SKRIPSI KINERJA DINAS PARBUDPOR KABUPATEN …/Kinerja...SKRIPSI KINERJA DINAS PARBUDPOR KABUPATEN...
Transcript of SKRIPSI KINERJA DINAS PARBUDPOR KABUPATEN …/Kinerja...SKRIPSI KINERJA DINAS PARBUDPOR KABUPATEN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA, DAN OLAH
RAGA (DISPARBUDPOR) KABUPATEN SRAGEN DALAM
PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA SANGIRAN
OLEH:
AGUSTINA SUPRIYANINGRUM
D0105029
SKRIPSI
Disusun guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat-Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jurusan Administrasi Negara
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Museum adalah tempat mengabadikan benda-benda bersejarah.
Perhatikan bendanya, pelajari filsafat-filsafat yang dikandungnya.
Yang kita dapatkan adalah; toleransi menghasilkan harmoni,
harmoni melahirkan kebahagiaan.
(Jero Wacik)
Orang yang terdidik adalah orang yang mengetahui bagaimana
mendapatkan pengetahuan ketika dia tidak tahu.
(George Simmel)
Pendidikan berhasil jika seseorang menjadi senang
mempergunakan otaknya.
(Jacques Barzun)
Jika seseorang tidak menyerah di saat yang paling sulit, dia tidak
akan menyesali apapun di dalam hidupnya.
(Lance Amstrong)
Jangan sia-siakan waktu anda untuk ragu-ragu dan takut;
laksanakanlah pekerjaan yang ada di depan mata, sebab tugas
saat ini yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya akan menjadi
persiapan terbaik untuk masa-masa yang akan datang.
(Ralph Waldo Emerson)
Kebahagiaan seseorang akan semakin bertambah, berkembang,
dan mengakar adalah manakala ia mampu mengabaikan semua
hal sepele yang tidak berguna. Karena, orang yang berambisi
tinggi adalah yang lebih memilih akhirat.
-Qarni)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini Penulis persembahkan untuk:
- Kedua orang tua kandungku yang selalu aku sayangi dan
menyayangiku.
- Kedua orang tua angkatku yang selalu aku sayangi dan telah berkenan
menyayangiku.
- Saudara-saudaraku tercinta.
- Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas selesainya penulisan skripsi yang
KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA,
DAN OLAH RAGA (DISPARBUDPOR) KABUPATEN SRAGEN DALAM
PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA SANGIRAN
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penulisan dan
penyusunan skripsi tentunya tidak terlepas atas adanya bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Ali, M.Si, selaku Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu
dan memberikan berbagai petunjuk serta kritik dalam penyusunan skripsi
ini.
2. Rutiana Dwi W., S.Sos, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak membantu selama ini.
3. Drs. Sudarto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
4. Drs. Agung Priyono, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi
Program S1 Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret.
5. Prof. Dr. Pawito, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Seluruh informan dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah
Raga (Disparbudpor) Kabupaten Sragen, Pengelola Situs Purbakala
Sangiran, pengunjung Situs Purbakala Sangiran, dan masyarakat di sekitar
Situs Purbakala Sangiran atas segala bantuan dan kerja samanya sehingga
karya ini dapat tersusun.
7. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan yang besar kepada Penulis untuk menyusun skripsi
ini.
Akhirnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan
manfaat bagi Pembaca, meskipun Penulis menyadari bahwa karya ini
masih jauh dari sempurna.
Surakarta, 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
ABSTRAKSI ................................................................................................. xiv
ABSTRACTION ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
E. Kajian Pustaka .......................................................................... 8
1. Pengertian Kinerja .............................................................. 8
2. Pengukuran Kinerja ............................................................ 10
3. Pengertian Pengembangan .................................................. 21
4. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam
Pengembangan Situs Sangiran ........................................... 22
F. Kerangka Pemikiran ................................................................. 25
G. Metode Penelitian ..................................................................... 28
1. Lokasi Penelitian ................................................................ 28
2. Jenis Penelitian ................................................................... 29
3. Sumber Data ....................................................................... 29
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 31
5. Teknik Cuplikan (Sampling) .............................................. 33
6. Validitas Data ..................................................................... 34
7. Teknik Analisis Data .......................................................... 35
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Kabupaten Sragen .................................................................... 39
B. Kecamatan Kalijambe .............................................................. 45
C. Situs Sangiran ........................................................................... 47
D. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga
(Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen ...................................... 53
BAB III KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA,
DAN OLAH RAGA (DINAS PARBUDPOR) KABUPATEN
SRAGEN DALAM PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA
SANGIRAN
A. Pengembangan Situs Sangiran oleh Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Kabupaten Sragen .................................................................. 58
B. Hambatan dan Kemudahan dalam Pengembangan Situs
Sangiran ................................................................................. 70
C. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan
Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam
Pengembangan Situs Purbakala Sangiran ............................. 73
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 95
B. Saran ...................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Dana Pengembangan Objek Wisata Situs Sangiran
Tahun 2002 2007 .................................................... 4
Tabel 2.1 Data Umum ............................................................... 43
Tabel 2.2 Data Kepadatan Penduduk Tahun 2010 .................... 44
Tabel 2.3 Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan
Kalijambe .................................................................. 47
Tabel 2.4 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Situs Sangiran
Tahun 2002-2008 ...................................................... 53
Tabel 3.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Kabupaten Sragen
Tahun 2002-2010 ...................................................... 84
Tabel 3.2 Rekapitulasi Pendapatan Objek Wisata Kabupaten
Sragen Tahun 2002-2010 .......................................... 85
Tabel 3.3 Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Outcome
Pengembangan Situs Sangiran Tahun 2009 .............. 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Dasar Pemikiran ........................................ 25
Gambar 1.2 Model analisis interaktif ............................................ 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAKSI
Agustina Supriyaningrum, D0105029. KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA, DAN OLAH RAGA (DISPARBUDPOR) KABUPATEN SRAGEN DALAM PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA SANGIRAN. (97 halaman)
Pengembangan Situs Sangiran memiliki tujuan untuk menjadikan Situs Sangiran sebagai pusat penelitian manusia purba bertaraf internasional dan sebagai objek wisata pendidikan. Untuk itu diperlukan program pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Purbakala Sangiran.
Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dan Situs Sangiran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Penelitian ini termasuk dalam penelitian dasar dan merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang berusaha mengetahui bagaimana kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Purbakala Sangiran. Sumber data dalam penelitian ini adalah: narasumber/informan, dokumen, dan tempat yang berkaitan dengan kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran. Sesuai dengan sumber data, teknik pengumpulan data yang dipakai adalah: wawancara, melihat dokumen dan observasi. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dalam penelitian ini, validitas data yang digunakan adalah triangulasi data. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif dengan melalui tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan/ verifikasi.
Dalam pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran, Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen memiliki kemudahan dan hambatan dalam mengembangkan Situs Sangiran yang bisa mempengaruhi jalannya program pengembangan. Untuk mengetahui kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Purbakala Sangiran tahun 2009 sampai sekarang, diperlukan suatu pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja. Indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (1) indikator input, berupa input primer: Rp. 14.757.000 dan input sekunder: alat-alat kebersihan, perlengkapan kamar mandi, dan alat-alat promosi; (2) indikator output, antara lain: penggunaan sumber daya yang dimiliki Dinas Parbudpor secara optimal, kebersihan Situs Sangiran, berfungsinya alat-alat promosi yang berpengaruh pada minat wisatawan untuk berkunjung ke Situs Sangiran; (3) indikator outcome, antara lain: peningkatan minat wisatawan untuk mengunjungi Situs Sangiran yang diketahui dari jumlah wisatawan ke Situs Sangiran sesuai dengan target, jumlah pendapatan Situs Sangiran sesuai target dan,(4) indikator benefit-impact, yaitu: keuntungan yang diperoleh oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dan masyarakat.
Dari pengukuran kinerja yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan Situs Sangiran dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran adalah baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACTION
Agustina Supriyaningrum, D0105029. PERFORMANCE DEPARTMENT OF TOURISM, CULTURE, YOUTH, AND SPORT (DISPARBUDPOR) SRAGEN REGENCY IN DEVELOPING SANGIRAN ARCHEOLOGICAL SITE. (97 Pages).
The development of Sangiran Site has purpose to make Sangiran Site as an internationally ancient human research center and an object of education tourism. It required Sangiran Site development program conducted by Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency. This research aims to find out how the performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency in developing Sangiran Archeological Site. This research was conducted in two places, namely Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency and Sangiran Site, Kalijambe, Sragen Regency. This research included in basic research and is a descriptive qualitative research that study or trying to find out how the performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency in the development of Sangiran Archeological Site. Sources of data in this research are: informant, document, and place that has a connection with performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency in the development of Sangiran Archeological Site. According to the data sources, data collection techniques that were used are: interviews, documents, and observation. While the sampling technique used purposive sampling. In this research, the validity data used the data triangulation. The data analysis technique used interactive analysis model with three components, namely data reduction, data presentation, and making of conclutions/verification.
In the implementation to Sangiran Site development, Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency has easy and obstacle in developing Sangiran Site that could affect the course of development program. To find out the performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency in developing Sangiran Archeological Site, required a measurement performance. Performance measurement is done by using performance indicators. Performance indicators that used in this research include: (1) input indicators, a primary input: Rp. 14,757,000 and secondary inputs: the cleaning tools, bathroom fixtures, and promotional tools; (2) output indicators, namely using resources optimally, functioning of promotional tools which affects the interest of tourists to visit the Sangiran site; (3) outcome indicators, among others: increased interest of tourists to visit the Sangiran Site that known from the revenue and the number of tourists to the Sangiran Site according the amount of target; (4) benefit-impact indicators, namely: the profit obtained by Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency and community of Sragen Regency. From performance measurement that has been done, it can be concluded that Sangiran Site development conducted by Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency in accordance with the indicators that have been defined previously. Thus the performance of Department of Tourism, Culture, Youth, and Sport Sragen Regency has good work in developing Sangiran Site.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia telah ditemukan cukup banyak situs yang mengandung unsur
sejarah. Situs merupakan lokasi dimana di dalamnya diduga terdapat benda-benda
yang memiliki nilai budaya atau benda purbakala. Benda-benda ini dapat berupa
bangunan, artefak atau fosil yang penting dalam sejarah suatu negara dan juga
penting bagi perkembangan ilmu sejarah, anthropologi, arkeologi, biologi,
paleontologi, geologi, dan ilmu-ilmu lainnya.
Salah satu situs paleontologi atau situs kepurbakalaan yang terlengkap di
Indonesia dan cukup terkemuka di dunia adalah Situs Purbakala Sangiran. Situs ini
telah ditetapkan sebagai Daerah Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977 tanggal 5 Maret 1977. Situs ini juga
ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia (World Cuture Herritage) No. C 593 oleh
Komite World Herritage UNESCO pada tanggal 5 Desember 1996, sehingga situs ini
berskala internasional.
Secara keseluruhan, Situs Sangiran terletak di wilayah Kabupaten Sragen
(meliputi Kecamatan Kalijambe, Gemolong, dan Plupuh) dan wilayah Kabupaten
Karang Anyar (meliputi Kecamatan Gondangrejo). Di situs ini telah terdapat
Museum Purbakala Sangiran yang dibangun di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten
Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
Situs Sangiran sendiri sampai saat ini dikelola oleh dua pihak, pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, seperti hasil wawancara dengan Sekretariat Dinas
Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut ini:
World Cuture Herritage dan sangat penting bagi penelitian kepurbakalaan, maka penanganan situs terbagi dua. Untuk Museum Sangiran dikelola oleh pemerintah pusat, yaitu Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT Daerah, yakni Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Sedangkan di luar museum, seluruh situs dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sragen melalui
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2009)
Museum Purbakala Sangiran sendiri namanya telah diganti menjadi Balai
Pelestarian Situs Manusia Purbakala Sangiran (BPSMPS). Hal ini dilakukan karena
Museum Purbakala Sangiran dirasa kurang mewakili semua unsur pengelolaan,
sementara BPSMPS lebih dari sekedar merawat fosil namun juga situs
(www.eljohn.net, diakses tanggal 12 September 2009).
Selain sebagai Situs Purbakala, Pemerintah Kabupaten Sragen memanfaatkan
Situs ini sebagai objek wisata ilmiah, hal ini terutama karena BPSMPS atau Museum
Purbakala Sangiran terdapat di Kabupaten Sragen. Situs Sangiran adalah objek
wisata unggulan di Kabupaten Sragen yang bersifat nasional bahkan internasional.
Sedangkan objek wisata lain di Kabupaten Sragen yaitu: Pemandian Air Panas
Bayanan, Kolam Renang Kartika, dan Gunung Kemukus merupakan objek wisata
andalan yang bersifat lokal.
Selain sebagai satu-satunya objek wisata unggulan, Situs Sangiran juga satu-
satunya objek wisata di Kabupaten Sragen yang pengembangannya dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
tiga pihak, seperti hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pariwisata Dinas
Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut ini:
Kabupaten. Sedangkan objek wisata yang lain di Sragen dikelola dan dibiayai oleh Pemda, jadi tidak melibatkan pihak lain kecuali jika meminta bantuan
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Untuk kepentingan pariwisata dan ilmu pengetahuan, telah dilakukan
berbagai upaya pengembangan Situs Sangiran. Pengembangan situs ini berupa
pengembangan fisik dan non fisik. Non fisik misalnya promosi, sosialisasi, baliho,
buku, membuat website, dll. Sedangkan untuk pembangunan fisik, berupa perbaikan
jalan dan museum. Pengembangan yang dilakukan Dinas Parbudpor lebih bersifat
non fisik seperti yang dikemukakan oleh Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan
Prasarana Pariwisata Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen berikut ini:
arbudpor lebih non fisik. Dinas hanya mendukung program pemerintah pusat misalnya promosi, sosialisasi, baliho, buku, membuat website, dll. Kalau soal pembangunan fisik, Dinas hanya sekedar melaporkan kerusakan atau mengusulkan perbaikan ke pemerintah. Tapi yang membangun adalah pihak DPU, meskipun yang mengelola dan menggunakan adalah Dinas Parbudpor (Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
Sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007, program pengembangan
Kawasan Sangiran terutama untuk Museum Sangiran telah menggunakan dana
sebesar Rp. 13.219.929.000,-. Dana ini diperoleh dari APBN, APBD Provinsi Jawa
Tengah, APBD Kabupaten Sragen, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa
Tengah, dan BP3 Jawa Tengah. Adapun perincian dana pengembangan Situs
Sangiran tahun 2002 sampai 2007 terdapat pada tabel 1.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
Tab
el 1
.1
Dan
a Pe
ngem
bang
an O
bjek
Wis
ata
Situ
s Sa
ngir
an
Tah
un 2
002
200
7 (d
alam
Rp)
Tah
un
(1)
APB
N
(2)
APB
D
Pro
p. J
aten
g
(3)
APB
D
Kab
. Sra
gen
(4)
Din
as K
eb &
Par
Prop
. Jat
eng
(5)
BP3
Jat
eng
(6)
Jum
lah
(7)
2002
-
484.
000.
000
565.
000.
000
- -
1.04
9.00
0.00
0
2003
90
0.00
0.00
0 -
1.03
6.01
9.00
0 -
- 1.
936.
019.
000
2004
80
0.00
0.00
0 82
5.00
0.00
0 45
0.00
0.00
0 -
- 2.
075.
000.
000
2005
21
2.41
0.00
0 80
0.00
0.00
0 27
5.00
0.00
0 -
- 1.
287.
410.
000
2006
1.
000.
000.
000
400.
000.
000
122.
500.
000
- -
1.52
2.50
0.00
0
2007
3.
300.
000.
000
- 1.
000.
000.
000
250.
000.
000
800.
000.
