SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI …repository.unived.ac.id/37/1/BELY MONA...
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI …repository.unived.ac.id/37/1/BELY MONA...
-
i
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BINTUHAN TAHUN 2016
Oleh :
BELY MONA TARI
NPM : 122426037 SM
PROGRAM STUDI STRATA-1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN
BENGKULU
2016
-
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI
DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BINTUHAN TAHUN 2016
Skripsi Penelitian Ini Diajukan Sebagai
Pedoman Pelaksanaan Penelitian Penyusunan Skripsi
Oleh :
BELY MONA TARI
NPM : 122426037 SM
PROGRAM STUDI STRATA-1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN
BENGKULU
2016
-
iii
ii
-
iv
iii
-
v
iv
-
vi
ABSTRACT
Bely Monatari.
Correlation of Understanding of Mother and Nutritional Status toward Diarrhea Occurrences
on Toddler in the Working Area of Bintuhan Public Health Center 2016.
XIV + 68 pages + 9 tables + 2 charts +7 appendixes
Background: Based on health profile data of Indonesia in 2012, the number of diarrhea
patients reached 8443 people with a mortality rate of 2.5% of the total, while the morbidity of
diarrhea in all age groups in 2012 still reached 489 per 1000 population (MoH RI, 2012).
Based on the above background, the researchers were interested in conducting research on
correlation of understanding of mother and nutritional status toward diarrhea occurrences on
toddler in the working area of Bintuhan Public Health Center 2016.The population in this study
were all the people in the Bintuhan Public Health Center2016, amounting to 540 nurses.
Purpose: This study aimed to determine the understanding of mother and nutritional
status toward diarrhea occurrences on toddler in the working area of Bintuhan Public Health
Center 2016.
Research Method: This study used cross-sectional sampling in this research using
accidental sampling technique. The result of the calculation formula with a confidence level
of 95% in 85 people get the number of samples. Data was collected using primary and
secondary data.
Results: it was found that the majority of respondents had a good knowledge (35.3%),
the majority of respondents had aged> 2 years (54.1%) and almost half of respondents had a
good nutritional status (44.7%), and more than the majority of respondents experiencing
diarrhea (55.3%).
Conclusion: found that there was a significant relationship between maternal
knowledge, Age and Nutritional Status with the incidence of diarrhea in infants in Bintuhan
Public Health Center 2016.
Recommended: Expected toBintuhan Public Health Center to develop and improve
better health services in particular on the incidence of diarrhea and to teach people to make
ORS and impact for toddlers due to diarrheal diseases in Public Health Center.
Key Word : Understanding of Mother, Age, Nutritional Status and Diarrhea
Occurrences
References : 55 (2001-2014)
v
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Hubungan Pengetahuan ibu, Umur dan Status Gizi
dengan kejadian diare pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan 2016” sebagai
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penyusunan Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ida Samidah, S.Kp, M. Kes selaku Ketua STIKes Dehasen Bengkulu dan pembimbing
I yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di STIKes
Dehasen Bengkulu.
2. Berlian Kando S.Kep, M.Kes selaku Pembantu Ketua I STIKes Dehasen Bengkulu yang
telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di STIKes
Dehasen Bengkulu, Program Studi Kesehatan Masyarakat.
3. Fiya Diniarti, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat dan selaku
Penguji I yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti Pendidikan di
STIKes Dehasen Bengkulu, beserta staf Prodi Kesehatan Masyarakat STIkes Dehasen.
4. A. Tarmizi Daud, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan
waktu dan tenaganya untuk memberi masukan dan motivasi yang tinggi kepada penulis
sehingga Skripsi dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
-
vii
5. Dannur Azissah, SST, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
dan tenaganya untuk memberi masukan dan motivasi yang tinggi kepada penulis sehingga
Skripsi dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
6. Kepala Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur, yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk mengambil data di puskesmas Bapak pimpin.
7. Ayah dan ibuku tercinta atas cinta, kasih sayang, do’a serta dukungannya selama ini.
8. Suami tercinta terima kasih atas do’a serta dukungannya selama ini.
9. Sahabat-sahabatku terima kasih atas bantuan dan motivasinya.
10. Seluruh mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2016 yang selalu kompak dari
awal kuliah sampai dan selalu memberikan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna.
Bengkulu, 2016
Penulis
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................
ABSTRAK.......................................................................................................
ABSTRACT.....................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum................................................................................
2. Tujuan Khusus...............................................................................
D. Manfaat Penelitian...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi Diare.......................……………………………………..
2. Etiologi…………………………………………………………...
3. Klasifikasi diare..................………………………………………
4. Upaya pencegaha diare..………………………………………….
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare…..……………
B. Pengetahuan
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
xi
xii
xiii
1
6
7
7
8
9
10
12
13
16
-
ix
1. Konsep Pengetahuan.……...………………………………….....
2. Tingkat Pengetahuan…………………………………………….
3. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan……………….
4. Kategori pengetahuan……………………………………………
C. Konsep Umur.......................………………………………………….
D. Konsep status gizi.......................……………………………………..
E. Hubungan Pengetahuan ibu dengan kejadian diare…………………..
F. Hubungan Umur dengan kejadian diare……………………………...
G. Hubungan Status gizi dengan kejadian diare…………………………
H. Kerangka Teori……………………………………………………….
BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DAN
DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep .................................................................................
B. Definisi Operasional………………………………………………….
C. Hipotesis……………………………………………………………...
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian……………………………………………………..
B. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………...…
C. Populasi dan Sampel………………………………………………….
D. Sumber Data………………………………………………………….
E. Alat Pengumpul Data……………..…………………………………..
F. Analisis Data………………………………………………………….
G. Pengelolahan Data……………………………………………………
H. Alur Penelitian………………………………………………………..
I. Etika Penelitian……………………………………………………….
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………….
B. Jalanya Penelitian…………………………………………………….
21
21
22
29
30
31
39
40
41
43
44
45
46
47
47
47
49
49
50
51
52
53
55
55
-
x
C. Hasil Penelitian………………………………………………………
1. Analisis Univariat.……...………………………………….............
2. Analisis Bivariat.……...…………………………………...............
D. Pembahasan…………………………………………………………..
a. Analisis Univariat ……………………………………………….
b. Analisis Bivariat.……...………………………………….............
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
57
57
59
62
62
68
76
77
-
xi
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Ambang Batas Baku Untuk Status Gizi 36
Tabel 3.1 Definisi Operasional 43
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016
56
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur di Wilayah Kerja Puskesmas
Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016
56
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun
2016
57
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare di Wilayah Kerja
Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016
57
Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian
Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten
Kaur Tahun 2016
57
Tabel 5.6 Hubungan Umur dengan Kejadian Diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun
2016
58
Tabel 5.7 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur
Tahun 2016
59
-
xii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Judul Halaman
2.1 Kerangka Teori 41
3.1 Kerangka Konsep 42
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lamp Judul Lampiran
Lampiran1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Koesioner
Lampiran 4 Surat Izin Peneliti Dari Institusi
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Dinkes Kabupaten kaur
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari BPPT (Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu)
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Puskesmas Bintuhan
Lampiran 8 Master tabel
Lampiran 9 Hasil Olahan data
Lampiran 10 Lembar Konsul
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret,
tinjanya encer, dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah,
sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila
penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat
menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun
(Ummuauliya, 2008).
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Sebanyak 6
juta anak meninggal setiap tahun di dunia karena diare, sebagian kematian tersebut
terjadi di negara berkembang (Parashar, 2008).
Menurut WHO (World Health Organization 2012), kematian yang disebabkan
oleh diare merupakan kematian nomor 2 di Dunia, WHO memperkirakan 4 miliyar
kasus diare di dunia 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar bayi yang
berumur 6-12 bulan. Dan di negara yang sedang berkembang penyebab kematian
awal banyak diakibatkan oleh penyakit diare, Indonesia sebagai negara
berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan
penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah
penyakit diare.
