SKRIPSI PENGARUH PIJAT PUNGGUNG TEKNIK EFFLEURAGE...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH PIJAT PUNGGUNG TEKNIK EFFLEURAGE...
SKRIPSI
PENGARUH PIJAT PUNGGUNG TEKNIK EFFLEURAGEMENGGUNAKAN MINYAK AROMATERAPI LAVENDER
TERHADAP PRODUKSI ASI IBU POST PARTUMDI KLINIK PRATAMA TANJUNGDELI TUA
TAHUN 2018
ANDITA SAHASRANI FITRIP07524414003
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIJURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANANTAHUN 2018
SKRIPSI
PENGARUH PIJAT PUNGGUNG TEKNIK EFFLEURAGEMENGGUNAKAN MINYAK AROMATERAPI LAVENDER
TERHADAP PRODUKSI ASI IBU POST PARTUMDI KLINIK PRATAMA TANJUNGDELI TUA
TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program StudiDiploma IV
ANDITA SAHASRANI FITRIP07524414003
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIJURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANANTAHUN 2018
POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES MEDANJURUSAN D-IV KEBIDANANSKRIPSI, 20 JULI 2018
Andita Sahasrani Fitri
Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage Menggunakan Minyak AromaterapiLavender Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum di Klinik Pratama Tanjung DeliTua,Tahun 2018
vii + 55 halaman, 6 tabel, 4 gambar, 11 lampiran
Abstrak
ASI adalah makanan yang paling sesuai untuk bayi karena mengandungzat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang. DiIndonesia hanya 8% ibu yang memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya sampaiberumur 6 bulan. Pada hal sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir di Indonesiadapat dicegah melalui pemberian ASI. Salah satu upaya untuk mempengaruhiproduksi ASI yaitu dengan pijat punggung teknik effleurage menggunakanaromaterapi lavender. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh PijatPunggung Teknik Effleurage Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavenderterhadap Produksi ASI Ibu post partum di klinik Pratama Tanjung Deli Tua Tahun2018.
Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen dengan desain staticgroup comparison. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April-Juli 2018.Pengambilan sample dilakukan dengan teknik total sampling terhadap 45 ibupost partum. Sample dibagi menjadi 3 kelompok. Data dianalisis menggunakanuji ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan volume ASI antarakelompok control dan ke 2 kelompok intervensi, didapatkan nilai p=0.000<0.05,perbedaan rerata volume ASI tertinggi terdapat pada kelompok intervensi pijatpunggung effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender dimana ibuberpeluang memiliki volume ASI 3x lebih banyak dibandingkan dengan kelompokkontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat punggung teknikeffleurage menggunakan aroma terapi lavender terhadap produksi ASI ibu postpartum di Klinik Pratama Tanjung, Deli Tua Tahun 2018.
Bagi klinik bersalin dan petugas kesehatan lainnya khususnya bidan agardapat menjadi fasilitator bagi ibu post partum yang mengalami masalah padaproduksi ASI.
Kata kunci : Produksi ASI, Lavender, Pijat punggung, EffleurageDaftar bacaan :11 (2012-2017)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat serta
hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pijat
Punggung Teknik Effleurage Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender
terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum di Klinik Pratama Tanjung Deli Tua
Tahun 2018”.
Penulisan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan skripsi pada program pendidikan Diploma IV Jurusan Kebidanan
Medan. Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan arahan dari
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan yang
telah memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi
ini.
3. Yusniar Siregar SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan
menyusun skripsi ini.
4. Yusrawati Hasibuan SKM, M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama 4 tahun di pendidikan.
5. Tri Marini SST, M.Keb selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bebaskita Br.Ginting S.SiT, MPH selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Yulina Dwi Hastuti S.Kep, Ners, M.Biomed selaku Ketua Penguji yang
telah memberikan arahan kepada peneliti.
8. Hj. Herlina Tanjung ,S.Tr. Keb yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di Klinik Pratama Tanjung Deli Tua.
9. Responden yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.
10. Bapak, Ibu dosen dan staff Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
yang telah membantu peneliti dalam memenuhi kebutuhan penelitian.
ii
11. Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zulfahmi
dan Ibunda Wirmaria yang telah banyak memberikan doa, kasih dan sayang
serta dukungan moril dan materi yang takhenti-hentinya.
12. Inyik Hj. Anwir Salim, bunda Wirdaningsing, Khairani Salim, SE dan Syukriati
Ayu Rahayu, SH yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan. Serta
adik-adik yang penulis sayangi, Kurnia Candra Permata, Wulandari Fitria,
and of course my moodbooster Olin and Duta.
13. Annisa Al Faiq Agma dan Dedek Delfi Apriliyanti yang senantiasa
memberikan semangat dan dukungan selama 4 tahun terakhir, teman
berbagi dikala suka maupun duka yang tetap bertahan sampai tetes darah
penghabisan. Soo lucky to have you guys.
14. Eva Nuningsih, Febriani Syafitri dan Khaira Ulma sahabat dari jaman masa
putih abu-abu yang selalu memberikan semangat serta dukungan semoga
kita tetep bisa sama-sama sampek punya cucu.
15. Novita Ardiyanti, Zhilu Arsy dan Khairunnisa adik-adik terkasih, teman satu
atap selama 2 tahun terakhir yang selalu member dukungan, semangat dan
merupakan salah satu godaan terbesar untuk males-malesan juga pastinya.
16. Seluruh rekan mahasiswa D-IV angkatan 2014 dan seluruh pihak yang ikut
membantu dalam memberikan dukungan, doa serta arahan yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan dan perbaikan sehingga pada akhirnya penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta
dapat dikembangkan lebih lanjut lagi.
Medan, Juli 2018
Andita Sahasrani Fitri
iii
DAFTAR ISI
HalamanLembar PersetujuanLembar PengesahanAbstrakKata Pengantar………………………………………………………………………….. iDaftar Isi…………….………………………………………………………………….… iiiDaftarTabel……….……………………………………………………………………... vDaftar Gambar….……………………………………………………………….………. viDaftar Lampiran……………………………………………………………….………… vii
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang……………………………………………………………….1B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 3C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum………………………………………………………….. 4C.2 Tujuan Khusus…………………………………………………………. 4
D. Manfaat PenelitianD.1 Manfaat Teoritis bagi Pengembangan
Ilmu Pengetahuan……………………………………………………. 4D.2 Manfaat Praktik………………………………………………………. 4D.3 Manfaat bagi Lahan Praktik…………………………………………. 5
E. Keaslian Penelitian…………………………………………………………..5
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………… 8
A.1Masa Nifas (post partum)……………………………………………… 8A.1.1Pengertian Masa Nifas……………………………………….. 8A.1.2Tujuan Asuhan Masa Nifas…………………………………... 8A.1.3Tahapan Dalam Masa Nifas…………………………………. 9A.1.4Kebijakan Program Pemerintah
Dalam Asuhan Masa Nifas…………………………………… 9A.2 Air Susu Ibu (ASI)……………………………………………………. 11
A.2.1Pengertian ASI………………………………………………… 11A.2.2Keuntungan Pemberian ASI…………………………………. 12A.2.3Kerugian Tidak Diberikan ASI……………………………….. 12A.2.4Manfaat ASI…………………………………………………….13A.2.5Pembentukan ASI…………………………………………….. 19A.2.6Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produksi ASI………………………………… 24A.2.7 Volume ASI……………………………………………………. 27A.2.8Kandungan ASI……………………………………………….. 28
A.3Pijat Punggung……………………………………………………….. 30A.4Tindakan Massage…………………………………………………… 30
A.4.1Pengertian Massage………………………………………….. 30A.4.2Teknik Massage………………………………………………. 30
A.5Aromaterapi…………………………………………………………… 33
iv
A.5.1Pengertian Aromaterapi……………………………………… 33A.5.2Kelebihan dan Kekurangan Aromaterapi…………………… 33A.5.3Manfaat Aromaterapi………………………………………….. 34A.5.4Macam-macam Minyak Esensial……………………………. 35A.5.5Minyak Lavender……………………………………………… 35
B. Kerangka Teori……………………………………………………………… 38C. Kerangka Konsep…………………………………………………………… 39D. Definisi Operasional…………………………………………………………39E. Hipotesis…………………………………………………………………….. 40
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis dan Desain Penelitian……………………………………………….. 41B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………. 42
B.1 Lokasi…………………………………………………………………. 42B.2 Waktu penelitian……………………………………………………… 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian………………………………………….. 42C.1Populasi…………………………………………………………………. 42C.2Sampel…………………………………………………………………... 42
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data………………………………………. 43E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian…………………………….. 43F. Prosedur Penelitian………………………………………………………….43G. Pengolahan dan Analisis Data……………………………………………..44
G.1Pengolahan Data………………………………………………………. 44G.2Analisis Data……………………………………………………………. 45
H. Etika Penelitian……………………………………………………………… 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian……………………………………………………………. 46
A.1Analisis Univariate………………………………………………… 46A.2Analisis Bivariate…………………………………………………. 47
B. Pembahasan………………………………..……………………….............48
BAB V SIMPULAN DAN SARANA.1Kesimpulan…………………………………………………..………………52A.2 Saran………………………………………………………………...……….53
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.Kunjungan dalam Masa Nifas……………………………………... 9Tabel 2.2.Rerata Volume ASI……………………………………………….... 27Tabel 2.3.Definisi Operasional………………………………………..…….... 39Tabel 4.1.Hasi Perbedaan Rerata, Median dan Standart Deviasi……..…. 46Tabel 4.2.Uji Normalitas……………………………………………………….. 47Tabel 4.3.Uji ANOVA…………………………………………………………… 47
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gerakan Teknik Effleurage……………………………………………… 32Gambar 2.2 Bunga Lavender ………..………………………………………………… 36Gambar 2.3 Kerangka Teori…………………………………………………………… 38Gambar 2.4 Kerangka Konsep……...………………………………………………… 39
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Form usulan seminar proposal2. Surat permohonan izin survey tempat penelitian3. Surat balasan survei tempat penelitian4. Surat ijin penelitian5. Surat balasan ijin penelitian6. Surat ijin penelitian (Etical ClearanceI)7. Informed consent (lembar persetujuan) menjadi responden8. Standar Operasional Prosedur (SOP)9. Lembar observasi pengukuran volume ASI10. Master tabel11. Hasil olah data12. Lembar konsultasi13. Daftar Riwayat Peneliti
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah persalinan selesai, setiap ibu akan memasuki masa nifas dan
harus segera bersiap menjalani tugas lain, yaitu menyusui bayi yang baru saja
dilahirkan. Masa nifas (puerperium/post partum) dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
(Anggraini,2017). Pada masa nifas ini dijumpai dua kejadian penting yaitu
involusi uterus dan proses laktasi. Laktasi merupakan keseluruhan proses
menyusui mulai dari ASI (air susu ibu) diproduksi sampai proses bayi menghisap
dan menelan ASI (Suryani,2016).
ASI adalah makanan yang paling sesuai untuk bayi karena mengandung
zat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang. Pentingnya
memberikan ASI secara eksklusif pada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan dan
terus memberikan ASI sampai anak berusia 24 bulan telah memiliki bukti yang
kuat.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, ASI eksklusif
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan,
tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin, dan mineral). Menyusui selama 6 bulan kehidupan adalah
awal yang ideal untuk bayi.Menyusui meningkatkan perkembangan kesehatan
dan kognitif bayi dan ibu baik di negara maju maupun negara berkembang, dan
satu-satunya pendekatan pencegahan terpenting untuk menyelamatkan nyawa
anak-anak (Marshall, 2014).
Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) pemberian ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di
bawah lima tahun. Hasil riset World Health Organization (WHO) menyatakan
bahwa 42% penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang
terbesar adalah ISPA 20%, selebihnya 58% terkait dengan malnutrisi yang sering
kali terkait dengan asupan ASI (Siswono, 2006 dalam Nurhanifah, 2013).
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi merupakan indikator yang
lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada
2
tataran provinsi maupun nasional. Berdasarkan Survey The Un-Inter Agency For
Children Mortality Estimates (ICME) (2011) Indonesia merupakan Negara
dengan AKB tertinggi nomor 4 di ASEAN (BkkbN, 2016). Survei Demografi
Kesehaan Indonesia (SDKI) mencatat bahwan AKB di Indonesia pada tahun
2012 naik menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh untuk
mencapai agenda target Sustainable Development Goals (SDG’s)tahun 2030
yaituAKB turun menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup Angka Kematian Bayi di
Provinsi Sumatera Utara menurutSensus Penduduk (SP) tahun 2010 yaitu 26 per
1.000 kelahiran hidup. Sedangkan Hasil SDKI tahun 2012, yang dilakukan oleh
Badan Pusat Satistik (BPS) menyatakan bahwa angka kematian bayi di Deli
serdang yaitu 19 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Sumatra Utara,
2012).
