Skripsi Jurusan Dakwah
description
Transcript of Skripsi Jurusan Dakwah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang tidak bisa terpisahkan dalam
seluruh proses belajar siswa/mahasiswa di sekolah dan di perguruan tinggi.
Selama menuntut ilmu di sekolah dan perguruan tinggi, siswa/mahasiswa sering
di ajarkan dan diberi tugas untuk menulis, oleh karena itu mereka diharapkan akan
mempunyai wawasan yang lebih luas dan mendalam setelah melakukan kegiatan
menulis. Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang
menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri
atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan
dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap,
dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang
dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena,
pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang,
membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya menulis adalah
menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta
informasi ke dalam tulisan dan kemudian mengirimkannya kepada orang lain.1
1Syafi’I, Bahasa Indonesia, Cet. IV, (Jakarta: Grafika Media, 1998), h. 45
2
Menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan
bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian
huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda
baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-
dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat
dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.2
Pelajaran menulis kadang hanya digunakan sebagai pengisi waktu luang
dan tidak memperoleh porsi waktu yang cukup. Siswa banyak yang tidak senang
apabila diminta untuk membuat karangan. Siswa menganggap pelajaran menulis
wacana sebagai pelajaran yang membosankan dan melelahkan. Hal ini menarik
perhatian untuk diteliti upaya yang harus ditempuh untuk menarik perhatian siswa
dalam pembelajaran menulis teks berita.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan
melalui tulisan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa,
kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran yang di-sampaikan kepada orang lain harus
dinyatakan dengan kata yang mendukung makna secara tepat dan sesuai dengan
apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara teratur dalam klausa
dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu. Makin
teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang
disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah
sangatlah penting.
2Ibid, h. 46
3
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan
buah pikiran, ide, gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang
baik dan benar. Kemampuan menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia
juga memiliki: (a) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (b)
kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan menyusun perencanaan
penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e) kemampuan
memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan
tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan
kekayaan kosakata yang dimilikinya.
Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan
menyampaikan sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang
merupakan unsur mekanik karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan
alenia.3Dan menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus
mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang
disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud
penulis.4
Menulis berita adalah melahirkan pikiran tematik atau perasaan seperti
mengarang, membuat surat dalam tulisan.5 Menulis berarti mengorganisasikan
gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat. Menulis berarti
3Agung W, Pintar Berbahasa Indonesia, Cet VI, (Jakarta: Cahaya Agenci, 1997), h. 13
4Poerwodaminto, Kriteria Menulis dengan Benar, Cet XI, (Semarang: Kasih Ibu, 1987), h. 105
5Kridalaksana, Pintar Berbahasa Indonesia, Cet. III, (Jakarta: Grafika Media, 2006), h. 968
4
mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan dan wawasan ke dalam
tulisan yang sistematis dan bisa dipahami oleh orang lain.6
Teks berita adalah naskah berita yang berisi fakta mengenai kejadian
peristiwa yang hangat, menarik, atau penting bagi sebagian besar masyarakat yang
bisa disampaikan melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau
media internet7. Kegiatan menulis teks berita cocok untuk pembelajaran menulis
pada Mahasiswa Jurusan Dakwah STAIN Malikussaleh Lhokseumawe karena
pada Jurusan Dakwah memang satu jurusan yang melatih Mahasiswa untuk
mendalami ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam dengan aspek penekanan
kepada dakwah bil hal, bil lisan (mimbar) dan bil qalam (media cetak). Tema
dalam berita adalah peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat dan
mahasiswa sudah bisa merespon lingkungannya, membayangkan dalam
pikirannya kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis tertarik untuk
meneliti mengenai “Kemampuan Menulis Berita pada Mahasiswa Jurusan
Dakwah Semester V Unit I, II, III dan IV STAIN Malikussaleh Lhokseumawe”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
secara umum dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis
6Akhadiah, Pelajaran Bahasa Indonesia, Cet. XI, (Semarang: Toha Putra, 2002), h. 2
7Tarigan, Cara Menulis Berita yang baik, Cet, I, (Semarang: Toha Putra, 1999), h. 187-188
5
berita pada Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe. Secara khusus penelitian ini adalah:.
1. Bagaimanakah kemampuan menulis berita pada Mahasiswa Jurusan
Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe?
2. Faktor apa saja yang menghambat kemampuan menulis berita pada
Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe?
3. Bagaimanakah solusi yang harus dilakukan dalam meningkatkan
kemampuan menulis berita?
Berdasarkan rumusan masalah ini maka dapat peneliti tentukan
indikatornya yaitu:
a. Membekali Mahasiswa dengan materi tentang berita agar mudah
mengembangkan tulisan.
b. Penjelasan karakter serta cara memilih masalah yang tepat untuk
dijadikan berita.
c. Mengembangkan permasalahan menjadi sebuah tulisan berita.
d. Melahirkan Mahasiswa yang mempu menulis berita.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang kemampuan menulis
berita pada Mahasiswa Jurusan Dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN
6
Malkikussaleh Lhokseumawe. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Memperoleh gambaran tentang kemampuan menulis berita pada
mahasiswa jurusan dakwah smester V unit I, II, III dan IV STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe.
2. Memperoleh gambaran tentang Faktor apa saja yang menghambat
kemampuan menulis beita pada mahasiswa jurusan dakwah smester V
unit I, II, III dan IV STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.
3. Memperoleh gambaran tentang solusi yang harus dilakukan mahasiswa
dalam meningkatkan kemampuan menulis berita.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat diambil manfaat bagi Mahasiswa, Dosen, dan
Perguruan tinggi STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.adapun manfaat dalam
penelitian ini yaitu:
1. Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan dalam menulis
teks berita.
b. Mahasiswa dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan menulis
teks berita di dalam ruang belajar.
2. Dosen/Pengajar
a. Sebagai sumber informasi bagi dosen/pengajar untuk memantau sejauh
mana kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam menulis teks berita.
7
b. Sebagai bahan referensi pembanding untuk melakukan penelitian tindakan
kelas.
3. Perguruan Tinggi STAIN Malikussaleh Lhokseumawe.
a. Sekolah dapat menyediakan media pembelajaran yang menarik.
b. Dengan adanya media belajar yang menarik akan mampu mewujudkan
mahasiswa yang kreatif dan bervariasi.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah yang dipakai
pada judul penelitian ini maka penulis perlu menjelaskan defenisi operasionalnya
sebagai:
1. Kemampuan
Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan melakukan
sesuatu.8 Penulis lebih cenderung mengartikan kemampuan adalah suatu perkara
yang telah mempu dikerjakan.
2. Berita
Berita adalah peristiwa/kejadian yang terkini (aktual). Suatu peristiwa bisa
disebut berita apabila sudah dilaporkan. Fakta atau informasi dari peristiwa yang
disiarkan. Peristiwa yang masih terserak di lapangan dan belum disiarkan tidak
bisa disebut berita9. Secara sederhana berita dapat diartikan sebagai informasi atas
8 Nurhayati, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II, (Jakarta: Grafika Media, 2007), h. 702
9Asep,dan Kaka, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, Cet. II, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 15
8
suatu peristiwa atau suatu hal. Karena berita ditulis untuk dibaca, maka harus
dibuat semenarik mungkin agar orang yang membaca merasa mendapatkan suatu
hal baru atau sebuah pencerahan yang bermanfaat.10
Penulis lebih cenderung mengartikan berita adalah suatu khabar atau
peristiwa yang disampaikan.
3. Jurusan Dakwah
Jurusan dakwah merupakan jurusan termuda dilingkungan STAIN
Malikussaleh yang terbentuk pada tahun akademik 2002 2003.11
4. STAIN Malikussaleh
sebuah lembaga perguruan tinggi islam terdepan dalam pendidikan dan
pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakatsehingga menjadi pusat
kajian keislaman, pembinaan aqidah, pembaharuan pemikiran dengan
pengembangan pendidikan islam, hukum islam dan pembinaan ahklakul karimah,
agen pembaharuan dan transformasi sosial yang disemangati nilai-nilai islam serta
informasi agama islam.12
F. Kajian Terdahulu
Penelitian ini juga diperkuat dengan argumentasipeneliti dahulu yang
berkaitan erat dengan penelitian ini. Diantaranya, ada beberapa karya tulis ilmiah
peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Yaitu:
10Abdullah Badri, Belajar Menulis Berita, Cet. I, ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24
11STAIN Malikussaleh, Pedoman Pendidikan, (Lhokseumawe: STAIN, 2007/2008), h. 90
12Ibid, h. 3
9
1. Karya ilmiah yang disusun oleh M. Iqbal Ramadhan mahasiswa Serambi
Mekah prodi bahasa Indonesia dengan judul “Peningkatan Menulis Berita
dengan Model Pembelajaran Inquiry pada Siswa/i Kelas VI SD Negeri 18
Tanah Jambo Aye”.Dalam karya tulis tersebut dijelaskan tentang
paningkatan menulis berita dengan model pembelajaran inquiry, seberapa
besar peningkatan yang dicapai siswa/i dengan menerapkan model
tersebut.
2. Karya tulis yang disusun oleh Anita Ratna Sari mahasiswi Universitas
Almuslim Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul “Kemampuan
Menulis Kalimat Narasi, Persuasi dan Argumentasi pada Siswa-siswi
Kelas III SMA 1 Tanah Pasir. Pembahasan karya tulis ini menjelaskan
tentang kemampuan siswa dalam menulis kalimat narasi, persuasi dan
argumentasi. Dalam pembahasannya juga dijelasakan bagaimana cara
menulis yang benar dan juga menjelaskan tulisan-tulisan yang menarik.
3. Karya tulis yang disusun oleh Iskandar Anwar mahsiswa IAIN Arrainiri
Banda Aceh Jurnalistik Dakwah dengan judul “Konsep Penyampaian
Dakwah dalam Bentuk Berita”. Dalam penelitian ini dijelaskan isi seruan
dan ajakan tetapi awal mulanya dalam bentuk sebuah berita.
4. Karya ilmiah yang disusun oleh Fitriani mahasiswi STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe jurusan dakwah prodi Komunikasi Penyiaran Islam dengan
judul “Banyaknya Berita Kriminal Daerah Aceh Utara dari Tahun 2011-
2012 pada Media Massa Pro Haba”
10
5. Karya ilmiah yang penulis susun ini dengan judul “Kemampuan Menulis
Tesk Berita pada Mahasiswa/I Jurusan Dakwah Prodi Komukasi
Penyiaran Islam smester V unit I, II, III dan IV. Dalam penelitian ini ada
beberapa variabel yang berdekatan dan berbeda dengan penelitian
terdahulu yang telah penulis sebutkan di atas. Antara lain:
Penelitian M. Iqbal Ramadhan
a. Peneliti terdahulu menyebutkan tentang peningkatan menulis berita,
bisa kita pahami bahwa sudah pernah dilakukan hal sama pada
sekolah tersebut. Sedangkan peneliti sekarang menjelaskan tentang
kemampuan menulis berita, seberapa besar kemampuan mahasiswa
dalam menulis berita. Jadi, peneliti tidak melihat peningkatannya dulu
dan sekarang.
b. Peneliti terdahulu menggunakan model pembelajaran inquiry,
kemungkinan besar karena yang peneliti terdahulu lakukan pada
siswa/i sekolah dasar (SD). Jadi, agar lebih memudahkan meraka
dalam melakukan tugas. Sedangkan peneliti sekarang tidak
menggunakan model inquiry karena subjek penelitian adalah
mahasiswa/i yang mudah menerima dan memahami.
c. Subjek peneliti terdahulu adalah siswa/i sekolah dasar (SD).
