SKRIPSI DAMPAK NEGATIF DAN SANKSI PEMAKAIAN …
Transcript of SKRIPSI DAMPAK NEGATIF DAN SANKSI PEMAKAIAN …
SKRIPSI
DAMPAK NEGATIF DAN SANKSI PEMAKAIAN TELEPON SELULER
PADA SAAT MENGEMUDIKAN KENDARAAN
(Analisis Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Menurut Hukum Islam)
Disusun Oleh:
ARMANSYAH
106043101287
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2011 M
DAMPAK NEGATIF DAN SANKSI PEMAKAIAN TELEPON SELULER
PADA SAAT MENGEMUDIKAN KENDARAAN
(Analisis Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Menurut Hukum Islam)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
Armansyah
NIM 106043101287
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
J.M. Muslimin M.A, Ph.D Nahrowi SH, M.H
NIP. 150295489 NIP. 197302151999031002
KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIKIH
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “DAMPAK NEGATIF DAN SANKSI PEMAKAIAN TELEPON
SELULER PADA SAAT MENGEMUDIKAN KENDARAAN (Analisis Pasal 106 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Menurut Hukum Islam)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi
Perbandingan Mazhab dan Hukum.
Jakarta, 1 Maret 2011
Mengesahkan,
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag (.....................................)
NIP. 196511191998031002
Sekretaris : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si (.....................................)
NIP. 197412132003121002
Pembimbing I : J.M. Muslimin, M.A., Ph.D (.....................................)
NIP. 150295489
Pembimbing II: Nahrowi, SH, M.H (.....................................)
NIP. 197302151999031002
Penguji I : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (.....................................)
NIP. 195505051982031012
Penguji II : Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag, M.Si (.....................................)
NIP. 197412132003121002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya penulisan skripsi ini bukan hasil
karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Januari 2011 M 19 Shafar 1432 H
Armansyah
ii
KATA PENGANTAR
بسم االله الرحمن الرحیم
Alhamdulillah, segala pujian serta rasa syukur yang tak terhingga penulis
panjatkan Puji Syukur kepada Allah SWT Sang Maha segalanya yang senantiasa
memberikan cinta dan nikmat-Nya yang tak berujung sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Salawat teriring salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menebarkan cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga kita
dapat menikmati indahnya hidup dalam naungan cahaya Islam.
Salah satu kebahagian di Dunia ini adalah meliahat orang tua tersenyum, ketika
melihat buah hatinya mengenakan toga kesuksesan, dan salah satu keindahan yang
akan selalu dikenang adalah ketika bisa melihat atau merasakan sebuah impian
menjadi kenyataan, bagi penulis skripsi ini adalah kebahagian dan keindahan itu.
Skripsi ini sebagai bentuk nyata dari perjuangan penulis selama menuntut ilmu
dibangku kuliah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Berbagai hambatan dan kesulitan selama proses penulisan skripsi ini dapat penulis
lalui. Semua ini karena do’a dan dukungan orang-orang yang ada di sekitar penulis.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada para pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan skripsi
ini, diantaranya adalah:
iii
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan
beserta para Pembantu Dekan terkhusus Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA
selaku Pembantu Dekan I Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag dan Bapak Fahmi Muhammad
Ahmadi, S.Ag, M.Si selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan program
studi Perbandingan Mazhab dan Hukum yang dengan penuh kesabaran
membimbing penulis selama menempuh pendidikan S1 di Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak J.M. Muslimin, M.A., Ph.D dan Bapak Nahrowi, SH, M.H selaku
dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiranya disela-sela kesibukannya untuk senantiasa memberikan
bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
4. Kepada seluruh dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah memberi
ilmu, pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis
dapatkan dari Bapak/Ibu dosen dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta
menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen.
5. Pimpinan dan segenap staff Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah membantu dan memberikan penulis fasilitas untuk mendapatkan
buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini dalam kelancaran penulisan
skripsi ini.
iv
6. Keluarga tercinta H. Nuryaman dan Rosida Kusniati (orang tua), Nurmayanti
(kakak), Nurmansyah (abang) dan seluruh keluarga besar Alm. Arsyadi bin
Amang yang selalu terus mendoakan, membimbing, menjadi penyemangat
hidup, memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Senyummu
adalah penyemangatku dalam menjalani kehidupan ini
7. Khusus kepada Indriani Saraswati yang selalu terus mendoakan,
mendampingi, menjadi penyejuk hati, penenang jiwa, memberikan semangat,
dukungan serta motivasi, bersamamu merupakan anugerah terindah dalam
hidup penulis.
8. Teman-teman Perum Depag Bojonggede yang selalu menyemangati dan
memotivasi penulis dan keluarga FAST (Family Smash-Shogun Team)
Cibinong yang selalu memberi masukkan dan mengarahkan serta bertukar
pikiran. Thank’s for All. You are the best friends. “SEMANGAT”
9. Teman-teman seperjuangan PMF angkatan 2006. Selama 5 tahun kenal dan
kuliah bersama kalian merupakan hal terindah dan tak pernah terlupakan
dalam hidup penulis. Teruslah berjuang kawan, gapai tujuan kalian.
10. Ucapan terima kasih kepada Bapak AKP Marsidi, AKP Setya serta staff
jajaran Satlantas Resor Metro Depok Sektor Bojonggede yang telah
membantu memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyelesaian
skripsi ini, dan kepada para pengguna jalan yang telah meluangkan waktu
disela-sela kesibukannya untuk diwawancarai terkait dengan pembahasan
yang diperlukan penulis dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
v
Akhirnya, Penulis berharap skripsi ini menjadi salah satu pengabdian penulis
kepada Allah SWT, kontribusi penulis terhadap bangsa Indonesia, dan pelayanan
penulis kepada sesama manusia. Semoga semua pengorbanan dan kebaikan yang
diberikan mendapatkan nilai kebaikan di sisi Allah SWT, dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 24 Januari 2011 M 19 Shafar 1432 H
Armansyah
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah............................................................... 8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian................................................................ 9
D. Kajian Pustaka....................................................................................... 10
E. Metode Penelitian................................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan.............................................................................. 14
BAB II KESELAMATAN DALAM BERKENDARAAN MENURUT HUKUM
ISLAM
A. Pengertian, Fungsi Dan Manfaat Telepon Seluler...................................... 16
B. Tata Cara Dan Etika Berkendaraan........................................................... 19
1. Tata Cara Berkendaraan...................................................................... 19
2. Etika Berkendaraan............................................................................ 27
C. Keselamatan Dalam Berkendaraan Menurut Hukum Islam......................... 32
vii
BAB III KESELAMATAN DALAM BERKENDARAAN MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU
LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
A. Pengertian Dan Jenis Kendaraan.............................................................. 42
B. Pengertian Dan Persyaratan Pengemudi.................................................... 44
C. Karakteristik Pengemudi Dan Cara Aman Berkendara................................ 47
1. Karakteristik pengemudi...................................................................... 47
2. Cara Aman Berkendara....................................................................... 52
D. Keselamatan Dalam Berkendaraan Menurut Undang-Undang
No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.................... 58
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM PADA SAAT MENGEMUDIKAN
KENDARAAN
A. Dampak Negatif Pemakaian Telepon Seluler Pada Saat
Mengemudikan Kendaraan..................................................................... 62
B. Upaya Penanggulangan Serta Penanganannya........................................... 68
1. Before (Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas)........................................ 71
2. During (Penerapan Kebijakan Penanggulangan Kecelakaan Lalu lintas)... 73
3. After (Penanganan Kecelakaan Lalu lintas)........................................... 74
C. Sanksi Serta Dendanya............................................................................ 77
Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Yang Diakibatkan Karena Kelalaian..... 78
1. Dalam Hukum Positif......................................................................... 78
viii
2. Dalam Hukum Islam........................................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 102
B. Saran.................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Teknologi Informasi terutama dalam bidang mobile telah
membawa perubahan pada masyarakat dunia dalam melakukan komunikasi.
Telepon seluler (Ponsel) merupakan salah satu perangkat teknologi informasi
yang sedang berkembang. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya pasar penyedian
layanan telepon seluler di Indonesia bersamaan dengan tumbuhnya pasar
permintaan akan jasa telekomunikasi bergerak.
Ponsel atau HP sebagai perangkat telekomunikasi pastilah memiliki banyak
manfaat. Teknologi ini memungkinkan kita berkomunikasi dengan mudah. Selain
itu, ponsel masa kini, seperti smartphone telah memiliki berbagai fitur yang
bermanfaat. Maka penggunaan ponsel secara tepat akan memiliki banyak manfaat
positif.
Pelaksanaan peran serta masyarakat itu diselenggarakan oleh suatu lembaga
yang dibentuk untuk maksud tersebut. Peran serta masyarakat dimaksud berupa
penyampaian pemikiran dan pandangan yang berkembang dalam masyarakat
mengenai arah pengembangan telekomunikasi.1
1 Hadi Setia Tunggal, Undang-Undang Telekomunikasi Beserta Peraturan Pelaksanaannya,
(Jakarta: Harvarindo, 2006), hal v
2
Telepon seluler atau handphone telah menjadi perangkat telekomunikasi
yang sangat membantu. Namun jangan gunakan ponsel dengan sembrono yang
menyebabkan kecelakaan ataupun gangguan bagi orang lain. Gunakan ponsel
secara tepat dan dengan etika yang baik. Banyak kasus kecelakaan lalu lintas yang
terjadi karena seseorang menggunakan telepon seluler atau ponsel saat
mengemudikan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang
digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.2 Konsentrasi
seseorang akan berkurang saat mengemudikan kendaraan sambil bertelepon,
apalagi jika dalam kecepatan tinggi. Itu sebabnya dibanyak negara, penggunaan
ponsel selama mengemudikan kendaraan dilarang dan bisa dikenai sanksi pidana.
Berkendara di jalan butuh konsentrasi penuh. Lengah sedikit, bisa fatal
akibatnya. Bukan hanya kerugian material, korban jiwa pun bisa melanda. Siapa
yang mau menjadi korban kecelakaan lalu lintas jalan? Salah satu faktor yang bisa
mengganggu konsentrasi saat berkendara mobil maupun sepeda motor, adalah
aktifitas menelepon dan membaca atau mengirim pesan singkat (short message
service alias SMS).
Penggunaan ponsel bisa mengganggu konsentrasi dan menjadi faktor
penyebab kecelakaan lalu lintas. Itu sebabnya penggunaan ponsel saat
mengemudikan kendaraan bisa termasuk pelanggaran terhadap UU tersebut.
2 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan Dan Pengemudi, Pasal 1
ayat (1)
3
Bahkan menurut penelitian, pengendara yang berbicara menggunakan ponsel
dikendaraan sama lengahnya dengan orang yang sedang mabuk.
Di Indonesia sendiri mulai disosialisasikan dalam Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UU
Lalu Lintas). Didalamnya terdapat pasal yang berhubungan dengan penggunaan
ponsel yaitu Pasal 106 ayat 1 yaitu: “Setiap orang yang mengemudikan
Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar
dan penuh konsentrasi”.3
Pengertian wajib mengendarai dengan penuh konsenterasi, mencakup
melarang kegiatan-kegiatan yang mengganggu konsentrasi berkendara. Misalnya
minum-minuman keras saat berkendara, mengkonsumsi obat terlarang,
menggunakan HP dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan
kecelakaan lalu lintas.
Pasal 283
setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di jalan sebagaimana pasal 106 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan kurungan atau denda paling banyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).4
Melihat pasal tersebut, bahwasanya memakai telepon seluler sangatlah
mengganggu konsentrasi saat mengemudikan kendaraan karena bisa
3 Tim Kreatif NusaMedia, Undang-Undang Lalu Lintas; UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, (Bandung: NusaMedia, 2010), hal 78 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 283
4
menimbulkan terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan, karena keselamatan
dalam berkendara adalah prioritas yang sangat penting saat mengemudikan
kendaraan.
Menggunakan ponsel untuk berbicara saat mengemudikan kendaraan apalagi
mengetik dan mengirim SMS. Hal ini sangat berbahaya. Karena saat Anda
berbicara melalui ponsel, Anda sama lengahnya dengan seorang pemabuk.
Apalagi jika Anda mengetik SMS, maka tingkat kewaspadaan Anda akan jauh
berkurang. Prinsipnya adalah fokus mengendarai kendaraan Anda saat sedang
berkendara lalu fokus menelpon saat tidak mengemudi.
Dalam beraktivitas di dunia ini, makhluk hidup termasuk manusia memiliki
naluri untuk menjaga keselamatan dirinya. Demikian pula halnya dalam berlalu
lintas. Sayangnya naluri ini sering kali tidak ditingkatkan menjadi sebuah
kesadaran yang terstruktur dalam serangkaian tindakan yang dapat menjamin
keselamatan lalu lintas bagi si pengguna jalan apabila bagi pengguna jalan
lainnya. Oleh sebab itu pengetahuan mengenai keselamatan lalu lintas ini menjadi
penting.
﴿١٠:٢٢/یونس﴾
5
Artinya: Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka Telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata.(mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Yunus (10):22)
Keselamatan sangatlah penting saat mengemudikan kendaraan, apabila para
pengemudi tidak mengutamakan keselamatan maka yang akan terjadi adalah
kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas itu digolongkan atas: kecelakaan
lalu lintas ringan, kecelakaan lalu lintas sedang, dan kecelakan lalu lintas berat.
Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang, kecelakaan lalu lintas sedang merupakan
kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang, kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat. Apabila terjadi sebuah kecelakaan, maka
hendaklah mendatangi tempat kejadian dengan segera dan memberi pertolongan
kepada korban kecelakaan tersebut.
Pengemudi bisa diancam hukuman pidana karena kesalahannya yang
menimbulkan terjadinya kecelakaan. Seseorang dapat dipidana karena tidak
melakukan tugas TIBUM (yaitu memelihara ketertiban dan kelancaran kegiatan
6
masyarakat) antara lain tidak membantu pengendalian lalu lintas.5 Barang siapa
karena kesalahan (kealpaannya) menyebabkan orang lain mendapat luka-luka
berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana
kurungan paling lama satu tahun. Barang siapa karena kesalahannya
(kealpaannya) menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga
timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian
selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan.6
Waktu berkendara sangat berpengaruh dalam jenis, tingkatan parah korban
dan faktor-faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan kecelakaan. Kecelakaan
yang terjadi pada malam hari saat arus lalu lintas relatif rendah, sangat mungkin
merupakan kecelakaan tunggal yang disebabkan lelah atau mengantuknya
pengemudi.7
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan telah disosialisasikan pada tahun 2009 dan diberlakukannya UU tersebut
pada tahun 2010. Hukum diciptakan untuk dijalankan.8 Akan tetapi masyarakat
belum melaksanakan dan mengetahui akan UU Lalu Lintas lebih jauh dan
mematuhi UU tersebut yang telah diberlakukan agar terwujudnya keamanan,
keselamatan, ketertiban, serta kelancaran berlalu lintas.
5 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), hal 148
6 Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 139-140 7 Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu Lintas, (Jakarta: Indeks, 2007), hal 137 8 Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa, 1980), hal 69
7
Banyak sekali orang yang mengerti hukum akan tetapi dalam
pelaksanaannya mereka melakukan dan melanggar dari aturan yang telah
ditetapkan dan diberlakukan aturan tersebut. Pentingnya kesadaran serta prilaku
masyarakat bahwa penggunaan serta pemakaian telepon seluler sangat berbahaya
dan mengganggu konsentrasi saat mengemudikan kendaraan.
﴿٢٧:١٨/النمل﴾ Artinya: Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut:
Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari". (QS. An-Naml (27):18)
Apakah yang salah aturan hukum yang telah dibuat dan diberlakukan yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009? Ataukah dari prilaku
serta kesadaran masyarakat yang belum memahami dan mampu melakukan aturan
tersebut? Inilah fenomena yang terjadi kenapa menjadi masalah sosial yang
sangat rumit dan komplek sehingga membutuhkan solusi yang tepat dalam hal
penanggulangannya.
Oleh karena itu, untuk menggali lebih lanjut hal ini, penulis merasa tertarik
untuk mengangkat dan mengulasnya dalam skripsi dengan judul: ”DAMPAK
NEGATIF DAN SANKSI PEMAKAIAN TELEPON SELULER PADA SAAT
MENGEMUDIKAN KENDARAAN (ANALISIS PASAL 106 AYAT (1)
8
UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS
DAN ANGKUTAN JALAN MENURUT HUKUM ISLAM)”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
Sebelum penulis merumuskan judul, sangat penting untuk merumuskan
permasalahanya terlebih dahulu karena permasalahan merupakan salah satu
komponen yang menjiwai dari setiap penelitian sekaligus menjadi alasan atau
dasar untuk mencari jawaban.9
1. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah dampak negatif dan sanksi dari pemakaian telepon
seluler terhadap pengemudi kendaraan menurut hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan?
2) Bagaimana tinjauan hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan terhadap keselamatan
berlalu lintas?
3) Bagaimana pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan mengatur pemakaian telepon
seluler pada saat berkendara?
2. Batasan Masalah
9 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-PRESS, 1986), hal 99
9
1) Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan mengatur pemakaian telepon seluler pada
saat berkendara.