Penelitian menunjukan bahwa dinegara Ghana 16% kematian bayi dapat
dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama
kelahiranya.Namun, di Indonesia hanya 8% ibu yang memberikan ASI Ekslusif
kepada bayinya sampai berumur 6 bulan dan hanya 4% bayi yang disusui ibunya
dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padahal sekitar 21.000
kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah
melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir (Kusumaningrum,
2015). Penyebab ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya
dikarenakan ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya, faktor fisik, faktor reflek
dan horman (prolaktin dan oksitosin), faktor psikologis, faktor sosial budaya,
faktor kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu,
faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang kolostrum, ibu beranggapan ASI ibu
kurang atau tidak memiliki cukup ASI. Fakor-faktor tersebutlah yang
menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Purwanti dan
Sri, 2014).
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI, diantaranya
yaitu faktor makanan, penggunaaalat kontrasepsi, perawatan payudara, pola
istirahat, dll (Riksani, 2012). Selain beberapa faktor diatas faktor fisiologis
(hormon) serta faktor ketenangan jiwa dan fikiran yang akan menjadi fokus
peneliti dalam upaya mempengaruhi atau meningkatkan produksi ASI. Salah satu
upaya untuk mempengaruhi produksi ASI yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan pijat punggung. Pijat punggung adalah pemijatan pada sepanjang tulang
3
belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan
usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan
(Purwanti dan Sri, 2014). Pijat punggung ini berfungsi untuk meningkatkan
hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar.
Pijat memiliki beberapa teknik salah satunya yaitu effleurage yang
dilakukan dengan gerakan mengusap yang ringan dan menenangkan (lembut,
lambat, dan panjang atau tidak putus-putus) saat memulai dan mengakhiri pijatan
gerakan ini bertujuan untuk menghangatkan otot agar lebih rileks. (Putra dalam
Marilyn, 2016). Dalam praktik pijat eflleurage ada beberapa jenis minyak yang
dapat digunakan, salah satunya adalah Lavender Esensial Oil. Lavender
Esensial Oil merupakan minyak yang terkenal bisa memberi efek menyegarkan,
memperkuat, menghidupkan dan menenangkan kulit (Putra, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani tahun 2016 menyatakan bahwa
adanya perbedaan kelancaran produksi ASI setelah dilakukan pemijatan
punggung tehnik effleurage dengan minyak aromaterapi lavenderselama 4 hari
berturut-turut. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Vidiyanti (2015)
menunjukkan perbedaan kelancaran produksi ASI antara kelompok intervensi
dan kontrol.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Klinik Pratama Tanjung dari
30 ibu post partum didapatkan 23 responden menyatakan mengalami keluhan
kurangnya produksi ASI sehingga banyak yang menggunakan susu formula
untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Maka sehubungan dengan itu peneliti
tertarik melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pijat Punggung Teknik
Effleurage Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender Terhadap Produksi ASI
Ibu Post Partum di Klinik Pratama Tanjung, Kec.Deli Tua, Kab.Deli Serdang
Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh pijat punggung teknik effleurage
menggunakan minyak aromaterapi lavender terhadap produksi ASI ibu post
partum di klinik Pratama Tanjung, Deli Tua Tahun 2018?”
4
C. Tujuan PenelitianC.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage
Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender Terhadap Produksi ASI
Ibu Post Partum di Klinik Pratama Tanjung Tahun 2018.
C.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui rerata volume ASIdalam satu kali menyusu tanpa
dilakukan pijat punggung.
2. Mengetahui rerata volume ASI dalam satu kali menyusu sesudah
dilakukan pijat punggung teknik effleurage.
3. Mengetahui rerata volume ASI dalam satu kali menyusu sesudah
dilakukan pijat punggung teknik effleurage menggunakan minyak
aromaterapi lavender.
4. Mengetahui perbedaan rerata volume ASI dalam satu kali menyusu
pada responden yang dilakukan pijat teknik effleurage danpijat
teknik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender
dengan melakukan perbandingan terhadap kelompok kontrol yaitu
kelompok yang tidak diberikan intervensi.
D. Manfaat PenelitianD.1 Manfaat Teoritis Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perpustakaan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan, khususnya jurusan kebidanan
terkait topik penerapan pijat punggung teknik effleurage menggunakan
minyak aromaterapi lavender pada ibu post partum untuk mempengaruhi
atau meningkatkan produksi ASI.
D.2 Manfaat Praktik
Setelah diketahui pengaruh pijat punggung teknik effleurage menggunakan
minyak aromaterapi lavender, diharapkan hal ini dapat dimanfaatkan oleh
institusi pelayanan untuk dijadikan acuan guna meningkatkan mutu
5
pelayanan kebidanan pada ibu post partum untuk mempengaruhi atau
meningkatkan produksi ASI.
D.3 Manfaat bagi Lahan Praktik
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk memberikan pelayanan
kebidanan pada ibu post partum dan hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh
lahan praktik atau klinik.
E. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran yang telah dilakukan oleh peneliti, sebelumnya
penelitian ini telah diteliti oleh beberapa sumber yang dapat dijadikan acuan
dan terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang
akan diteliti oleh peneliti. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
1. Irma Suryani (2016), dengan judul penelitian “Pijat Punggung Teknik
Effleurage Dengan Aromaterapi Lavender Terhadap Kadar Prolaktin Ibu
Nifas di BPM Sri Rejeki Wahyuningsih“, metode yang digunakan dalam
penelitian tersebut yaitu metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Data yang digunakan yaitu data primer (observasi dan
wawancara), dan data sekunder (studi kepustakaan dan dokumentasi).
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
judul penelitian “Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage
Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender Terhadap Produksi ASI Ibu
Post Partum di Klinik Pratama Tanjung Tahun 2018”, menggunakan
metode Pra Eksperiment dengan rancangan Static Group Comparison.
Cara pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan Total Sampling,
dengan jumlah sempel sebanyak 30 orang yang dibagi menjadi 2
kelompok, kelompok pertama dengan 15 responden dilakukan pijat
punggung dan kelompok kedua dengan jumlah responden yang sama
tanpa dilakukan pijat. Intervensi pemijatan dilakukan pada ibu nifas hari
ke-3 sampai dengan hari ke-5 pada pagi hari dengan frekuensi 1x sehari
selama 15 menit. Analisis bivariate menggunakan uji ANOVA.
6
2. Venny Vidayanti (2015), dengan judul penelitian “Pengaruh Pijat
Punggung Menggunakan Minyak Esensial Lavender Terhadap Produksi
ASI Pasca Bedah Sesar di RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Desain
penelitian yang digunakan yaitu, quasi experiment with post-only non
equivalent control group design. Teknik pengambilan sampel dengan
consecutive sampling. Total sampel sebanyak 64 responden terbagi
menjadi dua kelompok ( pijat pungggung menggunakan minyak lavender,
menggunakan virgin coconut oildan kelompok kontrol). Intervensi
pemijatan dilakukan mulai 24 jam pasca pembedahan dan dilakukkan
selama 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari. Analisis bivariate
menggunakan chi square. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti yaitu dengan judul penelitian “Pengaruh Pijat Punggung
Teknik Effleurage Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender Terhadap
Produksi ASI Ibu Post Partum di Klinik Pratama Tanjung Tahun 2018”,
menggunakan metode Pra Eksperiment dengan rancangan Static Group
Comparison. Cara pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan Total
Sampling, dengan jumlah sempel sebanyak 30 orang yang dibagi menjadi
2 kelompok, kelompok pertama dengan 15 responden dilakukan pijat
punggung dan kelompok kedua dengan jumlah responden yang sama
tanpa dilakukan pijat. Intervensi pemijatan dilakukan pada ibu nifas hari
ke-3 sampai dengan hari ke-5 pada pagi hari dengan frekuensi 1x sehari
selama 15 menit. Analisis bivariate menggunakan uji ANOVA.
3. Retno Kusumaningrum (2015), dengan judul penelitian ”Perbedaan
Efektivitas MassageEffleurage di Punggung dengan Abdomen Terhadap
Lama Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di Ruang Teratai RSUD
Banjarnegara”. Metode penelitian ini menggunakan desain pra-
eksperiment dengan rancangan Static Group Comparation. Populasi
seluruh ibu nifas di ruang teratai RSUD Banjarnegara, dibagi menjadi dua
kelompok dengan masing-masing kelompok 10 ibu nifas dengan eknik
Quota Sampling. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu dengan judul penelitian “Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage
Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender Terhadap Produksi ASI Ibu
Post Partum di Klinik Pratama Tanjung Tahun 2018”, menggunakan
7
metode Pra Eksperiment dengan rancangan Static Group Comparison.
Cara pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan Total Sampling,
dengan jumlah sempel sebanyak 30 orang yang dibagi menjadi 2
kelompok, kelompok pertama dengan 15 responden dilakukan pijat
punggung dan kelompok kedua dengan jumlah responden yang sama
tanpa dilakukan pijat. Intervensi pemijatan dilakukan pada ibu nifas hari
ke-3 sampai dengan hari ke-5 pada pagi hari dengan frekuensi 1x sehari
selama 15 menit. Analisis bivariate menggunakan uji ANOVA.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan TeoriA.1 Masa Nifas (Post Partum)A.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas
atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan.
Darah yang dikeluarkan pada masa nifas yaitu darah yang disebabkan
karena melahirkan atau setelah melahirkan, yaitu darah yang tertahan
atau tidak bisa keluar selama kehamilan maka ketika melahirkan, darah
tersebut akan keluar sedikit demi sedikit (Anggraini, 2017).
A.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Astutik (2015), kelahiran bayi merupakan suatu peristiwa
yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu karena telah berakhir masa
kehamilan, tetapi dapat juga menimbulkan masalah bagi kesehatan ibu.
Oleh karena itu dalam masa nifas perlu dilakukan pengawasan yang
secara umum bertujuan untuk :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik dan psikologis.
2. Melaksanakan screening yang komperhensif, mendeteksi adanya
masalah, mengobati atau merujukbila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, menyusui ataupun pemberian imunisasi bagi bayi dan
perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
9
A.1.3 Tahapan dalam Masa Nifas
Ada beberapa tahapan dalam masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Puerperium Dini (immediate pueroerium)
Waktu 0-24 jam post partum, yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial (early puerperium)
waktu 1-7 hari post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium (later puerperium)
Waktu 1-6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat bisa berminggu-
minggu, bulan atau tahun (Anggraini, 2017).
A.1.4 Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas
antara lain :
Tabel 2.1.Kunjungan dalam masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
1. Mencegah perdarah masa nifas
karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab
lain perdarahan rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
10
4. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah
inisiasi Menyusu Dini (IMD) berhasil
dilakukan.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermia. Jika
petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau
sampai bayi dan ibu dalam keadaan
stabil.
2 6 hari
setelah
persalinan
1. Memastikan involusi uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda deman,
infeksi atau perdarah abnormal.
3. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit pada bagian payudara
ibu.
4. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada tali pusat
bayi, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah
perslinan
1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda deman,
infeksi atau perdarah abnormal.
11
3. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada tali pusat
bayi, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
4 6 minggu
setelah
persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang
penyulit yang ia atau bayi alami.
2. Memberikan konseling untuk
menggunakan KB secara dini.
(Sumber : Anggraini, 2017)
A.2 Air Susu Ibu (ASI)A.2.1 Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh
kelenjar mamae ibu yang digunakan sebagai makan bayi. ASI merupakan
makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah.
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibody karena
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman
dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi
risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan
pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari
kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih
sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan
warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga
mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan
menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim
12
sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di
usus bayi (Profil kesehatan Indonesia, 2015).
Wolrd Health Organitation (WHO) dan United Nations Children’s
Fund (INICEF) merekomendasikan pemberian nutisi yng optimal bagi bayi
baru lahir melalui strategi global pemberian ASI eklusif selama 6 bulan
(WHO,2009 dalam Vidiyanti, 2015). Di Indonesia sendiri hal ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012.
A.2.2 Keuntungan Pemberian ASI
Menyusui selama 6 bulan kehidupan adalah awal yang ideal untuk
bayi. Menyusui meningkatkan perkembangan kesehatan dan kognitif bayi
dan ibu baik di negara maju maupun negara berkembang, dan ini adalah
satu-satunya pendekatan pencegahan terpenting untuk menyelamatkan
nyawa anak-anak (Renfrew and Hall 2008, menurut Marshall dalam
bukunya Textbook for Widwives, 2014). Pemberian ASI memiliki dampak
positif pada kesehatan anak dan ibu menyusui, serta dampak
ekonomi.Bukti ilmiah menunjukkan efek menyusui, terutama melawan
morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular dan kelebihan berat
badan/obesitas, mendukung perkembangan orofasial dan kecerdasan
pada bayi (Jurnal Pediatric, 2017).
