SKRIPSI ISLAM RADIKAL DAN MODERAT DI INDONESIA DALAM ...
Transcript of SKRIPSI ISLAM RADIKAL DAN MODERAT DI INDONESIA DALAM ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
SKRIPSI
ISLAM RADIKAL DAN MODERAT DI INDONESIA
DALAM ESAI FOTO JURNALISTIK
MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA
(Studi Analisis Semiotik terhadap Makna Esai Foto Jurnalistik Tentang Islam di
Indonesia dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009)
Disusun Oleh :
Agoes Rudianto
D 1207565
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan memperoleh gelar Sarjana
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Disetujui Untuk Dipertahankan
Dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si Drs Subagyo, SU
NIP 19580617 19870 21 001 NIP. 19520917 19800 31 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Telah Diuji dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Ketua : Drs. Mursito, SU
NIP 19530727 198003 1001 ( ………………………… )
2. Sekretaris : Diah Kusumawati, M.Si
NIP. 19760101 260812 2002 ( ………………………… )
3. Penguji I : Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si
NIP 19580617 19870 21 001 ( ………………………… )
4. Penguji II : Drs Subagyo SU
NIP. 19520917 19800 31 001 ( ………………………… )
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito Ph.D
NIP. 19540805 19850 31 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MM OOTTTT OO
· Semua akan indah pada waktunya, tapi hanya untuk orang yang mau berusaha
· Setiap perjalanan adalah pelajaran
· Sesungguhnya di mana ada kesulitan di situ ada kelapangan (Q.S Al Insyirah : 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk mereka, orang-orang yang telah
menjadikanku bisa berusaha dengan keras dan tekad untuk lulus :
· Bapak dan Ibu yang bagai nyala sepasang lilin di dalam hakiki kesabaran dan
jiwa kesederhanaannya, yang telah mendidik, membimbing dan membuatku
seperti sekarang ini, semoga diriku menambah kebanggaan serta tidak
mengecewakan keluarga.
· Buat adik-adikku Miko Bagus dan Basuki Wahyu Utomo, semoga bisa
mengeyam pendidikan yang lebih tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilllah Robbill’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas kebesaran rahmat dan karunia-Nya, serta sholawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Skripsi berjudul Islam Radikal dan Moderat di Indonesia Dalam Esai Foto
Jurnalistik Majalah National Geographic Indonesia (Studi Analisis Semiotik terhadap
Makna Foto Jurnalistik Tentang Islam di Indonesia dalam Majalah National
Geographic Indonesia edisi Oktober 2009) ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari
bimbingan dan petunjuk serta arahan dari berbagai pihak yang dengan penuh
kesadaran memberi dan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta motivasi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Apabila ada rangkaian kata yang lebih indah
melebihi ucapan terima kasih, dengan segenap ketulusan dan keihklasan serta
kerendahan hati akan penulis sampaikan kepada yang terhormat dan tercinta Bapak
dan Ibu serta seluruh keluarga yang menanti keberhasilan atas doa, dukungan dan
kasih sayang yang diberikan selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Special thanks for ALLAH SWT dan Al-Qur’an ( penjawab semua keraguan
dan misteri ).
2. Prof. Drs. Pawito Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret.
3. Dra Prahastiwi Utari, Ph D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Drs. Subagyo SU, selaku pembimbing akademik, yang telah berkenan
memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
5. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si dan Drs. Subagyo SU selaku dosen
pembimbing yang telah merelakan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyusun skripsi ini.
6. Segenap dosen pengajar yang telah memberikan bekal pengetahuan,
ketrampilan dan bimbingan selama menempuh pendidikan di FISIP
Universitas Sebelas Maret.
7. Terima kasih kepada redaksi Majalah National Geographic Indonesia yang
sudah memberi bantuan selama penulis melakukan penelitian dan
pengumpulan data.
8. Bapak, Ibu dan adik-adikku (Miko dan Wahyu) atas segala doa dan dukungan
untuk tetap bersabar dan berjuang menyelesaikan skripsi ini.
9. Amin Maulin Nastria, yang selalu mendukung di masa-masa sulit studiku dan
juga semua perhatiaanya hingga skripsi ini terselesaikan.
10. Keluarga keduaku, Hasan Sakri Gozali dan Kesturi Haryunani yang
selalu mengingatkan bahwa waktu itu terbatas. Juga Ratna, Elya dan
Eko yang menjadi tempat berbagi ilmu serta motivasi.
11. FFC dan semua penghuninya yang membawa saya menjadikan fotografi
bagian dari hidup saya.
12. Desk foto Fadjar Roosdianto, Verdy Bagus, Ratna Puspita Dewi, Dwi
Prasetyo, Sunaryo Haryo Bayu, Burhan Aris Nugraha, Widodo dan Wachid.
Serta rekan kerja di Harian Umum SOLOPOS lainnya yakni Anton
Prihantono, Rina Yurini, Danang Nur Ihsan, Yusmei Sawitri, Sholahudin
Muyazin, Priyono.
13. Teman-teman Pewarta Foto Indonesia (PFI) Solo Andika, Akbar, Nuno,
Taufan, Azzam, Arie, Jimbung, Arif, Mas Boy, Mas Gembeng, Mas Andri,
Mas Blontank, Pak Ali Lutfi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
14. Semua saudara dan teman yang belum atau tidak tertulis disini, yang penulis
anggap telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, bukanlah
suatu ketidakinginan karena diri-dirimu telah terlukis dalam hatiku (dan juga
karena keterbatasan penulis dalam menyusun siapa saja yang harus
disebutkan), dan juga disebabkan akan keterburu-buruan penulis untuk segera
menulis ”these thanks to things” dikarenakan dateline untuk mendaftar
wisuda yang sudah mepet.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan kepada
semuanya, Amin. Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu
penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan
penulis dan dengan segala kerendahan hati dan tangan terbuka penulis mengharapkan
adanya kritik serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
Agoes Rudianto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
E. Kerangka Teori Kerangka Pemikiran
1. Semiotika.................................................................... .............. 11
2. Foto Jurnalistik.......................................................................... 24
3. Islam Radikal dan Moderat ....................................................... 31
4. Tempat Kejadian ....................................................................... 33
F. Kerangka Pikir ................................................................................ 34
G. Defenisi Konsep
1. Semiotik .................................................................................... 36
2. Makna ....................................................................................... 36
3. Foto Jurnalistik.......................................................................... 37
4. Islam Radikal dan Moderat ....................................................... 37
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian.......................................................................... 38
2. Metode Penelitian...................................................................... 38
3. Sumber Data.............................................................................. 39
4. Analisa Data .............................................................................. 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB II DESKRIPSI MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA
A. Profil Majalah NGI ....................................................................... 43
B. Visi Dan Misi Majalah NGI .......................................................... 44
C. Alur Peliputan ................................................................................. 45
D. Pengawakan Redaksi ...................................................................... 47
E. Fotografer James Natchwey ............................................................ 50
F. Liputan NGI Mengenai Islam di Indonesia .................................... 52
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Konsep Esai Foto Islam di Indoensia.............................................. 55
B. Analisa Obyek Foto ........................................................................ 56
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 109
B. Saran ............................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK Agoes Rudianto, D 1207565 : ISLAM RADIKAL DAN MODERAT DI INDONESIA DALAM ESAI FOTO JURNALISTIK MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA (Studi Analisis Semiotik terhadap Makna Esai Foto Jurnalistik Tentang Islam di Indonesia dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009), Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011.
Majalah mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi kepada khalayak, informasi bisa berupa tulisan dan juga foto yang termuat. Foto jurnalistik yang menjadi salah satu bagian dari media massa mampu memberikan penjelasan secara virtual dalam suatu berita. Selain untuk kebutuhan berita, foto mempunyai pesan berita tersendiri yang ingin disampaikan melalui sebuah visual. Penelitian ini berfokus pada bagaimana membaca sebuah foto yang termuat dalam sebuah media massa, membaca makna dalam foto majalah.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik Roland Barthes, yang berguna untuk menganalisis makna dalam foto jurnalistik di majalah. Analisis dilakukan secara kualitatif dengan unit analisis denotasi dan konotasi yang terdapat dalam objek penelitian yang berupa foto dan caption dalam majalah yang berjumlah sepuluh foto. Akhirnya temuan dari studi ini tidak lain adalah jawaban dari rumusan masalah sebelumnya, pembentukan makna yang secara keseluruhan diperoleh setelah melewati tahapan analisis, disertai dengan tahapan identifikasi hubungan pertandaan yang memakai model Barthez.
Pemeluk Islam di Indonesia terdiri dari berbagai kelompok gerakan keagamaan yang berbeda dalam pelaksanaan syariah. Perbedaan tersebut muncul karena dipengaruhi oleh pemahaman mengenai Al Quran dan Hadist yang berbeda pula. Ada kelompok yang berusaha menegakkan syariat Islam dengan kekerasan, sedangkan kelompok lainnya berusaha menyelaraskan syariat Islam dengan perkembangan jaman.
Selanjutnya karya ilmiah ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian lanjutan dengan menggunakan metode yang berbeda, dan agar dapat lebih dikembangkan lagi dari berbagai segi, baik dalam hal analisis, content dari karya ilmiah yang akan ditulis oleh peneliti-peneliti selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRACT
Agoes Rudianto, D 1207565: RADICAL AND MODERATE ISLAM IN INDONESIA OF ESSAY JOURNALISTIC PHOTOGRAPHY IN INDONESIAN NATIONAL GEOGRAPHIC MAGAZINE (Study of Semiotic analysis of The Meaning of Jornalistic Photography about Islam in Indonesia in Indonesia National Geographic Magazine 2009 October edition). Thesis. Major in Communication Science. Faculty of Social Science and Political Science. Sebelas Maret University of Surakarta. 2011
Magazine has a function as an information source for public, this information can be a written material and also photojournalism be contained in a publication. Photojournalism, as one part of mass media, are able to explain news virtually. In addition to needs of news, photojournalism has its own news message that needs to be to be conveyed through a visual. This research is focused on how to read a published photo in a mass media, read the meaning of a photo in a magazine.
The purpose of this research is finding out the meanings that contained in photos about Islam in Indonesia by James Natchwey on Indonesian National Geographic Magazine October 2009 edition. This research is an interpretative qualitative research. Data in this research is a qualitative data (non numeric data), so it is categorized as substantive data that will be interpreted with scientific reference.
The methodology used in this research is a semiotic analysis of Roland Barthes, which is useful for analyzing the meanings of photojournalism in magazines. The analysis is done qualitatively with the unit of analysis denotation and connotation contained in the object of research in the form of a photo and caption in the magazine, amounting to 10 photos. The result of this research is the answer of previous problem formulation, the whole of formation meaning is obtained after passing through the stages of analysis, followed by signified relation identification stage of Barthez’s model.
Moslem in Indonesia consists of various groups of different religious movements in the implementation of syariah. These differences arise because it is influenced by different understanding of Al-Quran and Hadist. There is a group trying to enforce Islamic laws by violence, while another group tried to harmonize Islamic law with the developmental period.
For the further step, this scientific work is expected to be useful for further research using different methods, and that can be developed from various aspects, both in terms of analysis, content of scientific work to be written by subsequent researchers.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setahun setelah bom Bali 2002, terjadi pengeboman pertama hotel JW
Marriott di Jakarta, kemudian pada tahun 2004 serangan bom menimpa Kantor
Kedutaan Australia yang juga berada di Jakarta. Sementara pada tahun 2005 terjadi
tiga kali bom bunuh diri di Bali. Setelah cukup lama tidak terjadi aksi pengeboman
yang membuat pakar mulai yakin bahwa ancaman terorisme sudah sangat berkurang,
terjadilah pengeboman di Hotel Ritz-Carlton dan di Hotel JW Marriott. Semua
kejadian tersebut tersebar dibeberapa titik saja di negara Indonesia yang luas. Hal
tersebut menegaskan kekhawatiran dunia barat bahwa negara Indonesia menjadi
tempat berlindung para teroris.
Selama beberapa dasawarsa, masyarakat Indonesia semakin terbuka
keislamannya. Jama’ah mesjid bertambah banyak dan busana Muslim menjadi
semakin populer. Pada tahun 2000, semakin banyak pemerintah daerah yang mulai
memberlakukan peraturan yang diinspirasi oleh syariah atau hukum Islam dan
dukungan untuk partai politik Islam terus meningkat. Makin lama, kelompok militan
Islam yang mendukung perjuangan dengan kekerasan untuk membentuk Indonesia
sebagai republik Islam tampaknya telah menenggelamkan suara mayoritas Muslim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Indonesia yang berpendapat bahwa keimanan mereka dapat hidup berdampingan
dengan mulus bersama kehidupan modern dan nilai-nilai demokrasi.
Penyebaran Islam ke Indonesia berlangsung secara bertahap dan damai. Islam
turut berperan mempersatukan penduduk yang sebelumnya terpecah-pecah menjadi
budaya kawasan tunggal. Pada saat VOC yang dikelola Belanda menguasai
perdagangan rempah-rempah pada abad ke-17, Islam telah menyebar ke hampir
semua masyarakat pesisir Indonesia.
Meskipun demikian, ketika penataan kembali dunia pasca Perang Dunia II
membuka jalan menuju kemerdekaan dari penjajahan Belanda, Presiden pertama
Indonesia Sukarno memilih untuk tidak menetapkan agama resmi negara.
Menciptakan republik Islam, menurut Sukarno, dapat mengucilkan kalangan
minoritas non-Muslim. Presiden kedua Indonesia Soeharto mengambil alih kekuasaan
pada 1966, ketika meletus kekerasan antikomunis yang menewaskan setengah juta
jiwa, dan untuk sementara waktu dia berhasil meredam kekejaman dan memupuk
pertumbuhan ekonomi. Namun, rezim pemerintahannya sarat penindasan dan bergaya
militer. Pengunduran diri Soeharto pada 1998 dipicu oleh gerakan pro-demokrasi
yang dipimpin mahasiswa, berkekuatan jutaan orang yang sebagian besar Muslim.
Namun, akhir rezim Suharto juga menegaskan perpecahan di dalam
masyarakat Muslim, antara pihak yang mendukung perpaduan tradisional antara
Islam dengan kepercayaan setempat dan pihak yang berupaya “menyucikan” Islam
dan mengikis nuansa regionalnya. Pertikaian ini berlanjut sampai sekarang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
dikobarkan antara lain oleh ide dan praktik yang berasal dari aliran Wahabi yang
ketat di Arab Saudi.
Radikalisme belakangan ini menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di
Indonesia. Gejala radikalisme di dunia Islam bukan fenomena yang datang tiba-tiba.
Ia lahir dalam situasi politik, ekonomi, dan sosial-budaya yang oleh pendukung
gerakan Islam radikal dianggap sangat memojokkan umat Islam.
Islam radikal, tampaknya, terus mencoba melawan. Perlawanan itu muncul
dalam bentuk melawan kembali kelompok yang mengancam keberadaan mereka atau
identitas yang menjadi taruhan hidup. Mereka berjuang untuk menegakkan cita-cita
yang mencakup persoalan hidup secara umum, seperti keluarga atau institusi sosial
lain. Mereka berjuang dengan kerangka nilai atau identitas tertentu yang diambil dari
warisan masa lalu maupun konstruksi baru. Dan, berjuang melawan musuh-musuh
tertentu yang muncul dalam bentuk komunitas atau tata sosial keagamaan yang
dipandang menyimpang.
Kini, gerakan radikal Islam telah terfragmentasi dalam beragam organisasi.
Namun, ada sejumlah benang merah yang bisa ditarik dari berbagai kelompok Islam
radikal. Yaitu, keyakinan yang sangat kuat bahwa Islam adalah satu-satunya solusi
untuk menyelesaikan berbagai krisis di negeri ini, perjuangan yang tak kenal lelah
menegakkan syariat Islam, resistensi terhadap kelompok yang berbeda pemahaman
dan keyakinan, serta penolakan dan kebencian yang nyaris tanpa cadangan terhadap
segala sesuatu yang berbau Barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Pasca tragedi 11 September 2001, Islam moderat di Asia Tenggara menjadi
kebalikan atas Islam radikal. Banyak tokoh dari dalam dan luar negeri yang berharap
agar Islam moderat tampil dan memberikan andil dalam meredam gejolak teror
berlabel agama.
Kondisi semacam ini mendorong umat Islam di Asia Tenggara merespon
maraknya terorisme berlabel agama dengan menggelar konferensi yang bermaksud
membalikkan berkembangnya pengaruh Islam radikal di kalangan umat Islam pada
umumnya, dan mencegah terbentuknya opini internasional yang mengidentikkan
Islam dengan terorisme. “Deklarasi Jakarta 2001”, yang merupakan hasil Summit of
World Muslim Leaders, menyatakan bahwa Islam adalah agama moderat yang cinta
damai, anti-kekerasan, dan tidak anti-kemajuan. Berikutnya adalah The Jakarta
International Islamic Conference (JIIC) yang dilaksanakan atas kerjasama NU-
Muhammadiyah pada tanggal 13-15 Oktober 2003. Konferensi ini ingin mempertegas
peran Islam moderat Asia Tenggara yang direpresentasikan oleh NU dan
Muhammadiyah dalam meredam gelombang radikalisme. 1
Saat ini, Islam di Indonesia terus berkembang dan sebagian terkotak-kotak
sesuai dengan keyakinan yang mereka anut. Islam radikal menunjukkan eksistensi
dengan munculnya sejumlah organisasi massa kerap menggelar razia tempat-tempat
maksiat semisal bar dan rumah penampungan tunsusila. Di sisi lain, Islam moderat
mendengungkan pentingnya hidup berdampingan dengan agama lain, bersikap
1http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=202816&kat_id=105&kat_id1=147 &kat_id2=291 diakses pada 9 November 2009, pukul 19.30WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
terbuka dalam beragama dan tidak mementingkan sikap eksklusif satu agama atas
agama lainnya.
Harus diakui bahwa media massa memegang peranan penting dalam
meningkatkan pemahaman bahwa umat Islam memang terbagi menjadi berbagai
golongan. Namun, untuk itu diperlukan pula kesamapahaman makna perbedaan agar
tidak dijadikan jurang pemisah dan perlunya toleransi dari berbagai golongan umat
Islam untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan masing-masing.
Umat masih berdebat tentang bagaimana Islam sesungguhnya. Tetapi bila kita
mengamati foto-foto tentang praktik keagaamaan, serta keberagaman Islam yang ada
di Indonesia yang terdapat dalam majalah National Geographic Indonesia edisi
Oktober 2009, tak dapat dipungkiri lagi bahwa Islam di Indonesia memang terbagi
dalam berbagai kelompok. Tapi perbedaan bukanlah sebuah alasan untuk berselisih.
Dari berbagai cara yang digunakan dalam berkomunikasi, salah satu
mediumnya adalah fotografi. Fotografi adalah bahasa gambar yang merupakan hasil
akhir dari komunikasi percetakan.2 Sebagai salah satu media berkomunikasi, fotografi
menyampaikan makna-makna serta pesan yang terekam dalam wujud bingkai foto.
Penemuan fotografi sendiri bukanlah sebuah sensasi sekejap, melainkan
melalui proses yang panjang selama berabad-abad dan merupakan fenomena dimana
bidang fisika dan kimia yang dikaji oleh para ilmuwan dikombinasikan dengan
pencetusan ide para seniman. Kelahiran fotografi dicanangkan pada tahun 1839 di
Perancis. Pada tahun tersebut, di negara Perancis dinyatakan bahwa fotografi adalah 2 Andreas Freininger, The Complete Photographer, Jakarta, Dahara Prize, 1985, hal 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
sebuah terobosan teknologi.3 Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata
telah dapat dibuat secara permanen.
Fotografi adalah seni mengamati keadaan dan efektivitas fotografi ditentukan
oleh kuat dan intensnya pengamatan., Hanya pengamatan dan keutusan hasil
pengamatan yang kuat akan menghasilkan foto bermutu. Fotografi hanya tersaji pada
selembar kertas, namun dengan keterbatasannya, apabila di olah dengan benar maka
sebuah foto akan memiliki kekuatan yang besar.4
Istilah “photojourmalism” pertama kali diperkenalkan dalam dunia kampus
(Universitas Missouri) oleh Prof. Clift Edom pada 19737., maka praktek jurnalisme
visual itu telah dikenalkan dengan sejumlah pendekatannya. Pada 1980 hingga 1908,
pendekatan tradisi foto dokumenter sosial diperkenalkan Jacob Riis dan Lewis Hine
sebagai reporter “New York Sun”.
