skripsi Bab I-III

download skripsi Bab I-III

of 59

description

skripsi Bab I-III pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur pada konsep asam basa

Transcript of skripsi Bab I-III

BAB I

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.Pendidikan merupakan keharusan mutlak bagi setiap manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak akan berkembang sebagaimana mestinya, sebab pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia. potensi tersebut dapat muncul jika ada usaha untuk mengoptimalkan potensi itu sendiri. Dalam pendidikan juga terdapat bimbingan pengalaman kepribadian, sehingga peserta didik dapat menjadi seorang yang berguna bagi dirinya selaku individu yang menjalani pendidikan masyarakat sebagai tempat interaksi, keluarga, bangsa dan Negara sebagai tempat peserta didik itu sendiri.Pendidikan merupakan salah satu cara manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan dalam proses tersebut seseorang haruslah belajar karena hal tersebut sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusianya. Belajar dianjurkan sekali sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri, baik dalam bidang peradaban manusia, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.[footnoteRef:2] [2: Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), Cet.I, h.48.]

Agar peserta didik mendapatkan pemahaman lebih mendalam terdapat banyak metode dalam pembelajaran seperti metode ceramah, Tanya jawab, penugasan dan latihan, demonstrasi, diskusi dsb. Metode ceramah adalah metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan, metode ini merupakan metode mengajar yang paling banyak digunakan, tetapi dalam pembelajaran IPA dianggap kurang efektif karena dalam pembelajaran IPA tidak hanya menekankan pada aspek produk tetapi juga pada aspek proses. Pembelajaran dengan metode ceramah bersifat teacher centered karena hampir seluruh informasi tentang bahan ajar berasal dari penjelasan guru, sementara siswa cenderung bersifat pasif.[footnoteRef:3] [3: Tonih Feronika, Strategi Pembelajaran Kimia, (Jakarta: Buku Ajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif Hidayatullah, 2008) , h.37]

Metode dan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dengan meningkatnya aktivitas selama pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Keberhasilan belajar siswa banyak ditentukan oleh pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan pendidik (guru) dengan kegiatan peserta didik (siswa). Kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan pembelajaran ini banyak upaya yang dilakukan oleh guru, misalnya dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang berbagai model pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Akan tetapi, model yang digunakan terkadang tidak cocok atau pas untuk diterapkan dalam materi pelajaran tertentu. Sehingga, seorang guru yang kreatif akan lebih banyak referensi untuk membaca kembali situasi kelas dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, apakah sudah sesuai atau belum.Pembelajaran kimia adalah pembelajaran yang dianggap membosankan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa karena dianggap merupakan mata pelajaran yang terdiri dari rumus-rumus kimia dan hitungan. Menakutkan karena terdapat beberapa pokok bahasan yang memerlukan kemampuan matematis yang tinggi, seperti stoikiometri, termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, koligatif larutan, buffer, hidrolisis, kelarutan, dan elektrolisis. Membosankan karena sebagian besar terdiri dari pokok bahasan yang memerlukan pemahaman dengan menghafal rumus-rumus dan sifat-sifat zat baik sifat fisik maupun sifat kimia.[footnoteRef:4] Hal inilah yang menyebabkan guru terpacu untuk memberikan strategi pembelajaran yang tepat agar siswa menjadi tertarik pada pembelajaran kimia. [4: Aceng Haetami, Pembelajaran Inovatif Kimia Unsur, dalam Jurnal Pendidikan, diakses dari http://jurnal.unhalu.ac.id/ pada 11 Januari 2011, h.01 ]

Menurut Wina Sanjaya strategi (belajar mengajar) bila dikaitkan dengan kurukulun berbasis kompetensi (KBK) adalah pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman atau petunjuk umum agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Karena merupakan pola umum kegiatan guru-siswa dalam kegiatan pembelajaran, strategi belajar mengajar perlu dijabarkan kedalam model-model, model, teknik dan alat bantu media pengajaran dalam pelaksanaannya.[footnoteRef:5] [5: Darwyan Syah, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), Cet.I, h.11]

Penguasaan isi akademik tersebut dapat ditingkatkan salah satunya dengan menggunakan pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian, sebab siswa memegang peran yang domain. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu relatif singkat.Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student centered strategy) dimana kelompok siswa dibawa kedalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.[footnoteRef:6] [6: Hastutiningsih, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Natar Dengan Metode Inquiry, dalam Jurnal Pendidikan, 2007, h.3]

Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.Menurut Nurhadi, dkk (2004) bahwa inkuiri pada dasarnya adalah bertanya yang baik bukan asal bertanya. Pertanyaan harus dapat diuji dan diselidiki secara bermakna. Kata kunci dari inkuiri adalah menemukan sendiri. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Metode inkuiri mengembangkan keterampilan berfikir kritis melalui pengalaman kelompok belajar dimana siswa berkomunikasi, berbagi tanggung jawab dan bersama-sama mencari pengetahuan.[footnoteRef:7] [7: Hastutiningsih, Peningkatan Hasil Belajar, h.3]

Salah satu prinsip utama inkuiri, yaitu siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri ini digunakan sebagai metode pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa (Henrichsen & Jarett).[footnoteRef:8] [8: Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, , h.119]

Model pembelajaran ini perlu dikembangkan karena sekarang sudah saatnya murid itu sendiri yang melakukan aktivitas secara aktif dalam proses pembelajaran dan guru adalah sebagai pembimbing atau sebagai fasilitator untuk mengarahkan agar proses pembelajaran itu berjalan dengan baik kita hendaknya perlu berkaca dari pengalaman pendidikan masa lalu, dahulu guru sebagai aktor utama yang tugasnya menyajikan materi pembelajaran secara penuh dan murid hanya dijadikan sebagai audience sehingga proses pembelajaran bersifat pasif dan kaku.Menurut hasil penelitian; Emmawaty dan Ila disebutkan bahwa hasil belajar kimia siswa pada konsep hidrolisis mengalami peningkatan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II.[footnoteRef:9] Bahkan, Fitri Eka Sari dkk dalam penelitiannya disebutkan bahwa keterampilan proses kimia siswa melalui model pembelajaran inkuiri mengalami peningkatan rata-rata 9 dari pertemuan pertama hingga pertemuan ke empat.[footnoteRef:10] [9: Emmawaty Sofya dan Ila Rosilawati, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI SMA YP UNILA, dalam Jurnal Pendidikan, 2005, h.9] [10: Fitri Eka Sari, dkk., Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 Siak Sri Indrapura, dalam Jurnal Pendidikan, Oktober 2008, h.11]

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur (structured inquiry) terhadap hasil belajar kimia siswa. Oleh karena itu, penulis menuangkannya dalam bentuk karya tulis berupa skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur (Structured Inquiry) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Asam Basa.

B. Identifikasi Masalah.Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya :1. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia karena konsep-konsep kimia cenderung bersifat abstrak.2. Kejenuhan siswa dalam proses belajar akibat sistem pembelajaran yang monoton (teacher centered).3. Penggunaan model pembelajaran yang tidak cocok terhadap materi pelajaran.4. Pembelajaran siswa masih bersifat menerima bukan mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajarannya.

C. Pembatasan Masalah.Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut :1. Penggunaan model pembelajaran dan pengaruhnya terhadap hasil belajar kimia siswa.2. Hasil belajar siswa pada konsep asam basa dilihat dari tes kognitif siswa.3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 5 Depok.

D. Perumusan Masalah.Secara garis besar masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut Apakah model pembelajaran inkuiri terstruktur (structured inquiry) berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI pada konsep asam basa?.

E. Tujuan Penelitian.Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur (structured inquiry) terhadap hasil belajar kimia siswa.

F. Manfaat Penelitian.Adapun manfaat penelitian ini adalah :1. Bagi guru atau pendidik sebagai informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran siswa.2. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatan hasil belajar kimia, khususnya pada konsep asam basa.3. Bagi peneliti diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran kimia dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran kimia di sekolah.