000
5.35
0.00
0.00
0
Jum
lah
13
.219
.929
.000
(Su
mbe
r: D
inas
Par
iwis
ata,
Keb
uday
aan,
Pem
uda
dan
Ola
h R
aga
Kab
upat
en S
rage
n T
ahun
200
8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran dari tahun 2002 sampai tahun
2007 adalah sebagai berikut:
Dari APBN:
Anggaran pembangunan Kantor, Ruang Laboratorium, Ruang Koleksi
Anggaran gaji pegawai BP3 Jateng di Sangiran
Anggaran Pembangunan Museum
Anggaran pembangunan selasar dari Atrium pengunjung hingga ruang
display bawah tanah
Anggaran penyempurnaan Atrium Pengunjung
Dari APBD:
Anggaran pembangunan sarana dan prasarana
Pembangunan menara pandang dan Ruang Audio Visual
Pembangunan wisma, dan areal parkir
Pembangunan monumen lapangan
Pembebasan jalan akses ke monumen,
Souvenir shop, kafetaria, dan fasilitas pendukung lainnya
Anggaran gaji pegawai Pemda di Sangiran
Anggaran imbalan penemuan fosil
Anggaran pembangunan selasar dari ruang display bawah tanah hingga
laboratorium, pembangunan pagar keliling museum dan talud sepanjang
pagar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
Program pengembangan fisik Kawasan Sangiran tahun 2008 dengan dana
pendamping dari APBD Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut:
- Pembangunan pagar dan talud
- Saluran drainase
- Pembangunan masjid dan MCK
- Pembangunan kios souvenir dan parkir
- Pembuatan sumur (artesis) dan jaringan
- Pembebasan tanah
(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen Tahun 2008)
Untuk dana cadangan penemuan benda cagar budaya dan promosi wisata,
telah menjadi anggaran tahunan dalam APBD Kabupaten Sragen. Sehingga dana
promosi wisata Situs Sangiran dan penggantian penemuan fosil telah menjadi
anggaran rutin bagi Dinas Parbudpor.
Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen memiliki peranan penting dalam
mengelola Situs Sangiran karena Dinas ini merupakan unsur pelaksana dari
pemilik wilayah Situs Sangiran di Kabupaten Sragen, yaitu pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Sragen. Dalam menjalankan perannya ini, diperlukan suatu
kinerja yang baik dari Dinas Parbudpor dalam pengelolaan dan pengembangan
Situs Sangiran.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok
orang dalam suatu organisasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebuah
organisasi perlu mengetahui kinerjanya agar bisa mengetahui kelebihan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
kekurangan organisasi dalam menjalankan suatu program sehingga bisa
memperbaiki kelemahan itu dan meningkatkan kinerjanya di masa datang. Situs
Sangiran sendiri harus terus dikembangkan agar bisa menarik untuk dikunjungi
wisatawan dan tetap dilestarikan sebagai cagar budaya. Hal inilah yang menjadi
latar belakang untuk meneliti tentang kinerja Dinas Parbudpor dalam
mengembangkan Situs Sangiran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Raga Kabupaten Sragen dalam pen
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Tujuan operasional
Penelitian ini akan mengarahkan kajiannya untuk mengetahui kinerja Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam
pengembangan Situs Purbakala Sangiran.
b. Tujuan Individu
Bagi peneliti, untuk mengetahui tugas dan salah satu persyaratan akademis
guna memperoleh gelar Kesarjanaan Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, jurusan Administrasi Negara Program S-1 Reguler di Universitas
Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat Praktis
Memperoleh pemahaman mengenai kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan,
Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs
Purbakala Sangiran.
b. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bisa dijadikan bahan bagi penelitian lanjutan untuk yang
beminat menggali permasalahan yang sama dengan lebih mendalam
E. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kinerja
Dalam Prawirosentono (1999:1- to
performance thing done
(suatu hasil yang telah dikerjakan) dan menurut The Scibner Bantam English
Dictionary terbitan Amerika Serikat dan Kanada tahun 1979 diartikan sebagai
berikut:
1. To do or carry out; execute (melakukan, menjalankan, melaksanakan) 2. To discharge or fulfill; as a vow (memenuhi atau menjalankan
kewajiban satu nazar) 3. To portray, as a character in a play (menggambarkan suatu karakter
dalam suatu permainan) 4. To render by the voice or a musical instrument (menggambarkannya
dengan suara atau alat musik) 5. To execute or complete an undertaking (melaksanakan atau
menyempurnakan tanggung jawab) 6. To act a part in a play (melaksanakan suatu kegiatan dalam suatu
permainan) 7. To perform music (memainkan/pertunjukan musik) 8. To do what is expected of a person or machine (melakukan sesuatu
yang diharapkan oleh seseorang atau mesin)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
Tidak semua arti kinerja tersebut sesuai dengan kinerja dalam
penelitian ini, hanya empat yang sesuai, yaitu:
1. melakukan, menjalankan, melaksanakan
2. memenuhi atau menjalankan kewajiban
3. melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab
4. melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang
Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja adalah melakukan
suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya
dengan hasil seperti yang diharapkan.
Pengertian dari Prawirosentono (1999:2):
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
Lembaga Adminsitrasi Negara Republik Indonesia dalam Widodo
(2008:79) mengartikan kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, visi organisasi.
Pengertian kinerja menurut Widodo (2008:79) pada hakikatnya
berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan
apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sedangkan Tika (2002:121-122) mendefinisikan kinerja sebagai hasil-
hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu tertentu.
Fungsi pekerjaan/kegiatan yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan
hasil pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok yang menjadi
wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. Pelaksanaan hasil
pekerjaan/prestasi kerja tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi
dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja adalah hasil kerja seseorang atau sekelompok orang dalam
organisasi untuk melaksanakan tanggung jawab dan wewenangnya dalam
mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya dalam jangka
waktu tertentu.
2. Pengukuran Kinerja
Untuk mengetahui kinerja organisasi atau seseorang diperlukan suatu
pengukuran kinerja. Menurut Robinson (dalam Mahmudi, 2005:7):
pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil kegiatan dengan target, dan efektivitas tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
Sedangkan menurut Widodo (2008:94):
telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja digunakan untuk penilaian atas keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pem
Pengukuran kinerja dalam Klassen (2009:47) diartikan sebagai berikut:
Performance measurement is a model that specifies elements that can and should be measured and monitored in order to ensure a systematic process of improving quality of services. (Pengukuran kinerja adalah model yang menentukan unsur-unsur yang dapat dan harus diukur dan dimonitor untuk memastikan suatu proses yang sistematis untuk meningkatkan kualitas pelayanan.)
Menurut Rivai (2005:29) penilaian kinerja (performance appraisal),
yang juga dikenal dengan istilah evaluasi kinerja (performance evaluation),
merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian
kinerja.
Dari berbagai pengertian tersebut, disimpulkan bahwa pengukuran
kinerja adalah proses menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan
dengan tujuan atau sasaran yang telah ditentukan untuk mengetahui
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program atau kegiatan suatu
organisasi dalam periode waktu tertentu.
Melakukan pengukuran kinerja diperlukan oleh suatu organisasi untuk
memberi informasi mengenai apa yang ingin dicapai dan apa yang telah
dilakukan untuk mencapainya. Pentingnya pengukuran kinerja dikemukakan
oleh Epstein dan Ammons (dalam Chan, 2009:52-53) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
easurement can provide vital information on gaps between what the government entity is expected to achieve and what it has actually accomplished within a fixed period of time. The information enables government organizations to make timely adjustments to their ongoing policies and implementation strategies (Pengukuran kinerja dapat memberikan informasi penting tentang kesenjangan antara apa yang pemerintah harapkan untuk dicapai dan apa yang sebenarnya telah dicapai dalam jangka waktu yang tetap. Informasi yang memungkinkan organisasi pemerintah untuk melakukan penyesuaian yang tepat waktu dengan kebijakan dan melaksanakan strategi.) Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja.
Menurut Widodo (2008:91-92), indikator kinerja merupakan ukuran
kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan
organisasi. Indikator tersebut dapat dijadikan patokan/standar menilai
keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai
visi dan misi organisasi.
Mahmudi (2005:165) menyatakan bahwa indikator kinerja dapat
dikategorikan dalam dua jenis, yaitu: indikator kinerja makro dan indikator
kinerja mikro. Indikator kinerja makro adalah indikator kinerja level tinggi
yang bersifat strategik, sedangkan indiktor kinerja mikro merupakan indikator
kinerja level unit kerja yang bersifat operasional.
Sedangkan menurut Ruky (2002:125), indikator hanya
mengidentifikasi apa yang akan diukur, bukan berapa banyak atau bilamana.
Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor:
239/IX/6/8/2003, indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah
ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator
kinerja adalah sesuatu yang digunakan untuk mengukur keberhasilan atau
kegagalan penyelenggaraan kegiatan/program organisasi. Indikator-indikator
tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat mengindikasikan sejauh
mana keberhasilan pencapaian sasaran.
Dari observasi terhadap berbagai ukuran kinerja yang dilakukan oleh
Agus Dwiyanto (dalam Suacana, 2009) ditemukan data dan metodologi yang
dapat dipergunakan untuk menilai kinerja organisasi publik, yaitu:
produktivitas, kualitas pelayanan, responsivitas, responsibilitas dan
akuntabilitas.
a. Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur efisiensi, tapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai
rasio antara input dan output. Konsep ini dirasa terlalu sempit, kemudian
dikembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas yang
memasukkan seberapa besar pelayanan publik memiliki hasil yang
diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.
b. Kualitas pelayanan
Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai birokrasi publik
bersumber pada ketidakpuasan masyarakat akan kualitas layanan birokrasi.
Dengan demikian kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik dapat
menjadi indikator kinerja birokrasi publik. Informasi mengenai kepuasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
terhadap kualitas pelayanan tersedia secara mudah dan murah serta dapat
diperoleh dari media massa atau diskusi publik.
c. Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini
menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas menjadi
indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang
rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan
kebutuhan masyarakat.
d. Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun
implisit. Responsibilitas adalah kinerja organisasi yang diukur dari
penilaian profesionalisme dalam pelaksanaan kerja.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik karena dipilih
oleh rakyat, maka mereka merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam
konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik konsisten denagn
kehendak masyarakat banyak. Jadi, kinerja birokrasi publik tidak hanya
diukur dari ukuran internal yang dikembangkan suatu organisasi publik,
seperti pencapaian target, tapi juga dinilai dari ukuran eksternal, seperti
nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Dalam jurnalnya, Phillips (2005:205) melakukan pengukuran kinerja
untuk perusahaan kecil menengah yang bekerja di bidang pariwisata,
perhotelan, dan rekreasi dengan menggunakan balanced scorecard
menyatakan sebagai berikut:
This study has identified performance measurement among best practice tourism, hospitality, and leisure small medium-sized enterprises....However, we have identified priority factors-budgetary control, customer relationship management, strategic management, and collaboration-that are slightly different from Kaplan and Norton's perspectives, which are financial, the customer, internal business process, and innovation and learning. This reinforces the problems of small medium-sized enterprises simply implementing management
(Penelitian ini telah mengidentifikasi salah satu pengukuran kinerja terbaik untuk usaha pariwisata, perhotelan, dan rekreasi kecil menengah.....meskipun demikian, kita telah mengidentifikasi faktor prioritas- kontrol keuangan, manajemen hubungan pelanggan, manajemen strategis, dan kolaborasi- yang cukup berbeda dengan perspektif kaplan dan norton yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan inovasi dan pembelajaran. Hal ini memperkuat masalah usaha kecil menengah yang hanya mengimplementasikan alat manajemen yang dikembangkan di organisasi yang lebih besar.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
Menurut Widodo (2008:91-92) terdapat lima macam indikator kinerja,
antara lain:
a. Indikator masukan (inputs), merupakan sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dan program berjalan untuk menghasilkan keluaran.
b. Indikator keluaran (outputs), merupakan segala sesuatu berupa produk
sebagai hasil langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan program
berdasarkan masukan yang digunakan.
c. Indikator hasil (outcomes), merupakan sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan.
d. Indikator manfaat (benefits), merupakan kegunaan suatu keluaran yang
dirasakan secara langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya
fasilitas yang dapat diakses publik.
e. Indikator dampak (impacts), merupakan pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan, atau kepentingan umum lain karena suatu kegiatan.
Mahmudi (2005:105-107) juga mengemukakan indikator yang
digunakan dalam pengukuran kinerja yaitu:
a. Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam
suatu proses tertentu untuk menghasilkan output. Input dibagi menjadi
dua, yaitu input primer dan input sekunder. Input primer adalah kas,
sedangkan input sekunder adalah bahan baku, orang, infrastruktur, dan
masukan lainnya yang digunakan untuk proses menghasilkan output.
b. Output adalah hasil langsung dari suatu proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
c. Outcome adalah hasil yang dicapai dari suatu program atau aktivitas
dibandingkan dengan hasil yang diharapakan. Pengukuran outcome
merupakan dampak program atau aktivitas terhadap masyarakat.
d. Benefit-impact merupakan efek langsung dan tidak langsung atau
konsekuensi yang diakibatkan dari pencapaian tujuan program. Manfaat
merupakan keuntungan yang diperoleh dari pencapaian hasil, dan dampak
adalah akibat yang terjadi atas pencapaian hasil tersebut.
Menurut Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor:
239/IX/6/8/2003, indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan
dikategorikan dalam beberapa kelompok:
a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam
rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana,
material, waktu, teknologi, dan sebagainya;
b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan
/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan
program berdasarkan masukan yang digunakan.;
c. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran
seberapa jauh setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang
dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas
yang dapat diakses publik;
e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,
lingkungan, atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian
kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 39 Tahun 2006,
diperoleh tambahan: keluaran (outputs) adalah barang atau jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian
sasaran/tujuan program atau kebijakan. Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu
yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu
program.
Dari beberapa pengertian di atas, secara ringkas dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
a. Indikator input adalah semua jenis sumber daya yang diperlukan (man,
money, material, machine, methods, dan market) untuk menghasilkan
output.
b. Indikator output adalah hasil langsung dari input berupa barang dan jasa
yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program atau aktivitas.
c. Indikator outcome adalah sesuatu yang menunjukkan berfungsinya output
untuk mengetahui hasil dari program dapat memenuhi harapan atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
d. Indikator benefit adalah kegunaan dan keuntungan dari hasil kegiatan yang
dirasakan langsung oleh masyarakat.
e. Indikator impact adalah akibat yang dirasakan oleh masyarakat karena
suatu kegiatan atau pelaksanaan program.
Ada beberapa cara pengukuran kinerja. Menurut Rivai (2005:29),
keberhasilan atau kegagalan manajemen dapat diukur dengan melakukan:
a. Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja direncanakan;
b. Perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan;
c. Perbandingan antara kinerja nyata tahun ini dengan tahun-tahun
sebelumnya;
d. Perbandingan kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
unggul di bidangnya (benchmarking/patok duga);
e. Perbandingan tahun berjalan dengan rencana dalam (dua, tiga, empat, atau
lima tahun) tren pencapaian.
Menurut Widodo (2008:95), pengukuran kinerja dilakukan dengan
cara:
a. Membandingkan antara rencana dengan realisasi
b. Membandingkan antara realisasi tahun ini dengan tahun lalu
c. Membandingkan dengan organisasi lain yang sejenis
d. Membandingkan antara realisasi dengan standarnya.
Mahmudi (2005:105-134) mengemukakan konsep dasar pengukuran
indikator kinerja, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
a. Pengukuran input
Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan
oleh suatu proses dalam rangka menghasilkan output. Proses tersebut
dapat berbentuk program atau aktivitas. Ukuran input mengindikasikan
jumlah sumber daya yang dikonsumsi untuk suatu program, aktivitas, atau
organisasi. Pengukuran input dilakukan dengan cara membandingkan
input sekunder dengan input primer.
b. Pengukuran output
Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung suatu proses.
Ukuran output menunjukkan hasil implementasi program atau aktivitas.