A.2.3 Kerugian Tidak Diberikan ASI
Kerugian yang akan didapatkan jiga bayi tidak diberikan ASI yaitu,
bayi tidak akan mendapatkan kekebalan serta akan kekurangan gizi,
bahkan hal tersebut tidak bisa didapatkan dari susu formula. Dengan
tidak adanya zat antibodi, maka bayi akan sangat rentan terkena penyakit
dan hal tersebut tentu akan menambah angka kematian bayi (Astutik,
2016).
13
A.2.4 Manfaat ASI
Menyusui merupakan kegiatan meyenangkan bagi ibu dan bayi,
sekaligus memberi manfaat tak terhingga bagi sang buah hati.
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek,
yaitu aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,
neurologis, ekonomis, dan aspek penundaan kehamilan (Riksani, 2012).
1. Aspek Gizi
Kolostrum mengandung zat kekebalan, terutama Ig A, untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare.Begitu
pentingnya bagi tubuh bayi, kolostrum harus diberikan meskipun
dalam jumlah sedikit, karena dalam hari-hari pertama kehidupannya,
bayi tidak memerlukan terlalu banyak makanan untuk
tubuhnya.Jumlah kolostrum yang dihasilkan sangat bervariasi,
bergantung isapan bayi pada hari pertama kelahirannya.
Banyak sekali kandungan gizi yang terdapat dalam kolostrum,
diantaranya protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak
yang rendah.Kandungan gizi ini sudah sesuai dengan kebutuhan dan
tentunya memenuhi gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.Kolostrum juga bersifat laksatif, yaitu membantu
mengeluarkan kotoran atau mekonium pada tubuh bayi.Zat gizi lain
yang dibutuhkan tubuh bayi yaitu kalsium. Kalsium sudah diketahui
sangat bermanfaat dalam pembentukan tulang dan gigi.Asi maupun
susu sapi sama-sama mengandung kalsium.
Namun, kedua kalsium tersebut memiliki efek yang berbeda
pada tubuh bayi. Pada susu sapi, selain kalsium susu sapi juga
mengandung fosfor dalam jumlah tinggi. Fosfor inilah yang
menyebabkan kalsium sulit deserap karena kalah dengan jumlah
fosfor. Sementara pada ASI jumlah kalsium dan fosfor sama sehingga
kalsium mudah diserap oleh tubuh bayi.
Enzim pencernaan juga tak kalah penting bagi tubuh bayi yang
terdapat dalam ASI.Enzim inilah yang membantu tubuh menguraikan
beragam jenis zat gizi yang masuk agar bisa dicerna dengan mudah
oleh bayi. Sisa metabolisme yang akan dikeluarkan melalui ginjal pun
14
hanya sedikit sehingga kerja ginjal bayi menjadi lebih ringan.
Metabolism ini penting karena merupakan pembakaran zat-zat
didalam tubuh menjadi energi dan sel-sel baru. Sebaliknya susu sapi
tidak mengandung enzim percernaan. Kalaupun ada, enzim tersebut
sudah rusak dan tidak berfungsi akibat pemanasan. Begitu pula pada
protein, jika dipanaskan protein akan terurai dan tidak dapat berfungsi
lagi. Akibatnya, sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses
metabolism jumlahnya lebih banyak sehingga membuat ginjal bekerja
lebih keras.
2. Aspek Imunologik atau Kekebalan Tubuh
Selain sudah terbukti bersih, ASI mengandung zat anti-infeksi
yang tentunya bebas dari kontaminasi.ASI mengandung zat
kekebalan karena terdapat vitamin C dan zat anti-peradangan
sehingga dapat mencegah bayi terkena infeksi, baik disebabkan oleh
jamur, bakteri, virus atau parasit.Susu sapi tidak mengandung vitamin
C yang cukup banyak karena anak sapi dapat memproduksi vitamin C
sendiri.Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat
kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.
Kolostrum merupakan zat kekebalan yang sangat ampuh.Satu
tetes kolostrum mengandung jutaan antibodi yang berfungsi
membunuh kuman. Pada hari pertama, mungkin hanya diperoleh
30cc. IgA adalah antibodi yang hanya terdapat pada ASI .Kandungan
IgA dalam kolostrum pada hari pertama adalah 800gr/1000cc,
selanjutnya mulai berkurang menjadi 600gr/1000cc pada hari kedua,
400gr/100cc pada hari ketiga, 200gr/1000gg pada hari keempat.
Lysosimyaitu enzim yang melindungi bayi dari bakteri (E. coli
dan Salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih
banyak dari pada susu sapi. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang
mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri Lactobasilus
bifidus.Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri merugikan.
15
Penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif,
antara lain yaitu :
a. Meningitis bakterialis, yaitu penyakit peradangan selaput otak
karena bakteri.
b. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
c. Infeksi saluran urogenitalis, yaitu infeksi pada saluran
reproduksi dan saluran kemih.
d. Sepsis, yaitu infeksi dalam darah
e. Botulism, yaitu keracunan makanan atau minuman yang
kurang sempurna dalam pengawetan.
f. Diare
g. Diabetes pada usia muda
h. Penyakit pembuluh darah coroner.
3. Aspek Kesehatan Jangka Panjang
Pemberian ASI bagi bayi juga memberikan manfaat jangka
panjang seperti menangkal alergi susu. Alergi tak mengenal usia,
termasuk pada bayi dan balita. Bayi sangat rentan mengalami alergi,
baik terhadap lingkungan yang tidak sehat maupun terhadap
makanan yang mereka konsumsi.Kematang saluran cerna pun sangat
penting, bayi semakin rentan terkena alergi karena saluran
pencernaannya yang belum matang.
Itulah sebabnya pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya alergi. Hingga kini, tidak pernah ada bayi
yang alergi terhadap air susu ibunya. Lain halnya dengan susu sapi,
banyak bayi yang mengalami alergi terhadap susu sapi yang dikenal
dengan Laktosa intolerance sehingga akhirnya bayi beralih pada susu
lain yang rendah laktosa, seperti susu kedelai. Penelitian yang
dilakukan pada tahun 2007 menyebutkan bahwa alergi susu sapi
merupakan bentuk alergi makanan yang paling sering ditemukan
pada anak,
Selain banyak keuntungan yang didapatkan ketika bayi,
menyusui memiliki andil yang besar dalam menjaga kesehatan anak
seumur hidupnya.Orang dewasa yang mendapatkan ASI eksklusif
selama bayi memiliki resiko lebih rendah terkena hipertensi, kolestrol,
16
obesitasdan diabetes tipe 2, serta mempunyai kecerdasan lebih
tinggi.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan para ilmuan Universitas
Bristol mengungkapkan bahwa diantara manfaat ASI jangka panjang
yaitu dampak baiknya terhadap tekanan darah sehingga tingkat
bahaya serangan jantung dapat dikurangi.Kelompok peneliti tersebut
menyimpulkan bahwa perlindungan yang diberikan ASI disebabkan
oleh kandungan zat gizinya. Menurut hasil penelitian tersebut, yang
diterbitkan dalam juranal kedokteran Circulation, bayi yang diberi ASI
berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakut jantung. Asam lemak
tak jenuh berantai panjang yang terdapat pada ASI juga bisa
mencegah terjadinya pengerasan pada pembuluh darah, hal tersebut
juga memberikan keuntungan bayi kesehatan jantung.
Selain itu, ditemukan fakta bahwa bayi yang diberikan ASI
mengkonsumsi sedikit natrium.Natrium adalah jenis elektrolit yang
berkaitan erat dengan tekanan darah.Hal inilah yang menyebabkan
bayi yang diberi ASI tidak mengalami penambahan berat badan
secara berlebihan.
4. Aspek Psikologik
Salah satu upaya yang harus dilakukan seorang ibu dalam
menyusui bayinya yaitu, ibu harus mempunyai pikiran dan sikap yang
positif.Ibu harus yakin bahwa ASI-nya bisa mencukupi kebutuhan
bayi. Rasa percaya diri inilah yang akan mempengaruhi produksi ASI.
Menyusui juga dipengaruhi oleh emosi dan ikatan kasih sayang
antara ibu terhadap bayi, ikatan emosional ini berpengaruh pada
peningkatan produksi hormon oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi dan pengeluaran ASI. Ikatan kasih sayang ini
akan terjalin sejak kontak pertama kalinya ibu mendekap dan
menyusui bayi ketika Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berlangsung.
Keadaan ini akan menumbuhkan ikatan psikologis antara ibu dan
bayi. Proses ini disebut “perlekatan” (bounding). Ikatan ini yang akan
berpengaruh besar terhadap perkembangan bayi. Bayi pun menjadi
jarang rewel dan menangis. Bahkan akan tumbuh lebih cepat jika ia
17
berada dekat dengan ibunya dan segera mendapatkan ASI setelah
kelahirannya.
Bayipun akan merasa aman dan terpuaskan karena
merasakan kehangatan dari ibunya. Selama proses menyusui
berlangsung, terdapat berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit
(skin to skin contact). Sentuhan inilah yang akan mempengaruhi
ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi yang disebut pengaruh
sebagai pengaruh kontak langsung ibu-bayi.
Menurut ahli psikologi, pemberian ASI berbanding lurus
dengan karakter positif anak.Semakin intensif pemberian ASI,
karakter positif anak semakin berkembang dan dominan.Sebaliknya
anak yang kurang, bahkan tidak mendapat ASI, cenderung
berkarakter lemah.
5. Aspek Kecerdasan
Manfaat lain pemberian ASI adalah meningkatnya kecerdasan
bayi. Interaksi ibu dan bayi dan kandungan nilai gizi yang terdapat
dalam ASI sangat dibutuhkan dalam perkembangan system syaraf
otak yang nantinya akan meningkatkan kecerdasan bayi. Otak terdiri
atas sekitar 60% lemak dan sebagian besar diantaranya terdiri atas
asam lemak omega-3, termasuk DHA.Sebagian besar zat tersebut
terdapat dalam membran sel dari neuron yang berada di
otak.Kecerdasan otak manusia ditentukan sejak dalam kandungan
dan pada tahap-tahap awal kehidupannya DHA sangat berperan
untuk perkembangan otak bayi dan anak pada saat itu.Para ilmuan
menunjukkan bahwa ASI menyumbang DHA dalam jumlah besar,
karena itulah menyusui sangat mendorong peningkatan kecerdasan
anak.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat intelegensia (IQ) bayi
yang diberi ASI lebih tinggi disbanding bayi yang diberikan makan
selain ASI. Bayi yang diberi ASI memiliki IQ poin 4,3 poin lebih tinggi
pada usia 18 bulan; 4-6 poin lebih tinggi pada usia 3 tahun; dan 8,3
point lebih tinggi pada usia 8 tahun; dibanding bayi yang tidak diberi
ASI. Para ilmuan pun telah menemukan bahwa sejumlah penyakit
mental, termasuk parkinson, depresi, Alzheimer dan skizofrenis,
18
berhubungan dengan kekurangan asam lemak esensial. Sementara
itu, susu sapi mengandung asam lemak dalam jumlah sedikit.
6. Aspek Neurologis atau Persyaratan
Dengan mengisap payudara, koordinasi syaraf menelan, mengisap
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ASI mengandung
asam-asam lemak dalam jumlah cukup yang berperan dalam proses
myelinisasi, yaitu pembentukan selaput khusus dalam syaraf otak
yang dapat mempercepat alur kerja syaraf.
7. Aspek Ekonomis
Aspek lain yang turut menjadi salah satu manfaat pemberian ASI
adalah aspek penghematan secara ekonomi. Bagaimana tidak,
dengan pemberian ASI orang tua tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk membeli susu formula dan segala perlengkapannya hingga bayi
berusia 6 bulan. Jadi, dengan memberikan ASI, akan menghemat
pengeluaran rumah tangga.
8. Aspek Kesehatan Ibu
Selain pada anak, pemberian ASI sangat bermanfaat bagi ibu.
Selain dapat diberikan dengan cara yang mudah dan murah, ASI
dapat mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan,
mempercepat infolusio unteri, menunda masa subur, mengurangi
anemia dan sebagainya. Menyususi juga dapat menurunkan risiko
terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium pada ibu di kemudian
hari serta meningkatkan kepadatan tulang sehingga mengurangi risiko
patah tulang panggung.
Manfaat asi untuk mengurangi risiko terjangkitnya kanker payudara
mungkin belum terlalu banyak diketahui orang.
Pada tahun 2000, penelitian di 6 negara berkembang yang
melibatkan 147 orang ibu menunjukan bahwa minimal 20% ibu
menyusui terhindar dari kanker payudara. Semakin lama ibu
menyusui, semakin sedikit pula risiko terserang kanker payudara.
9. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan memberikan ASI secara eksklusif, ibu sebetulnya
dapat menunda haid dan kehamilan.Dengan menyusui, ibu sekaligus
19
menerapkan alat kontrasepsi alamiah.Kontrasepsi ini, secara umum
dikenal sebagai Metode Amenore Laktasi (MAL) karena saat
menyusui terjadi peningkatan hormon prolaktin yang menekan
hormon esterogen.Hormon esterogen inilah yang menyebabkan ibu
haid dan membuat rahim siap untuk kehamilan berikutnya.
