SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI …repository.unived.ac.id/37/1/BELY MONA...

116
SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN TAHUN 2016 Oleh : BELY MONA TARI NPM : 122426037 SM PROGRAM STUDI STRATA-1 KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN BENGKULU 2016

Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI …repository.unived.ac.id/37/1/BELY MONA...

  • i

    SKRIPSI

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI

    DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI

    WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    BINTUHAN TAHUN 2016

    Oleh :

    BELY MONA TARI

    NPM : 122426037 SM

    PROGRAM STUDI STRATA-1 KESEHATAN MASYARAKAT

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN

    BENGKULU

    2016

  • ii

    SKRIPSI

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, UMUR, STATUS GIZI

    DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI

    WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    BINTUHAN TAHUN 2016

    Skripsi Penelitian Ini Diajukan Sebagai

    Pedoman Pelaksanaan Penelitian Penyusunan Skripsi

    Oleh :

    BELY MONA TARI

    NPM : 122426037 SM

    PROGRAM STUDI STRATA-1 KESEHATAN MASYARAKAT

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DEHASEN

    BENGKULU

    2016

  • iii

    ii

  • iv

    iii

  • v

    iv

  • vi

    ABSTRACT

    Bely Monatari.

    Correlation of Understanding of Mother and Nutritional Status toward Diarrhea Occurrences

    on Toddler in the Working Area of Bintuhan Public Health Center 2016.

    XIV + 68 pages + 9 tables + 2 charts +7 appendixes

    Background: Based on health profile data of Indonesia in 2012, the number of diarrhea

    patients reached 8443 people with a mortality rate of 2.5% of the total, while the morbidity of

    diarrhea in all age groups in 2012 still reached 489 per 1000 population (MoH RI, 2012).

    Based on the above background, the researchers were interested in conducting research on

    correlation of understanding of mother and nutritional status toward diarrhea occurrences on

    toddler in the working area of Bintuhan Public Health Center 2016.The population in this study

    were all the people in the Bintuhan Public Health Center2016, amounting to 540 nurses.

    Purpose: This study aimed to determine the understanding of mother and nutritional

    status toward diarrhea occurrences on toddler in the working area of Bintuhan Public Health

    Center 2016.

    Research Method: This study used cross-sectional sampling in this research using

    accidental sampling technique. The result of the calculation formula with a confidence level

    of 95% in 85 people get the number of samples. Data was collected using primary and

    secondary data.

    Results: it was found that the majority of respondents had a good knowledge (35.3%),

    the majority of respondents had aged> 2 years (54.1%) and almost half of respondents had a

    good nutritional status (44.7%), and more than the majority of respondents experiencing

    diarrhea (55.3%).

    Conclusion: found that there was a significant relationship between maternal

    knowledge, Age and Nutritional Status with the incidence of diarrhea in infants in Bintuhan

    Public Health Center 2016.

    Recommended: Expected toBintuhan Public Health Center to develop and improve

    better health services in particular on the incidence of diarrhea and to teach people to make

    ORS and impact for toddlers due to diarrheal diseases in Public Health Center.

    Key Word : Understanding of Mother, Age, Nutritional Status and Diarrhea

    Occurrences

    References : 55 (2001-2014)

    v

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat

    menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Hubungan Pengetahuan ibu, Umur dan Status Gizi

    dengan kejadian diare pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan 2016” sebagai

    salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

    Penyusunan Skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh

    karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Dr. Ida Samidah, S.Kp, M. Kes selaku Ketua STIKes Dehasen Bengkulu dan pembimbing

    I yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di STIKes

    Dehasen Bengkulu.

    2. Berlian Kando S.Kep, M.Kes selaku Pembantu Ketua I STIKes Dehasen Bengkulu yang

    telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di STIKes

    Dehasen Bengkulu, Program Studi Kesehatan Masyarakat.

    3. Fiya Diniarti, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat dan selaku

    Penguji I yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti Pendidikan di

    STIKes Dehasen Bengkulu, beserta staf Prodi Kesehatan Masyarakat STIkes Dehasen.

    4. A. Tarmizi Daud, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan

    waktu dan tenaganya untuk memberi masukan dan motivasi yang tinggi kepada penulis

    sehingga Skripsi dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

  • vii

    5. Dannur Azissah, SST, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu

    dan tenaganya untuk memberi masukan dan motivasi yang tinggi kepada penulis sehingga

    Skripsi dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

    6. Kepala Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur, yang telah memberikan izin kepada peneliti

    untuk mengambil data di puskesmas Bapak pimpin.

    7. Ayah dan ibuku tercinta atas cinta, kasih sayang, do’a serta dukungannya selama ini.

    8. Suami tercinta terima kasih atas do’a serta dukungannya selama ini.

    9. Sahabat-sahabatku terima kasih atas bantuan dan motivasinya.

    10. Seluruh mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat Angkatan 2016 yang selalu kompak dari

    awal kuliah sampai dan selalu memberikan bantuannya.

    Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih

    jauh dari kata sempurna.

    Bengkulu, 2016

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.......................................................................................

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................................

    HALAMAN PERNYATAAN........................................................................

    ABSTRAK.......................................................................................................

    ABSTRACT.....................................................................................................

    KATA PENGANTAR....................................................................................

    DAFTAR ISI...................................................................................................

    DAFTAR TABEL…………………………………………………………..

    DAFTAR BAGAN…………………………………………………………..

    DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .....................................................................................

    B. Rumusan Masalah.................................................................................

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum................................................................................

    2. Tujuan Khusus...............................................................................

    D. Manfaat Penelitian...............................................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Diare

    1. Definisi Diare.......................……………………………………..

    2. Etiologi…………………………………………………………...

    3. Klasifikasi diare..................………………………………………

    4. Upaya pencegaha diare..………………………………………….

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare…..……………

    B. Pengetahuan

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    viii

    xi

    xii

    xiii

    1

    6

    7

    7

    8

    9

    10

    12

    13

    16

  • ix

    1. Konsep Pengetahuan.……...………………………………….....

    2. Tingkat Pengetahuan…………………………………………….

    3. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan……………….

    4. Kategori pengetahuan……………………………………………

    C. Konsep Umur.......................………………………………………….

    D. Konsep status gizi.......................……………………………………..

    E. Hubungan Pengetahuan ibu dengan kejadian diare…………………..

    F. Hubungan Umur dengan kejadian diare……………………………...

    G. Hubungan Status gizi dengan kejadian diare…………………………

    H. Kerangka Teori……………………………………………………….

    BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DAN

    DEFINISI OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep .................................................................................

    B. Definisi Operasional………………………………………………….

    C. Hipotesis……………………………………………………………...

    BAB IV METODELOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian……………………………………………………..

    B. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………...…

    C. Populasi dan Sampel………………………………………………….

    D. Sumber Data………………………………………………………….

    E. Alat Pengumpul Data……………..…………………………………..

    F. Analisis Data………………………………………………………….

    G. Pengelolahan Data……………………………………………………

    H. Alur Penelitian………………………………………………………..

    I. Etika Penelitian……………………………………………………….

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………….

    B. Jalanya Penelitian…………………………………………………….

    21

    21

    22

    29

    30

    31

    39

    40

    41

    43

    44

    45

    46

    47

    47

    47

    49

    49

    50

    51

    52

    53

    55

    55

  • x

    C. Hasil Penelitian………………………………………………………

    1. Analisis Univariat.……...………………………………….............

    2. Analisis Bivariat.……...…………………………………...............

    D. Pembahasan…………………………………………………………..

    a. Analisis Univariat ……………………………………………….

    b. Analisis Bivariat.……...………………………………….............

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan…………………………………………………………...

    B. Saran………………………………………………………………….

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    57

    57

    59

    62

    62

    68

    76

    77

  • xi

    DAFTAR TABEL

    No Tabel Judul Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Ambang Batas Baku Untuk Status Gizi 36

    Tabel 3.1 Definisi Operasional 43

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016

    56

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur di Wilayah Kerja Puskesmas

    Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016

    56

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di Wilayah

    Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun

    2016

    57

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016

    57

    Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian

    Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten

    Kaur Tahun 2016

    57

    Tabel 5.6 Hubungan Umur dengan Kejadian Diare di Wilayah

    Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun

    2016

    58

    Tabel 5.7 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare di

    Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur

    Tahun 2016

    59

  • xii

    DAFTAR BAGAN

    No. Bagan Judul Halaman

    2.1 Kerangka Teori 41

    3.1 Kerangka Konsep 42

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    No. Lamp Judul Lampiran

    Lampiran1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

    Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

    Lampiran 3 Lembar Koesioner

    Lampiran 4 Surat Izin Peneliti Dari Institusi

    Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Dinkes Kabupaten kaur

    Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari BPPT (Badan Pelayanan Perizinan

    Terpadu)

    Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Puskesmas Bintuhan

    Lampiran 8 Master tabel

    Lampiran 9 Hasil Olahan data

    Lampiran 10 Lembar Konsul

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret,

    tinjanya encer, dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah,

    sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila

    penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat

    menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun

    (Ummuauliya, 2008).

    Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinggi

    pada anak, terutama pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Sebanyak 6

    juta anak meninggal setiap tahun di dunia karena diare, sebagian kematian tersebut

    terjadi di negara berkembang (Parashar, 2008).

    Menurut WHO (World Health Organization 2012), kematian yang disebabkan

    oleh diare merupakan kematian nomor 2 di Dunia, WHO memperkirakan 4 miliyar

    kasus diare di dunia 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar bayi yang

    berumur 6-12 bulan. Dan di negara yang sedang berkembang penyebab kematian

    awal banyak diakibatkan oleh penyakit diare, Indonesia sebagai negara

    berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan

    penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah

    penyakit diare.

    1

  • 2

    Berdasarkan data profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 jumlah penderita

    diare yakni 8.443 orang dengan angka kematian 2,5% dari jumlah tersebut,

    sedangkan angka kesakitan diare pada semua umur tahun 2012 masih mencapai

    489 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2012). Penyakit diare hingga kini masih

    merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia.

    Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dan sering

    berhubungan dengan air, sehingga disebut penyakit “bawaan air” (water borne

    disease). Siklus faecal oral route menggambarkan dasar dari tranmisi penyakit ini.

    Siklus tersebut dikenal dengan istilah five f’s (fingers, fluids, fields, foods and flies)

    yang berhubungan erat dengan lingkungan (Bartram, 2008).

    Pengetahuan seorang ibu tentang Intervensi lingkungan memberi kontribusi

    besar terhadap kejadian penyakit diare. Keadaan sanitasi lingkungan yang sangat

    rendah seperti ketidaktersediaan jamban keluarga, kebersihan bahan makanan serta

    rendahnya kuantitas dan kualitas sarana air bersih seperti penggunaan air sungai

    dapat meningkatkan kejadian diare (Notoatmodjo,2010).

    Pengetahuan seorang ibu juga merupakan masalah dalam melakukan

    pencegahan terjadinya penyakit diare diantaranya ibu yang tidak memperdulikan

    kebersihan lingkungan dengan sistem sanitasi yang baik akan meningkatkan risiko

    kejadian diare. Terjadinya pencemaran lingkungan, air tanah dan akhirnya

    membahayakan persediaan air sehingga bahan makanan tercemar oleh bakteri

    E.Coli. Melalui peningkatan kualitas fasilitas sanitasi seperti jamban keluarga,

    sarana pembuangan air limbah rumah tangga, sarana air bersih, dan sarana

  • 3

    pembuangan sampah di harapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat (Bartram, 2008).

    Umur dapat menentukan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu sepanjang

    jangka panjang. Sampai saat ini diare sering dialami oleh anak di bawah umur 5

    tahun, jika daya tahan tubuh bayi dan balita sangat lemah maka penyakit akan

    mudah menyerang khususnya diare. Semakin muda umur balita semakin besar

    kemungkinan terkena diare, karena semakin muda umur balita keadaan intergritas

    mukosa usus masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih belum sempurna.

    Status gizi sangat mempengaruhi kejadian diare karena apabila status gizi

    balita baik, otomatis daya tahan tubuh balita akan kuat terhadap penyakit. Gizi

    sangat berperan pada manusia khususnya bayi dan balita, gizi juga memberikan

    imunologi dari kuman penyakit atau memberikan kekebalan tubuh terhadap kuman

    yang ada dalam makanan yang kurang sehat dan bersih yang bisa menyebabkan

    gizi kurang. Anak yang keadaan gizinya tidak baik cendrung lebih sering menderita

    diare dan menyebabkan kematian (Ngastiah, 2005). Anak yang tidak mendapatkan

    perawatan yang baik selama diare akan mengalami keadaan seperti dehidrasi,

    gangguan keseimbangan asam basah, hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan

    sirkulasi (Ngastiah, 2005).

    Beberapa dasar pelaksanaan pemberantasan penyakit ini antara lain,

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

    1216/MENKES/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, dan

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No.HK.03.0 1/160/1/2010

  • 4

    tentang Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 (Depkes RI,

    2010).

    Hasil penelitian dari Ratnawati tahun 2009 menyebutkan bahwa yang menjadi

    resiko terjadinya diare adalah faktor perilaku ibu, penggunaan sarana air bersih dan

    penggunaan jamban dan menurut hasil penelitian Suriawiria, 2009 menyebutkan

    bahwa Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita adalah faktor

    ibu (umur, pengetahuan, pendidikan, status kerja, sikap, perilaku, praktek hygiene),

    faktor balita (usia, jenis kelamin, asi eksklusif imunisasi, status gizi), faktor sosial

    ekonomi dan faktor lingkungan.

    Dari data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota tahun 2015 di Provinsi

    Bengkulu ditemukan sebanyak 79.217 perkiraan kasus diare, kasus terbanyak

    terdapat di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 14.187 kasus dan yang terkecil ada di

    Kabupaten Lebong sebanyak 4.838 kasus (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2015).

    Kabupaten Kaur merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi

    Bengkulu, data kejadian diare pada balita di Kabupaten Kaur setiap tahunnya selalu

    mengalami peningkatan pada tahun 2013 jumlah kejadian diare pada balita

    sebanyak 538 , dan tahun 2014 jumlah penderita diare pada balita meningkat

    sebanyak 628 balita dan pada tahun 2015 sebanyak 641 balita. Kejadian diare

    tertinggi di Puskesmas Bintuhan dengan kejadian diare pada tahun 2013 di

    Puskesmas Bintuhan sebanyak 86 balita, tahun 2014 sebanyak 92 balita dan pada

    tahun 2015 sebanyak 162 balita. Sedangkan di Puskesmas lainnya diantaranya

    Puskesmas Nasal kejadian diare pada tahun 2013 kasus diare sebanyak 67 balita

  • 5

    pada tahun 2014 sebanyak 59 balita, dan tahun 2015 sebanyak 102 balita,

    berdasarkan perbandingan tersebut dapat dilihat kejadian diare tertinggi di

    Puskesmas Bintuhan. Kejadian diare pada balita dapat mengakibatkan dehidrasi

    sehingga dalam rentang waktu yang cukup lama tanpa adanya penanganan yang

    tepat maka akan berakibat kematian pada balita.

    Pengetahuan masyarakat disekitar Puskesmas Bintuhan masih dalam kategori

    rendah, hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara bahwa masyarakat masih banyak

    yang belum mengerti penyebab-penyebab terjadinya penyakit diare. Berdasarkan

    hasil wawancara tentang pengetahuan masyarakat dalam menghindari penyakit

    diare di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan didapat informasi adalah dari 10 Ibu

    yang diwawancarai terdapat 7 Ibu yang sering menggunakan air sungai untuk

    dikonsumsi. Belum lagi didapat informasi juga bahwa ada juga 4 dari 10 Ibu yang

    membuang sampahnya di sungai sehingga anak balita mereka sering terkena

    penyakit diare. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik

    untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan ibu tentang diare

    dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan”.

    B. Rumusan Masalah

    Masalah dalam penelitian ini adalah Berdasarkan data profil Kesehatan

    Indonesia tahun 2012 jumlah penderita diare yakni 8.443 orang dengan angka

    kematian 2,5% dari jumlah tersebut, sedangkan angka kesakitan diare pada semua

    umur tahun 2012 masih mencapai 489 per 1000 penduduk (Kemenkes RI, 2012),

    Dari data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota tahun 2015 di Provinsi

  • 6

    Bengkulu ditemukan sebanyak 79.217 perkiraan kasus diare, kasus terbanyak

    terdapat di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 14.187 kasus dan yang terkecil ada di

    Kabupaten Lebong sebanyak 4.838 kasus. Berdasarkan latar belakang masalah

    diatas, maka rumusan masalah yang saya teliti adalah : Apakah ada Hubungan

    Pengetahuan ibu, Umur dan Status Gizi dengan kejadian diare pada balita di

    Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016 ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Diketahuinya Hubungan Pengetahuan ibu, Umur dan Status gizi dengan kejadian

    diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahuinya gambaran Pengetahuan ibu tentang diare di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bintuhan tahun 2016.

    b. Diketahuinya gambaran Umur pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

    Bintuhan tahun 2016.

    c. Diketahuinya gambaran Status Gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

    Bintuhan tahun 2016.

    d. Diketahuinya gambaran kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bintuhan tahun 2016.

    e. Diketahuinya Hubungan Pengetahuan ibu, Umur dan Status Gizi dengan

    kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016

  • 7

    D. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoritis

    1. Bagi Akademik

    Menambah khasanah kepustakaan bagi perkembangan ilmu kesehatan

    masyarakat khususnya mengenai kasus diare.

    b. Manfaat Praktis

    1. Bagi Dinas Kesehatan kabupaten Kaur

    Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menangani

    masalah dimasyarakat salah satunya penyebab kejadian diare.

    2. Bagi Masyarakat

    Diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi masyarakat

    khususnya tentang faktor resiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja

    puskesmas bintuhan.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penyakit Diare

    1. Pengertian umum

    Diare adalah terjadinya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,

    melembek sampai mencair serta bertambahnya frekuensi berak lebih dari

    biasanya dan lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 2000).