Pengukuran output berbentuk kuantitatif keuangan dan kuantitatif non
keuangan.
c. Pengukuran outcome
Tujuan pengukuran outcome adalah untuk mengukur nilai dari suatu
aktivitas atau program. Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil
yang dicapai dengan hasil yang diharapkan. Outcome pada dasarnya
merupakan ukuran untuk mengetahui apakah program memenuhi harapan
atau tidak.
d. Pengukuran benefit- impact
Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan
antara hasil program dengan perkiraan keadaan yang akan terjadi apabila
program tersebut tidak ada. Pengukuran manfaat dan dampak dari kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
organisasi sektor publik dapat diketahui dengan cara melakukan survei
kepuasan masyarakat atau melalui studi dampak lingkungan.
3. Pengertian Pengembangan
Pengertian pengembangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Badudu, 1994:655) adalah hal, cara, atau hasil kerja mengembangkan;
mengembangkan (1) membuka (2) memajukan, menjadikan maju, bertambah
baik (3) memperluas, memperbesar. Sedangkan pengertian pengembangan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:414) adalah proses, cara,
perbuatan mengembangkan.
Pengertian pengembangan organisasi menurut kamus istilah
manajemen (dalam Moekijat, 1988:5) adalah sebagai berikut:
untuk mencapai tujuannya dengan memanfaatkan potensi manusia secara lebih efektif dan mengevaluasi setiap perubahan dan mengarahkannya
Mengenai pengembangan kepariwisataan, dalam jurnalnya, Okech
(2010:2) menyatakan sebagai berikut:
The case of tourism and development is somewhat different from other sector of the economy. Because it does not produce goods, tourism's contribution to development is indirect through generating revenues. It involves the creation of an infrasructure of attractions, accomodation facilities, travel and transport, and communications which allow visitors to go to the source of an attraction (Kasus pariwisata dan pengembangan agak berbeda dari sektor ekonomi lainnya. Karena tidak menghasilkan barang, kontribusi pariwisata terhadap pembangunan tidak dapat diketahui langsung melalui menghasilkan pendapatan. Ini melibatkan penciptaan suatu infrastruktur atraksi, fasilitas akomodasi, perjalanan dan transportasi, dan komunikasi yang memungkinkan pengunjung untuk pergi ke sumber daya tarik)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengembangan
merupakan cara atau proses untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik.
Dengan cara apapun, untuk menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya
disebut pengembangan.
4. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas
Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Situs Sangiran
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)
Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran adalah hasil kerja
Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam menjalankan tanggung jawab dan
wewenangnya untuk mengembangkan Situs Sangiran dalam jangka waktu
tertentu. Pengembangan Situs Sangiran merupakan proses atau cara Dinas
Parbudpor untuk membuat Situs Sangiran menjadi lebih baik.
Untuk mengetahui kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam
pengembangan Situs Sangiran diperlukan suatu pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja dalam penelitian ini diartikan sebagai proses menilai
kemajuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan Dinas Parbudpor
Kabupaten Sragen dalam mengembangkan Situs Sangiran dalam jangka waktu
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
Pengukuran kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen untuk
mengembangkan Situs Sangiran dilakukan dengan menggunakan indikator
kinerja. Indikator kinerja dalam penelitian ini antara lain:
a. Indikator input, merupakan semua jenis sumber daya yang diperlukan
(man, money, material, machine, methods, dan market) oleh Dinas
Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk
menghasilkan output.
b. Indikator output, merupakan hasil langsung dari input berupa barang dan
jasa yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program Dinas
Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran
c. Indikator outcome, merupakan sesuatu yang menunjukkan berfungsinya
output untuk mengetahui hasil dari program pengembangan Situs Sangiran
yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat memenuhi
harapan atau tidak.
d. Indikator benefit, merupakan kegunaan dan keuntungan dari hasil kegiatan
Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran
yang dirasakan langsung oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten
Sragen sendiri.
e. Indikator impact, merupakan akibat kegiatan atau pelaksanaan program
Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran
yang dirasakan oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
Berdasarkan indikator kinerja dapat dilakukan pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan
Situs Sangiran berdasarkan indikator kinerja adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran input
Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan
oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs
Sangiran untuk menghasilkan output. Ukuran input mengindikasikan
jumlah sumber daya yang dikonsumsi Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen
untuk pengembangan Situs Sangiran.
b. Pengukuran output
Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung program
pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor
Kabupaten Sragen. Ukuran output menunjukkan hasil implementasi
program pengembangan Situs Sangiran.
c. Pengukuran outcome
Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil yang dicapai dengan
hasil yang diharapkan dalam pengembangan Situs Sangiran. Outcome pada
dasarnya merupakan ukuran untuk mengetahui apakah pengembangan
Situs Sangiran memenuhi target dan harapan atau tidak.
d. Pengukuran benefit- impact
Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan
antara hasil program pengembangan Situs Sangiran dengan perkiraan
keadaan yang akan terjadi apabila tidak ada pengembangan Situs Sangiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
Pengukuran manfaat dan dampak dari program pengembangan Situs
Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat
diketahui dengan cara melakukan survei kepuasan masyarakat atau melalui
studi dampak lingkungan.
F.Kerangka Pemikiran
Berdasarkan berbagai teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dibuat
kerangka dasar pemikiran yang merupakan dasar dan landasan bagi
pengembangan dalam penulisan penelitian ini. Dalam penelitian ini, kerangka
dasar pemikiran dirumuskan seperti gambar 1.1
Gambar 1.1
Kerangka Dasar Pemikiran
Program Pengembangan Situs Sangiran
- fisik - non fisik
Kinerja dalam pengembangan Situs
Sangiran
- Input - Output - Outcome - Benefit- impact
-kemudahan
-hambatan
Pelaksanaan program
pengembangan Situs Sangiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
Pengembangan Situs Sangiran memiliki tujuan untuk menjadikan Situs
Sangiran, sebagai pusat penelitian manusia purba bertaraf internasional dan
sebagai objek wisata pendidikan, menjadi lebih baik dan menarik untuk
dikunjungi wisatawan dan peneliti. Untuk itu diperlukan program pengembangan
Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen, baik fisik
maupun non fisik.
Dalam pelaksanaan program pengembangan Situs Sangiran, Dinas
Parbudpor Kabupaten Sragen memiliki kemudahan dan hambatan dalam
mengembangkan Situs Sangiran yang bisa mempengaruhi jalannya program
pengembangan. Kemudahan bisa mendukung dan memperlancar pengembangan
sedangkan hambatan bisa mempersulit jalannya pengembangan.
Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen memiliki peranan penting dalam
mengelola Situs Sangiran, sehingga diperlukan suatu kinerja yang baik dari Dinas
Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran. Untuk
mengetahui kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan
Situs Sangiran, diperlukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja Dinas
Parbudpor Kabupaten Sragen untuk mengembangkan Situs Sangiran dilakukan
dengan menggunakan indikator kinerja. Indikator kinerja dan pengukuran
indikator kinerja dalam penelitian ini antara lain:
a. Input
Indikator input, merupakan semua jenis sumber daya yang diperlukan
(man, money, material, machine, methods, dan market) oleh Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk
menghasilkan output.
Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan
oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs
Sangiran untuk menghasilkan output. Ukuran input mengindikasikan
jumlah sumber daya yang dikonsumsi Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen
untuk pengembangan Situs Sangiran.
b. Output
Indikator output, merupakan hasil langsung dari input berupa barang
dan jasa yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program Dinas
Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran.
Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung program
pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor
Kabuapten Sragen. Ukuran output menunjukkan hasil implementasi
program pengembangan Situs Sangiran.
c. Outcome
Indikator outcome merupakan sesuatu yang menunjukkan berfungsinya
output untuk mengetahui hasil dari program pengembangan Situs Sangiran
yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat memenuhi
harapan atau tidak.
Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil yang dicapai dengan
hasil yang diharapkan dalam pengembangan Situs Sangiran. Outcome pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
dasarnya merupakan ukuran untuk mengetahui apakah pengembangan
Situs Sangiran memenuhi target atau tidak.
d. Benefit-impact
Indikator benefit, merupakan kegunaan dan keuntungan dari hasil
kegiatan Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs
Sangiran yang dirasakan oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten
Sragen sendiri. Indikator impact, akibat kegiatan atau pelaksanaan
program Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs
Sangiran yang dirasakan oleh masyarakat dan Dinas Parbudpor Kabuapten
Sragen sendiri. Indikator benefit-impact memiliki kemiripan, karena itu
dalam penelitian ini dijadikan satu
Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan
antara hasil program pengembangan Situs Sangiran dengan perkiraan
keadaan yang akan terjadi apabila tidak ada pengembangan Situs Sangiran.
Pengukuran manfaat dan dampak dari program pengembangan Situs
Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat
diketahui dengan cara melakukan survei kepuasan masyarakat atau melalui
studi dampak lingkungan.
G. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
dan Situs Sangiran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Pemilihan
kedua lokasi ini dikarenakan kedua empat itu memiliki kaitan dengan
pengembangan Situs Sangiran. Dinas Parbudpor merupakan instansi yang
bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pengembangan Situs Sangiran.
Sedangkan kawasan Situs Sangiran di Kecamatan Kalijambe terdapat Museum
Sangiran yang merupakan pusat dari Situs Sangiran. Semua kegiatan
pengelolaan dan pengembangan Situs Sangiran terpusat di Museum Sangiran.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dasar, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk memahami mengenai suatu masalah. Sedangkan jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu jenis penelitian yang
studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam
mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa
adanya di lapangan studinya (Sutopo, 2002:109-111). Sehingga penelitian ini
akan mampu menggambarkan secara jelas mengenai sebuah fenomena, yaitu
kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas
Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Purbakala
Sangiran.
3. Sumber Data
Jenis sumber data dalam penelitian ini secara menyeluruh dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
a. Informan atau narasumber, yaitu jenis data yang berupa manusia. Untuk
mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan kinerja Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam
pengembangan Situs Purbakala Sangiran, maka sebagai narasumber dalam
penelitian ini yaitu:
- Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Sragen
- Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga Kabupaten Sragen
- Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen
- Pengelola Situs Sangiran
- Pengunjung Situs Sangiran
- Pedagang sekitar Situs Sangiran
b. Dokumen dan arsip, yaitu jenis data yang berupa bahan tertulis, gambat,
atau benda peninggalan yang berkaitan denagn suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu. Dalam penelitian ini, arsip dan dokumen mengenai
kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs
Sangiran yaitu:
- Arsip-arsip tentang kegiatan pengembangan Situs Sangiran yang telah
dilakukan.
- Laporan-laporan, yaitu laporan tentang kegiatan yang terkait dengan
pengembangan Situs Sangiran yang telah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
c. Tempat dan peristiwa/aktivitas yang terkait dengan Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen dalam
mengembangkan Situs Sangiran.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data
yang digunakan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada informan yang telah ditentukan sebelumnya.
Informan di sini adalah mereka yang dianggap tahu dan dapat menjadi
sumber data. Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah pihak
Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen, Pengelola Situs Sangiran, pedagangg,
serta pengunjung Situs Sangian.
Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur atau wawancara mendalam (in-depth
interviewing). Wawancara ini sifatnya terbuka, mengarah pada kedalaman
informasi, dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur formal, dan bisa
dilakukan berulang pada informan yang sama. (Sutopo, 2002:59)
Proses wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab, dengan
terlebih dahulu membuat kerangka garis besar pokok-pokok yang akan
ditanyakan dalam proses wawancara tersebut, serta dilakukan dalam waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
dan kondisi yang dianggap paling tepat guna mendapatkan kejelasan
tentang hal yang berkaitan dengan kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten
Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran.
b. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman
gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.(Sutopo, 2002:64)
Teknik observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung, dimana peneliti mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap objek penelitian lapangan. Observasi dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi yang lebih spesifik tentang keadaan Situs
Sangiran dan Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen. Sehingga dapat
diketahui hal-hal apa saja, baik dari dalam lingkungan organisasi maupun
dari luar organisasi yang akan mempengaruhi kinerja Dinas Parbudpor
Kabupaten Sragen dalam mengembangkan Situs Sangiran.
c. Dokumen dan arsip
Teknik ini akan digunakan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada berbagai instansi
terkait, yaitu Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen maupun pengelola Situs
Sangiran. Selain itu juga menggunakan data yang bersumber dari buku
kepustakaan, hasil penelitian, arsip/dokumen, serta media massa yang
pernah diterbitkan yang berhubungan dengan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
5. Teknik Cuplikan (Sampling)
Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber
data yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik cuplikan merupakan suatu
bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian
yang mengarah pada seleksi.
Teknik cuplikan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara menentukan key
informant atau informan kunci yang dipandang paling tepat sebagai sumber
data sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini berarti memilih
informan yang dianggap mengetahui permasalahan secara mendalam dan
dapat dipercaya untuk menjadi sumber data (H.B Sutopo, 2002:56). Bahkan di
dalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peneliti dalam memperoleh data.
Apabila informasi yang diperlukan masih kurang, maka untuk memperoleh
informasi lain yang dipandang berkompeten sebagai informan selanjutnya,
demikian seterusnya sehingga diperoleh data yang semakin lengkap dan
mendalam. Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
- Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga
Kabupaten Sragen
- Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan
Olah Raga Kabupaten Sragen
- Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
- Pengelola Situs Sangiran
- Pedagang dan masyarakat sekitar Situs Sangiran
- Pengunjung Situs Sangiran.
Mereka dipilih menjadi informan karena memiliki kaitan dan
mengetahui tentanng pengembangan Situs Sangiran.
6. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang
diperoleh akurat atau sesuai dengan kenyataan/fakta. Untuk itu, peneliti
menggunakan cara triangulasi. Triangulasi merupakan teknik yang didasari
pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik
simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. H.B Sutopo
(2002, 77-83) menyatakan ada 4 macam triangulasi, yaitu:
a. Triangulasi data (data triangulation), yaitu peneliti memanfaatkan
beberapa sumber data yang berbeda untuk menggali data yang sama atau
sejenis. Dengan demikian data yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa
lebih teruji bebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang
diperoleh dari sumber data lain.
b. Triangulasi metode (methodological triangulation), yaitu peneliti
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan metode/teknik
pengumpulan data yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
c. Triangulasi peneliti (investigation triangulation), yaitu hasil penelitian
baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan
bisa diuji validitasnya oleh beberapa peneliti.
d. Triangulasi teori (theoretical triangulation), yaitu peneliti menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang
dikaji/diteliti.
Penelitian ini menggunakan triangulasi data, dimana penulis
menggunakan beberapa sumber data dari pihak yang berbeda untuk
memperoleh data dalam konteks yang sama. Dengan cara menggali data dari
sumber yang berbeda-beda, data sejenis bisa teruji kebenarannya. Sumber
yang digunakan dalam triangulasi data ini adalah hal-hal atau pihak-pihak
yang terkait dengan kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah
Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam mengembangkan Situs
Sangiran, misalnya informan, dokumen, arsip dan peristiwa.
7. Teknik Analisis Data
H.B Sutopo (2002:91-92) menyatakan analisis dalam penelitian
kualitatif terdiri dari tiga komponen, yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses seleksi (pemfokusan), penyederhanaan,
abstraksi yang ada dalam catatan lapangan (field note). Reduksi data
adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data
sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis
dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami berbagai
hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada
analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian
data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis
matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan juga tabel
sebagai pendukung narasinya.
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa
arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan
peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang
mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Peneliti yang ahli
menangkap berbagai hal tersebut secara kuat, namun tetap terbuka dan
bersikap skeptis. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu, yang pada
waktu awalnya mungkin kurang jelas, kemudian semakin meningkat
secara eksplisit, dan juga memiliki landasan yang semakin kuat (H.B
Sutopo, 2002: 93).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
Simpulan akhir perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-
benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan
aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali.
Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan
penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya.
Miles dan Huberman (dalam Sutopo,2002:94) menyatakan bahwa
terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam
melaksanakan analisis di dalam penelitian kualitatif, yaitu: model analisis
jalinan dan model analisis interaktif.