BAB IIDESKRIPTIF TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis.1. Model Inkuiri.a. Pengertian dan Karakteristik Model Inkuiri.Menurut Wina Sanjaya, inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.Inkuiri merupakan aktivitas yang beragam yang melibatkan observasi, pengamatan, mengajukan pertanyaan, menelaah buku, dan sumber informasi yang lain untuk mengetahui apa yang sudah diketahui, merencanakan penyelidikan mengkaji ulang apa yang sudah diketahui dari hasil eksperimen, menggunakan alat, menganalisis dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan, dan menkomunikasikan hasil. Inkuiri memerlukan identifikasi dari asumsi, penggunaan berpikir kritis dan logis, serta mempertimbangkan penjelasan alternatif.[footnoteRef:11] [11: Tonih Feronika, Implementasi Teknik Guided Worksheet Activity Dalam Pembelajaran Hands-On Dalam Melatih Kemampuan Inkuiri, dalam EDUSAINS, Vol.2 No.1 Juni 2009, h.17]

Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund & Trowbrige, 1973) sebagai belajar mengajar yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melaksanakan eksperimen. Dalam pengertian lebih luas, para siswa ingin mengetahui apa yang sedang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan simbol, menemukan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan siswa, menghubungkan temuan-temuan dan membandingkannya. Sementara itu Trowbrige (1990) memperkenalkan model inkuiri sebagai suatu proses pendefinisian dan penyelidikan masalah, formulasi hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Lebih jauh ditambahkannya bahwa esensi dari pembelajaran inkuiri adalah mengelola kondisi atau lingkungan belajar siswa dengan bimbingan yang cukup dalam menemukan prinsip dan konsep ilmiah.[footnoteRef:12] [12: Nuryani Y. Rustaman, Perkembangan Penelitian Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Sains, dalam Jurnal Pendidikan, 2005, h.12]

Pada dasarnya inkuiri menciptakan pengalaman yang konkrit dan pembelajaran yang aktif mendorong, memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi pelajar sepanjang hayat. Inkuiri melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, objektif dan bermakna serta untuk melaporkan hasil-hasil kerja mereka.Rutherford & Ahlgren menyatakan pengertian Scientific Inqury (inkuiri ilmiah) tidak begitu saja diambil dari konteks penyelidikan tertentu, namun, inkuiri ilmiah lebih tepat dikaitkan dengan tahapan-tahapan tindakan para saintis yang mengarathkan mereka pada pengetahuan ilmiah. Walaupun inkuiri ilmiah seolah-olah dikaitkan dengan sebagian tindakan saintis professional, namun setiap orang dapat melatih kemampuan inkuiri ilmiahnya dari segala sesuatu yang menarik dalam kehidupannya sehari-hari.Kemampuan dasar bekerja ilmiah atau Scientific Inquiry penting untuk dikembangkan karena memungkinkan orang yang belajar dan yang membelajarkannya, mengembangkan dan menggunakan berpikir tingkat tinggi dalam pemecahan masalah, mengembangkan berpikir kritis yang tertanam dalam berbagai proses dan berbagai ilmu. Dengan demikian kemampuan dasar bekerja ilmiah ini sangat penting dalam pembelajaran sains di setiap jenjang.[footnoteRef:13] [13: Nuryani Y. Rustaman, Perkembangan Penelitian..., h.6.]

Dalam kegiatan ilmiah para saintis melakukan pengamatan, menemukan masalah, melakukan hipotesis, bereksperimen, mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang dibuatnya, dan membuat kesimpulan. Tahapan-tahapan ini sering disebut metode ilmiah. Sementara itu proses inkuiri menekankan pada pengembangan pertanyaan pada setiap tahap dari metode ilmiah, seperti: [footnoteRef:14] [14: Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), Cet.I, h.120-121]

1) Pertanyaan apa yang muncul saat observasi?2) Pertanyaan apa yang relevan dengan hipotesis?3) Pertanyaan apa yang memformulasikan suatu prediksi?4) Pertanyaan apa yang terjawab dari pengujian prediksi dan pertanyaan apa saja (baru atau lama) yang tidak terjawab?Kemampuan inkuiri selalu dikaitkan dengan kegiatan penyelidikan atau eksperimen. Dalam proses belajar, pengetahuan yang bermakna tidak cukup hanya melalui metode ceramah dan membaca buku. Pembelajar atau siswa seharusnya mengkonstruksi pemahamannya melalui pertanyaan, mendesain dan menghubungkannya dalam bentuk investigasi, kemampuan analisis dan mengkomunikasikan penemuanya. Siswa membutuhkan kesempatan untuk dapat berpikir dari ide yang bersifat konkret menuju ide yang bersifat abstrak. Siswa perlu memikirkan kembali hipotesisnya, mengadaptasi dan menguji coba pemahaman dan mampu menyelesaikan masalah.Alberta mengungkapkan bahwa : [footnoteRef:15] [15: Alberta Learning, 2004, Focus On Inquiry :A Teachers Guided to Implementing Inquiry-Based Learning, diakses dari http://www.learning.gov.ab.ca/k_12/curriculum/bysubject/focusoninquiry.pdf, h.01]

Inquiry based learning is a process where students are involved in their learning, formulate questions, investigate widely and then build new understandings, meanings and knowledge. That knowledge is new to the students and may be used to answer a question, to develop a solution or to support a position or point of view. The knowledge is usually presented to others and may result in some sort of action.

Pembelajaran berbasis inkuiri adalah suatu proses dimana murid dilibatkan dalam pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas, kemudian membangun pemahaman baru, memahami dan menguasai. Pengetahuan ini merupakan hal yang baru bagi siswa dan mungkin digunakan untuk menjawab sebuah pertanyaan atau untuk menemukan suatu jawaban atau mendukung suatu keadaan atau mendukung suatu pandangan. Pengetahuan ini biasanya dipersentasikan ke orang lain dan mungkin didalamnya menghasilkan beberapa tindakan kecil.Inkuiri adalah ide kompleks yang berarti banyak peralatan untuk banyak orang dalam banyak konteks. Budnitz membatasi definisi di atas secara rinci sebagai berikut; 1) inkuiri adalah mengajukan pertanyaan, 2) inkuiri adalah seni mengajukan pertanyaan-pertanyaan sains tentang fenomena alam dan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, 3) selama inkuiri, seorang guru mungkin mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan sendiri, 4) inkuiri adalah apa yang dilakukan ilmuwan, 5) dalam pengalaman sains sebagai inkuiri, peserta didik belajar bagaimana menjadi ilmuwan, 6) inkuiri menyediakan pengalaman belajar aktif secara konkret, 7) inkuiri memungkinkan peserta didik pada tingkat perkembangan berbeda untuk bekerja dalam masalah-masalah yang sama dan bekerjasama dalam menemukan solusi suatu masalah, 8) inkuiri memungkinkan untuk mengintegrasikan mata pelajaran contohnya mengeksplorasi, mereka akan cenderung mengajukan pertanyaan yang mencakup sains dan matematika, studi sosial, bahasa, teknik dan kemampuan artistik, 9) inkuiri mencakup komunikasi, 10) inkuiri menyarankan guru untuk belajar tentang peserta didik, siapa mereka, apa yang mereka ketahui, dan bagaimana mereka berfikir, 11) ketika menggunakan inkuiri, guru harus meminimalisasi bantuan baik dalam bentuk bahasa, petunjuk-petunjuk, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban, dan 12) peserta didik bertanggung-jawab atas pengetahuan mereka sendiri.[footnoteRef:16] [16: Tonih Feronika, Implementasi Teknik..., h.18]

Model inkuiri adalah suatu pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara meneliti permasalahan atau pertanyaan fakta-fakta. Pembelajaran inkuiri memerlukan lingkungan kelas dimana siswa merasa bebas untuk berkarya, berpendapat, membuat kesimpulan dan membuat dugaan. Suasana seperti itu sangat penting karena keberhasilan pembelajaran bergantung pada kondisi pemikiran siswa.[footnoteRef:17] [17: Fitri Eka Sari, dkk., Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 Siak Sri Indrapura, dalam Jurnal Pendidikan, Oktober 2008, h.2.]

