SKRIPSI PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP …repository.unair.ac.id/10927/2/FF F 38 15 Rah p.pdf ·...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP …repository.unair.ac.id/10927/2/FF F 38 15 Rah p.pdf ·...
SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
ANNISA MAULIDIA RAHAYYU
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPENLAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
ANNISA MAULIDIA RAHAYYU
NIM : 05111233
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya
ilmiah saya, dengan judul :
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, Digital Library
Perpustakaan Universitas Airlangga, atau media lain untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/ karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 10 Agustus 2015
Annisa Maulidia Rahayyu
NIM : 051111233
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Annisa Maulidia Rahayyu
NIM : 051111233
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi/ tugas akhir yang
saya tulis dengan judul :
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil dari
plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan
kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Surabaya, 10 Agustus 2015
Annisa Maulidia Rahayyu
NIM : 051111233
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
v
Lembar Pengesahan
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015
Oleh :
ANNISA MAULIDIA RAHAYYU NIM : 051111233
Skripsi ini telah disetujui
Tanggal 10 Agustus 2015 oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Retno Sari, Apt., M.Sc. NIP. 196308101989032001
Pembimbing Serta Dr. Dewi Isadiartuti, Apt., M.Si.
NIP. 196505201991022001
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPENLAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
ANNISA MAULIDIA RAHAYYU
NIM : 05111233
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya
ilmiah saya, dengan judul :
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, Digital Library
Perpustakaan Universitas Airlangga, atau media lain untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/ karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 10 Agustus 2015
Annisa Maulidia Rahayyu
NIM : 051111233
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Annisa Maulidia Rahayyu
NIM : 051111233
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi/ tugas akhir yang
saya tulis dengan judul :
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil dari
plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan
kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Surabaya, 10 Agustus 2015
Annisa Maulidia Rahayyu
NIM : 051111233
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON
SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015
Oleh :
ANNISA MAULIDIA RAHAYYU NIM : 051111233
Skripsi ini telah disetujui
Tanggal 10 Agustus 2015 oleh :
Pembimbing Utama
Dr. Retno Sari, Apt., M.Sc. NIP. 196308101989032001
Pembimbing Serta Dr. Dewi Isadiartuti, Apt., M.Si.
NIP. 196505201991022001
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas kehendak dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON SAMBILOTO-
KITOSAN (Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan
semprot)” dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini, kepada :
1. Dr. Retno Sari, Apt., M.Sc. sebagai pembimbing utama yang dengan
sabar, sayang, dan pengertian telah membimbing dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Dewi Isadiartuti, Apt., M.Si. sebagai pembimbing serta yang
telah membimbing dan memberi semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. dan Dr. Tristiana Erawati,
M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak. selaku Rektor Universitas
Airlangga dan Dr. Hj. Umi Athiyah, Apt., M.S. selaku Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar dan menempuh pendidikan program
sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
vii
5. Ibu Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS. selaku dosen wali yang
selalu mendampingi dan memberi dorongan semangat di setiap waktu
dalam hal akademik maupun non-akademik.
6. Dra. Hj. Esti Hendradi, Apt., M.Si., Ph.D. sebagai ketua Departemen
Farmasetika yang telah memberikan kesempatan untuk mengerjakan
skripsi di Laboratorium Departemen Farmasetika.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Farmasi Universitas
Airlangga yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan
selama penulis menempuh pendidikan sarjana.
8. Ibunda Silaturrakhmiyati, S.KM. dan Ayahanda Suprijandani, S.KM.,
MSc. PH. tersayang yang telah menjadi motivasi dan inspirasi untuk
penulis serta selalu membimbing, mendukung, dan memberikan doa
restunya kepada penulis.
9. Adek tersayang, Fardhon Danang Prakoso yang tidak jarang untuk
menemani, memberi motivasi, dan selalu mendukung penulis.
10. Mbah Tri, Mbay, Ajong, Pakde Nono, dan Bude Hanum yang selalu
memberikan semangat serta doa restunya kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Bude Ndari dan Pakde Pri yang sudah penulis anggap seperti orang
tua sendiri dan selalu memberikan semangat serta doa restunya
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Seluruh staf karyawan Departemen Farmasetika, terutama Bapak
Suprijono, Bapak Harmono, Mbak Nawang, dan Ibu Ari atas
kerjasamanya di laboratorium untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman tim Nanopartikel 2015 (Acit, Okta, dan Meida) atas
kerja sama, keceriaan, dan kekompakkannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
viii
14. Teman-teman seperjuangan farmasetika 2015 : tim mikropartikel
probiotik, SLN-NLC, mikrosfer, nanoemulsi, mikroemulsi, dan
sistem dispersi padat.
15. Para sahabat sekaligus saudara tersayang Zasa, Aida, Tiyas, Kanzul,
Gete, Shofi, Icha, Citra, Gani, dan Aryo, yang selalu membantu,
memotivasi, menghibur dalam suka dan duka, serta memberikan
doanya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
16. Keluarga kelas B 2011 (BofF) serta teman-teman Fanatik angkatan
2011 yang selalu membantu, serta memberikan doa dan semangat.
17. Keluarga sepuluh satu dan ipa 7 yang selalu memberi semangat dan
doa kepada penulis.
18. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas atas segala kebaikan dan bantuan
yang telah diberikan.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala keterbatasan dan
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, kritik dan saran dari
para pembaca sangat penulis butuhkan. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
untuk bidang teknologi farmasi.
Surabaya, Agustus 2015
Penulis
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
ix
RINGKASAN
PENGARUH JUMLAH KITOSAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN PROFIL PELEPASAN
NANOPARTIKEL FRAKSI DITERPEN LAKTON SAMBILOTO-KITOSAN
(Dibuat dengan metode gelasi ionik - pengeringan semprot)
Annisa Maulidia Rahayyu
Kitosan merupakan polisakarida alam polikationik yang dapat berinteraksi dengan permukaan yang bermuatan negatif dan polianion seperti tripolifosfat (TPP) untuk membentuk nanopartikel. Jumlah polimer akan memengaruhi karakter fisiko kimia dari nanopartikel yang disebabkan karena adanya perbedaan intensitas ikatan antar NH3
+ dari kitosan dan gugus -P3O10
5- dari TPP. Pada penelitian ini digunakan Fraksi diterpen lakton (FDTL) sambiloto (Andrographis paniculata Nees) sebagai model obat dengan zat aktif utama andrografolid yang memiliki sifat lipofilik dan kelarutan dalam air rendah sehingga, menyebabkan bioavailabiltasnya buruk. Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan diharapkan dapat mempercepat disolusi dari FDTL sambiloto sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kitosan (0,08% (FK 1), 0,1% (FK 2), dan 0,12% (FK 3)) terhadap karakteristik fisik dan profil pelepasan nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan yang dibuat dengan metode gelasi ionik-pengeringan semprot. Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dievaluasi meliputi morfologi partikel kering, evaluasi difraksi sinar X, penetapan kandungan, efisiensi penjerapan, dan laju pelepasan fraksi diterpen lakton sambiloto dari nanopartikel. Hasil pemeriksaan morfologi nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan kering dengan SEM menunjukkan bahwa dengan meningkatnya jumlah kitosan menghasilkan partikel berbentuk sferis dengan permukaan yang beragam. FK 2 dengan kosentarasi 0,1% menghasilkan morfologi yang paling optimal, yaitu permukaan rata dengan bentuk sferis. Diperoleh ukuran partikel yang heterogen pada ketiga formula yaitu berkisar 391 nm – 44,45 µm. Pada hasil evaluasi DTA dapat terlihat FK 2 memiliki ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan dua formula lain yaitu ditunjukkan dengan nilai energi peleburan sebesar 171 J/g. Dari evaluasi spektroskopi FT-IR pada FK 1, FK 2, dan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
x
FK 3, menunjukkan adanya ikatan antara –NH3+ dari kitosan dengan –
P3O105- dari TPP yang membuktikan bahwa nanopartikel telah terbentuk.
Hasil evaluasi difraksi sinar X menunjukkan fraksi diterpen lakton sambiloto memiliki struktur kristalin sedangkan kitosan memiliki struktur amorf. Pada difraktogram sinar X dari FK 1, FK 2, FK 3, tidak tampak puncak tajam dari FDTL sambiloto, ini membuktikan bahwa FDTL sambiloto telah terjerap ke dalam sistem nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan. Hasil pemeriksaan efisiensi penjerapan diperoleh efisiensi penjerapan FDTL sambiloto dalam nanopartikel untuk FK 1 = 32,69 ± 1,75 %, FK 2 = 31,57 ± 1,98 % dan FK 3 = 29,01 ± 1,43 %. Hasil tersebut tidak memberikan perbedaan bermakna terhadap efisiensi penjerapan FDTL sambiloto dalam nanopartikel. Dari hasil perhitungan slope
didapatkan laju pelepasan FK 1= 12,8590 ± 0,6023 (mg/menit1/2) , FK 2= 13,527 ± 0,7619 (mg/menit1/2), dan FK 3= 13,453 ± 0,4957 (mg/menit1/2) sedangkan hasil slope dari substansi FDTL sambiloto diperoleh laju pelepasan 8,3296 ± 0,4957 (mg/menit1/2). Peningkatan jumlah kitosan tidak berpengaruh terhadap laju pelepasan nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan, namun terjadi peningkatan laju pelepasan nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan sebesar 1,6 kali bila dibandingkan dengan substansi FDTL sambiloto. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah kitosan dapat memengaruhi morfologi dan ukuran dari nanopartikel. Peningkatan jumlah kitosan tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap efisiensi penjerapan dan laju pelepasan nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan, namun dapat meningkatkan laju pelepasan nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan sebesar 1,6 kali bila dibandingkan dengan substansi FDTL sambiloto. Dari penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan sistem nanopartikel kitosan pada bahan alam yang sukar larut.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xi
ABSTRACT
EFFECT OF CHITOSAN CONCENTRATION ON PHYSICAL CHARACTERISTICS AND in vitro RELEASE OF DITERPENE
LACTONE FRACTION FROM NANOPARTICLES (Prepared by ionic gelation methods-spray drying)
Annisa Maulidia Rahayyu
Diterpene lacton fraction (FDTL)-chitosan nanoparticle could be
developed to improve dissolution and further could increase bioavailability of FDTL. The objective of this research was a investigate effect of chitosan on physical characteristic and in vitro release of FDTL from nanoparticle. Nanoparticles were prepare by ionic gelation-spray drying with different amount of chitosan 80 mg (FK 1), 100 mg (FK 2), and 120 mg (FK 3) using tripolyphosphate (TPP) as the cross linker. All formula particles had spherical shape, but FK 2 had smooth surface compared to FK 1 and FK 3. Based on infrared spectra and DTA termogram, there was ionic bonding between chitosan and TPP. XRD analysis of nanoparticle could indicate that FDTL had been trapped in nanoparticle system. The entrapment efficiency of FDTL of nanoparticle FK 1 (32,69 ± 1,75 %), FK 2 (31,57 ± 1,98 %), and FK 3 (29,01 ± 1,43 %) were not significantly different. Release rate FDTL from nanoparticles was found 1,6 times higher than the FDTL substance. From result it was known that chitosan has effect on physical characteristic and release profile of that.
Keywords: nanoparticle; ionic gelation; spray drying; chitosan; tripolyphosphate; diterpene lacton fraction.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............ ii
SURAT PERNYATAAN ................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. v
KATA PENGANTAR ...................................................................... vi
RINGKASAN .................................................................................. ix
ABSTRAK ...................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 6
2.1 Nanopartikel .................................................................... 6
2.1.1 Definisi Nanopartikel ................................................ 6
2.1.2 Penggunaan Nanopartikel ....................................... 6
2.2 Kitosan ............................................................................ 8
2.3 Penyambung Silang .......................................................... 9
2.3.1 Tripolifosfat (TPP) ................................................ 10
2.4 Metode Pembuatan Nanopartikel ...................................... 12
2.4.1 Gelasi Ionik ........................................................... 12
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xiii
2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Pembuatan
Nanopartikel.......................................................... 14
2.5 Pengeringan Nanopartikel Kitosan .................................... 16
2.5.1 Pengering Semprot ................................................. 16
2.6 Fraksi Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto ...................... 22
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ............................................ 24
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ........................................... 24
3.2 Skema Kerangka Konseptual............................................ 26
BAB IV METODE PENELITIAN .................................................... 27
4.1 Bahan dan Alat................................................................. 27
4.1.1 Bahan ..................................................................... 27
4.1.2 Alat ........................................................................ 27
4.2 Metodologi Penelitian ...................................................... 28
4.2.1 Pemeriksaan Bahan Baku ........................................ 28
4.2.1.1 Identifikasi Kitosan ................................. 28
4.2.1.2 Identifikasi Fraksi Diterpen Lakton
Sambiloto ................................................ 29
4.2.2 Rancangan Penelitian .............................................. 32
4.2.3 Pembuatan Nanopartikel Fraksi Diterpen Lakton
(FDTL) Sambiloto-Kitosan ................................... 32
4.2.4 Evaluasi Nanopartikel Fraksi Diterpen Lakton
(FDTL) Sambiloto-Kitosan ................................ 35
4.2.4.1 Evaluasi morfologi dan ukuran
nanopartikel kering .................................. 35
4.2.4.2 Evaluasi spektroskopi FT-IR ..................... 35
4.2.4.3 Evaluasi Different Thermal Apparatus
(DTA)...................................................... 36
4.2.4.4 Evaluasi difraksi sinar X .......................... 36
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xiv
4.2.4.5 Penetapan kandungan Fraksi Diterpen
Lakton (FDTL) sambiloto dalam
nanopartikel ............................................. 37
4.2.4.6 Penentuan efisiensi penjerapan Fraksi
Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto ......... 37
4.2.4.7 Penentuan uji pelepasan Bahan Obat ........ 38
4.2.4.8 Penentuan Laju Pelepasan Fraksi
Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto ......... 39
4.2.4.9 Penentuan analisis statistik ......................... 39
BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................... 41
5.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Bahan .................................. 41
5.1.1 Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto ............................ 41
5.1.2 Kitosan .................................................................... 42
5.2 Pemeriksaan Karakteristik Nanopartikel Fraksi Diterpen
Lakton Sambiloto-Kitosan ................................................ 43
5.2.1 Ukuran dan Morfologi Permukaan Nanopartikel .... 43
5.2.2 Spektra Inframerah Nanopartikel ........................... 45
5.2.3 Pemeriksaan Titik Lebur Nanopartikel FDTL
Sambiloto-Kitosan ................................................. 47
5.2.4 Hasil Pemeriksaan Dfraktogram Sinar X ............... 49
5.2.5 Hasil Pemeriksaan Kandungan Fraksi Diterpen
Lakton Sambiloto dalam Nanopartikel ................... 50
5.2.5.1 Perhitungan Kandungan FDTL Sambiloto
yang diperoleh ............................................ 50
5. 2.6 Uji Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
dari Nanopartikel ................................................ 52
5.2.6.1 Hasil Uji Pelepasan Fraksi Diterpen
Lakton Sambiloto dari Nanopartikel ...... 52
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xv
5.2.6.2 Hasil Perhitungan Laju Pelepasan Fraksi
Diterpen Lakton Sambiloto dari
Nanopartikel ............................................ 53
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................ 56
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 64
7.1 Kesimpulan ..................................................................... 64
7.2 Saran ............................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 65
LAMPIRAN .................................................................................... 70
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
IV.1 Rancangan Formula Nanopartikel Fraksi Diterpen
Lakton Sambiloto-Kitosan ................................................. 32
V.1 Hasil pemeriksaan kualitatif fraksi diterpen lakton
sambiloto ............................................................................ 41
V.2 Hasil pemeriksaan kualitatif kitosan ................................... 42
V.3 Morfologi nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-
kitosan ................................................................................ 44
V.4 Rentang ukuran nanopartikel pada setiap formula dari
10 Pengamatan ................................................................... 44
V.5 Hasil pemeriksaan jarak lebur dan entalpi menggunakan
Different Thermal Apparatus (DTA) ................................... 48
V.6 Hasil pemeriksaan kandungan dan efisiensi penjerapan
FDTL sambiloto dalam nanopartikel ................................... 50
V.7 Hasil uji HSD penjerapan FDTL sambiloto dalam
nanopartikel pada setiap formula ......................................... 51
V.8 Hasil uji pelepasan FDTL sambiloto dari nanopartikel
FDTL sambiloto-kitosan dalam media natrium lauril
sulfat (SLS) 0,1% suhu 37 ± 0,5°C ...................................... 52
V.9 Slope dari persamaan regresi linier antara jumlah
kumulatif FDTL sambiloto yang terlepas terhadap akar
waktu (menit-1) dari nanopartikel dalam media SLS
0,1% suhu 37 ± 0,5°C ......................................................... 54
V.10 Hasil uji HSD laju pelepasan FDTL sambiloto dari
nanopartikel dalam media SLS 0,1% suhu 37 ± 0,5°C ........ 55
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Nanosfer (A) dan Nanokapsul (B) ....................................... 6
2.2 Struktur Kimia Kitin dan Kitosan ........................................ 8
2.3 Skema (A) Polimer dan (B) Polimer yang Tersambung
Silang ................................................................................ 10
2.4 Interaksi Kitosan dengan TPP (A) Deprotonasi (B)
Sambung Silang .................................................................. 11
2.5 Skema Representasi Pembuatan Sistem Partikulat Kitosan
Dengan Metode Gelasi Ionik ............................................... 13
2.6 Skema Proses Pengeringan Semprot .................................... 17
2.7 Alur Pengeringan Semprot ................................................. 22
2.8 Struktur Andrografolid ....................................................... 23
3.1 Alur Kerangka Konseptual .................................................. 26
4.1 Skema Kerja Penelitian ...................................................... 31
4.2 Alur Kerja Pembuatan Nanopartikel Fraksi Diterpen
Lakton (FDTL) dengan Metode Pengeringan Semprot ....... 34
5.1 Hasil SEM nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-
kitosan dengan perbandingan kitosan-FDTL sambiloto =
8:4 (FK 1), 10:4 (FK 2), 12:4 (FK 3) setelah pengeringan
dengan pembesaran (A) 5000x, (B) 10.000x ....................... 43
5.2 Spektrum inframerah (A) FDTL sambiloto, (B) kitosan,
sistem nanopartikel FDTL sambiloto (C), nanopartikel
fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan dengan
perbandingan kitosan – FDTL sambiloto = 8:4 (D), 10:4
(E), 12:4 (F) ........................................................................ 45
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xviii
5.3 Hasil pemeriksaan titik lebur menggunakan Different
Thermal Apparatus (DTA), kitosan (A), fraksi diterpen
lakton sambiloto (B), nanopartikel fraksi diterpen lakton
sambiloto-kitosan dengan perbandingan kitosan-FDTL
sambiloto= 8:4 (C), 10:4 (D), 12:4 (E), sistem
nanopartikel tanpa FDTL sambiloto dengan jumlah
kitosan = 80 mg (F), 100 mg (G), 120 mg (H) ..................... 47
5.4 Difraktogram sinar X, kitosan (A), fraksi diterpen lakton
sambiloto (B), nanopartikel fraksi dierpen lakton
sambiloto-kitosan dengan perbandingan kitosan-FDTL
sambiloto= 8:4 (C), 10:4 (D), 12:4 (E), sistem
nanopartikel tanpa FDTL sambiloto dengan jumlah
kitosan = 80 mg (F), 100 mg (G), 120 mg (H) .................... 49
5.5 Profil pelepasan FDTL sambiloto dari nanopartikel dalam
media SLS 0,1% suhu 37 ± 0,5°C ....................................... 53
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Sertifikat Analisis Kitosan .................................................. 70
2 Analisis Spektra Inframerah Fraksi Diterpen Lakton
Sambiloto .......................................................................... 71
3 Analisis Spektra Inframerah Kitosan (Low) ........................ 72
4 Analisis Spektra Inframerah Nanopartikel .......................... 73
5 Hasil Pemeriksaan Differential Thermal Apparatus (DTA) . 78
7 Pemeriksaan Viskositas Kitosan ......................................... 80
8 Pembuatan Nanopartikel ..................................................... 81
9 Ukuran Nanopartikel pada setiap Formula .......................... 82
10 Hasil Penentuan Linieritas Bahan Fraksi Diterpen Lakton
Sambiloto dengan Metode HPLC ........................................ 83
11 Kandungan FDTL Sambiloto dalam Nanopartikel .............. 84
12 Penetapan Efisiensi Penjerapan (EP) Nanopartikel .............. 85
13 Hasil Uji Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
dari Nanopartikel dalam Media Natrium Lauril Sulfat
0,1% .................................................................................. 86
14 Hasil Uji Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
dari Nanopartikel ............................................................... 94
15 Hasil Analisis Statistik Efisiensi Penjerapan Nanopartikel
dengan ANOVA Satu Arah ................................................ 96
16 Hasil Analisis Statistik Laju Pelepasan Nanopartikel
dengan ANOVA Satu Arah ................................................ 101
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanopartikel merupakan partikel padat dengan ukuran
diameter antara 10-1000 nm. Nanopartikel sebagai sistem
penghantaran ditujukan untuk mengendalikan ukuran partikel, luas
permukaan, dan pelepasan bahan aktif sehingga dapat mencapai
target spesifik secara optimal dan sesuai dengan aturan dosis
(Mohanraj and Chen, 2006).