Syarat efektif MAL adalah jika ibu hanya memberikan ASI
kepada bayi selama 6 bulan, ASI diberikan minimal 8 kali sehari dan
ibu belum menstruasi.
A.2.5 Pembentukan ASI
1. Proses Pembentukan Laktogen
Menurut Astutik (2016) pembentukan laktogen mulai diproses sejak awal
kehamilan, pembentukan laktogen tersebut terbagi atas 3 proses yaitu :
a. Laktogenesis IPada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase
laktogenesis I. payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan
kental yang kekuningan.Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi
mencegah produksi sebenarnya.Namun, bukan merupakan masalah
medis apabila ibu hamil mengeluarkan kolostrum sebelum bayi
lahir.hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI
setelah melahirkan nanti.
b. Laktogenesis IISaat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya
tingkat hormon progesteron, esterogen, dan human placenta lactogen
(HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap tinggi.Hal ini
menyebabkan produksi ASI secara maksimal yang dikenal dengan
laktogenesis II.Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam
darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, kemudian
kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
hormon prolaktin menstimulasi sel didalam alveoli untuk memproduksi
ASI.Hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Suatu penelitian
mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila
20
produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
tetapi level prolaktin akan rendah saat payudara terasa penuh.
Hormon lainnya seperti, insulin, tiroksin, dan kortisol terdapat
dalam proses ini, tetapi peran hormon tersebut belum diketahui.
Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogen dimulai
sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak
langsung setelah melahirkan.
c. Laktogenesis IIISystem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah
melahirkan.Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin
dimulai.Fase ini dinamakan laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila
ASI dikeluarkan, maka payudara akan memperoduksi ASI dengan
banyak pula.
Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf
produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi mengisap, serta seberapa
sering payudara dikosongkan.
2. Hormon yang Mempengaruhi ProduksiMenurut Astutik (2016), hormon–hormon yang mempengaruhi
pembentukan ASI adalah sebagai berikut :
a. Progesteron
Progesteron mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
Tingkat progesteron dan esterogen menurun sesaat setelah
melahirkan.Hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-
besaran.
b. Esterogen
Esterogen menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.
Tingkat esterogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah
untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.Sebaiknya ibu
21
menyusui menghindai KB hormonal berbasis hormon esterogen
karena dapat mengurangi jumlah produkisi ASI.
c. Prolaktin
Prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang
disekresikan oleh grandula pituitary. Hormon ini memiliki peranan
penting untuk memproduksi ASI.Kadar hormon ini meningkat
selama kehamilan. Kerja hormon prolaktin dihambat oleh hormon
plasenta. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada akhir
proses persalinan membuat kadar esterogen dan progesteron
berangsur-angsur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan
diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar prolaktin akan
menghambat ovulasi dengan kata lain mempunyai fungsi
kontrasepsi. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari
dan penghentian pertama pemberian air susu dilakukan pada
malam hari.
d. Oksitosin
Hormon ini mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.
Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus
disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
Oksitosin berperan dalam proses keluranya susulet down milk
ejection reflex.
e. Human Placenta Lactogen (HPL)
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta banyak mengeluarkan
HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan
aerola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam
kehamilan payudara siap memperoduksi ASI.
3. Proses Pengeluaran ASIKetika bayi mengisap, beberapa hormon yang berbeda bekerja
sama untuk menghasilkan air susu dan melepaskannya untuk diisap.
Pada saat bayi mengisap, hal tersebut merangsang serat saraf dalam
putting. Serat saraf tersebut mengirim pesan agar air susu melewati
kolumna spinalis ke kelenjar hipofisis dalam otak. Kelenjar hipofisis
22
merespon pesan tersebut dengan melepaskan hormon prolaktin dan
oksitosin. Prolaktin merangsang payudara untuk menghasilkan lebih
banyak susu. Oksitosin merangsang kontraksi otot-otot yang sangat kecil
yang mengelilingi duktus dan mengeluarkan air susu ke tempat
penampungan dibawah aerola (Astutik, 2016).
4. Refleks dalam Proses LaktasiPersiapan payudara untuk dapat disusui dimulai sejak kehamilan
yang ditandai dengan payudara menjadi lebih besar seiring dengan
meningkatnya jumlah dan ukuran kelenjar alveoli sebagai hasil dari
peningkatan kadar hormon esterogen. Hal ini terjadi sampai seorang bayi
telah disusui untuk beberapa hari dimana produksi susu yang sebenarnya
dimulai. Dalam beberapa hari pertama payudara akan mengeluarkan
kolostrum yang sangat penting bagi kesehatan bayi.
Payudara mulai menghasilkan ASI ketika bayi menghisap puting
susu ibu dan hasil dari rangsangan fisik ini menyebabkan impuls pada
ujung saraf mengirim pesan ke hypothalamus pada otak yang secara
bergantian memberitahu kelenjar pituitary untuk menghasilkan hormon
oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin menyebabkan ASI diproduksi
sedangkan hormon oksitosin berperan dalam proses pengeluaran ASI
yaitu dengan cara mengerutkan serat otot yang mengelilingi kelenjar
alveoli yang menyebabkan ASI keluar yang disebut aliran kejadian ini
menimbulkan sensasi dalam payudara dan menyemprotkan susu dari
puting. Semakin sering bayi menghisap semakin banyak ASI yang
diproduksi. Pada proses laktasi terdapat dua refleks yang berperan yaitu,
refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat rangsangan puting
susu dikarenakan isapan bayi (Astutik,2015).
a. Refleks ProlaktinPada akhir kehamilan hormon prolaktin memiliki peranan
penting untuk membuat kolostrum, namun jumlahnya terbatas karena
dihambat oleh esterogen dan progesteron yang kadarnya tinggi.
Setelah melahirkan seiring dengan lepasnya plasenta dan kurang
berfungsinya kurpus luteum maka esterogen dan progesteron
akansedikit berkurang. Adanya hisapan bayi pada puting susu dan
23
aerola, akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
melalui medulla spinalis hipotalamus sehingga menekan pengeluaran
faktor-faktor yang mengahambat sekresi prolaktin. Sebaliknya,
merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin
sehingga akan merangsang hipofisis anterior untuk mengeluarkan
hormon prolaktin yang merangsang sel-sel alveoli untuk membuat
ASI.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan dan pada saat tersebut
tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada hisapan bayi,
namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Pada ibu yang
melahirkan tetapi tidak meyusui, maka kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2-3.
b. Refleks Let DownBersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior,
rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang dilanjutkan ke
hipofisis posterior(neurohipofisis) untuk pengeluaran hormon
oksitosin.Melalui aliran darah, hormon oksitosin menuju uterus yang
dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir
melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi.
5. Refleks dalam Mekanisme Hisapan BayiMenurut Asutik (2016) bayi yang sehat memiliki tiga refleks
intrinsik yang dibutuhkan agar bisa menyusu dengan baik dan ASI bisa di
terisap dengan maksimal. Refleks tersebut adalah sebagai berikut :
a. Refleks Menangkap (Rooting Reflex)Refleks rooting muncul pada saat bayi baru lahir tersentuh pipinya,
maka bayi akan menoleh kearah sentuhan. Ketika payudara ibu
menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan suatu
rangsangan yang bisa menimbulkan refleks untuk mencari pada bayi.
Hal tersebut menyebabkan bayi berputar menuju puting susu yang
24
menempel tadi diikuti membuka mulut. Kemudian puting susu ditarik
masuk kedalam mulut dan berusaha menangkap puting susu.
b. Refleks Mengisap (Sucking Reflex)Refleks sucking muncul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh
puting. Puting susu yang telah masuk kedalam mulut bayi dengan
bantuan lidah akan ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang
payudara belakang dimana pada saat itu puting susu sudah terletak
pada langit-langit. Dengan adanya tekanan pada bibir dan gerakan
rahang secara berirama gusi akan menjepit kalang payudara dengan
sinus laktiferus, sehingga air susu akan mengalir ke puting,
selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-
langit yang mengakibatkan air susu keluar dari puting.
c. Refleks Menelan (Swallowing Reflex)Refleks swallowing muncul pada saat mulut bayi terisi oleh ASI, maka
bayi secara otomatis akan menelannya. Pada saat air susu keluar dari
puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap yang ditimbulkan
oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
dan diteruskan dengan mekanisme menelan dan masuk melalui
lambung.
A.2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASIMenurut Riksani (2012), ada banyak hal yang dapat
mempengaruhi produksi ASI, berikut ini akan dipaparkan beberapa hal
yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
1. Makanan
Kualitas dan produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi ibu sehari-hari.Pada masa menyusui, ibu harus
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan beraneka ragam.
Terdapat beberapa jenis makanan yang mempengaruhi secara
langsung pada produksi air susu, misalnya sayuran-sayuran hijau,
daun katuk, jagung, daun papaya, dll.
2. Ketenangan Jiwa dan Fikiran
Kondisi kejiwaan dan pikiran yang tenang sangat mempengaruhi
produksi ASI. Jika ibu mengalami stress, tertekan, tidak tenang, sedih,
25
maka produksi ASI akan terpengaruhi secara signifikan. Secara
psikologis ibu harus senantiasa berpikiran positif dan optimis bahwa
ibu bisa memberikan ASI secara eksklusif.
3. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Apabila ibu memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk
menunda kehamilan berikutnya, maka ibu harus mempertimbangkan
jenis kontrasepsi apa yang harus dipakai agar tidak mempengaruhi
produksi ASI. Alat kontrasepsi yang bisa digunakan selama menyusui,
antara lain kondom, IUD, pil KB khusus menyusui, atau suntik
hormonal 3 bulan.
4. Perawatan Payudara
Selama proses menyusui, ibu harus melakukan perawatan payudara
agar tetap bersih dan terawat. Perawatan payudara yang tepat dapat
merangsang payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak. Selain
itu, melakukan perawatan dengan benar dapat mencegah berbagai
masalah selama menyusui.
5. Anatomis Payudara
Produksi ASI dipengaruhi oleh jumlah kelenjar air susu dalam
payudara sehingga ukuran payudara tidaklah mempengaruhi kegiatan
produksi ASI. Selain itu perlu diperhatikan bentuk papila atau puting
susu ibu.
6. Faktor Fisiologis
Proses produksi ASI dipengaruhi oleh hormon-hormon tertentu. Ada
dua hormon yang berperan penting dalam produksi ASI yaitu prolaktin
yang berperan memproduksi ASI dan oksitosin berperan dalam
proses pengeluaran ASI.
7. Pola Istirahat
Faktor lain yang ikut mempengaruhi pengeluaran dan produksi ASI
adalah pola istirahat ibu. Apabila ibu kurang istirahat dan terlalu lelah
maka produksi ASI akan berkurang.
8. Faktor Isapan anak atau Frekuensi Penyusuan
Semakin sering bayi menyusu, maka produksi ASI akan
semakin banyak. Ada perbedaan dalam frekuensi menyusui bayi yang
cukup bulan dengan bayi yang lahir prematur. Berbagai studi
26
mengatakan bahwa produksi ASI untuk bayi kurang bulan akan
optimal dengan pemompaan ASI yang dilakukan lebih dari 5 kali
sehari selama bulan pertama kelahiran.
Sementara pada bayi cukup bulan, frekuensi menyusui sekitar
10 kali per hari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan karena
didukung dengan produksi ASI yang cukup.Oleh sebab itu ibu
disarankan untuk menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulan-
bulan pertama setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan
pengeluaran ASI.Frekuensi menyusui berkaitan dengan kemampuan
stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni hormon
prolaktin dan oksitosin.
9. Berat Lahir Bayi
Berat badan bayi saat lahir juga mempengaruhi produksi dan
pengeluaran ASI.Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan bayi dalam
mengisap, bayi yang lahir dengan berat badan rendah (<2.500 gram)
cenderung mempunyai kemampuan mengisap ASI langsung dari
payudara ibu lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir
dengan berat badan normal (>2.500 gram). Kemampuan bayi yang
rendah tentu akan mempengaruhi stimulasi hormon-hormon dalam
memproduksi ASI.
10. Umur kehamilan saat Melahirkan
Umur kehamilan ibu juga ikut mempengaruhi produksi ASI.Sebab bayi
yang prematur tidak mampu menghisap langsung ASI dari payudara
ibu dengan baik sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi
yang lahir cukup bulan.
11. Konsumsi rokok dan Alkohol
Merokok dan mengkonsumsi minuman berakohol memiliki banyak
efek berbahaya bagi tubuh manusia terutama pada ibu menyusui.
Bagi ibu yang sedang menyusui, merokok dan minuman beralkohol
dapat menstimulasi pelepasan hormon adrenalin yang menghambat
pelepasan hormon oksitosin sehingga hal tersebut dapat mengurangi
jumlah produksi ASI.