Sedangkan peneliti sekarang adalah mahasiswa/i.
Variabel yang berdekatan antara lain:
a. Sama-sama melakukan penelitian tentang penulisan berita.
b. Pada landasan teoritis setidaknya ada menjelaskan definisi yang sma.
11
c. Sama-sama mengunakan penelitian kualitatif.
Penelitian Anita Ratna Sari:
a. Dilatar belakangi oleh pokok dasar yang sama yaitu menulis.
b. Menjelaskan tentang cara menulis yang benar.
c. Salah satu pembahasannya adalah mengenai berita.
Penelitian Iskandar Anwar
a. Menjelaskan tentang pengertian dan struktur berita.
b. Cara penyanmpaian berita.
c. Menjelaskan unsur-unsur berita.
12
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian dan Karakter Berita
1. Pengertian Berita
Berita adalah peristiwa/kejadian yang terkini (aktual). Sesuatu peristiwa
bisa disebut berita apabila sudah dilaporkan. Fakta atau informasi dari peristiwa
yang disiarkan. Peristiwa yang masih terserak di lapangan dan belum disiarkan
tidak bisa disebut berita.13 Secara sederhana berita dapat diartikan sebagai
informasi atas suatu peristiwa atau suatu hal. Karena berita ditulis untuk dibaca,
maka harus dibuat semenarik mungkin agar orang yang membaca merasa
mendapatkan suatu hal baru atau sebuah pencerahan yang bermanfaat.14 Yang
dimaksud berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan
cara menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam
persurat kabaran. Jadi berita aktual ialah suatu kejadian yang penting yang
disampaikan oleh seseorang untuk orang banyak secara tertulis.15 Tujuan menulis
berita aktual ialah:
a. Membiasakan agar dapat menyampaikan peristiwa yang penting secara
lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan
b. Mengembangkan bakat kewartawanan.
13Asep dan Kaka, R, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, Cet. II, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 15
14 Abdullah Badri, Belajar Menulis Berita, Cet. I, ( Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 24
15Ahmadi, Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesi, Cet. II (Jakarta: Depdikbud, 1988), h. 67
13
2. Karakter Berita
Tidak semua perisriwa layak untuk dijadikan sebuah berita. Bisa jadi,
sebuah peristiwa sangat besar artinya bagi kita, namun tidak bagi orang lain.
Misalnya, kemarin Zaidun sukses menembak Hindun. Bagi dia, peristiwa itu
bagian dari sejarah hidupnya yang tak akan terlupakan, namun bagi orang lain (no
one don’t care) tidak penting. Secara sederhana dikatakan bahwa berita itu ditulis
bukan untuk diri pribadi, namun untuk publik, orang banyak. Yang ditulis untuk
konsumsi pribadi bukan berita, namun catatan harian atau diary. Karenanya, agar
berita itu bernilai publik, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan
berkaitan dengan peristiwa yang ditulis itu.16
Pertama, waktu (aktualitas). Yakni kecepatan dalam penyampaian berita.
Peristiwa yang ditulis haruslah peristiwa yang sedang dalam perdebatan wacana.
Misalnya berita tentang perkawinan Pujiono dengan Ulfa jelas tidak relevan lagi
bila baru ditulis sekarang. Sebab, perkembangan wacana tentang Puji sudah
sedemikian cepat. Semakin cepat berita disampaikan, semakin mahal nilai dan
harganya.
Kedua, unsur kedekatan (jarak). Ada dua makna dalam kata jarak,
geografis dan emosi. Peristiwa lokal seperti kecelakaan di Kota Manado, tidak
begitu menarik minat baca orang yang tinggal di Kudus, kendati berpengaruh
secara sosial. Karena secara geografis, tempat kejadian itu jauh. Begitupun dalam
pemberitaan tentang fluktuasi bursa saham Indonesia. Bagi mahasiswa, berita itu
tidak menarik, karena belum begitu paham. Berbeda ketika dalam sebuah koran
tiba-tiba muncul judul (Alumni Madrasah Kudus Menjadi Presiden). Mungkin
16Ibid, h. 30
14
bisa jadi pembicaraan mahasiswa sebulan. Karena isi berita itu dekat secara
emosional.
Ketiga, selebritas. Mengupil adalah hak seseorang, tidak ada yang
melarang, selama tidak merugikan. Namun jika perbuatan itu dilakukan oleh Luna
Maya misalnya. Wartawan gosip akan menulis beritanya dengan judul (Luna,
Suka Upil). Orang terkenal, meskipun yang dilakukan itu remeh, bisa menjadi
berita besar.
Keempat, aneh (extra ordinary). Kambing berkepala dua itu biasa, tapi
bila ada sapi berkepala Budi Anduk, itu hal yang luar biasa. Nilai beritanya bila
dijual.
Kelima, berdampak luas. Wartawan yang baik adalah yang mampu
menuliskan beritanya hingga mampu membuat sebuah gerakan revolusi. Kalau
pernah membaca Majalah Tempo atau Sabili, maka liputan yang ditulis disana
banyak memberikan isnpirasi untuk melawan ketidakadilan. Dan itu dirasakan
oleh semua golongan.
Keenam, pertentangan atau konflik. Perdebatan soal hukum rokok yang
mendudukkan secara diametral antara yang pro dan kontra menarik minat publik.
Ketujuh, seksulitas. Seks disini bisa diartikan secara luas. Tidak sekedar
berbicara pada wilayah batasan aurat tubuh laki-laki dan perempuan, namun juga
soal kecantikan, kemolekan, penyelewengan pasangan suami istri. Bahkan ini
menjadi komoditas utama media. Ada pula yang media yang mengkhususkan
isinya pada hal-hal yang berbau seks.
15
Kedelapan, kemajuan. Jangan salah dalam mengartikan kemajuan. Yang
dimaksud disini lebih pada bidang sains dan humaniora, seperti ekonomi, politik,
hukum, social, budaya, agama. Hal ini menarik karena menawarkan pembacaan
baru.
Kesembilanan, Human Interest (mengundang rasa kemanusiaan). Banyak
hal yang mampu membangkitkan orang memunculkan saya rasa kemanusiaannya,
semisal cinta, empati, kasihan, sedih dan seterusnya. Misal berita tentang Futqon,
siswa MA yang terbunuh dalam aksi yang dilakukan para perampok pada tahun
2004, yang hingga sekarang kasusnya masih gelap.
Kesepuluh, Humor. Peristiwa yang terjadi di dunia ini yang membuat
orang tertawa juga menjadi berita yang menarik.
B. Sifat–Sifat Sebuah Berita Berita
1. Tepat (Accurate)
Sebuah berita mestinya tepat mengenai satu peristiwa. Tepat menyebut
hari, jam dan tempat kejadian. Tepat menulis nama dan jabatan atau pangkat
seseorang. Tepat menulis bagian-bagian kejadian secara rinci dan tepat pula
menempatkan bagian-bagian yang perlu ditonjolkan dan bagian mana yang harus
menyusul. Tergambar peristiwa tersebut dalam satu keutuhan.17
Ini bukan tugas mudah. Sebab, tak ada peristiwa yang strukturnya
sederhana, tidak terjalin dalam kaitan dengan peristiwa lain atau tokoh-tokok
tertentu.
17Ibid, h. 65
16
2. Berimbang (Balanced)
Berita harus mencerminkan peristiwa seutuh mungkin. Semua bagian
peristiwa mendapat bagian yang adil dan semua pihak yang terlibat tidak
dilupakan. Pembaca dapat gambaran yang berimbang dan benar.18
3. Obyektif (Objective)
Berita atau laporan harus mengenai satu peristiwa seperti apa adanya,
bukan pendapat atau pandangan wartawan terhadap satu peristiwa. Wartawan
harus tetap memegang obyektivitas sebagai prinsip berita. Wartawan harus
menyadari bahwa beritanya bisa digunakan masyarakat sebagai dasar yang benar
untuk menentukan sikap dan mengambil tindakan.
Obyektivitas merupakan prinsip kerja wartawan. Ia hanya bisa dikalahkan
oleh pertimbangan dan kepentingan lebih tinggi atau besar. Dalam kasus tertentu,
objektivitas saja tak cukup membuat satu berita yang baik. Masih diperlukan
penggalian dan pendalaman atau interpretasi harus dilakukan. Dari laporan
peristiwa seperti ilmiah, dikenal sebagai bentuk laporan (depth report) dan
(interpretive report).19
4. Padat dan Jelas (Concise and Clear)
Berita yang baik harus mudah ditangkap pembaca secara jernih dan jelas.
Ia harus merupakan satu kesatuan yang memiliki keterpaduan logis, ditulis secara
padat, jelas, dan sederhana, tidak rumit berbelit-belit. Strukturnya harus runtun
dan jelas. Bahasanya lancar, singkat dengan pilihan kata yang tepat (bahasa yang
efektif).
18Ibid, h. 65
19Ibid, h. 67
17
5. Aktual (Recent)
Berita tidak boleh ketinggalan waktu. Sebab, waktu unsur terpenting
dalam penulisan berita. Waktu juga merupakan titik persaingan antar surat kabar.
Karena itu deadline menjadi diktator yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap
kehidupan wartawan. Tugas berpacu dengan waktu menjadi lebih berat lagi
dengan perkembangan teknologi komunikasi yang amat pesat. Untuk
mengungguli media elektronika. Wartawan media cetak terpaksa harus mencari
pendalaman dan informasi-informasi tentang peristiwa yang kurang dapat
disajikan secara analisis oleh media elektronik.20
C. Jenis-jenis Berita
1. Straight News (Hard News, Spot News)
Yakni berita yang secepat mungkin harus dibaca oleh pembaca. Berita
jenis ini memiliki ciri teknis sebagai berikut:
a. Menggunakan gaya bahasa to the point atau lugas
b. Masalah terpenting dalam berita tersebut ditulis pada alinea pertama.
Makin kebawah, isi berita makin tidak penting. Dengan membaca
alinea pertama atau hanya membaca judulnya, orang akan langsung
menangkap pointnya. Penulisan ini disebut juga dengan istilah Piramida
Terbalik.
c. Unsur 5 W + 1 H dapat ditangkap langsung, harus aktual.
20 Ibid, h.68
18
d. Gaya penulisan jenis ini biasanya digunakan dalam penulisan surat
kabar yang terbit harian. Terbatasnya waktu pembaca, membuat pemilik
media harus membuat berita yang singkat, padat, namun berisi.
2. Soft News atau berita ringan
Yakni berita yang mengemukakan sisi lain dari sebuah peristiwa atau
acara. Misalnya, seminar, muktamar atau kongres suatu organisasi.21
3. Pseudo event (press conference, meet the press, press release)
a. Peristiwa yang memang sengaja diciptakan untuk menghasilkan berita.