Penggunaan model inkuiri memberikan kebaikan sebagai berikut. Model inkuiri meningkatkan potensi intelektual siswa. Siswa memperoleh suatu kepuasan intelektual yang datang dari dalam suatu hadiah intrinsik dan memperpanjang proses ingatan karena siswa diberikan waktu untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi sehingga akan terjadi proses belajar sejati (Sund dan trowbridge, 1973).[footnoteRef:18] [18: Ni Ketut Rapi, Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA No.1 Thn.XXXXI, Januari 2008, h.174.]

Lebih jauh Trowbridge dan Bybee (1973) menyatakan bahwa, dalam model inkuiri pembelajaran menjadi lebih berpusat pada anak (instruction becomes student-centered), proses belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada diri siswa (inquiry learning builds the self-concept of the student), tingkat pengharapan bertambah (expentancy level increases), model inkuiri dapat mengembangkan bakat model inkuiri (inquiry develops talent), dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal dan model inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Piaget percaya, bahwa tidak akan terjadi proses belajar yang sejati, apalagi siswa tidak bertindak terhadap informasi secara mental, dan mengasimilasi atau mengakomodasi apa yang dijumpainya dalam lingkungannya. Langkah-langkah yang digunakan dalam penyajian materi dengan model pembelajaran inkuiri adalah phase berhadapan dengan masalah, phase pengumpulan data pengujian, phase pengumpulan data dalam eksperimen, phase formulasi penjelasan, dan phase analisis proses inkuiri.[footnoteRef:19] [19: I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja, dalam Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan, April 2008, h.19-20.]

Menurut National Science Education Standards terdapat lima karakteristik kelas inkuiri yaitu: First, Learners are engaged by scientifi-cally oriented questions. Second, Learners give priority to evidence, which allows them to develop and evaluate explanations that address scientifically oriented questions. Third, Learners formulate explanations from evidence to address scientifically oriented questions. Forth, Learners evaluate their explanations in light of alternative explanations, particularly those reflecting scientific understanding. Fifth, Learners communicate and justify their proposed explanations.[footnoteRef:20] [20: National Academy of Sciences, Inquiry And The National Science Education Standards : A Guided For Teaching And Learning, h. 24-27.]

Pertama, siswa dilibatkan secara ilmiah berorientasi pada pertanyaan-pertanyaan. Kedua, siswa mendapat prioritas bukti/fakta, yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan dan mengevaluasi eksplanasi menyangkut pertanyaan-pertanyaan. Ketiga, siswa merumuskan eksplanasi dari bukti secara ilmiah berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Keempat, siswa mengevaluasi eksplanasi mereka (eksplanasi alternatif). Kelima, siswa mengkomunikasikan hasil dan memberikan alasan terhadap eksplanasi mereka.Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam mengemukakan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan masalah, mengumpulkan data informasi, membuat pertanyaan, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisa hasil, dan membuat kesimpulan.

b. Tingkatan Inkuiri.Dalam Standard for Science Teacher Preparation (1998) terdapat 3 tingkatan inkuiri, yakni: [footnoteRef:21] [21: Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains,..., h.121-122]

1) Discovery/Structured Inquiry.Dalam tingkatan ini tindakan utama guru ialah mengidentifikasi permasalahan dan proses, sementara siswa mengidentifikasi alternatif hasil.2) Guided Inquiry.Tahap guided inquiry mengacu pada tindakan utama guru ialah mengajukan permasalahan, siswa menentukan proses dan penyelesaian masalah.3) Open Inquiry.Tindakan utama pada open inquiry ialah guru mermaparkan konteks penyelesaian masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah.

Tabel 2.1 Tiga Tingkatan Inkuiri.Structured Inquiry/ DiscoveryGuided InquiryOpen Inquiry

Siswa mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk menyelesaikan hands on dengan sempurna.Siswa mengembangkan cara kerja untuk menyelidiki pertanyaan yang dipilih atau diberikan guruSiswa menurunkan pertanyaan tentang topik yang dipilih guru dan merencanakan sendiri penyelidikanya.

c. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Inkuiri.Dalam proses inkuiri siswa dituntut bertanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga tidak menganggu proses belajar siswa. Adapun langkah pembelajaran inkuiri menurut Wina Sanjaya ialah merupakan suatu siklus yang dimulai dari: [footnoteRef:22] [22: Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. 7, h. 201-205]

1) Orientasi.Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi: Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.2) Merumuskan masalah.Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut. Dikatakan teka-teki dalam rumusan yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah diantaranya: Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya guru mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menuntut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.3) Mengajukan hipotesis.Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuij kebenarannya. Salah satu cara yang dapat guru lakukan untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.4) Mengumpulkan data.Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpukan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemapuan menggunakan potensi berpikirnya. 5) Menguji hipotesis.Menguji hipotesis adalah proses menentukan informasi yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.6) Merumuskan kesimpulan.Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskipsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebakan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Sejalan dengan hal tersebut, menurut National Science Education Standards terdapat 5 fase dalam pembelajaran inkuiri yaitu: [footnoteRef:23] [23: National Science Education Standards, A Guided For Teaching And Learning,..., h.35]

1) Phase 1: Students engage with a scientific question, event, or phenomenon. This connects with what they already know, creates dissonance with their own ideas, and/or motivates them to learn more.

Siswa terlibat dengan sebuah pertanyaan ilmiah, peristiwa, atau fenomena. Ini menghubungkan dengan apa yang mereka sudah ketahui sebelumnya, menciptakan perselisihan dengan ide-ide mereka sendiri, dan / atau memotivasi mereka untuk belajar lebih banyak.2) Phase 2: Students explore ideas though hands-on experiences, formulate and test hypotheses, solve problems, and create explanations for what they observe.

Murid mengeksplorasi ide-ide pengalaman langsung, merumuskan dan uji hipotesis, menyelesaikan masalah, dan ciptakan keterangan untuk apa yang mereka amati.3) Phase 3: Students analyze and interpret data, synthesize their ideas, build models, and clarify concepts and explanations with teachers and other sources of scientific knowledge.

Siswa menganalisis dan menginterpretasikan data, mensintesis ide-ide mereka, membangun model, dan menjelaskan konsep dan penjelasan dengan guru serta sumber pengetahuan lain yang bersifat ilmiah4) Phase 4: Students extend their new understanding and abilities and apply what they have learned to new situations.

Siswa memperluas pemahaman baru mereka dan kemampuan serta menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk situasi baru.5) Phase 5: Students, with their teachers, review and assess what they have learned and how they have learned it.

