SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

95
SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK di TK ABA FORSIMAT TEKO DESA BONTOKORAANG KEP. SELAYAR Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana pada Bidang Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini OLEH AYU WANDIRA BURHANUDDIN 105450003415 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Transcript of SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Page 1: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

SKRIPSI

PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK di TK ABA

FORSIMAT TEKO DESA BONTOKORAANG KEP. SELAYAR

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar Sarjana pada

Bidang Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH

AYU WANDIRA BURHANUDDIN

105450003415

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

Page 2: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

vii

MOTTO

Moto :

Bekerja keras, bersikap baik, dan senantiasa berbahagia.

Tinggalkan sesuatu yang dapat

merugikan. Fokuslah pada tujuan agar

tenaga dan pikiran tidak terbuang sia-

sia.

Tidak S1 tidak menikah

Ayu Wandira Burhanuddin

Pereruntukkan:

Kuperuntukkan karya ini buat kedua

orangtuaku, yang merawatku sejak

kecil, saudaraku, dan sahabatku, atas

keikhlasan dan doanya dalam

mendukung peneliti sehingga mampu

mewujudkan harapan.

Page 3: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

ABSTRAK

Ayu Wandira Burhauddin. Pengaruh metode multisensori dalam meningkatkan

kemampuan membaca permulaan pada anak di TK ABA Forsimat Desa

Bontokoraang Kep. Selayar . Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak

Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar. Pembimbing I Andi Adam dan pembimbing II Indra Jauharini Amry.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu pengaruh metode multisensory

dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak di TK Aba

Forsimat Teko Desa Bontokoraang Kep. Selayar?

Tujuan masalah untuk mengetahui pengaruh metode multisensory

terhadap kemampuan membaca permulaan pada anak di TK Aba Forsimat Teko

Desa bentokoraang Kep. Selayar.

Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen, dengan desain penelitian

pretest dan posttest one group design. Teknik pengumpulan datanya dilakukan

melalui observasi dan test. Sampel penelitiannya terdiri dari 15 anak didik. Data

analisis deskriptif dan analisis inferensial Wilcoxon dengan bantuan SPSS 22.0

for windows.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan dengan menggunakan metode multisensori sebelum

diberikan perlakuan kecendurungan berada pada kategori rendah dan setelah

diberi perlakuan terjadi peningkatan dimana dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan anak dengan menggunakan metode multisensori berada pada

kategori sedang dan tinggi. Analisis inferensialnya menunjukkan ada pengaruh

metode multisensori terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada

anak.

Kata Kunci: metode multisensori, membaca permulaan, anak didik

Page 4: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan

yang paling pesat, baik fisik maupun mental” (Suyanto, 2015:5). Maka

tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di

mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat.

“Penyelenggaraan sekolah Taman Kanak – kanak (TK) berfokus pada

peletakan dasar – dasar pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan

daya cipta sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak” (Megawangi,

2015:82). Maka sebaiknya pendidikan Taman Kanak – kanak (TK) janganlah

dianggap sebagai pelengkap saja, karena kedudukannya sama penting dengan

pendidikan yang diberikan jauh di atasnya.

“Pentingnya mengenyam pendidikan TK juga ditunjukkan melalui

hasil penelitian terhadap anak – anak dari golongan ekonomi lemah yang

diketahui kurang memperoleh rangsangan mental selama masa prasekolah,

ternyata pendidikan selama 10 tahun berikutnya tidak memberi hasil yang

memuaskan” (Adiningsih, 2014:28). “Beberapa tahun belakangan ini pun,

banyak sekolah dasar, terutama sekolah dasar favorit yang memberikan

beberapa persyaratan masuk pada calon siswanya. Sekolah ini mengadakan

1

Page 5: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

2

tes psikologi dan mensyaratkan anak sudah harus bisa membaca” (Andriani,

2015:5).

Dampaknya, orangtua pun meyakini bahwa sebelum masuk sekolah

dasar, putra – putrinya harus menguasai ketrampilan tertentu. Akhirnya

mereka merasa pendidikan TK merupakan suatu prasyarat masuk sekolah

dasar. Di satu sisi, membacabukanlah tujuan yang sebenarnya dari

penyelenggaraan pendidikan TK, namun di sisi lain hal ini justru menambah

daftar alasan mengapa belajar membaca sejak TK itu penting.

Corak pendidikan yang diberikan di TK menekankan pada esensi

bermain bagi anak – anak, dengan memberikan metode yang sebagian besar

menggunakan sistem bermain sambil belajar. “Materi yang diberikan pun

bervariasi, termasuk menjadikan anak siap belajar (ready to learn), yaitu siap

belajar berhitung, membaca, dan menulis” (Suyanto, 2015:7). Mempersiapkan

anak untuk belajar di usia ini diharapkan dapatmemberi hasil yang baik,

karena menurut Montessori (Hainstock, 2014:103) “di usia 3,5 – 4,5 tahun

anak lebih mudah belajar menulis, dan di usia 4 – 5 tahun anak lebih mudah

membaca dan mengerti angka”. (Doman, 2015:13) juga mendukung

pernyataan ini, “karena menurutnya waktu terbaik untuk belajar membaca kira

– kira bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka belajar

anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun”. Maka dapat disimpulkan

bahwa pengajaran membaca (baik itu sebatas pengenalan huruf atau suku

kata) sejak usia Taman Kanak – kanak atau bahkan sejak usia 3 tahun

Page 6: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

3

bukanlah sesuatuyang aneh atau tidak boleh dilakukan, karena yang terpenting

adalah pengemasan materi serta metode yang digunakan.

Membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu

pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). “Mengajarkan membaca

pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi

teknik bagaimana cara mengekplorasi “dunia” mana pun yang dia pilih dan

memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya” (Bowman,

1991:265). Pada tahun 1994, Neil Harvey, Ph.D. dalam bukunya “Kids Who

Start Ahead, Stay Ahead” melaporkan apa yang terjadi pada 314 anak usia

prasekolah (0 – 4 tahun) yang telah diajarkan membaca, matematika, kegiatan

fisik, aktivitas sosial, dan berbagai pengetahuan umum lainnya. “Hampir 35%

dari anak – anak ini, di sekolah dikategorikan sebagai anak berbakat yang

unggul dengan sangat meyakinkan dalam berbagai bidang (Doman, 2015:51).

Penelitian di negara maju pun menunjukkan sebaliknya, bahwa lebih dari 10%

murid sekolah mengalami kesulitan membaca, yang kemudian menjadi

penyebab utama kegagalan di sekolah” (Yusuf, 2014:69).

Melihat dampak yang akan dihasilkan dari kegagalan pengajaran

membaca, dirasakan bahwa kemampuan membaca perlu dirangsang sejak

dini. Namun, membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah.

“Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam

membaca. Secara umum, faktor – faktor tersebut datang dari guru, anak,

kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta metode pelajaran” (Sugiarto,

Page 7: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

4

2014:45). Faktor – faktor tersebut terkait dengan jalannya proses belajar

membaca, dan jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi

keberhasilan membaca pada anak.

“Anak harus menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik

untuk bisa belajar membaca dengan fasih. Kemampuan membaca anak

tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara,

bunyi, dan symbol yang diminta” (Grainger, 2014:174). Kemampuan

memetakan bunyi ke dalam simbol juga akan menentukan kemampuan anak

dalam menulis dan mengeja. Dengan memperhatikan kemampuan yang

dibutuhkan anak dalam belajar membaca, selanjutnya diperlukan kerjasama

komponen – komponen lain dalam proses membaca. Guru atau orangtua dapat

membimbing anak lebih baik, dan mempersiapkan materi serta metode yang

tepat untuk memberi pengajaran membaca pada anak.

Seperti yang dinyatakan (Ross, 2014:99) bahwa “suatu metode belajar

belum tentu efektif untuk semua anak karena setiap anak mempunyai cara

sendiri untuk belajar. Ada anak yang memiliki tipe belajar visual learners,

auditory learners, kinesthetic learners, atau kombinasi. Ada metode khusus

untuk mempercepat kemampuan membaca anak prasekolah, namun sebaiknya

apapun metode yang digunakan sebaiknya memperhatikan kebutuhan dan

gaya belajar anak”.

Di Indonesia, materi yang diajarkan di taman kanak-kanak memuat

program kegiatan belajar di Taman Kanak – kanak yang mencakup tiga

Page 8: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

5

bidang pengembangan, yaitu pengembangan moral dan nilai agama,

pengembangan sosial dan emosional, serta pengembangan kemampuan dasar,

antara lain: pengembangan berbahasa, kognitif, fisik, dan akademik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala TK Aba Forsimat Teko

Kep. Selayar, di sekolah setiap harinya kegiatan anak terpusat pada 3 area

yang telah ditentukan guru sebelumnya. Anak diberi kesempatan untuk

memilih area kegiatan apa yang ingin dilakukannya terlebih dahulu, hal ini

sesuai dengan pendapat prinsip belajar trial and error, bahwa anak – anak

mengerti dunianya dengan mencoba dan membuat kesalahan, maka akhirnya

mereka mendapat pemahaman baru. Namun berdasarkan data yang ditemukan

di lapangan, kurikulum ini memiliki beberapa kendala teknis yang bersumber

dari segi materi.

Kepala TK Aba Forsimat Teko Kep. Selayar juga menyatakan bahwa

kelemahan dari mengajar antara lain adalah ketersediaan alat peraga. Alat

peraga yang jumlahnya juga harus disesuaikan dengan jumlah anak dalam

kelas, sementara berdasarkan hasil observasi dan wawancara, alat yang

tersedia saat ini sangat jauh dari cukup. Kondisi ini menuntut guru untuk

berkreasi mengembangkan sendiri suasana belajar di dalam kelas agar tetap

menyenangkan bagi anak. Namun demikian kendala tetap saja terjadi karena

banyak anak yang menjadi bosan dan kehilangan konsentrasi. Akibatnya,

hanya sekitar 20% dari jumlah anak dalam kelas yang mampu menyelesaikan

tugas dan menguasai ketiga area kegiatan setiap harinya. “Dalam hal baca

Page 9: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

6

tulis, lemahnya daya konsentrasi anak akan berpengaruh terhadap kemampuan

membaca pada anak karena atensi dan motivasi perlu ditumbuhkan untuk

mengembangkan kemampuan membaca” (Dardjowidjojo, 2015:115). Selain

itu, di kelas pun tidak ditemukan huruf – huruf yang ditempel atau gambar –

gambar disertai tulisan di bawahnya, yang sebenarnya dapat memberi

rangsangan awal bagi anak dalam hal baca dan tulis.

Kurangnya kesempatan siswa dalam bereksplorasi dikarenakan

ketersediaan alat peraga yang sangat terbatas. Akibatnya, menurut keterangan

beberapa orangtua, anak – anak lebih mudah menangkap pelajaran membaca

yang diberikan di rumah karena alat – alat peraga yang disediakan orangtua di

rumah.

“Sistem pendidikan bagi anak – anak yang mengalami kesulitan

membaca telah mengembangkan suatu program remedial membaca yang salah

satunya menggunakan metode multisensory” (Yusuf, 2014:69). Pendekatan

multisensori mendasarkan pada asumsi bahwa anak akan belajar lebih baik

jika materi pelajaran disajikan dalam berbagai modalitas. Modalitas yang

sering dilibatkan adalah visual (penglihatan), auditory (pendengaran),

kinesthetic (gerakan), dan tactile (perabaan), yang sering disebut VAKT.

Proses membaca melibatkan ketrampilan diskriminasi visual dan

suara, proses perhatian, dan memori. Grainger, 2014:180 menyebutkan bahwa

“anak disleksia pada umumnya memiliki kelemahan umum dalam kapasitas

memori jangka pendek, karenanya metode multisensori dirancang secara

Page 10: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

7

remedial sehingga memungkinkan mereka mendapatkan latihan yang cukup

dalam mengingat memori – memori verbal”. Jika diterapkan pada anak – anak

normal, proses remedial juga akan mengasah kemampuan anak dalam

membaca dengan memperbanyak latihan sehingga kata yang baru lebih cepat

dikuasai baik dari segi penulisan (ortografis) maupun pengucapan (fonemis).

Metode multisensori menekankan pengajaran membaca melalui

prinsip VAKT, dengan melibatkan beberapa modalitas alat indera. Dengan

melibatkan beberapa modalitas alat indera, proses belajar diharapkan mampu

memberikan hasil yang sama bagi anak – anak dengan tipe pembelajaran yang

berbeda – beda. Pendekatan yang sesuai dengan tipe pembelajaran anak akan

memberi lebih banyak kesempatan bagi anak untuk menggali kemampuan dan

potensinya, sesuai prinsip KBK yang saat ini belum diterapkan secara

optimal.