Jika tidak disengaja, berita tidak muncul. Peristiwa ini tidak terjadi
secara spontan, melainkan telah direncanakan lebih dulu.
b. Pihak penyelenggara konferensi pers telah merancang sebelumnya
tentang apa yang akan atau tidak disampaikan dan bagaimana cara
menyampaikannya.
c. Jika tidak dengan sengaja, maka peristiwa yang diberitakan itu tidak
akan ada. Peristiwa itu ada, karena dijadikan berita atau dimuat oleh
media. Jika tidak, maka berita itu tidak ada.
d. Berbagai kegiatan promosi termasuk dalam kelompok jenis berita ini.
Kampanye misalnya, meskipun menghasilkan berita, namun tidak
mengandung unsur surprise.
21 Ibid, h. 73
19
4. Berita terjadwal (scheduled events)
a. Hari bersejarah atau ulang tahun satu negara, pemerintah kota, provinsi,
kabupaten atau ulang tahun seorang tokoh terkenal dapat menjadi bahan
berita.
b. Sejumlah tanggal yang mempunyai latar belakang sejarah selalu
diperingati atau dikenang kembali. Setiap kali tanggal tersebut tiba,
media massa dapat merancang liputan berita yang berkaitan dengan
peristiwa sejarah tersebut.
c. Hari-hari bersejarah kenegaraan, berlatar belakang keagamaan dan hari-
hari penting lainnya, dapat dirancang untuk membuat berita bagi
wartawan.
5. Berita lanjutan (follow-up news)
a. Banyak kejadian atau suatu berita harus ditindaklanjuti. Berita jenis ini,
masuk ke dalam kelompok “berita lanjutan.” Kelanjutan berita ini,
bahkan tidak jarang berlanjut sampai serial berhari-hari dimuat di media
massa.
b. Peristiwa tertentu yang berbuntut panjang, biasanya diliput terus dari
hari ke hari. Tidak hanya oleh satu media, melainkan beberapa media
secara bersamaan. Masyarakat menanti dan berharap, agar mendapatkan
kejelasan dan akhir dari peristiwa tersebut.
c. Berita tentang skandal Watergate yang menyebabkan jatuhnya presiden
AS Nixon hingga kini belum juga tamat.
20
d. Baru-baru ini mahasiswa jurnalisme dari satu Universitas di AS
menemukan nama disebut sebagai Depthroat. Begitu pula berita yang
terkait pembunuhan terhadap Presiden Kennedy, tetap dimuat oleh
media.
6. Features.
Yaitu berita yang ditulis wartawan dengan gaya seperti bercerita. Biasanya
hasil laporan perjalanan dari daerah terpencil atau luar negeri, investigasi,
transmigrasi dan sejenisnya. Sebenarnya ini masuk dalam kategori soft news,
namun disampaikan dengan panjang dan mendalam.
Gaya penulisan jenis ini cenderung menggunakan bahasa sastra, sehingga
bisa disebut jurnalisme sastra. Sehingga enak dibaca, dan pembaca pun
menikmatinya. Namun, membutuhkan waktu lama. Beda dengan artikel atau
laporan berita biasa. Hanya dengan membaca judulnya saja, cukup mewakili isi
keseluruhan berita.22 Ada beberapa tipe yang dijumpai dalam features:
1. Features Human Interest, (menyentuh keharuan, kegembiraan, simpati dan
sebagainya). Contoh: cerita tentang lika-liku guru di daerah terpencil.
2. Features Biografi, kisah tentang seseorang yang memiliki keahlian unik
atau prestasi membanggakan.
3. Features Perjalanan, peliputan tentang perjalanan seseorang ke tempat
yang bernilai sejarah tinggi atau memiliki daya tarik luar biasa. Biasanya,
penulisannya menggunakan kata ganti orang bertama: aku, kita, kami dsb,
sebab penulis terlibat langsung di dalamnya. Unsur subyektivitas lebih
menonjol.
22Ibid, h. 45
21
4. Features Histori, yaitu tulisan yang mengambil latar masa lalu, sudah
lewat. Misalnya, peristiwa sumpah pemuda atau proklamasi kemerdekaan.
Namun harus memiliki nilai aktualitas, semisal mampu memunculkan
artikulasi baru tentang sejarah masa lalu itu.
5. Features Petunjuk Parktis (Tips), misalnya yang mengajarkan bagaimana
cara merangkai bunga, manulis dengan baik, menjadi pemimpin yang
disegani.
Sisi-sisi kemanusiaan atau human interest merupakan aspek yang paling
dominan dalam sebuah produk tulisan feature. Pengertian feature yang demikian
sebetulnya tidaklah begitu saklek karena masing-masing penulis memiliki arti
tersendiri. Dalam penulisan feature, kehendak, opini atau subyektifitas pandangan
penulis sangat mungkin untuk dimasukan, meskipun tidak secara mencolok. Opini
itu tersamar dalam pelukisan suasana, penggunaan contoh-contoh, serta
penyertaan nara sumber pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan
kredibilitasnya.23
D. Struktur Penyampaian Berita
Penyampaian peristiwa dalam berita haruslah memuat unsur 5 W + 1 H
yang terdiri dari what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana),
why(mengapa), ditambah how (bagaimana). Dengan demikian berita yang baik
harus mengandung kriteria dan unsur tersebut. Unsur 5 W + 1 H dalam susunan
sebuah beritaselalu ditempatkan pada teras berita (lead). Oleh karena itu, teras
merupakan bagian terpenting dalam bangun sebuah berita. Bangun penulisan
23 Ibid, h.40
22
berita disebut piramida terbalik24. Dengan bangun tersebut, penulisan berita
dimulai dari hal paling penting, penting, hingga kurang penting.
Semakin kebawah segi kepentingan berita semakin kurang. Sebaliknya,
nilai yang paling penting terletak pada teras berita. Karena itu, jika seseorang
tidak cukup waktu untuk membaca keseluruhan berita, ia cukup membaca teras
berita untuk mendapatkan informasi penting.
Adapun tubuh berita merupakan uraian selengkapnya mengenai kejadian
yang menyangkut sebab-sebab terjadinya peristiwa. Penulisan tubuh berita harus
tetap mengacu pada gagasan utama berita. Jika ada materi yang tidak relavan
dengan berita sebaiknya dibuang.
Penyampaian berita berkerangka pada enam pokok penting: what(apa),
who (siapa), where(diamana), when (kapan),why (mengapa) dan how(bagaimana).
Keenam pertanyaan tersebutlain ditempatkan dibagian awal pemeritaan sebagai
bagian yang secepatnya harus diketahui pembaca. Bagian awal berita sering pula
disebut pokok berita atau lead.Pokok berita memaparkan klimaks kejadian secara
ringkas, lengkap, dan jelas. Jadi, pokok berita sifatnya ringkas, tetapi menjawab
seluruh pertanyaan 5W + 1H apa peristiwanya, siapa yang mengalami, kapan, di
mana, mengapa, dan bagaimana suasana atau akibatnya.25
Bagian awal berita itu adalah pokok berita.Bagian berikutnya sampai
selesai adalah bagian uraian yang menerangkan kejadian-kejadian yang
mendahului klimaks, duduk perkaranya, penjelasan secara luas, perhitungan-
24Ibid, h,. 35
25Adi Andriansyah, Struktur-struktur Berita, Cet. III, (Semarang: Media Lestari, 2003), h. 13
23
perhitungan dengan angka, dan sebagainya.Itulah susunan piramida terbalik, yang
memudahkan orang lekas menangkap pokok berita. Bahkan bila tidak sempat
membaca seluruh berita, cukuplah menyimak leadnya saja sebab lead itu sudah
mencakup seluruh berita.26
E. Cara Menulis Berita
Menulis berita harus pandai-pandai memilih mana yang layak dikonsumsi
oleh khalayak dan yang tidak. Begitupun dalam menuliskannya harus berimbang,
antara yang pro dan kontra, jika isi berita tersebut merekam jejak konflik. Ini
sudah menjadi prinsip dasar yang disebut both side writing. Selain itu, ketika
wawancara, seorang wartawan juga harus menghormati hak-hak narasumber. Ia
tidak boleh menulis bagian berita yang tidak ingin dipublikasikan oleh orang yang
diwawancarai. Dalam menulis berita, wartawan terlarang memasukkan opini
pribadi. Jadi harus obyektif. Yang dilihat di lapangan itulah yang hanya boleh
ditulis wartawan.27
1. Cara Menulis Straight News
Ketika menulis berita hal penting yang harus diperhatikan adalah
membedakan opini atau fakta. Sebab, kedua hal ini kerap menjebak para penulis.
Redaktur Pelaksana Republika Online, M Irwan Ariefyanto mengatakan dalam
bukunya Jurnalistik Sosial, ketika berita terlalu banyak opini berarti isi tulisan itu
menggambarkan ego penulis.28 Panduan ini bisa menjadi rujukan bagi para
26Ibid, h. 18
27 Saryunus Cs, Jurnalistik, Cet. III, (Jakarta: Grafika Media, 2001), h. 26
28Irwan Ariefyanto, Jurnalistik Sosial, Cet. II, ( Bandung: Angkasa, 2004), h. 16
24
pewarta pemula yang ingin belajar menulis berita secara cepat. Caranya, setelah
melakukan liputan, susunlah fakta-fakta yang Anda temui dengan lima langkah
berikut ini:
a. Paragraf pertama atau biasa disebut dengan teras berita berisi materi yang
paling penting. Buatlah paragraf berisi 2-3 kalimat yang memuat unsur
APA kejadiannya, DI MANA kejadiannya, SIAPA yang terlibat dalam
kejadian tersebut dan KAPAN kejadiannya. Misalnya:
b. Paparkan informasi dalam paragraf pertama dengan satu paragraf lanjutan
yang berupa kalimat pernyataan. Jangan lupa tuliskan identitas narasumber
berita dan atributnya di paragraf ini, misalnya:
c. Tulislah pendapat narasumber dengan kutipan langsung.
d. Buatlah paragraf penutup yang berisi kesimpulan atau keterangan
tambahan.
e. Buatlah judul berita.
Agar sebuah berita lengkap, ada beberapa unsur penting yang tidak boleh
dilupakan, yaitu 5 W + 1 H, singkatan dari what (apa?), who (siapa?), where
(dimana?), when (kapan?), why (mengapa?) dan how (bagaimana?). Sebuah
peristiwa pasti memuat 5 unsur tersebut. Seorang wartawan harus mencari unsur-
unsur tersebut, jika tidak, akan ada bagian berita yang hilang. Tentu, itu akan
mengurangi akurasinya. Namun, pada saat tertentu, wartawan boleh memilih
unsur mana yang akan didahulukan dalam lead berita, sesuai dengan nafas
liputannya. Ketika membuat berita tentang figur seorang tokoh misalnya, ia akan
lebih banyak berbicara tentang biografi. Makanya, unsur who akanlebih dominan
25
daripada lainnya.Demikian pula dalam berita yang masih misterius dan
mengandung teka-teki, unsur why akan mendominasi.29
2. Cara Menulis Features
Pertama, sebuah features harus lengkap. Features yang disebut lengkap
bila menyatukan bagian-bagian fakta dari suatu peristiwa, dan memadukan jalan
pikiran penulisnya dalam bagian pendahuluan, rincian atau uraian, dan
kesimpulan atau penutup (punch).
Kedua, melawan kebasian. Feature dapat menjadi alat ampuh melawan
kebiasaan berita. berita hanya berumur 24 jam. Dengan feature, sebuah berita
dapat dipoles menjadi menarik kembali dan tetap aktual.
