunikasi interpersonal yang paling sering diberlakukan adalah
proses keterbukaan dalam mendiskusikan atau memberikan
97
argumentasi tentang masalah-masalah yang diketahui pegawai dalam
melaksanakan tugasnya.
2. Faktor-faktor penghambat efektifitas komunikasi interpersonal,
diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu hambatan internal berupa
latar belakang pengalaman, pengetahuan biasanya dan saling
mempertahankan pendapat, sesama pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan. Sedangkan hambatan eksternal dalam bentuk organisasional,
berupa struktur organisasi sewaktu-waktu berubah dari Pemerintah
Kabupaten
3. Peningkatan kinerja pegawai sehubungan dengan efektifitas
komunikasi interpersonal, dari unsur-unsur peningkatan kinerja yaitu,
prestasi kerja, jenjang karier, penghargaan kinerja, motivasi kerja,
disiplin kerja dan penilaian kinerja, menunjukkan hasil yang sesuai
keinginan dan harapan pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten
Mimika dapat digambarkan adanya keterbukaan antara pihak atasan
dan bawahan dalam melakukan komunikasi, saling mendukung,
bersikap positif, saling memahami dan adanya kesetaraan dalam
efektifitas komunikasi interpersonal.
B. Saran
Beberapa saran yang perlu dikemukakan disini kaitannya dengan
penelitian ini, yakni :
98
1. Efektifitas komunikasi interpersonal dalam meningkatkan kinerja
pegawai Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, antara atasan dan
bawahan bersepakat bahwa memperbaiki komunikasi interpersonal di
kantor dan peningkatan kinerja pegawai, mengisyaratkan adanya
peningkatan kinerja. Oleh karenanya diharapkan selalu menumbuhkan
keakraban diantara para pegawai dapat lebih ditingkatkan sehingga
tercipta suatu hubungan yang harmonis serta penuh rasa kekeluargaan.
2. Pihak Pimpinan Kantor Distrik Iwaka Kabupaten Mimika, agar dapat
memaksimalkan potensi sumber daya manusia/pegawai yang handal
dengan tersedianya infrastruktur teknologi modern, sebagai kantor yang
langsung melaksanakan pelayanan di tengah-tengah masyaraka
99
DAFTAR PUSTAKA
Ade Vito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima terjemahan
Agus Maulana.
Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bastian, Indra. 2001. Teori Perilaku Kinerja. Jakarta: PT. Erlangga
Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Deddy, Yakohus Andi.2002.Hambatan Komnunikasi efektif. Bandung: PT.
Rosdakarya
Efenddy, Onon Uchjana 2006,Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung :
PT.Rosda Karya
Gibson, 1995. Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Yogyakarta :
PT. Rineke Cipta.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Haerojito, Yayat.M.2005. Komunikasi Organiasasi. Jakarta: PT. Grasindo
Robert ,Mathis, L. dan Jakson, John H, 2006. Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT.
Seribu Empat.
Miles dan Hubermant, 1992, Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar dan Aplikasi.
Press. Jakarta.
Mulyana, Deddy. 2005, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nitisemito, Alex. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta : PT. Gramedia.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ruky, Ahmad S. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Gramedia.
100
Sedarmayanti. 2009. Sumberdaya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta;
Penerbit Mandar Maju.
Seagean, Soendan P. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Soebandi, baban.2006. Akuntabilitas Kinerja. Bandung: Penerbit Kemayora
Sukirno, Sadono, etal. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana.
Sukoco, Badri Munir. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern.
Jakarta: Erlangga.
Suryadi, Hary. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung : PT.
Rapika.
Wursanto I.G 2003.Komunikasi Organisasi .Yogyakarta : Andi Offset
Yuspratiwi. 1990. Akuntansi untuk Sumber Daya Manusia. PPs Fisip UI. Jakarta.