Prinsip VAKT dalam praktiknya diterapkan dengan menggunakan alat

bantu, yang mewakili fungsi dari masing – masing alat indera yang ada.

Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan

mampu membantu proses belajar. Seperti disampaikan oleh Hamalik (Arsyad,

2015:16), bahwa “pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi,

memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh –

pengaruh psikologis pada siswa. Media akan dapat menarik minat anak dan

akhirnya berkonsentrasi untuk belajar dan memahami pelajaran”.

Page 11: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

8

Berdasarkan uraian di atas, metode multisensori yang umumnya

digunakan sebagai program pengajaran membaca untuk anak – anak disleksia

ini belum diterapkan di sekolah formal. Sementara jika melihat prinsip –

prinsip penerapannya, metode ini memiliki beberapa kelebihan dalam

memperbaiki dan mempercepat proses membaca. Maka peneliti ingin

mengetahui sejauh mana pengaruh metode ini jika diterapkan pada anak –

anak di sekolah formal, sekaligus memberi anak – anak ini kesempatan untuk

mengembangkan kemampuan membacanya secara optimal sesuai minat dan

usianya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah pengaruh metode multisensory terhadap kemampuan

membaca permulaan pada anak di TK Aba Forsimat Teko Desa Bontokoraang

Kep. Selayar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah untuk mengetahui

pengaruh metode multisensori terhadap kemampuan membaca permulaan

pada anak di TK.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

referensi dibidang psikologi perkembangan, terutama perkembangan pada

Page 12: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

9

masa awal anak – anak; dan psikologi pendidikan, terutama bagi

pendidikan anak usia dini.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

a. Anak didik Taman Kanak – kanak, untuk meningkatkan kemampuan

membaca sejak dini.

b. Bagi guru khususnya dan para praktisi pendidikan pada umumnya,

sebagai referensi bahwa dalam mengajar membaca, penting untuk

memperhatikan anak secara spesifik berdasarkan kemampuan dan tipe

belajar mereka.

c. Bagi sekolah

Bagi sekolah dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

inovasi pembelajaran guna mengoptimalkan ketercapaian tujuan

proses pembelajaran.

d. Bagi peneliti

Bagi peneliti menjadi sarana pengembangan wawasan

mengenai metode multisensori serta penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan motivasi peneliti untuk terus belajar dan menambah

wawasan serta pengalaman dalam mendidik.

Page 13: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemampuan Membaca Permulaan

Salah satu prinsip perkembangan menyatakan bahwa perkembangan

merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Proses kematangan adalah

terbukanya karakteristik yang secara potensial ada pada individu dan berasal

dari warisan genetik. Beberapa proses belajar berasal dari latihan atau

pengulangan suatu tindakan yang nantinya menimbulkan perubahan dalam

perilaku. Hurlock, 2014:28-29 menyebutkan bahwa “kematangan menentukan

siap atau tidaknya seseorang untuk belajar, karena betapapun banyaknya

rangsangan yang diterima anak, mereka tidak dapat belajar dan menghasilkan

perubahan perilaku sampai mereka dinyatakan siap menurut taraf

perkembangannya”. Havighurst (Hurlock, 2014:30) menamakan kondisi

kesiapan belajar yang ditentukan oleh kematangan ini sebagai teachable

moment, atau saat yang tepat bagi anak untuk “diajar”.

Menurut Montessori (Hainstock, 2014:103), “masa peka anak untuk

belajar membaca dan berhitung berada di usia 4 – 5 tahun, karena di usia ini

anak lebih mudah membaca dan mengerti angka”. Doman (2015:44)

menyarankan “sebaiknya anak mulai belajar membaca di periode usia 1

hingga 5 tahun. Menurutnya, pada masa ini otak anak bagaikan pintu yang

terbuka untuk semua informasi, dan anak bisa belajar membaca dengan

10

Page 14: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

11

mudah dan alamiah”. Namun menurut Dardjowidjojo (2014:301), “dari segi

neurologis pada usia 1 tahun otak baru berkembang 60% dari otak orang

dewasa. Di usia ini anak belum dapat mengidentifikasi letak garis lurus dan

setengah lingkaran apalagi kombinasinya, maka anak belum mungkin belajar

membaca”.

Kemudian menyebutkan bahwa membaca hanya dapat dilakukan

ketika anak sudah memenuhi prasyarat – prasyarat tertentu untuk berbicara.

Prasyarat ini antara lain: menguasai sistem fonologis (bunyi), sintaksis

(struktur kalimat), dan kemampuan semantik (kaitan makna antar kata).

Sementara menurut Grainger (2014:185) “kesiapan untuk memulai pengajaran

membaca tergantung pada kesadaran fonemis. Istilah ini meliputi banyak

aspek kepekaan anak terhadap struktur bunyi kata lisan, menentukan

kemampuan memetakan bunyi ke simbol yang penting untuk membaca,

menulis, dan mengeja. Faktor ini pula yang nantinya menjadi dasar untuk

membedakan kemampuan membaca pada anak normal dan pembaca lemah”.

Pernyataan di atas memberi makna bahwa kematangan sangat

berperan dalam menentukan waktu yang tepat hingga anak dinyatakan siap

untuk belajar membaca. Anak yang berada pada masa peka untuk belajar

membaca akan dengan mudah menerima dan menanggapi rangsangan yang

diberikan padanya dalam bentuk huruf, suku kata, kata, atau kalimat. Anak

pun akan cepat memberi respon tiap kali stimulus yang sama muncul, dan

sebagai hasilnya anak akan menunjukkan perubahan perilaku sebagai

Page 15: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

12

indikator keberhasilan proses belajarnya, yang dalam hal ini berarti anak

menguasai kemampuan – kemampuan yang diperlukan dalam membaca.

1. Pengertian kemampuan membaca permulaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:72), “kemampuan”

berarti kesanggupan atau kecakapan. “Membaca” berarti melihat serta

memahami isi dari apa yang tertulis, atau mengeja dan melafalkan apa

yang tertulis. Petty dan Jensen (Ampuni, 2015:16) menyebutkan bahwa

“definisi membaca memliki beberapa prinsip, di antaranya membaca

merupakan interpretasi simbol – simbol yang berupa tulisan, dan bahwa

membaca adalah mentransfer ide yang disampaikan oleh penulis bacaan”.

Maka dengan kata lain membaca merupakan aktivitas sejumlah kerja

kognitif termasuk persepsi dan rekognisi.

Terdapat beberapa tahap dalam proses belajar membaca. Initial

reading(membaca permulaan) merupakan tahap kedua dalam membaca.

Menurut Mercer (Abdurrahman, 2015:201) “tahap ini ditandai dengan

penguasaan kode alfabetik, di mana anak hanya sebatas membaca huruf

per huruf atau membaca secara teknis”. (Chall dalam Ayriza, 2015:20)

Membaca secara teknis juga mengandung makna bahwa dalam tahap ini

anak belajar mengenal fonem dan menggabungkan (blending) fonem

menjadi suku kata atau kata. Kemampuan membaca ini berbeda dengan

kemampuan membaca secara formal (membaca pemahaman), di mana

seseorang telah memahami makna suatu bacaan. Tidak ada rentang usia

Page 16: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

13

yang mendasari pembagian tahapan dalam proses membaca, karena hal ini

tergantung pada tugas – tugas yang harus dikuasai pembaca pada tahapan

tertentu.

Menurut Chaer (2014:204), huruf konsonan yang harus dapat

dilafalkan dengan benar untuk membaca permulaan adalah b, d, k, l, m, p,

s, dan t. Huruf – huruf ini, ditambah dengan huruf – huruf vokal akan

digunakan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan, sehingga

menjadi a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan u.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian

kemampuan membaca permulaan mengacu pada kecakapan (ability) yang

harus dikuasai pembaca yang berada dalam tahap membaca permulaan.

Kecakapan yang dimaksud adalah penguasan kode alfabetik, di mana

pembaca hanya sebatas membaca huruf per huruf, mengenal fonem, dan

menggabungkan fonem menjadi suku kata atau kata.

2. Tujuan umum pengajaran membaca permulaan

Pengajaran membaca permulaan, menurut Soejono (Lestary, 2014:12)

memiliki tujuan yang memuat hal – hal yang harus dikuasai anak secara

umum, yaitu :

a. Mengenalkan siswa pada huruf – huruf dalam abjad sebagai tanda

suara atau tanda bunyi.

b. Melatih ketrampilan siswa untuk mengubah huruf – huruf dalam kata

menjadi suara.

Page 17: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

14

c. Pengetahuan huruf –huruf dalam abjad dan ketrampilan menyuarakan

wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika siswa

belajar membaca lanjut.

3. Tahapan proses belajar membaca

Menurut Grainger (2014:185) menyebutkan adanya tiga tahapan dalam

proses membaca. Tahap prabaca dapat dilihat dari kesiapan anak untuk

memulai pengajaran formal dan tergantung pada kesadaran fonemis anak.

Anak yang dinyatakan siap (biasanya pada anak – anak yang baru

memasuki usia prasekolah) kemudian akan melalui tahap pertama dalam

proses membaca.

Tahap pertama adalah tahap logografis, anak – anak taman kanak –

kanak atau awal kelas 1 menebak kata – kata berdasarkan satu atau

sekelompok kecil huruf sehingga tingkat diskriminasi sangat buruk.

Kemudian setelah mendapat pengajaran, diskriminasi menjadi lebih baik.

Anak dapat membedakan kata yang sudah dan belum dikenal, namun

mereka belum dapat membaca kata – kata yang belum dikenal. Strategi

membaca awal pada tahap logografis secara umum tidak bersifat

fonologis, tetapi lebih bersifat pendekatan global atau visual di mana

pembaca awal mencoba mengidentifikasi kata secara keseluruhan

berdasarkan ciri – ciri yang bisa dikenali.

Tahap kedua adalah tahap alfabetis, pada tahap ini pembaca awal

memperoleh lebih banyak pengetahuan tentang bagaimana membagi kata-

Page 18: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

15

kata ke dalam fonem-fonem dan bagaimana merepresentasikan bunyi-

bunyi yang mereka baca dan eja dengan ortografi alfabet. Tahap ketiga

dilalui ketika anak sudah lancar dalam proses dekoding. Anak pada tahap

ini mampu memecahkan kata – kata yang beraturan dan tak beraturan

dengan menggunakan konteks. Biasanya tahap ini berlangsung ketika

anak berada pada pertengahan sampai akhir kelas 3 dan kelas 4 sekolah

dasar.

Chall(Ayriza, 2015:20) menyatakan bahwa tahap pertama membaca

adalah tahap membaca permulaan yang ditandai dengan penguasaan kode

alfabetik. Tahap kedua adalah tahap membaca lanjut di mana pembaca

mengerti arti bacaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak – anak

umumnya sebagai pembaca awal berada pada tahap membaca permulaan.

Lebih khususnya, anak – anak berada pada tahap pertama dan kedua

dalam proses membaca, yaitu tahap logografis dan alfabetis. Pembagian

tahapan ini berdasarkan kemampuan yang harus dikuasai anak, yaitu

penguasaan kode alfabetik yang hanya memungkinkan anak untuk

membaca secara teknis, belum sampai memahami bacaan seperti pada

tahap membaca lanjut.

Pengajaran membaca permulaan di taman kanak – kanak umumnya

sudah dimulai sejak awal tahun pertama. Anak – anak diberi stimulasi

berupa pengenalan huruf – huruf dalam alfabet. Praktik ini langsung

Page 19: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

16

disandingkan dengan ketrampilan menulis, di mana anak diminta

mengenal bentuk dan arah garis ketika menulis huruf. Metode belajar

membaca di taman kanak - kanak biasanya mendapat hambatan dalam

penerapannya. Metode ini diberikan sama pada setiap anak, dan materi

ajaran umumnya hanya berasal dari buku penunjang. Jika melihat

perbedaan anak dalam gaya belajar, hal ini akan kurang memberi hasil

yang optimal. Penanganan secara individual di kelas saat belajar membaca

tidaklah dimungkinkan, karena ketersediaan tenaga guru yang terbatas.

Untuk mengatasinya guru pun membagi anak dalam kelompok –

kelompok kecil setiap harinya.

Dalam hal baca tulis, siswa kelas A (nol kecil) sudah mendapatkan

rangsangan berupa huruf abjad sejak minggu kedua mereka bersekolah.