Ketiga, Non Fiksi. Feature merupakan pengungkapan fakta-fakta yang
dirangkai menjadi satu kesatuan dan memebrikan gambaran yang jelas dan utuh
kepada pembaca mengenai suatu peristiwa atau suatu objek.
Keempat, Bagian Dari Media Massa. Sebuah feature harus disajikan dalam
media massa, baik cetak (surat kabar, majalah dan buletin) maupun elektronik
(televisi dan radio, web dan blog).
Kelima, Panjang tak Tentu. Belum ada ketentuan mengenai panjang
pendeknya sebuah feature, sehingga tulisan feature sangat bervariasi tergantung
penulisnya. Panjang pendeknya sebuah feature tergantung pada penting-tidaknya
peristiwa, menariknya aspek yang diungkap, dan bagaimana penulis berusaha
mewarnai feature sehingga memikat dari awal sampai akhir.
29Ibid, h . 30
26
Feature adalah suatu cara atau gaya penulisan sebuah berita yang ciri
khasnya adalah menggunakan bahasa sederhana, dengan alur cerita yang
mengalir, ringan, sehingga enak untuk dibaca. Kesan “sederhana” dan “ringan”
inilah yang acap disalah-persepsikan bahwa feature adalah berita ringan yang
dimaksudkan untuk sekadar menghibur atau sebagai berita selingan. Kesalahan
persepsi ini kemudian mempengaruhi cara penggarapan feature.30
Karena dianggap sebagai berita ringan dan sekadar menghibur atau
sekadar sebagai berita selingan, penulisan feature juga dilakukan secara “asal-
asalan” dengan dukungan data seadanya, tanpa analisis, pengembangan konteks
dan latar belakang. Feature benar-benar menjadi sebuah berita ecek-ecek, karena
hanya berbicara pada aras permukaan, tanpa kedalaman, tanpa alur dan narasi.
Tidak mengherankan bila kemudian feature yang demikian ini hanya dijadikan
ganjal pada halaman koran yang sewaktu-waktu bisa digusur oleh jenis berita lain
atau bahkan oleh sepotong iklan.
Menulis feature sebenarnya bukan perkara mudah. Kisah pak Kumis juga
bukan kisah sederhana. Feature yang baik akan mampu mengangkat kisah pak
Kumis bukan saja menjadi kisah menarik dan menghibur, melainkan juga
mencerahkan dan merangsang pemikiran lebih jauh. Kisah pak Kumis hanya akan
menjadi kisah ringan bila berhenti pada data dan fakta: siapa pak Kumis, berapa
usianya, berapa isteri dan anaknya, berapa penghasilannya, bagaimana ia
menjajakan lontongnya.
Bagaimana menulis sebuah feature yang baik. Sebuah feature yang
beraroma sastra. Sebenarnya untuk membuat feature atau karya jurnalistik
30 Ibid, h. 47
27
sastrawi berbeda dari berita yang bersifat langsung (straight news), menulis
feature tidak cukup hanya berbekal rumus 5W+1H.
Straight news menuntut penulisan yang lugas, langsung, dengan informasi
yang aktual. Tekanannya pada aktualitas, efisiensi kata dan struktur yang tegas.
Sedangkan feature menuntut lebih dari itu. Karena feature dan lebih jauh
jurnalisme sastrawi berbicara soal karakter, plot dan narasi. Maka pengetahuan
dan pemahaman mengenai unsur-unsur dramatik dalam penulisan perlu dipelajari.
Itupun tidak bisa dipelajari sekali dua kali. Kuncinya adalah latihan, praktek,
dengan terjun ke lapangan, menemui subjek peliputan, mewawancara, menggali
data, memahami konteks, menuliskannya sambil terus mengkaji ulang dan
menuliskannya kembali sampai menemukan alur cerita yang paling pas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
28
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada jurusan dakwah smester V unit III STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe ini merupakan jurusan termuda dilingkungan STAIN
Malikussaleh, yang terbentuk pada tahun akademik 2002 2003. latar belakang
yang melahirkan jurusan ini di STAIN Malikussaleh adalah adanya keinginan
dariberbagai calon mahasiswa baru yang mendaftar di STAIN Malikussaleh ketika
itu untuk mempelajari ilmu dakwah.31
Jurusan dakwah berdiri dibawah naungan STAIN Malikussaleh sejak
mulai pundak kepemimpinan di pegang oleh bapak Drs. H. Hafifuddin, M. Ag
sampai dengan sekarang masih tetap aktif dan insyaallah sampai kedepannya.
jurusan dakwah dikepalai oleh seorang ketua jurusan, dan memiliki satu prody
yaitu prody Komunikasi Penyiaran Islam dan juga dikepalai oleh seorang ketua
prody.
Penelitian ini dilaksanakan pada jurusan dakwah smester V unit I, II, III
dan IV STAIN Malikussaleh dengan Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
smester V unit I, II, III dan IV tahun akademik 2011/2012. jurusan ini terletak
dalam komplek lembaga pendidikan STAIN Malikussaleh di lingkungan kota
Lhokseumawe kecamatan Muara Satu gampoeng Alu Awe. Alasan peneliti
memilih lokasi penelitian pada jurusan dakwah smester V unit I, II, III dan IV
adalah sebagai berikut.
1. Jurusan dakwah merupakan tempat peneliti menimba ilmu sehingga
memudahkan peneliti untuk melakukan riset penelitian.
31STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, Buku Pedoman Pendidikan,(STAIN Malikussaleh: Lhokseumawe, 2007/2008) h. 91
29
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang penelitian ini pada Jurusan
Dakwah smester V unit I, II, III dan IV.
3. Jurusan ini memang mempunyai misi untuk mencetak kader jurnalis yang
handal terutama dalam bidang menulis teks berita, sehingga mendorong
keinginan peneliti yang kuat untuk mengkaji dan melihat sejauh mana
kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menulis teks berita yang
telah mereka belajar tentang masalah tersebut.
B. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif
karena data berbentuk uraian dan analisis dengan teknik analisis.Penelitian
kualitatif adalah pendekatan sistematis dan objektif yang temuan temuannya tidak
diperoleh dari statistic atau bentuk hitungan lainnya.32
Beberapa pendapat ahli tentang penelitian Kaulitatif, menurut Bodgan dan
Taylor mendefinisikan penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa data data tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat di amati.33
Kirk dan Miller mendifinisikan bahwa kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun peristilahannya.34
32 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kaulitatif, Cet I, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.32.
33 Lexy J. Moleong, Penelitian Kualitatif, Cet I, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006 ), h.4.
34 Kirk dan Miller, dikutip dalam J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h.5.
30
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan
kepada mahasiswa dan mahasiswi jurusan dakwah semester V unit I, II, III dan
IV. Total populasi dari mahasiswa/I semester V adalah 124, untuk mendapat
tujuan yang efektif dan efesien metode dilakukan untuk sampel penelitian dengan
populasi sampling yaitu 20 mahasiswa/i.
2. Data Skunder
Data ini diperoleh dari studi opservasi( pengamatan terhadap aktivitas dan
kreatifitas mahasiswa/i). serta studi dokumentasi prestasi dari dokumen terkait
dengan topik penelitian ini yang diperoleh mahasiswa/I semester V yang telah
menuduki semester VI atas kemampuan menulis berita. Seperti: KHS mahasiswa,
rekapitulasi penilaian.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah dengan wawncara dan observasi.35
1. Wawancara
Wawancara pokok dilakukan kepada sebagian saja Mahasiswa/i dari 20
Mahasiswa yang menjadi sampling penelitian ini dari 124 Mahasiswa/i jurusan
dakwah semester V unit I, II, III dan IV. Nama-nama Mahasiswa/i adalah:
35 Ibid, h. 16
31
Dan juga kepada dosen pengajar yang telah memberikan pelajaran
tersebut kepada mahasiswa serta Mahasiswa-mahasiswa yang lain yang
mempunyai komentar tersendiri tentang masalah yang peneliti lakukan ini.
2. Observasi
Observasi Adalah metode atau cara yang menganalisis dan mengadakan
pencacatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung.36 Observasi ini dilakukan
oleh orang yang terlibat aktif dalam pelaksanaa tindakan yaitu penulis sendiri.
Pertama yang peneliti lakukan adalah mengamati mahasiswa yang mana bersedia
menjadi sampling penelitian ini, kemudian baru peneliti melakukan wawancara.
F. Tehnik Analisis Data
Salah satu langkah pada analisis data terhadap penelitian ini adalah data
yang telah peneliti rangkum hasil dari wawancara dan observasi. Oleh karena itu,
untuk membuat data itu valid dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi
pengumpulan data, supaya memperoleh hasil yang efektif. Bagian kegiatan adalah
untuk mengetahui apakah yang ditulis dosen tentang memerankan tokoh drama
selama belajar apakah sama sebagaimana yang ditulis oleh peneliti dalam
catatannya. Hal itu bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Setelah
itu perolehan data dari pengamatan kemudian dianalisa menurut prosudur data
kualitatif.
36 Ibid, h. 24
32
Informasi yang berasal dari data analisis dibandingkan dengan kriteria
kesuksean. Karena kebenaran dari data yang telah peneliti himpun dapat dilihat
dalam kenyataan hasil yang telah dicapai oleh mahasiswa.
1. Mereduksi Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi data,
kemudian diklasifikasikan menjadi tiga katagori, yakni pembelajaran,
pemahaman, dan pelaksanaan menulis teks berita.37Data yang diperoleh
disederhanakan, misalnya dengan menyeleksi data-data yang relavan dengan
masalah penelitian. Data yang tidak perlu dibuang.
2. Penyajian Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah organisasi data yang sudah
diredupsi. Dengan melihat penyajian data maka dapat dipahami apa yang sedang
terjadi dan apa yang harus dilakukan.38
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Kegiatan menyimpulkan merupakan langkah-langkah lebih lanjut dari
kegiatan redupsi dan sajian data. Data yang sudah diredupsi dan disajikan secara
sistematis pada dasarnya akan memberi kemungkinan untuk penarikan
kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil wawancara biasanya kurang
valid, tetapi dengan adanya data-data tertulis baik dari rekapitulasi nilai atau
37Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet. II (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 52
38Ibid, h. 53
33
catatan dosen hasil dari tugas yang diberikan akan semakin tegas dan memiliki
dasar yang kuat.39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kemampuan Menulis Berita Mahasiswa STAIN Malikussaleh Jurusan
Dakwah Semester V Unit I, II, III dan IV
39 Beduzzaman, Prosedur Penelitian Suatu Praktik, Cet. III, ( Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 43
34
Berdasarkan analisis peneliti hasil dari pengamatan terhadap pembelajaran
yang berkenaan langsung tentang menulis berita maka peneliti temukan tiga mata
kuliah yang menjadi sumber pokok utama yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Adapun mata kuliah tersebut adalah Tehnik Penulisan Berita, Bahasa Jurnalistik
dan Tehnik Penulisan Features. Ketiga mata kuliah ini memiliki tujuan yang sama
yaitu penyampaian berita dengan tehnik yang benar, bahasa yang bagus dan
gagasan ide yang menarik pembaca. Hasil analisis ini peneliti dapat dengan cara
wawancara dan melihat dari kenyataan pada waktu peneliti masih menimba ilmu
di Jurusan Dakwah.