    Sedangkan menurut WHO (2007) adalah buang air besar (BAB) lebih dari

    3 kali sehari dengan konsistensi cair, sehingga dapat menghilangkan cairan

    tubuh yang sangat banyak (dehidrasi) pada saat buang air besar berulang

    kali.

    Menurut Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia (2006), diare adalah buang air besar

    (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),

    kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau

    200 ml/24 jam.

    Sedangkan menurut Putra (2008) diare di definisikan sebagai

    peningkatan frekuensi dan atau perubahan konsistensi faeces, dapat

    disertai atau tanpa gejala dan tanda-tanda yang terjadi dalam waktu 24 jam.

    8

  • 9

    2. Etiologi

    Setiap penyakit tidak terjadi begitu saja, tetapi ada beberapa

    penyebabnya yang dikenal sebagai “multiple causation”. Timbulnya

    penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : faktor penjamu

    (host), faktor penyebab (agent), dan faktor lingkungan (environment).

    Kejadian suatu penyakit adalah hasil hubungan antara ketiga faktor

    tersebut (M.N.Bustam, 2006). Demikian pula dengan terjadinya penyakit

    diare.

    Terjadinya diare berhubungan dengan lingkungan yang kurang bersih

    serta air dan makanan yang tercemar oleh berbagai mikroorganisme seperti

    Rotavirus, bakteri Eschericia coli, Shigella, Salmonella, dan

    Campylobacter (Khairina, 2007).

    Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor (Pusat Penerbitan

    Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, 2006) :

    1) Faktor infeksi

    a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

    penyebab utama diare. Infeksi enteral meliputi :

    (1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. coli, Salmonella, Campyloobacter,

    Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

  • 10

    (2) Infeksi virus : Enteroovirus (virus ECHO, Coxsackie,

    Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

    (3) Infeksi parasit : Cacing, Protozoa, Jamur

    b) Infeksi perenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

    pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis,

    Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini

    terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun

    2) Faktor malabsorbsi

    a. Malabsorbsi karbohidrat yaitu terganggunya system pencernaan

    yang berpengaruh pada penyerapan karbohidrat dalam tubuh

    Malabsorbsi lemak yaitu terganggunya penyerapan lemak dalam

    tubuh

    b. Malabsorbsi proteinya itu terganggunya penyerapan lemak dalam

    tubuh

    3) Faktor makanan

    a. Makanan beracun yaitu terkontaminasi dengan makanan lain

    b. Makanan basi missal sisa makanan yang telah menjamur

    c. Alergi terhadap makanan misalnya tidak tahan dengan jenis

    makanan tertentu.

    4) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang

    menimbulkan diare.

  • 11

    3. Klasifikasi diare

    Menurut Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

    Kedokteran UI tahun 2006, Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :

    1) Lama waktu diare : akut atau kronik

    Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari,

    sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation Global

    Guidelines 2005, diare akut di definisikan sebagai pasase tinja yang cair

    atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung

    kurang dari 14 hari.

    Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

    Sebenarnya para pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria

    mengenai batasan kronik pada kasus diare tersebut, ada yang 15 hari, 3

    minggu, 1 bulan, dan 3 bulan. Tetapi di indonesia di pilih waktu lebih

    dari 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat lebih cepat menginvestigasi

    penyebab diare yang lebih tepat.

    a) Mekanisme patofisiologik : osmotik atau sekretorik, dll

    b) Berat ringan diare : kecil atau besar

    c) Penyebab infeksi atau tidak : infektif atau non infektif

    d) Penyebab organik atau tidak

    2) Cara penularan diare

    Beberapa cara mekanisme penularan terjadinya penyakit diare,

    adalah sebagai berikut :

  • 12

    a) Kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita

    yang mengandung kuman penyebab diare

    b) Bila buang air besar tidak di jamban, tinjanya akan dapat menjadi

    sumbert penular bagi orang lain

    c) Kuman dari tinja dapat langsung di tularkan pada orang lain

    melalui tangan saat memegang atau lewat serangga : kecoa, lalat,

    dan tikus.

    d) Kuman dapat juga mencemari air yang di gunakan orang lain untuk

    keperluan sehari-hari, misalnya untuk berkumur, menggosok gigi,

    dan mencuci sayur.

    4. Upaya pencegahan penyakit Diare

    Usaha pencegahan yang dapat dilakukan ibu dan keluarga secara benar

    dan efektif (A. Aziz Aimul, 2010) seperti:

    a. Pemberian ASI

    1) Pemberian ASI eksklusif secara penuh selama 4-6 bulan pertama,

    sama sekali jangan menggunakan makanan melalui botol, karena bayi

    akan lebih sering menderita diare.

    2) Meneruskan sebagian ASI sampai anak paling kurang berumur 1

    tahun, lebih baik lagi bila lama (sampai usia 2 tahun).

    3) Meneruskan pemberian ASI walaupun anak sedang sakit, terutama bila

    anak menderita diare.

  • 13

    b. Memperbaiki makanan sapihan

    1) Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi

    teruskan pemberian ASI. tambahkan macam makanan sewaktu anak

    berumur 6 bulan atau lebih. berikan makanan lebih sering(4x sehari).

    setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang dimasak

    dengan baik, 4-6x sehari, terusan pemberian ASI bila mungkin.

    2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian

    untuk energi. tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-

    kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna ke dalam makanan.

    3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapkan anak. suapi

    anak dengan menggunakan piring dang sendok yang bersih.

    4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang

    diinginkan dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.

    c. Banyak menggunakan air bersih

    1) Ambil air dari sumber air yang terbersih.

    2) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

    gayung khusus untuk mengambilnya.

    3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak

    mandi, dll.

    4) Rebus air, bila mungkin ketika memasak makanan atau untuk minum bagi

    anak-anak kecil atau gunakan air bersih.

  • 14

    5) Cuci semua piring, gelas, panci dan alat-alat yang digunakan untuk makan,

    dengan air yang cukup banyak.

    d. Mencuci tangan

    Semua anggota keluarga harus mencuci tangan dengan baik:

    1) Setelah membuang air tinja anak

    2) Setelah buang air besar

    3) Sebelum menyiapkan makanan

    4) Sebelum makan

    5) Sebelum memberikan makan anak

    e. Penggunaan jamban

    1) Buat satu jamban yang bersih dan dapat dipakai oleh semua anggota

    keluarga yang sudah cukup umur. Jaga agar jamban tetap bersih dengan

    membersihkan secara teratur permukaan yang kotor.

    2) Bila tidak ada jamban:

    a) Buang air besar jauh dari rumah dan tempat anak bermain dan

    jaraknya paling kurang 10 meter dari sumber air.

    b) Hindari pergi buang air besar tanpa alas kaki.

    c) Jangan biarkan anak pergi sendiri ke tempat buang air besar, jaga

    tangan anak agar tidak menyentuh tanah dekat tempat buang air besar.

  • 15

    f. Cara yang benar membuang tinja bayi

    1) Tinja anak yang sakit berbahaya. Tinja itu harus dibungkus dengan kertas

    atau daun dan dibuang dengan cepat ke dalam jamban atau lubang yang

    jauh dari rumah dan sumber air minum.

    2) Segera bersihkan anak yang telah selesai buang air besar , setelah itu ibu

    mencuci tangannya dan tangan anaknya.

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare

    Faktor Risiko Terjadinya Diare Menurut Pudjiadi.S.(2005)

    a. Umur

    Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan anak

    bayi/balita. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6 - 11 bulan, pada

    masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya

    kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.

    b. Jenis kelamin

    Risiko kesakitan diare pada golongan anak perempuan lebih rendah

    daripada laki-laki, karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih

    tinggi.

    c. Musim

    Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi

    sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau

    ke musim penghujan.

  • 16

    d. Status Gizi

    Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi

    karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat,

    berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare

    persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Risiko meninggal akibat

    diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.

    e. Lingkungan

    Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi

    yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis

    yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi

    berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang

    berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.

    f. Status Sosial Ekonomi

    Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota

    keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk

    memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga

    mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk

    yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus

    ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat

    kesehatan sehingga akan memudahkan seseorang untuk terkena penyakit

    diare.

  • 17

    g. Mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat kesehatan

    Karena keterbatasan sumber air bersih disebabkan kualitas air sumur gali

    secara fisik tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi, dan juga kuantitas

    debit air dari PDAM belum mencukupi, maka mayoritas di masyarakat

    mengambil alternatif menggunakan air minum dari Depot Air Minum Isi

    Ulang (DAMIU) sebagai pilihan utama.

    Mengingat bahwa air minum yang dijual pada depot air minum rawan

    pencemaran bakteri coliform ya n g dicurigai berasal dari tinja. Oleh

    karena itu, kehadiran bakteri ini di dalam berbagai tempat mulai dari air

    minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain untuk keperluan

    manusia, tidak diharapkan dan bahkan sangat dihindari. Karena adanya

    hubungan antara tinja dan bakteri coliform, jadilah kemudian bakteri ini

    sebagai indikator alami kehadiran materi fekal. Artinya, jika pada suatu

    subtrat atau benda misalnya air minum didapatkan bakteri ini, langsung

    ataupun tidak langsung air minum tersebut dicemari materi fekal yang

    berakibat diare apabila air dikonsumsi (Suriawiria, 2009).

    h. Tingkat pengetahuan

    pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

    tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam

    menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,

    sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan fakta yang mendukung

    tindakan seseorang.