Murid-murid, dengan guru mereka, meninjau dan menilai apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka telah mempelajarinya.

d. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri.Menurut Wina Sanjaya pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dan kelemahan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: [footnoteRef:24] [24: Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran , h. 208-209]

1) Inkuiri merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran ini di anggap lebih bermakna.2) Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka 3) Inkuiri merupakan pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.4) Keuntungan lain dari pembelajaran inkuiri ini adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Sedangkan kelemahannya adalah:1) Pembelajaran inkuiri sulit mengotrol kegiatan dan keberhasilan siswa.2) Inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

2. Model Inkuiri Terstruktur (Structured Inquiry/Discovery).a. Definisi Inkuiri Terstruktur.Pembelajaran inkuiri terstruktur yaitu pembelajaran dimana permasalahan yang harus diselidiki siswa diberikan oleh guru melalui kegiatan hands-on, selain itu guru juga memberikan prosedur dan materi yang harus dikerjakan oleh siswa tanpa memberitahukan hasil apa yang diperoleh dari percobaan tersebut. Pembelajaran inkuiri terstruktur mirip seperti percobaan menggunakan resep.[footnoteRef:25] [25: Milla Lisnawati dkk., Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Kerja Ilmiah Dengan Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Bioteknologi di SMP Kelas IX, dalam METAMORFOSA, Vol. 2 No. 1, April 2007, h.18]

Hal senada disampaikan oleh Alan Colburn peran guru dalam pembelajaran inkuiri terstruktur ialah:The teacher provides students with a hands-on problem to investigate, as well as the procedures, and materials, but does not inform them of expected outcomes. Students are to discover relationships between variables or otherwise generalize from data collected. These types of investigations are similar to those known as cookbook activities, although a cookbook activity generally includes more direction than a structured inquiry activity about what students are to observe and which data they are to collect. [footnoteRef:26] [26: Alan colburn, An Inquiry Primer, (Science Scope: 2000), tersedia: http://www.experientiallearning.ucdavis.edu/module2/el2-60-primer.pdf, Maret 2000, h.42 ]

Guru menyediakan siswa dengan satu masalah langsung untuk selidiki, seperti halnya prosedur, dan materi, tetapi tidak memberitahukan mereka hasil. Siswa diharapkan untuk menemukan sendiri hubungan di antara variabel atau hal sebaliknya mengeneralisasikankan dari data yang terkumpul. Pada jenis ini investigasi yang dilakukan serupa dengan aktivitas buku resep atau dalam dunia pembelajaran sering dikenal dengan lembar kerja siswa (LKS), walaupun sebuah aktivitas buku resep (LKS) umumnya meliputi lebih satu arah aktivitas inkuiri terstruktur tentang apa yang mereka amati dan data yang mereka kumpulkan.Salah satu konsep dasar inkuiri terstruktur ialah siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan dunia luar dan memanfaatkan kemampuan siswa untuk memahami hal yang mereka sentuh, rasa dan cium. Dengan hal tersebut, maka siswa diberikan cara untuk memanipulasi variabel-variabel pengetahuan untuk membentuk pola yang dapat dimengerti dan mengembangkan struktur sehingga memiliki kemampuan dalam penemuan informasi yang baru.Inkuiri terstruktur masih memegang peranan guru dalam memilih materi, pertanyaan dan menyediakan materi. Akan tetapi siswa diharuskan untuk mendesain atau merancang penyelidikan, menganalisa hasil, dan membuat kesimpulan.

b. Proses Pembelajaran Inkuiri Terstruktur.Adapun proses pembelajaran inkuiri terstruktur menurut Joseph Abruscato adalah sebagai berikut : [footnoteRef:27] [27: Joseph Abruscato, Teaching Children Science Discovery Methods for the Elementary and Middle Grades, (University of Vermont: Person Education Company, 2001), h.40-44]

1) Observing (menyajikan penyelidikan).Observing means using the sense to obtain information, or data, about objects and events. It is most basic process of science. Casual observations spark almost every inquiry we make about our environment. Organized observations form the basis for more structured investigations. Acquiring the ability to make careful observations will create a foundation for making inferences or hypotheses that can be tested by further observations.

Mengamatiberarti menggunakanakaluntuk memperoleh informasi,atau data,tentang objek danperistiwa.Ini adalahproses yang palingdasar dariilmu pengetahuan. Pengamatansederhanamemicuhampirsetiap pertanyaanyang kita buattentang lingkungan kita. pengamatanyang terorganisasi membentuk dasaruntuk penyelidikanlebih terstruktur. Sehingga memperolehkemampuan untukmembuat pengamatanyang cermat akanmenciptakan dasar untukmembuat kesimpulanatau hipotesisyang dapatdiuji olehpengamatan lebih lanjut.Pengamatan merupakan proses memperhatikan lingkungan melalui penginderaan seperti: melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan menyentuh. Hal itu adalah sumber pengetahuan yang paling utama bagi manusia. Melalui proses ini siswa dapat meningkatkan keterampilan ilmiah ketika mereka menggunakan observasi dengan menggabungkan proses lain seperti: memprediksi dan bereksperimen. Agar hal itu terjadi siswa membutuhkan kesempatan untuk mengevaluasi dan mempertanyakan kemampuan observasi mereka melalui pengalaman-pengalaman reflektif, siswa memperoleh perasaan bagaimana pentingnya proses ini.

2) Classifying (pengklasifikasian).Classifying is the process scientists use to impose order on collections of objects or events. Classification schemes are used in science and other disciplines to identify objects or events and to show similarities, differences, and interrelationships.

Klasifikasiadalah prosespembelajaran dalam menentukan perintah berdasarkan kumpulan benda-bendaatau peristiwa. Skema pengklasifikasian klasifikasiyang digunakandalam pembelajaran dan disiplin lainnyauntuk mengidentifikasikan objek atau peristiwadan untukmenunjukkan kesamaan,perbedaan,dan hubungan.Pengklasifikasian adalah proses pengelompokan konsep elemen atau item yang memiliki hubungan mendasar sebagai suatu ide baru yang ditambahkan ke dalam kelompok-kelompok yang sebelumnya ditemukan berdasarkan karakteristik yang sama. Proses pengelompokan dapat meningkatkan pengalaman ilmiah siswa karena menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan informasi baru.

3) Measuring (pengukuran).Measuring is the way observations are quantified. Skill in measuring requires not only the ability to use measuring instruments properly but also the ability to carry out calculations with these instruments. The process involves judgment about which intrument to use and when approximate rather than precise measurements are acceptable. Children can learn to measure length, area volume, mass, temperature, force, and speed as they work on this process skill.

Pengukuran adalah carapengamatanyang diukur.Keterampilandalam mengukurtidak hanya menuntutkemampuan untuk menggunakaninstrumen pengukurandengan benar, tetapijuga kemampuanuntuk melakukanperhitungan denganinstrumen ini. Proses ini melibatkanpenilaian tentang penggunaan intrumen dan perkiraannyadaripadapengukuran yang tepat dapat diterima.Anak-anak dapatbelajar untuk mengukur panjang, volumedaerah, massa, suhu,kekuatan,dan kecepatanpekerjaan mereka padaketerampilanproses ini.Pengukuran adalah proses ilmiah intrinsik karena menghasilkan informasi yang diperlukan untuk semua proses dalam penelitian ilmiah cara ini dilakukan untuk menyediakan data primer untuk tujuan konfirmasi hipotesis dan membuat prediksi. Untuk alasan yang jelas, informasi yang didapatkan sebelum proses pengukuran harus akurat dan spesifik. Pengukuran adalah suatu proses yang valid atau sah untuk membuat perbandingan dalam hal tertentu mengenai ukuran, berat dan kuantitas.

4) Communicating (komunikasi).Clear, precise communication is essential to all human endeavors an fundamental to all scientific word, which make communicating skills valuable. Scientists communicate orally, with written word, and through the use of diagrams, maps, graphs, mathematical equations, and other visual demonstrations.

Sebuah komunikasiyang tepatadalah penting untuksemua usahamanusiayang mendasar bagi semuakarya ilmiah,yang membuatketerampilanberkomunikasi berharga. Para ilmuwanberkomunikasisecara lisan,dengankata-kata tertulis,dan melalui penggunaandiagram, peta,grafik,persamaan matematika,dan demonstrasivisual lainnya.

5) Predicting (memprediksi).A prediction is a specific forecast of a future observation or event. Predictions based on observations, measurements, and inferences about relationships between observed variables. A prediction that is not based on observation is only a guess. Aceurate predictions result from careful observations and precise measurements.

Prediksiadalahperkiraantertentu dari sebuah pengamatanyang belum kita ketahui atauperistiwa.Prediksi berdasarkan pengamatan,pengukuran,dan kesimpulantentang hubunganantaravariabel yang diamati. Sebuahprediksitidak boleh hanya berdasarkan perkiraan semata. Ketepatan sebuahprediksidapat dihasil daripengamatanyang cermat danpengukuran yang tepat.