Fotografi adalah bahasa gambar, berbeda dengan tulisan atau pesan yang
disampaikan dengan kata-kata, fotografi merupakan bentuk komunikasi yang dapat
dipahami oleh seluruh dunia. Tujuan hakiki dari fotografi adalah komunikasi. Dalam
merekam suatu gambar dengan menggunakan kamera foto, tidak banyak orang yang
melakukannya hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri. Kebanyakan orang
memotret sesuatu agar karya fotonya dapat dilihat orang lain.5
3 Arbain Rambey, Sejarah Fotografi dan Sejarah Teknologi, Kompas, 23 Juni 2003, hal 20 4 FOTOMEDIA, Fokus : Foto Jurnalistik, Agustus 2001, hal 23 5 Andreas Freininger, loc.cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
Sebuah foto jurnalistik yang baik bisa menjelaskan elemen minimal berita,
yaitu: what, who, where, when, why, dan how (5W+1H), sedang untuk foto kadang
ada tambahan unsur: komposisi, isi, konteks, kreativitas, dan jelas.
Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka “Magnum”
menjabarkan, “Foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar,
melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya
berlangsung seketika saat suatu citra tersembul mengungkap sebuah cerita.”
Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali,
tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga
negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri
dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur (1907-1984) yang bekerja sebagai
kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya Frans Soemarto Mendur (1913-
1971), mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17
Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir.
Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah
bagian dari foto dokumentasi. (Kartono Ryadi, Editor foto Kompas). Perbedaan foto
jurnalistik dengan foto dokumentasi terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis
berarti memilih foto mana yang cocok. (contoh : di dalam peristiwa pernikahan,
dokumentasi berarti mengambil / memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan
tamu sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
apakah public figure atau saat pemotongan tumpeng saat tumpengnya jatuh, itu akan
jauh lebih menarik) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto
jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan atau tidak.
Kehadiran foto dalam media massa cetak memiliki 'suara' tersendiri dalam
mengkonstruksikan sebuah peristiwa. Bahasa foto merupakan bahasa visual yang
lebih mudah dipahami oleh semua orang yang bisa melihat dibandingkan dengan
bahasa verbal. Pers di Indonesia terutama media cetak yang dulunya sarat dengan
tulisan kini berubah menjadi dominasi gambar (foto). Hal ini terjadi karena
positioning, kompetisi dan tuntutan pasar mengharuskan media cetak tampil lewat
komunikasi yang lebih memikat. 6
Dalam edisi Oktober majalah National Geographic Indonesia terdapat esai
foto mengenai gambaran umat Islam di Indonesia karya fotografer James Natchwey.
Foto-foto tersebut menampilkan aktifitas pemeluk agama Islam di Indoensia dari
berbagai sisi kehidupan, baik saat beribadah maupun berbaur dengan masyarakat
umum.
Sebagai contoh adalah foto Romaeni binti Hasan Basri yang mulai
mengenakan cadar pada semester terakhir ketika kuliah di Institut Kesenian Jakarta.
Teman-temannya menggodanya. Tetapi, mereka menjadi terbiasa. Foto tersebut
menggambarkan kehidupan Romaeni yang menggunakan cadar saat beraktifitas
bersama teman-temannya dari berbagai latarbelakang dan pemahaman tentang
agama. 6 Majalah Cakram, Fotografi Jurnalistik, 2002, hal.52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Selain itu juga terdapat foto seorang anggota Front Pembela Islam (FPI) yang
mengenakan penutup kepala dengan tulisan semboyan ”Hidup terhormat atau mati
syahid” dengan huruf merah. Setiap tahun, mereka berpatroli di daerah permukiman
di Jakarta sebelum dan selama bulan suci Ramadan, mengintimidasi tempat maksiat,
seperti pemilik bar dan para tunasusila.
Lewat majalah ini juga definisi foto jurnalistik pun menjadi lebih melebar dan
meluas karena foto-foto yang terpilih tidak sekadar menyajikan sebuah peristiwa
penting dan kuat unsur dokumentasinya, tapi juga kuat dari segi unsur estetikanya.
Contoh mudah adalah dengan melihat sampul depan dari majalah ini yang
menunjukkan kaum wanita di komunitas An-Nadzir saat memulai salat dalam rangka
peryaan hari raya Kurban. Mukena seorang anak yang berwarna putih dengan
motifwarna-warni terlihat lebih menonjol dengan latar belakang mukena sejumlah
perempuan dewasa yang berwarna hitam pekat.
Diharapkan analisis dengan menggunakan teori semiotika pada skripsi ini
dapat mengungkapkan Islam di Indoensia dari sejumlah sisi, dari foto-foto yang
terdapat dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang
berisi esai foto jurnalistik berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat,
bernama Indonesia”
Faktor utama kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana suatu pesan dapat
diketahui pemaknaannya secara denotatif dan konotatif. Artinya bahwa makna yang
terkandung pada foto-foto jurnalistik dalam majalah National Geographic Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
edisi Oktober 2009 dalam artikel berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat,
bernama Indonesia” dapat diketahui pemaknaannya secara tersirat dan tersurat.
Berangkat dari berbagai uraian diatas, penulis tertarik dengan asumsi bahwa
tidak semua pesan yang disampaikan melalui esai foto jurnalistik berjudul “Moderat
dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” dalam majalah National
Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 dapat dengan mudah dipahami, maka
peneliti akan mencoba meneliti sekaligus mengintepretasikan makna dalam foto
jurnalistik tersebut agar dapat membuka tabir mengenai simbol-simbol Islam yang
kerap kali dipakai oleh masyarakat. Sebagai salah satu penelitian komunikasi,
penelitian ini setidaknya bisa memberikan makna yang lebih bisa dipahami dalam
pertukaran simbol Islam yang dipakai oleh media massa, seperti cadar atau polisi
syariah. Fotojurnalistik merupakan bagian dari sebuah media, kajian tentang foto
jurnalistik tentu membantu ilmu komunikasi dalam membuka pesan atau makna yang
ditampilkan fotojurnalistik sebagai bentuk berita yang dikonsumsi masyarakat luas.
B. Perumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Makna-makna apa yang
disampaikan fotografer James Nacthwey atas esai foto dalam majalah National
Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi kumpulan foto jurnalistik
berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia”.
C. Tujuan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang disampaikan
fotografer James Nacthwey atas esai foto dalam majalah National Geographic
Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi foto jurnalistik berjudul “Moderat dan
Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia”.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
· Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
teoritis berupa penambahan kajian semiotika menggunakan kode-kode
fotografi untuk membedah makna pada foto jurnalistik.
2. Manfaat praktis
· Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi
media, pakar semiotika, pemerhati komunikasi, masyarakat akademis dan
masyarakat pada umumnya dengan memberikan pengetahuan secara lebih
mendalam bagaimana Islam di Indonesia dalam foto jurnalistik. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai titik balik untuk
melaksanakan penelitian serupa secara lebih mendalam.
E. Kerangka Teori
1. Semiotik
Ilmu komunikasi mencakup segala aspek ilmu sosial dan kebahasaan. Dalam
lingkup yang sangat luas itu, ada satu pendekatan yang sangat penting, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
semiotika. Semiotika adalah ilmu tanda; berasal dari kata dalam bahasa Yunani
semeion yang berarti “tanda”. Secara sederhana, semiotika didefinisikan sebagai teori
tentang tanda atau sistem tanda. Sedangkan tanda atau sign adalah sesuatu yang
memiliki makna, yang mengkomunikasikan pesan-pesan kepada seseorang.7
Human minds ‘cognize’and ‘signify’ as complementary aspects of their capacity to think and feel. If we accept the metaphore of ‘higher’ and ‘lower’ levels of cognition, and the idea of seeing the ‘higher levels of cognition’ as those responsible for abstraction, language, discourse, institutions, law, science, music, visual arts, and cultural practicesn general, grounde in the use of conventionally established and intentionallyused signs (often called symbols), then semiotics is the discipline commited to the study of these ‘higher levels’. 8 (Manusia memiliki kemamampuan untuk mengetahui dan menandai sebagai aspek yang saling melengkapi untuk berfikir dan merasakan.Konsep pengetahuan untuk memaknai itu sendiri masih terbagi ke dalam dua tingkatan yaitu tingkatan yang lebih tinggi dan tingkatan yang lebih rendah. Tingkat pengetahuan untuk memaknai tanda dengan tingkatan yang lebih tinggi terdapat pada bahasa, pidato, musik, hukum, senivisual dan kebudayaan pada umumnya. Semiotik merupakan disiplin ilmu untuk mengetahui pemaknaan tanda pada tingkat yang lebih tinggi).
Jika kita mengikuti Charles Sanders Peirce, maka semiotika tidak lain
daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni “doktrin formal tentang tanda-tanda”
(the formal doctrine of signs); sementara bagi Ferdinand de Saussure, semiologi
adalah sebuah ilmu umum tentang tanda, “suatu ilmu yang mengkaji kehidupan
tanda-tanda di dalam masyarakat” (a science that studies the life of signs within
7 Ratna Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan, Pustaka Pelajar, 2002, hal 76 8 Andreassen, Lars. Brandt & Vang. “Cognitive Semiotics Issue 0 (Spring 2007)”,
http://www.cognitivesemiotics.com/wp-content/uploads/2007/05/cognitive-semiotics-0.pdf diakses pada 5 Februari 2010 pukul 20.15 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
society).9 Perbedaan pendekatan semiotik di antara keduanya adalah, bagi Peirce
pendekatan semiotikanya lebih menekankan pada logika, sedangkan Saussure lebih
menekankan pada linguistik.
Some general features of the proposed domain of inquiry may be discerned. In the first place, Peirce’s early attention to the science of semiotic follows from an endeavour to find a definition of logic that would avoid the pitfalls of psychologism. This, it is evident that the representations, which the various branches of semiotic study, are not to be explicated by an examination of the actual workings of the human mind. Secondly, it is of some interest to note that semiotic is one member of the basic trivium of science, of which the other components are the science of forms (formal science) and the science of things (positive science). This primary trivium can be connected to his work on the theory of categories. In “An Unpsychological View of Logic” Peirce claims that form and matter can be abstracted from the phenomenon considered as an image or a representation. All three phenomenal aspects or elements may be generalised, giving three supposable objects: representations in general, things, and qualities. Positive science studies material things, while formal science examines qualitative forms for Semiotic, as the science of representations, would naturally be concerned with objects of the first kind, that is, with internal and external representations. Using later terminology, we could say that its proper domain is objects as thirds.10 (Beberapa tulisan umum mengemukakan domain penelitian yang bisa dilihat. Pertama, perhatian awal Peirce pada ilmu semiotik mengikuti dari usahanya menemukan definisi logic yang akan menghindarkan dari kesukaran ilmu psikologi. Demikian, ini adalah pendukung representasi dimana beberapa cabang studi semiotik tidak dapat dijabarkan oleh pemeriksaan dari pengerjaan aktual pemikiran manusia. Kedua, ini menjadi catatan yang menarik bahwa semiotik adalah satu anggota dari ilmu trivium dasar, dimana komponen lain seperti ilmu formal dan ilmu positif. Tribium utama ini bisa dihubungkan pada pengerjaannya dalam kategori teori. Dalam “An Unpsychological View of Logic” Pierce menyatakan bahwa bentuk dan masalah bisa dimasukkan dalam fenomena yang dapat dipertimbangkan sebagai gambar atau representasi. Ketiga aspek atau elemen fenomenal bisa digeneralisasikan, memberikan tiga objec perkiraan yaitu representasi secara umum, sesuatu dan kualitas. Ilmu positif mempelajari tentang suatu benda, sedangkan ilmu formal meneliti bentuk
9 Kris Budiman, Semiotika Visual, Yogyakarta, Penerbit Buku Baik, 2004, hal 3 10 Berger, Mats. The secret of rendering signs effective: the import of C. S. Peirce’s semiotic rhetoric.
The Public Journal of Semiotics. 1(2),4. http://www.semiotics.ca/issues/pjos-1-2.pdf diakses pada 5 Februari 2010 pukul 20.35 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
kualitatif dari semiotik sebagai ilmu representasi yang secara alami menjadi berkonsentasi pada objek jenis pertama yaitu representasi internal dan eksternal. Menggunakan terminologi berikutnya, kita bisa katakan itu domain yang tepat adalah objek sebagai yang ketiga).
Menurut Peirce, sebuah tanda mengacu pada suatu acuan, dan representasi
adalah fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari tanda itu sendiri, yaitu
sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang
lain dari tanda tersebut. Dalam pengertian semiotik, yang termasuk tanda adalah kata-
kata, citra, suara, bahasa tubuh atau gesture, dan juga obyek.11
Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat,
lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Oleh karena itu, segala sesuatu bisa
menjadi sebuah tanda, misalnya struktur karya sastra, struktur film, orang, bangunan,
atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Peirce yang adalah ahli filsafat
Amerika menegaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. Berarti,
sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi.12
Bahasa dianggap sebagai unsur terpenting dalam komunikasi. Dengan bahasa
tersebut, manusia mengadakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Diantara
lambang-lambang atau simbol yang digunakan dalam proses komunikasi, seperti
bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya, bahasa adalah yang paling
banyak digunakan. Hanya bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang
kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini. Baik mengenai hal
11 Ratna Noviani, op. cit, hal 77 12 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-serbi Semiotik, PT. Karya Nusantara, Jakarta, 1996, hal
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
yang konkret maupun yang abstrak. Bukan saja tentang hal atau peristiwa pada saat
sekarang, tetapi juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.
Fotografi dapat dipadankan dengan bahasa, karena layaknya bahasa, fotografi
kerap berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi, yaitu dengan bahasa gambar.13
Di dalam fotografi, gambar adalah sarana bagi seorang fotografer untuk
mengungkapkan apa yang ingin disampaikan, sebagaimana kata-kata yang digunakan
oleh seorang penulis. Jadi melalui bahasa gambar tersebut, seorang fotografer
menyampaikan pesannya secara visual, yang mencakup berbagai jenis pesan, yaitu
berupa penyampaian pesan, ide, gagasan, visi, sikap fotografer dan penikmatnya.
Asumsi yang paling mendasar dari semiotika adalah menentukan bahwa
segala sesuatu adalah tanda. Prinsipnya, segala sesuatu yang dapat menimbulkan
kesan arti dapat pula berfugsi sebagai tanda, dan kesan arti itu tidak perlu harus
berkaitan dengan kesan arti yang terbentuk dari sesuatu yang diartikan atau
ditandakan.14 Bukan hanya bahasa atau unsur-unsur komunikasi tertentu saja yang tak
tersusun sebagai tanda-tanda.
Pada dasarnya, konsep utama semiotika, mencakup tiga elemen dasar yang
dapat digunakan untuk melakukan intepretasi tanda, yaitu :
- Tanda (sign), adalah yang memimpin pemahaman obyek kepada subyek.
Tanda selalu menunjukkan kepada suatu hal yang nyata, seperti benda,
13 FOTOMEDIA, Warna-warni : Memahami Arti Komposisi, Juni 1996, hal 27 14 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1995, hal 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
kejadian, tulisan, peristiwa dan sebagainya. Tanda adalah arti yang statis,
lugas, umum, dan obyektif.
- Lambang (symbol), adalah keadaan yang memimpin pemahaman subyek
kepada obyek. Pemahaman masalah lambang akan mencakup penanda
(signifier), dan petanda (signified). Penanda adalah yang menandai sesuatu
yang tidak seorang pun manusia yang sanggup berhubungan dengan realitas
kecuali dengan perantara bernacam tanda. Menurut Ferdinand de Saussure,
tanda atau lambang mempunyai entitas, yaitu :
1) Signifier (sound image), tanda atau penanda, merupakan bunyi dari
tanda atau kata
2) Signified (concept), makna atau petanda, merupakan suatu konsep atau
makna dari tanda tersebut
Hubungan antara signifier dan signified menurut Saussure bersifat arbitrary,
yang berarti tidak ada hubungan yang logis. Menurutnya, tanda
“mengekspresikan” gagasan sebagai kejadian mental yang berhubungan
dengan pemikiran manusia. Jadi secara implisit, tanda berfungsi sebagai alat
komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan bertujuan
untuk menyatakan maksud.15
- Isyarat (signal), adalah suatu hal atau keadaan yang diberikan oleh si subyek
kepada obyek
15 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Op. Cit , hal 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
Charles Sanders Peirce membagi tanda menjadi 3 kategori, yaitu icon, index,
dan symbol.16
1. Icon (ikon)
Di dalam ikon, hubungan antara tanda dan obyeknya terwujud sebagai
kesamaan dalam berbagai kualitas yakni dalam kesamaan atau kesesuaian
rupa yang terungkap oleh penerimanya. Sebuah diagram peta, peta, atau
lukisan misalnya, memiliki hubungan ikonik dengan obyeknya, sejauh
diantaranya terdapat keserupaan.
2. Index (indeks)
Indeks adalah tanda yang mempunyai hubungan langsung dengan objek.
Indeks merupakan fakta yang lansung dapat ditangkap, dan disamping itu
masih memberikan informasi tambahan tentang fakta-fakta lain yang tidak
dapat ditangkap. Di samping itu masih memberikan informasi tambahan
mengenai fakta-fakta lain yang tidak dapat ditangkap secara langsung.
Misalnya, basah merupakan indikasi adanya air, atau kecepatan bicara
seseorang merupakan isyarat dari perasaan si pembicara. Dengan demikian,
semua isyarat komunikasi juga mrupakan tanda adanya indikasi.
3. Symbol (simbol)
Simbol adalah bentuk tanda yang terjadi karena hasil konsensus dari para
pengguna. Contoh simbol seperti menggelengkan kepala tanda tidak setuju
atau Sang merah putih yang merupakan simbol dari negara Indonesia. 16 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
Sebuah tanda dapat dikatakan sebagai ikon, indeks, maupun simbol, bahkan
kombinasi dari ketiganya. Dapat dijelaskan dengan ilustrasi berikut. Sebuah peta
adalah indeks, karena menunjukkan suatu tempat. Dapat pula disebut sebagai ikon,
apabila menunjuk pada tempat-tempat yang saling berhubungan secara topografis.
Dan juga bisa dikatakan sebagai simbol karena adanya sistem penotasiannya yang
harus dipelajari lebih dahulu.
Semiotik dapat dideskripsikan sebagai studi dan aplikasi dari tanda (sign).
Tanda menjadi segalanya yang merefleksikan makna. Dalam hal ini, fotografi adalah
sebuah tanda, tanda yang memanifestasikan baik informasi maupun emosi. Dalam
perkembangannya saat ini, analisa semiologi merupakan metode yang diterapkan
untuk mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam kehidupan sosial, dia mungkin akan
menjadi bagian dari psikologi sosial dan dengan sendirinya psikologi umum.
Semiologi akan menunjukkan kepada kita terdiri dari apa saja tanda-tanda tersebut
dan hukum apayang akan mengaturnya. Pendekatan yang digunakan dalam studi
hubungan antara pola persepsi dan pemaknaan inilah yang disebut semiologi.17
Penerapan analisa semiologi komunikasi secara pasti akan membuka peluang
untuk menyingkap lebih banyak arti dalam pesan yang disampaikan secara
keseluruhan, daripada yang mungkin akan dilakukan dengan hanya mengikuti kaidah
bahasa atau berpedoman dari arti kamus dan tanda-tanda yang terpisah.
Memperhatikan kecenderungan ini, kaitannya lalu dapat dikatakan bahwa sebenarnya
analisis semiotika lebih bersifat serba guna. 17 Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Yayasan Indonesiatera, Magelang, 2001, hal 14-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
Seperti beberapa istilah lain yang dipakai dalam semiotik bergambar, fotografi
adalah pengertian umum gagasan, yang hal dalam hal ini adalah dengan analisis
semiotika untuk menyusunnya. Sebagaimana fotografi dirancang dengan cara tertentu
untuk menghasilkan sebuah tanda pada suatu permukaan yang akan menambah
khayalan dari pemandangan dunia yang diproyeksikan pada permukaan tersebut.18
Dalam hal ini, fotografi adalah sebuah tanda, tanda yang memanifestasikan baik
informasi maupun emosi. Menurut Aart Van Zoest, semiologi memiliki dua
pendekatan yang dipelopori oloh Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure.