Matriks nanopartikel yang digunakan dapat berupa polimer,
baik alam maupun sintetis. Salah satu polimer alam yang bisa
digunakan adalah kitosan. Kitosan merupakan polisakarida alam
polikationik, kopolimer dari glukosamin dan N-asetilglukosamin
yang memiliki satu gugus amina primer (-NH2) dan dua gugus
hidroksil (-OH) yang menyebabkan kitosan memiliki muatan positif,
sehingga kitosan dapat berinteraksi dengan permukaan yang
bermuatan negatif dan polimer anionik. Kitosan bersifat basa lemah,
tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan asam seperti asam
formiat, asam asetat, asam tartarik, dan asam sitrat pada pH < 6,5.
Keuntungan lain dari kitosan adalah memiliki sifat biodegradabel
sehingga mudah terdegradasi dalam tubuh, biokompatibilitas dengan
jaringan, mukoadesif, tidak toksik, dan mampu mengatur pelepasan
bahan obat (Sinha et al., 2004; Fan et al., 2012). Kitosan dapat
mengendap pada larutan alkali atau dengan larutan polianion dan
membentuk gel pada pH yang rendah (Tiyaboonchai et al., 2003;
Sinha et al., 2004).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
2
Tripolifosfat (TPP) merupakan polianion non toksik yang
dapat berinteraksi dengan gaya elektrostatik antara NH3+ dari kitosan
dengan gugus -P3O105-. Intensitas ikatan antar NH3
+ dan gugus -
P3O105- akan memengaruhi karakter fisikokimia antara lain interaksi
baik fisika maupun kimia, densitas matrik, struktur morfologi,
ukuran partikel, dan kemampuan penjerapan bahan obat yang
nantinya akan berpengaruh pula terhadap pelepasan, bioavailabilitas,
dan efektivitas bahan obat yang terjebak dalam sistem (Shu, 2002;
Ko et al., 2002; Kumar, 2011).
Pembuatan koloid nanopartikel secara gelasi ionik
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jumlah kitosan,
jumlah penyambung silang, pH larutan kitosan, suhu larutan kitosan,
kosentrasi asam asetat, dan kecepatan pengadukan (Fan et al., 2012).
Setelah terbentuk koloid padat nanopartikel dapat dibuat
dengan atau tanpa penegeringan. Proses pengeringan diperlukan
untuk mengatasi permasalahan pada sediaan cair. Pengeringan dapat
dilakukan dengan pengeringan beku dan pengeringan semprot.
Pengeringan semprot adalah metode untuk merubah cairan atau
suatu larutan terdispersi dari keadaan cair menjadi suatu bubuk
dengan penyemprotan ke ruangan yang berudara panas. Metode ini
tergolong cepat, sederhana, mudah, dan relatif murah untuk skala
besar (Agnihotri et al., 2004; Kissel et al., 2006).
Pada penelitian Putri (2014) mengenai pengaruh jumlah
polimer terhadap karakteristik fisik nanopartikel artesunat-kitosan
yang dibuat dengan metode gelas ionik – pengeringan semprot
diketahui bahwa pada perbandingan jumlah kitosan dengan TPP
10:8 menghasilkan partikel yang sferis dengan permukaan lebih
halus dibandingkan dengan 2 formula lain yaitu perbandingan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
3
jumlah kitosan dengan TPP 7,5:8 dan 12,5:8. Data ini juga didukung
dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Ashwatu (2013)
mengenai pengaruh jumlah TPP terhadap karakteristik fisik
nanopartikel kitosan-fraksi diterpenlakton sambiloto yang dibuat
dengan metode gelasi ionik-pengeringan semprot juga diketahui
bahwa pada perbandingan TPP dengan kitosan 8:10 dan 10:10 dapat
menghasilkan partikel yang sferis.
Fraksi diterpen lakton (FDTL) sambiloto (Andrographis
paniculata Nees) digunakan sebagai model obat dalam penelitian
ini untuk diaplikasikan dengan sistem nanopartikel kitosan.
Kandungan kimia FDTL sambiloto terdiri dari flavonoid dan lakton.
Zat aktif utama pada tanaman ini adalah andrografolid.
Andrografolid memiliki bioavailabilitas yang buruk, sangat lipofilik
(nilai log P = 2,632 ± 0,135), dan kelarutan dalam air yang rendah
yaitu 3,29 ± 0,73 µg/ml. Pada pembentukan nanopartikel
andrografolid-EudragitR terjadi peningkatan bioavailabilitas 2,2 kali
lebih besar dibandingkan dengan andrografolid murni pada
pemberian oral (Chellampillai and Pawar, 2011). Sistem
nanopartikel FDTL sambiloto – kitosan, diharapkan dapat mengatasi
masalah kelarutan dalam air yang rendah dan dengan adanya
pengecilan ukuran partikel dapat mempercepat disolusi sehingga
dapat meningkatkan bioavailabilitas FDTL sambiloto.
Berdasarkan hal yang dijabarkan di atas, dilakukan
penelitian mengenai pengaruh perbedaan jumlah kitosan, yaitu 80
mg, 100 mg, dan 120 mg pada nanopartikel fraksi diterpen lakton
sambiloto – kitosan dengan yang dibuat dengan metode gelasi ionik
dan dikeringkan dengan pengeringan semprot kitosan terhadap
karakteristik fisik dan profil pelepasan pada nanopartikel fraksi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
4
diterpen lakton sambiloto – kitosan. Evaluasi yang dilakukan pada
nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan ini meliputi
distribusi ukuran partikel, bentuk dan permukaan dari nanopartikel,
kandungan dan efisiensi penjerapan fraksi diterpen lakton dalam
nanopartikel, serta profil pelepasan fraksi diterpen lakton sambiloto.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh jumlah kitosan
terhadap karakteristik fisik dan profil pelepasan pada nanopartikel
fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan dengan metode gelasi ionik
– pengeringan semprot ?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menentukan morfologi partikel dari nanopartikel fraksi
diterpen lakton sambiloto – kitosan;
2. Menentukan kandungan dan efisiensi penjerapan FDTL
sambiloto pada nanopartikel FDTL sambiloto – kitosan;
3. Menentukan laju pelepasan nanopartikel FDTL sambiloto –
kitosan
yang dibuat dengan perbedaan jumlah kitosan dengan metode gelasi
ionik-pengeringan semprot.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
5
1.4 Manfaat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
pengembangan metode pembuatan nanopartikel FDTL sambiloto –
kitosan dengan metode gelasi ionik-pengeringan semprot
selanjutnya.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nanopartikel 2.1.1 Definisi Nanopartikel
Nanopartikel didefinisikan sebagai partikel padat dengan
ukuran antara 10-1000 nm. Bahan obat terlarut, terjebak,
terenkapsulasi, atau terikat matriks nanopartikel. Berdasarkan
metode preparasi, dapat diperoleh 2 tipe untuk nanopartikel, yaitu
nanosfer atau nanokapsul. Nanosfer merupakan suatu sistem yang
mendispersi bahan obat secara merata dalam matriks sedangkan,
nanokapsul adalah suatu sistem reservoir yang menjebak bahan
obat secara terbatas ke dalam rongga yang terdiri dari inti cair
(baik minyak atau air) dikelilingi oleh polimer (Mohanraj and
Chen, 2006; Rao and Geckeler, 2011).
2.1.2 Penggunaan Nanopartikel
Tujuan utama pembuatan nanopartikel adalah sebagai
sistem penghantaran untuk mengendalikan ukuran partikel, luas
permukaan, dan pelepasan bahan aktif sehingga dapat mencapai
target spesifik secara optimal dan sesuai dengan aturan dosis
(Mohanraj and Chen, 2006). Nanopartikel lebih banyak memiliki
Gambar 2.1 Nanosfer (A) dan Nanokapsul (B) (Fattal and Vauthier, 2007)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
7
keuntungan daripada mikropartikel dalam sistem penghantar obat.
Nanopartikel dapat menembus membran intestinal lebih besar,
dibandingkan dengan mikrosfer (Yokoyama, 2007).
Nanopartikel tidak hanya memiliki kemampuan sebagai
sistem penghantar obat pada rute oral, nasal, dan okular, tetapi juga
dapat memiliki kemampuan sebagai pembawa vaksin
(Tiyaboonchai, 2003).
Keuntungan menggunakan nanopartikel sebagai sistem
penghantaran obat meliputi:
1) Ukuran partikel dan karakteristik permukaan nanopartikel
dapat dengan mudah dimanipulasi untuk mencapai target obat
pasif dan aktif setelah pemberian parenteral.
2) Mengontrol dan mempertahankan pelepasan obat pada tempat
lokalisasi sehingga dapat meningkatkan efikasi dan
mengurangi efek samping.
3) Controlled release dan karakteristik degradasi partikel dapat
segera dimodulasi oleh konstituen matriks terpilih.
4) Mencapai target yang dituju dengan menempelkan ligan target
ke permukaan atau dengan menggunakan penarikan dari
magnet.
5) Sistem ini dapat digunakan untuk berbagai rute pemakaian obat
seperti oral, nasal, parenteral, intraocular (Mohanraj dan Chen,
2006).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
8 2.2 Kitosan
Kitosan merupakan suatu polimer alam hasil dealkilasi dari
kitin, berupa polisakarida yang memiliki struktur mirip dengan
selulosa. Kitin merupakan komponen dasar dari kutikula pelindung
golongan crustacea, seperti kepiting, udang, lobster, dan dinding sel
beberapa jamur golongan aspergillus dan mucor. Kitin memiliki
struktur homopolimer yaitu β-(1,4)-linked N-acetyl-gluosamine,
sedangkan kitosan merupakan kopolimer yang terdiri atas
glukosamin dan N-asetil glukosamin (Agnihotri et al, 2004; Sinha et
al., 2004).
Kitosan berbentuk sebuk putih, tidak berbau, dan tidak
berasa (Rosydah, 2011) bersifat basa lemah yang tidak larut dalam
air tetapi larut dalam larutan asam organik seperti asam formiat,
asam asetat, asam tartarik, dan asam sitrat pada pH ± 6,5. Dalam
keadaan asam dapat mengubah glukosamin menjadi gugus R-NH3+
yang larut (Tiyaboonchai et al., 2003; Sinha et al., 2004). Kitosan
mempunyai satu gugus amino primer dan 2 gugus hidroksil bebas.
Gugus amino bebas dari kitosan menyebabkan kitosan bermuatan
positif sehingga dapat bereaksi dengan beberapa polimer yang
bermuatan negatif dan polianion. Secara komersial, kitosan tersedia
dalam bentuk serpihan kering, larutan, dan serbuk halus (Prashanth
Gambar 2.2 Struktur kimia kitin dan kitosan (Ishihara, 2012)
Kitin Kitosan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
9
dan Tharanathan, 2006; Agnihotri et al., 2004). Berat molekul
kitosan bervariasi, yaitu low, medium, dan high. Berat molekul
kitosan dapat berpengaruh terhadap viskositas dari larutan polimer
kitosan dan bentuk mikropartikel serta memengaruhi pelepasan
bahan aktif dari nanopartikel (Ko et al., 2002).
Kitosan bersifat biodegradabel sehingga mudah
terdegradasi dalam tubuh, biokompatibilitas dengan jaringan,
mukoadesif, tidak toksik, dan mampu mengatur pelepasan bahan
obat. Kitosan banyak digunakan dalam bidang farmasetika karena
adanya pemberian dari gugus amina primer dari kitosan. Dalam
aplikasinya kitosan banyak digunakan sebagai pembawa sediaan
tablet, disintegrasi, pengikat, agen granulasi dan pembawa sediaan
sustained release (Sinha et a.l, 2004; Fan et al., 2012).
2.3 Penyambung Silang
Penyambung silang pada nanopartikel dapat meningkatkan
kekuatan mekanik dan efisiensi penjerapan obat serta
memperpanjang waktu pelepasan obat (Tsai and Wang, 2007).
Penyambung silang berguna untuk menghubungkan rantai dalam
suatu polimer ke bentuk 3 dimensinya melalui pembentukan
kompleks dengan polimer lain, ikatan ionik, maupun agregasi
polimer (Prashanth and Tharanathan, 2006). Dalam pembuatan
polimer kitosan dengan gelasi ionik, terjadi proses sambung silang
antara polielektrolit yang berbeda muatan (Mourya et al.,2010).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
10
Penyambung silang yang umumnya digunakan antara lain
glutaraldehyde, formaldehide, tripolifosfat (TPP), kalsium klorida
(CaCl2). Pemilihan penyambung silang ini berdasarkan interaksi
elektrostatik yang terjadi antara anion dan kitosan yang digunakan
(Shu and Zhu, 2002).