6) Inferring (penyimpulan).Inferring is using logic to draw coclusions from what we observe. Nothing is more fundamental to clear thinking than the ability to distinguish between an observation and an inference. An observation is an experience that is obtained through one of the sense. An inference is an explanation of an observation. The thought involved in making an inference can occur in a fraction of a second and is often strongly affected by past experiences.

Menyimpulkanmenggunakanlogikauntuk menarik sebuah kesimpulandari apa yangkita amati. Tidak ada yang lebih mendasar untukberpikir jernihdaripadakemampuan untuk membedakanantarapengamatan danpenyimpulan. Pengamatanadalah suatupengalaman yang diperolehmelalui salah satuarti.Penyimpulan adalahpenjelasandarisebuah pengamatan. Sebuah ide yang terlibatpada proses pembuatan sebuah kesimpulan dapat terjadi dalamsepersekian detik dan seringsangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.Penyimpulan adalah suatu proses memprediksi informasi yang didasarkan pada pengetahuan dan informasi yang diberikan dalam waktu yang singkat. Ada dua jenis cara penyimpulan pertama, secara deduktif yaitu penjelasan dari umum ke spesifik. Sedangkan yang kedua adalah induktif, yaitu penjelasan yang bergerak dari khusus ke umum. Proses ini menuntut siswa memiliki latar belakang yang cukup dari pengalaman pribadi, serta dorongan dalam rangka penarikan dan penjelasan kesimpulan sementara.

c. Tingkatan belajar-mengajar inkuiri terstruktur.Para ahli membedakan enam tingkatan belajar-mengajar inkuiri terstruktur, yaitu : [footnoteRef:28] [28: Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.5, h.186-187]

1) Tingkat inkuiri terstruktur penuh. Pada tingkat ini, siswa memiliki kebebasan penuh untuk menentukan bahan dan bentuk kegiatan yang akan mereka lakukan. Guru memberikan sejumlah persoalan dengan berbagai sumber dan peralatan yang diperlukan. Siswa mempunyai kebebasan untuk memilih persoalan mana dan dengan cara apa akan mereka pecahkan.2) Pengarahan pada tingkat pemikiran siswa. Guru memberikan beberapa pengarahan yang sesuai dengan tingkat pemikiran siswa, selanjutnya mereka diberi kebebasan untuk mengadakan generalisasi dan spesifikasi.3) Pemberian instruksi dan pelaksanaannya diserahkan kepada para siswa. Guru memberikan beberapa instruksi tentang hal-hal yang hendaknya dikerjakan, tetapi pelaksanaanya diserahkan pada inisiatif dan kreativitas para siswa.4) Guru memberikan sejumlah persoalan (menuliskannya di papan tulis). Setelah itu guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa, agar para siswa membuat dan mencari generalisai, spesifikasi dll.5) Guru memberikan pengarahan tentang suatu generalisasi atau spesifikasi, lalu para siswa diminta untuk mencari contoh-contoh atau menemukan pemecahannya sendiri.6) Guru memberikan suatu generalisasi tanpa penjelasan, penguraian, contoh-contoh, dsb. Kemudian para siswa diminta untuk menggunakannya bagi kegiatan-kegiatan berikutnya.d. Keunggulan dan kelemahan inkuiri terstruktur.Adapun beberapa kelebihan dan kelemahan pembelajaran inkuiri terstruktur dibandingkan dengan pembelajaran menerima menurut Nana Syaodih Sukmadinata ialah sebagai berikut: [footnoteRef:29] [29: Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi , h.184-185]

1) Dalam pembelajaran inkuiri terstruktur menggunakan kegiatan dan pengalaman-pengalaman langsung dan konkrit. Kegiatan dan pengalaman demikian lebih menatik perhatian siswa, dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna.2) Inkuiri terstruktur lebih realistis dan punya makna, sebab siswa bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata. Siswa langsung mengaplikasikan kemampuannya.3) Inkuiri terstruktur merupakan suatu model pemecahan masalah. Para siswa belajar langsung menerapkan prinsip-prinsip dan langkah-langkah pemecahan masalah.4) Transfer tidak dinantikan sampai kegiatan lain, tetapi langsung dilakukan, sebab inkuiri terstruktur berisi sejumlah transfer.5) Inkuiri terstruktur banyak memberikan kesempatan bagi keterlibatan siswa dalam situasi belajar. Kegiatan demikian akan banyak membangkitkan motivasi belajar, sebab kegiatan belajar akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa.Sedangkan kelemahannya ialah:1) Belajar mengajar dengan inkuiri terstruktur membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan belajar mengajar menerima.2) Bagi siswa yang berusia muda, kemampuan berfikir rasional mereka masih terbatas. Dalam pembelajaran inkuiri terstruktur seringkali mereka menggunakan pengalaman empirisnya yang sangat subjektif untuk memperkuat prakonsepnya.3) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitasnya, terlalu cepat sampai pada kesimpulan-kesimpulan, membuat generalisasi yang terlalu umum dari pengalaman yang sangat terbatas.4) Faktor kebudayaan atau kebiasaan. Pembelajaran inkuiri terstruktur menuntut kemandirian, kepercayaan pada diri sendiri, kebiasaan bertindak sebagai subjek. Pada lingkungan yang kurang memberikan peran kepada anak sebagai subjek, mereka lebih banyak diperlakukan sebagai objek, belajar inkuiri terstruktur mengalami beberapa kesukaran.

3. Belajar dan Hasil Belajar.a. Definisi Belajar.Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri seseorang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.[footnoteRef:30] [30: Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi , h.155]

Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa Learning is a change in organism due to experience which can affect the organisms behavior. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat dipengaruhi tingkah laku organisme tersebut.[footnoteRef:31] [31: Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Cet.9, h.65.]

Sedangkan W. Stern mengatakan dalam bukunya yang berjudul Allgemeine psychologie, Learn ist kenntnisserwerb durch wiedurholte darbeitungen, yang dalam arti luasnya juga meliputi Der ansignung neur fertigkeiten durch weder holung die rede. (Stern, 1950)Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa belajar dapat membawa seseorang pada perubahan, perubahan itu pada dasarnya ialah didapatkannya kecakapan baru, dan perubahan itu terjadi karena usaha.[footnoteRef:32] [32: Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), Cet.5, h.232.]

Senada dengan itu Reber (1989) dalam kamusnya, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan). Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representative karena tidak mengikutsertakan perolehan keterampilan nonkognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai latihan yang diperkuat). Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, istilah-istilah tersebut meliputi:1) Relatively permanent (yang secara umum menetap).2) Response potentiality (kemampuan bereaksi).3) Reinforced (yang diperkuat).4) Practice (praktek atau latihan).Istilah relatively permanent, konotasinya ialah bahwa perubahan yang bersifat sementara seperti perubahan karena mabuk, lelah, jenuh, dan perubahan karena kematangan fisik tidak termasuk belajar. Istilah response potentiality, berarti menunjukkan pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar. Hai ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesis yang hanya dapat dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur. Istilah reinforced, konotasinya ialah bahwa kemajuan didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan. Sementara itu istilah yang terakhir yakni practice, menunjukkam bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.[footnoteRef:33] [33: Muhibbin Syah, Psikologi, h.66-67.]