Menurut Peirce, penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda-tanda yang
memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna
pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Sedangkan kekhasan teori Saussure
terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagi sistem tanda.19
Peneliti akan menggunakan teori Roland Barthes yang dikenal sebagai
pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistem tanda yang
mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Pengolahan teks dalam praktek semiotika Roland Barthes didasarkan pada
beberapa kode-kode, yakni20:
1. Kode hermeneutik, kode ataupun teka-teki yang berkisar pada harapan pembaca
untuk mendapatkan kebenaran bagi pertanyaan yang muncul pada teks.
18 Goran Sonesson, The Interne Semiotics Encyclopedia, www.arthist.lu.se diakses pada 5 Februari
2010 pukul 18.45 WIB 19 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoost, opcit, hal 1 20 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2003, hal 65-67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
2. Kode semik (makna konotatif), banyak menawarkan banyak sisi. Dalam proses
pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata
atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokan dengan konotasi kata atau frase
yang mirip.
3. Kode simbolik, merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat
struktural.
4. Kode proaretik (kode tindakan), dianggap sebagai perlengkapan utama teks yang
dibaca orang. Artiny semua teks bersifat naratif.
5. Kode gnomik (kode kultural), kode-kode ini merupakan acuan teks ke benda-
benda yang sudah diketahui dan dimodifikasi oleh budaya.
Tujuan analisis Barthes ini bukan hanya untuk membangun sistem klasifikasi
unsur-unsur narasi yang sangat formal, namun lebih banyak untuk menunjukan
bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian yang paling meyakinkan, atau teka-
teki yang paling menarik, merupakan produk buatan, dan bukan tiruan dari nyata.
Menurut Roland Barthes, semiotik tidak hanya meneliti mengenai penanda dan
petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara keseluruhan.21 Barthes
mengaplikasikan semiologinya ini hampir dalam setiap bidang kehidupan, seperti
mode busana, iklan, film, sastra dan fotografi.
Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan (two way of signification),
yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu
tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan 21 Alex Sobur, op. cit, hal 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
hubungan antara penanda dan petanda atau antara tanda dan rujukannya pada realitas
yang menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. 22 Sedangkan konotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda yang
didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti
(artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan).
Ia menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan
dengan berbagai aspek psikologis seperti perasaan, emosi atau keyakinan. 23
Model Barthes ini dikenal dengan signifikasi dua tahap (two way of
signification) seperti yang terlihat dalam gambar di bawah.
Peta Tanda Roland Barthes
1. Signifier
(penanda)
2. Signified
(petanda)
2. Denotative sign
( tanda denotative )
4. Conotative Signifier
(penanda konotatif)
Conotative sigfnified
(petanda konotatif)
Conotative sign (tanda konotatif)
22 Yasraf Amir Piliang, Hiper-Realitas Kebudayaan, LKiS, Yagyakarta, 1999, hal 261 23 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
Sumber : Dikutip dari Paul Cobey & Litza Jansz, 1999, Introducing Semiotics, NY, Totem Book, hal
51 dalam Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Rosdakarya, Bandung, 2003,hal 69
Dari peta Brathes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda
(1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga
penanda konotatif (4). Dengan kata lain hal tersebut merupakan unsur material.
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan
namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya.
Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatannya, yaitu
makna-makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos adalah cerita yang digunakan
untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Bagi
Barthes, mitos merupakan cara berpikir dari suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara
untuk mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Tidak ada mitos yang
universal pada suatu kebudayaan. Mitos ini bersifat dinamis. Mitos berubah dan
beberapa diantaranya dapat berubah dengan cepat guna memenuhi kebutuhan
perubahan dan nilai-nilai kultural dimana mitos itu sendiri menjadi bagian dari
kebudayaan tersebut. Konotasi dan mitos merupakan cara pokok tanda-tanda
berfungsi dalam tatanan kedua pertandaan, yakni tatanan tempat berlangsungnya
interkasi antara tanda dan pengguna / budayanya yang sangat aktif. 24
Teori tentang mitos tersebut kemudian diterangkannya dengan
mengetengahkan konsep konotasi, yakni pengembangan segi signifed (petanda) oleh
pemakai bahasa. Pada saat konotasi menjadi mantap, ia akan menjadi mitos, dan
24 John Fiske, op. cit, hal 121-126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
ketika mitos menjadi mantap, ia akan menjadi ideologi. Akibatnya, suatu makna tidak
lagi dirasakan oleh masyarakat sebagai hasil konotasi. 25
Seperti pada gambar di bawah:
tatanan pertama tatanan kedua
realitas tanda kultur
bentuk
i s i
Dua tatanan pertandaan Barthes. Pada tatanan kedua, sistem tanda dari tatanan pertama disisipkan ke
dalam sistem nilai budaya26
Denotasi dalam arti umum adalah makna yang sesungguhnya, bahkan
terkadang dirancukan sebagai referansi atau acuan. Denotasi adalah penggunaan
bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Namun menurut Barthes,
denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama. Sedangkan konotasi
merupakan signifikasi tingkat kedua.
25 Benny H. Hoed, Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Depok, Jakarta, 2008, hal 153 26 Alex Sobur, op. cit, hal 70
denotasi Penanda
petanda
konotasi
mitos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberi
pembenaran nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.27
2. Foto Jurnalistik
Bahasa merupakan alat komunikasi. Hakekat fotografi bisa dipadankan
dengan bahasa. Fotografi kerap berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi.28
Tak berbeda dengen berita tulis, foto jurnalistik juga harus mengandung nilai berita,
yakni: Prominence / Importance, pentingnya suatu berita diukur dari dampaknya
bagaimana dia mempengaruhi anda. Korban yang meninggal lebih penting ketimbang
kerusakan materi. Human interest, suatu yang menarik perhatian orang seperti berita
mengenai seleberitis, gossip politik dan drama yang menceritakan kehidupan
manusia. Conflict / Controversy, konflik biasanya lebih menarik daripada
keharmonisan. The Unusual, suatu yang tidak biasa atau unik umumnya menarik.
Timeliness, berita adalah tepat waktu, artinya unsur kecepatan menyampaikan berita
sesuai waktu atau actual merupakan hal yang penting, melewatinya maka berita
tersebut dianggap sudah basi atau kadaluarsa. Proximity, kegiatan yang terjadi dekat
kita dinilai mempunyai nilai yang lebih tinggi.
Dasar foto jurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata.
Keseimbangan data tertulis pada teks gambar adalah mutlak.
27 Alex Sobur, op. cit, hal 71 28 FOTOMEDIA, Warna-warni: Memahami Arti Komposisi, Juni 1996, hal 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
Menurut Wilson Hicks, seorang redaktur foto majalah LIFE dan perintis
kemajuan foto jurnalistik, foto jurnalistik adalah gambar dan kata. Kombinasi dari
kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan
antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.
Sementara untuk mengenali sifat foto jurnalistik itu, Wilson Hicks dalam
buku “Word and Pictures” menjabarkan tujuh karakteristik khas dalam ranting ilmu
komunikasi tersebut, yakni sebagai berikut :29
Pertama, dasar foto jurnalistik adalah gabungan antara gambar dan kata.
Keseimbangan data tertulis pada teks gambar adalah mutlak. Caption sangat
membantu informasi dan pengertian suatu imaji / gambar bagi masyarakat. Foto esai
yang sangat personal pun membutuhkan caption.
Kedua, medium foto jurnalistik biasanya tercetak (saat ini, media online pun
dimasukkan dalam kategori ini), bisa media cetak, kantor berita, koran atau majalah
tanpa memperhatikan tirasnya. Berbeda sekali dengan foto penerangan yang
muatannya adalah kisah sukses yang biasanya positif, maka informasi yang disebar
dan foto jurnalistiknya adalah sebagaimana adanya, disajikan dengan sejujur-
jujurnya.
Ketiga, lingkup jurnalistik adalah manusia. Itu sebabnya seorang jurnalis harus punya
kepentingan mutlak kepada manusia. Posisinya berada dipuncak piramida sajian dan
pesan visual.
29 Yuniadhi Agung, Pengantar Fotografi Jurnalistik, 2004.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
Keempat, bentuk liputan foto jurnalistik adalah suatu upaya yang muncul dari bakat
dan kemampuan seorang foto jurnalis yang bertujuan melaporkan beberapa aspek dari
berita itu sendiri. Tugas pewarta foto adalah melaporkan berita sehingga bisa
memberi kesan pembaca seolah-olah mereka hadir dalam peristiwa itu.
Kelima, foto jurnalistik adalah foto fotografi komunikasi, dimana komunikasi bisa
diekspresikan seorang foto jurnalis terhadap subjeknya. Objek pemotretan hendaknya
mampu dibuat berperan aktif dalam gambar yang dihasilkan sehingga lebih pantas
menjadi subjek aktif.
Keenam, pesan yang disampaikan dari suatu hasil visual foto jurnalistik harus jelas
dan segera bisa dipahami seluruh lapisan masyarakat. Pendapat pribadi atau
pengertian sendiri tidak dianjurkan dalam foto jurnalistik. Gaya pemotretan yang
khas dan bahkan polesan seni tidak menjadi batasan dalam berkarya. Yang penting
pesan harus tetap komunikatif bagi lapisan masyarakat luas.
Ketujuh, foto jurnalistik membutuhkan tenaga penyunting yang handal, berwawasan
visual luas, populis, arif dan jeli dalam menilai karya-karya foto yang dihasilakn,
serta mampu membina dan membantu mematangkan ide atau konsep sebelum
memberi penugasan. Penyuntingan meliputi pemilihan gambar, menyunting
teknisnya, saran-saran.
Sebuah foto sebenarnya dapat berdiri sendiri, namun jurnalistik tanpa foto
tidak akan lengkap, karena foto merupakan salah satu media visual untuk merekam
atau menceritakan suatu peristiwa. Pada dasarnya semua foto adalah dokumentasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
dan foto jurnalistik merupakan bagian dari foto dokumentasi. Karena foto
dokumentasi adalah sebutan yang dapat dikenakan pada semua foto berita dan
sejarah, yang bertujuan untuk merekam suatu peristiwa, untuk disimpan, sebagai
arsip.30 Yang membedakan di antara keduanya adalah pada apakah foto tersebut
dipublikasikan atau tidak.31
Ciri dalam foto jurnalistik memiliki nilai berita atau menjadi berita itu sendiri,
melengkapi berita atau artikel dan dimuat dalam media massa.32 Foto jurnalistik
terbagi menjadi beberapa bagian:
· Spot news / Hard News (Berita Hangat)
Foto beragam peristiwa yang langka dan dapat mengubah sejarah dunia,
seperti peristiwa bencana alam, kecelakaan yang merenggut ratusan jiwa,
hingga aksi terorisme.
· General news (Berita Umum)
Foto rekaman peristiwa yang terjadwal atau bersifat seremoni, seperti
kunjungan presiden, peresmian sebuah gedung, dan HUT suatu negara.
· Portraits / People in the News (Potret dalam segala kondisi)
Foto yang menyajikan karakteristik sesuai dengan hati sang subyek, apakah
dalam kondisi yang gembira atau sedih, seperti orang yang menangis karena
kehilangan saudara saat perang atau orang yang gembira setelah
memenangkan sebuah perlombaan.
30 R. M. Soelarko, Pengantar Foto Jurnalistik, PT Karya Nusantara, Bandung, 1985, hal 55 31 FOTOMEDIA, loc. cit. 32 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
· Sports (Olahraga)
Foto event olahraga seperti turnamen sepakbola Piala Eropa.
· Culture and the Art
Foto kegiatan kebudayaan dan kesenian, seperti acara Grebeg Sekaten.
· Science and Technology
Foto peristiwa ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti penerbangan pesawat
ulang aling atau operasi kembar siam.
· Nature and Environment (Alam dan Lingkungan)
Foto peristiwa yang berhubungan dengan alam dan lingkungan, seperti
gunung meletus, banjir atau kebakaran hutan.
· Daily Life (Celah Kehidupan / Keseharian)
Foto kegiatan manusia sehari-hari. Kategori ini tidak terikat dengan unsur
kehangatan berita. Hal yang diutamakan dalam kategori foto ini adalah segi
keunikan, humor, maupun perjuangan seseorang dalam menjalani kehidupan
sehari-hari, seperti aktivitas pedagang asongan, pekerja bangunan atau
nelayan.
· Feature
Foto feature bukan sekedar snapshot, tapi usaha wartawan untuk memilih
sudut pandang yang khas dan bukan sekedar didikte oleh peristiwa itu sendiri,
sehingga memberi makna lebih dalam terhadap sebuah peristiwa. Sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
contoh, saat terjadi kebakaran, wartawan tidak hanya memotret api yang
menyala dan petugas pemadam kebakaran yang berusaha menjinakkan api,
tapi juga memotret ekspresi pemilik rumah yang sedih kehilangan tempat
tinggal. 33
· Esai foto
Kumpulan beberapa foto features yang dapat bercerita ini dibangun melalui
sebuah imaji, yaitu foto-foto yang bercerita secara sequentatif dan teks yang
menyertainya.34
Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek. Pertama, isi pesan (content of
message), yang kedua adalah lambang (symbol). Kongkritnya, isi pesan itu adalah isi
foto dan caption. Isi pesan yang bersifat latent, yakni pesan yang melatarbelakangi
sebuah pesan, dan pesan yang bersifat manifest, yaitu pesan yang tampak tersurat.35
Dalam hal ini, isi pesan yang dimaksud adalah isi (content) dari esai foto jurnalistik
dan foto features yang berupa lambang-lambang berbentuk foto begitu juga konteks
yang menyertainya.
Pada hakekatnya, esensi dari sebuah foto jurnalistik secara umum tidak
berbeda dengan jurnalistik tulis. Hanya saja dalam foto, yang menjadi media utama
adalah foto dengan bahasa visualnya. Dalam menyampaikan permasalahan yang akan
diangkat, foto merupakan elemen utama, sedangkan naskah atau caption yang
menyertainya menjadi sekunder, atau bersifat sebagai komplemen. Karena elemen
33 Yuniahi Agung, loc. cit. 34 FOTOMEDIA, loc. cit. 35 Onong U. Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993, hal 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
utamanya adalah foto, maka konsekuensinya foto harus mampu dalam menggantikan
kata-kata. Sementara hal-hal yang tidak bisa tergambarkan oleh foto, terungkap
sebagai naskah atau caption.36
Dalam foto jurnalistik yang baik, seorang fotografer jurnalistik harus
mengetahui teknik-teknik pengambilan foto secara baik sehingga akan mendapatkan
hasil yang baik pula. Yang dimaksud dengan proses teknik foto yaitu urutan atau
tahapan pengambilan objek yang dilakukan oleh fotografer sehingga menghasilkan
sebuah karya foto yang dapat dinikmati, melibatkan perasaan dan menggugah emosi
khalayak yang melihat hasil foto.
Urutan dan tahap pengambilan objek foto meliputi penggunaan kamera foto,
yang berarti seorang fotografer harus sudah memahami terlebih dahulu bagian-bagian
dari kamera seperti pengaturan kecepatan, pengaturan diafragma, dan pengaturan
ruang tajam yang merupakan hal-hal yang paling mendasar dalam fotografi, tetapi
sangat berpengaruh terhadap hasil foto yang akan dibuat.
Setelah itu, seorang fotografer juga harus memahami tentang pencahayaan,
artinya objek yang diabadikan membutuhkan pengukuran cahaya secara tepat agar
objek yang diambil terlihat secara jelas, yang secara teknik, penggunaan cahaya itu
melalui pengukuran gelang diafragma dan kecepatan. Komposisi objek juga salah
satu faktor pendukung yang akan memperkuat sebuah foto, artinya tata letak objek
yang meliputi aturan sepertigaan, aturan seperlimaan, serta irisan emas dan komposisi
frame yang berarti tata letak kamera yang meliputi posisi pengambilan gambar secara 36 Erik Prasetya, Op. cit., hal 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
horisontal dan vertikal37 juga harus dipahami. Baru setelah teknik fotografi yang
umum telah dikuasai, unsur jurnalistik akan ditambahkan, yang akan membuat foto
tersebut jadi mempunyai nilai berita.
Objek dan peristiwa merupakan hal yang sangat penting untuk diabadikan
oleh seorang fotografer. Hal ini bersifat natural mengingat insting dari seorang
fotografer yang sangat tinggi untuk selalu mengabadikan momen atau peristiwa yang
langka. Banyak hal yang dapat diperoleh dari suatu peristiwa atau objek foto, karena
biasanya menyangkut pokok pikiran dari sebuah artikel yang akan di muat dalam
media cetak.
Selain itu objek dan peristiwa yang akan diabadikan bersifat universal. Foto
jurnalistik yang diabadikan berdasarkan objek dan peristiwa harus memiliki isi berita
karena ukurannya, bukan seberapa jauh berita itu menjangkau tetapi bagaimana foto
itu dapat menyentuh emosi dan perasaan pembaca. Gambar-gambar yang diambil
oleh seorang fotografer juga harus bisa mewakili dari keadaan yang terjadi
sebenarnya. Hal ini harus dilakukan agar bisa dinikmati oleh pembaca dan juga untuk
menggugah emosi dan melibatkan perasaan pembaca melalui media cetak.
3. Islam Radikal dan Moderat di Indonesia
John L Esposito (1997) misalnya menyamakan istilah Islam politik dengan
“fundamentalisme Islam: atau dengan gerakan-gerakan Islam lainnya. Sementara
Oliver Roy (1994) cenderung menafsirkan Islam Politik sebagai aktivitas kelompok- 37 Prof. Dr. R.M. Soelarko. Op. cit, hal 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
kelompok yang meyakini Islam sebagai agama dan sekaligus ideologi politik. Sedikit
berbeda dengan Esposito, Roy lebih spesifik merujuk pada apa yang dia sebut sebagai
gerakan neofundamentalisme yang antara lain menghendaki berlakunya
pemberlakuan syariat Islam. 38
Istilah “fundamentalisme” biasanya dipakai untuk merujuk pada gerakan-
gerakan Islam politik yang berkonotasi negative seperti “radikal, ekstrem, militan”
serta “anti Barat/Amerika”. Namun, tak jarang pula julukan “fundamentalisme”
diberikan kepada semua orang Islam yang menerima Qur’an dan Hadist sebagai jalan
hidup mereka. Dengan kata lain kebanyakan dari penegasan kembali agama dalam
politik dan masyarakat tercakup dalam istilah fundamentalisme Islam. 39
Islam moderat bukanlah “Islam baru” seperti Islam liberal yang ingin
membuat syariat baru. Namun, Islam moderat adalah Islam asli. Ia adalah usaha
untuk mengembalikan umat Islam kepada Islam original sesuai dengan tuntunan
Nabi. Moderat dalam Islam bisa dilihat dari sikap tengah Islam terhadap ajarannya
yang berupa akidah, ibadah, akhlak, ruhani-materi, hukum, dan privat-publik.
Moderat di dalam Islam sangat cocok untuk agama abadi seperti Islam. Moderat di
dalam Islam berarti adil, istiqamah, bukti kebaikan, personifikasi keamanan, bukti
kekuatan, dan pusat.
Berbeda halnya dengan Islam radikal, Islam moderat menawarkan wacana
pembebasan yang mencerahkan, sebab tidak berpijak pada pendekatan kekerasan dan
38 Endang Turmudi, Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme di Indonesia, Jakarta:, LIPI Press, 2005, hal.2. 39 Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
ketergesa-gesaan. Pembebasan dan keberpihakan pada kaum yang lemah diwujudkan
dalam bentuk yang elegan, sistematis, dan evolutif. Penggunaan metode dan
pendekatan inilah yang membedakan Islam moderat dengan Islam radikal.
Fakta membuktikan bahwa agama merupakan kebutuhan asasi manusia.
Karena itu, masalah agama adalah masalah yang senantiasa menyertai kehidupan
umat manusia sepanjang sejarah sebagaimana masalah sosial lainnya,seperti ekonomi
dan politik. Ilmu pengetahuan sosial, dengan berbagai paradigma dan metode,
dikembangkan dalam rangka mengkaji perilaku manusia, tak terkecuali perilaku
dalam beragama.
Perilaku dalam beragama meliputi, perilaku individu dalam hubungannya
dengan keyakinan yang dianut seperti pengalaman beragama, perilaku individu dalam
hubungannya dengan kelompok, perilaku individu dalam hubungannya dengan
kelompok pimpinannya, perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok,
perilaku individu dalam hubungannya dengan sistem simbol/doktrin agama tertentu,
perilaku kelompok dalam hubungannya dengan pemimpin, stratifikasi sosial, perilaku
pemimpin agama dalam sistem simbol, perilaku pemimpin agama dengan stratifikasi
sosial.