Penggunaan penyambung silang tripolifosfat (TPP) dapat
mengendalikan pelepasan obat dan dapat meningkatkan kestabilan
pada matriks nanopartikel (Ko et al., 2002; Rodrigues, 2012).
2.3.1 Tripolifosfat (TPP)
Penyambung silang tripolifosfat (TPP) merupakan
polianion yang dapat digunakan sebagai penyambung silang
kitosan (Bhumkar and Pokharkar, 2006). TPP granul memiliki
sifat higroskopis, agak larut dalam air (100 g/mL) pada suhu 25°C.
TPP memiliki 4 nilai pKa yaitu, 1,1; 2,3; 6,3; dan 8,9 (Budavari,
2001). Penyambung silang TPP merupakan polianion non toksik
yang dapat berinteraksi dengan gugus kationik kitosan dengan
gaya elektrostatik. Penggunaan penyambung silang TPP dapat
mengendalikan pelepasan obat dan dapat meningkatkan kestabilan
pada matriks nanopartikel (Shu, 2002; Ko et al., 2002; Rodrigues,
2012).
Gambar 2.3 Skema (A) Polimer dan (B) Polimer yang Tersambung Silang (Prashanth and Tharanathan, 2006)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
11
Pada pH asam, gugus amino bebas dari kitosan berikatan
dengan ion –P3O105- dengan mekanisme sambung silang ionik.
Sedangkan pada pH yang lebih basa, gugus amina bebas dapat
berikatan dengan ion –OH- maupun –P3O105- dengan mekanisme
deprotonasi (Bhumkar and Pokharkar, 2006).
Pembentukan nanopartikel hanya mungkin dalam
perbandingan tertentu antara polimer dengan penyambung silang
(Wu et al., 2005). Dalam pembuatan koloid nanopartikel,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jumlah kitosan,
jumlah penyambung silang, pH larutan kitosan, suhu larutan
kitosan, kosentrasi asam asetat, dan kecepatan pengadukan (Fan
et al., 2012). Peningkatan jumlah penyambung silang
menyebabkan jumlah gugus penyambung silang lebih banyak
yang akan berinteraksi dengan gugus positif dari kitosan
sehingga menyebabkan bahan obat sulit lepas (Ko et al., 2002).
Gambar 2.4 Interaksi kitosan dengan TPP (A) deprotonasi (B) sambung silang ionik
(Bhumkar and Pokharkar, 2006).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
12 2.4 Metode Pembuatan Nanopartikel
Dalam pembuatan sistem partikulat kitosan dapat dilakukan
dengan beberapa metode yang berbeda. Pemilihan metode
tergantung pada beberapa faktor, misalnya ukuran partikel yang
dikehendaki, suhu, stabilitas dari bahan aktif, reprodusibilitas
profil pelepasan, stabilitas, dan toksisitas residual dari produk
akhir (Agnihotri, 2004).
Pembuatan nanopartikel dilakukan dengan dua tahap yaitu
proses pembuatan koloid padat nanopartikel dan proses
pengeringan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk
pembuatan nanopartikel kitosan adalah gelasi ionik, mikroemulsi,
emulsification solvent diffusion, polielektrolit kompleks,
koaservasi, reverse micellar method, emulsion-droplet
coalescence, pengeringan semprot dan pengeringan beku
(Agnihotri et al., 2004; Tiyaboonchai, 2003; Swarbrick, 2007).
2.4.1 Gelasi Ionik
Teknik gelasi ionik melibatkan peristiwa sambung silang
polielektrolit karena adanya multivalent control ions berupa
kompleksasi polielektrolit yang muatannya berbeda. Kompleksasi
ini membentuk membran kompleks polielektrolit pada permukaan
partikel gel yang meningkatkan kekakuan partikel (Swarbrick,
2007).
Bahan yang sering digunakan sebagai penyambung silang
dalah glutaraldehid, kalsium klorida (CaCl2), formaldehid, natrium
hidroksida (NaOH), dan natrium tripolifosfat (Na TPP) (Ko et al.,
2002; Sinha et al., 2004).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
13
Mekanisme dari pembentukan nanopartikel kitosan
didasarkan pada interaksi elektrostatik antara kelompok amina dari
kitosan dan muatan negatif dari kelompok polianion seperti
tripolifosfat. Polianion atau polimer anionik ditambahkan dan
nanopartikel dapat terbentuk secara spontan di bawah kondisi
pengadukan secara mekanik pada suhu ruang. Ukuran dan muatan
partikel permukaan dapat dimodifikasi dengan variasi
perbandingan kitosan dan stabilizer (Kumar, 2000).
Pembentukan nanopartikel hanya mungkin dalam
perbandingan tertentu antara polimer dengan penyambung silang
(Wu et al., 2005). Dalam pembuatan koloid nanopartikel,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jumlah kitosan,
jumlah penyambung silang, pH larutan kitosan, suhu larutan
kitosan, kosentrasi asam asetat, dan kecepatan pengadukan (Fan et
al., 2012).
Gambar 2.5 Skema representasi pembuatan sistem partikulat kitosan dengan metode gelasi ionik (Dash et al., 2011)
Larutan Kitosan
Penyangga
Larutan Polianion
Partikel Kitosan
Pengadukan dengan kecepatan tinggi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
14 2.4.2 Faktor yang Memengaruhi Pembuatan Nanopartikel
a. Jumlah polimer
Dengan meningkatnya konsentrasi polimer, ukuran
nanopartikel yang dibuat akan meningkat. Partikel yang
besar memiliki inti yang besar sehingga memungkinkan
obat lebih banyak terenkapsulasi dan berdifusi keluar (He et
al., 1999; Mohanraj and Chen, 2006). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Rosydah (2011) dengan meningkatnya
jumlah kitosan, mikropartikel yang terbentuk lebih sferis
dengan permukaan yang halus, sedangkan pada penelitian
Putri (2013) mengenai pengaruh jumlah polimer terhadap
karakteristik fisik nanopartikel artesunat-kitosan yang
dibuat dengan metode gelas ionik – pengeringan semprot
diketahui bahwa pada perbandingan jumlah kitosan dengan
TPP 10:8 menghasilkan partikel yang sferis dengan
permukaan lebih halus dibandingkan dengan 2 formula lain
yaitu perbandingan jumlah kitosan dengan TPP 7,5:8 dan
12,5:8. Namun, apabila jumlah polimer terlalu kecil,
partikel yang terbentuk akan semakin kecil, sehingga dapat
terjadi agregasi dan menyebabkan partikel menjadi besar
(Wu et al., 2005). Selain itu, dengan semakin tingginya
jumlah polimer yang digunakan, semakin tinggi viskositas
larutan yang terbentuk, sehingga efisiensi penjerapan obat
juga semakin tinggi (Agnihotri et al., 2004). Pada penelitian
pengembangan mikropartikel kitosan untuk sediaan
pelepasan terkendali dikatakan bahwa laju pelepasan bahan
obat menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi
kitosan. Konsentrasi kitosan yang tinggi menyebabkan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
15
meningkatnya densitas matriks sehingga mengurangi
kemampuan swelling dari mikropartikel oleh karena itu laju
pelepasan bahan obat menurun (Ko etal., 2003).
b. Perbandingan obat-polimer
Pada nanopartikel ammonium gycrrhizinate dengan polimer
kitosan dan penyambung silang TPP diketahui bahwa
dengan meningkatnya jumlah bahan obat maka ukuran
partikel dan kandungan obat meningkat (Wu et al., 2005),
sedangkan pelepasan obat akan meningkat dengan
meningkatnya kandungan bahan obat dalam mikropartikel
(Sinha et al., 2004).
c. Berat molekul polimer
Berat molekul kitosan dan ukuran partikel mikrosfer
memengaruhi laju pelepasan bahan obat. Kitosan yang
memiliki berat molekul tinggi akan lebih lambat laju
pelepasannya jika dibandingkan dengan yang memiliki
berat molekul rendah atau medium. Hal ini disebabkan
karena kitosan dengan berat molekul tinggi memiliki
kelarutan yang rendah dan viskositas yang tinggi pada
lapisan gel yang mengelilingi partikel obat dalam media
disolusi, sedangkan pelepasan dari mikrosfer yang
berukuran kecil akan lebih cepat jika dibandingkan dengan
yang berukuran lebih besar (Agnihotri et al., 2004).
d. Jumlah penyambung silang
Laju pelepasan nanopartikel yang dibuat dapat dipengaruhi
oleh penambahan jumlah peyambung silang. Adanya
peningkatan jumlah penyambung silang, maka jumlah
gugus positif penyambung silang lebih banyak yang akan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
16
berinteraksi dengan gugus negatif dari kitosan sehingga
menyebabkan bahan obat sulit lepas (Ko et al., 2002).
e. Jenis penyambung silang
Jenis penyambung silang dapat berpengaruh pada
nanopartikel yang dihasilkan. Penyambung silang TPP,
natrium sitrat dan natrium sulfat dapat berinteraksi secara
elektrostatik dengan ion positif kitosan sehingga dihasilkan
ikatan komplek dan akan memengaruhi bentuk permukaan
nanopartikel (Shu and Zhu, 2002).
f. Waktu kontak dengan penyambung silang
Kandungan bahan obat dalam nanopartikel dan pelepasan
bahan obat dari nanopartikel dipengaruhi waktu kontak
dengan penyambung silang. Waktu kontak penyambung
silang yang semakin lama maka kandungan obat dalam
nanopartikel meningkat karena reaksi penyambungan silang
terjadi dengan sempurna (Ko et al., 2002).
2.5 Pengeringan Nanopartikel Kitosan
2.5.1 Pengering semprot
Pengeringan semprot adalah merubah cairan atau suatu
larutan terdispersi dari keadaan cair menjadi suatu bubuk dengan
penyemprotan ke ruangan yang berudara panas. Metode ini
tergolong cepat, sederhana, mudah, dan relatif murah untuk skala
besar (Agnihotri et al., 2004; Kissel et al., 2006).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
17
Prinsip pada metode ini adalah terjadinya evaporasi larutan
sampel dengan cepat dan presipitasi dari bahan aktif terlarut sehingga
pelarut dapat dihilangkan dari larutan sampel (Williams and Vaughn,
2007). Ada 4 tahapan penting dalam metode pengeringan semprot
(Kissel et al., 2006):
1) Atomisasi sampel
Tujuan pada tahap ini adalah untuk menciptakan
transfer panas permukaan yang maksimal antara udara kering
dan cairan sehingga mengoptimalkan transfer panas dan
massa (Agnihotri et al., 2004).
Proses atomisasi akan mengubah sampel ke dalam
bentuk tetesan-tetesan kecil (Agnihotri et al., 2004). Proses
ini dibantu dengan beberapa teknik yang membuatnya terbagi
menjadi beberapa macam atomizer antara lain rotary
atomizer, pada atomizer tipe ini terdapat cakram berputar
yang mampu membentuk tetesan droplet; pressure atomizer
Gambar 2.6 Skema Proses Pengering Semprot (Agnihotri et al., 2004)
Udara bertekanan Larutan Kitosan
Udara Panas
Ruang pengering
Tempat Uap Dikeluarkan
Siklon
Mikro-partikel
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
18
yang membentuk tetesan droplet dengan memberi tekanan
pada atomizer dan two fluid nozzle yang memungkinkan
adanya kontak antara udara dan sampel sehingga terjadi
pemecahan sampel ke dalam bentuk tetesan droplet. Proses
atomisasi ini berdampak langsung terhadap ukuran partikel
yang terbentuk (Kissel et al., 2006).
Pemilihan atomizer tergantung viskositas dari larutan
yang dimasukkan serta karakteristik produk yang diinginkan.
Cakram berputar pada rotary atomizer dapat digunakan untuk
cairan yang sangat kental sehingga memungkinkan untuk
membentuk partikel kecil. Sedangkan two-fluid nozzles
biasanya memiliki diameter internal antara 0,5 dan 1,0 μm,
sehingga membentuk partikel dengan diameter kurang dari
10 μm (Kissel et al., 2006). Selain itu, semakin tinggi energi
pada atomizer yang digunakan, akan terbentuk tetesan yang
lebih halus. Ukuran partikel akan semakin meningkat bila
viskositas, tegangan permukaan cairan awalnya tinggi, dan
feed rate yang tinggi (Gharsallaoui et al., 2007).
2) Kontak tetesan dengan udara
Dalam ruang pengeringan, tetesan kecil yang sudah terbentuk
akan bertemu dengan udara panas dan dalam beberapa detik
sebanyak 95% air yang berada dalam droplet akan
mengalami evaporasi (Patel et al., 2009). Kontak antara
droplet dengan udara panas terjadi selama proses atomisasi
dan tahap awal dalam pengeringan. Berdasarkan kedudukan
atomizer dibandingkan dengan penyemprot udara panas, ada
dua macam proses pengeringan yaitu co-current drying dan
counter-current drying. Dalam proses pengeringan co-
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
19
current cairan disemprotkan searah dengan aliran udara
panas yang melewati alat dan proses penguapan terjadi
dengan seketika, sedangkan pada pengeringan counter-
current cairan disemprotkan berlawanan arah dengan aliran
udara panas dan produk kering terpapar suhu tinggi sehingga
dapat membatasi aplikasi proses ini untuk produk yang
sensitif terhadap suhu (Gharsallaoui et al., 2007).
3) Evaporasi pelarut
Pada waktu terjadi kontak antara droplet dengan udara
panas, keseimbangan suhu dan tekanan uap parsial dibentuk
antara fase cair dan fase gas. Perpindahan panas dilakukan
dari udara ke produk sebagai hasil dari perbedaan suhu yang
terjadi sedangkan transfer air dilakukan dalam arah yang
berlawanan yang disebabkan karena perbedaan tekanan uap.
Berdasarkan teori pengeringan, ada tiga langkah yang
terjadi secara berurutan. Setelah terjadi kontak cairan dengan
udara panas, perpindahan panas menyebabkan meningkatnya
suhu droplet sampai nilai konstan. Selanjutnya penguapan air
droplet terjadi pada suhu konstan dan tekanan uap air parsial.
Kecepatan difusi air dari inti droplet ke permukaan yang
dipertimbangkan biasanya sama dan konstan terhadap
kecepatan penguapan permukaan. Akhirnya, ketika
kandungan air mencapai nilai kritis, permukaan droplet
mengeras dan laju pengeringan menurun dengan cepat.
Pengeringan berakhir ketika suhu partikel sama dengan udara
(Gharsallaoui et al., 2007).
Dengan bentuk tetesan kecil dan adanya suhu yang
tinggi, akan memudahkan terjadinya evaporasi pelarut
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
20
dengan cepat dari permukaan droplet dan saat kandungan air
dalam permukaan droplet sudah mencapai batas
minimumnya, droplet ini akan berubah menjadi partikel
kering (Agnihotri et al., 2004; Patel et al., 2009).
4) Pemisahan produk kering dari udara
Dalam tahap ini produk kering akan memisah dengan dibantu
adanya udara sejuk di area siklon yang terletak di luar
pengering. Partikel padat yang yang terdapat pada dasar
chamber pengering melewati siklon untuk dipisahkan dari
udara lembap. Sebagian besar partikel padat tertampung,
sementara partikel yang lebih halus dan polutan yang mudah
menguap melewati siklon untuk dipisahkan dari udara
pengering dengan penyaring yang disebut “bag house”.
Pemisahan ini berdasar pada perbedaan densitas (Patel et al.,
2009; Gharsallaoui et al., 2007).
Pengering semprot dipengaruhi oleh beberapa faktor (Swarbrick,
2007) antara lain:
a) Diameter lubang penyemprot
Diameter lubang penyemprot akan berpengaruh pada waktu
pengeringan, ukuran droplet atau ukuran distribusi, kecepatan
pengeringan sehingga akan berpengaruh juga terhadap
ukuran partikel dan bentuk partikel (Paudel et al, 2012).
Semakin besar diameter lubang penyemprot maka akan
menghasilkan ukuran partikel yang lebih besar pula (He et
al., 1999; Paudel et al., 2012).
b) Suhu inlet
Suhu inlet yang semakin tinggi akan dapat meningkatkan
rendemen, ukuran partikel, dan suhu outlet. Kenaikan ukuran
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
21
partikel yang disebabkan oleh kenaikan suhu inlet terjadi
karena aglomerasi partikel pada suhu yang lebih tinggi dan
pengerasan tetesan cairan (Amaro et al., 2011; Patel et al.,
2011), dan juga disebabkan banyaknya fraksi partikel yang
lebih besar akibat pembentukan droplet yang lebih besar
(Paudel et al., 2012).
c) Laju pompa
Dengan semakin naiknya laju pompa dapat meningkatkan
rendemen dan ukuran partikel, serta menurunkan suhu outlet.