Jika kita simpulkan dari sejumlah pandangan dan definisi tentang belajar menurut Wragg (1994), kita menemukan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut:Pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Oleh sebab itu pemahaman kita pertama yang sangat penting adalah bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu aktivitas tertentu. Aktivitas ini menunjukkan pada keaktifan seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan tertentu, baik pada aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi.Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hai ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. Adanya interaksi dengan lingkungan ini mendorong seseorang untuk lebih intensif meningkatkan keaktifan jasmaniah maupun mentalnya guna lebih mendalami sesuatu yang menjadi perhatian.Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik.[footnoteRef:34] [34: Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet.3, h.36-37]

b. Prinsip-prinsip belajarBelajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup. Apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajarnya pada setiap fase perkembangan berbeda-beda. Banyak teori yang membahas tentang masalah belajar. Tiap teori bertolak dari asumsi atau anggapan dasar tertentu tentang belajar oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila kita temukan konsep atau pandangan serta praktek yang berbeda dari belajar. Meskipun demikian ada beberapa pandangan umum yang sama atau relatif sama di antara konsep-konsep tersebut. Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai prinsip belajar.Beberapa prinsip umum belajar : [footnoteRef:35] [35: Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi , h.165-167]

1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih pesat.2) Belajar berlangsung seumur hidup.Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan belajar dilakukan individu baik secara sadar ataupun tidak, direncanakan ataupun tidak.3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri.Dengan berbekalkan potensi yang tinggi, dan dukungan faktor lingkungan yang mengutungkan, usaha belajar dari individu yang efisien dan dilaksanakan pada tahap kematangan yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal. Kondisi yang sebaliknya akan memberikan hasil yang minim pula.4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni dan keterampilan dll.5) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan dimana saja bisa terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi pada setiap saat, tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajaran atau kuliah.6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. Belajar berjalan dengan situasi formal ataupun situasi informal.7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau pencapaian sesuatu yang bernilai tinggi, yang dilakukan secara sadar dan berencana membutuhkan motivasi yang tinggi pula. Perbuatan belajar demikian membutuhkan waktu yang panjang dengan usaha yang sungguh-sungguh.8) Perbuatan belajar bervariasai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks.Perbuatan yang sederhana adalah mengenal tanda (signal learning dari Gagne), mengenal nama, meniru perbuatan dll, sedang perbuatan yang kompleks adalah pemecahan masalah, pelaksanaan sesuatu rencana dll.9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu kurangnya motivasi adanya kelelahan atau kejenuhan belajar.10) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain.Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal-hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru, hal-hal lain perlu petunjuk dari instruktur dan untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan bimbingan dari pembimbing.

c. Unsur-unsur belajar.Cronbach, mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu : [footnoteRef:36] [36: Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi , h.157-158.]

1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatau tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik, anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang lebih berpengaruh.4) Interpretasi. Dalam mengahadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.5) Respons. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial and eror), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.6) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Peristiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam-macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha-usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut.d. Jenis-jenis belajar.Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam. Adapun jenis belajar menurut Muhibbin Syah adalah : [footnoteRef:37] [37: Muhbbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.15, h.120-122]

1) Belajar Abstrak.Belajar abstrak adalah yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, astronomi, filsafat, dan materi bidang studi agama seperti tauhid.2) Belajar Keterampilan.Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot/neuromuscular. Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini pelatihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar dalam jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah shalat dan haji.3) Belajar Sosial.Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannnya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.4) Belajar Pemecahan Masalah.Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi serta insight amat di perlukan.Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah (Lawson, 1991).5) Belajar Rasional.Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sistematis (Reber, 1988).Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang-bidang studi noneksakta pun dapat efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.6) Belajar Kebiasaan.Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya ialah agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan dan waktu (kontektual). Selain itu, arti tepat dan positif di atas adalah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.7) Belajar Apresiasi.Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya.8) Belajar Pengetahuan.Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat di artikan sebagai peubah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan adalah agar memperoleh dan menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dam memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat, laboratorium dan penelitian lapangan.

e. Hasil Belajar.Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.[footnoteRef:38] [38: Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi , h.102-103]

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Meningkatkan hasil belajar siswa, merupakan suatu bentuk usaha yang tidak mudah untuk dilakukan siswa dengan berbagai macam perbedaan karakteristik satu dengan yang lain.[footnoteRef:39] [39: Sutrisno, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Matematika, dalam Jurnal Pendidikan Vol.4 No.4, Desember 2007, h.39.]

Sedangkan, Sudjana (1995) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dijelaskan bahwa Howard Kingsky membagi tiga macam hasil belajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.[footnoteRef:40] [40: Muhamad Natsir dan Mustapa, Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Competency Based Assessment (CBA), dalam Jurnal Ilmu Kependidikan Vol.5 No.1, Mei 2008, h.16]

Salah satu yang menentukan hasil belajar adalah proses pembelajaran. Hasil belajar siswa belum optimal. Jika dalam proses pembelajaran model pembelajaran yang dianut para guru didasarkan pada asumsi tersembunyi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Asumsi seperti ini menyebabkan selama proses pembelajaran para guru memfokuskan dirinya pada upaya penuangan pengetahuan ke kepala siswanya dengan tidak terlalu memperhatikan pengetahuan awal siswa.Slameto menyimpulkan hasil belajar sebagai berikut: hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mempunyai cita-cita yaitu perubahan dalam belajar terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar mempunyai tujuan, perubahan belajar secara positif, perubahan belajar bersifat kontiniu dan perubahan belajar bersifat permanen. Sedangkan, menurut S. Nasution: hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga pengetahuan untuk membebtuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam individu yang belajar.[footnoteRef:41] [41: Darwyan Syah, dkk., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009), Cet.I, h.43]

Dengan demikian, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah tahap pencapaian aktual yang di tampilkan dalam bentuk perilaku yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dan dapat dilihat dalam bentuk kebiasaan, sikap, penghargaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ada beberapa ahli yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara hirarkis.[footnoteRef:42] Diantara para ahli yang mendalami ranah-ranah kejiwaan tersebut adalah Bloom, Krathwohl dan Simpson. [42: Aunurrahman, Belajar Dan..., h.48.]

Dimana ranah kognitif (Bloom, dkk) terdiri dari enam jenis perilaku adalah: (1) pengetahuan yaitu mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode. (2) pemahaman yaitu mencakup kemampuan menagkap sari dan makna hal-hal yang dipelajari. (3) penerapan yaitu mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk menghadapai masalah yang nyata dan baru. (4) analisis yaitu mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. (5) sintesis yaitu mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan dalam menyusun program kerja. (6) evaluasi yaitu mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan.Ranah afektif menurut Krathwohl & Bloom dkk, terdiri atas tujuh perilaku yakni: (1) penerimaan yaitu mencakup kepekaan tentang kesedian memperhatikan hal tersebut. (2) partisipasi yaitu mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. (3) penilaian dan penentuan sikap yaitu mencakup penerimaan terhadap suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. (4) organisasi yaitu mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. (5) pembentukan pola hidup yaitu mencakup kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.Sedangkan ranah psikomotor menurut Simpson, terdiri atas tujuh perilaku atau kemampuan motorik yakni: (1) persepsi yaitu mencakup kemampuan mendeskripsikan sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. (2) kesiapan yaitu mencakup kemampuan menempatkan diri dalam suatu keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini mencakup aktivitas jasmani dan rohani (mental), misalnya posisi star lomba lari. (3) gerakan terbimbing yaitu mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan. Misalnya, meniru gerakan tari. (4) gerakan terbiasa yaitu mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh. Misalnya melakukan gerakan lempar peluru dan sebagainya dengan tepat. (5) gerakan kompleks yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien dan tepat misalnya, melakukan bonkar pasang peralatan secara tepat. (6) penyesuaian pola gerakan yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya, kemampuan atau keterampilan bertanding dengan lawan tanding. (7) kreativitas yang mencakup kemampuan melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri. Misalnya, kemampuan membuat kreasi-kreasi gerakan senam sendiri, ataupun gerakan tarian kreasi baru.Belajar harus memiliki tujuan yang jelas, didasari motivasi dari dalam dirinya sehingga siswa melakukan belajarnya secara aktif. Dengan demikian siswa mampu menggunakan cara berpikir secara kritis disamping itu siswa mampu menerapkan ilmunya dalam praktek sehari-hari. Proses dan hasil belajar pada garis besarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari individu yang belajar (faktor internal) dan faktor yang berasal dari lingkungan (faktor eksternal).[footnoteRef:43] [43: Sutrisno, Penerapan Pembelajaran, h.39.]