4. Tempat atau Kejadian
Tempat atau kejadian merupakan hal yang terpenting karena menyangkut
keberadaan objek dan terjadinya sebuah peristiwa, sehingga pembaca mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
kapan dan dimana peristiwa itu terjadi. Selain itu kondisi sosiokultural masyarakat
dapat dikaitkan sebagai tempat atau kejadian yaitu sebagai pengukur sejauh mana
kejadian yang berlangsung dapat mempengaruhi pola pikir dan sejauh mana kondisi
tersebut berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
F. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian ini bertolak dari adanya aksi-aksi terorisme berupa
serangan bom yang terjadi di Indonesia, sementara di sisi lain sebagian umat Islam
berpikir terbuka dalam menjalankan syariat Islam. Maka dari itu, sesungguhnya umat
Islam di Indonesia terbagi menjadi sejumlah golongan yang mempunyai keyakinan
masing-masing dalam menjalankan syariatnya dan berbeda dalam perilaku beragama.
Padahal sesungguhnya Islam adalah agama yang membawa kedamaian.
Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009, menampilkan
sebuah liputan mengenai perilaku umat Islam di Indonesia dalam tulisan dan esai foto
jurnalistik. Dari sinilah peneliti tertarik untuk menganalisis perilaku beragama umat
Islam Indonesia dalam esai foto jurnalistik yang berjudul “Moderat dan Radikal
dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” karya James Natchwey. Dari esai foto
tersebut kemudian dikategorikan dalam sejumlah aspek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
Berbekal hasil analisis foto tersebut, peneliti kemudian menemukan model
analisis semiotik yang paling relevan.
Kerangka Pikir Penelitian
Pendekatan Analisis Semiotik Oleh Peneliti
G. Definisi Konsepsional
Dalam penelitian ini, penjelasan konsep diperlukan sebagai dasar-dasar
konsep yang jelas bagi unsur-unsur masalah yang akan diteliti dengan tujuan
menghindari kesesatan, perbedaan pengertian ataupun penafsiran mengenai variabel-
variabel penelitian yang diketengahkan antara konsep peneliti dan pembaca.
Esai Foto jurnalistik karya James Natchwey di Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 tentang Islam di Indonesia
Simbol-simbol mempresentasikan :
1. Aspek aktivitas beribadah
2. Aspek aktivitas kehidupan sosial
3. Aspek ideologi 4. Aspek identitas
Kode-kode fotografi (cara pengambilan gambar)
Kode-kode sosial (ekspresi, penampilan, gestur dll)
MAKNA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
1. Semiotik
Adalah konsep tentang lambang atau tanda ada beberapa perbedaan teori
antara ahli semiotik modern terutama dalam penerapan konsep-konsep dan hasil
karya. Perbedaan itu mungkin disebabkan oleh perbedaan yang mendasar. Penalaran
secara hipotesis dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda tersebut memungkinkan kita
untuk berpikir, berhubungan dengan orang lain dan memberi makna terhadap apa
yang ditampilkan oleh alam semesta. Semiotik merupakan sebuah ilmu yang
mengkaji kehidupan tanda-tanda ditengah masyarakat tujuanya adalah untuk
menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah yang mengaturnya.
2. Makna
Makna adalah hasil dari perilaku menyandi. Suatu makna terdiri dari
lambang-lambang verbal maupun nonverbal yang mewakili perasaan dan pikiran
sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. Meskipun encoding merupakan suatu
kegiatan internal yang menghasilkan suatu pesan, pesannya itu sendiri besifat
eksternal bagi sumber. Pesan adalah apa yang harus sampai dari sumber ke penerima
bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima.40 Pesan harus menggunakan suatu
alat untuk memindahkannya dari sumber ke penerima. Dalam hal ini fotografi
40 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2001, hal 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
menjadi berita yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan kepada
komunikan.
3. Foto Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam
bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya, bahkan hingga
kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Foto merupakan sarana bagi seorang fotografer, sebagaimana kata-kata yang
digunakan sebagai seorang penulis untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya.
Melalui bahasa gambar tersebut, seorang fotografer menyampaikan pesan secara
visual mencakup berbagai jenis pesan, yaitu berupa penyampaian pesan, ide, gagasan,
visi, sikap fotografer dan penikmatnya.
Fotojurnalistik menunjukkan kepada kita hal-hal yang tidak biasanya kita
lihat, membawa kita ketempat-tempat yang tidak biasanya kita kunjungi, ia
menjelaskan kompleksitas seluruh kehidupan dunia. Fotojurnalistik yang baik tidak
hanya sekedar fokus secara teknis, namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan
teknis adalah gambar mengandung ketajaman dan kekaburan yang beralasan, dalam
artian memenuhi syarat secara tekhis fotografi. Fokus secara cerita, yakni pesan dan
misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan dipahami.
4. Islam Radikal dan Moderat di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
Islam terbagi menjadi sejumlah golongan yang mempunyai keyakinan masing-
masing dalam menjalankan syariatnya dan dalam menerjemahkan Al Quran serta
hadist Nabi Muhammad SAW, tak terkecuali di Indonesia. Diantaranya adalah
radikal dan moderat.
Islam radikal merupakan reaksi dari adanya ketidakadilan, kezaliman,
kemungkaran yang terjadi dalam masyarakat. Kelompok ini memperjuangkan Islam
secara kaffah (totalitas), syariat Islam sebagai hukum negara, Islam sebagai dasar
negara, sekaligus Islam sebagai sistem politik sehingga bukan demokrasi yang
menjadi sistem politik nasional. Mereka juga berdasarkan praktik keagamaannya
pada orientasi masa lalu. Selain itu, mereka sangat memusuhi Barat dengan segala
produk peradabannya, seperti sekularisasi dan modernisasi. Cenderung menggunakan
cara kekerasan dalam mencapai tujuannya
Islam moderat cenderung kepada golongan yang mengambil jalan tengah
diantara dua hal yang berbeda. Penganutnya selalu memelihara keseimbangan dalam
beragama dan bermasyarakat, menerima perkembangan yang terjadi dengan tetap
memegang ajaran Islam. Mempertimbangkan segala sesuatunya tanpa ada kehendak
mengikuti hawa nafsu dengan tetap mengikuti ketentuan Allah dan Rasul-Nya.
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan analisa semiologi komunikasi. Sebagai sebuah penelitian deskriptif,
penelitian ini hanya memaparkan situasi atau wacana, tidak menguji hipotesis atau
membuat prediksi. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang
bersifat tanpa angka-angka atau bilangan), sehingga data bersifat kategori substantif
yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan dan refrensi-referensi
ilmiah.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk mencermati foto jurnalistik dalam majalah
National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009 yang berisi esai foto jurnalistik
berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” dengan tema
Islam di adalah metode analisis semiotik. Merupakan cara atau metode atau
menganalis dan memberikan makna – makna terhadap lambang-lambang pesan atau
teks.41 Metode analisis pendekatan semiotik bersifat deskriptif kualitatif, maka secara
umum tehnik analisis datanya menggunakan alur yang lazim dikonversikan ke dalam
bentuk-bentuk narasi yang bersifat deskriptif sebelum dianalisis, diinterpretasi, dan
kemudian disimpulkan. Metode ini memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek
kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda
dan teks objek yang diteliti.
3. Sumber Data 41 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakata: Lkis, 2007, hal 155
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua jenis sumber data, yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder
a. Sumber data primer
Sumber data primer adalah majalah National Geographic Indonesia
edisi Oktober 2009 yang berisi esai foto jurnalistik berjudul “Moderat dan
Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia”
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari buku-buku, artikel, jurnal, majalah, situs internet.
4. Analisa Data
Sesuai dengan metode penelitian bersifat kualitatif, analisa data sama sekali
tidak menggunakan perhitungan secara kuantitatif. Semiotika digunakan untuk
menganalisa makna dari tanda-tanda yang ada dari pesan-pesan komunikasi dalam
esai foto yang berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama
Indonesia” karya James Natchwey
Tahap pertama, foto ditelaah bagian mana yang merepresentasikan Islam
radikal maupun moderat yang ada di Indonesia. Bagian-bagian inilah yang menjadi
korpus penelitian. Korpus penelitian berisi : makna-makna apa yang terkandung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
dalam Islam radikal maupun moderat di Indonesia” Langkah yang dilakukan dalam
analisis data yakni dengan mengelompokkan foto menjadi beberapa bagian.
Korpus-korpus itu kemudian berdasarkan dua aspek sosial dan aspek
fotografis. Pada aspek sosial digunakan dua tahap analisis yakni tahap denotatif dan
konotatif. Sedangkan aspek fotografis yang berupa angle, lighting, dan setting hanya
digunakan satu tahap yaitu tahap konotatif. Dari dua aspek tersebut akan diperoleh
tema radikal dan moderat Islam di Indonesia yang kemudian memasuki tahap analisis
terakhir yaitu mitos. Dengan tahapan diatas, tujuan penelitian akan tercapai.
Secara ringkas, peneliti melakukan proses analisisnya dengan menggunakan
jabaran langkah yang mengadopsi bagan/skema model semiologi Roland Barthes dari
Introduction to Communications Studies yang ditulis John Fiske, yakni sebagai
berikut: 42
1. Essai foto mengenai Islam radikal dan moderat di Indonesia karya James
Natchwey yang menjadi bahasan dalam penelitian ini diamati untuk mengenali
penanda-penandanya (signifier).
2. kemudian dari data tersebut dicari makna denotasi dan ditransformasikan dari
gambar ke verbal. Denotasi didapat dari pengamatan langsung dari tanda-tanda
yang ada yang menghasilkan makna nyata, makna yang sebenarnya hadir.
3. berdasarkan makna denotasi yang telah didapatkan maka akan didapat makna-
makna konotasi dari lambang-lambang komunikasi yang ada. Makna konotasi
merupakan penciptaan makna lapis kedua yang terbentuk ketika lambang denotasi 42 John Fiske, Introduction to Communications Studies, Jalasutra,Yogyakarta, 1990, hal 121.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
dikaitkan dengan aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan.
Karena pada dasarnya penanda konotasi dibangun dari tanda-tanda dari sistem
denotasi. Biasanya beberapa tanda denotasi dapat dikelompokkan bersama untuk
membentuk satu konotator tunggal, sedang petanda konotasi berciri sekaligus
umum, global, dan tersebar. Petanda ini memiliki komunikasi yang sangat dekat
dengan budaya, pengetahuan, dan sejarah.43
4. menemukan mitos-mitos yang terkandung dalam foto, yang berlaku di dalam
masyarakat.
5. untuk dapat membongkar sebuah makna ideologis dari praktik pertandaan,
diperlukan prinsip-prinsip intertektualitas dan intersubyektifitas. Teks dalam
pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks tertulis atau teks
lisan. Adat istiadat, kebudayaan, film, iklan secara pengertian umum adalah teks.
Dimulai dengan analisis bersifat teknis (kode-kode verbal dan nonverbal dalam
iklan), kajian semiotika senantiasa menghubungkan isi teks dengan ”teks” lain
berupa isi media lain dan bahkan fenomena sosiokultural masyarakat yang lebih
luas. Asumsi dasar interteks adalah sebuah teks tidak dapat dilepaskan sama
sekali dari teks lain atau tidak dapat berdiri sendiri.44 Prinsip intertekstualitas
adalah di dalam suatu teks terdapat suatu teks lain yang dipengaruhi oleh latar
43 Kurniawan, Semiologi Roland Barthes, Magelang, Yayasan Indonesia Tera,2001, hal. 68. 44 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta, Penerbit Pustaka Widyatama,2003, hal. 131.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
belakang teks tersebut. Begitu pula dengan intersubyektifitas, pemaknaan
terhadap suatu teks akan dipengaruhi oleh latar belakang dan pola pikir subyek
lain yang memaknai teks tersebut sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi
hasil dari pemaknaan teks tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
BAB II
GAMBARAN UMUM MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA,
FOTOGRAFER JAMES NATCHWEY
DAN LIPUTAN ISLAM DI INDONESIA
A. Profil Majalah National Geographic (NGI)
Majalah National Geographic Indonesia (NGI) merupakan salah satu edisi
bahasa lokal (Local Language Editions/LLE) dari National Geographic Magazine
(NGM), majalah yang diterbitkan dan menjadi jurnal resmi National Geographic
Society yang berkantor pusat di Washington DC, AS.
Hingga saat ini, NGM memiliki 31 LLE yang terbit dalam 28 bahasa. Pada
garis besarnya, LLE diterbitkan oleh institusi penerbitan di suatu negara di luar AS
dengan status mitra aliansi dan lisensi internasional (International Lisences and
Aliances Partners) dari NGM. Untuk kasus NGI, mitra ILA dari NGM adalah
Gramedia Majalah, sebuah kelompok usaha yang merupakan bagian dari Kelompok
Kompas Gramedia.
Kerja sama antara Gramedia Majalah dengan NGM untuk menerbitkan NGI
dimulai sejak 2004. Adapun terbitan pertama NGI adalah edisi April 2005 dengan
cover Manusia Flores (Homo Floresiensis). Edisi reguler yang terbit setiap satu bulan
sekali dimulai dengan Edisi April 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
NGI tidak memiliki SIUPP karena sejak diberlakukannya UU No.40 Tahun
1999 tentang Pers, lembaga Surat Izin Usaha Penerbitan Pers ditiadakan. Penerbitan
NGI didasarkan pada surat kesepakatan kerja sama antara Gramedia Majalah dengan
NGM pada akhir 2004.
National Geographic Indonesia merupakan jurnal resmi dari National
Geographic Society yang secara global menyajikan tulisan tentang “Dunia dan Segala
Isinya: dengan subyek utama mengenai sejarah alam semesta, kehidupan flora dan
fauna, beragam kebudayaan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan
pelestarian alam dalam tulisan popular yang akurat serta didukung oleh foto-foto
yang memukau.
B. Visi dan Misi
Visi: menjadi perusahaan penyedia informasi dan layanan edutainment yang
terbesar pilihan utama masyarakat indonesia dan memuaskan serta membanggakan
stakeholders.
Mission statements: menginspirasi masyarakat untuk makin peduli pada bumi
beserta segala isinya dengan menghadirkan media cetak dan digital berkualitas dunia
dengan topik sejarah alam, penjelajahan, kehidupan liar, peradaban, dan ilmu
pengetahuan secara populer di tingkat pembaca dan komunitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
C. Alur Peliputan
Artikel Internasional :
- Secara berkala, NGI memperoleh daftar artikel yang disediakan oleh NGM
yang bisa digunakan oleh seluruh LLE. Seluruh artikel dalam daftar adalah
sama dengan artikel yang digunakan oleh NGM-US yang langsung diterbitkan
oleh NGS di AS.
- Redaksi NGM melalui rapat redaksi memutuskan artikel internasional mana
saja yang dipilih untuk sebuah edisi.
- Artikel diambil dari basket yang menggunakan sistem web-base.
- Artikel yang berbahasa Inggris tersebut diterjemahkan oleh penerjemahan.
- Artikel terjemahan diedit oleh tim editor.
- Secara paralel, artikel terjemahan juga diresensi oleh peresensi independen
yang ditunjuk oleh redaksi NGI.
- Proses tata letak.
- Proses editing akhir.
- Cetak.
Dalam alur tersebut, NGI berpanduan pada Buku Panduan editorial yang berlaku
sama untuk seluruh edisi NGM di seluruh dunia.
Secara berkala pula, divisi International Language Editions (ILE) yang ada di
Washington DC memberi masukan dalam semua segi terhadap produk akhir NGI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
(majalah), seperti saturasi warna, tata letak, dan penerjemahan. Mereka juga secara
berkala mengunjungi kantor-kantor LLE di seluruh dunia untuk memberikan
masukan.
Artikel nasional :
- Tema artikel yang hendak digarap ditentukan dalam rapat redaksi NGI
- Rancangan tema itu diinformasikan kepada ILE. Dari langkah ini, terjadi
diskusi sehingga ketika dikerjakan, tema tersebut merupakan pilihan NGM
secara utuh, bukan NGI saja atau NGM di AS saja.
- Setelah tulisan dan foto selesai dibuat, tim editor memeriksa kedua komponen
artikel tersebut dan melakukan pengeditan.
- Tata letak artikel dibuat dengan penanggung jawab Art Director di NGI.
- Teks artikel diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk diinformasikan ke
ILE.
- Tata letak juga diinformasikan ke ILE.
- Proses editing akhir.
- Cetak.
Secara umum, terdapat dua bagian besar dalam rubrikasi NGI yaitu
Departemen (berisi artikel, esai foto, tajuk, dan lain-lain di luar feature panjang) dan
Fitur atau Feature.
Departemen berisi:
- Forum (surat pembaca dan editorial)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
- Gambaran Dunia
- Core (berupa artikel ringkas 1-2 halaman dengan beragam tema seperti
kehidupan liar, kesehatan, geografi, budaya, arkeologi, dan lain-lain)
- Jurnal Foto
- Foto Kita (halaman bagi foto-foto karya pembaca NGI)
- Dari Editor (tajuk yang dibuat oleh Editor in Chief NGM)
- Di Balik Layar (berupa kisah yang dialami penulis/fotografer dalam proses
menyusun artikel National Geographic)
- Kilas Balik (berisi kilasan arsip artikel National Geographic)
- Edisi Depan (Preview isi edisi mendatang)
D. Pengawakan Redaksi
Secara garis besar, NGI terdiri atas empat bagian yaitu redaksi, sirkulasi,
iklan, dan promosi. Tiga bagian terakhir merupakan editorial support team yang
mendukung sisi bisnis produk (majalah) dari segi sebaran pembaca, pendapatan, tiras,
dan sebagainya.
1. Redaksi
a. Pemimpin Redaksi.
Merupakan penanggung jawab keseluruhan isi majalah, dan pengambil
kebijakan strategis secara keseluruhan, seperti dalam hal penerjemahan visi
dan misi, manajemen, dan SDM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
b. Redaktur Pelaksana
Merupakan wakil Pemimpin Redaksi dan penanggungjawab terhadap
pelaksanaan harian institusi NGI.
c. Editor Teks
Merupakan penanggung jawab terhadap kualitas isi dan gaya bahasa
seluruh artikel NGI.
d. Editor Foto
Penanggung jawab terhadap kualitas isi dan gaya jurnalistik foto NGI.
e. Artistik
Terdiri atas Art Director dan Art Designer. Penanggung jawab terhadap
tata letak dan perwajahan majalah.
f. Penanggungjawab Web
Bertugas menjalankan dan mengembangkan situs nationalgeographic.co.id
g. Divisi Peta.
Terdiri atas disainer dan koordinator. Bertugas dalam membuat peta,
poster, ilustrasi, dan infografik dengan akurasi perwajahan dan isi yang sesuai
dengan standar NGI.
h. Penerjemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
Bertanggungjawab menerjemahkan artikel internasional ke dalam bahasa
Indonesia.
Dari segi jumlah, keseluruhan unsur redaksi itu terdiri atas sembilan staf di luar
penerjemah. Dengan jumlah yang relatif kecil, umumnya setiap staf dituntut memiliki
kemampuan multi tasking. Sementara itu, hingga saat ini, NGI memiliki tujuh tenaga
penerjemah.
2. Sirkulasi
National Geographic Indonesia terbit setiap bulan dengan tiras 40.300 eksemplar ke
seluruh Indonesia
JABOTABEK (57%)
Jawa Barat (12%)
Jawa Tengah (9%)
Jawa Timur (10%)
Sumatera (6%)
Indonesia Timur (6%)
(Data Sirkulasi Gramedia Majalah)
Sedangkan segmentasi pasar Majalah NGI yakni:
Usia : 16 – 55 tahun (core: 25 – 35 tahun)
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
Status Sosial : A dan B
Pendidikan : SMU, Mahasiswa, S1, S2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
Pekerjaan : Karyawan, Eksekutif, Pengusaha, Pelajar
E. Fotografer James Natchwey
Dianggap oleh banyak orang sebagai fotografer perang terbesar yang pernah,
wartawan foto James Nachtwey telah menghasilkan foto yang menggambarkan isu-
isu sosial besar dan konflik di lebih dari 30 wilayah. Nachtwey merupakan fotografer
yang dihormati karena memperoleh berbagai gelar dan terus menjelajahi di seluruh
dunia untuk meliput sejumlah konflik dan perang.