27
A.2.7 Volume ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat
ASI mulai menghasilkan ASI.Menurut Kent (2007) dalam Polard (2016),
panduan rata-rata volume ASI yang diberikan ibu kepada bayinya selama
meyusui, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 2.2.Rerata Volume ASI
No. Usia Bayi Volume ASI Frekuensi Menyusui
1.
2.
3.
4.
5.
Ketika lahir
Dalam 24 jam
Antara 2-6 hari
Satu bulan
Enam bulan
Sampai 5 ml ASI
7-123 ml/hari ASI
395-868 ml/hari ASI
395-868 ml/hari ASI
710-803 ml/hari ASI
Penyusuan pertama
3-8 Penyusuan
5-10 Penyusuan
6-18 Penyusuan
6-18 Penyusuan
(Sumber : Pollard, 2016)
Kent (2007) menemukan bahwa bayi mengosongkan payudara
hanya satu atau dua kali perhari dan rata-rata hanya 67% dari susu yang
tersedia dikonsumsi dengan rata-rata volume 76 ml setiap kali menyusu
(Pollard, 2016). Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi
menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh
ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan
produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh
adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi
biasanya berlangsung selama 15-25 menit. Ukuran payudara tidak ada
hubungannya volume air susu yang diproduksi, meskipun payudara yang
berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama
masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Maryunani,
2012).
28
A.2.8 Kandungan ASI
Menurut Maryunani (2012), kandungan zat gizi dalam kolostrum
memiliki protein sangat yang sangat tinggi. Hal ini menguntungkan bayi
yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia sudah
mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada
minggu pertama. Komposisi zat gizi yang terdapat pada ASI tersebut
terdiri dari:
a. Laktosa (Karbohidrat)Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya
berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan pasi adalah 7:4 sehingga ASI
terasa lebih manis dibandingkan dengan pasi. Hal ini menyebabkan
bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau
meminum pasi. Dengan demikian pemberian asi akan semakin
sukses.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk
pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel
saraf. Selain itu karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium
mempertahankan faktor bifidus di dalam susu (faktor yang
menghambat pertumbuhann bakteri yang berbahaya dan menjadikan
tempat yang baik bagi bakteri yang menguntungkan) mempercepat
pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi.
b. LemakKadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian
meningkat jumlahnya.Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali
dihisap oleh bayi, hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak
pada lima menit pertama hisapan bayi akan berbeda dengan 10 menit
kemudian, kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari
kedua dan akan terus berubah menurut perkembangn bayi dan
kebutuhan energi yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai
panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringn otak dan sangat mudah
dicerna karena mangandung enzim lipase.Lemak dalam berbentuk
29
omega 3, omega 6, dan DHA yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung
enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan
tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak pasi sehingga
menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare jumlah asam linoleat
dalam asi sangat tinggi dan perbandingnnya dengan pasi yaitu 6:1.
Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh
tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel saraf otak
bayi.
c. ProteinProtein yang terdapat dalam susu adalah kasein dan whey.
Didalam ASI kadar whey lebih besar dibandingkan kasein, whey lebih
mudah dicerna oleh tubuh bayi sehingga ASI sangat cocok untuk bayi
karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya terserap oleh
sistem pencernaan bayi (Heryani, 2017).
d. MineralASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya
relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai umur 6
bulan.Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang
sangat stabil dan mudah diserap dan jumlahnya dipengaruhi oleh diet
ibu. Dalam pasi kandungan mineral jumlahnya tinggi, tetapi sebagian
besar tidak dapat diserap hal ini akan memperberat kerja usus dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga
mengakibatkan kontraksi usus bayi yanng tidak normal. Bayi akan
kembung, gelisah kerena obstipasi gangguan metabolisme.
e. VitaminASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi
kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru
lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K. Vitamin-vitamin
tersebut adalah, vitamin A, vitamin D, viamin E,dan vitamin K atau
yang sering disingkat dengan vitamin ADEK.
30
A.3 Pijat Punggung
Pijat punggung adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam yang bertujuan untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (purwanti
dan hanum, 2014). Memijat punggung ibu merupakan salah satu cara
untuk menstimulasi refleks oksitosin untuk membuat ibu menjadi rileks
ketika ibu mengalami kesulitan untuk mengeluarkan ASI.Punggung atas
adalah titik digunakan untuk memperlancar proses laktasi. Saraf yang
mempersarafi payudara berasal dari tulang belakang bagian atas, antara
tulang belikat.
Daerah ini adalah daerah dimana perempuan sering mengalami
ketegangan otot. Memijat punggung dapat merilekskan bahu dan
menstimulasi refleks let-down. La LecheLeague International (LLLI), telah
merekomendasikan pijat punggung selama bertahun-tahun sebagai
upaya melancarkan ASI. LLLI adalah organisasi internasional yang
memberikan edukasi, informasi serta dukungan untuk ibu yang ingin
menyusui (Nuhanifah, 2013).
A.4 Tindakan MassageA.4.1 Pengertian Massage
Menurut Lorensi, dkk (2017), terapi massage adalah teknik
manipulasi jaringan lunak melalui suatu tekanan dan gerakan. Manipulasi
yang dilakukan yaitu cara menggunakan tangan dengan menekan atau
menggerakkan tangan pada daerah-daerah tertentu untuk memberikan
pengaruh tertentu. Tujuan dari massage untuk membantu penderita lebih
rileks dan meredakan rasa nyeri. Terapi ini dapat dilakukan pada seluruh
bagian tubuh atau bagian tertentu seperti, punggung, kaki, tangan.
A.4.2 Tehnik MassagePemijatan tubuh pada dasarnya dilakukandengan berbagai gerakan
massage yang mempunyai teknik tersendiri dalam penerapannya.
Klasifikasi gerakan massage menurut Dinarta (2017) dalam sebagai
berikut :
31
a. Effleurage (menggosok)
Effleurage adalah gerakan mengusap yang ringan dan
menenangkan (lembut, lambat, dan panjang atau putus-putus) saat
memulai dan mengakhiri pijatan (Marilyn, 2003 dalam Putra,
2016).Effleurage adalah gerakan usapan, baik dilakukan dengan
telapak tangan atau bantalan jari tangan.Gerakan ini dapat dilakukan
dengan ringan ataupun dengan sedikit penekanan.Gerakan ringan
biasanya digunakan untuk meratakan minyak pijat, pengenaan
gerakan (sebagai gerakan permulaan) maupun menenangkan
kembali jaringan otot yang telah dirangsang dengan gerakan-gerakan
lainnya.Gerakan usapan dengan sedikit menekan sifatnya adalah
untuk merangsang, dan memanipulasi jaringan otot.
Effleurage adalah gerakan usap yang dilakukan dengan
penekanan mengikuti peredaran darah menuju jantung.Effleurage
dapat dilakukan dengan telapak tangan maupun bantalan ibu jari.
Gerakan effleurage bermanfaat menenangkan saraf, menghilangkan
stres (relaksasi), dan akan membuat tidur lebih pulas. Jaringan tubuh
akan berfungsi dengan lancar, meningkatkan sirkulasi dan aliran limfe
untuk menyingkirkan sisa-sisa metabolisme dan racun tubuh.
Effleurageakan memperbaiki keadaan kulit, meningkatkan kesehatan,
serta membuat kulit lebih halus, mulus dan lebih bercahaya. Selama
melakukan effleurage pertahankan kontak dengan klien agar klien
dapat merasa lebih rileks.
Saat memijat, kedua tangan harus dalam keadaan rileks dan
memijat tidak terlalu menekan atau melakukan gerakan mendadak.
Tekanan atau gerakan mendadak akan berakibat saraf terganggu,
gerakan pijatan sebaiknya lembut, ritmik dan datar, gunakan seluruh
tangan, bukan hanya jari-jari. Dengan demikian gerakan pijat bisa
menjangkau area yang lebih luas. Gerakan effleurage selalu
mengarah ke jantung menuju ke arah tungkai bagian atas, lengan
bagian atas dan punggung bagian atas (Dinarta, 2017)
32
Gambar 2.1. Gerakan Teknik Effleurage(Sumber : Koestanti, 2008 dalam Dinarta, 2017)
b. Friction (menggerus)
Friction yaitu gerakan menggerus dengan arah gerakan naik dan
turun secara bebas.Gerakan ini menggunakan ujung jari atau ibu jari
dengan menggeruskan melingkar seperti spiral pada bagian otot
tertentu. Tujuan gerakan ini untuk membantu menghancurkan
miyogeloasis, yaitu timbunan sisa-sia pembakaran energi yang
terdapat pada otot yang menyebabkan pengerasan pada otot
(Dinarta, 2017)
c. Petrissage (memijat)
Petrissage yaitu memijat otot-otot serta jaringan penunjangnya
dengan gerakan menekan otot-otot tersebut kebawah kemudian
meremasnya. Tujuan dari gerakan ini yaitu untuk mendorong aliran
darah kembali kejantung dan mendorong keluar sisa
pembakaran.Pijat petrissagejuga bermanfaat untuk memecah dan
mengeluarkan endapan lemak di sekitar panggul, bahu danbokong.
Teknik ini membantu melindungi otot agar tidak kaku setelah olah
raga dan dapatmeredakan otot yang tegang (Dinarta, 2017)
d. Tapotemant (memukul)
Tapotement yaitu gerakan massage yang berupa ketukan atau
tepukan yang cepat menggunakan jari tangan atau atau kedua
33
telapak tangan. Teknik massage ini bermanfaat jika dilakukan pada
punggung bagian atas dan tengah, karena mampumengeluarkan
lendir yang ada dalam paru-paru, sehingga pernafasan menjadi
longgar, bermanfaat dalam mempengaruhi kesehatan otot dan
memperkuat kontraksi otot saat distimulasi dan berguna untuk
mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang lembek (biasanya di
bagian bokong dan pinggul) (Dinarta, 2017).
e. Shaking atau kniading (menggoncangkan)
Yaitu gerakan yang dilakukan dengan menggunakan seluruh
permukaan telapak tangan dan jari-jari, dua tangan bersama-sama
atau satu tangan saja pada otot yang lebar dan tebal dengan
digoncangkan.Gerakan ini bertujuan untuk melancarkan peredaran
darah, terutama dalam penyebaran sari-sari makanan ke dalam
jaringan (Dinarta, 2017).
A.5 AromaterapiA.5.1 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi diartikan sebagai “pengobatan dengan menggunakan
wewangian”.Pengertian tersebut merujuk kepada penggunaan minyak-
minyak sari dalam penyembuhan holistik untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan emosional dan dalam memulihkan keseimbangan
pada tubuh.
Aromaterapi di populerkan di Indonesia oleh beberapa ahli penata
kecantikan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, eksistensi
aroma terapi menjadi lebih populer dengan adanya klinik ‘spa’ yang mulai
banyak diminati di berbagai pelosok negeri (Jaelani, 2009).
A.5.2 Kelebihan dan Kekurangan Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu diantara metode pengobatan
kuno yang masih dapat bertahan hingga kini. Metode penyuembuhan
dengan menggunakan aromaterapi sudah berlangsung secara turun-
temurun. Menurut Jaelani (2009), Aromaterapi memiliki beberapa
34
keunggulan dan kelebihan dibandingkan dengan metoda penyembuhan
lainnya, diantaranya yaitu :
1. Biaya yang dikeluarkan relative murah.
2. Bisa dilakukkan dalam berbagai tempat dan keadaan.
3. Tidak mengganggu aktivitas yang bersangkutan.
4. Dapat menimbulkan rasa senang pada orang lain.
5. Cara pemakaiannya tergolong praktis dan efesien.
6. Efek zat yang ditimbulkan tergolong cukup aman bagi tubuh.
7. Khasiatnya terbukti cukup manjur dan tidak kalah dengan metode
terapi lainnya.
A.5.3 Manfaat Aromaterapi
Menurut Jaelani (2009), dilihat dari pengalaman empiris pada
masa lampau, aromaterapi memiiki banyak khasiat dan manfaat yang
cukup banyak, diantara lain yaitu :
1. Merupakan salah satu metode perawatan yang tepat dan efisien
dalam menjaga tubuh agar tetap sehat.
2. Memiliki banyak manfaat dalam pengobatan, khususnya untuk
membantu penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan
sebagai terapi pendukung (support therapy).
3. Dapat membantu melancarkan fungsi sistem tubuh (improving body
fuctions), salah satunya mengembalikan keseimbangan bioenergi
tubuh.
4. Membantu meningkatkan stamina, gairah dan semangat hidup
seseorang.
5. Dapat menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran,
rohani (soothing the physical, mind and spiritual), dapat menciptakan
suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari perasaan cemas
dan gelisah.
6. Mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang berwibawa, jiwa
pemberani, perasaan gembira, damai, juga suasana romantic.