Dalam model analisis jalinan, ketiga komponen analisis yaitu reduksi
data, sajian data, dan verifikasi masih aktif bertautan dalam jalinan dan masih
tetap dilakukan pada waktu pengumpulan data sudah berakhir. Sedangkan
dalam model analisis interaktif, ketiga komponen analisis tersebut aktivitasnya
dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponen maupun dengan
proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus.
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisa data dalam
penelitian ini adalah model analisis interaktif. Pada model ini, saat
pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data.
Sehingga data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi
dan refleksinya merupakan data yang telah digali dan dicatat.
Dalam model analisis interaktif, reduksi dan sajian data harus disusun
pada waktu peneliti sudah mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir,
peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik simpulan dan verifikasinya
berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya.
Apabila simpulan ada kekurangan atau kurang kemantapan karena rumusan
dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti kembali melakukan
kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung
simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (Sutopo, 2002:96). Model
analisis interaktif dapat digambarkan pada gambar 1.2
Gambar 1.2
Model analisis interaktif
Sajian data
Penarikan simpulan/verifikasi
Reduksi data
Pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
E. Kabupaten Sragen
1. Visi dan Misi
a. Visi
Visi Kabupaten Sragen Tahun 2006
Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sragen
Tahun 2006 2011 ini merupakan penjabaran dari Visi Pembangunan
Daerah Jangka Panjang Tahun 2006 - 2025. Visi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2006 2011 menurut
Bupati/Wakil Bupati terpilih ketika pencalonan Cabup/Cawabup adalah
sebagai berikut:
kemajuan dan penegakan supremasi hukum didukung oleh SDM berkualitas yang bertumpu pada ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil pertanian, industri, pariwisata, perdagangan/jasa, kesehatan berwawasan lingkungan dalam ranka mewujudkan keadilan dan
Operasionalisi dari visi RPJPD kedalam visi RPJMD versi
Bupati/Wakil Bupati terpilih adalah bahwa tujuan jangka panjang untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin sebagai mana dirumuskan
dalam visi RPJPD, untuk jangka 5 tahun mendatang akan direalisasikan
melalui terwujudnya Sragen yang dilandasi oleh kemandirian, kemajuan
dan penegakan supremasi hukum didukung oleh SDM berkualitas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
bertumpu pada: Ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil pertanian, industri,
pariwisata, perdagangan/jasa, kesehatan berwawasan lingkungan.
Yang dimaksud keadilan dan kesejahteraan lahir batin berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 adalah tercukupinya kebutuhan hidup lahir dan
bathin yang berkeadilan bagi seluruh lapisan dan kelompok masyarakat
Kabupaten Sragen sebagai bagian dari masyarakat Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Yang
dimaksud dilandasi oleh kemandirian, kemajuan dan penegakkan
supremasi hukum adalah kemampuan untuk mewujudkan kehidupan yang
dicita-citakan dengan kekuatan sendiri melalui penguasaan IPTEK dan
dipatuhinya seluruh aturan hukum yang berlaku. Yang dimaksud SDM
berkualitas adalah SDM yang mampu menguasai IPTEK, dan
mengembangkan produk-produk unggulan hasil pertanian, industri,
pariwisata, dan perdagangan/jasa.
Uraian di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Sragen berupaya keras
ingin mewujudkan rakyat yang unggul, produktif, dan sejahtera lahir
bathin. Upaya tersebut tidak lain adalah merupakan upaya yang sangat
tepat oleh karena di dalamnya terkandung unsur-unsur responsif terkait
situasi kondisi dan kebutuhan Sragen, bijak terkait dengan ketepatan
pilihan upaya, dan pintar terkait dengan tingkat pemahaman persoalan dan
pilihan upaya pengatasan. Ringkasnya upaya diatas merupakan upaya yang
cerdas. Oleh sebab itu, berdasar uraian diatas maka penjabaran visi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
Kabupaten Sragen 2006
menjadi Kabupaten cerdas : Kabupaten Sragen terdepan dalam inovasi
kepemerintahan yang membangun kepercayaan rakyat, menuju Sragen
sejahtera.
b. Misi
Misi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen adalah "MEWUJUDKAN
RAKYAT YANG UNGGUL, PRODUKTIF, DAN SEJAHTERA".
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
pemerintah daerah dan masyarakatnya, sebagai penjabaran visi yang telah
ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh masyarakat,
pemerintah daerah dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan
mengenal keberadaannya serta fungsi dan peranannya dalam mewujudkan
visi yang telah ditetapkan. Rumusan misi hendaknya mampu :
(1) Melingkupi semua pesan yang terdapat dalam visi.
(2) Memberi petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai.
(3) Memberikan petujuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani oleh
pemerintah daerah dan pihak-pihak yang berkepentingan.
(http://www.sragen.org/, diakses tanggal 28 Februari 2010)
2. Kondisi Geografis Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa
Tengah. Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah kabupaten Sragen:
Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan
Kabupaten Sragen terletak pada:
7 º 15 LS dan 7 º 30LS
110 º 45 BT dan º 10 BT
Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941, 55 km2 yang terbagi dalam
20 kecamatan, 8 kalurahan, dan 200 desa. Secara fisiologis, wilayah
Kabupaten Sragen terbagi atas:
40.037,93 Ha (42,52%) Lahan Basah (sawah)
54.117,88 Ha (57,48%) Lahan kering
Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata
109 M diatas permukaan laut. Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu
harian yang berkisar antara 19 31 º C. Curah hujan rata-rata di bawah 3000mm
per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun.
Kabupaten Sragen dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Sebelah selatan Bengawan Solo (9 Kecamatan, 88 Desa dan
Kelurahan) :
- Luas Wilayah : 32.760 ha (34,79 %)
- Tanah Sawah : 22.027 ha (54,85 %)
b. Sebelah utara Bengawan Solo (11 Kecamatan, 120 Desa) :
- Luas Wilayah : 61.395 ha (65,21 %)
- Tanah Sawah : 18.102 ha (45,15 %)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan, yaitu: Gemolong, Ngrampal,
Plupuh, Sambirejo, Sambungmacan, Sragen, Sidoharjo, Sukodono,
Sumberlawang, Tangen, Tanon, Gesi, Gondang, Jenar, Kalijambe,
Karangmalang, Kedawung, Masaran, Miri, Mondokan.yang dibagi lagi atas
sejumlah 208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Sragen. Keadaan Alam di Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka
ragam, ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat
terletak di sebelah utara bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di
seluruh Kabupaten Sragen, dengan jenis tanah : gromusol, alluvial regosol,
latosol dan mediteran.
3. Kondisi Demografi Kabupaten Sragen
Data umum penduduk Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Data Umum
JENIS
DATA
2002
(jiwa)
2003
(jiwa)
2004
(jiwa)
2005
(jiwa)
2006
(jiwa)
2007
(jiwa)
2008
(Jiwa)
2009
(Jiwa)
1. Jumlah Penduduk
Laki-laki 421.167 422.217 422.948 424.577 426.096 429.839 431.191 432.983
Perempuan 430.416 431.494 432.296 433.689 435.893 439.563 440.760 442.480
2. Usia
0 - 4 Th 69.197 69.372 69.501 84.859 70.027 70.551 70.848 71.170
5 - 14 Th 250.910 251.531 252.023 251.721 210.052 162.568 163.221 163.963
15 - 64 Th 438.587 439.685 440.466 434.528 487.833 573.333 575.168 577.783
64 Th
ke atas
92.889 93.123 93.254 87.158 94.077 62.030 62.264 62.547
Sumber : BPS Sragen Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
Data kepadatan penduduk Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Data Kepadatan Penduduk Tahun 2010
Kecamatan Luas Wilayah
( Km ² )
Jumlah Penduduk
( Jiwa )
Kepadatan Penduduk
( /Km ² )
Kalijambe 46,96 46,400
988.07
Plupuh 48,36 46,286
957.11
Masaran 44,04 65,661
1490.94
Kedawung 49,78 59,697
1199.22
Sambirejo 48,43 37,074
766.31
Gondang 41,17 43,617
1059.44
Sambungmacan 38,48 44,026
1144.13
Ngrampal 34,40 36,427
1058.92
Karangmalang 42,98 58,089
1352.48
Sragen 27,27 65,673
2408.25
Sidoharjo 45,89 51,169
1115.04
Tanon 51,00 54,797
1074.45
Gemolong 40,23 46,956
1167.19
Miri 53,81 32,532
604.57
Sumberlawang 75,16 45,543
605.95
Mondokan 49,36 34,267
694.23
Sukodono 45,55 31,451
690.47
Gesi 39,58 21,840
551.79
Tangen 55,13 27,101
491.58
Jenar 63,97 26,857
419.84
TOTAL 941,55 875,463
929.86
Sumber : BPS Sragen Januari 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
F. Kecamatan Kalijambe
1. Kondisi Geografis Kecamatan Kalijambe
a. Batas Wilayah
Utara : Kecamatan Gemolong
Timur : Kecamatan Plupuh
Selatan : Kabupaten Karanganyar
Barat : Kabupaten Boyolali
b. Luas Wilayah : 4.696 km2
c. Penggunaan Lahan:
-Tanah Sawah : 1.933,14 Ha (41,17%)
- Tanah Kering : 2.762,79 Ha (58,83%)
2. Kondisi Demografis Kecamatan Kalijambe
Jumlah penduduk s.d Triwulan II Th 2008 sebanyak 46.136 jiwa terdiri
dari 3.215 penduduk laki-laki dan 22.921 penduduk perempuan.
Kepadatan penduduk : 978 orang / km2. Jumlah KK s.d Semester II 2008 :
15.305 KK dari 14 Desa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
Kecamatan Kalijambe mempunyai luas lahan 5.381 Ha terdiri dari tanah
sawah seluas 1.933,14 Ha dan tanah kering seluas 2.762,79 Ha. Tanah sawah
yang terbagi dalam :
1. Irigasi Teknis 0 Ha
2. Irigasi ½ Teknis 145 Ha
3. Irigasi Sederhana 119 Ha
4. Tadah Hujan 1.669,14 Ha
5. Lahan bukan sawah seluas 2.762,79 Ha yang terbagi dalam :
Pekarangan 1.131,76 Ha
Tegal/kebun 1.467,88 Ha
Padang/Gembala 2,00 Ha
Tambak/Kolam 0 Ha
Rawa-rawa 0 Ha
Hutan Negara 0 Ha
Perkebunan 0 Ha
Lain-lain 161,15 Ha
Pembagian wilayah administratif Kecamatan Kalijambe dapat dilihat pada
tabel 2.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
Tabel 2.3
Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan Kalijambe
No Nama Desa Pusat Desa Jumlah Dukuh
Jumlah RT
Jumlah RW
1 Keden Keden 8 16 -
2 Trobayan Trobayan 9 15 -
3 Kalimacan Kalimacan 11 14 -
4 Jetis Karangpung
Kalijambe 13 21 -
5 Krikilan Ngampon 11 22 -
6 Bukuran Toho 8 17 -
7 Ngebung Grasak 11 16 -
8 Tegalombo Sumber 7 13 -
9 Banaran Karangasem 12 23 -
10 Karangjati Karangjati 7 20 -
11 Saren Saren 9 19 -
12 Samberembe Samberembe 5 16 -
13 Donoyudan Donoyudan 11 17 -
14 Wonorejo Wonorejo 15 15 -
G. Situs Sangiran
Situs Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai
bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi,
arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang
kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sanagt bermanfaat untuk mempelajari
kehidupan manusia pra sejarah karena situs ini memiliki sebanyak 50 (lima puluh)
individu fosil manusia Homo erectus yang telah ditemukan. Jumlah ini mewakili
65 % dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar
50 % dari populasi Homo erectus di dunia. Keseluruhan fosil yang telah
ditemukan sampai saat ini adalah sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil
disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
di dalam gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di
Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta.
Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs pra sejarah
yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi
manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di
dunia. Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Situs ini telah
ditetapkan sebagai Daerah Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977 tanggal 5 Maret 1977. Dan Warisan
Dunia nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun
di Merida, Meksiko.
Luasnya mencapai 56 KM2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten
Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh serta satu kecamatan
di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo. Penelitian tentang
manusia purba dan binatang purba diawali oleh G.H.R. Von Koenigswald,
seorang ahli paleonthologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Belanda di
Bandung pada tahun 1930-an. Beliau adalah orang yang telah berjasa melatih
masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan cara yang benar untuk
memperlakukan fosil yang ditemukan. (Kantor Pariwisata, Investasi, dan Promosi
Kabupaten Sragen, 2008:1-6)
Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu
pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat
bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu,
Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di
tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis
dan jamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan
tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.
(www.pariwisata.sragenkab.go.id, diakses tanggal 28 Fenruari 2010)
1. Museum Purbakala Sangiran
Di Situs Sangiran terdapat Museum Sangiran yang digunakan untuk
merawat dan memamerkan fosil-fosil yang ditemukan di Situs Sangiran
sekaligus merupakan pusat dari Situs Sangiran. Museum Sangiran terdapat di
Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Sragen. Museum Sangiran terletak di
dekat kawasan yang sangat terkenal
(Sangiran Dome) yang menyimpan puluhan ribu fosil dari jaman pleistocen (+
2 juta tahun lalu).
Pada awalnya, hasil penelitian G.H.R. Von Koenigswald dan peneliti lain
dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, sampai
tahun 1975. Pada waktu itu, banyak wisatawan yang datang berkunjung ke
tempat tersebut, maka muncullah ide untuk membangun sebuah museum.
Sebelumnya, Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 M2 yang
terletak di samping Balai Desa Krikilan.
Sebuah museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1980 karena
mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk
melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang
nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 M2 dengan ruangan museum seluas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
750 M2. Bangunan tersebut bergaya Joglo dan terdiri dari ruang pameran,
aula, laboratorium, perpustakaan, ruang audio visual (tempat pemutaran film
tentang kehidupan manusia pra sejarah), gudang penyimpanan fosil, mushola,
toilet, area parkir, dan kios souvenir (khususnya menjual handicraft
Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan
bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya
sebagai warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu
pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan
yang berkunjung ke tempat ini. Museum Sangiran sekarang telah berevolusi
menjadi sebuah museum yang megah dengan arsitektur modern.
(www.sangiran.sragenkab.go.id, diakses tanggal 28 Februari 2010)
Museum Purbakala Sangiran sekarang namanya telah diganti menjadi
Balai Pelestarian Situs Manusia Purbakala Sangiran (BPSMPS). Hal ini
dilakukan karena Museum Purbakala Sangiran dirasa kurang mewakili semua
unsur pengelolaan, sementara BPSMPS lebih dari sekedar merawat fosil
namun juga situs (www.eljohn.net, diakses tanggal 12 September 2009).
Museum Purbakala Sangiran bisa disebut sebagai pusat pengelolaan seluruh
Situs Sangiran.
2. Koleksi Fosil di Museum Sangiran
Ada beberapa koleksi yang tersimpan dan dipamerkan di Museum
Sangiran antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
1. Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus (replika),
pithecanthropus mojokertensis (pithecanthropus robustus) (replika),
pithecanthropus erectus (replika), Homo soloensis (replika), Homo
neanderthal Eropa (replika), Homo neanderthal Asia (replika), dan Homo
sapiens.
2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah),
Stegodon trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus
paleokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi),
Rhinocerus sondaikus (badak), Bovidae (sapi, banteng), dan Cevrus sp
(rusa dan domba).
3. Fosil binatang laut dan air tawar, antara lain Cricodilus sp (buaya), ikan
dan kepiting, gigi ikan hiu, Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas
Pelecypoda dan Gastropoda), Chelonia sp (kura-kura), dan foraminifera.
4. Batuan, antara lain rijang, kalsedon, batu meteor, dan diatome.
5. Artefak batu, antara lain serpih dan bilah, serut dan gurdi, kapak persegi,
bola batu dan kapak perimbas-penetak.
(Kantor Pariwisata, Investasi, dan Promosi Kabupaten Sragen, 2008:10)
3. Menara Pandang dan Wisma Sangiran
Untuk meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan, di Kawasan
Sangiran telah dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para
wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar
Kawasan Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran yang
dilengkapi dengan teropong. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
wisatawan akan tempat penginapan yang nyaman di Kawasan Sangiran telah
dibangun Wisma Sangiran (Guest House Sangiran) yang terletak tepat di
sebelah Menara Pandang Sangiran. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo
(rumah adat Jawa Tengah) dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang
dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby.
Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang
dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang sedang
melakukan penelitian (research) di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran
memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai, antara lain: Deluxe Room, sebanyak
dua kamar dilengkapi dengan double bed, bath tub dan shower, washtafel,
meja rias dan rak ; Standard Room, sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan
double bed, bak mandi, washtafel, dan meja rias; Ruang Keluarga yang
dilengkapi dengan meja dan kursi makan serta kitchen set; Pendopo (Lobby)
yang dilengkapi dengan meja dan kursi; serta tempat parkir. Selain fasilitas-
fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train) untuk memudahkan
mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Sangiran.
(www.pariwisata.sragenkab.go.id, diakses tanggal 28 Februari 2010)
Jumlah pengunjung ke Museum Sangiran selalu meningkat setiap
tahunnya. Data jumlah pengunjung yang datang ke Situs Sangiran tahun 2002-
2008 dapat dilihat pada tabel 2.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
Tabel 2.4
Jumlah Pengunjung Objek Wisata Situs Sangiran Tahun 2002-2008
Tahun
Jumlah Pengunjung
(1) (2)
2000 25.598
2001 22.776
2002 15.996
2003 22.970
2004 24.887
2005 30.879
2006 40.744
2007 50.546
2008 55.978
(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen Tahun 2009)
H. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas
Parbudpor) Kabupaten Sragen
Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas
Parbudpor) Kabupaten Sragen merupakan instansi pemerintah yang mewakili
pemerintah dan seluruh rakyat Kabupaten Sragen untuk mengelola dan
mengembangkan Situs Sangiran. Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Sragen ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Sragen Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Kabupaten Sragen tanggal 15 Desember 2008, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
Pasal 37
(1) Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga mempunyai tugas
melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan atas otonomi dan
tugas pembantuan dalam bidang pariwisata, kebudayaan, pemuda, dan
olah raga.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga, menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis bidang pariwisata, kebudayaan, pemuda,
dan olah raga, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan bupati;
b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
pariwisata, kebudayaan, pemuda, dan olah raga;
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang pariwisata, kebudayaan,
pemuda, dan olah raga;
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Pasal 38
(1) UPTD Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pariwisata, Kebudayaan,
Pemuda, dan Olah Raga sesuai bidang tettentu dan atau mempunyai
wilayah kerja satu kecamatan atau lebih yang menjadi tanggung
jawabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), UPTD
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga menyelenggarakan
fungsi:
a. pelaksanaan sebagian tugas teknis operasional dan / atau tugas teknis
penunjang Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga;
b. pelaksanaan urusan administrasi;
c. pelaksanaan tugas lain yang diberiakn oleh Kepala Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga.
Pasal 39
(1) Susunan Organisasi Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah
Raga terdiri dari:
a. Kepala;
b. Sekretariat, terdiri dari:
2. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan;
3. Sub Bagian Keuangan;
4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pariwisata, terdiri dari:
1. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana;
2. Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata;
3. Seksi Pemasaran.
d. Bidang Pemuda dan Olah Raga, terdiri dari:
1. Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pemuda;
2. Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Olah Raga;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
3. Seksi Sarana dan Prasarana Olah Raga dan Pemuda.
e. Bidang Kebudayaan, terdiri dari:
1. Seksi Sejarah, Kepurbakalaan, dan Nilai Tradisi;
2. Seksi Pelestarian dan Pengembangan Seni dan Budaya;
3. Seksi Sarana dan Prasarana Seni Budaya.
f. Bidang Bina Program, terdiri dari:
1. Seksi Perencanaa dan Pengembangan Pariwisata, Pemuda, dan
Olah Raga dan Budaya;
2. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pariwisata, Pemuda, Olah
Raga dan Budaya;
g. UPTD
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagan Organisasi Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga
sebagaiman tercantum pada lampiran XII merupakan bagian tang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
Bag
an O
rgan
isas
i
DIN
AS
PA
RIW
ISA
TA
, KE
BU
DA
YA
AN
, PE
MU
DA
, DA
N O
LA
H R
AG
A K
AB
UP
AE
N S
RA
GE
N
Kep
ala
Din
as
Sekr
etar
iat
Sub
Bag
ian
Pere
ncan
aan,
Eva
luas
i, da
n Pe
lapo
ran
Sub
Bag
ian
Keu
anga
n Su
b B
agia
n U
mum
dan
K
epeg
awai
an
UP
TD
K
epem
udaa
n U
PT
D
Keo
lahr
agaa
nU
PT
D
Obj
ek d
an D
aya
Tar
ik W
isat
a
Bid
ang
Keb
uday
aan
Bid
ang
Bin
a Pr
ogra
m
Bid
ang
Pem
uda
dan
Ola
h R
aga
Bid
ang
Pari
wis
ata
Seks
i Se
jara
h, K
epur
baka
laan
, dan
N
ilai
Tra
disi
Seks
i Pe
lest
aria
n da
n Pe
ngem
bang
an
Seni
dan
Bud
aya
Seks
i Sa
rana
dan
Pra
sara
na S
eni
Bud
aya
Seks
i Pe
renc
anaa
n da
n Pe
ngem
bang
an P
ariw
isat
a,
Pem
uda,
Ola
h R
aga,
Bud
aya
Seks
i Pe
ngaw
asan
dan
Pe
ngem
dalia
n Pa
riw
isat
a,
Pem
uda,
Ola
h R
aga,
Bud
aya
Seks
i Pe
mbe
rday
aan
dan
Pem
bina
an P
emud
a
Seks
i Pe
mbe
rday
aan
dan
Pem
bina
an O
lah
Rag
a
Seks
i Sa
rana
dan
Pra
sara
na O
lah
Rag
a da
n Pe
mud
a
Seks
i Pe
ngem
bang
an S
aran
a da
n Pr
asar
ana
Seks
i O
bjek
dan
Day
a T
arik
Pa
riw
isat
a
Seks
i Pe
mas
aran
Kel
ompo
k Ja
bata
n Fu
ngsi
onal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
BAB III
KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, PEMUDA, DAN OLAH
RAGA (DINAS PKPOR) KABUPATEN SRAGEN DALAM
PENGEMBANGAN SITUS PURBAKALA SANGIRAN
A. Pengembangan Situs Sangiran oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan,
Pemuda, dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen
Situs Sangiran merupakan Situs Paleontologi yang telah mendunia dan
menjadi Situs berskala Internasional setelah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun
1996 sebagai Warisan Budaya Dunia. Situs ini terletak di Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Karang Anyar dengan Museum Sangiran di Kecamatan Kalijambe,
Kabupaten Sragen sebagai pusatnya.
Sebagai Situs berstandar internasional, kepengurusan Situs Sangiran
dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pemerintah pusat yang diwakili BP3 (Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala) dan Pemerintah Kabupaten, seperti pernyataan Sekretariat
Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut:
World Cuture Herritage dan sangat penting bagi penelitian kepurbakalaan, maka penanganan situs terbagi dua. Untuk Museum Sangiran dikelola oleh pemerintah pusat, yaitu Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT Daerah, yakni Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Sedangkan di luar museum, seluruh situs dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Sragen melalui
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2009)
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah
Raga Kabupaten Sragen menerangkan hal yang sama. Dari pemerintah pusat melalui
tingkat provinsi yaitu BP3 Jawa Tengah, menempatkan wakilnya di museum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
Sangiran yang sekarang berganti nama menjadi Balai Pelestarian Manusia Purba
Sangiran (BPMPS) yang tugasnya mengelola area museum. Sedangkan Pemerintah
Kabupaten Sragen memilki wakil dari Dinas Parbudpor sebagai pengelola yang
bertugas mengelola retribusi dan wilayah Situs Sangiran di luar museum.
pemanfaatan, pembangunan dan pelestariannya di museum. Pemda Sragen
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Dinas PKPOR memiliki wakil di Situs Sangiran untuk melaksanakan tugas
pengelolaan yaitu Penanggung Jawab Objek (PJO) Sangiran dan Yang Melaksanakan
Tugas (YMT). PJO Sangiran menjelaskan tugas pengelolaan meliputi pengurusan
retribusi, penataan, pemeliharaan, dan kebersihan di luar gedung museum sebagai
berikut:
kan juga masuk ke Kabupaten. Kita juga mengurusi kebersihan objek, penataan,
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
Retribusi atau tiket masuk diurus oleh Dinas Parbudpor, pendapatan dari tiket
masuk juga masih menjadi milik Kabupaten Sragen. Hal ini karena pendapatan yang
diperoleh dari Situs Sangiran masih dianggap sedikit dan belum bisa sesuai dengan
pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sragen untuk pengembangan Situs Sangiran.
Tapi jika Situs Sangiran sudah bisa menarik banyak pengunjung, bisa jadi ada
pembagian pendapatan atau retribusi antara pemerintah pusat dan daerah seperti
penjelasan dari Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda,
dan Olah Raga Kabupaten berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
haring antara pusat, provinsi, dam daerah. Karena pendapatan belum bisa menutup dana dari Pemerintah Daerah jadi semua pendapatan masih masuk ke Pemda. Tapi mungkin jika kondisi sudah berkembang atau ramai, bisa ada sharing (Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Berbagai penjelasan di atas menunjukkan bahwa kepengurusan Situs
Sangiran terbagi menjadi 2 yaitu Pemerintah Pusat melalui BP3 yang bertugas untuk
melestarikan dan merawat benda cagar budaya yang telah ditemukan dan bekerja di
bangunan Museum Sangiran atau sekarang dikenal sebagai BPMPS (Balai
Pelestarian Manusia purba Sangiran), dan Pemerintah Kabupaten melalui Dinas
PKPOR yang bertugas untuk melestarikan Situs Sangiran di luar museum yaitu
tempat penggalian/tempat yang diduga terdapat fosil dan memanfaatkan Situs
sebagai objek wisata.
Pengembangan suatu wilayah pastinya memiliki tujuan tertentu, begitu juga
dengan pengembangan Situs Sangiran. Situs Sangiran perlu dikembangkan, baik
untuk ilmu pengetahuan maupun untuk objek wisata. Sebagai Situs Paleontologi,
Situs Sangiran perlu dikembangkan dan dilestarikan untuk ilmu pengetahuan.
Sebagai objek wisata Situs Sangiran perlu dikembangkan untuk agar bisa menarik
untuk dikunjungi wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik.
Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten
menyatakan tujuan pengembangan Situs Sangiran sebagai berikut:
menarik wisatawan. Untuk menarik wisatawan prasarana harus memadai, sehingga perlu penyempurnaan sarana dan prasarana, sedikit demi sedikit,
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah
Raga Kabupaten menerangkan sebagai berikut:
pengembangan terus terjadi. Semua tempat objek wisata pasti dikembangkan
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:
Ada daya tarik utama, ada daya tarik pendukung seperti atraksi wisata. Sarana wisata itu untuk menambah daya
(Wawancara tanggal 18 November 2009)
YMT (Yang Menjalankan Tugas) di Situs Sangiran menyatakan:
yang hidup bagi pengunjung, yang lebih konkrit, replika yang
(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)
Pengembangan Situs Sangiran juga dilakukan oleh 3 pihak yaitu Pemerintah
Pusat, Provinsi, dan Kabupaten. Setiap pihak memiliki kewenangan masing-masing.
Pengembangan juga dilakukan dengan cara pengembangan fisik dan non fisik. Untuk
pembangunan dan pengembangan fisik dalam museum semua dikelola oleh BP3,
Dinas Parbudpor hanya bisa memberi usulan dan masukan, tapi tidak bisa ikut
campur.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah
Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
sharing, misalnya fisik dari pusat APBN, non fisik dari provinsi, Kabupaten penyediaan sarana pembangunan misalnya lahan. Jika lahan ada pembangunan dananya dari pusat, fasilitas dari provinsi. Dana non fisik dari provinsi untuk BP3 digunakan untuk pelestarian dan pembangunan, Dinas tidak ikut menggunakan. Untuk pengembangan museum Sangiran, dinas hanya usul ke BP3. Jika disetujui, BP3 ke pusat. Jika pusat disetujui dana turun ke BP3, untuk pendanaan BP3, Kabupaten hanya tahu tapi tidak ikut campur, hanya sebatas mengusulkan tidak ikut menentukan. (Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Meskipun Museum Sangiran sepenuhnya urusan BP3, tapi dalam
pengelolaannya perlu ada koordinasi dengan Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen
selaku pemilik wilayah. Untuk itu Dinas Parbudpor memiliki wakil di Sangiran
sebagai pengelola dan penanggung jawab objek yang juga sebagai koordinator
dengan BP3 seperti pernyataan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen berikut:
ab di sana. Jika ada masalah dia yang berkoordinasi dengan BP3. Walau yang menentukan BP3, tapi sebelum dilakukan perlu sharing, koordinasi misalnya pembangunan fisik, kabupaten
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Pembangunan fisik yang dilakukan oleh BP3 Jawa Tengah melalui BPMPS
untuk menambah fasilitas Museum Sangiran pada tahun 2008 adalah sebagai berikut:
1. Anggaran dari APBN sebesar Rp. 16.500.000.000,- digunakan untuk
kebutuhan anggaran penyelesaian pembangunan Museum Sangiran.
2. Anggaran dari BP3 sebesar Rp. 1.180.000.000,- digunakan untuk
pembangunan gedung AVA peneliti dan wisma tamu peneliti.
(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen Tahun 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
Untuk pembangunan fisik di museum Sangiran yang dilakukan oleh BPMPS
pada tahun 2008, menurut keterangan dari pengelola Yang Melaksanakan Tugas
(YMT) semua sudah dilaksanakan. Namun Dinas PKPOR dan pengelola tidak
mengetahui rincian pembangunan yang dilakukan oleh BP3:
pembangunan Museum sudah selesai, gedung Audio Visual dan Wisma tamu peneliti juga sudah selesai. Itu urusan dari BP3, sini tidak ikut campur sebab di dalam area Museum. Hanya tahu ada proyek itu dan ikut
(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)
Sedangkan pengembangan dan pembangunan fisik di luar area Museum
Sangiran dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Sragen.
Meskipun tetap melibatkan Dinas Parbudpor sebagai pengguna dan pengelola, Dinas
Parbudpor hanya mengusulkan pembangunan pada DPU atau Pemerintah Daerah,
tapi pembangunan fisik dilakukan oleh DPU. Pengembangan yang dilakukan oleh
Dinas Parbudpor sendiri lebih bersifat non fisik.
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:
Pembangunan fisik DPU, sini mengusulkan. Misalnya perbaikan jalan, dinas sebatas melaporkan ke DPU, pembangunan dari DPU. DPU yang membuat usulan anggaran, DPU mensurvei, analisa. Usulan juga ke atas, pemda, dari pemda ke DPRD, lalu ke DPU, DPU melaksanakan, pengelolaan dinas. Usulan bangunan semua dari sini, yang membangun pihak DPU, sini bisa juga ikut (Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
Penanggung Jawab Objek (PJO) Sangiran menjelaskan usulan tentang
pengembangan Situs Sangiran diajukan ke Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah
menugaskan DPU, pengelola hanya menggunakan. Seperti hasil wawancara berikut:
ke PU. DPU bisa menunjuk rekanan, dinas hanya pengguna. Sini mengontrol
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
Dengan demikian, dalam pembangunan fisik di kawasan Sangiran, Dinas
PKPOR hanya sebatas mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Sragen.