Praktek selanjutnya adalah mengenal bentuk dengan belajar menulis huruf

dengan menebalkan garis atau meniru tulisan guru di buku kotak – kotak.

Praktek ini bisa jadi memang membuat anak mampu menulis atau

memegang pensil, tapi anak tidak tahu apa yang ia tulis karena ia hanya

sekedar mengikuti pola yang ada.

4. Metode pengajaran membaca

Abdurrahman (2015:214) mengemukakan adanya 2 kelompok metode

pengajaran membaca, yaitu pengajaran membaca bagi anak pada

umumnya dan metode pengajaran membaca khusus bagi anak berkesulitan

belajar.

Page 20: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

17

a. Metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya, antara lain:

1) Metode membaca dasar.

Metode membaca dasar pada umumnya menggunakan

pendekatan eklektik yang menggabungkan berbagai prosedur

untuk mengajarkan kesiapan, perbendaharaan kata, mengenal kata,

pemahaman, dan kesenangan membaca. Metode ini umumnya

dilengkapi rangkaian buku yang disusun dari taraf sederhana

hingga taraf yang lebih sukar, sesuai dengan kemampuan atau

tingkat kelas anak – anak.

2) Metode fonik.

Metode fonik menekankan pada pengenalan kata melalui

proses mendengarkan bunyi huruf. Pada mulanya anak diajak

mengenal bunyi –bunyi huruf, kemudian mensintesiskannya

menjadi suku kata dan kata. Bunyi huruf dikenalkan dengan

mengaitkannya dengan kata benda, misanya huruf “a” dengan

gambar “ayam”. Dengan demikian, metode ini lebih bersifat

sintesis daripada analitis.

3) Metode linguistik.

Metode linguistik didasarkan atas pandangan bahwa membaca

adalah proses memecahkan kode atau sandi yang berbentuk tulisan

menjadi bunyi yang sesuai dengan percakapan. Anak diberikan

suatu bentuk kata yang terdiri dari konsonan – vokal atau

Page 21: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

18

konsonan – vokal – konsonan, seperti “bapak” atau “lampu”.

Kemudian anak diajak memecahkan kode tulisan itu menjadi bunyi

percakapan. Dengan demikian, metode ini lebih bersifatnanalitik

daripada sintetik.

4) Metode alfabetik.

Metode ini menggunakan dua langkah, yaitu memperkenalkan

kepada anak berbagai huruf alfabetik dan kemudian merangkaikan

huruf – huruf tersebut menjadi suku kata, kata, dan kalimat.

5. Kemampuan membaca anak taman kanak – kanak

Anak prasekolah adalah anak berusia 3 – 6 tahun. Biasanya mengikuti

program prasekolah atau kindergarten (Biechler dan Snowman, dalam

Patmonodewo, 2015:19). Di Indonesia, sistem Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) melibatkan anak berusia 0 – 8 tahun. Pendidikan yang diberikan

pada anak di rentang usia tersebut dibagi berdasarkan sumbernya. Anak

berusia 0 – 2 tahun mendapat pendidikan dari lingkup nonformal, yaitu

keluarga; anak berusia 2 – 6 tahun mendapat pendidikan anak usia dini

(kelompok bermain) dan taman kanak – kanak (TK); sementara anak usia

7 – 8 tahun mendapat pendidikan Sekolah Dasar (SD) kelas 1 dan 2

(Suyanto, 2015:1).

Anak yang duduk di bangku TK umumnya berusia 4 – 5 tahun.

Menurut Piaget (Santrock, 2014:45), “anak berada pada tahap

perkembangan kognitif praoperasional yang berlangsung antara usia 2 – 7

Page 22: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

19

tahun. Pada tahap ini, anak – anak mulai melukiskan dunia dengan gambar

– gambar”. Pemikiran simbolis melampaui hubungan sederhana antara

informasi inderawi dan tindakan fisik. Akan tetapi, meskipun anak – anak

prasekolah mampu melukiskan dunia secara simbolik, namun mereka

masih belum mampu melaksanakan apa yang disebut Piaget sebagai

“operasi (operations)”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan dan

memungkinkan anak melakukan secara mental sesuatu yang sebelumnya

dilakukan secara fisik. Selanjutnya menurut Piaget (Chaer, 2014:106)

menyatakan bahwa “dalam subtahap pemikiran simbolik tahap

praoperasional, anak melambangkan suatu benda dengan benda lain. Anak

dapat melakukan peniruan yang ditunda, di mana peniruan dilakukan

setelah benda atau objek yang ditiru sudah tidak ada”. Jadi, peniruan yang

dilakukan tanpa kehadiran benda aslinya tersebut merupakan salah satu

jenis simbolisasi atau bayangan mental (kemampuan akal).

Bahasa terdiri dari berbagai simbol yang dapat terungkap secara lisan

maupun tulisan. Pemerolehan bahasa terjadi pada subtahap pemikiran

simbolik tahap praoperasional tersebut, sehingga menurut Piaget, bahasa

merupakan hasil dari perkembangan intelektual secara keseluruhan dan

sebagai bagian dari kerangka fungsi simbolik.

Bahasa berkaitan erat dengan perkembangan kognisi anak, terutama

dalam hal kemampuan berpikir. Menurut Lev Vygotsky (Santrock,

2014:241) mengemukakan “hubungan antara bahasa dan pemikiran,

Page 23: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

20

bahwa meskipun dua hal tersebut awalnya berkembang sendiri – sendiri,

tetapi pada akhirnya bersatu. Prinsip yang mempengaruhi penyatuan itu

adalah pertama, semua fungsi mental memiliki asal – usul eksternal atau

social”. Anak – anak harus menggunakan bahasa dan menggunakannya

pada orang lain sebelum berfokus dalam proses mental mereka sendiri.

Kedua, anak – anak harus berkomunikasi secara eksternal menggunakan

bahasa selama periode yang lama sebelum transisi kemampuan bicara

eksternal ke internal berlangsung. Jadi, anak perlu belajar bahasa untuk

mengasah ketrampilan mereka dalam melakukan proses mental seperti

berpikir dan memecahkan masalah, karena bahasa merupakan alat

berpikir. Demikian pula dengan membaca, yang merupakan salah satu

komponen bahasa yang perlu dipelajari sejak dini.

Salah satu teori membaca yang amat berpengaruh adalah teori rute

ganda (Grainger, 2014:190). Teori rute ganda menjelaskan mekanisme

yang terjadi pada pembaca awal dalam mencoba mengatasi kata–kata yang

belum dikenal. Pembaca awal akan melalui dua rute yang akan

menentukan suatu kata akan dikenali (berhasil dibaca) atau tidak. Rute

pertama (rute visual), merupakan rute pengenalan yang tergantung pada

pendekatan mencocokkan pola visual, di mana anak–anak menatap jalinan

huruf cetak dan membandingkan pola itu dengan simpanan kata–kata yang

telah mereka kenal dan pelajari sebelumnya. Rute kedua (rute fonologis),

pembaca mengubah simbol (huruf) menjadi bunyi. Rute kedua mungkin

Page 24: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

21

hanya digunakan bila rute pertama gagal. Pembaca lemah sebagaimana

pembaca awal menggunakan metode rute visual, namun mereka berbeda

dalam hal kesadaran fonemis, karena anak – anak normal memiliki

kesadaran fonemis yang memungkinkan mereka memanfaatkan asosiasi

bunyi – simbol dan kemampuan memetakan bunyi ke dalam kata

berdasarkan konsep mereka tentang bentuk huruf yang benar.

Maka dapat disimpulkan bahwa anak–anak usia Taman Kanak–kanak

memiliki potensi yang terpendam untuk menjadi pembaca yang baik.

Tahap perkembangan yang memungkinkan mereka mengerti simbol–

simbol dalam bahasa memberi kesempatan untuk cepat belajar dan

mengasah ketajaman berpikir. Selain itu, anak–anak sebagai pembaca

awal umumnya memiliki kesadaran fonemis yang cukup baik dan sangat

berguna dalam proses membaca. Karena itu, diperlukan adanya pemilihan

metode yang tepat dengan harapan anak dapat belajar membaca dengan

efektif, memanfaatkan segala potensinya dan merasa nyaman dalam

belajar menggunakan metode yang memperhatikan kebutuhan belajar

mereka.

B. Metode Multisensori

1. Pengertian Metode Multisensori

Multisensori terdiri dari dua kata yaitu multi dan sensori. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:123), kata “multi” artinyabanyak

Page 25: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

22

atau lebih dari satu atau dua, sedangkan “sensori” artinya panca indera.

Maka gabungan kedua kata ini berarti lebih dari satu panca indera.

Yusuf (2014:95) menyatakan, pendekatan multisensori mendasarkan

pada asumsi bahwa anak akan dapat belajar dengan baik apabila materi

pengajaran disajikan dalam berbagai modalitas alat indera. Modalitas yang

dipakai adalah visual, auditoris, kinestetik, dan taktil, atau disingkat

dengan VAKT. Pendekatan membaca multisensori meliputi kegiatan

menelusuri (perabaan), mendengarkan (auditoris), menulis (gerakan), dan

melihat (visual). Untuk itu, pelaksanaan metode ini membutuhkan alat

bantu (media) seperti kartu huruf, cat, pasir, huruf timbul, dan alat bantu

lain yang sifatnya dapat diraba (konkret).

2. Tahapan belajar membaca menggunakan metode multisensory

Yusuf (2014:95) menyebutkan adanya 2 metode multisensori, yaitu

yang dikembangkan oleh Fernald dan Gillingham. Perbedaan keduanya

adalah, pada metode Fernald, anak belajar kata sebagai pola yang utuh

sehingga akan memperkuat ingatan dan visualisasi; sedangkan metode

Gillingham menekankan pada teknik meniru bentuk huruf satu per satu

secara individual.

Metode Gillingham – Stillman merupakan “suatu metode yang

terstruktur dan berorientasi pada kaitan bunyi dan huruf, di mana setiap

huruf dipelajari secara multisensoris. Metode ini digunakan untuk tingkat

yang lebih tinggi dan bersifat sintesis, di mana kata diurai menjadi unit

Page 26: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

23

yang lebih kecil untuk dipelajari, lalu digabungkan kembali menjadi kata

yang utuh”.

Langkah – langkah pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut (Yusuf,

2014:95):

a. Kartu ditunjukkan pada anak, guru mengucapkan huruf dalam kartu,

anak mengulang berkali – kali. Jika anak dirasa sudah mampu

mengingat, guru menyebutkan huruf dan anak mengulangnya.

b. Guru mengucapkan bunyi sambil bertanya huruf apa yang dibunyikan.

Tahap ini dilakukan tanpa menunjukkan kartu huruf.

c. Secara perlahan guru menulis dan menjelaskan bentuk huruf, anak

menelusuri dengan jari dan menyalinnya.

d. Guru meminta anak menuliskan huruf yang sudah dipelajari.

Pada dasarnya metode membaca dibagi dalam dua jenis, yaitu

sintesis dan analitis. Metode sintesis menyajikan kata yang diurai

menjadi bagian yang lebih kecil, sementara metode analitis mengajari

anak kata dalam bentuk yang utuh, baru kemudian mengurainya

menjadi komponen – komponen. Metode Fernald bukan termasuk

metode analitis, karena tidak berusaha mengajari anak mengurai kata

menjadi bagian – bagian, namun metode ini dianggap lebih analitis

daripada metode Gillingham karena memulai pengajaran dengan kata

yang utuh (Myers, 2014:279).

Page 27: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

24

Berdasarkan beberapakeunggulan metode Fernald dalam uraian di

atas, peneliti pun memutuskan untuk mengadaptasi metode

multisensori Fernald dalam penelitian yang akan dilakukan. Peneliti

melakukan beberapa modifikasi dalam metode multisensori ini dengan

memperhatikan tingkat usia dan pendidikan subjek, ketersediaan

waktu, serta tingkat kemampuan membaca yang ingin dicapai sesuai

dengan tujuan penelitian ini.

C. Pengaruh Metode Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan

Membaca Permulaan

Indera yang kita miliki dapat disamakan sebagai jendela terhadap

dunia luar. Indera pulalah yang menangkap informasi melalui proses yang

disebut dengan penginderaan (sensasi). “Masukan yang diterima oleh indera

secara luar biasa akan diteruskan dan diubah sehingga kita dapat menghayati

dunia luar. Proses mengorganisir dan menggabungkan data – data indera

(hasil penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita

dapat menyadari dan mengerti sekeliling termasuk diri kita sendiri inilah yang

disebut dengan persepsi” (Davidoff, 2015:232). Dengan kata lain, persepsi

merupakan pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus yang

diindera sehingga menjadi sesuatu yang berarti. Persepsi merupakan respon

yang terintegrasi (integrated) dalam diri individu yang dapat dikemukakan

karena adanya perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu yang

Page 28: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

25

berbeda – beda. “Maka dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi

akan berbeda pula antara individu satu dan lainnya karena persepsi bersifat

individual” (Walgito, 2015:70).