35
7. Merupakan bahan anti septik dan antibakteri alami yang dapat
menjadikan makanan ataupun jasad renik menjadi lebih awet.
A.5.4 Macam-macam Minyak Esensial
Ada beberapa minyak sari yang sering digunakan dalam pengobatan
aromaterapi karena memiliki manfaat yang beragam adalah sebagai
berikut :
a. Langon Kleri (Salvia Scarea)
b. Eukaliptus (Eucalyptus Globulus)
c. Geranium (Pelargonium Graveolens)
d. Levender (Lavebdula Vera Officia Nals)
e. Lemon (Citrus Limonem)
f. Peppermint (Mentha Piperita)
g. Petitgrain (Daun Citrus Aurantium)
h. Rosmari (Rosmarimus Officinals)
A.5.5 Minyak Lavender
a. Bunga LavenderBunga lavender memiliki 25-30 spesies, beberapa diantaranya
adalah Lavandula angustifolia, lavandula lattifolia, lavandula
stoechas.Penampakan bunga ini adalah berbentuk kecil, berwarna ungu
kebiruan, dan tinggi tanaman mencapai 72 cm. Asal tumbuhan ini adalah
dari wilayah selatan Laut Tengah sampai Afrika tropis dan ke timur
sampai India. Tanaman ini tumbuh baik pada daerah dataran tinggi,
dengan ketinggian berkisar antara 600-1.350 m di atas permukaan
laut.Lavender termasuk tumbuhan menahun, tumbuhan dari jenis rumput-
rumputan, semak pendek, dan semak kecil.Tanaman ini juga menyebar di
Kepulauan Kanari, Afrika Utara dan Timur, Eropa selatan dan
Mediterania, Arabia, dan India.
36
Nama lavender berasal dari bahasa Latin “lavera” yang berarti
menyegarkan dan orang-orang Roma menggunakan lavender sebagai
parfum dan minyak mandi sejak zaman dahulu.Bunga lavender dapat
digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi, lavender juga dapat
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk (IGA Prima, 2013).
Gambar 2.2. Bunga Lavender(Sumber :Tekoneko.net cara merawat bunga lavender)
b. Kandungan LavenderMinyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas
beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram bunga
lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti: minyak esensial (1-
3%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%), p-
cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%),
borneol (1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl
acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan kandungan
lavender diatas, dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga
lavender adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O). Linalool adalah
kandungan aktif utama pada lavender yang berperan pada efek anti
cemas (relaksasi) pada lavender (McLain DE, 2009 dalam IGA Prima,
2013).
37
c. Manfaat Minyak LavenderBunga lavender memiliki banyak manfaat sehingga sering
dijadikan minyak esensial yang sering dipakai sebagai aromaterapi
karena dapat memberikan manfaat relaksasi dan memiliki efek sedasi
yang sangat membantu pada orang yang mengalami insomnia.Minyak
lavender adalah salah satu aromaterapi yang memiliki efek sedative,
hypnotic, dan anti-neurodepresive pada manusia.Kandungan utama
dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang mampu
mengendorkan dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-
otot yang tegang.Penelitian yang dilakukan oleh Diego AM et all terhadap
manusia mengenai efek aromaterapi lavender untuk relaksasi,
kecemasan, mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro
Enchepalo Gram) menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan,
perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan
beta pada EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi. Didapatkan
pula hasil yaitu terjadi peningkatan secara signifikan dari kekuatan
gelombang alpha di daerah frontal, yang menunjukkan terjadinya
peningkatan rasa kantuk(IGA Prima, 2013).
Selain itu minyak lavender juga dapat, mengurangi rasa nyeri,
menyembuhkan luka bakar ringan dan berat, memiliki efek anti septik
yang tinggi, menyembuhkan sakit dan nyeri otot, dan juga dikenal dapat
memberikan efek menyegarkan dan menenangkan bagi kulit (Putra,
2016).
38
B. Kerangka Teori
Keterangan :Diteliti
Tidak Diteliti
Gambar 2.3. Kerangka Teori(Sumber :Siswono, 2006 dalam Nurhanifah 2013, Riksani, 2012, Astutik, 2016,
Vidayanti, 2015, Pollard, 2016)
Ibu Post Partum
InvolusioUteri
Laktasi Produksi ASI
Faktor-faktor yangMempengaruhi Produksi
ASI
1. Makanan2. Ketenangan jiwa
dan pikiran3. Penggunaan alat
kontrasepsi4. Perawatan
payudara5. Anatomi payudara6. Faktor fisiologis
(hormon)
7. Pola istirahat8. Isapan
anak/frekuensimenyusui
9. Berat lahir bayi10. Umur kehamilan
saat melahirkan11. Konsumsi alkohol
dan rokok
Pijat Punggung TeknikEffleurageMenggunakan
Minyak Aromaterapi Lavender
Hormon Oksitosin Volume ASI
39
C. Kerangka KonsepKerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
D. Definisi OperasionalTabel.2.3.
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional AlatUkur
Hasil Ukur SkalaUkur
VariabelDependen :
Produksi ASI
Banyaknya volume ASIdalam 1 kali menyusupada hari ke-6 yangdiukur pada pagi hari, 2jam setelah bayimenyusu denganmenggunakan gelasukur.
GelasUkur
Rasio
VariabelIndependen :
Pijat PunggungTeknikEffleurageMenggunakanMinyakAromaterapiLavender
Pemijatan menggunakanminyak yang dapatmenimbulkan efekrelaksasi pada daerahpunggung sepanjangkedua sisi tulangbelakang dengangerakan mengusapringan menggunakanjari-jari tangan sehinggaibu merasa lebihnyaman.
SOP 1. Dilakukan2. Tidak
dilakukan
Nominal
Pijat Punggung TeknikEffleurage dengan Minyak
Aromaterapi Lavender
ProduksiASI padaIbu Post Partum
Variabel Independen Variabel Dependen
40
E. HipotesisHipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara dari
pertanyaan penelitian (Notoatmojo, 2012).Maka hipotesis penelitian ini
adalah Ada pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage Menggunakan
Minyak Aromaterapi Lavender terhadap produksi ASI ibu Post partum
di Klinik Pratama Tanjung, Deli Tua.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenisdan Design Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Pra-
Eksperimen dengan desain Static Group Comparison (perbandingan
kelompok statis), dimana rancangan ini menerapkan perlakuan atau
intervensi (X) yang diikuti dengan pengukuran kedua atau observasi (02).
Dimana hasil observasi kelompok intervensi akan dibandingkan dengan
hasil observasi kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi. Bentuk
rancangan ini adalah sebagai berikut :
Dengan rancangan ini, peneliti dapat mengukur pengaruh
perlakuan (intervensi) pijat punggung teknik effleurage dan pijat
punggung teknik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender
terhadap kelompok eksperimen, dengan cara membandingkan kelompok
tersebut dengan kelompok yang tidak mendapat intervensi (kelompok
kontrol).
B. Lokasi dan Waktu PenelitianB.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan terhadap ibu post partum di Klinik Pratama
Tanjung.
KelompokEksperimen
Intervensi IPijat Punggung
KelompokKontrol
Posttest(02)
Posttest(02)
KelompokEksperimen
Posttest(02)
Intervensi IIPijat Punggung +Minyak Lavender
42
B.2 PenelitianPenelitian ini dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan hasil
penelitian dilakukan sejak April – Juli 2018.
C. Populasi dan Sampel PenelitianC.1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi
syarat atau karakteristik yang telah ditentukan oleh peneliti (Riyanto,
2017). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu post partum yang
melahirkan normal di Klinik Pratama Tanjung, Deli Tua berjumlah 45
orang.
C.2. SampelSampel merupakan sebagian populasi yang dipilih untuk mewakili
seluruh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu
post partum paritas 2-3 yang bersalin di klinik Pratama Tanjung, Deli Tua
sebanyak 45 orang.
Teknik pengambilan sampling yang digunakan pada penelitian ini
adalah total sampling, yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan
dengan mengambil seluruh responden yang ditentukan sebelumnya
(Sugiono, 2017) Dengan criteria inklusi :
1. Ibu pasca bersalin normal paritas ke 2-3
2. Ibu pasca bersalin normal hari ke-3 sampai hari ke-6 setelah
melahirkan yang bersedia menjadi responden.
3. Kondisi Ibu dan Bayi sehat.
4. Ibu yang ingin memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Sedangkan, kriteria eksklusi penelitian ini adalah :
1. Ibu yang memiliki masalah pada payudara
2. Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, jamu atau suplemen pelancar
ASI.
43
D. Jenisdan Cara Pengumpulan DataJenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
langsung dari pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
melakukan pijat punggung dengan teknik effleurage dan pijat punggung
teknik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender terhadap
sampel, dimulai dari hari ke 3 sampai hari ke-5 setelah ibu melahirkan
dengan frekuensi 1 kali sehari dengan durasi 10-15 menit selama 3 hari
berturut-turut. Kemudian dilakukan observasi terhadap volume ASI pada
hari ke-6 setelah melahirkan, sedangkan pada kelompok control hanya
akan dilakukan observasi terhadap volume ASI pada hari ke-6 setelah
melahirkan tanpa melakukan intervensi.
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan PenelitianAlat ukur/instrument adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data-data dalam penelitian (Notoatjmojo, 2016). Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur standar yaitu : gelas
ukur, SOP dan lembar observasi, sedangkan bahan yang digunakan
dalam penelitian yaitu : minyak aromaterapi, handuk bersih, dan breast
pump.
F. Prosedur PenelitianProsedur yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu; pertama, peneliti menentukan tempat penelitian;
kedua, peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang
tujuan dan manfaat penelitian; ketiga, calon responden yang menyetujui
untuk dijadikan responden diminta untuk menandatangani lembar inform
consent; keempat, pada kelompok 1 peneliti melakukan intervensi dengan
melakukan pijat punggung teknik effleurage dengan durasi 10-15 menit
sebanyak 1x sehari sampai hari ke 5, pada kelompok 2 peneliti
melakukan pijat punggung dengan teknik effleurage menggunakan
minyak aromaterapi lavender dengan durasi 10-15 menit sebanyak 1x
sehari sampai hari ke 5, sedangkan pada kelompok control penelit hanya
melakukan pengukuran ASI saja pada hari ke 7; kelima, setelah
44
melakukkan intervensi terhadap kelompok 1 dan 2 selanjutnya peneliti
melakukan posttest dengan melakukan pemerahan ASI pada hari ke-7
dengan pompa/breast pump yang selanjutnya akan diukur menggunakan
gelas ukur untuk mengetahui volume ASI setelah dilakukan intervensi.
Waktu pemerahan dilakukan pada pagi hari, ASI diambil 2 jam setelah
menyusui terakhir.
G. Pengolahan dan Analisis DataG.1 . Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul dilakukan analisa data kembali
dengan memeriksa kebenaran dan kelengkapan data. Kemudian data
diberi kode untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisa dan
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan. Lalu data dimasukkan
kedalam bentuk tabel yang selanjutnya akan dilakukan pengentrian data
menggunakan komputerisasi. Tahap terakhir yaitu dilakukan cleaning and
entry computer guna menghindari terjadinya kesalahan input data.
G.2 Analisis Data
AnalisaUnivariate
Analisis univariate merupakan analisis yang bertujuan untuk menjelaskan
karakteristik setiap variabel (Notoatmojo, 2016). Analisis ini dilakukan
untuk menjelaskan volume ASI pada hari ke 6 dengan data numerik,
menggunakan nilai mean, median dan standart deviasi.
AnalisaBevariate
Analisis bivariate akan dilakukan setelah dilakukannya analisis univariate.
Analisis ini dilakukan terhadap dua variable yang diduga memiliki
hubungan atau berkolerasi (Notoatmojo, 2016). Analisis bivariate
bertujuan untuk menguji variabel independen dengan variabel dependen.
Ujistatistik yang digunakan yaitu uji ANOVA, uji ini dilakukan untuk
mengetahui adanya pengaruh terhadap produksi ASI ibu post partum
dengan membandingkan rerata skor volume ASI ibu yang diberikan pijat
punggung teknik effleurage dengan minyak aromaterapi lavender
45
(intervensi) dengan yang tidak diberikan pijat (kontrol) adalah bermakna
atau tidak bermakna.
H. Etika PenelitianPenelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari komite
etika penelitian Poltekkes Kemenkes RI Medan.
46
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian terhadap 45 orang ibu post partum hari
ke 3 sampai dengan hari ke 7 yang dibagi menjadi 3 kelompok intervensi,
pertama kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberikan intervensi
yang terdiri dari 15 orang (33.33%), yang kedua kelompok pijat punggung
teknik effleurage yang terdiri dari 15 orang (33.33%), dan kelompok ketiga
adalah kelompok pijat punggung teknik effleurage menggunakan aromaterapi
lavender yang terdiri dari 15 orang (33.33%). Penelitian ini dilakukan di Klinik
Pratama Tanjung, Deli Tua, Tahun 2018. Maka di dapatkan hasil sebagai
berikut :
A.1 Analisis Univariat
Tabel 4.1Perbedaan Rerata Pelaksanaan Pijat Punggung Teknik Effleurage
Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender di Klinik Pratama TanjungDeli Tua, Tahun 2018.