  • 18

    Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ginting (2011), Semakin baik

    pengetahuan ibu tentang diare dan tentang prilaku hidup bersih dan sehat

    semakin kecil kemungkinan anak mengalami diare, dan mengetahui

    bagaimana cara mencegah agar tidak terjadinya diare pada balita.

    i. Perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat.

    Perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat

    meliputi :

    1) Perilaku buang air di jamban, termasuk tinja balita/ bayi ke jamban.

    2) Perilaku mencuci tangan sebelum makan, sebelum mengolah dan

    kegiatan – kegiatan lain yang berhubungan dengan makanan.

    Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak

    perlu biaya mahal. Karena itu, membiasakan CTPS sama dengan

    mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini.

    Dengan demikian, pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

    tertanam kuat pada diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga

    lainnya. Menurut Menkes, CTPS merupakan perilaku sehat yang

    terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular

    seperti diare, ISPA, flu burung serta penyakit kulit lainnya. Sejak tahun

    2008, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menyerukan

    perlunya peningkatan praktek higiene dan sanitasi di seluruh dunia dan

    sejak itu, Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia diperingati secara

    global setiap tanggal 15 Oktober.

  • 19

    Cuci tangan pakai sabun penting dilakukan, khususnya:

    a) Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan,

    b) Sebelum menyuapi anak,

    c) Sesudah buang air besar dan kecil,

    d) Setelah menceboki bayi,

    e) Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari

    bepergian, dan

    f) Sehabis bermain/ memberi makan/ memegang hewan peliharaan.

    Sementara cara yang tepat untuk melakukan cuci tangan adalah

    sebagai berikut :

    a) Cuci tangan dengan air yang mengalir menggunakan sabun, tidak

    perlu harus sabun khusus anti bakteri, namun lebih disarankan

    sabun yang berbentuk cairan.

    b) Gosok tangan setidaknya selama 15 – 20 detik.

    c) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela

    jari dan kuku.

    d) Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

    e) Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering yang lainnya..

  • 20

    B. Konsep Pengetahuan

    1. Pengertian

    Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi

    melalui pancaindra yakni: Indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

    danraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

    telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sanga penting

    untukt erbentuknya tindakan seseorang (Ovelt behavior)

    2. Tingkatan Pengetahuan

    Pengetahuan yang dicakup dominan kognetif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

    a. Tahu (Know)

    Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

    b. Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

    tentang objek yang diketahui, dan dapat menginter prestasi materi tersebut

    secara benar.

    c. Aplikasi (Aplication)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (nyata).

    d. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    kedalam komponen-komponen.

  • 21

    e. Sentesis (Synhesis)

    Sintetis kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

    bagian-bagian di dalam bentuk keseluruhan yang baru.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justrifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

    Yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian

    atau responden (Soekidjo Notoatmodjo, 2008).

    3. Faktor yang Mempengarui Tingkat Pengetahuan

    a. Faktor Internal

    1) Umur

    Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

    akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dalam segi kepercayaan

    masyarakat, seorang yang lebih dewasa akan lebih dipercayai dari orang

    yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

    pengalaman dan kematangan jiwa (Nursalam dan Pariani, 2009).

    Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2009) pengalaman itu merupakan

    sumber pengetahuan atau pengalaman untuk memperoleh kebenaran

    pengetahuan. Pengalaman merupakan guru yang terbaik, baik pengalaman

    itu dari diri sendiri atau pun melihat dari orang lain, begitu pula dengan

    pengalaman memakai kontrasepsi suntik. Akseptor yang sudah pernah

  • 22

    memakai kontrasepsi suntik tentu telah mempunyai informasi dan

    pengalaman yang lebih banyak, dari akseptor yang belum pernah memakai

    kontrasepsi suntik.

    2) Motivasi

    Adalah dorongan yang bertindak untuk memuaskan sutau kebutuhan,

    dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan dan prilaku. Motivasi

    yang rendah akan menghasilkan tindakan yang kurang kuat, motivasi yang

    diberikan oleh petugas kesehatan secara terus menerus akan dapat

    mempengaruhi seseorang untuk merubah prilakunya ke arah prilaku yang

    positif (Solikha, 2009).

    3) Persepsi

    Pengamatan yang merupakan kombinasi dari pengelihatan,

    pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Suatu obyek yang

    sama dapat dipersepsikan secara berbeda oleh beberapa orang (Sarlito,

    2010).

    4) IQ (Intelegency Quality)

    Semakin tinggi IQ seseorang akan semakin cerdas pula orang

    tersebut. Secara potensial seseorang yang IQ-nya kurang akan banyak

    mengalami kesulitan belajar (Abu Ahmadi, 2010). Dengan demikian

    seseorang yang memiliki IQ rendah akan terhambat proses belajarnya

    sehingga pengetahuan yang diperolehnya juga terhambat.

  • 23

    b. Faktor Eksternal

    1) Pendidikan

    Semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah mereka untuk

    menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

    dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

    perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan

    (Nursalam dan Pariani, 2009).

    Berdasarkan BAB VI pasal 13 Sisdiknas (2006) disebutkan bahwa

    jalur pendidikan terdiri atas 3 pendidikan yang dapat saling melengkapi

    dan memperkaya:

    a) Pendidikan Formal

    Jenjang Pendidikan Formal terdiri atas :

    (1) Pendidikan Dasar

    Merupakan Jenjang Pendidikan yang berbentuk Sekolah Dasar

    (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama

    (SMP), atau bentuk lain Sederajat.

    (2) Pendidikan Menengah

    Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar dan

    terdiri atas pendidikan menengah atas, pendidikan menengah

    umum dan pendidikan menengah kejuruan seperti: SLTA,

    SMK, MA.

  • 24

    (3) Pendidikan Tinggi Merupakan jenjang pendidikan setelah

    pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

    diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang

    diselengarakan oleh perguruan tinggi.

    b) Pendidikan Nonformal

    Pendidikan nonformal diselenggarakann bagi warga masyarakat yang

    memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

    penambah atau perlengkap pendidikan formal dalam rangka

    mendukung pendidikan sepanjang hayat, pendidikan nonformal ini

    berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekan

    pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

    pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Contoh pendidikan

    nonformal ini seperti: kursus dan lembaga pelatihan.

    c) Pendidikan Informal

    Kegiatan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

    berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

    2) Pekerjaan

    Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang

    kehidupan. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai,

    bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman (Soekidjo Notoatmodjo,

    2009).

  • 25

    3) Penyuluhan

    Meringankan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode

    penyuluhan, dengan bertambahnya pengetahuan seseorang akan merubah

    pikirannya (Soekidjo Notoatmodjo, 2009).

    4) Media Massa

    Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam

    media massa yang dapat mempengaruhi masyarakat tentang inovasi baru

    (Soekidjo Notoatmodjo, 2009).

    5) Lingkungan

    Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

    pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

    atau kelompok.

    1) Cara Memperoleh Pengetahuan

    Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan

    dapat dikelompokkan menjadi dua :

    a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

    Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

    kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah,

    atau metode penemuan sistematik dan logis. Cara-cara penemuan

    pengetahuan pada periode ini meliputi :

  • 26

    a. Cara coba salah (trial and error)

    Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

    bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu

    seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya

    pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-

    coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

    memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

    tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

    kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

    yang lain. Apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

    kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah

    tersebut terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut

    metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau metode

    coba-salah/coba-coba.

    2) Cara kekuasaan atau otoritas

    Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

    kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

    orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut

    baik atau tidak.

    Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat

    tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat

    modern. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini seolah-olah diterima

  • 27

    dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber

    pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin

    masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,

    pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,

    pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau

    kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

    pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

    3) Berdasarkan pengalaman pribadi

    Pengalaman adalah guru yang baik, yang bermakna

    bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

    pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

    memperoleh pengetahuan.

    4) Melalui jalan pikiran

    Dalam memperolah kebenaran pengetahuan manusia

    telah menggunakan jalan pikirannya melalui induksi atau

    deduksi.

    a) Induksi yaitu : proses penarikan kesimpulan yang dimulai

    dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang

    bersifat umum.

    b) Deduksi yaitu : pembuatan kesimpulan dari pernyataan

    umum kepada pernyataan khusus.

  • 28

    b. Cara modern

    Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan

    lebih sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut ” metode

    penelitian ilmiah “ atau lebih popular disebut metodologi penelitian

    yaitu dengan mengembangkan metode berfikir induktif. Mula-

    mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

    alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan dan

    diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.

    Memperoleh kesimpulan dilakukan dengan observasi langsung dan

    membuat pencatatn. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni

    :

    1) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul

    pada saat dilakukan pengamatan.

    2) Gejala sesuatu yang negative yakni gejala tertentu yang tidak

    muncul pada saat dilakukan pengamatan.

    3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala

    yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.