Proses terjadinya persepsi diawali ketika stimulus mengenai alat

indera dan kemudian akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini

disebut sebagai proses fisiologis dalam persepsi. Selanjutnya, otak sebagai

pusat kesadaran akan mengolah informasi sehingga individu menyadari apa

yang dilihat, didengar, atau diraba. Proses di dalam pusat kesadaran inilah

yang disebut proses psikologis. Fase terakhir dalam persepsi selanjutnya

adalah individu menyadari apa yang diinderanya yang kemudian akan

menghasilkan respon.

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu objek

yang dipersepsi; alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf; dan perhatian

atau atensi. Objek yang ditangkap alat indera akan menimbulkan stimulus.

“Perhatian sebagai syarat psikologis persepsi memungkinkan individu untuk

mengadakan seleksi terhadap stimulus. Seleksi tersebut dipengaruhi antara

lain oleh intensitas atau kekuatan, ukuran, perubahan ulangan, dan

pertentangan atau kontras dari stimulus” (Walgito, 2015:92). Selain faktor

yang berdasarkan ciri fisik stimulus, perhatian juga dipengaruhi variabel

internal seperti motif, harapan, dan minat seseorang.

Membaca terkait erat dengan persepsi. Karenanya, variasi dalam

kemampuan membaca pun dipengaruhi antara lain oleh faktor – faktor

Page 29: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

26

persepsi yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, dan perhatian. Kualitas

ketiga faktor di atas akan membentuk variasi dalam menentukan kemampuan

membaca seseorang. Variasi juga ditentukan oleh faktor eksternal yang

berpengaruh dalam membaca, yaitu pengajaran yang diberikan oleh guru atau

orangtua. Pengaruh beberapa faktor di atas akan dijelaskan satu per satu

dalam uraian di bawah ini.

Proses membaca mewajibkan pembaca menggunakan ketrampilan

diskriminasi visual dan suara, proses perhatian, dan memori (Grainger,-

2014:180). Maka dalam membaca yang merupakan kerja kognitif, persepsi

pun bertujuan mengenali dan lalu membentuk interpretasi awal huruf, suku

kata, atau kata yang akan dibaca. Bagian kata yang akan dikenali dalam

membaca (stimulus), setelah dipersepsi akan masuk dalam proses pengkodean

(coding). Dalam metode pembelajaran yang melibatkan stimulus visual dan

auditoris, anak pun akan melakukan dua proses pengkodean yang berlainan

sesuai tipe stimulusnya sebelum akhirnya informasi yang didapat masuk ke

dalam ingatan.

Belajar membaca memerlukan ketrampilan visual dan auditoris. Ross

(2014:56) menyebutkan adanya tiga komponen dalam ketrampilan visual

(visual skill), yaitu persepsi visual (visual perception), memori visual (visual

memory), dan diskriminasi visual (visual discrimination). Ketiganya berperan

penting dalam membaca, persepsi visual menentukan kemampuan mengenal

bentuk – bentuk huruf; memori visual diperlukan untuk mengingat bentuk

Page 30: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

27

huruf; dan diskriminasi visual diperlukan dalam membedakan bentuk huruf

satu dan yang lainnya. Demikian pula dengan ketrampilan mendengar

(auditory skill). Ross (2014:57) juga menyebutkan adanya 3 komponen dalam

ketrampilan mendengar yang diperlukan saat membaca, yaitu persepsi

auditoris (auditoryperception), memori auditoris (auditorymemory), dan

diskriminasi auditoris (auditorydiscrimination). Ketiganya pun berperan

penting dalam membaca, persepsi auditoris menentukan kemampuan

mengenal bunyi – bunyi huruf; memori auditoris diperlukan untuk mengingat

bunyi huruf; dan diskriminasi auditoris diperlukan dalam membedakan bunyi

huruf satu dan yang lainnya.

Selain ketrampilan visual dan auditoris, kepekaan taktil peraba juga

dapat mempercepat proses membaca. Perabaan memberi informasi tentang

bentuk, ukuran, dan berat sebuah benda. Perabaan juga memperjelas tekstur

permukaan dan konsistensi mekanis dari suatu benda yang tidak jelas jika

diamati secara visual. Dalam membaca menggunakan multisensori, hal ini

berguna untuk mengenal bentuk – bentuk huruf melalui perangsangan rabaan

pada permukaan alat peraga huruf bertekstur kasar. Perangsangan taktil dalam

metode multisensori menurut Ayres (Myers, 2014:288) juga “mampu

mengalihkan hal – hal yang memicu tingkah laku impulsif pada anak

hiperaktif karena saat menelusuri kata, sistem protektif terhalangi, anak

melibatkan dirinya dengan tugas perabaan di tangannya sehingga tidak lagi

Page 31: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

28

sensitif dengan pengaruh taktil di sekelilingnya”. Pendapat ini pun dibuktikan

dengan keberhasilan metode multisensori dalam menangani anak hiperaktif.

Ross (2014:59) menambahkan pula bahwa kemampuan mengontrol

dan mengkoordinasi gerakan tubuh (ketrampilan kinestetik) memiliki efek

yang positif bagi anak yang sedang belajar membaca dan menulis. Koordinasi

visual – motorik diperlukan saat anak menulis berurutan dari baris ke baris,

memusatkan perhatian pada penguasaan kata yang terdiri dari simbol huruf

atau kalimat, membentuk huruf yang tepat saat menulis, dan membedakan

arah saat menulis. Perangsangan kinestetik dalam metode multisensori

diberikan melalui praktik menulis di atas permukaan tepung yang halus.

Bentuk huruf yang sudah dikenal anak melalui rabaan akan diwujudkan dalam

bentuk tulisan. Menulis akan menambah hubungan antar neuron dan

memperkuat jaringan syaraf, hal ini akan membentuk pola kompleks yang

memungkinkan anak memiliki kemampuan untuk menerima informasi dari

luar dan melakukan berbagai aktivitas.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa membaca berkaitan dengan berbagai aspek dalam persepsi termasuk di

antaranya perhatian. Dalam metode multisensori, guru menulis setiap kata

yang dipelajari, anak kemudian menelusuri dan melafalkan kata dengan keras.

Proses ini menurut Smith dan Carnigan (Myers, 2014:287) memuat unsur

yang penting dan esensial dalam belajar, karena proses tersebut menuntut

Page 32: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

29

perhatian yang maksimal dan menyediakan berbagai input sensoris yang

mempercepat pemrosesan informasi.

Dalam perhatian, stimulus yang akan diseleksi dan hanya dipakai yang

relevan. Seleksi terhadap stimulus dalam proses belajar antara lain

dipengaruhi oleh perbedaan gaya belajar anak. Kemudian hal ini akan

mempengaruhi tingkat kemampuan anak dalam belajar. Karenanya, pengaruh

proses perhatian dan cara penyajian dalam belajar perlu diperhatikan dalam

menentukan metode belajar yang tepat sehingga anak lebih cepat belajar dan

memberi hasil yang optimal. Belajar membaca menggunakan metode

multisensori menggunakan pendekatan melalui perangsangan pada empat

modalitas alat indera, yaitu visual, auditoris, taktil, dan kinestetik. Dengan

melibatkan beberapa modalitas sekaligus, diharapkan anak baik yang visual

learners, auditory learners, ataukinesthetic learnersdapat lebih mudah belajar

dan menghasilkan kualitas belajar yang optimal.

Metode multisensori menurut Johnson (Myers, 2014:288) bertujuan

menerapkan prinsip penguatan (reinforcement). Metode ini memastikan

adanya perhatian aktif, menyajikan materi secara teratur dan berurutan, serta

memperkuat, mengajarkan kembali, dan mengadakan pengulangan sampai

kata tersebut dikuasai sepenuhnya. Hal inilah yang membuat metode ini juga

dapat diaplikasikan untuk pembentukan kosakata awal pada anak usia dini.

Berdasarkan anggapan ini pula, maka tidak menutup kemungkinan bahwa

metode multisensori dapat diterapkan baik pada anak usia dini yang belum

Page 33: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

30

pernah mendapat pengajaran membacamaupun anak yang sudah pernah

mendapat pengajaran membaca di sekolah.

Menurut Grainger (2014:204), basis intervensi untuk anak – anak yang

lemah membaca haruslah sistematis, terstruktur, koheren, kokoh, dan dapat

dievaluasi. Anak – anak ini membutuhkan struktur. Mereka tidak dapat hanya

diberi rangsangan dalam bahan cetak melainkan pengajaran berbasis

ketrampilan yang berkelanjutan dan intensif. Bila memungkinkan, rasio guru

dan siswa dalam pendekatan ini adalah 1:1, atau paling tidak kelompok kecil,

sesuai kebutuhan anak. Program ini harus memiliki tingkat repetisi untuk

mengatasi problem memori apa saja, dan membantu prosesing otomatis yang

memungkinkan anak mengenali kata – kata umum dengan cepat. Selain itu,

program untuk pembaca lemah juga wajib memperbaiki kesadaran fonemis

dan ortografis, yaitu ketrampilan untuk merepresentasikan bunyi – bunyi yang

berbeda dan menyusun kata – kata dengan ejaan yang benar. Karenanya

penting untuk membangun koneksi sebanyak – banyaknya antara menulis,

mengeja, dan aspek linguistik yaitu tulisan dan bunyi.

Sesuai prinsip multisensori, anak – anak di sekolah formal dapat

memperoleh pengajaran membaca tidak hanya dari buku penunjang, namun

langsung diarahkan pada penguasaan berbagai ketrampilan visual, auditoris,

kinestetik, dan taktil secara intensif dalam kelompok – kelompok kecil untuk

mempermudah pengawasan guru dalam hal kemajuan belajar. Repetisi yang

dilakukan dapat memperkuat ingatan dan mempertajam analisis anak dalam

Page 34: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

31

menghubungkan informasi yang berkaitan dengan kata – kata yang sudah

pernah dipelajari. Kesemuanya ini akan diharapkan akan mampu

memaksimalkan fungsi – fungsi kognitif yang dapat mempercepat proses

membaca pada anak – anak.

Page 35: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

32

D. Kerangka Pikir

Belajar membaca memerlukan keterampilan visual dan auditoris. Ada

tiga komponen dalam keterampilan visual yaitu presepsi visual, memori visual

dan diskriminasi visual. Dalam hal ini multisensory berperan dalam mengatasi

hal tersebut. Penyajian keempat modalitas alat indera dalam metode

multisensory dapat mengatasi perbedaan gaya belajar anak dalam membaca.

Membaca terkait erat dengan presepsi. Karenanya, variasi dalam

kemampuan membaca pun dipengaruhi antara lain oleh factor-faktor persepsi

yaitu objek yang dipersepsi, alat indera, dan perhatian. Kualitas ketiga factor

diatas akan membentuk variasi dalam menentukan kemampuan membaca

seseorang.

Ketiganya berperan penting dalam membaca, persepsi visual

menentukan kemampuan mengenal bentuk-bentuk huruf, memori visual

menentukan kemampuan mengingat bentuk huruf dan diskriminasi visual

diperlukan dalam membedakan bentuk huruf satu yang lainnya.

Demikian pula dengan kemampuan mendengar ada tiga komponen

dalam keterampilan mendengar yang diperlukan saat membaca yaitu persepsi

auditoris, memori auditoris dan diskriminasi auditoris. Ketiganya pun

berperan penting dalam membaca, persepsi auditoris menentukan kemampuan

mengenal bunyi-bunyi huruf, memori auditoris diperlukan untuk mengingat

bunyi huruf dan diskriminasi auditoris diperlukan dalam membedakan bunyi

huruf satu dengan yang lainnya. Dalam metode multisensory peransangan

Page 36: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

33

visual dan auditoris diberikan berurutan. Peransangan visual melalui tulisan

dipapan tulis, diikuti pengucapan oleh guru dan anak diminta mengikuti.

Penyajian ransangan visual akan diperkuat dengan peransangan auditoris

sehingga anak lebih cepat dalam mengidentifikasi, membedakan, dan

menyimpan kata-kata yang dipelajari.