1
-
2
Berdasarkan data profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 jumlah penderita
diare yakni 8.443 orang dengan angka kematian 2,5% dari jumlah tersebut,
sedangkan angka kesakitan diare pada semua umur tahun 2012 masih mencapai
489 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2012). Penyakit diare hingga kini masih
merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia.
Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dan sering
berhubungan dengan air, sehingga disebut penyakit “bawaan air” (water borne
disease). Siklus faecal oral route menggambarkan dasar dari tranmisi penyakit ini.
Siklus tersebut dikenal dengan istilah five f’s (fingers, fluids, fields, foods and flies)
yang berhubungan erat dengan lingkungan (Bartram, 2008).
Pengetahuan seorang ibu tentang Intervensi lingkungan memberi kontribusi
besar terhadap kejadian penyakit diare. Keadaan sanitasi lingkungan yang sangat
rendah seperti ketidaktersediaan jamban keluarga, kebersihan bahan makanan serta
rendahnya kuantitas dan kualitas sarana air bersih seperti penggunaan air sungai
dapat meningkatkan kejadian diare (Notoatmodjo,2010).
Pengetahuan seorang ibu juga merupakan masalah dalam melakukan
pencegahan terjadinya penyakit diare diantaranya ibu yang tidak memperdulikan
kebersihan lingkungan dengan sistem sanitasi yang baik akan meningkatkan risiko
kejadian diare. Terjadinya pencemaran lingkungan, air tanah dan akhirnya
membahayakan persediaan air sehingga bahan makanan tercemar oleh bakteri
E.Coli. Melalui peningkatan kualitas fasilitas sanitasi seperti jamban keluarga,
sarana pembuangan air limbah rumah tangga, sarana air bersih, dan sarana
-
3
pembuangan sampah di harapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Bartram, 2008).
Umur dapat menentukan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu sepanjang
jangka panjang. Sampai saat ini diare sering dialami oleh anak di bawah umur 5
tahun, jika daya tahan tubuh bayi dan balita sangat lemah maka penyakit akan
mudah menyerang khususnya diare. Semakin muda umur balita semakin besar
kemungkinan terkena diare, karena semakin muda umur balita keadaan intergritas
mukosa usus masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna.
Status gizi sangat mempengaruhi kejadian diare karena apabila status gizi
balita baik, otomatis daya tahan tubuh balita akan kuat terhadap penyakit. Gizi
sangat berperan pada manusia khususnya bayi dan balita, gizi juga memberikan
imunologi dari kuman penyakit atau memberikan kekebalan tubuh terhadap kuman
yang ada dalam makanan yang kurang sehat dan bersih yang bisa menyebabkan
gizi kurang. Anak yang keadaan gizinya tidak baik cendrung lebih sering menderita
diare dan menyebabkan kematian (Ngastiah, 2005). Anak yang tidak mendapatkan
perawatan yang baik selama diare akan mengalami keadaan seperti dehidrasi,
gangguan keseimbangan asam basah, hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan
sirkulasi (Ngastiah, 2005).
Beberapa dasar pelaksanaan pemberantasan penyakit ini antara lain,
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1216/MENKES/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, dan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No.HK.03.0 1/160/1/2010
-
4
tentang Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 (Depkes RI,
2010).
Hasil penelitian dari Ratnawati tahun 2009 menyebutkan bahwa yang menjadi
resiko terjadinya diare adalah faktor perilaku ibu, penggunaan sarana air bersih dan
penggunaan jamban dan menurut hasil penelitian Suriawiria, 2009 menyebutkan
bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita adalah faktor
ibu (umur, pengetahuan, pendidikan, status kerja, sikap, perilaku, praktek hygiene),
faktor balita (usia, jenis kelamin, asi eksklusif imunisasi, status gizi), faktor sosial
ekonomi dan faktor lingkungan.
Dari data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota tahun 2015 di Provinsi
Bengkulu ditemukan sebanyak 79.217 perkiraan kasus diare, kasus terbanyak
terdapat di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 14.187 kasus dan yang terkecil ada di
Kabupaten Lebong sebanyak 4.838 kasus (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2015).
Kabupaten Kaur merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi
Bengkulu, data kejadian diare pada balita di Kabupaten Kaur setiap tahunnya selalu
mengalami peningkatan pada tahun 2013 jumlah kejadian diare pada balita
sebanyak 538 , dan tahun 2014 jumlah penderita diare pada balita meningkat
sebanyak 628 balita dan pada tahun 2015 sebanyak 641 balita. Kejadian diare
tertinggi di Puskesmas Bintuhan dengan kejadian diare pada tahun 2013 di
Puskesmas Bintuhan sebanyak 86 balita, tahun 2014 sebanyak 92 balita dan pada
tahun 2015 sebanyak 162 balita. Sedangkan di Puskesmas lainnya diantaranya
Puskesmas Nasal kejadian diare pada tahun 2013 kasus diare sebanyak 67 balita
-
5
pada tahun 2014 sebanyak 59 balita, dan tahun 2015 sebanyak 102 balita,
berdasarkan perbandingan tersebut dapat dilihat kejadian diare tertinggi di
Puskesmas Bintuhan. Kejadian diare pada balita dapat mengakibatkan dehidrasi
sehingga dalam rentang waktu yang cukup lama tanpa adanya penanganan yang
tepat maka akan berakibat kematian pada balita.
Pengetahuan masyarakat disekitar Puskesmas Bintuhan masih dalam kategori
rendah, hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara bahwa masyarakat masih banyak
yang belum mengerti penyebab-penyebab terjadinya penyakit diare. Berdasarkan
hasil wawancara tentang pengetahuan masyarakat dalam menghindari penyakit
diare di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan didapat informasi adalah dari 10 Ibu
yang diwawancarai terdapat 7 Ibu yang sering menggunakan air sungai untuk
dikonsumsi. Belum lagi didapat informasi juga bahwa ada juga 4 dari 10 Ibu yang
membuang sampahnya di sungai sehingga anak balita mereka sering terkena
penyakit diare. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan ibu tentang diare
dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan”.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah Berdasarkan data profil Kesehatan
Indonesia tahun 2012 jumlah penderita diare yakni 8.443 orang dengan angka
kematian 2,5% dari jumlah tersebut, sedangkan angka kesakitan diare pada semua
umur tahun 2012 masih mencapai 489 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2012),
Dari data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota tahun 2015 di Provinsi
-
6
Bengkulu ditemukan sebanyak 79.217 perkiraan kasus diare, kasus terbanyak
terdapat di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 14.187 kasus dan yang terkecil ada di
Kabupaten Lebong sebanyak 4.838 kasus. Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka rumusan masalah yang saya teliti adalah : Apakah ada Hubungan
Pengetahuan ibu, Umur dan Status Gizi dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya Hubungan Pengetahuan ibu, Umur dan Status gizi dengan kejadian
diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran Pengetahuan ibu tentang diare di Wilayah Kerja
Puskesmas Bintuhan tahun 2016.
b. Diketahuinya gambaran Umur pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bintuhan tahun 2016.
c. Diketahuinya gambaran Status Gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bintuhan tahun 2016.
d. Diketahuinya gambaran kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Bintuhan tahun 2016.
e. Diketahuinya Hubungan Pengetahuan ibu, Umur dan Status Gizi dengan
kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016
-
7
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Bagi Akademik
Menambah khasanah kepustakaan bagi perkembangan ilmu kesehatan
masyarakat khususnya mengenai kasus diare.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Dinas Kesehatan kabupaten Kaur
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menangani
masalah dimasyarakat salah satunya penyebab kejadian diare.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi masyarakat
khususnya tentang faktor resiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja
puskesmas bintuhan.