    4. Kategori Pengetahuan

    Dalam penentuan kategori penilaian pengetahuan, dinilai dengan

    menggunakan presentase menurut (Soekidjo Notoatmodjo, 2008).

    a. Kategori baik dengan jumlah 76-100%

    b. Kategori cukup dengan jumlah 56-75%

  • 29

    c. Kategori kurang baik dengan jumlah

  • 30

    di rumah sakit serta di beri suntikan infus untuk mengembalikan caira dalam

    tubuhnya (Wulandari, 2005).

    Diare sering menyerang anak, terutama yang berumur 6 bulan sampai 2 tahun.

    ASI merupakan susu steril sehingga kemungkinan terjadinyaa gangguan

    gastrointestinal yang sangat kurang (Nelson, 2002). Sedangkan setelah berumur 6

    bulan anak sudah diberi makanan tambahan yang mana kadang kala makanan

    kurang steril atau ukurannya tidak tepat (terlalu banyak gula atau terlalu sedikit air).

    Diare pada bayi sering kali disebabkan oleh kesalahan member makanan

    (Wulandari, 2005).

    D. Konsep Status Gizi

    a. Definisi

    Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat

    kesehatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila

    terdapat keseimbangan dan kesesuian antara perkembangan fisik dan mental,

    sehingga tingkat keadaan gizi optimal terpenuhi. Keadaan gizi seseorang

    dalam sewaktu-waktu bukan saja di tentukan oleh konsumsi zat gizi masa

    lampau bahkan jauh sebelum masa itu. Hal ini berarti konsumsi gizi pada masa

    kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa (Suharjo,

    2005).

    Telah dikemukakan bahwa penyakit diare adalah penyakit yang

    disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah infeksi dan keadaan gizi

    yang tidak baik. Ada hubungan timbal balik antara kurang gizi dan diare, sering

  • 31

    menyulitkan untuk memastikan mana kelainan yang terjadi lebih dahulu . Akan

    tetapi yang pasti adalah kedua masalah itu saling mempengaruhi dan saling

    memberatkan anak yang mengalami dihidrasi disamping hilangnya nafsu

    makan dan kehilangan bahan makanan karena diare dan muntah-muntah akan

    memperburuk gizi anak. Anak yang keadaan gizinya tidak baik cenderung

    lebih sering menderita diare dan menyebabkan kematian (Widoyono, 2005).

    b. Manfaat gizi

    Didalam tubuh makanan mempunyai manfaat sebagai zat gizi sebagai

    sumber tenaga atau energi, menyokong pertumbuhan badan, penambahan sel

    baru pada sel yang sudah ada , memelihsrs jsringsn tubuh dsn mengganti

    jaringan yang sudah rusak, mengatur metabolisme tubuh dan berperan dalam

    mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Almatsier,S, 2003).

    c. Kebutuhan gizi pada balita

    a). Kebutuhan per hari balita umur 1-3 tahun

    Jenis Berat URT

    Beras 100 1 ½ gelas nasi

    Daging 50 1 potong sedang

    Telur 50 1 butir

    Tempe 25 1 potong sedang

    Kacang hijau 10 1 sendok makan

  • 32

    Buah 200 2 buah

    Sayur 200 2 gelas

    Gula pasir 25 2 ½ sendok makan

    Minyak 10 1 sendokm makan

    Susu bubuk 20 4 sendok makan

    URT : Ukuran Rumah Tangga

    Nilai Gizi

    Energi 1250 kkal

    Protein 23 gr

    Lemak

    34 gr

    Karbohidrat 212 ½ gr

    Pada umur 1-3 tahun anak lebih bersipat konsumen pasif, makanan

    anak tergantung apa yang disediakan orang tua

    b). Kebutuhan Gizi per hari balita umur 4-5 tahun

    Jenis Berat URT

    Beras 150 1 2/3 gelas nasi

    Daging 50 1 potong sedang

    Telur 50 1 butir

  • 33

    Tempe 50 2 potong sedang

    Kacang hijau 10 1 sendok makan

    Buah 200 2 buah

    Sayur 200 2 gelas

    Gula pasir 25 2 ½ sendok makan

    Minyak 10 1 sendokm makan

    Susu bubuk 20 4 sendok makan

    URT : Ukuran Rumah Tangga

    Nilai Gizi

    Energi 1750 kkal

    Protein 32 gr

    Lemak 49 gr

    Karbohidrat 293 gr

    Pada umur 4-5 tahun anak lebih bersipat konsumen aktif, karena anak

    telah dapat memilih makanan yang disukai.

    d. Klasifikasi Status gizi

    Dalam menetukan Klasifikasi status gizi haru ad ukuran baku. Ukuran

    baku yang sekarang digunakan Indonesia adalah baku rujukan menurut standar

    WHO – NCHS (Supariasa NDI, 2002) adalah :

  • 34

    Nilai Gizi

    Energi 1750 kkal

    Protein 32 gr

    Lemak 49 gr

    Karbohidrat 293 gr

    Pada umur 4-5 tahun anak lebih bersipat konsumen aktif, karena anak

    telah dapat memilih makanan yang disukai.

    d. Klasifikasi Status gizi

    Dalam menentukan Klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku.

    Kategori ambang batas status gizi anak berdasar Keputusan Menteri Kesehatan

    RI Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri

    Penilaian Status Gizi Anak adalah sebagai berikut:

    a). Berat badan menurut umur (BB/U)

    1. Gizi buruk

    2. Gizi kurang

    3. Gizi baik

    4. Gizi lebih

    : < - 3 SD

    : -3 SD s/d < -2 SD

    : -2 SD s/d 2 SD

    : > 2 SD

    b). Tinggi badan menurut Umur (TB/U)

    1. Sangat Pendek

    2. Pendek

    3. Normal

    4. Tinggi

    : < - 3 SD

    : -3 SD s/d < -2 SD

    : -2 SD s/d 2 SD

    : > 2 SD

  • 35

    c). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

    1. Sangat Kurus

    2. Kurus

    3. Normal

    4. Gemuk

    : < - 3 SD

    : -3 SD s/d < -2 SD

    : -2 SD s/d 2 SD

    : > 2 SD

    d). Indeks Masa Tubuh menurut umur (IMT/U)

    1. Sangat Kurus

    2. Kurus

    3. Normal

    4. Gemuk

    5. Obesitas

    : < - 3 SD

    : -3 SD s/d < -2 SD

    : -2 SD s/d 1 SD

    : > 1 SD s/d 2 SD

    : > 2 SD

  • 36

    Bagan 2.1. Z SCORE untuk bayi/anak laki-laki umur 0-5 tahun (WHO, 2005)

    Bagan 2.2. Z SCORE untuk bayi/anak Perempuan umur 0-5 tahun (WHO, 2005)

  • 37

    a). Berat badan menurut umur (BB/U)

    1. Gizi baik

    2. Gizi kurang

    : ≥ - 2 SD sampai + 2 SD

    : > - 2 SD ≥ - 3 SD

    b). Tinggi badan menurut Umur (TB/U)

    1. Normal

    2. Pendek

    : ≥ + 2 SD

    : < - 2 SD

    c). Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

    1. Gemuk

    2. Normal

    3. Kurus

    4. Kurus sekali

    : > + 3 SD

    : ≥ - SD sampai + 2 SD

    : > - 2 SD ≥ - 3 SD

    : < - 3 SD

    e. Penilaian Status Gizi

    Penilaian status gizi dibedakan menjadi dua cara yaiti :

    1. Penilaian status gizi secara langsung : Antropometri, klinis, biokimia,

    dan biofisik.

    2. Penilaian status gizi tidak langsung : Survey konsumsi makanan,

    statistik vital, dan Faktor ekologi

  • 38

    Cara penilaian Status gizi yang paling sering digunakan adalah

    antropometri karena lebih praktis dan mudah dilaksanakan.

    Penggunaan beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu

    Berat badan menurut umur (BB/U), Tinggi badan menurut umur

    (TB/U), Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan

    atas menurut umur (LLA/U), dan Lingkar lengan atas menurut tinggi

    badan (LLA/TB).

    Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk

    menginterprestasikannya di butuhkan ambang batas yang dapat

    disajikan pada table 2.1 :

    Tabel 2.1

    Ambang batas baku Indeks Antropometri berdasarkan pedoman ringkas

    cara pengukur Antopometri dan penentuan gizi

    Status gizi Ambang Batas Baku Untuk Status Gizi

    Berdasarkan

    BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

    Gizi baik >80% >85% >90% >85%

  • 39

    c. BB/TB : Berat Badan menurut Tinggi Badan

    d. LLA/U : Lingkar Lengan Atas menurut Umur

    e. LLA/TB: Lingkar Lengan Atas menurut Tinggi Badan

    Harga Indeks Berat Badan menurut Umur (IBu)adalah hasil pembagian dan

    Berat Badan hasil pengukuran (BBp) dengan Berat Badan normal (BBn) di kalikan

    100%, secara sederhana ditulis dengan dengan bentuk rumus IBu= BBp / BBn x

    100%. Sebagai standar berat badan normal anakumur 0-14 tahun yang digunakan

    adalah median berat badan suatu populasidalam antropometri gizi.