James Nachtwey yang lahir 14 Maret 1948, berasal dari Massachusetts. Ia
lulus dengan gelar di bidang Sejarah Seni dan Ilmu Politik dari Dartmouth College
pada tahun 1970. Sewaktu menuntut ilmu di perguruan tinggi, dua peristiwa
bersejarah terjadi, yakni Gerakan Hak Sipil Amerika dan Perang Vietnam. Peristiwa
ini menjadi motivasi utamanya untuk mengembangkan karir fotografi. Ia belajar
fotografi secara mandiri sambil bekerja sebagai sopir truk dan sebagai editor berita
paruh waktu.
Pada tahun 1976, Nachtwey memulai karirnya sebagai seorang fotografer di
New Mexico. Empat tahun kemudian ia pindah ke New York untuk bekerja sebagai
fotografer lepas. Setahun setelah itu, dia ditugaskan meliput perang saudara di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
Irlandia Utara yang menjadikan dirinya fokus sebagai seorang jurnalis foto
dokumentasi yang mengkhususkan diri dalam konflik, perang dan isu sosial.
Nachtwey telah bekerja untuk Majalah Time sebagai fotografer kontrak sejak
tahun 1984. Ia bekerja untuk Black Star dari tahun 1980 sampai 1985 dan merupakan
anggota Magnum Foto dari tahun 1986 sampai tahun 2001. Pada tahun 2001, dia
menjadi anggota pendiri VII Photo Agency. Untuk melaksanakan tugasnya,
Nacthwey telah ke berbagai belahan dunia, termasuk: Thailand, Indonesia, Filipina,
Sri Lanka, Korea Selatan, El Salvador, Guatemala, Nikaragua, Brasil, Somalia,
Sudan, Rwanda, Afrika Selatan, Tepi Barat, Gaza, Rusia, Chechnya, Bosnia,
Rumania, Kosovo dan, tentu saja, Amerika Serikat.
Foto-foto Nachtwey telah dipamerkan ke seluruh Eropa dan Amerika Serikat
dan dia telah menerima banyak penghargaan dan penghargaan termasuk penghargaan
World Press Photo tahun 1994. Nachtwey juga telah dianugerahi Overseas Press
Club, Robert Capa Gold Medal pada tahun 1983 1984, 1986, 1994 dan 1998. Pada
tahun 2001, sebuah film dokumenter berjudul War Photographer dirilis, yang
berfokus pada Nachtwey dan karyanya. Disutradarai oleh Christian Frei, film ini
menerima nominasi Academy Award untuk film dokumenter terbaik. Film ini
mengikuti Nachtwey erat selama dua tahun-di Kosovo, Balkan (Juni 1999), Jakarta,
Indonesia (Mei / Juni 1999), Ramallah, Palestina (Oktober / November 2000), Kawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
Ijen, Tambang Belerang A, di Jawa Timur, Indonesia (Oktober 1999) dan di kota
New York dan Hamburg. 45
Salah satu kualitas mengagumkan James Nachtwey adalah dedikasinya untuk
pekerjaan. Dia menghabiskan uangnya untuk pergi ke wilayah yang secara publikasi
peliputan media kurang menarik seperti panti asuhan di Rumania dan kelaparan di
Somalia. Nachtwey tidak ragu-ragu untuk dekat dengan obyeknya, sehingga dia
mengalammi kedekatan rasa sama dengan subjek ke pemirsanya. 46
Natchwey dipilih oleh redaksi National Geographic untuk melakukan liputan
mengenai Islam di Indonesia karena Natchwey dianggap mengenal karakter bangsa
Indonesia. Hal yang mendasarinya karena Natchwey kerap berkeliling Indonesia
selama beberapa tahundan memotret isu-isu sosial. 47
F. Liputan NGI mengenai Islam di Indonesia
Tempat dan peran surat kabar begitu unik. Kehadirannya melengkapi berita
dan menjadikannya bagian yang organis dari surat kabar.Tidaklah lengkap jika surat
kabar tidak berfoto. Dengan kehadiran foto, lengkaplah seluruh peliputan dalam surat
kabar yang bersangkutan. Kelengkapan itu berupa kelengkapan deskripsi peristiwa
terutama dalam dimensi keharuan, tragedi keceriaan atau dramatisasi. 48
45 http://en.wikipedia.org/wiki/James_Nachtwey diakses pada 17 Januari 2011 pukul 07.00 WIB. 46 http://photography.nationalgeographic.com/photography/photographers/photographer-james-
nachtwey.html diakses pada 17 Januari 2011 pukul 07.15 WIB. 47 Wawancara dengan Editor Foto NGI, Reynold Sumayku (Kantor NGI, Jakarta, Selasa, 1 Februari
2011, jam 16.00 – 17.00) 48 Jacob Oetama, Prakata, Mata Hati 1965-2007, PT Gramedia, Jakarta, 2007, hal.20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
Kehadiran foto dalam media massa cetak memiliki “suara” tersendiri dalam
mengkontruksi sebuah peristiwa. Ketika media cetak memperoleh persaingan dari
media elektronik, posisi dan peran foto di media cetak memperoleh tantangan baru.
Terutama karena media elektronik seperti televisi menyatakan segala informasi dan
narasinya dengan medium gambar bergerak dan hidup. Berita dan peristiwa disajikan
sebagai tontonan, bukan sebagai bacaan.
Peliputan mengenai Islam di Indonesia didasari oleh kondisi Islam di
Indonesia yang dianggap unik oleh redaksi majalah National Geographic pusat di
Amerika Serikat. Keberagaman aktifitas beragama terutama adanya golongan radikal
dan moderat dalam sebuah negara dianggap pantas untuk disampaikan ke masyarakat
internasional.
Redaksi kemudian menugaskan fotografer James Natchwey untuk pergi ke
Indonesia. Kurang lebih selama setahun, Natchwey melakukan peliputan dengan
berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia yang kemudian menghasilkan 14 foto
yang dipilih redaksi.
Salah satu foto Natchwey berupa seorang anak kecil jemaah An Nadzir saal
melaksanakan salat Idul Adha di Sulawesi Selatan akhirnya dipilih oleh redaksi
majalah NGI sebagai foto cover karena menarik secara visual, terkait kontras warna
dan wajah obyek yang mengarah ke kamera. Selain itu, foto tersebut dianggap cukup
mewakili adanya keberagaman Islam di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
BAB III
ANALISIS FOTO JURNALISTIK ISLAM DI INDONESIA
MAJALAH NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA
EDISI SEPTEMBER 2009
Media massa mempunyai fungsi memberi informasi kepada publik,
menghibur dan mendidik masyarakat, sekaligus memainkan fungsi perekat sosial dan
kontrol sosial, juga fungsi ekonomi dan transfer ilmu pengetahuan dan budaya.
Media massa merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah
komunikasi multikultur. Media massa memiliki posisi yang strategis dalam
masyarakat. Secara konseptual, keberadaan dan relasi antara media massa dan
masyarakat perlu dua arah. Media massa dapat membentuk atau mempengaruhi
masyarakat dan juga sebaliknya, yakni media massa sebagai cermin atau dipengaruhi
realitas masyarakat.
Media massa dengan kekuatannya mampu memegang peranan penting
sebagai katalisator masyarakat, Media massa juga berperan sebagai media “pendidik”
yang memiliki pengaruh kuat dalam membangun dan memberikan pemahaman
tentang Islam di Indonesia dalam masyarakat yang multikultur. Karena perannya
yang sangat potensial untuk mengangkat opini publik sekaligus wadah berdialog
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
antar lapisan masyarakat dan tak menutup kemungkinan antar golongan dalam Islam
di Indonesia.
Foto jurnalistik sebagai salah satu produk media massa, telah
mempertimbangkan adanya keberagaman dan kemajemukan dalam masyarakat
Indonesia, dimana dalam penyajian foto sebagai pelengkap berita (ilustrasi), foto
tunggal ataupun essai selalu memperhatikan dan mempertimbangkan aspek-aspek
kultural. Sehingga media massa berperan untuk menyadarkan tentang keberagaman
Islam di Indonesia dan jangan menjadikannya jurang pemisahan dan penyebab
perpecahan. Yakni dengan cara mendekatkan isi media pada realitas umat Islam yang
berbeda satu sama lain dalam menjalankan syariat karena semuanya berakar pada Al
Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.
A. Konsep Esai Foto Islam di Indonesia
Esai foto mengenai Islam di Indonesia disajikan dalam Majalah National
Geographic Indonesia edisi September 2009 karena Islam di Indonesia dipandang
unik. Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang beragama Islam terbesar di
dunia, memiliki sejumlah kelompok yang hidup didalamnya. Meski semuanya
menjalankan ibadah salat wajib dan membaca Al Quran, namun ternyata ada
kelompok garis keras yang menghendaki syariat Islam seutuhnya dan ada kalangan
moderat yang mengetengahkan kebebasan umat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
Lewat foto-foto yang disajikan, kita dapat mengerti bahwa foto tidak hanya
sebagai pelengkap dari sebuah surat kabar, foto sanggup berdiri sendiri sebagai
sesuatu yang memiliki peran dan mampu berbicara sendiri melebihi ribuan kata.
Liputan berupa esai foto mengenai Islam di Indonesia berikut, tak hanya
dimuat di Majalah National Geographic Indonesia tapi juga disajikan sejumlah
penerbitan di berbagai negara di dunia dengan status mitra aliansi dan lisensi
internasional (International Lisences and Aliances Partners) dari National
Geographic Magazine yang berpusat di Amerika Serikat.
B. Analisa Obyek Foto
Dengan menggunakan metode analisa semiotika untuk menginterpretasikan
segala bentuk tanda yang terkandung dalam sebuah gambar, makna-makna baik yang
dapat terlihat langsung maupun yang tersirat dapat diungkapkan dan dipaparkan.
Dalam analisis semiotik, analisa yang diungkapkan mengacu pada tanda yang muncul
dan diverifikasi dari hubungan-hubungan antar signifier dan acuan signified.
Dalam menganalisa esai foto mengenai Islam di Indonesia yang disajikan
dalam Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2009 karya James
Natchwey menggunakan metode semiotik Barthes, penulis membahas sepuluh
korpus. Masing-masing korpus yang dibahas akan meliputi makna denotatif dan
konotatif. Selain itu juga akan dibahas mengenai mitos tentang Islam di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
Esai foto jurnalistik yang dihasilkan merupakan sebuah karya perorangan
namun merupakan representasi dari sikap institusi media yang memayungi mereka.
Artinya foto-foto jurnalistik ini adalah bagian dari opini redaksi.
Berikut analisa makna dan tanda pada kesepuluh korpus yang diambil dari
foto mengenai Islam di Indonesia yang disajikan dalam Majalah National Geographic
Indonesia edisi September 2009. Foto-foto tersebut dianggap penulis dapat
menggambarkan kondisi Islam di Indonesia yang ditangkap oleh fotografer James
Natchwey.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
Korpus 1
Caption : Masjid Istiqlal di Jakarta dapat menampung 120.000 jiwa untuk salat
Jumat. Para saudagar Arab membawa Islam ke kawasan ini 1.000
tahun silam. Sekarang 86 persen dari 240 juta penduduk Indonesia
beragama Islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
Analisis Foto :
Denotatif : Gambar tersebut menunjukkan ribuan umat Islam sedang sujud saat
melaksanakan salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta. Sejumlah tiang
masjid tampak menonjol. Komposisi foto diambil secara horizontal,
menggunakan lensa wide, secara ekstrem long shot49 dan sudut dari
atas untuk menggambarkan banyaknya umat Islam yang melaksanakan
salat dan juga pilar-pilar penyangga gedung yang tampak kokoh.
Konotatif : Foto pada korpus 1 menggunakan komposisi garis untuk membawa
perhatian pembaca pada subjek utama. Tiang-tiang penyangga masjid
yang diumpamakan sebagai garis. Garis juga dapat menimbulkan
kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Dalam
Islam, salat merupakan tiang agama, salat menunjukkan kualitas
spiritual seorang muslim. Salat dalam Islam pada dasarnya merupakan
institusi tauhid, peng-Esaan Allah, refleksi sekaligus perjalanan
mengarah ke sana. Tubuh melakukan aktivitas ritual secara fisik,
sedangkan hati merefleksikan kebesaran Allah dan pikiran berurusan
dengan legalitas yang mengatur salat, semua aktivitas ini mengarah
pada yang Satu.
Foto tersebut menggunakan pengambilan secara ekstrem long shot
yang merupakan jarak kamera paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik 49 Himawan Pratista, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, hal.104.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
manusia nyaris tidak tampak. Tehnik ini umumnya untuk
menggambarkan panorama yang luas atau obyek yang sangat jauh.50
Pengambilan foto ini yang menggunakan ekstrem long shot diharapkan
mampu menggambarkan jumlah umat Islam yang mengikuti salat
Jumat sangat banyak.
Seperti pada foto, manusia yang sedang sujud terlihat sangat jauh dan
sangat banyak. Sujud merupakan gerakan kepala yang menunduk
kebawah, dua lutut diletakkan terlebih dulu kemudian dua tapak
tangan kemudian dahi dan hidung, jari-jari dirapatkan, siku tangan
agak direnggangkan dan ujung jari di tempelkan ke tanah.51 Sujud
merupakan rahasia salat dan merupakan rukunnya yang paling mulia.
Ia juga menjadi penutup rakaat. Rukun lainnya merupakan pengantar
saja baginya, sujud merupakan tujuan utama salat. Saat sujud, maka
kepala yang dianggap mulia tadi diletakkan ke atas tanah. Kepala yang
dianggap mulia tadi diletakkan sama ratanya dengan kaki,diatas tanah
yang biasa diinjak. Ini bermakna bahwa ketika sujud manusia tunduk
kepada Allah yang Maha Tinggi dengan merendahkan diri serendah-
rendahnya. Sudah sepantasnya kita sebagai manusia tunduk dihadapan
Allah karena Allah merupakan Dzat yang Maha Segala-galanya.
Perintah sujud merupakan bentuk kekhusyukan kepada-Nya,
50 Ibid, hal 105. 51 Faisal Najib Munir, Tuntunan Ibadah Salat, Solo: Cita Abadi , 1997, hal.24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
sebagaimana memohon ampunan atas apa yang telah dilakukan, untuk
menunjukan pasrahnya manusia pada Allah.
Gerakan salat dimanapun adalah sama, mulai takbirratul ihram hingga
salam. Hal ini menandakan bahwa ajaran Islam menyembah Tuhan
yang sama. Salat Jumat juga diwajibkan secara berjamaah. Berjamaah
dimaksudkan untuk memperkokoh jalinan tali silaturahmi dan
menanamkan kepekaan sosial. Berjamaah merupakan pintu masuk
untuk menggapai solidaritas dan jalinan sosial itu, untuk menopang
persaudaraan sesama umat Islam. Salat berjamaah lebih utama
dibanding salat sendirian dengan rasio perbandingan pahala 27:1.
Hitungan itu tidak hanya mengacu kepada angka yang dinisbahkan
kepada pahala, namun karena di balik berjamaah tersimpan hikmah
yang tidak ditemukan saat salat sendirian. Saat berjamaah terdapat
imam dan makmum dalam sebuah masjid dengan sistem yang
ditekankan tertib, lurus, rapat dan tidak menyisakan ruang kosong.
Semua makmum harus mengetahui dan mengikuti imam, jangan
mendahului saat melaksanakan rukun-rukun salat.52
52 Asep Muhyudin, Asep Salahudin, Salat Bukan Sekedar Ritual, Bandung: Rosdakarya, 2006, hal 274
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
Korpus 2
Caption : Siswa tunanetra membaca Al Quran di Raudlatul Makfufin, sekolah
dan yayasan di Jakarta yang membagikan Al Quran braile secara
gratis. Sedekah semacam ini menjadi bagian jaring penyelamat bagi
yang tidak berpunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
Analisis Foto :
Denotatif : Siswa tunanetra membaca Al Quran berhuruf braile di sekolah
Raudlatul Makfufin, Jakarta. Komposisi foto diambil secara horizontal
dan medium close up53 pada tangan yang meraba Al Quran braile
dengan latar belakang seseorang yang mengenakan pakaian warna
putih dan berpeci.
Konotatif : Foto dalam korpus 2 diambil menggunakan komposisi Rule of thirds
, membayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan
buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar.
Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang
pusat akan mendapat daya tarik maksimum. Detail Al Quran braile
diletakkan di pojok kanan bawah.
Umumnya, medium close up memperlihatkan wajah, tangan, kaki atau
sebuah obyek kecil lainnya. Tehnik ini memperlihatkan sangat
mendetil suatu obyek.54 Foto ini menekankan pada tangan yang
meraba huruf braile Al Quran tapi masih memperlihatkan latar
belakang lokasi di pondok pesantren. Pesantren mengajarkan cara
membaca Al Quran serta mengamalkan isinya yang berupa aturan-
aturan hidup umat Islam secara detail.
53 Himawan Pratista, loc.cit. 54 Himawan Pratista, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
Al Quran merupakan kalam Allah Swt. Al-Qur’an adalah kitab yang
diturunkan dengan penuh berkah. Al-Qur’an memberikan petunjuk
manusia kepada jalan yang lurus. Tidak ada keburukan di dalamnya,
oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari
Al-Qur’an dan mengajarkannya. Allah telah menjamin bagi siapa yang
membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan
tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, dengan firmanNya: “….
Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan
celaka.” (Thaha:123)
Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang yg
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Al Quran memuat ringkasan dari ajaran-ajaran ketuhanan yang pernah
dimuat kitab-kitab suci sebelumnya seperti Taurat, Zabur, Injil dan
lain-lain. Juga ajaran-ajaran dari Tuhan yang berupa wasiat. Alquran
juga mengokohkan perihal kebenaran yang pernah terkandung dalam
kitab-kitab suci terdahulu yang berhubungan dengan peribadatan
kepada Allah Yang Maha Esa, beriman kepada para rasul,
membenarkan adanya balasan pada hari akhir, keharusan menegakkan
hak dan keadilan, berakhlak luhur serta berbudi mulia dan lain-lain
Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al Qur’an
pada setiap kesempatan, meluangkan waktu untuk tadarrus Al Qur’an,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
mempelajarinya, mengajarkannya dan juga berusaha untuk
mengamalkannya agar beruntung mendapatkan syafa’at dari Al
Qur’an yang dibaca serta mendapatkan ridha dan Surga dari Allah di
akherat kelak.
Dengan berbekal Al Quran braile, para tuna netra seolah bertekad tak
mau kalah dengan manusia normal lain dalam membaca dan
mempelajari ayat-ayat ilahi. Keterbatasan fisik tidak menghalangi
seseorang untuk terus beribadah. Islam merupakan agama “rahmatan
lil alamin” yakni rahmat bagi semesta alam. Islam merupakan rahmat
bagi semua umat, tidak hanya manusia yang sempurna tapi juga yang
terlahir dalam keadaan kurang secara fisik. Mempelajari ajaran Islam
juga merupakan hak semua pemeluk Islam secara sama tanpa
membedakan ras, golongan ataupun kekurangan fisik.
Sistem tulisan Braille untuk orang-orang buta diciptakan oleh Louis
Braille asal Perancis. Dalam perkembangannya, sistem penulisan
braile digunakan dalam mencetak Al Quran. Perkembangan ilmu
pengetahuan dari berbagai pihak tidak menutup kemungkinan
digunakan untuk mengembangkan Islam itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
Korpus 3
Caption : “Hidup Terhormat atau Mati Syahid” begitu yang tertulis dalam
huruf merah di penutup kepala angota Front Pembela Islam.Setiap
tahun, kelompok ini berpatroli di Jakarta sebelum dan selama
Ramadhan, menekan “sumber maksiat” seperti pemilik bar dan para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
tunasusila. Pada tahun 2008, pemimpinnya divonis penjara karena
menghasut tindak kekerasan.
Analisis Foto :
Denotatif : Seorang anggota Front Pembela Islam (FPI) dengan posisi jari-
jarinya membentuk simbol pistol yang diarahkan ke kepala.
Menggunakan kaos warna putih bertuliskan BOM di dada, penutup
muka dan kepala dengan logo kelompok FPI berwana hijau dan tulisan
berwarna merah “Hidup mulia mati syahid” dalam bahasa arab.
Dibelakangnya tampak kerumunan anggota FPI, salah satu
mengalungkan syal warna hijau di leher. Menggunakan medium close
up55 secara frontal dalam pengambilan gambar.