-
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Diare
1. Pengertian umum
Diare adalah terjadinya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
melembek sampai mencair serta bertambahnya frekuensi berak lebih dari
biasanya dan lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 2000).
Sedangkan menurut WHO (2007) adalah buang air besar (BAB) lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi cair, sehingga dapat menghilangkan cairan
tubuh yang sangat banyak (dehidrasi) pada saat buang air besar berulang
kali.
Menurut Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (2006), diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200 ml/24 jam.
Sedangkan menurut Putra (2008) diare di definisikan sebagai
peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi faeces, dapat
disertai atau tanpa gejala dan tanda-tanda yang terjadi dalam waktu 24 jam.
8
-
9
2. Etiologi
Setiap penyakit tidak terjadi begitu saja, tetapi ada beberapa
penyebabnya yang dikenal sebagai “multiple causation”. Timbulnya
penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : faktor penjamu
(host), faktor penyebab (agent), dan faktor lingkungan (environment).
Kejadian suatu penyakit adalah hasil hubungan antara ketiga faktor
tersebut (M.N.Bustam, 2006). Demikian pula dengan terjadinya penyakit
diare.
Terjadinya diare berhubungan dengan lingkungan yang kurang bersih
serta air dan makanan yang tercemar oleh berbagai mikroorganisme seperti
Rotavirus, bakteri Eschericia coli, Shigella, Salmonella, dan
Campylobacter (Khairina, 2007).
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor (Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2006) :
1) Faktor infeksi
a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi enteral meliputi :
(1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. coli, Salmonella, Campyloobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
-
10
(2) Infeksi virus : Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
(3) Infeksi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur
b) Infeksi perenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun
2) Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya system pencernaan
yang berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh
Malabsorbsi lemak yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam
tubuh
b. Malabsorbsi proteinya itu terganggunya penyerapan lemak dalam
tubuh
3) Faktor makanan
a. Makanan beracun yaitu terkontaminasi dengan makanan lain
b. Makanan basi missal sisa makanan yang telah menjamur
c. Alergi terhadap makanan misalnya tidak tahan dengan jenis
makanan tertentu.
4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang
menimbulkan diare.
-
11
3. Klasifikasi diare
Menurut Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran UI tahun 2006, Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1) Lama waktu diare : akut atau kronik
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari,
sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation Global
Guidelines 2005, diare akut di definisikan sebagai pasase tinja yang cair
atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung
kurang dari 14 hari.
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria
mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3
minggu, 1 bulan, dan 3 bulan. Tetapi di indonesia di pilih waktu lebih
dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi
penyebab diare yang lebih tepat.
a) Mekanisme patofisiologik : osmotik atau sekretorik, dll
b) Berat ringan diare : kecil atau besar
c) Penyebab infeksi atau tidak : infektif atau non infektif
d) Penyebab organik atau tidak
2) Cara penularan diare
Beberapa cara mekanisme penularan terjadinya penyakit diare,
adalah sebagai berikut :
-
12
a) Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita
yang mengandung kuman penyebab diare
b) Bila buang air besar tidak di jamban, tinjanya akan dapat menjadi
sumbert penular bagi orang lain
c) Kuman dari tinja dapat langsung di tularkan pada orang lain
melalui tangan saat memegang atau lewat serangga : kecoa, lalat,
dan tikus.
d) Kuman dapat juga mencemari air yang di gunakan orang lain untuk
keperluan sehari-hari, misalnya untuk berkumur, menggosok gigi,
dan mencuci sayur.
4. Upaya pencegahan penyakit Diare
Usaha pencegahan yang dapat dilakukan ibu dan keluarga secara benar
dan efektif (A. Aziz Aimul, 2010) seperti:
a. Pemberian ASI
1) Pemberian ASI eksklusif secara penuh selama 4-6 bulan pertama,
sama sekali jangan menggunakan makanan melalui botol, karena bayi
akan lebih sering menderita diare.
2) Meneruskan sebagian ASI sampai anak paling kurang berumur 1
tahun, lebih baik lagi bila lama (sampai usia 2 tahun).
3) Meneruskan pemberian ASI walaupun anak sedang sakit, terutama bila
anak menderita diare.
-
13
b. Memperbaiki makanan sapihan
1) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi
teruskan pemberian ASI. tambahkan macam makanan sewaktu anak
berumur 6 bulan atau lebih. berikan makanan lebih sering(4x sehari).
setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik, 4-6x sehari, terusan pemberian ASI bila mungkin.
2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian
untuk energi. tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna ke dalam makanan.
3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapkan anak. suapi
anak dengan menggunakan piring dang sendok yang bersih.
4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang
diinginkan dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c. Banyak menggunakan air bersih
1) Ambil air dari sumber air yang terbersih.
2) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambilnya.
3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak
mandi, dll.
4) Rebus air, bila mungkin ketika memasak makanan atau untuk minum bagi
anak-anak kecil atau gunakan air bersih.
-
14
5) Cuci semua piring, gelas, panci dan alat-alat yang digunakan untuk makan,
dengan air yang cukup banyak.
d. Mencuci tangan
Semua anggota keluarga harus mencuci tangan dengan baik:
1) Setelah membuang air tinja anak
2) Setelah buang air besar
3) Sebelum menyiapkan makanan
4) Sebelum makan
5) Sebelum memberikan makan anak
e. Penggunaan jamban
1) Buat satu jamban yang bersih dan dapat dipakai oleh semua anggota
keluarga yang sudah cukup umur. Jaga agar jamban tetap bersih dengan
membersihkan secara teratur permukaan yang kotor.
2) Bila tidak ada jamban:
a) Buang air besar jauh dari rumah dan tempat anak bermain dan
jaraknya paling kurang 10 meter dari sumber air.
b) Hindari pergi buang air besar tanpa alas kaki.
c) Jangan biarkan anak pergi sendiri ke tempat buang air besar, jaga
tangan anak agar tidak menyentuh tanah dekat tempat buang air besar.
-
15
f. Cara yang benar membuang tinja bayi
1) Tinja anak yang sakit berbahaya. Tinja itu harus dibungkus dengan kertas
atau daun dan dibuang dengan cepat ke dalam jamban atau lubang yang
jauh dari rumah dan sumber air minum.
2) Segera bersihkan anak yang telah selesai buang air besar , setelah itu ibu
mencuci tangannya dan tangan anaknya.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare
Faktor Risiko Terjadinya Diare Menurut Pudjiadi.S.(2005)
a. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan anak
bayi/balita. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6 - 11 bulan, pada
masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya
kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
b. Jenis kelamin
Risiko kesakitan diare pada golongan anak perempuan lebih rendah
daripada laki-laki, karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih
tinggi.
c. Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau
ke musim penghujan.
-
16
d. Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi
karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat,
berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare
persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Risiko meninggal akibat
diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
e. Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi
yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis
yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi
berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang
berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
f. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota
keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga
mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk
yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus
ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga akan memudahkan seseorang untuk terkena penyakit
diare.
-
17
g. Mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
Karena keterbatasan sumber air bersih disebabkan kualitas air sumur gali
secara fisik tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi, dan juga kuantitas
debit air dari PDAM belum mencukupi, maka mayoritas di masyarakat
mengambil alternatif menggunakan air minum dari Depot Air Minum Isi
Ulang (DAMIU) sebagai pilihan utama.
Mengingat bahwa air minum yang dijual pada depot air minum rawan
pencemaran bakteri coliform ya n g dicurigai berasal dari tinja. Oleh
karena itu, kehadiran bakteri ini di dalam berbagai tempat mulai dari air
minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain untuk keperluan
manusia, tidak diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Karena adanya
hubungan antara tinja dan bakteri coliform, jadilah kemudian bakteri ini
sebagai indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu
subtrat atau benda misalnya air minum didapatkan bakteri ini, langsung
ataupun tidak langsung air minum tersebut dicemari materi fekal yang
berakibat diare apabila air dikonsumsi (Suriawiria, 2009).
h. Tingkat pengetahuan
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan fakta yang mendukung
tindakan seseorang.