Pada kenaikan laju pompa, suplai cairan ke dalam ruang
pengeringan serta penguapan pelarut menjadi lebih banyak,
sehingga menurunkan suhu outlet. (Amaro et al., 2011; He et
al., 1999).
d) Laju aliran gas
Penurunan laju aliran gas akan menurunkan energi atomisasi
yang akan menyebabkan terbentuknya partikel yang lebih
besar. Sebaliknya, dengan meningkatnya laju aliran gas maka
akan dapat memperluas area permukaan spedifik dan
memperkecil ukuran partikel (Amaro et al., 2011; He et al.,
1999; Paudel et al., 2012).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
22
Pengaturan kondisi alat-alat tersebut dapat memengaruhi
parameter produk seperti ukuran partikel, suhu outlet, area
permukaan, dan kandungan residu pelarut (Swarbrick, 2007).
2.6 Fraksi Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto
Fraksi diterpen lakton yang digunakan berasal dari
sambiloto (Andrographis paniculata Nees) yang merupakan salah
satu dari sembilan obat tradisional yang diunggulkan untuk dikaji
sampai tahap uji klinis. Senyawa yang temasuk dalam diterpen
lakton meliputi andrografolid, neoandrografolid, 14-
deoxyandrografolid, isoandrografolid, dan 14-deoxyandrografolid
19 β-D-glukosida, homoandrografolid, andrographan,
andrographosterin, dan stigmasterol. Kandungan kimia dari
tanaman ini terdiri dari flavonoid dan lakton. Zat aktif utamanya
adalah andrografolid dengan titik lebur 238-240°C. Andrografolid
merupakan senyawa diterpenlakton yang sukar larut dalam air.
Gambar 2.7 Alur pengering semprot (Kissel et al., 2006).
Keterangan: (1) Inlet udara kering +
filtrasi; (2) Pemanas; (3) Ruang desikasi; (4) Siklon; (5) Penampung serbuk
kering-mikrosfer; (6) Filtrasi + outlet
udara; (A) Larutan, suspensi,
emulsi yang akan di spray;
(B) Udara bertekanan atau nitrogen;
(C) Spray nozzle. = Udara
= Larutan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
23
Senyawa ini memiliki 20 atom karbon dan dibangun oleh 4 unit
isopren. Distribusinya luas di jaringan dan organ tubuh. Efek
farmakologi sambiloto di antaranya sebagai antioksidan,
antidiabetik, antifertilitas, anti HIV-1, antiflu, anti adhesi
intraperitoneal, antima-laria, antidiare, hepatoprotektif, koleretik,
dan kolekinetik (Widyawati, 2007; Kanokwan and Nobuo, 2008;
Jain, et al., 2010). Andrografolid memiliki bioavailabilitas yang
buruk, sangat lipofilik (nilai log P = 2,632 ± 0,135), dan kelarutan
dalam air yang rendah yaitu 3,29 ± 0,73 µg/ml (Chellampillai and
Pawar, 2011).
Fraksi diterpen lakton (FDTL) sambiloto
(Andrographis paniculata Nees) memiliki pemerian berupa
padatan keras, tidak berbau, warna kuning kecoklatan, dan rasanya
pahit (Tyas, 2010). Senyawa multikomponen FDTL sambiloto
lebih efektif daripada senyawa tunggal andrografolid karena ada
efek sinergi antar senyawa dalam multikomponen
(Kusumawardhani, 2010).
Gambar 2.8 Struktur andrografolid (Chellampillai, 2011)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
24
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
Nanopartikel merupakan partikel padat dengan ukuran
diameter antara 10-1000 nm. Pembuatan nanopartikel dilakukan
dengan dua tahap yaitu proses pembuatan koloid padat
nanopartikel dengan penyambung silang tripolifosfat (TPP) yang
merupakan polianion non toksik dan dilakukan proses pengeringan
dengan pengeringan semprot.
Fraksi diterpen lakton (FDTL) sambiloto (Andrographis
paniculata) digunakan dalam penelitian ini sebagai model obat
untuk di aplikasikan dengan sistem nanopartikel. FDTL sambiloto
memiliki kandungan utama yaitu andrografolid. Andrografolid
memiliki bioavailabilitas yang buruk, sangat lipofilik, dan
kelarutan dalam air yang rendah yaitu 3,29 ± 0,73 µg/ml. Pada
pembentukan nanopartikel andrografolid-EudragitR terjadi
peningkatan bioavailabilitas 2,2 kali lebih besar dibandingkan
dengan andrografolid murni pada pemberian oral (Chellampillai,
2011).
Nanopartikel kitosan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: jumlah kitosan, jumlah penyambung silang, pH larutan
kitosan, suhu larutan kitosan, kosentrasi asam asetat, dan
kecepatan pengadukan (Fan et al., 2012).
Pada penelitian ini proses pembuatan sistem nanopartikel
FDTL sambiloto-kitosan, jumlah kitosan dibuat berbeda. Pada
penelitian Putri (2014) menyatakan bahwa pada perbandingan
jumlah kitosan dengan TPP 10:8 menghasilkan partikel yang sferis
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
25
dengan permukaan lebih halus dibandingkan dengan 2 formula
lain yaitu perbandingan jumlah kitosan dengan TPP 7,5:8 dan
12,5:8 serta didapatkan hasil evaluasi efisiensi penejerapan pada
F1 (49,31%), F2 (43,81%), dan F3 (45,47%) yang mununjukkan
tidak ada perbedaan bermakna terhadap efisiensi penjerapan
artesunat.
Pada pembentukan nanopartikel andrografolid-EudragitR
terjadi peningkatan bioavailabilitas 2,2 kali lebih besar
dibandingkan dengan andrografolid murni pada pemberian oral
(Chellampillai and Pawar, 2011).
Dengan melakukan penelitian tentang pengaruh perbedaan
jumlah kitosan terhadap karakteristik fisik dan profil pelepasan
nanopartikel fraksi diterpenlakton sambiloto-kitosan yang dibuat
dengan metode gelasi ionik-pengeringan semprot diharapkan dapat
diperoleh nanopartikel fraksi diterpenlakton sambiloto yang
memiliki karakteristik fisik dan profil pelepasan yang paling
optimal.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
26
Menyebabkan
3.1 Skema Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Alur Kerangka Konseptual
- Jumlah penyambung silang
- pH larutan kitosan - Jumlah kitosan - Konsentrasi asam
asetat - Suhu larutan
kitosan - Kecepatan
pengadukan (Fan et al., 2012).
Dipengaruhi
Sistem nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto – kitosan dengan perbedaan
jumlah kitosan
Nanopartikel fraksi diterpenlakton sambiloto-kitosan yang memiliki karakteristik fisik dan profil pelepasan yang paling optimal.
Bahan Obat: Fraksi Diterpen Lakton
(FDTL) Sambiloto - Kandungan utama adalah andrografolid
- Sukar larut dalam air
Polimer: Kitosan
- Biodegradabel - Biokompatibel
- Mukoadesif - Tidak Toksik
Dibuat dengan metode gelasi ionik dengan penyambung silang TPP-pengeringan semprot
- Peningkatan kecepatan disolusi
- Peningkatan Bioavailabilitas
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan dan Alat
4.1.1 Bahan
Fraksi diterpen lakton (FDTL) Sambiloto dari herba
Andrographis paniculata Ness (Departemen Farmakognosi dan
Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga); Kitosan
pharmaceutical grade low (Biotech Surindo); Sodium
tripolifosfat pentabasic practical grade (Nacalai Tesque); Asam
asetat pro analysis; Etanol pro analisis; Aquades.
4.1.2 Alat
Spray Dryer (SD-basic Lab Plant UK Ltd. Type SD
B09060019); Neraca analitik (Ohaus); Spektrofotometer
inframerah (Jasco FT-IR 5300); Diferrential Thermal Apparatus
(Mettler Toledo FP-65 DTA P-900 Thermal); Difraktor X’Pert
Phillips; Digital viscosimeter (Brookfield Viscosimeter DV-II);
Dissolution Tester (Erweka DT-700); Alat-alat gelas; Ultrasonic
ELMA LC-60/H; Magnetic stirrer (DRAGONLAB MS-Pro);
Thermoline Hot Plate (Thermoline Cimarec 3); pH meter
(Mettler Toledo Seven Easy); HPLC (Agilent 1100 series);
Scanning Electron microscopy (Inspect S50 Tipe FP 2017/12).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
28 4.2 Metode Penelitian
4.2.1 Pemeriksaan Bahan Baku
4.2.1.1 Identifikasi Kitosan
1. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis kitosan dilakukan dengan cara
memeriksa bentuk, warna, rasa, dan bau. Hasil yang
diperoleh kemudian dibandingkan dengan pustaka.
2. Pemeriksaan titik lebur
Ditentukan menggunakan alat Differetial Thermal
Apparatus (DTA). Pemeriksaan titik lebur kitosan
dilakukan pada suhu 50°C-300°C dengan kecepatan
kenaikan suhu 10°C per menit. Hasil termogram yang
diperoleh dibandingkan dengan pustaka.
3. Pemeriksaan dengan spektrofotometer infra merah
Spektrum inframerah ditentukan menggunakan
spektroskopi FTIR (Jasco FT-IR 5300) dengan metode
cakram KBr. Kitosan digerus sampai halus dan homogen.
Kemudian dimasukkan ke dalam pengering hampa udara
dan dicetak dengan penekan hidrolik hingga terbentuk pelet
yang transparan. Pelet diletakkan pada alat pemegang yang
sesuai dalam spektrofotometer dan dilakukan perekaman
terhadap spektra infra merah. Sampel diamati pada panjang
gelombang 4000-400 cm-1. Hasil pemeriksaan
dibandingkan dengan spektrum infra merah kitosan
pembanding
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
29
4. Pemeriksaaan dengan difraksi sinar X
Difraktogram sinar X ditentukan menggunakan alat
difraktor X’Pert Phillips dilakukan pada suhu ruangan
dengan kondisi pengukuran sumber sinar X Kα, target
logam Cu, filter Ni, voltase 40 kV, arus 30 mA pada
rentang 2θ 5-40°. Hasil difraktogram yang diperoleh
dibandingkan dengan pustaka.
5. Pemeriksaan viskositas.
Pemeriksaan viskositas kitosan dilakukan dengan alat
Digital viscosimeter (Brookfield Viscosimeter DV-II).
Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan viskositas kitosan
pada pustaka atau disetarakan dengan sertifikat analisis dari
bahan.
4.2.1.2 Identifikasi Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
1. Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan terhadap bentuk,
warna, rasa dan bau kemudian dibandingkan dengan
pustaka.
2. Pemeriksaan titik lebur fraksi diterpen lakton
Penentuan titik lebur dilakukan dengan alat Differetial
Thermal Apparatus (DTA). Pemeriksaan titik lebur
dilakukan pada suhu 160-240 ˚C dengan kecepatan
kenaikan suhu ± 5˚C per menit. Hasil termogram yang
diperoleh dibandingkan dengan pustaka.
3. Pemeriksaan dengan spektrofotometer infra merah
Spektrum inframerah ditentukan menggunakan
spektroskopi FTIR (Jasco FT-IR 5300) dengan metode
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
30
cakram KBr. Fraksi diterpen lakton digerus sampai halus
dan homogen. Kemudian dimasukkan ke dalam pengering
hampa udara dan dicetak dengan penekan hidrolik hingga
terbentuk cakram yang transparan. Hasil pemeriksaan
dibandingkan dengan spektrum infra merah fraksi diterpen
lakton pembanding.
4. Pemeriksaan dengan difraksi sinar X
Difraktogram sinar X ditentukan menggunakan alat
difraktor X’Pert Phillips dilakukan pada temperature
ruangan dengan kondisi pengukuran sumber sinar X Kα,
target logam Cu, filter Ni, voltase 40 kV, arus 40 mA pada
rentang 2θ 5-40°. Hasil difraktogram yang diperoleh
dibandingkan dengan pustaka.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
31
Gambar 4.1 Skema Kerja Penelitian
Keterangan: FK 1 = Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dengan
konsentrasi kitosan 0,08% FK 2 = Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dengan
konsentrasi kitosan 0,1% FK 3 = Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dengan kitosan
konsentrasi 0,12%
Pemeriksaan Bahan Baku (Kitosan dan Fraksi Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto)
Pembuatan Formula FK 1, FK 2 dan Formula FK 3 dengan metode gelasi ionik
Dikeringkan dengan Pengeringan Semprot (ukuran nozzle 1,0 mm, suhu inlet 100°C, tekanan 2 bar, skala 3
(6,0 ml/menit)
A. Uji Karakteristik Fisik Nanopartikel: a. Bentuk dan Morfologi b. Organoleptis c. Titik Lebur
B. Evaluasi Spektrum
Inframerah dari Nanopartikel
A. Penetapan Kandungan Fraksi Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto dalam Nanopartikel
B. Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto
Analisis Data
Kesimpulan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
32 4.2.2 Rancangan Penelitian
Nanopartikel dibuat dengan metode gelasi ionik dan
dikeringkan dengan proses pengeringan semprot dengan jumlah
kitosan yang berbeda.
Tabel IV.1 Rancangan Formula Nanopartikel Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto-Kitosan.
Nama Bahan Fungsi FK 1 FK 2 FK 3 FDTL
Sambiloto Bahan Obat 40 mg 40 mg 40 mg
Kitosan Polimer 80 mg 100 mg 120 mg
TPP Penyambung Silang 64 mg 80 mg 96 mg
Keterangan: FK 1 = Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dengan
konsentrasi kitosan 0,08% FK 2 = Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dengan
konsentrasi kitosan 0,1% FK 3 = Nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dengan kitosan
konsentrasi 0,12%
4.2.3 Pembuatan Nanopartikel Fraksi Diterpen Lakton (FDTL)
Sambiloto-Kitosan
1. Kitosan ditimbang sesuai dengan formula pada tabel 4.1,
didispersikan secara merata masing-masing ke dalam 100
ml asam asetat kemudian diaduk dengan magnetic stirrer
dengan kecepatan 500 rpm sampai larut.
2. FDTL sambiloto ditimbang sebanyak 40 mg, kemudian
dilarutkan dalam 5 ml etanol, diaduk sampai larut.
3. Larutan kitosan dituangkan ke dalam larutan FDTL
sambiloto, kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer
dengan kecepatan 500 rpm.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
33
4. TPP ditimbang sesuai dengan formula pada tabel 4.1,
kemudian dilarutkan ke dalam aquadest 80 ml aquadest dan
diaduk hingga homogen.
5. Larutan TPP yang terbentuk diteteskan ke dalam larutan
FDTL sambiloto-kitosan (untuk masing-masing formula)
sambil terus diaduk dengan kecepatan 500 rpm
menggunakan magnetic stirrer hingga TPP habis,
selanjutnya diaduk selama 2 jam.
6. Nanopartikel yang terbentuk dikeringkan menggunakan
pengering semprot. Dilakukan pengaturan instrument
pengering semprot meliputi: ukuran nozzle 1,0 mm, suhu
inlet 100°C, tekanan 2 bar, skala 3 (6,0 ml/menit).
7. Nanopartikel tanpa FDTL sambiloto juga dibuat dengan
formula dan metode pembuatan yang sama yaitu FK01,
FK02, dan FK03.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
34
Keterangan:
Gambar 4.2 Alur kerja pembuatan nanopartikel fraksi diterpen lakton-kitosan dengan metode pengering semprot
Larutan Kitosan dalam Asam Asetat
Larutan Fraksi Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto dalam Etanol
Campuran Larutan FDTL Sambiloto-Kitosan
Larutan TPP diteteskan dengan kecepatan 1 tetes/detik sambil diaduk dengan kecepatan 500 rpm selama 2
jam
Nanopartikel FDTL Sambiloto-Kitosan dalam media
Diaduk dengan magnetic stirrer
dengan kecepatan 500 rpm hingga homogen
Dikeringkan dengan pengering semprot dengan suhu inlet 100°C, laju pompa skala 3 (6,0 ml/menit), ukuran
nozzle 1,0 mm, tekanan 2 bar
Nanopartikel kering FDTL Sambiloto-Kitosan
= Proses yang dilakukan = Hasil pembuatan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
35 4.2.4 Evaluasi Nanopartikel Fraksi Diterpen Lakton (FDTL)
Sambiloto-Kitosan
4.2.4.1 Evluasi morfologi nanopartikel kering
Evaluasi dilakukan terhadap kitosan dan partikel
kitosan (FK 1- FK 3). Sampel diletakkan di atas holder yang
telah dilapisi carbon, selanjutnya holder diletakkan di dalam
sputter cooter untuk dilapisi dengan gold palladium selama ±
120 detik. Morfologi partikel diamati dengan scanning
electron microscopy (SEM) FEI Inspect s50 pada beberapa
perbesaran dan dilakukan pengukuran terhadap beberapa
partikel.
4.2.4.2 Evaluasi spektroskopi FT-IR
Evaluasi spektrum inframerah ini dilakukan untuk
mengetahui adanya interaksi yang terjadi antara bahan obat
fraksi diterpen lakton sambiloto dengan kitosan-TPP. Uji
spektrofotometri inframerah dengan metode cakram KBr
dilakukan dengan cara :
1. Sampel dari masing-masing perlakuan ditimbang 2 mg
2. Ditambah serbuk KBr sebanyak 300 mg.
3. Campuran tersebut digerus sampai halus dan homogen
kemudian di masukkan kedalam alat pembuat cakram
KBr kemudian ditekan dengan penekan hidrolik hingga
terbentuk cakram yang transparan.
4. Cakram diletakkan dalam sampel holder dan sampel
diamati dengan panjang gelombang 4000-400 cm-1
kemudian direkam menggunakan spektrofotometer
FTIR.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
36
5. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spektrum
fraksi diterpen lakton dan kitosan.
4.2.4.3 Evaluasi Different Thermal Apparatus (DTA)
Penentuan titik lebur dilakukan dengan alat Different
Thermal Apparatus (DTA). Diambil ± 5 mg nanopartikel
kitosan, kemudian dimasukkan ke dalam crucible pan
tertutup. Pemeriksaan titik lebur dilakukan pada suhu 50°-
300°C dengan kecepatan kenaikan suhu ±5˚C per menit.
Termogram yang terbaca diamati.
4.2.4.4 Evaluasi difraksi sinar X
Evaluasi difraktogram sinar X ini dilakukan untuk
mengetahui struktur sistem nanopartikel fraksi diterpen
lakton sambiloto-kitosan. Ditentukan menggunakan alat
difraktor X’Pert Phillips dilakukan pada suhu ruangan dengan
kondisi pengukuran sumber sinar X Kα, target logam Cu,
filter Ni, voltase 40 kV, arus 40 mA pada rentang 2θ 5-40°.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara sampel diletakkan pada
sample holder dan diratakan untuk mencegah orientasi
partikel selama penyiapan sampel.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
37
(IV.1)
4.2.4.5 Penetapan kandungan Fraksi Diterpen Lakton (FDTL)
Sambiloto dalam nanopartikel
Penetapan kandungan fraksi diterpen lakton sambiloto
dalam nanopartikel dilakukan dengan menggunakan HPLC
(Agilent 1100 series). Langkah pertama dilakukan preparasi
sampel, serbuk nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-
kitosan sebanyak 5 mg dilarutkan dalam 2 ml metanol p.a,
selanjutnya ditambah pelarut sampai 10 ml. Kemudian
disaring dengan membran filter 0,2 µm. Larutan dianalisis
kadarnya dengan HPLC Agilent 1100 dengan fase gerak
methanol : dapar fosfat pH 3 50:50 pada panjang gelombang
228 nm. Kadar fraksi diterpen lakton sambiloto dalam
nanopartikel dihitung dengan membandingkan luas area
fraksi andrografolid. Penetapan kadar dilakukan sebanyak
tiga kali. Dari hasil penetapan kadar fraksi diterpen lakton
sambiloto dapat dihitung efisiensi penjerapan fraksi diterpen
lakton sambiloto dalam nanopartikel (Aryani, 2005).
4.2.4.6 Penentuan efisiensi Penjerapan Fraksi Diterpen Lakton (FDTL) Sambiloto
Nilai efisiensi penjerapan fraksi diterpen lakton dapat
dihitung dari data hasil penetapan kandungan fraksi diterpen
lakton dalam nanopartikel dengan menggunakan rumus
(Mahajan et al., 2009).
Keterangan: Mactual = jumlah bahan obat yang terkandung dalam
sistem nanopartikel Mtheoritical = jumlah bahan obat yang ditambahkan dalam
proses pembuatan
(4.1)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
38 4.2.4.7 Penentuan uji pelepasan fraksi diterpen lakton (FDTL)
sambiloto
Uji pelepasan dilakukan untuk mengetahui profil dan
kecepatan pelepasan FDTL dari nanopartikel FDTL-Kitosan
dan membandingkannya dengan substansi FDTL. Uji
dilakukan dengan menginkubasi sejumlah partikel setara
dengan 1 mg FDTL dalam 25 mL media 0,1% SLS dan
diletakkan pada waterbath shaker yang diatur pada suhu 37±
0,5°C dan kecepatan skala 1 (110 rpm). Cuplikan sampel
diambil sebanyak 0,5 mL setiap interval waktu tertentu (15,
30, 45, 60, 120, 180, dan 360 menit) lalu disaring dengan
kertas saring milipore 0,45 µm. Pada setiap pengambilan
cuplikan sampel, dilakukan penggantian media dengan
volume yang sama. Analisis kadar sampel dilakukan terhadap
substansi FDTL sebagai kontrol. Untuk mendapatkan kadar
sebenarnya dengan memperhitungkan pengenceran dari
media dalam setiap pengambilan cuplikan sampel, maka
digunakan faktor koreksi dalam persamaan (Wuster and
Taylor, 1965), yaitu :
Keterangan : Cn = konsentrasi sebenarnya setelah koreksi (mg/L) C’n = konsentrasi yang terukur (mg/L) Cs = konsentrasi yang terukur dari sampel sebelumnya (mg/L) a = volume sampel yang diambil (ml) b = volume media disolusi (ml)
(4.2) (IV.2)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
39 4.2.4.8 Penentuan laju pelepasan fraksi diterpen lakton (FDTL)
sambiloto
Laju pelepasan FDTL sambiloto dari nanopartikel
FDTL sambiloto-kitosan disajikan dari data profil pelepasan
FDTL sambiloto pada nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan
dengan pembuatan persamaan garis regresi y= bx+a, dengan
akar waktu sebagai absis dan kadar pelepasan sebagai
ordinat. Besar laju pelepasan FDTL sambiloto ditunjukkan
dengan nilai b (slope).
4.2.4.9 Penentuan analisis statistik
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna
dari efisiensi penjerapan dan laju pelepasan fraksi diterpen
lakton sambiloto dari nanopartikel fraksi diterpen lakton
sambiloto-kitosan dilakukan analisis stastitik dengan metode
uji Analysis of Variance (ANOVA).
Rancangan ini dapat digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan bermakna antar formula dengan
membandingkan harga F hitung terhadap F tabel dengan
derajat kepercayaan (α) = 0,05. Jika dari analisis diperoleh
hasil F hitung lebih besar dari F tabel, maka terdapat
perbedaan bermakna antar formula.
Perhitungan dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly
Significant Difference Test) untuk mengetahui formula mana
saja yang berbeda. Adanya perbedaan bermakna antara dua
formula dipenuhi bila harga selisih rata-rata dua formula
lebih besar daripada hasil perhitungan harga HSD (Daniel,
2005).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
40
HSD = q α,k,N-k√
(4.3)
Keterangan : q α,k,N-k = harga q tabel pada (α, k, N-k) α = derajat kepercayaan (α = 0,05) k = banyaknya kelompok (numerator) N-k = derajat bebas within groups (denominator) MSE = MSE pada uji anova CRD N = pengamatan dalam tiap kelompok
(IV.3)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
41
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Bahan
5.1.1 Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
Hasil pemeriksaan kualitatif fraksi diterpen lakton sambiloto dapat
dilihat pada tabel V.1.
Tabel V.1 Hasil pemeriksaan kualitatif FDTL Sambiloto
(*) Singh et al., 2006 (**) Tyas, 2010
Dari hasil pemeriksaan kualitatif fraksi diterpen lakton
sambiloto yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan pustaka.
Hasil pemeriksaan FTIR, termogram DTA, dan difraktogram sinar
X fraksi diterpen lakton sambiloto dapat dilihat di lampiran 2, 5, 6.
Pemeriksaan Pengamatan Pustaka
Organoleptis Serbuk berwarna hijau
kecoklatan, berbau khas, dan rasa pahit
Serbuk yang memiliki rasa
pahit (*)
Jarak Lebur 204,8-219,7 °C 238-240 °C (**)
Spektrum Inframerah
Bilangan gelombang (cm-1)
Bilangan gelombang (cm-1) (*)
- Gugus O-H 3400 3400,2 - Gugus C=O 1727 1727,9 - Gugus C=C 1674 1674,3 - Gugus C-H 2927 2930,4
Difraktogram Puncak difraksi tajam pada 2θ
9°, 12°, 14°, 15°, 17°
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
42
5.1.2 Kitosan
Hasil pemeriksaan kualitatif kitosan dapat dilihat pada tabel V.2.
Tabel V.2 Hasil pemeriksaan kualitatif kitosan
(*) Sertifikat analisis kitosan (**) Lu-E shi, 2009 (***) Kumar et al., 2009
Dari hasil pemeriksaan kualitatif kitosan yang digunakan
dalam penelitian sesuai dengan pustaka. Sertifikat analisis kitosan,
hasil pemeriksaan viskositas, FTIR kitosan, termogram DTA, dan
difraktogram sinar X kitosan dapat dilihat di lampiran 1, 3, 4, 5, 6,
7.
Pemeriksaan Pengamatan Pustaka
Organoleptis
Serbuk berwarna putih kekuningan dan tidak berbau
Serbuk putih dan tidak berbau (*)
Viskositas 19,67 cPs 18,16 cPs (*) Jarak lebur (DTA) 148,9-157,9 °C
Spektrum Infra merah
Gugus O-H Gugus NH3 Gugus CO (karbonil) Gugus NH (asetil) Gugus NH (bebas) Gugus C-O-C
Bilangan gelombang (cm-1)
3435 2878 1654 1382
1600-1500 1077
Bilangan gelombang
(cm-1) (**) 3446 2886 1650 1380 1591 1089
Difraktogram Puncak difraksi pada 2θ
5°, 19°, 30° 11°, 20° (***)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
43
5.2 Pemeriksaan Karakteristik Nanopartikel Fraksi Diterpen
Lakton Sambiloto-Kitosan
5.2.1 Ukuran dan Morfologi Permukaan Nanopartikel
Hasil pengukuran partikel diamati menggunakan
Scanning Electrom Microscopy (SEM) nanopartikel dapat dilihat
pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Hasil SEM nanopartikel fraksi diterpen lakton
sambiloto -kitosan dengan perbandingan kitosan-FDTL sambiloto = 8:4 (FK 1), 10:4 (FK 2), 12:4 (FK 3) setelah pegeringan dengan pembesaran (A) 5000x, (B) 10.000x
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
44
Setelah pengeringan, partikel diamati menggunakan Scanning
Electrom Microscopy (SEM) dan didapatkan ukuran partikel yang
heterogen, seperti terlihat pada gambar 5.1. Walaupun sudah
terdapat partikel-partikel berukuran < 1000 nm tetapi masih
terdapat partikel berukuran > 1000 nm (tabel V.4).
Tabel V.3 Morfologi nanopartikel fraksi diterpen lakton
sambiloto-kitosan
Tabel V.4 Rentang ukuran nanopartikel pada setiap formula
dari 10 pengamatan
Formula Rentang Ukuran (nm)
FK 1 424,3 - 3009
FK 2 420,3 - 1722
FK 3 391 - 4445
Dari hasil pemeriksaan morfologi nanopartikel pada gambar 5.1
terlihat bahwa FK 2 memiliki morfologi yang paling optimal
dibandingkan dengan FK 1 dan FK 3 yaitu memiliki bentuk yang
sferis dan morfologi yang rata atau halus.
Bentuk Permukaan
FK 1 Sferis Kurang rata
FK 2 Sferis Rata
FK 3 Sferis Kurang rata
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
45
5.2.2 Spektra Inframerah Nanopartikel
Hasil pemeriksaan spektra inframerah nanopartikel dapat dilihat
pada gambar 5.2.
Gambar 5.2 Spektrum inframerah (A) FDTL sambiloto, (B)
kitosan, sistem nanopartikel tanpa FDTL sambiloto (C), nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan kitosan dengan perbandingan kitosan - FDTL sambiloto = 8:4 (D), 10:4 (E), 12:4 (F).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
46
Spektrum inframerah kitosan menunjukkan pita serapan
spesifik yaitu gugus amina (–NH2) dan gugus hidroksi (–OH) pada
bilangan gelombang 3435 cm-1 yang mengalami vibrasi ulur serta
pada ikatan amida terlihat adanya vibrasi ulur dari gugus karbonil
(–C=O) pada bilangan gelombang 1654 cm-1 (Silverstein, 1968;
Rohman, 2014). Kitosan yang telah berikatan dengan TPP
ditunjukkan dengan ikatan amida dari kitosan yang berada pada
bilangan gelombang 1655 cm-1 hilang dan muncul puncak baru
pada 1645 cm-1 dan 1554 cm-1 (Bhumkar, 2006).
Hal ini dapat dilihat pada sistem nanopartikel tanpa FDTL
sambiloto pada bilangan gelombang 1634 cm-1 dan 1559 cm-1,
pada FK 1 yaitu 1644 cm-1 dan 1558 cm-1, sedangkan FK 2 terlihat
pada bilangan gelombang 1638 cm-1 dan 1559 cm-1 dan FK 3
terlihat pada bilangan gelombang 1637 cm-1 dan 1559 cm-1. Selain
itu, pada gugus O-H, terlihat bahwa pita serapan tergeser dari
bilangan gelombang 3435 cm-1 ke 3407 - 3407 cm-1 pada spektrum
inframerah nanopartikel FDTL Sambiloto-kitosan. Hasil spektrum
infra merah dari masing-masing formula dapat dilihat di lampiran
4.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
47
Endo
term
ik
Suhu (°C)
5.2.3 Pemeriksaan Jarak Lebur Nanopartikel FDTL Sambiloto-
Kitosan
Hasil pemeriksaan jarak lebur nanopartikel FDTL
sambiloto-kitosan dapat dilihat pada gambar 5.3.
Gambar 5.3 Hasil pemeriksaan jarak lebur menggunakan
Different Thermal Apparatus (DTA), kitosan (A), fraksi diterpen lakton sambiloto (B), nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan dengan perbandingan kitosan - FDTL sambiloto = 8:4 (C), 10:4 (D), 12:4 (E), sistem nanopartikel tanpa FDTL sambiloto dengan jumlah kitosan = 80 mg (F), 100 mg (G), 120 mg (H).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
48
Pada hasil pemeriksaan DTA dapat terlihat termogram yang
terbentuk pada FK 1, FK 2, FK 3, FK01, FK02, FK03 memiliki pola
termogram yang berbeda dari termogram masing-masing bahan
penyusunnya yakni kitosan dan fraksi diterpenlakton sambiloto, ini
menggambarkan bahwa telah terbentuk ikatan antara kitosan dan
TPP dari masing-masing formula.
Tabel V.5 Hasil pemeriksaan jarak lebur dan entalpi
menggunakan Different Thermal Apparatus (DTA)
Formula Jarak Lebur (C) ∆H (J/g)
Fraksi diterpen lakton Sambiloto 204,8-219,7 39,9
Kitosan 148,9-157,9 122 FK 1 152,3-156,9 154 FK 2 149,8-155,1 171 FK 3 157,6-164,7 121 FK0 1 132,7-140,9 192 FK0 2 134,4-156 99,1 FK0 3 127,7-145,1 103
Hasil evaluasi jarak lebur dan entalpi menggunakan
DTA pada tabel V.5 diketahui bahwa FK 2 memiliki energi
peleburan yang paling besar dibandingkan dengan FK 1 dan FK 3
yaitu 171 J/g. Hal ini membuktikan bahwa ikatan antara kitosan
dan TPP pada FK 2 memiliki ikatan yang lebih kuat dibandingkan
dengan dua formula lain yakni, FK 1 dan FK 3.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
49
5.2.4 Hasil Pemeriksaan Difraktogram Sinar X
Hasil pemeriksaan difraktogram sinar X nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan dapat dilihat pada gambar 5.4
Gambar 5.4. Difraktogram sinar X dari kitosan (A), fraksi diterpen lakton sambiloto (B), nanopartikel dengan perbandingan kitosan - FDTL sambiloto = 8:4 (C), 10:4 (D), 12:4 (E), sistem nanopartikel tanpa FDTL sambiloto dengan jumlah kitosan = 80 mg (F), 100 mg (G), 120 mg (H).
Difraktogram sinar X fraksi diterpen lakton sambiloto
menunjukkan struktur kristalin, sedangkan kitosan memiliki
struktur amorf. Pada difraktogram sinar X dari FK 1, FK 2, FK 3,
F01, F02, F03 tidak tampak puncak tajam dari FDTL sambiloto, hal
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
50
ini membuktikan bahwa FDTL sambiloto telah terjerap ke dalam
sistem nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dan telah mengalami
perubahan struktur kristalin.
5.2.5 Hasil Pemeriksaan Kandungan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto dalam Nanopartikel
5.2.5.1 Perhitungan Kandungan FDTL Sambiloto yang Diperoleh
Hasil pemeriksaan kandungan FDTL sambiloto dalam
nanopartikel dapat dilihat pada tabel V.6.
Tabel V.6 Hasil pemeriksaan kandungan dan efisiensi penjerapan FDTL sambiloto dalam nanopartikel
Dari data pada tabel di atas, dilakukan analisis statistik
Analysis of Variance (ANOVA) dan jenis rancangan Completely
Randomized Design (CRD) data efisiensi penjerapan
nanopartikel dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Formula Replikasi Kandungan (%)
Rata-rata ±
SD (%)
Efisiensi Penjera-
pan
Rata-rata
± SD (%)
FK 1 1 7,34 7,11
± 0,38
33,77 32,69 ± 1,75
2 6,67 30,67 3 7,31 33,62
FK 2 1 6,08 5,74
± 0,36
33,41 31,57 ± 1,98
2 5,78 31,80 3 5,36 29,48
FK 3 1 4,28 4,53
± 0,22
27,36 29,01 ± 1,43
2 4,65 29,76 3 3,83 29,91
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
51
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan metode
ANOVA satu arah tersebut diperoleh nilai sig. yang lebih besar
dari 0,05, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya peningkatan jumlah kitosan tidak
memberikan perbedaan bermakna terhadap efisiensi penjerapan
fraksi diterpen lakton sambiloto pada nanopartikel FDTL
sambiloto-kitosan. Hasil analisis statistik efisiensi penjerapan
fraksi diterpen lakton sambiloto terdapat pada lampiran 15.
Tabel V.7 Hasil uji HSD efisiensi penjerapan FDTL sambiloto dalam nanopartikel pada setiap formula
Formula FK 1 FK 2 FK 3
FK 1 - -
FK 2 - -
FK 3 - -
Keterangan: (+) : Terdapat perbedaan yang bermakna (-) : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
52
5.2.6 Uji Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto dari
Nanopartikel
5.2.6.1 Hasil Uji Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto dari
Nanopartikel
Hasil uji pelepasan fraksi diterpen lakton sambiloto dari
nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan ditunjukkan pada tabel
V.8 dan gambar 5.4.
Tabel V.8 Hasil uji pelepasan FDTL sambiloto dari nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dalam media natrium lauril sulfat (SLS) 0,1% suhu 37 ± 0,5°C
Waktu (menit)
Jumlah FDTL terlarut (%) ± SD Substansi
(FDTL sambiloto)
FK 1 FK 2 FK 3
0 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
15 29,49 ± 2,79
60,41 ± 7,18
68,41 ± 1,43
69,90 ± 1,30
30 46,51 ± 4,19
65,70 ± 1,75
68,96 ± 4,66
67,98 ± 0,19
45 53,45 ± 2,79
67,33 ± 1,57
68,63 ± 2,26
69,50 ± 1,20
60 53,74 ± 4,22
68,58 ± 1,00
68,99 ± 2,78
68,91 ± 0,29
120 60,16 ± 2,83
67,05 ± 2,32
68,46 ± 1,92
69,11 ± 0,97
180 61,43 ± 1,04
67,20 ± 1,79
69,20 ± 2,02
69,34 ± 1,83
360 63,48 ± 2,09
67,16 ± 2,01
71,77 ± 2,28
69,16 ± 1,60
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
53
Gambar 5.5. Profil pelepasan FDTL Sambiloto dari
nanopartikel dalam media SLS 0,1% suhu 37 ± 0,5°C. Data merupakan rerata dari 3 kali eplikasi
5.2.6.2 Hasil Perhitungan Laju Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton
Sambiloto dari Nanopartikel
Hasil perhitungan laju pelepasan fraksi diterpen lakton
sambiloto dari nanopartikel dalam media natrium lauril sulfat
(SLS) 0,1% suhu 37 ± 0,5°C dapat dilihat pada tabel V.9.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
54
Tabel V.9 Slope dari persamaan regresi linier hubungan antara jumlah kumulatif FDTL sambiloto yang terlepas terhadap akar waktu (menit-1) dari nanopartikel dalam media SLS 0,1% suhu 37 ± 0,5°C
Sediaan Replikasi Slope (mg/menit1/2)
Rerata ± SD (mg/menit1/2)
FDTL Sambiloto
1 8,9016 8,33 ± 0,50 2 8,0626
3 8,0246
FK 1 1 13,177
12,86 ± 0,60 2 12,164 3 13,235
FK 2 1 14,401
13,53 ± 0,76 2 13,177 3 13,003
FK 3 1 13.434
13,45 ± 0,50 2 13.385 3 13.541
Penentuan nilai slope dari masing-masing formula
dihitung mulai menit awal hingga 30 menit. Hasil slope yang
didapatkan dari persamaan regresi linier hubungan antara jumlah
kumulatif fraksi diterpen lakton sambiloto yang terlepas terhadap
akar waktu (menit-1) menggambarkan laju pelepasan fraksi
diterpen lakton dari nanopartikel fraksi diterpen lakton
sambiloto-kitosan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
55
Tabel V.10 Hasil uji HSD laju pelepasan FDTL sambiloto dari nanopartikel dalam media SLS 0,1% suhu 37 ± 0,5°C
Formula FDTL
Sambiloto FK 1 FK 2 FK 3
FDTL
Sambiloto
+ + +
FK 1 + - -
FK 2 + - -
FK 3 + - -
Keterangan: (+) : Terdapat perbedaan yang bermakna (-) : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
Berdasarkan data tabel V.9, dilakukan analisis statistik
Analysis of Variance (ANOVA) jenis rancangan Completely
Randomized Design (CRD) data laju pelepasan fraksi diterpen
lakton sambiloto dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Dari hasil analisis statistik dengan metode ANOVA satu arah
tersebut diperoleh nilai sig. yang lebih kecil dari 0,05, sehingga
berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna di antara formula nanopartikel. Untuk
mengetahui formula mana yang berbeda bermakna maka
dilakukan uji HSD. Hasil uji HSD dapat dilihat pada tabel V.10
Hasil analisis statistik laju pelepasan fraksi diterpen lakton
sambiloto terdapat pada lampiran 16.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
56
BAB VI
PEMBAHASAN
Tujuan utama pembuatan nanopartikel adalah sebagai sistem
penghantaran untuk mengendalikan ukuran partikel, luas permukaan, dan
pelepasan bahan aktif sehingga dapat mencapai target spesifik secara
optimal dan sesuai dengan aturan dosis (Mohanraj and Chen, 2006).
Pembuatan nanopartikel dapat mempercepat disolusi sehingga dapat
meningkatkan bioavailabilitas fraksi diterpen lakton (FDTL) sambiloto.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah
kitosan sebagai polimer terhadap karakteristik fisik dan profil pelepasan
nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan yang dibuat dengan
metode gelasi ionik dan dikeringkan dengan metode pengeringan
semprot. Pada tahap awal penelitian, dilakukan identifikasi bahan baku
secara kualitatif yang bertujuan untuk memastikan bahan-bahan yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi ketentuan yang tertera
pada pustaka. Identifikasi bahan baku FDTL sambiloto meliputi
pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan jarak lebur, pemeriksaaan dengan
difraksi sinar X, dan pemeriksaan dengan spektrum inframerah,
sedangkan untuk identifikasi kitosan meliputi pemeriksaan organoleptis,
pemeriksaan jarak lebur, pemeriksaan dengan difraksi sinar X,
pemeriksaan dengan spektrum inframerah, dan pemeriksaan viskositas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan organoleptis, FDTL sambiloto
merupakan serbuk berwarna kuning sedikit kehijauan, berbau khas, dan
berasa pahit. Pada pemeriksaan jarak lebur dengan DTA diperoleh jarak
lebur FDTL sambiloto 204,8-219,7 °C. Pada pemeriksaan spektrum
inframerah FDTL sambiloto didapatkan serapan pada bilangan
gelombang 3400 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus hidroksil (–OH),
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
57
gugus karbonil (C=O) pada panjang gelombang 1722 cm-1, gugus alkena
(C=C) pada panjang gelombang 1674 cm-1, dan gugus C-H pada panjang
gelombang 2927 cm-1 (tabel V.1).
Hasil pemeriksaan organoleptis kitosan merupakan serbuk
berwarna putih kekuningan dan tidak berbau, tidak berasa. Hasil tersebut
telah sesuai dengan yang tertera pada sertifikat analisis (lampiran 1). Pada
pemeriksaan jarak lebur dengan DTA diperoleh jarak lebur kitosan
148,9-157,9 °C (tabel V.5). Dari hasil pemeriksaan viskositas kitosan
diperoleh viskositas kitosan sebesar 19,67 cPs (lampiran 7), hasil tersebut
masih memenuhi rentang viskositas kitosan dalam sertifikat analisis
(lampiran 1). Hasil identifikasi spektrum inframerah kitosan
menunjukkan beberapa pita serapan yang spesifik pada bilangan
gelombang 3435 cm-1 yang menunjukkan pita serapan gugus O-H, pada
bilangan gelombang 2878 cm-1 yang menunjukkan gugus NH3, terdapat
gugus CO (karbonil) dengan pita serapan pada bilangan gelombang 1654
cm-1, dan pada bilangan gelombang 1382 cm-1 yang menujukkan gugus
NH (asetil), gugus NH (bebas) pada 1500-1600 cm-1, dan pada bilangan
1077 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus C-O-C. Seluruh hasil pita
serapan spesifik memiliki kemiripan dengan pita serapan kitosan pada
pustaka (tabel V.2). Berdasarkan hasil identifikasi kualitatif yang
diperoleh menunjukkan bahwa kitosan telah sesuai dengan yang ada di
pustaka sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
Tahap selanjutnya dilakukan pembuatan nanopartikel FDTL
sambiloto-kitosan dengan metode gelasi ionik yang kemudian
dikeringkan dengan metode pengeringan semprot. Nanopartikel FDTL
sambiloto-kitosan dibuat dengan menggunakan perbedaan jumlah kitosan
yaitu 80 mg (FK 1), 100 mg (FK 2), dan 120 mg (FK 3). Nanopartikel
FDTL sambiloto-kitosan terbentuk pada saat penambahan penyambung
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
58
silang TPP ke dalam larutan kitosan-FDTL sambiloto. Hal ini ditandai
dengan terbentuknya koloid putih pada masing-masing formula pada
proses pembuatan. Setelah proses pendiaman dapat diamati pada FK 1,
FK 2, dan FK 3 terbentuk endapan berwarna putih yang halus. Setelah itu,
campuran dikeringkan menggunakan metode pengeringan semprot
(lampiran 8).
Tahap berikutnya dilakukan pemeriksaan evaluasi karakteristik
fisik dari hasil nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan yang telah
dikeringkan. Pemeriksaan evaluasi karakteristik fisik yang dilakukan
meliputi evaluasi morfologi nanopartikel kering,evaluasi spektroskopi
FT-IR, evaluasi Different Thermal Apparatus (DTA), evaluasi difraksi
sinar X, dan penetapan kandungan FDTL sambiloto dalam nanopartikel.
Pemeriksaan evaluasi karakteristik fisik nanopartikel dilakukan
identifikasi pada semua hasil perlakuan.
Evaluasi morfologi nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan kering
dilakukan dengan Scanning Electron Microscopy (SEM), pada perbesaran
5000 kali dan 10000 kali. Hasil pemeriksaan nanopartikel FDTL
sambiloto-kitosan dengan perbandingan kitosan – FDTL sambiloto = 8:4
(FK 1), 10:4 (FK 2), dan 12:4 (FK 3) memiliki bentuk sferis. Pada FK 1
dan FK 3 menghasilkan permukaan yang kurang rata, sedangkan pada FK
2 didapatkan hasil permukaan yang lebih halus (gambar 5.1). Ukuran
yang dihasilkan heterogen pada FK 1, FK 2, FK 3 yaitu berkisar 391 nm –
44,45 µm. (tabel V.4). Hasil pemeriksaan morfologi partikel
menunjukkan bahwa FK 1 dan FK 3 memiliki moroflogi yang kurang
rata. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan jumlah kitosan dengan
TPP yang belum optimal. Selain itu, proses spray drying juga dapat
memengaruhi ukuran nanopartikel yang dihasilkan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
59
Evaluasi spektroskopi FT-IR digunakan untuk melihat ikatan yang
terbentuk antara kitosan dan TPP. Spektrum inframerah kitosan
menunjukkan pita serapan spesifik yaitu gugus amina (–NH2) dan gugus
hidroksi (–OH) pada bilangan gelombang 3435 cm-1 yang mengalami
vibrasi ulur serta pada ikatan amida terlihat adanya vibrasi ulur dari gugus
karbonil (–C=O) pada bilangan gelombang 1654 cm-1 (Silverstein, 1968;
Rohman, 2014). Kitosan yang telah berikatan dengan TPP ditunjukkan
dengan adanya pita serapan amida dari kitosan pada bilangan gelombang
1655 cm-1 hilang dan muncul pita serapan baru pada bilangan gelombang
1645 cm-1 dan 1554 cm-1 (Bhumkar, 2006). Hal ini dapat dilihat pada
sistem nanopartikel tanpa FDTL sambiloto pada bilangan gelombang
1634 cm-1 dan 1559 cm-1, pada FK 1 yaitu 1644 cm-1 dan 1558 cm-1,
sedangkan FK 2 terlihat pada bilangan gelombang 1638 cm-1 dan 1559
cm-1 dan FK 3 terlihat pada bilangan gelombang 1637 cm-1 dan 1559 cm-
1. Selain itu, pada gugus O-H, terlihat bahwa pita serapan tergeser dari
bilangan gelombang 3435 cm-1 ke 3407 - 3407 cm-1 pada spektrum
inframerah nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan (gambar 5.2).
Hasil evaluasi jarak lebur dan entalpi menggunakan Differential
Thermal Apparatus (DTA) untuk FDTL sambiloto-kitosan menunjukkan
telah terbentuk ikatan antara kitosan dan TPP, dapat dilihat dari
termogram yang terbentuk pada FK 1, FK 2, FK 3, F01, F02, dan F03
memiliki pola termogram yang berbeda dari termogram masing-masing
bahan penyusunnya yakni kitosan dan fraksi diterpenlakton sambiloto
(gambar 5.3). Hasil termogram DTA pada tabel V.5 terlihat bahwa FK 2
memiliki energi peleburan yang paling besar yaitu 171 J/g dibandingkan
dengan FK 1 (154 J/g) dan FK 3 (121 J/g). Dari hasil tersebut dapat
membuktikan bahwa ikatan antara kitosan dan TPP pada FK 2 memiliki
ikatan yang lebih kuat dibandingkan dengan dua formula lain yakni, FK 1
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
60
dan FK 3. Hal ini memperkuat hasil dari pemeriksaan morfologi dengan
SEM, bahwa FK 2 memiliki bentuk dan morfologi yang paling optimal.
Dari hasil evaluasi difraksi sinar X, menunjukkan fraksi diterpen
lakton sambiloto memiliki struktur kristalin sedangkan kitosan memiliki
struktur amorf. Pada difraktogram sinar X dari FK 1, FK 2, FK 3 tidak
tampak puncak tajam FDTL sambiloto, ini membuktikan bahwa FDTL
sambiloto telah terjerap ke dalam sistem nanopartikel FDTL sambiloto-
kitosan dan telah mengalami perubahan struktur kristalin (gambar 5.4).
Hal ini disebabkan karena setelah melalui proses gelasi ionik,
nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dikeringkan secara cepat dengan
pengeringan semprot sehingga terjadi hambatan pada pertumbuhan kristal
dan menyebabkan FDTL sambiloto terjebak dalam ukuran yang kecil.
Hasil penetapan kandungan FDTL sambiloto dalam nanopartikel
dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
digunakan untuk menghitung kemampuan penjerapan dari FDTL
sambiloto pada nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan. Pemeriksaan ini
diawali dengan pembuatan kurva baku pada panjang gelombang
maksimum 228 nm, selanjutnya diperoleh persamaan regresi liner dari
kurva baku tersebut adalah y = 9,6389x – 8,4911 dengan r = 0,9982
(lampiran 10). Hasil pemeriksaan kandungan bahan obat (Tabel V.6)
diperoleh kandungan FDTL sambiloto untuk FK 1 = 7,11 ± 0,46 %, FK 2
= 5,74 ± 0,36 % dan FK 3 = 4,53 ± 0,41 %. Dari perhitungan efisiensi
penjerapan nanopartikel masing-masing formula diperoleh hasil efisiensi
penjerapan untuk FK 1 = 32,69 ± 1,75 %, FK 2 = 31,57 ± 1,98 % dan FK
3 = 29,01 ± 1,43 %. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan
meningkatnya jumlah kitosan, efisiensi penjerapan semakin menurun. Hal
ini dikarenakan peningkatan jumlah kitosan akan membentuk partikel
yang lebih kompak sehingga menghambat penjerapan bahan obat dalam
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
61
sistem. Selain itu, setiap bahan memiliki kemampuan tertentu untuk
menjebak dan pada saat tertentu kemampuan menjebak tersebut sudah
optimal.
Dari pemeriksaan efisiensi penjerapan nanopartikel tersebut
dilakukan analisis statistika ANOVA satu arah dengan derajat
kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai sig. yang lebih besar dari
0,05, sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
dengan meningkatnya jumlah kitosan tidak memberi perbedaan bermakna
terhadap efisiensi penjerapan FDTL sambiloto pada nanopartikel. Hasil
analisis statistik efisiensi penjerapan nanopartikel dengan metode
ANOVA dapat dilihat pada lampiran 15.
Selanjutnya dilakukan uji pelepasan FDTL sambiloto untuk
mengetahui pengaruh pembentukan sistem nanopartikel FDTL sambiloto-
kitosan terhadap substansi FDTL sambiloto. Uji pelepasan dilakukan
dalam media natrium lauril sulfat (SLS) 0,1% pada suhu 37± 0,5°C, suatu
surfaktan yang memfasilitasi pelepasan bahan padat sehingga dapat
meningkatkan kelarutan dari bahan. SLS 0,1% yang digunakan dapat
meningkatkan kelarutan andrografolid dari 4,4 µg/ml menjadi 44,7 µg/ml
(Ghosh, 2012).
Untuk mengetahui laju pelepasan FDTL sambiloto, maka
dilakukan perhitungan slope masing-masing formula yang didapatkan dari
persamaan regresi linier hubungan antara persentase jumlah FDTL
sambiloto terlarut terhadap akar waktu (menit-1). Dari hasil laju pelepasan
diperoleh laju pelepasan untuk FK 1= 12,8590 ± 0,6023 (mg/menit1/2) ,
FK 2= 13,527 ± 0,7619 (mg/menit1/2), FK 3= 13,453 ± 0,4957
(mg/menit1/2), dan substansi FDTL sambuloto= 8,3296 ± 0,4957
(mg/menit1/2). Hasil analisa statistika ANOVA satu arah dengan derajat
kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh nilai sig. yang lebih kecil dari 0,05,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
62
sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna diantara formula nanopartikel. Untuk mengetahui
formula mana yang berbeda bermakna maka dilakukan uji HSD. Dari
hasil HSD diperoleh bahwa laju pelepasan substansi FDTL sambiloto
memiliki perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan laju pelepasan
pada FK 1, FK 2, dan FK 3. Hasil analisis statistik laju pelepasan
nanopartikel FDTL sambiloto dengan metode ANOVA dapat dilihat pada
lampiran 16.
Profil pelepasan FDTL sambiloto menunjukkan bahwa jumlah
FDTL sambiloto terlarut dari sistem nanopartikel FDTL sambiloto-
kitosan lebih tinggi sebesar 1,6 kali bila dibandingkan dengan substansi
FDTL sambiloto. Hal ini memperkuat hasil karakterisasi sistem
nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan dengan difraksi sinar X (gambar
5.4) yang menunjukkan bahwa sifat kristalin dari bahan FDTL sambiloto
menurun setelah terjebak ke dalam sistem nanopartikel. Pelarut akan lebih
mudah kontak di antara bahan obat yakni FDTL sambiloto, hal tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan kecepatan melarut FDTL sambiloto.
Adanya perubahan struktur kristalin dan juga pengecilan ukuran partikel
akan meningkatkan kelarutan dari bahan-bahan obat dengan kelarutan
yang rendah sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas bahan obat
(Murphy, 2008).
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa FK 2 yaitu sistem nanopartikel dengan perbandingan FDTL
sambiloto-kitosan= 4 : 10 memiliki bentuk yang sferis dan struktur
permukaan lebih rata dibandingkan dengan FK 1 dengan jumlah kitosan
80 mg dan FK 3 dengan jumlah kitosan 120 mg. Hasil statistika efisiensi
penjerapan menunjukkan bahwa dengan peningkatan jumlah polimer
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada nanopartikel sedangkan,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
63
hasil statistika pelepasan FDTL sambiloto dari nanopartikel
menunjukkan adanya peningkatan laju pelepasan pada ketiga formula
sebesar 1,6 kali dibandingkan dengan substansi FDTL sambiloto. Dari
penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengembangkan sistem nanopartikel kitosan pada bahan
alam yang sukar larut.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
64
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. FK 2 merupakan formula yang optimal dengan bentuk
nanopartikel yang sferis dan struktur permukaan lebih halus.
2. Perbedaan jumlah kitosan (FK 1= 0,08%, FK 2= 0,1%, dan
FK 3= 0,12%) tidak memiliki pengaruh terhadap efisiensi
penjerapan FDTL sambiloto dalam nanopartikel.
3. Perningkatan jumlah kitosan (FK 1= 0,08%, FK 2= 0,1%, dan
FK 3= 0,12% mg) tidak memengaruhi laju pelepasan
nanopartikel FDTL sambiloto-kitosan, namun menunjukkan
peningkatan laju pelepasan nanopartikel FDTL sambiloto-
kitosan sebesar 1,6 kali bila dibandingkan dengan substansi
FDTL sambiloto.
7.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan maka perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan sistem nanopartikel
kitosan pada bahan alam yang sukar larut.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
`
65
DAFTAR PUSTAKA
Agnihotri, S.A, Mallikarjuna N.N., Aminabhavi T.M 2004. Recent advances on chitosan-based micro and nanoparticles in drug delivery. Journal of Controlled Release, Vol. 100, p. 5–28
Amaro, M.I., Tajber, L., Corrigan, O.I., and Healy, A.M., 2011. Optimisation of spray drying process conditions for sugar nanoporous microparticles (NPMPs) intended for inhalation. International Journal of Pharmaceutics, Vol. 421, p. 99-109.
Aryani, T., 2005. Pengujian Validasi Analisis Kadar Andrografolid Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan Eluasi Gradien Terhadap Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees). Berkas Penelitian Hayati., Vol. 11, p. 73-76
Ashwatu, A. N. D., 2013. Pengaruh Jumlah Tripolifosfat Terhadap Karakteristik Nanopartikel Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto-Kitosan (dibuat dengan metode gelasi ionik). Skripsi: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Bhumkar, Devika R., Pokharkar, Varsha B., 2006. Studies on effect of pH on cross-linking of chitosan with sodium tripolyphophate: a technical note. AAPS PharmSciTech, Vol. 7, article 50.
Budavari, S., 2001. The Merck Index. 13th Ed, Book 2. New York: Merck
and Co. Inc.
Chellampillai B. and Pawar A.P., 2011. Improved bioavailability of orally administered andrographolide from pH-sensitive nanoparticles. Eur J Drug Metab Pharmacokinet, Vol. 35, p. 123-129.
Daniel, W.W., 2005. Biostatistics, A Foundation for Analysis in the
Health Sciences, 8th Ed., New Jersey: John Wiley & Sons, Inc., p. 322.
Dash, M., Chiellini, F., Ottenbrite, R.M., and Chiellini, E., 2011. ChitosanA Versayile Semi-Synthetic Polymer in Biomedical Applications. Progress in Polymer Science, Vol. 36, p. 981-1014.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
66
Fan, Wen., Yan, Wei., Xu, Zushun., Ni, Hong., 2012. Formation mechanism of monodisperse, low molecular weight chitosan nanoparticle by ionic gelation technique. Colloids and Surface B:
Biointerfaces, 90, p. 21-27 Fattal E. and Vauthier C., 2007. Drug Delivery: Nanoparticles. In:
Swarbrick, J. (ed). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Ed. 3rd, Vol. 1. London: Informa Health Care, pp. 1183-1200.
Gharsallaoui, A., Roudaut, G., Chambin, O., Voilley, A., and Saurel, R., 2007. Applications of Spry-Drying in Miicroencapsulation of Food Ingredients: An overview. Food Research International, Vol. 40, p. 1107-1121.
He P., Davis S.S., Illum L. 1999. Chitosan Microspheres Prepared by Spray Drying. International Journal Of Pharmaceutics, Vol. 187, p. 53-65.
Jain, P.K., Ravichandran, V., Jain, P.K., and Agrawal, R.K., 2010. High Performance Thin Layer Chromatography Method for Estimation of Andrographolide in Herbal Extract and Polyherbal Formulation. Journal Of Saudi Chemical Siciety, Vol. 14, p. 383-389.
Kafshgari, M.H., Khorram, M., Khodadoost, M., and Khavari, S., 2011. Reinforcement of Chitosan Nanoparticles Obtained by An Ionic Cross-Linking Process. Iranian Polymer Journal, Vol. 20, p. 445-456.
Kanokwan J. and Nobuo N., 2008. Pharmacological Aspect of Andrographis paniculata on Health and Its Major Diterpenoid Constituent Andrographolide. Journal of Health Science, Vol. 54 No. 4, p. 370-381. Kissel T., Maretschek S., Packha C., Schnieders J., and Seidel N., 2006. Microencapsulation Techniques for Parenteral Depot Systems and Their Application in the Pharmaceutical Industry. In: Benita, S. (Ed). Microencapsulation:
Methods and Industrial Applications, Ed. 2nd. Boca Raton: Taylor
& Francis Group, LLC., pp. 99-122
Kissel, T., Maretxchek, S., Packhauser, C., Schnieders, J., Seidel, N., 2006. Microencapsulation Techniques for Parenteral Depot Systems and Their Application in the Pharmaceutical Industry, In:
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
67
Benita, S., Microencapsulation: Methods and Industrial
Applications, 2nd Ed., New York: Marcel Dekker, Inc., p. 99-122 Ko, J.A., Park, H.J., Hwang, S.J., Park, J.B., Lee, J.S., 2002. Preparation
and characterization of chitosan microparticles intended for controlled drug delivery. Int J Pharm, Vol. 249, p. 165-174.
Kumar, Majeti N.V. Ravi., 2000. Nano and Microparticles as Controlled
Drug Delivery Devices. J Pharm Pharmaceut Sci, 3 (2), p. 234-258 Kumar, Santosh., Joydepp D., P.K. Dutta., 2009. Preparation and
characterization of N-heterocyclic chitosan derivative based gels for biomedical applications. Int. J. of Biological Macromolecules,
Vol. 45, p. 330-337. Kumar, B.P., Chandiran, I.S., Bhavya, B., Sindhuri, M., 2011,
Microparticulate Drug Delivery System : A Review, Vol 1(1), 19-37
Kusumawardhani, D., 2005. Uji AntiMalaria In Vivo Ekstrak Sambiloto
Terstandar (Parameter Kadar Andrografolida) pada Mencit, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Mahajan, H.S., Deore, B.V., Deore, U.V., 2009. Development and characterization of sustained release microspheres by quasi emulsion solvent diffusion method, Int. J. of Chem Tech
Research., Vol.1 No.3, p. 634-642.
Mohanraj V.J. and Chen Y., 2003. Nanoparticles – A Review. International Journal Of Pharmaceutics, Vol. 274, p. 1–33
Mourya V.K., Inamdar N.N., Tiwari A., 2010. Carboxymethyl chitosan and its applications. Advance Material Letter, Vol. 1 No. 1, p. 11-33
Murphy, D.K., 2008. Thermal Analysis and Calorimetric Methods for the Characterization of New Crystal Forms, Adeyeye, M.C., Brittain, H.G, Preformulation in Solid Dosage Form Development, New York, Informa Healthcare USA, Inc, 279-321.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
68
Park K. and Yeon Y., 2007. Microencapsulation Technology. In: Swarbrick, J. (ed). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Ed. 3rd, Vol. 1. London: Informa Health Care, pp. 2315-2327.
Patel R.P., Patel M.P., Suthar A.M., 2009. Spray Drying Technology: an overview. Indian Journal of Science and Technology, Vol. 2 No. 10, p. 44-47
Paudel, A., Worku, Z.A., Meeus, J., Guns, S., And Den Mooter, G. V., 2012. Manufacturing Of Solid Dispersions Of Poorly Water Soluble Drugs By Spray Drying: Formulation And Process Considerations. International Journal Of Pharmaceutics.
Prashanth K.V.H. and Tharanathan R.N., 2006. Crosslinked Chitosan – Preparation and Characterization. Carbohydrate Research, Vol. 341, p. 169-173.
Putri, S.M., 2014. Pengaruh Jumlah Kitosan Terhadap Karakteristik Fisik Nanopartikel Artesunat-Kitosan (dibuat dengan metode gelasi ionik-pengeringan semprot). Skripsi: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.
Rao J.P. and Geckeler K.E., 2011. Polymer Nanoparticle: Preparation Techniques and Size-Control Parameters. Progress in Polymer
Science, Vol. 36, p. 887-913.
Rodrigues, S., Costa, A.M., Grenha, A. 2012. Chitosan/carrageenan Nanoparticle : Effect of Cross-Linking with Tripolyphosphate and Charge Ratios. Carbohydrate Polymers Vol. 89, p. 282-289.
Rohman, A, 2014. Spektroskopi Inframerah dan Kemometrika untuk Analisis Farmasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 227-243.
Rosydah R., 2011. Pengaruh Jumlah Chitosan Terhadap Karakteristik Fisik Dan Profil Pelepasan Dari Mikropartikel Ketoprofen-Chitosan. Skripsi: Fakultas Farmasi
Shu X.Z. and Zhu K.J., 2002. The Influence of Multivalent Phosphate Structure on The Properties of Ionically Crosslinked Chitosan Films for Controlling Drug Release. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, Vol. 54, p. 235-243.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
69
Silverstein, R.M; G.C. Bassler, T. C. Morril., 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik, Edisi ke 4 diterjemahkan oleh A.J. Hartomo, Anny Victor Purba, Jakarta, Penerbit Erlangga, 95-137.
Sinha V.R., Singla A.K., Wadhawan S., Kaushik R., Kumria R., Bansal K., Dhawan S., 2004. Chitosan microspheres as a potential carrier for drugs. International Journal Of Pharmaceutics., Vol. 274, p. 1–33
Swarbrick, J., 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition. New York: Informa Healthcare, p. 2315-2325.
Tiyaaboonchai, W. 2003. Chitosan nanoparticles: A Promising System for
Drug Delivery. Naresuan University Journal Vol. 11(3), p. 51-66 Tsai H.S. and Wang Y.Z., 2008. Properties of hydrophyilic network
membranes by introducing binary crosslink agent. Polymer
Bulletin, Vol. 60, p. 103-113.
Tyas, H.P., 2010. Penentuan Parameter Standar Umum dan Fingerprint Fraksi Diterpenlakton dari Sambiloto (Andrographis paniculata Nees), Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
Widyawati, T. 2007. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees). Majalah Kedokteran Nusantara, Vol. 40 No. 3.
Williams R.O. and Vaughn J.M., 2007. Nanoparticle Engineering. In: Swarbrick, J. (ed). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Ed. 3rd, Vol. 1. London: Informa Health Care, pp. 2384-2398.
Wu, Y., Yang, W., Wang, C., Hu, J., and Fu, S., 2005. Chitosan Nanoparticles as A Novel Delivery System for Ammonium Glycyrrhizinate, International Journal of Pharmaceutics, 295, pp 235-245.
Wuster, D.E., Taylor, P.W., 1965. Dissolution Kinetics on Certain Forms of Prednisolone. J. PharmSci, Vol. 54, p. 670-676.
Yokoyama T., 2007. Basic Properties And Measuring Methods Of Nanoparticles. In: Hosokawa M., Nogi K., Naito M., Yokoyama T. (Eds). Nanoparticle Technology Handbook. Amsterdam: Elsevier, pp. 5
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
70
Lampiran 1
Sertifikat Analisis Kitosan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
71
Lampiran 2
Analisis Spektra Inframerah Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
Spektrum infra merah FDTL sambiloto (pellet KBr) yang digunakan dalam penelitian
Spektrum Inframerah Standar Andrografolida (Singh et al., 2006)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
72 Lampiran 3
Analisis Spektra Inframerah Kitosan (Low)
Spektrum infra merah Kitosan (pellet KBr) yang digunakan dalam penelitian.
Spektrum inframerah kitosan dari pustaka : Shi, Lu-E., Zhen-Xing Tang.
2009. Adsorption Of Nuclease P1 On Chitosan Nano-Particles. Brazilian
Journal of Chemical Engineering, Vol. 26, No. 02, p. 435 – 443.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
73 Lampiran 4
Analisis Spektra Inframerah Nanopartikel
a. Sistem nanopartikel tanpa bahan obat fraksi diterpen lakton sambiloto
sistem kosong kitosan.pk
SISTEM~1.SP 3551 4000 450 17 66 4 %T 1 1 REF 4000 37 2000 59 600 3434 17 2342 54 1634 44 1559 54 1538 56 1416 59 1384 57 1095 45 903 59 673 57 558 51 END 11 PEAK(S) FOUND
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.00.0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100.0
cm-1
%T
3434,17
2342,54
1634,44
1559,541538,56
1416,591384,57
1095,45
903,59 673,57
558,51
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
74 b. FK 1: Nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan dengan
jumlah kitosan 80 mg
nanopartikel FDTL fk 1.pk NANOPA~7.SP 3551 4000 450 17 64 4 %T 1 1 REF 4000 49 2000 63 600 3407 17 2929 33 1728 47 1644 38 1558 35 1416 39 1384 42 1151 22 1096 21 1033 29 906 38 672 48 655 45 559 35 END 14 PEAK(S) FOUND
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.00.0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100.0
cm-1
%T
3407,17
2929,33
1728,47
1644,381558,35
1416,391384,42
1151,221096,21
1033,29
906,38
672,48655,45
559,35
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
75 c. FK 2: Nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan dengan
jumlah kitosan 100 mg
k FK 2.pk FK2NIS~1.SP 3551 4000 450 7 56 4 %T 1 1 REF 4000 26 2000 48 600 3433 7 1728 45 1638 32 1559 38 1416 43 1384 43 1095 30 1033 39 906 46 673 47 561 38 END 11 PEAK(S) FOUND
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.00.0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100.0
cm-1
%T
3433,7
1728,45
1638,32
1559,38
1416,431384,43
1095,30
1033,39
906,46 673,47
561,38
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
76 d. FK 3: Nanopartikel fraksi diterpen lakton sambiloto-kitosan dengan
jumlah kitosan 120 mg
nanopartikel FDTL fk3.pk
NANOPA~8.SP 3551 4000 450 19 68 4 %T 1 1
REF 4000 47 2000 65 600 3432 19 2358 60 2344 60 1728 58 1637 45 1559 48 1538 49 1416 53 1384 53 1151 35 1095 33 1032 43 901 50 673 56 559 45
END 15 PEAK(S) FOUND
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.00.0
20
40
60
80
100.0
cm-1
%T
3432,19
1728,58
1637,451559,48
1538,49
1416,53
1384,531151,35
1095,33
1032,43901,50
673,56
559,45
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
77 Lampiran 5
Hasil Pemeriksaan Differential Thermal Apparatus (DTA)
Hasil pemeriksaan DTA dari fraksi diterpen lakton sambiloto, terlihat
puncak endotermik yaitu pada titik lebur 215,1°C dengan ∆H = 39,9 J/g.
Hasil pemeriksaan DTA dari kitosan, terlihat puncak endotermik yaitu
pada titik lebur 150°C dengan ∆H = 122 J/g.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
78 Lampiran 6
Hasil Pemeriksaan Defraktogram Sinar X
Hasil pemeriksaan defrkatogram sinar X dari fraksi diterpen lakton
sambiloto.
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
500
1000
FDTL
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
79
Hasil pemeriksaan defrkatogram sinar X dari kitosan.
Defraktogram sinar X kitosan (Kumar et al., 2009)
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
100
200
300
KItosan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
80 Lampiran 7
Pemeriksaan Viskositas Kitosan
Hasil pemeriksaan viskositas pada kitosan grade low menggunakan alat
Digital Viscosimeter (Brookfield Viscosimeter DV-II).
Viskositas Kitosan (cps)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
18 19 22
Rata-rata 19,67
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
81 Lampiran 8
Pembuatan Nanopartikel
Pembuatan nanopartikel :
FK 1 FK 2 FK 3
Tahapan Formula FK 1 FK 2 FK 3
Larutan kitosan
Jernih Jernih Jernih
Setelah di sambung silang dengan TPP kemudian dilakukan pengadukan 500 rpm selama 2 jam
Membentuk endapan putih yang halus
Membentuk endapan putih yang halus
Membentuk endapan putih yang halus
Setelah di keringkan :
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
82 Lampiran 9
Ukuran Nanopartikel pada setiap Formula
No.
Ukuran (nm) FK 1 FK 2 FK 3
1 424.3 420.3 391 2 480.6 549.8 480.6 3 480.6 828.3 524.5 4 501.4 866.4 537.3 5 630.4 874.2 704.2 6 643.7 874.2 764.1 7 711.4 910.4 777.6 8 882 1180 866.4 9 1239 1261 1855 10 3009 1722 4445
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
83 Lampiran 10
Hasil Penentuan Linieritas Bahan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto
dengan Metode HPLC
Konsentrasi (ppm) Luas Area50 501.62573
100 974.73291150 1377.64880200 1899.75281300 2914.92432
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
84 Lampiran 11
Kandungan FDTL Sambiloto dalam Nanopartikel
Contoh Perhitungan Perlakuan FK 1 replikasi 1:
Luas Area FDTL sambiloto (pembanding) = 10444,3
Bobot FDTL sambiloto (pembanding) = 5 mg
Luas Area pada FK 1 replikasi 1 = 766,80
Kandungan FDTL sambiloto =
x 5 mg = 0,37 mg
Kandungan FDTL sambiloto (%) =
x 100% = 7,34 %
Formula Repl
i-kasi
Bobot
(mg)
Luas Area
Kandu-ngan (mg)
Kandu-ngan (%)
Kandungan
Rata-rata ± SD (%)
FDTL Sambiloto
(pembanding) 5 10444,3
FK 1 1 5 766,80 0,37 7,34 7,11 ±
0,38 2 5 696,26 0,33 6,67 3 5 763,39 0,37 7,31
FK 2 1 5 634,52 0,30 6,08 5,74 ±
0,36 2 5 603,96 0,29 5,78 3 5 559,77 0,27 5,36
FK 3 1 5 446,51 0,21 4,28 4,53 ±
0,22 2 5 485,61 0,23 4,65 3 5 488, 18 0,23 4,67
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
85 Lampiran 12
Penetapan Efisiensi Penjerapan (EP) Nanopartikel
Contoh Perhitungan Efisiensi Penjerapan pada FK 1 Replikasi 1:
Formula FK 1 dengan perbandingan FDTL sambiloto-kitosan-TPP= 40 : 80 : 64 memiliki berat total 184 mg. Kandungan teoritis FDTL sambiloto dalam FK 1
=
x 5 mg = 1,09 mg Kandungan aktual FDTL sambiloto dalam FK 1
Luas area FK 1 replikasi 1 = 766.79907 Luas area FDTL-sambiloto pembanding = 10444,3 =
x 5 mg = 0,37 mg
Efisiensi penjerapan =
x 100%
=
x 100% = 33,77 %
Formula Repli-
kasi
Bobot (mg)
Kandungan teoritis (mg)
Kandungan Nyata (mg)
Efisiensi Penjerapan
(%)
Efisiensi
Penjerapan
Rata-rata ±
SD (%)
FK 1 1 5 1.09 0,37 33.77 32.69 ±
1.75 2 5 1.09 0,33 30.67 3 5 1.09 0,37 33.62
FK 2 1 5 0.91 0,30 33.41 31.57 ±
1.98 2 5 0.91 0,29 31.80 3 5 0.91 0,27 29.48
FK 3 1 5 0.78 0,21 27.36 29.01 ±
1.43 2 5 0.78 0,23 29.76 3 5 0.78 0,23 29.91
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
86 Lampiran 13
Hasil Uji Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto dari
Nanopatikel dalam Media Natrium Lauril Sulfat 0,1%
a) Kontrol (Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto)
t (menit) % terlarut Rata-rata
% terlarut ± SD FDTL A FDTL B FDTL C
0 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00
15 26,48 29,99 31,99 29,49 ± 2,79
30 51,32 44,56 43,66 46,51 ± 4,19
45 56,56 51,18 52,61 53,45 ± 2,79
60 48,93 55,48 56,80 53,74 ± 4,22
120 63,37 58,01 59,09 60,16 ± 2,83
180 61,79 60,26 62,25 61,43 ± 1,04
360 61,52 63,26 65,68 63,48 ± 2,09
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
87
b) FK 1 (sistem nanopartikel perbandingan FDTL
sambiloto:kitosan= 4:8)
t (menit) % terlarut Rata-rata
% terlarut ± SE FK 1A FK 1B FK 1C
0 0,00 0,00 0,00 0,00 ± 0,00
15 68,71 56,26 68,71 64,56
30 66,51 63,69 66,90 65,70
45 68,40 68.07 65,53 67,33
60 68,01 69,73 68,01 68,58
120 65,45 69,71 65,99 67,05
180 66,12 69,27 66,21 67,20
360 66,80 69,33 65,36 67,16
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
88
c) FK 2 (sistem nanopartikel perbandingan FDTL
sambiloto:kitosan= 4:10)
t (menit) % terlarut Rata-rata
% terlarut ± SE FK 2A FK 2B FK 2C
0 0,00 0,00 0,00 0,00 + 0,00
15 70,06 67,58 67,58 68,41
30 74,30 66,87 65,70 68,96
45 71,23 67,16 67,49 68,63
60 70,60 65,79 70,60 68,99
120 69,57 69,57 66,24 68,46
180 67,78 71,52 68,30 69,20
360 74,02 71,83 69,46 71,77
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
89
d) FK 3 (sistem nanopartikel perbandingan FDTL
sambiloto:kitosan= 4:12)
t (menit) % terlarut Rata-rata
% terlarut ± SE FK 3A FK 3B FK 3C
0 0,00 0,00 0,00 0,00 + 0,00
15 69.15 69.15 71.39 69.90
30 68.09 67.76 68.09 67.98
45 70.62 69.66 68.23 69.50
60 69.08 68.57 69.08 68.91
120 69.62 69.71 67.98 69.11
180 70.66 70.12 67.25 69.34
360 70.87 68.91 67.70 69.16
Contoh perhitungan persen terlarut dengan koreksi Wuster pada FK 2 replikasi 1 (FK 2A):
1) Menit ke 15
Koreksi wurster
Cn = C’n + a/bN-1ΣS=1 Cs
= 27,99+ (0,5/25).(0)
= 27,99 ppm
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
90
Konsentrasi dalam media uji 25 mL
= (25/1000) x (27,99)
= 0,69975 mg
Persen terlarut
= (0,69975 / 0,9988) x 100%
= 70,06 %
2) Menit ke 30
Koreksi wurster
Cn = C’n + a/bN-1ΣS=1 Cs
= 29,12 + (0,5/25).(0+27,99)
= 29,68 ppm
Konsentrasi dalam media uji 25 mL
= (25/1000) x (29,68)
= 0,74208 mg
Persen terlarut
= ( 0,74208 / 0,9988 ) x 100%
= 74,30 %
3) Menit ke 45
Koreksi wurster
Cn = C’n + a/bN-1ΣS=1 Cs
= 27,31 + (0,5/25).(0+ 27,99 + 29,12 )
= 28,45 ppm
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
91
Konsentrasi dalam media uji 25 mL
= (25/1000) x (28,45)
= 0,71137 mg
Persen terlarut
= ( 0,71137 / 0,9988 ) x 100%
= 71,23 %
4) Menit ke 60
Koreksi wurster
Cn = C’n + a/bN-1ΣS=1 Cs
= 26,52 + (0,5/25).(0 +27,99 + 29,12 + 27,31)
= 28,20 ppm
Konsentrasi dalam media uji 25 mL
= (25/1000) x ( 28,20 )
= 0,70510 mg
Persen terlarut
= (0,70510 / 0,9988 ) x 100%
= 70,60 %
5) Menit ke 120
Koreksi wurster
Cn = C’n + a/bN-1ΣS=1 Cs
= 25,57 + (0,5/25).(0 + 27,99 + 29,12 + 27,31+ 26,51)
= 27,79 ppm
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
92
Konsentrasi dalam media uji 25 mL
= (25/1000) x ( 27,79 )
= 0,69482 mg
Persen terlarut
= (0,69482 / 0,9988 ) x 100%
= 69,57 %
6) Menit ke 180
Koreksi wurster
Cn = C’n + a/bN-1ΣS=1 Cs
= 24,35 + (0,5/25).(0 + 27,99 + 29,12 + 27,31+ 26,51
+ 25,57)
= 27,08 ppm
Konsentrasi dalam media uji 25 mL
= (25/1000) x (27,08 )
= 0,67696 mg
Persen terlarut
= (0,67696 / 0,9988 ) x 100%
= 67,78 %
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
93
7) Menit ke 360
Koreksi wurster
Cn = C’n + a/bN-1ΣS=1 Cs
= 26,35 + (0,5/25).(0+ 27,99 + 29,12 + 27,31 + 26,51 +
25,57 + 24,35 )
=29,57 ppm
Konsentrasi dalam media uji 25 mL
= (25/1000) x (29,57)
= 0,23926 mg
Persen terlarut
= (0,23926 / 0,9988 ) x 100%
= 74,02 %
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
94 Lampiran 14
Hasil Uji Pelepasan Fraksi Diterpen Lakton Sambiloto dari Nanopartikel
Sediaan Repilkasi Persamaan Garis Regresi
Kontrol
1 y = 8,9016x – 1,8121 ; r = 0,9539
2 y = 8,0626x – 0,2797 ; r = 0,9986
3 y = 8,0246x – 0,2067 ; r = 0,9992
Formula 1
1 y = 13,177x + 4,0035 ; r = 0,9029
2 y = 12,164x + 2,0732 ; r = 0,9672
3 y = 13,235x + 3,9529 ; r = 0,9058
Formula 2
1 y = 14,401x + 3,2365 ; r = 0,9444
2 y = 13,177x + 3,7497 ; r = 0,9137
3 y = 13,003x + 3,9018 ; r = 0,9050
Formula 3
1 y = 13,4346x + 3,8781; r = 0,9115
2 y = 13,385x + 3,9212 ; r = 0,9090
3 y = 13,541x + 4,2926 ; r = 0,8951
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
95 Contoh Perhitungan Persamaan Regresi Linier Hubungan antara % terlarut versus akar waktu (menit-1) pada Formula 1 replikasi 1:
Formula 1 Replikasi 1
Waktu (menit) Akar waktu (menit -1) % terlarut
0 0,00 0,00
15 3,87 68,71
30 5,48 66,51
r = 0,9029 y = 13,177x + 4,0035
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
96 Lampiran 15
Hasil Analisis Statistik Efisiensi Penjerapan Nanopartikel dengan ANOVA Satu Arah
Descriptives
EP
N Mean Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound
FK 1 3 32.6867 1.74809 1.00926 28.3442 37.0292
FK 2 3 31.5633 1.97566 1.14065 26.6555 36.4711
FK 3 3 29.0100 1.43091 .82614 25.4554 32.5646
Total 9 31.0867 2.21677 .73892 29.3827 32.7906
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
97
Descriptives
EP
Minimum Maximum
FK 1 30.67 33.77
FK 2 29.48 33.41
FK 3 27.36 29.91
Total 27.36 33.77
Test of Homogeneity of Variances
EP
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.137
2 6 .874
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
98
ANOVA
EP
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 21.299 2 10.650 3.547 .096
Within Groups 18.013 6 3.002
Total 39.312 8
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
99 Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: EP
Tukey HSD
(I) FORMULA
(J) FORMULA
Mean Difference
(I-J)
Std. Error
Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
FK 1 FK 2 1.12333 1.41473 .720 -3.2174 5.4641
FK 3 3.67667 1.41473 .090 -.6641 8.0174
FK 2 FK 1 -1.12333 1.41473 .720 -5.4641 3.2174
FK 3 2.55333 1.41473 .246 -1.7874 6.8941
FK 3 FK 1 -3.67667 1.41473 .090 -8.0174 .6641
FK 2 -2.55333 1.41473 .246 -6.8941 1.7874
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
100 Homogeneous Subsets
EP
Tukey HSD
FORMULA N Subset for alpha = 0.05
1
FK 3 3 29.0100
FK 2 3 31.5633
FK 1 3 32.6867
Sig. .090
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
101 Lampiran 16
Hasil Analisis Statistik Laju Pelepasan Nanopartikel dengan ANOVA Satu Arah
Descriptives
LP
N Mean Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound
kontrol 3 8.32960 .495731 .286210 7.09814 9.56106
FK 1 3 1.28587E1 .602298 .347737 11.36248 14.35486
FK 2 3 1.35270E1 .761890 .439877 11.63436 15.41964
FK 3 2 1.34095E1 .034648 .024500 13.09820 13.72080
Total 11 1.19059E1 2.363848 .712727 10.31784 13.49395
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
102
Descriptives
EP
Minimum Maximum
kontrol 8.025 8.902
FK 1 12.164 13.235
FK 2 13.003 14.401
FK 3 13.385 13.434
Total 8.025 14.401
Test of Homogeneity of Variances
LP
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.291 3 7 .088
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
103
ANOVA
LP
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 53.499 3 17.833 52.468 .000
Within Groups 2.379 7 .340
Total 55.878 10
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
104
Post Hoc Tests
LP Tukey HSD
(I) formu-la
(J) formula
Mean Difference
(I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
kontrol
FK 1 -4.529067* .476013 .000 -6.10475 -2.95339
FK 2 -5.197400* .476013 .000 -6.77308 -3.62172
FK 3 -5.079900* .532198 .000 -6.84156 -3.31824
FK 1 kontrol 4.529067* .476013 .000 2.95339 6.10475
FK 2 -.668333 .476013 .535 -2.24401 .90735
FK 3 -.550833 .532198 .736 -2.31250 1.21083
FK 2 kontrol 5.197400* .476013 .000 3.62172 6.77308
FK 1 .668333 .476013 .535 -.90735 2.24401
FK 3 .117500 .532198 .996 -1.64416 1.87916
FK 3 kontrol 5.079900* .532198 .000 3.31824 6.84156
FK 1 .550833 .532198 .736 -1.21083 2.31250
FK 2 -.117500 .532198 .996 -1.87916 1.64416
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.
105 Homogeneous Subsets
LP
Tukey HSD
formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2
kontrol 3 8.32960
FK 1 3 12.85867
FK 3 2 13.40950
FK 2 3 13.52700
Sig. 1.000 .578
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah kitosan ... Annisa M.R.