2) Mengetahui dampak negatif dan sanksi dari pemakaian telepon seluler
terhadap pengemudi kendaraan menurut hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian akan dirumuskan secara deklaratif dan merupakan
pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dalam penelitian
tersebut.10
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui dampak negatif dan sanksi dari pemakaian telepon
seluler pada saat mengemudikan kendaraan.
2) Untuk meningkatkan kewaspadaan kepada pengemudi kendaraan pada
saat mengemudikan kendaraan agar lebih berhati-hati dalam
mengemudikan kendaraannya, karena lengah sedikit fatal akibatnya bisa
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
3) Untuk lebih konsentrasi dan fokus dalam mengemudikan kendaraan,
karena mengemudikan kendaraan wajib dengan penuh konsentrasi, agar
10 Soejono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, hal 119
10
terhindar dari kecelakaan lalu lintas guna memelihara keselamatan,
kenyamanan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.
Penelitian ini diharapkan berguna bagi kalangan akademisi maupun
masyarakat umum dalam rangka memperkaya wawasan bagi masyarakat luas
khususnya bagi pengemudi kendaraan agar lebih tertib dalam berlalu lintas dan
mematuhi peraturan yang berlaku dimasyarakat yang dimuat dalam Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Manfaat bagi penelitian ini adalah untuk mewujudkan keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas agar terciptanya penegakan hukum dan
kepastian hukum bagi masyarakat.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah yang dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan
penulis melihat ada yang membahas tentang lalu lintas, seperti pada skripsi
dibawah ini :
Sayidi. Kelalaian yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan
korban meninggal dunia. Jurusan Jinayah Siyasah Syar’iyyah, Fakultas Syari’ah
& Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Pada skripsi diatas membahas tentang kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan korban meninggal dunia karena kelalaian si pengemudi. Dan
dalam skripsi diatas tidak menerangkan disebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas secara spesifik dikarenakan sesuatu perbuatan/tindakan kelalaian si
11
pengemudi hanya menganalisis kecelakaan lalu lintas karena kelalaian dari sudut
pandang umum.
Tetapi yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang Dampak negatif dan
sanksi pemakaian telepon seluler pada saat mengemudikan kendaraan dalam
analisis Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan Menurut Hukum Islam, diterangkan
perbuatan/tindakan si pengemudi yang dapat membahayakan hingga bisa
mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas serta sanksi dan dendanya. Jadi
disinilah letak perbedaan dengan skripsi sebelumnya.
E. Metode Penelitian
Dalam membahas masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini,
diperlukan suatu penelitian tidak lain untuk memperoleh data yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas dan gambaran dari masalah tersebut secara
jelas dan akurat. Ada beberapa metode yang akan penulis gunakan antara lain :
1. Jenis penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian normatif. Penelitian
normatif berusaha untuk mengkaji fenomena yang muncul dari segi
normatif hukum.11 Untuk melengkapi data-data normatif, penulis berusaha
untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dilapangan dengan cara
observasi dan interview.
2. Sumber Data
11 Sudarman Darwin, menjadi peneliti kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), hal 105
12
Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang dipergunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah data sekunder yang diperoleh dari study
kepustakaan.12 Dalam pengumpulan data sekunder, ada data yang berupa
bahan hukum yang terdiri dari:
a) Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat.
Adapun bahan hukum primer yaitu:
1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
2) Kitab al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, Jilid II.
3) Kitab Kifayah al-Akhyar, Juz II.
4) KUHP.
5) Al-Qur’an dan Terjemahannya.
b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan tentang
bahan hukum primer. Adapun bahan hukum sekunder yang penulis
gunakan yaitu:
1) Buku-buku mengenai berkendaraan.
2) Buku-buku mengenai sanksi yang menyebabkan kematian akibat
kelalaian menurut hukum Islam dan hukum positif.
3) Artikel tentang dampak negatif pemakaian telepon seluler pada saat
mengemudikan kendaraan baik dari media internet, majalah atau dari
koran.
12 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, hal 51
13
4) Bahan-bahan kuliah seperti diktat, tesis, catatan-catatan perkuliahan
yang berkaitan dengan skripsi hukum.
c) Bahan hukum tersier, adapun bahan hukum tersier yaitu:
1) Kamus
3. Tehnik Pengumpulan data
Pengumpulan data di lakukan melalui studi kepustakaan dan studi
lapangan studi kepustakaan di lakukan di beberapa tempat yaitu
perpustakaan universitas syarif hidayatullah, perpustakaan nasional maupun
daerah dan akses data melalui internet.
a) Observasi, yaitu dengan cara mengadakan analisis, pengamatan dan
pencatatan secara terperinci dan sistematis.13 Peneliti mengadakan
pengamatan secara langsung ke lapangan, hal ini dilakukan oleh penulis
bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dilapangan.
b) Interview (wawancara) dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara
lisan kepada para pihak yang terkait dan berhubungan dengan yang akan
diteliti. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih
jelas dan akurat berkaitan dengan hal yang diteliti.14
4. Teknik Analisis Data
13 Sutrisno Hadi, Metedeologi Research, (Yogyakarta: Andi, 2000), hal 381 14 Metedologi Penelitian Sosial, Terapan dan Kebijaksanaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, 2000), hal 39
14
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan sepenuhnya dianalisis secara
kualitatif. Analisis data dilakukan setiap saat pengumpulan data di lapangan
sacara berkesinambungan. Diawali dengan proses klarifikasi data agar
tercapai konsistensi di lapangan dengan langkah abstrkaksi-abstraksi teoritis
terhadap informas di lapangan, dengan mempertimbangkan, menghasilkan
pernyataan-pernyataan yang sangat memungkinkan yang dianggap
mendasar dan universal.15
5. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi,
tesis, disertasi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007.
F. Sistematika Penulisan
Masalah yang penulis bahas dalam skripsi ini, dibagi dalam lima bab,
dengan perincian sebagai berikut:
BAB I Merupakan pendahulan yang mencakup latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
15 Burhan Bagin, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-3, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004),
hal 101
15
BAB II Keselamatan dalam berkendaraan menurut hukum islam
yang meliputi pengertian, fungsi dan manfaat telepon seluler,
tata cara dan etika berkendaraan, keselamatan dalam
berkendaraan menurut hukum islam.
BAB III Keselamatan dalam berkendaraan menurut undang-undang
nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
yang meliputi pengertian dan jenis kendaraan, pengertian dan
persyaratan pengemudi, karakteristik pengemudi dan cara
aman berkendara, keselamatan dalam berkendaraan menurut
undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan.
BAB IV Analisis hukum islam pada saat mengemudikan
kendaraan yang meliputi dampak negatif pemakaian
telepon seluler pada saat mengemudikan kendaraan, upaya
penanggulangan serta penanganannya, sanksi serta
dendanya, sanksi tindak pidana pembunuhan yang
diakibatkan karena kelalaian, dalam hukum positif dan dalam
hukum islam.
BAB V Merupakan akhir dan penutup dari seluruh rangkaian
pembahasan dalam penulisan skripsi yang berisi
kesimpulan dan saran-saran.
16
BAB II
KESELAMATAN DALAM BERKENDARAAN MENURUT HUKUM ISLAM
A. Pengertian, Fungsi Dan Manfaat Telepon Seluler
Telepon selular (ponsel) atau handphone (HP) adalah perangkat
telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama
dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-
mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan
telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Telekomunikasi adalah
setiap pemancar, pengiriman, dan/atau penerimaan dari setiap informasi
dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui
sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.1 Perangkat
telekomunikasi adalah sekelompok alat telekomunikasi yang memungkinkan
bertelekomunikasi.2 Alat telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang
digunakan dalam bertelekomunikasi.3 Telepon seluler merupakan produk
yang dihasilkan dari penerapan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang
menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan
1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, pasal 1 ayat (1) 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, pasal 1 ayat (3) 3 Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi,
pasal 1 ayat (2)
17
peningkatan mutu kehidupan manusia.4 Ilmu pengetahuan adalah rangkaian
pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis
dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi
ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk
menerangkan pembuktian gejala alam dan/atau gejala kemasyarakatan
tertentu.5 Telepon selular yang pertama keluar berbentuk sangat besar
sehingga tidak memungkinkan penggunanya untuk membawanya kemana-
mana dengan memasukkannya kedalam kantong. Semakin berkembangnya
jaman maka semakin berkembang pula bentuk dari sebuah telepon seluler.6
Pada generasi terbaru ini telepon seluler memiliki bentuk yang kecil, praktis,
ringan, dan memiliki baterai untuk rentang waktu yang lama.7
Telepon Seluler atau ponsel (HP) berfungsi untuk melakukan dan
menerima panggilan telepon. Selain berfungsi untuk melakukan dan
menerima panggilan telepon, ponsel umumnya juga mempunyai fungsi
pengiriman dan penerimaan pesan singkat (short message service alias SMS).
Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini ponsel juga dilengkapi
dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap siaran radio dan
4 http://www.wikipedia.org/telepon_selular.htm, diakses pada 03 November 2010 5 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan,
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, pasal 1 ayat (2) 6 http://www.kompasiana.com/sejarah telepon seluler.htm, diakses pada 03 November 2010 7 http://www.forumkami.com/forum/sejarah/22827-sejarah-munculnya-telepon-seluler.html,
diakses pada 03 November 2010
18
televisi, perangkat lunak pemutar audio (MP3) dan video, kamera digital,
game, dan layanan internet (WAP, GPRS, 3G). Teknologi adalah cara atau
metode serta proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan
pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi
pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan
manusia.8
Berbagai kemudahan telah diciptakan bagi kita manusia, sekarang
tergantung dari bagaimana sikap kita terhadap perkembangan teknologi yang
ada yang tidak menghambat kita karena kita dapat tetap beraktivitas tanpa
terpaku disatu tempat. Kita tentu harus menggunakannya sebijak mungkin
agar tidak mengalami gangguan atau dampak-dampak negatif bagi diri kita
sendiri karena sebagaimana dijelaskan pada tiap teknologi yang ada bahwa
setiap alat diatas selalu memiliki kekurangannya sendiri-sendiri.9 Dilihat dari
sisi resiko bahaya, telepon seluler telah menjadi salah satu penyebab
kecelakaan dalam berkendaraan. Ada beberapa orang yang menelepon dalam
keadaan menyupir (mengemudikan kendaraan) sehingga mereka cenderung
lebih fokus pada telepon mereka dari pada kondisi jalan sehingga memicu
terjadinya kecelakaan.
8 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan,
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, pasal 1 ayat (2) 9 http://www.listrikindonesia.com/berita-122-telepon-seluler-rokok-dan-listrik.html, diakses
pada 03 November 2010
19
B. Tata Cara Dan Etika Berkendaraan
1. Tata Cara Berkendaraan
Melihat perkembangan zaman yang sangat pesat, maka nikmat Allah
yang diberikan kepada manusia begitu banyak sehingga mereka pun bisa
membuat berbagai macam dan ragam kendaraan. Dahulu mereka cuma
mengendarai binatang-binatang berupa keledai, kuda, dan lainnya. Kemudian
mereka wujudkan semua itu dalam bentuk kendaraan yang lebih bagus, lebih
kuat, lebih indah dan lebih cepat dengan adanya sepeda, motor, mobil,
pesawat, dan lainnya. Allah SWT berfirman:
﴿١٦:٨/النحل﴾ Artinya: Dan (Dia Telah menciptakan) kuda, bagal (peranakan kuda dengan
keledai) dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. (QS. An-Nahl (16):8)
Dengan adanya berbagai macam nikmat tersebut, hendaklah kita sebagai
orang-orang yang beriman, senantiasa mengingat dan mensyukuri nikmat-
nikmat tersebut. Bukan hanya mengingat bagaimana nikmatnya naik
kendaraan, cepatnya sampai ketujuan, dan bukan pula karena bagusnya
kendaraan tersebut. Bahkan seyogyanya kita mengingat dan mensyukuri
nikmat tersebut.
Oleh karena itu, perlu kita ingat bahwa dalam berkendaraan pun terdapat
tata cara, sebagai bukti kesyukuran kita terhadap nikmat-nikmat itu, adapun
tata cara menurut syar’i ketika berkendaraan yaitu:
20
a) Mengingat Allah dan berdo’a saat berkendaraan
Seorang dianjurkan ketika awal memulai perjalanan agar membaca
do’a sebelum naik kendaraan yang pernah diajarkan oleh Nabi SAW
kepada umatnya. Hikmahnya agar kita selalu mengingat Allah yang telah
menganugerahkan dan menundukkan bagi kita kendaraan tersebut.
b) Tidak melanggar peraturan ketika berkendaraan
Wajib bagi kita untuk menaati peraturan-peraturan yang berlaku
ketika berkendaraan, seperti diwajibkan memakai helm, mempunyai
surat-surat yang diperlukan ketika berkendaraan (SIM & STNK), berhenti
ketika melihat lampu merah, dan lain-lain. Semua hal tersebut adalah
kewajiban kita sebagai pengendara dan sebagai bentuk ketaatan kepada
penguasa/pemerintah. Dalilnya adalah firman Allah:
﴿٤:٥٩/النساء﴾ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilahm
Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisaa’ (4):59)
Mentaati pemerintah ialah menyelesaikan dengan patuh dan
melaksanakannya dengan baik segala apa yang diperintahkan yang
21
mendatangkan kemuslihatan dan menjauhkan kemelaratan
kepada/daripada rakyat, asal saja tidak berlawanan dengan syari’at yang
telah ditetapkan dan dengan yang telah diputuskan ulul amri.10 Hukum
syari’at adalah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan subjek
hukum, berupa melakukan suatu perbuatan, memilih, atau menentukan
sesuatu sebagai syarat, sebab, atau penghalang.11 Jika penguasa
memerintahkan dilarang menggukanan HP atau pakai helm atau SIM dan
STNK, maka wajib bagi seorang muslim untuk mentaatinya, walaupun
menggunakan HP, memakai helm, membuat SIM, dan STNK pada
asalnya adalah mubah. Namun ketika penguasa memerintahkannya, maka
hukumnya berubah menjadi wajib. Jadi, dilarang menggunakan HP,
memakai helm, atau SIM dan STNK saat berkendaraan adalah perkara
yang wajib.
c) Tidak ugal-ugalan di jalan raya
Seseorang hendaklah memperhatikan keselamatan dirinya dan
keselamatan orang lain ketika berkendara. Jangan sampai kita menjadi
sebab tertumpahnya darah seseorang serta rusaknya harta saudara kita.
Jadi, darah dan harta seorang muslim adalah haram kita ganggu, apalagi
ditumpahkan dan dirusak, karena harta dan darah seorang muslim
memiliki kemuliaan disisi Allah. Dalam pandangan Islam, jiwa manusia
10 Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1952), hal 437 11 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, hal 26
22
sangatlah berharga dan darah setiap manusia adalah suci dimata Allah,
karena itu setiap jiwa harus dilindungi dan diselamatkan. Tak seorangpun
yang berhak mengambil nyawa seseorang bahkan nyawanya sendiripun
tidak berhak diambil.12
﴿١٧:٣٣/الاسراء﴾ Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. dan barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.
(QS. Al- Israa’ (17):33)
Membunuh seorang muslim itu tidak halal, kecuali karena 3 sebab:
(1) kafir sesudah beriman (murtad), (2) berzina sesudah pernah menikah,
(3) membunuh orang tanpa alasan yang dibenarkan syara’, dengan lalim
dan permusuhan.13
﴿٤:٩٣/النساء﴾ Artinya: Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan
sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. An-Nisaa’ (4):93)
12 Pradana Boy ZTF, Fikih Jalan tengah, (Jakarta: Hamdalah, 2008), hal 48 13 Imam Taqiyuddin Abi al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, (T.tp: Dar Ihya al-Kutub al-
Arabiyah, T.th), Juz II, hal 156
23
Ada kebiasaan buruk menimpa sebagian tempat di Indonesia Raya,
adanya sebagian pemuda yang ugal-ugalan memamerkan “kelincahan”
(kenakalan) mereka dalam mengendarai motor atau mobil di jalan raya.
Ulah ugal-ugalan seperti ini bisa mengganggu, dan membuat takut bagi
kaum muslimin yang berseliweran, dan berada dekat dengan TKP
(Tempat Kejadian Perkara). Bahkan terkadang mereka menabrak
sebagian orang maupun pejalan kaki sehingga orang-orang merasa kaget
dan takut lewat, karena mendengar suara dentuman knalpot mereka yang
dirancang bagaikan suara meriam yang sedang balapan liar. Pejalan kaki
adalah setiap orang yang berjalan di ruang lalu lintas jalan.14 Betapa
merasa kaget dan takutnya kaum muslimin yang lewat atau berada
dilokasi balapan, maka kita bisa pastikan bahwa balapan liar seperti ini,
hukumnya haram. Apalagi pemerintah sendiri melarang hal tersebut,
karena dapat menimbulkan bahaya bagi diri mereka, dan masyarakat.
d) Merawat kendaraan dan tidak membebani melebihi kapasitasnya
Kendaraan adalah nikmat dari Allah, maka hendaklah kita
merawatnya dengan baik dan bukan sekedar hanya memakainya sesuka
hati. Sebagaimana binatang ternak yang kita miliki, kita tak boleh
membebaninya lebih dari kemampuannya. Diantara wujud kesyukuran
14 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (26)
24
kita kepada Allah, kita harus menyayangi kendaraan, apakah berupa
hewan atau bukan, dan tidak membebaninya lebih kemampuannya.
Jadi, seorang muslim tidak boleh membebani kendaraan lebih dari
kemampuannya, sehingga ia letih atau rusak. Kita juga harus
memperhatikan bensinnya, dan olinya sebagaimana halnya jika kendaraan
berupa hewan, maka kita harus memperhatikan makanan, dan
perawatannya. Kendaraan yang kita miliki harus kita rawat dengan baik,
jangan dibiarkan terparkir dibawah terik matahari, tapi carilah naungan
baginya. Jangan kalian bebani melebihi kapasitas kemampuan yang telah
ditetapkan baginya.
e) Memperlambat laju kendaraan ketika berjalan di jalan yang sempit
(lorong) dan mempercepat ketika berjalan di jalan yang lapang
Apabila melakukan perjalanan dalam berkendaraan hendaklah pelan
dalam berjalan karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaitu
musibah atau malapetaka yang bisa membahayakan keselamatan yang
menjadi celaka bagi pengguna lainnya. Pengguna Jalan adalah orang yang
menggunakan Jalan untuk berlalu lintas.15 Jalan adalah seluruh bagian
Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas umum, yang berada pada permukaan tanah,
di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
15 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (27)
25
atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel.16 Maka sepantasnya
ketika berkendaraan, kita tenang dan tidak terburu-buru, karena terburu-
buru itu datangnya dari setan. Boleh mempercepat kendaraan jika tidak
melampaui batas sehingga ia dianggap terburu-buru, jika ada
kemaslahatan, dan tidak menimbulkan kerugian dan bahaya.
﴿٣١:١٩/لقمان﴾ Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam berjalan (Maksudnya: ketika
kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat) dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
(QS. Luqman (31):19)
f) Memberi hak kepada jalanan
Jalanan juga mempunyai hak-hak untuk kita penuhi.
Ada 5 haknya jalan yang diajarkan Rasulullah SAW:
1) Menundukkan pandangan dari melihat perkara haram (seperti melihat
kecantikan wanita yang bukan mahram). Al-Quran memerintahkan
kepada lelaki dan wanita agar menundukkan pandangan mata mereka,
memelihara kemaluan mereka, sebab dua masalah tersebut
mempunyai hubungan kausalitas. Dan kedua sikap tersebut
16 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (12)
26
disampaikan oleh Al-Quran sebagai cara suci dan terhormat bagi
kedua jenis manusia, yang menurut etika dipandang lebih baik.17
﴿١٧:٣٢/الاسراء﴾ Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Israa’ (17):32)
2) Menghilangkan gangguan apa saja (misalnya, tidak buang sampah &
kotoran di jalan, tidak menggoda wanita, tidak menyakiti orang lain,
dan lainnya). Tidak boleh mengganggu jalan orang-orang muslim,
akan tetapi wajib memberi kemudahan dan menghilangkan sesuatu
yang mengganggu perjalanan mereka.18 Tidak boleh menjadikan jalan
tersebut sebagai tempat menambatkan hewan tunggangannya, atau
sebagai tempat parkir kendaraannya. Karena ini membuat jalan
tersebut menjadi sempit dan mengakibatkan terjadinya kecelakaan.19
﴿٣٣:٥٨/الاحزاب﴾ Artinya: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin
dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka Telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al-Ahzab (33):58)
17 Abu Ahmadi, Dosa Dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal 58 18 Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal 457 19 Ibid, hal 458
27
3) Menjawab salam orang yang mengucapkan salam kepada kita dari
kalangan kaum muslimin.
4) Memerintahkan yang ma’ruf (misalnya, mengingatkan waktu sholat,
mengajak bersedekah, dan lainnya).
5) Mencegah yang mungkar (misalnya, melarang para pemuda balapan
liar, melarang orang bermaksiat di jalan, dan lainnya).
2. Etika Berkendaraan
a. Berdoa Kepada Tuhan YME Sebelum Mengemudikan Kendaraan
Keselamatan kita hanya Tuhan yang memberikan. Jika kita
ditakdirkan kecelakaan mungkin dengan doa kita Tuhan dapat
menghendaki lain dan akhirnya kita selamat di jalan.
b. Cek Persiapan Dan Kelengkapan Berkendara
Cek kondisi kesehatan kita apakah cukup layak mengendarai
kendaraan ditempat umum. Hindari membawa kendaraan ketika sedang
sakit atau sedang mabuk untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga
dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta
28
benda.20 Periksa dan cek pula surat-surat serta kondisi sepeda motor mulai
dari rem, ban, bahan bakar, lampu sampai ke pakaian kita.
c. Jangan Emosi Di Jalan
Sifat egois, mudah terpancing emosi, mudah marah, mudah terhina
adalah suatu kebodohan yang harus diubah. Terkadang disalip oleh
kendaraan lain membuat kita tidak terima, apalagi yang menyalip adalah
perempuan/wanita. Dikepot atau dibuat kaget dengan rem mendadak pun
bisa membikin kita naik pitam sehingga dapat membuat urusan jadi
panjang.
d. Jangan Mengandalkan Insting
Beloklah ketika tidak ada kendaraan lain dibelakang atau samping
kita yang benar-benar dilihat dengan mata kepala sendiri. Jangan menyalip
atau berbelok dengan kecepatan tinggi antara dua kendaraan dengan space
yang kecil. Selain itu jangan terlalu pede pada salip menyalip karena kita
bisa tertabrak kendaraan dari arah berlawanan jika salah perhitungan.
Jangan ambil resiko dengan peluang yang kecil, lebih baik pelan tapi
selamat daripada kencang tapi mati.
e. Konsentrasi Penuh
Bila kesadaran berkurang entah karena sakit, ngantuk, mabok,
banyak masalah dan lain sebagainya sebaiknya naik angkutan umum saja.
20 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (24)
29
Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan diruang lalu lintas jalan.21
Mengendarai kendaraan bermotor perlu konsentrasi penuh. Sedikit
melamun, mengantuk, tertidur, kelamaan menengok, menggunakan HP,
dan lain sebagainya dapat membuat kita menabrak kendaraan atau sesuatu
didepan kita. “Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh
konsentrasi”.22 Sadari waktu dalam kemampuan reaksi kita mulai dari ada
rem mendadak sampai berhenti lalu hitung kira-kira jaraknya berapa agar
tidak menabrak depan kita. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak
bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya.23
f. Biasakan Mengalah Pada Begundal Jalanan
Apabila ada pengendara lain yang sedang emosi jangan kita layani
kemarahannya. Cukup minta maaf, ngalah, legowo, lapang dada, berbesar
hati menerima caci maki dan belaga pilon agar urusan tidak menjadi
panjang yang justru bisa sangat merugikan kita.
g. Waspada/Hati-Hati Pada Kendaraan Umum Seperti Angkot dan Bus
21 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (3) 22 Tim Kreatif NusaMedia, Undang-Undang Lalu Lintas; UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, (Bandung: NusaMedia, 2010), hal 78 23 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (16)
30
Kendaraan umum seperti angkot dan bus sering sekali bersikap ugal-
ugalan di jalan. Tidak jarang pula mereka menabrak kendaraan lain
dengan berbagai alasan. Sebaiknya jangan melawan kendaraan umum
yang lagi ugal-ugalan agar kita tidak diciderai oleh mereka. Barang siapa
merusak harta orang lain (apapun jenisnya dari harta yang bernilai, dan ia
menggunakannya tanpa seizin pemiliknya), maka ia wajib menjamin ganti
rugi kerusakan tersebut. Demikian juga orang yang menyebabkan
rusaknya milik orang lain maka ia harus menjamin gantinya.24
h. Patuhi Peraturan dan Rambu Lalu Lintas Jalan Raya
Menyerobot lampu merah sebelum lampu hijau menyala sering
terjadi. Sama halnya dengan menyerobot pintu perlintasan kereta api/krl
dan memutar arah tidak pada tempat yang diizinkan serta berbagai bentuk
pelanggaran lainnya. Semua itu bisa membawa malapetaka yang dahsyat
jika kita sedang sial.
i. Jangan Mengambil Jalan Melawan Arus Atau Menghambat Arah Lawan
Terkadang ketika lampu merah, motor akan mengambil jalur arah
berlawanan yang kosong. Awalnya mungkin hanya satu jalur motor,
namun kelamaan pengendara motor yang brengsek tidak mau antri akan
mengambil sisa jalur lawan yang ada sehingga kendaraan dari jalur
berlawanan tidak bisa lewat dan menyebabkan macet total. Kendaraan dari
arah lawan bisa berang atau khilaf yang bisa menabrak dan mencelakakan
24 Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, hal 501
31
kita. Allah mengharamkan pelanggaran dan perampasan terhadap semua
jenis harta milik orang lain tanpa alasan yang benar. Allah juga
mensyariatkan jaminan terhadap milik orang yang dirusak tanpa alasan
yang benar, walaupun tidak dengan sengaja.25
j. Waspada Penjahat Pencurian Kendaraan
Hati-hatilah pada penjahat yang mau mencuri kendaraan kita.
Mencuri ialah mengambil harta orang lain dengan cara sembunyi-
sembunyi dan mengeluarkan harta itu dari tempat penyimpanannya.26
﴿٥:٣٨/المائدة﴾ Artinya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Maaidah (5):38)
Kejahatan mencuri takkan dapat dipunahkan kecuali dengan menerapkan
syari’at Islam, yaitu memotong tangan pelakunya. Pelaksanaan hukum
potong tangan akan membuat para pencuri menjadi jera, dan mereka tidak
akan mau lagi melakukan pekerjaan mencuri mengingat hukuman yang
amat keras itu.27 Hukum syari’at adalah ketentuan Allah yang berkaitan
25 Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, hal 501 26 Imam Taqiyuddin Abi al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, (T.tp: Dar Ihya al-Kutub al-
Arabiyah, T.th), Juz II, hal 188 27 Abu Ahmadi, Dosa Dalam Islam, hal 156
32
dengan perbuatan subjek hukum, berupa melakukan suatu perbuatan,
memilih, atau menentukan sesuatu sebagai syarat, sebab, atau
penghalang.28 Terkadang mereka tega membunuh kita demi hanya
kendaraan yang kita pakai. Awasi tingkal laku kendaraan disamping kiri,
kanan, depan dan belakang baik dalam situasi dan kondisi berhenti
maupun jalan. Jika perlu gunakan kunci ganda (kunci tambahan) pada
kendaraan agar lebih aman.
C. Keselamatan Dalam Berkendara Menurut Hukum Islam
Manusia adalah adalah pelaku dalam kehidupan ini, dalam setiap gerak
aktifitas sudah pasti manusia lebih mengutamakan keselamatan dan kenyamanan.
Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya
setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh
manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan.29 Dan semestinya pula prinsip
dari keamanan dan kenyamanan itu terdapat pula pada akitifitas berkendaraan.
Keamanan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terbebasnya setiap
orang, barang, dan/atau kendaraan dari gangguan perbuatan melawan hukum,
dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas.30 Berkendara adalah suatu kegiatan yang
28 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958), hal 26 29 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (31) 30 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (30)
33
sangat lumrah di zaman ini karena sebuah tuntutan zaman untuk melakukan
kegiatan dalam gerak aktifitas yang cepat. Dalam mengemudikan kendaraan
setiap orang dituntut untuk mengutamakan keselamatan agar terciptanya suasana
nyaman dan merasa aman dalam berkendaraan, karena keselamatan adalah
prioritas dalam berkendaraan.
Ada 2 hal yang perlu diketahui hingga akan tercipta suatu kondisi yang
nyaman dan selalu merasa aman dalam berkendaraan yaitu:
1) Faktor Intern (Dalam)
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi pengendara yaitu
segala sesuatu yang menunjang hingga terciptanya rasa aman dan nyaman
dalam berkendaraan ialah sikap ketika kita berkendara. Perlu kita ketahui
suatu kebijakan yang sangat bagus ketika kita dituntut untuk mematuhi
peraturan lalu lintas yang dibuat oleh pihak berwenang dalam hal ini polisi
lalu lintas yang dibuat tidak lain untuk terciptanya rasa aman dan nyaman
dalam berkendaraan, namun nyatanya sangat minim kesadaran pengendara
untuk mematuhinya, jauh dari pada itu suatu etika yang sangat salah ketika
sebuah pabrik kendaraan bermotor telah mendesain kendaraan bermotor itu
dengan segala macam pertimbangan untuk menjaga keselamatan dan
kenyamanan dalam berkendaraan tapi banyak dari sikap pengendara yang
dengan seenaknya mendesain ulang tanpa pertimbangan dan pemikiran
tentang keselamatan dan kenyamanan dalam berkendara. Suatu contoh yang
sangat umum dapat kita lihat ketika tidak sedikit pengendara yang membuka
34
kaca spion tanpa memikirkan akibatnya bahwa suatu pabrik kendaraan
bermotor memakai kaca spion pada kendaraan untuk kemudahan kita dalam
melihat kondisi belakang kita saat dalam berkendaraan.
2) Faktor Ekstern (Luar)
Faktor ini sangat sedikit pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor
intern tetapi perlu juga kita ketahui bahwa faktor ekstern juga perlu kita bahas.
Untuk faktor ekstern yang perlu kita ketahui adalah suatu sikap yang timbul
karena ada dorongan atau pengaruh dari luar. Biasanya terjadi ketika
lingkungan tempat kita tinggal atau komunitas kita sedang ngetren atau asyik
dalam memodifikasi kendaraannya. Tetapi yang salah dari modif itu adalah
tidak memperhatikan sama sekali terhadap keselamatan dan kenyamanan
dalam berkendaraaan. Manusia dianugerahi kemampuan untuk berbuat dan
kemampuan manusia ini merupakan kenyataan yang sesuai dengan perbuatan
manusia (pilihan alternatif).31 Dua jenis tindakan manusia:
1- Suatu perbuatan yang dilakukan dalam keadaan terpaksa (secara tak
sengaja), dan
2- Perbuatan yang manusia bisa memilih untuk melakukannya atau tidak,
misalnya tindakan yang dilakukan manusia dengan pengetahuan dan
keinginannya tanpa dipaksakan oleh kewajiban tertentu.
Apa yang terjadi pada diri manusia adalah karena apa yang diusahakannya,
karena itu manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak dan sekaligus
31 Pradana Boy ZTF, Fikih Jalan tengah, hal 46
35
bertindak. Dalam pandangan Abd al-Jabar, manusia diberikan kemampuan
untuk bertindak, dan kemampuan adalah realitas yang menegaskan kebebasan
tindakan manusia.32
Peraturan yang telah dibuat bukan untuk dilanggar tetapi untuk ditaati karena
yakinlah ketika kita mengendarai kendaraan dengan patuh dan taat pada
peraturan, maka rasa aman dan nyaman akan hadir dalam setiap pengendara, dan
perlu kita ketahui bersama bahwa tidak ada peraturan lalu lintas yang dibuat
merugikan pengendara.
Berbicara tentang berbagai macam kenyamanan dan keamanan dalam
berkendara pasti tidak akan lepas dari berbagai kejadian yang terjadi di jalan
misalnya saja suatu sikap ingin selalu tampil didepan atau lebih cepat dari yang
lain. Sebenarnya kebiasaan ini harus ditinggalkan sedini mungkin dan harus jauh
dari setiap diri pengendara karena sikap ini hanya akan merugikan diri sendiri.
Buktinya berbagai macam kejadian yang menimpa ketika sikap ugal-ugalan atau
sama sekali tidak menghiraukan peraturan lalu lintas saat berkendaraan yaitu
terjadinya kecelakaan.
32 Abd al-Jabar, Syarh al-Ushul al- Khamsah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1965), hal 360
36
﴿١٠:٢٢/یونس﴾ Artinya: Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan
(berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka Telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata.(mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Yunus (10):22)
Dalam sikap seperti itulah kita dituntut sebagai pengendara yang mematuhi
peraturan lalu lintas. Mungkin sudah saatnya kita kembali berusaha untuk
menciptakan suatu keadaan kenyamanan dan keamanan dalam berkendara, karena
siapa juga kalau bukan kita sebagai pengendara yang berusaha menciptakan
suasana yang aman dan nyaman dalam berkendaraan.
Keamanan dan kenyaman dalam berkendara tidak akan tercipta sendiri tanpa
adanya kemauan yang kuat dari diri kita selaku pengendara. Dan jangan sampai
ada dalam benak kita bahwa peraturan yang dibuat hanya akan memperlambat
atau malah menyusahkan kita dalam berkendaraan.
Belasan orang meninggal dengan sia-sia akibat kecelakaan lalu lintas dan
ironisnya apakah kita pernah menyangka bahwa penyebab dari kecelakaan itu
adalah kelalaian pegendara seperti terlalu kencang dalam berkendaraan, tidak
memakai alat pelindung seperti helm yang sebenarnya, menggunakan HP pada
37
saat mengemudikan kendaraan, dll, hal yang demikian merupakan hal yang sepele
namun berakibat fatal jika kita sejak dini sangat kurang kesadaran kita dalam
mematuhi peraturan lalu lintas dan sikap yang sewajarnya dalam berkendaraan.
Kalau ternyata kita sudah berusaha untuk mematuhi peraturan yang ada
namun ternyata tetap saja terjadi itu adalah takdir namun kita sudah berusaha jadi
tak ada yang akan disesali. Seandainya saja kita mengemudikan kendaraan sambil
menggunakan HP dan ternyata terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu kecelakaan
dan mengakibatkan terluka atau cacat, mungkin didalam hati kita akan berkata
seandainya mengemudikan kendaraan tidak sambil menggunakan HP maka tidak
akan seperti ini. Memang sesuatu kesadaran tentang kesalahan biasanya datang
terlambat, seperti kata pepatah nasi sudah jadi bubur dan sayangnya lagi banyak
dari kita yang tidak mau belajar dari kehidupan ini, bukankah kita dituntut untuk
selalu belajar dari kejadian-kejadian yang dialami dan selalu berusaha untuk
menjadikan kejadian-kejadian itu sebagi guru.
Islam adalah agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam dan selalu
menyuruh umatnya untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindari
perbuatan yang keji. Islam senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman dan
tempat. Ini adalah salah satu bukti yang sering ditampilkan untuk menjelaskan
tentang fleksibilitas hukum islam.33 Fleksibilitas hukum Islam berkaitan erat
dengan tujuannya hukum Islam. Said Ramadhan al-Buti menyebutkan tujuan
33 Pradana Boy ZTF, Fikih Jalan tengah, hal 8
38
disyariahkannya hukum Islam untuk kepentingan masyarakat umum.34 Islam juga
memerintahkan umatnya untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh umara
(pemimpin/pemerintah) selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang
terkandung dalam Al-Qur’an maka kita wajib mengikutinya.
﴿٤:٥٩/النساء﴾ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisaa’ (4):59)
Peraturan lalu lintas yang dibuat oleh kepolisian mengenai tata tertib
berkendaraan adalah salah satu peraturan yang baik untuk diikuti karena itu salah
satu cara agar kita terhindar dari kecelakaan. Peraturan mengenai lalu lintas
berkendaraan ditujukan kapada semua lapisan masyarakat, tak peduli apa dia
miskin atau kaya, pejabat atau rakyat, polisi atau sipil, dll.
Sesungguhnya hanya kesadaranlah yang dapat menjadikan semua peraturan
yang telah dibuat oleh pihak berwenang sangat berguna agar terciptanya suatu
suasana yang aman dan nyaman dalam berkendaraan. Pihak berwenang adalah
34 Said Ramadhan al-Buti, Dlawabit al-Maslahah fi al-syariah al-Islamiyah, (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1977), hal 12
39
sebagai sarana dalam mengingatkan kita agar selau berusaha dan mau menaati
peraturan lalu lintas.
Kita adalah sebagai subjek atau yang menerima segala macam imbasnya,
baik buruknya ada pada kita, apakah kita ingin menerima semua kebaikan dengan
syarat mematuhi peraturan lalu lintas yang berlaku atau menerima imbas
buruknya dengan akibat kecelakaan atau yang lebih parah yaitu kematian.
Suatu yang menyenangkan atau yang baik selalu penuh pengorbanan dan
disinilah kita dituntut untuk mau berkorban dengan segala kebaikan akhirnya atau
buruk yang kita terima jika kita tidak mau berkorban. Maukah kita menjadi orang
yang penuh dengan penyesalan jikalau keburukan itu menimpa kita, walau
banyak dari kita tidak mau belajar dari kesalahan yang orang lain perbuat, atau
malah kita sendiri yang mengharap orang lain belajar dari kesalahan kta sendiri.
Sabda Nabi: "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia",
demikian ungkapan sederhana beliau tentang tugas utamanya lahir di dunia.
Beliau diutus untuk memperbaiki akhlak, bukan untuk mencari harta apalagi
popularitas.
Etika yang baik memiliki kedudukan lebih tinggi dari ilmu, karena
akhlak/etika adalah buah yang dihasilkan darinya. Dalam bahasa yang lain, sejauh
mana ilmu masuk ke dalam diri manusia dapat dilihat dari bagaimana dia
beretika.
Belajar beretika harus mulai dari hal-hal yang ringan dan sederhana,
Pertama, tanamkan kesadaran bahwa pengguna jalan bukan hanya kita.
40
Menghargai pengendara lain, menjadikan mereka mau menghargai kita. Kedua,
peraturan yang ada bukanlah sistem yang menghalang-halangi kelancaran
perjalanan para pengendara tapi justru memudahkan dan peduli akan keselamatan
mereka.
Mengetahui akan peraturan rambu-rambu lalu lintas, akan tidak bernilai
sama sekali bila tanpa kesadaran untuk menaatinya. Menaati peraturan inilah
yang dikatakan akhlakul karimah, yaitu nilai dan makna yang secara luas
terkandung dalam ungkapan sederhana Nabi SAW, jauh sebelum kendaraan lalu
lalang menghiasi jalan raya.
﴿٢:١١٢/البقرة﴾ Artinya: (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada
Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah (2):112)
Islam adalah suatu aksi untuk menyerahkan diri kepada Allah. Sedangkan
Allah adalah nama Tuhan. Selamat adalah bahasa Indonesia yang bisa bersanding
dengan islam. Selamat pake tulisan arab maka yang dipakai adalah sama sin, lam,
dan mim (Assalamu'alaikum=keselamatan atas kamu). Asal katanya sama. Jadi
selamat adalah juga menyerahkan diri kepada Allah. Kalau kita menyerahkan diri
kepada Allah maka kita selamat, karena kita mendapat kasih Tuhan.
41
﴿٢٥:٦٣/الفرقان﴾ Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-
orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqaan (25):63)
Manusia mempunyai insting naluri menjaga keselamatan atas dirinya sendiri
dalam setiap melakukan kegiatan apa lagi dalam mengemudikan kendaraan. Oleh
sebab itu pentingnya akan keselamatan saat mengemudikan kendaraan. Sebab
keselamatan sangat dianjurkan dan diajarkan dalam Islam dalam setiap
melakukan aktivitas khususnya dalam mengemudikan kendaraan.
42
BAB III
KESELAMATAN DALAM BERKENDARAAN MENURUT UNDANG-
UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
A. Pengertian Dan Jenis Kendaraan
Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan
bermotor dan kendaraan tidak bermotor.1 Kendaraan bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain
kendaraan yang berjalan diatas rel.2 Kendaraan tidak bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.3
Jenis kendaraan terdiri atas:
1. Kendaraan Bermotor
a. Sepeda Motor
Sepeda motor adalah kendaraan bermotor beroda dua (2) atau tiga (3)
tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.4
b. Mobil Penumpang
1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (8) 2 Tim Kreatif NusaMedia, Undang-Undang Lalu Lintas; UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, (Bandung: NusaMedia, 2010), hal 4 3 Ibid, hal 4 4 Bantuan Pelayanan & Konsultasi Hukum Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang
RI No. 14 Tentang Lalu Lintas & Angkutan jalan, (Jakarta: 1993), hal 4
43
Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi
sebanyak-banyaknya delapan (8) tempat duduk tidak termasuk tempat
duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan
pengangkutan bagasi.5
Penumpang adalah orang yang berada dikendaraan selain pengemudi
dan awak kendaraan.6
c. Mobil Bus
Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari
delapan (8) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.7
d. Mobil Barang
Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang
termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.8
e. Kendaraan Khusus
Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan
bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang
5 I Bantuan Pelayanan & Konsultasi Hukum Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Undang-
Undang RI No. 14 Tentang Lalu Lintas & Angkutan jalan, hal 4 6 Tim Kreatif NusaMedia, Undang-Undang Lalu Lintas; UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, hal 6 7 Bantuan Pelayanan & Konsultasi Hukum Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang
RI No. 14 Tentang Lalu Lintas & Angkutan jalan, hal 4 8 Ibid, hal 4
44
penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-
barang khusus.9
2. Kendaraan Tidak Bermotor10
a. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang.
b. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan.
B. Pengertian Dan Persyaratan Pengemudi
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor atau
orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar
mengemudikan kendaraan bermotor.11 Untuk mengemudikan kendaraan bermotor
dijalan wajib memiliki surat izin mengemudi. Pengemudi adalah orang yang
mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki SIM (Surat Izin
Mengemudi).12
Persyaratan pengemudi wajib memiliki SIM untuk mengemudikan
kendaraan bermotor sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan.
SIM terdiri atas 2 jenis:
9 Bantuan Pelayanan & Konsultasi Hukum Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang
RI No. 14 Tentang Lalu Lintas & Angkutan jalan, hal 146 10 Tim Kreatif NusaMedia, Undang-Undang Lalu Lintas; UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, hal 36 11 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi, pasal 1
ayat (12) 12 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (23)
45
1. SIM Kendaraan Bermotor Perorangan
a. Golongan SIM A
Berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseorangan
dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 3.500 (tiga ribu
lima ratus) kilogram.
b. Golongan SIM B I
Berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseorangan
dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima
ratus) kilogram.
c. Golongan SIM B II
Berlaku untuk mengemudikan kendaraan alat berat, kendaraan penarik,
atau kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan
perseorangan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau
gandengan lebih dari 1.000 (seribu) kilogram.
d. Golongan SIM C
Berlaku untuk mengemudikan sepeda motor.
e. Golongan SIM D
Berlaku untuk mengemudikan kendaraan khusus bagi penyandang cacat.
2. SIM Kendaraan Bermotor Umum
a. Golongan SIM A Umum
46
Berlaku untuk mengemudikan kendaraan bermotor umum dan barang
dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 3.500 (tiga ribu
lima ratus) kilogram.
b. Golongan SIM B I Umum
Berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang umum
dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 (tiga ribu lima
ratus) kilogram.
c. Golongan SIM B II Umum
Berlaku untuk mengemudikan kendaraan penarik atau kendaraan bermotor
dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan berat yang
diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari 1.000
(seribu) kilogram.
Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) setiap orang harus
memenuhi persyaratan usia, administratif, kesehatan, dan lulus ujian.13
1- Persyaratan Usia
a) SIM Kendaraan Bermotor Perorangan
1) Golongan SIM A : minimal usia 17 tahun.
2) Golongan SIM B I : minimal usia 20 tahun.
3) Golongan SIM B II : minimal usia 21 tahun.
4) Golongan SIM C : minimal usia 17 tahun.
13 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 81
ayat (1)
47
5) Golongan SIM D : minimal usia 17 tahun.
b) SIM Kendaraan Bermotor Umum
1) Golongan SIM A Umum : minimal usia 20 tahun.
2) Golongan SIM B I Umum : minimal usia 22 tahun.
3) Golongan SIM B II Umum : minimal usia 23 tahun.
2- Persyaratan Administratif
a) Identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP).
b) Pengisian formulir permohonan.
c) Rumusan sidik jari.
3- Persyaratan Kesehatan
a) Sehat jasmani dengan surat keterangan dari dokter.
b) Sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis.
4- Persyaratan Lulus Ujian
a) Ujian teori.
b) Ujian praktik, dan atau
c) Ujian keterampilan melalui simulator.
C. Karakteristik Pengemudi Dan Cara Aman Berkendara
1. Karakteristik pengemudi
Kemampuan pengemudi memiliki rentang yang sangat lebar dalam hal
kemampuan mendengar, melihat, menilai dan bereaksi terhadap informasi.
Ada pengemudi yang daya tangkap pendengaran dan penglihatannya sangat
48
tinggi dan ada pula yang sangat kurang. Ada pengemudi yang sangat cepat
menilai dan bereaksi terhadap informasi, namun ada pula yang sangat lambat.
Hal ini diantara lain mengindikasikan kemampuan pengemudi yang bervariasi
dalam hal mendengar, melihat, menilai dan bereaksi terhadap informasi.14
Berikut ini akan dibahas daya tangkap penglihatan, kemampuan
pendengaran manusia dan kemampuan indra lainnya yang terkait dengan
kemampuan mengemudi.
a. Daya Tangkap Penglihatan
Terkait dengan kemampuan mengemudi, terdapat sejumlah kriteria
daya tangkap penglihatan yang penting yaitu: 15
1- Kemampuan melihat objek secara rinci
Kemampuan manusia melihat objek secara rinci dan jelas
adalah pada kerucut penglihatan 3°-5°, sedangkan pada kerucut
penglihatan 10°-12° agak jelas.
2- Kemampuan melihat diluar kerucut penglihatan terjelas
Kemampuan melihat diluar kerucut penglihatan terjelas dapat
mencapai hingga 160°. Hal ini misalnya bermanfaat untuk melihat
kaca spion tanpa sepenuhnya memalingkan kepala ke kiri atau ke
kanan.
3- Kemampuan membedakan warna
14 Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu Lintas, (Jakarta: Indeks, 2007), hal 9 15 Ibid, hal 10
49
Kemampuan membedakan warna sangat dibutuhkan oleh
pengemudi. Diantaranya untuk membedakan fungsi rambu lalu lintas
dan marka jalan. Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan jalan
yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau perpaduan
yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk
bagi pengguna jalan.16 Marka jalan adalah suatu tanda yang berada
dipermukaan jalan atau diatas permukaan jalan yang meliputi
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis
melintang, garis serong, serta lambang yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu
lintas.17 Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas
umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah,
di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel.18 Warna dasar rambu misalnya
digunakan untuk membedakan fungsinya sebagai rambu peringatan,
perintah atau larangan.
4- Kemampuan untuk pulih dari silau
16 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1 ayat (17)
17 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (18) 18 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (12)
50
Silau dapat mengganggu pandangan mengemudi di jalan. Hal
ini dapat terjadi baik pada siang maupun malam hari. Disiang hari
sumber silau adalah matahari. Hal ini terutama menjadi masalah bila
ruas jalan membentang tepat pada arah terbit matahari. Dimalam hari
atau pada saat hujan/berkabut sumber silau adalah lampu kendaraan
dari arah lawan. Hal ini terutama terjadi pada tikungan. Keadaan
akan lebih berbahaya pada jalan dua lajur dua arah dan jalan tanpa
median lainnya. Untuk kepentingan mereduksi silau, jalan bermedian
pun perlu dilengkapi dengan media tertentu, misalnya semak-semak.
Bagaimanapun bila median kurang lebar, keberadaan media
pereduksi silau ini dapat menimbulkan masalah baru yaitu
berkurangnya kebebasan samping jalan.
5- Kemampuan menaksir kecepatan dan jarak
Salah satu kemampuan penglihatan yang terpenting yang
dikombinasikan dengan kemampuan interpertasi adalah kemampuan
menaksir kecepatan dan jarak. Hal ini sangat penting terutama untuk
beberapa gerakan sulit seperti menyiap, menetapkan celah yang aman
untuk melintasi simpang tidak bersinyal, melakukan gerakan
menyatu (merging) seperti ketika suatu kendaraan memasuki jalan
bebas hambatan dan lain-lain. Yang sering menjadi kesulitan bagi
pengemudi pemula adalah memanfaatkan kaca spion untuk menaksir
kecepatan dan jarak. Itulah sebabnya waktu persepsi-reaksi yang
51
dibutuhkan pengemudi pemula pada situasi kompleks yang
membutuhkan kemampuan menaksir kecepatan dan jarak atas dasar
informasivisual dari kaca spion relatif cukup lama.
b. Kemampuan Pendengaran
Walaupun kemampuan pendengaran tidak sepenting daya tangkap
penglihatan, namun kontribusinya terhadap kemampuan pengemudi tetap
perlu diperhitungkan. Namun demikian kemampuan pendengaran tetap
bersifat komplementer terhadap daya tangkap penglihatan. Sebagai contoh
isyarat dari pengemudi lain berupa bunyi klakson dapat membuat seorang
pengemudi lebih berhati-hati tehadap adanya kemungkinan kendaraan lain
yang akan mendahului kendaraannya. Kemampuan pendengaran juga
dapat dimanfaatkan pengemudi untuk mendeteksi bunyi mesin atau bagian
kendaraan yang tidak normal. Hal ini penting agar dapat dilakukan
tindakan yang diperlukan terhadap kendaraan sebelum terjadi sesuatu yang
membahayakan atau mengurangi kenyamanan perjalanan. 19
c. Kemampuan Indra Lain
Indra pengecapan hampir tidak berkontribusi dalam kemampuan
pengemudi. Demikian pula indra peraba, walaupun mungkin kulit
berperan untuk mendeteksi suhu yang tak wajar didalam kendaraan. Indra
pencium mungkin dibutuhkan untuk mendeteksi bau tertentu yang
19 Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu Lintas, hal 12
52
mengindikasikan keadaan mesin yang abnormal atau kualitas udara yang
membahayakan pengemudi dan penumpang. Jadi secara umum
kemampuan indra diluar penglihatan dan pendengaran kurang
berkontribusi terhadap kemampuan pengemudi. 20
2. Cara Aman Berkendara
Keselamatan dalam lalu lintas adalah suatu permasalahan yang serius di
Indonesia saat ini khususnya di kota besar. Ada beberapa cara mengemudi
kendaraan yang baik meliputi smart driving, protection lives, saving fuel.
a. Gunakan Sabuk Pengaman (Seatbelt)
Safety belt atau seatbelt dapat melindungi penggunanya dari cedera yang
lebih parah dalam suatu kecelakaan. Sekali lagi bukan masalah jenis
kendaraan yang penting menggunakan sabuk pengaman. Bagi pengendara
sepeda motor, gunakan helm dengan benar dan menurut standar peraturan.
b. Kaca Spion
Kebanyakan pengemudi tidak menyesuaikan kaca spionnya dan tidak
memanfaatkannya seoptimal mungkin dengan terlalu banyak melihat sisi
kendaraannya sendiri saja.
c. Pengemudi Yang Defensive
20 Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu Lintas, hal 12
53
Pengemudi yang defensive harus mampu mengemudikan kendaraannya
dengan tenang (tidak tegang). Dan mampu mengantisipasi situasi kondisi
lalu lintas didepannya.
d. Gangguan Dalam Berkendara
Mengemudi adalah pekerjaan yang berbahaya, untuk itu dibutuhkan
konsentrasi penuh pada saat kita mengemudi. Disarankan jangan
menelepon, merokok ataupun aktifitas yang mengganggu saat mengemudi.
e. Menjaga Jarak Aman
Pengemudi yang defensive selalu menyediakan ruang dengan depan,
balakang, dan samping. Hal ini mutlak diperhatikan.
f. Matikan Mesin Kendaraan
Jika kendaraan berhenti dan diam lebih kurang dari 20 menit, maka akan
lebih ekonomis apabila mesin kendaraan dimatikan.
g. Pre Start Check
Pre Start Check atau pemeriksaan awal kendaraan sebelum kita melakukan
engine start dengan tujuan untuk mencari adanya kerusakan atau potensi
permasalahan pada kendaraan (tekanan ban, instalansi lampu, dan lain-
lainnya)
Pedoman dalam Menerapkan Defensive Driving
Banyak faktor penentu keselamatan berkendara. Ditengah lalu lintas yang
seringkali semrawut, plus disiplin pengendara lain yang masih minim,
54
mengambil sikap “bertahan” menjadi pilihan yang jauh lebih aman. Karena
itulah kita musti menerapkan defensive driving. Sedikit berbeda dengan safety
driving yang lebih mengarah ke kemampuan atau skill berkendara, defensive
driving justru lebih mengarah ke pola sikap, mental serta perilaku kita.
a. Jangan Pernah Lengah
Berkendara memang harus rileks, tetapi harus selalu waspada. Monitor
terus kendaraan dan objek-objek disekitar anda. Tidak hanya yang jauh
didepan, pantau juga yang dibelakang, kiri dan kanan melalui kaca-kaca
spion.
b. Patuhi Marka Jalan Dan Traffic Light
Sesuaikan laju kendaraan anda dengan informasi yang terpampang ditepi
jalan. Dan hati-hati saat melintasi persimpangan. Bila lampu merah
menyala, tak usah menerobos. Berhentilah dibelakang garis putih.
Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan
tidak ditinggalkan pengemudinya.21
c. Jangan Terpancing Pengendara Ugal-Ugalan
Jika bertemu dengan pengendara ugal-ugalan, lebih baik mengalah.
Biarkan mereka lewat lebih dulu, karena yang paling mengerikan adalah
kita tidak tahu bagaimana kondisi si pengendara. Jangan-jangan, dia
sedang emosi, atau bahkan sedang mabuk. Jangan sampai kita menjadi
21 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (16)
55
sebab tertumpahnya darah seseorang serta rusaknya harta saudara kita.
Jadi, darah dan harta seorang muslim adalah haram kita ganggu, apalagi
ditumpahkan dan dirusak, karena harta dan darah seorang muslim
memiliki kemuliaan disisi Allah. Dalam pandangan Islam, jiwa manusia
sangatlah berharga dan darah setiap manusia adalah suci dimata Allah,
karena itu setiap jiwa harus dilindungi dan diselamatkan.22 Jangan Emosi
Seandainya pun ada yang nyalip, atau seseorang tiba-tiba membunyikan
klakson berkali-kali, tetaplah tenang. Ada berjuta-juta alasan yang bisa
anda cari untuk tidak marah dan menghindari bahaya yang mengintai
keselamatan anda sendiri.
d. Jangan Percaya Pada Pengendara Lain
Meskipun pada dasarnya semua pengendara ingin selamat, sebaiknya
jangan percaya bahwa mereka juga akan menjamin keselamatan kita.
Tetaplah bersikap hati-hati. Tidak boleh mengganggu jalan orang-orang
muslim, akan tetapi wajib memberi kemudahan dan menghilangkan
sesuatu yang mengganggu perjalanan mereka.23
e. Gunakan Safety Belt
Tak usah khawatir kemeja atau celana menjadi kusut akibat tertekan
safety belt. Yang harus kita pikirkan, perangkat yang mungkin
mengurangi kerapihan pakaian kita ini akan membuat kita selamat dan
22 Pradana Boy ZTF, Fikih Jalan tengah, (Jakarta: Hamdalah, 2008), hal 48 23 Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal 457
56
tetap hidup saat terjadi kecelakaan. Bagi pengendara sepeda motor,
gunakan helm dengan benar.
f. Gunakan Lampu Sign Untuk Komunikasi Pada Sesama Pengendara
Pastikan cahayanya terang. Jika akan berbelok, sama sekali tidak sulit
untuk menyalakan lampu sign agar pengendara lain tahu anda akan
berbelok.
g. Singkirkan Benda-Benda Yang Berpotensi Mengganggu Konsentrasi
Berkendara
Kewaspadaan juga harus kita bangun dengan menciptaan lingkungan
yang membantu konsentrasi berkendara. Bahkan, bila ada telepon masuk
handphone saat anda tengah mengemudi, tidak perlu diangkat dulu karena
bisa mengganggu konsentrasi. “Setiap orang yang mengemudikan
Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan
wajar dan penuh konsentrasi”.24
h. Jangan Minum Minuman Memabukkan
Karena kesadaran sangat penting, hindari minum-minuman memabukkan.
Bahkan, jika minum obat yang menimbulkan kantuk, sebaiknya kita tidak
berkendara. Khamar (minuman keras) mempunyai pengaruh kuat
terhadap akal pikiran manusia dan bisa mengakibatkan lupa diri. Allah
melarang umat Islam untuk meminum khamar, sebab khamar itu adalah
24 Tim Kreatif NusaMedia, Undang-Undang Lalu Lintas; UU RI No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, (Bandung: NusaMedia, 2010), hal 78
57
najis (diharamkan meminumnya) dan termasuk salah satu pernuatan
setan.25
﴿٥:٩٠/المائدة﴾ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maaidah (5):90)
﴿٥:٩١/المائدة﴾ Artinya: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maaidah (5):91)
Khamar adalah minuman yang memabukkan. Dan semua minuman yang
memabukkan hukumnya haram.26
i. Lebih Baik Menunggu Kereta Lewat
Ini biasa terjadi dipersimpangan lintasan kereta. Banyak pengendara
menduga-duga kereta masih jauh ketika sinyal tanda kereta akan lewat
sudah berbunyi. Menunggu beberapa menit jauh lebih baik.
25 Abu Ahmadi, Dosa Dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal 92 26 Ibid, hal 98
58
D. Keselamatan Dalam Berkendaraan Menurut Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Dalam beraktivitas didunia ini, makhluk hidup termasuk manusia memiliki
naluri untuk menjaga keselamatan dirinya. Demikian pula halnya dalam berlalu
lintas. Sayangnya naluri ini sering kali tidak ditingkatkan menjadi sebuah
kesadaran yang terstruktur dalam serangkaian tindakan yang dapat menjamin
keselamatan lalu lintas bagi si pengguna jalan apabila bagi pengguna jalan
lainnya. Oleh sebab itu pengetahuan mengenai keselamatan lalu lintas ini menjadi
penting.27 Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu
lintas.28
Manusia adalah adalah pelaku dalam kehidupan ini, dalam setiap gerak
aktifitas sudah pasti manusia lebih mengutamakan keselamatan dan kenyamanan.
Keselamatan sangatlah penting dalam mengemudikan kendaraan, sebab
mengemudikan kendaraan haruslah fokus dan penuh konsentrasi guna terhindar
dari resiko kecelakaan.
Pemerintah bertanggung jawab atas terjaminnya keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan
terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang
27 Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu Lintas, hal 134 28 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (27)
59
disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan.29 Lalu lintas dan
angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan
jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.30 Jaringan
lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan
yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.31
Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal, dan
perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas,
alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan
jalan, serta fasilitas pendukung.32 Simpul adalah tempat yang diperuntukkan bagi
pergantian antarmoda dan intermoda yang berupa terminal, stasiun kereta api,
pelabuhan laut, pelabuhan sungai dan danau, dan/atau bandar udara.33 Ruang lalu
lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan,
29 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (31) 30 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (1) 31 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (4) 32 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (6) 33 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (5)
60
orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung.34 Terminal
adalah pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur
kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau
barang, serta perpindahan moda angkutan.35 Alat pemberi isyarat lalu lintas
adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat
dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau
kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan.36
Untuk menjamin keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan ditetapkan
rencana umum nasional keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan yang
meliputi:37
1. Penyusunan program nasional kegiatan keselamatan lalu lintas dan angkutan
jalan. Yang dimaksud dengan “program nasional keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan” antara lain:
a. Polisi Mitra Kampus (Police Goes to Campus).
b. Cara Berkendara dengan Selamat (Safety Riding).
c. Forum Lalu Lintas (Traffic Board).
d. Kampanye Keselamatan Lalu Lintas.
34 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (11) 35 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (13) 36 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (19) 37 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 203
61
e. Taman Lalu Lintas.
f. Sekolah Mengemudi.
g. Kemitraan Global Keselamatan Lalu Lintas (Global Road Safety
Partnership).
2. Penyediaan dan pemeliharaan fasilitas dan perlengkapan keselamatan lalu
lintas dan angkutan jalan
3. Pengkajian masalah keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.
4. Manajemen keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.
Pengawasan terhadap pelaksanaan program keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan meliputi:
a) Audit
Audit bidang keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan oleh
auditor independen yang ditentukan oleh pembina lalu lintas dan angkutan
jalan.
b) Inspeksi
Inspeksi bidang keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dilaksanakan
secara periodik berdasarkan skala prioritas oleh setiap pembina lalu lintas dan
angkutan jalan.
c) Pengamatan dan pemantauan
Pengamatan dan pemantauan wajib dilaksanakan secara berkelanjutan oleh
setiap pembina lalu lintas dan angkutan jalan.
62
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM PADA SAAT MENGEMUDIKAN KENDARAAN
A. Dampak Negatif Pemakaian Telepon Seluler Pada Saat Mengemudikan
Kendaraan
Telepon seluler atau HP merupakan salah satu perkembangan tekhnologi.
Perkembangan jenis HP semakin hari semakin meningkat. Mulai dari fasilitas
yang disediakan sampai bentuknya. Perkembangan pesat dalam dunia sistem
komunikasi kita tentunya akan mengubah pola komunikasi yang terjadi di
masyarakat selama ini. Sebelum ada media massa, nyaris sistem komunikasi yang
berkembang di Indonesia masih memakai peralatan sederhana (media tradisional
maupun tatap muka). Akan tetapi lima tahun terakhir, Indonesia dihebohkan
dengan pola komunikasi melalui telepon seluler atau biasa disebut dengan Hand
Phone (HP). Bagi orang komunikasi, mereka menyebutnya dengan komunikasi
seluler. Namun dari banyak keuntungan yang diberikan oleh teknologi
komunikasi berupa HP/telepon seluler, ternyata terselip banyak sekali kerugian
yang membawa dampak buruk terhadap perkembangan psikologis seseorang,
terhadap kesehatan dan juga membuat aksi kejahatan serta praktik bisnis illegal
semakin marak terjadi.
Dampak negatif pemakaian telepon seluler pada saat mengemudikan
kendaraan yaitu bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan
63
lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan yang mengakibatkan
korban manusia dan/atau kerugian harta benda.1 Penggunaan ponsel bisa
mengganggu konsentrasi dan menjadi faktor penyebab kecelakaan lalu lintas.
Bahwasanya memakai telepon seluler sangatlah mengganggu konsentrasi saat
mengemudikan kendaraan karena bisa menimbulkan terjadinya kecelakaan yang
tidak diinginkan, karena keselamatan dalam berkendara adalah prioritas yang
sangat penting saat mengemudikan kendaraan. Berkendara di jalan butuh
konsentrasi penuh. Lengah sedikit, bisa fatal akibatnya. Bukan hanya kerugian
material, korban jiwa pun bisa melanda. Salah satu faktor yang bisa mengganggu
konsentrasi saat berkendaraan, adalah aktifitas menelepon dan membaca atau
mengirim pesan singkat (short message service alias SMS).
Menurut Kanit Lantas Resor Metro Depok Sektor Bojonggede AKP Marsidi
mengatakan bahwa pemakaian sekaligus penggunaan HP sangat berbahaya dan
berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang bisa mengakibatkan
kerugikan material bahkan menelan korban jiwa maupun yang luka-luka ataupun
kerusakkan pada kendaraan karena tingkat konsentrasi berkurang dan tidak fokus
dalam mengemudikan kendaraan.2 Konsentrasi seseorang akan berkurang saat
mengemudikan kendaraan sambil bertelepon dan membaca atau mengirim SMS,
1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (24) 2 Wawancara pribadi dengan AKP Marsidi, Kanit Lantas Resor Metro Depok Sektor
Bojonggede
64
apalagi jika dalam kecepatan tinggi. Pengertian wajib mengendarai dengan penuh
konsenterasi, mencakup melarang kegiatan-kegiatan yang mengganggu
konsentrasi berkendara. Misalnya minum-minuman keras saat berkendara,
mengkonsumsi obat terlarang, menggunakan HP dan lain sebagainya. Kegiatan
tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas.
Salah satu contoh kasus terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh
pemakaian ponsel pada saat berkendara yang bersumber dari Rachmat Syam
mantan Satpam Perumahan Villa Billabong3 yaitu terjadi pada bulan September
2010 terjadi di Jalan Raya Kemang Parung-Bogor. Dimana yang melibatkan 2
pengendara sepeda motor yang dikemudikan oleh Anto dengan NOPOL B 6203
OU dan Babang dengan NOPOL B 6002 PIW. Kronologis kejadiannya adalah
dimana salah satu pengendara sepeda motor yang dikemudikan oleh Anto sedang
asik berSMSan menggunakan ponsel pada saat mengemudikan kendaraan yang
berkurangnya konsentrasi si pengemudi dan dari arah berlawanan datang sepeda
motor yang dikemudikan oleh Babang yang hendak berbelok ke sebuah
Perumahan Villa Billabong, pada saat itu Anto tidak fokus penglihatan pada jalan
dan didepan terdapat Babang yang sedang berbelok, dan terjadilah peristiwa
kecelakaan yang tidak bisa dipungkiri lagi oleh kedua pengendara tersebut.
Beberapa warga setempat segera menghampiri dan bertindak untuk memberikan
pertolongan pada pengendara tersebut. Junaedi (tukang ojek setempat)
mengatakan bahwa kesalahan pada si pengendara Anto yang tidak berkonsentrasi
3 Wawancara pribadi dengan Rachmat Syam mantan Satpam Perumahan Villa Billabong
65
saat mengemudikan kendaraan yang sedang asik berSMS, tutur Junaedi yang
melihat peristiwa tersebut.4 Untunglah tidak menelan korban jiwa, hanya terdapat
luka ringan pada korban dan kerusakkan pada kedua motor pengendara tersebut.
Yang terluka segera mendapatkan pertolongan pertama, dan pengobatan korban
serta ganti kerugian kerusakkan kendaraan mereka bermusyawarahkan bersama
secara kekeluargaan yang diselesaikan dengan jalan perdamaian. Kecelakaan
tersebut diakibatkan oleh kelalaian pengemudi kendaraan karena kurang
berkonsentrasi dan tidak fokusnya pengemudi yang disebabkan oleh pemakaian
ponsel pada saat mengemudikan kendaraan yang berpotensi bahaya dan berakibat
fatal.
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas secara umum dapat
dikelompokkan menjadi 4 faktor utama yaitu:
1) Faktor Manusia
a) Mengemudi dibawah pengaruh alkohol atau narkoba.
b) Dalam keadaan lelah atau mengantuk.
c) Menjalankan kendaraan dengan kecepatan tinggi.
d) Kurang waspada, menggunakan telepon seluler (HP).
e) Pada malam hari, terdapat lampu kendaraan dari arah berlawanan yang
menyilaukan pandangan mata.
2) Faktor Kendaraan
4 Wawancara pribadi dengan Junaedi Tukang Ojek Setempat
66
a) Sistem/alat rem yang tidak berfungsi dengan baik.
b) Kondisi ban/roda yang tidak layak jalan.
c) Lampu yang tidak memenuhi standar persyaratan.
3) Faktor Jalan
a) Desain tikungan yang tidak memenuhi syarat.
b) Lebar jalan yang tidak mencukupi.
c) Kerusakan pada permukaan jalan.
4) Faktor Lingkungan/Cuaca
a) Pola pengaturan parkir di tempat umum yang tidak teratur,
contoh: didaerah pertokoan, pasar, dan rumah sakit.
b) Tidak tersedianya fasilitas penyeberangan dan trotoar.
c) Cuaca hujan dan berkabut yang mengakibatkan jalan licin dan tanah
longsor.
Kecelakaan lalu lintas itu digolongkan atas:5
1- Kecelakaan Lalu Lintas Ringan
Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
2- Kecelakaan Lalu Lintas Sedang
kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang. Yang
5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 229
67
dimaksud dengan “luka ringan” adalah luka yang mengakibatkan korban
menderita sakit yang tidak memerlukan perawatan inap di rumah sakit atau
selain yang di klasifikasikan dalam luka berat.
3- Kecelakan Lalu Lintas Berat
kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat. Yang dimaksud
dengan “luka berat” adalah luka yang mengakibatkan korban:
a. jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau
menimbulkan bahaya maut.
b. tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan.
c. kehilangan salah satu pancaindra.
d. menderita cacat berat atau lumpuh.
e. terganggu daya pikir selama 4 (empat) minggu lebih.
f. gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
g. luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari 30
(tiga puluh) hari.
Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan juga oleh kelalaian pengguna jalan,
ketidaklaikan kendaraan, serta ketidaklaikan jalan atau lingkungan.
Menurut Polantas Polsek Bojonggede AKP Setya pemakaian HP baik
telepon maupun berSMSan dan melakukan kegiatan lainnya yang bisa
68
mengganggu konsentrasi pada saat mengemudikan kendaraan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan itu termasuk dalam kategori kelalaian pengemudi karena
hilangnya konsentrasi. Pentingnya kesadaran para pengemudi akan keselamatan
dalam berlalu lintas guna mencegah dan menghindari terjadinya sebuah
kecelakaan dalam berkendara 6
B. Upaya Penanggulangan Serta Penanganannya
Penerapan sebuah kebijakan publik dalam menanggulangi kecelakaan lalu
lintas bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan pada masyarakat sebagai
konsumen dari suatu kebijakan. Peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas
sebagai suatu dinamika merupakan konsekuensi dari minimnya pengendalian oleh
pihak yang berwenang terhadap peningkatan jumlah kendaraan bermotor.
Sehingga secara statistik dapat digambarkan realita angka kecelakaan berdasarkan
persentasi relativitas (kecenderungan) bahwa total kejadian kecelakaan lalu lintas
meningkat per tahunnya. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa penerapan
setiap kebijakan terkait upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas hingga saat
belum berjalan dengan efisien dan efektif sebagai dampak dari sistem manajemen
yang belum terlaksana dengan baik.
Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas yang didominasi oleh faktor manusia
mengisyaratkan bahwa konsep yang paling fundamental dalam penanggulangan
6 Wawancara pribadi dengan Polantas Polsek Bojonggede AKP Setya
69
kecelakaan adalah individu sebagai pelaku dan individu sebagai korban. Wilayah
geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan sangat berpengaruh pada
pembentukan karakter dan tingkat pengetahuan individu masyarakat. Dimana
latar belakang pengetahuan dan karakter orang dikawasan Timur sangat berbeda
dengan orang yang berasal dari wilayah Barat. Sehingga untuk menyentuh secara
langsung terhadap setiap individu perlu adanya fungsi pembinaan tentang
pengetahuan dan kesadaran dalam berlalu lintas kepada masyarakat dengan cara
bertindak yang sesuai dengan karakter dan latar belakang pengetahuan
masyarakat setempat.
Missing link dalam sistem manajemen pananggulangan kecelakaan lalu
lintas adalah pada proses pelaksanaan, pergerakan, pengawasan dan pengendalian.
Setiap kebijakan yang disampaikan kepada publik dengan program level inovatif
yang tinggi serta teknologi yang cukup canggih tidak dapat terdistribusi secara
merata, sehingga pada tahap pelaksanaan masih bersifat parsial oleh daerah-
daerah tertentu dengan latar belakang perbedaan situasi dan kondisi baik
demografi, geografi, maupun dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.7
Polri merupakan institusi dengan sistem kendali pusat pada Mabes Polri
sehingga standarisasi ukuran keberhasilan pelaksanaan tugas masih berdasarkan
7 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (38)
70
pada program kerja Polri secara nasional. Namun fakta yang ada menunjukkan
bahwa karakteristik antar daerah di Indonesia berbeda-beda sehingga penerapan
kebijakan penanggulangan kecelakaan lalu lintas dengan skala nasional tidak
dapat dilaksanakan secara merata. Maraknya pemasangan slogan dan semboyan
Polri tentang keselamatan lalu lintas saat ini beredar diseluruh pelosok daerah
Indonesia, namun pemaknaan aplikatifnya tidak dapat tercapai dengan baik yang
disebabkan karena keterbatasan sumber daya manusia, minimnya anggaran serta
sistem manajemen yang tidak terfokus pada pencapaian tujuan program namun
hanya terbatas pada pelaksanaan. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan
adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama
berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau
lingkungan.8 Hal ini juga merupakan salah satu dampak dari tidak adanya
penerapan program yang bersifat permanen dan berkelanjutan, sehingga
menunjukkan persepsi inkonsistensi pihak Polri terhadap program kebijakan yang
ditetapkan. Bentuk ini dapat diperhatikan pada saat setiap adanya pergantian
pimpinan dalam struktur tubuh Polri, yakni dengan “slogan” yang terselubung
“lain koki, lain masakan”.
Strategi penanggulangan serta penanganan kecelakaan lalu lintas
berdasarkan situasi dan kondisi saat ini dapat dijabarkan dalam 3 (tiga) tahapan
secara garis besar, yaitu:
8 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1
ayat (31)
71
1) Before (Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas)
Pada tahapan ini yang menjadi fokus pembahasan adalah fungsi
kordinasi, karena salah satu faktor mendasar yang menghambat tercapainya
tujuan dari suatu kebijakan lalu lintas adalah minimnya kordinasi lintas
instansi maupun pihak-pihak terkait. Hal ini berdampak pada munculnya
kepentingan tertentu dari setiap pihak yang seharusnya bekerja sama tetapi
justru bertindak kontradiksi yang cenderung mengarah timbulnya konflik.
Oleh karena itu kepolisian harus senantiasa berkordinasi dengan pihak-
pihak yang terkait secara khusus tentang upaya pencegahan terjadinya
kecelakaan lalu lintas untuk membuat suatu kesepakatan bersama baik bersifat
formal maupun informal untuk melakukan pengkajian secara simultan
terhadap karakteristik dari faktor penyebab suatu kejadian kecelakaan. Namun
dalam pelaksanaanya kepentingan secara politis dari masing-masing instansi
maupun non instansi yang terkait harus ditanggalkan, agar tercipta suatu
konsep pencegahan yang berdasar pada harapan untuk mencegah terjadinya
korban akibat kecelakaan lalu lintas dengan bentuk yang sesuai realitas.
Fungsi dan kewenangan setiap pihak yang bertanggung jawab sudah diatur
oleh negara baik dalam bentuk perundang-undangan maupun ketentuan-
ketentuan lain dalam bentuk peraturan. Sehingga yang perlu ditingkatkan
dalam berkordinasi adalah pengaktifan fungsi masing-masing pihak terkait
tanpa mengutamakan kepentingan pribadi dari individu yang berperan dalam
72
instansi tersebut serta dapat menghasilkan suatu produk kebijakan yang sesuai
dengan perkembangan situasi dan kondisi masyarakat.
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya kecelakaan maka unsur-unsur
yang terlibat kordinasi dalam rangka upaya pencegahan lalu lintas adalah
Polri, Departemen Perhubungan, Jasa Raharja, Departemen PU, Departemen
Pendidikan Nasional, Pemprov atau Pemda setempat, LSM, Perusahaan
Transportasi, tokoh masyarakat/tokoh adat/tokoh agama. Diharapkan dari
pelaksanaan kordinasi yang baik dan efektif antar pihak-pihak tersebut dapat
mengumpulkan berbagai data yang akurat sehingga dapat dijadikan sebagai
dasar perumusan suatu kebijakan lalu lintas yang tepat sasaran serta
pemenfaatan data-data tersebut sebagai suatu sistem informasi bagi
masyarakat maupun pihak terkait.
Untuk mencegah kecelakaan lalu lintas dilaksanakan melalui:9
1- Partisipasi para pemangku kepentingan.
2- Pemberdayaan masyarakat.
3- Penegakan hukum.
4- Kemitraan global.
Pencegahan kecelakaan lalu lintas dilakukan dengan pola penahapan
yang meliputi program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Penyusunan program pencegahan kecelakaan lalu lintas dilakukan oleh forum
9 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 226
73
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dibawah koordinasi Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
2) During (Penerapan Kebijakan Penanggulangan Kecelakaan Lalu Lintas)
Setelah terbentuknya suatu kesepakatan formal dalam bentuk kebijakan
maka diperlukan konsep penerapan yang tepat sasaran, efektif dan efisien
sesuai pola kerawanan kecelakaan lalu lintas yang telah diidentifikasi.
Permasalahan dalam penerapan kebijakan lalu lintas sebagai upaya
penanggulangan kecelakaan adalah perbedaan persepsi tentang pemahaman
konsep kebijakan tersebut sehingga sering menyebabkan tumpang tindih
dalam pelaksanaan kebijakan. Hal ini dipengaruhi oleh sistem manajemen
yang tidak terkendali dengan baik. Elemen-elemen dalam sistem kebijakan
lalu lintas masih menyimpang dari sistem kebijakan dalam arti tidak
mengaktifkan fungsi masing-masing sebagai pendukung utama siklus sistem
yang telah disepakati bersama. Latar belakang terjadinya hal ini antara lain
karena minimnya fungsi pengawasan dan pengendalian dari internal pihak-
pihak terkait, kemudian kontinyuitas dari kordinasi tidak berlangsung secara
efektif, serta minimnya latar belakang pengetahuan tentang konsep dasar lalu
lintas. Secara teori, konsep, dan regulasi tentang kebijakan kecelakaan lalu
lintas selalu memiliki terobosan atau inovasi yang sangat baik, namun dalam
penerapannya seringkali masih mengalami jalan buntu atau missing link,
sehingga tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal. Oleh
74
karena itu dalam penerapan kebijakan lalu lintas tentang kecelakaan
diperlukan peningkatan sistem pengawasan dan pengendalian yang lebih ketat
baik secara internal maupun pengawasan oleh pemerintah sebagai pusat
kontrol dan kajian dalam pelaksanaan kegiatan.
3) After (Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas)
Konsep ideal pada tahapan ini adalah proses sesaat setelah terjadinya
suatu kecelakaan lalu lintas yang membutuhkan penanganan secara cepat,
tepat, dan efisien oleh komponen terkait yang bertanggungjawab secara
langsung dan berkewajiban untuk bergerak secara simultan pada saat
mendapatkan informasi tentang terjadinya kecelakaan. Beberapa komponen
terkait dalam penanganan kecelakaan lalu intas adalah Polri sebagai
penanggung jawab olah TKP, Rumah Sakit yang bertanggung jawab dalam
upaya penanganan pertama (UGD) hingga proses perawatan, serta Jasa
Raharja sebagai penanggung jawab asuransi kecelakaan sesuai klasifikasi
korban. Namun fakta yang terjadi di lapangan seringkali tidak menunjukkan
hal yang diharapkan tersebut. Sedangkan apabila melihat perkembangan yang
ada saat ini seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, pemerintah
melalui instansi yang terkait telah menyediakan fasilitas dan sarana prasarana
dengan tingkat kecanggihan yang mengikuti trend kebutuhan masyarakat. Hal
ini merupakan suatu fakta kontradiksi yang cukup ironis sehingga perlu
adanya kajian tentang missing link dalam proses tersebut. Dari analisa yang
75
dilakukan, beberapa kendala atau faktor penyebab terjadinya missing link
dalam proses penanganan kecelakaan lalu lintas adalah minimnya sumber
daya manusia dalam operasionalisasi kecanggihan fasilitas dan sarana
prasarana yang ada, pemeliharaan dan perawatan barang yang tidak konsisten,
serta konsep manajemen anggaran yang tidak berorientasi pada kebutuhan
logistik. Salah satu contohnya saat ini Polri, Rumah sakit, dan Jasa Raharja
sudah dilengkapi dengan kendaraan dinas penanganan kecelakaan lalu lintas
yang menggunakan sistem jaringan satelit dan komputer, namun fakta
kontradiksi yang sering dapat dilihat secara kasat mata dimana tidak sedikit
dari kendaraan dinas tersebut yang hanya menjadi hiasan kantor dihalaman
parkir karena kondisi rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi. Dari
beberapa fakta tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perlunya pelatihan-
pelatihan yang berkelanjutan terhadap operator sistem yang ada, peningkatan
anggaran pemeliharaan dan perawatan alat maupun kendaraan, serta
melakukan audit rutin terhadap setiap instansi dalam penggunaan sistem
anggarannya. Sehingga dalam penanganan kecelakaan lalu lintas sebagai
penjabaran dari kebijakan yang telah ditetapkan dapat mencapai kualitas
target pelayanan terhadap korban kecelakaan lalu lintas.
76
Dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas, petugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia wajib melakukan penanganan kecelakaan lalu lintas
dengan cara:10
1- Mendatangi tempat kejadian dengan segera.
2- Menolong korban. Yang dimaksud dengan “menolong korban” adalah
upaya yang dilakukan untuk membantu meringankan beban penderitaan
korban akibat Kecelakaan Lalu Lintas, antara lain memberikan
pertolongan pertama di tempat kejadian dan membawa korban ke
rumah sakit.
3- Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian perkara.
4- Mengolah tempat kejadian perkara (TKP).
5- Mengatur kelancaran arus lalu lintas.
6- Mengamankan barang bukti.
7- Melakukan penyidikan perkara.
Penanganan masalah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia
dilakukan dengan mengetahui kondisi dan perilaku pengguna jalan. Kemudian
memberikan beberapa alternatif usulan sebagai upaya untuk meningkatkan
keselamatan lalu lintas. Berdasarkan sudut pandang tersebut maka dipilih
pendekatan psikologi persuasi sebagai solusi. Upaya penanggulangan
kecelakaan lalu lintas dengan pendekatan psikologi persuasi dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu: pembangkitan kepedulian, perencanaan program 5
10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 227
77
tahunan, koordinasi dan manajemen keselamatan jalan, peredaan lalu lintas
(traffic calming), kurikulum pendidikan keselamatan lalu lintas, serta
kampanye dan sosialisasi keselamatan lalu lintas.
C. Sanksi Serta Dendanya
Dijelaskan dalam Pasal 283 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menyatakan:
Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak Rp 750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).11
Hukum yang demikian memosisikan negara bertindak bagaikan ayah yang
baik dan memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan anaknya. Undang-
Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, selain
untuk melindungi subjek, juga untuk menghindari dampak yang lebih besar,
seperti menabrak orang atau kendaraan lain yang memakan korban lebih banyak
karena konsentrasi pengemudi tidak penuh.
Pasal tersebut adalah hukuman bagi pengemudi yang mengemudikan
kendaraannya kurang berkonsentrasi dan tidak fokus pada saat mengemudikan
kendaraan yang berakibatkan kecelakaan. Kecelakaan karena faktor tersebut
merupakan kelalaian si pengemudi yang berakibat fatal karena bukan hanya
11 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 283
78
kerugian material tetapi juga dapat memakan korban jiwa. Karena kelalaian
pengemudi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian pada korban bisa disebut
juga sebagai tindak pidana pembunuhan.
Dalam hukum Islam dan hukum positif terdapat sanksi tindak pidana
pembunuhan yang diakibatkan karena kelalaian, yaitu karena kelalaian
pengemudi yang tidak mementingkan keselamatan dalam berlalu lintas yang
mengakibatkan terjadinya kecelakaan hingga memakan korban jiwa.
Sanksi Tindak Pidana Pembunuhan Yang Diakibatkan Karena Kelalaian
1. Dalam Hukum Positif
Dalam hukum positif di Indonesia tentang ancaman hukuman terhadap
suatu tindak pidana termaktub didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Keberadaan sanksi hukuman merupakan aturan yang dapat menjaga
ketertiban dalam masyarakat. Adanya sanksi merupakan wujud dari norma
hukum. Adanya suatu pelanggaran atau kejahatan maka sanksi akan
disesuaikan dengan akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut. KUHP
menetapkan jenis-jenis tindak pidana atau hukuman yang termaktub didalam
pasal 10 KUHP, yang terbagi dalam dua bagian. Yaitu hukuman pokok dan
hukuman tambahan.
79
a) Hukuman pokok terdiri atas 4 jenis, yaitu:12
1) Hukuman mati.
Pidana ini adalah pidana yang terberat diantara semua pidana
diancam atas kejahatan yang berat seperti pembunuhan berencana
pasal 340 KUHP dan pencurian dengan kekerasan pasal 365 ayat (4).
Hal ini diatur dalam UU No. 5 Tahun 1969 dan PNPS No. 2 Tahun
1964.
2) Hukuman penjara.
Pidana penjara adalah hukuman yang membatasi kemerdekaan atau
kebebasan seseorang. Hukuman penjara ini lebih berat dari pada
hukuman kurungan karena diancamkan atas berbagai kejahatan.
Hukuman penjara minimum 1 hari dan maksimum penjara seumur
hidup. Hal ini telah diatur dalam pasal 12 KUHP.
3) Hukuman kurungan.
Hukuman kurungan adalah hukuman yang lebih ringan ketimbang
hukuman penjara karena merupakan untuk pelanggaran atau
kejahatan karena kelalaian, lamanya hukuman kurungan dibatasi
paling sedikit 1 hari dan paling lama 1 tahun. Sesuai pasal 18 ayat (2)
KUHP.
4) Denda.
12 Laden Marpaung, Asas Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal
107-110
80
Denda adalah hukuman yang dapat diancamkan selain pada pelaku
pelanggaran juga diancamkan pada pelaku kejahatan yang ada
kalanya sebagai alternatif atau kumulatif. Hukuman denda ini dapat
dilunasi oleh siapapun baik dari pihak keluarga atau pihak kerabat
atau kenalan. Denda dibayarkan pada negara.13 Ditentukan hampir
disemua pelanggaran.
b) Hukuman tambahan terdiri dari 3 jenis, yaitu:14
1) Pencabutan hak-hak tertentu.
Lamanya pencabutan hak tersebut diserahkan kepada putusan hakim.
2) Perampasan barang-barang tertentu.
Perampasan barang-barang tertentu adalah perampasan barang hasil
kejahatan atau barang milik terpidana yang digunakan untuk
melaksanakan kejahatannya. Hal ini diatur dalam pasal 39 KUHP.
3) Pengumuman putusan hakim.
Bertujuan untuk memberitahukan kepada seluruh masyarakat agar
masyarakat dapat lebih berhati-hati terhadap si terhukum dan
prosedurnya diatur didalam pasal 43 KUHP.
Pasal 43
Apabila hakim memerintahkan supaya putusan diumumkan berdasarkan kitab undang-undang ini atau aturan-aturan umum
13 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hal
52 14 Laden Marpaung, Asas Teori-Praktik Hukum Pidana, hal 112
81
lainnya, maka ia harus menetapkan pula bagaimana cara melaksanakan perintah itu atas biaya terpidana.15
Sanksi hukuman dari tindak pidana kelalaian yang menyebabkan
hilangnya nyawa seseorang atau dengan kata lain yaitu pembunuhan tidak
sengaja menurut ketentuan KUHP tertera pada pasal 359 yang berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 359
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang laian mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidan kurungan paling lama satu tahun.16
Dalam pasal tersebut digunakan istilah karena kealpaannya, dimana
culpa mengandung dua syarat diantaranya:
a- Dalam melakukan perbuatan pelaku kurang hati-hati.
b- Akibat yang terjadi karena kurang hati-hati itu harus dibayangkan atau
diduga terlebih dahulu.
2. Dalam Hukum Islam
Sanksi tindak pidana pembunuhan tidak sengaja atau kesalahan didalam
hukum Islam adalah hukuman pokok yang dijatuhkan berupa diyat
mukhaffafah, yaitu diyat yang diperingan. Keringanan tersebut dapat dilihat
dari beberapa aspek diantaranya adalah:
a) Kewajiban pembayaran dibebankan kepada aqilah (keluarga).
15 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 43 16 Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 139
82
b) Pembayaran dapat diangsur selama 3 tahun.
c) Komposisi diyat dibagi menjadi 5 kelompok:
1- 20 ekor unta bintu makhadh unta betina 1-2 tahun.
2- 20 ekor unta ibnu makhadh unta jantan 1-2 tahun menurut Hanafiyah
dan Hanabilah, atau 20 ekor unta ibnu labun unta jantan umur 2-3
tahun menurut Malikiyah dan Syafi’iyah.
3- 20 ekor unta bintu labun unta betina umur 2-3 tahun.
4- 20 ekor unta hiqqah unta umur 3-4 tahun.
5- 20 ekor unta jadza’ah unta umur 4-5 tahun.17
Kewajiban pembayaran diyat itu dibebankan kepada aqilah, yaitu
kerabat yang berhak menjadi ahli waris bagi si pelaku. Hukuman pokok
lainnya adalah dengan memerdekakan hamba sahaya atau diganti dengan
berpuasa dua bulan berturut-turut dan hukuman tambahannya ialah tidak dapat
mewarisi harta dari orang yang telah dibunuhnya walaupun pembunuhnya
karena kesalahan.
Hukuman bagi pembunuhan karena kelalaian didalam hukum Islam
tercantum didalam Firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisaa’ (4): 92
17 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Azas-Azas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), hal 175
83
﴿٤:٩٢/النساء﴾
Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. An-Nisaa’ (4): 92)
Dalam pembunuhan tersalah atau tidak sengaja ini disebut juga dengan
delik culpa, berdasarkan ayat diatas Allah SWT telah mewajibkan dua
perkara, yang masuk dalam kategori sebagai hukuman pokok bagi jarimah al-
khata, yaitu:
a) Membayar denda (diyat) kepada keluarga yang terbunuh.
b) Memerdekakan hamba sahaya yang mukmin (kafarat).
Seorang mukmin yang membunuh karena tersalah atau tidak sengaja
membunuh seorang mukmin yang lain. Maka hukuman baginya adalah
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman. Sedangkan seorang
mukmin yang membunuh seorang kafir yang memiliki perjanjian damai antara
84
keduanya, maka hukuman bagi si pembunuh karena tersalah atau tidak sengaja
ini dengan hukuman membayar diyat atau denda bagi keluarga korban dan
memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Denda pembunuhan itu ada 2 macam: (1) Berat, (2) Ringan, Denda yang
berat adalah 30 ekor unta betina yang mulai berumur 4 tahun, ditambah
dengan 30 ekor unta yang mulai berumur 5 tahun dan ditambah lagi dengan
40 ekor unta betina yang sedang mengandung.18 Denda pembunuhan yang
ringan adalah 100 ekor unta, terdiri dari 20 ekor unta betina yang mulai masuk
tahun keempat, 20 ekor betina yang mulai masuk tahun kelima, 20 ekor unta
betina yang mulai masuk tahun ketiga, dan 20 ekor betina yang mulai masuk
tahun kedua.19
Definisi diyat adalah harta benda yang wajib ditunaikan oleh sebab
tindakan kejahatan, kemudian diberikan kepada si korban kejahatan atau
kepada walinya. Dan diyat disebut juga dengan Al-Aql (pengikat), karena
bilamana seseorang membunuh orang lain, ia harus membayar diyat berupa
unta-unta. Unta-unta tersebut diserahkan kepada wali si korban sebagai
tebusan darah. Diyat menurut istilah adalah sejumlah harta yang diberikan
sebagai ganti rugi kerugian bagi tindakannya membunuh atau melukai
seseorang. Hal-hal yang mewajibkan diantaranya adalah:
18 Imam Taqiyuddin Abi al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, (T.tp: Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah,
T.th), Juz II, hal 165
19 Ibid, hal 165
85
a) Bila wali atau ahli waris yang terbunuh memaafkan orang si pembunuh
dari pembalasan jiwa.
b) Pembunuhan yang tidak disengaja.
c) Pembunuhan yang tidak ada unsur membunuh.20
Dalam pembahasan ini, dampak negatif pemakaian telepon seluler pada
saat mengemudikan kendaraan yaitu menyebabkan terjadinya kecelakaan
yang bisa mengakibatkan menelan korban jiwa (kematian) karena
mengganggu konsentrasi dan tidak fokus dalam mengemudikan kendaraan.
Dalam hal ini, Termasuk kelalaian pengemudi karena menyebabkan terjadinya
kecelakaan yang bisa mengakibatkan kematian pada korban. Sanksi tindak
pidana pembunuhan yang diakibatkan karena kelalaian masuk dalam kategori
hukuman qishash-diyat karena termasuk dalam kategori pembunuhan tidak
sengaja (karena kesilapan). Jarimah tidak sengaja si pembuat tidak sengaja
mengerjakan perbuatan yang dilarang, akan tetapi perbuatan tersebut terjadi
sebagai akibat kekeliruannya. Pembuat tidak sengaja berbuat dan jarimah
yang terjadi tidak diniatkannya sama sekali. Akan tetapi perbuatan yang
membuat jarimah terjadi sebagai akibat kelalaiannya atau tidak berhati-
hatinya. Jarimah tidak sengaja hukuman dijatuhkan karena kelalaian atau
tidak berhati-hati semata-mata. Jarimah tidak sengaja dikenakan diyat ringan.
Alasannya ialah bahwa pada jarimah-jarimah sengaja, pembuat
20 Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: Pustaka firdaus, 1994), hal 60
86
menyengajakan dan melaksanakannya, agar dengan demikian ia bisa
mewujudkan kepentingan-kepentingan moral atau material bagi dirinya
sendiri atau bagi orang lain.
Setiap aturan hukum yang dilanggar pasti ada ancaman hukuman yang
mengiringinya. Dalam hukum pidana Islam, hukuman yang dimaksudkan
untuk memelihara, menciptakan kemaslahatan manusia dan ditetapkan untuk
memperbaiki tiap-tiap individu agar dapat menjaga masyarakatnya.
Hukuman itu sendiri dilihat dari tujuannya jenis jarimah (kejahatan)
yang diancamkan hukuman:
a) Hukuman Hudud
Hukuman hudud adalah hukuman yang telah ditetapkan oleh syara untuk
jarimah atau tindak pidana hudud. Hudud menurut bahasa adalah
mencegah, menurut istilah adalah hukuman yang telah ditetapkan haknya
kepada Allah SWT.21 Dalam jarimah hudud tidak ada pemaafan, baik oleh
perorangan maupun oleh ulil amri. Jarimah hudud adalah jarimah yang
diancam dengan hukuman had. Hukuman had adalah hukuman yang telah
ditentukan oleh syara’ dan merupakan hak Allah. Hukum syara’ adalah
ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan subjek hukum, berupa
21 Abdul Qodir Audah, al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2005),
Jilid II, hal 283
87
melakukan suatu perbuatan, memilih, atau menentukan sesuatu sebagai
syarat, sebab, atau penghalang.22
﴿٥:٨/المائدة﴾
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang- orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Maa-idah (5):8) Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut
telah ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal dan maksimal.
Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak
manusia disamping hak Allah maka hak Allah lebih dominan.23 Hak Allah
ialah bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan baik oleh
perseorangan (yang menjadi korban jarimah), atau pun oleh masyarakat
yang diwakili oleh negara. Oleh karena hukum had itu merupakan hak
Allah maka hukuman tersebut tidak bisa dimaafkan atau digugurkan oleh
perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh
22 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, (Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958), hal 26
23 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal x
88
masyarakat yang diwakili oleh negara. Hukuman yang termasuk hak Allah
ialah setiap hukuman yang dikehendaki oleh kepentingan umum
(masyarakat), seperti untuk memelihara ketentraman dan keamanan
masyarakat, dan manfaat penjatuhan hukuman tersebut akan dirasakan
oleh keseluruhan masyarakat.24
b) Hukuman Qishash-Diyat
Hukuman qishash-diyat adalah hukuman yang telah ditetapkan untuk
jarimah qishash-diyat. Jarimah qishash-diyat adalah jarimah yang diancam
dengan hukuman qishash atau diyat. Qishash adalah hukuman yang sudah
ditentukan oleh syara’.25 Qishash dalam arti bahasa adalah menelusuri
jejak. Qishash juga diartikan keseimbangan dan kesepadanan. Menurut
istilah syara’ qishash adalah memberikan balasan kepada pelaku, sesuai
dengan perbuatannya. Qishash dapat juga diartikan adalah menjatuhkan
hukuman kepada pelaku persis seperti apa yang dilakukannya. Karena
perbuatan yang dilakukan oleh pelaku adalah menghilangkan nyawa orang
lain (membunuh), maka hukuman yang setimpal adalah dibunuh atau
hukuman mati.26
24 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal 7 25 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, hal xi 26 Ibid, hal 149
89
﴿٢:١٧٨/البقرة﴾
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS. Al-Baqarah (2): 178)
Al-quran memberi tuntunan bahwa qishash diberlakukan secara
seimbang sesuai dengan penderitaan korban. Jika pelaku melakukan
pembunuhan maka ia harus dibunuh pula.27 Hukuman qishash merupakan
hak manusia maka hukuman tersebut bisa dimaafkan atau digugurkan oleh
korban atau keluarganya. Baik qishash maupun diyat adalah hukuman-
hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mempunyai batas
terendah atau batas tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan, dengan
pengertian bahwa si korban bisa memaafkan si pembuat, dan apabila
27 Chairil A Adjis, Dudi Akasyah, Krimonologi Syariah, (Jakarta: Rmbooks, 2007), hal 217
90
dimaafkan, maka hukuman tersebut menjadi hapus.28 Perbedaannya
dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had merupakan hak Allah
(hak masyarakat), sedangkan qishash merupakan hak manusia (hak
individu).
Pembunuhan itu ada 3 macam: (1) Benar-benar disengaja, (2) Tidak
disengaja, (3) Semi/agak sengaja. Pembunuhan yang benar-benar disengaja
ialah pembunuhan sengaja memukul korban dengan benda yang biasa
dipergunakan untuk membunuh, dan dengan benda itu ia bermaksud
membunuh korban, maka demikian ini wajib diberlakukan qishash.29
Pembagian jarimah sengaja dan jarimah tidak sengaja didasarkan atas
niatan si pembuat. Pada jarimah sengaja si pembuat dengan sengaja
melakukan perbuatannya, sedang ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang
(salah). Begitulah arti umum kesengajaan, meskipun pada jarimah
pembunuhan, kesengajaan mempunyai arti khusus, yaitu dengan sengaja
mengerjakan perbuatan yang dilarang dan memang akibat perbuatan itu
dikehendaki pula. Kalau si pembuat dengan sengaja berbuat tetapi tidak
menghendaki akibat-akibat perbuatannya itu, maka disebut pembunuhan
semi sengaja.30 Pembunuhan yang agak disengaja/semi disengaja adalah
seseorang sengaja memukul orang lain dengan sesuatu yang biasanya
28 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hal 8 29 Imam Taqiyuddin Abi al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, hal 155 30 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hal 11
91
tidak bisa membunuh, lalu orang tersebut mati, maka pembunuh tidak
wajib diqishash, tetapi wajib dibayarkan denda yang berat yang
ditanggung oleh keluarga pembunuh dengan tempo/tidak kontan seketika
itu.31 Pembunuhan yang tidak disengaja ialah: Seseorang
melontari/memukul sesuatu lalu mengenai orang lain yang mengakibatkan
kematiannya, maka pelaku tidak wajib diqishash, tetapi wajib membayar
denda yang diringankan, dibebankan kepada keluarga pelaku yang diberi
tempo 3 tahun.32 Pada jarimah tidak sengaja si pembuat tidak sengaja
mengerjakan perbuatan yang dilarang, akan tetapi perbuatan tersebut
terjadi sebagai akibat kekeliruannya.
Kekeliruan ada 2 macam:33
a- Pertama: Pembuat dengan sengaja melakukan perbuatan jarimah,
tetapi jarimah ini sama sekali tidak diniatkannya. Kekeliruan tersebut
adakalanya terdapat pada perbuatan itu sendiri, seperti orang yang
melemparkan batu karena merintangi jalannya, akan tetapi kemudian
mengenai orang lain yang kebetulan lewat di jalan yang sama. Atau
seperti tentara yang menembak seseorang yang disangka lawan,
tetapi sebenarnya adalah penduduk biasa.
31 Imam Taqiyuddin Abi al-Husaini, Kifayah al-Akhyar, hal 159 32 Ibid, hal 157 33 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hal 12
92
b- Kedua: Pembuat tidak sengaja berbuat dan jarimah yang terjadi tidak
diniatkannya sama sekali. Akan tetapi perbuatan yang membuat
jarimah terjadi sebagai akibat kelalaiannya atau tidak berhati-hatinya,
seperti orang yang sedang tidur jatuh dan mengenai orang lain.
Pentingnya pembagian tersebut nampak pada 2 segi:
1- Pada jarimah sengaja menunjukkan adanya kesengajaan pembuat
berbuat jarimah. Sedang pada jarimah tidak sengaja kecondong untuk
berbuat salah tidak ada. Karena itu hukuman jarimah sengaja lebih
berat.
2- Hukuman tidak bisa dijatuhkan kepada jarimah sengaja, apabila
unsur kesengajaan tidak terbukti, sedang pada jarimah tidak sengaja
hukuman dijatuhkan karena kelalaian atau tidak berhati-hati semata-
mata.
Antara pembunuhan sengaja dengan pembunuhan semi sengaja:
syari’at Islam mengadakan pemisahan antara hukuman pembunuhan
sengaja dengan hukuman pembunuhan semi sengaja, diman untuk
perbuatan pembunuhan sengaja dikenakan hukuman qishash dan untuk
perbuatan pembunhan semi sengaja dikenakan hukuman diyat berat.
Perbedaan ini disebabkan karena pada pembunhan sengaja pembuat
meniatkan matinya korban sedang pada pembunuhan semi sengaja ia
tidak meniatkan demikian. Alasan ini ialah bahwa hukuman qishash
menghendaki adanya keseimbangan antara apa yang diperbuat oleh
93
pembuat dengan apa yang diperbuat terhadapnya, sedang keseimbangan
itu tidak ada, sebab pembuat sendiri pada pembunuhan semi sengaja
tidak meniatkan matinya korban, sedang andaikan pembuat dijatuhi
hukuman qishash (mati) berarti korban meniatkan matinya pembuat.
Antara jarimah-jarimah sengaja dengan jarimah-jarimah tidak sengaja:
antara kedua jarimah tersebut diadakan pemisahan, dimana untuk jarimah
sengaja dikenakan hukuman qishash, sedang untuk jarimah tidak sengaja
dikenakan diyat ringan. Alasannya ialah bahwa pada jarimah-jarimah
sengaja, pembuat menyengajakan dan melaksanakannya, agar dengan
demikian ia bisa mewujudkan kepentingan-kepentingan moral atau
material bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain. Akan tetapi pada
jarimah-jarimah tidak sengaja, pembuat tidak menyengajakan jarimah
atau memikirkannya serta tidak ada faktor yang mendorong untuk
memperbuatnya. Sejauh yang dapat dikatakan ialah bahwa kelalaian atau
tidak berhati-hatinya pembuat telah mengakibatkan terjadinya perbuatan
yang membentuk jarimah, sedang pikirannya tidak tertuju kepada
perbuatan itu sendiri.
94
﴿٤:٩٢/النساء﴾
Artinya: Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa’ (4): 92)
Jadi jarimah sengaja terdiri dari 2 unsur, yaitu unsur moral (immaterial)
yang berupa niatan dari pembuat tehadap jarimah, dan unsur material,
yaitu berupa perbuatan yang membentuk jarimah. Akan tetapi pada
jarimah tidak sengaja hanya terdapat unsur material saja, sedang unsur
moral tidak ada. Perbedaan unsur kejiwaan inilah yang mengakibatkan
perbedaan dalam hukuman.34 Jarimah-jarimah tidak sengaja tidak
dijatuhi hukuman qishash, karena faktor kejiwaan pada diri yang
mendorong kepada perbuatannya tidak ada, dan perbuatannya tersebut
timbul karena kelalaian tidak berhati-hatinya. Oleh karena itu syari’at
34 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hal 212
95
Islam menetapkan hukuman sesudah jiwanya yaitu harta benda. Jadi
balasan lengah dan tidak berhati-hati ialah disisihkanya dari harta benda
yang telah bersusah payah dalam mengumpulkannya. Hukuman ini
cukup menimbulkan sikap berhati-hati.35 Oleh karena itu, hukuman
qishash ini dapat dipahami sangat ditakuti oleh pelaku kejahatan dan
akan sangat efektif untuk mencegah terulangnya/terjadinya kembali
kejahatan pembunuhan.36 Ibnu Rusyd berkata, “Yang dimaksud dalam
hal ini (qishash) adalah bahwa disyariatkannya qishash itu untuk
mencegah adanya pembunuhan.”37
c) Hukuman Ta’zir
Hukuman ta’zir adalah hukuman yang ditetapkan untuk jarimah pidana
ta’zir. Pengertian ta’zir menurut bahasa artinya memberi pelajaran. Ta’zir
juga diartikan dengan menolak dan mencegah. Tapi secara mutlak, kata ini
mengandung maksud pertolongan, sebab ta’zir menghindarkan orang yang
berbuat salah dari hukuman yang lebih menyakitkan.38
﴿٤٨:٩/الفتح﴾
35 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hal 213 36 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia, hal 97 37 Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal 793 38 Ibid, hal 845
96
Artinya: Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. Al-Fath (48):9)
Sedangkan pengertian ta’zir menurut istilah ta’zir adalah hukuman
pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya
oleh syara’. Ta’zir secara harfiyah berarti menghinakan pelaku kriminal
karena tindak pidananya yang memalukan. Dalam ta’zir, ketentuan itu
tidak ditetapkan dengan ketentuan dari Allah dan Rasul-Nya, dan qodhi
diperkenankan untuk mempertimbangkan baik bentuk hukuman yang
akan dikenakan maupun kadarnya. Para fuqoha mengartikan ta’zir dengan
hukuman yang tidak ditentukan dalam Nash (Al-Qur’an dan Hadits) yang
berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah dan hak hamba
yang berfungsi untuk memberi pelajaran kepada si terhukum dan
mencegahnya untuk tidak mengulangi kejahatan serupa. Tetapi untuk
hukum pidana Islam tersebut mempunyai pengertian tersendiri, syara’
tidak menentukan macam-macamnya hukuman untuk tiap-tiap jarimah
ta’zir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang
seringan-ringannya sampai kepada yang seberat-beratnya. Dalam hal ini
hakim diberi kebebasan untuk memilih hukuman-hukuman mana yang
sesuai dengan macam jarimah ta’zir serta keadaan si pembuatnya juga.
Jadi hukuman-hukuman jarimah ta’zir tidak mempunyai batasan tertentu.39
Jarimah ta’zir hukumannya tidak tertentu dan tidak terbatas. Artinya,
39 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hal 8
97
hukuman tersebut belum ditentukan oleh syara’ dan ada batas minimal dan
maksimal. Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa (ulil amri).40
Jenis jarimah ta’zir tidak ditentukan banyaknya, sedangkan pada
jarimah-jarimah hudud dan qishash-diyat sudah ditentukan, dan memang
jarimah ta’zir tidak mungkin ditentukan jumlahnya. Syara’ hanya
menentukan sebagian jarimah-jarimah ta’zir, yaitu perbuatan-perbuatan
yang selamanya akan tetap dianggap sebagai jarimah, seperti: riba,
menggelapkan titipan, memaki-maki orang, suapan, dan sebagainya,
sedang sebagian besar dari jarimah-jarimah ta’zir diserahkan kepada
penguasa untuk menentukannya, dengan syarat harus sesuai dengan
kepentingan-kepentingan masyarakat dan tidak boleh berlawanan dengan
ketentuan-ketentuan syara’ dan prinsip-prinsipnya yang umum. Maksud
pemberian hak penentuan jarimah-jarimah ta’zir kepada para penguasa,
ialah agar mereka dapat mengatur masyarakat dan memelihara
kepentingan-kepentingannya, serta bisa menghadapi sebaik-baiknya
terhadap keadaan yang mendadak.41
Peraturan lalu lintas yang tertuang dalam Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengenai tata tertib berkendaraan
adalah salah satu peraturan yang baik untuk diikuti karena itu salah satu cara agar
40 Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, hal xii 41 Ibid, hal 8
98
kita terhindar dari kecelakaan. Peraturan mengenai lalu lintas berkendaraan
ditujukan kepada semua lapisan masyarakat, tak peduli apa dia miskin atau kaya,
pejabat atau rakyat, polisi atau sipil, dll.
Beberapa orang dari masyarakat sebagai pengguna jalan mengetahui akan
UU Lalin tersebut tetapi masih belum dijalankan secara penuh dan seluruhnya
akan peraturan tersebut. Dituturkan oleh Fitriyanto sebagai antar-jemput anak
sekolahan mengatakan bahwa mengetahui akan UU Lalin yang sudah berlaku
akan tetapi belum terbiasa untuk menjalankan peraturan tersebut.42 Dituturkan
pula oleh Soleh sebagai supir angkot 110 trayek Depok-Cinere mengatakan
bahwa mengetahui UU Lalin yang sudah berlaku akan tetapi masih setengah-
setengah dalam menjalankannya yang masih main kucing-kucingan dengan
polantas.43 Sebaliknya dituturkan oleh Nurmansyah sebagai karyawan swasta
Hotel The Ritz Carlton Jakarta mengatakan bahwa UU Lalin yang sudah berlaku
harus dijalankan dan dilaksanakan sepenuhnya demi terciptanya suasana aman
dan tertib dalam berlalu lintas.44
Untuk membangun kesadaran manusia harus dilakukan melalui 2
pendekatan. Pendekatan memanusiakan manusia dan pendekatan hukum/aturan.
Pendekatan untuk memanusiakan manusia merupakan hal pertama yang harus
dilakukan. Dalam konteks tertib lalu lintas, unsur keselamatan pengendara harus
42 Wawancara pribadi dengan Fitriyanto sebagai antar-jemput anak Sekolahan 43 Wawancara pribadi dengan Soleh sebagai supir angkot 110 trayek Depok-Cinere 44 Wawancara pribadi dengan Nurmansyah sebagai karyawan swasta Hotel The Ritz Carlton
Jakarta
99
dijadikan sebagai dasar untuk membangun ketertiban. Penyuluhan dan promosi
gencar akan arti keselamatan dalam berkendara harus dilakukan secara konsisten.
Pendekatan hukum/aturan dibuat sifatnya hanyalah sebagai kontrol untuk
menciptakan pola lalu lintas yang tertib dan disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada.
Sesungguhnya hanya kesadaranlah yang dapat menjadikan semua peraturan
yang telah di buat oleh pihak berwenang sangat berguna agar terciptanya suatu
suasana yang aman dan nyaman dalam berkendaraan. Pihak berwenang adalah
sebagai sarana dalam mengingatkan kita agar selau berusaha dan mau menaati
peraturan lalu lintas.
Islam adalah agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam dan selalu
menyuruh umatnya untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindari
perbuatan yang keji. Islam juga memerintahkan umatnya untuk mematuhi
peraturan yang dibuat oleh umara (pemimpin/pemerintah) selama tidak
bertentangan dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an maka kita
wajib mengikutinya.
﴿٤:٥٩/النساء﴾ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
100
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisaa’ (4):59)
Mentaati pemerintah ialah menyelesaikan dengan patuh dan
melaksanakannya dengan baik segala apa yang diperintahkan yang mendatangkan
kemuslihatan dan menjauhkan kemelaratan kepada/daripada rakyat, asal saja
tidak berlawanan dengan syari’at yang telah ditetapkan dan dengan yang telah
diputuskan ulul amri.45 Hukum syari’at adalah ketentuan Allah yang berkaitan
dengan perbuatan subjek hukum, berupa melakukan suatu perbuatan, memilih,
atau menentukan sesuatu sebagai syarat, sebab, atau penghalang.46
﴿٨:٤٦/الانفل﴾
Artinya: Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfaal (8):46)
Peraturan lalu lintas yang dibuat oleh kepolisian mengenai tata tertib
berkendaraan adalah salah satu peraturan yang baik untuk diikuti karena itu salah
satu cara agar kita terhindar dari kecelakaan. Peraturan mengenai lalu lintas
berkendaraan ditujukan kapada semua lapisan masyarakat, tak peduli apa dia
miskin atau kaya, pejabat atau rakyat, polisi atau sipil, dll.
45 Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1952), hal 437 46 Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, hal 26
101
Belajar beretika harus mulai dari hal-hal yang ringan dan sederhana,
Pertama, tanamkan kesadaran bahwa pengguna jalan bukan hanya kita.
Menghargai pengendara lain, menjadikan mereka mau menghargai kita.
Kedua, peraturan yang ada bukanlah sistem yang menghalang-halangi kelancaran
perjalanan para pengendara tapi justru memudahkan dan peduli akan keselamatan
mereka.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dalam skripsi ini, maka penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan, diantaranya yaitu:
1. Dampak negatif pemakaian telepon seluler pada saat mengemudikan
kendaraan yaitu bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan karena
pemakaian ponsel sangatlah mengganggu konsentrasi pada saat
mengemudikan kendaraan.
2. Sanksi dan Dendanya dijelaskan dalam Pasal 283 Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan menyatakan, "Setiap
orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar
dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi oleh suatu keadaan yang
mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana kurungan paling lama 3 bulan
atau denda paling banyak Rp 750.000,-". Pasal 106 ayat (1), “Setiap orang
yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan
kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi”.
3. Peraturan lalu lintas yang tertuang pada Undang-Undang No. 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan harus wajib dipatuhi dan
dijalankan, dalam hukum Islam wajib bagi kaum muslim untuk mentaati
103
peraturan-peraturan yang berlaku ketika berkendaraan dan sebagai bentuk
ketaatan kepada penguasa (ulil amri).
B. Saran
Dalam menyikapi permasalahan yang berkaitan, tanpa bermaksud untuk
mengurai, penulis mempunyai beberapa pandangan atau saran-saran yang
bertujuan membantu pihak-pihak yang bersangkutan. Beberapa saran dalam
penulisan ini, seperti berikut:
1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk lebih mensadari
bahwasanya dampak pemakaian ponsel pada saat mengemudikan
kendaraan sangatlah berbahaya karena berpotensi menyebabkan
kecelakaan.
2. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk lebih konsentrasi dan fokus
dalam mengemudikan kendaraan, karena mengemudikan kendaraan wajib
dengan penuh konsentrasi, agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas guna
memelihara keselamatan, kenyamanan, keamanan, ketertiban dan
kelancaran berlalu lintas.
3. Penulis menghimbau kepada seluruh masyarakat agar lebih waspada dan
berhati-hati pada saat mengemudikan kendaraan, karena keselamatan
adalah prioritas dalam mengemudikan kendaraan. Dan patuhilah segala
peraturan yang berlaku.
104
DAFTAR PUSTAKA
Adjis, Chairil A, SH, MSi, dan Akasyah, Dudi S.Ag, MSi, Kriminologi Syariah, Jakarta: RMBooks, 2007.
Ahmadi, Abu, Drs., H., Dosa Dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Al-Buti, Said Ramadhan, Dlawabit al-Maslahah fi al-syariah al-Islamiyah, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1977.
Al-Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-Hari, Jakarta: Gema Insani, 2005.
Al-Husaini, Imam Taqiyuddin Abi, Kifayah al-Akhyar, Juz II, T.tp: Dar Ihya al- Kutub al-Arabiyah, T.th.
Amirudin dan Asikkin, Zainal, Pengantar Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo, 2004.
Arief, Barda Nawawi, Prof. Dr., S.H., Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998.
Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Prof., Dr., T.M., Al Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Prof., Dr., T.M., Al Islam II, Jakarta: Bulan Bintang, 1952.
Atmasasmita, Romli, Kapita Selekta Hukum Pidana Dan Kriminologi, Bandung: Mandar Maju, 1995.
Audah, Abdul Qodir, al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, Jilid II, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2005.
Bagin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodolodis ke Arah Ragam Variam Kontemporer), Jakarta: Raja Grafindo, 2004.
Bantuan pelayanan & Konsultasi Hukum Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang RI No. 14 Tentang lalu Lintas & Angkutan jalan 1993, Jakarta: 1993.
Boy ZTF, Pradana, Fikih Jalan tengah, Jakarta: Hamdalah, 2008.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Jakarta: 2003.
Djazuli, Ahmad, Fiqih Jinayah, Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
105
Dzajuli, H. A., Prof., Drs., Fiqih Jinayah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Haliman, Hukum Pidana Syari’at Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1960.
Hamzah, Andi, DR., S.H., Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Hamzah, Andi, DR., S.H., KUHP & KUHAP, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Hanafi, Ahmad, M.A., Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Marpaung, Laden, Asas Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Marpaung, Laden, Azas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafindo, 2006.
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Moeljatno, Fungsi Dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1985.
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, 1999.
Mujieb, M. Abdul dkk, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka firdaus, 1994.
Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Muslich, H. Ahmad Wardi, Drs., Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Naim, Mochtar, Kompendium Himpunan Ayat-Ayat Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Hukum, Jakarta: Hasanah, 2001.
Putranto, Leksmono Suryo, Ir., M.T., Ph.D, Rekayasa Lalu Lintas, Jakarta: Indeks, 2007.
Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Bandung: Eresco, 1989.
Raharjo, Satjipto, S.H., Hukum Dan Masyarakat, Bandung: Angkasa, 1980.
106
Santoso, Topo, dan Zulfa, Eva Achzani, Kriminologi, Jakarta: Raja Grafindo Gema Persada, 2005.
Setiardja, A. Gunawan, Dialektika Hukum Dan Moral Dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Sholehuddin, M., DR., S.H., M.H., Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.
Soedjono, D., Sejarah Dan Azas-Azas Penologi (Pemasyarakatan), Bandung: Armico, 1984.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI PRESS, 1986.
Subekti, R., Prof., S.H., R., Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2002.
Suma, Muhammad Amin, Prof., Dr., MA, SH., Pidana Islam Di Indonesia, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Syaukat, Hussain, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Tim Kreatif NusaMedia, Undang-Undang Lalu Lintas; UU RI No. 22 Tahun 2009, Bandung: NusaMedia, 2010.
Tirtobisono, Yan, Ekrom Z., Kamus 3 Bahasa: Arab-Inggris-Indonesia, Surabaya: Apollo.
Tunggal, Hadi Setia, S.H., Undang-Undang Telekomunikasi Beserta Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta: Harvarindo, 2006.
Wahyono, Padmo, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982.
Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Zahrah, Muhammad Abu, Ushul al-Fiqh, Kairo: Dar al-Fikr al-‘Arabi, 1958.
Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.
107
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 Tentang Prasarana dan Lalu- Lintas Jalan.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi.
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi.
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Rachmat Syam mantan Satpam Perumahan Villa Billabong, Pada Tanggal 8 November 2010.
Wawancara pribadi dengan Junaedi Tukang Ojek Setempat, Pada Tanggal 8 November 2010.
Wawancara pribadi dengan Fitriyanto sebagai antar-jemput anak Sekolahan, Pada Tanggal 22 November 2010.
Wawancara pribadi dengan Nurmansyah sebagai karyawan swasta Hotel The Ritz Carlton Jakarta, Pada Tanggal 22 November 2010.
Wawancara pribadi dengan Soleh sebagai supir angkot 110 trayek Depok- Cinere, Pada Tanggal 23 November 2010.
Wawancara Pribadi Dengan Kanit Lantas Resor Metro Depok Sektor Bojonggede AKP Marsidi, Pada Tanggal 25 November 2010.
Wawancara Pribadi Dengan Polantas Polsek Bojonggede AKP Setya, Pada Tanggal 26 November 2010.
108
Artikel dari Internet
http//www.VIVANEWS.com, diakses pada 11 Mei 2010.
http://www.forumkami.com/forum/sejarah/22827-sejarah-munculnya-telepon- seluler.html, diakses pada 3 November 2010.
http://www.kompasiana.com/sejarah telepon seluler.htm, diakses pada 3 November 2010.
http://www.listrikindonesia.com/berita-122-telepon-seluler-rokok-dan- listrik.html, diakses pada 3 November 2010.
http://www.wikipedia.org/telepon_selular.html, diakses pada 3 November 2010.