Pemerintah Kabupaten kemudian mengusulkan ke DPRD Sragen. Jika telah disetujui
DPRD, Pemerintah Kabupaten Sragen menugaskan DPU Sragen untuk
melaksanakan pembangunan fisik di kawasan Sangiran. DPU Sragen sendiri bisa
menunjuk rekanan dalam melaksanakan tugasnya.
Adapun pengembangan dan pembangunan Situs Sangiran secara fisik yang
dilakukan oleh DPU pada tahun 2008 dengan dana dari APBD Kabupaten Sragen
sebesar Rp. 2.000.000.000,- antara lain sebagai berikut:
- Pembangunan pagar dan talud, menggunakan dana Rp. 425.000.000,-
- Saluran drainase, menggunakan dana Rp. 440.000.000,-
- Pembangunan masjid dan MCK, menggunakan dana Rp. 212.000.000,-
- Pembangunan kios souvenir dan parkir, menggunakan dana Rp. 215.000.000,-
- Pembuatan sumur artesis dan jaringan, menggunakan dana Rp. 3000.000.000,-
- Pembebasan tanah, menggunakan dana Rp. 408.000.000,-
(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen Tahun 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
Pengelola atau Yang Melaksanakan Tugas (YMT) di Situs Sangiran dan
pihak Dinas Parbudpor menerangkan bahwa semua kegiatan fisik oleh DPU tahun
2008 telah diselesaikan. Namun baik pengelola maupun Dinas Parbudpor tidak bisa
mengemukakan secara rinci tentang penggunaan dana atau sumber daya lain yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan itu.
Sedangkan untuk pembangunan fisik tahun 2009, baik pengelola maupun
pihak dinas menyatakan hal yang sama, yaitu tahun 2009 tidak ada pembangunan
fisik karena tidak tersedia dana. Sehingga meskipun terdapat perencanaan program
tahun 2009, program tidak bisa dilaksanakan.
Pengelola atau Yang Melaksanakan Tugas (YMT) di Situs Sangiran
menyatakan sebagai berikut:
ada anggaran. Jadi tidak ada pembangunan (Wawancara tanggal 16 Maret 2010)
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah
Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai berikut:
pendukung, tapi dana tidak ada jadi belum t (Wawancara tanggal 18 Maret 2010)
Dinas Parbudpor mengelola dan menggunakan bangunan fisik di luar
Museum Sangiran yang telah dibangun oleh DPU. Meskipun tidak melaksanakan
pengembangan secara fisik, Dinas Parbudpor melakukan pengembangan Situs
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
Sangiran secara non fisik, diantaranya penyuluhan masyarakat, pemeliharaan sarana
dan praarana, serta promosi wisata. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten
Sragen menyatakan sebagai berikut:
dana penemuan fosil, pembuatan website untuk Sangiran, pemeliharaan rutin untuk museum, penyuluhan masyarakat dan pedagang, promosi dengan brosur, baliho. Sedangkan anggaran yang digunakan adalah anggaran rutin yang hanya bersifat operasional saja, seperti untuk pengadaan alat,
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen menambahkan dalam
penyuluhan masyarakat, kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor bertujuan
untuk pengembangan SDM masyarakat. Kegiatan yang dilakukan misalnya
kelompok sadar wisata, penyuluhan untuk penyelamatan fosil, dan transportasi.
pengusaha, masyarakat, biro perjalanan, supir angkot, dan tukang ojek. Penyuluhan ini agar masyarakat menyadari kalau mereka sebenarnya juga bisa menjadi bagian penting pariwisata, untuk memperkenalkan tempat wisata. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat menyadari bahwa fosil harus diserahkan pada pemerintah melalui museum, bukan dijual. Penyuluhan
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
Pengelola atau Yang Melaksanakan Tugas (YMT) di Situs Sangiran
menambahkan bahwa pembinaan juga dilakukan terhadap pedagang souvenir dan
rumah makan di sekitar Museum Sangiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
gadakan pelatihan bagi masyarakat untuk membuat batu indah bertuah sebagai souvenir. Juga penyuluhan bagi pedagang souvenir dan rumah makan di sekitar museum
(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)
Untuk pemeliharaan dan perawatan Situs Sangiran, meskipun kegiatan rutin
namun tetap penting untuk mendukung pengembangan suatu objek wisata. Jika suatu
kawasan objek wisata terlihat kotor dan tidak terpelihara dengan baik, akan membuat
wisatawan kurang tertarik untuk datang berkunjung. Ada beberapa hal yang
dilakukan oleh Dinas Parbudpor. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai
berikut:
an kawasan di lingkungan Museum terutama untuk kebersihan, penampungan sampah, pembinaan terhadap pedagang souvenir dan rumah makan, pengecatan, pengadaan alat- (Wawancara tanggal 2 November 2009)
Penanggung Jawab Objek (PJO) Sangiran menambahkan hal-hal yang
dilakukan oleh pengelola di Sangiran sebagai berikut:
Sifatnya non fisik, pengelola melaksanakan pembuatan CD, penataan, pemeliharaan, exibition, inventarisasi, pembuatan buku- (Wawancara tanggal 2 November 2009)
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menambahkan sebagai berikut:
-macam. Areal luas sehingga butuh alat-alat kebersihan seperti sapu, tempat sampah, pengeruk sampah. Lalu kamar mandi butuh gayung. Item- (Wawancara tanggal 18 November 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
Dinas Parbudpor juga melakukan berbagai promosi untuk Situs Sangiran agar
wisatawan tertarik untuk datang mengunjungi Situs Sangiran. Untuk promosi Kepala
Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga
Kabupaten Sragen menyatakan sebagai berikut:
event, JCC (memperkenalkan produk daerah), hari ultah TMII, Gebyar Wisata, ultah Jimbrana, Yogyakarta, dll. Untuk promosi, dinas membawa sampel atau foto,
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Pada waktu yang berbeda, beliau menambahkan sebagai berikut:
-pertemuan dengan biro perjalanan luar maupun dalam negeri, brosur, promosi bersama Solo Raya, Table top (kumpul dalam meja, koordinasi bisnis pariwisata, membuat transaksi, saling memberi informasi), membuat paket wisata, melalui
(Wawancara tanggal 2 November 2009)
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menambahkan sebagai berikut:
website, sini yang buat website-nya. Promosi juga dilakukan melalui pamflet, dan pameran lokal di Sragen, Solo,
(Wawancara tanggal 18 November 2009)
Saat ditanya bagaimana melihat perbedaan pengembangan fisik dan non fisik,
terutama karena alat-alat kebersihan, kamar mandi, dan promosi bisa juga dikatakan
benda fisik, Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Sragen menjelaskan sebagai berikut:
-fisik karena bukan merupakan bangunan yang biasanya diperhatikan, istilahnya kurang dilihat mata. Juga untuk membedakan saja apa yang kami kerjakan dengan apa yang dikerjakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
BPMPS dan DPU. Memang seperti alat kebersihan dan kamar mandi itu berwujud, tapi dari sisi kami, disebut non-fisik karena hanya hal-hal yang kecil, meskipun penting. Sedangkan gedung dan bangunan kami sebut fisik
(Wawancara tanggal 22 Desember 2010)
Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan
Situs Sangiran dilakukan oleh dua pihak yaitu BP3 melalui BPMPS selaku wakil dari
pemerintah pusat yang mengelola pengembangan di area museum dan pihak
Kabupaten yang mengelola area Sangiran di luar Museum. Pengembangan Situs
Sangiran dari pihak Kabupaten Sragen dilakukan dengan dua cara, yaitu
pengembangan fisik dan pengembangan non fisik. Pengembangan fisik dilaksanakan
oleh DPU Kabupaten Sragen dan tetap melibatkan Dinas Parbudpor. Sedangkan
pengembangan yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor lebih bersifat non fisik, antara
lain:
1. Pengadaan alat-alat dan sarana operasional, seperti alat kebersihan dan
perlengkapan kamar mandi.
2. Pengadaan penyuluhan terhadap masyarakat, agar menyadari bahwa fosil
harus diserahkan bukan dijual (sadar wisata).
3. Penyuluhan untuk menciptakan industri wisata.
4. Promosi melalui pembuatan website, mengikuti pameran di berbagai acara,
brosur, baliho, pamflet, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
B. Hambatan dan Kemudahan dalam Pengembangan Situs Sangiran
Dalam suatu kegiatan tentunya ada hal-hal yang dapat mempengaruhi
kelancaran dan keberhasilan pelaksanaannya. Ada hambatan yang bisa mengganggu
kelancaran kegiatan, ada juga kemudahan yang bisa membantu pelaksanaan kegiatan.
Demikian juga dengan pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran, ada hal yang
menjadi kendala yang dihadapi Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen. Kepala Bidang
Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen,
menyatakan kendala dalam pengembangan Situs Sangiran sebagai berikut:
fosil belum memadai, masih relatif minim; 2) keterbatasan personel sehingga pengawasan terhadap fosil yang dijual keluar masih ada, belum bisa meng-cover penemuan fosil; 3) belum tersedianya laboratorium bagi peneliti, lab. masih sederhana sekali; 4) tempat penyimpanan fosil masih terbatas; 5) penataan kawasan Sangiran belum bisa berjalan sesuai harapan karena keterbatasan dana; 6) dari segi sarana, belum tersedianya transportasi umum
(Wawancara tanggal 2 November 2009)
Berbagai kendala tersebut bisa mempengaruhi minat pengunjung yang datang
ke Situs Sangiran dan menghambat pelaksanaan pengembangan Situs Sangiran serta
menghambat pencapaian tujuan dari pengembangan Situs Sangiran yaitu untuk
melestarikan fosil dan menarik kunjungan wisatawan. Seorang pengunjung yang
sudah dua kali datang ke Museum Sangiran menyatakan kesulitan datang ke Museum
Sangiran karena transportasi umum kurang.
Angkot sedikit, ojek mahal, becak tidak ada, jalan kaki jauh. Mungkin mudah bagi yang ke Museum Sangiran dengan kendaraan pribadi, tapi bagi yang
(Wawancara tanggal 27 September 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, kesulitan transportasi umum
untuk menuju objek wisata Museum Sangiran memang benar. Jarak Museum
Sangiran dari jalan raya sekitar 3 km, terlalu jauh jika ditempuh dengan berjalan
kaki, tarif ojek Rp. 10.000,- dianggap mahal oleh pengunjung. Angkot ke arah
Museum Sangiran sedikit, bahkan jika liburan sekolah justru tidak ada karena tidak
ada anak sekolah yang biasa menggunakan angkot.
Mengenai pengembangan Situs Sangiran, pengunjung tersebut menyatakan
memang ada peningkatan dalam kebersihan dibanding 2 tahun yang lalu.
inya warung makan sama saja, kios souveir tidak banyak berubah. Areal parkir memang lebih luas, ditambah patung kepala manusia purba. Tapi yang jelas kebersihan, dibanding dulu
(Wawancara tanggal 27 September 2010)
Pengunjung lain saat ditanya tentang suasana Museum Sangiran dan Menara
Pandang mengatakan Sangiran kurang menarik meskipun merupakan cagar budaya
tingkat internasional, berikut pernyataannya:
Sebenarnya yang bagus dari Museum dan Menara Pandang justru pemandangan sekitarnya, isinya kurang menarik, padahal tingkat
(Wawancara tanggal 16 Maret 2010)
Mengenai penataan Museum Sangiran dan ketertarikan untuk berkunjung
lagi, pengunjung tersebut menyatakan tidak tertarik untuk datang lagi meskipun
penataannya bagus.
-patung manusia purba yang menarik, dioragma evolusi, dan fosil-fosil ditata rapi. Hanya saja memang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
72
saya tidak terlalu tertarik pada hal-hal yang berbau museum, mungkin banyak juga pengunjung seperti saya. ...Saya sendiri tidak tertarik datang kembali kecuali kalau diajak jalan- (Wawancara tanggal 16 Maret 2010)
Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi, Dinas Parbudpor
Kabupaten Sragen mengupayakan solusi dengan cara pengelolaan secara profesional.
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:
lusi untuk mengatasi kendala dengan pengelolaan secara profesional. Ke depan optimis, anggaran penggantian fosil, kegiatan promosi, lab., ada untuk tahun-tahun ke depan.... Untuk transportasi, kendala dari pengunjung. Karena mobilisasi dari Museum Sangiran ke jalan utama sedikit, maka sedikit pula yang mau menydiakan transportasi umum karena kurang menguntungkan... untuk masalah pencurian fosil, tak terlepas dari hukum ekonomi yaitu faktor keuangan. Masyarakat mencari uang yang lebih tinggi dari pada kompensasi yang diberikan. Tapi tahun-tahun ini sudah berkurang. Hal ini karena ada pembinaan, sosialisasi UU Cagar Budaya, dan menaikkan nilai ganti penemuan fosil. Jika dikelola secara profesional setidaknya ada penyelamatan fosil, publikasi dan pengunjung nom (Wawancara tanggal 18 November 2009)
Selain kendala dalam pengembangan Situs Sangiran yang dapat mengurangi
minat wisatawan dan merusak pelestarian cagar budaya, ada juga kemudahan
yang menjadi pendukung dalam pengembangan Situs Sangiran. Kepala Bidang
Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
Sragen menyatakan pendukung dalam pengembangan Situs Sangiran sebagai
berikut:
home stay, tersedianya rumah makan, kios souvenir, tersedianya guide profesional dari Dinas, tersedianya mushola; 2) terdapat menara pandang yang dapat digunakan untuk melihat lokasi penemuan dan kawasan Situs Sangiran; 3) adanya pengganti penemuan fosil bagi yang menemukan fosil;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
4) tersedianya areal parkir yang luas, jalan memadai, audio visual sehingga
(Wawancara tanggal 2 November 2009)
Pengenai pemanfaatan pendukung tersebut, Kepala Bidang Pariwisata Dinas
Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan
sebagai berikut:
-pendukung tersebut tentu saja diupayakan agar bisa digunakan sebaik-baiknya untuk menunjang pariwisata, menarik pengunjung, dan melestarikan cagar budaya. Dengan adanya pendukung wisata yang memadai
(Wawancara tanggal 2 November 2009)
C. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas
Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam Pengembangan Situs Purbakala
Sangiran
Kinerja organisasi publik merupakan hasil kerja seseorang atau sekelompok
orang dalam organisasi atau instansi publik untuk melaksanakan tanggung jawab dan
wewenangnya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dalam
jangka waktu tertentu. Kinerja suatu organisasi publik perlu diukur untuk mengetahui
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan
organisasi publik. Dengan mengetahui hasil program yang dijalankan, organisasi bisa
mengetahui kelebihan dan kelemahan organisasi dalam bekerja sehingga bisa
memperbaiki kelemahan itu dan meningkatkan kinerjanya di masa mendatang.
Dalam pengembangan Situs Sangiran pada tahun 2009 sampai sekarang,
setelah melakukan penelitian dan sejumlah wawancara pada beberapa sumber,
Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
74
Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran dapat diketahui melalui
pengukuran kinerja.
Dalam beberapa wawancara yang telah dikemukakan sebelumnya, diketahui
bahwa tujuan dari pengembangan Situs Sangiran adalah untuk melestarikan warisan
nenek moyang yang berupa fosil manusia purba, fosil binatang purba, dan benda-
benda bersejarah, serta menjadikan Situs Sangiran sebagai tempat pariwisata yang
menarik bagi wisatawan. Berdasarkan tujuan program tersebut, untuk mengetahui
kinerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran
perlu diketahui dahulu sasaran atau target.
Target kinerja dalam pengembangan Situs Sangiran antara lain
penyempurnaan sarana dan prasarana, menarik wisatawan untuk berkunjung ke Situs
Sangiran, penyelamatan benda purbakala, dan memperoleh pendapatan. Setelah
target kinerja ditentukan, tahap berikutnya adalah membuat indikator kinerja.