Selain keterampilan visual dan auditoris, kepekaan taktil peraba juga

dapat mempercepat proses membaca. Perabaan memberi informasi tentang

bentuk, ukuran dan berat sebuah benda. Perabaan juga diperjelas tekstur

permukaan dan konsistensi dari suatu benda yang tidak jelas jika diamati

secara visual. Peransangan kinestetika dalam metode multisensory diberikan

dalam praktek menulis diatas permukaan tepung yang halus. Bentuk yang

sudah di kenal anak melalui rabaan akan diwujudkan dalam bentuk tulis.

Dalam membaca permulaan da[at diajarkan pada anak usia 4-5 tahun

sesuai dengan teori Montessori disini dalam mengajarkan anak membaca awal

menggunakan metode multisensory. Belajar membaca menggunakan

pendekatan peransang pada empat modalitas alat indera, yaitu visual,

auditoris, taktil, dan kinestetik. Denngan menggunakan keempat modalitas

alat indera anak dapat lebih mudah belajar dan menghasilkan kualitas belajar

yang optimal. Pada metode ini diajarkan pada anak yang belum pernah

mendapatkan pengajaran membaca disekolah. Sesuai prinsip multisensory,

anak-anak disekolah formal dapat memperoleh pengajaran membaca tidak

hanya dari buku penunjang namun langsung diarahkan pada penguasahan

Page 37: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

34

berbagai keterampiran visual, auditoris, kinestetik, dan taktil secara insentif

dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempermudah pengawasan guru

dalam hal kemajuan belajar.

Adapun kegiatan dalam pelaksanaan metode ini dimulai dengan

memberikan pre test kepada anak untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

membaca permulaan pada anak sebelum diberikan perlakuan setelah itu guru

mulai memberikan perlakuan kepada anak dengan menggunakan metode

tersebut. Adapun pelaksanaan dalam penggunaan metode multisensory

pengenalan huruf melalui tulisan (peransang visual), mengikuti guru dalam

menyebutkan bunyi kata tersebut (peransang auditoris) selanjutnya

penggunaan huruf-huruf alphabet timbul anak meraba huruf-huruf tersebut

untuk meransang taktil mereka, setelah melihat, mendengar, menelusuri anak

lalu diminta untuk menuliskan kata yang sama diatas tepung sambil

melafalkan dibawah bimbingan trainer (peransangan kinestetika)

Adapun penggunaan metode multisensori dapat digambarkan sebagai berikut.

Bagan 1. Kerangka Pikir

Penggunaan metode multisensory

� Tahap visual

� Tahap audio

� Tahap kinestetik/taktil

Kemampuan membaca permulaan

� Membaca kata, da-si, ki-ta,

bu-ka, la-da, pe-ta, so-to, sa-

pu, bo-la, ma-ta, ku-da

� Menulis huruf, a, i, u, e, o,

b, d, k, l, m, p, s, t

Kemampuan membaca

meningkat

Page 38: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

35

E. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori pada kerangka piker yang telah dikemukakan

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, ada pengaruh

positif yang signifikan penggunaan metode multisensory terhadap

kemampuan membaca permulaan pada anak di Taman Kanak-kanak TK Aba

Forsimat Teko Bontokoraang Kep. Selayar.

Page 39: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Penelitian eksperimen dilakukan menggunakan Pre-Experimental

Designs, menurut Sugiyono (2011: 109) dikatakan Pre-Experimental Designs,

karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh dan masih

terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable

dependen. Penelitian Pre-Experimental Designs menggunakan One Grup

Pretest-Posttest. Pada penelitian ini, diberikan pre-test sebelum diberi

perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan

Tabel 1. Format Rancangan Penelitian

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Pre-Test diberikan sebelum di berikan perlakuan

X : perlakuan.

O2 : Post-Test diberikan setelah diberikan perlakuan

O1 X O2

36

Page 40: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

37

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Sugiono (2015:80) adalah “wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono

(2014 : 81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, untuk itu sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif ( mewakili ).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik

sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2014:124) “sampling jenuh adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel”. Berdasarkan pertimbangan peneliti Sampel penelitian ini adalah

anak didik kelompok A yang terdiri dari 15 anak didik.

B. Definisi Operasional Variabel

1. Kemampuan membaca permulaan

Kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak – anak

(pembaca awal) dalam menghafal huruf (mengenal bentuk maupun bunyi

dari masing – masing huruf); membaca gabungan huruf dalam suku kata;

Page 41: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

38

dan membaca gabungan suku kata dalam sebuah kata sederhana yang

terdiri dari 2 suku kata berpola k – v – k – v (konsonan – vokal –

konsonan – vokal), tertentu yang memuat huruf a, b, d, e, i, k, l, m, o, p, s,

t, dan u.

Cara untuk mengetahui kemampuan anak usia Taman Kanak - kanak

dalam membaca kata adalah dengan melihat hasil berupa skor yang

diperoleh anak saat pretest dan posttest. Pemberian skor didasarkan pada

ketiga fase dalam proses membaca, yaitu mengenal huruf, mengeja suku

kata, dan menggabungkan suku kata menjadi kata (membaca kata).

Pengenalan huruf memiliki bobot nilai 3 (tiga) hingga 4 (empat)

tergantung jumlah huruf yang digunakan dalam kata; untuk tiap huruf

yang berhasil dikenali, subjek mendapat skor 1 (satu), dan 0 (nol) jika

gagal. Pengejaan suku kata memiliki bobot nilai 2 (dua), karena setiap

kata terdiri dari dua suku kata; untuk tiap suku kata yang berhasil dieja,

subjek mendapat skor 1 (satu) dan 0 (nol) jika gagal. Pembacaan kata atau

penggabungan suku kata menjadi kata memiliki bobot nilai 1 (satu),

sehingga subjek mendapat nilai 1 (satu) jika berhasil dan 0 (nol) jika

gagal. Nilai maksimal yang dapat diperoleh ketika subjek berhasil

membaca kesepuluh kata dengan sempurna adalah 67 (enam puluh tujuh).

1. Metode multisensory

Metode multisensori merupakan salah satu metode remedial dalam

pengajaran membaca dengan menggunakan cara visual, auditoris, kinestetik,

Page 42: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

39

dan taktil (VAKT) secara bersamaan yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan membaca permulaan pada anak. Kemampuan membaca

permulaan yang akan dilihat peningkatannya dalam penelitian ini melalui

penggunaan metode multisensori meliputi: kemampuan mengenal bentuk

maupun bunyi dari masing – masing huruf, membaca gabungan huruf dalam

sebuah kata sederhana yang terdiri dari 2 suku kata.

Tahapan metode multisensori dalam penelitian ini adalah pertama, anak

diminta memperhatikan tulisan di papan tulis berupa sebuah kata

(perangsangan visual), kemudian anak mengikuti guru (sebagai trainer) dalam

mengucapkan bunyi kata tersebut (perangsangan auditoris). Selanjutnya

digunakan huruf – huruf alfabet timbul warna – warni agar anak – anak dapat

meraba huruf – huruf tersebut untuk merangsang taktil mereka. Setelah

melihat, mendengar dan menelusuri, anak lalu diminta untuk menuliskan kata

yang sama di atas tepung sambil melafalkannya di bawah bimbingan trainer

(perangsangan kinestetik). Setiap hari, di akhir pertemuan anak akan

mempelajari 1 kata sederhana. Pada pertemuan berikutnya, anak mempelajari

kata baru namun sebelumnya di setiap akhir pertemuan diadakan

recall(pemanggilan kembali) terhadap kata yang dipelajari pada pertemuan

sebelumnya. Di akhir penelitian nanti, diharapkan anak akan menguasai 10

kata.

Page 43: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

40

A. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah tes kemampuan membaca permulaan. Adapun aspek-aspek instrumen

penelitian terdiri atas yaitu:

1. Kemampuan melafalkan huruf vocal dan konsonan tertentu dengan

benar

2. Kemampuan melafalkan kata dan suku kata

3. Menuliskan/menebalkan huruf vocal dan konsonan tertentu

Untuk mengetahui hasil kemampuan membaca awal, peneliti

menggunakan pengukuran yang telah ditetapkan oleh validator satu

ahli bahasa, dan validator satu ahli psikolog dengan menggunakan

skor, dengan penilaian skala 0-5, sebagai contoh:

1. Jika tidak memberi jawaban, skor 0

2. Jika jawaban 1 skor 1

3. Jika jawaban 2 skor 2

4. Jika jawaban 3 skor 3

5. Jika jawaban 4 skor 4

6. Jika jawaban 5 skor 5

Untuk mengkategorikan, peneliti menggunakan 3 kategori,

yakni rendah, sedang, dan tinggi.

Page 44: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

41

Adapun tes yang digunakan dalam membaca adalah hasil

belajar anak yang telah diberikan dalam jangka waktu tertentu

sebanyak 10x pertemuan sebagai instrument pengumpulan data

melalui tes lisan dan tertulis yang dituangkan dalam instrument 7 butir

soal sebagai berikut:

1. Melafalkan huruf vocal, a, i, u, e, o

2. Melafalkan huruf konsonan tertentu yaitu b, d, k, l, m, p, s, t

3. Menunjukkan huruf vocal, a, i, u, e, o

4. Menunjukkan huruf konsonan tertentu yaitu, b, d, k, l, m, p, s, t

5. Melafalkan dan menunjukkan kata, da-si, ki-ta, bu-ka, la-da, pe-ta,

so-to, bo-la, ma-ta, ku-da

6. Melafalkan suku kata, kata, dasi, kita, buka, lada, peta, soto, bola,

mata, kuda

7. Menuliskan/menebalkan huruf vocal dan konsonan tertentu, a, i, u,

e, o, b, d, k, l, m, p, s, t.

A. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk untuk mengungkap

sejauh mana pengaruh metode multisensori dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan pada subjek. Pengaruh penggunaan metode ini akan

ditunjukkan melalui seberapa signifikan peningkatan kemampuan membaca

Page 45: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

42

permulaan yang ditunjukkan oleh kelompok yang diberi pengajaran membaca

menggunakan metode multisensori.

Pada penyaringan tahap pertama, subjek akan menempuh tes inteligensi

menggunakan Stanford – Binet Intelligence Scale ini dikembangkan oleh

Alfred Bine tahun 1857. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur inteligensi

anak – anak.

Pada penyaringan tahap kedua, digunakan lembar soal berisi huruf a, b, d,

e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan u. Chall(Ayriza, 2015:45) menyatakan huruf yang

harus dapat dilafalkan dengan benar untuk membaca permulaan. Lembar soal

berisi 13 huruf ini digunakan untuk mengetahui kemampuan mengenal huruf

pada subjek sebelum diberi perlakuan.

Saat pretest digunakan lembaran soal berisi 10 kata, yaitu “dasi”, “kita”,

“buka”, “lada”, “peta”, “soto”, “sapu”, “bola”, “mata”, dan “kuda”. Dalam

eksperimen, kata yang diberikan berbeda dari yang diujikan dalam pretest

maupun posttest, yaitu “desa”, “kota”, “baki”, “lidi”, “palu”, “sate”, “sapi”,

“bolu”, “mete”, dan “kado”. Perlakuan diberikan menggunakan media papan

tulis dan spidol, huruf timbul, dan tepung beralaskan kertas. Kata – kata

dalam pretestakan diujikankembali dalam posttest untuk melihat perubahan

skor membaca yang diperoleh.

B. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data yang cukup, langkah selanjutnya adalah

menganalisis data. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis

Page 46: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

43

data yang diperoleh untuk ditarik kesimpulan. Metode analisis pada penelitian

ini menggunakan statistic deskriptif dan inferensial.

1. Statistic deskripsi adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi

2. Statistic inferensial adalah statistic yang dimaksudkan untuk menguji

hipotesis. Uji hipotesis adalah ujian nonparametric dengan

menggunakan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan untuk

menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data

apakah berbeda atau tidak.

Uji Wilcoxon dilakukan untuk menguji hipotesis, yaitu

mengetahui perbedaan pada dua sampel berpasangan (two paired

samples). Dalam hal ini adalah perbedaan kemampuan membaca

permulaan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi

perlakuan berupa metode multisensori. Langkah – langkah

pengujiannya adalah sebagai berikut.

1. Membuat tabel berisi data numerik berupa skor subjek di

kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan

2. Penghitungan, pemberian tanda (positif atau negatif), dan

pemberian ranking berdasarkan selisih skor.

3. Mencari z hitung dengan rumus:

Page 47: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

44

Keterangan:

T = selisih terkecil (tanda diabaikan)

N = jumlah sampel setelah angka yang sama dihilangkan

4. Selanjutnya adalah mencari nilai z dalam table

5. Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

a. Jika z hitung < z tabel, maka H0 diterima.

b. Jika z hitung > z tabel, maka H0 ditolak.

Langkah – langkah di atas merupakan penjelasan cara

penghitungan secara manual. Untuk lebih mendapatkan analisa

perhitungan yang tepat, akan digunakan pengujian menggunakan

program komputer Statistical Package for Social Science(SPSS)

12.0 For Windows.

Page 48: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Deskripsi data hasil penelitian dimaksudkan untuk memberikan gambaran

secara umum mengenai distribusi data. Analisis deskriptif terhadap hasil

penelitian yang dimaksud adalah rata-rata (mean), standar deviasi, skor

minimum, skor maksimum, distribusi frekuensi dan presentase.

Berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini, maka deskripsi data

yang akan dipaparkan adalah untuk menjawab permasalahan pada penelitian

yakni pengaruh metode multisensory dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan pada anak di TK Aba Forsimat Teko Desa Bontokoraang

Kep. Selayar? Akan dijelaskan berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon dengan

subjek yang sama. Berdasarkan hasil analisis deskriptif maka deskripsi data

yang disajikan dalam bentuk tabel yang diperoleh dari hasil observasi

responden terhadap setiap nomor item dan skala yang diberikan.

1. Gambaran penggunaan metode multisensory

Penggunaan metode multisensory bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan membaca permulaan anak usia dini di TK ABA Forsimat Teko

Kep. Selayar , terdiri dari:

46

Page 49: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

46

(1) Gambaran penggunaan metode multisensory

Penggunaan metode multisensory bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan membaca permulaan anak usia dini di TK ABA Forsimat

Teko Kep. Selayar terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) tahap

persiapan, (2) tahap awal, (3) tahap inti, (4) tahap akhir. Dilaksanakan

selama 10 kali pertemuan, gambaran tahapan tersebut, selengkapnya

diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan sebelum guru memulai

pembelajaran pada tahap ini, aktivitas guru antara lain:

1. Guru menentukan kegiatan yang dilakukan akan dilakukan

2. Guru menata lingkungan kelas yang mendukung kegiatan

belajar

3. Guru menyiapkan bahan ajar dan media yang diperlukan,

aktifvitas guru tersebut dilakukan setiap kali pertemuan.

b. Tahap awal

Tahap awal dilaksanakan pada saat pembelajaran, merupakan

tahap persiapan menuju pembelajaran dengan menggunakan metode

multisensory, aktivitas pada tahap ini antara lain:

1. Anak-anak berbaris dan masuk kelas dan duduk seperti

berbaris

Page 50: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

47

2. Guru membimbing anak untuk berdoa dan membaca surat

pendek serta menyanyi

3. Guru memberikan informasi kepada anak tentang kegiatan

yang akan dilakukan

4. Guru memberikan memotivasi kepada anak untuk

mengikuti kegiatan. Aktivitas seperti ini berlangsung

secara terus menerus dan berulang pada pertemuan

berikutnya.

c. Tahap inti

Tahap inti dilaksanakan pada saat proses pembelajaran, pada

tahapan ini dilakukan penggunaan metode multisensory untuk

meningkatkan kemampuan dalam membaca permulaan, aktivitas yang

dilakukan mulai bervariasi hal tersebut dilakukan dengan melihat

aspek materi dan kondisi anak, aktivitas pada tahapan ini antara lain:

1. Guru memperkenalkan media yang akan digunakan dalam

belajar, yaitu kartu huruf, alat peralatan tulis

2. Guru memperlihatkan huruf dimulai huruf vocal pada

pertemuan pertama dan kedua, pertemuan ketiga sampai

ketujuh diperlihatkan huruf konsonan, sedangkan untuk

pertemuan kedelapan sampai kesepuluh diperlihatkan kartu

kata

Page 51: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

48

3. Guru menunjuk dan menyebutkan huruf yang disesuaikan

dengan aktivitas pada setiap pertemuannya

4. Anak melakukan kegiatan merapa diatas tepung huruf yang

disesuaikan dengan aktivitas pada setiap pertemuannya

5. Anak menulis/menebalkan huruf

6. Anak membaca huruf yang telah dituliskan pada kegiatan

sebelumnya.

d. Tahap penutup

Tahapan ini merupakan rangkaian akhir kegiatan pembelajaran

yang telah dilaksanakan, aktivitas yang dilakukan pada tahapan ini

antara lain:

1. Guru duduk bersama anak untuk memberikan pijakan

pengalaman setelah kegiatan belajar

2. Guru memberikan kesempatan untuk anak mengulangi

pelajaran yang telah diajarkan

3. Guru mengulangi kembali menyebutkan huruf yang telah

dipelajari

4. Guru berbincang-bincang tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan besok

5. Guru membimbing anak untuk berdoa

Page 52: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

49

Adapun langkah yang akan digunakan pada kegiatan ini adalah

1. Pada pengenalan huruf vocal

2. Pengenalan huruf konsonan

3. Pengenalan kata

4. Pengenalan suku kata

5. Menulis/menebalklan huruf

Kegiatan yang dilakukan

a. Guru memperkenalkan huruf vocal dan konsonan melalui kata a, i, u,

e, o, b, d, k, l, m, p, s, t

b. Guru memperlihatkan huruf vocal dan konsonan timbul

c. Anak melakukan perabaan dengan huruf timbul

d. Anak melaukan perabaan diatas tepung terigu

e. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan pada lembar kerja

menebalkan huruf

f. Pada kegiatan melafalkan kata dan suku kata anak tidak lagi

menebalkan karena semua huruf pada suku kata sudah ada pada huruf

vocal dan konsonan yang dikerjakan pada lembar kerja anak

Page 53: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

50

Adapun hasil dalam penggunaan multisensory adalah:

1. Tahap visual

Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran membaca permulaan pada

tahap ini adalah anak melihat, mengenal bentuk-bentuk huruf, mulai dari

huruf a, i, u, e, o, b, d, k, l, m, p, s, t mengingat bentuk huruf yang

diperlihatkan ibu guru dan diperlukan kemampuan membedakan bentuk huruf

salah satu dan yang lainnya. Dan hasil yang diperoleh dalam tahap visual anak

telah dapat menunjukkan huruf karena anak melihat sendiri.

2. Tahap audio

Hasil yang diperoleh dalam tahap ini adalah kemampuan mengenal bunyi

huruf sesuai apa yang di dengar anak dapat mengikuti dan mengucapkannya.

Dapat membedakan huruf serta mengidentifikasikan, membedakan huruf dan

kata-kata yang dipelajari.

3. Tahap taktil/kinestetik

Hasil yang diperoleh mempercepat proses membaca dengan memberi

informasi tentang bentuk, ukuran. Perabaan ini diperjelas tekstur permukaan

suatu huruf dari suatu benda yang tidak jelas jika diamati secara visual dengan

melanjutkan menulis diatas tepung dan diwujudkan dalam bentuk menebalkan

huruf pada lembar kerja yang telah diberikan

Page 54: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

51

(1) Gambaran kemampuan membaca permulaan

Kemampuan membaca permulaan terdiri dari:

1) Kemampuan anak dalam menyebutkan huruf vocal dan konsonan

2) Kemampuan anak dalam membaca suku kata

3) Kemampuan anak dalam menuliskan/menebalkan huruf.

Deskripsi kemampuan membaca permulaan ini, tergambar pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi kemampuan membaca permulaan anak usia dini di TK

Aba Forsimat Teko Kep. Selayar

Uraian

Nilai Statistik

Pre-test Posttest

K1 K2 K3 XI K1 K2 K3 X2

N 15 15 15 15 15 15 15 15

Mean 7.067 .000 2.667 9.7333 17.667 14.333 9.200 41.2000

Median 8.000 .000 2.000 10.0000 20.000 16.000 10.000 41.0000

Modus 8.00 .00 2.00 10.00 20.00 16.00 10.00 46.00

St. Dev 3.936 .000 1.447 4.97805 3.063 2.769 1.014 5.10182

Variance 15.495 .000 2.095 24.781 9.381 7.667 1.029 26.029

Skewnes .016 1.166 .529 -.686 -.842 -.929 -.200

Kurtosis .143 .647 19.00 -1.399 .049 -.349 18.00

Minumu .00 .00 1.00 1.00 12.00 8.00 7.00 30.00

Max 15.00 .00 6.00 20.00 20.00 18.00 10.00 48.00

Page 55: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

52

Sun 106.0 .00 40.00 146.00 265.00 215.00 138.00 618.00

Keterangan:

K1 = Melafalkan huruf konsonan

K2 = Melafalkan suku kata

K3 = Menuliskan huruf

X1 = Rata-rata pre-test

X2 = Rata-rata Post-test

Tabel diatas menunjukkan bahwa data pretest yang diterima oleh

penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean) 9,733, median 10,00, modus 10,

standar deviasi 4,978, varians skor 24,781, skor maksimum 20,00 dan skor

minimum 1. Sedangkan data posttest nilai rata-rata (mean) 41,20, median

41,00, modus 40,00, standar deviasi 5,101, varians skor 26,029, skor

maksimum 30,00. Untuk mendapatkan gambaran kemampuan membaca

permulaan, data hasil penelitian tersebut selanjutnya dikategorikan kedalam

tiga kategori, yaitu kategori rendah dengan interval skor 0-16, kategori sedang

dengan rentang skor 17-33, dan kategori tinggi 34-67, hasil tersebut tergambar

pada tabel berikut:

Page 56: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

53

Tabel 4.2 Gambaran kemampuan membaca permulaan anak usia dini

Pre-test

Interval

skor

Kategori

Post-test

Frekuensi Presentase Frekuensi Persentase

13

2

0

86.7

13.3

0

0-16

17-33

34-67

Rendah

Sedang

Tinggi

0

1

14

0

6.7

93.3

15 100 Total 15 100

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa kemampuan anak dalam membaca

permulaan sebagaian besar berada pada kategori rendah yaitu 60%, sedangkan

yang berada pada kategori sedang 40%. Setelah perlakuan diberikan terjadi

peningkatan kategori yaitu 93,3% anak berada pada kategori tinggi dan hanya

6,7% anak berada pada kategori sedang.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan anak

dalam membaca permulaan setelah dilakukan perlakuan metode multisensory

pada anak di TK Aba Forsimat Teko Kep. Selayar.

Untuk melihat gambaran kemampuan membaca permulaan anak didik tiap

aspek selengkapnya dapat dilihat pada uraian berikut:

a. Kemampuan anak dalam menyebutkan huruf vocal dan konsonan

Page 57: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

54

Indicator terkait dengan kemampuan anak dalam menyebutkan huruf

vocal dan konsonan terdiri dari: (1) melafalkan huruf vocal, (2)

melafalkan huruf konsonan, (3) mengenal huruf vocal, dan (4) mengenal

huruf konsonan

Keempat indicator tersebut selanjutnya dikategori kedalam tiga

kategori yaitu kategori rendah dengan rentang skor 0-6, kategori sedang

dengan rentang skor 7-13 dan kategori tinggi dengan rentang skor 14 - 20.

Hasil tersebut tergambarkan pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Gambaran kemampuan anak kategori melafalkan huruf vocal

Pre-test

Interval

skor

Kategori

Post-test

Frekuensi Presentase Frekuensi Persentase

3

4

8

20.0

26.7

53.3

0 - 6

7 - 3

14-20

Rendah

Sedang

Tinggi

0

1

14

0

6.7

93.3

15 100 Total 15 100

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa kemampuan anak dalam menyebutkan

huruf vocal dan konsonan pada observasi awal merata disemua kategori

yaitu 20% kategori rendah, 26,7% kategori sedang dan 53,3% kategori

tinggi, namun demikian setelah dilakukan perlakuan dengan metode

Page 58: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

55

multisensory, kemampuan anak dalam menyebutkan huruf cenderung

berada pada kategori tinggi 93,3%, namun demikian terdapat 6,7% masih

berada pada kategori sedang.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

anak dalam menyebutkan huruf vocal dan konsonan setelah dilakukan

perlakuan metode multisensory pada anak di TK ABA Forsimat Teko

Kep. Selayar.

b. Kemampuan anak dalam melafalkan suku kata

Indicator terkait dengan kemampuan anak dalam melafalkan suku kata

terdiri dari: (1) melafalkan suku kata, (2) menunjukkan suku kata, (3)

menunjukkan kata-kata

Keempat indicator tersebut selanjutnya dikategori kedalam tiga

kategori yaitu kategori rendah dengan rentang skor 0-6, kategori sedang

dengan rentang skor 7-13 dan kategori tinggi dengan rentang skor 14 - 20.

Hasil tersebut tergambarkan pada tabel berikut :

Page 59: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

56

Tabel 4.4 Gambaran kemampuan anak dalam melafalkan suku kata

Pre-test

Interval

skor

Kategori

Post-test

Frekuensi Presentase Frekuensi Persentase

15

0

0

100,0

0

0

0 - 6

7 - 3

14-20

Rendah

Sedang

Tinggi

0

6

9

0

40,0

60,0

15 100 Total 15 100

Tabel 4.4 memberi gambaran bahwa kemampuan anak dalam melafalkan

suku kata masih renrah pada awal dilaksanakan penelitian ini berdasarkan

hasil pretest dieroleh 100% anak memiliki kemampuan melafalkan suku

kata berada pada kategori rendah, namun demikian setelah dilakukan

perlakuan dengan menggunakan metode multisensory maka kemampuan

anak perlahan-lahan meningkat. Hal tersebut dibuktikan dari data posttest

kemampuan anak melafalkan suku kata menyebar pada rentang skor 7 –

13 kategori sedang sebanyak 40%, sedangkan sisanya 60% berada pada

rentang skor 14 – 20 kategori tinggi.

Hasil tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan anak

dalam melafalkan suku kata setelah dilakukan perlakuan metode

multisensory pada anak di TK ABA Forsimat Teko Kep. Selayar.

Page 60: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

57

Adapun langkah yang digunakan pada kegiatan ini adalah:

1. Pada pengenalan huruf vocal

2. Pengenalan huruf konsonan

3. Pengenalan kata dan suku kata

4. Menulis / menebalkan huruf

Kegiatan yang dilakukan

a. Guru memperkenalkan huruf vocal dan konsonan melalui kartu kata a, i, u, e,

o, b, d, k, l, m, p, s, t

b. Guru memperlihatkan huruf vocal dan konsonan dengan huruf timbul

c. Anak melalukan perabaan dengan huruf timbul

d. Anak melakukan perabaan diatas tepung terigu

e. Menulis / menebalkan huruf

Pada kegiatan melafalkan suku kata, anak tidak lagi menulis / menebalkan karena

semua huruf pada suku kata sudah ada pada huruf vocal dan konsonan yang

dikerjakan pada lembar kerja anak.

Adapun hasil dalam penggunaan multisensory adalah:

1) Tahap visual

Kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran membaca permulaan

pada tahap ini adalah anak melihat mengenal bentuk-bentuk huruf, mulai dari

Page 61: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

58

huruf a, i, u, e, o, b, d, k, l, m, p, s, t mengingat huruf bentuk yang

diperlihatkan ibu guru dan diperlukan kemampuan membedakan bentuk

huruf satu dan yang lainnya. Dan hasil yang diperoleh dalam tahap visual

anak dapat telah menunjukkan huruf karena anak melihat sendiri.

2) Tahap audio

Hasil yang diperoleh dalam tahap ini adalah kemampuan mengenal

bunyi huruf sesuai apa yang didengar anak dapat mengikuti dan

mengucapkannya. Dapat membedakan huruf serta mengidentifikasikan,

membedakan hruf dan kata-kata yang dipelajari.

3) Tahap taktik / kinestetik

Hasil yang diperoleh mempercepat proses membaca dengan memberi

informasi tentang bentuk, ukuran. Peradaban ini memperjelas tekstur

permuaan suatu huruf dari suatu benda yang tidak jelas diamati secara visual

dengan melanjutkan menulis diatas tepung dan diwujudkan dalam bentuk

menebalkan huruf pada lembar kerja yang telah diberikan.

(1) Pengaruh metode multisensory dalam meningkatkan membaca permulaan

pada anak

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yaitu

pengaruh metode multisensory dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan pada anak di TK Aba Forsimat Teko Desa

Bontokoraang Kep. Selayar. Uji Wilcoxon dilakukan untuk menguji skor

kemampuan membaca membaca permulaan pretest dan posttest. Hasil

Page 62: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

59

analisis dengan menggunakan Statistical Package for Sosial Sciences

(SPSS) Version 22.0 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji Wilcoxon pada pemberian perlakuan

Perlakuan Jumlah Mean Standar Perbedaan z-hitung Asym.sig

Subjek deviasi rata-rata

Pre-test 15 9,733 1,285

31,467 -3.410a 0,001

Post-test 15 41,200 1,317

Hasil analisis skor membaca permulaan pada anak menunjukkan bahwa ada

peningkatan ada peningkatan kemampuan membaca permulaan yang signifikan pada

subjek yang mendapat perlakuan berupa metode multisensory. Ditunjukkan oleh nilai

Asymp. Sig, lebih kecil taraf nyata (0,001<α 0,05)

Hasil analisis pada kelompok perlakuan menyatakan bahwa hipotesis

diterima. Berarti ada perbedaan yang signifikan, rata-rata posttest lebih tinggi dari

pretest.

Page 63: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

60

A. Pembahasan hasil penelitian

1. Gambaran metode multisensory

Pembelajaran metode multisensory pada kegiatan membaca permulaan

seperti hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa metode ini

dapat mempercepat proses membaca ini terlihat pada kegiatan yang

dilakukan pada awal mulai mendengarkan apa kata bu guru, menyebutkan

kembali apa yang didengar, menunjukkan hurufnya kemudian melakukan

perabaan dan menelusuri dengan jari dan menyalinnya.

Pemberian materi pada kegiatan memperkenalkan huruf dan tulisan

pada papan tulis anak memperhatikan, ibu guru kemudian menyebutkan

huruf a, i, u, e, o anak kemudian menyebutkan kembali dan secara

bergantian satu persatu huruf yang ada pada papan tulis, setelah itu ibu

guru menggunakan alat peraga kartu huruf dan kata, anak menyebutkan

dan mengambil kartu huruf sesuai yang disebutkan selanjutnya

pengenalan huruf timbul sebagai lanjutan dari kartu huruf yang telah

disebut anak.

Meraba dengan huruf timbul pada kegiatan pembelajaran ini anak

dibagi dalam tiga kelompok yang terdiri 5 anak setiap kelompok, kegiatan

selanjutnya anak melakukan perabaan diatas tepung terigu dan baki setiap

anak mendapatkan satu baki yang telah diisi dengan tepung hankue, anak

kemudian menulis diatas tepung terigu sesuai huruf yang telah diraba

yaitu huruf a, i, u, e, o anak yang telah menulis diatas baki yang telah

Page 64: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

61

dibaki yang telah diberikan tepung terigu berpindah melakukan tugas

menebalkan huruf vocal pada lembar kerja yang telah diberikan.

Kegiatan pengenalan huruf vocal diberikan sampai dengan pertemuan

keenam pada kegiatan pengenalan suku kata, anak diperlihatkan kartu kata

kemudian anak menyebutkannya dalam pengenalan suku kata sebanyak

empat kali pertemuan. Pada kemampuan membaca permulaan ini, dimulai

guru memperdengarkan huruf dan memperlihatkannya.

Setelah itu anak menyebutkan kembali, menunjukkan huruf,

melakukan perabaan dengan menggunakan huruf timbul, meraba diatas

tepung terigu dilanjutkan menebalkan huruf pada lembar kerja yang

diberikan. Kegiatan membaca permulaan, dengan cepat anak biasa

mengenal huruf karena penggunaan ransangan alat indera selama proses

belajar mengajar.

Seperti apa yang di kemukakan oleh Montessori. “Pendidikan harus

disajikan dalam bentuk kondusif terhadap anak melalui penginderaan”. Ini

sesuai pembuktiannya tentang 30% akan diserap jika ia hanya

mengendalikan pendengaran, 70% materi akan diserap jika

mengendalikan pendengaran, penglihatan, perasa, penciuman, dan

sentuhan, 90% materi akan diserap jika setelah mengendalikan ke 5 alat

inderanya.

Pada kegiatan ini juga anak sangat menikmati dan senang dalam

belajar terlihat pada motivasi anak dalam melakukan setiap kegiatan

Page 65: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

62

secara teratur mulai dengan mengenal hruuf sampai kegiatan menebalkan

huruf.

1. Deskripsi gambaran membaca permulaan anak

Hasil observasi anak usia 4 – 5 tahun terdiri dari 15 anak didik

menjadi sampel berada pada kategori rendah dan sedang.

Kemamampuan membaca permulaan di awal penelitan terlihat anak

belum mampu pada pengenalan huruf vocal maupun konsonan. Berdasarkan

hasil wawancara guru pamong, anak kurang dikarenakan pada sekolah ini

belum terlalu menbgajarkan membaca. Masa peka anak untuk belajar

membaca dan mengerti angka-angka adalah umur 4 – 5 tahun seperti yang

dikemukakan Doman, bahwa waktu yang baik untuk mengajar membaca kira-

kira bersamaan dengan waktu anak-anak mulai belajar berbicara.

Tes hasil kegiatan yang menonjol adalah K1, melafalkan huruf vocal

dan konsonan dan K2 menebalkan huruf vocal dan konsonan. Dalam

membaca, masih ditemui anak yang kurang dalam hal membaca awal, anak

kelihatan cenderung pendiam, pemalu dan banyak bercerita dengan temannya

dan tidak memperhatikan bu guru. Kekurangan juga didapatkan pada ibu guru

karena metode ini adalah hal yang baru sehingga dalam menerapkannya maih

perlu mempelajarinya lebih mendalam.

Pemberian ransangan dalam upaya meningkatkan kemampuan

membaca permulaan anak perlu diperhatikan dengan mengadakan pendekatan

kepada anak. Pada pengamatan, metode ini belum begitu dipahami. Kadang

Page 66: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

63

harus bertindak untuk memberi contoh lagi karena penguasaan kelas yang

dimiliki anak terdapat kegiatan pembelajaran terlibat aktif dan senang dalam

kegiatan ini.

1. Deskripsi pengaruh kemampuan membaca permulaan anak

Berdasarkan temuan peneliti, terbukti dengan skor rata-rata

kemampuan membaca permulaan anak yang diperoleh menunjukkan

terjadinya peningkatan seperti yang telah diurai pada tabel diatas, hal ini

disebabkan oleh pengaruh dari metode multisensory yang diberikan kepada

anak melalui media kartu huruf dan kata, huruf timbul, tepung dan baki serta

lembar kerja ini diberikan secara bertahap dan secara bergantian.

Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis menunjukkan bahwa ada

pengaruh dari metode multisensory dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan pada anak di TK ABA Forsimat Teko Kep. Selayar.

Ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor membaca permulaan yang

signifikan pada kelompok perlakuan antara sebelum dan sesudah diberi

perlakuan berupa metode multisensory. Analisis data menggunakan statistic

nonparametric Wilcoxon.

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor

membaca permulaan pada kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberi

perlakuan. Perbedaan rata-rata sebesar 31,467 menunjukkan terjadinya

peningkatan skor kemampuan membaca permulaan pada kelompok perlakuan.

Signifikan peningkatan yang terjadi ditunjukkan oleh nilai Asymp, Sig. Uji

Page 67: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

64

beda, perbedaan antara pretest dan posttest. Skor pretest jauh lebih rendah dari

posttest dengan demikian perlakuan yang telah diberikan ada pengaruhnya,

(0,001≤α 0,05.

Hasil penelitian juga menunjukkanbahwa metode multisensory yang

diberikan dalam proses belajar membaca pengaruh yang signifikan. Selain itu,

skor yang sedang juga menunjukkan perbedaan kemampuan membaca

permulaan yang cukup nyata. Sebelum dan sesudah diberikan perlakuan anak

dengan menggunakan metode multisensory.

Page 68: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan ujis statistic pada pembahasan

yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan.

Gambaran pengaruh metode multisensory di TK ABA Forsmiat Teko

Kep. Selayar dengan melalui empat tahapan yaitu visual, audio, kinestetik,

dan taktil dapat mempercepat proses membaca permulaan.

Kemampuan membaca permulaan anak usia dini sebelum diberikan

metode multisensory berada pada kategori rendah dan setelah diberikan

metode multisensory berada pada kategori sedang.

Terdapat pengaruh metode multisensory dalam meningkatkan

kemampuan membaca permulaan anak di TK ABA Forsimat Teko Kep.

Selayar.

B. Saran

1. Hendaknya para pendidik taman kanak-kanak berupaya untuk membuat

berbagai bentuk pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca

permulaan dengan menggunakan metode multisensory.

2. Kepada pendidik agar senantiasa mencari informasi tentang

perkembangan terutama dalam kaitannya dengan metode pembelajaran

yang tepat bagi anak taman kanak-kanak

66

Page 69: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

66

3. Kepada peneliti PAUD diharapkan dapat mengungkapkan cara-cara

pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga anak-anak dapat merasa

nyaman dan menyenangkan dalam belajar.

Page 70: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

67

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2015. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Adiningsih, N.U. 2014. Pendidikan anak usia dini. Jakarta: Rineka Cipta.

Adriani, S. 2015. Perbedaan Efektifitas metode lembaga kata serta

metode Strukutal Analisis Sintesis (SAS) dalam meningkatkan

membaca permulaan (Semarang)

Ampuni. S. 2015. proses kognitif dalam pemahaman bacaan. Jakarta:

Rineka Cipta

Arsyad, A. 2015. Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Ayriza. Y. 2015. Perbandingan efektifitas 3 metode membaca permulaan

dalam meningkatkan kesadaran fonologis anak pra sekolah

Beck john. 2014. Meningkatkan kecerdasan anak. Delepratasa

Publishing. Jakarta

Cahaya muslimah. 2009. Pendekatan pendidikan Multisensori

Doman. 2019. Mengolah kelas untuk guru. Indeks Jakarta

Dardjowidjojo. M. 2015. Metode pengajaran di taman kanak-kanak.

Jakarta: Rineka Cipta

Grainger. J. 2014. Problem perilaku, perhatian dan membaca pada anak.

Strategi intervensi berbasis sekolah (ahli bahasa enny irawati).

Jakarta: Grasido

Hainstock. E. 2014. Montessori untuk anak prasekolah. Jakarta: Pustaka

Deleprasta

Hurlock, E.B. 2014. Perkembangan anak. Jakarta: Erlangga

Megawangi. 2015. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineke Cipta

Nurani Yuliani Sujiono. 2015. Konsep dasar pendidikan anak usia dini.

Indeks Jakarta.

Ross. 2014. Perkembangan dan pengembangan anak usia taman kanak-

kanak. Jakarta: Grasindo

Page 71: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

68

Sugiyono. 2015. Memahami penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Bandung: Alfabeta

Yusuf. M. 2014. Pendidikan bagi anak dengan problem belajar. Solo:

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Page 72: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Lampiran dokumentasi

Anak belajar pengenalan huruf

Ruang kelas Kelompok B

Page 73: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Kegiatan anak didik

Kartu huruf

Page 74: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Katu suku kata

Huruf timbul

Page 75: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Baki

Tampak depan sekolah

Page 76: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …
Page 77: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Lampiran Hasil olah data

Data pre-test

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4

2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1

3 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6

4 2 1 2 1 0 0 0 0 1 1 8

5 2 2 3 2 0 0 0 0 1 1 11

6 3 3 2 2 0 0 0 0 1 1 12

7 4 3 4 4 0 0 0 0 3 2 20

8 2 2 2 2 0 0 0 0 2 1 11

9 2 2 2 2 0 0 0 0 1 0 9

10 2 2 2 2 0 0 0 0 2 2 12

11 3 3 3 3 0 0 0 0 3 3 18

12 2 2 2 2 0 0 0 0 1 1 10

13 2 2 2 2 0 0 0 0 1 1 10

14 2 1 2 1 0 0 0 0 2 2 10

15 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 4

Page 78: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Data Posttest

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah

1 3 3 3 3 4 4 4 4 4 5 37

2 5 5 5 5 3 3 3 3 4 4 40

3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44

4 4 2 4 4 3 3 3 3 5 5 36

5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 44

6 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 46

7 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 46

8 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 38

9 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 30

10 5 5 5 5 3 3 3 3 5 4 41

11 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 48

12 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 46

13 5 5 5 5 4 4 4 4 5 5 46

14 4 3 4 3 4 4 4 4 5 5 40

15 4 3 4 3 3 3 3 3 5 5 36

Page 79: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

Analisis Deskriptif

Frequencies (Pre-test)

Statistik

Melafalkan symbol-

simbol huruf vocal

Melafalkan simbol-

simbol huruf konsonan

Menuliskan huruf

N Valid

Missing

15

0

15

0

15

0

Mean 7.0667 .0000 2.6667

Std. Error of Mean 1.01637 .00000 .37374

Median 8.0000 .0000 2.0000

Mode 8.00 .00 2.00

Std. Deviation 3.93640 .00000 1.44749

Varience 15.495 .000 2.095

Skewness .016 1.166

Std. Error of Skewness .580 .580 .580

Kurtosis .143 .647

Std. Error of Kurtosis 1.121 1.121 1.121

Range 15.00 .00 5.00

Minimum .00 .00 1.00

Maximum 15.00 .00 6.00

Sun 106.00 .00 40.00

Percentiles 20

50

75

4.0000

8.0000

9.0000

.0000

.0000

.0000

2.0000

2.0000

4.0000

Page 80: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Statistic

Melafalkan symbol-

simbol huruf vocal

Melafalkan simbol-

simbol huruf konsonan

Menuliskan huruf

N Valid

Missing

15

0

15

0

15

0

Mean 17.6667 14.3333 2.6667

Std. Error of Mean .79082 .71492 .37374

Median 20.0000 16.0000 2.0000

Mode 20.00 16.00 2.00

Std. Deviation 3.06283 2.76887 1.44749

Varience 9.381 7.667 2.095

Skewness -.686 -.824 1.166

Std. Error of Skewness .580 .580 .580

Kurtosis -1.399 .049 .647

Std. Error of Kurtosis 1.121 1.121 1.121

Range 8.00 10.00 5.00

Minimum 12.00 8.00 1.00

Maximum 20.00 18.00 6.00

Sun 265.00 215.00 40.00

Percentiles 20

50

75

14.0000

20.0000

20.0000

12.0000

16.0000

16.0000

2.0000

2.0000

4.0000

Page 81: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

ANALISIS INFERENSIAL

UJI WILCOXON

NPar Test

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Rank

Pre–test – Post-test Negative Ranks

Positive Ranks

Ties

Total

0a

15b

0c

15

.00

8.00

.00

120.00

Test statistic

Pre-test – post-test

Z

Asymp. Sig. (2- failed)

-3.410a

.001

Page 82: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Lampiran grafik pretest

Pretest kelompok A

10.00 20.00 40.00 67.00

Page 83: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Lampiran grafik posttest

Mean = 41.20

Std. Dev. = 5.101

N = 15

Posttest Kelompok A

16.00 20.00 25.00 30.00 40.00 50.00 67.00

Page 84: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Mendengarkan

huruf vocal dari

guru a. i

- Anak mengulangi

melafalkan

- Anak menunjukkan

kartu kata a, i dan

melafalkannya

- Anak melakukan

perabaan huruf

timbul a, i

- Anak melalukan

menulis diatas

tepung

- Anak melakukan

menulis /

menebalkan huruf

a, i

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

Observasi

Page 85: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

Mengetahui

Kepala TK ABA Forsimat Peneliti

Suriani S.Pd Ayu Wandira Burhanuddin

Page 86: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Sabar menunggu

giliran

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Menyanyikan

lagu anak-anak

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Mendengarkan

huruf vocal dari

guru u, e, o

- Anak mengulangi

melafalkan

- Anak menunjukkan

kartu kata a, i dan

melafalkannya

- Anak melakukan

perabaan huruf

timbul u, e, o

- Anak melalukan

menulis diatas

tepung

- Anak melakukan

menulis /

menebalkan huruf

u, e, o

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

- air, lap

tangan

- bekal anak

Observasi

Observasi

Page 87: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Mendengarkan

huruf konsonan

dari guru b, d

- Anak mengulangi

melafalkan

- Anak menunjukkan

kartu kata b, d dan

melafalkannya

- Anak melakukan

perabaan huruf

timbul b, d

- Anak melalukan

menulis diatas

tepung

- Anak melakukan

menulis /

menebalkan huruf

b, d

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

- air, lap

tangan

- bekal anak

Observasi

Observasi

Page 88: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

- Senam ceria

� Kegiatan inti

- Mendengarkan

huruf vocal dari

guru k, l

- Anak mengulangi

melafalkan

- Anak menunjukkan

kartu kata k, l dan

melafalkannya

- Anak melakukan

perabaan huruf

timbul k, l

- Anak melalukan

menulis diatas

tepung

- Anak melakukan

menulis /

menebalkan huruf

k, l

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

Observasi

Page 89: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Mendengarkan

huruf konsonan

dari guru m, p

- Anak mengulangi

melafalkan

- Anak menunjukkan

kartu kata m, p

dan melafalkannya

- Anak melakukan

perabaan huruf

timbul m, p

- Anak melalukan

menulis diatas

tepung

- Anak melakukan

menulis /

menebalkan huruf

m, p

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

Observasi

Page 90: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Mendengarkan

huruf konsonan

dari guru s, t

- Anak mengulangi

melafalkan

- Anak menunjukkan

kartu kata s, t dan

melafalkannya

- Anak melakukan

perabaan huruf

timbul s, t

- Anak melalukan

menulis diatas

tepung

- Anak melakukan

menulis /

menebalkan huruf

s, t

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

Observasi

Page 91: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Membaca kata

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Guru melafalkan

kata, da-si, sa-pu

anak

mendengarkan

- Anak mengulangi

melafalkan kata

da-si, sa-pu

- Anak menunjukkan

kartu kata da-si,

sa-pu dan

melafalkannya

- Anak melakukan

menulis diatas

tepung

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

- air, lap

tangan

- bekal anak

Observasi

Observasi

Page 92: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- menge

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Membaca kata

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Guru melafalkan

kata, da-si, sa-pu

anak

mendengarkan

- Anak mengulangi

melafalkan kata

da-si, sa-pu

- Anak menunjukkan

kartu kata da-si,

sa-pu dan

melafalkannya

- Anak melakukan

menulis diatas

tepung

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Mengulangi kata

da-si, sa-pu

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

- air, lap

tangan

- bekal anak

Observasi

Observasi

Page 93: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- menge

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Membaca kata

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Guru melafalkan

kata, ki-ta, bu-ka

anak

mendengarkan

- Anak mengulangi

melafalkan kata ki-

ta, bu-ka

- Anak menunjukkan

kartu kata ki-ta,

bu-ka dan

melafalkannya

- Anak melakukan

menulis diatas

tepung

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Mengulangi kata

ki-ta, bu-ka

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

- air, lap

tangan

- bekal anak

Observasi

Observasi

Page 94: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- menge

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Membaca kata

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Guru melafalkan

kata, la-da, pe-ta

anak

mendengarkan

- Anak mengulangi

melafalkan kata la-

da, pe-ta

- Anak menunjukkan

kartu kata la-da,

pe-ta dan

melafalkannya

- Anak melakukan

menulis diatas

tepung

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Mengulangi kata

la-da, pe-ta

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

- air, lap

tangan

- bekal anak

Observasi

Observasi

Page 95: SKRIPSI PENGARUH METODE MULTI SENSORI DALAM …

RENCANA PELAKSANA PEMBELAJARAN HARIAN

SEMESTER / MINGGU :

TEMA / SUB TEMA :

KELOMPOK :

HARI :

Indicator Kegiatan Pembelajaran Sumber / alat

pembelajaran

Alat Ket

- Menaati aturan /

tata tertib

- Memberi salam

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- menge

- Menyebutkan

huruf vocal dan

konsonan yang

dikenal di

lingkungan

sekitar

- Membaca kata

- Mengurus diri

sendiri tanpa

bantuan

- Berdoa sebelum

dan sesudah

kegiatan

- Mau bermain

dengan

temannya

� Kegiatan awal

- Berbaris

- Salam

- Doa

� Kegiatan inti

- Guru melafalkan

kata, bo-la, ma-ta,

ku-da anak

mendengarkan

- Anak mengulangi

melafalkan kata

bo-la, ma-ta, ku-da

- Anak menunjukkan

kartu kata bo-la,

ma-ta, ku-da dan

melafalkannya

- Anak melakukan

menulis diatas

tepung

� Istrahat

- Berdoa

- Bermain

� Kegiatan Akhir

- Tanya jawab

tentang kegiatan

satu harian

- Mengulangi kata

bo-la, ma-ta, ku-da

- Berdoa untuk

pulang

- salam

Anak, guru

Anak, kartu huruf,

huruf timbul, baki,

tepung terigu,

lembar kerja

- air, lap

tangan

- bekal anak

Observasi

Observasi