-
18
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ginting (2011), Semakin baik
pengetahuan ibu tentang diare dan tentang prilaku hidup bersih dan sehat
semakin kecil kemungkinan anak mengalami diare, dan mengetahui
bagaimana cara mencegah agar tidak terjadinya diare pada balita.
i. Perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat.
Perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat
meliputi :
1) Perilaku buang air di jamban, termasuk tinja balita/ bayi ke jamban.
2) Perilaku mencuci tangan sebelum makan, sebelum mengolah dan
kegiatan – kegiatan lain yang berhubungan dengan makanan.
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak
perlu biaya mahal. Karena itu, membiasakan CTPS sama dengan
mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini.
Dengan demikian, pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
tertanam kuat pada diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga
lainnya. Menurut Menkes, CTPS merupakan perilaku sehat yang
terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular
seperti diare, ISPA, flu burung serta penyakit kulit lainnya. Sejak tahun
2008, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan
perlunya peningkatan praktek higiene dan sanitasi di seluruh dunia dan
sejak itu, Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia diperingati secara
global setiap tanggal 15 Oktober.
-
19
Cuci tangan pakai sabun penting dilakukan, khususnya:
a) Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan,
b) Sebelum menyuapi anak,
c) Sesudah buang air besar dan kecil,
d) Setelah menceboki bayi,
e) Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari
bepergian, dan
f) Sehabis bermain/ memberi makan/ memegang hewan peliharaan.
Sementara cara yang tepat untuk melakukan cuci tangan adalah
sebagai berikut :
a) Cuci tangan dengan air yang mengalir menggunakan sabun, tidak
perlu harus sabun khusus anti bakteri, namun lebih disarankan
sabun yang berbentuk cairan.
b) Gosok tangan setidaknya selama 15 – 20 detik.
c) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela
jari dan kuku.
d) Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.
e) Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering yang lainnya..
-
20
B. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi
melalui pancaindra yakni: Indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
danraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sanga penting
untukt erbentuknya tindakan seseorang (Ovelt behavior)
2. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dominan kognetif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginter prestasi materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (nyata).
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen.
-
21
e. Sentesis (Synhesis)
Sintetis kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justrifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
Yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian
atau responden (Soekidjo Notoatmodjo, 2008).
3. Faktor yang Mempengarui Tingkat Pengetahuan
a. Faktor Internal
1) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dalam segi kepercayaan
masyarakat, seorang yang lebih dewasa akan lebih dipercayai dari orang
yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwa (Nursalam dan Pariani, 2009).
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2009) pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Pengalaman merupakan guru yang terbaik, baik pengalaman
itu dari diri sendiri atau pun melihat dari orang lain, begitu pula dengan
pengalaman memakai kontrasepsi suntik. Akseptor yang sudah pernah
-
22
memakai kontrasepsi suntik tentu telah mempunyai informasi dan
pengalaman yang lebih banyak, dari akseptor yang belum pernah memakai
kontrasepsi suntik.
2) Motivasi
Adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan sutau kebutuhan,
dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan dan prilaku. Motivasi
yang rendah akan menghasilkan tindakan yang kurang kuat, motivasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan secara terus menerus akan dapat
mempengaruhi seseorang untuk merubah prilakunya ke arah prilaku yang
positif (Solikha, 2009).
3) Persepsi
Pengamatan yang merupakan kombinasi dari pengelihatan,
pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Suatu obyek yang
sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh beberapa orang (Sarlito,
2010).
4) IQ (Intelegency Quality)
Semakin tinggi IQ seseorang akan semakin cerdas pula orang
tersebut. Secara potensial seseorang yang IQ-nya kurang akan banyak
mengalami kesulitan belajar (Abu Ahmadi, 2010). Dengan demikian
seseorang yang memiliki IQ rendah akan terhambat proses belajarnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya juga terhambat.
-
23
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah mereka untuk
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan
(Nursalam dan Pariani, 2009).
Berdasarkan BAB VI pasal 13 Sisdiknas (2006) disebutkan bahwa
jalur pendidikan terdiri atas 3 pendidikan yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya:
a) Pendidikan Formal
Jenjang Pendidikan Formal terdiri atas :
(1) Pendidikan Dasar
Merupakan Jenjang Pendidikan yang berbentuk Sekolah Dasar
(SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), atau bentuk lain Sederajat.
(2) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar dan
terdiri atas pendidikan menengah atas, pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan seperti: SLTA,
SMK, MA.
-
24
(3) Pendidikan Tinggi Merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang
diselengarakan oleh perguruan tinggi.
b) Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal diselenggarakann bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah atau perlengkap pendidikan formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat, pendidikan nonformal ini
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Contoh pendidikan
nonformal ini seperti: kursus dan lembaga pelatihan.
c) Pendidikan Informal
Kegiatan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang
kehidupan. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai,
bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman (Soekidjo Notoatmodjo,
2009).
-
25
3) Penyuluhan
Meringankan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode
penyuluhan, dengan bertambahnya pengetahuan seseorang akan merubah
pikirannya (Soekidjo Notoatmodjo, 2009).
4) Media Massa
Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru
(Soekidjo Notoatmodjo, 2009).
5) Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok.
1) Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan
dapat dikelompokkan menjadi dua :
a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah,
atau metode penemuan sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini meliputi :
-
26
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu
seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya
pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-
coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain. Apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut
metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode
coba-salah/coba-coba.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh
orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak.
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat
tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat
modern. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini seolah-olah diterima
-
27
dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna
bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperolah kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya melalui induksi atau
deduksi.
a) Induksi yaitu : proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum.
b) Deduksi yaitu : pembuatan kesimpulan dari pernyataan
umum kepada pernyataan khusus.
-
28
b. Cara modern
Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan
lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut ” metode
penelitian ilmiah “ atau lebih popular disebut metodologi penelitian
yaitu dengan mengembangkan metode berfikir induktif. Mula-
mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala
alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan
diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.
Memperoleh kesimpulan dilakukan dengan observasi langsung dan
membuat pencatatn. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni
:
1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
2) Gejala sesuatu yang negative yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.
4. Kategori Pengetahuan
Dalam penentuan kategori penilaian pengetahuan, dinilai dengan
menggunakan presentase menurut (Soekidjo Notoatmodjo, 2008).
a. Kategori baik dengan jumlah 76-100%
b. Kategori cukup dengan jumlah 56-75%
-
29
c. Kategori kurang baik dengan jumlah
-
30
di rumah sakit serta di beri suntikan infus untuk mengembalikan caira dalam
tubuhnya (Wulandari, 2005).
Diare sering menyerang anak, terutama yang berumur 6 bulan sampai 2 tahun.
ASI merupakan susu steril sehingga kemungkinan terjadinyaa gangguan
gastrointestinal yang sangat kurang (Nelson, 2002). Sedangkan setelah berumur 6
bulan anak sudah diberi makanan tambahan yang mana kadang kala makanan
kurang steril atau ukurannya tidak tepat (terlalu banyak gula atau terlalu sedikit air).
Diare pada bayi sering kali disebabkan oleh kesalahan member makanan
(Wulandari, 2005).
D. Konsep Status Gizi
a. Definisi
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila
terdapat keseimbangan dan kesesuian antara perkembangan fisik dan mental,
sehingga tingkat keadaan gizi optimal terpenuhi. Keadaan gizi seseorang
dalam sewaktu-waktu bukan saja di tentukan oleh konsumsi zat gizi masa
lampau bahkan jauh sebelum masa itu. Hal ini berarti konsumsi gizi pada masa
kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa (Suharjo,
2005).