Konotatif : Foto dalam korpus 3 diambil menggunakan komposisi Rule of thirds
, membayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan
buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar.
Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang
pusat akan mendapat daya tarik maksimum. Dalam korpus 3, posisi
jari-jari anggota FPI yang membentuk simbol pistol mendapat daya
maksimum karena diletakkan di pojok kiri atas.
Pada medium close up, memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke
atas, sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar tidak lagi 55 Himawan Pratista, loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
dominan.56 Foto memfokuskan pada salah satu anggota FPI tetapi
juga masih memperlihatkan anggota-anggota lainnya pada latar
belakang, hal ini menunjukkan bahwa anggota FPI dalam aksinya
bergerak secara berkelompok, tidak secara individual. Foto ini diambil
secara frontal, anggota PFI tersebut menatap kamera menunjukkan
keberanian yang mereka miliki.
Front Pembela Islam (FPI) merupakan gerakan Islam yang muncul
pada tahun 1998 di Jakarta. Arti front mengacu pada pengertian
“depan” dan dalam konteks Islam menjadi “pembela paling depan”.
”Pembela” diambil dari dari ayat Al Quran: Ya ayyuha al ladzina
amanu kunu ansharallah, artinya: Wahai orang-orang yang beriman,
jadilah pembela/penolong Allah (QS. Ash-Shaff:14). Menurut Habib
Rizieq, menjadi “pembela Allah” maksudnya menjadi “pembela
agama Allah”, yakni Islam. Jadi pembela agama Allah adalah pembela
Islam. 57 Semboyan “Hidup mulia atau mati syahid” berasal dari
kalimat terakhir Sayyid Qutb, tokoh Ihwanul Muslimin Mesir yang
mati ditiang gantungan di era Jamal Abdul Nasser. Kalimat ini
mengandung pengertian, hanya orang mulia yang mati syahid dan juga
kesyahidan hanya dicapai oleh orang yang hidupnya mulia.58
56 Himawan Pratista, loc.cit. 57 Andri Rosadi, Hitam Putih FPI (Front Pembela Islam), Jakarta: Nun Publisher, hal 88. 58 Ibid, hal 100.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
Orang yang difoto menggunakan penutup kepala hingga muka
dimaksudkan untuk menyembunyikan wajah. Penutup wajah model
ini, awal mulanya digunakan oleh para algojo saat mengeksekusi mati
seorang terdakwa yang dinyatakan bersalah, menggunakan tiang
gantungan maupun memenggal kepala. Pemakaian penutup wajah oleh
anggota Front Pembela Islam (FPI) ini terkait aktivitas kelompok yang
kerap melakukan aksi lapangan yang terkadang berujung pada tindak
kekerasan di sejumlah tempat yang mereka anggap lokasi maksiat.
Mereka menyembunyikan wajah agar identitasnya tidak diketahui oleh
orang lain diluar kelompok mereka, untuk menghindari beban yang
mungkin ditanggung oleh diri sendiri maupun keluarganya. Posisi jari
yang membentuk simbol pistol serta tulisan BOM di bagian depan
kaus mengindikasikan bahwa mereka siap menghadapi lawan yang
mereka anggap melawan syariat Islam, hingga menggunakan senjata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
Korpus 4
Caption : Sebelum dieksekusi pada November 2008, Muklas,bagian dari
kelompok pendukung Al Qaeda, tampil dari balik jeruji besi. Pada
2002 dia ikut merencanakan bom Bali yang menewaskan 202 orang.
Beberapa serangan terjadi lagi, termasuk ledakan bom pada Juli 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
Analisis Foto :
Denotatif : Muklas, terdakwa kasus bom bali terlihat dibalik jeruji besi dengan
bibir tersenyum di Lapas Nusakambangan. Muklas mengenakan
pakaian serba putih termasuk peci. Foto diambil dengan menggunakan
medium shot59. Membuat komposisi foto, dengan memainkan
background atau foreground memang sering dilakukan oleh para
fotografer untuk memberikan setting lokasi pengambilan gambar,
termasuk fotografer Jurnalistik.60 Dalam foto tersebut, fotografer
menggunakan keadaan sekitar yang penuh jeruji besi sehingga dapat
menguatkan bahwa Muklas berada dalam lembaga pemasyarakatan
terkait kasus yang dialaminya.
Konotatif : Dalam beberapa keadaan termasuk foto dalam korpus 4, pilihan
komposisi terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang
melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik
perhatian. Umumnya makin “ramai” sebuah gambar, makin kurang
menarik gambar itu. Foto korpus 4 berkonsentrasi pada satu titik
59 Himawan Pratista, loc cit. 60 Wawancara dengan Hasan Sakri Gozali, pewarta Harian Tribun Jogja. (Manahan, Solo, Minggu, 6
Februari 2011, jam 16.00 – 17.00)\
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
perhatian yakni sosok Muklas dan memaksimalkan daya tariknya
sebagai terdakwa kasus pengeboman di Bali.
Pengambilan gambar diatas menggunakan medium shot dimana
memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas, gesture serta
ekspresi wajah mulai nampak. Pada gambar tersebut, sosok manusia
mulai dominan dalam frame61. Dengan kondisi seorang tahanan yang
berada dibalik jeruji besi yang cukup dominan, menunjukkan
kebebasan oarang didalam penjara dikekang sehingga tidak bebas
berperilaku selayaknya orang biasa.
Sebagai seorang tahanan, seharusnya Muklas tampak murung dan
kurang bahagia, tetapi dalam foto tersebut Muklas tampak bahagia
dengan memperlihatkan ekspresi senyum. Senyum yang merupakan
bagian dari ekspresi wajah bahagia, namun seringkali muncul saat
seseorang tidak bahagia, senyum dapat digunakan untuk menutupi
emosi yang lain, seperti saat mengalami ketakutan, mengindikasikan
sikap tunduk padahal yang tidak menyenangkan. Senyuman juga dapat
digunakan untuk membuat situasi yang tegang menjadi lebih
nyaman.62Senyum yang diekspresikan Muklas sebelum ekskusi mati
pada tahun 2008, bisa diartikan bahwa dia bahagia karena akan mati
syahid, dia beranggapan bahwa aksinya dalam bom Bali pada tahun
61 Himawan Pratista, loc cit. 62 Paul Ekman dan Wallace V Riesen, Buku Dulu Topengmu, Yogyakarta: Baca, 2003, hal 161.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
2002 dengan sasaran non Muslim dan tempat maksiat yang
menewaskan 202 orang63 merupakan perjuangan dijalan Allah.
Muklas dalam foto tersebut mengenakan baju lengan panjang
berwarna putih. Dalam buku The American Girls Handy Book, hal.
369, warna putih ataupun warna perak melambangkan kecerahan,
ketulenan, kebaikan, dan kesucian hati. 64 Dengan mengenakan baju
berwarna putih, Muklas ingin dianggap suci hati oleh orang yang
melihatnya. Jeruji besi yang menjadi latar pengambilan gambar
menunjukkan tertahannya atau terkurungnya seseorang karena
perbuatan yang dianggap salah oleh masyarakat.
63 Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2009, hal 97. 64 Dikutip dari http://ms.wikipedia.org/wiki/Putih diakses pada 1 Maret 2011 pukul 06.00 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
Korpus 5
Caption : Unit Polisi Syariah Banda Aceh yang berseragam lengkap
melakukan razia kepada sejumlah pria yang diwajibkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
melakukan salat Jumat. Polisi syariah adalah polisi kota yang bertugas
mengawasi kepatuhan menjalankan peraturan daerah. Pada hari Jumat,
menurut peraturan Provinsi Aceh semua pria Muslim harus ke masjid.
Analisis Foto :
Denotatif : Dua polisi wanita Syariah Aceh yang berseragam lengkap dengan
jilbab hingga menutup dada serta menganakan topi melakukan razia,
didepannya seorang pria mengeluarkan KTP dari dalam dompet.
Mereka berkeliling kota pada hari Jumat untuk menghimbau para pria
bersegera ke masjid menunaikan salat Jumat. Gambar diambil secara
medium long shot.65
Konotatif : Gambar diatas diambil menggunakan medium long shot dimana
memperlihatkan tubuh manusia dari lutut sampai ke atas. Pada gambar
tersebut, tubuh fisik manusia dan lingkungan terlihat secara
seimbang.66 Syariat Islam juga berlangsung di semua tempat, tidak
hanya di ruang pribadi tapi juga lingkungan publik. Oleh karena itu,
polisi syariat melakukan razia hingga pasar.
Polisi wanita pada umumnya mengenakan seragam berupa baju lengan
pendek dan rok atau celana panjang, tapi polisi syariah dalam gambar
65 Himawan Pratista, loc. cit 66 Himawan Pratista, loc. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
tersebut mengenakan seragam berupa baju lengan panjang dan jilbab
yang menutup dada. Hal itu sesuai dengan syariat Islam yang
mengajarkan wanita harus menutup tubuhnya saat berada di luar
rumah.
Seorang lelaki yang ditemui saat razia hari Jumat mengeluarkan KTP
dari dalam dompet. KTP merupakan identitas diri yang didalamnya
tercantum data mengenai agama yang dianut serta asal domisili
pemiliknya.
Gagasan Islam merupakan solusi terhadap semua masalah terdapat
pada hampir semua gerakan Islam. Islam sebagai solusi berjalan
melalui penetapan syariat. Syariat Islam adalah hukum dan aturan
Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain
berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian
masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam,
syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh
permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.. Salah satu
gagasan utama dalam hukum Islam adalah amar makruf nahi
mungkar. Untuk itu, adalah suatu kebutuhan mutlak adanya undang-
undang yang berdasarkan syariat Islam.67
Aceh adalah satu-satunya propinsi di Indonesia yang sejak tahun 1999
telah mendapatkan hak untuk menerapkan hukum Islam secara penuh 67 Andri Rosadi, Op. Cit, hal. 144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
dan secara perlahan-lahan telah mulai meletakkan sebuah kerangka
kelembagaan untuk menegakkan Syari’at Islam.
Dikenal sebagai "Serambi Mekkah", Aceh terkenal sebagai salah satu
daerah di Indonesia yang tradisi Islamnya amat kuat, tetapi juga salah
satu daerah yang etnosentris. Di satu pihak, menjadi orang Aceh
berarti berasal dari kelompok etnis yang berbahasa Aceh. Di pihak
lain, berarti hidup dimanapun yang berada dalam lingkup kesultanan
Aceh di masa lampau dan merasa memiliki hubungan yang erat
dengan sejarahnya. Identitas masyarakat Aceh tak pernah didasarkan
hanya kepada ajaran Islam saja.
Latar belakang diberlakukannya syariat Islam di Aceh diantaranya
karena Islam adalah identitas utama masyarakat dan kebudayaan Aceh
dan Syari’at pernah diterapkan di Aceh pada masa kesultanan, jadi ada
preseden historis. Selain itu juga keinginan sebagian besar masyarakat
yang didasari oleh teori-teori eksistensi hukum yang sudah
diberlakukan sejak zaman penjajah belanda, yaitu teori Receptio In
Complexu yang pada waktu itu dikeluarkan oleh Snouck Hurgronje
yang mengatakan bahwa bagi setiap penduduk berlaku hukum
agamanya masing-masing, bagi orang Islam berlaku hukum agama
Islam, demikian juga yang lain dan juga karena predikat Aceh sebagai
serambi Mekah, sehingga menjadi semangat spiritual. Semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
tersebut kemudian didukung oleh UU No 11 Tahun 2006 memberikan
keleluasaan kepada Aceh untuk membuat Qanun yang mengatur
pelaksanaan syariat Islam.68
Institusi yang dibentuk dibawah hukum Islam salahsatunya yaitu
wilayatul hisbah (WH). WH adalah petugas patrol yang ditugaskan
untuk mengawasi ketaatan warga terhadap Syari’at Islam. Pada
peraturan pertama tentang Syari’at yang diadopsi mengikuti undang-
undang tahun 1999, pemerintah propinsi diberi mandat untuk
membentuk WH sebagai sebuah institusi yang “mengontrol dan
mengawasi” pelaksanaan Syari’at Islam.
Pelanggaran pidana dibagi menjadi tiga kategori. Pelanggaran hudud
meliputi zina, tuduhan palsu tentang berzina; mencuri, merampok,
mengkonsumsi minuman keras, kemurtadan dan pemberontakan,
adalah pelanggaran yang hukumannya ditetapkan dalam Al Quran.
Qishashdiyat berhubungan dengan masalah pembunuhan dan
penganiayaan, dan biaya dari pelaku kepada keluarga korban.
Pelanggaran ta’zir adalah pelanggaran diluar hudud dan qishash, yaitu
kejahatan yang mana hukumannya tidak ditetapkan dalam Al Quran,
karena itu tergantung kebijaksanaan hakim. Pelanggaran ini termasuk
perjudian, penipuan, pemalsuan dokumen, khalwat, tidak berpuasa
68 Suparman Ustman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001 Hal. 111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
dalam bulan Ramadan dan meninggalkan shalat. Ta’zir juga dapat
termasuk pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum atau
merusak kepentingan umum seperti pelanggaran lalu lintas.
Korpus 6
Caption : Kaum Wanita di komunitas An Nadzir memulai hari raya Kurban. Di
saat Matahari terbit, doa mereka menyatu dengan doa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
dipanjatkan kaum Muslim Indonesia lainnya, baik pendukung aliran
fundamentalis maupun aliran moderat, “Allahu Akbar” Allah Maha
Besar.
Analisis Foto :
Denotatif : Memperlihatkan seorang anak kecil yang sedang melakukan salat
Idul Adha bersama sejumlah perempuan. Anak kecil mengenakan
mukena berwarna mayoritas putih tampak menonjol dibandingkan
perempuan-perempuan yang mengenakan mukena dan cadar berwarna
hitam dibelakangnya. Komposisi foto diambil menggunakan medium
long shot 69, mengambil sudut dari depan secara frontal dengan
komposisi simetrik.70
Konotatif : Kontras warna mukena dimaksudkan agar menarik secara visual dan
tentunya juga agar menarik perhatian pembaca, selain itu juga
menentukan focus of interest suatu obyek. Pengambilan medium long
shot dimaksudkan untuk melihat keadaan sekitar, dimana anak kecil
berada di dekat sejumlah perempuan bermukena dan bercadar hitam.
Sedangkan komposisi simetrik yang diambil bersifat statis, obyek
terlihat ditengah frame dan proposorsi ruang di sisi kanan dan kiri
69 Himawan Pratista, loc. cit 70 Himawan Pratista, loc. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
relatif seimbang. Komposisi simetrik dapat digambarkan untuk untuk
berbagai macam motif dan simbol seperti tertutup, terperangkap atau
keterasingan.
Mukena yang dikenakan anak kecil yang terlihat dalam foto
menandakan bahwa dia sedang menjalankan ibadah salat. Salat
merupakan ibadah yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri
salam. Takbiratul ihram yang berbunyi Allahu Akbar, Allah Maha
Besar sembari mengangkat kedua tangan sembari mengangkat kedua
tangan bermakna bahwa Allah swt lebih besar dari yang dapat kita
bayangkan, lebih besar dari seluruh kekuatan dan kekuasaan yang
paling menakutkan sekalipun, yang dijadikan sandaran sekaligus
tempat bergantung umat manusia. Allah harus ditempatkan sebagai
pusat orientasi hidup umat Islam, selain itu juga menyimbolkan rasa
kedulatan dan kekuasaan Tuhan. Jika Tuhan merupakan Sang
Penguasa, maka umat Islam merupakan hamba Nya yang wajib
memenuhi semua ketentuan Nya.
Jemaah An Nadzir merupakan kelompok yang memilih menetap jauh
dari keramaian dengan harapan bisa lebih khusyuk beribadah. Mereka
menetap di pedalaman, dipinggir Danau Mawang dan jumlah anggota
komunitas mereka telah mencapai 700 orang (bahkan ada yang
mengklaim jumlah mereka sekitar 1000 orang lebih) yang berasal dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
berbagai daerah di seluruh Indonesia, seperti Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Flores, namun kebanyakan diantara mereka berasal dari
Luwu. 71 Sejumlah wanita yang tampak dalam foto mengenakan cadar
berwarna hitam. Cadar dalam bahasa Arab disebut An-Niqab adalah
sesuatu yang berguna untuk menutupi seluruh wajah perempuan. An
Niqab kenal pula dengan sebutan Al Barqa atau Al Qina yang berarti
kain yang menutup seluruh wajah muslimah. Pakaian hitam yang
dipakai wanita kaun An Nadzir, selain untuk salat juga digunakan
dalam aktifitas keseharian.
Model pakaian yang longgar ini untuk menutup aurat serta tidak
menampakkan lekuk tubuh. Warna hitam dipilih karena warna hitam
tidak tembus pandang. Warna memiliki makna tersendiri, Molly E
Holzschlag, seorang pakar mengenai warna, dalam tulisannya
”Creating Color Scheme” menyatakan bahwa warna hitam mempunyai
makna kekuatan, seksualitas, kematian, misteri, dan keanggunan.72
Kaum wanita An Nadzir yang menggunakan cadar berwarna hitam
ingin dianggap mempunyai kekuatan untuk menjalankan syariat Islam
yang mereka yakini berbeda dibanding mayoritas umat Islam lainnya
di Indonesia. Anak yang berada di depan tidak menggunakan pakaian
warna hitam, bahkan mayoritas putih dan sedikit berwarna-warni di
71 Dikutip dari http://annadzir.blogspot.com/2009/02/mengenal-jamaah-nadzir-ditulis-pada.html
diakses pada 8 Maret 2011. 72 Adi Kusrianto, Pengantar Deskomvis, Yogya, 2007, Hal.46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
ujung mukena. Hal ini karena anak-anak belum memasuki usia yang
cukup untuk melaksanakan syariat. Namun seiring perkembangan
usia, nantinya dia juga akan berubah mengikuti peraturan yang berlaku
di lingkungan dia tinggal.
Korpus 7
Caption : Kaum pria di komunitas An Nadzir Sulawesi Selatan menjauhi
teknologi, mengenakan sorban seperti yang menurut mereka dilakukan
Nabi Muhammad, dan mengutuk kekerasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
Analisis Foto :
Denotatif : Seorang pria, kaum An Nadzir mengenakan surban di Sulawesi
Selatan. Baju yang dikenakan berwarna merah, kontras dengan warna
hitam disekelilingnya. Gambar diambil dengan tehnik low key
lighting73 secara medium close up74, dari belakang pundak untuk
mendapatkan pantulan kaca yang berbentuk segitiga dan tehnik
framing melalui siku tangan. Gambar tersebut juga diambil dengan
kondisi pencahayaan low key lighting, yang merupakan suatu tehnik
dengan menciptakan batasan yang jelas antara gelap dan terang,
mengutamakan unsur bayangan yang tegas.75
Konotatif : Foto pada korpus 7 menggunakan komposisi leading lines. Garis
yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau
melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk : Garis-garis
yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat
secara langsung misalnya bayangan, refleksi.
73 Himawan Pratista, op. cit, hal 79. 74 Himawan Pratista, loc. cit 75 Himawan Pratista, op. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
Pada medium close up, memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke
atas, sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar tidak lagi
dominan.76 Jemaaah An Nadzir lebih mengutamakan pelaksanaan
syariat Islam dalam kehidupan sehingga urusan duniawi bukan lagi
menjadi sesuatu yang diutamakan, terlihat dari cara hidup mereka
dalam kesederhanaan.
Refleksi kaca dalam korpus ini memantulkan aktivitas pemakaian
sorban yang merupakanan sunnah dan ciri khas kaum muslimin, baik
dalam sholat maupun di luar sholat. Salat bukanlah permainan, tapi
merupakan tanda ketundukan dan kerendahan diri di hadapan Allah.
Sepantasnya seorang hamba saat dia menghadap, dia mengenakan
pakaian yang layak digunakan. Diantara perhiasan seorang pria
muslim adalah penutup kepala, seperti songkok, dan surban (imamah).
Pencerminan tersebut juga sebagai bentuk upaya meniru kebiasaan
Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya, baik dalam sholat,
maupun di luar sholat, mereka senantiasa mengenakan surban
(imamah), jurnus (penutup kepala yang bersambung dengan pakaian),
atau songkok. Amr bin Huroits -radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Nabi -
Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berkhutbah, sedang beliau
memakai surban hitam". (HR. Muslim (1359), Abu Dawud (4077),
Ibnu Majah (1104 & 3584)). Jadi, disunnahkan bagi setiap orang yang 76 Himawan Pratista, loc. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
mau melaksanakan shalat untuk mengenakan pakaian yang layak dan
paling sempurna.
Di antara kesempurnaan busana shalat adalah dengan memakai
imamah (sorban), songkok, atau lainnya yang biasa dikenakan di
kepala ketika beribadah, kepala hanya menjadi aurat bagi kaum
wanita, bukan untuk kaum pria. Penggunaan penutup kepala
dimaksudkan untuk menahan rambut agar tidak menutup kening.
Kening merupakan salah satu anggota badan yang harus menempel ke
tanah secara langsung saat umat Islam bersujud ketika menjalankan
ibadah salat. Jemaah pria kaum An Nadzir memakai surban (imamah)
dalam keseharian terutama saat beribadah, semata-mata untuk
mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Pemakaian surban (imamah)
juga merupakan bentuk pemakaian simbol Islam dan komunitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
Korpus 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
Caption : Tradisi mengharuskan siswi berpakaian tertutup di Pesantren
Sunanul Husna, Jakarta. Kecenderungan menerapkan hukum Islam
secara lebih ketat tidaklah otomatis berarti dukungan kepada kaum
militan.
Analisis Foto :
Denotatif : Fokus foto berupa seorang pelajar pesantren Sunanul Husna, Jakarta
yang menggunakan jilbab dan bercadar hitam tampak menunduk pada
saat kegiatan belajar mengajar. Dua pelajar yang juga berpakaian
tertutup, salah satunya sedang memegang pena, tampak blur menjadi
latar belakang foto tersebut. Foto diambil dengan menggunakan
medium close up.77
Konotatif : Foto dalam korpus 8 diambil menggunakan komposisi Rule of thirds
, membayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan
buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar.
Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang
pusat akan mendapat daya tarik maksimum. Dalam foto ini, elemen
gambar yang paling kuat muncul adalah cadar dan kacamata yang
dipakai oleh siswi pesantren. 77 Himawan Pratista, loc. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
Umumnya, medium close up memperlihatkan wajah, tangan, kaki atau
sebuah obyek kecil lainnya.78 Tehnik ini memperlihatkan cukup
mendetailnya suatu obyek, dalam foto ini adalah wajah siswi yang
mengenakan cadar. Pengambilan ini untuk menegaskan kewajiban
pemakaian cadar oleh siswi pesantren, dikuatkan dnegan terlihatnya
terlihat dua orang siswi yang juga menggunakan cadar di latar
belakang.
Sebagian muslim yang menggunakan cadar, mempunyai keyakinan
bahwa dirinya harus menutup keseluruhan anggota badan, termasuk
wajah. Warna hitam yang digunakan dimaksudkan agar tidak
transparan sebagaimana warna putih atau terang. Warna hitam dipilih
karena warna hitam tidak tembus pandang. Warna memiliki makna
tersendiri, Molly E Holzschlag, seorang pakar mengenai warna, dalam
tulisannya ”Creating Color Scheme” menyatakan bahwa warna hitam
mempunyai makna kekuatan, seksualitas, kematian, misteri, dan
keanggunan.79 Mereka yang menggunakan cadar berwarna hitam ingin
dianggap mempunyai kekuatan untuk menjalankan syariat Islam yang
mereka yakini berbeda dibanding mayoritas umat Islam lainnya di
Indonesia.
78 Himawan Pratista, loc. cit 79 Adi Kusrianto, Loc. Cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
Tidak ada yang lebih bisa menggambarkan interaksi antara ketentuan
Al Quran dengan praktik adat selain perkembangan cadar kaum
perempuan pada awal Islam. Keduanya adalah adat yang diasimiliasi
dari masyarakat Persia dan Bizantium yang dipandang sebagai
perwujudan utama norma dan nilai Al Quran. Al Quran tidak
mewajibkan cadar, sebaliknya Al Quran cenderung menekankan pada
partisipasi dan tanggungjawab agama baik laiki-laki maupun
perempuan di masyarakat. Penggunaan cadar sejatinya untuk
melindungi, menghormati dan mengistimewakan kaum perempuan.80
Di dalam Islam lebih mengutamakan tindakan yang sifatnya
pencegahan (preventif), sebelum tindakan yang sebenarnya terjadi.
Jilbab, niqab, dan burqa, bukan simbol Islam garis keras. Tetapi,
sesungguhnya langkah preventif bagi muslimah untuk menjaga dan
melindungi diri mereka dari fitnah, dan tindak kejahatan.
Perbuatan dosa besar manusia, tak lain berawal dari mata, yang
memandang perempuan yang bukan menjadi muhrimnya. Karena
segala kejahatan itu, bermula dari mata, yang diteruskan ke hati,
pikiran, dan kemudian mendorong manusia bertindak. Mata dapat
mendorong lahirnya syahwat birahi, yang tidak terkendali, bagi
seseorang. Mata yang tidak terjaga dengan iman, yang kuat, hanya
melahirkan nafsu, yang menyebabkan manusia berubah menjadi 80 John L Esposito, IslamWarna Warni, Jakarta: Paramadina, 1991, Hal 123.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
binatang, sekalipun manusia masih berstatus sebagai manusia.
Misalnya, seandainya di kantor-kantor dan tempat-tempat umum
(publik), dibolehkan dan dibiarkan para wanita berpakaian sangat
terbuka, maka dampaknya setiap laki-laki melihat tubuh-tubuh
mereka, dan bagian-bagian tubuh lainnya, yang dapat menimbulkan
nafsu syahwat yang tidak terkendali. Wanita memiliki yang disebut
dengan ‘sex appeal’, yang dapat mempengaruhi birahi laki-laki. Lebih
jauh, suara wanita saja, juga dapat menimbulkan nafsu syahwat. Maka,
Islam selalu bertindak preventif, mencegah segala bentuk perbuatan
fasad (kerusakan), yang mungkin akan timbul. Dengan cara-cara
mendahului dari perbuatan dosa besar, yang bakal timbul, diakibatkan
interaksi manusia melalui mata, dan indera lainnya.
Burqa dan niqab melindungi wanita dari setiap orang yang bukan
menjadi muhrim mereka. Tidak ada yang berhak melihat bagian-
bagian tubuh mereka, selain muhrim mereka sendiri. Apabila para
wanita menggunakan burqa dan niqab, pasti akan menyebabkan
kehidupan lebih bersih. Tidak akan mungkin mata laki-laki dapat
melihat tubuh, dan bagian tubuh wanita. Sehingga, mata, hati dan
pikiran setiap laki-laki menjadi bersih, dan terbebas dari dosa besar.
Tidak akan ada kerusakan yang ditimbulkan dari 'zina' mata oleh para
lelaki, dan para lelaki akan mendapatkan ketenangan dengan wanita,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
yang selalu menjaga dirinya dengan cara berpakaian yang Islami. Pada
jaman modern, perempuan mempunyai dua model yakni gaya hidup
yang relatif baru, kebarat-baratan dan gaya hidup Islami tradisional
yang menjalani kehidupan sama dengan generasi terdahulu.
Foto ini diambil menggunakan tehnik blur pada latar belakang. Dalam
sebuah foto tehnik blur pada latar depan atau belakang sangatlah
bermanfaat untuk menguatkan focus of interest dalam sebuah foto.
Korpus 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii
Caption : Krisis ekonomi mengharuskan banyak keluarga Indonesia untuk
tidak hanya mengandalkan kaum pria dalam mencari nafkah. Lebih
dari separuh penduduk wanita memiliki pekerjaan, jumlah yang terus
bertambah.
Analisis Foto :
Denotatif : Dalam foto ini terlihat dua petugas SPBU yang mengenakan jilbab
melayani konsumen di Sumatera. Salah satunya mengalirkan bensin ke
dalam tangki sepeda motor menggunakan selang. Komposisi foto
diambil secara medium long shot serta low angle.81
Konotatif : Foto dalam korpus 9 diambil menggunakan komposisi center.
Sebenarnya meletakkan obyek tepat ditengah – tengah adalah salah
satu isu kunci dalam fotografi. Obyek berada di tengah frame, tapi
tidak selamanya bahwa subjek harus tepat ditengah – tengah sepanjang
waktu. Centering digunakan untuk menarik perhatian untuk obyek
tertentu, karena menciptakan dimensi ruang serta untuk mengatasi
kesulitan lokasi. Posisi wanita, pegawai SPBU terlihat ditengah
81 Himawan Pratista, loc. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cviii
dengan kombinasi foreground dan background yang memperlihatkan
kondisi lingkungan kerjanya.
Pengambilan secara medium long shot merupakan pengambilan
dengan jarak pada tubuh manusia terlihar dari lutut hingga atas, tubuh
fisik manusia dan lingkungannya sekitar relatif seimbang.82
Memperlihatkan dua orang wanita yang bekerja di luar rumah, yakni
SPBU. Wanita yang bekerja, saat ini bukan menjadi sesuatu yang tabu
dan sudah dianggap biasa oleh masyarakat di Indonesia.
Sedangkan sudut low angle, membuat tubuh manusia tampak
dominan, percaya diri dan kuat.83 Seperti pada gambar, low angle
untuk menggambarkan sosok wanita pekerja SPBU yang kuat, bekerja
di luar rumah karena tuntutan ekonomi bahkan mereka seringkali
mengerjakan sesuatu yang berat, tak kalah dengan para pria.
Pakaian berlengan pendek berwarna merah yang dipakai wanita dalam
foto merupakan seragam SPBU, sebagai bentuk penyesuaian syariat
Islam bagi wanita berjilbab yang keluar rumah maka pemakaian baju
seragam ditambah lengan panjang berwarna hitam.
Dalam bukunya Syubuhat Haula Al-Islam, Muhammad Quthb lebih
jauh menjelaskan: Perempuan pada awal zaman Islam pun bekerja,
ketika kondisi menuntut mereka untuk bekerja. Masalahnya bukan
82 Himawan Pratista, loc. cit 83 Himawan Pratista, op. cit hal 107.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cix
terletak pada ada atau tidaknya hak mereka untuk bekerja,
masalahnya adalah bahwa Islam tidak cenderung mendorong wanita
keluar rumah kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang sangat perlu,
yang dibutuhkan oleh masyarakat, atau atas dasar kebutuhan wanita
tertentu. Misalnya kebutuhan untuk bekerja karena tidak ada yang
membiayai hidupnya, atau karena yang menanggung hidupnya
tidak mampu mencukupi kebutuhannya.84
Tentu saja tidak semua bentuk dan ragam pekerjaan yang terdapat
pada masa kini telah ada pada masa Nabi Muhammad SAW. Namun,
betapapun, sebagian ulama menyimpulkan bahwa Islam
membenarkan kaum wanita aktif dalam berbagai kegiatan, atau
bekerja dalam berbagai bidang di dalam maupun di luar rumahnya
secara mandiri, bersama orang lain, atau dengan lembaga pemerintah
maupun swasta, selama pekerjaan tersebut dilakukan dalam kondisi
sopan, serta mereka dapat memelihara agamanya, dan dapat pula
menghindarkan dampak-dampak negatif pekerjaan tersebut terhadap
diri dan lingkungannya.
84 Dikutip dari http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Perempuan2.htm diakses pada 1 Maret
2011 pukul 16.00 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cx
Korpus 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxi
Caption : Romaeni binti Hasan Basri (kedua dari kiri) mengenakan cadar pada
semester terakhir ketika kuliah di Institut Kesenian Jakarta. Teman-
temannya pun menggoda: “Kamu berkumis ya?” Namun, akhirnya
mereka terbiasa. “Keyakinan itu proses” katanya. “Aku sedang
menjalani proses itu, dengan atau tanpa cadar”
Analisis Foto :
Denotatif : Romaeni binti Hasan Basri (kedua dari kiri) yang mengenakan jilbab
dan cadar berada ditengah teman-temannya yang mengenakan baju
kasual dan salah satunya sedang merokok, saat makan di Institut
Kesenian Jakarta (IKJ). Dibelakangnya tampak lukisan mural yang
menghiasi dinding. Foto diambil secara medium shot85 menggunakan
lensa wide untuk mendapatkan gambar secara keseluruhan, termasuk
gelas plastik minuman yang menjadi foreground.
Konotatif : Foto dalam korpus 10 diambil menggunakan komposisi Number of
subject. Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam,
kurang menarik dari pandangan komposisi. Menemukan salah satu
subyek yang “berbeda” diantara sekian banyak subyek, akan 85 Himawan Pratista, loc. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxii
menonjolkan subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan,
bentuk dan warna. Dalam foto ini, elemen gambar yang paling kuat
muncul adalah Romaeni karena berbeda dalam penampilan
dibandingkan dengan teman-temannya.
Pengambilan gambar diatas menggunakan medium shot dimana
memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas, gesture serta
ekspresi wajah mulai nampak. Pada gambar tersebut, sosok manusia
mulai dominan dalam frame.86 Menggambarkan keadaan wanita
Muslim dengan kondisi lingkungannya. Meski sedang berproses untuk
lebih mengenal Islam dengan menggunakan cadar, Romaeni tidak
memilih-milih teman dengan berbagai karakter yang berbeda-beda.
Mural yang menjadi latar belakang pengambilan gambar merupakan
bentuk ungkapan ekspresi. Sebagai sekolah seni, maka Institut
Kesenian Jakarta (IKJ) membebaskan mahasiswanya untuk
berekspresi.
Tidak seperti wanita Muslim bercadar lainnya yang membatasi
pergaulan dengan lingkungannya bahkan hanya mau berkumpul
sesama perempuan saja, Romaeni tetap bersosialisasi dengan teman-
temannya di kampus yang menganut kebebasan. Hal ini ditunjukkan
dengan gambar saat Romaeni berkumpul dengan teman-teman prianya
yang tentu saja berbeda jenis kelamin bahkan salah satunya merokok. 86 Himawan Pratista, loc. cit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiii
Proses seseorang menjadi muslim dapat melewati beberapa pintu
alternatif, salah satunya adalah melalui pengalaman dan pergumulan
hidup spiritual yang dialami secara pribadi. Proses yang harus dilalui
itu bisa melalui aktivitas membaca, proses pencaharian dengan
menggunakan akalnya dan hidayah dari Allah. Pendidikan Islam untuk
membangun keyakinan yang kukuh mestinya lewat proses ini.
Sayangnya proses tersebut belum banyak dipikirkan, dan yang terjadi
selama ini lebih banyak lewat doktrin yang tak banyak memberi ruang
gerak indera dan juga pikiran melakukan pergumulan dan
pengembaraan untuk memperoleh keyakinan tentang kebenaran
agamanya. Padahal dengan cara itu sesungguhnya keimanan yang
diperoleh menjadi lebih kukuh dan tahan dari berbagai godaan dari
manapun datangnya.
Foto ini mempunyai kesulitan sendiri dalam pencariannya, tidak
mudah menemukan keterbukaan seorang wanita bercadar terhadap
lingkungannya, apalagi komunitas dimana dia berada juga mau
menerima keberadaannya. Wanita bercadar yang biasanya hanya
ditemui di masjid, ternyata juga beraktifitas di kantin yang merupakan
tempat publik dimana semua orang dari berbagai golongan hadir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiv
C. Analisis Mitos
Dalam pembagian agama menurut bentuk sumbernya, Islam dikategorikan
sebagai agama teks, dalam arti bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan
berdirinya agama tersebut bahkan juga doktrin-doktrinnya didasarkan pada dua teks
yakni Al Quran dan Hadist. Umat Islam percaya bahwa untuk dapat selamat di dunia
dan akhirat, maka harus berpedoman kepada Al Quran dan Hadist karena
didalamnya mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia sebagai acuan segala
tindakan perilaku dalam menjalani kehidupan tersebut.
Yang membedakan Islam dengan agama lain, tentu saja dalam hal
pelaksanaan ibadah dan syariatnya. Salah satu perbedaan itu berupa rukun Islam
yakni, membaca kalimat syahadat, menjalankan salat, berpuasa di bulan Ramadan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxv
berzakat dan pergi berhaji bila mampu. Sebagai bentuk rukun Islam kedua, pemeluk
Islam diwajibkan melaksanakan salat karena salat adalah komunikasi langsung antara
Pencipta dan hambanya maka pada saat seseorang sadar dan menjalankan perintah
sholat, berarti dia sadar akan adanya Tuhan dan patuh akan perintah dan larangannya.
Umat Islam akan terpecah menjadi berbagai kelompok hingga akhir jaman.
Kelompok ini terbagi karena perbedaan dalam berbagai pandangan mengenai agama,
termasuk penafsiran teks-teks dalam Al Quran maupun Hadist Nabi Muhammad
SAW. Perbedaan dan kefanatikan dari golongan tertentu menyebabkan mereka
merendahkan golongan lainnya. Mereka hanya menghargai pendapat mereka sendiri.
Kepercayaan atau pendapat golongan lain yang berlawanan atau mempunyai
perbedaan walau sedikit dari pendapat mereka dianggap tidak layak, tidak masuk akal
atau sesat.
Salah satu perbedaan dalam penafsiran Al Quran adalah pemakaian cadar dan
jilbab. Kelompok moderat beranggapan bahwa wajah dan kedua telapak tangan
wanita bukanlah termasuk aurat dan boleh ditampakkan, karena yang dilarang adalah
menampakkan apa yang menjadi bagian dari auratnya. Mengenakan penutup wajah
bagi wanita merupakan akhlak yang mulia dan dengannya seseorang telah
meneladani wanita-wanita utama dari kalangan istri-istri Nabi Muhammad SAW.
Adapun hukum mengenakannya adalah sunnah yang dianjurkan dan tidak sampai
pada suatu kewajiban yang bersifat mutlak. Meskipun membuka wajah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvi
diperbolehkan, tetapi menutupnya adalah lebih utama karena hal ini telah
dicontohkan para wanita mulia di zaman Nabi saw.
Tingkat pemahaman keagamaan umat Islam berbeda satu sama lain, hal ini
berdasarkan pemahaman masing-masing terhadap syariat, tidak serta merta
terpengaruh otoritas lembaga namun sebatas tidak melanggar syariat lainnya. Hal ini
nampak dalam penggunaan pakaian oleh sejumlah wanita muslim, dari penambahan
lengan panjang dalam seragam petugas SPBU hingga pakaian jeans yang dikenakan
oleh Romaeni. Adaptasi pakaian itu dilakukan sebatas tetap menutup aurat dan tidak
menonjolkan bentuk tubuh.
Aktifitas wanita di ranah publik juga terus berkembang. Dulu wanita hanya
terkurung di dalam rumah, kini banyak wanita yang berani keluar rumah, baik untuk
menuntut ilmu maupun bekerja karena tuntutan atau keterpaksaan ekonomi.
Keterpaksaan harus dilihat dari segi kepentingannya, oleh karena itu seorang wanita
terpaksa harus bekerja diluar rumahnya,maka dia harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Mendapatkan izin dari walinya, yaitu Ayah atau suaminya untuk suaktu pekerjaan
yang halal seperti menjadi tenaga pendidik para siswi atau menjadi perawat khusus
wanita.
2. Tidak bercampur baur dengan kaum laki laki, atau melakukan khalwat dengan laki
laki yang bukan mahramnya. Rasulullah bersabda : “ Janganlah sekali kali seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvii
laki - laki berkhalwat (berduan )dengan wanita, karena yang ketiganya adalah
syaithan”. (HR At Tirmidzi ).
3. Tidak berlaku tabaruj dan menampakan perhiasaan yang dapat mengundang fitnah.
menurut syeikh Almaududi, kata tabaruj, bila dikaitkan dengan seorang wanita
memiliki tiga pengertian :
a. Menampakan keelokan wajah dan bagian bagian tubuh yang membangkitkan
birahi,
b. Memamerkan pakaian dan perhiasaan yang indah dihadapan kaum laki laki yang
bukan mahram.
c. Memamerkan diri dan berjalan berlenggak lenggok dihadapan kaum laki-laki yang
bukan mahram .
4. Tidak memakai parfum yang menyengat hidung atau parfum yang membangkitkan
birahi seseorang,dalam sebuah hadistRasullah . bersabda : “ Setiap mata adalah
penzina,dan sesungguhnya apabila wanita itu mengenakan wewangian kemudian dia
berlalu melewati majlis, maka dia adalah penzina”. { HR Abu Daud, dan At Tirmidzi
}.
5 .Memakai hijab menurut ketentuan syar`i,
Perdebatan mengenai identitas Islam dan peran perempuan di masyarakat
tampak jelas dalam hal pakaian dan perilaku pribadi. Hal ini juga merujuk pada
munculnya bentuk-bentuk baru dalam pakaian Islami yang sopan non tradisional
yang dikenakan para mahasiswi dan pekerja profesional. Bagi sebagian mereka,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxviii
bentuk yang Islami adalah mengenakan cadar yang membungkus kepala, sedangkan
bagi yang lain adalah bentukmodis dari pakaian Islami yang terdiri dari jilbab dan
pakaian panjang dengan lengan baju yang menutup seluruh lengan. Kembali
digunakannya sebagian model pakaian Islami mencerminkan rasa keprihatinan atas
apa yang dipandang sebagai kemerosotan sosial dan moral di banyak masyarakat
Muslim, keprihatinan untuk menundukkan perubahan sosial kepada nila-nilai dan
ideal yang lebih Islami. Pakaian Islamis juga memiliki manfaat praktis yang
memungkinkan perempuan untuk menyatakan kesopanan, kehormatan dan harga diri,
dalam hal-hal publik di masyarakat dimana pakaian Islami mencerminkan kesopanan
dan kesantunan, sementara pakaian Barat sering menjadi simbol gaya hidup yang
lebih modern. Pakaian Islami menciptakan suatu ruang kehormatan yang terlindungi
di tengah-tengah atmosfer permisif dan pelecehan di keramaian atau perkotaan.
Penggunaan jilbab maupun cadar oleh mahasiswi merupakan salah satu gejala
kebangkitan keagamaan Islam dikampus. Kebangkitan ini dimulai dikampus-kampus
sekuler, tidak dikampus Islam seperti IAIN. Gerakan ini lebih memberi perhatian
pada penguatan intelektual perorangan dengan ide-ide agama. Disamping adanya
perhatian dalam mempelajari dan memahami Islam, yang cukup mengejutkan gejala
ini adalah kecenderungan untuk menegaskan Islam dalam praktik keseharian
kehidupan mereka. Jilbab dan cadar telah digunakan sebagai identitas pakaian wanita
muslim karena sesuai dengan apa yang telah diperintahkan agama. Memakai jilbab
dan cadar bukan hanya kecenderungan temporer di kalangan wanita Islam,tetapi telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxix
menjadi keharusan tugas religius yang disertai oleh kepercayaan agamis. Memakai
pakaian Islami merupakan masalah kebanggan bagi mereka sebagaimana kebanggaan
memakai pakaian untuk pesta.
Dalam kelompok-kelompok Islam yang tumbuh di Indonesia, ada kelompok
yang keras dalam menjalankan syariat Islam. Dalam menegakkannya mereka
berpendirian amar makruf nahi mungkar. Ketika melihat dunia yang penuh dengan
kemaksiatan dan degradasi moral hadits Nabi yang mendorong melakukan amar
maruf nahi mungkar menjadi pecut mereka untuk jihad fi sabilillah, yakni :
Man raa minkum munkaran fal yughoyyir biyadihi fainlam ya’sathi’ fabilisanih,
wainlam ya’tathi’ fa biqolbih,wadzalika adl’aful iman. Artinya barang siapa melihat
kemungkaran, maka rubahlah dengan tanganmu jika tidak mampu maka dengan
lisanmu, kalau tidak mampu maka ingkarilah dalam hatimu, dan itu adalah iman yang
paling lemah,.
Mereka juga berkeyakinan bahwa mati karena membela agama merupakan
mati syahid. Syahid, bentuk pluralnya syuhada, terulang sebanyak 55 kali dalam Al
Quran. Secara etimologis berarti saksi. Dalam bahasa sehari-hari, biasanya diartikan
pahlawan yang gugur dalam medan perang atau di jalan Allah. Para pengikut FPI
maupun pelaku pemboman tempat-tempat yang dianggap maksiat serta simbol
Amerika Serikat yang tewas dalam memberantas kemungkaran mereka anggap telah
mati syahid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxx
Berdasarkan ajaran Islam, tiada imbalan bagi yang mati syahid selain surga di
akhirat. Dalam Al Quran dikatakan:
Wa la taqulu liman yuqtalu fi sabili Allahi amwatan bal ahyau walakin la tay’urun.
Artinya: Dan janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang gugur di jalan
Allah itu mati. Sebenarnya mereka itu hidup tapi kamu tidak menyadarinya. (QS. AL
Baqarah: 154).
Syahid ini penting dijadikan landasan perjuangan, sebab penegakan amar
makruf nahi mungkar merupakan sesuatu yang beresiko tinggi, hanya orang-orang
yang mengharap mati syahid yang mau berjuang menanggung resiko yang berat.
Keinginan untuk meraih syahid menjadikan para kaun radikal tidak takut mati.
Kalaupun mati, mereka beranggapan akan langsung masuk surga
Fenomena bangkitnya gerakan radikalisme keagamaan pasca reformasi 1998
ditandai dengan maraknya aksi-aksi yang melibatkan massa dalam skala masif yang
dimotori berbagai kelompok Islam seperti FPI. Maraknya gerakan tersebut terkait erat
dengan berbagai persoalan, seperti tiadanya proses penegakan hukum secara adil,
ketidakadilan di sektor ekonomi, maupun politik. Selain itu juga muncul sebagai
reaksi atas maraknya kemaksiatan dan premanisme yang tidak terjangkau oleh
hukum.
Selain itu juga terjadi sejumlah serangan bom yang menyasar simbol-simbol
barat yang dianggap sebagai musuh Islam oleh kelompok radikal. Salah satunya
adalah Bom Bali yang kemudian diidentikkan dengan perbuatan teroris karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxi
menimbulkan teror atau kecemasan didalam masyarakat dan menimbulkan kerusakan
serta kematian sejumlah warga. Terorisme merupakan kombinasi ideologi (sosial,
budaya, ekonomi) termasuk memasukkan unsur agama. Agama dituduh sebagai akar
dari terorisme. Memang, agama memberikan aura supernatural atau dimensi ukhrawi
terhadap terorisme, entah itu berbentuk jihad melawan kebatilan hingga hari kiamat,
pengorbanan dan perjuangan kepada agama dan Tuhan. Agama lebih sering dipakai
dalam penyebarannya agar lebih mudah dan cepat dikenal. Dan media massa kerap
terperangkap sekedar memotret agama sebagai representasi teroris tersebut.
Hampir semua pengamat terorisme di Indonesia, yang berlatar belakang
agama kuat atau lemah, orang sekuler atau agamis, cenderung melihat agama sebagai
biang kerok terorisme. Masyarakat juga beranggapan bahwa teroris telah dicuci
otaknya atau diindoktrinasi oleh para pemimpinnya dengan ajaran “Islam” yang
mewajibkan mereka melakukan kekerasan untuk menegakkan agama ini.
Kekerasan yang dilakukan sejumlah kelompok keagamaan yang terjadi akhir-
akhir ini telah mencoreng image keberislaman di Indonesia yang dikenal damai.
Bahkan sebagian orang secara ekstrem berpandangan bahwa Islam moderat di
Indonesia hanya mitos belaka. Ini karena kelompok-kelompok pro-kekerasan makin
berani unjuk kekuatan di tengah diamnya kelompok atau ormas keagamaan yang
berhaluan moderat. Islam yang mengajarkan damai terkikis oleh aksi segelintir orang
yang melakukan aksi kekerasan. Akibatnya, di tengah pergaulan global, umat Islam
akan semakin terkucilkan dan terisolasi karena image buruk tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxii
Hal ini membuktikan bahwa membangun Islam yang santun dan anti
kekerasan perlu menjadi skala prioritas di masa-masa mendatang. Tentu, tak cukup
hanya dengan mengutuk berbagai tragedi kekerasan atas nama agama Islam tersebut,
melainkan disertai pula oleh langkah-langkah yang lebih maju. Di antaranya, adalah
memberikan pemahaman kepada segenap umat Islam untuk menyikapi perbedaan
agama dan tafsir keagamaan secara arif dan tanpa kekerasan.
Di sisi lain, kelompok Islam garis keras mengutamakan formalisasi syariat
Islam melalui keputusan politik formal. Keputusan formal seperti ini penting karena
dengan begitu penerapan syariat Islam mempunyai landasan hukum yang kuat. Ini
berarti bahwa semua aspek dalam hukum Islam akan digunakan dalam sumber
hukum di Indonesia. Isu tentang penerapan syariat Islam itu menarik perhatian
banyak tokoh Islam dan kalangan intelektual, tetapi tidak berarti bahwa ide penerapan
ini bisa langsung diterima oleh mereka dan umat Islam secara umum karena dalam
kenyataannya ketidaksetujuan dikalangan umat Islam moderat juga berkembang.
Ketidaksetujuan ini terutama berkaitan dengan hukum pidana., banyak orang yang
akan membayangkan akan banyak bekas copet yang terpotong tangan karena menurut
hukum pidana syariat Islam mereka yang mencuri harus dipotong tangannya sebagai
hukuman.
Pandangan mengenai keharusan berlakunya syariat Islam secara penuh
didasari oleh penilaian kelompok radikal gagalnya sistem dan hukum modern dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiii
memecahkan masalah yang dihadapi umat Islam. Sebagai jalan keluar untuk
mengubah situasi yang ada, mereka berusaha sekuat tenaga menerapkan syariat
Islam, selain itu juga karena sistem sekuler dipandang merupakan buatan manusia,
sementara syariat adalah ciptaan Allah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiv
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sebuah gambaran tentang sebuah makna mengenai studi semiotik, pada
dasarnya esai foto jurnalistik di Majalah National Geographic Indonesia (NGI) edisi
Oktober 2009 yang berjudul “Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama
Indonesia” karya James Natchwey adalah representasi aktual majalah National
Geographic Indonesia (NGI) mengenai keberagaman pelaksanaan syariat Islam oleh
berbagai kelompok gerakan keagamaan yang ada di Indonesia. Interpretasi yang
demikian memberi pemaknaan bahwa esai foto jurnalistik di Majalah National
Geographic Indonesia (NGI) tidak ubahnya sebuah informasi visual majalah tersebut
dalam menyajikan sebuah gambaran keberagaman pemeluk Islam di Indonesia yang
ditujukan kepada pembacanya yang nantinya bisa menggugah emosi pembaca untuk
memahami bahwa Islam Indonesia memang terdiri dari berbagai kelompok yang
beragam, termasuk didalamnya kelompok radikal dan moderat.
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap esai foto jurnalistik
Majalah National Geographic Indonesia (NGI) edisi Oktober 2009 yang berjudul
“Moderat dan Radikal dalam Satu Tempat, bernama Indonesia” karya James
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxv
Natchwey dapat disimpulkan bahwa esai foto jurnalistik tersebut menunjukkan
makna-makna sebagai berikut:
1. Sujud merupakan tujuan utama salat. Ini bermakna bahwa ketika sujud
manusia tunduk kepada Allah yang Maha Tinggi dengan merendahkan
diri serendah-rendahnya. Seperti ditunjukkan dalam korpus 1, kepala yang
dianggap mulia tadi diletakkan ke atas tanah saat sujud. Kepala yang
dianggap mulia tadi diletakkan sama ratanya dengan kaki, diatas tanah
yang biasa diinjak. Salat Jumat juga diwajibkan secara berjamaah.
Berjamaah dimaksudkan untuk memperkokoh jalinan tali silaturahmi dan
menanamkan kepekaan sosial.
2. Al Quran merupakan pedoman hidup umat Islam tanpa terkecuali, tanpa
membedakan berdasar kelompok bahkan fisik. Seperti ditunjukkan dalam
korpus 2, yakni keterbatasan fisik juga tidak menghalangi seseorang untuk
terus beribadah dan mempelajari Al Quran.
3. Terbukanya kran kebebasan berekspresi di era reformasi (pada tahun
1998) mendorong munculnya berbagai kelompok Islam yang mengusung
paham dan gerakan keagamaan yang berbeda-beda. Ada yang muncul
dalam bentuk organisasi dan kekerasan kerap dilakukan sejumlah
kelompok untuk menegakkan syariat Islam di Indonesia. Antara lain Front
Pembela Islam (FPI) yang merusak tempat-tempat yang digunakan untuk
perbuatan maksiat, seperti terlihat dalam korpus 3 yakni anggota FPI yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvi
menggunakan kaus bertuliskan BOM dan jari yang membentuk simbol
pistol.
4. Islam dikaitkan dengan aksi-aksi terorisme, salah satunya adalah Bom
Bali pada tahun 2002. Para pelakunya yang diekskusi mati merasa bahagia
karena mati syahid dan beranggapan bahwa menewaskan 202 orang
merupakan perjuangan dijalan Allah seperti ditunjukkan dalam korpus 4
berupa foto saat Muklas tersenyum di dalam penjara.
5. Gagasan Islam merupakan solusi terhadap semua masalah terdapat pada
hampir semua gerakan Islam. Islam sebagai solusi berjalan melalui
penetapan syariat. Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang
mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Syariat Islam juga
berlangsung di semua tempat, tidak hanya di ruang pribadi tapi juga ruang
publik seperti ditunjukkan dalam korpus 5, polisi syariat yang merazia
pria-pria di pasar yang merupakan tempat umum.
6. Islam di Indonesia terdiri dari berbagai kelompok gerakan keagamaan
yang berbeda-beda dalam pelaksanaan syariat. Seperti ditunjukkan dalam
korpus 7, yakni komunitas An Nadzir yang berbeda dalam penggunaan
pakaian sehari-hari dibandingkan dengan mayoritas pemeluk Islam di
Indonesia.
7. Jilbab, cadar bukan simbol Islam garis keras. Tetapi, sesungguhnya
langkah preventif bagi muslimah untuk menjaga dan melindungi diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvii
mereka dari fitnah, dan tindak kejahatan.Seperti ditunjukkan dalam korpus
8 bahwa penggunaan cadar diajarkan di pesantren.
8. Wanita Islam terpaksa bekerja di luar rumah karena keterpaksaan ekonomi
dan mereka melakukan penyesuaian dalam berbusana saat keluar rumah
agar sejalan dengan syariat Islam, seperti terlihat dalam korpus 9 yakni
petugas SPBU yang melalukan penyesuaian seragam dengan
menambahkan lengan panjang.
9. Kebangkitan keagamaan Islam muncul di kampus. Gerakan ini lebih
memberi perhatian pada penguatan intelektual perorangan dengan ide-ide
agama. Di samping adanya perhatian dalam mempelajari dan memahami
Islam, juga kecenderungan untuk menegaskan Islam dalam praktik
keseharian kehidupan mereka sebagaimana tergambar dalam korpus 10,
yakni mahasiswa Institut Seni Jakarta yang menggunakan cadar dalam
berproses mempelajari dan memahami Islam.
B. Saran
Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode analisis
semiotika, di mana metode ini hanyalah sebatas cara, teknik atau alat dalam
menganalisa atau menginterprestasikan foto. Keterbatasan metode ini tidaklah
memungkinkan peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai alasan yang
melatarbelakangi majalah National Geographic Indonesia (NGI) dalam pemuatan
foto-foto jurnalistiknya. Di sisi lain, keterbatasan literatur mengenai length focus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxviii
kamera menjadikan penelitian kurang mendalam. Untuk itu perlu penelitian lebih
lanjut dengan metode penelitian yang lain yang sesuai untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan tersebut.
Sedangkan untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan metode analisis
semiotika, semiotika memungkinkan seorang peneliti untuk melihat sebuah foto
secara sekilas tetapi jelas. Hal tersebut memungkinkan terjadinya perbedaan
interprestasi terhadap gambar tersebut, akibat perbedaan cara pandang dengan orang
lain.
Akhirnya temuan dari studi ini tidak lain adalah jawaban dari rumusan
masalah sebelumnya. Pembentukan makna secara keseluruhan di peroleh setelah
melewati tahapan analisis, disertai dengan tahapan identifikasi hubungan pertandaan
yang memakai model Barthes. Yang paling penting tentunya karya ilmiah ini
diharapkan akan berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya.yang perlu digaris bawahi
dari penelitian ini adalah agar dapat diperbanyak dan lebih dikembangkan lagi dari
berbagai segi, baik dalam hal analisis, konten dari karya ilmiah yang akan ditulis oleh
peneliti-peneliti selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxix
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik. 2004.
Effendy, Onong U. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya
Bakti. 1993.
Fiske , John. Introduction to Communications Studies. Yogyakarta: Jalasutra. 1990.
Freininger, Andreas. The Complete Photographer. Jakarta: Dahara Prize. 1985.
Hoed, Benny H. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya UI Depok. 2008.
Kurniawan. Semiologi Roland Barthes. Magelang: Yayasan Indonesiatera. 2001.
McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
1995.
Munir, Faisal Najib. Tuntunan Ibadah Salat. Solo: Cita Abadi. 1997.
Noviani , Ratna. Jalan Tengah Memahami Iklan. Jakarta: Pustaka Pelajar. 2002.
Oetama Jacob. Prakata, Mata Hati 1965-2007. Jakarta: PT Gramedia. 2007.
Piliang, Yasraf Amir. Hiper-Realitas Kebudayaan. Yogyakarta: LKiS. 1999.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxx
Rakhmat, Deddy Mulyana dan Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya, Panduan
Berkomunikasi Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Jakarta: Remaja
Rosdakarya. 2001.
Riesen, Paul Ekman dan Wallace V. Buku Dulu Topengmu. Yogyakarta: Baca. 2003.
Rosadi, Andri. Hitam Putih FPI (Front Pembela Islam). Jakarta: Nun Publisher.
2008.
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakata: Lkis. 2007.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. 2008.
Sihbudi , Endang Turmudi dan Riza. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta:
LIPI Press. 2005.
Soelarko , R. M. Pengantar Foto Jurnalistik. Bandung: PT Karya Nusantara. 1985.
Sobur¸ Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003.
Zoest, Panuti Sudjiman dan Aart Van. Serba-serbi Semiotik. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 1996.
Jurnal Internasional
Andreassen, Lars. Brandt & Vang. “Cognitive Semiotics Issue 0 (Spring 2007)”,
http://www.cognitivesemiotics.com/wp-content/uploads/2007/05/cognitive-
semiotics-0.pdf pada 5 Februari 2010 pukul 20.15 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxi
Berger, Mats. The secret of rendering signs effective: the import of C. S. Peirce’s semiotic rhetoric.
The Public Journal of Semiotics. 1(2),4. http://www.semiotics.ca/issues/pjos-1-2.pdf diakses
pada 5 Februari 2010 pukul 20.35 WIB
Goran Sonesson, The Interne Semiotics Encyclopedia, www.arthist.lu.se diakses pada 5 Februari 2010
pukul 18.45 WIB
Majalah dan Surat Kabar
Arbain Rambey, Sejarah Fotografi dan Sejarah Teknologi, Kompas, 23 Juni 2003
FOTOMEDIA, Fokus : Foto Jurnalistik, Agustus 2001
FOTOMEDIA, Fotojurnalistik, Gabungan Gambar dan Kata, April 2003
FOTOMEDIA, Warna-warni : Memahami Arti Komposisi, Juni 1996
Majalah National Geographic Indonesia edisi Oktober 2009\
Makalah
Yuniadhi Agung, Pengantar Fotografi Jurnalistik, 2004
Website
http://annadzir.blogspot.com/2009/02/mengenal-jamaah-nadzir-ditulis-pada.html
diakses pada 8 Maret 2011 pukul 14.00 WIB
http://blog.re.or.id/bagaimana-hukum-memakai-cadar.htm diakses pada 7 Maret 2011
pukul 18.30 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxii
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/02/tgl/28/time/134736/idnews/5490
00/idkanal/10 diakses pada 1 Maret 2011 pukul 06.10 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/James_Nachtwey diakses pada 17 Januari 2011 pukul
08.15 WIB
http://langitan.net/?p=162 diakses pada 8 Maret 2011 pukul 15.00 WIB
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Perempuan2.htm diakses pada 1 Maret
pukul 16.00 WIB
http://ms.wikipedia.org/wiki/Putih diakses pada 1 Maret 2011 pukul 06.00 WIB
http://photography.nationalgeographic.com/photography/photographers/photographer
-james-nachtwey.html diakses pada 17 Januari 2011 pukul 08.00 WIB
http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=202816&kat_id=1
05&kat_id1=147&kat_id2=291 diakses pada 9 November 2009, pukul 19.30
WIB