Indikator kinerja berfungsi sebagai tonggak yang akan menandai sejauh mana
organisasi telah mencapai target yang telah ditetapkan. Indikator kinerja dalam
penelitian ini antara lain:
1. Indikator Input
Indikator input, merupakan semua jenis sumber daya yang diperlukan
(man, money, material, machine, methods, dan market) oleh Dinas Parbudpor
Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk menghasilkan
output. Dari Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda
dan Olah Raga Kabupaten Sragen (wawancara tanggal 18 Maret 2010), diketahui
anggaran untuk Situs Sangiran tahun 2009 sebesar Rp. 14.757.500,-. Anggaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
75
tahun 2009 digunakan untuk biaya pemeliharaan Situs Sangiran terutama untuk
kebersihan, seperti penyediaan alat-alat kebersihan dan perlengkapan kamar
mandi, promosi dll.
Dan untuk pemeliharaan Situs Sangiran diperoleh dari APBD Kabupaten
Sragen, berikut pernyataan Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda,
dan Olah Raga Kabupaten Sragen:
Selain itu untuk kegiatan selain kepariwisataan seperti olah raga... Kebutuhan anggaran itu dari dinas usul ke Pemerintah Kabupaten Sragen, lalu dari Pemerintah Kabupaten diajukan ke DPRD Kabupaten Sragen, jika disetujui baru anggaran turun. Tapi juga kadang tidak sesuai permintaan, maksudnya anggaran yang disetujui lebih kecil dari permintaan kami. Tahun 2009 anggaran untuk Sangiran saja sebesar Rp. 14.757.000,- (Wawancara tanggal 25 April 2011)
Dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa pengembangan Situs Sangiran
tahun 2009 memiliki indikator input sebagai berikut:
a. Indikator input primer : Rp. 14.757.000,-
b. Indikator input sekunder :
- Alat-alat kebersihan seperti sapu, tempat sampah, pel, ember, dll
- Perlengkapan kamar mandi seperti gayung, sikat kamar mandi, dll
- Alat-alat promosi seperti brosur, baliho, dan situs internet yang berisi
promosi Situs Sangiran.
2. Indikator output
Indikator output, merupakan hasil langsung dari input berupa barang dan
jasa yang menunjukkan hasil langsung pelaksanaan program Dinas Parbudpor
Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran. Berdasarkan input,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
maka pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 memiliki indikator output
sebagai berikut:
- Penggunaan sumber daya yang dimiliki Dinas Parbudpor seoptimal mungkin.
- Kebersihan Situs Sangiran yang berpengaruh pada kenyamanan wisatawan
saat berkunjung ke Situs Sangiran.
- Berfungsinya alat-alat promosi yang berpengaruh pada minat wisatawan
untuk berkunjung ke Situs Sangiran.
3. Indikator outcome
Indikator outcome merupakan sesuatu yang menunjukkan berfungsinya
output untuk mengetahui hasil dari program pengembangan Situs Sangiran yang
dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dapat memenuhi harapan atau
tidak. Berdasarkan output, maka pengembangan Situs Sangiran tahun 2009
memiliki indikator outcome sebagai berikut:
- Peningkatan minat wisatawan untuk mengunjungi Situs Sangiran yang
diketahui dari jumlah wisatawan ke Situs Sangiran sesuai target.
- Jumlah pendapatan Situs Sangiran sesuai target.
4. Indikator benefit-impact
Indikator benefit merupakan kegunaan, manfaat, atau keuntungan dari
hasil kegiatan Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs
Sangiran yang diperoleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dan dirasakan
langsung oleh masyarakat. Atau dengan kata lain, merupakan manfaat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
77
diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar Situs Sangiran. Indikator
impact merupakan akibat yang diperoleh Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dan
yang dirasakan oleh masyarakat karena kegiatan atau pelaksanaan program Dinas
Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran.
Indikator benefit-impact memiliki kemiripan, karena itu dalam penelitian
ini dijadikan satu. Pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 memiliki indikator
benefit-impact sebagai berikut:
- Peningkatan industri wisata di Situs Sangiran.
- Perbaikan fasilitas di sekitar Situs Sangiran
- Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Situs Sangiran
Berdasarkan indikator kinerja tersebut, kemudian dilakukan pengukuran
kinerja. Pengukuran kinerja Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam
pengembangan Situs Sangiran berdasarkan indikator kinerja adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran input
Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang digunakan oleh
Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran untuk
menghasilkan output. Ukuran input mengindikasikan jumlah sumber daya yang
dikonsumsi Dinas Parbudpor Kabuapten Sragen untuk pengembangan Situs
Sangiran.
Pengukuran input dilakukan dengan cara membandingkan input sekunder
dengan input primer. Dari Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen (wawancara tanggal 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
78
Maret 2010), diketahui anggaran untuk Situs Sangiran tahun 2009 sebesar Rp.
14.757.500,-. Anggaran tahun 2009 digunakan untuk biaya pemeliharaan Situs
Sangiran terutama untuk kebersihan, seperti penyediaan alat-alat kebersihan dan
perlengkapan kamar mandi, promosi dll.
Jika dibandingkan, sumber daya finansial atau input primer sebesar Rp.
14.757.000,- telah digunakan Dinas Parbudpor untuk memiliki sumber daya
material atau input berupa alat kebersihan, perlengkapan kamar mandi, dan alat-
alat promosi. Narasumber menyatakan realisasi dan anggaran sama, artinya tidak
ada pemborosan dan juga tidak ada penghematan. Berarti tahun 2009 input
pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan Dinas Parbudpor Kabupaten
sesuai dengan rencana.
Dalam hal penggunaan input, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan sebagai
berikut:
ang, jadi tidak ada pemborosan. Misalnya direncanakan pembangunan tertentu, tapi dana
(Wawancara tanggal 2 November 2009)
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan hal yang
serupa:
-rata 1 juta per bulan untuk memelihara areal yang meliputi lapangan parkir, menara pandang, guest house, masjid, kamar
(Wawancara tanggal 18 November 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
79
Mengenai peningkatan anggaran untuk Situs Sangiran, Sekretariat Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan
setiap tahun ada peningkatan anggaran untuk Situs Sangiran. Berikut
pernyataannya:
arnya anggaran selalu meningkat, untuk tahun 2008, diketahui anggaran untuk Situs Sangiran tahun 2008 sebesar Rp. 13.579.250,-. Anggaran tahun 2008 digunakan untuk perawatan, seperti cat tembok, cat minyak, semen, kuas, minyak cair, batu bata, plamir, kayu, dll. Tahun 2008 realisasi dan rencana anggaran sama. Untuk tahun 2009 lebih besar yaitu Rp. 14.757.500,-. Dan setiap tahun sebenarnya dana yang diberikan selalu meningkat, tapi tetap saja ada kekurangan karena harga bahan atau peralatan yang dibutuhkan j (Wawancara tanggal 2 November 2009) Seperti yang dikemukakan sebelumnya, Dinas Pariwisata, Kebudayaan
Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen tidak melakukan pengembangan
secara fisik, tapi hanya non fisik yang berupa merawat dan menjaga kebersihan
Situs Sangiran, terutama disekitar Museum Sangiran. Mengenai pendapat apakah
dana untuk area sebesar Situs Sangiran sudah cukup, berikut pernyataan
Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten
Sragen:
harus dicukup-cukupkan. Karena cuma segitu anggaran yang diperoleh. Area Situs Sangiran kan luas, bukan hanya area museum tapi juga menara pandang dan guest house. Belum lagi untuk promosi seperti pembuatan baliho di jalan raya Solo-Purwodadi. Jadi meskipu (Wawancara tanggal 25 April 2011)
Dana yang kurang membuat tidak semua rencana pengembangan baik
fisik maupun non fisik bisa dilakukan, sehingga tidak mungkin biaya lebih besar
dari yang telah dianggarkan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa input yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
80
dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator
input.
2. Pengukuran output
Pengukuran output adalah pengukuran keluaran langsung program
pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh Dinas Parbudpor Kabuapten
Sragen. Ukuran output menunjukkan hasil implementasi program pengembangan
Situs Sangiran.
Setelah sebelumnya menentukan indikator output, kemudian bisa
dilakukan pengukuran output untuk mengetahui output sebenarnya yang
dihasilkan. Dalam hal penggunaan sumber daya manusia, Kepala Bidang
Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
Sragen menyatakan sebagai berikut:
ada. (Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
Dalam hal penggunaan sumber daya finansial, Seksi Pengembangan
Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen
menyatakan sebagai berikut:
finansial sudah optimal atau maksimal. Untuk penataan, kebersihan (Wawancara tanggal 18 November 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
81
Dari wawancara tersebut, Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen
menyatakan telah mengoptimalkan personel dan dana yang dimiliki untuk
menghasilkan Situs Sangiran yang bersih dan tertata baik. Kebersihan Situs
Sangiran dapat dilihat dari pendapat para pengunjung tentang kebersihan dan
penataan lokasi yang baik, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara
pengunjung pada tanggal 16 Maret 2010 dan 27 September 2010 yang telah
dikemukakan sebelumnya. Menurut pengunjung, areal sekitar Museum Sangiran
dan Menara Pandang memang terlihat lebih bersih dan penataannya sudah bagus.
Sedangkan untuk berfungsinya alat-alat promosi terhadap wisatawan,
dapat diketahui dari manfaat promosi terhadap pengunjung. Hal ini dapat
diketahui dari wawancara dengan salah satu pengunjung sebagai berikut:
Solo saya sering lihat baliho di depan gapura besar di dekat jalan raya Solo-Purwodadi. Jadi ingin ke sini. ... Kalau promosi wisata Sangiran di
(Wawancara tanggal 30 Desember 2010)
Pengunjung lain menyatakan sebagai berikut:
audara saya yang tinggal di Sragen. Saya baru tahu kalau Sangiran itu cagar budaya yang diakui UNESCO seperti Candi Borobudur. Jadi saya lalu mengajak saudara saya ke sini...Tadinya saya kira Sangiran itu di Jawa Timur, ternyata di
(Wawancara tanggal 30 Desember 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
82
Dengan demikian alat-alat promosi yang digunakan oleh Dinas Parbudpor
Kabupaten Sragen bisa berfungsi dan dapat mempengaruhi minat kunjungan
wisatawan ke Museum Sangiran. Beberapa pengunjung menyatakan tertarik
datang ke Situs Sangiran karena meliht promosi yang dilakukan oleh Dinas
Parbudpor Kabupaten Sragen seperti baliho dan promosi wisata di internet.
Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa output yang
dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator
output. Output yang dihasilkan yaitu:
- Dinas Parbudpor menggunakan sumber daya yang dimiliki seoptimal
mungkin.
- Situs Sangiran telah lebih bersih dan membuat wisatawan merasa nyaman
saat berkunjung ke Situs Sangiran.
- Alat-alat promosi Situs Sangiran memiliki pengaruh pada pengetahuan dan
minat wisatawan untuk berkunjung ke Situs Sangiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
83
3. Pengukuran outcome
Pengukuran outcome berupa perbandingan hasil yang dicapai dengan
hasil yang diharapkan dalam pengembangan Situs Sangiran. Dari indikator
outcome bisa dilakukan pengukuran outcome untuk mengetahui outcome yang
sebenarnya dihasilkan. Mengenai target pengunjung, pengunjung dari Situs
Sangiran juga selalu mencapai target. Berikut pernyataan Kepala Bidang
Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
Sragen:
pengunjung juga selalu tercapai bahkan melebihi. Misalnya, tahun 2007 target pengunjung 45.000, yang datang melebihi. Target tahun 2008, 50.000 orang, yang datang juga melebihi. Tahun 2009 juga melebihi target, target pengunjung 55.000 orang, yang datang berkunjung 83.009
(Wawancara tanggal 18 Maret 2010)
Adapun data jumlah pengunjung dari Situs Sangiran dan dari objek wisata
lain di Kabupaten Sragen dari th 2002-2010 terdapat pada tabel 3.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
84
Tabel 3.1
Jumlah Pengunjung Objek Wisata Kabupaten Sragen
Tahun 2002-2010 (orang)
Tahun Nama Objek Wisata
PAP. Bayanan KR. Kartika Gn. Kemukus Situs Sangiran
(1) (2) (3) (4) (5)
2000 35.357 45.900 62.740 25.598
2001 35.723 49.513 63.933 22.776
2002 47.949 79.063 52.151 15.996
2003 49.869 81.173 43.509 22.970
2004 50.292 81.294 50.152 24.887
2005 50.669 84.106 45.630 30.879
2006 30.471 86.413 45.593 40.744
2007 30.025 92.691 45.002 50.546
2008 32.171 85.355 45.354 55.978
2009 33.060 87.803 42.084 83.099
2010 34.824 80.009 42.056 98.502
(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen Tahun 2011)
Keterangan: PAP : Pemandian Air Panas KR : Kolam Renang Gn. : Gunung
Mengenai target pendapatan, pendapatan dari Situs Sangiran selalu
mencapai target. Berikut pernyataan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen:
ri Sangiran selalu naik dari tahun ke tahun. Tapi target selalu tercapai bahkan melebihi. Misalnya, tahun 2007 target pendapatan Rp. 60.000.000, pendapatannya Rp. 60.878.100. Target tahun 2008 Rp. 65.000.000, pendapatan tahun 2008 Rp. 68.342.400. Target tahun 2009 Rp. 70.000.000, pendapatan tahun 2009 Rp.
(Wawancara tanggal 18 Maret 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
85
Adapun data jumlah pendapatan dari Situs Sangiran dan dari objek wisata
lain di Kabupaten Sragen dari th 2002-2008 terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Pendapatan Objek Wisata Kabupaten Sragen
Tahun 2002-2010 (dalam Rp)
Tahun Nama Objek Wisata
PAP. Bayanan KR. Kartika Gn. Kemukus Situs Sangiran
(1) (2) (3) (4) (5)
2000 21.042.300 21.376.950 54.468.700 8.941.900
2001 38.145.800 41.162.750 122.929.500 21.040.700
2002 55.791.600 71.485.875 201.691.000 26.355.500
2003 60.363.900 78.675.900 166.417.000 40.191.500
2004 60.166.800 92.364.000 192.338.500 43.309.000
2005 60.066.000 145.907.650 180.004.000 46.029.400
2006 60.286.500 164.474.500 174.105.000 50.727.400
2007 66.174.200 180.008.000 170.101.000 60.878.100
2008 65.125.800 172.900.250 170.070.000 68.342.400
2009 67.404.600 173.645.000 159.217.000 105.119.500
2010 67.503.500 189.789.000 151.390.000 291.097.100
(Sumber: Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen Tahun 2011)
Keterangan: PAP : Pemandian Air Panas KR : Kolam Renang Gn. : Gunung
Untuk memudahkan mengetahui perbandingan target dan realisasi dalam
indikator outcome dapat dilihat dalam tabel 3.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
86
Tabel 3.3
Perbandingan Target dan Realisasi Indikator Outcome
Pengembangan Situs Sangiran Tahun 2009
Indikator Outcome Target Realisasi Presentase Capaian
Jumlah pendapatan yang
diterima Situs Sangiran Rp. 70.000.000 Rp. 105.119.500 150,17 %
Jumlah pengunjung yang
datang ke Situs Sangiran 55.000 orang 83.099 orang 151,09 %
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa realisasi jumlah pendapatan dan
jumlah wisatawan yang datang ke Situs Sangiran sesuai dengan target bahkan
melebihi. Dengan demikian outcome yang dihasilkan dari pengembangan Situs
Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator outcome yang diharapkan.
Outcome pada dasarnya merupakan ukuran untuk mengetahui apakah
pengembangan Situs Sangiran memenuhi target atau tidak. Seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya, target kinerja dalam pengembangan Situs Sangiran
tidak hanya untuk memperoleh pendapatan dan menarik wisatawan untuk
berkunjung ke Situs Sangiran, namun juga penyempurnaan sarana dan prasarana
serta penyelamatan benda purbakala.