    E. Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare

    Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dan sering

    berhubungan dengan air, sehingga disebut penyakit “bawaan air” (water borne

    disease). Siklus faecal oral route menggambarkan dasar dari tranmisi penyakit ini.

    SiklusH tersebut dikenal dengan istilah five f’s (fingers, fluids, fields, foods and

    flies) yang berhubungan erat dengan lingkungan (Bartram, 2008).

    Pengetahuan seorang ibu tentang Intervensi lingkungan memberi kontribusi

    besar terhadap kejadian penyakit diare. Keadaan sanitasi lingkungan yang sangat

    endah seperti ketidaktersediaan jamban keluarga, kebersihan bahan makanan serta

    rendahnya kuantitas dan kualitas sarana air bersih seperti penggunaan air sungai

    dapat meningkatkan kejadian diare.

    Pengetahuan seorang ibu juga merupakan masalah dalam melakukan

    pencegahan terjadinya penyakit diare diantaranya ibu yang tidak memperdulikan

    kebersihan lingkungan dengan sistem sanitasi yang baik akan meningkatkan risiko

  • 40

    kejadian diare. Terjadinya pencemaran lingkungan, air tanah dan akhirnya

    membahayakan persediaan air sehingga bahan makanan tercemar oleh bakteri

    E.Coli. Melalui peningkatan kualitas fasilitas sanitasi seperti jamban keluarga,

    sarana pembuangan air limbah rumah tangga, sarana air bersih, dan sarana

    pembuangan sampah di harapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan

    masyarakat (Bartram, 2008)

    F. Hubungan Umur Dengan Kejadian Diare

    Umur dapat menentukan kemungkinan terjadinya penyakit tertentu sepanjang

    jangka hidup. Sampai saat ini diare sering dialami anak di bawah umur 5 tahun, jika

    daya tahan tubuh bayi dan balita sangat lemah maka penyakit akan mudah

    menyerang khususnya diare. Semakin muda umur balita semakin besar

    kemungkinan terkena diare, karena semakin muda umur balita keadaan integritas

    mukosa usus masih belum baik, sehingga daya tahan tubuh masih belim sempurna.

    Kejadian diare terbanyak menyerang anak usia 7 sampai 24 bulan, hal ini terjadi

    karena bayi usia 7 bulan ini mendapat makanan tambahan diluar ASI dimana resiko-

    resiko ikut serta nya kuman pada makanan tambahan adalah tinggi ( terutama jika

    sterilisasinya kurang ).

    Balita sangat rentan terhadap penyakit, Karena system imunnya belum

    terbentuk sempurna dalam membantu pertahanan tubuh sepreti hal nya orang

    dewasa. Saat dimana balita sangat rentan terhadap penyakit adalah sekitar 5 sampai

    6 bulan setelah lahir sewaktu kadar IgG ibu mulai berkurang, namun system imun

  • 41

    sendiri belim bekerja pada puncaknya. Karena imunitas pasif bawaan yang terdapat

    pada bayi yang baru lahir hanya sampai bayi berumur 5 bulan. (Widoyono, 2005).

    G. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare

    Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan

    dan kesejahteraan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila terdapat

    keseimbangan dan kesesuian antara perkembangan fisik dan mental, sehingga

    tingkat keadaan gizi optimal terpenuhi. Keadaan gizi seseorang dalam sewaktu-

    waktu bukan saja di tentukan oleh konsumsi zat gizi masa lampau bahkan jauh

    sebelum masa itu. Hal ini berarti konsumsi gizi pada masa kanak-kanak memberi

    andil terhadap status gizi masa dewasa (Suharjo, 2005).

    Status gizi sangat mempengaruhi kejadian diarekarena apabila status gizi balita

    baik, otomatis daya tahan tubuh balita akan kuat terhadap penyakit. Gizi sangat

    berperan pada manusia terutama pada bayi dan balita, gizi juga memberikan

    imunologi dari kuman penyakitatau memberikan kekebalan tubuh terhadap

    kumanyang ada dalam makanan yang kurang sehat dan bersihyang bisa

    menyebabkan gizikurang. Anak yang keadaan gizinya kurang baik cenderung lebih

    sering menderita diaredan menyebabkan kematian (Ngastiah, 2005). Anak yang

    tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan mengalami keadaan

    seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan asam basah, hipoglekimia, gangguan

    gizi, gangguan sirkulasi (Ngastiah, 2005).

  • 42

    Berat dan lamanya diare akan di pengaruhi oleh status gizi penderita dan diare

    yang diderita oleh anak dengan status gizi kurang lebih berat bila di bandingkan

    dengan anak yang status gizinya baik karena anak dengan status gizi

    kurangkeluaran cairan dan tinja lebih banyaksehingga anak akan menderita

    dehidrasi berat. Didukung juga oleh pendapat dengan Suharjo (2005) ada hubungan

    yang sangat erat antara infeksi (penyebab diare) dengan status gizi terutama pada

    anak balita karena adanya tekanan interaksi yang sinergis. Mekanisme patologisnya

    dapat secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi

    akibat kurangnya nafsu makan, menurunya absorpsi, kebiasaan mengurangi makan

    pada saat sakit, dan peningkatan kehilangan cairan/gizi akibat penyakit diare yang

    terus menerus sehingga tubuh lemas. Begitu juga sebaliknya, ada hubungan antara

    status gizi dengan infeksi diare pada anak balita. Apabila masukan makanan atau

    zat gizi kurang akan terjadi penurunan metabolism sehingga tubuh akan mudah

    terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak balita yang menderita penyakit

    diare.

    Konsumsi gizi yangt baik dan cukup sangat diperlukan oleh seseorang,

    terutaman pada anak balita karena seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak

    balita. Konsumsi gizi tersebut, tidak bisa dipenuhi karena factor eksternal maupun

    internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga

    uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan, sedangkan factor internal

    adalah factor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul

    sebagai peoblema makan pada anak balita atau juga bisa karena kekurangan gizi

  • 43

    yang didapat dari sejak lahir oleh karena kekurangan gizi pada ibu saat ibu hamil.

    Oleh sebab itu, konsumsi gizi anak lebih diperhatikan karena akan menyebabkan

    status gizi kurang pada balita (Suharjo, 2005).

    H. Kerangka Teori

    b

    Keterangan :

    : Variabel yang diteliti

    : Variabel yang tidak diteliti

    Bagan 2.1.KerangkaTeori

    Sumber: (Pudjiadi 2005

    Umur

    Jenis Kelamin

    Musim

    Tingkat

    Pengetahuan

    Status Gizi

    Lingkungan

    Mengkonsumsi

    air yang tidak

    memenuhi syarat

    kesehatan

    Status Sosial

    Ekonomi

    Kejadian Diare

    Kebiasaan Hidup

    Bersih dan Sehat

  • 44

    BAB III

    KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

    DAN HIPOTESIS

    B. Kerangka Konseptual

    Kerangka adalah abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus

    (Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

    antara konsep yang satu terhadap yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,

    2007).

    Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara Pengetahuan,

    tingkat pendidikan status pekerjaan, praktek hygiene, umur, dan status gizi dengan

    kejadian diare. Dalam penelitian ini kerangka konsep terdiri dari Variabel Independen

    (pengetahuan ibu, umur, status gizi) dan Variabel Dependen (Kejadian diare). Secara

    sistematis dapat diurai dalam pemikiran tersebut terdapat dalam gambaran sebagai berikut

    :

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Bagan 3.1. Kerangka Konsep

    Pengetahuan ibu

    Kejadian Diare Umur

    Status Gizi 44

  • 45

    C. Definisi Operasional

    Tabel 3.1. Definisi Operasional

    No Variabel Definisi

    Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

    Skala

    Ukur

    1 Pengetahu

    an ibu

    Segala sesuatu

    yang diketahui

    ibu tentang

    pengertian

    diare,

    penyebab, tanda

    dan gejala,

    komplikasi

    diare serta cara

    penanggulanga

    n dan

    pencegahan

    terjadinya diare

    Mengguna

    kan daftar

    pertanyaan

    Kuesioner 0. Kurang bila total

    jumlah <

    56%

    1. Cukup bila total

    jumlah 56-

    75%

    2. Baik,bila total

    jumlah 76-

    100%

    Ordinal

    2. Umur Ukuran hidup

    dari lahir

    sampai

    sekarang

    (terakhir).

    Menyebarka

    n Kuesioner

    Format

    pengumpulan

    data

    (melihat dari

    buku

    register)

    0: Umur ≤ 2

    tahun

    1: Umur > 2

    tahun

    Nominal

    3. Status gizi Keadan gizi

    balita yang

    dinilai

    berdasarkan

    pengukuran

    berat badan

    berdasarkan

    Umur (BB/U).