Peneliti akan menjelaskan sedikit definisi dari ketiga mata kuliah tersebut.
Bahasa Jurnalis adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis
berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass
Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang
digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur)
di media. Tehnik penulisan berita adalah ilmu yang mempelajari tentang tehnik
penulisan berita yang sesuai dengan konteks berita. Tehnik penulisan features
adalah ilmu yang mempelajari tentang tehnik penulisan berita dalam bentuk
sastra.40
Ketiga mata kuliah ini sama-sama harus dikuasai oleh seorang yang ingin
menulis berita, mengerti bahasa jurnalistik yang baik, tehnik penulisan berita yang
benar dan bertia dalam bentuk features sehingga bisa meletakkan posisi berita
pada tempat yang layak. Berita yang menarik, mudah dipahami karena sesuai
40 Wini Najwita Arif Fadhila, Jurnalistik Bahasa dan Sastra, Cet. II, (Jakarta: Setia Abadi: 1989), 45
35
dengan unsur penulisan berita dan penempatan berita yang sesuai dengan
tempatnya banyak diminati pembaca.
Berikut peneliti jelaskan kemampuan mahasiswa dalam menguasai ketiga
mata kuliah tersebut menurut pendapat sebahagian mahasiswa/i yang menjadi
sampling penelitian ini. Dengan hasil wawancara ini makan dapat memberikan
kesimpulan sementara terhadap kemampuan mahasiswa dalam menulis berita.
1. Kemampuan menulis berita berdasarkan tehnik penulisan berita
Ratna Dewi Mahasiswi Dakwah mengatakan “Dilihat dari kenyataanya mahasiswa dakwah banyak yang tidak memiliki kemampuan dalam menulis berita, mungkin saja disebabkan kurang pemahaman tentang tehnik penulisannya. Kita juga jarang menulis, ini disebabkan oleh kemalasan kita untuk menulis dan bisa kita lihat mahasiswa jarang menulis. Saya dapat nilai C mata kuliah ini, ni pertanda saya tidak berbakat dalam konsep penulisan berita”.41
Abdurrahman Mahasiswa Dakwah mengatakan “Tidak banyak yang bisa membuat lead berita yang di dalamnya harus mengandung unsur-unsur berita 5W+1H, mungkin saja kita mengetahui itu unsur berita tetapi tidak tahu penempatannya dimana, tempat dan tokoh yang mengalaminya siapa lebih duluan kita tempatkan pada awal tulisan itu yang masih kurang dipahami. Rata-rata mereka tidak menyukainya, maksudnya banyak mahasiswa kurang berminat terhadap mata kuliah tersebut mungkin karena mereka menilai menjadi wartawan adalah pekerjaan yang berat, menanggung resiko besar. Sekali lagi saya katakan memahami unsur berita mudah, tetapi menempatkannya agak sedikit sulit.”42
Fakrhiani Mahasiswi Dakwah mengatakan “Menulis berita tersebut agak sedikit susah karena harus kita perhatikan dengan benar penggunaan unsur-unsur berita, terlebih dahulu kita harus tahu yang mana unsur-unsur berita. Tetapi Mahasiswa saya rasa bisa, mereka mempu menulis walaupun sebenarnya jarang mereka lakukan. Jika kita lihat kemampuan mahasiswa dakwah dalam menulis berita berdasarkan tehniknya dengan hanya memasukkan 5 unsur tersebut saya rasa semua bisa, karena memahami
41 Hasil wawancara dengan Ratna Dewi, Mahasiswi Jurusan Dakwah, semester V unit I, hari Kamis 3 Januari 2013
42 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit I,, hari Kamis 3 Januari 2013
36
unsur berita tersebut mudah dan cepat, tidak begitu sulit, semua kita punya kemampuan.”43
Cut Muliana Mahasiswi Dakwah mengatakan “tehnik penulisan berita itu mudah dan Mahasiswa bisa, tidak ada yang nampak sulit, unsur-unsur berita 5W+1H semua kita tahu. Mahasiswa mempu memperhatikan unsur-unsur berita dengan benar yaitu 5W+1H. Unsur-unsur berita tersebut harus kita tempatkan pada lead berita agar jika orang hanya sempat membaca lead saja mereka sudah tahu pembahasan tentang berita tersebut. Secara pribadi saya mengatakan mahasiswa mempu melakukan itu”44
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat peneliti temukan
jawaban tentang kemampuan menulis berita mahasiswa STAIN Jurusan Dakwah
berdasarkan tehnik penulisan berita Ratna Dewi dan Abdurrahman mengatakan
sulit sedangkan Fakhriani dan Cut muliana mengatakan mudah jika mau
memahami dengan teliti.
2. Kemampuan menulis berita dengan penggunaan bahasa jurnalistik
Riski Atiqah Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan “Mahasiswa Jurusan Dakwah masih kurang memahami ilmu Bahasa Jurnalistik, mungkin terlalu banyak kode etiknya, jadi mahasiswa merasa malas untuk belajar. Hanya 40% persen saja mereka yang paham tentang bahasa jurnalis, padahal bagi seorang yang ingin menulis berita (menjadi jurnalis) harus benar-benar menguasai ilmu bahasa jurnalistik. Mahasiswa kurang berminat dengan mata kuliah tersebut karena dua faktor yaitu mereka malas menulis dan kurang mengerti sastra. Dari keseluruhan mahasiswa dakwah mungkin bisa kita katakan hanya 40% saja yang benar-benar menguasai ilmu bahasa jurnalis, lebih dari itu mengarang saja mereka merasa sulit. Menurut saya kemampuan menulis berita kita dengan penggunaan bahasa jurnalistik sangat kurang”45
Juraida Mahasiswa Jurusan Dakwah mengatakan “Bahasa jurnalistik itu menurut saya sulit, susah untuk dipahami, terlalu banyak prosedurnya. 43 Hasil wawancara dengan Fakrhiani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I, hari
Kamis 3 Januari 2013
44 Hasil wawancara dengan Cut Muliana, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Kamis 3 Januari 2013
45 Hasil wawancara dengan Riski Atiqah, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II,, hari Kamis 3 Januari 2013
37
Sedikit sekali Mahasiswa yang paham dan bisa menggunakannya, bisa jadi karena mahasiswa jarang mencoba menulis. Saya dapat C maka dari itu saya katakan sulit, mungkin saja hanya saya yang susah memahaminya, dapat saya katakan menulis berita saja Mahasiswa kurang berminat”46
Ernawati Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan “Mahasiswa ada yang senang dengan adanya mata kuliah tersebut, saya senang belajar mata kuliah ini, sama saja dengan pelajaran-palajaran lain, insyaallah jika teliti kita bisa. Menurut saya Mahasiswa bisa bahasa jurnalistik. Alhamdulillah mata kuliah tersebut saya dapat A. Saya khususnya insyaallah mempu menulis berita sebisa saya dengan penggunaan bahasa jurnalistik juga.”47
Ratna Sari Mahasiswi Jurusan Dakwah mengatakan “Saya kurang suka menulis, mengarang, atau apa saja yang sejenisnya. Saya kurang memerhatikan tentang bahasa yang bagus itu bagaimana. Jadi saya jalani saja seperti adanya, diajarkan ya saya belajar, quiz saya ikut, midtem saya ikut, tugas saya buat, final saya ikut. Persentase besar saya menguasai bahasa jurnalistik? Mungkin saya jawab 50:50 ja lah.”48
Saifuddin Mahasiswa dakwah mengatakan “Rata-rata Mahasiswa bisa jika mau memahaminya, karena semua jika dipahami pasti bisa dan mempu kita laksanakan. Saya sendiri merasa sanggup dengan bidang tersebut, menulis pernah, mengarang pernah, membuat puisi pernah, jadi pendapat saya tidak hanya kita semua mahasiswa jika dipahami dengan benar pasti bisa. Saya suka mata kuliah tersebut.”49
Abdurrahman Mahasiswa jurusan dakwah mengatakan “Mengarang, menulis itu sangat membosankan bagi saya khususnya dan mahasiswa umumnya, dibilang mempu sih pasti mempu jika kita mau, tetapi malas aja menulis. Rata-rata Mahasiswa tidak suka menulis walaupun menggunakan bahasa yang indah-indah, merayu dengan bahasa indah-indah baru banyak yang bisa. Mereka hanya sebatas menjalani ketetapan yang telah ditetapkan dalam kurikulum pelajaran jurusan dakwah ini saja, jika mata kuliah tersebut pun tidak ada tidak menjadi masalah”50
46 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013
47 Hasil wawancara dengan Erna Wati, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013
48 Hasil wawancara dengan Ratna Sari, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013
49 Hasil wawancara dengan Saifuddin, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013
38
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat peneliti simpulkan
bahwa kemampuan menulis berita denga penggunaan bahasa jurnalistik juga
maksimal, sebagian mengatakan mempu sebagian tidak.
3. Kemampuan menulis berita dalam konteks features
Saifuddin mahasiswa Jurusan Dakwah mengatakan “ Saya kurang Berkemampuan dalam bidang tersebut, entah bagaimana yang dikatan features. Saya rasa sedikit Mahasiswa yang bisa. Tiap hari features di Serambi Indonesia ada diterbitkan, biasanya para awak media menerima kiriman tulisan dari berbagai pihak. tetapi saya juga tidak tahu dan mahasiswa jurusan dakwah STAIN jarang mengirim naskah tulisan ke Serambi Indonesia entah kita tidak bisa menulis features, entah malas menulis, entah mungkin memang tidak mempu.”51
Juraida mahasiswi jurusan dakwah mengatakan “Mahasiswa kita rasa-rasanya kurang memahami tentang features, yang mana berita narasi, persuasi dan features. Features itu banyak argumentasinya penulis. Jangankan menulis features, menulis berita biasa saja jarang, tidak hanya mahasiswa tetapi para sarjana saja malas menulis, dengan bukti pembuatan skripsi saja sebagai syarat kelulusan terakhir masih dibuat oleh orang lain. Menulis mahasiswa dakwah khususnya sangat kurang terutama dalam menulis berita baik itu berupa features.”52
Berikut beberapa pendapat para dosen pengajar tentang kemampuan
menulis berita Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit I, II, III, IV.