Telah dikemukakan bahwa penyakit diare adalah penyakit yang
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah infeksi dan keadaan gizi
yang tidak baik. Ada hubungan timbal balik antara kurang gizi dan diare, sering
-
31
menyulitkan untuk memastikan mana kelainan yang terjadi lebih dahulu . Akan
tetapi yang pasti adalah kedua masalah itu saling mempengaruhi dan saling
memberatkan anak yang mengalami dihidrasi disamping hilangnya nafsu
makan dan kehilangan bahan makanan karena diare dan muntah-muntah akan
memperburuk gizi anak. Anak yang keadaan gizinya tidak baik cenderung
lebih sering menderita diare dan menyebabkan kematian (Widoyono, 2005).
b. Manfaat gizi
Didalam tubuh makanan mempunyai manfaat sebagai zat gizi sebagai
sumber tenaga atau energi, menyokong pertumbuhan badan, penambahan sel
baru pada sel yang sudah ada , memelihsrs jsringsn tubuh dsn mengganti
jaringan yang sudah rusak, mengatur metabolisme tubuh dan berperan dalam
mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Almatsier,S, 2003).
c. Kebutuhan gizi pada balita
a). Kebutuhan per hari balita umur 1-3 tahun
Jenis Berat URT
Beras 100 1 ½ gelas nasi
Daging 50 1 potong sedang
Telur 50 1 butir
Tempe 25 1 potong sedang
Kacang hijau 10 1 sendok makan
-
32
Buah 200 2 buah
Sayur 200 2 gelas
Gula pasir 25 2 ½ sendok makan
Minyak 10 1 sendokm makan
Susu bubuk 20 4 sendok makan
URT : Ukuran Rumah Tangga
Nilai Gizi
Energi 1250 kkal
Protein 23 gr
Lemak
34 gr
Karbohidrat 212 ½ gr
Pada umur 1-3 tahun anak lebih bersipat konsumen pasif, makanan
anak tergantung apa yang disediakan orang tua
b). Kebutuhan Gizi per hari balita umur 4-5 tahun
Jenis Berat URT
Beras 150 1 2/3 gelas nasi
Daging 50 1 potong sedang
Telur 50 1 butir
-
33
Tempe 50 2 potong sedang
Kacang hijau 10 1 sendok makan
Buah 200 2 buah
Sayur 200 2 gelas
Gula pasir 25 2 ½ sendok makan
Minyak 10 1 sendokm makan
Susu bubuk 20 4 sendok makan
URT : Ukuran Rumah Tangga
Nilai Gizi
Energi 1750 kkal
Protein 32 gr
Lemak 49 gr
Karbohidrat 293 gr
Pada umur 4-5 tahun anak lebih bersipat konsumen aktif, karena anak
telah dapat memilih makanan yang disukai.
d. Klasifikasi Status gizi
Dalam menetukan Klasifikasi status gizi haru ad ukuran baku. Ukuran
baku yang sekarang digunakan Indonesia adalah baku rujukan menurut standar
WHO – NCHS (Supariasa NDI, 2002) adalah :
-
34
Nilai Gizi
Energi 1750 kkal
Protein 32 gr
Lemak 49 gr
Karbohidrat 293 gr
Pada umur 4-5 tahun anak lebih bersipat konsumen aktif, karena anak
telah dapat memilih makanan yang disukai.
d. Klasifikasi Status gizi
Dalam menentukan Klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku.
Kategori ambang batas status gizi anak berdasar Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak adalah sebagai berikut:
a). Berat badan menurut umur (BB/U)
1. Gizi buruk
2. Gizi kurang
3. Gizi baik
4. Gizi lebih
: < - 3 SD
: -3 SD s/d < -2 SD
: -2 SD s/d 2 SD
: > 2 SD
b). Tinggi badan menurut Umur (TB/U)
1. Sangat Pendek
2. Pendek
3. Normal
4. Tinggi
: < - 3 SD
: -3 SD s/d < -2 SD
: -2 SD s/d 2 SD
: > 2 SD
-
35
c). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
1. Sangat Kurus
2. Kurus
3. Normal
4. Gemuk
: < - 3 SD
: -3 SD s/d < -2 SD
: -2 SD s/d 2 SD
: > 2 SD
d). Indeks Masa Tubuh menurut umur (IMT/U)
1. Sangat Kurus
2. Kurus
3. Normal
4. Gemuk
5. Obesitas
: < - 3 SD
: -3 SD s/d < -2 SD
: -2 SD s/d 1 SD
: > 1 SD s/d 2 SD
: > 2 SD
-
36
Bagan 2.1. Z SCORE untuk bayi/anak laki-laki umur 0-5 tahun (WHO, 2005)
Bagan 2.2. Z SCORE untuk bayi/anak Perempuan umur 0-5 tahun (WHO, 2005)
-
37
a). Berat badan menurut umur (BB/U)
1. Gizi baik
2. Gizi kurang
: ≥ - 2 SD sampai + 2 SD
: > - 2 SD ≥ - 3 SD
b). Tinggi badan menurut Umur (TB/U)
1. Normal
2. Pendek
: ≥ + 2 SD
: < - 2 SD
c). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
1. Gemuk
2. Normal
3. Kurus
4. Kurus sekali
: > + 3 SD
: ≥ - SD sampai + 2 SD
: > - 2 SD ≥ - 3 SD
: < - 3 SD
e. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dibedakan menjadi dua cara yaiti :
1. Penilaian status gizi secara langsung : Antropometri, klinis, biokimia,
dan biofisik.
2. Penilaian status gizi tidak langsung : Survey konsumsi makanan,
statistik vital, dan Faktor ekologi
-
38
Cara penilaian Status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri karena lebih praktis dan mudah dilaksanakan.
Penggunaan beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu
Berat badan menurut umur (BB/U), Tinggi badan menurut umur
(TB/U), Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan
atas menurut umur (LLA/U), dan Lingkar lengan atas menurut tinggi
badan (LLA/TB).
Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk
menginterprestasikannya di butuhkan ambang batas yang dapat
disajikan pada table 2.1 :
Tabel 2.1
Ambang batas baku Indeks Antropometri berdasarkan pedoman ringkas
cara pengukur Antopometri dan penentuan gizi
Status gizi Ambang Batas Baku Untuk Status Gizi
Berdasarkan
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi baik >80% >85% >90% >85%
-
39
c. BB/TB : Berat Badan menurut Tinggi Badan
d. LLA/U : Lingkar Lengan Atas menurut Umur
e. LLA/TB: Lingkar Lengan Atas menurut Tinggi Badan
Harga Indeks Berat Badan menurut Umur (IBu)adalah hasil pembagian dan
Berat Badan hasil pengukuran (BBp) dengan Berat Badan normal (BBn) di kalikan
100%, secara sederhana ditulis dengan dengan bentuk rumus IBu= BBp / BBn x
100%. Sebagai standar berat badan normal anakumur 0-14 tahun yang digunakan
adalah median berat badan suatu populasidalam antropometri gizi.
E. Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare
Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dan sering
berhubungan dengan air, sehingga disebut penyakit “bawaan air” (water borne
disease). Siklus faecal oral route menggambarkan dasar dari tranmisi penyakit ini.
SiklusH tersebut dikenal dengan istilah five f’s (fingers, fluids, fields, foods and
flies) yang berhubungan erat dengan lingkungan (Bartram, 2008).
Pengetahuan seorang ibu tentang Intervensi lingkungan memberi kontribusi
besar terhadap kejadian penyakit diare. Keadaan sanitasi lingkungan yang sangat
endah seperti ketidaktersediaan jamban keluarga, kebersihan bahan makanan serta
rendahnya kuantitas dan kualitas sarana air bersih seperti penggunaan air sungai
dapat meningkatkan kejadian diare.
Pengetahuan seorang ibu juga merupakan masalah dalam melakukan
pencegahan terjadinya penyakit diare diantaranya ibu yang tidak memperdulikan
kebersihan lingkungan dengan sistem sanitasi yang baik akan meningkatkan risiko
-
40
kejadian diare. Terjadinya pencemaran lingkungan, air tanah dan akhirnya
membahayakan persediaan air sehingga bahan makanan tercemar oleh bakteri
E.Coli. Melalui peningkatan kualitas fasilitas sanitasi seperti jamban keluarga,
sarana pembuangan air limbah rumah tangga, sarana air bersih, dan sarana
pembuangan sampah di harapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat (Bartram, 2008)
F. Hubungan Umur Dengan Kejadian Diare
Umur dapat menentukan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu sepanjang
jangka hidup. Sampai saat ini diare sering dialami anak di bawah umur 5 tahun, jika
daya tahan tubuh bayi dan balita sangat lemah maka penyakit akan mudah
menyerang khususnya diare. Semakin muda umur balita semakin besar
kemungkinan terkena diare, karena semakin muda umur balita keadaan integritas
mukosa usus masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih belim sempurna.
Kejadian diare terbanyak menyerang anak usia 7 sampai 24 bulan, hal ini terjadi
karena bayi usia 7 bulan ini mendapat makanan tambahan diluar ASI dimana resiko-
resiko ikut serta nya kuman pada makanan tambahan adalah tinggi ( terutama jika
sterilisasinya kurang ).
Balita sangat rentan terhadap penyakit, Karena system imunnya belum
terbentuk sempurna dalam membantu pertahanan tubuh sepreti hal nya orang
dewasa. Saat dimana balita sangat rentan terhadap penyakit adalah sekitar 5 sampai
6 bulan setelah lahir sewaktu kadar IgG ibu mulai berkurang, namun system imun
-
41
sendiri belim bekerja pada puncaknya. Karena imunitas pasif bawaan yang terdapat
pada bayi yang baru lahir hanya sampai bayi berumur 5 bulan. (Widoyono, 2005).
G. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila terdapat
keseimbangan dan kesesuian antara perkembangan fisik dan mental, sehingga
tingkat keadaan gizi optimal terpenuhi. Keadaan gizi seseorang dalam sewaktu-
waktu bukan saja di tentukan oleh konsumsi zat gizi masa lampau bahkan jauh
sebelum masa itu. Hal ini berarti konsumsi gizi pada masa kanak-kanak memberi
andil terhadap status gizi masa dewasa (Suharjo, 2005).
Status gizi sangat mempengaruhi kejadian diarekarena apabila status gizi balita
baik, otomatis daya tahan tubuh balita akan kuat terhadap penyakit. Gizi sangat
berperan pada manusia terutama pada bayi dan balita, gizi juga memberikan
imunologi dari kuman penyakitatau memberikan kekebalan tubuh terhadap
kumanyang ada dalam makanan yang kurang sehat dan bersihyang bisa
menyebabkan gizikurang. Anak yang keadaan gizinya kurang baik cenderung lebih
sering menderita diaredan menyebabkan kematian (Ngastiah, 2005). Anak yang
tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan mengalami keadaan
seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basah, hipoglekimia, gangguan
gizi, gangguan sirkulasi (Ngastiah, 2005).
-
42
Berat dan lamanya diare akan di pengaruhi oleh status gizi penderita dan diare
yang diderita oleh anak dengan status gizi kurang lebih berat bila di bandingkan
dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status gizi
kurangkeluaran cairan dan tinja lebih banyaksehingga anak akan menderita
dehidrasi berat. Didukung juga oleh pendapat dengan Suharjo (2005) ada hubungan
yang sangat erat antara infeksi (penyebab diare) dengan status gizi terutama pada
anak balita karena adanya tekanan interaksi yang sinergis. Mekanisme patologisnya
dapat secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi
akibat kurangnya nafsu makan, menurunya absorpsi, kebiasaan mengurangi makan
pada saat sakit, dan peningkatan kehilangan cairan/gizi akibat penyakit diare yang
terus menerus sehingga tubuh lemas. Begitu juga sebaliknya, ada hubungan antara
status gizi dengan infeksi diare pada anak balita. Apabila masukan makanan atau
zat gizi kurang akan terjadi penurunan metabolism sehingga tubuh akan mudah
terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak balita yang menderita penyakit
diare.
Konsumsi gizi yangt baik dan cukup sangat diperlukan oleh seseorang,
terutaman pada anak balita karena seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak
balita. Konsumsi gizi tersebut, tidak bisa dipenuhi karena factor eksternal maupun
internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga
uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan, sedangkan factor internal
adalah factor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul
sebagai peoblema makan pada anak balita atau juga bisa karena kekurangan gizi
-
43
yang didapat dari sejak lahir oleh karena kekurangan gizi pada ibu saat ibu hamil.
Oleh sebab itu, konsumsi gizi anak lebih diperhatikan karena akan menyebabkan
status gizi kurang pada balita (Suharjo, 2005).
H. Kerangka Teori
b
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Bagan 2.1.KerangkaTeori
Sumber: (Pudjiadi 2005
Umur
Jenis Kelamin
Musim
Tingkat
Pengetahuan
Status Gizi
Lingkungan
Mengkonsumsi
air yang tidak
memenuhi syarat
kesehatan
Status Sosial
Ekonomi
Kejadian Diare
Kebiasaan Hidup
Bersih dan Sehat
-
44
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
B. Kerangka Konseptual
Kerangka adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus
(Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep yang satu terhadap yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,
2007).
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara Pengetahuan,
tingkat pendidikan status pekerjaan, praktek hygiene, umur, dan status gizi dengan
kejadian diare. Dalam penelitian ini kerangka konsep terdiri dari Variabel Independen
(pengetahuan ibu, umur, status gizi) dan Variabel Dependen (Kejadian diare). Secara
sistematis dapat diurai dalam pemikiran tersebut terdapat dalam gambaran sebagai berikut
:
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu
Kejadian Diare Umur
Status Gizi 44
-
45
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
1 Pengetahu
an ibu
Segala sesuatu
yang diketahui
ibu tentang
pengertian
diare,
penyebab, tanda
dan gejala,
komplikasi
diare serta cara
penanggulanga
n dan
pencegahan
terjadinya diare
Mengguna
kan daftar
pertanyaan
Kuesioner 0. Kurang bila total
jumlah <
56%
1. Cukup bila total
jumlah 56-
75%
2. Baik,bila total
jumlah 76-
100%
Ordinal
2. Umur Ukuran hidup
dari lahir
sampai
sekarang
(terakhir).
Menyebarka
n Kuesioner
Format
pengumpulan
data
(melihat dari
buku
register)
0: Umur ≤ 2
tahun
1: Umur > 2
tahun
Nominal
3. Status gizi Keadan gizi
balita yang
dinilai
berdasarkan
pengukuran
berat badan
berdasarkan
Umur (BB/U).
Status gizi
terdiri dari:
1. Kurang 2. Baik
Menimbang
balita
Timbangan Berat Badan
(Kg)
0 : Status
Gizi Kurang
1 : Status
Gizi Baik
Nominal
-
46
4. Diare Terjadinya
perubahan
bentuk dan
konsistensi dari
tinja, melembek
sampai mencair
serta
bertambahnya
frekuensi BAB
dengan
frekuensi BAB
3-4 kali dalam
sehari
Menyebarka
n Kuesioner
Kuesioner 0. Diare, jika terjadinya
perubahan
bentuk dan
konsistensi
dari tinja,
melembek
sampai
mencair
1. Tidak Diare, jika
tidak
Terjadinya
perubahan
bentuk dan
konsistensi
dari tinja,
melembek
sampai
mencair
Nominal
C. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhaan tahun 2016.
Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.
Ha : Ada hubungan umur dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Bintuhan tahun 2016.
Ha : Ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Bintuhan tahun 2016
-
47
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian (Nursalam, 2009).
Desain penelitian ini di desain dalam bentuk penelitian analitik dengan pendekatan
Cross-Sectional. Cross-Sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan/sekali waktu (Notoatmodjo, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 19 Mei s/d 19 Juli 2016.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2009). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di Wilayah kerja Puskesmas
Bintuhan yang berjumlah 540 Orang tahun 2015.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek atau subjek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo 2010). Adapun tehknik
-
48
pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling yang artinya sampel
diambil berdasarkan kejadian.
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁(𝑑2)
Keterangan :
N: Besar Populasi
n : Besar Sampel
D : Tingakat kepercayaan(0,1)
𝑛 =540
1 + 540(0,12)
𝑛 =540
1 + 5,4
𝑛 =540
6,4
𝑛 = 85
3. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
suatu target dan terjangkau akan diteliti. Adapun kriteria inklusi sample yang
akan diteliti adalah
1. Bersedia menjadi responden
2. Ibu yang memiliki balita yang pernah mengalami diare
3. Bisa membaca dan Menulis
-
49
D. Sumber Data
1. Data primer
Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dan menyebarkan
kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data pengetahuan ibu tenrang diare
dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari catatan pengarsipan
Puskesmas Bintuhan.
E. Alat Pengumpul Data
Dalam suatu penelitian, pengumpulan data perlu dilakukan secara berhati-hati, sistematis
dan cermat, sehingga data yang dikumpulkan relevan dengan masalah penelitian yang
akan dicari jawabannya sebagai upaya menguji kebenaran hipotesis yang telah
dirumuskan. Untuk itu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung
terhadap responden penelitian.
2) Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
sejumlah pertanyaan tertulis secara terstruktur kepada responden penelitian berkaitan
dengan tanggapannya terhadap berbagai variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
3) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara
mendalam kepada responden penelitian untuk memperoleh data yang lebih akurat dan
lengkap karena menyangkut penjelasan lebih lanjut dari kuisioner yang telah
dibagikan tersebut.
-
50
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini bertujuan menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel
penelitian dengan menggunakan ukuran proporsi. Dengan Rumus :
Dengan rumus :
𝑝 =𝑓
𝑛 𝑥 100%
Keterangan :
p : Proporsi atau jumlah persen
f : Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif
n :Jumlah sampel (Arikunto, 2011)
Setelah hasil didapat, hasil penelitian disajikan dalam bentuk persentase
dengan criteria sebagai berikut :
0% : tidak satupun dari responden
1%-25% : sebagian kecil dari responden
26%-45% : hampir sebagian responden
46%-55% : sebagian responden
56%-66% : lebih sebagian responden
67%-90% : sebagian besar dari responden
91%-99% : hampir seluruh responden
100% : seluruh responden (arikuanto, 2006)
-
51
b. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variable indipenden dengan variable dependen menggunakan chi-
square (x²), ada atau tidaknya hubungan yang dilihat dari analisis (Nilai
X² dan p- value), dengan menggunakan computer SPSS dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hasil chi-square dapat dilihat pada kotak chi square
test, dengan aturan yang berlaku yaitu :
1. Bila pada table 2x2 di jumpai nilai expected (harapan) < 5, maka
yang digunakan adalah fisher’s exact test.
2. Bila pada table 2x2 tidak dijumpai atau tidak ada nilai expected
(harapan) < 5, maka yang digunakan adalah continuity correction.
3. Bila pada table lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dll, maka yang
digunakan uji person chi square. Dengan criteria (Riyanto, 2009) :
a) Jika hasil uji hipotesis p ≤ 0,05, maka Ha diterima, berarti ada
hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare
di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.
b) Jika hasil uji hipotesis p > 0,05, maka Ha ditolak, berarti tidak
ada hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian
diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.
G. Pengolahan Data
Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian adalah :
a. Editing
Langkah ini dilakukan oleh peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan
pengisian check list dan pencatatan.
-
52
b. Coding
Coding adalah memberikan kode pada data yang diperoleh agar lebih mudah dan
sederhana.
c. Tabulating
Tabulating adalah mengaplikasikan data berdasarkan kelompok data yang telah
ditentukan kedalam tabel.
d. Entry data
Data dari lembar check list dan pencatatan dimasukkan ke komputer untuk diolah
dengan program SPSS.
e. Checking dan Cleaning data
Memeriksa kembali apakah ada kesalahan data, sehingga data benar-benar siap
untuk di analisa.
H. Alur Penelitian
Alur Penelitian ini terdiri dari dua tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap
persiapan meliputi kegiatan konsultasi dengan pembimbing, studi pustaka dan melakukan
survei untuk menentukan masalah penelitian dan menyiapkan instrumen/alat
pengumpulan data. Pada tahap pelaksanaan dimulai dengan mengumpulkan data.
1. Tahap Persiapan
a. Konsultasi studi pustaka dengan pembimbing satu dan dua
b. Mengurus surat pra penelitian
c. Pengambilan data awal dari Dinas Kesehatan dan di Puskesmas Bintuhan.
d. Melakukan survei awal dari beberapa masyarakat di Puskesmas Bintuhan.
e. Persiapan kuesioner penelitian.
-
53
2. Tahap pelaksanaan
Untuk tahap pelaksanaan dimulai dari pengumpulan data, sampai dengan didapatnya
hasil data yang telah diolah secara komputerisasi/SPSS.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari
pihak insntitusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian
dalam hal ini diajukan kepada Pimpinan di Puskesmas Bintuhan yang bersangkutan.
Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekan masalah
etika penelitian meliputi :
1. Informed consent
Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan memberi penjelasan
tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan diteliti, serta menjelaskan manfaat
yang diperoleh bila bersedia menjadi responden. Tujuan responden agar mengetahui
dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia menjadi
responden, maka harus menanda tangani lembar persetujuan.
2. Anonymity (Tanpa Nama).
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode tertentu pada pengumpulan
data yang diisi responden sehingga identitas responden tidak diketahui publik.
-
54
3. Confidencial ( Kerahasiaan).
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.
-
55
`BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan, yang
terletak di jalan Bandar Jaya Kabupaten Kaur. Puskesmas ini memiliki wilayah
kerja 16 desa, luas wilayah kerja Puskesmas Bintuhan 3.212 m² dengan jumlah
penduduk 15.671 jiwa, jumlah tenaga kerja Puskesmas Bintuhan bejumlah 30
orang yang terdiri dari dokter umum 1 orang, tenaga gizi 1 orang, bidan 10 orang,
perawat 12 orang, farmasi apoteker 1 orang, asisten apoteker 1 orang, kesmas 4
orang.
Secara administratif puskesmas Bintuhan berbatasan dengan :
1. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Tetap
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Maje
3. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan
4. Sebelah barat berbatasan dengan samudra Hindia
B. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilyah Kerja Puskesmas Bintuhan
kabupaten Kaur pada tanggal 19 Mei sampai dengan 19 Juli 2016. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan ibu, Umur, Status gizi
dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilyah Kerja Puskesmas Bintuhan Tahun
2016. Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
55
-
56
Accidental sampling dimana sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
yang kebetulan datang pada saat penelitian, jadi sampel untuk penelitian ini
sebanyak 85 responden.
Sebelum pelaksanaan penelitian, Langkah awal dilakukan peneliti adalah
mengurus surat izin penelitian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)
Kota Bengkulu, Kesbang Linmas Kabupaten Kaur, Dinas Kesehatan Kabupaten
Kaur dan terakhir di Puskesmas Bintuhan.Peneliti mengumpulkan data dengan
dua cara, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dengan
cara mengumpulkan data jumlah masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas
Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016 dan data primer dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten
Kaur Tahun 2016.Data yang telah diperoleh dari penelitian kemudian
dikelompokkan dan ditabulasi sesuai dengan keperluan peneliti. Selanjutnya
peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.
Pengolahan data dilakukan dengan tahap : Editingyaitumemeriksa semua
data untuk meneliti kembali apakah data-data yang dibutuhkan telah lengkap;
Coding yaitu memberikan kode pada masing-masing data untuk mempermudah
pengolahan data; dan entry, dimana data yang telah di coding kemudian diolah
kedalam komputer; Cleaning yaitu data yang sudah dimasukkan dicek apakah
ditemukan kesalahan pada Entry data. Setelah itu data diolah melalui analisis
univariat dan bivariat.
-
57
Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dari setiap
variabelindependent dan dependent. Penyajian dilanjutkan dengan hasil analisis
bivariat
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabelindependent dengan
variabel dependent.
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi
frekuensi dari berbagai variabel yang diteliti, baik dari variabel dependen (Diare)
maupun variabel independen (Pengetahuan, umur dan status gizi)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibudi Wilayah kerja Puskesmas
Bintuhan Tahun 2016
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang 26 30.6
2 Cukup 29 34,1
3 Baik 30 35,3
Jumlah 85 100,0
Berdasarkan tabel 5.1diatas diketahui bahwahampir sebagian responden
(35,3%) memiliki pengetahuan baik.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi umurbalita di Wilayah kerja Puskesmas
Bintuhan Tahun 2015
-
58
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 ≤ 2 tahun 39 45.9
2 > 2 tahun 46 54,1
Jumlah 85 100,0
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa sebagian responden (54,1%)
memiliki umur > 2 tahun.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status gizi balita di Wilayah kerja Puskesmas
Bintuhan Tahun 2016
No Status gizi Frekuensi Persentase (%)
1 Gizi Kurang 37 43,5
2 Gizi Baik 48 56,5
Jumlah 85 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa hampir sebagian responden
(43,5%) memiliki status gizi kurang.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian diarepada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bintuhan Tahun 2016
No Kejadian diare Frekuensi Persentase (%)
1 Diare 47 55.3
2 Tidak diare 38 44,7
Jumlah 85 100,0
-
59
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden (55,3%)
mengalami diare.
2. Analisis Bivariat
Dalam analisis bivariat ini akan dilihat hubungan antara variabel
independent dengan variabel dependent, dengan uji chi-square (𝑋2).
Tabel 5.5 HubunganPengetahuan ibu denganKejadian diarepada balita di
Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan Tahun 2016
Pengetahuan
Kejadian diare
P Diare
% Tidak
diare
% Jumlah %
Kurang 24 92,3% 2 7,7% 26 100
0,000 Cukup 12 41,4% 17 58,6% 29 100
Baik 11 36,7% 19 63,3% 30 100
Jumlah 47 55,3% 38 44,7% 85 100
Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan tabulasi silang antara tingkat
pengetahuan dengan Kejadian diare di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan
Kabupaten Kaur tahun 2016. Ternyata dari 26orang yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang terdapat hampir seluruh responden (92,3%) mengalami
diaredan dari 29 orang yang memiliki tingkat pengetahuan cukup terdapat lebih
dari sebagian responden (58,6%) tidak mengalami diare, serta dari 30 orang yang
memiliki tingkat pengetahuan baik terdapat lebih dari sebagian responden (63,3%)
-
60
tidak mengalami diare. Karena tidak ada frekuensi ekspektasi nilainya 2 tahun terdapat sebagian besar dari responden (67,4%) tidak
-
61
mengalami diare. Karena tidak ada frekuensi ekspektasi nilainya
-
62
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan Kejadian diare di Wilayah
kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur digunakan uji Chi-Square (Pearson
Chi-Square).Hasil uji Pearson Chi-Square didapat nilai asymp.sig (p)=0,000.
Karena nilai p
-
63
Hasil penelitian ini sesui dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Sutanto, (2011) yang mengatakan bahwa penyakit diare merupakan suatu penyakit
yang berbasis lingkungan , faktor ini akan berinteraksi bersama prilaku manusia
yang tidak sehat, yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6
bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu , menyimpan makanan
masak pada suhu kamar , air minum yang tercemar pada kotoran tinja ,tidak
mencuci tangan sesudah BAB sebelum menjamah makanan. Maka menimbulkan
kejadian diare , semua ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat di
bidang kesehatan, ekonomi, maupun teknologi.
Menurut peneliti tingkat pengetahuan erat kaitannya dengan cara tindakan
ibu dalam mencegah dan menangani suatu penyakit pada anaknya seperti diare.
Ibu yang mempunyai pengetahuan yang tinggi akan lebih tahu dan tanggap
terhadap gejala-gejala penyakit, seperti apabila ada anggota keluarganya yang
sakit keluarga akan lebih cepat merespon dan membawanya untuk pergi ketempat
berobat, dan ibu akan lebih bisa memodifikasi lingkungan di sekitar rumah agar
anak atau anggota keluarganya terhindar dari penyakit diare. Dengan pengetahuan
yang baik ibu akan lebih bisa menentukan makanan-makanan yang bergizi untuk
anaknya dan anggota keluarga untuk mecegah terjadinya penurunan imunitas agar
tidak mudah tepapar oleh penyakit.
-
64
2. Distribusi Frekuensi Umur balita di wilayah kerja Puskesmas Bintuhan
Tahun 2016
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian responden (54,1%)
memiliki umur > 2 tahun, berdasarkan hasil penelitian maka dapat di simpulkan
umur yang rentan terkena diare terjadi pada umur 6-12 bulan. Ini kemungkinan
disebabkan oleh kekebalan terhadap kuman yang bersangkutan dan daya tahan
tubuh serta sistem imun yang imatur pada bayi yang belum mampu menghasilkan
imunoglobin yang diperlukan. Sedangkan kekebalan pasif bawaan yang terdapat
pada bayi baru lahir hanya sampai berumur 5 bulan . Zat anti ini berupa globulin
gama yang mengandung imunitas berfungsi agar anak terhindar dari penyakit
infeksi.
Serta ditambah lagi pada masa ini anak mualai diberi makanan tambahan
yang kadangkala makanannya kurang steril atau ukuran tidak tepat (terlalu banyak
gula dan sedikit air). Di mana pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi , perut
dan usus sangat peka pada perubahan, sehingga gangguan yang kecil saja dapat
breaksi dengan cepat dengan sering buang air. Menurut Noor Nasri, (2005), pada
beberapa penyakit menular ,umur menentukan hasil akhir dari suatu proses
penyakit.
Sampai saat ini diare sering dialami oleh anak di bawah lima tahun, jika
daya tahan tubuh bayi dan balita sangat lemah maka penyakit akan mudah
menyerang khususnya diare. Semakin muda umur balita sekin mudah terkena
diare, karenakeadaan integritas mukosa usus masih belum baik, sehingga daya
-
65
tahan tubuh masih belum sempurna. Kejadian diare terbanyak menyerang anak
usia 7-24 bulan, hal ini karena bayi usia 7 bulan ini mendapat makanan tambahan
diluar ASI dimana resiko ikut sertanya kuman pada makanan tambahan adalah
tinggi (terutama jika sterilisasinya kurang). Kerentanan terhadap infeksi , Karena
lahir dengan hanya memiliki antibody dari ibu, system imun imatur bayi belum
mampu menghasilkan imunoglobin yang diperlukan, namun zat anti itu lambat
launnya akan lenyap dari tubuh balita. Dengan demikian sampai umur kurang dari
5 bulan bayi dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi.
3. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di