Pengukuran outcome dalam pengembangan sarana dan prasarana, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya pengembangan untuk gedung Museum
Sangiran tidak dilakukan oleh Dinas Parbudpor tapi dilakukan oleh Balai
Pelestarian Manusia Purbakala Sangiran (BPMPS) sebagai wakil dari Balai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
87
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah, sedangkan diluar
Museum Sangiran dilakukan oleh DPU Kabupaten Sragen meskipun Dinas
Parbudpor Kabupaten Sragen ikut mengusulkan, mengawasi, dan menggunakan
sarana dan prasarana itu. Akan tetapi tidak ada pengembangan sarana dan
prasarana pada tahun 2009 seperti hasil wawancara dengan Kepala Bidang
Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten
berikut ini:
Detail Enginering Design. Tapi belum bisa melaksanakan secara keseluruhan dari DED yang dibuat. DED dilakukan secara bertahap. Meski pembangunan sudah sesuai dengan DED, sudah sesuai dengan program dan kebijakan, tapi program dan kebijakan belum bisa dilakukan karena keterbatasan dana....... Dari sisi perencanaan belum semua mencapai target karena pembangunan tidak sesuai rencana karena dana tidak ada. Dari sisi pelaksanaan telah mencapai terget, karena sudah sesuai dengan DED
(Wawancara 2 Oktober 2009) Beliau menambahkan contoh pembangunan yang seharusnya dibuat tahun
2009 tapi belum dilaksanakan karena belum ada dana, yaitu pembangunan taman
bermain agar bisa menarik kunjungan wisatawan anak-anak. Hal ini sama dengan
pernyataan Yang Melaksanakan Tugas objek wisata Situs Sangiran berikut ini:
direncanakan membuat taman bermain di bagian bawah dekat dengan mushola yang baru, tapi sampai sekarang
(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)
Tahun 2009 tidak ada pembangunan sarana dan prasarana baik di area
Museum Sangiran maupun di luar area Museum Sangiran yang dilakukan oleh
BPMPS atau DPU Kabupaten Sragen karena tidak ada anggaran sehingga
indikator ini tidak bisa diukur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
88
Mengenai penyelamatan fosil, pemerintah Kabupaten Sragen memberikan
anggaran bagi Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen untuk penemuan cagar budaya
setiap tahun dalam APBD Kabupaten Sragen. Pada tahun 2009, dana cadangan
penemuan benda cagar budaya sebesar Rp. 15.000.000,-, tapi tidak ada benda
cagar budaya atau fosil yang diserahkan kepada negara melalui Dinas Parbudpor
Kabupaten Sragen sehingga indikator ini tidak bisa diukur.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan
Olah Raga Kabupaten Sragen menyatakan jika dilihat dari segi pelestarian,
pengembangan Sangiran sudah sesuai target. Namun secara bisnis kurang.
dikomersilkan, tapi juga dimanfaatkan lebih untuk pelestarian, pendidikan, penelitian. Dari sisi pelestarian sudah baik, walau untuk bisnis tidak menguntungkan. Penggalian tidak semua dilakukan sekarang, karena bisa merusak pelestarian fosil. Jadi menunggu hujan untuk menggeser tanah sehingga fosil terlihat, baru diangkat. Jadi tidak semua fosil digali dan diangkat langsung untuk pelestarian. Misalnya generasi ini angkat 5, generasi selanjutnya bisa 10, pelestarian untuk generasi selanjutnya. Bisa saja mengijinkan pembangunan hotel, pembangunan bangunan permanen, penggalian besar-besaran. Hal itu dari segi ekonomi
(Wawancara tanggal 2 Oktober 2009)
4. Pengukuran benefit-impact
Pengukuran benefit-impact dilakukan dengan cara membandingkan antara
hasil program pengembangan Situs Sangiran dengan perkiraan keadaan yang
akan terjadi apabila tidak ada pengembangan Situs Sangiran. Mengenai manfaat
pengembangan Situs Sangiran yang diperoleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan
Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sragen, berikut pernyataan Sekretariat Dinas
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
89
Kami di sini hanya melakukan tugas saja, jika ada keuntungan semata-mata, hanya untuk masyarakat saja. Kenyataannya, jika ada peningkatan pendapatan dari Sangiran, maka PAD otomatis juga meningkat, dari data penghasilan kan ada. Pendapatan dari Sangiran tentunya masuk ke PAD, bukan ke kas Dinas. Kalau ada kelebihan kami di sini adalah instansi pemerintah yang bekerja untuk masyarakat jadi jika masyarakat senang
(Wawancara tanggal 25 Juli 2011) Selaku pihak yang melakukan pengelolaan dan pengembangan di Situs
Sangiran, Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga dan
Pemerintah Kabupaten Sragen telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk
pengelolaan, pengembangan fisik dan pengembangan non-fisik. Mengenai
dampak pengembangan Situs Sangiran terhadap Dinas Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Sragen, berikut pernyataan
Sekretariat Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten
Sragen:
Memang agak sulit dalam pengembangan wisata, istilahnya kita mengeluarkan uang terus untuk dana pengembangan. Juga untuk dana promosi, operasional, tapi kita tidak mendapatkan keuntungan. Masyarakatlah yang mendapatkan keuntungan langsung bukan Dinas. Pendapatan masuk PAD sragen, jadi setelah masuk ke PAD, kami tidak tahu lagi. Berbeda dengan tempat wisata yang dimiliki dan dikelola swasta, mereka mengeluarkan dana untuk pengelolaan atau pengembangan, penghasilan yang diperoleh memang untuk mereka
(Wawancara tanggal 25 Juli 2011)
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan
Olah Raga Kabupaten Sragen menambahkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
90
Jika masyarakat memperoleh keuntungan kami juga ikut senang. Yang penting kan masyarakat, kami bekerja untuk masyarakat Sragen, semua pendapatan yang diperoleh setelah masuk PAD Sragen nantinya juga untuk masyarakat Sragen lagi bukan untuk Dinas. Sebenarnya yang harus diingat dengan adanya Situs Sangiran sebenarnya merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Sragen. Sangiran bukan hanya diakui di Indonesia tapi juga dunia. (Wawancara tanggal 25 Juli 2011)
Dalam tujuan untuk menjadikan Situs Sangiran sebagai tempat wisata
yang menarik dan membantu perekonomian masyarakat, kepuasan masyarakat
menjadi acuan ukuran benefit-impact. Masyarakat dalam hal ini dapat
diklasifiksikan menjadi masyarakat sebagai pengunjung atau wisatawan yang
datang ke Situs Sangiran, penduduk sekitar yang terpengaruh pengembangan
Situs Sangiran, dan pedagang di Situs Sangiran. Masing-masing kelompok
masyarakat tersebut memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Masyarakat
sebagai pengunjung berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan dan
hiburan dari Situs Sangiran, masyarakat sebagai pedagang dan peduduk sekitar
Situs Sangiran memiliki kepentingan untuk ikut merasakan manfaat
pengembangan Situs Sangiran dalam hal ekonomi dan fasilitas.
Dari beberapa wawancara yang dikemukakan sebelumnya, dapat
diketahui pendapat masyarakat yang berhubungan dengan Situs Sangiran
mengenai pengembangan Situs Sangiran. Beberapa pengunjung dalam
wawancara pada tanggal 16 Maret 2010 dan tanggal 27 September 2010
menyatakan Situs Sangiran lebih bersih dan lebih bagus setelah adanya
pengembangan, meskipun mereka mengakui kurang tertarik datang ke museum
karena cenderung membosankan walaupun bisa menambah pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
91
Pengembangan Situs Sangiran berdasarkan pelestarian dan objek wisata
pastinya juga berdampak pada masyarakat sekitar, terutama untuk peningkatan
pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Mengenai dampak pada mayarakat
sekitar, beberapa nara sumber mengemukakan beberapa pernyataan.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan
Olah Raga Kabupaten menerangkan sebagai berikut:
multiplayer effect yang banyak dan besar. Untuk menumbuhkan industri wisata, pengrajin souvenir, dan patung diberi pembinaan. Lalu diberi tempat berjualan, ada juga penjual pecel
(Wawancara tanggal 13 Agustus 2009)
Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten menyatakan sebagai berikut:
destinasi wisata, yang diuntungkan masyarakat dari usaha menjadi guide, rumah makan di areal parkir dekat museum atau diluar, jual souvenir.
(Wawancara tanggal 18 November 2009)
YMT (yang Menjalankan Tugas) di Situs Sangiran menyatakan:
Dengan adanya pengembangan, semua fasilitas seperti jalan diperbaiki, kios dan souvenir disediakan dan lebih ramai sehingga membuka pasar usaha. Dulu juga pernah ada pelatihan batu indah bertuah kerja sana
(Wawancara tanggal 1 Oktober 2009)
Para pedagang yang berdagang di sekitar Museum Sangiran dan
masyarakat yang tinggal di sekitar Situs Sangiran mengatakan mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
92
adanya program pengembangan Situs Sangiran yang dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Sragen. Menurut mereka memang ada perubahan setelah dilakukan
pengembangan Situs Sangiran. Seorang penduduk yang tinggal di dekat Museum
Sangiran menyatakan memang ada perbaikan jalan dan penyuluhan dari
pemerintah.
penyuluhan, dulu memang ada penyuluhan jika menemukan fosil diserahkan ke museum jangan dijual ke orang lain, sebab melanggar hukum dan bisa dipenjara. Sekarang saja ada beberapa orang yang kena kasus hukum karena jual beli fosil. Kalau pelatihan membuat keterampilan dulu pernah ada, diajari bikin patung sama batu- (Wawancara tanggal 16 Maret 2010)
Mengenai peningkatan pendapatan, pedagang menyatakan jumlah
pendapatan sebenarnya dipengaruhi jumlah pengunjung. Kadang banyak
pengunjung dan banyak pendapatan terutama saat hari libur, tapi terkadang
pendapatan juga sedikit. Seorang pedagang aksesoris dan souvenir menyatakan
sebagai berikut:
h saat liburan memang meningkat dari pada hari biasanya. Pengunjung yang kebanyakan pelajar menyukai hiasan pernak-pernik yang dijual, apalagi perempuan. Terutama saat liburan sekolah dan lebaran, pengunjung banyak yang datang dan beli, pendapatan juga bertambah. Tapi pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung sedikit, yang membeli dagangan juga sedikit. Padahal keuntungan yang
(Wawancara tanggal 16 Maret 2010)
Saat ditanya berapa rata-rata penghasilan dan apakah penghasilan besar
yang diperoleh pada masa liburan bisa menutup kekurangan penghasilan selama
bukan masa liburan, pedagang aksesoris dan souvenir tersebut menyatakan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
93
0.000 - Rp. 250.000 per hari kalau sedang liburan. Tapi kalau hari biasa paling hanya Rp. 25.000 per hari, bahkan kadang tidak laku sama sekali... Saat liburan, Museum ramai, pengunjung banyak, yang beli banyak, uang yang didapat juga banyak. Tapi saat sepi malah kadang tidak dapat uang. Tentu saja tidak imbang. Ramainya sebentar, sepinya lebih lama. Jadinya dapat uang banyak sebentar, tidak punya uang lebih lama. Tapi gimana lagi, namanya dagang memang kadang laris kadang sepi. Lagi pula tidak ada pekerjaan
(Wawancara tanggal 30 Desember 2010)
Dari beberapa pernyataan di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan
tentang manfaat pengembangan Situs Sangiran bagi masyarakat. Manfaat itu
antara lain peningkatan industri wisata seperti penjualan souvenir, warung
makan, homestay dan pekerjaan sebagai guide yang bisa menambah penghasilan
masyarakat. Juga adanya perbaikan fasilitas untuk menunjang pariwisata yang
tentunya menguntungkan masyarakat seperti perbaikan jalan. Meskipun di sisi
lain, manfaat bagi masyarakat masih dianggap kurang untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat karena pengunjung yang datang saat bukan hari libur sedikit
dan penghasilan masyarakat saat liburan tidak sebanding dengan saat tidak
liburan.
Manfaat dan dampak dari pengembangan Situs Sangiran yang didapatkan
oleh masyarakat sebenarnya cukup baik jika dibandingkan dengan perkiraan
keadaan apabila tidak ada pengembangan. Tanpa program pengembangan Situs
Sangiran, fasilitas penunjang pariwisata, promosi wisata dan peningkatan industri
wisata tidak ada sehingga wisatawan yang datang tidak banyak dan masyarakat
sekitar tidak mendapat penghasilan uang dari pariwisata. Dengan demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
94
benefit-impact yang dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran tahun 2009
sesuai dengan indikator benefit-impact yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
95
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kinerja organisai publik merupakan hasil kerja sekelompok orang dalam
organisasi atau instansi publik untuk melaksanakan tanggung jawab dan
wewenangnya dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya
dalam jangka waktu tertentu. Kinerja Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan
Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs
Sangiran adalah hasil kerja Dinas Parbudpor Kabupaten Sragen dalam menjalankan
tanggung jawab dan wewenangnya untuk mengembangkan Situs Sangiran dalam
jangka waktu tertentu. Pengembangan Situs Sangiran merupakan proses atau cara
Dinas Parbudpor untuk membuat Situs Sangiran menjadi lebih baik.
Dalam pengembangan Situs Sangiran pada tahun 2009, setelah melakukan
penelitian melalui wawancara, observasi, dan melihat data, Kinerja Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor) Kabupaten Sragen dalam
pengembangan Situs Sangiran dapat diketahui melalui beberapa indikator kinerja dan
pengukuram kinerja. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Input
Berdasarkan pengukuran input yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa input yang dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran
tahun 2009 sesuai dengan indikator input yang ditentukan sebelumnya.
2. Output
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
96
Berdasarkan pengukuran output yang telah dilakukan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa output yang dihasilkan dari pengembangan Situs Sangiran
tahun 2009 sesuai dengan indikator output yang ditentukan sebelumnya.
Output yang dihasilkan yaitu:
- Dinas Parbudpor menggunakan sumber daya yang dimiliki seoptimal
mungkin.
- Situs Sangiran telah lebih bersih dan membuat wisatawan merasa nyaman
saat berkunjung ke Situs Sangiran.
- Alat-alat promosi Situs Sangiran memiliki pengaruh pada pengetahuan
dan minat wisatawan untuk berkunjung ke Situs Sangiran.
3. Outcome
Berdasarkan pengukuran outcome yang telah dilakukan sebelumnya,
dapat diketahui bahwa outcome yang dihasilkan dari pengembangan Situs
Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator outcome yang ditentukan
sebelumnya, yaitu realisasi jumlah pendapatan dan jumlah wisatawan yang
datang ke Situs Sangiran sesuai dengan target bahkan melebihi.
4. Benefit-impact
Berdasarkan pengukuran benefit-impact yang telah dilakukan
sebelumnya, dapat diketahui bahwa benefit-impact yang dihasilkan dari
pengembangan Situs Sangiran tahun 2009 sesuai dengan indikator benefit-
impact yang ditentukan sebelumnya, yaitu:
- Perbaikan fasilitas di sekitar Situs Sangiran
- Peningkatan industri wisata di Situs Sangiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
97
- Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Situs Sangiran, meskipun
masih dianggap kurang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
karena pengunjung yang datang saat bukan hari libur sedikit.
Dari pengukuran kinerja yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan Situs Sangiran dilakukan sesuai dengan
indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian kinerja
Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga (Dinas Parbudpor)
Kabupaten Sragen dalam pengembangan Situs Sangiran adalah baik.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Perlu adanya penambahan dalam pendanaan dari Pemerintah Kabupaten
Sragen untuk pengelolaan dan pengembangan Situs Sangiran.
2. Perlunya peningkatan jumlah transportasi umum dari dan ke Museum
Sangiran untuk mempermudah mobilitas pengunjung yang menggunakan
transportasi umum. Jika transportasi mudah diperoleh, pengunjung bisa lebih
banyak.
3. Permudah para pengunjung untuk mendapatkan informasi mengenai objek
wisata di Situs Sangiran seperti membuat denah lokasi.