Bapak Muslim MA mengatakan “Kemampuan Mahasiswa dalam menulis berita bisa bapak katakan sudah ada peningkatan, diantara kemampuan itu adalah mereka bisa berdiskusi tentang masalah yang terjadi, dalam masalah itu mereka bisa menemukan tokoh pelaku, kapan terjadi, dimana terjadi, bagaimana terjadinya, mengapa terjadi, dengan demikian mereka telah bisa membuat lead berita. Maka menurut saya ada sedikit demi sedikit peningkatan. Tetapi tidak ada yang menulis kiriman tulisan untuk
50 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3/Januari/2013
51 Hasil wawancara dengan Saifuddin, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis 3 Januari 2013
52 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari
Kamis 3 Januari 2013
39
media massa seperti di Serambi Indonesia, Sedikit demi sedikit memahami keterangan berita. Mau berpikir mencari permasalahan..53
Bapak Jafar MA mengatakan “ada peningkatannya dalam penulisan berita :Mahasiswa sudah mempu beradaptasi dengan mata kuliah, bisa dikatakan mereka telah merasa menyukainya, itu semua tergantung pengajar harus bijak sana. Mereka juga sudah mempu melakukan diskusi, sehingga bisa mencari permasalahan dan memecahkannya. Ada yang telah sanggup membuat cerpen, ini pertanda mahasiswa kita mempu dan bisa menulis. Ada yang telah mempu praktek di radio, ini juga pertanda bahwa mahasiswa dakwah telah mempu mengimplementasikan ilmu mereka.54
Bapak T. Fakhrijal mengatakan: Kemampuan Mahasiswa dalam menulis berita sudah ada peningkatan. Adanya peningkatan pada diri Mahasiswa, baik terhadap cara menulis atau memaparkan tulisan, mereka telah banyak mengetahu struktur-struktur penyampaian berita yang benar. Sudah bisa membuat ikhtisar ringkas-ringkas, seperti cerpen dan mangarang kisah-kisah atau cerita. Mempu menentukan unsur berita, 5W+1H telah diketahui dengan benar. Telas bisa membedakan antar peristiwa dengan bukan, Ada pengalaman yang meningkat, adanya keikut sertaan dalam perlombaan menulis karya ilmiah. Ini merupakan tingkatan kemampuan mahasiswa sedikit demi sedikit. 55
Bapak Hamdani mengatakan “Kemampuan menulis berita Mahasiswa antara lain adalah: Sedikit banyak telah tau tentang tehnik penulisan berita, mengenal berita dan tahu tentang unsur-unsur berita. Adanya peningkatan pemahaman terhadap Tehnik penggunaan bahasa jurnalistik pada mahasiswa kita, Telah mempu memunculkan ide-ide yang bisa dijadikan tulisan baru.56
Menurut pendapat peneliti sendiri ada beberapa peningkatan tentang
kemampuan Mahasiswa dalam keterampilan menulis. antara lain: Mahasiswa
telah bisa membuat lead berita, apa yang harus dimulai pada lead berita, apa yang
harus ditulis pada lead berita. Kalau diperkirakan banyak yang berminat dengan
53 Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Senin 15/Juli/2013
54 Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013
55 Hasil wawancara dengan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013
56 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah,, hari Kamis 18/Juli/2013
40
yang tidak itu tergantung dari mudahnya pemahaman yang diterima mahasiswa
dari para dosen pengajar, kepandaian dosen dalam menjelaskan sangat memberi
jaminan kepada mahasiswa untuk bisa melakukannya, dengan demikian akan ada
peningkatan pemahaman dan akan lebih cepat mengerti tentang tehnik penulisan
berita sehingga melahirkan kader-kader yang mempu mempu menulis.
Setelah peneliti amati dengan seksama telah ada mahasiswa yang mempu
menulis karya ilmiah, cerpen, bahkan ada yang telah mengirim naskahnya atau
berupa features ke media massa seperti serambi indonesia. Dengan demikian bisa
peneliti simpulkan mahasiswa dakwa mempu menulis baik itu berita atau tulisan-
tulisan yang lain.
Bersarkan komentar yang penulis dapat dari hasil wawancara dengan
mahasiswa dan para dosen di atas maka dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa
jurusan dakwah pada umumnya berkemampuan maksimal, mereka kurang mempu
akan tetapi tidak kepada tidak mempu sama sekali.
Lebih kuatnya lagi maka peneliti akan merangkum nilai-nilai mahasiswa
yang menjadi sampling penelitian ini mulai dari unit 1 sampai 4 berdasarkan data
hasil dari rekapitulasi nilai semester ganjil tahun akademik 2012-2013.
1. Hasil dari Rekapitulasi Nilai Tehnis Penulisan Berita
NO Nama Unit Nilai
1
2
3
4
Ratna Dewi
Abdurrahman
Facrhiani
Cut Muliana
I
I
I
I
A
C+
B
B-
41
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nelly Yusnaini
Rizqi Atiqah
Juraida
Ernawati
Ratnasari
Saifuddin
Muhammada Fazil
Israfil
Reni Elvira
Yulia
Mursalina
Fitriani
Sufriadi
Mukhsalmina
Rahmiati
Ihcsan Fahmi
I
II
II
II
II
II
III
III
III
III
III
IV
IV
IV
IV
IV
B
A
A
A
A+
A+
A
A
B
A
B
B
B
B
B+
B-
2. Hasil dari Rekapitulasi Nilai Bahasa Jurnalistik
NO Nama Unit Nilai
1
2
3
4
Ratna Dewi
Abdurrahman
Facrhiani
Cut Muliana
I
I
I
I
B-
C
B-
B-
42
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nelly Yusnaini
Rizqi Atiqah
Juraida
Ernawati
Ratnasari
Saifuddin
Muhammada Fazil
Israfil
Reni Elvira
Yulia
Mursalina
Fitriani
Sufriadi
Mukhsalmina
Rahmiati
Ihcsan Fahmi
I
II
II
II
II
II
III
III
III
III
III
IV
IV
IV
IV
IV
B-
B
B-
B-
B
B-
B+
C+
A
B+
B
B
B-
E
B-
C-
3. Hasil dari Rekapitulasi Nilai Tehnik Penulisan Features
NO Nama Unit Nilai
1
2
3
4
Ratna Dewi
Abdurrahman
Facrhiani
Cut Muliana
I
I
I
I
A
A-
A
A+
43
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nelly Yusnaini
Rizqi Atiqah
Juraida
Ernawati
Ratnasari
Saifuddin
Muhammada Fazil
Israfil
Reni Elvira
Yulia
Mursalina
Fitriani
Sufriadi
Mukhsalmina
Rahmiati
Ihcsan Fahmi
I
II
II
II
II
II
III
III
III
III
III
IV
IV
IV
IV
IV
A
A+
A
A
A+
A
A
A-
A
A
A
A-
A-
A-
A+
-
Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari hasil rekapitulasi nilai
Mahasiswa/i, tehnik penulisan berita unit II sangat baik dan unit I, II dan IV
adalah baik. Bahasa jurnalistik unit I, II, III,dan IV adalah baik. Sedangkan tehnik
penulisan features unit I, II, III dan IV sangat baik. Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa kemampuan menulis berita mahasiswa jurusan dakwah unit I,
II, III, dan IV adalah sangat baik. Keseluruhan rekapitulasi nilai mahasiswa/i
44
STAIN Malikussaleh Lhokseumawe semester ganjil tahun akademik 2012-2013
terlampir.
B. Faktor-faktor yang Menghambat Kemampuan Menulis Berita Mahasiswa
STAIN Malikussaleh Jurusan Dakwah Semester V Unit I, II, III dan IV
Peneliti mengambil dari beberapa komentar Mahasiswa, antara lain:
Muhammad Fazil mengatakan “ada beberapa penyebab yang menghambat Mahasiswa Dakwah dalam bidang menulis, antara lain yang nampak jelas adalah: sebagian besar mahasiswa dakwah masih banyak yang kurang memahami penulisan berita, mereka kurang memperhatikannya, bisa jadi mereka kurang berkenan terhadap mata kuliah tersebut. Selain itu kurang membaca atau bisa dibilang malas membaca, ini banyak dialami oleh semua mahasiswa tidak hanya mahasiswa dakwah saja. Mereka juga kurang memahami bahasa, ini semua disebabkan oleh sifat malas dari diri Mahasiswa”57
Fitriani mengatakan “Menurut pendapat saya Mahasiswa Jurusan Dakwah termasuk saya sendiri memang kurang menguasai penulisan berita karena beberapa faktor, diantaranya: sebagian besar mahasiswa malas membaca, ini merupakan sifat jelek yang kebanyakan ada pada setiap mahasiswa, alasan apa yang mebuat kita malas membaca mungkin salah satu adalah malas. Selain itu mereka juga kurang memahami unsur-unsur berita, penempatannya yang tidak tepat. Serta kurang berwawasan, mungkin karena pengalaman mahasiswa yang sedikit. Mereka pun malas masuk perpustakaan, dan malas bertanya kepada dosen, padahal bertanya hal paling penting”.58 Ketidak mauan mahasiswa untuk bertanya itu juga berpengaruh dari karakter seorang dosen, jika dosen tersebut kurang open maka mahasiswa lebih memilih untuk tidak bertanya.
Yulia mengatakan “ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa kurang memiliki kemampuan dalam menulis berita, antara lain: sebagian besar mahasiswa tidak memahami unsur 5W+1H dalam penulisan berita. Mereka juga tidak memiliki pengetahuan tentang berita, bahkan ada yang tidak bisa mendefinisikan berita dengan tepat. Selain itu mahasiswa terlalu malas membaca, efeknya membawa kepada kurang berpengetahuan.
57 Hasil wawancara dengan Muhammad Fazil, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Selasa 22 Januari 2013
58 Hasil wawancara dengan Fitriani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Jumat 5 Juli 2013
45
Mereka juga malas menulis bahkan sama sekali tidak mau mencoba untuk menulis tetapi tidak semua mahasiswa, serta minimnya kemauan mereka masuk pustaka”.59
Abdurrahman mengatakan “Menurut saya faktor-faktor yang menjadi kendala menulis berita Mahasiswa Dakwah diantaranya adalah: sebagian besar mahasiswa kurang pengetahuan tentang penulisan berita, baik dari segi struktur, tehnik serta unsur-unsur berita. Selain itu mahasiswa malas membaca, terutama buku kurikulum pendidikan. Mereka juga malas menekuni mata kuliah penulisan berita. Serta minimnya wawasan dunia luar, pengetahuan dan ilmu-ilmu dari luar. Dan mereka pun jarang menulis, apalagi menulis adalah hal paling membosankan”.60
Cut Muliyana mengatakan “adapun kendalanya antara lain: mahasiswa kurang memahami tentang tatacara menulis berita, meliputi tehnik-tehnik penulisan berita yang benar. Selain itu meeka juga malas membaca dalam kalangan mahasiswa baik dalam komunitas kampus atau diluar kampus. Serta mereka pun malas masuk perpustakaan kecuali telah ada tugas.”61
Trijuanda mengatakan “Kekurangan mahasiswa dalam bidang menulis berita disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: sebaian besar para mahasiswa tidak menguasai bahan, tidak bisa menentukan sebuah permasalahan untuk dikembangkan menjadi tulisan. Selain itu mereka pun tidak mempunyai wawasan yang luas, kurangnya pengalaman mahasiswa terutama dalam bidang menulis karena tidak pernah dibiasakan. Serta mereka pun tidak memahami unsur 5W+1H dengan sempurna”.62
Mursalina mengatakan “ada beberapa faktor yang menghambat Mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan menulis, antara lain: sebagian besar mahasiswa kurang memahami penulisan berita dengan benar, minimnya pengetahuan tentang penulisan berita. Selain itu kurangnya wawasan dan pengalaman dalam bidang menulis sehingga membuat mahasiswa sedikit sulit. Mereka juga malas membaca juga menjadi faktor paling besar, karena dengan membaca menjadikan mahasiswa banyak menambahkan
59 Hasil wawancara dengan Yulia, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Jumat 5 Juli 2013
60 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahsiswa Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Senin/15 Juli 2013
61 Hasil wawancara dengan Cut Muliyana, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Senin 15 Juli 2013
62 Hasil wawancara dengan Trijuanda, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013
46
ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Serta minimnya kemauan mereka dalam menulis, dan tidak mencoba untuk menulis.”63
Juraida mengatakan “ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam meningkatkan kemampuan berita Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara lain: sebagian besar mahasiwa tidak memahami tehnik penulisan berita, rata-rata mereka tidak mau tahu dan tidak ingin tahu. Mereka pun tidak memahami unsur-unsur berita dengan tepat dan benar. Selain itu mereka pun kurang membaca, banyak yang malas sekali membaca bahkan mereka sama sekali tidak berminat. Dan mereka pun jarang mencoba untuk menulis, sedikit sekali mahasiswa yang mau untuk menulis.”64
Berdasarkan analisis peneliti terhadap beberapa hasil komentar para
Mahasiswa tentang kendala yang menghambat kemauan menulis berita
Mahasiswa khususnya Jurusan Dakwah dapat disimpulkan kendala pokok yang
banyak diutarakan Mahasiswa adalah “kurang pengetahuan tentang penulisan
berita, malas membaca dan malas menulis bahkan jarang mahasiswa menulis
artikel-artikel”.