    Status gizi

    terdiri dari:

    1. Kurang 2. Baik

    Menimbang

    balita

    Timbangan Berat Badan

    (Kg)

    0 : Status

    Gizi Kurang

    1 : Status

    Gizi Baik

    Nominal

  • 46

    4. Diare Terjadinya

    perubahan

    bentuk dan

    konsistensi dari

    tinja, melembek

    sampai mencair

    serta

    bertambahnya

    frekuensi BAB

    dengan

    frekuensi BAB

    3-4 kali dalam

    sehari

    Menyebarka

    n Kuesioner

    Kuesioner 0. Diare, jika terjadinya

    perubahan

    bentuk dan

    konsistensi

    dari tinja,

    melembek

    sampai

    mencair

    1. Tidak Diare, jika

    tidak

    Terjadinya

    perubahan

    bentuk dan

    konsistensi

    dari tinja,

    melembek

    sampai

    mencair

    Nominal

    C. Hipotesis

    Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di

    Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhaan tahun 2016.

    Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Wilayah

    Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.

    Ha : Ada hubungan umur dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bintuhan tahun 2016.

    Ha : Ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja

    Puskesmas Bintuhan tahun 2016

  • 47

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah

    ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses

    penelitian (Nursalam, 2009).

    Desain penelitian ini di desain dalam bentuk penelitian analitik dengan pendekatan

    Cross-Sectional. Cross-Sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan

    pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan/sekali waktu (Notoatmodjo, 2010).

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada 19 Mei s/d 19 Juli 2016.

    C. Populasi Dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2009). Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di Wilayah kerja Puskesmas

    Bintuhan yang berjumlah 540 Orang tahun 2015.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek atau subjek yang diteliti

    dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo 2010). Adapun tehknik

  • 48

    pengambilan sampel menggunakan teknik Accidental Sampling yang artinya sampel

    diambil berdasarkan kejadian.

    𝑛 =𝑁

    1 + 𝑁(𝑑2)

    Keterangan :

    N: Besar Populasi

    n : Besar Sampel

    D : Tingakat kepercayaan(0,1)

    𝑛 =540

    1 + 540(0,12)

    𝑛 =540

    1 + 5,4

    𝑛 =540

    6,4

    𝑛 = 85

    3. Kriteria Sampel

    a. Kriteria inklusi

    Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

    suatu target dan terjangkau akan diteliti. Adapun kriteria inklusi sample yang

    akan diteliti adalah

    1. Bersedia menjadi responden

    2. Ibu yang memiliki balita yang pernah mengalami diare

    3. Bisa membaca dan Menulis

  • 49

    D. Sumber Data

    1. Data primer

    Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara dan menyebarkan

    kuesioner kepada responden untuk mendapatkan data pengetahuan ibu tenrang diare

    dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan.

    2. Data sekunder

    Data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari catatan pengarsipan

    Puskesmas Bintuhan.

    E. Alat Pengumpul Data

    Dalam suatu penelitian, pengumpulan data perlu dilakukan secara berhati-hati, sistematis

    dan cermat, sehingga data yang dikumpulkan relevan dengan masalah penelitian yang

    akan dicari jawabannya sebagai upaya menguji kebenaran hipotesis yang telah

    dirumuskan. Untuk itu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung

    terhadap responden penelitian.

    2) Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

    sejumlah pertanyaan tertulis secara terstruktur kepada responden penelitian berkaitan

    dengan tanggapannya terhadap berbagai variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

    3) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab secara

    mendalam kepada responden penelitian untuk memperoleh data yang lebih akurat dan

    lengkap karena menyangkut penjelasan lebih lanjut dari kuisioner yang telah

    dibagikan tersebut.

  • 50

    F. Analisis Data

    1. Analisis Univariat

    Analisis ini bertujuan menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel

    penelitian dengan menggunakan ukuran proporsi. Dengan Rumus :

    Dengan rumus :

    𝑝 =𝑓

    𝑛 𝑥 100%

    Keterangan :

    p : Proporsi atau jumlah persen

    f : Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif

    n :Jumlah sampel (Arikunto, 2011)

    Setelah hasil didapat, hasil penelitian disajikan dalam bentuk persentase

    dengan criteria sebagai berikut :

    0% : tidak satupun dari responden

    1%-25% : sebagian kecil dari responden

    26%-45% : hampir sebagian responden

    46%-55% : sebagian responden

    56%-66% : lebih sebagian responden

    67%-90% : sebagian besar dari responden

    91%-99% : hampir seluruh responden

    100% : seluruh responden (arikuanto, 2006)

  • 51

    b. Analisis Bivariat

    Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

    variable indipenden dengan variable dependen menggunakan chi-

    square (x²), ada atau tidaknya hubungan yang dilihat dari analisis (Nilai

    X² dan p- value), dengan menggunakan computer SPSS dengan tingkat

    kepercayaan 95%. Hasil chi-square dapat dilihat pada kotak chi square

    test, dengan aturan yang berlaku yaitu :

    1. Bila pada table 2x2 di jumpai nilai expected (harapan) < 5, maka

    yang digunakan adalah fisher’s exact test.

    2. Bila pada table 2x2 tidak dijumpai atau tidak ada nilai expected

    (harapan) < 5, maka yang digunakan adalah continuity correction.

    3. Bila pada table lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dll, maka yang

    digunakan uji person chi square. Dengan criteria (Riyanto, 2009) :

    a) Jika hasil uji hipotesis p ≤ 0,05, maka Ha diterima, berarti ada

    hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare

    di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.

    b) Jika hasil uji hipotesis p > 0,05, maka Ha ditolak, berarti tidak

    ada hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian

    diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan tahun 2016.

    G. Pengolahan Data

    Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian adalah :

    a. Editing

    Langkah ini dilakukan oleh peneliti untuk memeriksa kembali kelengkapan

    pengisian check list dan pencatatan.

  • 52

    b. Coding

    Coding adalah memberikan kode pada data yang diperoleh agar lebih mudah dan

    sederhana.

    c. Tabulating

    Tabulating adalah mengaplikasikan data berdasarkan kelompok data yang telah

    ditentukan kedalam tabel.

    d. Entry data

    Data dari lembar check list dan pencatatan dimasukkan ke komputer untuk diolah

    dengan program SPSS.

    e. Checking dan Cleaning data

    Memeriksa kembali apakah ada kesalahan data, sehingga data benar-benar siap

    untuk di analisa.

    H. Alur Penelitian

    Alur Penelitian ini terdiri dari dua tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada tahap

    persiapan meliputi kegiatan konsultasi dengan pembimbing, studi pustaka dan melakukan

    survei untuk menentukan masalah penelitian dan menyiapkan instrumen/alat

    pengumpulan data. Pada tahap pelaksanaan dimulai dengan mengumpulkan data.

    1. Tahap Persiapan

    a. Konsultasi studi pustaka dengan pembimbing satu dan dua

    b. Mengurus surat pra penelitian

    c. Pengambilan data awal dari Dinas Kesehatan dan di Puskesmas Bintuhan.

    d. Melakukan survei awal dari beberapa masyarakat di Puskesmas Bintuhan.

    e. Persiapan kuesioner penelitian.

  • 53

    2. Tahap pelaksanaan

    Untuk tahap pelaksanaan dimulai dari pengumpulan data, sampai dengan didapatnya

    hasil data yang telah diolah secara komputerisasi/SPSS.

    I. Etika Penelitian

    Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari

    pihak insntitusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian

    dalam hal ini diajukan kepada Pimpinan di Puskesmas Bintuhan yang bersangkutan.

    Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekan masalah

    etika penelitian meliputi :

    1. Informed consent

    Lembar persetujuan yang akan diberikan responden yang akan diteliti dan

    memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

    Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan memberi penjelasan

    tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan diteliti, serta menjelaskan manfaat

    yang diperoleh bila bersedia menjadi responden. Tujuan responden agar mengetahui

    dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia menjadi

    responden, maka harus menanda tangani lembar persetujuan.

    2. Anonymity (Tanpa Nama).

    Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan

    nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode tertentu pada pengumpulan

    data yang diisi responden sehingga identitas responden tidak diketahui publik.

  • 54

    3. Confidencial ( Kerahasiaan).

    Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok

    data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

  • 55

    `BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bintuhan, yang

    terletak di jalan Bandar Jaya Kabupaten Kaur. Puskesmas ini memiliki wilayah

    kerja 16 desa, luas wilayah kerja Puskesmas Bintuhan 3.212 m² dengan jumlah

    penduduk 15.671 jiwa, jumlah tenaga kerja Puskesmas Bintuhan bejumlah 30

    orang yang terdiri dari dokter umum 1 orang, tenaga gizi 1 orang, bidan 10 orang,

    perawat 12 orang, farmasi apoteker 1 orang, asisten apoteker 1 orang, kesmas 4

    orang.

    Secara administratif puskesmas Bintuhan berbatasan dengan :

    1. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Tetap

    2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Maje

    3. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatra Selatan

    4. Sebelah barat berbatasan dengan samudra Hindia

    B. Jalannya Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Wilyah Kerja Puskesmas Bintuhan

    kabupaten Kaur pada tanggal 19 Mei sampai dengan 19 Juli 2016. Penelitian ini

    dilakukan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan ibu, Umur, Status gizi

    dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilyah Kerja Puskesmas Bintuhan Tahun

    2016. Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    55

  • 56

    Accidental sampling dimana sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

    yang kebetulan datang pada saat penelitian, jadi sampel untuk penelitian ini

    sebanyak 85 responden.