Intervensi NVolume ASI
SDMean Median
Kontrol 15 79.60 80 2.823Pijat Effleurage 15 87.33 87 1.718
Pijat Effleurage + MinyakAromaterapi Lavender
15 107.60 110 6.843
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai mean dan median tertinggi
terdapat pada kelompok intervensi pijat punggung tekhnik effleurage
menggunakan minyak aromaterapi lavender yaitu sebesar 107.60 dan 110.
47
Tabel 4.2Uji Normalitas Pelaksanaan Pijat Punggung Teknik EffleurageMenggunakan Minyak Aromaterapi Lavender di Klinik Pratama
Tanjung Deli Tua, Tahun 2018.
Intervensi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KontrolPijat Effleurage
Pijat Effleurage +Minyak Aromaterapi
Lavender
0.2000.2000.109
0.0640.2500.170
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat uji normalitas data pada setiap
intervensi yang dilakukan baik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnova
maupun pada uji Shapiro-Wilk menunjukkan data berdistribusi normal
yaitu p>0.050. Sehingga dapat disimpulkan dengan tingkat kepercayaan
95% membuktikan bahwa data pada setiap intervensi yang dilakukan
untuk meningkatkan volume ASI terdistribusi normal dan homogen
sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji parametrik (uji ANOVA).
A.2 Analisis BivariatTabel 4.4
Pengaruh Pelaksanaan Pijat Punggung Teknik Effleurage MenggunakanMinyak Aromaterapi Lavender di Klinik Pratama Tanjung Deli Tua,
Tahun 2018.
Intervensi NVolume ASI
SD P-ValueMin Max Mean
Kontrol 15 75 83 79.60 2.8230.00Pijat Effleurage 15 85 90 87.33 1.718
Pijat Effleurage + MinyakAromaterapi Lavender
15 100 118 107.60 6.843
Dari tabel 4.3 Dapat dilihat bahwa nilai mean tertinggi terdapat pada pijat
punggung teknik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender yaitu
48
sebesar 107.60 dibandingkan dengan kontrol dan pijat punggung teknik
effleurage saja.Hasil analisis dengan menggunakan uji ANOVA dengan
tingkat kepercayaan 95% menunujukkan nilai p=0.000 <0.05yang berarti ada
perbedaan mean secara bermakna yang artinya ada pengaruh pijat teknik
effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender terhadap peningkatan
volume ASI ibu post partum.
B. Pembahasan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada kelompok yang
dilakukan intervensi pijat punggung teknik effleurage menggunakan minyak
aromaterapi lavender memiliki volume ASI paling banyak yaitu dengan rerata
107.60 ml dengan selisih 28 ml terhadap kelompok kontrol sedangkan pada
kelompok pijat punggung teknik effleurage saja rerata volume ASI hanya
87.33 ml dengan selisih 7.73 ml terhadap kelompok kontrol. Artinya pada
kelompok pijat effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender
volume ASI 3x lebih lebih banyak dibandingkan dengan kelompok intervensi
pijat punggung teknik effleurage saja. Hasil analisis dengan menggunakan uji
ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95% menunujukkan nilai p- value
sebesar 0.00 yaitu nilai p <0.01 yang berarti ada perbedaan mean secara
bermakna yang artinya ada pengaruh pijat teknik effleurage menggunakan
minyak aromaterapi lavender terhadap peningkatan volume ASI ibu post
partum.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma Suryani
(2017) yang menunjukkan adanya perbedaan kelancaran produksi ASI
setelah dilakukan pemijatan punggung tehnik effleurage dengan minyak
aromaterapi lavender selama 4 hari berturut-turut, dari hari pertama sampai
hari ketujuh frekuensi menyusu bayi selama 24 jam, yaitu dari 3 kali sampai
>10 kali dan pengeluaran ASI setelah 2 jam disusukan semakin meningkat
dari hari pertama sampai hari keempat, yaitu sebanyak 7 ml sampai >25 ml.
49
Penelitian ini juga didukung oleh penilitian Vidiyanti (2015) Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan kelancaran produksi ASI antara
kelompok pijat punggung menggunakan minyak esensial lavender dan
kelompok kontrol dengan p-value 0,007 dan OR sebesar 4,84 yang artinya
Ibu yang mendapatkan intervensi pijat punggung menggunakan minyak
esensial lavender berpeluang mengalami kelancaran produksi ASI 4,84 kali
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan teori yang dikemukakan oleh
Ericbrown (2012) yaitu massase effleurage yang dilakukan di punggung
merupakan reseptor mekanik secara langsung pada kulit, sehingga secara
simultan merangsang impul saraf aferen pada sistem limbik sepanjang
vertebra dan costa 5 – 6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja
saraf parasimpatis yang merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan
oksitosin. Rangsangan tersebut memberikan umpan balik pada kelenjar
hipofise posterior (neurohipofise) sehingga oksitosin disekresi memasuki
sistem peredaran darah.Oksitosin yang memasuki darah, menyebabkan
kontraksi sel-sel khusus yaitu sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus
mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi otot halus di sekitar kelenjar
payudara mengerut dan sel-sel mioepitel mendorong ASI keluar dari alveolus
melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus.Kontraksi otot halus di
sekitar kelenjar payudara mengerut dan sel-sel mioepitel mendorong ASI
keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus.
Pijat punggung teknik effleurage dilakukan menggunakan minyak
aromaterapi lavender yang dicampur dengan Virgin Coconut Oil ( VCO)
dengan perbandingan 3 tetes lavender dan 1 sendok VCO. Peneliti memilih
minyak lavender sebagai aromaterapi yang dikombinasikan dengan
pemijatan karena penggunaan minyak lavender diharapkan dapat membantu
ibu post partum dalam meningkatkan relaksasi dan kenyamanan sehingga
produksi ASI dapat meningkat.Lavender merupakan salah satu minyak
esensial yang populer dan secara luas digunakan dalam bidang kesehatan
50
klinis khususnya mengatasi permasalahan psikosomatik dalam ginekologi
(Sholihah, 2017)
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ujingtyas, (2012).Bahwa
aromaterapi lavender mempunyai efek terapi secara psikologis dari
aromanya yang terhirup melalui inhalasi dari komponennya yang mudah
menguap. Penggunaan aromaterapi lavender melalui pemijatan
menyebabkan lavender akan menguap dan dihirup oleh ibu. Pada saat
dilakukan pemijatan menggunakan minyak lavender dilakukan dengan
sentuhan lembut maka ibu dapat menjadi lebih rileks, megurangi ketegangan
otot dan membantu melancarkan produksi ASI (Vidiyanti, 2015).
Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang memiliki efek
sedative, hypnotic, dan anti-neurodepresive pada manusia.Kandungan utama
dalam minyak lavender adalah linalool asetat yang mampu mengendorkan
dan melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf dan otot-otot yang tegang (IGA
Prima, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Diego AM; et all (1998) dalam IGA
Prima, 2013) terhadap manusia mengenai efek aromaterapi lavender untuk
relaksasi, kecemasan, mood, dan kewaspadaan pada aktivitas EEG (Electro
Enchepalo Gram) menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan, perbaikan
mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan beta pada
EEG yang menunjukkan peningkatan relaksasi. Didapatkan pula hasil yaitu
terjadi peningkatan secara signifikan dari kekuatan gelombang alpha di
daerah frontal, yang menunjukkan terjadinya peningkatan rasa kantuk.
Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian yang telah dilakukan
tentang Pengaruh Pijat Punggung Tekhnik Effleurage Menggunakan Minyak
Aromaterapi Lavender Di Klinik Pratama Tanjung Tahun 2018 dengan
Analisis uji ANOVA didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pijat punggung
tekhnik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender terhadap
produksi ASI ibu post Partum di Klinik Pratama Tanjung tahun 2018.Rerata
volume ASI ibu yang tidak mendapakan intervensi sama sekali yaitu ± 79.60
ml, pada ibu yang mendapatkan intervensi pijat saja rerata volume ASI
51
±87.33 ml, sedangkan ibu yang mendapatkan intervensi pijat punggung
menggunakan minyak aromaterapi lavender rerata volume ASI ±107.60 ml.
Teori yang dikemukakan oleh Pollard (2016), volume ASI ibu pada hari ke 2-
6 yaitu berkisar antara 395-868 ml dengan 5-10 kali penyusuan, dengan
rerata volume ASI ±86 ml pada satu kali menyusu. Berdasarkan teori
tersebut dapat dilihat bahwa volume ASI pada kelompok kontrol memiliki
selesih ±10 mldibandingkan dengan teori sebenarnya.Ibu yang diberikan
intervensi pijat punggung teknik effleurage saja memiliki penambahan volume
ASI lebih sedikit yaitu sebesar ±10.5 ml. Sedangkan ibu yang mendapatkan
intervensi pijat punggung teknik effleurage menggunakan minyak
aromaterapi lavender memiliki penambahan volume ASI jauh lebih banyak
yaitu sebesar ±21 ml. Jadi ibu yang mendapatkan intervensi pijat punggung
teknik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender berpeluang
memiliki volume ASI 3x lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Memijat punggung ibu merupakan salah satu cara untuk menstimulasi
refleks oksitosin untuk membuat ibu menjadi rileks ketika ibu mengalami
kesulitan untuk mengeluarkan ASI. Punggung atas adalah titik digunakan
untuk memperlancar proses laktasi. Saraf yang mempersarafi payudara
berasal dari tulang belakang bagian atas, antara tulang belikat.Daerah ini
adalah daerah dimana perempuan sering mengalami ketegangan otot.
Memijat punggung dapat merilekskan bahu dan menstimulasi refleks let-
down. Pemijatan yang dilakukan pada punggung dengan teknik effleurage
dan dikombinasikan dengan menggunakan minyak aromaterapi lavender
sangat baik dilakukan pada ibu karna dapat membuat ibu menjadi 2x lebih
rileks dan merasa nyaman sehingga hormon oksitosin meningkat dan
produksi ASI pun menjadi lebih banyak.
Hal ini dapat dijadikan salah satu dukungan bagi ibu post partum agar
lebih percaya diri dan merasa nyaman saat menyusui bayinya sehingga
produksi ASI pun menjadi lancar dan dapat memenuhi kebutuhan bayi tanpa
harus menggunakan susu formula.
52
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A.1 Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 45 sampel yang diteliti, di
dapatkan hasil rerata volume ASI pada kelompok kontrol sebesar 79.60, ml,
pada kelompok intervensi pijat punggung teknik effleurage sebesar 87.40
ml, sedangkan pada kelompok intervensi pijat punggung teknik effleurage
menggunakan minyak aromaterapi lavender sebesar 107.60 ml pada satu
kali penyusuan yang diukur pada pagi hari.
2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh pijat punggung
tekhnik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender di Klinik
Pratama Tanjung tahun 2018 dengan menggunakan uji ANOVA dimana
nilai varians dianggap berbeda dan hipotesis alternatifnya yaitu rata-rata
volume ASI pada kelompok control berbeda dengan kelompok intervensi
pijat effleurage dan pijat tekhnik effleurage menggunakan minyak
aromaterapi lavender dengan nilai p-value sebesar 0.000 (α < 0.05 yang
berarti terdapat pengaruh yang bermakna antara pelaksanaan pijat
punggung tekhnik effleurage menggunakan minyak aromaterapi lavender
terhadap produksi ASI ibu post partum.
3. Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh pijat punggung teknik effleurage menggunakan aromaterapi
lavender terhadap produksi ASI ibu post partum di klnik pratama tanjung,
Deli Tua.
A.2 Saran1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan khususnya jurusan kebidanan agar
dapat memfasilitasi setiap mahasiswa mengenai pendidikan dan pelatihan
pijat punggung teknik effleurage menggunakan minyak aromaterapi
lavender.
53
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan pada pelayanan kesehatan agar dapat menjadi fasilitator bagi
ibupost partum yang mengalami masalah pada produksi ASI nya sehingga
ibu post partum dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayi nya tanpa
khawatir ASI nya tidak tercukupi. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin
melakukan penelitian tentang Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage
Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender, agar melakukan penelitian
dengan metode yang baru serta menggunakan sample yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anik, Maryunani.2012.Inisiasi Menyusu Dini, ASI Ekslusif dan ManagemenLaktasi. Jakarta Timur : Trans Info Media.
Anggaraini, Yetti.2017.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta.PustakaRihama.
AP IGA Prima.2013.Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi.BagianFarmasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Astutik, Reni Yuli.2016.Payudara dan Laktasi.Jakarta Selatan.Salemba Medika.
, .2015.Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.JakartaTimur.Trans Info Media.