Berikut beberapa pendapat para dosen pengajar tentang kendala dalam
penulisan berita di kalangan Mahasiswa.
Bapak Muslim MA mengatakan “kendala penulisan berita pada Mahasiswa kita antara lain: sebagian besar mahasiswa sangat malas membaca, enggan dan ada yang tidak sama sekali. Membaca adalah pokok dasar yang mesti dilakukan oleh setiap pelajar untuk menambah pengetahuan. Selain itu mahasiswa sangat jarang menulis, tabiat itu mungkin telah mengwarisi dari sarjana-sarjana yang malas untuk menulis, sebenarnya kalau ditekuni pasti bisa. Serta mereka tidak memahami keterangan berita, struktur-struktur berita, ciri-ciri berita serta karakter berita. Dan juga minimnya wawasan dan pengalaman mereka, serta keinginan dan minat untuk bisa tidak ada”.65
63 Hasil wawancara dengan Mursalina, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013
64 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari
Kamis/18/Juli/2013
65 Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Senin 15/Juli/2013
47
Bapak Jafar MA mengatakan “ada beberapa kendala Mahasiswa dalam menulis berita antara lain: kurangnya kemauan untuk belajar dari mahasiswa, sehingga mereka kurang pengetahuan. Selain itu mereka masih kurang mengerti tentang apa yang dimaksud dengan berita, sehingga sulit dan susah untuk diuraikan kedalam tulisan. Mereka juga jarang menulis, enggan dan minimnya keterampilan menulis pada mahasiswa. Selain itu mereka kurang menanggapi, dengan kata lain mereka tidak terlalu peduli dengan mata pelajaran tersebut. Serta minimnya sarana dan prasarana, artinya kita tidak punya ruang praktek untuk mendalami berita, ini juga menjadi salah satu kendala, alat-alat jurnalistik yang lengkap sangat mendukung kepada keberhasilan mahasiswa”.66
T. Fakhrijal mengatakan: Kendala Mahasiswa dalam menulis berita antara lain: mereka jarang membaca bahkan sangat malas membaca. Sebagian besar mahasiswa dakwah tidak mau menulis, padahal banyak kesempatn untuk menulis seperti adanya lomba karya tulis ilmiah. Mereka pun kurang memahami dan malas bertanya ketika tidak paham. Minimnya wawasan luas karena pengalaman menulis mereka tidak ada. Serta mereka kurang terbiasa karena tidak pernah mencoba untuk menulis”.67
Bapak Hamdani mengatakan “Kemampuan menulis berita terhambat oleh beberapa faktor antara lain: sebagian besar mahasiswa kurang mampu menulis yang sesuai dengan tehnik penulisan berita karena mereka kurang pengetahuan. Mereka pun kurang memahami tehnik penggunaan bahasa jurnalistik. Selain itu mahasiswa malas sekali membaca. Serta minimnya kemauan mahasiswa untuk menulis dan malas masuk perpustakaan”.68
Menurut pendapat peneliti sendiri ada beberapa faktor utama yang menjadi
kendala dalam penulisan berita di kalangan Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara
lain: sebagian besar mahasiswa dakwah pada dasarnya kurang berminat terhadap
jurnalistik, sehingga membuat mereka kurang menekuni tentang mata pelajaran
yang berhubungan dengan jurnalistik. Mereka pun kurang memahami dan
66 Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013
67 Hasil wawancara dengan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Rabu 17/Juli/2013
68 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Rabu, 17/Juli/2013
48
mengerti tentang tehnik penulisan berita. Selain itu mereka malas membaca
terutama tentang mata pelajaran tersebut. Kebanyakan mahasiswa malas menulis
apalagi menulis berita, mereka lebih gemar mengcopy paste dari internet karena
lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu lama.
Mencari hal yang mudah seperti mencopy paste memang telah
membudaya pada kalangan mahasiswa, mungkin dianggap ini lebih mudah dan
simpel tidak terlalu menglelahkan. Tidak sedikit tigas mahasiswa yang
diselesaikan dengan mengkopy bahan di internet ketimbang dia harus menulis
terlebih dahulu. Hal seperti inilah yang membuat mahasiswa kurang memiliki
kemampuan untuk menulis karena tidak sering dilakukan.
Sebagian besar dikalangan mahasiswa malas masuk perpustakaan untuk
mendalami hal tersebut. Mereka berasumsi bahwa masuk perpustakaan itu
menghabiskan banyak waktu. Selain itu minimnya wawasan luas sehingga sulit
menentukan masalah untuk dijadikan berita. Begitu pula dengan sarana dan
prasarana yang minim, artinya pihak kampus tidak memiliki ruang dan alat
praktek yang cukup dan sempurna sehingga membuat Mahasiswa kurang tertarik,
Selain itu kurangnya keterlibatan khusus Mahasiswa Dakwah untuk menjadi
wartawan kampus. Serta tidak pernah dilakukan studi banding ke tempat kantor
media atau tempat pemberitaan langsung sehingga minat mahasiswa pun kurang.
C. Solusi yang Harus Dilakukan dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis
Berita Mahasiswa STAIN Malikussaleh Jurusan Dakwah Semester V Unit
I, II, III dan IV
49
Solusi tepat yang harus dilakukan adalah sesuai dengan kendala yang
dialami oleh Mahasiswa tersebut juga berdasarkan pendapat Mahasiswa dan
dosen. Peneliti mengambil dari beberapa komentar Mahasiswa yang mereka sebut
kebalikan dari apa yang mereka sampaikan tentang kendalanya dalam waktu
bersamaan pula, antara lain:
Muhammad Fazil mengatakan “Adapun solusi yang seharusnya dilakukan adalah: sebagai mahasiswa jurusan dakwah harus belajar lebih tekun dalam memahami penulisan berita, baik secara individu atau berdiskusi secara berkelompok, karena dengan belajar insyaallah menjadi mempu dan bisa. Selain itu harus lebih giat membaca agar semakin memahami dan mencoba memahami bahasa, agar lebih mudah merangkai kalimat menjadi susunan yang dimengerti.”69
Fitriani mengatakan “Berdasarkan yang telah saya sebutkan, maka solusinya adalah sebagai berikut : sebagai mahasiswa jurusan dakwah hendaknya meningkatkan ketekunan membaca, agar menambah pengetahuan tentang penulisan berita. Selain itu mendalami pemahaman tentang unsur-unsur berita agar lebih memudahkan dalam menulis berita. Mahasiswa harus meningkatkan pengetahuan lebih luas lagi untuk memperkaya bahasa sehingga lebih banyak untuk ditulis. Seterusnya mahasiswa harus lebih rajin masuk perpustakaan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang menulis dan lainnya. Serta lebih rajin bertanya kepada dosen agar yang kurang dipahami menjadi paham”.70
Yulia mengatakan “Berdasarkan kendalanya, maka solusi yang tepat adalah: mahasiswa harus belajar memahami unsur 5W+1H dalam penulisan berita. Sebagai mahasiswa jurusan dakwah harus lebih banyak mencari tahu tentang berita agar memudahkan dalam merangkai berita. Upaya lain yang harus di tempuh oleh mahasiswa adalah meningkatkan ketekunan membaca agar menambah pengetahuan, meningkatkan ketekunan menulis agar lebih berpengalaman. Serta harus lebih sering masuk pustaka agar bertambahnya pengetahuan”.71
69 Hasil wawancara dengan Muhammad Fazil, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Selasa 22 Januari 2013
70 Hasil wawancara dengan Fitriani, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari Jumat 5 Juli 2013
71 Hasil wawancara dengan Yulia, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit III, hari
Jumat 5 Juli 2013
50
Abdurrahman mengatakan “Solusi untuk meningkatkan kemampuan menulis berita adalah kebalikan dari kendala yang di alami oleh Mahasiswa tentunya: meningkatkan kemampuan pengetahuan tentang penulisan berita, ilmu-ilmu yang berkenaan dengan penulisan berita, baik ilmu tehnik penulisan berita, bahasa jurnalistik dan tehnik penulisan features. Serta lebih giat lagi membaca terutama mengenai tentang ilmu pengetahuan dalam penulisan sebuah berita. Upaya lain yang dapat ditempuh oleh mahasiswa yaitu harus lebih tekun lagi menekuni mata kuliah penulisan berita, karena setiap yang kita sukai pasti kita tekuni. Mereka pun harus menambah wawasan dunia luar dengan mencari pengalaman. Dan lebih sering mencoba menulis agar terbiasa dan berpengalaman”.72
Cut Muliyana mengatakan “adapun Solusinya antara lain: Meningkatkan
pemahaman tentang tatacara menulis berita, agar benar dalam penulisannya.
Mereka pun harus lebih banyak meningkatkan kegiatan membaca agar lebih
banyak tahu serta rajin masuk perpustakaan.
Trijuanda mengatakan “Solusi yang harus dilakukan adalah: sebagai
mahasiswa jurusan dakwah hendaknya menguasai bahan yang akan ditulis terlebih
dahulu. Selain itu mereka jua harus mempunyai wawasan yang luas agar lebih
banyak hal untuk ditulis. Serta mereka juga harus memahami unsur 5W+1H agar
benar dalam penulisan berita”..73
Mursalina mengatakan “yang dapat menjadi solusi dalam meningkatkan
kemampuan menulis, antara lain: mereka harus memahami penulisan berita agar
terarah. Selain itu mereka juga harus meningkatkan pengetahuan dan wawasan
72 Hasil wawancara dengan Abdurrahman, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit I, hari Senin/15 Juli 2013
73 Hasil wawancara dengan Trijuanda, Mahasiswa Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013
51
yang luas. Upaya lain yaitu mereka harus lebih sering membaca agar bertambah
ilmu dan lebih sering menulis agar terbiasa dan berpengalaman”.74
Juraida mengatakan “adapun solusi dalam meningkatkan kemampuan
berita Mahasiswa Jurusan Dakwah, antara lain: mereka harus memahami tehnik
penulisan berita dan memahami unsur-unsur berita. Selain itu mereka pun harus
lebih giat membaca serta mencoba untuk menulis”.75
Berdasarkan beberapa hasil komentar para Mahasiswa tentang solusi yang
harus dilakukan dalam meningkatkan kemampuan menulis berita dapat
disimpulkan semua mengatakan kendala dan solusi yang sama.
Berikut beberapa pendapat para dosen pengajar tentang solusi yang mesti
dilakukan, tentunya lawan dari kendala yang telah mereka sebutkan di atas.
Bapak Muslim MA mengatakan “Maka solusinya berdasarkan kendalanya
adalah: sabagai mahasiswa jurusan dakwah hendaknya mereka meningkatkan
membaca. Selain itu mereka juga harus meningkatkan kemauan menulis dan
memahami keterangan berita. Serta mereka juga perlu menambah wawasan yang
masih lemah dan meningkatkan Minat untuk bisa”.76
Bapak Jafar MA mengatakan “Adapun solusi untuk memecahkan kendala tersebut adalah: mahasiswa harus mempunyai minat dari diri sendiri, karena minat tersebut adalah pendorong paling dasar. Serta didukung dengan minat terhadap mata kuliah. Mereka juga harus mencoba-coba menulis opini. Selain itu mereka juga harus sering ikut pelatihan jurnalis dan sering membaca media-media. Dan juga sering nonton-nonton berita
74 Hasil wawancara dengan Mursalina, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari Kamis/18/Juli/2013
75 Hasil wawancara dengan Juraida, Mahasiswi Jurusan Dakwah semester V unit II, hari
Kamis/18/Juli/2013
76 Hasil wawancara dengan Bapak Muslim, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Senin 15/Juli2013
52
di TV. Begitu pula sarana dan prasarana hendaknya kampus menfasilitasi ruang dan alat praktek jurnalis yang sempurna.77
T. Fakhrijal mengatakan: Solusi agar Mahasiswa mempu menulis adalah:
mereka harus meningkatkan ketekunan membaca dan sering-sering menulis.
Selain itu mendalami pemahaman tentang berita juga sangat penting bagi
mahasiswa juusan dakwah. Serta mencari pengalaman agar berwawasan luas dan
mencoba-coba agar terbiasa.78
Bapak Hamdani mengatakan “Solusi yang harus dilakukan adalah: mereka
harus sering menulis. Mencoba untuk terbiasa dengan tulisan atau merangkat
kalimat. Sesuatu akan terasa sulit juga jika jarang dilakukan. Serta belajar
menuangkan ide tersebut menjadi sebuah tulisan. Selain itu mereka juga harus
lebih giat lagi membaca, dan gemar ke perpustakaan.”79
Sedangkan menurut pendapat peneliti sendiri solusi-solusi yang harus
dilakukan adalah: Mahasiswa dakwah harus ada minat dari pertama. Setelah itu
tekuni mata pelajaran yang berhubungan dengan jurnalistik. Mereka juga harus
meningkatkan pemahaman tentang tehnik penulisan berita. Selain itu mkereka pun
harus lebih giat membaca terutama tentang mata pelajaran tersebut. Agar lebih
mudah hendaknya mereka harus lebih sering mencoba untuk menulis apalagi
menulis berita. Sering-sering masuk perpustakaan untuk mendalami hal tersebut
juga merupakan hal yang sangat penting dalam memudahkan menulis berita.
77 Hasil wawancara dengan Bapak Jafar, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Kamis 18/Juli/2013
78 Hasil wawancara engan Bapak T. Fakhrijal, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari Rabu 17/Juli/2013
79 Hasil wawancara dengan Bapak Hamdani, Salah Seorang Dosen Jurusan Dakwah, hari
Rabu, 17/Juli/2013
53
Selain itu mereka harus berwawasan luas sehingga mudah menentukan masalah
untuk dijadikan berita. Dan yang paling penting pihak kampus harus memiliki
ruang dan alat praktek yang cukup dan sempurna sehingga membuat Mahasiswa
tertarik. Serta lebih sering melibatkan Mahasiswa Dakwah untuk menjadi
wartawan kampus. Dan melakukan studi banding ke tempat kantor media atau
tempat pemeritaan langsung.
Solusi-solusi yang telah peneliti sebutkan di atas baik pendapat sendiri
maupun kutipan dari hasil wawancara hendaknya diterapkan semaksimal mungkin
agar kemampuan menulis berita meningkat.
D. Analisis Peneliti
Menulis memang tidak mudah, menuangkan ide menjadi sebuah ringkasan
walaupun singkat tetap memerlukan ilmu yang cukup. Tidak semua sarjana yang
bisa menulis dan tidak semua wartawan yang bagus bahasa tulisannya. Keindahan
bahasa sebuah berita tergantung dari olahan seorang wartawan dalam
merangkumnya menjadi tulisan.
Jurusan Dakwah adalah salah satu jurusan yang mengajarkan kader-kader
penulis, melahirkan para sarjana jurnalis. Tetapi dengan kendala yang telah
peneliti sebutkan di atas kemungkinan besar harapan tersebut tidak tercapai
sebagaimana mestinya yang diharapkan.
54
Para mahasiswa Jurusan Dakwah tidak semuanya mereka menyukai mata
kuliah tehnik penulisan berita, bahkan ada sebagian mahasiswa jurusan dakawah
dijadikan pilihan cadangan sewaktu pendaftaran dan kebetulan lewat jurusan
tersebut. Dari pertama memang tidak ada minat maka sangat wajar tidak
menyukai ketika menjalaninya. Tidak adanya minat tersebut merupakan faktor
paling besar dalam menghambat keterampilan penulisan berita di kalangan
mahasiswa.
Ada dua fakta peneliti temukan pada mahasiswa Jurusan Dakwah yang
dapat menetralisir keluhan keterampilan menulis, maka perlu peneliti sebutkan
dua fakta yang menjadi kendalanya.
1. Fakta yang pertama banyak sekali mahasiswa pandai, bisa, mengerti
dan memahaminya tetapi sangat lemah dalam keterampilan menulis,
dengan kata lain mereka malas menulis.
Fakta menjadi sebuah fakta besar di kalangan mahasiswa, mereka tahu dan
sanggup, tetapi kemalasan dalam menulis adalah faktor utama.
2. Fakta kedua, hanya sekelompok kecil mahasiswa saja yang dapat
menulis dengan baik setelah lama berlatih di Jurusan Dakwah.
Faktor ini bersumber dari ketidak mempuan mahasiswa, padahal ada yang
ingin sekali menulis hanya saja tidak mengetahu peraturan-peraturan menulis.
Ketidak tahuan mereka disebabkan oleh dangkalnya ilmu tentang penulisan berita,
bisa jadi berawal dari kemalasan membaca sehingga membuat mereka kurang
berpengetahuan, bisa jadi dari ketidak tanggap baik mereka terhadap penerimaan
ilmu tentang penulisan berita yang disampaikan pengajar.
55
Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang ditunjukkan
oleh Mahasiswa dakwah bahwa mereka bukan buta aksara. Pelatihan menulis
menyibukkan para Mahasiswa belajar bahasa. Semua ulangan selalu dinyatakan
dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para dosen masih mengeluhkan bahwa
masih ada Mahasiswa tidak mempunyai keterampilan menulis. Tentu semua itu
ada kendala dan faktor yang menghambatnya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap aktivitas dan kretaifitas
belajar Mahasiswa ada beberapa faktor yang membuat mereka kurang memiliki
keinginan untuk menulis, diantaranya: Mahasiswa Dakwah sedikit sekali memiliki
keinginan menjadi jurnalis, rata-rata mereka tidak meyukai profesi menjadi
wartawan dengan alasan bermacam-macam. Kebanyakan mereka lewat cadangan
pada jurusan dakwah. Karena tidak berkeinginan menjadi juru warta maka mereka
sama sekali tidak memperdulikan kegiatan-kegiatan menulis. Karena pada
dasarnya tidak disukainya. Mahasiswa Dakwah khususnya rata-rata kurang
memahami tentang tehnis penulisan karya ilmiah sehingga membuat mereka
malas untuk menulis. Mahasiswa Dakwah khususnya jarang ke perpustakaan,
sehingga ruang lingkup pengetahuan mereka sempit jadi hampir tidak ada yang
terlintas dipikiran untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan.
56
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat peneliti ambil
kesimpulan dari tiga rumusan masalah dengan beberapa poin.
Yaitu:
1. Kemampuan Menulis Berita Mahasiswa Jurusan Dakwah
Semester V Unit I, II, III dan IV berdasarkan rekapitulasi
nilai mahasiswa jurusan dakwah dapat peneliti simpulkan
57
dari unit I, II, III dan IV, bahasa jurnalistik hanya unit II
yang mendapat predikat sangat baik, sedangkan tiga unit
lagi mendapat predikat baik. Tehnik penulisan berita ke
empat unit mendapat predikat sangat baik. Dan tehnik
penulisan features mendapat predikat sangat baik untuk ke
empat unit tersebut.
2. Adapun kendala yang menghambat kemampuan menulis
berita antara lain karena sifat malas, meliputi malas
belajar, membaca, mendengar arahan dan malas masuk
perpustakaan sehingga minim pengetahuan mahasiswa
tentang ilmu-ilmu yang berkenaan menulis berita.
Mahasiswa kurang pengetahuan dibidang tehnik penulisan
berita
3. Solusi yang bisa dilakukan adalah memperbaiki
kekurangan tersebut dari sifat kemalasan, mulai gemar
membaca, menulis, masuk perpustakaan, diskusi
kelompok, bertanya pada dosen, mencari dan memahami.
Memberi dorongan dan motifasi belajar yang tinggi.
Dorongan itu diawali dari diri Mahasiswa sendiri, Dosen
pengajar dan seterusnya kepada Intansi terkait. Mahasiswa
bisa memulai dengan memikirkan tujuan akhir agar
termotivasi untuk belajar ilmu tehnik penulisan berita,
berusaha untuk menggiatkan diri dalam memahami ilmu-
58
ilmu yang berkaitan dengan penulisan berita. Para dosen
bisa memberikan semangat dan gambaran kelebihan
menulis sebuah berita, memberikan pemahaman yang
dalam tentang penulisan berita.
B.Saran
Untuk Mahasiswa
1. Semakin menekuni ilmu-ilmu yang berkenaan dengan
penulisan berita.
2. Semakin gemar dan giat dalam membaca
3. Sering-sering melakukan diskusi kelompok
4. Menggiatkan diri dalam keterampilan menulis.
5. Hendaknya menguasai ilmu-ilmu yang berkenaan
dengan penulisan berita.
6. Agar lebih mendalami lagi belajar tentang tehnik
penulisan berita.
7. Semakin menggiatkan diri dalam proses menulis dan
membaca.
8. Mencari solusi yang tepat dalam mengatasi kendala
yang menghambat kemampuan menulis
Untuk Dosen Pengajar
1. Lebih terampil lagi dalam mengajar.
59
2. Lebih memfokuskan penerapan pada hal-hal yang sulit
dimengerti Mahasiswa.
3. Mencari solusi dalam mengajar agar mahasiswa
semakin berminat dengan mata kuliah tersebut.
4. Meberikan motifasi kepada mahasiswa agar mau gemar
dalam menulis dan membaca.
5. Mengajar dengan disiplin.
6. Mengajar dengan bahasa yang mudah dimengerti
Mahasiswa.
7. Seimbang pemberian materi dan penjelasan.
8. Berfokus pada satu masalah saja.
Untuk Perguruan Tinggi STAIN
1. Hendaknya menfasilitasi jurusan dakwah dengan
peralatan jurnalistik yang lengkap.
2. Merekrut dosen-dosen yang handal dalam bidang
tersebut.