    Sebelum pelaksanaan penelitian, Langkah awal dilakukan peneliti adalah

    mengurus surat izin penelitian di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT)

    Kota Bengkulu, Kesbang Linmas Kabupaten Kaur, Dinas Kesehatan Kabupaten

    Kaur dan terakhir di Puskesmas Bintuhan.Peneliti mengumpulkan data dengan

    dua cara, yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dengan

    cara mengumpulkan data jumlah masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas

    Bintuhan Kabupaten Kaur Tahun 2016 dan data primer dengan cara menyebarkan

    kuesioner kepada masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten

    Kaur Tahun 2016.Data yang telah diperoleh dari penelitian kemudian

    dikelompokkan dan ditabulasi sesuai dengan keperluan peneliti. Selanjutnya

    peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.

    Pengolahan data dilakukan dengan tahap : Editingyaitumemeriksa semua

    data untuk meneliti kembali apakah data-data yang dibutuhkan telah lengkap;

    Coding yaitu memberikan kode pada masing-masing data untuk mempermudah

    pengolahan data; dan entry, dimana data yang telah di coding kemudian diolah

    kedalam komputer; Cleaning yaitu data yang sudah dimasukkan dicek apakah

    ditemukan kesalahan pada Entry data. Setelah itu data diolah melalui analisis

    univariat dan bivariat.

  • 57

    Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dari setiap

    variabelindependent dan dependent. Penyajian dilanjutkan dengan hasil analisis

    bivariat

    yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabelindependent dengan

    variabel dependent.

    C. Hasil Penelitian

    1. Analisis Univariat

    Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran tentang distribusi

    frekuensi dari berbagai variabel yang diteliti, baik dari variabel dependen (Diare)

    maupun variabel independen (Pengetahuan, umur dan status gizi)

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibudi Wilayah kerja Puskesmas

    Bintuhan Tahun 2016

    No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

    1 Kurang 26 30.6

    2 Cukup 29 34,1

    3 Baik 30 35,3

    Jumlah 85 100,0

    Berdasarkan tabel 5.1diatas diketahui bahwahampir sebagian responden

    (35,3%) memiliki pengetahuan baik.

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi umurbalita di Wilayah kerja Puskesmas

    Bintuhan Tahun 2015

  • 58

    No Umur Frekuensi Persentase (%)

    1 ≤ 2 tahun 39 45.9

    2 > 2 tahun 46 54,1

    Jumlah 85 100,0

    Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa sebagian responden (54,1%)

    memiliki umur > 2 tahun.

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status gizi balita di Wilayah kerja Puskesmas

    Bintuhan Tahun 2016

    No Status gizi Frekuensi Persentase (%)

    1 Gizi Kurang 37 43,5

    2 Gizi Baik 48 56,5

    Jumlah 85 100,0

    Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa hampir sebagian responden

    (43,5%) memiliki status gizi kurang.

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian diarepada balita di wilayah kerja

    Puskesmas Bintuhan Tahun 2016

    No Kejadian diare Frekuensi Persentase (%)

    1 Diare 47 55.3

    2 Tidak diare 38 44,7

    Jumlah 85 100,0

  • 59

    Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden (55,3%)

    mengalami diare.

    2. Analisis Bivariat

    Dalam analisis bivariat ini akan dilihat hubungan antara variabel

    independent dengan variabel dependent, dengan uji chi-square (𝑋2).

    Tabel 5.5 HubunganPengetahuan ibu denganKejadian diarepada balita di

    Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan Tahun 2016

    Pengetahuan

    Kejadian diare

    P Diare

    % Tidak

    diare

    % Jumlah %

    Kurang 24 92,3% 2 7,7% 26 100

    0,000 Cukup 12 41,4% 17 58,6% 29 100

    Baik 11 36,7% 19 63,3% 30 100

    Jumlah 47 55,3% 38 44,7% 85 100

    Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan tabulasi silang antara tingkat

    pengetahuan dengan Kejadian diare di Wilayah kerja Puskesmas Bintuhan

    Kabupaten Kaur tahun 2016. Ternyata dari 26orang yang memiliki tingkat

    pengetahuan kurang terdapat hampir seluruh responden (92,3%) mengalami

    diaredan dari 29 orang yang memiliki tingkat pengetahuan cukup terdapat lebih

    dari sebagian responden (58,6%) tidak mengalami diare, serta dari 30 orang yang

    memiliki tingkat pengetahuan baik terdapat lebih dari sebagian responden (63,3%)

  • 60

    tidak mengalami diare. Karena tidak ada frekuensi ekspektasi nilainya 2 tahun terdapat sebagian besar dari responden (67,4%) tidak

  • 61

    mengalami diare. Karena tidak ada frekuensi ekspektasi nilainya

  • 62

    Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan Kejadian diare di Wilayah

    kerja Puskesmas Bintuhan Kabupaten Kaur digunakan uji Chi-Square (Pearson

    Chi-Square).Hasil uji Pearson Chi-Square didapat nilai asymp.sig (p)=0,000.

    Karena nilai p

  • 63

    Hasil penelitian ini sesui dengan pendapat yang dikemukakan oleh

    Sutanto, (2011) yang mengatakan bahwa penyakit diare merupakan suatu penyakit

    yang berbasis lingkungan , faktor ini akan berinteraksi bersama prilaku manusia

    yang tidak sehat, yaitu tidak memberikan ASI secara penuh hingga umur 4-6

    bulan pertama dari kehidupan, menggunakan botol susu , menyimpan makanan

    masak pada suhu kamar , air minum yang tercemar pada kotoran tinja ,tidak

    mencuci tangan sesudah BAB sebelum menjamah makanan. Maka menimbulkan

    kejadian diare , semua ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat di

    bidang kesehatan, ekonomi, maupun teknologi.

    Menurut peneliti tingkat pengetahuan erat kaitannya dengan cara tindakan

    ibu dalam mencegah dan menangani suatu penyakit pada anaknya seperti diare.

    Ibu yang mempunyai pengetahuan yang tinggi akan lebih tahu dan tanggap

    terhadap gejala-gejala penyakit, seperti apabila ada anggota keluarganya yang

    sakit keluarga akan lebih cepat merespon dan membawanya untuk pergi ketempat

    berobat, dan ibu akan lebih bisa memodifikasi lingkungan di sekitar rumah agar

    anak atau anggota keluarganya terhindar dari penyakit diare. Dengan pengetahuan

    yang baik ibu akan lebih bisa menentukan makanan-makanan yang bergizi untuk

    anaknya dan anggota keluarga untuk mecegah terjadinya penurunan imunitas agar

    tidak mudah tepapar oleh penyakit.

  • 64

    2. Distribusi Frekuensi Umur balita di wilayah kerja Puskesmas Bintuhan

    Tahun 2016

    Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian responden (54,1%)

    memiliki umur > 2 tahun, berdasarkan hasil penelitian maka dapat di simpulkan

    umur yang rentan terkena diare terjadi pada umur 6-12 bulan. Ini kemungkinan

    disebabkan oleh kekebalan terhadap kuman yang bersangkutan dan daya tahan

    tubuh serta sistem imun yang imatur pada bayi yang belum mampu menghasilkan

    imunoglobin yang diperlukan. Sedangkan kekebalan pasif bawaan yang terdapat

    pada bayi baru lahir hanya sampai berumur 5 bulan . Zat anti ini berupa globulin

    gama yang mengandung imunitas berfungsi agar anak terhindar dari penyakit

    infeksi.

    Serta ditambah lagi pada masa ini anak mualai diberi makanan tambahan

    yang kadangkala makanannya kurang steril atau ukuran tidak tepat (terlalu banyak

    gula dan sedikit air). Di mana pada tahun-tahun pertama kehidupan bayi , perut

    dan usus sangat peka pada perubahan, sehingga gangguan yang kecil saja dapat

    breaksi dengan cepat dengan sering buang air. Menurut Noor Nasri, (2005), pada

    beberapa penyakit menular ,umur menentukan hasil akhir dari suatu proses

    penyakit.

    Sampai saat ini diare sering dialami oleh anak di bawah lima tahun, jika

    daya tahan tubuh bayi dan balita sangat lemah maka penyakit akan mudah

    menyerang khususnya diare. Semakin muda umur balita sekin mudah terkena

    diare, karenakeadaan integritas mukosa usus masih belum baik, sehingga daya

  • 65

    tahan tubuh masih belum sempurna. Kejadian diare terbanyak menyerang anak

    usia 7-24 bulan, hal ini karena bayi usia 7 bulan ini mendapat makanan tambahan

    diluar ASI dimana resiko ikut sertanya kuman pada makanan tambahan adalah

    tinggi (terutama jika sterilisasinya kurang). Kerentanan terhadap infeksi , Karena

    lahir dengan hanya memiliki antibody dari ibu, system imun imatur bayi belum

    mampu menghasilkan imunoglobin yang diperlukan, namun zat anti itu lambat

    launnya akan lenyap dari tubuh balita. Dengan demikian sampai umur kurang dari

    5 bulan bayi dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi.

    3. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita di