Skripsi Bab II

download Skripsi Bab II

of 29

description

oc,,

Transcript of Skripsi Bab II

36

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Halusinasi1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penyerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.

Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001). Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera (Isaacs, 2002). Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).2. Rentang Respon Neurobiologis(Stuart dan Sundeen, 1998 dalam Direja 2011).

Adaptif

Maladaptif

a. Pikiran logis b. Persepsi akurat

c. Emosi konsisten dengan pengalaman

d. Perilaku sesuai

e. Hubungan Sosial Positif a. Kadang pikiran terganggu

b. Ilusi

c. Emosi berlebihan atau kurang

d. Perilaku yang tidak biasa

e. Menarik Diria. Gangguan proses pikir/delusib. Halusinasi

c. Tidak mampu mengalami emosi

d. Perilaku tidak terorganisire. Isolasi sosial

3. Jenis Halusinasi

Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari lima jenis. a. Halusinasi Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.b. Halusinasi Penglihatan

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

c. Halusinasi Penghidu / Penciuman

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

d. Halusinasi Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e. Halusinasi Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.4. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :Faktor predisposisia. BiologisAbnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

b. PsikologisKeluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

c. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

5. Faktor Presipitasia. Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

1) BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

6. Tahapan, Karakteristik, Perilaku Yang DitampilkanTAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU PASIEN

Tahap I Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan. a. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.

b. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.

c. Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika kecemasan dikontrol) a. Tersenyum, tertawa sendiri

b. Menggerakkan bibir tanpa suara

c. Pergerakan mata yang cepat

d. Respon verbal yang lambat

e. Diam dan berkonsentrasi.

Tahap II Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati a. Pengalaman sensori menakutkan

b. Mulai merasa kehilangan kontrol

c. Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut

d. Menarik diri dari orang lain

e. Non Psikotik

a. Peningkatan SSO, tanda-tanda ansietas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah

b. Rentang perhatian menyempit

c. Konsentrasi dengan pengalaman sensori

d. Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.

Tahap III

Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak lagi

a. Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.

b. Isi halusinasi menjadi antraktif

c. Kesepian bila sensori berakhir

d. Psikotik

a. Perintah halusinasi ditaati

b. Sulit berhubungan dengan orang lain c. Rentang perhatian hanya beberapa detik/ menit

d. Gejala sisa ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah

Tahap IV Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi oleh waham a. Pengalaman sensori menjadi ancaman

b. Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak diintervensi)

c. Psikotik

a. Perilaku panik

b. Potensial tinggi untuk bunuh diri atau membunuh.

c. Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan

d. Tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks

e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

(Stuart dan Sundeen, 1998 dalam Direja, 2011).

7. Mekanisme KopingPerilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis termasuk :

a. Regresi Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk penanggulangan ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggi untuk aktivitas hidup sehari-hari.

b. Proyeksi Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi)

c. Menarik diri.

Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun, dll. Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.(Stuart dan Laraia 2005, Direja, 2011)

8. Penatalaksanaana. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

b. Menciptakan hubungan saling percaya

c. Melaksanakan program terapi dokter

d. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah

Memberi aktivitas pada pasien, melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan.

(http///.www.library.upnvj/keperawatan)B. Kekambuhan 1. Pengertian Kekambuhan

Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali (Andri, 2008). Periode kekambuhan adalah lamanya waktu tertentu atau masa dimana klien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali.

Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya kembali gejala-gejala pisikotik yang nyata. Angka kekambuhan secara positif hubungan dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit (RS), lamanya dan perjalanan penyakit. Penderita-penderita yang kambuh biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai karakteristik hiperaktif, tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial, (Porkony dkk, dalam Akbar, 2008).2. Gejala Kekambuhan Gangguan Jiwa

Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya (Yosep, 2007) yaitu :

a. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (Nervous)

b. Tidak ada nafsu makan

c. Sukar konsentrasi

d. Sulit tidur

e. Depresi

f. Tidak ada minat

g. Menarik diri3. Tanda dan Gejala Kekambuhan Halusinasi

Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada individu yang mengalami halusinasi :

a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.

b. Mengatakan mendengar suara.

c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.

d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata.

e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi / perhatian.

f. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.

b. Sikap curiga dan bermusuhan.

c. Menarik diri, menghindar dari orang lain.

d. Sulit membuat keputusan.

e. Ketakutan.

f. Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.

g. Menyalahkan diri sendiri / orang lain.

h. Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.

i. Muka merah kadang pucat.

j. Ekspresi wajah tegang

k. Tekanan darah meningkat.

l. Nadi cepat.

m. Banyak keringat (Tim Direktorat Kesehatan Jiwa Bandung, 2002 :26).4. Faktor Yang Mempengaruhi Kekambuhan Pasien Ganggun Jiwa

Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain ketidakteraturan minum obat, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress. sehingga penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit (Ingram, 1993).a. Ketidakpatuhan Minum Obat

Perilaku pasien yang tidak mentaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker (http://Yosifebriantis Blog.htm).

1) Ketidakteraturan Minum Obata) Pengertian ObatMenurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Untuk mengatasi kekambuhan gangguan jiwa pasien diharuskan mengkonsumsi obat yang dianjurkan dokter secara teratur dan patuh terhadap peraturan pengobatan. Keteraturan minum obat adalah perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter, perawat, maupun apoteker yang sesuai dengan aturan pengobatan (http://Yosifebriantis Blog.htm)

b) Cara meningkatkan keteraturan minum obatAda beberapa cara untuk meningkatkan kepatuhan (Australian College of Pharmacy Practice, 2001; Drennan.V, Graw.C, 2000), antara lain:

(1) Memberikan informasi kepada pasien akan manfaat dan pentingnya kepatuhan untuk mencapai keberhasilan pengobatan.(2) Mengingatkan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang harus dilakukan demi keberhasilan pengobatan melalui telepon atau alat komunikasi lain.(3) Menunjukkan kepada pasien kemasan obat yang sebenarnya(4) Memberikan keyakinan kepada pasien akan efektivitas obat dalam penyembuhan.(5) Memberikan informasi resiko ketidakpatuhan.(6) Memberikan layanan kefarmasian dengan observasi langsung, mengunjungi rumah pasien dan memberikan konsultasi kesehatan.(7) Menggunakan alat bantu kepatuhan seperti multikompartemen atau sejenisnya.(8) Adanya dukungan dari pihak keluarga, teman dan orang-orang sekitarnya untuk selalu mengingatkan pasien, agar teratur minum obat demi keberhasilan pengobatan.(9) Apabila obat yang digunakan hanya dikonsumsi sehari satu kali, kemudian pemberian obat yang digunakan lebih dari satu kali dalam sehari mengakibatkan pasien sering lupa, akibatnya menyebabkan tidak teratur minum obat.

(http://cara meningkatkan kepatuhan minum obat.html)

c) Jenis-jenis ketidakteraturan

(1) Ketidakteraturan yang disengaja(a) Keterbatasan biaya pengobatan

(b) Sikap apatis pasien

(c) Ketidak percayaan klien terhadap efektifitas obat

(2) Ketidakteraturan yang tidak disengaja

(a) Pasien lupa minum obat

(b) Ketidaktahuan terhadap petunjuk pengobatan

(c) Kesalahan dalam hal membaca etiket

d) Akibat ketidakteraturan minum obat

(1) Bertambah parahnya penyakit atau penyakit cepat kambuh lagi.(2) Terjadi toksisitas(3) Keracunan

2) Menghentikan Pengobatan Sendiri Tanpa Persetujuan DokterObat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut :

a) Penetapan diagnosa

b) Untuk pencegahan penyakit

c) Menyembuhkan penyakit

d) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan

e) Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu

f) Peningkatan kesehatan

g) Mengurangi rasa sakit Lima faktor yang perlu diperhatikan untuk menghindari penghentian obat oleh pasien adalah :a) Penyakit pasien

b) Individu pasien

c) Sikap dokter

d) Obat yang diberikan

e) Lingkungan pengobatan

Gejala yang ditimbulkan dari pemberhentian minum obat :

a) Mualb) Sulit tidurc) Gejolak emosid) Sakit kepala

e) Gemetaran

Apabila pemberhentian minum obat secara menyeluruh maka tujuan pengobatan tidak akan tercapai salah satunya dapat menyebabkan kekambuhan (http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id).b. Dukungan Keluarga 1) Dukungan keluarga

a) Pengertian Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.b) Fungsi Dukungan Keluarga

Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu :

(1) Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

(2) Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.(3) Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dan kelelahan.

(4) Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.c) Sumber dukungan keluargaDukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga (dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal.

(Friedman, 1998 dalam http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id)

d) Manfaat dukungan keluarga

Menurut friedman (1998) Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial berbedabeda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998).Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negative dari stress terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).

e) Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia.

Menurut Friedman (1998), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua dan tingkat pendidikan.

Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orangtua dengan kelas sosial bawah.f) Dukungan dari kelompok sosial

Dukungan sosial didefinisikan oleh Gottlieb (dalam Kuntjoro, 2002) sebagai informasi verbal atau nonverbal, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.g) DampakDukungan SosialBagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari stress. Lieberman (1992) mengemukakan bahwa secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi munculnya stress.c. Masalah Kehidupaan Yang Dapat Menimbulkan Stress1) Pengertian StresMenurut Videbeck (2002), stres diartikan sebagai ketakutan. Setiap individu mengalami stress yang berbeda-beda. Stress merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu dan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dan sumber daya system biologis, psikologis dan social dari seseorang (Suliswati, dkk, 2002).

Menurut Hager (1999), stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya, namun berhadapan dengan sustu stressor (sumber stress) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Terganggu atau tidaknya individu tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa yang dialaminya. Faktor kunci dari stress adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi yang dihadapi (Diana, 1991), dengan kata lain bahwa reaksi terhadap stress dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsikan suatu peristiwa.

Stress diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan diantaranya perubahan nilai budaya, perubahan system kemasyarakatan, pekerjaan, keuangan serta akibat ketegangan antara idealism dan realita. Bertambahnya stress hidup akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan mental-emosional walaupun tidak menyebabkan kematian langsung, akan tetapi mengganggu produktifitas dan hidup seseorang menjadi tidak sfisien (Suliswati, dkk, 2002). Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Indri, 2007) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntunan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau oleh kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan koping.Menurut Selye (dalam Indri, 2007) stres diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis seperti meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk bertahan. Stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan menggangu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping) (Santrock, 2003).Atkinson (dalam Indri, 2007) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Lazarus (dalam Indri, 2007) menjelaskan bahwa stres juga dapat diartikan sebagai :a) Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.b) Respon, yaitu stres merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis seperti : takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.c) Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi tingkah laku.Stres menurut Hawari (2008) merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. 2) Stressor psikososial menurut Hawari (2008) antara lain sebagai berikut :a) Perkawinan

Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini, lembaga perkawinan adalah lembaga yang paling banyak menderita. Salah satu faktor yang menyebabkan krisis perkawinan adalah ketidaksetiaan atau perselingkuhan sehingga menyebabkan perceraian.b) Problem Orangtua

Salah satu problem orangtua pada zaman sekarang adalah bahwa yang penting bukan berapa banyak jumlah anak (kuantitas), melainkan yang utama adalah kualitas dari anak yang diasuhnya. Orang tua juga akan mengalami problem manakala anak terlibat kenakalan remaja, pergaulan bebas, kehamilan diluar nikah, aborsi dan penyalahgunaan narkotika.

c) Hubungan Interpersonal (Antar Pribadi)

Hubungan antar sesama manusia (perorangan/ individual) yang tidak baik dapat merupakan sumber stres. Misalnya hubungan yang tidak serasi, tidak baik atau buruk dengan kawan dekat atau kekasih, antara sesama rekan, antara bawahan dan atasan, pengkhianatan dan lain sebagainya.

d) Pekerjaan

Kehilangan pekerjaan (PHK, Pensiun) yang berakibat pada pengangguran akan berdampak pada gangguan kesehatan bahkan bisa sampai pada kematian. Dengan meningkatnya pengangguran, maka terlalu banyak beban pekerjaan sementara waktu yang tersedia sangat sempit, hal ini dapat pula menyebabkan stres.

e) Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan hidup yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Misalnya masalah perumahan, polusi, penghijauan dan lain-lain yang merupakan sarana dan prasarana pemukiman hendaknya memenuhi syarat kesehatan lingkungan dan terciptanya suasana kehidupan yang bebas dari gangguan kriminalitas.

f) Keuangan

Masalah keuangan dalam kehidupan sehari-hari ternyata merupakan salah satu stresor utama. Misalnya, pendapatan lebih kecil dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya.

g) Hukum

Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum dapat merupakan sumber stres. Misalnya, tuntutan hukum, pengadilan, penjara dan lain sebagainya. Selain itu tidak ditegakkannya supremasi hukum yang berdampak pada ketidakadilan dapat pula merupakan sumber stres.

h) Perkembangan

Tahapan perkembangan baik fisik maupun mental seseorang (siklus kehidupan). Misalnya masa remaja, masa dewasa, menopause, usia lanjut dan lain sebagainya yang secara alamiah akan dialami oleh setiap orang. Dan apabila tahapan perkembangan tersebut tidak dapat dilampaui dengan baik (tidak mampu beradaptasi), yang besangkutan dapat mengalami stres.i) Penyakit Fisik atau Cidera

Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis dan atau cidera dapat menyebabkan stres pada diri seseorang, sebagai contoh misalnya penyakit jantung, paru-paru, stroke, kanker, HIV/ AIDS, kecelakaan dan lain sebagainya.

j) Faktor Keluarga

Anak dan remaja dapat pula mengalami stres yang disebakan karena kondisi keluarga yang tidak harmonis. Sikap orang tua terhadap anak yang dapat menimbulkan stres antara lain :

(1) Hubungan kedua orangtua yang dingin, atau penuh ketegangan, atau acuh tak acuh.(2) Kedua orangtua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk bersama dengan anak-anak.(3) Komunikasi antara orangtua dan anak yang tidak serasi (communication gap).(4) Kedua orangtua berpisah atau bercerai.Salah satu orangtua menderita gangguan jiwa atau kelainan kepribadian.(5) Orangtua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras, otoriter dan lain sebagainya.

k) Trauma

Seseorang yang mengalami bencana alam, kecelakaan transportasi (darat, laut dan udara), kebakaran, kerusuhan, peperangan, kekerasan, penculikan, perampokan, perkosaan, kehamilan diluar nikah dan lain sebagainya merupakan pengalaman yang traumatis yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat mengalami stres.

3) Mekanisme Terjadinya Stres

Mekanisme respon tubuh terhadaps stres diawali dengan adanya rangsang yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh individu itu sendiri dan diteruskan pada sistim limbik yang meliputi hipothalamus sebagai pusat pengatur adaptasi. Hipothalamus memiliki efek yang sangat kuat hampir seluruh sistim visceral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian di otak memiliki hubungan dengannya. Oleh karena hubungan inilah maka hipothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan emosional.4) Jenis-jenis StresQuick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

a) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.b) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian (http://jenis-jenis stress.html)C. Kerangka TeoriBeberapa faktor yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain ketidakteraturan minum obat, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga, serta adanya masalah kehidupan yang menyebabkan stress (Ingram, 1993).Menurut Keliat, 1996 mengidentifikasi 4 faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu : a. Klien, secara umum bahwa klien yang minum obat secara tidak teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara teratur (Appleton, dalam Keliat 1996). Klien kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian atau pemantauan pemberian obat, di rumah tugas perawat digantikan oleh keluarga. b. Dokter (pemberi resep), minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Pemberian resep diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping. c. Penanggung jawab klien (case manager), setelah klien pulang ke rumah maka penanggung jawab kasus mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan klien, sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan. d. Keluarga, ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan kekambuhan yang tinggi pada klien. Hal lain adalah klien mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga status klien meningkat. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah perilaku keluarga yang tidak tahu cara menangani klien skizofrenia di rumah (Sullinger, dalam Keliat, 1996).

Kambuh

Berapa faktor pemicu kekambuhan pasien gangguan jiwa :

Menurut Ingram 1993

Ketidakteraturan minum obat

Menghentikan obat sendiri tanpa persetujuan dokter

Kurangnya dukungan keluarga

Masalah kehidupan yang menyebabkan stres

Menurut Keliat 1996

Klien

Dokter

Penanggung jawab klien ( case manager )

Keluarga

12

Sembuh

Terapi Psikofarmaka.

Terapi Modalitas.

Terapi Somatik.

( DEPKES.RI, 2000 )

Tanda dan Gejala

Bicara, senyum dan tertawa sendiri.

Mengatakan mendengar suara.

Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.

Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata. Tidak dapat memusatkan konsentrasi / perhatian.

Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal.

Sikap curiga dan bermusuhan.

Menarik diri, menghindar dari orang lain.

Sulit membuat keputusan.

Ketakutan.

Mudah tersinggung, jengkel, mudah marah.

Menyalahkan diri sendiri / orang lain.

Tidak mampu melaksanakan asuhan mandiri : mandi, berpakaian.

Muka merah kadang pucat.

Ekspresi wajah tegang

Tekanan darah meningkat.

Nadi cepat.

Banyak keringat (Tim Direktorat Kesehatan Jiwa Bandung, 2002 :26)

Halusinasi