BkkbN. 2016.Kebijakan Program Kependudukan, Keluarga Berencana, danPembangunan Keluarga dalam Mendukung Keluarga Sehat.April. BkkbN.
Diego AM; et all. 1998.Arometherapy Positively Affects Mood, EEG Pattern ofAlertness and Math Computations. International Journal of Neuroscience:vol 96;217-224
Dinarta, Ema.2017.Materi Perawatan Badan Tradisional.https://www.slideshare.net/EmaDinartaNainggolan/materi-perawatan-badan-tradisional
Heryani, Reni.2017.Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui.Jakarta : TransInfo Media.
Jaelani.2009.Aroma Terapi.Jakarta :PustakaPopulerObor.
Kusumaningrum, Retno.2015.Perbedaan Efektivitas Massage Effleurage diPunggungdengan Abdomen Terhadap Lama Pengeluaran ASIPadaIbuNifas di RuangTeratai RSUD BanjarnegaraTahun 2015.ProgramStudi Diploma IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan (STIKES)Ngudi Waluyo.
Lorensi, Elny, dkk.2017.Pengaruh Massage dengan Virgin Oil TerhadapPencegahan Luka Dekubitus pada Pasien dengan Resiko Dekubitus diRSUD DR.Pirngadi Medan Tahun 2017
Marshall Jayne dan Maureen Raynor.2014.Myles Text Book For Midwives.London : Elsevier.
Nurhanifah, Fitriah.2013.Perbedaan Efektivitas Massage Punggung danKompres Hangat Payudara Terhadap Peningkatan Kelancaran ProduksiASI di Desa Majang Tengah Wilayah Kerja Puskesmas Pamotan DampitMalang.Jurnal Keperawatan :100-108.
Notoatmodjo, Soekidjo.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta.
Pollard, Maria.2016.ASI (Asuhan Berbasis Bukti).Jakarta :Penerbit BukuKedokteran EGC.
Purwanti,Yanik dan Sri Mukhodim.2014.Efektivitas Pijat Punggung TerhadapProduksi ASI.Program Studi D-III Kebidanan FIKES UniversitasMuhammadiyah Sidoarjo.
Putra,Sitiatava Rizema.2016.Cara Mudah Melahirkan denganHynobirthing.Yogyakarta :Laksana
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015
Profil kesehatan Provinsi Sumatra Utara Tahun 2012
Riksani, Ria.2012.Keajaiban ASI (air susuibu). Jakarta Timur :Dunia Sehat
Riyanto, Agus.2017.Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :NuhaMedika
Santana, Gressicaet al.2017.Factors Associated With Breast FeedingMaintenance For 12 Month or More. Jornal De Pediatria
Sholihah, 2017.Penerapan TeknikMarmet Dan PijatOksitosinDenganMinyakLavender Untuk Meningkatkan Produksi Asi Ibu Post Partum Di Bpm Hj.N. Lusi Sumartini, S.St Kedawung
Suryani Irma danEni Indrayani.2016.Pijat PunggungTeknik Effleurage denganMinyak Aromaterapi Lavender Terhadap Kadar Prolaktin Ibu Nifas di BPMSri
Ujiningtyas, 2012.Pengaruh Minyak Esensial Lavender Dibanding PovidoneIodine Pada Penyembuhan Luka Episiotomi Ibu Post partum .UniversitasGajah Mada.http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=56804&obyek_id=4
Vidiyanti, Venny.2015.Pengaruh Pijat Punggung Menggunakan Minyak EsensialLavender Terhadap Produksi ASI Pasca Bedah Sesar di RSUDPanembahan Senopati Bantul. Jurnal Medika Respati 10 (3).
PERNYATAAN
PENGARUH PIJAT PUNGGUNG TEKNIK EFFLEURAGE MENGGUNAKAN
MINYAK AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PRODUKSI ASI IBU POST
PARTUM DI KLINIK PRATAMA TANJUNG DELI TUA,
TAHUN 2018
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2018
Peneliti
Andita Sahasrani Fitri
P07524414003
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSIUNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai syarat sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Medan, saya yangbertandatangan di bawah ini :
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikankepada Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage Menggunakan Minyak AromaterapiLavender Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum di Klinik Pratama Tanjung DeliTua, Tahun 2018. Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan HakBebas Royalti Non ekslusifini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan,mengalih media/formatkan. Mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base),merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap tercantumkannama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik HakCipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Medan, Agustus 2018Yang Menyataan
(Andita Sahasrani Fitri)
Nama : Andita Sahasrani Fitri
NIM : P07524414003
Program Studi : D-IV Kebidanan
Jurusan : Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
Kode Responden :
Tanggal :
Jam :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
BB lahir :
Alamat :
STANDART OPERASIONAL PROSEDURPIJAT PUNGGUNG TEKHNIK EFFLEURAGE MENGGUNAKAN MINYAK
LAVENDER
PENGERTIAN :Pijat punggung dengan tekhnik effleurage adalah pijatan yang dilakukan untuk
membantu mempercepat proses produksi ASI dan mengurang nyeri punggung
dengan menggunakan sentuhan jari-jari tangan pada punggung klien secara
perlahan dan lembut dengan menggunakan minyak aroma terapi lavender untuk
menimbulkan efek relaksasi.
TUJUAN1. Merangsang hormon oksitosin
2. Memperlancar sirkulasi darah
3. Menurunkan respon nyeri punggung
4. Menurunkan ketegangan otot
5. Relaksasi
ALAT DAN BAHAN1. Handuk/selimut kecil
2. Minyaklavender
SIKAP DAN PERILAKU
1. Menyapa klien dengan ramah dan sopan.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Menanyakan kesiapan klien.
4. Teruji menjaga privasi klien.
5. Mengawali kegiatan dengan tazmiah dan mengakhiri kegiatan dengan
tahmid.
PROSEDUR KERJA
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
2. Membantu melepaskan pakaian dan BH ibu (memasangkan handuk/selimut
kecil).
3. Mendekatkan alat.
4. Memposisikan ibu berbaring telungkup atau duduk senyaman mungkin.
5. Pastikan bahwa posisi ibu benar-benar sudah nyaman.
6. Memberitahu ibu saat akan memulai tindakan (mintalah ibu untuk
memberitahu jika pijat ante rasa menyakitkan atau membuat ibu tidak
nyaman).
7. Tuangkan minyak lavender ketelapak tangan secukupnya, kemudian
usapkan dan ratakan minyak keseluruh punggung.
8. Gunakan seluruh bagian telapak tangan, dan mulailah memijat dari bagian
bawah punggung mengarah keatas. Selalu pijat kearah atas, dan kemudian
secara perlahan dorong tangan ketepi punggung. Pertahankan kontak
dengan punggung tanpa memberikan tekanan saat menarik tangan kembali
kebawah. Pijatan ini dilakukan sampai tulang kosta kelima-keenam.
Gambar Gerakan Teknik Effleurage(Koestanti, 2008)
9. Ulangi tekhnik ini selama 10-15 menit sambil menambah tekanan dari
ringan sedang untuk memanaskan otot punggung.
10. Merapikan pasien.
11. Membereskan alat.
12. Evaluasi respon ibu.
TEHKNIK
1. Teruji melakukan tindakan dengan sistematis dan berurutan.
2. Teruji tanggap reaksi pasien dan melakukan kontak mata dengan pasien.
3. Teruji percaya diri dan tidak ragu-ragu.
4. Teruji sabar dan teliti
5. Dokumentasi
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
“Pengaruh Pijat Punggung Teknik Effleurage Menggunakan Minyak Aromaterapi
Lavender Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum di Klinik Pratama Tanjung
Deli Tua Tahun 2018”
Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya
bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai berikut saya
akan menandatangani surat persetujuan penelitian
Medan, 2018
Hormat saya sebagai responden
( )
LEMBAR OBSERVASI
Petunjuk
1. Isilah hasil pengukuran ASI jawaban pada kolom yang sudah disediakan(diisi oleh peneliti)
No.
Volume ASI
PengukuranKelompok Kontrol
PengukuranKelompok Intervensi
I
PengukuranKelompok Intervensi
II1. 80 86 90
2. 80 88 100
3. 81 87 118
4. 78 85 110
5. 80 86 100
6. 83 88 105
7. 75 85 118
8. 75 90 1109. 81 87 110
10. 83 85 10011. 75 87 10512. 79 89 10013. 82 88 10014. 79 89 11815. 83 86 110
MASTER TABEL VOLUME ASI PADA SETIAP INTERVENSI
NO.RESPONDEN
KELOMPOKINTERVENSI VOLUME ASI
1. 1 80 ml
2. 1 80 ml
3. 1 81 ml
4. 1 78 ml
5. 1 80 ml
6. 1 83 ml
7. 1 75 ml
8. 1 75 ml
9. 1 81 ml
10. 1 83 ml
11. 1 75 ml
12. 1 79 ml
13. 1 82 ml
14. 1 79 ml
15. 1 83 ml
16. 2 86 ml
17. 2 88 ml
18. 2 87 ml
19. 2 85 ml
20. 2 86 ml
21. 2 88 ml
22. 2 85 ml
23. 2 90 ml
24. 2 87 ml
25. 2 85 ml
26. 2 87 ml
27. 2 89 ml
28. 2 88 ml
29. 2 89 ml
30. 2 90 ml
31. 3 100 ml
32. 3 118 ml
33. 3 110 ml
34. 3 100 ml
35. 3 105 ml
36. 3 118 ml
37. 3 110 ml
38. 3 110 ml
39. 3 100 ml
40. 3 105 ml
41. 3 100 ml
42. 3 100 ml
43. 3 118 ml
44. 3 110 ml
45. 3 110 ml
KETERANGAN :
KELOMPOK INTERVENSI :1. Kontrol2. Pijat Punggung Teknik Effleurage3. Pijat Punggung Teknik Effleurage Menggunakan Minyak Aromaterapi Lavender
1. UJI NORMALITASa. INTERVENSI
Case Processing Summary
INTERVENSI
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VOLUME_ASI Kontrol 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Pijat Tekhnik Effleurage 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Pijat Tekhnik
Effleurage+Minyak
Aromaterapi Lavender
15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Descriptives
INTERVENSI Statistic Std. Error
VOLUME_ASI Kontrol Mean 79.60 .729
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 78.04
Upper Bound 81.16
5% Trimmed Mean 79.67
Median 80.00
Variance 7.971
Std. Deviation 2.823
Minimum 75
Maximum 83
Range 8
Interquartile Range 4
Skewness -.583 .580
Kurtosis -.670 1.121
Pijat Tekhnik
Effleurage
Mean 87.33 .444
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 86.38
Upper Bound 88.28
5% Trimmed Mean 87.31
Median 87.00
Variance 2.952
Std. Deviation 1.718
Minimum 85
Maximum 90
Range 5
Interquartile Range 3
Skewness .083 .580
Kurtosis -1.091 1.121
Pijat Tekhnik
Effleurage+Minyak
Aromaterapi Lavender
Mean 107.60 1.767
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 103.81
Upper Bound 111.39
5% Trimmed Mean 107.44
Median 110.00
Variance 46.829
Std. Deviation 6.843
Minimum 100
Maximum 118
Range 18
Interquartile Range 10
Skewness .312 .580
Kurtosis -1.162 1.121
Tests of Normality
INTERVENSI
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VOLUME_ASI Kontrol .156 15 .200* .888 15 .064
Pijat Tekhnik Effleurage .118 15 .200* .927 15 .250
Pijat Tekhnik
Effleurage+Minyak
Aromaterapi Lavender
.200 15 .109 .849 15 .017
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
VOLUME_ASI
Normal Q-Q Plots
2. UJI ANOVA
Oneway
Descriptives
VOLUME_ASI
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
KONTROL 15 79.60 2.823 .729 78.04 81.16 75 83
PIJAT EFFLEURAGE 15 87.33 1.718 .444 86.38 88.28 85 90
PIJAT
EFFLEURAGE+MINYAK
LAVENDER
15 107.60 6.843 1.767 103.81 111.39 100 118
Total 45 91.51 12.686 1.891 87.70 95.32 75 118
Test of Homogeneity of Variances
VOLUME_ASI
Levene Statistic df1 df2 Sig.
16.239 2 42 .000
ANOVA
VOLUME_ASI
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6272.711 2 3136.356 162.921 .000
Within Groups 808.533 42 19.251
Total 7081.244 44
BIODATA PENELITI
DATA PRIBADI
Nama : Andita Sahasrani Fitri
TTL : Bukittinggi, 02 Maret 1996
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : Ke 1 dari 2 bersaudara
Telepon : 082167759463
Alamat : Dusun Karya, Sriwijaya, Kota Kualasimpang
E-mail : [email protected]
DATA ORANG TUA
Nama Ayah : Zulfahmi
Nama Ibu : Wirmaria
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD 050656 STABAT : 2002-20082. SMP NEGERI 1 STABAT : 2008-20113. SMA NEGERI 1 WAMPU : 2011-20144. D-IV KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN : 2014-2018