Faktor internal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain:1) Pemahaman siswa terhadap hasil belajar.2) Minat siswa terhadap hasil belajar.3) Kesehatan siswa.4) Kecakapan siswa dalam pelajaran.5) Kebiasaan siswa.6) Intelegensi.7) Minat dan bakat.8) Penguasaan bahasa.Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yaitu:1) Faktor bersumber dari sekolah.2) Faktor bersumber dari keluarga.3) Faktor bersumber dari masyarakat.Gagne menyimpulkan ada lima macam hasil belajar: [footnoteRef:44] [44: Aunurrahman, Belajar dan , h.47]

1) Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi disekolah.2) Startegi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir. 3) Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan.4) Keterampilan motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.5) Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan- kepercayaan serta faktor intelektual.Menurut penjelasan diatas, proses hasil belajar dapat menimbulkan perubahan pada pembelajar. Adapun karateristik perubahan hasil belajar menurut Muhibbin Syah dalam Psikologi Belajar terdiri dari tiga perubahan yakni: [footnoteRef:45] [45: Muhibbin Syah, Psikologi..., h.118-119]

1) Perubahan Intensional.Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan tertentu, keterampilan dan seterusnya. 2) Perubahan Positif Aktif.Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha itu sendiri. 3) Perubahan Efektif-FungsionalPerubahan yang timbul karena proses bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas. Perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya.

4. Konsep asam basa.Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman modern kini, dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam basa.Studi mendasar tentang asam basa dimulai di zaman yang sama. Boylem rekan sezaman dengan Glauber, menemukan metoda penggunaan pewarna yang didapatkan dari berbagai tumbuhan semacam Roccella sebagai indikator reaksi asam basa. Di saat-saat itu, telah diketahui bahwa asam dan basa mempunyai sifat berlawanan dan dapat meniadakan satu sama lain. Sebelum perkembangan kimia, asam didefinisikan sebagai sesuatu yang masam, dan alkali sebagai sesuatu yang akan menghilangkan, atau menetralkan efek asam. Awalnya ada kebingungan tentang sifat dasar asam. Oksigen awalnya dianggap sebagai komponen penting asam. Bahkan nama oksigen berasal dari bahasa Yunani, yang berarti membuat sesuatu masam. Di pertengahan abad ke-19, Davy menemukan bahwa hidrogen khlorida (larutan dalam airnya adalah asam hidrokhlorida) tidak mengandung oksigen, dan dengan demikian membantah teori bahwa oksigen adalah komponen penting dalam asam. Ia, sebagai gantinya, mengusulkan bahwa hidrogen adalah komponen penting asam.Sifat asam pertama diketahui dengan kuantitatif pada akhir abad ke-19. Di tahun 1884, kimiawan Swedia Svante August Arrhenius (1859-1927) mengusulkan teori disosiasi elektrolit yang menyatakan bahwa elektrolit semacam asam, basa dan garam terdisosiasi menjadi ion-ion komponennya dalam air. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa beberapa elektrolit terdisosiasi sempurna (elektrolit kuat) tetapi beberapa hanya terdisosiasi sebagian (elektrolit lemah).[footnoteRef:46] [46: Yoshito Takeuchi, Pengantar Kimia online, (Tokyo: Iwanami Publishing Company, 2006), h.160]

Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu dalam sifat-sifat larutan mereka. Dalam pengertian ini, suatu zat yang larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hidrogen dan menetralkan basa. Dengan mengkuti pola yang sama, suatu basa didefinisikan sebagai suatu zat yang larutan airnya berasa pahit, membirukan lakmus merah, terasa licin, dan menertalkan asam.[footnoteRef:47] [47: Keenan, dkk., Kimia Untuk Universitas Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 1984), Edisi Ke-6, h.408 ]

Untuk memperjelaskan penyebab sifat asam dan basa, sejarah perkembangan ilmu kimia mencatat berbagai teori pada tahun 1777, Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) mengemukakan bahwa asam mengandung unsur oksigen. Unsur itu yang dianggap bertanggung jawab atas sifat-sifat asam. Namun, pada tahun 1810, Sir Humphry Davy (1778) menemukan bahwa asam hidrogen klorida tdak mengandung unsur oksigen. Davy kemudian menyimpulkan bahwa unsur hidrogenlah, dan bukan unsur oksigen, yang merupakan unsur dasar dar setiap asam. Kemudian pada tahun 1814, Joseph Louis Gay-Lussac (1778-1850) menyimpulkan bahwa asam adalah zat yang dapat menetralkan alkali dan kedua golongan senyawa itu hanya dapat didefinisikan dalam kaitan satu dengan yang lain.Di tahun 1886, Arrhenius mengusulkan teori disosiasi elektrolit, dengan teori ini ia mendefinisikan asam basa sebagai berikut:[footnoteRef:48] [48: Yoshito Takeuchi, Pengantar Kimia online,..., h.162]

Asam merupakan zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan proton (H+) Basa merupakan zat yang melarut dan mengion dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-)Dalam tahun 1923 J.N bronsted di Denmark dan T.M. Lowry di Inggris secara terpisah menyarankan cara lain dalam mendefinisikan asam dan basa. Menurutnya, asam adalah donor proton dan basa adalah penerima proton.[footnoteRef:49] [49: Keenan, dkk., Kimia Untuk, h.408-410.]

Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.

5. Hasil Penelitian Yang Relevan.Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai model inkuiri di dalam sistem pembelajaran. Diantaranya yaitu : 1) Fitri eka sari dkk, dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI IPA SMAN 1 Siak Sri Indrapura. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa : penerapan model inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses siswa pada pokok bahasan laju reaksi kelas XI SMAN 1 Siak Sri Indrapura. Secara keseluruhan, peningkatan rata-rata 9 keterampilan proses siswa dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat yaitu sebesar 11,02 %.[footnoteRef:50] [50: Fitri eka sari dkk.,Judul Penerapan model proses inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses siswa pada pokok bahasan laju reaksi kelas XI IPA SMAN 1 Siak Sri Indrapura, dalam Jurnal Pendidikan, November 2008, h.11]

2) Emmawaty Sofya dan Ila rosilawati dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI SMA YP Unila. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa : 1. penurunan setiap aktivitas off task dari siklus I ke siklus II diantaranya, keluar masuk kelas sebesar 9,09 %; tidak memperhatikan penjelasan guru sebesar 13,63 %; tidak mencatat pembahasan 4,55 %; mengerjakan tugas pelajaran lain sebesar 2,18 % dan mengobrol dengan teman 13,63 %; 2. peningkatan penguasaan konsep siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 11,11; 3. peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 13,36 %.[footnoteRef:51] [51: Emmawaty Sofya dan Ila Rosilawati, Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI SMA YP UNILA, dalam Jurnal Pendidikan, 2006, h.09]

3) Hastutiningsih dengan judul : Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 3 SMAN 1 Natar Dengan Metode Inqury. Dalam kesimpulannya dikatakan bahwa, pembelajaran biologi kelas XI IPA 3 SMAN 1 Natar melalui metode inquiry dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Biologi, baik melalui kegiatan praktikum maupun diskusi. Dan penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil Biologi pada siswa kelas XI IPA 3 SMAN 1 Natar Lampung Selatan pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.[footnoteRef:52] [52: Hastutiningsih, Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 3 SMAN 1 Natar dengan Metode Inqury, dalam Jurnal Pendidikan, November 2007, h.13]

4) Ni Ketut Rapi dengan judul : Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas X SMAN Singaraja. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa (1) Implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor. Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor adalah 69 termasuk kualifikasi cukup, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 77 termasuk kualifikasi baik. (2) Implementasi model pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 63 termasuk kualifikasi cukup aktif, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata aktivitas siswa 72 termasuk kualifikasi aktif. (3) Respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin, baik pada siklus I maupun siklus II termasuk kategori positif.[footnoteRef:53] [53: Ni Ketut Rapi, Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Singaraja, dalam Jurnal Pendidikan dan pengajaran UDIKSHA, No.1 Th. XXXXI, Januari 2008, h.184]

5) Tonih Feronika. Dengan judul : Implementsi Teknik Guided Worksheet Activity Dalam Pembelajaran Hands-On Dalam Melatih Kemampuan Inkuiri. Berdasarkan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa, nilai persentase kedelapan aspek kemampuan inkuiri siswa yang muncul dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: aspek pertanyaan sebanyak 36,8%, aspek komunikasi sebanyak 33,9%, aspek persiapan sebanyak 32,7%, aspek observasi sebanyak 23%, aspek interpretasi sebanyak 20%, aspek investigasi/pelaksanaan sebanyak 19,1%, aspek prediksi sebanyak 16,5%, dan aspek hipotesis sebanyak 10%.[footnoteRef:54] [54: Tonih Feronika, Implementsi Teknik Guided Worksheet Activity ..., h.28]

B. Kerangka Berpikir.Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan segenap aspek pribadi, kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar termasuk menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.Materi kimia merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan pengetahuan konsep-konsep dan prinsip-prinsip saja, tetapi belajar kimia juga merupakan penemuan. Hal inilah yang terkadang menjadikan alasan bagi siswa bahwa konsep kimia merupakan konsep yang sulit, bahkan terkadang dalam konsep kimia memerlukan kemampuan matematis yang tinggi. Pada proses pelaksanaan, pendidikan disekolah, guru memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator, organisator dan model bagi siswa agar tercapai tujuan yang diharapkan, dimana semuanya sangat menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dengan adanya perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil belajar.Keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh faktor model pembelajaran yang dipilih dan diterapkan oleh guru, model tersebut dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karna itu, guru hendaknya mampu menerapkan model yang sesuai dan tepat sebagai upaya mencapai keberhasilan pembelajaran.Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah model pembelajaran inkuiri terstruktur (structured inquiry). Model pembelajaran inkuiri terstruktur ini merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang mengharuskan siswa melakukan investigasi/penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru. Dimana investigasi yang dilakukan siswa serupa dengan aktivitas buku resep atau dalam dunia pembelajaran sering dikenal dengan lembar kerja siswa (LKS).Dalam model inkuiri terstruktur (structured inquiry), siswa diprogramkan agar selalu aktif. Materi yang disajikan guru, bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa. Siswa diusahakan sedemikian rupa hingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dengan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan konsepnya sendiri. Dalam inkuiri terstruktur ini, terdapat beberapa proses mental yang meliputi: menyajikan penyelidikan, pengklasifikasian, pengukuran, mengkomunikasikan, memprediksi dan menyimpulkan. Melalui proses ini diharapkan dapat membiasakan diri siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri terstruktur dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa

Bagan Kerangka Berfikir

Asam BasaKonsep Yang Sulit

Menyajikan Penyelidikan

PengukuranPengklasifikasianStrategi Belajar Mengajar

Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur

Hasil Belajar Meningkat

Memprediksi

Menyimpulkan

C. Hipotesis Penelitian.Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

Terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terstruktur (structured inquiry) terhadap hasil belajar kimia siswa.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 18 Februari 2011 yang bertempat di SMA Negeri 5 Depok yang berlokasi di Perumahan Bukit Rivaria Sektor IV.

B. Metode Penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment. Dalam metode ini terdapat kelompok eksperimen. Yaitu metode penelitian yang melakukan pengontrolan terhadap salah satu variabel. Kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus (variabel yang akan diuji akibatnya) yaitu model inkuiri terstruktur (structured inquiry), sedangkan kelompok kontrol hanya menggunakan metode demonstrasi, yang akan dibandingkan hasilnya dengan perlakuan eksperimen.Adapun rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah test desain penelitian yang digunakan ialah Nonequivalent Control Group Design yang divisualisasikan sebagai berkut :[footnoteRef:55] [55: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2009), h.79]

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

KelompokPretestPerlakuanPosttest

A (KE)O1XO2

B (KK)O3O4

Keterangan:A= Kelompok ekperimen (inkuiri terstruktur)B= Kelompok kontrol (metode demonstrasi)O1 dan O3 = Hasil belajar siswa sebelum ada perlakuanO2 = Hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuanO4 = Hasil belajar siswa yang tidak diberikan perlakuan

Berdasarkan desain penelitian diatas bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan model pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap hasil belajar siswa dimana kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan tes yang sama. Setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan, kedua kelompok di tes dengan tes yang sama sebagai tes akhir (posttest).

C. Populasi dan Sampel.Populasi adalah keseluruhan subjek peneliti. Adapun populasi dalam penelitin ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 5 Sawangan Depok, sedangkan sampelnya adalah kelas XI IPA 1 berjumlah 30 orang sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPA 3 berjumlah 30 orang sebagai kelompok kontrol.Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).[footnoteRef:56] [56: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, h.81.]

Dalam penelitaian ini sampel di ambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Dimana dalam teknik pengambilan sampel ini disesuaikan dengan tujuan penelitian.[footnoteRef:57] [57: Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),, h.254]

D. Instrumen Penelitian.Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur hasil belajar kimia khususnya pada konsep asam basa. Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan antara kelas eksperimen dan kontrol. Tes yang digunakan adala tes tertulis dalam bentuk uraian yang terdiri dari 9 soal essay untuk tes pokok bahasan asam basa.Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono bahwa instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliabel.[footnoteRef:58] Dalam penelitian ini validitas dan reliabilitasnya dilakukan dengan menggunakan ANATES. [58: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D..., h.122]

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen

IndikatorJenjang kognitifJumlah

C2C3C4C5

1. Memperkirakan pH berdasarkan derajat ionisasi (), tetapan ionisasi asam (Ka) atau tetapan ionisasi basa (Kb) dan menghubungkannya dengan kekuatan asam atau kekuatan basa.12, 33

2. Menjelaskan pengertian kekuatan asam-basa dan menyimpulkan hasil pengukuran pH dari beberapa larutan asam dan larutan basa yang mempunyai konsentrasi sama.4563

3. Menyimpulkan hasil pengukuran pH berdasarkan reaksi penetralan.

8793

Jumlah9

Selain instrumen tes, penelitian ini juga menggunakan data kualitatif berupa lembar observasi untuk mengukur aspek psikomotor siswa khususnya pada tahapan inkuiri terstruktur.Adapun kemampuan inkuri terstruktur dapat diketahui dengan menggunakan rumus berikut: [footnoteRef:59] [59: Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.43]

P = 100 %Keterangan: P= Angka persentasiF= Frekuensi siswa yang memunculkan indikatorn= Number of Cases (jumlah responden)100= Bilangan tetap (rumus persentase)

Tabel 3.3. Kategori Penilaian Kegiatan Inkuiri TerstrukturSkala Kualitatif Keterangan

4Baik Kegiatan inkuiri tersruktur ada dan sesuai dengan indikator

3Cukup BaikKegiatan inkuiri tersruktur ada dan kurang sesuai dengan indikator

2Sedang Kegiatan inkuiri tersruktur ada dan tidak sesuai dengan indikator

1Kurang BaikKegiatan inkuiri tersruktur tidak ada

Adapun kriteria pengujian: [footnoteRef:60] [60: Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,..., h.151]

P= 80% - 100%= Sangat BaikP= 70% - 79%= BaikP= 60% - 69%= CukupP= 50% - 59%= KurangP= 0% - 49%= Gagal

E. Teknik Pengumpulan Data.Pada pelaksanaannya peneliti terlibat langsung dalam mengumpulkan data, mengolah serta menarik kesimpulan dari data yang di peroleh. Pada tahap awal peneliti memberikan pretest pada kelas ekperimen dan kontrol, peneliti melakukan sebuah percobaan tentang asam basa, kemudian dilaksanakan tahapan pembelajaran inkuiri terstruktur pada kelas eksperimen dan dilaksanakan metode pembelajaran demonstrasi pada kelas kontrol.Setelah semua tahapan dan metode pembelajaran dilaksanakan, kemudian peneliti memberikan postest berupa tes essay kepada kelas eksperimen ma